PENGARUH BAGI HASIL TERHADAP DANA PIHAK KETIGA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Agus Ahmad Nasrulloh1
ABSTRACT Prinsip bagi hasil merupakan ciri khas dari sistem perbankan syariah yang berbeda dengan sistem bunga. Meskipun demikian, pada prakteknya dihadapkan dengan berbagai resiko. Resiko yang dihadapi adalah Direct Competitor Market Rate (DCMR), yaitu tingkat bagi hasil dari bank-bank yang menjalankan usahanya dengan prinsip syariah, dan Indirect Competitor Market Rate (ICMR), yaitu tingkat bunga pada bankbank konvensional. Penelitian ini betujuan untuk menganalisis pengaruh bagi hasil terhadap dana pihak ketiga. Sampel penelitian pada 9 bank umum syariah, yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Panin Syariah, Bank BNI Syariah, Bank Mega Syariah, Bank BCA Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank BRI Syariah, Bank Victoria Syariah. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari masing-masing situs website. Metode analisis data yang digunakan adalah metode Ordinary Lease Square (OLS). Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap dana pihak ketiga perbankan syariah di Indonesia. Kata kunci: bagi hasil, dana pihak ketiga, regresi sederhana
PENDAHULUAN Islam melarang suku bunga, namun menghalalkan dan mendorong perdagangan dan motif laba. Dalam sistem keuangan tanpa bunga (sistem keuangan syariah), yang berupaya dijalankan oleh para penganut prinsip-prinsip Islam, seseorang dapat memperoleh keuntungan dari uang mereka hanya dengan cara tunduk pada resiko yang termasuk dalam skema bagi hasil dan jual beli ( Lewis Mervin dan Latifa Algaoud, 2004). Larangan bunga pada bank konvensional memberikan sinyal positif bagi pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia, hal ini diikuti dengan semakin menjamurnya lembaga keuangan yang berbasis syariah. Bank syariah yang menerapkan sistem bagi hasil membawa dampak yang baik terhadap perekonomian masyarakat. Masyarakat yang mendapatkan bantuan tambahan modal usaha dalam bentuk pembiayaan akan merasa lebih tentram, karena sistem bagi hasil ini mengedepankan kemaslahatan bagi kedua belah pihak yaitu 1
Dosen Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Siliwangi Tasikmalaya, email:
[email protected]
Jurnal Akuntansi Vol 7, Nomor 1, Januari – Juni 2012
antara bank syariah dan masyarakat selaku pihak yang menerima bantuan pembiayaan. Kondisi ini berbanding terbalik dengan sistem bunga yang justru dapat menjerumuskan masyarakat ke dalam kondisi ekonomi yang semakin sulit. Keberadaan bank syariah khususnya di Indonesia membawa angin segar bagi para investor atau shahibul mâl untuk menginvestasikan dananya di bank syariah. Hal ini diakibatkan karena bank syariah mampu memberikan kontribusi bagi hasil yang lebih besar dibandingkan dengan kontribusi bunga dari bank konvensional.
