ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN WISATAWAN ASING BERLIBUR DI KOTA SEMARANG Disusun Oleh
: Yulia Endah Sukma Purnamasari
Dosen Pembimbing
: Dra. Hj. Intan Ratnawati, M.Si
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang
ABSTRACT
The tourism industry is growing very rapidly, giving rise to intense competition among the tourism industry itself. Efforts are made by local government and tourism industry to maintain in order to remain a choice for tourists, especially foreign tourists in order to become a loyal customer. Therefore, they must know that every tourist has a view or a different perception. This study, tried to analyze the factors that influence the decisions of foreign tourists to holiday in Semarang, which includes the variable product, place, price, and promotion (marketing mix). The population in this study were foreigners residing in Semarang. Techniques used in sampling in this study is nonprobability sampling i.c accidental sampling. Samples are taken of 100 respondents. Methods of data collection is done by providing the questionnaires to the respondents to be filled. Data were analyzed by using SPSS.
The results of this study indicated that the variable product, price, place and promotion (marketing mix) has a positive and significant influence on the decision of foreign tourists to holiday in Semarang. Keywords : The decision makings made by foreign tourists vacationing in the city of Semarang, product, place, price, promotion.
PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk memperoleh devisa dari penghasilan non migas. Peranan pariwisata dalam pembangunan nasional, di samping sebagai sumber perolehan devisa juga banyak memberikan sumbangan terhadap bidang-bidang lainnya. Di antaranya menciptakan dan memperluas lapangan usaha, meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah, mendorong pelestarian
lingkungan hidup dan budaya bangsa,
memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dan lain sebagainya (Karyono, 1997). Kompetisi antarnegara dan antardestinasi di bidang pariwisata juga terjadi cukup ketat di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) yang sejak 1 Januari 2002 telah memberlakukan ASEAN Free Trade Area (AFTA) bagi negara-negara seperti Brunei Darussalam, Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, dan Thailand. Kompetisi antarnegara ASEAN cukup sengit mengingat negara-negara di kawasan ASEAN tersebut relative menjual daya tarik yang mirip karena kesamaan rumpun, akar sejarah, jejak budaya dan peradaban, serta kondisi alamnya. Indonesia mempunyai potensi besar untuk menjadi kawasan tujuan wisata dunia, karena mempunyai tiga unsur pokok yang membedakan Indonesia bila dibandingkan dengan negaranegara ASEAN lainnya. Ketiga unsur tersebut adalah masyarakat (people). Masyarakat
Indonesia terkenal dengan keramahannya dan bisa bersahabat dengan bangsa manapun. Potensi ke dua adalah alam (nature heritage). Indonesia mempunyai alam yang indah, yang tidak dipunyai negara-negara lain, misalnya pegunungan yang ada di setiap pulau, pantai yang indah, goa, serta hamparan sawah yang luas. Potensi yang ketiga adalah budaya (cultural haritage). Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan budaya yang beragam. Setiap suku, kota, dan pulau mempunyai ciri khas, baik dari segi logat, baju, bangunan rumah, musik, maupun upacara-upacara adat. Semuanya menjadi ciri khas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kaya budaya. Hal itu merupakan daya tarik wisatawan untuk mengunjungi Indonesia karena rasa keingintahuannya. Ketiga unsur tersebut
yang akan mendukung pesatnya kemajuan
kepariwisataan Indonesia di masa yang akan datang (Infopar edisi No. VI 1997).
Namun sayangnya, rata-rata kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia selalu kalah bila dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, dan Singapura. Berikut ini adalah data Country
2006
2007
2008
2009
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke ASEAN tahun 2006 sampai dengan 2009 : Tabel 1 Data Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke ASEAN
Brunei Darussalam
158.1
178.5
225.8
157.5
Cambodia
1,700.0
2,015.1
2,125.5
2,161.6
Indonesia
4,871.4
5,505.8
6,429.0
6,452.0
Lao PDR
1,215.1
1,623.9
2,004.8
2,008.4
Malaysia
18,471.7
20,236.0
22,052.5
23,646.2
Myanmar
652.9
732.1
660.8
762.5
The Philippines
2,688.0
3,092.0
3,139.4
2,705.0
Singapore
9,751.7
10,287.6
10,116.5
9,681.3
Thailand
13,822.1
14,464.2
14,597.5
14,091.0
Viet Nam
3,583.5
4,149.5
4,253.7
3,772.3
ASEAN
56,914.5
62,284.8
65,605.5
65,437.6
Sumber : ASEAN Statistical Yearbook (ASEAN, 2010)
Berdasarkan data tersebut Indonesia hanya memiliki kunjungan wisman yang lebih banyak diatas Brunei Darussalam dan Filipina yang sejak tahun 2002 telah memberlakukan AFTA. Sementara Kamboja, Laos, dan Vietnam yang baru akan melaksanakan AFTA secara penuh masing-masing pada tahun 2015 dan Myanmar pada tahun 2020 telah tumbuh menjadi negara pesaing baru. Menurut Kasali (2004), Malaysia, Thailand, dan Singapura memiliki pariwisata yang lebih maju bila dibandingkan dengan Indonesia karena negara-negara tersebut bekerja dengan visi yang lebih jelas serta marketing yang lebih baik dan lebih strategis. Sedangkan tim Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Universitas Indonesia (LPEM-UI dan Pemprop. Kepri, 2005) mengungkapkan bahwa negara-negara tersebut memiliki sistem promosi objek wisata, manajemen pariwisata, infrastruktur, sarana, prasarana transportasi, dan kondisi keamanan yang lebih baik. Menurut The World Travel and Tourism Council (WTTC, 2004) dan Kasali (2004) satusatunya faktor keunggulan yang menguntungkan daya saing Indonesia dibandingkan dengan Malaysia, Singapura, dan Thailand hanya pada faktor harga. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa wisatawan mancanegara datang ke Indonesia karena berwisata di Indonesia lebih murah. Hal ini ironis karena sebenarnya Indonesia memiliki daratan dan lautan yang lebih luas, suku bangsa dan kebudayaan yang lebih beraneka ragam, dan bentang alam yang lebih banyak.
