Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2007
ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
ABSTRAK Kerbau bagi masyarakat di sepanjang hulu sungai Mahakam Kecamatan Muara Wis dan Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting. Program pengembangan peternakan di Kabupaten Kutai Kartanegara berdasarkan agroekosistemnya dibagi menjadi 3 zona, yaitu zona pantai, zona tengah, dan zona hulu. Usaha ternak kerbau Kalang yang telah dilakukan secara turun temurun di wilayah Kecamatan Muara Wis yang bermula dari usaha seorang penduduk dari Desa Melintang pada tahun 1918. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui potensi daya dukung sumberdaya ternak kerbau Kalang di Kecamatan Muara Wis pada kondisi pedesaan dan prospek pengembangannya. Sedangkan keluaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah diketahuinya potensi sumberdaya yang optimum untuk menunjang keberlanjutan usahaternak kerbau Kalang pada kondisi pedesaan. Metode penelitian dengan menggunakan analisis agroekosistem, dengan melibatkan responden sebanyak 30 orang. Keadaan umum wilayah pengamatan adalah Kecamatan Muara Wis merupakan salah satu kecamatan yang berada pada wilayah zona hulu Kabupaten Kutai Kartanegara yang memiliki kelompok ternak kerbau Kalang yakni kelompok Lebak Singkil dan Tanjung Terakan. Kecamatan ini memiliki 7 desa dengan luas wilayah 1.108 km2. Rata-rata umur peternak kerbau Kalang masih dalam kategori usia produktif, yakni 45 tahun, dengan rata-rata tingkat pendidikan berada pada tingkat Sekolah Dasar. Rata-rata jumlah anggota keluarga peternak responden adalah 5,40 orang/keluarga. Di antara jumlah keluarga tersebut, ratarata tingkat keterlibatan anggota keluarga yang membantu usahaternak kerbau sebanyak 1,2 orang. Dilihat dari pengalaman beternak kerbau Kalang, terlihat bahwa peternak di lokasi penelitian mempunyai pengalaman yang cukup lama yaitu lebih dari 20 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usahaternak kerbau Kalang di Kecamatan Muara Wis merupakan usaha turun temurun. Tujuan lainnya dari usahaternak kerbau Kalang adalah produksi anak (46,67%) dan tambahan penghasilan (3,33%). Pekerjaan utama peternak responden di Kecamatan Muara Wis adalah sebagai nelayan sebesar 86,67%. Sedangkan pekerjaan sampingan selain beternak kerbau Kalang ada responden yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai petani padi 10% dan pedagang ikan 16,67%. Rata-rata penguasaan ternak kerbau Kalang oleh peternak responden di Kecamatan Muara Wis yakni 10,10 ekor/peternak. Rata-rata pemilikan induk 5,30 ekor/peternak. Pengurangan ternak kerbau terbanyak adalah karena dijual dengan rata-rata sebesar 2,60 ekor pada jangka waktu satu tahun terakhir ini. Kematian ternak relatif rendah yakni sebesar 0,167 ekor/peternak/tahun. Dari ternak kerbau yang dipelihara, tidak ada yang dikonsumsinya. Penambahan ternak kerbau tertinggi adalah dari kelahiran ternak yakni 3,2 ekor/peternak/tahun. Penambahan ternak karena pembelian hanya 0,1 ekor/tahun. Penerimaan tunai hanya berasal dari penjualan ternak, karena tidak ada penjualan pupuk. Hasil penjualan ternak Rp 10.400.000 dengan rata-rata jumlah ternak yang dijual 2,60 ekor/peternak. Umumnya ternak yang dijual adalah dewasa jantan dan dewasa betina yang tidak produktif. Penerimaan non tunai berasal dari penambahan ternak. Besarnya penerimaan non tunai adalah Rp 1.920.000/peternak dari rata-rata penambahan ternak karena lahir yaitu berkisar 3,2 ekor/peternak. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa usahaternak Kerbau Kalang di Kalimantan Timur mempunyai prospek pasar yang baik. Kata Kunci : Potensi sumberdaya, Kerbau Kalang, Kalimantan Timur
PENDAHULUAN Kerbau bagi masyarakat di sepanjang hulu sungai Mahakam Kecamatan Muara Wis dan Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting, antara lain: (1). sebagai salah satu usahaternak yang dapat dijadikan sumber penghasilan keluarga yang menjanjikan, karena dengan sedikit usaha
51
Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2007
