PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), RASIO KECUKUPAN MODAL (CAR) DAN NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR) PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Siti Rahmi Nur Utami (128334063) Email :
[email protected] Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Siliwangi Tasikmalaya Abstract The objectives of this research were to know and analyze the influence of Third Party Fund (DPK), Sharia Certificate of Bank Indonesia (SBIS), Capital Adequacy Ratio (CAR), and Non Performing Financing (NPF) to Financing to Deposit Ratio (FDR). The research object was Sharia Commercial Banks in Indonesia that consist of Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia and Bank Mega Syariah. The research method used descriptive method. The data gathering used from Bank Indonesia Publications Reports and Financial Statements Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia and Bank Mega Syariah Indonesia. The data obtained were analyzed using SPSS 16.0 software with the model of hypothesis testing using multiple linear regression analysis. The results of multiple linear regression test study showed that partially DPK, SBIS and NPF has a significant influence to FDR, while the CAR has an insignificant effect to FDR. Simultaneously, the overall independent variables have a significant influence to FDR. So, the hypothesis was verified. Keywords : Third Party Fund (DPK), Sharia Certificate of Bank Indonesia (SBIS), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) Abstrak Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Rasio Kecukupan Modal (CAR), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Financing to Deposit Ratio. Objek yang akan diteliti adalah Bank Umum Syariah di Indonesia yang terdiri dari Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia dan Bank Mega Syariah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Instrumen pengumpulan data yang digunakan bersumber dari Laporan Publikasi Bank Indonesia dan Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Mega Syariah Indonesia. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan software SPSS 16.0 dengan model pengujian hipotesis menggunakan analisis uji regresi linear berganda. Hasil penelitian uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa secara parsial, variabel DPK, SBIS dan NPF memiliki pengaruh signifikan terhadap FDR, sedangkan CAR memilki pengaruh yang tidak signifikan terhadap FDR. Secara simultan, keseluruhan variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap FDR, sehingga hipotesis teruji kebenarannya. Kata kunci : Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Rasio Kecukupan Modal (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR).
I. PENDAHULUAN Perbankan adalah lembaga mediasi keuangan yang memiliki peranan penting bagi perekonomian. Aktifitas perbankan dilakukan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Perbankan mampu menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk kredit, perbankan juga memberikan jasa-jasa lainnya dalam mempermudah transaksi keuangan. Perbankan yang berlandaskan syariah kini muncul sebagai dinamika perkembangan bank konvensional. Sejak diterbitkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, perbankan syariah terus menunjukan pertumbuhan yang positif. Hal tersebut memberikan pandangan yang baik kepada Bank Indonesia (BI) selaku lembaga otoritas perbankan, sehingga BI memberikan peluang yang lebih besar bagi pengembangan perbankan syariah di Indonesia dengan dilahirkannya Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah sebagai upaya mencapai tujuan pembangunan nasional Indonesia untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan demokrasi ekonomi, mengembangkan sistem ekonomi yang berlandaskan keadilan, kebersamaan, pemerataan, dan kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syariah (Amir Machmud dan Rukmana, 2010: 6). Adanya landasan hukum yang lebih baik membuat perkembangan perbankan syariah terus menampakan jati dirinya. Ketua Asosiasi Bank Syariah Indonesia (ASBISINDO), Syahril T. Alam mengungkapkan bahwa pertumbuhan rata-rata bank syariah per tahun di atas 35 persen lebih tinggi dibandingkan dengan perbankan konvensional yang pertumbuhan rataratanya hanya mencapai 15 persen (www.tribunnews.com). Sedangkan menurut Outlook Perbankan Syariah 2014 yang diterbitkan oleh BI, saat ini total aset perbankan syariah mencapai 229,5 Triliun rupiah. Selain itu, kini masyarakat dinilai mulai tertarik kepada sistem perbankan syariah yang dipandang sebagai sistem alternatif perbankan untuk memberikan keadilan dan kenyamanan bertransaksi kepada seluruh lapisan masyarakat. Perkembangan perbankan syariah tak lepas dari kegiatan operasionalnya yang lebih mendorong pada aktivitas penyaluran dana atau pembiayaan. Pembiayaan diharapkan dapat menonjolkan aspek-aspek keadilan dalam bertransaksi dan berinvestasi serta memacu pertumbuhan sektor riil sebagai core utama perbankan syariah. Menurut Muhammad (2005: 19), dalam praktik pembiayaan, perbankan syariah mengedepankan prinsip ketauhidan dalam berproduktivitas dan menghindari transaksi-transaksi yang bersifat spekulatif karena mengandung unsur-unsur yang diharamkan dalam Al-Qur’an seperti riba, maysir, dan gharar. Keunikan perbankan syariah yang lebih mengutamakan kegiatan operasionalnya pada