Nasabah yang
menyimpan dana di bank
syariah akan
mendapatkan keuntungan yang besar dari dana yang disimpannya manakala bank syariah memperoleh keuntungan yang besar dari kegiatan operasionalnya. Begitupun sebaliknya, ketika bank syariah memperoleh keuntungan yang sedikit, maka nasabah yang berinvestasi di bank syariah akan mendapatkan keuntungan yang kecil. Konsep bank syariah dengan sistemnya bagi hasil, apabila dilihat dari sisi persaingan maka akan menjadi duri bagi bank yang berbasis bunga atau konvensional, karena bank konvensional akan kehilangan salah satu sumber dananya, sehingga bank konvesional akan menaikkan bunga simpanan agar nasabah berminat menyimpan dana di bank konvesional. Adanya persaingan antara bank syariah dan bank konvesional, akan mengakibatkan proses pelaksanaan sistem bagi hasil pada bank syariah dihadapkan pada sebuah resiko. Resiko yang dimaksud adalah risiko displacement (commercial displacement
risk),
yang
disebabkan
oleh
adanya
potensi
nasabah
memindahkan dananya yang didorong oleh tingkat bonus atau bagi hasil riil yang lebih rendah dari tingkat suku bunga (Bank Indonesia). Nasabah yang kategorinya nasabah rasional akan menyimpan dana di salah satu bank baik syariah maupun konvensional apabila salah satu dari kedua kategori bank tersebut mampu memberikan imbalan bagi hasil atau bunga yang besar. Resiko ini dapat mengakibatkan berkurangnya dana pihak ketiga yang telah
dihimpun
oleh
bank
syariah,
dan
menurunnya
eksistensi
serta
perkembangan bank syariah. Salah satu buktinya adalah selama tahun 2012 pendapatan bagi hasil yang berhasil dihimpun oleh bank syariah di Indonesia pertumbuhannya terus mengalami penurunan. Kondisi tersebut ternyata berdampak pada kemampuan bank syariah di Indonesia di dalam menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK). Hal ini diperkuat dengan tidak stabilnya pertumbuhan DPK yang dihimpun bank syariah selama tahun 2012. Yang paling mengejutkan
38
Pengaruh Bagi Hasil terhadap Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia Agus Ahmad Nasrulloh adalah pada bulan februari dan april, kuantitas atau jumlah DPK yang dihimpun bank syariah ternyata mengalami penurunan dari bulan sebelumnya. Keadaan DPK seperti ini menghambat terhadap pencapaian
market share yang telah
ditargetkan oleh Direktorat Perbankan Syariah tahun 2012 yaitu 5%, sehingga sampai dipenghujung tahun 2012, targetan tersebut hanya tercapai 4,3%. Beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai faktor yang mempengaruhi pembiayaan bagi hasil telah banyak dilakukan dengan hasil yang berbeda-beda, seperti Ipando (2008), Putra (2011), Indrawan (2006), Mangkuto (2004), dan Mu`atamaroh (2008). Berdasarkan latar belakang dan bukti empiris di atas maka perlu diajukan penelitian untuk menganalisis pengaruh bagi hasil terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan Syariah di Indonesia. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS Pengertian Bank Syariah Istilah bank sudah tidak asing lagi di ligkungan masyarakat, mulai dari nama sampai dengan kegunaan bank itu sendiri. Jika dilihat dari asal katanya, bank berasal dari bahasa Perancis yaitu bangue dan dari kata banco dalam bahasa Italia, yang artinya adalah peti, lemari atau banku (Sudarsono, 2003). Menurut Adiwarman A. Karim definisi dari bank adalah lembaga keuangan yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa (Karim, 2006). Pengertian lain tentang bank tercantum di dalam Undang-undang perbankan syariah No. 21 Tahun 2008 pasal 1 butir 7, akan tetapi dalam undangundang ini pengertiannya lebih spesifik yaitu bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BI, 2008). Selain dari dua sumber tersebut, Firdaus memberikan pengertian bank syariah, dia menyatakan bahwa bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, yakni bank dengan tata cara dan operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam. Salah satu unsur yang harus dijauhi
dalam
bermuamalah
dalam
Islam
adalah
praktik-praktik
yang
mengandung unsur riba (Firdaus,2007). Beberapa pengertian tentang bank dan bank syariah di atas pada intinya memiliki kesamaan, akan tetapi yang membedakan dari dua pengertian tersebut
39
Jurnal Akuntansi Vol 7, Nomor 1, Januari – Juni 2012
adalah bank syariah dan bank umum (konvensional). Kegiatan operasional bank syariah selain harus mengikuti aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, bank syariah juga harus dijalankan sesuai dengan prinsip syariah Islam. Inilah yang menjadi ciri utama dari bank syariah. Sumber Dana Bank Syariah Setiap usaha bisnis perdagangan, kegiatan operasionalnya adalah terlebih dahulu menampung atau memproduksi sejumlah barang yang kemudian menjualnya kembali dengan harga yang lebih tinggi. Begitu pula halnya dengan bank syariah yang menjalankan bisnis keuangan, hanya bedanya dalam bank yang dijual dan dibeli adalah jasa keuangan. Sebelum bank menjual jasa keuangan, sebelumnya bank harus membeli jasa keuangan yang tersedia di masyarakat dan membeli jasa keuangan yang dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang ada terutama sumber dana dari masyarakat luas. Menurut Kasmir, pengertian sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat (Kasmir, 2006). Menurut Atang Abd. Hakim, secara umum sumber dana bank dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian (Hakim, 2011) : a.
