ANALISIS RISIKO USAHATANI PADI DI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANG ANYAR Pratiska Anevi Renthiandy, Joko Sutrisno, Mei Tri Sundari Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta Telp./Fax. (0271) 637457 Email :
[email protected] (Hp : 085647089787) Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya dan pendapatan petani padi, mengetahui risiko produksi, risiko harga, risiko pendapatan yang dihadapi oleh petani, dan strategi penanggulangan risiko produksi, risiko harga, dan risiko pendapatan di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar. Metode dasar dari penelitian adalah metode deskriptif analitis. Lokasi penelitian yaitu di Kelurahan Bolong dan Kelurahan Jantiharjo Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan adalah analisis Biaya, Penerimaan, Pendapatan, dan Risiko. Hasil penelitian menunjukkan ratarata biaya total yang dikeluarkan oleh petani padi di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar untuk masa tanam kedua sebesar Rp 10.219.859 per hektar, sedangkan rata-rata penerimaan total yang diperoleh petani padi di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar sebesar Rp 5.254.460 per hektar, sehingga rata-rata pendapatan yang diperoleh petani padi di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar sebesar Rp 15.474.319 per hektar. Nilai koefisien variasi (CV) untuk risiko produksi sebesar 0,53 dan risiko harga sebesar 0,05 yang dapat diartikan usahatani padi di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar memiliki risiko produksi dan risiko harga yang rendah. Sedangkan nilai koefisien variasi (CV) untuk risiko pendapatan sebesar 0,73 yang dapat diartikan usahatani padi di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar memiliki risiko pendapatan yang tinggi. Kata Kunci : Usahatani Padi, Risiko, CV Abstract : This research aims to know the amount of costs and revenues received by farmers, to know the production risk, price risk and income risk encountered by farmers, as well as the strategies applied by rice farmers to overcome the riskin Karanganyar district. The basic method applied in the study was analytical descriptive and conducted by using survey techniques. This research was conducted in Bolong and Jantiharjo region, Karanganyar district. The data used in this studywere primary and secondary data. The data analysis used is revenue analysis and risk analysis with coevisien variation (CV). The results shows that cost of rice farmers is Rp 10.219.859,00 revenue of rice farmers is Rp 5.254.460,00 and income of rice farmers in Karanganyar is Rp. Rp 15.474.319,00. The level of production risk, price risk, and the risk of rice farming income as measured using coevisien variance (CV) isrespectively 0.53 , 0.05; and 0.73. These results indicate that rice farming has low production and price risk and high income risk. Key words : Paddy Farming, Risk Analysis, Farming Risk
PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris dengan jumlah penduduk yang bekerja di bidang pertaniansebanyak 39.959.073 jiwa atau sekitar 35,04% dari jumlah total penduduk Indonesia (BPS, 2014). Angka tersebut menempati urutan pertama dalam daftar penduduk menurut jenis lapangan pekerjaan utama. Dapat diartikan bahwa sektor pertanian menyerap tenaga kerja paling banyak. Sektor pertanian berkontribusi terhadap PDB sebesar 339.890,20 miliar rupiah dari total PDB seluruh sektor 2.770.345,10 miliar rupiah. Sumbangan terbesar sektor pertanian berasal dari subsektor tanaman bahan makanan yaitu 161.969,50 miliar rupiah.Tanaman padi merupakan penyumbang terbesar. Padimerupakan sumber bahan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia dan menjadi komoditas strategis secara ekonomi. Namun produksi padi di Indonesia selama lima tahun terakhir fluktuatif. Hal ini dikarenakan penduduk Indonesia masih bergantung pada beras sebagai bahan makanan pokok. Provinsi Jawa Tengah merupakan wilayah yang potensial dalam pengembangan sektor pertanian. Kabupaten Karanganyar merupakan kabupaten penyumbang padi di Jawa Tengah. Padi sawah memiliki produksi tertinggi jika dibandingkan dengan tanaman bahan makanan lainnya di Kabupaten Karanganyar. Data dari BPS Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2013 menunjukkan jumlah produksi padi sawah di Kabupaten Karanganyar sebanyak 279.061 ton. Salah satu penyumbang padi di Kabupaten Karanganyar adalah Kecamatan Karanganyar. Luas panen di Kecamatan Karanganyar adalah 3.625 hektar dengan produksi sebesar 21.822 ton. Menurut Soekartawidkk (1993), usaha pertanian yang masih berorientasi pada produksi dan belum pada kebutuhan pasar merupakan salah satu kendala dalam usaha pertanian.
