ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER BERMITRA DAN MANDIRI DI KABUPATEN SERANG PROPINSI BANTEN
FANI PURWANTI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko Produksi Pada Usaha Peternakan Ayam Broiler Bermitra Dan Mandiri Di Kabupaten Serang Propinsi Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor,
Mei 2015
Fani Purwanti NIM H34110102
ABSTRAK FANI PURWANTI. Analisis Risiko Produksi Pada Peternakan Ayam Broiler Bermitra Dan Mandiri Di Kabupaten Serang Propinsi Banten. Dibimbing oleh YANTI NURAENI MUFLIKH. Salah satu komoditas peternakan yang banyak dibudidayakan dan memiliki potensi dalam kontribusi daging nasional ialah peternakan ayam broiler. Kabupaten Serang merupakan salah satu sentra produksi ayam broiler di Banten sehingga mendorong timbulnya perusahaan mitra. PT.Berkah Mitra Sejahtera (BMS) ialah perusahaan yang menjalin kerjasama dengan tiga peternak ayam broiler di Kabupaten Serang. Terdapat peternakan ayam broiler mandiri,namun tidak dalam jumlah banyak.Adanya mortalitas mengindikasikan terjadinya risiko produksi pada peternakan ayam broiler.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber risiko produksi peternak ayam broiler bermitra dan mandiri, menganalisis kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dari sumber risiko produksi ayam broiler terhadap penerimaan, membandingkan risiko produksi usaha peternakan ayam broiler bermitra dan mandiri serta menganalisis alternatif strategi yang tepat untuk mengatasi risiko produksi ayam broiler. Sumber risiko yang ditemukan pada peternakan ayam broiler mitra ialah penyakit memiliki probabilitas rata-rata 39.43 persen, perubahan cuaca memiliki probabilitas rata-rata 31.93 persen, kualitas DOC kurang baik memiliki probabilitas rata-rata 24.23 persen serta predator memiliki probabilitas rata-rata 12.90 persen. Sumber risiko pada peternak mandiri ialah penyakit memiliki probabilitas 50.00 persen, perubahan cuaca memiliki probabilitas 46.40 persen, predator memiliki probabilitas 23.30 persen dan kualitas DOC kurang baik memiliki probabilitas 18.10 persen. Berdasarkan perhitungan uji-t menunjukkan risiko produksi terbesar dialami peternakan mitra karena p-value yang dihasilkan > α = 0.05 sehingga terima Ho. Hasil pemetaan risiko menunjukkan bahwa terdapat dua strategi, yaitu strategi preventif dan mitigasi. Penyakit merupakan sumber risiko yang memiliki kemungkinan dan dampak paling besar. Kata kunci :Ayam broiler, Kemitraan, Mandiri, Risiko produksi,
ABSTRACT FANI PURWANTI. Risk Production Analysis of Contract Farming and Independent Broiler Poultrymen in Serang Banten. Supervised by YANTI NURAENI MUFLIKH.
One of the many farms which has the potential national meat contribution is broiler chickens farm. Serang Regency is one of the broiler production centers in Banten, and it encourages the emergence of partner companies. PT.Berkah Mitra Sejahtera is a company which forms a partnership with three broiler poultrymen in Serang District. There are few independent broiler chicken farms there. The aim of the study was to identify the sources of the farm production risks of the independent or contract farming, to analyze the likelihood of the risks and impacts of farm production risk sources,to compared risks production broiler chicken farm of independent or contract farming, to analyze and to analyze alternative strategies
to handle the farm producton risk sources. There were four farm production risk resources found in the contract farming farms i.e, diseases whose average probability was 39.43 percent, weather changes - 31.93 percent, poorer DOC quality - 24.23 percent, and predators - 12.90 percent. Similiarly there were also four farm production risk resources found in the independent poultryman’s farm, i.e diseases whose probability of which was 50.00 percent, weather changes 46.40 percent, predators - 23.30 percent, and poorer DOC quality - 18.10 percent.Based on t-test showed the risk production being largest for contract farming because p-value >α=0.05,so that no reject Ho. Risk mapping results indicate that there were two strategies, namely preventive and mitigation strategies. Diseases were a source of risk that had the highest possibility and the greatest impact. Keywords
:
Broilers,
Contract
Farming,
Independent,
Production
ris
ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER BERMITRA DAN MANDIRI DI KABUPATEN SERANG PROPINSI BANTEN
FANI PURWANTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Risiko Produksi Pada Usaha Peternakan Ayam Broiler Bermitra Dan Mandiri Kabupaten Serang Propinsi Banten, sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Sarjana Ekonomi, dari Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis yang dilaksanakan di tiga lokasi peternakan mitra PT.Berkah Mitra Sejahtera dan satu peternakan mandiri, Kabupaten Serang, Propinsi Banten yang dilaksanakan sejak bulan Oktober hingga Desember 2014. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih secara tertulis sebagai bentuk penghargaan kepada kedua orang tua serta ketiga adik tercinta yang telah memberikan dukungan, doa, dan materi yang mengantarkan penulis pada satu titik menuju masa depan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Yanti Nuraeni Muflikh, SP,M.Agribus sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk mengarahkan, membimbing, dan mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ir.Narni Farmayanti,M.Sc dan Etriya,SP,MM, selaku dosen penguji pada ujian sidang skripsi yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.Penghargaan tidak lupa penulis sampaikan kepada Ibu/Bapak dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis, keluarga besar peternak,Yeni Marlina,SST selaku Kepala UPTD Peternakan dan Agus Miharja,S.Pt selaku penyuluh Dinas Peternakan yang telah memberikan sarannya, TS pihak PT.Berkah Mitra Sejahtera yaitu Asmat yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian dan telah membantu selama pengumpulan data, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor,
Mei 2015
Fani Purwanti
vi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang
viii viii viii 1 1
Perumusan Masalah
6
Tujuan Penelitian
9
Manfaat Penelitian
9
Ruang Lingkup TINJAUAN PUSTAKA
10 10
Usaha Peternakan Ayam Broiler
10
Faktor – faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler
11
Sumber – Sumber Risiko dalam Peternakan Ayam Broiler
15
Analisis Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler
16
Strategi Penanganan Risiko Peternakan Ayam Broiler
18
Pola Kemitraan (Contract Farming)
19
Pola Mandiri
19
KERANGKA PEMIKIRAN
20
Kerangka Pemikiran Teoritis
20
Konsep Risiko Sumber – Sumber Risiko Manajemen Risiko Teknik Pemetaan Risiko Kerangka Pemikiran Operasional
20 22 25 27 28
METODE PENELITIAN
31
Lokasi dan Waktu
31
Jenis dan Sumber Data
31
Metode Pengumpulan Data
32
Metode Analisis Data
33
Analisis Deskriptif
34
Analisis Pengukuran Risiko Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko Analisis Dampak Risiko Pemetaan Risiko Penanganan Risiko
34 36 37 38 38
vii
Uji-t HASIL DAN PEMBAHASAN
39 40
Gambaran Umum Usaha Peternakan Ayam Broiler Bermitra
40
Proses produksi peternakan ayam broiler yang bermitra Persiapan Kandang Proses Pembudidayaan Proses Panen Ayam Broiler Bermitra Pasca Panen Gambaran Umum Usaha Peternakan Ayam Broiler Mandiri
44 44 47 50 51 51
Proses Panen Ayam Broiler Mandiri Saluran Pemasaran Usaha Peternakan Ayam Broiler Mandiri Identifikasi Sumber Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Bermitra
54 54 55
Risiko Produksi Identifikasi Sumber Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Mandiri
57
60
Risiko Produksi Analisis Kemungkinan Terjadi Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Bermitra
61
Analisis Kemungkinan Terjadi Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Mandiri
67
Analisis Dampak Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Bermitra
70
Analisis Dampak Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Mandiri
75
Analisis Perbandingan Tingkat Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Bermitra dan Mandiri
78
Pemetaan Risiko Peternakan Ayam Broiler Bermitra
78
Pemetaan Risiko Peternakan Ayam Broiler Mandiri
82
Alternatif Strategi Penanganan Risiko Peternakan Ayam Broiler Bermitra
85
Alternatif Strategi Penanganan Risiko Peternakan Ayam Broiler Mandiri
89
SIMPULAN DAN SARAN
60
93
Simpulan
93
Saran
94
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
94 97 125
viii
DAFTAR TABEL 1 Perkembangan kontribusi (share) PDB sektor pertanian terhadap PDB Nasional 2 Perbandingan kandungan gizi pada komoditi daging 3 Tingkat konsumsi produk peternakan per kapita tahun 2009 - 2013 4 Produksi daging ternak ayam (kg) di Propinsi Banten tahun 2009-2013 5 Populasi ternak ayam (ekor) di Kabupaten Serang tahun 2009-2013 6 Tingkat mortalitas pada salah satu peternak mitra Berkah Mitra Sejahtera 7 Tingkat mortalitas pada salah satu peternak mandiri 8 Jenis alat pemanas berdasarkan sumber energinya 9 Proses pengolahan data 10 Waktu produksi peternakan ayam broiler Ibu Lisda 11 Waktu produksi peternakan ayam broiler Bapak Hajiji 12 Waktu produksi peternakan ayam broiler Bapak Marfu 13 Waktu produksi peternakan ayam broiler mandiri 14 Hasil perhitungan analisis probabilitas sumber risiko produksi ayam broiler peternakan Ibu Lisda pada skala usaha 7000 ekor 15 Hasil perhitungan analisis probabilitas sumber risiko produksi ayam broiler peternakan Bapak Hajiji pada skala usaha 5000 ekor 16 Hasil perhitungan analisis probabilitas sumber risiko produksi ayam broiler peternakan Bapak Marfu pada skala usaha 5000 ekor 17 Hasil perhitungan analisis probabilitas sumber risiko produksi peternakan ayam broiler mandiri pada skala usaha 5000 ekor 18 Nilai VaR (dampak) dari masing-masing sumber risiko produksi peternakan ayam broiler Ibu Lisda pada skala usaha 7000 ekor 19 Nilai VaR (dampak) dari masing-masing sumber risiko produksi peternakan ayam broiler Bapak Hajiji pada skala usaha 5000 ekor 20 Nilai VaR (dampak) dari masing-masing sumber risiko produksi peternakan ayam broiler Bapak Marfu pada skala usaha 5000 ekor 21 Nilai VaR (dampak) dari masing-masing sumber risiko produksi ayam broiler peternak mandiri pada skala usaha 5000 ekor 22 Status risiko pada masing-masing sumber risiko produksi peternak mitra 23 Status risiko pada setiap sumber risiko produksi ayam broiler peternak mandiri
1 2 3 4 5 8 8 13 33 56 57 57 60 63 65 67 69 72 73 75 77 79 83
ix
DAFTAR GAMBAR 1 Hubungan risiko dengan return pandangan lama : semakin tinggi risiko semakin tinggi tingkat keuntungan 2 Risk-Uncertainty continoum 3 Proses pengelolaan risiko perusahaan 4 Peta risiko 5 Alur kerangka pemikiran operasional 6 Strategi preventif dan mitigasi risiko 7 Alur pemasaran usaha peternakan ayam broiler mandiri 8 Hasil pemetaan sumber-sumber risiko pada peternakan Ibu Lisda 9 Hasil pemetaan sumber-sumber risiko pada peternakan Bapak Hajiji 10 Hasil pemetaan sumber-sumber risiko pada peternakan Bapak Marfu 11 Hasil pemetaan sumber-sumber risiko pada peternakan mandiri 12 Penanganan sumber risiko melalui strategi preventif 13 Penanganan sumber risiko melalui strategi mitigasi 14 Penanganan risiko produksi dengan strategi preventif 15 Penanganan risiko produksi dengan strategi mitigasi
21 21 25 27 30 39 55 81 81 82 84 87 88 91 92
DAFTAR GRAFIK 1 Tingkat populasi ternak ayam broiler (ekor) di Propinsi Banten 2 Tingkat mortalitas ayam broiler (persen) di Propinsi Banten
4 7
DAFTAR LAMPIRAN 1 Data populasi ternak ayam (ekor) di Propinsi Banten Tahun 2009-2013 2 Gambar struktur organisasi ketiga peternak mitra 3 Kontrak peternakan ayam broiler bermitra dengan PT.Berkah Mitra Sejahtera 4 Analisis probabilitas sumber risiko pada peternakan Ibu Lisda 5 Analisis probabilitas sumber risiko pada peternakan Bapak Hajiji 6 Analisis probabilitas sumber risiko pada peternakan Bapak Marfu 7 Analisis probabilitas sumber risiko pada peternakan ayam broiler mandiri 8 Analisis dampak sumber risiko produksi peternakan Ibu Lisda 9 Analisis dampak sumber risiko produksi peternakan Bapak Hajiji 10 Analisis dampak sumber risiko produksi peternakan Bapak Marfu 11 Analisis dampak sumber risiko produksi peternakan ayam broiler mandiri 12 Hasil Uji-T 13 Data kematian ayam pada tiap peternak
98 99 100 104 106 108 110 112 114 116 118 120 121
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris, yang mampu menghasilkan berbagai macam produk pertanian. Beberapa produk pertanian yang dihasilkan berupa padi, sayuran, buah – buahan, hasil hutan, hasil tambang dan hasil peternakan. Sektor pertanian juga dapat memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional. PDB dalam sektor pertanian mengalami peningkatan dalam periode 2004 - 2009 sebesar 13.9 persen per tahun, kemudian pada periode 2010 – 2013 juga mengalami peningkatan sebesar 14.9 persen. Perkembangan kontribusi (share) PDB sektor pertanian terhadap PDB nasional dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Perkembangan kontribusi (share) PDB sektor pertanian terhadap PDB Nasional Tahun No Indikator Kinerja Satuan 2010 2011 2012 2013 1. Tanaman Bahan % 7.5 7.1 7.0 7.5 Makanan 2. 3.
Perkebunan Peternakan hasilnya
4. 5.
Kehutanan Perikanan Pertanian
dan
% %
2.1 1.9
2.1 1.7
1.9 1.8
2.0 1.8
% % %
0.8 3.1 15.3
0.7 3.1 14.7
0.7 3.1 14.4
0.6 3.2 15.1
Sumber : Badan Pusat Statistik (2013)
Adanya peningkatan kontribusi hasil pertanian terhadap PDB Nasional dapat memberikan peluang yang sangat besar bagi berbagai sub sektor pertanian untuk menjalankan usaha, sektor pertanian Indonesia terbagi dalam empat sub sektor yaitu subsektor tanaman pangan, tanaman perkebunan, hortikultura dan subsektor peternakan. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan adalah subsektor peternakan. Hal ini pun dapat didukung dengan adanya peningkatan volume ekspor dalam sub sektor peternakan pada bulan Agustus hingga September 2013. Seperti daging ayam meningkat sebesar 460 kg dengan nilai US$ 1 752, Susu dan kepala susu sebesar 27 632 811 kg dengan nilai US$ 53 131 475 dan telur unggas sebesar 400 kg dengan nilai US$ 3 0761. 1
Pusdatin Setjen Pertanian.2013.Kementrian Republik Indonesia.[Internet]Terhubung berkala. http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id/kategori1-44-analisis-pdb.html. (di unduh pada tanggal 09 Mei 2015).
2
Adapun subsektor yang bergerak dalam menangani bidang bisnis pertanian ini ialah dalam bidang agribisnis. Agribisnis tersebut merupakan salah satu bidang yang sangat penting bagi hajat hidup masyarakat dan memiliki potensi dijadikan sebagai penggerak utama ekonomi nasional. Salah satu sektor dalam bidang agribisnis yang dapat meningkatkan ekonomi pedesaan dan pendapatan masyarakat ialah dalam sektor peternakan. Usaha peternakan bahkan mampu meningkatkan ekonomi pedesaan dan sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat desa (Sutawi, 2007). Sub sektor peternakan Indonesia sendiri sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub sektor ini dapat memberikan nilai tambah (value added) bagi pertanian Indonesia. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa jauh kemampuan kita untuk mengembangkan usaha peternakan tersebut agar mempunyai prospek yang baik di pasar. Terkait dengan hal tersebut, maka sub sektor peternakan yang ingin dibangun di masa depan adalah yang mampu bersaing dan menghasilkan produk – produk di pasar dan mampu berkembang secara berkelanjutan. Melihat hal tersebut, sub sektor peternakan Indonesia merupakan sub sektor peternakan yang menghasilkan daging, susu dan telur. Tiga komoditi ini merupakan tolak ukur dan andalan bagi perkembangan peternakan khususnya di Indonesia. Banyak masyarakat Indonesia memilih asupan gizi yang berasal dari daging hewan ternak seperti daging sapi, daging kambing daging kerbau, daging itik, daging domba dan daging ayam. Namun jika dilihat dari tingkat kandungan gizinya asupan protein sangat diperlukan oleh tubuh manusia karena dapat diolah menjadi energi serta menurut (Iriani,2005) protein juga diperlukan terus-menerus untuk pertumbuhan dan metabolisme dalam tubuh. Untuk itu pada tabel 2, disajikan perbandingan kandungan gizi pada komoditi daging. Tabel 2 Perbandingan kandungan gizi pada komoditi daging No. Komoditi Kalori (%) Protein (%) 1. Daging sapi 207 18.8 2. Daging kerbau 85 18.7 3. Daging kambing 154 16.6 4. Daging ayam 206 18.2 5. Daging itik 302 16.0 6. Daging domba 326 17.1
Lemak (%) 14 0.5 9.2 25 28.6 14.8
Sumber : Karyadi dan Muhilal (2010
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat kandungan protein paling besar pada daging sapi kemudian daging kerbau lalu daging ayam. Meskipun
-[Artikel] Sutawi.2007.Peluang,Ancaman, Kekuatan dan Kelemahan pada Subsistem Agribisnis.[internet].Terhubung berkala. http://www.rabiatulhadawiyah.wordpress.com/2012/12/04/peluangancaman-kekuatan-dankelemahan-usaha-itik-petelur-pada-berbagai-subsistem-agribisnis/(di unduh pada tanggal 18 Desember 2014).
3
kandungan protein pada daging sapi dan kerbau lebih besar,banyak dari masyarakat yang tidak mampu untuk membeli daging tersebut, dan mensubtitusi pada daging ayam broiler. Hal ini dikarenakan harga pada daging sapi dan daging kerbau per kg nya cukup tinggi. Akibatnya tingkat konsumsi daging ayam broiler per kapita memiliki nilai yang besar dibandingkan dengan tingkat konsumsi daging peternakan lainnya. Berikut disajikan rincian mengenai tingkat konsumsi produk peternakan per kapita tahun 2009-2013 pada tabel 3. Tabel 3 Tingkat konsumsi produk peternakan per kapita tahun 2009 - 2013 No Komoditi Daging Segar Tahun (kg/kapita/tahun) 2009 2010 2011 2012 2013 1. Sapi 0.313 0.365 0.417 0.365 0.261 2. Kerbau 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 3. Kambing 0.000 0.000 0.052 0.000 0.000 4. Babi 0.209 0.209 0.261 0.209 0.209 5. Ayam ras/broiler 3.076 3.546 3.650 3.494 3.650 6. Ayam kampung 0.521 0.626 0.626 0.521 0.469 7. Unggas lainnya 0.052 0.052 0.052 0.052 0.052 8. Daging lainnya 0.052 0.052 0.052 0.052 0.052 Sumber : Departemen Pertanian RI (2014)
Melihat banyaknya masyarakat Indonesia yang mengkonsumi daging ayam khususnya daging ayam broiler maka masyarakat mulai tertarik dalam bidang pertanian terutama pada subsektor peternakan. Sub sektor peternakan yang marak dikembangkan adalah usaha peternakan ayam broiler. Usaha peternakan ayam broiler ini sudah lama berkembang di Indonesia dan menjadi pusat perhatian pemerintah. Dengan adanya perkembangan usaha peternakan ayam broiler ini, banyak masyarakat yang mencoba untuk melakukan usaha tersebut, meskipun dengan skala kecil namun usaha peternakan ini dapat memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. Banyak hal yang dilakukan pemerintah agar usaha tersebut tetap berjalan, salah satunya dengan menerapkan kebijakan Perusahaan Inti Rakyat (PIR) sesuai dengan Keppres No.50 Tahun 1981. Hasil kajian Saptana (1999) pada saat krisis moneter menunjukkan adanya penurunan skala usaha pada peternakan plasma sebesar 40 persen. Oleh karena itu kebijakan pemerintah mengenai PIR ini digantikan dengan model sistem pertanian kontrak (contract farming). Pada model ini terjadi hubungan kerjasama antara kelompok peternak dengan perusahaan inti yang dituangkan dalam suatu perjanjian kontrak jual beli secara tertulis untuk jangka waktu tertentu. Mengingat untuk melakukan usaha tersebut memerlukan sejumlah modal besar, maka para pelaku usahanya lebih memilih untuk menerapkan contract farming tersebut. Terdapat beberapa daerah di Indonesia berpotensi untuk mengembangkan usaha peternakan ayam broiler. Salah satunya adalah propinsi Banten. Propinsi Banten dikenal luas sebagai salah satu wilayah penghasil peternakan ayam broiler yang dapat memproduksi dalam jumlah besar. Hal ini diperkuat dengan kondisi iklim di propinsi Banten yang dipengaruhi oleh Angin Monson dan gelombang La Nina sehingga mempunyai cuaca berkisar antara 22.1 -33.7 dengan keadaan cuaca yang demikian maka sangat cocok untuk dilakukan bisnis peternakan ayam
4
broiler. Sehingga hal tersebut senada dengan besarnya tingkat populasi ternak ayam broiler di Propinsi Banten. Berikut disajikan pada grafik 1 yang memperlihatkan tingkat populasi ternak ayam broiler (ekor) di Propinsi Banten.
Grafik 1 Tingkat populasi ternak ayam broiler (ekor) di Propinsi Banten Sumber :Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Banten (2014)
Berdasarkan grafik 1 menunjukkan tingkat populasi ternak ayam broiler di Propinsi Banten selama 5 tahun, mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Adanya peningkatan populasi ternak ayam broiler ini, semakin menunjukkan bahwa prospek kegiatan usaha peternakan ayam broiler di Propinsi Banten sangat baik, dan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Salah satu daerah di Propinsi Banten yang berpotensi untuk menghasilkan produksi ternak ayam broiler ialah di Kabupaten Serang. Hal ini dapat dilihat pada gambar grafik diatas, menunjukkan bahwa setiap tahunnya populasi ternak ayam broiler di Kabupaten Serang mengalami peningkatan cukup positif. Adapun rincian mengenai tingkat populasi ternak ayam di Propinsi Banten dapat dilihat pada Lampiran 1. Adanya peningkatan populasi ternak ayam broiler tersebut, senada dengan produksi daging ternak ayam broiler yang dihasilkan di Propinsi Banten, hal ini dapat dilihat pada tabel 4 menunjukkan produksi daging ternak ayam (ton) di Propinsi Banten tahun 2009-2013. Tabel 4 Produksi daging ternak ayam (kg) di Propinsi Banten tahun 2009-2013 Tahun
Ayam Buras
Ayam Petelur
Ayam Ras Pedaging / Ayam Broiler
Itik
2009
12 041 923
1 894 053
53 089 163
3 363 877
2010
14 400 961
1 558 310
86 089 067
3 489 973
2011
9 559 484
2 547 016
111 669 673
4 788 697
2012 2013
8 825 086 8 874 756
1 104 449 2 147 886
111 159 290 109 028 799
3 021 429 4 195 361
Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Banten (2014
5
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa produksi daging ayam terbesar yang dihasilkan di Propinsi Banten adalah ayam ras pedaging/ayam broiler, dibandingkan dengan daging ternak lainnya. Ini merupakan suatu hal positif dimana Propinsi Banten merupakan salah satu propinsi yang berpotensi untuk dilakukan usaha ternak ayam broiler. Namun di tahun 2012 dan 2013 terjadi penuruan produksi pada usaha daging ayam broiler. Penurunan jumlah produksi pada daging ayam broiler ini mengindikasikan bahwa dalam melakukan usaha peternakan ayam broiler cukup berisiko, karena adanya tingkat kematian yang tinggi. Kematian (mortalitas) merupakan suatu kejadian yang tidak dapat dihindarkan oleh para peternak ayam broiler, mengingat bahwa dalam melakukan usaha peternakan ayam broiler membutuhkan strategi penanganan khusus, agar kegiatan usaha tersebut dapat berjalan dengan lancar. Adanya jumlah produksi daging ayam broiler yang tinggi di propinsi Banten, menyebabkan banyak daerah di Propinsi Banten berpotensi untuk menghasilkan ayam broiler dengan populasi yang tinggi salah satunya adalah di Kabupaten Serang, seperti yang telah digambarkan pada grafik 1 diatas. Kabupaten Serang merupakan kabupaten yang mempunyai tempat ketinggian yang baik untuk diusahakan peternakan ayam broiler yaitu sekitar 0 – 200m dpl. Akibatnya banyak dari masyarakat di Kabupaten Serang, lebih memilih untuk melakukan ternak ayam broiler. Sehingga hal ini mengakibatkan tingginya jumlah populasi ternak ayam broiler dibandingkan dengan ternak jenis ayam lainnya di Kabupaten Serang. Berikut disajikan tabel 5 populasi ternak ayam di kabupaten Serang tahun 2009 – 2013. Tabel 5 Populasi ternak ayam (ekor) di Kabupaten Serang tahun 2009-2013 Tahun Jenis Total Ternak 2009 2010 2011 2012 2013 Ayam Buras
1 427 922
1 574 364
1 790 629
1 942 589
1 866 022
8 601 526
Ayam Broiler Ayam Petelur
1 600 822
1 636 810
8 605 000
11 039 256
3 140 273
26 022 161
663 018
1 509 389
1 284 629
155 569
1 139 425
4 752 030
Sumber : Dinas Peternakan Kab.Serang (2014)
Berdasarkan data pada tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat populasi ayam broiler lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ayam buras dan ayam petelur. Dengan tingginya angka populasi ayam broiler di Kabupaten Serang maka hal ini mendorong banyak masyarakat untuk melakukan usaha peternakan ayam broiler. Namun peternak ayam broiler di Indonesia masih terkendala dengan modal yang terbatas untuk kelangsungan usahanya termasuk para peternak di Kabupaten Serang. Maka hal ini mendorong banyak perusahaan mitra untuk membantu kelangsungan usaha para peternak. Tujuan perusahaan mitra mendorong peternak bekerjasama untuk meningkatkan kualitas sumber daya, meningkatkan pendapatan serta meningkatkan skala usaha yang dijalankannya. Selain itu tujuan utama peternak bermitra dengan perusahaan inti ialah untuk meminimalisir risiko yang terjadi.
6
Perusahaan inti semakin lama semakin berkembang, seiring bertambahnya jumlah permintaan masyarakat terhadap konsumsi ayam broiler dan hal ini menyebabkan banyak peternakan ayam broiler yang mencoba untuk melakukan kemitraan. Salah satunya ialah PT Berkah Mitra Sejahtera (BMS) merupakan perusahaan inti yang berada di Parung Bogor. Kewajiban dari PT Berkah Mitra Sejahtera ialah memenuhi segala kebutuhan input peternak mulai dari DOC, pakan, obat-obatan dan vitamin serta menjaminnya pemasaran atas produk yang dihasilkan. Meskipun peternak melakukan kemitraan namun risiko yang terjadi selama kegiatan produksi dilakukan tidak dapat dihindarkan. Hal ini disebabkan risiko yang muncul ditimbulkan dari faktor lingkungan, tenaga kerja dan sarana produksi yang digunakan. Salah satu sumber risiko yang paling tidak dapat dihindari oleh peternak adalah sumber risiko penyakit. Selain adanya peternakan bermitra yang menghadapi sumber risiko, hal yang sama pun dialami oleh peternakan mandiri. Peternakan mandiri merupakan peternakan yang tidak melakukan kemitraan dengan perusahaan inti, sehingga semua sumber risiko dan dampak yang ditimbulkannya dialami secara mandiri/individu. Sumber risiko yang tidak dapat dihindari oleh peternakan mandiri pun sama halnya dengan peternakan bermitra yaitu sumber risiko penyakit. Penyakit yang menyerang unggas ditimbulkan dari beberapa faktor. Namun jika diamati perkembangan penyakit yang menyerang unggas dari tahun ke tahun kerap menunjukkan hal yang sama, baik pada peternakan bermitra maupun peternakan mandiri. Sumber risiko yang dialami kedua pola peternakan ayam broiler selama produksi berlangsung bukan hanya penyakit, masih terdapat sumber risiko lain yang dapat menyebabkan kematian pada ayam broiler. Oleh karena itu diperlukan adanya analisa untuk mengetahui sumber risiko apa saja yang mempengaruhi kedua pola peternakan tersebut selama melakukan kegiatan produksi, menganalisa seberapa besar dampak yang harus ditanggung oleh kedua jenis pola peternakan tersebut, kemudian menentukan bentuk pola peternakan ayam broiler manakah yang mempunyai kemungkinan risiko produksi paling kecil, serta menentukan strategi yang harus dijalankan agar kegiatan peternakan ayam broiler ini masih dapat berjalan di tengah menjamurnya persaingan usaha peternakan.
Perumusan Masalah Berkembangnya perusahaan mitra bidang peternakan ayam broiler di Indonesia disebabkan oleh peternak memiliki keterbatasan modal dalam menjalankan usahanya, sehingga peternak memilih untuk melakukan kemitraan. Tujuan para peternak melakukan kemitraan adalah mendapatkan jaminan pasar, mendapatkan alur pemasaran yang tepat, meningkatkan pendapatan serta meminimalkan risiko yang terjadi. Risiko yang harus dihadapi oleh peternak ayam broiler ialah risiko adanya kematian (mortalitas) yang kerap terjadi saat kegiatan proses produksi berlangsung, mengingat usaha yang dilakukan merupakan usaha dengan komoditi makhluk hidup. Adanya kematian tersebut menyebabkan tingkat kematian (mortalitas) ayam broiler di propinsi Banten berfluktuatif selama lima
7
tahun dimulai sejak tahun 2009 hingga 2013. Fluktuatifnya angka kematian (mortalitas) ayam broiler di propinsi Banten dapat dilihat pada grafik 2
Grafik 2 Tingkat mortalitas ayam broiler (persen) di Propinsi Banten Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Banten (2013)
Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa tingkat kematian ayam broiler di propinsi Banten cukup berfluktuatif, hal ini mengindikasikan bahwa dalam melakukan usaha peternakan ayam broiler sangat berisiko. Melihat tingkat mortalitas ayam broiler yang cukup berfluktuatif maka beberapa peternak di propinsi Banten melakukan kegiatan kemitraan dengan perusahaan inti salah satunya PT.Berkah Mitra Sejahtera. PT Berkah Mitra Sejahtera merupakan perusahaan inti bidang peternakan yang menjalin kemitraan dengan beberapa peternak ayam broiler di propinsi Banten yang tersebar di beberapa desa diantaranya desa Cibuah peternakan milik ibu Lisda, desa Buah Gede peternakan milik bapak Hajiji dan desa Cisitu peternakan milik bapak Marfu. Hal tersebut para peternak lakukan karena peternak ingin meminimalisir risiko yang terjadi, sebab risiko yang kerap dialami oleh peternak bermitra berasal dari berbagai sumber risiko. Indikasi adanya risiko yang dialami para peternak mitra selain karena adanya kematian ditandai pula dengan terjadinya fluktuasi produksi selama peternak melakukan kemitraan dengan Berkah Mitra Sejahtera. Sumber risiko yang kerap dialami oleh para peternak disebabkan oleh penyakit. Sumber risiko karena penyakit dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor lingkungan, faktor kebersihan kandang dan faktor sumber daya manusia. Penyakit yang sering menyerang peternakan ayam broiler diantaranya penyakit Chronic Respiratory Disease (CRD), Newcastle Disease (tetelo). Infection Bursal Disease (gumboro), Omphalitis, Colibacillosis dan Aspergillosis. Selain adanya sumber risiko penyakit, sumber risiko yang kerap dialami oleh para peternak adalah sumber risiko perubahan cuaca, dimana dengan adanya cuaca yang kerap berubah tidak menentu menyebabkan suhu yang dibutuhkan oleh ayam untuk berkembang pun menjadi tidak stabil, hal ini mengakibatkan ayam menjadi stress dan mati. Adanya kerugian yang dialami peternak bermitra akibat sumber risiko tersebut dapat dilihat dari tingginya kematian (mortalitas) yang dialami oleh salah satu peternak mitra PT.Berkah Mitra Sejahtera yang sudah menjalin kemitraan selama 3 tahun. Tingkat mortalitas ayam broiler milik salah satu peternak mitra BMS disajikan pada 7 periode sejak tahun 2013 hingga 2014 secara umum
8
disebabkan oleh beberapa penyakit dan perubahan cuaca yang menyerang di setiap periodenya. Tabel 6 Tingkat mortalitas pada salah satu peternak mitra Berkah Mitra Sejahtera Jumlah Jumlah Tingkat Jumlah panen Periode DOC awal kematian mortalitas (ekor) (ekor) (ekor) (%) 1 (Apr-Mei 2013) 5000 3820 1180 23.6 2 (Agt-Sep 2013) 5000 3376 1624 32.48 3 (Okt-Nov 2013) 5000 4875 125 2.5 4 (Feb-Apr 2013) 5000 4684 316 6.32 5 (Mei-Jun 2013) 5000 3215 1785 35.7 6 (Agt-Sept 2013) 5000 4516 484 9.68 7 (Okt-Nov 2013) 5000 4444 556 11.12 Sumber : Berkah Mitra Sejahtera (2014) (data diolah)
Tingginya nilai mortalitas yang dialami oleh salah satu peternak ayam broiler mitra BMS mengindakasikan bahwa adanya risiko produksi yang dialami oleh peternak ayam broiler mitra perusahaan BMS. Tingginya nilai mortalitas tersebut dialami oleh peternak saat periode kedua sebesar 32.48 persen. Selain dari peternak bermitra yang kerap mengalami risiko selama kegiatan produksi berlangsung, hal sama pun dialami oleh salah satu peternak ayam broiler mandiri yang berada di desa Sindang Mulya. Dimana risiko selama melakukan produksi berlangsung tidak dapat dihindari. Sumber risiko yang dialami oleh peternak mandiri pun mempunyai hal yang sama dengan peternak bermitra disebabkan karena sumber risiko penyakit dan perubahan cuaca. Adanya tingkat kematian (mortalitas) yang dialami oleh peternak mandiri dapat dilihat pada tabel 7 selama 7 periode peternak melakukan kegiatan produksi dimulai tahun 2013 hingga 2014. Tabel 7 Tingkat mortalitas pada salah satu peternak mandiri Jumlah Jumlah Jumlah panen Tingkat Periode DOC awal kematian (ekor) mortalitas (%) (ekor) (ekor) 1 (Mei-Jun 2013) 5000 4837 163 3.26 2 (Agt-Sep 2013) 5000 4884 116 2.32 3 (Nov-Des 2013) 5000 4767 233 4.66 4 (Feb-Mar 2013) 5000 4716 284 5.68 5 (Mei-Jun 2013) 5000 4900 100 2 6 (Agt-Sep 2013) 5000 4795 205 4.1 7 (Nov-Des 2013) 5000 4736 264 5.28 Sumber : Peternak ayam broiler mandiri (2014) (data diolah)
Pada tabel 7 menunjukan bahwa risiko produksi pada usaha peternakan ayam broiler tidak hanya dialami oleh peternak bermitra namun peternak mandiri pun mengalami hal yang sama.Adanya tingkat mortalitas yang tinggi menyebabkan peternak mandiri kerap mengalami kerugian yang amat tinggi pula,
9
mengingat usaha yang dilakukannya tersebut tidak menjalin kemitraan dengan perusahaan inti, maka peternak harus menanggung kerugian secara mandiri. Berdasarkan analisis data yang dilakukan pada kedua pola peternakan ayam broiler baik mitra maupun mandiri, risiko produksi merupakan suatu kejadian yang tidak dapat dihindari oleh para pelaku usaha. Akibat yang ditimbulkan dari risiko produksi ini ialah adanya tingkat kematian (mortalitas) yang tinggi baik yang dialami oleh peternak mitra maupun mandiri. Mengingat kedua peternakan tersebut memiliki pola yang berbeda dalam melakukan kegiatan usahanya maka diperlukan sebuah analisa untuk mengetahui sumber risiko yang terjadi pada kedua pola peternakan ayam broiler tersebut. Berdasarkan kondisi yang telah dijelaskan, maka beberapa permasalahan yang diteliti sebagai berikut : 1. Apa sajakah sumber-sumber risiko produksi pada peternakan ayam broiler bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang ? 2. Berapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dari sumber risiko produksi pada peternakan ayam broiler bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang ? 3. Apa bentuk pola peternakan yang mempunyai kemungkinan risiko produksi paling kecil di Kabupaten Serang ? 4. Bagaimana alternatif strategi yang tepat untuk mengatasi risiko produksi ayam broiler yang dihadapi oleh peternak bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang ? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut : pada usaha 1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi peternakan ayam broiler bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang. 2. Menganalisis kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dari sumbersumber risiko produksi pada usaha peternakan ayam broiler bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang. 3. Membandingkan risiko produksi usaha peternakan ayam broiler bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang. 4. Menganalisis alternatif strategi yang tepat untuk mengatasi risiko produksi ayam broiler yang dihadapi oleh peternak bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak diantaranya : 1. Sebagai bahan informasi, masukan dan pertimbangan bagi para peternak bermitra serta pihak perusahaan PT.BMS dalam mengambil keputusan bisnis, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat. 2. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya, sehingga penelitan selanjutnya dapat menganalisis lebih mendalam mengenai analisis peternakan ayam broiler.
10
3. 4.
Sebagai bahan untuk menambah wawasan serta pengalaman bagi peneliti dalam bidang agribisnis khususnya peternakan. Dapat mengetahui diantara kedua pola peternakan tersebut yang memiliki kemungkinan risiko terkecil selama kegiatan produksi berlangsung.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian mengenai analisis risiko produksi pada usaha peternakan ayam broiler adalah : 1. Komoditas yang diteliti pada penelitian ini adalah ayam broiler yang diusahakan oleh tiga peternak bermitra yang menjalin kerjasama dengan PT.BMS dan seorang peternak mandiri. 2. Data yang digunakan merupakan data primer hasil wawancara dan diskusi langsung dengan pihak PT.BMS diwakili oleh Technical Service (TS), peternak ayam broiler dan data sekunder berupa data produksi ayam broiler selama periode peternak mitra menjalin kerjasama dengan PT.BMS. 3. Data yang digunakan pada peternak mandiri merupakan data primer hasil wawancara dan diskusi langsung dengan peternak mandiri, akan tetapi karena adanya keterbatasan dalam pembukuan data mengenai harga dari peternak mandiri yang diteliti, maka peneliti mewawancarai peternak mandiri lain untuk melengkapi data-data yang diperlukan. 4. Kajian masalah yang diteliti difokuskan pada analisis risiko produksi serta alternatif strategi penanganan risiko.
TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging atau disebut juga dengan ayam broiler merupakan salah satu jenis komoditi dari sub sektor peternakan yang memiliki pertumbuhan cepat dan dapat mengonversi pakan yang dikonsumsi secara optimal menjadi daging. Karena kemudahan dan kecepatannya dalam berkembang tersebut banyak dari masyarakat di Indonesia yang mulai melakukan bisnis usaha peternakan ayam broiler. Hal tersebut senada dengan penelitian yang dikemukakan oleh Tombuku,Rawung dkk. (2014) dan Siregar (2005) menjelaskan kelebihan yang dimiliki oleh ayam broiler adalah memiliki laju pertumbuhan yang sangat cepat, pada umur 5-6 minggu ayam broiler sudah dapat dipanen serta memiliki daging lembut, empuk, dan gurih dengan bobot hidup berkisar antara 1,5-2,0 kg/ekor. Selain itu harga daging ayam broiler ini sangat terjangkau bagi masyarakat, maka tidak sedikit masyarakat yang mengkonsumsi daging ayam broiler.
