perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DESA TLOGO DRINGO KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Program Studi D III Usaha Perjalanan Wisata
Disusun Oleh :
Hamzah Bastian C9408044
PROGRAM D3 USAHA PERJALANAN WISATA FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“ Don’t put until tomorrow what you can do today” ( penulis )
“ Tidaklah orang itu mencapai derajat kebaikan sampai dia menyedekahkan apaapa yang dicintainya” ( Al-Hadist )
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Sebuah karya kecil ini, Penulis persembahkan kepada :
Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas semua kasih sayangnya, pengorbanan dan ketabahan dalam membesarkan dan memotivasi penulis, sehingga penulis bisa mencapai kesuksesan sampai saat ini.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan sholawat atas Baginda Rosulullah SAW atas segala berkat dan karuniaNya sehingga
penulis
dapat
“PENGEMBANGAN
menyelesaikan
EKOWISATA
tugas DI
akhir
DESA
ini
dengan
TLOGO
judul
DRINGO
KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR”. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak pernah lepas dari bimbingan, arahan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karenanya, melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Dra. Isnaini W. Wardhani, M.Pd, Selaku ketua program D3 Jurusan Usaha Perjalanan Wisata Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.
Drs. Suharyana, M.Pd, selaku sekretaris program D3 Jurusan Usaha Perjalanan Wisata Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4.
Drs. Supariadi, M.Hum, selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama pembuatan Tugas Akhir ini.
5.
Umi Yuliati, S.S, M.Hum, selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan petunjuk dan saran-saran serta pengarahan yang berharga dalam pembelajaran di jurusan D III Usaha Perjalanan Wisata. commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
6.
digilib.uns.ac.id
Bapak serta ibu Dosen Pengajar Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.
7.
Mbak Ifa sebagai Tata Usaha DIII Usaha Perjalanan Wisata, dan Mas Nanang sebagai petugas Laboratorium Tour.
8.
Bapak Pangad beserta keluarga dan seluruh masyarakat desa Tlogo Dringo atas segala waktu, kesempatan dan fasilitas yang disediakan selama mengadakan penelitian.
9.
Bapak Suharto, sebagai Kepala Dusun yang memberikan data demografi dan kependudukan sebagai data pelengkap.
10. Bapak Parjo, selaku petani stowberi dan ketua kelompok petani strowberi yang bersedia memberikan informasi dan buah strowberinya. 11. Ayah, ibundaku dan adikku yang dengan tulus ikhlas memberikan doa restu, pengarahan, bimbingan, dorongan, dan semangat hingga selesainya Laporan Tugas Akhir ini. 12. Keluarga Besar SENTRAYA BHUANA PMPA FSSR UNS, sebagai sebuah wahana penempaan diri yang membuat penulis mengenal arti kematangan mental, persaudaraan dan pergaulan. 13. Teman-teman D3 Usaha Perjalanan Wisata Angkatan 2008 telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, terima kasih atas motivasi dan dukungannya selama ini. commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu telah membantu dalam penulisan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih belum sempurna, Oleh sebab itu semua kekurangan, kritik dan saran dari pembaca akan diterima dengan senang hati demi penyempurnaan tulisan ini.
Surakarta, 20 Juli 2012
Penulis
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Hamzah Bastian, 2012. Pengembangan Ekowisata di Desa Tlogo Dringo Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Program D III Usaha Perjalanan Wisata, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebela Maret Surakarta, 2012. Penelitian ini akan mengkaji tentang Pengembangan Ekowisata di Desa Tlogo Dringo Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Tujuan dari laporan tugas akhir ini untuk mengetahui gambaran umu dari kawasan Desa Tlogo Dringo, dan apa saja yang bisa digali dari potensi desa tersebut, dan selanjutnya akan dikembangan menjadi destinasi wisata ekologi. Ada beberapa permasalahan yang muncul, diantaranya kesiapan masyarakat akan kondisi wisata, dukungan dari instansi terkait, baik swasta maupun dari pemerintah daerah. Pengembangan tersebut melingkupi sarana prasarana, pengembangan potensi buah strowberi, kebijakan yang mendukung, dan sumber daya manusia sekitar kawasan. Dalam penelitian ini menggunakan tehnik pengumpulan data antara lain : Observasi, Wawancara, Dokumentasi, Studi Pustaka. Setelah mengumpulkan data, dan selanjutnya menganalisis data dengan metode kualitatif yang disajikan secara diskriptif yaitu menguraikan apa yang ada dari permasalahan dalam penelitian. Perkembangan ekowisata di Tlogo Dlingo sangat berkaitan erat dengan kesadaran setiap pihak yang terlibat di dalamnya terhadap kelestarian lingkungan. Sebagai bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian tempat penyelenggaraannya, penting untuk diketahui faktor-faktor yang mendukung tujuan tersebut. Diantaranya adalah bentuk pengelolaan baik dan efisien, kesadaran dari masyarakat sekitar, kepedulian dari pemerintah setempat, dan kebijakan dari pihak swasta yang terlibat langsung dalam penyelenggaraannya. Perlu diketahui bahwa hal ini untuk mendukung sifat dari wisata ekologi yaitu pembangunan berkelanjutan (sustainable development), sehingga dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya. Prinsip-prinsip pokok dari Ekowisata adalah ekologi, ekonomi, dan edukasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengembangan ekowisata yang dilakukan harus melibatkan semua elemen baik dari pemerintahan Kabupaten Karanganyar maupun masyarakat sekitar Tlogo Dringo. Dampak yang ditimbulkan bisa berupa pendapatan untuk masyarakat Tlogo Dringo dan daerah Kabupaten Karanganyar, kemudian tingkat pendidikan yang lebih maju, tetapi juga memungkinkan resiko pengaruh dari luar masuk dan kelestarian alam di Tlogo Dringo menjadi terganggu.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ..............................................................
iii
MOTTO ..........................................................................................................
iv
PERSEMBAHAN ...........................................................................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vi
ABSTRAK ......................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................
x
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang..........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................
7
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
7
D. Manfaat Penelitian ...................................................................
8
E. Kajian Pustaka ..........................................................................
8
F. Metode Penelitian .....................................................................
11
G. Sistematika Penulisan ...............................................................
13
BAB II
GAMBARAN UMUM PARIWISATA KABUPATEN KARANGANYAR .........................................................................
14
A. Kondisi Geografis .....................................................................
14
B. Sejarah Karanganyar ................................................................
15
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Objek dan Daya Tarik Wisata ..................................................
17
1. Wisata Alam .........................................................................
17
2. Wisata Sejarah ......................................................................
22
3. Wisata Ziarah........................................................................
26
4. Wisata Minat Khusus ...........................................................
29
BAB III PENGEMBANGAN EKOWISATA TLOGO DRINGO ...........
31
A. Tinjauan umum Desa Tlogo Dlingo .........................................
31
1. Sejarah Berdirinya ................................................................
31
2. Kependudukan ......................................................................
34
B. Analisis 4A ..............................................................................
36
1. Amenities (Sarana dan Prasarana Tlogo Dringo)..................
36
2. Accessable (Akses Tlogo Dringo) ........................................
38
3. Attraction (Potensi Tlogo Dringo)........................................
39
4. Ancillary (Kebijakan Instansi Terkait) .................................
43
C. Pengembangan Ekowisata Desa Tlogo Dringo ........................
45
1. Analisis Ekowisata Kawasan Pedesaan ................................
45
2. Pengembangan Wisata Pedesaan Kawasan Tlogo Dringo ...
48
3. Peran Masyarakat Desa Tlogo Dringo .................................
51
4. Dampak Pengembangan Ekowisata Bagi Masyarakat Tlogo Dringo ..................................................................................
52
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................
55
B. Saran .........................................................................................
56
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
58
DATA INFORMAN ........................................................................................
59
LAMPIRAN .....................................................................................................
60
commit to user xii
PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DESA TLOGO DRINGO KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR Hamzah Bastian1 Drs. Supariadi, M.Hum2
ABSTRAK 2012. Pengembangan Ekowisata di Desa Tlogo Dringo Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Program D III Usaha Perjalanan Wisata, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebela Maret Surakarta, 2012. Penelitian ini akan mengkaji tentang Pengembangan Ekowisata di Desa Tlogo Dringo Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Tujuan dari laporan tugas akhir ini untuk mengetahui gambaran umu dari kawasan Desa Tlogo Dringo, dan apa saja yang bisa digali dari potensi desa tersebut, dan selanjutnya akan dikembangan menjadi destinasi wisata ekologi. Ada beberapa permasalahan yang muncul, diantaranya kesiapan masyarakat akan kondisi wisata, dukungan dari instansi terkait, baik swasta maupun dari pemerintah daerah. Pengembangan tersebut melingkupi sarana prasarana, pengembangan potensi buah strowberi, kebijakan yang mendukung, dan sumber daya manusia sekitar kawasan. Dalam penelitian ini menggunakan tehnik pengumpulan data antara lain : Observasi, Wawancara, Dokumentasi, Studi Pustaka. Setelah mengumpulkan data, dan selanjutnya menganalisis data dengan metode kualitatif yang disajikan secara diskriptif yaitu menguraikan apa yang ada dari permasalahan dalam penelitian. Perkembangan ekowisata di Tlogo Dlingo sangat berkaitan erat dengan kesadaran setiap pihak yang terlibat di dalamnya terhadap kelestarian lingkungan. Sebagai bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian tempat penyelenggaraannya, penting 1
Mahasiswa Jurusan D III Usaha Perjalanan Wisata dengan NIM C9408044 2 Dosen Pembimbing
untuk diketahui faktor-faktor yang mendukung tujuan tersebut. Diantaranya adalah bentuk pengelolaan baik dan efisien, kesadaran dari masyarakat sekitar, kepedulian dari pemerintah setempat, dan kebijakan dari pihak swasta yang terlibat langsung dalam penyelenggaraannya. Perlu diketahui bahwa hal ini untuk mendukung sifat dari wisata ekologi yaitu pembangunan berkelanjutan (sustainable development), sehingga dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya. Prinsip-prinsip pokok dari Ekowisata adalah ekologi, ekonomi, dan edukasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengembangan ekowisata yang dilakukan harus melibatkan semua elemen baik dari pemerintahan Kabupaten Karanganyar maupun masyarakat sekitar Tlogo Dringo. Dampak yang ditimbulkan bisa berupa pendapatan untuk masyarakat Tlogo Dringo dan daerah Kabupaten Karanganyar, kemudian tingkat pendidikan yang lebih maju, tetapi juga memungkinkan resiko pengaruh dari luar masuk dan kelestarian alam di Tlogo Dringo menjadi terganggu.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembangunan dan lingkungan mempunyai hubungan timbal balik dan interaksi yang sangat erat. Pelaku pembangunan berperan sebagai subyek yang berperan aktif dalam pengambilan keputusan untuk menentukan penggunaan dan pemanfaatan sumberdaya alam. Sumberdaya alam merupakan salah satu komponen pokok dalam pembangunan dan kelestarian sumberdaya alam sangat dipengaruhi oleh aktivitas pembangunan itu sendiri. Kegiatan pembangunan yang bertujuan meningkatkan perekonomian harus disertai dengan upaya untuk mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan. Pola pembangunan yang berlangsung saat ini perlu diubah dan didefinisikan secara jelas. Aspek pembangunan tidak semata-mata hanya untuk pemenuhan kebutuhan aspek ekonomi namun juga perlu memberikan bobot yang setara pada aspek-aspek sosial dan lingkungan. Pembangunan yang dilakukan harus merupakan pembangunan yang membumi, yang selalu selaras dengan keseimbangan alam. Dimana pembangunan membumi dapat diidentikkan dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan berwawasan lingkungan.1 Wisata pada awalnya digolongkan dalam kategori industri hijau, karena mengandalkan keindahan alam. Namun dengan besarnya pengembangan wisata
