Jurnal Ilmiah AgrIBA No2 Edisi September Tahun 2014
ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR Oleh : Siska Alfiati Dosen PNSD dpk STIPER Sriwigama Palembang ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menghitung tingkat penggunaan faktor produksi pada usahatani padi. 2) Menghitung tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pada usahatani padi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yang digunakan untuk menjangkau fakta yang terjadi di lapangan melalui kunjungan dan wawancara langsung. Sampel yang disurvey adalah bagian dari populasi petani padi. Total petani contoh sebanyak 75 orang, yang diambil dengan metode sampel acak tidak proporsional. Hasil dari penelitian ini adalah: tingkat penggunaan faktor produksi benih, pupuk urea, pupuk phonska, pupuk lain, tenaga kerja, dan pestisida berturut-turut adalah: 60,87 kg/ha/mt, 244,16 kg/ha/mt, 151,85 kg/ha/mt, 118,84 kg/ha/mt, 128,69 HOK, dan 2,26 lt/ha/mt. Penggunaan benih, pupuk urea, dan pupuk phonska lebih besar dari dosis anjuran penyuluh pertanian. Faktor produksi yang belum efisien penggunaannya adalah : benih, pupuk lain, dan tenaga kerja, faktor produksi yang tidak efisien adalah pupuk urea dan pupuk phonska, sedangkan pestisida sudah efisien penggunannya. Kata kunci: tingkat penggunaan faktor produksi, efisiensi
I.
. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Laju pertumbuhan padi yang belum stabil, apabila ditelaah lebih lanjut ternyata disebabkan oleh masih tergantungnya sumber pertumbuhan produksi yang berasal dari peningkatan produktivitas, sementara luas panen padi cenderung turun. Luas panen padi tumbuh negatif sebesar 1,06 persen per tahun selama kurun waktu 20002003. Penurunan pertumbuhan luas panen diduga disebabkan oleh adanya konversi lahan sawah ke penggunaan non pertanian, serangan hama penyakit, banjir dan kekeringan serta adanya respon petani terhadap perubahan rasio harga padi
terhadap komoditas pangan lainnya yang lebih menguntungkan, pembangunan dan rehabilitasi irigasi yang semakin lambat akibat terbatasnya anggaran pembangunan pemerintah (Syafa’at et al, 2004). Secara nasional, kebutuhan untuk memenuhi konsumsi beras di Indonesia setiap tahun selalu meningkat, sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Dipihak lain, kemampuan penyediaannya tumbuh lebih rendah daripada pertumbuhan permintaannya. Untuk mengurangi kesenjangan ini, diperlukan berbagai upaya yang mampu meningkatkan produktivitas usahatani padi dalam negeri, antara lain dengan cara melaksanakan program intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. 157 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014
Menurut Suryadi dan Hapsari (2002), program intensifikasi pertanian dilakukan dengan pengolahan lahan padi secara intensif, seperti penggunaan varietas unggul, pengenalan teknologi baru, dan penggunaan faktor-faktor produksi yang efisien. Program ekstensifikasi pertanian dilakukan dengan cara memperluas areal tanam padi dengan tujuan meningkatkan produksi padi. Tantangan utama dari program peningkatan produktivitas/intensifikasi dan produksi padi/ekstensifikasi adalah bagaimana membuat usahatani padi lebih efisien sehingga memiliki daya saing dan mampu sebagai sumber pendapatan yang layak serta berkelanjutan.
2.
Selanjutnya Irawan (2004) mengemukakan bahwa secara agronomis peningkatan produktivitas padi dapat terjadi akibat dua faktor yaitu : (1) meningkatnya penggunaan varietas padi yang berdaya produksi lebih tinggi, dan (2) meningkatnya mutu usahatani yang dilakukan petani seperti cara pengolahan tanah, cara penanaman, cara pemupukan dan sebagainya.
Model pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pendekatan diagramatik sebagai berikut:
Bagaimana tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pada usahatani padi?
