Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian Tahun 2013
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian Ukuran Buku : 14,9 cm x 19,9 cm (B5) Jumlah Halaman : 262 halaman Penasehat: Ir. M. Tassim Billah, MSc Penyunting : Ir. Dewa N. Cakrabawa, MM Dr. M. Luthful Hakim Dra. Laelatul Hasanah, M.Si Naskah : Dra. Laelatul Hasanah, M.Si Ir. Rumonang Gultom Metha Herwulan Ningrum Pengolah Data : Dra. Laelatul Hasanah, M.Si Ir. Rumonang Gultom Metha Herwulan Ningrum Design dan Layout : M. Ade Supriyatna, SP Dhanang Susatyo, SE Hety Sulistiyowati, ST Uliyah, S.Si Diterbitkan oleh: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2013
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga Buku Analisis Penduduk dan Kemiskinan ini dapat diselesaikan. Kemiskinan merupakan isu global maupun nasional sehingga masih menjadi keprihatinan banyak pihak. Untuk keperluan perencanaan, monitoring, dan
evaluasi berbagai program terkait penanggulangan
kemiskinan diperlukan sejumlah indikator yang dapat menunjukkan status dan perkembangan penduduk miskin di Indonesia antar waktu, jumlah penduduk miskin, dan persentase penduduk miskin. Selama beberapa tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan perkembangan yang baik, namun di sisi lain realitas kemiskinan,
pengangguran
dan
ketimpangan
pendapatan
masih
menyelimuti sebagian besar rakyat Indonesia dan menjadi tantangan besar dalam pembangunan. Diharapkan analisis ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak yang berkepentingan. Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan publikasi ini disampaikan penghargaan dan terima kasih. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk penyempurnaan analisis di masa yang akan datang.
Jakarta Desember 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi Pertanian
Sistem
Ir. M. Tassim Billah, M.Sc
NIP. 19570725.198203.1.002
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
i
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
DAFTAR ISI Kata Pengantar .............................................................................. i Daftar Isi ....................................................................................... ii Daftar Tabel .................................................................................... iv Daftar Gambar ................................................................................ v Bab I
Bab II
Bab III
Bab IV
Bab V
Pendahuluan .................................................................. 1 1.1
Latar Belakang .................................................... 1
1.2
Tujuan ................................................................ 2
1.3
Ruang Lingkup .................................................... 2
Tinjauan Pustaka ........................................................... 3 2.1
Kemiskinan ......................................................... 3
2.2
Jenis-jenis Kemiskinan ......................................... 3
Kondisi Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian .......... 9 3.1
Kemiskinan ......................................................... 3
3.2
Jenis-jenis Kemiskinan ......................................... 3
Kondisi Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian .......... 9 4.1
Perkembangan Penduduk Indonesia ...................... 9
4.2
Proyeksi Penduduk di Indonesia ............................ 15
4.3
Keragaan Penduduk Miskin ................................... 16
4.4
Garis Kemiskinan ................................................. 23
4.5
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) ........................ 26
4.6
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) ....................... 28
4.7
Kemiskinan Sektor Pertanian ................................ 30
4.8
Rumah Tangga Sektor Pertanian ........................... 33
Kesimpulan dan Saran .................................................... 35 5.1
Kesimpulan ......................................................... 35
5.2
Saran
............................................................. 36
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
ii
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 37 LAMPIRAN ..................................................................................... x
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
iii
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
DAFTAR TABEL Tabel 4.1
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia .......... 11
Tabel 4.2
Penyebaran Penduduk di Indonesia ................................. 13
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Indonesia Menurut Wilayah dan Jenis kelamin Tahun 2010 ....................................................... 14
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Menurut Provinsi, 2008 - 2012 .................................................................. 20
Tabel 4.5
Garis Kemiskinan Menurut Provinsi, 2008 -2012 ................ 26
Tabel 4.6
Indeks Kedalaman (P1) Kemiskinan Menurut Provinsi, 2008 - 2012 .......................................................................... 28
Tabel 4.7
Indeks Keparahan (P2) Kemiskinan Menurut Provinsi, 2008 - 2012 .......................................................................... 30
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
iv
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1
Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Menurut Hasil Sensus, 1971 - 2010 .................................................... 12
Grafik 4.2
Komposisi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010.................................................................. 15
Grafik 4.3
Komposisi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 ................................................................. 16
Grafik 4.4
Proyeksi Jumlah Penduduk Indonesia, 2011 - 2020 .......... 17
Grafik 4.5
Perkembangan
Jumlah
Penduduk
Miskin
dan
PDB
Berdasarkan Harga Konstan 2000 di Indonesia, 1996 2012............................................................................ 19 Grafik 4.6
Perkembangan Rata-rata Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia, 2008 - 2012 ................................................. 22
Grafik 4.7
Rata-rata
Persentase
Jumlah
Penduduk
Miskin
di
Indonesia, 2008 - 2012 ................................................. 24 Grafik 4.8
Perkembangan Garis Kemiskinan Indonesia, Tahun 2008 – 2012 ........................................................................ 25
Grafik 4.9
Rata-rata Garis Kemiskinan Menurut Provinsi di Indonesia 2008 – 2012 ................................................................ 27
Grafik 4.10 Rata-rata Indeks Kedalaman Kemiskinan Menurut Provinsi di Indonesia, 2008 - 2012 .............................................. 29 Grafik 4.11 Rata-rata Indeks Keparahan Kemiskinan Menurut Provinsi di Indonesia, 2008 - 2012 .............................................. 31 Grafik 4.12 Jumlah Penduduk Miskin Umur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Pada Sektor Pertanian, 2010 - 2012 .................... 33 Grafik 4.13 Jumlah Kepala Rumah Tangga Yang Bekerja Pada Sektor Pertanian, 2010 - 2012 .................................................. 35
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
v
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah suatu fenomena atau proses multidimensi, yang artinya kemiskinan disebabkan oleh banyak faktor (World Bank, 2000). Namun, di Indonesia kemiskinan merupakan suatu fenomena yang erat kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi di perdesaan pada umumnya dan di sektor pertanian pada khususnya. Oleh sebab itu, fenomena kemiskinan di Indonesia tidak dapat dipahami sepenuhnya tanpa memahami fenomena kemiskinan di perdesaan atau sektor pertanian. Penduduk di sektor pertanian pada umumnya selalu lebih miskin dibandingkan penduduk yang sumber utama pendapatannya dari sektor-sektor lainnya, terutama industri manufaktur, keuangan, dan perdagangan, walaupun pendapatan bervariasi menurut subsektor atau kelompok usaha di masing-masing sektor tersebut. Beberapa faktor yang menyebabkan jumlah penduduk miskin di sektor pertanian dibandingkan sektor lainnya adalah: a) distribusi lahan yang timpang, b) pendidikan
petani
dan
pekerja
yang
rendah,
c) sulitnya
mendapatkan modal, dan d) nilai tukar petani yang terus menurun. Hal ini diperburuk oleh semakin banyaknya areal pertanian yang berganti
fungsi ke
kegiatan-kegiatan
non
perrtanian.
Menurut
Tjondronegoro (2006) “Tanah sebagai tumpuan hidup petani kian berkurang,
bukan
karena
penduduk
bertambah,
tetapi
karena
pemusatan kepemilikan tanah oleh pemodal besar yang hidup di perkotaan. Itu beberapa penyebab utama mengapa akses kepada tanah dan air serta sumber daya alam kian sulit bagi petani dan nelayan”. Rasanya mustahil meraih produksi berlimpah ketika tanah Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
1
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
yang akan ditanami semakin sempit. Sempitnya lahan garapan tidak lepas dari keterdesakan petani atas laju pembangunan. Tujuan Tujuan dari penyusunan Buku Analisis Kemiskinan
Sektor
Pertanian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui jumlah dan proyeksinya penduduk Indonesia.
2. Untuk mengetahui jumlah dan persentase penduduk miskin secara nasional dan wilayah. 3. Untuk mengetahui karakteristik rumah tangga miskin di sektor pertanian. 1.2
Ruang Lingkup Ruang lingkup kegiatan ini adalah analisis perkembangan penduduk, proyeksi jumlah penduduk, keragaan penduduk miskin, garis kemiskinan dan kemiskinan sektor pertanian.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
2
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Kemiskinan Kemiskinan
adalah
kondisi
dimana
seseorang
atau
sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat (Bappenas, 2004). Hak-hak dasar antara lain (a) terpenuhinya kebutuhan
pangan,
perumahan,
air
(b)
bersih,
kesehatan,
pendidikan,
pertanahan,
sumberdaya
pekerjaan, alam
dan
lingkungan hidup, (c) rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, (d) hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosialpolitik. 2.2.
Jenis-jenis Kemiskinan a.
