ANALISIS KOHESI LEKSIKAL RUBRIK PEMBACA MENULIS SURAT KABAR TANJUNGPINANG POS EDISI FEBRUARI 2016.
ARTIKEL E-JOURNAL
Oleh
IIN SRI UTAMI NIM 120388201289
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016
ABSTRAK Iin Sri Utami. 2016. Analisis Kohesi Leksikal Rubrik Pembaca Menulis Surat Kabar Tanjungpinang Pos Edisi Februari 2016, Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing I: Drs. Suhardi, M.Pd. Pembimbing II: Legi Elfitra, M.Pd. Kata Kunci: Kohesi Leksikal, Opini. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kohesi leksikal dalam opini Rubrik Pembaca Menulis Surat Kabar Tanjungpinang Pos Edisi Februari 2016 yang dilihat dari penanda kohesi leksikal. Adapun penanda kohesi leksikal dilihat dari repetisi, sinonimi, antonimi, hiponimi, kolokasi, dan ekuivalensi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi. Subjek pada penelitian ini adalah opini Rubrik Pembaca Menulis Surat Kabar Tanjungpinang Pos Edisi Februari 2016 yang berjumlah 26 opini. Penelitian ini difokuskan pada bentuk-bentuk kohesi leksikal yang terdapat dalam opini Rubrik Pembaca Menulis Surat Kabar Tanjungpinang Pos Edisi Februari 2016. Data diperoleh dengan metode simak yang disertai dengan teknik baca dan pencatatan. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat bentuk-bentuk kohesi leksikal dalam Rubrik Pembaca Menulis Surat Kabar Tanjungpinang Pos Edisi Februari 2016 yang meliputi, (1) repetisi atau pengulangan kata, (2) sinonim atau persamaan makna kata, (3) antonim atau perlawanan makna kata, (4) hiponim atau hubungan atas bawah, (5) kolokasi atau sanding kata, (6) ekuivalensi. Repetisi mendominasi dalam rubrik Pembaca Menulis Surat Kabar Tanjungpinang Pos Edisi Februari 2016. Hal ini menunjukkan bahwa bagian yang mengalami pengulangan merupakan bagian yang penting.
ABSTRACT Iin Sri Utami. Analysis of Lexical Cohesion Rubric Readers Write Newspaper Tanjungpinang Post Edition in February 2016, Skripsi. Tanjungpinang: Department of language and literature Education Indonesia, Faculty of teacher training and educational sciences, University of Maritime Raja Ali Haji. Supervisor: Drs. Suhardi, M. Pd. Supervisor II: Elfitra Legi, M. Pd. Key Words: Lexical Cohesion, Opinion This research aims to describe lexical cohesion in the opinion of the rubric Readers Write Newspapers Tanjungpinang Post Edition February 2016 seen from lexical cohesion marker. As for the marker of lexical cohesion seen from reps, sinonimi, antonimi, hiponimi, collocation, and equivalence. The methods used in this research is qualitative, descriptive methods. Data collection techniques used is the documentation. The subject of this research is the Rubric opinion Readers Write Newspapers Tanjungpinang Post Edition February 2016 totalling 26 opinions. This research is focused on lexical cohesion forms contained in the opinion of the rubric Readers Write Newspapers Tanjungpinang Post Edition February 2016. Data obtained with the method refer to the technique is accompanied by read and record-keeping. Research data were analyzed using descriptive qualitative analysis techniques. The results showed that there are other forms of lexical cohesion in the Rubric Readers Write Newspapers Tanjungpinang Post Edition February 2016 which include, (1) repetition or repetition of words, (2) a synonym or common meaning of the word, (3) an antonym or resistance meaning of the word. (4) hyponymy and hypernymy or relations on the bottom, (5) collocation or collocation, (6) equivalence. Reps dominate in the rubric Readers Write Newspapers Tanjungpinang Post Edition February 2016. This indicates that a part of the experience of repetition is the important parti. LANDASAN TEORITIK Untuk mendukung penelitian ini digunakan beberapa teori yang dianggap relevan, yang diharapkan dapat memperkuat teori