ANALISIS PENGENDALIAN MUTU PRODUK PERSONAL CARE SERAMBI BOTANI BERMUTU TINGGI DI PT ADEV NATURAL INDONESIA, BOGOR
SARAH MAULIDA
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI, SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengendalian Mutu Produk Personal Care Serambi Botani Bermutu Tinggi di PT Adev Natural Indonesia, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal, atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013 Sarah Maulida NIM H24114012
ABSTRAK SARAH MAULIDA. Analisis Pengendalian Mutu Produk Personal Care Serambi Botani Bermutu Tinggi di PT Adev Natural Indonesia, Bogor. Dibimbing oleh H. MUSA HUBEIS. Mutu merupakan suatu kewajiban, karena berdampak pada keselamatan konsumen pribadi, keselamatan dan keamanan masyarakat umum dalam melindungi pasar produsen. Tujuan penelitian mengkaji pengendalian mutu pada proses produksi produk personal care serambi botani bermutu tinggi di PT Adev Natural Indonesia, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi mutu produk personal care serambi botani bermutu tinggi di PT Adev Natural Indonesia dan menganalisis pengendalian mutu pada proses produksi produk personal care bermutu tinggi di PT Adev Natural Indonesia terkendali atau tidak terkendali. Metode yang digunakan adalah diagram sebab akibat dan diagram Pareto, dengan mewawancarai supervisor produksi operasi. Sampel diambil dengan simple random sampling. Hasil diagram sebab akibat dan diagram Pareto produk sabun padat PT Adev Natural Indonesia masih mempunyai mutu kurang baik dalam hal ini, faktor yang memengaruhi sabun transparan adalah faktor manusia memotong sabun; sabun zaitun adalah faktor manusia mengukur ketebalan sabun; sabun beras adalah faktor lingkungan penyimpanan; sabun kunyit adalah faktor metode pengangkutan sabun; sabun propolis adalah faktor metode pemanasan. Kata kunci : Keselamatan,mutu, pengendalian mutu produk ABSTRACT SARAH MAULIDA. Analysis of Quality Control of Serambi Botani’s Hiqh Quality Personal Care Product in PT Adev Natural Indonesia, Bogor.Supervised by H. MUSA HUBEIS. Quality is a duty and a responsibility because it will affect the consumer’s personal safety, community’s safety and security in protecting producer’s market. The objective of this study is to review the quality control (QC) in the production process of Serambi’s Botani high quality personal care product in PT Adev Natural Indonesia, to analyze the factors that affected the quality of the product, and to analyze the QC in the product of that company which is being controlled or uncontrolled. The method that used in this study is cause and effect diagram and Pareto diagram, by interviewing the supervisor of operation production. Sample that used in this study is simple random sampling. The result of cause and effect diagram and Pareto diagram, soap product that produced by PT Adev Natural Indonesia still has a less good quality. For example, the cause of the quality of transparent soap is human factor cutting the soap; olive soap product is human factor measuring the thickness of the soap; rice soap product is environment factor storage; turmeric soap product is method factor soap transportation; propolis soap product is method factor heating. Key words: Quality control, quality product, safety.
ANALISIS PENGENDALIAN MUTU PRODUK PERSONAL CARE SERAMBI BOTANI BERMUTU TINGGI DI PT ADEV NATURAL INDONESIA, BOGOR
SARAH MAULIDA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Skripsi : Analisis Pengendalian Mutu Produk Personal Care Serambi Botani Bermutu Tinggi di PT Adev Natural Indonesia, Bogor Nama : Sarah Maulida NIM : H24114012
Disetujui oleh
Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS, Dipl Ing, DEA Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi berjudul Analisis Pengendalian Mutu Produk Personal Care Serambi Botani Bermutu Tinggi diPT Adev Natural Indonesia, Bogor berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 sampai Juli 2013. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku pembimbing yang telah memberi banyak saran. Ungkapan terima kasih disampaikan kepada orang tua, serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, November 2013 Sarah Maulida
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Rumusan Masalah
2
Tujuan
2
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
3
Pengertian Mutu
3
Konsep Mutu
5
Alat dan Teknik Pengendalian Mutu
6
Check Sheet
6
Histogram
7
Diagram Pareto
7
Diagram Sebab Akibat
7
Scatter Diagram
7
Stratification
7
Control Chart
8
Penelitian Terdahulu yang Relevan METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian
8 9 9
Lokasi dan Waktu Penelitian
10
Pengumpulan Data
10
Pengolahan dan Analisis Data
10
Brainstorming
10
Diagram Sebab Akibat
11
Diagram Pareto
11
viii
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan
12 12
Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan
13
Bidang Usaha
13
Produk yang Diproduksi
14
Ketenagakerjaan
14
Struktur Organisasi
15
Tahapan Pembuatan Sabun
15
Persiapan Bahan
15
Penimbangan Bahan
15
Pemanasan Bahan
16
Pencampuran
16
Pengadukan
16
Pencetakan
16
Pemotongan
16
Pengemasan
16
Alat dalam Proses Pembuatan Sabun Padat
17
Pengolahan dan Analisis Data
17
Diagram Sebab Akibat
17
Sabun Transparan
18
Sabun Zaitun
19
Sabun Beras
21
Sabun Kunyit
22
Sabun Propolis
23
Pengolahan Data dengan Menggunakan Diagram Pareto
25
Sabun Transparan
26
Sabun Zaitun
27
Sabun Beras
28
Sabun Kunyit
29
Sabun Propolis
30
Implikasi Manajerial
31
SIMPULAN DAN SARAN
32
ix
DAFTAR PUSTAKA
33
LAMPIRAN
34
DAFTAR TABEL 1 Customers PT Adev Natural Indonesia 2 Data contoh sabun cacat 3 Hasil perhitungan diagram Pareto
14 25 25
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran penelitian 2 Diagram sebab akibat 3 Tahapan pembuatan sabun 4 Tata letak produksi 5 Diagram Sebab-Akibat cacat pada produk sabun padat 6 Diagram Pareto terhadap cacat produk sabun transparan 7 Diagram Pareto terhadap cacat produk sabun zaitun 8 Diagram Pareto terhadap cacat produk sabun beras 9 Diagram Pareto terhadap cacat produk sabun kunyit 10 Diagram Pareto terhadap cacat produk sabun propolis 11 Penimbangan bahan 12 Pemanasan bahan 13 Pencampuran 14 Pengadukan 15 Pencetakan 16 Pemotongan 17 Pengemasan
9 11 15 17 18 26 27 28 29 30 40 40 40 41 41 41 42
DAFTAR LAMPIRAN 1 Struktur organisasi 2 Data contoh sabun transparan 3 Data contoh sabun zaitun 4 Data contoh sabun beras 5 Data contoh sabun kunyit 6 Data contoh sabun propolis 7 Gambar kegiatan produksi
34 35 36 37 38 39 40
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perkembangan dunia usaha semakin meningkat, sehingga membuat persaingan bisnis tumbuh dengan pesat. Persaingan ini tidak hanya dilatarbelakangi oleh bagaimana produk suatu perusahaan dapat diterima oleh masyarakat banyak, tetapi juga didasari oleh mutu suatu produk itu sendiri. Produk bermutu prima akan lebih mencuri hati konsumen, bahkan akhirnya dapat meningkatkan volume penjualan. Konsumen yang membeli produk berdasarkan mutu, umumnya akan mempunyai loyalitas produk besar, dibandingkan dengan konsumen yang membeli berdasarkan orientasi harga. Konsumen berbasis mutu akan selalu membeli produk tersebut sampai saat produk tersebut membuatnya merasa tidak puas akibat adanya produk lain lebih bermutu (Gunawan 2013). Selama produk semula masih terus melakukan perbaikan mutu, maka konsumen akan tetap setia pada produk tersebut. Menjual barang dengan mutu rendah kemungkinan akan banyak menerima keluhan dan pengembalian barang dari konsumen, atau biaya untuk memperbaikinya menjadi sangat besar dan selain itu perusahaan tidak mempunyai produk bermutu akan mendapatkan citra tidak baik oleh konsumen dan dapat merugikan konsumen, apabila produk yang dipasarkan bermutu rendah. Demi mencapai mutu suatu produk, perusahaan harus membuat perencanaan, melaksanakan dan mengawasinya secara total agar produk yang dihasilkan akan membuat konsumen merasa puas dan sesuai dengan harapannya. Apabila perusahaan memproduksi dan memasarkan suatu produk di bawah harapan konsumen, maka produk tersebut akan menghilangkan rasa kepercayaan dan rasa aman terhadap konsumen yang menggunakannya. Setiap perusahaan berupaya memuaskan konsumen dengan produk yang ditawarkan, upaya tersebut dapat berupa pengendalian mutu produk bermutu, agar apa yang diharapkan oleh konsumen dapat diwujudkan oleh perusahaan, sehingga perusahaan dapat tetap bertahan dalam persaingan bisnis ketat. Pengendalian mutu produk juga disebabkan oleh masing-masing perusahaan yang tidak mau kalah bersaing dengan pesaingnya. Usaha yang dijalankan oleh perusahaan untuk tetap bertahan dalam dunia bisnis adalah menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) yang baik, karena lebih baik mengendalikan mutu dari awal produksi daripada memperbaiki mutu yang kurang baik membuat perusahaan mengeluarkan biaya lebih besar. PT Adev Natural Indonesia merupakan perusahaan kosmetik. Produk pesonal care yang dihasilkan untuk Serambi Botani diantaranya sabun padat dan sabun cair transparanolive oil, sabun zaitun, sabun beras, sabun kunyit, day cream and night cream olive oil, anti acne cream olive oil, whitening cream, health and body lotion olive oil, body butter olive oil, body butter aloe vera, cream scrub olive oil, cream scrub aloe vera, hand and body lotion aloe vera, natural liquid soap (jasmine, strawberry, green tea, apple, floral), aloe vera gel, dan sabun propolis. Penelitian ini dilaksanakan di PT Adev Natural Indonesia, karena PT Adev Natural Indonesia menyajikan produk-produk sehat, aman dan terjamin. Aspek kesehatan dan keterjaminan menjadi prioritas utama, serta terpeliharanya
2
aspek kelestarian alam dan lingkungan. Seratus persen (100%) produk yang dijajakan berasal dari alam. Perusahaan ini mencoba menembus pasar dengan produk unik berbeda dengan produk lain pada umumnya masih menggunakan bahan dasar kimia dalam proses produksinya. Produk-produk yang dihasilkan oleh PT Adev Natural Indonesia cukup mencuri hati masyarakat, karena terus berinovasi, agar masyarakat tidak jenuh dengan produk yang ditawarkannya. PT Adev Natural Indonesia mengutamakan mutu produk yang baik untuk kesehatan, terjamin karena proses pembuatannya diawasi langsung oleh para ahli dan peneliti yang merupakan dosen-dosen IPB yang ahli di bidangnya. Produk yang ditawarkan oleh PT Adev Natural Indonesia terus mengalami peningkatan permintaan, dibuktikan oleh produk personal care yang dihasilkan PT Adev Natural Indonesia telah masuk dan dipasarkan di gerai-gerai Serambi Botani Bogor maupun Jakarta. Hal ini mendorong PT Adev Natural Indonesia harus terus menerus mengendalikan mutu produk yang dipasarkan agar konsumen tetap loyal terhadap produk PT Adev Natural Indonesia dan tidak pindah ke produk sejenis di perusahaan pesaing, sehingga PT Adev Natural Indonesia dapat memimpin pasar dalam bidangnya dan dapat membuat konsumen merasa puas oleh produknya.