Kemiskinan Relatif Kemiskinan pengaruh
relatif
kebijakan
menjangkau
merupakan pembangunan
seluruh
lapisan
kondisi miskin yang
belum
masyarakat
karena mampu sehingga
menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Standar minimum disusun berdasarkan kondisi hidup suatu negara pada waktu tertentu dan perhatian terfokus pada golongan penduduk “termiskin”, misalnya 20 persen atau 40 persen lapisan terendah dari total penduduk yang telah diurutkan menurut pendapatan/pengeluaran. Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan
relatif
sangat
pendapatan/pengeluaran
tergantung
penduduk
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
pada
distribusi
sehingga
dengan
3
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
menggunakan definisi ini berarti “orang miskin selalu hadir bersama kita”. Dalam praktek, negara kaya mempunyai garis kemiskinan relatif yang lebih tinggi dari pada negara miskin seperti pernah dilaporkan
oleh
Ravallion
(1998 : 26).
Paper
tersebut
menjelaskan mengapa, misalnya, angka kemiskinan resmi (official figure) pada awal tahun 1990-an mendekati 15 persen di Amerika Serikat dan juga mendekati 15 persen di Indonesia (negara yang jauh lebih miskin). Artinya, banyak dari mereka yang dikategorikan miskin di Amerika Serikat akan dikatakan sejahtera menurut standar Indonesia. Tatkala negara menjadi lebih kaya (sejahtera), negara tersebut cenderung merevisi garis kemiskinannya menjadi lebih tinggi, dengan perkecualian Amerika Serikat, dimana garis kemiskinan pada dasarnya tidak berubah selama hampir empat dekade.
Misalnya,
Uni
Eropa
umumnya
mendefinisikan
penduduk miskin adalah mereka yang mempunyai pendapatan per kapita di bawah 50 persen dari median (rata-rata) pendapatan. Ketika median/rata-rata pendapatan meningkat, garis kemiskinan relatif juga meningkat. Dalam hal mengidentifikasi dan menentukan sasaran penduduk miskin, maka garis kemiskinan relatif cukup untuk digunakan,
dan
perlu
disesuaikan
terhadap
tingkat
pembangunan negara secara keseluruhan. Garis kemiskinan relatif tidak dapat dipakai untuk membandingkan tingkat kemiskinan
antar
negara
dan
waktu
karena
tidak
mencerminkan tingkat kesejahteraan yang sama.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
4
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
b.
Kemiskinan Absolut Kemiskinan
secara
absolut
ditentukan
berdasarkan
ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan dasar minimum seperti
pangan,
perumahan,
sandang,
pendidikan,
dan
kesehatan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Kebutuhan dasar minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang dan nilainya dikenal dengan istilah garis kemiskinan. Penduduk
yang
memiliki
rata-rata
pendapatan/
pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan digolongkan sebagai penduduk miskin. Garis kemiskinan absolut “tetap” (tidak berubah) dalam hal standar hidup sehingga garis kemiskinan absolut dapat membandingkan kemiskinan secara umum. Garis kemiskinan absolut sangat penting jika seseorang ingin menilai efek dari kebijakan anti kemiskinan antar waktu, atau memperkirakan dampak dari suatu proyek terhadap kemiskinan (misalnya, pemberian kredit skala kecil). Angka kemiskinan akan terbanding antara satu negara dengan negara lain hanya jika garis kemiskinan absolut yang sama digunakan di kedua negara tersebut. Bank Dunia menghitung garis kemiskinan absolut dengan menggunakan pengeluaran konsumsi yang dikonversi ke dalam US$ PPP
(Purchasing Power Parity/ Paritas Daya Beli), bukan nilai tukar US$ resmi. Tujuannya adalah untuk membandingkan tingkat kemiskinan antar negara. Hal
ini
bermanfaat
dalam
menentukan
kemana
menyalurkan sumber daya finansial (dana) yang ada, juga dalam menganalisis kemajuan dalam memerangi kemiskinan. Angka konversi PPP menunjukkan banyaknya rupiah yang dikeluarkan untuk membeli sejumlah kebutuhan barang dan jasa di mana Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
5
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
jumlah yang sama tersebut dapat dibeli seharga US$1 di Amerika. Angka konversi ini dihitung berdasarkan harga dan kuantitas di masing-masing negara yang dikumpulkan dalam suatu survei yang biasanya dilakukan setiap lima tahun sekali. Pada umumnya ada dua ukuran yang digunakan oleh Bank Dunia, yaitu: a) US$ 1 PPP perkapita per hari; b) US$ 2 PPP perkapita per hari. Ukuran tersebut sekarang direvisi menjadi US$ 1,25 PPP dan US$ 2 PPP per kapita per hari. Pendapatan per kapita yang tinggi sama sekali bukan merupakan jaminan tidak adanya kemiskinan absolut dalam jumlah yang besar. Hal ini mengingat besar atau kecilnya porsi atau bagian pendapatan yang diterima oleh kelompok-kelompok penduduk yang paling miskin tidak sama untuk masing-masing negara, sehingga mungkin saja suatu negara dengan pendapatan per kapita yang tinggi justru mempunyai persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan internasional yang lebih besar dibandingkan dengan suatu negara yang pendapatan per kapitanya lebih rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan tersebut antara lain struktur pertumbuhan ekonomi yang berlangsung di negara yang bersangkutan, berbagai pengaturan politik dan kelembagaan yang dalam prakteknya ikut menentukan pola-pola distribusi pendapatan nasional. c.
Terminologi Kemiskinan Lainnya Terminologi lain yang juga pernah dikemukakan sebagai wacana adalah kemiskinan struktural dan kemiskinan kultural. Soetandyo Wignjosoebroto dalam “Kemiskinan Struktural : Masalah dan Kebijakan” yang dirangkum oleh Suyanto (1995:59) mendefinisikan “Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
6
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
ditengarai atau didalihkan bersebab dari kondisi struktur, atau tatanan kehidupan yang tak menguntungkan”. Dikatakan tak menguntungkan karena tatanan itu tak hanya menerbitkan akan tetapi juga melanggengkan kemiskinan di dalam masyarakat. Di dalam kondisi struktur yang demikian itu kemiskinan menggejala bukan oleh sebab-sebab yang alami atau oleh sebab-sebab yang pribadi, melainkan oleh sebab tatanan sosial yang tak adil. Tatanan
yang
tak
adil
ini
menyebabkan
banyak
warga
masyarakat gagal memperoleh peluang dan/atau akses untuk mengembangkan dirinya serta meningkatkan kualitas hidupnya, sehingga mereka yang malang dan terperangkap ke dalam perlakuan yang tidak adil ini menjadi serba berkekurangan, tak setara dengan tuntutan untuk hidup yang layak dan bermartabat sebagai manusia. Salah satu contoh adalah kemiskinan karena lokasi tempat tinggal yang terisolasi, misalnya : orang Mentawai di Kepulauan Mentawai, orang Melayu di Pulau Christmas, suku Tengger di pegunungan Tengger Jawa Timur, dan sebagainya. Sedangkan kemiskinan kultural diakibatkan oleh faktorfaktor
adat
membelenggu
dan
budaya
seseorang
suatu
tetap
daerah
melekat
tertentu
dengan
yang
indikator
kemiskinan. Padahal indikator kemiskinan tersebut seyogyanya bisa dikurangi atau bahkan secara bertahap bisa dihilangkan dengan mengabaikan faktor-faktor adat dan budaya tertentu yang menghalangi seseorang melakukan perubahan-perubahan ke arah tingkat kehidupan yang lebih baik. Kemiskinan karena tradisi sosio-kultural terjadi pada sukusuku terasing, seperti halnya suku Badui di Cibeo Banten Selatan, suku Dayak di pedalaman Kalimantan, dan suku Kubu di Jambi.
Soetandyo
Wignjosoebroto
dalam
“Kemiskinan,
Kebudayaan, dan Gerakan Membudayakan Keberdayaan” yang Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
7
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
dirangkum oleh Suyanto (1995:59) mendefinisikan “Kemiskinan adalah suatu ketidak-berdayaan”. Keberdayaan kebudayaan.
itu
Artinya,
sesungguhnya berdaya
merupakan
fungsi
seseorang
dalam
tidaknya
kehidupan bermasyarakat dalam kenyataannya akan banyak ditentukan dan dipengaruhi oleh determinan-determinan sosialbudayanya
(seperti
posisi,
status,
dan
wawasan
yang
dipunyainya). Sebaliknya, semua fasilitas sosial yang teraih dan dapat didayagunakan olehnya, akan ikut pula menentukan keberdayaannya kelak di dalam pengembangan dirinya di tengah masyarakat. Acapkali timbul suatu rasa pesimis di kalangan orang miskin dengan merasionalisasi keadaannya bahwa hal itu “sudah takdir”, dan bahwa setiap orang itu sesungguhnya sudah mempunyai suratan nasibnya sendiri-sendiri, yang mestinya malah harus disyukuri. Oleh karena itu, Soetandyo menyarankan ditingkatkannya “Gerakan
Membudayakan
Keberdayaan”
pada
lapisan
masyarakat bawah. Melek huruf, melek bahasa, melek fasilitas, melek ilmu, melek informasi, melek hak, dan melek-melek lainnya
adalah
suatu
keberdayaan
yang
harus
terus
dimungkinkan kepada lapisan-lapisan masyarakat bawah agar tidak terjebak ke dalam kemiskinan kultural.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
8
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
BAB III METODOLOGI PENGHITUNGAN KEMISKINAN 3.1. Konsep Untuk
mengukur
kemiskinan,
BPS
menggunakan
konsep
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs method). Dengan
pendekatan
ini,
kemiskinan
dipandang
sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. 3.2. Sumber Data Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Konsumsi dan Kor (merupakan data gabungan sampai dengan bulan September 2012) dengan jumlah sampel
300.000
rumah
tangga.