Sumber dana yang berasal dari bank itu sendiri Yaitu berupa: setoran modal dari pemegang saham, cadangan-cadangan bank, yaitu cadangan laba tahun lalu yang tidak didistribusikan kepada para pemegang saham untuk mengantisipasi laba tahun berikutnya, dan laba yang belum dibagikan, artinya laba pada tahun berjalan yang belum dibagikan
karena
belum
berakhirnya
pembukuan
sehingga
dapat
dimanfaatkan oleh bank b.
Dana yang berasal dari masyarakat Dana ini berupa simpanan yang dilakukan dalam bentuk: simpanan giro, simpanan tabungan, dan simpanan deposito
c.
Dana yang bersumber dari dana lainnya Dana ini bersifat sementara, yaitu jika bank mengalami kesulitan mencari dana dari kedua sumber di atas. Dana dari sumber ketiga ini diperoleh melalui: kredit likuiditas dari Bank Indonesia, pinjaman antar bank (call money), pinjaman dari bank luar negeri, dan Surat Berharga Pasar Uang (SPBU) yang diterbitkan oleh pihak perbankan dan diperjualbelikan.
40
Pengaruh Bagi Hasil terhadap Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia Agus Ahmad Nasrulloh Penjelasan mengenai sumber dana bank syariah di atas, sudah menjadi suatu keharusan bagi bank untuk memiliki dana dari sumber-sumber tersebut, karena hal ini menjadi salah satu penopang utama agar usaha yang dijalankan sesuai dengan yang telah direncanakan. Akan tetapi menurut Kasmir, sumber dana bank yang berasal dari masyarakat merupakan sumber dana yang paling penting bagi kegiatan operasional bank, dan merupakan salah satu ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini (Kasmir, 2012).
Dana Pihak Ketiga (DPK) Secara terminologi, yang dimaksud dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari masyarakat, yang terdiri dari simpanan giro, simpanan tabungan dan simpanan deposito (Kasmir, 2006). Dana Pihak Ketiga merupakan dana yang bersumber dari masyarakat atau investor. Keberadaan DPK memiliki peran penting dalam dunia perbankan termasuk bank syariah. DPK sebagai salah satu sumber keuntungan modal, karena dengan adanya DPK bank dapat menyalurkannya kembali DPK tersebut kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dikatakan relatif lebih mudah jika dibandingkan dengan sumber dana lainnya. Hal tersebut relevan dengan pendapat M. Sinungan yang mengatakan bahwa dana-dana masyarakat yang disimpan dalam bank merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan bank dan terdiri dari tiga jenis, yaitu: giro (demand deposits), Deposito (Time Deposits), tabungan (Serving)” (Sinungan, 2000). Khusus bagi sumber dana yang berasal dari masyarakat atau investor, dalam proses penghimpunannya, bank menyediakan beberapa produk yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Produk yang berguna untuk menghimpun simpanan dan investasi tersebut diantaranya adalah giro, tabungan dan deposito. Pada bank syariah sendiri, bentuk simpanan dan investasinya tidak berbeda dengan bank umum atau konvensional. Menurut Rivai, bank syariah menerima simpanan dan investasi diantaranya adalah giro, tabungan dan deposito. Sehingga, untuk mengetahui atau menghitung DPK yang terkumpul adalah dengan menjumlah ketiga produk simpanan bank syariah tersebut (Rivai, 2007).
41
Jurnal Akuntansi Vol 7, Nomor 1, Januari – Juni 2012
Pada bank syariah prinsip yang sering digunakan pada giro dan tabungan adalah wadi`ah. Pada giro dan tabungan wadi`ah, bank syariah tidak mempunyai kewajiban memberikan bagi hasil, akan tetapi yang diberikan kepada nasabah penyimpan dana adalah dalam bentuk bonus yang besarnya tidak ditentukan atau disepakati di awal. Selain akad wadiah, bank syariah juga dapat menerapkan akad mudhârabah pada produk tabungan. Keuntungan bagi nasabah dari penerapan akad mudhârabah adalah memperoleh keuntungan atau bagi hasil yang besar apabila keuntungan yang diperoleh oleh bank syariah besar, sesuai dengan nisbah yang telah disepakati di awal akad. Sedangkan bagi bank syariah, bank mendapatkan keleluasaan di dalam menyalurkan dana simpanan tersebut dalam bentuk pembiayaan, akan tetapi salah satu kekhawatiran bagi bank adalah apabila sewaktu-waktu simpanan tersebut diambil oleh nasabah. Prinsip mudharabah ini selain diterapkan pada tabungan, bank syariah menerapkannya pada deposito. Dana pada deposito mudharabah ini ini sama dengan konvensional, yaitu hanya dapat menarik dananya pada waktu yang telah ditetapkan di awal kontrak atau akad.