Pengembangan pariwisata seperti layaknya pengembangan usaha lain, membutuhkan tuntutan untuk mempertimbangkan selera pasar yang potensial. Produk-produk yang berorientasi pasar (Customer Oriented) dengan mempertimbangkan daya dukung sumberdaya dan lingkungan yang optimal akan mampu mencapai consumer dan kualitas produk yang proposional serta mampu memberikan kontribusi pendapatan yang maksimal. Oleh karena itu, dalam pengembangan pariwisata sangat penting untuk memperhatikan dan meningkatkan kualitas. Hasil pembangunan di sektor pariwisata dari segi ekonomi dapat dikatakan telah menunjukkan hasil nyata meskipun belum secara maksimal, yang dapat dilihat dari aspek penerimaan devisa negara, lapangan kerja dan kesempatan berusaha, dan kemajuan pembangunan sarana dan prasarana di daerah (Pendit, 2002). Pariwisata sebagai industri ini agar dapat menjadi andalan dalam perekonomian suatu daerah, maka diperlukan perencanaan dan penggarapan yang matang. Agar perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata dapat terpuaskan, maka diperlukan pengemasan produk pariwisata yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan wisatawan. Dalam pemasaran biasanya dihadapkan kepada masalah bauran pemasaran yang meliputi produk (product), tempat (place), harga (price), dan promosi (promotion). Bauran pemasaran adalah sejumlah alat-alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk menyakinkan obyek pemasaran atau target pasar yang dituju (Phillip Kotler, 1997). Kota Semarang selama ini dikenal sebagai kota industri dan bisnis. Dengan pelabuhannya yang terkenal sejak jaman Belanda, Semarang merupakan kota yang ideal sebagai gerbang masuk menuju kota-kota lain di Jawa Tengah. Tak heran bila kemudian Semarang lebih dikenal sebagai Kota Transit daripada Kota Wisata. Meskipun demikian, Semarang sebenarnya menyimpan begitu banyak keunikan yang bisa dinikmati dan obyek-obyek yang bisa dikunjungi. Tetapi, rata-rata para pendatang yang transit tidak pernah bertahan lebih dari satu malam karena mereka kurang tertarik untuk berwisata di Semarang. Namun, agaknya peluang “kota transit” ini tidak begitu dimanfaatkan oleh pemerintah setempat guna menahan wisatawan untuk lebih lama lagi berada di Semarang. Klenteng Sam Poo Kong misalnya, sudah diakui dunia. Sayangnya, ketika wisatawan ingin berkunjung, tidak ada sesuatu yang menarik di sana. Demikian juga dengan wilayah Kota Lama. Seharusnya ada jadwal atraksi kebudayaan atau kesenian tradisional di tempat-tempat
tersebut. Setidaknya, ada suguhan bagi mereka yang berkunjung. Perbaikan infrastruktur di tempat-tempat wisata pun perlu dilakukan. Selain itu, perlu dilakukan promosi pariwisata yang intensif oleh pemerintah setempat untuk memperkenalkan atau memudahkan calon wisatawan mendapatkan informasi yang mereka inginkan sebelum melakukan kunjungan wisata, khususnya ke Kota Semarang. Kota Semarang dianggap kurang memiliki “greget” seperti Yogyakarta dan Solo yang kini berlomba-lomba mempromosikan daerah mereka sebagai tujuan wisata.
TELAAH PUSTAKA Kegiatan bisnis selalu ada kompetisi. Perusahaan akan terus mencari pasar dan tidak akan pernah puas dengan pasar yang telah di dapatnya. Aktivitas pemasaran diarahkan untuk menciptakan perputaran yang memungkinkan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Dalam hal ini, pemasaran memegang peranan penting dalam menentukan sukses atau tidaknya suatu bisnis. Untuk itu, perusahaan harus dapat memahami benar pemasaran bagi perusahaan yang ingin tetap bertahan. Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler 1997). Sedangkan Boyd, Walker dan Larreche (2000) menyatakan, pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk mengembangkan hubungan pertukaran. Keputusan konsumen merupakan suatu keputusan sebagai pemilikan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif (Sumarwan, 2003). Definisi lain keputusan konsumen adalah preferensi konsumen atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan dan niat konsumen untuk membeli merek yang paling disukai (Kotler, 2005). Menurut Mowen dan Minor (2002), keputusan konsumen merupakan semua proses yang dilalui konsumen dalam mengenali masalah, mencari solusi, mengevaluasi alternatif, dan memilih di antara pilihan-pilihan pembelian mereka.