C. Tujuan Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Menghitung tingkat penggunaan faktor produksi pada usahatani padi. 2. Menghitung tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pada usahatani padi II. KERANGKA PEMIKIRAN A. Model Pendekatan
Usahatani Padi
Penggunaan Faktor Produksi
-
Sumatera Selatan merupakan provinsi penghasil padi terbesar keenam nasional dan terbesar kedua di Sumatera. Daerah yang memproduksi padi Sumatera Selatan tersebar di semua kabupaten/kota dengan tiga daerah penghasil terbesar yaitu Kabupaten Banyuasin, OKI, dan OKUT.
Harga benih Harga pupuk Harga pestisida Upah tenaga kerja Luas Lahan
Produksi Padi
Harga Beras
Penerimaan
Biaya Produksi
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1.
Pendapatan Usahatani Padi
Bagaimana tingkat penggunaan faktor produksi pada usahatani padi? Apakah sudah sesuai dengan dosis anjuran?
Efisiensi Pengguna an Faktor
Gambar 1. Model Pendekatan secara Diagramatik 158 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014
B. Hipotesis Hartini (2006), dalam penelitiannya di Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat menyatakan bahwa faktor produksi yang belum efisien penggunaannya dalam kegiatan usahatani padi sawah yaitu luas lahan, pupuk urea dan SP 36 sedangkan penggunaan pestisida tidak efisien. Syafitri (2006), dalam penelitiannya di OKU Timur menyatakan bahwa nilai elastisitas permintaan pupuk terhadap harga pupuk pada sawah tadah hujan adalah 0,979 yang elastisitas permintaannya inelastis. Berdasarkan uraian ini maka dapat diajukan beberapa hipotesis, yaitu : 1. Tingkat penggunaan faktor produksi tidak sesuai dengan dosis anjuran 2. Secara ekonomis efisiensi penggunaan faktor produksi dalam usahatani padi belum optimal. III. Metodologi Penelitian A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tebing Suluh dan Bumi Agung Kecamatan Lempuing, serta Desa Lubuk Seberuk Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (Purposive) dengan pertimbangan bahwa dua kecamatan tersebut merupakan daerah penghasil padi terbesar di Kabupaten Ogan Komering Ilir, dan ketiga desa tersebut termasuk daerah penghasil padi terbesar di Kecamatan Lempuing dan Lempuing Jaya.
yang terjadi di lapangan melalui kunjungan dan wawancara langsung. Sampel yang disurvey adalah bagian dari populasi petani padi. C. Metode Pengumpulan Data dan Penarikan Contoh Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui observasi dan wawancara langsung dengan petani contoh di lapangan berdasarkan tuntunan daftar pertanyaan yang diajukan. Data sekunder merupakan data-data yang mendukung penelitian yang akan melengkapi data primer. Data sekunder ini diperoleh dari berbagai dinas atau instansi. Metode penarikan contoh petani yaitu disproportioned random sampling atau metode penarikan contoh acak tak berimbang terhadap 2993 anggota populasi petani padi. Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 75 orang sampel. D. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dari lapangan disajikan secara tabulasi dan dianalisa secara deskriptif. Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama yaitu apakah tingkat penggunaan faktor produksi sudah sesuai dengan dosis anjuran, akan dianalisis dengan uji Z, dengan hipotesis sebagai berikut :
B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yang digunakan untuk menjangkau fakta 159 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014
H0 :
= µ (tingkat penggunaan factor produksi sesuai dengan dosis anjuran)
H1
:
≠ µ
Untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : NPMxi
(tingkat penggunaan sarana
produksi tidak sama dengan dosis anjuran)
= αi
= Pxi
Dengan ketentuan : NPMxi : αi
= Pxi,
Z = artinya penggunaan faktor produksi efisien. Keterangan : = rata-rata penggunaan faktor produksi µ = dosis faktor produksi yang dianjurkan Rumusan masalah yang kedua yaitu menganalisis efisiensi produksi maka terlebih dahulu dilakukan analisis faktor produksi yang mengikuti model fungsi produksi Cobb-Douglas. Bentuk matematis fungsi produksi padi dinyatakan sebagai berikut :
NPMxi : αi
< Pxi,
artinya penggunaan faktor produksi tidak efisien sehingga jumlahnya perlu dikurangi. NPMxi : αi
> Pxi,
artinya penggunaan faktor produksi belum efisien sehingga jumlahnya perlu ditambah. Sehingga hipotesisnya adalah :
Ln Y = ln A + α1 ln X1 + α 2 ln X2+ α 3 ln X3+ α 4 ln X4 + α 5 ln X5 + α 6 ln X6 + α 7 ln X7 Keterangan : Y = produksi beras (kg) X1 = jumlah benih (kg) X2 = jumlah pupuk urea (kg) X3 = jumlah pupuk phonska (kg) X4 = jumlah pupuk lain (kg) X5 = curahan tenaga kerja (HOK) X6 = jumlah pestisida (liter) X7 = luas lahan (ha)
H0 : k = 1 H1 : k ≠ 1 dimana k = indeks efisiensi (NPMxi/Pxi)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tingkat Penggunaan Benih dan Perbandingannya dengan Dosis Anjuran Benih yang digunakan oleh petani contoh adalah varietas Ciherang, Ciliwung, dan sebagian kecil menggunakan IR42. Rata-rata tingkat penggunaan benih, harga rata-rata pada petani, dan dosis anjuran dapat dilihat dalam Tabel 1. 160 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014
Tabel 1. Tingkat Penggunaan, Harga, dan Dosis Anjuran Penggunaan Benih No. 1. 2.
