133
KEBIASAAN MAKAN IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis Bleeker) DI SUNGAI NABORSAHAN, KECAMATAN AJIBATA, KABUPATEN TOBA SAMOSIR, SUMATERA UTARA (Food habits of Bilih fish (Mystacoleucus Padangensis Bleeker) in Naborsahan river. Subdistrict Ajibata, Toba Samosir, North Sumatra) 1
Hafiz Muhammad, 2 Yunasfi dan 2 Ani Suryanti
1
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155 2 Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155 ABSTRACT The decline of fish populations bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) caused by fishing activity and the availability of natural food in the River Naborsahan closely related to the physico-chemical factors of the river. The purpose of this study was to determine the feeding habits of fish bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker). This study was conducted in June - July with purposive random sampling method. The results showed that the natural food of bilih fish is phytoplankton from the genus Rhizosolenia, Synedra, Aulacoseira, Gonatozygon, Pinnularia, Closterium, Surirella, Gyrosigma, Melosira, Oscillatoria and zooplankton from genus Creseis, tubifex and Daphnia. Natural food that became the main food of bilih fish is phytoplankton from the genus Synedra with IP (Index Preporedence) > 40% fish is 98.9%. Natural feed becomes additional food of bilih fish <4% that is Rhizosolenia, Aulacoseira, Gonatozygon, Pinnularia, Closterium, Surirella, Gyrosigma, Melosira, Oscillatoria, Creseis, Tubifex and Daphnia. Measurement results of physico-chemical factors water good enough for the availability of natural food and life of bilih fish (Mystacoleucus padangensis Bleeker). Keywords: Fish bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker), Food Habits, Naborsahan River. PENDAHULUAN Latar Belakang Sungai adalah saluran air yang sempit dan panjang di permukaan bumi dan merupakan ekosistem yang mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah karena adanya gaya gravitasi. Sungai dapat dikelompokkan berdasarkan sumber airnya, aliran airnya dan arah alirannya. Berdasarkan sumber airnya, sungai dibedakan menjadi sungai hujan, salju, dan campuran.
Sedangkan berdasarkan aliran airnya, sungai dibedakan menjadi sungai permanen, periodik, dan episodik sedangkan berdasarkan arah alirannya, sungai dibedakan menjadi sungai konsekuen, subsekuen, obsekuen, dan resekuen. Sungai yang menjadi inlet Danau Toba sangat banyak namun outletnya hanya 1 yaitu Sungai Asahan yang berada di wilayah selatan Danau Toba. Sungai yang menjadi inlet ke Danau Toba
134
didominasi oleh sungai-sungai kecil dengan jumlah total 289 sungai namun hanya 71 sungai yang mengalir sepanjang tahun dan sisanya bersifat musiman (intermitten). Dari Pulau Samosir mengalir 122 buah sungai dan dari daratan Sumatera 177 buah sungai. Inlet danau dengan debit yang paling besar berasal dari Sungai Simangira (±10 m/det), dan inlet danau dengan debit sedang berasal dari Sungai Naborsahan (±2 m/det) (Lukman dan Ridwansyah, 2010). Sungai Naborsahan merupakan satu dari beberapa sungai yang menjadi inlet ke perairan Danau Toba. Sungai ini memiliki debit yang sedang dibandingkan dengan sungaisungai yang lain. Di sekitar sungai Naborsahan terdapat perumahan warga dengan berbagai aktivitas sehari-hari seperti penangkapan ikan dengan jaring, pengolahan ikan dengan sistem pengeringan dan penggorengan. Warga juga memanfaatkan sungai untuk kegiatan domestik seperti mencuci piring dan mandi sehingga dapat menurunkan kualitas perairan di sekitar sungai tersebut (Lukman dan Ridwansyah, 2010). Sungai Naborsahan berperan penting dalam ekosistem perairan. Hal ini terlihat dari tangkapan nelayan di sepanjang Sungai Naborsahan yang dapat memperoleh berbagai jenis ikan seperti ikan nila, lele, gabus dan bilih. Hasil tangkapan ikan yang dominan adalah ikan bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker). Hasil tangkapan dominan tersebut dimanfaatkan sebagai salah satu sumber mata pecaharian nelayan di sekitar Sungai Naborsahan melalui adanya penjualan ikan segar dan ikan ikan olahan berupa ikan goreng
