BERITA PILKADA JATIM DALAM SURAT KABAR HARIAN DUTA MASYARAKAT
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Komunikasi Islam
OLEH: ALHIMNI FAHMA NIM. 05210003
PEMBIMBING: DR. AKHMAD RIFA’I, M.Phil ANDAYANI, S.IP, M.SW
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2010
MOTTO We can not live only for ourselves. A thousand fibers connect us with our fellow-men; along those fibers, as sympathetic threads, our actions run as causes, and they come back to us as effects. (Herman Melville)
v
PERSEMBAHAN
For My Parents and My Beloved Family For being patient seeing your last daughter, little sister belonging a bachelor degree. Dynamically tears, anger, spirit, and desperate rise and fall as doing this challenging phase. This final work is dedicated for you.
vi
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, Rabb ‘Azza Wa Jalla, tanpa rahmat dan hidayahNya, kami tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., Sang Nabi pemberi kabar gembira bagi ummat. Sebagai
individu
yang
tidak
lepas
dari
segala
ketergantungan
antarmanusia, penyusun mengucapkan terimakasih kepada segenap pihak—yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu—yang telah mencurahkan totalitas dedikasinya baik secara materiil maupun spirituil dalam membantu menyelesaikan skripsi ini. Dengan penuh rasa hormat penyusun berterima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H.M Bachri Ghazali, M.A, selaku Dekan Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2. Dra. Evi Septiani Tavip Hayati, M.Si, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam 3. Dr. H. Akhmad Rifa’i, M.Phil., selaku Pembimbing I dan Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan motivasi, bimbingan, arahan, dan nasehat dalam perjalanan studi penyusun sejak pertama mengenal kampus ini hingga proses penulisan skripsi. Merupakan kebanggaan bagi penyusun menjadi mahasiswa bimbingannya. 4. Andayani, S.IP, M.Sw, selaku Pembimbing II yang memberikan totalitas bimbingan kepada penyusun. Atas kritikan dan saran yang sangat
vii
membentuk bangunan skripsi ini merupakan bilangan terimakasih yang tak terhingga kepada beliau. Kebanggaan bagi penyusun menjadi mahasiswa bimbingannya. 5. Drs. Hamdan Daulay, M.Si, selaku Penguji I, yang telah memberi masukan dan kritikan terhadap content skripsi ini 6. Khadiq, S.Ag, M.Hum, selaku Penguji II, yang telah memberi kritikan dan bersedia mengoreksi kembali skripsi ini. 7. Gatot Susanto, selaku Wakil Pimpinan Redaksi Surat Kabar Duta Masyarakat yang telah meluangkan waktu kepada penyusun dalam membantu memenuhi data penelitian ini. 8. Muhammad Natsir, selaku Reporter tim khusus suplemen Pilgub Jatim di Surat Kabar Harian Duta Masyarakat yang telah bersedia meluangkan waktu untuk melengkapi komponen dalam penelitian ini. 9. Bapak dan Ibu Dosen serta para karyawan di lingkungan Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 10. Ayahanda Achmad Zaini Syafawi yang tidak pernah menunjukkan kemarahannya dalam simbol apapun, yang telah memberikan nasehat berharga dan doa berkesinambungan, serta teguran dan dukungan lewat tanda, bukan kata-kata. Keteladananmu mengilhami setiap kesuksesanku.
viii
11. Ibunda tercinta Erin Muzayyanah yang telah memberikan dorongan untuk terus berprestasi. Baginya, doa yang tak pernah putus di siang dan malam hanya untuk keberhasilan putri-putrinya. Semangatmu telah mengisi segenap jiwaku dalam menuntut ilmu. 12. Kakak-kakakku: Zidni Ilma, Irhamni, Arini Rusyda yang telah memberi banyak pelajaran hidup yang sangat berharga bagiku. 13. Eddy Suaib, S.E selaku Manager Accurate American English School (ACCESS) yang telah memberi kesempatan kepada penyusun untuk berbagi ilmu di lembaga tersebut. Vous avez fourni un soutien moral et matériel pour le processus de ma recherche. Merci beaucoup et je dédie ce succès à vous, Monsieur! 14. Kawanku Syamsuddin yang telah memberikan banyak bantuan dalam proses perijinan penelitian di Surabaya. Semoga kebaikanmu dibalas berlipat olehNya. 15. Rekan-rekan seperjuangan di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) angkatan 2005. Totally awesome get a long with you in the last 5th years. 16. Rekan-rekan kelas Bahasa Persia di Iranian Corner UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Terimakasih telah menjadi comfort zone to share. 17. Semua pihak yang tidak mungkin penyusun sebutkan satu persatu.
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………………
i
SURAT PERNYATAAN ………………………………………………..
ii
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI …………………………………….
iii
HALAMAN PENGESAHAN
…….……………………………………
iv
MOTTO ………………………………………………………………….
v
PERSEMBAHAN ………………………………………………………..
vi
KATA PENGANTAR ……………………………………………………
vii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
xi
ABSTRAKSI ……………………………………………………………..
xiv
BAB I: PENDAHULUAN A. Penegasan Judul ……………………………………………
1
B. Latar Belakang Masalah ……………………………………
3
C. Rumusan Masalah …………………………………………
10
D. Tujuan Penelitian ………………………………………….
10
E. Manfaat Penelitian …………………………………………
10
F. Tinjauan Pustaka ………………………………………….
11
G. Landasan Teori
17
…………………………………………..
1. Berita dan Konstruksi Realitas
………………..
17
2. Politik dan Media Massa …..……………………
22
3. Opini Publik dan Agenda Setting dalam Surat Kabar
27
H. Metode Penelitian…………………………………………...
xi
32
1. Jenis Penelitian …………………………………
32
2. Metode Penentuan Subjek dan Objek
…………
34
3. Metode Pengumpulan Data …………………….
35
4. Metode Analisis Data
………………………….
37
I. Sistematika Pembahasan …………………………………..
47
BAB II : PILKADA JATIM DAN SUPLEMEN PILGUB JATIM SURAT KABAR HARIAN DUTA MASYARAKAT A. Sekilas Tentang Pilkada Jatim …………………………….
49
B. Profil Duta Masyarakat …………………………………..
56
1. Sejarah Berdirinya Duta Masyarakat
………….
56
………………
63
C. Manajemen Organisasi Duta Masyarakat ………………….
65
2. Visi dan Misi Duta Masyarakat
1. Struktur Organisasi
…………………………...
65
2. Konsep Berita Duta Masyarakat .……………..…
67
3. Pola Rekrutmen SDM
………………………….
69
4. Rubrikasi …………………………………………
70
5. Sirkulasi dan Distribusi ………………………….
78
6. Karakteristik dan Data Fisik Duta Masyarakat …..
78
7. Data-data lain Duta Masyarakat …….…………
79
C. Suplemen Pilkada Jatim
………………………………….
80
1. Latar Belakang Penerbitan Suplemen Pilkada ….
80
2. Tujuan dan Manfaat Suplemen Pilgub Jatim …….
81
3. Karakteristik Suplemen Pilgub Jatim …………..
82
xii
BAB III: BERITA PILKADA JATIM DALAM SUPLEMEN PILGUB JATIM A. Klasifikasi Berita …………………………………………..
85
B. Dimensi Konteks
…………………………………………
91
C. Dimensi Kognisi Sosial ……………………………………
105
D. Dimensi Teks ……………………………………………..
112
1. Struktur Tematik
………………………………..
113
2. Struktur Skematik …………………………….….
126
3. Struktur Semantik ……………………………….
139
4. Struktur Sintaksis
………………………………
150
5. Struktur Stilistik …………………………………
157
6. Struktur Retoris …………………………………
159
BAB IV: PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………..
176
B. Rekomendasi ………..……………………………………
180
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….
183
LAMPIRAN ………………………………………………………………
188
xiii
ABSTRAKSI Berita dalam surat kabar yang sampai di tangan pembaca telah melewati berbagai banyak faktor dalam produksi dan reproduksinya. Diantaranya adalah faktor konteks surat kabar (latar, situasi, peristiwa, kondisi, dan sejarah) dan kognisi sosial si pembuat berita. Sehingga berita yang telah jadi, merupakan konstruksi dari realita yang dibuat oleh wartawan/si pembuat berita berdasarkan kognisi yang ia punyai. Oleh karenanya, proses untuk mengetahui bagaimana berita yang ada pada surat kabar harian Duta Masyarakat dalam membawa isu sosial yang menyangkut kebutuhan segmen masyarakat Jatim—dalam hal ini Pilkada Jatim—menjadi layak untuk dijadikan penelitian. Adapun langkah-langkah dan metode yang digunakan dalam memperoleh data dalam penelitian kualitatif ini adalah gabungan dari proses elaborasi teks dan wawancara. Elaborasi teks digunakan untuk mengetahui wacana apa yang terkandung dalam berita-berita pilkada Jatim yang ada di suplemen Pilgub Jatim surat kabar Duta Masyarakat. Sedangkan wawancara digunakan untuk menghimpun dan melengkapi bangunan wacana yang terangkum dari teks. Agar mendapatkan hasil yang maksimal, diperlukan suatu unit model analisa untuk menggabungkan keduanya. Analisis wacana Teun A. van Dijk menjadi pilihan yang tepat untuk hal tersebut. Model van Dijk dirasa tepat karena memiliki struktur lengkap dalam membongkar wacana suatu surat kabar, yaitu: konteks, kognisi sosial, dan teks. Struktur teks van Dijk memiliki kelebihan karena elemenelemen yang ia punyai sangat rinci untuk membongkar suatu teks berita. Sehingga jika ketiga struktur digabungkan akan menghasilkan kesimpulan yang komprehensif. Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah wacana yang telah diusung surat kabar Duta Masyarakat dalam isu pilkada Jatim. Diantaranya adalah pertama, wacana kecurangan yang dilakukan calon incumbent yang maju melawan calon baru dari kader Nahdlatul ‘Ulama. Kedua, adanya keberpihakan surat kabar Duta Masyarakat dalam menyampaikan pemberitaan pilkada Jatim kepada calon kepala daerah yang maju. Duta Masyarakat cenderung mendukung pasangan yang mencalonkan diri menjadi gubernur dari kader NU (KhofifahMudjiono). Wacana ini didasari oleh faktor organisasi: dominasi kekuasaan yang dimiliki pimpinan Duta Masyarakat serta faktor redaksi (mayoritas awak redaksi dalam surat kabar ini adalah nahdliyin). Ketiga, sebagai media dakwah yang menyoroti isu pilkada Jatim, Duta Masyarakat cenderung ke arah feminisme yang menyatakan hak dan kesetaraan perempuan dengan laki-laki dalam memimpin daerah.
