DWI SUTANA: WACANA "MENYANYAH" DALAM SURAT KABAR ...
WACANA "MENYANYAH" DALAM SURAT KABAR HARIAN HALUAN KEPRI: ANALISIS MAKROSTRUKTURAL (DISCOURSE OF “MENYANYAH” MUMBLE/MUTTER IN HALUAN KEPRI NEWSPAPER: A MACROSTRUCTURAL ANALYSIS) Dwi Sutana Kantor Bahasa Provinsi Kepulauan Riau Jalan Rumah Sakit Nomor 3, Tanjungpinang Telepon (0771) 316006 Pos-el:
[email protected] Tanggal naskah masuk: 3 Oktober 2014 Tanggal revisi terakhir: 3 November 2014
Abstract
DISCOURSE as a base in comprehending a text containing integrated information in communication is indispensable for a language society. Such integrated information is come from interrelated elements to form a discourse. This writing discusses “menyanyah” mumble/mutter discourse in Haluan Kepri newspaper using macrostructural approach, which is an analysis that focuses on the discourse structure globally that is to fully understand the text, to get the idea of the situation and socio-cultural contexts. In addition, it is found that in “menyanyah” there is a pattern consisting of three parts namely introduction, body, and conclusion or closing. Key words: Discourse, “Menyanyah” mumble/mutter, Haluan Kepri, Macrostructural
Abstrak
WACANA sebagai dasar dalam pemahaman suatu teks sangat diperlukan oleh masyarakat bahasa dalam berkomunikasi dengan informasi yang utuh. Keutuhan informasi di dalam teks itu dibentuk dari unsur-unsur yang saling mengait sehingga membentuk suatu wacana. Penelitian ini mengkaji wacana "Menyanyah" dalam surat kabar harian Haluan Kepri. Dengan pendekatan makrostruktural, yaitu analisis wacana yang menitikberatkan pada garis besar susunan wacana secara global untuk memahami teks secara keseluruhan, diperoleh gambaran mengenai konteks situasi dan konteks sosiokultural. Selain itu, diperoleh pula pola penyajian rubrik "Menyanyah" yang pada umumnya terdiri atas tiga bagian, yaitu pendahuluan, batang tubuh, dan simpulan atau penutup. Kata kunci: “Menyanyah”, Haluan Kepri, Makrostruktural
153
Metalingua, Vol. 12 No. 2, Desember 2014:153—163
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pemahaman tentang wacana tidak bisa ditinggalkan oleh siapa saja yang ingin menguasai informasi. Dengan wacana seseorang dapat menyampaikan gagasannya yang urut dan utuh sehingga membuat satu kesatuan. Dengan wacana pula seseorang dapat mengakses informasi yang terdapat di dalam sebuah wacana. Akibatnya akhir-akhir ini banyak sekali perhatian ahli bahasa diarahkan pada analisis wacana. Analisis wacana bukanlah kajian yang tergolong tua. Kajian ini muncul sejak tahun 1990-an sebagai sebuah kecenderungan dalam kerja atau telaah terhadap fungsi bahasa secara alami. Terdapat beberapa pandangan tentang wacana. Kridalaksana (2001:231) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dalam hierarki gramatikal, merupakan satuan tertinggi atau terbesar. Lebih lanjut diterangkan, wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, dan sebagainya), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap. Sementara itu, Eriyanto (2006:2) menyatakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lain, membentuk satu kesatuan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimatkalimat itu. Merujuk pada pendapat tersebut, dalam penelitian ini harus dipenuhi dua unsur, yaitu (a) kohesi (perpaduan bentuk) dan (b) koherensi (perpaduan makna). Dengan demikian, wacana adalah satuan bahasa yang dinyatakan secara lisan atau tulis yang dilihat dari struktur bentuk (lahir) bersifat kohesif (saling terkait) dan dari struktur makna (batin) bersifat terpadu (koheren). Wacana yang baik, menurut Keenan dan Schieffrin yang dikutip oleh Sarwiji (2001:83) pastilah memiliki topik. Topik dalam suatu wacana mempunyai peranan yang amat penting karena menduduki posisi sentral dalam kebermaknaan suatu wacana. Berdasarkan topik, wacana dapat dikembangkan dalam kerangka topik untuk gugus wacana, dengan cara memperhatikan penanda kontekstual yang menjamin konsistensi internal 154
atau kohesi wacana. Hubungan-hubungan kontekstual dalam teks terstruktur membentuk suatu hierarki. Menurut Djajasudarma (1994:6), jenis wacana dapat dikaji dari segi eksistensinya (realitasnya), media komunikasi, cara pemaparan, dan jenis pemakaian. Menurut realitasnya, wacana dibagi menjadi wacana verbal dan nonverbal; sebagai media komunikasi wacana berwujud tuturan lisan dan tulis; dari segi pemaparan, diperoleh jenis wacana naratif, deskriptif, prosedural, ekspositori, dan hortatori; dari jenis pemakaian ini akan didapatkan wacana jenis monolog dan dialog serta polilog. Dengan memperhatikan klasifikasi wacana tersebut, kajian wacana ini difokuskan pada wacana bahasa Indonesia dalam media tulis surat kabar. Tak dapat dimungkiri dengan makin maraknya bisnis jurnalistik secara langsung akan membawa konsekuensi semakin gigihnya usaha berbagai media massa untuk mempertahankan jumlah