PERSEPSI MASYARAKAT PERKOTAAN TERHADAP HUTAN KOTA (Studi Kasus Di RW.013, RW.002 Dan RW.020 Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi)
HASTO TRI DJATMIKO
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PERSEPSI MASYARAKAT PERKOTAAN TERHADAP HUTAN KOTA (Studi Kasus Di RW.013, RW.002 Dan RW.020 Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
HASTO TRI DJATMIKO
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN
HASTO TRI DJATMIKO. PERSEPSI MASYARAKAT PERKOTAAN TERHADAP HUTAN KOTA (Studi Kasus Di RW.013, RW.002 Dan RW.020 Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi). Dibimbing oleh ENDES N. DAHLAN dan JOJO ONTARJO.
Kelurahan Kayuringin Jaya memiliki hutan kota yang luasnya sebesar 7,5 Ha, kondisi debu yang melebihi baku mutu sebesar 246,8 µg/Nm3 serta tingkat kebisingan yang juga melebihi baku mutu sebesar 74,5–88,7 dBA. Hal ini telah menyebabkan kualitas lingkungan perkotaan di Bekasi menjadi buruk. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk menanggulanginya guna mencapai kualitas lingkungan perkotaan yang lebih baik. Salah satu alternatif pemecahannya yaitu dengan program pengembangan hutan kota. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui persepsi masyarakat perkotaan terhadap hutan kota khususnya pada aspek pengenalan, pemanfaatan, dan pengelolaan hutan kota yang ada di Kelurahan Kayuringin Jaya-Kecamatan Bekasi Selatan. Metode penelitian ini adalah metode survei melalui wawancara secara langsung. Responden yang diteliti adalah masyarakat Kelurahan Kayuringin Jaya. Pemilihan responden dilakukan dengan cara Purpossive Random Sampling berdasarkan pada daerah contoh terpilih yang terdiri dari pemukiman Real estate RW 20, Perumnas 1 RW 02, dan Perumnas 2 RW 013. Pemilihan daerah contoh sebagai lokasi penelitian tersebut dimaksudkan dapat mewakili pemukiman yang ada di Kelurahan Kayuringin Jaya. Secara keseluruhan jumlah responden yang diwawancarai berjumlah 50 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan pada umumnya masyarakat Kelurahan Kayuringin Jaya memiliki persepsi yang tinggi terhadap hutan kota di Bekasi. Hal ini dari rata-rata ketiga tipe permukiman daerah contoh penelitian sebesar 94 % menyatakan bahwa hutan kota merupakan suatu lahan yang secara sengaja disiapkan oleh Pemerintah Kota Bekasi yang ditumbuhi atau ditanami dengan berbagai macam pepohonan dan berfungsi sebagai penghijauan, rekreasi, olahraga, dan sarana pendidikan untuk anak-anak.
Kata Kunci
: Persepsi, Masyarakat Perkotaan, Hutan Kota.
SUMMARY
HASTO TRI DJATMIKO. Perception Urban Community to Garden City (Case Study in RW.013, RW.02 and RW.20 Chief of Village Kayuringin Jaya, Subdistric Bekasi Selatan, Bekasi City). Under Supervision of ENDES N. DAHLAN dan JOJO ONTARJO. Garden in city have decrease, condition of dirt is ugly, and high noise in Chief of Village Kayuringin Jaya have caused environmental quality in Bekasi become ugly. Therefore, needed a effort to overcome it to reach environmental quality better. One of alternative of its resolving that is program of development of Garden City. Efficacy this program require to be checked perception from urban community. Researh have done Mei - June 2008, method of this research is survey through interview directly. Responder to be checked is urban community of Chief of Village Kayuringin Jaya. Used appliance are guidance interview, stationery, camera and tape recorder. Perception urban community Chief of Village Kayuringin Jaya seen by 3 Garden City aspect that is Garden City recognition aspect, management and exploiting. Perception to Garden City pertained high, this matter a lot have understand about Garden City. Existence of Garden City felt still less because farm in urban have changed over function become assorted centre activities of society causing farm for forest of town on the wane. Benefit forest of most town required that is fresh air and health, this matter caused by amount of mote in Bekasi which have over normal boundary. While, form of exploiting like doing athletics and recreation. Perception influenced by high existing education factor also. So that, influencing knowledge and understanding of society hit Garden City. Government of institution need optimal of performance in Garden City management exist in Bekasi. Needing there is follow-up to participation from society hit Garden City and improvement existence of Garden City development in Bekasi.
Key Words
: Perception, Urban Community, Garden City.
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi Masyarakat Perkotaan Terhadap Hutan Kota (Studi Kasus Di RW.013, RW.002 Dan RW.020 Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2008
Hasto Tri Djatmiko NRP E34104024
Judul Skripsi : Persepsi Masyarakat Perkotaan Terhadap Hutan Kota (Studi Kasus Di RW.013, RW.002 Dan RW.020 Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi) Nama
: Hasto Tri Djatmiko
NIM
: E34104024
Program Studi : Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata
Menyetujui : Komisi Pembimbing
Ketua,
Anggota,
Dr. Ir. Endes N. Dahlan, MS
Ir. Jojo Ontarjo, MM
NIP. 130875597
NIP. 130516497
Mengetahui : Dekan Fakultas Kehutanan IPB,
Dr. Ir. Hendrayanto. M.Agr NIP. 131578788
Tanggal Lulus :
i
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, karena Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Penelitian dengan judul Persepsi Masyarakat Perkotaan Terhadap Hutan Kota (Studi Kasus Di RW.013, RW.002 Dan RW.020 Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi) merupakan skripsi yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan IPB. Selama melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi, penulis telah banyak memperoleh dukungan dan bantuan yang tidak ternilai harganya, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Endes N. Dahlan, MS dan Ir. Jojo Ontarjo, MM selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang selalu berusaha mendidik dan membimbing penulis untuk menjadi insan yang lebih berkualitas dan lebih baik di masa yang akan datang. 2. Bapak, Mama, Mbak Ika, Catur, Desi serta seluruh keluarga yang senantiasa memberikan dorongan, semangat, dan doa hingga penulis mampu menyelesaikan studi S1 di IPB. 3. Seluruh staf pengajar Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata IPB yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama masa studi di IPB. 4. Seluruh staf dan pegawai Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata IPB yang telah banyak membantu penulis dalam mengurus perkuliahan dan menjalani proses birokrasi hingga penulis menyelesaikan studi S1 dari IPB. 5. Pak Lurah, Pegawai Kecamatan dan Kepala Dinas di Dinas-dinas terkait. 6. Seluruh teman dan sahabat KSH 41 yang senantiasa memberikan dorongan moral dan memberikan segala bentuk bantuan hingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini dan hingga penulis mampu menyelesaikan studi S1 dari IPB. Bogor, September 2008 Penulis
1
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 September 1986. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari Bapak H. Sardjono, S.E dan Ibu H. Nurlaelah. Pada tahun 1992 penulis lulus dari Taman Kanak-kanak Islam Al–Husna Bekasi, kemudian melanjutkan studi di SD Negeri Dewi Sartika 1 Bekasi. Penulis melanjutkan studi di SLTP Negeri 4 Bekasi pada tahun 1998 dan melanjutkan ke SMU PGRI 1 Bekasi pada tahun 2001. Penulis diterima sebagai mahasiswa Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata IPB melalui jalur USMI pada tahun 2004 dan selama menjalani masa studi di IPB penulis banyak aktif pada berbagai organisasi mahasiswa. Penulis aktif dalam Klub Bahasa Inggris Asrama TPB-IPB pada tahun 2004-2005, menjadi staff biro kewirusahaan dalam kepengurusan Himakova (Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata) Fakultas Kehutanan IPB periode 2006-2007, serta ikut dalam program pembekalan pendampingan UKM bagi mahasiswa IPB penerima beasiswa ++ tahun 2006-2007. Penulis juga menjadi peserta Seminar Nasional Selamatkan Hutanku, Selamatkan Negeriku, Menuju Indonesia Bersih. Selain itu, penulis menjadi salah satu manajer dalam usaha Kost Information Centre bersama Kopma IPB pada tahun 2006-2007, serta aktif dalam Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2008, yang membuat konsep kewirusahaan berbasis konservasi dengan judul Conservation Shop.
ii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI........................................................................................................... ii DAFTAR TABEL.................................................................................................. iv DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... vi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1 1.2 Tujuan ................................................................................................... 3 1.3 Manfaat ................................................................................................. 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Hutan Kota .......................................... 4 2.2 Faktor Persepsi ...................................................................................... 5 2.3 Manfaat Hutan Kota.............................................................................. 5 2.4 Pembangunan dan Pengelolaan Hutan Kota ......................................... 6 BAB III. METODE 3.1 Lokasi dan Waktu ................................................................................. 7 3.2 Alat dan Bahan...................................................................................... 7 3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 7 3.4 Pengolahan dan Analisis Data............................................................... 9 BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kependudukan, Luas dan Batas Wilayah............................................ 11 4.2 Kondisi dan Pengelolaan Hutan Kota di Kelurahan Kayuringin Jaya 12 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden ..................................................................... 14 5.2 Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Pengenalan Hutan Kota ......... 16 5.3 Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Pemanfaatan Hutan Kota ....... 23 5.4 Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Pengelolaan Hutan Kota ........ 31 5.5 Persepsi Pengelola Terhadap Hutan Kota ........................................... 38 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ......................................................................................... 43
iii
6.2 Saran.................................................................................................... 43 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44 LAMPIRAN.......................................................................................................... 46
iv
DAFTAR TABEL No.