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul Dalam penulisan skripsi ini, penulis memilih judul penelitian “Berita Pilkada Jatim dalam Surat Kabar Harian Duta Masyarakat”. Untuk menghindari kesalahan persepsi terhadap penelitian ini, maka perlu ditegaskan maksud masing-masing bagian penting dari judul tersebut. 1. Berita Berita adalah laporan/pemberitahuan/informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik perhatian orang yang disampaikan oleh wartawan dalam media massa.1 Dalam penelitian ini berita yang dimaksud adalah berita seputar pilkada Jatim tahun 2008 yang termuat dalam surat kabar harian Duta Masyarakat. 2. Pemilihan Kepala Daerah Pemilihan Kepala Daerah atau sering disebut pilkada adalah pemilihan gubernur yang dipilih langsung oleh masyarakat. Pilkada Jatim merupakan salah satu cara demokratis yang diterjemahkan dengan pemberian ruang gerak kepada masyarakat Jawa Timur sebagai 1 Hikmat Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm.39. Juga dapat dilihat di Kurniawan Junaedhi, Ensiklopedi Pers Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991) hlm. 26
2
pemilih untuk menjadi penentu kandidat yang akan memimpin daerah provinsinya.2 Sedangkan tahun 2008 adalah kedua kalinya pilkada Jatim diselenggarakan melalui pemilihan langsung.3 3. Duta Masyarakat Duta Masyarakat merupakan surat kabar harian resmi Nahdlatul Ulama yang terbit dan tersebar di provinsi Jawa Timur. Surat kabar harian yang dipimpin oleh Choirul Anam atau kerap disapa Cak Anam ini mewakili corak warga Jawa Timur yang tak lepas dari sentuhan agamis. Sebagian dari isi surat kabar harian tersebut adalah komunikasi penyiaran, sosial dan keagamaan, khususnya bagi warga Nahdliyin. Dari penjelasan di atas, penelitian ini bermaksud untuk menganalisis berita pilkada Jatim dalam surat kabar harian Duta Masyarakat dengan menggunakan analisis wacana model Teun A. van Dijk. Fokus berita yang dianalisis terletak pada suplemen Pilgub Jatim. Halaman ini menyajikan beragam berita mengenai seputar pilkada Jatim dari masa kampanye hingga akhir pemilihan.
2
Zainal Muhtadien, “ Kajian Penyelenggaraan Pilkada Gabungan (Gubernur dan Bupati / Walikota) di Jawa Timur Tahun 2008” Semiloka KPU Kabupaten Pasuruan Rabu, 5 Juli 2006, dikutip di www.kpudpasuruan.com, diakses 7 Mei 2009 3 Hari Moerti, Pokok-Pokok Pilkada Langsung. Prespektif, Filosofi, Sistem, Problem & Teknis Penyelenggaraan. dikutip di www.kpudpasuruan.com, diakses 7 Mei 2009
3
B. Latar Belakang Masalah Berita terhadap proses pemilihan kepala daerah Jawa Timur yang diselenggarakan pada tanggal 30 Juli 2008 (putaran pertama), putaran kedua pada tanggal 4 November 2008, dan pemilihan ulang pada tanggal 21 Januari 2009, telah memenuhi ruang media massa, khususnya media lokal yang menjembatani keingintahuan masyarakat Jawa Timur. Pilkada kali ini adalah pemilihan kepala daerah yang menjadi pamungkas di jagat pemilihan gubernur-gubernur daerah lain. Maka setelah pilkada Jatim selesai, seluruh rakyat di penjuru tanah air Indonesia bersiap untuk menentukan pilihannya pada pemilu (pemilihan umum) presiden tahun 2009. Selain sebagai pilkada provinsi pamungkas, sisi lain keunikan pilkada Jatim terletak pada: pertama, proses berlangsungnya pemilihan yang cukup lama, yakni kurang lebih membutuhkan waktu sembilan bulan. Hal itu dikarenakan adanya polemik dalam pemilihan putaran kedua, sehingga berbuntut adanya pilihan ulang di dua kabupaten di Madura, yakni Bangkalan dan Sampang, dan penghitungan suara ulang di Kabupaten Pamekasan. Kedua, majunya calon gubernur dan wakil gubernur yang berasal dari kader Nahdlatul ‘Ulama menambah semarak pilkada tahun 2008 ini. Hal tersebut dirasakan sebagai kemajuan bagi warga nahdliyin yang juga mayoritas warga Jatim. Karena sebelumnya belum pernah tertulis dalam sejarah bahwa terdapat kader NU menjabat
4
sebagai gubernur Jatim selama kepemimpinan dari tahun 1945-2009.4 Ketiga, secara otomatis, perhelatan akbar lima tahun sekali tersebut menjadi laporan khusus tiap-tiap media di tanah air, khususnya media yang tumbuh dan berkembang di Jawa Timur, termasuk surat kabar resmi milik NU; Duta Masyarakat. Pemilihan kepala daerah yang diselenggarakan serentak di Jawa Timur terbilang cukup membahana dan menyedot perhatian warga Jatim secara keseluruhan. Mengapa tidak, jika ternyata waktu yang dibutuhkan dalam memilih pasangan yang akan memimpin Jatim membutuhkan waktu yang cukup lama.5 Jangka waktu yang terbilang cukup lama tersebut berawal dari pilkada putaran kedua yang berujung polemik. Terdapat perbedaan tipis dari penghitungan beberapa lembaga survei seperti Lembaga Survey Indonesia (LSI), Lingkaran Survey Indonesia (LSI), Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) dan Exitpoll
Pusdeham
dengan
menggunakan
quick
count.
Mereka
mengumumkan suara terbanyak ada pada pasangan Ka-Ji. Sedangkan dari penghitungan manual KPU (Komisi Pemilihan Umum) setelahnya
4
Dapat dilihat di www.wikipedia.com dengan kata kunci: daftar gubernur Jawa Timur. Diakses tgl 7 Mei 2009. 5 Pilkada putaran pertama tgl 30 Juli 2008, Pilkada putaran kedua tgl 4 November 2008. Pilkada putaran ulang tgl 21 Januari 2009. sedangkan pelantikan gubernur Jawa Timur terpilih tgl 12 Februari 2009. Sehingga kurang lebih waktu yang dibutuhkan dalam pilkada Jatim adalah sembilan bulan.
5
mengumumkan bahwa pasangan KarSa yang memiliki suara terbanyak dan berhak menjadi gubernur Jatim periode 2009-2014.6 Akibat dari perbedaan hitungan antara quick count dan KPU yang berbeda tipis, maka hitungan yang terbilang sah adalah dari KPU sebagai lembaga penyelenggara pemilihan suara negara dan bukan dari quick count yang datang dari lembaga independen pengawal pemilihan suara. Namun dari pihak Ka-Ji merasa ada ketidakberesan dalam penyelenggaraan pemilihan putaran kedua di daerah tertentu. Menurut pihak Ka-Ji penyebab perbedaan tersebut ditengarai karena ada kecurangan yang terstruktur yang terjadi pada daerah pemilihan tertentu.7 Alhasil, atas keberatan pihak yang merasa dirugikan, kemudian mengajukan permintaan kepada KPU untuk diulang kembali pemilihan pada daerah tertentu. Oleh karena itu, berdasar putusan Mahkamah Konstitusi (MK), maka akan dilaksanakan pemilihan suara ulang di dua kabupaten yaitu Bangkalan dan Sampang, serta penghitungan ulang di Kabupaten Pamekasan. Dalam hal ini, pemerintah turut andil memfasilitasi pelaksanaan pemungutan suara yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur (KPUD). Atas putusan Mahkamah Konstitusi, secara langsung telah membatalkan putusan Komisi Jawa Timur Nomor 30 Tahun 2008 tanggal 11 November
6
Headline surat kabar harian Jawa Pos, “Tidak Sampai Setengah Persen”, lead Hari Ini KPU Umumkan Pemenang Pilgub Jatim (Selasa 11 November 2008 ). 7 Ahmad Millah Hasan, Khofifah Indar Parawansa Melawan Pembajakan Demokrasi, Pelajaran dari Tragedi Pilkada Jawa Timur, (Banten: Pesat, 2010), hlm. 89
6
2008 yang menyatakan bahwa hasil penghitungan suara di tiga kabupaten telah memenangkan KarSa.8 Periode panjang pilkada Jatim tahun 2008 pada putaran pertama diramaikan oleh lima pasang calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur yang bertarung memperebutkan hampir 30 juta suara pemilih. Lima pasangan yang dimaksud antara lain Khofifah Indar Parawansa-Mudjiono, Sutjipto-Ridwan Hisjam, Soenarjo-Ali Maschan Moesa, AchmadySoeharto, serta Soekarwo-Saifullah Yusuf. Mengetahui bahwa beberapa cagub dan cawagub yang maju berasal dari kader NU, maka tak heran jika warga Jawa Timur merasa pilkada tahun 2008 ini memang murni hajatan milik mereka. Apalagi pada akhir pemilihan putaran pertama yang hanya meloloskan pasangan KarSa (Soekarwo-Saifullah Yusuf) dan Ka-Ji (Khofifah Indar Parawansa-Mudjiono) jagat wilayah Jawa Timur yang notabene berbasis warga Nahdliyin menjadi riuh menyambut pilihan putaran kedua. Pasangan yang lolos maju untuk pemilihan putaran kedua adalah sama-sama berasal dari keluarga besar Nahdlatul ‘Ulama. Kedua pasangan tersebut adalah Saifullah Yusuf9 sebagai cawagub dari Soekarwo dan Khofifah Indar Parawansa sebagai cagub yang berduet dengan Mudjiono.10 Hadirnya kedua kader NU dalam kontestasi pilkada merupakan 8
Ahmad Millah Hasan, Op, Cit., hlm.106 Saifullah Yusuf pernah menjabat sebagai Ketua Gerakan Pemuda Anshor 10 Khofifah Indar Parawansa pernah menjabat sebagai Ketua Muslimat NU 9
7
momentum yang ditunggu oleh warga Nahdliyin. Tak hanya dinanti-nanti bagi warga Nahdliyin, namun juga telah diharapkan menjadi catatan sejarah bagi sejumlah media massa di tanah air untuk menjadi komoditi berita bagi khalayak. Sejumlah media massa di tanah air ikut berperan serta dalam memberitakan peristiwa yang hanya terjadi lima tahun sekali ini. Hampir semua surat kabar yang tersebar di Jawa Timur berusaha memberikan porsi lebih dalam pemberitaan pilkada Jatim dalam surat kabarnya. Tidak terkecuali Duta Masyarakat sebagai surat kabar harian yang terbit dan tersebar di Jawa Timur. Ia memberi halaman khusus pilkada atau biasa disebut suplemen “Pilgub Jatim”. Beberapa hal yang melatarbelakangi pemilihan surat kabar ini untuk dijadikan subjek penelitian berdasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: pertama, Duta Masyarakat adalah salah satu surat kabar harian resmi milik NU di Jawa Timur yang memiliki corak agamis dan sarat dakwah. Kedua ciri tersebut terlihat dari rubrikasi yang ada di dalamnya. Kedua, Duta Masyarakat mewakili mainstream pemikiran dari kalangan religius (Kyai/Ulama/Tokoh) secara khusus, dan secara umum warga Jawa Timur yang mayoritas berhaluan Nahdlatul ‘Ulama. Hal tersebut dikarenakan para pelanggan captive Duta Masyarakat berasal dari akademisi, santri/pengasuh pondok pesantren, para tokoh dan jamaah NU secara nasional. Ketiga, kemudahan untuk mendapatkan media tersebut. Sejak penerbitan Duta Masyarakat pada tahun 1998-sekarang, penulis telah menjadi pelanggan tetap yang me-
8
mungkinkan untuk mengetahui seluk-beluk dan perubahan yang terjadi pada Duta Masyarakat selama lebih dari satu dekade. Dari beberapa alasan tersebut di atas, terdapat alasan lain yang menjadikan Duta Masyarakat layak untuk ditelisik. Dalam halamannya, beberapa judul yang bisa ditampilkan antara lain: Rabu (22/10/08) judul “Masfuk Nekat Nodai Jabatan” dengan lead “Demi KarSa, Pejabat Publik Tabrak Aturan. Petinggi PNS dan pejabat publik kian terang-terangan berkampanye untuk KarSa. Setelah Rasiyo, kini giliran Bupati Lamongan, Masfuk. Demi ‘big boss’ undang-undang pun dianggap lalu”.11 Sedangkan Rabu (29/10/08) judul “Puluhan Ribu Nahdliyin Sambut Khofifah”. Kolom berita di bawahnya mengangkat judul “Ipul Bantah Money Politics”, dengan sub judul “KarSa bagi-bagi uang di Probolinggo”.12 Dari beberapa berita dengan judul di atas, konsep pemberitaan surat kabar harian Duta Masyarakat menarik untuk dikaji. Mengambil pemikiran Teun A. van Dijk bahwasannya pemakaian kata, kalimat, paragraf, proposisi, dan retorika tertentu oleh media dipahami sebagai bagian dari strategi wartawan. Pemakaian kata-kata tertentu, kalimat, gaya tertentu bukan semata-mata dipandang sebagai cara berkomunikasi, tetapi dipandang sebagai politik berkomunikasi; suatu cara untuk mempengaruhi 11
Surat kabar harian Duta Masyarakat, suplemen Pilgub Jatim, “Masfuk Nekat Nodai Jabatan” (22 Oktober 2008) 12 Surat kabar harian Duta Masyarakat, suplemen Pilgub Jatim, “Puluhan Ribu Nahdliyin Sambut Khofifah” (29 Oktober 2008)
9
pendapat umum, menciptakan dukungan, memper-kuat legitimasi, dan menyingkirkan lawan atau penentang. Sedangkan struktur wacana adalah cara yang efektif untuk melihat proses retorika dan persuasi yang dijalankan ketika seseorang menyampaikan pesan. Kata-kata tertentu mungkin dipilih oleh surat kabar untuk mempertegas pilihan dan sikap, membentuk kesadaran politik, dan lain sebagainya.13 Sebagai surat kabar yang terbit di Jawa Timur dan secara khusus memiliki segmen pasar para tokoh dan jamaah Nahdlatul ‘Ulama secara nasional, Duta Masyarakat memiliki pola pemberitaan tersendiri untuk menampilkan berita-berita seputar pilkada Jatim. Mengingat adanya persaingan ketat antara kedua calon yang masing-masing adalah kader Nahdlatul ‘Ulama, maka dari alasan tersebut, menarik untuk mengetahui wacana yang diangkat dalam surat kabar harian yang terbit dengan 16 halaman ini. Diantara Halaman Utama, Nasional, Religi, Edukasi, Opini, Sport, Bisnis, Pilkada, Surabaya, Jatim, Nusantara, Gerbang, Malang, Hukrim(Hukum Kriminal), Tapal Kuda, Mataraman, lalu muncul suplemen Pilgub Jatim sebagai upaya Duta untuk memberikan informasi khusus seputar pilkada kepada masyarakat Jawa Timur.