Bagi Hasil (Qiradh) Bagi hasil atau Qiradh secara bahasa berasal dari kata qardh yang artinya potongan sebab yang mempunyai harta memotong hartanya untuk si pekerja agar dia bisa bertindak dengan harta itu dan sepotong keuntungan (Azzam, 2010). Pengertian bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan nama profit sharing. Muhammad mengemukakan tentang pengertian Profit sharing adalah bagi keuntungan. Dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba (Muhammad, 2002). Secara istilah, Cristopher mengemukakan pengertian profit adalah perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total revenue) suatu perusahaan lebih besar dari biaya total (total cost) (Cristopher Pass dan Bryan Lowes, 1994). Beberapa pengertian bagi hasil di atas, jika diambil maknanya adalah sama, yaitu pembagian hasil usaha yang dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu antara bank syariah sebagai shahibul mâl (pemilik dana) dan nasabah sebagai mudhârib (pengelola dana). Operasional bank syariah jelas jauh dari sistem bunga. Akan tetapi, meskipun demikian bank syariah tetap tidak bisa terlepas dari risiko tingkat
42
Pengaruh Bagi Hasil terhadap Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia Agus Ahmad Nasrulloh bunga baik dari sisi pendanaan maupun sisi pembiayaan. Karena pangsa pasar yang dijangkau oleh bank syariah bukan hanya nasabah-nasabah yang loyalitasnya tinggi terhadap bank syariah. Masih menurut pendapat Karim, di dalam menghadapi risiko tingkat bunga, bank syariah memiliki tantangan yaitu pricing risk, diantaranya adalah (Karim, 2006): a.
Direct Competitor Market Rate (DCMR), yaitu tingkat bagi hasil dari bankbank yang menjalankan usahanya dengan prinsip syariah
b.
Indirect Competitor Market Rate (ICMR), yaitu tingkat bunga pada bank-bank konvensional.
c.
Expected Competitive Return for Investor, yaitu hasil investasi yang kompetitif yang diharapkan oleh investor. Ketiga tantangan bank syariah di atas, tentu akan menghambat terhadap
perkembangan bank syariah. Terkait dengan persaingan antara bank syariah dengan bank konvensional, tangtangan yang kedua yaitu Indirect Competitor Market Rate (ICMR), bagi kategori nasabah rasional ketika bagi hasil simpanan yang diberikan oleh bank syariah ternyata lebih kecil dari tingkat bunga simpanan bank konvensional, maka hal ini berpotensi terhadap pindahnya nasabah bank syariah ke bank konvensional. Selain tantangan ICMR, bank syariahpun dihadapkan dengan tantangan Direct Competitor Market Rate (DCMR), yaitu tingkat bagi hasil dari bank-bank yang menjalankan usahanya dengan prinsip syariah. Kondisi ini selaras dengan apa yang tertuang pada Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah, BAB II pasal 5 menerangkan bahwa terdapat sepuluh risiko yang dihadapi bank Islam, yaitu: risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategis, risiko kepatuhan, risiko imbal hasil dan risiko investasi (Bank Indonesia, 2011). Kesepeluh resiko diatas, terdapat salah satu resiko yang lebih berkaitan dengan ciri khas bank syariah yaitu resiko imbal hasil atau bagi hasil. Maksud dari risiko imbal hasil adalah kondisi dimana adanya perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan bank kepada nasabah dan mempengaruhi perilaku nasabah. Risiko ini muncul sebagai akibat terjadinya perubahan tingkat imbal hasil yang diterima bank dari penyaluran dana ke debitur. Ketika menyimpan dananya di bank, nasabah memiliki imbal hasil yang ingin didapat. Bagi nasabah
43
Jurnal Akuntansi Vol 7, Nomor 1, Januari – Juni 2012
rasional, terjadinya perubahan ekspektasi imbal hasil akan mempengaruhi perilakunya. Perubahan ekspektasi ini dapat disebabkan oleh faktor internal, seperti menurunnya nilai asset bank, turunnya pendapatan bagi hasil bank dari debitur, dan gagal bayarnya debitur, dan faktor eksternal, seperti naiknya imbal hasil yang ditawarkan bank lain. Perubahan ekspektasi tingkat bagi hasil tersebut dapat memicu pemindahan dana ke bank lain (Wahyudi, 2013). Teori Resiko Indirect Competitor Market Rate dan risiko imbal hasil yang diduga dapat mempengaruhi sikap nasabah pendanaan tersebut, dipertajam kembali oleh Direktorat Perbankan Syariah Indonesia dalam Kodifikasi Produk Perbankan Syariah. Di dalamnya juga dibahas tentang analisis dan resiko dalam bagi hasil pada dana pihak ketiga (DPK) bank syariah adalah (Bank Indonesia, 2008) : a.