maupun ikan kering yang dilakukan masyarakat. Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) adalah sejenis ikan air tawar yang pada awalnya bersifat endemik di Danau Singkarak Sumatera Barat, Namun karena adanya penangkapan yang berlebihan dan tidak ramah lingkungan menyebabkan penurunan populasi ikan bilih di Danau Singkarak. Sehingga pada tahun 2003 ikan tersebut di introduksikan di Danau Toba. Introduksi ikan adalah upaya memindahkan atau menebar ikan dari suatu perairan ke perairan lain dimana jenis ikan yang ditebarkan semula tidak terdapat di perairan tersebut. Dengan demikian, introduksi ikan bilih berarti memindahkan ikan bilih dari habitat asli di danau Singkarak ke habitat baru di Danau Toba (Kartamihardja dan Sarnita, 2008). Introduksi tersebut dinilai berhasil dengan melihat hasil tangkapan ikan bilih di sekitar Danau Toba termasuk di Sungai Naborsahan. Salah satu faktor yang paling penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan ikan bilih adalah makanannya. Berdasarkan kebiasaan makanannya, ikan dapat digolongkan dalam jenis herbivora, karnivora, ataupun omnivora. Ikan herbivora adalah ikan pemakan tumbuhtumbuhan, ikan karnivora adalah ikan pemakan hewan dan ikan omnivora adalah ikan pemakan segala. Sampai saat ini masih kurang penelitian tentang kebiasaan makanan ikan bilih di Sungai Naborsahan. Berdasarkan hal tersebut, perlu kiranya diadakan suatu penelitian yang berkenaan dengan kajian kebiasaan makanan ikan bilih tersebut agar dapat
135
dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kedepannya. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2013 di Sungai Naborsahan, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera
Utara. Pengambilan sampel ikan dilakukan 2 minggu sekali. Analisis sampel ikan dilaksanakan di laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dan Analisis Kualitas Air dilakukan di Pusat Penelitian, Universitas Sumatera Utara.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: jaring kantong dengan panjang jaring 15m, plankton net, satu set alat bedah ikan, cool box, pH meter, keping secchi, termometer, mistar, stopwatch, mikroskop, botol sampel, object glass, cover glass, pipet tetes, SRC (Sedgwick Rafter Counting), plastik,
gelas ukur, GPS, kamera digital, dan alat-alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel ikan bilih, sampel kerikan usus ikan bilih, sampel air sungai, sampel plankton, formalin 10%, lugol PA, dan bahanbahan untuk pengukuran kualitas air.
136
Pelaksanaan Penelitian Pengambilan Sampel Ikan Pengambilan sampel ikan dilakukan sebanyak 3 kali pada 4 stasiun di Sungai Naborsahan dengan jumlah sampel ikan yang diambil sebanyak 60 ekor. Pengambilan ikan dilakukan dengan cara ikan ditangkap menggunakan jaring kantong yang dipasang melawan arah arus sungai. Ikan yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan 5 kelas ukuran yaitu: mulai dari ikan paling kecil sampai paling besar. Masingmasing kelas ukuran diambil sebanyak 3 ekor sebagai sampel secara acak (15 ekor ikan / stasiun). Sebaran Frekuensi Panjang Sebaran frekuensi panjang total dihitung dengan menggunakan rumus Sturges (Walpole 1992), yaitu sebagai berikut : Menentukan nilai maksimum dan minimum dari keseluruhan data Menghitung jumlah kelas ukuran dengan rumus K = 1 + (3.32 log n) Keterangan: K = Jumlah kelas ukurann n = jumlah data pengamatan Menghitung rentang data/wilayah ; Wilayah = Data Terbesar – data terkecil Menghitung lebar kelas : Lebar kelas
Menentukan limit bawah kelas yang pertama dan limit atas kelasnya. Limit atas kelas diperoleh dengan menambahkan lebar kelas pada limit bawah kelas. Mendaftarkan semua limit kelas untuk setiap selang kelas.