13
hlm. 227
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001),
10
C. Rumusan Masalah Berdasar pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah wacana berita pilkada Jawa Timur tahun 2008 yang disajikan pada suplemen Pilgub Jatim dalam surat kabar harian Duta Masyarakat? D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan wacana yang ada dibalik berita Pilkada Jatim Tahun 2008 yang diusung Duta Masyarakat dalam suplemen Pilgub Jatim. E. Manfaat Penelitian Untuk kalangan universitas, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi akademisi komunikasi dan sesama mahasiswa, terutama mahasiswa pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Kontribusi yang positif melalui hasil penelitian ini yaitu dapat menjadi sumber rujukan bagi rekan-rekan mahasiswa yang mengadakan penelitian media yang berkaitan dengan analisis wacana di masa yang akan datang. Bagi kalangan praktisi media massa, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada mereka bahwa berita-berita yang
11
ditampilkan dalam surat kabar secara tidak langsung dapat membentuk wacana tersendiri, sehingga dapat mempengaruhi publik. Sedangkan kepada media yang diteliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang berarti bahwasannya peran surat kabar sangat besar dalam mengkonstruksi isu-isu besar dan kontroversial. Bagi tataran masyarakat, semoga hasil penelitian ini dapat memberi gambaran kepada masyarakat bahwa pemberitaan media massa, khususnya surat kabar memiliki ideologi, batasan serta kebijakan tertentu dalam membeberkan berita. Sehingga khalayak diharapkan menyadari dan bersikap arif dalam menyikapi pemberitaan yang muncul pada media massa. F. Tinjauan Pustaka Sejauh penelusuran dan pencarian yang peneliti lakukan, telah ada empat karya ilmiah sebelumnya yang mengangkat tema seputar analisis wacana, pilkada serta pembentukan opini publik. Verawaty Lihawa14 telah melakukan penelitian dengan judul Media Massa dan Konstruksi Realitas (Analisis Wacana Surat kabar harian Gorontalo Post dalam Mengkonstruksi Kandidat Gubernur Fadel Muhammad pada Berita Kampanye Pemilihan Pilkada Gorontalo Edisi 14
Verawaty Lihawa, Media Massa dan Konstruksi Realitas (Analisis Wacana Surat kabar harian Gorontalo Post dalam mengkonstruksi kandidat Gubernur Fadel Muhammad pada berita kampanye pemilihan pilkada Gorontalo Edisi 10-24 Novembet 2006), (Yogyakarta : Skripsi jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, 2009).
12
10-24
November
2006).
Penelitian
tersebut
mengupas
tentang
penggambaran sosok Fadel Muhammad yang serba sempurna dan nyaris tanpa cela pada kampanye pilkada Provinsi Gorontalo tahun 2006. Berita tentang Fadel yang termuat di surat kabar Gorontalo Post telah dibaca oleh masyarakat umum, sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan mengangkat citra politik Fadel dalam upaya mengusung kemenangan Pilkada Gorontalo tahun 2006. Dalam hal ini, Gorontalo Post memposisikan dirinya sebagai pihak yang terlibat dan turut serta memproduksi wacana konstruksi realitas seorang Fadel. Skripsi tersebut menggunakan pisau analisis wacana Teun A. van Dijk untuk mengetahui agenda setting pada Gorontalo Post. Agenda setting yang Gorontalo Post usung bertujuan untuk pemenangan Fadel menduduki kursi kepala daerah dengan pemberitaan seorang Fadel yang telah terkonstruksi. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian yang dilakukan Verawaty Lihawa tersebut terdapat pada fokus objek berita. Verawaty memfokuskan penelitiannya pada konstruksi realitas yang terjadi pada pemberitaan Fadel Muhammad di Gorontalo Post, dan bukan pemberitaan Fadel dengan lawan cagub yang lain, maka berbanding dengan skripsi yang penulis lakukan yaitu mengarah kepada persaingan antara cagub KaJi versus cagub KarSa dalam surat kabar harian Duta Masyarakat. Kedua
13
cagub yang berasal dari Nahdlatul ‘Ulama diberitakan dalam halaman yang sama yaitu suplemen Pilgub Jatim. Kesamaan yang ada dalam kedua skripsi tersebut terletak pada penggunaan pisau analisis wacana yaitu model milik Teun A. van Dijk. Meskipun memiliki model analisis yang sama, namun pokok penelitian yang diteliti berbeda. Dari pisau analisis yang dipakai, dalam skripsi Verawaty memunculkan opini adanya kedekatan pemegang kebijakan media Gorontalo Post dengan pemerintahan Fadel. Ketergantungan media kepada pemerintahan dari segi ekonomi sangat terlihat, mengingat bahwa Fadel adalah cagub incumbent, sehingga berita yang ada hanya mengungkap gambaran Fadel dari sisi positif dan merefleksikan keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapainya dalam pemerintahan sebelumnya. Verawaty melihat peran media sebagai produsen wacana yang berpihak secara jelas terhadap satu cagub saja, sedangkan skripsi penulis melihat bagaimana media yang beraliran organisasi Nahdlatul ‘Ulama; Duta Masyarakat memberitakan dua pasangan cagub yang juga berasal dari organisasi yang sama (Nahdlatul ‘Ulama). Maka nanti akan terlihat bagaimana konteks penggalangan opini publik yang dimainkan oleh surat kabar ini; akankah seimbang atau berpihak terhadap salah satu cagub, faktor apa yang mendasarinya, maka dalam penelitian ini akan dianalisis secara mendalam.
14
Sementara itu, Wulansari Dyah Rahayu15 telah melakukan penelitian dengan judul Politik Pencitraan (Studi Tentang Strategi Pencitraan Diri Kandidat Suharto-Badingah dalam Kampanye Pilkada di Gunungkidul Juni 2005). Penelitian tersebut membahas tentang strategi kampanye lewat politik pencitraan yang dilakukan oleh pasangan calon kepala daerah kabupaten Gunungkidul. Politik pencitraan menggunakan analisis political marketing16 dan analisis wacana milik Teun A. van Dijk untuk melihat kondisi kognisi pemilih. Perbedaan yang ada dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulansari adalah penelitiannya terfokus pada strategi tim sukses untuk mengusung kemenangan pasangan cagub Suharto-Badingah. Tim sukses menyusun strategi antara lain menetapkan target sasaran, memproduksi wacana dan memilih media. Ketiga hal tersebut bisa dimanifestasikan melalui proses produksi wacana yang baik, disampaikan oleh media yang tepat, pada segmen sasaran yang tepat, kesemuanya inheren dalam satu strategi besar yakni politik pencitraan. Penelitian yang hendak peneliti 15
Wulansari Dyah Rahayu, Politik Pencitraan (Studi Tentang Strategi Pencitraan Diri Kandidat Suharto-Badingah dalam Kampanye Pilkada di Gunungkidul Juni 2005), (Yogyakarta: Skripsi jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, 2006) 16 Political Marketing merupakan inovasi dalam strategi kampanye yang berusaha merebut hati rakyat, yang meliputi unsur STP (Segmenting, Targetting, dan Positioning). membangun citra dapat dilakukan dengan berbagai cara termasuk dengan memproduksi wacana. Wulansari memberikan fokus penelitiannya tentang bagaimana konstruksi wacana dilakukan oleh komunikator, yaitu kandidat dan tim sukses dari pasangan cagub Suharto-Badingah. Tim Sukses mengidentifikasi kekuatan pasangan cagub Suharto-Badingah dibanding kekuatan lawan. Kemudian mereka memproduksi wacana tersebut yaitu tokoh gerakan moral, pemimpin yang berkualitas, pasangan putra daerah, direstui Sultan, dan pasangan yang sederhana dan merakyat. Lalu wacana tersebut mereka masukkan ke masyarakat sesuai dengan Segmenting karakter pemilih di daerah tersebut.