Risiko likuiditas yang disebabkan oleh fluktuasi dana yang ada di rekening tabungan relative tinggi dibandingkan deposito
b.
Risiko displacement (commercial displacement risk) yang disebabkan oleh adanya potensi nasabah memindahkan dananya yang didorong oleh tingkat bonus atau bagi hasil riil yang lebih rendah dari tingkat suku bunga
c.
Risiko pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar untuk tabungan dalam valuta asing. Ketiga resiko di atas menjadi rambu-rambu bagi perbankan syariah agar
mampu meminimalisir dampak dari resiko-resiko tersebut. Jika dikaji, resiko yang kedua yaitu resiko displacement, pada resiko ini membuka kemungkinan bagi nasabah yang sudah menyimpan dananya di bank syariah baik dalam bentuk tabungan, giro ataupun deposito, akan mengalihkan simpanannya tersebut ke lembaga keuangan non syariah (konvensional). Hal ini terjadi karena dipicu oleh tingkat bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah lebih rendah daripada tingkat suku bunga yang diberikan oleh bank konvensional. Permasalahan yang diuraikan diatas memberikan gambaran bahwa bagi hasil merupakan salah satu indikator faktor internal yang dapat mempengaruhi besar kecilnya dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh bank syariah. Oleh karena itu berdasarkan kajian teori di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah: Bagi Hasil berpengaruh terhadap Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah.
METODOLOGI PENELITIAN
44
Pengaruh Bagi Hasil terhadap Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia Agus Ahmad Nasrulloh Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian yaitu sembilan bank syariah di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Panin Syariah, Bank BNI Syariah, Bank Mega Syariah, Bank BCA Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank BRI Syariah, Bank Victoria Syariah. Variable Penelitian dan Definisi Operasional 1.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), yang terdiri dari Tabungan, Deposito, Giro.
2.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Bagi Hasil
Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan sumber data historis. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari masing-masing situs website resminya yaitu www.muamalatbank.com, www.syariahmandiri.co.id, www.paninbanksyariah.co.id,
www.bnisyariah.co.id,
www.bsmi.co.id,
www.
bcasyariah.co.id, www.syariahbukopin.co. id, www.brisyariah.co.id, dan www. bankvictoriasyariah.co.id dari tahun 2003 sampai tahun 2011 dengan data Laporan Keuangan Tahunan.
Metode Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan teknik perhitungan statistik. Analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan program aplikasi SPSS Ver. 20. Metode analisis data yang digunakan adalah metode Ordinary Lease Square (OLS). Data yang diperoleh sembilan bank berbeda dikarenakan ketersediaan data pada website yang terbatas. Adapun persamaan analisis regresi sederhana adalah sebagai berikut : Ln_DPK = α + β BH + ε1 Keterangan: α
= Konstanta
β
= Koefisien Determinasi
Ln_DPK
= Dana Pihak Ketiga
ε1
= Error (kesalahan pengganggu)
45
Jurnal Akuntansi Vol 7, Nomor 1, Januari – Juni 2012
Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen
dalam
dalam
menjelaskan
variasi
variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel dependen yang dimasukkan dalam model. Setiap penambahan satu variabel independen R2 pasti meningkat, tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau tidak. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2006).