Setelah menentukan pasar sasaran serta posisi produk yang diinginkan dalam benak konsumen, perusahaan perlu mendesain program agar produk dapat memperoleh respon dari pasaran sasaran. Dalam pemasaran diperlukan suatu alat, alat disini adalah program yang dapat dikontrol oleh perusahaan. Strategi pemasaran yang digunakan perusahaan sering pula disebut bauran pemasaran (marketing mix). Menurut Buchari Alma (2007), ada empat komponen yang tercakup dalam kegiatan marketing mix ini yang terkenal dengan sebutan 4 P yang terdiri dari : Product, Price, Place dan Promotion. Pengertian bauran pemasaran menurut Kotler dan Keller (2007) yang diterjemahkan oleh Benyamin Molan adalah sebagai berikut : “Bauran pemasaran adalah perangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan perusahaannya”. Maka, dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran merupakan satu perangkat yang terdiri dari produk, harga, promosi dan distribusi, yang didalamnya akan menentukan tingkat keberhasilan pemasaran dan semua itu ditujukan untuk mendapatkan respon yang diinginkan dari pasar sasaran.
METODE PENELITIAN Agar suatu data yang dikumpulkan dapat bermanfaat, maka harus diolah dan dianalisis terlebih dahulu sehingga dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan. Tujuan metode analisis data
adalah untuk menginterprestasikan dan menarik kesimpulan dari sejumlah data yang
terkumpul. A. Analisis Data Kualitatif Analisis data kualitatif adalah bentuk analisa yang berdasarkan dari data yang dinyatakan dalam bentuk uraian. Data kualitatif ini merupakan data yang hanya dapat diukur secara langsung (Hadi, 2001). B. Analisis Data Kuantitatif Adapun tahap – tahap analisis data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Uji Kualitas Data a. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk menguji apakah kuesioner tersebut valid atau tidak. Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi alat ukurnya. Apabila sebuah instrumen yang diujikan sesuai, maka instrumen tersebut dapat dikatakan valid (Agusty, 2006). Kriteria penilaian uji validitas adalah : rhitung > rtabel, maka pernyataan tersebut valid rhitung < rtabel, maka pernyataan tersebut tidak valid
b. Uji Reliabelitas Uji reliabelitas adalah suatu indek yang menunjukkan sejauh mana hasil suatu penelitian pengukur dapat dipercaya (Saiffudin Azwar,2000). Hasil pengukuran dapat dipercaya atau reliabel hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama, selama aspek yang diukur dalam dari subjek memang belum berubah. Uji reliabelitas penelitian ini menggunakan program SPSS 16.0. Kuesioner dikatakan reliabel apabila hasil uji statistik α a > 0,60 (Ghozali, 2002). Alat untuk mengukur reliabelitas adalah Alpha Cronbach. Rumus :
k k 1
1
i2 2
Keterangan : α
= Koefisien reliabilitas
k
= Jumlah butir pertanyaan soal i2 = Varians butir pertanyaan soal 2
= Varians skor tes Dalam kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memiliki alpha > 0,60 (Ghozali, 2001). 2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kondisi data yangdipergunakan dalam penelitian. Hal tersebut dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat. Model analisis regresi penelitian inimensyaratkan uji asumsi terhadap data yang meliputi : a. Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji salah satu asumsi dasar analisis regresi berganda, yaitu variabel-variabel independen dan dependen harus berdistribusi normal atau mendekati normal (Ghozali, 2007). Untuk menguji apakah data-data tersebut memenuhi asumsi normalitas, maka dilakukan proses uji normalitas, dimana : 1. Jika data menyebar di sekitar daerah diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2. Jika data menyebar jauh dari sekitar daerah diagonal dan atau tidak mengikuti garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Asumsi Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol (0). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut (Ghozali, 2005) : (1) Mempunyai angka Tolerance diatas (>) 0,1 (2) Mempunyai nilai VIF di di bawah (<) 10 c. Uji Asumsi Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi
yang
baik
adalah
heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).
homokedastisitas
atau
tidak
terjadi
Deteksi ada tidaknya problem heteroskedastisitas adalah dengan media grafik,
apabila
grafik
membentuk pola
khusus
maka
model terdapat
heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). Dasar pengambilan keputusan : a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi Heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. 3. Analisis Regresi Linier Berganda Guna menjawab permasalahan dalam penelitian ini maka digunakan analisis regresi linear berganda (Multiple Regression). Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai-nilai variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Ghozali, 2005). Untuk regresi yang variabel independennya terdiri atas dua atau lebih, regresinya disebut juga regresi berganda. Oleh karena variabel independen di atas mempunyai variabel yang lebih dari dua, maka regresi dalam penelitian ini disebut regresi berganda. Persamaan Regresi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen atau bebas yaitu Produk (X1), Harga (X2), Tempat (X3) dan Promosi (X4), terhadap Keputusan Wisatawan Asing (Y).