commit to user Departemen Pariwisata Nias Selatan. 2003. Ekowisata: Panduan Dasar Pelaksanaan. Nias Selatan. 1
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
yang menitikberatkan pada kepentingan ekonomi tanpa mengindahkan potensi lingkungan dan tidak memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan menimbulkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Lingkungan di beberapa obyek wisata rusak akibat besarnya volume pengunjung dan besarnya tekanan terhadap lingkungan. Seiring dengan meningkatnya kesadaran berbagai pihak terhadap lingkungan dan isu-isu tentang pembangunan yang berwawasan lingkungan telah memberikan konstribusi terhadap pandangan pentingnya prinsipprinsip wisata berkelanjutan. Prinsip pariwisata yang diharapkan dapat mempertahankan kualitas lingkungan, mempertahankan budaya, memberdayakan masyarakat lokal dan memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal, kawasan dan pemerintah. Kebijakan pembangunan pariwisata yang dikaitkan dengan upaya pengelolaan lingkungan hidup, merupakan salah satu kebutuhan penting bagi pelayanan para wisatawan. Pembangunan pariwisata dan pengelolaan lingkungan hidup laksana dua sisi mata uang. Saling melengkapi dan dapat menjadi daya tarik dan pesona bagi wisatawan. Prinsip-prinsip ekowisata adalah meminimalisir dampak, menumbuhkan kesadaran lingkungan dan budaya, memberikan pengalaman positif pada turis (visitors) maupun penerima (hosts), memberikan manfaat dan pemberdayaan masyarakat lokal. Ekowisata dalam era pembangunan berwawasan lingkungan merupakan suatu misi pengembangan wisata alternatif yang tidak menimbulkan banyak dampak negatif, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kondisi sosial budaya. Hutan saat ini telah menurun kualitasnya, untuk mengurangi tekanan masyarakat terhadap hutan, maka masyarakat perlu diberdayakan dalam kegiatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
ekowisata. Dengan demikian masyarakat akan terserap dalam kegiatan ekowisata, sehingga secara tidak langsung kerusakan hutan lebih lanjut dapat dihindarkan. Ekowisata banyak memerlukan pelayanan yang dapat dilakukan oleh masyarakat lokal. Alasan-alasan
fenomena
perkembangan
ekowisata
adalah
untuk
peningkatan taraf pendidikan dan permintaan perjalanan. Karena ekowisata selain bermuatan wisata juga bermuatan pendidikan lingkungan. Selain itu juga populasi yang semakin matang diantaranya faktor tabungan, manfaat rekreasi dan kesehatan. Perubahan pola waktu senggang missal untuk memperdalam studi dan permintaan rekreasi juga menjadi alasan lain. Dinamika dan keinginan setiap orang selalu berubah setiap saat. Keaslian dan keunikan alam dan budaya mulai diperhatikan. Komitmen global terhadap ekowisata adalah Ekowisata (10 tahun terakhir), tumbuh 40 persen di Eropa dan Amerika Latin dan 25 persen di Asia Pasifik, Deklarasi Bali tentang Conserving Cultural Heritage for Sustainable Social, Economic and Tourism Development pada tanggal 14 Juli 2000 : “The tourism industry must recognize that it has a responsibility to contribute to the maintenance of the living culture on which it relies ”, Lembaga-lembaga dunia, misalnya Commision on Sustainable Developmen (CSD), United Nation Environment Programme (UNEP, 2002), atau World Tourism organization (WTO), bersepakat tahun 2002 sebagai tahun wisata internasional.2
commit studi to user Iwan Nugroho. 2006. Program agribisnis fakultas pertanian Universitas Widya Gama. Malang . 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Komitmen nasional terhadap Ekowisata adalah UU No 5 tahun 1990 konservasi keanekaragaman hayati, dan Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) (Bappenas, 2003). Tawangmangu adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Kecamatan ini ternama karena merupakan daerah wisata yang sangat sejuk. Tawangmangu dikenal sebagai obyek wisata pegunungan di lereng barat Gunung Lawu yang bisa ditempuh dengan kendaraan darat selama sekitar satu jam dari Kota Surakarta (Solo). Tempat ini sejak masa kolonial Belanda telah menjadi tempat berwisata. Obyek tujuan wisata utama adalah air terjun Grojogan Sewu (tinggi 81 m). Di tempat tetirah ini tersedia berbagai sarana pendukung wisata seperti kolam renang dan berbagai bentuk penginapan. Dari Tawangmangu dapat dimulai pendakian ke puncak Gunung Lawu (Pos Cemorokandang). Selain itu,
dari
sini
terdapat
jalan
tembus
yang
menuju
ke Telaga
Sarangan di Magetan lewat Cemorosewu. Tawangmangu berada pada areal pegunungan yang subur dikelilingi oleh hutan dan perbukitan. Namun demikian kota kecil ini telah terkenal hingga ke manca negara karena kawasan ini merupakan obyek pariwisata yang cocok untuk dijadikan pilihan saat berlibur maupun berdarma wisata. Selain udaranya yang sejuk, keindahan alam di sekitarnya tidak kalah menarik dengan kawasan lain di indonesia, terlebih lagi didaerah ini terkenal dengan produksi pertanian penghasil sayur mayur selain dari keberadaan obyek wisata Air Terjun Grojogan Sewu.3
commit toKaranganyar. user Dinas Pariwisata dan Kebudayaan 2005. Buku Panduan Kepariwisataan. Kabupaten Karanganyar. 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Tawangmangu sendiri telah menjadi pilihan bagi orang-orang perkotaan untuk membangun villa-villa, maupun berinvestasi dengan mendirikan hotel-hotel & penginapan. Untuk mendukung kemudahan dalam mengakses daerah ini, pemerintah telah mengusahakan perbaikan jalur transportasi dengan melakukan perawatan jalan dan pembangunan jalan baru lintas propinsi dari Tawangmangu sendiri yang berada di Jawa Tengah ke arah Magetan Jawa Timur. Dan sampai dengan saat proses pembangunan jalan masih terus berlangsung melewati perbukitan dan melintas di tengah-tengah lahan pertanian yang asri dengan pemandangan elok di kiri dan kanan sepanjang jalan baru ini. Selain pembangunan jalan, pemerintah juga telah melakukan Rebuilding secara total Pasar Tawangmangu yang tadinya berupa pasar tradisional yang kumuh, kini telah berupa bangunan megah Pasar Wisata, diharapkan dengan rehabilitasi pasar ini para wisatawan yang datang ke Tawangmangu dapat dengan mudah dan leluasa untuk berbelanja segala macam jenis oleh-oleh, maupun hasil bumi dengan lebih nyaman. Untuk itu jangan lewatkan kesempatan anda untuk berkunjung ke Tawangmangu. Ada beberapa lokasi yang sering menjadi lokasi tujuan wisatawan domestik maupun mancanegara, baik yang ada di Kecamatan Tawangmangu sendiri maupun daerah lain di sekitarnya yang dekat dapat diakses dari Tawangmangu, yaitu Grojogan Sewu, Balai Pengembangan Tanaman Obat, Puncak Lawu, Sentra Tanaman Hias (Desa Nglurah), Bumi perkemahan Tlogo Dringo. Kabupaten Karanganyar semakin memantapkan diri sebagai daerah sentra penghasil tanaman obat atau empon-empon. Berbagai jenis tanaman obat siap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
dikirim untuk memenuhi kebutuhan pabrik jamu di seluruh Indonesia. Klaim sebagai daerah penghasil empon-empon itu dibuktikan saat Menteri Riset dan Teknologi, Suharna Surapranata berkunjung ke Desa Sambirejo, Kecamatan Jumantono, Karanganyar. Melihat potensi yang dimiliki oleh jamu tradisional, selain khasiatnya yang terbukti manjur, dari segi harganya juga jauh lebih murah dari obat kimia. Para petani yang tergabung dalam kluster Biofarmaka memperoleh bantuan berupa alat pencuci, pengering, penepung, dan perajang, sehingga empon-empon yang dihasilkan petani bisa mengikuti standar permintaan pabrik jamu. Tlogo Dringo merupakan salah satu desa di kaki Gunung Lawu. biasanya digunakan oleh organisasi pencinta alam untuk basecamp pendakian ke Lawu maupun untuk pendidikan dasar. Desa ini terletak di lembah dringo yang di dalamnya terdapat sentra pengembangan tanaman buah stroberi. Potensi yang terkandung di dalamnya adalah desa ini masih sangat asri dan sering mendapat perhatian dari pemerhati lingkungan karena kontur alamnya yang masih alami dibandingkan daerah lain di Karanganyar. Hutan di kawasan ini adalah hutan lindung
yang
pengawasannya
di
bawah
KPH
Lawu
Utara,
terdapat
keanekaragaman jenis flora dan fauna yang biasa terdapat di hutan tropis Pulau Jawa, seperti Elang, Babi Hutan, Beruk, Kera Ekor Panjang, dan berbagai jenis ular, terdapat juga burung gagak yang sering dating ke kampung warga. Begitu juga dengan tanaman buah strowberi yang tidak ditemukan di daerah lain di Kabupaten Karanganyar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
B. Rumusan Masalah Menujuk pada pembahasan di atas, maka dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana potensi ekowisata yang dapat dikembangkan di kawasan wisata alam Tlogo Dringo? 2. Bagaimana kondisi pengembangan ekowisata di kawasan wisata alam Tlogo Dringo? 3.
Bagaimana kebijakan dan peran institusi dalam pengelolaan kawasan wisata alam Tlogo Dringo dalam mendukung pengembangan ekowisata?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui potensi ekowisata kawasan wisata alam Tlogo Dringo dan pengembanganya. 2. Mengetahui keadaan pengembangan kawasan wisata alam Tlogo Dringo di bidang ekowisata. 3. Mengetahui kebijakan dan peran institusi dalam pengelolaan kawasan wisata alam Tlogo Dringo dalam mendukung pengembangan ekowisata.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian laporan ini adalah : 1.
Manfaat Praktis a.
Menambah ilmu pengetahuan tentang pengembangan wisata khususnya di bidang ekowisata.
b.
Menambah wawasan bagi pemerhati lingkungan dan masyarakat luas serta sebagai referensi peninjauan wisata di bidang ekowisata.
2.
Manfaat Akademis a.
Dapat menambah motivasi dalam menekuni bidang ekowisata.
b.
Sebagai
masukan
materi
pendidikan
dan
pengembangan
ilmu
kepariwisataan di bidang ekowisata. c.
Diharap dapat meningkatkan kualitas daerah tujuan wisata yang mengedepankan wawasan lingkungan sebagai bentuk pembangunan berkelanjutan.
E. Kajian Pustaka 1.
Pengertian Pariwisata a. Menurut Gamal Suwantoro dalam buku Dasar-Dasar Pariwisata pada hakekatnya pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman atau untuk belajar (Gamal Suwantoro, 1997:3). b. Pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk
menetap
atau
mencari
nafkah
melainkan
hanya
untuk
bersenangsenang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau waktu libur serta tujuantujuan lainnya. c. Menurut UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. d. Pariwisata adalah salah satu jenis industry baru yang mampu mepercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kmerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sector-sektor produktif lainya. Selanjutnya, sebagai sektor yang kompleks, ia juga merealisasi industry-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata. Penginapan dan transportasi secara ekonomis juga dipandang sebagai industri ( Nyoman S. Pendit, 2003). e. Pariwisata adalah Total keseluruhan dari hubungan-hubungan dan gejala yang timbul dari perjalanan dan pendiaman orang-orang asing sepanjang pendiaman itu tidak bermaksud menjadi penduduk yang menetap dan tidak ada kaitanya dengan kegiatan mencari nafkah di tempat yang dikunjungi (Oka A. Yoeti, 2001). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
f. Industri Pariwisata adalah serangakaian perusahaan yang satu sama lain terpisah, sangat beraneka ragam dalam skala, fungsi, dan lokasi, dan bentuk organisasi, namun mempunyai kaitan fungsional terpadu dalam menghasilkan berbagai barang atau jasa bagi kepentingan kebutuhan wisatawan dalam perjalanan dan keperluan lainya yang berkaitan (Didi Atmadilaga, 2000).
2.
Pengertian Ekowisata a.
