ANALISIS RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER PADA PETERNAKAN BAPAK MAULID DI KELURAHAN KARANG ANYAR KECAMATAN BUKIT BARU KOTA PALEMBANG
SKRIPSI
RIZKI AMELIA H 34080043
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
RINGKASAN Rizki Amelia. Analisis Risiko Produksi Ayam Broiler pada Peternakan Bapak Maulid di Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Bukit Baru Kota Palembang. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan FEBRIANTINA DEWI). Bapak Maulid menjalankan usahaternak ayam broiler dengan kapasitas pemeliharaan sebanyak enam ribu ekor ayam broiler. Dalam menjalankan usahaternaknya, Peternakan Bapak Maulid menerapkan hubungan kerjasama kemitraan inti-plasma dengan PT Sumber Unggas Cemerlang (PT SUC). Peternakan Bapak Maulid masih menghadapi risiko produksi meskipun telah menjalin kemitraan inti-plasma, yang ditandai dengan berfluktuasinya tingkat mortalitas ayam broiler yang terjadi pada setiap periode produksi. Risiko produksi tersebut menyebabkan tingkat pendapatan Peternakan Bapak Maulid berfluktuasi pada setiap periode produksi. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi dan menganalisis risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid, (2) Menganalisis tingkat risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid, (3) Menganalisis tingkat probabilitas dan dampak sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid, (4) menganalisis alternatif-alternatif strategi yang dapat diterapkan Peternakan Bapak Maulid untuk menangani risiko produksi yang dihadapi. Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Bapak Maulid yang berlokasi di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi, wawancara, dan diskusi dengan pemilik dan pegawai di peternakan, serta pengawas (field controller) dari pihak inti PT SUC. Data primer yang diperoleh meliputi keadaan umum Peternakan Bapak Maulid dan manajemen risiko produksi yang telah diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid. Data sekunder diperoleh dari data Peternakan Bapak Maulid sebagai pihak plasma maupun data dari PT SUC sebagai pihak inti, serta data dari literatur-literatur serta instansi-instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, LSI IPB, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan, Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan, dan bahan-bahan pustaka yang relevan. Data sekunder yang diperoleh dari Peternakan Bapak Maulid meliputi data upah dan gaji karyawan, data penggunaan pakan dan obat-obatan, data kematian ayam broiler dan data penjualan. Data sekunder yang diperoleh dari PT SUC antara lain data standar bobot ayam broiler, data standar FCR (Food Convertion Ratio) dan data harga garansi (harga kontrak). Dalam menjalankan usahaternak ayam broiler, Peternakan Bapak Maulid menghadapi risiko produksi yang bersumber dari ayam broiler afkir, serangan penyakit, dan kondisi cuaca. Risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid menyebabkan tingkat pendapatan berfluktuasi. Nilai expected return yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi pengamatan adalah sebesar Rp 1.214,00, per ekor ayam broiler. Hal ini mengindindikasikan bahwa tingkat pendapatan bersih yang diharapkan dapat diperoleh Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode produksi di masa yang
akan datang adalah sebesar Rp 1.214,00 per ekor ayam broiler, dengan asumsi cateris paribus. Nilai simpangan baku (standard deviation) yang dihasilkan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar Rp 1.128,00 per ekor ayam broiler. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode produksi di masa yang akan datang adalah sebesar Rp 1.128,00 per ekor ayam broiler. Nilai koefisien variasi (coefficient variation) yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar 0,93. Nilai koefisien variasi tersebut menunjukkan bahwa risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar 93 persen dari nilai return yang diperoleh. Artinya, setiap Rp 1 dari return yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid, akan menghasilkan risiko sebesar Rp 0,93, dengan asumsi cateris paribus. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode z-score, sumber risiko produksi ayam broiler yang afkir memiliki tingkat probabilitas tertinggi yaitu sebesar 45,2 persen, disusul oleh sumber risiko produksi kondisi cuaca dengan tingkat probabilitas sebesar 42,9 persen, dan sumber risiko produksi serangan penyakit dengan tingkat probabilitas sebesar 11,9 persen. Hasil perhitungan dengan menggunakan metode analisis Value at Risk (VaR) menunjukkan bahwa sumber risiko kondisi cuaca memberikan dampak kerugian maksimal yang paling tinggi bagi Peternakan Bapak Maulid, yaitu sebesar Rp 3.041.934,00, disusul oleh sumber risiko produksi serangan penyakit dengan dampak kerugian maksimal sebesar Rp 3.041.934,00, dan sumber risiko ayam broiler yang afkir dengan dampak kerugian maksimal sebesar Rp 1.245.319,00. Alternatif manajemen risiko produksi yang dapat diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid berdasarkan hasil analisis tingkat risiko produksi yaitu dengan memeriksa kualitas air, mencampurkan probiotik pada air minum ayam broiler, dan tidak membiarkan kotoran ayam broiler menumpuk terlalu lama. Alternatif manajemen risiko produksi yang dapat diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid berdasarkan hasil pemetaan sumber-sumber risiko produksi yaitu dengan melakukan strategi preventif dan mitigasi. Strategi preventif yang diusulkan antara lain membentuk kelompok yang beranggotakan para peternak plasma untuk memperkuat posisi tawar, memasang beberapa unit kipas angin (blower), memasang satu unit thermometer ruangan, membuat saluran air, dan memberikan larutan herbal pada pakan dan air minum. Strategi mitigasi yang diusulkan antara lain memberikan larutan gula merah, meningkatkan dosis pemberian vitamin C dengan tingkat suplementasi sebesar 250 ppm, menambah jumlah tempat air minum, melakukan perawatan secara intensif bagi ayam broiler yang terserang penyakit, melakukan pengobatan herbal, dan mengelompokkan ayam broiler afkir ke dalam kandang yang terpisah dari ayam broiler lain.
ANALISIS RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER PADA PETERNAKAN BAPAK MAULID DI KELURAHAN KARANG ANYAR KECAMATAN BUKIT BARU KOTA PALEMBANG
RIZKI AMELIA H 34080043
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Judul Skripsi
: Analisis Risiko Produksi Ayam Broiler pada Peternakan Bapak Maulid di Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Bukit Baru Kota Palembang
Nama
: Rizki Amelia
NIM
: H34080043
Menyetujui, Pembimbing
Febriantina Dewi, SE, MM, M.Sc NIP. 19690205 199603 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Ayam Broiler pada Peternakan Bapak Maulid di Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Bukit Baru Kota Palembang” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2012
Rizki Amelia H34080043
RIWAYAT HIDUP Penulis yang bernama lengkap Rizki Amelia, dilahirkan di Kota Palembang pada tanggal 6 April 1990. Saya adalah bungsu dari lima bersaudara, dari pasangan Ayahanda Salmi dan Ibunda Lela Nirwana. Saya menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 6 Kecamatan Talang Kelapa pada tahun 2002 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2005 di SMP Negeri 1 Kecamatan Talang Kelapa. Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2008 di SMA Plus Negeri 17 Kota Palembang. Saya diterima sebagai mahasiswi di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008. Selama menjalani pendidikan di IPB, saya juga aktif di berbagai kegiatan kepanitiaan dan organisasi Ikatan Keluarga Mahasiswa Provinsi Sumatera Selatan (Ikamusi).
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbilalamin. Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala berkat rahmat dan karuniaNya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Ayam Broiler pada Peternakan Bapak Maulid di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang”. Penelitian ini bertujuan menganalisis risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid. Risiko produksi tersebut mempengaruhi tingkat pendapatan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode produksi. Saya sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan karena adanya keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Namun, saya tetap mengharapkan agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juni 2012 Rizki Amelia
UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, saya ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada : 1.
Febriantina Dewi, SE, MM, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, waktu, nasihat, dan kesabaran kepada saya selama menyusun skripsi ini.
2.
Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen penguji utama yang telah memberikan saran dan arahan untuk perbaikan terhadap isi skripsi ini.
3.
Yanti Nuraeni Muflikh, SP, M.Agribis selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan saran dan arahan dalam penulisan format dan isi skripsi ini.
4.
Orang tuaku tercinta Ayahanda Salmi dan Ibunda Lela Nirwana atas segala perhatian, kasih sayang, doa, nasehat, dan dukungannya selama ini, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
5.
Saudara-saudaraku yang selalu kubanggakan, Satya Nugraha, Indra Rosehan, Maulid Ibrahim Zakir, dan Muhammad Aidil, atas doa, dukungan, dan perhatiannya.
6.
Keluarga besarku yang tiada henti selalu memberikan doa, perhatian, dan dukunngan.
7.
Keluarga besar Bapak Maulid Ibrahim Zakir, ST dan pihak peternakan atas segala dukungan, waktu, tenaga, kesempatan, dan informasi yang telah diberikan.
8.
Pihak manajemen PT Sumber Unggas Cemerlang, atas dukungan dan informasi yang telah diberikan.
9.
Sahabat setiaku Rara June Azni, Santi Eka Wahyuni dan Lia Pratiwi, yang selalu memberikan dukungan, doa, dan semangat selama ini.
10. Sahabat kulinerku Liska Andrini Tatilu, Ni Putu Ayuning WPM, dan Fawzia Defrida, atas segala perhatian, doa, dan dukungannya selama ini. 11. Teman-teman seperjuangan Sumsel, Herawati dan Arini Prihatin, atas segala bantuan, doa, dan semangat yang diberikan selama ini.
12. Keluarga besar Bapak Kamir R Brata, atas perhatian, doa, dan dukungannya selama ini. 13. Bapak Nursoma selaku Kepala Desa Kebonpedes, yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan arahan selama kegiatan Gladikarya berlangsung. 14. Keluarga besar Agribisnis 45, atas semangat, kebersamaan, doa, dan dukungan selama ini. 15. Para staf Departemen Agribisnis, terimakasih atas pengabdiannya selama ini dan tidak pernah lelah memberikan segala bentuk bantuan, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.
Bogor, Juni 2012 Rizki Amelia
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ......................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .............................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................
xv
I
PENDAHULUAN .................................................................... 1.1. Latar Belakang .................................................................... 1.2. Perumusan Masalah ............................................................ 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................ 1.4. Manfaat Penelitian .............................................................. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................
1 1 6 10 10 11
II
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler ........................................ 2.2. Faktor-faktor Produksi Budidaya Ayam Broiler ................ 2.3.1. Kandang .................................................................... 2.3.2. DOC (Day Old Chick) .............................................. 2.3.3. Pakan ........................................................................ 2.3.4. Obat-obatan, Vaksin, dan Vitamin ........................... 2.3.5. Tenaga Kerja ............................................................. 2.3. Pola Usaha Budidaya Ayam Broiler ................................... 2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu yang Relevan .....................
12 12 13 14 15 16 17 19 20 21
III
KERANGKA PEMIKIRAN ................................................... 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .............................................. 3.1.1. Konsep Risiko ........................................................... 3.1.2. Sikap dalam Menghadapi Risiko .............................. 3.1.3. Konsep Manajemen Risiko ....................................... 3.1.4. Ukuran Risiko ........................................................... 3.1.5. Analisis Pendapatan Usahaternak Ayam Broiler ..... 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional .......................................
27 27 27 29 30 32 33 34
IV
METODE PENELITIAN ........................................................ 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian ............................. 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ................................. 4.3. Metode Analisis .................................................................. 4.3.1. Analisis Deskriptif .................................................... 4.3.2. Analisis Pendapatan .................................................. 4.3.3. Analisis Risiko .......................................................... 4.3.4. Penanganan Risiko ...................................................
36 36 36 37 38 39 40 46
V
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...................... 5.1. Keadaan Umum Peternakan Bapak Maulid ........................ 5.1.1. Sejarah Perusahaan ................................................... 5.1.2. Lokasi Perusahaan .................................................... 5.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan ................................
48 48 48 50 51 xi
5.2. Proses Produksi Ayam Broiler Peternakan Bapak Maulid . 5.2.1. Persiapan Kandang ................................................... 5.2.2. Budidaya Ayam Broiler ............................................ 5.2.3. Pemanenan ................................................................
53 53 55 60
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 6.1. Analisis Risiko Produksi Usaha Peternakan Bapak Maulid 6.2. Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Bapak Maulid ...... 6.2.1. Biaya Produksi .......................................................... 6.2.2. Penerimaan ............................................................... 6.2.3. Analisis Pendapatan R/C .......................................... 6.3. Analisis Risiko Produksi terhadap Pendapatan .................. 6.3.1. Hasil yang Diharapkan (Expected Return) ............... 6.3.2. Ragam (Variance) ..................................................... 6.3.3. Simpangan Baku (Standard Deviation) .................... 6.3.4. Koefisien Variasi (Coefficient Variation) ................. 6.3.5. Analisis Tingkat Probabilitas Sumber-sumber Risiko Produksi ......................................................... 6.3.6. Analisis Dampak Risiko Produksi ............................ 6.3.7. Pemetaan Risiko Produksi ........................................ 6.4. Alternatif Manajemen Risiko Peternakan Bapak Maulid ...
62 62 67 67 70 71 72 72 73 74 75
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 7.1. Kesimpulan ......................................................................... 7.2. Saran ...................................................................................
89 89 90
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................
92
LAMPIRAN .......................................................................................
95
VI
VII
76 79 82 84
xii
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman Konsumsi per Kapita Jenis Daging di Indonesia Tahun 2006 – 2010 .................................................................
1
Produksi Daging Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2006 – 2011 ................................................................
2
3. Laju Pertumbuhan Produksi Daging Ternak Sumatera Selatan Tahun 2006 – 2010 ....................................
3
2.
4.
Produksi Daging Ternak Unggas di Kota Palembang Tahun 2004 – 2010 .................................................................
5
5. Perkembangan Performa Ayam Broiler Umur 35 Hari .........
12
6. Jenis Pakan Berdasarkan Kandungan Nutrisi ........................
16
7. Penelitian Terdahulu yang Relevan ........................................
26
8. Metode Analisis untuk Menjawab Tujuan Penelitian ............
38
9. Waktu Produksi Ayam Broiler di Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan .......................................
62
10. Sumber-sumber Risiko Produksi di Peternakan Bapak Maulid .........................................................................
63
11. Feed Convertion Ratio (FCR) Peternakan Bapak Maulid .....
66
12. Biaya Produksi Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan ............................................................................
68
13. Kontribusi Penggunaan Total Biaya Produksi Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan ........
69
14. Penerimaan Budidaya Ayam Broiler di Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan ......................................
70
15. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C) Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan ........
72
16. Expected Return Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan ...............................................................
73
17. Nilai Ragam Peternakan Bapak Maulid .................................
74
18. Hasil Analisis Probabilitas Sumber-sumber Risiko Produksi Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan ........
76
19. Hasil Analisis Perhitungan Dampak Sumber Risiko Produksi Peternakan Bapak Maulid ........................................
81
20. Status Risiko dari Sumber Risiko Produksi Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan ........
84
21. Manajemen Sumber-sumber Risiko Produksi Ayam Broiler Peternakan Bapak Maulid ...............................
88 xiii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Grafik Fluktuasi Tingkat Mortalitas Ayam Broiler Peternakan Bapak Maulid ...................................................... 2.
8
Grafik Penyimpangan Hasil Produksi Ayam Broiler Peternakan Bapak Maulid ......................................................
8
3. Tiga Perbedaan Sikap Pengambilan Keputusan Investor ...................................................................................
29
4. Proses Pengelolaan Risiko .....................................................
31
5. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ...............................
35
6. Peta Risiko ..............................................................................
46
7. Strategi Preventif dan Mitigasi Risiko ...................................
47
8. Struktur Organisasi Peternakan Bapak Maulid ......................
51
9. Peta Sumber-sumber Risiko Produksi Peternakan Bapak Maulid ......................................................
83
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1.
Halaman Produksi Daging Ayam Broiler Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2006 – 2011 (Ton) ..................................
96
Penyimpangan Hasil Produksi Ayam Broiler Aktual Peternakan Bapak Maulid dengan Hasil yang Diharapakan ..
97
3. Curah Hujan, Suhu Udara, Kecepatan Angin, dan Kelembaban Udara di Kota Palembang Tahun 2011 .............
98
4. Standar Rata-rata Bobot Tubuh, Tingkat Mortalitas dan FCR PT SUC Tahun 2010 – 2011 (Umur 31 – 38 Hari) ........
99
5. Harga Garansi Ayam Broiler Hidup PT SUC Tahun 2010 – 2011 ..................................................................
100
6. Perhitungan Analisis Probabilitas Ayam Broiler Afkir Selama Periode Pengamatan .................................................
101
7. Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Risiko Serangan Penyakit Selama Periode Pengamatan ..................................
102
8. Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Risiko Kondisi Cuaca Selama Periode Pengamatan .......................................
103
9. Perhitungan Analisis Dampak Sumber Risiko Ayam Broiler Afkir Selama Periode Pengamatan ............................
104
10. Perhitungan Analisis Dampak Sumber Risiko Penyakit Selama Periode Pengamatan ..................................................
105
11. Perhitungan Analisis Dampak Sumber Cuaca Selama Periode Pengamatan ...............................................................
106
12. Analisis Usahatani Ayam Broiler pada Peternakan Bapak Maulid Tahun 2011 .....................................................
107
2.
xv
I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian
yang berpotensi dikembangkan di Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa pada tahun 2011, subsektor peternakan telah mampu memberikan kontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga yang berlaku sebesar Rp 129,57 triliun atau sekitar 1,74 persen dari total PDB Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor peternakan tidak kalah dengan sektor-sektor lainnya, baik sektor migas maupun non migas, yakni mampu berperan dalam membangun perekonomian di Indonesia seperti melalui penyerapan jumlah tenaga kerja dan menambah devisa negara. Ayam broiler merupakan salah satu jenis komoditi dari subsektor peternakan yang mampu diandalkan dalam mempercepat pembangunan perekonomian nasional. Jenis unggas ini memerlukan waktu budidaya yang relatif lebih singkat dibandingkan dengan jenis ternak lain. Ayam broiler sudah dapat dipanen dalam usia rata-rata 35 hari, sehingga dapat mempercepat pengembalian modal yang telah ditanamkan oleh para investor. Tabel 1. Konsumsi per Kapita Jenis Daging di Indonesia Tahun 2006 – 2010 No. Jenis Daging Jumlah Konsumsi per Tahun (Kg/Kapita) 2006
2007
2008
2009
2010
1.
Sapi
1,11
1.02
1,17
1,29
1,41
2.
Kerbau
0,11
0,10
0,09
0,08
0,08
3.
Kambing
0,15
0,15
0,15
0,17
0,15
4.
Domba
0,18
0,13
0,11
0,12
0,10
5.
Babi
0,51
0,58
0,54
0,50
0,52
6.
Ayam Buras
0,77
0,65
0,60
0,54
0,57
7.
Ayam Broiler
2,08
2,26
2,39
2,52
2,68
8.
Itik
0,06
0,11
0,07
0,06
0,06
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011)
Daging ayam broiler merupakan jenis daging yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Data yang disajikan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa konsumsi daging ayam broiler per kapita di Indonesia
mengalami pertumbuhan yang positif setiap tahunnya, dibandingkan jenis-jenis daging lain. Berdasarkan Tabel 1, rata-rata pertumbuhan konsumsi daging ayam broiler adalah sebesar 5,23 persen per tahun. Peningkatan konsumsi tersebut diduga karena adanya pertambahan jumlah penduduk, peningkatan income per kapita, harga daging ayam broiler yang lebih terjangkau dibandingkan jenis daging lain, dan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan kebutuhan protein hewani. Pada tahun 2007, konsumsi daging ayam broiler per kapita di Indonesia berhasil mencapai pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 8,65 persen. Pertumbuhan konsumsi tersebut diduga akibat terjadinya peningkatan pendapatan nasional Indonesia per kapita atas dasar harga berlaku yakni sebesar 14,41 persen pada tahun 2007, sesuai dengan data yang disajikan oleh Badan Pusat Statistik (2010). Kecenderungan masyarakat Indonesia yang lebih memilih jenis daging ayam broiler dibandingkan jenis-jenis daging lainnya dan waktu budidaya ayam broiler yang relatif singkat, menjadikan ayam broiler sebagai komoditi unggulan bagi para peternak di Indonesia. Tingkat konsumsi masyarakat Indonesia yang lebih tinggi terhadap daging ayam broiler, menuntut supply daging ayam broiler dalam jumlah yang lebih banyak di pasar. Hal ini mengindikasikan bahwa ayam broiler memiliki prospek bisnis yang cukup baik diantara komoditas peternakan lainnya. Tabel 2. Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2006 – 2011 Tahun Produksi (Ton) Pertumbuhan Produksi (%) 2006
861.262,76
-
2007
942.785,67
9,46
2008
1.018.735,94
8,05
2009
1.101.765,50
8,15
2010
1.241.251,00
12,66
2011*)
1.297.447,00
4,52
Keterangan *) : Angka Sementara Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)
Perkembangan subsektor peternakan ayam broiler di Indonesia salah satunya dapat dilihat berdasarkan jumlah produksi ayam broiler dari tahun ke
2
tahun. Berdasarkan Tabel 2, rata-rata pertumbuhan produksi ayam broiler di Indonesia adalah sebesar 7,14 persen per tahun. Pertumbuhan produksi terbesar ayam broiler di Indonesia dicapai pada tahun 2010, yakni sebesar 12,66 persen. Hal ini diduga dikarenakan semakin banyak investor yang tertarik untuk menanamkan modalnya pada uahaternak ayam broiler, semakin banyak peternak ayam broiler yang meningkatkan skala usahanya, dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang berimplikasi pada semakin efisiennya teknik budidaya ayam broiler. Data dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menyatakan bahwa pada tahun 2010, Provinsi Sumatera Selatan merupakan provinsi penghasil daging ayam broiler terbesar ketiga di Pulau Sumatera, setelah Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Riau. Hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Sumatera Selatan memiliki potensi dalam pengembangan usahaternak ayam broiler. Komoditi ayam broiler adalah jenis komoditi yang memiliki jumlah produksi tertinggi di antara jenis komoditas peternakan lain di Provinsi Sumatera Selatan. Tabel 3. No.
Laju Pertumbuhan Produksi Daging Ternak Sumatera Selatan Tahun 2006 – 2010 Jenis Daging Laju Pertumbuhan Produksi per Tahun (%) Ternak 2006 2007 2008 2009 2010
1.
Sapi Potong
0,33
1,75
8,36
29,61
1,76
2.
Kambing
32,20
1,64
10,35
18,57
2,35
3.
Domba
3,86
-71,77
51,53
-51,45
35,42
4.
Kerbau
-17,77
1,74
-16,80
-32,60
0,11
5.
Babi
0,32
1,75
-6,32
-7,29
7,01
6.
Ayam Broiler
15,56
56,48
4,76
-0,31
21,83
7.
Ayam Buras
-28,61
-30,79
-27,03
18,19
13,70
8.
Ayam Ras Petelur
19,43
-54,59
48,81
59,05
5,28
9.
Itik
5,88
5,04
2,21
17,07
-27,08
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011)
Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah produksi daging ayam broiler di Provinsi Sumatera Selatan cenderung mengalami peningkatan dari
3
tahun ke tahun, yaitu dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 16,39 persen per tahun. Laju pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan laju pertumbuhan produksi jenis daging ternak lain di Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan data tersebut, laju pertumbuhan produksi beberapa jenis daging ternak cenderung mengalami penurunan pada tahun 2007. Namun, pertumbuhan tertinggi produksi ayam broiler justru terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 56,48 persen. Hal ini diduga pada tahun 2007 sebagian besar peternak beralih untuk membudidayakan ayam broiler akibat pola kemitraan inti plasma yang semakin berkembang di Provinsi Sumatera Selatan. Jumlah produksi daging ayam broiler di Provinsi Sumatera Selatan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa komoditi ayam broiler mampu memberikan kontribusi bagi subsektor peternakan, khususnya bagi pembangunan perekonomian daerah. Perkembangan usahaternak ayam broiler di Provinsi Sumatera Selatan didukung oleh ketersediaan lahan yang masih cukup luas, kondisi alam yang cukup mendukung, serta ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup memadai. Kota Palembang yang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan pun ternyata masih memiliki potensi pengembangan budidaya ayam broiler. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan, pada tahun 2009 Kota Palembang menempati urutan ketiga terbesar penghasil daging ayam broiler di Provinsi Sumatera Selatan, setelah Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Banyuasin. Namun pada tahun 2010 lalu, sempat mengalami penurunan sehingga Kota Palembang menempati urutan keempat sebagai penghasil daging ayam broiler terbesar setelah Kabupaten Banyuasin, Muara Enim, dan Ogan Komering Ilir. Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 4, produksi daging ayam broiler di Kota Palembang mengalami penurunan pada tahun 2007 dan tahun 2010. Penurunan produksi tersebut diduga akibat terjadinya serangan virus flu burung yang sempat mewabah di Kota Palembang pada tahun 2007. Penurunan produksi yang terjadi pada tahun 2010 diduga akibat terjadinya musim kemarau panjang yang sempat melanda Kota Palembang. Namun jika dilihat dari besarnya kontribusi yang dihasilkan, komoditi ayam broiler memberikan kontribusi rata-
4
rata terbesar terhadap jumlah produksi ternak unggas di Kota Palembang yaitu sebesar 72,35 persen per tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa usahaternak ayam broiler meskipun memiliki potensi untuk dikembangkan, namun masih menimbulkan risiko sehingga dapat mempengaruhi hasil produksi. Tabel 4. Produksi Daging Ternak Unggas di Kota Palembang Tahun 2006 - 2010 No. Jenis Unggas Jumlah Produksi (Ton) Kontribusi Rata-rata 2006 2007 2008 2009 2010 (%) 1.
Ayam Buras
934
1.143
1.183
1.236
1.250
22,89
2.
Ayam Petelur
182
194
201
210
215
3,99
3.
Ayam Broiler
3.870
3.406
3.525
3.684
3.672
72,35
4.
Itik
27
38
40
42
43
0,75
5.013
4.781
4.949
5.172
5.180
100
Jumlah
Sumber : Dinas Peternakan Kota Palembang (2011)
Menurut Djohanputro (2008), adanya risiko diindikasikan oleh terjadinya fluktuasi tingkat produktivitas yang diperoleh dari setiap periode waktu tertentu. Fluktuasi
tersebut
dapat
mempengaruhi
tingkat
pendapatan
sehingga
menyebabkan terjadinya penyimpangan terhadap tingkat pendapatan yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pendapatan aktual yang diperoleh peternak. Menurut Kasidi (2010), risiko merupakan bagian yang tak terpisahkan dari berbagai aktivitas kehidupan, termasuk aktivitas suatu usaha. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, terkadang justru semakin berpotensi menimbulkan risiko yang lebih kompleks. Hal ini menuntut setiap pelaku usaha harus memiliki kemampuan mengelola setiap risiko yang dihadapi dengan baik untuk mencegah terganggunya keberlangsungan aktivitas usaha yang dapat menimbulkan kerugian. Peternakan Bapak Maulid adalah sebuah peternakan plasma yang menjalin hubungan kerjasama dengan pihak perusahaan inti yaitu PT Sumber Unggas Cemerlang (PT SUC). Peternakan yang terletak di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan tersebut, membudidayakan ayam broiler sebanyak 6.000 ekor. Namun meskipun telah menjalin hubungan kemitraan inti plasma dengan PT SUC, Peternakan Bapak
5
Maulid masih menghadapi risiko yang ditandai dengan berfluktuasinya tingkat produktivitas dan tingkat pendapatan yang diperoleh pada setiap periode produksi. Adanya risiko yang dihadapi pada setiap periode produksi ayam broiler harus disertai dengan kemampuan peternak dalam mengelola risiko dengan baik, agar tidak meimbulkan kerugian. Risiko yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid perlu dianalisis untuk menekan tingkat probabilitas (peluang) terjadinya risiko maupun dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut. Melalui hasil analisis ini, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Peternakan Bapak Maulid dalam menangani risiko yang dihadapinya, sehingga mampu memperoleh tingkat pendapatan yang optimal. 1.2.