Keterangan
Rata-rata
Tingkat Penggunaan (kg/ha) Harga (Rp/kg)
60,87 6.242,00
Tabel 2. Tingkat Penggunaan, Harga, dan Dosis Anjuran Penggunaan Pupuk Urea
Dosis Anjuran 40
No. 1. 2.
Keterangan Tingkat Penggunaan (kg/ha)
Rata-rata 244,16
Dosis Anjuran 200
1.317,33
Harga (Rp/kg)
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata tingkat penggunaan benih adalah sebesar 60,87 kg/ha dengan harga Rp 6.242,00/kg, yang berbeda nyata dengan dosis penggunaan yang dianjurkan yaitu sebesar 40 kg/ha. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji statistik t satu sampel. Nilai t hitung adalah 10,52 dan signifikan pada α = 0,01, maka kesimpulannya adalah tolak hipotesis nol. Hal tersebut berarti rata-rata penggunaan benih oleh petani lebih besar dibandingkan dengan dosis yang dianjurkan oleh penyuluh pertanian yaitu 40 kg/ha. Perbedaan tingkat penggunaan benih oleh petani antara lain disebabkan oleh perbedaan varietas, kualitas, dan harga benih yang digunakan. 2. Tingkat Penggunaan Pupuk Urea dan Perbandingannya dengan Dosis Anjuran Pupuk urea digunakan oleh semua petani padi di daerah penelitian, akan tetapi dengan tingkat penggunaan dan harga yang cukup bervariasi. Rata-rata tingkat penggunaan, harga rata-rata, dan dosis anjuran pupuk urea dapat dilihat pada Tabel.2.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata tingkat penggunaan pupuk urea adalah sebesar 244,16 kg/ha dengan harga Rp 1.317,33/kg, yang berbeda nyata dengan dosis penggunaan yang dianjurkan yaitu sebesar 200 kg/ha. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji statistik t satu sampel. Nilai t hitung adalah 3,70 dan signifikan pada α = 0,01, maka kesimpulannya adalah tolak hipotesis nol. Hal tersebut berarti ratarata penggunaan pupuk urea oleh petani lebih besar dibandingkan dengan dosis yang dianjurkan oleh penyuluh pertanian yaitu 200 kg/ha. 3. Tingkat Penggunaan Pupuk Phonska dan Perbandingannya dengan Dosis Anjuran Berbeda halnya dengan pupuk urea yang digunakan oleh semua petani, pupuk Phonska tidak digunakan oleh semua petani. Beberapa petani sampel tidak menggunakan pupuk Phonska melainkan menggantinya dengan pupuk lain. Pupuk Phonska digunakan petani pada tingkat penggunaan dan harga beli yang cukup bervariasi. Rata-rata tingkat penggunaan, harga rata-rata, dan dosis anjuran pupuk Phonska dapat dilihat pada Tabel 3.
161 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014
Tabel 3. Tingkat Penggunaan, Harga, dan Dosis Anjuran Penggunaan Pupuk Phonska No. 1. 2.
