Analisis Proses Pemberian Kredit oleh Bank XYZ (Kasus CV. ABC di Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara) 1
2
John Har Lubis , Musa Hubeis dan Hartrisari Hardjomidjojo
2
Abstract Toba Samosir Regency which has capital in Balige is the area which has potency of farm product, for example, coffee, oil palm, pepper, paddy, copra and corps planted as second corp in dry season. They were distributed to many cities in the North of Sumatera. The farmers and small medium entrepeneurs in the trade field of farm product faced obstacle. It was minimal of capital, especially in the area which has never related to bank. It made them tangled by usurer who offered a high interest. The aims of the research are : (1) study about extension of credit process of Bank XYZ to the debitur applicant, especially to Small and Medium Entreprises (SME) dan its requirements; (2) analyze factors which determined in the extension of credit to the debitur applicant by Bank XYZ; (3) SME training of their weaknesses, especialy CV ABC by Bank XYZ. The method of collecting data used combination of primary and second data. It made the completely data. The resource of prime data came from field study, whereas second data came from library resources, for example, books and scholarly paper from many kinds of literature. In the extension of credit by Bank XYZ, it was famous as 5 (five) fundamental principal which needed scoring; they are character, capacity, capital, collateral and condition of economic. The activity which was done by Bank XYZ to CV ABC in the context of extension of credit, they are (1) collecting data, (2) verification data, (3) credit analysis, (4) credit agreement, (5) guarantee and (6) monitoring of debitur. It used the lastest of profit and loss report of CV ABC in order to study liquidity, solvency and remunerativeness of company. Keywords : Farm product, farmer, credit process, SME
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Menurut Mahmoedin (1996), kredit menurut etimologi berarti percaya, karena pihak yang memperoleh kredit pada dasarnya, adalah pihak yang memperoleh kepercayaan. Memang diakui bahwa pinjaman yang diberikan oleh pihak kreditur kepada debitur, dilandasi kepercayaan bahwa pada suatu waktu tertentu pinjaman tersebut dikembalikan ditambah dengan imbalan jasa tertentu. Pengertian kredit secara umum adalah merupakan salah satu jasa bank kepada nasabah untuk meminjamkan sejumlah uang, menurut jangka waktu tertentu dan akan dikembalikan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Pertimbangan bank dalam menentukan keputusan pemberian kredit kepada calon debitur adalah (a) kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan, (b) struktur pendanaan operasi perusahaan, (c) kemampuan perusahaan melunasi pinjaman yang jatuh tempo, dan (d) efisiensi pengelolaan harta perusahaan pada masa yang lampau (Sutojo, 1997). Hal tersebut berkaitan dengan kemampuan perusahaan (debitur) dalam menghasilkan keuntungan dari usahanya di saat ini maupun masa mendatang dan prospeknya, sehingga bank dapat mengambil keputusan untuk menolak atau menerima pemberian kredit. Menurut Hubeis (2001), peranan strategis dari usaha kecil dalam peningkatan perekonomian domestik adalah (1) jumlahnya besar dan terdapat dalam semua sektor kegiatan, (2) potensial bagi penyerapan tenaga kerja, (3) efisiensi yang dimiliki dalam menciptakan kesempatan kerja, (4) kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat luas dengan harga yang terjangkau. Di lain pihak, usaha kecil (UK) masih sulit memenuhi persyaratan yang ditetapkan bank dalam pemberian kredit. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan dari pihak perbankan yang dapat memberikan kemudahan, dengan tanpa mengurangi kepercayaan yang diberikan. Permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Kecil Menengah (UKM) pada umumnya (Hubeis, 2001) adalah : (1) minimnya permodalan; (2) lemahnya sumber daya manusia (SDM) yang andal, yaitu 1 2
Alumni PS MPI, SPs IPB Staf Pengajar PS MPI, SPs IPB
29 umumnya memiliki tingkat pendidikan setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), bahkan banyak yang tidak sampai pada tingkat SLTA; (3) manajemennya masih bersifat tradisional, yakni manajemen keluarga yang melibatkan ayah, ibu dan anak sebagai pihak kunci; (4) sistem teknologinya masih rendah, seperti belum mengenal internet sebagai media komunikasi, belum mengenal perangkat komputer dan sebagainya. Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh Industri Kecil Menengah (IKM), maka diperlukan peran aktif dari lembaga perbankan (misal, Bank XYZ) dengan melakukan pembinaan terhadap UKM dan memberikan bantuan permodalan dengan syarat-syarat lunak; memberikan bantuan pembuatan pembukuan yang tertib, seperti penyusunan neraca dan laporan keuangan; memberikan bantuan di bidang organisasi dan manajemen, terutama peningkatan mutu SDM. CV ABC merupakan salah satu UKM nasabah/debitur Bank XYZ yang bidang usahanya adalah di sektor perdagangan hasil bumi, dengan penjualan barang dagangannya ke daerah-daerah di lingkungan Sumatera Utara. 2. Permasalahan Rumusan masalah analisis pemberian kredit pada CV. ABC sebagai berikut : a. Bentuk mekanisme dan prosedur pemberian kredit bagaimanakah yang digunakan bank terhadap CV. ABC ? b. Bagaimana melihat efektivitas penyaluran kredit terhadap kegiatan dan pengembangan usaha CV. ABC ? c. Bagaimana mengembangkan pola penyaluran kredit yang efektif untuk UKM khususnya CV. ABC ? 3. Tujuan a. Mengetahui tentang prosedur pemberian kredit oleh bank kepada calon nasabah/debitur dan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon nasabah/debitur. b. Menganalisa faktor-faktor yang menentukan dalam pengajuan kredit kepada calon nasabah/debitur oleh Bank XYZ. c. Menatalaksanakan pembinaan terhadap UKM khususnya CV. ABC oleh Bank XYZ atas kelemahankelemahan yang dimiliki.
