ANALISIS FUNGSI PRODUKSI INTENSIFIKASI USAHATANI PADI DI KABUPATEN MANOKWARI Intensification of Production Function Analysis for Paddy Farming in Manokwari District Jeffry E. Sianipar1, Parlindungan Silitonga1, S. Hartono2 Sriwidodo2, Dwidjono2 1. Sekretariat Badan Litbang Pertanian, 2. Dosen Ekonomi Pertanian UGM
ABSTRACT Rice productivity achieved in Manokwari district is still very far below national production of 2,5 ton/ha. Efforts by local governments to increase productivity through the intensification of rice farming is the provision of production facilities, improvement of cultivation and postharvest technology, conduct of training for farmers and extension workers, and others. The objectives of the research are to recognize and analyze the factors that affect the production of rice farming. The Location of research in Distrik Prafi SP 1 and Masni SP 8 as the sentra areas of paddy with 60 farmers sample and each Distrik was taken 30 samples. Research Analysis use Cobb-Douglass function production and estimated with Ordinary Least Square (OLS). Result of analysis shows that seed, fertilizer (urea, NPK and PPC), and farming intensification can increase production of paddy. Keywords : farming intensification, production
Informatika Pertanian Volume 18 No. 2, 2009
107
PENDAHULUAN Beras merupakan komoditas pangan strategis yang masih terus mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah mengingat beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun upaya meningkatkan produksi dan produktivitas padi terus dilakukan oleh pemerintah, masalah beras belum teratasi dengan baik. Pemecahan masalah terhadap peningkatan produksi padi dilakukan melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi. Program tersebut dilakukan melalui penyediaan input, penyediaan teknologi, sarana air, pemasaran hasil dan lain sebagainya yang memungkinkan untuk lebih menggairahkan para petani berusahatani yang lebih optimal, sehingga pada akhirnya akan terjadi peningkatan produksi dan produktivitas. Sejalan dengan itu, Kabupaten Manokwari sebagai salah satu kabupaten yang terdapat di provinsi Papua Barat berupaya untuk menjadi salah satu daerah penghasil padi. Potensi yang dimiliki Kabupaten Manokwari adalah (1) tersedianya sumberdaya manusia sebagai pelaku usahatani padi karena Kabupaten Manokwari merupakan salah satu daerah program transmigrasi sejak tahun 1970an, (2) sumberdaya lahan yang cukup potensial dan memungkinkan untuk pengembangan tanaman padi, (3) sumberdaya air tersedia cukup banyak sehingga permasalahan pengairan dapat diatasi, (4) aksesibilitas dalam penyampaian hasil pertanian sangat baik dari wilayah penghasil pertanian ke ibukota Kabupaten. Pemerintah Daerah Kabupaten Manokwari mempunyai program kedepan sebagai daerah pensuplai padi di Provinsi Papua Barat melalui perluasan areal lahan padi seluas 8.850 ha, meskipun kenyataannya hingga saat ini luas lahan yang telah tersedia masih kurang dari 2.500 ha (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab. Manokwari, 2007). Upaya untuk menambah areal padi terus diupayakan seperti pencetakan sawah baru, memperluas jaringan air, dan menyediakan sumberdaya manusia malalui transmigrasi maupun masyarakat lokal. Produktivitas padi yang dicapai hingga saat ini masih sangat jauh berada di bawah produktivitas nasional yaitu 2,5 ton/ha (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab. Manokwari, 2008). Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk meningkatkan produktivitas padi yaitu penyediaan sarana produksi, perbaikan teknologi budidaya dan pascapanen, melakukan berbagai pelatihan kepada petani dan penyuluh, dan lain sebagainya. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana upaya intensifikasi usahatani padi telah dilakukan dalam rangka peningkatan produksi padi. Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada : (1) Pemerintah Daerah, Penyuluh dan Stakeholders guna memberikan masukan kebijakan terhadap penyusunan program pembangunan pertanian 108
Analisis Fungsi Produksi Intensifikasi Usahatani Padi