dapat menambah penghasilan, (2) sebagai usahaternak yang cocok untuk lingkungan atau wilayah masyarakat yang kehidupan sehariharinya mengandalkan hulu sungai Mahakam sebagai tempat tinggal, dan (3) merupakan usahaternak warisan keluarga yang harus diteruskan. Bagi pemerintah Kalimantan Timur, ternak kerbau dapat dijadikan sumber penghasil daging dan tenaga kerja atau sebagai substitusi daging sapi dan dapat menunjang program kecukupan daging sapi tahun 2010. Program pengembangan peternakan di Kabupaten Kutai Kartanegara berdasarkan agroekosistemnya dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona pantai, zona tengah, dan zona hulu. Zona pantai lebih difokuskan pada pengembangan ternak sapi potong, zona tengah untuk pengembangan ternak unggas dan zona hulu untuk pengembangan ternak kerbau Kalang dan kambing (DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUKAR, 2006). Pengembangan peternakan ini diarahkan untuk meningkatkan pendapatan petani peternak, mendorong diversifikasi pangan dan perbaikan mutu gizi masyarakat serta pengembangan pasar ternak ke luar wilayah. Dari ketiga zona pengembangan ternak tersebut, saat ini pengembangan ternak kerbau Kalang di zona hulu menjadi perhatian pemerintah kabupaten, khususnya Dinas Peternakan Kabupaten Kutai Kartanegara, dalam usaha untuk memenuhi permintaan pasar ternak kerbau di wilayah ini. Seperti diketahui bahwa, usaha ternak kerbau Kalang yang telah dilakukan secara turun temurun di wilayah Kecamatan Muara Wis yang bermula dari usaha seorang penduduk dari Desa Melintang pada tahun 1918 yang membeli ternak kerbau dari kampung Dayak Kelawit Bentian sejumlah 18 ekor yang terdiri dari 6 ekor jantan dan 12 ekor betina. Potensi pasar ternak kerbau Kalang di wilayah ini setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan ratarata sebesar 10% (KRISTIANTO, 2006). Akan tetapi peningkatan tersebut belum dapat tercukupi, karena terbatasnya modal usaha yang dimiliki oleh peternak. Contohnya adalah kebutuhan modal untuk perluasan kandang Kalang di saat kerbau digiring dan dimasukkan ke kandang pada musim banjir. Sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan peternak kerbau Kalang, pemerintah telah membantu penyebaran
52
pejantan kerbau Kalang kepada peternak dengan tujuan untuk memperbaiki mutu bibit yang akan dihasilkan dari usahaternak kerbau Kalang. Untuk memenuhi penyebaran ternak berkualitas baik yang diperlukan daerah maupun kawasan sumber bibit yang dapat memasok kebutuhan ternak tersebut. Oleh karena itu pemerintah berusaha mendirikan pusat pembibitan ternak kerbau Kalang dan membina pusat pembibitan ternak pedesaan (village breeding center/VBC). Di antara kawasan atau daerah sumber bibit kerbau Kalang di Kabupaten Kutai Kartanegara yang kualitas ternaknya cukup baik (potensi genetik) sebagai kerbau bibit adalah di Kecamatan Muara Wis, Desa Muara Wis dan Melintang. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui potensi daya dukung sumberdaya ternak kerbau Kalang di Kecamatan Muara Wis pada kondisi pedesaan dan prospek pengembangannya. Sedangkan keluaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah diketahuinya potensi sumberdaya yang optimum untuk menunjang keberlanjutan usahaternak kerbau Kalang pada kondisi pedesaan. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan menggunakan kuisioner yang didiskusikan pada 30 peternak kerbau di Kabupaten Kutai Kertanegara (Kuker). Parameter yang diamati adalah karakteristik peternak, penguasaaan ternak kerbau, tenaga kerja, cara memasarkan dan analisis ekonomi. Lama penelitian tiga bulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan umum wilayah pengamatan Kecamatan Muara Wis merupakan salah satu kecamatan yang berada pada wilayah zona hulu Kabupaten Kutai Kartanegara yang memiliki kelompok ternak kerbau Kalang yakni kelompok Lebak Singkil dan Tanjung Terakan. Kecamatan ini memiliki 7 desa dengan luas wilayah 1.108 km2 yang terdiri dari lahan sawah 150 ha, perkebunan 512 ha,
Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2007
pertanian lahan kering 456 ha, kebun campuran 823 ha, hutan rawa 23.200 ha, hutan belukar 41.009 ha, semak 21.797 ha, rumput 13.800 ha dan lain-lain 39.068 ha. Jumlah penduduknya 7.877 jiwa yang terdiri dari laki-laki 4.034 jiwa dan perempuan 3.843 jiwa, dan kepadatan penduduknya 7,11 jiwa/km2.
