ANALISIS PENDAPATAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP HUTAN RAKYAT (Studi Kasus: Hutan Rakyat di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican dan Desa Bojong Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat)
LALIS YULIANA SULTIKA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ANALISIS PENDAPATAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP HUTAN RAKYAT (Studi Kasus: Hutan Rakyat di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican dan Desa Bojong Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat)
LALIS YULIANA SULTIKA
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan dan Persepsi Masyarakat terhadap Hutan Rakyat (Studi Kasus: Hutan Rakyat di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican dan Desa Bojong Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat)” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah di perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2010
Lalis Yuliana Sultika NRP E14053037
Judul Skripsi
Nama
: Analisis Pendapatan dan Persepsi Masyarakat terhadap Hutan Rakyat (Studi Kasus: Hutan Rakyat di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican dan Desa Bojong Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat) : Lalis Yuliana Sultika
NRP
: E 14053037
Menyetujui, Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA NIP. 19500914 197412 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Manajemen Hutan
Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP. 19630401 199403 1 001
Tanggal Lulus :
SUMMARY LALIS YULIANA SULTIKA (E14053037). Income Analysis and Farmer Perception on Private Forest (Case Study: Private Forest at Sidamulih Village Pamarican District and Bojong Village Langkaplancar District, Ciamis Regency, West Java). Supervised by Dudung Darusman.
Private forest has many benefits, which are necessary for environment and human life so it needs to be looked after its sustainability. Considering private forest existence needs to be kept, any effort to keep it sustainability shall consider some factors that influence it, such as the human factor. The purpose of this research are to know forest farmer’s income gained from forest management and from other sources, to know the accomplishment of total income farmers based Ciamis’s UMR (2009), Ciamis's poverty line (2007) and Sajogyo (1996), to know the relationship total income and private forest income and social economic factors and also to know the farmer’s perception and it relation with the social economic factors. Research was done at Sidamulih Village Pamarican District and Bojong Village Langkaplancar District, Ciamis Regency, West Java. The data was taken from the interview to 60 forest farmer respondents, which were 30 respondents of Sidamulih Village and its rest from Bojong Village. Total income’s farmers of private forest management is Rp 475.687.000/year with average of Rp 7.928.117/year/farmer and its relative contribution is 33,02%. Total income from the other sources Rp 964.953.000/year and average of also its contribution is Rp 16.082.550/year/farmer and 66,98%. Based on Ciamis’s UMR (2009), the farmers income is 21,67% above UMR. Based on Sajogyo's poverty line (1996), the farmers income is 91,67% above Sajogyo. Based on Ciamis’s poverty line (2007), about 90% forest farmers are above of Ciamis’s poverty line. Based on analysis of regression, the total income has significan related to education, total family member and the area of private forest. Meanwhile people forest income has significan related with the area of private forest only. Another social economic factors (age, primary work and gender) are not significan related with income. Farmer perception to private forest based from Likert’s scale is high which equal to 2,72. Internal factors that regarded perception is primary work. Meanwhile, external factor is environmental social cultural. Key word: private forest, income, perception.
RINGKASAN LALIS YULIANA SULTIKA (E14053037). Analisis Pendapatan dan Persepsi Masyarakat terhadap Hutan Rakyat (Studi Kasus: Hutan Rakyat di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican dan Desa Bojong Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat). Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA. Hutan rakyat mempunyai manfaat yang sangat penting bagi lingkungan dan kehidupan manusia sehingga perlu dijaga kelestariannya untuk mempertahankan manfaat ekonomi dan ekologisnya. Mengingat keberadaan hutan rakyat perlu dipertahankan, maka usaha untuk mempertahankan keberadaan/kelestariannya perlu memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan dengan hutan rakyat, misalnya faktor manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan petani hutan rakyat baik dari kegiatan pengelolaan hutan rakyat maupun dari luar kegiatan pengelolaan hutan rakyat serta kontribusinya terhadap pendapatan total petani, mengetahui pemenuhan pendapatan total petani berdasarkan UMR Ciamis (2009), batas garis kemiskinan Ciamis (2007) dan Sajogyo (1996), mengetahui hubungan pendapatan total dan pendapatan hutan rakyat dengan faktor sosial ekonomi petani dan mengetahui persepsi petani dan hubungannya dengan faktor-faktor sosial ekonomi petani. Penelitian dilakukan di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican dan Desa Bojong Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara terhadap 60 responden petani hutan rakyat, yakni 30 responden dari Desa Sidamulih dan sisanya dari Desa Bojong. Pendapatan total petani dari kegiatan pengelolaan hutan rakyat adalah Rp 475.687.000/tahun dengan rata-rata Rp 7.928.117/tahun/petani dan kontribusinya adalah 33,02%. Pendapatan total dari luar kegiatan pengelolaan hutan rakyat adalah Rp 964.953.000/tahun dan rata-rata serta kontribusinya adalah Rp 16.082.550/tahun/petani dan 66,98%. Berdasarkan UMR Ciamis (2009), maka 21,67% petani hutan rakyat berada di atas UMR dan 78,33% petani hutan rakyat berada di bawah UMR. Berdasarkan batas garis kemiskinan Sajogyo (1996), maka 91,67% petani hutan rakyat berada di atas garis kemiskinan sedangkan 8,33% petani hutan rakyat berada di bawah garis kemiskinan. Berdasarkan batas garis kemiskinan Ciamis (2007), maka 90% petani hutan rakyat berada di atas garis kemiskinan sedangkan 10% petani hutan rakyat berada di bawah garis kemiskinan. Berdasarkan analisis regresi maka pendapatan total berhubungan positif dengan pendidikan, jumlah anggota keluarga dan luas hutan rakyat. Sedangkan pendapatan hutan rakyat berhubungan positif dengan luas hutan rakyat saja. Faktor-faktor sosial ekonomi yang lain (usia, pekerjaan pokok dan jenis kelamin) tidak berhubungan signifikan dengan pendapatan. Persepsi petani terhadap hutan rakyat berdasarkan Skala Likert adalah tinggi dengan nilai sebesar 2,72. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi persepsi adalah pekerjaan pokok, sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan sosial budaya. Kata kunci: hutan rakyat, pendapatan, persepsi.
RIWAYAT HIDUP Nama lengkap penulis adalah Lalis Yuliana Sultika, lahir di Banten tanggal 13 Juli 1987 dan sekarang bertempat tinggal di Desa Sukamulya, Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak H. Uwes Sultoni dan Hj. Titin Kartini, S.pd. Penulis memasuki dunia pendidikan untuk pertama kalinya pada tahun 1993 di SDN Cikacang. Selanjutnya, pada tahun 1999 penulis meneruskan pendidikannya ke SLTPN 7 Ciamis Filial Sukamulya dan selesai pada tahun 2002. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan ke SMAN 2 Ciamis dan menyelesaikannya pada tahun 2005. Selanjutnya, melalui jalur
USMI
(Undangan
Seleksi
Mahasiswa
IPB)
penulis
melanjutkan
pendidikannya ke IPB yang kemudian berdasarkan pemilihan mayor minor, pada tahun 2006 penulis masuk ke Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penulis merupakan anggota FMSC (Forest Management Student Club) dan pada periode 2006-2007 penulis menjabat sebagai sekretaris Depatemen Sosial Politik Badan Eksekutif Mahasiswa Fahutan IPB dan pada periode 20062008 penulis bergabung dengan IFSA (International Forest Student Associations) sebagai Public Relations (PR). Selain itu, penulis mengikuti organisasi mahasiswa daerah Ciamis (OMDA). Pada tahun 2007, penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Linggarjati-Indramayu dan tahun 2008 penulis melakukan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW). Pada tahun 2009, penulis mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang di Perum Perhutani KPH Ciamis, Unit III Jawa Barat.
KATA PENGANTAR Segala puji hanyalah milik Allah SWT. Dia-lah yang telah menurunkan Islam sebagai cahaya kebenaran yang diturunkan kepada Rasulullah SAW untuk mengeluarkan manusia dari berbagai kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan dan Persepsi Masyarakat terhadap Hutan Rakyat (Studi Kasus : Hutan Rakyat di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican dan Desa Bojong Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat)”. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besarnya pendapatan petani hutan rakyat baik dari kegiatan pengelolaan hutan rakyat maupun dari luar kegiatan pengelolaan hutan rakyat serta kontribusinya terhadap pendapatan total petani. Mengukur pemenuhan pendapatan total petani berdasarkan UMR Ciamis (2009), batas garis kemiskinan Ciamis (2007) dan Sajogyo (1996). Menguji hubungan pendapatan total dan pendapatan hutan rakyat dengan faktor sosial ekonomi petani serta mengetahui persepsi petani dan hubungannya dengan faktor sosial ekonomi petani. Penulis sadar bahwa segala kesalahan datangnya dari penulis sendiri sebagai manusia yang selalu lupa dan segala kebenaran datangnya hanya dari Allah SWT yang maha benar. Tiada suatu apapun yang dapat penulis sampaikan sebagai tanda terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan memberikan semangat kepada penulis, kecuali hanya doa yang dapat disampaikan. Semoga Allah SWT membalas amal baik mereka serta senantiasa melimpahkan rahmat-Nya. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat untuk pembaca pada umumnya dan pada khususnya untuk penulis.
Bogor, Juni 2010
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada: 1. Mama dan papa tercinta yang telah memberikan kasih sayang, do’a, dukungan, perhatian dan materi yang tak terhingga dalam menyelesaikan skripsi ini serta kakak dan adik tersayang (Budi Sultika dan Dimas Maulana Sultika). 2. Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA selaku pembimbing skripsi yang selalu sabar dalam memberikan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Ir. Bintang C. H. Simangunsong, MS. PhD, Ir. Jarwadi Budi Hernowo, MSc, Dr. Ir. Sri Wilarso Budi R., MS selaku dosen penguji ujian komprehensif penulis. 4. Dr. Ir. Didik Suharjito, MS selaku ketua Departemen Manajemen Hutan. 5. Dr. Ir. Ahmad Budiaman, MSc selaku dosen pemeriksa skripsi penulis. 6. Bapak dan Ibu Dosen Departemen Manajemen Hutan (MNH), Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE), Silvikultur (SVK) dan Hasil Hutan (HH) yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 7. Pegawai Dinas Kehutanan Ciamis, Puskesbanglinmas Ciamis, Desa Sidamulih
Kecamatan
Pamarican
dan
Desa
Bojong
Kecamatan
Langkaplancar serta Perhutani KPH Ciamis. Special thanks for Bapak Ir. Dicky Rady yang telah membantu penulis baik dari segi materil maupun moril. 8. Rusan Prahady yang selalu setia menemani penulis dalam suka dan duka serta selalu sabar menghadapi keluh kesah penulis dan juga keluarganya (Pak Rum, Ibu Sona, Runi, Agus, Ijap dan Reza) yang telah banyak menbantu dan mendukung penulis. 9. Keluarga Bapak Ahen dan Bapak Maman yang telah memfasilitasi penulis selama penelitian.
10. Teman-teman tercinta di Fauziah atas (tante Dewi, Pipit, Selly, ceu Kiki, Ineu dan Tuti) dan Fauziah bawah (Tuty, Retno dan Amy). 11. Rekan-rekan seperjuangan MNH 42 (Helny, Ani, Doris, Zera, Santi, Maria, Etha, Wiji, Pipit, Nonoi, Tyas, Gilang, Putri, Fakih, Rivan dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu), SVK 42 (Asep M. ), KSH 42 dan THH 42. 12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan masukkan terhadap kelancaran pembuatan skripsi ini.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL..........................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang................................................................................
1
1.2 Tujuan .............................................................................................
3
1.3 Manfaat ...........................................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat ..................................................................................
4
2.2 Pendapatan......................................................................................
6
2.2 Persepsi ...........................................................................................
7
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat..........................................................................
9
3.2 Sasaran, Alat dan Bahan .................................................................
9
3.3 Metode Pengambilan Data..............................................................
9
3.4 Jenis dan Sumber Data....................................................................
9
3.5 Metode Pengolahan Data................................................................
11
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah ................................................
15
4.2 Topografi, Geologi, Tanah dan Iklim .............................................
15
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Petani Hutan Rakyat...............................
18
5.2 Pengelolaan Hutan Rakyat di Desa Sidamulih dan Desa Bojong...
22
5.2.1 Sistem dan Teknik Silvikultur...............................................
23
5.3 Pendapatan Responden Petani Hutan Rakyat .................................
28
5.3.1 Sumber-Sumber Pendapatan dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Rumah Tangga ...................................................
28
5.3.2 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Petani......................
29
5.3.3 Perbandingan Pendapatan Total Petani dengan Pengeluaran Total Petani ...........................................................................
32
5.3.4 Perbandingan Pendapatan Petani dengan UMR Ciamis (2009), Batas Garis Kemiskinan Ciamis (2007) dan Batas Garis Kemiskinan Sajogyo (1996) ........................................
33
5.4 Persepsi Petani terhadap Hutan Rakyat ..........................................
34
5.4.1 Pengetahuan Petani Terhadap Hutan Rakyat ........................
34
5.4.2 Harapan Petani terhadap Hutan Rakyat.................................
36
5.4.3 Penilaian Petani terhadap Hutan Rakyat ...............................
37
5.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ........................
39
5.5 Analisis Regresi Antara Pendapatan Total dan Pendapatan Hutan Rakyat dengan Faktor Sosial Ekonomi ..........................................
41
5.5.1 Pendapatan Total Petani dengan Faktor Sosial Ekonomi Petani....................................................................................
41
5.5.2 Pendapatan Hutan Rakyat Petani dengan Faktor Sosial Ekonomi Petani ....................................................................
43
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan .........................................................................................
45
6.2 Saran ...............................................................................................
45
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
47
LAMPIRAN...................................................................................................
49
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Tingkat persepsi berdasarkan Skala Likert .............................................
12
2. Usia responden petani hutan rakyat ........................................................
18
3. Pekerjaan pokok responden petani hutan rakyat.....................................
19
4. Pekerjaan sampingan responden petani hutan rakyat..............................
19
5. Pendidikan responden petani hutan rakyat..............................................
20
6. Jumlah anggota keluarga responden petani hutan rakyat........................
21
7. Luas hutan rakyat responden petani hutan rakyat ...................................
21
8. Sumber-sumber pendapatan dan kontribusinya terhadap pendapatan total..........................................................................................................
28
9. Pengeluaran konsumsi rumah tangga petani ...........................................
30
10. Perbandingan pendapatan dengan UMR Ciamis dan Batas Garis Kemiskinan (Ciamis dan Sajogyo)..........................................................
33
11. Pengetahuan petani mengenai hutan rakyat ............................................
35
12. Harapan petani terhadap hutan rakyat.....................................................
36
13. Penilaian petani terhadap hutan rakyat ..................................................
37
14. Hasil perhitungan regresi antara persepsi petani dengan faktor sosial ekonomi petani ........................................................................................
39
15. Hasil perhitungan regresi antara pendapatan total petani dengan faktor sosial ekonomi petani..............................................................................
42
16. Hasil perhitungan regresi antara pendapatan hutan rakyat petani dengan faktor-faktor sosial ekonomi petani............................................
43
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Hutan Rakyat (a) Desa Sidamulih Kec. Pamarican, (b) Desa Bojong Kec. Langkaplancar.................................................................................
22
2. Kegiatan pengadaan bibit (a) pengadaan bibit oleh penjual bibit (b) pengadaan bibit oleh petani hutan rakyat (perorangan) ..........................
25
3. Simpanan gabah petani hutan rakyat di rumahnya..................................
32
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1.
Peta wilayah Kabupaten Ciamis .............................................................
50
2.
Data karakteristik responden petani hutan rakyat ...................................
52
3.
Data pendapatan responden petani hutan rakyat.....................................
55
4.
Data pengeluaran responden petani hutan rakyat ...................................
58
5.
Perbandingan
pendapatan/kapita/tahun
dengan
Batas
Garis
Kemiskinan Sajogyo dan Ciamis serta UMR Ciamis .............................
61
6.
Persentase sumber pendapatan responden petani hutan rakyat...............
64
7.
Data persepsi responden petani hutan rakyat terhadap hutan rakyat.................
66
8.
Penilaian persepsi..............................................................................................
69
9.
Perhitungan regresi antara persepsi petani dengan faktor-faktor sosial ekonomi.............................................................................................................
70
10. Perhitungan regresi antara pendapatan total petani dengan faktorfaktor sosial ekonomi petani ...................................................................
71
11. Perhitungan regresi antara pendapatan hutan rakyat dengan faktorfaktor sosial ekonomi petani ...................................................................
72
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan statusnya, hutan terdiri dari dua jenis, yaitu hutan negara dan hutan hak. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak milik dan lazim disebut hutan rakyat. Hutan rakyat adalah hutan yang terletak di luar kawasan hutan negara atau seringkali disebut hutan milik. Hutan milik merupakan hutan yang tumbuh di atas lahan yang dibebani hak milik. Hutan rakyat mempunyai manfaat yang sangat penting bagi lingkungan dan kehidupan manusia sehingga perlu dijaga kelestariannya untuk mempertahankan manfaat ekonomi dan ekologisnya. Mengingat keberadaan hutan rakyat perlu dipertahankan, maka usaha untuk mempertahankan keberadaan/kelestariannya perlu memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan dengan hutan rakyat, misalnya faktor manusia. Sebagai mahluk hidup, manusia memiliki kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan manusia terutama kebutuhan mempertahankan hidup salah satunya kebutuhan ekonomi. Perkembangan manusia yang sangat pesat memicu peningkatan permintaan terhadap hutan. Hal ini menimbulkan perilaku pemanfaatan hutan yang berlebihan. Eksploitasi hutan secara berlebihan mengakibatkan terjadinya tekanan yang besar terhadap sumberdaya hutan sehingga akan mengancam kelestarian hutan. Perilaku manusia terhadap hutan rakyat merupakan cerminan dari persepsi masyarakat terhadap hutan rakyat tersebut. Persepsi yang benar terhadap suatu objek sangat diperlukan karena merupakan dasar pembentukan sikap dan perilaku. Toch dan Mckan (1975) dalam Harihanto (2001) mengatakan tidak ada perilaku tanpa persepsi, perilaku merupakan hasil dari persepsi. Oleh karena itu, perlu dibangun persepsi yang benar untuk tindakan yang benar agar terjadi hubungan
yang seimbang antara pemenuhan kebutuhan masyarakat sekitar hutan dengan kelestarian hutan itu sendiri. Pourteus (1977) dalam Murniati (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu umur dan jenis kelamin, latar belakang, pendidikan, penghasilan dan kemampuan fisik dan intelektual. Faktor internal biasa dikenal dengan faktor sosial ekonomi. Faktor eksternal merupakan keadaan lingkungan sosial dan budaya. (Brockman dan Merriem 1973 dalam Yusri 1999). Faktor-faktor tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk pola persepsi masyarakat terhadap objek yang ada di sekelilingnya. Djayahadikusuma (1994) dalam Sumardi (1997) menyebutkan bahwa persepsi seseorang terhadap hutan mempengaruhi hubungan manusia dengan hutan, yang dapat dibedakan adalah seseorang menolak lingkungan, bekerjasama dan
mengekploitasi
lingkungan.