terkait dengan upaya peningkatan produksi dan (2) petani guna memberikan masukan dan gambaran bahwa pentingnya intensifikasi usahatani yang baik dan benar akan memberikan manfaat positif terhadap peningkatan produksi. METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian menggunakan pendekatan survey. Menurut (Supranto 1997 dan Subiyanto, 2000), Penelitian dengan teknik survey adalah penelitian yang bersifat diskriptif untuk menguraikan suatu keadaan tanpa melakukan perubahan terhadap variabel tertentu. Pendekatan survey dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan deskriptif yang bersifat obyektif tentang faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi padi. Metode Pengambilan Sampel dan Penentuan Jumlah Sampel Pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan non probability sampling dengan teknik pengambilan sampling adalah purposive sampling. Menurut (Suratno dan Arsyad, 1999), pengertian purposive sampling adalah memilih sampel secara sengaja dengan pertimbangan-pertimbangan khusus yang dimiliki sampel tersebut. Dengan demikian, penelitian dilaksanakan di Distrik Prafi Satuan Pemukiman 1 (SP 1) dan Distrik Masni Satuan Pemukiman 8 (SP 8) Kabupaten Manokwari yang merupakan daerah sentra produksi padi. Pengambilan sampel sebanyak 60 responden yang diperoleh masing-masing 30 responden per distrik. Penelitian berlangsung bulan Maret – Desember 2009. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menggunakan dua macam teknik, yakni wawancara dan observasi. Teknik oberservasi yaitu cara pengumpulan data dengan jalan pengamatan langsung secara cermat dan sistematik baik secara partisipatif maupun non partisipatif. Teknik wawancara yaitu cara pengumpulan data dengan bertanya langsung atau berdialog dengan petani. Proses wawancara dilakukan dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa daftar pertanyaan (kuesioner) terstruktur, hal ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang terarah dan sesuai (Soeratno dan Arsyad, 1999). Data primer seperti produktivitas, data petani, penggunaan input, jumlah dan upah tenaga kerja dilakukan dengan wawancara terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan. Data yang diambil sebanyak 2 musim tanam. Data sekunder dikumpulkan dengan mengoleksi berbagai data (dokumentasi) yang berhubungan dengan hasil-hasil penelitian dari Informatika Pertanian Volume 18 No. 2, 2009
109
berbagai sumber yang relevan dengan penelitian, seperti informasi luas lahan pertanian dan hasil-hasil penelitian dan pengkajian budidaya padi. Metode Analisis Untuk mengetahui seberapa jauh hubungan dan sumbangan faktor produksi variabel terhadap produksi diestimasi dengan fungsi produksi Cob-Douglass (Yotopoulus and Nugent, 1976; Debertin, 1986; Nicholson, 1996). Secara sistematis fungsi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut :
Y = AX 1α X 21−α
……………………...........................……………….. (1)
Dimana : Y : output X1 : tenaga kerja X2 : modal α : elastisitas tenaga kerja (ωx1) 1-α : elastisitas moda (ωx2) Fungsi produksi Cobb-Douglas yang melibatkan lebih dari dua variabel independent disebut fungsi produski tipe Cobb-Douglas (Debertin, 1986). Secara matematis fungsi produksi tipe Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai berikut :
Y = A ∏( Xi ) ∏(Zj ) αi
βi
…………………………………..........……. (2)
Dalam bentuk logaritma natural, persamaan tersebut diatas dituliskan menjadi : m
n
i =1
j =1
ln Y = ln A + ∑ αi ln Xi + ∑ β j ln Zj
......……………………….. (3)
Dimana : Y : output A : intersep Xi : input variabel Zj : input tetap α, β : koefisien regresi
110
Analisis Fungsi Produksi Intensifikasi Usahatani Padi
Keistimewaan model fungsi sebagai alat analisis adalah dalam penaksiran parameter-parameternya mudah dilakukan sebab koefisien bi = (i=1,2,…,n) sekaligus sebagai elastisitas produksi dari faktor-faktor produksi yang terkait. Dari koefisien elastisitas produksi tersebut akan dapat diketahui apakah petani berproduksi pada tahap rasional atau tidak (Heady dan Dillon, 1972). Bila produksi (Y) merupakan fungsi dari X1 dan X2 maka secara sistematis ditulis :