penyaluran pembiayaan ini memunculkan fenomena terkait masalah likuiditas. Perbankan syariah adalah lembaga intermediasi yang memiliki potensi mengalami kelebihan dan kekurangan likuiditas. Masalah likuiditas dapat ditimbulkan oleh ketidakseimbangan antara penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran pembiayaan, sehingga menimbulkan trade off antara penyaluran pembiayaan yang meningkatan profitabilitas atau menjaga likuiditas secara optimal untuk memenuhi kebutuhan. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengungkap permasalahan likuiditas pada perbankan syariah. Dalam hal penghimpunan Dana Pihak Ketiga, Veithzal Rivai (2007: 57) mengungkapkan bahwa pada sebagian besar atau setiap bank, Dana Pihak Ketiga (DPK) seperti giro, tabungan dan deposito ini umumnya merupakan dana terbesar yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana masyarakat. DPK digunakan bank sebagai sumber dana untuk mendanai pembiayaan jangka panjang maupun jangka pendek. Semakin besar DPK yang dihimpun oleh bank, semakin besar kemungkinan bank untuk menyalurkan dana tersebut ke dalam bentuk pembiayaan yang nantinya akan menghasilkan margin dan bagi hasil untuk meningkatkan profitabilitas bank maupun untuk meningkatkan bagi hasil yang dibagikan bagi para deposan sehingga dapat menyeimbangkan rasio likuiditasnya, dalam hal ini rasio FDR. Jika terjadi kelebihan likuiditas, sumber dana tidak diperbolehkan idle untuk menghindari risiko likuiditas. Kelebihan tersebut dapat digunakan untuk membeli Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). SBIS merupakan kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan kelebihan likuiditas pada bank. SBIS tidak dapat diperjualbelikan. Atas penitipan SBIS ini, BI memberikan bonus dimana bonus yang diberikan tersebut tidak boleh dipersyaratkan atau dengan kata lain, bersifat sukarela sehinga tidak terdapat rate dalam perhitungannya. SBIS ini menjadi pertimbangan perbankan syariah dalam menyalurkan pembiayaannya mengingat instrumen SBIS lebih rendah risikonya dibandingkan dengan penyaluran pembiayaan kepada masyarakat yang berisiko tinggi dan dapat menyebabkan pembiayaan bermasalah. Noor Ahmed Memon (2007) menyebutkan bahwa ada beberapa paradigma yang menyebabkan terjadinya masalah likuditas lainnya yaitu tentang kecenderungan bank dalam menghindari risiko likuiditas dalam penyaluran dana. Kecenderungan bank untuk menghindari risiko likuiditas (risk aversion) juga diungkapkan oleh Bank Indonesia dalam Jurnal Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2008 (2008) mengenai Peran Stabilitas Sistem Keuangan Dalam Mendukung Kegiatan Ekonomi. Terkadang bank lebih memperhatikan prinsip kehatian-hatian dalam menyalurkan pembiayaan karena kekhawatiran
tentang rasio pembiayaan macet (Non Performing Financing) yang dapat meningkat sewaktuwaktu. Selain itu aspek permodalan pun menjadi hal yang diperhatikan bagi kegiatan penyaluran dana perbankan. Dalam SE No.7/53/DPbS tanggal 22 November 2005, Bank Indonesia telah menetapkan kewajiban dalam penyediaan modal minimum bagi bank syariah sebesar 8% berdasarkan standar Islamic Financial Services Board (IFSB). Tujuan utama pengaturan kecukupan modal adalah untuk menjaga tingkat likuiditas bank, yang artinya berusaha memperkecil tingkat risiko yang ditanggung bank. Risiko yang ditanggung bank diantaranya risiko kerugian bank ketika membiayai usaha, karena selain menggunakan sumber dana dari masyarakat, bank juga menggunakan modalnya untuk aktivitas pembiayaan. Permodalan bank syariah yang tercermin dalam rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) menjadi salah satu tolak ukur bank syariah dalam menyalurkan pembiayaan. Kuat atau tidaknya permodalan bank syariah yang tercermin dalam CAR menunjukan fungsi permodalan tersebut dalam menampung risiko kerugian yang dapat dialami oleh bank. Semakin tinggi CAR, maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menghadapi risiko, baik dari pembiayaan atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi, maka bank mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang baik bagi penyaluran pembiayaan yang memerlukan modal penyaluran dana lebih besar dari bank syariah.Permasalahan yang akan dirumuskan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Rasio Kecukupan Modal (CAR) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) secara parsial pada Bank Umum Syariah Periode 2008-2013. 2. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Rasio Kecukupan Modal (CAR) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) secara simultan pada Bank Umum Syariah Periode 2008-2013.
Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa: 1. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Rasio Kecukupan Modal (CAR) dan Non Performing Fiancing (NPF) secara parsial terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) pada Bank Umum Syariah Periode 20082013.
2. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Rasio Kecukupan Modal (CAR) dan Non Performing Fiancing (NPF) secara simultan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) pada Bank Umum Syariah Periode 20082013.
II. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena di dalamnya dilakukan perumusan hipotesis. Sedangkan jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian berbentuk deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan atau selama kurun waktu tertentu dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara, baik berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip. Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dan merupakan data sekunder yang bersumber dari situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id) berupa Laporan Keuangan Publikasi Bank Syariah triwulanan dari tahun 2008 sampai dengan 2013. Data yang diambil dalam Laporan Keuangan Publikasi Bank Syariah berupa data triwulanan jumlah penyaluran pembiayaan, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK), penempatan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), modal dan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko untuk perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR), dan rasio pembiayaan bermasalah (NPF) pada masing-masing bank syariah yang diteliti yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia dan Bank Mega Syariah.
PENGUKURAN VARIABEL Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan indikator dan skala dari variabel yang terkait dengan penelitian ini. Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Berdasarkan telaah pustaka dan perumusan hipótesis, maka variabel – variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel Bebas (Independen) Variabel bebas atau independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (dependen). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebasnya adalah :
Dana Pihak Ketiga (X1) Jumlah Dana Pihak Ketiga diambil dari laporan keuangan publikasi yang diterbitkan Bank Indonesia. Data tersebut berupa jumlah Dana Pihak Ketiga yang dimiliki Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia dan Bank Mega Syariah periode 2008-2013. DPK dihitung dengan logaritma natural (LN) jumlah DPK. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut : LN (Jumlah DPK) = LN (Giro Wadiah + Tabungan Wadiah + Tabungan Mudharabah+ Deposito Mudharabah)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (X2) Sertikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia (BI). SBIS berada pada pos aktiva dalam neraca. SBIS dihitung dengan logaritma natural (LN) jumlah SBIS.
Capital Adequacy Ratio (X3) Rasio Permodalan dalam hal ini dijelaskan oleh Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber diluar bank. Perhitungan Capital Adequacy Ratio ini didasarkan pada perbandingan antara modal yang dimiliki bank dengan aktiva ketimbang menurut rata-rata (ATMR). Rumus CAR menurut M. Faishal Abdullah (2006: 87) dalam manajemen perbankan adalah: CAR = Modal
x 100%
ATMR Keterangan : a) Modal = Modal Inti + Modal Pelengkap b) ATMR = Aktiva Tertimbang Menurut Risiko Kredit, Risiko Operasional, dan Risiko Pasar
Non Performing Financing (X4)
Non Performing Financing adalah suatu rasio yang membandingkan tingkat pembiayaan bermasalah (pembiayaan yang dikualifikasikan) terhadap total pembiayaan yang diberikan (www.bi.go.id). Adapun cara menghitung NPF (Non Performing Financing) yaitu (SE BI No. 9/24/DPbS tanggal 30 Oktober 2007 Lampiran 1b): NPF = Pembiayaan (KL, D, M) x 100% Total Pembiayaan Keterangan : Pembiayaan (KL) : Pembiayaan Kurang Lancar Pembiayaan (D) : Pembiayaan Diragukan Pembiayaan (M) : Pembiayaan Macet Total pembiayaan : Jumlah Pembiayaan, Piutang dan Ijarah
b. Variabel Terikat (Dependen) Variabel terikat atau merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas (independen). Dalam Penelitian ini yang merupakan variabel terikatnya adalah tingkat Financing to Deposit Ratio (FDR). Data FDR diambil dari laporan keuangan publikasi yang diterbitkan Bank Indonesia dengan perhitungan data jumlah penyaluran pembiayaan dan data jumlah Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun bank syariah. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut : FDR = Pembiayaan yang diberikan x 100% Dana Pihak Ketiga (DPK)
III. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji statistik Kolmogrov-Smirnov, maka dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel pengamatan yang diwakili unstandardized residual pada Bank Umum Syariah yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat dan Bank Mega Syariah memiliki nilai signifikansi sebesar 0,478>0,05 sehingga data pada variabel-variabel tersebut terdistribusi mendekati normal. Dari tabel hasil uji autokorelasi dapat diketahui bahwa angka Durbin Watson pada data di Bank Syariah Mandiri adalah sebesar 0,807 yang berarti berada diantara angka -2 sampai +2, sehingga dapat dikatakan data pengamatan tersebut terbebas dari masalah autokorelasi. Nilai VIF pada uji multikolinearitas untuk masing-masing variabel independen (DPK, SBIS, CAR dam NPF) di Bank Umum Syariah adalah sebesar 1.479 ;
1.506 ; 1.162 dan 1.144 sehingga dapat disimpulkan pada data ini tidak terdapat masalah multikolinearitas karena nilai VIF dibawah 10. Pada uji Heteroskedastiditas, nilai signifikansi dari seluruh variabel lebih besar dari nilai signifikansi 0,05 yang artinya semua variabel independen tidak berpengaruh terhadap nilai residual absolut, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat adanya heteroskedastiditas pada model ini. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, ditemukan beberapa hasil penelitian. Hasil penelitian uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa secara parsial, variabel DPK, SBIS dan NPF memiliki pengaruh signifikan terhadap FDR, sedangkan CAR memilki pengaruh yang tidak signifikan terhadap FDR. Secara simultan, keseluruhan variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap FDR, sehingga hipotesis teruji kebenarannya.
