ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, TINGKAT BAGI HASIL, SERTIFIKAT WADIAH BANK INDONESIA TERHADAP PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA (Studi Kasus Pada PT Bank Syariah Mandiri) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Najahi Badruzaman NIM : 105081002486
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, TINGKAT BAGI HASIL, SERTIFIKAT WADIAH BANK INDONESIA TERHADAP PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA
(Studi Kasus Pada PT Bank Syariah Mandiri) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Najahi Badruzaman NIM : 105081002486 Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
M. Arief Mufraini. Lc, M.si
NIP: 196902032001121003
NIP: 197701222003121001 Penguji Ahli
Indoyama Nasaruddin NIP: 1974112700112001 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, TINGKAT BAGI HASIL, SERTIFIKAT WADIAH BANK INDONESIA TERHADAP PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA (Studi Kasus Pada PT Bank Syariah Mandiri) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Najahi Badruzaman NIM : 105081002486 Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
M. Arief Mufraini. Lc, M.si
NIP: 196902032001121003
NIP: 197701222003121001
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF
Hari ini selasa tanggal 13 Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan ujian
komprehensif atas
nama
Najahi Badruzaman NIM
:
105081002486 dengan judul skripsi “ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, TINGKAT BAGI HASIL, SERTIFIKAT WADIAH BANK INDONESIA TERHADAP PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA (Studi Kasus Pada PT Bank Syariah Mandiri)”. Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 13 Oktober 2009
Tim Penguji Komprehensif
Indoyama Nasaruddin, SE, MAB.
Arief Mufraini, Lc, M,Si.
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM. Penguji Ahli
Daftar Riwayat Hidup
I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Najahi Badruzaman
2. Tempat & Tgl. Lahir
: Pemalang, 14 Februari 1986
3. Alamat
: JL. Raya Klareyan Rt 001 Rw 002 Desa Klareya, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang
4. Telepon
: 081 326 950 663
5. Email
:
[email protected]
II. PENDIDIKAN 1. SD
: SDN 02 Klareyan
2. SMP
: MTsN Pemalang
3. SMA
: MAN Pemalang
4. S1
: UIN Syarif Hidayatullah
III. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Anggota Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2005. 2. Anggota Bidang Pengembangan Ekonomi Ikatan Remaja Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2006. 3. Anggota Bidang Kajian Lingkar Studi Ekonomi Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2006. 4. Koordinator Keagamaan Badan Eksekutif Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008.
ABSTRACT This research find out significant effect between deposit, profit and loss sharing rate, wadiah Islamic certificate of Bank Indonesia on profit and loss sharing financing syariah bank in Indonesia. The semple is taken based on 20052008 time series period of Bank Syariah Mandiri. This research uses the ECM (Error Corection Model) which in used to analyze the significant effect between the independent and dependent variable for short and long term. The results show that profit and loss sharing rate and wadiah Islamic certificate of Bank Indonesia have the significant effect to mudharaba and musharaka financing amount for short term. While deposit, mudharaba profit and loss sharing rate and wadiah Islamic certificate of Bank Indonesia have the significant effect to mudharaba financing amount, but deposit, musharaka profit and loss sharing rate have the significant effect to musharaka financing amount for the long term. Keywords : Mudharaba Financing, Musharaka Fiancing, Deposit, Profit and Loss Sharing Rate, Wadiah Islamic Certificate of Bank Indonesia, Error Correction Model.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, sertifikat wadiah bank Indonesia terhadap pembiayaan pada bank syariah. Sampel yang diambil berdasarkan periode runtun waktu bank syariah mandiri dari tahun 2005-2008. Penelitian ini menggunakan metode ECM (Error Correction Model) yang digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel bebas dan variabel terikat baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa untuk jangka pendek tingkat bagi hasil dan sertifikat wadiah bank Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Sementara itu untuk jangka panjang dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil mudharabah, sertifikat wadiah bank Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah pembiayaan mudharabah, tetapi dana pihak ketiga dan tingkat bagi hasil musyarakah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah pembiayaan musyarakah. Kata Kunci : Pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah, dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, sertifikat wadiah bank Indonesia, Error Correction Model.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Dzat yang maha pengasih dan maha penyayang, sehingga dengan kasih sayangNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam penulis haturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW serta keluarga dan para sahabatnya. Penulis merasa bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh kemampuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat mengharap kritik serta saran yang membagun bagi penulis serta untuk menghasilkan penelitian yang lebih baik. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Penulis juga sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang memberikan kontribusi, pengarahan, serta motifasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala ketulusan hati penulis ingin memberikan penghargaan setingi-tingginya dan mengucapkan untaian terima kasih yang mendalam kepada : 1. Kedua orang tuaku tercinta, yang selalu mendoakan serta berusaha memberikan yang terbaik kepada penulis, adikku tersayang Reno Fiqi Pradana semoga menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua, kepada Pakde, Bude, Om serta Bulek terima kasih atas segala bantuan, bimbingan serta motivasinya semoga mendapat sebaik-baiknya balasan dari Allah SWT. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, Ms. Selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku pembimbing I yang telah banyak memberi nasihat serta bimbingannya kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 4. Bapak M. Arif Mufraini, Lc, M.si selaku pembimbing II yang telah memberikan
banyak
waktunya
untuk
memberi
masukan,
serta
bimbingannya kepada penulis. 5. Segenap dosen fakultas ekonomi dan bisnis yang telah memberikan ilmu kepada penulis sehingga penulis menjadi manusia yang lebih baik. 6. Segenap karyawan fakultas ekonomi dan bisnis yang telah membantu dan memberi pelayanan dengan optimal untuk kelancaran kegiatan belajar kami. 7. Kepada saudaraku Okta Ferdiansyah HS, S.Kom yang selalu membimbing penulis dalam menghadapi kehidupan sebagai mahasiswa. 8. Saudaraku Muhammad Mirza Mushoffa calon S.Kom yang selalu membuat suasana menjadi lebih ceria, semoga dapat menyelesaikan studinya dengan baik. 9. Saudaraku Muhandis
Ulil Abshor calon S.Kom, semoga dapat
menyelesaikan studinya dengan baik. 10. Sahabat serta teman-teman yang telah menjadi teman yang baik selama menjalani proses belajar di UIN, Faizal SE, Azmi SE, Miftah SE, Topay, Ridho, Lutfah, Rahmah dan lain sebagainya. Tanpa mengurangi rasa persahabatan penulis tidak bisa menyebutkan satu per satu, semoga ukhuwah kita tetap terjaga. 11. Kawan-kawan manajemen C angkatan 2005, Faizal SE, Azmi SE, Gozali, Revi, Firmansyah, Ahmad Rifai, Erlangga, Wita SE, Sarah SE, Kiki SE, Rina SE, Rosa SE, Nur Hidayah. Tanpa mengurangi rasa persahabatan
penulis tidak bisa menyebutkan satu per satu, semoga ukhuwah kita tetap terjaga. 12. Kawan-kawan Jurusan Akuntansi, Heriyanto, Munandar SE, Arief SE, Asbah, Kamal, Priyatna. Tanpa mengurasi rasa persahabatan penulis tidak bisa menyebutkan satu per saru, semoga ukhuwah kita tetap terjaga. 13. Keluarga Besar Pengurus BEM-FEIS periode 2007-2008, Shobah SE, Abraham ”Bram”, Ilham ”Onta”, Hadi SE, Najitullah, Fifi SE, Ayu. Tanpa mengurangi rasa persahabatan penulis tidak bisa menyebutkan satu persatu, semoga ukhuwah kita tetap terjaga. 14. Kawan-kawan organisasi, tanpa mengurangi rasa persahabatan penulis tidak bisa menyebutkan satu persatu, semoga ukhuwah kita tetap terjaga. 15. Kepada semua orang yang terlibat dalam penulisan skripsi ini, semoga mendapatkan sebaik-baiknya balasan dari Allah SWT. Atas segala kontribusinya, penulis mendoakan semoga mendapat balasan dari Allah SWT dengan sebaik-baiknya balasan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari skripsi ini, akan tetapi semoga dapat member manfaat bagi para pembaca. Jakarta, 30 November 2009
Najahi Badruzaman
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup
iv
Abstract
v
Abstrak
vi
Kata Pengantar
vii
Daftar Isi
x
Bab I : Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian
1
B. Perumusan Masalah
8
C. Tujuan Penelitian
9
D. Manfaat Penelitian
10
Bab II : Tinjauan Pustaka A. Pengertian Bank Syariah
12
B. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah
14
1. Pengertian Pembiayaan
14
2. Tujuan Pembiayaan
15
3. Produk-produk Pembiayaan Bank Syariah C. Manajemen Permodalan Bank Syariah
15 22
1. Fungsi Modal Bank Syariah
22
2. Sumber Modal Bank Syariah
23
3. Produk-produk Penghimpun Dana Bank Syariah
27
D. Bagi Hasil Pada Bank Syariah
33
1. Metode Perhitungan Bagi Hasil
33
2. Penetapan Nisbah Bagi Hasil
34
E. Kebijakan Moneter
35
1. Instrumen Kebijakan Moneter
36
2. Kebijakan Moneter Dalam Islam
37
3. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
38
F. Penelitian Terdahulu
39
G. Kerangka Pemikiran
42
H. Hipotesis
44
Bab III : Metodologi Penelitian
A. Ruang Lingkup Penelitian
46
B. Metode Penentuan Sampel
46
C. Metode Pengumpulan Data
47
D. Metode Analisis
47
1. Uji Stasioneritas
49
2. Uji Kointegrasi
49
3. Error Correction Model
50
E. Operasional Variabel Penelitian
51
Bab IV : Hasil dan Pembahasan A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
54
1. Sejarah Singkat Perusahaan
54
2. Visi dan Misi
56
3. Produk-produk Bank Syariah Mandiri
57
B. Hasil dan Pembahasan
67
1. Analisis Deskriptif
67
2. Pembiayaan Mudharabah
80
a. Uji Stasioneritas
80
b. Uji Kointegrasi
82
c. Uji Error Correction Model Jangka Pendek
83
d. Uji Error Correction Model Jangka Panjang
86
3. Pembiayaan Musyarakah
88
a.
Uji Stasioneritas
88
b.
Uji Kointegrasi
90
c.
Uji Error Correction Model Jangka Pendek
91
d.
Uji Error Correction Model Jangka Panjang
94
C. Interpretasi
96
1. Pembiayaan Mudharabah
96
2. Pembiayaan Musyarakah
99
Bab V : Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan
102
B. Saran
104
Daftar Pustaka
106
Lampiran
DAFTAR TABEL Tabel Keterangan
Halaman
1.1
Pembiayaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
2
4.1
Pembiayaan Mudharabah Bank Syariah Mandiri
68
4.2
Dana Pihak Ketiga Bank Syariah Mandiri
69
4.3
Tingkat Bagi Hasil Mudharabah Bank Syariah Mandiri
71
4.4
Sertiwikat Wadiah Bank Indonesia
73
4.5
Pembiayaan Musyarakah Bank Syariah Mandiri
74
4.6
Dana Pihak Ketiga Bank Syariah Mandiri
76
4.7
Tingkat Bagi Hasil Musyarakah Bank Syariah Mandiri
78
4.8
Sertifikat Wadiah Bank Syariah Mandiri
79
4.9
Uji Unit Root Mudharabah
81
4.10
Uji Kointegrasi Mudharabah
83
4.11
ECM Jangka Pendek Mudharabah
84
4.12
ECM Jangka Panjang Mudharabah
87
4.13
Uji Unit Root Musyarakah
89
4.14
Uji Kointegrasi Musyarakah
91
4.15
ECM Jangka Pendek Musyarakah
92
4.16
ECM Jangka Panjang Musyarakah
94
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Seiring
dengan
perkembangan
perekonomian
di
Negara
Indonesia, muncul berbagai institusi komersial modern yang bergerak dibidang keuangan, salah satunya adalah bank. Bank adalah lembaga keuangan yang berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan serta menyalurkannya dalam bentuk kredit atau pembiayaan. Dalam
penjelasan
Undang-Undang
Nomor
7
Tahun
1992
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Undang-Undang tersebut juga menetapkan bahwa perbankan di Indonesia
menganut
Dual
Banking
System,
yaitu
perbankan
konvensional dan perbankan syariah. Fungsi utama bank adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Bank juga berperan sebagai lembaga perantara (Financial Intermediary) antara pihak yang memiliki kelebihan dana (Surplus Spending Unit) dengan pihak lain yang membutuhkan dana
(Deficit Spending Unit), diharapkan dengan dana yang terkumpul dapat memenuhi kebutuhan dana pembiayaan yang tidak disediakan oleh pemerintah. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran
serta
peredaran
uang
yang
pengoperasiannya
disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam (Muhammad, 2002:1). Menurut Maruf Amin (2007:3-4) berkembangan bank syariah di Inidonesia dipengaruhi oleh potensial market yamg cukup besar, serta ditetapkannya bunga bank haram oleh Majelis Ulama Indonesia. Salah satu indikator utama untuk mengukur perkembangan bank syariah di Indonesia adalah dengan melihat besarnya jumlah pembiayaan yang diasalurkan oleh bak syariah kepada nasabahnya. Secara rinci dapat dilihat pada
tabel
pembiayaan yang
diterbitkan
oleh statisitk
perbankan syariah dari tahun 2005 sampai tahun 2009. Tabel 1.1 Pembiayaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah (Miliar Rupiah) Rupiah) Akad (Contract) Akad Mudharabah Akad Musyarakah Akad Murabahah
2005
2006
2007
2008 2008
2009
3.124
2.335
4.406
7.441
8.108
1.898
4.052
5.578
6.205
5.890
9.487
12.628
16.553
22.486
22.732
Akad Salam
0
0
0
0
0
Akad Istishna
282
337
351
369
404
Akad Ijarah
316
836
516
765
962
Akad Qard
125
250
540
959
1.211
Lainnya
0
0
0
0
0
Total
15.232
20.445
27.944
38.195
39.308
Sumber: Statistik Perbankan Syariah (2009)
Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah Indonesia tahun 2009 jumlah penyaluran dana (pembiayaan) yang dilakukan bank syariah di Indonesia terus mengalami penignkatan. Dari sejumlah skema pembiayaan yang ditawarkan, skema murabahah (pembiayaan jual beli) yang paling tinggi dibanding dengan musyarakah dan
mudharabah (pembiayaan bagi hasil). Skema murabahah lebih disukai mengingat karakteristik skema
murabahah
ini
lebih
tidak
berisiko
dan
lebih
mudah
untuk
dilaksanakan. Skema murabahah memiliki kepastian keuntungan dan pendapatan yang diterapkan melalui mekanisme mark up. Selain itu karakteristik
dari
skema
murabahah
lebih
berorientasi
pada
pembiayaan jangka pendek, sehingga untuk perbankan syariah yang saat ini sedang mengalami pertumbuhan hal ini lebih disukai. Meskipun pembiayaan bagi hasil atau profit and loss sharing (PLS) merupakan ciri utama dari perbankan syariah karena memenuhi prinsip-prinsip kesetaraan, keadilan dan kejujuran, dimana dengan konsep bagi hasil ini bank syariah siap berbagi resiko usaha tidak seperti pembiayaan berbasis bunga pada bank konvensional yang
nasabah peminjamnya menanggung semua resiko, akan tetapi dalam menyalurkan dananya bank syariah lebih menyukai pembiayaan
murabahah dengan sistem mark up. Hal ini dikarenakan Profit and loss sharing merupakan jenis akad natural uncertainty contract dimana dalam akad ini keuntungan dan pendapatannya belum pasti.
Sebagia lembaga perantara, bank syariah dalam menjalankan fungsinya
selain
menghimpun
dana
dari
masyarakat
juga
menyalurkannya kembali kemasyarakan dalam pembiayaan. Untuk mengurangi idle money (uang yang menganggur) bank harus menyalurkan sejumlah dananya dalam bentuk aktiva produktif salah satunya adalah dalam bentuk pembiayaan. Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan (Muhammad, 2005:17). Menurut Adiwarman (2004:97), secara garis besar produk pembiayaan pada bank syariah terbagi kedalam empat kategori yang dibedekan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu pembiayaan dengan
prinsip
jual
beli,
pembiayaan
dengan
prinsip
sewa,
pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, pembiayaan dengan akad pelengkap. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil diterapkan pada produk-produk pembiayaan yang belum pasti tingkat pendapatannya
seperti akad musyarakah dan mudharabah. Pada pembiayaan dengan prinsip jual beli dan prinsip sewa, bank syariah menggunakan sistem margin untuk menetapakan keuntungan. Sistem margin ini diterapkan untuk produk-produk pembiayaan yang telah pasti waktu pembayaran dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh seperti akad murabahah,
salam, istishna, dan ijarah. Kemampuan bank syariah dalam memberikan pembiayaan sangat dipengaruhi oleh kemampuan bank syariah dalam menyerap dana pihak ketiga yang berasal dari masyarakat. Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai, atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai (Zainul Arifin, 2006:47). Adapun dana pihak ketiga pada bank syariah terdiri dari Giro
wadiah dengan akad wadiah, dalam hal ini bank syariah menggunakan prinsip
wadi'ah
yad
dhamanah
dimana
bank
syariah
dapat
menggunakan dana tersebut serta berhak atas pendapatan yang diperoleh dari pemanfaatan harta titipan tersebut, bank juga harus menjamin pengembalian nominal simpanan wadiah apabila pemilik dana menarik kembali dananya pada saat tertentu atau sewaktuwaktu, baik sebagian maupun seluruhnya. Dalam bentuk tabungan dengan akad wadiah yang juga menggunakan prinsip wadi'ah yad
dhamanah dan akad mudharabah, dan dalam bentuk deposito dengan akad mudharabah yang memiliki jangka waktu 1 bulan sampai lebih dari 12 bulan.