Y = f (X 1 , X 2 )
………....................................……………………. (4)
Elastisitas produksi (ω) dapat (Henderson dan Qudant, 1980) :
ω=
δ (LnY ) δY / Y δY X 1 x = = δ (Ln X 1 ) δX 1 / X 1 δX 1 Y
diselesaikan
sebagai
berikut
= MP x 1/AP = MP/AP…...... (5)
Jika fungsi produksinya merupakan fungsi Cobb-Douglas dengan rumus :
Y = AX 1b1 X 2b 2
Maka MPx1 =
…………………………................…………………. (6)
Y Y δY = b1 ; dan APx1 = δX 1 X1 X1
...……………………. (7)
Jika persamaan (10) dimasukkan ke dalam persamaan (8), maka diperoleh :
ω = b1
Y X1 = b1 x X1 Y
……………..………………………………… (8)
Dimana : ω1 : elastistas produksi b1 : koefisien produksi Apabila elastisitas produksi terletak antara bilangan 0 – 1 berarti penggunaan faktor produksi berada pada tahap rasional, bila elastisitas produksi lebih dari 1 berarti penggunaan faktor-faktor produksi itu masih dapat ditambah untuk mencapai hasil produksi yang lebih besar, dengan kata lain petani masih mempunyai kesempatan untuk mengatur kombinasi dengan penggunaan faktor-faktor produksi dalam upayanya untuk memperoleh hasil produksi yang lebih besar, bila elastisitas produksi bernilai negative atau kurang dari 0 berarti penggunaan faktor produksi itu sudah berlebihan dan berada pada tahap produksi yang tidak rasional lagi karena penambahan jumlah input akan diikuti dengan pengurangan pada total hasil produksi (Soekartawi, 1990). Informatika Pertanian Volume 18 No. 2, 2009
111
Dengan mengacu pada persamaan (3), maka fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini disempurnakan pengggunaan variabel yang akan diestimasi sebagai berikut : produksi (Y) diperlakukan sebagai variabel dependen pada regresi yang diestimasi dengan variabel independen (faktor produksi/input) yaitu : luas lahan, jumlah benih, jumlah tenaga kerja dalam keluarga, jumlah tenaga kerja luar keluarga, jumlah pupuk urea, jumlah pupuk NPK, jumlah pupuk PPC, intensifikasi usahatani dan dummy lokasi. Untuk menaksir parameterparameter tersebut, maka model fungsi produksinya ditransformasikan dahulu ke dalam bentuk double logaritma natural (ln) sehingga merupakan linier berganda yang selanjutnya diestimasi dengan OLS, dengan fungsi sebagai berikut: ln Y = ao + a1 ln lhn + a2 ln bnh + a3 ln tdk + a4 ln tdl + a5 ln urea + a6 ln npk + a7 ln ppc
+ a8 tiu + a9 mt + e ........................................................................... (9) dimana : Y = produksi padi (ton) Lhn = luas lahan (ha) bnh = penggunaan benih (kg) tdk = penggunaan tenaga kerja keluarga (HOK) tdl = penggunaan tenaga kerja luar keluarga (HOK) urea = penggunaan pupuk urea (kg) npk = penggunaan pupuk NPK (kg) ppc = penggunaan ppc (l) tiu = tingkat intensifikasi, 0 di bawah rata-rata dan 1 di atas rata-rata mt = musim tanam, mt=0 untuk musim tanam 1 dan mt=1 untuk musim tanam 2 e = kesalahan random HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Daerah penelitian Secara administratif Kabupaten Manokwari memiliki luas wailayah 2 sebesar 10.451.62 km , terletak pada jalur bagian barat wilayah Papua dan terdiri dari 11 Distrik, 9 Kelurahan dan 396 Kampung. Daerah ini berada pada posisi yang strategis karena terletak pada ibu kota Provinsi Papua Barat terletak di wilayah Kepala Burung pulau Papua pada koordinat 132o35’ – 145o45’ BT dan 0o15’ – 3o25’ LS. Iklim tergolong iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin musim Barat Laut dengan sifat-sifat yang relatif banyak mendatangkan hujan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret (337 mm) dan memiliki rata-rata jumlah hari hujan terbanyak (21 hari), sedang terendah pada bulan Agustus (11 mm) dengan jumlah hari hujan terendah (5 hari). Rata-rata suhu maksimum 29.21oC dan rata-rata suhu minimum 23.42oC, dengan kelembaban rata-rata 83.3%. Berdasakan hasil survey Agro Ecology 112
Analisis Fungsi Produksi Intensifikasi Usahatani Padi