15
lakukan terfokus pada produksi wacana dalam pemberitaan surat kabar Duta Masyarakat yang mampu mempengaruhi opini di masyarakat, bukan penelitian terhadap strategi tim sukses. Dewi Hapsari Chandra17 telah melakukan penelitian dengan judul Hari-Hari Terakhir Soeharto dalam Majalah Berita Mingguan Tempo. Penelitian tersebut mengupas pemberitaan Tempo tentang Soeharto dari mengalami masa kritis pada kesehatannya, meninggal dunia, hingga prosesi pemakamannya yang menyita perhatian publik dan media massa di tanah air. Motif utama pemilihan majalah berita mingguan Tempo yang dijadikan bahan penelitian Hapsari bahwa Tempo memiliki pengalaman buruk terhadap pemerintahan Soeharto; Tempo dilarang terbit selama dua bulan pada pembredelan pertama Tahun 1982 dan dilarang terbit empat tahun pada pembredelan kedua di Tahun 1994. Sama-sama menggunakan pisau analisis wacana milik Teun A. van Dijk, maka perbedaan yang ada antara penelitian penulis dengan penelitian milik Hapsari terletak di pokok bahasan. Jika penelitian Hapsari mengungkap konstruksi pemberitaan Tempo tentang isu hari-hari terakhir Soeharto, maka penelitian penulis akan mengungkap wacana yang akan mendasari pemberitaan Duta Masyarakat tentang pilkada Jatim yang mengusung dua pasangan cagub. 17 Dewi Hapsari Chandra, Hari-Hari Terakhir Soeharto dalam Majalah Berita Mingguan Tempo, (Yogyakarta: Skripsi Juruan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, 2009).
16
Pada penemuan lain, terdapat karya ilmiah milik Abdul Wahid18 dengan judul Pers dan Kekerasan Etnis (Analisis Wacana Berita Kerusuhan Mei 1998 di Harian Kompas, Republika dan Jawa Pos periode bulan Mei-Juni 1998). Penelitian tersebut mengupas tuntas peristiwa kerusuhan Mei 1998 di surat kabar harian Kompas, Republika dan Jawa Pos. Dalam penelitian tersebut, Abdul Wahid menganalisis berita kerusuhan dari tiga surat kabar harian; Kompas, Republika dan Jawa Pos. Setelah menganalisis, kemudian mewujudkannya dengan perbandingan wacana dari ketiga surat kabar harian tersebut di atas. Kerusuhan yang terjadi pada tahun 1998 yang terekam dalam berita-berita telah menarik berbagai macam prespektif, terutama dari tiga surat kabar besar di Indonesia. Ketiganya memberitakan bahwa peristiwa tersebut adalah magnitude tragedy yang bisa merubah jejak langkah Indonesia ke depan. Pemberitaan dari ketiga media meskipun ada sedikit perbedaan, namun sama-sama membawa pesan dan menciptakan opini bahwa yang sedang terjadi adalah sebuah fase yang bertujuan untuk mendapatkan pemimpin baru dengan menggulingkan sebuah rezim yang lama berkuasa. Perbedaan yang muncul dengan penelitian yang penulis lakukan, yaitu penulis menganalisis wacana yang terbentuk dalam pemberitaan pada peristiwa besar pemilihan kepala daerah. Wacana yang terbentuk kemudian mampu menciptakan opini publik yang beredar pada pilkada 18 Abdul Wahid, Pers dan Kekerasan Etnis (Analisi Wacana Berita Kerusuhan Mei 1998 di Harian Kompas, Republika dan Jawa Pos periode bulan Mei-Juni 1998), (Yogyakarta: Skripsi Juruan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, 2000).
17
yang sedang berlangsung. Pemberitaan yang akan dianalisis hanya dari satu surat kabar harian lokal, sedangkan Abdul memakai tiga surat kabar harian nasional. G. Landasan Teori 1. Berita dan Konstruksi Realitas Berita adalah reportasi atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat19 yang disampaikan kepada khalayak. Sebuah berita yang dibaca masyarakat sudah tentu telah masuk kelayakan publikasi. Hal tersebut bergantung pada beberapa faktor. Pakar Jurnalistik memutuskan bahwa berita yang layak adalah yang memenuhi nilai berita atau news value. Nilai berita yang dimaksud: a. Timeliness (waktu), yaitu peristiwa yang menyangkut hal-hal baru terjadi atau baru diketemukan. b. Significant (penting), yaitu kejadian yang berkemungkinan mempengaruhi kehidupan orang banyak atau kejadian yang mempunyai akibat terhadap kehidupan pembaca. c. Magnitude (besaran), adalah kejadian yang menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak atau kejadian yang berakibat yang bisa dijumlahkan dalam 19
hlm.140
Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),
18
angka yang menarik buat pembaca. d. Proximity (dekat), adalah kejadian yang dekat dengan pembaca. Kedekatan ini bisa bersifat geografis maupun emosional. e. Prominence (ketenaran), yaitu menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca. f. Human Interest (manusiawi), adalah kejadian yang memberi sentuhan
perasaan
bagi
pembaca,
kejadian
yang
menyangkut bagi orang biasa dalam situasi luar biasa atau orang besar dalam situasi biasa.20 Ahli Sosiologi Gaye Tuchman menyatakan bahwa berita merupakan konstruksi realitas sosial. Tindakan membuat berita, menurut Tuchman, adalah tindakan mengkonstruksi realita itu sendiri, dan bukan penggambaran realita.21 Unsur utama dalam proses mengkonstruksi realitas dalam media adalah bahasa. Sedangkan bahasa bukan saja sebagai alat merepresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan gambaran atau citra tertentu yang hendak diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya, media massa mempunyai peluang yang sangat 20
Mursito BM, Penulisan Jurnalistik, Konsep Teknik dan Teknik Penulisan Berita, (Surakarta, 1999), hlm. 38-39. 21 Werner J. Severin-James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa, (Jakarta: Prenada Media, 2007) hlm. 12
19
besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksinya.22 Memahami berita adalah memahami sebuah teks. 23 Teks tidak saja meliputi bahasa tertulis, tetapi juga bahasa lisan (dalam bentuk transkrip misalnya) dan berbagai jenis output media lainnya. Sebagai sebuah output media, teks merupakan praktek berbahasa media yang menggambarkan bagaimana media massa menggunakan bahasa dalam proses rekonstruksi realitas empiris yang diberitakannya. Sebagai pelaku bahasa, teks berita menggambarkan bagaimana sebuah realitas ditampilkan media dengan menggunakan perangkatperangkat bahasa (misalnya tata bahasa, semantik, diksi) dalam wacananya. Oleh karena itu, sebuah berita dianggap sebagai sebuah wacana yang sengaja dibangun oleh media. Dianggap sebagai sebuah wacana, berita memiliki dimensi-dimensi wacana yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah wacana yang diproduksi dari pihakpihak yang berkepentingan. Sebagai salah satu bentuk wacana, nilai berita dan ideologi yang melatarbelakangi proses produksi dan pemahaman berita
22 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 89 23 Abdul Wahid, Op. Cit, hlm 34
20
merupakan properti utama yang harus mendapatkan perhatian lebih dalam sebuah penelitian terhadap teks berita.24 Proses produksi berita yang kemudian disajikan dalam media, pada dasarnya adalah akumulasi dari pengaruh yang beragam. Pamela J. Shoe Maker dan Stephen D.Reese meringkas berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam ruang pemberitaan. Paling tidak ada empat faktor yang mempengaruhi kebijakan redaksi dalam menurunkan sebuah berita.25 Keempat faktor tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, faktor individual. Faktor ini berhubungan dengan latar belakang profesional dari pengelola media. Level individual melihat bagaimana pengaruh aspek-aspek personal dari pengelola media mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada khalayak. Latar belakang individu seperti jenis kelamin, umur, agama dan pendidikan, atau kecenderungan orientasi kepada partai politik sedikit banyak mempengaruhi pemberitaan media. Wartawan yang mempunyai orientasi politik tertentu, akan memberitakan secara berbeda terhadap partai politik yang kebetulan menjadi idolanya.
24
Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki, Framing Analysis: An Approach to New Discourse,Journal of Political Communication, volume 10, 1993. hlm. 57 25 Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana (Yogyakarta: LKiS, 2001) hlm.7-10
21
Kedua, level rutinitas media (media routine). Rutinitas media berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Rutinitas yang dimaksud adalah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria terhadap berita yang dijadikan prosedur standar di sebuah media. Sehingga dengan mekanisme tersebut, menentukan kelayakan berita yang akan disajikan kepada pembaca. Ketiga, level organisasi. Level organisasi berhubungan dengan struktur organisasi yang secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan. Misalnya dalam organisasi media, selain bagian redaksi ada juga bagian pemasaran, iklan, sirkulasi, umum dan seterusnya. Masingmasing bagian memiliki target dan tujuan tertentu, sekaligus strategi yang berbeda untuk mewujudkannya. Berbagai elemen dalam organisasi sangat mempengaruhi bagaimana seharusnya wartawan bersikap, dan bagaimana seharusnya peristiwa disajikan dalam berita. Keempat, level ekstramedia. Level ini berhubungan dengan faktor lingkungan di luar media. Faktor ini sedikit banyak dalam beberapa kasus mempengaruhi pemberitaan media. Faktor-faktor yang termasuk di lingkungan luar media yaitu: a. Sumber berita, adalah dipandang bukanlah sebagai pihak yang netral yang memberikan informasi apa adanya. Ia juga mempunyai kepentingan untuk mempengaruhi berita
22
dengan alasan memenangkan opini publik atau memberi citra tertentu pada khalayak. b. Sumber penghasilan media, yaitu berupa iklan, bisa juga pelanggan atau pembeli media. Kadangkala media harus berkompromi kepada sumber daya yang menghidupi mereka. Disisi lain, tema tertentu yang menarik atau disenangi pelanggan dan mendongkrak penjualan akan terus-menerus diliput oleh media. c. Pihak eksternal seperti pemerintah dan lingkungan bisnis menjadi faktor yang dominan dalam menentukan berita yang akan disajikan. d. Level ideologi, diartikan sebagai kerangka berpikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya 2. Politik dan Media Massa Berkembangnya teknologi yang menyajikan banyak informasi, sama artinya dengan memberikan alternatif kepada masyarakat untuk mendapatkan berita atau informasi dari saluran manapun. Media massa menjadi sumber penting untuk mendapatkan informasi dari beragam topik yang sangat luas, terutama masalah politik dan permasalahan
23
masyarakat. Sementara itu, keberlangsungan sebuah fenomena sosial yang terjadi di masyarakat, dapat menarik animo masyarakat untuk membutuhkan media. Pada sebuah riset di Amerika,26 pasca kejadian 11 September ketika gedung WTC runtuh, saluran-saluran media terutama televisi adalah yang paling dominan diminati. Fenomena sosial lain yang tidak kalah penting yaitu pemilihan pemimpin dari tingkat pemimpin negara/pemilu, hingga pemimpin daerah/pilkada. Ketika sampai masa pemilihan, fenomena sosial yang terangkum dalam pentas perpolitikan tersebut menjadi bahan pembicaraan karena didukung oleh macam-macam media dalam pemberitaannya. Diungkapkan dalam Thesis Wang: “The media play powerful roles as intermediaries between political leaders and the public (Graber, 1989; Davis, 1992). The media’s role becomes especially important in influencing voters’ judgments about the candidates because most people are poorly informed about the candidates (Joslyn, 1984). What’s more, political knowledge is particularly essential to citizens’ ability to self-govern and shape the course of the country. So how the media act as intermediaries and how they cover the political election are always questions worth studying”. 27 Media dalam hal politik memiliki kekuatan penuh, yaitu mampu menjadi sebuah alat yang menghubungkan antara para pemain politik yaitu pemerintah dan masyarakat sebagai objeknya. Sikap berpolitik masyarakat (dalam hal menentukan calon pemimpin) sangat 26