Pembiayaan memiliki hubungan yang erat dengan tingkat keuntungan yang dapat dihimpun oleh bank syariah. Secara tidak lansung dapat dikatakan semakin tinggi tingkat pendapatan bank syariah semakin tinggi pula pembiayaan yang disalurkan (Maryanah, 2006:17). Dalam kegiatan operasionalnya, bank syariah melarang penggunaan bunga bank (riba) dan menggunakn nisbah bagi hasil (profit/loss sharing contract) sebagai penggantinya. Pada pembiayaan bagi hasil bank syariah menggunakan metode nisbah atau tingkat bagi hasil sebagai untuk menetapkan jumlah keuntungan yang akan dibagi antara nasabah dengan pihak bank. Dalam menghitung tingkat bagi hasil dapat didasarkan pada dua cara yaitu profit sharing (bagi laba) dan revenue sharing (bagi pendapatan),
yakni
sebagai
berikut (Slamet Wiyono, 2006:56).
Perhitungan bagi hasil menurut profit sharing adalah perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada laba dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha dikurangi dengan beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut. Sedangkan Perhitungan bagi hasil menurut revenue sharing adalah perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada revenue (pendapatan) dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha sebelum dikurangi dengan beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut. Sementara itu, berkaitan dengan kebijakan yang diambil oleh bank sentral bahwa dunia perbankan indonesia menganut dual bankin
system, Bank Indonesia selaku bank sentral dalam mengatur jumlah
uang beredar menggunakan kebijakan moneter. Kebijakan moneter adalah kebijakan
pemerintah
untuk
memperbaiki
keadaan
perekonmian melalui pengaturan jumlah uang beredar. Jumlah uang beredar, dalam analisis ekonomi makro, memiliki pengaruh penting terhadap tingkat output perekonomian, juga terhadap stabilitas hargaharga. Uang yang beredar terlalu tinggi tanpa disertai kegiatan produksi yang seimbang, ditandai dengan meningkatnya harga-harga pada seluruh barang dalam perekonomian atau dikenal dengan istilah inflasi. Melaui kebijakan moneter pemerintah dapat mempertahankan, menambah atau mengurangi jumlah uang beredar dalam upaya mempertahankan
kemampuan
pertumbuhan
ekonomi,
sekaligus
mengendalikan inflasi. Apabila pemerintah menambah jumlah uang beredar, maka pemerintah dikatakan pemerintah menempuh kebijakan moneter ekspansif (monetary expansive). Sebaliknya jika pemerintah mengurangi jumlah uang beredar, pemerintah menempuh kebijakan moneter kontraktif (monetary contractive) atau deisebut juga dengan kebijakan uang ketat (Mandala, 2004:387) Salah satu cara yang dipergunakan pemerintah dalam melakukan kebijakan moneter adalah dengan melakukan operasi pasar terbuka yaitu dengan menjual atau membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Sertifikat Bank Indonesia ini merupakan salah satu instrumen kebijakan moneter bagi bank konvensional. Kemudian agar kebijakan moneter tersebut dapat berjalan sesuai dengan prinsip syariah, maka Bank Indonesia menerbitkan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yang dapat digunakan untuk penyimpanan dana jangka pendek bagi
bank syariah akibat kelebihan likuiditas dengan prinsip wadiah atau titipan yang pengambilannya dilakukan setelah jangka waktu penitipan dana wadiah berakhir. Wadiah adalah perjanjian penitipan dana antara pemilik dana
dengan
pihak
penerima
titipan.
Bank Indonesia
memberikan bonus kepada bank syariah atas dana yang disimpan dalam bentuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia. Bonus tersebut mengacu
kepada
tingkat
indikasi
imbalan
sertifikan
investasi
mudharabah antar bank (IMA) pada pasar uang antar bank syariah (PUAS).
Dengan melihat pentingnya pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga perantara, penulis ingin melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah pada bank syariah baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Penelitian ini berjudul ”ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, TINGKAT BAGI HASIL, SERTIFIKAT WADIAH BANK INDONESIA, TERHADAP PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (STUDI KASUS PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI)”. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh berdasarkan runtun waktu (time series) dengan periode penelitai tahun 2005 sampai dengan tahun 2008. Penelitian ini menggunakan metode analisis model dinamis yaitu Error Correction Model (ECM).
Dari hasil penelitian ini penulis mengharapkan dapat mengetahui faktorfaktor yang dapat mempengaruhi pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah pada PT Bank Syariah Mandiri secara lebih terperinci.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang akan penulis kemukakan pada penelitian ini adalah : 1. Apakah faktor dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia secara parsial maupun simultan dalam jangka pendek mempengaruhi jumlah pembiayaan mudharabah pada Bank Syariah Mandiri? 2. Apakah faktor dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia secara parsial maupun simultan dalam jangka panjang mempengaruhi jumlah pembiayaan mudharabah pada Bank Syariah Mandiri? 3.
Apakah faktor dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia secara parsial maupun simultan dalam jangka pendek mempengaruhi jumlah pembiayaan musyarakah pada Bank Syariah Mandiri?
4.
Apakah faktor dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia secara parsial maupun simultan dalam jangka panjang mempengaruhi jumlah pembiayaan musyarakah pada Bank Syariah Mandiri?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis pengaruh dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia terhadap jumlah pembiayaan
mudharabah dalam jangka pendek pada Bank Syariah Mandiri. 2. Untuk menganalisis pengaruh dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia terhadap jumlah pembiayaan
mudharabah dalam jangka panjang pada Bank Syariah Mandiri. 3. Untuk menganalisis pengaruh dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia terhadap jumlah pembiayaan
musyarakah dalam jangka pendek pada Bank Syariah Mandiri. 4. Untuk menganalisis pengaruh dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia terhadap jumlah pembiayaan
musyarakah dalam jangka panjang pada Bank Syariah Mandiri.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjadi
wahana
pengetahuan dan pengalaman mengenai perbankan syariah serta sebagi perbandingan antara konsep-konsep yang telah dipelajari dari
perkuliahan
dengan
prakteknya
dan
mencoba
untuk
menerapkan pada keadaan nyata. Penelitian ini juga merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1). 2. Bagi Pengelola Bank
Dapat memberikan informasi yang berguna agar lebih meningkatkan kinerja bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memberikan pembiayaan bagi hasil sehingga pembiayaan yang diberikan dapat disesuaikan dengan karakter sumber dana pihak ketiga. Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan pembiayaan untuk mengurangi Non Performing Financing.
3. Bagi Nasabah Bagi nasabah penelitian ini dapat memberikan informasi yang dibutuhkan, dengan informasi tersebut nasabah dapat mengambil keputusan yang lebih baik dalam memilih jenis pembiayaan yang dibutuhkan. Nasabah juga dapat mengetahui perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional serta dapat membandingkan sistem mana yang mampu memberikan keamanan dan keuntungan bagi nasabah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA PUSTAKA
A. Pengertian Bank Syariah Bank berdasarkan Prinsip Syariah (BPS) adalah Bank Umum Syariah (BUS) atau Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, atau dengan kata lain yaitu bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Islam (Malayu Hasibuan, 2007:39). Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran
serta
peredaran
uang
yang
pengoperasiannya
disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam (Muhammad, 2002:1). Berdasarkan keterangan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, disimpulkan bahwa undang-undang tersebut mengatur secara rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diterapkan oleh bank syariah, sehingga bank syariah dapat melaksanakan fungsinya sebagai lembaga perantara (Financial Intermediary) antara pihak yang memiliki kelebihan dana (Surplus Unit) dengan pihak lain yang memerlukan dana (Deficit Unit). Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka
cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah.
Sebagaimana disebutkan dalam butir 13 Pasal 1 Undang Undang Perbankan Indonesia memberikan batasan pengertian prinsip syariah sebagai aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan Syariah, antara lain, pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak Bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). Adapun prinsip-prinsip Islam dalam muamalah yang harus diperhatikan oleh pelaku investasi syariah (pihak terkait) adalah (IAI, 2002): 1. Tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi zatnya maupun cara mendapatkannya, serta tidak menggunakannya untuk hal-hal yang haram. 2. Tidak mendzalimi dan tidak didzalimi. 3. Keadilan pendistribusian kemakmuran. 4. Transaksi dilakukan atas dasar ridha sama ridha.
5. Tidak ada unsur riba, maysir (perjudian/spekulasi), dan gharar (ketidakjelasan/samar-samar). Fungsi Bank Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank konvensional, yakni sebagai lembaga intermediasi (intermediary
institution) yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Perbedaan pokok antara bank syariah dengan bank konvensional terletak dalam jenis keuntungan yang diambil bank dari transaksitransaksi yang dilakukannya. Bank Syariah melakukan kegiatan usahanya tidak berdasarkan bunga (interest fee), tetapi berdasarkan pada prinsip syariah yaitu prinsip pembagian keuntungan dan kerugian (profit and loss sharing atau PLS).
B. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah 1. Pengertian Pembiayaan Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan menyebutkan bahwa pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayaai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Menurut Muhammad (2005:17) Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang
diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan oleh bank syariah kepada nasabah atau pihak yang kekurangan dana dengan tujuan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan serta menghasilkan keuntungan yang maksimal. 2. Tujuan Pembiayaan Menurut pembiayaan
Muhammad dibedakan
(2005:17-18), menjadi
dua
secara
umum
tujuan
kelompok
yaitu:
tujuan
pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro. a. Secara Makro Pembiayaan secara makro bertujuan untuk peningkatan ekonomi umat, menyediakan dana bagi peningkatan usaha, meningkatkan produktivitas, membuka lapangan kerja baru, serta adanya distribusi pendapatan. b. Secara Mikro Secara
makro
tujuan
pembiayaan
adalah
untuk
memaksimalakan laba, meminimalkan resoko, pendayagunaan sumber daya ekonomi, serta penyaluran kelebihan dana yang dimiliki oleh masyarakat.
3. ProdukProduk-Produk Pembiayaan Bank Syariah Menurut
Adiwarman
(2004:231),
dalam
menyalurkan
dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah
terbagi
menjadi
empat
kategori
yang
dibedakan
berdasarkan tujuan penggunaannya. a. Pembiayaan dengan prinsip jual beli Prinsip jual beli (Ba’i) dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer
property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian atas harga barang yang di jual. 1) Pembiayaan Murabahah Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli (Slamet Wiyono, 2006:81). Dalam murabahah penyerahan barang dilakukan segera setelah akad, sementara pembayarannya dapat dilakukan secara tunai, tangguh atau cicil. Bank juga dapat bertindak sebagai penjual dan sebagai pembeli. Sebagai penjual apabila bank syariah menjual barang kepada nasabah, sebagai pembeli apabila bank membeli barang kepada pemasok untuk dijual kembali kapada nasabah. 2) Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli barang pesanan, dengan penangguhan pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang tetsebut diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu (Slamet Wiyono, 2006:98). Dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Ketentuan umum pembiayaan salam adalah sebagai berikut Adiwarman (2004:99): (a) Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas. (b) Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan akad, maka nasabah (produsen) harus bertanggung
jawab
mengembalikan
dana
dengan yang
cara
telah
antara
lain
diterimanya
atau
mengganti barang yang esuai dengan pesanan. (c)
Menginat bank syariah tidak menjadikan barang yang dibeli
atau
yang
dipesan
sebagai
simpanan,
maka
dimungkinkan bagi bank syariah untuk melakukan akad salam dengan pihak ketiga. 3) Pembiayaan Istishna
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional dijelaskan bahwa istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati
antara
pemesan
dan penjual
(Adiwarwan, 2004:126). Pembiayaan istishna hampir sama dengan salam, tetapi dalam istihna pembayarannya dapat dilakukan dalam beberapa kali (termin). Ketentuan umum pembiayaan istishna adalah spesifikasi barang pesanan harus jelas. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad istishna dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan dari kreteria pesanan
dan
terjadi
perubahan
harga
setelah
akad
ditandatangani, seluruh biaya tambahan tetap ditanggung nasabah.
b. Pembiayaan dengan prinsip sewa Transaksi
sewa
atau
ijarah
dilandasi
atas
adanya
perpindahan manfaat. Perbedaan antara sewa dengan jual beli adalah pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah darang, sedangkan pada sewa objek transaksinya
adalah jasa
(Adiwarwan,
2004:101).
Tingkat
keuntungan bank ditentukan di awal serta menjadi bagain dari harga jasa yang dijual.
Pada akhir sewa bank dapat saja menjual barang yang disewakan
kepada
nasabah
yang
dikenal
dengan
ijarah
muntahhiyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian. Oleh karena itu dalam ijarah muntahiayah bittamlik pihak yang menyewakan berjanji di awal periode kepada pihak penyewa apakah akan menjual barang tersebut atau akan menghibahkannya. c. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dilakukan dalam empat akad utama, yaitu al-musyarakah, al-
mudharabah, al-muzara’ah, dan al-musaqah. Dari keempat tersebut yang sering diterapkan dalam perbankan syariah adalah al-musyarakah dan al-mudharabah (Syafi’i Antonio, 2001:90). 1) Al-Mudharabah Menurut Slamet Wiyono (2006:122), Al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, dimana pihak pertama
(shahibul
maal)
menyediakan
seluruh
modal
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang telah disepakati dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola.
Apabila
kerugian
tersebut
disebabkan
oleh
kelalaian pengelola maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Dalam pelaksanaannya mudharabah dibedakan menjadi dua jenis: (a) Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal (pemilik modal) dengan mudharib (pengelola) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan tempat bisnis. (b) Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah adaloah kerja sama antara shahibul maal dengan mudharib yang dibatasi dengan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. 2) Al-Musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Pada bank syariah, musyarakah dapat diaplikasikan dalam akad pembiayaan proyek dan modal ventur (Slamet Wiyono, 2006:132).
Al-musyarakah ada dua jenis, yaitu: (a) Musyarakah Pemilikan
Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan, atau kondisi lainya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. Kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah aset nyatadan berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan aset tersebut.
(b)
Musyarakah Akad (kontrak) Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah serta sepakat untuk berbagi keuntungan dan kerugian.
d. Pembiayaan dengan akad pelengkap 1) Hiwalah (Alih utang-piutang)
Hiwalah adalah pengalihan utang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya (Slamet Wiyono, 2006:31). Tujuan fasilitas hiwalah adalah untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Untuk mengantisipasi resiko kerugian yang akan timbul,
bank
syariah
perlu
melakukan
penelitian
atas
kemampuan pihak yang berutang dan kebenaran transaksi antara yanag memindahkan piutang dengan yang berutang. 2) Rahn (Gadai)
Rahn adalah menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Tujuan akad ranh adalah untuk memberi jaminan pembayaran kembali kepada bank syariah dalam memberikan pembiayaan. 3) Qard Transaksi qard timbul karena salah satu pihak meminjamkan obyek perikatan yang berbentuk uang kepada pihak lainnya, tanpa berharap mengambil keuntungan. 4) Wakalah (Perakilan)
Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili
dirinya
melakukan pekerjaan jasa tertentu. 5) Kafalah (Garansi bank)
Kafalah adalah jaminan yang diberika oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.
C. Manajemen Permodalan Bank Syariah
1. Fungsi Modal Bank Syariah Modal
merupakan
faktor
yang
amat
penting
bagi
perkembangan dan kemajuan bank sekaligus berfungsi sebagai penjaga kepercayaan masyarakat. Setiap penciptaan aktiva, disamping berpotensi untuk keuntungan juga berpotensi untuk menimbulkan resioko. Oleh karena itu modal juga harus dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan terjadinya resiko kerugian atas investasi pada aktiva terutama yang berasal dari dana pihak ketiga. Modal adalah sesuatu yang mewakili kepentingan pemilik dalam
suatu
perusahaan.
Berdasarkan
nilai
buku,
modal
didefinisikan sebagai kekayaan bersih (net worth), yaitu selisih antara nilai buku dari aktiva dikurangi dengan nilai buku dari kewajiban atau liabilities (Zainul Arifin, 2001:135). Menurut Johnson dan Johnson yang dikutip oleh Zainul Arifin (2001:136), modal bank mempunyai tiga fungsi. a. Sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian lainnya. Dalam fungsi ini modal memberikan perlindungan terhadap kegagalan atau kerugian bank dan perlindungan terhadap kepentingan para deposan. b. Sebagai dasar penetapan batas maksimum pemberian kredit. Hal ini merupakan pertimbangan operasional bagi bank sentral, sebagai regulator untuk membatasi jumlah pemberian kredit kepada setiap individu nasabah bank.
Melalui pembatasan ini bank sentral memaksa bank untuk melakukan
diversifikasi
kredit
mereka
agar
dapat
melindungi diri terhadap kegagalan kredit dari satu individu debitur. c. Modal juga menjadi dasar pertimbangan bagi para partisipan pasar untuk mengevaluasi tingakt kemampuan bank secara relatife
dalam
keuntungan
bagi
menghasilkan para
investor
keuntungan. diperkirakan
Tingkat dengan
membandingka keuntungan bersih dengan ekuitas. 2. Sumber Permodalan Bank Bank Syariah Menurut Zainul Arifin (2001:48), sumber dana bank syariah terdiri dari: a. Modal inti (core capital) Modal inti adalah dana modal sendiri, yaitu dana yang berasal daripara pemegang saham bank, yakni pemilik dana. Dana modal inti ini terdiri dari: 1) Modal yang disetor oleh para pemegang saham, sumber utama dari modal perusahaan adalah saham. Sumber dana ini hanya akan timbul apabila pemilik menyertakan dananya pada bank melalui pembelian saham, dan untuk penambahan dana berikutnya dapat dilakukan oleh bank dengan mengeluarkan dan menjual tambahan saham baru.
2) Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi, yang disisihkan untuk menutup timbulnya resiko kerugian dikemudian hari. 3) Laba ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada para pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham sendiri melalui Rapat Umum Pemegang Saham diputuskan untuk ditanam kembali dalam bank. b. Kuasi ekuitas (mudharabah account) Bank syariah menghimpun dana bagi hasil atas dasar prinsip mudharabah, yaitu akad kerja sama antara pemilik dana (shahibul maal ) dengan pengusaha (mudharib) untuk melakukan suatu usaha bersama, dan pemilik dana tidak boleh
mencampuri
pengelolaan
bisnis
sehari-hari.
Keuntungan yang diperoleh dibagi antara keduanya dengan perbandingan (nisbah) yang telah disepakati sebelumnya. Kerugian finansial menjadi beban pemilik dana, sedangkan pengelola tidak memperoleh imbalan atas usaha yang dilakukan. Dalam kedudukannya sebagai mudharib, bank syariah menyediakan jasa bagi para investor berupa: 1) Rekening menerima
investasi simbanan
umum, dari
dimana nasabah
bank yang
syariah mencari
kesempatan investasi atas dana mereka dalam bentuk
investasi berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah. Dalam hal ini bank bertindak sebagai mudharib dan nasabah bertindak sebagai shahibul maal. Mudharabah
mutlaqah yaitu akad kerja sama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengusaha (mudharib) untuk melakukan suatu usaha bersama dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasi (Slamet Wiyono, 2005:122). 2) Rekening
investasi
khusus,
dimana
bank
syariah
bertindak sebagai manajer investasi bagi nasabah institusi (pemerintah atau lembaga keuangan lain) atau nasabah korporasi yang menginvestasikan dana mereka pada unit-unit usaha atau proyek-proyek tertentu yang mereka setujui. Rekening ini dioperasikan berdasarkan prinsip mudharabah muqayyadah. 3) Rekening tabungan mudharabah. Pada mudharabah dana harus dalam bentuk uang dan diserahkan kepada
mudharib. Oleh karena itu tabungan mudharabah tidak dapat ditarik sewaktu-waktu sebagai mana tabungan
wadiah. Dalam aplikasinya bank syariah melayani tabungan mudharabah dalam bentuk targeted saving yang dimaksudkan untuk suatau pencapaian target kebutuhan dalam jumlah dan atau waktu tertentu. c. Titipan
(wadiah)
atau
remunerated deposit)
simpanan
tanpa
imbalan
(non
Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank yang umum yang berupa giro atau tabungan. 1) Rekening giro wadiah Bank syariah dapat memberi jasa simpanan giro dalam bentuk rekening wadiah. Dalam hal ini bank syariah menggunakan prinsip wadiah yad dhamanah. Dana yang dititipkan dapat digunakan oleh bank untuk kegiatan komersial dan bank berhak atas pendapatan yang diperoleh dari pemanfaatan harta titipan tersebut dalam kegiatan komersial. Pemilik simpanan dapat menarik kembali simpanannya
sewaktu-waktu, baik
sebagian maupun keseluruhan. Bank tidak boleh menyatakan atau menjanjikan imbalan atau keuntungan apapun kepada pemegang rekening wadiah, sebaliknya pemegang rekening wadiah juga tidak boleh mengharapkan atau meminta imbalan atau keuntungan atas rekening wadiah. Setiap imbalan atau keuntungan yang dijanjikan dapat dianggap riba. Namun demikian bank syariah atas kehendak sendiri dapat memberikan imbalan berupa bonus (hibah) kepada pemilik rekening wadiah. 2) Rekening tabungan wadiah Prinsip wadiah yad dhamanah juga dipergunakan oleh bank syariah dalam mengelola jasa tabungan. Wadiah
yad dhamanah adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengna atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang titipan dan harus bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan. Semua manfaat dan keuntungan
yang
diperoleh
dalam
penggunaan
barang/uang tersebut menjadi hak penerima titipan (Slamet Wiyono, 2005:33). Bank memperoleh izin dari nasbah untuk menggunakan dana tersebut selama mengendap di bank. Nasabah bisa menarik sebagian atau seluruh saldo simpanannya sewaktu-waktu atau sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Bank syariah menjamin
pembayaran
kembali
simpanan
mereka.
Semua keuntungan atas pemanfaatan dana tersebut adalah milik bank syariah. Bank syariah atas kehendak sendiri dapat memberikan imbalan keuntungan kepada nasabah yang berasal dari sebagian keuntungan yang diperoleh bank. Bank syariah juga menyediakan buku tabungan dan jasa-jasa yang berkaitan dengan rekening tersebut. 3. ProdukProduk-Produk Penghimpun Dana Bank Syariah Menurut Slamet Riyadi (2004:63), dana pihak ketiga adalah dana yang berasal dari masyarakat yang disimpan oleh masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito.
Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang diterapkan di perbankan Syariah secara umum meliputi 3 yaitu sebagai berikut: a. Giro syariah Giro atau demand deposit adalah simpanan pihak ketiga baik dalam bentuk rupiah maupun valuta asing, yang penarikannya
dapat
dilakukan
setiap
saat
dengan
menggunakan cek, saran perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindah bukuan (Slamet Riyadi, 2004:63). Menurut Adiwarman (2007:291), giro dalam bank syariah dapat
dijalankan
berdasarkan
prinsip
wadiah
dan
mudharabah. Giro wadiah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad
wadiah
(titipan).
Dalam
hal
ini
bank
syariah
menggunakan akad wadiah yad al-dhamanah dimana bank syariah dapat memanfaatkan dana nasabah yang ditipkan serta bank syariah harus bertanggung jawab atas kerugian atas pemanfaatan dana. Ketentuan umum giro wadiah sebagai berikut: 1) Dana wadiah dapat digunakan oleh bank syariah untuk kegiatan komersial dengan syarat bank harus menjamin pembayaran kembali nominal dana wadiah tersebut. 2) Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung bank, sedangkan pemilik dana
tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana
sebagai
suatu
insentif
untuk
menarik
dana
masyarakat tapi tidak boleh diperjanjikan di muka. 3)
Pemilik dana wadiah dapat menarik kembali dananya sewaktu-waktu baik sebagian ataupun seluruhnya. Giro mudharabah adalah giro yang dijalankan prinsip
mudharabah yaitu akad kerjasama usaha antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib) yang keuntungannya dibagikan menurut kesepakatan bersama serta bila terjadi kerugian ditanggung oleh pemilik dana. Bank syariah sebagai mudharib memiliki sifat sebagai wali amanah harus berhati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahannya. Dalam mengelola harta mudharabah, bank syariah menutup biaya operasional giro dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. Bank syariah tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah giro tanpa persetujuan dari nasabah yang bersangkutan. Bank syariah akan membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisabah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
Ketentuan umum giro berdasarkan prinsip mudharabah sebagai berikut: 1) Nasabah bertindak sebaghai shahibul maal atau pemilik dana
dan bank bertindak sebagai
mudharib atau
pengelola. 2) Sebagai mudahrib bak syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya. 3)
Modal harus dinyatakan dengan jumlah dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
4) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam bentuk akad pembukuan rekening. 5)
Sebagai
mudharib bank
operasional
giro
dengan
syariah menutup
biaya
menggunakan
nisbah
keuntungan yang menjadi haknya. 6) Bank syariah tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan. b. Tabungan syariah Slamet Riyadi (2004:64), tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Adapun yang dimaksud dengan tabungan syariah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan prinsipprinsip syariah. Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa tabungan yang dibenarakan adalah tabungan yang berdasarkan prinsip wadiah dan
mudharabah. Tabungan wadiah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadiah yakni titipan murni yang harus dijaga
dan
kehendak
dikembalikan pemiliknya,
setiap
dalam
saat
hal
ini
sesuai
dengan
bank
syariah
menggunakan akad wadiah yad al-dhamamah (Adiwarman, 2004:297). Ketentuan umum dari tabungan wadiah: 1) Tabungan wadiah merupakan tabunga yang bersifat titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemilik dana. 2) Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi milik atau tanggungan bank syariah, sedangkan nasabah penitip tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian.
3) Bank syariah dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik harta sebagai sebuah insentif selama tidak diperjanjikan dalam akad pembukaan rekening. Menurut
Adiwaraman
(2004:299),
tabungan
mudharabah adalah tabungan yang dijalankan prinsip mudharabah yaitu akad kerjasama usaha antara pemilik dana dengan pengelola dana yang keuntungannya dibagikan menurut kesepakatan bersama serta bila terjadi kerugian ditanggung oleh pemilik dana. Ada beberapa ketentuan umum dalam tabungan mudharabah adalah sebagai berikut: 1) Nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana
sedangkan
bank
syariah
bertindak
sebagai
mudharib atau pengelola dana. 2) Sebagai mudharib, bank syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya. 3) Modal harus dinyatakan dengan jumlah dan dalam bentuk uang bukan piutang. 4) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam bentuk akad pembukaan rekening.
5)
Bank
syariah
sebagai
mudharib
menutup
biaya
operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. 6) Bank syariah tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan dari nasabah yang bersangkutan. c. Deposito syariah Deposito penarikannya
berjangka dapat
adalah
dilakukan
pada
simpanan waktu
yang tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. (Slamet Riyadi, 2004:63). Deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prisnsip syariah. Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip
mudharabah (Adiwarman, 2004:303) Bank syariah bertindak sebagai pengelola dana (mudharib), sedangkan nasabah sebagai pemilik dana (shahibul maal). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak
bertentangan
dengan
prinsip
syariah
serta
mengembangkannya. Dari hasil pemanfaatan dana, bank syariah akan membagihasilkan keuntungan yang diperoleh
kepada nasabah dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
D. Bagi Hasil Pada Bank Syariah 1. Metode Perhitungan Perhitungan Bagi Hasil Bagi hasil adalah bentuk return dari kontrak investasi, yaitu yang termasuk dalam natural uncertainty contracts. Ketentuan bagi hasil usaha harus ditentukan dimuka atautakan dalam bentuk perbandinga seperti 40:60 yang artinya bahwa hasil usaha yang dijalankan oleh mitra usaha akan didistribusikan sebesar 40% kepada pemilik dana /investor (shahibul maal) dan sebesar 60% didistribusikan
kepada
pengelola
dana
(mudharib).
Dalam
praktiknya mekanisme perhitungan bagi hasil dapat didasarkan pada dua cara yaitu pofit sharing dan revenue sharing (Slamet Wiyono, 2006:56). a. Profit sharing (Bagi laba) Perhitungan bagi hasil menurut profit sharing adalah perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada laba dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha dikurangi dengan beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut. Misal, pendapatan usaha Rp.1000,00 dan beban-beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut Rp.700,00 maka profit/laba adalah Rp.300,00 (Rp.1000,00-Rp.700,00). b. Revenue sharing (Bagi pendapatan)
Perhitungan bagi hasil menurut revenue sharing adalah perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada revenue (pendapatan) dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha sebelum dikurangi dengan beban usaha untuk mendapatkan pendapatan Rp.1000,00
usaha
tersebut.
Misal,
dan beban-beban
usaha
pendapatan untuk
usaha
mendapatkan
pendapatan tersebut Rp.700,00 maka dasar untuk menentukan bagi hasil adalah Rp.1000,00 (tanpa harus dikurangi beban Rp.700,00). 2. Penetapan Nisbah Bagi Hasil Bank syariah menerapkan nisbah bagi hasil terhadap produkproduk pembiayaan yang berbasis natural uncertainty contracts, yaitu akad usaha yang tidak memberikan kepastian pendapatan (return), baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu (timing), seperti akad mudharabah dan musyarakah. Menurut Adiwarman (2004:286), penetepan nisbah bagi hasil pada pembiayaan ditentukan dengan mempertimbangkan:
a. Referensi tingkat keuntungan Referensi tingkat keuntungan adalah referensi tingkat keuntungan
yang
ditetapkan
oleh
rapat
asset
management committee (ALCO). b. Perkiraan tingkat keuntungan usaha yang dibiayaai
liability
Perkiraan tingkat keuntungan usaha yang dibiayaai dihitung dengan mempertimbangkan hal-hal seperti perkiraan penjualan, lama cash to cash cycle (seperti lama prose barang, persediaan dan pituang),
perkiraan biaya-biaya lansung serta perkiraan
biaya-biaya tidak lansung. Bank syariah menerapkan nisbah bagi hasil terhadap produk-produk pembiayaan yang berbasis natural uncertainty contracts, yaitu akad usaha yang tidak memberikan kepastian pendapatan (return), baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu (timing), seperti akad mudharabah dan musyarakah.
E. Kebijakan Moneter Menurut Prathama dan Mandala (2004:387), Kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan (yang lebih baik) dengan mengatur jumlah uang
yang
beredar.
Kondisi
lebih
baik
maksudnya
adalah
meningkatnya output keseimbangan dan atau terpeliharanya stabilitas harga (inflasi terkontrol). Melalui kebijakan moneter pemerintah dapat mempertahankan, menambah atau mengurangi jumlah uang beredar dalam upaya mempertahankan kemampuan ekonomi bertumbuh, sekaligus mengendalikan inflasi. 1. Instrumen Kebijakan Moneter a. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar dengan cara menjual atau membeli suratsurat brharga milik pemerintah. Jika
ingin
mengurangi
jumlah
uang
beredar,
maka
pemerintah menjual surat-surat berharga (open market selling), dengan demikian uang yang beredar dalam masyarakat mengalir ke otoritas moneter sehingga jumlah uang beredar berkurang. Jika ingin menambah jumlah uang beredar, maka pemerintah kembali membeli surat-surat berharga tersebut (open market buying). b. Fasilitas Diskonto (Discount Rate) Tingkat
bunga
diskonto adalah
tingkat bunga
yang
ditetapkan oleh pemerintah atas bank-bank umum yang meminjam ke bank sentral. Dalam kondisi tertentu, bank-bank umum mengalami kekurangan uang sehingga mereka harus meminjam kepada bank sentral. Kebutuhan ini dapat dimanfaat oleh pemerintah untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Bila pemerintah ingin menambah jumlah uang beredar, maka pemerintah menurunkan tingkat bunga pinjaman (tingkat diskonto). Dengan tingkat bunga pinjaman yang lebih murah, maka keinginan bank-bank umum untuk meminjam uang dari bank sentral menjadi lebih besar sehingga jumlah uang beredar
bertambah. Sebaliknya apabila ingin menahan laju pertambahan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan bunga pinjaman. c. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio) Penetapan rasio cadangan wajib juga dapat mengubah jumlah uang beredar. Jika rasio cadangan wajib diperbesar maka kemampuan bank memberikan kredit atau pinjaman akan lebih kecil dibandingkan sebelumnya. d. Himbauan Moral (Moral Persuasion) Dengan mengarahkan
himbauan
moral,
otoritas
moneter
mencoba
atau mengendalikan jumlah uang beredar.
Seperti Gubernur Bank Indonesia dapat memberikan saran supaya
perbankan
berhati-hati
dengan
kreditnya
atau
membatasi keinginannya meminjam uang dari bank sentral. 2. Kebijakan Kebijakan Moneter Dalam Islam Secara mendasar, terdapat beberapa instrumen kebijakan moneter dalam ekonomi Islam, antara lain: a. Reserve Ratio, adalah suatu presentase tertentu dari simpanan bank yang harus dipegang oleh bank sentral, misalnya 5 %. b. Moral Suassion, bank sentral dapat membujuk bank-bank untuk meningkatkan permintaan kredit sebagai tanggung jawab mereka ketika ekonomi berada dalam keadaan depresi.
c. Lending Ratio, dalam ekonomi Islam tidak ada istilah lending (meminjamkan), lending rasio dalam hal ini berarti Qardhul
Hasan (pinjaman kebaikan). d. Refinance Ratio, adalah sejumlah proporsi dari pinjaman bebas bunga. Ketika refinance ratio meningkat, pembiayaan yang diberikan meningkat, dan ketika refinance ratio turun, bank komersial harus hati-hati karena mereka tidak di dorong untuk memberikan pinjaman. e. Profit Sharing Ratio, rasio bagi keuntungan (profit sharing ratio) harus ditentukan sebelum memulai suatu bisnis. Bank sentral dapat menggunakan profit sharing ratio sebagai instrumen moneter, dimana ketika bank sentral ingin meningkatkan jumlah uang beredar, maka rasio keuntungan untuk nasabah akan ditingkatkan f. Islamic sukuk, adalah obligasi pemerintah, di mana ketika terjadi inflasi, pemerintah akan mengeluarkan sukuk lebih banyak sehingga uang akan mengalir ke bank sentral dan jumlah uang beredar akan tereduksi. Jadi sukuk memiliki kapasitas untuk menaikkan atau menurunkan jumlah uang beredar. 3. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Operasi pasar terbuka merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mempengaruhi jumalah uang yang beredar. Operasi pasar terbuka ini dilakukan dengan menjual surat
obligasi di pasar bebas. Kaitannya dengan dunia perbankan adalah pemerintah menerbitkat Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang dijadikan sebagai saran penitipan jangka pendek bagi bank yang memiliki kelebihan likuiditas. Supaya operasi pasar terbuka dapat berjalan sesuai dengan prinsip syariah, Bank Indonesia menerbitkan Sertifiakt Wadiah Bank Indonesia. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah (Zainul Arifin, 2006:170). Menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia (2001:277), jumlah dana yang dapat dititpkan sekurangkurangnya sebesar lima ratus juta rupiah dan selebihnya dengan kelipatan lima puluh juta rupiah. Jangka waktu Sertifikat Wadiah Bank Indonesia antara lain satu mingg, dua minggu, dan satu bulan yang dinyatakan dalam jumlah hari. Bank Indonesia memberikan bonus kepada bank syariah atau unit usaha syariah atas dana yang dititipkan pada waktu jatuh tempo. Bonus tersebut mengacu kepada tingkat indikasi imbalan sertifikan investasi mudharabah antar bank (IMA) pada pasar uang antar bank syariah (PUAS).