dan keakuratan penelitian ini. Teori-teori tersebut adalah kohesi dan opini. Kohesi Seperti juga halnya bahasa, teks pun mempunyai bentuk (form) dan makna (meaning). Kepaduan makna dan kerapian bentuk merupakan faktor penting untuk menentukan keterbacaan dan keterpahaman teks. Dapat dikatakan bahwa kohesi mengacu pada aspek bentuk dan aspek formal bahasa (language), sedangkan koherensi mengacu pada aspek makna dan aspek ujaran (speech). Dengan demikian, jelaslah bahwa, “Kohesi merupakan organisasi sintaktik, merupakan wadah kalimat-kalimat yang disusun secara padu dan padat untuk
menghasilkan tuturan.” (Tarigan, 1987:92). Kohesif terbagi menjadi lima, yaitu pronomina (kata ganti), substitusi (penggantian), elipsis, konjungsi, dan leksikal. Kohesi leksikal atau perpaduan leksikal adalah hubungan leksikal antara bagian-bagian teks untuk mendapatkan keserasian struktur secara kohesif. Ada beberapa cara untuk mencapai aspek kohesi leksikal, yaitu: 1. Repetisi atau pengulangan kata yang sama Repetisi salah satu cara untuk mempertahankan konsesif atar kalimat. Hubungan ini di bentuk dengan satu lingual. Ulangan atau repetisi terbagi menjadi empat macam, yaitu: a. Ulangan Penuh adalah ulangan penuh berarti mengulang satu fungsi dalam kalimat secara penuh, tanpa pengurangan dan perubahan bentuk. Contoh: Buah Apel adalah salah satu buah yang sangat tidak diragukan kelezatan rasanya. Buah Apel memiliki kandungan vitamin, mineral dan unsur lain seperti serat, fitokimian, baron, tanin, asam tartar, dan lain sebagainya. b. Ulangan dengan bentuk lain akan terjadi apabila sebuah kata diulang dengan konstruksi atau bentuk kata lain yang masih mempunyai bentuk dasar yang sama. Contoh: Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan fisafat dimulai dengan keduaduanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu. c. Ulangan dengan Penggantian adalah pengulangan dapat dilakukan dengan mengganti bentuk lain seperti dengan kata ganti. Contoh: Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya. d. Ulangan dengan hiponim adalah pengulangan suatu kata atau frasa yang maknanya tercakup dalam kata atau frasa lain yang lebih umum. e. Contoh: Bila musim kemarau tiba, bunga tidak mekar seperti biasa. Tanaman di halaman rumah mengering semuanya. 2. Sinonim atau persamaan kata Kohesi sinonim adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang mirip antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain. Sinonim dapat dibedakan menjadi tiga macam antara lain: a. Sinonim mutlak adalah kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan apa pun tanpa mengubah makna struktural dan makna leksikal dalam rangkaian kata/frasa/klausa/kalimat. Contoh: Kosmetik = alat kecantikan b. Sinonim semirip adalah kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan tertentu tanpa mengubah makna struktural dan leksikal dalam rangkaian kata/frasa/klausa/kalimat tersebut saja. Contoh: Melatis = menerobos c. Sinonim selingkung adalah kata-kata yang dapat saling mengganti dalam satu konteks kebahasaan tertentu saja secara struktural dan leksikal. d. Contoh: Lemah = lemas
3. Antonim atau lawan kata Kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang bersifat kontras atau berlawanan antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain. Antonim dapat dibedakan atas empat macam antara lain: a. Antonim mutlak adalah antonim yang mempertentangkan makna secara mutlak. Contoh: Hidup >< mati b. Antonim kutub adalah antonim yang mempertentangkan makna kata secara gradasi atau tingkatan antar makna kata. Contoh: Muda >< tua c. Antonim hierarkial adalah antonim antara makna kata yang memiliki tingkatan atau jenjang. Contoh: Kuintal >< ton d. Antonim majemuk adalah sebuah kata yang memiliki antonim lebih dari satu. Contoh: Berdiri >< duduk >< berbaring 4. Hiponim