Halaman
Tabel 1 Tingkat pendidikan responden ................................................................ 14 Tabel 2 Tingkat umur responden ......................................................................... 15 Tabel 3 Jenis pekerjaan responden....................................................................... 15 Tabel 4 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 terhadap aspek pengenalan hutan kota........................................................................................................ 16 Tabel 5 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan tingkat pendidikan . 17 Tabel 6 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan umur....................... 18 Tabel 7 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan jenis pekerjaan ....... 18 Tabel 8 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 terhadap aspek pengenalan hutan kota........................................................................................................ 19 Tabel 9 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan tingkat pendidikan . 19 Tabel 10 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan umur..................... 20 Tabel 11 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan jenis pekerjaan ..... 20 Tabel 12 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 terhadap aspek pengenalan hutan kota........................................................................................................ 21 Tabel 13 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan tingkat pendidikan 22 Tabel 14 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan umur..................... 22 Tabel 15 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan jenis pekerjaan ..... 23 Tabel 16 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 terhadap aspek pemanfaatan Hutan Kota ............................................................................................ 24 Tabel 17 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan tingkat pendidikan 24 Tabel 18 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan umur..................... 25 Tabel 19 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan jenis pekerjaan ..... 25 Tabel 20 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 terhadap aspek pemanfaatan Hutan Kota ............................................................................................ 26 Tabel 21 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan tingkat pendidikan 27 Tabel 22 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan umur..................... 27
v
Tabel 23 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan jenis pekerjaan ..... 28 Tabel 24 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 terhadap aspek pemanfaatan Hutan Kota ............................................................................................ 29 Tabel 25 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan tingkat pendidikan 29 Tabel 26 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan umur..................... 30 Tabel 27 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan jenis pekerjaan ..... 30 Tabel 28 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 terhadap aspek pengelolaan Hutan Kota ............................................................................................ 31 Tabel 29 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan tingkat pendidikan 31 Tabel 30 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan umur..................... 32 Tabel 31 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan jenis pekerjaan ..... 33 Tabel 32 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 terhadap aspek pengelolaan Hutan Kota ............................................................................................ 33 Tabel 33 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan tingkat pendidikan 34 Tabel 34 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan umur..................... 35 Tabel 35 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan jenis pekerjaan ..... 35 Tabel 36 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 terhadap aspek pengelolaan Hutan Kota ............................................................................................ 36 Tabel 37 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan tingkat pendidikan 37 Tabel 38 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan umur..................... 37 Tabel 39 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan jenis pekerjaan ..... 38 Tabel 40 Tingkat persepsi pihak pengelola terhadap aspek pengenalan Hutan Kota ....................................................................................................... 39 Tabel 41 Tingkat persepsi pihak pengelola terhadap aspek pemanfaatan Hutan Kota ....................................................................................................... 40 Tabel 42 Tingkat persepsi pihak pengelola terhadap aspek pengelolaan Hutan Kota ....................................................................................................... 41
vi
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
Lampiran 1 Data persepsi masyarakat Kelurahan Kayuringin Jaya terhadap aspek pengenalan hutan kota di Bekasi........................................................... 47 Lampiran 2 Data persepsi masyarakat Kelurahan Kayuringin Jaya terhadap aspek pemanfaatan hutan kota di Bekasi ........................................................ 48 Lampiran 3 Data persepsi masyarakat Kelurahan Kayuringin Jaya terhadap aspek pengelolaan hutan kota di Bekasi.......................................................... 49 Lampiran 4 Panduan wawancara penelitian......................................................... 50
1
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan
jumlah
penduduk
kota
yang
semakin
tinggi
dan
perkembangan teknologi yang juga semakin canggih, telah membuat laju perkembangan kota menjadi meningkat. Hal ini ditandai dengan adanya perkembangan fisik kota berupa sarana dan prasarana. Dengan banyaknya jumlah sarana dan prasarana sebagai kebutuhan bagi masyarakat kota mengakibatkan berkurangnya
lahan–lahan
bervegetasi
yang
dikonversi
menjadi
tempat
perkantoran, pertokoan, tempat rekreasi, industri dan lain sebagainya, sehingga kestabilan ekosistem lingkungan perkotaan menjadi menurun (Dahlan 1992). Permasalahan kerusakan lingkungan hidup di perkotaan antara lain meningkatnya suhu udara, penurunan air tanah, meningkatnya kebisingan di kota, banjir saat musim hujan datang, abrasi pantai, intrusi air laut, meningkatnya kadar karbondioksida, produksi oksigen berkurang dan terciptanya suasana kota yang penuh debu, gersang dan kotor. Kecamatan Bekasi Selatan memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang semakin menurun. Hal ini dikarenakan peranan sektor pertanian tergeser oleh sektor perdagangan dan jasa (BPS 2006). Selain itu, berdasarkan data kualitas debu di Kelurahan Kayuringin Jaya yang berlokasi di jalan Ahmad Yani (depan plaza Hero Bekasi) tingkat konsentrasinya sebesar 246,8 µg/Nm3 telah melebihi baku mutu yang ditetapkan sebesar 230 µg/Nm3 (DPLH 2006). Dampak yang terjadi apabila kualitas debu melebihi baku mutu adalah akan mengakibatkan iritasi pada saluran pernafasan atas (ISPA). Dampak lain debu dapat mempengaruhi estetika lingkungan perkotaan. Selain dari itu, kualitas kebisingan yang ada telah melebihi baku mutu sebesar 60 dBA. Berdasarkan data kualitas kebisingan di Kelurahan Kayuringin Jaya sebesar 74,5–88,7 dBA. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan kegelisahan hingga mengganggu sistem syaraf yang berhubungan dengan pendengaran (DPLH 2006). Menurunnya kualitas lingkungan perkotaan akibat pencemaran debu dan kebisingan menyebabkan kota menjadi sakit, sehingga dapat mempengaruhi kinerja dan produktifitas dari masyarakat menjadi buruk dan pada akhirnya akan
2
menghasilkan kekuatan dan masa depan bangsa menjadi lemah dan suram. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya pengelolaan lingkungan. Salah satu upaya pengelolaan di perkotaan adalah dengan membangun kota kebun yang bernuansa hutan kota. Konsep dasarnya adalah memaksimal keberadaan dan fungsi hutan dan taman serta berbagai bentuk penghijauan kota lainnya untuk mengatasi masalah lingkungan yang ada atau diperkirakan akan ada di masa yang akan datang. Keuntungan dalam membangun hutan kota adalah tidak membutuhkan perawatan yang intensif, sehingga dana yang diperlukan untuk perawatan dan pemeliharaannya relatif murah. Manfaat yang dapat dihasilkan oleh hutan kota jauh lebih baik daripada taman untuk menjadikan kota lebih bersih dari pencemaran udara serta untuk menjadikan kota yang sejuk, sehat dan nyaman (Dahlan 2004). Kelurahan Kayuringin Jaya memiliki hutan kota berupa jalur hijau atau taman kota yang luasnya hanya 7,5 Ha (Kelurahan Kayuringin Jaya 2007). Hutan kota yang ada tersebut perlu dipertahankan dan dikembangkan lebih baik dari sebelumnya agar dapat berfungsi secara optimal sebagai hutan kota. Keberhasilan program pengelolaan dan pengembangan hutan kota Kelurahan Kayuringin Jaya dibutuhkan partisipasi dan dukungan dari masyarakatnya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor persepsi. Menurut (Surata 1993) persepsi sangat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap lingkungannya. Seseorang yang mempunyai persepsi yang benar mengenai konservasi kemungkinan besar orang tersebut berperilaku positif terhadap upaya-upaya pelestarian lingkungan. Dengan demikian persepsi dapat mempengaruhi orang dalam menentukan sikap dan tindakannya sehingga orang akan ikut berperan aktif dan berpartisipasi di dalam proses pembangunan. Kusumaatmadja (1993) dalam Surata (1993) dengan kapasitasnya sebagai Menteri Negara Lingkungan Hidup, menyatakan tidak ada yang lebih mendasar dalam menangani masalah lingkungan selain membangun persepsi lingkungan di kalangan masyarakat. Selain itu, persepsi juga dapat dijadikan sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Kota Bekasi dalam pengelolaan dan pengembangan hutan kota yang ada agar menjadi lebih baik. Oleh karena itu, perlu diketahui sampai sejauh manakah persepsi masyarakat terhadap Hutan Kota di Bekasi yang
3
berhubungan dengan aspek pengenalan hutan kota, aspek pemanfaatan hutan kota, dan aspek pengelolaan hutan kota. Hal ini sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas perkotaan di Bekasi yang semakin menurun.
1.2 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah mengetahui persepsi masyarakat perkotaan terhadap hutan kota khususnya pada aspek pengenalan, pemanfaatan, dan pengelolaan hutan kota yang ada di Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan.
1.3 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan masukan / pertimbangan bagi para pengambil keputusan dalam mengembangkan program hutan kota di Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan. 2. Memberikan gambaran tindakan yang dapat diambil dalam pengembangan hutan kota di Kota Bekasi. 3. Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya.
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Hutan Kota Penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap hutan kota sebelumnya telah dilakukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fuad (2003) di Kabupaten Serang menyatakan bahwa hutan kota yang ada jumlah dan luasannya kurang karena lahan-lahan untuk pengembangan hutan kota dipergunakan membangun sarana dan prasarana perkotaan serta adanya status lahan yang masih menjadi hak milik masyarakat. Kondisi hutan kota di Kabupaten Serang terlihat cukup terawat dengan baik. Adapun bentuk dari hutan kota yang ada di Kabupaten Serang yaitu taman kota, jalur hijau dan taman makam pahlawan. Hutan kota di Kabupaten Serang belum menunjukkan hasil yang memuaskan karena masih banyaknya populasi pohon yang belum memadai atau optimal di suatu tempat. Program pengembangan hutan kota agar dapat berjalan dan berhasil dengan baik, maka dibutuhkan partisipasi dan dukungan sepenuhnya dari masyarakat. Bentuk partisipasi dan dukungan masyarakat agar program pengembangan hutan kota dapat berhasil dengan baik antara lain dengan menghijaukan lingkungan sekitar tempat tinggalnya dan memeliharanya, tidak merusak pohon-pohon yang ada di pinggir jalan, tidak menggunakan lahan hutan kota untuk kegiatan bermain dan berolahraga, tidak membuang sampah di lahan hutan kota, tidak menggores kulit pohon dengan benda-benda tajam dan sebagainya sehingga manfaat dari hutan kota akan dirasakan oleh masyarakat (Fuad 2003). Mauludin
(1994)
juga
melakukan
penelitian
mengenai
persepsi
masyarakat terhadap hutan kota yang dilakukan di Wilayah Kotamadya Bogor. Hasil penilitian menunjukkan masyarakat Kodya Bogor memiliki persepsi yang tinggi terhadap hutan kota. Persepsi yang positif terhadap hutan kota diwujudkan dalam bentuk kesukaan masyarakat terhadap tanaman dengan tujuan menciptakan kesejukan, kenyamanan, indah, dan asri.
5
2.2 Faktor Persepsi Menurut (Mauludin 1994) faktor pendidikan dapat dijadikan faktor penduga persepsi paling baik dibandingkan faktor-faktor lainnya seperti faktor umur, jenis kelamin dan pekerjaan. Faktor pendidikan dalam pengaruhnya terhadap persepsi juga telah dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (1998) menyatakan bahwa tingkat pendidikan menunjukkan hubungan yang cukup erat terhadap persepsi masyarakat. Hubungan tersebut menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan persentase nilai persepsi semakin besar, sedangkan Zakih (1997) yang membandingkan persepsi masyarakat kota moderen dengan masyarakat kampung kota terhadap hutan kota menyatakan media massa merupakan sumber yang efektif dalam menyebarkan informasi. Hal ini dikarenakan terdapat hubungan antara informasi dengan tingkat persepsi bahwa semakin banyak informasi yang diterima oleh masyarakat tingkat persepsi juga semakin tinggi.
2.3 Manfaat Hutan Kota Manfaat dari hutan kota di Bekasi adalah dapat mengatasi permasalahan lingkungan yang ada seperti tingkat kebisingan dan debu yang berada di atas baku mutu. Menurut (Dahlan 1992) dengan adanya hutan kota partikel padat dari udara seperti debu akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon dari hutan kota. Selain itu, pohon juga dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Selain itu, manfaat dengan adanya hutan kota adalah meningkatkan keindahan kota, sebagai tempat untuk rekreasi, pendidikan, serta penyerapan polusi udara seperti timbal dan gas karbon dioksida. Manfaat dari hutan kota dapat dirasakan jika hutan kota yang ada dilakukan penataan dengan baik dan jenis pohon yang ditanam sesuai dengan kondisi lahan yang ada serta sesuai dengan tujuan dari pembangunan hutan kota yang diinginkan.
6
2.4 Pembangunan dan Pengelolaan Hutan Kota Mauludin (1994) menyatakan bentuk kegiatan pengelolaan hutan kota yang dilakukan oleh Pemda Kota Bogor adalah dengan melakukan pemeliharaan terhadap tanaman hias ataupun pepohonan yang berada di sekitar jalur hijau dan taman kota. Selain itu, memangkas ranting-ranting pohon yang dapat membahayakan masyarakat dan mengganti tanaman ataupun pohon yang sudah tua dan mati. Dalam PP No. 63 tahun 2002 tentang Hutan kota menjelaskan penunjukan lokasi dan luas hutan kota didasarkan pada pertimbangan luas wilayah, jumlah penduduk, tingkat pencemaran dan kondisi fisik kota. Luas hutan kota dalam satu hamparan yang kompak paling sedikit 0,25 Ha. Selain itu, persentase luas hutan kota paling sedikit 10% dari wilayah perkotaan atau disesuaikan dengan kondisi wilayah tersebut.
7
BAB III. METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai Persepsi Masyarakat Perkotaan Terhadap Hutan Kota ini diselenggarakan di Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi pada bulan Mei 2008 sampai Juni 2008.
3.2 Alat dan Bahan Alat–alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain : a. Panduan wawancara. b. Alat–alat tulis. c. Kamera. d. Alat perekam suara (MP4).
3.3 Metode Pengumpulan Data 3.3.1 Metode yang Digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei melalui wawancara secara langsung. Menurut (Unradjan 2000) metode survei digunakan jika ingin meneliti pendapat, motif, sikap, dan harapan. Survei merupakan tipe pendekatan dalam penelitian, yang ditujukan pada sejumlah besar individu atau kelompok, unit yang ditelaahnya, apakah individu ataukah kelompok, jumlahnya relatif besar. Oleh karena itu, tentunya mustahil untuk bisa menelaahnya secara intensif, mendalam, mendetail, dan komprehensif seperti halnya yang dilakukan melalui studi kasus. Sedangkan, Faisal (2005) menyatakan dengan metode survei, peneliti hendak menggambarkan karakteristik tertentu dari suatu populasi, apakah berkenaan dengan sikap, tingkah laku, ataukah aspek sosial lainnya. Penulis dengan menggunakan metode survei dimaksudkan untuk menggambarkan karakteristik tertentu dari suatu populasi, maka individu atau kelompok yang diteliti bisa mewakili / representatif.
8
3.3.2 Pemilihan Responden dan Daerah Contoh Pemilihan responden dilakukan dengan cara Purpossive Random Sampling yaitu pengambilan contoh secara acak dengan keadaan yang kita kehendaki. Pengambilan responden berdasarkan pada daerah contoh terpilih yang terdiri dari permukiman Real estate RW 20, Perumnas 1 RW 02, dan Perumnas 2 RW 013. Pemilihan daerah contoh tersebut dimaksudkan dapat mewakili permukiman berdasarkan tipe permukiman yang ada di Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan. Letak hutan kota dan daerah contoh penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1 Peta lokasi penelitian. Ket :
Lokasi penelitian RW.013 ;
Lokasi penelitian RW.002 ;
Lokasi penelitian RW.020 ;
Lokasi Hutan Kota Bina Bangsa.