3.1
Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Tingkat signifikan untuk penelitian ini adalah α/2 = 2,5% karena pengujian akan
dilakukan pada dua sisi, dengan derajat kebebasan 67. DPK pada Bank Umum Syariah mempunyai t hitung = 3.989 terletak di atas nilai t tabel = +1.996 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima, maka DPK berpengaruh secara signifikan terhadap FDR pada Bank Umum Syariah. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan penulis, maka didapatkan hasil bahwa jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) mempunyai pengaruh postif dan signifikan terhadap FDR pada ketiga Bank Umum Syariah yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat dan Bank Mega Syariah. Hal ini sesuai dengan asumsi atau hipotesis yang diajukan. Menurut Veithzal Rivai (2007), pada sebagian besar atau setiap bank, dana masyarakat ini umumnya merupakan dana terbesar yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana masyarakat. Dengan adanya sumber dana yang besar, maka sangat memungkinkan bagi bank dalam melakukan penyaluran pembiayaan yang nantinya menambah nilai rasio Financing to Deposit Ratio (FDR). Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank Umum Syariah idealnya lebih atau sama dengan 80% dan dibawah 110%, sedangkan saat ini rata-rata FDR Bank Umum Syariah adalah 90.47% yang berarti sudah memenuhi standar tersebut. Peningkatan DPK selama ini sudah banyak disalurkan dalam lalu lintas pembiayaan mengingat karakteristik perbankan syariah yang mengutamakan penyaluran pembiayaan pada sistem operasionalnya. Nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) dari tahun ke-tahun cenderung fluktuatif seiring terjadinya kontraksi ekonomi. Menurut Wijaya dalam Karim (2007) pada tahun 2007 perbankan syariah masih dilingkupi atas isu pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas
pembiayaan Murabahah. Ketidakjelasan ini menyebabkan Bank Umum Syariah menahan diri untuk melakukan ekspansi pembiayaan menggunakan akad Murabahah yang merupakan bagian terbesar dengan proporsi 55,56% dari total pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah selama tahun 2000. Selain itu sebelum tahun 2010, sosialisasi yang belum optimal tentang skim-skim pembiayaan bank syariah kepada masyarakat sehingga masih banyak masyarakat yang belum mengenal produk pembiayaan pada bank syariah diduga juga berkontribusi terhadap belum maksimalnya pembiayaan bank syariah. Kegiatan penyaluran pembiayaan pada tahun 2008 dan tahun 2009 mengalami penurunan karena bank umum syariah lebih berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor riil sehubungan dengan adanya krisis global pada akhir tahun 2008. Peningkatan pembiayaan pada tahun 2010 mengindikasikan peningkatan kinerja sektor riil. Membaiknya kinerja sektor riil terutama didukung oleh semakin kondusifnya perekonomian nasional pasca krisis (www.bi.go.id). Peningkatan DPK selanjutnya dapat lebih lebih digunakan untuk menjaga tingkat likuiditas Bank Umum Syariah secara optimal agar performance perbankan syariah lebih baik lagi. Tingkat likuiditas perbankan syariah yang tercermin dalam FDR tidak serta merta harus terus naik ketika DPK meningkat, namun penyaluran pembiayaan dapat dilakukan secara optimal sehingga kualitas pembiayaannya pun terjamin dengan baik. Hasil temuan penelitian ini mendukung beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh Jen Kharisa (2011), Nurhayati (2004), Billy (2011), dan Fransisca & Hasan (2007) dengan menggunakan metode regresi linear berganda. Hasil penelitian mereka menunjukan bahwa DPK sebagai salah satu variabel yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap FDR, baik pada Bank Umum Syariah maupun Bank Konvensional.
3.2 Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Tingkat signifikan untuk penelitian ini adalah α/2 = 2,5% karena pengujian akan dilakukan pada dua sisi, dengan derajat kebebasan 67. SBIS pada Bank Umum Syariah mempunyai t hitung = -3.759 terletak diatas nilai t tabel = +1.996 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga SBIS berpengaruh secara signifikan terhadap FDR pada Bank Umum Syariah. Hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukan bahwa Sertifikat Bank Indonesia Syairah memilki pengaruh negatif dan signifikan terhadap FDR pada ketiga Bank Umum Syariah yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat dan Bank Mega Syariah. Hal ini sesuai dengan hipotesis.