METODOLOGI 1. Lokasi Lokasi dari kajian penelitian ini adalah CV ABC yang berada di Kabupaten Toba Samosir dan menjual hasil bumi yang ditampung ke pasar di daerah Sumatera Utara seperti kota Pematang Siantar, Medan, Rantau Prapat, Tebing Tinggi dan lain-lain. 2. Metode Kerja Pengumpulan data Data yang dikumpulkan dalam kajian ini diperoleh dari berbagai sumber, baik data primer (kajian lapangan) dan data sekunder (tinjauan pustaka). a. Data primer, berasal dari tinjauan lapangan, sebagai bahan pembahasan dalam memperbandingkan antara teori yang diperoleh selama masa perkuliahan dengan kenyataan/praktek di lapangan. Data primer ini didapatkan dari sumber di lapangan, yakni Kantor Pusat Bank XYZ di Jakarta, dan di Kantor Cabang di Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang bersifat ilmiah, maka dilakukan penelaahan informasi dari berbagai sumber perpustakaan seperti buku dan tulisan/karya ilmiah dari berbagai literatur. Pengolahan dan analisis data Pengolahan dan analisis yang dilakukan meliputi proses pemberian kredit untuk UKM yang berlaku di Bank XYZ yang mempunyai tahapan-tahapan sebagai berikut : a. Pengumpulan data Pengumpulan data merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pemberian kredit, karena apabila data yang dianalisa tidak benar, maka hasil analisanya tidak benar. Pengumpulan data diarahkan kepada pengumpulan informasi yang lengkap, akurat, up to date, dilakukan secara langsung kepada debitur, pihak ketiga dan sumber data lainnya.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
30 b. Verifikasi Verifikasi data, merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum dilakukan analisa kredit, yakni melakukan penelitian mengenai kebenaran dari data yang disampaikan calon debitur. Tujuan dari verifikasi data adalah untuk memastikan kebenaran dan keakuratan data atau informasi yang disampaikan calon debitur. c. Analisis Keuangan Analisis keuangan merupakan analisa yang dilakukan bank terhadap laporan keuangan yang disampaikan calon debitur, melalui analisa rasio dari komponen-komponen laporan keuangan. Analisis keuangan dimaksudkan untuk mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi baik atau buruknya kinerja perusahaan, seperti adanya deficiency maupun kekuatan komposisi usaha tersebut, termasuk di dalamnya adalah pertumbuhan potensi perusahaan dan target maupun kebijakan keuangan. Menurut Santoso (1996), analisis keuangan meliputi analisis terhadap Financial Statement (Neraca Perusahaan), Income Analysis (Laporan Pendapatan dan Biaya), Income Decomposition (Komposisi Pendapatan), Profitabilitas dan Rasio-rasionya. d. Jaminan kredit Pemberian kredit mempunyai risiko yang besar bagi bank, sehingga untuk menutupi resiko tersebut diperlukan jaminan atau yang lebih dikenal dengan agunan kredit. Menurut Santoso (1996), jaminan itu dapat berbentuk jaminan material maupun non-material. Jaminan material meliputi jaminan kebendaan, baik yang bergerak maupun tidak bergerak dan jaminan non-material berwujud Personal Guarantee untuk perorangan dan Corporate Guarantee untuk perusahaan, serta goodwill, bonafiditas, trade mark dan reputasi. Pada dasarnya jaminan non-material ini merupakan azas kepercayaan bank terhadap nasabahnya. Terhadap semua jaminan tersebut harus dilakukan pengikatan, baik secara notariat (otentik) maupun di bawah tangan, sesuai dengan ketentuan bank dan kepercayaan kepada nasabah. e. Persetujuan kredit Persetujuan kredit dapat diartikan sebagai keputusan dari Kelompok Pemutus Kredit (KPK) untuk memberikan kredit kepada nasabah pemohon kredit dalam jangka waktu tertentu. KPK terdiri dari Pengelola Pemasaran, Penyelia Pemasaran Bisnis, dan Pemimpin Cabang (sebagai pemutus). Pemberian kredit ini mempunyai risiko yang besar bagi bank. Oleh karena itu, dalam proses perestujuan kredit harus mempertimbangkan kelayakan usaha nasabah/debitur, disamping itu melakukan analisa mendalam dan adanya jaminan yang nilainya dapat menutupi kreditnya, sehingga apabila kredit yang diberikan tersebut macet, maka dari jaminan tersebut dapat menutupi saldo kreditnya. f. Pemantauan Pemantauan kredit yaitu pengawasan terhadap perjalanan kredit dan perkembangan usaha debitur untuk menjaga agar kredit tetap berjalan lancar, mengupayakan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajiban kepada bank, terutama yang berkaitan dengan pembayaran pokok pinjaman sesuai jadwal waktu pengembalian yang telah ditetapkan atau pembayaran angsuran pinjaman setiap bulan dan pembayaran bunga pinjaman sesuai jatuh temponya.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keadaan Umum Kota Balige merupakan ibukota dari Kabupaten Toba Samosir, terletak di bagian tengah Propinsi Sumatera Utara dan berada di jajaran Pegunungan Bukit Barisan dengan topografi berbukit dan bergelombang. Kabupaten Toba Samosir merupakan daerah yang cukup terkenal di kawasan nusantara, terutama potensi alam dan SDM. Potensi alam, antara lain luasnya lahan kering yang akan dijadikan areal persawahan baru dengan membangun sarana irigasi. Perairan Danau Toba yang cukup luas dan sungai yang banyak dimanfaatkan potensinya untuk irigasi dan pembangkit tenaga listrik. Keindahan alam dan panoramanya, khususnya di Kawasan Danau Toba, kekayaan seni budaya asli merupakan potensi daerah dalam upaya mengembangkan kepariwisataan nasional. Sesuai dengan potensi yang dimiliki, maka sebagai tulang punggung perekonomian di Wilayah Kabupaten Toba Samosir ini didominasi oleh sektor pertanian, terutama tanaman yang menghasilkan bahan makanan, menyusul industri, jasa-jasa, perdagangan, hotel dan restauran. Bank XYZ Kantor Cabang Balige adalah salah satu kantor cabang yang terletak di Jl. Sisingamangaraja No.30 Balige, Kabupaten Toba Samosir, Propinsi Sumatera Utara. Bank XYZ Kantor Cabang Balige ini merupakan Kantor Cabang Kelas III yang berada di lingkungan Kantor Wilayah 01 (Sumatera Utara dan Aceh). Pembagian Kelas Cabang yang terdiri atas Kantor Cabang Utama, Cabang Kelas I, Cabang Kelas II dan Cabang III, serta Cabang Pembantu didasarkan pada
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