Sebagai
informas
itambahan,
digunakan hasil Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar (SPKKD), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masingmasing komoditi pokok non makanan. 3.3. Metode Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM), sebagai berikut: GK= GKM + GKNM Penghitungan garis kemiskinan dilakukan secara terpisah
untuk
masing-masing
provinsi
daerah
perkotaan
dan
perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulandi bawah garis kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
9
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu,
sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak,
dll). Penghitungan dan Analisis Kemiskinan 98 Makro Indonesia Tahun 2013 Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi (kelompok pengeluaran) di perkotaan dan 47 jenis komoditi (kelompok pengeluaran) di perdesaan. 3.4. Teknik Penghitungan Garis Kemiskinan Tahap pertama adalah menentukan penduduk referensi, yaitu 20 persen penduduk yang berada di atas garis kemiskinan sementara. Garis
kemiskinan
sementara
adalah
Garis
Kemiskinan
periode
sebelumnya yang diinflate dengan inflasi umum Indeks Harga Konsumen (IHK). IHK dapat diartikan sebagai indeks harga dari biaya sekumpulan barang konsumsi yang masing-masing diberi bobot menurut
proporsi
belanja
masyarakat
untuk
komoditi
yang
bersangkutan. IHK mengukur harga sekumpulan barang tertentu (sepertti bahan makanan pokok, sandang, perumahan, dan aneka barang dan jasa) yang dibeli konsumen. Dari penduduk referensi ini kemudian dihitung GKM dan GKNM. GKM adalah jumlah nilai pengeluaran dari 52 komoditi dasar makanan yang riil dikonsumsi penduduk referensi yang kemudian disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Penyetaraan nilai pengeluaran
kebutuhan
minimum
makanan
dilakukan
dengan
menghitung harga rata-rata kalori dari ke-52 komoditi tersebut. Formula dasar dalam menghitung adalah:
GKMjp =
52 𝑘=1
Pjkp . Q jkp =
52 𝑘=1 Vjkp
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
10
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
GKMjp
=
Pjkp Qjkp
= =
Vjkp
=
J
= =
Garis Kemiskinan Makanan daerah j (sebelum Disetarakan menjadi 2100 kilokalori) provinsi p. Harga komoditi k di daerah j dan provinsi p. Rata-rata kuantitas komoditi k yang dikonsumsi di daerah j di provinsi p. Nilai pengeluaran untuk konsumsi komoditi k di daerah j provinsi p. Daerah (perkotaan atau perdesaan). Provinsi ke-p.
Selanjutnya GKMj tersebut disetarakan dengan 2100 kilokalori dengan mengalikan 2100 terhadap harga implisit rata-rata kalori menurut daerah j dari penduduk referensi, sehingga:
𝐻𝐾 jp = Kjkp = HKjp =
52 𝑘=1 V jkp 52 K 𝑘=1 jkp
Kalori dari komoditi k di daerah j di provinsi p. Harga rata-rata kalori di daerah j di provinsi p.
GKMjp = HKjp x 2100, GKM= j p
= =
Kebutuhan minimum makanan di daerah j, yaitu yang menghasilkan energi yang setara dengan 2100 kilokalori/kapita/ hari Daerah (perkotaan/perdesan) Provinsi p
GKNM merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari komoditi-komoditi non-makanan terpilih yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Nilai kebutuhan minimum per komoditi/subkelompok non-makanan dihitung dengan menggunakan suatu
rasio
pengeluaran
komoditi/sub-kelompok
terhadap
total
pengeluaran komoditi/ sub-kelompok yang tercatat dalam data Susenas modul konsumsi. Rasio tersebut dihitung dari hasil SPKKD 2004,
yang dilakukan untuk
mengumpulkan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
data
pengeluaran 11
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
konsumsi rumah tangga per komoditi non makanan yang lebih rinci dibandingkan data Susenas modul konsumsi. Nilai kebutuhan minimum non-makanan secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut:
GKNM GKNMjp
=
Vkjp
=
rkj
=
k J p
= = =
jp
=
𝑛 𝑘=1 rkj
Vkjp
Pengeluaran minimum non-makanan atau garis kemiskinan non-makanan daerah j (kota/desa) dan provinsi p. Nilai pengeluaran per komoditi/sub-kelompok nonMakanan daerah j dan provinsi p (dari Susenas modul konsumsi). Rasio pengeluaran komoditi/sub-kelompok nonmakanan k menurut daerah (hasil SPKKD 2004) dan daerah j (kota+desa). Jenis komoditi non-makanan terpilih. Daerah (perkotaan atau perdesaan). Provinsi (perkotaan atau perdesaan).
Garis kemiskinan merupakan penjumlahan dari GKM dan GKNM. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin (PM). Persentase penduduk miskin di suatu provinsi dihitung dengan:
%PMp =
PMp Pp
%PMp = % Penduduk miskin di propinsi p PMp = Jumlah penduduk miskin di propinsi p Pp = Jumlah penduduk di propinsi p Sementara itu, penduduk miskin untuk level nasional merupakan jumlah dari penduduk miskin provinsi atau:
PMI PMI PMp
=
𝑛 𝑝=1 PMp
= Penduduk miskin Indonesia. = Penduduk miskin provinsi p.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
12
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
n
= Jumlah provinsi.
Penghitungan dan Analisis Kemiskinan Makro Indonesia Tahun 2013 Persentase penduduk miskin nasional adalah: %PMI = %PMI PMp PI
PMI PI
= Persentase penduduk miskin (secara nasional). = Jumlah penduduk miskin (secara nasional). = Jumlah penduduk Indonesia.
3.5. Indikator Kemiskinan Berdasarkan pendekatan kebutuhan dasar, ada 3 indikator kemiskinan yang digunakan, yaitu:
Pertama, Head Count Index (HCI-P0), yaitu persentase penduduk miskin yang berada di bawah Garis Kemiskinan (GK).
Kedua, Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1) yang merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.
Ketiga, Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index-P2) yang memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin.
Foster-Greer-Thorbecke (1984) telah merumuskan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan yaitu:
Pα =
1 n
𝑧−𝑦𝑖 ∝ 𝑞 𝑖=1 𝑧
∝ = 0, 1, 2 Z = Garis kemiskinan Yi = Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk yang berada Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
13
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
di bawah garis kemiskinan (i=1,2,…,q), yi < z q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan n = Jumlah penduduk Jika ∝=0, diperoleh Head Count Index (P0), jika ∝=1 diperoleh Indeks kedalaman kemiskinan (Poverty Gap Index-P1) dan jika ∝=2 disebut Indeks keparahan kemiskinan (Poverty Severity Index-P2).
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
14
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
BAB IV KONDISI PENDUDUK DAN KEMISKINAN SEKTOR PERTANIAN 4.1. Perkembangan Penduduk Indonesia Berdasarkan data hasil Sensus Penduduk tiap 10 tahun sekali, jumlah penduduk Indonesia terus mengalami kenaikan.