11
Melihat adanya beberapa keunggulan dalam pemeliharaan usaha peternakan ayam broiler, maka usaha peternakan ayam broiler ini sudah mulai diterapkan oleh masyarakat Indonesia (Rasyaf 2005). Terdapat dua pola yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan usaha ini yaitu kemitraan dan mandiri. Pola kemitraan yaitu kerjasama yang terjadi antara peternak dengan pihak perusahaan (inti) dengan maksud ingin mendapatkan keuntungan, hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Farida (2012) yang menyatakan bahwa pola kemitraan dilakukan selain untuk memperoleh keuntungan juga untuk memperoleh kesejahteraan serta menanggung risiko bersama. Bentuk usaha peternakan pola kemitraan ini ialah inti-plasma dimana peternak mitra bertindak sebagai plasma dan perusahaan mitra bertindak sebagai inti. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumah (2008) mengenai kemitraan antara Tunas Mekar Farm sebagai perusahaan inti dan 22 orang peternak mitranya sebagai plasma. Pada pola kemitraan terdapat sejumlah syarat yang harus dipenuhi oleh peternak jika ingin melakukan kemitraan, hal ini dilakukan sesuai dengan ketetapan pihak perusahaan. Sebagaimana pada penelitian Dewi (2006) menjelaskan adanya syarat yang harus dipenuhi oleh peternak jika ingin bermitra dengan PT.XYZ yaitu harus memiliki kandang sendiri, survey dari pihak perusahaan mengenai kandang dan kelengkapannya serta adanya jaminan surat tanah atau uang Rp.10.000 per ekor ayam. Usaha peternakan pola mandiri adalah usaha yang dilakukan oleh peternak dimulai dari kegiatan produksi hingga pemasaran produksinya secara mandiri tanpa melibatkan pihak luar, hal ini pun senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Farida (2012). Pada pola mandiri tidak ada perusahaan yang melakukan kerjasama dengan para peternaknya serta tidak ada pula penetapan sejumlah syarat tertentu seperti yang dilakukan oleh peternak mitra. Pola budidaya yang dilakukan oleh peternak mandiri maupun mitra menggunakan sistem “all in-all out”, atau sistem dimana ternak ayam ras pedaging dipelihara sejak awal dari bibit (DOC) hingga panen berada hanya pada satu kandang, hal ini dikemukakan pada penelitan Farida (2012). Faktor – faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler Kegiatan mengembangkan usaha peternakan ayam broiler tidak pernah luput dari adanya faktor – faktor yang mempengaruhi usaha tersebut. Faktor-faktor tersebut bisa dalam bentuk tetap dan variabel. Pendapat demikian serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Murtidjo (1990) dalam Gustriyeni (2007), faktor – faktor produksi yang digunakan dalam produksi ayam broiler terbagi menjadi dua, yaitu faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel. Faktor produksi tetap terdiri dari lahan, kandang, dan peralatan. Adapun faktor produksi variabel terdiri dari DOC, pakan, obat – obatan, vaksin, vitamin, sekam, air , listrik, bahan bakar untuk pemanas dan tenaga kerja. Dalam kegiatan budidaya terdapat beberapa faktor produksi yang perlu diperhatikan yaitu : 1. Lahan atau lokasi usaha peternakan Pemilihan lokasi lahan peternakan penting untuk kelangsungan usaha agar berjalan dengan baik. Hal ini menjadi sesuatu yang harus diperhatikan oleh
12
peternak, sebab akhir – akhir ini lokasi peternakan sudah berebut areal dengan kepentingan lain seperti perumahan, real estate, perhotelan, dan industri berbagai macam barang. Pendapat Rasyaf (2007) menyatakan bahwa penentuan lokasi peternakan harus sesuai dengan kriteria – kriteria yang baik dan sesuai panduan beternak ayam pedaging. Kriteria yang disesuaikan dengan panduan beternak ayam pedaging menetapkan bahwa lokasi lahan yang digunakan sebaiknya jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk, jarak ideal sebaiknya 250 m dari peternakan lain dan 1 km dari peternakan bibit ayam. Hal tersebut senada dengan penelitian yang diungkapkan Arwinta (2013) lokasi peternakan ayam yang ditelitinya berada di ketinggian sekitar 118 m – 1 335 m dari permukaan laut, serta mempunyai jarak tempuh dari pusat kota sekitar 30 km. Begitupun dengan lokasi penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2011) dan Putra (2010) kedua lokasi peternakan yang diteliti berjarak 12 km dari pusat kota dan jauh dari jalan raya serta pemukiman penduduk. Hal ini dilakukan agar penduduk tidak mengganggu peternakan yang membutuhkan ketenangan, begitupun sebaliknya keberadaan peternakan tidak mengganggu kehidupan penduduk dengan adanya polusi udara. 2. Peralatan dan Kandang Selain lokasi peternakan, hal lain yang harus diperhatikan adalah peralatan dan kandang. Peralatan yang digunakan dalam usaha ternak ayam broiler adalah tempat pakan, tempat minum, peralatan pemanas, ember, waring dan lain-lain. Begitupun pada penelitian Solihin (2009), Pinto (2011) dan Arwita (2013), peralatan kandang yang disiapkan terdiri dari tempat pakan, tempat minum, drum, ember dan lain-lain. Peralatan yang digunakan haruslah terjaga kesterilannya, pada penelitian Solihin (2009) dan Arwita (2013) kebersihan tempat pakan dan minum dapat mempengaruhi tumbuhnya bakteri, pada penelitian Solihin (2009) tempat minum otomatis atau belldrinker terindikasi menjadi tempat untuk berkembangnya bakteri karena sisa – sisa serbuk tersebut mengendap pada tempat air minum otomatis dan dalam waktu singkat dapat timbulnya kerak berwarna hijau atau lumut yang dapat menimbulkan tumbuhnya bakteri Escherichia Coli oleh karena itu pada tahap pembersihannya,semua peralatan kandang dicuci menggunakan air yang telah dicampurkan virukill, hal senada dilakukan pula pada penelitian Arwita (2013) di lokasi peternakan ayam broiler Bapak Syafril. Tempat pakan yang sering digunakan pada awal proses produksi adalah freeder tray kemudian setelah ayam berumur lebih dari 7 hari tempat pakan diganti menjadi hanging feed, hal ini pun senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Pinto (2011) dan Arwita (2013) pada masing-masing lokasi penelitiannya. Untuk peralatan pemanas selama periode pemanasan (umur 1 -14 hari) yang terdiri dari lingkaran pelindung dan pemanas (brooder). Jenis pemanas sangat beragam tergantung dari sumber energi yang digunakan. Tabel 8 memperlihatkan jenis alat pemanas berdasarkan sumber energinya.
13
Tabel 8 Jenis alat pemanas berdasarkan sumber energinya Kapasitas Jenis No.
Sumber Energi
Alat Pemanas
Pemanas (Ekor) 1 000 – 1 500
1.
Gas LPG
Gasolek dan Regulator
2.
Batu Bara
Kompor
750 – 1 200
3.
Minyak Tanah
Kompor
250 – 700
4.
Sekam
Kompor
100 – 500
5.
Listrik
Lampu 40 – 100 watt
100 – 250
Sumber : Fadilah et al, 2007
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam usaha peternakan ayam broiler adalah keberadaan kandang. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pendirian kandang diantaranya arah kandang, ukuran kandang, bentuk dan konstruksi kandang, ventilasi kandang, luas lantai dan sistem alas kandang. Pentingnya perhatian terhadap keberadaan kandang tersebut sesuai dengan apa yang dilakukan pada penelitian Aziz (2009),Solikhin (2011) dan Yemima (2014) yang menyatakan bahwa kandang yang baik yaitu kandang dengan bentuk panggung karena adanya kemudahan dalam mekanisme kandang, tidak diperlukan biaya untuk pembelian litter dan mengurangi kontak ayam dengan feses. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2010) pada penelitiannya menjelaskan bahwa tipe kandang tertutup lebih intensif digunakan sebab memudahkan pengawasan, pengaturan suhu dan kelembaban, pengaturan cahaya, mempunyai ventilasi yang baik serta penyebaran penyakit mudah diatasi. 3. Bibit Ayam atau DOC Bibit ayam atau Day Old Chicken (DOC) merupakan faktor produksi utama dalam usaha peternakan ayam broiler. Pentingnya identifikasi terhadap faktor produksi bibit DOC ini diterapkan pada penelitian Aziz (2009), Solihin (2009) dan Putra (2010) yang menyatakan bahwa DOC merupakan komoditas unggulan perunggasan hasil persilangan dari jenis – jenis ayam berproduktifitas tinggi yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Pada penelitian Putra (2010) bibit DOC yang diperoleh berasal dari PT.Cibadak Indah Sari Farm dengan bobot rata-rata yaitu 40.07 gram,DOC yang digunakan tampak lincah dan aktif serta warna bulu terlihat cerah. Hal ini berbeda pada penelitian Solihin (2009) bibit DOC yang digunakan pada peternakan CV AB Farm mudah terserang penyakit yaitu penyakit Newcastle Disease dan Runting Stunting Syndrome (kekerdilan) yang timbul pada peternakan ini tidak terlepas dari kualitas pengadaan DOC yang kurang baik. DOC yang baik akan menghasilkan ayam broiler yang baik pula, dimana daging ayam broiler memiliki ciri khas rasa dagingnya yang enak dan empuk serta memiliki kandungan gizi protein hewani yang banyak.
14
4. Pakan Keberhasilan suatu produksi ayam broiler dapat dilihat dari hasil output ayam yang diperoleh mempunyai kondisi fisik yang baik dan sehat serta bobot ayam broiler yang sesuai tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil sekitar 1,5 kg – 2,0 kg. Pernyataan demikian sesuai dengan apa yang terdapat pada penelitian Pinto (2011) dan Nugraha (2011) dimana pada awal DOC masuk pemberian pakan sangat intensif dilakukan, karena pada masa tersebut sangat menentukan perkembangan bobot ayam selama masa produksi. Pinto (2011) pada penelitiannya melakukan pemberian pakan selama 3-4 jam setelah DOC minum tetapi pada penelitian Nugraha (2011) pemberian pakan dilakukan pada pagi, siang dan sore hari dengan adanya pengontrolan yang ketat dari anak kandang. Pada kedua penelitian ini mempunyai kesamaan yaitu pakan yang paling diutamakan adalah pakan starter sebab kaya akan protein dan sangat penting untuk kekebalan tubuh DOC juga sangat menentukan kualitas output dari ayam yang dihasilkan pada saat panen tiba. 5. Obat – obatan,Vitamin dan Vaksin Ayam broiler merupakan salah satu komoditi unggas yang sangat rentan terhadap penyakit. Jenis penyakit yang sering menyerang unggas ini diantaranya
Salynomycin, Sulfonamida, Tetracycline, Nitrofuran, Quinolon, Aminocilycoside, Betalactam, Macrolide, dan Cloramphenicol. Akibat dari banyaknya penyakit yang menyerang unggas tersebut diperlukanlah penanganan khusus dalam pemberian obat-obatan dan vaksin terhadap unggas terutama ayam broiler. Perhatian secara intensif terhadap pemberian obat-obatan dan vaksin dilakukan oleh Pinto (2011) dan Arwita (2013). Pemberian vaksinasi dilakukan melalui tetes mata, tetes hidung, mulut dan suntik. Vaksinasi diberikan kepada ayam umur 5,912 dan 18 hari. Vaksin pada ayam 5 hari adalah vaksin tetelo 1 (ND live) dan diberikan melalui tetes mata. Vaksin pada umur 9-12 hari adalah vaksin gumboro (IBD Live). Sedangkan vaksin pada ayam umur 18 hari adalah vaksin tetelo 2 (ND Live) yang diberikan melalui air minum. Akan tetapi pada penelitian Pinto (2011) masih terdapat tambahan vaksin lain yaitu pemberian vaksin AI agar tidak terserang penyakit flu burung dan sekarang sudah tidak pernah mendapatkan vaksin AI kembali karena tidak terkena virus H5N1. 6. Tenaga Kerja Dalam menjalankan kegiatan usaha peternakan ayam broiler diperlukan sejumlah tenaga kerja untuk kegiatan pengelolaannya. Oleh karena itu keberadaan tenaga kerja sangatlah dibutuhkan. Pentingnya keberadaan tenaga kerja ini sangat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aziz (2009) dan Pinto (2011). Berdasarkan hasil penelitian Aziz (2009) adanya tenaga kerja sangat dibutuhkan untuk kegiatan operasional kandang seperti pemberian pakan, pemberian minum, pelaksanaan vaksinasi, pengaturan pemanas, pembersihan kandang dan sebagainya. Selain itu keterampilan dan kedisiplinan tenaga kerja sangat diperlukan, hal ini dapat dilihat pada penelitian Pinto (2011) dimana pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu selama ini anak kandang harus menunggu perintah dari manager dalam penentuan jenis obat yang akan digunakan karena jika tidak hal ini akan memperlambat pemberian obat jika obat
15
yang akan dipakai tidak tersedia di kandang. Selain itu kedisiplinan anak kandang dalam menjaga sarana dan prasarana juga dibutuhkan misalnya dalam menjaga kelembaban kandang yang harus disesuaikan dengan suhu yang telah diatur, jika tidak akan menyebabkan tingkat kematian pada ayam meningkat. Sumber – Sumber Risiko dalam Peternakan Ayam Broiler Dalam menjalankan suatu bisnis tentu akan mendatangkan suatu risiko, baik itu bisnis berskala besar maupun bisnis berskala kecil. Termasuk pula ketika menjalankan suatu bisnis peternakan ayam broiler yang mana segala bentuk risiko pasti akan ditemui. Mengingat bisnis peternakan ayam broiler ini merupakan bisnis yang menghasilkan output berskala besar. Melihat output yang dihasilkan dalam jumlah besar maka risiko yang dihadapi oleh peternakpun sangat besar. Sumber – sumber risiko yang paling sering dihadapi oleh peternak adalah risiko produksi. Berdasarkan penelitian Iman (2011) risiko produksi adalah kemungkinan peluang terjadinya penurunan produksi yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Risiko produksi dapat terjadi dari berbagai sumber risiko yang dapat menurunkan produksi, seperti kondisi alam yang tidak stabil menyebabkan ayam broiler terserang penyakit sehingga dapat mengakibatkan kematian pada ayam broiler tersebut, adanya indikasi bahwa risiko produksi adalah dengan melihat tingkat bobot ayam terhadap pakan sehingga menghasilkan produksi yang tidak stabil. Penelitian Iman (2011) tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pinto (2011) menyatakan bahwa sumber risiko yang dihadapi pada penelitiannya terdapat empat jenis sumber risiko produksi yaitu perubahan cuaca, kepadatan ruang, penyakit dan predator. Sedangkan pada penelitian Amelia (2012) dan David (2013) menyatakan bahwa sumber risiko yang dihadapi pada kedua penelitian tersebut sama yaitu memiliki tiga sumber risiko diantaranya risiko serangan penyakit, risiko ayam broiler yang afkir dan risiko kondisi cuaca. Begitupun dengan penelitian yang dilakukan oleh Ryandi (2013) risiko produksi yang menyerang ayam ras pedaging pada peternakan di Kec.Pamijahan disebabkan oleh cuaca,hama dan predator, penyakit dan gangguan lingkungan. Namun hal ini berbeda dengan penelitian Fitri (2014) bahwa sumber risiko yang terjadi pada usaha peternakan ayam broiler dapat disebabkan oleh kepadatan kandang, layout kandang, pascavaksinasi dan kaki kering (dehidrasi). Timbulnya beberapa sumber risiko akibat dari kurangnya kualitas sumberdaya manusia yang baik. Oleh karena itu untuk meminimalisir terjadinya risiko sebaiknya tingkatkan kualitas dari sumberdaya manusianya. Penyakit pada ayam broiler merupakan masalah utama dalam pengembangan bisnis ini. Penyebab dari penyakit cukup kompleks, mulai dari bakteri, virus, parasite dan protozoa. Adapun beberapa penyakit ayam yang popular di Indonesia antara lain Cronic respiratory disease, coryza, Newcastle disease (ND) atau sering disebut tetelo, gumboro, colibacillosis, dan avian influenza yang menjadi musuh menakutkan bagi peternak akhir-akhir ini menurut Rasyaf (2007). Akan tetapi penyebab penyakit pada setiap peternakan ayam broiler tidak selalu sama. Ini terjadi pada penelitan Aziz (2009) , Iman (2011), David (2013),Ryandi (2013) dan Fitri (2014).
16
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aziz (2009) menyatakan bahwa usaha peternakan ayam broiler yang berada di Desa Tapos, Kec.Tenjo, Kab.Bogor mengalami tingkat mortalitas yang tinggi hal ini dikarenakan kondisi cuaca dan iklim yang buruk sehingga timbulnya berbagai penyakit yang berbahaya. Penyakit tersebut diantaranya Pullorum Disease (penyakit berak putih), Coccidiosis (penyakit berak darah), Fowl Cholera (penyakit berak hijau), Nutritional Deficiency (penyakit defisiensi nutrisi), dan Newcastle Disease (penyakit tetelo). Berbeda dengan penelitian Iman (2011) mengenai usaha peternakan ayam broiler pada CV Dramaga Unggas Farm Kab.Bogor penyakit yang menyerang ayam ditimbulkan oleh bakteri Fowl Chorela, Salmonelosis,Coryza, Colli Bacillosis. Selain itu juga menimbulkan jamur serta virus lainnya yang dapat menimbulkan hama dan penyakit. Untuk pencegahannya dapat dilakukan agar kondisi kandang tetap baik adalah dengan merenovasi kandang yang dianggap sudah tidak layak lagi agar kandang tetap steril. Kemudian penelitan David (2013), Ryandi (2013) dan Fitri (2014) mempunyai tiga persamaan jenis sumber risiko penyakit. Penelitian yang dilakukan oleh David (2013) di Kampung Kandang, Desa Tegal, Kecamatan Kemang, penyakit yang menyerang usaha peternakan tersebut ialah cronic respiratory disease (CRD), coryza (snot), infectious bursal disease (gumoro), dan colibacillosis (omphalitis),begitupun pada penelitian Ryandi (2013) penyakit yang biasa menyerang ialah tetelo (new castle disease), gumboro (infectious bursal disease), ngorok (CRD) dan satu penyakit lain yaitu kotoran berdarah (coccidiosis). Namun pada penelitian Fitri (2014) yang dilakukan di Dramaga Unggas Farm (DUF) terdapat penyakit lain yaitu Newcastle Disease (tetelo). Penyakit ayam ini kebanyakan disebabkan oleh virus dan bakteri. Selain itu ada beberapa faktor pendukung penyebaran penyakit diantaranya perubahan kelembaban dan temperatur lingkungan, perubahan musim, kebersihan kandang dan peralatan, kualitas ransum serta keadaan ayam. Perbedaan sumber – sumber risiko yang terjadi pada setiap usaha peternakan ayam broiler tergantung dari manajemen pengelolaannya, hal ini dapat dilihat dari perbedaan sejumlah sumber risiko yang terjadi pada usaha peternakan ayam broiler. Untuk itu diperlukan sebuah pengelolaan yang baik agar para pelaku usaha mampu meminimalisir sumber-sumber risiko tersebut. Analisis Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Setiap kegiatan usaha yang dijalankan oleh para pelaku usaha pasti memiliki risiko. Menurut Kountur (2006), risiko adalah kemungkinan kejadian yang merugikan. Untuk itu diperlukan adanya sebuah analisa untuk mengetahui penyebab dari risiko tersebut. Hal ini dilakukan agar para pelaku bisnis yang menjalankan usaha bisnisnya mempunyai kemampuan untuk menganalisa risiko dari ketidakpastian tersebut, sehingga para pelaku usaha mampu untuk membuat keputusan yang dapat menghasilkan keuntungan. Adapun beberapa contoh dari indikasi adanya risiko dalam bisnis adalah terdapat fluktuasi produksi. Dalam kegiatan usaha peternakan ayam broiler ini para pelaku usaha diharuskan mempunyai kemampuan manajemen yang baik. Hal ini dikarenakan tingkat risiko yang terjadi pada usaha peternakan ayam broiler sangat besar,
17
terutama dilihat dari risiko produksinya. Risiko produksi yang sering terjadi pada usaha ayam ini diantaranya gagal panen, fluktuasinya produksi, dan kualitas produk yang dihasilkan. Oleh karena itu seorang pelaku bisnis harus mengetahui dan mampu mengidentifikasi risiko usahanya. Berdasarkan penelitian David (2013) dalam kegiatan budidaya ayam broiler di Kampung Kandang, Desa Tegal,Kecamatan Kemang adanya risiko selalu berdampak negatif bagi kelangsungan usaha ini. Dampak negatif tersebut berupa kerugian finansial. Dengan demikian kerugian yang diderita oleh sumber-sumber risiko tersebut dapat diperkirakan yang tentunya tidak akan 100 persen tepat sesuai dengan kejadian dilapangan, maka dari itu dilakukan penetapan besarnya kerugian dengan tingkat keyakinan. Selain risiko produksi dari finansial risiko produksi lainnya dikarenakan pengaruh cuaca yang berfluktuasi sehingga menyebabkan kematian yang mencapai 95 persen. Hal demikian berbeda dengan penelitian Aziz (2009) menyatakan bahwa risiko yang terjadi dalam kegiatan budidaya ayam broiler di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo,Kabupaten Bogor diantaranya risiko harga, risiko produksi (yang disebabkan oleh cuaca dan iklim serta penyakit) dan risiko sosial. Dimana adanya risiko – risiko tersebut sangat berpengaruh terhadap produksi usaha peternakan X. Risiko – risiko tersebut secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap keuntungan atau pendapatan bersih yang diterima usaha peternakan X setiap periodenya. Namun pada penelitian Pinto (2011) menyatakan bahwa risiko yang terjadi pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu di Desa Cijayanti, Kab.Bogor adalah risiko produksi yang disebabkan oleh kepadatan kandang, cuaca,hama dan penyakit dimana akibat dari adanya sumber risiko produksi tersebut peternak yaitu Bapak Restu mengalami kerugian finansial yang cukup besar,mengingat pola usaha yang dijalankannya merupakan pola mandiri. Pada penelitan Amelia (2012) hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh David (2013) dan Pinto (2011). Amelia (2012) menyatakan bahwa risiko yang terjadi pada usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Maulid di Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Bukit Baru Kota Palembang adalah risiko produksi. Risiko produksi tersebut menyebabkan tingkat pendapatan peternak mengalami fluktuasi setiap periode produksinya. Risiko produksi ini terjadi karena perubahan cuaca yang terjadi sehingga mempengaruhi hasil produksi ayam broiler. Cuaca di musim hujan berbeda akibatnya dengan cuaca di musim kemarau. Akibat dari perubahan cuaca ini sangat mempengaruhi hasil usahaternak ayam broiler yang dijalankan pada setiap periode produksi. Hal ini dikarenakan risiko produksi dapat mempengaruhi tingkat produktivitas ayam broiler, yang dicerminkan oleh tingkat mortalitas ayam broiler pada setiap periode produksinya. Pada setiap usaha yang dijalankan pasti mempunyai tingkat risiko yang berbeda-beda. Dari keempat penelitan tersebut yaitu David (2013), Aziz (2009), Pinto (2011) dan Amelia (2012) mempunyai persamaan dan perbedaan dari hasil penelitiannya. Penelitian yang dilakukan oleh ketiganya mempunyai persamaan bahwa risiko yang sering dialami oleh peternak usaha ayam broiler adalah risiko produksi. Risiko produksi tersebut diakibatkan adanya perubahan cuaca dan iklim serta penyakit yang secara langsung akan mempengaruhi hasil produksi ayam broiler, sehingga akan berdampak pula pada tingkat pendapatan peternak. Sedangkan perbedaannya, pada penelitian David (2013),Pinto (2011) dan Amelia (2012) risiko yang terjadi hanyalah risiko produksi, tetapi pada penelitian Aziz
18
(2009) risiko sosial juga sangat mempengaruhi terjadinya risiko yang akan menurunkan tingkat produksi ayam broiler. Strategi Penanganan Risiko Peternakan Ayam Broiler Dari banyaknya sumber – sumber risiko yang terjadi pada usaha peternakan ayam broiler, maka tidak sedikit pula strategi yang harus dilakukan oleh peternak untuk meminimalisir terjadinya risiko yang akan datang kembali. Berdasarkan penelitian Aziz (2009) menjelaskan bahwa strategi yang dilakukan untuk risiko produksi adalah dengan menerapkan manajemen risiko. Manajemen risiko produksi yang diterapkan pada penelitian Aziz (2009) menjelaskan bahwa di usaha peternakan X harus diperhatikan kegiatan manajemen dalam hal persiapan kandang, proses budidaya usahaternak dan proses pemanenan. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mengatasi dan meminimalkan tingkat mortalitas akibat perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu dan akibat adanya penyakit. Hal tersebut berbeda dengan penelitian Amelia (2012) yang menjelaskan bahwa strategi yang dapat dilakukan untuk meminimalisir risiko yang terjadi pada usaha peternakan Bapak Maulid ditentukan berdasarkan pemetaan pada manajemen risiko yang dihadapi. Pada risiko produksi strategi yang dapat dilakukan adalah melakukan pemeriksaan terhadap tingkat keasaman air dengan menggunakan kertas lakmus,pemberian probiotik untuk meningkatkan daya cerna ayam broiler dan untuk menjaga kandang agar tetap steril sebaiknya tidak membiarkan kotoran ayam broiler yang telah dimasukkan dalam karung menumpuk terlalu lama. Pada penelitian David (2013), Ryandi (2013) dan Fitri (2014) berbeda dengan yang dijelaskan oleh Aziz (2009) dan Amelia (2012). Penelitian David (2013) menjelaskan bahwa strategi penanganan risiko produksi telah dirumuskan berdasarkan posisi masing – masing hal ini dilakukan agar menghasilkan strategi penanganan yang tepat. Strategi tersebut terbagi menjadi dua yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif dilakukan untuk menangani sumber risiko produksi pada predator, sumber risiko perubahan cuaca dan sumber risiko penyakit. Sedangkan strategi mitigasi dilakukan untuk mengatasi sumber risiko produksi dan sumber risiko penyakit. Ryandi (2013) menggunakan strategi preventif untuk menangani sumber risiko penyakit,cuaca, hama dan predator serta gangguan lingkungan. Strategi mitigasi digunakan untuk menangani sumber risiko cuaca, hama dan predator serta penyakit. Sedangkan Fitri (2014) strategi preventif dilakukan untuk menangani sumber risiko produksi cuaca, predator, kepadatan kandang, pascavaksin, kaki kering (dehidrasi) dan penyakit. Strategi mitigasi digunakan hanya untuk menangani sumber risiko penyakit. Dari hasil keempat penelitian tersebut masing – masing risiko mempunyai strategi tersendiri untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko pada usaha peternakan ayam broiler. Akan tetapi dari keempat strategi penanganan risiko tersebut hal terpenting yang harus diperhatikan adalah adanya manajemen risiko yang dilakukan agar pengelolaan usaha peternakan ayam broiler dapat berlangsung baik
19
Pola Kemitraan (Contract Farming) Banyaknya perusahaan di Indonesia yang melakukan kegiatan bermitra dilakukan dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan masing – masing perusahaan. Penelitian mengenai adanya kegiatan bermitra antara petani plasma dengan perusahaan telah dilakukan oleh Maulana (2008), Lestari (2009), Rahman (2009) dan Arwita (2013). Dalam penelitian Maulana (2008) menjelaskan terjadinya kerjasama antara Tunas Mekar Farm dengan peternak di Kecamatan Nanggung. Pola kerjasama yang diterapkan ialah inti-plasma, dan tertulis pada kontrak kerjasama/contract farming antara kedua belah pihak dengan tujuan meningkatkan pendapatan, dan peningkatan skala usaha baik dari pihak perusahaan maupun peternak. Pola kemitraan ini pihak perusahaan bertugas menyiapkan DOC,pakan, obat, vitamin, vaksin dan disinfektan kepada peternak plasma dengan harga kontrak, sedangkan peternak plasma memberikan jaminan surat tanah dan menyediakan kandang lengkap dengan peralatannya sesuai standar. Begitupun dengan pola kemitraan lainnya, yang terjadi pada penelitian Lestari (2009) dan Rahman (2009) menjelaskan bahwa terjadi hubungan mitra, dengan pola kemitraan inti-plasma, disertai adanya perjanjian dalam bentuk kontrak (contract farming). Pihak peternak plasma tidak diperbolehkan untuk memasok sarana produksi atau menjual hasil panen ternaknya selain dari PT X pada penelitian Lestari (2009) dan dari PT.Sierad Produce Tbk,pada penelitian Rahman (2009). Kontrak kemitraan yang terjadi di PT X dan PT.Sierad Produce Tbk. dengan peternak plasma ayam broiler terdiri dari kontrak harga sapronak, kontrak harga panen dan kontrak perjanjian kerjasama. Hal yang sama juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Arwita (2013) yang menjelaskan bahwa terjadi hubungan mitra antara petani plasma dengan PT Minang Ternak Sejahtera. Pola kemitraan yang dilakukan adalah kegiatan budidaya yang bersifat semi intensif, dimana pemilik menyerahkan kegiatan budidaya pada beberapa tenaga kerja. Penelitian yang telah dilakukan mengenai adanya pola kemitraan menunjukkan bahwa setiap usaha yang berukuran besar serta adanya sejumlah pengeluaran biaya-biaya yang besar diperlukanlah sebuah kerjasama dari beberapa perusahaan yang juga bertindak sebagai mitra usahanya. Dengan adanya perusahaan sebagai mitra dalam usahanya maka segala bentuk kekurangan yang dialami para pelaku usaha dapat teratasi. Perbedaan dalam pola kerjasama sendiri dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti sistem kerjasama, skala usaha, serta penggunaan biaya yang terjadi selama proses produksi. Pola Mandiri Banyaknya berbagai jenis biaya – biaya yang harus diterima oleh peternak ayam broiler selama melakukan kegiatan produksinya, tidak sedikit dari para pelaku usahanya yang melakukan sistem bermitra. Dengan sistem bermitra tersebut segala bentuk biaya dimulai dari produksi hingga pemasaran sudah dapat tersedia oleh perusahaan yang melakukan mitra. Akan tetapi hal ini berbeda dengan peternak yang tidak melakukan mitra atau sistem mandiri. Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis mengenai usaha peternakan ayam broiler
20
dengan pola mandiri yaitu penelitian oleh Pinto (2011), Yulianti (2012) dan Supriyatna (2006). Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh Pinto (2011) pada usaha peternakan milik Bapak Restu menerapkan pola mandiri atau Company Farm, terbentuknya pola mandiri ini di latar belakangi pula bahwa peternak mempunyai modal yang cukup besar, selain itu kelebihan yang dirasakan diantaranya fleksibilitas dalam jumlah produksi dan input produksi lainnya serta keuntungan peternak juga akan lebih besar dibandingkan sistem inti plasma. Pada penelitian Yulianti (2012) menjelaskan bahwa peternak mandiri pada prinsipnya menyediakan seluruh input produksi dari modal sendiri dan bebas memasarkan produknya sendiri. Hal demikan berbeda dengan apa yang dianalisis pada penelitian Supriyatna (2006) yang menyatakan bahwa dalam usaha peternakan ayam broiler dengan pola mandiri pengambilan keputusan mencakup kapan memulai beternak dan memanen ternaknya, serta seluruh keuntungan dan risiko ditanggung sepernuhnya oleh peternak. Penelitian yang telah dilakukan mengenai sebuah usaha atau bisnis yang dijalankan dengan pola mandiri menjelaskan bahwa segala bentuk biaya, baik biaya input maupun produksi ditanggung secara mandiri oleh peternak tanpa melibatkan pihak lain, dengan begitu semua keuntungan dan kerugianpun ditanggung sepenuhnya oleh peternak.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Risiko Dalam menjalankan kehidupan, setiap orang pasti dihadapkan dengan berbagai pilihan namun terkadang pilihan yang dihadapi oleh manusia mempunyai ketidakpastian karena kurangnya informasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang seperti manusia yang dihadapkan pada risiko kecelakaan di jalan raya yang sewaktu – waktu akan terjadi namun kejadian tersebut timming atau waktu nya sendiri yang tidak pasti, sehingga setiap manusia menghindari dan menjauhi penyebab datangnya kecelakaan tersebut. Menurut Kountur (2004) risiko berhubungan dengan ketidakpastian, ketidakpastian yang terjadi akibat dari adanya kurang informasi atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. Kembali menurut Kountur (2006) menjelaskan bahwa risiko itu berhubungan dengan suatu kejadian, dimana kejadian tersebut memiliki kemungkinan untuk terjadi atau tidak terjadi, dan jika terjadi ada akibat yang berupa kerugian yang ditimbulkan. Menurut Ricky W.Griffin dan Ronald J.Ebert (1996) risiko adalah ketidakpastian tentang kejadian pada masa yang akan datang (uncertainty about future events). Sementara itu menurut Hanafi (2006) risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan dengan tingkat pengembalian aktual. Kembali Hanafi (2007) menjelaskan melalui gambar 1 yang menggambarkan pandangan lama bahwa dalam kaitannya antara risiko dan tingkat keuntungan, menganggap bahwa ada hubungan positif antara risiko dengan
21
tingkat keuntungan, semakin tinggi risiko maka akan semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan, jika suatu organisasi ingin menaikkan keuntungan, maka organisasi tersebut harus menaikkan risikonya. Return Expected Return Higher risk leads To higher return
Risk Gambar 1 Hubungan risiko dengan return pandangan lama : semakin tinggi risiko semakin tinggi tingkat keuntungan Sumber : Hanafi (2007)
Menurut Darmawi (2010) menambahkan juga definisi risiko yaitu sebagai probabilitas obyektif dari outcome aktual suatu kejadian yang berbeda dengan outcome yang diharapkan atau dengan kata lain, risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya kerugian yang tidak terduga. Menurut Kountur (2008) terdapat tiga unsur penting dari suatu kejadian yang dianggap sebagai risiko yaitu : (1) Merupakan suatu kejadian, (2) Kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, sehingga masih bisa terjadi dan tidak terjadi, (3) Jika terjadi maka akan menimbulkan kerugian. Gambar mengenai risiko dan ketidakpastian dapat dilihat seperti indikator berikut : Peluang dan hasil dapat diukur
Peluang dan hasil tidak dapat diukur
Gambar 2 Risk-Uncertainty continoum Sumber : (dalam modul perkuliahan, unpublish)
Keterangan : Risk Events : Uncertain Events
Pada gambar 2, menunjukkan bahwa pada indikator yang terletak di sebelah kanan menggambarkan peluang kejadian dan hasil yang tidak dapat diukur (ketidakpastian) dimana peluang dan hasil dari suatu kejadian tidak diketahui oleh pengambil keputusan. Dan di sisi lain pada indikator yang terletak di sebelah kiri menggambarkan peluang kejadian dan hasil yang dapat diukur (risiko) dimana peluang dan hasil dari suatu kejadian dapat diketahui oleh pengambil keputusan. Terdapat persamaan konsep antara Ricky W.Griffin dan Ronald J.Ebert (1996) dengan Kountur (2004) mengenai konsep risiko yaitu merupakan suatu ketidakpastian tentang suatu kejadian yang akan terjadi pada masa yang akan
22
datang. Serta adanya persamaan konsep pula antara Hanafi (2006) dan Darmawi (2010) yang mengatakan bahwa risiko merupakan suatu kejadian dimana tingkat pengembalian aktual berbeda dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Kountur (2008) mengemukakan bahwa terdapat beberapa kategori risiko. Beberapa kategori tersebut ditentukan tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Risiko dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu risiko dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, risiko dari sudut pandang akibat yang ditimbulkan, risiko dari sudut pandang aktivitas yang dilakukan dan risiko dari sudut pandang kejadian yang terjadi. a) Risiko dari sudut pandang penyebab Berdasarkan sudut pandang penyebab kejadian, terdapat dua macam risiko yaitu risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti perubahan tingkat bunga, perubahan harga, dan perubahan harga input maupun output. Risiko operasional disebabkan oleh faktorfaktor nonkeuangan seperti teknologi, manusia dan keadaan suhu dalam kandang. b) Risiko dari sudut pandang akibat Dilihat dari sudut pandang akibatnya terdapat dua kategori risiko yaitu risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang mengakibatkan hanya merugikan saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan. Risiko spekulatif merupakan risiko yang memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan. c) Risiko dari sudut pandang aktivitas Menurut Kountur (2008) terdapat berbagai macam aktivitas yang dapat menimbulkan risiko. Risiko akan muncul sebanyak jumlah aktivitas yang dilakukan. d) Risiko dari sudut pandang kejadian Risiko dari sudut pandang kejadian merupakan risiko yang dinyatakan paling baik. Dalam menjalankan sebuah usaha pasti mengandung risiko dalam pengusahaannya dan akibat dari risiko tersebut pasti memberikan dampak kerugian bagi perusahaan. Jenis risiko yang muncul berdasarkan pada jenis usahanya juga, sehingga dalam menentukan strategi untuk menangani risiko yang ada harus ditentukan terlebih dahulu jenis risikonya. Dalam bidang agribisnis sendiri, risiko yang biasa terjadi pada kegiatan usahatani ialah risiko selama kegiatan produksi berlangsung serta risiko harga jual. Risiko yang terjadi pada usaha peternakan ayam broiler ialah risiko produksi. Risiko produksi yang terjadi disebabkan suhu dan iklim, serangan hama, input dan manusia karena faktor kesalahan tenaga kerja. Akibat yang ditimbulkan dari adanya risiko produksi ini adalah terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen. Risiko harga terjadi karena adanya fluktuasi harga input dan harga output yang dipengaruhi tingkat inflasi serta kondisi permintaan dan penawaran produk. Sumber – Sumber Risiko Risiko merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan oleh para pelaku usaha. Risiko sangat berhubungan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian yang dihadapi oleh para pelaku usaha bisa berdampak merugikan dan mungkin bisa berdampak menguntungkan. Para pelaku usaha harus mampu mengidentifikasi sumbersumber risiko yang dihadapi sebelum dapat merumuskan strategi yang akan
23
dilakukan untuk meminimalisir risiko tersebut. Menurut Harwood,et al.(1999) terdapat lima sumber risiko diantaranya : 1. Risiko Produksi Risiko produksi merupakan kegagalan yang terjadi saat proses budidaya berlangsung dan risiko ini diakibatkan oleh faktor – faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Contohnya risiko kegagalan yang diakibatkan oleh perubahan cuaca yang ekstrim, adanya serangan penyakit, mengalami cacat fisik serta mengalami pertumbuhan kerdil. 2. Risiko Pasar Risiko pasar merupakan risiko yang terjadi dari pergerakan harga di pasar yang tidak menentu, selain itu risiko pasar dapat dialami oleh suatu perusahaan yang disebabkan oleh perubahan kondisi dan situasi pasar di luar dari kendali perusahaan. Risiko pasar dipengaruhi oleh penurunan permintaan terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan, jumlah permintaan produk yang diinginkan oleh konsumen, tingginya tingkat persaingan antarpelaku usaha, lemahnya strategi dalam melakukan pemasaran, serta lemahnya tingkat tawar-menawar perusahaan dibandingkan pembeli. Risiko pasar ini akan mempengaruhi sejumlah komoditi yang digunakan selama proses produksi (input) untuk menghasilkan suatu produk yang diusahakan (output). Sehingga pada akhirnya risiko harga tersebut akan mempengaruhi pendapatan para peternak. 3. Risiko Kelembagaan Risiko kelembagaan merupakan risiko yang timbul akibat dari adanya kebijakan-kebijakan tertentu yang keluar dari para pemegang kekuasaan dalam hal ini para pemegang kekuasaan adalah pemerintah dan perusahaan. Pemerintah dan perusahaan dalam mengeluarkan sebuah kebijakan dapat menghambat atau memperlancar kemajuan suatu usaha. Contoh kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah adanya pembatasan kuota ekspor- impor, adanya kebijakan tarif ekspor-impor. Kemudian contoh kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan adanya pembatasan penggunaan pakan dan obat-obatan serta adanya kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK). 4. Risiko Keuangan Risiko keuangan merupakan risiko yang ditimbulkan oleh adanya fluktuasi tingkat suku bunga, kenaikan upah minimum regional (UMR), pertukaran nilai tukar mata uang, serta adanya hutan piutang yang macet. 5. Risiko Sumber Daya Manusia (SDM) Risiko SDM merupakan risiko yang disebabkan dari faktor sosial. Risiko SDM berhubungan dengan kondisi atau tingkah laku manusia. Contohnya adanya penipuan, adanya kelalaian yang dilakukan oleh para pekerja saat bekerja, adanya pekerja yang mengalami kesehatan buruk. kurangnya kompeten dan keahlian yang dimiliki oleh pekerja serta perubahan tujuan individu dalam perusahaan akan mempengaruhi kinerja individu tersebut terhadap perusahaan. Selain risiko SDM, adanya risiko aset dapat terjadi pula yang disebabkan oleh kebakaran, banjir, pencurian, dan kerusakan. Menurut Kountur (2004) terdapat tiga faktor penyebab terjadinya suatu risiko (kemungkinan kejadian yang merugikan) pada perusahaan yaitu faktor fisik, faktor sosial dan faktor ekonomi.
