ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA TANI DI KABUPATEN MANOKWARI Production and Consumption Analysis of Farm Household in Manokwari Regency Jeffry E. Sianipar1, Parlindungan Silitonga1, S. Hartono2 Sriwidodo2, Dwidjono2 1. Sekretariat Badan Litbang Pertanian, 2. Dosen Ekonomi Pertanian UGM
ABSTRACT Paddy production and productivity in Manokwari increased 6,5% inyear of 2006 - 2008. The growth of it was lower than growth of national productivity, namely national productivity was 4.8 ton/ha while paddy productivity in Manokwari was 3.75 ton/ha. Research aimed to analyse the influencing factors to paddy farm production and farm house-hold consumption. Research has been done in Prafi and Masni District, Manokwari Regency. Production was analysed by CobbDouglass production function and estimated by Ordinary Least Square (OLS). Meanwhile demand consumption function was estimated using Seemingly Unrelated Regression (SUR). Research of result showed that usage of seed, availibility of out side family labour, urea, NPK, PPC fertilizer, and farm intensification influencing paddy production. While farm household consumption was influenced by price of goods, farm income changing and improving farming by farm intensification. Keywords : production and consumption, household farming, manokwari. ABSTRAK Produksi dan produktivitas padi di Kabupaten Manokwari selama kurun waktu 3 tahun (2006 -2008) mengalami peningkatan sebesar 6,5%. Angka pertumbuhan tersebut masih jauh dibawa angka pertumbuhan nasional, dimana produktivitas nasional sebesar 4,8 ton/ha dan produktivitas padi di Kabupaten Manokwari sebesar 3,75 ton/ha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi usahatani padi dan konsumsi rumah tangga tani. Penelitian dilakukan di Distrik Prafi dan Distrik Masni Kabupaten Manokwari. Menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglass yang diestimasi dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dan fungsi permintaan konsumsi yang diestimasi dengan metode seemingly unrelated regression (SUR). Hasil analisis menunjukkan penggunaan benih unggul, ketersediaan tenaga kerja luar keluarga, pemberian pupuk berupa urea, pupuk NPK, dan pupuk PPC, dan intensifikasi usahatani dapat mempengaruhi produksi padi. Pengaruh konsumsi rumah tangga tani dipengaruhi oleh harga dari barang itu sendiri, perubahan pendapatan petani dan adanya perbaikan usahatani melalui intensifikasi usahatani. Kata kunci : produksi dan konsumsi, rumah tangga tani, Manokwari Informatika Pertanian Volume 19 No. 1, 2010
29
PENDAHULUAN Indonesia pada tahun 2006 mengimpor beras sebesar 438.109 ton dan pada tahun 2007 kembali mengimpor beras sebesar 1.396.447 ton dengan kata lain tingkat pertumbuhan 2007 terhadap 2006 sebesar 218,74% (Pusdatin, 2008). Sangat ironis, karena Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Tingginya impor beras tersebut diduga karena : (1) produksi padi pada tahun 2007 tidak mampu memenuhi kebutuhan permintaan konsumsi beras, (2) terjadinya gejala alam yang menghambat panen (gagal panen) seperti terjadinya banjir, kekeringan dan perubahan iklim (el-nino dan el-nina) sehingga mengakibatkan produksi tertanggu, dan (3) intervensi pasar untuk menekan harga beras yang terus meninggi sebagai akibat kelangkaan pasokan beras. Sesungguhnya kecukupan ketersediaan beras dalam kuantitas dan kualitas dengan tanpa ketergantungan pada impor, hendaknya pemerintah pusat dan pemerintah daerah selalu mendorong sektor pertanian sebagai salah satu ujung tombak penyedia pangan khususnya padi melalui penyediaan input, teknologi, sarana prasarana, air, pemasaran hasil dan lain sebagainya yang memungkinkan untuk lebih menggairahkan para petani berusahatani yang lebih optimal, yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan produksi dan produktivitas. Produktivitas padi selama kurun waktu 3 tahun sejak tahun 2006 hingga 2008 di Kabupaten Manokwari mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan pada tahun 2008 sebesar 6,5%. Terlihat angka pertumbuhan produktivitas tersebut dinilai masih sangat rendah dan pergerakannya sangat lambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan produktivitas nasional yakni sebesar 4,8 ton/ha dan di Kabupaten Manokwari sebesar 3,75 ton/ha (Laporan, Distan Ka. Manokwari, 2008). Pemerintah Daerah Manokwari telah berupaya untuk meningkatkan produksi padi melalui beberapa kegiatan seperti penyediaan sarana produksi, perbaikan teknologi budidaya dan pascapanen, melakukan berbagai pelatihan kepada petani dan penyuluh. Program pengembangan luas areal tanam pada tahun 2007 di Kabupaten Manokwari sebanyak 8.850 ha, dan realisasi hingga saat ini kurang lebih 2.500 ha (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab. Manokwari, 2007). Program pengembangan tersebut terus dilakukan seperti pencetakan sawah baru, memperluas jaringan air, dan menyediakan sumberdaya manusia malalui transmigrasi maupun masyarakat lokal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana upaya usahatani padi telah dilakukan oleh petani untuk meningkatkan produksi padi dan pengaruhnya terhadap konsumsi rumah tangga tani.