Ekowisata berasal dari kata ekologi dan wisata. Ekologi merupakan cabang ilmu yang bertumpu pada wawasan lingkungan dan pembangunan kemajuan tanpa merusak kelestarian alam. Wisata adalah media rekreasi diperuntukan
bagi
wisatawan
yang
melakukan
perjalanan
dan
mendapatkan apa yang mereka inginkan dan bukan dalam rangka pekerjaan (Gamal Suwantoro, 1997). b.
Menurut PERMENDAGRI no. 33 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 1, “Ekowisata adalah kegiatan wisata alam di daerah yang bertanggungjawab dengan memperhatikan unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya alam, serta peningkatan pendapatan masyarakat lokal.
c.
Definisi ekowisata pertama kali diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990), menyatakan bahwa ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang ditujukan untuk konservasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. d.
Ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat ( Chafid Fandelli, 2000).
e.
Ekowisata merupakan suatu bentuk kegiatan wisata minat khusus, bentuknya yang khusus itu sering diartikan sebagai lawan dari wisata masal. Pembeda utama adalah karakteristik produk dan pasar. Ekowisata juga merupakan perjalanan di area alami, pada keadaan yang masih alami, yang tidak menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan dimana tempat diselenggarakanya wisata (Ronny Sugiarto, 2000).
F. Metode Penelitian Dalam penyusunan laporan ini, digunakan metode penelitian deskriptif, yaitu menggambarkan obyek yang diamati secara jelas dan terperinci. Sehingga keseluruhan isi dari laporan ini merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan secara obyektif dan sistematis dengan cara mengamati, mempelajari dan mengumpulkan data-data di lapangan, sehingga diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang kemudian dijabarkan menjadi sekumpulan informasi yang tersaji dalam sebuan bentuk laporan (Kusmayadi & Endar, 2000). 1. Lokasi Lokasi adalah objek dimana kegiatan penelitian dilakukan. Penentuan lokasi dimaksudkan untuk mempermudah dan memperjelas objek yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
menjadi sasaran penelitian sehingga permasalahan tidak terlalu luas. Penyusunan penulisan tugas akhir ini dilakukan dengan melakukan observasi di kawasan Desa Tlogo Dringo, Kelurahan Gondosuli, Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.
2. Tehnik Pengumpulan Data a. Observasi Observasi yang dilaksanakan dalam penelitian ini berupa terjun ke lapangan, ke kebun buah strowberi, melihat bentangan alam di Tlogo Dringo dan mengamati akses menuju daerah Tlogo Dringo. Observasi juga mendokumentasikan keadaan sekitar Tlogo Dringo. Seperti Kebun Buah Strowberi, bentang alam, bekas telaga, sarana prasarana. b. Wawancara Wawancara dilakukan kepada enam narasumber, yaitu Bapak Sugiyarto selaku Kepala Dinas Pariwisata Karanganyar, Bapak Pangad sebagai Kepala Desa Gondosuli, Bapak Suharto sebagai Kadus Tlogo Dringo, Bapak Parjo sebagai Ketua Kelompok Tani Buah Strowberi, Bapak Giyanto sebagai sesepuh Tlogo Dringo, Bapak Gunadi sebagai Kepala Tata Usaha Asper BKPH Lawu Utara. Dan sebagai Informan kunci di penelitian ini adalah Bapak Suharto sebagai Kepala Dusun Tlogo Dringo. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
c. Studi Pustaka Studi Pustaka ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku tentang Kepariwisataan dan ekowisata, yang dipinjam dari Perpustakaan Pusat UNS dan buku-buku Laboratorium tour DIII UPW UNS, serta peraturan daerah yang menyangkut Kepariwisataan dan jurnal-jurnal. d. Dokumen Dokumen yang digunakan di karya ini berasal dari brosur-brosur dan Buku Panduan Kepariwisataan Kabupaten Karanganyar, arsip-arsip peta pariwisata Kabupaten Karanganyar.
3. Tehnik Analisa Data Setelah mengumpulkan data hasil observasi, wawancara serta studi pustaka
terkumpul,
penelitian
ini
kemudian
didiskripsikan,
digambarkan atau dilukiskan dengan menguraikan apa yang ada dari permasalahan dalam penelitian.
G. Sistematika Penulisan Laporan Tugas Akhir ini terdiri dari empat bab yang mana dalam setiap bab terdiri dari beberapa sub bab beserta penjelasannya. Adapun bab-bab tersebut adalah: BAB I
: Merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penulisan, dan manfaat yang dapat diperoleh pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. commit to user
dari kajiann
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
BAB II
: Berisi tentang Gambaran Umum tentang Kawasan Wisata alam
Telogo Dringo, dinas-dinas terkait dan aspek-aspek yang ditinjau dari segi ekowisata. BAB III
: Berisi tentang pembahasan mengenai : Gambaran wisata ekologi
secara umum, pola pengembangan lahan dan potensi pengembangan ekowisata di Kawasan wisata alam Tlogo Dringo, peran institusi dalam pengembangan ekowisata di Tawangmangu BAB IV
: Penutup yang berisi kesimpulan,saran dan lampiran-lampiran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II GAMBARAN UMUM PARIWISATA KABUPATEN KARANGANYAR
A. Kondisi Geografis Kabupaten Karanganyar terletak di sebelah barat lereng Gunung Lawu, dan di sebelah timur dari Kota Solo, Jawa Tengah. Terdapat pada posisi 110o 40’ – 110o 70’ Bujur Timur dan 7o 28’ – 7o 46’ Lintang Selatan, beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata 22oC – 31oC. Batas wilayah Kabupaten Karanganyar dengan daerah lain adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara
: Kabupaten Sragen
b. Sebelah Timur
: Propinsi Jawa Timur
c. Sebelah Selatan
: Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo
d. Sebelah Barat
: Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali
Luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 77.378, 6374 hektar, yang terbagi dalam 17 wilayah kecamatan dan 177 wilayah pemerintahan desa/kelurahan. Wilayah Kabupaten Karanganyar terletak di Jawa Tengah bagian timur, apabila dicermati posisi Kawasan Wisata di wilayah Karanganyar ini khususnya kawasan wisata di lereng barat Gunung Lawu sangatlah strategis bagi kepentingan pengembangan pariwisata Jawa Tengah bagian tenggara dan pengembangan wisata lintas propinsi Jateng – Jatim.
commit to user 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Untuk mencapai lokasi wisata khususnya di Wilayah Karanganyar ( Lereng barat Gunung Lawu) dapat ditempuh dengan transportasi udara dan darat ( bus dan kereta api ), kemudian dilanjutkan dengan naik kendaraan umum lainya seperti angkuta, angkudes, dan bus yang langsung menuju daerah wisata yang diiinginkan. Fasilitas transportasi udara yang terdekat yang bisa dimanfaatkan adalah Bandara Internasional Adi Soemarmo, dimana fasilitas ini bisa dipergunakan bagi penerbangan untuk wilayah Surakarta dan sekitarnya. Dan kemudian dilanjutkan dengan transportasi darat untuk mencapai lokasi-lokasi wisata di Wilayah Karanganyar. Sarana transportasi Kereta Api bisa dimanfaatkan melalui Stasiun Kereta api ( Stasiun Solo Balapan ) dan kemudian dilanjutkan dengan jenis angkutan lain untuk menuju ke lokasi wisata di Wilayah Kabupaten Karanganyar. Untuk mencapai lokasi wisata di Wilayah Kabupaten Karanganyar dapat pula ditempuh dengan berbagai jenis kendaraan wisata termasuk bus-bus ukuran besar khususnya untuk lokasi wisata Tawangmangu dan Matesih, dan bahkan telah beroprasi bus regular dan angkutan antar desa ke setiap penjuru kawasan.
B. Sejarah Karanganyar Lahirnya Karanganyar menjadi dukuh kecil pada tahun 1745 tepatnya pada tanggal 16 Maulud 1670 atau tanggal 19 April 1745. Yang mencetuskan pertama nama Karanganyar adalah R.M Said atau Pangeran Sambernyawa yang nantinya dikenal sebagai Sri Mangkunegoro I. Yang menjadi cikal bakal Karanganyar ialah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Raden Ayu Diponegoro atau Nyi Dipo alias Nyi Ageng Karang, nama kecilnya R.A Sulbiyah. Pada waktu itu Karanganyar menjadi dukuh kecil, termasuk wilayah Kasunanan Surakarta, yang memegang pemimpin Swapraja Kasunanan Surakarta ialah Sunan Paku Buwono II. Mulai adanya “Perjanjian Giyanti” pada tanggal 13 Februari 1755 yang membagi Bumi Mataram menjadi 2 kerajaan yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, maka dukuh Karanganyar yang masih kecil yang terletak di Sukowati Selatan termasuk wilayah Kasultanan Yogyakarta, karena atas dasar perjanjian itu seluruh tanah Sukowati menjadi tanah Kasultanan Yogyakarta, yang menjadi Sultan pada waktu itu adalah Sri Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1755-1792. Tahun 1847 Sri Mangkunegoro III (yang memegang Pimpinan Swapraja Mangkunegaran tahun 1835-1853) mengadakan tatanan baru, analogi peraturan yang berlaku di Kasunanan Surakarta ialah Staatsblah 1847 No. 30 yang mulai berlaku pada tanggal 5 Juni 1847 yang salah satu peraturan tersebut menyatakan bahwa Karanganyar merupakan salah satu wilayah Swapraja Mangkunegaran menjadi “Onderregentschap” dengan nama ibukotanya. Istilah
Onderregentschap diubah menjadi Regentschap pada saat Sri
Mangkunegoro VII memegang pimpinan Swapraja Mangkunegaran (1916 - 1944) pada tanggal 20 November 1917. Dengan demikian mulai tanggal 20 November 1917 Karanganyar menjadi Kabupaten Karanganyar dengan nama ibukota Karanganyar. Nama Karanganyar mempunyai maksud: Ka
: Kawibawan yang dicita-citakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Rang : Rangkapanya lahir batin, pulung dan wahyunya telah turun Anyar : Akan menerima perjanjian baru, diangkat menjadi Mangkunegoro I.1
C. Objek dan Daya Tarik Wisata Ada beberapa jenis wisata yang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan sehingga beberapa jenis wisata tersebut terus diupayakan pengembangannya oleh pemerintah bekerjasama dengan berbagai pihak yang berkepentingan dan peduli dengan pengembangan pariwisata. Berbagai jenis wisata yang ada di Kabupaten Karanganyar beserta obyek dan daya tarik wisatanya antara lain:
1. Wisata Alam a. Puncak Lawu Puncak Gunung Lawu atau sering disebut Puncak Lawu merupakan area! wisata pendakian gunung yang terkenal, disaamping karena dinilai banyak tantangan alam, obyek wisata ini juga dipercaya oleh sebagian masyarakat Jawa/wisatawan sebagai tempat bermeditasi. Setiap Bulan Suro pengunjung yang naik ke Puncak Lawii mencapai puluhan ribu orang jumlahnya, mereka berkeyakinan bahwa dengan bermeditasi di Puncak Lawu pada Bulan Suro, yang dianggap sakral itu, makaberbagai permohonan akan terkabul. 1
Ibid. hal. 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Tradisi ziarah ke Puncak Lawu bukan hanya dilakukan oleh masyarakat, tetapi juga dilaksanakan oleh kerabat kraton-kraton Jawa, disertai dengan upacara khusus yang disebut "LABUHAN". Masyarakat mempercayai sepenuhnya bahwa Puncak Lawu adalah ternpat Muksa-nya Raja Majapahit akhir yakni Raja Brawijaya V yang kemudian bergelar "SUNANLAWU" pada abad ke-15. Untuk berwisata ke Puncak Lawu para wisatawan bisa menempuh melalui Cemara Sewu, atau Cemara Kandang kemudian diteruskan dengan jalan setapak melalui lereng perbukitan Gunung Lawu di areal hutan yang sangat luas dengan pemandangan dan panorama yang indah. Route ideal untuk wisata pendakian Puncak Gunung Lawu adalah sebagai berikut: Solo (bus) - Karanganyar (bus) - Tawangmangu (bus) - Cemara Sewu/Watu Kandang (jalan kaki)- Puncak Lawu.