Keterangan
Rata-rata
Tingkat Penggunaan (kg/ha) Harga (Rp/kg)
151,85 2.144,00
Dosis Anjuran 100
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata tingkat penggunaan pupuk urea adalah sebesar 151,85 kg/ha dengan harga Rp 2.144,00/kg, yang berbeda nyata dengan dosis penggunaan yang dianjurkan yaitu sebesar 100 kg/ha. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji statistik t satu sampel. Nilai t hitung adalah 3,60 dan signifikan pada α = 0,01, maka kesimpulannya adalah tolak hipotesis nol. Hal tersebut berarti ratarata penggunaan pupuk phonska oleh petani lebih besar dibandingkan dengan dosis yang dianjurkan oleh penyuluh pertanian yaitu 100 kg/ha. 4. Tingkat Penggunaan Pupuk Lain dan Perbandingannya dengan Dosis Anjuran Selain pupuk Urea dan Phonska sebagian petani juga menggunakan beberapa pupuk lain seperti pupuk organik, KCl, SP38, dan SP18. Rata-rata tingkat penggunaan, harga rata-rata, dan dosis anjuran pupuk lain tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata tingkat penggunaan pupuk urea adalah sebesar 118,84 kg/ha dengan harga Rp 1.041,92/kg, yang berbeda nyata dengan dosis penggunaan yang dianjurkan yaitu sebesar 300 kg/ha. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji statistik t satu sampel. Nilai t hitung adalah -11,76 dan signifikan pada α = 0,01, maka kesimpulannya adalah tolak hipotesis nol. Hal tersebut berarti ratarata penggunaan pupuk urea oleh petani lebih besar dibandingkan dengan dosis yang dianjurkan oleh penyuluh pertanian yaitu 300 kg/ha. 5. Tingkat Penggunaan dan Biaya Pestisida Golongan pestisida yang digunakan petani adalah herbisida, insektisida, fungisida dan bakterisida. Herbisida yang digunakan antara lain bermerek DMA, Lindomin, Billy, dan Round Up. Insektisida bermerek Decis, Bay Carb, dan Deasitrin. Sedangkan fungisida dan bakterisida yang digunakan antara lain bermerek Folicur, Score, Sprint, dan Puanmur. Rata-rata tingkat penggunaan, harga, dan biaya pestisida dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Tingkat Penggunaan dan Biaya Pestisida No.
Keterangan
1. 2. 3.
Herbisida Insektisida Fungisida & Bakterisida Total
Tabel 4. Tingkat Penggunaan, Harga, dan Dosis Anjuran Penggunaan Pupuk Lain No. 1. 2.
Keterangan
Rata-rata
Tingkat Penggunaan (kg/ha) Harga (Rp/kg)
118,84 1.041,92
Dosis Anjuran 300
Rata-rata Penggunaan (lt/ha/mt) 1,05 0,83 0,39
Harga (Rp/lt)
Biaya (Rp/ha/mt)
73.615,26 87.479,39
78.677,84 71.258,76 104.694,32
287.449,92 254.630,92
Pestisida yang digunakan petani cukup beragam jenis dan harganya. Jenis dan dosis pestisida yang digunakan sangat tergantung dari tingkat serangan hama, penyakit, dan juga keadaan lahan. Sedangkan harga pestisida yang diperoleh 162 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014
petani tergantung pada merek dan kualitas pestisida yang digunakan.
(Rp.30.000,00/hari) dan ikatan (Rp 300/ikat bibit).
Tidak ada dosis anjuran secara spesifik untuk penggunaan pestisida per hektar garapan karena sangat tergantung pada keadaan di lahan. Penggunaan herbisida misalnya, sangat tergantung pada keadaan gulma di lahan. Penggunaan insektisida, bakterisida, dan fungisida sangat tergantung pada tingkat serangan hama (serangga), bakteri, dan jamur.
Biaya penanaman dengan sistem borongan di Desa Tebing Suluh dan Bumi Agung berkisar antara Rp 700.000,00 – RP 800.000,00 per hektar. Sedangkan di Desa Lubuk Seberuk berkisar antara Rp 600.000,00 – Rp 700.000,00 per hektar. Cara yang ketiga adalah dengan upah harian, yaitu sebesar Rp 30.000,00/HOK. Sistem ini biasanya diterapkan pada saat pencabutan bibit dan penanaman.
