UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PENERAPAN WADIAH DI BANK SRA DAN BANK MTR
SKRIPSI
ANOM WICAKSONO 1006810662
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM EKSTENSI AKUNTANSI SALEMBA JULI 2012
Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PENERAPAN WADIAH DI BANK SRA DAN BANK MTR
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
ANOM WICAKSONO 1006810662
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM EKSTENSI AKUNTANSI SALEMBA JULI 2012 i Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmatNya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi dan melengkapi persyaratan kelulusan penulis. Dalam menyelesaikan skripsi ini, saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari siapapun dari masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Ibu Sri Nurhayati S.E., M.M. S.A.S, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini;
2.
Bapak Dodik Siswantoro S.E., M.Sc. Acc dan Bapak Catur S.E., MBA, selaku dosen penguji yang telah menyediakan waktu untuk menguji saya dan memberikan pengetahuan kepada penulis.
3.
Bapak Sukorianto, Bapak Hermansyah, Bapak Ateng Suhaeni, Bapak Asrul, Bapak Eko, Bapak Sapto dan Mba Nadia dari pihak bank SRA dan Bapak Tri, Bapak Deni dan Mbak Nisa dari bank MTR yang telah membantu saya dalam proses penyusunan skripsi ini;
4.
Ibu beserta adik saya yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada saya selama ini. Terima kasih atas kesabaran dan pengertian yang telah diberikan;
5.
Pakde Aus, Tante Wiwid, Tante Uti, Tante Ewi, Om Heri, Tante Ria, Om Tiko dan Om Yanto yang sudah memberikan support kepada penulis dalam bentuk materil dan imateril;
6.
Seluruh Dosen FEUI yang telah memberikan ilmu yang berharga kepada saya;
7.
Sahabat-sahabat saya di lingkungan ekstensi UI yang telah membantu, menyemangati dan mengingatkan selama saya selama ini, terutama untuk Afwan, Woso, Mega, Intan, Ayam, Arab, Niko, Tinus, Ahmed Otot dan Agam yang merupakan teman seperjuangan selama ekstensi.
iv
Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
8.
Sahabat-sahabat saya sepermainan sejak D3; Ogie, Adit, Okto, Susi Gembul dan Chan-Chan, terimakasih atas dukungannya dalam memberikan motivasi dan kadang-kadang juga memberikan hiburan kepada penilis. Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun
demikian, saya berusaha sedapat mungkin melakukan yang terbaik dalam menyelesaikan skripsi ini, meskipun pada kenyataannya hanya dapat memberikan hasil yang sederhana dan tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu saya selama ini. Saya berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan juga para pembaca, khususnya bagi mahasiswa Universitas Indonesia dan bagi masyarakat pada umumnya.
Jakarta,10 Juli 2012
Anom Wicaksono
v
Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul
: Anom Wicaksono : Akuntansi : Analisis Penerapan Wadiah di Bank SRA dan Bank MTR
Wadiah merupakan jasa penitipan barang/dana dimana penitip dapat mengambil dana tersebut sewaktu-waktu, bank tidak berkewajiban namun diperbolehkan memberikan bonus kepada nasabah yang besarnya tergantung kepada kebijakan masing-masing bank. Dalam perkembangannya, wadiah terasa kurang populer dikalangan masyarakat. Hanya sebagian masyarakat mengetahui tentang wadiah, prosedur untuk menikmati produk wadiah dilingkungan perbankan syariah, bentuk dan isi perjanjian wadiah, perlakuan akuntansi untuk akad wadiah dilihat dari sisi liabilitas dan pendekatan perhitungan bonus untuk wadiah. Melalui analisis data primer dan sekunder, penelitian ini membahas mengenai aplikasi akad, perlakuan akuntansi dan pendekatan perhitungan bonus untuk wadiah yang diterapkan oleh bank SRA dan bank MTR. Hasil dari penelitian ini, bank SRA dan bank MTR sudah menerapkan wadiah sesuai dengan ketentuan syariah yang berlaku.
Kata Kunci : wadiah, liabilitas, perlakuan akuntansi, bonus
vii
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
ABSTRACT Name Study Program Title
: Anom Wicaksono : Accounting : Analysis of Wadiah Implementation at Bank SRA and Bank MTR.
Wadiah, a deposit service of goods/funds which the depositor may withdraw their funds any time, the bank are not obligated to give bonus to customers but allowed which the amount of bonus depend on the policy of each bank. During its development, wadiah was less popular among the public which some people know about wadiah, the procedure to enjoy wadiah, form and content of wadiah agreement contract in terms, the accounting treatment for liability of wadiah and computation approach bonus for wadiah. Through analysis of primary and secondary data, this study discusses the application of the contract, the accounting treatment and the approach to the calculation of bonus wadiah were applied by bank SRA and bank MTR. The results of this study, SRA bank and bank MTR were applied the theory and accounting treatment of wadiah in accordance with Islamic laws.
Keywords: wadiah, liabilities, accounting treatment, bonus
viii
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................ HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. KATA PENGANTAR ........................................................................................ LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................................................... ABSTRAK .......................................................................................................... ABSTRACT .......................................................................................................... DAFTAR ISI ....................................................................................................... DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... 1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1.2. Perumusan Masalah................................................................................. 1.3. Tujuan Penelitian..................................................................................... 1.4. Manfaat Penelitian................................................................................... 1.5. Ruang Lingkup Penelitian………………………………………. .......... 1.6. Sistematika Penulisan ..............................................................................
i ii iii iv vi vii viii ix xii xiii xiv 1 1 3 3 4 4 4
2. LANDASAN TEORI .................................................................................... 2.1. Pengertian Wadiah .................................................................................. 2.2. Ketentuan Syariah Wadiah ...................................................................... 2.2.1 Dasar Hukum ................................................................................. 2.2.2 Rukun Wadiah ............................................................................... 2.2.3 Syarat-Syarat Pelaku Akad Wadiah .............................................. 2.3. Jenis-Jenis dan Karakteristik Wadiah ..................................................... 2.3.1 Jenis-Jenis Wadiah ......................................................................... 2.3.2 Karakteristik Wadiah ..................................................................... 2.4 Cara Pemeliharaan, Jaminan Wadiah dan Hukum-Hukum Furu’ (Cabang-Cabang) dari Hukum Wadiah ........................................ 2.4.1 Cara Pemeliharaan Wadiah ............................................................ 2.4.2 Jaminan Wadiah ............................................................................. 2.4.3 Hukum-Hukum Furu’ (Cabang-Cabang) dari Hukum Wadiah ....................................................................... 2.5 Pengingkaran Atas Wadiah ..................................................................... 2.6 Pengakuan, Pengukuran dan Perlakuan Akuntansi Wadiah.................... 2.6.1 Pengakuan dan Pengukuran Wadiah.............................................. 2.6.2 Perlakuan Akuntansi Wadiah menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (2003) ............................................. 2.7 Asumsi Dasar dalam Pelaporan Wadiah di Laporan Keuangan menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah 2.8 Pendekatan Penghitungan Bonus Wadiah ...............................................
6 6 7 7 8 9 9 10 11
ix
11 11 13 18 19 19 20 20 21 22
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
2.8.1 Laporan Laba Rugi Komprehensif menurut PSAK No. 101 Tahun 2011 ............................................................................................... 22 2.8.2 Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil menurut PSAK No. 101 Tahun 2011 ...................................................................... 24 2.8.3 Ilustrasi Perhitungan Pendapatan yang akan Dibagihasilkan dan Distribusi Bagi Hasil dan Bonus .................................................... 25 3. METODOLOGI PENELITIAN DAN PROFIL PERUSAHAAN ........... 3.1. Desain Penelitian ..................................................................................... 3.2. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 3.3. Teknik Analisis Data ............................................................................... 3.4. Profil Perusahaan Bank SRA .................................................................. 3.4.1 Sejarah Pendirian Bank SRA ......................................................... 3.4.2 Produk dan Jasa Bank SRA ........................................................... 3.5. Profil Perusahaan Bank MTR ................................................................. 3.5.1 Sejarah Pendirian Bank MTR ........................................................ 3.5.2 Produk dan Jasa Bank MTR ..........................................................
28 28 29 30 30 30 31 32 32 34
4. PEMBAHASAN............................................................................................ 4.1. Gambaran Umum tentang Akad Wadiah ................................................ 4.1.1 Gambaran Umum tentang Akad Wadiah di Bank SRA ................ 4.1.2 Gambaran Umum tentang Akad Wadiah di Bank MTR................ 4.2 Produk Pendanaan dari Pihak Ketiga terkait Wadiah di Bank SRA dan Bank MTR .............................................................................................. 4.2.1 Produk Pendanaan dari Pihak Ketiga terkait Wadiah di Bank SRA ................................................................................. 4.2.2 Produk Pendanaan dari Pihak Ketiga terkait Wadiah di Bank MTR ................................................................................. 4.3 Prosedur Pendanaan terkait Wadiah di Bank SRA dan Bank MTR ...... 4.3.1 Prosedur Pendanaan terkait Wadiah di Bank SRA ........................ 4.3.2 Prosedur Pendanaan terkait Wadiah di Bank MTR ....................... 4.4 Kesesuaian Akad Wadiah pada Bank SRA dan Bank MTR dengan DSN-MUI ................................................................................... 4.4.1 Kesesuaian Akad Wadiah pada Bank SRA dengan DSN-MUI ..... 4.4.2 Kesesuaian Akad Wadiah pada Bank MTR dengan DSN-MUI .... 4.5 Pengakuan dan Pengukuran Atas Transaksi terkait Wadiah di Bank SRA dan Bank MTR .................................................................. 4.5.1 Pengakuan dan Pengukuran Atas Transaksi terkait Wadiah ......... 4.5.2 Penyajian dan Pengungkapan Wadiah dalam Laporan Keuangan Bank SRA dan Bank MTR ............................................................ 4.5.2.1 Penyajian dan Pengungkapan Wadiah dalam Laporan Keuangan Bank SRA ......................................................... 4.5.2.2 Penyajian dan Pengungkapan Wadiah dalam Laporan Keuangan Bank MTR ........................................................ 4.6 Analisis Pendistribusian dan Pembayaran Bonus Wadiah di Bank SRA dan Bank MTR ................................................................
35 35 35 37
x
38 38 40 40 41 41 42 42 43 44 44 46 46 47 48
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
4.6.1 Analisis Pendistribusian dan Pembayaran Bonus Wadiah di Bank SRA .................................................................................. 4.6.1.1 Analisis Pendistribusian Bonus Wadiah di Bank SRA ...... 4.6.1.2 Analisis Pembayaran Bonus Wadiah di Bank SRA ........... 4.6.2 Analisis Pendistribusian dan Pembayaran Bonus Wadiah di Bank MTR ................................................................................. 4.6.2.1 Analisis Pendistribusian Bonus Wadiah di Bank MTR ..... 4.6.2.2 Analisis Pembayaran Bonus Wadiah di Bank MTR .......... 4.7 Evaluasi Kesesuaian Pengakuan dan Pengukuran Wadiah Pada Bank SRA dan Bank MTR dengan PSAK No. 59 (revisi 2003 dan PSAK No. 101 Tahun 2011) ........................................ 4.7.1 Evaluasi Kesesuaian Pengakuan dan Pengukuran Wadiah pada Bank SRA dengan PSAK No. 59 (revisi 2003 dan PSAK No. 101 Tahun 2011)............................... 4.7.2 Evaluasi Kesesuaian Pengakuan dan Pengukuran Wadiah pada Bank MTR dengan PSAK No. 59 (revisi 2003 dan PSAK No. 101 Tahun 2011) ............................... 5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 5.1. Kesimpulan.............................................................................................. 5.2. Saran ................................................................................................... 5.3. Keterbatasan Penelitian ...........................................................................
49 49 53 56 56 59
62
63
65 68 68 69 69
DAFTAR REFERENSI .................................................................................... 70 LAMPIRAN ....................................................................................................... 75
xi
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema Wadiah yad dhamanah ...................................................... 10 Gambar 2.2. Skema Wadiah yad amanah .......................................................... 10 Gambar 4.1. Grafik Dana Pihak Ketiga Wadiah di Bank SRA Tahun 2010-2011 ..................................................................................... 36 Gambar 4.2. Grafik Dana Pihak Ketiga Wadiah di Bank MTR Tahun 2010-2011 .................................................................................... 37 Gambar 4.3. Grafik Pendapatan dan Bonus Wadiah di Bank SRA Tahun 2010-2011 .......................................................................... 52 Gambar 4.4. Grafik Pendapatan dan Bonus Wadiah di Bank MTR Tahun 2010-2011 ......................................................................... 58
xii
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Perlakuan Akuntansi Wadiah menurut PAPSI ...................... 20
Tabel 2.2.
Laporan Laba Rugi Komprehensif menurut PSAK No. 101 Tahun 2011 ............................................................................ 23
Tabel 2.3.
Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil menurut PSAK No. 101 Tahun 2011 ................................................... 24
Tabel 2.4.
Ilustrasi Perhitungan Pendapatan Operasi Utama (Kas) ........ 25
Tabel 2.5.
Ilustrasi Distribusi Bagi Hasil dan Bonus .............................. 28
Tabel 4.1.
Kesesuaian Ketentuan Umum Wadiah di Bank SRA atas Fatwa DSN No: 01/DSN-MUI/IV/2000 ........................ 42
Tabel 4.2.
Kesesuaian Ketentuan Umum Wadiah di Bank SRA atas Fatwa DSN No: 02/DSN-MUI/IV/2000 ........................ 42
Tabel 4.3.
Kesesuaian Ketentuan Umum Wadiah di Bank MTR atas Fatwa DSN No: 01/DSN-MUI/IV/2000 ........................ 43
Tabel 4.4.
Kesesuaian Ketentuan Umum Wadiah di Bank MTR atas Fatwa DSN No: 02/DSN-MUI/IV/2000 ....................... 43
Tabel 4.5.
Pencatatan Akuntansi Wadiah pada Bank SRA dan Bank MTR ...................................................................... 45
Tabel 4.6.
Ilustrasi Perhitungan Pendistribusian Bonus Wadiah di Bank SRA ......................................................................... 51
Tabel 4.7.
Ilustrasi Perhitungan Indikasi Rate of Return di Bank SRA . 54
Tabel 4.8.
Ilustrasi Pendapatan Wadiah terhadap Indikasi Rate of Return Wadiah di Bank SRA ................................... 55
Tabel 4.9.
Ilustrasi Perhitungan Pendistribusian Bonus Wadiah di Bank MTR ........................................................................ 57
Tabel 4.10.
Ilustrasi Perhitungan Indikasi Rate of Return di Bank MTR . 60
Tabel 4.11.
Ilustrasi Pendapatan Wadiah terhadap Indikasi Rate of Return Wadiah di Bank MTR .................................. 61 xiii
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Istilah dalam Akuntansi Syariah......................................... 75 Lampiran 2. Formulir Pembukaan Rekening Tabungan Wadiah di Bank SRA 77 Lampiran 3. Formulir Pembukaan Rekening Giro Wadiah di Bank SRA ......... 80 Lampiran 4. Formulir Pembukaan Rekening Tabungan Wadiah di Bank MTR 84 Lampiran 5. Formulir Pembukaan Rekening Giro Wadiah di Bank MTR ....... 87 Lampiran 6. Bagian dari Neraca Bank SRA ..................................................... 93 Lampiran 7. Bagian dari Laporan Laba/Rugi Bank SRA ................................. 94 Lampiran 8. Bagian dari Neraca Bank MTR .................................................... 95 Lampiran 9. Bagian dari Laporan Laba/Rugi Bank MTR ................................ 96
xiv
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan ekonomi masyarakat. Seperti yang kita tahu bahwa lembaga keuangan di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu lembaga keuangan konvensional dan lembaga keuangan syariah. Lembaga keuangan konvensional dapat diartikan sebagai suatu lembaga keuangan yang menjalankan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip konvensional atau prinsip pada umumnya yang telah lama dianut masyarakat dunia. Namun pada akhir-akhir ini lembaga keuangan konvensional beserta segala sistem yang berada didalamnya dianggap mengandung banyak kekurangan. Anggapan ini tidak hanya datang dari kaum Muslim yang notabene menganut paham ekonomi Islam, Tapi berbagai kalangan yang berasal dari berbagai latar belakang yang lain pun mengutarakan hal yang serupa. Terlebih lagi sebagai seorang muslim kita harus berani mengatakan bahwa lembaga keuangan konvensional mengandung sistem bunga, dimana segala kelebihan/bunga yang dijanjikan adalah riba. Dan riba adalah haram, sebagaimana diatur dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah: 275 – 279, Ali ‘Imran: 130, Annisa’ :161, dan Ar Rum: 39. Hal itulah yang melatarbelakangi lahirnya lembaga keuangan syariah di Indonesia bahkan dilingkup dunia. Lembaga keuangan syariah dianggap mampu mengatasi segala kelemahan yang terdapat dalam lembaga keuangan konvensional karena dianggap lebih arif, lebih adil dan sesuai dengan segala kondisi masyarakat. Selain itu terdapat alasan lain yang fundamental yakni larangan agama Islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram, dimana hal ini tidak dijamin oleh sistem konvensional. Lembaga keuangan syariah seperti perbankan syariah di Indonesia keberadaannya telah diatur dalam undang-undang, yaitu Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah. Pada tahun 2005 hanya ada 3 Bank Umum Syariah (BUS), 19 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 92 Bank Pembiayaan Rakyat 1
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
2
Syariah (BPRS), sedangkan hingga September 2011 sudah terdapat 11 BUS, 23 UUS, dan 154 BPRS. Perbankan syariah tersebut mempunyai beberapa produk dalam kegiatannya yaitu : Al-Wadiah, Al-Musyarakah, Al-Mudharabah, AlMuzara’ah, Al-Musaqah, Bai’ Al-Murabahah, Bai’ As-Salam, Bai' Al-Istishna', Al-Ijarah, Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik, ‘Ariyah, Al-Sharf, Ar-Rahn, AlWakalah, Al-Kafalah, Al-Hawalah, Qardhul Hasan. Untuk definisi lebih lanjut mengenai istilah-istilah di atas, lihat lampiran 1. Wadiah adalah jasa penitipan dana dimana penitip dapat mengambil dana tersebut sewaktu-waktu, dimana bank tidak berkewajiban namun diperbolehkan memberikan bonus kepada nasabah. Bank syariah memiliki beberapa pos di dalam laporan keuangannya yang menggunakan akad wadiah. Pada bagian aset, bank syariah memiliki giro wadiah dan fasilitas simpanan di Bank Indonesia (FASBIS). Giro wajib minimum yang ditempatkan di Bank Indonesia termasuk di dalamnya giro wadiah adalah sebesar 5% untuk giro rupiah dan 1% untuk giro valuta asing dari dana pihak ketiga dalam rupiah
dan
valuta
asing
berdasarkan
Peraturan
Bank
Indonesia
No.