Y
a b1 x1 b2 x2
b3 x3
b4 x4
e
Keterangan : Y
=
Keputusan
wisatawan
X2 =
Variabel Harga
asing
X3 =
Variabel Tempat
a
=
Konstanta
X4 =
Variabel Promosi
b
=
Koefisien regresi
e
Error
X1 =
Variabel Produk
=
a. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model (Produk, Tempat, Harga, dan Promosi) dalam menerangkan variasi variabel dependen/tidak bebas (Keputusan Wisatawan Asing). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol (0) dan satu (1). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen (bebas) dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crosssection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali,2005). Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimaksudkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 (Adjusted R Square) pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali,2005). Dalam penelitian ini, untuk mengolah data digunakan alat bantu SPSS (Statistical Package for Social Science). b. Pengujian Hipotesis Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini apakah variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat, maka digunakan beberapa pengujian yaitu uji – t dan uji – F. 1) Uji Parsial (Uji– t) Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen (Ghozali, 2001).
Langkah-langkah Uji Hipotesis untuk Koefisien Regresi adalah: 1. Perumusan Hipotesis Nihil (H0) dan Hipotesis Alternatif (H1) H0 : β1 = 0, artinya tidak ada pengaruh masing-masing variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat (Y). H1 : β0 > 0, artinya ada pengaruh masing-masing variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat (Y). 2. Penentuan harga t tabel berdasarkan taraf signifikansi dan taraf derajat kebebasan
Taraf signifikansi = 5% (0,05)
Derajat kebebasan = (n-1-k)
2) Uji – F Uji F digunakan untuk menguji hipotesis nol bahwa koefisien determinasi majemuk dalam populasi, R2, sama dengan nol. Uji signifikansi meliputi pengujian signifikansi persamaan regresi secara keseluruhan serta koefisien regresi parsial spesifik. Uji keseluruhan dapat dilakukan dengan menggunakan statistik F . Statistik uji ini mengikuti distribusi F dengan derajat kebebasan k dan (n-k-1) (Malhotra, 2006). Jika hipotesis nol keseluruhan ditolak, satu atau lebih koefisien regresi majemuk populasi mempunyai nilai tak sama dengan 0. Digunakan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh antar variabel produk, tempat, harga, dan promosi sebagai variabel independen. Rumus :
R2 / k
F = ( 1 - R2 ) ( n – k – 1 )
Keterangan : F = nilai hitung
k = jumlah variabel bebas
R = koefisien korelasi ganda
n = jumlah sampel
Kriteria Pengujian :
1. Ho diterima dan Ha ditolak jika F hitung ≤ F tabel, sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan dari X1 dan X2 terhadap Y. 2. Ho ditolak dan Ha diterima jika F hitung > F tabel, sehingga ada pengaruh yang signifikan dari X1 dan X2 terhadap Y.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisa Data 1. Uji Kuesioner a. Uji Validitas Dalam penelitian ini, validiatas dari indikator dianalisis menggunakan df (degree of freedom) dengan rumus df = n-k, dimana n = jumlah sampel,
k = jumlah variabel
independen. Jadi df yang digunakan adalah 100-4 = 96 dengan alpha sebesar 5%, maka menghasilkan nilai r tabel (uji dua sisi) sebesar 0,199. Jika r hitung (untuk tiap butir dapat dilihat pada kolom Corrected Item –Total Correlation) lebih besar dari r tabel dan nilai r positif, maka butir pernyataan dikatakan valid (Ghozali, 2001). Hasil perhitungannya dapat dilihat dalam tabel 2 di bawah ini: Tabel 2 Hasil Pengujian Validitas Variabel/item
r-hitung
r-tabel
Keterangan
q1
0,727
0.197
Valid
q2
0,858
0,197
Valid
q3
0,696
0,197
Valid
0,800
0,197
Valid
Produk (X1)
Tempat (X2) q4
q5
0,877
0,197
Valid
q6
0,756
0,197
Valid
q7
0,723
0,197
Valid
q8
0,785
0,197
Valid
q9
0,812
0,197
Valid
q10
0,874
0,197
Valid
q11
0,708
0,197
Valid
q12
0,864
0,197
Valid
Harga (X3)
Promosi (X4)
Keputusan wisata (Y) q13
0,889
0,197
Valid
q14
0,934
0,197
Valid
q15
0,809
0,197
Valid
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa semua item indikator tersebut dinyatakan valid karena nilai r hitung (corrected item–total correlation) lebih besar daripada nilai r tabel yaitu lebih besar dari 0,197. b. Uji Reliabilitas Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006). Uji reliabilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam mengukur suatu gejala/kejadian. Menurut Nunnaly (1967) dalam Ghozali (2006), suatu konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,6.