Perencanaan usaha pertanian yang didasarkan pada perencanaan kebutuhan jarang dilakukan sehingga sering dijumpai produksi yang melimpah saat panen raya tiba. Akibatnya harga menjadi jatuh dan petani selaku produsen dirugikan. Hal ini mengindikasikan adanya faktor-faktor yang menyebabkan petani tidak dapat berproduksi secara optimal. Seperti usaha pada umumnya, usahatani padi juga merupakan usaha yang memiliki banyak risiko, antara lain adalah risiko produksi dan risiko harga (Hardaker et al., 1984). Menurut Kamus Webster’s Third News International Dictionary (1963) dalam Soekartawidkk (1993), risiko merupakan suatu keadaan dimana terjadinya peluang kerugian diketahui terlebih dahulu. Risiko produksi dalam usahatani diakibatkan oleh adanya ketergantungan aktivitas pertanian pada alam sehingga pengaruh buruk alam sangat mempengaruhi produksi. Sedangkan risiko harga dipengaruhi oleh banyaknya produksi padi yang dihasilkan pada musim tanam tertentu. Apabila produksi padi yang dihasilkan banyak atau terjadi panen raya, maka harga jual padi menurun. Adanya risiko tersebut berdampak pada tingkat pendapatan petani. Perilaku petani terhadap risiko dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dan variabel-variabel sosial ekonomi. Alasan tersebut mendasari adanya penelitian mengenai analisis risiko pada usahatani padi di Kecamatan Karanganyar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya dan pendapatan petani, mengetahui besarnya risiko produksi, risiko harga, dan risiko pendapatan yang dihadapi oleh petani, serta mengetahui strategi penanggulangan risiko produksi, risiko harga, dan risiko pendapatan oleh petani padi. METODE PENELITIAN Metode dasar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, sedangkan teknik pelaksanaannya menggunakan teknik studi kasus. Penelitian dilakukan di kecamatan
Karanganyar dengan penentuan daerah sampel dengan cara purposive berdasar kriteria yaitu kelurahan yang memiliki produktivitas padi sawah tertinggi dan terendah di Kecamatan Karanganyar. Berdasar kriteria tersebut, kelurahan yang memiliki produktivitas tertinggi adalah Kelurahan Bolong dengan produktivitas sebesar 5,8 ton/ha. Kelurahan yang memiliki produktivitas terendah adalah Kelurahan Jantiharjo dengan produktivitas sebesar 4,8 ton/ha (BPS Karanganyar, 2013). Metode pengambilan sampel secara proportional random sampling. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 petani. Sampel yang diambil dari Kelurahan Bolong sejumlah 13 petani dari jumlah total 290 petani. Sedangkan sampel dari Kelurahan Jantiharjo sejumlah 17 petani dari jumlah total 387 petani. Metode analisis data yang digunakan untuk analisis usahatani padi adalah degan biaya mengusahakan dimana nilai total biaya pada usahatani padi sawah adalah penjumlahan dari nilai total biaya saprodi, total biaya tenaga kerja, dan total biaya lain-lain yang digunakan dalam melaksanakan usahatani padi. Total biaya lain-lain teridiri dari biaya penyusutan, biaya pengairan, biaya selamatan, cicilan pinjaman, dan pajak sawah. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut : TC = Bsa + Btk + Bll..............................(1) Dimana TC merupakan total biaya usahatani padi (Rupiah/MT), Bsa merupakan total biaya saprodi (Rupiah/MT), Btk merupakan total biaya tenaga kerja (Rupiah/MT), dan Bll merupakan total biaya lain-lain (Rupiah/MT). Total penerimaan usahatani padi dapat dihitung dengan mengalikan jumlah produksi padi yang dihasilkan dengan harga jual gabah kering giling. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut : TR = Q x P..............................................(2) Dimana TR merupakan total penerimaan usahatani padi (Rupiah/MT), Q merupakan jumlah produksi padi yang dihasilkan (Kw), dan P merupakan harga gabah
kering giling (Rupiah/Kw). Pendapatan usahatani padi dapat dihitung dengan mengurangkan total penerimaan usahatani padi dengan total biaya usahatani padi. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut : Pd = TR – TC.........................................(3) Dimana Pd merupakan pendapatan usahatani padi (Rupiah/MT), TR merupakan total penerimaan usahatani padi (Rupiah/MT), dan TC merupakan total biaya usahatani padi (Rupiah/MT). Pengujian asumsi klasik ditujukan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan terhadap asumsi klasik. Salah satu penyimpangan asumsi klasik yaitu normalitas. Uji normalitas menyatakan bahwa variabel yang didistribusikan tidak hanya tak berkorelasi tetapi juga didistribusikan secara normal (Gujarati, 2006). Menurut Santoso (2002), uji normalitas dapat diketahui dengan melihat penyebaran data (titik-titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < α (0,05) maka data tidak terdistribusi normal. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > α (0,05) maka data terdistribusi normal. Untuk mengetahui risiko usahatani padi berdasar rumus Hernanto (1993), yaitu risiko produksi ...............................................(4) Dimana CVa merupakan koefisien variasi risiko produksi, Va merupakan simpangan bakuproduksi usahatanipadi (kw), dan Ea merupakan produksi rata-rata usahatanipadi (kw). Sebelum mengukur koefisien variasi harus mencari produksi rata-rata petani padi dan simpangan bakunya. Secara statistik risiko dapat dihitung dengan menggunakan ukuran keragaman (variance) maupun simpangan baku (standar deviation). Keragaman secara matematis dirumuskan sebagai berikut : ...............................(5) keragaman Dimana Va2merupakan produksi, ∑ merupakan simbol operasi