Jumlah
penduduk Indonesia tahun 2010 mencapai 237,6 juta jiwa, mengalami kenaikan sebesar 13,2% dibandingkan dengan hasil sensus tahun 2000 sebesar 206,3 juta jiwa dengan laju pertumbuhannya sebesar 1,52 persen per tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia, 1971-2010. Tahun Jumlah Penduduk (%) 119.208.229 1971 147.490.298 2,31 1980 179.378.946 1,98 1990 206.264.595 1,49 2000 1,52 2010 237.641.326 Sumber : Badan Pusat Statistik. Juta Orang
237,64
250,00
206,26 179,38
200,00
150,00
147,49 119,21
100,00
50,00
0,00 1971
1980
1990
2000
2010
Grafik 4.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia menurut Hasil Sensus, Tahun 1971 – 2010. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
15
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
Penyebaran penduduk di pulau Sumatra yang luasnya 25,2 persen dari luas seluruh wilayah Indonesia dihuni oleh 21,3 persen penduduk, Jawa yang luasnya 6,8 persen dihuni oleh 57,5 persen penduduk, Kalimantan yang luasnya 28,5 persen dihuni oleh 5,8 persen penduduk, Sulawesi yang luasnya 9,9 persen dihuni oleh 7,3 persen penduduk, Maluku yang luasnya 4,1 persen dihuni oleh 1,1 persen penduduk, dan Papua yang luasnya 21,8 persen dihuni oleh 1,5 persen penduduk. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2. Sebaran penduduk terbesar terjadi di Pulau Jawa terutama di Provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 43,05 juta jiwa atau 18,12 persen dari total jumlah penduduk Indonesia kemudian di Provinsi Jawa Timur sebesar 37,48 juta jiwa atau 15,77 persen dan Provinsi Jawa Tengah sebesar 32,38 juta jiwa atau 13,63 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Sementara provinsi dengan sebaran penduduk terendah yaitu Provinsi Papua Barat yaitu sebesar 760 ribu jiwa atau 0,32 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Tabel 4.2. Penyebaran Penduduk di Indonesia, 2010 No. 1 2 3 4 5 6 7
Pulau Sumatera Jawa Bali dan Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku Papua
Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik
Luas Wilayah 480.793,28 129.438,28 73.070,48 544.150,07 188.522,36 78.896,53 416.060,32 1.910.931,32
Jumlah Penduduk 50.630.931 136.610.590 13.074.796 13.787.831 17.371.782 2.571.593 3.593.803 237.641.326
Sebaran penduduk pada tahun 2010, lebih banyak di wilayah perdesaan yaitu sebesar 119 juta jiwa atau 50,21 persen, sedangkan di wilayah perkotaan sebesar 118 juta jiwa atau 49,79 persen dari
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
16
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
total jumlah penduduk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini. Tabel 4.3 . Jumlah Penduduk Indonesia Menurut Wilayah dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Jenis Kelamin No. Wilayah Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Perkotaan 59.559.622 58.760.634 118.320.256 2. Perdesaan 60.071.291 59.249.779 119.321.070 Jumlah 119.630.913 118.010.413 237.641.326 Sumber: Badan Pusat Statistik
Sementara komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin hampir seimbang antara laki-laki dan perempuan di mana jumlah penduduk laki-laki sebesar 119 juta jiwa atau sebesar 50,34 persen dan jumlah penduduk perempuan sebesar 118 juta jiwa atau sebesar 49,66 persen dari total jumlah penduduk Indonesia (lihat Grafik 4.2). Dilihat dari perbandingan jenis kelamin yaitu perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan di Indonesia sebesar 101 yang berarti bahwa terdapat 101 laki-laki untuk setiap 100 perempuan.
49,66%
Laki-laki
50,34%
Perempuan
Grafik 4.2. Komposisi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010
Perbandingan jenis kelamin penduduk menurut provinsi, yang tertinggi adalah di Provinsi Papua yaitu sebesar 113, kemudian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
17
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
Provinsi Papua Barat sebesar 112 dan Provinsi Kalimantan Timur yaitu sebesar 111. Sedangkan perbandingan jenis kelamin
penduduk
terendah adalah provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 94 dan Provinsi Sulawesi Selatan yaitu sebesar 95. Sementara rasio ketergantungan penduduk Indonesia adalah 51,31. Angka ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun) terdapat sekitar 51 orang usia tidak produkif (0-14 dan 65+), yang menunjukkan banyaknya beban tanggungan penduduk suatu wilayah. Rasio ketergantungan di daerah perkotaan adalah 46,59 sementara di daerah perdesaan 56,30. 12.000
10.000
( 000 ) jiwa
8.000
6.000
4.000
2.000
0 20-24 25-29 9.888 10.631
30-34 9.949
35-39 9.338
40-44 8.323
45-49 7.033
50-54 5.866
55-59 4.400
60-64 2.927
65-69 2.225
70-74 1.531
75-79 842
80-84 481
85-89 182
90-94 64
95+ 36
Perempuan 11.016 11.279 11.009 10.266 10.004 10.679
9.881
9.168
8.202
7.008
5.695
4.048
3.132
2.469
1.925
1.136
662
256
107
69
Laki-laki
0-4 5-9 10-14 15-19 11.662 11.974 11.662 10.614
Grafik 4.3. Komposisi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2010
4.2. Proyeksi Penduduk di Indonesia Perkembangan dan pertumbuhan penduduk di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir 2000-2010 terus mengalami kenaikan. Proyeksi penduduk dalam analisis ini merupakan ramalan jumlah penduduk melalui
perhitungan
yang
didasarkan
pada
asumsi
dari
laju
pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan yang digunakan dalam memproyeksi jumlah penduduk dengan kenaikan sebesar 3,61 juta jiwa atau 1,52 persen per tahun.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
18
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
Juta Jiwa 320,00 280,00
241,26
244,93
248,65
252,43 256,27
260,17 264,13
2011
2012
2013
2014
2016
268,15
272,23 276,37
240,00 200,00 160,00 120,00 80,00 40,00 0,00
2015
2017
2018
2019
2020
Grafik 4.4. Proyeksi Jumlah Penduduk Indonesia, 2011-2020
4.3. Keragaan Penduduk Miskin Perkembangan jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 1996–2012 kemiskinan.
menunjukan
bahwa
ada
dua
pola
pertumbuhan
Mulai Tahun 1996-2005 jumlah penduduk miskin
mengalami fluktuasi cenderung menurun walaupun cukup lambat. Sejak tahun 2006-2012 pola pertumbuhan kemiskinan secara flat mengalami kecenderungan menurun dari tahun ke tahun. Penurunan tersebut menurun secara konsisten, dari 17,5 persen pada tahun 1996 turun hingga menjadi 11,7 persen pada tahun 2012. Selama periode 1996-2012 secara umum terjadi pertumbuhan jumlah penduduk miskin tertinggi terjadi pada tahun 1998 dan 1999 yaitu mencapai 49,5 juta orang dan 48,0 juta orang.
Hal ini
disebabkan oleh adanya krisis moneter pada tahun tersebut yang berimbas sampai dengan tahun 1999. Meskipun secara umum, persentase penduduk miskin menurun secara konsisten pasca krisis, pada tahun 2006 sempat terjadi kenaikan persentase penduduk miskin hingga mencapai 17,8 persen. Menurut Bank Dunia (2007), hal ini terutama disebabkan oleh meningkatnya angka infasi kala itu karena Pemerintah menaikkan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
19
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri, diikuti dengan meningkatnya harga beras selama kurun waktu tersebut. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 adalah mencapai 37,2 juta orang dalam empat tahun terkahir berkurang menjadi 28,6 juta orang. Sementara jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDB pada periode tahun 2007 laju pertumbuhan PDB mencapai 6,35%, pada tahun 2009 laju pertumbuhan PDB turun sebesar 4,63%, kembali meningkat secara perlahan mulai tahun 2010 hingga tahun 2012 pada level angka 6,23%.
Peningkatan PDB nampaknya tidak mampu
mendongkrak kemiskinan di Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena peningkatan PDB bukan disebabkan oleh
peningkatan
investasi.
Peningkatan
tersebut
sangat
dimungkinkan disebabkan oleh meningkatnya komponen konsumsi, baik konsumsi pemerintah maupun konsumsi masyarakat.
Oleh
karenanya peningkatan PDB tidak berdampak terhadap penignkatan kesejahteraan masyarakat secara umum (Grafik 4.5).
60,0
49,5
50,0
48,0
38,7
40,0
37,9
38,4
39,3 37,3
36,1
34,0
37,2 35,1
35,0
32,5
31,0
30,0
20,0
24,2
19,1
18,4
18,2
17,4
16,7
16,0
17,8
16,6
15,4
10,0
3,64
1998
28,6
23,4
17,5
1996
29,8
1999
2000
2001
4,50
4,78
5,03
5,69
2002
2003
2004
2005
Penduduk Miskin (Juta Jiwa)
% Penduduk Miskin
5,50
6,35
6,01
2006
2007
2008
14,2
4,63 2009
13,3
12,5
11,7
6,22
6,49
6,23
2010
2011
2012
PDB Harga Konstan
Grafik 4.5. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan PDB Berdasarkan Harga Konstan 2000 di Indonesia, 1996 - 2012
Jika dilihat rata-rata pertumbuhan jumlah penduduk miskin pada
masing–masing provinsi maka pada umumnya jumlah penduduk Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
20
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
miskin selama periode 2008-2012 adalah berkurang kecuali provinsi Papua yang meningkat 9,5 persen. Ada sepuluh provinsi yang ratarata jumlah penduduk miskinnya berkurang antara 5 - 9 persen pada periode yang sama. Provinsi tersebut diantaranya adalah Provinsi Sulawesi
Tenggara,
Kalimantan
Barat dan
Kalimantan
Tengah
mencapai penurunan antara 7,40 persen – 8,61 persen.
Provinsi
lainnya adalah Provinsi Jawa Timur, Lampung, Sulawesi Selatan, Nusa Tengara Barat dan Sulawesi Tengah berkisar anatara 6,02-6,68 persen.