pembaca atau pelanggannya. Untuk itu, pihak-pihak yang terlibat di dalam usaha penerbitan senantiasa berusaha untuk meningkatkan kualitas penerbitannya dengan berbagai upaya. Banyak pembaca harian ini yang terlebih dahulu membaca kolom tersebut sebelum membaca berita lainnya. Alasannya, mereka telah jenuh membaca berita yang berkisar pada berita kriminal dan permainan politik belaka. Mereka menginginkan bacaan yang ringan, tidak membebani serta segar, dan menghibur meski hanya sesaat. Wacana “Menyanyah” merupakan salah satu kolom yang terdapat di harian Haluan Kepri. Kolom ini hadir setiap hari, kecuali hari Minggu. Letak kolom “Menyanyah” senantiasa menempati halaman 5 sebelah kanan bagian tengah. Kata menyanyah dalam bahasa Melayu mengandung arti pembicaran atau obrolan yang tak tentu arahnya (Yazril, wawancara 15 Maret 2014). Kolom ini berwujud wacana yang menggambarkan peristiwa atau kejadian-kejadian yang kadang aneh, lucu, dan konyol yang dikemas dalam bentuk cerita (pendek). Oleh karena itu,
DWI SUTANA: WACANA "MENYANYAH" DALAM SURAT KABAR ...
bentuk fisiknya berupa rentetan kalimat dan dijalin menjadi paragraf-paragraf. Para penulis wacana ini sebagian besar adalah wartawan Haluan Kepri. Dari segi perwajahan, kolom ini selalu ditampilkan dengan judul topik di atas dan lukisan/ gambar penulis di bawahnya. Hampir semua pembaca harian Haluan Kepri dapat menikmati wacana yang menghibur ini. Di samping itu, ternyata secara tidak sadar penulisnya telah memperhitungkan berbagai aspek komponen tutur di dalam mengkreasikan karyanya. Dengan komponen-komponen tutur itu wacana tampak memiliki sifat-sifat tertentu, misalnya, bahasanya mudah dipahami, tanpa istilah-istilah yang sulit, dan permainan bahasa sebagai upaya untuk menghibur para pembacanya. 1.2 Masalah Bertolak dari latar belakang yang sudah dipaparkan, yang menjadi permasalahan pada tulisan ini ialah apa yang dimaksudkan dengan konteks secara makrostruktural dan bagaimana pola struktur pada wacana “Menyanyah”? 1.3 Tujuan Berdasarkan permasalahan itu, tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan konteks secara makrostruktural dan pola struktur pada wacana "Menyanyah". 1.4 Metode Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan data apa adanya. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh (Djajasudarma, 2006:9) bahwa penggunaan metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, yaitu gambaran lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai data, sifat-sifat, serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti. Pengumpulan data ini menggunakan metode simak dan dilanjutkan dengan teknik catat. Analisis wacana ini menggunakan pendekatan makrostruktural, yaitu analisis
wacana yang menitikberatkan pada garis besar susunan wacana secara global untuk memahami teks secara keseluruhan. Di samping itu, dalam analisis ini juga diperhatikan keterkaitan antarepisode, paragraf, atau bahkan antarbab, serta dipertimbangkan pula pelatarbelakangan (background) dan pelatardepanan (foreground) (lihat Fatimah dalam Sumarlam, 1994:6).
2. Kerangka Teori Struktur teks merupakan satu kesatuan bentuk (simbol/tekstual) dan makna suatu teks yang menunjukkan suatu organisme, bukan sebagai bagian. Secara umum struktur teks berupa pembukaan (opening), isi (body), dan penutup (closing) (Santosa dalam Sumarlam dkk., 2003:195). Adapun yang dimaksudkan dengan sistem leksis adalah kata yang digunakan dalam merealisasikan proses sosial verbal atau teks. Oleh karena itu, istilah leksis dibedakan dengan leksikon, yang berarti kata-kata yang lepas dari konteks, seperti yang terdapat di dalam kamus. Aspek dalam pendekatan secara makrostruktural selanjutnya adalah konteks situasi dan konteks sosiokultural. Menurut Halliday (1985:12), konteks situasi melibatkan sejumlah tataran, yaitu (1) field of discourse, merupakan sesuatu yang sedang terjadi yang melatar dipakainya satu bentuk kebahasaan yang dapat berupa konteks sosial dan konteks situasional; (2) tenor of discourse, merujuk pada penutur dan mitra tutur beserta status dan peran mereka yang menentukan bentuk-bentuk kebahasaan yang dipakai; (3) the mode of discourse, terkait dengan sarana atau media penyampainya. Konteks sosial budaya masyarakat bahasa merupakan faktor penting yang mendasari pemahaman makna suatu satuan bahasa disebabkan bahasa itu bukan hanya media penyampai gagasan/pikiran, melainkan ia juga merupakan bagian dari proses berpikir itu sendiri, language is not necessary for the formulatiaon of thought but is part of the thinking process it self’ (Balinger & A. Sears dalam Aminudin, 1989:19). Dengan kata lain, bahasa 155
Metalingua, Vol. 12 No. 2, Desember 2014:153—163
mempresentasikan pola pikir penuturnya, cara penutur memandang fenomena di luar bahasa, yang membedakannya dengan cara pandang individu atau kelompok lain terhadap fenomena yang sama.