9
3.3.3 Data yang Dikumpulkan Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan alat bantu berupa panduan wawancara yang dapat dilihat pada lampiran 5. Responden yang diteliti adalah masyarakat umum Kelurahan Kayuringin Jaya. Secara keseluruhan jumlah responden yang diwawancarai berjumlah 50 orang. Responden yang diwawancarai tersebut merupakan kepala keluarga (KK) yang dipilih secara acak dan dimaksudkan dapat mewakili. Selain itu, pada pihak pengelola (instansi terkait) sebanyak 7 orang. Data primer yang dikumpulkan terdiri dari tiga aspek hutan kota, yaitu pengenalan hutan kota, pemanfaatan hutan kota, dan pengelolaan hutan kota, sedangkan data sekunder yang digunakan adalah data penunjang dari data primer. Banyaknya jumlah sample tergantung pada faktor-faktor lain seperti biaya, fasilitas dan waktu yang tersedia, juga populasi yang ada atau bersedia dijadikan sample, tujuan penelitian, apakah membuktikan teori atau mengambil generalisasi. Nasution (2003) menyatakan mutu penelitian tidak ditentukan oleh besarnya sample, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya serta mutu pelaksanaan serta pengolahannya.
3.4 Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan cara menterjemahkan data ke dalam bentuk tabel agar lebih mudah dimengerti. Data yang ada di dalam tabel kemudian dilakukan pengolahan sesuai dengan aspek yang dikaji. Tingkat persepsi masyarakat terhadap 3 aspek hutan kota dibedakan menjadi tinggi dan rendah berdasarkan tingkat pemahaman. Persepsi yang tinggi dimaksudkan masyarakat sudah memahami tentang aspek hutan kota yang dikaji, sedangkan persepsi yang rendah masyarakat belum memahami. Hasil dari pengolahan data berupa persentase atas jawaban yang telah diberikan oleh setiap responden, persentase tersebut kemudian dilakukan analisis dan pembahasan sesuai topik penelitian yang dikaji. Parameter persepsi yang digunakan adalah tingkat pendidikan, umur dan jenis pekerjaan responden.
10
Perolehan data yang berupa catatan-catatan dari hasil wawancara dengan responden kemudian dianalisis berdasarkan tiga jalur analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data dilakukan dengan menyederhanakan data yang diperoleh dari lapangan dengan meringkas dan menggolongkannya. Kegiatan ini dilakukan untuk menajamkan dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga didapat data utama yang menjadi pokok penelitian serta mendapatkan kesimpulan akhir. Penyajian data dilakukan secara naratif deskriptif serta ditunjang dengan bentuk bagan dan tabel untuk mempermudah pemahaman mengenai hasil analisis data yang telah diperoleh secara terpadu. Terakhir, penarikan kesimpulan dengan melakukan verifikasi data yaitu melakukan pemikiran ulang dan peninjauan ulang data untuk menarik kesimpulan yang tepat.
11
BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kependudukan, Luas dan Batas Wilayah Kelurahan Kayuringin Jaya memiliki luas wilayah sebesar 3,86 km2. Berdasarkan data pada tahun 2007 periode bulan Juni 2007–Maret 2008 Kelurahan Kayuringin Jaya memiliki jumlah penduduk sebesar 55.293 jiwa yang terdiri dari 28.635 jiwa penduduk laki–laki dan 26.658 jiwa penduduk perempuan. Selain itu, jumlah kepala keluarga sebanyak 13.822 KK. Batas–batas wilayah administrasi yang mengelilingi wilayah Kelurahan Kayuringin Jaya adalah : Sebelah Utara
: Kelurahan Harapan Mulya.
Sebelah Selatan
: Kelurahan Pekayon Jaya.
Sebelah Barat
: Kelurahan Jaka Sampurna.
Sebelah Timur
: Kelurahan Marga Jaya.
Kelurahan yang terdiri dari 26 RW dan 193 RT ini pernah mengalami bencana alam berupa banjir yang cukup besar pada bulan Februari 2007. Tingkat pendidikan warga Kelurahan Kayuringin Jaya pada umumnya adalah SLTA yaitu sebanyak 10.807 jiwa. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat pendidikan yang ada cukup tinggi. Sebagian besar warga Kelurahan Kayuringin Jaya beragama Islam yaitu sebanyak 52. 741 jiwa dan sisanya sebanyak 2.552 jiwa beragama selain Islam. Selain itu, mengenai mata pencaharian penduduk pada umumnya adalah PNS yaitu sebanyak 15.232 jiwa. Kelurahan Kayuringin Jaya memiliki 2 tipe permukiman yaitu Real Estate sebanyak 1 buah dan Perumnas sebanyak 2 buah yaitu Perumnas 1 dan 2. Karakteristik dari RW yang terpilih sebagai daerah contoh penelitian yaitu RW.013 yang merupakan tipe permukiman Perumnas 2 memiliki 5 RT dan terdapat ± 220 KK. Jumlah warga yang ada sebanyak ± 823–1.500 jiwa. RW.013 memiliki keunggulan pada Posyandu, Ketertiban dan Kebersihan yang baik. Pemilihan RW.013 sebagai salah satu lokasi tipe permukiman yang akan diteliti, karena merupakan salah satu dari tipe permukiman Perumnas 2 yang terdiri dari 12 RW dan pemilihan RW.013 juga terkait dengan lokasi permukimannya yang dekat dengan hutan kota Bina Bangsa yaitu sekitar 100 meter.
12
RW.002 adalah salah satu dari tipe permukiman Perumnas 1 yang memiliki 10 RT dan terdapat ± 763 KK. Jumlah warga yang ada sebanyak ± 1.876–3.894 jiwa terdiri dari 68% wanita dan 32% laki-laki. RW.002 terpilih sebagai RW terbaik dalam hal kebersihan di tingkat Kecamatan dan Kota. Hal ini dikarenakan RW.002 memiliki keunggulan di bidang K3 yaitu keindahan, kebersihan, dan ketertiban. Pemilihan Rw.002 sebagai salah satu lokasi tipe permukiman yang akan diteliti karena merupakan salah satu dari tipe permukiman Perumnas 1 yang terdiri dari 4 RW dan terkait dengan lokasi permukimannya yang berada di tengah-tengah Kelurahan Kayuringin Jaya sehingga lokasi permukimannya dapat dikatakan tidak jauh juga tidak dekat dengan hutan kota Bina Bangsa yaitu sekitar 200 meter. RW.020 yang memiliki 9 RT dan merupakan salah satu tipe permukiman Real Estate. RW.020 terdapat ± 390 KK dengan jumlah warga ± 712 jiwa terdiri dari ± 360 laki-laki dan ± 352 perempuan. Pemilihan RW.020 sebagai salah satu lokasi tipe permukiman yang akan diteliti karena merupakan salah satu dari tipe permukiman Real Estate yang terdiri dari 10 Rw. Walaupun, jarak dengan hutan kota dapat dikatakan jauh yaitu sekitar 400 meter (Kantor Kelurahan Kayuringin Jaya 2007).
4.2 Kondisi dan Pengelolaan Hutan Kota di Kelurahan Kayuringin Jaya Kelurahan Kayuringin Jaya memiliki hutan kota yang dinamakan Hutan Kota Bumi Perkemahan Bina Bangsa (BPBB) dengan luas sebesar 7,5 Ha. Hutan Kota ini sering dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berolahraga, rekreasi bersama keluarga, dan berjalan-jalan. Selain itu, dimanfaatkan pula untuk kegiatan pendidikan terutama kepramukaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Dahlan (2004) bahwa areal Hutan Kota dapat dijadikan sebagai sarana untuk pendidikan. Murid dan siswa sekolah lanjutan tingkat pertama maupun tingkat atas dapat melakukan karya wisata di sini. Kegiatan ini juga bermanfaat untuk menumbuhkan kecintaan mereka terhadap lingkungan hidup dan sumberdaya alam. Para pedagang juga banyak yang menjajakan barang dagangannya, terutama pada saat hari minggu. Selain itu, kondisi Hutan Kota Bumi Perkemahan Bina Bangsa dapat dikatakan cukup baik. Hal ini dikarenakan sudah ada penataan
13
pohon-pohon yang ditanam, penambahan sarana dan prasarana seperti kursi, tempat sampah dan papan informasi untuk pengunjung. Hutan Kota Bumi Perkemahan Bina Bangsa ditetapkan oleh Pemerintah Kota Bekasi sesuai dengan Keputusan Walikota No. 660 / Kep. 97-DTKP / III / 2004 tentang hutan kota di wilayah Bekasi. Dalam keputusan tersebut juga diatur mengenai kepengurusan atau pihak pengelola yang berwenang untuk mengelola kawasan GOR Bekasi, termasuk kawasan Hutan Kota Bumi Perkemahan Bina Bangsa. Pihak pengelola yang berwenang terdiri dari KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) menangani tentang olahraga yang ada di kawasan GOR, Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) menangani semua kebersihan lingkungan yang ada di GOR, Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) menangani kesuburan pohon-pohon yang ada dan bertanggung jawab berkaitan dengan hutan kota, sedangkan Pramuka Kuwarcab yang merupakan tingkatan kepramukaan melakukan kegiatan melalui pramuka seperti penanaman pohon. Sedangkan menangani masalah pedagang dan berhubungan dengan masyarakat dilakukan oleh Dinas Sosial Bekasi.
14
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Pembahasan mengenai persepsi masyarakat terhadap hutan kota tidak terlepas dari karakteristik masyarakat tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui karakteristik responden yang ada agar dapat mewakili keseluruhan populasi. Karakteristik responden pada penelitian ini dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, umur dan jenis pekerjaan. Selain itu, karakteristik responden tersebut juga digunakan sebagai parameter persepsi, sehingga dapat diketahui faktor yang mempengaruhi tingkat persepsi responden terhadap hutan kota. Hal ini sesuai dengan pernyataan Surata (1993) yang menyatakan persepsi ditentukan oleh faktor internal seperti kecerdasan, minat, emosi, pendidikan, pendapatan, kapasitas alat indera dan jenis kelamin. Karakteristik responden pada tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 Tingkat pendidikan responden No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA Akademi Perguruan Tinggi Jumlah
Jumlah Responden (%) RW.013 0 0 17.65 11.76 70.59 100
RW.002 11.76 11.76 41.18 11.76 23.53 100
RW.020 0 6.25 12.5 12.5 68.75 100
Berdasarkan Tabel tersebut RW.013 dan RW.020 pada umumnya tingkat pendidikannya yaitu Perguruan Tinggi masing-masing sebesar 70,59% dan 68,75%, sedangkan pada RW.002 tingkat pendidikan yang ada sebagian besar adalah SLTA sebesar 41,18%. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat pendidikan responden tergolong tinggi. Tingkat pendidikan yang tergolong tinggi tersebut akan dihubungkan dengan tingkat persepsi masyarakat terhadap aspek hutan kota yang dikaji.
15
Pada tingkat umur responden secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 Tingkat umur responden No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kelas Umur 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 ≥ 65 Jumlah
Jumlah Responden (%) RW.013 RW.002 RW.020 5.88 0 6.25 0 0 0 11.76 5.88 0 0 11.76 6.25 17.65 0 6.25 41.18 11.76 50 17.65 23.53 31.25 5.88 29.41 0 0 17.65 0 100 100 100
Pada Tabel tersebut RW.013 dan RW.020 sebagian besar tingkat umur responden berada pada kelas umur 50–54 tahun yang besarnya masing-masing 41,18% dan 50%, sedangkan di RW.002 tingkat umur yang mendominasi berada pada kelas umur 60-64 tahun yaitu sebesar 29,41%. Tingkatan umur responden tersebut dapat dikatakan bahwa responden secara umum tergolong sudah berpengalaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Vandemark dan Leth (1971) dalam Surata (1993) yang menyebutkan bahwa persepsi individu salah satunya dibatasi oleh perbedaan pengalaman. Selain dari tingkat pendidikan dan umur, dilihat juga karakteristik pada jenis pekerjaan. Lebih lengkap jenis pekerjaan yang ada dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3 Jenis pekerjaan responden No.
Jenis Pekerjaan
Jumlah Responden (%) RW.013 RW.002 RW.020 5.88 58.82 12.5
1.
Pensiunan
2.
Wiraswasta
29.41
5.88
25
3.
PNS
29.41
29.41
37.5
4.