Seseorang
menolak
lingkungan
karena
mempunyai pandangan yang tidak sesuai dengan keadaan yang tidak diinginkan, sehingga dapat memberikan tindakan terhadap hutan sesuai dengan apa yang dikehendaki. Sebaliknya bagi petani yang mempunyai sikap menerima lingkungan, seseorang dapat memanfaatkan hutan dan sekaligus menjaga dan menyelamatkan hutan dari kerusakan, sehingga hutan dapat memberikan manfaat yang terus-menerus. Dengan demikian lingkungan hutan yang selalu terjaga kelestariannya dari kerusakan akan memberikan manfaat kepada masyarakat. Dalam konteks ini, masyarakat yang dimaksud adalah petani hutan rakyat. Di Pulau Jawa terutama sebagian besar Kabupaten Ciamis, hutan rakyat dijadikan sebagai lapangan pekerjaan. Hasil hutan yang beranekaragam mampu mencukupi kebutuhan hidup masyarakat. Pemenuhan kebutuhan terutama kebutuhan ekonomi (berkaitan dengan pendapatan) terjadi secara terus-menerus seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat untuk mencapai kehidupan yang sejahtera. Kesejahteraan hidup masyarakat salah satunya dapat diukur dengan melakukan perbandingan antara pendapatan dan batas-batas garis kemiskinan.
1.2 Tujuan 1. Menghitung besarnya pendapatan petani hutan rakyat baik dari kegiatan pengelolaan hutan rakyat maupun dari luar kegiatan pengelolaan hutan rakyat serta kontribusinya terhadap pendapatan total petani. 2. Mengukur pemenuhan pendapatan total petani berdasarkan UMR Ciamis (2009), batas garis kemiskinan Ciamis (2007) dan Sajogyo (1996). 3. Menguji hubungan pendapatan total dan pendapatan hutan rakyat dengan faktor sosial ekonomi petani. 4. Mengetahui persepsi petani dan hubungannya dengan faktor sosial ekonomi petani.
1.3 Manfaat 1. Memberikan informasi pada lembaga pemerintahan Kabupaten Ciamis khususnya Dinas Kehutanan Ciamis mengenai besarnya pendapatan petani hutan rakyat baik dari kegiatan pengelolaan hutan rakyat maupun dari luar kegiatan pengelolaan hutan rakyat dan kontribusinya terhadap pendapatan total petani. 2. Mengetahui pemenuhan pendapatan total dan pendapatan hutan rakyat berdasarkan UMR Ciamis (2009), batas garis kemiskinan Ciamis (2007) dan Sajogyo (1996) sehingga dapat diketahui tingkat kesejahteraan petani di daerah sekitar hutan rakyat tersebut. 3. Mengetahui hubungan pendapatan total dan pendapatan hutan rakyat dengan faktor sosial ekonomi petani sehingga dapat dijadikan bahan acuan untuk meningkatkan pendapatan petani. 4. Mengetahui persepsi petani terhadap hutan rakyat dan hubungannya dengan faktor sosial ekonomi sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat Lembaga Penelitian IPB (1983) mengemukakan bahwa hutan rakyat berdasarkan tempatnya terdiri dari dua bentuk, yaitu: 1. Hutan Rakyat Tradisional merupakan cara penanaman hutan pada tanah milik (lahan kering yang diusahakan oleh masyarakat itu sendiri tanpa campur tangan pemerintah). Bentuk penanamannya adalah campuran antara tanaman buah-buahan. Bentuk tersebut lebih dikenal dengan pola usaha tani lahan kering. 2. Hutan Rakyat Inpres yaitu hutan rakyat yang penanamannya murni dilakukan di tanah terlantar. Pembangunan hutan rakyat ini diprakarsai oleh proyek bantuan penghijauan. Bentuk hutan rakyat berdasarkan pola penanamannya menurut Bunna (2004) dalam Butar-Butar (2006), yaitu: 1. Hutan rakyat murni adalah areal hutan rakyat yang seluruhnya ditanami kayu-kayuan. 2. Hutan rakyat campuran adalah areal hutan rakyat yang ditanami kayukayuan yang dicampuri dengan tanaman jenis MPTS (multipurpose tree species). 3. Hutan rakyat pola kebun (kebun rakyat) adalah hutan rakyat yang pengaturan jarak tanamnya mengikuti pola kebun (5mx5m) dengan maksud agar dapat dikerjakan dengan sistem tumpangsari. Menurut Balai Informasi Pertanian (1982) dalam Pribadi (2001), hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat baik secara perorangan, kelompok ataupun suatu badan hukum. Berdasarkan pengertian tersebut, hutan rakyat memiliki ciri-ciri khas sebagai berikut: 1. Tidak merupakan suatu kawasan yang kompak, tetapi terpencar-pencar diantara lahan peruntukan lain.
2. Bentuk usahanya tidak selalu murni berupa kayu-kayuan, tetapi bisa terpadu atau dikombinasikan dengan berbagai tanaman perkebunan, rumput pakan ternak dan tanaman pangan. Hutan rakyat merupakan sumber kayu dan hasil lainnya, termasuk fungsinya sebagai pelindung dari bahaya erosi. Hutan rakyat mempunyai peranan penting bagi masyarakat, yaitu meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan produksi kayu, menyediakan kayu bangunan maupun bahan baku industri, menghasilkan buah-buahan, umbi-umbian, bahan obat-obatan dan pakan ternak, membantu mempercepat usaha rehabilitasi lahan kritis dan membantu penyerapan air ditempat-tempat recharge area (Lembaga Penelitian IPB 1986). Sistem
hutan
rakyat
memiliki
prinsip-prinsip
sebagaimana
yang
dikemukakan oleh Wahana Lingkungan Hidup (2004) sebagai berikut : 1. Aktor utama pengelola adalah rakyat/masyarakat lokal/adat. 2. Lembaga pengelola dibentuk, dilaksanakan dan dikontrol secara langsung oleh rakyat bersangkutan. 3. Memiliki wilayah yang jelas dan memiliki kepastian hukum yang mendukungnya. 4. Interaksi antara masyarakat dengan lingkungannya bersifat langsung dan erat. 5. Ekosistem menjadi bagian penting dari sistem kehidupan rakyat setempat. 6. Pengetahuan lokal menempati posisi penting dan melandasi kebijaksanaan dan sistem pengelolaan hutan, disamping pengetahuan modern untuk memperkaya. 7. Teknologi yang dipergunakan diutamakan teknologi lokal, merupakan teknologi yang telah melalui proses adaptasi dan berada dalam batas yang dikuasai oleh rakyat. 8. Skala produksi tidak dibatasi, kecuali oleh prinsip kelestarian. 9. Sistem ekonomi didasarkan atas kesejahteraan bersama. 10. Keanekaragaman hayati mendasari berbagai bidangnya, dalam jenis dan genetis, pola budidaya dan pemanfaatan sumberdaya, sistem sosial, sistem ekonomi dan lain sebagainya.
Ciri khusus pengelolaan hutan rakyat adalah didasarkan pada manajemen pohon. Manajemen pohon adalah pengelolaan pohon demi pohon dari berbagai struktur tanaman yang terdapat pada lahan milik, bertujuan untuk kelestarian income bagi setiap pemiliknya. Dasar pemikiran digunakannya manajemen pohon dalam pengelolaan hutan rakyat ini timbul karena karakteristiknya yang khusus, yaitu dengan komponen-komponen seperti struktur tegakan yang beragam, jumlah pemiliknya banyak, perilaku pemilik yang beragam, luasan pemilikan yang relatif sempit dan kelestarian pemiliknya per pemilik (Haeruman 1995). Pola usaha tani hutan rakyat masih dilakukan secara tradisional dan belum sepenuhnya memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan yang paling menguntungkan. Selanjutnya dikemukakan pemilik hutan rakyat umumnya belum menggantungkan penghidupannya pada hutan-hutan yang dimilikinya, mereka mengusahakan hutan rakyat tersebut sebagai sambilan. Faktor penyebab hal tersebut adalah belum adanya persatuan antar pemilik hutan rakyat, sistem silvikultur belum diterapkan secara sempurna, kurang pengetahuan petani dalam pemasaran hasil hutan rakyat dan belum adanya lembaga khusus yang menangani pengusahaan hutan rakyat (Hardjanto 1990). Menurut Hardjanto (1995), dalam kerangka pembinaan pengusahaan hutan rakyat perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Bahwa pengusahaan hutan rakyat akan dapat berjalan (bahkan berjalan dengan sendirinya), jika ada permintaan yang kuat terhadap produkproduknya. 2. Permasalahan pengusahaan hutan di Jawa berbeda dengan di luar Jawa sehingga program serta obyek pembinaannya pun berbeda. 3. Pembinaan pengusahaan hutan rakyat hendaknya tidak hanya pada sisi produksi, tetapi sejak awal telah dikaitkan dengan sisi permintaan dimana keduanya merupakan satu paket kemasan pembinaan.
2.2 Pendapatan Dalam pengertian ekonomi, pendapatan berhubungan dengan uang, barangbarang dan jasa yang diterima atau diperoleh selama periode waktu tertentu, seperti bulan atau tahun (Olsen dan Kenedy 1978 dalam Attar 1999).
Menurut Worrel (1959) dalam Attar (1999), pendapatan yang diperoleh dari suatu proses produksi tergantung dari jumlah barang yang dihasilkan tiap jenis dan kualita serta harga tiap satuan dari masing-masing jenis dan kualita. Besarnya pendapatan sama dengan jumlah barang yang dihasilkan kali harga tiap satuan. Pendapatan rumah tangga umumnya tidak berasal dari satu sumber, tetapi dapat berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan. Ragam sumber pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan itu sendiri. Tingkat pendapatan
yang
rendah
mengharuskan
anggota
rumah
tangga
untuk
bekerja/berusaha lebih giat untuk memenuhi kebutuhan. Bagi sebagian rumah tangga, upaya-upaya tersebut tidak hanya menambah curahan jam kerja dari kegiatan yang ada, tapi juga melakukan kegiatan-kegiatan lain. Hal ini terlihat dari beberapa hasil penelitian bahwa sebagian besar rumah tangga mempunyai lebih dari satu sumber pendapatan (Nurmanaf 1988).
2.3 Persepsi Persepsi merupakan pandangan individu terhadap waktu obyek stimulus. Akibat adanya stimulus, individu memberikan reaksi (respon) berupa penerimaan atau penolakan terhadap stimulus tersebut. Persepsi berhubungan dengan pendapat dan penilaian individu terhadap suatu stimulus yang akan berakibat terhadap menurunnya kemauan dan perasaan terhadap stimulus tersebut. Stimulus bisa berupa benda, isyarat, informasi, maupun situasi dan kondisi tertentu. Persepsi berhubungan dengan pendapat dan penilaian individu terhadap suatu stimulus yang akan berakibat terhadap motivasi, kemauan dan perasaan terhadap stimulus tersebut. Dalam konteks persepsi terhadap sumberdaya hutan atau kondisinya dapat berlaku sebagai stimulus yang dapat menimbulkan persepsi pada individu yang melihat, mencium atau merasakan (Langevelt 1966 dalam Harihanto 2001). Thoha (1988) dalam Harihanto (2001) mendefinisikan persepsi sebagai proses kognitif yang bisa terjadi pada setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungan yang dapat diperoleh melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan maupun penciuman. Persepsi merupakan penafsiran unik terhadap suatu situasi, bukan merupakan suatu pencarian yang sebenarnya dari
situasi tersebut. Definisi ini secara implisit menyebutkan bahwa informasi dan situasi dapat berfungsi sebagai stimulus bagi terbentuknya suatu persepsi, walaupun informasi tentang lingkungan itu juga bisa berupa situasi tertentu (tidak harus berupa rangkaian kalimat atau isyarat lain). Menurut Calhoun dan Acocella (1990), persepsi yang kita kenal memiliki tiga dimensi yang menandai konsep diri, yaitu pengetahuan (apa yang individu ketahui tentang sesuatu hal), pengharapan dan penilaian (pengukuran individu tentang sesuatu hal dengan apa yang menurutnya dapat dan terjadi dalam rangka memenuhi harapan individu tentang hal tersebut). Kartono (1987) mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana seseorang menjadi sadar segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera yang dimiliki, pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi data indera. Persepsi tentang kesejahteraan hidup manusia terbangun melalui pengalaman dan berbagai macam proses dalam usaha manusia menjalin hubungan dengan lingkungan mereka. Terbangunnya persepsi tersebut mendorong manusia dalam usaha mendekati atau mencapai suatu kondisi kehidupan sesuai dengan gambaran hidup sejahtera yang ada dalam konsepsi manusia (Twikromo 1995). Persepsi sangat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap lingkungannya. Seseorang yang mempunyai persepsi yang benar terhadap lingkungannya, kemungkinan orang tersebut akan berperilaku positif terhadap upaya-upaya pelestarian lingkungan (Surata 1993 dalam Widawari 1994).
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican dan Desa Bojong Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Juli 2009-September 2009.
3.2 Sasaran, Alat dan Bahan Sasaran penelitian adalah petani/pemilik hutan rakyat yang melakukan kegiatan pengelolaan hutan rakyat. Alat dan bahan yang digunakan adalah form kuisioner, alat tulis, alat hitung, software microsoft office word 2007, microsfot excel 2007, SPSS 17 dan alat dokumentasi.
3.3 Metode Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan dengan wawancara terhadap 60 responden petani hutan rakyat, yakni 30 responden dari Desa Sidamulih dan 30 responden dari Desa Bojong. Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling (sengaja) dengan pertimbangan sebaran lokasi petani dan ketersediaan alat transportasi menuju lokasi petani. Selain itu, dilakukan pengumpulan data-data sekunder yang didapatkan dari kantor desa setempat dan BPS Ciamis.
3.4 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer yang dikumpulkan adalah: 1. Data karakteristik responden, meliputi: a. Nama. b. Usia: dikategorikan ke dalam tiga kategori yaitu <14 tahun, 15-54 tahun dan >55 tahun. Kategori usia <14 tahun dapat dikatakan kategori anak-anak sehingga pada usia ini kurang produktif apabila melakukan usaha/kerja. Kategori usia 15-54 tahun merupakan kelompok usia yang produktif untuk melakukan kerja/usaha,
sedangkan kategori usia >55 tahun merupakan kelompok usia manula (manusia usia lanjut) sehingga kelompok usia ini tidak produktif untuk melakukan kerja/usaha (BPS Ciamis dalam Master Plan 2006). c. Jenis kelamin: laki-laki dan perempuan. d. Pendidikan: SD (6 tahun), SLTP (3 tahun), SLTA (3 tahun) dan sarjana. e. Pekerjaan: dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan yang dikategorikan kedalam bertani pangan/hutan (hutan rakyat dan sawah), buruh, pegawai, berdagang, beternak, wiraswasta dan lain-lain. f. Jumlah anggota keluarga (jiwa). g. Luas hutan rakyat (dalam hektar). 2. Data aspek pendapatan, meliputi: a. Pendapatan: pendapatan yang berasal dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan (Rp/tahun). b. Pengeluaran untuk pengelolaan hutan (Rp/tahun): terdiri dari persiapan lahan (sewa lahan bagi yang tidak mempunyai lahan sendiri, biaya pupuk untuk pemupukan tanah dan upah tenaga kerja), penyediaan bibit (harga bibit, biaya transportasi pembelian bibit dan upah tenaga kerja), penanaman (upah tenaga kerja), pemeliharaan (upah tenaga kerja), pemanenan (upah tenaga kerja, sewa alat dan bahan bakar) dan pengangkutan (upah tenaga kerja, sewa alat angkut dan biaya bahan bakar) serta pengeluaran di luar kebutuhan hutan yang terdiri dari pangan (beras, lauk-pauk, rokok dan konsumsi pangan lainnya), dan non pangan (biaya sekolah, listrik,
kesehatan,
tabungan,
pakaian,
hajatan,
transportasi dan lain-lain). 3. Data aspek persepsi responden terhadap hutan rakyat, meliputi: a. Pengetahuan responden tentang hutan rakyat. b. Harapan responden rehadap hutan rakyat. c. Penilaian responden terhadap hutan rakyat.
perumahan,
Data sekunder yang dikumpulkan adalah data UMR Ciamis (2009), batas garis kemiskinan Ciamis (2007) dan monografi (Desa Bojong dan Desa Sidamulih).
3.5 Metode Pengolahan Data 5. Pendapatan Petani a. Pendapatan dari suatu bidang usaha P = ∑Pi - ∑Ci Keterangan : P = Pendapatan dari suatu bidang usaha (Rp/tahun) Pi = Jumlah penerimaan dari suatu jenis kegiatan ke-i dari suatu bidang usaha (Rp/tahun) Ci =Jumlah pengeluaran suatu jenis kegiatan ke-i pada suatu bidang usaha (Rp/tahun) b. Pendapatan rumah tangga Prt = Pa + Pb + Pc +…..+ Pn Keterangan : Prt = Pendapatan rumah tangga (Rp/tahun) Pa,…,Pn = Pendapatan dari masing-masing bidang usaha (Rp/tahun) c. Pendapatan per kapita dari suatu rumah tangga Pk = Prt / Ja Keterangan : Pk = Pendapatan per kapita dari suatu rumah tangga (Rp/kapita/tahun) Ja = Jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tangga (jiwa) d. Persentase pendapatan dari suatu bidang usaha terhadap pendapatan total Pi % = (Pi / Prt) x 100 % Keterangan : Pi % = Persentase pendapatan dari bidang usaha ke-I (%) Selanjutnya, dilakukan perbandingan antara pendapatan/kapita/tahun rumah tangga petani dengan UMR Ciamis (2009), batas garis kemiskinan Ciamis (2007) dan batas garis kemiskinan Sajogyo (1996).