Joseph R. Dominick, The Dynamics of Mass Communications: Media in the Digital Age, (New York: McGraw-Hill, 2005), hlm.470 27 Xinkun Wang, Thesis of “Media Ownership and Objectivity”, The Manship School of Mass Communication at Louisiana State University. Desember, 2003, hlm.1
24
dipengaruhi oleh media. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi tentang bakal calon pemimpin. Disisi lain, pendidikan politik berperan penting dalam kehidupan masyarakat, pemerintah, dan stakeholders. Dapat disimpulkan bahwa media massa telah dijadikan sebagai kendaraan politik sehingga menciptakan dinamika sosial yang sampai sekarang masih menjadi sebuah objek yang menarik untuk diteliti. Dari kutipan Wang, dapat ditarik makna akan pentingnya media massa dalam masa pemilihan pemimpin. Letak penting media massa ialah ia bisa melaporkan berita-berita seputar para kandidat atau bakal calon, sehingga memungkinkan masyarakat mengenal mereka lebih jauh dan diharapkan dapat mempengaruhi penilaian pemilih (voters) sebelumnya menjadi lebih tepat. Tidak heran jika kajian media massa yang memberikan informasi tentang pemilihan umum berkaitan dengan politik praktis begitu berarti untuk dipelajari. Dalam sejarah persuratkabaran, surat kabar yang tidak lain adalah cabang media massa lahir karena kebutuhan akan berita yang aktual sejak permulaan diterbitkannya dalam abad ke-17, dan kemudian dijadikan ciri khas yang membedakan surat kabar dari buku dan penerbitan lainnya. Syarat lain yang menjadi ciri utama surat kabar
25
adalah periodisitas.28 Artinya surat kabar harus diselenggarakan secara terus menerus, sebagai contoh terdapat surat kabar harian, mingguan, dwimingguan. Karakter kerja pada surat kabar harian memiliki ciri: tepat, teliti, tak kenal waktu, kerjasama, bertahan dan peka.29 Kepekaan dalam melihat realitas yang layak diberitakan adalah suatu sifat keharusan bagi surat kabar harian. Selain sebagai suatu sifat, juga sebagai kewajiban untuk memberikan informasi yang ingin diketahui oleh masyarakat. Dennis Mc.Quail mengatakan: “The fact that people learn from media, the fact that media try to inform people, the fact that media are supposed or expected to inform people”.30
Mc.Quail mengungkapkan sebuah fakta yang menunjukkan bahwa masyarakat menjadikan media sebagai alat untuk mendapatkan informasi sehingga media sangat diharapkan mampu menyajikan informasi-informasi yang berarti bagi masyarakat. Kenyataan yang tidak bisa dipungkiri adalah masyarakat membutuhkan informasi secara detil dan komprehensif. Dalam sebuah riset di Amerika mengungkapkan,31 selama kampanye politik berlangsung, jika televisi menyajikan perubahan pemberitaan demi 28
F. Rachmadi, Perbandingan Sistem Pers; Analisis Deskriptif Sistem Pers di Berbagai Negara (Jakarta: Gramedia, 1990), hlm.10 29 Achmad Munif, diktat mata kuliah Wirausaha Media Cetak, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Yogyakarta, 2008) 30 Dennis Mc.Quail, disarikan dari Alex Sobur, hlm.70 31 Joseph R. Dominick, Op, Cit., hlm.476
26
memenuhi daya tarik pemirsa, maka surat kabar mampu menyajikan pembentukan persepsi bagi calon pemilihnya. Begitu pentingnya peran surat kabar tersebut, penggunaan surat kabar dalam menyangkut pilkada yang hanya terjadi lima tahun sekali sangat dioptimalkan bagi kalangan yang berkepentingan. Terkait dengan peran surat kabar dalam pilkada, menurut penuturan Zailani Tammaka, editor senior di Solopos: “Media terbelah menjadi dua, partisan dan nonpartisan. Dalam hal ini, jelas media (pers) partisipan betapapun akan selalu mengunggulkan partai (golongannya) sendiri. Dalam hal pers nonpartisan, pada akhirnya terjebak pada masalah keharusan penilaian sehingga terkesan lebih memberi tempat pada partai (golongan) tertentu. Dengan adanya pertimbangan-pertimbangan bisnis, maka lalu ada keberpihakan-keberpihakan tertentu dalam pemberitaan”.32 Dalam sejarah perpolitikan, banyak pakar mengungkapkan bahwa suatu partai (golongan) dalam menghadapi pemilihan pemimpin pasti menginginkan agar pemberitaannya diungkap lebih detil, dan mempunyai tujuan penembusan angka pemilih yang tinggi. Maka surat kabar yang memiliki kepentingan untuk hal tersebut (partisipan) memilih untuk sedikit kooperatif. Sebaliknya surat kabar yang non partisipan akan memilih untuk bersikap wajar. Berkenaan tentang berbagai macam kepentingan, surat kabar sebagai media massa pers juga banyak digunakan untuk kepentingan kampanye pilkada. Selain sebagai media dari para kandidat untuk 32
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LKiS, 2007), hlm. 287
27
mengkampanyekan diri, juga sebagai referensi untuk pemilih. Menurut Pawito, dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa dengan adanya surat kabar yang memberitakan proses pilkada, pengaruh terhadap pemilih ada dua hal: (a) peningkatan pengetahuan mengenai politik terkait pemilihan, dan (b) prioritas isu yang menjadi perbincangan di antara individu khalayak dalam masyarakat (agenda setting).33 3. Opini Publik dan Agenda Setting dalam Surat Kabar
Opini adalah suatu pernyataan tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial.34 Dalam segi ilmu komunikasi opini publik dapat diartikan sebagai tindakan komunikasi yang membawa persoalan kepada orang-orang dengan harap akan memperoleh tanggapan atau umpan balik.35 Oleh karenanya, apabila komunikasi mengenai persoalan tertentu dibawa dalam bentuk tertentu kepada orang-orang tertentu akan membawa efek tertentu pula. Contoh kasusnya seperti ini: (persolan tertentu) pada pilkada cagub A dirasa tepat untuk dipilih karena deretan alasan yang baik dibelakangnya, (dalam bentuk tertentu) diantaranya pernah menjabat sebagai ketua organisasi A, B dan lain sebagainya, kemudian alasan-alasan tersebut disampaikan kepada basis massa yang tepat (orang-orang tertentu), 33
Pawito, Komunikasi Politik, Media Massa dan Kampanye Pemilihan. (Yogyakarta: Jalasutra, 2009). Hlm.179 34 Santoso Sastropoetro, Pendapat Publik, Pendapat Umum dan Pendapat Khalayak dalam Komunikasi Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), hlm.41 35 Helena Olii, Opini Publik, (Jakarta: Indeks, 2007), hlm. 22
28
maka efek yang didapat adalah dukungan positif terhadap cagub A (efek tertentu). Berbicara tentang opini publik dalam sebuah kontestasi perpolitikan atau pentas pilkada sama artinya dengan membaca pemetaan pikiran khalayak sebagai pemilih (voters). Masyarakat sebagai konsumen utama media massa mengetahui masalah yang sedang dihadirkan setelah disiarkan atau dicetak oleh media massa. Oleh karenanya, mereka mulai membicarakan dalam pembicaraan di tempat-tempat umum seperti warung kopi, warung makan, di tempat kerja, dan dimana saja ada kesempatan bercengkrama. Pembicaraan publik-publik tertentu itulah yang kemudian disebut opini publik, yaitu opini yang berasal dari individu-individu, kemudian mendapat tanggapan, didiskusikan, sehingga menjadi lebih luas dan lebih menyebar. Hal itu yang menyebabkan bahwa opini publik sangat bergantung pada media massa. Tanpa media massa, masyarakat tidak akan mengetahui adanya opini publik yang beraneka ragam, tidak juga menaruh minat atau tertarik pada permasalahan faktual yang muncul ke permukaan, yaitu yang beredar di masyarakat dan dimuat oleh media massa cetak atau yang disiarkan melalui radio dan televisi. Opini yang disiarkan melalui media massa biasanya mengenai permasalahan yang sangat faktual dan kontroversial. Di Indonesia, biasanya iklan kampanye dalam surat kabar lebih banyak berorientasi
29
pada isu.36 Jika isu atau opini yang muncul adalah pemilihan kepala daerah, maka pihak yang memiliki kaitan kepentingan adalah masyarakat aktif yang akan menentukan pilihannya. Opini publik mengenai hal tersebut akan terus diperhatikan orang, didiskusikan, ditambah dan dikurangi informasinya atau faktanya, sehingga yang tidak faktual ditinggalkan, yang kemungkinan lebih faktual beredar luas di kalangan masyarakat. Keberlangsungan opini publik di masyarakat tidak terlepas dari media massa mengambil peran. Media massa, dalam hal ini surat kabar umumnya melakukan tiga kegiatan dalam membentuk opini publik. Pertama, menggunakan simbol-simbol tertentu. Kedua, melaksanakan strategi pengemasan pesan. Ketiga, melakukan fungsi agenda media.37 Simbol-simbol tertentu yang dimaksud jika termanifestasikan dalam media massa terutama surat kabar akan berupa teks dengan segala bentuk ciri-cirinya. Sedangkan strategi pengemasan pesan bisa berarti upaya kebijakan redaksi dalam memberikan value judgment pada isu tertentu. Terakhir fungsi agenda media lebih sering dikenal dengan agenda setting memiliki peran yang penting dalam menciptakan opini dalam masyarakat.
36 37
hlm.2
Pawito, Op, Cit., hlm.192 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa (Jakarta: Granit, 2004),
30
Di dalam surat kabar, istilah agenda setting menjadi hal yang sangat signifikan untuk mengusung sebuah topik atau isu menjadi diperbincangkan berulang-ulang atau justru ditinggalkan secara perlahan. Pengertian dari agenda setting menurut Joseph R. Dominick38 adalah sebuah proses atau fase merancang daftar hal-hal penting dari sebuah topik atau isu untuk dipertimbangkan atau dilaksanakan. Ketika media memiliki agenda setting, maka hal itu berarti mereka memiliki kemampuan untuk memilih dan menekankan sebuah topik tertentu. Sehingga hal tersebut membuat publik merasa bahwa topik atau isu yang mereka tegaskan sangat penting. Cohen seperti dikutip oleh Jalaludin Rakhmat mengatakan39: “The press is significantly more than a surveyor of information and opinion. It may not be successful much of the time in telling the people what to think, but it is stunningly successful in telling readers what to think about” Pers secara jelas memposisikan dirinya sebagai pihak yang teliti dalam mengemas informasi dan opini untuk diproduksi menjadi berita. Pers bisa saja tidak begitu mampu dalam memberi pemahaman kepada masyarakat, namun pers sangat lihai dalam membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting untuk dibaca dan menggiring pembaca mengikuti apa yang pers inginkan. Berangkat dari
38
Joseph R. Dominick, Op, Cit., hlm.475 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 68 39
31
hal tersebut, media memilih teknik penonjolan dan pemilihan isu yang paling penting untuk diberitakan. Agenda setting mengasumsikan adanya hubungan positif antara penilaian yang diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak pada persoalan itu. Secara konkret apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting pula oleh masyarakat. Sedangkan apa yang dilupakan media, akan luput juga dari perhatian masyarakat. Semua media baik itu televisi, surat kabar, majalah, radio menganggap agenda setting sangat penting. Namun dari penelitian yang berlangsung sebelumnya, ia sering digunakan dalam proses kampanye
politik.