24
1. Penyebab faktor fisik Beberapa risiko yang disebabkan oleh faktor fisik ini seperti api, angin, banjir, gempa bumi dan kadaluwarsa. Risiko yang disebabkan oleh faktor fisik ini dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yaitu faktor fisik alam seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan angin ribut. Faktor fisik alam tidak dapat dikendalikan, dia datang begitu saja dan tidak dapat dicegah.Contohnya hujan lebat, karena secara logika tidak ada orang yang dapat menghentikan hujan selama hujan tersebut masih lebat. Begitupun dengan gempa bumi jika gempa bumi datang tidak ada orang yang dapat menahannya. Faktor fisik non alam merupakan faktor fisik yang berhubungan dengan teknologi atau dengan benda-benda yang diciptakan manusia.Contohnya mesin mogok yang disebabkan oleh beberapa hal seperti kehabisan bahan bakar, salah satu atau beberapa komponenya telah usang atau terjadi arus pendek. Penyebab fakor sosial 2. Faktor sosial pada umumnya berhubungan dengan kondisi atau tingkah laku manusia. Risiko yang disebabkan oleh faktor sosial antara lain kelalaian, penipuan, pencurian, tidak kompeten, demonstrasi dan pemogokan. Faktor sosial yang berhubungan dengan tingkah laku manusia dapat dibedakan ke dalam dua sumber sosial yaitu dari individu seperti terjadinya kelalaian dalam pemberian pakan yang dilakukan oleh anak kandang atau peternak selama proses produksi berlangsung dan kelompok masyarakat seperti demonstrasi dan huru-hara. 3. Penyebab faktor ekonomi Penyebab risiko faktor ekonomi di antaranya harga yang tidak menentu, suku bunga yang tidak stabil, dan nilai tukar mata uang yang berfluktuatif. Contohnya ketika nilai tukar rupiah jatuh begitu tajam yang menyebabkan banyak perusahaan di Indonesia terpaksa harus gulung tikar, dan hal tersebut menyebabkan banyak perusahaan mengalami risiko kerugian yang tinggi. Menurut Rasyaf (2008) sumber risiko produksi yang biasa ditemui pada usaha peternakan ayam broiler ialah penyakit. Bibit-bibit penyakit sudah berada di sekitar ayam, bahkan ada yang sudah terdapat dalam tubuh ayam. Semuanya dapat memberikan manfaat bagi kehidupan secara keseluruhan. Namun, bibit penyakit baru menyebabkan masalah bagi ayam bila telah terjadi beberapa kondisi sebagai berikut : a) Perubahan kelembapan dan temperatur lingkungan Kelembapan di Indonesia, terutama di daerah dataran tinggi merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi dalam tata laksana peternakan. Contohnya, bahan litter yang terlalu basah atau sulit kering serta keadaan kandang yang sumpek dan bau. Hal ini mengakibatkan daya tahan ayam melemah dan bibit penyakit tumbuh (berkembang biak) dari biasanya. Begitupun dengan temperatur lingkungan yang sangat tinggi. Pada saat musim kemarau, terutama di dataran rendah menyebabkan ayam kehausan dan mengurangi konsumsi ransum. Hal ini mengakibatkan asupan gizi menjadi tidak terpenuhi. Kondisi tersebut akan memperlemah daya tahan ayam terhadap penyakit. b) Perubahan musim Adanya peralihan musim, dari musim penghujan ke musim kemarau dapat menjadi kesempatan bagi bibit penyakit untuk menyerang ayam. Karena adanya perubahan musim tersebut menyebabkan daya tahan ayam melemah dan rentan terhadap berbagai macam penyakit. Oleh karena itu selama perubahan musim
25
kemarau ke musim hujan peternak harus lebih waspada. Penyakit yang biasa menyerang pada kondisi ini ialah coryza. Bentuk penanganan penyakit di musim hujan ini utamanya terkait pada kandang dan tata air di sekitar kandang. c) Kebersihan kandang dan peralatan Kebersihan kandang dan peralatan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam setiap usaha peternakan ayam. Kandang dan peralatan yang kotor, bau, lumutan dan berdebut merupakan kondisi yang sangat disukai penyakit dan merupakan tempat yang nyaman bagi penularan penyakit, akibatnya bibit penyakit dapat tumbuh subur. Contohnya kandang yang kotor akibat dari tumpahan ceceran makanan dapat mengundang tikus ke kandang kemudian penggunaan peralatan kandang yang tidak bersih, meskipun kandang dan keadaan ayam telah baik karena pencegahan penyakit sudah dilakukan. Dengan demikian, usaha pencegahan yang dilakukan dalam kandang menjadi sia-sia. d) Keadaan ayam Terdapat penyakit tertentu yang diturunkan dari induknya. Oleh karena itu ketika menerima atau membeli anak ayam berumur satu hari (DOC), kondisinya harus diperiksa terlebih dahulu agar tidak mengalami kekecewaan membeli bibit yang tidak berkualitas baik. Bila menghadapi hal ini, usaha pencegahan harus benar-benar dilakukan dan perlu ditanyakan dengan sesame peternak mengenai keadaan bibit ayam tertentu yang pernah dipelihara. e) Kualitas ransum Kualitas ransum ini berkaitan dengan penyakit berupa kekurangan atau kelebihan gizi yang mengakibatkan daya tahan tubuh ayam melemah. Misalnya DOC kekurangan mineral kalsium, sedangkan dalam pertumbuhannya DOC membutuhkan mineral kalsium, maka hal ini dapat menimbulkan penyakit. Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi mampu menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis (Irham , 2010). Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko sehingga organisasi dapat bertahan dan mengoptimalkan risiko (Hanafi, 2009). Untuk menangani risiko diperlukan strategi pencegahan risiko agar dapat ditangani dengan baik. Menurut Kountur (2004:2008) sistematika pengelolaan risiko dapat dilihat pada Gambar 3 Proses Output Identifikasi Risiko
Pengukuran Risiko Evaluasi Penanganan Risiko
Daftar risiko
1. Peta risiko 2. Status risiko
Penanganan risiko
Gambar 3 Proses pengelolaan risiko perusahaan Sumber : Kountur,2004
26
Menurut Kountur (2004:2008) dalam mengelola risiko yang pertama kali harus dilakukan adalah melakukan identifikasi risiko dengan : 1. Mengetahui dimana saja risiko berada Risiko dapat ditemukan di empat tempat penting di dalam perusahaan yaitu : a) barang; dalam memproduksi barang dan jasa setiap perusahaan memerlukan bahan baku sebagai input dalam proses produksi (barang), yang mempunyai risiko rusak, tidak sesuai, hilang dan tidak berkualitas, b) orang; (orang) sebagai sumberdaya manusia diperlukan oleh perusahaan untuk mengelola dan mengerjakan pekerjaan – pekerjaan yang dituntut oleh perusahaan, yang mempunyai risiko sakit, cedera, keluar, mogok dan demo serta meninggal, c) uang; perusahaan memerlukan uang untuk membayar segala kewajiban–kewajibannya, risiko kehilangan uang, diselewengkan, tidak tertagih, berubah nilainya, d) prosedur dan aturan – aturan untuk melaksanakan suatu pekerjaan, risiko prosedur terjadi karena sistem atau prosedur yang salah sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan atau hasil yang tidak berkualitas, atau karena prosedur yang tidak dapat mengikuti perkembangan teknologi sehingga walaupun prosedur benar namun tidak efektif dan efisien lagi sehingga merugikan perusahaan. 2. Mengetahui penyebab timbulnya risiko Mengetahui dari awal penyebab kemungkinan timbulnya risiko akan memudahkan penanganan risiko. Risiko dikarenakan (a) faktor fisik seperti; bencana alam yang berasal dari gempa, kebakaran atau banjir serta faktor fisik seperti kondisi alam (basah, kering, dingin, atau panas). Faktor fisik dapat juga berasal dari makhluk alam (basah, panas, kering dan dingin). Selain itu faktor fisik juga dapat berasal dari makhluk alam (kuman, virus, binatang atau tumbuhan). Selain faktor fisik penyebab timbulnya risiko dapat juga karena faktor non fisik, seperti teknologi yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, salah digunakan maupun tidak berkualitas, (b) faktor sosial yang menjadi penyebab timbulnya risiko berasal dari individu karena kompetensi yang kurang (tidak mampu, sakit, lalai) moral (kejujuran, keserakahan,kekecewaan), selera (mode, keinginan, persepsi) atau dari faktor sosial seperti kelompok masyarakat (demo karyawan atau masyarakat, mogok kerja, huru – hara), (c) faktor ekonomi; terjadi karena harga beli maupun harga jual yang berubah-ubah, tingkat bunga yang berubah-ubah, nilai tukar mata uang yang berubah. 3. Mengetahui metode yang digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab risiko Untuk mengetahui keberadaan penyebab risiko dapat digunakan (a) metode interaksi yang terdiri observasi; dilakukan dengan cara mengamati atau melihat objek yang akan diamati, wawancara dilakukan dengan berbicara dan bertanya kepada orang-orang yang berada pada unit kerja yang menjadi objek identifikasi, serta studi documenter; (b) metode alur bagan; apabila suatu pekerjaan masih dalam taraf perencanaan, yang tidak memungkinkan dilakukan metode interaksi, sehingga dilakukan alur bagan dengan menggambarkan alur kegiatan dari suatu pekerjaan, maka dari alur tersebut akan tampak berbagai
27
aktivitas yang dilakukan, menyebabkannya.
sehingga
bisa
diidentifikasi
risiko
yang
Teknik Pemetaan Risiko Teknik pemetaan risiko (risk mapping) merupakan teknik yang dilakukan berdasarkan hasil dari prioritas risiko. Hasil prioritas risiko berkaitan pada dua dimensi yaitu probabilitas dan dampak yang terjadi akibat risiko tertentu. Dimensi pertama yaitu probabilitas menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi tingkat risiko yang terjadi maka kepentingan manajemen semakin perlu adanya perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkinan risiko terjadi, maka semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberikan perhatian kepada risiko tersebut. Dimensi probabilitas dibagi kategori tinggi, sedang dan rendah. Dimensi kedua yaitu dampak, dampak merupakan tingkat biaya yang terjadi jika risiko tersebut benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak dari suatu risiko, maka semakin perlu adanya perhatian khusus dari manajemen. Sebaliknya semakin rendah dampak yang terjadi pada suatu risiko maka semakin rendah pula perhatian dari manajemen dalam mengalokasikan sumberdaya nya. Dimensi dampak dibagi kategori tinggi, sedang dan rendah. Pembagian matriks pada pemetaan risiko dapat dilihat pada Gambar 4. berikut ini. Probabilitas (%) Besar
Kuadran I
Kuadran II
Kuadran III
Kuadran IV
Kecil Kecil
Besar Gambar 4 Peta risiko
Dampak (Rp)
Sumber : Kountur, 2008
Kuadran I menunjukkan kuadran dengan probabilitas yang besar, akan tetapi dampak yang ditimbulkannya kecil, apabila terjadi risiko tersebut maka dapat ditangani dengan cara mencegahnya. Kuadran II menunjukkan kuadran dengan probabilitas yang besar, serta dampak yang ditimbulkannya pun besar, apabila terjadi risiko tersebut maka dapat ditangani dengan cara menghindarinya. Kuadran III menunjukkan kuadran dengan probabilitas yang kecil serta dampak yang ditimbulkannya pun kecil, apabila terjadi risiko tersebut maka dapat ditangani dengan cara menahannya agar tidak timbul risiko yang semakin besar. Kuadran IV menunjukkan kuadran dengan probabilitas yang kecil, akan tetapi dampak yang ditimbulkannya besar, apabila terjadi risiko tersebut maka dapat ditangani dengan cara mengurangi dampaknya agar tidak semakin membesar.
28
Kerangka Pemikiran Operasional Usaha peternakan ayam broiler merupakan suatu usaha yang cukup berpotensi untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan tingkat pertumbuhan ayam broiler yang cepat, mampu memenuhi kebutuhan permintaan masyarakat terhadap kebutuhan asupan pangan. Akan tetapi dalam menjalankan usaha peternakan ayam broiler ini timbulnya risiko merupakan suatu hal yang pasti dialami para peternak. Karena adanya risiko ini, tidak sedikit peternak yang melakukan kemitraan dengan perusahaan inti. Tujuannya untuk meminimalisir risiko yang dihadapi. Di sisi lain terdapat pula peternak yang melakukan produksi nya secara mandiri, tanpa melakukan kemitraan dengan perusahaan inti.Risiko yang dihadapi adalah risiko produksi. Penelitian ini dilakukan terhadap peternak mitra dari perusahaan Berkah Mitra Sejahtera (BMS) sebanyak 3 peternak yang di pilih berdasarkan waktu periode masuknya DOC (Day Old Chicken) ke kandang peternak mitra pada waktu yang hampir bersamaan. Serta adanya 1 peternak mandiri yang di pilih berdasarkan banyaknya populasi DOC yang diusahakan. Sistem budidaya yang diterapkan oleh peternak masih sangat sederhana yaitu masih menggunakan sistem kandang panggung serta penggunaan peralatan yang masih tradisional. Satu peternak mandiri dan ketiga peternak mitra memiliki pengalaman berbeda dalam beternak serta minimnya manajemen yang dilakukan oleh peternak mandiri dan peternak mitra BMS dalam pencegahan terhadap risiko yang dihadapi. Dalam menjalankan usaha peternakan ayam broiler baik mitra maupun mandiri selalu dihadapi dengan adanya risiko produksi. Indikasi yang menyatakan para peternak mengalami risiko produksi adalah adanya tingkat kematian (mortalitas) tinggi yang dialami oleh para peternak. Tingkat kematian yang tinggi tersebut dapat dijadikan bahwa baik peternak mitra BMS maupun peternak mandiri mengalami risiko produksi. Risiko produksi tersebut berasal beberapa sumber-sumber risiko produksi seperti faktor alam, maupun faktor fisik non alam. Faktor alam disebabkan oleh kondisi perubahan cuaca, serangan penyakit sedangkan faktor fisik non alam disebabkan adanya kualitas DOC yang kurang baik dan serangan predator. Faktor pendukung terjadinya sumber risiko produksi tersebut dapat disebabkan kurangnya sistem manajemen yang baik dikandang, adanya kelalaian yang disebabkan oleh anak kandang dan peternak selama menjalankan proses produksi menjadi hal utama sumber risiko produksi dapat terjadi. Melihat adanya risiko produksi yang dialami oleh kedua pola usaha peternakan tersebut, maka diperlukan adanya analisis lebih mendalam untuk mengetahui besarnya probabilitas risiko yang dihadapi oleh kedua pola usaha peternakan tersebut dengan metode z-score sehingga diketahui presentase kemungkinan terjadinya sumber risiko. Setelah mengetahui presentase terjadinya sumber risiko, kemudian menghitung besarnya dampak yang harus ditanggung oleh para pelaku usaha ayam broiler akibat sumber risiko tersebut dengan metode Value at Risk yang akan berpengaruh terhadap pendapatan peternak. Setelah mengetahui besarnya dampak yang harus ditanggung para peternak dan perusahaan, maka membandingkan risiko produksi antara kedua pola peternakan tersebut dengan menggunakan Uji-T, selanjutnya peternak dan perusahaan berupaya mengantisipasi setiap risiko yang terjadi melalui peta risiko dan dapat
29
dilihat pula melalui status risikonya. Kemudian melalui peta risiko tersebut dapat dirumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan BMS dan peternak mandiri. Untuk memperjelas maka alur pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah ini.
30
Adanya peningkatan jumlah konsumsi daging ayam broiler .
Perkembangan pola kemitraan untuk mengatasi berbagai risiko yang dihadapi selama kegiatan produksi Usaha peternakan ayam broiler sangat rentan terhadap risiko produksi
Peternak ayam broiler tidak bekerja sama dengan pihak perusahaan ( mandiri).
Peternak ayam broiler bekerja sama dengan pihak perusahaan (Bermitra).
Analisis Deskriptif
Analisis Sumber-Sumber Risiko :
Faktor Alam : Penyakit Suhu
Faktor Fisik Non Alam: Kualitas DOC yang kurang baik. Predator
Faktor pendukung terjadinya sumber risiko produksi : SDM (manajemen)
Z-Score
Analisis risiko
Mengukur kemungkinan terjadinya risiko produksi pada peternakan ayam broiler bermitra dan mandiri.
Mengukur dampak risiko produksi pada peternakan ayam broiler bermitra dan mandiri
Membandingkan kemungkinan risiko produksi pada kedua pola peternakan tersebut.
VaR
Diagram Kountur
Memetakan risiko produksi ayam broiler pada peternakan bermitra dan mandiri
Memilih strategi alternatif risiko produksi ayam broiler pada peternakan bermitra dan mandiri.
Keterangan : :
: Panah yang menyatakan pengaruh : Panah yang menyatakan alat analisis Gambar 5 Alur kerangka pemikiran operasional
Uji - T
Mengukur status risiko produksi ayam broiler bermitra dan mandiri
31
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada tiga peternakan bermitra ayam broiler, dan satu peternakan mandiri ayam broiler. Adapun untuk tiga peternak mitra ayam broiler diantaranya peternakan Ibu Lisda di Desa Cibuah, peternakan Bapak Hajiji di Desa Buah Gede, dan peternakan Bapak Marfu di Desa Cisitu Kampung Kalapa Girang Kabupaten Serang Propinsi Banten. Sedangkan untuk peternakan mandiri berada di Desa Sindang Mulya. Pemilihan semua lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa adanya fluktuasi jumlah populasi ternak yang cukup signifikan di daerah tersebut serta tersedianya kondisi lahan yang masih luas sehingga sangat cocok untuk dilakukan usaha peternakan ayam broiler. Beberapa tahun terakhir ini mulai marak perusahaan inti yang menawarkan pola kemitraan kepada para peternak di Kabupaten Serang menyebabkan terbatasnya jumlah peternak mandiri yang membudidayakan ayam broiler sebanyak 5 000 ekor. Pemilihan lokasi untuk peternak bermitra ini dikarenakan ketiga peternak mitra tersebut merupakan peternak mitra ayam broiler yang menjalin kemitraan dengan perusahaan yang sama yaitu PT.Berkah Mitra Sejahtera (BMS). Selain itu jumlah populasi ayam broiler yang dihasilkan cukup banyak serta adanya fluktuasi mortalitas yang cukup bervariasi. Sedangkan pemilihan lokasi untuk peternakan mandiri dilakukan di Desa Sindang Mulya. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah para peternak mandiri di Kabupaten Serang. Serta banyaknya peternakan yang sudah menjalin kemitraan dengan beberapa perusahaan menyebabkan populasi peternakan mandiri berkurang. Kegiatan pengumpulan data dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan Oktober hingga Desember 2014. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, data ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan, peternak ayam broiler dan anak kandang. Data primer berisikan tentang teknik pengolahan risiko atau manajemen risiko yang dilakukan oleh perusahaan maupun oleh peternak ayam broiler. Data ini diperoleh dari pemilik peternakan ayam broiler, tenaga kerja (anak kandang), serta teknisi lapang (Tehnical Service/TS) dari perusahaan yang memahami dan mengetahui kondisi peternakan. Data sekunder adalah data yang berasal dari literatur – literatur yang terkait dengan topik penelitian. Data sekunder tersebut dapat diperoleh dari sumber – sumber internal seperti laporan divisi dalam suatu perusahaan, ringkasan produksi dan laporan rekapitulasi hasil pemeliharaan ternak. Data sekunder dari sumber eksternal dapat diperoleh dari Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Banten, Dinas Peternakan Kabupaten Serang, jurnal, buku, skripsi, artikel, database online, Badan Pusat
32
Statistik (BPS) dan literatur lain yang relevan dengan penelitian. Data – data tersebut berkaitan dengan informasi tentang peternakan ayam broiler di Kabupaten Serang. Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan cara observasi, wawancara, kuisioner dan diskusi dengan pihak perusahaan, peternak dan anak kandang. Observasi dilakukan langsung oleh peneliti, dimana peneliti melakukan pencatatan secara langsung tentang kegiatan produksi selama 7 periode produksi dari tahun 2013 hingga tahun 2014 dan risiko yang dihadapi dalam peternakan ayam broiler. Wawancara dilakukan dengan perusahaan yang diwakili oleh adanya seorang teknisi lapang (TS) dari PT.BMS, pemilik masing – masing peternakan dan anak kandang tentang risiko yang biasa muncul atau dihadapi oleh peternakan ayam broiler. Pada penelitian tentang risiko produksi usaha peternakan ayam broiler ini, pengambilan data dilakukan secara sengaja (purposive) untuk data dari periode 1 hingga periode 6 peneliti menggunakan data yang berasal dari recording perusahaan dengan menggunakan data time series sedangkan untuk 1 periode terakhir peneliti memperoleh data dengan melakukan observasi dan pengamatan selama 1 bulan di lokasi peternakan bermitra. Sedangkan untuk peternak mandiri data tingkat kematian yang diperoleh selama 6 periode terakhir didapatkan dari recording peternak mandiri dan 1 periode terakhir diperoleh dari hasil pengamatan peneliti langsung selama 1 bulan. Untuk pengambilan data berupa harga dari peternak mandiri,karena tidak adanya pembukuan data secara lengkap dari peternak mandiri yang diteliti, maka peneliti mencoba untuk mewawancarai peternak mandiri lain dan menanyakan penjualan harga ayam broiler, pada saat periode peternak mandiri yang diteliti melakukan penjualan. Hal tersebut dilakukan berdasarkan analisis bahwa harga yang diterima oleh satu peternak mandiri sama dengan peternak mandiri yang lainnya. Kemudian untuk pemilihan responden juga dilakukan dengan pendekatan (purposive) dengan pertimbangan bahwa responden memiliki kapabilitas untuk memberikan data – data yang akurat. Dalam penelitian ini responden yang diambil oleh peneliti dipilih secara subjektif dan objektif, bahwa responden dan lokasi penelitian yang ada sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Responden yang dipilih adalah orang – orang bagian internal perusahaan seperti pemilik peternakan, anak kandang serta teknisi lapangan dari perusahaan inti hal ini disebabkan teknisi lapangan dapat memberikan informasi – informasi dan data – data yang berkaitan dengan kegiatan dan risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan. Sampel yang diambil bertujuan untuk memperoleh suatu kesimpulan dari adanya tujuan penelitian yang dilakukan.
33
Metode Analisis Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer dan data sekunder yang diperoleh dapat dijadikan sebagai ukuran pada penelitian ini. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data primer dan data sekunder tersebut diolah dengan menggunakan beberapa metode analisis sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian disajikan pada tabel 9. Tabel 9 Proses pengolahan data No.
Tujuan Penelitian
Jenis Data
Sumber Data
Metode Analisis
1.
Mengidentifikasi sumbersumber risiko produksi pada peternakan ayam broiler bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang.
Data Kualitatif.
Kuisioner, Wawancara, Observasi.
Analisis deskriptif.
2.
Menganalisis kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dari sumber-sumber risiko produksi pada peternakan ayam broiler bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang.
Data Kuantitatif.
Wawancara, Pengamatan di Lapangan, Laporan divisi perusahaan, ringkasan produksi dan laporan rekapitulasi hasil pemeliharaan ternak.
Analisis Risiko.
3.
Membandingkan kemungkinan Data risiko produksi yang terjadi Kuantitatif. antara peternakan bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang.
Wawancara, ringkasan produksi dan rekapitulasi hasil pemeliharaan ternak.
Analisis Risiko.
4.
Menganalisis alternatif strategi yang tepat untuk mengatasi risiko produksi ayam broiler yang dihadapi oleh peternak bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang.
Kuisioner, Wawancara, Diskusi.
Analisis deskriptif.
Data Kualitatif.
34
Dalam penelitian mengenai risiko produksi pada usaha peternakan ayam broiler dengan pola kemitraan dan mandiri ini menggunakan pengukuran risiko yang terdiri dari variance, standar deviation, dan coefficient variation. Adanya pengukuran risiko ini bertujuan untuk melihat seberapa besar risiko yang akan dihadapi peternak bermitra dan peternak mandiri pada periode yang akan datang. Kemudian untuk metode analisis pada penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis risiko. Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan kesatu dan ketiga, yaitu mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi pada peternakan ayam broiler bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang serta menganalisis alternatif strategi yang tepat untuk mengatasi risiko produksi ayam broiler yang dihadapi oleh peternak bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang. Analisis risiko digunakan untuk menjawab tujuan kedua dan ketiga yaitu menganalisis kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dari sumber-sumber risiko produksi pada peternakan ayam broiler bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang serta membandingkan kemungkinan risiko produksi yang terjadi antara peternakan bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang. Setelah diketahuinya sumber – sumber risiko yang dihadapi oleh peternak bermitra dan peternak mandiri maka tahap selanjutnya adalah penetapan alternatif startegi pengelolaan risiko yang diterapkan oleh peternak ayam broiler. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis sumber – sumber risiko produksi dan menganalisis alternatif strategi pengelolaan risiko yang dapat diterapkan oleh para peternak bermitra di Desa Cibuah,Desa Buah Gede, dan Desa Cisitu Kampung Kalapa Girang serta peternak mandiri di Desa Sindang Mulya Kabupaten Serang. Penentuan awal untuk mengetahui sumber – sumber risiko dilakukan observasi serta melakukan wawancara terhadap responden, kemudian dilakukan penyaringan untuk menentukan sumber – sumber risiko yang akan di analisis. Manajemen risiko yang diterapkan berdasarkan pada hasil penilaian peternak sebagai pengambil keputusan secara subjektif. Identifikasi ini dilakukan agar mengetahui apakah manajemen risiko yang diterapkan sangat efektif untuk meminimalkan risiko. Hal tersebut didasarkan pada tingkat masing – masing risiko yang dihadapi oleh tiga peternakan bermitra ayam broiler dan satu peternakan mandiri di Kabupaten Serang. Analisis Pengukuran Risiko Terdapat beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur penyimpangan diantaranya adalah varian (Variance), simpangan baku (Standard Deviation) dan koefisien variasi (Coefficient Variation) (Fariyanti, 2008). Untuk mengetahui risiko yang dihadapi terlebih dahulu menghitung peluang. Peluang Peluang dalam menghadapi risiko pada setiap periode bernilai sama dan bila di jumlahkan harus bernilai satu. Pengukuran peluang diperoleh dari banyaknya jumlah peluang kejadian dibagi dengan banyaknya total kejadian. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
35
P= Keterangan : P = Peluang fi = Jumlah peluang kejadian fn = Total kejadian Expected Return Expected Return adalah jumlah dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi peluang masing-masing dari suatu ketidakpastian. Digunakan untuk mengambil keputusan. Rumus Expected Return dapat dituliskan sebagai berikut : EŘi = ∑ Keterangan : EŘi = Expected Return produksi ayam broiler Pij = Peluang dari suatu kejadian 1,2,3…n Rij = Return (Jumlah produksi dan harga jual buncis mini) Adapun untuk alat analisis yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana risiko yang dihadapi dalam menjalankan usaha peternakan ayam broiler terhadap pendapatan yang diperoleh peternak adalah sebagai berikut : 1. Variance (Varian) Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Dari nilai variance dapat dibuktikan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995) : =∑
( −E )2
Keterangan : = variance dari return = Peluang dari suatu kejadian 1,2,3…n = Return E = Expected Return 2. Standard Deviation (Simpangan Baku) Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance. Dari nilai standard deviation ini dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi perusahaan. Sehingga standard deviation dapat digunakan untuk melihat seberapa besar risiko yang dihadapi oleh peternakan ayam broiler. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : √
36
Keterangan : = Varian = Standar Deviasi 3. Coefficient Variation (Koefisien Variasi) Coefficient variation dapat diukur dari rasio standard deviation dengan return yang diharapkan atau ekspektasi return. Semakin kecil nilai coefficient variation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam melakukan usaha. Begitupun sebaliknya, semakin besar nilai coefficient variation maka semakin besar risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha. Koefisien variasi digunakan untuk membandingkan risiko yang dihadapi terhadap return atau pendapatan yang diterima. Secara matematis coefficient variation dapat dituliskan sebagai berikut :
Keterangan : CV = Coefficient Variation = Standar Deviasi = Ekspektasi Return Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko Menurut Kountur (2008), kejadian risiko dapat diukur apabila diketahui kemungkinan terjadinya risiko serta besarnya dampak dari risiko yang terjadi pada perusahaan. Ukuran pertama dari risiko adalah besar kemungkinan terjadi yang mengacu pada besarnya probabilitas risiko yang terajadi. Kemudian metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau z-score. Metode z-score adalah metode pengukuran risiko atau kejadian yang merugikan akibat hasil yang diperoleh menyimpang dari hasil standar. Z-Score adalah suatu angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu nilai dari rata – ratanya/standarnya pada distribusi normal. Dengan mengetahui Z-Score (nilai z) maka kita dapat mengetahui besarnya kemungkinan suatu ukuran atau suatu nilai yang berada lebih besar atau lebih kecil dari rata – ratanya ataupun standarnya. Langkah yang dilakukan untuk perhitungan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan nilai standar atau z-score pada usaha peternakan ayam broiler ini adalah : 1) Menghitung rata-rata dari setiap kejadian berisiko Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata penurunan produksi ayam broiler adalah sebagai berikut : x=
∑
Keterangan : = Nilai rata-rata kejadian berisiko xi = Nilai per periode kejadian berisiko n = Jumlah data x
37
2) Menghitung nilai standar deviasi dari setiap kejadian berisiko ∑
s=√
Keterangan : s = Standar deviasi kejadian berisiko xi = Nilai per periode kejadian berisiko x = Nilai rata-rata kejadian berisiko n = Jumlah data 3) Menghitung nilai Z-Score Menurut Kountur (2008) Z-Score diperoleh dengan cara berikut :
Dimana : Z = nilai z (z – score) kejadian berisiko x = Batas risiko yang dianggap masih normal x = Nilai rata – rata x/nilai standar kejadian berisiko s = Standar deviasi kejadian berisiko Apabila nilai z-score yang dihasilkan bernilai negatif, maka nilai tersebut berada disebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal, sebaliknya apabila nilai z-score yang dihasilkan bernilai positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi z-score (normal). 4) Menentukan kemungkinan terjadinya risiko Setelah nilai z-score diketahui, selanjutnya dicari kemungkinan terjadinya risiko produksi yang dihasilkan dari Tabel z-score (normal) kemudian dapat diketahui berapa besarnya (persen) kemungkinan terjadinya kejadian merugi pada produksi ayam broiler. Analisis Dampak Risiko Dalam pengukuran dampak risiko metode yang paling efektif untuk digunakan adalah VaR (Value at Risk). VaR adalah suatu keadaan kerugian terbesar yang mungkin terjadi pada rentang waktu tertentu dan diprediksi melalui tingkat kepercayaan tertentu. VaR dapat digunakan untuk mengukur dampak risiko apabila terdapat data historis sebelumnya. Analisis ini digunakan untuk mengukur dampak risiko dari usaha peternakan ayam broiler bermitra dan mandiri. Kejadian yang dianggap merugikan pada usaha peternakan ini adalah berupa penurunan produksi akibat dari terjadinya sumber-sumber risiko. Untuk menghitung VaR hal pertama yang dilakukan adalah menghitung jumlah penurunan produksi ayam broiler pada setiap periodenya. Jumlah penurunan tersebut (melebihi batas normal) kemudian dikalikan dengan harga yang terjadi pada saat periode tersebut lalu dikalikan dengan berat rata-rata yang terjadi pada periode tersebut pula. Setelah mendapatkan angka kerugian pada masing-masing periode kemudian angka tersebut ditambahkan dan dihitung rata-ratanya,
38
kemudian dicari berapa besar nilai standar deviasinya atau penyimpangan. Tahap terakhir menetapkan batas tolenransinya dan mencari nilai VaR. Menurut Kountur (2008) untuk menghitung nilai VaR dapat digunakan rumus sebagai berikut : VaR= x + z ( ) Keterangan : VaR= Dampak kerugian dari kejadian yang berisiko x = Nilai rata-rata kerugian akibat dari kejadian berisiko z = Nilai z dari tabel distribusi normal dengan alfa (α) 5 persen n = Banyaknya kejadian berisiko s = Nilai standar deviasi Pemetaan Risiko Langkah selanjutnya setelah mengetahui nilai kemungkinan terjadinya risiko produksi dan dampaknya adalah melakukan pemetaan risiko untuk mengetahui risiko mana yang harus ditangain terlebih dahulu. Sebelum melakukan pemetaan terlebih dahulu adalah membuat peta risiko (Kountur,2008). Menurut Kountur (2008) peta risiko menggambarkan dua sumbu yaitu sumbu vertikal dan sumbu horizontal. Sumbu vertikal menggambarkan tingkat probabilitas (peluang) terjadinya risiko, dan sumbu horizontal menggambarkan dampak risiko. Probabilitas (peluang) terjadinya risiko dibagi kedalam dua bagian yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil. Begitupun dengan dampak risiko dibagi menjadi dua bagian yaitu dampak besar dan dampak kecil. Batas antara probabilitas atau kemungkinan besar dan kecil ditentukan oleh manajemen. Menurut Kountur (2008) pada umumnya risiko yang mengalami tingkat probabilitas diatas 20 persen dianggap sebagai tingkat probabilitas yang risiko nya besar. Risiko yang memiliki tingkat probabilitas di bawah 20 persen, dianggap sebagai tingkat probabilitas yang risiko nya kecil. Pada penelitian ini, penentuan batas tengah untuk sumbu vertikal (probabilitas) dan sumbu horizontal (dampak) ditentukan oleh pihak perusahaan berdasarkan pengalaman selama menjalankan usaha peternakan ayam serta berdasarkan rata-rata pada setiap periode produksi. Untuk menempatkan risiko pada peta risiko didasarkan atas perhitungan probabilitas dan dampak risiko (VaR). Untuk mengetahui posisi risiko tersebut dapat dilakukan melalui perhitungan status risiko. Status risiko ini dibuat bertujuan untuk mengurutkan kejadian dari mulai yang berisiko sampai dengan yang paling tidak berisiko. Perhitungan status risiko tersebut adalah sebagai berikut. Status risiko = Probabilitas x VaR Penanganan Risiko Menurut Kountur (2008) terdapat dua alternatif strategi dalam menangani risiko berdasarkan hasil pemetaan risiko, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif adalah strategi yang dilakukan untuk memperkecil tingkat probabilitas risiko. Dan strategi mitigasi adalah strategi yang dilakukan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan oleh risiko.
39
Strategi preventif dilakukan pada risiko – risiko yang berada di kuadran I dan II. Tujuan dari strategi preventif ini ialah menggeser risiko – risiko yang berada di kuadran I ke kuadran III dan menggeser risiko-risiko yang berada di kuadran II ke kuadran IV (Gambar 6). Dengan demikian tingkat probabilitas risiko yang berada di kuadran I dan kuadran II dapat berada pada batas tingkat probabilitas risiko yang kecil yaitu pada kuadran III dan kuadran IV. Strategi mitigasi dilakukan pada risiko – risiko yang berada di kuadran II dan IV. Tujuan dari strategi mitigasi ini ialah menggeser risiko – risiko yang berada di kuadran II ke kuadran I dan menggeser risiko – risiko yang berada di kuadran IV ke kuadran III (Gambar 6). Dengan demikian, dampak risiko yang berada di kuadran II dan kuadran IV dapat berada pada batas dampak risiko yang dianggap kecil, yaitu pada kuadran I dan kuadran III. Probabilitas (%) Kuadran I
Kuadran II
Kuadran III
Kuadran IV
Besar
Kecil
Kecil
Besar
Dampak (Rp)
Gambar 6 Strategi preventif dan mitigasi risiko Sumber : Kountur (2008)
Uji-t Uji ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan secara nyata antara risiko produksi peternak mitra dan peternak mandiri. Perbedaan antara kedua kondisi tersebut dilakukan dengan cara membandingkan rata-rata kematian pada setiap sumber risiko yang terjadi di setiap periode nya yang dialami oleh peternak mitra dan mandiri. Uji-t ini dilakukan terhadap kasus dua pola peternakan. Kasus dua pola peternakan digunakan untuk menganalisis perbedaan nyata dari risiko produksi yang dialami oleh peternak mitra dan mandiri. Rincian hipotesis dari uji-t ini adalah sebagai berikut : Ho Hi
: Risiko produksi peternak mitra > risiko produksi peternak mandiri : Risiko produksi peternak mitra < risiko produksi peternak mandiri
40
Uji-t ini dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut : -
- do
t=
√ Dimana :
+ √ : Rata – rata kematian peternak mitra per periode : Rata – rata kematian peternak mandiri per periode : Simpangan baku kematian peternak mitra : Simpangan baku kematian peternak mandiri : Jumlah peternak mitra : Jumlah peternak mandiri
Setelah dilakukan pengujian terhadap data kematian kedua peternak maka dapat dilakukan pengujian hipotesis. Apabila t hitung > t tabel atau probabilitas < 0.05 maka diambil kesimpulan tolak Ho. Sebaliknya, jika t hitung < t tabel atau probabilitas > 0.05 maka diambil kesimpulan terima Ho.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Usaha Peternakan Ayam Broiler Bermitra Usaha peternakan ayam broiler merupakan suatu usaha sektor peternakan yang berpotensi untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan adanya peningkatan tingkat konsumsi pangan terhadap komoditi ayam broiler. Banyak dari peternak ayam broiler melakukan usaha tersebut dengan pola kemitraan, hal ini dilakukan karena adanya keterbatasan modal yang dimiliki oleh peternak untuk melakukan usaha tersebut serta ketidakmampuan peternak untuk menerima risiko yang cukup tinggi. Terdapat beberapa peternak di Kabupaten Serang yang melakukan kemitraan dengan perusahaan inti. Diantaranya peternakan milik ibu Lisda berlokasi di desa Cibuah, peternakan milik bapak Hajiji di desa Buah Gede dan peternakan milik bapak Marfu di desa Cisitu. Ketiga peternak tersebut melakukan kemitraan dengan sebuah perusahaan inti yaitu PT.Berkah Mitra Sejahtera. Pola kemitraan yang dilakukan yaitu dengan pola inti-plasma. Berkah Mitra Sejahtera merupakan perusahaan mitra ayam broiler yang berlokasi di Parung Bogor. Berkah Mitra Sejahtera memasok kebutuhan sarana produksi peternakan (sapronak) yang terdiri dari bibit ayam (DOC), pakan, obat-obatan, vitamin dan bahan kimia (OVK). Berkah Mitra Sejahtera tidak memproduksi sapronak tersebut melainkan memasok dari produsen sapronak, contohnya sapronak berupa
41
DOC (Day Old Chicken) yang dipasok dari berbagai produsen DOC seperti Charoen Phokpand dan Malindo. Begitupun dengan sapronak lain seperti pakan yaitu pakan starter jenis 511-L yang digunakan sejak minggu pertama hingga minggu keempat yang di produksi oleh Charoen Phokpand. Melihat dari adanya kejelasan perusahaan dalam menyediakan sapronak yang dibutuhkan oleh para peternak, maka para peternak pun semakin terdorong untuk melakukan kemitraan dengan BMS. Berkah Mitra Sejahtera (BMS) sebagai perusahaan inti selain memasok sapronak juga menjamin pemasaran ayam, sedangkan peternak sebagai plasma yang bermitra dengan perusahaan inti berkewajiban memelihara dan menjaga ayam broiler sebaik mungkin dari masuknya DOC hingga panen. Selain adanya kemudahan yang telah dijelaskan diatas, hal lain yang peternak peroleh selama melakukan kemitraan dengan BMS ialah adanya penyuluh lapang/Technical Service yang datang untuk memberikan pengarahan serta informasi bagaimana tata cara melakukan produksi ayam broiler yang baik dan benar, sehingga peternak dapat menghasilkan produk output sesuai keinginan konsumen. Pengarahan dan informasi yang diberikan mengenai tata cara pengelolaan kandang, pengaturan pemberian pakan, pengaturan kebersihan kandang serta penanganan terhadap penyakit yang muncul. Kemudian pihak BMS pun memberikan informasi mengenai adanya Standart Operating System (SOP) yang harus dijalankan oleh seluruh peternak mitranya termasuk ketiga peternak tersebut. SOP yang diberikan BMS kepada tiga peternak mitra tersebut diantaranya ayam umur 4 hari pertama harus mendapatkan suhu C,semakin bertambah umur ayam maka suhu yang digunakan harus semakin dikurangi, kemudian pemberian pakan dilakukan bersifat “adliditum”atau terus-menerus, namun sesuai dengan takaran pada tempat pakan nampan/baby feeder tray, dan terakhir pelebaran brooder seharusnya dilakukan sebesar 1 tiang, namun hal tersebut dapat disesuaikan dengan ukuran ayam agar tidak terlihat sesak. Pelebaran brooder ini dilakukan 2 hari sekali. Kemitraan yang terjalin antara perusahaan inti dan peternak didasarkan adanya kontrak kemitraan mencakup harga ayam hidup sesuai panen saat panen, harga sarana produksi ternak, konfensasi indeks prestasi (IP), konfensasi mortalitas serta ketentuan lainnya. Dengan adanya pola kemitraan ini peternak plasma dapat menambah pengetahuan dan informasi mengenai cara produksi ayam broiler dengan baik dan benar. 1. Lokasi Peternakan Ketiga peternakan ayam broiler ini berlokasi di Kabupaten Serang Propinsi Banten. Secara topografi Kab.Serang merupakan wilayah dataran rendah dan pegunungan dengan ketinggian antara 0 sampai 1 778 m di atas permukaan laut. Jarak tempuh masing – masing lokasi peternakan dengan kota Serang cukup jauh dan ketiga lokasi peternakan itupun masing – masing mempunyai jarak yang sangat jauh. Pertama untuk usaha peternakan ayam broiler milik Ibu Lisda yang terletak di Desa Cibuah, Kab.Serang. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi peternakan tersebut dari Kota Serang sekitar 1 jam. Kemudian akses menuju lokasi peternakan yang harus ditambah dengan masuk ke sebuah gang dengan panjang . Lokasi peternakan tersebut dibangun diatas lahan sebesar 6000 . Akses jalan menuju lokasi peternakan tersebut
42
terbilang bagus dan lancar sehingga memungkinkan untuk kendaraan seperti mobil dapat masuk dan lokasinya pun jauh dari keramaian. Kedua untuk usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Hajiji yang terletak di Desa Buah Gede, Kab.Serang Propinsi Banten. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi peternakan tersebut dari kota Serang sekitar 1 jam 45 menit. Ditambah pula dengan akses menuju lokasi peternakan yang harus masuk gang dengan jarak . Lokasi peternakan tersebut dibangun diatas lahan seluas 5000 . Akses jalan menuju lokasi peternakan dapat dilalui oleh mobil namun sedikit terjal dan berbatu aksesnya yang sangat jauh dari pemukiman penduduk. Hal ini dilakukan guna mencegah terjadinya polusi udara karena bau yang ditimbulkan dari kotoran ayam broiler. Ketiga untuk usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Marfu yang terletak di Desa Cisitu Kampung Kalapa Girang, Kab.Serang Propinsi Banten. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi peternakan tersebut dari kota Serang sekitar 3 jam 30 menit. Jalan yang ditempuh menuju lokasi peternakan cukup terjal dan menanjak menuju arah pegunungan. Kemudian di sisi kanan dan kiri jalan tampak seperti hutan dan jalan yang dilalui pun hanya cukup untuk satu mobil. Letaknya yang cukup tinggi tersebut membuat cuaca dilokasi peternakan sedikit dingin dan berbeda dengan peternakan – peternakan lainnya yang mempunyai cuaca cukup panas. Ketiga peternakan tersebut memiliki kandang dengan tipe kandang panggung. Jarak tinggi kandang dari tanah sekitar 2 – 2,5 meter. Konstruksi semua kandang terbuat dari bambu serta untuk dua kandang menggunakan atap terbuat dari jerami daun kelapa yang sudah dikeringkan dan satu kandang lagi menggunakan atap yang terbuat dari asbes. Untuk pondasi dan kerangka kandang terbuat dari kayu. Bambu yang dipakai pada kandang digunakan untuk alas dan dinding kandang. Tujuan dibuatnya kandang dengan sistem bertingkat adalah sebagai salah satu syarat yang diinginkan oleh perusahaan selain itu agar ayam tidak langsung terkontaminasi dengan kotoran ayam dan tanah. Disamping kandang terdapat rumah bagi anak kandang yang terbuat dari kayu dan untuk pakan sendiri disimpan didalam kandang dengan beralaskan kayu agar tidak terjadi kebocoran pada pakan dalam karung. 2. Struktur Organisasi Dari keseluruhan peternakan ayam broiler yang diteliti semua peternak memiliki struktur organisiasi yang sangat sederhana. Hal ini disesuaikan dengan kapasitas produksi ayam broiler yang dihasilkan oleh masing – masing peternak sekitar 5000 ekor hingga 7000 ekor. Ketiga peternak membawahi anak kandang yang berjumlah satu hingga dua orang dan satu peternak yaitu bapak Marfu tidak memiliki anak kandang karena dialah yang bertugas langsung dalam proses pembudidayaannya. Keuntungan dari adanya sturktur organisasi yang sederhana ini adalah adanya sejumlah penghematan biaya yang dikeluarkan selama kegiatan budidaya serta adanya kemudahan dan kecepatan dalam pengambilan keputusan karena keputusan yang dihasilkan langsung dari pemilik peternakan kepada anak kandangnya. Dalam usaha peternakan ayam broiler ini, diperlukan adanya respon yang cepat antara pimpinan dengan anak kandang karena usaha ini sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Oleh karena itu diperlukanlah ketangkasan dan kecerdasan dari pemimpin dalam mengambil keputusan yang cepat dan tepat.