Perumusan Masalah Sejak awal menjalankan usahanya, Peternakan Bapak Maulid sudah
menjalani hubungan kemitraan pola inti-plasma dengan PT Sumber Unggas Cemerlang (PT SUC). Hubungan kerjasama ini dilakukan untuk memberikan kemudahan bagi Peternakan Bapak Maulid dalam memperoleh sarana produksi ternak, adanya bimbingan teknis budidaya, dan adanya kepastian pemasaran hasil produksi. Selain itu, alasan Bapak Maulid menerapkan sistem kemitraan ini adalah sebagai cara untuk meminimalisasi risiko-risiko yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid dalam menjalankan aktivitas budidaya ayam broiler yang dapat menyebabkan kerugian, seperti risiko harga input, risiko harga output, dan risiko produksi akibat adanya serangan wabah penyakit. Peternakan Bapak Maulid mengawali budidaya ayam broiler dengan kapasitas sebanyak 5.000 ekor. Namun pada periode produksi selanjutnya, total kapasitas budidaya ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid adalah sebanyak 6.000 ekor. Dalam hal ini, Peternakan Bapak Maulid berperan sebagai pihak plasma sedangkan PT SUC berperan sebagai pihak inti. PT SUC sebagai pihak inti, berperan dalam menyediakan DOC (Day Old Chick), pakan, vaksin, vitamin, obat-obatan, memberikan pengawasan budidaya ayam broiler, dan menetapkan harga garansi (harga kontrak) dengan pihak plasma. Harga garansi yang ditetapkan tersebut memberikan jaminan bagi Peternakan Bapak Maulid dalam menghadapi risiko fluktuasi harga input produksi dan harga jual ayam broiler di pasar. Peternakan Bapak Maulid sebagai pihak 6
plasma, berperan dalam menyiapkan lahan, kandang, perlengkapan dan peralatan budidaya, serta tenaga kerja. Peternakan Bapak Maulid masih menghadapi risiko produksi meskipun telah menjalin kemitraan inti-plasma dengan PT SUC. Risiko produksi merupakan risiko yang dapat mengganggu aktivitas produksi usahaternak ayam broiler sehingga dapat menimbulkan kerugian berupa penurunan hasil produksi Peternakan Bapak Maulid. Sumber-sumber risiko produksi yang seringkali dihadapi oleh usaha peternakan ayam broiler antara lain adalah kualitas DOC, wabah penyakit, dan kondisi cuaca. Kualitas DOC sangat mempengaruhi pertumbuhan dan daya tahan tubuh ayam broiler. Kualitas DOC yang rendah ditandai dengan pertambahan bobot tubuh yang lebih lambat. Selama menjalani proses budidaya, DOC yang berkualitas rendah cenderung membutuhkan pakan dalam jumlah yang lebih banyak. Namun, hal ini tidak mempengaruhi pertumbuhan maupun pertambahan bobot ayam broiler, sehingga total biaya produksi yang dikeluarkan menjadi lebih tinggi. Selain itu, DOC dengan kualitas rendah akan lebih mudah terserang penyakit karena daya tahan tubuh yang lebih lemah. Wabah penyakit seringkali melanda usahaternak ayam broiler dan berpengaruh langsung sebagai pemicu terjadinya risiko produksi. Serangan penyakit sulit terdeteksi, dapat terjadi secara tiba-tiba, dan dapat menyebabkan tingginya tingkat mortalitas. Jenis penyakit yang menyerang ayam broiler pada usaha Peternakan Bapak Maulid yaitu penyakit Gumboro dan penyakit Kolibasilosis. Penyakit Gumboro disebabkan oleh virus Gumboro yang menyerang sistem kekebalan tubuh ayam broiler dan ditandai dengan kotoran ayam broiler yang encer, berlendir, dan berwarna putih (Santoso dan Sudaryani, 2009). Penyakit Kolibasilosis yang menyerang ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid merupakan infeksi lanjutan akibat mengalami stress karena terjadinya perubahan kondisi cuaca yang ekstrim. Perubahan cuaca sangat berpengaruh terhadap kegiatan produksi ayam broiler. Pada musim kemarau, dapat meningkatkan suhu di dalam tubuh ayam broiler sehingga dapat meningkatkan penguapan. Pada musim penghujan, dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi di dalam kandang, sehingga mampu
7
meningkatkan perkembangbiakan bibit penyakit. Selain itu, terjadinya perubahan cuaca yang ekstrim seringkali dapat menyebabkan ayam broiler menjadi stress, sehingga dapat mempengaruhi daya tahan tubuh.
Tingkat Mortalitas (%)
8 7 6 5 4 3 2 1 0
Periode Produksi I
Gambar 1.
II
III
IV
V
VI
VII
Grafik Fluktuasi Tingkat Mortalitas Ayam Broiler Peternakan Bapak Maulid
Tingkat produktivitas ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid cenderung mengalami kenaikan dan berfluktuasi pada setiap periode produksi, yang dicerminkan dengan berfluktusinya tingkat mortalitas ayam broiler. Berdasarkan Gambar 1, tingkat mortalitas ayam broiler terendah di Peternakan Bapak Maulid terjadi pada periode produksi II yaitu sebesar 0,37 persen, sedangkan tingkat mortalitas tertinggi terjadi pada periode produksi VII, yaitu mencapai 7,50 persen. Tingkat mortalitas ayam broiler yang tinggi pada periode produksi VII menyebabkan Peternakan Bapak Maulid mengalami kerugian.
Total Produksi (Kg)
12000 10000 8000 Standar Produksi (Kg)
6000
Total Produksi Aktual (Kg)
4000 2000 0
Periode Produksi I
Gambar 2.
II
III
IV
V
VI
VII
Grafik Penyimpangan Hasil Produksi Ayam Broiler Peternakan Bapak Maulid
8
Berdasarkan Gambar 2, total produksi ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid cenderung mengalami penurunan setiap periode produksi. Selain itu, telah terjadi penyimpangan antara hasil produksi aktual Peternakan Bapak Maulid dengan standar produksi PT SUC. Penyimpangan tersebut terjadi pada periode produksi III, V, VI, dan VII. Pada periode produksi III dan V, umur rata-rata panen ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid adalah 35 hari (Lampiran 2). Pada umur tersebut, bobot rata-rata minimal ayam broiler yang seharusnya dihasilkan berdasarkan standar dari PT SUC adalah sebesar 1,75 kilogram per ekor. Namun, pada periode produksi tersebut masing-masing bobot rata-rata aktual yang dihasilkan adalah sebesar 1,61 kilogram per ekor dan 1,70 kilogram per ekor. Pada periode produksi VI dan VII, umur rata-rata panen ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid adalah 34 hari (Lampiran 2). Bobot rata-rata ayam broiler yang dihasilkan pada periode produksi VI berada pada standar PT SUC. Namun pada periode produksi tersebut, tingkat mortalitas ayam broiler cukup tinggi yaitu mencapai 3,58 persen. Hal ini menyebabkan hasil produksi aktual Peternakan Bapak Maulid pada periode produksi VI masih berada di bawah hasil produksi yang diharapkan. Pada periode produksi VII, bobot rata-rata minimal ayam broiler yang seharusnya dihasilkan berdasarkan standar dari PT SUC adalah sebesar 1,68 kilogram per ekor. Namun, bobot rata-rata aktual yang dihasilkan pada periode produksi tersebut adalah sebesar 1,46 kilogram per ekor. Berdasarkan
hasil
pemaparan
di
atas,
terlihat
adanya
bentuk
penyimpangan antara hasil yang diharapkan oleh Peternakan Bapak Maulid dengan hasil aktual yang telah dicapai. Bentuk penyimpangan tersebut mengindikasikan adanya risiko yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid dan harus dikelola, sehingga dapat mencapai tujuannya untuk memperoleh total hasil maupun tingkat pendapatan yang optimal. Berdasarkan uraian tersebut, beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini antara lain : 1. Apa saja sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid ? 2. Bagaimana tingkat risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid ?
9
3. Bagaimana tingkat probabilitas dan dampak dari sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi Peternakan Bapak Maulid ? 4. Bagaimana
alternatif-alternatif
strategi
yang
dapat
diterapkan
oleh
Peternakan Bapak Maulid untuk menangani risiko produksi yang dihadapi ? 1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan penelitian yang
telah dikemukanan, maka tujuan dari penelitian ini adalah 1. Mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid. 2. Menganalisis tingkat risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid. 3. Menganalisis tingkat probabilitas dan dampak sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid. 4. Menganalisis alternatif-alternatif strategi yang dapat diterapkan Peternakan Bapak Maulid untuk menangani risiko produksi yang dihadapi. 1.4.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain :
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk membantu Peternakan Bapak Maulid dalam melakukan analisis terhadap risiko produksi yang dihadapinya, sehingga dapat membantu dalam proses pembuatan maupun pengambilan keputusan. 2. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para peternak ayam broiler yang akan memulai maupun mengembangkan usahanya, dalam menganalisis dan menangani risiko produksi guna mengoptimalkan tingkat pendapatan. 3. Sebagai bahan rujukan bagi masyarakat peneliti untuk mengembangkan penelitian selanjutnya yang sejenis dan mengembangkan kembali teori-teori yang terkait dengan risiko. 4. Dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan pemahaman penulis dalam menganalisis risiko, khususnya pada usahaternak ayam broiler yang menerapkan kerjasama kemitraan inti-plasma.
10
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan milik Bapak Maulid, yang
melakukan usahaternak ayam broiler dengan menerapkan hubungan kemitraan inti-plasma. Petenakan Bapak Maulid berlokasi di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang. Penelitian ini dibatasi pada analisis risiko yang meliputi analisis hasil yang diharapkan (expected return), analisis varian (variance), analisis simpangan baku (standard deviation), analisis koefisien variasi (coefficient variation), analisis metode nilai standar (z-score), dan analisis metode Value at Risk (VaR). Analisis hasil yang diharapkan (expected return), analisis varian (variance), analisis simpangan baku (standard deviation), dan analisis koefisien variasi (coefficient variation), digunakan uuntuk mengetahui besarnya tingkat risiko produksi berdasarkan tingkat pendapatan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid. Analisis metode nilai standar (z-score) digunakan untuk mengetahui besarnya tingkat probabilitas (peluang) kejadian sumber-sumber risiko produksi di Peternakan Bapak Maulid. Analisis metode Value at Risk (VaR) digunakan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat adanya sumber-sumber risiko produksi di Peternakan Bapak Maulid pada tingkat kepercayaan tertentu. Hasil analisis tingkat probabilitas sumber-sumber risiko produksi dan analisis metode Value at Risk (VaR) dapat dipetakan ke dalam peta risiko sehingga dapat ditemukan alternatif manajemen risiko produksi yang dapat diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh langsung dari Peternakan Bapak Maulid, berupa data hasil produksi ayam broiler selama tujuh periode produksi yaitu pada 7 Januari 2011 – 26 November 2011. Data sekunder tersebut merupakan data pada saat Peternakan Bapak Maulid menjalin kerjasama kemitraan inti-plasma dengan pihak PT Sumber Unggas Cemerlang (PT SUC), karena pada saat ini Peternakan Bapak Maulid sudah menjalin kerjasama dengan perusahaan inti lain yaitu PT Sumber Intan Grup (PT SIG). Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dan dianalisis secara deskriptif untuk menganalisis risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid.
11
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Usaha Peternakan Ayam Broiler Usaha peternakan ayam broiler telah banyak berkembang di Indonesia.
Hal ini ditandai dengan kecenderungan peningkatan jumlah produksi daging ayam broiler di berbagai daerah di Indonesia dari tahun 2006 hingga tahun 2011 (Lampiran 1). Menurut Rasyaf (2010), galur murni ayam broiler sudah ada sejak tahun 1960. Namun, di Indonesia ayam broiler baru populer secara komersial pada tahun 1980. Perkembangan usahaternak ayam broiler didukung oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk dan total pendapatan per kapita. Selain itu, harga daging ayam broiler pun cukup terjangkau bagi masyarakat sehingga lebih banyak dikonsumsi dibandingkan jenis daging hewan lainnya. Seiring
dengan
perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi,
menjadikan waktu pemeliharaan yang dibutuhkan dalam membudidayakan ayam broiler semakin singkat, yakni rata-rata pada umur 35 hari, ayam broiler sudah dapat dipanen. Hal ini mengakibatkan semakin banyak investor (peternak) yang berminat untuk membudidayakan ayam broiler. Waktu pemeliharaan ayam broiler yang cukup singkat, mengimplikasikan jumlah modal yang telah ditanamkan akan cepat kembali. Selain itu, peternak pun masih dapat memperoleh penerimaan tambahan dari produk sampingan ayam broiler, yaitu kotoran ayam yang dapat dijual untuk dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Tabel 5. Perkembangan Performa Ayam Broiler Umur 35 Hari No. Tahun Bobot (Kg)
FCR
1.
< 1980
1,0 – 1,2
1,9 – 2,0
2.
1980
1,2 – 1,4
1,8 – 1,9
3.
1990 – 2000
1,4 – 1,6
1,7 – 1,8
4.
>2000
>1,6
<1,7
Sumber : Santoso dan Sudaryani (2009)
Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), performa ayam broiler di Indonesia terus menagalami perkembangan yang baik. Berdasarkan Tabel 5, bobot ayam broiler umur 35 hari semakin mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hingga pada usia tersebut ayam broiler sudah dapat dipanen. Selain itu, nilai FCR
(Feed Convertion Ratio) yang dihasilkan dari tahun ke tahun pun semakin kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa usahaternak ayam broiler di Indonesia semakin efisien, yaitu untuk menghasilkan bobot rata-rata ayam broiler yang cukup besar membutuhkan penggunaan pakan yang lebih sedikit. Sistem agribisnis ayam broiler di Indonesia melipuuti subsistem hulu, subsistem onfarm, subsistem hilir, dan subsistem penunjang. Sistem agribisnis tersebut saling terintegrasi satu sama lain secara ke depan (forward) maupun ke belakang (backward), dan ke atas (upstream) maupun ke bawah (downstream). Serangkaian sistem agribisnis ayam broiler tersebut dilakukan untuk memberikan dan atau menciptakan nilai tambah. Subsistem agribisnis hulu ayam broiler meliputi seluruh aktivitas pengadaan sarana produksi ternak yang terdiri dari, lahan, kandang, DOC (Day Old Chick), pakan, peralatan, mesin, obat-obatan, vitamin, vaksin, bahan bakar, dan tenaga kerja. Subsistem agribisnis onfarm meliputi keseluruhan aktivitas yang berkaitan langsung dengan proses budidaya ataupun produksi ayam broiler dan menggunakan sarana produksi ternak dari subsistem agribisnis hulu. Aktivitas yang berkaitan langsung dengan proses budidaya ayam broiler meliputi aktivitas pemanasan dan pembesaran. Subsistem agribisnis hilir ayam broiler meliputi aktivitas-aktivitas distribusi dan pengolahan produk yang dihasilkan oleh subsistem onfarm. Pada subsistem agribisnis hilir, aktivitas diawali dengan proses pemanenan, pemasaran, dan pengolahan ayam broiler. Subsistem penunjang merupakan subsistem yang mendukung dan berperan langsung terhadap seluruh kegiatan yang ada pada subsistem hulu, subsistem onfarm, dan subsistem hilir. Subsistem penunjang terdiri dari aktivitas-aktivitas yang dijalankan oleh lembagalembaga penunjang seperti, lembaga keuangan, hukum, informasi dan komunikasi, transportasi, pendidikan, dan penelitian 2.2.
Faktor-faktor Produksi Budidaya Ayam Broiler Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), faktor-faktor produksi yang perlu
diperhatikan dalam pembudidayaan ayam broiler antara lain, kandang, DOC, pakan, vaksin, dan tenaga kerja.
13
2.2.1. Kandang Kandang merupakan faktor produksi pertama yang harus diperhatikan oleh peternak. Menurut Jayanata dan Harianto (2011), jenis kandang ayam broiler berdasarkan konstruksi dindingnya dibedakan menjadi kandang terbuka dan kandang tertutup. Namun, Jayanata dan Harianto (2011) menambahkan bahwa penggunaan jenis kandang terbuka lebih banyak dipilih oleh peternak. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh peternak dalam proses penyediaan kandang antara lain : 1. Lokasi Kandang Lokasi kandang yang baik adalah terletak jauh dari pemukiman penduduk dan peternakan lain. Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), jarak antara kandang dengan pemukiman penduduk adalah minimal 500 meter, sedangkan jarak dengan peternakan lain minimal 1.000 meter. Lokasi kandang yang jauh dari pemukiman penduduk
dimaksudkan
agar
aktivitas
penduduk
tidak
mengganggu
keberlangsungan budidaya ayam broiler ataupun sebaliknya, budidaya ayam broiler tidak menimbulkan efek eksternalitas negatif kepada penduduk. Di samping itu, lokasi kandang yang jauh dari peternakan lain, merupakan salah satu upaya antisipasi penyebaran penyakit yang didatangkan dari peternakan lain. Menurut Setiawan (2010), lokasi yang berada di sekitar hutan atau yang dipenuhi oleh banyak pohon, sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat peternakan unggas, khususnya ayam broiler. Ketersediaan air, saluran listrik, dan kondisi infrastruktur juga harus diperhatikan oleh peternak dalam memilih lokasi pendirian kandang, guna mendukung kelancaran budidaya ayam broiler. 2. Kapasitas Kandang Ukuran kandang sangat mempengaruhi kapasitas pemeliharaan ayam broiler. Menurut Rasyaf (2010), kapasitas pemeliharaan ayam broiler dapat disesuaikan dengan lokasi peternakan. Kapasitas pemeliharaan yang disarankan bagi peternakan ayam broiler yang berada di dataran rendah adalah sebanyak 8 – 9 ekor per meter persegi. Kapasitas pemeliharaan yang disarankan bagi peternakan ayam broiler yang berada di dataran tinggi adalah sebanyak 11 – 12 ekor per meter persegi. Oleh karena itu, para peternak ayam broiler sebaiknya
14
menyesuaikan lokasi peternakan, jumlah ayam broiler yang akan dipelihara, dan luas kandang yang dimiliki. 3. Ventilasi Kandang Menurut Rasyaf (2010), semakin tinggi suhu di dalam kandang, umur, dan bobot ayam broiler, maka semakin banyak jumlah udara segar yang dibutuhkan. Oleh karena itu, pengaturan ventilasi sangat dibutuhkan untuk mengatur sirkulasi udara di dalam kandang. Rasyaf (2010) menyatakan pengaturan sirkulasi udara dapat dilakukan melalui ventilasi buatan berupa kipas angin. Kipas angin tersebut berfungsi mengeluarkan udara kotor dan beracun ke luar kandang, dan menghembuskan udara bersih dan segar masuk ke dalam kandang. 4. Peralatan Kandang Peralatan kandang menurut Santoso dan Sudaryani (2009) antara lain meliputi, instalasi listrik, instalasi air minum, tempat pakan, alas kandang, pemanas ruangan, tirai kandang, dan pelindung indukan (brooder guard). Jenis pemanas yang seringkali digunakan oleh peternak ayam broiler yaitu pemanas listrik, pemanas gas, pemanas batu bara, dan pemanas minyak tanah. 5. Gudang Gudang berfungsi sebagai tempat penyimpanan pakan, obat-obatan, dan peralatan serta perlengkapan kandang lainnya. Oleh karena itu, gudang sebaiknya berada dekat dengan kandang untuk memudahkan akses dalam pengangkutan input-nput yang diperlukan. Jarak antara gudang dengan kandang menurut Santoso dan Sudaryani (2009) adalah sekitar 10 meter. 2.2.2. DOC (Day Old Chick) DOC adalah bibit ayam atau anak ayam yang baru berusia satu hari. Kualitas DOC sangat menentukan kelangsungan dan hasil produksi usahaternak ayam broiler. Menurut Jayanata dan Harianto (2011), DOC yang berkualitas baik memiliki ciri-ciri berasal dari indukan yang berkualitas, DOC sehat, bebas dari penyakit, aktif bergerak, lincah, tidak terlihat lesu, tubuh gemuk dan berbentuk bulat, berbulu bersih dan mengkilat, mata terlihat tajam dan cerah, lubang anus bersih dan tidak terdapat kotoran, tidak terdapat bekas luka dan tidak cacat, serta bobot tubuh minimal 37 gram atau rata-rata sebesar 40 gram.
15
Dalam pemeliharaannya, DOC sangat membutuhkan keadaan yang steril, sehingga kebersihan kandang harus terjaga saat penerimaan DOC. Selain itu menurut Jayanata dan Harianto (2011), DOC juga membutuhkan suhu yang lebih hangat dibandingkan ayam broiler yang telah menginjak usia dewasa. Oleh karena itu sebelum penerimaan DOC, hendaknya pemanas ruangan telah dinyalakan terlebih dahulu. Menurut Solihin (2009), harga DOC cenderung sering mengalami kenaikan dan berfluktuasi akibat ketersediaan DOC yang tidak terkontrol serta masih minimnya regulasi yang mengatur keseimbangan antara penawaran dan permintaan DOC. Ketidakseimbangan antara jumlah permintaan dan penawaran DOC yang tersedia dapat mempengaruhi tingkat harga DOC. 2.2.3. Pakan Keberhasilan usahaternak ayam broiler menurut Jayanata dan Harianto (2011), ditentukan oleh kualitas pakan yang diberikan, disamping sifat genetik yang dimiliki ayam broiler dan manajemen yang diterapkan oleh peternakan. Sifat khas ayam broiler yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat harus didukung oleh pemberian jenis pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang cukup. Jenis pakan yang diberikan harus disesuaikan dengan umur ayam broiler. Hal ini dikarenakan setiap jenis pakan memiliki kandungan nutrisi yang berbeda, sesuai dengan jumlah nutrisi yang diperlukan pada setiap fase pertumbuhan ayam broiler. Adapun Santoso dan Sudaryani (2009) telah menggolongkan tiga jenis pakan berdasarkan kandungan nutrisinya. Tabel 6. Jenis Pakan Berdasarkan Kandungan Nutrisi No. Jenis Pakan Umur Protein (%) Ayam Broiler (Hari)
Energi Metabolisme (kkal/kg pakan)
1.
Prestarter
1–7
23 – 24
3.050
2.
Starter
8 – 28
21 – 22
3.100
3.
Finisher
29 – panen
18 – 20
3.200 – 3.300
Sumber : Santoso dan Sudaryani (2009)
Berdasarkan Tabel 6, energi terbesar dapat diperoleh dari jenis pakan finisher, yaitu sekitar 3.200 – 3.300 kilo kalori per kilogram, yang diberikan pada 16
saat ayam broiler berumur 29 hari hingga memasuki waktu panen. Kandungan protein tertinggi terdapat pada jenis pakan prestarter, yaitu sebesar 23 – 24 persen. Jenis pakan prestarter diberikan pada saat ayam broiler berumur 1 – 7 hari. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan protein lebih banyak dibutuhkan oleh ayam broiler pada usia tersebut, karena protein berperan secara langsung dalam mendukung pertumbuhan ayam broiler. Penggunaan jumlah pakan yang tidak berimbang dengan bobot rata-rata ayam broiler dapat mengakibatkan kerugian bagi peternak. Hal ini dikarenakan biaya terbesar dari total biaya produksi bersumber dari biaya pembelian pakan. Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), biaya untuk pakan ayam broiler menempati kontribusi terbesar, yaitu sekitar 70 persen dari total biaya produksi. Oleh karena itu, efisiensi penggunaan pakan perlu diperhatikan oleh peternak ayam broiler. Efisiensi penggunaan pakan dapat dilakukan dengan menambahkan probiotik dan herbal. Jayanata dan Harianto (2011) juga menambahkan bahwa peternak ayam broiler dapat mencampurkan probiotik pada air minum yang diberikan, yang dapat dilakukan sejak tahap awal pemeliharaan. Menurut Jayanata dan Harianto (2011), probiotik dapat menghambat pertumbuhan patogen di dalam tubuh, meningkatkan daya cerna, dan meningkatkan pertumbuhan bobot tubuh. Pemberian probiotik dapat mengoptimalkan pertumbuhan ayam broiler sehingga mampu mengefisiensikan penggunaan pakan. Efisiensi penggunaan pakan diharapkan mampu mengurangi dampak dari kenaikan harga pakan yang seringkali berfluktuasi dan sangat mempengaruhi tingkat pendapatan. Menurut Solihin (2009), harga pakan yang cenderung naik dan berfluktuasi dipengaruhi oleh kondisi tingkat harga bahan baku pembuatan pakan. 2.2.4. Obat-obatan, Vaksin, dan Vitamin Penggunaan obat-obatan, vaksin, dan vitamin sangat dibutuhkan untuk mengatasi
penyakit,
meningkatkan
kekebalan
tubuh,
dan
menunujang
pertumbuhan ayam broiler. Menurut Aziz (2009), obat-obatan, vaksin, dan vitamin dapat digunakan sebagai alternatif manajemen risiko produksi pada usahaternak ayam broiler. Namun menurut Aziz (2009), harga obat-obatan, 17
vaksin, dan vitamin juga dapat mengalami kenaikan dan berfluktuasi sehingga harus digunakan seefisien mungkin dan sesuai dengan aturan penggunaan. Pemberian obat pada peternakan ayam broiler menurut Rasyaf (2010) terdiri dari kelompok obat khusus untuk penyakit yang disebabkan oleh Salmonella sp., kelompok obat Sulfonamides, kelompok obat antibiotika, dan kelompok obat khusus untuk mengobati penyakit berak darah. Menurut Jayanata dan Harianto (2011), para perternak ayam broiler dapat melakukan pengobatan secara herbal dengan menggunakan jahe, kunyit, kencur, daun sirih, temulawak, ataupun bawang puti, sebagai alternatif pengganti obat-obatan kimia. Bahanbahan herbal tersebut dapat dicampur pada pakan ataupun air minum ayam broiler. Jayanata dan Harianto (2011) juga menyatakan bahwa penggunaan herbal dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh ayam broiler terhadap serangan penyakit. Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), vaksin adalah penyakit yang telah dilemahkan dan dimasukkan ke dalam tubuh ayam broiler guna meningkatkan kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Pemberian vaksin dapat dilakukan melalui tetes mata, penyuntikan, dan pencampuran dengan air minum. Santoso dan Sudaryani (2009) mengelompokkan vaksin menjadi dua jenis yaitu, vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif adalah vaksin yang berisi virus hidup, namun virus tersebut telah dilemahkan. Setelah tiga hari penggunaan vaksin ini, kekebalan tubuh ayam broiler dapat ditingkatkan. Vaksin inaktif adalah vaksin yang berisi virus yang dilemahkan dan dicampur dalam emulsi minyak dan bahan stabilisator, untuk memperoleh tingkat kekebalan tubuh yang lebih lama dan stabil. Anita dan Widagdo (2011) menyatakan bahwa vitamin merupakan nutrien organik yang dibutuhkan untuk mendukung berbagai fungsi biokimia yang tidak disintesis oleh tubuh. Vitamin sangat berguna untuk mendukung proses pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh ayam broiler. Seperti halnya manusia, ayam broiler juga membutuhkan jenis vitamin A, B, C, D, E, dan K. Kandungan vitamin tersebut biasanya sudah terdapat di dalam pakan yang diberikan kepada ayam broiler. Hasil penelitian Kusnadi (2006) menyebutkan penambahan vitamin C dengan tingkat suplementasi sebesar 250 ppm yang
18
dicampur pada air minum, dapat membantu meningkatkan konsumsi pakan dan pertambahan bobot tubuh ayam broiler. Menurut Kusnadi (2006), pemberian vitamin C tersebut sangat efektif pada kondisi cuaca yang panas karena pada kodisi tersebut dapat menurunkan jumlah konsumsi pakan akibat penimbunan panas yang terlalu banyak di dalam tubuh ayam broiler. 2.2.5. Tenaga Kerja Peternakan ayam broiler memerlukan sejumlah tenaga kerja yang dapat disesuaikan dengan banyaknya jumlah budidaya ataupun jenis teknologi yang diterapkan. Menurut Rasyaf (2010), peternakan ayam broiler terdiri dari beberapa jenis tenaga kerja, yaitu tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian, serta tenaga kerja harian lepas dan kontrak. 1. Tenaga Kerja Tetap Pada umumnya, tenaga kerja tetap pada peternakan skala kecil dijabat oleh peternak itu sendiri dan sekaligus berperan sebagai pemilik modal, sedangkan pada peternakan skala menengah maupun besar dijabat oleh pihak-pihak yang ahli di dalam bidangnya. Pihak-pihak tersebut terdiri dari tenaga lapang kandang yang bertugas sebagai pemberi pakan, administrasi, dan pemasaran, sehingga gaji yang mereka terima dimasukkan sebagai biaya tetap produksi. Tenagga kerja tetap terikat dengan peraturan yang diterapkan dan harus menetap di peternakan. 2. Tenaga Kerja Harian Tenaga kerja harian biasanya terdiri dari pekerja kasar yang bertugas membersihkan kandang, membersihkan tempat pakan dan minuman, mengangkut pakan, dan membersihkan rumput di sekitar areal kandang. Pekerjaan-pekerjaan tersebut dilakukan secara rutin. Tenaga kerja harian diberi upah harian sesuai dengan jumlah hari kerja yang dijalankan. Tenaga kerja harian tidak terikat dengan aturan yang diterapkan dan tidak menetap di peternakan. 3. Tenaga Kerja harian Lepas dan Kontrak Tenaga kerja harian lepas dan kontrak hanya bekerja untuk menyelesaikan pekerjaan sementara, sehingga sudah tidak ada ikatan jika telah menyelesaikan pekerjaannya. Tenaga kerja semacam ini banyak digunakan pada saat kegiatan panen ayam broiler berlangsung.