6. Persepsi Petani Untuk mengetahui tingkat persepsi adalah dengan pemberian nilai (skor) menggunakan skala Likert. Masing-masing tanggapan ya, sedang dan tidak dengan interval nilai adalah 3, 2 dan 1. Nilai tanggapan tersebut dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah pernyataan yang tersedia. Sehingga diperoleh nilai yang menggambarkan tingkat persepsi responden. Interval nilai tanggapan untuk setiap tingkat persepsi dapat dilihat pada Tabel 1, yaitu:
Tabel 1 Tingkat persepsi berdasarkan Skala Likert No 1 2 3
Interval nilai tanggapan 2,00 – 3,00 1,00 -1,99 0 -0,99
Tingkat persepsi Tinggi Sedang Rendah
7. Analisis Regresi Berganda Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari komponen peubah bebas (x) terhadap peubah tak bebas (y). Peubah bebas (x) adalah faktor sosial ekonomi dan peubah tak bebas (y) adalah pendapatan total, pendapatan hutan rakyat dan persepsi responden petani hutan rakyat. Persamaan yang digunakan antara pendapatan total dan pendapatan hutan rakyat dengan faktor sosial ekonomi, yaitu: y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 Keterangan: y a x1 x2 x3 x4 x5 x6
= pendapatan total (Rp/tahun) dan pendapatan hutan rakyat (Rp/tahun) = intersep = usia (tahun) = pendidikan (tahun) = jumlah anggota keluarga (jiwa) = pekerjaan pokok (0 = bukan petani, 1 = petani) = luas lahan hutan rakyat (ha) = jenis kelamin
Persamaan yang digunakan antara persepsi dengan faktor sosial ekonomi, yaitu: y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + b7x7 + b8x8 Keterangan: y a x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8
= persepsi = intersep = usia (tahun) = pendidikan (tahun) = jumlah anggota keluarga (jiwa) = pekerjaan pokok (0 = bukan petani, 1 = petani) = pendapatan hutan rakyat (Rp/tahun) = jenis kelamin = pendapatan total (Rp/tahun) = luas hutan rakyat (ha) Untuk mengetahui ketepatan suatu model, maka digunakan uji statistik F,
uji statistik t dan menghitung nilai koefisien determinasi (R 2) dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17. a. Uji Statistik F Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah parameter bebas (x1,x2,…,xn) yang digunakan berpengaruh nyata terhadap parameter tak bebas (y). Pengujiannya sebagai berikut (Uyanto, 2009): H0 : b1 = 0; Semua variabel tidak berpengaruh terhadap y H1 : b1 ≠ 0 atau b2 ≠ 0,…bn ≠ 0; Setidaknya ada satu variabel yang berpengaruh terhadap y Hipotesis Kerja: H0 :
Koefisien dugaan peubah (faktor sosial ekonomi) tidak berpengaruh terhadap pendapatan total, pendapatan hutan rakyat dan persepsi.
H1 :
Koefisien
dugaan
peubah
(faktor
sosial
ekonomi)
setidaknya ada satu variabel yang berpengaruh terhadap pendapatan total, pendapatan hutan rakyat dan persepsi. Kriteria Uji: i.
F hitung > F tabel, maka tolak H0 yang berarti dalam parameter yang diuji setidaknya ada satu variabel yang
berpengaruh
nyata
terhadap
parameter
tidak
bebas
(pendapatan total, pendapatan hutan rakyat dan persepsi). ii.
F hitung < F tabel, maka terima H0 yang berarti parameter yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas (pendapatan total, pendapatan hutan rakyat dan persepsi).
b. Uji Statistik t Pengujian dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tak bebas. Pengujiannya sebagai berikut (Uyanto, 2009): H0 :
Koefisien dugaan peubah (faktor sosial ekonomi) secara parsial tidak berpengaruh terhadap pendapatan total, pendapatan hutan rakyat dan persepsi.
H1 :
Koefisien dugaan peubah (faktor sosial ekonomi) secara parsial berpengaruh terhadap pendapatan total, pendapatan hutan rakyat dan persepsi.
Kriteria Uji: i.
t hitung > t tabel, maka tolak H0 yang berarti dalam parameter yang diuji setidaknya ada satu variabel yang berpengaruh
nyata
terhadap
parameter
tidak
bebas
(pendapatan total, pendapatan hutan rakyat dan persepsi). ii.
t hitung < t tabel maka terima H0 yang berarti parameter yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas (pendapatan total, pendapatan hutan rakyat dan persepsi).
c. Nilai Koefisien Determinasi (R2) Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana keragaman yang dapat diterangkan oleh parameter bebas (xi) yang terpilih terhadap parameter tidak bebas (y).
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Menurut Master Plan Ciamis tahun 2006, Kabupaten Ciamis terletak pada koordinat 108020’-108040’ BT dan 7040’20”-7041’20” LS. Letak Kabupaten Ciamis berada di ujung timur Provinsi Jawa Barat yang jaraknya dari ibu kota provinsi sekitar 121 km dengan batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara
: Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan
Sebelah barat
: Kabupaten dan Kota Tasikmalaya
Sebelah selatan
: Samudera Indonesia
Sebelah timur
: Provinsi Jawa Tengah dan Kota Banjar
Luas wilayah Kabupaten Ciamis mencapai 244.479 ha dengan penggunaan lahan sebagai pekarangan dan bangunan seluas 29.926 ha (12,24%), sawah sebesar 51.890 ha (21,33%), kolam/empang/tambak/rawa seluas 2.529 ha (1,05%), tegalan/kebun/ladang/huma penggembalaan padang rumput seluas 78.453 ha (32,08%), hutan dan perkebunan seluas 72.439 ha (29,62%) dan lainnya seluas 9.202 ha (3,78%).
4.2 Topografi, Geologi, Tanah dan Iklim Topografi permukaan wilayah Kabupaten Ciamis dibedakan menjadi: 1. Wilayah Ciamis bagian utara yang merupakan dataran tinggi pegunungan dan berbukit, terutama di wilayah Gunung Sawal dengan ketinggian antara 600-1000 mdpl dan kemiringan lereng antara 15-40% dan >40%. Penggunaan lahan dominan di wilayah ini adalah kebun campuran, perkebunan dan hutan (hutan negara dan hutan rakyat). 2. Wilayah Ciamis bagian tengah dan selatan, terdiri dari dataran rendah yang sebagian bergelombang dengan ketinggian antara 25500 mdpl dan sebagian kecil dengan kemiringan lereng antara 1540% serta wilayah dataran rendah di pesisir pantai yang landai dengan ketinggian antara 0-25 mdpl dan kemiringan lereng 0-15%.
Dilihat dari struktur geologisnya, tanah di kabupaten ini memiliki batuan induk yang terdiri atas: Aluvial, Undifferentiated Volcanic Product, Pliocene Sedimentary facies, Miocene Sedimentary facies dan Miocene Limestone facies. Jenis tanah umumnya terdiri atas latosol cokelat, latosol cokelat kemerahan, aluvial kelabu, aluvial kelabu kuning, asosiasi aluvial kelabu tua, glei humus rendah, grumosol kelabu, andosol cokelat kekuningan, podsolik merah kekuningan dan litosol serta kompleks merah kekuningan dan regosol. Menurut Schmidt dan Ferguson, iklim di Kabupaten Ciamis termasuk ke dalam iklim tipe A, yaitu beriklim tropis dengan curah hujan berkisar antara 25004000 mm/tahun di daerah pegunungan dan 1500-2000 mm/tahun di daerah dataran rendah dengan kelembaban udara berkisar antara 70-89%. Hampir sepanjang tahun mengalami hujan, kecuali bulan Juni, Juli dan Agustus yang relatif jarang. Lokasi penelitian terletak di Desa Sidamulih (Kecamatan Pamarican) dan Desa Bojong (Kecamatan Langkaplancar), Kabupaten Ciamis dengan gambaran kondisi umum masing-masing desa sebagai berikut: 1. Kondisi Umum Desa Sidamulih (Kecamatan Pamarican) Desa Sidamulih berbatasan dengan Desa Margajaya Kecamatan Pamarican di sebelah utara, Desa Karangkamiri dan Desa Cimanggu Kecamatan Banjarsari sebelah selatan, Desa Sukasari di sebelah barat dan Desa Cikupa dan Desa Karyamukti di sebelah timur. Luas desa ini mencapai 2.562,219 ha. Desa ini terbagi kedalam empat dusun, yaitu Dusun Legokmenol, Dusun Cigasong, Dusun Cibayawak dan Dusun Karangcingkrang. Penggunaan lahan di desa ini terdiri dari tanah darat milik rakyat seluas 1.908,361 ha, tanah sawah milik rakyat seluas 350,66 ha, tanah titisara desa seluas 40,7 ha, tanah kehutanan seluas 15 ha, tanah pemakaman seluas 12,5 ha, tanah wakaf seluas 2,1 ha, sungai dan irigasi seluas 57,14 ha, tanah jalan seluas 51,76 ha dan tanah penggembalaan seluas 124 ha. Jumlah penduduk di desa ini adalah 6.725 orang yang terdiri dari 3.223 lakilaki dan 3.502 perempuan. Jumlah Rumah Tangga (RT) adalah 2.189 Kepala Keluarga (KK). Pendidikan penduduk Desa Sidamulih masih rendah, yaitu sebanyak 5.051 orang telah menempuh pendidikan formal setingkat SD.
Sedangkan sekolah SLTP sebanyak 776 orang, sekolah lanjutan atas sebanyak 338 orang dan perguruan tinggi 27 orang. Mata pencaharian penduduk Desa Sidamulih sebagian besar bertani (4870 orang), buruh (1706 orang), pedagang (66 orang), pegawai swasta (17 orang), PNS (43 orang), pensiunan (9 orang) dan sisanya adalah yang belum bekerja/sedang mencari pekerjaan (44 orang). 2. Kondisi Umum Desa Bojong (Kecamatan Langkaplancar) Desa ini berada pada ketinggian 7700 mdpl dengan suhu udara berkisar antara 250-300 C dan curah hujan 2555 mm/thn. Bentuk wilayah desa ini terdiri dari tiga bagian, yaitu datar sampai berombak (15%), berombak sampai berbukit (20%) dan berbukit sampai bergunung (65%). Desa ini terbagi kedalam enam dusun, yaitu: Dusun Bojong, Dusun Sukasirna, Dusun Bungur, Dusun Karoya, Dusun Pasirtenjo dan Dusun Bentar. Penggunaan lahan terdiri dari tanah sawah seluas 3.101 ha, tanah kering 6.787,69 ha, tanah basah 89 ha, tanah hutan (hutan lindung seluas 1.631,34 ha dan hutan produksi 244,20 ha), tanah perkebunan negara 1.058,94 ha, fasilitas umum (lapangan olahraga 15,14 ha dan pemakaman 134,73 ha), fasilitas sosial (mesjid/musholla/langgar seluas 12 ha, sarana pendidikan 51,44 ha, sarana kesehatan 0,42 ha dan sarana sosial 0,530 ha).
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden Petani Hutan Rakyat Karakteristik responden petani hutan rakyat di Desa Sidamulih dan Desa Bojong diperoleh berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 60 responden petani hutan rakyat. Karakteristik petani hutan rakyat menurut usia responden disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Usia responden petani hutan rakyat No 1 2 3
Usia (Tahun) <14 15-54 >55 Total
N 0 50 10 60
Persentase (%) 0,00 83,33 16,67 100
Usia responden mempengaruhi curahan tenaga dan kematangan dalam tindakan. Dilihat dari Tabel 2, kegiatan pengusahaan hutan rakyat paling banyak dilakukan oleh petani yang berusia produktif, yaitu 15-54 tahun atau sebesar 83,33%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam keadaan usia petani yang masih produktif, maka kemampuan mengelola hutan rakyatpun akan semakin baik karena curahan tenaganya lebih maksimal dibandingkan dengan kelompok usia yang lain. Responden petani hutan rakyat di Desa Sidamulih dan Desa Bojong sebagian besar tidak hanya mempunyai satu jenis pekerjaan, tetapi mereka mempunyai beberapa jenis pekerjaan. Pekerjaan tersebut dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan. Pekerjaan pokok responden petani hutan rakyat sebagian besar sebagai petani pangan/hutan (53,33%) atau sebanyak 32 responden, baik sebagai petani sawah maupun petani hutan rakyat. Sedangkan responden yang paling sedikit adalah sebagai buruh, yaitu sebanyak satu responden (1,67%). Sementara itu, responden yang lainnya bekerja sebagai pegawai sebanyak 31,67% atau 19 responden. Pegawai ini mencakup Pegawai Negeri Sipil (PNS), pegawai honorer maupun pegawai desa
setempat. Pekerjaan yang lainnya adalah berdagang sebanyak lima responden atau 8,33% dan sisanya sebagai wiraswasta yang mencakup pekerjaan sebagai pembuat mainan, penjahit dan meubeul sebanyak 3 responden atau 5%. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Pekerjaan pokok responden petani hutan rakyat No 1 2 3 4 5
Pekerjaan Bertani pangan/hutan Pegawai Berdagang Wiraswasta Buruh Total
N 32 19 5 3 1 60
Persentase (%) 53,33 31,67 8,33 5,00 1,67 100
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan, maka responden petani hutan rakyat melakukan pekerjaan diluar pekerjaan pokok. Jenis pekerjaan sampingan responden petani hutan rakyat dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Pekerjaan sampingan responden petani hutan rakyat No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Pekerjaan sampingan Bertani pangan/hutan Bertani pangan/hutan, wiraswasta Tidak punya pekerjaan sampingan Beternak Buruh Wiraswasta Berdagang Berdagang, beternak Beternak, buruh Bertani pangan/hutan, beternak Bertani pangan/hutan, beternak, wiraswasta Berdagang, buruh Beternak, wiraswasta Buruh, berdagang, beternak Total
N 17 7 7 6 5 4 3 2 2 2 2 1 1 1 60
Persentase (%) 28,33 11,67 11,67 10,00 8,33 6,67 5,00 3,33 3,33 3,33 3,33 1,67 1,67 1,67 100
Jenis pekerjaan sampingan responden petani hutan rakyat berbeda-beda, ada yang hanya satu jenis pekerjaan, kombinasi berbagai jenis pekerjaan bahkan ada yang tidak mempunyai pekerjaan sampingan. Pekerjaan yang paling banyak dilakukan adalah bertani pangan/hutan sebesar 28,33% atau 17 responden. Dan
yang terkecil adalah sebesar 1,67% atau hanya satu responden yaitu kombinasi antara buruh, berdagang dan beternak dan kombinasi antara beternak dan wiraswasta serta kombinasi antara berdagang dan buruh. Petani hutan rakyat yang tidak mempunyai pekerjaan sampingan dan hanya bergantung pada pekerjaan pokok saja adalah sebesar 11,67% atau sebanyak tujuh responden. Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor usia, pendidikan, modal, kemauan petani untuk mencari dan melakukan pekerjaan serta terbatasnya lapangan pekerjaan. Keanekaragaman pekerjaan responden petani hutan rakyat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pengetahuan yang dimilki. Dalam hal ini, tingkat pengetahuan responden berkaitan erat dengan tingkat pendidikan yang pernah didapatkan, terutama pendidikan formal. Hal ini mempengaruhi petani dalam memudahkan penerimaan hal-hal baru dari luar dalam meningkatkan usaha yang dilakukan. Tingkat pendidikan responden petani hutan rakyat dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Pendidikan responden petani hutan rakyat No 1 2 3 4
Pendidikan SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi Total
N 28 16 14 2 60
Persentase (%) 46,67 26,67 23,33 3,33 100
Dilihat dari Tabel 5, sebagian besar responden hanya menempuh pendidikan sampai tingkat SD, yaitu sebanyak 46,67% atau 28 responden. Sedangkan pendidikan Perguruan Tinggi (sarjana dan diploma) hanya 3,33% atau dua responden. Sementara itu, responden yang menempuh pendidikan sampai jenjang pendidikan tingkat SLTP sebanyak 26,67% atau 16 responden dan SLTA sebanyak 23,33% atau 14 responden. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin sedikit jumlah responden yang menempuh pendidikan tersebut. Perbedaan tingkat pendidikan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kurangnya kesadaran responden terhadap
pendidikan, keterbatasan biaya dan jarak sekolah lanjutan terlalu jauh dari daerah pemukiman responden. Tabel 6 Jumlah anggota keluarga responden petani hutan rakyat No 1 2 3 4 5 6
Jumlah Anggota Keluarga 1 2 3 4 5 6 Total
N 0 5 9 20 21 5 60
Persentase (%) 0,00 8,33 15,00 33,33 35,00 8,33 100
Dilihat dari jumlah anggota keluarga responden pada Tabel 6, maka responden yang memiliki jumlah anggota keluarga terbanyak adalah lima orang yang dimiliki oleh 21 responden (35%), kemudian yang memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak empat orang adalah 33,33% atau 20 responden. Dan responden dengan jumlah anggota keluarga sebanyak enam orang adalah 8,33% atau lima responden. Sisanya adalah responden yang memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak tiga orang dan dua orang masing-masing adalah 15% dan 8,33%. Tabel 7 Luas hutan rakyat responden petani hutan rakyat No 1 2 3 4
Luas Hutan Rakyat (Ha) <0,5 0,5 - 1,5 1,5 - 2,5 >2,5 Total
N 17 31 9 3 60
Persentase (%) 28,33 51,67 15,00 5,00 100
Dilihat dari Tabel 7 mengenai luas hutan rakyat, maka responden yang memiliki hutan seluas lebih dari 2,5 ha adalah tiga responden atau 5% dan responden yang memiliki hutan rakyat seluas kurang dari 0,5 ha adalah 17 responden atau 28,33%. Responden yang paling banyak adalah yang memiliki hutan seluas 0,5 ha-1,5 ha sebanyak 31 responden atau 51,67%. Sisanya adalah responden yang memiliki hutan seluas 1,5 ha-2,5 ha, yaitu sebanyak 9 responden atau 15%. Luas kepemilikan lahan hutan rakyat merupakan salah satu simbol
status sosial responden petani. Semakin luas hutan yang dimiliki, maka semakin tinggi status sosial responden tersebut.