F. PENELITIAN TERDAHULU Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Sayed dan Nezamaddin Makiyan (2001) mengenai peran rate of return on loan dalam sistem
perbankan islam Iran dari Iran dengan varibel independen tingkat bagi hasil, total dana pihak ketiga, inflasi. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan
bahwa
variabel
tingkat
bagi
hasil
dan
inflasi
berpengaruh signifikan terhadap penawaran pinjaman dalam sistem perbankan Iran. Di Indonesia penelitian dilakukan oleh Mohamad Hasyim Asy’ari (2004) tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan perbankan syariah meyimpulkan bahwa yang mempengaruhi tingkat perubahan pembiayaan perbankan syariah adalah tingkat suku bunga rata-rata pinjaman, tingkat perubahan bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), tingkat perubahan dana pihak ketiga (DPK), tingkat perubahan jumlah uang beredar. Keempat faktor variabel independen tersebut secara bersama-sama signifikan mempengaruhi tingakt perubahan pembiayaan perbankan syariah. Penelitian yang dilakukan Maryanah (2006) mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi pembiayaan bagi hasil di Bank Syariah Mandiri dengan variabel independen dana pihak ketiga (DPK), profif,
Non Performing Financing (NPF), menyimpulkan dana pihak ketiga (DPK), profit, NPF dalam jangka panjang berpengaruh terhadap jumlah pembiayaan bagi hasil. Dalam jangka pendek yang mempengaruhi jumlah pembiayaan bagi hasil adalah profit, sedangkan dana pihak ketiga (DPK) dan Non Performing Financing (NPF) tidak mempengaruhi pembiayaan bagi hasil.
Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yayat Sujatna (2006) tentang analisis faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi jumlah pembiayaan bagi hasil dengan variabel independen nisbah bagi hasil sebagai faktor internal serta suku bunga kredit, inflasi, kurs rupiah terhadap dollar sebagai faktor eksternal menyimpulkan bahwa hanya faktor nisbah bagi hasil yang tidak signifikan mempengaruhi pembiayaan bagi hasil di bank syariah mandiri. Septiana Ambarwati (2008) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pembiayaan
murabahah
dan
mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia menyimpulkan bahwa pembiayaan murabahah pada bank umum syariah di Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh variabel Non Performing Financing, variable bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, serta variabel tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional. Sedangakn pembiayaan
mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh variabel pembiayaan murabahah dan tingkat bagi hasil. Variabel
Non
Performing
Financing
meskipun
tidak
signifikan
mempengaruhi pembiayaan mudharabah namun mempunyai arah hubungan negatif.
G. KERANGKA KERANGKA PEMIKIRAN Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pembiayaan Mudharabah Mudharabah
Variabel Dependen
Variabel Independen
Pembiayaan
Dana Pihak Ketiga (X1) Tingkat Bagi Hasil Mudharabah (X2)
Pra Analisis
Uji
Analisis
Error
Pengaruh Jangka Pendek Variabel X terhadap Variabel Y
Pengaruh Jangka Panjang Variabel X terhadap Variabel Y
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Pembiayaan Musyarakah
Variabel Dependen
Variabel Independen
Pembiayaan
Dana Pihak Ketiga (X1) Tingkat Bagi Hasil Musyarakah (X2)
Pra Analisis
Uji
Analisis
Error
Pengaruh Jangka Pendek Variabel X terhadap Variabel Y
Pengaruh Jangka Panjang Variabel X terhadap Variabel Y
H. HIPOTESIS Ho : βi = 0 Artinya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil mudharabah, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, terhadap pembiayaan mudharabah dalam jangka pendek. H1 : βi ≠ 0 Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan antara dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil mudharabah, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, terhadap pembiayaan mudharabah dalam jangka pendek.
Ho : βi = 0 Artinya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil mudharabah, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, terhadap pembiayaan mudharabah dalam jangka panjang. H1 : βi ≠ 0 Artinya, terdapat terdapat pengaruh yang signifikan antara dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil mudharabah, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, terhadap pembiayaan mudharabah dalam jangka panjang.
Ho : βi = 0
Artinya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil musyarakah, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, terhadap pembiayaan musyarakah dalam jangka pendek. H1 : βi ≠ 0 Artinya, terdapat terdapat pengaruh yang signifikan antara dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil musyarakah, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, terhadap pembiayaan musyarakah dalam jangka pendek.
Ho : βi = 0 Artinya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil musyarakah, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, terhadap pembiayaan musyarakah dalam jangka panjang. H1 : βi ≠ 0 Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan antara dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil musyarakah, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, terhadap pembiayaan musyarakah dalam jangka panjang.
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi pembiayaan mudharabah dan pembiayaan
musyarakah pada PT Bank Syariah Mandiri selama periode penelitian tahun 2005 sampai dengan tahun 2008. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen yaitu dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia serta pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah sebagai variabel dependen.
B. Metode Penentuan Sampel Dalam penelitian ini metode penentuan sampel yang digunakan adalah sampel berdasarkan kemudahan (Convenience Sampling). Metode ini memilih sampel dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti. Elemen populasi yang dipilih sebagai subjek sampel adalah tidak terbatas sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan mudah. Data yang yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data berdasarkan runtun waktu atau time series dari periode 2005 sampai dengan periode 2008.
C. Metode Pengumpulan Data Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Data dalam penelitian dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Sedangkan data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari laporan bulanan PT Bank Syariah Mandiri, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, laporan kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, hasil penelitian
sebelumnya
serta
jurnal
dan literatur-literatur
yang
berkaitan dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Penelitian ini mencoba untuk menganalisis pengaruh dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia terhadap pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah pada bank syariah mandiri.
Metode analisis yang digunakan untuk mengolah data pada penelitian ini adalah analisis model dinamis error correction model atau ECM yang digunakan untuk mengetahui hubungan pengaruh jangka panjang dan jangka pendek antara variable independen terhadap variable dependen. ECM merupakan salah satu bentuk model linier dinamis yang menjelaskan gambaran jalur waktu atau time path nilai regressan dan hubungannya dengan nilai sebelumnya (lagged) dengan alas an sebagai berikut: 1. Alasan Psikologis Perilaku konsumsi masyarakat mungkin tidak merubah pada perubahan harga dan pendapatan karena proses perubahan konsumsi mempengaruhi utilitas. Berdasarkan alasan waktu, masyarakat dapat belajar dari pengalaman mengkonsumsi periode sebelumnya karena perubahan harga dan pendapatan tersebut belum tentu permanen arau sementara. 2. Alasan Teknis Apabila harga modal terhadap tenaga kerja turun, pergantian tenaga kerja dengan modal secara ekonomis adalah layak. Akan tetapi jika harga modal turun secara temporer maka perusahaan mungkin tidak mengganti tenaga kerja karena pengetahuan tidak sempurna menghitung lag. 3. Alasan Kelembagaan
Tenaga kerja kontrak mungkin mencegah perusahaan untuk mengganti tenaga kerja atau bahan baku terhadap factor produksi lain. Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis menggunakan ECM adalah sebagai berikut:
1. Uji Stasioneritas Stasioneritas Sekumpulan data dinyatakan stasioner jika nilai rata-rata dan varian dari data time series tersebut tidak mengalami perubahan secara sistematik sepanjang waktu, atau sebagian ahli menyatakan rata-rata dan variannya konstan ( Nachrowi, 2006:339 ). Untuk megnetahui data yang digunakan sudah stasioner digunakan pengujian akar-akar unit (Unit Root Test). Pengujian akar-akar unit untuk semua variabel yang digunakan dalam analisis runtun waktu dilakukan untuk memenuhi kesahihan analisis Error Correction
Model (ECM). Hal ini berarti bahwa data yang dipergunakan harus bersifat stasioner. Dari hasil uji stasioneritas dapat diketahui nilai
critical value (CV) dan nilai augmented dickey-fuller (ADF). Jika nilai dari critical value labih besar dari nilai ADF maka data dikatakan stasioner, jika nilai critical value lebih kecil dari nilai ADF maka data dikatakan tidak stasioner maka dilakukan uji akar-akar unit pada tahap pertama (first difference).
2. Uji Kointegrasi Setelah dilakukan uji stasioneritas dan diyakini seluruh variabel yang diuji merupakan variabel yang sudah stasioner dan memiliki derajat yang sama, maka langkah selanjutnya adalah pengujian kointegrasi untuk melihat hubungan jangka panjang. Maksud dari jangka panjang dalam pendekatan kointegrasi adalah jangka waktu dimana pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependennya tidak bersifat seketika, melainkan membutuhkan
selang
waktu.
Kesimbangan
jangka
panjang
tersebut dapat dilihat dari signifikannya residual pada output
augmented dickey-fuller (ADF). 3. Error Correction Model (ECM) Analisis Error Correction Model atau ECM dikembangkan oleh Engle dan Granger pada tahun 1987 merupakan model linier dinamis dalam ekonometri yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel dependen dan independen serta untuk melihat keseimbangan jangka panjang dan jangka pendek antara variabel independen terhadap variabel dependen. Model error
correction model (ECM) ini digunakan untuk menganalisis data berdasarkan runtun waktu (time series). Menurut Maryanah (2006:49), untuk menganalisis adanya hubungan jangka pendek antara variable dimasukkan variabel independen baru yaitu ECT (Error Correction Term) yang merupakan error atau residual yang diperoleh dari regresi OLS
(Ordinary Least Square) jangka panjang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Resid01 sebagai pengganti dari ECT (Error
Correction Term) yang disesuaikan dengan softwere yang dipergunakan. Adapun persamaan ECM dlam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pembiayaan mudharabah DY1 = β0 + β1DX1 + β2DX2 + β3DX3 + ECT Keterangan: DY1 = Pembiayaan Mudharabah β0
= Intercept
β1..3 = Konstanta DX1 = Dana Pihak Ketiga DX2 = Tingkat Bagi Hasil Mudharabah DX3 = Sertifikat Wadiah Bank Indonesia ECT = Error Correction Term (angka yang menunjukkan nilai besaran koreksi kesalahan) b. Pembiayaan musyarakah DY2 = β0 + β1DX1 + β2DX2 + β3DX3 + ECT Keterangan: DY2 = Pembiayaan Musyarakan
β0
= Intercept
β1..3 = Konstanta DX1 = Dana Pihak Ketiga DX2 = Tingkat Bagi Hasil Musyarakan DX3 = Sertifikat Wadiah Bank Indonesia ECT = Error Correction Term (angka yang menunjukkan nilai besaran koreksi kesalahan)
E. Operasional Variabel Variabel-variabel independen yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, inflasi. Sedangkan variabel dependen terdiri dari pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah.
Al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang telah disepakati dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola.
Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Hubungan dana pihak ketiga dengan pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah adalah sesuai dengan fungsi bank sebagai lembaga perantara yang menghimpun dana dari masyarakat serta menyalurkannya kembali dalam bentuk pinjaman. Pada dasarnya alokasi penggunaan dana bank syariah dapat berupa aktiva yang menghasilkan (earning assets)
dan aktiva yang tidak menghasilkan
(non earning assets). Aktiva yang menghasilkan dapat berupa pembiayaan serta investasi dalam surat-surat berharga, sedangkan aktiva yang tidak menghasilkan dapat berupa aktiva dalam bentuk tunai pinjaman dalam bentuk qard al hasan (Zainul, 2006:53). Menurut Karim (2004:253) bahwa tingkat bagi hasil pada dana pihak ketiga berpengaruh terhadap jumlah permintaan pembiayaan bank syariah. Bila tingkat bagi hasil kepada dana pihak ketiga lebih besar dari rata-rata suku bunga bank nasional, maka pembiayaan bank syariah lebih kompetitif. Bagi hasil merupakan keuntungan yang diterima oleh bank syariah atas pembiayaan yang diberikan kepada nasabah.
Dalam
praktiknya
ketentuan
bagi
hasil
usaha
harus
ditentukan di muka atau pada awal akad. Porsi bagi hasil biasanya ditentukan dengan suatu perbandingan prosentase. Perhitungan tersebut didasarkan pada besar kecilnya keuntungan yang diperoleh oleh nasabah.
Menurut Zainul (2006:170) Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah. SWBI tersebut merupakan piranti moneter yang sesuai dengan prinsip syariah yang diciptakan dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter. Bank Indonesia menerbitkan instrumen moneter berdasarkan prinsip syariah yang dinamakan SWBI yang dapat dimanfaatkan oleh bank
syariah
untuk
mengatasi
kelebihan
likuiditasnya.
Untuk
menghindari dana yang mengangur, bank syariah selain memberikan pembiayaan kepada nasabah juga menyimpan dananya di Bank Indonesia dalam bentuk SWBI. Bank Indonesia memberikan bonus kepada bank syariah atau unit usaha syariah atas dana yang dititipkan pada waktu jatuh tempo.
BAB IV IV PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November 1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syariah di Indonesia. Undang-Undang tersebut memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah. PT Bank Susila Bakti (PT Bank Susila Bakti) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997 - 1999 dengan berbagai cara. Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih konversi menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik. Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, BankExim dan Bapindo) ke dalam PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi bank syariah (dengan nama Bank Syariah Sakinah) diambil alih oleh PT Bank Mandiri (Persero). PT Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi bank syariah, sejalan dengan keinginan PT Bank Mandiri (Persero) untuk membentuk unit syariah. Langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar tentang nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Sakinah berdasarkan Akta Notaris: Ny. Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui Akta No. 23 tanggal 8
September 1999 Notaris: Sutjipto, SH nama PT Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999 telah memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT Bank Susila Bakti. Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah menyetujui perubahaan nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya PT Bank Syariah Mandiri. Kelahiran Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis bank syariah di PT Bank Susila Bakti dan Manajemen PT Bank Mandiri yang memandang pentingnya kehadiran bank syariah dilingkungan PT Bank Mandiri (Persero). PT Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia.
2. Visi dan Misi Visi dari PT Bank Syariah Mandiri adalah menjadi bank syariah terpercaya pilihan mitra usaha. Misi dari PT Bank Syariah Mandiri adalah sebagai berikut: a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkisanambungan. b. Mengutamakan
menghimpun
dana
consumer
dan
penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM. c. Merekrut
dan
mengembangkan
pegawai
lingkungan kerja yang sehat. d. Mengembalikan nilai-nilai syariah universal.
professional
dalam
e. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat. 3. Produk - Produk Bank Syariah Mandiri Produk-produk pada Bank Syariah Mandiri terdiri dari produk pendanaan, pembiayaan, dan jasa. a. Pendanaan Produk pendanaan terdiri dari tabungan, giro, dan deposito. 1) Tabungan (a) Tabungan Berencana BSM Tabungan Berencana BSM adalah simpanan berjangka yang memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian pencapaian target dana yang telah ditetapkan.
(b) Tabungan Simpatik BSM Tabungan BSM Simpatik adalah Simpanan dalam mata uang rupiah berdasarkan prinsip wadiah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat tertentu yang disepakati. (c) Tabungan BSM Tabungan BSM adalah Simpanan dalam mata uang rupiah yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat selama jam kas dibuka di kounter BSM atau melalui ATM. (d) Tabungan BSM Dollar
Tabungan BSM Dollar adalah Simpanan dalam mata uang dollar yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat atau sesuai ketentuan BSM dengan menggunakan slip penarikan. (e) Tabungan Mabrur BSM Tabungan MABRUR BSM adalah simpanan dalam mata uang rupiah yang bertujuan membantu masyarakat muslim dalam merencanakan ibadah haji & umrah, tabungan ini dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah Muthlaqah. (f)
Tabungan Kurban BSM Tabungan Kurban BSM adalah simpanan dalam mata uang rupiah yang bertujuan membantu nasabah dalam perencanaan dan
pelaksanaan
ibadah
kurban
dan
aqiqah.
Dalam
pelaksanaannya bekerja sama dengan Badan Amil Qurban. (g) Tabungan BSM Investa Cendikia Tabungan BSM
Investa
Cendekia
adalah
tabungan
berjangka dalam valuta rupiah dengan jumlah setoran bulanan tetap (installment) yang dilengkapi perlindungan asuransi. 2) Giro (a) Giro BSM Euro Giro BSM Euro adalah sarana penyimpanan dana dalam mata uang Euro yang disediakan bagi nasabah perorangan atau perusahaan/badan hukum dengan pengelolaan berdasarkan
prinsip wadiah yaddhamanah. Dengan prinsip ini, dana giro nasabah diperlakukan sebagai titipan yang dijaga keamanannya dan ketersediaannya setiap saat guna membantu kelancaran transaksi usaha. (b) Giro BSM Giro BSM adalah sarana penyimpanan dana yang disediakan bagi nasabah dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yaddhamanah. Dengan prinsip ini, dana giro nasabah diperlalukan sebagai titipan yang dijaga keamanan dan ketersediaanya setiap saat guna membantu kelancaran transaksi usaha.
(c) Giro BSM Valas Giro BSM Valas adalah sarana penyimpanan dana dalam mata
uang
US
Dollar
yang disediakan bagi
nasabah
perusahaan/badan hukum dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yaddhamanah. Dengan prinsip ini, dana giro nasabah diperlakukan sebagai titipan yang dijaga keamanan dan ketersediaannya setiap saat guna membantu kelancaran transaksi usaha. (d) Giro BSM Singapore Dollar Giro BSM Singapore Dollar adalah sarana penyimpanan dana dalam mata uang Singapore Dollar yang disediakan bagi
nasabah perorangan atau perusahaan/badan hukum dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yaddhamanah. Dengan prinsip ini, dana giro nasabah diperlakukan sebagai titipan yang dijaga keamanan dan ketersediaannya setiap saat guna membantu kelancaran transaksi usaha. 3) Deposito (a) Deposito BSM Deposito BSM adalah produk investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah Muthlaqah.