Pegawai Swasta Jumlah
35.3
5.88
25
100
100
100
Berdasarkan Tabel 3 terdapat perbedaan jenis pekerjaan pada setiap RW. Pada RW.013 jenis pekerjaan yang ada sebagian besar adalah pegawai swasta yakni sebesar 35,3% dan RW.002 secara umum sebanyak 58,82% responden
16
sudah pensiun, sedangkan pada RW.020 jenis pekerjaan responden yang paling banyak adalah pegawai negeri sipil (PNS) yaitu sebanyak 37,5%. Oleh karena itu, jenis pekerjaan yang ada juga dihubungkan dengan tingkat persepsi terhadap hutan kota.
5.2 Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Pengenalan Hutan Kota 5.2.1 Persepsi Masyarakat RW.013 Terhadap Aspek Pengenalan Hutan Kota Persepsi masyarakat RW.013 pada aspek pengenalan hutan kota dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pengenalan dan pengetahuan masyarakat tentang aspek pengenalan hutan kota. Lebih jelasnya penilaian persepsi masyarakat secara umum terhadap aspek pengenalan hutan kota dapat dilihat pada Lampiran 1. Masyarakat Rw.013 pada umumnya mengetahui yang dimaksud dengan hutan kota, hal ini tergambar sebanyak 100% menyatakan bahwa hutan kota merupakan suatu lahan yang secara sengaja disiapkan oleh pemerintah Kota Bekasi yang ditumbuhi atau ditanami dengan berbagai macam pepohonan dan berfungsi sebagai keindahan kota, rekreasi, olahraga, dan sarana pendidikan untuk anak-anak. Selain itu, masyarakat Rw.013 juga dapat lebih mengetahui keadaan hutan kota yang ada karena lokasinya yang sangat dekat sekitar 100 meter. Sebanyak 64,70% mengetahui keberadaan Hutan Kota Bina Bangsa, sedangkan 35,30% yang lainnya menyatakan ketidak tahuannya karena kesibukan seharihari. Tingkat persepsi masyarakat RW.013 tersebut secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 terhadap aspek pengenalan hutan kota Tipe Pertanyaan
No 1.
1a
2.
1b
3.
2a
Ya Tidak Setuju Tidak Ada Tidak
Jumlah (%) 100 0 100 0 64,70 35,30
Keterangan : 1a : Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan Hutan Kota. 1b : Apakah anda setuju dengan adanya hutan kota. 2a : Menurut anda apakah di Kota Bekasi sudah ada hutan kota.
17
Terkait dengan bentuk hutan kota yang diperlukan di kota Bekasi sebanyak sebanyak 41,17% menginginkan taman kota. Hal ini terkait dengan keindahan Kota Bekasi yang kurang baik akibat banyaknya pencemaran yang terjadi seperti pencemaran debu dan tingkat kebisingan yang tinggi. Tingkat pemahaman masyarakat RW.013 dapat dipengaruhi oleh pengetahuan yang didapatkan dari berita dan informasi yang berhubungan dengan hal-hal mengenai hutan kota. Selain itu, faktor pendidikan juga dapat mempengaruhi tingkat persepsi seseorang. Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan dengan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan tingkat pendidikan No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA Akademi Perguruan Tinggi Jumlah
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 0 0 0 0 0 17.65 0 11.76 0 70.59 0 100
Berdasarkan Tabel 5 tersebut tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan tingkat pendidikan tergolong tinggi. Pada umumnya tingkat pendidikan adalah Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 70,59%. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat pendidikan yang ada tergolong tinggi dan mempengaruhi tingkat persepsi terhadap aspek pemanfaatan hutan kota yang juga tergolong tinggi. Tingkat persepsi yang tinggi tersebut menggambarkan bahwa masyarakat sudah memahami tentang aspek pengenalan hutan kota yang dipengaruhi oleh banyaknya informasi mengenai hal-hal terkait dengan hutan kota. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wibowo (1987) dalam Pamungkas (2006) yang menyatakan bahwa persepsi adalah suatu gambaran pengertian serta interpretasi seseorang mengenai suatu obyek, terutama bagaimana orang tersebut menghubungkan informasi itu dengan dirinya dan lingkungan ia berada. Tingkat persepsi masyarakat RW.013 terhadap aspek pengenalan hutan kota, selain dipengaruhi tingkat pendidikan juga dipengaruhi oleh tingkat umur dan jenis pekerjaan. Hubungan tingkat persepsi berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 6.
18
Tabel 6 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan umur No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kelas Umur 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 ≥ 65 Jumlah
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 0 5.88 0 0 0 11.76 0 0 0 17.65 0 41.18 0 17.65 0 5.88 0 0 0 100
Berdasarkan Tabel 6 tingkat persepsi masyarakat yang tergolong tinggi secara umum barada pada kelas umur 50-54 tahun. Hal ini dimungkinkan dipengaruhi oleh faktor pengalaman pada masyarakat tersebut, sedangkan hubungan tingkat persepsi berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini. Tabel 7 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan jenis pekerjaan No.
Jenis Pekerjaan
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%)
1.
Pensiunan
0
5.88
2.
Wiraswasta
0
3.
PNS
0
4.
Pegawai Swasta
0
29.41 29.41 35.3
0
100
Jumlah
Pada Tabel 7 tingkat persepsi masyarakat tergolong tinggi dan sebagian besar berada pada jenis pekerjaan pegawai swasta. Hal ini dimungkinkan terdapat pengaruh tertentu mengenai persepsi terhadap suatu objek berdasarkan lingkungan tempat kerjanya. Dengan demikian dari 3 parameter di atas tingkat persepsi masyarakat RW.013 tergolong tinggi.
5.2.2 Persepsi Masyarakat RW.002 Terhadap Aspek Pengenalan Hutan Kota Persepsi masyarakat RW.002 pada umumnya mengetahui yang dimaksud dengan hutan kota yaitu sebanyak 88,24% menyatakan bahwa hutan kota merupakan suatu lahan penghijauan yang ada di dalam kota yang perlu
19
dilestarikan keberadaannya dan ada penataan serta terpelihara dengan baik sehingga dapat berfungsi sebagai perlindungan air, penyerapan polusi, menyaring debu, paru-paru kota, dan penghasil udara yang bersih untuk penyegaran. Masyarakat mengetahui keberadaan hutan kota sebanyak 82,35%, sedangkan 17,65% yang lainnya menyatakan tidak tahu. Tingkat persepsi masyarakat RW.002 tersebut secara rinci dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini. Tabel 8 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 terhadap aspek pengenalan hutan kota Tipe Pertanyaan
No 1.
1a
2.
1b
3.
2a
Ya Tidak Setuju Tidak Ada Tidak
Jumlah (%) 88,24 11,76 100 0 82,35 17,65
Keterangan : 1a : Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan Hutan Kota. 1b : Apakah anda setuju dengan adanya hutan kota. 2a : Menurut anda apakah di Kota Bekasi sudah ada hutan kota.
Terkait dengan bentuk hutan kota yang diperlukan di kota Bekasi sebanyak 41,17% menginginkan bentuk hutan kota berupa jalur hijau. Hal ini dikarenakan sebagai upaya untuk mengurangi pencemaran debu dan cuaca yang panas di Bekasi. Tingkat pemahaman masyarakat RW.002 berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan tingkat pendidikan No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA Akademi Perguruan Tinggi Jumlah
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 5.88 5.88 5.88 5.88 0 41.18 0 11.76 0 23.53 11.76 88.24
Berdasarkan Tabel 9 tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan tingkat pendidikan tergolong tinggi yaitu sebanyak 88,24%, walaupun ada juga masyarakat memiliki tingkat persepsi yang rendah sebanyak 11,76% dengan tingkat pendidikan SD dan SLTP. Pada umumnya tingkat persepsi yang tinggi
20
berada di tingkat pendidikan SLTA yaitu sebanyak 41,18%. Tingkat persepsi yang tinggi tersebut menggambarkan bahwa masyarakat sudah memahami terhadap aspek pengenalan hutan kota dan dipengaruhi oleh banyaknya informasi mengenai hal-hal terkait dengan hutan kota. Tingkat persepsi masyarakat RW.013 terhadap aspek pengenalan hutan kota, selain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan juga dipengaruhi oleh tingkat umur dan jenis pekerjaan. Hubungan tingkat persepsi berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini. Tabel 10 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan umur No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kelas Umur 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 ≥ 65 Jumlah
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 0 0 0 0 0 5.88 0 11.76 0 0 0 11.76 0 23.53 5.88 23.53 5.88 11.76 11.76 88.24
Berdasarkan Tabel 10 tersebut tingkat persepsi masyarakat yang tergolong tinggi secara umum barada pada kelas umur 55-59 tahun dan 60-64 tahun. Hal ini dimungkinkan dipengaruhi oleh faktor pengalaman pada masyarakat tersebut, sedangkan hubungan tingkat persepsi berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini. Tabel 11 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan jenis pekerjaan No.
Jenis Pekerjaan
1.
Pensiunan
2.
Wiraswasta
3.
PNS
4.
Pegawai Swasta Jumlah
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 5.88
52.94
0
5.88
5.88
23.53
0
5.88
11.76
88.24
Pada Tabel 11 tingkat persepsi masyarakat tergolong tinggi dan sebagian besar berada pada jenis pekerjaan pegawai negeri sipil (PNS). Hal ini dimungkinkan terdapat pengaruh tertentu mengenai persepsi terhadap suatu objek
21
berdasarkan lingkungan tempat kerja. Dengan demikian dari 3 parameter di atas tingkat persepsi masyarakat RW.002 tergolong tinggi.
5.2.3 Persepsi Masyarakat RW.020 Terhadap Aspek Pengenalan Hutan Kota Persepsi masyarakat RW.020 pada umumnya mengetahui yang dimaksud dengan hutan kota yaitu sebanyak 93,75% menyatakan bahwa hutan kota merupakan suatu lahan penghijauan yang berfungsi sebagai penyerapan air, mengurangi polusi, menyaring debu, paru-paru kota, dan penghasil oksigen. Masyarakat mengetahui keberadaan hutan kota sebanyak 31,25%, sedangkan 68,75% yang lainnya menyatakan tidak tahu. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh jarak masyarakat dengan hutan kota yang cukup jauh yaitu sekitar 400 meter. Tingkat persepsi masyarakat RW.002 tersebut secara rinci dapat dilihat pada Tabel 12 di bawah ini. Tabel 12 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 terhadap aspek pengenalan hutan kota Tipe Pertanyaan
No 1.
1a
2.
1b
3.
2a
Ya Tidak Setuju Tidak Ada Tidak
Jumlah (%) 93,75 6,25 100 0 31,25 68,75
Keterangan : 1a : Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan Hutan Kota. 1b : Apakah anda setuju dengan adanya hutan kota. 2a : Menurut anda apakah di Kota Bekasi sudah ada hutan kota.
Terkait dengan bentuk hutan kota yang diperlukan, masyarakat sebanyak 18,75% menginginkan bentuk hutan kota berupa hutan yang asri dan hijau. Hal ini dikarenakan sebagai upaya untuk mengurangi permasalahan lingkungan di Bekasi. Tingkat pemahaman masyarakat RW.020 berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 13.
22
Tabel 13 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan tingkat pendidikan No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA Akademi Perguruan Tinggi Jumlah
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 0 0 0 6.25 6.25 6.25 0 12.5 0 68.75 6.25 93.75
Berdasarkan Tabel 13 tersebut tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan tingkat pendidikan tergolong tinggi yaitu sebanyak 93,75%, walaupun ada juga masyarakat memiliki tingkat persepsi yang rendah yaitu 11,76% dengan tingkat pendidikan SLTA. Tingkat persepsi yang tinggi ada di tingkat pendidikan Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 68,75%. Tingkat persepsi yang tinggi tersebut menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi tingkat persepsi masyarakat terhadap aspek pengenalan hutan kota. Tingkat persepsi masyarakat RW.020 terhadap aspek pengenalan hutan kota, selain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan juga dipengaruhi oleh tingkat umur dan jenis pekerjaan. Hubungan tingkat persepsi berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini. Tabel 14 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan umur No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kelas Umur 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 ≥ 65 Jumlah
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 0 6.25 0 0 0 0 0 6.25 0 6.25 0 50 6.25 25 0 0 0 0 6.25 93.75
Berdasarkan Tabel 14 tingkat persepsi masyarakat tergolong tinggi dan secara umum barada pada kelas umur 50-54 tahun. Hal ini dimungkinkan dipengaruhi oleh faktor pengalaman pada masyarakat tersebut, sedangkan hubungan tingkat persepsi berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 15.
23
Tabel 15 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan jenis pekerjaan No.
Jenis Pekerjaan
1.
Pensiunan
2.
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 6.25
6.25
Wiraswasta
0
25
3.
PNS
0
37.5
4.