penjumlahan, Ei merupakan produksi yang diterima petani (kw), Ea merupakan produksi rata-rata petani (kw), dan n merupakan jumlah responden dalam penelitian. Adapun rumus simpangan baku yaitu: ............................................(6) Dimana Va merupakan simpangan baku produksi (kw), Va2 merupakan keragaman produksi (kw). Batas bawah produksi menunjukkan nilai produksi terendah yang mungkin diterima oleh petani. Apabila nilai batas bawah produksi ini sama dengan atau lebih dari nol, maka petani tidak akan pernah mengalami kerugian. Sebaliknya jika nilai batas bawah produksi kurang dari nol dapat disimpulkan bahwa dalam setiap proses produksi ada peluang kerugian yang akan diderita oleh petani. Rumus batas bawah produksi adalah : La = Ea – 2Va.........................................(7) Dimana La merupakan batas bawah produksi (kw), Ea merupakan produksi rata-rata yang diperoleh (kw), Va merupakan simpangan baku produksi (kw). Apabila nilai CV > 0,5 maka nilai L < 0, begitu pula jika nilai CV ≤ 0,5 maka nilai L ≥ 0. Hal ini menunjukkan bahwa apabila CV > 0,5 maka risiko produksi usahatani padi yang ditanggung petani semakin besar dengan menanggung kerugian sebesar L, sedangkan nilai CV ≤ 0,5 maka petani akan selalu untung atau impas dengan produksi sebesar L. Untuk mengetahui besarnya risiko harga dengan rumus : ...............................................(8) Dimana CVb merupakan koefisien variasi risiko harga, Vb merupakan simpangan bakuharga usahatanipadi (Rupiah), dan Eb merupakan harga rata-rata usahatanipadi (Rupiah). Sebelum mengukur koefisien variasi harus mencari harga rata-rata petani padi dan simpangan bakunya. Secara statistik risiko dapat dihitung dengan menggunakan ukuran keragaman (variance) maupun simpangan baku (standar deviation). Keragaman secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
................................(9) Dimana Vb2 merupakan keragaman harga, ∑ merupakan simbol operasi penjumlahan, Eib merupakan harga yang diterima petani (Rupiah), Eb merupakan harga rata-rata petani (Rupiah), dan n jumlah responden dalam penelitian. Adapun rumus simpangan baku yaitu : ..........................................(10) Dimana Vb merupakan simpangan baku harga (Rupiah), Vb2 merupakan keragaman produksi (Rupiah). Batas bawah produksi menunjukkan harga terendah yang mungkin diterima oleh petani. Apabila nilai batas bawah harga ini sama dengan atau lebih dari nol, maka petani tidak akan pernah mengalami kerugian. Sebaliknya jika nilai batas bawah harga kurang dari nol dapat disimpulkan bahwa dalam setiap proses produksi ada peluang kerugian yang akan diderita oleh petani. Rumus batas bawah produksi adalah : Lb = Eb – 2Vb......................................(11) Dimana Lb merupakan batas bawah harga (Rupiah), Ea merupakan harga rata-rata yang diperoleh (Rupiah), Vb merupakan simpangan baku harga (Rupiah). Apabila nilai CV > 0,5 maka nilai L < 0, begitu pula jika nilai CV ≤ 0,5 maka nilai L ≥ 0. Hal ini menunjukkan bahwa apabila CV > 0,5 maka risiko harga pada usahatani padi yang ditanggung petani semakin besar dengan menanggung kerugian sebesar L, sedangkan nilai CV ≤ 0,5 maka petani akan selalu untung atau impas dengan harga sebesar L. Untuk mengetahui besarnya risiko pendapatan dengan rumus : ..............................................(12) Dimana CVc merupakan koefisien variasi risiko pendapatan, Vc merupakan simpangan bakupendapatan usahatanipadi (Rupiah), dan Ec merupakan pendapatan rata-rata usahatanipadi (Rupiah). Sebelum mengukur koefisien variasi harus mencari pendapatan rata-rata petani padi dan simpangan bakunya. Secara statistik risiko
dapat dihitung dengan menggunakan ukuran keragaman (variance) maupun simpangan baku (standar deviation). Keragaman secara matematis dirumuskan sebagai berikut : ..............................(13) Dimana Vc2 merupakan keragaman pendapatan, ∑ merupakan simbol operasi penjumlahan, Eic merupakan pendapatan yang diterima petani (Rupiah), Ec merupakan pendapatan rata-rata petani (Rupiah), dan n merupakan jumlah responden dalam penelitian. Adapun rumus simpangan baku yaitu : ...........................................(14) Dimana Vc merupakan simpangan baku pendapatan (Rupiah), Vc2 merupakan keragaman pendapatan (Rupiah). Batas bawah pendapatan menunjukkan harga terendah yang mungkin diterima oleh petani. Apabila nilai batas bawah pendapatan ini sama dengan atau lebih dari nol, maka petani tidak akan pernah mengalami kerugian. Sebaliknya jika nilai batas bawah pendapatan kurang dari nol dapat disimpulkan bahwa dalam setiap proses produksi ada peluang kerugian yang akan diderita oleh petani. Rumus batas bawah pendapatan adalah : Lc = Ec – 2Vc.......................................(15) Dimana Lc merupakan batas bawah pendapatan (Rupiah), Ec merupakan pendapatan rata-rata yang diperoleh (Rupiah), Vcmerupakan simpangan baku pendapatan (Rupiah). Apabila nilai CV > 0,5 maka nilai L < 0, begitu pula jika nilai CV ≤ 0,5 maka nilai L ≥ 0. Hal ini menunjukkan bahwa apabila CV > 0,5 maka risiko pendapatan pada usahatani padi yang ditanggung petani semakin besar dengan menanggung kerugian sebesar L, sedangkan nilai CV ≤ 0,5 maka petani akan selalu untung atau impas dengan pendapatan sebesar L. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Sampel Karakteristik petani sampel merupakan gambaran umum mengenai
latar belakang dan keadaan petani yang berkaitan dengan usahatani padi di Kecamatan Karanganyar. Karakteristik petani pada usahatani padi di Kecamatan Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Petani Sampel Analisis Risiko Usahatani Padi di Kecamatan Karanganyar MT II Tahun 2013 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
Uraian Keterangan Jumlah petani 30 responden (orang) Rata-rata umur petani 58 (tahun) Rata-rata pendidikan 6 formal petani (tahun) Rata-rata pendidikan non formal petani 2 (tahun) Rata-rata jumlah anggota keluarga 3 petani (orang) Rata-rata jumlah anggota keluarga yang 1 aktif dalam usahatani padi (orang) Rata-rata luas lahan sawah yang digarap 0,27 (Ha)
Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Berdasarakan Tabel 1, dapat diketahui pekerjaan utama semua responden adalah petani padi di Kecamatan Karanganyar. Rata-rata umur petani padi berada pada usia yang produktif (14-65 tahun) yaitu 58 tahun. Umur berpengaruh terhadap besarnya tenaga yang dapat diberikan dalam melakukan usahataninya. Petani yang tergolong umur produktif memiliki semangat kerja dan tenaga yang lebih tinggi. Dengan keterampilan usahatani yang lebih baik, diharapkan petani dapat meningkatkan produksi maupun pendapatannya serta dapat menanggulangi akan timbulnya risiko dalam berusahatani padi. Rata-rata tingkat pendidikan formal petani padi di Kecamatan Karanganyar adalah 6 tahun. Tingkat pendidikan 6 tahun berarti rata-rata petani tamat SD.