Menentukan nilai tengah bagi masing-masing selang dengan merata-ratakan limit kelas. Menentukan frekuensi bagi masing-masing kelas. Menjumlahkan frekuensi dan memeriksa apakah hasilnya sama dengan banyaknya total pengamatan
Ikan yang dipilih sebagai sampel diukur panjang dan bobotnya. Pengukuran ikan dengan menggunakan mistar mulai dari panjang baku, panjang fork dan panjang total serta pengukuran terhadap panjang usus ikan bilih. Pengukuran bobot ikan dengan menggunakan timbangan digital ketelitian 0,01g. Ikan yang telah diukur panjang dan bobotnya di bedah dengan cara membedah bagian anus ikan mengarah punggung lalu turun sampai ke pangkal sirip dada. Usus ikan diambil dan diukur panjang dan volumenya. Volume usus di ukur dengan cara memasukkan usus ke dalam gelas ukur yang sudah berisi air kemudian berapa pertambahan setelah dimasukkan usus tersebut sehingga di dapat volume usus. Usus dimasukkan ke dalam botol sampel dan ditambahkan formalin 10% sampai usus tertutup semua. Usus dikerik dengan menggunakan pinset. Hasil kerikan usus ikan dimasukkan ke dalam botol dan diberi label. Lalu diencerkan dengan menggunakan aquades sebanyak 10ml, diaduk sampai isi usus tidak menggumpal/padat dan ditambahkan lugol 2-5 tetes lugol. Selanjutnya sampel kerikan usus dimasukkan kedalam Sedgwick Rafter Counting (SRC) dengan
137
menggunakan pipet tetes sampai penuh dan tidak terjadi gelembung udara dibawah kaca penutup SRC cell. Sampel usus dalam SRC diamati di bawah mikroskop secara total dan pengamatan diulang 3 kali. Identifikasi sampel isi usus menggunakan buku identifikasi Needham (1962). Analisis komposisi makanan yang digunakan yaitu Index of Prepoderance yang merupakan gabungan dari metode frekuensi kejadian dan metode volumetrik (Effendie, 1979 diacuh oleh Natarajan dan Jhingran, 1961), dengan rumus sebagai berikut : IP =
x 100 %
Keterangan : IP = indeks preponderance Vi = persentse volume satu macam makanan Oi = persentase frekuensi kejadian satu macam makanan ∑ViOi = Jumlah Vi x Oi dari semua macam makanan Organisme yang ditemukan dalam usus diidentifikasikan Batasan keriteria persentase makanan (Nikolsky, 1963) sebagai berikut: IP > 40 % : Makanan utama 4 % ≤IP ≤40 % : Makanan pelengkap IP < 4 % : Makanan tambahan Pengambilan Sampel Plankton Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan menggunakan plankton net No. 25. Plankton net di pasang melawan arus sungai selama 5 menit. Luas mulut plankton dan arus sungai di ukur untuk menentukan volume air yang tersaring dalam plankton net. Sampel plankton yang diperoleh dimasukkan ke dalam botol sampel dan diberi
lugol sebanyak 3-5 tetes. Sampel plankton di amati dengan SRC di bawah mikroskop dan diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi. Perhitungan Kelimpahan Plankton Perhitungan kelimpahan dilakukan untuk mengetahui berapa besar kelimpahan setiap genus tertentu yang ditemukan selama pengamatan. Kelimpahan plankton dihitung menggunakan alat SRC dengan rumus sebagai berikut (APHA, 2005):