5.2 Pengelolaan Hutan Rakyat di Desa Sidamulih dan Desa Bojong Keberadaan dan pengelolaan hutan rakyat di Desa Sidamulih dan Desa Bojong telah ada sejak puluhan tahun yang lalu, sehingga usaha pengelolaan hutan rakyat merupakan usaha yang turun-temurun. Apabila dilihat dari bentuknya, hutan rakyat tersebut merupakan hutan rakyat tradisional dimana cara penanamannya dilakukan pada tanah milik masyarakat dan diusahakan oleh masyarakat itu sendiri tanpa adanya campur tangan dari pemerintah. Tanaman pengisi hutan tersebut terdiri dari tanaman kayu-kayuan, tanaman buah-buahan, tanaman bambu, tanaman perkebunan, tanaman obat dan tanaman palawija.
(a)
(b)
Gambar 1 Hutan rakyat (a) Desa Sidamulih Kec. Pamarican, (b) Desa Bojong Kec. Langkaplancar. Jenis tanaman kayu-kayuan yang terdapat pada hutan rakyat ini adalah sengon (Paraserianthes falcataria), jati (Tectona grandis), mahoni (Swietenia macrophylla), sungkai (Peronema canescens), gmelina (Gmelina arborea), akasia (Acacia mangium), gaharu (Aquilaria malaccensis), manglid (Manglieta glauca), tisuk (Hibiscus macrophyllus), caruy, afrika (Maesopsis eminii), ki hiang dan karet (Hevea brasiliensis). Tanaman kayu-kayuan yang menjadi primadona di kedua desa ini adalah sengon (Paraserianthes falcataria) dan jati (Tectona grandis). Hal ini karena kayu-kayu tersebut mudah dipasarkan dan sudah
memiliki pasar, mempunyai nilai jual yang tinggi, cepat menghasilkan dan dapat dibudidayakan dengan mudah oleh petani hutan rakyat. Jenis tanaman buah-buahan adalah rambutan (Nephelium lappaceum), pisang (Musa paradisiaca), mangga (Mangifera foetida), durian (Durio zibethinus), petai (Parkia speciosa), jengkol (Phitecollobium jiringa), duku (Lansium domesticum), aren (Arenga pinnata) dan kedondong (Spandias pinnata). Namun, sebagian besar petani kurang memperhatikan keberadaan dan pertumbuhan tanaman ini karena mereka lebih memperhatikan tanaman kayukayuan. Hasil tanaman buah-buahan sebagian besar dikonsumsi sendiri oleh petani. Hal ini karena jumlah tanaman buah-buahan yang terdapat di lahan petani relatif sedikit. Sebagian besar tanaman buah-buahan tumbuh secara alami dari biji-biji yang dibawa oleh hewan. Petani lebih senang menjual tanaman buahbuahan dalam bentuk kayu karena nilai jualnya lebih tinggi dan dapat mengurangi kerapatan tegakan di lahan hutan rakyat sehingga tanaman kayu-kayuan dapat tumbuh dengan baik dan mendapatkan ruang tumbuh yang cukup baik. Tanaman perkebunan adalah kelapa (Cocos nucifera), kopi (Coffea sp), cengkeh (Eugenia aromatica) dan kakao (Theobroma cacao). Sedangkan tanaman obat adalah jahe (Zingiber officinale), kunyit, kencur (Kaempferia galanga) dan kapulaga (Amomum cardamomum). Tanaman perkebunan dan tanaman obat memberikan pemasukan yang cukup besar terhadap pendapatan petani. Bahkan salah-satu komoditi terbesar (selaian alba dan jati) di Desa Sidamulih dan Desa Bojong adalah kakao (Theobroma cacao) dan kapulaga (Amomum cardamomum). Tanaman ini biasanya sengaja ditanam oleh petani sambil menunggu tanaman kayu-kayuan siap panen. Selain itu, terdapat juga tanaman bambu dan tanaman palawija. Tanaman palawija adalah cabai rawit (Capsicum frutescens), singkong (Manihot utilisima), ubi jalar (Ipomoea batata), mentimun (Cucumis sativus) dan kacang-kacangan (Vigna sp).
5.2.1 Sistem dan Teknik Silvikultur Pengelolaan hutan rakyat tidak terlalu menerapkan sistem silvikultur tertentu. Hal ini tergantung dari kemauan dan kebutuhan petani hutan rakyat dalam memanen hasil hutan rakyat tersebut. Biasanya petani menjual tanaman
kayu-kayuan dari hutan rakyat apabila membutuhkan biaya atau dana. Selain itu, penjualan kayu dilakukan apabila tanaman kayu-kayuan tersebut sudah berdiameter minimal 20-30 cm. Pengelolaan hutan rakyat dilakukan secara tradisional dengan bekal pengalaman, pengetahuan dan peralatan seadanya. Pengelolaan dimulai dengan persiapan
lahan,
penyediaan/pengadaan
bibit,
penanaman,
pemeliharaan,
pemanenan dan pemasaran. 1.
Persiapan lahan Kegiatan persiapan lahan merupakan langkah awal pengelolaan hutan rakyat
yang dilakukan oleh petani hutan rakyat. Kegiatan ini terdiri dari pengolahan tanah dan pemupukan sebelum penanaman. Tetapi, kegiatan pemupukan sebelum penanaman hanya dilakukan untuk tanaman kayu-kayuan. Dari 60 responden petani hutan rakyat, 59 responden (98,33%) petani hutan rakyat menggunakan lahan miliknya sendiri, sedangkan satu responden (1,67%) menyewa lahannya kepada petani lain yang memiliki lahan yang luas dan tidak diolah. Tetapi, responden tersebut juga sebenarnya mempunyai lahan hutan rakyat, hanya saja luasannya kecil sehingga tidak memungkinkan untuk menanam beraneka macam tanaman. Pengolahan tanah untuk penanaman tanaman kayu-kayuan dimulai dengan mencangkul tanah (dengan alat cangkul dan garpu) yang akan ditanami dan diberi pupuk (NPK dan pupuk kandang). Petani lebih sering menggunakan pupuk kandang daripada NPK karena lebih mudah didapatkan, lebih mudah digunakan (tidak terlalu harus memperhatikan dosis penggunaannya) dan lebih murah. Kegiatan-kegiatan ini sebagian besar dilakukan sendiri oleh petani dengan bantuan anggota keluarga petani tersebut, tetapi ada juga yang menggunakan jasa buruh. Penggunaan jasa buruh biasanya dilakukan oleh petani yang sibuk dan bertani bukan pekerjaan pokoknya melainkan hanya merupakan pekerjaan sampingan. Pengolahan tanah untuk tanaman palawija dan tanaman obat menggunakan sabit atau garpu. Hal ini karena lubang tanam yang diperlukan tidak terlalu dalam dan biasanya dilakukan setelah tanaman kayu-kayuan ditanam dan sudah agak
tinggi agar tanaman kayu-kayuan tidak tertutup oleh tanaman palawija dan obat karena tanaman obat lebih cepat tumbuh dan berkembang. 2.
Penyediaan/pengadaan bibit Sebagian besar petani melakukan permudaan buatan, tetapi untuk tanaman-
tanaman
tertentu
(tanaman
buah-buahan)
terkadang
mereka
melakukan
permudaan alami. Kegiatan penyediaan bibit dilakukan dengan dua cara, yakni menyediakan sendiri atau membeli dari penjual bibit. Biasanya selalu ada penjual bibit yang berkeliling ke desa menggunakan mobil bak. Petani sudah mempercayai kualitas bibit yang dijual karena penjual tersebut sudah dikenal petani dan usahanya sudah lama. Apabila menyediakan sendiri, biasanya petani melakukan seleksi benih (benih berupa biji) terlebih dahulu sebelum ditanam. Seleksi benih dilakukan dengan cara tradisional diantaranya perendaman biji. Selain itu, apabila dalam bentuk semai, biasanya petani menyemai benih. Penyemaian dilakukan di pekarangan atau belakang rumah.
(a)
(b)
Gambar 2 Kegiatan pengadaan bibit (a) pengadaan bibit oleh penjual bibit (b) pengadaan bibit oleh petani hutan rakyat (perorangan). 3.
Penanaman Kegiatan penanaman biasanya dilakukan pada saat musim hujan.
Penanaman lahan hutan oleh petani difokuskan pada tanaman kayu-kayuan. Jarak yang digunakan antar tanaman tersebut biasanya 5x5 m (tetapi, sebagian besar petani tidak memperhatikan jarak tanam). Selanjutnya, untuk mengisi ruang yang kosong biasanya petani hutan rakyat menanam tanaman obat, tanaman
perkebunan atau tanaman palawija. Waktu penanaman setiap petani berbeda-beda tergantung dari luas hutan rakyat dan banyaknya benih yang ditanam. 4.
Pemeliharaan Kegiatan ini sangat penting untuk menjaga kelangsungan hidup tanaman
dan meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman dari mulai masa setelah penanaman sampai masa panen. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah penyulaman, pendangiran dan pemupukan. Kegiatan penyulaman dilakukan minimal enam bulan setelah penanaman. Tetapi, sebagian besar dari responden petani hutan rakyat melakukannnya setelah satu tahun masa penanaman. Penyulaman dilakukan jika ditemukan adanya tanaman yang mati, tumbuh tidak sesuai dengan tanaman yang lain atau terserang hama dan penyakit. Tanamantanaman yang mati diganti dengan tanaman baru dan jenis yang sama. Kegiatan pendangiran dilakukan setahun dua kali. Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk membersihkan lahan hutan dari tanaman-tanaman pengganggu seperti semak belukar. Alat yang digunakan adalah golok dan sabit. Kegiatan pemupukan dilakukan setelah enam bulan dari masa penanaman. Pemupukan ini menggunakan NPK, kompos dan pupuk kandang. Pemupukan dilakukan dengan dua cara, yakni ditabur dan disemprot. Kegiatan pemupukan dengan cara ditabur dilakukan apabila musim penghujan, sedangkan apabila menjelang musim kemarau maka pemupukan dilakukan dengan cara disemprot. Kegiatan ini rutin dilaksanakan oleh petani setiap enam bulan sekali. 5.
Pemanenan dan Pemasaran Pemanenan tanaman kayu-kayuan biasanya dilakukan apabila petani
membutuhkan biaya atau dana dan apabila diameter pohon telah mencapai minimal 20-30 cm. Tetapi, ada juga petani yang membiarkan tanamannya sampai besar dan sengaja tidak dipanen dengan alasan menjadikan tanaman tersebut sebagai tabungan masa depan. Dalam pemanenan hasil hutan, biasanya petani sudah tidak terlibat lagi karena penjualan kayu dilakukan dengan sistem borong sehingga kegiatan ini dilakukan oleh tengkulak. Petani pemilik hutan tersebut biasanya hanya membersihkan sisa-sisa kegiatan pemanenan termasuk mengambil kayu dan daun yang tidak diambil oleh tengkulak yang masih dapat digunakan sebagai kayu bakar dan pakan ternak.
Sebagian besar petani hutan rakyat menjual hasil hutan kepada para tengkulak dalam bentuk kayu bulat. Tengkulak mempunyai peranan yang penting bagi petani karena mereka menguasai informasi pasar. Sistem penjualan ini merugikan petani. Kerugian pada petani karena pembayaran penjualan kayu dilakukan sebelum penebangan sehingga dalam proses penetapan harga, para tengkulak hanya menafsirkan jumlah kayu (tidak melakukan perhitungan secara menyeluruh terhadap volume kayu). Walaupun merasa dirugikan, petani tidak bisa membantah harga yang sudah ditetapkan karena terbatasnya informasi dan pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini menjadi masalah yang turun-temurun bagi petani hutan rakyat. Pemanenan tanaman buah-buahan biasanya dilakukan musiman karena buahnyapun tumbuh secara musiman. Tetapi, ada juga tanaman buah-buahan yang berbuah sepanjang tahun, misalnya kelapa. Pemanenan kelapa dilakukan setiap sebulan sekali atau tiga bulan sekali. Penjualan tanaman ini mempunyai cara yang sama dengan tanaman kayu-kayuan. Bahkan pada penjualan jenis tanaman ini terdapat beberapa petani yang menjual buah-buahannya ketika buah tersebut masih berukuran sangat kecil dan masih belum kelihatan berbuah banyak atau tidak. Penjualan tanaman buah-buahan dilakukan kepada para pengumpul. Pemanenan tanaman obat (kapulaga) biasanya dilakukan setiap sebulan atau dua bulan sekali. Pemanenan hanya menggunakan golok, pisau atau sabit. Setelah itu, dilakukan pengeringan tradisonal dengan cara dijemur. Penjualan lebih sering dilakukan dalam keadaan kering karena harga jualnya lebih tinggi. Penjualan tidak langsung dilakukan ketika panen, tetapi ditimbun dahulu sampai harga di pasaran naik. Penjualan dilakukan langsung kepada pengumpul. Pemanenan tanaman palawija (cabai rawit (Capsicum frutescens), singkong (Manihot utilisima), ubi jalar (Ipomoea batata), mentimun (Cucumis sativus) dan kacangkacangan (Vigna sp)) dilakukan mingguan atau bulanan dan langsung dijual ke pedagang di pasar tradisional terdekat.
5.3 Pendapatan Responden Petani Hutan Rakyat 5.3.1 Sumber-Sumber Pendapatan dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Rumah Tangga Sumber pendapatan petani hutan rakyat di Desa Sidamulih dan Desa Bojong berasal dari dua sumber, yaitu hutan rakyat dan non hutan rakyat. Pendapatan hutan rakyat berasal dari penjualan kayu, buah ataupun tanaman obat dan tanaman palawija. Sedangkan pendapatan non hutan rakyat diperoleh dari hasil bertani di sawah, pegawai, buruh, beternak, berdagang, wiraswasta dan lain-lain (pemberian dari kerabat/keluarga). Berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4 mengenai pekerjaan petani, maka jumlah pendapatan setiap petanipun berbeda-beda tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan oleh petani. Total pendapatan bersih terbesar diperoleh dari hasil pengelolaan hutan rakyat/bertani hutan rakyat sebesar Rp 475.687.000/tahun dengan rata-rata Rp 7.928.117/tahun/petani dan kontribusi terhadap pendapatan total rumah tangga petani sebesar 33,02%. Hal ini karena setiap petani melakukan usaha hutan rakyat sehingga jumlah pendapatan hutan rakyatpun besar, sedangkan untuk sumber-sumber pendapatan yang lain tidak semua petani melakukan pekerjaan tersebut. Tabel 8 Sumber-sumber pendapatan dan kontribusinya terhadap pendapatan total
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Sumber Pendapatan Bertani HR Pegawai Bertani Pangan sawah Wiraswasta Berdagang Beternak Lainnya Buruh Total
230.680.000
7.928.117 5.343.900 3.844.667
Kontribusi terhadap Pendapatan Total (%) 33,02 22,26 16,01
137.300.000 88.362.500 81.777.500 59.818.000 46.381.000 1.440.640.000
2.288.333 1.472.708 1.362.958 996.967 773.017 24.010.667
9,53 6,13 5,68 4,15 3,22 100
Pendapatan Total (Rp/Tahun) 475.687.000 320.634.000
Pendapatan RataRata (Rp/Tahun/Petani)
Total pendapatan bersih terkecil adalah buruh sebesar Rp 46.381.000/tahun dengan rata-rata Rp 773.017/tahun/petani yang memberikan kontribusi terhadap
pendapatan total sebesar 3,22%. Pekerjaan buruh terdiri dari berbagai jenis, diantaranya buruh tani, buruh sadap dan buruh proyek (misalnya proyek pembangunan tower operator). Pekerjaan buruh ada yang bersifat permanen dan tidak permanen. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya waktu kerja dan ketersediaan pekerjaan. Buruh tani dan buruh sadap biasanya bersifat permanen, sedangkan buruh proyek biasanya tidak permanen. Sumber pendapatan petani yang lain diperoleh dari pegawai dengan total pendapatan
bersih
sebesar
Rp
320.634.000/tahun
dan
rata-rata
Rp
5.343.900/tahun/petani sehingga memberikan kontribusi sebesar 22,26%. Selain itu, sumber pendapatan yang lain adalah beternak dan berdagang. Total pendapatan bersih masing-masing sumber tersebut adalah Rp 81.777.500/tahun dan Rp 88.362.500/tahun dengan kontribusi terhadap pendapatan total adalah 5,68 % dan 6,13%. Ternak yang dilakukan di kedua desa ini adalah ternak ikan, ayam (kampung dan broiler), kambing/domba dan sapi. Tetapi, ternak yang paling banyak dilakukan adalah ternak ayam kampung dan kambing/domba. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya jumlah pakan yang tersedia, nilai jual dan ketersediaan pasar. Sumber lainnya adalah wiraswasta. Pekerjaan ini terdiri dari budidaya benih, meubeul, usaha pakaian, pabrik heler/gilingan dan bisnis alat transportasi. Besarnya kontribusi dari wiraswasta adalah 9,53% dengan total pendapatan bersih Rp 137.300.000/tahun dan rata-ratanya adalah Rp 2.288.333/tahun/petani. Pekerjaan ini menghasilkan keuntungan yang tinggi, tetapi untuk melakukan usaha ini diperlukan modal dan pengetahuan yang tinggi. Petani tidak hanya mendapatkan penghasilan dari hasil kerjanya sendiri, tetapi
ada
beberapa
petani
yang
mendapatkannya
dari
pemberian
kerabat/keluarganya sehingga apabila dijumlahkan mencapai Rp 59.818.000/tahun dan rata-ratanya adalah Rp 996.967/tahun/petani. Sumber pendapatan ini memberikan kontribusi sebesar 4,15%.
5.3.2 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Petani Total pengeluaran rata-rata terbesar adalah pemenuhan kebutuhan pangan (beras dan lauk-pauk) sebesar Rp 9.313.583/tahun/petani atau sekitar 64,70%.