Tingkat pendidikan petani menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi sikap petani dalam mengambil suatu keputusan dalam berusahatani. Pendidikan non formal petani rata-rata adalah 2 tahun. Pendidikan non formal yang ditempuh oleh petani berupa penyuluhan dan pelatihan dari kelurahan. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan dengan mengadakan pertemuan rutin 35 hari sekali. Jumlah petani responden yang mengikuti kegiatan penyuluhan adalah enam orang. Kegiatan pelatihan yang diikuti oleh petani berupa SLPHT (Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu) dilaksanakan selama kurang lebih 2 minggu. Petani responden yang mengikuti kegiatan SLPHT sebanyak lima orang. Disamping itu, petani responden yang tidak mengikuti pendidikan non formal sebanyak 19 orang. Petani tersebut belum menyadari akan pentingnya menambah pengetahuan di bidang pertanian.Jumlah anggota keluarga petani padi di Kecamatan Karanganyar rata-rata adalah tiga orang. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani padi adalah satu orang untuk petani responden dari kedua kelurahan. Luas rata-rata sawah yang digarap oleh petani padi di Kecamatan Karanganyar sebesar 0,27 Ha. Semakin luas areal sawah yang diusahakan oleh petani maka dimungkinkan semakin besar pula risiko yang harus dihadapi oleh petani. Besar kecilnya risiko yang dihadapi oleh petani akan berdampak pada tingkat produksi dan pendapatan yang diperoleh petani. Sifat dasar petani adalah berusaha menghindari kegagalan dan bukan berusaha untuk memperoleh pendapatan yang besar dengan mengambil risiko tersebut. Analisis Usahatani Padi di Kecamatan Karanganyar Rata-rata penggunaan sarana produksi usahatani padi di Kecamatan Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Padi di Kecamatan Karanganyar MT II Tahun 2013 No.
Jenis Masukan
1.
Sarana Produksi a. Benih (Kg) b. Pupuk Kandang (Kg) c. Pupuk Organik (Kg) d. Pupuk Anorganik (Kg) - Urea - ZA - SP36 - Phonska e. Obat-obatan - Furadan (Kg) - Score (Botol) - Arifo (Botol) - Round Up (Botol) - Regen (Botol) - Lain-lain (Botol) f. Lain-lain
Fisik Per Per 1 0,27 Ha Ha 14,18
52,53
2,33
8,64
27,33
101,23
63,00 82,00 64,00 58,83
233,33 303,70 237,04 217,90
1,31
4,85
0,33
1,23
0,13
0,49
0,17
0,62
0,20
0,74
1,30
4,81
2,20
8,15
Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Rata-rata penggunaan benih pada usahatani padi di Kecamatan Karanganyar sebanyak 52,53 kg/ha. Benih yang biasa digunakan oleh petani merupakan benih dengan varietas IR64 dan Ciherang. Menurut Pertani (2014), varietas IR64 digunakan petani karena memiliki keunggulan yaitu bersih, bernas, dan dapat tumbuh seragam. Potensi hasil varietas IR64 sebesar 6 ton per hektar. Sedangkan untuk varietas Ciherang mempunyai kelebihan yaitu umur tanaman padi lebih pendek, berwarna cerah, lebih bersih, dan jumlah anakan produktif lebih banyak. Potensi hasil varietas Ciherang sebesar 8,5 ton per hektar. Rata-rata penggunaan pupuk kandang pada pemupukan dasar sebanyak 8,64 kg/ha. Pupuk kandang hanya diberikan pada saat pemupukan dasar
dengan tujuan untuk menyuburkan tanah kembali agar kandungan hara dalam tanah tetap terjaga. Petani padi di Kecamatan Karanganyar menggunakan pupuk organik dengan rata-rata sebanyak 101,23 kg/ha. Sedangkan pupuk anorganik yang digunakan oleh petani padi di Kecamatan Karanganyar yaitu pupuk urea rata-rata sebanyak 233,33 kg/ha, pupuk ZA ratarata sebanyak 303,70 kg/ha yang merupakan penggunaan pupuk tertinggi, pupuk SP36 rata-rata sebanyak 237,04 kg/ha, dan pupuk phonska rata-rata sebanyak 217,90 kg/ha. Obat-obatan yang digunakan oleh rata-rata petani padi di Kecamatan Karanganyar diantaranya adalah Furadan sebanyak 4,85 kg/ha yang merupakan penggunaan terbanyak. Rata-rata penggunaan Score sebanyak 1,23 botol/ha. Penggunaan Arifo rata-rata sebanyak 0,49 botol/ha dan Round Up sebanyak 0,62 botol/ha. Petani menggunakan Regen ratarata sebanyak 0,74 botol/ha dalam kondisi serangan hama wereng yang normal. Adapun jenis-jenis obat lainnya yang digunakan oleh petani sebanyak 4,81 botol/ha. Rata-rata penggunaan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi di Kecamatan Karanganyar MT II Tahun 2013 No
Jenis Pekerjaan
1.