Rumusan Masalah Melihat banyak perusahaan kosmetik yang didirikan, maka PT Adev Natural Indonesia berusaha untuk tidak mengabaikan mutu produk yang dihasilkannya, bahkan berusaha menyajikan produk berbeda, yaitu mengutamakan aspek kesehatan. Karena pada saat ini masih banyak perusahaan kosmetik dalam proses produksinya masih menggunakan bahan-bahan yang berbahaya bagi konsumen. Pengendalian mutu produk harus diperhatikan, agar produk yang dihasilkan dapat diterima dipasaran, dapat bersaing dengan pesaing lainnya serta dapat memuaskan keinginan konsumen dengan produk yang sehat. Oleh karena itu, permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan berikut : 1. Bagaimana pengendalian mutu pada proses produksi produk personal care bermutu tinggi di PT Adev Natural Indonesia? 2. Faktor-faktor apakah yang memengaruhi mutu produk personal care bermutu tinggi di PT Adev Natural Indonesia ? 3. Apakah pengendalian mutu pada proses produksi produk personal care bermutu tinggi di PT Adev Natural Indonesia terkendali atau tidak terkendali?
Tujuan Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah : 1. Mengkaji pengendalian mutu pada proses produksi produk personal care bermutu tinggi di PT Adev Natural Indonesia. 2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi mutu produk personal care bermutu tinggi di PT Adev Natural Indonesia.
3
3. Menganalisis pengendalian mutu pada proses produksi produk personal care bermutu tinggi di PT Adev Natural Indonesia terkendali atau tidak terkendali.
Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan wawasan dalam aplikasi ilmu yang diperoleh selama perkuliahan, serta mengetahui gambaran umum mengenai mutu dari suatu produk yang dipasarkan. 2. Bagi PT Adev Natural Indonesia, diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi pihak manajemen di dalam pengendalian mutu produk. 3. Bagi pembaca dan pengembangan penelitian selanjutnya, sebagai sumber referensi dan tambahan pengetahuan bagi penelitian sejenis.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada pengendalian mutu produk personal care sabun padat dengan penjualan tertinggi yaitu sabun transparan, sabun zaitun, sabun beras, sabun kunyit dan sabun propolis Serambi Botani bermutu tinggi di PT Adev Natural Indonesia, Bogor.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Mutu Menurut Crosby dalam Nasution (2005) mutu adalah “conformance to requirement”, yaitu sesuai dengan apa yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan. Standar mutu meliputi bahan baku, proses produksi dan produk jadi. Definisi lain mutu menurut Deming adalah “kesesuaian dengan kebutuhan pasar, atau konsumen”. Perusahaan harus benar-benar dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas produk yang akan dihasilkan (Nasution 2005). Menurut Garvin dan Davis dalam Nasution (2005) mutu adalah “suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses dan lingkungan yang memenuhi, atau yang melebihi apa yang diharapkan pelanggan. Menurut Feigenbaum mutu adalah “kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction)”. Suatu produk bermutu, apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk (Nasution 2005). Mutu dapat diartikan sebagai tingkat atau ukuran kesesuaian suatu produk dengan pemakaiannya, dalam arti sempit mutu diartikan sebagai tingkat kesesuaian produk dengan standar yang telah ditetapkan (Alisjahbana 2005).
4
Mutu dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Quality Control Sistem dimana mutu produk, atau jasa yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dihasilkan dari proses produksi ekonomis. 2. Quality Assurance Jaminan mutu suatu produk, sehingga konsumen dapat membeli produk dengan yakin dan percaya, serta menggunakan produk tersebut untuk jangka waktu tertentu. Total Quality Control (TQC) adalah sistem efektif untuk mengintegrasikan pengembangan, pemeliharaan dan peningkatan mutu yang dilakukan beberapa kelompok dalam organisasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen (Nasution 2005). Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, tenaga kerja, proses dan lingkungannya. Tujuan TQM adalah memberikan kepuasan pelanggan (Nasution 2005). Garvin dan Davis dalam Nasution (2005) mengemukakan delapan (8) dimensi, atau kategori kritis dari mutu, yaitu : a. Performance (kinerja) : kesesuaian dengan fungsi utama produk itu sendiri atau karakteristik operasi dari suatu produk. b. Feature (profil) : ciri khas produk yang membedakan dari produk lain yang merupakan karakteristik pelengkap dan mampu menimbulkan pesan baik bagi pelanggan. c. Reliability (dapat dipercaya) : kepercayaan pelanggan terhadap produk yang karena kehandalannya, atau karena kemungkinan rusaknya rendah. d. Conformance (kesesuaian) : kesesuaian produk dengan syarat, atau ukuran tertentu, atau karakteristik desain dan operasi yang memenuhi standar yang ditetapkan. e. Durability (daya tahan) : daya tahan produk/masa hidup produk, baik secara ekonomis, maupun teknis, atau tingkat keawetan produk, atau lama umur produk. f. Serviceability (kepelayanan) : kemudahan produk itu bila akan diperbaiki, atau kemudahan memperoleh komponen produk tersebut. g. Aesthetics (keindahan) : Keindahan produk, dalam desain, rasa, suara, atau bau dari produk dan daya tarik produk ini bersifat subyektif. Perceived quality (mutu yang dipersepsi) : Mutu dalam pandangan h. pelanggan/konsumen akibat citra dari produk tersebut. Menurut Juran, mutu adalah “kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use)”. Ini berarti bahwa suatu produk, atau jasa hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan atau diharapkan oleh pengguna (Prawirosentono 2004). Lebih jauh Juran mengemukakan lima (5) dimensi mutu berikut : a. Rancangan (design) sebagai spesifikasi produk. b. Kesesuaian (conformance) antara maksud desain dengan penyampaian produk aktual. c. Ketersediaan (availability) mencakup aspek kepercayaan, ketahanan dan produk itu tersedia bagi konsumen untuk digunakan.
5
d. e.
Keamanan (safety), yaitu aman dan tidak membahayakan konsumen. Guna praktis (field use), yaitu kegunaan praktis yang dapat dimanfaatkan pada penggunaannya oleh konsumen.
Konsep Mutu Mutu merupakan sesuatu kewajiban, karena berdampak pada keselamatan konsumen pribadi, keselamatan dan keamanan masyarakat umum dalam melindungi pasar produsen. Ada beberapa ahli yang mampu memberikan kontribusi dalam perkembangan mutu, tiga orang ahli yang sangat terkenal dalam pengembangan filosofi mutu antara lain Deming, Crosby dan Juran. Masing-masing darinya mempunyai pendapat sendiri dalam mengembangkan filosofinya : a. W. Edwards Deming dalam Nasution (2005) Terkenal dengan filosofinya Deming’s 14 points, yaitu : 1) Rumuskan dan umumkan kepada semua karyawan maksud dan tujuan organisasi. 2) Mempelajari dan melaksanakan filosofi baru, baik oleh manajer, maupun karyawan. 3) Memahami tujuan inspeksi, yaitu memperbaiki proses dan mengurangi biaya. 4) Mengakhiri praktek bisnis yang menggunakan penghargaan berdasarkan angka, atau uang. 5) Memperbaiki secara konstan dan kontinu, serta kapanpun sistem produksi dan pelayanan. 6) Membudayakan atau melembagakan pendidikan dan pelatihan (diklat). 7) Mengajarkan dan melembagakan kepemimpinan. 8) Menjauhkan rasa ketakutan, ciptakan kepercayaan dan ciptakan iklim yang mendukung inovasi. 9) Mengoptimalkan tujuan perusahaan, tim dan kelompok. 10) Menghilangkan desakan, atau tekanan-tekanan yang menghambat perkembangan karyawan. 11) Menghilangkan kuota yang berdasarkan angka-angka, tetapi secara terus menerus melembagakan metode perbaikan, menghilangkan manajemen berdasarkan sasaran, tetapi mempelajari kemampuan proses dan bagaimana memperbaikinya. 12) Menghilangkan hambatan yang membuat karyawan tidak merasa bangga akan pekerjaan, atau tugasnya. 13) Mendukung pendidikan dan perbaikan, atau peningkatan prestasi setiap orang. 14) Melaksanakan tindakan, atau kegiatan untuk mencapai semua tujuan, atau sasaran itu. b. Crosby dalam Nasution (2005) Memperkenalkan empat (4) hal penting dalam manajemen mutu, yaitu : 1) Definisi mutu : mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan. 2) Sistem pencapaian mutu : pendekatan rasional untuk mencegah cacat, atau kesalahan.
6
c.
3) Standar performasi : strandar performasi perusahaan, atau organisasi yang mempunyai orientasi mutu adalah tidak ada kesalahan (zero defect) 4) Pengukuran : pengukuran performasi yang digunakan adalah biaya mutu. Juran dalam Nasution (2005) Juran memperkenalkan tiga (3) proses mutu, yaitu : 1) Perencanaan mutu (Quality Planning) 2) Pengendalian mutu (Quality Control) 3) Perbaikan atau peningkatan mutu (Quality Improvement) Sepuluh (10) langkah memperbaiki mutu menurut Juran meliputi : i. Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan akan perbaikan dan peluang untuk melakukan perbaikan. ii. Menetapkan tujuan perbaikan. iii. Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. iv. Menyediakan pelatihan. v. Melaksanakan proyek-proyek yang ditujukan untuk pemecahan masalah. vi. Melaporkan perkembangan. vii. Memberikan penghargaan. viii. Mengkomunikasikan hasil-hasil yang dicapai. ix. Menyimpan dan mempertahankan hasil yang dicapai. x. Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam sistem reguler perusahaan.
Alat dan Teknik Pengendalian Mutu Dalam pengendalian mutu terdapat tujuh (7) alat analisis yang dapat digunakan (Seven Quality Control Tools) adalah : Check Sheet Lembar pengamatan merupakan bentuk yang sederhana yang dirancang untuk memungkinkan penggunanya mencatat data khusus dan dapat diobservasi mengenai satu atau beberapa variabel (Yamit 2010). Tujuan dari lembar periksa ini untuk : a. Memudahkan proses pengumpulan data, terutama mengetahui bagaimana sesuatu masalah sering terjadi. b. Memilah data kedalam kategori yang berbeda seperti penyebab-penyebab, masalah-masalah dan lain-lain. c. Menyusun data secara otomatis, sehingga dapat digunakan dengan mudah. d. Memisahkan antara opini dan fakta.