31 aktivitas Cabang yang bersangkutan dan banyaknya jumlah dana yang dikumpulkan, serta disalurkan dalam bentuk kredit. Kantor Cabang Balige mempunyai 1 (satu) Cabang Pembantu (Capem) Tarutung mempunyai 29 orang pegawai, dipimpin oleh 1 (satu) orang Pemimpin Cabang dibantu oleh 1 (satu) orang Wakil sebagai Pemimpin Bidang Operasional dan 6 orang Penyelia/Pengelola dan 1 orang Pemimpin Cabang Pembantu. CV. ABC mendapatkan kredit dari Bank XYZ untuk melaksanakan kegiatan dagangnya menampung hasil bumi dari para petani di lingkungan Kabupaten Toba samosir dan menjualnya ke pasar di daerah Sumatera Utara seperti kota Pematang Siantar, Medan, Rantau Prapat, Tebing Tinggi dan lain-lain. Sesuai dengan usaha pokok dari Bank XYZ, yakni melaksanakan fungsinya sebagai bank umum, maka kegiatan usaha dari Bank XYZ Kantor Cabang Balige ini adalah menyediakan produk jasa perbankan sebagai penunjang perekonomian daerah setempat, yaitu : a. Simpanan dalam bentuk Rekening Giro b. Simpanan dalam bentuk Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito (Sertiplus), Deposit on Call (DOC). c. Tabungan Plus (Taplus). d. Tabungan Haji Indonesia (THI). e. Melaksanakan kegiatan Kiriman Uang, dan Inkaso f. Surat Keterangan Bank g. Safe Deposit Box (SDB) h. Jasa Luar Negeri, yakni : Impor dan Ekspor, Penukaran Valuta Asing dan Travellers Cheque, Incoming dan Outgoing Transfer. i. Memberikan berbagai macam kredit, yakni : Kredit Investasi, Kredit Modal Kerja, Kredit Kelayakan Usaha, Kredit Multi Guna, Kredit Pemilikan Rumah, Kredit Profesi, Kredit Usaha Kecil, Kredit Koperasi, Cash Collateral Credit. j. Automatic Teller Machine (ATM) k. Pembayaran Ongkos Naik Haji l. Pembayaran Listrik, Telepon dan Pajak. Menurut Kasmir (1998), unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian kredit adalah : a. Kepercayaan Kepercayaan adalah suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu atau di masa mendatang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya telah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah, baik secara internal maupun dari eksternal. Penelitian dan penyidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit. b. Kesepakatan Kesepakatan antara pemberi dan penerima kredit, dituangkan dalam suatu perjanjian, dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. c. Jangka waktu Jangka waktu mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati, dapat berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang. d. Risiko Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagih/ macetnya pemberian kredit tersebut. Semakin panjang jangka waktu kredit semakin besar risikonya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah/debitur yang lalai, maupun oleh risiko yang tidak sengaja. Misalnya bencana alam atau bangkrutnya usaha tanpa disengaja. e. Balas jasa Balas jasa merupakan keuntungan atas suatu pemberian kredit atau jasa tersebut yang lebih dikenal dengan bunga kredit. Balas jasa dalam bentuk bunga dan administrasi kredit ini merupakan keuntungan bagi bank. Kredit yang umumnya diberikan untuk bidang/segmen UKM adalah kredit modal kerja dan kredit investasi. a. Kredit Modal Kerja Kredit modal kerja merupakan kredit yang diberikan untuk dipergunakan sebagai tambahan modal kerja. Modal kerja berupa modal usaha dalam bentuk uang kas, piutang dagang, persediaan barang dagangan. Menurut Asikin (1995), kredit modal kerja adalah kredit jangka pendek yang diberikan untuk membiayai kebutuhan modal kerja dari suatu perusahaan. Oleh sebab itu, karakter yang melekat pada kredit jenis ini adalah : (1) Umumnya berjangka pendek atau musiman; (2) Kredit pada umumnya disediakan dalam bentuk rekening koran; (3) Kebutuhan
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
32 modal dihitung atas dasar perputaran usaha (siklus produksi); (4) Agunan lebih ditekankan pada barang yang lebih mudah dicairkan dalam waktu singkat; (5) Persyaratan kredit dan penentuan jatuh tempo dinegosiasikan sedemikian rupa dengan memperhatikan perkembangan usaha. Menurut Kasmir (1998), kredit modal kerja digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh, kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. b. Kredit Investasi Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan untuk keperluan investasi seperti pembelian tanah dan pembangunan gedung tempat usaha, serta pembelian barang-barang modal. Kredit ini bersifat produktif, karena pembelian barang modal dan pembangunan gedung tempat usaha tersebut bertujuan meningkatkan produktivitas. Menurut Kasmir (1998), kredit investasi digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Menurut Asikin (1995), kredit investasi adalah kredit jangka menengah dan jangka panjang dalam rangka membiayai pengadaan aktiva tetap suatu perusahaan, dengan ciri-ciri : (1) Umumnya berjangka waktu menengah atau panjang; (2) Kebutuhan kredit investasi dihitung dari barang modal yang diperlukan, rehabilitasi dan modernisasi; (3) Kebutuhan kredit juga diperhitungkan kemampuan debitur menyediakan biaya sendiri; (4) Penetapan jangka waktu umumnya disesuaikan dengan jadwal mulai menghasilkan dengan diberikan tenggang waktu untuk mulai mengangsur pokok atau bunga. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum kredit diberikan, antara lain : a. Melaksanakan wawancara Melakukan wawancara secara langsung antara pejabat bank dengan calon debitur, sebelum dilakukan analisis kredit, sehingga diperoleh informasi langsung dari calon debitur. Melaksanakan wawancara ini adalah merupakan salah satu cara dalam pengumpulan data mengenai kondisi calon nasabah/debitur. Menurut Reed dan Gill (1995), dalam wawancara dengan pemohon kredit, bank mempelajari alasan permintaan pinjaman dan apakah permohonan pinjaman memenuhi berbagai persyaratan yang ditetapkan menurut kebijaksanaan pinjaman bank. Dari wawancara dengan pejabat bank dapat diperoleh gambaran tentang kejujuran dan kemampuan pemohon, serta dapat membuat pandangan tentang jaminan yang diperlukan, informasi tentang sejarah dan pertumbuhan perusahaan, latar belakang petugas kunci (key person), sifat produk dan jasa, sumber bahan baku, posisi persaingan dan informasi kondisi keuangan. b. Melaksanakan investigasi Dalam melaksanakan investigasi, diharapkan semua kegiatan yang meliputi langkah-langkah pemgumpulan data/informasi nasabah dan kegiatan usahanya dapat diteliti/diperiksa kebenaran dan keakuratannya. Menurut Santoso (1997), langkah-langkah dalam penyidikan data adalah meliputi : (1) memeriksa kelengkapan dan kebenaran data yang disampaikan pemohon; (2) setelah data lengkap, maka pemohon diharapkan datang untuk diwawancarai, setelah itu baru diadakan analisa kredit. c. Hasil dari wawancara dan investigasi Dari hasil wawancara dan investigasi diperoleh informasi yang berkaitan dengan watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha calon debitur yang lebih dikenal dengan 5 C’s principles dalam pemberian kredit. Menurut Usman (2001), prinsip-prinsip pemberian kredit adalah watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari nasabah/debitur yang lebih dikenal dengan the five C of Credit analysis atau prinsip 5 Cs, yakni : 1) Penilaian watak (character) Penilaian watak atau kepribadian calon debitur dimaksudkan untuk mengetahui kejujuran dan itikad baik dari calon debitur untuk melunasi atau mengembalikan pinjamannya, sehingga tidak akan menyulitkan bank dikemudian hari. 2) Penilaian kemampuan (capacity) Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitur dalam bidang usahanya dan kemampuan manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan dibiayai dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga calon debitur dalam waktu tertentu mampu melunasi atau mengembalikan pinjamannya.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
