ANALISIS PENGARUH JUMLAH KANTOR BANK SYARIAH, SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), DAN DANA PIHAK KETIGA (DPK) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat dalam Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh Candra Dedy Hermawan NIM : 109084000025
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDY PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434/2013
“ANALISIS PENGARUH JUMLAH KANTOR BANK SYARIAH, SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), DAN DANA PIHAK KETIGA (DPK) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE OKTOBER 2007– APRIL 2012
Skripsi Diajukan kepada Fakultas ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Candra Dedy Hermawan NIM : 109084000025
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr.Ir.H.Roikhan Mochamad Aziz, MM
Yoghi Citra Pratama, M.Si NIP. 19830717 201101 1 011
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu, 8 Mei 2013 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: Nama NIM
: Candra Dedy Hermawan : 109084000025
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi PembanguJudul Skripsi : Analisis Pengaruh Jumlah Kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah Periode Oktober 2007 – Februari 2012. Setelah mengamati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 Mei 2013 1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 19570617 198503 1 002
(
)
2. Zaenal Muttaqin, MPP NIP. 19790503 20110 1 006
(
)
3. Yoghi Citra Pratama, M.Si NIP. 19830717 201101 1 011
(
)
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 18 Juni 2013 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. 2. 3. 4.
Nama NIM Jurusan Judul Skripsi
: Candra Dedy Hermawan : 109084000025 : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan : Analisis Pengaruh Jumlah Kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah Periode Oktober 2007 – Februari 2012.
Setelah mengamati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 Juni 2013 1. Herni Ali HT, SE., MM
(
) Ketua
2. Zuhairan Yunmi Yunan, SE, M.Sc NIP. 19800416 200912 1 002
(
) Sekretaris
3. Dr. Lukman, MS NIP. 19640607 200302 1 001
(
) Penguju Ahli
4. Dr. Ir.Roikhan Mochamad Aziz, MM (
) Pembingbing I
5. Yoghi Citra Pratama, M.Si NIP. 19830717 201101 1 011
(
) Pembimbing II
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama Mahasiswa
: Candra Dedy Hermawan
No. Induk Mahasiswa : 109084000025 Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1. 2. 3. 4. 5.
Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini
Jikalau di kemudia hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui bukti yang dapat dipertnggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 16 Mei 2013 Yang Menyatakan
Candra Dedy Hermawan 109084000025
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Candra Dedy Hermawan
Tempat Tanggal Lahir
: Sragen, 2 Maret 1990
Alamat
: Jl. H.Djairi Rt. 001 Rw. 02 No.53 Kelurahan Rawa Buaya, Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat 11740
Agama
: Islam
No. Telephone/HP
: 0856 9406 3355
E-mail
:
[email protected]
Twitter
: Candra_Cashflow
Riwayat Pendidikan Formal SDN 14 Cengkareng Timur
: 1996 - 2002
SMPN 248 Cengkareng
: 2002 - 2005
SMAN 95 Kalideres
: 2005 - 2008
S 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
: 2009 - 2013
Abstract This research investigates the influence number of offices islamic bank (JKBUS), Sharia Certificates of Bank Indonesia (SBIS), and third parties fund (DPK) on Murabahah Financing of Sharia Banking in Indonesia. The data use in this research are time series data by using multiple regression analysis, Ordinary Least Square (OLS) Periode of 2007 to 2012. The result of this research indicates that the number of brances islamic bank (JKBUS) (-0.123878 and 0.1962) has negative and insignificant influence on Murabahah Financing, Sharia Certificates of Bank Indonesia (SBIS) (˗0.026839 and 0.0015) has negatife and significant influence on Murabahah financing, and third parties fund (DPK) (0.0002 and 0.451342) has positive and significant influence on Murabahah Financing at Sharia banking in Indonesia.
Key words: Number of offices Islamic Bank (JKBUS), Sharia Certificates of Bank Indonesia (SBIS), third parties fund (DPK), Murabahah Financing and OLS.
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaiman Pengaruh Jumlah Kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Pembiayaan Murabahah Bank Syariah di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan menggunakan metode analisis regresi berganda yaitu OLS. Periode 2007 sampai 2012. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Jumlah Kantor Bank Syariah (-0.123878 dan 0.1962) memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pembiayaan Murabahah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (˗0.026839 dan 0.0015) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah, dan Dana Pihak Ketiga (DPK) (0.0002 dan 0.451342) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah pada Perbankan Syariah di Indonesia. Kata-kata kunci: Jumlah Kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Dana Pihak Ketiga (DPK), Pembiayaan Murabahah, OLS.
KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Rabbil „aalamin, uji syukur penulis Panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul “ANALISIS PENGARUH JUMLAH KANTOR BANK SYARIAH , SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), DAN DANA PIHAK KETIGA TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA”. Serta shalawat dan salam tidak lupa penulis ucapkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa pedoman dan petunjuk bagi umat manusia dari zaman yang gelap gulita hingga zaman yang terang benderang. Juga kepada para keluarga dan sahabatnya yang telah berjuang untuk mewariskan nilai islam kepada kita semua. Penulisan proposal skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat dilanjutkan ketahap penyelesaian skripsi yang bertujuan untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari proposal skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurnabaik dari segi materi maupun susunan bahasanya. Hal ini karena keterbatasan penulis baik dari segi waktu, tenaga, maupun ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, penulis membutuhkan saran dan masukan atas proposal skripsi yang telah dibuat ini, dengan harapan agar skripsi ini menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Perjuangan ini senantiasa diiringi cahaya doa orang-orang yang tulus, bimbingan dari orang-orang yang tak mengenal balasan, serta bantuan dan dorongan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya Terutama kepada : 1. Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa dengan ketulusan dan keikhlasan hati membesarkan, mendidik, menyayangi, dan memberikan dukungan serta doa yang tidak putus-putusnya
semenjak penulis dilahirkan hingga tumbuh menjadi seorang pria dewasa. 2. Bapak Prof. Abdul Hamid, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. Lukman, M.Si, selaku ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Pembangunan (IESP) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Utami Baroroh, M.Si, selaku sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan
Pembangunan
(IESP)
Fakultas
Ekonomi
dan
Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, M.M sebagai Dosen Pembimbing
I
juga
sebagai
penemu
metodologi
Islam
@Sinlammim @319913616 dan deret Islam yaitu 3199136116 (Number Of Everything). 6. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing II yang dengan sabar memberikan bimbingan dan meluangkan waktunya untuk membaca dan mengoreksi skripsi yang penulis ajukan, serta dukungan dalam memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. 7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama belajar dibangku kuliah. 8. Spesial Thx‟s bwt Siti Apsah yang sudah memotivasi dan selalu mengigatkan penulis untuk cepat-cepat lulus . 9. Teman-teman IESP angkatan 2009, terutama konsentrasi Ekonomi Islam Rismawan (Lelaki berKharisma), Rendy Kemel (thx‟s bwt kosan‟y udah dijadikan Markas PES), Syahrul, Hafa (sesepuh), Kokoh, Barry (Genduut), andre,wildan dan Celap Celup Gir‟s “Dila, Iyta, Yane, Dhita, Nisa, Fina, dan wida”. Serta konsentrasi Ekonomi Pembangunan yang tidak bisa disebutkan satu persatu
Akhirnya dengan keihklasan dan ketulusan hati, penulis memanjatkan doa untuk semua kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan menambah setitik khazanah ilmu pengetahuan
Jakarta, 2 Maret 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup ...........................................................................
i
Abstract ...................................................................................................
iii
Abstrak .....................................................................................................
iv
Kata Pengantar ........................................................................................
v
Daftar Isi ..................................................................................................
viii
Daftar Tabel ............................................................................................. xi Daftar Gambar ........................................................................................
xii
Daftar Lampiran .....................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Perumusan Masalah ........................................................................ C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 1. Tujuan Penelitian ...................................................................... 2. Manfaat Penelitian .....................................................................
1 9 9 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ................................................................................ 1. Filosofi Ekonomi Islam .............................................................. 2. Perbankan ................................................................................... 3. Bank Syariah .............................................................................. a. Pengertian Bank Syariah ....................................................... b. Prinsip dan Ciri-Ciri Bank Syariah ....................................... 4. Pembiayaan ................................................................................ a. Pengertian Pembiayaan ......................................................... b. Macam-Macam Pembiayaan ................................................ c. Tujuan Pembiayaan .............................................................. d. Fungsi Pembiayaan .............................................................. 5. Murabahah ................................................................................ a. Pengertian Murabahah .......................................................... b. Landasan Hukum .................................................................. c. Rukun dan Syarat Murabahah ..............................................
12 12 15 16 16 17 21 21 22 23 24 25 25 26 28
d. Ketentuan Umum Murabahah .............................................. e. Skema Pembiayaan Murabahah ........................................... f. Macam-Macam Transaksi Murabahah ................................. g. Dana Pihak Ketiga Pembiayaan Murabahah ........................ 6. Jumlah Kantor Bank Syariah ..................................................... a. Perkembangan Kantor Bank Syariah .................................... b. Hubungan Jumlah Kantor Dengan Pembiayaan Murabahah. 7. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ................................ a. Definisi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ............. b. Hubungan SBIS Dengan Pembiayaan Murabahah .............. 8. Dana Pihak Ketiga (DPK) ........................................................ a. Definisi Dana Pihak Ketiga (DPK) ...................................... b. Hubungan DPK dengan Pembiayaan Murabahah ............... B. Penelitian Terdahulu ..................................................................... C. Kerangka Pemikiran ..................................................................... D. Hipotesis Penelitian ......................................................................
29 30 31 32 34 34 35 36 36 40 41 41 43 44 56 60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... B. Metode Pengumpulan Data ......................................................... C. Variabel Penelitian ...................................................................... 1. Variabel Independen ............................................................. 2. Variabel Dependen ................................................................ D. Metode Analisis Data .................................................................. 1. Uji Stasioneritas .................................................................... a. Uji Akar Unit ................................................................... b. Uji Derajat Integrasi ........................................................ 2. Uji Asumsi Klasik ................................................................. a. Uji Normalitas ................................................................. b. Uji Multikolinearitas ....................................................... c. Uji Heteroskedastisitas .................................................... d. Uji Autokorelasi .............................................................. 1) Uji t .......................................................................... 2) Uji F ........................................................................... e. Uji Koefisien determinasi ................................................ E. Definisi Operasional Variabel ..................................................... 1. Variabel Dependen ............................................................... 2. Variabel Independen ..............................................................
63 63 64 64 64 64 65 66 66 67 67 68 69 70 71 72 73 74 74 74
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................. 1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia ............................ 2. Perkembangan Pembiayaan Murabahah ................................ 3. Perkembangan Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS) ........ 4. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) .... 5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) ............................. B. Hasil Analisa dan Pembahasan .................................................... 1. Uji Akar Unit ......................................................................... 2. Uji Derajat Integrasi .............................................................. 3. Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................ a. Uji Normalitas ................................................................ b. Uji Autokorelasi .............................................................. c. Uji Heteroskedastisitas .................................................... d. Uji Multikolinearitas ....................................................... 4. Hasil Regresi Berganda OLS ................................................. a. Uji Parsial (Uji-t) ............................................................ b. Uji Simultan (Uji-F) ........................................................ c. Koefisien Determinasi (R²) ............................................. d. Analisis Ekonomi .............................................................
76 76 78 80 82 82 83 83 85 85 85 86 87 87 89 90 92 92 93
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ................................................................................ B. Implikasi .................................................................................... C. Saran .......................................................................................... Daftar Pustaka .......................................................................................
96 97 98 100
Daftar Tabel Nomor
Keterangan
Halaman
1.1
Komposisi Pembiayaan Murabahah, Kantor Bank Umum Syariah, SBIS, dan DPK Periode 2008-2012 Di Indonesia ....................... 5
2.1
Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ................
19
2.2
Ringkasan Penelitian Terdahulu ..................................................
51
4.1
Perkembangan Jumlah Kantor Bank Syariah ..............................
79
4.2
Uji Akar Unit Augmented Dickey-Fuller Pada Tingkat Level ....
84
4.3
Uji Akar Unit Augmented Dickey-Fuller Pada Tingkat Level 1 „st Difference .................................................................
85
4.4
Hasil Uji Normalitas ....................................................................
86
4.5
Hasil Uji Autokorelasi ................................................................
86
4.6
Hasil Uji Heteroskedastisitas ......................................................
87
4.7
Hasil Uji Multikolinearitas ..........................................................
88
4.8
Hasil Uji Multikolinearitas (dengan diferensiasi) .......................
88
4.9
Hasil Uji Regresi Berganda OLS ................................................
89
Daftar Gambar Nomor
Keterangan
Halaman
1.1. Komposisi Pembiayaan Murabahah, Kantor Bank Umum Syariah, SBIS, dan DPK Periode 2008-2012 Di Indonesia ......................
5
2.1
Skema Pembiayaan Murabahah .................................................
30
2.2
Kerangka Pemikiran ....................................................................
59
3.1
Statistik Durbin Watson ..............................................................
71
4.1
Perkembangan Pembiayaan Murabahah .....................................
79
4.2
Perkembangan Jumlah Kantor Bank Syariah .............................
81
4.3
Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) .........
82
4.4
Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Syariah ...........
83
4.5
Hasil Uji Normalitas ...................................................................
86
4.6
Hasil Uji Autokorelasi ................................................................
86
4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas .....................................................
87
4.8
Hasil Uji Multikolinearitas ........................................................
88
4.9
Hasil Uji Multikolinearitas (dengan diferensiasi) ......................
88
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Keterangan
Halaman
1.
Data Penelitian ........................................................................
104
2.
Uji Stasioner Pembiayaan Murabahah ....................................
106
3.
Uji Stasioner Jumlah Kantor Bank Umum Syariah (JKBUS)
108
4.
Uji Stasioner Sertifikat Bank Umum Indonesia Syariah (SBIS) 110
5.
Uji Stasioner Dana Pihak Ketiga (DPK) ................................
112
6.
Hasil Uji Regresi ....................................................................
114
7.
Hasil Uji Normalitas ...............................................................
114
8.
Hasil Uji Autokorelasi ...........................................................
115
9.
Hasil Uji Heterokedastistas ...................................................
116
10.
Hasil Uji Multikolinearitas ....................................................
117
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan agama yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan juga hubungan antara sesama manusia termasuk dalam aspek sosial, ekonomi maupun keuangan. Sehingga
hukum syariah merupakan
bagian yang sangat penting yang harus dijalankan. Islam menganjurkan umatnya untuk melakukan aktifitas ekonomi muamalah dengan menjalankan prinsip-prinsip syariah dalam memperoleh laba. Bank adalah suatu lembaga intermediasi keuangan (antara pihak yang mempunyai kelebihan dana dan kekurangan dana) yang paling penting dalam sistem perekonomian kita, yaitu sebagai lembaga khusus yang menyediakan layanan finansial (Arifin, 2002). Lahirnya perbankan syariah di indonesia merupakan kemajuan di sektor perbankan nasional
dimana
tujuan dari
perbankan syariah yaitu mengembangkan penerapan prinsip-prinsip syariah Islam kedalam transaksi keuangan dan perbankan. Prinsip-prinsip syariah terkandung dalam Al-Qur‟an dan Hadits Nabi yang merupakan sumber hukum dalam Islam. Perbedaan yang paling mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional adalah dalam bank syariah menerapkan sistem bebas bunga (free interest) atau memakai sistem bagi hasil (profit loss sharing), jual beli dan sewa. Sedangkan bank konvensional menerapkan sistem bunga. Prinsip pokok dalam transaksi keuangan yang sesuai dengan syariah, antara lain 1
penekanan pada perjanjian yang adil, anjuran sistem bagi hasil, dan larangan terhadap riba (bunga), gharar (tipuan), dan maysir (spekulasi), diyakini menjadi prinsip dasar berinvestasi yang bukan hanya menguntungkan dan halal, tetapi juga aman. Pada 1 Mei 1992 berdirilah bank syariah pertama di Indonesia, Bank Muamalat
Indonesia,
dengan
total
komitmen
modal
disetor
Rp
106.126.382.000,- Namun, perangkat hukum operasinya dalam UU No.7 tahun 1992
belum memuat sistem syariah yang memadai. Baru di era
reformasi, UU No.10 tahun 1998 memuat secara rinci landasan operasi bank syariah dan memberi arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah (Antonio, 2001: 25). Selanjutnya pemberlakuan UU No. 10 1998 tentang perubahan UU No. 7 1992 tentang perbankan memberikan kesempatan yang lebih luas bagi pengembangan perbankan Syariah di Indonesia. Perundang-undangan tersebut memberikan kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan jaringan perbankan syariah antara lain melalui ijin pembukaan kantor cabang syariah (KCS) oleh bank konvensional. Dengan kata lain, bank umum dimungkinkan untuk menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional sekaligus dapat melakukan berdasarkan prinsip Syariah (Sudarsono, 2003). Namun dalam prakteknya, sebagian besar bank-bank Islam mengalami kesulitan untuk menerapkan sistemnya dalam produk-produk pembiayaan yang ditawarkan yang menggunakan sistem bagi hasil (profit loss sharing) 2
murni, dengan kendala yang penuh resiko dan ketidak-pastian. Masalahmasalah praktis yang terkait dengan pembiayaan ini di satu sisi mengakibatkan adanya penurunan dalam penggunaannya di dunia perbankan Islam, dan pada akhirnya pada sisi lain menyebabkan adanya peningkatan yang cukup drastis pada penggunaan mekanisme pembiayaan yang secara tidak langsung mirip dengan pembiayaan sistem bunga, yaitu mekanisme pembiayaan murabahah (www.antonp.blogspot.com). Jika diperhatikan pembiayaan murabahah pada bank syariah dan kredit pembelian barang pada bank konvensional mempunyai sedikit perbedaan dimana dalam pembiayaan mudharabah harga jual bank adalah harga beli ditambah margin keuntungan bank syariah yang disepakati bersama. Sedangkan kredit pembelian barang pada bank konvensional harga jual bank adalah harga beli ditambah dengan bunga yang dikenakan. Dalam prakteknya bank syariah kerap kali tidak melakukan prosedur yang sesuai dengan akad murabahah dalam langkah-langkah pembelian barang. Karenanya bank syariah menggunakan media akad wakalah yaitu dengan memberikan kuasa kepada nasabah untuk membeli barang tersebut. Akad murabahah ini sering kali mendahului pemberian wakalah dan dropping dana pembelian barang. sehingga bagaimana bisa dikatakan barang telah menjadi milik Bank, jika droping dana pembelian barang saja dilakukan setelah akad murabahah ditanda-tangani. (Maulidina, 2011:3). Oleh karena itu, peran bank syariah sebagai penjual dalam pembiayaan murabahah lebih tepat seperti pembiayaan dan bukan sebagai 3
penjual barang karena bank syariah seharusnya memiliki barang tersebut terlebih dahulu sebelumnya lalu menyerahkannya kepada nasabah. Sebagaimana yang kita ketahui pembiayaan murabahah merupakan akad jual-beli antara bank selaku penyedia barang (penjual) dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang. Secara teknis nasabah datang ke bank syariah untuk memesan barang yang sesuai dengan spesifikasi dan harga yang diinginkannya. Bank harus menyebutkan harga pembelian dan keuntungan yang diambil dan cara pembayaran harus dijelaskan kepada nasabah. Jika bank dan nasabah
menyetujui dengan spesifikasi dan harga yang telah
disepakati maka bank akan melakukan pembelian kepada pemasok secara tunai, lalu menjualnya secara tangguh kepada nasabah. Selanjutnya nasabah secara rutin membayar angsuran kepada bank. Walaupun demikian, dengan menerapkan prinsip jual beli (al bai‟) pembiayaan
murabahah
setiap
tahunnya
menunjukan
kecenderungan
meningkat. Kenaikan yang paling tinggi terdapat pada tahun 2011 komposisi dana pihak ketiga dalam pembiayaan murabahah mengalami kenaikan sebesar 50,2% dan kenaikan yang paling kecil terdapat pada tahun 2009 yaitu sebesar 17%.