43
Adapun untuk alur struktur organisasi peternakan ayam broiler bermitra dapat dilihat pada Lampiran 2. Tanda panah pada gambar struktur organisasi menunjukkan adanya alur perintah dan tanda panah putus – putus menunjukkan adanya alur koordinasi. Alur perintah pada struktur organisasi ini dimulai dari pemimpin selaku pemilik peternakan langsung kepada anak kandangnya. Begitupun sebaliknya adanya tanggungjawab dari anak kandang sebagai bawahan kepada pemimpin perusahaan selaku pemilik peternakan. Sedangkan untuk koordinasi dan pengawasan dilakukan langsung oleh pihak perusahaan melalui petugas pengawas lapang atau Technical Service PT.Berkah Mitra Sejahtera (BMS) kepada ketiga pemilik peternakan dan anak kandang. Alur koordinasi yang ditunjukkan pada tanda anak panah putus – putus menggambarkan adanya hubungan koordinasi dengan pihak perusahaan inti. Pihak perusahaan bertugas untuk mengawasi langsung segala kegiatan usaha peternakan ayam broiler yang dilaksanakan oleh petugas pengawas lapang (Technical Service/TS). Pada setiap periodenya petugas lapang atau Technical Service akan datang secara berkala untuk memeriksakan dan memantau kondisi ayam selama pembudidayaan. Hal yang dilakukan selama proses memantau tersebut adalah melihat jumlah pemberian pakan, vaksin dan obat-obatan yang sudah sesuai takarannya atau tidak selain itu juga pada pertengahan di minggu kedua selalu diadakan penimbangan terhadap ayam untuk melihat prakiraan bobot ayam yang akan dihasilkan pada saat panen. Kemudian untuk tahap pemanenan ayam broiler pihak perusahaan inti juga menugaskan kepada pengawas lapang bagian pemasaran untuk melihat kondisi kesehatan ayam broiler dan melakukan penimbangan. Selain itu pihak pemasaran pun bertugas untuk mencatat berapa jumlah ayam broiler yang di panen sebagai bahan untuk dokumen perusahaan. Kegiatan usaha peternakan ayam broiler ini merupakan suatu kemitraan usaha antara pihak perusahaan dengan pihak peternak ayam broiler. Pihak perusahaan inti berperan dalam membina dan melayani kegiatan pembudidayaan ayam broiler, menyediakan segala sarana dan prasarana dalam proses budiaya ayam broiler serta mengawasi manajemen usaha budidaya ayam broiler tersebut. Mengenai adanya perjanjian dan kontrak harga antara perusahaan inti dengan peternak ayam dapat dilihat pada Lampiran 2.
44
Proses produksi peternakan ayam broiler yang bermitra Pada saat melaksanakan kegiatan usaha peternakan ayam broiler terdapat beberapa hal penting yang harus dipahami oleh peternak diantaranya : a. Kandang ayam harus dalam keadaan bersih tidak ada kotoran ataupun bakteri yang melekat pada kandang sisa dari pembudidayaan sebelumnya. b. Usahakan anak ayam/DOC selalu dalam kondisi nyaman ketika berada di kandang terutama dari segi pemanas yang dibuat harus dapat mengimbangi sebagai pengganti dari induk ayam. c. Diperlukan adanya sirkulasi udara yang bersih dan cukup untuk sirkulasi oksigen dalam kandang, contoh : selalu melakukan kontrol pada setiap ventilasi udara dan rendahnya bau bahan - bahan kimia baik didalam kandang maupun diluar kandang. d. Diperlukan adanya penanganan berbagai limbah disekitar lingkungan kandang agar tidak basah. e. Pengaturan pola pemberian pakan yang baik dan sesuai takaran agar tidak menimbulkan keborosan dalam penggunaan pakan setiap satu kali produksi. f. Pengaturan pola pemberian obat dan vitamin juga sangat diperlukan penanganan yang baik, tepat waktu dan sesuai dengan takaran yang dianjurkan agar tidak menimbulkan keracunan pada ayam. g. Mampu memahami sumber-sumber datangnya dan berkembangnya berbagai penyakit yang menyerang serta mampu untuk menanganinya dengan cepat, seperti: Ngorok/Chronic Respiratory Disease, Virus Newcastle Disease (ND) dan Infectious Bronchitis (IB) atau penyakit gumboro yang selalu menyerang ayam. h. Selalu adanya pengontrolan terhadap kondisi dan keadaan ayam ke kandang serta selalu dilakukan penimbangan setiap minggunya untuk mengetahui apakah bobot ayam sudah mencapai target yang diinginkan. Persiapan Kandang Persiapan kandang ini dilakukan setelah kegiatan panen ayam broiler pada periode sebelumnya. Lama kandang istirahat tersebut sekitar 2 minggu. Sebelum proses pengosongan kandang terlebih dahulu peternak dan anak kandang membersihkan kandang dengan cara mencuci segala peralatan pakan dan minum ayam broiler, membersihkan seisi kandang seperti lantai kandang, dinding kandang,terpal agar tidak ada kuman – kuman dan penyakit yang bersarang didalam kandang, yang akan membahayakan kegiatan produksi selanjutnya. Adapun penjelasan tahap – tahap proses persiapan kandang sebagai berikut : 1.
Pembersihan dan Sterilisasi Kandang Pada tahap pembersihan dan sterilisasi kandang ini peternak melakukan beberapa kegiatan. Setelah ayam dipanen peternak mengeluarkan semua tempat pakan dan minum kemudian dicuci dengan air yang telah dicampurkan kaporit dengan ukuran air 70 persen dan septocid 30 persen. Kemudian peternak mulai membersihkan seluruh kandang dimulai dari depan kandang hingga dalam kandang. Dalam kandang peternak membersihkan seluruh isinya dari kotoran
45
ayam, bulu – bulu ayam dan laba – laba yang bersarang di pojokan kandang. Cara pembersihan dalam kandang dilakukan dengan menyemprotkan seluruh isi kandang menggunakan mesin spray atau mesin tembak ke seluruh isi kandang. Setelah kandang dibersihkan dan di diamkan selama 3 sampai 4 jam barulah kandang dibersihkan menggunakan formalin. Hal ini dilakukan agar kumankuman dan virus yang ada cepat mati.Setelah kandang tersebut steril kemudian tirai atau terpal yang sudah dicuci menggunakan desinfektan dipasangkan disekeliling kandang. Kemudian dilakukan penyemprotan ke kawat, atap, alat – alat pakan dan minum serta disekeliling kandang ayam. Setelah didesinfektan kandang mulai didiamkan beberapa hari kemudian dipasang waring, ditebarkan sekam padi dan dilakukan pembuatan brooder. Setelah brooder dibuat kemudian semua peralatan yang sudah dibersihkan dimasukkan ke kandang ditata sedemikian rapih pada masing-masing brooder. Kemudian dipasangkan alat pemanas agar pada saat DOC datang beberapa jam sebelumnya kondisi suhu di dalam kandang sudah hangat. 2.
Pembersihan peralatan kandang Peralatan kandang terdiri dari tempat pakan, tempat minum, ember besar atau tong, terpal, dan lain-lain. Kegiatan pembersihan kandang ini dilakukan diluar kandang yaitu dihalaman kandang. Hal tersebut dilakukan agar tidak mengotori kandang yang sudah dibersihkan. Pencucian dan pembersihan tempat pakan, minum dan galon atau ember besar dilakukan menggunakan septocid yang telah dicampurkan dengan air. Kemudian untuk pencucian terpal dilakukan dengan menyemprotkan terpal menggunakan air yang sudah di campur dengan desinfektan lalu dijemur dan disimpan kembali dikandang, jika diperlukan maka terpal tersebut dapat langsung di pasang dalam kandang. Selain itu pada tahap pembersihan dilakukan pula penggantian air yang kotor dalam galon menggunakan air bersih yang sudah diberikan kaporit.
3.
Persiapan indukan atau brooder Brooder merupakan sebuah alat berbentuk persegi, dibuat dengan tujuan sebagai induk buatan bagi DOC karena fungsinya menyerupai induk ayam yakni untuk menghangatkan anak ayam ketika baru menetas. Pembuatan brooder untuk tempat anak ayam pada masing – masing peternak terdiri dari 2 hingga 3 brooder dengan ukuran yang sudah ditetapkan oleh perusahaan yaitu p = dan l = . Masing – masing kotak brooder peternak mengisi ayam sekitar 2000 hingga 2500 ekor dan setiap harinya brooder tersebut selalu mengalami pelebaran sekitar hingga hal ini dilakukan karena setiap hari ukuran badan ayam selalu mengalami pertumbuhan.
4. Penebaran sekam padi Kandang yang telah kering kemudian ditutup dengan terpal dan mulai ditebar litter atau sekam padi full pada seluruh dalam kandang. Masing – masing kandang rata – rata diberi sekam sekitar 75 karung dengan ketebalan sekam 5 – 10 cm, sekam padi ini berfungsi sebagai penyerap air yang berasal dari minuman maupun kotoran hewan, karena apabila tidak diberi sekam maka minuman dan kotoran yang tumpah dikhawatirkan akan menyebabkan lantai menjadi basah dan lembab, sehingga dengan adanya sekam maka ayam akan terbebas dari
46
kelembaban yang dapat menimbulkan penyakit. Selain itu sekam padi juga berfungsi sebagai pelindung DOC dari kerusakan kaki dan dada DOC serta sebagai penghangat bagi DOC agar tetap terjaga suhu udara di dalam kandang terutama selama suhu udara dingin saat musim hujan. 5. Persiapan alat pemanas, tempat pakan dan tempat minum Alat pemanas yang dilakukan oleh para peternak adalah gasolek dengan sumber energi gas LPG, akan tetapi pada kandang ayam milik ibu Lisda dan bapak Marfu menggunakan alat pemanas dengan bahan baku kayu bakar. Alat pemanas harus diatur dalam pemasangannya, begitupun dalam menata alatnya agar panas yang dihasilkan sesuai suhunya dan merata. Begitupun ketika menggunakan kayu bakar, kayu bakar yang digunakan harus dalam keadaan kering dan berukuran besar kemudian kayu – kayu tersebut disimpan dalam tong besar lalu dilakukan proses pembakaran. Kayu bakar akan sangat banyak dibutuhkan apabila musim hujan tiba karena suhu dalam kandang sangat dingin. Panas yang dihasilkan gassolek ataupun kayu bakar dapat diatur, untuk gassolek diatur menggunakan regulator yang ada di tabung gas kemudian gas dapat mengalir melalui selang – selang yang sudah saling terhubung. Sedangkan untuk kayu bakar dapat diatur dengan cara mengurangi atau menambahkan kayu bakar secukupnya sesuai dengan kondisi suhu yang dibutuhkan. Jika dilihat dari kelebihan dan kekurangannya alat pemanas menggunakan gasolek lebih efektif karena selain cepat dalam memanaskan ruangan kandang, panas yang dihasilkan merata, stabil, tidak terpengaruh dingin, dan tidak berasap. Akan tetapi dalam pengaturan manajemen waktu penggunaan alat pemanas masih kurang efektif, masih adanya anak kandang yang tidak mematuhi standar operation prosedur (SOP) sesuai dengan ketentuan pihak perusahaan. Hal ini menyebabkan banyaknya kondisi fisik ayam yang stress akibat dari tidak teraturnya pengaturan suhu dalam kandang. Tempat pakan pada peternakan ini terdiri dari dua macam yaitu babychick dan feeder tray. Untuk awal produksi ketiga peternak menggunakan tempat pakan berbentuk nampan (feeder tray) karena menurut peternak tempat pakan seperti ini dirasa cukup memudahkan ayam ketika mengkonsumsi pakannya. Pengaturan dalam penggunaan alat pakan ini diatur sesuai dengan umur ayamnya, untuk ayam berusia 1 hingga 7 hari alat pakan yang digunakan adalah nampan kemudian seiring dengan pertumbuhan bobot ayam maka tempat pakan diganti menggunakan baby chik agar pengaturan dalam pemberian pakan dapat lebih terjaga tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Untuk setiap babychick biasanya diisi sekitar 50 ekor ayam karena dalam setiap brooder terdapat babychick sekitar 40 buah. Namun jumlah tersebut akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan ayam. Dalam pengaturan pakan pada peternakan milik Ibu Lisda kurang mematuhi standar operation prosedur (SOP) yang ditetapkan pihak perusahaan. Seharusnya pemberian pakan diatur sesuai dengan kebutuhan dan umur ayam, akan tetapi hal ini berbeda dengan yang dilakukan anak kandangnya. Anak kandang pada peternakan Ibu Lisda memberikan pakan dalam takaran yang tidak sesuai dengan anjuran pihak perusahaan, akibatnya terjadi pemborosan penggunaan pakan yang tidak terkendali.
47
Proses Pembudidayaan Proses budidaya merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh peternak dimulai dari proses masuknya DOC ke kandang hingga proses panen tiba. Proses pembudidayaan mencakup beberapa hal diantaranya pemeriksaan kualitas dan kuantitas DOC yang masuk ke dalam kandang serta proses pemeliharaannya, proses pemberian pakan, minum, obat-obatan dan vaksin yang sesuai takaran, periode pemanasan atau brooding hingga pengontrolan kandang dan masa panen. Proses budidaya tersebut akan dijelaskan dimulai dari umur 1 hari hingga panen tiba. Berikut dijelaskan kegiatan pembudidayaan yang dilakukan dimulai dari DOC masuk hingga pemanasan atau brooding. Proses penerimaan DOC (DOC masuk) Diharuskan adanya komunikasi yang baik antara Tehnical Service/TS dari pihak perusahaan, marketing DOC dan costumer atau peternak dalam menentukan jadwal pengiriam DOC ke kandang. Sebelum DOC masuk ke kandang terlebih dahulu kandang harus dalam kondisi steril dan bersih begitupun dengan berbagai tempat pakan dan minumnya harus dalam keadaan lengkap serta sudah menghidupkan pemanas atau gassolek selama 2 atau 3 jam sebelum DOC datang dengan suhu sekitar C. Pada saat DOC tiba peternak dan beberapa anak kandang mulai memeriksa surat jalan, segel, no.polisi mobil truk pengantar DOC, kualitas serta jumlah DOC yang dipesan. Kemudian anak kandang menimbang masing-masing DOC. Setelah dilakukan penimbangan, masing-masing DOC kemudian disebar pada beberapa brooder yang telah disiapkan peternak, kemudian diberikan minum berupa larutan gula merah agar dapat mengembalikan stamina DOC yang sudah menurun selama melakukan perjalanan, dan kemudian diberikan vaksin agar dapat tahan penyakit. Pemberian air gula sendiri dapat menghabiskan 2-3 kg gula setiap kandangnya. 1.
2.
Pemberian Pakan dan Minum DOC yang datang langsung diberikan air minum yang telah dicampur dengan gula merah, setelah 2 – 3 jam DOC baru dapat diberikan pakan. Pakan yang diberikan oleh peternak pada DOC yang berusia 1-7 hari disimpan pada tempat pakan berupa nampan biasa. Alasan peternak menggunakan baki karena mengingat ukuran dari DOC yang masih kecil sehingga dapat memudahkan DOC untuk menjangkau pakannya. Proses pemberian pakan ini dilakukan dengan cara menyebarkan seluruh DOC disetiap brooder karena di dalam brooder tersebut terdapat sekitar 40 buah baki dan 20 buah tempat minum diletakkan diatas sekam yang telah dilapisi oleh terpal. Pada saat ayam berumur 7 hari hingga 8 hari baki mulai digantikan secara bertahap dengan tempat pakan baby chick feeder hingga ayam berusia 30 hari. Penggunaan tempat pakan baby chick feeder ini sangat baik digunakan karena dapat melatih ayam untuk menjangkau pakan dengan baik, serta tidak menyebabkan pakan mudah tercampur dengan sekam dan kotoran ayam, sehingga pakan lebih bersih dan tidak mudah tercecer. Pakan yang digunakan oleh tiga peternak bermitra adalah pakan jenis 511-L (anti lalat) yang telah disediakan oleh pihak perusahaan. Pakan tersebut diberikan dimulai dari DOC berumur 1 hari hingga usia panen yaitu 30 hari. Pemberian pakan ini dilakukan secara rutin dan sering pada saat ayam berusia 1 hari hingga 7
48
hari, pada usia tersebut peternak memberikan pakan sebanyak 7 hingga 8 kali per harinya tergantung juga pada kondisi pakan saat itu. Pada saat ayam berusia 8 hari hingga 14 hari peternak hanya memberikan pakan sebanyak 4 hingga 5 kali per harinya tergantung juga pada kondisi pakan saat itu. Pemberian pakan biasanya dilakukan oleh anak kandang pada saat pagi hari, siang, sore dan malam hari. Untuk pemberian air minum semua peternak menggunakan air minum yang berasal dari air tanah atau menggunakan jet pump. Hal ini dilakukan karena jika menggunakan air dari PDAM peternak merasa kualitas air nya kurang baik selain itu banyaknya bakteri-bakteri jahat yang dikhawatirkan akan meracuni ayam. Pada saat proses pemberian air minum biasanya peternak mencampurkan vitamin, chlorine dan sedikit kaporit agar dapat menghilangkan bakteri Salmonella, E.Colli dan bakteri patogen lainnya. Pemberian obat-obatan dan vitamin dilakukan tidak setiap hari akan tetapi melihat dari kondisi ayam pada saat itu. Jika ayam berada pada kondisi yang kurang sehat biasanya peternak langsung memberikan vitamin atau obat – obatan dengan cara mencampurkannya pada air minum. Pemberian vitamin dan obatobatan tersebut diberikan sesuai takaran yang telah ditentukan oleh perusahaan yaitu sebesar 1:2, biasanya untuk setiap botol vitamin atau obat-obatan berukuran 50 gram diberikan untuk 1000 ekor ayam. Untuk menjamin kualitas dari pakan dan minum ayam setiap tempat pakan dan minum harus dicuci bersih setiap hari, dan pencucian tersebut dilakukan oleh anak kandang pada saat pagi hari dan sore hari. 3.
Pemberian Obat-obatan dan Vitamin Untuk pemberian obat-obatan dan vitamin peternak mendapatkan bantuan dan arahan dari Tehnical Service (TS) yang dikirimkan oleh pihak perusahaan. Akan tetapi peternak biasanya memberikan obat-obatan dan vitamin tersebut tidak sesuai dengan anjuran waktu yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan akan tetapi disesuaikan dengan kondisi ayam pada saat itu. Pada minggu pertama hingga minggu ketiga peternak rutin dalam memberikan sejumlah vitamin agar kondisi ayam selalu dalam kondisi sehat dan tahan penyakit. Vitamin yang diberikan pada minggu pertama yaitu supralit (anti stress), vita chicks, dan biomas. Akan tetapi untuk di hari pertama sampai hari ketiga peternak memberikan antibiotik dan vaksin yaitu ND-I, IBD dan ND-II secara rutin sebagai pencegahan pada ayam agar tidak mudah terserang penyakit diharihari berikutnya seperti penyakit E.Colli, gumboro dan CRD. Pengaturan dalam pemberian obat-obatan dan vitamin ini telah ditetapkan bahwa harus dicampurkan pada air dengan takaran 1:2 untuk 1000 ekor ayam. Biasanya anak kandang memberikan obat-obatan dan vitamin tersebut disesuaikan dengan kebutuhan ayam dan kondisi cuaca pada saat itu. 4.
Pemberian vaksinasi Pemberian vaksin dilakukan bertujuan untuk mencegah timbulnya penyakit dan meningkatkan daya tahan tubuh bagi ayam agar tidak mudah terserang penyakit. Dengan pemberian vaksin ini mampu mencegah timbulnya penyakit akan tetapi tidak dapat melindungi ayam secara 100 persen dari penyakit karena bakteri itu pasti akan selalu menyerang. Pemberian vaksin di masingmasing peternakan biasanya diberikan berbeda-beda tergantung dari umur ayam
49
pada saat itu. Untuk ayam berusia 4 hari hingga 5 hari vaksin yang diberikan adalah vaksin ND-I vaksin tersebut diberikan pada setiap ayam dengan cara ditetesi. Usia 14 hari hingga 15 hari diberikan vaksin IBD kemudian pada saat usia 20 hari hingga 21 hari diberikan vaksin ND-II, untuk kedua jenis vaksin tersebut peternak memberikannya dengan cara di campur pada air minum yang sudah ditambahkan dengan susu cream agar lebih terasa. Pemberian vaksin rutin dilakukan oleh para peternak mengingat kondisi cuaca pada saat itu sedang tidak menentu dan kondisi suhu di kandang yang tidak pernah stabil menyebabkan ayam mudah terserang penyakit terutama penyakit gumboro dan ngorok/flu pada ayam. 5. Pengontrolan Peternakan Ayam Broiler Pada saat pengontrolan kandang, peternakan milik Ibu Lisda dikontrol oleh anak kandangnya secara rutin akan tetapi kadang setiap satu minggu 1 kali pemilik selalu melakukan pengontrolan langsung pula. Sedangkan untuk dua peternak lain yaitu peternakan milik Bapak Hajiji dan Bapak Marfu pengontrolan dilakukan langsung oleh peternak setiap hari dan dibantu pula oleh anak kandangnya. Pengontrolan oleh anak kandang dilakukan setiap pukul 06.00 pagi hingga pukul 02.00 malam. Dalam melakukan pengontrolan peternakan ini, biasanya peternak dan anak kandang mengontrol kondisi ayam, tempat pakan dan minum, keadaan pakan dan minum, luasan brooder, pelebaran sekat, sekam dan sirkulasi udara. Tehnical Service (TS) dari perusahaan inti selalu melakukan pengontrolan secara berkala. Hal yang dilakukan oleh TS pada saat pengontrolan juga sama seperti para peternak dan anak kandang akan tetapi TS lebih menekankan pada pengontrolan pemberian pakan dan kebersihan kandang. Selama proses penelitian dilapangan terjadi sejumlah pemborosan pakan yang berada di peternakan milik Ibu Lisda dimana anak kandang di peternakan tersebut tidak memperhatikan takaran dalam pemberian pakannya sehingga mengakibatkan sejumlah peningkatan biaya pada pembelian pakan. Akibatnya TS selalu memberikan arahan dan nasihat pada anak kandangnya agar selalu memperhatikan takaran dalam pemberian pakan, jika pada siang hari pakan tidak diberikan terlalu banyak akan tetapi seharusnya pakan diberikan paling banyak pada malam hari agar pakan yang dikonsumsi ayam langsung menjadi daging. Untuk pengontrolan pada kebersihan kandang, peternak,anak kandang dan TS selalu memperhatikan pada keadaan sekam, tempat pakan dan minum serta kondisi lingkungan kandang. Keadaan sekam yang ada didalam kandang khususnya didalam brooder harus dalam keadaan kering tidak boleh basah karena jika basah akan menimbulkan kelembaban dan mudah timbulnya jamur, oleh karena itu harus selalu dialasi dengan terpal. Pada saat minggu ke dua atau hari ke 14 hingga hari ke 16 usia ayam, peternak melakukan turun sekam. Sekam yang sudah diturunkan kemudian dimasukkan ke dalam karung dan disimpan jauh dari kandang. Proses penurunan sekam ini dilakukan langsung oleh anak kandang secara hati-hati karena jika tidak dilakukan dengan hati-hati selalu ada ayam yang ikut tersapu oleh sekam. Dalam melakukan perluasan brooder yang harus diperhatikan adalah kondisi dari bobot dan ukuran ayam. Hal ini dikarenakan setiap hari bobot ayam selalu mengalami penambahan sehingga harus disesuaikan pula dengan ukuran brooder yang ada yaitu brooder tidak boleh sempit agar ayam dapat bergerak bebas dan mengalami perkembangan yang baik. Selain itu hal
50
penting yang perlu diperhatikan adalah kondisi dari sirkulasi udara di kandang, kondisi sirkulasi udara harus dalam kondisi baik agar proses terjadinya pertukaran gas amoniak dan gas sisa hasil pembakaran dapat tergantikan dengan udara Oksigen ) segar. Proses pergantian udara tersebut dapat dilakukan dengan cara membuka tirai yang mengelilingi kandang. Pembukaan tirai tersebut dapat dilakukan ketika ayam sudah berusia 7 atau 8 hari dan saat alat pemanas tidak digunakan kembali. Hal lain yang dilakukan saat pengontrolan kandang yaitu pengontrolan berat badan pada ayam. Peternak yang dibantu oleh anak kandang selalu melakukan pengontrolan berat badan setiap satu minggu satu kali dan dilakukan oleh TS setiap dua minggu satu kali. Hal ini dilakukan agar peternak dapat mengetahui keadaan ayam pada saat itu apakah bobot nya sudah mencapai target yang diharapkan atau belum. Pengontrolan berat badan ayam ini dilakukan dengan cara mengambil sebanyak 5 ekor sampel ayam yang ditimbang. Jika pada saat pengontrolan peternak menemukan ayam yang berukuran kecil karena kurangnya asupan pakan disebabkan tingginya tingkat persaingan antar ayam ketika ayam tersebut makan, maka peternak pun mulai memisahkan ayam-ayam tersebut. Penyeleksian pada ayam-ayam ini peternak lakukan setiap hari, hal ini dikarenakan setiap hari pasti selalu ada saja ayam yang mati. Sehingga proses penyeleksian ini sangat berguna untuk memisahkan ayam yang mengalami pertumbuhan lambat, cepat, kerdil dan cacat. Penyeleksian ini dilakukan oleh anak kandang dan peternak dengan cara berkeliling kandang setiap harinya untuk mencari ayam yang dalam kondisi tidak sehat. Setelah menemukan ayam dalam kondisi tidak sehat kemudian anak kandang memisahkan ayam tersebut dengan ayam yang dalam kondisi sehat agar tidak mudah menyebarkan penyakit kepada ayam lainnya. Namun pemisahan antara ayam sehat dengan ayam yang sakit tersebut hanya dipisahkan dengan sekat saja sehingga kemungkinan terjadinya penyebaran penyakit akan lebih mudah. Proses Panen Ayam Broiler Bermitra Pada saat akan panen perusahaan inti menjadi pengatur antara konsumen (yang menginginkan jumlah dan bobot badan ayam yang sesuai) dengan jumlah ayam di peternakan. Pada proses pemanenan ini adanya pihak dari perusahaan yang merupakan TS bagian pemasaran yang datang untuk mengecek berapa bobot ayam yang dihasilkan. Bobot ayam yang dipanen ini telah disesuaikan perusahaan inti dengan delivery order (DO) penjualan serta berat ayam dikandang. Proses pemanenan ini sendiri melibatkan sejumlah banyak orang yang dimulai dari peternak, anak kandang, penangkap ayam, penimbang ayam, pencatat hasil timbangan dan pengangkut ayam. Sebelum ayam dimasukan ke dalam box berukuran besar terlebih dahulu biasanya peternak memastikan mobil panen yang datang merupakan mobil dari perusahaan BMS dengan cara menuliskan nomor polisinya pada selebaran kerta berwarna kuning dan putih yang diberikan oleh pihak perusahaan. Setelah itu ayam pun mulai mengalami proses penimbangan secara menyeluruh. Pada saat proses penangkapan ayam peternak juga melibatkan warga sekitar untuk turut serta membantu proses pemanenan ini agar tidak memakan waktu yang lama. Pada saat proses panen berlangsung terdapat 4 – 5 orang yang menangkap ayam, 1 orang yang mencatat proses penimbangan biasanya dari pihak TS
51
pemasaran akan tetapi untuk peternakan milik bapak Hajiji proses pencatatan dilakukan oleh istrinya sendiri. Kemudian terdapat 2 orang yang melakukan penimbangan ayam dan 3 orang yang mengangkut ayam dari kandang ke mobil truk. Pada proses pencatatan sendiri juga diawasi oleh pembeli ayam tersebut. Sebelum kegiatan panen dilakukan peternak mempersiapkan peralatan panen seperti tali untuk mengikat ayam pada saat akan ditimbang, timbangan, alat tulis dan keranjang ayam. Sebelum proses pemanenan berlangsung 5-6 jam sebelumnya ayam sudah tidak diberikan pakan kembali hal ini dimaksudkan untuk menghindari tembolok ayam agar tidak penuh oleh pakan dan menghindari terjadinya kecurangan akibat dari bobot ayam yang tidak nyata. Kegiatan pemanenan pada peternak mitra dilakukan pada sore hingga malam hari. Penangkapan dilakukan dengan sangat hati-hati hal ini dilakukan agar ayam tidak mengalami memar dan mati pada saat panen karena biasanya banyak ayam yang mengalami kaget. Cara melakukan penangkapan ayam yaitu dengan menangkap ayam sebanyak 5 ekor dan dipilih secara acak kemudian kelima ayam tersebut diikat menggunakan tali rapia yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Setelah itu ayam pun ditimbang sebanyak 20 ekor, yang terdiri dari 4 ikat ayam dan per ikatnya sebanyak 5 ekor. Setelah ditimbang kemudian ayam pun langsung dimasukkan ke dalam keranjang yang berkapasitas sekitar 17 hingga 18 ekor. Setelah ayam dimasukkan ke dalam keranjang kemudian ayam langsung disusun dalam truk dengan jumlah susunan sebanyak 6 susun ke atas dan 4 susun ke samping. Dengan rata – rata bobot ayam yang dihasilkan 1,4 kg/ekor hingga 1,64 kg/ekor. Kegiatan proses pemanenan tiga peternak bermitra berlangsung selama 5 jam hingga 6 jam. Pasca Panen Pada tahap pasca panen biasanya para peternak dan anak kandang mulai membersihkan seluruh isi kandang dan lingkungan kandang. Kegiatan pembersihan kandang dimulai dengan mengumpulkan kotoran ayam yang terdapat dalam kandang kemudian dimasukkan ke dalam karung dan kotoran tersebut peternak berikan kepada warga sekitar yang memintanya. Kemudian setelah kotoran tersebut dibersihkan oleh peternak, maka peternak langsung membersihkan semua peralatan kandang ayam. Dan dari sisa pakan nya peternak langsung menjualnya ke peternak plasma lain. Gambaran Umum Usaha Peternakan Ayam Broiler Mandiri Peternakan ayam broiler mandiri di Kabupaten Serang pada saat ini sudah mulai berkurang, berkurangnya jumlah peternak mandiri ini disebabkan karena ketidakmampuan para peternak untuk membangun usaha ayam dengan modal yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dengan hanya ditemukannya satu orang peternak mandiri yaitu milik Bapak Supriyanto di Desa Sindang Mulya yang melakukan usaha peternakan ayam broiler secara mandiri. Penyebab sedikitnya peternakan ayam broiler mandiri selain modal ialah sulitnya dalam melakukan pemasaran menyebabkan banyak peternak yang memilih untuk bermitra. Dari beberapa peternak mandiri yang masih bertahan adalah mereka yang sudah memiliki pelanggan tetap yaitu tetangga yang akan mengadakan pesta, persiapan lebaran Idul Fitri dan adanya seorang broker. Dari peternak mandiri yang ditemui,
52
jumlah populasi ayam yang dimiliki sebanyak 5000 ekor. Dan itupun terkadang peternak seringkali mengurangi jumlah populasinya karena disesuaikan dengan modal yang dimiliki. 1. Lokasi kandang dan bentuk kandang Lokasi kandang sendiri berada di samping rumah serta sarana transportasi untuk menuju lokasi peternakan cukup mudah dijangkau hanya menggunakan sepeda motor, akan tetapi akses menuju jalan raya cukup jauh sekitar 1,5 km. Sedangkan untuk sumber air menggunakan air yang berasal dari mata air serta air tanah tidak menggunakan air PDAM. Bentuk kandang yang digunakan yaitu tipe kandang panggung dengan jarak dari tanah menuju alas kandang yaitu 2 m – 2,5 m menggunakan kayu, serta beratapkan jerami daun kelapa yang sudah dikeringkan. Dan semua dinding kandang terbuat dari bambu. Peternak memiliki jumlah kandang satu buah akan tetapi terbagi menjadi dua dengan ukuran kandang pertama x dan kandang kedua berukuran x . 2. Waktu Pembudidayaan (Produksi) Kegiatan pembudidayaan yang dilakukan oleh peternak mandiri pada umumya hanya berlangsung selama 28 - 35 hari dengan berat badan rata-rata 1,1 kg - 1,5 kg hal tersebut disesuaikan dengan permintaan pasar dan pelanggan yang datang. Akan tetapi adakalanya dari total semua ayam yang panen tidak terjual semua dan ayam tersebut menjadi konsumsi untuk keluarga dirumah peternak. 3. Kegiatan Persiapan Budidaya Persiapan budidaya pada peternakan mandiri ini hampir sama dengan persiapan budidaya pada peternakan bermitra. Dimulai dari pembersihan dan sterilisasi kandang, tempat pakan dan tempat minum serta lingkungan kandang ayam. Berikut penjelasan proses persiapan kandang. a. Pembersihan dan sterilisasi kandang Setelah ayam yang sebelumnya panen dan kondisi kandang dalam keadaan kosong maka semua peralatan pakan dan minum ayam dikeluarkan dan dicuci bersih menggunakan sabun deterjen, kemudian disemprotkan dengan formalin dan disinfektan lalu dijemur hingga kering. Setelah pencucian peralatan pakan dan minum kemudian pembersihan dalam kandang. Kandang dibersihkan dari semua kotoran ayam yang menempel dilantai kandang,kemudian kotoran tersebut dimasukkan ke dalam karung lalu oleh peternak diberikan kepada orang yang mencarinya. Setelah kotoran ayam dimasukan dalam karung kemudian kandang dicuci bersih, disikat seluruh isinya serta bagian-bagian kandang menggunkan sabun. Setelah kering kandang kemudian disemprotkan formalin dan disinfektan untuk mematikan sisa-sisa bakteri yang masih menempel di dinding dan lantai kandang. Kemudian kandang dibiarkan mengiring. b. Persiapan indukan atau brooder Brooder merupakan alat yang berbentuk persegi empat yang dibuat sebagai indukan buatan sebab fungsi dari brooder sendiri mirip seperti induk ayam yang berfungsi untuk memberikan udara hangat bagi ayam yang baru menetas. Jumlah brooder yang dibuat pada peternakan mandiri tidak sebanyak pada
53
peternakan mitra. Peternak biasanya membuat brooder dengan ukuran p= x l= Setelah dibuat batasan brooder peternak memasang terpal untuk alas dimana sekam akan ditaburkan. Kemudian brooder dipasangkan tirai atau kelambu yang terbuat dari terpal disekeliling brooder tujuannya untuk memperkecil ruangan dan menjaga agar suhu panasnya dapat terjaga. Pelebaran brooder pun dilakukan secara bertahap selama pertumbuhan DOC dengan ukuran 0,5 meter. c. Penyebaran sekam padi Kandang yang telah dikeringkan dan dipasangkan brooder kemudian ditebarkan sekam padi diseluruh ruangan dalam kandang. Sebelum sekam tersebut ditebarkan terlebih dahulu dipasangkan koran atau terpal agar sekam tidak banyak berjatuhan ke bawah kandang. Sekam tersebut berfungsi sebagai pemanas alami bagi DOC serta sebagai pelindung DOC dari kerusakan pada kaki dan dada DOC yang selalu terjepit himpitan kayu kandang. d. Persiapan alat pemanas,tempat pakan dan minum Alat pemanas yang digunakan adalah yang berbahan baku kayu bakar dengan jumlah pemakaian selama satu periode sebanyak 1 hingga 3 kubik (sesuai dengan keadaan cuaca) serta lampu berdaya 20 watt. Alat pemanas yang dimiliki peternak mandiri sebanyak 1 buah. Sebelum digunakan alat pemanas tersebut dibersihkan dari kotoran dan debu yang menempel kemudian dipasangkan di ruangan brooder. Alat pemanas ini diatur pemasangannya termasuk ketinggian drum sekitar 1,2 . Selama DOC berumur 1-2 hari penggunaan alat pemanas ini tidak pernah dimatikan selama 24 jam. Setelah ayam berumur lebih dari 7 hari penggunaan alat pemanas mulai dikurangi dan digantikan dengan lampu. Penggunaan alat pemanas diatur waktu pemakaiannya, yaitu dimulai dari pukul 7 pagi hingga pukul 12 siang setelah itu dimatikan. Dan baru dimulai kembali pukul 5 sore hingga 4 subuh. Setelah pemasangan alat pemanas selesai para peternak pun langsung menyimpan tempat pakan dan minum sebanyak 20 buah tempat pakan dan 20 buah tempat minum dengan kapasitas masing-masing untuk 15 – 20 ekor ayam. Dimana tempat pakan dan minum yang telah disediakan pun langsung ditaburi dengan pakan dan air minum yang dibutuhkan oleh ayam. 4. Proses pembudidayaan ayam broiler Pada umumnya proses pembudidayaan ayam broiler pada peternak mandiri sama seperti peternak bermitra, hanya saja pada peternakan mandiri semua proses pembudidayaan dilakukan langsung oleh pemiliknya, dimulai dari pembelian DOC, pengaturan pakan dan minum serta pengontrolan terhadap kandang sehingga pengontrolan selama proses budidaya dapat langsung terkontrol lebih teliti. Selain itu waktu produksi yang relatif lebih singkat karena disesuaikan dengan permintaan pasar. Pakan yang digunakan oleh peternak mandiri biasanya hanya satu jenis, dimana peternak biasanya hanya membeli pakan jenis starter yang digunakan selama satu periode tersebut. Pakan yang digunakan berukuran 50 kg. Peternak mandiri membeli DOC berjenis Gripday, obat-obatan yang digunakan berjenis Vitachik, vitastress, vaksin ND, vaksin gumboro, vit.jagro, protasol dan agricaravit yang dibelinya di pasar Kabupaten Serang. Kadang peternak
54
melakukan pembelian dengan cara memesan via telepon karena sudah berlangganan dengan toko yang berjualan obat-obatan tersebut kemudian peternak mendatangi tempat tersebut. Untuk setiap periode produksinya, DOC, pakan dan obat-obatan dibeli perperiode oleh peternak. Selama proses pembudidayaan berlangsung tidak ada satupun peternak yang dibantu oleh anak kandang, para peternak melakukan semua kegiatan produksinya sendiri. Karena jika menggunakan anak kandang pendapatan yang mereka peroleh pasti semakin berkurang karena harus membayar anak kandang tersebut. Dalam proses menjalankan usaha peternakan pastilah menghadapi berbagai risiko salah satunya adalah risiko produksi yang disebabkan oleh berbagai sumber seperti perubahan cuaca, serangan penyakit, kualitas DOC tidak baik dan predator. Walaupun peternak melakukan perawatan secara langsung akan tetapi tingkat kematian yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko tersebut tetap tidak dapat dikendalikan oleh peternak sendiri. Selain itu kurangnya pengetahuan dan keahlian yang dimiliki oleh peternak dalam merawat ayam menjadi salah satu kendala bagi peternak pula yang menyebabkan tingkat kematian tinggi, akibatnya risiko produksi yang harus ditanggungpun dirasakan oleh peternak sendiri. Proses Panen Ayam Broiler Mandiri Kegiatan panen ayam broiler pada peternakan mandiri dilakukan pada saat ayam berumur 28 – 30 hari. Pada umur tersebut sudah ada pembeli yang datang untuk membeli ayam yang telah di pesannya dari 1 bulan yang lalu. Dan ada pula pembeli tetap yang mengambil ayam broiler tersebut contohnya pembeli bernama Pak Dede datang ke peternakan untuk membeli ayam yang sudah dipesannya sejak 1 bulan yang lalu, pembeli tersebut membeli ayam sebanyak 1000 ekor dengan harga Rp 16 500/kg. Rata-rata ayam yang dihasilkan dari peternak mandiri sekitar 1,1 kg – 1,5 kg. Sebelum pembeli mengambil ayam yang telah dipesannya terlebih dahulu biasanya peternak menimbang ayam tersebut sebanyak 5 ekor per ikatnya agar dapat diketahui bobot ayam yang dihasilkan setelah itu barulah ayam diberikan kepada pembeli. Apabila dari ayam yang diproduksi masih ada yang sisa biasanya peternak menjualnya dengan cara mengecer ke tetangga atau ke pasar dengan harga sekitar Rp. 20 000/kg. Saluran Pemasaran Usaha Peternakan Ayam Broiler Mandiri Kegiatan pemasaran ayam broiler dilakukan langsung oleh peternak sendiri, akan tetapi biasanya terdapat pelanggan tetap atau brooker yang datang ke lokasi peternakan untuk membeli secara langsung. Dan kadang pula terdapat konsumen yang datang langsung ke lokasi peternakan untuk memilih sendiri ayam yang diinginkannya dan kemudian dilakukan pemotongan ayam langsung dikandang. Berikut saluran pemasaran ayam broiler dari peternak mandiri pada Gambar 7.