3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Konteks Situasi Seperti diungkapkan di depan wacana “Menyanyah” merupakan salah satu kolom yang terdapat di harian Haluan Kepri. Kolom ini hadir setiap hari, kecuali hari Minggu. Letak kolom “Menyanyah” senantiasa menempati halaman 5 sebelah kanan bagian tengah. Kolom ini selalu ditampilkan dengan latar belakang arsiran lukisan foto penulisnya dengan judul topik yang ditulis di atasnya, latar belakangnya ialah arsiran hitam putih, di bawah lukisan terdapat nama penulis dan profesinya, serta pada awal kata dalam paragraf pertama dimulai dengan kata yang ditulis dengan huruf kapital yang dicetak tebal. Data 1
Data 1, “Menyanyah”, Selasa, 30 April 2013 berjudul Awas May Day. Di bawah judul tersebut, ditampilkan lukisan warna hitam putih foto penulisnya yang berkacamata dan memakai kaos lorek dengan arsiran sebagai latar belakangnya. Itu memberi kesan atau gambaran suasana yang santai, tetapi juga serius tentang apa yang akan disampaikannya. Hal yang disampaikan itu ialah tentang hari buruh sedunia atau May Day yang diperingati setiap tanggal 1 Mei. Pada hari itu biasanya ada demo secara besar-besaran oleh kalangan buruh dengan mengadakan long march. Dari peringatan itu yang menjadi kekhawatiran pihak pengusaha adalah adanya politisasi untuk menimbulkan gejolak antara buruh dan pengusaha. Meskipun pihak aparat menerjunkan ribuan personel guna melakukan pengamanan serta janji para petinggi serikat buruh akan melaksanakan May Day secara damai dan tertib, itu pun dirasakan masih ada pihak-pihak tertentu yang bergerilya memainkan emosi massa dan penyusupan teroris untuk memicu situasi menjadi rusuh. Dengan begitu, sangat diperlukan pengantisipasian terjadinya penyusupan ke tengah-tengah massa dan menekan emosi komunitasnya dari pengaruh psikologis para provokator oleh sekber buruh atau elemen buruh lainnya. Hal itu tergambar pada paragraf-paragraf berikut. (1)
156
MAY DAY atau hari buruh sedunia memang selalu diperingati oleh buruh di seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia, di mana dalam setiap peringatan may Day yang bertepatan setiap tanggal 1 Mei selalu diperingati dengan aksi oleh para buruh di seluruh dunia. Seperti yang sudah-sudah peringatan May Day biasanya diperingati dengan demo besarbesaran oleh kalangan buruh di tanah air dan long march. Namun yang menjadi kekhawatiran dari pihak pengusaha adalah adanya politisir untuk menimbulkan gejolak antara buruh dan pengusaha. Apalagi kita tahu bahwa banyak permasalahan antara buruh dengan pengusaha yang masih terbengkelai, misalnya masalah outsourcing, UMP buruh dan lain sebagainya. Apalagi di peringatan 1 Mei 2013 ini akan dilakukan pula bebarengan dengan kenaikan harga BBM.
DWI SUTANA: WACANA "MENYANYAH" DALAM SURAT KABAR ...
Karena, jumlah massa bakal sebegitu besarnya, siapa yang berani jamin situasi kondusif? Kemungkinan anarkis dan rusuh bisa saja terjadi, bila masalah kesejahteraan buruh, lemahnya kinerja pemerintah, lambannya penanganan korupsi, kebijakan bahan bakar minyak (BBM) serta kesenjangan sosial, bakal jadi agenda provokator mewarnai aksi May Day. Sekalipun pihak aparat menerjunkan ribuan personil guna melakukan pengamanan, serta janji para petinggi serikat buruh akan melaksanakan May Day secara damai dan tertib, itupun dirasakan masih belum cukup. Sebab, masih pihak-pihak tertentu bergerilya memainkan emosi massa, dan penyusupan ‘teroris’ memicu situasi menjadi rusuh. Pertanyaannya, mampukah Sekber Buruh atau elemen buruh lainnya mengantisipasi terjadinya penyusupan ke tengah-tengah massa, serta menekan emosi komunitasnya dari pengaruh psikologis para provokator? Harus dipikirkan serius.