4
Tabel 1.1 Komposisi Pembiayaan Murabahah, Jumlah Kantor Bank Syariah, SBIS, Dan Dana Pihak Ketiga Periode 2007-2012 Di Indonesia Tahun 2007.10 2008.12 2009.12 2010.12 2011.12 2012.2
P. Murabahah (Milyar Rupiah) 15675 22486 26321 37508 56365 58326
JKBUS (Unit) 583 820 711 1215 1401 1806
DPK (Milyar Rupiah) 25473 36852 52271 76036 115415 114616
SBIS (Milyar Rupiah) 1760 2550 3706 5408 9244 4243
Grafik 1.1 Perkembangan Pembiayaan Murabahah, Jumlah Kantor Bank Syariah, SBIS, dan Dana Pihak Ketiga Periode 2007-2012 Di Indoneesia 140000 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0
2007
2008
2009
P. Murabahah (Milyar Rupiah) SBIS (Milyar Rupiah)
2010
2011
2012
JKBUS (Unit) DPK (Milyar Rupiah)
Komposisi pembiayaan murabahah dalam jangka waktu empat tahun saja yaitu dari tahun 2007.10-2012.2 telah mengalami peningkatan lebih dari 350%. Jika diperhatikan pada tabel 1.1 bahwa peningkatan pembiayaan murabahah dari tahun 2007-2012 diikuti dengan peningkatan jumlah kantor bank syariah. Akan tetapi peningkatan jumlah kantor bank syariah yang 5
diharapkan dapat meningkatkan pembiayaan muarabahah ternyata masih lebih kecil jika dibandingkan dengan peningkatan pembiayaan murabahah. Pada Oktober 2007 hanya terdapat 583 kantor bank syariah sedangkan pada Februari 2012 sudah terdapat 1806 unit kantor bank syariah. Seiring dengan peningkatan jumlah kantor cabang dan kantor cabang pembantu bank syariah di Indonesia. Hal
ini diduga berpengaruh kepada akses nasabah
terhadap bank syariah untuk penyimpan dana maupun nasabah yang memerlukan pembiayaan di perbankan syariah. Menurut Asy‟ari (2004) ada beberapa faktor yang mempengaruhi posisi pembiayaan perbankan syariah , yaitu suku bunga rata-rata pinjaman, bonus swbi, jumlah uang beredar dan dana pihak ketiga. Kinerja dan kelangsungan usaha bank yang berdasarkan prinsip syariah tergantung pada manajemen bank untuk menjaga kualitas terhadap penyaluran dana bank (pembiayaan). Pembiayaan merupakan aktiva produktif dari perbankan syariah. Jika kita lihat jumlah dana pihak ketiga (DPK) bank syariah pada Oktober 2007-Februari 2012 terus mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukan dengan jumlah dana pihak ketiga pada Oktober 2007 sebesar Rp 25.473 Milyar sedangkan pada Februari 2012 sudah mencapai Rp 114.616 Milyar. Hal ini mencerminkan bahwa perlahan pembiayaan murabahah keberadaannya semakin diminati oleh masyarakat. Dana pihak ketiga pada bank syariah yang disalurkan melalui pembiayaan murabahah merupakan porsi pembiayaan yang paling besar jika 6
dibandingkan dengan pembiayaan mudharabah dan musyarakah.
Namun
dalam prakteknya bank syariah kerap kali tidak melakukan prosedur yang sesuai dengan akad murabahah dalam langkah-langkah pembelian barang. Peningkatan pembiayaan murabahah dari tahun 2007-2012 juga tidak terlepas dengan adanya perkembangan ekonomi di Indonesia secara makro pada tahun 2007-2012. Dalam makro ekonomi, ini juga tidak terlepas dari variabel ekonomi makro lainya seperti sertifikat bank Indonesia syariah (SBIS). Di tunjukan pada Tabel 1.1 yaitu perkembangan sertifikat bank Indonesia syariah (SBIS) pada tahun 2007-2012. Dalam sistem keuangan Islam, hasil investasi dari pembiayaan yang disalurkan ke sektor rill yang menentukan besar kecilnya pembagian keuntungan di sektor moneter. Jika investasi dan produksi di sektor rill berjalan lancar maka return di sektor moneter akan meningkat. Penyaluran pembiayaan oleh bank dalam melakukan investasi juga dipengaruhi oleh suku bunga sertifikat bank indonesia (SBI) sedangkan dalam bank syariah menggunakan sertifikat bank indonesia syariah (SBIS) yang dapat dimanfaatkan oleh bank syariah untuk mengatasi bila terjadi kelebihan pada tingkat likuiditas. Akan tetapi peningkatan nilai sertifikat bank indonesia syariah sebagai salah satu kebijakan moneter cenderung menyebabkan pembiayaan murabahah menurun. Terlihat pada tabel di atas pada kolom surat berharga bank indonesia syariah SBIS, setiap tahunnya cenderung mengalami fluktuasi dan nilai sertifikat bank indonesia syariah (SBIS) yang paling kecil pada Oktober 2007 7
sebesar Rp 1.760 Milyar sedangkan nilai yang paling besar pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp 9.244 Milyar. Hal ini didasari oleh adanya kebijakan pemerintah yang baru dalam bidang moneter yaitu kebijakan BI Rate atau suku bunga yang mencerminkan sikap dari kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah. Setiap tahun pada dasarnya variabel jumlah kantor bank syariah dan dana pihak ketiga berbeda sedangkan sertifikat bank indonesia syariah di Indonesia selalu mengalami fluktuasi. Hal inilah yang menyebabkan pembiayaan pada produk perbankan syariah khusunya murabahah mengalami kenaikan secara bertahap, tetapi sesungguhnya perkembangan perbankan syariah ini sangat lambat tahapanya karena nasabah masih memperhitungan keuntungan semata. Dengan demikian, penelitian ini penting untuk dilakukan karena belum banyak penelitian yang mencoba untuk mengungkapkan keterkaitan variabel-variabel ekonomi
terhadap pembiayaan murabahah (pembiayaan
perbankan syariah). Oleh karena itu maka penulis memutuskan untuk mengambil judul ” ANALISIS PENGARUH JUMLAH KANTOR BANK SYARIAH, SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), DAN DANA
PIHAK
KETIGA
(DPK)
TERHADAP
PEMBIAYAAN
MURABAHAH PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA” kiranya menarik dan perlu untuk dilakukan.
8
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah diuraikan diatas, untuk menganalisis pengaruh jumlah kantor bank syariah, sertifikat bank indonesia syariah, dan dana pihak ketiga sebagai berikut : 1. Apakah Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap pembiayaan Murabahah pada perbankan syariah di Indonesia? 2. Apakah Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap pembiayaan Murabahah pada perbankan syariah di Indonesia? 3. Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap pembiayaan Murabahah pada perbankan syariah di Indonesia? 4. Apakah Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) secara simultan mempunyai pengaruh terhadap pembiayaan Murabahah pada perbankan syariah di Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berkaitan dengan rumusan masalah seperti dikemukakan sebelumnya, penelitian ini bertujuan sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis apakah Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap pembiayaan Murabahah pada perbankan syariah di Indonesia? 9
2. Untuk menganalisis apakah Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap pembiayaan Murabahah pada perbankan syariah di Indonesia? 3. Untuk menganalisis apakah Dana Pihak Ketiga (DPK) secara parsial mempunyai
pengaruh
terhadap
pembiayaan
Murabahah
pada
perbankan syariah di Indonesia? 4. Untuk menganalisis apakah Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) secara simultan mempunyai pengaruh terhadap pembiayaan Murabahah pada perbankan syariah di Indonesia? 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagi mahasiswa : 1. Dapat memberikan wawasan atau pengetahuan mengenai pola hubungan antara jumlah kantor bank syariah, sertifikat bank Indonesia syariah (SBIS), dan nilai tukar rupiah terhadap dana pihak ketiga pembiayaan murabahah periode 2007.10 – 2012.2. 2. Memperoleh kesempatan untuk menerapkan pengetahuan teoritis yang diperoleh diperkuliahan dalam berbagai kasus riil di dunia kerja. b. Bagi praktisi lembaga-lembaga keuangan Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya para praktisi lembaga pemberdayaan umat serta praktisi lembaga-lembaga keuangan, khususnya perbankan syari`ah yang mempunyai komitmen sebagai 10
lembaga pemberdayaan umat terutama para pelaku ekonomi mengenai peran serta lembaga keuangan dan kebijakan-kebijakan yang dapat mengembangkan dunia usaha. c. Bagi Pemerintah Dapat dijadikan sebagai salah satu acuan pemerintah dalam menentukan
kebijakannya
mengenai
produk-produk
pada
setiap
perbankan syariah. dalam menumbuhkembangkan dunia usaha dan menggerakkan sektor riil yang ada di Indonesia sehingga dapat meningkatkan perekonomian nasional. d. Bagi pihak lain Memberikan
sumbangsih
data
dalam
kaitannya
dengan
perkembangan dan pertumbuhan keuangan atau lembaga pembinaan berbasis syari`ah dalam hal ini adalah perbankan syari`ah sebagai lembaga pemberdayaan umat.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Filosofi Ekonomi Islam Kata “ekonomi” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata yaitu “oikos” yang berarti “keluarga, rumah tangga” dan “nomos” yang berarti “praturan, hukum” kemudian bila digabung bermakna “aturan rumah tangga”. Sedangkan kata “Islam” berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari 3 akar kata yaitu “sin”
yang berarti “alam”, “lam”
yang berarti Allah,
dan “mim”
yang berarti ibadah, kemudian bila digabung menjadi
“sinlammim”
bermakna “alam dicipta Allah untuk ibadah”.
QS Adz-Dzariat [51]: 56
Artinya: Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada- Ku. Kata “islam” terdapat dalam 4 ayat dalam 3 surat yang berbeda. Kata Islam dapat ditemukan dalam beberapa surat di al-Quran. 1. QS. Ali Imran [3]: 19.
Inna dina indallahil Islam. Sesungguhnya Din di sisi Allah adalah Islam. 2. QS. Ali Imran [3]: 85. 12
3. QS. Al-Shaf [61]: 7.
4. QS. Al-Maidah [5]: 3.
Sedangkan berdasarkan kata jadian “salama” bermakna “keselamatan, kedamaian”. Sehingga jika digabungkan maka kata “Ekonomi Islam” secara harfiah berarti “aturan rumah tangga untuk keselamatan”. Di dalam filosofinya Ekonomi Islam terkandung tiga hal yaitu Ontologi Ekonomi Islam, Epistemologi Ekonomi Islam, dan Aksologi Ekonomi Islam (Aziz, 2009). Latar belakang keilmuan Ekonomi Islam disebut sebagai Ontologi Ekonomi Islam yaitu berupa alasan mendasar adanya Ekonomi Islam. Sesuai dengan sistem kehidupan yang ada pada diri manusia, keluarga, lingkungan, dan alam semesta maka elemen dasar penciptaan terdiri dari 3 unsur yaitu manusia, Allah, dan ibadah. Kemudian perpaduan 3 hal ini membentuk alasan besar penciptaan yaitu Islam, sehingga ontology dari Ekonomi Islam adalah Islam. QS. Ali-Imran [3]: 19.
13
Artinya: Sesungguhnya Din (sistem) di sisi Allah adalah Islam. Sesuai dengan firman Allah tersebut bahwa sistem atau Din yang diciptakan Allah itu hanya Islam. Sehingga sistem ekonomi yang ada seharusnya juga mengikuti aturan dalam sistem Islam. (Aziz, 2009). Islam dalam Ekonomi Islam merupakan konsep besar sebagai suatu sistem yang menyeluruh. Kemudian Islam yang menyeluruh inilah yang menjadi epistemology dari keilmuan Ekonomi Islam yang sedang berkembang yaitu kafah. Ekonomi Islam yang kafah muncul sebagai konsep dasar ekonomi dengan batasan Islam sebagai suatu sistem. QS. Al-Baqarah [2]: 208.
Artinya: Wahai orang-orang beriman masuklah kalian ke dalam Islam secara kafah. Konsep Ekonomi Islam yang kafah didukung oleh Quran Surat AlBaqarah [2] ayat 208 bahwa tujuan dari Ekonomi Islam dapat dijalankan oleh orang-orang yang beriman dan dilakukan secara sistematis dan menyeluruh atau kafah yang berarti dimulai dari Islam sebagai kerangka dasar kehidupan yang di dalamnya mengandung makna bahwa manusia diciptakan Allah untuk ibadah. Kemudian dikembangkan ke berbahai aspek termasuk ekonomi. Kerangka dasar Islam dari konsep yang menyeluruh berupa kaafah ini perlu diterjemahkan ke dalam penerapan berekonomi secara makro dan mikro ekonomi. Implementasi dari kedua hal tersebut dijabarkan dalam bentuk 14
aksiologi yaitu keseimbangan sistem ekonomi yang terdiri dari 2 hal misalnya antara penawaran dan permintaan. Secara analogis, gambaran tentang keseimbangan antara 2 hal dalam Al-Quran disebutkan sebagai hubungan antara hal yang baik dan hal yang buruk (Aziz, 2010 : 15). QS. Saba [34]: 28.
Artinya: dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, 2.
Perbankan Terdapat berbagai definisi mengenai bank atau perbankan, namun pada
dasarnya masing-masing pendapat memiliki pengertian
yang sama.
Pengertian bank menurut Verryn Stuart dikutip dalam Simorangkir (2004) bank adalah badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri dengan uang yang diperolehnya dari orang lain maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang yang berupa uang giral. Bank adalah badan yang mempunyai tugas utama melakukan penghimpunan dana dari pihak ketiga dan menyalurkannya kembali ke masyarakat (Handiman, 2006). Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan 1967 Pasal 1 a bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Bank adalah suatu lembaga intermediasi keuangan yang paling penting dalam sistem perekonomian kita, 15
yaitu sebagai lembaga khusus yang menyediakan layanan finansial (Arifin, 2002). Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Dengan kata lain bank adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. 3.