33 3) Penilaian terhadap modal (capital) Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh periode masa lalu dan yang akan datang, sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan calon debitur dalam menunjang pembiayaan proyek atau usaha calon debitur. 4) Penilaian terhadap agunan (collateral) Untuk menanggung pembayaran kredit macet, calon debitur umumnya wajib menyediakan jaminan berupa agunan yang bermutu tinggi dan mudah dicairkan, nilainya minimal sebesar kredit atau pembiayaan yang diberikan. Untuk itu, seharusnya bank wajib meminta agunan tambahan, dengan maksud apabila calon debitur tidak dapat melunasi kreditnya, maka agunan tambahan tersebut dapat dicairkan. 5) Penilaian terhadap prospek usaha (condition of economy) Bank harus menganalisis keadaan pasar di dalam dan luar negeri, baik masa lalu maupun yang akan datang. Menurut Riyanto (1982), pemberian kredit oleh bank didasarkan hasil penilaian bank tersebut terhadap perusahaan pemohon kredit mengenai berbagai aspek, yaitu segi pribadi, keahlian dan kemampuan pimpinan perusahaan dalam mengelola perusahaannya, rencana penggunaan kredit yang diminta beserta rencana pembayaran kembali kredit tersebut, posisi dan perkembangan keuangan dari perusahaan pemohon kredit di waktu-waktu yang lalu, prospek dari perusahaan yang bersangkutan beserta prospek industri dimana perusahaan tersebut tergolong di dalamnya pada waktu yang akan datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam dunia perbankan dikenal pedoman “3R” untuk pemberian kredit, yakni : a. Return Return menunjukkan hasil yang diharapkan dapat diperoleh dari penggunaan kredit tersebut. Dalam hal ini, bank harus menilai bagaimana kredit yang diperoleh akan digunakan oleh perusahaan pemohon kredit, yaitu apakah penggunaan kredit tersebut akan menghasilkan returns atau hasil pendapatan yang cukup untuk menutup biayanya. b. Repayment capacity Bank harus menilai kemampuan perusahaan pemohon kredit untuk dapat membayar kembali pinjamannya (repayment capacity) pada saat dimana kredit tersebut harus diangsur atau dilunasi. c. Risk bearing ability Bankpun harus menilai, apakah perusahaan pemohon kredit mempunyai kemampuan cukup untuk menanggung risiko kegagalan atau ketidakpastian yang bersangkutan dengan penggunaan kredit tersebut. Dalam hal ini, bank harus mengetahui tentang jaminan apa yang dapat diberikan atas pinjaman tersebut oleh perusahaan pemohon kredit. Menurut Kasmir (1998), biasanya kriteria penilaian yang dilakukan bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan, dengan analisis 7 P kredit, yaitu : a. Personality Menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya, sehingga dapat diketahui bagaimana kepribadiannya yang sebenarnya. Personality mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan dalam menghadapi suatu masalah. b. Party Party mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifkasi atau golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas dan karakternya, sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas berbeda. c. Purpose Purpose untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengajukan kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan. Tujuan pengajuan kredit dapat bermacam-macam, sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif dan lain sebagainya. d. Prospect Prospect menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai prospek atau tidak. Hal ini penting, mengingat jika usaha yang dibiayai tidak mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi, tetapi juga nasabah, yakni macetnya usaha yang mengakibatkan macetnya kredit. e. Payment Payment merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur, maka akan semakin baik, karena apabila salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi dari sektor lainnya.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
34 f. Profitability Profitability adalah menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam memperoleh laba. g. Protection Protection adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan/agunan mendapatkan perlindungan, dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi. Berdasarkan ketentuan dari Bank Indonesia Nomor 4/6/PBI/2002 tanggal 06 September 2002, kolektibilitas kredit digolongkan sebagai berikut : a. Golongan 1 (lancar), apabila pembayaran kewajiban debitur (angsuran pokok dan bunga) kepada bank tepat waktu. b. Golongan 2 (dalam perhatian khusus), apabila terdapat tunggakan pembayaran hutang pokok atau bunga sampai dengan 90 hari. c. Golongan 3 (kurang lancar), apabila terdapat tunggakan pembayaran hutang pokok atau bunga telah melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari. d. Golongan 4 (diragukan), apabila terdapat tunggakan pembayaran hutang pokok atau bunga telah melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari. e. Golongan 5 (macet), apabila terdapat tunggakan pembayaran hutang pokok atau bunga telah melampaui 270 hari. 2. Hal yang Dikaji Tinjauan Proses Pemberian Kredit kepada CV ABC Prosedur pemberian kredit oleh bank kepada UKM maupun pemberian kredit kepada pengusaha besar pada dasarnya adalah sama, yakni harus melalui prosedur yang telah diisyaratkan bank dan mempunyai usaha yang jelas dan bank percaya bahwa penerima kredit akan mampu membayar kewajiban kepada bank berupa hutang pokok dan bunganya. Memang diakui bank lebih percaya memberikan kredit kepada pengusaha menengah dan besar dibandingkan kepada UK, karena UK kurang dalam syarat yang harus dipenuhi, misalnya laporan keuangan belum sesuai dengan ketentuan yang diisyaratkan bank dan bentuk usaha yang masih bersifat tradisional. Proses pemberian kredit kepada CV ABC sama dengan proses pemberian kredit kepada calon debitur lainnya yang mengajukan kredit kepada Bank XYZ, yakni : a. Nasabah pemohon kredit (CV ABC) mengajukan permohonan kredit, dengan mengisi aplikasi yang telah ditulis secara lengkap kepada bank mengenai jenis kredit yang diajukan, besarnya kredit yang dibutuhkan dan jenis usaha. b. Bank melakukan penelitian atas aplikasi permohonan kredit tersebut, apabila memenuhi persyaratan maka kepada pemohon diminta untuk melengkapi persyaratan-persyaratan yang diperlukan, seperti jenis usaha, legalitas usaha, surat ijin usaha, perijinan lainnya, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Laporan