Kartanegara merupakan wilayah yang bebas tenaga kerja anak. Terbatasnya tenaga kerja keluarga menyebabkan terbatasnya jumlah ternak yang mampu dipelihara, sehingga banyak peternak menggaduhkan ternaknya ke peternak lain.
Tabel 1. Karakteristik peternak responden di lokasi pengamatan Umur peternak (tahun)
45,70
Pendidikan : (%) SD SLTP SLTA Anggota keluarga (orang) : Pria dewasa Wanita dewasa Anak
100,00 0 0 5,90 1,80 2,10 2,00
Membantu usaha ternak kerbau (orang): Gambar 1. Wilayah pengembangan ternak kerbau Kalang
Pria dewasa Wanita dewasa
Karakteristik Peternak Karakteristik peternak responden yang diamati antara lain adalah umur peternak, tingkat pendidikan, anggota keluarga dan keterlibatannya dalam membantu usahaternak kerbau Kalang, pengalaman beternak, tujuan pemeliharaan dan pekerjaan peternak. Distribusi umur dan tingkat pendidikan. Rata-rata umur peternak kerbau Kalang masih dalam kategori usia produktif, yakni 45 tahun, dengan rata-rata tingkat pendidikan berada pada tingkat sekolah dasar (Tabel 1). Anggota keluarga dan keterlibatannya dalam membantu usahaterna.- Rata-rata jumlah anggota keluarga peternak responden adalah 5,90 orang/keluarga. Diantara jumlah keluarga tersebut, rata-rata tingkat keterlibatan anggota keluarga yang membantu usahaternak kerbau sebanyak 1,2 orang. Keterlibatan dalam usaha ternak kerbau Kalang semuanya adalah tenaga kerja pria dewasa, tenaga kerja wanita dewasa dan anak tidak terlibat dalam usaha ternak. Ketidakterlibatan tenaga kerja anak disebabkan karena Kabupaten Kutai
Anak Pengalaman beternak kerbau (tahun)
1,20 0 0 29,50
Tujuan pemeliharaan (%): Produksi anak Bibit
46,67 0
Tabungan
50,00
Tambahan penghasilan
3,33
Pekerjaan utama : Nelayan Lainnya Pekerjaan sampingan lainnya:
86,67 13,33 26,67
Petani padi
10,00
Pedagang ikan
16,67
Pengalaman beternak dan tujuan pemeliharaan. Dilihat dari pengalaman beternak kerbau Kalang, terlihat bahwa peternak di lokasi penelitian mempunyai pengalaman yang cukup lama yaitu lebih dari 20 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usahaternak kerbau Kalang di Kecamatan Muara Wis merupakan usaha turun temurun. Tujuan pemeliharaan kerbau Kalang sebagian besar adalah tabungan keluarga.