6. Tingkat Penggunaan Tenaga Kerja dan Biaya Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan petani dalam mengusahakan padi sawah terdiri atas tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja non keluarga. Pembayaran upah tenaga kerja di tiga desa lokasi penelitian ini dilakukan melalui tiga cara yaitu dengan sistem bawon, sistem borongan, dan dengan upah harian. Cara yang pertama adalah sistem bawon. Sistem bawon berarti bagi hasil dengan perbandingan 1 : 7, artinya pekerja mendapat upah satu karung untuk setiap tujuh karung gabah basah yang dihasilkan. Sistem ini diterapkan pada saat pemanenan. Cara yang kedua adalah dengan sistem borongan. Sistem borongan biasanya diterapkan pada saat pembajakan/pengolahan tanah, pencabutan bibit dari lokasi semai, dan penanaman. Di Desa Tebing Suluh dan Bumi Agung biaya pembajakan tanah berkisar Rp 600.000,00 – Rp 800.000,00 per hektar, sedangkan di Desa Lubuk Seberuk Rp 600.000,00 per hektar. Biaya pencabutan bibit berkisar Rp 300.000,00 – Rp 500.000,00 untuk penanaman satu hektar. Selain sistem borongan, upah pencabutan bibit juga dilakukan dengan sistem harian
7. Pendapatan Usahatani Padi a. Produksi dan Penerimaan Produksi dan harga jual yang diterima petani cukup bervariasi antar petani. Harga jual berkisar antara Rp 4.200,00 – Rp 4.800,00 per kg. Perbedaan harga jual tersebut tergantung pada waktu dan tempat jual serta kualitas produk yang dihasilkan. Sebagian besar petani menjual produknya pada pabrik penggilingan pada musim panen saat terjadi over supply. Sebagian kecil petani menyimpan GKG untuk kemudian baru menjualnya pada saat harga meningkat. Produksi dan harga jual petani dapat dilihat pada Tabel 7. b. Biaya Produksi Biaya produksi terdiri dari biaya variabel, biaya tetap, serta biaya giling. Biaya variabel terdiri dari biaya untuk membeli input variabel seperti : benih, pupuk, pestisida, dan biaya tenaga kerja. Biaya tetap terdiri biaya penyusutan alat. Biaya produksi total ditampilkan pada Tabel 6 berikut.
163 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014
Tabel 6. Biaya Produksi Total No. 1.
2. 3.
Komponen Biaya Variabel : - Benih - Pupuk - Pestisida - Tenaga Kerja Biaya Tetap : - Penyusutan Alat Biaya Giling Biaya Produksi Total
Biaya (Rp/ha/mt) 375.007,44 936.215,10 254.630,92 3.442.685,54 72.480,07 1.434.521,48 6.515.540,55
diestimasi. Persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi Cobb Douglas yang dimodifikasi menjadi bentuk logaritma natural, kemudian dari model diduga melalui analisis regresi dari metode jumlah kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square) dengan menggunakan data primer cross section. Penghitungan model penduga dilakukan dengan bantuan alat analisis program komputer SPSS version 16.00.
c. Pendapatan Pendapatan usahatani padi adalah selisih antara besarnya penerimaan dengan biaya produksi yang dikeluarkan dalam usahatani tersebut. Produksi, penerimaan, dan pendapatan usahatani padi dapat dilihat pada Tabel 7 berikut. Tabel 7. Rata-rata Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Padi No.
Komponen
1. 2. 3. 4. 5.
