KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA “WAYANG DURANGPO” DALAM SURAT KABAR HARIAN JAWA POS EDISI FEBRUARI-APRIL 2010 Edin Parwati SMK AL-Amin &MTS NW Semblun Lawang Abstrak Masalah penelitian ini meliputi 1)Bagaimanakah jenis kohesi leksikal repetisi pada wacana “Wayang Durangpo” dalam surat kabar harian Jawa Pos edisi Februari-April 2010? 2) Bagaimanakah fungsi kohesi leksikal repetisi pada wacana “Wayang Durangpo” dalam surat kabar harian Jawa Pos edisi Februari-April 2010? Jenis kohesi leksikal repetisi yang terdapat dalam Wayang Durangpo pada surat kabar harian Jawa Pos edisi FebruariApril 2010 meliputi lima jenis repetisi yaitu repetisi epizeuksis (pengulangan kata secara langsung), repetisi anafora (pengulangan kata pada awal kalimat), repetisi epistrofa (pengulangan kata padai akhir kalimat), repetisi mesodiplosis (pengulangan kata di tengah kalimat), dan repetisi anadiplosis (pengulangan kata di akhir kalimat yang menjadi kata pertama pada kalimat berikutnya). Fungsi kohesi leksikal repetisi yang digunakan dalam “Wayang Durangpo” pada surat kabar harian Jawa Pos edisi Februari-April 2010 yaitu untuk memberikan penekanan dan sebagai penegas dalam sebuah konteks yang sesuai untuk menggambarkan persamaan, perbedaan/pertentangan, peran, hasil, kedudukan, dan interaksi. Kata kunci: kohesi leksikal repetisi, wacana, wayang durampo
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana pada dasarnya merupakan pemahaman terhadap teks yang diperlukan oleh masyarakat bahasa dalam komunikasi dengan informasi yang utuh. Wacana yang utuh harus dipertimbangkan dari segi isi (informasi) yang koheren, sedangkan kekohensifannya dipertimbangkan dari ketuntutan unsur pendukung (bentuk). Ismail Marahimin mengartikan wacana sebagai “kemampuan untuk maju menurut urut-urutan yang teratur dan semestinya”, dan komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur (Marahimin dalam Sobur, 2009: 10). Sejalan dengan adanya hubungan bahasa dan wacana, maka untuk menciptakan suatu wacana yaitu keadaan unsur-unsur bahasa yang saling merujuk dan berkaitan secara semantis (Halliday dan Hasan, 1976). Keadaan unsur-unsur bahasa
yang saling merujuk dan berkaitan secara semantis itu disebut kohesi. Kohesi merupakan hubungan perkaitan antara proposisi yang dinyatakan secara eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat-kalimat yang membentuk wacana (Alwi, 2003: 427). Dengan kohesi, sebuah wacana menjadi padu: setiap bagian membentuk wacana mengikat bagian yang lain secara mesra dan wajar. Kohesi tidak datang dengan sendirinya, tetapi diciptakan secara formal oleh alat bahasa yang disebut pemarkah kohesi, misalnya kata ganti (pronomina), kata tunjuk (demonstrativa), kata sambung (konjungsi), dan kata yang diulang. Pemarkah kohesi yang digunakan secara tepat menghasilakan kohesi dengan jenis kohesi gramatikal dan kohesi leksikal (Kushartanti, 2005: 96). Yuwono (dalam Kushartanti, 2005: 96) mengemukakan bahwa kohesi gramatikal adalah hubungan semantis Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 807