Sementara Provinsi Jawa Tengah dan Banten berhasil
menurunkan jumlah penduduk miskinnya antara 5,53 persen - 5,99 persen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa disparitas tingkat kemiskinan antar provinsi sangat tinggi. Rata-rata pertumbuhan jumlah penduduk miskin di 33 provinsi di Indonesia selama periode yang sama berkisar antara -8,61 persen sampai 9,5 persen (Tabel 4.4). Pertumbuhan penduduk miskin dari 2012 terhadap 2011 nampak bahwa Provinsi Riau tercatat sebagai provinsi yang pertumbuhan penduduk miskinnya meningkat sebesar 32,74 persen dibandingkan tahun 2011, yaitu dari 362,6 ribu jiwa menjadi 481,3 ribu pada tahun 2012. Tingginya pertumbuhan penduduk miskin di provinsi tersebut terjadi pada tahun 2012, sementara posisi rata-rata pertumbuhan miskin selama periode 2008-20012 Provinsi Riau mampu menurunkan jumlah penduduk miskin hingga 1,6 persen. Tingginya pertumbuhan penduduk miskin di provinsi tersebut dimungkinkan diantaranya oleh kebijakan – kebijakan struktural seperti menignkatnya harga BBM dan tarif listrik. Hal ini dapat dilihat lebih rinci pada tabel 4.4 berikut
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
21
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Menurut Provinsi, 2008 – 2012. Tahun No.
Provinsi
1 Aceh
2008
2009
2010
2011
2012
Rata-rata Persentase Persentase Persentase Jumlah Penduduk Rata-rata jumlah Jumlah Penduduk Penduduk Miskin, 2012 penduduk miskin Miskin,2012(%) 2008-2012 Miskin,20082011 (%) 2012 (%)
962.200
885.900
898.444
900.200
876.553
904.659
(2,2)
18,58
(2,6)
2 Sumatera Utara
1.611.500
1.473.800
1.478.095
1.421.442
1.378.251
1.472.618
(3,8)
10,41
(3,0)
3 Sumatera Barat
473.900
426.200
458.239
441.800
397.857
439.599
(4,0)
8,00
(9,9)
4 Riau
584.800
532.300
558.286
362.600
481.315
503.860
(1,6)
8,05
32,7
5 Jambi 6 Sumatera Selatan
261.300
245.000
260.445
251.789
270.182
257.743
1,0
8,29
7,3
1.254.300
1.129.800
1.105.430
1.061.870
1.041.831
1.118.646
(4,5)
13,48
(1,9)
7 Bengkulu
328.800
317.800
281.236
303.350
310.576
308.353
(1,2)
17,52
2,4
8 Lampung
1.597.900
1.496.900
1.351.691
1.277.900
1.218.998
1.388.678
(6,5)
17,52
(4,6)
9 Bangka Belitung
80.300
76.000
92.300
65.550
70.104
76.851
(1,5)
5,36
6,9
10 Kepulauan Riau
131.800
125.300
138.189
122.501
131.325
129.823
0,3
6,83
7,2
11 DKI Jakarta
342.600
339.600
388.353
355.199
366.666
358.484
2,0
3,70
3,2
12 Jawa Barat
5.249.600
4.852.300
4.716.866
4.650.812
4.421.333
4.778.182
(4,2)
9,88
(4,9)
13 Jawa Tengah
6.122.700
5.655.400
5.218.660
5.255.964
4.863.521
5.423.249
(5,5)
14,98
(7,5)
14 DI Yogyakarta
608.800
574.900
540.538
564.300
562.109
570.129
(1,9)
15,88
(0,4)
6.549.300
5.860.900
5.579.304
5.227.192
4.960.203
5.635.380
(6,7)
13,08
(5,1)
16 Banten
830.400
775.900
751.040
690.870
648.133
739.269
(6,0)
5,71
(6,2)
17 Bali
205.700
173.800
221.590
183.129
160.866
189.017
(4,4)
3,95
(12,2)
18 Nusa Tenggara Barat
1.068.800
1.014.700
972.321
896.190
828.234
956.049
(6,2)
18,02
(7,6)
19 Nusa Tenggara Timur
1.105.800
1.021.700
1.021.596
986.501
1.000.082
1.027.136
(2,4)
20,41
1,4
20 Kalimantan Barat
502.900
425.400
400.408
376.119
355.889
412.143
(8,2)
7,97
(5,4)
21 Kalimantan Tengah
194.100
166.900
166.031
150.000
141.903
163.787
(7,4)
6,19
(5,4)
22 Kalimantan Selatan
211.200
188.200
205.375
198.608
189.307
198.538
(2,4)
5,02
(4,7)
23 Kalimantan Timur
259.500
244.900
285.660
247.100
246.104
256.653
(0,7)
6,38
(0,4)
24 Sulawesi Utara
218.200
210.000
219.276
194.719
177.445
203.928
(4,9)
7,63
(8,9)
25 Sulawesi Tengah
525.100
483.000
455.551
432.070
409.506
461.045
(6,0)
14,94
(5,2)
26 Sulawesi Selatan
1.042.300
937.000
917.433
835.506
805.824
907.613
(6,2)
9,82
(3,6)
27 Sulawesi Tenggara
437.200
403.000
351.253
334.280
304.346
366.016
(8,6)
13,06
(9,0)
28 Gorontalo
182.800
165.200
172.556
192.362
187.634
180.110
1,0
17,21
(2,5)
29 Sulawesi Barat
156.900
155.300
171.092
163.181
160.457
161.386
0,7
13,00
(1,7)
30 Maluku
388.900
369.200
389.548
356.400
338.887
368.587
(3,2)
20,76
(4,9)
31 Maluku Utara
107.800
99.200
101.761
107.046
88.221
100.806
(4,4)
8,05
(17,6)
32 Papua Barat
237.300
227.500
226.185
227.100
223.241
228.265
(1,5)
27,04
(1,7)
33 Papua
709.200
709.400
981.161
946.622
976.268
864.530
9,5
30,66
3,1
34.543.900
31.762.400
31.075.913
29.780.272
28.593.173
31.151.132
(4,6)
100,00
(4,0)
15 Jawa Timur
Indonesia
Sumber: BPS diolah Pusdatin
Sebaliknya provinsi yang mengalami penurunan cukup tajam dalam pengentasan kemiskinan pada tahun 2012 adalah Provinsi Bali dan
Maluku
Utara
masin-masing
mampu
menurunkan
tingkat
kemiskinan sebesar 12,16 persen dan 17,59 persen dibandingkan tahun 2011.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
22
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
Sementara bila dilihat dari sisi rata-rata sebaran penduduk miskin selama periode 2008-2012 di Indonesia terlihat bahwa jumlah penduduk miskin yang paling banyak jumlahnya terkonsentrasi di Pulau Jawa.
Provinsi-provinsi tersebut adalah Provinsi Jawa Timur
tercatat sebanyak 5,64 juta jiwa (18,09) persen, Jawa Tengah sebanyak 5,42 juta jiwa (17,01) persen dan Jawa Barat sebanyak 4.78 juta jiwa 15,34) persen dari total rata-rata jumlah penduduk miskin di seluruh Indonesia (Grafik 4.6). Namun demikian, tidak berarti penduduk miskin di 30 provinsi lainnya dapat diabaikan. Hal ini karena penduduk di sektor pertanian pada umumnya selalu lebih miskin dibandingkan penduduk yang sumber utama pendapatannya dari sektor-sektor lainnya, terutama industri manufaktur, keuangan, dan perdagangan.
Sementra kita
ketahui bahwa sebagian besar penduduk Indonesia yang hidup di perdesaan mata pencaharian mereka adalah petani (gurem) atau buruh tani, walaupun pendapatan bervariasi menurut subsektor atau kelompok usaha di masing-masing sektor tersebut.
6.000
5.000
( 000 ) Jiwa
4.000
3.000
2.000
1.000
Jawa Jawa Jawa Sumater Lampung Sumater Nusa Nusa Sulawesi Aceh Papua Banten Timur Tengah Barat a Utara a Selatan Tenggara Tenggara Selatan Timur Barat Jumlah Penduduk 5.635 5.423 4.778 1.473 1.389 1.119 1.027 956 908 905 865 739
DI Riau Sulawesi Sumater Kalimant Maluku Sulawesi DKI Bengkul Jambi Kalimant Papua Sulawesi Kalimant Bali Gorontal Kalimant Sulawesi Kepulau Maluku Bangka Yogyakar Tengah a Barat an Barat Tenggara Jakarta u an Timur Barat Utara an o an Barat an Riau Utara Belitung ta Selatan Tengah 570 504 461 440 412 369 366 358 308 258 257 228 204 199 189 180 164 161 130 101 77
Grafik 4.6. Perkembangan Rata-rata Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia, 2008 – 2012.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
23
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
Penduduk Miskin menurut Provinsi.
Jumlah penduduk miskin
terkonsentrasi di Pulau Jawa. Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat merupakan provinsi yang paling besar penduduk miskinnya mencapai sekitar 4,7 sampai 5,6 juta jiwa. Sementara provinsi yang jumlah penduduk miskinnya paling sedikit adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Maluku Utara dan Kepulauan Riau (Grafik 3.6). Peta Sebaran Jumlah Penduduk Miskin dapat dilihat pada Grafik 3.7. Peta tersebut memperlihatkan Pulau Jawa merupakan pulau yang padat jumlah penduduknya dengan variasi pendapatan yang sangat tinggi, sehingga tercatat sebagai pulau yang jumlah penduduk miskinnya terbesar. Berbeda dengan hasil perhitungan
persentse penduduk miskin,
tercatat bahwa Provinsi Papua merupakan provinsi yang persentase penduduk miskinnya terbesar selama tahun 2012 yakni sebesar 30,7 persen (Grafik 4.7).