19
Menurut Aziz (2009), perekrutan tenaga kerja yang berasal dari masyarakat di sekitar peternakan ayam broiler dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya risiko sosial yang muncul dari lingkungan masyarakat sekitar. Pelibatan masyarakat sekitar sebagai tenaga kerja di peternakan ayam broiler dapat menjadikan masyarakat setempat merasa dihargai atas keberadaannya di dalam lingkungan usahaternak ayam broiler. 2.3.
Pola Usaha Budidaya Ayam Broiler Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), usaha budidaya ayam broiler
dapat dibedakan menjadi pola usaha mandiri dan pola kemitraan. 1. Pola Usaha Mandiri Pada pola usaha mandiri, seluruh usaha budidaya ayam broiler dilakukan sendiri (secara mandiri) oleh peternakan tersebut. Dalam hal ini, peternakan mendatangkan langsung input-input yang dibutuhkan secara langsung dan menerapkan sistem manajerialnya sendiri, sehingga total biaya produksi ditanggung langsung oleh peternak. Pada pola usaha mandiri, seluruh bentuk risiko yang terjadi harus ditanggung oleh peternak karena besarnya kuntungan maupun kerugian diterima langsusng oleh peternak, akibat tidak menjalin kerjasama dengan pihak lain. Secara umum, pola usaha mandiri lebih peka terhadap total produksi, fluktuasi harga ayam broiler dan harga input-input di pasaran. 2. Pola Usaha Kemitraan Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), peternak ayam broiler yang menerapkan pola usaha kemitraan, tidak perlu mengeluarkan seluruh biaya, karena pola ini merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan dengan pihak lain, seperti pabrik pakan, poultry shop, maupun peternak besar (perusahaan). Santoso dan Sudaryani (2009), membagi pola usaha kemitraan menjadi pola inti plasma, pola sewa kandang dan peralatan, dan pola investor. Pada pola inti plasma, pihak inti yaitu pabrik pakan, poultry shop, maupun peternak besar (perusahaan), wajib menyediakan berbagai sarana produksi seperti DOC (Day Old Chick), vaksin, pakan, dan manajemen budidaya. Selain itu, pihak inti berhak menjual hasil produksi peternakan dengan harga kontrak/harga pasar, sedangkan peternak (plasma) wajib menyediakan kandang beserta peralatannya, dan tenaga kerja. 20
Pada pola kemitraan sewa kandang dan peralatan, peternak tidak perlu mengeluarkan modal untuk menyediakan kandang dan peralatannya. Pada kemitraan pola investor, pemilik modal dapat memberikan modalnya kepada peternak untuk membeli tanah dan membuat kandang (tanah dan kandang tetap menjadi milik investor). Menurut Christiawan (2002), pola kemitraan seperti yang dikembangkan pada penelitiannya, yaitu PT Mitra Asih Abadi melalui peternakan inti rakyat (PIR), merupakan bentuk kerjasama yang saling menguntungkan anatara pihak inti (perusahaan) dan plasma (peternak). Pola PIR yang diterapkan oleh PT Mitra Asih Abadi meliputi penyediaan sarana produksi peternakan oleh perusahaan inti, seperti DOC, pakan, obat/vaksin, pemberian jaminan pemasaran hasil produksi peternak dengan harga garansi, dan pemberian bimbingan teknis dan pengawasan secara kontinyu kepada peternak plasma. Manfaat yang dapat diperoleh dari pola usaha kemitraan adalah dapat menciptakan lapangan kerja baru, menciptakan keadilan dan pemerataan pendapatan bagi peternak plasma, dapat menciptakan harga jual ayam broiler yang ideal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, dan dapat meminimalisasi risiko yang dihadapi oleh peternak, seperti risiko produksi, risiko pemerolehan dan harga beli input, dan risiko harga penjualan ayam broiler. 2.4.
Tinjauan Penelitian Terdahulu yang Relevan Tingkat pendapatan yang diperoleh para peternak plasma ayam broiler
menurut Maulana (2008) terbagi menjadi tiga skala. Pada skala I (2.500 – 4.999 ekor), tingkat pendapatan sebesar Rp 435,85 per kilogram bobot hidup. Pada peternak dengan skala II (5.000 – 13.999 ekor) memperoleh pendapatan sebesar Rp 388,59 per kilogram bobot hidup, sedangkan pada peternak skala III (14.000 – 37.000 ekor) memperoleh pendapatan sebesar Rp 580,96 per kilogram bobot hidup. Nilai R/C tertinggi diperoleh peternak skala III, yaitu sebesar 1,07 yang mengindikasikan bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan, maka peternak akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,07. Hal ini mengindikasikan bahwa para peternak plasma memperoleh keuntungan dari usahaternak ayam broiler yang dijalankannya. Usahaternak ayam broiler memang memiliki potensi untuk meningkatkan tingkat pendapatan para peternak. Namun, hasil analisis risiko yang dilakukan 21
oleh Aziz (2009) pada peternakan ayam broiler di Desa Tapos, menghasilkan nilai expected return sebesar Rp 5.768.199,00, yang menggambarkan bahwa pendapatan bersih yang diharapkan dapat diperoleh peternak pada waktu mendatang adalah sebesar Rp 5.768.199,00 (cateris paribus). Nilai standard deviation yang diperoleh adalah sebesar Rp 10.095.088,00, mencerminkan bahwa risiko yang dihadapi pada setiap periode produksi mendatang adalah sebesar Rp 10.095.088,00 (cateris paribus). Nilai coefficient variation yang diperoleh sebesar 1,75 menunjukkan bahwa risiko yang ditanggung oleh peternakan ayam broiler tersebut adalah sebesar 175 persen dari setiap return yang diterima (cateris paribus). Hal ini mengindikasikan bahwa usahaternak ayam broiler menghadapi risiko yang cukup besar sehingga harus ditangani oleh peternak. Menurut Aziz (2009), risiko-risiko yang berpengaruh langsung terhadap pendapatan peternakan ayam broiler di Desa Tapos meliputi risiko harga, risiko produksi, dan risiko sosial. Manajemen risiko yang diterapkan oleh peternakan tersebut meliputi manajemen risiko harga, manajemen risiko produksi, dan manajemen risiko sosial. Manajemen risiko harga yang diterapkan adalah dengan melakukan proses pemanenan pada saat waktu yang tepat. Manajemen risiko produksi yang diterapkan adalah melalui proses persiapan kandang, proses budidaya, dan proses pemanenan, guna mengurangi tingkat mortalitas. Manajemen risiko sosial yang diterapkan adalah dengan melibatkan partisispasi masyarakat sekitar dalam kegiatan produksi, seperti dengan perekrutan pekerja dari masyarakat sekitar, pemberian biaya sosial, dan kontribusi dalam kegiatan sosial dalam bentuk kerja bakti. Risiko harga seringkali terjadi pada usahaternak ayam broiler, baik yang terjadi pada harga sarana produksi ternak maupun harga jual ayam broiler. Salah satu risiko harga sarana produksi ternak yang cukup mempengaruhi kelangsungan usahaternak ayam broiler adalah terjadinya fluktuasi harga DOC. Menurut Siregar (2009), pola pergerakan harga DOC dipengaruhi oleh kondisi penawaran dan permintaan di pasar. Berdasarkan hasil analisis GARCH, risiko harga DOC ayam broiler dipengaruhi oleh volalitas dan varian harga DOC broiler pada periode sebelumnya dengan tanda positif. Hal ini mengindikasikan bahwa jika terjadi peningkatan harga DOC broiler pada periode sebelumnya, maka akan
22
meningkatkan risiko harga DOC broiler pada periode berikutnya. Menurut Siregar (2009), persentase besarnya risiko harga DOC yang dihadapi oleh PT Sierad Produce Tbk, selaku perusahaan penghasil DOC, adalah sebesar 14,53 persen, sedangkan risiko harga DOC layer hanya sebesar 7,70 persen. Hal ini menunjukkan bahwa PT Sierad Produce Tbk menghadapi tingkat risiko harga DOC broiler yang lebih tinggi dibandingkan dengan risiko harga DOC layer. Siregar (2009) menyatakan, strategi yang dilakukan oleh PT Sierad Produce Tbk dalam mengatasi risiko harga DOC adalah dengan melakukan pemusnahan DOC dan telur tetas, seta menjual DOC dengan harga yang lebih murah jika terjadi kelebihan produksi. Namun, Siregar (2009) menganggap strategi ini belum tepat karena dapat menimbulkan biaya baru sihingga belum mampu menstabilkan harga jual DOC PT Sierad Produce Tbk. Menurut Siregar (2009), PT Sierad Produce Tbk dapat menerapkan strategi untuk mengatasi risiko harga DOC dengan melakukan perencanaan produksi dan penjualan dengan menganalisis pola harga jual DOC secara rutin dan menjadikan harga jual DOC pada periode sebelumnya sebagai dasar untuk memprediksi harga jual DOC pada periode selanjutnya. Selain itu, PT Sierad Produce Tbk dapat meningkatkan kemitraan dengan para peternak sehingga dapat melakukan pencatatan data permintaan DOC. Menurut Solihin (2009), risiko produksi pada usahaternak ayam broiler disebabkan oleh adanya perubahan cuaca, wabah penyakit, dan kualitas sarana produksi ternak, sedangkan risiko harga diakibatkan adanya fluktuasi harga sarana produksi ternak yang cenderung terus meningkat pada setiap periode produksi. Fluktuasi harga juga terjadi pada harga jual ayam broiler di pasaran. Berdasarkan hasil analisis risiko yang dilakukan Solihin (2009) di CV AB Farm, nilai Coefficient Variation yang diperoleh adalah sebesar -2,63 persen. Artinya, setian Rp 1,00 return yang diperoleh CV AB Farm akan menghasilkan risiko sebesar Rp 2,63. Nilai batas bawah pendapatan yang diperoleh CV AB Farm adalah sebesar -Rp 111.107.708,00. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kemungkinan risiko terendah atau kerugian terendah yang dialami CV AB Farm pada setiap periode mendatang adalah sebesar –Rp 111.107.708, cateris paribus. Indeks Prestasi Produksi rata-rata yang diperoleh selama tujuh periode produksi adalah 203 yang
23
menghasilkan pendapatan sebesar –Rp 124.356.104,00, sedangkan Indeks Prestasi standar yang seharusnya diperoleh adalah sebesar 301 dengan nilai pendapatan Rp 310.615.119,00. Artinya, telah terjadi penyimpangan risiko produksi yang dihadapi CV AB Farm sebesar 98 atau 32,6 persen yang berisiko menurunkan pendapatan sebesar Rp. 342.290.546,00. Menurut Solihin (2009), manajemen risiko yang dapat diterapkan oleh CV AB Farm adalah dengan memproduksi pakan secara mandiri, melakukan kontrol kandang secara ketat, melakukan konsultasi
klinis,
memperketat
biosecurity,
memperbaiki
manajemen
perkandangan, dan membentuk kelompok peternak sebagai sarana informasi dan diskusi. Risiko prooduksi yang terjadi pada setiap usahaternak ayam broiler dipengaruhi oleh adanya sumber-sumber riisiko pada setiap peternakan. Menurut Pinto (2011), terdapat empat jenis sumber risiko produksi pada usahaternak ayam broiler, yaitu kepadatan ruang, perubahan cuaca, hama predator, dan penyakit. Berdasarkan hasil perhitungan tingkat probabilitas dengan menggunakan metode z-score yang dilakukan oleh Pinto (2011), sumber risiko produksi hama predator memiliki tingkat probabilitas tertinggi yaitu sebesar 38,4 persen, disusul oleh probabilitas sumber risiko produksi kepadatan ruang sebesar 33,7 persen, sumber risiko penyakit sebesar 33 persen, dan perubahan cuaca sebesar 12,5 persen. Hasil perhitungan dampak dari sumber-sumber risiko dengan menggunakan metode Value at Risk (VaR) yang dilakukan oleh Pinto (2011) menghasilkan sumber risiko penyakit memberikan dampak terbesar pada tingkat keyakinan 95 persen, disusul sumber risiko kepadatan ruang, perubahan cuaca, dan hama predator. Menurut Pinto (2011) terdapat dua strategi alternatif risiko produksi yang dapat diterapkan oleh para peternak, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif yang diusulkan yaitu memakai ventilasi buatan, meningkatkan kedisiplinan anak kandang, menjaga perlakuan yang bersifat operasional, dan memakai jaring kawat di seluruh bagian kandang. Strategi mitigasi yang diusulkan yaitu dengan menggunakan obat dan vaksin secara selang-seling. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian Maulana (2008), Aziz (2009), Siregar (2009), Solihin (2009), dan Pinto (2011). Persamaan pada penelitian ini adalah meneliti komoditi yang sama dengan
24
penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu komoditi ayam broiler. Namun, Siregar (2009) memilih DOC broiler dan layer sebagai objek penelitiannya. Perbedaan mendasar antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulana (2008), Aziz (2009), Siregar (2009), Solihin (2009), dan Pinto (2011) adalah penelitian ini dilakukan pada lokasi dan waktu yang berbeda. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Maulana (2008) adalah kedua penelitian menganalisis pendapatan usahaternak ayam broiler. Namun, penelitian ini menambahkan analisis risiko serta pengaruhnya terhadap pendapatan yang diperoleh peternak ayam broiler. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Aziz (2009) dan Solihin (2009) yaitu dalam hal manganalisis risiko usahaternak ayam broiler. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Aziz (2009) dan Solihin (2009) terletak pada skala usaha peternak, identifikasi risiko yang dihadapi, serta metode analisis yang digunakan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Siregar (2009) dan Pinto (2011) adalah menganalisis risiko dan menggunakan metode analisis risiko Value at Risk (VaR). Namun, terdapat perbedaan objek penelitian khususnya pada penelitian Siregar (2009) yang menganalisi DOC broiler dan layer, sedangkan penelitian ini menganalisis objek penelitian komoditi ayam broiler. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Pinto (2011) terletak pada analisis risiko produksi usahaternak ayam broiler, yang menganalisis tingkat probabilitas dan dampak dari sumber-sumber risiko produksi. Namun, penelitian ini tidak hanya menganalisis tingkat probabilitas dan dampak risiko saja, melainkan juga menganalisis ukuran risiko produksi yang dihadapi yaitu dengan menggunakan analisis hasil yang diharapkan (expected return), analisis varian (variance), analisis simpangan baku (standard deviation), dan analisis koefisien variasi (coefficient variation). Beberapa penelitian terdahulu tersebut, dapat dijadikan sebagai acuan pada penelitian ini dan dirangkum dalam Tabel 7.
25
Tabel 7. Penelitian Terdahulu yang Relevan Penulis Judul Metode Analisis
Tujuan
Menganalisis mekanisme Analisis kemitraan inti-plasma, Deskriptif, mengetahui manajemen Analisis ternak Pendapatan, dan pemeliharaan kemitraan inti-plasma, Analisis R/C menghitung pendapatan dan nilai R/C peternak plasma.
Muhammad Lucky Maulana (2008)
Analisis Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan Inti-Plasma (Studi Kasus Peternak Plasma dari Tunas Mekar farm di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Faishal Abdul Aziz (2009)
Analisis Risiko dalam Analisis Risiko Menganalisis pengaruh terhadap Analisis risiko Usahaternak Ayam dan pendapatan, Broiler (Studi Kasus Deskriptif menganalisis alternatif Usaha Peternakan X di manajemen risiko yang Desa Tapos, diterapkan. Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)
Yusni Rahmadani Siregar (2009)
Analisis Risiko Harga Day Old Chick (DOC) Broiler dan Layer pada PT Sierad Produce Tbk Parung, Bogor
Muhamad Solihin (2009)
risiko Risiko Prooduksi dan Analisis Risiko Menganalisis dan risiko Analisis produksi Harga serta dan harga, menganalisis Pengaruhnya terhadap Deskriptif tigkat pendapatan, Pendapatan peternakan menganalisis pengaruh Ayam Broiler CV AB risiko terhadap Farm Kecamatan pendapatan, Bojonggentengmenganalisis alternatif Sukabumi strategi menghadapi risiko produksi dan risiko harga.
Bona Pinto (2011)
Analisis Risiko Analisis dan Produksi pada Deskriptif Peternakan Ayam Analisis Risiko Broiler Milik Bapak Restu di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor
Analisis Kualitatif dan Analisis Risiko Model ARCHGARCH dan Perhitungan VaR (Value at Risk)
Menganalisis risiko harga DOC layer dan broiler, menganalisis alternatif strategi risiko harga.
Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi, menganalisis besarnya probabilitas dan dampak risiko produksi, dan menganalisis alternatif strategi yang diterapkan untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi.
26
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Konsep Risiko Dalam menjalankan kehidupan, risiko merupakan bagian yang tidak dapat dihindari. Menurut Kountur (2004), risiko didefinisikan sebagai suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi oleh seseorang maupun perusahaan yang dapat menyebabkan kerugian. Menurut Djohanputro (2008), pengertian risiko yang paling mendasar adalah sebagai ketidakpastian yang telah diketahui tingkat probabilitasnya.
Djohanputro
(2008)
membandingkan
antara
risiko
dan
ketidakpastian. Menurut Djohanputro (2008), risiko merupakan subjek yang memiliki ukuran kuantitas yang diketahui melalui tingkat probabilitas dan data pendukung kejadiannya, sedangkan ketidakpastian merupakan subjek yang tidak memiliki ukuran kuantitas dan tidak memiliki data pendukung untuk mengukur probabilitas kejadiannya. Beberapa definisi risiko dari para ahli, disimpulkan oleh Kasidi (2010) sebagai kemungkinan terjadinya berbagai penyimpangan dari harapan sehingga dapat menyebabkan kerugian. Menurut Darmawi (2010), para ahli statistik mendefinisikan risiko sebagai derajat penyimpangan suatu nilai yang berada di sekitar titik pusat atau titik rata-rata. Darmawi (2010) juga memberikan variasi lain dari definisi risiko yaitu sebagai probabilitas obyektif dari outcome aktual suatu kejadian yang berbeda dengan outcome yang diharapkan atau dengan kata lain, risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya kerugian yang tidak terduga. Menurut Darmawi (2010), kemungkinan tersebut menunjukkan adanya ketidakpastian yang ditimbulkan karena berbagai hal, diantaranya : 1. Jarak waktu dimulainya perencanaan suatu kegiatan hingga kegiatan tersebut berakhir. 2. Keterbatasan informasi yang tersedia. 3. Adanya keterbatasan pengetahuan, keterampilan, maupun teknik pengambilan keputusan. Kountur (2008) menyatakan bahwa terdapat beberapa kategori risiko berdasarkan atas sudut pandang seseorang melihatnya, diantaranya berdasarkan
penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulakan, aktivitas yang dilakukan, dan kejadian yang terjadi. 1. Risiko Berdasarkan Sudut Pandang Penyebabnya Risiko yang dapat dilihat dari sudut pandang penyebab terjadinya risiko terdiri dari risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan merupakan risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan, seperti harga, tingkat suku bunga, dan fluktuasi nilai mata uang asing. Risiko operasional adalah risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan seperti, manusia, teknologi, dan alam. 2. Risiko Berdasarkan Sudut Pandang Akibat Risiko yang dilihat berdasarkan akibat yang ditimbulkan terdiri dari risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang hanya dapat menimbulkan kemungkinan kerugian atau kehilangan dan tidak mungkin menimbulkan kemungkinan memperoleh keuntungan. Risiko spekulatif adalah risiko yang memiliki dua kemungkinan, yaitu tidak hanya kemungkinan yang menguntungkan, namun dapat pula kemungkinan yang merugikan. Setiap kegiatan usaha akan selalu berhadapan dengan risiko murni maupun risiko spekulatif. 3. Risiko Berdasarkan Sudut Pandang Aktivitas Berbagai jenis aktivitas yang dilakukan dapat menimbulkan risiko, seperti aktivitas pemberian kredit. Semakin banyak jumlah aktivitas yang dijalankan, maka semakin banyak pula risiko yang dihadapi. 4. Risiko Berdasarkan Sudut Pandang Kejadian Risiko dapat dikategorikan berdasarkan kejadiannya, seperti kebakaran dan kecelakaan. Kejadian merupakan salah satu bagian dari aktivitas karena dalam suatu aktivitas terdiri dari beberapa kejadian. Darmawi (2010) mengklasifikasikan sumber risiko menjadi risiko sosial, risiko fisik, dan risiko ekonomi. Risiko sosial pada umumnya bersumber dari masyarakat. Risiko sosial ditunjukkan oleh terjadinya tindakan oleh masyarakat yang dapat menimbulkan kerugian seperti, pencurian, peperangan, huru-hara, dan aksi perusakan. Risiko fisik dapat bersumber dari fenomena alam dan tingkah laku manusia. Risiko ekonomi dapat bersumber dari situasi dari keadaan ekonomi yang
28
sedang berlaku pada periode waktu tertentu seperti, inflasi, resesi, tingkat suku bunga, dan nillai tukar domestik terhadap mata uang asing. 3.1.2. Sikap dalam Menghadapi Risiko Setiap investor memiliki sikap yang berbeda dalam melakukan pengambilan keputusan terhadap usaha yang akan dijalankannya. Menurut Render dan Stair diacu dalam Fahmi (2010), terdapat tiga kelompok sikap investor dalam menghadapi risiko berdasarkan konsep marginal utilitas, diantaranya adalah Risk Averters, Risk Lovers, dan Risk Neutral. Utility
Risk Averters Risk Neutral Risk Lovers
0
Income
Gambar 3.
Tiga Perbedaan Sikap Pengambilan Keputusan Investor Sumber: Render dan Stair diacu dalam Fahmi (2010)
Risk Averters terdiri dari kelompok investor yang berusaha menghindari risiko atau tidak ingin menanggung risiko dalam bentuk kerugian yang timbul pada masa yang akan datang. Kelompok ini sangat berhati-hati dalam melakukan pengambilan keputusan atau biasanya cenderung melakukan tindakan yang disebut safety player. Menurut Fahmi (2010), sebagian besar investor bertipe Risk averter. Fahmi (2010) juga menyatakan bahwa Risk averter cenderung sulit menjadi pemimpin atau innovator dan lebih banyak menjadi seorang follower. Menurut Sofyan (2005), Risk averter memiliki fungsi utilitas yang berbentuk cekung yang menggambarkan bahwa marginal utilitas (tambahan kepuasan) akan selalu menurun untuk setiap tambahan biaya yang dikeluarkan.
29
Risk Lovers atau Risk Seeking terdiri dari kelompok investor yang menyenangi risiko. Menurut Fahmi (2010), bagi kelompok ini semakin tinggi risiko yang dihadapi, maka keuntungan yang diperoleh akan semakin tinggi. Menurut Sofyan (2005), kelompok ini memiliki preferensi terhadap risiko yang lebih tinggi dibandingkan Risk averters dan biasanya memiliki sikap yang sangat optimis. Risk Lovers memiliki fungsi utilitas yang berbentuk cembung, yang menggambarkan bahwa marginal utilitas akan selalu meningkat untuk setiap tambahan biaya yang dikeluarkan. Menurut Sofyan (2005), Risk Neutral terdiri dari kelompok investor yang tidak peduli terhadap risiko. Fungsi utilitas yang dimiliki oleh kelompok Risk Neutral berupa garis tegak lurus yang sesuai dengan ekspektasi labanya. 3.1.3. Konsep Manajemen Risiko Secara umum, manajemen risiko merupakan upaya yang dilakukan untuk mengendalikan risiko, sehingga dapat memperkecil kemungkinan maupun dampak yang ditimbulkan oleh risiko yang dihadapi. Menurut Kountur (2004), manajemen risiko merupakan berbagai cara yang digunakan oleh manajemen untuk menangani berbagai persoalan yang disebabkan oleh adanya risiko, sehingga perusahaan dapat memperoleh berbagai manfaat, yaitu menjamin pencapaian
tujuan,
memperkecil
kemungkinan
terjadinya
kebangkrutan,
meningkatkan keuntungan perusahaan, dan memberikan keamanan pekerjaan. Menurut Kasidi (2010), risiko tidak hanya dihindari, melainkan juga harus dihadapi dengan cara memperkecil kemungkinan terjadinya suatu kerugian. Hal ini dikarenakan risiko dapat datang setiap waktu dan dapat menghalangi kegiatan usaha. Definisi manajemen risiko menurut Kasidi (2010) adalah bentuk usaha rasional yang dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian akibat dari risiko yang dihadapi. Menurut Djohanputro (2008), manajemen risiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif-alternatif penanganan risiko, memonitor, dan mengidentifikasi implementasi dari penanganan risiko tersebut. Menurut Kountur (2008), proses manajemen atau pengelolaan risiko dimulai dengan identifikasi risiko, pengukuran risiko, penanganan risiko, dan
30
evaluasi. Proses manajemen tersebut dilakukan secara terus-menerus dalam suatu siklus waktu tertentu oleh perusahaan. Kountur (2008) menyatakan bahwa identifikasi risiko diperlukan untuk memperoleh daftar risiko. Langkah-langkah dalam proses identifikasi risiko terdiri dari menentukan unit risiko, memahami proses bisnis dari unit tersebut, menentukan beberapa aktivitas yang krusial, menentukan barang dan orang pada aktivitas krusial tersebut, menentukan kerugian yang dapat terjadi pada aktivitas tersebut, menentukan penyebab terjadinya kerugian, dan membuat daftar risiko. Selanjutnya, risiko-risiko yang telah terdaftar tersebut diukur. Pengukuran risiko tersebut merupakan upaya untuk menghasilkan status risiko dan membuat peta risiko. Status risiko dapat menunjukkan tingkatan risiko, sehingga dapat diketahui risiko yang paling tinggi dan risiko yang paling rendah. Peta risiko menggambarkan sebaran risiko, sehingga dapat diketahui dimana risiko berada dalam suatu peta. Hasil dari pemetaan dan status risiko dapat memberikan gambaran bagi pihak menajemen dalam membuat keputusan untuk melakukan penanganan risiko. Kountur (2008) menyatakan bahwa penanganan risiko dapat memberikan usulan yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko yang telah dipetakan. Setelah dilakukan penanganan risiko, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan evaluasi. Bentuk evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi dari pelaksanaan manajemen risiko yang telah dilakukan. Proses
Evaluasi
Output Identifikasi Risiko
Daftar Risiko
Pengukuran Risiko
1. Peta Risiko 2. Status Risiko
Penanganan Risiko Gambar 4.