53
Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2007
Tabel 2. Penguasaan ternak kerbau oleh peternak Status fisiologi (ekor) Milik sendiri:
Jumlah tenak (ekor)
Persentase (%)
11,03
75,60
Dewasa Jantan
0,43
2,95
Dewasa Betina
5,30
36,33
Muda Jantan
0,00
0,00
Muda Betina
0,20
1,37
Anak Jantan
2,50
17,14
Anak Betina
2,60
17,82
Digaduhkan:
3,56
24,40
Dewasa Jantan
0,27
1,85
Dewasa Betina
2,03
13,91
Muda Jantan
0
0,00
Muda Betina
0,23
1,58
Anak Jantan
0,23
1,58
Anak Betina
0,80
5,48
Total
14,59
100
Dengan tabungan berupa ternak, peternak sewaktu-waktu dapat menjual ternaknya bila ada keperluan keluarga yang mendesak. Tujuan lainnya adalah produksi anak (46,7%) dan tambahan penghasilan (3,3%). Pekerjaan utama peternak responden di Kecamatan Muara Wis adalah sebagai nelayan sebesar 86,7%. Sedangkan pekerjaan sampingan selain beternak kerbau Kalang ada responden yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai petani padi (10%) dan pedagang ikan (16,7%). Penguasaan ternak kerbau Kalang Rata-rata penguasaan ternak kerbau Kalang oleh peternak responden di Kecamatan Muara Wis yakni 11,03 ekor/peternak (Tabel 2). Dari populasi ternak yang dikuasai, proporsi jumlah induk adalah paling tinggi dibandingkan dengan status fisiologik lainnya (jantan dewasa, muda dan anak). Selain itu seluruh responden memiliki induk, dengan rata-rata pemilikan induk 5,3 ekor/peternak. Proporsi pemilikan induk yang tinggi menunjukkan bahwa motivasi pemilikan ternak kerbau Kalang adalah ditujukan pada produksi anak dan membesarkannya.
54
Tidak semua peternak responden memiliki jantan dewasa. Hal ini berkaitan dengan persepsi peternak bahwa pemeliharaan ternak jantan kurang menguntungkan karena pola pemeliharaan ternak kerbau Kalang yang digembalakan secara berkelompok. Pengurangan. Pengurangan ternak kerbau terbanyak adalah karena dijual dengan rata-rata sebesar 2,6 ekor pada jangka waktu satu tahun terakhir ini. Hal ini menunjukkan bahwa usahaternak sudah menjadi pekerjaan sampingan yang dapat diandalkan. Distribusi terbesar ternak yang dijual adalah jantan dewasa. Kematian ternak relatif rendah yakni sebesar 0,17 ekor/peternak/tahun. Dari ternak kerbau yang dipelihara, tidak ada yang dikonsumsi. Secara rinci pengurangan ternak/peternak responden/tahun tertera pada Tabel 3. Penambahan. Pada Tabel 4 terlihat bahwa penambahan ternak kerbau tertinggi adalah dari kelahiran ternak yakni 3,2 ekor/peternak/tahun. Penambahan ternak karena pembelian hanya 0,1 ekor/tahun. Penambahan ternak selain karena kelahiran dan pembelian juga karena barter/tukar.
Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2007
Tabel 3. Pengurangan ternak kerbau yang dipelihara peternak Pengurangan ternak kerbau
Status fisiologi (ekor)
Jumlah ternak (ekor)
Persentase (%)
Dijual Dewasa jantan Dewasa betina Muda jantan Muda betina Anak jantan Anak betina
2,60 1,40 0,70 0 0,50 0 0
91,65 53,85 26,92 0 19,23 0 0
Konsumsi : Dewasa jantan Dewasa betina Muda jantan Muda betina Anak jantan Anak betina
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
Mati : Dewasa jantan Dewasa betina Muda jantan Muda betina Anak jantan Anak betina
0,167 0 0,167 0 0 0 0
5,88 0 5,88 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
Hilang : Dewasa Jantan Dewasa Betina Muda Jantan Muda Betina Anak Jantan Anak Betina
0,07 0 0,07 0 0 0 0
2,46 0 2,46 0 0 0 0
Total
2,84
100
Bayar gaduhan : Dewasa jantan Dewasa betina Muda jantan Muda betina Anak jantan Anak betina
55
Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2007
Tabel 4. Penambahan ternak kerbau yang dipelihara peternak Status fisiologi (ekor)
Jumlah ternak (ekor)
Persentase (%)
1,7 1,5
48,57 42,86