Produksi Beras Harga Jual Penerimaan Biaya Produksi Total Pendapatan
Rata-rata (per hektar per mt) 3.161,20 4.540,67 14.345.214,80 6.515.540,55 7.829.674,25
Hasil pendugaan melalui analisis regresi terhadap hubungan antara produksi usahatani padi sebagai variabel terikat dan faktor produksi yaitu benih, pupuk urea, pupuk phonska, pupuk-pupuk lain, tenaga kerja, pestisida, dan luas lahan sebagai variabel bebas diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) 0,877. Artinya bahwa secara umum 87,7% variasi naik atau turunnya produksi padi dapat dijelaskan oleh variabel bebas yaitu benih, pupuk urea, pupuk phonska, pupuk-pupuk lain, tenaga kerja, pestisida, dan luas lahan, sementara sisanya 12,3% variasi produksi tersebut oleh variabel lain yang tidak diteliti. Untuk melihat lebih ringkas mengenai hasil pendugaan melalui analisis regresi terhadap model produksi tipe Cobb Douglas pada usahatani padi dapat dilihat pada Tabel 8.
8. Tingkat Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Padi a. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Cobb Douglas Produksi padi dipengaruhi oleh beberapa faktor produksi seperti benih, pupuk urea, pupuk phonska, pupuk-pupuk lain, tenaga kerja, pestisida, dan luas lahan. Analisis penggunaan faktor produksi dilakukan dengan menggunakan estimasi fungsi produksi secara parsial dengan melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat untuk fungsi produksi yang 164 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014
Tabel 8. Hasil Dugaan Koefisien Regresi Produksi Padi Cobb Douglas Usahatani Padi No.
Variabel Bebas
Koefisien Regresi
Standar Eror
t Hitung
Ket.
1.
Konstanta
3,918
0,658
5,951
-
2.
Benih (X1)
0,053
0,059
0,899
-
3.
Urea (X2)
-0,125
0,075
-1,666
C
4.
Phonska (X3)
-0,048
0,042
-1,142
D
5.
Pupuk Lain (X4)
0,153
0,036
4,258
A
6.
Tenaga Kerja (X5)
0,829
0,080
10,318
A
7.
Pestisida (X6)
0,020
0,045
0,431
-
8.
Luas Lahan (X7)
-0,094
0,041
-2,302
B
2
R
= 0,877
F hitung = 20,339 F0,05 = 2,147 F0,01 = 2,914 Keterangan : A : nyata pada taraf α = 0,01 B : nyata pada taraf α = 0,05 C : nyata pada taraf α = 0,15 D : nyata pada taraf α = 0,30
Hasil analisis regresi menyatakan bahwa nilai F statistik (F hitung) adalah 20,339. Hal ini menyatakan bahwa F hitung lebih besar dari nilai kritis (F tabel) sehingga hipotesis alternatif (H1) diterima dan menolak H0. Diterimanya H1 menunjukkan bahwa secara simultan (bersama-sama) variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat pada taraf α = 1%. Berdasarkan hasil uji statistik t dapat ditunjukkan bahwa secara parsial variabel pupuk urea, pupuk phonska, pupuk lain, tenaga kerja, dan luas lahan berpengaruh nyata terhadap variabel produksi usahatani padi. Sedangkan benih dan pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap variabel produksi usahatani padi.
Tidak terjadi autokorelasi pada fungsi produksi usahatani padi bila didasarkan pada deteksi autokorelasi dengan menggunakan tabel Durbin Watson pada taraf uji 1 persen sebagai berikut : du < d < 4 – du 1,68 < 1,73 < 4 – 1,68 Terpenuhinya kriteria di atas membuktikan tidak terjadi autokorelasi pada persamaan fungsi produksi pada usahatani padi. Multikolinearitas juga tidak terjadi pada fungsi produksi usahatani padi. Ini bila dideteksi berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2) yang tinggi yaitu 87,7% dan sebagian besar variabel (pupuk urea, pupuk phonska, pupuk lain, tenaga kerja, dan luas lahan) berpengaruh nyata terhadap fungsi produksi, dan hanya variabel benih 165 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014
Untuk mengetahui efisiensi penggunaan faktor produksi dapat dilihat dari nilai perbandingan antara Nilai Produk Marginal dengan Biaya Marginal. Hasil perhitungan rasio Nilai Produk Marginal terhadap biaya korbanan marginal usahatani padi untuk masing-masing variabel disajikan pada Tabel 9 berikut.
dan pestisida yang tidak berpengaruh nyata terhadap fungsi produksi. Berdasarkan nilai korelasi antar variabel penjelas juga tidak tampak adanya nilai korelasi variabel penjelas yang signifikan pada persamaan fungsi produksi usahatani padi. b. Tingkat Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Tabel 9. Indeks Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Padi No.
