ANALISIS PERTUMBUHAN PDB SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2005
A. Statistik Pertumbuhan PDB 1.
Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) sektor pertanian dalam arti sempit (Tanaman Pangan, Perkebunan dan Peternakan) tahun 2005 turun menjadi hanya 1.62 persen jauh dibawah periode 2000-2004 yang mencapai rata-rata 3.91 persen, bahkan masih di bawah pertumbuhan pada periode sebelum krisis ekonomi 1979-1997 (Tabel 1).
2.
Setelah lepas dari spiral pertumbuhan rendah pada periode krisis ekonomi 1998-2000, sektor pertanian tumbuh berkelanjutan rata-rata 3.91 persen selama
periode
2000-2004,
diatas
swasembada beras tahun 1984.
rata-rata
pertumbuhan
Sungguh suatu ironi ketika
setelah ekonomi
nasional tumbuh berkelanjutan dari 3.83 persen pada tahun 2001 menjadi 5.76 persen pada tahun 2005, justru pertumbuhan sektor pertanian turun dari 4.08 persen pada tahun 2001 menjadi hanya 1.79 persen pada tahun 2005, padahal target pertumbuhan yang dibebankan kepada sektor pertanian sebesar 3.20 persen. 3.
Turunnya pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2005, sementara ekonomi nasional tumbuh dengan mantap, jelas akan memperburuk kondisi perekonomian masyarakat desa yang sebagian besar penduduknya bergantung pada sektor pertanian.
Selain itu, juga
memperparah
kesenjangan ekonomi desa-kota yang dikuatirkan menimbulkan dampak masalah sosial dalam alam demokrasi seperti sekarang ini. 4.
Tulisan ini menganalisis penyebab turunnya pertumbuhan sektor pertanian tahun 2005 dan merumuskan rekomendasi kebijakan ke depan yang perlu dilakukan pemerintah
sebagai antisipasi makin memburuknya kondisi
perekonomian pedesaan. B. Struktur dan Target Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian, 2005-2009 5.
Sturktur PDB sektor pertanian 62 persen berasal dari tanaman pangan, 21 persen dari perkebunan dan 17 persen dari peternakan. Diperkirakan padi menyumbang sekitar 50 persen dari PDB sektor pertanian. IV-20
Dengan
demikian penentu utama PDB sektor pertanian adalah produksi padi. Peningkatan produksi padi akan mampu mendongkrak PDB sektor pertanian, tetapi sebaliknya perlambatan peningkatan produksi padi akan memperlambat pertumbuhan PDB sektor pertanian. Dengan struktur yang demikian, maka untuk memacu pertumbuhan PDB sektor pertanian adalah dengan meningkatkan pertumbuhan produksi padi. Dalam lima tahun ke depan, produksi padi masih akan tetap menjadi indikator kinerja pembangunan Pertanian. 6.
Selama periode 2005-2009 target pertumbuhan PDB sektor pertanian dalam arti sempit (Tanaman Pangan, Perkebunan dan Peternakan) rata-rata per tahun sebesar 3.29 persen, sedangkan pertumbuhan PDB pertanian dalam arti luas (Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan) sebesar 3.52 persen1.
Pertumbuhan PDB sektor pertanian
dalam arti sempit sebesar 3.29 persen tersebut disumbang dari tanaman pangan sebesar 1.86 persen, perkebunan 6.27 persen dan peternakan 4.37 persen
(Tabel 2).
C. Penyebab turunnya PDB Sektor Pertanian Tahun 2005 7.
Pertumbuhan PDB sektor pertanian tahun 2005 sebesar 1.62 persen berasal dari pertumbuhan PDB tanaman pangan 0.36 persen, perkebunan 4.26 persen dan peternakan 3.25 persen, sedangkan pertumbuhan PDB sektor pertanian tahun 2004 sebesar
4.02 persen berasal dari PDB tanaman
pangan 3.70 persen, perkebunan 4.53 persen dan peternakan 4.66 persen. Apabila dibandingkan pertumbuhan PDB tahun 2005 dengan tahun 2004 terlihat bahwa turunnya pertumbuhan PDB tahun 2005 disebabkan oleh turunnya PDB tanaman pangan dari 3.70 persen tahun 2004 menjadi hanya 0.36 persen pada tahun 2005. Dari Tabel 1 terlihat pula bahwa pertumbuhan PDB sektor pertanian yang tinggi ternyata didukung oleh pertumbuhan PDB tanaman pangan yang tinggi pula. 8.