30
Analisis Produksi dan Konsumsi Rumah Tangga Tani
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian menggunakan pendekatan survey. Menurut (Supranto 1997 dan Subiyanto, 2000), Penelitian dengan teknik survey adalah penelitian yang bersifat diskriptif untuk menguraikan suatu keadaan tanpa melakukan perubahan terhadap variabel tertentu. Pendekatan survey dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan deskriptif yang bersifat obyektif tentang faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi padi dan konsumsi. Metode Pengambilan Sampel dan Penentuan Jumlah Sampel Pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan non probability sampling dengan teknik pengambilan sampling adalah purposive sampling. Menurut (Suratno dan Arsyad, 1999), pengertian purposive sampling adalah memilih sampel secara sengaja dengan pertimbangan-pertimbangan khusus yang dimiliki sampel tersebut. Dengan demikian, penelitian dilaksanakan di Distrik Prafi dan Distrik Masni Kabupaten Manokwari yang merupakan daerah sentra produksi padi. Pengambilan sampel sebanyak 60 responden yang diperoleh masing-masing 30 responden per distrik. Penelitian berlangsung bulan Maret – Desember 2009. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menggunakan dua macam teknik, yakni wawancara dan observasi. Teknik oberservasi yaitu cara pengumpulan data dengan jalan pengamatan langsung secara cermat dan sistematik baik secara partisipatif maupun non partisipatif. Teknik wawancara yaitu cara pengumpulan data dengan bertanya langsung atau berdialog dengan petani. Proses wawancara dilakukan dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa daftar pertanyaan (kuesioner) terstruktur, hal ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang terarah dan sesuai (Soeratno dan Arsyad, 1999). Data primer seperti produktivitas, data petani, penggunaan input, jumlah dan upah tenaga kerja dilakukan dengan wawancara terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan. Data yang diambil sebanyak 1 musim tanam. Data sekunder dikumpulkan dengan mengoleksi berbagai data (dokumentasi) yang berhubungan dengan hasil-hasil penelitian dari berbagai sumber yang relevan dengan penelitian, seperti informasi luas lahan pertanian dan hasil-hasil penelitian dan pengkajian budidaya padi.
Informatika Pertanian Volume 19 No. 1, 2010
31
Metode Analisis a.
Analisis Fungsi Produksi
Untuk mengetahui seberapa jauh hubungan dan sumbangan faktor produksi variabel terhadap produksi diestimasi dengan fungsi produksi Cob-Douglass (Yotopoulus and Nugent, 1976; Debertin, 1986; Nicholson, 1996). Secara sistematis fungsi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut : α 1−α ………………………………………………….……… (1) Y = AX 1 X 2 Dimana : Y : output X1 : tenaga kerja X2 : modal α : elastisitas tenaga kerja (ωx1) 1-α : elastisitas moda (ωx2) Fungsi produksi Cobb-Douglas yang melibatkan lebih dari dua variabel independent disebut fungsi produski tipe Cobb-Douglas (Debertin, 1986). Secara matematis fungsi produksi tipe Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai berikut : αi βi Y = A ∏( Xi ) ∏(Zj ) ......………………………………………. (2) Dalam bentuk logaritma natural, persamaan tersebut diatas dituliskan menjadi : m n ln Y = ln A + ∑ αi ln Xi + ∑ β j ln Zj .............………………………….. (3) i =1 j =1 Dimana : Y : output A : intersep Xi : input variabel Zj : input tetap α, β : koefisien regresi Fungsi produksi Cobb Douglas memiliki beberapa kelebihan antara lain : (a) penyelesaian relatif lebih muda dibanding dengan fungsi yang lain misalnya fungsi kuadratik, karena fungsi Cobb Douglas dapat dengan mudah ditransfer ke bentuk linier, (b) hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus menunjukkan elastisitas, dan (c) Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran return to scale. Disamping itu juga terdapat beberapa kelemahan model fungsi Cobb Douglas, yaitu : (a) tidak pernah mencapai tingkat produksi maksimum, (b) ada multicollinearity 0yang sulit dihindari, dan (c) karena dalam 32
Analisis Produksi dan Konsumsi Rumah Tangga Tani