Penanganan Risiko
Proses Pengelolaan Risiko Sumber: Kountur (2008)
31
Kasidi (2010) menyatakan bahwa pengelolaan risiko dapat dilakukan melalui pengendalian risiko (risk control) dan pembiayaan risiko (risk financing). Pengendalian risiko dapat diljalankan dengan menghindari risiko, mengendalikan risiko, pemisahan, pooling atau kombinasi, dan pemindahan risiko. Pembiayaan risiko dapat dilakukan dengan pemindahan risiko melalui asuransi atau dengan menanggung risiko sendiri (retention). 3.1.4. Ukuran Risiko Risiko memiliki keterkaitan yang erat dengan kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan dampak yang merugikan sebagai akibat dari kejadian tersebut. Menurut Kountur (2004), karakteristik dari risiko adalah mengandung unsur kemungkinan yang dapat diukur, sehingga besarnya kemungkinan terjadinya satu risiko dengan risko lain akan berbeda. Menurut Darmawi (2010), perlunya mengukur risiko antara lain untuk mengetahui tingkat relatif dan kepentingannya, serta untuk memperoleh informasi guna menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang sesuai. Kountur (2004) menyatakan bahwa pengukuran risiko terdiri dari pengukuran
kemungkinan
terjadinya
suatu
risiko,
pengukuran
dampak
(konsekuensi) yang ditimbulkan oleh suatu risiko, dan mengetahui status dan peta risiko. Besar kecilnya kemungkinan terjadinya suatu risiko dapat ditentukan dengan menggunakan metode distribusi ataupun metode aproksimasi. Kountur (2004) pun menyatakan bahwa dampak (konsekuensi) yang ditimbulkan oleh suatu risiko umumnya bersifat merugikan, sehingga dapat diukur berdasarkan jenis kerugiannya yaitu kerugian langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian langsung merupakan dampak yang langsung diderita akibat terjadinya suatu risiko, sedangkan kerugian tidak langsung merupakan dampak yang secara tidak langsung diderita akibat terjadinya suatu risiko. Menurut Djohanputro (2008), pengukuran suatu risiko terdiri dari penentuan national amount, sentsitivitas, volalitas, dan penyimpangan bawah. National amount merupakan tahap menentukan batas atas besarnya nilai yang menghadapi risiko. Ukuran sensitivitas mengukur berapa dampak yang diterima oleh suatu variabel apabila dipengaruhi oleh faktor penentu lain yang mengalami perubahan. Dampak tersebut dapat berupa akibat dari perubahan parameter 32
dengan skala kecil maupun akibat dari perubahan lain yang memberikan dampak yang berbeda. Volalitas merupakan analisis yang mengukur seberapa besar tingkat harga, tingkat pengembalian, ataupun variabel lain dari suatu aset dapat berfluktuasi. Semakin tinggi fluktuasi yang terjadi, maka akan semakin tinggi pula tingkat risikonya. Penyimpangan bawah memiliki dua pengertian yaitu berupa besarnya dampak negatif yang berupa tidak tercapainya hasil yang diharapakan (expected return), maupun sebagai Value at Risk (VaR) yang mengukur kerugian maksimum yang dapat terjadi dengan tingkat keyakinan tertentu. Menurut Sunaryo (2009), salah satu ukuran risiko yang lazim adalah simpangan baku (standard deviation). Simpangan baku merupakan akar kuadrat dari varian (variance), dari tingkat keuntungan/kerugian yang diperoleh. Selain itu, Fahmi (2010) menyatakan bahwa untuk melengkapai perhitungan risiko agar lebih komperhensif khususnya jika penyebaran hasil yang diharapkan (expected return) sangat besar, maka perlu digunakan perhitungan tambahan yaitu koefisien variasi (coefficient variation). Koefisien variasi dapat dihitung dengan membagi angka perolehan dari standar deviasi dengan hasil yang diharapkan. 3.1.5. Analisis Pendapatan Usahaternak Ayam Broiler Pendapatan usahatani dibedakan atas pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Menurut Soekartawi et al (1986), pendapatan kotor usahatani merupakan nilai produk total usahatani yang dijual ataupun yang tidak dijual dalam jangka waktu tertentu, sedangkan pendapatan bersih usahatani merupakan selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani. Soekartawi et al (1986) juga mendefinisikan pengeluaran total usahatani sebagai nilai semua masukan yang dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga yang digunakan oleh petani. Pendapatan usahaternak ayam broiler dapat diukur dari tingkat produktivitas, yang tercermin dari tingkat mortalitas ayam broiler yang dihasilkan pada setiap periode produksi. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas ayam broiler dapat mempengaruhi total hasil produksi dan keuntungan yang diperoleh. Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan yang diperoleh peternak ayam broiler, antara
33
lain prestasi produksi, harga sarana produksi peternakan, harga jual ayam broiler, dan pencurian. 3.2.
Kerangka Pemikiran Operasional Usahaternak ayam broiler cukup diminati di kalangan peternak karena
memiliki waktu budidaya yang relatif singkat dibandingkan jenis usahaternak lain. Selain itu, konsumsi daging ayam broiler di kalangan masyarakat pun cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peternakan Bapak Maulid adalah sebuah peternakan plasma yang membudidayakan ayam broiler di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang. Peternakan Bapak Maulid baru berdiri pada bulan Desember tahun 2010 lalu. Dalam menjalankan usahaternak ayam broiler, Peternakan Bapak Maulid mengalami fluktuasi tingkat mortalitas ayam broiler sehingga terjadi penyimpangan antara hasil produksi aktual dengan standar hasil produksi yang seharusnya dapat dicapai pada setiap periode produksi. Bentuk penyimpangan tersebut mengindikasikan bahwa Peternakan Bapak Maulid menghadapi risiko produksi dalam menjalankan usahaternak ayam broiler. Risiko-risiko produksi tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil produksi ayam broiler Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode produksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis risiko produksi yang dihadapi, sehingga dapat dihasilkan alternatif strategi bagi Peternakan Bapak Maulid dalam menghadapi risiko. Risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis risiko. Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi. Analisis risiko produksi yang digunakan pada penelitian ini meliputi analisis hasil yang diharapkan (expected return), analisis varian (variance), analisis simpangan baku (standard deviation), analisis koefisien variasi (coefficient variation), analisis metode nilai standar (z-score), dan analisis metode Value at Risk (VaR). Analisis risiko hasil yang diharapkan, analisis varian, analisis simpangan baku, dan analisis koefisien variasi digunakan uuntuk mengukur tingkat risiko produksi berdasarkan tingkat pendapatan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi pengamatan. Analisis metode nilai standar (z-score) digunakan untuk mengetahui besarnya tingkat probabilitas (peluang) sumber-sumber risiko 34
produksi di Peternakan Bapak Maulid. Analisis metode Value at Risk (VaR) digunakan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat adanya sumbersumber risiko produksi di Peternakan Bapak Maulid pada tingkat kepercayaan tertentu. Hasil analisis metode nilai standar (z-score) dan analisis metode Value at Risk (VaR) dapat dipetakan ke dalam peta risiko. Hasil analisis tersebut selanjutnya dianalisis kembali secara deskriptif melalui observasi, wawancara, dan diskusi dengan pihak pengelola Peternakan Bapak Maulid. Hasil analisis risiko yang diperoleh digunakan untuk menentukan alternatif manajemen risiko yang dapat diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid, sehingga dapat membantu dalam mencapai tujuannya yaitu memperoleh hasil produksi dan pendapatan yang optimal. Alur kerangka pemikiran operasional disajikan pada Gambar 5. Peternakan Bapak Maulid
Fluktuasi Tingkat Mortalitas Ayam Broiler
Analisis Risiko Produksi
Identifikasi Sumber-sumber Risiko Produksi
Analisis Ukuran, Tingkat Probabilitas, dan Dampak Risiko Produksi
Alternatif Manajemen Risiko Produksi Gambar 5.
Bagan Kerangka Pemikiran Operasional
35
IV METODE PENELITIAN 4.1.
Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Bapak Maulid yang terletak di
Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive, yakni atas dasar pertimbangan Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi penghasil daging ayam broiler terbesar di Pulau Sumatera dan Peternakan Bapak Maulid merupakan peternakan yang menerapkan hubungan kemitraan inti plasma dengan PT Sumber Unggas Cemerlang (SUC), yang dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko yang dapat menyebabkan kerugian. Di samping itu, Peternakan Bapak Maulid adalah salah satu peternakan yang cukup berpotensi untuk dikembangkan pada masa yang akan datang karena berada pada lokasi yang cukup strategis dibandingkan dengan peternakan-peternakan ayam broiler lain, yaitu didukung dengan kondisi lingkungan yang masih asri, cukup jauh dari pemukiman penduduk, dan dekat dengan akses jalan raya lintas provinsi yang menghubungkan antara Provinsi Sumatera Selatan dengan Provinsi Jambi. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2012 hingga tanggal 28 Maret 2012. 4.2.
Jenis dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan Bapak Maulid selaku pemilik peternakan, yang berperan dalam mengatur sistem manajemen peternakan yang meliputi manajemen produksi, manajemen keuangan, dan manajemen sumberdaya manusia. Selain itu, data primer juga diperoleh dari karyawan-karyawan di Peternakan Bapak Maulid, yang berperan langsung dalam membudidayakan dan melakukan kegiatan pemanenan ayam broiler, dan pengawas lapangan (field controller) dari PT SUC yang bertugas mengawasi kegiatan budidaya ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid. Data primer yang diperoleh meliputi keadaan umum Peternakan Bapak Maulid, kegiatan usahaternak ayam broiler Peternakan Bapak Maulid, dan manajemen risiko yang
telah diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid. Data primer tersebut diperoleh dari hasil wawancara, diskusi, dan observasi selama berada di lokasi penelitian. Data primer juga diperoleh dari PT SUC sebagai pihak inti, melalui observasi terhadap mekanisme pengawasan produksi oleh pihak PT SUC di Peternakan Bapak Maulid. Selain melakukan observasi, peneliti juga melakukan wawancara dan diskusi dengan bantuan kuesioner kepada pihak PT SUC, terkait dengan mekanisme pengawasan yang telah dilakukan di Peternakan Bapak Maulid. Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah data produksi ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid yang meliputi data upah dan gaji karyawan, data penggunaan pakan dan obat-obatan, data kematian ayam broiler dan data penjualan. Data sekunder pun diperoleh dari PT SUC berupa data standar bobot ayam broiler, data standar FCR (Food Convertion Ratio) dan data harga garansi. Data sekunder yang digunakan merupakan data yang terkumpul selama tujuh periode produksi pengamatan yaitu pada tanggal 7 Januari 2011 – 26 November 2011. 4.3.
Metode Analisis Data primer dan sekunder yang diperoleh dijadikan sebagai ukuran pada
penelitian ini. Data primer dan sekunder tersebut diolah dengan menggunakan beberapa metode analisis sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan Tabel 8, metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis pendapatan, dan analisis risiko. Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan penelitian pertama dan keempat, yaitu mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber risiko produksi, serta menganalisis alternatif-alternatif strategi risiko produksi yang dapat diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid. Analisis pendapatan dan analisis risiko digunakan untuk menjawab tujuan penelitian kedua, yaitu menganalisis tingkat risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid. Selain itu, analisis risiko juga digunakan untuk menjawab tujuan penelitian ketiga yaitu menganalisis tingkat probabilitas dan dampak sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid. Jenis data yang diperoleh pada penelitian ini yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi, 37
wawancara, dan diskusi dengan menggunakan kuesioner. Data kuantitatif diperoleh dari laporan produksi ayam broiler yang terdiri dari laporan jumlah kematian, laporan pengeluaran biaya dan penerimaan hasil di Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi pengamatan. Data kuantitatif tersebut digunakan untuk melakukan penilaian risiko yang dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan terhadap hasil (return) yang diperoleh. Pada penelitian ini, return dihitung dari nilai rata-rata pendapatan bersih yang diterima Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi pengamatan. Tabel 8. Metode Analisis untuk Menjawab Tujuan Penelitian No. Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber Data
Metode Analisis
1.
Mengidentifikasi dan menganalisis sumbersumber risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid
Kualitatif
Wawancara, diskusi, kuesioner, observasi
Analisis Deskriptif
2.
Menganalisis tingkat risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid
Kuantitatif
Laporan biaya dan penerimaan selama tujuh periode produksi pengamatan
Analisis Risiko
3.
Menganalisis tingkat Kuantitatif probabilitas dan dampak sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid
Laporan produksi periode pengamatan
Analisis Risiko
4.
Menganalisis alternatifalternatif strategi yang dapat diterapkan Peternakan Bapak Maulid untuk menangani risiko produksi yang dihadapi
Wawancara, diskusi, kuesioner, observasi
Analisis Deskriptif
Kualitattif
4.3.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko produksi, serta menganalisis alternatif-alternatif strategi risiko produksi
38
yang dapat diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid. Selain itu, analisis deskriptif juga digunakan untuk mengetahui gambaran umum Peternakan Bapak Maulid dan menganalisis manajemen risiko produksi yang telah diterapkan. Identifikasi dan analisis risiko produksi dilakukan untuk mengetahui sumbersumber risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid. Analisis manajemen risiko produksi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas dari manajemen produksi yang telah diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid. Evaluasi tersebut dilakukan dengan membandingkan tingkat mortalitas ayam broiler pada setiap periode produksi. Analisis alternatif-alternatif strategi manajemen risiko produksi dilakukan berdasarkan hasil dari pemetaan risiko dan disesuaikan dengan manajemen risiko produksi yang telah diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid. 4.3.2. Analisis Pendapatan Soekartawi (2006) menyatakan bahwa analisis pendapatan usahatani dapat dilakukan secara parsial maupun keseluruhan (whole-farm analysis). Analisis parsial dilakukan pada satu cabang usahatani, sedangkan analisis secara keseluruhan dilakukan pada semua cabang usahatani. Analisis parsial terdiri dari analisis tabel, analisis R/C, B/C, NPV, dan IRR, serta analisis Biaya Sumberdaya Domestik (BSD). Analisis pendapatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis Return Cost Ratio (R/C), karena jenis analisis ini dapat menggambarkan tingkat pendapatan Peternakan Bapak Maulid yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Analisis pendapatan R/C digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi pengamatan. Menurut Soekartawi (2006), analisis R/C merupakan perbandingan antara total penerimaan dan total biaya. Secara matematis, analisis R/C dapat dirumuskan sebagai berikut : R C
Total Penerimaan Produksi Total Biaya Produksi
Keterangan: R
= Penerimaan/Revenue (Rupiah)
C
= Biaya/Cost (Rupiah) 39
Menurut Soekartawi (2006), jika dihasilkan nilai R/C = 1, maka kegiatan usahatani dikatakan tidak mengalami keuntungan ataupun kerugian, atau dengan kata lain total penerimaan yang diperoleh sama besarnya dengan total biaya produksi yang dikeluarkan. Jika R/C > 1, maka total penerimaan yang diperoleh lebih besar dari total biaya produksi yang dikeluarkan sehingga kegiatan usahatani mengalami keuntungan. Jika R/C < 1, maka total penerimaan yang diperoleh lebih kecil dari total biaya produksi yang dikeluarkan, sehingga kegiatan usahatani yang dijalankan mengalami kerugian. 4.3.3. Analisis Risiko Analisis risiko yang digunakan meliputi analisis varian (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation) untuk mengetahui besarnya ukuran risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid berdasarkan tingkat pendapatan yang diperoleh, analisis metode nilai standar (z-score) untuk menghitung tingkat probabilitas, serta analisis Value at Risk (VaR) yang dapat memberikan gambaran tingkat kerugian maksimum yang diderita oleh Peternakan Bapak Maulid pada tingkat kepercayaan tertentu. Hasil yang diperoleh dari perhitungan tingkat probabilitas dan dampak dari sumber-sumber risiko produksi selanjutnya dipetakan ke dalam peta risiko. 1.
Analisis Hasil yang Diharapkan (Expected Return) Menurut
Siahaan
(2009),
expected
return
merupakan
tingkat
pengembalian atau hasil yang diharapkan oleh investor atas aset atau investasinya. Expected return diperoleh dari jumlah perkalian antara peluang kejadian dengan hasil (return) dalam bentuk total pendapatan bersih yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid setiap periode produksi. Satu periode produksi adalah waktu yang dibutuhkan oleh Peternakan Bapak Maulid untuk melakukan budidaya ayam broiler, yaitu pada saat DOC broiler tiba hingga ayam broiler siap untuk dipanen. Jumlah periode produksi yang diamati adalah sebanyak tujuh periode, yaitu pada bulan tanggal 7 Januari 2011 – 26 November 2011. Secara matematis, expected return dirumuskan sebagai berikut : n
E(R)i =
(P)i (R)i i=1
40
Keterangan: E(R)i = Nilai ekspektasi (Rupiah) Pi
= Besarnya peluang memperoleh penerimaan pada periode ke-i Menurut Walpole (1992), total peluang dari beberapa kejadian dalam suatu
himpunan berjumlah satu atau secara metematis dirumuskan sebagai berikut : pi1 + pi2 + pi3 + … + pm = 1 Ri
= Kemungkinan pendapatan bersih (Possible Returm) Setiap periode produksi di Peternakan Bapak Maulid terdiri dari kejadian-
kejadian yang berbeda, sehingga terdapat tujuh kejadian berbeda yang diamati. Akibatnya, jumlah peluang dari setiap kejadian yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid bernilai sama. Dengan demikian, nilai expected return dihitung berdasarkan nilai rata-rata dari pendapatan bersih yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi, atau dirumuskan sebagai berikut : ∑n1 Ri E(R)i = n Keterangan: E(R)i = Nilai ekspektasi return (Rupiah) Ri
= Kemungkinan pendapatan bersih (Rupiah)
n
= Jumlah pengamatan, yaitu sebanyak 7 periode produksi pengamatan
2.
Ragam (Variance) Menurut Sofyan (2005), variance mengukur penyebaran dari penerimaan
yang berada di sekitar nilai rata-rata. Semakain kecil nilai variance, maka semakin kecil penyimpangan yang terjadi sehingga risiko yang dihadapi semakin kecil. Sebaliknya semakain besar nilai variance, maka semakin besar penyimpangan yang terjadi sehingga risiko yang dihadapi pun akan semakin besar. Nilai variance dapat dirumuskan sebagai berikut : n
Variance
(σ)2i =
(P)ij [Rij - E(R)i ]2 i=1
Keterangan: σ2i
= Varian atau ragam dari return (Rupiah)
pij
= Peluang suatu kejadian (i= aset, j=kejadian)
41
Rij
= Return (pendapatan bersih) Peternakan Bapak Maulid periode I –VII (Rupiah)
E(R)i = Nilai ekspektasi return (Rupiah) n
= Jumlah pengamatan, yaitu sebanyak 7 kali pengamatan Nilai peluang pada setiap kejadian yang dihadapi oleh Peternakan Bapak
Maulid bernilai sama karena Peternakan Bapak Maulid mengalami tujuh kejadian yang berbeda, sehingga nilai variance dapat diperoleh dari rumus sebagai berikut : σ2i =
∑ni=1 [Rij - E(R)i ]2 n-1
Keterangan: σ2i
= Varian atau ragam dari return (Rupiah)
Rij
= Return (Rupiah)
E(R)i = Nilai ekspektasi return (Rupiah) 3.
Simpangan Baku (Standard Deviation) Menurut Sofyan (2005), simpangan baku diperoleh dengan mencari akar
dari varian yang telah diperoleh. Makna dari simpangan baku sama halnya denggan varian. Semakin kecil nilai simpangan baku, maka semakin rendah risiko yang dihadapi. Sebaliknya semakin besar nilai simpangan baku yang diperoleh, mengindikasikan semakin besar risiko yang dihadapi. Simpangan dapat diperoleh dengan rumus berikut : Simpangan Baku (σ)i =
(σ)2i
Keterangan : = Varian atau ragam dari return (Rupiah) = Simpangan baku atau standar deviasi (Rupiah) 4.
Coefficient Variation Siahaan (2009) menyatakan bahwa risiko perlu dibandingkan dengan
tingkat return yang diharapkan. Semakin kecil nilai coefficient variation, maka semakin rendah risiko yang dihadapi. Secara matematis, pengukuran coefficient variation dirumuskan sebagai berikut : CV=
σi E(R)i
42
Keterangan : CV = Coefficient Variation σi
= Simpangan baku atau standar deviasi (Rupiah)
E(R)i = Nilai ekspektasi return (Rupiah) 5.
Analisis Metode Nilai Standar (Z-Score) Menurut Kountur (2008), suatu kejadian diindikasikan sebagai risiko
apabila memiliki peluang kejadian (tingkat probabilitas) dan menimbulkan kerugian. Dalam penelitian ini, analisis tingkat probabilitas digunakan untuk mengukur tingkat probabilitas dari sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid selama periode produksi pengamatan. Metode yang digunakan untuk mengukur tingkat probabilitas pada penelitian ini adalah metode nilai standar (z-score). Metode ini dianggap sesuai dengan penelitian yang dilakukan karena penelitian ini memiliki data historis yang diperoleh dalam bentuk desimal (kontinus). Menurut Kountur (2008), terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk menghitung tingkat probabilitas dengan menggunakan metode z-score, antara lain : a.
Menghitung nilai rata-rata dari kejadian yang berisiko Nilai rata-rata kematian ayam broiler dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut : ∑ni=1 xi x= n Keterangan : x
= Nilai rata-rata dari kejadian berisiko (kilogram)
xi
= Data per periode kejadian berisiko (kilogram)
n
= Jumlah data
b.
Menghitung nilai standar deviasi (s)
Nilai standar deviasi diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut : s=
∑ni=1 xi - x n-1
2
Keterangan : s
= Nilai standar deviasi kejadian berisiko (kilogram)
x
= Nilai rata-rata dari kejadian berisiko (kilogram) 43
xi
= Data per periode kejadian berisiko (kilogram)
n
= Jumlah data
c.
Menghitung z-score Nilai standar (z-score) diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai
berikut : z
x
x s
Keterangan : z
= Nilai standar (z-score) yang dilihat dari tabel distribusi normal
x
= Nilai rata-rata dari kejadian berisiko (kilogram)
x
= Nilai batas normal yang ditetapkan dari kejadian berisiko (kilogram)
s
= Nilai standar deviasi kejadian berisiko (kilogram) Apabila nilai z-score yang diperoleh bertanda negatif (minus), maka
menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di sebelah kiri dari nilai rata-rata pada kurva distribusi normal. Apabila nilai z-score yang diperoleh bertanda positif, maka menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di sebelah kanan dari nilai ratarata pada kurva distribusi normal. d.
Mencari tahu nilai probabilitas Langkah terakhir yang dilakukan adalah memetakan nilai z-score yang
telah diperoleh ke dalam Tabel distribusi normal (Tabel distribusi Z). Nilai yang diperoleh pada Tabel distribusi normal selanjutnya dikalikan dengan 100 persen untuk memperoleh persentase tingkat probabilitas dari sumber-sumber risiko produksi. 6.
Analisis Dampak Risiko Analisis dampak risiko produksi terhadap pendapatan diukur dengan
menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Menurut J.P. Morgan dalam Sunaryo (2009), Value at Risk (VaR) dapat digunakan sebagai alat ukur risiko. Djohanputro (2008) pun menyatakan bahwa nilai yang dihasilkan dari Value at Risk (VaR) menggambarkan tingkat kerugian maksimum yang dapat diderita selama periode tertentu dengan tingkat keyakinan (confidence level) tertentu. Artinya, terdapat kemungkinan sebesar persentase tingkat keyakinan bahwa kerugian yang diderita lebih besar dari nilai VaR yang dihasilkan.
44
Menurut Kountur (2008), VaR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: VaR= x+ z
s √n
dimana s
= Standar deviasi yang diperoleh dari s=
∑ni=1 xi - x n-1
2
Keterangan : VaR = Value at Risk (Rupiah) x
= Rata-rata kejadian yang merugikan (Rupiah)
xi
= Data per periode kejadian berisiko (Rupiah)
n
= Banyaknya kejadian yang merugikan
7.
Peta Risiko Menurut Kountur (2008), peta risiko terdiri dari dua sumbu yaitu sumbu
vertikal yang menggambarkan tingkat probabilitas (peluang) terjadinya risiko, dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak risiko. Melalui peta risiko, dapat ditentukan status risiko pada setiap sumber-sumber risiko produksi di Peternakan Bapak Maulid. Menurut Kountur (2008), status risiko diperoleh dari hasil perkalian antara tingkat probabilitas dengan dampak yang ditimbulkan risiko. Melalui status risiko, dapat diketahui posisi dari sumber-sumber risiko produksi di Peternakan Bapak Maulid sehingga dapat ditentukan urutan sumber-sumber risiko dari yang paling besar hingga yang paling kecil. Selain dapat menentukan status risiko, melalui peta risiko dapat ditentukan alternatif-alternatif manajemen pengendalian risiko produksi yang dapat diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid. Berdasarkan Gambar 6, terdapat tingkat probabilitas yang dianggap besar dan kecil. Demikian pula halnya dengan dampak risiko, terdapat dampak yang dianggap besar dan kecil. Menurut Kountur (2008), pada umumnya risiko yang memiliki tingkat probabilitas di atas 20 persen, dianggap sebagai tingkat probabilitas risiko yang besar. Risiko yang memiliki tingkat probabilitas di bawah 20 persen, dianggap sebagai tingkat probabilitas risiko yang kecil. Namun, batas
45
risiko ataupun dampak risiko tersebut, pada kenyataannya dapat disesuaikan dengan kebijakan yang berlaku di perusahaan.
Probabilitas (%)
Besar
Kuadran I
Kuadran II
Kuadran III
Kuadran IV
Kecil Kecil
Gambar 6.
Besar
Dampak (Rp)
Peta Risiko Sumber : Kountur (2008)
Gambar 6 menunjukkan bahwa terdapat empat kuadran di dalam peta risiko. Risiko-risiko yang berada di kuadran I menggambarkan tingkat probabilitas kejadian sedang hingga besar dan dampak risiko yang dihasilkan dengan tingkat yang kecil hingga sedang. Risiko-risiko pada kuadran II memiliki tingkat probabilitas kejadian dan dampak risiko dengan tingkat yang sedang hingga besar. Risiko pada kuadran III memiliki tingkat probabilitas kejadian dan dampak risiko dengan tingkat yang kecil hingga sedang. Risiko pada kuadran IV memiliki tingkat probabilitas kejadian yang kecil hingga sedang, namun memiliki dampak risiko dengan tingkat yang sedang hingga besar. 4.3.4. Penanganan Risiko Kountur (2008) menyatakan bahwa terdapat dua strategi alternatif dalam menangani risiko berdasarkan hasil pemetaan risiko, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif merupakan strategi yang dilakukan untuk memperkecil tingkat probabilitas risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan oleh risiko.
46
Strategi preventif dapat dilakukan pada risiko-risiko yang berada di kuadran I dan II. Tujuan dari strategi preventif adalah menggeser risiko-risiko yang berada di kuadran I ke kuadran III dan menggeser risiko-riisiko yang berada di kuadran II ke kuadran IV (Gambar 7). Dengan demikian, tingkat probabilitas risiko yang berada pada kuadran I dan II dapat berada pada batas tingkat probabilitas risiko yang kecil, yaitu di kuadran II dan IV. Strategi mitigasi dapat dilakukan pada risiko-risiko yang berada di kuadran II dan IV. Tujuan dari strategi mitigasi adalah menggeser risiko-risiko yang berada di kuadran II ke kuadran I dan menggeser risiko-riisiko yang berada di kuadran IV ke kuadran III (Gambar 7). Dengan demikian, dampak risiko yang berada pada kuadran II dan IV dapat berada pada batas dampak risiko yang dianggap kecil, yaitu di kuadran I dan III.
Probabilitas (%)
Besar
Kuadran I
Kuadran II
Kuadran III
Kuadran IV
Kecil Kecil
Gambar 7.
Besar
Dampak (Rp)
Stategi Preventif dan Mitigasi Risiko Sumber : Kountur (2008)
47
V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1.