Uji Hipotesis Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dengan hipotesis sebagai berikut (Ghozali, 2006): a. Hipotesis nol atau H0 : bi = 0 artinya
variabel
independen
bukan
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. b. Hipotesis alternatif atau Ha : bi ≠ 0
artinya
variabel
independen
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui kebenaran hipotesis digunakan kriteria bila t hitung > t tabel maka menolak H0 dan menerima Ha, artinya ada pengaruh antara variabel dependen terhadap variabel independen dengan derajat keyakinan yang digunakan 5%, dan sebaliknya jika t hitung < t tabel berarti menerima H0 dan menolak Ha. Dalam menerima atau menolak hipotesis yang diajukan dapat dengan melihat hasil output SPSS. Jika nilai signifikan < 0,05 maka dapat kita simpulkan bahwa menolak H0 dan menerima Ha (Ghozali, 2006).
HASIL PENELITIAN Statistik Deskriptif
46
Pengaruh Bagi Hasil terhadap Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia Agus Ahmad Nasrulloh Statistik deskriptif dalam penelitian ini merujuk pada nilai rata-rata (mean) dan simpangan baku (standard deviation), nilai minimum dan maksimum dari variabel dalam penelitian ini yaitu Bagi Hasil (X), selama periode pengamatan 2003 sampai 2011 sebagaimana ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Tabel 1: Statistik Deskriptif N Minimum 35 22.76 35 25.84
Maximum Mean 27.78 25.9697 31.00 28.9586
BAGI HASIL DPK Valid N 35 (listwise) Sumber: output SPSS, data diolah
Std. Deviation 1.27813 1.26607
Tabel di atas menginformasikan bahwa rata-rata pertumbuhan bagi hasil (X) adalah sebesar 25.9697 % dengan standar deviasi (std deviation) sebesar 1.27813% . Hal ini berarti nilai rata-rata lebih besar daripada standar deviasi, sehingga mengindikasikan hasil yang baik. Hal tersebut dikarenakan standar deviasi adalah pencerminan penyimpangan yang sangat kecil, sehingga penyebaran data menunjukkan hasil yang normal. Nilai minimal bagi hasil (X) sebesar 22.76% dan nilai maksimumnya sebesar 27.78%. Dengan perbedaan yang tidak jauh tersebut, menunjukkan bahwa pertumbuhan bagi hasil tiap tahunnya tidak mengalami pertumbuhan yang besar, akan tetapi pernah terjadi pertumbuhan yang besar yaitu pada tahun 2008. Dengan nilai rata-rata 25.9697 % menunjukkan bahwa pertumbuhan bagi hasil pada perbnakan syariah di Indonesia selama periode penelitian cenderung positif. Uji Koefisien Determinasi (R2) Untuk mengetahui besarnya pengaruh variable x terhadap y, maka dapat dilihat pada tebel di bawah ini yang terdapat pada pada kolom R-square : Tabel 2: Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Std. Error of Square the Estimate 1 .982a .963 .962 .24567 Sumber: output SPSS, data diolah
47
Jurnal Akuntansi Vol 7, Nomor 1, Januari – Juni 2012
Dari tabel di atas dapat diketahui koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,24567. Dengan nilai koefisien Determinasi sebesar 0,24567, maka dapat diartikan bahwa 24,567% DPK dapat dijelaskan oleh bagi hasil, sedangkan sisanya sebesar 75,433% dipengaruhi oleh variable lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Langkah berikutnya untuk melakukan pengujian hipotesis pertama sampai pengujian hipotesis kelima dilakukan dengan menggunakan uji t. Tujuan dilakukannya
pengujian
ini
adalah
untuk
mengetahui
apakah
variabel
independen secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan alat analisis regresi data panel diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3: Uji t Model
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 3.708 .857
(Constant) 1 BAGI .972 HASIL Sumber: output SPSS, data diolah
.033
.982
t
Sig.