7
Histogram Histogram adalah suatu alat untuk meringkas grafik data, atau gambar yang menunjukan distribusi dari pengukuran dan frekuensi dari setiap pengukuran (Nasution 2005).Histogram dapat digunakan untuk : a. Mengkomunikasikan informasi tentang variasi dalam proses. b. Membantu manajemen dalam membuat keputusan yang berfokus pada usaha perbaikan terus menerus. Diagram Pareto Diagram Pareto adalah distribusi frekuensi mengenai jumlah persen kejadian yang disajikan bersama-sama dengan persen kumulatifnya. Tujuannya untuk menunjukkan urutan prioritas dari sejumlah masalah yang biasanya terkonsentrasi hanya pada satu (1), atau dua (2) jenis masalah utama saja dari berbagai jenis masalah yang muncul selama pengamatan. Diagram Pareto mempunyai ciri khas, yaitu sumbu Y merupakan persen (%) terhadap total reject dan penyajian data dalam grafik, atau diagram sekaligus menampakkan baik grafik batang dari nilai persentase masing-masing reject terhadap total reject, maupun grafik garis mengenai persen (%) kumulatifnya (Arpah 2006). Diagram Sebab Akibat Diagram ini dapat menjadi alat pengendalian proses statistika untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik mutu (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab. Selain itu, diagram ini dapat memisahkan penyebab dari gejala, memfokuskan perhatian pada hal-hal yang relevan dan dapat diterapkan pada setiap masalah. Pada dasarnya, diagram ini digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan seperti membantu mengidentifikasikan akar dari penyebab suatu masalah, membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah dan membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut (Tisnowati 2008). Scatter Diagram Diagram pencar ini biasanya digunakan untuk menguji bagaimana kuatnya hubungan antara dua (2) peubah dan menentukan jenis hubungan dari dua (2) peubah tersebut, apakah positif, negatif, atau tidak ada hubungan sama sekali (Ishikawa 1988). Data peubah yang ditunjukkan dalam diagram pencar berupa : a. Karakteristik mutu dan faktor yang memengaruhinya. b. Dua karakteristik mutu yang saling berhubungan. c. Dua faktor yang saling berhubungan yang memengaruhi karakteristik mutu. Stratification Stratifikasi merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mengurai/mengklasifikasikan data dan masalah menjadi kelompok/golongan sejenis yang lebih kecil atau menjadi unsur-unsur tunggal dari data/masalah sehingga menjadi jelas (Kadarisman dan Muhandri 2006)
8
Control Chart Bagan kendali adalah metode pengelompokan data untuk periode tertentu dan diolah dalam bentuk statistik (Ishikawa 1988). Bagan kendali merupakan grafik garis yang digunakan sebagai alat analisis untuk : a. Mengumpulkan dan menginterpretasikan data. b. Membuat gambar atas apa yang terjadi dalam situasi yang dianalisis. c. Menemukan pola yang menghasilkan pengetahuan, atau pengertian bernilai. d. Membandingkan data satu periode dengan periode lain, untuk memeriksa perubahan yang terjadi.
Penelitian Terdahulu yang Relevan Dianfenti (2012) meneliti Pengendalian Mutu Produk Corn Chips Pada PT Anugrah Cita Era Food. Dengan alat bantu statistik berupa diagram sebab akibat dan diagram kendali. Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa produk corn chips tersebut mengalami penurunan mutu, dirinci dengan diagram tulang ikan, atas faktor 4M + 1L seperti manusia (pengetahuan, faktor internal dan konsentrasi), mesin (mesin bumbu, grinder, receiving tank, mesin packing, fryer, alat uji laboratorium, cooking cattle, soaking tank, hydolic ekstruder dan cornwasher), metode (perawatan mesin, pemasakan dan analisa mutu corn chips), bahan (minyak sayur, jagung pipil, calsium hyroxyde dan bumbu aneka rasa) dan lingkungan (Sanitasi). Dari hasil grafik kendali dapat disimpulkan bahwa ada beberapa pergerakan titik yang mengalami ketidaknormalan dalam setiap prosesnya, tetapi rataan pergerakan titiknya masih masuk kedalam standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk kadar air (KA) pada jagung pipil, KA pada proses soaking, KA produk corn chips dan kadar minyak produk corn chips pergerakan titik menunjukan tidak terkendali. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kondisi varietas jagung pipil yang tidak homogen, sehingga contoh yang diambil tidak mewakili. Parameter mesin (suhu dan waktu) pada proses cooking tidak sesuai dengan varietas jagung pipil, sehingga operator harus menyesuaikan parameter mesin (suhu dan waktu) dengan varietas jagung pipil : Parameter mesin (Temperature, Submerger, take out, cov.aac speed, manual fan aac speed) pada proses frying disesuaikan dengan jenis, umur dan ukuran, serta jumlah patahan bahan baku jagung pipil dan jumlah suplly chips. Sedangkan untuk utilitas mesin packing A,B,C dan D pergerakan titik masih terkendali. (Dianfenti 2012) Ramdhan (2013) mengkaji Penerapan Mutu Pada Sayuran Organik Berbasis Petani Di Seelawi dan Limbangan, Garut, Jawa Barat. Metode yang digunakan untuk menganalisis permasalahan yang ada adalah fishbone diagram dan diagram Pareto. Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa Penerapan mutu sayuran organik kelompok tani (poktan) CiboAgro di Kecamatan Selaawi dan Limbangan dibuktikan dengan sertifikat organik yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Pertanian Organik INOFICE dan disertai dengan upaya pihak Poktan CiboAgro dalam menjaga produk sayurannya agar tetap organik menggunakan pestisida organik; menggunakan pupuk organik untuk menjaga kesuburan lahan tanam; menjaga mutu air untuk pengairan lahan, maupun pencucian sayuran saat panen. Penerapan mutu yang telah diterapkan terhadap sayuran hasil panen, yakni
9
melakukan sortasi terhadap sayuran yang rusak, grading untuk menggolongkan sayuran berdasarkan mutunya dan menggunakan kemasan utama berupa plastik.
METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Penelitian yang dilakukan mencakup Analisis Pengendalian Mutu Produk Personal Care Serambi Botani Bermutu Tinggi di PT Adev Natural Indonesia, Bogor diawali dari adanya persaingan perusahaan dalam bidang kosmetik bagaimana PT Adev Natural Indonesia merebut pasar yang telah ada sebelumnya. Mutu suatu produk merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan daya saing produk, selain biaya produksi yang menentukan harga jual produk dan ketepatan waktu produksi yang menentukan kemampuan dalam pendistribusian produk dalam waktu yang tepat. Mutu yang akan diteliti adalah produk personal care Serambi Botani yang dihasilkan oleh PT Adev Natural Indonesia, secara umum faktor-faktor yang berpengaruh berkurangnya mutu hasil produk jadi tersebut. Brainstorming berguna untuk pengambilan keputusan dengan pengumpulan ide-ide alternatif dari para anggota. Diagram sebab akibat berguna untuk mengetahui faktor-faktor yang mungkin (memiliki peluang) menjadi penyebab munculnya masalah (berpengaruh terhadap hasil). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap masalah yang sedang terjadi akan dilakukan analisis kembali dengan menggunakan diagram Pareto. Berdasarkan uraian tersebut maka kerangka pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 1. Persaingan bidang kosmetik
PT Adev Natural Indonesia Produk personal care Mutu Proses pengendalian mutu
Brainstorming
Diagram sebab akibat
Diagram Pareto
Pengambilan keputusan
Faktor-faktor yang memengaruhi produk
Bermasalah, atau tidak bermasalah
Hasil analisis pengendalian mutu
Rekomendasi
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
10
PT Adev Natural Indonesia menyadari produk yang bermutu baik akan mendapatkan tempat tersendiri dihati masyarakat, sehingga membuat masyarakat akan terus menerus menggunakan produk tersebut. Produk yang bermutu baik tidak terlepas dari pengendalian mutu yang telah diterapkan oleh perusahaan. Pengendalian mutu tersebut akan berdampak apakah produk yang dihasilkan mampu bersaing dengan produk lain, atau tidak. Dengan pengendalian mutu akan diminimalisir kesalahan, atau kerugian yang dapat merugikan pihak lain, yaitu konsumen.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di bagian produksiPT Adev Natural Indonesia, yaitu pabrik yang beralamat Yasmin Jalan Baru, Kp. Curug Mekar RT. 02/RW. 04 Bogor, dengan waktu penelitian bulan Mei-Juli 2013.
Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data Primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung (observasi) di lapangan dan wawancara dengan pihak manajemen produksi dan operasi perusahaan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data perusahaan yang berupa gambaran umum perusahaan, data standar mutu, hasil pengukuran dan lain-lain yang berkaitan dengan kebutuhan penelitian. Data penunjang informasi diperoleh melalui literature, buku-buku, internet, jurnal-jurnal, dan lain-lain.
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data untuk identifikasi permasalahan pengendalian mutu produk personal care Serambi Botani bermutu tinggi di PT Adev Natural Indonesia menggunakan metode Brainstorming, diagram sebab akibat, dan diagram Pareto. Brainstorming Brainstorming merupakan suatu alat kreatif untuk memecahkan masalah. Pada pelaksanaannya Brainstorming tak lain adalah pencatatan semua ide yang dilontarkan atau digagas oleh sekelompok orang terhadap suatu pertanyaan atau masalah yang disodorkan kehadapannya. Tujuannya untuk menjaring sebanyak mungkin ide-ide alternatif yang dapat dipertimbangkan guna pengambilan keputusan (Arpah 2006)
11
Diagram Sebab Akibat Diagram sebab akibat (fishbone atau ishikawa) adalah gambaran hubungan sebab-akibat yang berguna untuk menganalisis kondisi aktual seperti perbaikan mutu, efisiensi sumber daya dan biaya, mengeliminasi kondisi cacat, atau keluhan konsumen dan standarisasi. Menurut Arpah (2006) bentuk umum diagram sebab akibat adalah bentuk tulang ikan yang disertai berbagai tulang-tulang cabang dan ranting. ANAK (sebab penguat)
KEPALA (masalah utama)
RANTING (sebab pendukung)
CABANG (sebab pokok) Gambar 2 Diagram sebab akibat (Arpah 2006)
Diagram sebab akibat berguna untuk membantu dalam memilih penyebab penyebaran dan mengorganisasikan hubungannya. Dalam Ishikawa (1988) Langkah-langkah dalam membuat diagram sebab akibat adalah : a. Tentukan karakteristik mutu. Tulislah karakteristik mutu pada sebelah kanan. b. c. Buatlah daftar semua faktor yang memengaruhi karakteristik tersebut. Tentukan hubungan sebab akibat antar faktor. d. e. Tulis faktor utama yang menyebabkan terjadinya karakteristik tersebut. f. Pada setiap cabang tulis secara rinci faktor yang memengaruhi terjadinya karakteristik tersebut. g. Lanjutkan langkah enam (6) sampai semua sebab terjadinya karakteristik tersebut tergambar pada diagram. h. Lihat kembali dan tambahkan bila perlu faktor lain yang belum ada pada diagram. Diagram Pareto Diagram Pareto merupakan diagram yang terdiri atas grafik balok dan grafik garis yang menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data terhadap keseluruhan (Kadarisman dan Muhandri 2006) Tujuan dari penggunaan diagram Pareto adalah (Kadarisman dan Muhandri 2006) : a. Menunjukan masalah utama b. Menyatakan perbandingan masing-masing masalah terhadap keseluruhan c. menunjukkan tingkat perbaikan setelah dilakukan tindakan pada masalah terpilih.
12
d.
a. b. c.
d.
e.