Keadaan Umum Peternakan Bapak Maulid
5.1.1. Sejarah Perusahaan Peternakan Bapak Maulid adalah usaha peternakan ayam broiler yang didirikan oleh Bapak Maulid Ibrahim Zakir, ST, pada bulan Oktober tahun 2010 lalu. Bapak Maulid adalah seorang sarjana teknik mesin lulusan dari salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Palembang. Beliau juga merupakan warga yang tinggal di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang. Sebelum terjun ke usaha peternakan ayam broiler, Bapak Maulid sempat menjadi karyawan di sebuah perusahaan swasta yaitu PT Pulau Hijau Asri. Bapak Maulid selanjutnya berhenti bekerja karena lebih tertarik menekuni usaha peternakan ayam broiler yang lebih dulu dijalankan oleh ayahnya. Berbagai pengalaman yang diperoleh Bapak Maulid dalam menjalankan usahaternak ayam broiler bersama ayahnya, memupuk semangat beliau untuk membangun peternakan ayam broiler sendiri. Bagi Bapak Maulid, usaha peternakan ayam broiler merupakan usaha yang cukup menjanjikan karena waktu pemeliharaan ayam broiler yang relatif singkat. Peternakan Bapak Maulid mengawali produksinya pada awal bulan Januari tahun 2011, dengan kapasitas sebanyak 5.000 ekor ayam broiler. Pada periode produksi berikutnya, Peternakan Bapak Maulid menambah skala produksinya menjadi 6.000 ekor ayam broiler. Kapasitas produksi tersebut belum mengalami peningkatan hingga sekarang. Pada periode produksi VI, Peternakan Bapak Maulid membudidayakan sebanyak 5.700 ekor ayam broiler. Hal ini dikarenakan pada periode produksi tersebut terjadi kesalahan pengantaran DOC (Day Old Chick), sehingga pihak inti memberikan kompensasi berupa penggantian uang sebanyak jumlah ayam broiler yang mati dan mengalami stress selama di perjalanan, yaitu seharga 300 ekor DOC. Sejak awal berdirinya, Peternakan Bapak Maulid telah melakukan sistem kerjasama kemitraan inti-plasma. Hal ini dikarenakan Peternakan Bapak Maulid masih memiliki keterbatasan modal dalam pengadaan sarana produksi ternak, seperti pengadaan DOC, pakan, dan obat-obatan. Selain itu, sistem kerjasama kemitraan inti-plasma diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid karena untuk
menghindari kerugian yang disebabkan oleh terjadinya serangan penyakit maupun akibat dari ketidakpastian harga di pasar. Peternakan Bapak Maulid harus memberikan jaminan yang diserahkan kepada PT SUC berupa surat tanah dan jaminan uang yang sistem pembayarannya dapat dicicil. Sebagai pihak plasma, Peternakan Bapak Maulid telah melakukan hubungan kemitraan inti-plasma sebanyak dua kali dengan pihak inti. Adapun perusahaan-perusahaan inti tersebut adalah PT Sumber Unggas Cemerlang (PT SUC) dan
PT Sumber Intan Grup (PT SIG). Peternakan Bapak Maulid menjalin
kerjasama kemitraan inti-plasma dengan PT SUC pada periode produksi pertama hingga periode produksi ketujuh atau sejak bulan Oktober tahun 2010 hingga bulan November tahun 2011. Pada saat periode pengamatan, Peternakan Bapak Maulid sedang melakukan hubungan kemitraan dengan PT SUC. Sebagai pihak inti, PT SUC berperan dalam menyediakan DOC (Day Old Chick), pakan, vaksin, vitamin, dan obat-obatan, memberikan pengawasan budidaya ayam broiler, dan menetapkan harga garansi (harga kontrak) dengan pihak plasma. Sebagai pihak plasma, Peternakan Bapak Maulid berperan dalam menyiapkan lahan, kandang, perlengkapan dan peralatan budidaya, serta tenaga kerja. Hubungan kemitraan inti-plasma antara PT SUC dengan Peternakan Bapak Maulid ternyata hanya berlangsung selama tujuh periode produksi. Hal ini dikarenakan Peternakan Bapak Maulid sempat mengalami kerugian yang cukup besar pada periode produksi VII akibat kualitas DOC yang semakin menurun, sehingga menyebabkan hubungan kemitraan tersebut terhenti. Pada bulan Desember tahun 2011 hingga sekarang, Peternakan Bapak Maulid menjalankan hubungan kemitraan inti-plasma dengan PT Sumber Intan Grup (PT SIG) karena dianggap lebih menguntungkan dari pihak inti sebelumnya, yaitu memberikan bonus pasar kepada peternak plasma berupa selisih antara harga kontrak dengan harga yang berlaku di pasar dan dikalikan dengan 25 persen dari total FCR yang dihasilkan pada periode produksi tersebut. Peternakan Bapak Maulid memiliki tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Perekrutan tenaga kerja tetap yang dilakukan oleh pemilik Peternakan Bapak Maulid justru tidak berasal dari masyarakat lingkungan sekitar Kelurahan Karang Anyar. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Kelurahan Karang
49
Anyar sudah bekerja sebagai buruh di perkebunan karet. Namun, Peternakan Bapak Maulid masih melakukan perekrutan tenaga kerja tidak tetap yang berasal dari masyarakat lingkungan sekitar Kelurahan Karang Anyar. Saat ini, Peternakan Bapak Maulid memiliki dua orang tenaga kerja tetap dan satu hingga dua orang tenaga kerja tidak tetap yang dibutuhkan sebagai tenaga kerja tambahan pada setiap kegiatan pemanenan ayam broiler berlangsung. 5.1.2. Lokasi Perusahaan Peternakan Bapak Maulid terletak di Kelurahan Karang Anyar RT 02/RW 04, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang. Lokasi tersebut berjarak sekitar dua kilometer dari jalan raya, yang dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan sepeda motor selama lima menit. Sebagian besar wilayah Kelurahan Karang Anyar terdiri dari perkebunan karet yang dikelola oleh rakyat maupun dikelola PT Perkebunan Nusantara. Selain itu, di Kecamatan Bukit Baru sendiri juga dijumpai beberapa peternakan yang terdiri dari peternakan sapi potong, peternakan ayam petelur, dan peternakan ayam broiler. Usaha Peternakan Bapak Maulid berdiri di atas lahan seluas 5.000 meter persegi dan dikelilingi oleh perkebunan karet rakyat. Lahan tersebut merupakan lahan milik keluarga dekat Bapak Maulid sendiri, yang juga merupakan warga kelurahan Karang Anyar. Peternakan Bapak Maulid berada pada lokasi yang cukup strategis, yaitu dekat dengan akses jalan raya dan cukup jauh dari pemukiman penduduk. Jarak terdekat Peternakan Bapak Maulid dengan pemukiman penduduk adalah sekitar 200 meter. Selain itu, lokasi Peternakan Bapak Maulid berada dekat dengan sumber mata air sehingga ketersediaan air di Peternakan Bapak Maulid cukup terjamin. Pembangunan kandang di Peternakan Bapak Maulid dimulai pada bulan Oktober
tahun
2010
lalu,
dengan
modal
yang
dikeluarkan
sebesar
Rp 130.000.000,00 untuk membangun kandang, gudang, dan membeli peralatanperalatan yang diperlukan untuk budidaya ayam broiler. Bentuk kandang yang digunakan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah kandang yang berbentuk panggung dengan ketinggian kolong kandang sekitar dua meter. Tiang-tiang kandang ditopang oleh kayu-kayu dolken yang berukuran besar, sedangkan lantai kandang menggunakan bambu. Jenis atap yang digunakan adalah jenis atap dari 50
daun nipah dan dinding-dinding dibangun dengan menggunakan kawat. Kandang ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid memiliki ukuran panjang 75 meter dan lebar 8 meter atau memiliki luas sebesar 600 meter persegi. Luas kandang tersebut mampu menampung ayam broiler sebanyak 6.000 ekor. Bangunan di Peternakan Bapak Maulid juga dilengkapi dengan gudang yang berfungsi untuk menyimpan pakan, obat-obatan, dan peralatan. Gudang tersebut berukuran panjang 6 meter dan lebar 4 meter, dengan jarak kurang lebih sepuluh meter dari sisi sebelah kiri kandang. Tepat di atas bangunan gudang juga dibangun tempat peristirahatan bagi para karyawan kandang. Bangunan gudang dan tempat peristirahatan tersebut dibangun dengan menggunakan batu batako. 5.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi yang dimiliki oleh Peternakan Bapak Maulid tergolong sangat sederhana. Struktur organisasi yang sederhana memiliki keunggulan dalam hal proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan mempermudah pengawasan. Struktur organisasi Peternakan Bapak Maulid dapat digambarkan sebagai berikut.
Pemilik Peternakan Bapak Maulid
Pengawas atau Field Controller dari Perusahaan Inti
Kepala Kandang
Anak Kandang Gambar 8.
Struktur Organisasi Peternakan Bapak Maulid
Bapak Maulid adalah pemilik sekaligus pemimpin pada peternakan ayam broiler yang dijalankannya. Dalam menjalankan usahanya, Bapak Maulid bertugas mengatur sistem manajemen Peternakan Bapak Maulid yang meliputi manajemen produksi, manajemen keuangan, dan manajemen sumberdaya manusia. Selanjutnya, Bapak Maulid langsung membawahi seorang kepala 51
kandang bernama Bapak Gondo Margono. Tugas kepala kandang adalah melakukan pengawasan terhadap kelancaran pelaksanaan budidaya ayam broiler dan melakukan pencatatan jumlah ayam yang terserang penyakit ataupun mati. Kepala kandang langsung membawahi seorang anak kandang yang bernama Bapak Kamaludin. Sebagai anak kandang, Bapak Kamaludin berperan langsung dalam melakukan teknik budidaya ayam broiler dan tetap dipandu oleh kepala kandang maupun pemilik peternakan. Dalam menjalankan usahanya, Peternakan Bapak Maulid mendapatkan pengawasan langsung dari seorang pengawas atau field controller dari pihak inti PT SUC, yang bernama Bapak Yusrizal. Selain melakukan pengawasan secara langsung, Bapak Yusrizal juga berperan dalam memberikan solusi penanganan terhadap ayam-ayam broiler yang terserang penyakit. Jalur perintah dan koordinasi pada struktur organisasi di Peternakan Bapak Maulid ditunjukkan oleh anak panah yang bergaris utuh dan anak panah yang bergaris putus-putus. Anak panah yang bergaris utuh mengindikasikan adanya perintah yang berasal dari Peternakan Bapak Maulid sendiri. Anak panah yang bergaris putus-putus mengindikasikan adanya koordinasi dari pihak inti PT SUC, yang diwakilkan oleh pengawas atau field controller kepada pemilik Peternakan Bapak Maulid sebagai pihak plasma. Kepala kandang dan anak kandang adalah tenaga kerja tetap di Peternakan Bapak Maulid, sedangkan pengawas atau field controller adalah karyawan tetap di PT SUC. Selain memiliki tenaga kerja tetap, Peternakan Bapak Maulid juga memiliki tenaga kerja tidak tetap. Biasanya, tenaga kerja tidak tetap dipekerjakan sebagai tenaga kerja tambahan pada setiap kegiatan pemanenan ayam broiler berlangsung, yakni pada saat proses penangkapan ayam broiler. Jumlah tenaga kerja tidak tetap tersebut adalah satu hingga dua orang. Para pekerja di Peternakan Bapak Maulid memiliki kualifikasi yang berbeda. Dalam merekrut tenaga kerja tetap, Peternakan Bapak Maulid tidak menetapkan kualifikasi khusus. Bagi Bapak Maulid, hal yang terpenting adalah para pekerja memiliki kejujuran dan rasa tanggung jawab. Kepala kandang di Peternakan Bapak Maulid memiliki kualifikasi sebagai lulusan Sekolah Teknik Menengah (STM), sedangkan anak kandang memiliki kualifikasi sebagai lulusan
52
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kualifikasi tenaga kerja tidak tetap sebagian besar adalah lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pengawas atau field controller adalah lulusan Sarjana Peternakan dari Universitas Jambi. 5.2.
Proses Produksi Ayam Broiler Peternakan Bapak Maulid Proses produksi ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid meliputi
berbagai aktifitas, diantaranya persiapan kandang, budidaya, dan pemanenan ayam broiler. Setiap satu siklus periode produksi ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid membutuhkan waktu sekitar 44 – 51 hari, yang terdiri dari 34 – 37 hari proses budidaya dan 14 hari masa istirahat dan persiapan kandang. Dalam waktu satu tahun, Peternakan Bapak Maulid dapat melakukan tujuh kali siklus periode produksi ayam broiler. 5.2.1. Persiapan Kandang Sebelum menjalankan aktifitas budidaya ayam broiler, Peternakan Bapak Maulid melakukan tahap persiapan kandang. Persiapan kandang dilakukan setelah aktifitas pemanenan pada periode produksi sebelumnya. Proses persiapan kandang yang dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid membutuhkan waktu rata-rata sekitar 14 hari. Biasanya, proses persiapan kandang diikuti dengan masa istirahat kandang. Proses persiapan kandang dimaksudkan untuk melakukan sterilisasi dari penyakit sehingga kebersihan kandang maupun lingkungan kandang menjadi lebih terjamin. Proses persiapan kandang terdiri dari aktifitas pembersihan lingkungan sekitar kandang, pencucian kandang dan peralatan kandang, pengapuran, penyemprotan, dan persiapan peralatan kandang. 1. Pembersihan Lingkungan Kandang Pembersihan lingkungan kandang merupakan tindak lanjut dari aktifitas pembersihan kotoran-kotoran ayam broiler yang berada di kolong kandang. Pembersihan lingkungan kandang meliputi pembersihan sisa-sisa kotoran maupun sampah dan pembasmian gulma yang berada di sekitar lingkungan kandang. 2. Pencucian Kandang dan Peralatan Kandang Pencucian kandang dan peralatan kandang dilakukan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang menempel di kandang maupun pada peralatan kandang. Pencucian kandang yang dilakukan di Peternakan Bapak Maulid menggunakan
53
sikat dan selang air sepanjang 50 meter yang dihubungkan dengan sprayer. Pencucian kandang meliputi bagian atas, dinding, dan lantai kandang. Pencucian peralatan kandang meliputi pencucian tempat pakan, tempat minum, jaring, dan tirai. Peralatan kandang yang telah dicuci selanjutnya direndam dengan deterjen dan larutan desinfektan. 3. Pengapuran Aktifitas pengapuran merupakan salah satu aktifitas yang dilakukan untuk membasmi penyakit ataupun kuman yang melekat di kandang ayam broiler. Jumlah kapur yang digunakan Peternakan Bapak Maulid setiap periode produksi adalah senanyak 15 kilogram yang dilarutkan dengan air sebanyak 600 liter. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses pengapuran hingga mengering adalah satu hari. 4. Penyemprotan Setelah melakukan proses pengapuran, aktifitas selanjutnya yang dilakukan di Peternakan Bapak Maulid adalah melakukan penyemprotan. Aktifitas penyemprotan dilakukan untuk membasmi penyakit ataupun kuman yang masih menempel di kandang maupun lingkungan di sekitar kandang. Penyemprotan tersebut menggunakan larutan formalin dan larutan desinfektan. Larutan formalin yang digunakan adalah sebanyak 7 liter untuk satu kali penyemprotan. Takaran penggunaannya adalah 1 liter formalin dan 6 liter air, untuk satu kali penyemprotan. Penyemprotan dengan larutan formalin dilakukan sebanyak tiga kali. Setelah dilakukan penyemprotan dengan larutan formalin, tahap selanjutnya adalah melakukan penyemprotan dengan larutan desinfektan. Penyemprotan dengan larutan desinfektan tersebut dilakukan satu hari sebelum DOC tiba di kandang. 5. Persiapan Peralatan Kandang Beberapa peralatan kandang yang harus dipersiapkan sebelum DOC tiba di kandang adalah alat pemanas, tempat pakan, tempat air minum, jaring, tirai, dan sekat. Alat pemanas yang digunakan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah gasolec yang berbahan bakar gas. Jumlah gasolec yang digunakan adalah sebanyak 6 buah dan dipasang dengan ketinggian 125 sentimeter. Gasolec dapat menghasilkan panas dengan suhu yang stabil, merata, tidak berbau, dan tidak
54
menimbulkan asap. Tempat pakan dan tempat air minum disesuaikan dengan umur ayam broiler dan jumlah ayam broiler. Dengan kapasitas 6.000 ekor ayam broiler pada tahap DOC, Peternakan Bapak Maulid menggunakan 120 baki tempat pakan dan 96 buah tempat air minum. Pemasangan jaring yang dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid merupakan alternatif pengganti penggunaan sekam. Pemasangan sekam tidak dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid karena diyakini dapat menyebabkan perkembangbiakan penyakit. Penggunaan sekam sebagai alas lantai dapat menyebabkan tumbuhnya jamur akibat terjadinya kelembaban pada sekam. Pemasangan jaring disesuaikan dengan ukuran kandang Peternakan Bapak Maulid yang ditebar di atas lantai kandang. Pemasangan tirai dilakukan untuk mengatur sirkulasi udara dan cahaya yang masuk ke kandang. Tirai yang digunakan adalah plastik terpal yang dipasang dengan ketinggian 2 meter yang menempel pada dinding kandang. Pemasangan tirai juga dilakukan hingga menutupi bagian kolong kandang untuk meningkatkan suhu di dalam kandang, akibat penggunaan jaring sebagai alas lantai yang dapat meningkatkan aliran sirkulasi udara sehingga suhu di dalam kandang menjadi rendah. Untuk mempermudah pengontrolan aktifitas budidaya ayam broiler, Peternakan Bapak Maulid memasang sekat yang terbuat dari kawat, setinggi 45 sentimeter di dalam kandang. Jumlah sekat yang dipasang adalah sebanyak 6 sekat, masing-masing sekat mengelompokkan ayam broiler sebanyak 1.000 ekor. Setelah peralatan kandang dipersiapkan, tahap terakhir yang dilakukan adalah melakukan sterilisasi kandang hingga DOC tiba. 5.2.2. Budidaya Ayam Broiler Kegiatan budidaya ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid terdiri dari budidaya tahap pemanasan dan budidaya tahap pembesaran. 1.
Budidaya Tahap Pemanasan (Brooding) Budidaya pada tahap pemanasan (brooding) dilakukan untuk menciptakan
kondisi yang optimal sesuai dengan kebutuhan DOC dan untuk mendukung tahap pertumbuhan ayam broiler. Budidaya pada tahap pemanasan dilakukan saat ayam broiler berumur 0 – 14 hari. Budidaya pada tahap pemanasan yang dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid meliputi aktivitas pemeriksaan kuantitas dan kualitas 55
DOC, pemberian air gula merah dan pakan pada DOC, menyalakan pemanas gasolec, menggunakan penerangan lampu dan tirai, serta melakukan vaksinasi. a.
Pemeriksaan Kuantitas dan Kualitas DOC Pemeriksaan kuantitas DOC dilakukan untuk memastikan kesesuaian
antara jumlah DOC yang diterima dengan surat jalan yang tertera. Selain itu, pemeriksaan tersebut juga dilakukan untuk memastikan kesesuaian bobot rata-rata DOC yang tertera pada kotak dengan bobot rata-rata DOC yang diterima oleh Peternakan Bapak Maulid. Kualitas DOC sangat mempengaruhi proses budidaya ayam broiler pada setiap periode produksi. DOC yang berkualitas baik memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat, lebih efisien dalam mengkonsumsi pakan, dan lebih kebal terhadap serangan penyakit. DOC yang berkualitas rendah memiliki laju pertumbuhan yang lebih rendah, lebih boros dalam mengkonsumsi pakan, dan rentan terhadap serangan penyakit. DOC yang berkualitas baik memiliki bentuk tubuh yang lebih besar yakni dengan bobot rata-rata sebesar 38 gram dan gerakan yang lebih lincah. DOC yang diterima oleh Peternakan Bapak Maulid diperoleh dari PT Vista Agung Kencana Farm. Peternakan Bapak Maulid melakukan seleksi antara DOC yang berkualitas baik dengan DOC yang berkualitas rendah. DOC yang berkualitas rendah dipelihara di tempat yang terpisah dari DOC yang berkualitas baik. Selain melakukan seleksi, Peternakan Bapak Maulid juga melakukan grading berdasarkan jenis kelamin DOC dan bobot tubuh. Grading tersebut dilakukan guna mempermudah proses penangkapan ayam broiler pada saat proses pemanenan berlangsug, karena terdapat beberapa pedagang pengumpul yang menginginkan ayam broiler berdasarkan jenis kelamin dan bobot tubuh tertentu. DOC yang telah mengalami proses grading selanjutnya dipelihara secara terpisah berdasarkan jenis kelamin dan bobot tubuh yang sama. DOC yang berjenis kelamin jantan dan betina dipisahkan dengan menggunakan sekat-sekat yang telah tersedia. DOC yang memiliki bobot tubuh yang lebih besar (36 – 38 gram) dipelihara dalam sekat yang berbeda dengan DOC yang memiliki bobot tubuh yang lebih kecil.
56
b.
Pemberian Air Gula Merah, Pakan, dan Air Minum pada DOC Pemberian air gula merah dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid pada
saat DOC tiba di kandang. Pemberian air gula merah tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh DOC setelah menempuh perjalanan. Takaran air gula merah yang digunakan adalah sebanyak 12 kilogram gula merah yang dilarutkan dalam 600 liter air. Pemberian pakan juga dilakukan agar DOC memperoleh nutrisi yang cukup untuk menggantikan jumlah kalori yang hilang selama menempuh perjalanan. Pemberian pakan dilakukan secara sedikit demi sedikit karena ukuran tembolok DOC yang masih kecil. Pakan yang diberikan pada saat ayam broiler berumur 0 – 7 hari merupakan pakan starter bermerek S10, sedangkan pada umur 11 – 14 hari menggunakan pakan bermerek H11, yang diperoleh dari PT Vista Grain. Pemeberian air minum pada saat ayam broiler berumur 0 – 5 hari dilakukan secara manual. Pada saat ayam broiler berumur 6 hari hingga memasuki masa panen, pemberian air minum dilakukan secara otomatis, yakni setiap tempat air minum dihubungkan dengan selang-selang yang langsung terhubung dengan tempat penampungan air di dalam kandang. c.
Menyalakan Pemanas Gasolec Alat pemanas gasolec digunakan Peternakan Bapak Maulid pada saat
ayam broiler berumur 0 – 10 hari. Pada usia tersebut, ayam broiler membutuhkan suhu layaknya berada di dalam pengeraman induknya. Pada saat umur 0 – 3 hari, pemanasan dengan gasolec dilakukan sepanjang hari. Hal ini dikarenakan ayam broiler membutuhkan panas yang lebih banyak pada periode umur tersebut akibat bulu tubuh yang belum terlalu banyak tumbuh. Pada umur 4 – 10 hari, pemanasan hanya dilakukan pada saat sore hingga pagi hari. d. Menggunakan Penerangan Lampu dan Tirai Peternakan Bapak Maulid menggunakan penerangan lampu dan tirai untuk menghasilkan panas yang lebih optimal di dalam kandang. Lampu didekatkan dengan ayam broiler karena cahaya lampu yang dihasilkan dapat digunakan untuk membantu menghasilkan panas. Selain itu, penggunaan cahaya lampu tersebut juga dimaksudkan untuk membuat anak ayam menjadi lebih terangsang untuk makan lebih banyak.
57
Pada saat memasuki tahap pemanasan, tirai dipasang menjadi dua lapisan yaitu lapisan tirai yang berada di dalam kandang dan lapisan tirai yang berada di luar kandang. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan panas yang lebih optimal bagi ayam boiler. Pemasangan tirai di luar kandang dilakukan dengan rapat hingga menutupi dinding dan kolong kandang. Pemasangan tirai yang menutupi kolong kandang bertujuan untuk menahan terpaan angin dan menjaga kehangatan di dalam kandang. Pemasangan tirai di dalam kandang dan tirai di luar kandang yang menutupi kolong kandang, dilakukan hingga ayam broiler berumur 14 hari. Pemasangan tirai di dinding kandang dilakukan untuk mengatur sirkulasi udara di dalam kandang. Tirai tersebut dapat dinaikkan ataupun diturunkan, sesuai dengan kondisi cuaca. e. Melakukan Vaksinasi Vaksinasi merupakan aktivitas yang dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid guna mencegah terjadinya serangan penyakit pada ayam broiler. Terdapat dua jenis vaksin yang digunakan oleh Peternakan Bapak Maulid, yaitu vaksin Newcastle Disease (ND) dan vaksin Gumboro. Pemberian vaksin ND dilakukan pada saat ayam broiler berumur 5 atau 6 hari, sedangkan pemberian vaksin Gumboro dilakukan pada saat ayam broiler berumur 13 hari. Pemberian vaksin di Peternakan Bapak Maulid dilakukan melalui penyuntikan dan pencampuran dengan air minum. Vaksin ND diberikan melalui penyuntikan bagian leher ayam broiler, sedangkan vaksin Gumboro diberikan melalui pencampuran dengan air minum. 2.
Budidaya Tahap Pembesaran Budidaya pada tahap pembesaran ayam broiler yang dilakukan oleh
Peternakan Bapak Maulid bertujuan untuk mengoptimalkan pertumbuhan ayam broiler, mencegah penularan penyakit pada ayam broiler yang lain sehingga memperkecil
tingkat
mortalitas,
dan
untuk
meningkatkan
keseragaman
pertumbuhan ayam broiler. Budidaya pada tahap pembesaran dilakukan pada saat ayam broiler berumur 15 hari hingga memasuki tahap pemanenan. Budidaya ayam broiler pada tahap pembesaran yang dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid meliputi :
58
a. Mengatur Sirkulasi Udara di Dalam Kandang Sirkulasi udara dalam kandang di Peternakan Bapak Maulid diatur dengan menaikkan atau menurunkan tirai yang terpasang pada dinding kandang. Menurut Bapak Maulid, sirkulasi udara di dalam kandang perlu diatur untuk menghasilkan udara yang lebih segar di dalam kandang sehingga mampu mengoptimalkan pertumbuhan ayam broiler dan mencegah pertumbuhan penyakit. Pengaturan sirkulasi kandang biasanya dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid pada saat ayam broiler mulai berumur 15 hari. Pada saat kondisi cuaca yang panas, tirai lebih sering diturunkan untuk meningkatkan sirkulasi udara yang keluar masuk kandang. Pada saat kondisi cuaca yang dingin, tirai dinaikkan hingga menutupi setengah dari dinding kandang. b. Penanganan Penyakit Penanganan penyakit yang dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid bertujuan untuk mencegah terjadinya penularan dan menekan tingkat mortalitas ayam broiler. Selama tujuh periode produksi pengamatan, serangan penyakit di Peternakan Bapak Maulid terjadi sebanyak dua kali, yaitu pada periode produksi VI dan VII. Jenis penyakit yang menyerang ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid adalah penyakit Gumboro dan Kolibasilosis. Penyakit Gumboro yang menyerang Peternakan Bapak Maulid pada periode produksi VI, merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Gumboro. Penyakit Gumboro menyerang ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid pada umur 15 – 20 hari. Penyakit ini ditandai oleh kotoran ayam yang encer berlendir dan berwarna putih. Pengobatan yang dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah dengan memberikan 4 kilogram gula merah yang dilarutkan dengan 200 liter air. Penyakit Kolibasilosis menyerang ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid pada periode produksi VII, yaitu pada umur 20 – 25 hari. Penyakit Kolibasilosis disebabkan oleh bakteri Escherichia coli dan ditandai oleh nafsu makan ayam yang menurun. Pengobatan yang dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah dengan memberikan Amplicoli dan melarutkan Chlorin pada air minum.
59
c. Melakukan Kontrol Kandang Kontrol kandang di Peternakan Bapak Maulid dilakukan setiap hari, yang meliputi pengamatan pertumbuhan dan kondisi kesehatan ayam broiler, pencatatan ayam broiler yang mati, dan pemisahan ayam broiler yang terserang penyakit maupun yang afkir. Kontrol kandang di Peternakan Bapak Maulid dilakukan oleh semua pihak yaitu anak kandang, kepala kandang, dan pemilik peternakan, yang dilakukan secara bergantian. Aktivitas kontrol kandang dilakukan agar ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid mengalami tingkat pertumbuhan yang seragam. d.
Proses Pemberian Pakan dan Air Minum Proses pemberian pakan dan air minum dilakukan pada saat DOC tiba
hingga ayam broiler memasuki proses pemanenan. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari, yaitu setiap pagi dan sore hari. Pakan yang diberikan pada saat ayam broiler berumur 14 – 21 hari bermerek H11, dan umur 22 – masa panen menggunakan pakan finisher bermerek H12. Proses pemberian air minum pada tahap pembesaran dilakukan secara otomatis. 5.2.3. Pemanenan Ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid memiliki umur tangkap sekitar 33 – 37 hari setiap periode produksi. Waktu pemanenan yang dilakukan yaitu selama dua hingga tiga hari. Lamanya waktu pemanenan tersebut tergantung dengan jumlah permintaan ayam broiler di pasar. Persiapan yang dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid sebelum kegiatan pemanenan berlangsung adalah mempersiapkan tenaga kerja tambahan sebanyak satu hingga dua orang, timbangan gantung, dan tali rafia. Tali rafia digunakan untuk menangkap dan mempermudah perhitungan ayam broiler pada saat penimbangan berlangsung. Sebelum melakukan proses pemanenan, Bapak Maulid melakukan pemeriksaan terhadap daftar timbangan yang terdiri dari nama penangkap, total tangkapan, ukuran bobot ayam broiler, dan kesesuaian nomor polisi yang tertera dengan nomor polisi pada kendaraan yang digunakan. Pada saat pemanenan berlangsung, Bapak Maulid selaku pemilik peternakan melakukan penimbangan dan pencatatan hasil penimbangan pada daftar timbangan secara langsung, untuk mencegah tindak penipuan dan 60
kecurangan yang dapat dilakukan oleh para pihak penangkap (pedagang pengumpul). Proses penimbangan dan pencatatan juga disaksikan langsung oleh satu orang dari pihak penangkap. Setiap penangkapan ayam broiler dilakukkan dengan menggunakan tali rafia. Satu ikatan tali tersebut digunakan untuk mengikat setiap lima ekor ayam broiler yang ditangkap. Penimbangan dilakukan untuk tiga ikatan ayam broiler atau berjumlah 15 ekor ayam broiler. Setelah hasil penimbangan dicatat, ayam broiler langsung dimasukkan ke keranjang yang telah disediakan oleh pihak penangkap. Apabila pemanenan berlangsung pada siang atau sore hari, maka dilakukan proses penyiraman pada saat ayam broiler berada di dalam keranjang. Proses penyiraman tersebut dimaksudkan untuk mengurangi suhu tubuh sehingga ayam broiler akan kuat selama menempuh perjalanan. Setelah proses pemanenan ayam broiler berlangsung, kegiatan selanjutnya yang dilakukan adalah membersihkan kotoran-kotoran ayam broiler. Kotorankotoran tersebut akan dijual untuk dijadikan sebagai pupuk kandang. Pembersihan kotoran-kotoran ayam broiler segera dilakukan untuk mengurangi bau yang tidak sedap dan menghindari terjadinya perkembangbiakan penyakit.