Keuangan, susunan kepengurusan dalam perusahaan dan barang jaminan/agunan yang akan diserahkan. c. Bank memproses permohonan kredit tersebut sesuai prosedur dan ketentuan yang ada, yakni : 1) Melakukan pengumpulan data dan verifikasi Pengumpulan data dan verifikasi adalah semua kegiatan dan informasi mengenai calon debitur, serta meneliti kebenaran dari data/informasi tersebut dari sumbernya, untuk pengajuan kredit meliputi : i. Wawancara dengan pemohon kredit untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran mengenai jenis dan kegiatan usaha dari calon debitur. ii. Mengumpulkan semua data/informasi secara lengkap, benar dan up to date yang berhubungan dengan permohonan kredit yang diajukan, baik data internal maupun data eksternal. iii. Meneliti dan melakukan verifikasi untuk memastikan kebenaran dari data/informasi yang disampaikan calon debitur. iv. Menyusun laporan seperlunya mengenai hasil verifikasi yang dilaksanakan untuk bahan pertimbangan bagi pemutus untuk mengambil langkah selanjutnya. 2) Obyek verifikasi Salah satu ketentuan bank untuk mendapatkan kredit dalam setiap usulan adalah harus memuat data pokok mengenai aktivitas usaha calon debitur, seperti : i. Informasi umum yang meliputi : - Pemegang saham dan permodalan dari perusahaan calon debitur. - Bentuk perusahaan, apakah perusahaan perorangan atau badan hukum dan perijinannya. - Susunan kepengurusan dari perusahaan calon debitur.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
35 - Bidang usaha dari perusahaan calon debitur. - Hubungan dengan Bank XYZ, apakah mempunyai rekening giro atau tabungan di Bank XYZ dan telah berapa lama menjadi nasabah untuk mengetahui apakah selama berhubungan dengan Bank XYZ mempunyai karakter yang baik. - Apakah merupakan grup usaha, dari nasabah/debitur yang memperoleh fasilitas dari Bank XYZ. - Memintakan informasi ke bank lain di lingkungan wilayah setempat, untuk mengetahui apakah selama berhubungan dengan bank tersebut mempunyai kelakuan/karakter yang baik, seperti penarikan cek kosong dan sebagainya. ii. Informasi mengenai usaha calon debitur : - Jenis dan sifat proyek. - Manfaat proyek. - Lokasi kantor, pabrik, proyek dan gudang. - Proses produksi. - Jenis, sumber dan lokasi bahan baku. - Mesin dan kapasitas produksi. - Rencana dan realisasi produksi dan penjualan. - Barang yang akan dijaminkan dan lokasinya, serta kepemilikannya. - Laporan keuangan, seperti Neraca, Laporan Laba/Rugi dan Laporan Penjualan. - Aktivitas keuangannya disalurkan pada rekening giro atau tabungan pada Bank XYZ. - Jumlah pegawai dan tingkat pendidikan, serta keahlian. 3) Melakukan Analisa Kredit Beberapa aspek perlu dikaji dalam melakukan analisa kredit, yakni : a. Aspek Umum CV ABC merupakan nasabah Bank XYZ Kantor Cabang Balige, Kabupaten Toba Samosir, Propinsi Sumatera Utara yang berusaha di bidang perdagangan hasil bumi sejak tahun 1978 (25 tahun), sehingga telah mempunyai pengalaman yang cukup di bidang usaha tersebut. Saat ini lebih diprioritaskan perdagangan hasil bumi untuk komoditi ekspor (coklat, kopra, jambu mete, padi, palawija dan lain-lain). Sebelumnya, sejak tahun 1980 hingga pertengahan tahun 1985, CV ABC berusaha di bidang perdagangan tembakau, karena merupakan andalan dari kota Pematang Siantar (penghasil rokok), tetapi karena kalah bersaing dengan daerah lain, usaha ini macet/terhenti, sehingga yang bersangkutan mengalihkan usahanya ke perdagangan hasil bumi lainnya (coklat, kopra, jambu mete, kelapa sawit dan lain-lain), yang hingga saat ini merupakan produk andalan daerah setempat, selain sayur-sayuran dan padi. CV ABC telah menjadi nasabah Bank XYZ Cabang Balige sejak tahun 1998, maka dianggap mempunyai pengalaman yang cukup dalam melakukan transaksi lewat bank. Meskipun telah berhubungan dengan bank, CV ABC sebagaimana jenis UKM lainnya masih mempunyai struktur organisasi yang sangat sederhana dan sistem manajemen tradisional, yakni pemilik perusahaan bertindak sebagai Pimpinan Perusahaan dan anaknya sebagai Wakil Pemimpin Perusahaan, belum mempunyai sistem pembukuan sebagaimana yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh kredit dari bank, belum mempunyai legalitas usaha seperti perijinan dan NPWP, sehingga dengan kondisi tersebut sulit untuk memperoleh kredit dari bank. Berkat bimbingan dari petugas bank persyaratan-persyaratan yang diminta dapat dipenuhi, misalnya ijin usaha, NPWP, pembukuan dan laporan keuangan sederhana. CV ABC berencana untuk menjadi mitra usaha dari 4 kelompok Program Keluarga Sejahtera (Prokesra) Kabupaten Toba Samosir yang dikoordinir oleh Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil dalam program Kredit Pengembangan Kemitraan Usaha (KPKU) bekerjasama dengan Bank XYZ. Kelompok-kelompok yang menjadi mitra usaha tersebut sebagai pengumpul dan pemilik lahan hasil bumi (coklat, kopra, kelapa sawit, dan jambu mete) yang hasilnya/ pemasarannya diharapkan dapat disalurkan kepada CV ABC dengan harga yang berlaku dipasaran, sehingga komoditi barang dagangan dapat terpenuhi/terjamin dengan baik. Agar dapat menampung/membeli hasil bumi dari kelompok-kelompok yang menjadi mitra usaha tersebut, maka diperlukan bantuan dana berupa Kredit Modal Kerja (KMK) berbunga 17% per tahun dengan jenis kredit Rekening Koran (R/C) terbatas jangka waktu 12 bulan dengan sistem angsuran menurun (diberi tenggang waktu atau grace period 3 bulan), sehingga dapat terjaga kontinuitas pembelian/pengadaan barang dari Kelompok-Kelompok yang menjadi mitra usahanya. Lokasi usaha terletak di pusat kota Balige, Kabupaten Toba Samosir Propinsi Sumatera Utara, cukup strategis dipinggir jalan raya dan tidak jauh dengan daerah perkebunan penduduk
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