Bank Syariah
a. Pengertian Bank Syariah Antonio (2001) membedakan bank syariah menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syari`ah Islam. Bank Islam adalah (1) bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari`ah Islam; (2) bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur`an dan As Sunnah. Berdasarkan definisidefinisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank syari`ah merupakan salah
satu
bentuk
dari
perbankan
nasional
yang
mendasarkan
operasionalnya pada syari`at (hukum) Islam. Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum islam). Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk
16
usaha-usaha yang dikategorikan haram, dimana hal ini tidak dijamin oleh sistem perbankan konvensional. (Inggrid, 2009) Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Bank syariah memiliki peran sebagai lembaga perantara (intermediary) antara unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus units) dengan unit-unit yang lain yang mengalami kekurangan dana (deficit units). Melalui bank, kelebihan tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan sehingga memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. Dalam bank syariah, hubungan antara bank dan nasabahnya bukan hubungan debitur dengan kreditur, melainkan hubungan kemitraan (partnership) antara penyandang dana (shohibul maal) dengan pengelola dana (mudharib). (Sudarsono,2007) b. Prinsip dan Ciri-Ciri Bank Syariah 1. Prinsip Bank Syariah Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah. Beberapa prinsip/ hukum yang dianut oleh sistem perbankan syariah antara lain : 1) Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan. 17
2) Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana. 3) Islam tidak memperbolehkan "menghasilkan uang dari uang". Uang hanya merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai intrinsik. 4) Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi. 5) Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan syariah. Prinsip utama yang digunakan dalam kegiatan perbankan syariah adalah sebagai berikut : a. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi. b. Melakukan kegiatan usaha perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah. c. Memberikan zakat. (Arifin,2006) 2. Ciri-Ciri Bank Syariah Bank
syariah
mempunyai
cirri-ciri
berbeda
dengan
bank
konvensional, yaitu sebagai berikut (Sudarsono, 2007) : a. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan kebebasan tawar-menawar dalam batas wajar. 18
b. Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu dihindari, karena persentase bersifat melekat pada sisa utang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir. c. Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang ditetapkan di muka. d. Penyerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh penyimpan dianggap sebagai titipan (al-wadiah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai bank. Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional No 1
Perbedaan Falsafah
Bank Syariah Tidak
Bank Konvensional
bedasarkan
bunga, Berdasarkan bunga
spekulasi, dan ketidakjelasan 2
Operasionalisai
Dana
masyarakat
berupa Dana
masyarakat
titipan dan investasi yang berupa
simpanan
baru akan mendapatkan hasil yang harus dibayar jika dahulu. usaha
diusahakan
terlebih bunganya pad saat
Penyaluran yang
menguntungkan
halal
pada jatuh tempo. dan Penyaluran
pada
sektor
yang
menguntungkan 19
aspek
halal
tidak
menjadi pertimbangan utama. 3
Aspek Sosial
Dinyatakan secara eksplisit Tidak dan
tegas
yang
diketahui
tertuang secara tegas
dalam misi dan visi 4
Organisasi
Harus
Memiliki
Pengawas Syariah
Dewan Tidak Dewan
memiliki Pengawas
Syariah Sumber : Sudarsono, 2007. c. Jenis Produk Bank Syariah Produk bank syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu : 1) Produk penghimpunan dana Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadiah dan mudharabah. 2) Produk penyaluran dana Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah, dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu sebagai berikut : a) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang, dilakukan dengan prinsip jual beli (murabahah)
20
b) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa (ijarah) c) Transaksi pembiayaan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapat sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil (musyarakah dan mudharabah) 3) Produk jasa perbankan Dalam mempermudah untuk melakukan pembiayaan, diperlekan akad pelengkap. Walaupun digunakan untuk tidak mencari keuntungan, dalam akad pelengkap dibolehkan untuk meminta ganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besar pengganti biaya sekedar untuk menutupi biaya yang benar-benar timbul. Produk ini berbentuk Hiwalah (alih piutang), Rahn (gadai), Qard (pinjaman uang), Wakalah (perwakilan), dan Kafalah (bank garansi). (Inggrid,2009) 4. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan Pengertian pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis, bisnis adalah aktivitas yang mengarah kepada penambahan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengelolaan barang (produksi). Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah di rencanakan. Dalam kaitannya dengan pembiayaan pada perbankan syariah atau istilah teknisnya disebut sebagai aktiva produktif, menurut ketentuan Bank 21
Indonesia aktiva produktif adalah penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing dalam modal. Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit (Antonio, 2001). Pembiayaan bagi hasil merupakan suatu jenis pembiayaan (produk penyaluran dana) yang diberikan Bank Syariah kepada nasabahnya. Pembiayaan skim bagi hasil dinilai memenuhi prinsip-prinsip kesetaraan, keadilan dan kejujuran, dimana dengan konsep bagi hasil ini, Bank Syariah siap berbagi risiko usaha, tidak seperti pembiayaan berbasis bunga pada bank konvensional yang nasabah peminjamnya menanggung semua risiko (Maryanah, 2006) 2. Macam-Macam Pembiayaan Menurut Antonio (2001) macam-macam pembiayaan terdiri dari: a. Menurut Penggunannya 1) Pembiayaan Produktif Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas
yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha
produksi, perdagangan maupun investasi. 2) Pembiayaan Konsumtif Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. b. Menurut Keperluannya 22
1) Pembiayaan Modal Kerja Yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan (a) peningkatan produksi baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi: dan (b) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. 2) Pembiayaan Investasi Yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu. 3. Tujuan Pembiayaan Tujuan pembiayaan yang dilaksanakan oleh Bank Syariah adalah untuk memenuhi kebutuhan stakeholder, yakni: a. Pemilik, para pemilik modal mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank tersebut. b. Pegawai, para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari bank tersebut. c. Masyarakat, dapat dibedakan menjadi: 1) Pemilik Dana, sebagaimana pemilik mengharapkan dari dana yang diinvestasikan akan memperoleh bagi hasil. 2) Debitur yang Bersangkutan, para debitur dengan penyediaan dana baginya mereka terbantu guna menjalankan usahanya.
23
3) Bank, bagi bank yang bersangkutan, dari penyaluran pembiayaan di harapakan bank dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya semakin luas. 4) Pemerintah, akibat penyediaan pembiayaan pemerintah terbantu dalam pembiayaan
pembangunan
negara,
disamping
memperoleh
pajak
penghasilan yang diperoleh bank dan perusahaan-perusahaan. 4. Fungsi Pembiayaan a. Pembiayaan Sebagai Penggerak Ekonomi Pembiayaan dapat diartikan sebagai aktivitas menyalurkan dana yang terkumpul kepada nasabah atau pengguna dana, memiliki jenis usaha dan menentukan nasabah mana yang akan dibiayai agar diperoleh jenis usaha yang produktif atau menguntungkan serta dikelola nasabah yang jujur dan bertanggung jawab. b. Pembiayaan Sebagai Aktiva Produktif Aktiva produktif adalah penempatan dana oleh bank dalam aset yang menghasilkan pendapatan untuk menutupi beban-beban yang dikeluarkan oleh bank, dari aktiva ini bank mengharapkan adanya selisih keuntungan dari kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana. Penanaman dana bank pada aktiva produktif wajib dilaksanakan berdasarkan prinsip kehati hatian. c. Pembiayaan Sebagai Proses Intermediasi Bank Syariah dalam melakukan intermediasi keuangan mempunyai cara yang sangat berbeda dengan bank-bank konvensional karena model 24
pendanaan dan investasi sistem profit and loss sharing dalam perdagangan dan perniagaan sangat menonjol dalam aktivitas-aktivitas intermediasi (Maryanah, 2006). 3. Murabahah a. Pengertian Murabahah Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan), yaitu prinsip bai‟ (jual beli) dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang ditambah nilai keuntungan (ribhun) yang disepakati. Pada murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi sementara pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh ataupun dicicil. (Karim, 2007). Transaksi murabahah ini lazim dilakukan oleh Rasulullah Saw dan para sahabatnya. Secara sederhana, murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati. Murabahah adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam murabahah, penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu. (Antonio, 2001). Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dengan nasabah. Bank syariah membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah. Murabahah, dalam konotasi Islam pada dasarnya berarti 25
penjualan. Satu hal yang membedakannya dengan cara penjualan yang lain adalah bahwa penjual dalam murabahah secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa nilai pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang dibebankannya pada nilai tersebut. Keuntungan tersebut bisa berupa lump sum atau berdasarkan persentase (www.wikipedia.com). Menurut Heri Sudarsono (2003) murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam murabahah, penjual menyebutkan harga pembelian barang barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu. Pada perjanjian murabahah, bank membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang itu dari pemasok, dan kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga yang ditambah keuntungan atau di mark-up. Dengan kata lain, penjualalan barang kepada nasabah dilakukan atas dasar cost-plus profit. Pada perjanjian murabahah, bank membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang itu dari pemasok, dan kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga yang ditambah keuntungan atau di mark-up. Dengan kata lain, penjualan barang kepada nasabah dilakukan atau dasar cost-plus profit. b. Landasan Hukum Di dalam al-Qur„an, pembahasan secara langsung mengenai murabahah tidaklah ada, walaupun terdapat beberapa ayat yang 26
menunjukkan kajian yang terkait dengannya seperti pembahasan mengenai jual-beli ataupun permasalahan keuntungan dan kerugian dalam suatu perdagangan. Demikian pula halnya dengan hadis-hadis Rasulullah Saw, tidak ada satupun hadist yang membahas atau memiliki rujukan langsung mengenai permasalahan murabahah ini. Al-Qur‟an
Artinya : “Orang-orang yang Makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuipenghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (Q.S Al-Baqarah [2] : 275) 27
Al-Hadis : Dari Suaib ar-Rumi ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tiga hal yang di dalam terdapat keberkahan : jual-beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual”. (H.R. Ibnu Majah) (Sudarsono, 2007) c. Rukun dan Syarat Murabahah Pada murabahah, untuk terbentuknya akad pembiayaan multiguna di dalam Islam, haruslah memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat murabahah. Menurut mayoritas (jumhur) ahli-ahli hukum Islam, rukun yang membentuk akad murabahah ada lima yaitu: 1) Adanya penjual (ba‟i); 2) Adanya pembeli (musytari); 3) Objek atau barang (mabi‟) yang diperjualbelikan; 4) Harga (tsaman) nilai jual barang berdasarkan mata uang; 5) Ijab qabul (shigat) atau formula akad, suatu pernyataan kehendak oleh masing-masing pihak yang disebut Ijab dan Kabul. Sementara itu, syarat murabahah adalah : 1) Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah; 2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan; 3) Kontrak harus bebas riba; 4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian 28
5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. Jadi disini terlihat adanya unsur keterbukaan. (Sumitro, 1997) d. Ketentuan Umum Murabahah Ketentuan umum dalam pembiayaan di perbankan syariah dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. 2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam. 3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. 4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. 5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. 6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. 7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepaki. 8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah. 29
9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip menjadi milik bank. (www.wikipedia.com). e. Skema Pembiayaan Murabahah Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Murabahah
4 Nasabah
1
2 Bank Syariah
Supplier
3
Keterangan : 1. Nasabah memesan barang kepada bank 2. Bank membeli dan membayar barang kepada Supplier 3. Supplier mengirim barang langsung kepada nasabah 4. Nasabah membayar kepada bank (tunai atau cicilan) Dalam transaksi Murabahah, bank membeli suatu barang dari pihak ketiga dan menjualnya kepada klien dengan keuntungan yang ditetapkan di awal dan pembayarannya dilakukan secara bertahap. Dengan cara ini, maka klien dapat membeli barang tanpa dikenakan bunga pinjaman.
30
f. Macam-Macam Transaksi Murabahah Berdasarkan
sumber
dana
yang
digunakan,
pembiayaan
murabahah secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu : a. Pembiayaan Murabahah yang didanai dengan URIA (Unrestricted Investment Account = Investasi Tidak Terikat) b. Pembiayaan Murabahah yang didanai dengan RIA (Restricted Investment Account = Investasi Terikat) c. Pembiayaan Murabahah yang didanai dengan Modal Bank Syariah Dalam setiap pendesainan sebuah pembiayaan, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah : a. Kebutuhan nasabah b. Kemampuan financial nasabah (Karim, 2007). Rendahnya pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah disebabkan oleh beberapa hal, menurut Imaduddin (2005), beberapa alasan yang menjelaskan tingginya prosentase pembiayaan murabahah dalam operasi investasi perbankan syariah : 1) Murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek, dan dibandingkan dengan sistem bagi hasil, cukup memudahkan. 2) Mark-up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan keuntungan bank-bank berbasis suku bunga yang menjadi saingan bank syariah. 31
3) Murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari bisnis-bisnis dengan sistem bagi hasil. 4) Murabahah tidak memungkinkan bank-bank syariah untuk mencampuri manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra si nasabah, sebab hubungan mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan debitur. g. Dana Pihak Ketiga Maksud dari dana pihak ketiga yaitu giro, tabungan dan deposito. Ketiga macam dana pihak ketiga tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: a. Giro, giro yang pada bank syariah disebut giro wadiah umumnya tetap sama dengan giro bank konvensional, dimana bank tidak membayar apapun kepada pemegangnya, bahkan tidak mengenakan biaya layanan (service charge). Dana giro ini boleh dipakai bank syariah dalam operasi bagi hasil (profit sharing). Pembayaran kembali nilai nominal giro dijamin sepenuhnya oleh bank dan dilihat sebagai pinjaman depositor kepada bank. Beberapa ulama memandang giro sebagai kepercayaan, dimana dana diterima bank sebagai simpanan untuk keamanan (wadi‟ah yad al dhamanah). b. Tabungan, tabungan di bank konvensional berbeda dari giro di mana ada beberapa restriksi seperti berapa dan kapan dapat ditarik. Tabungan biasanya memperoleh hasil pasti (fixed return). Pada bank bebas bunga, tabungan juga mempunyai sifat yang sama, kecuali bahwa penabung tidak memperoleh hasil yang pasti. Menurut para ulama, penabung 32
boleh menerima hasil yang berfluktuasi sesuai dengan hasil yang diperoleh bank, dan setuju untuk berbagi risiko dengan bank. c. Deposito, deposito pada bank konvensional menerima jaminan pembayaran kembali atas simpanan pokok dan hasil (bunga) yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada bank dengan sistem bebas bunga, deposito diganti dengan simpanan yang memperoleh bagian dari laba/rugi bank. Oleh karena itu, bank syariah menyebutnya rekening investasi atau simpanan investasi. Rekening-rekening itu dapat mempunyai tanggal jatuh tempo yang berbedabeda. Giro dan tabungan itu dikumpulkan (pooled) menjadi satu dengan rekening investasi oleh bank syariah sebagai sumber dana utama bagi kegiatan pembiayaan (financing). (Arifin, 2006) Dengan kata lain dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing. Pada sebagian besar atau setiap bank, dana masyarakat ini merupakan dana terbesar yang dimiliki. Contoh dari dana ini adalah tabungan, giro dan simpanan berjangka yang dihimpun dari para nasabah perbankan syariah. Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) Pembiayaan Murabahah ini adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, yang dihimpun oleh perbankan syariah di Indonesia, yang digunakan untuk membiayai salah
33
satu produk perbankan syariah yaitu pembiayaan murabahah atau pembiayaan jual beli. 4. Jumlah Kantor Bank Syariah a. Perkembangan Kantor Bank Syariah Jumlah kantor bank berkaitan dengan kemudahan fasilitas serta pelayanan yang ditawarkan pada masyarakat. Untuk meraih minat masyarakat pada bank harus dikembangkan jaringan kantor cabang dan cabang pembantu yang cukup luas yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Makin banyaknya jumlah kantor bank maka kesempatan masyarakat untuk menabung semakin banyak dan meningkat. Dengan kondisi yang seperti ini maka akan semakin membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin memenuhi kebutuhannya di bidang perbankan. Dalam hal ini adalah menabung atau menyimpan dananya pada lembaga perbankan, tanpa adanya alasan yang disebabkan lokasi bank yang jauh dari tempat tinggal, sehingga mereka malas dan enggan untuk menabungkan uangnya di bank karena tidak memiliki waktu luang. (Latumaerrisa, 1999:150). Perkembangan Perbankan syariah di Indonesia mengalami kemajuan dari waktu kewaktu yang ditandai dengan bertambahnya jumlah kantor bank umum syariah. hal ini terlihat dari data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Pada Desember 2006 terdapat 3 Bank Umum Syariah dan 20 Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 105 Unit dengan total asset lebih dari 26 triliun rupiah (belum termasuk 34
BPRS). Sedangkan pada Desember 2011 di Indonesia terdapat 11 Bank Umum Syariah dan 24 Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 155 Unit dengan total asset perbankan syariah di Indonesia sebesar lebih dari 145 triliun (belum termasuk BPRS). b. Hubungan Jumlah Kantor Dengan Pembiayaan Murabahah Seiring dengan peningkatan jumlah kantor bank umum syariah dan unit usaha syariah maka keberadaan bank syariah dapat lebih dirasakan oleh masyarakat. Hal
ini diduga berpengaruh kepada akses
nasabah terhadap bank syariah untuk penyimpan dana maupun nasabah yang memerlukan pembiayaan di perbankan syariah. Menurut Teory pemasaran Kotler mengungkapkan bahwa Stimuli pemasaran (marketing stimuli) yaitu faktor pemasaran yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan transaksi ekonomi. Variabel ini memiliki empat dimensi, yaitu: dimensi product, price, place, dan promotion ( Kotler 1997, 92). Sehingga peningkatan jumlah kantor bank syariah (place) diharapkan dapat mendorong transaksi di bank syariah. Berdasarkan penelitian Bank Indonesia (2000) diketahui bahwa kemudahan dan kedekatan lokasi kantor bank syariah dengan pusat kegiatan masyarakat menentukan akses nasabah terhadap bank syariah. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Hairiennisa Rohaya (2008) mengungkapkan bahwa variabel (Jaringan Kantor perbankan syariah) berpengaruh positif dan signifikan terhadap total aset perbankan syariah.