55
Peternak Ayam Broiler Mandiri
Brooker
Pedagang Pengecer
Konsumen /Pasar
Konsumen / Pelanggan tetap
Gambar 7 Alur pemasaran usaha peternakan ayam broiler mandiri Gambar 7, menunjukkan alur pemasaran dari usaha peternakan ayam broiler mandiri yang terdiri dari dua jalur pemasaran. Pemasaran yang dilakukan memang terbilang sederhana, hal ini disebabkan keterbatasan peternak yang tidak menguasai keadaan dan informasi pasar menyebabkan sistem pemasaran yang digunakan hanya dalam lingkup kecil yaitu dari peternak langsung kepada pembeli. Untuk brooker yang datang biasanya brooker akan membeli ayam tersebut dan menjualnya kembali kepada pedagang pengecer lalu kemudian oleh pedagang pengecer dijual ke pasar untuk dibeli oleh konsumen. Akan tetapi jika ayam yang dihasilkan dari panen masih terdapat sisa biasanya peternak menjualnya kepada konsumen langsung secara eceran tanpa melibatkan pedagang pengecer dengan harga diatas harga yang dijual kepada brooker. Identifikasi Sumber Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Bermitra Penelitian ini dilakukan pada tiga peternak bermitra yang bekerja sama dengan pihak perusahaan mulai proses produksi hingga proses panen. Dari tiga peternakan yang diteliti masing – masing kandang memiliki sumber risiko yang sama dalam menjalankan usahanya, diantaranya risiko produksi yang disebabkan oleh perubahan suhu, penyakit, kualitas DOC yang kurang baik serta predator. Untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko pada tiga peternakan ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung selama dua bulan, wawancara kepada peternak dan Technical Service (TS) serta menganalisis laporan produksi peternakan yang merupakan recording dari pihak PT.Berkah Mitra Sejahtera (BMS). Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian, wawancara dengan pihak perusahaan, serta analisis laporan produksi (recording) dari PT.Berkah Mitra Sejahtera (BMS) ditemukan beberapa hal yang teridentifikasi sebagai penyebab sumber risiko produksi ayam broiler. Secara umum risiko produksi ayam broiler yang dihadapi oleh ketiga peternak adalah matinya sejumlah ayam broiler pada masa produksi dan kualitas bibit DOC yang tidak dapat berkembang dengan baik. Akibat dari adanya sumber risiko yang dihadapi oleh ketiga peternak tersebut menyebabkan rendahnya produksi yang dihasilkan oleh masing-masing peternak. Untuk sumber risiko produksi yang ditemukan selama proses pengamatan adalah matinya sejumlah ayam broiler karena kondisi cuaca dan iklim saat pengamatan yang tidak menentu mengakibatkan suhu yang terdapat di dalam kandang tidak stabil sehingga ayam menjadi strees dan mudah terserang penyakit. Selain itu ditemukannya ayam cacat fisik dan pertumbuhan kerdil kemudian di potong, hal ini disebabkan dari kualitas DOC yang diberikan kurang baik. Ayam tersebut diketahui setelah berusia 8 – 14 hari dimana pada saat itu kondisi fisik ayam broiler yang tidak mengalami perkembangan cukup besar
56
setelah diberikan pakan sesuai aturan yang ditetapkan oleh perusahaan. Ayam tersebut kemudian dipisahkan dari ayam lainnya dan tetap diberikan pakan sesuai takaran jika tetap tidak adanya perkembangan maka ayam tersebut dipotong oleh peternak. Salah satu hal yang menjadi peranan penting dalam mengidentifikasi sumber – sumber risiko produksi adalah adanya sumberdaya manusia (SDM) atau tenaga kerja. SDM pada peternakan ayam broiler terdiri dari peternak dan anak kandang. Adanya keahlian, kedisiplinan dan ketelitian yang dimiliki oleh peternak dan anak kandang sangat diperlukan dan merupakan kunci dalam proses produksi ayam broiler mengingat teknologi dan alat-alat yang digunakan pada masingmasing kandang masih sangat sederhana. Akibatnya timbul beberapa risiko pada usaha peternakan ayam broiler ini yang erat kaitannya dengan keberadaan sumberdaya manusia. Salah satu contoh adanya ketidakdisiplinan dalam sumberdaya manusia adalah pada anak kandang yang peneliti temukan di usaha peternakan ayam broiler milik Ibu Lisda dimana anak kandang di peternakan tersebut tidak disiplin dalam pemberian sejumlah pakan untuk ayam broiler, anak kandang tidak memperhatikan takaran yang telah dianjurkan oleh Technical Service (TS). Akibatnya pakan yang digunakan selama satu periode tersebut memerlukan jumlah yang sangat banyak dan merugikan peternak. Melihat adanya peristiwa tersebut maka sumberdaya manusia disini menjadi faktor pendorong yang menyebabkan timbulnya beberapa sumber risiko produksi, karena adanya ketidakdisiplinan sumberdaya manusia tersebut tidak memberikan dampak langsung terhadap kematian ayam akan tetapi memberikan pengaruh langsung terhadap timbulnya sumber risiko produksi. Oleh karena itu diperlukan adanya pengamatan langsung untuk menentukan sumber risiko dan pengaruh adanya risiko tersebut terhadap kematian ayam broiler. Dari peternakan yang diamati selama satu bulan pada masing-masing kandang yaitu peternakan Ibu Lisda, peternakan Bapak Hajiji dan peternakan Bapak Marfu timbulnya risiko produksi disebabkan oleh perubahan cuaca, penyakit, kualitas DOC yang kurang baik serta predator, dan masing-masing proses produksi nya dilakukan dalam waktu rata-rata 32 hari. Tabel 10 Waktu produksi peternakan ayam broiler Ibu Lisda Periode 1 2 3 4 5 6 7
Waktu Produksi 24 Juli-23 Agustus 2013 03 Oktober-02 November 2013 11 Januari-11 Februari 2014 10 Maret-10 April 2014 26 April-29 Mei 2014 14 Agustus - 17 September 2014 23 Oktober-21 November 2014
Sumber : Peternakan ayam broiler Ibu Lisda (2014)
Jumlah hari Musim 31 Kemarau 31 Hujan 32 Hujan 32 Kemarau 34 Kemarau 34 Hujan 30 Hujan
57 Tabel 11 Waktu produksi peternakan ayam broiler Bapak Hajiji Periode 1 2 3 4 5 6 7
Waktu Produksi 22 April-24 Mei 2013 21 Agustus-22 September 2013 18 Oktober-17 November 2013 27 Februari-01 April 2014 24 Mei-25 Juni 2014 22 Agustus-25 September 2014 25 Oktober-23 November 2014
Jumlah hari 33 33 31 34 32 35 30
Musim Kemarau Hujan Hujan Kemarau Kemarau Hujan Hujan
Sumber : Peternakan ayam broiler Bapak Hajiji (2014)
Tabel 12 Waktu produksi peternakan ayam broiler Bapak Marfu Periode 1 2 3 4 5 6 7
Waktu Produksi 01Mei-29 Mei 2013 20 September-24 Oktober 2013 18 Januari-18 Februari 2014 13 Maret-16 April 2014 02 Mei-01 Juni 2014 12 Juni-14 Juli 2014 03 Oktober-05 November 2014
Jumlah hari 29 35 32 35 31 33 34
Musim Kemarau Hujan Hujan Kemarau Kemarau Kemarau Hujan
Sumber : Peternakan ayam broiler Bapak Marfu (2014)
Risiko Produksi Risiko produksi yang dihadapi oleh ketiga peternak ayam broiler ini disebabkan oleh faktor fisik terutama adanya kondisi alam yang tidak menentu langsung mempengaruhi keadaan kandang seperti kandang basah, panas dan dingin. Selain faktor fisik karena alam faktor fisik lainnya juga dapat disebabkan oleh makhluk alam seperti bakteri, virus, hewan dan kuman yang dapat menimbulkan penyakit pada ayam broiler. Adapun penyakit yang biasa menyerang ketiga peternakan ayam broiler adalah penyakit yang biasanya mengganggu sistem pernafasan pada ayam broiler seperti ngorok/cekrek ( Cronic Respiratory Disease), gumboro dan penyakit tetelo (New Castle Disease). Dari pengamatan yang dilakukan langsung pada ketiga kandang di tiga peternak ayam broiler, sumber – sumber risiko yang dihadapi oleh para peternak yaitu perubahan suhu ayam, penyakit, kualitas DOC kurang baik serta predator. Berikut uraian dari setiap risiko produksi dari ketiga peternakan bermitra. 1.Perubahan suhu ayam Pancaroba merupakan masa peralihan antara dua musim utama, di daerah iklim muson yaitu antara musim penghujan dan musim kemarau. Terdapat dua macam musim pancaroba yaitu mangsa mareng adalah pancaroba antara musim penghujan dan musim kemarau (biasa terjadi pada bulan Maret – April) dan mangsa labuh adalah pancaroba antara musim kemarau dan musim hujan (biasa terjadi pada bulan Oktober –Desember). Pengamatan yang peneliti lakukan
58
selama proses produksi terjadi pada bulan Oktober – Desember dan pada saat tersebut cuaca sedang dalam keadaan mangsa labuh dimana cuaca antara musim kemarau dan musim penghujan yang tidak menentu dan selalu mengalami perubahan suhu yang ekstrim. Karena adanya perubahan cuaca yang ekstrim dan selalu berubah – ubah secara tiba – tiba dari panas ke dingin atau hujan, dan dari dingin ke panas atau kemarau menjadi sumber risiko produksi yang sangat dirasakan dampaknya terutama oleh peternak. Kondisi seperti inilah yang akan menyebabkan terjadinya kematian pada ayam, ditambah pula dengan kondisi kandang yang mudah lembab dan kurangnya sirkulasi udara karena tertutup oleh terpal sehingga akan berdampak langsung pada kondisi dan ketahanan tubuh ayam. Karena adanya perubahan cuaca yang tidak menentu menyebabkan suhu dalam kandang selalu mengalami perubahan dan tidak sesuai dengan suhu normal yang dibutuhkan ayam. Akibatnya banyak ayam yang mengalami stress sehingga kekebalan tubuhnya tidak stabil dan mengakibatkan kematian pada ayam. 2. Penyakit Penyakit merupakan salah satu faktor risiko yang ditimbulkan pula dari alam. Penyakit secara langsung dapat memberikan dampak kematian (mortalitas) yang sangat tinggi pada peternakan ayam broiler. Berdasarkan hasil wawancara dengan peternak, anak kandang dan Technical Service (TS) dari perusahaan PT.BMS penyakit yang biasa menyerang pada peternakan ayam adalah penyakit ngorok (Cronic Respiratory Disease), gumboro dan penyakit tetelo (New Castle Disease). Penyakit – penyakit tersebut umumnya disebabkan oleh bakteri dan virus. Selain oleh bakteri dan virus timbulnya penyakit juga bisa disebabkan karena kurang nya perhatian terhadap kebersihan kandang, dan kebersihan peralatan pakan dan minum ayam. Dari ketiga kandang yang diteliti dari masing-masing tiga peternakan risiko karena penyakit yang paling tinggi terjadi pada periode yang berbeda-beda. Untuk peternakan Ibu Lisda, risiko penyakit tertinggi terjadi pada periode kelima (26 April-29 Mei 2014) pada bulan tersebut terjadi peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau, untuk peternakan Bapak Hajiji, risiko penyakit tertinggi terjadi pada periode kelima (24 Mei-25 Juni 2014) pada bulan tersebut terjadi kelalaian yang disebabkan oleh peternak sendiri dimana peternak melakukan penyuntikan vitamin tidak sesuai dengan takaran yang dianjurkan oleh perusahaan dan untuk peternakan Bapak Marfu, risiko penyakit tertinggi terjadi pada periode ke empat (13 Maret-16 April 2014) dimana pada bulan tersebut terjadi peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau akibatnya menimbulkan stress pada ayam sehingga ketahanan tubuh ayam mudah terjangkit oleh penyakit ngorok (Cronic Respiratory Disease). Dampak yang ditimbulkan oleh risiko penyakit cukup besar sehingga akan berdampak langsung pada hasil produksi ayam saat panen, akibatnya peternak selalu mengalami kerugian. Oleh karena itu diperlukanlah adanya penanganan khusus dan tepat dari peternak untuk mencegah timbulnya penyakit kembali pada ayam broiler. Selama pengamatan berlangsung bentuk penanganan yang dilakukan oleh peternak untuk mencegah timbulnya penyakit pada ayam broiler adalah dengan memberikan vitamin dan obat-obatan jika sudah mulai terlihat adanya ayam yang mengalami tanda-tanda penyakit. Seperti terjadi pada saat di minggu kedua atau hari ke 14 ditemukannya sejumlah ayam yang terkena penyakit ngorok (Cronic
59
Respiratory Disease) lalu peternak langsung memisahkan ayam tersebut agar tidak menularkan pada ayam lainnya. Kemudian setelah dipisahkan ayam – ayam tersebut langsung diberikan obat-obatan serta vitamin seperti Vitamin Masabro, Vitamin Supralit, Vitamin Biomas dan Obat-obatan seperti Endromas, Dioksin, Polimas dan Piretamas agar kekebalan tubuh ayam tetap terjaga. Selanjutnya kegiatan lain yang dilakukan untuk pencegahan penyakit adalah membersihkan lingkungan kandang serta peralatan pakan dan minum ayam agar virus dan bakteri yang sudah terjangkit pada ayam tidak menempel pada peralatan kandang yang dikhawatirkan akan menular pada ayam-ayam lainnya. 3. Kualitas DOC yang kurang baik Adanya DOC yang memiliki kualitas kurang baik menjadi salah satu penyebab sumber risiko yang merugikan peternak. Kualitas DOC yang kurang baik terlihat dari adanya kondisi fisik ayam yang kerdil dan cacat, maka peternak langasung melakukan pemotongan pada ayam tersebut. Pada saat DOC datang tidak sedikit kondisi DOC yang masuk ke dalam kandang sudah dalam kondisi yang lemah dan bahkan ada yang kakinya pincang. Pada saat ayam berumur 12 13 hari, mulai nampak kondisi fisik ayam yang mengalami pertumbuhan normal dan kerdil, padahal ayam tersebut mendapatkan asupan pakan yang sama dengan ayam lainnya. Selain itu ditemukan pula ayam dengan kondisi kaki yang lemah akibat dari ketidakmampuan ayam untuk bertahan dengan kondisi kandang sehingga ayam menjadi mudah stress. Pada kasus adanya ayam kerdil ini, sangat mempengaruhi FCR (Food Convertion Ratio) dimana jumlah pakan yang diberikan oleh peternak sama namun tidak menambah jumlah berat badan ayam. Akibatnya terjadi penambahan biaya pakan yang harus dikeluarkan oleh peternak. Untuk itu peternak langsung melakukan penyortiran dan pemisahan antara ayam kerdil dan ayam normal pada tempat yang telah disediakan. Adanya ayam kerdil ini merupakan akibat yang ditimbulkan dari adanya kualitas DOC yang kurang baik, sehingga peternak langsung melakukan pemotongan pada ayam kerdil tersebut. 4. Predator Risiko produksi yang juga menimbulkan kematian (mortalitas) pada ayam broiler adalah adanya serangan dari hewan-hewan predator seperti kucing, anjing dan musang. Ketiga hewan tersebut merupakan hewan yang selalu menyerang ayam broiler terutama pada saat ayam berumur 4 – 7 hari. Hal ini disebabkan ukuran ayam yang masih kecil memudahkan hewan predator untuk memangsa ayam-ayam tersebut. Selain itu dilihat dari lingkungan disekitar kandang yang rata-rata berdekatan dengan kawasan hutan menyebabkan hewan predator yang memangsa ayam tersebut tidaklah sedikit. Hewan predator biasanya mulai memangsa pada sore menjelang malam hari dimana pada saat tersebut anak kandang sedang melakukan istirahat terlebih dahulu, sehingga kadangkala kesulitan bagi anak kandang untuk melakukan pengawasan lebih intensif ditambah pula dengan kondisi kandang banyak celah-celah kecil yang memudahkan hewan predator untuk masuk ke dalam kandang.
60
Identifikasi Sumber Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Mandiri Risiko Produksi Selain peternak bermitra yang mengalami risiko produksi, peternak mandiri kerap dilanda risiko produksi yang menimbulkan kerugian pada setiap periodenya. Sumber risiko produksi yang dihadapi oleh peternak mandiri ini sama dengan peternak bermitra yaitu disebabkan oleh penyakit, perubahan suhu ayam, kualitas DOC yang kurang baik serta predator. Lokasi peternakan ayam broiler mandiri yang diteliti mempunyai lokasi kandang dengan kondisi sejuk dan udara dingin karena dekat dengan kawasan hutan dan persawahan. Akibatnya risiko produksi yang biasa terjadi karena perubahan suhu pada ayam dan predator merupakan sumber risiko yang tidak dapat dihindarkan. Selain akibat dari adanya sumber risiko tersebut biasanya peternak paling kesulitan jika harus mengatasi sumber risiko penyakit. Hal ini disebabkan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh peternak sendiri dalam mengidentifikasi ayam-ayam yang terserang penyakit. Sehingga sumber risiko tersebut dapat memicu timbulnya tingkat kematian yang tinggi. Untuk pelaksanaan produksi pada usaha peternakan ayam broiler mandiri selama 7 periode terakhir dapat dilihat pada tabel 13, dibawah ini. Tabel 13 Waktu produksi peternakan ayam broiler mandiri Periode 1 2 3 4 5 6 7
Waktu Produksi 29Mei-30Juni 2013 19 Agustus-20 September 2013 24 November-25 Desember 2013 01Februari-02 Maret 2014 13 Mei - 14 Juni 2014 20 Agustus-21 September 2014 03 November - 07 Desember 2014
Jumlah hari 33 33 32 30 33 33 35
Musim Kemarau Kemarau Hujan Hujan Kemarau Hujan Hujan
Sumber : Peternak ayam broiler mandiri (2014)
Pada tabel 13, menunjukkan musim yang terjadi selama tujuh periode tidak pernah menentu. Hal tersebut juga menjadi salah satu penyebab timbulnya risiko produksi yang disebabkan oleh faktor alam. Akibat dari adanya perubahan musim tersebut menyebabkan suhu kandang ayam menjadi tidak stabil, sehingga ayam mudah stress karena sistem kekebalan tubuhnya menurun. Selain itu akibat dari adanya perubahan musim tersebut, timbulnya penyakit dapat menjadi faktor utama akibat dari keadaan lingkungan yang tidak bersih sehingga virus dan bakteri mudah untuk berkembang. Oleh karenanya peternak selama menjalankan usaha peternakan ayam broiler ini, selalu dihadapkan dengan risiko yang mempengaruhi tingkat kematian (mortalitas) ayam.
61
Analisis Kemungkinan Terjadi Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Bermitra Berdasarkan hasil identifikasi sumber – sumber risiko produksi ayam broiler pada tiga peternak, menghasilkan informasi bahwa terdapat empat jenis sumber risiko produksi. Adapun ke empat jenis risiko produksi tersebut diantaranya cuaca, penyakit, kualitas DOC kurang baik serta predator (kucing dan anjing). Setelah mengetahui sumber – sumber risiko produksi tahap selanjutnya adalah melakukan analisis probabilitas untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dari masing – masing sumber risiko yang dihadapi oleh masing – masing peternak pada tiga kandang tersebut. Digunakannya analisis probabilitas ini adalah untuk mengetahui sumber risiko mana saja yang kemungkinan terjadinya kecil dan yang kemungkinan terjadinya besar, sehingga dapat ditentukan prioritas risiko mana yang terlebih dahulu dapat ditangani. Adanya sumber - sumber risiko yang besar sangatlah berbeda penanganannya dengan sumber – sumber risiko yang kecil. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko ini. Untuk menghitung analisis probabilitas ini diperlukan sejumlah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan para peternak dan data – data yang bersumber dari pihak perusahaan PT.BMS yang diwakili oleh Technical Service (TS) selama 7 periode terakhir mulai dari Juli 2013 hingga Desember 2014 dengan jadwal pengisian DOC pada setiap kandang berbeda – beda. Sementara untuk penentuan jumlah batas normal pada perhitungan probabilitas ini berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan PT.BMS berdasarkan kejadian sebenarnya pada periode sebelumnya. Perhitungan probabilitas ini dilakukan dengan cara menghitung berapa jumlah kehilangan ayam yang terjadi pada masing – masing risiko dari setiap periodenya. Kemudian dilakukan perhitungan nilai rata – rata, standar deviasi dan nilai z-score. Sebelum menghitung nilai z-score terlebih dahulu, harus mengetahui nilai batas normal. Nilai batas normal yang diperoleh berasal dari pihak perusahaan PT.BMS yang menetapkan batas normal kematian ayam dari masing – masing risiko yang dihadapi. Dan penetapan batas normal untuk peternakan ayam broiler milik Ibu Lisda disesuaikan dengan banyaknya jumlah DOC yang masuk ke kandang serta mengacu pada kejadian sebenarnya pada setiap periode produksi sebelumnya. Nilai batas normal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar penyimpangan kehilangan produksi ayam broiler yang disebabkan oleh satu sumber risiko dari batas normal. Untuk perhitungan analisis probabilitas terjadinya risiko pada setiap sumber risiko dari peternakan ayam broiler milik Ibu Lisda dapat dilihat pada uraian dibawah ini, dan untuk perhitungan analisis probabilitas dari masing-masing sumber risiko produksi dapat dilihat pada Lampiran 4. Berdasarkan perhitungan probabilitas analisis sumber risiko karena penyakit batas normal kehilangan produksi ayam broiler yang ditetapkan oleh PT.Berkah Mitra Sejahtera (BMS) sebesar 700 ekor. Berdasarkan perhitungan nilai Z sebesar 0.52 menunjukkan bahwa nilai tersebut berada posisi sebelah kanan kurva distribusi normal. Kemudian apabila nilai Z ini dipetakan pada Tabel distribusi Z, maka akan menunjukkan nilai sebesar 0.302. Nilai tersebut menunjukkan bahwa probabilitas sumber risiko yang disebabkan oleh penyakit adalah 30.20 persen.
62
Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi ayam broiler yang melebihi batas normal sebanyak 700 ekor adalah sebesar 30.20 persen. Besarnya nilai probabilitas yang disebabkan oleh penyakit dipicu karena cuaca yang sangat ekstrim terjadinya perubahan suhu yang tidak pernah stabil, pada periode pertama tingkat kematian ayam sangat tinggi karena pada saat itu sedang musim kemarau. Kondisi fisik ayam yang tidak mempunyai rongga-rongga keringat menyebabkan ayam sulit untuk mengeluarkan suhu panasnya dari dalam tubuh dalam bentuk keringat akibatnya suhu panas ayam meningkat yang menyebabkan ayam stress dan mudah terjangkit banyak penyakit terutama ngorok/cekrek (Cronic Respiratory Disease) sehingga mengakibatkan kematian. Perhitungan selanjutnya adalah analisis probabilitas untuk sumber risiko perubahan suhu ayam. Berdasarkan perhitungan probabilitas, batas normal kehilangan produksi ayam broiler yang ditetapkan oleh perusahaan PT.Berkah Mitra Sejahtera (BMS) sebesar 420 ekor. Berdasarkan perhitungan nilai Z sebesar 0.76 menunjukkan bahwa nilai tersebut berada pada posisi sebelah kanan kurva distribusi normal. Kemudian jika nilai Z ini dipetakan pada tabel distribusi Z maka akan menunjukkan nilai sebesar 0.224. Nilai tersebut menunjukkan bahwa besarnya probabilitas sumber risiko yang disebabkan oleh perubahan suhu ayam sebesar 22.40 persen.Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi ayam broiler yang melebihi batas normal sebanyak 420 ekor adalah sebesar 22.40 persen. Besarnya nilai probabilitas yang disebabkan oleh perubahan suhu dikarenakan kondisi letak kandang yang penuh dengan pepohonan rindang yang menyebabkan sinar matahari kurang memasuki dalam kandang pada saat musim kemarau sehingga kandang menjadi lembab. Hal demikian dapat dilihat pada periode ketiga yang memiliki tingkat kematian ayam cukup tinggi, karena pada periode tersebut sedang mengalami musim hujan. Sehingga menyebabkan peternak memerlukan pemanas untuk menghangatkan ayam, akan tetapi karena bahan baku pemanas yang digunakan oleh peternak berupa kayu bakar, maka peternak pun sulit mencari kayu bakar jika membutuhkan dalam jumlah yang banyak. Akibatnya banyak ayam yang tidak mendapatkan suhu hangat sehingga mudah mati. Perhitungan selanjutnya adalah analisis probabilitas untuk sumber risiko kualitas DOC yang kurang baik, dimana sumber risiko ini pada peternakan Ibu Lisda menyebabkan ayam mengalami pertumbuhan kerdil. Berdasarkan perhitungan probabilitas, batas normal kehilangan produksi ayam broiler yang ditetapkan oleh perusahaan PT.Berkah Mitra Sejahtera (BMS) sebesar 120 ekor. Berdasarkan perhitungan nilai Z sebesar 0,83, menunjukkan bahwa nilai tersebut berada pada posisi sebelah kanan kurva distribusi normal. Kemudian jika nilai Z ini dipetakan pada Tabel distribusi Z maka akan menunjukkan nilai sebesar 0.203. Nilai tersebut menunjukkan bahwa besarnya probabilitas sumber risiko yang disebabkan oleh sumber risiko ini sebesar 20.30 persen. Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi ayam broiler yang melebihi batas normal sebanyak 120 ekor adalah sebesar 20.30 persen. Besarnya nilai tersebut dipicu karena adanya DOC yang dikirimkan oleh perusahaan yang tidak mengalami pertumbuhan dengan baik walaupun aturan pembudidayaan dalam proses produksi telah diikuti oleh peternak. Selain itu peternak pun sudah memberikan pakan sesuai dengan kebutuhan DOC berdasarkan tingkatan umurnya, namun terjadinya ayam kerdil saat produksi berlangsung tetap saja
63
terjadi, akibatnya ayam kerdil tersebut langsung dilakukan pemotongan oleh peternak. Perhitungan selanjutnya adalah analisis probabilitas untuk sumber risiko predator. Berdasarkan perhitungan nilai probabilitas, batas normal kehilangan produksi ayam broiler telah ditetapkan oleh perusahaan PT.Berkah Mitra Sejahtera (BMS) sebesar 40 ekor. Berdasarkan perhitungan nilai Z sebesar 1.25 maka nilai tersebut berada pada posisi sebelah kanan kurva distribusi normal. Kemudian jika nilai Z dipetakan pada kurva distribusi normal maka nilai tersebut sebesar 0.106. Nilai tersebut menunjukkan bahwa besarnya nilai probabilitas karena sumber risiko predator sebesar 10.60 persen.Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi ayam broiler yang melebihi batas normal sebanyak 40 ekor adalah sebesar 10.60 persen. Kecilnya nilai tersebut disebabkan karena kemampuan dari peternak dalam menjaga ayam dari serangan hewan – hewan predator seperti anjing dan kucing serta kesiapan dari anak kandang yang selalu sigap dalam menjaga ayam. Walaupun nilai tersebut kecil dan tidak menimbulkan kerugian langsung bagi peternak akan tetapi jika peternak tidak selalu waspada terhadap serangan predator maka nilai tersebut akan mengalami peningkatan. Hasil perhitungan analisis probabilitas untuk masing – masing risiko produksi dapat dilihat pada tabel 14 Tabel 14 Hasil perhitungan analisis probabilitas sumber risiko produksi ayam broiler peternakan Ibu Lisda pada skala usaha 7000 ekor No. 1. 2. 3. 4.
Sumber risiko produksi Penyakit Perubahan suhu ayam Kualitas DOC kurang baik Predator
Probabilitas (%) 30.20 22.40 20.30 10.60
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 14, dapat dilihat probabilitas pada masing – masing sumber risiko produksi di peternakan ayam broiler milik Ibu Lisda. Nilai probabilitas besarnya kehilangan produksi pertama disebabkan oleh penyakit sebesar 30.20 persen. Probabilitas besarnya kehilangan produksi kedua yang disebabkan oleh perubahan suhu ayam sebesar 22.40 persen. Probabilitas besarnya kehilangan produksi ketiga disebabkan oleh kualitas DOC kurang baik sebesar 20.30 persen. Dan probabilitas besarnya kehilangan produksi keempat disebabkan oleh predator sebesar 10.60 persen. Selanjutnya menganalisis sumber-sumber risiko yang terjadi pada usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Hajiji. Dalam menganalisis probabilitas peternakan ayam milik Bapak Hajiji dilakukan dalam 7 periode terakhir sejak bulan April 2013 hingga Desember 2014 dengan waktu pengisian DOC yang berbeda-beda. Perhitungan analisis probabilitas pada peternakan ayam ini sama seperti perhitungan pada peternakan ayam broiler Ibu Lisda. Dimulai dari perhitungan nilai rata-rata, nilai standar deviasi hingga perhitungan nilai z-score yang harus mengetahui batas normal terlebih dahulu. Untuk penentuan batas normal telah ditetapkan pula oleh pihak PT.Berkah Mitra Sejahtera (BMS) yang mengacu pada kejadian sebenarnya pada setiap periode produksi sebelumnya serta disesuaikan dengan jumlah DOC yang masuk pada kandang yaitu sebanyak 5 000 ekor. Perhitungan analisis kemungkinan terjadinya risiko untuk masing-masing
64
sumber risiko pada peternakan ayam broiler milik Bapak Hajiji dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan perhitungan probabilitas untuk sumber risiko penyakit batas normal kehilangan produksi ayam broiler yang ditetapkan oleh PT.Berkah Mitra Sejahtera (BMS) sebesar 400 ekor. Berdasarkan perhitungan nilai Z sebesar -0.18, tanda negatif berarti nilai tersebut berada disebelah kiri dari nilai rata-rata di kurva distribusi normal. Kemudian apabila nilai Z ini dipetakan pada Tabel distribusi Z, maka akan menunjukkan nilai sebesar 0.429. Nilai tersebut menunjukkan bahwa probabilitas sumber risiko yang disebabkan oleh penyakit adalah 42.90 persen. Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi ayam broiler yang melebihi batas normal sebanyak 400 ekor adalah sebesar 42.90 persen. Besarnya nilai probabilitas akibat penyakit ini dikarenakan banyak ayam yang terkena penyakit gumboro terutama pada periode kelima serta keluarnya air kuning yang disebabkan oleh bakteri E.Coli akibat dari air yang kurang bersih karena terkontaminasi oleh limbah. Akibatnya peternak harus membersihkan saluran air yang bersumber dari air sumur terlebih dahulu jika tidak kemungkinan ayam yang mati akan semakin bertambah setiap periode nya. Perhitungan selanjutnya adalah analisis probabilitas untuk sumber risiko perubahan suhu ayam. Berdasarkan perhitungan probabilitas, batas normal kehilangan produksi ayam broiler yang ditetapkan oleh perusahaan PT.Berkah Mitra Sejahtera (BMS) sebesar 150 ekor. Berdasarkan perhitungan nilai Z-score sebesar -0,37, tanda negatif berarti nilai tersebut berada disebelah kiri dari nilai rata-rata di kurva distribusi normal. Kemudian jika nilai Z ini dipetakan pada tabel distribusi Z maka akan menunjukkan nilai sebesar 0.356. Nilai tersebut menunjukkan bahwa besarnya probabilitas sumber risiko yang disebabkan oleh perubahan suhu ayam sebesar 35.60 persen. Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi ayam broiler yang melebihi batas normal sebanyak 150 ekor adalah sebesar 35.60 persen. Besarnya nilai probabilitas tersebut disebabkan cuaca yang ekstrim selalu mengalami perubahan yang tidak stabil sehingga menyulitkan peternak dalam pengaturan suhu kandang. Terutama pada periode kelima saat musim kemarau, banyak dari ayam yang mati karena stress akibat suhu yang terlalu panas ditambah pula keadaan kandang yang selalu tertutupi oleh terpal karena menghindari serangan predator sehingga kondisi suhu kandang yang semakin panas menyebabkan ayam mudah mati. Selanjutnya perhitungan analisis probabilitas untuk sumber risiko kualitas DOC yang kurang baik. Sumber risiko ini pada peternakan Bapak Hajiji disebabkan kondisi fisik ayam cacat serta mengalami pertumbuhan kerdil. Berdasarkan perhitungan probabilitas, batas normal kehilangan produksi ayam broiler yang ditetapkan oleh perusahaan PT.Berkah Mitra Sejahtera (BMS) sebesar 200 ekor. Berdasarkan perhitungan nilai Z sebesar 0,72, menunjukkan bahwa nilai tersebut berada pada posisi sebelah kanan kurva distribusi normal. Kemudian jika nilai Z ini dipetakan pada tabel distribusi Z maka akan menunjukkan nilai sebesar 0.236. Nilai tersebut menunjukkan bahwa besarnya probabilitas sumber risiko yang disebabkan oleh kualitas DOC kurang baik sebesar 23.60 persen.Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi ayam broiler yang melebihi batas normal sebanyak 200 ekor adalah sebesar 23.60 persen.Besarnya nilai probabilitas tersebut disebabkan banyak dari ayam yang pada saat proses pembudidayaan mengalami kekerdilan tidak
65
mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan walaupun takaran pemberian sejumlah pakan telah di sama ratakan dengan ayam lainnya. Selain itu melihat kondisi kandang yang terbuat dari bambu dan tidak semua alas kandang dilapisi terpal menyebabkan banyak ayam yang kaki dan sayapnya terjepit bambu,hal demikianlah menyebabkan ayam banyak mengalami kematian. Perhitungan terakhir yaitu analisis probabilitas untuk sumber risiko predator.Berdasarkan perhitungan probabilitas, batas normal kehilangan produksi ayam broiler yang ditetapkan oleh perusahaan PT.Berkah Mitra Sejahtera (BMS) sebesar 100 ekor. Berdasarkan perhitungan nilai Z sebesar 1.24, menunjukkan bahwa nilai tersebut berada pada posisi sebelah kanan kurva distribusi normal. Kemudian jika nilai Z ini dipetakan pada tabel distribusi Z maka akan menunjukkan nilai sebesar 0.107. Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi ayam broiler yang melebihi batas normal sebanyak 100 ekor adalah sebesar 10.70 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa besarnya probabilitas sumber risiko yang disebabkan oleh predator sebesar 10.70 persen. Kecilnya nilai probabilitas karena predator ini disebabkan kewaspadaan dan keuletan dari peternak serta anak kandang yang setiap hari pagi dan malam menjaga kandang secara bergantian agar tidak diserang oleh predator berbahaya. Selain itu lokasi kandang yang jauh dari lingkungan hutan pun membuat kandang tersebut jarang kedatangan hewan-hewan pemangsa. Akan tetapi biasanya predator yang selalu memangsa pada awal DOC masuk adalah kucing-kucing liar saja. Hasil perhitungan analisis probabilitas untuk masing – masing risiko produksi dapat dilihat pada tabel 15
Tabel 15 Hasil perhitungan analisis probabilitas sumber risiko produksi ayam broiler peternakan Bapak Hajiji pada skala usaha 5000 ekor No. 1. 2. 3. 4.