Persemaian
2.
Mencangkul
3. 4. 5. 6.
Membajak Penanaman Penyiangan Pengairan Pemberantasan Hama Panen Pengangkutan Hasil Panen
7. 8. 9.
Total HKP
Tenaga Kerja Dalam (HKP) Per Per 0,27 1 Ha Ha 1,83 6,77 17,2 4,67 8 0,13 0,49 0,17 0,62 2,43 9,01 0,30 1,11
Tenaga Kerja Luar (HKP) Per Per 1 0,27 Ha Ha 0,00 0,00 1,57
5,80
2,40 5,40 1,70 0,73
8,89 20,00 6,30 2,72
2,13
7,90
0,22
0,80
2,03
7,53
43,98
162,88
0,27
0,99
0,37
1,36
13,9 6
51,7 0
56,37
208,75
Sumber : Analisis Data Primer, 2013
Rata-rata penggunaan tenaga kerja dalam atau penggunaan tenaga kerja keluarga sebanyak 51,70 HKP/ha dan tenaga kerja luar sebanyak 208,75 HKP/ha. Penggunaan tenaga kerja dalam yang terbesar pada tahap mencangkul. Sedangkan untuk penggunaan tenaga kerja luar yang terbesar pada tahap panen. Banyaknya penggunaan tenaga kerja luar daripada tenaga kerja dalam disebabkan oleh karena rata-rata anggota keluarga petani tidak menginginkan untuk bekerja sebagai petani. Mereka menganggap bahwa petani selalu mengalami kerugian atau impas serta risiko yang ditanggung oleh petani selalu lebih besar. Bekerja sebagai petani tidak akan bisa memperoleh pendapatan yang sesuai dengan besarnya kebutuhan hidup. Sedangkan bekerja sebagai karyawan swasta selalu ada pendapatan yang bisa diandalkan dalam kurun waktu tertentu. Dalam penelitian ini, upah tenaga kerja dalam dan tenaga kerja luar dianggap sama. Rata-rata biaya sarana produksi usahatani padi di Kecamatan Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Biaya Sarana Produksi Usahatani Padi di Kecamatan Karanganyar MT II Tahun 2013 No 1.
Jenis Biaya
Benih Pupuk 2. Kandang Pupuk 3. Organik Pupuk 4. Anorganik a. Urea b. ZA c. SP36 d. Phonska 5. Obat-obatan a. Furadan b. Score c. Arifo d. Round Up e. Regen f. Lain-lain 6. Lain-lain Total Biaya Sarana Produksi
Biaya (Rupiah) Per 0,27 Per 1 % Ha Ha 129.350 479.074 16,18 0
0
0,00
21.067
78.025
2,63
126.833 137.090 136.433 130.720
469.753 507.741 505.309 484.148
15,86 17,14 17,06 16,35
24.867 17.200 4.000 2.633 3.433 61.067 4.933
92.099 63.704 14.815 9.753 12.716 226.173 18.272 2.961.5 80
3,11 2,15 0,50 0,33 0,43 7,64 0,62 100,0 0
799.627
Sumber : Analisis Data Primer, 2013
Rata-rata biaya sarana produksi yang harus dikeluarkan oleh petani padi dalam satu kali masa tanam sebesar Rp 2.961.580 per hektar. Biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk pembelian benih sebesar Rp 479.074 per hektar. Petani tidak mengeluarkan biaya untuk pembelian pupuk kandang karena pupuk kandang diperoleh langsung dari kotoran ternak yang dimiliki oleh petani yang berasal dari kotoran ayam, sapi, dan kambing. Sedangkan untuk pembelian pupuk organik, petani mengeluarkan biaya sebesar Rp 78.025 per hektar. Pupuk anorganik yang digunakan oleh rata-rata petani padi di Kecamatan Karanganyar yaitu pupuk Urea, ZA, SP36, dan Phonska. Rata-rata biaya pembelian pupuk yang dikelurkan oleh petani antara lain untuk pembelian pupuk Urea Rp 469.753, untuk pembelian pupuk ZA Rp 507.741, untuk pembelian pupuk SP36 Rp 505.309, dan untuk pembelian pupuk Phonska Rp 484.148. Biaya yang dikelurkan untuk pembelian obat-obatan sebesar Rp 418.840 dan biaya lain-lain Rp 18.253. Biaya lainlain disini meliputi biaya untuk pengeluaran tak terduga dan tidak sering dilakukan seperti pembelian karung untuk mengangkut hasil panen. Biaya tenaga kerja usahatani padi di Kecamatan Karanganyar pada musim tanam kedua dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi di Kecamatan Karanganyar MT II Tahun 2013 No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenis Pekerjaan
Persemaian Mencangkul Membajak Penanaman Penyiangan Pengairan Pemberantas 7. an Hama 8. Panen Pengangkuta 9. n Hasil Panen Total Biaya Tenaga Kerja
Biaya (Rupiah) Per 0,27 Per 1 Ha Ha 68.500 253.703 341.750 1.265.741 254.800 943.704 393.167 1.456.173 186.067 689.136 15.067 55.802
% 3,87 19,33 14,41 22,23 10,52 0,85
37.600
139.259
2,13
454.900
1.684.815
25,72
16.500
61.111
0,93
1.768.350
6.549.444
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2013
Rata-rata biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan oleh petani padi di Kecamatan Karanganyar sebesar Rp 6.549.44 per hektar. Total rata-rata biaya tenaga kerja tersebut terdiri dari biaya persemaian sebesar Rp 253.703 per hektar, biaya mencangkul sebesar Rp 1.265.741 per hektar, biaya membajak sebesar Rp 943.704 per hektar, biaya penanaman sebesar Rp 1.456.173 per hektar, biaya penyiangan sebesar Rp 689.136 per hektar, biaya pengairan sebesar Rp 55.802 per hektar, biaya pemberantsan hama sebesar Rp 139.259 per hektar, biaya panen sebesar Rp 1.684.815 per hektar, dan biaya pengangkutan hasil panen sebesar Rp 61.111 per hektar. Biaya terbesar yang harus dikeluarkan oleh petani padi merupakan biaya panen sebesar 25,72% dari total biaya tenaga kerja keseluruhan. Biaya tenaga kerja yang dikelurakan petani sudah termasuk biaya makan dan rokok. Sedangkan biaya terkecil yang dikelurkan oleh petani merupakan biaya pengairan sebesar 0,85%. Biaya lain-lain usahatani padi di Kecamatan Karanganyar pada musim tanam kedua dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rata-rata Biaya Lain-lain Usahatani Padi di Kecamatan Karanganyar MT II Tahun 2013 No
Jenis Biaya
Biaya Penyusutan 2. Pengairan 3. Selamatan Cicilan 4. Pinjaman Pajak 5. Sawah Total Biaya Lainlain 1.