Menunjukkan perbandingan masing-masing masalah sebelum dan sesudah perbaikan. Lima (5) langkah menyusun diagram Pareto (Kadarisman dan Muhandri 2006) : Stratifikasi masalah dan nyatakan dengan angka. Memilih suatu satuan pengukuran standar dan periode waktu untuk dipelajari. Atur masing-masing penyebab (dari hasil stratifikasi dibuat berurutan sesuai dengan besarnya nilai dan gambarkan grafik kolom (balok). Penyebab terbesar ada di paling kiri. Jika ada penyebab dan lain-lain maka penyebab ini diletakkan paling kanan. Gambarkan grafik garis yang menunjukkan jumlah presentase pada bagian atas grafik kolom, mulai dari yang terbesar. Di bagian bawah masingmasing kolom dituliskan nama atau keterangan kolom. Pada bagian atas atau samping diberikan keterangan atau nama diagram dan jumlah unit seluruhnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan PT Adev Natural Indonesia didirikan di Kota Bogor pada tanggal 15 Januari 2007. Berlokasi di Yasmin Jalan Baru, Kp. Curug Mekar RT. 02/RW. 04 Bogor, dengan pemrakarsanya adalah Prof.Dr.Ir. Erliza Hambali, MSc dan Prof.Dr.Ir. Ani Suryani, DEA yang keduanya merupakan peneliti/ilmuwan dan dosen di Institut Pertanian Bogor juga sebagai pengusaha. Ide awal didirikannya perusahaan ini berasal dari dorongan Prof.Dr.Ir. Erliza Hambali, MSc dan Prof.Dr.Ir. Ani Suryani, DEA untuk memberdayakan lulusan mahasiswa IPB menjadi pengusaha dibidang kosmetik. Modal perusahaan ini berasal dari modal sendiri yang dihimpun dari petinggi perusahaan. Perusahaan ini dijalankan dan diaplikasikan dari hasil percobaan di skala laboratorium menjadi skala usaha komersial, sehingga perusahaan dituntut untuk menerapkan proses yang efektif dan efisien dalam meningkatkan skala produksi. selain itu ditemukan juga tantangan dari kondisi yang berbeda, dimana formulasi yang di peroleh dalam skala laboratorium tidak selalu dapat diaplikasikan pada skala usaha. Upaya pengembangan yang dilakukan PT Adev Natural Indonesia adalah terus menerus memperbaiki mutu secara berkesinambungan melalui penerapan hasil temuan inovasi-inovasi baru dan terobosan dengan berbagai macam cara, seperti membuka maklon untuk di awal dan kemudian membangun produk untuk merek sendiri selanjutnya membentuk jaringan distribusi yang diharapkan dapat menyerap produk secara optimal Target PTAdev Natural Indonesia di masa yang akan datang adalah memfokuskan pemasaran pada retail dan trading untuk kosmetik dan personal care, perlengkapan mandi hotel, salon dan spa, serta multi level marketing
13
(MLM). Selain itu, perusahaan mencanangkan target pasar lokal dan mancanegara di beberapa Negara potensial seperti Singapore dan Malaysia (ASIA), Perancis dan Inggris (Eropa) serta Amerika (US). Produk-produk yang dikembangkan oleh PT Adev Natural Indonesia lebih memfokuskan pada produk kosmetik dan personal care yang berbasis natural dan alami, dengan adanya kecenderungan pasar menengah dan atas yang sangat perduli terhadap kesehatan dan perubahan iklim dunia, produk natural dan alami juga memiliki kecenderungan aman terhadap kesehatan manusia. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan Visi Menjadi produsen produk kosmetik dan personal care terkemuka di Indonesia dan seluruh dunia. Misi Untuk menangkap target pasar khusus di dalam dan luar negeri, memberikan pemahaman mengenai manfaat dari berbagai aktif alami pada personal care. Tujuan PT Adev Natural Indonesia menerapkan misi di atas dengan cara: 1. Menyediakan informasi, pengetahuan dan berita tentang segala aspek produk personal care. 2. Menggunakan merek sendiri untuk menjual ke pasar lokal dan pasar internasional Menyediakan forum nasional dan internasional untuk saling bertukar 3. informasi dan gagasan mengenai personal care. 4. Membuka lapangan pekerjaan dan mengurangi kemiskinan. 5. Memberikan tambahan keahlian khusus kepada tenaga teknis yang pada awalnya tidak memiliki keahlian dalam memproduksi sabun. Bidang Usaha PT Adev Natural Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan produk–produk kosmetika. Skala produksi yang digunakan masih skala rumah (home industry) walaupun badan hukum perusahaan sudah berbentuk perusahaan terbatas (PT). Perusahaan ini berkembang berdasarkan permintaan dari pasar. PT Adev Natural Indonesia mempunyai segmen market yang terbatas pada kalangan tertentu (niche market) sehingga produksi sabun disesuaikan dengan permintaan pelanggan (product by order). Produk yang telah di pasarkan adalah sabun hotel berbintang yang ada di Kota Bogor, Jakarta dan Banten (Tabel 1). Sabun hias yang di pesan sesuai dengan keinginan pelanggan, sabun souvenir sesuai dengan pesanan pelanggan dan sabun kesehatan yang dipasarkan melalui jaringan apotik dan kosmetika. Selain produk sabun, perusahaan juga dapat mensuplai kebutuhan perlengkapan toiletries untuk hotel. Untuk produk sabun kesehatan saat ini distribusinya sudah dipasarkan di Kota DKI Jakarta, Bekasi, Banten, Tasik, Bandung, Garut, Ciamis, Sumedang, Cirebon, Cilacap, Banjar, Kuningan, Pangandaran, Purwokerto, Yogyakarta, Wonosobo, Magelang, Muntilan, Banjarnegara, Medan dan Aceh.
14
PT Adev Natural Indonesia untuk saat ini telah mengembangkan dan memproduksi beraneka ragam macam sabun. PT Adev Natural Indonesia secara terus menerus akan melakukan penelitian, pengembangan dan inovasi untuk menghasilkan produk–produk kosmetik yang bermutu dan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Tabel 1Customers PT Adev Natural Indonesia No
Perusahaan/Maklon
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hotel Salak The Heritage Hotel Le Dian Tangerang Hotel Sahira Hotel Sempur Park Satapak Distribution PT Proderma Sukses Mandiri Wisma Kopo DPR-MPR RI Serambi Botani PT Galenika CV. Nusako
Produk yang Diproduksi Produk yang diproduksi oleh PT Adev Natural Indonesia: 1. Sabun hotel (untuk hotel berbintang yang ada di kota Bogor, Jakarta dan Banten). Sabun hias yang dipesan sesuai dengan keinginan pelanggan. 2. 3. Sabun Souvenir. 4. Sabun kesehatan yang di pasarkan melalui jaringan apotik dan toko obat atau kosmetik. 5. Sabun cair dan sabun padat Whitenning cream 6. 7. Scrub cream 8. Hand & body lotion 9. Shampoo (dalam proses pengembangan) Ketenagakerjaan PT Adev Natural Indonesia mempunyai 18 orang karyawan dengan jam kerja yang berlaku mulai pukul 08.00-16.30 WIB (Senin-Jum’at) dengan dua (2) kali waktu istirahat, yaitu pukul 12.00-13.00 WIB untuk istirahat makan siang dan sholat. Istirahat kedua yaitu pada pukul 15.00-15.30 WIB untuk istirahat sholat. Pada hari Sabtu, karyawan bekerja pukul 08.00-13.00 WIB. Hari Minggu atau hari libur Agama karyawan diliburkan. Pembagian kerja berlaku untuk pekerja pria dan wanita.Jumlah karyawan saat ini 18 orang dengan latar belakang pendidikan beragam (SMP sampai Sarjana). Persyaratan yang ditetapkan bagi calon karyawan dibedakan menurut fungsi administratif, fungsi pengawasan dan fungsi operasional pabrik. Jumlah tenaga kerja dan bagian-bagian PT Adev Natural Indonesia : 1. Reseacrh and development : 1 orang 2. Administrasi : 1 orang 3. Sales & marketing : 1 orang 4. Supervisor produksi : 1 orang
15
5. Staff produksi 6. Supervisor packaging 7. Staff packaging 8. Distribusi 9. Cleaning service Jumlah
: 4 orang : 1 orang : 7 orang : 1 orang : 1 orang 18orang
Struktur Organisasi Struktur organisasi PT Adev Natural Indonesia di pimpin oleh seorang Presiden Komisaris yaitu Prof.Dr.Ir. Erliza Hambali, MSc yang membawahi 3 Komisaris diantaranya Prof.Dr.Ir. Ani Suryani, DEA sebagai Komisaris I, Ir. Mira Rifai, MSi sebagai Komisaris II, dan Ir. Ari Imam Sutanto sebagai Komisaris III. Ketiga Komisaris ini membawahi seorang Direktur Utama yaitu, Muhammad Malik Gunawan, STP yang membawahi 2 Direktur diantaranya Giri Angga Kusumah, STP sebagai Direktur I dan Encep Hidayat, STP sebagai Direktur II. Sedangkan untuk struktur organisasi bagian produksi dan operasi dijelaskan pada Lampiran 1. Tahapan Pembuatan Sabun
Persiapan Bahan
Penimbangan Bahan
Pemanasan Bahan
Pencetakan
Pengadukan
Pencampuran
Pemotongan
Pengemasan Gambar 3 Tahapan pembuatan sabun
Persiapan Bahan Tahapan pertama yang harus dilakukan dalam membuat sabun adalah mempersiapkan bahan baku dan bahan tambahan yang diperlukan untuk memproduksi sabun. Tahapan ini untuk menghindari bahan baku yang tertinggal atau terlupakan, jika ada bahan yang tertinggal dapat menghambat proses produksi selanjutnya. Penimbangan Bahan Bahan-bahan yang telah disiapkan kemudian ditimbang sesuai dengan formula yang telah ditentukan. Penimbangan bahan-bahan harus dilakukan seteliti mungkin. Jika keliru dalam menimbang bahan baku dan bahan tambahan berdampak pada terjadinya perbedaan karakteristik, sehingga karakteristik produk sabun transparan yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar.
16
Pemanasan Bahan Pemanasan dilakukan untuk melelehkan bahan yang berbentuk padatan agar dapat dengan mudah dicampur dengan bahan lain yang berbentuk cairan. Bahan yang perlu dilelehkan diatur pada suhu ± 65 ºC. Pencampuran Proses pencampuran (blending) dilakukan setelah bahan baku berbentuk padat dilelehkan. Hasil pelelehan kemudian dicampur dengan bahan–bahan lain yang berbentuk cairan maupun dengan bahan berbentuk padat lainnya yang tidak perlu dilelehkan terlebih dahulu. Pencampuran bahan-bahan dilakukan pada suhu sekitar 70–80 ºC, kecuali pada penambahan pewarna dan pewangi yang dilakukan pada suhu 40 ºC. Pengadukan Selama proses pencampuran berlangsung, pengadukan harus dilakukan secara terus menerus. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan sediaan sabun transparan yang homogen. Apabila tidak dilakukan pengadukan secara terus menerus beberapa bahan yang dicampurkan menjadi tidak merata dan menggumpal. Hal tersebut akan memengaruhi tampilan sabun transparan. Pencetakan Proses pencetakan dilakukan dengan menuangkan sediaan sabun transparan ke dalam cetakan sabun. Bahan cetakan sabun dapat berupa stainless steel, plastik, kayu, fiber, dll. Model cetakan disesuaikan dengan bentuk sabun yang akan dihasilkan, misalnya bulat oval, persegi dan sebagainya. Setelah dituangkan ke dalam cetakan, sediaan sabun dibiarkan selama beberapa saat supaya sabun mengeras sempurna. Proses pengerasan (aging) dilakukan selama satu (1) bulan. Pemotongan Proses pemotongan sabun dilakukan dengan menggunakan alat pemotong manual, ini berarti harus mengandalkan ketelitian manusia agar potongan hasil sabun membentuk ukuran dan berat yang sesuai standar. Sabun yang telah dipotong kemudian di stamp secara manual menggunakan mesin stamping agar bentuk yang diinginkan lebih sempurna. Jika proses pemotongan gagal, maka sabun akan dipisahkan dan di proses kembali dari awal. Pengemasan Sebelum dikemas, sabun terlebih dahulu akan dihaluskan menggunakan cutter agar bentuk yang diinginkan menjadi sempurna, kemudian pengemasan dilakukan dengan menggunakan bahan kemasan plastik atau kertas. Untuk bahan plastik digunakan jenis plastik wrapping yang elastis. Untuk bahan kertas digunakan jenis kertas yang tipis. Pengemasan sabun transparan dapat dilakukan secara manual.