61
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1.
Analisis Risiko Produksi Usaha Peternakan Bapak Maulid Peternakan Bapak Maulid menghadapi risiko produksi dalam menjalankan
usahaternak ayam broiler. Risiko produksi tersebut menyebabkan tingkat pendapatan Peternakan Bapak Maulid mengalami fluktuasi setiap periode produksi. Budidaya ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid mulai dilakukan pada tanggal 7 Januari 2011. Banyaknya periode produksi pengamatan yang dilakukan di Peternakan Bapak Maulid adalah sebanyak tujuh periode produksi, yang masing-masing dilakukan selama 34 – 37 hari. Waktu produksi ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid selama periode pengamatan adalah sebagai berikut. Tabel 9. Waktu Produksi Ayam Broiler di Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 – 26 November 2011) Periode Tanggal Budidaya Jumlah Hari Musim Produksi I
7 Januari – 12 Februari 2011
37
Hujan
II
28 Februari – 5 April 2011
37
Kemarau
III
19 April – 24 Mei 2011
36
Kemarau
IV
7 Juni – 12 Juli 2011
36
Kemarau
V
19 Juli – 23 Agustus 2011
36
Kemarau
VI
8 September – 12 Oktober 2011
35
Kemarau
VII
24 Oktober – 26 November 2011
34
Hujan
Berdasrkan Tabel 9, periode produksi I dilakukan pada tanggal 7 Januari 2011 dan periode produksi terakhir dilakukan pada periode produksi VII, yakni pada tanggal 24 Oktober 2011. Selama periode produksi tersebut, Peternakan Bapak Maulid menghadapi kondisi cuaca yang berbeda. Pada periode produksi I dan VII, pelaksanaan produksi dilakukan pada musim hujan. Pada periode produksi II – VI, produksi ayam broiler dilakukan pada musim kemarau. Perbedaan kondisi cuaca yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid sangat mempengaruhi hasil produksi ayam broiler karena dapat mempengaruhi pertumbuhan ayam broiler. Kondisi cuaca yang ekstrim dapat menyebabkan perkembangan penyakit yang dapat menyerang ayam broiler.
Risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid dapat mempengaruhi hasil usahaternak ayam broiler yang dijalankan pada setiap periode produksi. Hal ini dikarenakan risiko produksi dapat mempengaruhi tingkat produktivitas ayam broiler, yang dicerminkan oleh tingkat mortalitas ayam broiler pada setiap periode produksi. Sumber-sumber risiko produksi yang mempengaruhi tingkat mortalitas ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid, diantaranya adalah ayam broiler yang afkir, serangan penyakit, dan kondisi cuaca. Tabel 10. Sumber-sumber Risiko Produksi Ayam Broiler di Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 – 26 November 2011) Periode Produksi
Total Budidaya (Ekor)
Jumlah Kematian Sumber Risiko Produksi Ayam Broiler Ayam Broiler Afkir Ekor
%
Serangan Penyakit Ekor
Total Kematian (Mortalitas)
Kondisi Cuaca
%
Ekor
%
Ekor
%
I
5.000
20
0,40
0
0
73
1,46
93
1,86
II
6.000
22
0,37
0
0
0
0
22
0,37
III
6.000
25
0,42
0
0
113
1,88
138
2,30
IV
6.000
39
0,65
0
0
46
0,77
85
1,42
V
6.000
71
1,18
0
0
131
2,18
202
3,37
VI
5.700
50
0,88
36
0,63
118
2,07
204
3,58
VII
6.000
56
0,93
119
1,98
275
4,58
450
7,50
Berdasarkan Tabel 10, rata-rata tingkat mortalitas ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi adalah sebesar 2,91 persen. Tingkat mortalitas tertinggi terjadi pada periode produksi VII dengan tingkat mortalitas sebesar 7,50 persen. Tingkat mortalitas tersebut berada di atas standar tingkat mortalitas yang ditetapkan oleh PT SUC, yaitu sebesar 4,39 persen (Lampiran 4). Tingginya tingkat mortalitas ayam broiler pada periode produksi tersebut dikarenakan banyaknya jumlah ayam broiler yang afkir, terjadi serangan penyakit Kolibasilosis, dan terjadinya perubahan kondisi cuaca yang cukup ekstrim, yakni peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan. Tingkat mortalitas yang tinggi juga terjadi pada periode produksi VI, yaitu sebesar 3,58 persen. Hal ini disebabkan pada periode produksi VI banyak ditemui ayam broiler
63
yang afkir, terjadi serangan penyakit Gumboro, dan menghadapi musim kemarau dengan suhu yang cukup tinggi sehingga mempengaruhi kondisi tubuh ayam broiler. 1. Ayam Broiler yang Afkir Kualitas DOC (Day Old Chick) sangat mempengaruhi pertumbuhan dan daya tahan tubuh ayam broiler. Ayam broiler afkir di Peternakan Bapak Maulid terdiri dari ayam broiler yang kerdil dan ayam broiler yang cacat. Ayam broiler yang kerdil cenderung membutuhkan pakan dalam jumlah yang lebih banyak. Namun, hal ini tidak mempengaruhi pertambahan bobot ayam broiler, sehingga total biaya produksi yang dikeluarkan oleh Peternakan Bapak Maulid menjadi semakin tinggi. Ayam broiler yang afkir akibat kualitas DOC yang rendah dihitung sebagai ayam broiler yang sudah mati oleh pihak PT SUC. Ayam broiler yang cacat tidak dipelihara oleh Peternakan Bapak Maulid, sehingga dihitung sebagai ayam broiler yang sudah mati. Namun, sebagian dari ayam broiler yang kerdil masih tetap dipelihara secara khusus oleh Peternakan Bapak Maulid. Hal ini dikarenakan ayam broiler tersebut masih mengalami pertumbuhan walaupun dengan laju pertumbuhan yang lebih lambat. Beberapa ekor ayam broiler afkir yang sudah mencapai bobot tubuh yang normal, selanjutnya dijual oleh Peternakan Bapak Maulid kepada pedagang pengumpul. Berdasarkan Tabel 10, Peternakan Bapak Maulid memperoleh ayam broiler afkir sebanyak 283 ekor selama tujuh periode produksi atau rata-rata sebanyak 40 ekor setiap periode produksi. Pada periode produksi II, Peternakan Bapak Maulid memperoleh ayam broiler afkir dalam jumlah yang paling sedikit yaitu sebanyak 22 ekor. Menurut Bapak Maulid, pada periode produksi tersebut peternakannya memperoleh DOC yang berkualitas cukup baik. Jumlah ayam broiler afkir terbanyak diterima oleh Peternakan Bapak Maulid pada periode produksi V yaitu sebanyak 71 ekor. 2. Serangan Penyakit Serangan penyakit sangat mempengaruhi kelangsungan budidaya ayam broiler. Jenis penyakit yang pernah menyerang ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid selama periode pengamatan meliputi Kolibasilosis dan Gumboro. Penyakit
64
Gumboro menyerang Peternakan Bapak Maulid pada periode produksi VI, sedangkan penyakit Kolibasilosis menyerang Peternakan Bapak Maulid pada periode produksi VII. Serangan penyakit baru terjadi pada periode produksi VI dan VII diduga karena kandang di Peternakan Bapak Maulid merupakan kandang yang baru dibangun sehingga kondisi lingkungan di luar maupun lingkungan di dalam kandang masih cukup steril. Jumlah kematian ayam broiler selama tujuh periode produksi di Peternakan Bapak Maulid akibat serangan penyakit adalah sebanyak 155 ekor (Tabel 10). Jumlah kematian ayam broiler terbanyak akibat serangan penyakit terjadi pada periode produksi VII, yaitu sebanyak 119 ekor. Serangan penyakit dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar pada usahaternak ayam broiler, karena mengakibatkan kematian dalam jumlah yang banyak. Menurut Bapak Maulid, serangan penyakit yang terjadi pada beberapa ayam broiler dapat menular dengan cepat pada ayam broiler lainnya. Selain itu, serangan penyakit pun sulit untuk terdekteksi karena dapat terjadi secara tiba-tiba. 3. Kondisi Cuaca Kondisi cuaca sangat berpengaruh terhadap kegiatan produksi ayam broiler. Pada musim kemarau, penguapan yang cukup tinggi dapat terjadi pada tubuh ayam broiler akibat suhu udara yang terlalu tinggi. Pada musim penghujan, dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi di dalam kandang, sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan penyakit. Selain itu, perubahan suhu yang cukup tinggi seperti peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau ataupun sebaliknya, dapat menyebabkan stress sehingga menyebabkan ayam broiler mudah terserang penyakit. Kondisi cuaca sangat mempengaruhi tingkat mortalitas ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid. Rata-rata jumlah kematian ayam broiler adalah sebanyak 108 ekor setiap periode produksi, yang disebabkan oleh kondisi cuaca. Berdasarkan Tabel 10, total kematian ayam broiler pada periode produksi I akibat kondisi cuaca adalah sebanyak 73 ekor. Rendahnya suhu udara akibat musim penghujan terjadi pada saat budidaya tahap pemanasan (brooding) ayam broiler. Hal ini menyebabkan sejumlah ayam broiler mati akibat tidak mampu bertahan pada kondisi suhu udara yang rendah. Namun pada saat ayam broiler memasuki
65
tahap pembesaran, curah hujan semakin berkurang sehingga menyebabkan suhu udara mulai meningkat. Selain itu dari total kematian 756 ekor ayam broiler selama tujuh periode produksi, sebanyak 408 ekor ayam broiler mati karena kondisi cuaca yang terlalu panas yang terjadi pada musim kemarau, yaitu pada periode produksi III – VI. Menurut Bapak Maulid, kondisi cuaca yang terlalu panas kurang cocok bagi ayam broiler yang berumur di atas 20 hari karena pada umur tersebut ayam broiler justru membutuhkan suhu udara yang lebih rendah. Jumlah kematian ayam broiler terbanyak di Peternakan Bapak Maulid terjadi pada periode produksi VII, akibat terjadinya perubahan cuaca yang ekstrim dari musim kemarau ke musim penghujan pada saat budidaya tahap pembesaran ayam broiler. Tingkat mortalitas ayam broiler dapat mempengaruhi tingkat efisiensi penggunaan pakan atau yang dikenal dengan istilah Feed Convertion Ratio (FCR). Nilai FCR merupakan rasio antara jumlah pakan yang digunakan dengan jumlah bobot akhir ayam broiler. Nilai FCR yang berfluktuasi sangat mempengaruhi tingkat pendapatan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid. Berikut ini merupakan tingkat FCR ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi pengamatan. Tabel 11. Feed Convertion Ratio (FCR) Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 – 26 November 2011) Periode Jumlah Pakan Jumlah Bobot Hidup FCR Produksi (Kg) (Kg) I
15.500
9.018,0
1,718
II
18.900
11.056,5
1,709
III
15.350
9.462,5
1,622
IV
14.950
9.796,0
1,526
V
15.700
9.873,5
1,590
VI
14.750
9.414,0
1,566
VII
13.750
8.115,5
1,694
15.557,142
9.533,714
1,632
Rata-rata
Berdasarkan Tabel 11, rata-rata nilai FCR yang dihasilkan oleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi adalah sebesar 1,632. Besar kecilnya nilai FCR tersebut dipengaruhi oleh besarnya jumlah pakan yang 66
digunakan dan besarnya jumlah bobot hidup ayam broiler yang dipanen pada setiap periode produksi. Pada periode produksi I – VI, nilai FCR yang dihasilkan oleh Peternakan Bapak Maulid masih berada di bawah standar nilai FCR PT SUC (Lampiran 4). Namun, pada periode produksi VII, terjadi ketidakefisienan penggunaan pakan. Nilai FCR yang dihasilkan pada periode produksi VII berada di atas nilai FCR standar yang ditetapkan oleh PT SUC. Pada periode produksi VII, bobot rata-rata akhir ayam broiler yang dihasilkan adalah hanya sebesar 1,46 kilogram per ekor (Lampiran 2). Pada bobot rata-rata tersebut, nilai FCR yang dihasilkan Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar 1,694, yang berada di atas standar FCR PT SUC yaitu sebesar 1,641. Penggunaan pakan yang tidak efisien pada periode produksi VII disebabkan oleh tingginya tingkat mortalitas yang mencapai 7,50 persen akibat banyaknya jumlah ayam broiler afkir, terjadinya serangan penyakit, dan pengaruh dari kondisi cuaca (Tabel 10). 6.2.
Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Bapak Maulid Tingkat pendapatan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid selalu
mengalami fluktuasi pada setiap periode produksi. Hal ini dikarenakan berfluktuasinya biaya produksi yang dikeluarkan oleh Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode produksi. Besar kecilnya jumlah biaya produksi yang dikeluarkan, dipengaruhi oleh jumlah dan jenis sapronak yang digunakan oleh Peternakan Bapak Maulid. Selain itu, tingkat pendapatan juga sangat dipegaruhi oleh hasil produksi ayam broiler yang dihasilkan oleh Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode produksi. Hasil produksi ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid sangat ditentukan oleh tingkat mortalitas dan total bobot akhir yang dihasilkan pada setiap periode produksi. 6.2.1. Biaya Produksi Biaya-biaya produksi yang dikeluarkan oleh Peternakan Bapak Maulid selama menjalankan usahaternak ayam broiler meliputi biaya DOC, pakan, obatobatan, upah tenaga kerja, dan biaya tetap. Berdasarkan Tabel 12, rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar Rp 133.756.874,00 setiap periode produksi. Total biaya produksi Peternakan Bapak Maulid selama periode produksi I – VII cukup berfluktuatif. Hal ini
67
dikarenakan terjadinya perbedaan penggunaan pakan, obat-obatan, dan upah tenaga kerja yang dikeluarkan. Total biaya produksi tertinggi terjadi pada periode produksi II, yaitu sebesar Rp 153.431.354,00. Pada periode produksi II, terjadi penggunaan
pakan
menyebabkan
terbesar
peningkatan
yaitu pada
sebanyak biaya
18.900
produksi
kilogram pakan
sehingga
menjadi
Rp
114.431.750,00. Biaya produksi terendah terjadi pada periode produksi VII. Pada periode produksi tersebut, Peternakan Bapak Maulid hanya menggunakan pakan sebanyak 13.750 kilogram atau senilai Rp 83.336.350,00 karena nafsu makan ayam broiler yang menurun akibat serangan penyakit Kolibasilosis. Tabel 12. Biaya Produksi Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 – 26 November 2011) Upah TK
Biaya Tetap
Total Biaya Produksi (Rp/Periode Produksi)
Periode
Biaya Produksi (Rp) DOC
I
25.750.000
93.864.350
1.707.376
2.103.600
5.962.000
129.387.326
II
30.900.000
114.431.750
1.426.304
2.511.300
5.962.000
155.231.354
III
31.200.000
92.964.900
978.230
2.192.500
5.962.000
133.297.630
IV
31.050.000
90.447.500
1.373.427
2.259.200
5.962.000
131.092.127
V
31.050.000
94.985.000
1.038.081
2.274.700
5.962.000
135.309.781
VI
29.497.500
89.106.400
1.036.684
2.182.800
5.962.000
127.785.384
VII
31.050.000
83.336.350
1.923.064
1.923.100
5.962.000
124.194.514
Pakan
Obat
Besarnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh Peternakan Bapak Maulid dapat digambarkan dari besarnya kontribusi masing-masing biaya faktor produksi yang dikeluarkan. Persentase kontribusi biaya yang besar mengindikasikan bahwa faktor produksi tersebut membutuhkan biaya yang lebih besar. Persentase kontribusi biaya yang kecil mengindikasikan bahwa faktor produksi tersebut membutuhkan biaya yang lebih kecil. Berdasarkan Tabel 13, biaya pakan merupakan biaya yang memiliki kontribusi terbesar terhadap biaya produksi yang dikeluarkan oleh Peternakan Bapak Maulid selama periode pengamatan. Besarnya rata-rata kontribusi biaya pakan adalah 70,29 persen dari total biaya produksi. Kontribusi terbesar kedua terhadap total biaya produksi ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid adalah biaya DOC. Rata-rata kontribusi biaya DOC pada setiap periode produksi adalah 68
sebesar 22,56 persen dari total biaya produksi. Biaya tetap, upah tenaga kerja, dan obat-obatan memiliki kontribusi rata-rata sebesar 4,47 persen, 1,65 persen, dan 1,02 persen terhadap total biaya produksi. Biaya obat-obatan merupakan biaya yang memberikan kontribusi rata-rata terkecil dari total biaya produksi yang dikeluarkan oleh Peternakan Bapak Maulid. Tabel 13. Kontribusi Penggunaan Total Biaya terhadap Total Biaya Produksi Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 – 26 November 2011) Periode Kontribusi Biaya (%) Total Produksi (%) DOC Pakan ObatUpah TK Biaya obatan Tetap I
19,90
72,55
1,32
1,63
4,61
100
II
19,91
73,72
0,92
1,62
3,84
100
III
23,41
69,74
0,73
1,64
4,47
100
IV
23,69
68,99
1,05
1,72
4,55
100
V
22,95
70,20
0,77
1,68
4,41
100
VI
23,08
69,73
0,81
1,71
4.67
100
VII
25,00
67,10
1,55
1,55
4.80
100
Biaya tetap meliputi biaya pemanas, biaya listrik, gaji pemilik kandang, gaji kepala kandang, dan biaya lainnya. Besarnya biaya pemanas yang dikeluarkan Peternakan Bapak Maulid setiap periode produksi adalah sebesar Rp 1.032.000,00. Peternakan Bapak Maulid membutuhkan 12 buah tabung gas sebagai bahan bakar pemanas. Peternakan Bapak Maulid menggunakan listrik berdaya 900 watt dan mengeluarkan biaya listrik sebesar Rp 230.000,00 per periode produksi. Pemilik kandang dan kepala kandang masing-masing menerima gaji sebesar Rp 2.500.000,00 dan Rp 2.000.000,00 untuk setiap periode produksinya. Upah tenaga kerja meliputi pembayaran upah terhadap anak kandang dan tenaga kerja yang digunakan pada saat kegiatan pemanenan berlangsung. Upah anak kandang dibayar berdasarkan total bobot ayam broiler yang dihasilkan pada saat pemanenan. Besarnya upah yang diterima oleh anak kandang adalah sebesar Rp 200,00 per kilogram ayam broiler. Tenaga kerja tambahan yang digunakan
69
oleh Peternakan Bapak Maulid pada saat pemanenan adalah sebanyak satu hingga dua orang dan diberi upah sebesar Rp 100.000,00 hingga Rp 150.000,00 per orang. 6.2.2. Penerimaan Total penerimaan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid mengalami fluktuasi setiap periode produksi. Hal ini dikarenakan terjadinya fluktuasi pada tingkat produktivitas ayam broiler. Total penerimaan hasil budidaya ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid terdiri dari penerimaan hasil penjualan ayam broiler, bonus FCR dan bonus kematian (mortalitas). Bonus FCR dan bonus kematian dapat diperoleh Peternakan Bapak Maulid jika mampu menghasilkan nilai FCR dan tingkat mortalitas yang lebih rendah dari standar yang telah ditentukan oleh PT SUC. Tabel 14. Penerimaan Budidaya Ayam Broiler di Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 – 26 November 2011) Hasil Panen Periode
Jumlah (Ekor)
Total Bobot (Kg)
Bobot Ratarata (Kg)
Harga Garansi Rata-rata (Rp/Kg)
FCR
Bonus (Rp) Mortalitas
Total Penerimaan (Rp/Periode Produksi)
I
4.907
9.018,0
1,83
14.370,00
2.254.500
450.900
132.294.060
II
5.978
11.056,5
1,84
14.375,45
2.764.125
552.825
162.253.175
III
5.862
9.462,5
1,61
14.426,15
2.365.625
473.125
139.322.745
IV
5.915
9.796,0
1,65
14.406,00
2.938.800
489.800
144.566.340
V
5.798
9.873,5
1,70
14.394,00
2.962.050
493.675
145.634.930
VI
5.496
9.414,0
1,71
14.394,61
2.824.200
470.700
138.841.300
VII
5.550
8.115,5
1,46
14.482,72
0
0
117.517.085
Berdasarkan Tabel 14, besarnya harga garansi rata-rata yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid berbeda pada setiap periode produksi. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya bobot rata-rata ayam broiler yang dihasilkan pada setiap proses pemanenan berlangsung. Besarnya harga garansi ayam broiler telah tertera di dalam kontrak dan sudah disepakati oleh Peternakan Bapak Maulid dan PT SUC (Lampiran 5). Rata-rata harga garansi yang diterima oleh Peternakan Bapak Maulid setiap periode produksi adalah sebesar Rp 14.406,99,00. Bobot
70
rata-rata ayam broiler tertinggi dihasilkan Peternakan Bapak Maulid pada periode produksi II, sedangkan bobot rata-rata terendah dihasilkan pada periode produksi VII. Tinggi rendahnya bobot rata-rata ayam broiler tersebut dipengaruhi oleh tingkat mortalitas dan bobot akhir yang dihasilkan pada setiap periode produksi. Peternakan Bapak Maulid memperoleh penerimaan tertinggi pada periode produksi II, yaitu sebesar Rp 162.253.175,00. Pada periode produksi tersebut, Peternakan Bapak Maulid menghasilkan bobot rata-rata ayam broiler tertinggi sebesar 1,84 kilogram per ekor, tingkat mortalitas ayam broiler terendah yaitu sebesar 0,367 persen (Tabel 10), dan nilai FCR yang berada di bawah standar PT SUC yaitu sebesar 1,709 (Tabel 11). Total penerimaan terendah diperoleh Peternakan Bapak Maulid pada periode produksi VII yaitu sebesar Rp 117.517.085,00. Pada periode produksi tersebut Peternakan Bapak Maulid menghasilkan bobot rata-rata ayam broiler terendah yaitu sebesar 1,46 kilogram per ekor, tingkat mortalitas ayam broiler tertinggi yaitu sebesar 7,5 persen (Tabel 10), dan nilai FCR yang berada di atas standar PT SUC yaitu sebesar 1,694 (Tabel 11). Tingkat mortalitas dan nilai FCR yang melebihi standar PT SUC (Lampiran 4), mengakibatkan Peternakan Bapak Maulid tidak memperoleh bonus kematian dan bonus FCR pada periode produksi VII. 6.2.3. Analisis Pendapatan R/C Analisis rasio penerimaan dan biaya (R/C) menggambarkan besarnya tingkat pendapatan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid setiap periode produksi. Analisis pendapatan R/C dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi pengamatan. Apabila diperoleh nilai R/C>1, maka usahaternak ayam broiler yang dijalankan oleh Peternakan Bapak Maulid mengalami keuntungan karena total penerimaan produksi lebih besar dari biaya produksi yang dikeluarkan. Apabila diperoleh nilai R/C<1, maka usahaternak ayam broiler yang dijalankan oleh Peternakan Bapak Maulid mengalami kerugian karena total penerimaan produksi lebih kecil dari biaya produksi yang dikeluarkan. Berdasarkan Tabel 15, Peternakan Bapak Maulid memperoleh nilai ratarata R/C sebesar 1,05 selama tujuh periode produksi pengamatan. Nilai R/C>1 diperoleh Peternakan Bapak Maulid pada periode produksi I hingga periode 71
produksi VI. Hal ini mengindikasikan bahwa pada periode produksi I – VI, usahaternak ayam broiler yang dijalankan oleh Peternakan Bapak Maulid mengalami keuntungan. Nilai R/C tertinggi diperoleh Peternakan Bapak Maulid pada periode produksi IV, yaitu sebesar 1,11. Artinya, Peternakan Bapak Maulid memiliki tingkat pendapatan tertinggi pada periode produksi IV atau dengan kata lain setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan oleh Peternakan Bapak Maulid akan memberikan nilai pendapatan sebesar Rp 1,11. Pada periode produksi VII, Peternakan Bapak Maulid memperoleh nilai R/C<1, yang mengindikasikan bahwa pada periode produksi tersebut usahaternak ayam broiler yang dijalankan oleh Peternakan Bapak Maulid mengalami kerugian. Kerugian yang dialami oleh Peternakan Bapak Maulid pada periode produksi VII disebabkan oleh tingkat mortalitas ayam broiler yang tinggi (Tabel 10) dan nilai FCR yang berada di atas standar PT SUC (Tabel 11). Tabel 15. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C) Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan (Rupiah)
(a)
(b)
Total Penerimaan Peternakan Bapak Maulid
Total Biaya Produksi
Pendapatan Bersih
R/C
(c=a+b)
(d)
(e=c-d)
(f=c/d)
Keterangan
Periode
Total Penerimaan Budidaya Ayam Broiler
Penjualan Kotoran Ayam, Kardus, dan Karung Pakan
I
132.294.060
625.000
132.919.060
129.387.326
3.531.734
1,03
R>1
II
162.253.175
873.000
163.126.175
155.231.354
7.894.821
1,05
R>1
III
139.322.745
834.000
140.156.745
133.297.630
6.859.115
1,05
R>1
IV
144.566.340
838.000
145.404.340
131.092.127
14.312.213
1,11
R>1
V
145.634.930
809.000
146.443.930
135.309.781
11.134.149
1,08
R>1
VI
138.841.300
766.000
139.607.300
127.785.384
11.821.916
1,09
R>1
VII
117.517.085
770.000
118.287.085
124.194.514
-5.907.429
0,95
R<1
6.3.
Analisis Risiko Produksi terhadap Pendapatan
6.3.1. Hasil yang Diharapkan (Expected Return) Hasil yang diharapkan (expected return) dihitung dari rata-rata pendapatan bersih yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi pengamatan. Nilai tersebut menggambarkan tingkat pendapatan bersih yang 72
diharapkan oleh Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode produksi di masa yang akan datang. Tabel 16. Expected Return Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 – 26 November 2011) Total Budidaya Return (Rp/Periode Return/Ekor Periode (Ekor) Produksi) (Rp/Periode Produksi Produksi) I
5.000
3.531.734
706
II
6.000
7.894.821
1.316
III
6.000
6.859.115
1.143
IV
6.000
14.312.213
2.385
V
6.000
11.134.149
1.856
VI
5.700
11.821.916
2.074
VII
6.000
-5.907.429
-985
Jumlah Return per Ekor (∑Ri)
8.496
Expected Return (∑Pi.Ri)
1.214
Berdasarkan Tabel 16, rata-rata pendapatan bersih yang diterima oleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi pengamatan adalah sebesar Rp 1.214,00 per ekor ayam broiler. Angka tersebut merupakan nilai expected
return
yang
diperoleh
Peternakan
Bapak
Maulid.