Data 2
Data 2, Menyanyah, Senin, 20 Januari 2014 berjudul “Hati-Hati dan Teliti”. Ilustrasi yang ditampilkan berlatar belakang foto penulisnya yang bernama Eddy Supriatna. Ia menceritakan seorang laki-laki yang berperawakan tinggi besar dan mengaku bernama Imam, salah mengirim short massage service (SMS) kepada Wakil Wali Kota Batam, Rudi. Padahal, ia bermaksud mengirim SMS itu kepada rekannya untuk meminta bantuan kiriman solar kepada temannya yang bernama Pak Rudi karena kehabisan bahan
bakar ketika ia sedang mendapatkan pekerjaan dari Ketua RT 02 Perumahan Bukit Raya untuk melakukan fogging. Namun, ia baru sadar bahwa yang dikirim SMS itu bukan Pak Rudi yang dimaksudkan, tetapi Pak Wakil Wali Kota (Wawako). Ia mengkhawatirkan bila isi SMS itu mengganggu Wawako karena tahu bahwa Wawako sangat memperhatikan permasalahan bahan bakar solar yang ada di kota Batam. Dengan kejadian itu, hendaknya kita selalu hatihati dan teliti sebelum mengirim SMS ke orang lain, yaitu dengan cara membedakan nama dan nomor telepon dalam menyimpan agar tidak terjadi salah kirim, seperti yang dikatakan oleh Ketua RT 02 Perumahan Bukit Raya, Soeharto. Hal ini tergambar pada beberapa paragraf berikut. (2)
“Saya salah mengirim short massage service (SMS). Karena namanya sama jadi tidak saya lihat lagi, “kata lelaki yang mengaku bernama Iman itu dengan ramah. Dia mengaku telah mengirim sebuah pesan singkat kepada Wakil Walikota Batam, Rudi. Padahal, ia bermaksud untuk meminta bantuan rekannya. Namun, terburu-buru, keinginannya yang di tulis dalam SMS itu, terkirim ke Wawako. “Bapak ngirim SMS apa?,” tanyaku dengan penasaran. Karena setelah beberapa menit ia bercerita, belum ada yang bisa kutangkap dari yang dimaksudkannya. Dia mengaku mendapat sedikit kerjaan dari Ketua RT 02 Perumahan Bukit Raya untuk melakukan fogging. Namun karena ia kurang membawa bahan bakar solar, makanya sebelum pekerjaan selesai, sudah habis. “Saya meminta solar kepada pak Rudi. Namun saya baru sadar pak Rudi yang saya SMS bukan teman saya, tetapi pak Wawako”, katanya sambil menunjukkan isi pesan singkat itu. Lebih jauh ia mengkhawatirkan isi SMS itu mengganggu Wawako . Karena ia tahu pasti bahwa Wawako sangat intens untuk memperhatikan permasalahan solar. Harusnya hati-hati dan teliti. Nama dalam nomor telepon dibedakan dalam menyimpan agar tidak menjadi kesalahan. Ini pengalaman berharga. Pak Rudi tentu akan mengerti, bahwa ini kesalahan,” ujar Ketua RT 02 Perumahan Bukit Raya Soeharto yang datang menghampiri saya dan Imam.
157
Metalingua, Vol. 12 No. 2, Desember 2014:153—163
Data 3
diimplementasikan melalui kehidupan nyata. Jika tidak maka siap-siaplah dikatakan orang, “ah, dia itu cuma omdo, omong doang!”.
Data 4
Data 3, “Menyanyah”, Kamis, 11 Juli 2013 berjudul “Jangan Omdo”. Ilustrasi yang ditampilkan, yaitu di bawah judul terdapat lukisan hitam putih foto penulisnya yang berbaju kotakkotak dengan pose santai, latar belakangnya adalah arsiran hitam putih, serta di bawah lukisan terdapat nama penulis, yaitu Yuri dan nama profesinya. Dalam tulisannya diceritakan bahwa kita janganlah hanya pintar berteori, tetapi harus diimbangi oleh karya nyata. Gambaran tersebut dijelaskan pada paragraf berikut. (3)
158
Tapi patut pula diingat, pikiran yang besar, ekstrem atau frontal itu hendaknya bukan sekedar bergumul di kepala untuk kemudian meloncat begitu saja dari mulut. Hendaknya juga
Data 4, “Menyanyah”, Kamis, 31 Oktober 2013 yang berjudul “Lagi-Lagi Video Mesum Pelajar” juga ditulis di atas lukisan foto penulisnya dengan berbaju batik dan berkerudung warna hitam putih, berlatar belakang arsiran warna hitam dengan nama Nana Marlina, dan nama profesinya,
DWI SUTANA: WACANA "MENYANYAH" DALAM SURAT KABAR ...