Dalam hal ini perbankan syariah yang selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian, baik dalam bertransaksi maupun dalam menyalurkan pembiayaannya dapat memilih SBIS sebagai alternatif berinvestasi dalam menyalurkan dananya ketika bank bersifat menghindari risiko. Noor Ahmed Memon (2007) menyebutkan bahwa ada beberapa paradigma yang menyebabkan terjadinya masalah likuditas lainnya yaitu tentang kecenderungan bank dalam menghindari risiko likuiditas dalam penyaluran dana. Terkadang bank lebih memperhatikan prinsip kehatian-hatian dalam menyalurkan pembiayaan karena kekhawatiran tentang rasio pembiayaan macet (Non Performing Financing) yang dapat meningkat sewaktu-waktu. SBIS merupakan instrumen keuangan yang digunakan untuk mengendalikan likuiditas perbankan syariah dan menawarkan imbalan yang cukup kompetitif serta bebas risiko gagal bayar. SBIS merupakan instrumen yang dianggap lebih aman dan memberikan cadangan likuiditas sekunder yang dapat memberikan hasil yang pasti dan memiliki risiko nol. Menurut Setiawan dan Hady (2006), SBIS merupakan alternatif placement yang cukup dominan dilakukan bank, di samping kegiatan utamanya menyalurkan kredit atau pembiayaan. Hadad, et al. (2003) menyatakan tingginya biaya intermediasi dari faktor internal dapat disebabkan oleh bank yang cenderung menahan diri untuk melakukan kompetisi karena kondisi likuiditas bank cukup memadai dan masih tingginya pendapatan bank yang berasal dari SBIS dan obligasi. Jika bank mengalami kelebihan likuiditas namun menginginkan investasi yang bebas risiko, bank dapat membeli SBIS. Jadi, semakin tinggi SBIS memungkinkan adanya pengurangan penyaluran dana atau pembiayaan yang lebih berisiko tinggi. Hasil temuan penelitian ini mendukung beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh Dian (2009) dan Prihatiningsih (2012) bahwa SBIS berpengaruh negatif terhadap FDR.
3.3 Pengaruh Rasio Kecukupan Modal (CAR) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Tingkat signifikan untuk penelitian ini adalah α/2 = 2,5% karena pengujian akan dilakukan pada dua sisi, dengan derajat kebebasan 67. CAR pada Bank Umum Syariah mempunyai t hitung =-0.148 terletak di bawah nilai t tabel = +1.996 yang artinya Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga CAR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap FDR pada Bank Umum Syariah. Hasil penelitian menunjukan bahwa Rasio Kecukupan Modal (CAR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Hal ini bertentangan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap FDR.
Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa CAR menjadi salah satu tolak ukur bank syariah dalam menyalurkan pembiayaan yang mengandung risiko tinggi sehingga dapat meningkatkan FDR. Menurut Almilia (2005), CAR merupakan rasio yang mencerminkan kuat atau tidaknya permodalan suatu bank, juga menunjukan menunjukan fungsi permodalan tersebut dalam menampung risiko kerugian yang dapat dialami oleh bank. Semakin tinggi CAR, maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menghadapi risiko, baik dari pembiayaan atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi, maka bank mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang baik bagi pembiayaan. Hasil penelitian yang bertolak belakang dengan hipotesis yang diajukan mengindikasikan bahwa tingi rendahnya rasio CAR pada perbankan tidak mempengaruhi FDR karena tidak signifikan, namun arah hubungannya adalah negatif. Semakin besar rasio kecukupan modal (CAR) yang dimiliki suatu bank menunjukkan bahwa bank masih memiliki dana yang belum disalurkan melalui aktiva produktif yang memiliki risiko, seperti pembiayaan. Pembiayaan merupakan salah satu aktiva bank yang berisiko, apabila semakin besar pembiayaan yang disalurkan akan mengakibatkan ATMR bank semakin besar dan mengakibatkan rasio CAR mengecil. Tingginya FDR yang berasal dari ekspansi pembiayaan yang berisiko tinggi menyebabkan CAR cenderung menurun karena tergerus oleh Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yang tinggi. Hasil temuan penelitian ini mendukung beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh Prihatiningsih (2012), Seandy (2010), Henny dan Eri (2013), Dodi (2008), dan Billy (2011) bahwa CAR berpengaruh negatif terhadap FDR.