10/23/PBI/2008. Giro wajib minimum ini merupakan salah satu pilihan (opsi) untuk menjaga ketersediaan likuiditas baik rupiah maupun valuta asing bagi pelaku perbankan dan pelaku perekonomian di Indonesia. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah, mulai tanggal 31 Maret 2008, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dicabut dan digantikan dengan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Pencabutan SWBI yang digantikan dengan SBIS ini menyebabkan aset Bank syariah terkait dengan akad wadiah menjadi hanya berupa giro wadiah, hal ini disebabkan karena SWBI yang menggunakan akad wadiah dicabut dan digantikan dengan SBIS yang menggunakan akad ju’alah, selain itu bank juga dapat menempatkan dana dengan menggunakan akad wadiah di bank syariah lain maupun di bank konvensional. Dalam bank syariah terdapat banyak produk untuk menghimpun dana dari pihak ketiga. Karena prinsip wadiah adalah titipan yang dapat diambil sewaktuwaktu, maka produk perbankan syariah yang dapat diterapkan untuk prinsip ini adalah giro dan tabungan dan dilaporkan dalam kewajiban.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
3
Dalam perkembangannya produk wadiah terasa kurang populer dikalangan masyarakat. Hanya sebagian masyarakat mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan wadiah, bagaimana prosedur untuk menikmati produk wadiah dilingkungan perbankan syariah, bentuk dan isi perjanjian wadiah, perlakuan akuntansi untuk akad wadiah dilihat dari sisi kewajiban dan pendekatan perhitungan bonus wadiah. Sehingga perlu dilakukan pengenalan lebih lanjut kepada masyarakat akan produk-produk perbankan syariah dalam rangka perbaikan ekonomi serta kemaslahatan umat. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis memilih judul “Analisis Penerapan Wadiah di Bank SRA dan Bank MTR.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan gambaran dan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu: 1. Bagaimanakah pengertian akad wadiah yang terdapat pada bank SRA dan bank MTR? 2. Bagaimanakah aplikasi akad wadiah pada bank SRA dan bank MTR? 3. Bagaimanakah perlakuan akuntansi untuk akad wadiah pada bank SRA dan bank MTR? 4. Bagaimanakah pendekatan perhitungan bonus wadiah di bank SRA dan bank MTR?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penulisan skripsi ini adalah: 1. Mengetahui pengertian akad wadiah yang terdapat pada bank SRA dan bank MTR. 2. Mengetahui aplikasi akad wadiah pada bank SRA dan bank MTR. 3. Mengetahui perlakuan akuntansi untuk akad wadiah pada bank SRA dan bank MTR. 4. Mengetahui pendekatan perhitungan bonus wadiah di bank SRA dan bank MTR.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
4
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dengan adanya penulisan skripsi ini adalah: 1. Bagi bank syariah, memberikan saran dan masukan dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan kiprah institusi atau perusahaan dalam meningkatkan ekonomi umat. 2. Bagi peneliti, dapat memahami lebih dalam lagi tentang akad wadiah yang ada pada Bank Syariah di Indonesia. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan literatur atau karya ilmiah yang berguna, khususnya bagi yang ingin lebih mengetahui tentang tingkat pemahaman masyarakat terhadap akad wadiah, sehingga penelitian ini dapat menjadi referensi di masa yang akan datang.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Agar skripsi ini mengarah kepada pembahasan yang diharapkan dan tidak menyimpang dari judul dan tujuan penelitian, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada masalah pengertian, pelaksanaaan akad, perlakuan akuntansi dan pendekatan perhitungan bonus wadiah di lembaga keuangan syariah dalam hal ini yang terdapat dalam Bank SRA dan Bank MTR.
1.6 Sistematika Penulisan BAB 1
PENDAHULUAN Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB 2
LANDASAN TEORI Berisi tentang teori-teori yang relevan dengan akad wadiah dan data-data yang terkait dengan penelitian. Data sekunder diperoleh dari buku-buku teks, jurnal-jurnal akuntansi syariah dan laporan keuangan.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN Bagian ini memberikan gambaran mengenai metodologi yang digunakan dalam penelitian ini, yang mencakup rancangan
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
5
penelitian, metode pungumpulan data (data primer dan data sekunder), dan metode analisis data. BAB 4
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini menggambarkan data primer dan data sekunder hasil penelitian serta pengolahan, analisis dan pembahasan terhadap hasil-hasil penelitian yang kemudian dianalisis untuk mendapatkan jawaban atas tujuan penelitian.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memuat kesimpulan yang sesuai dengan pembahasan dan analisis pada bab-bab sebelumnya. Berdasarkan kesimpulan tersebut akan diajukan saran-saran yang berguna bagi pihak-pihak yang terkait dalam teori dan aplikasi akad wadiah pada Bank SRA dan Bank MTR
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Wadiah Menurut bahasa, wadiah adalah sesuatu yang diletakkan pada yang bukan
miliknya untuk dijaga. Dan menurut syara’ ia bermakna ida’ (titipan) dan juga barang yang dititipkan Zuhaili (1999). Definisi wadiah menurut ulama Hanafi, berarti penguasaan orang lain untuk menjaga hartanya, baik secara sharih (jelas) atau dilalah (tersirat). Seperti perkataan mudi’ (orang yang menitipkan) kepada seseorang “saya titipkan” dan orang itu menerima, maka sempurnalah wadiah secara jelas. Atau seseorang datang dengan membawa sebuah pakaian kepada seseorang lalu dia berkata: ”ini titipan kepadamu”, dan orang itu diam, ketika itu sahlah wadiah secara tersirat. Syafi’i dan Maliki mendefinisikan wadiah adalah perwakilan dalam memelihara (menjaga) barang milik, sesuatu yang diharamkan tapi dikhususkan. Menurut Bank Indonesia (1999), wadiah adalah akad penitipan barang/uang antara pihak yang mempunyai barang/uang dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan serta keutuhan barang/uang. Berikut ini terdapat beberapa pendapat para ahli di bidang ekonomi yang menjelaskan tentang pengertian wadiah. Antonio (2005), wadiah yaitu titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Sedangkan menurut Wiroso (2009), wadiah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendakinya. Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa wadiah merupakan simpanan atau titipan murni dari pemilik barang/uang, dimana titipan tersebut harus dijaga oleh penerima titipan yang sewaktu-waktu titipan tersebut akan diambil kembali sesuai kehendak pemilik barang/uang tersebut. Adapun tujuan dari penitipan barang dengan menggunakan prinsip wadiah adalah untuk menjaga keselamatan barang itu dari kehilangan, kemusuhan,
6 Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
7
kecurian dan sebagainya. Barang yang dimaksud dari pernyataan diatas adalah suatu yang berharga seperti uang, dokumen, surat berharga dan barang lain yang berharga di sisi Islam.
2.2 Ketentuan Syariah Wadiah Akad wadiah diatur di dalam Al-Qur’an, As-Sunah, Ijma’ dan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia seperti dijelaskan di bawah ini: 2.2.1 Dasar Hukum • Al-Qur’an Wadiah diterapkan karena mempunyai landasan hukum yang kuat yaitu dalam: Al-Qur`nul Karim Surat An-Nisa`: 58 : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,” Kemudian dalam Surat Al Baqarah : 283 : “…… akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya”. • As-Sunah Hukum akad wadiah adalah hal yang lazim memelihara (menjaga) barang titipan si pemilik, karena wadiah dari segi pemilik adalah permintaan untuk dijaga dan sebagai amanah. Sedangkan dari pihak yang dititipkan adalah wajibnya baginya untuk menjaga harta itu. Dalam Al-Hadits lebih lanjut yaitu: Dari Abu Hurairah, diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tunaikanlah amanah (titipan) kepada yang berhak menerimanya dan janganlah membalasnya khianat kepada orang yang menghianatimu.” (H.R. ABU DAUD dan TIRMIDZI). Dari Ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: “Tiada kesempurnaan iman bagi setiap orang yang tidak beramanah, tiada shalat bagi yang tiada bersuci.” (H.R THABRANI). Dan diriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa beliau mempunyai (tanggung jawab) titipan. Ketika beliau akan berangkat hijrah, beliau menyerahkannya kepada Ummu `Aiman dan ia (Ummu `Aiman) menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk menyerahkannya kepada yang berhak”.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
8
• Ijma’ Dalam dasar hukum yang lain menerangkan yaitu Ijma` ialah para tokoh ulama Islam sepanjang zaman telah melakukan Ijma` (konsensus) terhadap legitimasi Al Wadi`ah karena kebutuhan manusia terhadap hal ini. • Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia Kemudian berdasarkan fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No: 01/DSN-MUI/IV/2000, ditetapkan bahwa giro yang dibenarkan secara syariah, yaitu giro yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadiah. Ketentuan umum giro berdasarkan wadiah antara lain: 1. Bersifat titipan. 2. Titipan bisa diambil kapan saja. 3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank. Demikian juga dengan tabungan, dapat dibenarkan berdasarkan fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No: 02/DSNMUI/IV/2000, menyatakan bahwa tabungan
yang dibenarkan secara syariah,
yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadiah. Ketentuan umum tabungan berdasarkan wadiah antara lain: 1. Bersifat simpanan. 2. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan. 3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank. 2.2.2 Rukun Wadiah Rukun wadiah adalah hal-hal yang terkait atau yang harus ada didalamnya yang menyebabkan terjadinya akad wadiah yaitu, Zuhaili (1999): 1. Barang/Uang yang dititipkan dalam keadaan jelas dan baik. Barang-barang yang dapat dititipkan antara lain: a. Harta benda, yaitu biasanya harta yang bergerak. b. Dokumen (Saham, Obligasi, Bilyet giro, Surat perjanjian Mudharabah dll). c. Barang berharga lainnya (surat tanah, surat wasiat dll yang dianggap berharga mempunyai nilai uang). 2. Ada pemilik barang/uang sekaligus yang menitipkannya/menyerahkan.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
9
3. Ada penerima titipan atau yang memberikan pelayanan jasa custodian. 4. Kemudian diakhiri dengan Ijab Qabul (Sighat), dalam perbankan biasanya ditandai dengan penandatanganan surat/buku tanda bukti penyimpanan. Dalam perbankan syari`ah tanpa salah satu darinya maka proses wadiah itu tidak berjalan/terjadi/sah. 2.2.3 Syarat-Syarat Pelaku Akad Wadiah Zuhaili (1999), Hanafiyah mensyaratkan pada dua pelaku akad yaitu pemilik barang dan penerima titipan berakal, maka tidak sah penitipan anak kecil dan orang gila, begitu pula qabul mereka. Dan tidak disyaratkan harus baligh. Sah penitipan anak kecil yang boleh melakukan perdagangan, karena itu adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh pedagang. Begitu juga sah qabul dari anak kecil yang sudah diizinkan (melakukan transaksi) karena ia bisa menjaga. Sedangkan anak kecil yang masih ditahan dari melakukan transaksi maka qabulnya tidak sah, karena dia tidak bisa menjaga harta. Jumhur ulama mensyaratkan pada wadiah, apa yang disyaratkan pada wakalah (perwakilan), yaitu baligh, berakal dan cerdas (cakap). Pada wadiah disyaratkan bahwa harta itu bisa dikuasai kalau ia menitipkan budak yang kabur atau burung di udara atau harta yang jatuh ke laut, maka ini tidak dijamin.
2.3 Jenis-Jenis dan Karakteristik Wadiah Wadiah adalah titipan pemilik barang yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat apabila pemilik baang yang bersangkutan menghendaki. Penerima titipan bertanggung jawab atas pengembalian titipan. Transaksi wadiah termasuk akad wakalah (diwakilkan) yaitu pemilik barang menitipkan barang kepada penerima titipan untuk menjaga barang miliknya dan penerima titipan tidak diperbolehkan untuk memanfaatkan barang tersebut untuk keperluan pribadi baik konsumtif maupun produktif, karena itu adalah pelanggaran sebab barang tersebut masih milik mudi’. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.59 (revisi 2003) pada paragraf 133-136, tentang akuntansi perbankan syariah dijelaskan karateristik wadiah sebagai berikut:
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
10
2.3.1 Jenis-Jenis Wadiah Wadiah dibagi atas wadiah yad dhamanah dan wadiah yad amanah. Wadiah yad dhamanah adalah titipan yang selama belum dikembalikan kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan. Apabila dari hasil pemanfaatan tersebut diperoleh keuntungan maka seluruhnya menjadi penerima titipan. Wadiah yad amanah adalah penerima titipan tidak boleh memanfaatkan barang titipan tersebut sampai diambil kembali oleh penitip. Berikut ini merupakan ilustrasi yang dibuat oleh penulis terkait dengan wadiah yad dhamanah dan wadiah yad amanah pada gambar 2.1 dan gambar 2.2:
a. Skema Wadiah yad dhamanah Menitipkan Dana
BANK (Penerima Titipan)
NASABAH (Penitip) Memberikan Bonus
Bagi Hasil/Bonus
Pemanfaatan Dana
Users Of Fund (Dunia Usaha)
Gambar 2.1 Skema Wadiah yad dhamanah
b. Skema Wadiah yad amanah Menitipkan barang
NASABAH (Penitip)
BANK (Penerima Titipan) Membebankan biaya penitipan
Gambar 2.2 Skema Wadiah yad amanah
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa wadiah dibagi atas wadiah yad dhamanah dan wadiah yad amanah. Wadiah yad al dhamanah adalah titipan yang selama sebelum dikembalikan kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan. Apabila dari hasil pemanfaatan tersebut
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
11
diperoleh keuntungan maka seluruh keuntungan menjadi hak penerima titipan. Sedangkan dalam prinsip wadiah yad amanah, penerima titipan tidak boleh memanfaatkan barang titipan tersebut sampai diambil kembali oleh penitip dan penerima titipan dapat meminta ujrah (imbalan) atas penitipan barang/uang tersebut. 2.3.2 Karakteristik Wadiah Penerima titipan dalam transaksi wadiah, dapat: 1. Meminta ujrah (imbalan) atas penitipan barang/uang tersebut; dan 2. Memberikan bonus kepada penitip dari hasil pemanfaatan barang/uang titipan (wadiah yad dhamanah), namun tidak boleh diperjanjikan sebelumnya dan besarnya tergantung pada kebijakan penerima titipan.
2.4 Cara Pemeliharaan, Jaminan Wadiah dan Hukum-Hukum Furu’ (Cabang-Cabang) dari Hukum Wadiah. Ada beberapa cara pemeliharaan dan jaminan yang diberikan dalam wadiah. Wadiah juga memiliki beberapa hukum-hukum Furu’. Penjelasan selanjutnya dapat dilihat pada sub-bab di bawah ini, Zuhaili (1999). 2.4.1 Cara Pemeliharaan Wadiah Para ulama berbeda pendapat tentang cara pemeliharaan wadiah. Hanafiah dan Hanabilah mengatakan: “penerima titipan harus menjaga wadiah sebagaimana ia menjaga miliknya sendiri dengan cara ditanganinya sendiri atau di tangan keluarganya (yang tinggal bersamanya sehari-hari atau yang diberi makan, minum dan pakaian seperti anak, istri, pembantu dan orang yang dilindunginya). Atau orang yang wajib diberikan nafkah olehnya, seperti istrinya, anak, budak dan pembantunya, karena penjagaan/pemeliharaan dengan mereka sama dengan dia sendiri yang menjaganya.” Menurut Hanafiah, penerima titipan juga bisa menjaga titipan tersebut kepada orang yang bukan keluarganya, diantara orang-orang yang menjaga harga bagi dirinya sendiri, biasanya seperti pada syarikah Mufawad dan’Inan, bukan penyewa Muyawamah (harian). Kalau penerima titipan memelihara wadiah selain dari mereka kemudian wadiah rusak, maka dia harus menjaminnya. Kecuali kalau rumah penerima titipan terbakar, maka ia meletakkan titipan tersebut di rumah
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
12
tetangganya. Atau apabila penerima titipan berada diatas kapal, kemudian datang gelombang besar, karena ia takut tengggelam, maka ia lemparkan wadiah itu ke kapal yang lain, ini boleh saja karena itu adalah salah satu cara pemeliharaan pada keadaan itu. Maka ini diridhai oleh pemilik dan penerima titipan tidak dipercayai kecuali ada bukti, karena ia telah mengalami keadaan darurat yang menggugurkan jaminan setelah adanya sebab jaminan sebelumnya. Malikiyah mengatakan: “Penerima titipan boleh menugasi keluarganya yang ia percayai amanahnya untuk menjaga barangnya seperti istri, anak, orang yang ia bayar yang sudah bisa menjaga harta padanya karena sudah lamanya tinggal bersamanya dan sudah dipercaya karena sudah ada percobaan padanya”. Beda dengan orang yang belum terbiasa dengan itu, seperti istri yang baru saja dinikahi dan pelayan baru. Syafiiah berpendapat: “Penerima titipan harus menjaga sendiri wadiah itu dan tidak boleh menjaganya pada istri dan anaknya kecuali atas izin pemilik barang”. Atau kalau tidak ada udzur untuk itu, karena pemilik barang tidak ridha dengan amanah selain penerima titipan dan yang ia percayai untuk menjaga amanahnya, kalau ia menyalahi cara ini, maka ia harus menjaminnya, kecuali penitipan itu karena ada udzur, seperti sakit atau dalam perjalanan, maka ia tidak menjamin. Kalau pemilik barang mensyaratkan untuk menjaga wadiah pada tempat tertentu seperti rumah atau peti, kemudian dia pindahkan ke tempat lain tanpa ada udzur, maka Hanafiyah dan yang lainnya mengatakan: “kalau dipindahkan ke tempat penyimpanan bukan seperti tempat sebelumnya maka ia harus menjamin, tapi kalau dia memindahkan ke tempat yang sama dengan yang sebelumnya atau bahkan lebih aman maka dia tidak menjamin”. Tetapi kalau dia memerintahkan untuk menjaga wadiah pada tempat tertentu dan melarang untuk menjaganya pada tempat yang lain, misalnya dia mengatakan, jaga rumah ini dan jangan dijaga di rumah lain. Hanafiah,
Malikiyah
dan
Syafiiyah
mengatakan:
“kalau
dia
memindahkannya ke rumah lain, yang sama amannya dengan rumah yang sebelumnya atau bahkan lebih aman karena pengkaitannya dengan syarat itu tidak
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
13
berfaedah dan apabila dia memindahkannya dari satu negeri ke negeri lain maka dia harus menjaminnya”. Hanabilah pada pendapatnya yang lebih kuat mengatakan: dia harus menjamin baik dia memindahkan ke tempat yang sama dengan yang sebelumnya atau bahkan lebih baik, karena dia telah menyalahi pemilik barang tanpa ada faedah dan maslahah dan tidak boleh menghilangkan tujuan pemilik barang dengan penunjukkan tempat tertentu tanpa ada darurat yang menuntutnya. Namun apabila terdapat kekhawatiran pada tempat itu maka dia boleh memindahkannya. Kalau dia tinggalkan kemudian barang itu rusak, maka dia harus menjamin karena tujuan pemilik dengan larangan pemindahannya itu adalah untuk penjagaan. Dalam hal ini pemeliharaannya dengan memindahkan maka sama kalau dia tidak melarang untuk memindahkannya. Kalau pemilik barang berkata kepada penerima titipan: “jangan kamu serahkan kepada istrimu”, tapi dia serahkan juga kepada istrinya dan kemudian binasa, dia tidak akan menjamin menurut Hanafiah karena dia terpaksa menyerahkannya karena dia ketika keluar dari rumah maka segala yang ada dirumah diserahkan kepada istri maka tidak mungkin dia bisa menjaganya kalau dia harus mentaati syarat dari pemilik barang. 2.4.2 Jaminan Wadiah Pemindahan wadiah dari amanah kepada sesuatu yang harus dijamin karena beberapa sebab berikut, Zuhaili (1999): A. Kalau Penerima titipan Meninggalkan Penjagaan Wadiah Karena adanya akad, penerima titipan harus memiliki komitmen dalam menjaga wadiah, kalau ia tinggalkan penjagaannya sampai wadiah rusak, maka ia harus menjamin gantinya dengan jalan kafalah. Kalau ia melihat ada orang yang mencuri wadiah tapi ia biarkan sedang ia sanggup maka dia harus menjamin, karena dia meninggalkan penjagaan yang sudah wajib dengan adanya akad. B. Penerima titipan memelihara Wadiah Selain Keluarganya atau Bukan Orang Yang Biasa Menjaga Hartanya Apabila penerima titipan mengeluarkan wadiah dari tangannya, kemudian diletakkannya pada orang lain tanpa ada udzur, maka wadiah harus dijamin. Karena penerima titipan hanya ridha dengan penjagaan penerima titipan yang