Adapun hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 3 berikut ini : Tabel 3 Hasil Ringkasan Uji Reliabilitas Variabel
Alpha
Keterangan
Produk (X1)
0,627
Reliabel
Tempat (X2)
0,737
Reliabel
Harga (X3)
0,665
Reliabel
Promosi (X4)
0,750
Reliabel
Keputusan Wisata (Y)
0,852
Reliabel
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Hasil uji reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai koefisien Alpha yang cukup besar yaitu di atas 0,6 sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur masing-masing variabel dari kuesioner adalah reliabel. Dengan demikian item-item pada masing-masing konsep variabel tersebut layak digunakan sebagai alat ukur. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan indepedennya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas menghasilkan grafik normal probability plot yang tampak pada Gambar 1 berikut :
Gambar 1 Uji Normalitas Histogram
Dependent Variable: Keputusan Wisata (Y)
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Keputusan Wisata (Y) 1.0
20
Frequency
15
10
5
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Keputusan Wisata (Y) 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Sumber: Data primer yang diolah, 2011.
Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa grafik normal probability plot of regresison standardized menunjukan pola grafik yang normal. Hal ini terlihat dari titik-titik yang menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti garis diagonal. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel (Ghozali, 2001). Salah satu metode untuk mendiagnosa adanya multicollinearity adalah dengan menganalisis nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi, karena VIF = 1/ Tolerance. Nilai cut off yang dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance kurang dari 0,1 atau sama dengan nilai VIF lebih dari 10 (Ghozali, 2005 ). Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas pada Tabel 4 diketahui bahwa seluruh variabel independen memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa data bebas dari masalah multikolinearitas. Berikut adalah tabel hasil uji multikolinearitas dengan perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS:
Tabel 4 Hasil Pengujian Multikolinearitas Variabel
Tolerance
VIF
Keterangan
Produk (X1)
0.344
2.908
Tidak ada Multikolinier
Tempat (X2)
0.257
3.890
Tidak ada Multikolinier
Harga (X3)
0.630
1.586
Tidak ada Multikolinier
Promosi (X4)
0.641
1.560
Tidak ada Multikolinier
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
c. Uji Heteroskedastisitas Menurut Imam Ghozali (2006) pendekatan yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplots antara SRESID dan ZPRED, di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Kriteria yang digunakan adalah jika terdapat pola tertentu seperti titiktitik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Gambar 5 Uji Heterokedastisitas Scatterplot
Regression Studentized Residual
Dependent Variable: Keputusan Wisata (Y) 4
2
0
-2
-4 -2
-1
0
1
Regression Standardized Predicted Value
2
3
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Produk (X1) Tempat (X2) Harga (X3) Promosi (X4)
Unstandardized Coefficients B Std. Error -1.501 1.110 .278 .122 .268 .131 .232 .109 .274 .094
Standardized Coefficients Beta .255 .265 .177 .240
t -1.353 2.274 2.037 2.133 2.919
Sig. .179 .025 .044 .035 .004
Collinearity Statistics Tolerance VIF .344 .257 .630 .641
2.908 3.890 1.586 1.560
a. Dependent Variable: Keputusan Wisata (Y)
Sumber: Data primer yang diolah, 2011.
Berdasarkan grafik scatterplots pada gambar 5 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. 3. Hasil Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda yang telah dilakukan diperoleh koefisien regresi, nilai t hitung dan tingkat signifikansi sebagaimana ditampilkan pada Tabel 6 berikut :
Tabel 6 Hasil Analisis Regresi Berganda
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Dari hasil tersebut apabila ditulis persamaan regresi dalam bentuk standardized coefficient sebagai berikut :
Y = 0.255 X1 + 0.265 X2 + 0.177 X3 + 0.240 X4 Keterangan : Y
: Keputusan Wisata
X3 : Harga
X1 : Produk
X4 : Promosi
X2 : Tempat Persamaan regresi berganda tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1) Variabel Produk (X1) memiliki arah koefisien positif terhadap Keputusan wisata (Y) dengan nilai 0.255. Hal ini berarti semakin tinggi penilaian mengenai produk wisata, maka semakin tinggi keputusan wisata. 2) Variabel Tempat (X2) memiliki pengaruh positif terhadap Keputusan wisata (Y) dengan nilai 0.265. Hal ini berarti semakin tinggi penilaian mengenai tempat wisata, maka semakin tinggi keputusan wisata. 3) Variabel Harga (X3) memiliki pengaruh positif terhadap Keputusan wisata (Y) dengan nilai 0.177. Hal ini berarti semakin tinggi penilaian mengenai harga, maka semakin tinggi keputusan wisata. 4) Variabel Promosi (X4) memiliki pengaruh positif terhadap Keputusan wisata (Y) dengan nilai 0.240. Hal ini berarti semakin sering penilaian mengenai promosi, maka semakin tinggi keputusan wisata. 4. Pengujian Hipotesis a. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R 2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu (Ghozali, 2001). Nilai koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini : Tabel 7 Hasil Uji Determinasi
Model Summaryb Model 1
R .767a
R Square .588
Adjusted R Square .570
Std. Error of the Estimate 1.601
a. Predictors: (Constant), Promosi (X4), Harga (X3), Produk (X1), Tempat (X2) b. Dependent Variable: Keputusan Wisata (Y)
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0,570. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan seluruh variabel independen untuk menjelaskan variasi pada variabel dependen adalah sebesar 57,0 persen dan sedangkan sisanya yaitu 43,0% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. b. Uji t Uji t yaitu suatu uji untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel bebas secara parsial atau individual menerangkan variabel terikat. Tabel 8 Hasil Uji t Vaiabel Bebas
t hitung
Signifikansi
Produk (X1)
2.274
0.025
Tempat (X2)
2.037
0.044
Harga (X3)
2.133
0.035
Promosi (X4)
2.919
0.004
Sumber : data primer yang diolah, 2011
Hasil analisis uji t adalah sebagai berikut : 1. Nilai thitung pada variabel Produk (X1) adalah sebesar 2,274 dengan tingkat signifikansi 0,025. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi tersebut berada di bawah taraf 5%. Karena nilai signifikansi 0,025 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan: variabel produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan wisata.