(b) Deposito BSM Valas Deposito BSM Valas adalah produk investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang dollar yang dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah Muthlaqah. b. Pembiayaan Jenis-jenis produk pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri adalah: 1)
BSM Customer Network Financing BSM Customer Network Financing selanjutnya disebut BSM-CNF adalah fasilitas pembiayaan modal kerja yang diberikan kepada Nasabah (agen, dealer, dan sebagainya) untuk pembelian persediaan/inventory
barang
dari
Rekanan
(ATPM,
produsen/distributor, dan sebagainya) yang menjalin kerjasama dengan bank. 2)
Pembiayaan Resi Gudang Pembiayaan Resi Gudang adalah pembiayaan transaksi komersial dari suatu komoditas/produk yang diperdagangkan secara luas dengan jaminan utama berupa komoditas/produk yang dibiayai dan berada dalam suatu gudang atau tempat yang terkontrol
secara
independen
(independently
controlled
warehouse). 3)
BSM Impian PKPA Pembiayaan
kepada
Koperasi
Karyawan
untuk
Para
Anggotanya (PKPA) adalah penyaluran pembiayaan melalui koperasi karyawan untuk pemenuhan kebutuhan konsumer para anggotanya (kolektif) yang mengajukan pembiayaan kepada koperasi karyawan. Pola penyaluran yang dipergunakan adalah executing (kopkar sebagai nasabah), sedangkan proses pembiayaan dari kopkar kepada anggotanya dilakukan dan menjadi tanggung jawab penuh kopkar. 4)
Pembiayaan Dana Berputar Pembiayaan Dana Berputar adalah fasilitas pembiayaan modal kerja dengan prinsip musyarakah yang penarikan dananya dapat dilakukan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan riil nasabah.
5)
Pembiayaan Umrah
Pembiayaan Umrah adalah pembiayaan jangka pendek yang digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan biaya perjalanan umrah seperti namun tidak terbatas untuk tiket, akomodasi dan persiapan biaya umrah lainnya dengan akad ijarah. 6)
Pembiayaan Griya BSM DP 0% Pembiayaan Griya BSM DP 0% adalah pembiayaan untuk pembelian rumah tinggal (konsumer), baik baru maupun bekas di lingkungan developer maupun non developer tanpa dipersyaratkan adanya uang muka bagi nasabah (nilai pembiayaan 100% dari nilai taksasi). Akad yang digunakan adalah akad murabahah. Akad murabahah adalah akad jual beli antara bank dan nasabah, dimana bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati.
7)
Griya BSM Bersubsidi Pembiayaan Griya BSM Bersubsidi adalah pembiayaan untuk pemilikan atau pembelian rumah sederhana sehat (RS Sehat/RSH) yang dibangun oleh pengembang dengan dukungan fasilitas subsidi uang muka dari pemerintah. Akad yang digunakan adalah akad murabahah. Akad murabahah adalah akad jual beli antara bank dan nasabah, dimana bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati.
8)
Pembiayaan Mudharabah BSM Pembiayaan Mudharabah BSM adalah pembiayaan dimana seluruh modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank. Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati.
9)
Pembiayaan Musyarakah BSM Pembiayaan khusus untuk modal kerja, dimana dana dari bank merupakan bagian dari modal usaha nasabah dan keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati.
10) Pembiayaan Murabahah BSM Pembiayaan
Murabahah
BSM
adalah
pembiayaan
berdasarkan akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati. c. Jasa 1)
Jasa Produk (a) BSM Card BSM Card merupakan sarana untuk melakukan transaksi penarikan, pembayaran, dan pemindahbukuan dana pada ATM BSM, ATM Mandiri, jaringan ATM Prima-BCA dan ATM Bersama, serta ATM Bankcard. BSM Card juga berfungsi sebagai kartu Debit yang dapat digunakan untuk transaksi
belanja di seluruh merchant yang menggunakan EDC PrimaBCA. (b) Sentra Bayar BSM Sentra Bayar BSM merupakan layanan bank dalam menerima pembayaran tagihan pelanggan. (c) Jual Beli Valas BSM Pertukaran mata uang rupiah dengan mata uang asing atau mata uang asing dengan mata uang asing lainnya yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri dengan nasabah. (d) BSM SMS Banking BSM
SMS
Banking
merupakan
produk
layanan
perbankan berbasis teknologi seluler yang memberikan kemudahan melakukan berbagai transaksi perbankan. (e) BSM Electronic Payrool Pembayaran gaji karyawan institusi melalui teknologi terkini Bank Syariah Mandiri secara mudah, aman dan fleksibel. (f) BSM Mobile Banking GPRS BSM Mobile Banking GPRS (MBG) memudahkan Anda dalam melakukan transaksi perbankan dengan teknologi GPRS di ponsel Anda. Kini, dilengkapi fitur untuk melakukan transfer real time antar bank dengan biaya pulsa paling murah. (g) SKBDN BSM (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri)
Janji tertulis berdasarkan permintaan tertulis nasabah (applicant) yang mengikat Bank Syariah Mandir sebagai bank pembuka untuk membayar kepada penerima atau order-nya atau menerima dan membayar wesel pada saat jatuh tempo yang ditarik penerima, atau memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran kepada penerima, atau untuk menegosiasikan wesel-wesel yang ditarik oleh penerima atas penyerahan dokumen (untuk saat ini khusus BSM dengan BSM). (h) BSM Net Banking BSM Net Banking merupakan produk layanan perbankan berbasis teknologi internet yang memberikan kemudahan melakukan berbagai transaksi perbankan. (i) BSM Letter of Credit Janji tertulis berdasarkan permintaan tertulis nasabah (applicant) yang mengikat Bank Syariah Mandiri sebagai bank pembuka untuk membayar kepada penerima atau order-nya atau menerima dan membayar wesel pada saat jatuh tempo yang ditarik penerima, atau memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran kepada penerima, atau untuk menegosiasikan wesel-wesel yang ditarik oleh penerima atas penyerahan dokumen. 2)
Jasa Operasional
(a) Transfer Valas BSM Transfer valas terdiri dar transfer ke luar yaitu pengiriman valas dari nasabah BSM ke nasabah bank lain baik dalam maupun luar negeri serta transfer masuk yaitu pengiriman valas dari nasabah baik lain baik dalam maupun luar negeri ke nasabah BSM. (b) Kliring BSM Penagihan warkat bank lain di mana lokasi bank tertariknya berada dalam satu wilayah kliring. (c) Pajak Online BSM Memberikan kemudahan kepada wajib pajak untuk membayar kewajiban pajak (bukan dalam rangka pembayaran pajak import) secara otomatis dengan mendebet rekening atau secara tunai. (d) Inkaso BSM Penagihan warkat bank lain di mana bank tertariknya berbeda wilayah kliring atau berada di luar negeri, hasilnya penagihan akan dikredit ke rekening nasabah. (e) BSM Standing Order Fasilitas kemudahan yang diberikan Bank Syariah Mandiri kepada nasabah yang dalam transaksi financialnya harus memindahkan dari suatu rekening ke rekening lainnya
secara
berulang-ulang.
Dalam
pelaksanaannya
nasabah
memberikan instruksi ke bank hanya satu kali saja. (f) BSM Intercity Cleaning Jasa penagihan warkat (cek/bilyet giro valuta rupiah) bank di luar wilayah kliring dengan cepat sehingga nasabah dapat menerima danan hasil tagihan cek atau bilyet giro tersebut pada keesokan harinya. (g) Pajak Import BSM Memberikan
kemudahan
kepada
importir
untuk
membayar pajak barang dalam rangka import secara on-line sebagai syarat untuk mengeluarkan barangnya dari gudang kantor bea dan cukai.
(h) BSM RTGS (Real Time Gross Settlemen) Jasa transfer uang valuta rupiah antar bank baik dalam satu kota maupun dalam kota yang berbeda secara real time. Hasil transfer ekfektif dalam hitungan menit. (i) Transfer Dalam Kota Jasa pemindahan dana antar bank dalam satu wilayah kliring lokal. (j) Referensi Bank BSM
Surat Keterangan yang diterbitkan oleh Bank Syariah Mandiri atas dasar permintaan dari nasabah untuk tujuan tertentu.
B. Hasil dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif a. Pembiayaan Mudharabah 1)
Pembiayaan Pembiayaan merupakan salah satu aktiva produktif yang
digunakan
menyalurkan
oleh
Bank
kelebihan
Syariah
Mandiri
likuiditasnya.
untuk Adapun
perkembangan pembiayaan Bank Syariah Mandiri dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Pembiayaan Mudharabah Bank Syariah Mandiri
Bulan
2005
2006
2007
2008
Januari
32604061 4
497272748
497272748
238863811 4
Februari
40662712 5
526595227
116716695 6
249646128 6
Maret
45766838
597449172
128562243
264372730
0
1
3
April
49872829 0
655709588
138005035 7
280267885 6
Mei
52730863 6
710944237
148091144 5
293289528 7
Juni
52831729 7
799672405
166353367 3
310457597 4
Juli
48647913 7
848739153
178660224 3
316051901 2
Agustus
48198476 9
926767138
189800812 0
321075243 1
Septembe r
48036284 3
985941243
204285505 0
326137063 8
Oktober
48402893 2
104131771 9
213865930 9
316514895 6
November
47357887 5
107613843 7
222305026 5
306544371 5
Desember
49265167 7
111911234 3
222305026 5
296364687 2
Mean
47031471 5
815471618 815471618
164889857 2
293298820 4
Sumber: Data diolah Pada tahun 2005 mean atau rata-rata pembiyaan
mudharabah yang diberikan oleh Bank Syariah Mandiri sebesar Rp 470314715,- dengan pembiayaan terendah terjadi pada bulan januari sebesar Rp 326040614,- dan pembiayaan
tertinggi
pada
bulan
april
sebesar
Rp
498728290,-. Pada tahun 2005 rata-rata pembiayaan mudharabah yang diberikan sebesar Rp 815471618,- dengan pembiayaan tertinggi sebesar Rp 1119112343,- yang terjadi pada bulan
desember
dan
pembiayaan
terendah
sebesar
Rp
497272748,- yang terjadi pada bulan januari. Pada tahun 2006 rata-rata pembiayaan mudharabah yang
diberikan
pembiayaan
sebesar
tertinggi
Rp
sebesar
1648898572,Rp
dengan
2223050265,-
dan
pembiayaan terendah sebesar Rp 497272748,- pada bulan januari. Pada tahun 2008 rata-rata pembiayaan mudharabah yang
diberikan
sebesar
Rp
2932988204,-
dengan
pembiayaan tertinggi sebesar Rp 3261370638,- pada bulan september
dan
pembiayaan
terendah
sebesar
Rp
2388638114,- yang terjadi pada bulan januari. 2) Dana Pihak Ketiga Berikut ini perkembangan dana pihak ketiga Bank Syariah Mandiri dari tahun 2005 sampai tahun 2008. Tabel 4.2 Dana Pihak Ketiga Bank Syariah Mandiri Bulan
2005
2006
2007
2008
Januari
5935328
7004618
8410448
1130499 2
Februari
5802239
7063061
8593152
1178670 4
Maret
6057812
7039881
8754644
1224578 7
April
6084121
7038802
8799260
1314667 1
Mei
6257848
7289531
9018120
1343592 2
Juni
6458141
7397275
8851328
1426991 6
Juli
6218642
7153495
9017073
1425075 5
Agustus
6243833
7686225
9308095
1364364 3
September
5938821
7569597
9864934
1389002 1
Oktober
6000391
7774414
7774414
1414356 4
November
5865831
7892062
7892062
1438939 6
Desember
5963581
8219267
8219267
1489868 7
Mean
6068882
7427352
8708566
1345050 5
Sumber: Data diolah Besarnya rata-rata dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh Bank Syariah Mandiri pada tahun 2005 adalah Rp 6068882,- dengan jumlah tertinggi sebesar Rp 6458141,yang terjadi pada bulan juni dan dana pihak ketiga terendah sebesar Rp 5802239,- yang terjadi pada bulan februari. Pada tahun 2006 rata-rata dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun adalah Rp 7427352,- dengan jumlah tertinggi pada bulan desember sebesar Rp 8219267,- dan jumlah terendah sebesar Rp 7004618,- yang terjadi pada bulan januari.
Besarnya dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun pada tahun 2007 rata-rata Rp 8708566,- dengan jumlah tertinggi Rp 9864934,- yang terjadi pada bulan September dan jumlah terendah sebesar Rp 7774414,- pada bulan oktober. Pada tahun 2008 rata-rata dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun sebesar Rp 13450505,- dengan jumlah tertinggi pada bulan desember sebesar Rp 14898687,- dan jumlah terendah sebesar Rp 11304992,- pada bulan januari.
3) Tingkat Bagi Hasil Tingkat
bagi
hasil
merupakan
keuntungan
yang
diperoleh Bank Syariah Mandiri dari kegiatan pembiayaan yang dilakukan. Berikut ini adalah data tingkat bagi hasil
mudharabah Bank Syariah Mandiri dari tahun 2005 sampai tahun 2008.
Tabel 4.3 Tingkat Bagi Hasil Mudharabah Bank Syariah Mandiri Ma ndiri
Bulan
2005
2006
2007
2008
Januari
4295220
6329483
15455570
3113194 2
Februari
4533823
6491735
15877649
3178735 8
Maret
4961131
6918884
16807885
2326030 9
April
6580798
7964104
17533748
3494419 8
Mei
6557656
8299620
19141994
3586142 8
Juni
6837842
8422918
20770254
3756539 1
Juli
7054778
9920299
23316429
3917828 7
Agustus
6687422
1119157 6
24503411
4053661 9
September
6344934
1294327 0
24987982
4070864 7
Oktober
6343313
1262653 6
28886437
4099004 2
November
6342856
1424606 5
28886437
3925970 7
Desember
6179442
1498621 3
28886437
3879206 4
Mean
6059101
1002839 2
22087853
3616799 9
Sumber: Data diolah Pada
tahun
2005
rata-rata
tingkat
bagi
hasil
pembiayaan mudharabah Bank Syariah Mandiri sebesar Rp
6059101,- dengan tingkat bagi hasil tertinggi pada bulan juli sebesar Rp 7054778,- dan tingkat bagi hasil terendah Rp 4295220,- yang terjadi pada bulan januari. Pada
tahun
2006
rata-rata
tingkat
bagi
hasil
pembiayaan mudharabah sebesar Rp 10028392,- dengan tingkat bagi hasil tertinggi pada bulan desember sebesar Rp 14986213 ,- dan tingkat bagi hasil terendah Rp 6329483,yang terjadi pada bulan januari. Pada
tahun
2007
rata-rata
tingkat
bagi
hasil
pembiayaan mudharabah sebesar Rp 22087853,- dengan tingkat bagi hasil sebesar Rp 28886437,- dan tingkat bagi hasil terendah Rp 15455570,- yang terjadi pada bulan januari. Pada
tahun
2008
rata-rata
tingkat
bagi
hasil
pembiayaan mudharabah sebesar Rp 36167999,- dengan tingkat bagi hasil tertinggi pada bulan oktober sebesar Rp 40990042,- dan tingkat bagi hasil terendah Rp 31131942,yang terjadi pada bulan januari. 4) Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Sertifikat wadiah bank Indonesia merupakan salah satu instrumen jangka pendek yang diterbitkan oleh bank Indonesia bagi bank syariah yang mengalami kelebihan likuiditas. Berikut ini adalah data perkembangan sertifikat wadiah bank Indonesia dari tahun 2005 sampai tahun 2008.
Tabel 4.4 Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
Bulan
2005
2006
2007
2008
Januari
4.11
4.32
8.07
5.95
Februari
3.75
4.62
4.53
6.06
Maret
3.58
4.75
6.48
6.32
April April
4.49
4.80
6.27
7.17
Mei
3.75
7.79
6.26
7.36
Juni
4.62
4.95
5.33
7.41
Juli
4.56
5.06
5.71
7.70
Agustus
3.92
5.79
5.15
7.93
September
4.11
4.45
6.61
8.60
Oktober
4.77
5.33
6.47
10.34
November
5.17
8.54
6.87
9.41
Desember
5.42
8.62
6.80
10.49
Mean
4.354
5.752
6.213
7.895
Sumber: Data diolah Pada tahun 2005 rata-rata nilai sertifikat wadiah bank Indonesia sebesar 4.354 dengan nilai tertinggi pada bulan
desember sebesar 5.42 dan nilai terendah sebesar 3.58 pada bulan maret. Pada tahun 2006 rata-rata nilai sertifikat wadiah bank Indonesia sebesar 5.752 dengan nilai tertinggi sebesar 8.62 yang terjadi pada bulan desember serta nilai terendah sebesar 4.32 pada bulan januari. Pada tahun 2007 rata-rata nilai sertifikat wadiah bank Indonesia sebesar 6.213 dengan nilai tertinggi pada januari bulan sebesar 8.07 dan nilai terendah sebesar 4.53 pada bulan februari. Pada tahun 2008 rata-rata nilai sertifikat wadiah bank Indonesia sebesar 7.895 dengan nilai tertinggi 10.49 pada bulan desember dan nilai terendah sebesar 5.95 pada bulan januari. 3) Pembiayaan Musyarakah 1) Pembiayaan Dalam
menjalankan
fungsinya
sebagai
lembaga
perantara, Bank Syariah Mandiri selain menghimpun dana dari masyarakat juga menyalurkannya kembali dalam bentuk pembiayaan. Berikut ini adalah berkembangan pembiayaan
musyarakah pada Bank Syariah Mandiri tahun 2005 sampai tahun 2008.