yakni sebagai wartawan Haluan Kepri. Tulisan tersebut menceritakan kasus video mesum siswasiswi SMPN 4 Sawah Besar Jakarta yang kembali menjadikan tamparan hebat bagi dunia pendidikan, orang tua, dan masyarakat. Betapa besar kealpaan dalam pengawasan putra-putri kita ini. Hal itu dijelaskan pada paragraf pertama hingga paragraf terakhir. (4) KASUS vidio mesum siswa-siswi SMPN 4 Sawah Besar Jakarta baru-baru ini, kembali menjadi tamparan hebat dunia pendidikan, orang tua, dan masyarakat pada umumnya. Betapa besar kealpaan dalam pengawasan putera-puteri bangsa ini. Kita kembali diingatkan bahwa pengawasan terhadap anak remaja masa kini tidak hanya sebatas mengawasi prestasi akademis semata, tetapi juga perkembangan mental dan spiritual anak. Berkaca pada kasus tersebut, pelaku dan rekanrekannya yang menyaksikan bahkan memberikan arahan dalam vidio tersebut merupakan siswa dari kelas unggulan yang nilai akademisnya berada di atas rata-rata siswa lainnya. Ini menjadi bukti nyata bahwa kecerdasan otak saja belum bisa menjadikan mereka pintar secara mental dan spiritual. Artinya masih sangat dibutuhkan peranan orang dewasa dalam membimbing mereka untuk tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain dan membahayakan masa depannya. Dari sisi agama, pelaku wanita dan temantemannya yang menyaksikan menggunakan penutup kepala (jilbab) yang seharusnya menjadi benteng untuk mengumbar aurat di depan umum, justru mempertontonkan perbuatan hina yang ancamannya dosa besar. Padahal menutup aurat (berpakaian tertutup) tidak lain bertujuan membentengi diri dari hal-hal yang mengundang syahwat. Tentunya kasus ini tidak bisa dikatakan tidak bahwa minimnya pengawasan dari orang tua terhadap perilaku anak serta pergaulannya. Di media cetak, elektronik maupun online banyak terdapat artikel maupun siaran yang menghadirkan atau memuat diskusi pola pengasuhan anak dan remaja masa kini. Sayangnya kecanggihan teknologi dan kecepatan informasi tersebut belum termanfaatkan secara maksimal untuk mendapatkan hal-hal yang positif. Justeru pada kasus ini anak remaja tersebut justeru memanfaatkannya untuk hal yang negatif, yaitu dengan merekam adegan dewasa dengan kamera hand phone dan membaginya dengan teman-temannya yang lain, yang justeru merugikan rekan sendiri.
Sebagai orang dewasa perlunya kita mengawasi mereka dan memberikan contoh yang baik demi masa depan anak yang lebih baik.
3.2 Konteks Sosial Pengetahuan kita tentang segala sesuatu yang ada di dunia ini semakin lama semakin bertambah. Semua itu dapat kita peroleh dengan berbagai cara, misalnya belajar, membaca buku, majalah atau bahan bacaan lainnya, melalui pengalaman, atau cerita yang kita dengar. Clark dan Clark (dalam Kartomiharjo, 2000:128) menyebut keadaan ini dengan knowledge of the word, sedangkan Rumelhart mengistilahkannya dengan schema (tunggal) atau schemata (jamak). Schema atau schemata banyak dimanfaatkan untuk menyusun suatu pemahaman atau interprestasi suatu yang baru, yang baru saja kita amati, kita baca, kita dengar, kita rasakan, dan sebagainya. Melalui sebuah proses, benak kita kemudian berusaha untuk mencari khazanah berbagai pengetahuan tentang dunia yang telah kita miliki yang diperkirakan sesuai atau mirip dengan sesuatu yang baru saja kita amati atau pelajari tersebut. Setiap bagian dari sesuatu yang baru itu kita cocokkan dengan satu bagian dari pengetahuan kita tentang dunia itu, kita hubungkan dengan mempergunakan logika serta analogi sehingga menjadi suatu pengertian yang baru. Pada saat itulah benak kita menyatakan bahwa kita telah mampu memahami sesuatu yang baru tersebut. Istilah schema dan schemata pertama kali dikemukakan oleh Barlett ini, kemudian dianggap oleh para ahli psikologi dapat membantu manusia untuk memahami suatu teks. Para ahli juga menemukan bahwa ternyata pemahaman itu melibatkan tidak hanya pengetahuan tentang bahasa, tetapi juga pemahaman tentang dunia. Dalam perkembangannya, teori tentang schema dan schemata sering disebut dengan nama frame, scenarios, dan enscylopaedic entry (Minsky dalam Kartomihardjo, 2000:129). Ada perbedaan di dalam memperoleh suatu pengetahuan. Apabila pengetahuan itu diperolah dari hal-hal yang kecil, kemudian terkumpul 159
Metalingua, Vol. 12 No. 2, Desember 2014:153—163