36 yang subur dan luas. Dilengkapi dengan sarana lantai jemur dengan gudang yang cukup baik, dengan kapasitas yang memadai/cukup luas, juga ditunjang dengan sarana transportasi berupa 1 (satu) buah truk, dan 1 (satu) buah kendaraan pick up yang cukup menunjang usaha yang bersangkutan. Mengenai perijinan usaha dan legalitas telah terpenuhi seperti Surat Ijin Usaha (SIUP), NPWP yang masih berlaku. Untuk mengembangkan usaha, CV ABC berencana akan membangun tempat usaha baru berupa rumah toko (ruko) di dekat pasar Balige dan mengembangkan usahanya. Untuk pengembangan usaha tersebut, yang bersangkutan memohon fasilitas kredit sebesar Rp 125 juta yang akan digunakan untuk tambahan modal kerja dan untuk pembangunan ruko tersebut, yang bersangkutan telah mempunyai dana sendiri dari hasil tabungan. Tambahan modal kerja sebesar Rp 125 juta tersebut didasarkan dari perkiraan kekurangan modal kerja oleh yang bersangkutan, belum dilakukan perhitungan secara mendalam. b. Aspek Manajemen Dalam menjalankan kegiatan usaha perdagangan hasil bumi, CV ABC ini dikelola oleh Haji Tantu sebagai pemilik dan pengelola (key person), sehingga segala kebijakan dan keputusan jalannya usaha tergantung kepada yang bersangkutan. Sebagaimana pengusaha kecil dan menengah lainnya masih menerapkan manajemen tradisional, yakni sebagai Pimpinan perusahaan dipegang oleh 1 (satu) orang yang sekaligus sebagai pemilik. Tenaga kerja ada sebanyak 10 orang tenaga tetap dan dibantu oleh 2 orang sopir, serta 1 orang anak bersangkutan yang berpendidikan S1 sebagai Manajer Keuangan. Manajemen keuangan dikelola oleh anaknya, secara sederhana, tetapi sumber dan penggunaan dana/modal usaha dapat terkontrol dengan baik. Pengelolaan keuangan selalu dilakukan dengan penuh perhitungan, sehingga selalu memiliki kesiapan dalam memenuhi permintaan. c. Aspek Pemasaran Sebagaimana telah diulas dalam aspek umum, keadaan pasar komoditi biji coklat dan hasil bumi berorientasi ekspor lainnya saat ini harganya cukup tinggi. Harga beli di kota Medan mencapai Rp. 11.000 - Rp. 16.000 per kg untuk biji cokelat, Rp. 3.500 untuk jambu mete, dan Rp. 2.500 untuk kopra. Untuk memenuhi kebutuhan usahanya, CV ABC membutuhkan modal kerja cukup besar, sementara dana yang dimiliki tidak mencukupi untuk menghadapi persaingan yang cukup tajam. Dimensi pasar secara kontinu tetap memberikan prospek dan potensi yang cukup baik, khususnya untuk pasar domestik/pedagang besar/eksportir. Persaingan usaha dapat dikatakan sudah cukup ketat, karena daerah Toba Samosir merupakan salah satu daerah penghasil hasil bumi untuk ekspor yang potensial di Sumatera Utara, khususnya Kabupaten Toba Samosir, karena ditunjang oleh pengalaman usaha dan keterampilan, serta memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Strategi pemasaran yang dilakukan oleh CV ABC dalam mempertahankan usahanya pada tingkat persaingan yang cukup ketat adalah : 1) Perluasan usaha perdagangan hasil bumi potensial (coklat, kacang tanah, jambu mete, kopra dan kelapa sawit) hingga meliputi wilayah sekitarnya, yakni Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Tanah Karo. 2) Menjaga dan meningkatkan mutu dari barang yang diperdagangkan, sehingga mendapatkan hasil produksi baik yang sesuai dengan keinginan pasar. 3) Menetapkan harga beli yang bersaing dari petani/pedagang pengumpul, demikian juga harga jual bersaing bila dibandingkan dengan pedagang sejenis lainnya. 4) Meningkatkan pelayanan dengan memenuhi permintaan pelanggan tepat waktu. 5) Selalu berusaha untuk menampung hasil usaha dari mitra usahanya/kelompok prokesra dan para petani, serta mempererat hubungannya dengan baik dan berlanjut. d. Aspek Teknis dan Produksi Untuk menunjang pengembangan usahanya, CV ABC telah memiliki sebuah tempat usaha baik berlokasi strategis dan mudah dijangkau, mempunyai gudang sendiri, mempunyai lantai penjemuran dengan kapasitas memadai yang didukung sarana pengangkutan berupa 1 (satu) buah truk dan 1 (satu) buah mini truk dalam kondisi baik yang terawat dan siap beroperasi untuk menunjang kegiatan usaha. Pengadaan stok/persediaan barang hasil bumi (biji coklat, jambu mete, kacang tanah, palawija, kelapa sawit dan lain-lain) tidak mengalami kesulitan, karena CV ABC telah mempunyai nama baik bagi para petani dan pengumpul yang
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
37 dapat langsung datang ke lokasi tempat kegiatan usaha bersangkutan. Selain itu, yang bersangkutan telah mengikat para petani dengan membantu penyediaan pupuk yang dibayar pada saat panen, sehingga mengikat para petani menjual kepada CV ABC. Pembelian kepada para petani, umumnya dilakukan secara tunai. e. Aspek Keuangan Setelah mendapat bimbingan dari Bank XYZ Kantor Cabang Balige, CV ABC telah dapat menyusun laporan keuangan (Tabel 1 dan 2), meskipun masih bersifat sederhana, tetapi dapat menunjukkan kondisi keuangan yang membaik. Tabel 1. Laporan Neraca CV ABC per 31 Desember 2001 dan 31 Desember 2001 (dalam ribuan) No. 1. 2. 3. 4. 5.
6.
7. 8. 9.
10. 11.
12. 13. 14.
Rincian Kas dan Bank Surat Berharga Piutang Dagang Persediaan Biaya Dibayar Dimuka a. Jumlah Harta Lancar (1+2+3+4+5) Harta Tetap b. Total Harta Tetap c. Total Harta (a+b) Kredit Jangka Pendek Hutang Dagang Hutang Pajak d. Jumlah Hutang Jangka Pendek (7+8+9) Kredit Jangka Panjang Hutang Jangka Panjang Lainnya e. Jumlah Hutang Jangka Panjang (10+11) f. Total Hutang (d+e) Modal/Saham Prive Laba Tahun Berjalan g. Jumlah Modal (12+13+14) h. Total Modal dan Hutang (f+g)
2001 104.305 0 131.848 166.350 40.000 442.503
2002 45.100 0 144.959 167.650 46.535 404.244
Prediksi 2003 45.000 0 33.208 294.770 24.384 397.362
303.300 303.300 745.803 199.543 1.052 0 210.595
353.890 353.890 758.134 199.996 0 0 199.996
486.750 486.750 884.112 180.481 14.944 0 180.481
0 30.000 30.000
0 0 0
90.741 0 90.741
240.595 318.266 0 186.943 506.209
199.996 505.208 30.000 82.930 668138
271.222 558.138 0 54.752 612.890
745.804
758.134
884.112
Tabel 2. Laporan Laba/Rugi CV ABC per 31 Desember 2001 dan 31 Desember 2001 (dalam ribuan) No. 1. 2. a. 3.
4.
5. 6.
Rincian Penjualan Bersih Harga Pokok Penjualan a. Laba Kotor (1-2) Biaya Umum, Administrasi dan Penjualan b. Laba Operasional (a-3) Biaya Penyusutan, Biaya Sewa dan Biaya Lainnya c. Laba Sebelum Bunga dan Pajak (b-4) Biaya Bunga d. Laba Sebelum Pajak (c-5) Pajak Pendapatan Laba Bersih (d-6)
2001 1.700.800 1.445.680 255.120 15.206
2002 1.811.352 1.665.144 146.208 17.487
Prediksi 2003 1.992.487 1.820.536 171.952 48.000
239.914 4.200
128.721 4.410
123.952 4.410
235.714
124.311
119.812
28.000 207.714 20.771 186.943
32.167 92.144 9.214 82.930
52.597 67.214 12.493 54.751
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
38 Tabel 3. Realisasi penjualan CV ABC selama 4 tahun terakhir Tahun 1999 2000 2001 2002
Penjualan/Tahun Rp 372.600.000,Rp 577.530.000,Rp 1.700.800.000Rp 1.811.352.000,-
Rataan penjualan/bulan Rp 31.050.000,Rp 48.127.000,Rp 141.733.000,Rp 150.946.000,-
Persentase (%) 0 55 194 6,5
Tabel 4. Kenaikan Penjualan, Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas dan Kebutuhan Kredit dari CV ABC periode 2001-2002 No.
Kriteria
1.
Kenaikan Penjualan
2.
Likuiditas : - CR (Current ratio)
- QAR (Quick asset ratio) 3.
Solvabilitas
4.
Rentabilitas
5.
Kebutuhan Kredit 1. Perputaran unsur modal kerja : a. Kas dan Bank b. Piutang c. Persediaan d. Total (a+b+c) 2. Perputaran modal kerja keseluruhan (360/1d) 3. Kebutuhan modal kerja a. Penjualan Sekarang b. Asumsi kenaikan penjualan (30%) c. Modal Kerja yang dibutuhkan (a+b) d. M.Kerja yang ada e. Kekurangan modal kerja (c-d) 4. Besarnya Kredit yang dibutuhkan (=3e)
Periode 2000-2001 2001-2002
Hasil Perhitungan 194,5% 6,5%
Keterangan Adanya kenaikan harga biji cokelat pada tahun 2001, sedangkan tahun 2002 turun.