b. Air Terjun Grojogan Sewu Air terjun Grojogan Sewu terletak pada ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut, memiliki keindahan panorama air terjun alami setinggi 81 meter ini terletak ditengah areal hutan lindung yang sangat luas dan sejuk, lengkap dengan fasilitas rekreasi keluarga, seperti kolam renang dengan sirkulasi air alami, arena perkemahan, taman rekreasi, kios souvenir, rumah makan dan berbagai kopel peristirahatan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Untuk menuju lokasi air terjun para wisatawan dapat melalui jalan setapak di sela-sela hutan yang masih banyak dihuni oleh sejumlah satwa kera. Bagi wisatawan pecinta alam yang senang berpetualang dapat menikmati perjalanan dari Grojogan Sewu menuju Candi Sukuh atau sebaliknya dengan “Jalan kaki” atau “berkuda” dalam suasana perjalanan rekreasi yang melewali lingkungan pedesaan, hamparan perbukitan panorama yang indah. Obyek wisata Grojogan Sewu dikelilingi oleh berbagai fasilitas akomodasi, baik berupa hotel berbintang maupun hotel melati, serya sejumlah restauran, pusat penjualan cinderamata, pusat penjualan buah dan sayur-mayur produk khas daerah sekitar. Komplek air terjun Grojogan Sewu Tawangmangu merupakan areal hutan seluas 20 Ha, dibawah pengelolaan lembaga Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Bogor, sedangkan pengusahaan milik wisata dipercayakan kepada PT DUTA Indonesia Djaya sejak tahun 1969. Untuk mencapai lokasi obyek wisata Grojogan Sewu bisa ditempuh dengan kendaraan bus reguler Solo - Tawangmangu, kemudian diteruskan dengan angkutan wisata lokal Tawangmangu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
c. Wana Wisata Gunung Bromo Wana wisata Gunung Bromo berada di tepi jalan raya Karanganyar Mojogedang + 5 km ke arah timur dari kota Karanganyar. Luas kawasan ini ± 11 Ha yang dilengkapi berbagai fasilitas antara lain jalan utama, jalan setapak, beberapa kopel dan tempat peristirahatan, pos-pos keamanan serta arena rekreasi keluarga yang berupa unit permainan anak-anak, pondok makanan dan minunian serta beberapa tempat penjualan souvenir wisata. Wana Wisata Gunung Bromo juga menjadi tempat penelitian terhadap berbagai jenis tanaman hutan lindung karena di komplek ini terdapat lebih dari 120 jenis pohon, dan salah satu diantaranya adalah pohon cendana yang wangi baunya. Bila dikaji dari sejarah Wana Wisata Gunung Bromo adalah bentuk petilasan "Putri Serang" yang sampai sekarang cungkupnya masih banyak dikunjungi para peziarah. Tidak jauh dari kawasan ini terdapat waduk "Delingan" yang fungsinya sebagai pengendali dari irigasi persawahan dan merupakan area pemancingan tradisional. Untuk mencapai Wana Wisata Gunung Bromo bisa ditempuh dengan kendaraan umum atau angkudes dari kota Karanganyar ke Mojogedang.
d. Waduk Delingan Waduk Delingan terletak di jalan raya Karanganyar - Mojogedang, wilayah Desa Delingan Kecamatan Karanganyar. Mempunyai fungsi utama sebagai sarana irigasi pertaniandan pengendali banjir. Waduk Delingan berpotensi untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
dikembangkan menjadi lingkungan wisata tirta, melalui pengembangan fasilitas seperd pemancingan, restauran apung, keramba, "praon" dan jenis wisata air lainnya.
e. Waduk Lalung Waduk Lalung berlokasi di jalan raya Karanganyar - Sukoharjo, tepatnya di Desa Lalung Kecamatan Karanganyar. Sama dengan Waduk Delingan, Waduk Lalung juga mempunyai fungsi utama sebagai sarana irigasi pertanian dan pengendali banjir. Waduk Lalung berpotensi untuk dikembangkan menjadi wisata tirta dengan pengembangan fasilitas seperti pemancingan, restauran apung, keramba, "praon" dan jenis sarana rekreasi dan hiburan umum lainnya.
f. Air Terjun Gumeng Air Terjnn Gumeng berlokasi di Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar, sangat potensial dikembangkan menjadi lingkungan wisata alam, mempunyai panorama indah di musim penghujan dan udara sejuk sepanjang tahun. Sangat potensial untuk pengembangan wisata ekologi dengan keindahan alamnya.
g. Gunung Kembar Gunung Kembar berlokasi di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar, sangat potensial dikembangkan menjadi obyek wisata alam dan sebagai daerah konservasi tanah dan air. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
h. Taman Hutan Raya Merupakan satu-satunya Taman Hutan Raya yang berada di Wilayah Propinsi Jawa Tengah. Obyek wisata ini terletak di sekitar Candi Sukuh, Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Dalam areal Tahura tersebut terdapat berbagai jenis flora dan fauna, yang sebagian di antaranya merupakan flora dan fauna langka Fauna, yang sebagian diantaranya merupakan flora dan fauna langka. Di samping arena rekreasi. Tahura ini baik untuk kegiatan penelitian dan perkemahan. 2. Wisata Sejarah a. Candi Sukuh Sebuah bangunan berupa candi pada ketinggian 910 m dpl, tepatnya di dusun Sukuh Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Candi Sukuh didirikan oleh bangsawan Kerajaan Hindu Majapahit pada abad ke-15 sekitar 437 Masehi. Bangunan utamanya uatamanya berbentuk piramida terpancing yang bisa dinaiki hingga dipuncaknya melalui tangga batu yang ada di tengah candi. Di masa lalu komplek Candi Sukuh merupakan tempat pemujaan dan tempat penyelenggaraan acara ritual keagamaan bagi para penganut agama Hindu, namun pada saat ini lebih berfungsi sebagai tempat meditasi dan sesaji yang dianggap sakral oleh masyarakat. Simbol-simbol yang memiliki makna pada candi yang terbuat dari bahan batu kali ini terpapar mulai dari tata ruang, bentuk dan hadap candi, relief-relief lepas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
maupun relief berseri sampai dengan patung-patung yang masih banyak dijumpai di lokasi kawasan candi. Yang khas dari Candi Sukuh ini adalah lokasinya yang berada di tengahtengah suasana desa dan dilatarbelakangi hutan pinus sehingga merupakan daya tarik perpaduan antara kekayaan budaya dan kekayaan alam Indonesia. Di dalam lingkungan candi, yaitu di pintu gerbang utama terdapat hiasan kepala
raksasa
yang
dilengkapi
relief-relief
simbolik
"Candra
Sungkala”
mengungkapkan angka tahun pendirian candi, kemudian pelataran ke tiga selain terdapat candi utama juga terdapat candi juga terdapat candi utama juga terdapat candi kecil serta
berbagai relief-relief yang terkesan erotis yang sesungguhnya
merupakan simbol-simbol/perlambang luhur tentang ajaran-ajaran kehidupan yang hakiki. Pada relief berseri di candi Sukuh tergambarkan cerita Gamdeya dan Sudamala yang keduanya mengangkattema "Pembebasan atau Ruwatan". Pada bagian belakang Candi Sukuh terdapat areal hutan pinus yang sangat luas dan cocok untuk kegiatan rekreasi alarn dan perkemahan remaja. Dari Candi Sukuh ini dapat dilakukan wisata lintas alam "Jalan kaki"atau berkuda menuju obyek wisata Air Terjun Tawangmangu melalui jalan hutan dan melintasi pedesaan sepanjang 8 km dengan waktu ternpuh sekitar 2 jam. Untuk mencapai ke Candi Sukuh bisa ditempuh dengan menggunakan angkutan antar desa jurusan Karangpandan -Ngargoyoso (Candi Sukuh).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
b. Pemandian Sapta Tirta Pablengan Pablengan merupakan pemandian bersejarah peninggalan masa Kerajaan Mangkunegaran, di komplek ini terdapat bangunan sakral berupa pemandian terbuka peninggalan Mangkunegara VI, yang memiliki 6 kamar mandi terbuka dan sering disebut sebagai Pemandian Keputren, hingga Idni masih tetap ramai dikunjungi peziarah, terutama bagi mereka yang akan melakukan hajat tradisi ke makam raja-raja maupun ke petilasan leluhur yang bersemayam di lereng barat Gunung Lawu. Pablengan mempunyai tujuh macam sumber air alami yang hakiki. Padanya sangat berdekatan. Ketujuh sumber air alami tersebut adalah: Sumber Air Bleng
: Airnya biasa digunakan sebagai bahan pembuatan "Karak" (kerupuk dari bahan nasi = Jawa)
Sumber Air Hangat
: Airnya
dipercaya
dapat
mensucikan badan
sekaligus dapat mengobati berbagai macam penyakit kulit. Sumber Air Hidup
: Airnya biasa dipergunakan untuk membasuh muka agar
seseorang
menjadi
tetap
awet
muda
penampilannya. Sumber Air Mati
: Airnya selalu tetap, keadaan diam, tidak berkurang dan berlebih.
Sumber air Soda
: Airnya bercitarasa soda alami
Sumber Urus-urus
: Airnya bisa membuat orang "murus" atau diare commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Sumber Air Kesaktian
: Airnya
dipercaya
dapat
membuat seseorang kebal
dari senjata tajam. Pablengan terletak di tepi jalan raya antara Karapangpandan-Mangadeg-Girilayu-Giri bangun, sekitar 20 km dari kota Karanganyar. Lingkungan Pablengan beriklim sejuk dilatar belakangi bukit pinus Argotiloso serta dilingkari hamparan persawahan dengan panorama indah. Pemandian Sapta Tirta Pablengan dapat dijangkau dengan angkutan bus reguler SoloMatesih.
c. Candi Ceto Candi Ceto dibangun pada abad ke-15 pada akhir jaman kejayaan Knajaan Hindu Majapahit, terletak di Desa Gumeng Kecamatan Jenawi dengan elevasi 1.470 m dpl. Bangunan Candi yang pernah di pugar ini cukup menarik untuk dikunjungi karena letaknya yang berada di atas bukit dengan dikelilingi hamparan/ lembah perkebunan teh yang sangat indah dan luas. Dari trap-trapan pintu gerbang utama yang bermotif gapura Bali tersebut, dapat dinikmati panorama tenggelamnya matahari yang sangat mengagumkan. Sedangkan di pendopo pada pelataran atas sangat cocok untuk kegiatan meditasi dan perenungan diri. Untuk mencapai obyek wisata Candi Ceto, rombongan-wisatawan disarankan menggunakan jenis kendaraan minibus, karena mclewati jalan sempityang menanjak sepanjang perbukitan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
3. Wisata Ziarah a. Pertapaan Pringgodani Pertapaan Pringgodani atau sering disebut Petilasan Eyang Koconegoro adalah sebuah obyek wisata sejarah yang terletak barat Gunung Lawu pada 1.300 m dpi, tepatnya di wilayah Kelurahan Blumbang Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Di lokasi ini dijumpai kolam yang disakralkan yaitu Sendang Penganten, di sendang inilah para peziarah melakukan cuci muka sambil mengucapkan salam, di bagian lain terdapat sebuah petilasan yang berada di tengah bangunan bermotif joglo yang dipakai para peziarah menaikkan permohonan sesuai dengan cara dan kepercayaan masing-masing. Sebagai puncak tradisi ziarah di Pertapaan Pringgodani adalah inandi di tujuh pancuran alami yang airnya memancar dari tebing, tepat pada tengah malam secara bergantian masing-masing bertelanjang (tanpa memakai busana). Seusai mandi para peziarah melakukan tirakatan atau berjaga semalam suntuk sambil memanjatkan do'a, bersemedi dan berinstropeksi diri. Pengunjung biasanya datang pada hari yang dianggap keramat Malam Jum'at Kliwon dan Malam Selasa Kliwon dengan cara berjalan kaki dari jalan raya Tawangmangu - Sarangan, tepatnya 3 (tiga) km dari Blumbang melalui jalan setapak yang sempit sepanjang tebing perbukitan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Berziarah ke Pertapaan Pringgodani merupakan kegiatan wisata alam yang menyenangkan karena selain dapat menikmati kesejukan udara juga dapat merasakan suasana alam pegunungan yang masih murni.