2. Nilai thitung pada variabel tempat (X2) adalah sebesar 2,037 dengan tingkat signifikansi 0,044. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi tersebut berada di bawah taraf 5%. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan: variabel tempat berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan wisata. 3. Nilai thitung pada variable Harga (X3) adalah sebesar 2,133 dengan tingkat signifikansi 0,035. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi tersebut berada di bawah taraf 5%. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan: variabel harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan wisata. 4. Nilai thitung pada variabel Promosi (X4) adalah sebesar 2,919 dengan tingkat signifikansi 0,004. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi tersebut berada di bawah taraf 5%. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan: variabel promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan wisata. c. Uji F Uji F digunakan untuk melakukan pengujian variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya. Berikut adalah tabel hasil uji F dengan perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS. Tabel 8 Hasil Uji F ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 347.131 243.619 590.750
df 4 95 99
Mean Square 86.783 2.564
F 33.841
a. Predictors: (Constant), Promosi (X4), Harga (X3), Produk (X1), Tempat (X2) b. Dependent Variable: Keputusan Wisata (Y)
Sig. .000a
Berdasarkan hasil uji ANOVA pada Tabel 8 didapatkan Fhitung sebesar 33.841 dengan tingkat signifikansi 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi keputusan wisata (Y) atau dikatakan bahwa variabel X1, X2, X3, dan X4 secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y.
KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil analisis regresi linear berganda mengenai pengaruh produk, tempat, harga, dan promosi terhadap keputusan wisatawan asing berlibur di Kota Semarang menunjukkan bahwa variabel Tempat memberikan pengaruh paling besar terhadap keputusan wisatawan asing terlihat dari koefisien regresi sebesar 0,265 yang merupakan nilai koefisien paling besar diantara variabel lainnya. Indikator yang paling berpengaruh adalah kenyamanan tempat. Tempat-tempat
produk wisata yang terjaga keamanannya, serta keramahan
masyarakatnya merupakan faktor kenyamanan bagi sebagian besar wisatawan asing. Hal ini mampu meningkatkan keputusan wisatawan asing untuk berkunjung ke Kota Semarang. Adapun kesimpulan dari masing-masing hipotesis adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis pertama (H1) menunjukkan bahwa variabel Produk berpengaruh signifikan dan berarah positif terhadap Keputusan Wisatawan Asing untuk mengadakan kunjungan wisata ke Kota Semarang. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,025 yang lebih kecil dari nilai alpha yang ditetapkan (0,05). Hal ini berarti kualitas produk wisata yang dikemas menarik dan mampu memenuhi keinginan wisatawan yang bervariasi merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong wisatawan untuk mengambil keputusan mengadakan kunjungan wisata ke Semarang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat kemenarikan produk wisata tersebut maka akan semakin tinggi pula tingkat keputusan wisatawan asing untuk melakukan kunjungan ke Kota Semarang. 2. Hipotesis kedua (H2) menunjukkan bahwa variabel Tempat berpengaruh signifikan dan berarah positif terhadap Keputusan Wisatawan Asing untuk mengadakan kunjungan wisata ke Kota Semarang. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,044 yang
lebih kecil dari nilai alpha yang ditetapkan (0,05). Hal ini berarti tempat produk wisata yang mudah dijangkau dan terdapat sarana transportasi yang memadai serta keamanan terjaga akan nyaman untuk dikunjungi, sehingga mampu mendorong wisatawan asing untuk mengambil keputusan mengadakan kunjungan wisata ke Semarang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat kenyamanan dan keamanan serta tersedianya sarana transportasi yang memadai di lokasi produk wisata tersebut maka akan semakin tinggi pula tingkat keputusan wisatawan asing untuk melakukan kunjungan ke Kota Semarang. 3. Hipotesis ketiga (H3) menunjukkan bahwa variabel Harga berpengaruh signifikan dan berarah positif terhadap Keputusan Wisatawan Asing untuk mengadakan kunjungan wisata ke Kota Semarang. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,035 yang lebih kecil dari nilai alpha yang ditetapkan (0,05). Hal ini berarti harga produk wisata yang terjangkau dan sesuai dengan kualitas serta manfaat yang diterima mampu mendorong wisatawan asing untuk mengambil keputusan mengadakan kunjungan wisata ke Semarang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat kesesuaian harga terhadap produk wisata, maka akan semakin tinggi pula tingkat keputusan wisatawan asing untuk melakukan kunjungan ke Kota Semarang. 4. Hipotesis keempat (H4) menunjukkan bahwa variabel Promosi berpengaruh signifikan dan berarah positif terhadap Keputusan Wisatawan Asing untuk mengadakan kunjungan wisata ke Kota Semarang. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,004 yang lebih kecil dari nilai alpha yang ditetapkan (0,05). Hal ini berarti promosi produk wisata yang intensif dan promosi penjualan produk wisata yang dikemas menarik serta kualitas penyampaian pesan iklan yang menarik pada media promosi akan mampu mendorong wisatawan asing untuk mengambil keputusan mengadakan kunjungan wisata ke Semarang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin sering promosi produk wisata Semarang dilakukan dengan pesan iklan dan promosi penjualan produk wisata yang menarik, maka akan semakin tinggi pula tingkat keputusan wisatawan asing untuk melakukan kunjungan ke Kota Semarang
KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian ini juga masih memiliki keterbatasan – keterbatasan. Dengan keterbatasan ini, diharapkan dapat dilakukan perbaikan untuk penelitian yang akan datang. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini antara lain : 1.