Zone (AEZ) 1 : 50.000 (Satker PTP IJB 2005) jenis tanah di Kabupaten Manokwari meliputi : (1) tanah Entisol, (2) tanah Inceptisol, (3) tanah Alfisol, dan (4) tanah Ultisol. Berdasarkan penggunaan Lahan pertanian yang sudah dimanfaatkan seluas 28.159 ha (15.18 %), namun potensi lahan pertanian mencapai luas 185.501 ha. Lahan pertanian terdiri dari lahan sawah mencapai luas 3.080 ha dan lahan kering mencapai luas 25.861 ha (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan 2005). Sebaran lahan sawah terletak di Distrik Prafi, Distrik Masni, dan Distrik Oransbari. Ketiga Distrik tersebut merupakan wilayah transmigrasi sejak tahun 1970-an yang dikirim secara bertahap. Berdasarkan hasil Participatory Rural Appraisal (PRA) yang dilaksanakan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat dalam rangka persiapan kegiatan Prima Tani pada tahun 2007 diperoleh beberapa pemecahan masalah terhadap rendahnya produktivitas usahatani padi di kedua Distrik yaitu : (1) pengadaan benih unggul, (2) pembentukan penangkar benih untuk menyediakan benih bermutu, (3) rehabilitasi dan pembuatan saluran irigasi, (4) pengkajian pemupukan spesifik lokasi, (5) sosialisasi dan pelatihan bagi petani terhadap perkembangan teknologi seperti teknik pemupukan berimbang, pembuatan pupuk organik, teknik budidaya PTT, (6) penyediaan alat dan mesin pertanian, dan (7) peningkatan peran KUD dalam menyediakan kebutuhan saprodi. Selanjutnya dari beberapa hasil kegiatan pengkajian yang dilakukan oleh tim peneliti BPTP Papua Barat Distrik Prafi menunjukkan bahwa potensi pengembangan dan peningkatan produktivitas padi sawah masih dapat ditingkatkan. Hasil pengkajian uji adaptif terhadap beberapa varietas unggul pada kegiatan sistem dan usaha agribisnis lahan sawah di Distrik Papua Barat diperoleh hasil produksi padi bisa mencapai 5 – 6 ton/ha bila dibandingkan dengan produksi petani setempat 2,3 ton/ha. Analisis Fungsi Produksi Hasil analisis pada Distrik Prafi SP1 dan Distrik Masni SP 8 dengan variabel dependen produksi padi terhadap variabel independen : Luas Lahan, Benih, Kerja Dalam Keluarga dan Luar Keluarga, Pupuk Urea, Pupuk NPK, Pupuk PPC, Intensitas Usahatani, Dummy Musim Tanam seperti disajikan pada (Tabel 1).
Informatika Pertanian Volume 18 No. 2, 2009
113
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Pada Usahatani Padi di Distrik Prafi SP 1 dan Distrik Masni SP8, Tahun 2009 Variabel Luas Lahan
Coefisien
T-Ratio
P-Value
0.035702
0.3334
0.739
Benih
0.16046***
3.823
0.000
Tenaga Kerja Dalam Keluarga
-0.026556
-0.3496
0.727
Tenaga Kerja Luar Keluarga
0.13663***
4.380
0.000
Pupuk Urea
0.32733***
5.598
0.000
Pupuk NPK
0.031528***
2.676
0.009
Pupuk PPC
0.028250**
2.301
0.023
Intensifikasi Ustan
0.43553***
6.579
0.000
Dummy MT
-0.056764
-0.8411
0.402
CONSTANT
4.6246***
14.36
0.000
R-SQUARE
0.6157
F hit
19.584
Keterangan : 1% = ***, 5%=** Sumber : Data Primer diolah
Hasil analisis memperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,6157 yang berarti bahwa 61,57% variasi produksi padi dapat diterangkan oleh variabel yang ada di dalam model (independen variabel) dan sisanya 38,43% diterangkan oleh variabel lain di luar model. Hasil uji F diketahui bahwa nilai F-hitung adalah sebesar 19,586 lebih besar dari nilai F-tabel pada tingkat kesalahan 1%. Hal ini berarti variabel independen : benih, tenaga kerja luar keluarga, pupuk urea, dan pupuk NPK dan intensifikasi usahatani secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (produksi padi) pada tingkat kesalahan 1 %. Bila dilihat hasil analisis regresi fungsi produksi menunjukkan variabel independen yang berpengaruh yaitu variabel benih, tenaga kerja luar keluarga, pupuk urea, pupuk NPK, pupuk PPC dan intensifikasi usahatani berpengaruh nyata terhadap produksi padi pada masing-masing tingkat kesalahan 1% dan 5%. Dari lima variabel yang diduga mempengaruhi produksi padi tersebut menunjukkan bahwa kelima variabel tersebut berpengaruh positif terhadap produksi. Ini mengartikan bahwa : (1) Jika benih naik 1%, maka produksi padi akan naik sebesar 0.13341%, (2) Jika tenaga kerja luar keluarga naik 1%, maka produksi padi akan naik sebesar 0.11861%, (3) Jika pupuk urea naik 1%, maka produksi padi akan naik sebesar 0.40141%; (4) Jika pupuk NPK naik 1%, maka produksi padi naik sebesar 0.025245%, (5) Jika pupuk PPC naik 1%, maka produksi padi akan naik sebesar 0.028250%, dan (6) Jika intensifikasi usahatani naik 1%, maka produksi padi akan naik sebesar 0.49364%. 114