Keterangan: K : kelimpahan plankton (ind/l) N : jumlah plankton yang diamati As : volume air yang di saring (l) untuk perhitungan plankton At : luas penampang permukaan SRC (mm2) Ac : luas amatan (mm2) Vt : volume konsentrat pada botol contoh (ml) untuk perhitungan plankton Vs : volume konsentrat dalam SRC (ml) Indeks Keanekaragaman Plankton Menurut Nugroho (2006), analisis ini digunakan untuk mengetahui keanekaragaman jenis biota perairan. Jika keanekaragamannya tinggi, berarti komunitas planktonnya di perairan makin beragaman dan tidak didominasi oleh satu atau dua jenis individu plankton Persamaan yang digunakan untuk menghitung indeks ini adalah persamaan ShanonWiener, dengan rumus :
138
Keterangan : = indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner pi = ni/N ni = jumlah individu jenis ke-i N = jumlah total individu Analisis Data Data keragaman jenis dan jumlah pakan ikan bilih akan disajikan dalam bentuk diagram dan dianalisa secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi jenis makanan
Pakan alami yang ditemukan di dalam usus selama penelitian pada empat stasiun pengamatan memiliki jenis yang sama yaitu fitoplankton. Jenis pakan alami yang ditemukan berupa fitoplankton terdiri atas 10 Genus yang terbagi dari 4 kelas yaitu Bacillariophyceae (6 Genus), Chlorophyceae (2 Genus), Coscinodiscophyceae 1 Genus), dan Cyanophyceae (1 Genus) dan Zooplankton terdiri atas 3 Genus yang terbagi dari 3 kelas yaitu Gastropoda (1 Genus), Clacodera (1 Genus) dan Clitellata (1 Genus). Jenis makanan yang ditemukan pada usus ikan bilih dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Jenis makanan yang ditemukan pada usus ikan bilih di setiap stasiun pengamatan. Fitoplankton
Kelas
Famili
Genus
Bacillariophyceae
Chaetoceraceae Fragillariaceae
Rhizosolenia Synedra
Melosiraceae
Melosira
Naviculaceae
Gyrosigma Pinnularia
Surirellaceae
Surirella
Desmidiceae
Closterium
Gonatozygaceae
Gonatozygon
Coscinodiscophyceae
Aulacoseiraceae
Aulacoseira
Cyanophyceae
Oscillatoriaceae
Oscillatoria
Kelas
Famili
Genus
Gastropoda
Cavollinidae
Creseis
Clacodera
Daphnidae
Daphnia
Clitellata
Tubificidae
Tubifex
Chlorophyceae
Zooplankton
Makanan Utama Hasil analisis pakan alami di dalam usus yang dilakukan selama penelitian di perairan Sungai Naborsahan diperoleh nilai IP
(Index Preporedence) secara keseluruhan pada 180 sampel ikan bilih. Pakan alami berupa fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae dengan genus
139
Synedra merupakan pakan alami yang paling sering ditemukan di dalam usus ikan bilih. Jenis pakan
alami secara keseluruhan dilihat pada Gambar 2.
dapat
Gambar 2. Makanan Utama Ikan Bilih IP Berdasarkan Jenis Kelamin Hasil analisis pakan alami berdasarkan jenis kelamin jantan dan betina di perairan Sungai Naborsahan diperoleh nilai IP(Index Preporedence) dapat dilihat pada (Gambar 3). Pakan alami ikan bilih jantan maupun ikan bilih betina memiliki jenis yang sama berupa fitoplankton.
Jenis Plankton yang ditemukan pada stasiun penelitian Selama penelitian di perairan Sungai Naborsahan plankton yang ditemukan selama penelitian terdiri atas Fitoplankton dan Zooplankton dengan masing-masing 24 genus Fitoplankton dan 3 genus Zooplankton.