Dalam menyebarkan kuesioner, penelitian ini cukup memakan waktu dikarenakan responden yang cukup sulit untuk dicari. Oleh karenanya, informasi dari data yang sudah ada pun tidak update dan merupakan hasil data yang diperoleh dari tahun-tahun sebelumnya.
2.
Dikarenakan jumlah wisatawan asing yang sangat terbatas di Kota Semarang, maka yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah warga negara asing yang sedang berkunjung ke Kota Semarang.
3.
Hasil pengisian kuesioner terutama untuk jenis pertanyaan terbuka masih terdapat beberapa yang berisi jawaban kosong, hal ini dikarenakan aktivitas beberapa responden yang cukup padat dan jumlah pertanyaan terbuka yang cukup banyak, dimana terletak di masing-masing indikator sehingga tidak memungkinkan responden untuk mengisi semua pertanyaan terbuka yang ada.
SARAN Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka diajukan saran-saran bagi pemerintah dinas pariwisata daerah sebagai masukan. 1. Berkaitan dengan produk wisata, Semarang memiliki banyak tujuan wisata yang layak untuk dikunjungi namun masih membutuhkan pengelolaan yang lebih baik dan optimal. Fasilitasfasilitas yang berpengaruh bagi kegiatan wisata bisa ditemui di Semarang, namun penyebarannya di seluruh kota dianggap masih kurang sehingga bagi wisatawan asing hal ini bisa menyulitkan mereka dalam menemukannya. Perlu diadakan pula aktivitas wisata seperti atraksi turis yang intensif di area lokasi wisata agar pengemasan produk wisata bisa dilakukan dengan lebih baik lagi sehingga mampu menarik wisatawan asing untuk datang dan berkunjung. 2. Mengenai tempat produk wisata, lokasi produk wisata Semarang khususnya untuk tempat objek-objek wisata Semarang sebagian besar terletak berjauhan antara satu dengan lainnya, tidak adanya sign atau petunjuk yang jelas mengenai lokasi tempat objek wisata tersebut
dapat menyulitkan wisatawan asing dalam mencapai lokasi tersebut. Pemerintah sebaiknya perlu membuat sarana transportasi khusus bagi para turis sehingga memudahkan mereka dalam mencapai lokasi-lokasi tujuan wisata dan menambahkan tour guide atau pemandu wisata yang tersebar di sekitar area lokasi tujuan wisata serta bekerja sama dengan agen-agen pariwisata yang ada di Semarang. 3. Mengenai harga untuk produk wisata Semarang relatif rendah, dengan kualitas produk wisata yang sesuai. Namun meskipun demikian, disarankan kepada pemerintah untuk lebih mengemas produk wisata Semarang dengan lebih menarik lagi dan memperbaiki infrastruktur yang sudah ada tentunya dengan biaya wisata yang lebih disesuaikan lagi dengan kondisi infrastruktur, ini semua bertujuan untuk meningkatkan keputusan wisatawan asing untuk berkunjung ke Semarang dibandingkan ke kota-kota wisata lain sekitarnya, sehingga nantinya diharapkan dapat menjadi pemasukan tambahan bagi pemerintah daerah. 4. Mengenai promosi, slogan ”Semarang The Beauty of Asia” atau yang lebih dikenal sebagai ”Semarang Pesona Asia” yang pernah dibuat oleh pemerintah Kota Semarang sebenarnya sudah cukup baik dan mampu menjadikan slogan tersebut sebagai brand wisata Kota Semarang. Namun nampaknya slogan tersebut saja tidak cukup mempromosikan Kota Semarang dan kurang mampu menarik wisatawan khususnya wisatawan asing untuk datang dan berkunjung. Apalagi ditambah kini Semarang sudah berganti slogan menjadi ”Semarang Setara” yang merupakan bentuk keinginan dari Pemerintah Kota Semarang untuk dapat menjadikan Semarang sebagai kota metropolitan yang tidak tertinggal dari pada kota-kota sejenis yang lainnya. Pemerintah Kota Semarang sebaiknya bekerja sama dengan pihak agenagen pariwisata untuk menawarkan paket-paket wisata Semarang yang lebih menarik dengan pengemasan serta penyajian informasi yang baik. Selain itu, media promosi untuk penyampaian informasi mengenai produk wisata Semarang pun perlu diperhatikan dan dicanangkan dengan lebih intensif lagi, karena dengan begitu maka akan menambah kemungkinan calon wisatawan khususnya wisatawan asing untuk memutuskan akan mengadakan kunjungan wisata ke Kota Semarang dan memudahkan mereka dalam mendapatkan informasi wisata yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. 