17
Alat dalam Proses Pembuatan Sabun Padat Mesin pengaduk, kompor elektrik 300–600 watt, panci ukuran ± 20 l, pengaduk, centong, termometer, timbangan digital kecil dan besar, ± 2 ember kecil, 2 ember sedang, 1 ember besar, 1 baskom kecil, 2 baskom besar dan 2 wadah kecil untuk wadah bahan baku, sudip, masker, sarung tangan, cetakan. 2
3
1 4 Keterangan : 1 = Kantor 2 = Ruang penyimpanan 3 = Ruang pengemasan 4 = Ruang penimbangan bahan 5 = Ruang pemanasan bahan 6 = Ruang pencampuran dan pengadukan 7 = Ruang pencetakan 8 = Ruang pengemasan 9 = Gudang
5
8
6
7
9
Gambar 4 Tata letak produksi
Pengolahan dan Analisis Data Produk yang dipilih sebagai bahan penelitian terdiri dari lima (5) produk sabun padat, yaitu sabun transparan, sabun zaitun, sabun beras, sabun kunyit, dan sabun propolis. Dari hasil analisis dan wawancara peneliti dengan supervisor produksi dan operasi diperoleh suatu permasalahan, yaitu mutu sabun padat kurang baik. Diagram Sebab Akibat Sabun padat (sabun transparan, sabun zaitun, sabun beras, sabun kunyit, dan sabun propolis) merupakan produk yang menjadi unggulan dari PT Adev Natural Indonesia. Namun PT Adev Natural Indonesia terkendala dalam hal mutu hasil produk sabun padat kurang baik. Dari permasalahan tersebut, maka dilakukan Brainstorming terhadap mutu hasil produk sabun padat. Hasil analisis dapat dilihat pada Gambar 5.
18
Manusia
Bahan baku
Ukuran potongan sabun tidak sesuai Bentuk potongan sabun tidak sesuai
Teksturtidak sesuai Ukuran tidak seimbang
Mengobrol dan bercanda saat bekerja
Formula
Mutu sabun padat kurang baik
Warna tidak transparan Salah setting
Sabun patah/retak Pemanasan
Pemakaian overheat
Mesin
Konsentrasi
Ketelitian
Perawatan
Pembersihan Tidak rutin
Kondisi kurang sehat
Terbanting Pengangkutan
Metode
Warna berubah Ruang penyimpanan pengap
Suhu
Lingkungan
Gambar 5 Diagram Sebab-Akibat cacat pada produk sabun padat
Sabun Transparan Dilihat dari diagram sebab-akibat pada Gambar 5 dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang memengaruhi adanya hasil produksi sabun transparan yang kurang baik dapat disebabkan oleh lima (5) faktor, yaitu bahan baku, manusia, mesin, metode dan lingkungan. 1. Bahan baku Bahan baku adalah bahan-bahan yang digunakan untuk memproduksi sabun. Bahan baku dapat terdiri dari bahan utama dan bahan pelengkap. Untuk menghasilkan suatu produk dengan mutu yang baik maka bahan–bahan yang digunakan harus mempunyai mutu bagus. Bahan baku yang diperlukan akan ditimbang dan diukur sesuai dengan kebutuhan, jika bahan baku yang diukur tidak sesuai dengan yang dibutuhkan untuk memproduksi sabun, maka sabun tersebut akan berkemungkinan bertekstur keras atau lembek. Contohnya jika bahan baku seperti minyak dituangkan melebihi yang seharusnya, maka sabun yang dihasilkan akan berminyak dan bertekstur lembek, maka bahan baku menjadi salah satu faktor yang memengaruhi hasil produk sabun bermutu tinggi atau rendah. 2. Manusia Manusia juga berperan dalam mutu suatu produk. Untuk produk sabun transparan, banyak hal yang membutuhkan konsentrasi pegawai, yaitu pada saat pemotongan sabun yang dikeluarkan dari cetakan panjang kemudian dipotong–potong menjadi bentuk yang diinginkan. Setelah dipotong sabun transparan ditimbang dengan timbangan untuk mengetahui apakah sabun yang dipotong tersebut sudah sesuai dengan ukuran perusahaan. Jika kurang konsentrasi atau kurang teliti dalam memotong sabun, maka sabun tersebut akan rusak, contohnya sabun yang
19
dipotong miring dan tidak seimbang pada sisi–sisinya. Setelah melalui proses pemotongan sabun, proses selanjutnya adalah tahap stamping dimana sabun yang sudah dipotong akan di stamp agar bentuk yang sudah ada menjadi lebih sempurna. Pada proses ini dibutuhkan juga ketelitian dan konsentrasi karena jika tidak hati–hati sabun menjadi rusak. 3. Mesin Beberapa hal yang membuat sabun mempunyai mutu kurang baik bisa juga disebabkan oleh mesin yang terus menerus digunakan dalam proses produksi tanpa memperhatikan perawatannya. Pada PT Adev Natural Indonesia mesin yang digunakan untuk memproduksi berbagai macam sabun seringkali menggunakan mesin yang sama, sehingga produk yang dihasilkan kadang kala berbeda dengan yang diinginkan karena terkontaminasi dengan bahan baku lain pada proses produksi sabun sebelumnya. 4. Metode Metode adalah cara dimana suatu produk diproduksi dari awal hingga akhir yang bertujuan untuk memperoleh hasil produksi yang baik. Pada proses sabun transparan metode pemanasan harus diperhatikan suhu dan waktunya, karena jika suhu dan waktu yang ditentukan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, maka sabun akan terlihat tidak transparan. Suhu yang sesuai dalam proses pemanasan, yaitu sekitar ± 65ºC. Proses pengangkutan sabun juga berpengaruh kepada hasil sabun yang baik karena jika pengangkutan dengan alat dan cara pengangkutan salah maka sabun akan menjadi retak atau patah. 5. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar suatu mahkluk hidup. Pada produk sabun transparan lingkungan yang harus dijaga adalah kesehatan dan kebersihan lingkungan sekitar. Alat-alat yang telah digunakan pada proses produksi sebelumnya harus selalu dibersihkan dan dicuci steril agar hasil produk baik. Suhu ruangan juga harus diperhatikan karena akan berpengaruh pada lamanya waktu pengerasan sabun cair yang telah dituangkan ke pipa-pipa. Pengerasan sabun yaitu dengan cara didiamkan dibawah AC atau kipas angin, tentu saja kebersihan AC dan kipas angin harus selalu dijaga agar kotorankotoran yang ada tidak menempel dan bercampur dengan sabun yang masih dalam keadaan cair. Proses akhir sabun, yaitu penyimpanan sabun di suatu rungan dengan suhu yang sesuai agar warna sabun tidak berubah. Dilihat dari faktor-faktor yang telah dijabarkan, telah diperoleh beberapa faktor utama yang menyebabkan mutu produk sabun transparan kurang baik, yaitu tekstur tidak sesuai, bentuk potongan sabun tidak sesuai, ukuran potongan sabun tidak sesuai, warna tidak transparan, dan sabun retak/patah. Sabun Zaitun Dilihat dari diagram sebab-akibat pada Gambar 5 dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang memengaruhi adanya hasil produksi sabun zaitun
20
yang kurang baik dapat disebabkan oleh lima (5) faktor, yaitu bahan baku, manusia, mesin, metode dan lingkungan. 1. Bahan baku Keinginan menghasilkan suatu produk yang baik, maka bahan baku yang digunakan harus bagus, misal bahan baku utama dari sabun zaitun minyak zaitun. Formula yang digunakan harus seimbang, karena jika berlebihan sabun yang dihasilkan akan berminyak dan mengeluarkan bau sangat pekat. 2. Manusia Manusia sangat berperan dalam proses produksi sabun zaitun, dari awal hingga akhir produksi semua dilakukan oleh manusia, ada saat-saat dimana proses produksi menggunakan mesin, tetapi tidak lepas dari pengawasan manusia. Proses yang benar-benar dibutuhkan keterampilan, konsentrasi dan ketelitian manusia, yaitu proses pemotongan dan penyempurnaan bentuk sabun, dimana setelah sabun dipotong proses selanjutnya adalah pengukuran sabun. Jika sabun yang telah dipotong berbentuk sempurna, tetapi tidak memiliki berat yang sesuai dengan ukuran perusahaan, maka sabun tersebut dinyatakan cacat dan tidak akan dilanjutkan proses selanjutnya. 3. Mesin Mesin adalah alat yang digunakan untuk mengurangi beban pekerjaan manusia, tetapi alat ini harus selalu dijaga perawatannya secara berkala agar hasil dari sabun zaitun yang diproduksi memiliki mutu baik, karena jika mesin yang digunakan tidak dijaga perawatannya kemungkinan mesin akan cepat rusak. Penggunaan mesin juga harus diperhatikan lama pemakaian dan dijaga kebersihannya. Mesin-mesin yang berada di PT Adev Natural Indonesia umumnya digunakan untuk memproduksi berbagai macam sabun, sehingga kadangkala hasil dari sabun zaitun tidak bagus, karena masih bercampur dengan bahan-bahan sabun pada proses produksi sebelumnya. 4. Metode Metode adalah cara dari awal hingga akhir produksi yang memiliki tujuan menghasilkan produk bermutu tinggi. Metode yang kurang tepat dapat menurunkan mutu sabun zaitun, metode pemanasan sabun zaitun harus sesuai dengan suhu yang ditetapkan sekitar ± 65º C hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penurunan mutu pada akhir produksi, seperti warna yang tidak transparan. Metode pengangkutan sabun zaitun juga harus hati-hati dan menggunakan alat yang dapat membantu agar sabun yang telah siap dijual tidak akan retak/patah. 5. Lingkungan Lingkungan sekitar diluar makhluk hidup juga harus diperhatikan, seperti kebersihan dinding, kebersihan alat dan mesin, suhu ruangan, serta kebersihan saluran air. Hal ini dimaksudkan agar produk sabun zaitun yang dihasilkan bermutu baik, bersih, higienis dan sesuai dengan standar perusahaan. Suhu lingkungan dapat memengaruhi produk sabun zaitun, karena pada saat penyimpanan warna dari sabun zaitun dapat berubah, oleh karena itu suhu lingkungan juga harus diperhatikan.