pengoperasiannya menggunakan bentuk logaritma, maka untuk variabel yang mempunyai nilai nol atau negatif tidak dapat dianalisis kecuali dalam bentuk variabel dummy. Untuk mengatasi masalah ini variabel bernilai nol dapat diganti dengan bilangan positif yang relatif kecil. Menurut Heady dan Dillon (1972), keistimewaan lain dari model fungsi sebagai alat analisis adalah dalam penaksiran parameterparameternya mudah dilakukan sebab koefisien bi = (i=1,2,…,n) sekaligus sebagai elastisitas produksi dari faktor-faktor produksi yang terkait. Dari koefisien elastisitas produksi tersebut akan dapat diketahui apakah petani berproduksi pada tahap rasional atau tidak. Bila produksi (Y) merupakan sistematis ditulis :
(
fungsi dari X1 dan X2 maka secara
)
Y = f X 1 , X 2 ……..…………………………....................................... (4)
Elastisitas produksi (ω) dapat diselesaikan sebagai berikut (Henderson dan Qudant, 1980) : ω =
δ
(LnY )
(
δ Ln X 1
)
=
δY / Y δX 1 / X 1
= MP x 1/AP = MP/AP
=
δY δX 1
x
X1 Y
…………………………………. (5)
Jika fungsi produksinya merupakan fungsi Cobb-Douglas dengan rumus :
Y = AX 1b1 X 2b 2
……………………………………………................. (6)
Y Y δY Maka MPx1 = = b1 ; dan APx1 = X1 X1 δX 1
.....………………………. (7)
Jika persamaan (10) dimasukkan ke dalam persamaan (8), maka diperoleh :
ω = b1
Y X1
x
X1
= b1 .............…………………………………………… (8)
Y
Dimana : ω1: elastistas produksi b1 : koefisien produksi Apabila elastisitas produksi terletak antara bilangan 0-1 berarti penggunaan faktor produksi berada pada tahap rasional, bila elastisitas produksi lebih dari 1 berarti penggunaan faktor-faktor produksi itu masih dapat ditambah untuk mencapai hasil produksi yang lebih besar, dengan kata lain petani masih mempunyai kesempatan untuk mengatur kombinasi dengan penggunaan faktor-faktor produksi dalam upaya untuk memperoleh hasil produksi yang lebih besar, bila elastisitas Informatika Pertanian Volume 19 No. 1, 2010
33
produksi bernilai negative atau kurang dari 0 berarti penggunaan faktor produksi itu sudah berlebihan dan berada pada tahap produksi yang tidak rasional karena penambahan jumlah input akan diikuti dengan pengurangan total hasil produksi (Soekartawi, 1994). Fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini disempurnakan pengggunaan variabel yang akan diestimasi, yakni: produksi (Y) diperlakukan sebagai variabel dependen pada regresi yang diestimasi dengan variabel independen (faktor produksi/input) yaitu : luas lahan, jumlah benih, jumlah tenaga kerja dalam keluarga, jumlah tenaga kerja luar keluarga, jumlah pupuk urea, jumlah pupuk NPK, jumlah pupuk PPC, dan intensifikasi usahatani padi. Untuk menaksir parameterparameter tersebut, maka model fungsi produksi ditransformasikan dahulu ke dalam bentuk double logaritma natural (ln) sehingga merupakan linier berganda yang selanjutnya diestimasi dengan OLS, dengan fungsi sebagai berikut : lnY = ao + a1 lnlhn+ a2 lnbnh+ a3 lntdk + a4 lntdl + a5 lnurea+ a6 lnnpk+ a7 ln ppc + a8tiu + a9 mt + e
dimana : Y = lhn = bnh = tdk = tdl = urea = npk = ppc = tiu = e b.
produksi padi (ton) luas lahan (ha) penggunaan benih (kg) penggunaan tenaga kerja keluarga (HOK) penggunaan tenaga kerja luar keluarga (HOK) penggunaan pupuk urea (kg) penggunaan pupuk NPK (kg) penggunaan ppc (l) tingkat intensifikasi, 0 di bawah rata-rata dan 1 di atas ratarata = kesalahan random
Analisis Fungsi Konsumsi
Menurut Tomek dan Robinson (1990) bahwa permintaan konsumen adalah kuantitas suatu komoditas yang mampu dan ingin dibeli oleh konsumen pada suatu tempat dan waktu tertentu pada berbagai tingkat harga ketika faktor lain tidak berubah. Permintaan dapat ditunjukkan dalam bentuk fungsi matematika yang merupakan fungsi dari berbagai faktor seperti : permintaan tahun sebelumnya, harga barang tersebut, harga barang lain, pendapatan perkapita, jumlah penduduk dan sebagainya. Permintaan dapat diturunkan dari fungsi utulitas konsumen yang dimaksimumkan dengan kendala tingkat pendapatan (Henderson and Quandt, 1980). Secara matematis dapat dirumuskan dalam persamaan berikut : U = u (Q , R ) .......................................................................................... (9)
34
Analisis Produksi dan Konsumsi Rumah Tangga Tani
dimana total utulitas mengkonsumsi beras (U); jumlah konsumsi beras (Q) dan konsumsi komoditas lain (R). Jika PQ adalah harga beras dan PR adalah harga komoditas lain, dengan konsumsi semua pendapatan digunakan untuk mengkonsumsi barang, maka fungsi kendala pada tingkat pendapatan tertentu (Yo) bagi konsumen adalah : Yo = PQ * Qd + PR * Qr ................................................................... (10)
Sehingga fungsi Lanrange dapat diperoleh dengan mensubstitusi persamaan (9) dan (10) sebagai berikut : U = u (Qd , Qr ) + λ (Yo − PQ * Qd + PR * Qr ) ................................... (11)
Dimana λ adalah Lanrange multiplier. Memaksimumkan utilitas dengan syarat turunan parsial pertama sama dengan nol, diperoleh fungsi persamaan permintaan beras adalah : Qd = f ( PQ , PR , Yo )
.................................................................... (12)
Konsumsi lima pangan pokok yaitu beras, ikan, gula, telur, dan sayur dianalisis dengan menggunakan fungsi konsumsi dengan mengacu kepada penyempurnaan pada persamaan (12) sebagai berikut : ln brs = α o + α 1 ln pbrs + α 2 ln pikn + α 3 ln pgla + α 4 ln ptlr + α 5 ln psyr + α 6 ln icm + α 7 tiu + e ln ikn = β o + β 1 ln pbrs + β 2 ln pikn + β 3 ln pgla + β 4 ln ptlr + β 5 ln psyr + β 6 ln icm + α 7 tiu + e
ln gla = χ o + χ 1 ln pbrs + χ 2 ln pikn + χ 3 ln pgla + χ 4 ln ptlr + χ 5 ln psyr + χ 6 ln icm + χ 7 tiu + e ln tlr = δ o + δ 1 ln pbrs + δ 2 ln pikn + δ 3 ln pgla + δ 4 ln ptlr + δ 5 ln psyr + δ 6 ln icm + δ 7 tiu + e ln syr = ε o + ε 1 ln pbrs + ε 2 ln pikn + ε 3 ln pgla + ε 4 ln ptlr + ε 5 ln psyr + ε 6 ln icm + ε 7 tiu + e
dimana: brs = konsumsi beras (kg) ikn = konsumsi ikan (kg) gla = konsumsi (kg) tlr = konsumsi telur (kg) syr = konsumsi sayur (kg) pbrs = harga beras (Rp/kg) pikn = harga ikan (Rp/kg) pgla = harga gula (Rp/kg) ptlr = harga telur (Rp/kg) psyr = harga sayur (Rp/kg) icm = pendapatan rumah tangga tani (Rp/tahun) tiu = tingkat intensifikasi usahatani (skor) α,β,δ,χ,ε = koefisien regresi (i = 1-7) e = kesalahan random
Informatika Pertanian Volume 19 No. 1, 2010
35
Dalam model ini diasumsikan bahwa konsumsi beras, ikan, gula, telur, dan sayur merupakan satu sistem karena gejolak konsumsi suatu barang akan mempengaruhi konsumsi barang lain. Secara ekonometrika dapat diartikan bahwa kesalahan random pada persamaan satu terkait dengan kesalahan random pada persamaan lain. Oleh karena itu sistem persamaan ini diestimasi dengan menggunakan seemingly unrelated regression (SUR). HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Petani Secara umum usia petani sampel tergolong usia yang mulai kurang produktif yakni di atas 56 tahun (43,34%), sedangkan tenaga produktif dibawah 45 tahun (25%). Hal ini menunjukkan bahwa dalam mengelola usahataninya relatif memerlukan curahan tenaga kerja luar keluarga termasuk bantuan alat dan mesin pertanian. Sebagian besar petani sampel berpendidikan 0-6 tahun (63,33%), artinya bahwa kebanyak petani berpendidikan antara tidak sekolah hingga tamat Sekolah Dasar sedangkan terendah di atas 13 tahun atau tamat Sekolah Lanjutan Atas (SLA) hingga perguruan tinggi yaitu sebesar 3,33%. Pendidikan ini menentukan keberhasilan seorang petani dalam meingkatkan produksinya terutama dalam mengadopsi teknologi. Pekerjaan utama petani sampel adalah bertani (95%), sisanya (5%) sebagai guru dan pensiunan. Pekerjaan sampingan sebagai peternak (50%) sedangkan terendah sebagai pekerja meubel, dukun pijat dan buruh sawit masing-masing sebesar 4,55%. Profil Usahatani Petani sampel merupakan petani transmigrasi yang berasal dari Pulau Jawa pada tahun 1984. Mengacu pada program pemerintah bahwa setiap keluarga tani diberikan kepemilikan lahan seluas 2,0 ha, yakni lahan usaha 1 (LU 1) seluas 1,0 ha untuk lahan kering, dan lahan usaha 2 (LU 2) 1,0 ha, yang terdiri atas lahan kebun (0,25 ha), lahan pekarangan (0,25 ha), dan lahan sawah (0,50 ha). Permasalahan bahwa lahan kering masih diklaim sebagai milik penduduk asli sehingga petani hanya bisa menggarap lahan pada LU 2. Luas lahan sawah relatif bervariasi, berkisar antara 0,5 ha – 2 ha. Dari luasan tersebut 58,4% petani memiliki luas lahan 0,5 ha, 38,3% petani memiliki lahan 0,75 ha dan 3,3% petani memiliki lahan 2,0 ha. Rataan produksi padi di lokasi kegiatan sebesar 2.515,80 kg/ha. Jumlah tersebut masih jauh dibawah produksi rata-rata secara nasional. Meski demikian masih dimungkinkan peningkatan produksi melalui intensifikasi usahatani dengan memanfaatkan penggunaan sarana produksi yang tersedia. 36
Analisis Produksi dan Konsumsi Rumah Tangga Tani
Pengeluaran Petani Pengeluaran petani menggambarkan seberapa banyak petani mengorganisir dan memanfaatkan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Pengeluaran rumah tangga petani terbagi atas 2 pengeluaran yaitu pengeluaran untuk membeli kebutuhan makanan dan kebutuhan non-makanan. Kebutuhan non-makanan dimaksudkan adalah pengeluaran baik yang rutin maupun tidak rutin seperti listrik, pakaian, pendidikan, kesehatan, kegiatan sosial dan lain sebagainya. Rataan pengeluaran petani sampel adalah sebesar Rp. 23.270.953/tahun. Pengeluaran tersebut diperuntukkan memenuhi kebutuhan makanan sebesar Rp. 11.604.353/tahun dan non-makanan sebesar Rp. 11.666.600/tahun. Sementara pendapatan petani sampel sebesar rata-rata Rp. 27.692.575/tahun. Analisis Fungsi Produksi Hasil analisis dengan variabel dependen produksi padi terhadap variabel independen : Luas Lahan, Benih, Tenaga kerja Dalam Keluarga dan Luar Keluarga, Pupuk Urea, Pupuk NPK, Pupuk PPC, dan Intensitas Usahatani (Tabel 1). Tabel 1. Analisis Regresi Fungsi Produksi Pada Usahatani Padi di Kabupaten Manokwari, Tahun 2008. Variabel Luas Lahan Benih Tenaga Kerja Dalam Keluarga Tenaga Kerja Luar Keluarga
Koefisien 0.064146
T-Ratio
P-Value
0.3563
0.723
0.28945**
2.237
0.030
-0.050044
-0.3383
0.737
0.16471***
2.831
0.007
Pupuk Urea
0.22062**
2.587
0.013
Pupuk NPK
0.10486**
2.434
0.018
Pupuk PPC
0.028289
1.562
0.124
0.28303***
2.696
0.009
4.3509***
6.511
0.000
Intensifikasi Ustan CONSTANT R-SQUARE
0.6101
F hit
9.975
Keterangan : 1% = ***, 5%=** Sumber : data primer diolah
Terlihat bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0,6101 artinya 61,01% variasi produksi padi dapat diterangkan oleh variabel yang ada di dalam model (independen variabel) dan sisanya 38,99% diterangkan oleh variabel lain di luar model. Untuk mengetahui tingkat pengaruh Informatika Pertanian Volume 19 No. 1, 2010
37
variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen digunakan uji F. Diketahui nilai F-hitung adalah sebesar 9,975 lebih besar dari nilai F-tabel pada tingkat kesalahan 1%. Hal ini berarti variabel independen : benih, tenaga kerja luar keluarga, pupuk urea, dan pupuk NPK dan intensifikasi usahatani secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (produksi padi) pada tingkat kesalahan 1 %. Hasil pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen digunakan uji t. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel benih, tenaga kerja luar keluarga, pupuk urea, dan pupuk NPK dan intensifikasi usahatani berpengaruh nyata terhadap produksi padi pada masing-masing tingkat kesalahan 1% dan 5%. Dari lima variabel yang diduga mempengaruhi produksi padi tersebut menunjukkan bahwa kelima variabel tersebut berpengaruh positif terhadap produksi. Ini menunjukkan bahwa : (1) Jika benih naik 1%, maka produksi padi akan naik sebesar 0,28945%, (2) Jika tenaga kerja luar keluarga naik 1%, maka produksi padi akan naik sebesar 0,16471%, (3) Jika pupuk urea naik 1%, maka produksi padi akan naik sebesar 0.22062%; (4) Jika pupuk NPK naik 1%, maka produksi padi naik sebesar 0.10486%, dan (5) Jika intensifikasi usahatani naik 1%, maka produksi padi akan naik sebesar 0.28303%. Peningkatan produksi padi dapat dilakukan dengan penambahan benih, tenaga kerja luar keluarga, pupuk urea, pupuk NPK dan intensifikasi usahatani. Untuk luas lahan, tenaga kerja dalam keluarga benih, dan pupuk PPC tidak berpengaruh nyata. Hal ini menunjukkan nilai koefisien variabel-variabel tersebut tidak bermakna, artinya kenaikan atau penurunan nilai variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap produksi padi. Berdasarkan data pada Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Manokwari Tahun 2008, dengan menggunakan benih yang berasal dari petani produktifitas padi pada tahun 2005 sebesar 2,50 ton/ha dan pada tahun 2007 setelah menggunakan benih unggul terjadi kenaikan produktifitas padi sebesar 3,75 ton/ha atau selama selama 2 tahun naik sebesar 66,67%. Hingga saat ini varietas benih unggul yang sudah beredar di kalangan petani adalah varietas Mamberamo, Ciherang, Cigelis dan Mekongga. Penambahan tenaga kerja luar keluarga masih dapat dilakukan karena masih dapat meningkatkan produksi jagung. Keadaan ini berkaitan dengan curahan kerja pada kegiatan usahatani padi, terutama pada pengolahan lahan hingga siap tanam serta pemeliharaan yang banyak membutuhkan curahan kerja. Hal ini disebabkan dengan mengandalkan tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga tidak mungkin dilakukan sebagai akibat keterbatasan tenaga kerja dalam rumah tangga tani.
38
Analisis Produksi dan Konsumsi Rumah Tangga Tani
Penambahan penggunaan pupuk urea dan NPK masih dapat dilakukan karena masih dapat meningkatkan produksi padi. Namun penggunaan pupuk tersebut perlu diperhitungkan penggunaannya khususnya kadar nitrogen, karena sumber nitrogen dihasilkan pada kedua sumber pupuk sehingga perlu dihitung dengan cermat penggunaannya. Penggunaan NPK dimungkinkan bertambah dengan pertimbangan pada pupuk NPK dihasil kandungan unsur phospat dan kalium sebagai pengganti pupuk SP36 dan pupuk KCL. Peningkatan intensifikasi usahatani masih dimungkinkan juga untuk dilakukan meningkatkan produksi padi. Intensifikasi usahatani difokuskan bagaimana penggunaan saprodi dan aspek teknis dapat dilakukan dengan baik, sehingga diharapkan peningkatan produksi ini dapat terus ditingkatkan sehingga tidak menutup kemungkinan Kabupaten Manokwari akan aman pangan. Analisis Fungsi Konsumsi Hasil analisis regresi terhadap konsumsi lima pangan pokok yaitu beras (brs), ikan (ikn), gula (gla), telur (tlr), dan sayur (syr) diperoleh 2 koefisien determinasi (R ) sebesar 0,8612 yang berarti bahwa 86,12% variasi konsumsi lima pangan pokok dapat diterangkan oleh variabel yang ada di dalam model (independen variabel) dan sisanya 13,88% diterangkan oleh variabel lain di luar model. Untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen digunakan test of the overall significance. Nilai test of the overall significance adalah sebesar 118,47 lebih besar dari nilai F-tabel pada tingkat kesalahan 1%. Hal ini berarti secara simultan variabel independen : harga beras, harga ikan, harga gula, harga telur, harga sayur, income (pendapatan), dan intensifikasi usahatani berpengaruh nyata terhadap variabel dependen pada tingkat kesalahan 1 %. Hasil analisis regresi konsumsi beras pada rumah tangga tani seperti disajikan pada (Tabel 2). Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Seemingly Unrelated Regression Terhadap Konsumsi Beras Rumah Tangga Petani di Kabupaten Manokwari, tahun 2008 Variable Harga Beras Harga Ikan
Coefficient
Std. Error
T-Ratio
*)
0.016492
-1.5568
-0.010987
0.016570
-0.66306
0.16321
0.82154
0.19866
***)
0.040841
-3.1014
-0.025675
Harga Gula Harga Telur
-0.12667
Harga Sayur
-0.0077369
0.011369
-0.68055
Income
-0.046962
0.067071
-0.70019
Intensifikasi Usaha Tani
0.32494
***)
0.071479
4.5460
Keterangan : 1% = ***, 5%=**, 10%=*
Informatika Pertanian Volume 19 No. 1, 2010
39
Terlihat bahwa konsumsi beras dipengaruhi secara positif oleh intensifikasi usahatani dan secara negatif oleh harga beras, dan harga telur. Untuk harga ikan, harga gula, harga sayur, dan pendapatan tidak berpengaruh nyata. Hal ini menunjukan kenaikan dan penurunan variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap konsumsi beras. Dengan meningkatnya harga beras akan menyebabkan terjadinya pengurangan konsumsi terhadap beras itu sendiri. Hal ini seiring dengan teori permintaan (Pindyck and Rubinfeld, 2007) mengatakan bahwa perubahan permintaan terhadap suatu barang dipengaruhi oleh perubahan harga barang tersebut dengan asumsi tidak adanya perubahan pendapatan. Sebagai contoh harga yang lebih rendah dapat mendorong pembeli yang sudah membeli barang itu untuk membeli dalam jumlah yang lebih besar lagi dan memungkinkan pembeli lain yang sebelumnya tidak mampu membeli barang tersebut mulai membeli juga. Kenaikan harga telur akan menyebabkan terjadinya pengurangan konsumsi beras. Hal ini menunjukan antara beras dan telur menjadi barang komplementer sehingga kemungkinan terjadi kenaikan konsumsi telur akan menyebabkan terjadinya pengurangan konsumsi beras. Peningkatan intensifikasi usahatani padi mengakibatkan terjadinya peningkatan konsumsi beras. Peningkatan intensifikasi ini secara tidak langsung akan mendorong terjadinya peningkatan produksi padi, sehingga pada akhirnya stok beras di tingkat petani akan terjamin aman khususnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga tani. Hasil analisis konsumsi rumah tangga petani dengan melihat pengaruh terhadap konsumsi gula sebagai variabel dependen. Variabel independen : harga beras, harga ikan, harga gula, harga telur, harga sayur, income (pendapatan), dan intensifikasi usahatani seperti disajikan pada (Tabel 3). Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Seemingly Unrelated Regression Terhadap Konsumsi Gula Rumah Tangga Petani di Kabupaten Manokwari Tahun 2008 Variable Harga Beras
Coefficient
Std. Error
T-Ratio
-0.010971
0.022040
**)
0.022144
-2.1463
Harga Gula
0.54851
1.0979
0.49960
Harga Telur
0.026626
0.054580
0.48784
Harga Sayur
0.0043607
0.015193
0.28702
Income
0.22492
***)
0.089633
2.5094
Intensifikasi Usaha Tani
-0.037781
0.095524
-0.39551
Harga Ikan
-0.047526
-0.49779
Keterangan : 1% = ***, 5%=**, 10%=* Sumber : data primer diolah
40
Analisis Produksi dan Konsumsi Rumah Tangga Tani
Terlihat bahwa konsumsi gula dipengaruhi secara positif oleh income (pendapatan) dan secara negatif oleh harga ikan. Untuk harga beras, harga gula, harga telur, harga sayur, dan intensifikasi usahatani. Hal ini menunjukan kenaikan dan penurunan variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap konsumsi gula. Peningkatan pendapatan rumah tangga tani akan menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi gula. Hal ini karena adanya peningkatan pendapatan sehingga petani dapat dengan mudah memilih atau menambahkan konsumsi atas gula tersebut. Bertambahnya konsumsi gula disadari oleh petani sebagai sumber energi untuk mereka. Hasil analisis konsumsi rumah tangga petani dengan melihat pengaruh terhadap konsumsi ikan sebagai variabel dependen. Variabel independen : harga beras, harga ikan, harga gula, harga telur, harga sayur, income (pendapatan), dan intensifikasi usahatani seperti disajikan pada (Tabel 4). Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Seemingly Unrelated Regression Terhadap Konsumsi Ikan Rumah Tangga Petani di Kabupaten Manokwari Tahun 2008 Variable
Coefficient
Std. Error
T-Ratio
*)
0.087483
1.3291
Harga Ikan
-0.00016882
0.087895
-0.0019207
Harga Gula
2.2928
4.3579
0.52613
0.024192
0.21664
0.11167
***)
0.060305
4.0858
0.10289
0.35578
0.28919
-0.17957
0.37916
-0.47359
Harga Beras
0.11627
Harga Telur Harga Sayur
0.24639
Income Intensifikasi Usaha Tani Keterangan : 1% = ***, 5%=**, 10%=*
Terlihat bahwa konsumsi ikan dipengaruhi secara positif oleh harga beras dan harga sayur. Untuk harga ikan, harga gula, harga telur, pendapatan, dan intensifikasi usahatani tidak berpengaruh nyata. Hal ini menunjukan kenaikan dan penurunan variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap konsumsi ikan. Kenaikan harga beras akan menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi ikan. Hal ini menunjukan antara beras dan ikan menjadi barang substitusi yaitu apabila ada dua barang yang salah satu terjadi kenaikan harga maka akan memicu kenaikan jumlah permintaan barang lain (Pindyck and Rubinfeld, 2007), sehingga apabila konsumsi beras dengan harga tinggi terjadi maka akan menyebabkan kenaikan konsumsi ikan.
Informatika Pertanian Volume 19 No. 1, 2010
41
Demikian pula yang terjadi pada sayur dan ikan yang merupakan barang substitusi yaitu apabila konsumsi sayur dengan harga tinggi terjadi maka akan menyebabkan kenaikan konsumsi ikan. Hasil analisis konsumsi rumah tangga petani dengan melihat pengaruh terhadap konsumsi sayur sebagai variabel dependen terhadap variabel independen : harga beras, harga ikan, harga gula, harga telur, harga sayur, income (pendapatan), dan intensifikasi usahatani seperti disajikan pada (Tabel 5). Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Seemingly Unrelated Regression Terhadap Konsumsi Sayur Rumah Tangga Petani di Kabupaten Manokwari Tahun 2008 Variable
Coefficient
Std. Error
0.017734
0.026813
0.66137
-0.0098384
0.026940
-0.36520
***)
1.3357
2.4180
Harga Telur
-0.013738
0.066401
-0.20689
Harga Sayur
-0.023149
0.018483
-1.2524
**)
0.10905
1.8059
-0.11918
0.11621
-1.0255
Harga Beras Harga Ikan Harga Gula
Income Intensifikasi Usaha Tani
3.2296
0.19693
T-Ratio
Keterangan : 1% = ***, 5%=**, 10%=*
Terlihat bahwa konsumsi sayur dipengaruhi secara positif oleh harga gula dan income (pendapatan). Untuk harga beras, harga ikan, harga telur, harga sayur, dan intensifikasi usahatani tidak berpengaruh nyata. Hal ini menunjukan kenaikan dan penurunan variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap konsumsi sayur. Kenaikan harga gula akan menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi sayur. Hal ini menunjukan antara gula dan sayur juga merupakan barang substitusi sehingga apabila konsumsi gula dengan kondisi harga tinggi terjadi maka akan menyebabkan kenaikan konsumsi ikan. Kasusu ini terjadi karena kebanyakan konsumen bersedia menukar pembelian mereka pada salah satu barang jika harga yang lain berubah. Peningkatan pendapatan rumah tangga tani akan menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi sayur. Hal ini karena adanya peningkatan pendapatan sehingga petani dapat dengan mudah memilih atau menambahkan konsumsi sayur tersebut. Bertambahnya konsumsi sayur disadari oleh petani sebagai sumber vitamin untuk mereka. Hasil analisis konsumsi rumah tangga petani dengan melihat pengaruh terhadap konsumsi telur sebagai variabel dependen. Variabel 42
Analisis Produksi dan Konsumsi Rumah Tangga Tani
independen : harga beras, harga ikan, harga gula, harga telur, harga sayur, income (pendapatan), dan intensifikasi usahatani. Hasil analisis regresi konsumsi rumah tangga seperti disajikan pada (Tabel 6). Tabel 6. Hasil Analisis Regresi Seemingly Unrelated Regression Terhadap Konsumsi Telur Rumah Tangga Petani di Distrik Prafi dan Distrik Masni di Kabupaten Manokwari Tahun 2008 Variable Harga Beras Harga Ikan Harga Gula
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
0.11072
0.094508
1.1716
-0.035346
0.094954
-0.37225
*)
4.7079
-1.3895
-6.5417
Harga Telur
-1.0477
***)
0.23404
-4.4765
Harga Sayur
0.022993
0.065148
0.35294
Income
0.71789**)
0.38435
1.8678
0.56074
0.40961
1.3689
Intensifikasi Usaha Tani Keterangan : 1% = ***, 5%=**, 10%=*
Terlihat bahwa konsumsi telur dipengaruhi secara positif oleh income dan secara negatif oleh harga gula dan harga telur. Untuk harga beras, harga ikan, harga sayur, dan intensifikasi usahatani tidak berpengaruh nyata. Hal ini menunjukan kenaikan dan penurunan variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap konsumsi sayur. Peningkatan pendapatan rumah tangga tani akan menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi telurr. Hal ini karena adanya peningkatan pendapatan sehingga petani dapat dengan mudah memilih atau menambahkan konsumsi telur tersebut. Bertambahnya konsumsi telur disadari oleh petani sebagai sumber protein untuk mereka. Kenaikan harga gula dan telur akan menyebabkan terjadinya pengurangan konsumsi telur. Hal ini menunjukan antara gula dan telur menjadi barang komplementer sehingga kemungkinan terjadi kenaikan konsumsi gula akan menyebabkan terjadinya pengurangan konsumsi telur. Demikian juga pada telur, bila harga telur naik maka berimplikasi terhadap pengurangan konsumsi telur itu sendiri.
Informatika Pertanian Volume 19 No. 1, 2010
43
KESIMPULAN Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Analisis Produksi dan Konsumsi Rumah Tangga Tani Di Kabupaten Manokwari sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi adalah benih, tenaga kerja luar keluarga, pupuk urea, pupuk NPK dan intensifikasi usahatani.
2. Konsumsi rumah tangga tani terhadap produksi beras yang dihasilkan petani dipengaruhi oleh harga beras itu sendiri dan harga telur. Pengaruh ini sebagai akibat keduanya merupakan barang komplementer. Selain itu juga dengan adanya perbaikan usahatani akan mempengaruhi konsumsi beras rumah tangga petani.
3. Konsumsi rumah tangga tani yang diperoleh dari luar usahataninya dipengaruhi oleh harga dari barang itu sendiri dan pengaruh dari perubahan pendapatan petani. Pengaruh harga barang tersebut terhadap konsumsi, menunjukkan bahwa barang tersebut bersifat barang komplementer.
4. Perbaikan usahatani yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah akan berimplikasi kepada peningkatan produksi dan secara tidak langsung akan memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan petani sehingga petani akan lebih rasional memilih makanan baik kuantitas dan kualitas untuk dikonsumsi. Pada akhirnya kebutuhan gizi rumah tangga tani akan menjadi lebih baik.
44
Analisis Produksi dan Konsumsi Rumah Tangga Tani
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, 2009. Statistik Indonesia. Jakarta Dibertin, D.L. 1986. Agricultural Production Economics. Second Edition. Mc.Graw Hill Inc. New York. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, 2007. Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Manokwari. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, 2008. Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Manokwari. Heady, E.O. and J.L. Dillon. 1972. Agricultural Production Function. Iowa State University Press. Ames-Iowa. Nicholson Walter, 1996. Microeconomic Theory : Basic Principles and Extensions. The Dryden Press. Hinsdale. Illionis. Pindyck, R. S dan Daniel L Rubinfeld, 2007. Mikroekonomi. Edisi Keenam. Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2008. Statistik Pertanian 2008. Departemen Pertanian, Jakarta. Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok bahasan Analisis Fungsi Produksi Cob-Douglass. Rajawali. Jakarta. Soeratno dan Lincolin Arsyad. 1999. Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Subiyanto, I., 2000. Metodologi Penelitian (Manajemen dan Akuntasi). Edisi 3. UPPAMPYKPN Yogyakarta. Supranto, J. 1997. Metode Riset: Aplikasinya dalam Pemasaran. Rineka Cipta. Jakarta. Suratiyah, K. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Informatika Pertanian Volume 19 No. 1, 2010
45