35
5. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) a. Definisi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana jangka pendek. SBIS merupakan piranti moneter yang sesuai prinsip pada Bank Syariah yang diciptakan dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter. Bank Indonesia menerbitkan instrumen moneter berdasarkan prinsip Syariah yang dinamakan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan dapat dimanfaatkan oleh Bank Syariah untuk mengatasi bila terjadi kelebihan pada tingkat likuiditas” (Arifin,2009: 198). Pengelolaan likuiditas merupakan suatu fungsi terpenting yang dilaksanakan oleh lembaga perbankan. Untuk terlaksananya fungsi pengelolaan likuiditas secara efisien dan menguntungkan diperlukan adanya instrumen dan pasar keuangan; baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, untuk keperluan yang sangat mendasar yaitu penempatan dan pemenuhan kebutuhan jangka pendek untuk perbankan yang berdasarkan prinsip syariah di Indonesia telah tersedia instrumen Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (IMA) dan aturan-aturan tentang Pasar Keuangan Antarbank dengan Prinsip Syariah (PUAS), serta Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Dalam keadaan yang sangat mendesak instrumen tersebut bermanfaat untuk mengatasi kesulitan likuiditas bank syariah jangka pendek karena arus dana yang masuk ke bank tersebut lebih kecil 36
dibanding arus dana yang keluar pada saat kliring. Bank Indonesia telah mengeluarkan ketentuan tentang Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek bagi Bank Syariah (FPJPS). FPJPS ini dimaksudkan untuk menjalankan fungsi BI sebagai „lender of last resort” jika alternatif pembiayaan lain tidak dapat diperoleh bank syariah untuk mempertahankan likuiditasnya. SBIS mempunyai fungsi untuk membantu bank syariah di Indonesia yang kelebihan likuiditas, untuk menyimpan dana “menganggurnya” di tempat yang aman dan menguntungkan. Untuk mendukung kegiatan usaha perbankan yang terkait dengan SBIS. Dewan Syariah Nasional (DSN) telah menerbitkan Fatwa No. 36/DSNMUI/ X/2002 tentang Sertifikat Wadi‟ah Bank Indonesia; sebelum tahun 2008 SBIS dikenal dengan nama SWBI atau Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang mengatur hal-hal sebagai berikut: Adrian Sutedi dalam (Sahria,2010:28) : 1) Bank Indonesia selaku bank sentral boleh menerbitkan instrumen moneter berdasarkan prinsip Syariah yang dinamakan SWBI. 2) Akad yang digunakan untuk SWBI adalah akad wadi‟ah sebagaimana yang diatur Fatwa DSN No.02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan. 3) SWBI tidak boleh ada imbalan yang di syaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian („athaya) yang bersifat sukarela dari pihak Bank Indonesia. 4) SWBI boleh diperjualbelikan. Bank Indonesia dapat memberikan bonus atas titipan dana yang diperhitungkan jika pada saat jatuh tempo. Jumlah dana yang dapat dititipkan ke Bank Indonesia sekurang-kurangnya Rp 500.000.00,00. Pada 37
titipan dana tersebut hanya dapat dilakukan dalam kelipatan Rp 50.000.000,00. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) diatur dalam PBI No. 2/9/2000 tanggal 23 Februari 2000, PBI No. 6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang Perubahan Atas PBI No. 2/9/2000 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (Wirdyaningsih (2005) dalam Yuni (2011)). Selain itu juga terdapat fatwa yang menguatkan SWBI, yaitu fatwa DSN No. 36/DSN-MUI/X/2002 yang dikeluarkan tanggal 23 Oktober 2002 Masehi atau tanggal 16 Sya‟ban 1423 Hijriah. `Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 2/9/2000, yang dimaksud dengan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah (Pasal 1 Ayat 4). Sedangkan, yang dimaksud dengan wadiah di sini adalah perjanjian penitipan dana antara pemilik dana dengan pihak penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut (Pasal 1 Ayat 3). SWBI memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: a. merupakan tanda bukti penitipan dana berjangka pendek. b. diterbitkan oleh Bank Indonesia. c. merupakan instrumen kebijakan moneter dan sarana penitipan dana sementara. d. ada bonus atas transaksi penitipan dana. Pada tanggal 31 Maret 2008 dikeluarkanlah peraturan Bank Indonesia No. 10/ 11/ PBI/ 2008 tentang perubahan nama SWBI menjadi SBIS 38
dengan adanya perubahan nama tersebut akad yang digunakan dalam transaksi SWBI menjadi lebih luas tidak hanya berakad wadiah melainkan dapat dilakukan dengan akad Mudarabah, Musyarakah, Wakalah, Qardh dan Jualah sehingga bonus yang diberikan dapat mendekati bonus yang diberikan SBI dengan skim bunga. SBIS merupakan instrumen kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kelebihan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah yang diatur oleh Bank Indonesia dan Fatwa Dewan Syariah Negara. Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBItanggal 31 Maret 2008, SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan menggunakan akad Mudahrabah (Muqaradhah dan Qiradh), Musyarakah, Ju‟alah, Wadiah, Qordh, dan Wakalah (http://bi.go.id/web/id/Peraturan/Moneter/pbi_ 101108. html). Bank Indonesia dalam operasi moneternya melalui penerbitan SBIS mengumumkan target penyerapan likuiditas kepada bank-bank syariah sebagai upaya pengendalian moneter dan menjanjikan imbalan (reward/„iwadh/ju‟l) tertentu bagi yang turut berpartisipasi dalam pelaksanaannya. Ketentuan mengenai imbalan SBIS adalah dengan cara Bank Indonesia menetapkan dan memberikan imbalan atas SBIS yang diterbitkan kemudian Bank Indonesia membayar imbalan pada saat jatuh waktu SBIS. Ketentuan Hukum SBIS adalah sebagai berikut:
39
1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebagai instrumen pengendalian moneter boleh diterbitkan untuk memenuhi kebutuhan operasi pasar terbuka (OPT). 2. Bank Indonesia memberikan imbalan kepada pemegang SBIS sesuai dengan akad yang dipergunakan. 3. Bank Indonesia wajib mengembalikan dana SBIS kepada pemegangnya pada saat jatuh tempo. 4. Bank Syariah boleh memiliki SBIS untuk memanfaatkan dananya yang belum dapat disalurkan ke sektor riil. b. Hubungan SBIS Dengan Pembiayaan Murabahah Pendekatan mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran kredit didasarkan pada asumsi bahwa tidak semua simpanan masyarakat dalam bentuk uang (M1 dan M2) disalurkan oleh perbankan ke masyarakat dalam bentuk kredit. Dalam instrumen dan pasar keuangan syariah terdapat penempatan dan pemenuhan kebutuhan jangka pendek untuk perbankan yang berdasarkan prinsip syariah di Indonesia yaitu telah tersedia instrumen Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (IMA) dan aturan-aturan tentang Pasar Keuangan Antarbank dengan Prinsip Syariah (PUAS), serta Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka pendek dalam mata uang rupiah. SBIS merupakan salah satu instrumen pasar uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia berdasarkan prinsip syariah dengan tujuan untuk 40
menyerap kelebihan likuiditas didalam sistem perbankan syariah, sebagaimana bank konvensional yang menetapkan cadangannya pada SBI, dengan harapan memperoleh penghasilan tambahan. Jika melihat dari sisi moneter, turunya SBIS kurang menguntungan bagi perekonomian karena akan meningkatkan jumlah uang beredar (JUB). Namun jika dilihat dari sisi lain, hal ini justru menguntungkan bank syariah karena diharapkan dana yang tidak disimpan dalam SBIS akan digunakan untuk memberikan pembiayaan produktif yang berguna bagi masyarakat yang akhirnya akan menggerakan sektor rill. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Endang Nurjaya (2012) bahwa Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) mempunyai hubungan signifikan dan negatif terhadap pembiayaan murabahah. 6. Dana Pihak Ketiga (DPK) a. Definisi Dana Pihak Ketiga Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang umumnya berupa giro atau tabungan (Arifin, 2006). Menurut Arifin (2006), yang termasuk dalam dana pihak ketiga yaitu giro, tabungan dan deposito. Ketiga macam dana pihak ketiga tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: a) Giro, giro yang pada bank syariah disebut giro wadiah umumnya tetap sama dengan giro bank konvensional, dimana bank tidak membayar apapun kepada pemegangnya, bahkan tidak mengenakan biaya layanan (service charge). Dana giro ini boleh dipakai bank syaria 41
dalam operasi bagi hasil (profit sharing). Pembayaran kembali nilai nominal giro dijamin sepenuhnya oleh bank dan dilihat sebagai pinjaman depositor kepada bank. Beberapa ulama memandang giro sebagai kepercayaan, dimana dana diterima bank sebagai simpanan untuk keamanan (wadi‟ah yad al dhamanah). b) Tabungan, tabungan di bank konvensional berbeda dari giro di mana ada beberapa restriksi seperti berapa dan kapan dapat ditarik. Tabungan biasanya memperoleh hasil pasti (fixed return). Pada bank bebas bunga, tabungan juga mempunyai sifat yang sama, kecuali bahwa penabung tidak memperoleh hasil yang pasti. Menurut para ulama, penabung boleh menerima hasil yang berfluktuasi sesuai dengan hasil yang diperoleh bank, dan setuju untuk berbagi risiko dengan bank. c) Deposito, deposito pada bank konvensional menerima jaminan pembayaran kembali atas simpanan pokok dan hasil (bunga) yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada bank dengan sistem bebas bunga, deposito diganti dengan simpanan yang memperoleh bagian dari laba/rugi bank. Oleh karena itu, bank syariah menyebutnya rekening investasi atau simpanan investasi. Rekening-rekening itu dapat mempunyai tanggal jatuh tempo yang berbeda-beda. Giro dan tabungan itu dikumpulkan (pooled) menjadi satu dengan rekening investasi oleh bank syariah sebagai sumber dana utama bagi kegiatan pembiayaan (financing). 42
b. Hubungan Antara DPK Dengan Pembiayaan Murabahah Pendekatan mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran kredit didasarkan pada asumsi bahwa tidak semua simpanan masyarakat dalam bentuk uang (M1 dan M2) disalurkan oleh perbankan ke masyarakat dalam bentuk kredit. Dengan kata lain, fungsi intermediasi perbankan tidak selalu berjalan sempurna, dalam arti bahwa kenaikan simpanan masyarakat tidak selalu diikuti dengan kenaikan secara proporsional kredit yang disalurkan ke masyarakat. Menurut As‟yari (2004) pembiayaan adalah salah satu aktiva produktif yang berhubungan dengan dana pihak ketiga (DPK). Karenanya permintaan dan penawaran terhadap pembiayaan tentunya juga harus mempertimbangkan faktor likuiditas disamping faktor rentabilitas dalam penghimpunan dana pihak ketiga karena dengan semakin banyak dana pihak ketiga yang dikumpulkan bank syariah maka kemungkinan semakin banyak pula pembiayaan atau penyaluran dana yang diberikan bank syariah kepada masyarakat. Sehingga hubungan dana pihak ketiga terhadap pembiayaan adalah positif. Jadi jika jumlah dana pihak ketiga meningkat maka pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah juga meningkat. Besarnya DPK menyebapkan alokasi untuk pembiayaan semakin meningkat. Penelitian yang dilakukan Khusnul Khatimah (2009 : 14) juga menunjukan bahwa DPK berpengaruh positif terhadap penyaluran
43
pembiayaan. Perkembangan jumlah DPK juga menunjukan semakin banyaknya masyarakat yang menyimpan dananya di bank-bank syariah.
B. Penelitian Terdahulu Sebelum penulis melakukan penelitian ini, telah ada penelitian terdahulu yang meneliti mengenai variabel pembiayaan murabahah, jumlah kantor bank syariah, setifikat bank indonesia syariah, dan dana pihak ketiga. Diantaranya seperti yang akan penulis jabarkan pada pembahasan di bawah ini. Penelitian pertama dilakukan oleh Erna Rachmawati (2004)
yang
berjudul -Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya simpanan mudharabah perbangkan syariah di Indonesia periode 1993-2003. Variabel yang terkait yaitu GDP, tingkat bagi hasil, suku bunga SBI, jumlah kantor cabang dan cabang pembantu bank syariah, dan simpanan mudharabah.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui variabel apa saja yang secara signifikan menentukan besarnya simpanan mudharabah perbankan syariah di Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang. Teknis analisis menggunakan Error Corectional Model (ECM). Hasil penelitian ini adalah a.
Terjadi hubungan jangka panjang (long-run relationship) antara simpanan
mudharabah dengan Gross Domestic Product, jumlah kantor, tingkat bagi hasil, dan tingkat suku bunga bank konvensional berdasarkan data triwulanan periode 1993-2003. b.
GDP mempengaruhi negatif simpanan mudharabah secara signifikan
hanya dalam jangka pendek. Setiap terjadi peningkatan pendapatan, akan 44
menurunkan simpanan mudharabah. MPS (Marginal Propensity to Save) di bank syariah lebih besar dalam jangka pendek dibandingkan dalam jangka panjang. Penelitian kedua dilakukan oleh Patria Yunita (2007) yang berjudul ―Pengaruh suku bunga SBI, tingkat inflasi dan kurs us dollar terhadap kinerja penghimpunan dana pihak ketiga perbankan syariah‖. Variabel yang terkait yaitu suku bunga SBI, tingkat inflasi, kurs US dollar, dan dana pihak ketiga perbankan syariah. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi pengaruh variabel makroekonomi yaitu suku bunga SBI, tingkat inflasi dan kurs US $ terhadap pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah yang menjadi salah satu sinyal besaran share pasar yang berhasil diraih sistem perbankan syariah. Teknis analisis data menggunakan Ordinary Least Squarei (OLS) dengan model logaritma semi-log. Hasil penelitian ini adalah a. Pengaruh suku bunga SBI diidentifikasi dengan besaran Net Equivalent Rate yaitu secara signifikan mempengaruhi jumlah DPK perbankan syariah b. Pengaruh tingkat inflasi diidentifikasikan dengan besaran Real Equivalent Rate, yaitu secara signifikan mempengaruhi jumlah DPK perbankan syariah. c. KURS US $ mempengaruhi secara negatif dan signifikan terhadap besarnya jumlah DPK perbankan syariah. Penelitian ketiga dilakukan oleh Assriwijaya Raditiya (2007) yang berjudul ―Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Bagi Hasil terhadap Deposito Mudharabah ( PT Bank Syariah Mandiri )‖. Variabel yang terkait yaitu suku bunga, bagi hasil, dan jumlah deposito Mudharabah. Tujuan dari penelitian ini 45
yaitu mengetahui pengaruh tingkat suku bunga dan bagi hasil terhadap deposito dan pengaruh variabel tersebut dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Teknis analisis data menggunakan metode Ordinary Least Square ( OLS ) atau metode kuadrat terkecil dengan model regresi Partial Adjusment Model (PAM). Hasil penelitian ini adalah 1. Bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap volume deposito mudharabah Bank Syariah Mandiri karena disaat bunga bank umum atau konvensional naik,maka nasabah akan beralih ke bank konvensional untuk mendapatkan keuntungan, 2. Untuk bagi hasil mempunyai hubungan yang positif tetapi tidak berpengaruh terhadap volume deposito mudharabah Bank Syariah Mandiri Karena ada faktor lain selain bagi hasil variabel-variabel tersebut dalam jangka pendek hanya sedikit mempengaruhi, tetapi dalam jangka panjang akan sangat-sangat mempengaruhi volume deposito mudharabah 3. Pengaruh yang ditimbulkan dari variabel tingkat suku bunga jika naik sebesar 1 persen untuk jangka panjang lebih besar dari pengaruh yang ditimbulkan dalam jangka pendek 4. Tingkat bagi hasil dalam jangka pendek maupun jangka panjang jika naik sebesar 1 persen tidak berpengaruh dilihat dari ketidaksignifikan variabel tersebut terhadap deposito mudharabah di Bank Syariah Mandiri. Penelitian keempat dilakukan oleh Septiana Ambarwati (2008) yang berjudul ―Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah dan 46
Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia‖. Variabel yang terkait yaitu Non Performing Financing (NPF), bonus SWBI, tingkat suku bunga pinjaman
bank
konvensional,
pembiayaan
mudharabah,
pembiayaan
murabahah dan tingkat bagi hasil . Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui dan melakukan pengukuran terhadap faktor-faktor yang mempengauhi pembiayaan murabahah dan pembiayaan mudharabah di perbankan umum syariah. Teknis analisis data menggunakan Pooled EGLS (Period Random Effect) dalam MER. Hasil penelitian ini adalah a. Pembiayaan murabahah pada bank umum syariah di Indonesia dipengaruhi secara signifikan pada variabel Non Performing Financing (negatif), variabel bonus swbi (positif), serta tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (positif). b. Pembiayaan mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh variabel pembiayaan murabahah (negatif), dan tingkat bagi hasil (positif) dan variabel Non Performing Financing (NPF) meskipun tidak signifikan mempengaruhi pembiayaan mudharabah namun tetap mempunyai arah hubungan (negatif). Penelitian kelima dilakukan oleh Husnul Khatimah (2009) yang berjudul – Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Dana Perbankan Syariah Di Indonesia Sebelum dan Sesudah Kebijkan Akselelasi. Variabel yang terkait yaitu SWBI, NPF, dan DPK.
47
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran dana perbankan syariah sebelum dan sesudah kebijakan akselerasi dan melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah penyaluran dana saat sebelum dan sesudah kebijakan akselerasi. Hasil Penelitian ini adalah a. Variabel SWBI berpengaruh tidak signifikan dan positif
terhadap
penyaluran dana bank syariah. b. Variabel NPF berpengaruh tidak signifikan dan positif
terhadap
penyaluran dana bank syariah c. Sedangkan variabel dana pihak ketiga (DPK) berpengarug signifikan dan positif terhadap penyaluran dana bank syariah. d. Setelah kebijakan akselerasi terbukti ada peningkatan penyaluran dana perbankan syariah. e. Pengaruh SWBI, NPF, dan DPK terhadap penyaluran dana perbankan syariah sebesar 98,5% tergolong sangat kuat. Penelitian keenam dilakukan oleh Chintia Agustina Triadi (2010) yang berjudul ―Analisis Pengaruh Makro Ekonomi Terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Pada Bank Umum Dan Bank Syariah‖. Variabel yang terkait yaitu DPK Bank Umum, DPK Bank Syariah, Inflasi, Kurs Rp terhadap US $ dan Suku bunga SBI. Teknis analisis data menggunakan metode Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian ini adalah :
48
1. Secara simultan variabel bebas, yaitu Inflasi (X1), Kurs Rp / US $ (X2), dan Suku bunga SBI (X3) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum (Y1) dan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah (Y2), 2. Untuk pengujian hipotesis secara parsial, berdasarkan hasil analisis variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah Inflasi (X1) dan Suku Bunga SBI (X3) terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank umum 3. Sedangkan yang berpengaruh secara signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank syariah adalah Inflasi (X1). Penelitian ketujuh dilakukan oleh Nur Hikmah Maulidina (2011) yang berjudul –Analisis pengaruh suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan tingkat inflasi terhadap dana pihak ketiga pembiayaan mudharabah bank syariah 20062010. Variabel yang terkait yaitu suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, tingkat inflasi, dan pembiayaan mudharabah. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh hubungan suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan tingkat inflasi dalam jangka pendek dan jangka panjang terhadap pembiayaan murabahah pada perbankan syariah periode 2006-2010. Teknis analisis data menggunakan metode Analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini adalah : 1. Suku bunga SBI dalam jangka panjang berhubungan negatif sedangkan dalam jangka pendek tidak terdapat pengaruh terhadap pembiayaan murabahah perbangkan syariah. 49
2. Nilai tukar Rupiah (Kurs Rupiah/Dollar US $) dalam jangka panjang berhubungan negatif sedangakan dalam jangka pendek tidak terdapat pengaruh terhadap dana pihak ketiga pembiayaan murabahah perbankan syariah. 3. Tingkat inflasi di indonesia baik jangka pendek maupun jangka panjang tidak berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah perbankan syariah. Penelitian kedelapan dilakukan oleh Endang Wijaya (2011) yang berjudul – Analisis pengaruh inflasi, sertifikat bank Indonesia Syariah (SBIS), non performing financing (NPF) dan dana pihak ketiga (DPK) terhadap pembiayaan murabahah pada bank Syariah di Indonesia (periode januari 2007-maret 2011). Variabel yang terkait yaitu Inflasi, SBIS, NPFdan DPK, terhadap pembiayaan Murabahah Bank Syariah di Indonesia. Teknis analisis data menggunakan Regresi berganda.