Tabel 4.5 Pembiayaan Musyarakah Bank Syariah Mandiri
Bulan
2005
2006
2007
2008
Januari
780652077
104238744 7
104238744 7
193339348 5
Februari
926409000
117303727 1
150370626 0
209995180 4
Maret
102684570 8
127100765 8
159566086 8
227323431 9
April
105543149 0
131523952 0
165678838 0
239505820 9
Mei
108409164 9
136228592 7
172358563 5
252408261 7
Juni
110817407 0
136274113 6
181166816 8
262558249 9
Juli
109652728 1
145542416 1
171541322 3
263652949 6
Agustus
111968064 0
150868415 8
190799900 4
268968614 8
Septembe r
112810917 9
153651627 9
201023970 4
266506604 3
Oktober
118102006 2
159121133 5
200678698 0
264186985 8
Novembe r
114371002 2
160428100 5
201552832 6
269262858 9
Desembe r
120601178 0
155419640 1
201552832 6
261372939 8
Mean
107138858 0
139808435 8
175044102 7
248256770 3
Sumber: Data diolah Pada tahun 2005 rata-rata pembiayaan musyarakah yang diberikan oleh Bank Syariah Mandiri sebesar Rp
1071388580,- dengan pembiayaan tertinggi terjadi pada bulan desember sebesar Rp 1206011780,- dan pembiayaan
musyarakah terendah sebesar Rp 780652077,- pada bulan januari. Pada tahun 2006 rata-rata pembiayaan musyarakah yang
diberikan
sebesar
Rp
1398084358,-
dengan
pembiayaan tertinggi pada bulan november sebesar Rp 1604281005,-
dan
pembiayaan
terendah
sebesar
Rp
1042387447,- pada bulan januari. Pada tahun 2007 rata-rata pembiayaan musyarakah yang
diberikan
sebesar
Rp
1750441027,-
dengan
pembiayaan tertinggi pada bulan november dan desember sebesar Rp 2015528326,- dan pembiayaan terendah sebesar Rp 1042387447,- pada bulan januari. Pada tahun 2008 rata-rata pembiayaan musyarakah yang
diberikan
sebesar
Rp
2482567703,-
dengan
pembiayaan tertinggi pada bulan november sebesar Rp 2692628589,-
dan
pembiayaan
1933393485,- pada bulan januari.
terendah
sebesar
Rp
2) Dana Pihak Ketiga Salah satu cara yang dilakukan bank syariah untuk menutupi
kekurangan
likuiditasnya
adalah
dengan
menghimpun dana pihak ketiga. Berikut ini adalah data perkembangan dana pihak ketiga Bank Syariah Mandiri dari tahun 2005 sampai tahun 2008. Tabel 4.6 Dana Pihak Ketiga Bank Syariah Mandiri
Bulan
2005
2006
2007
2008
Januari
5935328
7004618
8410448
1130499 2
Februari
5802239
7063061
8593152
1178670 4
Maret
6057812
7039881
8754644
1224578 7
April
6084121
7038802
8799260
1314667 1
Mei
6257848
7289531
9018120
1343592 2
Juni
6458141
7397275
8851328
1426991 6
Juli
6218642
7153495
9017073
1425075 5
Agustus
6243833
7686225
9308095
1364364 3
September
5938821
7569597
9864934
1389002
1 Oktober
6000391
7774414
7774414
1414356 4
November
5865831
7892062
7892062
1438939 6
Desember
5963581
8219267
8219267
1489868 7
Mean
6068882
7427352
8708566
1345050 5
Sumber: Data diolah Besarnya rata-rata dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh Bank Syariah Mandiri pada tahun 2005 adalah Rp 6068882,- dengan jumlah tertinggi sebesar Rp 6458141,yang terjadi pada bulan juni dan dana pihak ketiga terendah sebesar Rp 5802239,- yang terjadi pada bulan februari. Pada tahun 2006 rata-rata dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun adalah Rp 7427352,- dengan jumlah tertinggi pada bulan desember sebesar Rp 8219267,- dan jumlah terendah sebesar Rp 7004618,- yang terjadi pada bulan januari. Besarnya dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun pada tahun 2007 rata-rata Rp 8708566,- dengan jumlah tertinggi Rp 9864934,- yang terjadi pada bulan September dan jumlah terendah sebesar Rp 7774414,- pada bulan oktober.
Pada tahun 2008 rata-rata dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun sebesar Rp 13450505,- dengan jumlah tertinggi pada bulan desember sebesar Rp 14898687,- dan jumlah terendah sebesar Rp 11304992,- pada bulan januari. 4) Tingkat Bagi Hasil Tingkat bagi hasil merupakan keuntungan yang diperoleh
oleh
Bank
Syariah
Mandiri
dari
kegiatan
pembiayaan. Berikut ini adalah data tingkat bagi hasil Bank Syariah Mandiri dari tahun 2005 sampai tahun 2008.
Tabel 4.7 Tingkat Bagi Hasil Musyarakah Bank Syariah Mandiri
Bulan
2005
2006
2007
2008
Januari
7244374
1216108 4
1487856 5
1880364 4
Februari
8161698
1452454 7
1469487 3
1965141 6
Maret
12205213
1253746 0
1441859 0
1671845 5
April
11429462
1568621 7
1519558 3
2095464 7
Mei
10771214
1677634 4
1752808 0
1995424 7
Juni
11463817
1532862 7
1760566 8
2089550 1
Juli
11717150
1587737 7
1586639 8
2134184 4
Agustus
15686217
1577863 0
1635677 4
2463420 6
Septembe r
13785395
1607226 5
1516740 1
2352163 3
Oktober
11862039
1481998 2
1972116 5
2408653 2
November
12901019
1909187 2
1972116 5
2300210 5
Desember
14406423
2112467 7
1972116 5
2695716 0
Mean
11802835
1581492 4
1973961 9
2171011 6
Sumber: Data diolah Besarnya rata-rata tingkat bagi hasil musyarakah Bank Syariah Mandiri pada tahun 2005 adalah Rp 11802835,dengan tingkat bagi hasil tertinggi pada bulan desember Rp 14406423,- dan tingkat bagi hasil terendah sebesar Rp 7244374,- pada bulan januari. Pada musyarakah
tahun
2006
sebesar
Rp
rata-rata
tingkat
15814924,-
bagi
dengan
hasil tingkat
bagihasil tertinggi pada bulan desember sebesar Rp
21124677,- dan tingkat bagi hasil terendah Rp 12161084,pada bulan januari. Pada musyarakah
tahun
2007
sebesar
Rp
rata-rata
tingkat
19739619,-
bagi
dengan
hasil tingkat
bagihasil tertinggi sebesar Rp 19721165,- dan tingkat bagi hasil terendah Rp 14418590,- pada bulan maret. Pada musyarakah
tahun
2008
sebesar
Rp
rata-rata
tingkat
21710116,-
bagi
dengan
hasil tingkat
bagihasil tertinggi pada bulan desember sebesar Rp 26957160,- dan tingkat bagi hasil terendah Rp 16718455,pada bulan maret. 5) Sertifikat Wadaiah Bank Indonesia Sertifikat
wadiah
bank
Indonesia
merupakan
instrumen moneter jangka pendek yang dapat digunakan oleh bank syariah apabila mengalami kelebihan likuiditas.
Tabel 4.8 Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
Bulan
2005
2006
200 7
2008
Januari
4.11
4.32
8.07
5.95
Februari
3.75
4.62
4.53
6.06
Maret
3.58
4.75
6.48
6.32
April
4.49
4.80
6.27
7.17
Mei
3.75
7.79
6.26
7.36
Juni
4.62
4.95
5.33
7.41
Juli
4.56
5.06
5.71
7.70
Agustus
3.92
5.79
5.15
7.93
September
4.11
4.45
6.61
8.60
Oktober
4.77
5.33
6.47
10.34
November
5.17
8.54
6.87
9.41
Desember
5.42
8.62
6.80
10.49
Mean
4.354
5.752
6.213
7.895
Sumber: Data diolah Pada tahun 2005 rata-rata nilai sertifikat wadiah bank Indonesia sebesar 4.354 dengan nilai tertinggi pada bulan desember sebesar 5.42 dan nilai terendah sebesar 3.58 pada bulan maret. Pada tahun 2006 rata-rata nilai sertifikat wadiah bank Indonesia sebesar 5.752 dengan nilai tertinggi sebesar 8.62 yang terjadi pada bulan desember serta nilai terendah sebesar 4.32 pada bulan januari. Pada tahun 2007 rata-rata nilai sertifikat wadiah bank Indonesia sebesar 6.213 dengan nilai tertinggi pada januari bulan sebesar 8.07 dan nilai terendah sebesar 4.53 pada bulan februari. Pada tahun 2008 rata-rata nilai sertifikat wadiah bank Indonesia sebesar 7.895 dengan nilai tertinggi 10.49 pada
bulan desember dan nilai terendah sebesar 5.95 pada bulan januari. 2. Pembiayaan Pembiayaan Mudharabah a. Uji Stasioneritas Uji stasioneritas dilakukan untuk menghasilkan data yang stasioner karena masalah utama dalam data times series adalah masalah
stasioneritas.
Apabila
data
tidak
stasioner
akan
menghasilkan regresi lancung (spurious regression). Dalam penelitian ini penulis menggunakan Unit Root Test untuk melakukan uji stasioneritas. Pengujian stasioneritas data yang dilakukan pada penelitian ini didasarkan pada Augmented Dickey-
Fuller test statistic (ADF).
Tabel 4.9 Hasil uji Unit Root Pada Tingkat Tingkat 1 st Difference Difference
Variebel
Lag
Augmented DickeyFuller Test Statistic
MacKinnon (1996) Test Critical Values
Keteranga n
1% level 3.581152
Pembiayaan
3
-8.258575
5% level 2.926622 10% level -
I (1)
2.601424 1% level 3.581152
Dana Pihak Ketiga
3
-6.306138
5% level 2.926622
I (1)
10% level 2.601424 1% level 3.581152
Tingkat Bagi Hasil
3
-9.761974
5% level 2.926622
I (1)
10% level 2.601424
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
1% level 3.581152 3
-8.934459
5% level 2.926622
I (1)
10% level 2.601424
Sumber: Data diolah
Tabel 4.9 merupakan output uji akar unit terhadap variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Parameter yang digunakan apakah data bersifat stasioner atau tidak dilihat dari output uji akar unit dengan menggunakan taraf nyata 1%, 5% dan 10%. Jika nilai ADF statistik < nilai critical values Mac Kinnon maka data dapat dikatakan stasioner. Sedangkan apabila nilai ADF statistik > nilai critical values Mac Kinnon maka data tidak stasioner. Hasil uji unit root pada tingkat I(1) atau biasa disebut fist
difference menunjukan bahwa variabel pembiayaan telah bersifat
stasioner pada taraf nyata 1%, 5% dan 10%. Hal ini dapat dilahat dari nilai ADF statistik -8.258575 yang lebih kecil dari nilai critical
values Mac Kinnon pada taraf nyata 1% sebesar -3.581152, pada taraf nyata 5% sebesar -2.926622 dan pada taraf nyata 10% sebesar -2.601424. Hasil uji unit root pada tingkat fist difference menunjukkan bahwa variabel dana pihak ketiga telah bersifat stasioner dengan nilai ADF statistik -6.306138 yang lebih kecil dari nilai critical
values Mac Kinnon taraf nyata 1% sebesar -3.581152, taraf nyata 5% sebesar -2.926622 serta taraf nyata 10% sebesar -2.601424. Hasil uji unit root pada tingkat fist difference menunjukkan bahwa variabel tingkat bagi hasil telah bersifat stasioner dengan nilai ADF statistik -9.761974 yang lebih kecil dari nilai critical
values Mac Kinnon taraf nyata 1% sebesar -3.581152, taraf nyata 5% sebesar -2.926622 dan taraf nyata 10% sebesar -2.601424. Hasil uji unit root pada tingkat fist difference menunjukkan bahwa variabel sertifikat wadiah bank indonesia telah bersifat stasioner dengan nilai ADF statistik -8.934459 yang lebih kecil dari nilai critical values Mac Kinnon pada taraf nyata 1% sebesar
-
3.581152, pada taraf nyata 5% sebesar -2.926622 dan pada taraf nyata 10% sebesar -2.601424.
b. Uji Kointegrasi
Apabila variable-variabel dalam penelitian sudah stasioner pada ordo yang sama, langkah selanjutnya adalah melakukan uji kointegrasi untuk mengetahui apakah variabel-variabel dalam penelitian
memeliki
indikasi
adanya
keseimbangan
jangka
panjang.
Adapun hasil dari uji kointegrasi pembiayaan
mudharabah adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10 Hasil Uji Kointegrasi
Null Hypothesis: RESID01 has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-6.409099
0.0000
Test critical values:
1% level
-3.577723
5% level
-2.925169
10% level
-2.600658
Sumber: Data Diolah Pengujian kointegrasi ini menggunakan uji Augmented Dickey Fuller yang bertujuan untuk melihat apakah nilai residual stasioner atau tidak. Pada tabel 4.10 menunjukan bahwa nilai ADF sebesar 6.409099 lebih kecil dari nilai critical values Mav Kinnon pada taraf nyata 1% sebesar -3.577723, pada taraf nyata 5% sebesar 2.925169 dan pada taraf nyata 10% sebesar -2.600658. Hal ini menunjukan bahwa residual stasioner dan variabel dependen berkointegrasi dengan variabel-variabel independennya.
c. Uji Error Corection Model (ECM) Jangka Pendek Langkah selanjutnya setelah selesai melakukan pengujian kointegrasi adalah melakukan pengujian model koreksi kesalahan (Error Correction Model) untuk mengetahui apakah ada hubungan jangka
pendek
antara
variabel-variabel
dependen. Tabel 4.11 ECM Jangka Pendek
Dependent Variable: D(PEMBMUD) Method: Least Squares Date: 11/24/09 Time: 00:55
independen
dan
Sample (adjusted): 2 48 Included observations: 47 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(DPK)
32.69460
27.73761
1.178710
0.2451
D(TNGKTBGHSLMUD)
27.55948
8.227657
3.349615
0.0017
D(SWBI)
-62318826
15717598
-3.964908
0.0003
RESID01
0.708410
0.135076
5.244517
0.0000
C
37584217
18788498
2.000384
0.0520
R-squared
0.453850
Mean dependent var
56119282
Adjusted R-squared
0.401836
S.D. dependent var
1.50E+08
S.E. of regression
1.16E+08
Akaike info criterion
40.08248
Sum squared resid
5.69E+17
Schwarz criterion
40.27931
Log likelihood
-936.9384
F-statistic
8.725504
Prob(F-statistic)
0.000032
Durbin-Watson stat
2.030034
Sumber: Data Diolah Pada tabel 4.11 menunjukan bahwa variabel RESID01 atau sering disebut dengan error correction term (ECT) telah signifikan pada nilai kritis 0.05. Hal ini mengindikasikan bahwa model yang digunakan sudah valid dan menunjukan adanya kointegrasi antara variabel-variebel independen dengan variabel dependennya. Menurut Parulian Sihombing (2006:85) yang dikutip oleh Dida Yunta (2008:71) menjelaskan bahwa jika 0 < ECT < 1 dan signifikan secara statistik maka hal ini mengindikasikan bahwa spesifikasi
model adalah shahih dan selaras dengan hasil yang diperoleh dengan regresi kointegrasi. Variabel D(DPK) mempunyai nilai
thitung
sebesar 1.178710
serta nilai probabilitasnya sebesar 0.2451 yang lebih besar dari taraf nyata 0.05 menunjukan bahwa dalam jangka pendek variabel D(DPK) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap jumlah pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh Bank Syariah Mandiri. Dengan kata lain Ho diterima dan H1 ditolak. Variabel signifikan
D(TingkatBagiHasil)
terhadap
jumlah
memiliki
pembiayaan
pengaruh
yang
mudharabah
yang
diberikan oleh Bank Syariah Mandiri. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0.0017 yang lebih kecil dari taraf nyata 0.05, dengan nilai thitung sebesar 3.349615. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Variabel
D(SWBI)
memiliki
pengaruh
yang
signifikan
terhadap jumlah pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh Bank
Syariah
Mandiri.
Hal
ini
dapat
dilihat
dari
nilai
probabilitasnya sebesar 0.0003 yang lebih kecil dari taraf nyata 0.05 dengan nilai
thitung
sebesar -3.964908. dengan kata lain Ho
ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan
keterangan
di
atas,
tingkat
bagi
hasil
mudharabah dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia secara parsial dapat mempengaruhi besarnya jumlah pembiayaan mudharabah
yang diberikan oleh PT Bank Syariah Mandiri. Sedangkan variabel dana pihak ketiga secara parsial tidak dapat mempengaruhi jumlah pembiayaan mudharabah. Pada tabel 4.11 nilai F sebesar 8.725504 serta nilai probabilitasnya sebesar 0.000032 yang lebih kecil dari nilai kritis 0.05. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel independen tersebut secara
bersama-sama
berpengaruh
signifikan
terhadap
pembiayaan mudharabah dalam jangka pendek pada Bank Syariah Mandiri. Variabel-variabel independen dapat menjelaskan variabel independen sebesar 45.38% yang dapat dilihat dari nilai R-
squared. Adapun
persamaan
ECM
jangka
pendek
pembiayaan
mudharabah adalah sebagai berikut: PembiayaanMudharabah = 37584217 + 32.69460 D(DPK) + 27.55948 D(TngktBgHslMud) – 62318826 D(SWBI) + 0.708410 Resid01
d. Uji Error Corec Corection tion Model (ECM) Jangka Panjang Ttujuan dari pengujian Model Koreksi Kesalahan (Error
Corection Model) jangka panjang adalah untuk melihat variabel independen
manakah
yang
berpengaruh terhadap
variabel
dependen dalam jangka panjang. Berikut ini adalah hasil ECM jangka panjang pembiayaan mudharabah Bank Syariah Mandiri.