Pegawai Swasta
0
25
6.25
93.75
Jumlah
Pada Tabel 15 tingkat persepsi masyarakat tergolong tinggi yaitu sebesar 93,75% dan sebagian besar berada pada jenis pekerjaan pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 37,5%. Hal ini dimungkinkan terdapat pengaruh tertentu mengenai persepsi terhadap suatu objek berdasarkan lingkungan tempat kerja. Dengan demikian dari 3 parameter di atas tingkat persepsi masyarakat RW.002 tergolong tinggi.
5.3 Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Pemanfaatan Hutan Kota 5.3.1 Persepsi Masyarakat RW.013 Terhadap Aspek Pemanfaatan Hutan Kota Persepsi
masyarakat
RW.013
semuanya
menyatakan
meluangkan
waktunya di hari minggu pada pagi hari untuk pergi ke areal hutan kota. Masyarakat Rw. 013 membutuhkan hutan kota terutama untuk berekreasi dan menghilangkan kejenuhan serta mendapatkan kesehatan fisik dan mental. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan stress dari rutinitas sehari-hari. Menurut Dahlan (1992) monotonitas, rutinitas, dan kejenuhan kehidupan di kota besar perlu diimbangi
oleh
kegiatan
lain
yang
bersifat
rekreatif,
sehingga
dapat
menghilangkan monotonitas, rutinitas, dan kejenuhan kerja. Lebih jelasnya penilaian persepsi masyarakat secara umum terhadap aspek pemanfaatan hutan kota dapat dilihat pada Lampiran 2. Masyarakat RW.013 sebanyak 76,47% menyatakan manfaat dari hutan kota yang dapat dirasakan yaitu manfaatnya terhadap udara menjadi lebih segar dan bersih. Hal ini dikarenakan sudah banyak terjadi pencemaran di Kota Bekasi terutama pencemaran udara akibat polusi udara dari asap kendaraan bermotor. Tingkat persepsi masyarakat RW.013 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 16.
24
Tabel 16 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 terhadap aspek pemanfaatan Hutan Kota Tipe Pertanyaan
No 1.
4a
2.
4b
Ya Tidak Rekreasi dan Kesehatan Udara Air Keindahan Tidak tahu
Jumlah (%) 100 0 17,65 76,47 5,88 0 0
Keterangan : 4a : Apakah hutan kota bermanfaat bagi anda. 4b : Jika ya, bagaimana bentuk manfaatnya yang dapat dirasakan.
Tingkat pemahaman masyarakat RW.013 berdasarkan tingkat pendidikan terhadap aspek pemanfaatan hutan kota dapat dilihat pada Tabel 17 di bawah ini. Tabel 17 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan tingkat pendidikan No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA Akademi Perguruan Tinggi Jumlah
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 0 0 0 0 0 17.65 0 11.76 0 70.59 0 100
Berdasarkan Tabel 17 tersebut tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan tingkat pendidikan terhadap aspek pemanfaatan hutan kota tergolong tinggi yaitu sebanyak 70,59% berada pada tingkat pendidikan Perguruan Tinggi. Tingkat persepsi yang tinggi tersebut menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi tingkat persepsi masyarakat terhadap aspek pemanfaatan hutan kota. Persepsi masyarakat RW.013 terhadap aspek pemanfaatan hutan kota, selain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan juga dipengaruhi oleh tingkat umur dan jenis pekerjaan. Hubungan tingkat persepsi berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 18.
25
Tabel 18 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan umur No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kelas Umur 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 ≥ 65 Jumlah
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 0 5.88 0 0 0 11.76 0 0 0 17.65 0 41.18 0 17.65 0 5.88 0 0 0 100
Berdasarkan Tabel 18 tersebut tingkat persepsi masyarakat tergolong tinggi dan secara umum barada pada kelas umur 50-54 tahun. Hal ini dimungkinkan dipengaruhi oleh faktor pengalaman pada masyarakat tersebut dan lebih banyak merasakan manfaat dari hutan kota, sedangkan hubungan tingkat persepsi berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 19 di bawah ini. Tabel 19 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan jenis pekerjaan No.
Jenis Pekerjaan
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%)
1.
Pensiunan
0
5.88
2.
Wiraswasta
0
3.
PNS
0
4.
Pegawai Swasta
0
29.41 29.41 35.3
0
100
Jumlah
Pada Tabel 19 tersebut tingkat persepsi masyarakat tergolong tinggi yaitu sebesar 35,3% dan berada pada jenis pekerjaan pegawai swasta. Hal ini dimungkinkan terdapat pengaruh tertentu mengenai persepsi terhadap suatu objek berdasarkan lingkungan tempat kerja. Dengan demikian dari 3 parameter di atas tingkat persepsi masyarakat RW.013 terhadap aspek pemanfaatan hutan kota tergolong tinggi.
26
5.3.2 Persepsi Masyarakat RW.002 Terhadap Aspek Pemanfaatan Hutan Kota Persepsi masyarakat RW.002 pada umumnya yaitu sebanyak 94,12% menyatakan memanfaatkan hutan kota sebagai area untuk olahraga, rekreasi bersama keluarga, sedangkan 5,88% menyatakan manfaat hutan kota terhadap lingkungan kota di Bekasi kurang optimal. Hal ini dinilai karena luasan dari Hutan Kota Bina Bangsa kurang luas dan kurang tersebar. Pemanfaatan hutan kota dapat memberikan kesejukan dan kesegaran bagi masyarakat disekitarnya sehingga dapat menghilangkan kejenuhan dan kepenatan. Kicauan dan tarian burung akan menghilangkan kejemuan. Hutan kota juga dapat mengurangi kekakuan dan monotonitas. Masyarakat RW.002 sebanyak 58,82% menyatakan manfaat dari hutan kota yang dapat dirasakan yaitu manfaatnya terhadap udara menjadi lebih segar dan bersih. Hal ini dikarenakan sudah banyak terjadi pencemaran di Kota Bekasi terutama pencemaran udara akibat polusi udara dari asap kendaraan bermotor. Tingkat persepsi masyarakat RW.002 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 20 di bawah ini, sedangkan tingkat pemahaman masyarakat RW.002 berdasarkan tingkat pendidikan terhadap aspek pemanfaatan hutan kota dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 20 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 terhadap aspek pemanfaatan Hutan Kota Tipe Pertanyaan
No 1.
4a
2.
4b
Jumlah (%)
Ya Tidak Rekreasi dan Kesehatan Udara Air
94,12 5,88
58,82 5,88
Keindahan Tidak tahu
11,76 11,76
11,76
Keterangan : 4a : Apakah hutan kota bermanfaat bagi anda. 4b : Jika ya, bagaimana bentuk manfaatnya yang dapat dirasakan.
27
Tabel 21 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan tingkat pendidikan No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA Akademi Perguruan Tinggi Jumlah
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 5.88 5.88 0 11.76 0 41.18 0 11.76 0 23.53 5.88 94.12
Berdasarkan Tabel 21 tersebut tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan tingkat pendidikan terhadap aspek pemanfaatan hutan kota tergolong tinggi yaitu sebanyak 41,18% berada pada tingkat pendidikan SLTA, sedangkan sebanyak 5,88% tergolong dalam tingkat persepsi rendah dan berada pada tingkat pendidikan SD. Tingkat persepsi tersebut menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi tingkat persepsi masyarakat terhadap aspek pemanfaatan hutan kota. Persepsi masyarakat RW.002 terhadap aspek pemanfaatan hutan kota, selain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan juga dipengaruhi oleh tingkat umur dan jenis pekerjaan. Hubungan tingkat persepsi berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 22 di bawah ini. Tabel 22 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan umur No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kelas Umur 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 ≥ 65 Jumlah
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 0 0 0 0 0 5.88 0 11.76 0 0 0 11.76 0 23.53 0 29.41 5.88 11.76 5.88 94.12
Berdasarkan Tabel 22 tersebut tingkat persepsi masyarakat tergolong tinggi dan secara umum barada pada kelas umur 60-64 tahun. Hal ini dimungkinkan dipengaruhi oleh faktor pengalaman pada masyarakat tersebut dan lebih banyak merasakan manfaat dari hutan kota, sedangkan hubungan tingkat persepsi berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 23.
28
Tabel 23 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan jenis pekerjaan No.
Jenis Pekerjaan
1.
Pensiunan
2.
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 5.88
52.94
Wiraswasta
0
5.88
3.
PNS
0
29.41
4.
Pegawai Swasta
0
5.88
5.88
94.12
Jumlah
Pada Tabel 23 tersebut tingkat persepsi masyarakat tergolong tinggi yaitu sebesar 52,94% dan berada pada jenis pekerjaan pensiunan. Hal ini dimungkinkan sama dengan parameter umur dapat dipengarhui oleh faktor pengalaman, sedangkan tingkat persepsi masyarakat yang tergolong rendah sebesar 5,88% yaitu pada jenis pekerjaan pensiunan. Dengan demikian dari 3 parameter di atas tingkat persepsi masyarakat RW.013 terhadap aspek pemanfaatan hutan kota tergolong tinggi.
5.3.3 Persepsi Masyarakat RW.020 Terhadap Aspek Pemanfaatan Hutan Kota Persepsi masyarakat RW.020 semuanya menyatakan bahwa bentuk pemanfaatan hutan kota Bina Bangsa dapat dirasakan manfaatnya sebagai hutan kota di Bekasi, walaupun luasan yang ada tergolong kecil untuk dikatakan sebagai hutan kota. Masyarakat RW.020 sebanyak 37,5% menyatakan manfaat dari hutan kota yang perlu ada yaitu manfaatnya terhadap keindahan kota. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan estetika atau keindahan kota, sehingga memiliki nilai kebanggaan tersendiri pada Kota Bekasi. Tingkat persepsi masyarakat RW.013 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 24.
29
Tabel 24 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 terhadap aspek pemanfaatan Hutan Kota Tipe Pertanyaan
No 1.
4a
2.
4b
Ya Tidak Rekreasi dan Kesehatan Udara Air Keindahan Tidak tahu
Jumlah (%) 100 0 25 18,75 18,75 37,5 0
Keterangan : 4a : Apakah hutan kota bermanfaat bagi anda. 4b : Jika ya, bagaimana bentuk manfaatnya yang dapat dirasakan.
Tingkat pemahaman masyarakat RW.020 berdasarkan tingkat pendidikan terhadap aspek pemanfaatan hutan kota dapat dilihat pada Tabel 25 di bawah ini. Tabel 25 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan tingkat pendidikan No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA Akademi Perguruan Tinggi Jumlah
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 0 0 0 6.25 0 12.5 0 12.5 0 68.75 0 100
Berdasarkan Tabel 25 tersebut tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan tingkat pendidikan terhadap aspek pemanfaatan hutan kota tergolong tinggi yaitu sebanyak 68,75% berada pada tingkat pendidikan Perguruan Tinggi. Tingkat persepsi yang tinggi tersebut menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi tingkat persepsi masyarakat terhadap aspek pemanfaatan hutan kota. Persepsi masyarakat RW.020 terhadap aspek pemanfaatan hutan kota, selain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan juga dipengaruhi oleh tingkat umur dan jenis pekerjaan. Hubungan tingkat persepsi berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 26.
30
Tabel 26 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan umur No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kelas Umur 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 ≥ 65 Jumlah
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 0 6.25 0 0 0 0 0 6.25 0 6.25 0 50 0 31.25 0 0 0 0 0 100
Berdasarkan Tabel 26 tersebut tingkat persepsi masyarakat tergolong tinggi dan secara umum barada pada kelas umur 50-54 tahun. Hal ini dimungkinkan dipengaruhi oleh faktor pengalaman pada masyarakat tersebut dan lebih banyak merasakan manfaat dari hutan kota. Hubungan tingkat persepsi berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 27 di bawah ini. Tabel 27 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan jenis pekerjaan No.
Jenis Pekerjaan
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%)
1.
Pensiunan
0
12.5
2.
Wiraswasta
0
25
3.
PNS
0
37.5
4.
Pegawai Swasta
0
25
0
100
Jumlah
Pada Tabel 27 tersebut tingkat persepsi masyarakat tergolong tinggi yaitu sebesar 37,5% dan berada pada jenis pekerjaan pegawai negeri sipil (PNS). Hal ini dimungkinkan terdapat pengaruh tertentu mengenai persepsi terhadap suatu objek berdasarkan lingkungan tempat kerja. Dengan demikian dari 3 parameter di atas tingkat persepsi masyarakat RW.020 terhadap aspek pemanfaatan hutan kota tergolong tinggi. Bentuk dukungan dari masyarakat tersebut dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam program pengembangan dan pembangunan hutan kota di Bekasi. Pemerintah dapat mempertimbangkan aspirasi dari masyarakat tersebut sebagai pengambilan kebijakan dan keputusan dalam program pengembangan hutan kota.