2001 2002
2,1 kali 2,02 kali
CR = Harta lancar : Hutang lancar
2001 2002 2001 2002 2001 2002
1,31 kali 1,18 kali 0,54 kali 0,49 kali 14 % 7%
QAR = (Kas, Bank, Surat Berharga) : Hutang Total utang : Modal Sendiri Net Operating Income : Penjualan Netto
2001-2002 2001-2002 2001-2002 2001-2002
14,85 hari 27,51 hari 36,11 hari 78,47 hari
2001-2002
4,59 kali
2002 2002
Rp 394.630.000,Rp 118.389.000,-
2002
Rp 513.019.000,-
2002 2002
Rp 404.244.000,Rp 108.775.000,-
2002
Rp 108.775.000,-
Menghitung perputaran masing-masing unsur modal kerja (Kas dan Bank, Piutang dan Persediaan)
Menghitung perputaran modal kerja keseluruhan Menghitung kebutuhan modal kerja dengan asumsi kenaikan penjualan sebesar 30%
Pada Tabel 1, 2, 3 dan 4 dapat disampaikan bahwa kondisi keuangan pada tahun 20012002 dan kebutuhan kredit CV ABC sebagai berikut : 1) Kenaikan penjualan Penjualan selama tahun 2001 mencapai Rp 1.700.800.000,- atau mengalami peningkatan 194,5% dari tahun 2000 yang hanya sebesar Rp 577.350.000,-. Penjualan tahun 2002 sebesar Rp 1.811.352.000,- atau mengalami peningkatan 6,5% dari tahun 2001. Peningkatan penjualan pada tahun 2001 disebabkan adanya kenaikan harga komoditi, terutama cokelat yang cukup tinggi (Rp 18.000,- per kg) dan pada tahun 2002 penjualan meningkat sedikit, karena tingkat harga cokelat tidak mengalami kenaikan bahkan turun dibanding tahun 2001.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
39 2) Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas Untuk menentukan Likuiditas usaha digunakan CR dan QAR, dengan rinciannya sebagai berikut : i. CR atau perbandingan harta lancar dibandingkan dengan hutang lancar, untuk tahun 2001 adalah : 442.503 : 210.595 = 2,10 kali, dan tahun 2002 adalah 404,244 : 199.996 = 2,02 kali dan untuk tahun 2003 diproyeksikan sebesar 2,20 kali. ii. QAR atau perbandingan Kas dan Bank + Surat Berharga + Piutang dibagi dengan Total Hutang. Untuk tahun 2001 besarnya QAR adalah (104.305 + 0 + 131.848 + 40.000) : (210.595) = 1,31 kali, dan tahun 2002 besarnya QAR = (45.100 + 144.959 + 0 + 46.535) : (199.996) = 1,18 kali. Dari hasil perhitungan CR dan QAR, terlihat bahwa kondisi keuangan tersebut cukup baik dan memenuhi syarat finansial untuk mendapatkan kredit. Hal ini menjamin pengembalian kewajiban kepada bank, terutama kewajiban jangka pendek berupa pembayaran angsuran pokok dan bunga. Untuk menentukan Solvabilitas, ukuran utamanya adalah membandingkan total hutang dengan modal sendiri (Debt-Equity Ratio atau DER). Untuk tahun 2001, besarnya DER adalah (240.595) : (442.503) = 0,54 kali dan untuk tahun 2002 adalah (199.996) : (404.244) = 0,49 kali. Dengan kondisi tersebut, perusahaan dinilai cukup solvabel, karena jumlah aktiva lebih besar dari hutang perusahaan. DER untuk tahun 2001 0,54 kali dan tahun 2002 0,49 kali, berarti usaha yang dikelola lebih banyak menggunakan modal sendiri bila dibandingan dengan hutang kepada pihak ketiga. Untuk menentukan Rentabilitas perusahaan, ukuran utamanya adalah membandingkan Net Operating Income dengan Penjualan netto. Untuk tahun 2001, besarnya Rentabilitas usaha dari CV ABC adalah (239.914) : (1.700.8000 = 14% dan untuk tahun 2002 besarnya Rentabilitas usaha adalah (128.721) : (1.811.352) = 7%. Menurunnya angka rentabilitas tahun 2002 dibandingkan dengan tahun 2001 disebabkan naiknya harga pokok penjualan, karena harga komoditi berfluktuasi. Prediksi untuk tahun 2003, rentabilitas masih belum normal kembali, akibat harga barang komoditi yang belum normal. Ditinjau dari kondisi likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas secara keseluruhan kondisi keuangan perusahaan saat ini cukup baik. Kondisi keuangan tersebut, di masa mendatang diharapkan akan semakin baik, sehingga diharapkan akan menjamin pembayaran kewajiban debitur kepada bank. 3) Menghitung besarnya kebutuhan kredit CV ABC Untuk menghitung besarnya kebutuhan dana dari CV ABC, bank menggunakan data keuangan dari Laporan Neraca dan Rugi/Laba sebagaimana Tabel 1 dan 2. Dari data keuangan tersebut, besarnya kebutuhan kredit dengan metode perputaran modal kerja adalah sebagai berikut : i. Menghitung perputaran masing-masing unsur modal kerja i) Kas dan Bank Rataan Uang Tunai x Jumlah hari (360) = 74.702.500 x 360 = 14,85 hari Penjualan Netto 1.811.352.000 Untuk menghitung besarnya rataan uang tunai adalah dengan membandingkan besarnya uang tunai (Kas dan Bank) pada 2001 dan 2002, yakni (Rp 104.305.000 + Rp 45.100.000) : 2 = Rp 74.702.500. Penjualan netto tahun 2002 adalah Rp 1.811.352.000 ribu. Dari perhitungan tersebut diperoleh besarnya perputaran uang tunai (Kas dan Bank) 14,85 hari. ii) Piutang Rataan Piutang x Jumlah hari (360) = 138.403.500 x 360 = 27,51 hari Penjualan Netto 1.811.352.000 Untuk menghitung besarnya rataan piutang adalah dengan membandingkan besarnya uang tunai (Kas dan Bank) pada 2001 dan 2002, yakni (Rp 131.848.000 + Rp 144.959.000) : 2 = Rp 138.403.500. Penjualan netto tahun 2002 adalah Rp 1.811.352.000. Dari perhitungan tersebut diperoleh besarnya perputaran piutang, yakni 27,51 hari. iii) Persediaan Rataan Persediaan x Jumlah hari (360) = 167.000.000 x 360 = 36,11 hari Penjualan Netto 1.665.144.000 Untuk menghitung besarnya rataan persediaan adalah dengan membandingkan besarnya uang tunai (Kas dan Bank) pada 2001 dan 2002, yakni (Rp 166.350.000 + Rp 167.650.000) : 2 = Rp 167.000.000. Penjualan netto tahun 2002 adalah Rp
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
40 1.811.352.000. Dari perhitungan tersebut diperoleh besarnya perputaran persediaan, yakni 36,11 hari. iv) Total lamanya perputaran modal kerja Dari penjumlahan perputaran unsur-unsur modal kerja, diperoleh : (14,85 + 27,51 + 36,11) = 78,47 hari ii. Menghitung Perputaran Modal Untuk menghitung perputaran modal kerja keseluruhan, dengan menggunakan rumus : Jumlah hari dalam periode laporan (=360) = 360 = 4,59 kali Total lamanya perputaran modal kerja 78,47 iii. Kebutuhan Modal Kerja : Menghitung besarnya kebutuhan modal kerja didasarkan pada besarnya penjualan sekarang dan prediksi peningkatan penjualan periode 1 tahun mendatang dengan asumsi meningkat 30%. Rumusannya sebagai berikut : i) Penjualan sekarang = Penjualan = 1.811.352.000 = Rp 394.630.000 Perputaran M.K. 4,59 ii) Asumsi peningkatan penjualan 30% = 30% x Rp 394.630.000 = Rp 118.389.000 iii) Kebutuhan modal kerja dengan asumsi peningkatan penjualan 30% = (a) + (b) = Rp 394.630.000 + Rp 118.389.000 = Rp 513.019.000 iv) Modal Kerja yang ada (sebesar Total Aktiva Lancar) .....................Rp 404.244.000 v) Kekurangan modal kerja (c) – (d) =.................................................Rp 108.775.000 Dari perhitungan yang dilakukan, maka besarnya kebutuhan modal