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
14
pertama bukan yang lainnya, kecuali kalau ada udzur maka ia tidak perlu menjamin, seperti terjadi di rumahnya kebakaran atau ia di atas kapal dan takut tenggelam, maka ia lemparkan ke orang lain, karena cara ini termasuk penjagaan atas wadiah, maka pemberian ini juga termasuk izin mudi’ secara tersirat. Kalau ia rela meletakkan pada orang lain tanpa udzur, kemudian wadiah rusak, maka jaminan harus ditanggung oleh penerima titipan yang pertama, bukan kedua, ini menurut Hanafiah dan Hanabilah, karena keduanya hanya ingin berbuat baik kepada pemilik dengan menjaga daripada kerusakkan. Allah berfirman (QS. At Taubah (9):91). Sedangkan penerima titipan yang pertama dikhususkan dari nash itu. Dua sahabat Abu Hanifah mengatakan: “pemilik punya pilihan, kalau ia mau, dijamin oleh penerima titipan yang pertama atau kalau ia mau dijamin oleh penerima titipan yang kedua”. Kalau sudah dijamin oleh yang penerima titipan pertama, maka penerima titipan yang kedua tidak perlu lagi menjaminnya, karena ia memiliki wadiah dengan pembayaran jaminan. Sedangkan kalau penerima titipan yang kedua menjamin maka harus kembali kepada penerima titipan yang pertama, karena penerima titipan yang pertama telah menipunya dengan menitipkan wadiah itu, maka ia harus menjamin karena tipuan itu. Sebab adanya pilihan bagi pemilik adalah karena pada keduanya dia dapati sebab-sebab yang menyebabkannya harus menjamin. Pertama karena ia memberikan harta itu kepada orang lain tanpa izinnya. Kedua karena ia telah mengambil harta orang lain tanpa izinnya. Kalau penerima titipan kedua mengeksploitasi wadiah maka pemilik barang punya pilihan, dijamin oleh yang penerima titipan pertama atau penerima titipan yang kedua. Hanya saja kalau penerima titipan yang pertama sudah menjamin maka pemilik barang diperbolehkan kembali lagi kepada penerima titipan yang kedua. Sedangkan kalau penerima titipan yang kedua sudah menjamin maka pemilik barang tidak boleh kembali kepada penerima titipan yang pertama, karena penyebab jaminan juga didapati pada penerima titipan yang kedua, yaitu mengeksploitasinya. Dan tidak didapati pada penerima titipan yang pertama kecuali karena ia memberikan kepada penerima titipan yang kedua untuk dijaga.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
15
Kaidah menurut jumhur Hanafiah; bahwa wadiah kalau sudah menjadi uang dijamin, kemudian dihilangkan penyebab jaminan, misalnya penerima titipan pertama minta kembali wadiah dari penerima titipan yang kedua, kemudian penerima titipan menjaga sendiri seperti contoh-contoh berikut maka ia terbebas dari jaminan karena dengan kembalinya kepada keadaan pertama ia kembali menjadi penerima titipan. Dan penerima titipan, kalau wadiah rusak di tangannya tanpa ada sebab darinya ia tidak menjamin. Ini berbeda dengan penyewa dan peminjam, kalau menyalahi, kemudian ketika mereka meninggalkan penyalahan itu tinggallah jaminan. Kemudian kaedah menurut Zufar dan Syafi’i dan ulama yang lain, bahwa wadiah kalau sudah menjadi yang dijamin dengan pemanfaatan atau yang lainnya yang nanti akan kita terangkan, kemudian penerima titipan meninggalkan khianat dia tetap tidak terbebas dari jaminan, karena wadiah kalau sudah berubah dari tabiatnya, dan dia tidak kembali seperti semula kecuali dengan adanya pembahasan akad, dan ini tidak didapat, maka sama dengan dia mengingkari wadiah yang diakuinya. C. Pemakaian Wadiah Kalau Penerima titipan memanfaatkan wadiah, baik dengan dikendarai, seperti hewan dan dipakai jika baju, maka ia harus menjamin, kalau ia tidak memakainya, maka jumhur Hanafiah mengatakan sebagaimana kaedah mereka: ia tidak menjamin, karena ia memegang atas izin pemiliknya, maka sama seperti sebelum dia pakai. Malikiyah, Syafiiah dan Hanabilah mengatakan: “kalau wadiah rusak/binasa sesudah dipakai, maka ia harus menjaminnya, walaupun rusaknya disebabkan oleh alam, karena dengan dipakainya wadiah terangkatlah hukum wadiah dan amanah, maka sama dengan kalau ia mengingkari wadiah kemudian mengakui, maka ia tidak bebas dari jaminan kecuali dengan pengembalian kepada pemilik”, sebagaimana sudah kita terangkan. D. Membawa Wadiah Melakukan Perjalanan Abu Hanifah mengatakan: “Penerima titipan boleh membawa wadiah melakukan perjalanan kalau jalan terjamin keamanannya”. Dan pemilik wadiah tidak melarangnya, misalnya dengan akad yang mutlak, karena akad wadiah
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
16
mutlak tanpa ada penentuan tempat tertentu, penentuan itu harus dengan dalil. Dengan ini, kalau ia melakukan perjalanan dengan wadiah dan lalu rusak/binasa maka ia tidak perlu menjamin. Dua sahabat Abu Hanifah mengatakan: “kalau wadiah membutuhkan biaya ia tidak boleh membawanya, karena kalau ia bawa melakukan perjalanan akan ada mudharat bagi pemilik, karena adanya kemungkinan ia meninggal dalam perjalanannya”. Maka tentu pemiliknya akan membutuhkan biaya lebih besar lagi untuk mengembalikannya, maka tentu ini mudharat baginya, ini beda kalau wadiah tidak butuh biaya. Malikiyah mengatakan: “Wadiah tidak berhak membawanya melakukan perjalanan kecuali kalau diperbolehkan padanya waktu perjalanan, kalau ia ingin melakukan perjalanan, maka ia harus menitipkannya pada orang yang bisa dipercaya dan amanah di daerah itu, dan ia tidak menjaminnya walaupun ia sanggup memberikannya pada hakim atau tidak”. Syafiiah dan Hanabilah mengatakan: “Penerima titipan tidak boleh membawa wadiah dalam perjalanan. Kalau ia ingin melakukan perjalanan maka ia harus mengembalikan kepada pemiliknya atau wakilnya, kalau ia sanggup”. Sedangkan kalau ia tidak sanggup, misalnya ia tidak menemukan pemiliknya, maka ia harus menyerahkan kepada hakim, karena pemegangannya atas wadiah hanyalah atas kebaikannya sendiri, maka tidak harus wadiah selamanya berada padanya. Dan hakim sebagai pengganti pemiliknya ketika ia tidak ada, dan kalau ia bawa bepergian, ia harus menjaminnya, karena ia membuat kemungkinan menjadi hilang/rusak. Pemeliharaan pada waktu bepergian bukan seperti pemeliharaan pada waktu menetap, walaupun keadaan jalan aman atau dikhawatirkan tidak aman. Rasulullah bersabda: “Musafir dan hartanya punya kemungkinan rusak kecuali apa yang dijaga Allah. Artinya mungkin bisa rusak/binasa (HR. Salafi. Lihat al-Talkhish al-Habir:273, Kasyfal-Khafa oleh al Jailani:255). E. Titipan Dua Orang Pada Satu Orang Kalau ada dua orang menitipkan sebuah titipan, lalu keduanya pergi, lalu hadir salah seorang dari keduanya dan menuntut bagiannya, maka penerima titipan tidak boleh memberikan bagiannya sampai seorang lagi datang. Dua sahabat Abu Hanifah berpendapat penerima titipan boleh membagi wadiah dan memberikan
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
17
bagian orang yang datang dan itu bukan bagian orang yang tidak ada, bahkan kalau bagian yang tinggal pada penerima titipan rusak, maka yang tidak hadir harus bergabung dengan yang sudah mengambil apa yang bisa diambil. Dalilnya, bahwasanya salah seorang dari kedua mudi’ itu minta kepada penerima titipan untuk memberikan bagiannya, maka ia diperintahkan untuk memberikannya sebagai mana pada utang milik bersama. Dalil Abu Hanifah, kita tidak terima bahwa salah seorang dari kedua mudi’ itu menuntut untuk menyerahkan bagiannya, tapi menyerahkan bagian orang yang tidak ada, karena dia menuntut bagian yang sudah dikhususkan. Sedang bagiannya tidak ada, akan tetapi masih menjadi milik bersama. Dan ia adalah semua wadiah dan harta yang sudah dikhususkan itu mencakup atau kedua hak itu, dan hak belum jelas kecuali setelah ada pembagian. Sedangkan penerima titipan tidak punya wewenang untuk membagi, karena ia bukan wakil untuk itu. Ini berbeda dengan utang milik bersama, karena orang yang ikut dalam syarekat itu menuntut madin untuk menyerahkan haknya. Dan haknya dalam masalah pelunasan utang tidak tergabung antara dua orang lain, karena utang-utang itu dilunasi dengan yang semisalnya. Dan yang semisalnya itu adalah harta para madin dan itu tidak tergabung antara dua orang lain, bahkan madin melakukan transaksi pada hartanya sendiri dilunasi dengan yang semisalnya. F. Titipan Satu Orang Pada Dua Orang Kalau seseorang menitipkan sesuatu yang bisa dibagi pada dua orang, maka dia bisa membaginya dan tiap mereka mengambil bagiannya untuk dijaga, karena pemilik ridha hartanya dijaga oleh keduanya dan ia tidak ridha hartanya semua dijaga oleh salah seorang dari keduanya. Kalau salah seorang dari keduanya memberikan wadah pada pemiliknya, maka menurut Abu Hanifah ia harus menjamin yang setengahnya, karena ia ridha hartanya dijaga oleh keduanya, bukan dengan penjagaan salah seorang dari keduanya. Karena pada dasarnya perawatan dua orang jika disandarkan pada sesuatu yang mungkin dibagi, maka dia mencakup sebagiannya, kalau salah seorang menyerahkan semua harta kepada yang lain, dan pemilik tidak ridha maka dia harus menjamin. Dua sahabat Abu Hanifah mengatakan bahwa ia tidak menjamin, karena pemilik telah ridha dengan amanah keduanya, dan masing-masing dari keduanya
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
18
boleh menyerahkannya kepada yang lain, dan tidak menjaminnya, sebagaimana keadaannya pada sesuatu yang tidak bisa dibagi. Mereka sepakat bahwa wadiah sesuatu yang tidak bisa dibagi, ia tidak menjamin karena ia tidak mungkin untuk menjaga keduanya kecuali pada satu tempat dan pemilik telah ridha dengan penjagaan salah satu dari keduanya, karena ia tahu bahwa mereka berdua tidak mungkin berkumpul atas wadiah itu selamanya. 2.4.3 Hukum-Hukum Furu’ (Cabang-Cabang) dari Hukum Wadiah Ibnu Jizzy Al Maliki menyebutkan beberapa hukum-hukum furu’ dari hukum wadiah sebagai berikut, Zuhaili (1999): 1. Memperdagangkan wadiah, kalau wadiah diperdagangkan maka keuntungan halal baginya. Abu Hanifah mengatakan keuntungan jadi sedekah. Suatu kaum mengatakan keuntungan bagi pemilik wadiah. 2. Meminjamkan wadiah, barang siapa yang meminjamkan wadiah kalau berbentuk barang maka makruh. Asyhab membolehkannya kalau dia bisa menutupinya. Kalau berbentuk ‘aradh (selain makanan dan emas/perak) maka tidak boleh kalau dari yang bisa ditakar atau ditimbang seperti jenis makanan padanya ada dua pendapat yang berasal dari perbedaan. 3. Perbedaan pada wadiah: kalau pemilik menuntut wadiah dari penerima titipan kemudian penerima titipan mengatakan sudah rusak/binasa, maka perkataan yang benar adalah perkataannya beserta sumpah, begitu juga kalau dia mendakwakan sudah mengembalikan kecuali dengan bukti. Ibnu Qasim, Abu Hanifah dan Syafi’i mengatakan: “perkataan yang benar adalah perkataannya (penerima titipan) walaupun dipegang memakai bukti”. 4. Minta upah atas pemeliharaan wadiah, kalau penerima titipan meminta upah atas pemeliharaan, maka ia tidak berhak atasnya, kecuali ada memakai tempat di rumahnya, maka sama dengan menyewanya, kalau ia butuh kunci atau sebagainya harus ditanggung oleh pemiliknya. 5. Pengingkaran penyerupaan dengan wadiah yang lain. Kalau ada seseorang menitipkan wadiah pada seseorang, kemudian orang itu mengkhianati dan mengingkarinya, kemudian pemilik barang juga menerima titipan dari penerima titipan yang pertama, maka apakah ia berhak untuk mengingkarinya,
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
19
maka yang masyhur pada madzhab Maliki adalah tidak boleh, dan dikatakan: makruh dan dikatakan juga boleh.
2.5 Pengingkaran Atas Wadiah Jika pemilik barang meminta wadiah dikembalikan dan penerima titipan mengingkarinya atau ia tahan, sedangkan ia sanggup untuk menyerahkannya karena ketika ia minta agar wadiah dikembalikan, maka artinya ia juga telah melemparkan wadiah dari tugas penjagaan, maka ia harus menjamin kalau mudi’ memberikan bukti atas penitipan, atau penerima titipan enggan untuk bersumpah, atau ia mengakui adanya wadiah, kalau ia mengingkari adanya kemudian mengakui, ia tidak terbebas dari jaminan karena akad sedang terangkat. Kalau ia (penerima titipan) mengingkari wadiah kemudian penerima titipan memberikan bukti rusaknya wadiah, maka ada tiga bentuk, Zuhaili (1999): 1. Kalau ia mendatangkan bukti bahwa wadiah rusak/binasa sesudah ia ingkari atau mutlak, maka bukti itu tidak bermanfaat, karena akad sudah terangkat dengan adanya pengingkaran darinya. Atau ia berada di tangannya maka ia harus menjaminnya. 2. Kalau ia mendatangkan bukti bahwa wadiah rusak sebelum pengingkaran darinya, maka bukti bisa diterima dan ia tidak menjamin karena rusak/binasanya sebelum pengingkaran membuat berubahnya akad. 3. Kalau ia mendakwa rusak/binasa sebelum pengingkaran dan meminta sumpah dari pemilik barang, maka pemilik barang bersumpah untuknya “demi Allah, dia tidak tahu bahwa wadiah binasa sebelum pengingkarannya”, jika dia bersumpah maka diputuskan bahwa ia menjamin dan kalau ia atidak mau maka diputuskan atasnya bebas.
2.6 Pengakuan, Pengukuran dan Perlakuan Akuntansi Wadiah. Pengakuan dan pengukuran wadiah dapat dilihat di dalam PSAK No. 59 (revisi
2003),
sedangkan
untuk
perlakuan
akuntansi
wadiah,
penulis
menggunakan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia sebagai acuan dalam penulisan.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
20
2.6.1 Pengakuan dan Pengukuran Wadiah Dana wadiah diakui sebesar jumlah dana yang dititipkan pada saat terjadinya transaksi. Penerimaan yang diperoleh atas pengelolaan dana titipan diakui sebagai pendapatan bank dan bukan merupakan unsur keuntungan yang harus dibagikan sesuai dengan PSAK No.59 (revisi 2003) pada paragraf 137. Pengakuan bonus dalam transaksi wadiah yang sesuai dengan PSAK No.59 (revisi 2003) pada paragraf 138 adalah sebagai berikut: 1. Pemberian bonus kepada nasabah diakui sebagai beban pada saat terjadinya. 2. Penerimaan bonus dari penempatan dana pada bank syariah lain diakui sebagai pendapatan pada saat kas diterima. 3. Penerimaan bonus dari penempatan dana syariah pada bank sentral diakui sebagai pendapatan saat kas diterima. 4. Penerimaan bonus dari penempatan dana pada bank non-syariah diakui sebagai pendapatan qardul hasan pada saat kas diterima. 2.6.2 Perlakuan Akuntansi Wadiah menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (2003) Pada tabel 2.1 dapat dilihat perlakuan akuntansi atas wadiah menurut pedoman akuntansi perbankan syariah Indonesia (PAPSI). Perlakuan akuntansi wadiah menurut PAPSI terdiri atas penyetoran giro, pendapatan bonus giro, penarikan giro di Bank Indonesia dan bank lain, penerimaan titipan dana, penarikan dana dan pemberian bonus nasabah dan bank lain. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut dari tabel 2.1.
Transaksi 1. Menitipkan dana pada rekening giro di Bank Indonesia. 2. Mendapatkan bonus dari giro di Bank Indonesia 3. Penarikan giro pada Bank Indonesia
4. Menitipkan dana pada giro di Bank lain 5. Menarik giro dari Bank lain
Pihak Pemilik Barang Dr. Giro pada Bank Indonesia
xxx
Cr. Kas/kliring
xxx
Dr. Giro pada Bank Indonesia
xxx
Cr.Pendapatan Operasi lainnya-bonus giro
xxx
Dr. Kas/kliring
xxx
Cr. Giro pada Bank Indonesia
xxx
Dr. Giro pada Bank lain
xxx
Cr. Kas/kliring
xxx
Dr. Kas/kliring
xxx
Cr. Giro pada Bank lain
xxx
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
21
6. Pendapatan bonus atas penempatan giro di bank lain: -
Penempatan
pada
Bank
Konvensional
-
Penempatan
pada
Bank
Syariah lain. 7. Pada saat menerima titipan dari nasabah 8. Pada saat penarikan titipan oleh nasabah 9. Pada
saat
pembayaran
bonus
giro/tabungan wadiah
10. Pada saat menerima titipan dari bank lain 11. Pada saat penarikan titipan oleh bank lain 12. Pada
saat
pembayaran
bonus
giro/tabungan wadiah bank lain
Dr. Giro pada bank lain
xxx
Cr. Rekening Dana Kebajikan
xxx
Dr. Giro pada bank lain
xxx
Cr. Pendapatan Bonus Giro
xxx
Dr. Kas/Kliring/Pemindahbukuan
xxx
Cr. Giro/Tabungan wadiah
xxx
Dr. Giro/Tabungan wadiah
xxx
Cr. Kas/Kliring/Pemindahbukuan
xxx
Dr. Beban bonus giro/tabungan wadiah
xxx
Cr. Giro/tabungan wadiah
xxx
Cr. Kewajiban pajak penghasilan
xxx
Dr. Kas/Kliring/Pemindahbukuan
xxx
Cr. Giro/Tabungan wadiah bank lain
xxx
Dr. Giro/Tabungan wadiah bank lain
xxx
Cr. Kas/Kliring/Pemindahbukuan
xxx
Dr. Beban bonus giro/tabungan wadiah bank lain
xxx
Cr. Giro/tabungan wadiah bank lain
xxx
Tabel 2.1 Perlakuan Akuntansi Wadiah menurut PAPSI
2.7 Asumsi Dasar dalam Pelaporan Wadiah di Laporan Keuangan menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi wadiah diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima di masa depan. Oleh karena itu, laporan keuangan menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna bagi pengguna laporan keuangan dalam
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
22
pengambilan keputusan ekonomi. Perhitungan pendapatan untuk tujuan bagi hasil kepada nasabah menggunakan dasar kas.
2.8 Pendekatan Perhitungan Bonus Wadiah Terdapat beberapa tahapan dalam melakukan perhitungan dan pendistribusian bonus wadiah. Di bawah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai pendekatan perhitungan dan pendistribusian bonus wadiah. 2.8.1 Laporan Laba Rugi Komprehensif menurut PSAK No. 101 Tahun 2011 Berikut ini adalah laporan laba rugi komprehensif menurut PSAK No. 101 tahun 2011 yang menghasilkan pendapatan bank yang selanjutnya akan menjadi perhitungan untuk rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil, yang dapat dilihat pada tabel 2.2. BANK SYARIAH “X” LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF Periode 1 Januari s.d 31 Desember 20X1
PENDAPATAN PENGELOLAAN DANA SEBAGAI MUDHARIB Pendapatan dari jual beli: Pendapatan marjin murabahah
xxx
Pendapatan neto salam paralel
xxx
Pendapatan neto istisna paralel
xxx
Pendapatan dari sewa: Pendapatan neto ijarah
xxx
Pendapatan dari bagi hasil: Pendapatan bagi hasil mudharabah
xxx
Pendapatan bagi hasil musyarakah
xxx
Pendapatan usaha utama lain
xxx
Jumlah
xxx
Hak pihak ketiga atas bagi hasil
(xxx)
Hak bagi hasil milik bank
xxx
PENDAPATAN USAHA LAIN Pendapatan imbalan jasa perbankan
xxx
Pendapatan imbalan investasi terkait
xxx
Jumlah
xxx
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
23
BEBAN USAHA Beban kepegawaian
(xxx)
Beban administrasi
(xxx)
Beban penyusutan dan amortisasi
(xxx)
Beban usaha lain
(xxx)
Jumlah
(xxx)
LABA USAHA
xxx
PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL Pendapatan non-usaha
xxx
Beban non-usaha
xxx
Jumlah
xxx
LABA SEBELUM PAJAK
xxx
Beban pajak penghasilan
xxx
LABA NETO
xxx
Laba neto yang dapat didistribusikan kepada: Pemilik entitas induk
xxx
Kepentingan non-pengendali
xxx
PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN Surplus revaluasi
xxx
Keuntungan/kerugian aktuarial
xxx
Selisih kurs penjabaran laporan keuangan
xxx
Penyesuaian nilai wajar aset keuangan “tersedia untuk dijual”
xxx
Jumlah
xxx
LABA KOMPREHENSIF Laba komprehensif yang dapat didistribusikan kepada: Pemilik entitas induk
xxx
Kepentingan non-pengendali
xxx
Tabel 2.2 Laporan Laba Rugi Komprehensif menurut PSAK No. 101 Tahun 2011
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
24
2.8.2 Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil menurut PSAK No. 101 Tahun 2011 Dari laporan laba komprehensif yang telah dibuat pada tabel 2.2 selanjutnya akan dibuat laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil yang akan menghasilkan pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil yang akan menjadi dasar nilai distribusi bagi hasil dan bonus, yang dapat dilihat pada tabel 2.3.