Hasil penelitian ini adalah : 1. Variabel Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Non Performing Financing (NPF) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Pembiayaan Murabahah. 2. Variabel Inflasi, Non Performing Financing (NPF) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh signifikan positif terhadap Pembiayaan Murabahah. 3. Sedangkan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh signifikan negatif terhadap Pembiayaan Murabahah.
50
Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu No
Nama
Variabel Dependen
1.
Erna Simpanan Mudharabah Rachmawati (2004)
2.
Patria Yunita (2007)
Kinerja penghimpunan dana pihak ketiga bank syariah
Veriabel Independen Pendapatan nasional (GDP) Tingkat bagi hasil Suku bunga SBI Jumlah kantor cabang dan kantor cabang pembantu bank syariah
Suku bunga SBI (NER) Tingkat Inflasi (RER) KURS US Dollar
Metodologi dan Hasil ECM (Error Correction Model) Hasil : a. Mempengaruhi negatif simpanan mudharabah secara signifikan hanya dalam jangka pendek. b. Terjadi hubungan jangka panjang (long-run relationship) antara simpanan mudharabah dengan Gross Domestic Product, jumlah kantor, tingkat bagi hasil, dan tingkat suku bunga. Analisi Ordinary Least Square (OLS) dan model logaritma semi-log Hasil : a. NER dan RER memiliki hubungan positif dengan jumlah Dana Pihak Ketiga perbankan syariah b. Kurs US Dollar memiliki hubungan negatif dengan jumlah Dana Pihak Ketiga 51
perbangkan syariah. 3.
Assriwijaya Raditiya (2007)
Jumlah deposito mudharabah
Suku bunga Bagi hasil
Analisis regresi Ordinary Least Square (OLS) dan Partial Adjusment Model (PAM) Hasil : a. Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap volume deposito mudharabah b. Bagi hasil tidak berpengaruh terhadap volume deposito mudharabah c. Tingkat suku bunga untuk jangka panjang lebih besar dari pengaruh yang ditimbulkan dalam jangka pendek d. Tingkat bagi hasil dalam jangka pendek maupun jangka panjang tidak berpengaruh terhadap deposito mudharabah
4.
Septiana Ambarwati (2008)
Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan Murabahah
Non Performing Financing (NPF), Bonus SWBI, Tingkat suku bunga
Analisis Pooled EGLS (Period Random Effect) dalam MER. Hasil : a. Pembiayaan murabahah dipengaruhi 52
pinjaman bank konvensional Tingkat bagi Hasil
5.
Husnul Khatimah (2009)
Penyaluran Dana Bank Syariah
SWBI NPF DPK
signifikan oleh variabel Non Performing Financing (negatif), variabel bonus swbi (positif), serta tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (positif). b. Pembiayaan mudharabah dipengaruhi signifikan oleh variabel pembiayaan murabahah (negatif), dan tingkat bagi hasil (positif) dan Non Performing Financing (NPF) tidak signifikan mempengaruhi pembiayaan mudharabah namun tetap mempunyai arah hubungan (negatif). Analisis Regresi Berganda : SWBI berpengaruh secara tidak signifikan dan positif terhadap penyaluran dana bank syariah. NPF berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap penyaluran dana bank syariah. DPK berpengaruh 53
6.
7.
Chintia Agustina Triadi (2010)
Nur Hikmah Maulidina (2011)
Inflasi
Kurs Rp Terhadap US$ Suku bunga SBI
Dana Pihak Ketiga Pembiayaan Murabahah
Suku bunga SBI Nilai tukar rupiah
Umum, Syariah
secara signifikan dan positif terhadap penyaluran dana bank syariah. Analisis Regresi Linier Berganda Hasil : a. Secara simultan, yaitu Inflasi, Kurs Rp / US$, dan Suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah b. Hipotesis secara parsial, berdasarkan hasil analisis variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah Inflasi dan Suku Bunga SBI terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank umum c. Hipotesis secara signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank Analisi regresi berganda Hasil : a. Suku bunga SBI 54
Tingkat Inflasi
8.
Endang Wijaya (2012)
Pembiayaan Murabahah
SBIS NPF Dana Pihak Ketiga Inflasi
dalam jangka panjang berhubungan negatif sedangkan dalam jangka pendek tidak terdapet pengaruh terhadap pembiayaan murabahah perbankan syariah. b. Nilai tukar Rupiah (Kurs Rupiah/Dollar US $) dalam jangka panjang berhubungan negatif sedangakan dalam jangka pendek tidak terdapat pengaruh terhadap dana pihak ketiga pembiayaan murabahah perbankan syariah. Regresi Berganda Hasil : a. Variabel Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Non Performing Financing (NPF) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Pembiayaan Murabahah. 55
b. Variabel Inflasi, Non Performing Financing (NPF) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh signifikan positif terhadap Pembiayaan Murabahah. c. SBIS berpengaruh negatif terhadap pembiayaan Murabahah.
C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Rodoni,2010). Berikut penjelasan dari kerangka pemikiran dalam penelitian yang dilakukan : Perkembangan jaringan kantor perbankan syariah pada Oktober 2007 yaitu terdapat 3 Bank Syariah dan 583 jumlah kantor bank syariah. Sedangkan Februari 2012 terdapat 11 Bank Umum Syariah dan 1806 jumlah kantor bank syariah. Peningkatan jaringan kantor bank syariah diharapkan dapat mempermudah akses nasabah terhadap bank syariah untuk penyimpan dana maupun nasabah yang memerlukan pembiayaan di perbankan syariah. Dengan demikian mempermudah akses terhadap perbankan syariah dapat mendorong 56
jumlah nasabah dan pembiayaan di perbankan syariah. Hal ini diduga bahwa peningkatan jumlah kantor bank syariah dapat meningkatkan pembiayaan murabahah. Akan tetapi peningkatan jumlah kantor bank syariah yang diharapkan dapat meningkatkan pembiayaan muarabahah ternyata masih lebih kecil jika dibandingkan dengan peningkatan pembiayaan murabahah. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka pendek dalam mata uang rupiah. Sertifikat Bank Indonesia Syariah dikeluarkan oleh Bank Indonesia berdasarkan prinsip syariah yang bertujuan untuk menyerap kelebihan liquiditas didalam sistem perbankan syariahan dan diharapkan memperoleh bonus/fee dari dana SBIS. sehingga dana yang tidak tersalurkan kepada masyarakat akan disalurkan ke SBIS. Akan tetapi peningkatan nilai sertifikat bank indonesia syariah sebagai salah satu kebijakan moneter cenderung menyebabkan pembiayaan murabahah menurun. Pembiayaan adalah salah satu aktiva produktif yang merupakan lawan daripada dana pihak ketiga (DPK). Karenanya permintaan dan penawaran terhadap pembiayaan tentunya juga harus mempertimbangkan faktor likuiditas dalam penghimpunan DPK karena dengan semakin banyak DPK yang dikumpulkan bank syariah maka kemungkinan semakin banyak pula pembiayaan atau penyaluran dana yang diberikan bank syariah kepada masyarakat. Sehingga hubungan DPK terhadap pembiayaan adalah positif. Jadi jika jumlah DPK meningkat maka pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah juga meningkat. Dana pihak ketiga pada bank syariah yang disalurkan 57
melalui pembiayaan murabahah merupakan porsi pembiayaan yang paling besar jika dibandingkan dengan pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Namun dalam prakteknya bank syariah kerap kali tidak melakukan prosedur yang sesuai dengan akad murabahah dalam langkah-langkah pembelian barang.
58
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Latar Belakang : Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang paling besar porsinya dan banyak peminatnya namun dalam prakteknya bank syariah kerap kali tidak melakukan prosedur yang sesuai dengan akad murabahah dalam langkah-langkah pembelian barang. Rumusan masalah: Apakah terdapat pengaruh JKBUS, SBIS, dan DPK terhadap pembiayaan murabahah di Indonesia. PM = β0 + β1 JKBUS + β2 SBIS + β3 DPK + e Uji Stasioner Data Tidak Uji Derajat Integrasi
Statsioner? ya
Stasioner pada ordo yang sama
Keluarkan dari pengujian
ya
Uji Ordinary Least Square
Uji Asumsi Klasik: Normalitas Multikolinieritas Autokorelasi Heterokedastisitas
Uji F, Uji T
Kesimpulan, Implikasi dan Saran
59
D. Hipotesis Penelitian Perkembangan
industri
perbankan
syariah
semakin
meningkat,
peningkatan tersebut didukung pula oleh kondisi moneter dan kebijakan perbankan yang kondusif. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ynag signifikan pada sejumlah indikator seprti jumlah bank dan jaringan kantor, asset, dana pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan.Total dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun dan pembiayaan yang disalurkan mengalami peningkatan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan variabel-variabel pendukung seperti : jumlah kantor bank umum syariah, SBIS, dan DPK. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang masih perlu dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas, dan dapat diuji. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Jumlah Kantor Bank Umum Syariah(X1) Ho : Diduga jumlah kantor bank syariah tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap komposisi dana pihak ketiga pembiayaan murabahah
pada perbankan syari`ah di
Indonesia periode 2007-2012. Ha : Diduga jumlah kantor bank syariah berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap komposisi dana pihak ketiga pembiayaan murabahah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2007-2012.
60
2. Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (X2) Ho : Diduga sertifikat bank Indonesia syariah tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap komposisi dana pihak ketiga pembiayaan murabahah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2007-2012. Ha : Diduga sertifikat bank indonesia syariah berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap komposisi dana pihak ketiga pembiayaan murabahah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2007-2012. 3. Variabel Dana Pihak Ketiga (X3) Ho : Diduga dana pihak ketiga tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap komposisi dana pihak ketiga pembiayaan murabahah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2007-2012. Ha : Diduga dana pihak ketiga berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap komposisi dana pihak ketiga pembiayaan murabahah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2007-2012. 4. Variabel Jumlah Kantor Bank Syariah, SBIS, dan DPK Ho : Diduga jumlah kantor bank syariah, SBIS, dan DPK secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap komposisi dana pihak ketiga pembiayaan murabahah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2007-2012. 61
Ha : Diduga jumlah kantor bank syariah, SBIS, dan DPK berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap komposisi dana pihak ketiga pembiayaan murabahah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2007-2012.
62
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berkaitan dengan banyak variabel, namun penulis membatasinya menjadi variabel Jumlah Kantor Bank Umum Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, dan Dana Pihak Ketiga. Ketiga variabel ini sebagai variabel Independen, serta Pembiayaan Murabahah sebagai variabel dependen. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan menggunakan data dari Oktober 2007-Februari 2012. B. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumbernya. Data tersebut diperoleh dari Bank Indonesia (BI), melalui laporan statistik perbankan syariah yang juga dikeluarkan oleh situs resmi Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS), mendownload data-data, jurnal-jurnal dan riset kepustakaan, dalam riset kepustakaan ini penulis membaca, meneliti, mempelajari bahan-bahan tertulis seperti majalah-majalah, buku-buku, artikel, jurnal dan informasi-informasi tertulis lainnya yang berhubungan dengan pembahasan dalam skripsi ini. Melalui riset ini diperoleh konsep, teori, dan definisi-definisi yang akan penulis pergunakan sebagai landasan berpikir dan analisa dalam proses penulisan.
63
C. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah objek penelitian atau hal yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian. Variabel dibedakan menjadi dua yaitu Independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel tidak bebas atau terkait). 1. Variabel Independen (X) Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang tidak dipengaruhi atau tidak tergantung oleh variabel lain. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah: i.
X1 = Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS)
ii.
X2 = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
iii.
X3 = Dana Pihak Ketiga (DPK)
2. Variabel Dependen (Y) Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. i.
Y = Pembiayaan Murabahah
D. Metode Analisis Data Metode analisis data adalah metode untuk mendapatkan pemahaman dan pengertian yang tepat tentang suatu objek dengan jalan menguraikan bagianbagian, menelaah dan mencermati hubungan keterkaitan antara bagian dalam membentuk konsepsi yang integral. Tujuan dari anlisis data adalah untuk mendapatkan informasi yang relavan yang terkandung di dalam data tersebut, dan mengunakan hasil analisis tersebut untuk memecahkan suatu masalah. 64
Penelitian ini mengunakan model regresi linear berganda. Model regresi untuk hubungan antara variabel-variabel bebas (JKBUS,SBIS, dan DPK) dengan variabel tidak bebas (pembiayaan Murabahah), secara umum membentuk fungsi: PM = f (JKBUS,SBIS,DPK) Sehingga diperoleh model ekonometrika sebagai berikut: Y = Y = βo + β1x1 + β2x2 + β3x3 + e (1) dimana : Y = Pembiayaan Murabahah β0 = konstanta β1...β3 = koefisien regresi masing-masing variabel dependen X1 = JKBUS X2 = SBIS X3 = DPK et = tingkat kesalahan Apabila ditranformasikan dalam persamaan regresi bentuk Ln dan Log, maka menjadi: Ln PM= β0 + β1 Ln JKBUS + β2Ln SBIS + β3Ln DPK + e`
(2)
DLn PM= β0 + β1 DLn JKBUS + β2 DLn SBIS + β3 DLn DPK + e (3) 1. Uji Stasioneritass Data yang tidak stasioner memiliki rata-rata dan varian yang tidak konstan sepanjang . Dengan kata lain, secara ekstrim data stasioner adalah data yang 65
tidak mengalami kenaikan dan penurunan. Selanjutnya regresi yang menggunakan data yang tidak stasioner biasanya mengarah kepada regresi lancung. Permasalahan ini muncul diakibatkan oleh variabel (dependen dan independen) runtun waktu terdapat tren yang kuat (dengn pergerakan yang menurun maupun meningkat). Adanya tren akan menghasilkan nilai R2 yang tinggi, tetapi keterkaitan variabel akan rendah. a.
Uji Akar Unit (Unit Root Test) Stasioneritas dapat diperiksa dengan mencari apakah data runtun
waktu mengandung akar unit (unit root). Terdapat berbagai metode untuk melakukan uji akar unit diantaranya Dickey-fuller, Augmented Dickey Fuller, Dickey-Fuller DLS (ERS), Philips-Perron, Kwiatkowski-Philips Schmidt-Shin, Elliot-Rothenberg-Stock Point-Optimal, dan ng-Perron. Dalam penelitian ini akan digunakan uji Augmented Dickey Fuller (ADF) untuk menetukan apakah suatu data runtun waktu mengandung akar unit atau bersifat non-stasioner. b. Uji Derajat Integrasi Uji derajat integrasi adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui pada derajat berapakah data yang diamati stasioner. Uji ini mirip atau merupakan perluasan uji akar-akar unit, dilakukan jika data yang diamati ternyata tidak stasioner sebagaimana direkomendasikan oleh uji akar-akar unit.
66
2. Uji Asumsi Klasik a. Normalitas Salah satu asumsi dalam analisis statistika adalah data berdistribusi normal. Dalam analisis multivariante, para peneliti menggunakan pedoman kalau setiap variabel terdiri atas 30 data, maka data sudah berdistribusi normal. Namun untuk menguji lebih akurat diperlukan analisis lebih lanjut (Winarno.2009 :53). Uji normalitas ini sendiri bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. (Gujarati, 2007;64). Uji normalitas residual metode OLS secara formal dapat dideteksi dari metode yang dikembangkan oleh Jarque-Bera (J-B). Deteksi dengan melihat Jarque-Bera test yang merupakan asimtotis (sampel besar dan didasarkan atas residual OLS). Uji statistik dari J-B menggunakan perhitungan skewness dan kurtosis. Uji Hipotesis Ho : data normal H1 : data tidak normal 1. Pada Output Eviews 5.0 adalah sebagai berikut : (Widarjono, 2007:54) Jika probability JBtest lebih besar α 5% = data berdistribusi normal (terima Ho, tolak H1) 67
Jika probability JBtest lebih kecil α 5% = data tidak berdistribusi normal (terima Ho, tolak H1) b. Multikolinearitas Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linear antar variable independen. Karena melibatkan beberapa variable independen, maka multikolinearitas tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana (Winarno, 2009:14). Kondisi terjadinya multikolinearitas ditunjukan dengan berbagai informasi berikut : Nilai R² tinggi tetapi variable independen banyak yang tidak signifikan. Dengan menghitung koefisien korelasi antar variable independen. Apabila koefisiennya rendah, maka tidak terdapat multikolinearitas. Dengan melakukan regresi auxilary. Regresi jenis ini digunakan untuk mengetahui hubungan
antara dua variable
atau lebih
yang
mempengaruhi satu variable independen yang lain. Jika nilai F hitung > F kritis maka α dan derajat kebebasan tertentu, maka model mengandung unsur multikolinearitas. Cara mendeteksi adanya multikolinearitas dengan menggunakan regresi Auxilliary yaitu dengan melihat secara individual antar satu variable independen dengan satu variable independen yang lain. (Widarjono, 2007 :115). 1. Uji Hipotesis H0 = tidak ada multikolinearitas 68
H1 = ada multikolinearitas 2. Pada Output Eviews 5.0 adalah sebagai berikut: Jika nilai probability F-statistik lebih kecil α 5% maka tidak terjadi multikolinearitas (terima H0, tolak H1) Jika nilai F-statistik lebih besar α 5% maka terjadi multikolinearitas (tolak Ho, terima H1) c. Heteroskedastisitas Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Tidak adanya heteroskedastisitas dapat dinyatakan sebagai berikut: (Gujarati, 2007:82) Pada persamaan diatas varians adalah tetap sebesar untuk setiap ketidaksamaan inilah yang disebut sebagai heterokedastisitas. Pada heterokedastisitas terdapat pengaruh positif antara X dan Y, dimana nilai Y meningkat searah dengan nilai X, semakin besar nilai variable bebas X dan variable Y, semakin jauh koordinat (X,Y) dari garis regresi (error makin besar). Pendeteksian
heterokedastisitas
dalam
model
ini
dengan
menggunakan Uji White Heteroskedastisity yanitu dengan melakukan estimasi fungsi regresi terlebih dahulu dengan menspesifikasikan variable bebas dan variable tidak bebas. (Gujarati, 2007:89). Dari hasil uji White Heterokedastisity kriteria untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas jika: (Winarno, 2007:165). 1. Uji Hipotesis 69
H0 = tidak ada Heterokedastisitas H1 = ada Heterokedastisitas 2. Pada output Eviews 5.0 adalah sebagai berikut: Probabilitas R² lebih besar α 5% = tidak ada heterokedatisitas (terima H0, tolak H1) Probabilitas R² lebih keciil α 5% = ada heterokedatisitas (tolak H0, terima H1) d. Autokorelasi Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Dalam kaitanya dengan asumsi metode OLS, autokorelasi merupakan korelasi antara satu residual dengan residual lainnya. Sedangkan salah satu asumsi penting OLS berkaitan dengan residual adalah tidak adanya hubungan antara residual satu dengan resisual yang lain (Widarjono, 2005:177). Dalam penelitian ini untuk melihat adanya autokorelasi atau tidak maka dapat menngunakan uji autokorelasi yang dikembangkan oleh Bruesch dan Godfrey yang lebih umum dan dikenal dengan uji Lagrange Multiplier (LM-test). 1.