Lahir: Anak Jantan Anak Betina Beli: Dewasa Jantan Dewasa Betina
0
0
0 0
0 0
Muda Jantan
0
0
Muda Betina Anak Jantan Anak Betina
0,1 0 0
2,96 0 0
Barter/Tukar: Dewasa Jantan Dewasa Betina
0,2
5,71
0 0
0 0
Muda Jantan
0
0
Muda Betina Anak Jantan
0 0,07
0 2,00
Anak Betina
0,13
3,71
Total
3,50
100
Rata-rata calving interval (tahun)
Tatalaksana pemeliharaan Jarak kandang kerbau Kalang di lokasi penelitian cukup jauh dari pemukiman penduduk. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata jarak kandang dengan pemukiman sekitar 2 km. Bentuk kandang adalah panggung di atas daratan dengan ketinggian 4 meter bila diukur pada musim kemarau, dan bila musim hujan dan terjadi banjir jarak lantai kandang dengan permukaan air hanya 1 meter. Kerangka kandang terbuat dari kayu, atap terbuat dari seng dan lantainya panggung. Di dalam kandang dibuat penyekat untuk pejantan, induk kering, dan induk menyusui. Sistem pemeliharaan ternak kerbau Kalang di musim kemarau atau curah hujannya kurang, adalah digembalakan di areal lahan penggembalaan yang terbuka yang ditumbuhi beberapa jenis rumput lokal (kumpai batu, kumpai minyak, kumpai gajah, dan legum berduri dan berdaun lebar), sedangkan pada musim hujan atau curah hujan tinggi, ternak
56
2 tahun
digiring kembali ke kandang. Pemberian pakan hijauan dilakukan dengan cara cut and carry berupa rumput dan legum lokal yang ada di wilayah itu. Pencarian hijauan pakan dilakukan dengan bantuan perahu kecil/ces dan selanjutnya dibawa ke kandang. Pencarian pakan hijauan dilakukan setiap hari oleh peternak dengan mengutamakan pemberian pada yang betina menyusui, anaknya dan betina atau jantan muda. Sedangkan pejantan dilepas kembali sekitar jam 10 pagi dan sore kembali ke kandang kembali. Kontrol kesehatan dilakukan pada saat ternak berada di dalam kandang oleh peternak sendiri atau dengan bantuan Dinas Peternakan setempat yang meliputi pemberian vaksinasi, pemberian vitamin dan pengobatan lainnya. Analisis finansial usahaternak Alokasi tenaga kerja keluarga. Peranan kepala keluarga dalam aktivitas pemeliharaan ternak sangat dominan terutama dalam
Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2007
Tabel 5. Alokasi tenaga kerja keluarga untuk usaha ternak kerbau Tenaga Kerja (HOK/tahun) Kegiatan Mengambil rumput
Pria
Wanita
Anak
111,43
0
0
Pemeliharaan
15,00
0
0
Total
126,43
0
0
Tabel 6. Rata-rata pendapatan dari usahaternak kerbau Kalang Peubah Penerimaan tunai (Rp)
Rata-rata 10.400.000
(Penjualan ternak) Penerimaan non tunai (RP)
1.920.000
(Penambahan ternak) Total penerimaan (Rp)
12.320.000
Biaya Tunai :
6.505.000
Sewa ces untuk angkut rumput
6.000.000
Obat-obatan
505.000
Biaya non tunai (Rp)
3.792.857
Mencari rumput
3.342.857
Memelihara
450.000
Total Biaya (Rp)
10.297.857
Pendapatan kotor (Rp)
5.815.000
Pendapatan bersih (Rp)
2.022.143
Produktivitas tenaga kerja
45.994
R/C 1,20 Keterangan :Rata-rata kerbau berada di Kalang selama 2 bulan/tahun; Taksiran harga kerbau anak Rp 600.000/ekor; Upah tenaga kerja Rp 30.000/HOK; Diasumsikan ces milik peternak disewa
penyediaan pakan hijauan. Sedangkan isteri dan anak tidak berperan dalam pemeliharaan ternak kerbau. Rincian alokasi curahan tenaga kerja keluarga untuk usahaternak kerbau Kalang tertera pada Tabel 5. Curahan tenaga kerja keluarga untuk usahaternak kerbau adalah 126,4 HOK. Satu satuan hari orang kerja (HOK) diasumsikan sebesar 7 jam/hari tenaga kerja pria dewasa. Alokasi tenaga kerja usahaternak kerbau Kalang relatif kecil disebabkan karena dalam rentang satu tahun, kerbau diliarkan sekitar 10 bulan dan hanya dua bulan dikandangkan. Tenaga kerja keluarga digunakan untuk mencari rumput dan pemeliharaan hanya pada saat kerbau dikalangkan.