BANK SYARIAH “X” LAPORAN REKONSILIASI PENDAPATAN DAN BAGI HASIL Periode yang berakhir pada 31 Desember 20X1
PENDAPATAN USAHA UTAMA
xxx
PENGURANG Pendapatan periode berjalan yang kas atau setara kasnya belum diterima: Pendapatan margin murabahah
(xxx)
Pendapatan istishna’
(xxx)
Hak bagi hasil: Pembiayaan mudharabah
(xxx)
Pembiayaan musyarakah
(xxx)
Pendapatan sewa
(xxx)
Jumlah
(xxx)
PENAMBAH Pendapatan periode sebelumnya yang kasnya diterima pada periode berjalan: Penerimaan pelunasan piutang: Margin murabahah
xxx
Istishna’
xxx
Pendapatan sewa
xxx
Penerimaan piutang bagi hasil: Pembiayaan mudharabah
xxx
Pembiayaan musyarakah
xxx
Jumlah
xxx
PENDAPATAN TERSEDIA UNTUK BAGI HASIL
xxx
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
25
Bagi hasil yang menjadi hak bank syariah
xxx
Bagi hasil yang menjadi hak pemilik dana
xxx
Hak pemilik dana atas bagi hasil yang sudah didistribusikan
xxx
Hak pemilik dana atas bagi hasil yang belum didistribusikan
xxx
Tabel 2.3 Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil menurut PSAK No. 101 Tahun 2011
2.8.3 Ilustrasi Perhitungan Pendapatan yang akan Dibagihasilkan dan Distribusi Bagi Hasil dan Bonus Bonus wadiah yang diberikan kepada nasabah diperoleh dari pendapatan operasi utama kas yang menjadi dasar pembagian bonus dan bagi hasil. Pendapatan operasi utama kas dapat diperoleh dengan perhitungan seperti yang telah dibuat pada tabel 2.4 oleh Dewi Astuti, seorang analis bank senior Bank Indonesia sebagai berikut: Perhitungan Pendapatan yang akan Dibagihasilkan
Tabel 2.4 Ilustrasi Perhitungan Pendapatan Operasi Utama (Kas)
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
26
Distribusi Bagi Hasil dan Bonus Pendapatan operasi utama kas yang telah diperoleh dengan rumus di atas selanjutnya akan menjadi dasar perhitungan bagi hasil dan bonus. Berikut ini merupakan cara perhitungan bagi hasil dan bonus yang akan dibagikan seperti yang telah dibuat pada tabel 2.5 oleh Dewi Astuti, seorang analis bank senior Bank Indonesia berikut ini:
Tabel 2.5 Ilustrasi Distribusi Bagi Hasil dan Bonus
Keterangan Gambar: • A = Total Saldo Rata-Rata Penghimpunan Dana • A1 = Total Saldo Rata-Rata Giro Wadiah • A2 = Total Saldo Rata-Rata Tabungan Wadiah • B = Total Pendapatan yang Harus Dibagikan • B1 = Total Pendapatan Bonus Giro Wadiah yang Harus Dibagikan • B2 = Total Pendapatan Bonus Tabungan Wadiah yang Harus Dibagihasilkan • D1 = Total Porsi Pendapatan Bonus Giro Wadiah untuk Nasabah • D2 = Total Porsi Pendapatan Bonus Tabungan Wadiah untuk Nasabah • F1 = Total Porsi Pendapatan Bonus Giro Wadiah untuk Bank
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
27
• F2 = Total Porsi Pendapatan Bonus Tabungan Wadiah untuk Bank Dari tabel diatas, total pendapatan bonus giro wadiah yang harus dibagikan dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: 1
1
Sedangkan total pendapatan bonus tabungan wadiah yang harus dibagikan dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: 2
2
Dari total pendapatan bonus giro dan tabungan wadiah yang telah diperoleh, selanjutnya bank akan memberikan bonus giro dan tabungan wadiah kepada nasabah sesuai dengan kebijakan masing-masing bank.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN DAN PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini didesain untuk menjawab permasalahan penelitian dengan mempergunakan tahapan-tahapan penelitian. Tahapan pertama yang dilakukan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini adalah dengan menentukan topik yang akan diteliti, dalam hal ini topik yang diteliti adalah hal-hal yang melatarbelakangi munculnya prosedur pelaksanaan akad wadiah dan perlakuan akuntansinya di Bank SRA dan Bank MTR. Tahap kedua yaitu mencari landasan teori terkait dengan ketentuan syariah pelaksanaan akad wadiah dan perlakuan akuntansinya serta teori pendukung lainnya. Tahap ketiga yaitu melakukan wawancara ke Bapak E dari Bank SRA dengan jabatan sebagai Kepala Divisi Kepatuhan dan Hukum pada tanggal 10 Juni 2012 dan Bapak A dengan jabatan sebagai Kepala Divisi Akuntansi pada tanggal 1 Juli 2012 untuk mengetahui praktik prosedur pelaksanaan akad wadiah dan perlakuan akuntansinya di bank SRA. Untuk bank MTR, pemulis melakukan wawancara kepada Bapak T dengan jabatan sebagai Kepala Bagian Pengembangan Produk bank MTR pada tanggal 15 Juni 2012 dan Bapak X dengan jabatan sebagai Kepala Bagian Akuntansi pada tanggal 1 Juli 2012. Sebelumnya, penulis menyiapkan materi pertanyaan yang akan diajukan dengan tujuan agar wawancara dapat dilakukan secara efektif dan terstruktur serta memberikan informasi yang relevan terkait penelitian. Observasi dilakukan ke Bank SRA dan Bank MTR untuk memperluas sumber informasi, meningkatkan pemahaman terkait ketentuan, syarat serta praktik prosedur pelaksanaan akad wadiah dan perlakuan akuntansinya dan melihat kesesuaian praktik dengan ketentuan syariah yang ada yaitu DSN-MUI dan PSAK yang berlaku. Penulis juga menganalisis perhitungan bonus Bank SRA dan Bank MTR. Tahap keempat dari desain penelitian ini adalah menarik kesimpulan dari penelitian yang sudah dilakukan.
28 Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
29
3.2 Metode Pengumpulan Data Data yang akan digunakan dalam penelitian berupa data dan informasi mengenai ketentuan syariah akad wadiah dan perlakuan akuntansinya. Pengumpulan data untuk mendapatkan informasi diperoleh melalui cara sebagai berikut: 1. Penelitian Lapangan (field research) Metode ini dilakukan untuk memperoleh data primer dan data sekunder untuk keperluan penelitian. Data primer diperoleh melalui wawancara kepada pihak Bank SRA dan Bank MTR. Data primer diperoleh melalui wawancara terstruktur dan tidak terstruktur dengan narasumber yang berhubungan dengan penelitian, yaitu bagian penyusun kebijakan, bagian akad dan bagian akuntansi. Wawancara dilakukan secara mendalam untuk memperoleh informasi guna menjawab pertanyaan penelitian. Pertanyaan dalam wawancara diberikan kepada beberapa pihak yang terkait dengan penelitian, yaitu bagian penyusun kebijakan, bagian akad dan bagian akuntansi. Data sekunder diperoleh melalui observasi, observasi dilakukan ke bank SRA, bank MTR dan bank ZZZ. Hasil observasi kemudian didokumentasikan dalam catatan untuk mendukung pemahaman dan kesesuaian wawancara dengan praktik yang dilakukan serta hal-hal yang terkait dengan penelitian. Penulis juga mengumpulkan data sekunder berupa laporan keuangan yang dipublikasikan oleh bank SRA dan bank MTR serta tabel tingkat suku bunga produk giro dan tabungan bank ZZZ untuk keperluan analisis data. 2. Penelitian Studi Pustaka (library research) Metode ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder. Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada (Sekaran, 2006). Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan untuk mendapatkan teori-teori pendukung yang terkait dengan penelitian. Teori ini dijadikan sebagai bahan pembanding antara jawaban dari narasumber dengan teori yang sudah ada. Teori-teori yang dipergunakan tidak tertutup kemungkinan hanya dari teori yang tertulis di buku literatur tetapi juga berasal dari pendapat-pendapat ahli perbankan syariah yang dimuat di koran dan situs internet. Setiap kutipan atau sumber yang
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
30
digunakan disebutkan langsung dalam penulisan atau dapat dilihat di daftar pustaka.
3.3 Teknik Analisis Data Analisis data pada penelitian ini merupakan proses pencarian dan penyusunan secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, dokumentasi studi pustaka dan laporan keuangan, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori kemudian menjabarkannya ke dalam unit-unit. Upaya selanjutnya dalam proses analisis adalah melakuan sintesa dan menyusun data kedalam suatu pola pelaporan serta memilih hal mana yang penting dan yang akan diteliti secara mendalam. Tahap analisis berikutnya dengan membuat kesimpulan dari hasil analisis sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Hal ini sesuai dengan proses analisis data yang dikemukakan oleh (Sugiyono, 2009).
3.4 Profil Perusahaan Bank SRA Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai profil perusahaan bank SRA dilihat dari sisi sejarah pendirian dan produk serta jasa yang dimiliki oleh bank SRA. 3.4.1 Sejarah Pendirian Bank SRA Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan integritas telah tertanam kuat pada segenap insan Bank SRA sejak awal pendiriannya. Kehadiran Bank SRA sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis
luar
biasa.
Pemerintah
akhirnya
mengambil
tindakan
dengan
merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Salah satu bank konvensional, PT BSB yang dimiliki oleh YKP PT BDN dan PT MP juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
31
dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (BDN, BBD, BE, dan Bpd) menjadi satu bank baru bernama Bank ZZZ pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan Bank ZZZ sebagai pemilik mayoritas baru BSB. Hasil keputusan merger tersebut mendorong Bank ZZZ untuk melakukan konsolidasi
serta
membentuk
Tim
Pengembangan
Perbankan
Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank SRA, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT BSB dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan
Perbankan
Syariah
segera
mempersiapkan
sistem
dan
infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama Bank SRA sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sjpt, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BBB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. x/yy/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. z/x/cvb.asd/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi Bank SRA. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, Bank SRA secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. 3.4.2 Produk dan Jasa Bank SRA Untuk memenuhi berbagai kebutuhan nasabah yang semakin beragam, Bank SRA memiliki aneka produk dan jasa diantaranya: 1. Produk Pendanaan : SRA Tabungan, SRA Tabungan Berencana, SRA Tabungan S, SRA Tabungan K, SRA Tabungan Mabrur, SRA Tabungan
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
32
Dollar, SRA Tabungan Investa Cendekia, SRA Deposito, SRA Deposito Valas, SRA Giro, SRA Giro US Dollar, SRA Giro Singapore Dollar, SRA Giro Euro, SRA Obligasi, SRA Tabungan Perusahaan. 2. Produk Pembiayaan : SRA Pembiayaan Mudharabah, SRA Pembiayaan Musyarakah, SRA Pembiayaan Murabahah, SRA Pembiayaan Talangan Haji, SRA Pembiayaan Istishna, Pembiayaan dengan Skema IMBT (Ijarah Muntahiyah Bittamliik), Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet, SRA Customer Network Financing, SRA Pembiayaan Resi Gudang, SRA Pembiayaan Edukasi, PKPA, Pembiayaan Dana Berputar, SRA Pembiayaan Pemilikan Rumah, SRA Optima Pembiayaan Pemilikan Rumah, Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) Syariah Bersubsidi, Pembiayaan Umrah, SRA Pembiayaan Griya DP 0%, SRA Sistem Pembayaran Offline, Pembiayaan dengan Agunan Investasi Terikat Syariah Mandiri, Pembiayaan kepada Pensiunan, Pembiayaan Peralatan Kedokteran 3. Layanan : SRA Card, SRA Sentra Bayar, SRA Mobile Banking, SRA Net Banking, SRA Mobile Banking GPRS, PPBA, SRA Pooling Fund, SRA Pertukaran Valas, SRA Bank Garansi, SRA Eletronic Payroll, SRA SKBDN, SRA Letter of Credit, SRA Transfer Western Union, SRA Kliring, SRA Inkaso, SRA Intercity Clearing, SRA RTGS, Transfer Dalam Kota (LLG), Transfer D.U.I.T, SRA Pajak Online, SRA Pajak Impor, SRA Referensi Bank, SRA Standing Order, SRA Autosave, SRA Transfer Valas. 3.5 Profil Perusahaan Bank MTR Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai profil perusahaan bank MTR dilihat dari sisi sejarah pendirian dan produk serta jasa yang dimiliki oleh bank MTR. 3.5.1 Sejarah Pendirian Bank MTR Berawal dari akuisisi PT. Bank XYZ, Tbk., terhadap Bank JAJ pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya o.xx/yy/KEP.GBI/DpG/2008, pada tanggal 17 November 2008 Bank MTR secara resmi beroperasi.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
33
Kemudian Bank MTR merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam. Dua tahun lebih Bank MTR hadir mempersembahkan sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence) dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah dengan prinsip syariah. Kehadiran Bank MTR di tengah-tengah industri perbankan nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti logo perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan tuntutan masyarakat terhadap sebuah bank modern sekelas Bank MTR yang mampu melayani masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi warna yang digunakan merupakan turunan dari warna hitam dan putih sebagai benang ungu dengan brand Bank MTR. Aktivitas Bank MTR semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank XYZ, untuk melebur ke dalam Bank MTR (proses spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak SSB selaku Direktur Utama Bank MTR, dan Bapak VJR selaku Direktur Utama Bank MTR. Saat ini Bank MTR menjadi bank syariah ketiga terbesar berdasarkan aset. Bank MTR tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah, Bank MTR menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan. Sesuai dengan visinya, saat ini Bank MTR merintis sinergi dengan PT. Bank XYZ, dengan memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank XYZ, sebagai Kantor Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan konsumer berdasarkan prinsip Syariah.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
34
3.5.2 Produk dan Jasa Bank MTR Untuk memenuhi berbagai kebutuhan nasabah yang semakin beragam, bank MTR memiliki aneka produk dan jasa. Produk bank MTR berupa tabungan dan giro yang ada, semuanya menggunakan akad wadiah. Produk dan jasa yang terdapat di bank MTR diantaranya: 1. Produk Pendanaan : Tabungan MTRSyariah iB, Tabungan Haji MTR iB, Giro MTRSyariah iB dan Deposito MTR iB. 2. Produk Pembiayaan : Talangan Haji MTR iB, Gadai MTR iB, KKB MTR iB, KPR MTR iB, KLM MTR iB, KMG MTR iB, Mikro 25iB, Mikro 75iB, Mikro 500iB, Pembiayaan Koperasi dan Pembiayaan BPRS. 3. Layanan : MTR Card, MTR Mobile Banking dan e-MTR iB.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum tentang Akad Wadiah Menurut PSAK No.59 (revisi 2003) paragraf 134-136, wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat apabila nasabah yang bersangkutan menghendaki. Bank bertanggung jawab atas pengembalian titipan. Wadiah dibagi atas wadiah yad dhamanah dan wadiah yad amanah. Wadiah yaddhamanah adalah titipan yang selama belum dikembalikan kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan. Apabila dari hasil pemanfaatan tersebut diperoeh keuntungan maka seluruhnya menjadi hak penerima titipan. Sedangkan dalam prinsip wadiah yad amanah, penerima titipan tidak boleh memanfaatkan barang titipan tersebut sampai diambil kembali oleh penitip. Penerima titipan dalam transaksi wadiah dapat meminta ujrah (imbalan) atas penitipan barang/uang tersebut dan memberikan bonus kepada penitip dari hasil pemanfaatan barang/uang titipan (wadiah yad dhamanah) namun tidak boleh diperjanjikan sebelumnya dan besarnya tergantung pada kebijakan penerima titipan. 4.1.1 Gambaran Umum tentang Akad Wadiah di Bank SRA Akad wadiah yang digunakan di bank SRA adalah akad wadiah yad dhamanah dan untuk pengertian akad tersebut, Bank SRA memiliki definisi yang sesuai dengan PSAK No.59 (revisi 2003) paragraf 135. Merujuk hasil wawancara dengan Bapak E selaku narasumber dari Bank SRA, dijelaskan bahwa wadiah merupakan titipan dana dari nasabah kepada pihak bank yang dalam penitipan dana tersebut, nasabah memperkenankan dananya dimanfaatkan oleh bank untuk beragam keperluan (yang sesuai syariah). Namun bila nasabah hendak menarik dana, bank berkewajiban untuk menyediakan dana tersebut. Pihak bank memberikan bonus kepada nasabah dimana bonus yang diberikan tidak diperjanjikan dalam kontrak karena tidak sesuai dengan syariah. Selain bonus yang diberikan, pihak bank juga mengenakan biaya administrasi kepada nasabah sebagai imbalan atas penitipan dana tersebut.
35
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
36
Apabila saldo nasabah dibawah saldo minimum, maka biaya administrasi yang dikenakan kepada nasabah adalah sebesar bonus yang diperoleh. Apabila nasabah tidak melakukan penyetoran selama 6 bulan berturut-turut (passive account), maka nasabah akan dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 6.000,- per bulan. Bank akan melakukan penutupan account giro dan tabungan wadiah apabila saldo nasabah dibawah saldo minimum dan tidak melakukan penyetoran selama 6 bulan berturut-turut dengan terlebih dahulu melakukan konfirmasi kepada nasabah apakah nasabah tetap ingin memiliki giro dan tabungan tersebut atau tidak. Apabila dalam tiga kali konfirmasi, bank tidak mendapatkan tanggapan maka accocunt giro dan tabungan tersebut akan ditutup dan dimasukkan ke dalam doorman account. Berikut ini adalah grafik tren dana pihak ketiga terkait wadiah di bank SRA.
Dana Pihak Ketiga Wadiah 7000000 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000
Giro Wadiah Tabungan Wadiah
1000000 0
Gambar 4.1 Grafik Dana Pihak Ketiga Wadiah di Bank SRA Tahun 2010-2011 (dalam jutaan rupiah)
Dana Pihak Ketiga dengan akad wadiah di Bank SRA berupa tabungan dan giro terus mengalami peningkatan dari awal tahun 2010, akan tetapi pada 31 Desember 2010 sempat mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena banyaknya transaksi penarikan dana tabungan maupun giro wadiah oleh nasabah pada periode tersebut. Setelah 31 Desember 2010 kewajiban wadiah Bank SRA
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
37
terus mengalami peningkatan sempat mengalami sedikit penurunan yang cenderung stabil disebabkan karena mulai tumbuhnya kesadaran nasabah akan pentingnya menabung. 4.1.2 Gambaran Umum tentang Akad Wadiah di Bank MTR Akad wadiah yang digunakan di bank MTR adalah akad wadiah yad dhamanah dan untuk pengertian akad tersebut, Bank MTR memiliki definisi yang sesuai dengan PSAK No.59 (revisi 2003) paragraf 135. Bank MTR melalui Bapak T memberikan penjelasan mengenai akad wadiah, wadiah adalah penyimpanan dana nasabah oleh bank dengan prinsip titipan, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan media cek atau bilyet giro untuk produk berupa giro dan formulir penarikan untuk produk tabungan. Pihak bank memberikan bonus kepada nasabah, dimana bonus yang diberikan tidak diperjanjikan dalam kontrak karena tidak sesuai dengan syariah. Bank MTR tidak mengenakan biaya administrasi kepada nasabahnya baik untuk produk giro maupun tabungan sehingga apabila saldo nasabah dibawah saldo minimum, bank akan tidak akan melakukan penutupan account giro dan tabungan wadiah kecuali penutupan account tersebut atas inisiatif dari nasabah itu sendiri. Apabila nasabah pasif (tidak melakukan penyetoran selama 6 bulan berturut-turut, maka nasabah akan dikenakan biaya sebesar Rp 10.000,- per bulan dan untuk mengaktifkan kembali accountnya, nasabah hanya perlu melakukan penyetoran seperti biasa. Berikut ini adalah grafik tren dana pihak ketiga terkait wadiah.