Biaya (Rupiah) Per 0,27 Per 1 Ha Ha 61.341
227.188
45.667 13.050
169.136 48.333
8.467
31.358
62.861
232.819
191.386
708.834
% 32,05 23,86 6,82 4,42 32,85 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Rata-rata biaya penyusutan dalam satu kali musim tanam sebesar Rp 61.341. Rata-rata biaya pengairan yang harus dikelurakan oleh petani sebesar Rp 169.136 per hektar. Biaya pengairan untuk setiap musim tanam berbeda. Biaya untuk selamatan selama musim tanam kedua
sebesar Rp 13.050. Biaya ini tidak tergolong mahal karena selamatan merupakan budaya yang biasanya hanya dilakukan satu kali selama musim tanam padi dan dilaksanakan pada saat musim panen. Rata-rata cicilan pinjaman yang harus dibayarkan petani selama musim tanam kedua sebesar Rp 8.467. Rata-rata biaya pajak sawah yang dikeluarkan petani selama musim tanam kedua sebesar Rp 232.819 per hektar. Pajak sawah dibayarkan petani satu tahun sekali. Sehingga diperoleh rata-rata biaya lain-lain usahatani padi di Kecamatan Karanganyar musim tanam kedua sebesar Rp 708.834 per hektar. Rata-rata produksi, harga dan penerimaan usahatani padi di Kecamatan Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Padi di Kecamatan Karanganyar MT II Tahun 2013 No 1. 2. 3. 4. 5.
Uraian Produksi (Kw) Harga (Rp/Kw) Penerimaan (Rp) Biaya (Rp) Pendapatan (Rp)
0,27 Ha 15,65 443.333
1 Ha 57,96 443.333
6.937.428
25.694.177
2.759.362
10.219.859
4.178.066
15.474.319
Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Rata-rata produksi padi pada usahatani padi di Kecamatan Karanganyar sebesar 15,65 kw. Rata-rata petani padi menjual hasil panen dalam bentuk gabah kering giling dengan rata-rata harga sebesar Rp 443.333 per kwintal. Harga gabah untuk setiap musim tanam selalu berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya iklim. Iklim akan mempengaruhi kualitas hasil panen sehingga berpengaruh pula pada harga jual untuk produksi gabah tersebut. Kualitas gabah yang baik yaitu gabah berisi penuh (tidak kosong) dan kulitnya mengkilat. Rata-rata penerimaan usahatani padi di Kecamatan Karanganyar pada musim tanam kedua sebesar Rp 6.937.428. Besar kecilnya penerimaan dipengaruhi oleh jumlah rata-rata produksi padi dan rata-
rata harga jual produk pada waktu tertentu. Rata-rata pendapatan petani pada usahatani padi musim tanam kedua sebesar Rp 4.178.066. Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik ditujukan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan terhadap asumsi klasik. Agar koefisien yang dihasilkan bersifat linear, tidak bias, dan mempunyai varians minimum. Uji asumsi klasik dilakukan dengan uji normalitas. Uji normalitas dapat diketahui dengan menggunakan analisis Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov merupakan uji normalitas menggunakan fungsi distribusi kumulatif dengan nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > α (0,05). Berdasar analisis didapat nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,624 > 0,05. Oleh sebab itu Ho tidak dapat ditolak. Dapat diartikan bahwa nilai residual terstandarisasi dinyatakan menyebar secara normal. Risiko Usahatani Padi di Kecamatan Karanganyar Risiko Produksi Adanya risiko produksi mempengaruhi perilaku petani dalam mengambil keputusan. Besarnya risiko produksi usahatani padi di Kecamatan Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Risiko Produksi Usahatani Padi di Kecamatan Karanganyar MT II Tahun 2013 No.
Uraian
1. 2. 3.
Rata-rata Produksi (Kw) Simpangan baku (Kw) Koefisien variasi Batas Bawah Produksi (Kw)
4.