Uji Hipotesis H0 = tidak ada Heterokedastisitas H1 = ada Heterokedastisitas
2.
Pada output Eviews 5.0 adalah sebagai berikut: 70
Probabilitas R² lebih besar α 5% = tidak ada autokorelasi (terima H0, tolak H1) Probabilitas R² lebih keciil α 5% = ada autokorelasi (terima H0, tolak H1). Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model bisa dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Warson, yaitu dengan cara membandingkan antara DW statistik (d) dengan dl dan du. Jika hipotesis nol menyatakan bahwa tidak terjadi penyakit autokorelasi, maka: Gambar Statistik Durbin Watson Tolak Ho Bukti
Tolak Ho* bukti
Autokorelasi
Daerah
Ho* atau
Daerah
Positif
meragukan
keduanya
meragukan
3. 0
4
Terima Ho atau
4.
Autokorelasi negatif
Uji Statistik dL
du
2
4-du
4-dL
Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabelvariabel tersebut. Pengolahan data menggunkan Eviews 5.0. Dalam pengujian ini menggunakan uji statistik meliputi uji-t, dan uji-F. a. Uji t (Parsial) Uji parsial (uji-t) digunakan untuk mendeteksi seberapa baik variabel bebas (Independen Variable) dapat menjelaskan variable 71
tidak bebas (Dependent Variable) secara individu. Langkah-langkah yang harus dilakukan dengan uji-t yaitu dengan merumuskan hipotesia, yaitu: 1. Uji Hipotesis Ho : βi ≥ α 5% Artinya secara individu tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas ke-i terhadap variable tidak bebas. Ho : βi ≤ α 5% Artinya secara individu ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas ke-i terhadap variable tidak bebas. βi = dependent variable ke-i 2. Berdasarkan output Eviews 5.0, uji-t dapat dilihat dari probabilitas tiap-tiap variabel secara individu: a. Probability βi dengan t-statistik > α5% = variable bebas tidak signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (terima H0, tolak H1) b. Probability βi dengan t-statistik < α5% = variable bebas signifikan atau mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (tolak H0, terima H1). b. Uji F(Simultan) Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas (Independent variabel) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tidak bebas (Dependent variabel). Pengujian semua koefisien 72
penaksiran regresi secara bersama-sama dilakukan dengan uji-F dengan merumuskan hipotesis, yaitu: 1. Uji Hipotesis Ho : β1=β₂ ≤ α 5% Artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. H1 : : β1=β₂ ≥ α 5% % Artinya secara bersama-sama ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. 2. Berdasrkan output Eviews 5.0, uji-t dapat dilihat dari probabilitas tiap-tiap variabel secara individu: a. Probability βi dengan t-statistik > α 5% = variabel bebas tidak signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (terima Ho, tolak H1). b. Probability βi dengan t-statistik < α 5% = variabel bebas signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (tolak Ho, terima H1). 3.
Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinan (R²) digunakan untuk mengukur sebaik mana
variabel terikat dijelaskan oleh total variabel bebas. Yang ukuranya adalah semakin tinggi R² maka garis regresi sampel semakin baik juga. R² mengartikan apakah variabel bebas yang terdapat dalam model mampu menjelaskan perubahan dari variabel tidak bebas. Jika R² mendekati satu 73
maka variabel independen mampu menjelaskan perubahan dari variabel tidak bebas. Jika R² mendekati satu maka variabel independen mampu menjelaskan perubahan variabel dependen, tetapi jika R² mendekati 0, maka variabel independen tidak mampu menjelaskan variabel dependen. E. Definisi Operasional Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Variabel Dependen (Y) Variabel dependen adalah adalah variabel yang diakibatkan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, 2005). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah komposisi dana pihak ketiga (DPK) pembiayaan murabahah pada bank syariah di Indonesia. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yaitu pada Statistik Perbankan Syari`ah berdasarkan perhitungan perbulan, yaitu dari bulan April 2008April 2012 yang dinyatakan dalam bentuk milyar rupiah. 2. Variabel Independen (X) Variabel
independen
adalah
tipe
variabel
menjelaskan
atau
mempengaruhi variabel lain (Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah 2005). Variabel independen dalam bahasa Indonesia adalah variabel bebas. Variabel independen dalam penelitian ini adalah : a. Jumlah Kantor Bank Syariah (X1)
74
Penentuan jumlah kantor cabang adalah dengan menjumlahkan Kantor Pusat Operasional (untuk BUS), Kantor Cabang (Untuk UUS), Kantor Cabang Pembantu (BUS dan UUS), serta Unit Pelayanan Syariah (BUS dan UUS) yang beroperasi di Indonesia. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia berdasarkan perhitungan jangka waktu
perbulan, yaitu dari bulan Oktober 2007-
Februari 2012 dan dinyatakan dalam bentuk unit. b. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (X2) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana jangka pendek. SBIS merupakan piranti moneter yang sesuai prinsip pada Bank Syariah yang diciptakan dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia berdasarkan perhitungan jangka waktu perbulan, yaitu dari bulan Oktober 2007-Februari 2012 dan dinyatakan dalam bentuk milyar rupiah. c. Dana Pihak Ketiga (X3) Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang umumnya berupa giro atau tabungan (Arifin, 2006). Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, yaitu dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) berdasarkan perhitungan perbulan, dari bulan Oktober 2007-Februari 2012 yang dinyatakan dalam bentuk milyar rupiah. 75
BAB IV Analisis dan Pembahasan A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya yang didirikan dengan kewenangan untuk menghimpun dana simpanan masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat. Menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkanya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak”. Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 0 November 11998 tentang perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa pengumpulan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan,dan deposito. Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman dan atau bentukbentuk lainya.
76
Pendirian bank syariah di Indonesia bermula sejak tahun 1998, pada saat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto) yang mengatur deregulasi industri perbankan di Indonesia. Para ulama itu telah berusaha mendirikan bank bebas bunga, tetapi tidak ada satupun perangkat hukum yang dapat dirujuk kembali kecuali adanya penafsiran dari peraturan perundang-undangan yang ada bahwa perbankan dapat saja menetapkan bunga sebesar 0 persen (Arifin, 2002 : 211). Setelah adanya Lokakarya Ulama tentang Bunga Bank dan Perbankan di Bogor pada Agustus 1990, kemudian diikuti dengan diundangkannya UU No7/1992 tentang perbankan dimana perbankan bagi hasil mulai diakomodasi, maka berdirilah Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang merupakan bank umum Islam pertama di Indonesia. Namun pada UU tersebut pembahasan tentang perbankan dengan sistem bagi hasil diuraikan hanya sepintas, lalu tidak terdapat rincian landasan hukum syariah serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan (Antonio, 2001 : 96). Kemudiaan pada tahun 1998 pemerintah menetapkan UU No. 10 tahun 1998 yang mengatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah, undangundang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah. peluang tersebut disambut antusias oleh masyarakat perbankan. Sebagian bank mulai membuka divisi atau cabang syariah dalam
77
institusinya, ada juga bank yang mengkonversi diri sepenuhnya menjadi bank syariah. 2. Perkembangan Pembiayaan Murabahah Murabahah adalah salah satu produk yang dikeluarkan oleh perbankan syariah di Indonesia. Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang dialokasikan oleh perbankan syariah untuk jual beli. Jadi, bisa dikatakan juga bahwa perjanjian yang dilakukan oleh perbankan syariah dengan nasabah untuk melakukan jual-beli. Produk murabahah ini biasa digunakan untuk pembiayaan property, pembelian kendaraan, pembelian kebutuhan konsumtif, pembelian kebutuhan barang dagangan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Salah satu contohnya yaitu jika nasabah membutuhkan pembiayaan untuk membeli motor, nasabah akan mengajukan daftar pembelian barang motor yang berisikan spesifikasi tentang motor yang diharapkan oleh nasabah. Secara konsep, Bank Syariah akan membelikan motor atau mobil yang dimintakan oleh nasabah tersebut, yang kemudian akan di jual kembali kepada nasabah dengan menambahkan keuntungan/margin bank. Sehingga dalam transaksinya akan ada harga beli (harga pokok pembelian barang), ada margin (keuntungan yang diambil oleh bank), serta ada harga jual (harga pokok ditambah dengan margin keuntungan). Dana pihak ketiga pembiayaan murabahah disini adalah kumpulan dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai 78
individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing yang dialokasikan oleh perbankan syariah untuk hal pembiayaan murabahah. Perkembangan dana pihak ketiga pembiayaan murabahah periode 2007.102012.2 dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 4.1 Perkembangan Pembiayaan Murabahah Periode 2007.10 – 2012.2 Pemb. Murabahah
70000 60000 50000 40000 30000
PM
20000 10000 Feb-12
Okt-11
Jun-11
Feb-11
Okt-10
Jun-10
Feb-10
Okt-09
Jun-09
Feb-09
Okt-08
Jun-08
Feb-08
Okt-07
0
Sumber : Bank Indonesia, Februari 2012 (Data Diolah)
Berdasarkan
gambar
4.1
dapat
diketahui
bahwa
jumlah
pembiayaan murabahah tertinngi terjadi pada bulan Februari 2012 sebesar Rp. 58.326 Milyar dan angka terendah terjadi pada bulan Oktober 2007 sebesar Rp. 15.675 Milyar. Perbankan syariah di Indonesia hingga Februari 2012 menunjukkan perkembangan yang sangat menggembirakan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Begitu pula dengan pembiayaan yang ada di dalamnya, pembiayaan dengan prinsip jual beli yaitu pembiayaan murabahah yang keberadaannya pun semakin diminati oleh masyarakat.
79
Dari gambar 4.1 juga dapat dilihat bahwa pembiayaan murabahah dari tahun 2007 hingga tahun 2012 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 pembiayaan murabahah sedikit mengalami penurunan, ini terlihat pada bulan Novenber jumlah pembiayaan murabahah sebesar Rp. 22.639 Milyar, hingga pada bulan Januari 2009 pembiayaan murabahah semakin menurun hingga mencapai Rp. 22.437 Milyar. Tetapi pada Februari 2009 pembiayaan murabahah kembali meningkat yang tergambar pada bulan Februari 2008 menjadi Rp. 22.574 Milyar dan bulan April 2012 menjadi Rp 61.895. Sehingga dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan murabahah dari tahun 2008 hingga tahun 2012 mengalami perkembangan yang cukup tinggi, meskipun sempat terjadi penurunan pada bulan-bulan tertentu. 3. Perkembangan Jumlah Kantor Bank Syariah Pada tahun 1998 pemerintah menetapkan UU No.10 tahun 1998 yang mengatur secara rinci landasan hukum serta jenis-jenis yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah, undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah. Faktor kedekatan lokasi bank syariah dari pusat kegiatan ekonomi dan tempat tinggal diharapkan dapat mempermudah akses nasabah terhadap bank syariah dalam menunjang kegiatan perbankan. Perkembangan jumlah
80
kantor bank umum syariah hingga Februari 2012 dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini: Tabel 4.1 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum Syariah Tahun 2007.10 2008 2009 2010 2011 2012.2
Jumlah Kantor 583 820 998 1477 1737 1806
Sumber : Bank Indonesia, Februari 2012 (Data Diolah)
Gambar 4.2 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Syariah
JKBUS
2000 1500 1000
JKBUS
500
Feb-12
Okt-11
Jun-11
Feb-11
Okt-10
Jun-10
Feb-10
Okt-09
Jun-09
Feb-09
Okt-08
Jun-08
Feb-08
Okt-07
0
Sumber : Bank Indonesia, Februari 2012 (Data Diolah)
Tabel
4.2
menunjukan
perkembangan
perbankan
syariah
berdasarkan laporan tahunan BI 2012 (Februari 2012). Jika pada Oktober 2007 hanya ada 583 Bank Syariah, maka pada Februari 2012 jumlah bank syariah telah berkembang sangat pesat menjadi 1806 unit Bank Umum 81
Syariah. sehingga dari Oktober 2007 sampai dengan Februari 2012 telah mengalami peningkatan lebih dari 300 persen. 4. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Sertikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang yang berjangka pendek. Dengan sistem bonus, SBIS merupakan salah satu mekanisme yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk mrngontrol kestabilan nilai tukar rupiah. Dengan menjual SBIS, maka Bank Indonesia akan dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar. Oleh karena itu nilai SBIS selalu berfluktuasi. Gambar 4.3 Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
SBIS
6000 5000 4000 3000 2000
SBIS
1000 Feb-12
Okt-11
Jun-11
Feb-11
Okt-10
Jun-10
Feb-10
Okt-09
Jun-09
Feb-09
Okt-08
Jun-08
Feb-08
Okt-07
0
Sumber : Bank Indonesia, Februari 2012 (Data Diolah)
5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Dana pihak ketiga memiliki peran penting dalam hal pembiayaan. Tanpa adanya dana pihak ketiga yang dimiliki perbankan maka pembiayaan 82
tidak akan terbentuk. Berdasarkan Gambar 4.4 kita dapat melihat perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK). Dalam gambar, dapat terlihat bahwa perkembangan dana pihak ketiga perbankan syariah selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Peningkatan dana pihak ketiga ini dikarenakan semakin tingginya rasa kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah. Gambar 4.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Syariah
DPK
140000 120000 100000 80000 60000
DPK
40000 20000 Feb-12
Okt-11
Jun-11
Feb-11
Okt-10
Jun-10
Feb-10
Okt-09
Jun-09
Feb-09
Okt-08
Jun-08
Feb-08
Okt-07
0
Sumber : Bank Indonesia, Februari 2012 (Data Diolah)
B. Hasil Analisa dan Pembahasan 1. Uji Akar Unit Pengolahan data dilakukan secara elektronik yakni menggunakan Microsoft Excel Windows 2007 dan Eviews 5.0 untuk mempercepat perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang teliti. Variabel bebas (Independent) yaitu: Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS),
83
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan variabel terikat (dependent) yaitu pembiayaan murabahah. Tahap awal dalam proses pengujian yang dilakukan adalah uji stasioneritas karena pengujian ini pada prinsipnya bertujuan untuk mengamati apakah koefisien tertentu dari model otoregresif yang ditaksir mempunyai nilai satu atau tidak (Hamja, 2008). Tabel 4.2 Uji Akar Unit Augmented Dickey-Fuller ada Tingkat Level No.
Variabel
ADF Test
CV 5%
Hasil
1
LNPM
1.281545
-2.918778
Tidak stasioner
2
LNJKBUS
-0.667515
-2.918778
Tidak stasioner
3
LNSBIS
-2.230797
-2.918778
Tidak stasioner
4 LNDPK 0.580249 Sumber : Eviews 5.0 (Data diolah)
-2.918778
Tidak stasioner
Dari data yang diuji dapat dilihat bahwa variabel-variabel dalam penelitian ini menunjukan ketidakstasioneran pada tingkat Level. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai ADF test lebih besar dari Mac.Kinnon Critical Value 5%. Kesimpulan dari hasil data yang diolah adalah semua data tidak stasioner pada tingkat Level sehingga harus dilanjutkan pada tingkat berikut sampai data menjadi stasioner yaitu dengan menggunakan Uji Derajat Integrasi. 2. Uji Derajat Integrasi Dalam uji akar unit bila menghasilkan kesimpulan bahwa data tidak stasioner, maka diperlukan proses diferensi data. Uji stasioner data melalui proses deferensi ini disebut uji derajat integrasi. Pengujian ini 84
dilakukan untuk mengetahui pada derajat atau order diferensi ke berapa (langkah pertama diatas), jika ternyata data tersebut tidak stasioner pada derajat pertama. Tabel 4.3 Uji Akar Unit Augmented Dickey-Fuller pada Tingkat 1’st Difference No.