Hal
ini
mengindindikasikan bahwa tingkat pendapatan bersih yang diharapkan dapat diperoleh Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode produksi di masa yang akan datang adalah sebesar Rp 1.214,00 per ekor ayam broiler, dengan asumsi cateris paribus. 6.3.2. Ragam (Variance) Nilai ragam (variance) yang dihasilkan oleh Peternakan Bapak Maulid disajikan pada Tabel 17. Semakin besar nilai variance yang dihasilkan, maka semakin besar penyimpangan yang terjadi sehingga risiko yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid semakin besar. Semakin kecil nilai variance yang dihasilkan, maka semakin kecil penyimpangan yang terjadi sehingga risiko yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid semakin kecil. Berdasarkan Tabel 17, nilai variance yang dihahasilkan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar Rp 1.272.019,00 per ekor ayam broiler. Nilai 73
variance yang diperoleh tersebut cukup tinggi sehingga penyimpangan yang terjadi pada usahaternak ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid pun cukup tinggi. Artinya, penyimpangan tersebut menunjukkan bahwa tingkat risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid cukup tinggi. Tabel 17. Nilai Ragam (Variance) Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan (Rupiah) Periode Return/Ekor (Rij-Ri)2 (Rij-Ri) Expected Produksi (Rij) Return (Ri) I
706
1.214
-508
258.064
II
1.316
1.214
102
10.404
III
1.143
1.214
-71
5.041
IV
2.385
1.214
1.171
1.371.241
V
1.856
1.214
642
412.164
VI
2.074
1.214
860
739.600
VII
-985
1.214
-2.199
4.835.601
Jumlah (∑)
7.632.115 2
Variance (σ ) = (∑/(7-1))
1.272.019
6.3.3. Simpangan Baku (Standard Deviation) Simpangan baku (standard deviation) merupakan akar kuadrat dari nilai variance yang dihasilkan. Nilai variance yang dihasilkan akan berbanding lurus dengan nilai simpangan baku. Semakin besar nilai simpangan baku, maka tingkat risiko yang dihadapi semakin besar. Semakin kecil nilai simpangan baku, maka tingkat risiko yang dihadapi semakin kecil. Nilai simpangan baku yang dihasilkan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebagai berikut : Simpangan Baku (σ)i = (σ)2i = √1.272.019 =1.128 Berdasarkan hasil perhitungan, nilai simpangan baku yang dihasilkan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar Rp 1.128,00 per ekor ayam broiler. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode produksi di masa yang akan datang adalah sebesar Rp 1.128,00 per ekor ayam broiler. Nilai simpangan baku sebesar 74
Rp 1.128,00 mengindikasikan bahwa tingkat risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid cukup tinggi. Tingginya tingkat risiko produksi tersebut disebabkan oleh berfluktuasinya tingkat mortalitas ayam broiler dan nilai FCR di Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode produksi. 6.3.4. Koefisien Variasi (Coefficient Variation) Koefisien variasi (coefficient variation) merupakan rasio antara nilai simpangan baku dengan nilai expected return. Semakin besar nilai koefisien variasi yang dihasilkan, maka risiko yang dihadapi semakin besar. Semakin kecil nilai koefisien variasi yang dihasilkan, artinya risiko yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid semakin kecil. Nilai koefisien variasi yang dihasilkan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebagai berikut : σi CV= E(R)i =
1.128 1.214
= 0,93
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai koefisien variasi yang diperoleh
Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar 0,93. Nilai koefisien variasi tersebut menunjukkan bahwa risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar 93 persen dari nilai return yang diperoleh. Artinya, setiap Rp 1 dari return yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid, akan menghasilkan risiko sebesar Rp 0,93, dengan asumsi cateris paribus. Risiko produksi yang dihadapi Peternakan Bapak Maulid dipengaruhi oleh sumber-sumber risiko produksi, seperti ayam broiler yang afkir, serangan penyakit,
dan
kondisi
cuaca.
Sumber-sumber
risiko
produksi
tersebut
mempengaruhi tingkat mortalitas ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode produksi. Risiko produksi juga mempengaruhi tingkat efisiensi penggunaan pakan (FCR). Nilai FCR yang dihasilkan sangat mempengaruhi tingkat pendapatan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid setiap periode produksi. Rata-rata nilai FCR yang dihasilkan oleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi pengamatan adalah sebesar 1,63 persen (Tabel 11). Ketidakefisienan nilai FCR terjadi pada periode produksi VII. Pada perode
75
produksi tersebut, nilai FCR yang dihasilkan berada di atas FCR standar PT SUC (Lampiran 4). 6.3.5. Analisis Tingkat Probabilitas Sumber-sumber Risiko Produksi Analisis tingkat probabilitas risiko produksi digunakan untuk menghitung peluang terjadinya sumber-sumber risiko produksi di Peternakan Bapak Maulid, yang terdiri dari ayam broiler yang afkir, serangan penyakit, dan kondisi cuaca. Besarnya tingkat peluang yang dihasilkan dapat digunakan untuk menentukan prioritas dalam pengelolaan risiko. Perhitungan analisis tersebut menggunakan metode z-score, seperti yang tersaji pada lampiran 6 hingga lampiran 8. Proses perhitungan tingkat probabilitas sumber-sumber risiko produksi dilakukan dengan mengidentifikasi jumlah kematian ayam broiler yang disebabkan oleh masing-masing sumber risiko produksi selama tujuh periode produksi pengamatan. Selanjutnya, dilakukan penjumlahan kematian ayam broiler dan perhitungan rata-rata kematian ayam broiler setiap periode produksi. Proses perhitungan tersebut juga membutuhkan batas normal yang merupakan jumlah kematian ayam broiler yang terjadi akibat salah satu sumber risiko produksi, yang telah ditetapkan oleh Peternakan Bapak Maulid. Melalui batas normal tersebut, dapat diketahui besarnya penyimpangan antara jumlah kematian ayam broiler aktual dengan jumlah kematian ayam broiler yang telah ditetapkan oleh Peternakan Bapak Maulid akibat salah satu dari sumber risiko produksi. Tabel 18. Hasil Analisis Probabilitas Sumber-sumber Risiko Produksi Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 – 26 November 2011) No. Sumber Risiko Produksi Penyebab Probabilitas (%) 1.
Ayam broiler yang afkir
Manusia
45,2
2.
Serangan penyakit
Manusia dan Alam
11,9
3.
Kondisi cuaca
Alam
42,9
Berdasarkan Tabel 18, masing-masing sumber risiko produksi memiliki tingkat probabilitas (peluang) kejadian yang berbeda. Ayam broiler yang afkir memiliki tingkat probabilitas yang paling tinggi yaitu sebesar 45,2 persen, sedangkan serangan penyakit memiliki tingkat probabilitas yang paling rendah 76
yaitu sebesar 11,9 persen. Rendahnya tingkat probabilitas tersebut diduga karena bangunan kandang di Peternakan Bapak Maulid yang masih baru, sehingga kondisi lingkungan di luar maupun lingkungan di dalam kandang masih cukup steril. Ayam broiler afkir di Peternakan Bapak Maulid ditemukan pada setiap periode produksi selama tujuh periode pengamatan. Jumlah ayam broiler afkir tersebut dihitung sebagai ayam broiler yang sudah mati oleh Peternakan Bapak Maulid. Batas normal ayam broiler afkir yang ditetapkan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebanyak 42 ekor setiap periode produksi. Penentuan angka ini berdasarkan asumsi dari Peternakan Bapak Maulid yang menetapkan terdapat tujuh ekor ayam broiler afkir di setiap sekat. Di dalam kandang Peternakan Bapak Maulid terdapat enam buah sekat yang membagi 1.000 ekor ayam broiler di setiap sekat. Batas normal tersebut selanjutnya dikalikan dengan bobot rata-rata ayam broiler yang dihasilkan oleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi pengamatan, yaitu sebesar 1,69 kilogram. Total ayam broiler afkir yang berada pada batas normal Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar 70,8 kilogram. Nilai z dari sumber risiko produksi ayam broiler afkir yang diperoleh dari hasil perhitungan metode z-score adalah sebesar 0,120. Tanda positif pada angka tersebut menunjukkan bahwa nilai 0,120 berada di sebelah kanan dari nilai ratarata pada kurva distribusi normal. Nilai z tersebut apabila dipetakan pada Tabel distribusi normal (Tabel distribusi Z) akan menunjukkan nilai sebesar 0,452. Nilai 0,456 tersebut menunjukkan bahwa tingkat probabilitas kematian ayam broiler akibat ayam broiler yang afkir melebihi total bobot 70,8 kilogram adalah sebesar 45,2 persen. Tingginya tingkat probabilitas tersebut dikarenakan pada setiap periode produksi selalu ditemukan sejumlah ayam broiler yang afkir. Tingkat probabilitas serangan penyakit menempati urutan terendah dari keseluruhan sumber risiko produksi ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid. Batas normal kematian akibat serangan penyakit ayam broiler yang ditetapkan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebanyak 66 ekor setiap periode produksi. Angka tersebut ditetapkan berdasarkan asumsi dari Peternakan Bapak Maulid, yaitu terdapat sebelas ekor ayam broiler yang mati akibat terserang penyakit dalam setiap sekat. Namun selama tujuh periode produksi pengamatan, serangan
77
penyakit di Peternakan Bapak Maulid hanya terjadi sebanyak dua kali yaitu pada periode produksi VI dan VII. Pada periode produksi VI, terdapat 36 ekor ayam broiler mati akibat gejala penyakit Gumboro. Pada periode produksi VII, sebanyak 119 ekor ayam broiler mati karena terserang penyakit Kolibasilosis. Batas normal yang ditetapkan selanjutnya dikalikan dengan bobot rata-rata ayam broiler yang dihasilkan oleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi pengamatan, yaitu sebesar 1,69 kilogram. Total ayam broiler yang mati akibat serangan penyakit dan berada pada batas normal Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar 111,26 kilogram. Nilai z dari sumber risiko produksi serangan penyakit yang diperoleh dari hasil perhitungan metode z-score adalah sebesar 1,18. Nilai z yang bertanda positif tersebut menunjukkan bahwa nilai 1,18 berada di sebelah kanan dari nilai rata-rata pada kurva distribusi normal. Nilai z tersebut apabila dipetakan pada Tabel distribusi normal akan menunjukkan nilai sebesar 0,119. Nilai 0,119 tersebut menunjukkan bahwa tingkat probabilitas kematian ayam broiler akibat serangan penyakit melebihi total bobot 111,26 kilogram adalah sebesar 11,9 persen. Kondisi cuaca merupakan sumber risiko produksi ayam broiler yang tidak dapat dihindari karena merupakan pengaruh dari alam. Kondisi cuaca menempati urutan kedua tingkat probabilitas sumber risiko produksi di Peternakan Bapak Maulid. Batas normal kematian ayam broiler akibat kondisi cuaca yang ditetapkan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebanyak 90 ekor ayam broiler. Penetapan angka tersebut adalah berdasarkan asumsi dari Peternakan Bapak Maulid yang menetapkan jumlah kematian ayam broiler akibat kondisi cuaca sebanyak 15 ekor setiap sekat per periode produksi. Batas normal tersebut selanjutnya dikalikan dengan bobot rata-rata ayam broiler yang dihasilkan oleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi pengamatan, yaitu sebesar 1,69 kilogram. Total ayam broiler afkir yang berada pada batas normal Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar 151,71 kilogram. Nilai z dari sumber risiko produksi kondisi cuaca yang diperoleh dari hasil perhitungan metode z-score adalah sebesar -0,180. Tanda minus pada angka tersebut menunjukkan bahwa nilai 0,180 berada di sebelah kiri dari nilai rata-rata
78
pada kurva distribusi normal. Nilai z tersebut apabila dipetakan pada Tabel distribusi normal akan menunjukkan nilai sebesar 0,429, yang mengindikasikan bahwa tingkat probabilitas kematian ayam broiler akibat kondisi cuaca yang melebihi total bobot 151,71 kilogram adalah sebesar 42,9 persen. Besarnya tingkat probabilitas yang melebihi batas normal tersebut disebabkan pada periode produksi III – VI, suhu di lingkungan luar kandang cukup tinggi sehingga mempengaruhi tingkat penguapan dan ketahanan tubuh ayam broiler. Selain itu, pada periode produksi VII terjadi perubahan cuaca yang ekstrim dari musim kemarau ke musim penghujan, sehingga menyebabkan ayam broiler menjadi stress. 6.3.6. Analisis Dampak Risiko Produksi Sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid akan memberikan dampak berupa kerugian yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang diperoleh pada setiap periode produksi. Besarnya dampak risiko produksi terhadap tingkat pendapatan yang diterima oleh Peternakan Bapak Maulid dihitung dengan menggunakan metode analisis Value at Risk (VaR). Perhitungan tersebut menggunakan tingkat keyakinan sebesar 95 persen dan 5 persen sisanya ditetapkan sebagai error. Hal ini disesuaikan dengan kondisi di lapangan, dimana perkiraan besarnya kerugian yang dialami oleh Peternakan Bapak Maulid kemungkinan tidak akan tepat sepenuhnya (100 persen). Nilai VaR yang dihasilkan menggambarkan tingkat kerugian terbesar yang diderita oleh Peternakan Bapak Maulid akibat salah satu sumber risiko produksi pada tingkat keyakinan sebesar 95 persen. Proses perhitungan dampak risiko produksi terhadap tingkat pendapatan Peternakan Bapak Maulid dapat dilihat pada Lampiran 9 hingga Lampiran 11. Jumlah kematian ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid akibat ditemukannya ayam broiler yang afkir terjadi pada periode produksi I – VII. Jumlah kematian pada masing-masing periode produksi produksi tersebut adalah 20 ekor, 22 ekor, 25 ekor, 39 ekor, 71 ekor, 50 ekor, dan 56 ekor. Total kerugian yang dialami oleh Peternakan Bapak Maulid akibat ayam broiler yang afkir selama tujuh periode produksi pengamatan adalah sebesar Rp 6.767.741,00. Masing-masing jumlah kerugian yang diderita pada periode produksi I – VII 79
adalah sebesar Rp 525.942,00, Rp 581.918,00, Rp 580.653,00, Rp 927.026,00, Rp 1.737.356,00, Rp 1.230.739,00, dan Rp 1.184.107,00. Jumlah kerugian tersebut diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah bobot kematian ayam broiler yang terjadi pada masing-masing periode produksi dengan harga garansi rata-rata yang berlaku (Lampiran 9). Dampak risiko akibat sumber risiko produksi dari ayam broiler yang afkir dengan menggunakan metode VaR menghasilkan nilai sebesar Rp 1.245.319,00, pada tingkat keyakinan sebesar 95 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kerugian yang diderita Peternakan Bapak Maulid akibat ayam broiler yang afkir adalah maksimal sebesar Rp 1.245.319,00 pada tingkat keyakinan sebesar 95 persen, namun terdapat kemungkinan sebesar 5 persen kerugian yang diderita oleh Peternakan Bapak Maulid akan lebih besar dari Rp 1.245.319,00. Selama tujuh periode produksi pengamatan, serangan penyakit di Peternakan Bapak Maulid terjadi sebanyak dua kali yaitu pada periode produksi VI dan VII. Pada periode produksi VI, ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid mengalami gejala penyakit Gumboro sehingga menyebabkan kematian ayam broiler sebanyak 36 ekor. Pada periode produksi VII, ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid terserang penyakit Kolibasilosis sehingga menyebabkan kematian ayam broiler sebanyak 119 ekor. Akibat serangan penyakit, jumlah kerugian yang diderita Peternakan Bapak Maulid pada periode VI adalah sebesar Rp 886.132,00 dan pada periode produksi VII sebesar Rp 2.516.228,00. Jumlah kerugian tersebut diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah bobot kematian ayam broiler yang terjadi pada masing-masing periode produksi dengan harga garansi rata-rata yang berlaku (Lampiran 10). Dampak risiko akibat sumber risiko produksi serangan penyakit dengan menggunakan metode VaR menghasilkan nilai sebesar Rp 3.041.93,004, pada tingkat keyakinan sebesar 95 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kerugian yang diderita Peternakan Bapak Maulid akibat adanya serangan penyakit adalah maksimal sebesar Rp 3.041.934,00 pada tingkat keyakinan sebesar 95 persen, namun terdapat kemungkinan sebesar 5 persen kerugian yang diderita oleh Peternakan Bapak Maulid akan lebih besar dari Rp 3.041.934,00.
80
Sumber risiko produksi kondisi cuaca terjadi sebanyak enam kali di Peternakan Bapak Maulid, yaitu periode produksi I dan periode produksi III – VII. Jumlah kematian ayam broiler akibat kondisi cuaca pada periode produksi I adalah sebanyak 73 ekor, sedangkan pada periode produksi III – VII masingmasing sebanyak 113 ekor, 46 ekor, 131 ekor, 118 ekor, dan 275 ekor. Jumlah kerugian yang diderita oleh Peternakan Bapak Maulid akibat kondisi cuaca pada periode produksi I adalah sebesar Rp 1.919.688,00, sedangkan pada periode produksi III – VII masing-masing sebesar Rp 2.988.944,00, Rp 1.068.401,00, Rp 3.113.857,00, Rp 2.887.436,00, dan
Rp 6.769.065,00. Jumlah kerugian
tersebut diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah bobot kematian ayam broiler yang terjadi pada masing-masing periode produksi dengan harga garansi rata-rata yang berlaku (Lampiran 11). Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode VaR, sumber risiko kondisi cuaca memberikan dampak kerugian maksimal yang paling tinggi bagi Peternakan Bapak Maulid yaitu sebesar Rp 4.434.955,00 pada tingkat keyakinan sebesar 95 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi cuaca merupakan sumber risiko produksi yang paling berpengaruh terhadap usahaternak ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid. Hal ini juga mengindikasikan bahwa kerugian yang diderita Peternakan Bapak Maulid akibat pengaruh dari kondisi cuaca adalah maksimal sebesar Rp 4.434.955,00 pada tingkat keyakinan sebesar 95 persen, namun terdapat kemungkinan sebesar 5 persen kerugian yang diderita oleh Peternakan Bapak Maulid akan lebih besar dari Rp 4.434.955,00. Tabel 19. Hasil Analisis Perhitungan Dampak Sumber Risiko Produksi Ayam Broiler di Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 – 26 November 2011) No. Sumber Risiko Produksi Penyebab Dampak (Rp) 1.
Ayam broiler yang afkir
Manusia
1.245.319
2.
Serangan penyakit
Manusia dan Alam
3.041.934
3.
Kondisi cuaca
Alam
4.434.955
Sumber risiko produksi yang berasal dari serangan penyakit, menempati urutan kedua yang memberikan dampak kerugian maksimal bagi Peternakan
81
Bapak Maulid, yaitu sebesar Rp. 3.041.934,00, sedangkan ayam broiler yang afkir merupakan sumber risiko produksi yang memberikan dampak kerugian maksimal yang paling rendah bagi Peternakan Bapak Maulid, yaitu sebesar Rp 1.245.319,00. Meskipun memberikan dampak kerugian dengan tingkat yang berbeda., sumber-sumber risiko produksi harus tetap diperhatikan dan diwaspadai oleh pihak manajemen Peternakan Bapak Maulid. 6.3.7. Pemetaan Risiko Produksi Hasil perhitungan tingkat probabilitas dan dampak dari sumber-sumber risiko produksi di Peternakan Bapak Maulid, selanjutnya dipetakan ke dalam peta risiko. Melalui pemetaan risiko, dapat diketahui posisi dari masing-masing sumber risiko produksi ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid, sehingga dapat ditemukan keputusan yang tepat dalam penanganan risiko yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid. Peta risiko terdiri dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal dan sumbu horizontal. Sumbu vertikal menggambarkan tingkat probabilitas risiko, sedangkan sumbu horizontal menggambarkan dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Tingkat probabilitas dan dampak risiko dibagi menjadi dua bagian, yaitu batas yang dianggap besar dan kecil. Batas tingkat probabilitas dan dampak risiko yang dianggap besar dan kecil, ditentukan oleh pihak manajemen Peternakan Bapak Maulid. Berdasarkan hasil perhitungan, rata-rata tingkat probabilitas sumber risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar 33,3 persen, sedangkan rata-rata dampak kerugiannya adalah sebesar Rp 2.907.403,00. Namun setelah dikonfirmasi, Peternakan Bapak Maulid menetapkan batas tingkat probabilitas sebesar 30 persen, sedangkan batas dampak kerugian akibat sumber-sumber risiko produksi
dibulatkan menjadi Rp 3.000.000,00 oleh pihak Peternakan Bapak
Maulid. Berdasarkan Gambar 8, sumber risiko produksi ayam broiler yang afkir berada di kuadran I, yang mengindikasikan bahwa sumber risiko tersebut memiliki tingkat probabilitas yang tinggi namun memiliki dampak yang kecil bagi Peternakan Bapak Maulid. Sumber risiko produksi serangan penyakit berada di kuadran IV, yang mengindikasikan bahwa sumber risiko tersebut memiliki tingkat probabilitas yang rendah namun memiliki dampak yang cukup besar bagi 82
Peternakan Bapak Maulid. Sumber risiko produksi kondisi cuaca terletak pada kuadran II, yang mengindikasikan bahwa sumber risiko tersebut memiliki tingkat probabilitas dan dampak yang besar bagi Peternakan Bapak Maulid.
Probabilitas (%)
Besar
•Ayam Broiler yang Afkir
•Kondisi Cuaca
30%
•Serangan penyakit
Kecil Kecil
Gambar 9.
Rp 3.000.000
Besar
Dampak (Rp)
Peta Sumber-sumber Risiko Produksi Peternakan Bapak Maulid
Pemetaan yang dilakukan pada sumber-sumber risiko produksi di Peternakan Bapak Maulid hanya mampu memperkirakan posisinya saja. Menurut Kountur (2008), untuk mengetahui posisi yang sebenarnya dari sumber-sumber risiko produksi tersebut perlu dilakukan perhitungan status risikonya. Dengan megetahui status risiko, dapat ditentukan urutan sumber risiko yang paling besar hingga yang paling kecil. Nilai status risiko diperoleh dari hasil perkalian antara tingkat probabilitas sumber risiko dengan dampak dari masing-masing sumber risiko. Berdasarkan Tabel 20, dapat diketahui urutan sumber risiko produksi di Peternakan Bapak Maulid dari yang paling besar hingga yang paling kecil. Kondisi cuaca merupakan sumber risiko produksi yang paling besar (paling berisiko), dengan status risiko sebesar 1.902.596, diikuti dengan DOC yang berkualitas rendah sebesar 562.884. Serangan penyakit merupakan sumber risiko produksi yang memiliki status risiko terkecil (paling tidak berisiko), yaitu sebesar 361.990.
83
Tabel 20. Status Risiko dari Sumber Risiko Produksi Ayam Broiler Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 – 26 November 2011) No. Sumber Risiko Produksi Probabilitas Dampak Status Risiko (%) (Rp) 1.
Ayam broiler yang afkir
45,2
1.245.319
562.884
2.
Serangan penyakit
11,9
3.041.934
361.990
3.
Kodisi cuaca
42,9
4.434.955
1.902.596
6.4.
Alternatif Manajemen Risiko Peternakan Bapak Maulid Alternatif manajemen risiko produksi Peternakan Bapak Maulid
ditentukan berdasarkan hasil analisis tingkat risiko produksi dan hasil dari pemetaan sumber-sumber risiko produksi, yang disesuaikan dengan hasil pengamatan di lokasi penelitian. Alternatif manajemen berdasarkan hasil analisis tingkat risiko produksi disesuaikan dengan risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid secara menyeluruh. Alternatif manajemen berdasarkan hasil dari pemetaan risiko produksi disesuaikan dengan risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid secara terperinci, yaitu berdasarkan sumber-sumber risiko produksi di Peternakan Bapak Maulid. Alternatif manajemen risiko produksi yang dapat diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid berdasarkan hasil analisis tingkat risiko produksi adalah melakukan pemeriksaan terhadap timgkat keasaman air dengan menggunakan kertas lakmus. Hal ini dikarenakan kualitas air minum yang diberikan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan kondisi tubuh ayam broiler. Peternakan Bapak Maulid juga dapat menambahkan probiotik yang dicampur pada air minum ayam broiler untuk mengefisiensikan penggunaan pakan. Pencampuran probiotik dapat meningkatkan daya cerna ayam broiler sehingga menyebabkan pakan terserap secara lebih efisien menjadi daging. Selain itu untuk menjaga agar lingkungan di luar kandang tetap steril, sebaiknya Peternakan Bapak Maulid tidak membiarkan kotoran ayam broiler yang telah dimasukkan ke dalam karung menumpuk terlalu lama. Berdasarkan
hasil
pemetaan
risiko
yang
menunujukkan
tingkat
probabilitas kejadian dan dampak yang dihasilkan oleh sumber-sumber risiko produksi di Peternakan Bapak Maulid, maka alternatif manajemen sumber-sumber 84
risiko produksi ditentukan dengan menggunakan dua strategi. Strategi tersebut terdiri dari strategi preventif dan strategi mitigasi. 1. Strategi Preventif Strategi preventif diterapkan pada risiko-risiko yang memiliki tingkat probabilitas yang tinggi atau risiko-risiko yang berada pada kuadran I dan II pada peta risiko. Berdasarkan hasil pemetaan, strategi preventif dapat diterapkan untuk mengatasi sumber-sumber risiko produksi di Peternakan Bapak Maulid, seperti ayam broiler yang afkir dan kondisi cuaca. Alternatif strategi preventif yang diusulkan untuk mengatasi kedua sumber produksi tersebut adalah sebagai berikut: a. Sumber Risiko Ayam Broiler yang Afkir Selama tujuh periode produksi pengamatan, selalu terdapat sejumlah ayam broiler afkir pada setiap periode produksi di Peternakan Bapak Maulid (Tabel 10). Ayam broiler yang afkir memiliki tingkat probabilitas tertinggi dari sumber risiko produksi lainnya yaitu sebesar 45,2 persen, sedangkan dampak yang ditimbulkan adalah sebedar Rp 1.245.319,00, dengan status risiko sebesar 562.884 (Tabel 20). Ayam broiler afkir menimbulkan dampak risiko yang paling kecil bagi Peternakan Bapak Maulid. Meskipun demikian, sumber risiko tersebut harus diatasi oleh Peternakan Bapak Maulid karena dapat menimbulkan kerugian. Strategi yang dapat diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah dengan membentuk kelompok yang beranggotakan peternak-peternak plasma, sehingga dapat memperkuat posisi tawar para peternak plasma. Melalui kelompok tersebut, para peternak plasma dapat mengajukan complaint kepada pihak inti agar dapat melakukan pemotongan harga DOC apabila ditemui sejumlah ayam broiler yang afkir. Pemotongan harga tersebut dapat disesuaikan dengan jumlah ayam broiler afkir yang diterima pada periode produksi tersebut. Dengan demikian, dapat membuat pihak inti mengupayakan memberikan DOC yang berkualitas baik sehingga tidak ditemukan lagi sejumlah ayam broiler yang afkir. b. Sumber Risiko Kondisi Cuaca Sumber risiko kondisi cuaca tidak dapat dihindari oleh Peternakan Bapak Maulid karena merupakan faktor alam. Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 10), dari total kematian 756 ekor ayam broiler akibat kondisi cuaca selama tujuh
85
periode produksi, sebanyak 408 ekor ayam broiler mati karena kondisi cuaca yang terlalu panas yang terjadi pada musim kemarau, yaitu pada periode produksi III – VI. Hal ini mengindikasikan bahwa penanganan risiko pada saat kondisi cuaca panas sangat diperlukan. Oleh karena itu, upaya yang harus dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah menjaga suhu udara di dalam kandang tetap stabil. Alternatif manajemen yang disarankan guna memperkecil tingkat probabilitas sumber risiko kondisi cuaca adalah dengan memasang beberapa unit kipas angin atau blower untuk menjaga kelembaban di dalam kandang dan meningkatkan sirkulasi udara sehingga dapat mengeluarkan kelebihan panas dan gas-gas yang berbahaya seperti CO, CO2 dan NH3 yang ada di dalam kandang. Salain itu, Peternakan Bapak Maulid juga perlu memasang satu unit thermometer ruangan, untuk mengetahui tingkat suhu udara di dalam kandang sehingga dapat segera disesuaikan dengan kondisi suhu yang diperlukan oleh ayam broiler pada saat itu. 2. Strategi Mitigasi Strategi mitigasi digunakan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan oleh risiko, yaitu risiko-risiko yang berada pada kuadran II dan IV pada peta risiko. Berdasarkan hasil pemetaan, strategi mitigasi dapat diterapkan untuk mengatasi sumber-sumber risiko produksi yang ada di Peternakan Bapak Maulid, seperti sumber risiko kondisi cuaca dan serangan penyakit. a. Kondisi Cuaca Sumber risiko produksi kondisi cuaca terletak pada kuadran II, yang mengindikasikan bahwa sumber risiko tersebut memiliki tingkat probabilitas dan dampak yang besar bagi Peternakan Bapak Maulid. Tingkat probabilitas sumber risiko kondisi cuaca adalah sebesar 42,9 persen, dengan dampak yang ditimbulkan sebesar Rp 4.434.955,00. Selain itu, kondisi cuaca menghasilkan status risiko tertinggi dibandingkan sumber risiko produksi lainnya, yaitu sebesar 1.902.596 (Tabel 20). Alternatif strategi yang disarankan untuk mengurangi dampak dari kondisi cuaca adalah dengan memberikan larutan gula merah untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam broiler. Pencampuran vitamin C dengan tingkat suplementasi
86
sebesar 250 ppm pada air minum juga dapat dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid pada kondisi cuaca yang panas. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan konsumsi pakan ayam broiler pada kondisi cuaca yang panas. Selain itu, Peternakan Bapak Maulid dapat melakukan penambahan jumlah tempat air minum pada kondisi cuaca yang panas, untuk menjaga keseimbangan jumlah air di dalam tubuh ayam broiler. b. Sumber Risiko Serangan Penyakit Berdasarkan hasil pemetaan risiko, sumber risiko serangan penyakit berada di kuadran IV. Hal ini mengindikasikan bahwa serangan penyakit memiliki tingkat probabilitas kejadian yang rendah, namun menimbulkan dampak kerugian yang cukup besar. Tingkat probabilitas sumber risiko serangan penyakit adalah sebesar 11,9 persen, sedangkan dampak yang ditimbulkan adalah sebesar Rp 3.041.934,00. Status risiko yang dihasilkan adalah sebesar 361.990 (Tabel 20). Alternatif manajemen yang diusulkan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat sumber risiko produksi serangan penyakit adalah dengan melakukan perawatan yang lebih
intensif pada ayam broiler yang terserang
penyakit. Ayam broiler yang terserang penyakit dirawat di tempat yang terpisah dari ayam broiler yang sehat. Selain itu pengobatan secara herbal pun dapat dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid, yaitu dengan memberikan larutan kunyit pada setiap ayam broiler yang terserang penyakit. Upaya untuk memperkecil dampak akibat sumber risiko ayam broiler afkir pun dapat dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid. Upaya tersebut adalah dengan melakukan pemisahan antara ayam broiler yang afkir dengan ayam broiler lainnya ke dalam kandang khusus. Pemisahan tersebut dilakukan untuk menghindari penyebaran penyakit, karena ayam broiler yang afkir lebih rentan terserang penyakit. Alternatif manajemen untuk memperkecil tingkat probabilitas (preventif) sumber risiko serangan penyakit juga dapat diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid. Alternatif manajemen tersebut adalah dengan menjaga tingkat kekeringan kolong kandang, yaitu dengan membuat saluran air sehingga mencegah genangan air hujan membasahi kotoran ayam broiler yang ada di kolong kandang. Selain itu, pemberian larutan herbal melalui air minum juga dapat dilakukan oleh
87
Peternakan Bapak Maulid pada tahap awal pemeliharaan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah pertumbuhan penyakit di dalam tubuh ayam broiler. Tabel 21. Manajemen Sumber-sumber Risiko Peternakan Bapak Maulid Manajemen Risiko yang telah Diterapkan No. Sumber Risiko Peternakan Bapak Maulid
Produksi
Ayam
Broiler
Manajemen Risiko yang Diusulkan bagi Peternakan Bapak Maulid
1.