3.4 Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Tingkat signifikan untuk penelitian ini adalah α/2 = 2,5% karena pengujian akan dilakukan pada dua sisi, dengan derajat kebebasan 67. NPF pada Bank Umum Syariah mempunyai t hitung = 2.070 terletak diatas nilai t tabel = +1.996 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga NPF berpengaruh secara signifikan terhadap FDR pada Bank Umum Syariah. Hasil penelitian menunjukan bahwa Non Performing Financing (NPF) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Hal ini bertentangan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap FDR. Hasil penelitian tersebut mengindikasikan semakin tinggi NPF pada Bank Umum
Syariah, maka semakin tinggi penyaluran pembiayaan yang mengakibatkan FDR juga semakin tinggi. Hipotesis didasarkan pada asumsi bahwa NPF adalah kredit/pembiayaan yang kategori kolektibilitasnya di luar kolektibilitas kredit/pembiayaan lancar dan kredit/pembiayaan dalam perhatian khusus. Jadi, semakin kecil rasio NPF akan semakin baik tingkat kesehatan suatu bank karena minimnya kredit/pembiayaan yang gagal bayar, dimana gagal bayar pada suatu bank merupakan sinyal negatif bagi bank dan akan mempengaruhi tingkat likuiditas dan solvabilitas bank yang bersangkutan (Leon dan Ericson, 2007: 52). Hal tersebut dikarenakan dana yang dipakai untuk penyaluran pembiayaan sebagian besar berasal dari dana DPK yang tentu saja akan ditarik sewaktu-waktu, dan bank harus mampu memenuhi permintaan penarikan dana oleh DPK. NPF bank syariah merupakan rasio antara total pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan. Jadi, semakin tinggi persentase rasio NPF mengindikasikan semakin buruk kualitas pembiayaan yang disalurkan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap penurunan kinerja fungsi intermediasi bank yang bersangkutan karena bank akan semakin ketat dalam penyaluran pembiayaan mengingat bank harus melakukan recovery dana atas dana yang tidak kembali dari pembiayaan yang gagal bayar. Hasil penelitian yang bertolak belakang dengan hipotesis dapat disebabkan oleh nilai ratarata NPF Bank Umum Syariah yang masih tergolong baik. Rata-rata NPF Bank Umum Syariah pada periode penelitian hanya mencapai 3.54%, sedangkan batas NPF yang baik adalah di bawah 5%. Hal tersebut menjelaskan bahwa Bank Umum Syariah cukup berhasil dalam mempertahankan kualitas pembiayaannya, sehingga rata-rata NPF selama 6 tahun berkisar dibawah 5%. Hal ini menyebabkan Bank Umum Syariah tetap menyalurkan pembiayaannya karena NPF masih dibawah ketentuan Bank Indonesia. FDR hingga akhir tahun 2013 masih cukup tinggi walaupun dalam penelitian ini NPF bepengaruh positif terhadap FDR. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh belum diaturnya batas minimum rasio pembiayaan terhadap dana (FDR) perbankan syariah oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Padahal Bank Indonesia (BI) selaku pengawasan perbankan sebelumnya berencana mengatur FDR bank syariah karena berada di atas level 100%. Selain itu, target perbankan syariah yang cukup tinggi dalam menyalurkan pembiayaannya membuat bank syariah tetap optimis dalam pencapaian targetnya. Direktur keuangan Bank Muamalat, Hendiarto menyampaikan bahwa tidak akan merubah target, namun mereka lebih mengarahkan penyaluran kepada jenis pembiayaan perumahan untuk segmen menengah
kebawah dimana nasabah memang membutuhkan rumah untuk ditinggali, bukan untuk investasi atau spekulasi (www.republika.co.id). Hasil temuan penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Shandy (2013) bahwa NPF berpengaruh positif terhadap FDR.
IV. PENUTUP SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka kesimpulan yang dapat dikemukakan pada penelitian ini adalah : 1.
Berdasarkan pengujian secara parsial (Uji-t) pada hipotesis pertama (H1), Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2008-2013,
2.
Berdasarkan pengujian secara parsial (Uji-t) pada hipotesis kedua (H2), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2008-2013,
3.
Berdasarkan pengujian secara parsial (Uji-t) pada hipotesis ketiga (H3), Rasio Kecukupan Modal (CAR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2008-2013,
4.
Berdasarkan pengujian secara parsial (Uji-t) pada hipotesis keempat (H4), Non Performing Financing berpengaruh positif dan signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2008-2013,
5.
Berdasarkan pengujian secara simultan (Uji-f) pada hipotesis kelima (H5), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifkat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Rasio Kecukupan Modal (CAR), dan Non Performing Financing (NPF) secara bersama-sama berpengaruh positif secara signifikan terhadap masing-masing Financing to Deposit Ratio (FDR) pada Bank Umum Syariah Periode 2008-2013.
SARAN Adapun beberapa hal yang dapat disarankan dalam penelitian ini berdasarkan hasil analisis sebelumnya adalah sebagai berikut :
1.
Bank Umum Syariah khusunya Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Mega Syariah sebagai objek penelitian ini dapat menjaga likuiditasnya secara optimal dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai berikut: a. Bank syariah diharapkan dapat lebih meningkatkan kapabilitasnya dalam menjemput dana segar dan mengelola dana tersebut. Dalam menjemput dana segar tentunya diperlukan strategi dan inovasi dalam memasarkan produk dana sedemikian rupa sehingga masyarakat tertarik untuk menyimpan dana segar di bank syariah. Dalam melakukan manajemen pengelolaan dana bank, bank syariah dapat mendayagunakan sumber dana bank sesuai tingkat likuiditasnya agar mampu membuat portofolio optimal dalam mengoptimalkan penyaluran pembiayaan maupun penyaluran investasi yang bebas risiko seperti Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Hal tersebut dapat membuat Bank syariah tetap berekspansi di bidang bisnis berisiko maupun yang tidak berisiko, sekaligus dapat menjaga tingkat likuiditas dengan baik. b. Bank syariah perlu melakukan pemeliharaan rasio kecukupan modal dalam menunjang ekspansi pembiayaan untuk mempertahankan kestabilan bank dalam menyalurkan pembiayaan, serta untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan pembiayaan tersebut. Dalam penyaluran pembiayaan yang semakin tinggi, Bank syariah harus tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dengan proses yang selektif namun tidak mempersulit nasabah agar kualitas pembiayaan tetap terjaga dengan baik, mengingat nilai NPF yang tinggi dapat mengakibatkan proses bisnis terhenti sementara bahkan mengurangi kepercayaan nasabah bank syariah.