antarunsur yang dimarkahi alat gramatikalalat bahasa yang digunakan dalam kaitannya dengan tata bahasa. Kohesi gramatikal dapat berwujud referensi atau pengacuan, substitusi atau penyulihan, ellipsis atau pelepasan, dan konjungsi atau perhubungan. Kushartanti (2005: 96) mengatakan kohesi leksikal adalah hubungan semantik antarunsur pembentuk wacana dengan memanfaatkan unsur leksikal atau kata. Kohesi leksikal dapat diwujudkan dengan reiterasi dan kolokasi. Reiterasi adalah pengulangan kata-kata pada kalimat berikutnya untuk memberikan penekanan bahwa kata-kata merupakan fokus pembicaraan. Reiterasi dapat berupa repetisi, sinonim, hiponimi, metonimi, dan antonimi. Jawa Pos merupakan salah satu surat kabar harian dengan menyajikan berbagai ragam berita, iklan, cerita, dan lain sebagainya. Khusus untuk hari Minggu Jawa Pos menerbitkan dalam salah satu kolomya sebuah wacana “Wayang Durangpo” yang ditulis oleh Sujiwo Tejo. Wayang Durangpo dilengkapi dengan gambar yang unik menggambarkan isi dari cerita wayang yang ditulis. Biasanya isi dari wacana “Wayang Durangpo” itu berkaitan dengan peristiwa yang banyak dibicarakan oleh masyarakat. Ceritanya dikemas dengan paduan cerita dongeng dan fenomena yang sedang dibicarakan oleh masyarakat. Dilengkapi dengan beberapa dialog yang bersifat humor, sehingga akan mengundang tawa untuk pembaca. Wacana ”Wayang Durangpo” pada surat kabar harian Jawa Pos sangatlah menarik untuk diangkat dalam sebuah penelitian, karena wacana ”Wayang Durangpo” memiliki cerita yang unik dan adanya perpaduan bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. Adanya pengulanganpengulangan kata pada setiap paragraf untuk menekankan betapa pentingnya hal atau masalah yang dibahas atau dibicarakan dalam cerita ”Wayang Durangpo”.
Pengulangan-pengulangan kata tersebut memiliki jenis dan fungsi yang dapat dianalisis dengan menggunakan teori semantik. Berdasarkan uraian di atas, cukup beralasan untuk dilakukan analisis dan penelaahan yang mendalam terhadap Wacana “Wayang Durangpo” dalam Surat Kabar Harian Jawa Pos Edisi Februari-April 2010”. Dengan demikian penelitian ini berjudul “Kohesi Leksikal Repetisi pada Wacana “Wayang Durangpo” dalam Surat Kabar Harian Jawa Pos Edisi Februari-April 2010”. 2. Permasalahan 2.1 Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permaslahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimanakah jenis kohesi leksikal repetisi pada wacana “Wayang Durangpo” dalam surat kabar harian Jawa Pos edisi Februari-April 2010? b. Bagaimanakah fungsi kohesi leksikal repetisi pada wacana “Wayang Durangpo” dalam surat kabar harian Jawa Pos edisi Februari-April 2010? 3.
Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah ditetapkan, maka penelitian ini dilaksanakan dengan dua tujuan yakni tujuan umum dan tujuan khusus. 3.1 Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang kohesi leksikal repetisi pada wacana ”Wayang Durangpo” dalam Surat Kabar harian Jawa Pos edisi Februari-April 2010. 3.2 Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan jenis kohesi leksikal repetisi pada wacana “Wayang Durangpo” dalam surat kabar harian Jawa Pos edisi Februari-April 2010. b. Mendeskripsikan fungsi kohesi leksikal repetisi pada wacana “Wayang Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 808
Durangpo” dalam surat kabar harian Jawa Pos edisi Februari-April 2010. 4.