Dana Pihak Ketiga Wadiah 1600000 1400000 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 0
Giro Wadiah Tabungan Wadiah
Gambar 4.2 Grafik Dana Pihak Ketiga Wadiah di Bank MTR Tahun 2010-2011 (dalam jutaan rupiah)
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
38
Dana Pihak Ketiga pada Bank MTR berupa tabungan dan giro terus mengalami peningkatan selama tahun 2010 sampai dengan 2011, hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya pendapatan nasabah bank MTR dan semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk menabung. Angka tabungan wadiah nilainya lebih besar dari giro wadiah disebabkan karena rata-rata nasabah bank MTR yang mempunyai produk wadiah berasal dari nasabah perorangan. Jumlah nasabah dari perusahaan lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah nasabah perorangan.
4.2 Produk Pendanaan terkait Wadiah dari Pihak Ketiga di bank SRA dan bank MTR Bank SRA dan bank MTR sama-sama menggunakan akad wadiah yad dhamanah untuk produk pendanaan dari pihak ketiga. Produk pendanaan terkait wadiah dari masing-masing bank, akan dijelaskan lebih lanjut di dalam sub-bab di bawah ini. 4.2.1 Produk Pendanaan terkait Wadiah di Bank SRA Bank SRA memiliki 7 produk pendanaan dari pihak ketiga yang menggunakan akad wadiah yad dhamanah, yaitu : 1. SRA Giro Sarana penyimpanan dana dalam mata uang Rupiah untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah. Setoran awal minimum untuk produk ini sebesar Rp1.000.000. Saldo minimum untuk produk ini sebesar Rp1.000.000. Biaya administrasi bulanan yang dikenakan untuk produk ini sebesar Rp15.000, selain itu nasabah juga dikenakan biaya administrasi sebesar Rp100.000. per buku. Apabila nasabah ingin melakukan penutupan rekening, maka nasabah akan dikenakan biaya sebesar Rp20.000,2. SRA Giro Valas Sarana penyimpanan dana dalam mata uang US Dollar untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah. Bebas dari
biaya penarikan bank notes sampai dengan USD5.000 per bulan. Untuk
setoran awal minimum produk ini adalah sebesar USD1.000 dan saldo minimum
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
39
sebesar USD1.000, sedangkan untuk biaya administrasi bulanan yang dikenakan adalah sebesar USD5. 3. SRA Giro Singapore Dollar Sarana penyimpanan dana dalam mata uang Singapore Dollar untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah. Setoran Awal minimum produk ini sebesar SGD200 dan saldo minimum sebesar SGD200 sedangkan untuk biaya administrasi bulanan dikenakan sebesar SGD2. Apabila nasabah ingin menutup rekening, nasabah akan dikenakan biaya tutup rekening sebesar SGD5. 4. SRA Giro Euro Sarana penyimpanan dana dalam mata uang Singapore Dollar untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah. Setoran awal minimum produk ini adalah EUR200 dan saldo minimum sebesar EUR200, sedangkan biaya administrasi bulanan yang dikenakan sebesar EUR2 Apabila nasabah ingin menutup rekening, nasabah akan dikenakan biaya tutup rekening sebesar EUR5. 5. SRA Tabungan Dollar Tabungan dalam mata uang dollar yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat atau sesuai ketentuan Bank SRA. Minimum setoran awal USD100. Saldo minimum produk ini sebesar USD100. Biaya administrasi bulanan yang dikenakan maksimum USD0,5 atau sebesar net bonus bulan berjalan. Apabila nasabah ingin menutup rekening, nasabah akan dikenakan biaya tutup rekening sebesar USD5. 6. SRA Tabungan S Tabungan berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat yang disepakati. Setoran awal tabungan S minimal Rp25.000 (tanpa ATM) & Rp80.000 (dengan ATM), untuk setoran berikutnya minimal Rp10.000. untuk saldo minimal produk ini nilainya sebesar Rp20.000 (tanpa ATM) & Rp50.000 (dengan ATM). Biaya penutupan rekening sebesar Rp10.000. Biaya administrasi yang dikenakan adalah Rp2.000 per rekening per bulan atau sebesar bonus bulanan (tidak mengurangi saldo minimal).
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
40
7. SRA Tabungan K Tabungan K merupakan tabungan yang berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syaratsyarat yang disepakati. Setoran awal tabungan K minimal Rp25.000 (tanpa ATM) & Rp80.000 (dengan ATM), untuk setoran berikutnya minimal Rp10.000. untuk saldo minimal produk ini nilainya sebesar Rp20.000 (tanpa ATM) & Rp50.000 (dengan ATM). Biaya penutupan rekening sebesar Rp10.000. Biaya administrasi yang dikenakan adalah Rp2.000 per rekening per bulan atau sebesar bonus bulanan (tidak mengurangi saldo minimal). Perbedaan tabungan K dengan tabungan S terletak pada penarikan uang dari ATM. Apabila tabungan S dapat menarik uang dari ATM dengan jumlah maksimal Rp 5.000.000 per hari, maka tabungan K hanya dapat menarik uang melalui ATM sebesar Rp 100.000 per hari. 4.2.2 Produk Pendanaan terkait Wadiah di Bank MTR Bank MTR memiliki produk pendanaan dari pihak ketiga yang menggunakan akad wadiah, yaitu berupa tabungan dan giro. Produk Bank MTR yang menggunakan produk wadiah yaitu: 1. Tabungan MTRSyariah iB Tabungan MTRSyariah iB merupakan tabungan dari Bank MTR untuk nasabah perorangan yang menggunakan prinsip wadiah yad dhamanah. Produk ini memiliki setoran awal minimal Rp 50.000 dan saldo minimum, sebesar Rp 50.000. Pada produk ini tidak dikenakan biaya administrasi bulanan tabungan dan kartu ATM. 2. Giro MTRSyariah iB Merupakan simpanan untuk kemudahan berbisnis dengan pengelolaan dana berdasarkan prinsip titipan (wadiah yad dhamanah) yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan Cek/Bilyet Giro. Untuk setoran awal produk ini nilainya sebesar Rp. 2.500.000,- (Perorangan) dan Rp. 5.000.000,- (Perusahaan), sedangkan saldo nominal produk ini adalah 20.000,-.
4.3 Prosedur Pendanaan terkait Wadiah di Bank SRA dan Bank MTR Pendanaan terkait wadiah dari bank SRA dan bank MTR memiliki beberapa persamaan dan perbedaan, yang akan dibahas selanjutnya dibawah ini:
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
41
4.3.1 Prosedur Pendanaan terkait Wadiah di Bank SRA Untuk pembukaan rekening wadiah di Bank SRA, nasabah terlebih dahulu mengisi data diri dalam form pembukaan rekening wadiah di bagian customer service baik berupa tabungan maupun giro dengan menyertakan identitas diri berupa KTP/SIM/Paspor untuk nasabah peorangan. Sedangkan untuk perusahaan, identitas diri yang harus disertakan yaitu KTP Pengurus, Akte pendirian, SIUP dan NPWP. Dalam form tersebut, nasabah ditawarkan untuk memilih produk tabungan yang ingin diambil antara tabungan mudharabah atau tabungan wadiah, sedangkan untuk semua giro di bank SRA menggunakan akad wadiah, form pembukaan rekening tabungan dan giro wadiah dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3. Setelah data nasabah terisi dengan lengkap, nasabah menandatangani akad perjanjian dengan bank dan melakukan penyetoran pertama ke bank. Bank SRA kemudian membagikan bonus kepada nasabah setiap akhir bulan sesuai dengan kebijakan dari bank, besarnya tergantung kepada kebijakan bank, karena bonus tidak diperjanjikan di awal akad. 4.3.2 Prosedur Pendanaan terkait Wadiah di Bank MTR Untuk pembukaan rekening wadiah di Bank MTR, nasabah mengisi formulir data diri terlebih dahulu dan juga memilih produk wadiah yang ditawarkan oleh Bank MTR. Produk wadiah yang ditawarkan oleh bank MTR yaitu Tabungan MTRSyariah iB dan Giro MTRSyariah iB. Di dalam formulir yang telah tersedia keterangan akad dari produk yang akan dipilih tersebut (wadiah), formulir pembukaan tabungan wadiah dan giro wadiah di bank MTR dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5. Setelah pengisian formulir data diri selesai dilakukan, calon nasabah juga harus menyertakan identitas diri berupa KTP/SIM/Paspor untuk nasabah peorangan. Sedangkan untuk perusahaan, calon nasabah harus menyertakan KTP Pengurus, Akte pendirian, SIUP dan NPWP (perusahaan), nasabah kemudian memilih produk yang diinginkan dan menandatangani akad perjanjian dengan bank serta melakukan penyetoran pertama ke bank. Bank MTR kemudian membagikan bonus kepada nasabah setiap akhir bulan sesuai dengan kebijakan dari bank, besarnya tergantung kepada kebijakan bank, karena bonus tidak diperjanjikan di awal akad.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
42
4.4 Kesesuaian Akad Wadiah pada Bank SRA dan Bank MTR dengan DSNMUI Untuk melihat apakah prosedur transaksi wadiah pada Bank SRA dan Bank MTR sudah sesuai dengan ketentuan syariah yang berlaku. Berikut akan dibahas satu per satu komponen prosedur wadiah yang dibandingkan dengan Fatwa DSN. 4.4.1 Kesesuaian Akad Wadiah pada Bank SRA dengan Ketentuan DSNMUI a. Kesesuaian Akad Wadiah pada Bank SRA dengan DSN-MUI No: 01/DSN-MUI/IV/2000 dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini. Syarat dan Ketentuan DSN Bersifat titipan.
Pelaksanaan pada Bank SRA Giro wadiah yang ada di Bank SRA bersifat titipan.
Titipan bisa diambil kapan saja (on call).
Giro wadiah yang ada di Bank SRA bisa diambil kapan saja (on call) oleh pemilik dana dengan menggunakan bilyet giro
Tidak ada imbalan yang disyaratkan, Imbalan yang diberikan kepada pemilik kecuali
dalam
bentuk
pemberian giro wadiah berupa bonus yang bersifat
(‘athaya) yang bersifat sukarela dari sukarela dari pihak bank dan tidak pihak bank.
diperjanjikan di awal akad serta besarnya bonus tergantung pada kebijakan bank. Tabel 4.1 Kesesuaian ketentuan umum wadiah di Bank SRA atas Fatwa DSN No: 01/DSN-MUI/IV/2000
b. Kesesuaian Akad Wadiah pada Bank SRA dengan DSN-MUI No: 02/DSN-MUI/IV/2000 dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini. Syarat dan Ketentuan DSN Bersifat simpanan
Pelaksanaan pada Bank SRA Produk wadiah di Bank SRA berupa tabungan memilki sifat simpanan.
Simpanan bisa diambil kapan saja (on
Tabungan wadiah di Bank SRA bisa
call) atau berdasarkan kesepakatan
diambil kapan saja oleh pemilik dana dengan menggunakan formulir penarikan dana tabungan.
Tidak ada imbalan yang disyaratkan, Imbalan yang diberikan kepada pemilik kecuali
dalam
bentuk
pemberian tabungan wadiah di Bank SRA adalah
(‘athaya) yang bersifat sukarela dari berupa bonus yang bersifat sukarela dari
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
43
pihak bank.
pihak bank dan besarnya tergantung kepada
kebijakan
bank
serta
tidak
diperjanjikan di awal akad. Tabel 4.2 Kesesuaian Ketentuan Umum Wadiah di Bank SRA atas Fatwa DSN No: 02/DSN-MUI/IV/2000
Kesimpulan: Produk wadiah berupa giro dan tabungan serta investasi jangka pendek di bank lain pada Bank SRA sudah sesuai dengan syarat dan ketentuan-ketentuan syariah yang berlaku, yaitu Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No: 01/DSN-MUI/IV/2000 tentang giro dan Fatwa DSN-MUI No: 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan. 4.4.2 Kesesuaian Akad Wadiah pada Bank MTR dengan Ketentuan DSNMUI a. Kesesuaian Akad Wadiah pada Bank MTR dengan DSN-MUI No: 01/DSN-MUI/IV/2000 dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini. Syarat dan Ketentuan DSN Bersifat titipan.
Pelaksanaan pada Bank MTR Giro wadiah yang ada di Bank MTR bersifat titipan.
Titipan bisa diambil kapan saja (on call).
Giro wadiah yang ada di Bank MTR bisa diambil kapan saja (on call) oleh pemilik dana dengan menggunakan bilyet giro
Tidak ada imbalan yang disyaratkan, Imbalan yang diberikan kepada pemilik kecuali
dalam
bentuk
pemberian giro wadiah berupa bonus yang bersifat
(‘athaya) yang bersifat sukarela dari sukarela dari pihak bank dan tidak pihak bank.
diperjanjikan di awal akad serta besarnya bonus tergantung pada kebijakan bank. Tabel 4.3 Kesesuaian Ketentuan Umum Wadiah di Bank MTR atas Fatwa DSN No: 01/DSN-MUI/IV/2000
b. Kesesuaian Akad Wadiah pada Bank MTR dengan DSN-MUI No: 02/DSN-MUI/IV/2000 dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini. Syarat dan Ketentuan DSN Bersifat simpanan
Pelaksanaan pada Bank MTR Produk wadiah di Bank MTR berupa tabungan memilki sifat simpanan.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
44
Simpanan bisa diambil kapan saja (on
Tabungan wadiah di Bank MTR bisa
call) atau berdasarkan kesepakatan
diambil kapan saja oleh pemilik dana dengan menggunakan formulir penarikan dana tabungan.
Tidak ada imbalan yang disyaratkan, Imbalan yang diberikan kepada pemilik kecuali
dalam
bentuk
pemberian tabungan wadiah di Bank MTR adalah
(‘athaya) yang bersifat sukarela dari berupa bonus yang bersifat sukarela dari pihak bank.
pihak bank dan besarnya tergantung kepada
kebijakan
bank
serta
tidak
diperjanjikan di awal akad. Tabel 4.4 Kesesuaian Ketentuan Umum Wadiah di Bank MTR atas Fatwa DSN No: 02/DSN-MUI/IV/2000
Kesimpulan: Produk wadiah berupa giro dan tabungan serta investasi jangka pendek di bank lain pada Bank MTR sudah sesuai dengan syarat dan ketentuan-ketentuan syariah yang berlaku, yaitu Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No: 01/DSN-MUI/IV/2000 tentang giro dan DSN-MUI No: 02/DSNMUI/IV/2000 tentang tabungan. 4.5 Pengakuan dan Pengukuran atas Transaksi terkait Wadiah di Bank SRA dan Bank MTR Penulis selanjutnya akan membahas mengenai pengakuan dan pengukuran serta penyajian dan pengungkapan wadiah di bank SRA dan bank MTR di dalam sub-bab dibawah ini. 4.5.1 Pengakuan dan Pengukuran atas Transaksi terkait Akad Wadiah Pengakuan dan pengukuran atas transaksi wadiah terkait dengan nasabah, bank lain dan Bank Indonesia akan dijelaskan lebih lanjut pada tabel 4.5 di bawah ini.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
45
Transaksi
Bank SRA
Bank MTR
Menerima dana wadiah
Dr. Kas
xxx
Dr. Kas
xxx
dari nasabah
Cr. Giro/Tabungan wadiah
xxx
Cr. Giro/Tabungan wadiah
xxx
Menerima dana wadiah
Dr. Kas
xxx
Dr. Kas
xxx
Cr. Giro wadiah bank lain xxx
dari bank lain Mengembalikan
dana
wadiah nasabah Mengembalikan
dana
wadiah bank lain
Cr. Giro wadiah bank lain
xxx
Dr. Giro/Tabungan wadiah
xxx
Dr. Giro/Tabungan wadiah
xxx
Cr. Kas
xxx
Cr. Kas
xxx
Dr. Giro wadiah bank lain xxx
Dr. Giro wadiah bank lain
xxx
Cr. Kas
Cr. Kas
xxx
xxx
Pemberian bonus kepada nasabah - Apabila
akumulasi
portofolio
nasabah
kurang
dari
Rp
Dr. Beban bonus giro/tabungan wadiah Cr. Giro/tabungan wadiah
xxx xxx
Dr. Beban bonus giro/tabungan wadiah
xxx
Cr. Giro/tabungan wadiah
xxx
7.000.000,- Apabila
akumulasi
portofolio lebih
nasabah
dari
Rp
Dr. Beban bonus giro/tabungan wadiah Cr. Giro/tabungan wadiah
xxx xxx
7.000.000,-
Pemberian bonus kepada
xxx
Cr. Kewajiban pajak
xxx
Dr. Beban bonus giro bank lain
bank lain
Pendapatan biaya
jasa
atas
administrasi
Melakukan
penyetoran
pada
Bank
Indonesia. Penarikan
giro
pada
xxx
Cr. Giro/tabungan wadiah
xxx
Cr. KS-Pajak PPh ps 4(2)
xxx
Dr. Beban bonus giro xxx
bank lain
xxx
xxx
Cr. Giro wadiah bank lain
Dr. Giro/tabungan wadiah
xxx
Bank MTR tidak mengenakan biaya
Cr. Pendapatan administrasi xxx
Dr. Giro wadiah pada Bank Indonesia
xxx
administrasi untuk produk giro dan tabungan wadiah Dr. Giro wadiah pada xxx
Bank Indonesia
xxx
Cr. RTGS
xxx
Cr. RTGS
xxx
Dr. RTGS
xxx
Dr. RTGS
xxx
Cr. Giro wadiah pada
Bank Indonesia
wadiah
Cr. Giro wadiah bank lain
giro/tabungan
wadiah
giro
Dr. Giro/tabungan wadiah
Dr. Beban bonus giro/tabungan
Bank Indonesia
Cr. Giro wadiah pada xxx
Bank Indonesia
xxx
Dr. FASBIS
xxx
Dr. FASBIS
xxx
Bank
Cr. RTGS
xxx
Cr. Kas
xxx
Penarikan FASBIS pada
Dr. RTGS
xxx
Dr. Kas
xxx
Bank Indonesia
Cr. FASBIS
xxx
Cr. FASBIS
xxx
Melakukan FASBIS
penyetoran pada
Indonesia
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
46
Mendapatkan bonus dari
Dr. Giro wadiah pada Bank Indonesia
giro wadiah
Dr. Giro wadiah pada xxx
Cr. Pendapatan bonus giro wadiah Bank Indonesia Mendapatkan bonus dari
Dr. FASBIS
penempatan giro wadiah
Cr. Pendapatan bonus FASBIS
di Bank Indonesia
Bank Indonesia
xxx
Cr. Pendapatan bonus giro xxx xxx
wadiah Bank Indonesia Dr. FASBIS
xxx xxx
Cr. Pendapatan bonus xxx
FASBIS
xxx
Dr. Giro wadiah bank lain
xxx
Dr. Giro wadiah bank lain
xxx
wadiah pada bank lain
Cr. Kas
xxx
Cr. Kas
xxx
Menarik
Dr. Kas
xxx
Dr. Kas
xxx
Cr. Giro wadiah bank lain
xxx
Cr. Giro wadiah bank lain
Dr. Giro pada bank lain
xxx
Dr. Giro pada bank lain
Cr. Pendapatan non-halal
xxx
Cr. Kewajiban lain-Dana
Menempatkan
giro
giro
wadiah
dari bank lain
xxx
. Pendapatan bonus atas penempatan giro wadiah di bank lain: - Penempatan pada Bank Konvensional
Qardhul Hasan - Penempatan pada Bank Syariah lain.