atau hubungan bagian dan isi Hiponim adalah suatu kata atau frasa yang maknanya tercakup dalam kata atau frasa lain yang lebih umum, yang disebut hiperonim atau hipernim. Suatu hiponim adalah anggota kelompok dari hiperonimnya dan beberapa hiponim yang memiliki hiperonim yang sama disebut dengan kohiponim. Contoh hiponim, hiperonim serta kohiponim antara lain: Kucing, serangga, dan merpati adalah hiponim dari hewan Hewan adalah hiperonim dari kucing, serangga, dan merpati Serangga dan merpati adalah kohiponim dari kucing sebagai hewan 5. Kolokasi atau sanding kata Kolokasi adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna yang berdekatan antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain atau hubungan antarkata yang berbeda pada lingkungan dan bidang yang sama. Contoh: Media massa yang meliputi buku, koran, majalah, dan lain sebagainya. 6. Ekuivalensi Ekuivalensi merupakan hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma. ekuivalensi memiliki kedekatan, kekerabatan atau memiliki tingkatan sebanding. Contoh: seperti belajar, mengajar, pelajar, pengajar, pelajaran. Tujuan digunakannya aspek-aspek leksikal itu diantaranya ialah untuk mendapatkan efek intensitas makna bahasa, kejelasan informasi, dan keindahan bahasa lainnya. Opini Opini adalah serapan dari bahasa asing (opinion), merupakan tanggapan atau jawaban terbuka terhadap sesuatu persoalan yang dinyatakan berdasarkan
kata-kata, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Opini juga dapat berupa prilaku, sikap tindak, pandangan dan tanggapan. Cutlip dan Center (dalam Nugraeni, 2013) menyatakan bahwa opini publik adalah sejumlah akumulasi pendapat individual tentang suatu isu dalam pembicaraan secara terbuka dan berpengaruh terhadap sekelompok orang. Dengan demikian, opini publik terbentuk melalui suatu kegiatan berupa debat pembicaraan, atau pertukaran informasi antara individi-individu yang berada dalam suatu kelompok. METODE Objek dalam penelitian adalah surat kabar Tanjungpinang Pos Edisi Februari. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pemeriksaan data dari sumber data yang ada dengan teknik pengamatan dan dilanjutkan dengan teknik pencatatan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi dokumentasi. Arikunto (2013:149), “Menjelaskan dokumentasi, berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Dalam pelaksanaan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya,” Cara menganalisis isi dokumen ialah dengan memeriksa dokumen secara sistematis bentuk-bentuk komunikasi yang dituangkan secara tertulis dalam bentuk dokumen secara obyektif. Teknik analisis data pada kohesi leksikal dalam rubrik Pembaca Menulis surat kabar Tanjungpinang Pos Edisi Februari 2016 adalah sebagai berikut: 1. Data Reduction (reduksi data) 2. Data Display (penyajian data) 3. Conclusion Drawing (simpulan) Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Oleh karena dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri, maka peneliti harus “divalidasi”. Validasi terhadap peneliti, meliputi; pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian baik secara akademik maupun logiknya. “Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori, wawasan terhadap bidang yang akan diteliti, serta kesiapan,” Sugiyono (2014:305). Untuk memudahkan proses pengambilan data, peneliti menggunakan alat bantu berupa kartu data. Kartu data digunakan untuk membantu proses pengambilan data secara tertulis. Pembekuan atau pembubaran ormas sendiri diakomondasi oleh undangundang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Ormas Dalam Pasal 59 UU Ormas menjelaskan tentang larangan bagi sebuah Ormas seperti tidak boleh melakukan tindakan permusuhan terhadap suku, agama, ras, dan golongan Ormas juga tidak boleh melakukan tindakan yang destruktif. (20/BOD/03/02/16).