31
5.4 Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Pengelolaan Hutan Kota 5.4.1 Persepsi Masyarakat RW.013 Terhadap Aspek Pengelolaan Hutan Kota Persepsi masyarakat RW.013 terkait dengan pengelolaan hutan kota sebanyak 94,12% menyatakan bahwa pengelolaan hutan kota masih sangat kurang pengelolaannya dan perlu adanya peningkatan, sedangkan 5,88% menyatakan pengelolaan yang ada sudah lebih baik dari tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut ditandai dengan adanya penambahan sarana dan prasarana. Lebih jelasnya penilaian persepsi masyarakat secara umum terhadap aspek pengelolaan hutan kota dapat dilihat pada Lampiran 3. Tingkat persepsi masyarakat RW.013 terhadap aspek pengelolaan hutan kota dapat dilihat pada Tabel 28 di bawah ini. Tabel 28 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 terhadap aspek pengelolaan Hutan Kota Tipe Pertanyaan
No 1.
7
2.
8
Pemerintah Masyarakat Bersama Baik Tidak
Jumlah (%) 35,30 11,76 52,94 5,88 94,12
Keterangan : 7 : Mengenai adanya kerusakan pohon dan sampah di lahan hutan kota, Menurut anda siapakah yang bertanggung jawab akan hal ini. 8 : Menurut pendapat anda, bagaimanakah usaha dan peran dari Pemerintah Daerah Bekasi dalam upaya pengelolaan dan pemeliharaan hutan kota yang ada di Kota Bekasi.
Menurut masyarakat sebanyak 52,94% perlu adanya pengelolaan Hutan Kota yang dilakukan secara bersama-sama. Hal ini dikarenakan pengelolaan terhadap Hutan Kota dapat berjalan dengan baik, jika dilakukan secara bersamasama antara pemerintah dengan masyarakat. Tingkat pemahaman masyarakat RW.013 berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 29 di bawah ini. Tabel 29 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan tingkat pendidikan No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA Akademi Perguruan Tinggi Jumlah
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 0 0 0 0 17.65 0 11.76 0 64.71 5.88 94.12 5.88
32
Berdasarkan Tabel 29 tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan tingkat pendidikan tergolong rendah yaitu sebanyak 94,12% dengan tingkat pendidikan secara umum Perguruan Tinggi sebanyak 64,71%. Hal ini menggambarkan bahwa pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan Hutan Kota menilai pengelolaan yang ada masih kurang, sehingga dikategorikan ke dalam tingkat persepsi rendah. Selain itu, terdapat masyarakat yang memiliki tingkat persepsi tinggi atau menilai pengelolaan yang ada sudah baik yaitu sebesar 5,88% dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi. Tingkat persepsi tersebut menggambarkan bahwa semakin kritisnya masyarakat terhadap pengelolaan yang dilakukan oleh pihak pemerintah. Tingkat persepsi masyarakat RW.013 terhadap aspek pengelolaan hutan kota, selain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan juga dipengaruhi oleh tingkat umur dan jenis pekerjaan. Hubungan tingkat persepsi berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 30 di bawah ini. Tabel 30 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan umur No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kelas Umur 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 ≥ 65 Jumlah
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 5.88 0 0 0 11.76 0 0 0 11.76 5.88 41.18 0 17.65 0 5.88 0 0 0 94.12 5.88
Berdasarkan Tabel 30 tingkat persepsi masyarakat tergolong rendah dan secara umum barada pada kelas umur 50-54 tahun yaitu sebesar 41,18%. Tingkat persepsi masyarakat ini juga dinilai sebagai penilaian masyarakat terhadap pengelolaan hutan kota yang masih kurang baik, sedangkan terdapat 5,88% yang menilai pengelolaan Hutan Kota yang ada sudah dapat dikatakan baik. Persepsi masyarakat ini dimungkinkan dipengaruhi oleh faktor pengalaman pada masyarakat tersebut, sedangkan hubungan tingkat persepsi berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 31.
33
Tabel 31 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 berdasarkan jenis pekerjaan No.
Jenis Pekerjaan
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%)
1.
Pensiunan
5.88
0
2.
Wiraswasta
29.41
3.
PNS
23.53
4.
Pegawai Swasta
35.3
0 5.88 0
94.12
5.88
Jumlah
Pada Tabel 31 tersebut tingkat persepsi masyarakat juga tergolong rendah dan hal tersebut berdasarkan penilaian masyarakat terhadap pengelolaan Hutan Kota yang dilakukan oleh pemerintah masih kurang baik yaitu sebesar 35,3% dan sebagian besar berada pada jenis pekerjaan pegawai swasta. Hal ini dimungkinkan terdapat pengaruh tertentu mengenai persepsi terhadap suatu objek berdasarkan lingkungan tempat kerja. Dengan demikian dari 3 parameter di atas tingkat persepsi masyarakat menyatakan bahwa pengelolaan yang dilakukan dan sudah ada saat ini dinilai masih kurang baik.
5.4.2 Persepsi Masyarakat RW.002 Terhadap Aspek Pengelolaan Hutan Kota Persepsi masyarakat RW.002 terhadap aspek pengelolaan hutan kota sebanyak 70,58% menyatakan bahwa pengelolaan hutan kota masih sangat kurang pengelolaannya dan perlu adanya peningkatan, sedangkan 29,42% menyatakan pengelolaan yang sudah lebih baik dari tahun sebelumnya. Hal ini ditandai dengan penambahan sarana dan prasaran seperti bangku dan tempat sampah dari pihak pengelola. Tingkat persepsi masyarakat RW.002 terhadap aspek pengelolaan hutan kota dapat dilihat pada Tabel 32 di bawah ini. Tabel 32 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 terhadap aspek pengelolaan Hutan Kota Tipe Pertanyaan
No 1.
7
2.
8
Pemerintah Masyarakat Bersama Baik Tidak
Jumlah (%) 41,17 5,88 47,07 29,42 70,58
34
Keterangan : 7 : Mengenai adanya kerusakan pohon dan sampah di lahan hutan kota, Menurut anda siapakah yang bertanggung jawab akan hal ini. 8 : Menurut pendapat anda, bagaimanakah usaha dan peran dari Pemerintah Daerah Bekasi dalam upaya pengelolaan dan pemeliharaan hutan kota yang ada di Kota Bekasi.
Masyarakat RW.002 juga memiliki persepsi yang sama dengan masyarakat RW.013 bahwa pengelolaan terhadap Hutan Kota sebaiknya dilakukan secara bersama-sama yaitu sebanyak 47,07%. Masyarakat menilai bahwa masyarakat memiliki peran yang besar dalam kelestarian lingkungan sekitarnya. Hal ini dikarenakan masyarakatlah yang paling sering berinteraksi, sehingga perlu menjaga dan memelihara kondisi lingkungan yang ada agar tetap baik. Tingkat pemahaman masyarakat RW.002 berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 33 di bawah ini. Tabel 33 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan tingkat pendidikan No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA Akademi Perguruan Tinggi Jumlah
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 11.76 0 5.88 5.88 29.41 11.76 5.88 5.88 17.65 5.88 70.59 29.41
Berdasarkan Tabel 33 tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan tingkat pendidikan tergolong rendah yaitu sebanyak 70,59% dengan tingkat pendidikan
yang
paling
besar
adalah
SLTA
yaitu
29,41%.
Hal
ini
menggambarkan bahwa pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan Hutan Kota menilai pengelolaan yang ada masih kurang, sehingga dikategorikan ke dalam tingkat persepsi rendah. Masyarakat juga memiliki tingkat persepsi yang tinggi atau menilai pengelolaan yang ada sudah baik yaitu sebesar 29,41% dengan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SLTA yaitu 11,76%. Tingkat persepsi tersebut menggambarkan bahwa semakin kritisnya masyarakat terhadap pengelolaan yang dilakukan oleh pihak pemerintah.
35
Tingkat persepsi masyarakat RW.002 terhadap aspek pengelolaan hutan kota, selain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan juga dipengaruhi oleh tingkat umur dan jenis pekerjaan. Hubungan tingkat persepsi berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 34 di bawah ini. Tabel 34 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan umur No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kelas Umur 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 ≥ 65 Jumlah
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 0 0 0 0 5.88 0 11.76 0 0 0 0 11.76 17.65 5.88 23.53 5.88 11.76 5.88 70.59 29.41
Berdasarkan Tabel 34 tersebut tingkat persepsi masyarakat tergolong rendah yaitu sebesar 70,59% dan secara umum barada pada kelas umur 60-64 tahun yaitu sebesar 23,53%. Tingkat persepsi masyarakat ini juga dinilai sebagai penilaian masyarakat terhadap pengelolaan hutan kota yang masih kurang baik, sedangkan terdapat 29,41% yang menilai pengelolaan Hutan Kota yang ada sudah dapat dikatakan baik. Persepsi masyarakat ini dimungkinkan dipengaruhi oleh faktor pengalaman pada masyarakat tersebut, sedangkan hubungan tingkat persepsi berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 35 di bawah ini. . Tabel 35 Tingkat persepsi masyarakat RW.002 berdasarkan jenis pekerjaan No.
Jenis Pekerjaan
1.
Pensiunan
2.
Wiraswasta
3.
PNS
4.
Pegawai Swasta Jumlah
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 47.07
11.76
0
5.88
17.65
11.76
5.88
0
70.6
29.4
Pada Tabel 35 tersebut tingkat persepsi masyarakat juga tergolong rendah dan hal tersebut berdasarkan penilaian masyarakat terhadap pengelolaan Hutan Kota yang dilakukan oleh pemerintah masih kurang baik yaitu sebesar 70,6% dan sebagian besar berada pada jenis pekerjaan pensiunan sebesar 47,07%. Hal ini
36
dimungkinkan terdapat pengaruh tertentu mengenai persepsi terhadap suatu objek berdasarkan lingkungan tempat kerja. Dengan demikian dari 3 parameter di atas tingkat persepsi masyarakat menyatakan bahwa pengelolaan yang dilakukan dan sudah ada saat ini dinilai masih kurang baik.
5.4.3 Persepsi Masyarakat RW.020 Terhadap Aspek Pengelolaan Hutan Kota Persepsi masyarakat RW.020 terkait dengan pengelolaan hutan kota sebanyak 87,5% menyatakan bahwa pengelolaan hutan kota masih sangat kurang pengelolaannya dan perlu adanya peningkatan, sedangkan 12,5% menyatakan pengelolaan yang sudah lebih baik dari tahun sebelumnya. Tingkat persepsi masyarakat RW.013 terhadap aspek pengelolaan hutan kota dapat dilihat pada Tabel 36 di bawah ini. Tabel 36 Tingkat persepsi masyarakat RW.013 terhadap aspek pengelolaan Hutan Kota Tipe Pertanyaan
No 1.
7
2.
8
Pemerintah Masyarakat Bersama Baik Tidak
Jumlah (%) 43,75 0 56,25 12,5 87,5
Keterangan : 7 : Mengenai adanya kerusakan pohon dan sampah di lahan hutan kota, Menurut anda siapakah yang bertanggung jawab akan hal ini. 8 : Menurut pendapat anda, bagaimanakah usaha dan peran dari Pemerintah Daerah Bekasi dalam upaya pengelolaan dan pemeliharaan hutan kota yang ada di Kota Bekasi.
Menurut masyarakat sebanyak 56,25% perlu adanya pengelolaan Hutan Kota yang dilakukan secara bersama-sama. Hal ini dikarenakan pengelolaan terhadap Hutan Kota dapat berjalan dengan baik, jika dilakukan secara bersamasama antara pemerintah dengan masyarakat. Tingkat pemahaman masyarakat RW.020 berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 37.