menjadi sesuatu yang besar, proses ini disebut bottom-up dan sebaliknya jika pengetahuan itu diperoleh dari hal yang besar, kemudian terurai menjadi sesuatu yang kecil-kecil, proses ini disebut top-down. Konteks sosial di dalam memahami wacana “Menyanyah” ini dapat dilihat pada contoh berikut. (5)
(6)
(7)
MENJALIN komunikasi antar atasan dengan bawahan, dan bawahan ke atasan, merupakan cara efektif dalam menciptakan harmonisasi hubungan antar sesama karyawan hingga pimpinan dalam suatu perusahaan. Dan, hal itu tidak bisa hanya dilakukan dalam beberapa momen saja. Namun perlu adanya konsistensi dan komintmen agar harmonisasi tetap teratur. (Haluan Kepri, Rabu 3 Juli 2013 judul “Harmonisasi”) PAGI hari Sabtu itu berlangsung aman, saya agak bermalas-malasan menikmati kompie baru, internet yang lancar sambil mendengarkan radio. Mendadak penyiar mengatakan bahwa akan ada pemadaman listrik untuk wilayah ...bla...bla...bla dan wilayah tempat tinggalku disebut. Saya, yang saat itu belum mandi langsung loncat ke kamar mandi, apalagi siang itu sudah ada janji. Baru saja selesai mandi...brrt...listrik padam. Si mbak sedang mencuci pakaian, yang tentu saja tak bisa dihentikan mendadak. Saya tak tahu sampai kapan listrik ini padam, yang jelas acara hari ini tak bisa dilanjutkan. Kompie ku yang masih baru, masih belum banyak dimasukkan beberapa seperti anti virus, belum disambungkan ke scanner, dsbnya. Rusaklah semua agendaku karena lampu mati. (Haluan Kepri, Jumat 5 Juli 2013 judul “Listrikku Masih Terus Padam”) KATA ini acap kali diucapkan setiap orang atau dilansir dengan pengertian secara umum yakni tetap tidak berubah-ubah atau berkelanjutan. Dalam keseharian hidup, pegangan hidup, filosofi hidup atau ajaran dan kewajiban-kewajiban yang menuntunnya dalam mengarungi hidup termasuk dalam membangun interaksi dan interelasi dengan Sang Pencipta secara vertikal dan hubungan sesama secara horisontal. (Haluan Kepri, Rabu 10 Juli 2013 judul “Ibadah Secara Konsisten”)
Pada data (5) pengetahuan dan pemahaman tentang dunia kita perlukan untuk dapat mengerti kata yang dimaksudkan dalam wacana itu. Ketika seseorang membaca kata harmonisasi, dalam sekejap akan terbayang dalam hati suatu suasana atau perasaan yang penuh dengan keselarasan dan keserasian. 160
Pada data (6) akan lebih dimengerti oleh para pembaca jika pengetahuan dan pemahaman juga dimilikinya. Wacana tersebut akan dapat lebih terpahami dan terhayati ketika pembaca mengetahui dan menggunakannya. Listrik merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap orang, di samping energi lainnya. Tanpa listrik, kehidupan manusia akan sangat terganggu. Mungkin juga akan kembali ke zaman prasejarah dahulu saat listrik belum dikenal. Kegunaan listrik, antara lain, adalah untuk penerangan, menghasilkan panas (setrika, magic jar), dan penggerak (menyalakan pompa air, kipas angin). Kegunaan tersebut hanyalah contoh sederhana dari sekian banyak kegunaan listrik lainnya. Selanjutnya, data (7) pengetahuan dan pemahaman tentang ibadah juga akan lebih terpahami dan terhayati manakala pembaca selalu melaksanakan ajaran agama yang diyakininya. Kata ibadah diserap dari bahasa Arab. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:515) kata itu memiliki arti (1) perbuatan atau pernyataan bakti terhadap Allah atau Tuhan yang didasari oleh peraturan agama, (2) segala usaha lahir dan batin yang sesuai perintah agama yang harus dituruti pemeluknya, (3) upacara yang berhubungan dengan agama. Hal itu mengisyaratkan bahwa pengetahuan mengenai segala aspek kehidupan masyarakat pencipta wacana memegang peranan penting bagi pemahaman dan pengertian wacana yang bersangkutan. 3.3 Pola Penyajian Rubrik “Menyanyah” Pola penyajian rubrik “Menyanyah” biasanya terdiri atas tiga bagian, yaitu pendahuluan, batang tubuh, dan simpulan atau penutup. Pola penyajian tersebut dapat dilihat pada uraian berikut. Lagi-Lagi Vidio Mesum Pelajar KASUS vidio mesum siswa-siswi SMPN 4 Sawah Besar Jakarta baru-baru ini, kembali menjadi tamparan hebat dunia pendidikan, orang tua dan masyarakat pada umumnya. Betapa besar kealpaan dalam pengawasan putra-putri bangsa ini. Kita kembali diingatkan bahwa pengawasan
DWI SUTANA: WACANA "MENYANYAH" DALAM SURAT KABAR ...