Petani yang mempunyai sawah biasanya tidak menjual semua hasil sawahnya, tetapi mereka menyimpan hasilnya untuk keperluan makan sehari-hari. Sedangkan pengeluaran rata-rata terkecil adalah kesehatan sebesar Rp 25.833/tahun/petani atau 0,18% dari total pengeluaran. Hal ini tidak berarti bahwa petani hutan rakyat tidak memperhatikan kesehatan. Para petani tetap memperhatikan kesehatan, biasanya petani membeli obat di warung. Selain itu, walaupun berobat ke puskesmas hanya mengeluarkan biaya antara Rp 15.000-Rp 30.000. Tabel 9 Pengeluaran konsumsi rumah tangga petani
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jenis Pengeluaran Pangan Biaya sekolah Tabungan Transportasi Pengelolaan hutan rakyat Perumahan Pakaian Lain-lain Listrik Hajatan Rekreasi Kesehatan Total
Pengeluaran Pengeluaran Total Rata-Rata (Rp/Tahun) (Rp/tahun/Petani) 558.815.000 9.313.583 54.735.000 912.250 53.652.000 894.200 49.936.250 832.271
Persentase (%) 64,70 6,34 6,21 5,78
34.590.000
576.505
4,01
28.450.000 25.200.000 19.688.000 18.456.000 14.030.000 4.600.000 1.550.000 863.702.250
474.167 420.000 328.133 307.600 233.833 76.667 25.833 14.395.038
3,29 2,92 2,28 2,14 1,62 0,53 0,18 100
Pengeluaran rata-rata petani hutan rakyat untuk pengelolaan lahan hutan cukup tinggi, yaitu sebesar Rp 576.505/tahun/petani atau 4,01%. Hal ini menunjukkan bahwa petani cukup memperhatikan hutan rakyat. Pengeluaran ini terdiri dari biaya pembelian bibit dan benih, pemupukan dan upah buruh (penanaman, pemupukan dan pemeliharaan). Tetapi, sebagian besar untuk pembelian bibit dan benih karena kegiatan-kegiatan pengelolaan hutan lainnya biasanya dilakukan sendiri oleh petani dengan bantuan anggota keluarganya. Petani hutan rakyat sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Hal ini karena mereka tidak mau kelak anak-anaknya seperti mereka, mereka berharap anak-anaknya bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Pengeluaran rata-rata
untuk biaya sekolah Rp 912.250/tahun/petani atau 6,34%. Pengeluaran ini terdiri dari uang buku dan uang jajan. Pengadaan sarana pendidikan di kedua desa ini sudah cukup baik, hanya saja tidak ada sekolah lanjutan atas sehingga anak-anak yang melanjutkan sekolah lanjutan atas harus pergi ke kota dan kost (menambah biaya pengeluaran petani untuk menyekolahkan anaknya). Pengeluaran berikutnya adalah listrik sebesar Rp 307.600/tahun/petani atau 2,14%. Barang-barang elektronik yang ada di rumah petani biasanya hanya terdiri dari lampu dan tv atau radio. Selain itu, ada beberapa petani yang tidak memasang listrik langsung dari gardu listrik, tetapi memasang listrik ke rumah tetangga atau kerabat/keluarga sehingga pembayaran listrik per bulannya lebih murah. Petani hutan rakyat biasanya memenuhi kebutuhan sandang/pakaiannya setahun sekali, yaitu ketika hari raya. Pengeluaran rata-rata untuk kebutuhan ini sebesar Rp 420.000/tahun/petani atau 2,92%. Dalam hal pakaian, biasanya orangorang yang mempunyai pakaian banyak dan sudah tidak dipakai selalu memberikan pakaian bekasnya ke petani sehingga pakaian-pakaian tersebut bisa dipakai untuk kegiatan sehari-hari petani. Pengeluaran lainnya adalah untuk hajatan sebesar Rp 233.833/tahun/petani atau 1,62%. Hajatan yang sering dilakukan adalah pernikahan dan sunatan. Pengeluaran untuk hajatan adalah biaya hajatan dan uang atau barang yang diberikan petani kepada orang yang punya hajat. Sebagian besar petani menggunakan sistem bayar utang. Jadi, uang atau barang yang diberikan adalah uang atau barang yang pernah diterima oleh petani tersebut ketika dirinya melakukan
hajatan. Tetapi, apabila petani tersebut belum melakukan hajatan
maka petani tersebut memberi semampunya dan melihat status sosial yang punya hajatan. Apabila statusnya tinggi, maka uang atau barang yang diberikannya memiliki harga atau kualitas yang tinggi pula, begitu juga sebaliknya. Pengeluaran untuk perumahan, rekreasi, tabungan dan transportasi masingmasing berjumlah Rp 474.167/tahun/petani atau 3,29%, Rp 76.667/tahun/petani atau 0,52%, Rp 892.200/tahun/petani atau 6,21% dan Rp 832.271/tahun/petani atau 5,78%. Kegiatan rekreasi kurang mendapatkan perhatian dari petani. Biasanya kegiatan ini dilakukan oleh petani yang tidak terlalu sibuk dan kegiatan bertani hanyalah pekerjaan sampingannya saja. Tabungan biasanya dilakukan di
koperasi desa atau bank. Biaya transportasi biasanya dikeluarkan petani untuk membeli bahan bakar. Alat transportasi yang umum dimiliki petani adalah motor. Biasanya petani menggunakan motor ke lahan hutannya, karena tidak semua lahan hutan petani dekat dengan rumahnya, lahan hutan mereka bukan lahan hutan yang hanya berada dalam satu lokasi, tetapi merupakan lahan yang berpencar-pencar. Pengeluaran lain-lain petani sebesar Rp 328.133/tahun atau 2,28%. Pengeluaran ini terdiri dari biaya pembelian gas dan uang jajan anak-anak di luar jam sekolah.
5.3.3 Perbandingan Pendapatan Total Petani dengan Pengeluaran Total Petani Total pendapatan semua responden petani hutan rakyat adalah Rp 1.440.640.000/tahun dengan rata-rata sebesar Rp 24.010.667/tahun/petani, sedangkan total pengeluaran Rp 863.702.250/tahun dengan rata-rata sebesar Rp 14.395.038/tahun/petani. Dilihat dari data tersebut dapat diketahui bahwa secara keseluruhan petani hutan rakyat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, karena pendapatan lebih besar daripada pengeluaran dengan selisih sebesar Rp 576.937.750/tahun dan rata-ratanya adalah Rp 9.615.629/tahun/petani. Sisa uang tersebut disimpan di koperasi desa, bank atau dalam bentuk emas.
Gambar 3 Simpanan gabah petani hutan rakyat di rumahnya.
Dilihat dari masing-masing pendapatan dan pengeluaran petani, maka terdapat sepuluh petani hutan rakyat (6%) yang mempunyai nilai pengeluaran lebih
besar
daripada
pendapatan.
Total
selisih
tersebut
adalah
Rp.
45.762.550/tahun dengan rata-rata Rp. 762.709/tahun/petani. Untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari, biasanya petani menjual hasil bertani pangan/hutan
(padi, cengkeh, kapulaga, kopi, kakao dan lain-lain) yang disimpan di rumahnya, menjual kayu, mengambil uang tabungan atau menjual emas.
5.3.4 Perbandingan Pendapatan Petani dengan UMR Ciamis (2009), Batas Garis Kemiskinan Ciamis (2007) dan Batas Garis Kemiskinan Sajogyo (1996) Perbandingan
pendapatan
pendapatan/kapita/tahun
dengan
dilakukan UMR
dengan
Ciamis
membandingkan
tahun
2009
(Rp
7.634.340/kapita/tahun) untuk mengetahui pendapatan petani hutan rakyat sudah memenuhi UMR Ciamis atau belum dan layak tidaknya pendapatan petani. Berdasarkan UMR Ciamis tahun 2009, maka 13 petani hutan rakyat berada di atas UMR dengan persentase sebesar 21,67%, sedangkan 47 petani hutan rakyat berada di bawah UMR atau 78,33% dari total responden. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pendapatan petani hutan rakyat belum memiliki pendapatan yang layak. Perbandingan pendapatan per kapita petani hutan rakyat dengan batas garis kemiskinan Ciamis tahun 2007 (Rp 1.984.944/kapita/tahun), maka 54 petani hutan rakyat (90%) berada di atas batas garis kemiskinan sedangkan enam petani hutan rakyat (10%) berada di bawah garis kemiskinan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10
Perbandingan pendapatan dengan UMR Ciamis dan Batas Garis Kemiskinan (Ciamis dan Sajogyo) Kriteria
UMR Ciamis (2009) Batas Garis Kemiskinan Ciamis (2007) Batas Garis Kemiskinan Sajogyo (1996)
Di atas Di bawah N % N % 13 21,67 47 78,33 54 90,00 6 10,00 55 91,67 5 8,33
Jumlah N % 60 100 60 100 60 100
Sajogyo (1996) menyatakan bahwa suatu penduduk di pedesaan dikatakan berada di atas garis kemiskinan apabila pendapatan/kapita/tahunnya senilai dengan beras lebih dari 320 kg. Harga beras yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rp 5.000/kg. Berdasarkan perbandingan pendapatan per kapita petani
hutan rakyat dengan batas garis kemiskinan Sajogyo tahun 1996 (sebesar Rp 1.600.000/kapita/tahun), maka 55 petani hutan rakyat berada di atas garis kemiskinan sedangkan lima petani hutan rakyat (8,33%) berada di bawah garis kemiskinan.
5.4
Persepsi Petani terhadap Hutan Rakyat
5.4.1 Pengetahuan Petani terhadap Hutan Rakyat Keberadaan hutan rakyat di kedua desa ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Keadaan ini membuat petani terbiasa dengan hutan rakyat sehingga pengetahuan-pengetahuan tentang hutan rakyatpun sudah tumbuh sejak petani masih kecil. Semua petani hutan rakyat mengetahui hutan dari mulai fungsinya, batasan-batasan, kepemilikan bahkan pelakunya. Petani juga telah mengetahui bagaimana cara menjaga hutan dengan baik dan bagaimana pengaruhnya apabila hutan tidak dijaga dengan baik. Misalnya saja dari segi kepemilikan, petani mengetahui bahwa hutan rakyat memiliki status kepemilikan yang jelas. Hal ini dapat dilihat tidak pernahnya terjadi perebutan lahan atau apapun yang berkaitan dengan kepemilikan lahan hutan. Batas-batas hutan rakyat di kedua desa ini sangat jelas, yaitu ditandai dengan patok-patok pembatas. Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa 58 petani tidak dapat dipisahkan dari hutan. Tetapi, dua orang petani dapat dipisahkan dari hutan dengan alasan bahwa bertani hutan rakyat bukan satu satunya jalan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga apabila dipisahkan dari hutan rakyat, maka petani tersebut masih bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dari kegiatan lain. Pernyataan ini merupakan pernyataan yang mempunyai makna negatif sehingga persepsi petani yang baik adalah yang menyatakan tidak dapat dipisahkan dari hutan. Apabila pernyataannya diubah menjadi masyarakat tidak dapat dipisahkan dari hutan, maka 54 petani menjawab ya, empat petani menjawab sedang dan dua petani menjawab tidak sehingga nilai skala Likert yang diperoleh adalah 2,87 (tinggi). Petani sadar walaupun hutan rakyat merupakan hutan milik perorangan, tetapi pengelolaannya menjadi tanggung jawab bersama bahkan apabila salah satu diantara petani tidak menjaga dan mengelola hutannya dengan baik, maka hal ini akan menyebabkan kerusakan pada lahan hutan milik orang lain di dekatnya.
Terdapat tujuh petani yang menyatakan bahwa pengelolaan hutan rakyat bukan tanggung jawab bersama. Hal ini kembali lagi pada status kepemilikannya, pengelolaan hutan rakyat hanya menjadi tanggung jawab masing-masing pemiliknya. Tabel 11 Pengetahuan petani mengenai hutan rakyat No
Pernyataan
1
Meningkatkan pendapatan masyarakat Meningkatkan produksi kayu Menyediakan kayu bangunan maupun bahan baku industri Menghasilkan buah-buahan, umbiumbian, bahan obat-obatan dan pakan ternak Membantu mempercepat usaha rehabilitasi lahan kritis Membantu penyerapan air di tempattempat recharge area Hutan rakyat penting bagi lingkungan Masyarakat dapat dipisahkan dari hutan Dampak kerusakan hutan mempengaruhi kehidupan masyarakat Pengelolaan hutan rakyat menjadi tanggung jawab semua masyarakat Total
2 3 4
5 6 7 8 9 10
Penilaian B S T 60 0 0
Skala Likert 3,00
Tingkat Persepsi Tinggi
58 59
1 0
1 1
2,95 2,97
Tinggi Tinggi
60
0
0
3,00
Tinggi
55
4
1
2,90
Tinggi
58
2
0
2,97
Tinggi
60 54
0 4
0 2
3,00 1,13
Tinggi Sedang
58
0
2
2,93
Tinggi
44
9
7
2,62
Tinggi
2,75
Tinggi
Keterangan : B = Baik; S = Sedang; T = Tidak
Dilihat dari segi dampak kerusakan hutan, maka 58 petani menyatakan bahwa
kerusakan
hutan
mempengaruhi
kehidupan.
Tetapi,
dua
petani
menyanggah pernyataan tersebut. Hal ini karena petani tersebut tidak sepenuhnya menggantungkan hidup pada hutan rakyat. Jadi, ketika hutan rakyat mengalami kerusakan, petani tersebut tidak terpengaruh. Dilihat dari segi produksinya, sebagian besar petani mengetahui bahwa hutan rakyat meningkatkan produksi kayu. Tetapi, terdapat seorang petani yang tidak mengetahuinya karena petani tersebut baru memiliki hutan rakyat sehingga penjualan kayu yang dilakukannya baru beberapa kali. Selain itu, sebagian besar
petani hutan rakyat mengetahui bahwa hutan rakyat menyediakan kayu bangunan maupun bahan baku industri. Sebagian petani sudah mengetahui hutan rakyat, peranannya dan tanggung jawab pengelolaannnya. Disamping itu, masih ada beberapa petani yang belum mengetahuinya. Tetapi, dilihat secara keseluruhan penilaian persepsi berdasarkan pengetahuan petani adalah baik. Berdasarkan skala Likert berada dalam nilai 2,75 yang berarti persepsi petani terhadap hutan rakyat adalah tinggi.
5.4.2 Harapan Petani terhadap Hutan Rakyat Berdasarkan hasil wawancara terhadap 60 responden petani hutan rakyat dapat diketahui bahwa semua petani hutan rakyat berharap bahwa hasil hutan rakyat mampu meningkatkan pendapatan seperti yang telah petani ketahui sebelumnya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Harapan petani terhadap hutan rakyat No 1 2 3
Pertanyaan Hutan rakyat dapat meningkatkan pendapatan Hutan rakyat dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Pendapatan dari hutan rakyat mampu mencukupi kebutuhan hidup masyarakat Total
Penilaian Skala B S T Likert 60 0 0 3,00
Tingkat Persepsi Tinggi
59
0 1
2,97
Tinggi
58
1 1
2,95
Tinggi
2,97
Tinggi
Keterangan : B = Baik; S = Sedang; T = Tidak
Dilihat pada Tabel 12, semua petani hutan rakyat berharap bahwa hasil hutan dapat meningkatkan pendapatan petani. Tetapi, ada seorang petani yang tidak berharap bahwa hutan rakyat dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Petani tersebut tidak ingin petani lainnya hanya bergantung hidup pada hutan rakyat. Pengelolaan hutan rakyat tetap dilakukan dengan baik, tetapi ia berharap bahwa petani-petani hutan rakyat mampu mencari sumber pendapatan lain yang lebih besar dan menjanjikan agar kehidupan petani lebih baik. Selain itu, petani tersebut tidak ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya hanya dari hutan rakyat, misalnya saja pemenuhan kebutuhan air. Petani tersebut menginginkan adanya
pembangunan-pembangunan yang lebih baik dalam segala bidang yang tidak hanya mengandalkan hutan rakyat. Begitu juga halnya dengan pernyataan pendapatan dari hutan rakyat mampu mencukupi kebutuhan hidup masyarakat. Seorang petani hutan rakyat tidak berharap demikian, seorang petani hutan rakyat menyatakan biasa saja/sedang dan 58 petani hutan rakyat berharap mampu mencukupi kebutuhan hidup masyarakat. Alasan petani yang tidak berharap demikian hampir sama dengan alasan sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara keseluruhan, harapan petani hutan rakyat sangat tinggi sesuai dengan nilai skala Likert yaitu sebesar 2,97.
5.4.3 Penilaian Petani Terhadap Hutan Rakyat Dilihat dari segi kesediaan konversi lahan, maka sebanyak 36 petani hutan rakyat memilih untuk tidak melakukannnya, 14 petani memilih sedang dan 10 petani memilih melakukan konversi. Petani akan mengkonversi atau tidak lahan hutan rakyatnya tergantung dari tujuan konversi lahan tersebut. Apabila konversi lahan hutan dapat meningkatkan taraf hidup petani, maka petani tersebut akan bersedia mengkonversi lahan hutannya. Misalnya konversi lahan hutan rakyat untuk pembangunan jalan atau sekolah. Tabel 13 Penilaian petani terhadap hutan rakyat No
Pertanyaan
1
Hutan merupakan aset masa depan sehingga perlu dijaga Kesediaan untuk mengkonversi lahan hutan Penjualan hasil hutan dalam bentuk pohon berdiri Penjualan hasil hutan dalam bentuk log/kayu gergajian Sistem silvikultur secara permudaan alami Sistem silvikultur secara permudaan buatan Total
2 3 4 5 6
Keterangan : B = Baik; S = Sedang; T = Tidak
Penilaian B S T 60 0 0
Skala Likert 3,00
Tingkat persepsi Tinggi
36
14
10
1,57
Sedang
1
0
59
2,97
Tinggi
4
9
47
1,28
Sedang
58
0
2
2,93
Tinggi
59
0
1
2,97
Tinggi
2,45
Tinggi
Dilihat dari segi penjualan hasil hutan yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan, maka 59 petani hutan rakyat melakukan penjualan hasil hutan dalam bentuk pohon berdiri dan hanya satu responden yang tidak menyetujuinya. Bagi petani, penjualan kayu dalam bentuk pohon berdiri sangat mudah dan cepat karena petani tidak pernah terlibat lagi di dalamnya walaupun pendapatan yang didapatkan lebih sedikit. Tetapi, petani tersebut mengaku tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tinggi untuk melakukan penjualan kayu dalam bentuk lain selain pohon berdiri. Setelah petani menjual kayu, maka proses berikutnya dilakukan oleh tengkulak. Sedangkan responden yang tidak menyetujuinya memiliki alasan yang berhubungan dengan pendapatan yang didapatkan walaupun dalam proses pemanenannya petani tersebut harus mengeluarkan biaya untuk upah buruh. Penjualan dalam bentuk pohon berdiri akan mengurangi pendapatan yang didapatkan oleh petani dibandingkan dalam bentuk kayu log/gergajian. Berhubungan dengan pernyataan di atas, ketika timbul pernyataan penjualan hasil kayu dalam bentuk kayu log/gergajian, maka sebanyak 47 petani tidak menyetujuinya sedangkan empat petani menyetujuinya dan sembilan petani sedang. Dari kedua pernyataan di atas, terlihat perbedaan pada jumlah petani yang memilih untuk melakukan penjualan kayu secara log/ gergajian atau kayu berdiri. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuan yang baru (ketika wawancara dilakukan, petani yang tidak menyetujui penjualan dalam bentuk pohon berdiri berdiskusi dengan petani yang lain sehingga petani yang lain mengerti dan mengetahui keuntungan penjualan kayu dalam bentuk log/kayu gergajian). Dilihat dari segi permudaan tanaman hutan rakyat, maka 58 petani memilih permudaan alami dan hanya dua petani yang tidak memilihnya. Sedangkan permudaan buatan lebih banyak dipilih oleh petani hutan rakyat, yaitu sebanyak 59 responden dan hanya satu responden yang tidak memilihnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya jumlah benih yang diperlukan, luasan hutan rakyat yang akan ditanami dan jenis tanaman. Secara keseluruhan, penilaian petani terhadap hutan rakyat baik, yaitu berada dalam nilai skala Likert 2,45. Tingkat persepsi petani terhadap hutan rakyat di Desa Bojong dan Desa Sidamulih termasuk ke dalam tingkat yang tinggi
dengan nilai skala Likert sebesar 2,72 (rata-rata dari pengetahuan, harapan dan penilaian).