Turunnya PDB tanaman pangan disebabkan oleh menurunnya
produksi
padi tahun 2005 sebesar -0.65 persen (berdasarkan ARAM 3) atau -0.19 persen (ARAM III 2005 vs ATAP 2004). Penurunan produksi padi tersebut 1
Sesuai dengan target yang dibebabkan kepada sector pertanian adalam arti luas dalam RPJMN (2004)
IV-21
tidak sampai menyebabkan penurunan PDB tanaman pangan
karena
dikompensasi oleh pertumbuhan produksi jagung dan kedele tahun 2005 yang sangat mengesankan masing-masing sebesar 7.02 dan 10.18 persen, serta pertumbuhan produksi komoditas hortikultura. 9.
Menurunnya produksi padi disebabkan oleh menurunnya luas panen dari 11 922 974 ha tahun 2004 menjadi 11 800 901 ha pada tahun 2005. Penurunan luas panen tersebut tidak hanya terjadi di Jawa dari 5 713 619 ha menjadi 5 654 910 ha tetapi juga terjadi di luar Jawa dari 6 209 355 menjadi 6 145 991 ha.
Penurunan luas panen tersebut ternyata masih dapat
dikompensasi oleh peningkatan produktivitas sebesar 0.86 persen (Jawa 0.52 persen dan Luar Jawa 1.24 persen) sehingga penurunan produksi padi tahun 2005 tidak terlalu besar. 10.
Penurunan luas panen disebabkan oleh: (1) serangan hama penyakit; (2) banjir dan bencana alam lain di beberapa daerah yang terjadi sepanjang tahun 2005; (3) persaingan dengan komoditas jagung.
Persaingan
penggunaan lahan antara padi dengan jagung terlihat dari pengurangan luas panen padi sebesar 122 073 ha sementara luas panen jagung bertambah 147 320 ha sehingga secara netto luas panen tanaman pangan bertambah. 11.
Pengalihan areal tanam dari tanaman padi ke jagung disebabkan oleh biaya usahatani jagung relatif lebih murah dibanding padi termasuk resiko gagal panen, sementara kemampuan petani membiayai usahataninya menjadi terbatas karena kenaikan harga BBM dan harga-harga input lainnya.
12.
Kenaikan produktivitas padi dan beberapa tanaman pangan lainnya pada tahun 2005 membuktikan bahwa kisruhnya distribusi pupuk dan HET pupuk belum
sampai
berdampak
negatif
pada
produktiivtas.
Kenaikan
produksitivitas menunjukkan keberhasilan Departemen Pertanian dalam mendiseminasi teknologi pertanian
sehingga kisruhnya masalah pupuk
masih dapat dikompensasi. Oleh karena itu, untuk masa yang akan datang masalah distribusi pupuk perlu terus dibenahi untuk meningkatkan produksi padi dan komoditas lainnya. 13.
Kenyataan di atas membuktikan bahwa walaupun dalam situasi yang lebih sulit dibanding tahun 2004, pada tahun 2005 Departemen Pertanian berhasil mendorong perluasan areal tanaman pangan, namun IV-22
perluasan areal
tersebut belum mampu mendongkrak pertumbuhan PDB sektor pertanian karena peranan padi sangat dominan
dalam pembentukan PDB sektor
pertanian. 14.
Target pertumbuhan PDB sektor pertanian tahun 2005 tampaknya tidak akan tercapai (2.97 vs 1.62 persen) : tanaman pangan ( 1.67 vs 0.36 persen); perkebunan (6.01 vs 4.28 persen) dan peternakan ( 4.11 vs 3.25 persen). Ke depan target yang telah ditetapkan supaya dijadikan salah satu acuan dalam menilai kinerja masing-masing unit kerja lingkup Departemen pertanian.
15.