Sumber risiko Penyakit Perubahan suhu ayam Kualitas DOC kurang baik Predator
Probabilitas (%) 42.90 35.60 23.60 10.70
Berdasarkan perhitungan pada tabel 15, mengenai analisis probabilitas pada masing-masing sumber risiko pada usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Hajiji dapat dilihat bahwa sumber risiko pertama disebabkan oleh penyakit sebesar 42.90 persen. Sumber risiko kedua disebabkan oleh perubahan suhu ayam sebesar 35.60 persen. Sumber risiko ketiga disebabkan oleh kualitas DOC kurang baik sebesar 23.60 persen. Dan sumber risiko terakhir disebabkan oleh predator sebesar 10.70 persen. Selanjutnya perhitungan analisis probabilitas sumber-sumber risiko produksi pada usaha peternakaan ayam broiler milik Bapak Marfu. Perhitungan analisis probabilitas untuk peternakan milik Bapak Marfu ini sama pula dengan perhitungan analisis probabilitas pada peternakan milik Ibu Lisda dan Bapak Hajiji. Hanya saja terdapat perbedaan pada waktu yang digunakan untuk analisisnya. Waktu yang digunakan untuk analisis probabilitas pada peternakan Bapak Marfu selama 7 periode terakhir pada bulan Mei 2013 hingga November 2014 dengan waktu pengisian DOC yang berbeda. Untuk penentuan batas normal
66
ditetapkan oleh pihak PT.BMS yang mengacu pada kejadian sebenarnya pada setiap periode produksi sebelumnya serta disesuaikan dengan jumlah DOC yang masuk. Perhitungan analisis kemungkinan terjadinya risiko untuk setiap sumber risiko pada peternakan ayam broiler milik Bapak Marfu dapat dilihat pada Lampiran 6. Berdasarkan perhitungan probabilitas untuk sumber risiko penyakit batas normal kehilangan produksi ayam broiler yang ditetapkan oleh PT.Berkah Mitra Sejahtera (BMS) sebesar 350 ekor. Berdasarkan perhitungan nilai Z sebesar 0.12, menunjukkan bahwa nilai tersebut berada posisi sebelah kanan kurva distribusi normal. Kemudian apabila nilai Z ini dipetakan pada tabel distribusi Z, maka akan menunjukkan nilai sebesar 0.452. Nilai tersebut menunjukkan bahwa probabilitas sumber risiko yang disebabkan oleh penyakit adalah 45.20 persen. Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi ayam broiler yang melebihi batas normal sebanyak 350 ekor sebesar 45.20 persen. Tingginya nilai sumber risiko karena penyakit ini disebabkan penyakit yang sering melanda peternakan ini ialah penyakit ND (Newcastle Disease). Penyakit ini merupakan penyakit yang amat berbahaya karena waktu penularannya sangat cepat. Ketika itu peternak tidak mengetahui dengan jeli bahwa ada beberapa ayam yang terkena virus ND akibatnya virus tersebut langsung menyerang ayam lainnya dan menyebabkan kematian pada ayam. Dan cara penanggulangan sementara yang dilakukan oleh peternak adalah memberikan vaksin ND pada setiap ayam agar tidak terkena virus tersebut. Selanjutnya perhitungan analisis probabilitas untuk sumber risiko perubahan suhu ayam. Berdasarkan perhitungan probabilitas pada, batas normal kehilangan produksi ayam broiler yang ditetapkan oleh perusahaan PT.Berkah Mitra Sejahtera (BMS) sebesar 150 ekor. Berdasarkan perhitungan nilai Z-score sebesar 0,31, menunjukkan bahwa nilai tersebut berada pada posisi sebelah kanan kurva distribusi normal. Kemudian jika nilai Z ini dipetakan pada tabel distribusi Z maka akan menunjukkan nilai sebesar 0.378. Nilai tersebut menunjukkan bahwa besarnya probabilitas sumber risiko yang disebabkan oleh perubahan suhu ayam sebesar 37.80 persen.Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi ayam broiler yang melebihi batas normal sebanyak 150 ekor adalah sebesar 37.80 persen. Besarnya nilai probabilitas karena perubahan suhu ayam pada peternakan ini berbeda dengan peternakan Ibu Lisda dan peternakan Bapak Hajiji disebabkan karena lokasi kandang yang berada diatas gunung menyebabkan kandang selalu dalam kondisi dingin terutama saat musim hujan tiba dapat terlihat pada periode tiga pada saat itu sedang musim hujan dan suhu dikandang sangat dingin menyebabkan ayam kekurangan suhu panas walaupun sudah memakai pemanas. Akibatnya tidak terhindarkan banyak ayam yang mati. Perhitungan selanjutnya analisis probabilitas untuk sumber risiko kualitas DOC yang kurang baik. Sumber risiko ini pada peternakan Bapak Marfu mengakibatkan kondisi fisik ayam mengalami pertumbuhan kerdil. Berdasarkan perhitungan probabilitas, batas normal kehilangan produksi ayam broiler yang ditetapkan oleh perusahaan PT.Berkah Mitra Sejahtera (BMS) sebesar 55 ekor. Berdasarkan perhitungan nilai Z sebesar 0.56, menunjukkan bahwa nilai tersebut berada pada posisi sebelah kanan kurva distribusi normal. Kemudian jika nilai Z ini dipetakan pada Tabel distribusi Z maka akan menunjukkan nilai sebesar 0.288. Nilai tersebut menunjukkan bahwa besarnya probabilitas sumber risiko yang
67
disebabkan oleh kualitas DOC kurang baik sebesar 28.80 persen. Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi ayam broiler yang melebihi batas normal sebanyak 55 ekor adalah sebesar 28.80 persen.Besarnya nilai tersebut juga hampir sama halnya dengan kondisi pada peternakan Ibu Lisda dan peternakan Bapak Hajiji dimana kualitas DOC yang diberikan pada saat masa pembudidayaan ada saja yang mengalami pertumbuhan tidak baik sehingga menghasilkan ayam yang kerdil. Melihat kondisi demikian peternak langsung memisahkan ayam kerdil dengan ayam yang mengalami pertumbuhan baik agar tidak mengganggu proses pertumbuhan ayam lainnya.Jika ayam kerdil tersebut masih tidak mengalami pertumbuhan maka peternak pun langsung memotongnya. Perhitungan terakhir yaitu analisis probabilitas untuk sumber risiko predator. Berdasarkan perhitungan probabilitas, batas normal kehilangan produksi ayam broiler yang ditetapkan oleh perusahaan PT.Berkah Mitra Sejahtera (BMS) sebesar 30 ekor. Berdasarkan perhitungan nilai Z sebesar 0.94, menunjukkan bahwa nilai tersebut berada pada posisi sebelah kanan kurva distribusi normal. Kemudian jika nilai Z ini dipetakan pada tabel distribusi Z maka akan menunjukkan nilai sebesar 0.174. Nilai tersebut menunjukkan bahwa besarnya probabilitas sumber risiko yang disebabkan oleh predator sebesar 17.40 persen.Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi ayam broiler yang melebihi batas normal sebanyak 30 ekor sebesar 17.40 persen. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan nilai probabilitas sumber risiko predator pada peternakan Ibu Lisda dan peternakan Bapak Hajiji. Hal ini disebabkan letak kandang yang di pegunungan membuat kandang tersebut sering diserang hewanhewan predator seperti anjing. Terutama saat DOC baru tiba 1 atau 2 hari jika peternak tidak selalu waspada maka predator tersebut sering muncul untuk memangsa ayam-ayam di kandang. Hasil perhitungan analisis probabilitas untuk masing – masing risiko produksi di peternakan ayam broiler Bapak Marfu dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16 Hasil perhitungan analisis probabilitas sumber risiko produksi ayam broiler peternakan Bapak Marfu pada skala usaha 5000 ekor No. Sumber risiko Probabilitas (%) 1. Penyakit 45.20 2. Perubahan suhu ayam 37.80 3. Kualitas DOC kurang baik 28.80 4. Predator 17.40 Dari perhitungan tersebut dihasilkan bahwa sumber risiko pertama disebabkan oleh penyakit sebesar 45.20 persen. Sumber risiko kedua disebabkan oleh perubahan suhu ayam sebesar 37.80 persen. Sumber risiko ketiga disebabkan oleh kualitas DOC kurang baik sebesar 28.80 persen. Dan sumber risiko keempat disebabkan oleh predator sebesar 17.40 persen. Analisis Kemungkinan Terjadi Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Mandiri Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam mengidentifikasi sumbersumber risiko pada peternakan ayam broiler mandiri didapatkan hasil bahwa sumber risiko pada peternakan mandiri tidak jauh berbeda dengan sumber risiko
68
pada peternakan bermitra yaitu disebabkan karena penyakit, perubahan suhu ayam, kualitas DOC kurang baik serta predator (kucing dan musang). Melihat dari adanya sumber-sumber risiko tersebut maka diperlukanlah sebuah analisis untuk mengidentifikasi risiko mana yang kemungkinan terjadinya besar dan yang kemungkinan terjadinya kecil. Analisis probabilitas merupakan suatu analisis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko tersebut. Dan analisis ini sama seperti yang digunakan untuk menganalisis sumber risiko pada peternakan ayam bermitra. Dimana data yang diperoleh berasal dari pengamatan langsung dan melakukan wawancara dengan peternak hanya pada periode pengamatan yaitu November 2014-Desember 2014. Analisis sumber risiko untuk peternak mandiri dimulai sejak Mei 2013 – Desember 2014. Dengan penentuan batas normal yang telah ditetapkan oleh peternak sendiri melihat dari kejadian risiko produksi sebelumnya. Adapun perhitungan analisis kemungkinan terjadinya risiko untuk setiap sumber risiko dapat dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan perhitungan probabilitas untuk sumber risiko produksi karena penyakit, batas normal kehilangan produksi ayam broiler yang ditetapkan oleh peternak sebesar 355 ekor. Berdasarkan perhitungan nilai Z sebesar 0.00, menunjukkan bahwa nilai tersebut berada posisi sebelah kanan kurva distribusi normal. Kemudian apabila nilai Z ini dipetakan pada tabel distribusi Z, maka akan menunjukkan nilai sebesar 0.5. Nilai tersebut menunjukkan bahwa probabilitas sumber risiko yang disebabkan oleh penyakit adalah 50.00 persen. Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi ayam broiler yang melebihi batas normal sebanyak 355 ekor adalah sebesar 50.00 persen. Besarnya nilai tersebut disebabkan pada waktu periode pengamatan berlangsung selama 1 bulan terjadi tingkat kematian yang cukup tinggi disebabkan oleh penyakit gumboro dan nyeggrok. Dimana pada saat pengamatan peternak kurang begitu memahami cara mengatasi penyakit tersebut dengan cepat sehingga hanya mengandalkan perkiraan saja. Akibatnya penanganan terhadap ayam yang terkena penyakit kurang begitu intensif, menyebabkan tingkat kematian tinggi. Selanjutnya perhitungan analisis sumber risiko untuk perubahan suhu ayam. Berdasarkan perhitungan probabilitas, batas normal kehilangan produksi ayam broiler yang ditetapkan oleh peternak sebesar 150 ekor. Berdasarkan perhitungan nilai Z sebesar 0.09, menunjukkan bahwa nilai tersebut berada disebelah kanan kurva distribusi normal. Kemudian apabila nilai Z ini dipetakan pada tabel distribusi Z, maka akan menunjukkan nilai sebesar 0.464. Nilai tersebut menunjukkan bahwa probabilitas sumber risiko yang disebabkan oleh perubahan suhu ayam adalah 46.40 persen. Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi ayam broiler yang melebihi batas normal sebanyak 150 ekor adalah sebesar 46.40 persen. Tingginya nilai tersebut terjadi pada periode ketujuh pada saat peneliti melakukan pengamatan. Pada saat pengamatan berlangsung cuaca di lokasi penelitian cukup ekstrim yaitu musim hujan dengan tingkat curah hujan yang tinggi sehingga pada saat siang hari cuaca cukup panas dan malam hari cuaca cukup dingin. Hal tersebut menyebabkan adanya perubahan suhu dalam kandang yang tidak sesuai dengan suhu normal ayam, sehingga banyak ayam yang kondisi fisiknya melemah dan menyebabkan kematian. Berikutnya perhitungan untuk analisis sumber risiko karena kualitas DOC yang kurang baik. Berdasarkan perhitungan probabilitas, batas normal kehilangan
69
produksi ayam broiler yang ditetapkan oleh peternak sebesar 30 ekor. Berdasarkan perhitungan nilai Z sebesar 0.915, menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di posisi sebelah kanan kurva distribusi normal. Kemudian apabila nilai Z ini dipetakan pada tabel distribusi Z, maka akan menunjukkan nilai sebesar 0.181. Nilai tersebut menunjukkan bahwa probabilitas sumber risiko yang disebabkan karena kualitas DOC kurang baik adalah 18.10 persen. Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi ayam broiler yang melebihi batas normal sebanyak 30 ekor adalah sebesar 18.10 persen. Risiko yang biasa dialami oleh peternak karena sumber risiko ini hampir sama dengan peternak mitra, yaitu adanya ayam yang mengalami pertumbuhan tidak normal, atau mengalami kekerdilan pada saat berumur 7-14 hari. Bila peternak menemukan ayam dengan kondisi demikian maka peternak langsung memotongnya dan tidak digunakan kembali pada proses produksi. Perhitungan terakhir ialah mengenai analisis sumber risiko predator. Berdasarkan perhitungan probabilitas, batas normal kehilangan produksi ayam broiler yang ditetapkan oleh peternak sebesar 55 ekor. Berdasarkan perhitungan nilai Z sebesar 0.73, menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi normal. Kemudian apabila nilai Z dipetakan pada tabel distribusi Z, maka akan menunjukkan nilai sebesar 0.233. Nilai tersebut menunjukkan bahwa probabilitas sumber risiko yang disebabkan oleh predator adalah 0.233 persen. Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi ayam broiler yang melebihi batas normal sebanyak 55 ekor adalah sebesar 0.233 persen. Predator yang biasa menyerang kandang peternak biasanya kucing dan musang, hewan – hewan tersebut biasa menyerang pada saat ayam berusia 4 -5 hari dimana ukuran tubuh ayam masih sangat kecil sehingga mudah untuk dimangsa. Serangan predator terbesar terjadi saat periode pengamatan dimana pada saat tersebut keadaan kandang sedang di renovasi sebagian. Akibatnya peternak kurang memperhatikan bagian kandang yang terbuka sehingga memudahkan kucing masuk ke dalam kandang. Hasil perhitungan analisis probabilitas terhadap masing-masing sumber risiko dapat dilihat pada tabel 17. Tabel 17 Hasil perhitungan analisis probabilitas sumber risiko produksi peternakan ayam broiler mandiri pada skala usaha 5000 ekor No.
Sumber risiko produksi
Probabilitas (%)
1
Penyakit
50.00
2
Perubahan suhu ayam
46.40
3
Kualitas DOC kurang baik
18.10
4
Predator
23.30
Pada tabel 17, menunjukkan probabilitas pada masing-masing sumber risiko. Probabilitas terbesar kehilangan produksi yang disebabkan oleh penyakit menempati posisi pertama sebesar 50.00 persen. Probabilitas terbesar kedua disebabkan oleh perubahan suhu ayam sebesar 46.40 persen. Kemudian probabilitas besarnya kehilangan produksi yang disebabkan oleh predator menempati urutan ketiga sebesar 23.30 persen. Dan terakhir probabilitas besarnya
70
kehilangan produksi yang dikarenakan kualitas DOC kurang baik menempati urutan keempat sebesar 18.10 persen. Analisis Dampak Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Bermitra Setiap kegiatan usaha yang dijalankan tentu mengalami risiko dan akan memberikan dampak langsung bagi usaha yang sedang dijalankannya. Tidak terkecuali pada usaha peternakan yang dijalankan oleh Ibu Lisda, Bapak Hajiji dan Bapak Marfu. Setelah diidentifikasi sumber – sumber risiko produksi pada usaha peternakan Ibu Lisda, Bapak Hajiji dan Bapak Marfu diketahui bahwa risiko – risiko yang ditimbulkan tersebut cukup besar sehingga langsung memberikan dampak terhadap kondisi finansial para peternak. Kerugian finansial peternak tersebut dapat dihitung berdasarkan nilai rupiah, sehingga apabila terjadi risiko produksi peternak dapat memperkirakan kerugian yang ditanggung oleh perusahaan. Akan tetapi perkiraan kerugian tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Oleh karena itu dibutuhkan penetapan suatu besaran kerugian dengan tingkat kepercayaan tertentu. Untuk perhitungan dampak risiko peternakan ayam broiler pada usaha peternakan Ibu Lisda,Bapak Hajiji dan Bapak Marfu semuanya menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen dan sisanya yaitu lima persen adalah error. Hal ini dilakukan untuk menghitung berapa jumlah kerugian yang harus ditanggung oleh perusahaan Berkah Mitra Sejahtera (BMS) dalam satu rupiah. Data yang digunakan untuk perhitungan dampak ini adalah menggunakan data selama 7 periode, berdasarkan hasil penelitan langsung serta melakukan wawancara dengan peternak dan pihak perusahaan. Setelah dilakukan perhitungan terhadap dampak risiko maka dapat diurutkan dimulai dari risiko yang memberikan dampak besar hingga risiko yang memberikan dampak kecil. Adapun dari keseluruhan peternakan yang melakukan mitra dengan PT.Berkah Mitra Sejahtera (BMS) urutan dampak risikonya dimulai dari yang berdampak besar hingga berdampak kecil semuanya sama yaitu penyakit,perubahan suhu ayam, kualitas DOC kurang baik dan predator. Untuk analisis perhitungan dampak risiko pada peternakan Ibu Lisda yang disebabkan oleh penyakit dalam 7 periode dimulai dari Juli 2013 hingga November 2014 dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen sebesar Rp 10 289 050. Hasil analisis perhitungan dampak risiko produksi dari masing-masing sumber risiko pada peternakan ayam broiler Ibu Lisda dapat dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan hasil perhitungan VaR, menunjukkan bahwa besarnya nilai VaR adalah Rp 10 289 050. Nilai VaR ini mengartikan bahwa besarnya kerugian maksimal yang harus ditanggung oleh perusahaan akibat penyakit dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen adalah Rp 10 289 050. Akan tetapi ada kemungkinan sebesar lima persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp 10 289 050. Pada periode kelima tingkat kerugian yang harus ditanggung oleh perusahaan lebih besar dibandingkan periode lain yaitu sebesar Rp 9 254 485. Besarnya kerugian disebabkan pada periode tersebut sedang musim kemarau sehingga banyak dari ayam broiler yang mengalami kematian karena ketahanan tubuh ayam menurun dan mudah terserang penyakit CRD. Akan tetapi periode sebelumnya yaitu periode ke empat yang juga sama mengalami musim kemarau
71
perusahaan mengalami kerugian yang kecil sebesar Rp 3 357 888. Hal ini dikarenakan pada periode tersebut anak kandang sangat disiplin terhadap pemberian sejumlah obat-obatan dan vitamin jika mulai ada ayam yang terlihat sakit. Selanjutnya analisis dampak risiko produksi yang disebabkan oleh perubahan suhu ayam dalam 7 periode dengan tingkat kepercayaan 95 persen sebesar Rp 7 430 829. Nilai VaR ini mengartikan bahwa besarnya kerugian maksimal yang harus ditanggung oleh perusahaan akibat perubahan suhu ayam dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen adalah Rp 7 430 829. Akan tetapi ada kemungkinan sebesar lima persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp 7 430 829. Pada periode ketiga tingkat kerugian yang harus ditanggung oleh perusahaan lebih besar dibandingkan periode lain yaitu sebesar Rp 10 016 162. Besarnya angka tersebut disebabkan cuaca dalam keadaan hujan sehingga menyebabkan suhu dikandang menjadi semakin dingin akan tetapi peternak kesulitan untuk memperoleh kayu bakar sebagai bahan baku pemanas ayam. Oleh karena itu pada periode tersebut banyak ayam yang mati. Kemudian analisis dampak risiko produksi yang disebabkan oleh kualitas DOC yang kurang baik dalam 7 periode dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen sebesar Rp 1 771 784. Nilai VaR ini mengartikan bahwa besarnya kerugian maksimal yang harus ditanggung oleh perusahaan akibat kualitas DOC yang kurang baik dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen adalah Rp 1 771 784. Akan tetapi ada kemungkinan sebesar lima persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp 1 771 784. Pada periode pertama tingkat kerugian yang harus ditanggung oleh perusahaan lebih besar dibandingkan periode lain yaitu sebesar Rp 3 474 100. Besarnya angka tersebut disebabkan karena adanya kondisi ayam kerdil yang tidak mengalami pertumbuhan normal walaupun sudah diberikan pakan dengan porsi yang sama. Selanjutnya analisis dampak risiko produksi yang disebabkan oleh predator dalam 7 periode dengan tingkat kepercayaan 95 persen sebesar Rp 603 869. Nilai VaR ini mengartikan bahwa besarnya kerugian maksimal yang harus ditanggung oleh perusahaan akibat predator dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen adalah Rp 603 869. Akan tetapi ada kemungkinan sebesar lima persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp 603 869. Pada periode kesatu tingkat kerugian yang harus ditanggung oleh perusahaan lebih besar dibandingkan periode lain yaitu sebesar Rp 886 250. Besarnya nilai tersebut disebabkan pada periode kesatu disekitar kandang Ibu Lisda banyak terdapat hewan liar terutama anjing yang berasal dari kebun desa sebelahnya mengakibatkan pada saat malam hari DOC masih berumur sekitar dua hari sudah dimangsa oleh anjing-anjing tersebut. Selanjutnya untuk mengetahui perbandingan nilai VaR untuk masing – masing risiko dapat dilihat pada tabel 18.
72
Tabel 18 Nilai VaR (dampak) dari masing-masing sumber risiko produksi peternakan ayam broiler Ibu Lisda pada skala usaha 7000 ekor No. 1. 2. 3. 4.
Sumber Risiko Penyakit Perubahan suhu ayam Kualitas DOC kurang baik Predator
Nilai ayam per ekor (Rp) 1 469 1 061 253.11 86.26
Nilai VaR (Rp) 10 289 050 7 430 829 1 771 784 603 869
Pada tabel 18, dapat dilihat bahwa nilai kerugian pertama yang harus ditanggung perusahaan adalah sumber risiko penyakit sebesar Rp 10 289 050, selanjutnya sumber risiko perubahan suhu ayam sebesar Rp 7 430 829, kemudian sumber risiko kualitas DOC kurang baik sebesar Rp 1 771 784 dan terakhir sumber risiko predator sebesar Rp 603 869. Selanjutnya analisis dampak risiko produksi pada peternakan ayam Bapak Hajiji. Untuk analisis perhitungan dampak risiko pada peternakan ayam broiler Bapak Hajiji yang disebabkan oleh penyakit, perubahan suhu ayam, kualitas DOC kurang baik serta predator selama 7 periode dimulai dari April 2013 hingga Desember 2014 dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. Adapun nilai kerugian yang disebabkan oleh risiko penyakit sebesar Rp. 12 932 924. Hasil analisis perhitungan dampak risiko produksi yang disebabkan oleh penyakit, perubahan suhu ayam, kualitas DOC kurang baik serta predator dapat dilihat pada Lampiran 9. Berdasarkan hasil perhitungan VaR, dapat dilihat bahwa besarnya nilai VaR adalah Rp 12 932 924. Nilai VaR ini mengartikan bahwa besarnya kerugian maksimal yang harus ditanggung oleh perusahaan akibat penyakit dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen adalah Rp 12 932 924. Akan tetapi ada kemungkinan sebesar lima persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp 12 932 924. Besarnya kerugian yang harus ditanggung oleh perusahaan terutama terjadi pada periode kelima sebesar Rp.15 101 700 karena pada periode tersebut peternakan dilanda penyakit (ND) Newcastle Disease dan banyak ayam yang mengeluarkan air kuning disebabkan bakteri E.Coli yang bersumber dari air tanah sehingga kerugian yang diterima sangat besar. Selanjutnya analisis dampak risiko produksi yang disebabkan oleh perubahan suhu ayam dalam 7 periode dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen sebesar Rp 6 147 885. Nilai VaR ini mengartikan bahwa besarnya kerugian maksimal yang harus ditanggung oleh perusahaan akibat perubahan suhu dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen adalah Rp Rp 6 147 885. Akan tetapi ada kemungkinan sebesar lima persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp 6 147 885. Besarnya kerugian yang harus ditanggung oleh perusahaan dapat dilihat ketika periode kelima yaitu sebesar Rp. 8 649 800. Tingginya nilai tersebut disebabkan perubahan cuaca yang cukup ekstrim dan tingginya suhu pada musim kemarau pada periode tersebut menyebabkan kondisi tubuh ayam mudah panas sedangkan ayam tidak memiliki rongga-rongga keringat untuk mengeluarkan suhu panasnya akibatnya ayam menjadi stress dan mudah mati. Kemudian analisis dampak risiko produksi yang disebabkan oleh kualitas DOC kurang baik dalam 7 periode dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen
73
sebesar Rp 3 053 673. Nilai VaR ini mengartikan bahwa besarnya kerugian maksimal yang harus ditanggung oleh perusahaan akibat sumber risiko tersebut dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen adalah Rp 3 053 673. Akan tetapi ada kemungkinan sebesar lima persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp Rp 3 053 673. Besarnya nilai kerugian yang harus ditanggung oleh perusahaan terjadi pada periode kelima sebesar Rp 5 264 325. Rata-rata kerugian karena sumber risiko ini disebabkan dari DOC yang diberikan oleh pihak perusahaan selalu ada yang mengalami kekerdilan pada masa pembudidayaan akibatnya untuk ayam yang mengalami kekerdilan tersebut oleh peternak ayam tersebut biasanya langsung dilakukan pemotongan. Selanjutnya perhitungan terakhir analisis dampak risiko produksi yang disebabkan oleh predator dalam 7 periode dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen sebesar Rp1 057 178. Nilai VaR ini mengartikan bahwa besarnya kerugian maksimal yang harus ditanggung oleh perusahaan akibat predator dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen adalah Rp 1 057 178. Akan tetapi ada kemungkinan sebesar lima persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp 1 057 178. Kerugian paling terbesar yang harus dialami oleh perusahaan sebesar Rp. 2 623 300 pada periode kelima. Rata-rata untuk risiko yang disebabkan predator biasanya ayam banyak dimangsa oleh anjing dan kurangnya tingkat kewaspadaan peternak pada saat periode lima tersebut. Dimana pada saat tersebut peternak tidak dibantu oleh anak kandang dalam menjaga ayam akibatnya ada ayam yang dimangsa oleh anjing liar. Untuk mengetahui perbandingan nilai VaR pada masing – masing risiko dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Nilai VaR (dampak) dari masing-masing sumber risiko produksi peternakan ayam broiler Bapak Hajiji pada skala usaha 5000 ekor No. 1 2 3 4
Sumber risiko Penyakit Perubahan suhu ayam Kualitas DOC kurang baik Predator
Nilai ayam per ekor (Rp) 2 586 1 229 610.73 211.43
Nilai VaR (Rp) 12 932 924 6 147 885 3 053 673 1 057 178
Berdasarkan tabel 19, dapat dilihat nilai kerugian dari masing-masing sumber risiko produksi yang harus ditanggung oleh perusahaan. Kerugian pertama disebabkan sumber risiko penyakit sebesar Rp12 932 924, selanjutnya kerugian kedua sumber risiko perubahan suhu ayam sebesar Rp6 147 885, kerugian ketiga sumber risiko kualitas DOC yang kurang baik sebesar Rp 3 053 673 dan kerugian ke empat sumber risiko predator sebesar Rp 1 057 178. Selanjutnya analisis dampak risiko produksi pada peternakan ayam Bapak Marfu. Untuk analisis perhitungan dampak risiko pada peternakan ayam broiler Bapak Marfu yang disebabkan oleh penyakit, perubahan suhu ayam, kualitas DOC kurang baik dan predator selama 7 periode dimulai dari Mei 2013 hingga November 2014 dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. Analisis dampak risiko produksi karena penyakit menghasilkan kerugian sebesar Rp.5 547 041. Hasil analisis perhitungan dampak risiko produksi dari masing-masing sumber risiko produksi dapat dilihat pada Lampiran 10.
74
Berdasarkan hasil perhitungan VaR, dapat dilihat bahwa besarnya nilai VaR adalah Rp5 547 041. Nilai VaR ini mengartikan bahwa besarnya kerugian maksimal yang harus ditanggung oleh perusahaan akibat penyakit dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen adalah Rp5 547 041. Akan tetapi ada kemungkinan sebesar lima persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp5 547 041. Besarnya nilai kerugian yang harus ditanggung oleh perusahaan disebabkan ayam yang berada pada peternakan ini banyak yang terserang penyakit gumboro. Penyakit ini merupakan penyakit yang paling berbahaya, karena jika satu ayam sudah terjangkit virus gumboro maka akan mudah terserang kepada ayam lainnya. Kemudian analisis dampak risiko produksi yang disebabkan oleh perubahan suhu ayam dalam 7 periode dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen sebesar Rp 3 821 011. Nilai VaR ini mengartikan bahwa besarnya kerugian maksimal yang harus ditanggung oleh perusahaan akibat perubahan suhu dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen adalah Rp 3 821 011. Akan tetapi ada kemungkinan sebesar lima persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp 3 821 011. Besarnya nilai kerugian yang diakibatkan oleh perubahan suhu ayam terjadi pada periode tiga. Dimana pada periode tersebut curah hujan sangat tinggi sehingga suhu dalam kandang tidak sesuai dengan suhu normal ayam, ditambah pula dengan letak kandang yang berada di pegunungan membuat kondisi suhu kandang menjadi meningkat saat musim hujan terutama pada malam hari dan panas tinggi pada siang hari. Akibatnya banyak ayam yang mengalami stress dan mudah untuk terserang penyakit. Sehingga risiko terjadinya kematian tidak dapat dihindarkan. Selanjutnya analisis dampak risiko produksi yang disebabkan oleh kualitas DOC yang kurang baik selama 7 periode dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen sebesar Rp 1 160 859. Nilai VaR ini mengartikan bahwa besarnya kerugian maksimal yang harus ditanggung oleh perusahaan akibat sumber risiko tersebut dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen adalah Rp 1 160 859. Akan tetapi ada kemungkinan sebesar lima persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp 1 160 859. Sumber risiko tersebut biasanya selalu dialami oleh masingmasing peternak karena kondisi fisik DOC pada saat pembudidayaan mengalami kekerdilan atau tidak mengalami pertumbuhan yang normal meskipun asupan pakan sudah diberikan sesuai takarannya. Akibatnya ayam dengan kondisi kerdil dipisahkan oleh peternak lalu dijadikan makanan untuk hewan-hewan lain. Kemudian analisis dampak risiko produksi yang disebabkan oleh predator dalam 7 periode dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen sebesar Rp 565 170. Nilai VaR ini mengartikan bahwa besarnya kerugian maksimal yang harus ditanggung oleh perusahaan akibat predator dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen adalah Rp 565 170. Akan tetapi ada kemungkinan sebesar lima persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp 565 170. Kerugian terbesar yang harus ditanggung oleh perusahaan terjadi pada periode ketujuh sebesar Rp 631 296. Tingginya nilai tersebut disebabkan adanya serangan dari babi hutan yang terjadi pada malam hari, dimana pada saat itu anak kandang kurang begitu intensif menjaga peternakan, akibatnya banyak ayam yang mati. Selanjutnya untuk mengetahui perbandingan nilai VaR pada masing – masing risiko dapat dilihat pada tabel 20
75
Tabel 20 Nilai VaR (dampak) dari masing-masing sumber risiko produksi peternakan ayam broiler Bapak Marfu pada skala usaha 5000 ekor No. 1. 2. 3. 4.
Sumber risiko Penyakit Perubahan suhu ayam Kualitas DOC kurang baik Predator
Nilai ayam per ekor (Rp) 1 109 764.02 232.17 113.03
Nilai VaR (Rp) 5 547 041 3 821 011 1 160 859 565 170
Berdasarkan tabel 18, menunjukkan bahwa sumber risiko penyakit memberikan dampak paling besar yaitu Rp 5 547 041, kemudian sumber risiko perubahan suhu ayam sebesar Rp 3 821 011, kerugian ketiga disebabkan sumber risiko kualitas DOC yang kurang baik sebesar Rp 1 160 859. Dan kerugian keempat disebabkan oleh sumber risiko predator sebesar Rp 565 170. Analisis Dampak Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Mandiri Secara umum dalam melaksanakan kegiatan suatu usaha yang memiliki risiko pasti akan memberikan dampak terhadap keberlangsungan usaha tersebut. Tidak hanya peternak bermitra yang memiliki dampak dari risiko yang ditimbulkannya, peternak mandiri pun akan dihadapkan dengan dampak yang harus ditanggung sebagai akibat dari timbulnya risiko produksi tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan pengidentifikasian pada sumber risiko, peternak mandiri memiliki sumber risiko penyakit, perubahan suhu ayam, kualitas DOC kurang baik dan predator. Dampak negatif yang dirasakan oleh peternak mandiri sendiri adalah kerugian finansial akibat dari sumber-sumber risiko tersebut dan peternak harus menanggungnya secara pribadi karena tidak melakukan kerjasama atau bermitra dengan perusahaan manapun. Dampak sumber-sumber risiko yang terjadi ini dapat dihitung berdasarkan nilai rupiah, sehingga apabila terjadi risiko produksi, maka dapat diperkirakan kerugian yang harus ditanggung oleh peternak mandiri. Akan tetapi karena peternak mandiri yang diteliti mempunyai keterbatasan dalam hal pembukuan, dimana peternak mandiri tersebut tidak pernah mencatat berapa harga jual ayam yang diberikan kepada konsumen pada setiap periodenya, maka peneliti melakukan wawancara kepada salah satu peternak mandiri lain untuk mengetahui berapa harga jual ayam tersebut. Dan perkiraan kerugian tersebut tidak persis sesuai dengan kejadian di lapangan. Oleh karena itu dibutuhkanlah penetapan besarnya kerugian dengan tingkat keyakinan tertentu. Perhitungan mengenai dampak risiko produksi ayam broiler pada peternakan mandiri dilakukan dengan tingkat keyakinan sebesar 95 persen dan sisanya lima persen adalah error. Untuk mengetahui dampak risiko produksi pada setiap sumber risiko yang terjadi, maka dilakukan perhitungan pada setiap sumber risiko produksinya. Hal ini dilakukan agar peternak mandiri mengetahui perkiraan kerugian yang harus ditanggung oleh peternak sendiri dalam satuan rupiah. Data yang digunakan dalam perhitungan dampak ini merupakan data produksi selama tujuh periode produksi terakhir yaitu dimulai dari Mei 2013-Desember 2014 serta hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian dan wawancara dengan peternak
76
mandiri. Setelah melakukan perhitungan pada dampak risiko maka dapat diurutkan dampak risiko tersebut dimulai dari sumber risiko yang memiliki dampak terbesar hingga sumber risiko yang memilik dampak terkecil. Urutannya yaitu penyakit, perubahan suhu ayam, predator dan kualitas DOC kurang baik. Untuk perhitungan dampak risiko dapat dilihat pada Lampiran 11. Dan berikut penjelasan serta pemaparan dari hasil perhitungan yang telah dilakukan. Analisis dampak risiko produksi ayam broiler yang disebabkan oleh penyakit dalam tujuh periode terakhir adalah sebesar Rp 9 719 157 dengan tingkat keyakinan 95 persen. Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran 10, dapat dilihat besarnya nilai VaR adalah Rp 9 719 157. Nilai VaR ini menunjukkan kerugian maksimal yang ditanggung oleh peternak mandiri akibat dari adanya serangan penyakit dengan tingkat keyakinan 95 persen sebesar Rp 9 719 157. Akan tetapi ada kemungkinan sebesar lima persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp 9 719 157. Pada periode pengamatan kematian ayam broiler yang disebabkan oleh penyakit sangat tinggi dibandingkan periode lainnya, hal ini disebabkan pada periode pengamatan banyak ayam yang terkena penyakit Chronic Respiratory Disease (CRD)/ngorok dan terserang virus gumboro. Munculnya serangan penyakit CRD ini ditimbulkan pula oleh keadaan cuaca yang tidak menentu dan tingkat curah hujan yang ekstrim mengakibatkan ketahanan tubuh ayam menjadi menurun dan mudah untuk diserang penyakit. Sedangkan untuk penyakit gumboro yang disebabkan oleh virus, memang peternak mandiri kurang begitu memahami dengan jenis virus tersebut termasuk virus ganas atau tidak, akibatnya peternak hanya melakukan pencegahan sederhana dengan cara memisahkan ayam yang terkena virus tersebut dengan ayam lain yang sehat. Akan tetapi selama proses pemisahan tersebut ternyata peternak tidak memisahkannya secara jauh akan tetapi hanya dipisahkan dengan sekat. Akibatnya virus gumboro tersebut mudah dan cepat menyerang ayam lainnya, sehingga risiko yang disebabkan oleh penyakit sangat tinggi. Selanjutnya analisis dampak risiko produksi yang disebabkan oleh perubahan suhu ayam selama tujuh periode terakhri sebesar Rp 3 911 086 dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan hasil VaR sebesar Rp 3 911 086. Nilai VaR ini menunjukkan bahwa kerugian yang ditanggung oleh peternak mandiri akibat dari adanya sumber risiko perubahan suhu ayam sebesar Rp 3 911 086 dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Akan tetapi ada kemungkinan sebesar lima persen peternak menanggung kerugian lebih besar dari Rp 3 911 086. Dampak risiko terbesar yang dialami oleh peternak terjadi pada saat periode pengamatan pada bulan November-Desember. Pada periode tersebut cuaca di lokasi peternakan tidak menentu, curah hujan yang tinggi menyebabkan keadaan suhu dan kelembaban kandang tidak sesuai dengan suhu normal di lokasi peternakan. Misalnya pada siang hari cuaca sangat panas dan ayam kesulitan untuk mengeluarkan suhu panas dari dalam tubuhnya karena ayam tidak memiliki rongga-rongga keringat, akibatnya suhu panas tersebut membuat ayam stress dan banyak yang mengalami kematian. Kemudian analisis dampak risiko produksi yang disebabkan oleh predator selama tujuh periode terakhir sebesar Rp 1 056 108 dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan hasil VaR sebesar Rp Rp 1 056 108. Nilai VaR ini menunjukkan
77
bahwa kerugian yang ditanggung oleh peternak mandiri akibat dari adanya sumber risiko predator sebesar Rp 1 056 108 dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Akan tetapi ada kemungkinan sebesar lima persen peternak menanggung kerugian lebih besar dari Rp 1 056 108. Kerugian terbesar dialami oleh peternak pada saat periode ketujuh dimana, pada saat tersebut sedang berlangsung pula penelitian. Pada periode tersebut, kandang sedang tahap sedikit renovasi akibatnya banyak dari sejumlah hewan predator seperti kucing dan musang yang mudah masuk ke dalam kandang dan memangsa DOC yang masih berumur 4 – 5 hari. Perhitungan terakhir yaitu analisis dampak risiko produksi yang disebabkan oleh kualitas DOC kurang baik selama 7 periode terakhir sebesar Rp 547 341. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan hasil VaR sebesar Rp 547 341. Nilai VaR ini menunjukkan bahwa kerugian yang ditanggung oleh peternak mandiri akibat dari adanya sumber risiko ini sebesar Rp 547 341 dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. Akan tetapi ada kemungkinan sebesar lima persen peternak menanggung kerugian lebih besar dari Rp 547 341. Kerugian terbesar yang ditanggung oleh peternak mandiri akibat sumber risiko ini terjadi pada periode ke empat sebesar Rp 589 000, menurut pemaparan peternak pada periode tersebut keadaan DOC yang dipilihnya dari lokasi penetasan kurang begitu bagus, peternak cukup kesulitan untuk mengidentifikasi fisik DOC, selain itu terlihat selama DOC sudah berumur 2 minggu banyak yang mengalami pertumbuhan lambat/kerdil dan patah kaki akibat terjepit lantai kandang, maka peternak pun langsung melakukan pemotongan ayam tersebut. Setelah diperoleh hasil perhitungan dampak dari masing-masing sumber risiko maka dihasilkan nilai VaR yang kemudian akan di plotkan dalam peta risiko agar lebih memiliki makna. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah peternak dalam mengambil keputusan dalam penanganan risiko produksi yang dihadapi. Perbandingan nilai VaR untuk masing-masing sumber risiko dapat dilihat pada tabel 21. Tabel 21 Nilai VaR (dampak) dari masing-masing sumber risiko produksi ayam broiler peternak mandiri pada skala usaha 5000 ekor No. 1. 2. 3. 4.
Sumber Risiko Penyakit Perubahan suhu ayam Predator Kualitas DOC kurang baik
Nilai ayam per ekor (Rp) 1 943 782.21 211.22 109.46
Nilai VaR (Rp) 9 719 157 3 911 086 1 056 108 547 341
Berdasarkan data pada tabel 21, menunjukkan dampak terbesar yang dihasilkan dimulai dari penyakit, perubahan suhu ayam, predator dan terakhir kualitas DOC kurang baik. Setelah diketahui nilai VaR untuk masing-masing sumber risiko, maka langkah selanjutnya adalah membuat peta risiko setelah itu dilakukan penanganan terhadap masing-masing risiko tersebut.
78
Analisis Perbandingan Tingkat Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Bermitra dan Mandiri Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh adanya peternak ayam broiler yang melakukan kemitraan dan peternak ayam broiler mandiri, maka dilakukan uji-t dengan dua pola peternakan. Peranan kemitraan tersebut dapat dilihat dari perbedaan nyata antara nilai kematian (mortalitas) ayam broiler dari setiap sumber risiko yang dialami peternak mitra dan mandiri. Dimana sumber risiko yang dialami oleh kedua pola peternakan tersebut ialah sumber risiko penyakit, perubahan suhu ayam, kualitas DOC kurang baik dan predator. Bila uji-t dilakukan terhadap total kematian (mortalitas) ayam dari setiap sumber risiko per periode pada tiga peternak mitra dan satu peternak mandiri maka diperoleh kesimpulan tidak tolak Ho/terima Ho. Kesimpulan tersebut diperoleh berdasarkan perhitungan uji-t menggunakan minitab 15. (Lampiran 12). Kesimpulan ini didukung dengan hasil p-value dari setiap sumber risiko yang dialami peternak mitra dan mandiri lebih besar dari 5 persen ( = 0.05). Dari hasil perhitungan menunjukkan untuk sumber risiko karena penyakit memiliki nilai pvalue 0.437 > = 0.05, sehingga terima Ho. Sumber risiko perubahan suhu ayam memiliki nilai p-value 0.883 > = 0.05, sehingga terima Ho. Kemudian sumber risiko kualitas DOC kurang baik memiliki nilai p-value 0.991 > = 0.05, sehingga terima Ho, serta sumber risiko predator memiliki nilai p-value 0.126 > = 0.05, sehingga terima Ho. Hasil uji-t menunjukkan bahwa hipotesis Ho diterima (tidak tolak Ho), maka dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan usaha peternakan ayam broiler dengan pola bermitra memiliki risiko produksi yang lebih besar dibandingkan dengan pola mandiri. Besarnya risiko produksi yang dialami oleh peternak mitra disebabkan peternak mitra memiliki ketergantungan yang cukup besar terhadap perusahaan inti, selain itu faktor sumber daya manusia juga mempengaruhi produksi pada peternakan ini. Adanya peternak yang tidak memperhatikan SOP perusahaan menjadi salah satu contoh bahwa sumber daya manusia menjadi faktor pendukung timbulnya risiko produksi pada peternakan mitra. Kondisi demikian serupa dengan penelitan (Arwita,2013) yang menyatakan bahwa pola peternakan ayam broiler bermitra memiliki risiko produksi yang lebih besar dibandingkan dengan pola peternakan ayam broiler mandiri. Sedangkan pada peternakan ayam broiler mandiri risiko produksi yang dialami lebih kecil, hal ini disebabkan peternak mandiri lebih rajin dalam melakukan kegiatan produksi dan langsung menanganinya sendiri mulai dari proses pemilihan DOC hingga prosen panen, serta tidak memiliki ketergantungan terhadap perusahaan inti. Pemetaan Risiko Peternakan Ayam Broiler Bermitra Langkah selanjutnya adalah memetakan risiko yang terjadi. Pemetaan risiko ini dilakukan dengan cara memplotkan sumber risiko masing-masing yang telah diukur dari segi kemungkinan maupun dampaknya ke dalam dua sumbu yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak.