Keterangan: 20 = nomor data BOD = Bentrok Ormas dan Premanisme (judul opini) 03 = tanggal terbit artikel 02 = bulan Februari (bulan terbit artikel) 16 = tahun 2016 (tahun terbit artikel)
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
HASIL PENELITIAN Penulis meneliti kohesi leksikal yang terdapat pada dua puluh enam opini yang dimuat pada rubrik Pembaca Menulis surat kabat Tanjungpinang Pos Edisi Februari 2016, meliputi: Repetisi, sinonim, antonim, hiponim, kolokasi, dan ekuivalensi. Hasil Penelitian Kohesi Leksikal dalam Surat Kabar Tanjungpinang Pos JENIS ALAT KOHESI LEKSIKAL OPINI Repetisi Sinonim Antonim Hiponim Kolokasi Ekuivalensi Edisi 1 Februari 5 2 2 1 Edisi 2 Februari 4 2 2 1 Edisi 3 Februari 3 1 1 1 1 2 Edisi 4 Februari 4 1 4 2 1 Edisi 5 Februari 4 2 1 Edisi 6 Februari 2 2 1 3 Edisi 7 Februari 5 1 1 Edisi 8 Februari Tidak Terbit Edisi 9 Februari 4 4 1 1 1 Edisi 10 Februari 6 1 3 2 2 Edisi 11 Februari 3 2 1 Edisi 12 Februari 8 2 2 1 1 1 Edisi 13 Februari Iklan Komersial Edisi 14 Februari 4 5 2 1 Edisi 15 Februari 3 2 1 1 1 4 Edisi 16 Februari 3 5 2 1 2 Edisi 17 Februari Iklan Komersial Edisi 18 Februari 8 2 1 3 Edisi 19 Februari 6 1 2 1 1 Edisi 20 Februari 3 3 1 2 2 Edisi 21 Februari 6 1 1 1 Edisi 22 Februari 5 1 Edisi 23 Februari 4 2 3 1 2 Edisi 24 Februari 5 4 1 1 Edisi 25 Februari 5 2 1 2 Edisi 26 Februari 8 1 2 2 Edisi 27 Februari 5 3 1 2 Edisi 28 Februari 4 1 1 2
29
Edisi 29 Februari 5 2 1 2 6 JUMLAH 122 32 38 22 18 45 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dijelaskan bahwa kedua puluh enam opini yang penulis analisis, menggunakan alat kohesi leksikal yang meliputi repetisi, sinonim, antonim, hiponim, kolokasi, dan ekuivalensi.
Repetisi atau Pengulangan Kata yang Sama Menurut Oktafianus (dalam Yasirly 2014), “Repetisi merupakan pemunculan bentuk yang sama yang mengacu ke makna yang sama dalam suatu teks.” Repetisi salah satu cara untuk mempertahankan konsesif antar kalimat, hubungan ini di bentuk dengan satu lingual. Ulangan atau repetisi terbagi menjadi empat macam, yaitu: 1. Ulangan Penuh adalah ulangan penuh berarti mengulang satu fungsi dalam kalimat secara penuh, tanpa pengurangan dan perubahan bentuk. Dalam opini surat kabar Tanjungpinang Pos Edisi Februari 2016 ditemukan repetisi pada data yaitu: 1) Betapa mengagetkan ketika kita melihat sederetan kapal-kapal berukuran besar yang parker/lego jangkar di perbatasan tanpa diambil manfaatnya. 2) Lego jangkarnya kapal-kapal asing tersebut untuk antre menunggu giliran selesainya bongkar muat di Pelabuhan Jurong Singapura. (03/PPL/01/02/16). Pada data tersebut terdapat kata kapal-kapal diulang sebanyak dua kali. Pengulangan satuan lingual yang terdapat pada kutipan opini di atas menunjukkan bahwa kata atau hal yang disebutkan berulang-ulang merupakan hal yang penting. 2. Ulangan dengan bentuk lain akan terjadi apabila sebuah kata diulang dengan konstruksi atau bentuk kata lain yang masih mempunyai bentuk dasar yang sama. 1) Segera periksakan diri ke dokter apabila mengalami keluhan atau gejalah demam, ruam kulit, nyeri sendi dan otot, sakit kepala dan mata mereh. 