21
Dilihat dari faktor-faktor yang telah dijabarkan, telah diperoleh beberapa faktor utama yang menyebabkan mutu produk sabun transparan kurang baik, yaitu tekstur tidak sesuai, bentuk potongan sabun tidak sesuai, ukuran potongan sabun tidak sesuai, warna tidak transparan, dan sabun retak/patah. Sabun Beras Dilihat dari diagram sebab-akibat pada Gambar 5 dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang memengaruhi adanya hasil produksi sabun beras yang kurang baik dapat disebabkan oleh lima (5) faktor, yaitu bahan baku, manusia, mesin, metode dan lingkungan. 1. Bahan baku Bahan baku adalah bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan sabun beras, bahan baku terdiri dari bahan utama dan bahan pelengkap. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi sabun beras harus baik dengan tujuan memperoleh hasil produksi sabun beras bermutu tinggi. Bahan baku dalam pembuatan sabun beras awalnya disiapkan terlebih dahulu agar tidak ada bahan yang terlewat, kemudian ditimbang sesuai dengan kebutuhan agar hasil dari sabun beras sesuai dengan standar perusahaan. Formula dalam pembuatan sabun beras harus ditimbang dengan teliti, jika ada bahan yang melebihi atau kurang dari yang seharusnya, akan memengaruhi tekstur dari sabun beras tersebut. 2. Manusia Proses pembuatan sabun beras menuntut konsentrasi dan ketelitian para pekerjanya, terutama pada saat pemotongan dan pengukuran sabun. Pemotongan harus dilakukan dengan hati-hati agar sabun yang dipotong sesuai dengan ukuran dan standar perusahaan. Sabun beras yang dipotong tidak sama sisi tidak akan dilanjutkan ke proses selanjutnya. Sabun beras yang sempurna akan ditimbang menggunakan timbangan kecil, jika ukuran telah sesuai maka selanjutnya akan di stamp menggunakan mesin stamping agar bentuk yang telah ada menjadi lebih sempurna. Jika proses stamping gagal sabun akan rusak dan dinyatakan menjadi produk cacat. 3. Mesin Mesin-mesin yang digunakan dalam proses pembuatan sabun beras harus di cek secara berkala, agar terlihat mana mesin yang masih bagus dan mana mesin yang sudah tidak bagus, mesin yang sudah tidak bagus dapet diganti sparepartagar hasil dari produksi sabun beras bermutu baik. Mesin-mesin yang digunakan juga sebaiknya dibersihkan, agar tidak mudah rusak dan tidak menghambat proses produksi sabun. Mesin-mesin yang bersih tentu akan meningkatkan mutu sabun beras, karena tidak ada campuran dari bahan-bahan sabun pada proses produksi sebelumnya. 4. Metode Metode merupakan jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan yang dimaksud adalah menghasilkan produk sabun beras bermutu baik. Pada proses pengadukan sabun beras harus diaduk secara terus-menerus agar bahan-bahan yang dicampurkan rata dan tidak menggumpal, jika tidak diaduk dengan rata, hasilnya akan
22
ada gumpalan-gumpalan kecil yang menurunkan mutu produk sabun beras. Proses pengangkutan sabun beras yang telah jadi dalam bentuk padat juga berpengaruh kepada mutu produk sabun beras, karena jika pengangkutan dengan alat dan cara pengangkutan yang salah maka sabun beras akan menjadi retak atau patah. 5. Lingkungan Kondisi lingkungan juga berpengaruh terhadap mutu suatu produk, pada proses aging sabun beras. Hal yang harus diperhatikan adalah suhu lingkungan, dimana suhu tidak boleh terlalu panas ataupun terlalu dingin, karena jika suhu lingkungan tidak sesuai dengan ketahanan sabun beras, sabun beras tersebut akan berubah warna. Proses aging ini wajib dilakukan sebulan sebelum penjualan untuk mutu sabun beras yang lebih baik. Dilihat dari faktor-faktor yang telah dijabarkan, telah diperoleh beberapa faktor utama yang menyebabkan mutu produk sabun transparan kurang baik, yaitu tekstur tidak sesuai, bentuk potongan sabun tidak sesuai, ukuran potongan sabun tidak sesuai, warna tidak transparan, dan sabun retak/patah. Sabun Kunyit Dilihat dari diagram sebab-akibat pada Gambar 5 dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang memengaruhi adanya hasil produksi sabun kunyit yang kurang baik dapat disebabkan oleh lima (5) faktor, yaitu bahan baku, manusia, mesin, metode dan lingkungan. 1. Bahan baku Bahan baku adalah bahan-bahan yang digunakan untuk memproduksi sabun. Bahan baku dapat terdiri dari bahan utama dan bahan pelengkap. Untuk menghasilkan suatu produk dengan mutu baik maka bahan–bahan yang digunakan harus mempunyai mutu bagus. Bahan baku yang diperlukan ditimbang dan diukur sesuai dengan kebutuhan, jika bahan baku yang diukur tidak sesuai dengan yang dibutuhkan untuk memproduksi sabun, maka sabun tersebut akan berkemungkinan bertekstur keras atau lembek, misal formula kunyit yang diukur melebih yang seharusnya maka sabun yang dihasilkan akan mengeluarkan wangi kunyit sangat pekat, maka bahan baku yang digunakan harus sesuai dengan standar komposisi perusahaan. 2. Manusia Manusia juga berperan dalam mutu suatu produk. Manusia yaitu karyawan yang bekerja di PT Adev Natural Indonesia harus mempunyai keterampilan, konsentrasi dan ketelitian dalam pembuatan sabun kunyit, yaitu pada proses pemotongan dan pengukuran produk. Sabun yang dipotong dan diukur sudah mempunyai standar tertentu yang ditetapkan perusahan dalam hal bentuk maupun berat, jika ada sabun kunyit yang tidak sesuai bentuk dan ukuran yang ditetapkan perusahaan maka sabun tersebut akan dinyatakan rusak atau cacat dan tidak dilanjutkan ke proses selanjutnya. Misal sabun yang dipotong dengan kurangnya konsentrasi akan membuat potongan sabun tidak sama rata di sisi-sisinya, hingga memengaruhi berat sabun itu sendiri.
23
3. Mesin Mesin merupakan alat yang digunakan dalam proses produksi dari awal hingga akhir produk jadi. Sebaiknya mesin-mesin dan peralatanperalatan yang digunakan harus diperiksa secara berkala dan dibersihkan, agar mesin-mesin tidak cepat rusak. Mesin dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan sabun kunyit umumnya juga digunakan dalam pembuatan sabun yang lain, maka harus diperhatikan pemakaian dan dijaga pemeliharaannya, untuk mengurangi kemungkinan mutu produk rendah. 4. Metode Metode merupakan jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan yang dimaksud adalah menghasilkan produk sabun kunyit bermutu baik. Pada proses pengadukan bahan-bahan sabun kunyit harus diaduk secara terus-menerus agar bahan-bahan yang dicampurkan rata dan tidak menggumpal, jika tidak diaduk dengan rata, hasilnya akan ada gumpalan-gumpalan kecil yang akan menurunkan mutu produk sabun kunyit. Proses pengangkutan sabun kunyit yang telah jadi dalam bentuk padat juga berpengaruh kepada mutu produk sabun kunyit, karena jika pengangkutan dengan alat dan cara pengangkutan salah maka sabun kunyit menjadi retak atau patah. 5. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar suatu mahkluk hidup. Kebersihan lingkungan dapat memengaruhi mutu suatu produk, jika ingin menghasilkan produk sabun kunyit bermutu tinggi, maka kebersihan semua aspek dalam proses pembuatan sabun kunyit harus terjaga. Alat-alat yang telah digunakan pada proses produksi sebelumnya harus selalu dibersihkan dan dicuci steril agar hasil produk baik. Suhu ruangan juga harus diperhatikan karena akan berpengaruh pada lamanya waktu pengerasan sabun cair menjadi sabun padat. Suhu lingkungan dalam penyimpanan sabun kunyit juga harus disesuaikan agar warna sabun kunyit yang didiamkan selama satu bulan tidak berubah dan tekstur yang ada tidak berjamur. Dilihat dari faktor-faktor yang telah dijabarkan, telah diperoleh beberapa faktor utama yang menyebabkan mutu produk sabun transparan kurang baik, yaitu tekstur tidak sesuai, bentuk potongan sabun tidak sesuai, ukuran potongan sabun tidak sesuai, warna tidak transparan, dan sabun retak/patah. Sabun Propolis Dilihat dari diagram sebab-akibat pada Gambar 5 dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang memengaruhi adanya hasil produksi sabun propolis yang kurang baik dapat disebabkan oleh lima (5) faktor, yaitu bahan baku, manusia, mesin, metode dan lingkungan. 1. Bahan baku Bahan baku dalam proses pembuatan sabun propolis adalah campuran dari bahan utama dan bahan pelengkap, semua bahan yang diperlukan dalam proses produksi sabun propolis harus diukur dengan menggunakan timbangan agar formula/komposisi sesuai dengan ukuran
24
yang seharusnya. Formula/komposisi yang berlebih nantinya akan memengaruhi hasil produk sabun propolis yaitu tekstur sabun propolis akan menjadi lebih berminyak. Pemilihan bahan baku bermutu juga menjadikan produk yang diproduksi menghasilkan produk bermutu tinggi. 2. Manusia Manusia sangat berperan dalam proses produksi sabun propolis, dari awal hingga akhir produksi semua dilakukan oleh manusia, ada saatsaat dimana proses produksi menggunakan mesin, tetapi tidak lepas dari pengawasan manusia. Proses yang benar-benar dibutuhkan keterampilan, konsentrasi dan ketelitian manusia, yaitu proses pemotongan dan penyempurnaan bentuk sabun, setelah sabun dipotong proses selanjutnya adalah pengukuran sabun. Jika sabun yang telah dipotong berbentuk sempurna, tetapi tidak memiliki berat yang sesuai dengan ukuran perusahaan, maka sabun tersebut dinyatakan cacat dan tidak dilanjutkan proses selanjutnya. 3. Mesin Mesin adalah alat yang digunakan untuk mengurangi beban pekerjaan manusia, tetapi alat ini harus selalu dijaga perawatannya secara berkala agar hasil dari sabun propolis yang diproduksi memiliki mutu baik, jika mesin yang digunakan tidak dijaga perawatannya kemungkinan mesin akan cepat rusak. Penggunaan mesin juga harus diperhatikan lama pemakaian dan dijaga kebersihannya. Mesin-mesin yang berada di PT Adev Natural Indonesia umumnya digunakan untuk memproduksi berbagai macam sabun, sehingga kadangkala hasil dari sabun propolis tidak bagus karena masih bercampur dengan bahan-bahan sabun pada proses produksi sebelumnya. 4. Metode Metode adalah cara dari awal hingga akhir produksi yang memiliki tujuan menghasilkan produk bermutu tinggi. Metode yang kurang tepat dapat menurunkan mutu sabun propolis, metode pemanasan sabun propolis harus sesuai dengan suhu yang ditetapkan sekitar ± 65º C hal ini dimaksudkan, agar tidak terjadi penurunan mutu pada akhir produksi seperti warna yang tidak transparan. Metode pengangkutan sabun propolis juga harus hati-hati dan menggunakan alat yang dapat membantu agar sabun yang telah siap dijual tidak akan retak/patah. 5. Lingkungan Lingkungan sekitar diluar makhluk hidup juga harus diperhatikan, seperti kebersihan dinding, kebersihan alat dan mesin, suhu ruangan, serta kebersihan saluran air. Hal ini dimaksudkan agar produk sabun propolis yang dihasilkan bermutu baik, bersih, higienis dan sesuai dengan standar perusahaan. Suhu lingkungan dapat memengaruhi produk sabun propolis, karena pada saat penyimpanan warna dari sabun propolis dapat berubah, oleh karena itu suhu lingkungan juga harus diperhatikan. Dilihat dari faktor-faktor yang telah dijabarkan, telah diperoleh beberapa faktor utama yang menyebabkan mutu produk sabun transparan kurang baik, yaitu tekstur tidak sesuai, bentuk potongan sabun tidak sesuai,