Manfaat Penelitian Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka manfaat yang terdapat dalam penelitian ini ada dua, yaitu sebagai berikut: a. Manfaat Teoritik Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu bahasa dan sastra Indonesia. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan wawasan bagi pengembangan referensi ragam bahasa dan wacana Bahasa Indonesia. b. Manfaat Praktik 1) Bagi pembaca dan penikmat bahasa Penelitian jenis dan fungsi kohesi leksikal repetisi pada wacana “Wayang Durangpo” dalam surat kabar harian Jawa Pos edisi Februari-April 2010 ini dapat digunakan sebagai pembanding bagi peneliti lain, khususnya dalam menganalisis bentuk kohesi leksikal pada wacana tulisan. 2) Bagi pendidikan Penelitian ini diharapkan mampu digunakan oleh guru Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah sebagai materi ajar khususnya. 3) Bagi peneliti yang lain Penelitian jenis dan fungsi kohesi leksikal repetisi pada wacana “Wayang Durangpo” dalam surat kabar harian Jawa Pos edisi Februari-April 2010 ini diharapkan memberikan motivasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian dengan hasil yang lebih baik. 5. Kerangka Teori 5.1 Teori Semantik Menurut Chair (2002: 2) semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga
tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik. Objek studi semantik adalah makna dari satuan-satuan bahasa seperti kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Semantik merupakan bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa (Darmojuwono dalam Kushartanti, 2005: 114). 5.2 Kohesi Leksikal Kushartanti (2005: 96) mengatakan kohesi leksikal adalah hubungan semantik antarunsur pembentuk wacana dengan memanfaatkan unsur leksikal atau kata. Kohesi leksikal dapat diwujudkan dengan reiterasi dan kolokasi. Reiterasi adalah pengulangan kata-kata pada kalimat berikutnya untuk memberikan penekanan bahwa kata-kata merupakan fokus pembicaraan. Reiterasi dapat berupa repetisi, sinonim, hiponimi, metonimi, dan antonimi. Repetisi adalah pengulangan kata yang sama. Sinonim adalah hubungan antarkata yang memiliki makna sama. Hiponimi adalah hubungan antara kata yang bermakna spesifik dan kata yang bermakna generik. Metonimik adalah hubungan antara nama untuk benda yang lain yang berasosiasi atau yang menjadi atributnya. Antonimi adalah hubungan yang beroposisi makna. Kolokasi adalah hubungan antar kata yang berada pada lingkungan atau bidang yang sama (Yuwono dalam Kushartanti, 2005: 98). 5.3 Pengertian Repetisi (Pengulangan Kata) Yuwono dalam Kushartanti (2005: 99) mengemukakan repetisi adalah pengulangan kata yang sama. Selanjutnya, Keraf (1988: 127) mengungkapkan repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Serta Kosasih (2008: 167) yang mengungkapkan repetisi adalah perulangan kata-kata sebagai penegas. Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 809
5.4 Bentuk Repetisi Keraf (1988: 127) menegemukakan ada tiga bentuk repetisi yaitu repetisi yang berbentuk kata, frasa, dan klausa. Kata adalah . Frasa adalah kelompok kata yang tidak melebihi batas fungsi. Klausa merupakan kelompok kata yang terdiri atas subjek dan predikat, sedangkan frasa tidak (Kosasih, 2008: 45-50). 5.5 Jenis-Jenis Repetisi Keraf (1988: 128-129) mengemukakan karena nilai repetisi dalam oratori dianggap tinggi, maka para orator menciptakan bermacam-macam repetisi yang pada prinsipnya didasarkan pada tempat kata diulang dalam baris, klausa, atau kalimat. 5.5.1 Repetisi Epizeuksis Menurut Tarigan (1986: 188) repetisi epizeuksis merupakan perulangan yang bersifat langsung, yaitu kata yang ditekankan atau yang dipentingkan diulang beberapa kali secara berturut-turut. 5.5.2 Repetisi Tautotes Repetisi tautotes adalah perulangan atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah kontruksi (Tarigan, 1986: 190). 5.5.3 Repetisi Anafora Tarigan (1986: 192) mengungkapkan repetisi anafora adalah bahasa repetisi yang berupa pengulangan kata pertama pada setiap baris atau setiap kalimat. 5.5.4 Repetisi Epistrofa Repetisi epistrofa adalah bahasa repetisi yang berupa perulangan kata atau frase pada akhir baris atau kalimat berurutan (Tarigan, 1986: 194). 5.5.5 Repetisis Simploke Menurut Tarigan (1986: 196) repetisi simploke adalah repetisi yang berupa perulangan kata pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut. 5.5.6 Repetisi Epanalepsis