2) Jangan lupa sebutkan riwayat perjalanan dari Negara yang sedang KLB penyakit virus zika kepada dokter pemeriksa. (41/ALP/05/02/16). Pada data tersebut terdapat kata periksakan diulang dengan lain yaitu pemeriksa yang memiliki bentuk dasar periksa. Kata yang diulang tersebut untuk menekankan pentingnya makna dalam konteks kutipan tersebut. 3. Ulangan dengan Penggantian adalah pengulangan dapat dilakukan dengan mengganti bentuk lain seperti dengan kata ganti. 1) Usai dilantik esok harinya para pemimpin daerah tersebut kembali ke daerah masing-masing. 2) Seperti Gubernur Kepulauan Riau HM Sani dan Wakil Gubernur Nurdin Bairun, tiba di Tanjungpinang, Rabu (13/2). (157/GdB/23/02/16).
Pada data tersebut ditemukan pengulangan kata para pemimpin dengan penggantian kata lain yaitu Gubernur Kepulauan Riau HM Sani dan Wakil Gubernur Nurdin Bairun. Kata tersebut mengalami pengulangan dengan bentuk lain sebagai tanda penegasan dari penulisi opini tersebut. 4. Ulangan dengan hiponim adalah pengulangan suatu kata atau frasa yang maknanya tercakup dalam kata atau frasa lain yang lebih umum. 1) Kesederhanaan diperlihatkan oleh pendiri bangsa tersebut bukanlah untuk pencitraan, melainkan bukti nyata bahwa mereka bukan bercitacita menjadi kaya raya ketika menjadi penjabat negara. 2) Mereka akherata sadar bahwa amanah menjadi presiden, bupati, dan walikota maupun jabatan publik lainnya adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan bukan hanya di dunia melainkan di akherat. (170/LGB/24/02/16). Pada data terdapat pengulangan kata presiden, bupati, dan walikota maupun jabatan publik lainnya yang merupakan hiponim dari kata penjabat negara. Pengulangan kata tersebut untuk memberi penekanan pada kutipan opini di atas. Sinonim atau Persamaan Kata Menurut Oktafianus (dalam Yasirly 2014), “Sinonim merupakan persamaan arti tetapi meliliki bentuk yang berbeda kekayaan budaya dan intensitas kontak dengan bahasa lainnya menentukan warna persinoniman dalam suatu bahasa.” Kohesi sinonim berupa relasi makna leksikal yang mirip antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain. Sinonim dapat dibedakan menjadi tiga macam antara lain: 1. Sinonim mutlak adalah kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan apa pun tanpa mengubah makna struktural dan makna leksikal dalam rangkaian kata/frasa/klausa/kalimat. 1) Tidak lain tidak bukan ialah untuk mencari seseorang pemimpin di kabupaten, kota, dan provinsi masing-masing yang dianggap qualified sehingga tidak sedikit masyarakat yang ambil andil dan kesempatan di dalam pesta demokrasi ini. 2) Berpartisipasi untuk menjadi pemimpin di daerahnya masingmasing. (107/PYD/16/02/16). Pada data terdapat kata ambil andil dan kata berpartisipasi. Kedua kata tersebut bersinonim dan dapat bertukar tempat. 