b. Jabal Kanil Tawangmangu Merupakan salah satu peninggalan/petilasan Syeh Maulana Maghribi, yang terletak di puncak bukit Jabalkanil Lereng Barat Gunung Lawu, merupakan obyek wisata ziarah yang menarik karena dikelilingi panorama alami pegunungan yang indah dan sejuk. Selain bangunan petilasan tersebut terdapat pula bangunan masjid bertiang (bersaka) kayu jati yang berusia ratusan tahun. Dikomplek ini juga terdapat BEDUG kuno yang oleh masyarakat setempat dipercaya memiliki daya gaib, antara lain terkadang bedug tersebut berbunyi sendiri ditabuh oleh siapapun. Di atas Bukit Jabalkanil para peziarah dapat menghayati perpaduan antara kekuatan daya tarik alami dan budaya masa lalu. Untuk menjangkau lokasi ziarah Jabalkanil bisa memanfaatkan kendaraan umum jurusan Tawangmangu - Matesih, sedangkan untuk mencapai puncak Bukit Jabalkanil telah dibaugun jalan setapak sepanjang 500 meter melewati lingkungan perumahan pedesaan serta hamparan sawali dan perladangan yang luas dengan aneka jenis tanaman hortikultura. Potensi wisata ziarah yang dimiliki Kabupaten Karanganyar yang belum tergarap secara optimal adalah Astana Derpoyudan, yang terletak di Desa Kwadungan Kecamatan Kerjo; Punden Krendo Wahono, yang terletak di Desa Krendhowahono commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Kecamatan Gondangrejo; dan Astana Randu Songo, yang terletak di Desa Gaum Kecamatan Tasikmadu. Khusus di punden hutan Krendhowahono setiap tahun diselenggarakan acara tradisi Mahesa Lawung dari Kraton Surakarta Hadiningrat.
c. Astana Randu Songo Astana Randu Songo merupakan salah satu obyek dayatarik wisata di Karanganyar yang menawarkan pariwisata spiritual. Terletak di Desa Gaum Kecamatan Tasikmadu. Astana Randu Songo merupakan tempatperistirahatan terakhir Rangga Panambangyang merupakan tangan kanan Pangeran Sambernyawa, menawarkan kekhasan wisata spiritual dimana wisatawan dapat melakukan kegiatan spiritual seperti semadi di lokasi astana tersebut dengan penuh khidmad karena keheningannya. Kegiatan rutin yang diadakan di astana Randu Songo yang biasanya menarik pengunjung adalah kegiatan yang dilaksanakan setiap malam tertentu berdasarkan perhitungan Tahun jawa, dimana pada tahun tersebut astana dipenuhi oleh pengunjung yang melakukan upacara semadi di kompleks pemakaman untuk suatu tujuan khusus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
4. Wisata Minat Khusus a. Camping Lawu Resort Camping Lawu Resort merupakan arena perkemahan wisata yang dikelola secara komersial, dengan dilengkapi berbagai fasilitas rekreasi dan akomodasi, antara Sain panggung terbuka kolam renang, cafetaria, serta tenda atau kemah dalam berbagai ukuran. Letak Camping Lawu resort berada di tepi jalan Raya Tawanmangu Sarangan kilometer ketiga pada posisi 1.200 meter dpi dengan luas Area ± 2,69 hektar, berudara sejuk dengan panorama lereng barat Gunung Lawu yang sangat indah, dikenal sebagai tempat rekreasi kalangan pengusaha, kelompok minat usaha, dan kalangan mahasiswa Perguruan Tinggi untuk kegiatan event tertentu.
b. Bumi Perkemahan Sekipan Merupakan arena perkemahan bagi remaja berada di kawasan liutan yang luas pada posisi 1.100 m dpi. Dikelilingi oleh perbukitan yang indah, berhawa sejuk sepanjang tahun. Bumi Perkemahan Sekipan yang luasnya ± 5 hekiar ini terletak di wilayah Kelurahan Kalisoro Kecamatan Tawangmangu. Bumi perkemahan ini memiliki fasilitas yang cukup memadai untuk kegiatan perkemahan - tradisi, karena tersedia lapangan yang luas, fasilitas MCK, villa, taman bermain, waning tradisi, serta sungai alami yang mengalir di tengah areal kemah. Pada hari-hari besar nasional dan musim liburan, bumi perkemahan ini dipadati oleh para perkemah yang mayoritas berasal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
dari kalangan pelajar dan mahasiswa, yang datang dari berbagai penjuru kota di Jawa dan Bali. Biasanya para pekemah melakukan kegiatan pendakian gunung di siang hari, sedangkan pada malam hari beramai-ramai menyelenggarakan api unggun bersama di masing-masing petak perkemahannya. Untuk menjangkau lokasi Bumi Perkemahan ini bida dengan jalan kaki dari jalan raya Tawangmangu - Kalisoro sejauh 2 km.
c. Wisata Agro Waduk wisata agro adalah perpaduan seluruh unsur kepariwisataan, baik berupa jasa pelayanan, fasilitas, kemudahan-kemudahan, maupun atraksi wisata yang berkaitan dengan usaha pertanian di suatu tempat dan telah dikemas sebagai obyek dan daya tarik wisata terpadu. Potensi wisata agro yang ada dan yang bisa dikembangkan di Kabupaten Karanganyar adalah wisata agro Kebun Teh, wisata agro Kebun Bunga, dan wisata agro Kebun Buah. Wisata agro Kebun Teh dan Kopi berlokasi di Kecamatan Ngargoyoso dan Kecamatan Jenawi, mempunyai pemandangan yang cukup indah seperti kawasan Puncak, Bogor dan berudara sejuk sepanjang tahun. Wisata agro Kebun Bunga terletak di kawasan wisata Ngargoyoso dan Tawangmangu, memiliki beranekaragam bunga seperti bermacam-macam pakis, anggrek, mawar, Krisan, dan lain-lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Wisata agro Kebun Buah terletak di Kecamatan Tawangmangu, Kecamatan Ngargoyoso,
Kecamatan
Jenawi,
Kecamatan
Mojogedang,
dan
Kecamatan
Karangpandan. Seperti kebun buah Alpokat, Jeruk Keprok, Duku, Mangga, Pepaya, Nanas, Pisang, Rambutan, Sawo,Jambu, Durian, Nangka, Blimbing.2
2
Ibid. hal. 8
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III PENGEMBANGAN EKOWISATA TLOGO DRINGO
A. Tinjauan Umum Desa Tlogo Dringo 1. Sejarah Berdirinya Tlogo Dringo adalah sebuah dusun yang terletak di kawasan selatan lereng Gunung Lawu. Dusun ini masuk wilayah administratif Kabupaten karanganyar, tepatnya Dusun Tlogo Dringo, Kelurahan Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Karena letaknya yang dekat dengan puncak Gunung Lawu, maka kawasan ini beriklim sejuk, bahkan pada musim tertentu suhunya bisa mencapai 10oC. Kawasan ini masuk dalam lembah lereng selatan Gunung Lawu. Dengan iklim seperti itu sangat cocok sekali dengan potensi pertanian tanaman sayur dan buah. Asal muasal nama Tlogo Dringo diambil dari adanya sebuah tanah datar yang sekarang menjadi lapangan sepak bola dulunya adalah sebuah telaga. Telaga tersebut merupakan danau kecil, di sana terdapat pohon Dringo yang daunnya sering digunakan oleh warga sekitar untuk memandikan anaknya karena daunnya beraroma sangat wangi. Oleh karena itu, tempat ini dinamakan Tlogo Dringo. Awalnya di daerah ini hanya terdiri dari 7-9 rumah saja. Salah satu pendiri desa adalah Mbah Kertorejo, sekarang tapak tilasnya ada di sebelah utara dari bekas danau. Pada tahun 1950-an, daerah ini mulai ramai, selain bertambahnya penduduk dengan keturunan commit to user 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
orang asli Tlogo Dringo, banyak pula pendatang yang berasal dari wilayah Kabupaten Magetan, Kabupaten Wonogiri dan juga Karanganyar. Di kawasan ini dulunya masih di bawahi oleh kolonial Belanda, kemudian Jepang dan yang terakhir adalah agresi kembali oleh Belanda. Daerah Tlogo Dringo ini masih kental dengan nuansa mistis. Sesajen juga masih berlaku untuk menyeimbangkan kehidupan masyarakat sekitar. Diceritakan, di kawasan hutan lindung di sebelah selatan desa ini masih banyak terdapat arca-arca dan beberapa artefak yang menurut legenda adalah petunjuk-petunjuk yang harus ditaati oleh orang-orang yang bermukim di lereng hutan tersebut. Salah satunya adalah patung celeng yang terdapat di sebelah timur puncak Njogolarangan. Patung ini merupakan perwujudan dari raja babi hutan yang dinamakan Dadung Awuk. Arca Dadung Awuk ini adalah petunjuk bagi masyarakat bahwa dalam 6 bulan sekali jika tidak ada sesaji yang dipersembahkan, maka hama babi hutan akan menyerang desa yang melanggar larangan. Jika yang melanggar adalah desa bagian Timur, maka arca itu akan menghadap ke Desa Genilangit, Magetan, jika yang melanggar adalah bagian selatan, arca itu akan menghadap ke Girimanik, Wonogiri, begitu juga ke arah barat di Daerah Jatiyoso, dan yang paling sering adalah menghadap ke arah utara, yaitu di Dusun Tlogo Dringo. Babi Hutan akan memakan tanaman warga, baik buah, sayuran, dan lain sebagainya. Di Kawasan Tlogo Dringo ini terdapat beberapa perbukitan yang masih alami, dari beberapa pertemuan lembah di pegunungan itu, terdapat sungai-sungai yang mengalir menjadi satu dan bermuara di sebuah sendang yang dinamakan Sendang Ayu. Sendang ini digunakan warga untuk mengairi sawahcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
sawah mereka dan juga untuk kebutuhan sehari-hari. Di dusun ini terdapat padepokan yang merupakan makam dari sesepuh Tlogo Dringo, yaitu Mbah Sarimin atau Padepokan Kismoyojati. Di Padepokan ini akan sangat ramai dikunjungi para peziarah pada bulan Suro dan pada saat jatuhnya wuku galungan setiap enam bulan sekali. Para peziarah berasal dari berbagai daerah, dari Kalimantan dan Sulawesi juga pernah menziarahi padepokan ini. Pada tahun 1987 dibangun Vihara Lawu yang menjadi pusat kegiatan sembahyang bagi agama Budha, tempat keramat ini juga pada saat tertentu banyak sekali dikunjungi oleh para peziarah dan pemeluk agama Budha untuk bersembahyang. Dusun ini sendiri sekarang terdiri dari 140 Kepala Keluarga, terdiri dari tiga Rukun Tetangga dan satu Rukun Warga. Tlogo Dringo adalah satu-satunya wilayah pedesaan di Kabupaten Karanganyar yang menghasilkan tanaman buah stroberi. Buah ini tidak diproduksi di daerah lain selain di Tlogo Dringo. Budidaya buah stroberi ini baru berlangsung selama 3 tahun belakangan. Selain menjadi sentra produksi stroberi, ladang di desa ini juga menghasilkan banyak tanaman buah dan sayur, seperti kentang, jagung, wortel, bawang merah dan bawang putih, kemangi, dan bahkan baru-baru ini telah dikembangkan bibit buah apel malang(Wawancara dengan Bapak Giyanto dan Bapak Suharto, 25 Juni 2012).