Lima provinsi lainnya yang tercatat sebagai
provinsi yang persentase penduduk miskinnya cukup tinggi adalah: Provinsi Maluku (20,8 persen), Provinsi Nusa Tenggara Timur ( 20,4 persen), Aceh (18,6 persen), dan Nusa Tenggara Barat (18,0 persen)
Grafik 4.7. Peta Sebaran Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia pada Tahun 2012. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
24
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
Sementara provinsi yang persentasenya paling rendah adalah Provinsi DKI. Jakarta dan Bali masing-masing sebesar 3,7 persen dan 4,0 persen.
Persentase kemiskinan memang turun dari waktu ke
waktu namun jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2012 masih cukup besar yaitu 28,59 juta jiwa (Grafik 4.8). (% ) 35,0 30,7 30,0
27,0
25,0
20,8 20,4 20,0
18,6 18,0
17,5 17,517,2
15,9 15,0
14,9
15,0
13,513,113,1 13,0 10,4 9,9 9,8
10,0
8,3 8,1 8,0 8,0 8,0 7,6 6,8 6,4 6,2 5,7 5,4 5,0
5,0
4,0 3,7
BALI
DKI JAKARTA
KALIMANTAN SELATAN
BANTEN
BANGKA BELITUNG
KALIMANTAN TENGAH
KEP. RIAU
KALIMANTAN TIMUR
SULAWESI UTARA
SUMATERA BARAT
KALIMANTAN BARAT
RIAU
MALUKU UTARA
JAMBI
JAWA BARAT
SULAWESI SELATAN
SULAWESI BARAT
SUMATERA UTARA
JAWA TIMUR
SULAWESI TENGGARA
SUMATERA SELATAN
JAWA TENGAH
SULAWESI TENGAH
DI YOGYAKARTA
BENGKULU
GORONTALO
NTB
BENGKULU
NTT
ACEH
MALUKU
PAPUA
PAPUA BARAT
-
Grafik 4.8. Persentase Penduduk Miskin menurut Provinsi Penduduk Miskin di Indonesia, September 2012.
4.4. Garis Kemiskinan Garis kemiskinan “relatif” selalu berkembang sesuai dengan ratarata pendapatan suatu negara. Garis kemiskinan relatif tidak dapat dipakai untuk membandingkan tingkat kemiskinan antar negara dan waktu karena tidak mencerminkan tingkat kesejahteraan yang sama. Perkembangan garis kemiskinan nasional pada tahun 2008 sampai dengan 2012 terus meningkat.
Rata-rata peningkatan garis
kemiskinan selama periode tersebut mencapai 9,24 persen. Pada tahun 2008 sebesar Rp. 182.636/kap/bulan meningkat menjadi Rp 259.520/kap/bulan pada tahun 2012. Perkembangan tersebut dapat dilihat pada Grafik berikut.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
25
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
(Rp ribu/Kap/Bulan) 300,0 243,7 250,0
259,5 200,3
200,0 211,7 150,0
182,6
100,0 50,0 2008
2009
2010
2011
2012
Grafik 4.9 Perkembangan Garis Kemiskinan Indonesia, Tahun 2008-2012
Tabel 4.5 menyajikan informasi mengenai garis kemiskinan provinsi tahun 2008-2012. Pada Tabel tersebut, dapat dilihat rata-rata garis kemiskinan tertinggi selama 2008-2012 untuk daerah perkotaan ada di Provinsi DKI. Jakarta yaitu 330.869 rupiah, yang diikuti oleh Provinsi Kepulauan Riau sebesar 323.369 rupiah. Sementara rata-rata garis kemiskinan terendah pada periode yang sama di perdesaan tercatat di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 176.692 rupiah. Secara umum tampak bahwa garis kemiskinan tertinggi secara rata-rata masih ditempati oleh Provinsi DKI. Jakarta. Hal ini bisa dipahami mengingat di provinsi ini terdapat kota metropolitan Jakarta yang merupakan konsentrasi pusat bisnis dan pemerintahan di Indonesia.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
26
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
Tabel 4.5. Garis Kemiskinan Menurut Provinsi, 2008-2012. (Rp/Kap/Bulan)
No
Kabupaten/Kota
Tahun 2008
2009
2010
2011
2012
Rata-rata
1
Aceh
248,627
272,155
292,131
318,987
321,893
278,701
2
Sumatera Utara
203,514
230,624
254,275
263,209
271,738
233,582
3
Sumatera Barat
205,240
230,683
254,432
276,000
292,052
239,846
4
Riau
240,811
270,504
301,190
296,379
310,603
272,254
5
Jambi
197,089
217,161
253,335
258,888
273,267
228,682
6
Sumatera Selatan
210,893
235,560
256,542
247,397
259,668
231,378
7
Bengkulu
202,428
231,990
266,046
267,078
283,252
236,933
8
Lampung
186,290
212,755
238,768
245,502
263,088
217,242
9
Bangka Belitung
254,112
280,862
315,556
350,054
382,412
303,062
10 Kepulauan Riau
276,400
332,602
366,140
353,379
363,450
323,369
11 DKI Jakarta
298,237
320,333
338,783
368,415
392,571
330,869
12 Jawa Barat
190,788
220,068
230,445
226,097
242,104
212,539
13 Jawa Tengah
181,877
201,651
217,327
217,440
233,769
201,029
14 D.I. Yogyakarta
202,362
220,830
234,282
257,909
270,110
228,410
15 Jawa Timur
179,819
202,208
218,568
227,602
243,783
204,187
16 Banten
191,943
222,292
233,214
236,520
251,161
217,436
17 Bali
197,325
232,234
246,598
240,543
254,221
222,812
18 Nusa Tenggara Barat
197,325
213,007
244,130
233,033
248,758
214,380
19 Nusa Tenggara Timur
161,639
167,492
193,298
203,607
222,507
179,155
20 Kalimantan Barat
168,942
189,184
211,902
219,636
239,162
195,226
21 Kalimantan Tengah
197,325
212,268
244,933
256,245
277,407
225,074
22 Kalimantan Selatan
190,067
212,343
242,507
249,487
269,714
220,939
23 Kalimantan Timur
244,084
269,275
288,415
336,019
363,887
287,008
24 Sulawesi Utara
180,744
208,822
226,904
221,278
223,883
203,030
25 Sulawesi Tengah
179,137
209,328
227,655
247,584
266,718
214,071
26 Sulawesi Selatan
157,761
187,108
207,295
185,736
195,627
176,692
27 Sulawesi Tenggara
168,947
200,787
216,650
199,176
203,333
186,586
28 Gorontalo
162,325
203,418
212,397
195,685
212,476
187,414
29 Sulawesi Barat
159,585
184,301
207,961
192,971
207,072
181,189
30 Maluku
200,665
233,062
257,630
268,701
295,904
239,252
31 Maluku Utara
194,262
217,349
231,635
236,590
250,184
215,843
32 Papua Barat
270,990
309,933
336,999
334,449
354,626
302,166
33 Papua
254,663
282,776
284,755
280,302
297,502
182,636
200,262
211,726
243,729
Indonesia
259,520
267,063 210,762
Sumber : Badan Pusat Statistik Keterangan : (-) data tidak tersedia
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
27
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
350,0 300,0 250,0 200,0
150,0 100,0 50,0
DKI Jakarta
Papua Barat
Kepulauan Riau
Bangka Belitung
Kalimantan Timur
Riau
Aceh
Papua
Maluku
Sumatera Barat
Bengkulu
Sumatera Utara
Jambi
Sumatera Selatan
Kalimantan Tengah
Bali
D.I. Yogyakarta
Lampung
Kalimantan Selatan
Banten
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Tengah
Jawa Barat
Maluku Utara
Jawa Timur
Jawa Tengah
Sulawesi Utara
Kalimantan Barat
Gorontalo
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Barat
Sulawesi Selatan
Nusa Tenggara Timur
-
(Rp ribu/Kap/Bulan)
Grafik 4.10. Rata-rata Garis Kemiskinan menurut Provinsi di Indonesia, 2008-2012
4.5. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Tabel 3.6, menyajikan informasi mengenai indeks kedalaman kemiskinan provinsi tahun 2008-2012. Dari Tabel 3. 5 dapat dilihat rata-rata indeks kedalaman kemiskinan yang paling rendah ada empat provinsi yaitu kurang dari satu persen.