kerja dari CV ABC adalah Rp 108.775.000, dan jumlah tersebut diharapkan dapat dipenuhi dari pinjaman kepada Bank XYZ. 4) Persetujuan Kredit Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan oleh Analis Kredit Bank XYZ Cabang Balige atas permohonan pinjaman yang diajukan CV. ABC, Pemimpin Cabang Bank XYZ mengambil keputusan, setelah mempertimbangkan hal-hal berikut : i. Debitur ini telah berhubungan dengan bank XYZ sejak tahun 1998, dan selama menjadi nasabah berperilaku baik, tidak pernah melakukan penyimpangan dari ketentuan bank. ii. Saat ini CV ABC berusaha di bidang perdagangan hasil bumi seperti coklat, padi, palawija dan kopra yang bermitra kerja dengan Kelompok Prokesra yang bersedia menampung hasil penjualan para anggota kelompok tersebut. iii. Melihat prospek usaha coklat dan hasil bumi lainnya dianggap bagus. iv. Debitur yang bersangkutan nampak bersemangat dan terbuka kepada bank, serta dinilai dapat dipercaya. Dari teori 5C dan 7P dalam pemberian kredit, yang lebih ditekankan dalam pemberian kredit kepada CV ABC ini adalah Character dianggap baik, kemampuan (Capacity) dalam menjalankan usahanya dinilai mampu dan prospek usaha (Condition of economic) baik. Dari hasil analisa dan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka Bank XYZ Cabang Balige setuju memberikan kredit modal kerja Rp 108.775.000,- kepada CV. ABC dengan ketentuan harus memenuhi hal tersebut : i. Keputusan kredit dituangkan dalam Surat Perjanjian Kredit yang ditandatangani kedua beah pihak (debitur dan bank). ii. Kredit dapat dicairkan setelah Perjanjian Kredit ditandatangani dan telah dilakukan pengikatan jaminan secara sempurna. iii. Aktivitas keuangan debitur disalurkan melalui rekening debitur di Bank XYZ. iv. Jenis kredit adalah Kredit Modal Kerja dalam Bentuk Rekening Koran (R/C) terbatas, jangka waktu 12 bulan sistem angsuran menurun. v. Selama menikmati kredit ini, debitur tidak diperkenankan mendapatkan kredit dari bank lain atau dari usaha leasing. vi. Menyerahkan secara periodik laporan keuangan (neraca dan laporan laba-rugi kepada Bank XYZ Cabang Balige, minimal setiap 12 bulan sekali). 5) Barang Jaminan dan Pengikatannya Barang jaminan yang diterima adalah berupa : i. Jaminan pokok berupa stok barang yang dibiayai, diikat Fiduciare Eigendom Overdracht (FEO). i. Jaminan tambahan berupa 2 (dua) bidang tanah, dengan status Sertifikat Hak Milik (SHM), nilai taksasi Rp 115.000.000,- telah diikat akte notaris.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
41 6) Pemantauan Kredit Setelah kredit diberikan, maka kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh Bank XYZ Cabang Balige adalah melakukan pemantauan atas kredit yang diberikan, agar tidak terjadi penyimpangan penggunaan kredit dan untuk mengetahui sampai sejauhmana persyaratan-persyaratan yang ditetapkan bank dilaksanakan oleh debitur. Disamping itu, untuk mengetahui perkembangan usaha dari debitur, agar jangan sampai terjadi kemacetan. Sarana yang dilakukan dalam melakukan pemantauan ini adalah melalui telepon dan ditindaklanjuti dengan cara melakukan kunjungan langsung ke tempat usaha debitur, dengan menemui/mewawancarai pegawai debitur. Hasil dari kunjungan pemantauan ini dituangkan dalam bentuk ”Memo” dan dilaporkan kepada Pimpinan Cabang, serta diadministrasikan secara tertib. Pemantauan dilakukan sesuai kebutuhan, misalnya 2 bulan sekali.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Faktor-faktor yang menentukan dalam pengajuan kredit oleh bank kepada calon nasabah/debitur ada beberapa aspek : Aspek Umum, meliputi jenis usahanya jelas, ada surat ijin usahanya, mempunyai NPWP dan telah berpengalaman dalam menjalankan usahanya tersebut. a. Aspek Manajemen, meliputi organisasi perusahaan, pihak-pihak yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan (key person), jumlah tenaga SDM dan tingkat pendidikan. b. Aspek Pemasaran, meliputi pemasaran hasil usaha, kondisi persaingan, terjaminnya sumber bahan baku/barang dagangan dan harga yang bersaing. c. Aspek Teknis dan Produksi, meliputi fasilitas yang dimiliki dalam menunjang kegiatan usaha dan hubungan dengan mitra usaha. d. Aspek Keuangan, meliputi kondisi keuangan (likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas) dan peningkatan/penurunan hasil penjualan. e. Jaminan/agunanyang diserahkan Proses pemberian kredit oleh bank kepada calon debitur dimulai dari tahapan pengumpulan data, verifikasi, analisa kredit, persetujuan kredit, pengikatan jaminan dan pemantauan kredit. Dalam proses analisa kredit, disamping melakukan penilaian atas lima prinsip pemberian kredit (5C), juga dilakukan analisa terhadap manajemen perusahaan dan analisa laporan keuangan berdasarkan Laporan Neraca dan Laporan Laba/Rugi dengan melakukan analisa likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas perusahaan. Dari analisa tersebut dapat disimpulkan apakah suatu kredit layak diberikan dan besarnya kredit yang diberikan atau ditolak. CV ABC yang berusaha di bidang perdagangan hasil bumi, dalam mengembangkan usahanya memerlukan tambahan modal kerja. Dari analisa keuangan yang dilakukan oleh Bank XYZ Cabang Balige, CV ABC layak diberikan tambahan modal kerja Rp 108.775.000,-. 2. Saran a. Para petani dan pengusaha kecil perlu diberikan bimbingan dalam mengelola keuangan dan disarankan tidak meminjam dana kepada para renternir atau lebih baik meminjam kepada bank yang ada di daerah setempat. b. Pihak bank dalam penyaluran kredit, khususnya kepada para petani dan pengusaha kecil tidak menerapkan prosedur yang terlalu teknis administratif dengan mengabaikan potensi yang ada pada para petani dan pengusaha kecil.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
42 DAFTAR PUSTAKA
Asikin, Z. 1995. Pokok-pokok Hukum Perbankan di Indonesia. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hubeis, M. 2001. Pengantar Industri Kecil. Modul Kuliah Pengantar Industri Kecil Menengah pada Program Studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kasmir. 1998. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Mahmoedin, H.A. 1996. Etika Bisnis Perbankan. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Rahardja, P. 1997. Uang dan Perbankan. Rineka Cipta, Jakarta. Reed, E.W. dan E.K. Gill. 1995. Bank Umum (Terjemahan). Bumi Aksara, Jakarta. Riyanto, B. 1982. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta. Santoso, R.T. 1996. Kredit Usaha Perbankan. Penerbit Andi, Yogyakarta. . 1997. Mengenal Dunia Perbankan. Penerbit Andi, Yogyakarta. Sutojo, S. 1997. Analisa Kredit Bank Umum. PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Usman, R. 2001. Aspek-aspek Hukum Perbankan Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008