2. Kependudukan Masyarakat Tlogo Dringo mayoritas terdiri dari masyarakat Jawa yang masih memgang ajaran-ajaran dari para tetua. Desa yang terdiri dari 140 Kepala Keluarga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
ini telah ada sejak masa-masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sejak dahulu kawasan ini telah menjadi penghasil jagung dan kentang berkualitas dari Kabupaten Karanganyar. Mayoritas penduduk desa ini adalah bertani. Pertanianya pun bervariasi, ada petani sayur, petani buah, dan pembuat pupuk dari rumput. Banyak pula penduduk yang beternak sapi dan hewan peliharaan lainnya. Disamping itu, beberapa diantaranya juga berprofesi sebagai tukang bangunan, pegawai negeri sipil, pensiunan, pedagang, buruh tani dan juga merantau ke kota. Rumah-rumah penduduk mayoritas sudah berkontruksi beton dan dinding tembok, dinding papan atau kayu, dan sedikit diantaranya masih menggunakan dinding bambu. Kelompok usia yang paling banyak adalah usia kerja, yaitu berkisar umur 17-60 tahun. Mayoritas usia sekolah dan balita dan terdapat beberapa sesepuh yang masuk kategori lansia. Pendidikan masyarakat di Desa ini cukup rendah, ratarata hanya lulusan Sekolah Dasar, beberapa yang menamatkan pendidikan SLTP dan hanya sedikit yang meneruskan ke jenjang SLTA. Tidak ada satupun yang mengeyam bangku perguruan tinggi. Pemeluk agama di daerah Tlogo Dringo bervariasi, mayoritas adalah orang muslim, kristen, dan Budha. Terdapat tempat peribadatan bagi agama-agama tersebut. Penduduk laki-laki lebih banyak jumlahnya dibanding yang berkelamin perempuan (Data Monografi Desa Gondosuli Lor).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
B. Analisis 4A 1. Amenities (Sarana dan Prasarana Tlogo Dringo) a.
Akses Jalan Raya Jalan Raya di kawasan Tlogo Dringo sudah sangat memadai, jalan akses
ke desa juga sudah menggunakan cor blok. Untuk akses ke hutan terdapat jalan setapak yang tersusun dari batu. b. Lapangan Sepak Bola Terdapat sebuah lapangan sepak bola yang biasa digunakan warga Desa Tlogo Dringo untuk berolah raga. Biasanya digunakan oleh anak-anak yang masih berusia sekolah. Sering juga digunakan untuk menggembalakan ternak warga, terutama sapi. c. Tempat Parkir Tidak ada tempat parkir resmi yang disediakan untuk pengunjung, hanya saja setiap rumah penduduk yang mempunyai halaman atau teras rumah yang agak luas biasa dijadikan lahan parker. Untuk biaya menyesuaikan dengan pemilik rumah atau lahan, bahkan juga dengan biaya sukarela. d. Home Stay Rumah Penduduk Bagi pengunjung yang berasal dari luar kota atau menginginkan tinggal di Kawasan Tlogo Dringo, rumah penduduk di sana juga bisa menjadi alternatif home stay selama berkunjung ke kawasan Tlogo Dringo. Selain itu juga bisa melihat kehidupan masyarakat sekitar lebih dekat. Tidak ada tarif khusus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
untuk penginapan di rumah penduduk, tergantung dari kesepakatan pengunjung dan empunya rumah. e. Sumber Mata Air Air di Desa Tlogo Dringo sangat melimpah, dikarenakan air yang mengalir di desa ini langsung berasal dari mata air Pegunungan Lawu Selatan. Disamping sejuk udaranya, juga air yang ada di desa ini juga sangat bersih dan cocok untuk dijadikan kawasan wisata ekologi. f. Pusat Penjualan Stroberi Sebagai penghasil stroberi di Kabupaten Karanganyar, Tlogo Dringo tentu saja mempunyai keuntungan karena selain hasil yang melimpah dan masih segar, pengunjung juga bisa memetik sendiri dari kebun petani. Sehingga, lebih menambah keunggulan dari wisata pedesaan Tlogo Dringo. Lagipula, kebun stroberi tersebut adalah salah satu atraksi utama
dari
Kawasan Tlogo Dringo. g. Tempat Ibadah Di Desa Tlogo Dringo ini terdapat tempat ibadah bagi para pemeluk agama Islam, yaitu masjid. Terdapat pula tempat ibadah agama Buddha, yaitu Vihara Lawu. Juga ada Padepokan yang disediakan untuk orang ziarah. h. Sarana Pendidikan Satu-satunya sekolah di Desa Tlogo Dringo adalah SD N 03 Gondosuli. Sekolah ini ada di kompleks perkampungan atas, dan terletak berdekatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
dengan masjid. Karena hanya ada sekolah tersebut, murid-muridnya berasal dari berbagai dusun sekitar Desa Tlogo Dringo. i. Warung Makan Walaupun secara resmi bukanlah sebagai tempat wisata, tetapi di tempat sudah tersedia warung makan yang diperuntukan pengunjung yang mendatangi vihara atau padepokan untuk berziarah. j. Pemandu Hiking Bagi pengunjung yang ingin melakukan perjalanan naik gunung, maka di desa ini menyediakan jasa untuk menjadi penunjuk jalan ke beberapa gunung di sekitar Desa Tlogo Dringo.
2. Accessable (Akses Tlogo Dringo) Di kawasan Tlogo Dringo, hanya terdapat satu jalan besar yang menghubungkan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal ini membuat area yang dilewati oleh orang-orang yang melakukan perjalanan ke Jatim menjadi ramai, terutama sektor pariwisata, akomodasi dan kuliner. Begitu juga di Desa Tlogo Dringo, jalan raya yang disebut-sebut sebagai jalan raya tertinggi se-Pulau Jawa ini mempunyai ketinggian di atas 1800 mdpl. Akses untuk ke Tlogo Dringo bisa ditinjau dari batas letak desa tersebut, diantaranya: a. Sebelah Timur
: Kawasan Cemoro Kandang
b. Sebelah Utara
: Area Kebun Balai Pengembangan Tanaman Obat
c. Sebelah Selatan
: Kawasan Hutan Perhutani commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
d. Sebelah Barat
: Area Kebun Balai Pengembangan Tanaman Obat
Untuk menuju ke kawasan ini terdapat 2 gerbang pintu masuk, yaitu melalui Jawa Timur dan Jawa Tengah, berikut skema perjalanan ke kawasan Tlogo Dringo: 1. Dari Surakarta, Jawa Tengah, semua moda transportasi transit di Kota Surakarta. Pesawat melalui Bandara Internasional Adi Soemarmo, Kereta api melalui Stasiun Solo Balapan, Stasiun Jebres, dan Stasiun Purwosari. Sedang Jalur Transportasi angkutan umum bermuara di Terminal Tirtonadi. Selanjutnya, menggunakan bus umum jurusan Tawangmangu, setelah sampai Terminal Tawangmangu dilanjutkan menggunakan angkutan pedesaan menuju Desa Tolo Dlingo. 2. Dari Magetan Jawa Timur, semua moda transportasi akan bermuara di Maospati, dilanjutkan ke Plaosan, sebuah kawasan di bawah lereng Gunung lawu. Stelah Palosan, menggunakan angkutan umum ke Tawangmangu dan turun di Desa Tlogo Dringo.
3. Attraction (Potensi Ekowisata Tlogo Dringo) 1. Kebun Buah Stroberi Kebun Stroberi di Tlogo Dringo ini sudah dikembangkan selama 3 tahun. Perkembanganya sangat bagus, menurut petani di Desa Gondosuli, tanah di Tlogo Dringo sangat cocok untuk produksi stroberi. Di lahan seluas 5,6 hektar, produksi stroberi akan berlangsung sepanjang tahun. Dimulai dari bulan Januari yaitu penanaman bibit, tiga bulan kemudian tanaman sudah mulai berbunga dan berbuah, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
puncak panennya adalah bulan maret. Setelah itu, jika cuaca cerah dan panas, maka buah stroberi bisa dipanen setiap 2-3 hari sekali. Setiap panen raya kebun buah stroberi di Tlogo Dringo bisa menghasilkan 8-10 kwintal buah stroberi yang akan dipasok ke wilayah Magetan, Nganjuk, Madiun, Ngawi, Solo, dan tentu saja Karanganyar. Setiap hari kebun ini bisa dipanen dengan system panen berkala. Ada yang dipanen hari senin-rabu-jumat, ada juga yang dipanen hari selasa-kamis-dan sabtu. Untuk buah yang telah masak sempurna, hanya bisa bertahan sampai 2-3 hari, dan setelah itu akan membusuk dan tidak akan laku dijual. Maka dari itu buah yang hari ini diproduksi harus lgsung laku pada hari itu atau besoknya. Dengan produksi sebanyak itu, kebun buah Tlogo Dringo ini sangat berpotensi untuk dijadikan obyek wisata ekologi. Akan lebih optimal jika pihakpihak yang andil dalam proses produksi ini turut memajukan pemasaran dari buah stroberi ini.
2. Bentang Alam Keberadaan daerah pedesaan di dekat kawasan hutan lindung memiliki potensi yang cukup besar bagi keberlangsungan kegiatan ekowisata. Di Tlogo Dringo, hal ini menjadi potensi utama dari konsep yang bisa diangkat melalui pendekatan yang berprinsip pada tindakan konservasi. Modal utamanya adalah keadaan bentang alam yang masih alami dan terjaga kebersihannya dan keseimbangannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Di Kawasan Tlogo Dringo ini sendiri terdapat beberapa tempat-tempat yang merupakan atraksi alam bebas yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan ekowisata, misal wisata perjalanan ke puncak gunung, melihat kehidupan liar di hutan hujan tropis yang lembab, penelusuran kawasan hutan dengan berbagai jenis flora dan fauna, pengamatan burung, pengamatan primate, serta wisata ilmiah mengenai dasar-dasar pengenalan konservasi alam. Pengalaman inilah yang menjadikan wisata alam adalah wisata yang unik karena tidak ditemukan di tempat lain. Setiap perjalan di alam akan mempunyai eksotisme masing-masing. Sudut pandang wisata alam di Gunung Bromo tentu saja berbeda dengan Sudut pandang di Gunung Lawu, pengamatan satwa liar di Savana Baluran tentu saja berbeda dengan penelusuran hutan basah Tlogo Dringo, Hal ini yang mendorong orang berkunjung ke tempat yang berbeda untuk mendapat hasil yang berbeda pula.
3. Kebun Balai Pengembangan Tanaman Obat Kebun yang dimaksud adalah kebun tanaman obat yang terletak di sebelah utara Tlogo Dringo atau di depan dusun. Area yang dijadikan pusat perkembangbiakan tanaman herbal ini nantinya akan dijadikan pusat kajian terhadap tanaman yang bisa meningkatkan taraf kesehatan masyarakat sekitar Kabupaten Karanganyar. Di kebun BPTO tersebut terdapat tanaman obat yang menjadi andalan yang diyakini oleh masyarakat tradisional dan diakui oleh internasional. Khasiatkhasiat yang bisa dirasakan dibuktikan dengan tidak pernah sepinya pengunjung commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
yang dating ke klinik pengobatan yang terletak di akses jalan masuk ke Grojogan Sewu Tawangmangu. Keberadaan kebun tanaman obat ini diharapkan masa wisata ke kawasan Tlogo Dringo akan lebih lama sehingga manfaat yang dirasakan masyarakat Tlogo Dringo juga lebih mengena. Terlebih lagi hal ini menjadi hal yang tidak ditemukan di lokasi kegiatan ekowisata lainnya. Dinilai dari segi keilmuan tentang khasiat tanaman, keindahan alam, ragam flora, dan pendukung kegiatan konservasi alam.