5.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Persepsi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal biasa dikenal dengan faktor sosial ekonomi. Faktor sosial ekonomi adalah usia, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan, luas hutan rakyat, jenis kelamin, pendapatan total dan pendapatan hutan rakyat. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah lingkungan sosial budaya. Untuk mengetahui faktor sosial ekonomi yang paling berpengaruh terhadap persepsi adalah dengan perhitungan regresi. Tabel 14 Hasil perhitungan regresi antara persepsi petani dengan faktor sosial ekonomi petani Variabel Konstanta x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8
Koefisien reg. 2,794 0,001 -0,008 0,016 -0,123 0,000 -0,000 0,000 0,031
t
Sig. 24,471 0,833 -1,343 1,174 -4,181 0,517 -0,008 -2,956 1,603
0,000 0,411 0,189 0,249 0,000 0,609 0,994 0,006 0,119
Perhitungan regresi antara persepsi dengan faktor-faktor sosial ekonomi hanya menggunakan 39 data responden petani hutan rakyat. Sisa data yang tidak digunakan merupakan data pencilan yang memiliki kriteria-kriteria tertentu, diantaranya nilai dalam suatu variabel memiliki jarak yang jauh dengan nilai yang lainnya dan menurunkan nilai R-Square. Berdasarkan uji regresi yang menghubungkan antara persepsi petani dengan faktor-faktor sosial ekonomi diperoleh nilai R2 (R-Square) sebesar 48,3% yang berarti bahwa 48,3% keragaman persepsi petani dapat dijelaskan oleh perubahan dalam variabel usia, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan, pendapatan hutan rakyat, luas hutan rakyat, jenis kelamin dan pendapatan total.
Sedangkan 51,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar faktor-faktor sosial ekonomi petani. Persamaan regresi yang diperoleh adalah y = 2,794 + 0,001x1 – 0,008x2 + 0,016x3 – 0,123x4 + 0,031x8. Berdasarkan uji F, nilai F hitung adalah 3,617 dan nilai p-value adalah 0,004, sedangkan nilai F tabel adalah 1,745. Hal ini menunjukkan bahwa pada selang kepercayaan 95% model tersebut tolak H0 yang berarti dalam parameter yang diuji setidaknya ada satu variabel yang berpengaruh nyata terhadap persepsi. Dilihat dari Tabel 14, maka dapat dilakukan uji-t untuk mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap persepsi petani hutan rakyat. a. Variabel pekerjaan pokok (x4): H0 : b4 = 0 terhadap H1 : b4 ≠ 0 Hasil uji-t: t = -4,181 dengan derajat kebebasan n-k-1 = 39-8-1 = 30, dan P-value = 0,000. Hal ini merupakan bukti kuat penolakan H0 : b4 = 0. Variabel pekerjaan pokok berpengaruh nyata terhadap persepsi petani. Setiap peningkatan pekerjaan pokok akan menyebabkan penurunan angka persepsi sebesar 0,123. Hal ini berkaitan dengan faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi yaitu lingkungan sosial budaya. Peningkatan pekerjaan pokok berarti perubahan pekerjaan dari bukan petani (0) ke petani (1). Kehidupan di kedua desa ini masih memandang status sosial berdasarkan pekerjaan. Jadi, apabila pekerjaan pokok berubah dari bukan petani ke petani maka akan menurunkan status sosial dan gengsi petani di hadapan petani yang lain.
5.5 Analisis Regresi Antara Pendapatan Total dan Pendapatan Hutan Rakyat dengan Faktor Sosial Ekonomi 5.5.1 Pendapatan Total Petani dengan Faktor Sosial Ekonomi Petani Perhitungan regresi antara pendapatan total petani dengan faktor-faktor sosial ekonomi hanya menggunakan 50 data responden petani hutan rakyat karena sisa data tersebut merupakan data pencilan. Berdasarkan uji regresi dapat diketahui bahwa nilai R2 (R-Square) adalah 53,3%. Hal ini menunjukkan bahwa 53,3% keragaman pendapatan total dapat digambarkan oleh faktor sosial ekonomi petani (usia, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan pokok, luas hutan
rakyat dan jenis kelamin) dan sisanya adalah faktor lain diluar faktor sosial ekonomi. Tabel 15 Hasil perhitungan regresi antara pendapatan total petani dengan faktor sosial ekonomi petani Variabel Konstanta x1 x2 x3 x4 x5 x6
Koefisien Reg. -11654568,791 43572,668 2219939,998 2860218,979 -4111846,696 6776244,095 -7084621,670
t
Sig. -0,815 0,234 3,507 2,071 -1,331 3,128 -1,804
0,419 0,816 0,001 0,044 0,190 0,003 0,078
Persamaan regresi ini memiliki nilai F hitung sebesar 8,361 dan p-value = 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 (selang kepercayaan 95%) dan nilai F tabel sebesar 1,618 maka hal ini menunjukkan bahwa model tersebut tolak H0 yang berarti dalam parameter yang diuji setidaknya ada satu variabel yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan total. Persamaan regresi yang diperoleh adalah y = -11.654.568,791 + 43.572,668x1 + 2.219.939,998x2 + 2.860.218,979x3 – 4.111.846,696x4 + 6.776.244,095x5 – 7.084.621,670x6 . Selanjutnya dilakukan uji-t untuk mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan total petani hutan rakyat. i.
Variabel pendidikan (x2): H0 : b2 = 0 terhadap H1 : b2 ≠ 0 Hasil uji-t: t = 3,507 dengan derajat kebebasan n-k-1 = 50-6-1 = 43, dan Pvalue = 0,001. Hal ini merupakan bukti kuat penolakan H0 : b2 = 0. Variabel pendidikan berpengaruh nyata terhadap pendapatan total petani hutan
rakyat
yang
berarti
setiap
peningkatan
pendidikan
akan
menyebabkan pendapatan bertambah sebesar Rp 2.219.939,998/tahun. Dengan pendidikan yang tinggi, maka kesempatan untuk mencari dan melakukan pekerjaan lebih banyak. Selain itu, petani mempunyai lebih banyak pengetahuan untuk melakukan inovasi-inovasi pada usaha yang telah atau akan dijalankan.
ii.
Variabel jumlah anggota keluarga (x3): H0 : b3 = 0 terhadap H1 : b3 ≠ 0 Hasil uji-t: t = 2,071 dengan derajat kebebasan n-k-1 = 50-6-1= 43, dan Pvalue = 0,044. Hal ini merupakan bukti kuat penolakan H0 : b3 = 0. Setiap penambahan satu anggota keluarga akan meningkatkan pendapatan total rumah tangga sebesar Rp. 2.860.218,979/tahun. Dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga, maka curahan tenaga kerja juga bertambah.
iii.
Variabel luas hutan rakyat (x5): H0 : b5 = 0 terhadap H1 : b5 ≠ 0 Hasil uji-t: t = 3,128 dengan derajat kebebasan n-k-1 = 50-6-1 = 43, dan Pvalue = 0,003. Hal ini merupakan bukti kuat penolakan H0 : b5 = 0. Variabel luas hutan rakyat berpengaruh nyata terhadap pendapatan total hutan rakyat yang berarti setiap penambahan satu hektar hutan rakyat menyebabkan pertambahan pendapatan total hutan rakyat sebesar Rp 6.776.244,095/tahun. Semakin luas hutan rakyat maka ruang untuk menanam berbagai jenis tanamanpun akan semakin banyak. Sebagai contoh, terdapat seorang responden yang menyewa lahan hutan rakyat untuk menanam tanaman kayu dan tanaman palawija. Hal ini dilakukan untuk menambah pendapatan petani tersebut.
5.5.2 Pendapatan Hutan Rakyat Petani dengan Faktor Sosial Ekonomi Petani Tabel 16 Hasil perhitungan regresi antara pendapatan hutan rakyat petani dengan faktor-faktor sosial ekonomi petani Variabel Konstanta x1 x2 x3 x4 x5 x6
Koefisien Reg. -4091817,859 -11677,433 -78606,684 1663079,449 3315685,055 6368720,549 -1515287,657
t
Sig. -0,404 -0,103 -0,162 1,688 1,458 3,518 -0,507
0,688 0,919 0,872 0,099 0,152 0,001 0,615
Perhitungan regresi antara pendapatan hutan rakyat petani dengan faktorfaktor sosial ekonomi hanya menggunakan 49 data responden petani hutan rakyat karena sisa data tersebut merupakan data pencilan. Dilihat dari Tabel 16 dapat
diketahui bahwa nilai F hitung adalah 3,034 dan p-value = 0,015 (lebih kecil dari α = 0,05, selang kepercayaan 95%) dan nilai F tabel sebesar 1,629, maka hal ini
menunjukkan bahwa model tersebut tolak H0 yang berarti dalam parameter yang diuji setidaknya ada satu variabel yang berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas (pendapatan hutan rakyat). Nilai R-Square adalah 29,7% yang berarti bahwa 29,7% keragaman pendapatan hutan rakyat digambarkan oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani dan sisanya digambarkan oleh faktor-faktor lain di luar faktor-faktor tersebut. Nilai keragaman ini sangat kecil karena faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan hutan rakyat sangat banyak. Dalam penelitian ini, hanya meneliti sebagian kecilnya saja. Selain itu, nilai keragaman juga dipengaruhi oleh jumlah sampel/responden yang diambil. Persamaan regresi yang diperoleh adalah y = -4.091.817,859 – 11.677,433x1 – 78.606,684x2 + 1.663.079,449x3 + 3.315.685,055x4 + 6.368.720,549x5 – 1.515.287,657x6. Selanjutnya dilakukan uji-t untuk mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan hutan rakyat petani, yaitu: i. Variabel luas hutan rakyat (x5): H0 : b5 = 0 terhadap H1 : b5 ≠ 0 Hasil uji-t: t = 3,459 dengan derajat kebebasan n-k-1 = 49-6-1 = 42, dan Pvalue = 0,001. Hal ini merupakan bukti kuat penolakan H0 : b5 = 0. Variabel luas hutan rakyat berpengaruh nyata terhadap pendapatan hutan rakyat petani yang berarti setiap penambahan satu hektar hutan rakyat menyebabkan
penambahan
pendapatan
hutan
rakyat
sebesar
Rp
6.368.720,549/tahun. Hal ini sama pengaruhnya dengan luas hutan rakyat terhadap pendapatan total. Semakin luas hutan rakyat maka ruang untuk menanam berbagai jenis tanamanpun akan semakin banyak.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan 1. Pendapatan total petani dari kegiatan pengelolaan hutan rakyat adalah Rp 475.687.000/tahun dengan rata-rata Rp 7.928.117/tahun/petani dan kontribusinya adalah 33,02%. Pendapatan total dari luar kegiatan pengelolaan hutan rakyat adalah Rp 964.953.000/tahun dan rata-rata serta kontribusinya adalah Rp 16.082.550/tahun/petani dan 66,98%. 2. Berdasarkan UMR Ciamis tahun 2009, maka 21,67% petani hutan rakyat berada di atas UMR dan 78,33% petani hutan rakyat di bawah UMR. Berdasarkan batas garis kemiskinan Sajogyo tahun 1996, maka 91,67% petani hutan rakyat berada di atas garis kemiskinan sedangkan 8,33% petani hutan rakyat berada di bawah garis kemiskinan. Berdasarkan batas garis kemiskinan Ciamis tahun 2007, maka 90% petani hutan rakyat berada di atas garis kemiskinan sedangkan 10% petani hutan rakyat berada di bawah garis kemiskinan. 3. Berdasarkan
analisis
regresi
berganda,
maka
pendapatan
total
berhubungan positif dengan pendidikan, jumlah anggota keluarga dan luas hutan rakyat. Sedangkan pendapatan hutan rakyat berhubungan positif dengan luas hutan rakyat saja. Faktor-faktor sosial ekonomi yang lain (usia, pekerjaan pokok dan jenis kelamin) tidak berhubungan signifikan dengan pendapatan. 4. Persepsi petani terhadap hutan rakyat berdasarkan Skala Likert adalah tinggi
dengan
nilai
sebesar
2,72.
Faktor-faktor
internal
yang
mempengaruhi persepsi adalah pekerjaan pokok. Sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan sosial budaya.
6.2 Saran 1. Sumber penghasilan hutan rakyat mempunyai peranan yang penting bagi petani. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Ciamis disarankan mendukung pembangunan hutan rakyat di Ciamis semaksimal mungkin. 2. Pengetahuan petani mengenai pengelolaan hutan rakyat perlu lebih ditingkatkan, terutama dalam sistem penjualan kayu. Sistem penjualan kayu dalam bentuk pohon berdiri disarankan perlu lebih diperhatikan untung dan ruginya bagi petani. Selain itu, Pengelolaan hutan sebaiknya dapat diorganisir melalui kelompok tani atau lebih baik lagi dalam bentuk koperasi. 3. Kesempatan kerja bagi petani disarankan lebih banyak dan lebih luas agar dapat menopang kebutuhan hidup dan kesejahteraan petani.