Analisis Fungsi Produksi Intensifikasi Usahatani Padi
Selanjutnya pada tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk luas lahan dan tenaga kerja dalam keluarga tidak berpengaruh terhadap produksi. Hal ini menunjukkan nilai koefisien variabel-variabel tersebut tidak bermakna, artinya kenaikan atau penurunan nilai variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap produksi padi. Bila dilihat luas lahan tidak berpengaruh terhadap produksi diduga karena kepemilikan lahan petani yang relatif kecil yakni berkisar 0,5 ha sampai 0,75 ha sehingga sulit dikembangkan untuk meningkatkan produksi sehingga alternatif dalam meningkatkan produksi adalah melalui penggunaan secara intensif input produksi (intensifikasi usahatani). Selanjutnya ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga tersedia sangat sedikit yaitu 2 - 3 orang tenaga kerja produktif (49%) dan berumur diatas 46 tahun (45%) sehingga diduga kurang memberikan kontribusi terhadap peningkatan produksi. Pada koefisien dummy Musim Tanam ternyata tidak signifikan, hal ini berarti secara teknis gabungan kedua musim tanam tidak mempunyai pengaruh dalam peningkatan produksi padi pada kedua Distrik. Permasalahan yang dihadapi petani dilokasi dalam memperoleh benih unggul khususnya yang bersertifikat yaitu tidak tersedianya penangkar benih dan benih yang berkualitas di kios pertanian. Menyadari permasalahan yang dihadapi petani dan dalam rangka mendorong peningkatan produksi padi, maka Pemerintah Daerah mengambil suatu kebijakan untuk memberikan bantuan benih berkualitas yang bersertifikat kepada petani dan mempersiapkan penangkar benih untuk menyediakan benih-benih berkualitas sehingga permasalahan benih di Kabupaten Manokwari dapat teratasi. Rata-rata kebutuhan benih dalam usahatani padi di kedua Distrik tersebut antara 55,83 kg/ha hingga 56,58 kg/ha. Bantuan benih yang telah diedarkan oleh Pemerintah Daerah terdiri dari 3 jenis varietas unggul yang berkembang di kalangan petani yaitu Cigelis, Ciherang dan Mekongga. Dari ketiga varietas tersebut yang lebih banyak berkembang adalah jenis varietas Cigelis. Hal ini kemungkinan diduga bahwa varietas unggul Cigelis mempunyai sifat adaptasi cukup tinggi sehingga mampu menunjukkan hasil produksi yang tinggi pula sehingga mengakibatkan banyak petani memilih jenis varietas tersebut. Ketersediaan tenaga kerja yang berasal dalam keluarga sangat minim. Umumnya dalam keluarga kelompok tani hanya tersedia 2 - 3 orang tenaga kerja produktif (49%) dan berumur diatas 46 tahun (45%). Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam membantu khususnya pada saat pengolahan lahan, penanaman dan panen memerlukan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga, namun dalam memperoleh tenaga kerja tersebut sangat sulit diperoleh/sangat langka sehingga kadang kala disaat musim tanam tiba, pelaksanaan penanaman tidak dapat dilakukan secara serentak. Upaya untuk menyediakan tenaga kerja tersebut sangat sulit dilakukan sebagai akibat bahwa tenaga kerja produktif lebih banyak Informatika Pertanian Volume 18 No. 2, 2009
115
bekerja diperkotaan sehingga di desa yang tersedia tenaga yang kurang produktif. Ketersediaan tenaga kerja dari luar keluarga tersebut sangat diharapkan, hal ini berkaitan dengan curahan kerja pada kegiatan usahatani padi, terutama pada pengolahan lahan hingga siap tanam serta pemeliharaan yang banyak membutuhkan curahan kerja khususnya pada petani yang memiliki lahan-lahan luas. Petani menyadari bahwa peningkatan produksi padi tidak terlepas dari penggunaan pupuk. Namun permasalahan yang dihadapi adalah sulitnya memperoleh pupuk KCL dan SP36 dan harganya pun cukup mahal. Untuk mengatasi keperluan pupuk tersebut petani menggunakan pupuk NPK sesuai dengan anjuran Pemerintah