4. Sosial Budaya Masyarakat Tlogo Dringo Salah satu daya tarik wisata ekologi adalah keunikan budaya masyarakat Tlogo Dringo. Di desa ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan budaya masyarakat Tlogo Dringo dan sampai sekarang masih dilakukan. Berdirinya Vihara Lawu pada tahun 1987 menjadikan kawasan ini tempat sembahyang bagi pemeluk agama Budha, setiap tahun pada bulan-bulan tertentu. Pada bulan Suro, ada tradisi mempersembahkan sesaji di petilasan pendiri desa, yaitu petilasan Mbah Kertorejo. Petilasan ini terletak di sebelah utara lapangan sepak bola dan menghadap tepat ke gunung tertinggi di Lawu Selatan ini. Selain itu, terdapat beberapa artefak babi hutan yang disebut Dadung Awuk dan juga arca lesung dan alu yang terdapat di Lembah Mrutu. Konon menurut cerita penduduk tempat ini tidak ramah untuk orang asing. Banyak cerita jika ada orang yang mendatangi lembah tersebut dan pulang setelah matahari terbenam, dipastikan ia akan tersesat dan tidak menemukan jalan pulang sampai terbit matahari. Satu lagi aspek sosial budaya di Tlogo Dringo, yaitu wisata commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
ziarah Padepokan Kismoyojati, yaitu makam Mbah Sarimin yang menjadi tokoh masyarakat pada waktu itu. Padepokan tersebut ramai dikunjungi oleh peziarah pada Bulan Suro dan pada saat jatuhnya wuku galungan yang terjadi setiap 6bulan sekali. Hal tersebut menambah kelengkapan dari atraksi wisata ekologi yang menjadi potensi Kawasan Tlogo Dringo. Ada benarnya sosial budaya tersebut benar-benar terjadi menurut kepercayaan masyarakat Tlogo Dringo, tapi di sisi lain pembuktian rasional tentu lebih masuk akal.
4. Ancillary (Kebijakan Instansi Terkait) Menurut penjelasan dari perangkat desa, tidak ada kebijakan khusus yang diterapkan untuk kawasan Tlogo Dringo. Kebijakan yang ditujukan untuk desa tersebut sama dengan mayoritas kebijakan yang ditujukan untuk desa-desa yang lain. Termasuk di dalamnya kebijakan mengenai administratif, kependudukan, birokrasi dan lain-lain. Tetapi ada hal lain yang mendukung Tlogo Dringo menjadi kawasan yang strategis untuk dikunjungi. Kebijakan pemerintah kabupaten yang telah membangun sarana jalan raya praktis saja memudahkan akses ke kawasan ini. Kebijakan pemerintah yang memberikan ijin usaha di sepanjang jalan Jawa TengahJawa Timur atau Karanganyar-Magetan telah memberikan gambaran bahwa masyarakat bisa mencari penghidupan dari kebijakan tersebut, misalnya berdirinya warung-warung di pinggir jalan yang memudahkan wisatawan dalam memenuhi kebutuhannya. Ada satu jkkebijakan yang bisa mendukung desa Tlogo Dringo ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
menjadi objek wisata, yaitu kebijakan pemerintah yang menyetujui pembangunan Erboretum yang akan di bangun di kawasan Tlogo Dringo ini. Erboretum adalah sebuah area yang dikhususkan untuk tujuan kunjungan wisata yang di dalamnya terdapat beberapa atraksi wisata yang disajikan, contohnya adalah kolam renang, wisata agro, perkebunan buah, taman bermain untuk anak-anak, wisata ekologi, out bound area, dan camping resort. Erboretum ini akan dibangun melalui kerjasama antara Pemerintah setempat dan PT. Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo Surakarta. Rencana pembangunan tempat tersebut sudah dicanangkan sejak tiga tahun lalu, hanya saja prosesnya terhenti karena beberapa hal. Disebabkan oleh proses pembebasan lahan yang begitu lama dan tidak transparan, pendanaan yang kurang lancar disebabkan birokrasi dan pihak swasta yang ikut mendukung pembangunan Erboretrum tersebut. Hal ini akan menambah daya tarik wisata Desa Tlogo Dringo. Di sisi lain, dilihat dari segi ekologi pembangunan ini sedikit banyak berpengaruh terhadap
kelangsungan wisata ekologi yang
mengedepankan kelestarian alam dan kegiatan wisata yang bertanggung jawab. Kepedulian pemerintah setempat dan kesadaran masyarakat dan pengunjung akan pentingnya natural based orientation sangat diharapkan demi kelangsungan alam pedesaan Tlogo Dringo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
C. Pengembangan Ekowisata Desa Tlogo Dringo 1. Analisis Ekowisata Kawasan Pedesaan Pada saat ini, ekowisata telah berkembang. Wisata ini tidak hanya sekedar untuk melakukan perjalanan ke alam yang masih alami, pengamatan burung, berkuda di hutan belantara, tetapi telah meluas untuk mengangkat peran masyarakat sekitar untuk mendukung kelestarian alam tempat dimana diselenggarakan kegiatan wisata ekologi. Maka dari itu, kegiatan wisata berbasis ekologi dinilai juga sebagai perjalanan wisata bertanggung jawab. Keadaan alam di Indonesia mendukung untuk berkembangnya kegiatan wisata berbasis ekologi, karena Indonesia disebut sebagai negara Megabiodiversity. Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antar makhluk hidup sesame dengan lingkunganya. Ekologi berasal dari kata Yunani, oikos, yang berarti rumah atau tempat untuk berdiam, dapat juga berarti rumah tangga, dan logos yaitu ilmu atau studi. Mula-mula istilah ini digunakan secara terbatasoleh seorang Amerika bernama Henry David Thoreau (1850) kemudian oleh seorang ahli Jerman, Ernst Haeckel (1869) dan secara luas digunakan oleh Charles Darwin. Ekologi adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik makhluk hidup dengan sesamanya dan dengan yang tidak hidup (Nyoman S. Pendit, 2003). Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi. Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga mengembangkan strategi konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Bahkan dengan ekowisata pelestarian alam dapat ditingkatkan kualitasnya karena desakan dan tuntutan dari eco-traveller. Ekowisata lebih populer dan banyak dipergunakan disbanding dengan terjemahan yang seharusnya dari istilah ecotourism, yaitu ekoturisme. Terjemahan yang seharusnya dari ecotourisme adalah wisata ekologis (Chafid Fandeli, 2000). Lingkungan hidup dapat dibagi sebagai lingkungan hidup alamiah dan binaan. Lingkungan hidup alamiah adalah suatu sistem yang amat dinamis dan merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup serta komponenkomponen biotik maupun abiotik lainnya. Tanpa adanya dominasi manusia, interaksi yang terjadi pada manusia. Interaksi yang terjadi dalam lingkungan alamiah dan sekitarnya membentuk suatu sistem ekologi atau disebut pula ekosistem (Nyoman S,Pendit, 2003). Obyek wisata sudah saatnya digali, diangkat, dan dikemas dalam satu paket kunjungan bernuansa alami. Kita refleksikan pada diri kita sendiri manakala berkunjung ke mancanegara, dimana tidak sedikit obyek wisata yang menjadi tujuan dan sasaran kunjungan berada di wilayah pedesaan. Obyek kunjungan ke pedesaan akan jadi satu sasaran menarik, baik itu melihat perkebunan anggur dan menyaksikan proses pembuatannya, maupun melihat gudang pembuatan keju. Semua itu menarik dan asyik untuk dinikmati kendati harus didatangi dengan jarak yang cukup lumayan. Waktu pun tidak terasa habis untuk satu kunjungan desa. Pola hidup tradisional petani, mulai dari membajak sawah non-modernisasi atau dengan bantuan hewan , kemudian ibu-ibu yang menumbuk padi dengan alu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
yang berirama harmonis, serta tradisi ‘nginang’ kaum wanita bisa dijual secara khusus dan dijamin pasti menarik. Contoh konkret di Jepang, obyek desa wisata Ninja, seratus persen digarap swasta dan pemda setempat mendukungnya (Ronny Sugiantoro, 2000). Dalam perkembanganya, bentuk kegiatan ekowisata ini variatif, karenan banyak digemari oleh wisatawan. Karena banyak hal yang bisa dilakukan menyangkut kegiatan ekologi dan pandangan konservasi. Alam yang memberikan banyak variasi bentuk hal yang bisa dijadikan media untuk menjalankan kegiatan ekowisata. Diantaranya adalah Melakukan hiking ke perkebunan teh atau kopi sekaligus melihat keseharian dari para petani sebagai suatu komponen yang menjalankan kegiatan di alam. Obyek tujuan wisata alam pun sekarang banyak dijumpai, Khusus di Kabupaten Karanganyar terdapat tempat-tempat menarik yang menawarkan perjalanan di alam terbuka. Konsep memanfaatkan sektor wisata untuk menunjang konservasi saat ini sedang ramai didiskusikan. Sejauh mana wisata dapat mendorong tindakan-tindakan konservasi yang dilakukan? Bagaimana strategi yang dapat diterapkan sehingga tujuan konservasi yang tercapai dalam industri wisata yang terus berkembang? Siapa dan dimana harus dimulai dan memulai? Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul sebagai respon dari dampak buruk wisata terhadap keanekaragaman hayati (Luchman Hakim, 2004).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
2. Pengembangan Wisata Pedesaan Kawasan Tlogo Dringo Wisata Pedesaan merupakan salah satu bentuk wisata minat khusus yang memiliki ruang lingkup yang cukup luas, mulai dari kegiatan oleh fakta dan aktivitas di ruang terbuka (outdoor activities) hingga keinginan untuk belajar sesuatu kecakapan tertentu misalnya bahasa, kesenian tradisional, atau mulai dari kegiatan wisata budaya hingga kegiatan-kegiatan khusus yang bertujuan untuk menjaga kesehatan tubuh (Chafid Fandeli, 2000). Di dalam mengembangkan potensi kawasan sasaran wisata ekologi yang mengandalkan wilayah yang masih asri dan terjaga, tidak lepas dari wilayah pedesaan yang belum tersentuh kemajuan globalisasi. Di pedesaan, tempat-tempat yang dinilai masih alami dan tidak terpengaruh oleh campur tangan manusia bisa dijadikan tempat untuk diselenggarakan wisata ekologi atau ekowisata, dengan catatan harus mempunyai konsep pengembangan yang baik. Seperti diketahui, penyelenggaraan ekowisata adalah jenis wisata yang bertanggung jawab dan juga bersifat pembangunan yang berkelanjutan ( sustainable development ), maka bila pengembangan dan pengelolaannya kurang baik, maka tujuan tersebut tidak akan tercapai. Secara umum basis pengembangan wisata minat khusus Tlogo Dringo meliputi: 1. Aspek-aspek alam seperti flora, fauna, fisik geologi, vulkanologi, hidrologi, hutan alam yang terdapat di Hutan Lindung Jogolarangan dan Lembah Lawu Selatan. Potensi utama pada pertanian buah dan sayur serta pusat pengembangan tanaman obat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
2. Objek dan daya tarik wisata budaya yang meliputi budaya peninggalan sejarah (built heritage) dan budaya kehidupan masyarakat (living culture). Potensi atau basis wisata ini selanjutnya dapat dikemas dalam bentuk wisata budaya peninggalan sejarah (situs arkeologi), wisata pedesaan dan sebagainya dimana wisatawan memiliki minat untuk terlibat langsung dan berinteraksi dengan budaya masyarakat setempat serta belajar berbagai hal dari aspekaspek budaya yang ada (Chafid Fandeli, 2000). Kegiatan pembangunan pariwisata yang dilandasi dengan prinsip di atas akan berdampak pada lokasi penyelenggaraan itu sendiri, lingkungan tetap terjaga keasrianya, sementara masyarakat juga mendapat keuntungan baik dari segi ekonomi maupun dari segi pengetahuan. Di samping itu masyarakat juga akan memegang peranan sebagai penjaga kelestarian kawasan pedesaan dan juga menjadi salah satu atraksi wisata, sebagai komponen dari ekowisata. Lebih jauh lagi, pihak pengelola, institusi pemerintahan, dan masyarakat sekitar akan bekerjasama untuk mewujudkan pengembangan ekowisata dengan baik. Meskipun sempat mengalami penurunan karena multi krisis yang terjadi sejak tahun 1997. Pertumbuhan pariwisata di Indonesia nampaknya akan semakin besar dalam tahun-tahun mendatang. Seperti pada umumnya pemerintahan di banyak negara, pemerintah Indonesia pun berharap bahwa suatu saat sektor pariwisata dapat berperan sebagai pendorong peningkatan pendapatan nasional, yang pada gilirannya ikut meningkatkan kualitas hidup masyarakatdi daerah tujuan wisata pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya (Chafid Fandeli, 2000). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Tlogo Dringo merupakan salah satu kawasan yang sangat berpotensi untuk dikembangkan,
karena
terdapat
lokasi-lokasi
yang
mendukung
untuk
diselenggarakan wisata pedesaan. Pengembangan yang sangat mungkin untuk dicapai diantaranya: a. Berusaha sejauh mungkin memelihara kebudayaan serta lingkungan sekitar, karena hal itu merupakan atraksi utama dari wisata ekologi (ekowisata) yang dapat menarik wisatawan baik mancanegara maupun domestic dengan cara tetap menjalankan tradisi dan ritual yang bisa mempertahankan budaya tersebut sampai generasi selanjutnya dan terutama sangat berguna bagi kelangsungan kepercayaan masyarakat Tlogo Dringo itu sendiri. b. Perbaikan-perbaikan berdasar skala prioritas yang telah ditentukan baik dari fasilitas, sarana dan prasarana, pengelolaan yang dapat menunjang kemajuan wisata pedesaan Tlogo Dringo. Seperti pembangunan lahan parkir yang memadai, penginapan standar wisata, dan akses jalan raya yang sudah baik. c. Mengembangkan suatu pemasaran yang professional dan terkoodinir melalui berbagai media, baik berupa media masa, elektronik, brosur-brosur, dan juga promo-promo yang mampu mengangkat Tlogo Dringo dengan bantuan pihakpihak yang berkaitan dengan pengembangan ekowisata. d. Pengembangan sumber daya manusia melalui bimbingan, pembinaan dan pengadaan tenaga kerja yang terlatih di bidang pariwisata. Misal, Tour Guide, penerjemah, ahli ekologi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Dengan titik berat usaha pemerintah pada pengembangan sarana dan prasarana pariwisata serta pembinaan kelembagaan diharapkan agar prakarsa dan kegairahan swasta dapat dirangsang untuk menumbuhkan pariwisata bagi keuntungan masyarakat Indonesia sendiri (Oka A. Yoeti, 2001).