Tabel 4.12 ECM Jangka Panjang
Dependent Variable: PEMBMUD Method: Least Squares Date: 11/24/09 Time: 00:56 Sample: 1 48 Included observations: 48
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DPK
74.52461
22.05421
3.379156
0.0015
TNGKTBGHSLMUD
69.02255
5.081033
13.58435
0.0000
SWBI
-52858483
19884723
-2.658246
0.0109
C
-1.60E+08
1.26E+08
-1.273568
0.2095
R-squared
0.979167
Mean dependent var
1.47E+09
Adjusted R-squared
0.977747
S.D. dependent var
1.01E+09
S.E. of regression
1.50E+08
Akaike info criterion
40.57169
Sum squared resid
9.92E+17
Schwarz criterion
40.72762
Log likelihood
-969.7206
F-statistic
689.3469
Prob(F-statistic)
0.000000
Durbin-Watson stat
1.907458
Sumber: Data Diolah Hasil dari pengujian ECM jangka panjang pada tabel 4.12 menunjukan bahwa variabel dana pihak ketiga (DPK), variabel tingkat bagi hasil mudharabah serta varibel sertifikat wadiah bank Indonesia (SWBI) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh Bank Syariah Mandiri.
Hal
ini
dapat
dilihat
dari
masing-masing
nilai
probabilitasnya yang lebih kecil dari nilai kritis 0.005. Variabel dana pihak ketiga memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0015 yang lebih kecil dari nilai kritis 0.05, variabel tingkat bagi hasil musyarakah memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0000 yang lebih kecil dari nilai kritis 0.005 serta variabel sertifikat wadiah bank Indonesia juga memiliki nilai probabilitas yang lebih kecil dari nilai kritis yaitu sebesar 0.0109. Nilai F pada tabel 4.12 sebesar 689.4369 serta nilai probabilitasnya sebesar 0.000000 juga lebih kecil dari nilai kritis 0.05. Hal ini menggambarkan bahwa dalam jangka panjang secara bersama-sama variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah pembiayaan mudharabah pada Bank Syariah Mandiri. Nilai dari R-squared sebesar 0.979167 menggambarkan bagaimana kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sebesar 97.91%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.
Adapun persamaan ECM jangka panjang pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut: PembiayaanMudharabah = -1.60E+08 + 74.52461 DPK + 69.02255 TngktBgHslMud – 52858483 SWBI
3. Pembiayaan Musyarakah a. Uji Stasioneritas Uji stasioneritas ini dilakukan agar data time series yang digunakan dalam penelitian menjadi stasioner, hal ini dilakukan untuk menghindari adanya otokorelasi dan heteroskedastisitas. Uji stasioneritas yang digunakan adalah uji akar unit (Unit Root Test) dengan uji ADF atau Augmented Dickey Fuller Test. Tabel 4.13 Hasil Uji Uji Unit Root Pada Tingkat Tingkat 1st Difference Difference
Variebel
Lag
Augmented DickeyFuller Test Statistic
MacKinnon (1996) Test Critical Values
Keteranga n
1% level 3.581152
Pembiayaan
3
-8.320493
5% level 2.926622 10% level 2.601424
I (1)
1% level 3.581152
Dana Pihak Ketiga
3
-6.306138
5% level 2.926622
I (1)
10% level 2.601424 1% level 3.581152
Tingkat Bagi Hasil
3
-9.113752
5% level 2.926622
I (1)
10% level 2.601424 1% level 3.581152
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
3
-8.934459
5% level 2.926622
I (1)
10% level 2.601424
Sumber: Data diolah Tabel 4.13 merupakan output uji akar unit terhadap variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Parameter yang digunakan apakah data bersifat stasioner atau tidak dilihat dari output uji akar unit dengan menggunakan taraf nyata 1%, 5% dan 10%. Jika nilai ADF statistik < nilai critical values Mac Kinnon maka data dapat dikatakan stasioner. Sedangkan apabila nilai ADF statistik > nilai critical values Mac Kinnon maka data tidak stasioner.
Hasil uji unit root pada tingkat fist difference menunjukan bahwa variabel pembiayaan telah bersifat stasioner pada taraf nyata 1%, 5% dan 10%. Hal ini dapat dilahat dari nilai ADF statistik 8.320493 yang lebih kecil dari critical values Mac Kinnon pada taraf 1% sebesar -3.581152, pada taraf nyata 5% sebesar 2.926622 dan pada taraf nyata 10% sebesar -2.601424. Hasil uji unit root pada tingkat fist difference menunjukkan bahwa variabel dana pihak ketiga telah bersifat stasioner dengan nilai ADF statistik -6.306138 yang lebih kecil dari nilai critical
values Mac Kinnon taraf nyata 1% sebesar -3.581152, taraf nyata 5% sebesar -2.926622 serta taraf nyata 10% sebesar -2.601424. Hasil uji unit root pada tingkat fist difference menunjukkan bahwa variabel tingkat bagi hasil telah bersifat stasioner dengan nilai ADF statistik -9.113752 yang lebih kecil dari nilai critical
values Mac Kinnon taraf nyata 1% sebesar -3.581152, taraf nyata 5% sebesar -2.926622 dan taraf nyata 10% sebesar -2.601424. Hasil uji unit root pada tingkat fist difference menunjukkan bahwa variabel sertifikat wadiah bank indonesia telah bersifat stasioner dengan nilai ADF statistik -8.934459 yang lebih kecil dari nilai critical values Mac Kinnon pada taraf nyata 1% sebesar
-
3.581152, pada taraf nyata 5% sebesar -2.926622 dan pada taraf nyata 10% sebesar -2.601424.
b. Uji Kointegrasi Setelah data stasioner pada ordo yang sama, langkah selanjutnya adalah melakukan uji kointegrasi kointegrasi untuk mengetahui apakah variabel-variabel dalam penelitian memeliki indikasi adanya keseimbangan jangka panjang. Berikut ini adalah hasil uji kointegrasi pembiayaan musyarakah pada Bank Syariah Mandiri.
Tabel 4.14 4.14 Hasil Uji Kointegrasi
Null Hypothesis: RESID01 has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-3.930811
0.0038
Test critical values:
1% level
-3.577723
5% level
-2.925169
10% level
-2.600658
Sumber: Data Diolah Table 4.14 menunjukkan bahwa regresi dalam penelitian ini adalah regresi kointegrasi. Hal ini dapat dilihan dari nilai
Augmented Dickey Fuller test statistic (ADF) sebesar -3.930811
yang lebih besar dari nilai Test Critical Values (CV) pada taraf nyata 1% sebesar -3.577723, pada taraf nyata level 5% sebesar 2.925169 serta pada taraf nyata 10% sebesar -2.600658. Hal ini menunjukan bahwa residual stasioner dan variabel dependen berkointegrasi dengan variabel-variabel independennya.
c. Uji Error Corection Model (ECM) Jangka Pendek Setelah dilakukan pengujian kointegrasi untuk melihat keseimbangan jangka panjang dari variabel-variabel yang ditiliti, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian jangka pendek dengan menggunakan model koreksi kesalahan (Error
Corection Model ). Pada tabel 4.15 menunjukan bahwa variabel RESID01 atau sering disebut dengan error correction term (ECT) telah signifikan pada nilai kritis 0.05. Hal ini mengindikasikan bahwa model yang digunakan sudah valid dan menunjukan adanya kointegrasi antara variabel-variebel independen dengan variabel dependennya.
Tabel 4.15 4.15 ECM Jangka Pendek
Dependent Variable: D(PEMBMUS) Method: Least Squares
Date: 11/24/09 Time: 00:44 Sample (adjusted): 2 48 Included observations: 47 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(DPK)
35.78289
27.83964
1.285321
0.2057
D(TNGKTBGHSLMUS)
25.63510
7.710805
3.324569
0.0018
D(SWBI)
-36877298
14289330
-2.580758
0.0134
RESID01
0.422070
0.116463
3.624059
0.0008
C
26140755
16921986
1.544781
0.1299
R-squared
0.344906
Mean dependent var
39001645
Adjusted R-squared
0.282516
S.D. dependent var
1.25E+08
S.E. of regression
1.06E+08
Akaike info criterion
39.89780
Sum squared resid
4.73E+17
Schwarz criterion
40.09462
Log likelihood
-932.5983
F-statistic
5.528238
Prob(F-statistic)
0.001144
Durbin-Watson stat
1.897699
Sumber: Data Diolah
Variabel D(DPK) mempunyai nilai
thitung
sebesar 1.285321
serta nilai probabilitasnya sebesar 0.2057 yang lebih besar dari taraf nyata 0.05 menunjukan bahwa variabel D(DPK) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dalam jangka pendek terhadap jumlah pembiayaan musyarakah yang diberikan oleh Bank Syariah Mandiri. Dengan kata lain Ho diterima dan H1 ditolak. Variabel signifikan
D(TingkatBagiHasil)
terhadap
jumlah
memiliki
pembiayaan
pengaruh
yang
musyarakah
yang
diberikan oleh Bank Syariah Mandiri. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya sebesar 0.0018 yang lebih kecil dari taraf nyata 0.05, dengan nilai thitung sebesar 3.324569. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Variabel
D(SWBI)
memiliki
pengaruh
yang
signifikan
terhadap jumlah pembiayaan musyarakah yang diberikan oleh Bank
Syariah
Mandiri.
Hal
ini
dapat
dilihat
dari
nilai
probabilitasnya sebesar 0.0134 yang lebih kecil dari taraf nyata 0.05 dengan nilai
thitung
sebesar -3.624059, dengan kata lain Ho
ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan
keterangan
di
atas,
tingkat
bagi
hasil
musyarakah dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia secara parsial dapat mempengaruhi besarnya jumlah pembiayaan musyarakah yang diberikan oleh Bank Syariah Mandiri. Sedangkan variabel dana pihak ketiga secara parsial tidak dapat mempengaruhi jumlah pembiayaan mudharabah. Pada tabel 4.15 nilai F sebesar 5.528238 serta nilai probabilitasnya sebesar 0.001144 yang lebih kecil dari nilai kritis 0.05. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel independen tersebut secara
bersama-sama
berpengaruh
signifikan
terhadap
pembiayaan mudharabah dalam jangka pendek pada Bank Syariah Mandiri. Variabel-variabel independen dapat menjelaskan variabel independen sebesar 34.49% yang dapat dilihat dari nilai R-
squared.
Adapun
persamaan
ECM
jangka
pendek
pembiayaan
mudharabah adalah sebagai berikut: PembiayaanMudharabah
=
26140755+
35.78289
D(DPK)
+
25.63510 D(TngktBgHslMud) – 36877298 D(SWBI) + 0.422070 Resid01
d. Uji Error Corection Model (ECM) Jangka Panjang Uji Error Corection Model jangka panjang dilakukan untuk mengetahui
variabel-variabel
mempengaruhi
independen
jumlah pembiayaan
yang
dapat
musyarakah pada Bank
Syariah Mandiri.
Tabel 4.16 ECM Jangka Panjang
Dependent Variable: PEMBMUS Method: Least Squares Date: 11/24/09 Time: 00:48 Sample: 1 48 Included observations: 48
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DPK
133.3398
14.15345
9.421010
0.0000
TNGKTBGHSLMUS
59.10805
11.71607
5.045040
0.0000
SWBI
-42524382
24568513
-1.730849
0.0905
C
-2.32E+08
88549543
-2.617890
0.0121
R-squared
0.933868
Mean dependent var
1.680009
Adjusted R-squared
0.929359
S.D. dependent var
5.70E+08
S.E. of regression
1.52E+08
Akaike info criterion
40.59075
Sum squared resid
1.01E+18
Schwarz criterion
40.74668
Log likelihood
-970.1780
F-statistic
207.1107
Prob(F-statistic)
0.000000
Durbin-Watson stat
1.097496
Sumber: Data Diolah Hasil dari pengujian ECM jangka panjang pada tabel 4.16 menunjukan bahwa variabel dana pihak ketiga (DPK) dan variabel tingkat bagi hasil musyarakah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah pembiayaan musyarakah yang diberikan oleh Bank Syariah Mandiri. Hal ini dapat dilihat dari masing-masing nilai probabilitasnya yang lebih kecil dari nilai kritis 0.005. Variabel dana pihak ketiga memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0000 yang lebih kecil dari nilai kritis 0.05 dan variabel tingkat bagi hasil musyarakah memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0000 yang lebih kecil dari nilai kritis 0.005. Variabel sertivikat wadiah juga signifikan terhadap jumlah pembiayaan musyarakah yang diberikan oleh Bank Syariah Mandiri pada nilai kritis 10% dengan nilai probabilitas 0.0905, akan tetapi nilai kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0.05 sehingga dalam penelitian ini variabel sertifikat wadiah bank Indonesia dikatakan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan.
Nilai F pada tabel 4.16 sebesar 207.1107 dengan nilai probabilitasnya sebesar 0.000000 juga lebih kecil dari nilai kritis 0.05. Hal ini menggambarkan bahwa dalam jangka panjang secara bersama-sama variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah pembiayaan musyarakah pada Bank Syariah Mandiri. Nilai dari R-squared sebesar 0.933868 menggambarkan bagaimana kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sebesar 93.38%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini. Adapun persamaan ECM jangka panjang pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut: PembiayaanMudharabah = -2.32+08 + 133.3398 DPK + 59.10805 TngktBgHslMud – 42524382 SWBI
C. Intrpretasi 1. Pembiayaan Mudharabah Hasil pengujian analisis jangka pendek pembiayaan mudharabah dengan variabel independen dana pihak ketiga, tingakat bagi hasil, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia dengan menggunakan ECM (Error Correction Model) menunjukkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari variabel RESID01 dengan nilai probabilitasnya sebesar 0.0000 yang lebih kecil dari nilai kritis 5%.
Pengujian model koreksi kesalahan (Error Corection Model) jangka pendek analisis jangka pendek pada tabel 4.11 menunjukan bahwa variabel tingkat bagi hasil dan sertifikat wadiah bank Indonesia yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap pembiayaan, sedangkan variabel dana pihak ketiga tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan. Adapun persamaan yang dihasilkan adalah sebagai berikut: PembiayaanMudharabah = 37584217 + 32.69460 D(DPK) + 27.55948 D(TngktBgHslMud) – 62318826 D(SWBI) + 0.708410 Resid01 Berasarkan persamaan di atas, variabel dana pihak ketiga memiliki koefisien positif sebesar 32.69460 yang berarti bahwa dalam jangka pendek variabel dana pihak ketiga berbanding lurus dengan pembiayaan mudharabah, akan tetapi dalam jangka pendek variabel dana pihak ketiga tidak memiliki pengaruh yang signifkan terhadap pembiayaan. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam jangka pendek Bank Syariah Mandiri lebih memprioritaskan penggunaan dananya untuk pembiayaan non bagi hasil (Maryanah, 2006: 17) Variabel tingkat bagi hasil mudharabah memililiki koefisien yang positif sebesar 27.55948. Hal berarti bahwa dalam jangka pendek tingkat
bagi
hasil
mudharabah
berbanding
lurus
dengan
pembiayaan mudharabah. variabel tingkat bagi hasil juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan dalam jangka pendek, hal ini dikarenakan bagi hasil merupakan keuntungan yang diperoleh olah bank syariah atas pembiayaan yang diberikan.
Menurut Karim (2004:253) bahwa tingkat bagi hasil pada dana pihak ketiga berpengaruh terhadap jumlah permintaan pembiayaan bank syariah. Bila tingkat bagi hasil kepada dana pihak ketiga lebih besar dari rata-rata suku bunga bank nasional, maka pembiayaan bank syariah lebih kompetitif. Variabel sertifikat wadiah bank Indonesia memiliki koefisien negatif yang menunjukkan bahwa dalam jangka pendek Sertifikat Wadiah Bank Indonesia perbanding terbalik dengan pembiayaan
mudharabah, akan tetapi variabel sertifikat wadiah bank Indonesia dalam jangka pendek memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan bagi hasil. Hal ini dikarenakan sertifikat wadiah bank Indnonesia merupakan instrument jangka pendek yang dapat digunakan bank syariah yang memiliki kelebihan likuiditas.
Hasil pengujian koreksi kesalahan (Error Corection Model) jangka panjang pada tabel 4.12 menunjukan bahwa semua variabel independen yang terdiri dari dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, serta sertifikat wadiah bank Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan jangka panjang. Model persamaan yang dihasilkan adalah sebagai berikut: PembiayaanMudharabah = -1.600008
+ 74.52461
DPK +
69.02255 TngktBgHslMud – 52858483 SWBI
Dalam jangka panjang variabel dana pihak ketiga dan tingkat bagi hasil mudharabah memiliki hubungan berbanding lurus dengan pembiayaan mudharabah, hal ini dapat dilihat dari koefisisen dari kedua variabel yang positif.