Daerah. Namun penggunaan pupuk NPK pada petani di kedua Distrik tersebut masih dirasakan rendah yaitu rata-rata berkisar antara 114,33 kg/ha hingga 118,5 kg/ha. Oleh karena itu penambahan dosis pupuk NPK masih dimungkinkan untuk meningkatkan produksi padi. Lain halnya dengan penggunaan pupuk urea, pupuk tersebut sangat familiar di tingkat petani. Perolehan pupuk urea sangat mudah diperoleh baik dari segi mendapatkannya maupun harganya terjangkau. Hal ini disebabkan pupuk urea merupakan pupuk yang bersubsidi. Penggunaan pupuk urea pada petani yang terdapat di dua Distrik di dua musim tanam rata-rata berkisar antara 195,50 kg/ha hingga 201,67 kg/ha. Peningkatan penggunaan dosis pupuk urea juga masih dimungkinkan untuk meningkatkan produksi padi. Demikian juga untuk pupuk PPC sebagai pupuk pelengkap cair masih dimungkinkan untuk ditambahkan selama fase pertumbuhan tanaman. Peningkatan intensifikasi usahatani masih dimungkinkan juga untuk dilakukan meningkatkan produksi padi. Intensifikasi usahatani difokuskan bagaimana penggunaan saprodi dan aspek teknis dapat dilakukan dengan baik, sehingga diharapkan peningkatan produksi ini dapat terus ditingkatkan. Penerapan intensifikasi yang dilakukan oleh petani di Kabupaten Manokwari dapat dilihat pada 2 musim tanam terjadi peningkatan produksi yaitu pada musim tanam 1 sebesar 5031,50 kg/ha dan musim tanaman 2 sebesar 5063,70 kg/ha. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Analisis Fungsi Produksi Intensifikasi Usahatani Padi Di Kabupaten Manokwari sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi adalah benih, tenaga kerja luar keluarga, pupuk urea, pupuk NPK dan intensifikasi usahatani.
2. Peran Pemerintah Daerah dalam program intensifikasi usahatani padi untuk meningkatkan produksi memberikan respon positif bagi 116
Analisis Fungsi Produksi Intensifikasi Usahatani Padi
petani. Hal ini dapat membantu pemecahan masalah petani dalam memperoleh saprodi untuk kelanjutan usahataninya. Saran 1. Untuk mengatasi kelangkaan tenaga kerja terutama pada saat memasuki musim tanam, Pemerintah Daerah memfasilitasi penyediaan alat dan mesin pertanian sehingga pelaksanaan musim tanaman dapat dilakukan secara serentak. 2. Pemerintah Daerah perlu memikirkan solusi terhadap ketersediaan saprodi pada saat memasuki musim tanam. Hal ini sangat menggangu para petani sebagai contoh pupuk yang langka/tidak tersedia pada saat diperlukan. DAFTAR PUSTAKA Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2007. Laporan Akhir Participatory Rural Appraisal. Prima Tani Lahan Sawah Irigasi di Kampung Prafi Mulya Distrik Prafi Kabupaten Manokwari Papua Barat. Dinas Pertanian dan Ketanahan Pangan, 2005. Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Manokwari. Dinas Pertanian dan Ketanahan Pangan, 2007. Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Manokwari. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, 2008. Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Manokwari. Greene, Wiliam, H. 1993. Econometric Analysis. Macmillan Publising Company. New York. Hadisapoetra, S. 1970. Modernisasi Usahatani Sebagai Landasan Pembangunan Pertanian. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar UGM. Ilmu-Ilmu Pertanian Vol.II. Maddala, G. S. 1997. Limited Dependent and Qualitative Variables in Econometrics. Cambridge University Press. Nasir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakara. Pengkajian Teknologi Pertanian, 2005. Pemetaaan Agroekologi Zone (AEZ) Kabupaten Manokwari. Pengkajian Teknologi Pertanian, 2005. Laporan Akhir Pengkajian Sistem dan Usaha Agribisnis Lahan Sawah. Soeratno dan Lincolin Arsyad. 1999. Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Subiyanto, I., 2000. Metodologi Penelitian (Manajemen dan Akuntasi). Edisi 3. UPPAMPYKPN Yogyakarta. Informatika Pertanian Volume 18 No. 2, 2009
117
Supranto, J. 1997. Metode Riset: Aplikasinya dalam Pemasaran. Rineka Cipta. Jakarta. Suratiyah, K. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
118
Analisis Fungsi Produksi Intensifikasi Usahatani Padi