Ayam Broiler yang Afkir
Memisahkan ayam - Membentuk kelompok broiler afkir dengan yang beranggotakan para ayam broiler lain yang peternak plasma. dibatasi oleh satu buah - Mengelompokkan ayam sekat. broiler afkir ke dalam kandang khusus.
2.
Serangan Penyakit
- Membersihkan - Membuat saluran air. lingkungan kandang. - Melakukan perawatan - Melakukan yang lebih intensif pada pengapuran dan ayam broiler yang penyemprotan. terserang penyakit. - Menggunakan jaring - Memberikan larutan untuk mengurangi herbal. tingkat kelembaban. - Menggunakan larutan desinfektan sebelum memasuki kandang. - Memberikan vaksin Newcastle Disease dan vaksin Gumboro. - Melakukan pengobatan dengan larutan gula merah. Amplicoli dan Chlorin.
3.
Kondisi Cuaca
- Menyalakan gasolec, - Memasang beberapa unit menaikkan dan kipas angin atau blower. menurunkan tirai. - Memasang satu unit - Memberikan vitamin thermometer ruangan. C. - Meningkatkan dosis pemberian vitamin C dengan tingkat suplementasi 250 ppm. - Menambah jumlah tempat air minum. - memberikan larutan gula merah.
88
VII 7.1.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Hasil penulisan kajian analisis risiko produksi usahaternak ayam broiler di
Peternakan Bapak Maulid adalah sebagai berikut : 1.
Dalam menjalankan usahaternak ayam broiler, Peternakan Bapak Maulid menghadapi tiga sumber risiko produksi, yaitu ayam broiler yang afkir, serangan penyakit, dan kondisi cuaca.
2.
Besarnya nilainya coefficient variation dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar 0,93, yang menunjukkan bahwa tingkat risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar 93 persen dari nilai return yang diperoleh.
3.
Sumber risiko produksi ayam broiler yang afkir memiliki tingkat probabilitas tertinggi yaitu sebesar 45,2 persen, sedangkan sumber risiko produksi serangan penyakit memiliki tingkat probabilitas terendah yaitu sebesar 11,9 persen. Sumber risiko produksi kondisi cuaca memberikan dampak kerugian maksimal yang paling tinggi bagi Peternakan Bapak Maulid, yaitu sebesar Rp 4.434.955,00. sedangkan sumber risiko produksi ayam broiler yang afkir memberikan dampak kerugian maksimal yang paling rendah bagi Peternakan Bapak Maulid, yaitu sebesar Rp 1.245.319,00.
4.
Alternatif manajemen risiko produksi yang diusulkan bagi Peternakan Bapak Maulid berdasarkan analisis tingkat risiko produksi adalah dengan memeriksa kualitas air, mencampurkan probiotik pada air minum ayam broiler, dan tidak membiarkan kotoran ayam broiler menumpuk terlalu lama. Alternatif manajemen risiko produksi yang diusulkan bagi Peternakan Bapak Maulid berdasarkan hasil pemetaan sumber-sumber risiko produksi adalah dengan melakukan strategi preventif dan mitigasi. Strategi preventif yang dapat dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebagai berikut : a. Membentuk kelompok yang beranggotakan para peternak plasma, sehingga dapat memperkuat posisi tawar para peternak plasma. b. Memasang beberapa unit kipas angin atau blower untuk menjaga kelembaban di dalam kandang dan meningkatkan sirkulasi udara.
c. Memasang satu unit thermometer ruangan sehingga suhu di dalam kandang dapat segera disesuaikan. d. Membuat saluran air untuk menghindari terjadinya genangan air di bawah kolong kandang. e. Memberikan larutan herbal yang dicampur dengan air minum pada tahap awal pemeliharaan ayam broiler. Strategi mitigasi yang dapat dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebagai berikut : a. Memberikan larutan gula merah untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam broiler. b. Meningkatkan dosis pemberian vitamin C dengan tingkat suplementasi sebesar 250 ppm. c. Menambah jumlah tempat air minum untuk menjaga keseimbangan jumlah air di dalam tubuh ayam broiler. d. Melakukan perawatan secara terpisah dan lebih intensif pada ayam broiler
yang terserang penyakit. e. Melakukan pengobatan herbal. f. Mengelompokkan ayam broiler afkir ke dalam kandang khusus yang
terpisah dari ayam broiler lain. 7.2.
Saran Peternakan Bapak Maulid perlu memperhatikan sumber-sumber risiko
produksi yang dihadapinya, terutama kondisi cuaca yang merupakan sumber risiko produksi dengan status risiko yang paling besar (paling berisiko) di Peternakan Bapak Maulid. Hal yang dapat dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid untuk menghadapi sumber risiko produksi kondisi cuaca adalah dengan memasang beberapa unit kipas angin atau blower, memasang satu unit thermometer ruangan, meningkatkan dosis pemberian vitamin C, menambah jumlah tempat air minum, dan memberikan larutan gula merah. Tingginya tingkat risiko produksi, tingkat probabilitas dan dampak dari sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid sebaiknya diikuti dengan lebih banyak melakukan konsultasi kepada pihak inti yang diwakilkan oleh field controller. Selain itu, Peternakan Bapak Maulid juga 90
dapat melakukan tukar-menukar informasi kepada para peternak plasma lainnya dalam hal penanganan risiko produksi ayam broiler. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dilakukan kajian terhadap analisis risiko produksi antara peternak ayam broiler yang menerapkan pola kemitraan inti-plasma dengan peternak ayam broiler yang tidak menerapkan pola kemitraan inti-plasma. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pola usaha mana yang mampu memberikan tingkat keuntungan yang optimal bagi peternak, yaitu menghasilkan tingkat probabilitas dan dampak risiko produksi ayam broiler yang paling rendah.
91
DAFTAR PUSTAKA Anita, Widagdo W. 2011. Budidaya Ayam Broiler 28 Hari Panen. Yogyakarta: Pinang Merah. Aziz FA. 2009. Analisis Risiko dalam Usahaternak Ayam Broiler (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. [BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. 2012. Rata-rata Unsur Iklim Kota Palembang. http://iklim.bmg.go.id/index.jsp [3 Juni 2012]. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Produk Domestik Bruto per Kapita per Tahun. Produk Nasional Bruto per Kapita dan Pendapatan Nasional per Kapita Tahun 2000 – 2009. http://www.bps.go.id [30 Oktober 2011]. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Produk Domestik Bruto Atas dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004 – 2011. http://bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=11¬a b=1 [13 April 2012]. [BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan. 2010. Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan Triwulan III 2011. http://sumsel.bps.go.id//index.php?option=com_content&task=view&id=1 89&Itemid=122.pdf [13 April 2011]. [BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan. 2011a. Provinsi Sumatera Selatan dalam Angka 2011. Palembang: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan. 2011b. Palembang dalam Angka 2011. Palembang: Badan Pusat Statistik. Christiawan A. 2002. Analisis Kemitraan dan Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Potong Peternakan Plasma PT Mitra Asih Abadi Purwokerto (Studi Kasus : Peternakan Ayam Potong di Desa Kebutuh, Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Darmawi. 2010. Manajemen Risiko. Jakarta: PT Bumi Aksara. [Disnak] Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan. 2009. Produksi Daging Ternak Unggas dan Total Produksi Daging di Sumatera Selatan Tahun 2009. Palembang: Dinas Peternakan. [Disnak] Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan. 2010. Produksi Daging Ternak Unggas dan Total Produksi Daging di Sumatera Selatan Tahun 2010. Palembang: Dinas Peternakan. [Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2011a. Produksi Jenis Ternak Menurut Provinsi. www.deptan.go.id/pusdatin [30 Oktober 2011].
[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2011b. Neraca Bahan Makanan Penduduk Indonesia dalam Angka. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan. [Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Produksi Ayam Ras Pedaging Menurut Provinsi. www.deptan.go.id/pusdatin [24 Januari 2012]. Djohanputro B. 2008. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Jakarta: PPM. Fahmi I. 2010. Manajemen Risiko Toeri, Kasus, dan Solusi. Bandung: Alfabeta. Jayanata CE, Harianto B. 2011. 28 Hari Panen Ayam Broiler. Jakarta: Agromedia Pustaka. Kasidi. 2010. Manajemen Risiko. Bogor: Ghalia Indonesia. Kountur R. 2004. Manajemen Risiko Operasional. Jakarta: PPM Kountur R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta: PPM. Kusnadi E. 2006. Suplementasi Vitamin C sebagai Penangkal Cekaman Panas pada Ayam Broiler. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 11(4):249-253. Maulana ML. 2008. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan Inti-Plasma (Studi Kasus Peternak Plasma dari Tunas Mekar Farm di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pinto B. 2011. Analisis Risiko Produksi pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. [PT SUC] PT Sumber Unggas Cemerlang. 2011. Profil PT Sumber Unggas Cemerlang. Palembang: PT Sumber Unggas Cemerlang. Rasyaf M. 2010. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Jakarta: Penebar Swadaya. Santoso H, Sudaryani T. 2009. Pembesaran Ayam Pedaging di Kandang Panggung Terbuka. Jakarta: Penebar Swadaya. Setiawan P. 2010. Analisis Kelayakan Finansial Peternak Plasma Ayam Broiler Pola kemitraan Inti-Plasma Cikahuripan PS, Kabupaten Ciamis [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Siahaan H. 2009. Manajemen Risiko pada Perusahan dan Birokrasi. Jakarta : PT Gramedia. Siregar YR. 2009. Analisis Risiko Harga Day Old Chick (DOC) Broiler dan Layer pada PT Sierad Produce Tbk Parung, Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Soekartawi, Soeharjo A, Dillon JL, Hardaker JB. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: UI-Press. Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Jakarta: UI-Press.
93
Sofyan I. 2005. Manajemen Risiko. Yogyakarta: Graha Ilmu. Solihin M. 2009. Risiko Prooduksi dan Harga serta Pengaruhnya terhadap Pendapatan peternakan Ayam Broiler CV AB Farm Kecamatan Bojonggenteng-Sukabumi [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Sunaryo T. 2009. Manajemen Risiko Finansial. Jakarta : Salemba Empat. Walpole RE. 1992. Pengantar Statistika. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
94
LAMPIRAN
Lampiran 1. Produksi Daging Ayam Broiler Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2006 – 2011 (Ton) No. 1. 2.
Provinsi
2006
2007
Tahun 2008 2009
Aceh 1.395 1.581 3.629 4.746 Sumatera 39.054 5.098 35.283 50.631 Utara 3. Sumatera 11.601 12.439 13.275 16.145 Barat 4. Riau 19.014 23.059 28.082 28.326 5. Kepulauan 4.795 5.858 5.975 5.751 Riau 6. Jambi 9.289 14.536 12.459 14.129 7. Sumatera 13.531 21.176 22.185 22.116 Selatan 8. Bangka 4.795 6.007 5.292 6.492 Belitung 9. Bengkulu 1.641 1.577 2.132 3.838 10. Lampung 19.723 12.937 10.542 22.106 11. DKI Jakarta 83.767 128.480 128.480 102.398 12. Jawa Barat 276.195 279.851 335.151 365.572 13. Banten 6.969 29.751 69.333 53.089 14. Jawa Tengah 81.203 65.026 73.191 90.740 15. DI Yogyakarta 23.000 22.203 23.117 20.797 16. Jawa Timur 143.643 148.855 115.193 140.109 17. Bali 20.354 18.553 19.046 20.139 18. NTB 15.303 20.037 2.001 12.228 19. NTT 29,51 6,10 139 224 20. Kalimantan 21.540 22.138 26.121 24.061 Barat 4.357 5.125 5.330 7.387,63 21. Kalimantan Tengah 22. Kalimantan 18.705 26.690 34.562 34.230 Selatan 23. Kalimantan 20.944 18.337 20.620 30.220 Timur 24. Sulawesi 1.323 5.714 6.775 2.549 Utara 25. Gorontalo 348 1.805 1.221 1.221 26. Sulawesi 2.819 7.109 5.553 6.477 Tengah 27. Sulawesi 10.537 5.445 9.768 10.709 Selatan 28. Sulawesi 710 61 69 986 Barat 29. Sulawesi 887 968 1.101 822,04 Tenggara 30. Maluku 73,41 107 102 111 31. Maluku Utara 1.723 122 828 333 32. Papua 310 758 809 414 33. Papua Barat 765 1.375 1.370 2.655 861.262 942.785 1.018.735 1.101.765 Jumlah Sumber : Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)
2010
2011*)
4.981 53.979
5.140 56.516
16.012
17.064
38.082 5.917
38.518 6.054
14.802 26.944
15.394 27.080
10.897
17.872
1.837 26.768 106.260 399.744 86.089 100.903 25.273 159.671 20.679 14.539 227 26.699
2.351 27.313 108.641 423.126 88.069 105.839 25.633 160.359 21.136 15.266 239 27.233
5.436
6.849
34.670
36.366
32.169
32.812
5.090
5.329
1.419 6.684
1.520 8.132
10.692
10.976
244
245
977
997
117 343 2.662 436
125 352 4.479 454
1.241.251
1.297.447
96
Lampiran 2. Penyimpangan Hasil Produksi Aktual Ayam Broiler Peternakan Bapak Maulid dengan Hasil Produksi yang Diharapakan Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 – 26 November 2011) Periode Produksi
Hasil Produksi Aktual Umur Ratarata Panen (Hari)
Bobot Ratarata (Kg)
Jumlah (Ekor)
Hasil Produksi yang Diharapkan Total Bobot (Kg)
Bobot Rata-rata Minimal Standar PT SUC (Kg)
Jumlah (Ekor)
Total Bobot (Kg)
I
35
1,83
4.907
9.018,0
1,75
5.000
8.750,0
II
36
1,84
5.978
11.056,5
1,82
6.000
10.920,0
III
35
1,61
5.862
9.462,5
1,75
6.000
10.500,0
IV
33
1,65
5.915
9.796,0
1,61
6.000
9.660,0
V
35
1,70
5.798
9.873,5
1,75
6.000
10.500,0
VI
34
1,71
5.496
9.414,0
1,68
5.700
9.576,0
VII
34
1,46
5.550
8.115,5
1,68
6.000
10.080,0
97
Lampiran 3. Curah Hujan, Suhu Udara, Kecepatan Angin, dan Kelembaban Udara di Kota Palembang Tahun 2011 No.
Bulan
Rata-rata Curah Hujan
Suhu Udara (◦C)
Rata-rata Kecepatan Angin (Knots)
Rata-rata Kelembaban Udara (%)
Keterangan Musim
1.
Januari
Hujan Sedang
22,0 – 30,0
3,25
86,0 Hujan
2.
Februari
Hujan Ringan
20,0 – 31,0
3,00
86,0 Kemarau
3.
Maret
Berawan
23,0 – 32,0
3,00
86,0 Kemarau
4.
April
Berawan
24,0 – 33,0
2,75
85,0 Kemarau
5.
Mei
Berawan
24,0 – 34,0
2,90
85,0 Kemarau
6.
Juni
Berawan
23,5 – 33,0
3,00
84,0 Kemarau
7.
Juli
Berawan
22,0 – 33,0
3,40
83,0 Kemarau
8.
Agustus
Berawan
23,0 – 33,5
4,15
81,0 Kemarau
9.
September
Berawan
23,0 – 33,5
3,70
81,0 Kemarau
10.
Oktober
Berawan
23,5 – 34,0
3,20
82,0 Kemarau
11.
November
Hujan Lebat
23,5 – 31,0
2,95
85,0 Hujan
12.
Desember
Hujan Lebat
23,5 – 30,0
3,00
87,0 Hujan
Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (2012)
98
Lampiran 4. Standar Rata-rata Bobot Tubuh, Tingkat Mortalitas dan FCR PT SUC Tahun 2010 – 2011 (Umur 31 – 38 Hari) Umur (Hari) 31 31 31 31 31 31 31 32 32 32 32 32 32 32 32 33 33 33 33 33 33 33 34 34 34 34 34 34 34 35 35 35 35 35 35 35 36 36 36 36 36 36 36 37 37 37 37 37 37 37 37 38 38 38 38 38 38 38
Rata-rata Bobot Tubuh (Kg/Ekor) 1,46 1,47 1,48 1,49 1,50 1,51 1,52 1,53 1,54 1,55 1,56 1,57 1,58 1,59 1,60 1,61 1,62 1,63 1,64 1,65 1,66 1,67 1,68 1,69 1,70 1,71 1,72 1,73 1,74 1,75 1,76 1,77 1,78 1,79 1,80 1,81 1,82 1,83 1,84 1,85 1,86 1,87 1,88 1,89 1,90 1,91 1,92 1,93 1,94 1,95 1,96 1,97 1,98 1,99 2,00 2,01 2,02 2,03
Tingkat Mortalitas (%) 4,07 4,07 4,07 4,07 4,07 4,07 4,07 4,18 4,18 4,18 4,18 4,18 4,18 4,18 4,18 4,29 4,29 4,29 4,29 4,29 4,29 4,29 4,39 4,39 4,39 4,39 4,39 4,39 4,39 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,64 4,64 4,64 4,64 4,64 4,64 4,64 4,79 4,79 4,79 4,79 4,79 4,79 4,79 4,79 4,93 4,93 4,93 4,93 4,93 4,93 4,93
FCR 1,641 1,645 1,648 1,652 1,656 1,660 1,663 1,667 1,670 1,673 1,676 1,680 1,683 1,686 1,689 1,692 1,696 1,699 1,703 1,706 1,710 1,713 1,717 1,720 1,724 1,727 1,731 1,734 1,738 1,741 1,744 1,748 1,751 1,755 1,758 1,762 1,765 1,768 1,772 1,775 1,778 1,781 1,785 1,788 1,791 1,794 1,797 1,800 1,802 1,805 1,808 1,811 1,814 1,818 1,821 1,824 1,827 1,831
Sumber :PT Sumber Unggas Cemerlang (2011)
99
Lampiran 5. Harga Garansi Ayam Broiler Hidup PT SUC Tahun 2010 – 2011 No. Bobot Tubuh (Kg/Ekor) Harga Garansi (Rp/Kg) 1.
≤ 1,09
15.000
2.
1,10 – 1,19
14.780
3.
1,20 – 1,29
14.650
4.
1,30 – 1,39
14.530
5.
1,40 – 1,49
14.480
6.
1,50 – 1,59
14.450
7.
1,60 – 1,69
14.410
8.
1,70 – 1,79
14.390
9.
≥ 1,80
14.370
Sumber : PT Sumber Unggas Cemerlang (2011)
100
Lampiran 6. Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Risiko Ayam Broiler Afkir Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 – 26 November 2011) Periode Waktu Pemeliharaan Jumlah Afkir Bobot RataTotal Produksi Ayam (Ekor) rata (Kg) Bobot (Kg) I
7 Januari – 12 Februari 2011
20
1,83
36,60
II
28 Februari – 5 April 2011
22
1,84
40,48
III
19 April – 24 Mei 2011
25
1,61
40,25
IV
7 Juni – 12 Juli 2011
39
1,65
64,35
V
19 Juli – 23 Agustus 2011
71
1,70
120,70
VI
8 September – 12 Oktober 2011
50
1,71
85,50
VII
24 Oktober – 26 November 2011
56
1,46
81,76
Total
469,64
Rata-rata
67,09
Standar Deviasi (s)
31,05
Batasan Mormal (X)
70,80
Z-Score
0,120
Nilai pada Tabel Distribusi Z
0,452
Probabilitas Risiko
45,2%
101
Lampiran 7. Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Risiko Serangan Penyakit Selama Periode Pengamatan (7 Januari2011 – 26 November 2011) Periode Waktu Pemeliharaan Jumlah Bobot RataTotal Produksi Ayam Kematian rata (Kg) Bobot (Ekor) (Kg) I
7 Januari – 12 Februari 2011
0
1,83
0
II
28 Februari – 5 April 2011
0
1,84
0
III
19 April – 24 Mei 2011
0
1,61
0
IV
7 Juni – 12 Juli 2011
0
1,65
0
V
19 Juli – 23 Agustus 2011
0
1,70
0
VI
8 September – 12 Oktober 2011
36
1,71
61,56
VII
24 Oktober – 26 November 2011
119
1,46
173,74
Total
235,30
Rata-rata
33,61
Standar Deviasi (s)
65,91
Batasan Normal (X)
111,26
Z-Score Nilai pada Tabel Distribusi Z Probabilitas Risiko
1,18 0,119 11,9%
102
Lampiran 8. Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Risiko Kondisi Cuaca Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 – 26 November 2011) Periode Waktu Pemeliharaan Jumlah Bobot Total Produksi Ayam Kematian Rata-rata Bobot (Ekor) (Kg) (Kg) I
7 Januari – 12 Februari 2011
73
1,83
133,59
II
28 Februari – 5 April 2011
0
1,84
0
III
19 April – 24 Mei 2011
113
1,61
181,93
IV
7 Juni – 12 Juli 2011
46
1,65
75,90
V
19 Juli – 23 Agustus 2011
131
1,70
222,70
VI
8 September – 12 Oktober 2011
118
1,71
201,78
VII
24 Oktober – 26 November 2011
275
1,46
401,50
Total
1.217,40
Rata-rata
174,00
Standar Deviasi (s)
126,82
Batasan Normal (X)
151,71
Z-Score
-0,18
Nilai pada Tabel Distribusi Z
0,429
Probabilitas Risiko
42,9%
103
Lampiran 9. Perhitungan Analisis Dampak Sumber Risiko Ayam Broiler Afkir Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 – 26 November 2011) Periode Waktu Jumlah Bobot Harga Kerugian Produksi Pemeliharaan Kematian Rata-rata Garansi (Rp) (Ekor) (Kg) Rata-rata (Rp/Kg) I
7 Januari – 12 Februari 2011
20
1,83
14.370,00
525.942
II
28 Februari – 5 April 2011
22
1,84
14.375,45
581.918
III
19 April – 24 Mei 2011
25
1,61
14.426,15
580.653
IV
7 Juni – 12 Juli 2011
39
1,65
14.406,00
927.026
V
19 Juli – 23 Agustus 2011
71
1,70
14.394,00
1.737.356
VI
8 September – 12 Oktober 2011
50
1,71
14.394,61
1.230.739
VII
24 Oktober – 26 November 2011
56
1,46
14.482,72
1.184.107
Jumlah
6.767.741
Rata-rata
966.820
Standar Deviasi (s)
447.926
Z-Score VaR
1,645 1.267.633
104
Lampiran 10. Perhitungan Analisis Dampak Sumber Risiko Penyakit Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 – 26 November 2011) Periode Waktu Jumlah Bobot Harga Kerugian (Rp) Produksi Pemeliharaan Kematian RataGaransi (Ekor) rata (Kg) Rata-rata (Rp/Kg) VI
8 September – 12 Oktober 2011
36
1,71
14.394,61
886.132
VII
24 Oktober – 26 November 2011
119
1,46
14.482,72
2.516.228
Jumlah
3.402.360
Rata-rata
1.701.180
Standar Deviasi (s)
1.152.652
Z-Score VaR
1,645 3.041.934
105
Lampiran 11. Perhitungan Analisis Dampak Sumber Cuaca Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 – 26 November 2011) Periode Waktu Jumlah Bobot Harga Kerugian Produksi Pemeliharaan Kematian Rata-rata Garansi (Rp) (Ekor) (Kg) Rata-rata (Rp/Kg) I
7 Januari – 12 Februari 2011
73
1,83
14.370,00
1.919.688
III
19 April – 24 Mei 2011
113
1,61
14.426,15
2.988.944
IV
7 Juni – 12 Juli 2011
46
1,65
14.406,00
1.068.401
V
19 Juli – 23 Agustus 2011
131
1,70
14.394,00
3.113.857
VI
8 September – 12 Oktober 2011
118
1,71
14.394,61
2.887.436
VII
24 Oktober – 26 November 2011
275
1,46
14.482,72
6.769.065
Jumlah
18.747.391
Rata-rata
3.124.565
Standar Deviasi (s)
1.951.238
Z-Score VaR
1,645 4.434.955
106
Lampiran 12. Analisis Usahatani Ayam Broiler pada Peternakan Bapak Maulid Tahun 2011 No. 1. 2.
3.
4. 5. 6. 7. 8.
Komponen Total Penerimaan Biaya Tunai DOC Pakan Biogreen Doxysol-C Pulmotil AC Neomix-325 Kaporit
Satuan
Jumlah
Nilai (Rp)
Kontribusi Biaya (%)
140.061.376,40 ekor kilogram liter kilogram mililiter gram kilogram
5.814,00 15.557,14 1,00 1,00 17,14 14,29 0,57
25.957.142,86 94.162.321,43 194.810,00 250.470,00 59.635,71 14.312,57 26.242,85
19,84 71,99 0,14 0,19 0,04 0,01 0,02
Biocide liter Perfexol kilogram LS-100 Powder gram Virukill liter Octamic-AC kilogram Vitamin C kilogram Quinabic gram Bromoquad liter Nopstress Vitamin kilogram Tektrol liter Kapur kilogram Tenaga Kerja HOK Listrik watt Gas kilogram Pajak Lahan hektar Total Biaya Tunai Biaya Diperhitungkan Air liter Sewa Lahan hektar Penyusutan Total Biaya Diperhitungkan Total Biaya Pendapatan atas Biaya Tunai Pendapatan atas Biaya Total R/C atas Biaya Tunai R/C atas Biaya Total
0,57 1,42 42,85 0,14 0,28 0,14 85,71 0,14 0,14 0,54 15,00 755,00 900,00 144,00
81.104,57 79.514,28 141.139,42 16.897,57 119.271,42 53.672,14 63.611,42 5.566 14.909,71 45.720,71 90.000 6.706.743 230.000 1.032.000 18.667,67 129.363.753,33
0,06 0,06 0,10 0,01 0,09 0,04 0,04 0,004 0,01 0,03 0,06 5,12 0,17 0,78 0,01 98,90
2.000,00
200.000 800.000 432.380,95 1.432.380,95 130.796.134,30 10.697.623,07 9.265.242,10 1,08 1,07
0,15 0,61 0,33 1,09 100,00
107