Per 0,27 Ha 15,65 8,34 0,53 -1,04
Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Tabel 8 menunjukkan bahwa ratarata produksi petani padi di Kecamatan Karanganyar pada musim tanam kedua sebesar 15,65 kw/ha. Dari perhitungan produksi tersebut, maka dapat diketahui besarnya simpangan baku usahatani padi
di Kecamatan Karanganyar sebesar 8,34 kw/ha. Koefisien variasi yang diperoleh berdasar perhitungan dengan membandingkan rata-rata produksi dengan simpangan baku sebesar 0,53, sedangkan batas bawah produksi sebesar -1,04 kw/ha. Simpangan baku merupakan suatu ukuran yang menggambarkan tingkat penyebaran data dari nilai rata-rata. Koefisien variasi produksi merupakan perbandingan antara simpangan baku dengan rata-rata produksi. Nilai koefisien variasikurang dari 0,5 (0,53>0,5) dan nilai batas bawah produksi -1,04 kw/ha. Menurut Hernanto (1991), apabila nilai CV lebih dari 0,5 atau L<0 berarti ada peluang kerugian yang akan diderita oleh petani. Nilai CV 0,53 dan batas bawah produksi -1,04 kw/ha dapat diartikan bahwa tingkat risiko produksi yang dialami oleh petani tergolong sedang dan ada peluang kerugian yang harus ditanggung petani sebesar 1,04 kw/ha pada musim tanam kedua. Apabila dikaitkan dengan rata-rata umur petani padi di Kecamatan Karanganyar, risiko produksi berbanding terbalik dengan umur petani. Semakin produktif umur petani maka petani semakin mahir dalam melakukan usahataninya, sehingga risiko produksi dapat ditekan menjadi lebih kecil. Menurut Soekartawi dkk (1993), ketidakpastian prediksi hasil pertanian disebabkan oleh faktor alam seperti iklim, hama dan penyakit serta kekeringan. Menurut petani padi di Kecamatan Karanganyar, musim tanam kedua merupakan musim yang paling bagus untuk bertanam padi. Hal ini disebabkan oleh karena curah hujan yang stabil sehingga air yang mengalir di lahan tidak terlalu banyak dan juga tidak kekurangan. Dengan kondisi alam yang stabil, maka hama dan penyakit yang menyerang dapat lebih mudah dikendalikan. Hal ini akan berpengaruh pada banyaknya produksi padi yang dihasilkan. Risiko Harga Sebagaimana komoditas pertanian pada umumnya, padi juga sering mengalami fluktuasi harga. Fluktuasi
harga yang terjadi dapat dilihat variasinya yang mencerminkan tingkat risiko harga padi. Besarnya risiko harga usahatani padi di Kecamatan Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Risiko Harga Usahatani Padi di Kecamatan Karanganyar MT II Tahun 2013 No. 1. 2. 3. 4.
Uraian Rata-rata Harga (Rp/Kw) Simpangan baku (Rp/Kw) Koefisien variasi Batas Bawah Harga (Rp/Kw)
Keterangan 443.333 21.867 0,05 399.600
Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Tabel 9 menunjukkan bahwa ratarata harga penjualan padi oleh petani padi di Kecamatan Karanganyar pada musim tanam kedua sebesar Rp 443.333. Dari perhitungan tersebut, maka dapat diketahui besarnya simpangan baku usahatani padi di Kecamatan Karanganyar sebesar Rp 21.867. Koefisien variasi yang diperoleh berdasar perhitungan dengan membandingkan rata-rata harga dengan simpangan baku sebesar 0,05, sedangkan batas bawah harga sebesar Rp 399.600. Nilai koefisien variasi kurang dari 0,5 (0,05<0,5) dan nilai batas bawah harga Rp 399.600. Nilai CV 0,05 dapat diartikan bahwa tingkat risiko harga yang dialami oleh petani tergolong kecil. Petani padi di Kecamatan Karanganyar rata-rata menjual hasil panennya dalam bentuk gabah kering giling. Ketidakpastian harga yang sulit diprediksi secara tepat, menyebabkan timbulnya fluktuasi harga. Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu adanya spekulasi pedagang yang cenderung ingin memperoleh keuntungan yang besar (Soekartawi dkk, 1993). Adanya ketidakpastian tersebut menimbulkan terjadinya risiko harga. Menurut petani padi di Kecamatan Karanganyar, risiko harga merupakan suatu keadaan dimana harga jual hasil panen tidak sesuai dengan besarnya biaya yang dikeluarkan. Pada musim tanam kedua, harga jual padi
tergolong tinggi, sehingga petani tidak menganggap bahwa harga berisiko pada musim tanam kedua. Tingginya harga jual padi dikarenakan petani melakukan penjemuran setelah panen. Petani tidak menjual hasil panennya dalam bentuk gabah basah. Sehingga petani dapat menjual hasil panennya dengan harga yang lebih tinggi. Harga jual padi pada masa tanam kedua sangat kecil risikonya karena produksi pada musim kemarau berbeda dengan musim penghujan. Risiko Pendapatan Petani dalam berusahatani bertujuan untuk memaksimalkan pendapatan. Pendapatan ini merefleksikan nilai yang diperoleh petani yang dikurangi dengan biaya usahataninya. Besarnya risiko pendapatan usahatani padi di Kecamatan Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Risiko Pendapatan Usahatani Padi di Kecamatan Karanganyar MT II Tahun 2013 No. 1. 2. 3. 4.