Variabel
ADF Test
CV 5%
Hasil
1
LNPM
-6.714544
-3.508508
Stasioner
2
LNJKBUS
-5.813014
-3.508508
Stasioner
3
LNSBIS
-4.666224
-3.508508
Stasioner
LNDPK -6.181087 Sumber : Eviews 5.0 (Data diolah)
-3.508508
Stasioner
4
Dari data yang diuji dapat dilihat bahwa semua variabel stasioner pada 1‟st difference. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai ADF test lebih kecil dari Critical Value 5%. Kesimpulan dari data yang diolah adalah semua variabel sudah stasioner pada tingkat 1‟st difference, dan pengujian dapat dilanjutkan. 3. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Normalits Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai probability yang nilainya lebih besar dari 5 persen. Dalam gambar 4.5 menunjukan bahwa nilai probabilitas lebih besar dari α = 5 persen yaitu
85
0,062800 atau 6,2 persen. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat permasalahan normailtas. Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas Series: Residual Sampel 2 53 Observation 52 Jarque-Bera 5.535613 Probability 0.062800
Sumber : Eviews 5.0 (Data diolah)
b. Hasil Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi untuk mengetahui kesalahan penganggu antara periode sekarang dengan periode sebelumnya. Dalam penelitian ini untuk melihat adanya autokorelasi atau tidak maka dapat menggunakan uji autokorelasi yang dikembangkan oleh Bruesch dan Godfrey yang lebih umum dikenal dengan uji Lagrange Multiplier (LM-test). Tabel 4.6 Hasil Uji Aotokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Obs*R-squared
3.739.212
Prob. Chi-Square(2)
0.1542
Sumber : Eviews 5.0 (Data diolah)
Apabila Probabilitas R² lebih besar α 5% = tidak ada autokorelasi (terima H0, tolak H1) sedangkan bila Probabilitas R² lebih kecil α 5% = ada autokorelasi (tolak H0, terima H1). Hasil deteksi autokorelasi dengan 86
metode LM dapat dilihat pada tabel 4.6 diatas. Dari tabel 4.5 diatas, menunjukan bahwa nilai probabilitas Obs*R-Squared sebesar 0,1542 yang berarti nilainya lebih besar dari α = 5% (0,05). Hal ini memberikan putusan tidal terdapat masalah autokorelasi dalam model. c. Hasil Uji Heterokedastisitas Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji White Heteroskedasticity Test: White Obs*R-squared
1.382.274
Prob. Chi-Square(3)
0.7097
Sumber : Eviews 5.0 (Data diolah)
Dari Tabel 4.7 diatas, menunjukan bahwa nilai probabilitas Obs*RSquared adalah 0,7097 yang berarti nilainya lebih besar dari α = 5% (0,05). Hal ini memberikan putusan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas dalam model. d. Hasil Uji Multikolinieritas Masalah multikoliniaritas dapat dilihat dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variabel. Dapat dilihat dengan nilai korelasi antar variabel. Apabila nilai korelasi antar variabel lebih besar dari 0,8 maka dapat disimpulkan terdapat masalah multikoliniaritas dalam model. Sedangkan, bila nilainya kurang dari 0,8 maka model tidak mengandung masalah multikoliniaritas.
87
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikoliniaritas LNPM
LNJKBUS
LNSBIS
LNDPK
LNPM
1.000000
0.964823
0.629112
0.992207
LNJKBUS
0.964823
1.000000
0.647358
0.975914
LNSBIS
0.629112
0.647358
1.000000
0.691253
LNDPK
0.992207
0.975914
0.691253
1.000000
Sumber : Eviews 5.0 (Data diolah)
Pada tabel 4.8 diatas, terlihat bahwa terdapat nilai korelasi yang lebih besar dari 0,8. Dapat disimpulkan bahwa terdapat masalah multikoliniaritas. Maka akan dilakukan model dengan
melakukan
diferensiasi pada variabel saat diuji yaitu D(LN Variabel) sampai data tersebut tidak terjadi multikoliniaritas. Tabel 4.9 Hasil uji Multikoliniaritas (dengan diferensiasi) LNPM
LNJKBUS
LNSBIS
LNDPK
LNPM
1.000000
-0.273837
-0.125040
0.319050
LNJKBUS
-0.273837
1.000000
0.050006
-0.133555
LNSBIS
-0.125040
0.050006
1.000000
0.650702
LNDPK
0.319050
-0.133555
0.650702
1.000000
Sumber : Eviews 5.0 (Data diolah)
Pada tabel 4.9 diatas terlihat bahwa nilai korelasi antar variabel lebih kecil dari 0,8. Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat masalah multikoliniaritas pada model tersebut.
88
4. Hasil Regresi Berganda OLS Berdasrkan hasil pengolahan data secara ekonometrika dengan menggunkakan program eviews, maka didapat persamaan regresi sebagai berikut: LNPM = β0 + β1 LNJKBUS + β2 LNSBIS + β3 LNDPK LNPM = 0.015363 - 0,123878 LNJKBUS - 0.026839 LNSBIS + 0.451342 LNDPK Dari koefisien regresi diatas, menyatakan bahwa apabila nilai Jumlah Kantor Bank Umum Syariah (JKBUS), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah 0 maka pembiayaan Murabahah (PM) adalah sebesar 0.015363 (β0 = Nilai Konstan) dengan asumsi faktor-faktor yang mempengaruhinya tetap. Tabel 4.9 Hasil Uji Regresi Metode OLS
Variabel Bebas
Koefisien
Std. Error
t-statistic
Prob
Regresi D(LNJKBUS)
(X1)
-0.123878
0.094512
-1.310.707
0.1962
D(LNSBIS)
(X2)
-0.026839
0.007951
-3.375.672
0.0015
D(LNDPK)
(X3)
0.451342
0.112002
4.029.783
0.0002
Variabel Terikat
: Pembiayaan Murabahah (Y)
R-squared
= 0.318110
Adjusted R-squared
= 0.275491
F-statistic
= 7.464181
Prob(F-statistic)
= 0.000337
Sumber : Februari 2012 (data diolah) (Lampiran Halalaman 113)
89
a. Uji Parsial (Uji-T) 1. β2 JKBUS = -0.123878 Artinya Apabila Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS) naik sebesar satu persen maka akan menurunkan
pembiayaan
murabahah sebesar 12 persen. Probabilitas β2 = 0.1962 ≥ 5% = tidak signifikan. Artinya tidak terdapat pengaruh antara JKBUS dan pembiayaan murabahah secara parsial. Meningkatnya jumlah kantor bank syariah diharapkan dapat meningkatkan simpanan maupun penyaluran pembiayaan kepada masyarakat. Namun masih kurangnya peranan bank syariah dalam mensosialisasikan
keberadaan
bank
syariah
serta
kurangnya
pemahaman tentang bank syariah dan juga produk-produk bank syariah kepada masyarakat khususnya yang ada di plosok-plosok daerah, jadi ada kemungkinan bahwa peningkatan jumlah kantor bank syariah juga dapat menyebapkan pembiayaan murabahah menurun. Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Erna Rahmawati (2004) besar kemungkinan bahwa hal ini disebabkan karena peningkatan jumlah kantor dalam jangka pendek tidak dapat direspon secara seketika, namun membutuhkan waktu, sehingga efeknya terlihat lebih besar ditahun-tahun berikutnya. 2. β3 SBIS = -0.026839 Artinya Apabila Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) naik sebesar satu persen maka akan menurunkan pembiayaan 90
murabahah sebesar 2 persen. Probabilitas β3 = 0.0015 ≤ 5% = signifikan. Artinya terdapat pengaruh antara SBIS dan pembiayaan murabahah secara parsial. Besarnya kepercayaan nasabah terhadap bank syariah menyebapkan dana yang disalurkan bank tidak hanya melalui pembiayaan tetapi juga membeli SBIS. Apabila dana yang dimiliki bank sedemikian banyak dan penyaluran
dana
melalui
pembiayaan
juga
banyak,
maka
peningkatan pembiayaan murabahah dapat menurunkan SBIS. Terdapat pengaruh yang signifikan antara SBIS dan pembiayaan murabahah secara parsial. merupakan indikator bahwa pembiayaan yang disalurkan bank semakin kecil.Pada penelitian ini, hasil uji regresi menunjukan SBIS memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Endang Nurjaya (2012) bahwa SBIS berpengaruh signifikan dan negatif terhadap pembiayaan murabahah. 3. β4 DPK = 0.451342 Artinya Apabila Dana Pihak Ketiga (DPK) naik sebesar satu persen maka akan menaikan pembiayaan murabahah sebesar 45 persen. Probabilitas β4 = 0.0002≤ 5% = signifikan. Artinya terdapat pengaruh positif antara DPK dan pembiayaan murabahah secara parsial. Secara umum, kenaikan DPK akan menaikan penyaluran pembiayaan kepada masyarakat.
91
Besarnya DPK menyebabkan alokasi untuk pembiayaan semakin meningkat. Penelitian yang dilakukan Khusnul Khatimah (2009) juga menunjukkan bahwa DPK berpengaruh positif terhadap penyaluran
pembiayaan.
Perkembangan
jumlah
DPK
juga
menunjukkan semakin banyaknya masyarakat yang menyimpan dananya di bank-bank syariah. Hal ini juga menunjukkan meningkatnya kepercayaan masyarakat pada bank syariah. b. Uji Simulltan (Uji-F) Dari tabel hasil uji regresi pada lampiran dapat dilihat bahwa Fstatistik sebesar 7.464181 dan nilai probabilitas 0.000337 ≤ 5% = signifikan. Artinya jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi pembiayaan murabahah. c. Koefisien Determinasi (Adjusted R²) Koefisien determinasi bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen dan untuk mengetahui seberapa
jauh ketepatan dan kecocokan model yang
terbentuk dalam mewakili kelompok data hasil observasi. Berdasarkan hasil regresi pada lampiran, diperoleh Adjusted R² = 0.275491 (27,5%). Artinya kemampuan variabel independen Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam menjelaskan variabel dependen (Pembiayaan Murabahah) adalah sebesar 27,5 persen sedangkan sisanya kira-kira 72,5 92
persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan kedalam model ini. d. Analisis Ekonomi Peningkatan jumlah kantor bank syariah dari Oktober 2008 hanya sebanyak 583 unit kantor bank umum syariah sampai dengan Februari 2012 jumlahnya sudah mencapai 1806 unit kantor bank umum syariah. Meningkatnya
jumlah
kantor
bank
syariah
diharapkan
dapat
meningkatkan simpanan maupun penyaluran pembiayaan kepada masyarakat.
Namun
masih
kurangnya
bank
syariah
dalam
mensosialisasikan keberadaan dan pemahaman tentang bank syariah kepada masyarakat khususnya yang ada di plosok-plosok daerah, jadi ada kemungkinan peningkatan jumlah kantor bank umum syariah juga dapat menyebapkan pembiayaan murabahah menurun. Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Erna Rahmawati (2004) besar kemungkinan bahwa hal ini disebabkan karena peningkatan jumlah kantor dalam waktu singkat tidak dapat direspon secara seketika, namun membutuhkan waktu, sehingga efeknya terlihat lebih besar ditahun-tahun berikutnya. Prospek akan data jumlah kantor bank syariah ditahun-tahun mendatang diproyeksikan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan ekonomi indonesia yang cenderung terus membaik. Besarnya
kepercayaan
nasabah
terhadap
bank
syariah
menyebapkan dana yang disalurkan bank syariah tidak hanya melalui pembiayaan tetapi juga sebagian dana digunakan membeli SBIS. 93
Perkembangan SBIS dari Oktober 2007 sebesar Rp 1760 Milyar hingga tahun Januari 2012 mencapai Rp 10.6632 Milyar tetapi pada Februari 2012 mengalami penurunan sebesar Rp 4243 Milyar. Menurut teori yang ada, besarnya SBIS merupakan indikator bahwa pembiayaan yang disalurkan bank semakin kecil. Semakin besar jumlah dana yang dimiliki bank, maka semakin besar bank dapat menyalurkan dananya melalui pembiayaan dan dana yang tidak tersalurkan dapat ditaruh di SBIS. Pada penelitian ini, hasil uji regresi menunjukan SBIS memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Endang Nurjaya (2012) juga menghasilkan bahwa pengaruh SBIS singnifikan dan negatif terhadap pembiayaan murabahah. Prospek akan jumlah SBIS ditahun-tahun berikutnya akan terus mengalami fluktuasi sesuia dengan kondisi perekonomian di Indonesia. Dana pihak ketiga dari tahun 2007 sampai dengan 2012 mengalami pertumbuhan hingga lebih dari 300 persen. Kecenderungan peningkatan pertumbuhan DPK karena secara makro perekonomian nasional mengalami pertumbuhan yang baik dan secara mikro jaringan kantor bank syariah signifikan meningkat sebagai implikasi dari munculnya bank syariah baru. Tingkat suku bungga yang relatif tidak berubah dengan kondisi perekonomian yang membaik pada dasarnya akan menguntungkan posisi perbankan syariah dalam hak daya saing produknya pendanaannya. Sehingga akan ada kemungkinan nasabah 94
akan memilih untuk menyimpan dana mereka di bank syariah. Hal ini akan meningkatkan volume DPK perbankan syariah. berdasarkan teori, peningkatan DPK akan meningkatkan pembiayaan bank syariah secara keseluruhan. Pada penelitian ini, hasil uji regresi menunjukan DPK dan pembiayaan murabahah memiliki pengaruh yang positif dan signifikan. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang ada. Besarnya DPK menyebapkan alokasi untuk pembiayaan semakin meningkat. Penelitian yang dilakukan Khusnul Khatimah (2009) juga menunjukan bahwa DPK berpengaruh positif terhadap penyaluran pembiayaan. Perkembangan jumlah DPK dari tahun 2008 sampai 2012 juga menunjukan semakin banyaknya masyarakat yang menyimpan dananya di bank-bank syariah. Sehingga prospek DPK bank syariah akan terus mengalami peningkatan ditahun-tahun berikutnya. Hal ini juga menunjukan meningkatnya kepercayaan masyarakat pada bank syariah.
95
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi pengaruh antara Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah di Indonesia Periode Oktober 2007Februari 2012. Berdasarkan hasil regresi OLS (Ordinary Least Square) dari penelitian ini terdapat kesimpulan bahwa: 1. Secara bersama-sama (simultan) Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Pembiayaan Murabahah. 2. Secara Individu (parsial) hasil penelitian ini sebagai berikut: a. Jika JKBUS meningkat sebesar 1%, maka secara rata-rata, pembiayaan murabahah akan turun sebesar 12 persen. Variabel Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS) mempunyai pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Secara umum, peningkatan JKBUS akan menaikan pembiayaan, namun masih kurangnya bank syariah dalam mensosialisasikan keberadaan dan pemahaman tentang bank syariah kepada
96
masyarakat khususnya yang ada di plosok-plosok daerah, jadi ada kemungkinan peningkatan jumlah kantor bank b. Jika SBIS meningkat sebesar 1%, maka secara rata-rata, pembiayaan murabahah akan turun sebesar 2 persen. Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) mempunyai hubungan negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Maka ketika SBIS mengalami penurunan maka pembiayaan murabahah akan meningkat. c. Jika DPK meningkat sebesar 1%, maka secara rata-rata, pembiayaan murabahah akan naik sebesar 45 persen. Variabel Dana Pihak Ketiga mempunyai pengaruh signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Secara umum kenaikan DPK akan menaikan pembiayaan murabahah.
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan diatas maka implikasi yang dapat ditulis sebagai berikut: 1. Peningkatan jumlah kantor bank syariah yang diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat pada jasa pembiayaan murabahah ternyata belum bisa mempengaruhi pembiayaan murabahah secara signifikan. Oleh karena itu bank syariah harus terus berusaha berinovasi dan meningkatkan peran kantor bank syariah.
97
2.
Bank Indonesia kiranya perlu melakukan kajian dan telaah bagaimana agar sertifikat bank syariah indonesia dapat lebih berperan terhadap pembiayaan perbankan syariah.
3. Bagi peneliti berikutnya agar periode penelitian ini dapat diperpanjang serta menggunakan variabel pengujian yang lebih banyak, sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang lebih akurat. C. Saran Dari hasil kesimpulan dan implikasi diatas maka saran yang ditulis sebagai berikut: Untuk meningkatkan peran bank syariah perlu meningkatkan pelayanan dan fasilitas-fasilitas baru yang dapat meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan jasa pembiayaan murabahah di perbakan syariah diataranya dengan mendirikan kantor-kantor baru yang dapat mempermudah nasabah dalam mengakses layanan perbankan. Diharapkan Bank Syariah dapat lebih mensosialisasikan kepada masyarakat tentang keberadaan dan pemahaman tentang bank syariah kepada masyarakat khususnya yang ada di plosok-plosok daerah, diharapkan peningkatan jumlah kantor bank syariah agar masyarakat lebih mudah mempunyai akses dan merasakan manfaat dari adanya jasa penyaluran dana berupa pembiayaan sehingga dapat menyebapkan peningkatan pembiayaan murabahah.
98
Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dalam penelitian ini memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Hal ini menunjukan bahwa penurunan SBIS akan menambah aliran dana ke masyarakat melalui pembiayaan. Untuk itu Bank Indonesia kiranya perlu melakukan peninjauan dan telaah bagaimana agar SBIS dapat lebih berperan dalam perbankan syariah. Bank syariah diharapkan akan terus melakukan publikasi kepada masyarakat agar menabung di bank syariah agar dapat menambah volume dana pihak ketiga yang akan disalurkan lagi kepada masyarakat. Variabel Dana Pihak Ketiga dalam penelitian ini memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Aliran dana pihak ketiga melalui pembiayaan yang paling besar melalui pembiayaan murabahah karena paling diminati dan digunakan oleh masyarakat.
Untuk
kedepannya,
diharapkan
bank
syariah
dapat
meningkatkan volume dana pihak ketiga sehingga dapat lebih banyak menyalurkan dana untuk pembiayaan murabahah. Untuk itu perlu inovasi produk dan jasa bank syariah dalam rangka meningkatkan jumlah DPK dan pembiayaan, sehingga dapat bersaing dengan bank konvensional. Bank syariah juga harus menawarkan bagi hasil yang lebih menarik dan menjamin bahwa perhitungan bagi hasil yang diterapkan telah sesuai syariah yaitu akurat dan benar (bebas dari riba). Sehingga masyarakat lebih tertarik untuk bertransaksi di bank syariah.
99
Daftar Pustaka Agustina Triadi, Chintia. “Analisis Pengaruh Makro Ekonomi Terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Pada Bank Umum Dan Bank Syariah”, Skripsi Sarjana (dipublikasikan) Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jawa timur, 2010. Ambarwati, Septiana. ―Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia‖, Tesis Magister (dipublikasikan) Program Studi Kajian Timur Tengah Dan Islam, Universitas Indonesia, Jakarta, 2008. Arifin, Zainul. ―Dasar-Dasar Manajemen Bank Syaiah‖, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2006. Asy‟ari, Mohammad Hasyim. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Perbankan Syariah”, Thesis S2 Program Pasca Sarjana, Program Studi dan Kajian Timur Tengah, Universitas Indonesia, 2004. Bank Indonesia, “Laporan Perekonomian Indonesia 2012”, BI, Jakarta, 2012. Bank Indonesia, “Penelitian Potensi, Preferensi, dan Prilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah” BI, Jakarta, 2000. Chong, Rosita. Raihana Firdaus Abdullah, Alex Anderson, Hanudin Amin. Economics Of Islamic Trade Financing Instruments” International Review of Business Research Papers Vol. 4 No.3. Malaysia. 2008 Darna. “Volatilitas Tingkat Suku Bunga dan Nilai Tukar Serta Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah”, Tesis Magister (dipublikasikan) Fakultas Ekonomi Dan Keuangan Syariah, Program Studi Kajian Timur Tengah Dan Islam, Universitas Indonesia, Jakarta, 2006. D, Nachrowi dan Hardius Usman. ―Pendekatan Populer dan Praktis EKONOMETRIK Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan‖, FEUI, Jakarta, 2006. Nurjaya, Endang.”Analisis pengaruh inflasi srtifikat bank Indonesia Syariah (SBIS), non performing financing (NPF) dan dana pihak ketiga (DPK) terhadap pembiayaan murabahah pada bank Syariah di Indonesia”. Skripsi Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2011. Gujarati, Damodar. ―Dasar-dasar ekonometrika edisi ketiga jilid”, Erlangga, Jakarta, 2006.