79
Masing – masing sumber risiko yang akan dipetakan ditempatkan berdasarkan posisinya dari hasil perhitungan probabilitas dan dampak sehingga akan diketahui status dari risiko tersebut. Status risiko dihasilkan dari perkalian antara probabilitas dan dampak. Status risiko ini akan menunjukkan urutan kejadian dari mulai yang berisiko besar hingga yang berisiko kecil. Dan status risiko tersebut tidak memiliki satuan seperti halnya probabilitas dan dampak. Adapun status risiko dari masing-masing sumber risiko produksi ayam broiler pada ketiga peternak dapat dilihat pada tabel 22. Tabel 22 Status risiko pada masing-masing sumber risiko produksi peternak mitra Peternakan Mitra Peternakan Ibu Lisda
Peternakan Bapak Hajiji
Peternakan Bapak Marfu
Penyakit Perubahan suhu ayam Kualitas DOC kurang baik Predator Total
30.20 22.40
10 289 050 7 430 829
Nilai ayam per ekor (Rp) 1 469 1 061
20.30
1 771 784
253.11
359 672
10.60
603 869 20 095 532
86.26
64 010
Penyakit Perubahan suhu ayam Kualitas DOC kurang baik Predator Total
42.90 35.60
12 932 924 6 147 885
2 586 1 229
5 548 224 2 188 647
23.60
3 053 673
610.73
720 667
10.70
1 057 178 22 240 260
211.43
113 118
Penyakit Perubahan suhu ayam
45.20 37.80
5 547 041 3 821 011
1 109 764.20
2 507 262 1 444 342
Kualitas DOC kurang baik Predator Total
28.80
1 160 859
232.17
334 327
17.40
565 170 11 094 082
113.03
98 340
Sumber risiko
Probabilitas (%)
Var (Rp)
Status risiko 3 107 293 1 664 505
Pada tabel 22, menunjukkan tingkatan status risiko pada masing-masing sumber risiko produksi ayam broiler yang dimulai dari kejadian berisiko besar hingga kejadian berisiko kecil yang dapat dilihat dari status risiko nya. Dilihat dari status risiko ketiga peternakan, pada masing-masing peternak semuanya mempunyai tingkatan status risiko yang sama dimana untuk urutan pertama adalah risiko penyakit, kedua risiko perubahan suhu ayam, ketiga risiko karena kualitas DOC kurang baik, dan keempat risiko predator. Walaupun tingkatan status risiko nya sama akan tetapi masing-masing peternakan memiliki nilai status risiko yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena kejadian yang menyebabkan sumber risiko pada setiap peternak itu berbeda-beda jumlahnya baik itu kehilangan ayam, harga jual maupun kerugiannya.
80
Peternakan ayam milik Ibu Lisda menunjukkan tingkatan status risiko tertinggi yaitu karena sumber risiko penyakit dengan nilai 3 107 293 selanjutnya diikuti oleh sumber risiko perubahan suhu ayam dengan nilai 1 664 505, kemudian sumber risiko karena kualitas DOC kurang baik dengan nilai 359 672 dan terakhir sumber risiko predator dengan nilai 64 010. Total dampak yang harus ditanggung oleh perusahaan sebagai akibat dari adanya risiko produksi pada usaha peternakan ayam broiler sebesar Rp20 095 532. Untuk peternakan ayam broiler milik Bapak Hajiji menunjukkan tingkatan status risiko tertinggi ialah karena sumber risiko penyakit dengan nilai 5 548 224, selanjutnya diikuti oleh sumber risiko perubahan suhu ayam dengan nilai 2 188 647, kemudian sumber risiko karena kualitas DOC kurang baik dengan nilai 720 667 dan terakhir sumber risiko predator dengan nilai 113 118. Total dampak yang harus ditanggung oleh perusahaan sebagai akibat dari adanya risiko produksi pada usaha peternakan ayam broiler sebesar Rp 22 240 260. Dan terakhir untuk peternakan ayam milik Bapak Marfu tingkatan status risiko tertinggi yaitu karena sumber risiko penyakit dengan nilai 2 507 263 selanjutnya diikuti oleh sumber risiko perubahan suhu ayam dengan nilai 1 444 343, kemudian sumber risiko karena kualitas DOC kurang baik dengan nilai 334 327 dan terakhir sumber risiko predator dengan nilai 98 340. Total dampak yang harus ditanggung oleh perusahaan sebagai akibat dari adanya risiko produksi pada usaha peternakan ayam broiler sebesar Rp 11 094 082. Proses pemetaan ini dilakukan pada peta risiko yang memiliki dua sumbu vertikal dan horizontal. Untuk sumbu vertikal menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal menggambarkan dampak. Dalam penentuan batas tengah untuk menggambarkan probabilitas, berdasarkan ketetapan PT.BMS sebesar 20 persen dan hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2014) serta adanya teori menjelaskan bahwa batas kemungkinan terjadinya risiko ialah sebesar 20 persen. Untuk sumber risiko yang memiliki nilai probabilitas diatas nilai 20 persen maka dikategorikan besar sedangkan untuk risiko yang probabilitasnya dibawah nilai 20 persen dikategorikan kecil. Penentuan sumber-sumber risiko ini berdasarkan pada hasil pengamatan yang dilakukan di lapang selama dua bulan, dimana sumber-sumber risiko ini disebabkan oleh faktor alam dan faktor fisik non alam. Dalam penentuan dampak ditentukan berdasarkan diskusi yang telah disepakati dengan Technical Service (TS) dari PT.BMS. Maka untuk penentuan batas dampak pada ketiga peternakan adalah sebesar Rp 5 000 000. Sehingga sumber risiko yang memilik dampak diatas Rp 5 000 000 masuk ke dalam kategori besar begitupun sebaliknya. Penggolongan risiko untuk peternakan mitra akan digambarkan pada peta risiko di Gambar 8.
81
Probabilitas (%) Besar
Penyakit Perubahan suhu Kualitas DOC kurang baik
20
Predator
Kecil Kecil
5 000 000
Besar
Dampak (Rp)
Gambar 8 Hasil pemetaan sumber-sumber risiko pada peternakan Ibu Lisda
Probabilitas (%) Besar Penyakit Perubahan suhu Kualitas DOC kurang baik
20
Predator
Kecil Kecil
5 000 000
Besar
Dampak(Rp)
Gambar 9 Hasil pemetaan sumber-sumber risiko pada peternakan Bapak Hajiji
82
Probabilitas (%)
Besar Penyakit Perubahan suhu Kualitas DOC kurang baik
20
Kecil
Predator
Kecil
5 000 000
Besar
Dampak(Rp)
Gambar 10 Hasil pemetaan sumber-sumber risiko pada peternakan Bapak Marfu Berdasarkan gambar 8, gambar 9 dan gambar 10 yang menunjukkan hasil pemetaan pada masing-masing sumber risiko terlihat bahwa pada kuadran I terdapat sumber risiko karena kualitas DOC kurang baik. Sumber risiko karena kualitas DOC kurang baik dianggap oleh perusahaan sebagai sumber risiko yang memiliki peluang besar akan tetapi memberikan dampak yang kecil bagi perusahaan. Sumber penyakit dan perubahan suhu ayam berada pada kuadran II dimana kedua sumber risiko produksi tersebut memiliki peluang besar dan memberikan dampak yang besar pula bagi perusahaan. Untuk sumber risiko produksi yang disebabkan oleh predator berada pada kuadran III. Sumber risiko karena predator ini memiliki peluang dan dampak yang kecil. Sedangkan pada kuadran IV tidak terdapat sumber risiko apapun, karena pihak perusahaan menganggap tidak ada sumber risiko yang memiliki peluang kecil sedangkan dampak yang ditimbulkannya besar. Kemudian hasil dari pemetaan risiko ini digunakan untuk menentukan strategi yang tepat dalam menangani risiko produksi ayam broiler yang dihadapi oleh PT.Berkah Mitra Sejahtera (BMS). Pemetaan Risiko Peternakan Ayam Broiler Mandiri Setelah mengetahui dampak yang dihasilkan dari setiap sumber risiko yang dihadapi oleh peternak mandiri, selanjutnya dilakukan pemetaan terhadap risiko yang ditimbulkan. Pemetaan risiko dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui posisi dari masing-masing sumber risiko sehingga strategi penanganan risiko dapat dilakukan secara efektif. Proses pemetaan pada sumber risiko peternak mandiri sama halnya dengan peternak bermitra yaitu dengan cara memplotkan masing-masing sumber risiko yang telah diukur, baik probabilitasnya maupun dampaknya ke dalam peta risiko yang terdiri dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak.
83
Sama halnya pula dengan peternak bermitra, penempatan masing-masing sumber risiko pada peta risiko ini didasarkan atas perhitungan dari probabilitas dikalikan dengan dampak yang kemudian akan diketahui status risikonya. Status risiko tersebut dihitung dengan tujuan untuk mengetahui urutan kejadian-kejadian berisiko mulai dari kejadian yang mempunyai risiko terbesar hingga kejadian yang mempunyai risiko terkecil. Status risiko ini tidak memiliki satuan. Adapun status risiko dari masing-masing sumber risiko produksi pada peternakan ayam broiler mandiri dapat dilihat pada tabel 23. Tabel 23 Status risiko pada setiap sumber risiko produksi ayam broiler peternak mandiri No. 1. 2. 3. 4.
Sumber risiko Penyakit Perubahan suhu ayam Predator Kualitas DOC kurang baik Total
Probabilitas (%) 50.00 46.40 23.30 18.10
VaR (Rp) 9 719 157 3 911 086 1 056 108 547 341
Nilai ayam per ekor (Rp) 1 943 782.21 211.22 109.46
Status risiko 4 859 578 1 814 743 246 073 99 068
15 233 692
Berdasarkan perhitungan pada tabel 23, menunjukkan tingkatan masingmasing sumber risiko produksi ayam broiler pada peternakan mandiri dimulai dari kejadian terbesar hingga terkecil yang dapat dilihat dari status risikonya. Sumber risiko karena penyakit memiliki status risiko terbesar yaitu 4 859 578. Kemudian sumber risiko karena perubahan suhu ayam memiliki status risiko sebesar 1 814 743, selanjutnya sumber risiko karena predator memiliki status risiko sebesar 246 073 dan terakhir sumber risiko kualitas DOC kurang baik memiliki status risiko sebesar 99 068. Adapun total dampak yang ditanggung oleh peternak mandiri akibat dari adanya sumber risiko produksi pada peternakan ayam broiler sebesar Rp 15 233 692. Untuk pemetaan masing–masing sumber risiko pada peta risiko disesuaikan dengan sumbu pada peta risiko, dimana pada peta risiko memiliki dua sumbur vertikal dan horizontal.Sumbu vertikal menggambarkan probabilitas/kemungkinan dan sumbu horizontal menggambarkan dampak. Untuk penentuan batas tengah pada sumbur vertikal yang menunjukkan probabilitas, dilakukan berdasarkan penetapan dan diskusi dengan peternak mandiri yaitu Bapak Supriyanto sebesar 20 persen dan hal ini selaras dengan teori yang menjelaskan bahwa batas kemungkinan terjadinya risiko sebesar 20 persen. Untuk sumber risiko yang memiliki nilai probabilitas diatas nilai 20 persen maka dikategorikan besar sedangkan untuk risiko yang probabilitasnya dibawah nilai 20 persen dikategorikan kecil. Penentuan sumber risiko yang terjadi berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama 1 bulan, dan sumber risiko yang terjadi disebabkan oleh faktor alam dan faktor fisik non alam. Dalam penentuan sumber risiko produksi pada peternak mandiri pun sama halnya dengan peternak mitra, yaitu berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 1 bulan, dimana sumbersumber risiko ini disebabkan oleh faktor alam dan faktor fisik non alam.
84
Dalam penentuan batas tengah pada sumbu horizontal yang menunjukkan dampak ditentukan oleh peternak mandiri sebesar Rp 3 000 000. Sehingga sumber risiko yang memiliki dampak lebih dari Rp 3 000 000 masuk dalam kategori dampak besar dan begitu sebaliknya. Penggolongan risiko berdasarkan peta risiko dapat dilihat pada gambar 11. Probabilitas (%)
Besar Penyakit Perubahan suhu Predator
20
Kualitas DOC kurang baik
Kecil Kecil
3 000 000
Besar
Dampak (Rp)
Gambar 11 Hasil pemetaan sumber-sumber risiko pada peternakan mandiri Berdasarkan gambar 11, menunjukkan posisi dari hasil pemetaan masingmasing sumber risiko produksi. Pada kuadran I terdapat sumber risiko predator dimana sumber risiko ini dianggap memiliki kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang ditimbulkan kecil. Pada kuadran II terdapat dua sumber risiko yaitu sumber risiko penyakit dan sumber risiko perubahan perubahan suhu ayam, kedua sumber risiko ini oleh peternak dianggap sebagai sumber risiko yang mempunyai kemungkinan terjadi (peluang) dan memberikan dampak yang besar. Kuadran III terdapat sumber risiko karena kualitas DOC kurang baik, dimana sumber risiko ini menurut peternak mempunyai kemungkinan (peluang) dan memberikan dampak yang kecil. Sumber risiko produksi ayam broiler pada peternakan mandiri tidak ada yang menempati kuadran IV, karena peternak menganggap pada kuadran IV tidak ada sumber risiko yang memberikan kemungkinan terjadinya kecil dan dampak yang dihasilkannya besar. Berbeda dengan peternak bermitra pada kuadran I ditempati oleh sumber risiko karena kualitas DOC kurang baik, hal ini disebabkan pada peternak mandiri memiliki kemampuan untuk melakukan seleksi terlebih dahulu DOC yang akan dibudidayakan sebelum diternakan, sedangkan untuk peternak bermitra hanya menerima kondisi DOC yang sudah diberikan pihak perusahaan tanpa melakukan tahap seleksi terlebih dahulu. Hasil dari pemetaan risiko ini dapat digunakan untuk menentukan strategi yang tepat dalam menangani risiko produksi ayam broiler pada peternakan mandiri.
85
Alternatif Strategi Penanganan Risiko Peternakan Ayam Broiler Bermitra Tahap terakhir yang dilakukan setelah menganalisis sumber-sumber risiko adalah menentukan strategi penanganan risiko produksi yang mana sebelumnya telah mengidentifikasi sumber – sumber risiko dan melakukan pengukuran risiko pada setiap sumber risiko produksi. Untuk penentuan alternatif strategi risiko ini sangat berhubungan dengan posisi masing – masing risiko produksi pada peta risiko yang telah dibuat sebelumnya. Alternatif strategi penanganan risiko ini dibedakan menjadi dua yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif digunakan untuk menangani risiko yang berada pada kuadran I dan kuadran II dimana pada kuadran tersebut memiliki probabilitas yang besar, sedangkan strategi mitigasi digunakan untuk menangani risiko yang berada pada kuadran II dan IV dimana pada kuadran tersebut memiliki dampak risiko yang besar. Karena dari tiga peternak memiliki tingkatan status risiko yang sama serta pemetaan risiko yang sama maka dalam penentuan alternatif strategi risikonya pun akan disatukan meskipun akan ada alternatif-alternatif tambahan bagi masingmasing peternak. Adapun untuk uraian mengenai alternatif strategi penanganan risiko baik preventif dan mitigasi yang diusulkan kepada PT.Berkah Mitra Sejahtera (BMS) adalah sebagai berikut: 1. Strategi preventif Strategi preventif ini digunakan untuk menangani risiko yang berada pada kuadran I agar bergeser ke kuadran III dan kuadran II agar bergeser ke kuadran IV. Berdasarkan pemetaan risiko sumber risiko pada ketiga peternakan tersebut mempunyai letak pemetaan yang sama. Untuk itu strategi penanganannya pun akan sama dimana pada kuadran I adalah sumber risiko karena kualitas DOC kurang baik, sedangkan sumber risiko yang berada di kuadran II adalah perubahan suhu ayam dan penyakit. Adapun usulan stategi preventif untuk menangani sumber risiko produksi tersebut adalah sebagai berikut : a. Sumber risiko kualitas DOC kurang baik Ayam dengan kualitas DOC kurang baik akan mengalami pertumbuhan yang tidak normal atau kekerdilan, dimana dilihat dari segi fisik ayam ini sangat berbeda ukurannya dengan ayam yang lainnya. Pada saat DOC masuk ke dalam kandang tidak sedikit anak kandang menemukan DOC yang cacat seperti kaki pincang, lemah dan mati. Ciri yang lebih nampak bahwa ayam tersebut memiliki pertumbuhan kerdil dilihat ketika ayam sudah berumur 8-14 hari, biasanya peternak selalu memberikan pakan sesuai dengan kebutuhan ayam, namun terdapat beberapa ayam yang kondisi fisiknya tidak mengalami pertumbuhan, melainkan mengalami kekerdilan. Ayam kerdil ini biasanya disebabkan karena kualitas DOC yang kurang baik dimana pihak perusahaan biasanya tidak mengetahui secara detail kondisi fisik DOC sehingga DOC yang ada langsung dimasukkan ke dalam kotak. Akan tetapi biasanya dampak yang dihasilkan karena sumber risiko ini tidak terlalu besar yang mana biasanya peternak masih dapat meningkatkan kualitas dalam pemeliharaannya. Alternatif strategi yang dapat dilakukan dalam pencegahan sumber risiko ini menurut Ibu Yeni Marlina,SST selaku Kepala UPTD Peternakan menjelaskan sebaiknya perusahaan memilih jenis DOC sesuai dengan keadaan suhu di lokasi peternakan. Karena pada dasarnya tingkatan DOC terbagi menjadi tiga grade yaitu
86
grade I, grade II dan grade III dengan ukuran yang baik adalah < 50 gram. DOC grade I dikenal sebagai DOC dengan kualitas yang paling baik kemudian disusul dengan DOC grade II dan grade III. Pada saat DOC menetas, sebaiknya memeriksa DOC tersebut satu persatu sebelum dimasukkan ke dalam box, mulai dari kondisi fisik DOC, ketahanan tubuh DOC serta kebersihan DOC. Diharapkan dengan alternatif strategi tersebut sumber risiko produksi karena cacat fisik dan pertumbuhan kerdil dapat bergeser ke bawah dari kuadran I ke kuadran III sehingga peluang terjadinya sumber risiko dapat berkurang. b.
Sumber risiko perubahan suhu ayam Cuaca merupakan sumber risiko yang disebabkan faktor alam. Akibat dari adanya perubahan cuaca mengakibatkan suhu dalam kandang menjadi tidak menentu dan tidak sesuai dengan suhu normal yang dibutuhkan ayam. Hal tersebut menyebabkan ayam stress karena terjadinya perubahan suhu pada fisik ayam. Jika perusahaan tidak memperhatikan kondisi suhu di dalam kandang serta kebersihan lingkungan kandang,dapat menjadi pemicu timbulnya wabah penyakit, kondisi fisik ayam menurun kemudian menyebabkan kematian pada ayam. Sumber risiko ini sangat berpeluang cukup besar terhadap kematian ayam dan berdampak sangat besar pula terhadap keberlangsungan produksi ayam broiler jika tidak ditangani dengan cepat. Oleh karena itu diperlukan alternatif strategi yang harus dilakukan perusahan untuk mengurangi tingkat kematian pada ayam akibat sumber risiko ini. Berdasarkan kondisi dilapang yang telah dipaparkan peneliti maka menurut Ibu Yeni Marlina,SST selaku Kepala UPTD Peternakan, menyarankan pihak perusahaan sebaiknya memberikan pelatihan kepada para peternak bagaimana cara pengaturan alat pemanas yang baik dan benar, agar ayam tetap mendapatkan suhu yang dibutuhkan, walaupun terjadi perubahan cuaca. Pelatihan tersebut sebaiknya dilakukan langsung di dalam kandang,dan di praktekan pada alat pemanasnya ketika TS sedang memantau keadaan dan kondisi DOC dalam kandang. Sumber risiko karena adanya perubahan cuaca ini diharapkan akan bergeser ke bawah dari kuadran II ke kuadran IV, sehingga peluang terjadinya sumbe risiko ini dapat berkurang. c. Sumber risiko penyakit Sumber risiko karena penyakit merupakan tantangan yang berat bagi suatu peternakan ayam sehingga harus ditangani secara seksama. Faktor timbulnya penyakit selain disebabkan karena perubahan cuaca dapat juga terjadi karena kondisi kandang yang kurang bersih dan tidak terawat sehingga bakteri dan virus penyebab penyakit dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Penyakit yang biasa menyerang pada peternakan mitra diantaranya penyakit ngorok/ Chronic Respiratory Disease (CRD), gumboro dan tetelo/Newcastle Disease (ND). Timbulnya penyakit-penyakit tersebut harus dikenal mendalam oleh peternak agar peternak dapat langsung menangani ayam yang terkena gejala penyakit-penyakit tersebut. Mengingat penularan penyakit pada ayam broiler ini cukup mudah menjangkit pada ayam lainnya, menurut Bapak Agus Miharja,S.Pt selaku penyuluh dari Dinas Peternakan menjelaskan sebaiknya pihak perusahaan melalui TS memerintahkan kepada peternak agar melakukan sanitiasi pembersihan
87
kandang setiap hari selama proses produksi berlangsung. Pembersihan yang dilakukan meliputi pembersihan dalam kandang dan lingkungan kandang secara merata, pembersihan kandang sebaiknya menggunakan air dan deterjen agar kuman-kuman dalam kandang lebih cepat menghilang. Kemudian setelah itu dilakukan pengapuran dimana kandang dilapisi dengan kapur secara merata pula, dan selanjutnya dilakukan desinfeksi menggunakan formalin agar bibit penyakit yang masih bersarang dapat terbunuh. Sumber risiko yang disebabkan karena penyakit ini diharapkan dapat bergeser ke bawah yaitu dari kuadran II ke kuadran IV, sehingga peluang terjadinya sumber risiko penyakit ini dapat berkurang. Berdasarkan penjealasan dari usulan strategi penanganan terhadap sumber risiko kualitas DOC kurang baik, perubahan cuaca dan penyakit diatas, diharapkan peluang terjadinya risiko dan dampak yang dirasakan oleh PT.BMS serta peternak dapat berkurang, sehingga keuntungan yang diperoleh perusahaan dapat meningkat. Usulan strategi dalam penanganan sumber-sumber risiko melalui strategi preventif dapat dilihat pada gambar 12. Probabilitas (%) Besar
20
1.Menggunakan jenis DOC dengan kualitas yang paling baik yaitu DOC grade I. 2.Melakukan idetifikasi terhadap keadaan fisik DOC sebelum masuk dalam box.
1.Memberikan pelatihan mengenai tata cara penggunaan alat pemanas yang baik sesuai dengan suhu yang dibutuhkan ayam. 2.Melakukan sanitasi pembersihan kandang secara rutin setiap hari.
Kecil Kecil 5 000 000 Besar Dampak(Rp.) Gambar 12 Penanganan sumber risiko melalui strategi preventif Berdasarkan gambar 12, diharapkan dengan adanya usulan strategi preventif ini dapat mengurangi peluang terjadinya risiko yang dihadapi oleh peternak dan pihak perusahaan, dimana sumber – sumber risiko tersebut dapat bergeser ke bawah dari kuadran I dan kuadran II ke kuadran III dan kuadran IV. Jika dilihat dari usulan terhadap strategi preventif terdapat beberapa penanganan risiko yang telah dilakukan oleh peternak dan pihak perusahaan. Akan tetapi karena adanya sejumlah keterbatasan tenaga kerja, materi dalam pembelian sejumlah obat-obatan dan vitamin, serta waktu, maka penanganan strategi preventif tersebut belum dapat dilakukan sepenuhnya dengan baik. 2. Strategi Mitigasi Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani sumber risiko produksi ayam broiler yang berada pada kuadran II agar bergeser ke kuadran I dan kuadran IV agar bergeser ke kuadran III dengan harapan dampak yang ditimbulkan akibat
88
risiko pada kuadran II dan kuadran IV menjadi lebih kecil dari sebelumnya. Akan tetapi, pada kuadran IV tidak terdapat sumber risiko produksi yang harus ditangani, melainkan sumber risiko produksi yang harus ditangani dengan strategi mitigasi terdapat pada kuadran II yaitu penyakit dan perubahan suhu ayam. Oleh karena itu, strategi mitigasi hanya ditunjukkan untuk mengatasi sumber risiko produksi pada kuadran II. Sumber risiko yang terletak pada kuadran II ini memiliki kemungkinan dan dampak yang besar bagi perusahaan. Maka diperlukan adanya alternatif strategi yang dilakukan untuk meminimalisir kedua sumber risiko tersebut. Alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kedua sumber risiko ini selain dengan strategi preventif dapat pula dilakukan dengan strategi mitigasi agar dampak yang harus ditanggung oleh perusahaan dapat diperkecil. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, maka saran peneliti dan dibantu oleh Kepala UPTD Peternakan yaitu Ibu Yeni Marlina,SST menyarankan pihak PT.BMS sebaiknya bekerjasama dengan beberapa perusahaan lain yang sejenis. Atau dapat dilakukan dengan mengalihkan dampak yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko kepada pihak lain seperti pihak asuransi atau melakukan kontrak produksi. Kegiatan melakukan kerjasama dengan perusahaan yang sejenis dapat dilakukan dalam pengadaan DOC berkualitas, sedangkan dalam melakukan asuransi pihak perusahaan dapat melakukannya pada lembaga asuransi pertanian, mengingat lembaga asuransi pertanian di daerah masih minim maka pihak perusahaan dapat melakukan kontrak produksi yang telah ditanda tangani oleh kedua belah pihak antara pihak perusahaan dengan pihak breeder. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika terdapat DOC yang berkulitas kurang baik, mengakibatkan penyakit mudah untuk menyerang maka pihak perusahaan dapat mengembalikan kembali DOC tersebut kepada pihak breeder. Sedangkan untuk mengatasi sumber risiko karena perubahan suhu hal yang dapat dilakukan oleh perusahaan selalu melakukan pengontrolan secara intensif dalam pengaturan ventilasi kandang, agar ayam tetap mendapatkan suhu yang nyaman. Diharapkan dengan adanya strategi mitigasi dalam melakukan kerjasama dengan perusahaan sejenis dan melakukan kegiatan kontrak produksi dapat mengurangi dampak yang disebabkan oleh sumber risiko penyakit dan cuaca pada ayam. Usulan strategi mitigasi pada peta risiko dapat dilihat pada Gambar 13. Probabilitas (%) 1.Melakukan kerjasama dengan perusahaan sejenis serta melakukan kegiatan kontrak produksi. 2. Melakukan pengontrolan dalam pembukaan ventilasi.
Besar
20
Kecil Kecil
5 000 000
Besar
Dampak(Rp)
Gambar 13 Penanganan sumber risiko melalui strategi mitigasi
89
Usulan strategi yang diberikan kepada pihak PT.BMS untuk mengatasi sejumlah risiko produksi ayam broiler berada pada kuadran II yaitu risiko penyakit dan perubahan suhu ayam, karena kedua sumber risiko ini mempunyai peluang (probabilitas) dan dampak yang cukup besar terhadap perusahaan, namun bukan berarti sumber risiko pada kuadran III yaitu predator tidak dapat diabaikan, karena pada dasarnya semua jenis sumber risiko harus mendapatkan perhatian agar tidak merugikan pelaku bisnis. Sumber risiko yang terdapat pada kuadran III merupakan sumber risiko predator strategi yang dapat dilakukan adalah strategi preventif atau strategi pencegahan. Hal yang dapat dilakukan untuk risiko predator ini dengan memasang sejumlah perangkap menggunakan jaring bagi hewan predator, perangkap tersebut dapat menggunakan ayam yang sudah mati sehingga akan membuat predator keliru dan tidak memangsa ayam yang masih hidup. Hasil yang diinginkan dari usulan strategi preventif ini, diharapkan dapat menangani sumber risiko pada kuadran III, sehingga dapat lebih memperkecil peluang/probabilitasnya. Alternatif Strategi Penanganan Risiko Peternakan Ayam Broiler Mandiri Tahap selanjutnya ialah menentukan alternatif strategi penanganan terhadap risiko produksi yang dihadapi oleh peternak mandiri, yang sebelumnya telah dilakukan identifikasi terhadap sumber-sumber risiko yang dihadapi oleh peternak mandiri. Sama halnya pula dengan peternak mitra dalam penentuan alternatif strategi ini ditentukan berdasarkan posisi masing-masing sumber risiko produksi pada peta risiko yang telah dibuat sebelumnya. Untuk strategi penanganan risiko pun dibedakan menjadi dua yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Uraian strategi penanganan risiko produksi ayam broiler pada peternakan mandiri, baik preventif maupun mitigasi yang diusulkan kepada peternak ayam broiler mandiri adalah sebagai berikut : 1. Strategi preventif Strategi preventif digunakan untuk menangani sumber risiko produksi ayam broiler yang terletak pada kuadran I agar bergeser ke kuadran III dan sumber risiko produksi yang terletak pada kuadran II agar bergeser ke kuadran IV. Pada kuadran I tidak terdapat adanya sumber risiko yang dialami oleh peternak mandiri sedangkan pada kuadran II terdapat dua sumber risiko yaitu penyakit dan perubahan suhu ayam. Usulan strategi preventif untuk menangani kedua sumber risiko produksi tersebut adalah : a. Sumber risiko predator Sumber risiko terhadap serangan predator merupakan sumber risiko yang tidak dapat dihindari oleh peternak, mengingat lokasi peternakan ayam broiler mandiri ini berada di dekat persawahan dan hutan. Hewan pemangsa seperti kucing dan musang merupakan hewan yang biasa menyerang terutama pada saat DOC berusia 4-5 hari. Selain itu, kurangnya pengamanan di sekeliling kandang menyebabkan hewan predator mudah untuk masuk ke dalam kandang. Mengingat kurangnya sistem penjagaan pada kandang, menurut Bapak Agus Miharja,S.Pt selaku penyuluh dari Dinas Peternakan menyarankan kepada peternak untuk melakukan salah satu upaya biosecurity yaitu isolasi. Isolasi yang
90
dilakukan adalah dengan menutup celah kecil yang memungkinkan hewan predator dapat masuk ke dalam kandang. Usahakan pada dinding kandang dan pintu kandang tidak ada celah sedikitpun, sehingga hewan predator tidak mudah masuk. Usulan strategi preventif diatas diharapkan dapat mengurangi probabilitas sumber risiko predator yang dihadapi oleh peternak mandiri. Sehingga sumber risiko produksi karena predator diharapkan dapat bergeser ke kuadran III, sehingga peluang terjadinya sumber risiko predator ini dapat berkurang. b. Sumber risiko penyakit Penyakit yang biasa menyerang peternakan ayam broiler mandiri ini sama dengan penyakit yang menyerang pada pertanakan ayam broiler bermitra, yaitu penyakit ngorok/CRD, Newcastle Disease (ND) dan gumboro. Akan tetapi karena peternak mandiri tersebut kurang begitu memahami gejala-gejala penyakit yang biasa dialami oleh ayam broiler maka tingkat kematian pada ayam sangat tinggi dan menimbulkan dampak yang besar bagi produksi ayam broiler tersebut. Penyakit biasanya timbul tidak hanya dari ketahanan tubuh fisik ayam yang lemah saja, tetapi dapat pula dilihat dari kondisi lingkungan sekitar kandang yang tidak bersih/steril, sehingga menimbulkan mudahnya bakteri untuk berkembang. Mengingat penularan penyakit pada ayam broiler ini cukup mudah untuk menular, maka menurut Ibu Yeni Marlina,SST selaku Kepala UPTD Peternakan, menjelaskan bahwa strategi yang dapat dilakukan untuk menangani sumber risiko karena penyakit ialah melakukan Biosecurity. Biosecurity merupakan serangkaian program kebijakan yang dilakukan oleh peternak meliputi isolasi, pengendalian lalu lintas pekerja dan tamu serta sanitasi kandang. Isolasi merupakan cara untuk menjauhkan ayam dari sumber penyakit. Pengendalian lalu lintas pekerja atau tamu dapat dilakukan dengan cara membatasi keluar masuk orang atau kendaraan ke dalam lokasi kandang, terutama jika berasal dari kandang lain yang belum jelas identitasnya sakit atau tidak. Sedangkan sanitasi dapat dilakukan dengan menjaga dan mengelola kebersihan kandang, desinfeksi kandang, orang maupun kendaraan yang masuk dalam area peternakan. Usulan strategi preventif diatas diharapkan dapat mengurangi probabilitas sumber risiko penyakit yang dihadapi oleh peternak mandiri. Sehingga sumber risiko produksi karena penyakit diharapkan dapat bergeser ke kuadran IV, sehingga peluang terjadinya sumber risiko penyakit ini dapat berkurang. c. Sumber risiko perubahan suhu ayam. Perubahan cuaca yang tidak menentu merupakan suatu sumber risiko yang tidak dapat dihindarkan oleh semua peternak. Hal ini disebabkan faktor cuaca merupakan faktor alam yang sifatnya tidak menentu. Akibat dari adanya perubahan cuaca yang cukup ekstrim membuat suhu dalam kandang menjadi tidak menentu, dan ayam seringkali kesulitan untuk membutuhkan suhu normal. Untuk itu diperlukan strategi yang harus dilakukan untuk menangani sumber risiko cuaca. Menurut Ibu Yeni Marlina,SST selaku Kepala UPTD Peternakan, pengaturan paling penting untuk menangani sumber risiko perubahan cuaca adalah sistem ventilasi pada kandang, dan sistem pembukaan tirai yang baik, dimana pada saat DOC berumur 1-14 hari tirai harus dalam keadaan tertutup serta suhu alat pemanas harus hangat, dan ketika DOC sudah berumur diatas 15 hari
91
maka tirai mulai dibuka, kemudian suhu dalam kandang dapat diturunkan. Diharapkan dengan adanya usulan strategi preventif tersebut, sumber risiko perubahan cuaca dapat bergesar ke kuadran IV, sehingga peluang terjadinya risiko ini akan kecil. Berdasarkan penjelasan di atas, maka usulan strategi preventif dalam menangani sumber risiko perubahan cuaca, penyakit dan predator dapat dilihat pada gambar 14. Probabilitas (%) Besar 1. Melakukan isolasi dengan cara menutup celah kecil pada kandang.
20
1. Melakukan Biosecurity 2. Melakukan pengaturan pembukaan ventilasi, serta pengaturan tirai dengan benar.
Kecil Kecil
3 000 000
Besar Dampak(Rp)
Gambar 14 Penanganan risiko produksi dengan strategi preventif Berdasarkan gambar 14, adanya usulan strategi preventif ini diharapkan dapat mengurangi probabilitas terjadinya risiko yang dihadapi oleh peternak mandiri. Sehingga sumber risiko yang terjadi pada kuadran I dapat bergerak ke kuadran III, begitupun dengan sumber risko dari kuadran II dapat bergerak ke kuadran IV (dari kuadran atas ke kuadran bawah). 2. Strategi mitigasi Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan sumber risiko produksi ayam broiler yang terletak pada kuadran II dan kuadran IV agar bergeser ke kuadran I dan kuadran III. Pada kuadran II terdapat sumber risiko produksi yang dialami oleh peternak mandiri yaitu sumber risiko penyakit dan sumber risiko perubahan suhu ayam. Sedangkan pada kuadran IV tidak terdapat sumber risiko produksi yang harus dialami oleh peternak mandiri. Oleh karena itu strategi mitigasi yang diusulkan hanya untuk mengatasi sumber risiko yang terdapat pada kuadran II. Untuk itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dilapang, maka usulan strategi mitigasi yang digunakan bagi kedua sumber risiko produksi tersebut menurut peneliti sebaiknya peternak mandiri melakukan pengalihan risiko dengan cara melakukan kemitraan bersama perusahaan lain, hal ini senada dengan saran yang diusulkan oleh Kepala UPTD Peternakan yaitu Ibu Yeni Marlina,SST. Pola kemitraan yang dilakukan pada usaha peternakan ayam broiler selalu memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Pola kemitraan yang banyak dilakukan dalam peternakan ayam broiler adalah pola inti plasma. (Direktorat Pengembangan Usaha Deptan,2002).
92
Hal ini dilakukan mengingat kemungkinan dan dampak yang diperoleh dari dua sumber risiko pada peternak mandiri sangat besar. Peternak mandiri tidak mempunyai pengawas lapang untuk memberikan arahan bagaimana tata cara pengelolaan produksi ayam broiler dengan baik, hanya mengandalkan pengalaman dari periode sebelumnya saja. Akan tetapi hal ini berbeda jika peternak mandiri melakukan kegiatan kemitraan dengan perusahaan tertentu. Pola inti plasma banyak digunakan dalam usaha peternakan khususnya ayam broiler (Suharno,2002). Hubungan kemitraan dalam pola ini terjadi antara perusahaan mitra dengan kelompok mitra. Perusahaan mitra dan kelompok mitra memiliki kegiatan yang berbeda-beda. Kegiatan dari perusahaan mitra adalah : a. Memberi bimbingan teknis dan pembinaan manajemen kepada plasma b. Menampung dan membeli hasil produksi c. Memberikan pelayanan kepada peternak plasma berupa modal/kredit, sarana produksi dan teknologi. Kegiatan dari kelompok mitra/peternak plasma adalah : a. Menjual hasil produksi kepada perusahaan inti b. Memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai persyaratan yang telah disepakati dalam kontrak. c. Mengelola seluruh kegiatan produksinya sampai panen. Dengan melakukan kegiatan pola inti plasma maka peternak mandiri akan mendapat arahan dari pihak perusahaan bagaimana cara pengelolaan produksi ayam broiler yang benar, termasuk mengatasi sejumlah penyakit yang biasa menyerang ayam broiler dan mengatasi sumber risiko perubahan cuaca. Sehingga kemungkinan dan dampak yang harus ditanggung oleh peternak dapat diminimalisir dan risiko produksi yang terjadi selama proses produksi berlangsung tidak harus ditanggung oleh peternak sendiri melainkan oleh kedua belah pihak yaitu peternak dan perusahaan. Usulan strategi mitigasi tersebut dapat dilihat pada gambar 15. Probabilitas (%)
Besar
1. Melakukan kerjasama dengan perusahaan inti, menggunakan pola sistem inti-plasma.
20
Kecil
Kecil
3 000 000
Besar
Dampak (Rp)
Gambar 15 Penanganan risiko produksi dengan strategi mitigasi
93
Berdasarkan gambar 15, adanya usulan dari strategi mitigasi ini diharapkan dapat mengatasi sumber risiko produksi yang disebabkan oleh penyakit dan perubahan suhu ayam. Strategi yang diusulkan untuk mengatasi sumber risiko produksi peternakan mandiri lebih mengutamakan sumber risiko penyakit dan perubahan suhu ayam, karena kedua sumber risiko tersebut mempunyai probabilitas dan dampak yang besar terhadap peternak. Sedangkan untuk sumber risiko karena kualitas DOC kurang baik, memiliki probabilitas serta dampak yang kecil. Hal ini disebabkan peternak kerap turun langsung ke kandang untuk melakukan pengontrolan dan kegiatan produksi, dimulai dari pemilihan jenis DOC yang dibudidayakan hingga penjagaan DOC selama proses produksi berlangsung. Akan tetapi peternak mandiri tetap harus memperhatikan segala bentuk sumber risiko tersebut dengan baik dan tetap melakukan pencegahan agar sumber risiko yang terdapat pada kuadran III tidak menjadi sumber risiko yang kemungkinan menimbulkan dampak yang besar. Karena pada dasarnya segala bentuk sumber risiko harus dapat dicegah sebelum memberikan kerugian bagi pelaku usaha.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian pada risiko produksi peternakan ayam broiler yang melakukan mitra dengan PT.Berkah Mitra Sejahtera dan peternakan ayam broiler mandiri di Kabupaten Serang adalah sebagai berikut : 1. Terdapat empat macam sumber risiko yang mempengaruhi produksi peternakan ayam broiler bermitra dan mandiri. Sumber risiko produksi tersebut diantaranya : penyakit, perubahan suhu ayam, kualitas DOC kurang baik serta predator. 2. Dari ketiga peternakan mitra, sumber risiko karena penyakit menimbulkan probabilitas dan dampak paling besar, sedangkan sumber risiko karena predator menimbulkan probabilitas dan dampak paling kecil, dengan tingkat probabilitas pada masing-masing sumber risiko setiap peternak berbeda-beda. Sedangkan untuk peternakan mandiri, sumber risiko penyakit menimbulkan probabilitas dan dampak paling besar, sedangkan sumber risiko yang menimbulkan probabilitas dan dampak paling kecil adalah sumber risiko karena kualitas DOC kurang baik. 3. Berdasarkan hasil uji-t dengan dua pola peternakan, menggunakan perhitungan kematian pada masing-masing sumber risiko menunjukkan peternak mitra memiliki risiko produksi paling besar dibandingkan peternak mandiri. Hal ini dikarenakan semua sumber risiko memiliki nilai p-value > = 0.05, sehingga tidak tolak Ho.Besarnya risiko produksi tersebut dapat disebabkan oleh ketergantungan peternak mitra terhadap perusahaan inti serta faktor sumber daya manusia yang kurang kompeten dalam mengelola peternakan.