2. Sinonim semirip adalah kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan tertentu tanpa mengubah makna struktural dan leksikal dalam rangkaian kata/frasa/klausa/kalimat tersebut saja. 1) Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Kepri, menyatakan bahwa pemasukan Kepri dari laut bisa mencapai Rp. 15 miliar hingga 20 miliar per bulan. 2) Kapal-kapal yang singgah, lego jangkar hingga melintas dari lautan Kepri merupakan potensi pendapatan yang sangat besar. (13/PLJ/02/02/16). Pada data tersebut terdapat satuan lingual kata pemasukan bersinonim dengan kata pendapatan pada kalimat selanjutnya. Kata-kata tersebut dapat
dipertukarkan dalam konteks tertentu karena keduanya memiliki makna kata yang sama. 3. Sinonim selingkung adalah kata-kata yang dapat saling mengganti dalam satu konteks kebahasaan tertentu saja secara struktura l dan leksikal. Mahasiswa sebagai kaum intelektual muda tentunya harusmemiliki kemahiran dalam dunia tulis-menulis, setidaknya sedikit banyak menguasai hal-hal yang berhubungan dengan tulis-menulis. (57/PMM/09/02/16). Pada data tersebut terdapat satuan lingual kata kemahiran yang bersinonim dengan kata menguasai. Keduanya memiliki kesamaan makna kata yang menunjukan kemampuan, meskipun begitu kedua kata tersebut tidak dapat ditukar tempatkan pada semua konteks kebahasaan. Antonim atau Lawan Kata Menurut Oktafianus (dalam Yasirly 2014), “Antonim adalah lawan kata. Suatu wancana tang dinamis juga sering menempatkan kohesi leksikal secara fleksibel dan variatif dengan mempertentangkan makna yang berlawanan.” Antonim berupa relasi makna leksikal yang bersifat kontras atau berlawanan antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain. Antonim dapat dibedakan atas empat macam antara lain: 1. Antonim mutlak adalah antonim yang mempertentangkan makna secara mutlak. Inilah musim yang membuat kami takut, dan menakutkan untuk pergi bertugas, berjuang antara hidup dan mati. (202/SGM/27/02/16). Pada data terdapat pertentangan makna secara mutlak yaitu kata hidup dan kata mati. Kedua kata tersebut memiliki pertentangan makna secara mutlak. 2. Antonim kutub adalah antonim yang mempertentangkan makna kata secara gradasi atau tingkatan antar makna kata. Selain itu, dalam sistem peradilan tidak adanya standar maksimal dan minimum ancaman hukuman. (138/OCP/20/02/16). Pada data terdapat kata maksimal memiliki perlawanan makna kata dengan kata minimal. Kedua kata tersebut merupakan antonim kutub karena terdapat gradasi di antara keduanya. 3. Antonim hierarkial adalah antonim antara makna kata yang memiliki tingkatan atau jenjang. Hal itu wajib, karena tugas-tugas perkuliahan, misalnya makalah, laporan individu/kelompok, proposal, hingga skripsi pastinya menuntut kita untuk paham dan mampu dalam rutinitas tulis-menulis. (59/PMM/09/02/16). Pada data tersebut terdapat perlawanan makna antar kata individu dan kata kelompok, kata-kata tersebut memiliki jenjang antara satu dengan lainnya. 4. Antonim majemuk adalah sebuah kata yang memiliki antonim lebih dari satu.