DAFTAR PUSTAKA Attar M. 1999. Kajian Pengelolaan Hutan Rakyat, Kontribusinya terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani dan Peranannya dalam Perekonomian Desa. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Butar-Butar U T E. 2006. Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Petani : Kasus Hutan Rakyat di Desa Burno, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Calhoun dan Acocella. 1990. Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Ed ke-3. Terjemahan. IKIP Semarang : Semarang Press. [Dephut] Departemen Kehutanan. 1999. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, tanggal 30 September 1999. Jakarta. [Dishut] Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis. 2006. Buku Master Plan Pembangunan Bidang Kehutanan Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Laporan Akhir. Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis. Haeruman H. 1995. Pengelolaan Hutan Rakyat : Aspek Kelembagaan. Makalah pada Seminar Nasional Hutan Rakyat : Menuju Model Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta. Hardjanto. 1990. Pengembangan Kebijakan Ekonomi dalam Pelestarian Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor. ________. 1995. Pembinaan Hutan Rakyat : Pendekatan Program Pengusahaan Hutan. Makalah pada Seminar Nasional Hutan Rakyat : Menuju Model Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta. Harihanto. 2001. Persepsi, Sikap, dan Perilaku Masyarakat terhadap Air Sungai. [Disertasi]. Bogor : Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Kartono K. 1987. Kamus Psikologi. Bandung : Pioner Jaya. Murniarti. 2008. Faktor Sosial Ekonomi yang Berkaitan dengan Pengambilan Keputusan Rumah Tangga Petani dalam Penerapan Teknik Budidaya Mina Padi di Desa Karang Binangun Kecamatan Madang Suku 1 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Provinsi Sumatera Selatan. 2008. Hal. 119-125. Bandar Lampung. 14 (2). [LP IPB] Lembaga Penelitian IPB. 1983. Studi Kelayakan Usaha Tani Hutan Rakyat di Propinsi Jawa Barat. LP IPB. Bogor. ____________________. 1986. Penyusunan Sistem Monitoring Hutan Rakyat di Jawa Barat. Bogor : Lembaga Penelitian IPB. Nurmanaf A. 1988. Struktur dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Pedesaan di Lampung. Prosiding Petanas : Perkembangan Struktur Produksi, Ketenagakerjaan dan Pendapatan Rumah Tangga Pedesaan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor. Pribadi S. 2001. Kontribusi Hutan Rakyat dalam Penyediaan Bahan Baku Industri Pengolahan Kayu Rakyat. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Sajogyo. 1996. Memahami dan Menanggulangi Kemiskinan di Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Sumardi. 1997. Peranan Nilai Budaya Daerah dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup di Daerah Istimewa Yogyakarta. Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta. Twikromo. 1995. Persepsi dan Perilaku Kesejahteraan Hidup Rakyat Timor Timur. Jakarta : PT. Fajar Interpratama. Uyanto. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Ed Ke-3. Yogyakarta: Graha Ilmu. [Walhi] Wahana Lingkungan Hidup. 2004. Sistem Hutan Kerakyatan. http://www.wahanalingkunganhidup.go.id/hal.php?id=30-13 k. Diakses tanggal 3 Januari 2009. Widawari N. 1994. Persepsi Pelajar SMA di Kotamadya Jogja tentang Lingkungan. Yogyakarta Press. Yusri. 1999. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Petani terhadap Kredibilitas Penyuluh Pertanian. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta wilayah Kabupaten Ciamis
Tempat Penelitian
Lampiran 2 Data karakteristik responden petani hutan rakyat Pekerjaan Pokok No
Nama Responden
Umur (Thn)
JK
Pdd (Thn)
Luas HR (Ha)
1 2
Dudu Dedi
29 43
L L
12 17
1,00 1,20
Pegawai Pegawai
3 4
Wawan S. Dede
39 52
L L
9 12
0,70 0,20
Bertani pangan/hutan Pegawai
5
Rohim
55
L
6
0,14
Bertani pangan/hutan
Bertani pangan/hutan Bertani pangan/hutan, beternak, wiraswasta Berdagang Bertani pangan/hutan, wiraswasta Buruh, beternak
6 7
Supardi Jarsan
40 52
L L
6 6
0,42 2,00
Bertani pangan/hutan Bertani pangan/hutan
Buruh Beternak
8
Rasim
51
L
6
2,50
Bertani pangan/hutan
Berdagang
9
Atminah
39
P
6
0,42
Bertani pangan/hutan
Wiraswasta
10 11
Sardim Tarsija
34 42
L L
6 6
0,17 1,00
Bertani pangan/hutan Bertani pangan/hutan
Berdagang Buruh
12 13
Esih Iwa
35 57
P L
6 6
1,00 0,98
Bertani pangan/hutan Bertani pangan/hutan
Wiraswasta Beternak
14
Tati
39
P
6
0,20
Berdagang
Bertani pangan/hutan
15 16
Andi Ahen
45 40
L L
6 12
1,00 0,70
Bertani pangan/hutan Pegawai
Bertani pangan/hutan
Pokok
Sampingan
Jenis Tumbuhan di HR Sengon, jati, mahoni, rambutan, mangga, durian, duku Sengon, jati, mahoni, sungkai, gmelina, akasia, caruy, kedondong, gaharu, kelapa Jati, mahoni, manglid, sengon, kelapa, aren Jati, sengon, mahoni, cengkeh, petai, manglid
Sengon, mahoni, jati, manglid, petai, cengkeh, kelapa, jengkol, kapulaga, pedes, bambu Mahoni, jati, sengon, kelapa, pisang, manglid, tisuk, petai, jengkol Mahoni, sengon, jati, tisuk, caruy, manglid, afrika, ki hiang, kelapa, petai, cengkeh, durian, jengkol, aren, bambu, kapulaga Mahoni, jati, sengon, manglid, tisuk, afrika, karet, kelapa, cengkeh, aren, petai, durian, kapulaga Sengon, mahoni, jati, tisuk, manglid, caruy, afrika, petai, kedondong, durian, kopi, aren Sengon, manglid, mahoni, kelapa, petai Manglid, sengon, mahoni, karet, aren, jati, kelapa, petai, cengkeh, kapulaga Kelapa, jati, sengon, mahoni, afrika, pisang, aren, kapulaga, kopi Mahoni, sengon, manglid, durian, afrika, caruy, jengkol, petai, kapulaga, kopi, aren Manglid, mahoni, sengon, jati, afrika, kelapa, cengkeh, rambutan, kapulaga, kopi Jati, mahoni, sengon, manglid, caruy, afrika, petai, aren, kelapa Sengon, mahoni, jati, tisuk, manglid, kapulaga, kopi
Lampiran 2 (Lanjutan) 17 18
Hadim Idih
50 41
L L
6 9
0,49 0,70
Bertani pangan/hutan Bertani pangan/hutan
Beternak
19 20
Supri Sarwono
47 48
L L
6 9
0,70 2,10
Bertani pangan/hutan Pegawai
21
Junan
47
L
9
1,00
Bertani pangan/hutan
Berdagang, buruh Bertani pangan/hutan, wiraswasta Berdagang, beternak
22 23 24
Ili Maman S. Kartim
90 60 42
L L L
6 9 6
1,00 2,00 0,56
Bertani pangan/hutan Bertani pangan/hutan Wiraswasta
25 26 27 28 29 30
Karma Daryo Kandar Jaka P. Hermawan Hendar
50 60 38 48 41 44
L L L L L L
6 6 12 12 9 6
1,50 1,50 1,50 1,00 0,56 0,70
Bertani pangan/hutan Bertani pangan/hutan Bertani pangan/hutan Pegawai Bertani pangan/hutan Bertani pangan/hutan
Beternak Wiraswasta Bertani pangan/hutan Buruh, beternak Beternak
31
Supardi
48
L
12
2,66
Pegawai
Bertani pangan/hutan
32
Rudi K.
31
L
12
0,50
Pegawai
33
Icah
46
P
6
0,98
Berdagang
Bertani pangan/hutan, beternak, wiraswasta Bertani pangan/hutan
34
Ade K.
39
L
12
0,70
Buruh
Bertani pangan/hutan
35
D. Udin
40
L
12
1,12
Wiraswasta
Bertani pangan/hutan
36
Oom
60
P
6
3,00
Bertani pangan/hutan
Beternak Bertani pangan/hutan, wiraswasta
Mahoni, jati, tisuk, manglid, afrika, kelapa, petai, aren Kelapa, kapulaga, mahoni, sengon, jati, aren, durian, kopi, manglid, caruy, tisuk, bambu Sengon, mahoni, jati, manglid, karet, kelapa, petai Sengon, mahoni, manglid, caruy, jengkol, aren Afrika, sengon, mahoni, manglid, manggis, duku, aren, cengkeh, kapulaga Sengon, mahoni, jati, tisuk, petai, kapulaga, kopi, kelapa Jati, mahoni, sengon, tisuk, afrika, kelapa, kapulaga, petai Sengon Jati, mahoni, sengon, tisuk, petai, kelapa, aren Sengon, mahoni, manglid, petai, pisang, kelapa, aren Sengon, mahoni, petai, kelapa, caruy, cengkeh, kapulaga Sengon, mahoni, jati, tisuk, kelapa, kapulaga Mahoni, Sengon, jati, aren, petai, kopi Mahoni, jati, sengon, manglid, caruy, tisuk, afrika, aren, kelapa, petai, jengkol, pisang, kapulaga, kopi, cengkeh, durian, singkong, kacang tanah, mentimun, cabe rawit, bambu Sengon, mahoni, manglid, afrika, suren, durian, petai, jengkol, cengkeh, kapulaga, kopi, kakao, pisang, kelapa Sengon, mahoni, jati, manglid, afrika, durian, petai, jengkol, mangga, pisang, kapulaga, cengkeh, kakao, kelapa Sengon, mahoni, caruy, afrika, kelapa, kakao, kapulaga, petai, jengkol, pisang Sengon, mahoni, manglid, jati, petai, jengkol, kapulaga, kopi, cengkeh, kakao Sengon, mahoni, jati, manglid, tisuk, afrika, kelapa, kapulaga, kopi, kakao, cengkeh, petai Sengon, mahoni, manglid, kelapa, petai, jengkol, kapulaga, pisang
Lampiran 2 (Lanjutan) 37 38
Eroh Maman
49 49
P L
6 9
0,98 0,42
Bertani pangan/hutan Bertani pangan/hutan
39 40 41 42 43 44 45
Solehudin Sujo Karsudiana Suherli Iting K. Mulyati Halim
54 46 48 35 50 25 44
L L L L P P L
6 9 9 12 6 12 9
0,25 0,28 0,49 0,70 1,00 0,56 2,00
Bertani pangan/hutan Bertani pangan/hutan Pegawai Berdagang Berdagang Bertani pangan/hutan Pegawai
46 47
E. Zainudin Endang
58 56
L L
9 9
2,00 0,14
Pegawai Pegawai
Beternak, wiraswasta Wiraswasta Bertani pangan/hutan Bertani pangan/hutan Bertani pangan/hutan Buruh Bertani pangan/hutan, wiraswasta Bertani pangan/hutan Bertani pangan/hutan
48 49
Ewo Apip
50 27
L L
6 9
0,70 1,00
Bertani pangan/hutan Pegawai
Buruh Bertani pangan/hutan
50
Dirno
35
L
6
0,14
Bertani pangan/hutan
Buruh, berdagang, beternak
51
Iman S.
41
L
9
0,70
Bertani pangan/hutan
52
Kariman
59
L
6
2,00
Pegawai
Bertani pangan/hutan
53
Dadan H.
30
L
14
0,07
Pegawai
Bertani pangan/hutan
54
Suhana
39
L
9
0,42
Pegawai
55
Maman S.
53
L
12
0,56
Pegawai
56
Maman H.
42
L
12
1,19
Wiraswasta
Bertani pangan/hutan, wiraswasta Bertani pangan/hutan, berdagang Bertani pangan/hutan
Buruh
Sengon, mahoni, karet, kapulaga, kelapa, pisang Sengon, mahoni, petai, kopi, kapulaga, caruy, manglid, afrika, kelapa, kakao Sengon, mahoni, kelapa, kapulaga, kopi, kakao Sengon, mahoni, kelapa, kakao, kapulaga Sengon, mahoni, kelapa, kapulaga, kakao, pisang Sengon, mahoni, jati, afrika, durian, petai, jengkol, kopi, kakao Sengon, mahoni, afrika, manglid, kelapa, kapulaga, kakao, jengkol Sengon, mahoni, petai, jengkol, kelapa, kakao, pisang Sengon, mahoni, jengkol, kelapa, kakao, kapulaga, pisang Sengon, mahoni, afrika, kelapa, kakao, kapulaga Sengon, mahoni, manglid, afrika, kelapa, kopi, kakao, kapulaga, pisang Sengon, mahoni, jengkol, kelapa, kopi Sengon, mahoni, jati, kelapa, kapulaga, kopi, durian, petai, jengkol, pisang, singkong Sengon, manglid, afrika, durian, jengkol, kapulaga Sengon, mahoni, manglid, afrika, durian, jengkol, kapulaga, kopi, kakao, pisang, kelapa Sengon, mahoni, durian, petai, kelapa, kapulaga, kakao, cengkeh, karet Sengon, mahoni, manglid, afrika, petai, jengkol, kelapa, kapulaga, kakao Sengon, mahoni, kelapa, kapulaga, kakao, pisang Sengon, mahoni, jati, afrika, kelapa Sengon, mahoni, jati, kelapa, kakao, manglid, caruy, kapulaga, kopi, cengkeh, petai, karet, duku, pisang, kencur, jahe, kunyit
Lampiran 2 (Lanjutan) 57 58
Titin Endang
31 50
P L
6 12
0,07 1,00
Bertani pangan/hutan Pegawai
59
Sukim
55
L
9
0,70
Pegawai
60
Awang
37
L
6
0,37
Berdagang
Total Rata-Rata
2725 45,42
511 8,52
55,64 0,93
Keterangan : Pdd = Pendidikan L = Laki-laki P = Perempuan PNS = Pegawai Negeri Sipil
Wiraswasta, beternak Bertani pangan/hutan, beternak Bertani pangan/hutan, beternak Bertani pangan/hutan, wiraswasta
Sengon, afrika, petai, kapulaga Sengon, rumput (pakan sapi), kelapa, kapulaga Sengon, mahoni, afrika, kelapa, kapulaga Sengon, mahoni, jati, kelapa, kapulaga, kopi, petai, jengkol
Lampiran 3 Data pendapatan responden petani hutan rakyat No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Pendapatan (Rp/Tahun) Pegawai 18.000.000 29.724.000 36.000.000
12.000.000
18.960.000
Bertani Pangan/Hutan HR Non HR 1.000.000 3.940.000 8.960.000 3.290.000 5.150.000 9.075.000 24.805.250 2.400.000 9.315.000 4.200.000 11.555.000 3.000.000 5.007.500 3.960.000 1.460.000 4.114.000 3.960.000 17.735.000 2.700.000 17.837.500 3.865.000 19.846.000 7.500.000 2.050.000 9.600.000 860.500 3.000.000 4.082.500 1.050.000 7.500.000 5.500.000 10.520.000 5.780.000 4.800.000 11.357.500 15.000.000 4.500.000 3.920.000 19.950.000 3.320.000
Beternak
Berdagang
Buruh
13.500.000
Wiraswasta
Lain-Lain
12.000.000 27.000.000 3.400.000
3.592.500
6.776.000 4.125.000
500.000
100.000 5.475.000 5.400.000 5.047.500 450.000 900.000
40.000
2.000.000 7.300.000
1.590.000 3.650.000
1.350.000 9.000.000
250.000
3.650.000 250.000
1.400.000 18.000.000
Lampiran 3 (Lanjutan) 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
30.000.000
30.000.000 6.000.000
4.200.000
5.400.000 6.000.000 6.400.000 18.750.000
6.400.000 2.400.000
7.930.000 7.860.000 15.380.000 12.261.250 20.285.000 10.115.000 7.860.000 4.088.000 2.202.000 2.944.500 2.600.000 14.000.000 4.340.000 1.434.000 2.736.000 4.329.000 3.169.000 2.370.000 380.000 19.680.000 28.575.000 3.616.000 9.800.000 6.270.000 1.000.000 23.705.000 4.562.000 2.195.000
3.600.000 24.000.000 6.000.000 6.000.000 4.800.000 12.250.000 4.900.000
17.400.000 4.200.000 875.000 150.000
1.680.000
360.000
12.000.000 4.800.000 3.600.000
4.200.000 10.500.000 4.900.000
7.600.000
6.000.000 1.620.000
3.000.000 11.400.000
1.200.000 5.600.000 10.500.000 2.450.000 15.400.000 10.500.000 2.100.000 3.500.000 3.500.000 2.100.000 2.100.000 1.680.000 600.000
480.000
12.500.000 7.300.000 6.000.000 2.400.000
10.400.000 13.800.000 2.000.000
8.640.000
6.000.000
9.000.000
Lampiran 3 (Lanjutan) 54 55 56 57 58 59 60 Total Rata-Rata
6.400.000 24.000.000
36.000.000 24.000.000 320.634.000 5.343.900
Keterangan : PNS = Pegawai Negeri Sipil HR = Hutan Rakyat
5.912.000 1.000.000 17.437.500 3.765.000 6.995.000 5.210.000 1.415.000 475.687.000 7.928.117
2.100.000
13.000.000 1.800.000
7.000.000
18.000.000 18.000.000 20.000.000 500.000
230.680.000 3.844.667
81.777.500 1.362.958
4.188.000 30.000.000 1.200.000 88.362.500 1.472.708
46.381.000 773.017
17.000.000 137.300.000 2.288.333
59.818.000 996.967
Lampiran 4 Data pengeluaran responden petani hutan rakyat No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Pangan (Rp/Thn) 10.950.000 10.950.000 8.395.000 7.300.000 5.475.000 7.300.000 9.125.000 5.475.000 7.300.000 3.650.000 3.650.000 10.950.000 9.125.000 5.475.000 12.775.000 7.300.000 5.475.000 7.300.000 9.125.000 10.585.000 5.475.000 1.825.000 12.775.000 12.775.000 9.125.000 8.030.000
BS 950.000 634.000
367.000 1.343.000 3.160.000 1.580.000 3.160.000 2.212.000
1.580.000
L 240.000 288.000 180.000 180.000 120.000 180.000 120.000 204.000 180.000 240.000 240.000 84.000 120.000 300.000 360.000 120.000 300.000 276.000 408.000 240.000
K 100.000 150.000 50.000 300.000
20.000 50.000 25.000 10.000 50.000 10.000
P 500.000 600.000 500.000 200.000 250.000 200.000 150.000 100.000 300.000 300.000 400.000 400.000 100.000 200.000 750.000 400.000
360.000 324.000 360.000 360.000
T
Tr
41.007.000 600.000
1.585.000 912.500 1.345.000
LL
1.825.000 50.000 100.000 50.000 30.000 100.000 30.000 50.000 100.000 200.000
500.000 960.000 3.650.000 1.825.000
730.000
608.000 912.500 1.825.000
300.000 200.000 800.000
50.000 5.000.000 365.000
50.000 1.585.000 1.585.000
Non Pangan (Rp/Thn) H Pr R 200.000 300.000 300.000 500.000 100.000 200.000 100.000 500.000 50.000 100.000
1.825.000 4.015.000 730.000
500.000 700.000 30.000 10.000
730.000
50.000 240.000 100.000 912.000
HR 1.870.000 2.855.000 594.000 138.000 896.750 67.000 1.062.500 30.000 88.000 324.000 110.000 189.000 562.500 155.000 430.000 490.000 346.500 132.500 562.000 2.464.750 120.000 30.000 2.229.500 712.000 697.500 970.000
Lampiran 4 (Lanjutan) 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
16.425.000 10.950.000 5.475.000 9.125.000 10.950.000 14.600.000 10.950.000 12.775.000 14.600.000 10.950.000 5.475.000 7.300.000 10.950.000 14.600.000 9.125.000 12.775.000 10.950.000 5.475.000 10.950.000 13.505.000 5.475.000 10.950.000 10.950.000 10.950.000 7.300.000 5.475.000 7.300.000 7.300.000
2.202.000 664.000 4.121.000 3.170.000 1.825.000 634.000 634.000 971.000 1.585.000 1.685.000 634.000 1.268.000 634.000