2.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) perlu memberikan perhatian kepada bank syariah dalam upaya menjaga tingkat likuiditasnya dengan membuat regulasi batas minimum dan maksimum Financing to Deposit Ratio (FDR) agar Bank syariah memiliki rencana bisnis yang semakin jelas dan tidak hanya tergantung oleh target yang harus dicapai oleh masing-masing perbankan syariah, mengingat FDR yang baik bukanlah FDR yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, melainkan FDR yang sesuai dengan karakteristik perbankan syariah yang sedang berkembang.
3.
Untuk penelitian selanjutnya dengan tema yang sama diharapkan mampu menambah variabel lain yang terkait dengan fungsi intermediasi bank, seperti tingkat inflasi, suku bunga, equivalent rate bagi hasil, dan faktor-faktor lainnya. Selain itu, diharapkan penelitian selanjutnya dapat menambah periode dan objek penelitian yang lebih banyak. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data dan hasil yang lebih akurat.
V. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Faishal. 2003. Manajemen Perbankan, Teknik Analisis Kinerja Keuangan Bank. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Ali, H. Masyhud. 2004. Asset Liablity Management. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Almilia, Luciana dan Winny Herdiningtyas. 2005. Analisis Rasio CAMEL terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002. Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 7, No. 2, Hal. 131-147. Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press. Arifin, Zainul. 2002. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Alvabeta dan Tazkia Institute. Bank Indonesia. 2001. Peraturan Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008.Jakarta: BI. Bank Indonesia. 2001. Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003. Jakarta : BI. Bank Indonesia. 2003. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia. Jakarta: SE BI. Bank Indonesia. 2004. Peraturan Bank Indonesia No. 6/7/PBI/2004. Jakarta: BI. Bank Indonesia. 2005. SE BI No.7/53/DPbs. Jakarta: BI. Bank Indonesia. 2007. SE BI No.9/24/DPbs. Jakarta: BI. Bank Indonesia. 2008. Peraturan Bank Indonesia No 10/11/PBI/2008. Jakarta: BI. Bank Indonesia. 2008. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2008. Jurnal Peran Stabilitas Sistem Keuangan Dalam Mendukung Kegiatan Ekonomi. Jakarta: BI. Bank Indonesia. 2011. Outlook Perbankan Syariah Tahun 20141. Jakarta: BI. Bank Indonesia. 2013. Peraturan Bank Indonesia No.15/5/PBI/2013. Jakarta: BI Billy Arma Pratama. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan (Studi pada Bank Umum di Indonesia Periode Tahun 2005-2009. Tesis Universitas Diponegoro Semarang. Dian Nuriyah Solissa. 2009. Pengaruh SBI Syariah terhadap Tingkat FDR Perbankan Syariah. Tesis Universitas Indonesia. Dendawijaya Lukman. 2003. Manajemen Perbankan, Edisi kedua. Jakarta : Ghalia Indonesia. Fahmi, Irham. 2012. Pengantar Manajemen Keuangan: Teori dan Soal Jawab. Bandung: Alfabeta.
Fransisca dan Hasan Sakti Siregar. 2008. Pengaruh Faktor Internal Bank Terhadap Volume Kredit Pada Bank Yang Go Public di Indonesia. USU Respository. Universitas Sumatra Utara. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Granita, Jen Kharisa. 2011. Analisis Pengaruh DPK, CAR, ROA, NPL, NIM, BOPO, Suku Bunga, Infasi, dan Kurs terhadap LDR. Skripsi, Universitas Diponegoro. Hadad, Muliaman D. et al. 2003. Studi Biaya Intermediasi Beberapa Bank Besar di Indonesia: Apakah Bunga Kredit Bank Umum Overprice. Kertas Kerja. Bank Indonesia. Indriantoro, Nur, Bambang Supomo. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE. Heny Rita dan Eri Raditiya. 2013. Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal terhadap Fungsi Intermediasi pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Periode 2006-2010. Jurnal Bijak STIAMI (Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Mandala Indonesia) Volume. X No. 2 September 2013. Karim, Adiwarman A. 2007. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan Edisi Ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Karneli, Dodi. 2008. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap pembiayaan yang diberikan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia. Skripsi, Universitas Komputer Indonesia. Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Katiyo. 2004. Analisa Kredit dan Resiko. Jakarta : Institut Bankir Indonesia. Krisdjoko, Dewiyanti. 2000. Pengujian Model APT Dalam Mengatur Pengaruh Faktor Makroekonomi Terhadap Return Saham Sektor Berbasis Sumberdaya
Alam, Kasus
Bursa Efek Jakarta. Tesis. Universitas Indonesia. Kuncoro, Mudrajad, dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE. Leon, Boy dan Sonny Ericson, 2007. Manajemen Aktiva Pasiva Bank Non Devisa, Jakarta : PT. Grasindo. Machmud, Amir dan Rukmana. 2010. Bank Syariah : Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga. Memon, Noor Ahmed. 2007. Islamic Banking: Present and Future Challenges, Journal of Management and Social Science. Muflih, Muhammad dan M. Edman. 2011. Komparasi Produktifitas Penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada UUS dan BUS Pasca Kebijkan Office Chanelling. Bandung: Politeknik Negeri Bandung.