Karena si kaya terus menjadi kaya dan mereka dari kalangan miskin sulit untuk berubah menjadi menengah atau kelas kaya disebabkan kemampuan mereka menjadi kaya terhambat sumber daya manusia yang lemah. (175/LGB/24/02/16). Pada data ditemukan pertentangan makna kata majemuk yaitu miskin, menengah, dan kaya. Hiponim atau Hubungan Bagian dan Isi Menurut Oktafianus (dalam Yasirly 2014), “Hiponim adalah hubungan kata-kata yang bersifat generik ke kata-kata yang lebih spesifik.” Hiponim berupa kata atau frasa yang maknanya tercakup dalam kata atau frasa lain yang lebih umum, yang disebut hiperonim atau hipernim. Suatu hiponim adalah anggota kelompok dari hiperonimnya dan beberapa hiponim yang memiliki hiperonim yang sama disebut dengan kohiponim. Yaitu, ada Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar, Kamboja, Philipina, Laos, Brunei Darussalam, dan Timor Leste. (83/MEA/12/02/16). Pada data tersebut terdapat kata Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar, Kamboja, Philipina, Laos, Brunei Darussalam, dan Timor Leste yang merupakan hiponim dari Negara. Kolokasi atau Sanding Kata Menurut Oktafianus (dalam Yasirly 2014), “Kolokasi merupakan persandingan kata, kata-kata yang bersanding memiliki satu atau lebih ciri yang sama.” Kolokasi memiliki relasi makna yang berdekatan antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain atau hubungan antarkata yang berbeda pada lingkungan dan bidang yang sama. 1) Setiap pemimpin pasti punya cara baru untuk memimpin daerahnya. 2) Sementara visi misi itu adalah kerangka pemimpin untuk melaksanakan program-programnya, sama ataupun tidak itu tidak menjadi masalah, karena rakyat sudah tertarik dengan visi misi calon yang terpilih untuk lima tahun ke depan. (118/PBS/18/02/16). pada data tersebut terdapat kata memimpin, daerahnya, rakyat, visi misi, calon, terpilih, lima tahun ke depan yang saling berkolokasi dan mendukung kepaduan dalam kutipan tersebut. Kata-kata tersebut sering dipakai dalam PILKADA. Ekuivalensi Ekuivalensi merupakan hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma. ekuivalensi memiliki kedekatan, kekerabatan atau memiliki tingkatan sebanding. 1) Sebagaimana yang kita lihat dari kasus Freeport yang menyeret ketua DPR RI Setya Novanto sehingga mengundurkan diri dan digantikan oleh Ade Komaruddin yang juga berasal dari partai politik yang sama yaitu Golkar. 2) Yang ironisnya dilakukan disaat partai lain mengadakan Rakernas yaitu PDI P
serta dualism di dalam tubuh Golkar yang membuat persoalan ataupun pengaruh negatif di dalam pergantian itu. (99/OdP/15/02/16). Pada data ditemukan kata digantikan yang memiliki kekerabatan dengan kata pergantian. Kedua kata tersebut memiliki hubungan kesepadananyang ditandai oleh kata dasar yang sama yaitu kata ganti.
PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hasil penelitian ini yaitu bentuk-bentuk kohesi leksikal pada rubrik Pembaca Menulis Surat Kabar Tanjungpinang Pos Edisi Februari 2016 yang meliputi, (1) Repetisi atau pengulangan kata ditemukan sebanyak 122, (2) Sinonim atau persamaan makna kata ditemukan sebanyak 32, (3) Antonim atau perlawanan makna kata ditemukan sebanyak 38, (5) Hiponim atau hubungan atas bawah ditemukan sebanyak 22, (4) kolokasi atau sanding kata ditemukan sebanyak 18, (6) Ekuivalensi atau kesepananan bentuk ditemukan sebanyak 45. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, terdapat beberapa kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini. Maka dapat disarankan beberapa hal berikut ini. 1. Bagi dunia pendidikan, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan dapat dijadikan bahan pengajaran, khususnya di bidang linguistik. 2. Bagi penerbit media cetak, hendaknya meningkatkan kualitas bacaannya dari segi tulisan dan pokok bahasan, melalui rubrik-rubriknya karena secara tidak langsung masyarakat belajar dengan cara melihat dan memperhatikan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Khalieqy, Nurul. 2014. http://nurulelkhalieqy.blogspot.com/2014/10/kohesi leksikal-wacana-bahasaindonesia.html Diakses pada tanggal 1 Maret 2016 pukul 15.00 WIB. Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Jogjakarta: Tiara Wacana. Nugraeni, Dita. 2013. http://ditanugraeni.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-opini publik.html Diakses pada tanggal 30 Maret 2016 pukul 20.30 WIB. Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung:
Alfabeta. Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Jogjakarta: Graha Ilmu. Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.