Ke-empat provinsi tersebut
adalah Bali 0,50 persen, DKI. Jakarta 0,51 persen, Bangka Belitung 75 persen, dan Kalimantan Selatan 79 persen. Sementara rata-rata kedalaman kemiskinan yang paling besar pada periode yang sama tercatat Provinsi Papua sebesar 7,64 persen, Papua Barat sebesar 6,64 persen, dan Maluku sebesar 5,27 persen. Secara umum tampak bahwa rata-rata indeks kedalaman kemiskinan yang paling rendah ditempati oleh Provinsi Bali dan DKI. Jakarta. Hal ini bisa dipahami mengingat kedua provinsi ini merupakan daerah pariwisata, dan kota metropolitan, sehingga peluang aktivitas ekonomi sangat besar Grafik 4.11).
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
28
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
Tabel 4.6. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Menurut Provinsi, 2008-2012 (%)
2008
2009
Tahun 2010
2011
2012
1
Aceh
5,18
3,88
3,48
3.48
3.07
2
Sumatera Utara
2.07
1,78
1,79
1.80
1.82
3
Sumatera Barat
1,73
1,52
1,45
1.50
1.24
4
Riau
2,44
1,57
1,76
1.36
1.13
5
Jambi
1,91
0,92
1,21
1.29
1.37
6
Sumatera Selatan
3,92
2.32
2,38
2.41
1.85
7
Bengkulu
3,93
3,26
2,79
2.97
3.05
8
Lampung
4,43
3,45
2,99
2.91
2.53
9
No.
Provinsi
Bangka Belitung
1,34
1,10
1,06
0.84
0.66
10 Kepulauan Riau
1,87
1,44
1,31
1.17
0.85
11 DKI Jakarta
0,58
0,54
0,64
0.46
0.56
12 Jawa Barat
2,88
2,09
1,68
1.72
1.62
13 Jawa Tengah
4,25
2,89
2,62
2.58
2.39
14 D.I. Yogyakarta
3,46
3,35
0,57
2.48
2.89
15 Jawa Timur
3,96
2,83
2,36
2.00
1.93
16 Banten
1,55
1,23
1,04
1.15
0.95
17 Bali
1,29
0,82
0,79
0.62
0.39
18 Nusa Tenggara Barat
4,95
3,72
3,74
3.33
3.20
19 Nusa Tenggara Timur
8,27
4,47
4,04
3.53
3.47
20 Kalimantan Barat
2,38
1,29
1,38
1.47
1.24
21 Kalimantan Tengah
1,47
0,94
1,14
1.09
1.08
22 Kalimantan Selatan
1,20
0,80
0,77
0.83
0.76
23 Kalimantan Timur
2,03
1,41
1,39
1.07
0.99
24 Sulawesi Utara
1,94
1,38
1,50
1.21
1.18
25 Sulawesi Tengah
4,87
3,57
3,19
2.87
2.82
26 Sulawesi Selatan
3,46
2,03
1,85
1.59
1.68
27 Sulawesi Tenggara
5,05
2,56
2,52
2.49
1.92
28 Gorontalo
3,67
3,46
2,77
3.67
3.21
29 Sulawesi Barat
3,44
1,71
2,32
2.28
1.74
30 Maluku
6,89
6.84
5,27
4.60
4.38
31 Maluku Utara
2,47
1,93
1,63
2.14
0.85
32 Papua Barat
10,83
8,83
7,24
7.57
5.71
33 Papua
11,16
9,89
8,14
7.93
7.35
Sumber : Badan Pusat Statistik Keterangan : (-) data tidak tersedia
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
29
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00
Grafik 4.11. Rata-rata Indeks Kedalaman Kemiskinan menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2012
4.6. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Tabel 4.7 menyajikan informasi mengenai indeks keparahan kemiskinan provinsi tahun 2008-2012. Tabel 3.6 memperlihatkan rata-rata indeks keparahan kemiskinan yang paling tinggi ada di tiga provinsi yaitu antara 1,8-2,6 persen. Ketiga provinsi tersebut adalah Papua sebesar 2,60 persen, Papua Barat sebesar 2,22 persen, Maluku sebesar 1.86 persen. Sementara rata-rata indeks keparahan kemiskinan yang paling rendah pada periode yang sama tercatat Provinsi DKI. Jakarta sebesar 0,19 persen, Bali sebesar 0,16 persen, dan Bangka Belitung sebesar 0,19 persen.
Dengan demikian tampak bahwa rata-rata indeks
kedalaman kemiskinan yang paling rendah masih ditempati oleh Provinsi Bali dan DKI Jakarta. Hal ini bisa dipahami mengingat kedua provinsi ini merupakan daerah pariwisata, dan kota metropolitan, sehingga peluang aktivitas ekonomi sangat besar Grafik 4.11.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
30
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
Tabel 4.7. Indeks Keparahan (P2) Kemiskinan Menurut Provinsi,2008-2012 (%)
No.
Provinsi
Tahun 2008
2009
2010
2011
2012
Rata-rata
1
Aceh
1,55
1,46
0,96
0.94
0.83
0.88
2
Sumatera Utara
0.52
0,63
0,46
0.47
0.50
0.50
3
Sumatera Barat
0,44
0,43
0,39
0.43
0.31
0.37
4
Riau
0,75
0,55
0,49
0.39
0.25
0.32
5
Jambi
0,58
0,29
0,30
0.35
0.44
0.39
6
Sumatera Selatan
1,14
0,85
0,60
0.65
0.43
0.54
7
Bengkulu
1,12
1,32
0,70
0.74
0.80
0.77
8
Lampung
1,25
1,12
0,80
0.79
0.62
0.71
9
Bangka Belitung
0,34
0,40
0,24
0.23
0.14
0.19
10 Kepulauan Riau
0,55
0,59
0,36
0.30
0.19
0.24
11 DKI Jakarta
0,13
0,15
0,17
0.10
0.15
0.13
12 Jawa Barat
0,84
0,70
0,42
0.43
0.42
0.42
13 Jawa Tengah
1,24
0,87
0,68
0.66
0.57
0.61
14 D.I. Yogyakarta
0,92
1,04
0,57
0.59
0.75
0.67
15 Jawa Timur
1,15
0,88
0,59
0.46
0.44
0.45
16 Banten
0,42
0,39
0,28
0.32
0.28
0.30
17 Bali
0,36
0.29
0,18
0.13
0.07
0.16
18 Nusa Tenggara Barat
1,44
1,08
1,00
0.89
0.83
0.86
19 Nusa Tenggara Timur
3,08
1,51
1,14
0.91
0.91
0.91
20 Kalimantan Barat
0,72
0,46
0,33
0.39
0.33
0.36
21 Kalimantan Tengah
0,35
0,29
0,30
0.28
0.27
0.28
22 Kalimantan Selatan
0,31
0.26
0,17
0.22
0.17
0.22
23 Kalimantan Timur
0,65
0,46
0,39
0.25
0.25
0.25
24 Sulawesi Utara
0,54
0,44
0,39
0.28
0.30
0.29
25 Sulawesi Tengah
1,53
1,30
0,91
0.78
0.82
0.80
26 Sulawesi Selatan
1,08
0,58
0,50
0.39
0.42
0.41
27 Sulawesi Tenggara
1.59
1,00
0,67
0.63
0.49
0.90
28 Gorontalo
0,90
0,99
0,71
1.01
0.84
0.93
29 Sulawesi Barat
0,94
0,64
0,62
0.57
0.40
0.49
30 Maluku
2.15
2.63
1,66
1.34
1.31
1.86
31 Maluku Utara
0,76
1,00
0,43
0.67
0.14
0.41
32 Papua Barat
4,55
4,28
2,77
2.74
1.71
2.22
33 Papua
4,50
4,89
3,07
2.76
2.44
2.60
Sumber : Badan Pusat Statistik Keterangan : (-) data tidak tersedia
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
31
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
DKI Jakarta
Bangka Belitung
Kepulauan Riau
Kalimantan Tengah
Banten
Kalimantan Barat
Jambi
Maluku Utara
Jawa Timur
Sumatera Utara
Jawa Tengah
Lampung
Sulawesi Tengah
Aceh
Nusa Tenggara Timur
Maluku
Papua
(% ) 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 -
Grafik 3.12. Rata-rata Indeks Keparahan Kemiskinan menurut Provinsi di Indonesia, 2008-2012
4.7. Kemiskinan Sektor Pertanian Kemiskinan adalah suatu fenomena atau proses multidimensi, yang artinya kemiskinan disebabkan oleh banyak faktor (World Bank, 2000). Namun, di Indonesia kemiskinan merupakan suatu fenomena yang erat kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi di perdesaan pada umumnya dan di sektor pertanian pada khususnya. Oleh sebab itu, fenomena kemiskinan di Indonesia tidak dapat dipahami sepenuhnya tanpa memahami fenomena kemiskinan di perdesaan atau sektor pertanian. Penduduk di sektor pertanian pada umumnya selalu lebih miskin dibandingkan penduduk yang sumber utama pendapatannya dari sektor-sektor lainnya, terutama industri manufaktur, keuangan, dan perdagangan; walaupun pendapatan bervariasi menurut subsektor atau kelompok usaha di masing-masing sektor tersebut. Hal ini diperburuk oleh semakin banyaknya areal pertanian yang berganti fungsi ke kegiatan-kegiatan non perertanian. Seperti yang dijelaskan oleh Tjondronegoro (2006) “Tanah sebagai tumpuan hidup petani kian berkurang, bukan saja karena penduduk bertambah, tetapi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
32
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
karena pemusatan kepemilikan tanah oleh pemodal besar yang hidup di perkotaan. Itu beberapa penyebab utama mengapa akses kepada tanah dan air serta sumber daya alam kian sulit bagi petani dan nelayan”. Jika dilihat jumlah penduduk miskin berdasarkan lapangan pekerjaan maka diperoleh data bahwa jumlah penduduk miskin yang berumur 15 tahun ke atas yang bekerja pada sektor pertanian pada tahun 2012 terdapat
6.028.503 orang yang terdiri dari
3.795.976
orang yang bekerja pada Subsektor Tanaman Pangan, 340.615 orang yang bekerja pada Subsektor Hortikultura, 1.401.721 orang pada Subsektor Perkebunan dan 490.190 orang yang bekerja pada Subsektor Peternakan. Penduduk miskin yang paling besar jumlahnya adalah yang bekerja pada Subsektor Tanaman Pangan yakni 62.97 persen dari total penduduk miskin sektor pertanian dan yang bekerja pada Subsektor Perkebunan yakni 23,25 persen dari total penduduk miskin sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat pada Grafik 3.13. (Jiwa) 12,000,000
10,000,000
8,000,000
6,000,000
4,000,000
2,000,000
2010 2011 2012
Tanaman Pangan 10,075,612 4,182,820 3,795,976
Hortikultura 794,348 395,958 340,615
Perkebunan 4,106,479 1,490,756 1,401,721
Peternakan 1,092,418 582,535 490,190
Grafik 3.13. Jumlah Penduduk Miskin Umur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Pada Sektor Pertanian, 2010 - 2012
Persentase penduduk miskin 15 tahun ke atas berdasarkan lapangan
pekerjaan
utama
menurut
provinsi
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
di
Indonesia 33
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin yang paling tinggi pada Subsektor Tanaman Pangan terdapat di
Provinsi Jawa Timur
yakni 14,93 persen, sedang persentase yang paling rendah terdapat di Provinsi Maluku Utara yakni hanya 0,07 persen. Pada Subsektor Hortikultura persentase penduduk miskin yang paling tinggi terdapat di Provinsi Jawa Tengah 1,95 persen, sedang persentase penduduk miskin terendah terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah yaitu 0,02 persen.