Faktor Produksi
1. 2. 3. 4. 5.
Benih Urea Phonska Pupuk Lain Tenaga Kerja Pestisida
6.
Harga Faktor Produksi (Px) 6.242,00 1.317,33 2.144,00 1.041,92 30.000,00
Nilai Produk Marjinal (NPM) 12.498,11 -7.348,65 -4.159,20 18.479,95 103.689,77
118.227,19
127.026,25
Pada analisis efisiensi penggunaan faktor produksi dilakukan perhitungan NPM dan biaya korbanan marjinal. Hasil analisis penggunaan faktor produksi ini menggunakan nilai rata-rata hitung. Analisis model regresi terhadap hubungan tingkat produksi usahatani padi dengan penggunaan input produksi yang direpresentasikan dengan model fungsi produksi bertipe Cobb Douglas. Dari hasil analisis regresi tersebut diperoleh suatu model persamaan penduga tipe Cobb Douglas dari hubungan output input pada usahatani padi adalah sebagai berikut : Ln Y = 3,918 + 0,053 Ln X1 – 0,125 Ln X2 – 0,048 Ln X3 + 0,153 Ln X4 + 0,829 Ln X5 + 0,020 Ln X6 – 0,094 Ln X7
Indeks Efisiensi (NPM/Pxi) 2,00 -5,58 -1,94 17,74 3,46 1,07
a.
Kesimp.
Keterangan
K>1 K<1 K< 1 K>1 K>1
B. Efisien T. Efisien T. Efisien B. Efisien B. Efisien
K=1
Efisien
Efisiensi Penggunaan Benih
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa indeks efisiensi (rasio NPM dan Px) penggunaan variabel benih pada usahatani padi adalah 2,00 (K>1). Dengan demikian penggunaan benih padi sebesar 60,87 kg/ha/mt belum efisien, sehingga dalam hal ini perlu dilakukan penambahan benih agar dapat menambah jumlah produksi padi. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan jumlah penggunaan benih akan memberikan tambahan produksi yang lebih besar dibandingkan dengan tambahan yang dikeluarkan untuk penambahan satu satuan benih tersebut.
166 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014
b.
Efisiensi Penggunaan Pupuk Urea
Berdasarkan angka indeks efisiensi dari Tabel 9, penggunaan faktor produksi pupuk Urea adalah sebesar -5,58 (K<1). Dengan demikian penggunaan pupuk Urea sebesar 244,16 kg/ha/mt tidak efisien, sehingga dalam hal ini perlu dilakukan pengurangan penggunaan pupuk Urea agar dapat menambah jumlah produksi padi. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan jumlah penggunaan pupuk Urea akan memberikan tambahan produksi yang lebih kecil dibandingkan dengan tambahan biaya yang dikeluarkan untuk penambahan satu satuan benih tersebut. c.
Efisiensi Penggunaan Pupuk Phonska
Berdasarkan angka indeks efisiensi dari Tabel 9, penggunaan faktor produksi pupuk Urea adalah sebesar -1,94 (K<1). Dengan demikian penggunaan pupuk Phonska sebesar 151,85 kg/ha/mt tidak efisien, sehingga dalam hal ini perlu dilakukan pengurangan penggunaan pupuk Phonska agar dapat menambah jumlah produksi padi. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan jumlah penggunaan pupuk Phonska akan memberikan tambahan produksi yang lebih kecil dibandingkan dengan tambahan biaya yang dikeluarkan untuk penambahan satu satuan benih tersebut. d.
Efisiensi Penggunaan Pupuk Lain
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa indeks efisiensi penggunaan variabel pupuk lain pada usahatani padi adalah 17,74 (K>1). Dengan demikian penggunaan pupuk lain sebesar 118,84 kg/ha/mt belum efisien, sehingga dalam hal ini perlu dilakukan penambahan pupuk lain agar dapat menambah jumlah produksi padi. Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan jumlah penggunaan pupuk lain akan memberikan tambahan produksi yang lebih besar dibandingkan dengan tambahan yang dikeluarkan untuk penambahan satu satuan pupuk lain tersebut. e.