Pendapatan usahaternak. Pendapatan usahaternak dihitung dari selisih penerimaan (tunai dan non tunai) dengan biaya produksi (tunai dan non tunai). Rincian analisis finansial per tahun usahaternak kerbau Kalang terdapat pada Tabel 6. Penerimaan tunai hanya berasal dari penjualan ternak, karena tidak ada penjualan pupuk. Hasil penjualan ternak Rp 10.400.000 dengan rata-rata jumlah ternak yang dijual sebanyak 2,6 ekor/peternak. Umumnya ternak yang dijual adalah jantan dewasa dan betina dewasa yang tidak produktif. Penerimaan non tunai berasal dari penambahan ternak. Besarnya penerimaan non tunai adalah Rp 1.920.000/peternak dari rata-
57
Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2007
rata penambahan ternak karena lahir yaitu berkisar 3,2 ekor/peternak. Biaya tunai terdiri dari biaya sewa ces untuk pengangkutan rumput ke kandang dan biaya pembelian obat-obatan. Sedangkan biaya non tunai adalah biaya curahan tenaga kerja Tabel 7. Proporsi kebiasaan pemasaran kerbau Kalang di lokasi penelitian Peubah
Proporsi (%) (n = 30)
Periode jual Kebutuhan Hari besar Musim kemarau
100,00 -
Tempat jual Rumah Pasar
100,00 -
Sistem bayar Tunai Kredit
100,00 -
Pembeli Tengkulak Peternak Kelompok
100,00 -
Penentu harga Pembeli Peternak Pemerintah Kesepakatan
76,67 23,33
yang dialokasikan untuk mencari rumput dan pemeliharaan. Besarnya biaya tunai adalah Rp 6.505.000 sedangkan biaya non tunai Rp 3.792.857. Hasil analisis ekonomi usahaternak kerbau Kalang menunjukkan bahwa pendapatan bersih adalah Rp 2.022.143/peternak/tahun, dengan skala penguasaan ternak 10,1 ekor. Produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja dihitung dari besarnya pendapatan kotor dibagi dengan curahan tenaga kerja dalam satuan hari kerja (Rp/HOK). Dari Tabel 7 dapat dilihat besarnya
58
produktivitas tenaga kerja Rp 45.994 lebih tinggi dibandingkan upah tenaga kerja yang berlaku di lokasi penelitian yaitu sebesar Rp 30.000/HOK. Pemasaran. Kebiasaan seluruh peternak responden dalam menjual ternak kerbau Kalang meliputi periode penjualan, tempat penjualan, sistem pembayaran, pembeli dan penentu harga disajikan pada Tabel 7. Semua peternak responden menjual ternak bila ada kebutuhan mendadak seperti biaya pendidikan, membetulkan rumah dan lainnya. Walaupun harga yang diterima akan lebih tinggi pada hari-hari besar, namun peternak tidak melepas ternaknya pada saat itu. Peternak lebih mementingkan fungsi ternaknya sebagai tabungan. Semua peternak responden melakukan penjualan ternak di rumah dengan sistem pembayaran secara tunai. Pembeli ternak adalah tengkulak yang umumnya berasal dari Banjar (Kalimantan Selatan). Harga jual ternak umumnya ditentukan oleh peternak, tidak ada ketentuan harga yang berlaku atau ditetapkan pemerintah baik untuk ternak kerbau, kualitas kerbau maupun lainnya. KESIMPULAN Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa usahaternak Kerbau Kalang di Kalimantan Timur mempunyai prospek pasar yang baik seperti: nilai jual ternak, permintaan masih relatif tinggi, dan dapat dijadikan sumber pendapatan peternak. Ternak kerbau dapat hidup sesuai dengan agroekosistem wilayah setempat dan secara sosial ekonomi dapat diterima oleh masyarakat. DAFTAR PUSTAKA DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUKAR. 2006. Statistik Peternakan. Dinas Peternakan Kabupaten Kukar. Samarinda. KRISTIANTO, L. K. 2006. Analisis agroekosistem di sentra pengembangan kerbau Kalang Kabupaten Kutai Kartanegara, Disnak Kab. Kutai Kartanegara. Tenggarong, Kalimantan Timur.