terhadap anak remaja masa kini tidak hanya sebatas mengawasi prestasi akademis semata, tetapi juga perkembangan mental dan spiritual anak. Berkaca pada kasus tersebut, pelaku dan rekanrekannya yang menyaksikan bahkan memberikan arahan dalam vidio tersebut merupakan siswa dari kelas unggulan yang nilai akademisnya berada di atas rata-rata siswa lainnya. Ini menjadi bukti bahwa kecerdasan otak saja belum bisa menjadikan mereka pintar secara mental dan spiritual. Artinya masih sangat dibutuhkan peranan orang dewasa dalam membimbing mereka untuk tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain dan membahayakan masa depannya. Dari sisi agama, pelaku wanita beserta temantemannya yang menyaksikan menggunakan penutup kepala (jilbab) yang seharusnya menjadi benteng untuk tidak mengumbar aurat di depan umum, justru mempertontonkan perbuatan hina yang ancamannya dosa besar. Padahal menutup aurat (berpakaian tertutup) tidak lain bertujuan membentengi diri dari hal-hal yang mengundang syahwat. Tentunya kasus ini tidak bisa dikatakan tidak bahwa minimnya pengawasan dari orang tua terhadap perilaku anak serta pergaulannya. Di media cetak, elektronik maupun online banyak terdapat artikel maupun siaran yang menghadirkan atau memuat diskusi pola pengasuhan anak dan remaja masa kini. Sayangnya, kecanggihan teknologi dan kecepatan informasi tersebut belum termanfaatkan secara maksimal untuk mendapatkan hal-hal yang positif. Justeru pada kasus ini anak remaja tersebut justeru memanfaatkannya untuk hal yang negatif, yaitu dengan merekam adegan dewasa dengan kamera handphone dan membaginya dengan teman-temannya yang lain yang justeru merugikan rekan mereka sendiri. Sebagai orang dewasa perlu kita mengawasi mereka dan memberikan contoh yang baik demi masa depan anak yang lebih baik. (Haluan Kepri, Kamis, 31 Oktober 2013:5)
A. Pendahuluan Pendahuluan dalam rubrik “Menyanyah” merupakan pengantar atau pendahuluan terhadap permasalahan pokok. Pendahuluan ini berfungsi mengarahkan persoalan yang ingin disampaikan. Dengan kata lain, bagian pendahuluan merupakan
bagian pengantar untuk pembaca guna mengetahui isi tulisan secara keseluruhan. Hal tersebut dapat disimak dari pendahuluan pada rubrik “Menyanyah” dengan judul “Lagi-Lagi Vidio Mesum Pelajar” berikut. (8) KASUS vidio mesum siswa-siswi SMPN 4 Sawah Besar Jakarta baru-baru ini, kembali menjadi tamparan hebat dunia pendidikan, orang tua dan masyarakat pada umumnya. Betapa besar kealpaan dalam pengawasan putra-putri bangsa ini. (“LagiLagi Vidio Mesum Pelajar”, Haluan Kepri, Kamis, 31 Oktober 2013)
B. Batang Tubuh Batang tubuh pada rubrik “Menyanyah” merupakan bagian yang sangat penting karena bagian ini merupakan wadah segala sesuatu atau semua persoalan yang ingin disampaikan. Batang tubuh ini berisi proposisi-proposisi, penjelasanpenjelasan, ajakan-ajakan, dan contoh-contoh yang sejalan dengan proposisinya. Batang tubuh “Menyanyah” dengan judul “Lagi-Lagi Vidio Mesum Pelajar”, pada data (8) dapat dipilah sebagai berikut. a.
Penjelasan
Penjelasan merupakan uraian mengenai suatu topik yang akan dibahas agar dapat dimengerti. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut. Kita kembali diingatkan bahwa pengawasan terhadap anak remaja masa kini tidak hanya sebatas mengawasi prestasi akademis semata, tetapi juga perkembangan mental dan spiritual anak. Berkaca pada kasus tersebut, pelaku dan rekanrekannya yang menyaksikan bahkan memberikan arahan dalam vidio tersebut merupakan siswa dari kelas unggulan yang nilai akademisnya berada di atas rata-rata siswa lainnya. Ini menjadi bukti bahwa kecerdasan otak saja belum bisa menjadikan mereka pintar secara mental dan spiritual. Artinya masih sangat dibutuhkan peranan orang dewasa dalam membimbing mereka untuk tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain dan membahayakan masa depannya.
161
Metalingua, Vol. 12 No. 2, Desember 2014:153—163
b.
Alasan
Alasan ini berisi keterangan-keterangan atau bukti-bukti yang dipakai untuk menguatkan pendapat mengenai topik yang dibahas. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada kutipan di bawah ini. Dari sisi agama, pelaku wanita beserta temantemannya yang menyaksikan menggunakan penutup kepala (jilbab) yang seharusnya menjadi benteng untuk tidak mengumbar aurat di depan umum, justru mempertontonkan perbuatan hina yang ancamannya dosa besar. Padahal menutup aurat (berpakaian tertutup) tidak lain bertujuan membentengi diri dari hal-hal yang mengundang syahwat.
c.