Pada Subsektor Perkebunan persentase
penduduk miskin yang paling tinggi terdapat di Provinsi Jawa Timur yaitu 2,44 persen, sedang persentase penduduk miskin terendah terdapat di Provinsi Kepulauan Riau yakni 0.02 persen.
Pada
Subsektor Peternakan persentase penduduk miskin yang paling tinggi terdapat di
Provinsi Jawa Timur 4,27 persen, sedang persentase
penduduk miskin terendah terdapat di Provinsi
Maluku Utara yakni
0.07 persen. 4.8. Rumah Tangga Sektor Pertanian Jika dilihat jumlah rumah tangga miskin berdasarkan lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga maka diperoleh data bahwa jumlah kepala rumah tangga
miskin yang bekerja pada sektor
pertanian terdapat 2.819.082 orang kepala rumah tangga yang terdiri dari 1.819.197 orang kepala rumah tangga Subsektor Tanaman Pangan,
yang bekerja pada
172.131 orang kepala rumah tangga
yang bekerja pada Subsektor Hortikultura, 708.424 orang kepala rumah tangga yang bekerja pada Subsektor Perkebunan dan 210.369 orang kepala rumah tangga yang bekerja pada Subsektor Peternakan. Kepala rumah tangga miskin yang paling besar jumlahnya adalah yang bekerja pada Subsektor Tanaman Pangan yakni 65,15 persen dari total penduduk miskin sektor pertanian, dan yang bekerja pada
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
34
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
Subsektor Perkebunan yakni 22,63 persen dari total penduduk miskin sektor pertanian (3.14). 3,500,000
Kepala Rumah Tangga Miskin (orang)
3,000,000 2,500,000
2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 2010 2011 2012
Tanaman Pangan 2,039,692 2,039,191 1,819,197
Hortikultura
Perkebunan
Peternakan
155,715 172,131 144,425
776,452 708,424 665,940
245,246 210,369 189,520
Total Pertanian 3,217,105 3,130,115 2,819,082
Grafik 3.14 . Jumlah Kepala Rumah Tangga yang Bekerja Pada Sektor Pertanian Tahun 2010 -2012
Persentase kepala rumah tangga miskin berdasarkan lapangan pekerjaan utama menurut provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa persentase kepala rumah tangga miskin yang paling tinggi pada sub sektor Tanaman Pangan terdapat di
Provinsi Papua yakni 67,37
persen, sedang persentase yang paling rendah terdapat di Provinsi DKI Jakarta yakni hanya 0,32 persen. Pada Subsektor Hortikultura persentase penduduk miskin yang paling tinggi terdapat di Provinsi Papua Barat 16,10 persen, sedang persentase penduduk miskin terendah terdapat di Provinsi Sumatera Selatan yaitu 0,67 persen. Pada Subsektor Perkebunan persentase penduduk miskin yang paling tinggi terdapat di Provinsi Maluku Utara yaitu 60,23 persen, sedang persentase penduduk miskin terendah terdapat di Provinsi Banten yakni 0.70 persen.
Pada Subsektor Peternakan persentase
penduduk miskin yang paling tinggi terdapat di Provinsi Bali 19,70 persen, sedang persentase penduduk miskin terendah terdapat di Provinsi Maluku yakni 0.03 persen. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
35
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1.
Jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 mencapai 237,6 juta jiwa, mengalami kenaikan sebesar 13,2% dibandingkan dengan hasil sensus tahun 2000 sebesar 206,3 juta jiwa dengan laju pertumbuhannya sebesar 1,52 persen per tahun.
2.
Sebaran penduduk terbesar terjadi di pulau Jawa terutama di Provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 43,05 juta jiwa atau 18,12 persen dari total jumlah penduduk Indonesia kemudian di Provinsi Jawa Timur sebesar 37,48 juta jiwa atau 15,77 persen dan Provinsi Jawa Tengah sebesar 32,38 juta jiwa atau 13,63 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
3.
Rrata-rata pertumbuhan jumlah penduduk miskin di provinsi Papua meningkat 9,5 persen.
4.
Provinsi Riau mampu menurunkan jumlah penduduk miskin hingga 1,6 pada periode 2008-20012.
5.
Rata-rata peningkatan garis kemiskinan selama periode tahun 2008 - 2012 mencapai 9,24 persen.
6.
Rata-rata garis kemiskinan tertinggi ditempati oleh Provinsi DKI Jakarta yaitu 330.869 rupiah .
7.
Tiga
provinsi
yang
memiliki
rata-rata
indeks
kedalaman
kemiskinan yang paling besar pada periode 2008-2012 adalah: Provinsi Papua sebesar 7,64 persen, Papua Barat sebesar 6,64 persen, dan Maluku sebesar 5,27 persen. 8.
Tiga provinsi yang memiliki indeks keparahan terbesar Provinsi Papua sebesar 2,60 persen, Papua Barat sebesar 2,22 persen, Maluku sebesar 1.86 persenang.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
36
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
9.
Penduduk miskin yang paling besar jumlahnya adalah yang bekerja pada Subsektor Tanaman Pangan yakni 62.97 persen dari total penduduk miskin sektor pertanian.
10.
Kepala rumah tangga miskin yang paling besar jumlahnya adalah yang bekerja pada Subsektor Tanaman Pangan yakni 65,15 persen dari total penduduk miskin sektor pertanian.
5.2.
Saran 1.
Perlu dikaji lebih lanjut terkait teori “Gini Rasio atau Indeks
Theil” untuk melihat ketimpangan distribusi pendapatan antara penduduk di perkotaan dan perdesaan. 2.
Perlu dikaji program yang paling tepat dalam penanggulangan kemiskinan di Indonesia khusunya di sektor pertanian.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
37
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
DAFTAR PUSTAKA BPS. 2009. Analisis Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan Distribusi Pendapatan. Jakarta. BPS. 2013. Penghitungan dan Analisis Kemiskinan Makro Indonesia. Jakarta. Tambunan, Tulus. 2009. Kemiskinan? Kebijakan Anti Kemisinan. [terhubungberkala].http://meilina03.wordpress.com/2013/04/06/pert anian-sumber-utama-kemiskinan-anti-/ [9 Januari 2014]. Pertanian dan Kemiskinan. 2013. [terhubung berkala] (http://marx83.wordpress.com/peran-serta-masyarakat-dalampenataan-ruang-dalam-rangka-menanggulangikemiskinanan/pertanian-dan-kemiskinan/ ), [9 Jan 2014]
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
38
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
LAMPIRAN
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
39
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
40
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
41
Analisis Penduduk dan Kemiskinan Sektor Pertanian
Lampiran 5.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
42