2007. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Bandung: AlfaBeta. Azhar Susanto. 2004. Sistem Informasi Manajemen, Bandung: Lingga Jaya. Azwar, Saifuddin. 2000. Sikap Manusia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Boyd, Walker, Larreche. 2000. Manajemen Pemasaran : Suatu Pendekatan Strategi dengan Orientasi Global Jilid 1, Edisi Terjemahan. Jakarta: Erlangga. Dharmmesta, Basu Swastha dan Irawan. 2001. Manajemen Pemasaran Modern, Yogyakarta: Liberty. Ferdinand, Augusty T.,2006. Metode Penelitian Manajemen : Pedoman Penelitian untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi, Semarang: BP Undip. Ghozali, Imam. (2001). Aplikasi Analisis Dengan Program SPSS, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam& Castellan N. John. 2002. Statistik Nonparametik, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS edisi 3, Semarang: BP UNDIP. Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata, Jakarta: UI-Press. Hari, Karyono. 1997. Kepariwisataan, Jakarta : Gramedia. Kasali, Rhenald. (1994). Manajemen Public Relations, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 1996. Dasar-dasar Pemasaran Jilid 1, Edisi Terjemahan, Jakarta: Prenhalindo. ______________________________. Terjemahan, Jakarta: Erlangga.
1997.
Prinsip-prinsip
pemasaran
Jilid
I,
Edisi
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2001. Prinsip-prinsip pemasaran Jilid II, Edisi Terjemahan, Jakarta: Erlangga. Kotler, Philip, dan Kevin Lane Keller . 2007. Manajemen Pemasaran Jilid I, Edisi Terjemahan, Jakarta: PT. Indeks. Kotler, Philip. 1995. Manajemen Pemasaran Jilid I, Edisi Terjemahan, Jakarta: Salemba Empat. ___________. 1997. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol, Edisi Terjemahan, Jakarta: PT. Prenhallindo. ___________. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas Jilid 1, Edisi Terjemahan, Jakarta: PT Indeks. Mowen, J.C, Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen, Jilid 1, Edisi Kelima, Edisi Terjemahan, Jakarta: penerbit Erlangga. Naresh K. Malhotra. 2005. Riset Pemasaran Jilid I, Jakarta: Indeks. Pendit, Nyoman S. 2002. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar, Jakarta: Pradnya Paramita. Rao, Purba. 1996. “Measuring Consumer Perception Through Factor Analysis”, The Asian Manager, February-March, hal 28-32. Soekadijo, R.G. 1996. Anatomi Pariwisata (Memahami Pariwisata sebagai systemic Linkage), Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Stanton, W.J. dan Y. Lamarto. 1985. Prinsip Pemasaran Jilid I, Jakarta: Erlangga. Stanton, W.J. 1994. Prinsip Pemasaran I, Jakarta: Erlangga. Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian, Bandung: CV Alfabeta. Sumarwan U. 2003, Perilaku Konsumen, Jakarta: PT. Ghalia Indonesia. Sutisna. 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Swasta, Basu, dan Hani Handoko. 1997. Manajemen Pemasaran: Analisa Perilaku Konsumen ed.1, Yogyakarta: BPFE. Swasta, Basu. 2003. Manajemen Pemasaran Modern, Yogyakarta: BPFE . Tjiptono, Fandy. 2006. Pemasaran Jasa, Malang: Bayu Media. Yoeti, Oka A. 1996. Pemasaran Pariwisata Terpadu, Bandung: Angkasa. ___________2002. Perencanaan Strategi Pemasaran Daerah Tujuan Wisata, Jakarta: PT. Pradaya Paramita. http://semarang.go.id/pariwisata/. Objek Wisata Semarang. Diakses 15 Desember 2010. http://www.visitingjogja.com/.
Ringkasan
Data
Statistik
Pariwisata
Daerah
Istimewa
Yogyakarta. Diakses 17 Maret 2011. http://www.aseansec.org/. Tourism Statistics: Tourist arrivals in ASEAN (Annual : 2006-2009). Diakses 17 Maret 2011.