Repetisi epanalepsis adalah repetisi yang berupa perulangan kata pertama dari baris klausa atau kalimat menjadi terakhir (Tarigan, 1986: 201). 5.5.7 Repetisi Mesodiplosis Tarigan (1986: 198) mengungkapkan bahwa repetisi mesodiplosis adalah repetisi yang berwujud perulangan kata atau frase di tengah-tengah baris atau beberapa kalimat yang berurutan. 5.5.8 Repetisi Anadiplosis Menurut Tarigan (1986, 203) repetisi anadiplosis adalah repetisi di mana kata atau frase terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frase pertama dari klausa atau kalimat berikutnya. 5.5.9 Fungsi Repetisi Fungsi repetisi dari jenis-jenis repetisi tersebut yaitu untuk memberikan penekanan dan sebagai penegas dalam sebuah konteks yang sesuai. Fungsi repetisi tersebut diangkat dari pengertian repetisi itu sendiri yaitu pengertian repetisi menurut Keraf (1988: 127) yang mengungkapkan repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Kosasih (2008: 167) yang mengungkapkan repetisi adalah perulangan kata-kata sebagai penegas. 6. Metode Penelitian 6.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Adi Triyono (dalam Jobrohim, 2001: 32) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran tentang suatu kasus secara cermat. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang memberikan penjelasan paling rendah mengenai gejala yang diteliti jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian jenis lain karena penelitian ini tidak berusaha untuk mengetahui sebab akibat, Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 810
melainkan hanya menghasilkan keterangan yang menggambarkan ciri-ciri gejala saja. 6.2 Data dan Sumber Data a. Data Penelitian Suatu penelitian pasti memerlukan data. Data merupakan suatu objek dalam penelitian. Adapun data dalam penelitian ini adalah data-data kualitatif berupa kata, frase, klausa, atau kalimat dalam bentuk kohesi leksikal repetisi yang terdapat pada wacana “Wayang Durangpo” dalam surat kabar harian Jawa Pos edisi April 2010. b. Sumber Data Menurut Loflad (dalam Moleong, 2009:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, dan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data dalam penelitian ini adalah wacana “Wayang Durangpo” dalam surat kabar harian Jawa Pos. 6.3 Teknik Penelitian 6.3.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi. Menurut Arikunto (2009: 231) teknik dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan sebagainya. Teknik dokumentasi mengamati benda mati, bukan benda hidup. 6.3.2 Teknik Pengolahan Data Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka data yang diperlukan adalah data yang bersifat kualitatif. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan analisa kualitatif. Analisa kualitatif terfokus pada penunjuk makna, deskriftif, penjernihan dan penempatan data pada konteksnya masing-masing. 7.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
7.1 Jenis Kohesi Leksikal Repetisi pada Wacana ”Wayang Durangpo” dalam Surat Kabar Harian Jawa Pos Edisi Februari-April 2010 7.1.1 Repetisi Epizeuksis Repetisi epizeuksis adalah repetisi yang bersifat langsung, artinya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturutturut. Pada wayang durangpo karya Sujiwo Tejo terdapat beberapa kutipan (data) yang termasuk ke dalam jenis repetisi epizeuksis, seperti data di bawah ini: ''Hayyyya...Alam semesta ini perlu Yin dan Yang, perlu keseimbangan, perlu hitam dan putih...Perlu juga warna kelabu. Kalau semua orang putih, hayyya o blegenjong blegenjong pak pak pong, pak pak pong, maka dunia ini njomplang...,'' kata Narada sambil menari-nari bagai barongsai. (RILU/E21210/JREPIZ/P21) Data di atas merupakan jenis repetisi epizeuksis karena pada kata perlu mengalami pengulangan secara langsung yang menunjukkan penegasan bahwa alam dan kehidupan memerlukan keseimbangan. 