Karena
semakin
gencar
agenda
setting
dipergunakan, maka semakin mudah menggalang opini publik demi kemenangan kampanye. Joseph R. Dominick40 mengungkapkan alasan tersebut dalam dua hal: “There are two reasons for research on agenda setting that has been carried out during political campaigns. First: messages generated by political campaigns are usually designed to set agendas (politicians call this tactic "emphasizing the issues"). Second: political campaigns have a clear-cut beginning and end, thus making the time period for study unambiguous”. Menurut Joseph dua alasan mengapa dalam kampanye politik, agenda setting memiliki peran yang begitu besar: Pertama, kampanye 40
Joseph R. Dominick, Op, Cit., hlm.476
32
politik biasanya didahului dengan membentuk pesan-pesan yang akan muncul dalam pemberitaan di media pada sebuah agenda khusus. Biasanya yang bertugas dalam hal ini adalah tim sukses dari kandidat. Mereka merancang tahapan pesan untuk menarik dukungan dari khalayak. Kedua, kampanye politik mempunyai siasat yang disebut “clear-cut beginning and end”,41 yaitu konsep pemberitaan yang terbuka; jelas dari permulaan hingga akhir dan tidak ada ambiguitas. Dengan begitu, agenda setting dari media massa partisan memiliki jangka waktu yang sesuai dengan konsep tim sukses, sehingga dengan adanya periode waktu pemberitaan yang telah dirancang, secara terbuka akan memaksimalkan pesan pemberitaan yang akan diterima oleh khalayak. H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif analisis wacana. Mengapa
kualitatif,
karena
dalam
penelitian
ini
data
yang
dikumpulkan berupa kata-kata dan bukan angka. Prosedur analisisnya dengan interpretasi, bukan statistik atau cara kuantifikasi. Maka jenis
41
Microsoft Encarta Consultants, Encarta World English Dictionary Premimum, (U.S.A: Microsoft Macromedia, Inc., 2008)
33
penelitian yang mampu menjawab alasan tersebut di atas adalah kualitatif.42 Mengapa penelitian ini menggunakan analisis wacana, karena analisis wacana cocok untuk melihat bias dalam media massa. Secara ringkas teori wacana mencoba menjelaskan terjadinya sebuah peristiwa seperti terbentuknya sebuah kalimat atau pernyataan. Analisis wacana adalah telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa.43 Selain itu, analisis wacana dirasa tepat untuk mengungkap teks berita dalam pilkada Jatim tahun 2008 yang akan peneliti lakukan. Ketepatan tersebut bisa menjadi alasan karena analisis wacana dipandang peka terhadap representasi berita, baik itu berita feature, kartun atau gambar.44 Jadi kualitatif analisis wacana merupakan penelitian kualitatif yang dalam menganalisis pemberitaan pilkada Jatim menggunakan metode analisis wacana. Penelitian ini merupakan penelitian yang ingin menangkap peristiwa sosial yang terjadi di masyarakat yaitu pemilihan kepala daerah dalam sebuah surat kabar harian. Secara spesifik, penelitian ini ingin meneliti berita pilkada Jatim dalam suplemen Pilgub Jatim. Untuk mencapai tujuan tersebut, jenis penelitian kualitatif yang dapat memberikan pemahaman mendalam terhadap fenomena sosial menjadi 42
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 33 43 Alex Sobur, Op, Cit., hlm. 32 44 Eriyanto, Op,Cit., hlm. 351
34
pilihan yang tepat dalam penelitian ini. Disamping itu, kualitatif memberikan perhatian yang lebih kepada proses (dalam hal ini proses menganalisis berita) daripada hasil statistik. David Silverman menjelaskan kualitatif sebagaimana berikut:45 “Qualitative methods can provide a ‘deeper’ understanding of social phenomena than would be obtained from purely quantitative data.” Silverman berpandangan bahwa penelitian kualitatif dapat memberikan pemahaman yang bersifat mendalam daripada yang didapatkan murni dari data kuantitatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang dihasilkan dari fenomena sosial akan lebih mudah ditangkap dengan menggunakan penelitian kualitatif. Jadi penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang subjek dan objek penelitian secara holistik; yang dalam menganalisis pemberitaan pilkada Jatim menggunakan metode analisis wacana. 2. Metode Penentuan Subjek dan Objek Penelitian a. Penentuan Subjek Penelitian
45
David Silverman, Doing Qualitative Research, Second Edition (London: SAGE Publications, 2005) hlm. 10
35
Metode penentuan subjek bisa diartikan sebagai penentuan sumber data, artinya dari mana data itu diperoleh.46 Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah surat kabar harian Duta Masyarakat. b. Penentuan Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah berita-berita pilkada Jawa Timur yang hadir di suplemen Pilgub Jatim. Adapun mengenai pemilihan edisi yaitu pada bulan September 2008 - Januari 2009. Edisi tersebut dianggap penting karena pilkada Jatim putaran kedua dan pilkada ulang, serta rentetan persoalan menyangkut pilkada terjadi pada bulan-bulan tersebut di atas. 3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data ialah suatu cara untuk memperoleh kebenaran yang dipandang ilmiah dalam penelitian terhadap hasil yang diperoleh secara keseluruhan. Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah: a. Dokumentasi
46
Suharsimi Arikunto, Prosedur Pendekatan Penelitian Praktek, (Jakarta, Rineke Cipta: 1991), hlm.32
36
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh dari dokumen.47 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud dokumen adalah barang cetakan atau naskah karangan, rekaman suara, gambar, film dan lain sebagainya yang dapat dijadikan bukti keterangan.48 Seperti ditegaskan oleh Merriam,49 dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang tepat bagi penelitian yang bersifat kualitatif. Kutipannya sebagai berikut: “Documentary data were particularly good sources for qualitative case studies for grounding an investigation in the context of the problem being investigated.”
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang tepat bagi penelitian yang bersifat kualitatif terhadap konteks masalah yang diteliti. Dengan menggunakan metode dokumentasi akan mempermudah peneliti untuk mencari sumber tulisan atau catatancatatan yang telah lampau yang terdokumen (tersimpan) dalam sebuah script maupun alat rekam lain. b. Wawancara
47
Husaini Usman, Metodologi Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm.55 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 272 49 Sharan B. Merriam, Case Study Research In Education, A Qualitative Approach (San Fransisco, California and Oxford: Jossey-Bass Publishers, 1991), hlm.109 48
37
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.50 Wawancara ditujukan kepada pihak surat kabar harian Duta Masyarakat yang akan digunakan peneliti untuk mengetahui data mengenai surat kabar tersebut. Adapun pihak Duta yang dimaksud yaitu wartawan yang tergabung dalam tim khusus yang menangani suplemen Pilgub Jatim dan pimpinan redaksi surat kabar Duta. Data dari wawancara bermanfaat untuk melengkapi ulasan penelitian yang terdapat pada Bab II. 4. Metode Analisis Data Analisis adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.51 Analisis data adalah upaya
yang
dilakukan
dengan
jalan
bekerja
dengan
data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya,
mencari
dan
menemukan
pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
50
Lexy J. Maleong, Op. Cit., hlm. 186 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (ed.), Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 263 51
38
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.52 Adapun proses jalannya analisis data yang penulis lakukan sebagai berikut: Pertama, dokumen yang ada dipilah sesuai dengan tema yang dibutuhkan. Sampel penelitian yang akan diambil dalam dokumentasi diupayakan sesuai dengan pertimbangan kebutuhan peneliti. Dalam hal ini, peneliti bermaksud untuk mengambil sampel berita yang memiliki keterkaitan dengan struktur dan elemen-elemen wacana milik Teun A. van Dijk. Teknik pengambilan sampel tersebut adalah purposive sampling (sampel bertujuan)53 dan bukan sampel acak. Maksud dari sampel bertujuan ialah untuk menggali lebih dalam informasi yang akan menjadi dasar rancangan. Purposive Sampling memiliki ciri: (a) Sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu. Penentuan sampel mengikuti proses penelitian berlangsung. (b) Pemilihan sampel secara berurutan untuk memperluas informasi. (c) Penyesuaian berkelanjutan dari sampel yang dipilih. Pada mulanya setiap sampel akan terlihat sama kegunaannya. Namun sesudah banyak informasi yang terhimpun akan nyata jika sampel yang dipilih atas dasar fokus penelitian. (d) Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan. Pada sampel bertujuan seperti ini jumlah sampel ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Jika maksudnya memperluas informasi, dan jika tidak ada lagi 52
Lexy J.Maleong, Op. Cit., hlm.248 53 Ibidem, hlm. 224
39
informasi yang dapat dijaring, maka penarikan sampel pun sudah dapat diakhiri.54 Kedua, setelah mendapatkan dokumen yang dimaksud, langkah selanjutnya adalah mengelaborasi teks secara mendalam dan mensintesiskannya dengan menggunakan teori yang mendukung yaitu analisis wacana model Teun A. van Dijk. Ketiga, hasil wawancara dapat menjadi pendukung dari elaborasi teks yang sudah dilakukan sebelumnya. Adapun penelitian ini memakai model analisis wacana milik Teun A. van Dijk. Alasan yang melatarbelakanginya adalah: pertama, model van Dijk secara teknis lebih mengkhususkan diri untuk mengelaborasi elemen-elemen wacana pada pemberitaan di media massa (khususnya media cetak), sehingga bisa didayagunakan dan dipakai secara praktis. Kedua, model milik van Dijk menawarkan elaborasi wacana pada tataran yang sangat detil, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan kajian wacana teks berita secara lengkap. Kelengkapan tersebut terlihat dari kerangka analisis yang digunakan yaitu struktur teks, kognisi sosial maupun konteks sosial. Ketiganya adalah bagian yang integral dalam kerangka van Dijk. Inti dari analisis van Dijk adalah menggabungkan ketiga 54
Ibidem, hlm.224-225
40
elemen yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial ke dalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan konteks sosial menganalisis bangunan wacana yang berkembang di dalam masyarakat atas suatu permasalahan. Jika digambarkan kerangka akan terlihat seperti di bawah ini: Tabel 1 Kerangka Struktur Wacana STRUKTUR
METODE
Teks: Menganalisis bagaimana strategi wacana Critical Linguistic yang dipakai untuk menggambarkan pristiwa (Struktur
Wacana
tertentu. Bagaimana strategi tekstual yang Teun A. van Dijk) dipakai
untuk
menyingkirkan
atau
memarjinalkan suatu kelompok, gagasan, atau peristiwa tertentu. Kognisi
sosial:
Menganalisis
bagaimana Wawancara
kognisi wartawan dalam memahami peristiwa. Analisis
Sosial/Konteks:
mendalam
Menganalisis Studi
pustaka,
bagaimana wacana yang berkembang dalam Penelusuran masyarakat, proses produksi dan reproduksi sejarah. peristiwa. Tabel 1: Diadopsi dari Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Media, (Yogyakarta, 2009), hal. 275
41
Teun A. van Dijk melihat suatu teks berita terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, sruktur mikro adalah wacana yang dapat diamati dan bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.55 Meskipun terlihat terdiri atas berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lain. Makna global dari suatu teks (tema) didukung oleh kerangka teks dan pada akhirnya terlihat dari pilihan kata dan kalimat yang dipakai. Menurut Liltlejohn, antara bagian teks dalam model van Dijk dilihat saling mendukung, mengandung arti yang koheren satu sama lain.56 Hal ini karena semua teks dipandang van Dijk mempunyai suatu aturan yang dapat dilihat sebagai suatu piramida. Makna global dari suatu teks didukung oleh kata, kalimat, dan proposisi yang dipakai. Pernyataan atau tema pada level umum didukung oleh pilihan kata, 55
Eriyanto, Op. Cit, hal. 226 Stephen P. Littlejohn, Theories of Human Communication, Fourth Edition, (Belmont, California, Wadsworth Publishing Company, 1992, hlm. 93-94), dikutip oleh Eriyanto, Ibidem., hlm. 227 56
42
kalimat, atau retorika tertentu. Dari prinsip yang dikemukakan tersebut, membantu penelitian ini dalam mengamati bagaimana suatu teks terbangun lewat elemen-elemen yang lebih kecil. Berikut ini struktur teks digambarkan: Tabel 2 Struktur Teks Struktur Makro Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks. Superstruktur Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan Struktur Mikro Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks Tabel 2: Diadopsi dari Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Media, (Yogyakarta, 2009), hal. 227
Berikut ini digambarkan struktur wacana Van Dijk: Tabel 3 Struktur Wacana Teun A. van Dijk STRUKTUR WACANA
HAL YANG DIAMATI
ELEMEN
Tematik Struktur Makro
Tema/topik yang dikedepankan dalam suatu berita
Topik
43
Skematik Superstruktur
Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh
Summary, Story
Semantik Struktur Mikro
Struktur Mikro
Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Misal dengan memberi detil pada satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain.