Muhammad. 2005. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta : Ekonisia. Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Mukhlis, Imam. 2011. Penyaluran Kredit Bank Ditinjau Dari Jumlah Dana Pihak Ketiga dan Tingkat Non Performing Loan. Jurnal Keuangan dan Perbankan, 15 (1), hal 130-138. Mulyana, Deden. 2011. Modul Analisis Manajemen Investasi dan Risiko. Universitas Siliwangi. hal 40. Nandadipa, Seandy. 2010. Analisis Pengaruh CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK, dan Exchange Rate terhadap LDR (Studi Kasus Pada Bank Umum di Indonesia periode 2004 – 2008). Skripsi, Universitas Diponegoro. Nurhayati Siregar. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Dana Perbankan Syariah di Indonesia. Tesis, Universitas Sumatera Utara. Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Statistik Perbankan Syariah – Juni 2014. Jakarta: OJK. Perwataatmadja, Karnaen A. dan Hendri Tanjung. 2007. Bank Syariah (Teori, Praktik dan Peranannya). Jakarta: Celestial Publishing. Prihatiningsih. 2012. Dinamika Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah Tahun 2006-2011. Orbith Vol. 8 No. 3 November 2012. hal 183 – 188. Purwoto, Agus. 2007. Panduan Laboraturium Statistik Inferensial. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Ramadhan, Shandy Bintang. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Perbankan (Studi pada Bank Umum Swasta Nasional DevisaTahun 2007-2011). Skripsi, Universitas Diponegoro. Rivai, Veithzal, Andria Permata Veithzal dan Ferry N. Indroes. 2007. Bank and Financial Institution Management (Conventional and Sharia System), Jakarta: Rajawali Pers. Santoso, Singgih. 2000. SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo kelompok Gramedia. Setiawan, Bambang & Hady Hamdy. 2006. Pengaruh Placement dan Kinerja Bank, serta Variabel Eksternal terhadap Peranan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) sebagai Intermediasi untuk Mendorong Sektor Riil di Indonesia. Journal of PostGraduate Program Universitas Persada Indonesia, Vol XIV, 43-60. Siamat, Dahlan. 2003. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: FE UI. Sudarsono, Heri. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta : Ekonisia. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2010. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Utari, Mita Puji. 2011. Analisis Pengaruh CAR, NPL, ROA dan BOPO terhadap LDR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia Periode 2005-2008. Skripsi. Semarang: Program Sarjana Manajemen Universitas Diponegoro. Yusuf, Ayus Ahmad dan Abdul Aziz. 2009. Manajemen Operasional Bank Syariah. Cirebon: STAIN Press.
Internet : http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/03/13/pertumbuhan-perbankan-syariah-rata-rata-35persen-per-tahun. Nurhayati. Pertumbuhan Perbankan Syariah Rata-rata 35 Persen Per Tahun. (diakses 22 Agustus 2014) http://m.bisnis.com/bisnis-syariah/read/20140314/232/210856/rasio-pembiayaan-fdr-banksyariah-yang-ideal-98. Farodlilah Muqoddam . Rasio Pembiayaan (FDR) Bank Syariah yang Ideal 98%. (diakses tanggal 22 Agustus 2014) http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/14/03/03/n1u4ik-fdr-tinggi-ojkbelum-batasi-perbankan-syariah. chsan Emrald Alamsyah .FDR Tinggi, OJK Belum Batasi Perbankan Syariah. (diakses tanggal 22 Agustus 2014) http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/03/13/tiga-tantangan-berat-bank-syariah. Adhitya Himawan. Tiga Tantangan Berat Bank Syariah. (diakses tanggal 22 Agustus 2014) http://keuangan.kontan.co.id/news/ojk-masih-melonggarkan-fdr-bank-syariah. Nina Dwiantika. OJK masih melonggarkan FDR Bank Syariah. (diakses tanggal 26 November 2014) http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/13/09/17/mt9u23-bi-rate-naiktarget-pembiayaan-kpr-bank-muamalat-tak-berubah. Wihdan Hidayat. BI Rate Naik, Target Pembiayaan KPR Bank Muamalat Tak Berubah. (diakses tanggal 26 November 2014)