Dr. Giro pada bank lain
xxx
Cr. Pendapatan bonus bank syariah lain
xxx
xxx
Tidak ada penempatan giro wadiah pada bank syariah lain
xxx
Tabel 4.5 Pencatatan Akuntansi Wadiah pada Bank SRA dan Bank MTR
4.5.2 Penyajian dan Pengungkapan Wadiah dalam Laporan Keuangan Bank SRA dan Bank MTR Setelah dijelaskan mengenai pengakuan dan pengukuran wadiah atas transaksi terkait wadiah di bank SRA dan bank MTR pada sub-bab sebelumnya, kali ini penulis akan membahas mengenai penyajian dan pengungkapan wadiah dalam laporan keuangan bank SRA dan bank MTR. 4.5.2.1 Penyajian dan Pengungkapan Wadiah dalam Laporan Keuangan Bank SRA Pengakuan dan pengukuran wadiah dalam laporan keuangan SRA akan dibahas dalam sub-bab di bawah ini. Penyajian Wadiah dalam Laporan Keuangan Bank SRA Dalam laporan keuangan, tabungan wadiah, giro wadiah dari nasabah dan bank lain serta pajak bonus wadiah, disajikan oleh Bank SRA di neraca pada bagian kewajiban. Untuk tabungan, giro wadiah dan simpanan wadiah dari bank
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
47
lain disajikan dalam pos dana simpanan wadiah. Pajak atas bonus wadiah akan disajikan ke dalam pos kewajiban segera lainnya. Untuk ilustrasi bagian dari neraca bank SRA dapat dilihat di lampiran 6. Pendapatan dari biaya administrasi tabungan dan giro wadiah akan disajikan oleh bank SRA sebagai pendapatan administrasi di dalam laporan laba/rugi dan dilaporkan ke dalam pos pendapatan operasional lainnya dengan akun jasa layanan. Sedangkan bonus yang diberikan untuk tabungan dan giro wadiah nasabah dan giro wadiah yang dimiliki oleh bank lain, akan disajikan di dalam laporan laba/rugi sebagai beban bonus titipan wadiah. Bagian dari laporan laba rugi bank SRA dapat dilihat di lampiran 7. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Bank SRA Pengungkapan wadiah di Bank SRA dapat dilihat di dalam catatan atas laporan keuangannya, simpanan wadiah menggambarkan dana dari pihak ketiga yang disimpan dalam bentuk giro dan tabungan dengan menggunakan akad wadiah. Nilai giro wadiah, tabungan wadiah dan pajak atas bonus wadiah dicatat sebesar hutang. Simpanan dari bank syariah lain menggambarkan kewajiban kepada bank syariah lain dalam bentuk giro wadiah. Simpanan dari bank syariah lain dicatat sebesar hutang kepada bank syariah lain. Nilai pendapatan dari jasa layanan bank akan dicatat sebesar nilai pendapatan operasional lainnya pada saat terjadinya. Sedangkan nilai bonus wadiah yang diberikan kepada nasabah dan bank lain akan dicatat sebesar nilai beban pada saat terjadinya. 4.5.2.2 Penyajian dan Pengungkapan Wadiah dalam Laporan Keuangan Bank MTR Pengakuan dan pengukuran wadiah dalam laporan keuangan MTR akan dibahas dalam sub-bab di bawah ini. Penyajian dalam Laporan Keauangan Bank MTR Bank MTR menyajikan tabungan wadiah, giro wadiah, simpanan wadiah dari bank lain dan pajak atas bonus wadiah di dalam neraca pada bagian kewajiban. Untuk tabungan, giro wadiah dan penempatan dana wadiah dari bank lain selanjutnya akan dicatat di dalam pos dana simpanan. Pajak atas bonus
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
48
wadiah akan disajikan di dalam pos kewajiban segera lainnya. Ilustrasi mengenai bagian dari neraca Bank MTR dapat dilihat di lampiran 8. Bank MTR tidak memiliki pendapatan administrasi giro dan tabungan wadiah, karena pada produk giro dan tabungan wadiah di bank MTR tidak dikenakan biaya administrasi. Sedangkan untuk bonus yang diberikan kepada nasabah yang memiliki tabungan maupun giro wadiah dan giro wadiah yang dimiliki bank lain, akan dicatat di dalam laporan laba/rugi sebagai beban bonus titipan wadiah. Bagian dari laporan laba/rugi bank MTR dapat dilihat di lampiran 9. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Bank MTR Pengungkapan atas wadiah di Bank MTR dapat dilihat di dalam catatan atas laporan keuangannya, simpanan merupakan simpanan pihak lain dalam bentuk giro wadiah dan tabungan wadiah. Nilai giro wadiah untuk nasabah dinyatakan sebesar titipan pemegang giro di bank dan nilai tabungan wadiah untuk nasabah dinyatakan sebesar kewajiban bank. Simpanan dari bank lain yaitu berupa giro wadiah dinyatakan sebesar nilai kewajiban bank kepada bank lain. Bonus yang diberikan kepada nasabah akan dicatat sebagai beban pada saat terjadinya. 4.6 Analisis Pendistribusian dan Pembayaran Bonus Wadiah di Bank SRA dan Bank MTR Bank SRA dan bank MTR memliki tahapan-tahapan dalam melakukan pendistibusian dan pembayaran bonus wadiah kepada nasabah. Pendistribusian bonus wadiah di bank SRA dan bank MTR menggunakan cash basis. Tahapantahapan yang dilakukan dalam pendistribusian dan pembayaran bonus wadiah kepada nasabah yaitu: 1. Melakukan perhitungan untuk mencari pendapatan operasional utama kas. 2. Menghitung nilai distribusi bonus wadiah dari nilai pendapatan operasional utama kas. 3. Memberikan bonus wadiah kepada nasabah sesuai dengan kebijakan bank SRA dan bank MTR. Bonus wadiah yang diberikan kepada nasabah nilainya mengacu kepada nilai indikasi rate of return periode sebelumnya.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
49
Untuk penjelasan lebih rinci mengenai tahapan-tahapan tersebut akan dijelaskan didalam sub-bab dibawah ini. 4.6.1 Analisis Pendistribusian dan Pembayaran Bonus Wadiah di Bank SRA Tahapan pendistribusian dan pembayaran bonus wadiah kepada nasabah di bank SRA akan dijelaskan di dalam sub-bab di bawah ini: 4.6.1.1 Analisis Pendistribusian Bonus Wadiah di Bank SRA Tahapan pertama yang dilakukan dalam melakukan pendistibusian dan pembayaran bonus wadiah kepada nasabah adalah dengan melakukan perhitungan untuk mencari pendapatan yang dibagihasilkan terlebih dahulu. Pendapatan yang dibagihasilkan dapat diperoleh dengan perhitungan seperti yang didapat penulis dalam laporan keuangan kuartalan bank SRA (unaudited) dibawah ini. 1. Pendapatan Operasi Utama dari Pembiayaan yang diberikan (kas) 1.1 Margin Murabahah
xxx
1.2 Istishna
xxx
1.3 Margin Lainnya
xxx
1.4 Bagi Hasil Musyarakah
xxx
1.5 Bagi Hasil Mudharabah
xxx
1.6 Pendapatan Sewa
xxx
Total Pendapatan Operasi Utama Pembiayaan yang diberikan
xxx
2. Hak Pihak Ketiga Atas Investasi Lain/Surat Berharga (kas) xxx 3. Total Pendapatan yang Dibagihasilkan (1+2)
xxx
Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh total pendapatan yang dibagihasilkan yang selanjutnya akan didistribusikan kepada setiap jenis simpanan sesuai dengan proporsi saldo rata-rata jenis simpanan wadiah terhadap total saldo rata-rata semua jenis simpanan. Saldo rata-rata dana wadiah dihitung berdasarkan saldo rata-rata harian. Untuk nilai distribusi bonus wadiah di Bank SRA, dapat diperoleh dengan rumus yang akan dijelaskan berikut ini.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
50
Kelemahan dari perhitungan menggunakan proporsi wadiah dibandingkan dengan simpanan lain dalam menentukan bonus adalah ketidakadilan terhadap jenis simpanan lain, karena kontribusi setiap simpanan terhadap penempatan dana pihak ketiga berbeda-beda. Penulis memiliki keterbatasan dalam mendapatkan informasi mengenai penempatan dana wadiah di bank SRA. Untuk ilustrasi perhitungan pendisribusian bonus wadiah di bank SRA, penulis telah menyusunnya dalam tabel 4.6 yang datanya berasal dari laporan kuartalan (unaudited) bank SRA seperti di bawah ini.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
51
Bank SRA
Saldo Rata‐rata Tanggal
Giro
Tabungan
(1)
(2)
Total Saldo Rata‐Rata Pihak Ketiga
Total Pendapatan yang harus dibagihasilkan
(3)
(4)
Distribusi Bonus Wadiah (Rp) Giro (5) = (1)x(4) (3)
Tabungan (6) = (2)x(4) (3)
Distribusi Bonus Wadiah (%) Giro
Tabungan
(7) = (5) (1)
(8) = (6) (1)
31/03/2010
2.268.957
264.570
20.308.778
198.071
22.129
2.580
0,975%
0,975%
31/06/2010
3.530.146
77.028
22.002.422
211.221
33.889
739
0,960%
0,960%
31/09/2010
2.785.861
372.194
24.402.432
236.306
26.977
3.604
0,968%
0,968%
31/12/2010
3.000.726
446.884
27.049.974
256.621
28.467
4.239
0,949%
0,949%
31/03/2011
3.302.731
517.854
30.404.491
272.610
29.612
4.643
0,897%
0,897%
31/06/2011
2.711.412
564.073
32.056.399
280.493
23.724
4.935
0,875%
0,875%
31/09/2011
3.189.825
670.834
36.673.949
324.313
28.208
5.932
0,884%
0,884%
31/12/2011
3.581.799
733.621
39.893.196
313.888
28.182
5.772
0,787%
0,787%
Tabel 4.6 Ilustrasi Perhitungan Pendistribusian Bonus Wadiah di Bank SRA (dalam jutaan rupiah)
Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
52
Dari total pendapatan yang harus dibagikan, penulis mencari nilai distribusi bonus wadiah yang merupakan kontribusi pendapatan bank dari simpanan wadiah. Dari tabel 4.6, distribusi bonus wadiah dalam rupiah dapat dilihat pada kolom 5 dan 6, sedangkan untuk distribusi wadiah dalam persentase yang menggambarkan besarnya distribusi bonus wadiah terhadap saldo rata-rata wadiah dapat dilihat pada kolom 6 dan 7. Dari kedua perhitungan di atas, diperoleh nilai distribusi bonus untuk giro wadiah yang nilainya berkisar antara Rp 22.129.158.632 sampai dengan Rp 33.889.060.225 di kuartal 1 tahun 2010 sampai kuartal 4 tahun 2011 dan untuk tabungan wadiah nilainya berkisar antara Rp 739.461.534 sampai dengan Rp 5.932.298.149 di kuartal 1 tahun 2010 sampai kuartal 4 tahun 2011. Distribusi bonus wadiah untuk giro nilainya lebih besar dari tabungan, karena saldo rata-rata giro lebih besar jika dibandingkan dengan saldo rata-rata tabungan. Distribusi bonus wadiah terhadap saldo rata-rata wadiah untuk giro wadiah nilainya berkisar antara 0,787% sampai dengan 0,975% di kuartal 1 tahun 2010 sampai kuartal 4 tahun 2011 dan untuk tabungan wadiah nilainya berkisar antara 0,787% sampai dengan 0,975% di kuartal 1 tahun 2010 sampai kuartal 4 tahun 2011. Berikut ini adalah grafik yang diolah penulis yang menggambarkan tren pendapatan wadiah dan tren bonus wadiah di bank SRA.
Pendapatan dan Bonus Wadiah 40.000 35.000 30.000 25.000
Pendapatan Operasional Giro Wadiah
20.000
Bonus Giro Wadiah
15.000 10.000
Pendapatan Operasional Tabungan Wadiah
5.000
Bonus Tabungan Wadiah
0
Gambar 4.3 Grafik Pendapatan dan Bonus Wadiah di Bank SRA Tahun 2010-2011 (dalam jutaan rupiah)
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
53
Pendapatan wadiah untuk giro dan tabungan bank SRA mengalami kenaikan dan penurunan seiring dengan kenaikan dan penurunan dari pendapatan operasi utama bank SRA. Kenaikan pendapatan operasi utama disebabkan oleh meningkatnya perolehan pendapatan operasi utama dari pembiayaan yang diberikan dan pendapatan operasi utama lainnya dari investasi lain (kas). Bonus wadiah di Bank SRA baik dari produk giro maupun tabungan meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan pertumbuhan dana pihak ketiga Bank SRA. Bonus tabungan wadiah yang diberikan oleh bank SRA sempat mengalami penurunan yang cukup drastis, hal ini disebabkan oleh menurunnya pendanaan dari pihak ketiga berupa tabungan wadiah. 4.6.1.2 Analisis Pembayaran Bonus Wadiah di Bank SRA Bonus wadiah pada Bank SRA yang diberikan kepada nasabah mengacu kepada indikasi rate of return yang ada pada bank SRA. Indikasi rate of return wadiah di Bank SRA, dapat diperoleh dengan rumus yang akan dijelaskan berikut ini.
100%
Indikasi rate of return merupakan acuan bagi bank dalam memberikan bonus wadiah kepada nasabahnya. Besarnya bonus wadiah yang diberikan oleh bank tidak jauh dari indikasi rate of return bulan sebelumnya. Indikasi rate of return giro dan tabungan wadiah per bulan dapat diperoleh dengan ilustrasi pada tabel 4.7 dibawah ini yang datanya berasal dari laporan kuartalan (unaudited) bank SRA.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
54
Saldo Rata-rata Tanggal
Bonus yang Diberikan kepada Nasabah
Giro
Tabungan
Giro
Tabungan
(1)
(2)
(3)
(4)
Indikasi Rate of Return Wadiah (per bulan) Giro (5) = (3) x 100% (1)
Tabungan (6) = (4) x 100% (2)
Indikasi Rate of Return Wadiah (per tahun) Giro
Tabungan
(7) (5) x 12
(8) (6) x12
31/03/2010
2.268.957
264.570
1.504
288
0,066%
0,109%
0,79%
1,30%
31/06/2010
3.530.146
77.028
2.250
128
0,064%
0,167%
0,76%
2,00%
31/09/2010
2.785.861
372.194
1.897
356
0,068%
0,096%
0,81%
1,14%
31/12/2010
3.000.726
446.884
1.557
497
0,052%
0,111%
0,62%
1,33%
31/03/2011
3.302.731
517.854
1.981
468
0,060%
0,091%
0,72%
1,08%
31/06/2011
2.711.412
564.073
1.703
508
0,063%
0,090%
0,75%
1,08%
31/09/2011
3.189.825
670.834
1.899
600
0,060%
0,089%
0,71%
1,07%
31/12/2011
3.581.799
733.621
2.086
658
0,058%
0,090%
0,69%
1,07%
Tabel 4.7 Ilustrasi Perhitungan Indikasi Rate of Return Wadiah di Bank SRA (dalam jutaan rupiah)
Dari tabel 4.7 di atas, penulis dapat menunjukkan indikasi rate of return per bulan dari giro wadiah yang menjadi acuan bank SRA dalam memberikan bonus kepada nasabahnya tiap bulan, yang dapat dilihat di kolom 5 dan 6. Indikasi rate of return per bulan tersebut kemudian disetahunkan seperti yang dapat dilihat pada kolom 7 dan 8, sebagai informasi kepada nasabah, untuk melihat kemungkinan bonus yang akan diperoleh pada produk yang nasabah pilih. Akan tetapi indikasi tersebut hanya sebagai perkiraan bonus yang akan diperoleh nasabah, karena bonus wadiah tidak diperjanjikan di awal akad dan besarnya bergantung kepada kebijakan bank SRA. Dari ilustrasi di atas, dapat dilihat indikasi rate of return giro wadiah per tahun berkisar antara 0,623% sampai dengan 0,818% di kuartal 1 tahun 2010 sampai kuartal 4 tahun 2011, sedangkan indikasi rate of return tabungan wadiah per tahun berkisar antara 1,074% sampai dengan 2,003% di kuartal 1 tahun 2010 sampai kuartal 4 tahun 2011. Pembayaran bonus wadiah tiap bulan mempertimbangkan beberapa faktor seperti yang diperoleh penulis dari hasil wawancara, antara lain: 1. Keputusan Direksi atas dasar Komite ALMA (Asset and Liabilities Management).
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
55
2. Pendapatan bagi hasil bank setiap bulannya. 3. Jumlah kredit macet yang terjadi pada periode tersebut. Berdasarkan perhitungan di tabel 4.6 dan 4.7, dapat dilihat besarnya bonus wadiah yang didistribusikan kepada nasabah seperti yang dijelaskan dalam tabel 4.8 di bawah ini yang datanya berasal dari laporan kuartalan (unaudited) bank SRA.
Tanggal
Distribusi Bonus Wadiah (%)
Indikasi Rate of Return Wadiah (per bulan)
Bonus Wadiah yang diberikan kepada nasabah dari total pendapatan bonus wadiah bank SRA (per bulan)
Giro
Tabungan
Giro
Tabungan
Giro
Tabungan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5) = (3)/(1)
(6) = (4)/(2)
31/03/2010
0,975%
0,975%
0,066%
0,109%
6,801%
11,171%
31/06/2010
0,960%
0,960%
0,064%
0,167%
6,640%
17,386%
31/09/2010
0,968%
0,968%
0,068%
0,096%
7,035%
9,884%
31/12/2010
0,949%
0,949%
0,052%
0,111%
5,470%
11,726%
31/03/2011
0,897%
0,897%
0,060%
0,091%
6,692%
10,100%
31/06/2011
0,875%
0,875%
0,063%
0,090%
7,181%
10,294%
31/09/2011
0,884%
0,884%
0,060%
0,089%
6,734%
10,118%
31/12/2011
0,787%
0,787%
0,058%
0,090%
7,403%
11,414%
Tabel 4.8 Ilustrasi Pendapatan Wadiah terhadap Indikasi Rate of Return Wadiah di Bank SRA
Sebagai contoh, pada tanggal 31 Desember 2010, bank SRA memiliki pendapatan wadiah untuk giro sebesar 0,949% dari saldo rata-rata pihak ketiga. Dari jumlah tersebut, bank hanya membagikan 0,052% dari pendapatan tersebut kepada nasabah, sehingga bank mendapatkan pendapatan wadiah untuk giro sebesar 0,897% dari pendapatan tersebut. Dan untuk tabungan, bank SRA memiliki pendapatan wadiah sebesar 0,949% dari saldo rata-rata pihak ketiga. Dari jumlah tersebut, bank hanya membagikan 0,111% dari pendapatan tersebut kepada nasabah, sehingga bank mendapatkan pendapatan wadiah untuk tabungan sebesar 0,838 dari pendapatan tersebut. Indikasi rate of return per kuartal bank SRA relatif stabil dari kuartal 1 tahun 2010 sampai dengan kuartal 4 tahun 2011. Dari tabel di atas juga dapat dianalisis lebih lanjut besarnya persentase bonus wadiah yang diberikan kepada nasabah dari total pendapatan bonus wadiah yang diperoleh bank SRA seperti yang dapat dilihat pada kolom 5 dan 6. Dari pendapatan bonus yang diperoleh bank SRA, bonus yang diberikan kepada
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
56
nasabah pemilik giro wadiah berkisar antara 5,470% sampai dengan 7,403% dari total pendapatan bonus giro wadiah bank SRA pada kuartal 1 tahun 2010 sampai dengan kuartal 4 tahun 2011. Sedangkan bonus yang diberikan untuk nasabah pemilik tabungan wadiah berkisar antara 9,884% sampai dengan 17,386% dari total pendapatan bonus tabungan wadiah bank SRA pada kuartal 1 tahun 2010 sampai dengan kuartal 4 tahun 2011. 4.6.2 Analisis Pendistribusian dan Pembayaran Bonus Wadiah di Bank MTR Tahapan pendistribusian dan pembayaran bonus di bank SRA tidak jauh berbeda dengan tahapan pendistribusian dan pembayaran bonus di bank MTR yang akan dijelaskan di dalam sub-bab di bawah ini: 4.6.2.1 Analisis Pendistribusian Bonus Wadiah di Bank MTR Dalam melakukan pendistribusian bonus wadiah, harus dicari terlebih dahulu
total
pendapatan
yang
dibagihasilkan.