634.000
951.000
300.000 420.000 60.000 120.000 360.000 360.000 240.000 240.000 300.000 420.000 300.000 420.000 408.000 324.000 360.000 420.000 300.000 360.000 480.000 600.000 300.000 240.000 540.000 360.000 480.000 360.000 480.000
200.000 50.000 50.000 20.000
20.000
50.000
50.000
20.000 100.000 50.000 20.000
100.000 500.000 200.000 500.000 1.000.000 500.000 300.000 500.000 300.000 300.000 500.000 600.000 500.000 500.000 700.000 1.000.000 300.000 500.000 1.000.000 500.000 500.000 500.000 1.000.000 750.000 100.000 500.000 500.000
100.000 100.000 50.000 100.000 200.000 100.000 50.000 70.000
7.000.000
100.000 100.000
2.400.000 1.825.000
200.000 500.000
456.250 1.825.000 3.650.000
1.825.000 480.000
150.000
200.000
912.500 50.000 50.000 4.000.000 200.000 50.000 50.000 500.000 50.000
1.825.000 2.555.000 912.500 500.000 20.000.000
3.650.000
100.000 200.000
1.825.000 1.095.000 1.095.000 1.825.000 1.825.000
300.000 100.000 50.000
96.000 144.000 240.000 240.000 96.000 192.000 186.000 1.825.000 180.000 96.000 120.000 144.000
1.825.000
1.825.000 1.825.000 1.095.000
90.000 730.000
40.000 33.000 39.500 293.750 1.392.500 300.500 885.000 204.000 404.500 1.330.000 225.000 138.000 147.550 251.000 42.500 430.500 390.000 75.000 1.243.000 1.715.000 130.000 127.500 142.500 117.000 211.000 244.500 52.500 189.000
Lampiran 4 (Lanjutan) 55 56 57 58 59 60 Total Rata-Rata Keterangan:
10.950.000 7.300.000 9.125.000 21.900.000 10.950.000 7.300.000 558.815.000 9.313.583
951.000 951.000 11.480.000 1.585.000 54.735.000 912.250
BS = Biaya Sekolah L = Listrik K = Kesehatan P = Pakaian H = Hajatan Pr = Perumahan R = Rekreasi T = Tabungan Tr = Transportasi L = Lain-Lain HR = Hutan rakyat
720.000 240.000 420.000 840.000 600.000 300.000 18.456.000 307.600
15.000
50.000 1.550.000 25.833
500.000 400.000 500.000 1.000.000 500.000 300.000 25.200.000 420.000
200.000 50.000 300.000 100.000 50.000 14.030.000 233.833
28.450.000 474.167
1.000.000
2.690.000 1.345.000
180.000 144.000
1.000.000 400.000
1.825.000 1.345.000 2.555.000 49.936.250 832.271
350.000 2.705.000 2.605.000 19.688.000 328.133
4.600.000 76.667
53.652.000 894.200
1.500.000 2.019.000 118.500 1.295.000 270.000 467.000 34.590.000 576.505
Lampiran 5 Perbandingan pendapatan/kapita/tahun dengan Batas Garis Kemiskinan Sajogyo dan Ciamis serta UMR Ciamis No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
PRT 19.000.000 59.164.000 39.250.000 44.550.000 19.443.500 31.330.250 14.115.000 20.030.000 14.367.500 6.507.500 8.524.000 21.335.000 19.877.500 11.165.000 27.346.000 23.650.000 5.450.500 5.132.500 12.500.000 33.460.000 14.420.000 10.830.000 27.757.500 26.420.000 23.270.000 28.930.000
JK 4 4 4 3 3 5 3 3 4 5 6 5 4 4 6 4 2 4 3 2 4 2 5 5 3 3
Pk 4.750.000 14.791.000 9.812.500 14.850.000 6.481.167 6.266.050 4.705.000 6.676.667 3.591.875 1.301.500 1.420.667 4.267.000 4.969.375 2.791.250 4.557.667 5.912.500 2.725.250 1.283.125 4.166.667 16.730.000 3.605.000 5.415.000 5.551.500 5.284.000 7.756.667 9.643.333
Sajogyo (Rp 1.600.000/kapita/tahun) Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Miskin Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin
Ciamis (Rp 1.984.944/kapita/tahun) Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Miskin Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin
UMR (Rp 7.634.340/kapita/tahun) Dibawah UMR Diatas UMR Diatas UMR Diatas UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Diatas UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Diatas UMR
Lampiran 5 (Lanjutan) 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
36.060.000 51.380.000 20.816.250 25.235.000 52.365.000 31.120.000 8.888.000 5.802.000 14.744.500 13.100.000 18.900.000 10.340.000 6.054.000 15.816.000 14.129.000 15.669.000 20.170.000 8.830.000 42.880.000 45.075.000 12.116.000 23.700.000 42.320.000 19.740.000 25.805.000 12.642.000 14.195.000 27.412.000
6 5 4 4 5 4 5 5 6 2 5 4 5 5 5 4 6 3 4 4 4 5 4 5 5 2 3 4
6.010.000 10.276.000 5.204.063 6.308.750 10.473.000 7.780.000 1.777.600 1.160.400 2.457.417 6.550.000 3.780.000 2.585.000 1.210.800 3.163.200 2.825.800 3.917.250 3.361.667 2.943.333 10.720.000 11.268.750 3.029.000 4.740.000 10.580.000 3.948.000 5.161.000 6.321.000 4.731.667 6.853.000
Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin
Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Miskin Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin
Dibawah UMR Diatas UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Diatas UMR Diatas UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Diatas UMR Diatas UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Diatas UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR Dibawah UMR
Lampiran 5 (Lanjutan) 55 56 57 58 59 60 Total Rata-Rata Keterangan:
26.800.000 42.437.500 25.953.000 92.995.000 29.710.000 19.615.000 1.440.640.000 24.010.667
4 5 5 5 5 5 252 4
6.700.000 8.487.500 5.190.600 18.599.000 5.942.000 3.923.000 357.283.554 5.954.726
PRT = Pendapatan rumah tangga total/tahun JK = Jumlah anggota keluarga Pk = Pendapatan/kapita/tahun
Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin
Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin Tidak Miskin
Dibawah UMR Diatas UMR Dibawah UMR Diatas UMR Dibawah UMR Dibawah UMR
Tidak Miskin
Tidak Miskin
Dibawah UMR
Lampiran 6 Persentase sumber pendapatan responden petani hutan rakyat No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
Bertani Pangan/Hutan HR Non HR 5,26 6,66 22,83 8,38 11,56 46,67 79,17 7,66 65,99 29,76 57,69 14,98 34,85 27,56 22,44 48,26 46,46 83,13 12,66 89,74 34,62 72,57 27,43 8,67 40,59 15,79 55,04 79,54 20,46 0,00 60,00 16,44 72,95 53,37 44,32 40,92 54,04 17,03 14,84 85,73 14,27 27,41 12,44 21,80 66,56 29,93 11,68 58,90 28,82 80,38 19,02 19,32 23,39 25,26 15,75 45,99 37,95 19,97 28,49 19,85 80,15 74,07 25,93 41,97 23,69 17,30 7,59 30,64 39,63 20,22 11,75 52,06 4,30 27,75 45,90 35,91 63,39 23,29 29,84 17,33 41,35 14,77 14,82 8,27 5,07 10,64 91,86 8,14
Pgw.
Btn.
94,74 50,24
22,82
Bdg.
Brh.
Wst.
Lainnya
20,28 68,79
80,81
7,63 18,48
34,85 13,17
3,54
0,71 27,33 37,58 77,56 5,28 4,22
0,20
10,06 65,38
50,74 29,17 29,20
10,80
56,66
26,90 1,73
25,31 2,31
5,04 68,13 60,15 11,65 58,39 4,20 0,59 57,29 19,28
8,07
1,16
38,56 54,01 62,05 51,54
58,03 26,76
49,55 72,08
3,03
29,73 79,78 36,19 67,95 12,59 13,31 52,82
5,60
43,88 44,31
32,61 10,13
43,77
30,40
Lampiran 6 (Lanjutan) 52 53 54 55 56 57 58 59 60 Rata-Rata Keterangan: Pgw Btn Bdg Brh Wst
36,09 15,46 21,57 3,73 41,09 14,51 7,52 17,54 7,21 33,02
13,29 4,23 7,66
50,62 16,91 23,35 89,55
63,40 47,42 6,72
16,49
16,01
= Pegawai = Beternak = Berdagang = Buruh = Wiraswasta
42,42 38,71 80,78
69,36 21,51 1,68
22,26
5,68
16,14 32,26 6,12 6,13
3,22
86,67 9,53
4,15
Lampiran 7 Data persepsi responden petani hutan rakyat terhadap hutan rakyat No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Pengetahuan 5 6 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
8 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
10 3 3 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 1 3 1 3 2 3
Indikator Persepsi Harapan ∑ 11 12 2,80 3 1 2,40 3 3 2,70 3 3 2,80 3 3 2,50 3 3 2,80 3 3 2,80 3 3 2,80 3 3 2,60 3 3 2,80 3 3 2,80 3 3 2,70 3 3 2,70 3 3 2,80 3 3 2,80 3 3 2,80 3 3 2,80 3 3 2,80 3 3 2,60 3 3 2,80 3 3 2,80 3 3 2,50 3 3 2,80 3 3 2,60 3 3 2,80 3 3 2,70 3 3 2,80 3 3
13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
∑ 2,33 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 2,67 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
15 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3
Evaluasi 16 17 3 3 3 1 1 3 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 2 3 1 3 1 3 1 3 1 3 3 3 2 3 1 3 1 3 1 3 2 3 2 3 1 3 3 3 1 3 2 3 1
18 3 3 1 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
19 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
∑
RataRata
3,00 2,33 1,67 2,33 2,33 2,00 2,33 2,33 2,33 2,50 2,50 2,67 2,33 2,33 2,33 2,67 2,50 2,33 2,33 2,33 2,50 2,83 2,33 3,00 2,67 2,83 2,67
2,71 2,58 2,46 2,71 2,61 2,60 2,71 2,71 2,64 2,77 2,77 2,79 2,68 2,60 2,71 2,82 2,77 2,71 2,64 2,71 2,77 2,78 2,71 2,87 2,82 2,84 2,82
Ket.
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Lampiran 7 (Lanjutan) 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 1 2
2,80 2,60 2,80 2,80 2,80 2,90 2,80 2,80 2,80 2,80 2,80 2,80 2,90 2,80 2,80 2,60 2,80 2,70 2,80 2,80 2,80 2,80 2,60 2,80 2,80 2,70 2,70 2,80 2,60 2,70
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2,33 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 1 1 3 2 2 1 2 1 1 1 3 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2,67 2,33 2,33 2,67 2,50 2,67 2,33 2,50 2,33 2,33 2,33 2,67 2,50 2,67 2,33 2,33 2,33 2,50 2,50 2,50 2,33 2,50 2,33 2,50 2,33 2,50 2,50 2,50 2,33 2,33
2,60 2,64 2,71 2,82 2,77 2,86 2,71 2,77 2,71 2,71 2,71 2,82 2,80 2,82 2,71 2,64 2,71 2,73 2,77 2,77 2,71 2,77 2,64 2,77 2,71 2,73 2,73 2,77 2,64 2,68
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Lampiran 7 (Lanjutan) 58 59 60 Tot.
3 3 3 3,00
3 3 2 2,95
3 3 3 2,97
3 3 3 3,00
3 3 2 2,90
3 3 3 2,97
3 3 3 3,00
1 2 2 1,13
3 3 3 2,93
2 3 2 2,62
2,70 2,90 2,60 2,75
3 3 3 3,00
Keterangan: 1. Meningkatkan pendapatan masyarakat 2. Meningkatkan produksi kayu 3. Menyediakan kayu bangunan maupun bahan baku industri 4. Menghasilkan buah-buahan, umbi-umbian, bahan obat-obatan dan pakan ternak 5. Membantu mempercepat usaha rehabilitasi lahan kritis 6. Membantu penyerapan air di tempat-tempat recharge area 7. Hutan rakyat penting bagi lingkungan 8. Masyarakat dapat dipisahkan dari hutan 9. Dampak kerusakan hutan memepengaruhi kehidupan masyarakat 10. Pengelolaan hutan rakyat menjadi tanggung jawab semua masyarakat 11. Hutan rakyat dapat meningkatkan pendapat 12. Hutan rakyat dapat memenuhi kebutuhan masyarakat 13. Pendapatan dari hutan rakyat mampu mencukupi kebutuhan hidup masyarakat 14. Hutan merupakan aset masa depan sehingga perlu dijaga 15. Kesediaan untuk mengkonversi lahan hutan 16. Penjualan hasil hutan dalam bentuk pohon berdiri 17. Penjualan hasil hutan dalam bentuk log/kayu gergajian 18. Sistem silvikultur secara permudaan alami 19. Sistem silvikultur secara permudaan buatan
3 3 3 2,97
3 3 3 2,95
3,00 3,00 3,00 2,97
3 3 3 3,00
2 1 2 1,57
3 3 3 2,97
1 1 1 1,28
3 3 3 2,93
3 3 3 2,97
2,50 2,33 2,50 2,45
2,73 2,74 2,70 2,72
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Lampiran 8 Penilaian persepsi No 1. 2. 3. 4. 5 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Indikator Persepsi
Penilaian S (%) ∑ Orang
B (%)
∑ Orang
Meningkatkan pendapatan masyarakat Meningkatkan produksi kayu Menyediakan kayu bangunan maupun bahan baku industri Menghasilkan buah-buahan, umbi-umbian, bahan obat-obatan dan pakan ternak
100,00 96,67 98,33
60 58 59
0,00 1,67 0,00
0 1 0
0,00 1,67 1,67
100,00
60
0,00
0
0,00
0
Membantu mempercepat usaha rehabilitasi lahan kritis Membantu penyerapan air di tempat-tempat recharge area Hutan rakyat penting bagi lingkungan Masyarakat dapat dipisahkan dari hutan Dampak kerusakan hutan memepengaruhi kehidupan masyarakat Pengelolaan hutan rakyat menjadi tanggung jawab semua masyarakat Hutan rakyat dapat meningkatkan pendapatan Hutan rakyat dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Pendapatan dari hutan rakyat mampu mencukupi kebutuhan hidup masyarakat Hutan merupakan aset masa depan sehingga perlu dijaga Kesediaan untuk mengkonversi lahan hutan Penjualan hasil hutan dalam bentuk pohon berdiri Penjualan hasil hutan dalam bentuk log/kayu gergajian Sistem silvikultur secara permudaan alami Sistem silvikultur secara permudaan buatan Total Rata-Rata
91,67 96,67 100,00 90,00 96,67 73,33 100,00 98,33 96,67 100,00 60,00 98,33 78,33 96,67 98,33 1770
55 58 60 54 58 44 60 59 58 60 36 59 47 58 59 1062
6,67 3,33 0,00 6,67 0,00 15,00 0,00 0,00 1,67 0,00 23,33 0,00 15,00 0,00 0,00 73
4 2 0 4 0 9 0 0 1 0 14 0 9 0 0 44
1,67 0,00 0,00 3,33 3,33 11,67 0,00 1,67 1,67 0,00 16,67 1,67 6,67 3,33 1,67 57
1 0 0 2 2 7 0 1 1 0 10 1 4 2 1 34
Keterangan:
B = Baik S = Sedang T = Tidak
93,16
3,84
T (%)
∑ Orang 0 1 1
3,00
Lampiran 9 Perhitungan regresi antara persepsi petani dengan faktor-faktor sosial ekonomi petani Variables Entered/Removed Variables Entered/Removed Model
Variables Entered
Variables Removed
Method
.
Enter
1 x8, x2, x3, x6, x5, x1, x7, x4 a All requested variables entered. b Dependent Variable: y
Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,695 0,483 0,349 a Predictors: (Constant), x8, x2, x3, x6, x5, x1, x7, x4 b Dependent Variable: y
Durbin-Watson
0,06679
1,972
ANOVA
Reg.
Sum of Squares 0,129
Res.
0,138
Model 1
df
Mean Square
8
0,016
31
0,004
F
Sig.
3,617
0,004
Total 0,267 39 a Predictors: (Constant), x8, x2, x3, x6, x5, x1, x7, x4 b Dependent Variable: y
Coefficients Model
1
(Constant) x1
Unstandardized Coefficients Std. B Error 2,7939 0,1142
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta 24,4706
0,0000
0,0009
0,0011
0,1273
0,8332
0,4111
x2
-0,0078
0,0058
-0,2618
-1,3433
0,1889
x3
0,0155
0,0132
0,1701
1,1741
0,2493
x4
-0,1234
0,0295
-0,7461
-4,1809
0,0002
x5
0,0000
0,0000
0,0943
0,5167
0,6091
x6
-0,0003
0,0375
-0,0011
-0,0078
0,9938
x7
0,0000
0,0000
-0,5933
-2,9561
0,0059
x8
0,0311
0,0194
0,2506
1,6028
0,1191
a Dependent Variable: y
Lampiran 10 Perhitungan regresi antara pendapatan total petani dengan faktorfaktor sosial ekonomi petani Variables Entered/Removed Model
Variables Entered
Variables Removed
Method
.
Enter
1 x6, x3, x4, x1, x5, x2 a All requested variables entered. b Dependent Variable: y
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 0,729 0,533 0,469 a Predictors: (Constant), x6, x3, x4, x1, x5, x2 b Dependent Variable: y
Durbin-Watson
9551339,160
1,383
ANOVA Sum of Squares
df
Reg.
4576519790857680,000
6
762753298476280,000
Mean Square
Res.
4014035509193790,000
44
91228079754404,400
F
Sig.
8,361
0,000
Total 8590555300051470,000 50 a Predictors: (Constant), x6, x3, x4, x1, x5, x2 b Dependent Variable: y
Coefficients Model
Unstandardized Coefficients B
1
(Constant) x1 x2
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
-0,815
0,419
-11654568,791
14299049,534
43572,668
185901,887
0,029
0,234
0,816
0,458
3,507
0,001
2219939,998
632970,058
x3
2860218,979
1381396,751
0,230
2,071
0,044
x4
-4111846,696
3088468,012
-0,158
-1,331
0,190
x5
6776244,095
2166010,528
0,359
3,128
0,003
x6
-7084621,670
3927241,664
-0,199
-1,804
0,078
a Dependent Variable: y
Lampiran 11 Perhitungan regresi antara pendapatan hutan rakyat dengan faktorfaktor sosial ekonomi petani Variables Entered/Removed Variables Entered/Removed Model
Variables Entered
Variables Removed
Method
.
Enter
1 x6, x3, x4, x5, x1, x2 a All requested variables entered. b Dependent Variable: y
Model Summary Adjusted R Square 1 0,545 0,297 0,199 a Predictors: (Constant), x6, x3, x4, x5, x1, x2 b Dependent Variable: y Model
R
R Square
Std. Error of the Estimate 6548527,318
DurbinWatson 1,974
ANOVA Sum of Squares
df
Mean Square
F
Reg.
780730000000000,000
6
130122000000000,000
Res.
1843980000000000,000
43
42883200000000,000
Sig.
3,034
0,015
Total 2624710000000000,000 49 a Predictors: (Constant), x6, x3, x4, x5, x1, x2 b Dependent Variable: y
Coefficients Model
Unstandardized Coefficients B
1
(Constant) x1
Std. Error
-4091817,859
10116272,820
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
-0,404
0,688
-11677,433
113778,384
-0,017
-0,103
0,919
x2
-78606,684
484353,330
-0,027
-0,162
0,872
x3
1663079,449
985375,526
0,234
1,688
0,099
x4
0,227
1,458
0,152
3315685,055
2274167,422
x5
6368720,549
1810476,764
0,496
3,518
0,001
x6
-1515287,657
2986999,643
-0,073
-0,507
0,615
a Dependent Variable: y