Gambar 3. Pakan alami ikan bilih jantan dan betina
140
Jenis plankton yang ditemukan selama penelitian pada empat stasiun
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis plankton yang ditemukan pada setiap stasiun pengamatan Fitoplankton
Kelas
Famili
Genus
Bacillariophyceae
Bacillariophyta
Achnanthes Bacillaria Cymbella Epithemia Fragillaria Frustulia Navicula Nitzschia
Chaetoceraceae
Rhizosolenia
Fragillariaceae
Synedra
Melosiraceae
Melosira
Naviculaceae
Gyrosigma Pinnularia
Chlorophyceae
Surirellaceae
Surirella
Chlorophyta
Pediastrum Scenedesmus
Coscinodiscophyceae Cyanophyceae Zygnematophyceae
Desmidiceae
Closterium
Gonatozygaceae
Gonatozygon
Aulacoseiraceae
Aulacoseira
Bacillariophyta
Coscinodiscus
Cyanobacteria
Anabaena
Oscillatoriaceae
Oscillatoria
Streptophyta
Cosmarium Pleurotenium
Zooplankton
Kelas
Famili
Genus
Gastropoda
Cavollinidae
Creseis
Clacodera
Daphnidae
Daphnia
Clitellata
Tubificidae
Tubifex
Keanekaragaman Plankton Hasil analisis data plankton yang dilakukan selama penelitian di perairan Sungai Naborsahan diperoleh nilai indeks keanekaragaman plankton di empat
stasiun pengamatan dapat dilihat pada (Tabel 3). Stasiun yang memiliki keanekaragaman paling tinggi yaitu pada stasiun 4 senilai 3,17 sel/l dan yang paling rendah pada stasiun 3 yaitu 3,15 sel/l.
141
Tabel 3. Indeks Keanekaragaman (H') pada setiap stasiun pengamatan H' Stasiun 1 3,16
H' Stasiun 2 3,16
Pembahasan Komposisi jenis Makanan Ikan bilih tergolong ikan herbivora yang dapat diketahui dari hasil analisis makanan dalam lambung pada Tabel 3. Berdasarkan analisis makanan, jenis makanan yang ditemukan dalam lambung ikan bilih di Sungai Naborsahan dikelompokkan atas 4 kelas Fitoplankton yaitu Bacillariophyceae, Chlorophyceace, Coscinoidiscophyceae, Cyanophyceae dan 3 kelas Zooplankton yaitu Gastropoda, Clacodera dan Clitellata serta yang tidak terindentifikasi berupa fitoplankton. Effendie (1997) menyatakan berdasarkan makanannya, ikan dapat digolongkan menjadi ikan herbivora, karnivora, dan omnivora. Panjang usus ikan dapat menggambarkan spesialisasi penyesuaian di dalam kebiasaan makan. Berdasarkan komposisi jenis makanan ikan bilih yang terdiri dari empat kelas semua termasuk dalam kelompok fitoplankton. Menurut Kline (1987) di dalam Effendie (2002) bahwa ikan herbivor mempunyai usus lebih panjang dari pada ikan karnivor yang hanya pemakan ikan lainnya dengan perbandingan panjang usus dan panjang total ikan 1:3,75 – 1:10,0. Ikan bilih merupakan jenis ikan pemakan fitoplankton dan zooplankton (plankton feeder). Menurut Azhar (1993) sebagai pemakan plankton (plankton feeder), makanan utama ikan bilih adalah fitoplankton dan zooplankton, sedangkan makanan
H' Stasiun 3 3,15
H' Stasiun 4 3,17
pelengkapnya adalah detritus dan potongan tumbuhan. Makanan Utama Komposisi makanan ikan bilih secara umum (Gambar 2) didapatkan bahwa kelompok jenis Bacillariophyceae merupakan pakan alami yang ditemukan di dalam usus ikan bilih. Hal ini sesuai dengan pernyataan Purnomo (2008) Penelitian di Danau Singkarak diperoleh hasil yang sama, dimana fitoplankton yang paling banyak dikonsumsi oleh ikan bilih adalah famili Bacillariophyceae. Nilai IP dari kelompok Bacillariophyceae dari genus Synedra adalah sebesar 98,9%. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok Bacillariophyceae merupakan makanan utama ikan bilih. Penentuan makanan utama tersebut berdasarkan pada Nikolsky (1963) bahwa IP >40% makan utama dan < 4% merupakan pakan tambahan bagi organisme. Jenis pakan ikan bilih penting dilakukan karena kesesuaian pakan alami ikan akan menentukan pertumbuhan bagi ikan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sukimin dkk (2002) Pertumbuhan ikan di suatu perairan banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, antara lain: ukuran makanan yang dimakan, ukuran ikan di perairan, jenis makanan yang dimakan, serta kualitas lingkungan dan kondisi ikan. Pengelolaan ikan bilih dilakukan dengan cara membudidayakan ikan bilih menggunakan pakan buatan berupa
142
dedak maupun butiran-butiran tepung halus yang dapat menggantikan pakan alami di alam untuk melangsungkan kehidupannya dan membiaakkan pakan alami berupa plankton di dalam kolam tersebut. Mudjiman (2002) Fitoplankton merupakan organisme yang berukuran renik,memiliki gerakan yang sangat lemah, bergerak mengikuti arus, dan dapat melakukan proses fotosintesis karena memiliki klorofil dalam tubuh. Perkembang biakkannya sangat cepat melalui pembelahan sel sehingga pertumbuhannya dapat didorong dengan memperkaya kandungan bahan anorganik melalui pemupukan. IP Berdasarkan Jenis Kelamin Ikan bilih tergolong ikan herbivora yang dapat diketahui dari hasil analisis makanan dalam lambung palsu yang terdiri dari fitoplankton dan serasah. Fitoplankton didominasi oleh kelompok Bacillariophyceae. Berdasarkan analisis makanan berdasarkan jenis kelamin, jenis makanan yang ditemukan dalam lambung ikan bilih dikelompokkan atas 4 kelas Fitoplankton yaitu Bacillariophyceae, Chlorophyceace, Coscinodiscophuceae, Cyanophyceae dan 3 kelas Zooplankton yaitu Gastropoda, Clacodera, Clitellata serta yang tidak terindentifikasi berupa serasah diduga ikut termakan. Nilai IP dari ikan bilih jantan dan ikan bilih betina untuk Bacillariophyceae masing-masing 98,9% dan 98,7%. Bacillariophyceae dari genus Synedra merupakan makanan utama ikan bilih (Gambar 3). Ikan jantan mengkonsumsi makanan sama
dengan ikan betina. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan pakan alami ikan bilih jantan dan ikan bilih betina. Hal ini sesuai dengan Febriani (2010) yang menyatakan bahwa kelompok makanan yang ditemukan dari saluran pencernaan ikan bilih jantan tidak jauh berbeda dengan ikan bilih betina terdiri plankton kelompok Bacillaryophiceae, Chlorophyceae, Cyanophyceaea, dan lain- lain (Serasah, detritus serta organisme yang tidak teridentifikasi). Hasil penelitian mengenai komposisi makanan berdasarkan jenis kelamin Febriani (2010) menyatakan bahwa kelompok makanan tersebut menunjukkan IP terbesar pada ikan jantan dan betina ditempati oleh fitoplankton kelompok Bacillaryophiceae, masing-masing adalah 67 % dan 56%, sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok Bacillaryophiceae merupakan makanan utama ikan bilih (IP > 40 %). Keanekaragaman plankton Keanekaragaman plankton di suatu perairan dapat menunjukkan kualitas perairan tersebut. Keanekaragaman plankton selama penelitian dapat diketahui bahwa nilai indeks keanekaragaman plankton tertinggi yaitu pada stasiun 4 dengan nilai 3,17 sel/l. Nilai keanekaragaman terendah yaitu Selama penelitian di perairan Sungai Naborsahan, informasi mengenai jenis plankton juga dapat diketahui di empat stasiun pengamatan. Plankton yang ditemukan selama penelitian di empat stasiun terdiri atas (8 kelas), (17 famili), dan (27 Genus). Jenis plankton yang ditemukan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel hasil 3.