Uraian Rata-rata Pendapatan (Rp) Simpangan baku (Rp) Koefisien variasi Batas Bawah Pendapatan (Rp)
Per Usahatani 4.178.066 3.059.629 0,73 -1.941.193
Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Tabel 10 menunjukkan bahwa ratarata harga pendapatan petani padi di Kecamatan Karanganyar pada musim tanam kedua sebesar Rp 4.178.066. Dari perhitungan tersebut, maka dapat diketahui besarnya simpangan baku usahatani padi di Kecamatan Karanganyar sebesar Rp 3.059.629. Koefisien variasi yang diperoleh berdasar perhitungan dengan membandingkan rata-rata pendapatan dengan simpangan baku sebesar 0,73, sedangkan batas bawah pendapatan sebesar Rp -1.941.193. Nilai koefisien variasi lebih dari 0,5 (0,73>0,5) dan nilai batas bawah pendapatan Rp -1.941.193. Nilai CV 0,73
dapat diartikan bahwa tingkat risiko pendapatan yang dialami oleh petani tergolong tinggi atau petani ada kemungkinan mengalami kerugian sebesar Rp 1.941.193 pada musim tanam kedua. Kerugian ini disebabkan oleh karena besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh petani dan penguasaan luas lahan yang berbeda antar petani. Biaya terbesar yang harus dikelurkan petani adalah biaya tenaga kerja. Menurut Fauziyah (2011), struktur pendapatan yang dimiliki oleh petani akan mempengaruhi perilaku petani dalam menghadapi risiko. Jika pendapatan yang dimiliki oleh petani cukup besar maka mereka dapat melakukan berbagai strategi untuk mengurangi risiko yang dihadapi begitu juga sebaliknya. Upaya Penanggulangan Risiko Beberapa permasalahan yang paling sering dihadapi oleh petani yaitu permasalahan mengenai iklim dan serangan hama dan penyakit. Petani padi di Kecamatan Karanganyar mengatakan bahwa dengan adanya iklim yang tidak menentu merupakan risiko utama dalam usahatani padi. Curah hujan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah menyebabkan timbulnya berbagai macam hama dan penyakit yang menyerang pertanaman padi. Untuk mengatasi masalah tersebut, petani membuat upaya penanggulangan sebelum melakukan usahatani padi (ex ante), yaitu dengan memperhitungkan waktu yang tepat untuk memulai usahataninya. Selain itu, petani juga mempersiapkan benih dengan varietas yang berbeda. Tujuannya untuk menghindari adanya serangan hama secara besar-besaran.Untuk menghindari benih yang tidak bersertifikasi, petani membelinya dari KUD setempat atau kios saprodi maupun balai benih di Karangpandan. Upaya penanggulangan pada saat melakukan usahatani (interactive) juga dilakukan oleh petani dengan cara melakukan pengamatan secara langsung pada tanaman padi. Apabila terjadi tandatanda serangan hama dan penyakit, maka
petani segera mempersiapkan obat-obatan yang sesuai dengan hama dan penyakit tersebut. Penyulaman juga dilakukan oleh petani apabila terjadi kerusakan pada tanaman. Upaya penanggulangan yang dilakukan petani setelah melakukan usahatani padi (ex post) yaitu dengan melakukan pengolahan lahan kembali. Sebagian besar petani mengatakan dengan mengistirahatkan lahan agar lahan tidak dipaksa terus menerus berproduksi (bero). Selain itu, beberpa petani memilih untuk menanami lahan dengan komoditas lain yang bertujuan untuk menghindari adanya serangan hama yang dapat menurunkan produksi sehingga berpengaruh pada tingkat pendapatan petani. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata biaya usahatani padi di Kecamatan Karanganyar MT II Tahun 2013 sebesar Rp 10.219.859 per hektar dan rata-rata pendapatan yang diterima petani sebesar Rp 15.474.319 per hektar. Risiko usahatani padi di Kecamatan Karanganyar MT II Tahun 2013 diperoleh hasil CV risiko produksi sebesar 0,53, CV risiko harga sebesar 0,05, dan CV risiko pendapatan sebesar 0,73. Strategi penanggulan risiko produksi, risiko harga, dan risiko pendapatan menggunakan strategi ex ante, interactive, dan ex post. Strategi ex ante dilakukan dengan cara menggunakan varietas benih yang berbeda yaitu varietas IR64 dan Ciherang. Strategi interactive dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung pada tanaman padi agar apabila terjadi kerusakan dapat segera diperbaiki atau diatasi. Strategi ex post yang dilakukan oleh petani dengan mengistirahatkan lahan (bero) atau menanami lahan dengan komoditas yang lain.
Saran Perlu adanya perhatian lebih dan pertimbangan khusus oleh pemerintah dalam menentukan stabilitas harga padi dan juga jaminan terhadap risiko usahatani padi sehingga petani tidak mengalami kerugian yang besar saat terjadi kondisi yang tidak diinginkan. Petani padi sebaiknya melakukan pencatatan mengenai biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh sehingga besarnya pendapatan dapat diketahui dan dapat diketahui besar kecilnya risiko usahatani padi. BPS
DAFTAR PUSTAKA Karanganyar 2013. Kabupaten Karanganyar dalam Angka Tahun 2013. BPS. Karanganyar.
BPS.
2014 Statistik Indonesia. www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 16 Januari 2014.
Fauziyah, E 2011. Manajemen Risiko Usahatani Jagung Sebagai Salah Satu Upaya Mewujudkan Ketahanan Rumah Tangga Petani. www.faperta.ugm.ac.id. Diakses pada tanggal 13 Januari 2014. Hardaker,
JB;RBM Huirne;andJR Anderson 1984.Coping With Risk in Agriculture. CAB International. New York.
Hernanto,
F 1993. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pertani
2014. PT. Pertani (Persero) Wilayah Kalimantan. www.pertani-kalimantan.com. Diakses pada 1 Mei 2014.
Soekartawi, Rusmadi, dan Effi D 1993. Risiko dan Ketidakpastian dalam Agribisnis. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.