Latar, Detil, Maksud, Praanggapan, Nominalisasi
Sintaksis
Bentuk kalimat, Koherensi, Kata ganti
Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih Stilistik
Struktur Mikro
Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita
Leksikon
Retoris Struktur Mikro
Grafis, Metafora, Bagaimana dan dengan cara apa Ekspresi penekanan dilakukan
Tabel 3: Diadopsi dari Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Media, (Yogyakarta, 2009), hal. 228-229
Tabel tersebut di atas mempermudah penelitian dengan mengklasifikasikan urutan-urutan untuk meneliti sebuah teks berita. Jika sebuah teks berita, penulis umpamakan seperti buah jeruk, maka kulit luar merupakan struktur makro dan superstruktur. Kedua struktur tersebut membawahi tematik dan skematik. Tematik akan menarik orang untuk berasumsi terhadap sebuah jeruk yang manis atau asam. Sebuah berita dipandang memiliki tema yang beragam. Sedangkan
44
skematik adalah proses kedua yaitu mengupas kerangka teks berita, atau penulis analogikan dengan mengupas kulit buah jeruk. Setelah mengetahui topik dan skema dari kulit luar berita, fase analisis selanjutnya yaitu struktur mikro (semantik, sintaksis, stilistik, retoris) yang tidak lain adalah tahap meneliti sebuah teks berita secara lebih terinci. Masih dalam analogi penulis, struktur mikro bisa diartikan pada langkah mengambil buah jeruk satu persatu dan merasakannya dengan pancaperasa manusia. Maka akan dihasilkan kesimpulan bahwa buah jeruk itu manis dengan sedikit serat karena sudah benarbenar masak dari pohonnya, dan kesimpulan yang berbeda lainnya. Untuk memperjelas semua elemen dari struktur wacana makro, superstruktur dan mikro, penjelasannya sebagai berikut.
a. Tematik Tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Elemen Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Topik menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu berita. b. Skematik
45
Sesuai dengan makna skematik yaitu bagaimana bagian dan urutan peristiwa satu dengan peristiwa lain diceritakan menjadi sebuah penceritaan atau kronologis tertentu. Dalam skematik elemen yang dipakai adalah summary yang meliputi judul dan lead, dan story yang meliputi situasi dan komentar. Untuk elemen summary dan story akan dijelaskan lebih detil di bab pembahasan. c. Semantik Semantik adalah tahap merinci teks berita dengan melihat detil dan maksud berita. Hal tersebut bisa terlihat apakah ada sisi pemberitaan yang sengaja disembunyikan atau justru diberi detil/kelengkapan. Elemen maksud hampir sama dengan detil, yaitu melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit dan tersembunyi.57 Dalam pemberitaan tertentu latar (latar belakang atau akar masalah) merupakan bagian yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan. Terkadang sebuah berita diberikan latar berita secara utuh, atau justru tidak sama sekali. Elemen pra-anggapan merupakan pernyataan yang 57
Eriyanto, Op. Cit., hlm. 240
46
digunakan untuk mendukung makna suatu teks dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Sedangkan elemen nominalisasi adalah pendukung detil dengan mengubah kata kerja (verba) menjadi kata benda (nomina). Nominalisasi digunakan untuk menghilangkan subjek atau aktor dalam pemberitaan. d. Sintaksis Sintaksis adalah tahap melihat kalimat berita dari bentuk dan susunan yang dipilih. Misalnya dilihat dari elemen bentuk kalimat yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Dengan kausalitas dalam bahasa diwujudkan dalam subjek dan predikat. Selanjutnya elemen koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks yang menjadikan dua buah kalimat dengan fakta yang berbeda menjadi tampak koheren jika dihubungkan. Elemen ketiga dari Sintaksis yaitu kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti biasanya dipakai alat komunikator untuk menunujukkan dimana posisi seseorang dalam wacana.58 e. Stilistik 58
Eriyanto, Op. Cit., hlm. 253
47
Stilistik dapat diartikan kekayaan bahasa, sehingga kata yang akan dipakai bisa memiliki pilihan yang disesuaikan dengan konteks berita. Elemen leksikon merupakan elemen tunggal dalam stilistik. Makna leksikon sendiri yaitu komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa.59 f. Retoris Retoris lebih mengedepankan bagaimana gaya atau cara pemberitaan dilakukan. Elemen grafis mengambil posisi dalam pemakaian font, caption, ruster, picture atau table. Metafora digunakan untuk menyampaikan pesan pokok dengan memberi ornamen lewat kiasan atau ungkapan (peribahasa, pepatah, petuah, kata-kata kuno, kepercayaan masyarakat dan lain sebagainya) sehingga dapat memperkuat pesan utama. Elemen terakhir yaitu ekspresi, hal yang berhubungan kepada proses pernyataan atau pengungkapan berita pada kemasan bahasa tertentu untuk menimbulkan efek tertentu pada khalayak. I. Sistematika Pembahasan
59
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 653
48
Untuk memperoleh hasil penelitian yang sistematis dan baik, maka pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga bab, yaitu: Bab ke-I terdapat penegasan judul, pemaparan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori dan metode penelitian. Bab ini diakhiri dengan sistematika pembahasan agar pembahasan dalam penelitian ini lebih mudah dipahami. Pada Bab ke-II terdapat ulasan tentang Pilkada Jatim tahun 2008, surat kabar harian Duta Masyarakat berikut suplemen Pilgub Jatim. Berita-berita tentang pilkada yang menjadi objek penelitian secara terperinci akan dijelaskan pada bab selanjutnya. Bab ke-III adalah uraian pembahasan. Dalam bab ini memuat klasifikasi dari sampel berita yang diambil, kemudian dilanjutkan dengan analisis untuk memecah pokok permasalahan. Bab terakhir adalah Bab IV yang berisi kesimpulan dan rekomendasi. Disertakan pula saran-saran sebagai tindak lanjut dari penelitian ini.
176
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah yang tertulis di bab pertama, dan berdasarkan atas analisis wacana milik Teun A. van Dijk yang meliputi tiga struktur; konteks, kognisi sosial, dan teks, maka wacana yang diusung surat kabar harian Duta Masyarakat dalam pemberitaan pilkada Jatim yang disajikan pada suplemen Pilgub Jatim adalah sebagai berikut: 1. Dalam suplemen Pilgub Jatim Duta Masyarakat banyak mengangkat wacana kecurangan selama proses pilkada berlangsung. Pemberitaan sebelum putaran kedua terselenggara menampilkan kecurangan jalannya penggalangan dukungan dari calon incumbent yang maju (Soekarwo). Sedangkan pada pilkada putaran kedua dan putaran ulang. Duta memilih membeberkan berita investigasi untuk mendukung wacana kecurangan yang terjadi di tiap-tiap lokasi pemilihan. 2. Sebagai surat kabar dakwah (karena memiliki konten-konten islami dan penyiaran islam dalam rubrik-rubriknya), surat kabar Duta Masyarakat tidak bisa terlepas dari dominasi akses kekuasaan—dalam hal ini pemilik kebijakan/pemimpin umum Duta yang memiliki kecenderungan politik kepada salah satu cagub—serta pengaruh kognisi sosial para kru redaksi—yang notabene berasal dari nahdliyin. Sehingga dalam suplemen Pilgub Jatim Duta Masyarakat secara tidak
177
langsung mewacanakan keberpihakannya terhadap salah satu calon gubernur (Khofifah-Mudjiono) di setiap pemberitaannya. Duta memberikan volume berita yang berlebihan kepada pasangan Ka-Ji (Khofifah-Mudjiono) dan sedikit berita tentang KarSa (Soekarwosaifullah Yusuf). 3. Media dakwah juga tidak terlepas dari faktor ideologi yang mengakar dalam dirinya. Melihat dari berbagai pola pemberitaan yang ada di suplemen Pilgub Jatim, ideologi yang terdapat dalam suplemen Pilgub Jatim mengarah kepada dukungan feminisme. Hal tersebut bisa jadi berdasarkan latar belakang struktur organisasi Duta Masyarakat yang memiliki kru dan personil-personil militan dari NU. Meski secara gender, mayoritas para kru yang ada di Duta adalah laki-laki, tak lantas membuat ideologi yang dianut Duta menjadi patriarki an-sich. Kenyataannya, mereka cenderung mengangkat tema yang tak bias dari pengertian gender pada umumnya. Untuk mengetahui kesimpulan yang berdasarkan struktur teks, penulis akan memaparkan beberapa kesimpulan atas analisis teks per elemen. Pada elemen tematik, analisis atas distribusi tema pada berita di suplemen Pilgub Jatim menunjukkan kecenderungan penguatan tema. Meskipun memiliki tiga tema, namun Duta lebih menonjolkan tema mengenai kecurangan yang terstruktur mendzalimi pihak Ka-Ji. Tema
178
tersebut selalu diulang-ulang dalam pemberitaan kurang lebih bertujuan untuk menumbuhkan empati dari masyarakat dari kecurangan yang dilakukan oleh KarSa untuk mendukung Ka-Ji. Sesekali dua kali Duta memberitakan secara langsung atas kecurangan yang terjadi (dengan judul dan lead yang vulgar dan eksplisit), namun lebih sering dengan menggunakan kalimat pertanyaan. Kalimat pertanyaan digunakan untuk mengaduk emosional pembaca dan membiarkan pembaca sendiri yang mengira-ngira dan menjawab. Pada elemen skematik surat kabar harian Duta Masyarakat memiliki kecenderungan memprioritaskan berita tentang kecurangan. Duta membentuk agenda setting atas berita pilgub putaran kedua dan pilgub putaran ulang yang ternodai karena kecurangan. Bahkan tak tanggungtanggung, surat kabar harian ini sering melakukan praduga dengan memunculkan unsur Who secara eksplisit. Pola pemberitaan yang digunakan Duta adalah jurnalisme evaluatif, yaitu gabungan dari jurnalisme objektif. Pola tersebut mengandalkan keunggulan data dan fakta akurat dengan jurnalisme baru yang mengandalkan subjektifitas wartawan yang ditunjang dengan penulisan berita selidik (investigative reporting). Duta juga terkadang mengambil komentar/pernyataan dari pihak-pihak tertentu yang berseberangan ekstrem dari pihak Ka-Ji. Pihak tertentu lain adalah tokoh yang sengaja mendukung pihak KarSa. Sehingga sosok Ka-Ji berada diposisi yang menguntungkan, yaitu mendapatkan dukungan dari masyarakat.