37
Tabel 37 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan tingkat pendidikan No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA Akademi Perguruan Tinggi Jumlah
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 0 0 6.25 0 12.5 0 6.25 6.25 62.5 6.25 87.5 12.5
Berdasarkan Tabel 37 tersebut tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan tingkat pendidikan tergolong rendah yaitu sebanyak 87,5% dengan tingkat pendidikan secara umum yaitu SLTA sebanyak 12,5%. Hal ini menggambarkan bahwa pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan Hutan Kota menilai pengelolaan yang ada masih kurang, sehingga dikategorikan ke dalam tingkat persepsi rendah, sedangkan masyarakat yang memiliki tingkat persepsi yang tinggi atau menilai pengelolaan yang ada sudah baik yaitu sebesar 12,5% dengan tingkat pendidikan Akademi dan Perguruan Tinggi. Tingkat persepsi tersebut menggambarkan bahwa semakin kritisnya masyarakat terhadap pengelolaan yang dilakukan oleh pihak pemerintah. Tingkat persepsi masyarakat RW.020 terhadap aspek pengelolaan hutan kota juga dipengaruhi oleh tingkat umur dan jenis pekerjaan. Hubungan tingkat persepsi berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 38 di bawah ini. Tabel 38 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan umur No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kelas Umur 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 ≥ 65 Jumlah
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%) 6.25 0 0 0 0 0 0 6.25 6.25 0 43.75 6.25 31.25 0 0 0 0 0 87.5 12.5
38
Berdasarkan Tabel 38 tingkat persepsi masyarakat tergolong rendah sebanyak 87,5% dan secara umum barada pada kelas umur 50-54 tahun yaitu sebesar 41,18%. Tingkat persepsi masyarakat ini juga dinilai sebagai penilaian masyarakat terhadap pengelolaan hutan kota yang masih kurang baik, sedangkan terdapat 12,5% yang menilai pengelolaan Hutan Kota yang ada sudah dapat dikatakan baik. Persepsi masyarakat ini dimungkinkan dipengaruhi oleh faktor pengalaman pada masyarakat tersebut, sedangkan hubungan tingkat persepsi berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 39. Tabel 39 Tingkat persepsi masyarakat RW.020 berdasarkan jenis pekerjaan No.
Jenis Pekerjaan
Tingkat Persepsi Rendah (%) Tinggi (%)
1.
Pensiunan
12.5
0
2.
Wiraswasta
18.75
6.25
3.
PNS
31.25
6.25
4.
Pegawai Swasta
25
0
87.5
12.5
Jumlah
Pada Tabel 39 tersebut tingkat persepsi masyarakat juga tergolong rendah dan hal tersebut berdasarkan penilaian masyarakat terhadap pengelolaan Hutan Kota yang dilakukan oleh pemerintah masih kurang baik yaitu sebesar 87,5% dan sebagian besar berada pada jenis pekerjaan pegawai negeri sipil (PNS) sebesar 31,25%. Dengan demikian dari 3 parameter di atas tingkat persepsi masyarakat menyatakan bahwa pengelolaan yang dilakukan dan sudah ada saat ini dinilai masih kurang baik.
5.5 Persepsi Pengelola Terhadap Hutan Kota 5.5.1 Persepsi Pengelola Terhadap Aspek Pengenalan Hutan Kota Kegiatan penyuluhan pernah dilakukan oleh pihak pengelola sebesar 57,14%. Kegiatan ini dilakukan setiap sebulan sekali ke masyarakat, kegiatan penyuluhan tersebut juga dilakukan pada saat rapat mingguan di tingkat RW dengan berbagai macam topik. Perlu dibangun hutan kota di tengah-tengah kota sebagai paru-paru kota dan di areal permukiman untuk kepentingan masyarakat sekitar serta pembangunannya di lokasi-lokasi tertentu yang diperlukan. Hal ini terkait dengan pemanasan global, sebagai penyerapan polusi udara, peredam
39
kebisingan, penghijauan, dan rekreasi. Bentuk hutan kota yang diperlukan menurut pihak pengelola sebanyak 57,14% yaitu Taman Kota dan dilakukan untuk meningkatkan keindahan Kota Bekasi. Persepsi pihak pengelola terhadap aspek pengenalan Hutan Kota secara rinci dapat dilihat pada Tabel 40 di bawah ini. Tabel 40 Tingkat persepsi pihak pengelola terhadap aspek pengenalan Hutan Kota Aspek Hutan
Tipe Pertanyaan
Kota Pengenalan
1a
Hutan Kota 1b
1c
Jumlah (%)
Pernah
57,14
Tidak
42,85
Taman kota
57,14
Kebun dan halaman
14,28
Hutan raya
28,57
Udara
42,85
Keindahan kota
57,14
Keterangan : 1a : Apakah kegiatan penyuluhan mengenai Hutan Kota pernah diadakan ? Jika pernah, kepada siapa kegiatan penyuluhan tersebut dilakukan dan kapan waktu pelaksanaannya. 1b : Menurut anda sebaiknya bentuk hutan kota seperti apa yang diperlukan. 1c : Kenapa.
Taman kota selain untuk memperindah kota, juga dibangun untuk penyegaran terhadap masyarakat sehingga pikiran dan emosi dari masyarakat juga dapat kembali menjadi segar dan kinerja atau produktifitas masyarakat menjadi lebih baik. Hal ini selanjutnya dapat mempengaruhi pendapatan dan stabilitas perekonomian di perkotaan. Taman kota dapat dibangun di areal permukiman pada lahan fasum (fasilitas umum) yang diberdayakan oleh masyarakat sekitar dan perlu dibantu serta didukung oleh pemuka masyarakat dan pemerintah Kota Bekasi. 5.5.2 Persepsi Pengelola Terhadap Aspek Pemanfaatan Hutan Kota Pemanfaatan hutan kota mengarah ke kegiatan rekreasi untuk masyarakat yang dilakukan oleh pihak pengelola sebanyak 85,71%. Hal ini dikarenakan tempat-tempat rekreasi yang berbasiskan lingkungan sudah sangat jarang. Pemanfaatan tersebut dinyatakan sebanyak 42,85% yang sebaiknya manfaat hutan
40
kota untuk rekreasi dengan dilengkapi sarana dan prasarana penunjang, sedangkan sebanyak 57,14% manfaat hutan kota sebaiknya untuk kepentingan lahan hijau di kota. Bentuk kegiatan perencanaan pemanfaatan yang dilakukan oleh pihak pengelola kurang terencana dengan baik. Hal ini sebanyak 100% menyatakan bahwa tidak ada perencanaan dalam melakukan kegiatan pemanfaatan hutan kota di Bekasi. Oleh karena itu, manfaat yang dirasakan juga kurang optimal. Selain itu, sebanyak 85,71% menyatakan tidak adanya organisasi atau pihak yang melakukan pemanfaatan di lahan hutan kota secara terorganisir, sehingga pengelolaan terutama dalam bentuk pemanfaatan seperti mengoptimalkan hutan kota agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk masyarakat terutama untuk kepentingan lingkungan kurang dapat diwujudkan. Menurut Dahlan (1992) kota yang sakit, tercemar dan kotor dapat menyebabkan pejabat pemerintah kemungkinan tidak lagi dapat berpikir dengan tenang, tajam dan terarah, sehingga kemampuannya dalam memecahkan masalah yang kompleks dan futuristik akan menurun. Selain itu, masyarakat yang ada juga dapat menurun kinerja dan produktifitasnya, sehingga pada akhirnya menghasilkan kekuatan dan masa depan negara yang lemah dan suram. Tingkat persepsi pengelola terhadap aspek pemanfaatan Hutan Kota lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 41 di bawah ini. Tabel 41 Tingkat persepsi pihak pengelola terhadap aspek pemanfaatan Hutan Kota Aspek Hutan
Tipe Pertanyaan
Kota Pemanfaatan
2a
Hutan Kota 2b
3a
Ada
85,71
Tidak
14,28
Penghijauan
57,14
Rekreasi
42,85
Ada Tidak
4a
Jumlah (%)
0 100
Ada
14,28
Tidak
85,71
Keterangan : 2a : Apakah ada kegiatan pemanfaatan Hutan Kota di Bekasi. 2b : Bagaimana bentuk kegiatannya. 3a : Apakah terdapat perencanaan kegiatan pemanfaatan Hutan Kota di Bekasi.
41
4a
: Apakah terdapat pengorganisasian dalam pelaksanaan kegiatan pemanfaatan Hutan Kota.
5.5.3 Persepsi Pengelola Terhadap Aspek Pengelolaan Hutan Kota Kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan hutan kota di Bekasi yang dilakukan secara bersama-sama dari bernagai instansi terkait sebanyak 100%. Hal ini perlu adanya kontinuitas terutama masalah pemeliharaan tumbuhan yang ada agar manfaat dari hutan kota yang ada dapat dirasakan secara optimal untuk masyarakat dan lingkungan. Tingkat persepsi pengelola terhadap aspek pengelolaan hutan kota dapat dilihat pada Tabel 42 di bawah ini. Tabel 42 Tingkat persepsi pihak pengelola terhadap aspek pengelolaan Hutan Kota Aspek Hutan
Tipe Pertanyaan
Kota Pengelolaan
5a
Hutan Kota 6a
6b
7a
8a
8b
Ya
Jumlah (%) 100
Tidak
0
Perlu
100
Tidak
0
Merawat
42,85
Menjaga
57,14
Baik
42,85
Tidak
57,14
Pemeliharaan
57,14
Penjagaan
42,85
Kebersihan
57,14
Keamanan
42,85
Keterangan : 5a : Apakah pihak instansi anda pernah dilibatkan dalam kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan Hutan Kota yang ada di Bekasi. 6a : Bagaimana pendapat anda, apakah masyarakat perlu dilibatkan dalam pengelolaan dan pemeliharaan hutan kota di Bekasi. 6b : Jika perlu, bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam melakukan hal tersebut. 7a : Menurut pendapat anda, bagaimanakah usaha dan peran dari Pemerintah Daerah Bekasi dalam upaya pengelolaan dan pemeliharaan hutan kota yang ada di Bekasi. 8a : Menurut pendapat anda, sebaiknya kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan yang bagaimana terhadap kawasan GOR (Gelanggang Olahraga) Bekasi yang merupakan kawasan hijau / hutan kota di Bekasi. 8b : Bagaimana bentuk pengelolaan dan pemeliharaan terkait adanya kerusakan pohon dan sampah yang ada.
42
Sebanyak 100% pihak pengelola menyatakan bahwa masyarakat perlu dilibatkan dalam kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan hutan kota yang ada, tapi sifatnya tidak secara langsung. Hal ini dilakukan dengan cara menumbuhkan kesadaran dari masyarakat itu sendiri agar ikut menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah secara sembarangan, tidak melakukan vandalisme terhadap pohon-pohon yang ada di dalam hutan kota, dan menciptakan suasana yang hijau di areal permukimannya. Usaha dan peran pemerintah kota Bekasi terkait dengan pengelolaan dan pemeliharaan hutan kota dinilai sebanyak 57,14% bentuk pengelolaan yang diperlukan adalah mengenai pemeliharaan terhadap pohon-pohon yang ada di dalam areal Hutan Kota. Kontinuitas dari pengelola dan pemberdayaan masyarakat yang ada di sekitar hutan kota juga perlu ikut membantu dalam mengelola dan memelihara hutan kota yang ada agar tetap terjaga dengan baik. Selain itu, penindakan yang tegas dengan dibantu aparat keamanan juga diperlukan untuk menindak pihak-pihak yang melanggar aturan seperti merusak pohon, buang sampah sembarangan dan adanya kegiatan asusila.
43
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Persepsi masyarakat dari RW.013, RW.002 dan RW.020 memiliki tingkat persepsi yang sama dan tergolong tingkat persepsi tinggi terhadap tiga aspek Hutan Kota yaitu aspek pengenalan hutan kota, pemanfaatan hutan kota dan pengelolaan hutan kota. 2. Tingkat pendidikan dan umur mempengaruhi tingkat persepsi masyarakat terhadap hutan kota, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka tingkat persepsi masyarakat tinggi dan tinggi tingkatan umur maka tingkat persepsi masyarakat juga tinggi. 3. Tingginya tingkat persepsi masyarakat dapat menjadi potensi keberhasilan program pengembangan dan pengelolaan hutan kota di Bekasi. 4. Hutan kota di Bekasi perlu digalakkan sebagai upaya dalam mengatasi tingkat kebisingan dan pencemaran debu yang sudah melebihi ambang baku mutu.
6.2 Saran 1. Pemerintah sebaiknya melaksanakan program pengembangan hutan kota untuk menciptakan kondisi lingkungan di Bekasi menjadi lebih baik. Hal ini
dikarenakan
pengembangan
masyarakat hutan
kota
sudah dan
mendukung
adanya
program
mengharapkan
program
tersebut
ditingkatkan oleh pemerintah Kota Bekasi. 2. Bentuk hutan kota yang diinginkan oleh masyarakat adalah taman kota. Oleh karena itu, perlu adanya tindak lanjut dari pemerintah Kota Bekasi. 3. Perlu adanya penelitian mengenai bentuk partisipasi masyarakat terhadap hutan kota sebagai langkah selanjutnya dalam penelitian persepsi.