100
Hamja, Yahya. ―Modul I Ekonometrika”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008. Hamja, Yahya. ―Modul II Ekonometrika”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008. Handiman, Edia. dkk. ”Bank dan Lembaga Keuangan Bank dan Bukan Bank”, Ghalia Indonesia, Bogor, 2000. Heykal, Mohamad. ―Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penetapan Margin Murabahah Untuk Produk Pembiayaan Pemilikan Rumah, Studi Kasus PT Bank Syariah Mandiri”, Tesis Magister (dipublikasikan) Fakultas Ekonomi Dan Keuangan Syariah, Program Stud i Kajian Timur Tengah Dan Islam, Universitas Indonesia, Jakarta, 2008. Hikmah Maulidina, Nur. “Analisis pengaruh suku bungga SBI, Nilai Tukar Rupiah, dan tingkat Inflasi terhadap dana pihak ketiga pembiayaan murabahah perbankan syariah di Indonesia”. Skripsi Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2011. Imaduddin, Muhammad. ―Bank Syariah Sang Enterpreneur”, Leicestershire, Inggris, 2005. Karim, Adiwarman. ―Ekonomi Makro Islami Edisi Kedua‖, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Khatimah, khusnul. “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia sebelum dan sesudah kebijakan akselerasi perbankan syariah tahun 2007/2008, Jurnal Optimal, Vol. 3, No. 1, Maret, Bekasi, 2009. Kiptiyah, Mariyatul. ―Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Profitabilitas Bank Syariah di wilayah Malang‖, Skripsi Sarjana (dipublikasikan) Program Studi Manajemen, Universitas Negeri Malang, 2007. Kotler, Philip. 1997. Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation, and Control. Ninth Edition. New York: Prentice-Hall. Latumaerissa, R. Julius. “Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum”, Edisi Pertama, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 1999. Lipsey, Richard. Dkk. ―Pengantar Makroekonomi”, Binarupa Aksara, Jakarta, 1995.
101
Maryanah. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bagi Hasil di Bank Syariah Mandiri”, Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islam, Vol. 4, No. 1, Januari-Maret, Jakarta, 2006. Mochamad Aziz, Roikhan. Modul Makro Ekonomi Tiga Dimensi, IMES Press, UIN Jakarta, 2009. Mochamad Aziz, Roikhan. “New Paradigm On Sinlammim Kaffah In Islamic Economics”. Jurnal Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009. Mochamad Aziz, Roikhan. ―Sinlammim Kode Tuhan‖. Esa Alam, Jakarta, 2005. Mochamad Aziz, Roikhan. ―Jejak Islam Yang Hilang‖. Sinlammim, Jakarta, 2006. ________. ―Kaffah Thinking On Sinlammim Method Through Digital Root‖, Proceeding, ISOIT International Seminar On Islamic Thought, UKM, Bangi, Malaysia, 2009. --------------. Kaffah Thinking On Sinlammim Method Through Digital Root, Proceeding, UKM Malaysia, October, 2009. Prasetyo, Bambang. Lina Miftahul Jannah. ―Metode penelitian Kunatitatif”. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005. Rachmawati, Erna. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Simpanan Mudharabah Perbankan Syariah di Indonesia” Fakultas Ekonomi, Universitas Padjajaran, Bandung, 2004. Raditiya, Assriwijaya. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Bagi Hasil terhadap Deposito Mudharabah ( PT Bank Syariah Mandiri )”, Skripsi Sarjana (dipublikasikan) Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2007. Rodoni, Ahmad. ―Panduan Penulisan Skripsi”, Feis Uin Press, Jakarta, 2010. Rohaya, Hairiennisa. “Perkembangan Skala Usaha Perbankan Syariah di Indonnesia Pra dan Pasca Kebijakan Office Channeling”. Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 2, Desember, Yogyakarta, 2008. Sahria.“Pemodelan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Dengan Metode System Dynamics”, Skripsi Sarjana, jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010. Samuelson Paul. ―Makro Ekonomi”, Alih Bahasa Haris Munandar, Erlangga, Jakarta, 1992. 102
Sarwoko. “Dasar-Dasar Ekonometrika”. Andi Offset, Yogyakarta, 2005 Simorangkir, O P. “Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank”, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004. Sudarsono, Heri. ―Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Edisi Kedua”, Penerbit Ekonisia, Yokyakarta, 2003 Sudarsono, Heri. ―Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi Dan Ilustrasi”, Ekonisia, Yogyakarta, 2007. Sukirno, Sadono. “Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006. Sumitro, Warkm. ―Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait”. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997. Syafi„I Antonio, Muhammad. ―Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik”, Gema Insani, Jakarta, 2001. Tan, Inggrid. ―Bisnis & Investasi Sistem Syariah”, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta., 2009. Wahyu Winarno, Wing. ―Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”, Edisi Kedua, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2009. Wajdi Dusuki, Asyraf. “Commodity Murabahah Programme (CMP): An Innovative Approach to Liquidity Management”, Journal of Islamic Economics, Banking and Finance, Department of Economics Kulliyyah of Economics and Management Sciences International Islamic University Malaysia. 2007 Widarjono, Agus. ―Ekonometrika : Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis”, Ekonisia FE UII, Yogyakarta, 2007. Yunita, Patria. “Pengaruh suku bunga SBI, tingkat inflasi dan kurs us dollar terhadap kinerja penghimpunan dana pihak ketiga perbankan syariah”, Tesis Magister (dipublikasikan) Fakultas Ekonomi Dan Keuangan Syariah, Program Studi Kajian Timur Tengah Dan Islam, Universitas Indonesia, Jakarta, 2007. http://anton-p.blogspot.com/2010/mekanisme-pembiayaan-murabah http://www.google.com.search:‖Murabahah‖ http://www.bi.go.id http://bi.go.id/web/id/Peraturan/Moneter/pbi_ 101108. html http://www.wikipedia.com 103
LAMPIRAN Lampiran 1
Data Periode Oktober 2007-Februari 2012 Obs Okt-07 Nop-07 Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust-09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 Des-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 Mei-10 Jun-10 Jul-10 Agust-10 Sep-10
PM (Milyar) 15675,00 15645,00 16552,00 15801,00 16377,00 16977,00 17935,00 18591,00 19810,00 20704,00 21464,00 22044,00 22457,00 22639,00 22486,00 22437,00 22574,00 22732,00 23001,00 23490,00 24245,00 24381,00 24632,00 25046,00 25499,00 25570,00 26321,00 26532,00 27288,00 28269,00 28922,00 29744,00 31108,00 32027,00 33310,00 33967,00
JKBUS (Unit) 583 593 597 603 607 609 612 614 619 633 650 706 740 780 820 828 867 888 895 898 899 904 916 924 963 987 998 1108 1146 1233 1230 1268 1302 1364 1347 1388
DPK (Milyar) 25473,00 25658,00 28011,00 27695,00 29121,00 29552,00 31063,00 31705,00 33048,00 32898,00 32358,00 33568,00 34117,00 34422,00 36852,00 38195,00 38651,00 38040,00 39193,00 40288,00 42103,00 43004,00 44019,00 45381,00 46500,00 47887,00 52271,00 53163,00 53299,00 52811,00 54043,00 55067,00 58079,00 60462,00 60972,00 63912,00
SBIS (Milyar) 1760,00 1640,00 2600,00 3000,00 3720,00 2130,00 2830,00 2110,00 2040,00 1180,00 440,00 413,00 550,00 1063,00 2550,00 3488,00 3192,00 2704,00 2058,00 2539,00 1819,00 1253,00 2321,00 2635,00 2835,00 2142,00 3706,00 3373,00 2972,00 2425,00 3027,00 1656,00 2734,00 2576,00 1882,00 2310,00 104
Okt-10 Nop-10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Des-11 Jan-12 Feb-12
34831,00 36214,00 37508,00 37855,00 38983,00 40877,00 42453,00 44118,00 46161,00 47453,00 49455,00 49883,00 52148,00 53993,00 56365,00 56473,00 58326,00
1391 1410 1477 1607 1606 1611 1626 1632 1632 1632 1632 1652 1692 1724 1737 1813 1806
66478,00 2783,00 69086,00 3287,00 76036,00 5408,00 75814,00 3968,00 75085,00 3659,00 79651,00 5870,00 79567,00 4042,00 82861,00 3879,00 87025,00 5011,00 89786,00 5214,00 92021,00 3647,00 97756,00 5885,00 101804,00 5656,00 105330,00 6447,00 115415,00 9244,00 116518,00 10663,00 114616,00 4243,00
105
Lampiran 2. Uji Stasioner Murabahah (PM) a. Tingkat Level Null Hypothesis: LNPM has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
1.281545 -3.562669 -2.918778 -2.597285
0.9983
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LNPM) Method: Least Squares Date: 04/11/13 Time: 19:53 Sample (adjusted): 2 53 Included observations: 52 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LNPM(-1) C
0.009325 -0.070286
0.007276 0.074610
1.281545 -0.942049
0.2059 0.3507
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.031803 0.012439 0.019212 0.018455 132.7505 1.642356 0.205914
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.025269 0.019333 -5.028865 -4.953817 -5.000094 1.891979
106
b. Tingkat 1’st Difference Null Hypothesis: D(LNPM) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-6.714544 -4.148465 -3.500495 -3.179617
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LNPM,2) Method: Least Squares Date: 04/11/13 Time: 19:54 Sample (adjusted): 3 53 Included observations: 51 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(LNPM(-1)) C @TREND(1)
-0.955808 0.019509 0.000192
0.142349 0.006213 0.000187
-6.714544 3.140014 1.027904
0.0000 0.0029 0.3091
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.484714 0.463244 0.019266 0.017817 130.6002 22.57607 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.000671 0.026297 -5.003928 -4.890291 -4.960504 1.863693
107
Lampiran 3. Uji Stasioner Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS) a. Tingkat Level Null Hypothesis: LNJKBUS has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-0.667515 -3.562669 -2.918778 -2.597285
0.8456
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LNJKBUS) Method: Least Squares Date: 04/11/13 Time: 19:57 Sample (adjusted): 2 53 Included observations: 52 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LNJKBUS(-1) C
-0.006210 0.064892
0.009303 0.064734
-0.667515 1.002439
0.5075 0.3210
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.008833 -0.010991 0.025155 0.031639 118.7347 0.445577 0.507512
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.021744 0.025018 -4.489795 -4.414747 -4.461023 1.652762
108
b. Tingkat 1‘st Difference Null Hypothesis: D(LNJKBUS) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-5.813014 -4.148465 -3.500495 -3.179617
0.0001
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LNJKBUS,2) Method: Least Squares Date: 04/11/13 Time: 19:58 Sample (adjusted): 3 53 Included observations: 51 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(LNJKBUS(-1)) C @TREND(1)
-0.834076 0.021476 -0.000123
0.143484 0.008172 0.000241
-5.813014 2.628158 -0.511236
0.0000 0.0115 0.6115
S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.025348 0.030842 116.6073 2.064697
Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter.
-4.455187 -4.341550 -4.411763
109
Lampiran 4. Uji Stasioner Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) a. Tingkat Level Null Hypothesis: LNSBIS has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-2.230797 -3.562669 -2.918778 -2.597285
0.1982
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LNSBIS) Method: Least Squares Date: 04/11/13 Time: 20:00 Sample (adjusted): 2 53 Included observations: 52 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LNSBIS(-1) C
-0.181556 1.449791
0.081386 0.644401
-2.230797 2.249827
0.0302 0.0289
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.090520 0.072330 0.373846 6.988056 -21.60173 4.976457 0.030210
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.016922 0.388147 0.907759 0.982807 0.936530 1.739352
110
b. Tingkat 1‘st Difference Null Hypothesis: D(LNSBIS) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 4 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-4.666224 -4.165756 -3.508508 -3.184230
0.0025
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LNSBIS,2) Method: Least Squares Date: 04/11/13 Time: 20:01 Sample (adjusted): 7 53 Included observations: 47 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(LNSBIS(-1)) D(LNSBIS(-1),2) D(LNSBIS(-2),2) D(LNSBIS(-3),2) D(LNSBIS(-4),2) C @TREND(1)
-1.714112 0.642540 0.572837 0.550959 0.357667 -0.023595 0.001939
0.367345 0.309365 0.263908 0.215647 0.154188 0.135759 0.004315
-4.666224 2.076963 2.170593 2.554915 2.319687 -0.173803 0.449314
0.0000 0.0443 0.0360 0.0145 0.0255 0.8629 0.6556
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.551157 0.483831 0.387757 6.014223 -18.37363 8.186343 0.000008
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-0.007743 0.539714 1.079729 1.355283 1.183422 1.805708
111
Lampiran 5. Uji Stasioner Dana Pihak Ketiga (DPK) a. Tingkat Level Null Hypothesis: LNDPK has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
0.580249 -3.562669 -2.918778 -2.597285
0.9879
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LNDPK) Method: Least Squares Date: 04/11/13 Time: 20:06 Sample (adjusted): 2 53 Included observations: 52 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LNDPK(-1) C
0.005242 -0.027880
0.009034 0.097971
0.580249 -0.284580
0.5644 0.7771
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.006689 -0.013177 0.027950 0.039061 113.2560 0.336689 0.564352
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.028922 0.027768 -4.279077 -4.204029 -4.250306 2.267511
112
b. Tingkat 1‘st Difference Null Hypothesis: D(LNDPK) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-6.181087 -4.152511 -3.502373 -3.180699
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LNDPK,2) Method: Least Squares Date: 04/11/13 Time: 20:07 Sample (adjusted): 4 53 Included observations: 50 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(LNDPK(-1)) D(LNDPK(-1),2) C @TREND(1)
-1.397158 0.195339 0.027639 0.000456
0.226038 0.144792 0.009323 0.000271
-6.181087 1.349102 2.964652 1.687149
0.0000 0.1839 0.0048 0.0983
S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.026431 0.032136 112.7979 1.853302
Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter.
-4.351916 -4.198954 -4.293667
113
Lampiran 6. Hasil Uji Regresi Dependent Variable: D(LNPM) Method: Least Squares Date: 04/12/13 Time: 14:46 Sample (adjusted): 2 53 Included observations: 52 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C D(LNJKBUS) D(LNSBIS) D(LNDPK)
0.015363 -0.123878 -0.026839 0.451342
0.004709 0.094512 0.007951 0.112002
3.262119 -1.310707 -3.375672 4.029783
0.0020 0.1962 0.0015 0.0002
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.318110 0.275491 0.016456 0.012998 141.8652 1.743702
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.025269 0.019333 -5.302509 -5.152414 7.464181 0.000337
Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas 14
Series: Residuals Sample 2 53 Observations 52
12 10 8 6 4 2
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-4.43e-18 -0.000401 0.029521 -0.051596 0.015964 -0.677877 3.846659
Jarque-Bera Probability
5.535613 0.062800
0 -0.05
-0.04
-0.03
-0.02
-0.01
0.00
0.01
0.02
0.03
114
Lampiran 8. Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
1.782024 3.739212
Prob. F(2,46) Prob. Chi-Square(2)
0.1797 0.1542
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 04/11/13 Time: 20:10 Sample: 2 53 Included observations: 52 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C D(LNJKBUS) D(LNSBIS) D(LNDPK) RESID(-1) RESID(-2)
0.000571 0.003462 0.001884 -0.025063 0.086329 0.248100
0.004647 0.093205 0.007912 0.111399 0.145826 0.145292
0.122916 0.037144 0.238195 -0.224987 0.592002 1.707599
0.9027 0.9705 0.8128 0.8230 0.5567 0.0945
R-squared S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.071908 0.015964 -5.300211 -5.075067 -5.213896 1.948233
Mean dependent var S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic
-4.43E-18 0.016194 0.012063 143.8055 0.712809
115
Lampiran 9. Hasil Uji Heterokedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
0.436929 1.382274 1.676391
Prob. F(3,48) Prob. Chi-Square(3) Prob. Chi-Square(3)
0.7276 0.7097 0.6422
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 04/11/13 Time: 20:12 Sample: 2 53 Included observations: 52 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C (D(LNJKBUS))^2 (D(LNSBIS))^2 (D(LNDPK))^2
0.000326 -0.024984 -0.000163 -0.015815
9.16E-05 0.028923 0.000289 0.027889
3.565733 -0.863814 -0.565012 -0.567075
0.0008 0.3920 0.5747 0.5733
R-squared S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.026582 0.000426 -12.57754 -12.42744 -12.51999 2.191148
Mean dependent var S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic
0.000250 0.000433 9.00E-06 331.0160 0.436929
116
Lampiran 10. Hasil Uji Multikolineritas
LNPM LNJKBUS LNSBIS LNDPK
LNPM
LNJKBUS
LNSBIS
LNDPK
1.000000 0.964823 0.629112 0.992207
0.964823 1.000000 0.647358 0.975914
0.629112 0.647358 1.000000 0.691253
0.992207 0.975914 0.691253 1.000000
Lampiran 10. Hasil Uji Multikoliniaritas dengan differensiasi
D(LNPM) D(LNJKBUS) D(LNSBIS) D(LNDPK)
D(LNPM)
D(LNJKBUS)
D(LNSBIS)
D(LNDPK)
1.000000 -0.273837 -0.125040 0.319050
-0.273837 1.000000 0.050006 -0.133555
-0.125040 0.050006 1.000000 0.650702
0.319050 -0.133555 0.650702 1.000000
117