143
Berdasarkan Tabel 3 nilai indeks keanekaragaman (H') tertinggi terdapat pada stasiun 4 sebesar 3,17. Hal ini diduga pada stasiun 4 terdapat lebih banyak jenis fitoplankton karena merupakan daerah pertemuan antara sungai dengan danau yaitu muara. Hal ini sesuai dengan Zalocar de Domitrovic dkk (2007), bahwa komposisi fitoplankton tidak selalu merata pada setiap lokasi di dalam suatu ekosistem, dan pada suatu ekosistem sering ditemukan beberapa jenis melimpah sedangkan yang lain tidak. Keberadaan fitoplankton sangat tergantung pada kondisi lingkungan perairan yang sesuai dengan hidupnya dan dapat menunjang kehidupannya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada ikan bilih di Sungai Naborsaha dapat disimpulkan bahwa: 1. Pakan alami ikan bilih yang ditemukan di dalam usus adalah fitoplankton antara lain Rhizosolenia, Synedra, Gonatozygon, Closterium, Surirella, Pinnularia, Oscillatroria, Melosira, Gyrosigma, Aulacoseira dan Zooplankton antara lain Creseis, Tubifex dan Daphnia. 2. Jenis pakan alami yang ditemukan paling banyak adalah fitoplankton dari genus Synedra yang memiliki IP (Index Preporedance) > 40% yaitu 98,9% sebagai pakan utamanya ikan bilih. Pakan alami tambahan ikan bilih yaitu Rhizosolenia, Gonatozygon, Closterium, Surirella, Pinnularia, Oscillatroria, Melosira, Gyrosigma, Aulacoseira,
Creseis, Tubifex dan Daphnia yang memiliki IP (Index Preporedance) masing-masing < 4 %. Saran Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kebiasaan makan ikan bilih yang dilakukan 3 jam sekali selama 24 jam agar diketahui kapan puncak lambung penuh dan kapan waktu ikan bilih mengambil makanan agar memperoleh data yang lebih lengkap dan akurat. Daftar Pustaka [APHA] American Public Health Association. 2005. Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater. United Book Press Inc, Maryland. Azhar. 1993. Studi ekologi Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) di Danau Singkarak‐Sumatera Barat. [Tesis]. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 134 hlm. Effendie, M. I. 1997. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 157 hlm. Effendie, M.I., 1979. Metode Biologi Perikanan. Cetakan Pertama. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
144
Febriani L. 2010. Studi makanan dan pertumbuhan ikan bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) di Danau Singkarak, Sumatera Barat. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 102 hlm.
Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Penerbit Universitas Trisakti. Jakarta.
Kartamihardja ES & Sarnita AS. 2008. Populasi ikan bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) di Danau Toba (Keberhasilan introduksi ikan, implikasi pengelolaan dan prospek masa depan). Pusat Riset Perikanan Tangkap. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. 50 hlm.
Sukimin,S. Rahardjo, M.F., Charles, P.H.S., Tutupoho, N.E. Pola Pertumbuhan Ikan Motan di Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri Riau. Prosiding Seminar Nasional 5. Bogor.
Lukman dan Ridwansyah. 2010. Faktor-faktor Pertimbangan dalam Penetapan Tata Ruang Perairan Danau: Studi Kasus Danau Toba. Prosiding Seminar Nasional Limnologi V.362-364. Mudjiman, A. 2009. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. Needham, P. 1962. A Guide to The Study of Fresh Water Biology. Holden-Day. Inc. San Francisco. Nikolsky GV. 1963. The ecology of fishes. Academic Press (translated from the Russian by L. Birkett). London and New York. 352 hlm.
Purnomo, K. 2008. Pengelolaan sumberdaya ikan di Danau Singkarak, Prosiding Semnaskan Indonesia. 4 – 5 Desember 2008. Sekolah Tinggi Perikanan. Jakarta. 437-444.
Walpole, R. E. 1992. Pengantar Statistika. Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri. Cetakan ke enam. PT Gramedia. Jakarta. 515 hlm. Zalocar D. & Casco S.L. 2007, Abundance and Diversity of Phytoplankton in the Parana River (Argentina) 220 km Downstream of the Yacyreta Reservoir, Brazilian Journal of Biology. 67 (1): 53-63.