7.1.2 Repetisi Anafora Repetisi anafora ialah repetisi yang berwujud perulangan kata pertama pada tiap baris atau kalimat. Pada wayang durangpo karya Sujiwo Tejo terdapat beberapa kutipan (data) yang termasuk ke dalam jenis repetisi anafora, seperti data-data di bawah ini: ''Itu tok ndak cukup. Kita juga harus nyari persamaan manusia ambek unsur-unsur alam. Ya, tumbuhtumbuhan. Ya, hewan. Ingat, konsep persatuan kita bukan cuma kesatuan antar-manusia. Kita juga peduli pada kemanunggalan menungso ambek alam. (SPDK/E07210/JRANAF/P3) Data di atas merupakan jenis repetisi anafora karena kata kita mengalami pengulangan pada awal kalimat kedua dan kelima. Pengulangan kata kita menunjukkan Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 811
bahwa guru-guru matematika sebagai subjek untuk mencari persamaan manusia dan unsur-unsur alam (tumbuh-tumbuhan dan hewan). 7.1.3 Repetisi Epistrofa Repetisi Repetisi epistrofa adalah bahasa repetisi yang berupa perulangan kata atu frase pada akhir baris atau kalimat berurutan. Pada wayang durangpo karya Sujiwo Tejo terdapat beberapa kutipan (data) yang termasuk ke dalam jenis repetisi epizeuksis, seperti data-data di bawah ini: Wah, opo tumon. Jusuf Kalla dan George Soros boleh bilang kasus Century tidak berdampak sistemik. Tapi, Bapakku Sayang, kasus Gayatri betul-betul berdampak sistemik. (SGKSK/ E14210/JREPIS/P14) Data di atas merupakan jenis repetisi epistrofa karena pada frasa berdampak sistematik mengalami pengulangan di akhir kalimat sebanyak dua kali yang menunjukkan kasus Century dan kasus Gayatri yang menlanggar aturan. 7.1.4 Repetisi Mesodiplosis Repetisi mesodiplosis ialah repetisi di tengah baris-baris atau beberapa kalimat berurutan. Pada wayang durangpo karya Sujiwo Tejo terdapat beberapa kutipan (data) yang termasuk ke dalam jenis repetisi epizeuksis, seperti data-data di bawah ini: We ladalah! Tokoh nomor satu Astina itu bingung. Harus koyok opo reaksinya sebagai raja menanggapi soal kebo. Waduh dewaaaaa....dewaaaaa...Diam saja nanti dikira mayat. Misuh-misuh nanti dikira Ruhut Sitompul. Padahal, meski pakai anting seperti umumnya para raja, Duryudana tidak punya kuncir seperti Ruhut. (SPDK/E07210/JRMESO/P5) Data di atas merupakan jenis repetisi mesodiplosis, karena frasa nanti dikira mengalami pengulangan di tengah kalimat
ketiga dan keempat yang menunjukkan kebingungan yang dimiliki oleh tokoh Austin.
7.1.5 Repetisi Anadiplosis Repetisi anadiplosis ialah kata atau frasa terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frasa pertama dari klausa atau kalimat berikutnya. Pada wayang durangpo karya Sujiwo Tejo terdapat beberapa kutipan (data) yang termasuk ke dalam jenis repetisi epizeuksis, seperti datadata di bawah ini: Ada desas-desus Sarpakenaka, perempuan, bendahara, dan menteri keuangan Alengka akan dijadikan korban. Korban selanjutnya adalah Patih Prahasto, wakil presiden Alengka. (RILU/ E21210/JRANAD/P29) Data di atas merupakan jenis repetisi anadiplosis karena kata korban pada akhir kalimat satu menjadi kata pertama pada kalimat kedua yang menunjukkan bahwa banyaknya pihak yang dirugikan oleh tokoh Rama. 7.2 Fungsi Kohesi Leksikal Repetisi pada Wacana ”Wayang Durangpo” dalam Surat Kabar Harian Jawa Pos Edisi Februari-April 2010 Fungsi repetisi diangkat dari pengertian repetisi itu sendiri yaitu repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai, dan repetisi adalah perulangan kata-kata sebagai penegas. Fungsi kohesi leksikal repetisi tersebut memberikan penekanan dan sebagai penegas pada kata, frase, dan klausa dalam sebuah konteks yang sesuai untuk menggambarkan persamaan, perbedaan/pertentangan, peran, hasil, kedudukan, dan interaksi.
Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 812
7.2.1 Fungsi Kohesi Leksikal Repetisi sebagai Penegas dan Memberikan Penekanan untuk Menggambarkan Persamaan Bunyi petromak ratusan pedagang kaki lima, bunyi kompor pedagang kacang rebus dan mie godok, melengkapi suara penonton yang makin ramai berteriak-teriak melihat dua orang itu tukaran. (PMA/E04410/JREPIZ/P15) Fungsi repetisi epizeuksis pada data di atas adalah memberikan penekanan pada kata bunyi untuk menggambarkan persamaan antara suara petromak ratusan pedagang kaki lima dan suara kompor pedagang kacang rebus dan mie godok yang menemani keramaian penonton wayang. 7.2.2 Fungsi Kohesi Leksikal Repetisi sebagai Penegas dan Memberikan Penekanan untuk Menggambarkan Perbedaan/Pertentangan ''Hehe, bukan, kamu ini manis-manis tapi ngaco. Leak Kustiya itu pemimpin redaksi Jawa Pos, yang prejengannya nggak kayak pemimpin redaksi... Saya Leak Tambunan. Pekerjaan saya bisa kamu ketahui nanti di akhir wayang Durangpo ini...'' (PMA/E04410/JREPIZ/P6) Fungsi repetisi epizeuksis pada data di atas adalah sebagai penegas pada frase pemimpin redaksi untuk menggambarkan perbedaan antara seorang pemimpin redaksi pada Surat Kabar Harian Jawa Pos yang bernama Leak Kustiya dengan pemimpin redaksi Leak Tambunan. 7.2.3 Fungsi Kohesi Leksikal Repetisi sebagai Penegas dan Memberikan Penekanan untuk Menggambarkan Peran ''Karena hamba kagum pada pukulun Yamadipati. Izinkanlah hamba mengikuti tokoh yang paling saya
kagumi selama masih napak bumi, sebelum pukulun naik ke kahyangan. Hamba tak dapat terbang. Selagi bisa berdekatan, izinkan hamba tut wuri pukulun, dewa yang sangat tampan.'' (KYRS/E25410/JREPIZ/P20) Fungsi repetisi mesodiplosis pada data di atas adalah sebagai penegas pada kata hamba yang menggambarkan peran tokoh Sawitri sebagai seseorang yang mengikuti dan mengagumi seorang dewa yang bernama Yamadipati sebelum kembali ke khayangan. 7.2.4 Fungsi Kohesi Leksikal Repetisi sebagai Penegas dan Memberikan Penekanan untuk Menggambarkan Hasil ''Itu bukan dosa saya, Romo. Biarkan dosa dan karma itu ditanggung sendiri oleh orang-orang pajak...'' (PMA/E04410/JRMESO/P27) Fungsi repetisi mesodiplosis pada data di atas adalah sebagai penegas pada kata dosa untuk menggambarkan hasil dari perbuatan yang salah di mata Tuhan. Karena tidak mau melakukan kesalahan tokoh Karno berani melelang rompi dan antingnya yang hasilnya akan diberikan kepada orang miskin dan ia berpikir, ia sudah menghidari dosa dan selanjutnya dosa itu ditanggung oleh orang-orang pajak. 7.2.5 Fungsi Kohesi Leksikal Repetisi sebagai Penegas dan Memberikan Penekanan untuk Menggambarkan Kedudukan Tadi baru saja keduanya tukaran soal nama tempat penyergapan. Bagong bilang Joko Pitono didor di Pemalang. ''Aduh, Gong, Pemalang itu kota kelahirannya. Tertembaknya bukan di Pemalang, tapi nduk Pamulang,'' bantah Gareng. (JPBT/ E14310/JRMESO/P2)
Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 813
Fungsi repetisi mesodiplosis pada data di atas adalah sebagai penegas pada kata Pemalang untuk menggambarkan kedudukannya sebagai kota tempat lahirnya tokoh Joko Pitono yang dituduh sebagai teroris. 7.2.6 Fungsi Kohesi Leksikal Repetisi sebagai Penegas dan Memberikan Penekanan untuk Menggambarkan Interaksi ''Hayyyya...Alam semesta ini perlu Yin dan Yang, perlu keseimbangan, perlu hitam dan putih...Perlu juga warna kelabu. Kalau semua orang putih, hayyya o blegenjong blegenjong pak pak pong, pak pak pong, maka dunia ini njomplang...,'' kata Narada sambil menari-nari bagai barongsai. (RILU/E21210/JREPIZ/P21) Fungsi repetisi epizeuksis pada data di atas adalah untuk memberikan penekanan pada kata perlu yang menggambarkan interaksi antara alam dan kehidupan yaitu keseimbagan yang dimiliki alam semesta dan kehidupan yang ada panas dan dingin, ada hitam dan putih, jika salah satunya saja yang ada maka hidup tidak akan sempurna begitu juga alam. 8. Kesimpulan dan Saran 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dijelaskan dalam bab IV dapat diambil kesimpulan bahwa jenis dan fungsi kohesi leksikal repetisi yang digunakan dalam “wayang durangpo” dalam Surat Kabar Harian Jawa Pos edisi Februari-April 2010 adalah sebagai berikut: 1. Jenis kohesi leksikal repetisi yang terdapat dalam Wayang Durangpo pada surat kabar harian Jawa Pos edisi Februari-April 2010 meliputi lima jenis
2.
