Analisis Keberhasilan Bank
BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BANK
A. Analisis Rasio Likuiditas Analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajibankewajiban jangka pendek atau kewajiban yang sudah jatuh tempo.
Rasio likuiditas yang sering digunakan untuk menilai kinerja suatu bank antara lain: a) Cash Ratio (CR) Untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali nasabah pada saat ditarik dengan menggunakan alat-alat likuid yang dimiliknya.
Rumus:
Alat likuid: uang kas di bank dan rekening giro yang disimpan di Bank Indonesia
b) Reserve Requirement (RR) Likuiditas wajib minimum merupakan ketentuan bagi setiap bank umum untuk menyisihkan sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun dalam bentuk giro wajib minimum yang berupa rekening giro bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia.
Besarnya RR telah mengalami perubahan dari 2%, 3% dan terakhir sejak tahun 1997 sebesar 5%.
Komonen dana pihak ketiga terdiri dari: Giro Depositi berjangka Setifikat deposito Tabungan Kewajiban jangka pendek, dll
Sistem Informasi Perbankan- GRR
43
Analisis Keberhasilan Bank
c) Loan to Deposit Ratio (LDR) Menyatakan seberapa jauh kemmapuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Semakin tinggi rasio tersebut, maka semakin rendah likuiditas bank tersebut.
Rumus:
d) Loan to Asset Ratio (LAR) Merupakan
kemampuan
bank
untuk
memenuhi
permintaan
kredit
dengan
menggunakan total aset yang dimiliki bank.
Rumus:
Semakin tinggi rasio ini maka tingkat likuiditasnya rendah karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya makin besar.
e) Rasio kewajiban bersih Call Money (NCM) Persentase dari rasio oini menunjukkan besarnya kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancer atau aktiva yang paling likuid dari bank.
Rumus:
Aktiva lancar: Uang kas, Giro di Bank Indonesia, Sertifikat Bank Indonesia, SPBU.
Semakin kecil rasio ini, maka likuiditas bank ini semakin baik karena bank dapat menutup kewajiban antar bank dengan alat likuid yang dimilikinya.
Sistem Informasi Perbankan- GRR
44
Analisis Keberhasilan Bank
B. Analisis Rasio Profitabilitas Alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan
Alat rasio profitabilitas suatu bank antara lain: 1. Return on Asset (ROA) Untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan.
Rumus:
Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar tingkat keuntungan bank dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan aset.
2. Return on Equity (ROE) Untuk mengukur kemmapuan bank dalam memperoleh keuntungan bersih dikaitkan dengan pembayaran deviden.
Rumus:
Semakin besar rasio ini, maka semakin besar kenaikan laba bersih bank yang bersangkutan, selanjutnya akan menaikkan harga saham bank dan semakin besar pula deviden yang diterima investor.
3. Rasio Biaya Operasional (OCR) Untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank melakukan kegiatan operasinya.
Rumus:
Biaya operasional diperoleh dari COLF (Cost of Loanable Fund)
Sistem Informasi Perbankan- GRR
45
Analisis Keberhasilan Bank
Pendapatan operasional diperoleh dari jasa pemberian kredit bank (bunga pinjaman, appraisal fee, supervision fee, commitment fee, sindication fee, dll).
4. Net Profit Margin (NPM) Rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Rumus:
Pendapatan operasional berasal dari pemberian kredit dengan resiko kredit macet, selisih kurs valas jika kredit dalam valas dll.
C. Analisis Rasio Solvabilitas Untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank.
Rasio yang digunakan pada analisis solvabilitas adalag: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR) Untuk mengukur kecukuoan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan rwsiko, misalnya kredit yang diberikan.
Rumus:
Modal inti: modal disetor, cadangan, laba ditahan, agio saham, dll.
Modal pelengkap berasal dari: a) Cadangan revaluasi AT: selisih penilaian kembali AT dengan persetujuan Dirjen Pajak b) Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikan: cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laporan R/L tahun berjalan c) Modal kuasi/capital instrument: warkat yang memiliki sifat seperti modal
Sistem Informasi Perbankan- GRR
46
Analisis Keberhasilan Bank
d) Pinjaman subordinasi: pinjaman antar bank dengan persetujuan Bank Indonesia dengan jangka waktu minimal 5 tahun dan bila pelunasan sebelum jatuh tempo harus persetujuan Bank Indonesia
2. Debt to Equity Ratio (DER) Untuk mengukur kemampuan bank untuk menutup sebagian atau seluruh hutanghutangnya dengan dana yang berasal dari modal sendiri.
Rumus:
Semakin tinggi rasio ini, maka semakin kecil kemampuan membayar hutangnya dari modal sendiri.
3. Long Term Debt to Asset Ratio (LTDTA) Untuk mengukur seberapa jauh nilai seluruh aktiva bank dibiayai atau dananya diperoleh dari sumber hutang jangka panjang. Rumus:
Hutang jangka panjang berasal dari dana pinjaman dari bank lain, simpanan masyarakat diatas 1 tahun, pinjaman luar negei, investasi dari investor.
Semakin besar rasio ini, maka semakin kecil kemampuan untuk membayar hutang dari aktiva.
Sistem Informasi Perbankan- GRR
47