25
ukuran potongan sabun tidak sesuai, warna tidak transparan, dan sabun retak/patah. Pengolahan Data dengan Menggunakan Diagram Pareto Setelah dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor yang memengaruhi mutu yang kurang baik pada produk sabun di PT Adev Natural Indonesia dengan menggunakan diagram sebab-akibat dan selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui produk cacat yang paling berpengaruh dalam digram Pareto dengan menggunakan software Minitab versi 14. Data contoh sabun cacat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Data contoh sabun cacat Jenis cacat Contoh produk sabun
Tekstur tidak sesuai (buah)
Transparan Zaitun Beras Kunyit Propolis Jumlah Rata-rata
6 6 2 0 3 17 3,4
Bentuk potongan sabun tidak sesuai (buah) 10 8 5 6 6 35 7
Ukuran potongan sabun tidak sesuai (buah) 9 9 5 5 5 33 6,6
Warna tidak transparan /berubah (buah)
Sabun retak/patah (buah)
Jumlah (buah)
5 5 10 8 12 40 8
0 2 8 11 4 25 5
30 30 30 30 30 150 30
Dilihat dari hasil pengamatan dan banyaknya jumlah cacat terhadap contoh hasil produk sabun seperti yang terdapat pada Tabel 2, Maka dilakukan perhitungan persen cacat dan persen kumulatif, seperti pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil perhitungan diagram Pareto Contoh produk sabun
Transparan
Zaitun
Beras
Jenis Cacat Bentuk potongan sabun tidak sesuai Ukuran potongan sabun tidak sesuai Tekstur tidak sesuai Warna tidak transparan Sabun retak/patah Ukuran potongan sabun tidak sesuai Bentukpotongan sabun tidak sesuai Tekstur tidak sesuai Warna tidak transparan Sabun retak/patah Warna berubah Sabun retak/patah Bentuk potongan sabun tidak sesuai
Jumlah Cacat
Persen Cacat (%)
Persen Kumulatif (%)
10
33,33
33,33
9
30,00
63,33
6 5 0
20,00 16,67 0,00
83,33 100,00 100,00
9
30,00
30,00
8
26,67
56,67
6 5 2 10 8
20,00 16,67 6,66 33,33 26,67
76,67 93,34 100,00 33,33 60,00
5
16,67
76,67
26
Lanjutan Tabel 3 Contoh produk sabun
Jenis Cacat
Jumlah Cacat
Persen Cacat (%)
Persen Kumulatif (%)
5
16,67
93,34
2 11 8
6,66 36,66 26,67
100,00 36,66 63,33
6
20,00
83,33
5
16,67
100,00
0 12
0 40,00
100,00 40,00
6
20,00
60,00
5
16,67
76,67
4 3
13,33 10,00
90,00 100,00
Ukuran potongan sabun tidak sesuai Tekstur tidak sesuai Sabun retak/patah Warna berubah Bentuk potongan sabun tidak sesuai Ukuran potongan sabun tidak sesuai Tekstur tidak sesuai Warna tidak transparan Bentuk potongan sabun tidak sesuai Ukuran potongan sabun tidak sesuai Sabun retak/patah Tekstur tidak sesuai
Beras
Kunyit
Propolis
Sabun Transparan
30
100
25
80
20
60
15 40
10
20
5 Jenis Cacat
0
uk nt Be Count Percent Cum %
ak tid
s
i ua es ur Uk
an
10 33,3 33,3
ak tid
s
i ua es
Te
r tu ks
9 30,0 63,3
ak tid
s
W
i ua es
na ar
ak tid
6 20,0 83,3
ra pa ns a tr
n
n bu Sa
5 16,7 100,0
re
ta
h ta pa k/
Persen Kumulatif
Jumlah Cacat
Hasil perhitungan produk cacat pada produk sabun transparan dapat digambarkan pada diagram Pareto yang ditunjukkan pada Gambar 6.
0
0 0,0 100,0
Gambar 6 Diagram Pareto terhadap cacat produk sabun transparan
Dari diagram Pareto dalam Gambar 6, dapat diketahui bahwa produk cacat yang tertinggi adalah bentuk tidak sesuai dengan jumlah sepuluh (10) atau 33,33%. Ukuran tidak sesuai dengan jumlah sembilan (9) atau 30,00%. Tekstur tidak sesuai dengan jumlah enam (6) atau 20,00%. Warna tidak transparan dengan jumlah lima (5) atau 16,67%. Sabun retak/patah dengan jumlah nol (0) atau 0,00%. Cacat yang paling besar adalah bentuk yang tidak sesuai yang disebabkan oleh faktor manusia. Hal ini sesuai dengan diagram sebab-akibat
27
yang telah diidentifikasi sebelumnya. Untuk menanggulangi hal ini,PT Adev Natural Indonesia melakukan penanganan dengan cara memberikan istirahat cukup kepada pegawai, membagi tugas untuk mengerjakan satu pekerjaan saja tiap orang. Contohnya, Orang yang melakukan pekerjaan pemotongan sabun hanya bertugas memotong sabun tidak dibebankan pekerjaan lain, pembagian tugas ini bertujuan untuk membuat pegawai fokus, konsentrasi dan lebih teliti dalam meyelesaikan pekerjaannya, sehingga produk yang dihasilkan terus menerus mengalami peningkatan mutu produk. Ada cara lain yang dapat meminimalisir produk cacat yang disebabkan oleh manusia, yaitu membeli mesin pemotong sabun otomatis. Hal ini akan mengeluarkan biaya tambahan produksi tetapi dapat menurunkan kemungkinan terjadinya salah potong sabun dan waktu yang digunakan akan lebih sedikit bila dibandingkan dengan cara pemotongan manual yang dilakukan manusia. Sabun Zaitun
30
100
25
80
20
60
15 40
10
20
5 Jenis Cacat
0
ur Uk Count Percent Cum %
an
ak tid
ai su se uk nt Be 9 30,0 30,0
ak tid
se
ai su r tu ks Te 8 26,7 56,7
ak tid
0
ai su se
W
na ar
Persen Kumulatif
Jumlah Cacat
Hasil perhitungan produk cacat pada produk sabun zaitun dapat digambarkan pada diagram Pareto yang ditunjukkan pada Gambar 7.
ak tid
6 20,0 76,7
a ar sp n a tr
n
Sa
n bu
5 16,7 93,3
h ta pa / k ta re
2 6,7 100,0
Gambar 7 Diagram Pareto terhadap cacat produk sabun zaitun
Dilihat dari diagram Pareto dalam Gambar 7, dapat diketahui bahwa produk cacat yang tertinggi adalah ukuran tidak sesuai dengan jumlah sembilan (9) atau 30,00%. Bentuk tidak sesuai dengan jumlah delapan (8) atau 26,67%. Tekstur tidak sesuai dengan jumlah enam (6) atau 20,00%. Warna tidak transparan dengan jumlah lima (5) atau 16,67%. Sabun retak/patah dengan jumlah dua (2) atau 6,66%. Cacat yang paling besar adalah ukuran yang tidak sesuai yang disebabkan faktor oleh manusia. Hal ini sesuai dengan diagram sebab-akibat yang telah diidentifikasi sebelumnya. Untuk menanggulangi hal ini, PT Adev Natural Indonesia melakukan penanganan dengan cara menimbang setiap produk sabun yang telah dipotong dengan menggunakan timbangan kecil, tetapi ukuran yang tidak sesuai ini awalnya dipengaruhi oleh hasil
28
pemotongan manusia, sebaiknya pada mesin yang digunakan oleh manusia untuk memotong sabun harus jelas diameter yang akan diukur tidak sembarang yang seperti sekarang dilakukan. Pemotongan yang dilakukan sekarang berpatokan kepada perkiraan pegawai yang memotong sabun, jika pegawai yang mengerjakan pemotongan sabun tidak teliti, maka akan membuat sabun yang ditimbang juga memiliki perbedaan ukuran dari standar yang diinginkan. Sebaiknya PT Adev Natural Indonesia membeli mesin yang sudah terdapat ukuran sabun pada mesin pemotong sabun agar hasil dan ukuran sabun sama rata, sama berat dan sama tebal. Hal ini akan meningkatkan mutu suatu produk karena akan menurunkan kemungkinan produk cacat. Sabun Beras Hasil perhitungan produk cacat pada produk sabun beras dapat digambarkan pada diagram Pareto yang ditunjukkan pada Gambar 8. 100
Jumlah Cacat
25
80
20
60
15 40
10
20
5 Jenis Cacat
0
a W Count Percent Cum %
a rn
h ba ru e b Sa
n bu
10 33,3 33,3
k ta re
ah at /p uk nt Be 8 26,7 60,0
ak tid
se
ai su an ur Uk 5 16,7 76,7
ak tid
ai su se
Te
ks
ak tid r tu
5 16,7 93,3
ai su se
Persen Kumulatif
30
0
2 6,7 100,0
Gambar 8 Diagram Pareto terhadap cacat produk sabun beras
Dilihat dari diagram Pareto dalam Gambar 8, dapat diketahui bahwa produk cacat yang tertinggi adalah warna berubah dengan jumlah sepuluh (10) atau 33,33%. Sabun retak/patah dengan jumlah delapan (8) atau 26,67%. Ukuran tidak sesuai dengan jumlah lima (5) atau 16,67%. Bentuk tidak sesuai dengan jumlah (5) atau 16.67%. Tekstur tidak sesuai dengan jumlah dua (2) atau 6,66%. Cacat yang paling besar adalah warna berubah yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan diagram sebab-akibat yang telah diidentifikasi sebelumnya. Untuk menanggulangi hal ini,PT Adev Natural Indonesia melakukan penanganan dengan cara menyimpan sabun beras yang sudah jadi selama satu bulan di dalam ruangan penyimpangan khusus, ruangan yang digunakan sudah terjaga kebersihannya, semua sabun yang disimpan tersusun dengan rapi dalam rak-rak penyimpanan sabun, tetapi belum terdapat AC dalam ruangan penyimpanan sabun yang menyebabkan warna dari sabun beras berubah menjadi pudar. Suhu lingkungan sangat
29
berpengaruh kepada berubah atau tidaknya sabun dalam masa penyimpanan. Suhu lingkungan yang tidak menggunakan AC akan dipengaruhi oleh cuaca pada saat hujan atau panas. Suhu dalam ruangan penyimpanan sebaiknya diatur agar tetap stabil dengan menggunakan AC. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu produk sabun beras yang mudah berubah pada masa aging selama satu bulan. Sabun Kunyit Hasil perhitungan produk cacat pada produk sabun kunyit dapat digambarkan pada diagram Pareto yang ditunjukkan pada Gambar 9. 100
Jumlah Cacat
25
80
20
60
15 40
10
20
5 Jenis Cacat
0
Sa Count Percent Cum %
n bu
ah at /p k ta re
a W
11 36,7 36,7
a rn
be
h ba ru uk nt Be 8 26,7 63,3
ak tid
se
ai su a ur Uk 6 20,0 83,3
n
ak tid
ai su se
T
ak id rt u kt es
5 16,7 100,0
s
i ua es
Persen Kumulatif
30
0
0 0,0 100,0
Gambar 9 Diagram Pareto terhadap cacat produk sabun kunyit
Dilihat dari diagram Pareto dalam Gambar 9, dapat diketahui bahwa produk cacat yang tertinggi adalah sabun retak/patah dengan jumlah sebelas (11) atau 36,66%. Warna berubah dengan jumlah delapan (8) atau 26,67%. Bentuk tidak sesuai dengan jumlah enam (6) atau 20,00%. Ukuran tidak sesuai dengan jumlah (5) atau 16,67%. Tekstur tidak sesuai dengan jumlah nol (0) atau 0,00%. Cacat yang paling besar adalah produk retak/patah yang disebabkan oleh faktor metode. Hal ini sesuai dengan diagram sebab-akibat yang telah diidentifikasi sebelumnya. Untuk menanggulangi hal ini,PT Adev Natural Indonesia melakukan penanganan dengan metode pengangkutan menggunakan alat bantu baskom untuk mengangkut sabun kunyit pada saat pengangkutan dari pabrik ke ruangan pengemasan. Pengangkutan sabun ada baiknya ditambah dengan menggunakan troli dan penggunaan baskom juga dapat diganti dengan menggunakan kotak kayu agar sabun yang diangkut tidak mudah patah/retak. Hal ini dimaksudkan agar mutu dari sabun kunyit terus mengalami peningkatan dengan menurunkan produk rusak atau cacat yang disebabkan dari cara pengangkutan kurang baik.