Uraian
Berdasarkan analisis yang dilakukan, uraian ini biasanya berisi tentang keterangan tambahan atau penjelasan tambahan mengenai topik yang dibahas untuk memberi penegasan. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut. Tentunya kasus ini tidak bisa dikatakan tidak bahwa minimnya pengawasan dari orang tua terhadap perilaku anak serta pergaulannya. Di media cetak, elektronik maupun online banyak terdapat artikel maupun siaran yang menghadirkan atau memuat diskusi pola pengasuhan anak dan remaja masa kini. Sayangnya, kecanggihan teknologi dan kecepatan informasi tersebut belum termanfaatkan secara maksimal untuk mendapatkan hal-hal yang positif. Pada kasus ini anak remaja tersebut justeru memanfaatkannya untuk hal yang negatif, yaitu dengan merekam adegan dewasa dengan kamera handphone dan membaginya dengan teman-temannya yang lain yang justeru merugikan rekan mereka sendiri.
d.
Simpulan/Penutup
Penutup merupakan bagian akhir sebuah wacana yang biasanya berupa simpulan yang berisi ajakan atau imbauan kepada pembaca. Penutup pada rubrik “Menyanyah” dengan judul “Lagi-Lagi Vidio Mesum Pelajar”, pada data (8) ini berupa ajakan bagi orang dewasa/tua untuk mengawasi dan memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya, sebagaimana dapat dilihat pada kutipan berikut. 162
Sebagai orang dewasa perlu kita mengawasi mereka dan memberikan contoh yang baik demi masa depan anak yang lebih baik.
4. Penutup 4.1 Simpulan Penciptaan rubrik khusus merupakan salah satu usaha redaktur untuk meningkatkan kualitas dan daya tarik penerbitan tersebut. Berkaitan dengan hal itu, kolom “Menyanyah” merupakan upaya para pengasuh surat kabar Haluan Kepri untuk memikat para penggemarnya. Kolom tersebut berwujud wacana yang menggambarkan peristiwa atau kejadian-kejadian yang kadang aneh, lucu, dan konyol yang dikemas dalam bentuk cerita (pendek). Oleh karena itu, bentuk fisiknya berupa rentetan kalimat dan dijalin menjadi paragraf-paragraf. Penulis wacana itu sebagian besar adalah wartawan Haluan Kepri. Dari segi perwajahan, kolom tersebut selalu ditampilkan dengan judul topik di atas dan lukisan/ gambar penulis di bawahnya. Dengan menggunakan pendekatan makrostruktural, yaitu analisis wacana yang menitikberatkan pada garis besar susunan wacana secara global untuk memahami teks secara keseluruhan, diperoleh gambaran mengenai konteks situasi dan konteks sosiokultural. Selain itu, diperoleh pula pola penyajian rubrik “Menyanyah” yang pada umumnya terdiri atas tiga bagian, yaitu pendahuluan, batang tubuh, dan simpulan atau penutup. 4.2 Saran Kegiatan penelitian terhadap wacana lain dalam media lain (selain surat kabar) harus terus dilakukan agar diperoleh perbedaan dan persamaan karakteristik wacana tertentu dalam media yang tertentu pula sehingga diperoleh hasil kajian yang lengkap dan menyeluruh terkait wacana. Penelitian ini secara tidak langsung dapat memberikan sumbangan bagi media massa, khususnya yang terbit di daerah (media massa lokal), dalam meningkatkan dan mempertahankan daya tarik media tersebut bagi pembacanya.
DWI SUTANA: WACANA "MENYANYAH" DALAM SURAT KABAR ...
Daftar Pustaka Aminudin. 1989. “Analisis Wacana dan Telaah Karya Sastra”. Dalam Majalah Puitika IKIP Malang. Edisi 01/Th.I/1989. Malang: HISKI Komisariat Malang. Djajasudarma, T. Fatimah. 1994. Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung: Eresco. Djajasudarma, T. Fatimah. 2010. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Refika Aditama. Eriyanto. 2006. Analisis Wacana: Pengantar Analisis tentang Media. Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara. Halliday, M.A.K. & Ruqaiya Hasan. 1985. An Introduction to Fungtional Grammar. London: Edward Arnold. Halliday, M.A.K. & Ruqaiya Hasan. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial (Terj. Asrudin Barori). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Kartomihardjo, Soeseno. 1992. “Analisis Wacana dengan Penerapannya pada Beberapa Wacana”. Dalam PELLBA 6. Jakarta: Pusat Kajian Bahasa dan Budaya, Universitas Katolik Atma Jaya. Kartomihardjo, Soeseno. 2000. “Memahami Teks Khusus dengan Menggunakan Analisis Wacana”. Dalam PELLBA 13. Jakarta: Pusat Kajian Bahasa dan Budaya, Universitas Katolik Atma Jaya. Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana. Sarwiji Suwandi. 2001. “Tajuk Rencana Kompas: Sebuah Analisis Wacana”. Dalam Bahasa dan Sastra Indonesia Menuju Peran Transformasi Sosial Budaya Abad XXI (Sujarwanto, Ed.). Yogyakarta: Gama Media. Sumarlam. 1994. “Pendekatan Mikro dan Makrostruktural dalam Analisis Wacana Puisi Jawa”. Makalah dalam Kongres Linguistik Nasional 1994, MLI di Padang, 1–5 Juni 1994.
163
Metalingua, Vol. 12 No. 2, Desember 2014:153—163
164