94
4. Alternatif strategi yang diusulkan kepada pihak perusahaan Berkah Mitra Sejahtera (BMS) dan peternak mandiri terhadap penanganan sumbersumber risiko yang dihadapi meliputi strategi preventif dan strategi mitigasi. Saran 1. Perusahaan inti sebaiknya lebih memperhatikan kembali kualitas DOC sebelum diberikan kepada peternak bermitra serta selalu mengadakan pelatihan terlebih dahulu kepada peternak dan anak kandang dalam hal perawatan DOC, pemberian pakan, cara yang baik dalam pemberian vaksin hingga pentingnya menjaga kebersihan lingkungan kandang, agar kualitas ayam broiler yang dihasilkan sesuai dengan keinginan konsumen. 2. Untuk peternak mandiri sebaiknya membuat kelompok tani peternakan ayam broiler mandiri, agar dapat saling bertukar informasi khususnya terkait sumber risiko penyakit. Selain itu diperlukan adanya penyuluhan minimal setiap 1 bulan 1 kali, agar peternak mampu melakukan kegiatan produksi sesuai dengan aturan yang ditetapkan. 3. Bagi calon peternak yang mempunyai modal serta pengalaman sedikit dalam melakukan bisnis peternakan ayam broiler, sebaiknya dilakukan dengan pola kemitraan untuk meminimalkan risiko yang terjadi selama proses produksi berlangsung. Namun jika calon peternak tersebut sudah mempunyai keahlian dan wawasan yang mendalam mengenai usaha peternakan ayam broiler serta memiliki modal besar sebaiknya dilakukan dengan pola mandiri, agar keuntungan yang didapat menjadi lebih besar. 4. Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya ditambah pula dengan analisis risiko harga.Untuk mengetahui seberapa besar fluktuasi harga yang terjadi pada usaha peternakan ayam broiler pola kemitraan dan pola mandiri.
DAFTAR PUSTAKA Aziz A.F. 2009. Analisis Risiko Dalam Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kec.Tenjo, Kab.Bogor). [Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Amelia R. 2012. Analisis Risiko Produksi Ayam Broiler Pada Peternakan Bapak Maulid Di Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Bukit Baru Kota Palembang. [Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Anandra RA.2010.Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Di Kabupaten Magelang. [Skripsi]. Semarang (ID) : Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro Semarang.
95
Arwita P. 2013. Analisis Risiko Usaha Peternakan Ayam Broiler Dengan Pola Kemitraan Dan Mandiri Di Kota Sawahlunto/Kab.Sijunjung. [Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang. 2014. Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak di Kabupaten Serang Tahun 2009 – 2012. [internet]. [Waktu dan tempat tidak diketahui].Serang (ID) : Badan Pusat Statistik.[di unduh pada Desember 2014].Tersedia pada: http://serangkab.bps.go.id/index.php?hal=tabel&id=20. Diakses pada tanggal 25 September 2014, 11:02. Cahyono B. 2001. Ayam Buras Pedaging.Jakarta (ID ) : Penebar Swadaya. Christopher EJH, Bagus. 2011. 28 Hari Panen Ayam Broiler. Jakarta (ID) : Agromedia Pustaka. [DITJENNAK] Direktorat Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan. 2014. Produksi Nasional dan Perkembangan Produksi Daging, Telur dan Susu Tahun 2006 – 2013. [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Jakarta (ID) : Ditjennak.[di unduh pada Desember 2014]. Tersedia pada:http://www.ditjennak.pertanian.go.id (Tanggal akses : 18 September 2014 12:05). Dinas Peternakan Propinsi Banten. 2014. Data Populasi Ternak Ayam (ekor) Tahun 2009-2013 di Propinsi Banten.Banten (ID) : Dinas Peternakan Propinsi Banten. Ekasari ZK, Muhammad Y, Muh.AS. 2007. Analisis Usaha Peternakan Ayam Broiler. Vol.3(1) : 130-133. Fahmi I. 2010. Manajemen Risiko Teori, Kasus dan Solusi. Bandung (ID) : Alfabeta,cv. Hanafi MM. 2009. Manajemen Risiko. Yogyakarta (ID) : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Husbandry. 2010. Manfaat Daging, Telur dan Susu. [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Jakarta (ID) : Wordpress.[diacu pada Agustus 2010]. Tersedia dari: https://jiwocore.wordpress.com/2010/08/25/manfaat-daging-telur-susu/ (Tanggal akses : 19 Desember 2014 20:54). Iriani N. 2005. Hasil Analisis Protein Pada Proses Destruksi Dengan Atau Tanpa Penambahan Kalium Sulfa. Vol.(tidak diketahui). Kountur R. 2004. Manajemen Risiko Operasional. Jakarta (ID) : CV.Teruna Grafica. Kountur R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta (ID) : CV.Teruna Grafica. [PUSDATIN DEPTAN RI] Pusat Data dan Informasi Departemen Pertanian Republik Indonesia.2014.Basis Data Konsumsi Pangan.[internet].[Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui].Jakarta (ID) : Pusdatin,Deptan RI.[di unduh Desember 2014]. Tersedia pada.: http://aplikasi2.pertanian.go.id/konsumsi/tampil_susenas.php. Diakses pada tanggal 20 Desember 2014,20:3. Maulana LM.2008.Analisis Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan Inti-Plasma (Studi Kasus Peternak Plasma dari Tunas Mekar Farm di Kecamatan Nanggung Kab.Bogor,Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
96
Nugraha IS. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler (Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler Pada CV Dramaga Unggas Farm Kabupaten Bogor). [Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pinto B. 2011. Analisis Risiko Produksi pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Simanjuntak R. 2013. Risiko Produksi Ayam Ras Pedaging Pada Peternakan di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat[Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Solihin M. 2009. Risiko Produksi Dan Harga Serta Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Peternakan Ayam Broiler CV AB Farm Kecamatan Bojonggenteng-Sukabumi.[Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Ekonomi dan Manajemen,Institut Pertanian Bogor. Sudaryani T. 2003. Teknik Vaksinasi & Pengendalian Penyakit Ayam.Jakarta (ID) : Penebar Swadaya. Tamalluddin F. 2012. Ayam Broiler,22 Hari Panen Lebih Untung. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya.. Yulianti F. 2012. Kajian Analisis Pola Usaha Pengembangan Ayam Broiler Di Kota Banjarbaru. Vol 4(1): 65-72.
97
LAMPIRAN
206 858
9 669 410
Kab.Lebak
Kab.Pandeglang
Kota Tangerang
Kota Serang
Kota Cilegon
Kota Tangsel
TOTAL
3
4
5
6
7
8
31 887 018
1 260 497
136 151
4 298 810
89 108
1 158 630
1 464 604
1 600 822
21 878 396
2009 Ayam Broiler
4 803 579
207 300
2 487
647 729
31 977
000 000
000 000
663 918
3 250 168
Ayam Petelur
9 784 326
1 680
127 712
460 482
84 016
2 261 759
1 831 286
1 574 364
3 443 027
Ayam Buras
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten, 2014
121 712
360 131
94 559
2 281 609
1 795 102
1 427 922
Kab.Serang
3 375 517
Kab.Tangerang
Ayam Buras
2
Kabupaten/Kota
1
No
41 146 851
2 386 500
243 068
6 142 225
25 000
5 826 170
1 976 762
1 636 810
22 900 316
2010 Ayam Broiler
5 344 080
239 600
000 000
786 944
5 200
000 000
600
1 509 389
2 802 347
Ayam Petelur
Lampiran 1 Data populasi ternak ayam (ekor) di Propinsi Banten Tahun 2009-2013
10 026 124
173 158
39 622
509 463
136 430
2 334 827
2 046 561
1 790 629
2 995 494
Ayam Buras
52 272 333
000 000
18 548
5 895 040
60 000
6 122 555
9 747 490
8 605 000
21 823 700
2011 Ayam Broiler
Tahun
5 373 215
332 500
15
725 982
18 000
000 000
54 655
1 284 629
2 957 434
Ayam Petelur
9 492 178
16 381
508 654
42 067
113 458
1 800 264
2 724 983
1 942 589
2 343 782
Ayam Buras
54 151 644
222 473
5 074 284
10 956
1 348 000
8 800 000
20 426 720
11 039 256
7 229 955
2012 Ayam Broiler
5 036 716
45 480
623 176
168
60 000
1 206 519
2 945 804
155 569
000 000
Ayam Petelur
3 693 522
44 637
42 676
507 845
136 359
2 352 737
2 139 026
1 866 022
2 603 620
Ayam Buras
61 230 844
7 463 565
672 100
5 049 407
157 100
8 555 390
11 977 289
3 140 273
18 215 720
2013 Ayam Broiler
4 961 958
49 870
77
520 320
000 000
000 000
160 012
1 139 435
3 092 244
Ayam Petelur
98
Keterangan:
Anak Kandang (Maun)
Anak Kandang (Odik) Anak Kandang (Hamdan)
Pemilik Peternakan (Bpk.Hajiji)
Anak Kandang Ibu Elis (istri)
Menunjukkan alur perintah
Pemilik Peternakan (Ibu Lisda)
Lampiran 2 Gambar struktur organisasi ketiga peternak mitra
Menununjukkan alur koordinasi
Tidak Ada Anak Kandang
Pemilik Kandang (Bpk.Marfu)
Pengawas Lapang/Technical Service (PT.BMS)
Perusahaan Inti (PT.BMS)
99
100
Lampiran 3 Kontrak peternakan ayam broiler bermitra dengan PT.Berkah Mitra Sejahtera
DOKUMENTASI
101
DOKUMENTASI Peternakan ayam broiler bermitra
Kandang Peternakan Ibu Lisda
DOC mati karena stress
Kandang Peternakan Bpk.Hajiji
DOC mati karena penyakit Newcastle Disease (ND)
Kandang Peternakan Bpk.Marfu
DOC mati karena penyakit Chronic
Respiratory Disease (CRD)
Kondisi kaki ayam terjepit
DOC kualitas kurang baik
Penurunan sekam Di hari ke-14
102
Jenis Pakan, Obat-Obatan & Vitamin
Jenis pakan 511-L
Obat Septocid
Obat desinfektan
Obat antibiotik
Obat antibiotik
Obat Multivitamin
103
Peternakan ayam broiler mandiri
Ayam broiler Peternak mandiri
Alat pemanas Peternak mandiri
Jenis vitamin Peternak mandiri
Kondisi DOC kurang baik Ayam terkena penyakit
Kondisi lingkungan Peternakan mandiri
Chronic Respiratory Disease (CRD)
Obat Vita Chik & Vita Stress
Jenis Pakan Starter
Vaksin Gumboro
Brooder Peternak Mandiri
Bahan baku alat pemanas
104
Lampiran 4 Analisis probabilitas sumber risiko pada peternakan Ibu Lisda 4.a Analisis probabilitas sumber risiko penyakit Periode Waktu Kehilangan 1 24 Juli-23 Agustus 2013 447 2 03 Oktober-02 November 2013 276 3 11 Januari-11 Februari 2014 517 4 10 Maret-10 April 2014 192 5 26 April-29 Mei 2014 523 6 14 Agustus - 17 September 2014 289 7 24 Oktober-23 November 2014 278 Total 2522 Rata-Rata 630.5 Standar Deviasi 132.810 Batas Normal 700 Nilai Z-Score 0.52 Tabel Z 0.302 Probabilitas 30.20% Lampiran 4.b Analisis probabilitas sumber risiko perubahan suhu ayam pada peternakan ayam broiler Ibu Lisda (lanjutan) Periode Waktu Kehilangan 1 24 Juli-23 Agustus 2013 432 2 03 Oktober-02 November 2013 210 3 11 Januari-11 Februari 2014 578 4 10 Maret-10 April 2014 142 5 26 April-29 Mei 2014 381 6 14 Agustus - 17 September 2014 35 7 24 Oktober-23 November 2014 49 Total 1827 Rata-Rata 261 Standar Deviasi 206.927 Batas Normal 420 Nilai Z-Score 0.76 Tabel Z 0.224 Probabilitas 22.40%
105
Lampiran 4.c Analisis probabilitas sumber risiko kualitas DOC kurang baik pada peternakan ayam broiler Ibu Lisda (lanjutan) Periode Waktu Kehilangan 1 24 Juli-23 Agustus 2013 196 2 03 Oktober-02 November 2013 20 3 11 Januari-11 Februari 2014 92 4 10 Maret-10 April 2014 14 5 26 April-29 Mei 2014 90 6 14 Agustus - 17 September 2014 10 7 24 Oktober-23 November 2014 12 Total 434 Rata-Rata 62 Standar Deviasi 69.417 Batas Normal 120 Nilai Z-Score 0.83 Tabel Z 0.203 Probabilitas 20.30%
Lampiran 4.d Analisis probabilitas sumber risiko predator pada peternakan ayam broiler Ibu Lisda (lanjutan) Periode Waktu Kehilangan 1 24 Juli-23 Agustus 2013 50 2 03 Oktober-02 November 2013 18 3 11 Januari-11 Februari 2014 26 4 10 Maret-10 April 2014 12 5 26 April-29 Mei 2014 27 6 14 Agustus - 17 September 2014 8 7 24 Oktober-23 November 2014 7 Total 148 Rata-Rata 21.143 Standar Deviasi 15.038 Batas Normal 40 Nilai Z-Score 1.25 Tabel Z 0.106 Probabilitas 10.60%
106
Lampiran 5 Analisis probabilitas sumber risiko pada peternakan Bapak Hajiji 5.a Analisis probabilitas sumber risiko penyakit Periode Waktu Kehilangan 1 22 April-24 Mei 2013 524 2 21 Agustus-22 September 2013 813 3 18 Oktober-17 November 2013 82 4 27 Februari-01 Maret 2014 275 5 24 Mei-25 Juni 2014 852 6 22 Agustus-25 September 2014 289 7 25 Oktober-24 November 2014 332 Total 3167 Rata-Rata 452.4285714 Standar Deviasi 290.0292268 Batas Normal 400 Nilai Z-Score -0.18 Tabel Z 0.429 Probabilitas 42.90%
Lampiran 5.b Analisis probabilitas sumber risiko perubahan suhu ayam pada peternakan ayam broiler Bapak Hajiji (lanjutan) Periode Waktu Kehilangan 1 22 April-24 Mei 2013 354 2 21 Agustus-22 September 2013 286 3 18 Oktober-17 November 2013 27 4 27 Februari-01 April 2014 28 5 24 Mei-25 Juni 2014 488 6 22 Agustus-25 September 2014 128 7 25 Oktober-24 November 2014 189 Total 1500 Rata-Rata 214.2857143 Standar Deviasi 171.97162 Batas Normal 150 Nilai Z-Score -0.37 Tabel Z 0.356 Probabilitas 35.60%
107
Lampiran 5.c Analisis probabilitas sumber risiko kualitas DOC kurang baik pada peternakan ayam broiler Bapak Hajiji (lanjutan) Periode Waktu Kehilangan 1 22 April-24 Mei 2013 285 2 21 Agustus-22 September 2013 87 3 18 Oktober-17 November 2013 9 4 27 Februari-01 Maret 2014 10 5 24 Mei-25 Juni 2014 297 6 22 Agustus-25 September 2014 37 7 25 Oktober-24 November 2014 20 Total 745 Rata-Rata 106.4285714 Standar Deviasi 128.8821906 Batas Normal 200 Nilai Z-Score 0.72 Tabel Z 0.236 Probabilitas 23.60%
Lampiran 5.d Analisis probabilitas sumber risiko predator pada peternakan ayam broiler Bapak Hajiji Periode Waktu Kehilangan 1 22 April-24 Mei 2013 17 2 21 Agustus-22 September 2013 38 3 18 Oktober-17 November 2013 7 4 27 Februari-01 Maret 2014 3 5 24 Mei-25 Juni 2014 148 6 22 Agustus-25 September 2014 30 7 25 Oktober-24 November 2014 15 Total 258 Rata-Rata 36.85714286 Standar Deviasi 50.51543847 Batas Normal 100 Nilai Z-Score 1.24 Tabel Z 0.107 Probabilitas 10.70%
108
Lampiran 6 Analisis probabilitas sumber risiko pada peternakan Bapak Marfu 6.a Analisis probabilitas sumber risiko penyakit Periode Waktu Kehilangan 1 01Mei-29 Mei 2013 163 2 20 September-24 Oktober 2013 116 3 18 Januari-18 Februari 2014 233 4 13 Maret-16 April 2014 284 5 02 Mei-01 Juni 2014 100 6 12 Juni-14 Juli 2014 205 7 03 Oktober-05 November 2014 264 Total 1365 Rata-Rata 341.25 Standar Deviasi 71.3161973 Batas Normal 350 Nilai Z-Score 0.12 Tabel Z 0.452 Probabilitas 45.20%
Lampiran 6.b Analisis probabilitas sumber risiko perubahan suhu ayam pada peternakan Bapak Marfu (lanjutan) Periode Waktu Kehilangan 1 01Mei-29 Mei 2013 88 2 20 September-24 Oktober 2013 76 3 18 Januari-18 Februari 2014 186 4 13 Maret-16 April 2014 167 5 02 Mei-01 Juni 2014 82 6 12 Juni-14 Juli 2014 167 7 03 Oktober-05 November 2014 175 Total 941 Rata-Rata 134.428571 Standar Deviasi 49.5743789 Batas Normal 150 Nilai Z-Score 0.31 Tabel Z 0.378 Probabilitas 37.80%
109
Lampiran 6.c Analisis probabilitas sumber risiko kualitas DOC kurang baik pada peternakan ayam broiler Bapak Marfu (lanjutan) Periode Waktu Kehilangan 1 01Mei-29 Mei 2013 52 2 20 September-24 Oktober 2013 29 3 18 Januari-18 Februari 2014 27 4 13 Maret-16 April 2014 87 5 02 Mei-01 Juni 2014 12 6 12 Juni-14 Juli 2014 25 7 03 Oktober-05 November 2014 53 Total 285 Rata-Rata 40.7142857 Standar Deviasi 25.2237605 Batas Normal 55 Nilai Z-Score 0.56 Tabel Z 0.288 Probabilitas 28.80%
Lampiran 6.d Analisis probabilitas sumber risiko predator pada peternakan ayam broiler Bapak Marfu Periode Waktu Kehilangan 1 01Mei-29 Mei 2013 23 2 20 September-24 Oktober 2013 11 3 18 Januari-18 Februari 2014 20 4 13 Maret-16 April 2014 30 5 02 Mei-01 Juni 2014 6 6 12 Juni-14 Juli 2014 13 7 03 Oktober-05 November 2014 36 Total 139 Rata-Rata 19.8571429 Standar Deviasi 10.730464 Batas Normal 30 Nilai Z-Score 0.94 Tabel Z 0.174 Probabilitas 17.40%
110
Lampiran 7 Analisis probabilitas sumber risiko pada peternakan ayam broiler mandiri 7.a Analisis probabilitas sumber risiko penyakit Periode Waktu Kehilangan 1 29Mei-30Juni 2013 223 2 19 Agustus-20 September 2013 157 3 24 November-25 Desember 2013 288 4 01Februari-02 Maret 2014 301 5 13 Mei - 14 Juni 2014 397 6 20 Agustus-21 September 2014 188 7 03 November - 08 Desember 2014 922 Total 2476 Rata-rata 353.714286 Standar Deviasi 263.047343 Batas normal 355 Nilai Z-Score 0.00 Pada Tabel Z 0.5 Probabilitas 50.00% Lampiran 7.b Analisis probabilitas sumber risiko perubahan suhu ayam peternakan ayam broiler mandiri (lanjutan) Periode Waktu Kehilangan 1 29Mei-30Juni 2013 137 2 19 Agustus-20 September 2013 44 3 24 November-25 Desember 2013 87 4 01Februari-02 Maret 2014 155 5 13 Mei - 14 Juni 2014 243 6 20 Agustus-21 September 2014 37 7 03 November - 08 Desember 2014 286 Total 989 Rata-rata 141.285714 Standar Deviasi 95.5522794 Batas normal 150 Nilai Z-Score 0.09 Pada Tabel Z 0.464 Probabilitas 46.40%
111
Lampiran 7.c Analisis probabilitas sumber risiko predator peternakan ayam broiler mandiri (lanjutan) Periode Waktu Kehilangan 1 29Mei-30Juni 2013 65 2 19 Agustus-20 September 2013 14 3 24 November-25 Desember 2013 22 4 01Februari-02 Maret 2014 46 5 13 Mei - 14 Juni 2014 38 6 20 Agustus-21 September 2014 18 7 03 November - 08 Desember 2014 68 Total 271 Rata-rata 38.71428571 Standar Deviasi 22.06591856 Batas normal 55 Nilai Z-Score 0.73 Pada Tabel Z 0.233 Probabilitas 23.30%
Lampiran 7.d Analisis probabilitas sumber risiko kualitas DOC kurang baik peternakan ayam broiler mandiri (lanjutan) Periode Waktu Kehilangan 1 29Mei-30Juni 2013 24 2 19 Agustus-20 September 2013 11 3 24 November-25 Desember 2013 11 4 01Februari-02 Maret 2014 38 5 13 Mei - 14 Juni 2014 23 6 20 Agustus-21 September 2014 7 7 03 November - 08 Desember 2014 26 Total 140 Rata-rata 20 Standar Deviasi 10.92398 Batas normal 30 Nilai Z-Score 0.91 Pada Tabel Z 0.181 Probabilitas 18.10%
112
Lampiran 8 Analisis dampak sumber risiko produksi peternakan Ibu Lisda 8.a Analisis dampak sumber risiko penyakit Kehilangan produksi Harga Periode Waktu Kerugian ayam jual broiler 1 24 Juli-23 Agustus 2013 447 17,725 7 923 075 2 03 Oktober-02 November 2013 276 17,527 4 837 452 3 11 Januari-11 Februari 2014 517 17,329 8 959 093 4 10 Maret-10 April 2014 192 17,489 3 357 888 5 26 April-29 Mei 2014 523 17,695 9 254 485 6 14 Agustus-17 September 2014 289 17,687 5 111 543 7 24 Oktober-23 November 2014 278 17,868 4 967 304 Total 44 410 840 Rata-rata 6 344 406 Standar Deviasi 2 323 930 Nilai Z (α = 5%) 1.645 VaR 10 289 050
Lampiran 8.b Analisis dampak sumber risiko perubahan suhu ayam pada peternakan ayam broiler Ibu Lisda (lanjutan) Kehilangan produksi Harga Periode Waktu Kerugian ayam jual broiler 1 24 Juli-23 Agustus 2013 432 17,725 7 657 200 2 03 Oktober-02 November 2013 210 17,527 3 680 670 3 11 Januari-11 Februari 2014 578 17,329 10 016 162 4 10 Maret-10 April 2014 142 17,489 2 483 438 5 26 April-29 Mei 2014 381 17,695 6 741 795 6 14 Agustus - 17 September 2014 35 17,687 619 045 7 24 Oktober-23 November 2014 49 17,868 875 532 Total 32 073 842 Rata-rata 4 581 977 Standar Deviasi 3 612 731 Nilai Z (α = 5%) 1.645 VaR 7 430 829
113
Lampiran 8.c Analisis dampak sumber risiko kualitas DOC kurang baik peternakan ayam broiler Ibu Lisda (lanjutan) Kehilangan produksi Harga Periode Waktu ayam jual broiler 1 24 Juli-23 Agustus 2013 196 17,725 2 03 Oktober-02 November 2013 20 17,527 3 11 Januari-11 Februari 2014 92 17,329 4 10 Maret-10 April 2014 14 17,489 5 26 April-29 Mei 2014 90 17,695 6 14 Agustus - 17 September 2014 10 17,687 7 24 Oktober-23 November 2014 12 17,868 Total Rata-rata Standar Deviasi Nilai Z (α = 5%) VaR
Lampiran 8.d Analisis dampak sumber risiko predator pada broiler Ibu Lisda (lanjutan) Kehilangan produksi Periode Waktu ayam broiler 1 24 Juli - 23 Agustus 2013 50 2 03 Oktober-02 November 2013 18 3 11 Januari-11 Februari 2014 26 4 10 Maret-10 April 2014 12 5 26 April-29 Mei 2014 27 6 14 Agustus - 17 September 2014 8 7 24 Oktober-23 November 2014 7 Total Rata-rata Standar Deviasi Nilai Z (α = 5%) VaR
pada
Kerugian 3 474 100 350 540 1 594 268 244 846 1 592 550 176 870 214 416 7 647 590 1 092 513 1 228 296 1.645 1 771 784
peternakan ayam
Harga jual 17,725 17,527 17,329 17,489 17,695 17,687 17,868
Kerugian 886 250 315 486 450 554 209 868 477 765 141 496 125 076 2 606 495 372 356 266 268 1.645 603 869
114
Lampiran 9 Analisis dampak sumber risiko produksi peternakan Bapak Hajiji 9.a Analisis dampak sumber risiko penyakit Kehilangan produksi Harga Periode Waktu Kerugian ayam jual broiler 1 22 April-24 Mei 2013 524 17,725 9 287 900 2 21 Agustus-22 September 2013 813 17,515 14 239 695 3 18 Oktober-17 November 2013 82 17,305 1 419 010 4 27 Februari-01 April 2014 275 17,095 4 701 125 5 24 Mei-25 Juni 2014 852 17,725 15 101 700 6 22 Agustus-25 September 2014 289 17,719 5 120 791 7 25 Oktober-01 Desember 2014 332 17,929 5 952 428 Total 55 822 649 Rata-rata 7 974 664.14 Standar Deviasi 5 126 670.96 Nilai Z (α = 5%) 1.645 VaR 12 932 924
Lampiran 9.b Analisis dampak sumber risiko perubahan suhu ayam pada peternakan ayam broiler Bapak Hajiji (lanjutan) Kehilangan produksi Harga Periode Waktu Kerugian ayam jual broiler 1 22 April-24 Mei 2013 354 17,725 6 274 650 2 21 Agustus-22 September 2013 286 17,515 5 009 290 3 18 Oktober-17 November 2013 27 17,305 467 235 4 27 Februari-01 April 2014 28 17,095 478 660 5 24 Mei-25 Juni 2014 488 17,725 8 649 800 6 22 Agustus-25 September 2014 128 17,719 2 268 032 7 25 Oktober-01 Desember 2014 189 17,929 3 388 581 Total 26 536 248 Rata-rata 3 790 892.57 Standar Deviasi 3 048 526.09 Nilai Z (α = 5%) 1.645 VaR 6 147 885
115
Lampiran 9.c Analisis dampak sumber risiko kualitas DOC kurang baik pada peternakan ayam broiler Bapak Hajiji (lanjutan) Kehilangan produksi Harga Periode Waktu Kerugian ayam jual broiler 1 22 April-24 Mei 2013 285 17,725 5 051 625 2 21 Agustus-22 September 2013 87 17,515 1 523 805 3 18 Oktober-17 November 2013 9 17,305 155 745 4 27 Februari-01 April 2014 10 17,095 170 950 5 24 Mei-25 Juni 2014 297 17,725 5 264 325 6 22 Agustus-25 September 2014 37 17,719 655 603 7 25 Oktober-01 Desember 2014 20 17,929 358 580 Total 13 180 633 Rata-rata 1 882 947.57 Standar Deviasi 2 285 732.89 Nilai Z (α = 5%) 1.645 VaR 3 053 673
Lampiran 9.d Analisis dampak sumber risiko predator pada peternakan ayam broiler Bapak Hajiji (lanjutan) Kehilangan produksi Harga Periode Waktu Kerugian ayam jual broiler 1 22 April-24 Mei 2013 17 17,725 301 325 2 21 Agustus-22 September 2013 38 17,515 665 570 3 18 Oktober-17 November 2013 7 17,305 121 135 4 27 Februari-01 April 2014 3 17,095 51 285 5 24 Mei-25 Juni 2014 148 17,725 2 623 300 6 22 Agustus-25 September 2014 30 17,719 531 570 7 25 Oktober-01 Desember 2014 15 17,929 268 935 Total 4 563 120 Rata-rata 651 874.286 Standar Deviasi 895 646.788 Nilai Z (α = 5%) 1.645 VaR 1 057 178
116
Lampiran 10 Analisis dampak sumber risiko produksi peternakan Bapak Marfu 10.a Analisis sumber risiko penyakit Kehilangan produksi Harga Periode Waktu Kerugian ayam jual broiler 1 01Mei-29 Mei 2013 163 17,515 2 854 945 2 20 September-24 Oktober 2013 116 17,725 2 056 100 3 18 Januari-18 Februari 2014 233 17,305 4 032 065 4 13 Maret-16 April 2014 284 17,719 5 032 196 5 02 Mei-01 Juni 2014 100 17,095 1 709 500 6 12 Juni-14 Juli 2014 205 17,700 3 628 500 7 03 Oktober-05 November 2014 264 17,536 4 629 504 Total 23 942 810 Rata-rata 3 420 401.4 Standar Deviasi 1 263 954.8 Nilai Z (α = 5%) 1.645 VaR 5 547 041 Lampiran 10.b Analisis dampak sumber risiko perubahan peternakan ayam broiler Bapak Marfu (lanjutan) Kehilangan produksi Periode Waktu ayam broiler 1 01Mei-29 Mei 2013 88 2 20 September-24 Oktober 2013 76 3 18 Januari-18 Februari 2014 186 4 13 Maret-16 April 2014 167 5 02 Mei-01 Juni 2014 82 6 12 Juni-14 Juli 2014 167 7 03 Oktober-05 November 2014 175 Total Rata-rata Standar Deviasi Nilai Z (α = 5%) VaR
suhu ayam pada
Harga jual 17,515 17,725 17,305 17,719 17,095 17,700 17,536
Kerugian 1 541 320 1 347 100 3 218 730 2 959 073 1 401 790 2 955 900 3 068 800 16 492 713 2 356 101.9 872 550.22 1.645 3 821 011
117
Lampiran 10.c Analisis dampak sumber risiko kualitas DOC kurang baik pada peternakan ayam broiler Bapak Marfu (lanjutan) Kehilangan produksi Harga Periode Waktu Kerugian ayam jual broiler 1 01Mei-29 Mei 2013 52 17,515 910 780 2 20 September-24 Oktober 2013 29 17,725 514 025 3 18 Januari-18 Februari 2014 27 17,305 467 235 4 13 Maret-16 April 2014 87 17,719 1 541 553 5 02 Mei-01 Juni 2014 12 17,095 205 140 6 12 Juni-14 Juli 2014 25 17,700 442 500 7 03 Oktober-05 November 2014 53 17,536 929 408 Total 5 010 641 Rata-rata 715 805.86 Standar Deviasi 447 861.18 Nilai Z (α = 5%) 1.645 VaR 1 160 859 Lampiran 10.d Analisis dampak sumber risiko predator pada broiler Bapak Marfu (lanjutan) Kehilangan produksi Periode Waktu ayam broiler 1 01Mei-29 Mei 2013 23 2 20 September-24 Oktober 2013 11 3 18 Januari-18 Februari 2014 20 4 13 Maret-16 April 2014 30 5 02 Mei-01 Juni 2014 6 6 12 Juni-14 Juli 2014 13 7 03 Oktober-05 November 2014 36 Total Rata-rata Standar Deviasi Nilai Z (α = 5%) VaR
peternakan ayam
Harga jual 17,515 17,725 17,305 17,719 17,095 17,700 17,536
Kerugian 402 845 194 975 346 100 531 570 102 570 230 100 631 296 2 439 456 348 493.71 189 084.37 1.645 565 170
118
Lampiran 11 Analisis dampak sumber risiko produksi peternakan ayam broiler mandiri 11.a Analisis dampak risiko sumber risiko penyakit Kehilangan Harga Periode Waktu Produksi Ayam Kerugian Jual Broiler 1 29Mei-30Juni 2013 223 16,500 3 679 500 2 19 Agustus-20 September 2013 157 20,000 3 140 000 3 24 November-25 Desember 2013 288 16,000 4 608 000 4 01Februari-02 Maret 2014 301 15,500 4 665 500 5 13 Mei - 14 Juni 2014 397 19,000 7 543 000 6 20 Agustus-21 September 2014 188 16,500 3 102 000 7 03 November - 08 Desember 2014 922 16,500 15 213 000 Total 41 951 000 Rata-rata 5 993 000 Standar Deviasi 4 338 609 Nilai Z (α = 5%) 1.645 VaR 9 719 157 Lampiran 11.b Analisis dampak risiko sumber risiko perubahan suhu ayam pada peternakan ayam broiler mandiri (lanjutan) Kehilangan Harga Periode Waktu Produksi Ayam Kerugian Jual Broiler 1 29Mei-30Juni 2013 137 16,500 2 260 500 2 19 Astus-20 September 2013 44 20,000 880 000 3 24 November-25 Desember 2013 87 16,000 1 392 000 4 01Februari-02 Maret 2014 155 15,500 2 402 500 5 13 Mei - 14 Juni 2014 243 19,000 4 617 000 6 20 Agustus-21 September 2014 37 16,500 610 500 7 03 November - 08 Desember 2014 286 16,500 4 719 000 Total 16 881 500 Rata-rata 2 411 643 Standar Deviasi 1 675 318 Nilai Z (α = 5%) 1.645 VaR 3 911 086
119
Lampiran 11.c Analisis dampak risiko sumber risiko predator pada peternakan ayam broiler mandiri (lanjutan) Kehilangan Harga Periode Waktu Produksi Kerugian Jual Ayam Broiler 1 29Mei-30Juni 2013 65 16,500 1 072 500 2 19 Agustus-20 September 2013 14 20,000 280 000 3 24 November-25 Desember 2013 22 16,000 352 000 4 01Februari-02 Maret 2014 46 15,500 713 000 5 13 Mei - 14 Juni 2014 38 19,000 722 000 6 20 Agustus-21 September 2014 18 16,500 297 000 7 03 November - 08 Desember 2014 68 16,500 1 122 000 Total 4 558 500 Rata-rata 651 214,3 Standar Deviasi 356 077,2 Nilai Z (α = 5%) 1.645 VaR 1 056 108 Lampiran 11.d Analisis dampak risiko sumber risiko kualitas DOC kurang baik pada peternakan ayam broiler mandiri (lanjutan) Kehilangan Harga Periode Waktu Produksi Kerugian Jual Ayam Broiler 1 29Mei-30Juni 2013 24 16,500 396 000 2 19 Agustus-20 September 2013 11 20,000 220 000 3 24 November-25 Desember 2013 11 16,000 176 000 4 01Februari-02 Maret 2014 38 15,500 589 000 5 13 Mei - 14 Juni 2014 23 19,000 437 000 6 20 Agustus-21 September 2014 7 16,500 115 500 7 03 November - 08 Desember 2014 26 16,500 429 000 Total 2 362 500 Rata-rata 337 500 Standar Deviasi 170352.3 Nilai Z (α = 5%) 1.645 VaR 547 341
120
Lampiran 12 Hasil Uji-T Two-Sample T-Test and CI: Mitra_Perubahan suhu ayam ; Mandiri_Perubahan suhu ayam Two-sample T for Mitra_C vs Mandiri_C N 21 7
Mitra_C Mandiri_C
Mean 203 141,3
SE Mean 35 36
StDev 159 95,6
Difference = mu (Mitra_C) - mu (Mandiri_C) Estimate for difference: 62,0 95% upper bound for difference: 149,1 T-Test of difference = 0 (vs <): T-Value = 1,24
P-Value = 0,883
DF = 17
Two-Sample T-Test and CI: Mitra_Penyakit; Mandiri_Penyakit Two-sample T for Mitra_P vs Mandiri_P
Mitra_P Mandiri_P
N 21 7
Mean 336 354
StDev 210 263
SE Mean 46 99
Difference = mu (Mitra_P) - mu (Mandiri_P) Estimate for difference: -18 95% upper bound for difference: 186 T-Test of difference = 0 (vs <): T-Value = -0,16
P-Value = 0,437
DF = 8
Two-Sample T-Test and CI: Mitra_DOC tidak baik; Mandiri_DOC tidak baik Two-sample T for Mitra_DOC vs Mandiri_DOC Mitra_DOC Mandiri_DOC
N 21 7
Mean 69,7 20,0
StDev 86,1 10,9
SE Mean 19 4,1
Difference = mu (Mitra_DOC) - mu (Mandiri_DOC) Estimate for difference: 49,7 95% upper bound for difference: 82,8 T-Test of difference = 0 (vs <): T-Value = 2,59
P-Value = 0,991
DF = 21
Two-Sample T-Test and CI: Mitra_Predator; Mandiri_Predator Two-sample T for Mitra_Pr vs Mandiri_Pr Mitra_Pr Mandiri_Pr
N 21 7
Mean 26,0 38,7
StDev 30,5 22,1
SE Mean 6,7 8,3
Difference = mu (Mitra_Pr) - mu (Mandiri_Pr) Estimate for difference: -12,8 95% upper bound for difference: 6,0 T-Test of difference = 0 (vs <): T-Value = -1,20 14
P-Value = 0,126
DF =
121
Lampiran 13 Data kematian ayam pada tiap peternak Nama peternak : Ibu Lisda Desa : Cibuah Tanggal masuk DOC : 23 Oktober 2014
Umur (hari) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
TOTAL
Jumlah ayam yang mati (ekor) Perubahan Kualitas DOC Penyakit suhu ayam kurang baik 2 6 1 8 2 8 2 7 3 10 1 2 9 1 11 1 2 5 1 7 2 14 1 6 2 8 2 2 13 8 2 7 3 3 10 2 9 3 18 7 2 11 2 2 8 9 2 11 1 1 8 1 10 2 8 1 5 2 2 7 1 9 2 21
49
278
12
Predator
1
2
1
1
2
7
122
Nama peternak Desa Tanggal masuk DOC
: Bapak Hajiji : Buah Gede : 25 Oktober 2014
Umur ke
Cuaca
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
2 3 4 4 5 4 4 5 6 4 5 4 5 6 4 8 7 10 6 9 8 8 9 11 7 8 10 7 7 9
TOTAL
189
Jumlah ayam yang mati (ekor) Perubahan Kualitas DOC suhu ayam kurang baik 4 6 8 3 4 6 11 4 12 8 10 3 8 14 2 7 18 12 9 19 1 19 9 11 2 18 15 2 12 11 1 11 14 11 15 2 16 8 6
332
20
Predator
1 1
2
1 3
2 2
2
1
15
123
Nama peternak Desa Tanggal masuk DOC Umur (hari)
N a m a p e t e
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Total
: Bapak Marfu : Cisitu,Kampung Kalapa Girang : 03 Oktober 2014
Jumlah ayam yang mati (ekor) Perubahan Kualitas DOC Penyakit suhu ayam kurang baik 3 4 1 3 5 2 4 7 1 3 6 1 5 3 2 7 6 1 6 7 2 4 7 1 5 6 1 7 8 1 4 9 2 5 8 4 5 8 3 5 10 1 7 8 2 4 7 1 3 11 2 4 7 1 5 11 1 7 6 2 6 15 2 5 8 2 6 10 2 8 5 7 10 2 6 7 1 8 9 1 4 11 2 6 7 1 9 15 3 5 6 2 6 7 1 2 6 1 1 4 1
175
264
53
Predator
2 2 2
4 1 1
2 1 2
1 3 2 4 2 3 1 1 2
36
124
Nama peterrnak Desa Tanggal masuk DOC
: Bapak Supriyanto : Sindang Mulya : 03 November 2014 Jumlah ayam mati (ekor)
Umur (hari) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Perubahan suhu ayam 3 4 6 5 3 2 3 5 4 5 8 8 10 12 8 6 10 11 7 14 8 18 10 10 9 11 8 14 13 18 11 8 7 7 4
Total
286
Kualitas DOC kurang baik
Penyakit
Predator
25 25 29 29 26 25 24 10 20 27 28 26 32 27 28 28 25 28 25 29 30 17 33 28 21 17 28 30 25 32 20 28 29 29 39
2 3 2 1 4 1 5 1 2 1 1 2 3 2 5 2 1 2 1 4 1 1 1 2 1 1 1 1 3 2 3 1 3 2
3
922
68
26
2 1 1 1
2
2
3 1
2 2 3
1 1 1
125
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Fani Purwanti, dilahirkan di RangkasbitungLebak pada tanggal 04 Juni 1993. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Drs. Anda Suhanda,M.Si dan Ibu Yanti Sri Heryantini. Penulis mulai mengawali masa studi saat umur 5 tahun pada tahun 1998 – 1999 di TK Nurul Hasanah,Rangkasbitung. Pada tahun 2000 – 2005 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Komplek Kejaksaan,Rangkasbitung Lebak. Pada tahun 2005 – 2008 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 2 Rangkasbitung. Kemudian pada tahun 2008 -2011 penulis menyelesaikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Rangkasbitung. Sekarang penulis sedang menyelesaikan studi untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi di Institut Pertanian Bogor Program Studi Agribisnis. Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agribisnis-IPB melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN-Tulis). Semasa duduk di bangku perkuliahan penulis mengikuti organisasi Himpunan Profesi Hipma, sebagai anggota dan UKM Lises Gentra Kaheman sebagai Sekretaris Umum 2. Penulis juga pernah menjadi pengajar dalam Bina Desa Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB periode 2012-2103. Serta mengikuti berbagai kepanitiaan yang diadakan oleh organisasi Hipma seperti Agribisnis Festival 2012 dan 2013 sebagai staf Divisi Acara Kampanye. Penulis juga pernah mengikuti studi banding di Kasesart University,Thailand. Banyak ilmu yang didapatkan selama menempuh pendidikan di Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor.