ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI WORTEL SISTEM MONOKULTUR DENGAN SISTEM POLIKULTUR DI KELURAHAN BLUMBANG, KECAMATAN TAWANGMANGU, KABUPATEN KARANGANYAR Ambar Marwiantin, Suwarto, Susi Wuri Ani Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl Ir Sutami No 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax. (0271) 637457 Email :
[email protected] : 082226539907 Abstract: This research’s purpose is analyze the factors which affect earnings carrot monoculture with polyculture system in Blumbang Urban Village, Tawangmangu Sub District Karanganyar District and analyze the efficiency of carrot monoculture system with carrot polyculture system in Blumbang Urban Village,Tawangmangu Sub District Karanganyar District. The basic method used is descriptive method. The reason to choose this study area is purposive because the area of research is the highest producer of carrots in District Tawangmangu. In take of respondents conducted by stratified sampling. Data analysis methods used include: (1) analysis ofthe factors of income; (2) analysis of productivity, cost, revenue and income; (3) efficiency analysis; (4) hypothesis testing. The results showed: Based on multiple linear regression analysis shows the factors that affectted to the productivity of income, land area, organic fertilizer and dummy. Average productivity, cost, revenue, income and carrot monoculture system efficiency is equal to 11,68 kg/ha, Rp 33.661.305,67, Rp 73.109.554,39, Rp 39.448.248,69, and 2,09. Average productivity, cost, revenue, income and carrot policulture farming efficiency is equal to 21,82 kg/ha, Rp 62.367.301,16, Rp 168.575.513,85, Rp 106.208.212,69, dan 2,60. This research shows that income carrot polyculture system is higher than carrot monoculture system in Urban Village of Blumbang District Tawangmangu Karanganyar Regency. Comparative analysis of carrot monoculture system to carrot polyculture system using ttest is equal to 5,817 with a confidence level of 95%, t-value is 2,045. It means that t-hit>ttable. So the conclude there is no difference between the efficiency of carrots monoculture with polyculture in Blumbang Urban Village, Tawangmangu Sub District Karanganyar District. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan wortel sistem monokultur dengan sistem polikultur di Kelurahan Blumbang Kecamatan Tawangmangu, untuk menganalisis efisiensi usahatani wortel sistem monokultur dengan sistem polikultur di Kelurahan Blumbang Kecamatan Tawangmangu. Metode dasar yang digunakan adalah metode deskriptif. Penentuan daerah penelitian secara sengaja dengan mempertimbangkan daerah penelitian merupakan penghasil wortel tertinggi di Kecamatan Tawangmangu. Pengambilan responden dilakukan dengan stratified sampling. Metode analisis data yang digunakan meliputi: (1) analisis faktorfaktor pendapatan; (2) analisis produktivitas, biaya, penerimaan dan pendapatan; (3) analisis efisiensi; dan (4) uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan: Berdasarkan analisis regresi linier berganda menunjukan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan yaitu luas lahan, pupuk organik dan dummy. Rata-rata produktivitas, biaya, penerimaan, pendapatan dan efisiensi usahatani wortel monokultur yaitu sebesar 43.665,80 Rp/ha, Rp 33.661.305,67, Rp 73.109.554,39, Rp 39.448.248,69, dan 2,09. Ratarata produktivitas, biaya, penerimaan, pendapatan, dan efisiensi wortel polikultur yaitu sebesar 83.912,68 Rp/ha, Rp 62.367.301,16, Rp 168.575.513,85, Rp 106.208.212,69, dan 2,60. Hal ini menunjukkan pendapatan wortel polikultur lebih tinggi dari pendapatan wortel monokultur di Kelurahan Blumbang Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Analisis komparatif usahatani wortel monokultur dengan polikultur menggunakan t-test yaitu sebesar 5,817 dengan tingkat kepercayaan 95%, nilai t tabel yaitu 2,045 ini artinya t hit>t tabel, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efisiensi antara wortel monokultur dengan wortel polikultur di Kelurahan Blumbang Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Kata kunci: Wortel, Monokultur, Polikultur, Usahatani, Komparatif
PENDAHULUAN Wortel merupakan salah satu komoditas unggulan sayuran dan banyak dibudidayakan di Indonesia. Menurut Cahyono (2002) syarat tumbuh dari tanaman wortel yang baik adalah dataran tinggi yang memiliki kondisi udara sejuk dan lembab. Suhu untuk pertumbuhan tananaman wortel adalah 15,6oC-21,1oC. Salah satu daerah penghasil tanaman sayuran hortikultura di Jawa Tengah yaitu Kabupaten Karanganyar, tepatnya di Kecamatan Tawangmangu.Menurut BPS Karanganyar dalam angka 2013, sektor pertanian sebagai salah satu sektor primer bagi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karanganyar.Luas panen dan produksi tanaman wortel menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1.Luas Panen dan Produksi Tanaman Wortel menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2012 Wortel No
Kecamatan
Luas Panen (Ha) 43 -
Jumlah Produksi (Kw)
4.
Jatipuro Jatiyoso Jumapolo Jumantono
5.
Matesih
-
-
6.
Tawangmangu
759
169.720
7. 8.
90 2
10.416 480
1. 2. 3.
-
2.450 -
9.
Ngargoyoso Karangpandan Karanganyar
-
-
10.
Tasikmadu
-
-
11. 12.
-
-
13.
Jaten Colomadu Gondangrejo
-
-
14.
Kebakkramat
-
-
15.
Mojogedang
-
-
16. 17.
Kerjo Jenawi
48
5.106
Sumber :Karanganyar Dalam Angka 2013
Berdasarkan Tabel 1 pada tahun 2012, Kecamatan Tawangmangu merupakan produsen wortel terbesar di Kabupaten Karanganyar dari 17 kecamatan. Tawangmangu mempunyai prospek pengembangan budidaya wortel yang bagus karena didukung oleh keadaan agroklimatologis yang cocok untuk pertumbuhan wortel yaitu berada di lereng pegunungan dengan keadaan tanah yang lembab dan tersedia air yang melimpah serta tersedianya lahan untuk menanam wortel.Sebagian besar masyarakat di daerah Tawangmangu yang membudidayakan tanaman wortel berada di Kelurahan Blumbang, masyarakat membudidayakan wortel secara monokultur (dalam satu lahan hanya terdapat satu jenis tanaman saja) maupun polikultur (dalam satu lahan terdapat dua jenis atau lebih tanaman). Penggunaan sistem tanam dalam budidaya wortel akan mempengaruhi hasil produksi, dan pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan petani. Sistem polikultur untuk tanaman wortel biasanya ditumpangsarikan dengan tanaman hortikultura lainnya seperti cabai, kubis, dan daun bawang. Tanaman yang ditumpangsarikan dengan tanaman wortel akan memberikan hasil produksi yang dapat berfungsi untuk menambah atau mencukupi kebutuhan petani (Sabirin, 2000). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan wortel sistem monokultur dengan sistem polikultur, pendapatan usahatani wortel sistem monokultur dengan wortel polikultur, dan efisiensi wortel sistem monokultur dengan sistem polikultur di Kelurahan
Blumbang Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik dengan menggunakan teknik survei.Penentuan lokasi Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar dilakukan dengan purposivedengan pertimbangan bahwa Kecamatan Tawangmangu memiliki 3 kelurahan dan 7 desa, dimana lokasi yang memproduksi wortel terbanyak berada pada Kelurahan Blumbang. Metode pengambilan sampel petani menggunakan metode stratified sampling. Jumlah petani yang diambil adalah 30 orang petani wortel sistem monokultur dan 30 orang petani dari 3 kelompok tani pada masing-masing dusun di Kelurahan Blumbang yaitu kelompok tani Mekar Sari (Blumbang Lor) 21 petani, kelompok tani Suka Tani (Blumbang Kidul) 17 petani dan kelompok tani Puas (Dawuhan) 22 petani. Metode analisis data untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan wortel digunakan analisis regresi berganda dengan persamaan model mengacu pada fungsi produksi Cobb-Douglasyaitu : Ln Y = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + δD + e ………………. (1) Keterangan :Y=Pendapatan/variabel tidak bebas, a =Konstanta atau nilai Y jika X1, X2, X3, X4, X5,D = 0, bi =Nilai dugaan besaran parameter (koefisien regresi), δ = koefisien variabel dummy, LnX1= Produktivitas (Rp/m2), Ln X2= Luas lahan (m2), Ln X3= Pupuk Kandang (Rp), Ln X4 = Pendidikan (Tahun), D= Variabel Dummy (D : 0 = Usahatani wortel sistem monokultur dan D : 1 = Usahatani wortel sistem polikultur).
Analisis Produktivitas, Biaya Penerimaan dan Pendapatan Produktivitas.Rumus produktivitas usahatani monokultur dan usahatani polikultur adalah sebagai berikut: …….(2) Biaya Usahatani Wortel Monokultur dan Wortel Polikultur di Kelurahan Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Biaya usahatani wortel monokultur dinyatakan sebagai berikut: BEMon = BTl + BBi + BPuo + BPua +BPe + BTr + P + S ……………………… (3) Keterangan: BEMon: Biaya Usahatani Wortel Monokultur, BTl: Biaya Tenaga Kerja Luar ((HKP), BBi: Biaya Benih/Bibit (Kg), BPuo: Biaya Pupuk Kandang (Kg), BPua: Biaya Pupuk Anorganik (Kg), BPe: Biaya Pestisida (Lt), BTr: Biaya Transport, dan P: Pajak. Biaya usahatani wortel polikultur meliputi tanaman wortel dan daun bawang dan atau kubis dinyatakan sebagai berikut; BEPol = BTl + BBi + BPuo + BPua + BPe +BTr + P + S …………………. (4) Keterangan: BEPol: Biaya Usahatani Wortel Polikultur, BTl : Biaya Tenaga Kerja Luar ((HKP), BBi: Biaya Benih/Bibit (Kg), BPuo: Biaya Pupuk Kandang (Kg), BPua: Biaya Pupuk Anorganik (Kg), BPe: Biaya Pestisida (Lt), BTr: Biaya Transport, dan P: Pajak. Penerimaan Usahatani Wortel Monokultur dan Wortel Polikultur di Kelurahan Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.Penerimaan usahatani wortel monokultur dirumuskan sebagai berikut: TRMon= QMon x PMon............................ (5) Keterangan: TRMon= Total Revenue (total penerimaan) usahatani wortel monokultur
(Rp), QMon= Quantity (jumlah produksi) usahatani wortel monokultur (kg), dan PMon= Price (harga) produksi wortel monokultur (Rp/kg). Penerimaan usahatani wortel polikultur dirumuskan sebagai berikut: TR1= Q1 x P1 ………………………. (6) Keterangan:TR1= Total Revenue (total penerimaan) usahatani wortel polikultur tanaman wortel (Rp), Q1=Quantity (jumlah produksi) usahatani wortel polikultur tanaman wortel(Kg), dan P1= Price (harga) produksi wortel polikultur tanaman wortel (Rp/Kg) TR2= Q2 x P2 ………………………. (7) Keterangan:TR2 = Total Revenue (total penerimaan) usahatani wortel polikultur tanamandaunbawang (Rp), Q2 =Quantity (jumlah produksi) usahatani wortel polikultur tanaman daunbawang (Kg), dan P2 = Price (harga) produksi wortel polikultur tanaman daun bawang(Rp/Kg). TR3= Q3 x P3 ………………………. (8) Keterangan:TR3 = Total Revenue (total penerimaan) usahatani wortel polikultur tanamanbawang merah (Rp), Q3=Quantity (jumlah produksi) usahatani wortel polikultur tanaman bawangmerah(Kg), dan P3= Price (harga) produksi wortel polikultur tanaman bawang merah (Rp/Kg). TR4= Q4 x P4 ………………………. (9) Keterangan: TR4 = Total Revenue (total penerimaan) usahatani wortel polikultur tanaman kubis(Rp), Q4=Quantity (jumlah produksi) usahatani wortel polikultur tanaman kubis(Kg), dan P4 = Price (harga) produksi wortel polikultur tanaman kubis (Rp/Kg). Jadi penerimaan total untuk usahatani wortel sistem polikultur adalah sebagai berikut: TRPol = TR1 + TR2 + TR3 + TR4 ……(10)
Pendapatan Usahatani Wortel Monokultur dan Wortel Polikultur di Kelurahan Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.Pendapatan usahatani wortel monokultur dirumuskan sebagai berikut: PdMon = TRMon – BEMon ……………..(11) Keterangan :PdMon= Pendapatan usahatani wortel monokultur(Rp), TRMon= Penerimaan usahatani wortelmonokultur (Rp), dan BEMon = Biaya usahatani wortelmonokultur (Rp). Pendapatan usahatani wortel polikultur dirumuskan sebagai berikut: PdPol = TRPol – BEPol ………………...(12) Keterangan :PdPol= Pendapatan usahatani wortel polikultur(Rp), TRPol = Penerimaan usahatani wortelpolikultur (Rp), BEPol= Biaya usahatani wortelpolikultur (Rp). Efisiensi Usaha Perhitungan efisiensi usaha yang sering digunakan adalah Return Cost Ratio (R/C ratio), dirumuskan: R/C ratio = ………………(13) Apabila nilai R/C ratio> 1, berarti usaha sudah efisien dan menguntungkan untuk diusahakan, R/C ratio = 1, usaha dalam keadaan impas (tidak untung tidak rugi) dan bila R/C ratio< 1 berarti usaha tidak efisien dan tidak menguntungkan untuk diusahakan (Kamisi, 2011). Uji Hipotesis Hipotesis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan. Ho : μ1 =μ2 = μ3 =μ4 = 0 H1 : μ1 ≠ μ2 ≠ μ3 ≠μ4 ≠ 0 Uji F Fhit =
…………………..(14)
Keterangan:r2= Koefisien determinasi, n= jumlah sampel, k= Derajat bebas
pembilang, dan n-k-l= Derajat bebas penyebut. Jika Fhit> Ftabel (α = 0,05), maka Ho ditolak dan H1 diterima, berarti produktivitas, luas lahan, pupuk kandang, dan pendidikan tidak berpengaruhterhadap pendapatan.Jika Fhit ≤ Ftabel (α = 0,05), maka Ho diterima dan H1 ditolak, berarti produktivitas, luas lahan, pupuk kandang, dan pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan. Untuk menguji ketepatan model dipergunakan nilai koefisien determinasi (R2), dirumuskan sebagai berikut: R2=(ESS/TSS) = 1- (RSS/TSS) Keterangan: R2 = nilai koefisien determinasi, ESS = explained sum of squares, TSS = total sum of squares, RSS = residual sum of square. Untuk menguji secara parsial digunakan uji t dengan rumus sebagai berikut: thit =
dengan
(15)
multikolinearitas. Juga uji heterokedastisitas dengan menggunakan scatter plot, untuk melihat ada atau tidak pola tertentu dalam model, apabila membentuk pola yang teratur maka terjadi heterokedastisitas, jika pola menyebar maka tidak terjadi heterokedastisitas. Hipotesis efisiensi usahatani wortel monokultur dengan usahatani wortel polikultur.Menentukan hipotesis: Ho : μ1 =μ2 = 0 H1 : μ1 > μ2 = 0 Efisiensi Usaha thit ………. (16)
Keterangan: =Rata-rata efisiensi usahatani wortel sistem monokultur, = Rata-rata efisiensi usahatani wortel sistem polikultur, = Simpangan baku efisiensi
Keterangan :βi = Koefisien regresi untuk μ1, μ2, μ3, μ4 dan μ5, Se βi = Standar eror untuk μ1, μ2, μ3, μ4 dan μ5. Jika thit> ttabel (α = 0,05), maka Ho ditolak dan H1 diterima, berarti produktivitas, luas lahan, pupuk kandang, dan pendidikan tidak berpengaruh terhadap pendapatan. Jika thit ≤ ttabel (α = 0,05), maka Ho diterima dan H1 ditolak, berarti produktivitas, luas lahan, pupuk kandang, dan pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan. Pengujian Asumsi Klasik yang digunakan yaitu uji multikolinearitas dengan melihat nilai R2 dan juga menganalisis korelasi diantara variabel bebas apabila lebih dari 0,90 mengindikasi adanya HASIL DAN PEMBAHASAN
usahatani wortel sistem monokultur, = Simpangan baku usahatani wortel sistem polikultur, = Jumlah responden petani wortel sistem monokultur, dan = Jumlah responden petani wortel sistem polikultur. H0 diterima apabila t0 ≤ tα, maka tidak terdapat perbedaan efisiensi yang signifikan antara usahatani wortel monokultur dengan sistem polikultur.H0 ditolak apabila t0 > tα, maka terdapat perbedaan efisiensi yang signifikan antara usahatani wortel sistem monokultur dengan sistem polikultur.
Analisis Usahatani Wortel Monokultur dan Wortel Polikultur
Produktivitas Usahatani. Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa rata-rata produktivitas usahatani wortel
monokultur sebesar 11,68 kg/ha. Ratasebesar 21,82 kg/ha. Produktivitas wortel rata produktivitas wortel monokultur bisa dipengaruhi oleh kondisi lingkungan berada dibawah potensi rata-rata serta pemeliharaan. produktivitas wortel polikultur yakni Tabel 2. Rata-rata Produktivitas Usahatani Wortel Monokultur dan Wortel Polikultur di Kelurahan Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar Tahun 2014 No 1. 2. 3.
Jenis Masukan Hasil Output (Rp) Luas Lahan Garapan Produktivitas
Wortel Monokultur Per UT Per Ha 12.523.666,67 73.109.554,39 1.713 0,17 7.479,95 43.665,80
Sumber : Analisis Data Primer Biaya Usahatani. Biaya yang paling besar
Wortel Polikultur Per UT Per Ha 31.439.333,33 168.575.513,85 1.865 0,19 15.649,71 83.912,68
polikultur, biaya yang paling besar dikeluarkan adalah biaya sarana produksi dengan persentase yaitu sebesar 65,69 % dari total rata-rata biaya usahatani. Urutan kedua adalah biaya tenaga kerja sebesar 33,08 % dan sisanya adalah biaya lainlain 1,23 %. Biaya usahatani wortel polikultur lebih tinggi dari usahatani wortel monokultur, dikarenakan biaya yang dikeluarkan untuk wortel polikultur merupakan biaya total dari beberapa jenis tanaman seperti daun bawang, bawang merah dan kubis.
dikeluarkan oleh petani wortel monokultur adalah untuk biaya tenaga kerja, yaitu mencapai 57,28 % dari total biaya usahatani. Banyaknya tenaga kerja luar yang digunakan pada usahatani wortel sehingga akan mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan. Ratarata biaya sarana produksi wortel monokultur sebesar 40,83 % dan sisanya adalah biaya lain-lain meliputi pajak tanah dan transportasi yaitu sebesar 1,90 %. Biaya sarana produksi terbesar pada usahatani wortel monokultur yaitu pada . biaya benih, biaya pupuk organik dan biaya pestisida. Pada usahatani wortel Tabel 3. Rata-rata Penggunaan Biaya Usahatani Wortel Monokultur dan Wortel Polikultur di Kelurahan Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar Tahun 2014 No
Jenis Biaya
1. Biaya Tenaga Kerja Luar 2. Biaya Sarana Produksi a. Benih - Wortel - Daun Bawang - Bawang Merah - Kubis b. Pupuk - Kandang - SP-36 - Urea - Phonska - NPK c. Obat kimia 3. BiayaLain-lain a. Pajak Tanah
Wortel Monokultur Per UT (0,17 Ha) Per Ha 3.299.333,33 19.260.556,53 2.354.383,33 13.744.210,94
% 57,28 40,83
Wortel Polikultur Per UT (0,19 Ha) Per Ha 3.847.666,67 20.630.920,46 7.641.475,00 40.973.056,30
% 33,08 65,69
501.750 0 0 0
2.929.072,00 0 0 0
8,71
548.750,00 2.141.666,67 2.861.666,67 52.125,00
2.942.359,00 11.483.467,38 15.344.057,19 279.491,00
4,74 18,41 24,60 0,46
495.666,67 168.250 200.466,67 250.583,33 166.833,33 570.833,33 112.465,00 4.710,56
2.893.559,06 982.195,00 1.170.266,59 1.462.833,24 973.924,89 3.332.360,38 656.538,24 27.498,86
8,59 2,94 3,47 4,34 2,89 9,89 1,90 0,16
550.833,33 185.833,33 223.000,00 278.750,00 184.666,67 614.183,33 142.360,00 13.193,33
2.953.530,94 996.425,38 1.195.710,00 1.494.638,07 990.169,79 3.293.208,22 763.324,40 70.741,73
4,74 1,58 1,94 2.36 1,58 5,27 1,23 0,12
b. Transportasi Jumlah
98.333,33 5.766.181,67
574.041,64 33.661.305,70
1,74 100
129.166,67 11.631.501,67
692.582,66 62.367.301,16
1,11 100
Sumber : Analisis Data Primer
Tabel 4. Rata-rata Produksi, Harga, dan Penerimaan Usahatani Wortel Monokultur dan Wortel Polikultur di Kelurahan Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar Tahun 2014 No 1.
2.
3.
Uraian Produksi (kg) a. Wortel b. Daun Bawang c. Bawang Merah d. Kubis Harga (Rp/kg) a. Wortel b. Daun Bawang c. Bawang Merah d. Kubis Penerimaan (Rp)
Wortel Monokultur Per UT (0,17 Ha) Per Ha
Wortel Polikultur Per UT (0,19 Ha) Per Ha
3.418,67 0 0 0
19.957,19 0 0 0
3.536,67 3.328,33 510,00 98,00
18.963,36 17.846,29 2.734,58 525,47
3.750,00 0 0 0 12.523.666,67
21.891,42 0 0 0 73.109.554,39
3.366,67 2.500,00 5.333,33 333,33 31.439.333,33
18.051,83 13.404,83 28.596,96 1.787,31 168.575.513,85
Sumber : Analisis Data PrimerRata-rata
Produksi, Harga, dan Penerimaan Usahatani. Rata-rata penerimaan wortel polikultur lebih tinggi dari pada wortel monokultur.Pada wortel polikultur diperoleh penerimaan sebesar Rp 168.575.513,85/Ha, sedangkan untuk wortel monokultur sebesar Rp 73.109.554,39/Ha. Besarnya rata-rata harga untuk wortel polikultur Rp 3.536,67/Kg dan rata-rata harga untuk wortel monokultur adalah Rp 3.418,67/Kg. Besarnya rata-rata produksi Pendapatan dan Efisiensi Usahatani. Rata-rata pendapatan usahatani wortel polikultur adalah Rp 106.208.212,69/Ha sedangkan rata-rata pendapatan usahatani wortel monokultur sebesar Rp 6.757.485,00/Ha. Besarnya pendapatan yang diperoleh dari usahatani wortel polikultur yaitu lebih besar dari usahatani wortel monokultur. Menurut Tzouvelekas, dkk (2002) efisiensi mencerminkan kemampuan petani untuk
diperoleh dari besarnya penerimaan dibagi dengan harga jual yang berlaku dari petani, hasilnya pada wortel polikultur diperoleh 18.963,36 Kg/Ha dan pada wortel monokultur sebesar 19.957,19 Kg/Ha. Besarnya penerimaan usahatani wortel polikultur karena usahatani wortel polikultur tergabung dengan beberapa jenis tanaman lain seperti daun bawang, bawang merah dan kubis. menghasilkan sebanyak mungkin output dengan meminimalisir jumlah input yang digunakan dalam usahatani. Nilai efisiensi wortel monokultur sebesar 2,09 dan usahatani wortel polikultur 2,60 hal ini berarti kedua usahatani wortel memberikan keuntungan bagi petani. Kedua sistem tanam nilai R/C ratio lebih dari 1 berarti kedua sistem tanam wortel efisien.
Tabel 5. Rata-rata Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Wortel Monokultur dan Wortel Polikultur di Kelurahan Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar Tahun 2014 No 1. 2. 3. 4.
Wortel Monokultur Per UT (0,17 Per Ha Ha) 12.523.666,67 73.109.554,39
Jenis Masukan Penerimaan (Rp) Total Biaya Usahatani (Rp) Pendapatan (1-2) Efisiensi (1/2)
5.766.181,67
6.757.485,00 39.448.248,69 2,09
Sumber : Analisis Data Primer
Analisis Komparatif Efisiensi Usahatani Wortel Monokultur dan Wortel Polikultur.Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan maka dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan uji-t (t-test). Uji statistik (t-test) terhadap efisiensi usahatani wortel monokultur menghasilkan nilai t-hitung sebesar 5,817. Hal ini berarti nilai t-hitung lebih dari nilai t-tabel 2,045. Berdasarkan hasil tersebut maka hipótesis H0 ditolak yang berarti bahwa terdapat perbedaan efisiensi antara usahatani wortel monokultur dan wortel polikultur di Kelurahan Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Tabel 6. Analisis Komparatif Efisiensi Antara Wortel Monokultur dan Wortel Polikultur di Kelurahan Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar Tahun 2014 Uraian Efisiensi - t-hitung - t-tabel
Wortel Monokultur 2,09
33.661.305,70
Wortel Polikultur 2,60 -5,817 -2,045
Sumber : Analisis Data Primer
Fungsi Pendapatan Usahatani
Wortel Polikultur Per UT (0,19 Per Ha Ha) 31.439.333,33 168.575.513,85 11.631.501,67
62.367.301,16
19.807.831,67 106.208.212,69 2,60
Model regresi linear berganda pada tingkat kepercayaan 95% atau α 5%, dihasilkan persamaan:
Ln Y = -6,022 + 1,069 lnX1 + 0,217 LnX2 + 0,782 LnX3 + 0, 163 LnX4 + 0,584 D + e Berdasarkan analisis data primer, nilai Fhitung lebih besar daripada nilai F-tabel pada selang kepercayaan 95% yaitu 58,841 (t-tabel α: 5% = 2,37). Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti variasi variabel bebas, yaitu produktivitas, luas lahan, pupuk organik, pendidikan dan dummy secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani wortel sistem monokultur dengan wortel sistem polikultur di Kelurahan Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.Nilai koefisien determinasi (R2) dalam model regresi linear berganda fungsi pendapatan usahatani yaitu sebesar 0,875. Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel pendapatan usahatani dapat dijelaskan 87,5% oleh variasi variabel bebas dalam model (produktivitas, luas lahan, pupuk organik, pendidikan dan dummy), sedangkan sisanya sebesar 12,5% dijelaskan oleh variasi variabel bebas lain misal pupuk
anorganik dan pengalaman berusahatani. Berdasarkan uji t, tidak semua variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen atau pendapatan. Tabel 7.Hasil Analisis Regresi Faktorfaktor yang Mempengaruhi Pendapatan Wortel Variabel (Constant) Produktivitas (LnX1) Luas Lahan (LnX2) Pupuk Kandang (LnX3) Pendidikan (LnX4) Dummy monokultur, polikultur
F = 75,700
Koefisien Regresi -6,022 1,069 0,217 0,782 0,163
Sig 0,024 0,000*** 0,017** 0,000*** 0,399ns
0,584 0,023**
R2 = 0,875
Sumber : Analisis Data Primer Keterangan: ** : Signifikan pada tingkat kepercayaan 90 % *** : Signifikan pada tingkat kepercayaan 95 % ns : Non signifikan Produktivitas.Berdasarkan hasil uji t, menunjukan nilai t hitung faktor produktivitas sebesar 0,000, yang artinya nilai kurang dari nilai α = 0,05 yaitu 0,000<0,05 Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini dapat diartikan produktivitas secara individu berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani wortel.Pada usahatani wortel di Kelurahan Blumbang rata-rata luas lahan garapan kecil, namun harga jual wortel tinggi sehingga penerimaan yang didapat oleh petani juga tinggi, sehingga produktivitas yang dihasilkan juga tinggi. Luas Lahan. Berdasarkan hasil uji t, menunjukkan nilai t hitung faktor luas lahan sebesar 0,017, yang artinya nilai
kurang dari nilai α = 0,05 yaitu 0,017<0,05 Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini dapat diartikan luas lahan secara individu berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani wortel.Semakin besar luas lahan yang dimiliki petani maka akan meningkatkan produksi. Peningkatan produksi akan meningkatkan penerimaan, penerimaan meningkat sehingga pendapatan yang diperoleh petani juga akan meningkat. Pupuk Kandang. Berdasarkan hasil uji t, menunjukkan nilai t hitung faktor pupuk kandang sebesar 0,000, yang artinya nilai kurang dari nilai α = 0,05 yaitu 0,000<0,05 Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini dapat diartikan pupuk kandang secara individu berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani wortel.Pemberian pupuk kandang dimaksudkan agar unsur hara tetap terjaga walaupun lahan digunakan terus-menerus. Unsur hara dalam tanah tetap terjaga sehingga akan berpengaruh pada umbi wortel, umbi yang dihasilkan maksimal sehingga akan meningkatkan jumlah produksi saat panen. Hasil panen yang melimpah akan meningkatkan pendapatan petani. Pendidikan. Berdasarkan hasil uji t, menunjukkan nilai t hitung faktor pendidikan sebesar 0,399, yang artinya nilai lebih dari nilai α = 0,05 (0,399>0,05) Ho diterima dan H1 ditolak. Hal ini dapat diartikan pendidikan secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani wortel.Dalam berusahatani petani banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan secara turun temurun.Sehingga petani tidak memerlukan tingkat pendidikan yang tinggi untuk melakukan usahatani. Dummy.Berdasarkan hasil uji t, menunjukkan nilai t hitung faktor dummy
sebesar 0,023, yang artinya nilai kurang dari nilai α = 0,05 yaitu 0,023<0,05 Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini dapat diartikan dummy secara individu berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani wortel. Berdasarkan hasil analisis antara kedua sistem tanam wortel baik monokultur maupun polikultur terdapat perbedaan. Pengujian Asumsi Klasik. Berdasarkan analisis data primer, model regresi berganda fungsi pendapatan usahatani wortel monokultur dan wortel polikultur di Kelurahan Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar tidak terdapat penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas dan tidak terjadi heterokedastisitas. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan wortel yaitu produktivitas (LnX1), luas lahan (X2), pupuk kandang (X3) dan dummy.Pendapatan usahatani wortel polikultur Rp 106.208.212,69/Ha/MT lebih tinggi daripada pendapatan usahatani wortel monokultur Rp 39.448.248,69/Ha/MT. Efisiensi usahatani wortel polikultur sebesar 2,60 lebih tinggi daripada efisiensi usahatani wortel monokultur sebesar 2,09. Berdasarkan hasil t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efisiensi antara usahatani wortel monokultur dan wortel polikultur.Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan yaitu petani lebih baik meningkatkan penggunakan pupuk organik untuk melakukan kegiatan usahatani, penggunaan pupuk organik akan menjaga kesuburan tanah dan juga lebih meningkatkan pendapatan usahatani
wortel.Hasil pendapatan dan efisiensi wortel polikultur lebih tinggi dari wortel monokultur.Petani menanam wortel polikultur untuk kontinuitas pendapatan dalam berusahatani.Oleh karena itu petani dapat berusahatani sistem polikultur untuk menjaga kestabilan pendapatan. DAFTAR PUSTAKA BPS 2012.Karanganyar Dalam Angka 2013. Karanganyar: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar. Cahyono B 2002.Wortel Tehnik Budidaya dan Analisis Usahatani. Yogyakarta: Kanisius. Kamisi H. L 2011. Analisis Usaha dan Nilai Tambah Agrondustri Kerupuk S. Singkong.Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMUTernate 4(2). Sabirin 2000.Konsep, Model dan Analisis Serta Strategi Program Small Estate Model Polikultur. Medan: BITRA Indonesia. Tzouvelekas V., C. J. Pantzios, and C. Fotopoulus 2002. Measuring Multiple and single Factor Technical Efficiency in Organis Farming. Journal British Food 104(8):591609.