Tahun 2005 memang diakui sebagai tahun yang sulit bagi investasi semua sektor ekonomi nasional apalagi di sektor pertanian.
di
Namun
demikian indeks PDB sektor pertanian selama periode 2000-2005 tetap meningkat (Gambar 1). Hal ini menunjukkan bahwa walaupun terjadi penurunan pertumbuhan pada tahun 2005, namun pertumbuhan tersebut ternyata masih mampu, bukan hanya mempertahankan tetapi mampu meningkatkan
kapasitas
produksi
pertanian
yang
ditunjukkan
oleh
peningkatan indeks PDB sektor pertanian selama periode 2000-2005. D. Rekomendasi Kebijakan 16.
Perlu ditegaskan kembali agar masing-masing Direktorat Jenderal Teknis memperhatikan secara seksama target pertumbuhan PDB dan produksi yang telah ditetapkan sebagai acuan
dalam melaksanakan program
sehingga target yang telah ditetapkan dapat dicapai. 17.
Mengingat peranan padi masih dominan dalam pembentukan PDB sektor pertanian, maka pertumbuhan produksi padi perlu terus dipertahankan secara berkelanjutan.
18.
Faktor-faktor kunci yang perlu mendapat perhatian dalam produksi padi adalah : (a) ketersediaan benih bermutu dari varietas unggul, (b) kelancaran distribusi pupuk sampai tingkat petani dengan harga sesuai HET, (c) perlindungan tanaman dari kemungkinan serangan OPT dan bencana alam, (d) mempertahankan harga gabah sesuai HPP, (e) mengendalikan impor beras, dan (f) terus meningkatkan koordinasi pelaksanaan program dengan seluruh stakeholder. IV-23
Tabel 1. Pertumbahan PDB Menurut Sektor, 1979-2005 SEKTOR 1. PERTANIAN LUAS A. PERTANIAN i. Tanaman Bahan Makanan ii. Tanaman Perkebunan iii. Peternakan B. KEHUTANAN C. PERIKANAN
1979-1983 5.56 x x x x x x
1984-1988 3.88 x x x x x x
1989-1993 3.17 x x x x x x
1994-1997 2.30 x x x x x x
2000-2001 4.08 4.13 1.52 9.85 8.36 2.29 4.84
2. NON-PERTANIAN 6.25 6.92 7.74 8.37 3. TOTAL 6.10 6.30 6.92 7.42 Sumber : Badan Pusat Statistik berbagai tahun penerbitan. Catatan : Triwulan IV tahun 2005 diproyeksi berdasarkan presentase Triwulan IV tahun 2004.
IV-24
3.78 3.83
2001-2002 3.23 3.57 2.57 4.99 5.85 2.14 1.98
2002-2003 4.34 3.93 3.63 4.39 4.54 0.73 8.52
2003-2004 4.06 4.02 3.70 4.53 4.66 1.53 5.57
2004-2005 1.79 1.62 0.36 4.26 3.25 -3.64 5.28
4.59 4.38
4.97 4.88
5.32 5.13
6.48 5.76
Tabel 2. Sasaran Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian, 2005-2009 (%) Tahun
Pangan
Kebun
Ternak
Pertanian
Perikanan
Kehutanan
Pertanian luas
2005
1.67
6.01
4.11
2.97
5.22
2.49
3.20
2006
1.75
6.19
4.28
3.17
5.39
2.65
3.40
2007
1.93
6.36
4.45
3.37
5.56
2.82
3.60
2008
1.88
6.32
4.42
3.37
5.52
2.79
3.60
2009
2.35
6.49
4.58
3.58
5.69
2.95
3.80
Rata-rata
1.86
6.27
4.37
3.29
5.48
2.74
3.52
Catatan : Pertumbuhan Pertanian Luas sama dengan target pertumbuhan yang ditetapkan dalam RPJMN (2004) Sumber : Rencana Strategis Departemen Pertanian, 2005-2009.
IV-25
135.00
130.00
125.00
Indek (2000=100)
120.00
115.00
110.00
105.00
100.00
95.00 2000
2001
2002
2003
2004
2005
Tahun Pertanian Sempit
Tanaman Pangan
Perkebunan
Peternakan
Gambar 1. Indeks PDB Sektor Pertanian Harga Konstan 2000, 2000 – 2005. D:\data\data\Anjak-2005\Analisis Pertumbuhan
IV-26