repetisi yaitu repetisi epizeuksis (pengulangan kata secara langsung), repetisi anafora (pengulangan kata pada awal kalimat), repetisi epistrofa (pengulangan kata padai akhir kalimat), repetisi mesodiplosis (pengulangan kata di tengah kalimat), dan repetisi anadiplosis (pengulangan kata di akhir kalimat yang menjadi kata pertama pada kalimat berikutnya). Fungsi kohesi leksikal repetisi yang digunakan dalam “Wayang Durangpo” pada surat kabar harian Jawa Pos edisi Februari-April 2010 yaitu untuk memberikan penekanan dan sebagai penegas dalam sebuah konteks yang sesuai untuk menggambarkan persamaan, perbedaan/pertentangan, peran, hasil, kedudukan, dan interaksi.
8.2 Saran a. Bagi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan bagi guru Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai bahan pengajaran dalam mengapresiasikan pelajaran sastra yang berkaitan dengan jenis dan fungsi repetisi yang dilihat dari aspek semantik, serta wayang durangpo dapat dijadikan sebagai bahan dalam mengapresiasikan bahasa dan sastra di sekolah. b. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penilitian tentang kohesi leksikal repetisi ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan aspek-aspek lain serta permaslaahn yang lebih luas secara mendalam dan terperinci.
Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 814
DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Adiel. “Struktur Wacana” http://adiel87.blogspot.com/2009/11/struktur-wacana.html (diakses 15 April 2010). Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Azizah, Lina. 2008. Perspektif Jender dalam Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal ElSaadawi: Tinjauan Sastra Feminis. Surakarta: UMS. Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa: Struktur Internal, Pemakaian dan pemelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Clark, Marshall Alexander. “Wayang Mbeling” http://wayang-mbeling-sastra-indonesiamenjelang-akhir-orde-baru-120.php.htm (diakses 27 April 2010). Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: Refika Aditama. Erianto. 2003. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS. Keraf, Gorys. 1988. Diksi dan Gaya bahasa. Jakarta: Gramedia. Kirana, Dewi. “Ideologi-Politik dalam Wayang” http://wayang.wordpress.com/2010/03/06/ideologi-politik-dalam-wayang/ (diakses 15 April 2010). Kosasih. 2008. Ketatabahasaan dan Kesusastraan: Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya. Kushartanti, dkk. 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia. Jabrohim. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hinindita Graham Widya. Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi pendekatan kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. (No Name) “Kajian Wacana” http://artikelmahasiswa.blogspot.com/2009/11/kajian-wacana.htm (diakses 15 April 2010). Rahardi, Kunjana. 2006. Dimensi-Dimensi Kebahasaan. Yogyakarta: Erlangga.
Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 815
Sobur, Alex. 2009. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sofa, Pakde. “ Kajian Wacana Bahasa Indonesia” http://massofa.wordpress.com/2008/01/14/kajian-wacana-bahasa-indonesia/ (diakses 15 April 2010). Syafi’I, Imam. 1990. Bahasa Indonesia Profesi. Malang: IKIP. Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa. -------------. 1993. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa. Wasito, Hermawan. 1993. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 816