3. Peran Masyarakat Desa Tlogo Dringo Ada beberapa hal penting yang harus disertakan dalam perencanaan pengkonsepan dalam menciptakan sebuah bentuk wisata berwawasan ekologi. Salah satunya adalah peran serta masyarakat di sekitar wilayah tempat diselenggarakannya kegiatan ekowisata. Peran masyarakat tersebut menjadi komponen yang paling penting dalam mensukseskan tujuan dari ekowisata. Hal ini yang mendasari atraksi wisata ekologi menjadi lebih hidup, karena selain dari factor alami pengunjung dapat mempelajari manfaat ilmiah dari kegiatan wisata tersebut.
Masyarakat sekitar Tlogo Dringo telah berhubungan dengan hutan lindung sejak dahulu. Masyarakat disana sangat paham akan potensi sumber daya alam yang besar, seperti keberagaman flora dan fauna. Sumber daya alam tersebut diantaranya ialah sumber mata air pegungungan, beragam jenis biota hutan baik berupa kehidupan biotic maupun abiotik, kekayaan jenis pohon dan hutan yang lebat, kesuburan tanah yang berpotensi untuk memproduksi buah dan sayuran. Maka dari itu untuk membangun kawasan wisata ekologi di Tlogo Dringo dibutuhkan peran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
masyarakat yang lebih besar sehingga dapat menunjang kegiatan wisata tersebut, diantaranya adalah : 1. Operasi pemadaman kebakaran hutan yang melibatkan masyarakat sekitar bekerjasama dengan instansi terkait. Berguna untuk mempertahankan kelestarian hutan lindung dari bahaya hutan gundul akibat kebakaran. 2. Menciptakan bentuk baru dari jenis tanaman di daerah pegungungan yaitu tanaman buah strowberi. Hal ini membuat kawasana Tlogo Dringo ini unik karena tanaman buat strowberi tidak ditemukan di daerah lain. 3. Masyarakat telah menyelenggarakan atraksi budaya seperti perayaan ritual adat, pemberian sesaji pada waktu tertentu yang melengkapi atraksi wisata pendukung kegiatan ekowisata yang berbasis kajian konservasi alam dan sosial masyarakat.
4. Dampak Pengembangan Ekowisata Bagi Masyarakat Tlogo Dringo Segala sesuatu yang diterapkan pada hal tertentu pastinya menimbulkan dampak yang positif maupun negatif, begitu juga dengan pengembangan ekowisata yang diterapkan di Kawasan Tlogo Dringo. Banyak hal yang bisa dikaji mengenai dampak yang ditimbulkan oleh pengembangan ekowisata, yang paling menonjol adalah dari segi perekonomian dan sosial masyarakat. Bagi masyarakat pedesaan Tlogo Dringo hal tersebut adalah dampak yang sangat menguntungkan, tetapi juga tidak jarang ditemui pengembangan ekowisata menimbulkan reaksi keras yang malah menghambat
pengembangan
itu sendiri. Dilatarbelakangi commit to user
pendidikan
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
pengalaman yang kurang memadai, sulit terkadang menkoordinasikan dan menyatukan visi yang sudah tertata oleh pengembang. Beberapa hal yang merupakan dampak dari pengembangan ekowisata di Kawasan Tlogo Dringo adalah: 1. Dampak Positif Ekowisata juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat Tlogo Dringo terlebih lagi apabila perjalanan wisata yang dilakukan menggunakan sumber daya lokal seperti transportasi, akomodasi dan jasa pemandu. Ekowisata yang dijalankan harus memberikan pendapatan dan keuntungan sehingga dapat terus berkelanjutan. Untuk dapat mewujudkan hal itu, yang penting untuk dilakukan adalah memberikan pelayanan dan produk wisata terbaik dan berkualitas. Untuk dapat memberikan pelayanan dan produk wisata yang berkualitas, akan lebih baik apabila pendapatan dari pariwisata tidak hanya digunakan untuk kegiatan pelestarian di tingkat lokal tetapi juga membantu pengembangan pengetahuan masyarakat Tlogo Dringo, misalnya dengan pengembangan kemampuan melalui pelatihan demi meningkatkan jenis usaha/ atraksi yang disajikan di tingkat pedesaan. Sektor ekonomi yang bisa dikembangkan diantaranya, tiket masuk, lahan parkir, jasa penginapan, jasa pemandu, sehingga pemasukan desa Tlogo Dringo bisa didongkrak. Tingkat pendidikan masyarakat Tlogo Dringo juga akan berkembang seiring banyaknya wisatawan yang berkunjung ke tempat tersebut, mereka bisa bertukar pemikiran dan pandangan. Hal lain yang merupakan dampak positif commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
adalah tempat atau desa tersebut akan menjadi peradaban yang lebih maju dengan berkembangnya kegiatan wisata di daerah Tlogo Dringo.
2. Dampak Negatif Dampak buruk yang kemungkinan ditimbulkan oleh pengembangan ekowisata di Tlogo Dringo adalah masuknya pengaruh buruk dari asing, yaitu budaya yang bukan merupakan budaya masyarakat Tlogo Dringo. Hal ini akan mempengaruhi kebiasaan hidup masyarakat Tlogo Dringo, dan yang terpenting adalah budaya asli merupakan atraksi wisata ekologi. Dari segi pelestarian lingkungan, banyaknya wisatawan yang berkunjung, maka besar pula resiko kerusakan alam yang ditimbulkan di kawasan Tlogo Dringo. Pengaruh-pengaruh di atas sangat riskan terjadi jika pihak-pihak yang terkait baik dari pemerintah Kabupaten Karanganyar maupun masyarakat Tlogo Dringo tidak peduli dengan hal ini, dan pada tahap selanjutnya jika ini terjadi maka tujuan wisata yang bertanggung jawab dan pembangunan yang berkelanjutan tidak bisa tercapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Pariwisata di Kabupaten Karanganyar sudah berkembang dengan pesat. Hal ini dibuktikan dengan berkembangnya objek-objek wisata yang bervariasi, dimulai dari wisata alam, wisata ziarah, wisata purbakala, wisata monumen, wisata bangunan bangunan bersejarah, bahkan wisata buatan manusia. Salah satu jenis wisata yang cukup menjanjikan adalah wisata ekologi atau ekowisata, dikarenakan kondisi alam di kawasan Kabupaten Karanganyar sangat mendukung untuk diadakannya wisata tersebut. Hal lain yang dapat mendukung ekowisata tersebut adalah terdapat masyarakat sekitar dengan budayanya masing-masing, di mana budaya tersebut merupakan salah satu aspek dari ekowisata. Perkembangan ekowisata sangat berkaitan erat dengan kesadaran setiap pihak yang terlibat di dalamnya terhadap kelestarian lingkungan. Sebagai bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian tempat penyelenggaraannya, penting untuk diketahui faktor-faktor yang mendukung tujuan tersebut. Diantaranya adalah bentuk pengelolaan baik dan efisien, kesadaran dari masyarakat sekitar, kepedulian dari pemerintah setempat, dan kebijakan dari pihak swasta yang terlibat langsung dalam penyelenggaraannya. Perlu diketahui bahwa hal ini untuk mendukung sifat dari wisata ekologi yaitu pembangunan berkelanjutan ( sustainable development ), sehingga dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya.
commit to user 55
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kawasan Tlogo Dringo adalah sebuah area yang berpotensi untuk dijadikan daerah tujuan wisata ekologi. Hal tersebut didasari beberapa faktor yang dapat dijadikan tolok ukur yaitu bentang alam yang masih alami dan masih terjaga keseimbanganya, terdapat pusat budidaya tanaman strowberi yang tidak ditemukan di daerah lain di wilayah Kabupaten Karanganyar, dan terdapat kebun balai pengembangan tanaman obat yang melengkapi kelebihan dari kawasan Tlogo Dringo. Akan tetapi hal tersebut harus didukung kesadaran masyarakat sekitar akan kebutuhan wisata, contohnya keramah tamahan masyarakat, sadar wisata, pandangan terhadap kebersihan lingkungan serta menjaga citra terhadap wisatawan. Pengembangan lain yang tidak kalah penting adalah pengembangan sumber daya manusia yang disiapkan untuk mengelola kawasan ekowisata Tlogo Dringo. Kebijakan pemerintah harus dapat mendukung konsep diatas agar pengembangan Desa Tlogo Dringo sebagai daerah tujuan wisata ekologi dapat terlaksana. Arti penting dari peran serta pemerintah ialah sebagai penentu kebijakan utama yang akan dijalankan oleh lembaga yang ada dibawahnya dan juga masyarakat pada umumnya.
B. Saran Merujuk pada hasil pembahasan ekowisata di kawasan Desa Tlogo Dringo, maka penulis menyarankan : 1. Untuk pemerintah setempat yang menjadi penentu kebijakan utama sebaiknya memperhatikan kepentingan dari masyarakat desa jika akan memberlakukan commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
suatu kebijakan yang berhubungan langsung dengan kepentingan hidup masyarakat. 2. Dianjurkan untuk para peneliti yang hendak melakukan penelitian mengenai ekowisata lebih memperhatikan tidak hanya aspek-aspek fisik tapi juga yang non fisik, seperti kondisi psikologis masyarakat sekitar, pencitraan masyarakat, dan isu-isu yang sedang berkembang. 3. Bagi masyarakat sekitar Tlogo Dringo harus lebih sadar wisata, menciptakan citra
baik
daerah
tujuan
wisata,
menambah
pengetahuan
mengenai
kepariwisataan. 4. Untuk Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar agar mencantumkan wisata Tlogo Dlingo di Brosur atau informasi kepariwisataan di Tawangmangu maupun Kabupaten Karanganyar secara keseluruhan.
commit to user