30
Sabun Propolis
30
100
25
80
20
60
15 40
10
20
5 Jenis Cacat
0
ak tid
na ar W Count Percent Cum %
an ar sp n a tr
uk nt e B
12 40,0 40,0
ak tid
se
ai su
Uk
an ur
6 20,0 60,0
ak tid
se
ai su
S
un ab
5 16,7 76,7
re
k ta
ah at /p
T
ur st ek
4 13,3 90,0
ak tid
i ua se
Persen Kumulatif
Jumlah Cacat
Hasil perhitungan produk cacat pada produk sabun propolis dapat digambarkan pada diagram Pareto yang ditunjukkan pada Gambar 10.
0
3 10,0 100,0
Gambar 10 Diagram Pareto terhadap cacat produk sabun propolis Dilihat dari diagram pareto dalam Gambar 10, dapat diketahui bahwa produk cacat yang tertinggi adalah warna tidak transparan dengan jumlah dua belas (12) atau 40,00%. Bentuk tidak sesuai dengan jumlah enam (6) atau 20,00%. Ukuran tidak sesuai dengan jumlah lima (5) atau 16,67%. Sabun retak/patah dengan empat (4) atau 13,33%. Tekstur tidak sesuai dengan jumlah tiga (3) atau 10,00%. Cacat yang paling besar adalah warna tidak transparan yang disebabkan oleh faktor metode. Hal ini sesuai dengan diagram sebab-akibat yang telah diidentifikasi sebelumnya. Untuk menanggulangi hal ini,PT Adev Natural Indonesia melakukan penanganan dengan metode pemanasan bahan baku menggunakan kompor dan panci. Kompor yang digunakan dalam proses pemanasan bahan sudah sesuai dengan temperatur/suhu yang ditetapkan tetapi kadangkala produk yang dihasilkan ada saja yang tidak transparan. Perhitungan waktu juga harus diperhatikan, sebaiknya PT Adev Natural Indonesia menggunakan kompor yang dapat di setting suhu serta lama waktu pemanasannya, secara otomatis kompor akan mati jika waktu pemanasan sudah cukup. Pengadukan pada saat pemanasan bahan-bahan cair dan bahan-bahan padat juga harus dilakukan secara terus menerus agar bahan-bahan tersebut tercampur dengan rata sehingga dapat menurunkan kemungkinan produk sabun tidak transparan.
31
Implikasi Manajerial Implikasi dari penelitian ini adalah bagaimana PT Adev Natural Indonesia dalam bidang kosmetik dapat meningkatkan mutu produk yang dihasilkan dilihat dari penerapan mutu yang dilakukan. Dari hasil analisis brainstorming, diagram sebab-akibat dan diagram Pareto, maka PT Adev Natural Indonesia perlu melakukan langkah-langkah berikut : a. Lebih menguak ide-ide kreatif dari para tim pengendalian mutu produk, untuk menghasilkan cara-cara terbaru dalam mengendalikan mutu produk. b. Secara jeli melihat faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya produk cacat sampai keakar-akarnya, serta mengevaluasi bagaimana cara menanggulanginya agar tingkat kemungkinan produk cacat rendah. c. Melakukan pengendalian mutu bahan baku, pengendalian mutu proses, dan pengendalian mutu produk jadi. d. Memberikan pelatihan kepada karyawan agar karyawan yang bekerja lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, mengawasi karyawan agar lebih serius dalam bekerja. e. Merekrut karyawan yang mempunyai pengalaman dan keahlian khusus dalam Quality Control (QC) f. Menambahmesin dan alat-alat yang kurang untuk melengkapi proses produksi sabun. g. Mendengarkan keluhan konsumen untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan a.
b.
c.
PT Adev Natural Indonesia saat ini belum sepenuhnya menerapkan sistem pengendalian mutu yang baik, karena pada proses produksi sabun padatnya belum mempunyai SOP secara tertulis dan belum menjalankan konsep mutu dengan baik. Faktor-faktor yang memengaruhi produk sabun padat yang diproduksi oleh PT Adev Natural indonesia terdiri dari lima (5) faktor, yaitubahan baku, manusia, mesin, metode dan lingkungan. Dari hasil diagram sebab akibat dan diagram Pareto dapat diambil kesimpulan bahwa produk sabun yang diproduksi oleh PT Adev natural Indonesia masih mempunyai mutu kurang baik. Misal, untuk produk sabun transparan adalah faktor manusia memotong sabun; produk sabun zaitun adalah faktor manusia mengukur ketebalan sabun; produk sabun beras adalah faktor lingkungan penyimpanan; produk sabun kunyit adalah faktor metode pengangkutan sabun; produk sabun propolis adalah faktor metode pemanasan.
Saran a.
b.
c.
PT Adev Natural Indonesia sebaiknya segera menerapkan konsep mutu pada setiap proses produksinya, membuat SOP secara tertulis pada proses produksi. Menambah jumlah mesin untuk membantu karyawan dalam mengerjakan pekerjaannya, seperti mesin potong otomatis dan mesin stamping otomatis. Menambah jumlah mesin produksi agar produksi sabun menggunakan mesin yang berbeda-beda dan menambah alat-alat bantu yang lain seperti kotak kayu dan troli untuk pengangkutan. Memperbaiki sistem dan melakukan pengawasan pengendalian mutu yang telah ada agar faktor-faktor yang memengaruhi mutu produk dapat berkurang sehingga nantinya mutu produk PT Adev Natural Indonesia mengalami peningkatan.
DAFTAR PUSTAKA Alisjahbana J. 2005. Evaluasi Pengendalian Kualitas Total Produk Pakaian Wanita Pada Perusahaan Konveksi. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, Volume 8(1):1-10. Arpah. 2006. Modul Alat Bantu Manajemen Mutu Pangan (Quality Tools). Bogor (ID) : IPB. Dianfenti O. 2012. Pengendalian Mutu Produk Corn Chips Pada PT Anugrah Cita Era Food [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Gunawan H. 2013. Implementasi Pengendalian Kualitas dengan Menggunakan Metode Statistik Pada Pabrik Cat CV X. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Volume 2(1):1-20. Ishikawa K. 1988. Teknik Penuntun Pengendalian Mutu [Terjemahan]. Jakarta (ID) : Media Sarana Perkasa. Kadarisman D, Muhandri T. 2006. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan. Bogor (ID) : IPB Press Nasution N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Bogor (ID) : Ghalia Indonesia. Prawirosentono S. 2004. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu Total Quality Management Abad 21 Studi Kasus dan Analisis. Jakarta (ID) : Bumi Aksara. Ramdhan T. 2013. Penerapan Mutu Pada Sayuran Organik Berbasis Petani Di Seelawi Dan Limbangan, Garut, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Tisnowati H. 2008. Analisis Pengendalian Mutu Produksi Roti (Kasus PT AC, Tangerang). Jurnal Magister Profesional Industri Kecil Menengah, Volume 3(1):51-61. Yamit Z. 2010. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa.Yogyakarta (ID) : Ekonisia
LAMPIRAN
Ka Admimistrasi Guntoro Ka Gudang Guntoro
Spv. Gudang Produk Linda Spv. Gudang Kemasan Karmawanto
Direktur M. Malik Gunawan
Spv. Gudang Bahan Baku M. Ilhamsyah
Spv. Kemasan Mursidah
Staff Pengemasan Neti R. Ira Linda Kiki Elsi Hema Siti
Spv. Produksi M. Ilhamsyah
Staff Produksi Rahman Yudi Nopian Apid Karmawanto
Lampiran 1 Struktur organisasi
Ka Produksi M. Malik Gunawan
Ka P. Mutu & RnD Andi Rahmanto
Spv. QC Susanti R.
Spv. RnD Andi Rahmanto
35
Lampiran 2 Data contoh sabun transparan Jenis cacat Contoh ke
Tekstur tidak sesuai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 6
Bentuk tidak sesuai 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 10
Ukuran tidak sesuai 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 9
Warna tidak transparan 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 5
Sabun retak/patah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah (buah) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
36
Lampiran 3 Data contoh sabun zaitun Jenis cacat Contoh ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah
Tekstur tidak sesuai 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 6
Bentuk tidak sesuai 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 8
Ukuran tidak sesuai 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 9
Warna tidak transparan
Sabun retak/patah
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 5
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2
Jumlah (buah) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
37
Lampiran 4 Data contoh sabun beras Jenis cacat Contoh ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah
Tekstur tidak sesuai 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
Bentuk tidak sesuai 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 5
Ukuran tidak sesuai 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 5
Warna berubah 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 10
Sabun retak/patah 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 8
Jumlah (buah) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
38
Lampiran 5 Data contoh sabun kunyit Jenis cacat Contoh ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah
Tekstur tidak sesuai 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Bentuk tidak sesuai 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 6
Ukuran tidak sesuai 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 5
Warna berubah 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 8
Sabun retak/patah 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 11
Jumlah (buah) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
39
Lampiran 6 Data contoh sabun propolis Jenis cacat Contoh ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah
Tekstur tidak sesuai 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
Bentuk tidak sesuai 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 6
Ukuran tidak sesuai 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 5
Warna tidak transparan 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 12
Sabun retak/patah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4
Jumlah (buah) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
40
Lampiran 7 Gambar kegiatan produksi
Gambar 11 Penimbangan bahan
Gambar 12 Pemanasan bahan
Gambar 13 Pencampuran
41
Gambar 14 Pengadukan
Gambar 15 Pencetakan
Gambar 16 Pemotongan
42
Gambar 17 Pengemasan
43
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 Oktober 1989 dari ayah H. Chaidir Anwar (Alm) dan ibu Hj. Rosadah. Penulis adalah putra ke dua dari dua bersaudara. Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Depok dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur reguler pada program keahlian Akuntansi Direktorat Program Diploma. Pada tahun 2010 penulis menyelesaikan studi Diploma III. Pada tahun 2011 penulis lulus seleksi masuk IPB untuk Program Sarjana Alih Jenis Manajemen (PSAJM) melalui jalur tes.