Total
Pendapatan
yang
dibagihasilkan diambil penulis dari laporan keuangan kuartalan (unaudited), di dalam laporan keuangan tersebut penulis sudah mendapatkan total nilai pendapatan yang dibagihasilkan, penulis tidak mendapatkan perhitungan yang lebih detail dari total pendapatan yang dibagihasilkan tersebut. Selanjutnya total pendapatan yang dibagihasilkan akan didistribusikan kepada setiap jenis simpanan sesuai dengan proporsi saldo rata-rata jenis simpanan terhadap total jenis simpanan. Untuk nilai distribusi bonus wadiah di Bank MTR, dapat diperoleh dengan rumus yang akan dijelaskan berikut ini.
Penulis telah menyusun perhitungan distribusi bonus wadiah dalam bentuk tabel. Untuk ilustrasi perhitungannya pendisribusian bonus wadiah di bank MTR, dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini yang datanya berasal dari laporan kuartalan (unaudited) bank MTR.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
37
Bank MTR Saldo Rata‐rata Tanggal
Giro
Total Pendapatan yang harus dibagihasilkan
(3)
(4)
Distribusi Bonus Wadiah (Rp)
Distribusi Bonus Wadiah (%)
31/03/2010
146.299
356.322
2.852.374
32.717
31/06/2010
205.011
490.250
3.571.851
38.683
Tabungan Giro (6) = (2) x (4) (7) =(5) (1) (3) 1,147% 1.678 4.087 1,083% 2.220 5.309
31/09/2010
217.880
557.446
4.747.173
51.051
2.343
(1)
Tabungan
Total Saldo Rata‐Rata Pihak Ketiga
(2)
Giro (5) = (1) x (4) (3)
Tabungan (8) = (6) (1) 1,147%
5.995
1,075%
1,075% 1,111%
1,083%
31/12/2010
280.971
687.035
5.513.939
61.252
3.121
7.632
1,111%
31/03/2011
301.110
779.654
5.950.445
66.279
3.354
8.684
1,114%
1,114%
31/06/2011
416.496
863.502
6.512.425
70.665
4.519
9.370
1,085%
1,085%
31/09/2011
350.980
1.114.008
8.113.761
89.324
3.864
12.264
1,101%
1,101%
31/12/2011
366.293
970.179
7.088.774
78.118
4.037
10.691
1,102%
1,102%
Tabel 4.9 Ilustrasi Perhitungan Pendistribusian Bonus Wadiah di Bank MTR (dalam jutaan rupiah)
Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
58
Penulis mencari nilai distribusi bonus wadiah yang merupakan pendapatan wadiah yang dimiliki oleh bank MTR dari total pendapatan yang harus dibagikan. Dari tabel di atas, dapat dilihat distribusi bonus wadiah pada kolom 5 untuk giro dan kolom 6 untuk tabungan. Dari ilustrasi di atas, diperoleh nilai distribusi bonus untuk giro wadiah yang nilainya berkisar antara Rp 1.678.063.390 sampai dengan Rp 4.519.313.442 di kuartal 1 tahun 2010 sampai kuartal 4 tahun 2011 dan untuk tabungan wadiah nilainya berkisar antara Rp 4.087.047.096 sampai dengan Rp 12.264.059.860 di kuartal 1 tahun 2010 sampai kuartal 4 tahun 2011. Distribusi bonus wadiah untuk tabungan nilainya lebih besar dari giro, karena saldo rata-rata tabungan lebih besar jika dibandingkan dengan saldo rata-rata giro. Distribusi bonus wadiah terhadap saldo rata-rata wadiah untuk giro wadiah nilainya berkisar antara 1,075% sampai dengan 1,147% di kuartal 1 tahun 2010 sampai kuartal 4 tahun 2011 dan untuk tabungan wadiah nilainya berkisar antara 1,083% sampai dengan 1,147% di kuartal 1 tahun 2010 sampai kuartal 4 tahun 2011. Berikut ini adalah grafik yang diolah penulis yang menggambarkan tren pendapatan wadiah dan tren bonus wadiah di bank MTR.
Pendapatan dan Bonus Wadiah 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000
Pendapatan Operasional Giro Wadiah Bonus Giro Wadiah
2.000
Pendapatan Operasional Tabungan Wadiah
0
Bonus Tabungan Wadiah
Gambar 4.4 Grafik Pendapatan dan Bonus Wadiah di Bank MTR Tahun 2010-2011 (dalam jutaan rupiah)
Pendapatan wadiah untuk giro dan tabungan bank MTR mengalami kenaikan dan penurunan seiring dengan kenaikan dan penurunan dari pendapatan
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
59
operasi utama bank MTR. Kenaikan pendapatan operasi utama disebabkan antara lain oleh meningkatnya perolehan pendapatan operasi utama dari pembiayaan yang diberikan dan pendapatan operasi utama lainnya dari investasi lain. Bonus wadiah di Bank MTR dari produk giro mengalami pergerakan yang relatif stabil, karena pendapatan wadiah atas giro yang relatif stabil pergerakannya. Bonus untuk tabungan wadiah sempat mengalami penurunan pada kuartal 3 tahun 2010, hal ini disebabkan karena pendapatan wadiah atas tabungan pada periode tersebut juga mengalami penurunan. 4.6.2.2 Analisis Pembayaran Bonus Wadiah di Bank MTR Bonus wadiah yang diberikan kepada nasabah mengacu kepada indikasi rate of return yang ada pada bank MTR. Indikasi rate of return wadiah di Bank MTR, dapat diperoleh dengan rumus yang akan dijelaskan berikut ini.
100%
Indikasi rate of return yang ada pada bank MTR merupakan acuan dalam pemberian bonus wadiah kepada nasabah. Indikasi rate of return giro dan tabungan wadiah per bulan dapat diperoleh dengan ilustrasi dalam tabel 4.10 dibawah ini yang datanya berasal dari laporan kuartalan (unaudited) bank MTR.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
60
Saldo Rata-rata
Bonus yang Diberikan kepada Nasabah
Indikasi Rate of Return Wadiah (per bulan)
Indikasi Rate of Return Wadiah (per tahun)
Tanggal Giro
Tabungan
Giro
Tabungan
Giro
(1)
(2)
(3)
(4)
146.299
356.322
186
1.059
0,127%
0,297%
1,52%
3,56%
205.011
490.250
253
1.410
0,123%
0,288%
1,48%
3,45%
217.880
557.446
269
1.134
0,123%
0,203%
1,48%
2,44%
280.971
687.035
358
1.450
0,127%
0,211%
1,52%
2,53%
301.110
779.654
383
1.642
0,127%
0,211%
1,52%
2,52%
416.496
863.502
513
1.762
0,123%
0,204%
1,47%
2,44%
350.980
1.114.008
433
2.257
0,123%
0,203%
1,48%
2,43%
1,50%
2,35%
(5)= (3) x 100% (1)
Tabungan (6) = (4) x 100% (2)
Giro
Tabungan
(7) (5) x 12
(8) (6) x 12
31/03/2010 31/06/2010 31/09/2010 31/12/2010 31/03/2011 31/06/2011 31/09/2011 31/12/2011 366.293 970.179 459 1.905 0,125% 0,196% Tabel 4.10 Ilustrasi Perhitungan Indikasi Rate of Return Wadiah di Bank MTR (dalam jutaan rupiah)
Indikasi rate of return perbulan giro wadiah yang menjadi acuan bank MTR dalam memberikan bonus giro kepada nasabahnya per bulan dapat dilihat pada kolom 5 dan 6. Untuk informasi kepada nasabah tentang kemungkinan bonus yang akan diperoleh pada produk yang dipilih, indikasi rate of return perbulan yang telah diperoleh dari perhitungan di atas kemudian disetahunkan. Bonus yang diberikan oleh Bank MTR tidak diperjanjikan di awal akad, karena apabila diperjanjikan di awal, bonus tersebut akan mengandung unsur riba. Nasabah dapat meminta indikasi rate of return periode sebelumnya kepada pihak bank sebagai perkiraan tentang bonus yang akan diperoleh. Akan tetapi, pihak bank tidak dapat menjamin besarnya bonus tersebut di awal akad karena selain tidak diperbolehkan dalam islam, bonus yang diberikan kepada nasabah besarnya tergantung kepada kebijakan masing-masing bank dimana hal tersebut tergantung dari kenaikan dan penurunan angka indikasi rate of return
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
61
Dari ilustrasi di atas, dapat dilihat indikasi rate of return giro wadiah per tahun bank MTR berkisar antara 1,478% sampai dengan 1,529% di kuartal 1 tahun 2010 sampai kuartal 4 tahun 2011, sedangkan indikasi rate of return tabungan wadiah per tahun berkisar antara 2,356% sampai dengan 3,566% di kuartal 1 tahun 2010 sampai kuartal 4 tahun 2011. Pembayaran bonus wadiah tiap bulan mempertimbangkan beberapa faktor seperti yang diperoleh penulis dari hasil wawancara, antara lain: 1. Keputusan rapat direksi. 2. Pendapatan bagi hasil bank setiap bulannya. 3. Jumlah kredit macet yang terjadi pada periode tersebut. Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.9 dan 4.10, dapat dilihat besarnya bonus wadiah yang didistribusikan kepada nasabah seperti yang dijelaskan dalam tabel 4.11 di bawah ini.
Distribusi Bonus Wadiah (%)
Tanggal
31/03/2010 31/06/2010 31/09/2010 31/12/2010 31/03/2011 31/06/2011 31/09/2011 31/12/2011
Giro Tabungan (1) (2) 1,147% 1,147% 1,083% 1,083% 1,075% 1,075% 1,111% 1,111% 1,114% 1,114% 1,085% 1,085% 1,101% 1,101% 1,102% 1,102%
Bonus Wadiah yang diberikan kepada nasabah Indikasi Rate of Return Wadiah dari total pendapatan bonus wadiah bank MTR (per bulan) (per bulan) Giro Tabungan Giro Tabungan (3) (4) (5) = (3)/(1) (6) = (4)/(2) 11,084% 25,911% 0,127% 0,297% 11,395% 26,557% 0,123% 0,288% 11,481% 18,917% 0,123% 0,203% 11,470% 18,999% 0,127% 0,211% 11,420% 18,908% 0,127% 0,211% 11,351% 18,805% 0,123% 0,204% 11,206% 18,403% 0,123% 0,203% 11,371% 17,818% 0,125% 0,196%
Tabel 4.11 Ilustrasi Pendapatan Wadiah Terhadap Indikasi Rate of Return Wadiah di Bank MTR (dalam jutaan rupiah)
Sebagai contoh, pada tanggal 31 Desember 2010, pendapatan wadiah yang diperoleh bank MTR untuk giro sebesar 1,111% dari saldo rata-rata pihak ketiga. Dari jumlah tersebut, bank hanya membagikan 0,127% dari pendapatan tersebut kepada nasabah, sehingga bank mendapatkan pendapatan wadiah untuk giro sebesar 0,984% dari pendapatan tersebut. Dan untuk tabungan, bank MTR
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
62
memiliki pendapatan wadiah sebesar 1,111% dari saldo rata-rata pihak ketiga. Dari jumlah tersebut, bank hanya membagikan 0,211% dari pendapatan tersebut kepada nasabah, sehingga bank mendapatkan pendapatan wadiah untuk tabungan sebesar 0,900% dari pendapatan tersebut. Dari tabel di atas juga dapat dianalisis lebih lanjut besarnya persentase bonus wadiah yang diberikan kepada nasabah dari total pendapatan bonus wadiah yang diperoleh bank MTR seperti yang dapat dilihat pada kolom 5 dan 6. Dari pendapatan bonus yang diperoleh bank MTR, bonus yang diberikan kepada nasabah pemilik giro wadiah berkisar antara 11,084% sampai dengan 11,481% dari total pendapatan bonus giro wadiah bank MTR pada kuartal 1 tahun 2010 sampai dengan kuartal 4 tahun 2011. Sedangkan bonus yang diberikan untuk nasabah pemilik tabungan wadiah berkisar antara 17,818% sampai dengan 26,557% dari total pendapatan bonus tabungan wadiah bank MTR pada kuartal 1 tahun 2010 sampai dengan kuartal 4 tahun 2011.
4.7 Evaluasi Kesesuaian Pengakuan dan Pengukuran Wadiah pada Bank SRA dan Bank MTR dengan PSAK No. 59 (revisi 2003) dan PSAK No. 101 Tahun 2011 Akuntansi syariah merupakan proses akuntansi atas transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, yang diperlukan untuk
mendukung
kegiatan
yang
harus
dilakukan
sesuai
syariah
(Nurhayati,Wasilah, 2009). Menurut PSAK, dalam transaksi syariah harus berdasarkan
persaudaraan
(ukhuwah),
keadilan
(‘adalah),
kemaslahatan
(maslahah), keseimbangan (tawazun) dan universalisme (syumuliyah) dimana setiap transaksi dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling rida, diakui sepanjang objeknya halal dan baik, tidak mengandung prinsip nilai waktu dari uang (time value of money), dilakukan berdasarkan perjanjian yang jelas dan benar dan tidak mengandung unsur kolusi, riba, kezaliman, masyir (spekulatif), gharar (ketidakjelasan) dan haram. Akuntansi dapat menjadi suatu alat kontrol untuk mengetahui apakah suatu transaksi pada lembaga keuangan syariah telah sesuai syariah atau belum.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
63
4.7.1 Evaluasi Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Wadiah pada Bank SRA dengan PSAK No. 59 (revisi 2003) dan PSAK No. 101 Tahun 2011 1. Penerimaan setoran dana dari nasabah Jurnal atas penerimaan dana dari nasabah yang dicatat oleh Bank SRA dapat dikatakan sesuai dengan PSAK No.59 (revisi 2003) pada paragraf 137, tentang pengakuan dan pengukuran dana wadiah. Di dalam PSAK tersebut dijelaskan bahwa dana wadiah diakui sebesar jumlah dana yang dititipkan pada saat terjadinya transaksi, dan Bank SRA mengakui giro wadiah dan tabungan wadiah yang diterimanya sebesar jumlah dana yang dititipkan pada saat terjadinya transaksi. 2. Penerimaan yang diperoleh atas pengelolaan dana wadiah Jurnal atas penerimaan yang diperoleh atas pengelolaan wadiah pada Bank SRA dapat dikatakan sudah sesuai dengan ketentuan syariah yang diatur dalam PSAK No. 59 (revisi 2003) pada paragraf 137 tentang pengakuan dan pengukuran dana wadiah. Di dalam PSAK tersebut dijelaskan bahwa penerimaan yang diperoleh atas pengelolaan dana titipan diakui sebagai pendapatan bank dan bukan merupakan unsur keuntungan yang harus dibagikan, dan Bank SRA mengakui bahwa penerimaan tersebut sebagai pendapatan bank yang bukan merupakan keuntungan yang harus dibagikan, bank akan memberikan bonus yang nilainya sesuai dengan kebijakan bank dan tidak diperjanjikan diawal akad. 3. Pemberian bonus kepada nasabah Jurnal untuk pemberian bonus wadiah kepada nasabah dapat dikatakan sudah sesuai dengan ketentuan syariah yang diatur dalam PSAK No. 59 (revisi 2003) pada paragraf 138 tentang pengakuan bonus dalam transaksi wadiah, dimana dalam PSAK tersebut dijelaskan bahwa pemberian bonus wadiah kepada nasabah diakui sebagai beban pada saat terjadinya, dan saat Bank SRA memberikan bonus wadiah kepada nasabah, bank langsung mencatat pemberian bonus tersebut sebagai beban. 4. Penerimaan bonus dari penempatan dana pada bank syariah lain Jurnal penerimaan bonus dari penempatan dana pada bank syariah lain dapat dikatakan sudah sesuai dengan ketentuan syariah yang diatur dalam PSAK No. 59 (revisi 2003) pada paragraf 138 tentang pengakuan bonus dalam transaksi wadiah.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
64
Di dalam PSAK tersebut dijelaskan bahwa penerimaan bonus dari penempatan dana pada bank syariah lain diakui sebagai pendapatan pada saat kas diterima, dan saat Bank SRA menerima bonus dari penempatan dana pada bank syariah lain, bank langsung mencatat bonus tersebut sebagai pendapatan pada saat kas diterima. 5. Penerimaan bonus dari penempatan dana syariah pada Bank Sentral (Bank Indonesia) Jurnal penerimaan bonus dari penempatan dana pada Bank Indonesia dapat dikatakan sudah sesuai dengan ketentuan syariah yang diatur dalam PSAK No. 59 (revisi 2003) pada paragraf 138 tentang pengakuan bonus dalam transaksi wadiah. Di dalam PSAK tersebut dijelaskan bahwa penerimaan bonus dari penempatan dana pada bank sentral diakui sebagai pendapatan pada saat kas diterima, dan Bank SRA mencatat bonus yang diterima dari penempatan dana pada bank sentral sebagai pendapatan pada saat kas diterima. Penyajian Kewajiban terkait wadiah dilaporkan dalam neraca bagian kewajiban pada pos giro wadiah dan tabungan wadiah telah sesuai dengan PSAK No. 101 tahun 2011 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah paragraf 61 yang berisi untuk beberapa entitas syariah, seperti institusi keuangan, penyajian aset dan kewajiban berdasarkan urutan likuiditas memberikan informasi yang lebih relevan dan dapat diandalkan dibandingkan penyajian berdasarkan lancar dan tidak lancar atau jangka pendek dan jangka panjang karena entitas syariah pada industri tersebut tidak menyediakan barang atau jasa selama siklus operasi yang dapat diidentifikasi secara jelas. Untuk informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi telah diatur di dalam PSAK No. 101 paragraf 100, beban diklasifikasikan berdasarkan sifatnya. Bank SRA telah melakukan penyajian terhadap beban sesuai dengan PSAK No. 101, pendapatan atas biaya administrasi disajikan dalam pos pendapatan operasional lainnya bagian jasa layanan, sedangkan untuk bonus yang diberikan kepada nasabah disajikan ke dalam pos beban bonus titipan wadiah.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
65
Pengungkapan Berdasarkan PSAK No. 101 tahun 2011 paragraf 75 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah yang menjelaskan entitas syariah mengungkapkan dalam laporan posisi keuangan atau catatan atas laporan keuangan, subklasifikasi pos yang disajikan, dan diklasifikasikan dengan cara yang tepat sesuai dengan operasinya. Terkait wadiah, bank SRA telah mengungkapkan wadiah sesuai dengan pos-posnya. Dibagian kewajiban, bank SRA telah mengklasifikasikan simpanan wadiah menjadi giro wadiah dan tabungan wadiah. Untuk pendapatan jasa administrasi tabungan wadiah dan giro wadiah, Bank SRA menggabungkan dengan pendapatan jasa administrasi lainnya. Untuk beban bonus wadiah, bank SRA telah menggunakan klasifikasi berdasarkan sifat atau fungsinya, untuk menyediakan informasi yang lebih andal dan lebih relevan sesuai dengan PSAK No. 101 tahun 2011 paragraf 96. 4.7.2 Evaluasi Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Wadiah pada Bank MTR dengan dengan PSAK No. 59 (revisi 2003) dan PSAK No. 101 Tahun 2011 1. Penerimaan setoran dana dari nasabah Jurnal atas penerimaan dana dari nasabah yang dicatat oleh Bank MTR dapat dikatakan sudah sesuai dengan syariah, karena sudah sesuai dengan PSAK No.59 (revisi 2003) pada paragraf 137, tentang pengakuan dan pengukuran dana wadiah. Di dalam PSAK tersebut dijelaskan bahwa dana wadiah diakui sebesar jumlah dana yang dititipkan pada saat terjadinya transaksi, dan Bank MTR mengakui giro wadiah dan tabungan wadiah yang diterimanya sebesar jumlah dana yang dititipkan pada saat terjadinya transaksi. 2. Penerimaan yang diperoleh atas pengelolaan dana wadiah Jurnal atas penerimaan yang diperoleh atas pengelolaan wadiah pada Bank MTR dapat dikatakan sudah sesuai dengan ketentuan syariah yang diatur dalam PSAK No. 59 (revisi 2003) pada paragraf 137 tentang pengakuan dan pengukuran dana wadiah. Di dalam PSAK tersebut dijelaskan bahwa penerimaan yang diperoleh atas pengelolaan dana titipan diakui sebagai pendapatan bank dan bukan merupakan unsur keuntungan yang harus dibagikan, dan Bank MTR mengakui bahwa penerimaan tersebut sebagai pendapatan bank yang bukan merupakan
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
66
keuntungan yang harus dibagikan karena dari penerimaan tersebut, bank akan memberikan bonus yang nilainya sesuai dengan kebijakan bank dan tidak diperjanjikan diawal akad. 3. Pemberian bonus kepada nasabah Jurnal untuk pemberian bonus wadiah kepada nasabah dapat dapat dikatakan sudah sesuai dengan ketentuan syariah yang diatur dalam PSAK No. 59 (revisi 2003) pada paragraf 138 tentang pengakuan bonus dalam transaksi wadiah, dimana dalam PSAK tersebut dijelaskan bahwa pemberian bonus wadiah kepada nasabah diakui sebagai beban pada saat terjadinya, dan saat Bank MTR memberikan bonus wadiah kepada nasabah, bank langsung mencatat pemberian bonus tersebut sebagai beban. 4. Penerimaan bonus dari penempatan dana pada bank syariah lain Jurnal penerimaan bonus dari penempatan dana pada bank syariah lain dapat dikatakan sudah sesuai dengan ketentuan syariah yang diatur dalam PSAK No. 59 (revisi 2003) pada paragraf 138 tentang pengakuan bonus dalam transaksi wadiah. Di dalam PSAK tersebut dijelaskan bahwa penerimaan bonus dari penempatan dana pada bank syariah lain diakui sebagai pendapatan pada saat kas diterima, dan saat Bank MTR menerima bonus dari penempatan dana pada bank syariah lain, bank langsung mencatat bonus tersebut sebagai pendapatan pada saat kas diterima. 5. Penerimaan bonus dari penempatan dana syariah pada Bank Sentral (Bank Indonesia) Jurnal penerimaan bonus dari penempatan dana pada Bank Indonesia dapat dikatakan sudah sesuai dengan ketentuan syariah yang diatur dalam PSAK No. 59 (revisi 2003) pada paragraf 138 tentang pengakuan bonus dalam transaksi wadiah. Di dalam PSAK tersebut dijelaskan bahwa penerimaan bonus dari penempatan dana pada bank sentral diakui sebagai pendapatan pada saat kas diterima, dan Bank MTR mencatat bonus yang diterima dari penempatan dana pada bank sentral sebagai pendapatan pada saat kas diterima. Penyajian Kewajiban terkait wadiah dilaporkan dalam neraca bagian kewajiban pada pos giro wadiah dan tabungan wadiah telah sesuai dengan PSAK No. 101 tahun
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
67
2011 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah paragraf 61 yang berisi untuk beberapa entitas syariah, seperti institusi keuangan, penyajian aset dan kewajiban berdasarkan urutan likuiditas memberikan informasi yang lebih relevan dan dapat diandalkan dibandingkan penyajian berdasarkan lancar dan tidak lancar atau jangka pendek dan jangka panjang karena entitas syariah pada industri tersebut tidak menyediakan barang atau jasa selama siklus operasi yang dapat diidentifikasi secara jelas. Untuk informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi telah diatur di dalam PSAK No. 101 paragraf 100, beban diklasifikasikan berdasarkan sifatnya. Bank MTR telah melakukan penyajian terhadap beban sesuai dengan PSAK No. 101, bonus yang diberikan kepada nasabah disajikan ke dalam pos beban bonus titipan wadiah. Pengungkapan Berdasarkan PSAK No. 101 tahun 2011 paragraf 75 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah yang menjelaskan entitas syariah mengungkapkan dalam laporan posisi keuangan atau catatan atas laporan keuangan, subklasifikasi pos yang disajikan, dan diklasifikasikan dengan cara yang tepat sesuai dengan operasinya. Terkait wadiah, bank MTR telah mengungkapkan wadiah sesuai dengan pos-posnya. Dibagian kewajiban, bank MTR telah mengklasifikasikan simpanan wadiah menjadi giro wadiah dan tabungan wadiah. Untuk beban bonus wadiah, bank MTR telah menggunakan klasifikasi berdasarkan sifat atau fungsinya, untuk menyediakan informasi yang lebih andal dan lebih relevan sesuai dengan PSAK No. 101 tahun 2011 paragraf 96.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan penulis, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1.