4.327
.000
29.496
.000
Berdasarkan tabel 3 di atas maka dapat dibentuk suatu persamaan regresi yaitu sebagai berikut: Y = 3.708 + 0,972 + e Berikut ini adalah penjelasan mengenai hasil analisis uji hipotesis parsial (uji t) : 1. H1 : Bagi hasil berpengaruh terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah di Indonesia. Berdasarkan hasil yang diperoleh yang ditunjukkan oleh tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai thitung bagi hasil adalah sebesar 29,496 sedangkan ttabel sebesar 2,030. Maka dari itu thitung > ttabel, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, atau dengan melihat nilai signifikansi yaitu sebesar 0,000 yang nilainya lebih kecil dari taraf signifikansi yaitu sebesar 0,05 (0,000 < 0,05). Sehingga bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap dana pihak ketiga perbankan syariah di Indonesia. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa bagi hasil
48
Pengaruh Bagi Hasil terhadap Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia Agus Ahmad Nasrulloh berpengaruh positif terhadap dana pihak ketiga perbankan syariah di Indonesia dapat diterima. PEMBAHASAN Sejak kehadirannya di Indonesia sampai dengan sekarang, bank syariah menjadi salah satu bank yang menjadi harapan bagi kemajuan ekonomi bangsa, karena tingkat perkembangannya yang pesat. Bagi hasil sebagai ciri khas utama dari operasional perbankan syariah, menjadi satu pembeda bank syariah dengan bank konvensional. Sitem bagi hasil yang lebih mengedepankan kemaslahatan bagi kedua belah pihak yaitu shahibul mâl (pemilik dana) dan mudhârib (pengelola dana), menjadi daya tarik tersendiri bagi para nasabah baik nasabah penyimpan dana maupun nasabah pembiayaan. Khusus bagi nasabah penyimpan dana, salah satu motivasi mereka menyimpan dana di bank syariah selain agar dananya aman, mereka juga termotivasi oleh tingkat bagi hasil simpanan yang diberikan oleh bank syariah lebih besar dari bunga bank konvensional. Jika dikelompokkan, nasabah ini termasuk kategori nasabah rasional. Hal ini berarti nasabah akan menyimpan dana di bank syariah apabila bagi hasil di bank syariah besar. Terkait dengan fakta nasabah rasional di atas, pada penelitian ini hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS V.20. Hasilnya ditunjukkan pada tabel, menunjukkan bahwa nilai thitung bagi hasil adalah sebesar 29,496 yang lebih besar dari ttabel yaitu 2,030. Artinya bagi hasil berpengaruh terhadap dana pihak ketiga perbankan syariah di Indonesia. Perolehan angka tersebut mengandung arti bahwa besar kecilnya dana pihak ketiga perbankan syariah di Indonesia dipengaruhi oleh besar kecilnya bagi hasil yang dibagikan oleh bank syariah tersebut kepada nasabah. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa nasabah bank syariah di Indonesia dalam menyimpan dananya di bank syariah sebagian besar karena melihat pada nilai bagi hasil yang mereka terima pada bulan atau tahun sebelumnya, jika nilainya besar maka berpotensi bagi mereka untuk tetap menyimpan dananya di bank syariah atau bahkan menambah simpanannya, akan tetapi jika nilai bagi hasilnya berkurang dari sebelumnya, maka mereka akan menarik dananya tersebut dari bank syariah kemudian memindahkannnya ke bank lain yang memberikan keuntungan yang lebih besar dari bank syariah.