179
Dari elemen semantik, analisis atas isi berita di halaman Pilgub Jatim menunjukkan kecenderungan maksimalisasi argumen penguat. Keunggulan data yang diperoleh Duta dibeber dengan jelas di elemen ini. Laporan kecurangan yang telah dilakukan kubu KarSa dinyatakan bukan mengada-ada dan memang benar adanya. Kecurangan dalam pilgub putaran kedua dan ulang dijabarkan secara detil. Detil dari kasus pendukung Ka-Ji yang mengalami serangan membabi buta khas orang Madura; carok diulas secara runtut dan rinci. Dari elemen ini, bisa diartikan bahwa betapa bengisnya cara-cara yang digunakan KarSa untuk menjadikan dirinya sebagai pemenang. Bahkan sampai rela menodai proses perhelatan demokarsi yang seharusnya berjalan dengan santun, jujur, dan damai. Bahasa Duta semakin frontal berangkat dari elemen ini. Pada elemen sintaksis, dimensi kalimat dan kata yang digunakan oleh Duta menunjukkan perbedaan antara berita untuk Ka-Ji dengan KarSa. Unit-unit analisis seperti bentuk kalimat, koherensi, dan kata ganti yang dipakai dalam berita memainkan dugaan bahwa ada kekuatan lain yang bermain dibelakang segala tindakan KarSa yang seakan-akan selalu ‘lepas’ dari pelanggaran hukum (dalam kampanye, ataupun pelaksanaan pilkada). Secara spesifik dari elemen stilistik dan retoris, sampel berita penelitian
ini
bertaburan
majas.
Bahkan
secara
implisit,
Duta
menggambarkan sosok Khofifah tak kalah tangguh dengan Soekarwo,
180
meski
Khofifah
dan
Mudjiono
adalah
pasangan
yang
terakhir
mencalonkan diri. Akibatnya, Soekarwo yang secara peta dukungan sudah dipastikan menang, menjadi kalang kabut memetakan kembali dukungan dan cara untuk memenangkan diri. B. Rekomendasi Dalam penelitian ini, perhatian utama penulis adalah bagaimana wacana yang dibangun oleh Duta Masyarakat yang tampak dari konteks, kognisi sosial dan teks terhadap isu pilkada Jatim. Meski Duta Masyarakat adalah surat kabar harian yang memiliki primary target audiencenya warga dan tokoh NU secara nasional, namun Duta sangat ‘berani’ (bersikap frontal dan tegas) dan tidak ambigu dalam memberitakan kecurangan pilkada yang oleh sebagian surat kabar lokal masih belum diangkat secara tajam (abu-abu). Namun penulis akan menyimpulkan beberapa saran yang dapat diambil oleh pihak Duta pada khususnya, dan kepada pihak diluar Duta yang memiliki keterkaitan dengan tema yang penulis susun pada umumnya. 1. Meski Duta dalam menampilkan berita pilkada Jatim memiliki kecenderungan dukungan terhadap salah satu cagub NU (KhofifahMudjiono), dan meskipun mengetahui bahwa Duta adalah surat kabar milik warga NU, namun karena Duta juga bagian dari surat kabar untuk khalayak yang memiliki tanggung jawab terhadap aturan-aturan
181
pers, maka tetap diharapkan Duta agar tidak memiliki keberpihakan dalam pemberitaan. 2. Surat kabar harian Duta Masyarakat merupakan surat kabar yang memiliki segmentasi pembaca dari kalangan NU secara nasional. Sebagai surat kabar NU yang memiliki sejarah pasang surut dalam penerbitannya, alangkah baiknya untuk lebih mempertimbangkan sisi promosi yang lebih intensif agar eksistensi surat kabar ini lebih dikenal oleh masyarakat luas dan instansi-instansi pendidikan yang masih berhaluan Nahdlatul ‘Ulama. Sehingga Duta sebagai surat kabar NU setingkat semakin dikenal layaknya AULA yang merupakan majalah bulanan milik NU. Disamping itu, mengingat bahwasannya NU adalah organisasi besar yang juga memiliki massa besar (mayoritas warga Jawa Timur) sudah selayaknya Duta sebagai surat kabar resmi milik NU mempertimbangkan kenaikan oplahnya secara periodik. 3. Melalui pengamatan penulis yang telah menjadi pelanggan Duta selama lebih dari satu dekade, penting rasanya jika Duta memberikan jargon, slogan atau motto yang mencerminkan citra dan semangat keNU-an dalam tampilan depannya. Sehingga akan menjadi persuasive package yang terpatri dalam benak pelanggan atau konsumen baru. 4. Kepada mahasiswa UIN, terutama di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) yang akan mengambil objek kajian yang berkaitan dengan media massa diharapkan untuk memperluas
182
khazanah keilmuan dan lebih menggali sumber daya yang dimiliki oleh daerah. Hal tersebut bisa dimanifestasikan melalui surat kabar daerah sebagai objek kajian penelitian. Sehingga keilmuan komunikasi— melalui analisis framing, analisis isi, dan analisis wacana—bisa diterapkan pada surat kabar yang belum dilakukan penelitian sebelumnya.
183
DAFTAR PUSTAKA Agustino, Leo. 2009. Pilkada dan Dinamika Politik Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Anam, Choirul. 1985. Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama. Sala: Jatayu Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur Pendekatan Penelitian Praktek. Jakarta: PT. Rineke Cipta Chandra, Dewi Hapsari. 2009. Hari-Hari Terakhir Soeharto dalam Majalah Berita Mingguan Tempo. Yogyakarta : Skripsi Juruan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Dominick, Joseph R. 2005. The Dynamics of Mass Communications: Media in the Digital Age. New York: McGraw-Hill Dyah Rahayu, Wulansari. 2006. Politik Pencitraan (Studi Tentang Strategi Pencitraan Diri Kandidat Suharto-Badingah dalam Kampanye Pilkada di Gunungkidul Juni 2005). Yogyakarta: Skripsi Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada Eriyanto, 2009. Analisis Wacana Pengantar Analisis Media. Yogyakarta: LKiS ----------, 2002. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS Fadeli, Soeleiman dan Mohammad Subhan, 2007. Antologi Sejarah-IstilahAmaliah-Uswah NU. Surabaya: Khalista Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta: Granit
184
Hartanto, Ahmad. 2009. Analisis Wacana Pemberitaan Kekerasan pada Perempuan (Studi Kasus pada Halaman Patroli H.U Solopos sepanjang tahun 2008). Yogyakarta: Skripsi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga I. N, Soebagijo. 1981. Jagat Wartawan Indonesia. Jakarta: Gunung Agung Junaedhi, Kurniawan. 1991. Ensiklopedi Pers Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama --------------------------. 1995. Rahasia Dapur Majalah di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Kristanto, J.B (ed.). 1996. Mahbub Djunaidi Asal-Usul; Kumpulan Karangan. Jakarta: KOMPAS Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2000. Jurnalistik: Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya Lihawa, Verawaty. 2009. Media Massa dan Konstruksi Realitas (Analisis Wacana Surat kabar harian Gorontalo Post dalam mengkonstruksi kandidat gubernur Fadel Muhammad pada berita kampanye pemilihan pilkada Gorontalo Edisi 10-24 Novembet 2006). Yogyakarta : Skripsi jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik, Universitas Gadjah Mada Littlejohn, Stephen P. 1992. Theories of Human Communication, Fourth Edition, Belmont. California: Wadsworth Publishing Company --------------------------, 2002. Theories of Human Communication, Seventh Edition, Belmont. California: Wadsworth Publishing Company Maleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
185
Millah, Ahmad Hasan. 2010. Khofifah Indar Parawansa Melawan Pembajakan Demokrasi, Pelajaran dari Tragedi Pilkada Jawa Timur. Banten: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (Pesat) Merriam, Sharan B. 1991. Case Study Research In Education, A Qualitative Approach. San Fransisco, California and Oxford: Jossey-Bass Publishers Munif, Achmad. 2008. Diktat Mata Kuliah Wirausaha Media Cetak, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yogyakarta: karya pribadi Mursito BM. 1999. Penulisan Jurnalistik; Konsep Teknik dan Teknik Penulisan Berita. Surakarta: Nimmo, D. Dan. 2005. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Olii, Helena. 2007. Opini Publik. Jakarta: P.T Indeks Oetama, Jakob. 2001. Berpikir Ulang Tentang Keindonesiaan. Jakarta: KOMPAS --------------------, 2001. Pers Indonesia: Berkomunikasi Dalam Masyarakat Tidak Tulus. Jakarta: KOMPAS Pan, Zhongdang and Gerald M. Kosicki. 1993. Framing Analysis: An Approach to New Discourse. Journal of Political Communication, volume 10 Pawito, 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS ---------------------, 2009. Komunikasi Politik, Media Massa dan Kampanye Pemilihan. Yogyakarta&Bandung: Jalasutra Rachmadi, F. 1990. Perbandingan Sistem Pers; Analisis Deskriptif Sistem Pers di Berbagai Negara. Jakarta: Gramedia
186
Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya ------------------------, 2005. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya Sastropoetro, Santoso. 1990. Pendapat Publik, Pendapat Umum dan Pendapat Khalayak dalam Komunikasi Sosial, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Severin-James, Werner J. and W. Tankard Jr, 2007. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta: Prenada Media Susanto, 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: UPT penerbitan UNS Silverman, David. 2005. Doing Qualitative Research, Second Edition. London: SAGE Publications Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi (ed.), 1989. Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sudibyo, Agus. 2001. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LKiS Uchjana, Onong Effendy. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Usman, Husaini. 1996. Metodologi Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Wahid, Abdul. 2000. Pers dan Kekerasan Etnis (Analisis Wacana Berita Kerusuhan Mei 1998 di Harian Kompas, Republika dan Jawa Pos periode bulan Mei-Juni 1998. Yogyakarta: Skripsi Juruan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada
187
Wang, Xinkun. 2003. Media Ownership and Objectivity. United States: Thesis Major of Mass Communication, Faculty of Agricultural and Mechanical College, The Manship School at Louisiana State University Zuhri, Saifuddin. 1987. Berangkat Dari Pesantren. Jakarta: Gunung Agung Website and Dictionary: Kamus Digital: Microsoft Encarta Consultants, 2008. Encarta World English Dictionary Premium. U.S.A: Microsoft Macromedia, Inc. Kamus B. Indonesia: Penyusun, Tim. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka Kamus B. Inggris: Salim, Peter. 2003. The Contemporary Indonesian-English Dictionary Second Edition. Jakarta: Modern English Press Kamus B. Inggris: Salim , Peter. 2008. The Contemporary English-Indonesian Dictionary Sixth Edition, With British And American Pronunciation And Spelling. Jakarta: Media Eka Pustaka/P.T Gramedia (direct selling) www.kpudpasuruan.com www.dutamasyarakat.com www.nu.or.id www.liputan6.sctv.co.id www.antara.com www.wikipedia.com www.jurnalismewarga.com www.pdat.co.id (pusat data dan analisis tempo) Surat Kabar Harian Jawa Pos Surat Kabar Harian Duta Masyarakat Majalah Mingguan Tempo
LAMPIRAN-LAMPIRAN
188