Koefisien variabel sertifikat wadiah bank Indonesia adalah negatif, hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang variabel sertifikat wadiah bank Indonesia memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan pembiayaan mudharabah. Variabel dana pihak ketiga dalam jangka panjang memiliki hubungan yang signifikan terhadap pembiayaan, artinya semakin besar dana pihak ketiga yang dapat dihimpun oleh Bank Syariah Mandiri maka semakin banyak jumlah dana yang akan disalurkan dalam pembiayaan (Maryanah, 2006:17). Variabel tingkat bagi hasil dalam jangka panjang memiliki hubungan yang signifikan terhadap pembiayaan. Bila tingkat bagi hasil kepada dana pihak ketiga lebih besar dari rata-rata suku bunga bank nasional, maka pembiayaan bank syariah lebih kompetitif sehingga bank syariah akan meningkatkan pembiayaannya (Karim, 2004:253). 2. Pembiayaan Musyarakah Hasil pengujian analisis jangka pendek pada tabel 4.15 dengan menggunakan ECM (Error Correction Model ) pada pembiayaan
musyarakah menunjukkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari variabel RESID01 dengan nilai probabilitasnya sebesar 0.0008 yang lebih kecil dari nilai kritis 5%. Adapun persamaan yang dihasilkan adalah sebagai berikut: PembiayaanMusyarakah = 26140755 + 35.78289 D(DPK) + 25.63510
D(TngktBgHslMus) –
36877298 D(SWBI) + 0.422070 Resid01 Variabel dana pihak ketiga memiliki koefisien yang positif sebesar 35.78289, hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka
pendek variabel dana pihak ketiga berbanding lurus dengan pembiayaan musyarakah. Variabel dana pihak ketiga tidak memiliki
hubungan
yang
signifikan
terhadap
pembiayaan
musyarakah dalam jangka pendek. Bank Syariah Mandiri lebih suka memberikan pembiayaan dalam bentuk akad jual beli dimana keuntungannya dan jangka waktu pengembaliannya telah pasti. Variabel tingkat bagi hasil musyarakah sebesar 25.63510, hal ini mengindikasikan bahwa dalam jangka pendek kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang berbanding lurus dengan pembiayaan musyarakah. Variabel tingkat bagi hasil memiliki hubungan yang signifikan terhadap jumlah pembiayaan. Semakin besar tingkat bagi hasil yang diperoleh dari investasi dana pihak ketiga, maka semakin besar pula jumlah pembiayaan yang ditawarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Maryanah (2006:17) bahwa baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang tingkat bagi hasil atau profit berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Variabel sertifikat wadiah bank Indonesia dalam jangka pendek memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan pembiayaan musyarakah. Hal ini dapat dilihat dari koefisiennya yang bernilai negatif. Variabel sertifikat wadiah bank Indonesia juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan.
Hal ini dikarenakan sertifikat wadiah bank Indonesia merupakan instrument jangka pendek yang dapat digunakan oleh bank syariah yang mengalami kelebihan likuiditas. Apabila bonus yang ditawarkan sertifikat wadiah bank Indonesia lebih menarik dari tingkat bagi hasil pada pembiayaan, maka bank syariah akan menginvestasikan dananya dalam bentuk sertifikat wadiah bank Indonesia. Berdasarkan hasil analisis jangka panjang pada tabel 4.16 dengan
menggunakan
model
koreksi
kesalahan
(Error
Correction Model) menunjukan bahwa variabel dana pihak ketiga dan variabel tingkat bagi hasil memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan. Semakin banyak dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh Bank Syariah Mandiri, maka semakin besar jumlah pembiayaan yang diberikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Zainul Arifin (2006:53) bahwa pada dasarnya bahwa pada dasarnya bank syariah mengoalokasikan dana pihak ketiga dalam bentuk pembiayaan yang menghasilkan (earning assets) serta aktiva yang tidak menghasilkan (non earning assets). Variabel tingkat bagi hasil juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Maryanah (2006:17) bahwa baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang tingkat bagi hasil atau profit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan.
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan
dari
hasil
analisis
yang
dilakukan
dengan
menggunakan model analisis koreksi kesalahan (Error Correction
Model) mengenai pengaruh variabel independen yang terdiri dari dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil (mudharabah dan musharakah), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia terhadap variabel dependen yaitu pembiayaan pada bank syariah di Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang. Maka dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pembiayaan Mudharabah Variabel dana pihak ketiga (DPK) memberikan pengaruh terhadap jumlah pembiayaan mudharabah dalam jangka panjang. Artinya semakin besar dana pihak ketiga yang dapat dihimpun oleh bank, maka semakin banyak jumlah dana yang akan disalurkan kepada berbagai jenis produk pembiayaan. Namun dalam jangka
pendek variabel dana pihak ketiga tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah pembiayaan mudharabah. Dalam jangka pendek Bank Syariah Mandiri lebih memprioritaskan penyaluran dananya untuk pembiayaan dengan akad non bagi hasil yang memiliki kepastian tingkat keuntungan serta jangka waktu pengembalian. Variabel tingkat bagi hasil baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah pembiayaan mudharabah. Hal ini dikarenakan bagi hasil merupakan keuntungan yang diperoleh olah bank syariah atas pembiayaan yang diberikan. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh bank syariah dari pembiayaan maka semakin banyak jumlah dana yang disalurkan dalam pembiayaan, selain itu bila tingkat bagi hasil kepada dana pihak ketiga lebih besar dari rata-rata suku bunga bank nasional, maka pembiayaan bank syariah lebih kompetitif. Variabel sertifikat wadiah bank indonesia (SWBI) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan mudharabah baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Apabila tingkat bonus yang dari sertifikat wadiah bank Indonesia lebih tinggi dari keuntungan yang diperoleh Bank Syariah Mandiri dari pembiayaan maka Bank Syariah Mandiri akan menyimpan dananya dalam bentuk sertifikat wadiah bank Indonesia yang lebih aman dari resiko non
performing financing.
2. Pembiayaan Musyarakah
Variabel dana pihak ketiga memberikan pengaruh terhadap jumlah pembiayaan musyarakah pada
Bank Syariah Mandiri.
Semakin tinggi kemampuan bank syariah menyerap dana pihak ketiga maka semakin besar jumlah pembiayaan yang diberikan. Dalam jangka pendek variabel dana pihak ketiga tidak memberikan pengaruh
terhadap
jumlah
pembiayaan
musyarakah. Hal ini
menunjukan dalam jangka pendek Bank Syariah Mandiri lebih menyukai pembiayaan dengan akad jual beli atau non bagi hasil. Dilihat dari jangka panjang maupun jangka pendek, tingkat bagi hasil meberikan pengaruh terhadap jumlah pembiayaan musyarakah. Apabila pembiayaan musyarakah memberikan keuntungan yang lebih besar, maka Bank Syariah Mandiri lebih memilih menyalurkan pembiayaan ke dalam pembiayaan musyarakah serta bila tingkat bagi hasil kepada dana pihak ketiga lebih besar dari rata-rata suku bunga bank nasional,
maka
pembiayaan bank syariah lebih
kompetitif. Variabel sertifikat wadiah bank Indonesia (SWBI) dalam jangka pendek memberikan pengaruh terhadap pembiayaan musyarakah, karena pada dasarnya sertifikat wadiah bank Indonesia merupakan intrumen jangka pendek yang diterbitkan oleh Bank Indonesia supaya dapat digunakan oleh bank syariah yang memiliki kelebihan dana dengan sistem bonus. Dalam jangka panjang sertifikat wadiah bank Indonesia tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah pembiayaan musyarakah.
B. SARAN 1. Terhadap dana pihak ketiga, manajemen Bank Syariah Mandiri harus melakukan penyesuaian antara komposisi waktu penarikan masing-masing sumber dana pihak ketiga dengan komposisi pembiayaan yang akan diberikan. Hal ini bertujuan agar pembiayaan yang diberikan dapat disesuaikan dengan lamanya waktu dana pihak ketiga yang dapat digunakan oleh bank, sehingga dapat menghasilkan tingkat profitabilitas yang tinggi. 2. Karena tingkat bagi hasil berpengaruh secara signifikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, maka Bank Syariah Mandiri harus meningkatkan investasinya terhadap pembiayaan bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) yang memberikan keuntungan besar. Namun pihak Bank Syariah Mandiri harus lebih berhati-hati dalam menyalurkan dananya tersebut mengingat karakteristik dari pembiayaan bagi hasil yang belum dapat dipastikan apakah akan mendapat keuntungan atau pembiayaan yang diberikan terjadi kemacetan ditengah jalan (non performing financing). 3. Terkait dengan sertifikat wadiah bank Indonesia (SWBI), sebum memutuskan untuk menginvestasiakn dananya dalam bentuk sertifikat wadiah bank Indonesia, Bank Syariah Mandiri sebaiknya melakukan pertimbangan atas kondisi ekonomi yang terjadi sehingga dapat mengelola dana yang berhasil dihimpun dengan lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA Antonio, Muhammad Syafi'i. "Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum", Tazkia Institut, Jakarta, 1999.
. ”Bank Syariah Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman”, Edisi Kedua, Yogyakarta, 2002.
_______________
_______________ . ”Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik”, Cetakan Pertama, Gema Insani Press, Jakarta, 2001.
Arifin, Zainul. "Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah". Pustaka Alvabet. Jakarta. 2006.
Djalal, Nachrowi. “Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”. LP-FEUI. Jakarta. 2006.
Gujarati, Damodar N. "Basic Econometrics". International edition. McGraw-Hill. Singapore. 2003.
Gemala. “Aspek-Aspek Hukum dalam Perkembangan dan Perasuransian Syariah di Indonesia”, Edisi Revisi, Prenada Media
Dewi,
Group, Jakarta, 2008.
Donna, Dury Roesmana dan Chotimah, Nurul. “Variabel-Variabel yang
Mempengaruhi Pembiayaan Pada Perbankan Syariah di Indonesia Ditinjau dari Sisi Penawaran”, Jurnal Ekonomi, Vol.2, No.2, Hal 1-22, Jakarta 2008.
Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi ”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007.
Hasibuan, Malayu. “Dasar-Dasar Perbankan”, Cetakaan Keenam, Bumi Aksara, Jakarta, 2007.
Hasyim Asy’ari, Mohammad. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Perbankan Syariah”, PSKTT-UI, Jakarta, 2004.
Indrianto, Nur dan Supomo Bambang. “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen”, Edisi Pertama, Cetakan Kedua, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 2002.
Karim, Adiwarman. "Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan", PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2004.
_______________ . ”Ekonomi Makro Islam”, PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2007.
Mandala dan Prathama. “Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro dan Makro”, Edisi Revisi, FE UI, Jakarta, 2004.
Maryanah. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bagi Hasil di Bank Syariah Mandiri”, Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islami, Vol.4, No.1, Hal 1-19, Jakarta, 2008.
Muhammad. “ManajemenPpembiayaan Bank Syariah”, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2005.
Mulyono, Sri. “Statisitk untuk Ekonomi”, Edisi Kedua, FE UI, Jakarta, 2003.
“Ekonomi Makro Analisa IS-LM dan Permintaan-Penawaran Agregatip”, Edisi Ketiga, Cetakan Kedua, Liberty, Yogyakarta, 1992.
Reksoprayitno,
Doediyono.
Riyadi, Selamet. “Banking Assets and Liability Management”, FE UI, Jakarta, 2004.
Rodoni, Ahmad. "Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya". Center for social and economics studies (CSES) Press. Jakarta. 2006.
Rosita, Ita. “Pembiayaan Musyarakah di Perbankan Syariah dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya”, Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islami, Vol. 1, No.2, Hal 37-52, Jakarta, 2005.
Sayed dan Makiyan, Nezamaddin. “The Role of Rate of Return on Loans in Islamic banking System of Iran”, International Journal of Islamic Financial Service, Vol.3, No.3, 2001.
Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Jumlah Pembiayaan Bagi Hasil pada Bank Syariah Mandiri”, PSKTTI-UI, Jakarta, 2006.
Sujatna,
Yayat.
“Analisis
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews”, UPP STIM YKPN, Cetaka Pertama, Yogyakarta, 2007.
Wiyono, Slamet. “Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah Berdasarkan PSAK dan PAPSI”, Cetakan Kedua, Grasindo, Jakarta, 2005.
www.bi.go.id
LAMPIRAN ANALISIS ERROR CORRECTION MODEL (ECM) PEMBIAYAAN MUDHARABAH
Hasil Uji Stasioneritas Variabel-Variabel Pembiayaan Mudharabah Null Hypothesis: D(PEMBMUD) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Sumber: Data Diolah
t-Statistic
Prob.*
-8.258575 -3.581152 -2.926622 -2.601424
0.0000
Null Hypothesis: D(DPK) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-6.306138 -3.581152 -2.926622 -2.601424
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Sumber: Data Diolah Null Hypothesis: D(TNGKTBGHSLMUD) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-9.761974 -3.581152 -2.926622 -2.601424
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Sumber: Data Diolah Null Hypothesis: D(SWBI) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Sumber: Data Diolah
t-Statistic
Prob.*
-8.934459 -3.581152 -2.926622 -2.601424
0.0000
Hasil Uji Kointegrasi Pembiayaan Mudharabah
Null Hypothesis: RESID01 has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3) t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-6.409099
0.0000
Test critical values:
1% level
-3.577723
5% level
-2.925169
10% level
-2.600658
Sumber: Data Diolah
Hasil ECM Jangka Pendek Pembiayaan Mudharabah Dependent Variable: D(PEMBMUD) Method: Least Squares Date: 11/24/09 Time: 00:55 Sample (adjusted): 2 48 Included observations: 47 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(DPK)
32.69460
27.73761
1.178710
0.2451
D(TNGKTBGHSLMUD)
27.55948
8.227657
3.349615
0.0017
D(SWBI)
-62318826
15717598
-3.964908
0.0003
RESID01
0.708410
0.135076
5.244517
0.0000
C
37584217
18788498
2.000384
0.0520
R-squared
0.453850
Mean dependent var
56119282
Adjusted R-squared
0.401836
S.D. dependent var
1.50E+08
S.E. of regression
1.16E+08
Akaike info criterion
40.08248
Sum squared resid
5.69E+17
Schwarz criterion
40.27931
Log likelihood
-936.9384
F-statistic
8.725504
Prob(F-statistic)
0.000032
Durbin-Watson stat
2.030034
Sumber: Data Diolah
Hasil ECM Jangka Panjang Pembiayaan Mudharabah Dependent Variable: PEMBMUD Method: Least Squares Date: 11/24/09 Time: 00:56 Sample: 1 48 Included observations: 48
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DPK
74.52461
22.05421
3.379156
0.0015
TNGKTBGHSLMUD
69.02255
5.081033
13.58435
0.0000
SWBI
-52858483
19884723
-2.658246
0.0109
C
-1.60E+08
1.26E+08
-1.273568
0.2095
R-squared
0.979167
Mean dependent var
1.47E+09
Adjusted R-squared
0.977747
S.D. dependent var
1.01E+09
S.E. of regression
1.50E+08
Akaike info criterion
40.57169
Sum squared resid
9.92E+17
Schwarz criterion
40.72762
Log likelihood
-969.7206
F-statistic
689.3469
Prob(F-statistic)
0.000000
Durbin-Watson stat
Sumber: Data Diolah
1.907458
LAMPIRAN ANALISIS ERROR CORRECTION MODEL (ECM) PEMBIAYAAN MUDHARABAH
Hasil Uji Stasioneritas Variabel-Variabel Pembiayaan Musyarakah Null Hypothesis: D(PEMBMUS) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3) t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
-8.320493 -3.581152 -2.926622 -2.601424
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Sumber: Data Diolah
Null Hypothesis: D(DPK) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-6.306138 -3.581152 -2.926622 -2.601424
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Sumber: Data Diolah
Null Hypothesis: D(TNGKTBGHSLMUS) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-9.113752 -3.581152 -2.926622 -2.601424
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Sumber: Data Diolah
Null Hypothesis: D(SWBI) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3) t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
-8.934459 -3.581152 -2.926622 -2.601424
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Sumber: Data Diolah
Hasil Uji Kointegrasi Pembiayaan Musyarakah
Null Hypothesis: RESID01 has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-3.930811
0.0038
Test critical values:
1% level
-3.577723
5% level
-2.925169
10% level
-2.600658
Sumber: Data Diolah
ECM Jangka Pendek Pembiayaan Musyarakah Dependent Variable: D(PEMBMUS) Method: Least Squares
Date: 11/24/09 Time: 00:44 Sample (adjusted): 2 48 Included observations: 47 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(DPK)
35.78289
27.83964
1.285321
0.2057
D(TNGKTBGHSLMUS)
25.63510
7.710805
3.324569
0.0018
D(SWBI)
-36877298
14289330
-2.580758
0.0134
RESID01
0.422070
0.116463
3.624059
0.0008
C
26140755
16921986
1.544781
0.1299
R-squared
0.344906
Mean dependent var
39001645
Adjusted R-squared
0.282516
S.D. dependent var
1.25E+08
S.E. of regression
1.06E+08
Akaike info criterion
39.89780
Sum squared resid
4.73E+17
Schwarz criterion
40.09462
Log likelihood
-932.5983
F-statistic
5.528238
Prob(F-statistic)
0.001144
Durbin-Watson stat
1.897699
Sumber: Data Diolah
ECM Jangka Panjang Pembiayaan Musyarakah
Dependent Variable: PEMBMUS Method: Least Squares Date: 11/24/09 Time: 00:48 Sample: 1 48 Included observations: 48
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DPK
133.3398
14.15345
9.421010
0.0000
TNGKTBGHSLMUS
59.10805
11.71607
5.045040
0.0000
SWBI
-42524382
24568513
-1.730849
0.0905
C
-2.32E+08
88549543
-2.617890
0.0121
R-squared
0.933868
Mean dependent var
1.680009
Adjusted R-squared
0.929359
S.D. dependent var
5.70E+08
S.E. of regression
1.52E+08
Akaike info criterion
40.59075
Sum squared resid
1.01E+18
Schwarz criterion
40.74668
Log likelihood
-970.1780
F-statistic
207.1107
Prob(F-statistic)
0.000000
Durbin-Watson stat
Sumber: Data Diolah
1.097496