Akad wadiah yang terdapat di bank SRA dan bank MTR adalah wadiah yad dhamanah, yang definisinya sesuai dengan PSAK No.59 (revisi 2003).
2.
Akad wadiah di bank SRA dan bank MTR telah sesuai dengan fatwa DSN No: 01/DSN-MUI/IV/2000 tentang giro wadiah dan fatwa DSN No: 02/DSNMUI/IV/2000 tentang tabungan wadiah.
3.
Penyajian wadiah di bank SRA dan bank MTR telah sesuai dengan PSAK No. 101 tahun 2011 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah paragraf 61, sedangkan untuk pengungkapan wadiah telah sesuai dengan PSAK No. 101 tahun 2011 paragraf 75, 96 dan 100.
4.
Pendistribusian bonus wadiah di bank SRA dan bank MTR menggunakan cash basis. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pendistribusian dan pembayaran bonus wadiah kepada nasabah yaitu: a. Membuat laporan laba rugi komprehensif yang menggunakan accrual bassis. b. Membuat rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil yang menghasilkan pendapatan operasional utama yang sudah menjadi kas. c. Menghitung nilai distribusi bonus untuk simpanan wadiah dari nilai pendapatan operasional utama yang sudah menjadi kas d. Memberikan bonus wadiah kepada nasabah sesuai dengan kebijakan bank SRA dan bank MTR. Bonus wadiah yang diberikan kepada nasabah nilainya mengacu kepada nilai indikasi rate of return periode sebelumnya. e. Bonus yang diberikan oleh bank SRA untuk produk giro wadiah berkisar antara 0,623% sampai dengan 0,818% di kuartal 1 tahun 2010 sampai kuartal 4 tahun 2011, sedangkan indikasi rate of return tabungan wadiah per tahun berkisar antara 1,074% sampai dengan 2,003%. Bonus yang diberikan oleh bank MTR untuk giro wadiah per tahun berkisar antara
68 Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
69
1,478% sampai dengan 1,529% di kuartal 1 tahun 2010 sampai kuartal 4 tahun 2011, sedangkan indikasi rate of return tabungan wadiah per tahun berkisar antara 2,356% sampai dengan 3,566% di kuartal 1 tahun 2010 sampai kuartal 4 tahun 2011 .
5.2 Saran Saran yang dapat diberikan oleh penulis untuk bank SRA dan bank MTR adalah: 1. Bank SRA dan bank MTR memisahkan penempatan dana wadiah dan dana simpanan lainnya, sehingga perhitungan bonus wadiah dan bagi hasil dari simpanan lain tidak bercampur menjadi satu, karena menjadi tidak adil bagi pemilik simpanan lain dimana kontribusi simpanan wadiah belum tentu sama besarnya dengan kontribusi simpanan lain.
5.3 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan yang dihadapi penulis dalam melakukan penelitian adalah penulis tidak mendapatkan rincian total pendapatan yang dibagihasilkan dari bank MTR. Selain itu, penulis mengalami kesulitan dalam mendapatkan laporan keuangan per bulan dari bank SRA dan bank MTR sehingga dalam melakukan perhitungan bonus, penulis menggunakan laporan keuangan kuartalan dari masing-masing bank.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
DAFTAR REFERENSI
Antonio, Muhammad Syafi’i. (2005). Bank syariah dari teori ke praktik. Jakarta: Gema Insani Press dan Tazakia Cendikia.
Bank Indonesia. (2008). Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI/2008: sertifikat bank indonesia syariah. Jakarta: Bank Indonesia.
Bank Indonesia. (2008). Peraturan Bank Indonesia No. 10/23/PBI/2008: giro wajib minimum dalam rupiah dan valuta asing bagi bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Jakarta: Bank Indonesia.
Bank Mandiri, (2012). Suku bunga PT. Bank mandiri (persero) tbk. Diakses pada 15 Juni 2012 pukul 0.55. http://www.bankmandiri.co.id/resource/bunga_02122011.asp
Bank Rakyat Indonesia Syariah, (2012). Consumer banking. Diakses pada 15 Juni 2012 pukul 0.40. http://www.brisyariah.co.id/?q=tabungan-brisyariah
Bank Rakyat Indonesia Syariah, (2012). Sejarah BRI syariah. Diakses pada 15 Juni 2012 pukul 0.40. http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah
Bank Rakyat Indonesia Syariah, (2012). BRI syariah laporan keuangan publikasi maret 2010. Diakses pada 15 Juni 2012 pukul 0.45. http://www.brisyariah.co.id/sites/default/files/laporan_keuangan/Publikasi %20BRI%20Syariah_Maret_2010_0.pdf
70
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
71
Bank Rakyat Indonesia Syariah, (2012). BRI syariah laporan keuangan publikasi juni 2010. Diakses pada 15 Juni 2012 pukul 0.45. http://www.brisyariah.co.id/sites/default/files/laporan_keuangan/Publikasi %20BRI%20Syariah_Juni_2010.pdf
Bank Rakyat Indonesia Syariah, (2012). BRI syariah laporan keuangan publikasi september 2010. Diakses pada 15 Juni 2012 pukul 0.45. http://www.brisyariah.co.id/sites/default/files/laporan_keuangan/Publikasi %20BRI%20Syariah_September_2010.pdf
Bank Rakyat Indonesia Syariah, (2012). BRI syariah laporan keuangan publikasi desember 2010. Diakses pada 15 Juni 2012 pukul 0.45. http://www.brisyariah.co.id/sites/default/files/laporan_keuangan/Publikasi %20BRI%20Syariah_Desember_2010.pdf
Bank Rakyat Indonesia Syariah, (2012). BRI syariah laporan keuangan publikasi maret 2011. Diakses pada 15 Juni 2012 pukul 0.45. http://www.brisyariah.co.id/sites/default/files/laporan_keuangan/Publikasi %20BRISyariah%20Maret%202011.pdf
Bank Rakyat Indonesia Syariah, (2012). BRI syariah laporan keuangan publikasi juni 2011. Diakses pada 15 Juni 2012 pukul 0.45. http://www.brisyariah.co.id/sites/default/files/laporan_keuangan/Publikasi %20BRISyariah%20Juni%202011.pdf
Bank Rakyat Indonesia Syariah, (2012). BRI syariah laporan keuangan publikasi september 2011. Diakses pada 15 Juni 2012 pukul 0.45. http://www.brisyariah.co.id/sites/default/files/laporan_keuangan/Publikasi %20BRISyariah%20September%202011.pdf
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
72
Bank Rakyat Indonesia Syariah, (2012). BRI syariah laporan keuangan publikasi desember 2011. Diakses pada 15 Juni 2012 pukul 0.45. http://www.brisyariah.co.id/sites/default/files/laporan_keuangan/Publikasi %20BRISyariah%20Desember%202011.pdf
Bank Syariah Mandiri. (2012). Info perusahaan. Diakses pada 15 Juni 2012 pukul 0.30. http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/
Bank Syariah Mandiri. (2012). Produk dana. Diakses pada 15 Juni 2012 pukul 0.30. http://www.syariahmandiri.co.id/category/consumer-banking/produkdanaconsumer/
Bank Syariah Mandiri. (2012). BSM financial report first quarter 2010. Diakses pada 15 Juni 2012 pukul 0.36. http://syariahmandiri.co.id/wp-content/uploads/2010/05/LaporanKeuangan-BSM-TRIWULAN-I-2010.pdf
Bank Syariah Mandiri. (2012). BSM financial report second quarter 2010. Diakses pada 15 Juni 2012 pukul 0.36. http://www.syariahmandiri.co.id/wp-content/uploads/2010/03/LaporanKeuangan-BSM-TRIWULAN-II-2010.pdf
Bank Syariah Mandiri. (2012). BSM financial report third quarter 2010. Diakses pada 15 Juni 2012 pukul 0.36. http://www.syariahmandiri.co.id/wp-content/uploads/2010/03/LaporanKeuangan-BSM-TRIWULAN-III-2010.pdf
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
73
Bank Syariah Mandiri. (2012). BSM financial report fourth quarter 2010. Diakses pada 15 Juni 2012 pukul 0.36. http://www.syariahmandiri.co.id/wp-content/uploads/2010/03/LaporanKeuangan-BSM-TRIWULAN-IV-2010.pdf
Bank Syariah Mandiri. (2012). BSM financial report first quarter 2011. Diakses pada 15 Juni 2012 pukul 0.36. http://www.syariahmandiri.co.id/wp-content/uploads/2010/03/LaporanKeuangan-BSM-TRIWULAN-I-2011.pdf
Bank Syariah Mandiri. (2012). BSM financial report second quarter 2011. Diakses pada 15 Juni 2012 pukul 0.36. http://www.syariahmandiri.co.id/wp-content/uploads/2010/03/LpKeuPublis-BSMtoREPUBLIKA-WARNA-1.5hal-juni2011-to-email.pdf
Bank Syariah Mandiri. (2012). BSM financial report third quarter 2011. Diakses pada 15 Juni 2012 pukul 0.36. http://www.syariahmandiri.co.id/wp-content/uploads/2010/03/LaporanKeuangan-BSM-TRIWULAN-III-2011.pdf
Bank Syariah Mandiri. (2012). BSM financial report fourth quarter 2011. Diakses pada 15 Juni 2012 pukul 0.36. http://www.syariahmandiri.co.id/wp-content/uploads/2010/03/LaporanKeuangan-BSM-TRIWULAN-IV-2011.pdf
Dewan Standar Akuntansi Indonesia. (2003). Pernyataan standar akuntansi keuangan no. 59 (revisi 2003): akuntansi perbankan syariah, Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia.
Dewan Standar Akuntansi Indonesia. (2003). Pedoman akuntansi perbankan syariah indonesia. Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
74
Dewan Standar Akuntansi Indonesia. (2008). Pernyataan standar akuntansi keuangan no. 101 (revisi 2008): penyajian laporan keuangan syariah. Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. (2000). Himpunan fatwa DSN MUI 2000. Jakarta: DSN-MUI.
Nurhayati, Sri, dan Wasilah (2009). Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Sekaran, Uma. (2006). Metodologi penelitian untuk bisnis (Buku 1, edisi keempat), (Kwan Mmen Yon, Penerjemah). Jakarta: Salemba Empat.
Sekaran, Uma. (2006). Metodologi penelitian untuk bisnis (Buku 2, edisi keempat), (Kwan Mmen Yon, Penerjemah). Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV.Alfabeta.
Wiroso, (2009). Penghimpunan dana dan distribusi hasil usaha bank syariah. Jakarta: Grasindo.
Zuhaili, Wahbah. (1999). Fiqh mu’amalah perbankan syariah. Jakarta: Mu’amalat Institute.
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Istilah dalam Akuntansi Syariah
•
Al-Musyarakah, konsep ini diterapkan pada model partnership atau joint venture. Keuntungan yang diraih akan dibagi dalam rasio yang disepakati sementara kerugian akan dibagi berdasarkan rasio ekuitas yang dimiliki masing-masing pihak.
•
Al-Mudharabah, adalah perjanjian antara penyedia modal dengan pengusaha. Setiap keuntungan yang diraih akan dibagi menurut rasio tertentu yang disepakati. Resiko kerugian ditanggung penuh oleh pihak Bank kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan.
•
Al-Muzara'ah, adalah bank memberikan pembiayaan bagi nasabah yang bergerak dalam bidang pertanian/perkebunan atas dasar bagi hasil dari hasil panen.
•
Al-Musaqah, adalah bentuk lebih yang sederhana dari muzara'ah, di mana nasabah hanya bertanggung-jawab atas penyiramaan dan pemeliharaan, dan sebagai imbalannya nasabah berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.
•
Bai' Al-Murabahah, adalah penyaluran dana dalam bentuk jual beli.
•
Bai' As-Salam, adalah pihak bank akan membelikan barang yang dibutuhkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka.
•
Bai' Al-Istishna' merupakan bentuk As-Salam khusus di mana harga barang bisa dibayar saat kontrak, dibayar secara angsuran, atau dibayar di kemudian hari. Bank mengikat masing-masing kepada pembeli dan penjual secara terpisah, tidak seperti As-Salam di mana semua pihak diikat secara bersama sejak semula. Dengan demikian, bank sebagai pihak yang mengadakan barang bertanggung-jawab kepada nasabah atas kesalahan pelaksanaan pekerjaan dan jaminan yang timbul dari transaksi tersebut.
•
Al-Ijarah artinya upah, sewa, jasa atau imbalan.
75
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
76
•
Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik adalah perjanjian antara Bank (Mu'ajjir) dengan Nasabah (Musta'jir) sebagai penyewa. Musta'jir/penyewa setuju akan membayar uang sewa selama masa sewa yang diperjanjikan dan bila sewa berakhir penyewa mempunyai hak opsi untuk memindahkan kepemilikan obyek sewa tersebut.
•
’Ariyah artinya sesuatu yang dipinjam, pergi dan kembali atau beredar (perbuatan seseorang yang membolehkan atau mengizinkan orang lain untuk mengambil manfaat barang miliknya tanpa ganti rugi.
•
Al-Sharf adalah transaksi jual beli suatu valuta dengan valuta lain.
•
Ar-Rahn artinya menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima (barang yang ditahan memiliki nilai ekonomis), dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian utangnya.
•
Al-Wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh suatu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.
•
Al-Kafalah adalah perjanjian pemberian jaminan yang dilakukan oleh penanggung (kafi’il) kepada pihak ketiga (makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau pihak yang ditanggung (makful anhu/ashil).
•
Al-Hawalah secara harfiah adalah pengalihan, pemindahan, perubahan warna kulit atau memikul sesuatu di atas pundak, objek yang dialihkan dapat berupa utang atau pitang. Jenis akad ini pada dasarnya adalah akad tabaruu’ yang bertujuan untuk saling tolong menolong untuk menggapai ridho Allah.
•
Qardhul Hasan adalah pinjaman tanpa dikenakan biaya (hanya wajib membayar sebesar pokok utangnya).
•
Wadiah artinya memanfaatkan sesuatu ditempat yang bukan pada pemiliknya untuk dipelihara (dalam bahasa Indonesia disebut titipan).
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
77
Lampiran 2 Formulir Pembukaan Rekening Tabungan Wadiah di Bank SRA
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
78
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
79
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
80
Lampiran 3 Formulir Pembukaan Rekening Giro Wadiah di Bank SRA
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
81
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
82
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
83
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
84
Lampiran 4 Formulir Pembukaan Rekening Tabungan Wadiah di Bank MTR
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
85
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
86
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
87
Lampiran 5 Formulir Pembukaan Rekening Giro Wadiah di Bank MTR
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
88
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
89
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
90
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
91
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
92
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
93
Lampiran 6 Bagian dari Neraca Bank SRA
PT BANK SRA Neraca (sebagian) 31 Desember 20xx
PASSIVA
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
94
Dana Simpanan Wadiah
a. Giro Wadiah
xxx
b. Tabungan Wadiah
xxx
Lampiran 7 Bagian dari Laporan Laba/Rugi Bank SRA
PT BANK SRA Laporan Laba/Rugi dan Saldo Laba Periode 1 Januari s.d. 30 Desember 20xx
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
95
Pendapatan dan Beban Operasional Pendapatan Operasional Lainnya
Jasa layanan
xxx
Beban Operasional Lainnya
Beban Bonus Titipan Wadiah
xxx
Lampiran 8 Bagian dari Neraca Bank MTR
PT BANK MTR Neraca (sebagian)
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
96
31 Desember 20xx
PASSIVA Simpanan
a. Giro Wadiah
xxx
b. Tabungan Wadiah
xxx
Lampiran 9 Bagian dari Laporan Laba/Rugi Bank MTR
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012
97
PT BANK MTR Laporan Laba/Rugi dan Saldo Laba Periode 1 Januari s.d. 30 Desember 20xx
Beban Operasional Beban Operasional Lainnya
Beban Bonus Titipan Wadiah
xxx
Universitas Indonesia Analisis penerapan..., Anom Wicaksono, FE UI, 2012