Efisiensi Penggunaan Tenaga Kerja
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa indeks efisiensi penggunaan variabel tenaga kerja pada usahatani padi adalah 3,46 (K>1). Dengan demikian penggunaan tenaga kerja sebesar 114,76 HOK/ha/mt belum efisien, sehingga dalam hal ini perlu dilakukan penambahan tenaga kerja agar dapat menambah jumlah produksi padi. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan jumlah penggunaan tenaga kerja akan memberikan tambahan produksi yang lebih besar dibandingkan dengan tambahan yang dikeluarkan untuk penambahan satu satuan tenaga kerja tersebut. f. Efisiensi Penggunaan Pestisida Berdasarkan Tabel 9, diketahui angka indeks efisiensi penggunaan faktor produksi pestisida adalah sebesar 1,07 (K=1). Hal ini berarti penggunaan variabel pestisida pada usahatani padi telah efisien dalam penggunaannya yaitu sebesar 2,26 lt/ha/mt, sehingga dalam hal ini tidak perlu dilakukan penambahan maupun pengurangan pestisida. Ini menunjukkan bahwa nilai produk marjinal variabel pestisida relatif sama dengan biaya marjinalnya. Pada kondisi ini, unit terakhir penggunaan pestisida memberikan tambahan penerimaan usahatani yang sama besar dengan tambahan biaya produksi, dimana pada titik ini keuntungan maksimum sudah tercapai.
167 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1.
2.
1.
2.
3.
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Tingkat penggunaan faktor produksi di Kabupaten Ogan Komering Ilir yaitu benih, pupuk urea, pupuk phonska, pupuk lain, tenaga kerja, dan pestisida berturut-turut adalah: 60,87 kg/ha/mt, 244,16 kg/ha/mt, 151,85 kg/ha/mt, 118,84 kg/ha/mt, 128,69 HOK, dan 2,26 lt/ha/mt. Penggunaan benih, pupuk urea, dan pupuk phonska lebih besar dari dosis anjuran penyuluh pertanian. Faktor produksi yang belum efisien penggunaannya adalah : benih, pupuk lain, dan tenaga kerja, faktor produksi yang tidak efisien adalah pupuk urea dan pupuk phonska, sedangkan pestisida sudah efisien penggunannya. B. Saran Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan faktor produksi, sebaiknya petani menggunakan faktor produksi sesuai dengan dosis yang dianjurkan, terutama dalam penggunaan pupuk yang juga harus disesuaikan dengan ketersediaan unsur hara di tanah dan kebutuhan unsur hara tanaman. Peranan pemerintah sangat diharapkan dalam meningkatkan produksi padi dengan menyediakan sarana dan prasarana yang cukup. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan agar dapat menganalisis permintaan faktor produksi pada dua musim tanam yang berbeda untuk dapat melihat pengaruh apabila terjadi perubahan harga faktor-faktor produksi dan harga produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Hartini, I. 2006. Tingkat Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi dan Kontribusi Pendapatan Usahatani Padi Sawah Irigasi Sederhana terhadap Pendapatan Petani di Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat. Tesis S2. Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya. (tidak dipublikasikan). Irawan, B. 2004. Produktivitas Potensial dan Mutu Usahatani Padi Sawah di Jawa : Kecenderungan dan Konsekuensinya terhadap Upaya Peningkatan Produksi Padi. ICASERD Working Paper No. 31. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Departemen Pertanian. Suryadi., & T.D. Hapsari. 2002. Kebijakan Produksi Padi pada DaerahSentra Produksi di Indonesia. Jurnal Agribisnis, Volume VI Nomor 1: hal 25-39. Syafa’at, N., S. Priyanto, S. Mardiyanto & Suryadi. 2004. Kinerja Nilai Tambah dan Produksi Sektor Pertanian 2000-2003. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. 2(1) : 1-5. Syafitri, K. 2006. Analisis Respon Permintaan Pupuk pada Usahatani Padi Sawah Irigasi Teknis dan Tadah Hujan setelah Kenaikan Harga Pupuk di Desa Triyoso Ogan Komering Ulu Timur. Skripsi S1. Universitas Sriwijaya. (tidak dipublikasikan).
168 ISSN : 2303 - 1158