44
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistika. 2006. Kota Bekasi Dalam Angka 2006. Badan Pusat Statistika. Bekasi. Dahlan, E. N. 1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia. Jakarta. ___________ , 2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) Bernuansa Hutan Kota. IPB Press. Bogor. [DPLH] Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup. 2006. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Bekasi Tahun 2006. Pemerintah Kota Bekasi. Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup. Bekasi. Faisal, S. 2005. Format-format Penelitian Sosial. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Fuad, M. J. 2003. Persepsi Masyarakat Perkotaan Terhadap Hutan Kota Di Kabupaten Serang (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Cipare, Kecamatan Serang) [karya ilmiah]. Bogor : Program Diploma III Konservasi Sumberdaya Hutan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan. Kantor Kelurahan Kayuringin Jaya. 2007. Daftar Isian Inventaris Data Potensi dan Kondisi Wilayah Periode Bulan Maret 2006 – Bulan Juni 2007. Bekasi. Mauludin, Uu. 1994. Persepsi Masyarakat Kotamadya Bogor Terhadap Hutan Kota Di Wilayah Kotamadya Bogor (Studi Kasus Di Kecamatan Bogor Timur dan Bogor Selatan) [skripsi]. Bogor : Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan. Nasution, S. 2003. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Bumi Aksara. Jakarta. Pamungkas, S. M. 2006. Persepsi Masyarakat Lokal Mengenai Pengelolaan Sumberdaya Hutan Di Hutan Lindung Gunung Lumut Kalimantan Timur. [skripsi]. Bogor : Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan. Purwanto, B. 1998. Studi Persepsi Dan Interaksi Masyarakat Lingkungan Hijau Pada Hutan Kota Tipe Permukiman (Studi Kelurahan Cengkareng Barat, Jakarta Barat). [skripsi]. Bogor Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan. Institut Bogor. Tidak diterbitkan.
Terhadap Kasus Di : Jurusan Pertanian
45
Surata, S. P. K. 1993. Persepsi Seniman Lukis Tradisi Bali Terhadap Konservasi Burung. [tesis]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan. Unradjan, D. 2000. Pengantar Metode Penelitian Ilmu Sosial. Grasindo. Jakarta. Zakih, A. 1997. Perbandingan Persepsi Masyarakat Kota Moderen Dengan Masyarakat Kampung Kota Terhadap Hutan Kota Di Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan. [skripsi]. Bogor : Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan.
46
LAMPIRAN
47
Lampiran 1 Data persepsi masyarakat Kelurahan Kayuringin Jaya terhadap aspek pengenalan hutan kota di Bekasi Tipe Pertanyaan
No 1.
1a
2.
1b
3.
2a
4.
2b
5.
3
Ya Tidak Jumlah Setuju Tidak Jumlah Ada Tidak Jumlah Bagus Rusak Tidak tahu Jumlah Taman Kota Jalur Hijau Hutan Kota Halaman Tidak tahu Jumlah
Rw. 013 R % 17 100 17 100 17 100 17 100 11 64,70 6 35,30 17 100 2 11,76 9 52,94 6 35,30 17 100 7 41,17 5 29,42 3 17,65 2 11,76 17 100
Responden Rw. 002 R % 15 88,24 2 11,76 17 100 17 100 17 100 14 82,35 3 17,65 17 100 6 35,30 5 29,41 6 35,30 17 100 3 17,65 7 41,17 2 11,76 2 11,76 3 17,65 17 100
Jumlah Rw. 020 R % 15 93,75 1 6,25 16 100 16 100 16 100 5 31,25 11 68,75 16 100 2 12,5 4 25 10 62.5 16 100 8 50 1 6,25 3 18,75 2 12,5 2 12,5 16 100
Keterangan : 1a : Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan Hutan Kota. 1b : Apakah anda setuju dengan adanya hutan kota. 2a : Menurut anda apakah di Kota Bekasi sudah ada hutan kota. 2b : Jika ada, bagaimanakah kondisi hutan kota tersebut. 3 : Menurut anda sebaiknya bentuk hutan kota seperti apa yang diperlukan. R : Jumlah responden.
R
%
47 3 50 50 50 30 20 50 10 18 22 50 18 13 8 6 5 50
94 6 100 100 100 60 40 100 20 36 44 100 36 26 16 12 10 100
48
Lampiran 2 Data persepsi masyarakat Kelurahan Kayuringin Jaya terhadap aspek pemanfaatan hutan kota di Bekasi Tipe Pertanyaan
No 1.
4a
2.
4b
3.
4.
Ya Tidak Jumlah Rekreasi dan Kesehatan Udara Air
Keindahan Tidak tahu Jumlah 5 Baik Rusak Jumlah 6 Setuju Tidak Jumlah
Rw. 013 R % 17 100 17 100
Responden Rw. 002 R % 16 94,12 1 5,88 17 100
Jumlah Rw. 020 R % 16 100 16 100
R
%
49 1 50
98 2 100
3
17,65
2
11,76
4
25
9
18
13 1
76,47 5,88
10 1
58,82 5,88
3 3
18,75 18,75
26 5
52 10
17 1 16 17 17 17
100 5,88 94,12 100 100 100
2 2 17 6 11 17 17 17
11,76 11,76 100 35,30 64,70 100 100 100
6 16 3 13 16 16 16
37,5 100 18,75 81,25 100 100 100
8 2 48 10 40 50 50 50
16 11,76 96 20 80 100 100 100
Keterangan : R : Jumlah responden. 4a : Apakah hutan kota bermanfaat bagi anda. 4b : Jika ya, bagaimana bentuk manfaatnya yang dapat dirasakan. 5 : Menurut anda bagaimana kondisi lingkungan Kota Bekasi saat ini. 6 : Setujukah anda apabila dengan adanya hutan kota, anda merasa mendapatkan kesegaran, kenyamanan, kesejukan, dan lingkungan yang bersih serta masalah–masalah pencemaran lingkungan yang terjadi di kota besar sekarang ini seperti polusi udara, debu dan kebisingan.
49
Lampiran 3 Data persepsi masyarakat Kelurahan Kayuringin Jaya terhadap aspek pengelolaan hutan kota di Bekasi Tipe Pertanyaan
No 1.
7
2.
8
3.
9
4.
Pemerintah Masyarakat Bersama Jumlah Baik Tidak Jumlah
Perlu Tidak Jumlah 10 Bermanfaat Tidak Jumlah
Rw. 013 R % 6 35,30 2 11,76 9 52,94 17 100 1 5,88 16 94,12 17 100
Responden Rw. 002 R % 7 41,17 1 5,88 8 47,07 16 94,12 5 29,42 12 70,58 17 100
Rw. 020 R % 7 43,75 9 56,25 16 100 2 12,5 14 87,5 16 100
R
%
20 3 26 50 9 41 50
40 6 52 100 18 82 100
16 1 17 11 6 17
15 2 17 14 3 17
16 16 10 6 16
47 3 50 35 15 50
94 6 100 70 30 100
94,12 5,88 100 64,70 35,30 100
88,24 11,76 100 82,35 17,65 100
Jumlah
100 100 62,5 37,5 100
Keterangan : R : Jumlah responden 7 : Mengenai adanya kerusakan pohon dan sampah di lahan hutan kota, Menurut anda siapakah yang bertanggung jawab akan hal ini ? 8 : Menurut pendapat anda, bagaimanakah usaha dan peran dari Pemerintah Daerah Bekasi dalam upaya pengelolaan dan pemeliharaan hutan kota yang ada di Kota Bekasi. 9 : Bagaimana pendapat anda, apakah masyarakat perlu dilibatkan dalam pengelolaan dan pemeliharaan hutan kota di Bekasi. 10 : Bagaimana pendapat anda, apakah kawasan GOR (Gelanggang Olahraga) Bekasi yang merupakan kawasan hijau / hutan kota memberikan manfaat terhadap lingkungan Kota Bekasi.
50
Lampiran 4 Panduan wawancara penelitian
Wawancara ini dilakukan hanya untuk kepentingan penelitian sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Jawaban dari hasil wawancara akan dirahasiakan. Terima kasih atas perhatian dan waktu yang telah anda berikan untuk menjawab pertanyaan dari wawancara ini. Semoga apa yang anda berikan dapat bermanfaat.
I. Data Responden Nama
:
Umur
:
Agama
:
Jenis kelamin
:
Jumlah anggota keluarga
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Lama Tinggal
:
Peran dalam masyarakat
:
II. Pertanyaan 1. Masyarakat Umum A. Aspek Pengenalan Hutan Kota 1. Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan Hutan Kota ? Jika ya, dari mana anda mendapatkan informasi tersebut ? Apakah anda setuju dengan adanya hutan kota ? kenapa ? ................................................................................................ 2. Menurut anda apakah di Kota Bekasi sudah ada hutan kota ? bagaimanakah
kondisi
hutan
kota
Jika ada,
tersebut
?
.................................................................................................................................... 3. Menurut anda sebaiknya bentuk hutan kota seperti apa yang diperlukan ? kenapa ? .....................................................................................................................
51
B. Aspek Pemanfaatan Hutan Kota 4. Apakah hutan kota bermanfaat bagi anda ? Jika ya, bagaimana bentuk manfaat nya
yang
dapat
dirasakan
?
.................................................................................................................................... 5. Menurut anda bagaimana kondisi lingkungan Kota Bekasi saat ini ? .................................................................................................................................... 6. Setujukah anda apabila dengan adanya hutan kota, anda merasa mendapatkan kesegaran, kenyamanan, kesejukan dan lingkungan yang bersih ? dan setujukah anda bahwa masalah – masalah pencemaran lingkungan yang terjadi di kota besar sekarang ini seperti polusi udara, debu dan kebisingan salah satu alternatif pemecahannya
adalah dengan
mengembangkan
program hutan
kota
?
.................................................................................................................................... C. Aspek Pengelolaan Hutan Kota 7. Apa pendapat anda mengenai adanya kerusakan pohon dan sampah di lahan hutan kota ? Menurut anda siapakah yang bertanggung jawab akan hal ini ? .................................................................................................................................... 8. Menurut pendapat anda, bagaimanakah usaha dan peran dari Pemerintah Daerah Bekasi dalam upaya pengelolaan dan pemeliharaan hutan kota yang ada di Kota Bekasi ? ............................................................................................................ 9. Bagaimana pendapat anda, apakah masyarakat perlu dilibatkan dalam pengelolaan dan pemeliharaan hutan kota di Bekasi ? Jika perlu, bagaimana bentuk
partisipasi
masyarakat
dalam
melakukan
hal
tersebut
?
.................................................................................................................................... 10. Bagaimana pendapat anda, apakah kawasan GOR (Gelanggang Olahraga) Bekasi yang merupakan kawasan hijau / hutan kota memberikan manfaat terhadap lingkungan
Kota
Bekasi
?
.................................................................................................................................... 2. Pihak Pengelola A. Aspek Pengenalan Hutan Kota 1. Apakah kegiatan penyuluhan mengenai Hutan Kota pernah diadakan ? Jika pernah, kepada siapa kegiatan penyuluhan tersebut dilakukan dan kapan waktu pelaksanaannya ? Menurut anda sebaiknya bentuk hutan kota seperti apa yang
52
diperlukan
?
kenapa
?
.................................................................................................................................... B. Aspek Pemanfaatan Hutan Kota 2. Apakah ada kegiatan pemanfaatan Hutan Kota di Bekasi ? Bagaimana bentuk kegiatannya ? Sebaiknya dilakukan kegiatan pemanfaatannya seperti apa ? .................................................................................................................................... 3. Apakah terdapat perencanaan kegiatan pemanfaatan Hutan Kota di Bekasi ? Bagaimana bentuk perencanaannya ? Menurut anda sebaiknya seperti apa ?.................................................................................................................................. 4. Apakah terdapat pengorganisasian dalam pelaksanaan kegiatan pemanfaatan Hutan Kota ? Bagaimana bentuk pengorganisasiannya dan menurut anda sebaiknya
seperti
apa
?
.................................................................................................................................... C. Aspek Pengelolaan Hutan Kota 5. Apakah pihak instansi anda pernah dilibatkan dalam kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan Hutan Kota yang ada di Bekasi ? Bagaimana bentuk kegiatannya ? Menurut
anda
sebaiknya
seperti
apa
?
.................................................................................................................................... 6. Bagaimana pendapat anda, apakah masyarakat perlu dilibatkan dalam pengelolaan dan pemeliharaan hutan kota di Bekasi ? Jika perlu, bagaimana bentuk
partisipasi
masyarakat
dalam
melakukan
hal
tersebut
?
.................................................................................................................................... 7. Menurut pendapat anda, bagaimanakah usaha dan peran dari Pemerintah Daerah Bekasi dalam upaya pengelolaan dan pemeliharaan hutan kota yang ada di Bekasi ? ..................................................................................................................... 8. Menurut pendapat anda, sebaiknya kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan yang bagaimana terhadap kawasan GOR (Gelanggang Olahraga) Bekasi yang merupakan kawasan hijau / hutan kota di Bekasi ? Bagaimana bentuk pengelolaan dan pemeliharaan terkait adanya kerusakan pohon dan sampah yang ada ? ...................................................................................................................................