49
Jurnal Akuntansi Vol 7, Nomor 1, Januari – Juni 2012
Data yang telah diolah ini memberikan gambaran, bahwa pada kurun waktu 2003 sampai dengan tahun 2011 data dana pihak ketiga perbankan syariah di Indonesia dengan bagi hasil yang dibagikan bank mengalami pertumbuhan yang positif. Ketika pada suatu periode bank syariah mampu memberikan bagi hasil yang besar kepada nasabah penyimpan dana, maka hal itu akan mempengaruhi kepada nasabah tersebut untuk menambah jumlah simpanannya. Fenomena ini akan menjadi PR bagi bank syariah yang ada di Indonesia untuk lebih meningkatkan kinerjanya. Semakin banyak dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat, semakin banyak pula dana yang bisa disalurkan dalam bentuk pembiayaan, sehingga kesempatan bank syariah dan pemilik dana untuk memperoleh keuntungan dari dana simpanan tersebut akan semakin besar. Hasil penelitian ini mendukung atau sejalan dengan teori yang ada. Teori menyebutkan bahwa bank syariah dalam kegiatan operasionalnya dihadapkan dengan risiko-risiko. Teori ini terdapat pada Kodifikasi Produk Perbankan Syariah. Di dalamnya dibahas tentang analisis dan resiko dalam bagi hasil pada dana pihak ketiga (DPK) bank syariah. Salah satu resiko bagi hasil adalah risiko displacement (commercial displacement risk) yang disebabkan oleh adanya potensi nasabah memindahkan dananya yang didorong oleh tingkat bonus atau bagi hasil riil yang lebih rendah dari tingkat suku bunga. Pada resiko ini membuka kemungkinan bagi nasabah yang sudah menyimpan dananya di bank syariah baik dalam bentuk tabungan, giro ataupun deposito, akan mengalihkan simpanannya tersebut ke lembaga keuangan non syariah (konvensional). Hal ini terjadi karena dipicu oleh tingkat bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah lebih rendah daripada tingkat suku bunga yang diberikan oleh bank konvensional. Selain mendukung teori, penelitian ini juga mendukung penelitianpenelitian sebelumnya, diantaranya adalah Ipando (2008), Putra (2011), Indrawan (2006), Mangkuto (2004), dan Mu`atamaroh (2008). Keempat peneliti ini memberikan kesimpulan bahwa bagi hasil berpengaruh terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah di Indonesia. Langkah tepat pada manajeman yang bisa diambil oleh bank syariah di dalam menghadapi resiko di atas, dapat dijelaskan oleh suatu teori yang disebut dengan teori signal. Menurut Brigham dan Houston, yang dimaksud dengan teori signal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang
50
Pengaruh Bagi Hasil terhadap Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia Agus Ahmad Nasrulloh memberi petunjuk kepada investor mengenai bagaimana cara pandang manajemen terhadap prospek perusahaan. Signaling theory merupakan langkah manajemen dari perusahaan yang sebenarnya memberikan petunjuk secara implisit kepada investor tentang bagaimana investor memandang prospek perusahaan (Brigham, 2006). Teori signal di tersebut mendukung terhadap kategori nasabah rasional, karena dengan adanya informasi laporan keuangan yang dipublikasikan oleh bank, maka akan menjadi referensi serta sinyal bagi mereka untuk mengambil keputusan melakukan investasi di bank.
DAFTAR PUSTAKA Azzam, Abdul Aziz Muhammad, 2010. Fiqh Muamalat: Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam, Cet. Ke-1, AMZAH, Jakarta Bank Indonesia, Undang-undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah; Brigham, Eugene F and Joel F. Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Sepuluh Cristopher Pass dan Bryan Lowes, 1994. Kamus Lengkap Ekonomi,), Edisi ke-2, Erlangga:Jakarta Direktorat Perbankan Syariah, 2008. Kodifikasi Produk Perbankan Syariah, Bank Indonesia, Jakarta Firdaus Muhammad Nh., “Konsep dan Impelementasi Bank Syariah”, Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Hakim, Atang Abd., 2011. Fiqh Perbankan Syariah:Transformasi Fiqh Muamalah ke dalam Peraturan Perundang-undangan, Refika Aditama,Bandung
Karim, Adiwarman A., 2006. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi III, Cet. 3, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta Kasmir, 2012. “Manajemen Perbankan”, PT. RajaGrafindo Persada, Cet. Ke-11, Jakarta Kasmir, 2008. “ Manajemen Perbankan”,Rajawali Pers, Jakarta Lewis Merin, Latifa Algaoud, 2004. ”Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik dan Prospek”. PT. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta Muhammad, 2002. Manajemen Bank Syariah, UPP AMP YKPN, Yogyakarta
51
Jurnal Akuntansi Vol 7, Nomor 1, Januari – Juni 2012
PBI Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah, BAB II pasal 5; Rivai, Veithzal, 2007. Bank and Financial Institution Management. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta Sudarsono, Heri, 2003. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”, Edisi II, Ekonisia, Yogyakarta Sinungan, Muchdarsyah, 2000. Manajemen Dana Bank, Bumi Aksara, Jakarta Wahyudi, Imam, 2013. dkk, Manajemen Risiko Bank Islam, Salemba Empat, Jakarta
52