1
ANALISIS NILAI MORAL PADA KUMPULAN CERPEN 3 SEBELAS WARTAWAN SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA Fuja Aditiya Suryadiningrat, Eri Sarimanah, Aam Nurjaman ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan nilai moral yang terdapat dalam antologi cerpen Kumpulan Cerpen 3 Sebelas Wartawan serta implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis dideskripsikan sedemikian rupa sehingga diperoleh gambaran mengenai nilai moral yang meliputi nilai berbuat baik, nilai keadilan dan nilai hormat terhadap diri sendiri dalam antologi cerpen Kumpulan Cerpen 3 Sebelas Wartawan. Teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan membaca antologi cerpen, menyeleksi cerpen yang dianalisis, mengidentifikasi nilai-nilai moral, memasukan data-data temuan ke dalam tabel hasil identifikasi, mengklasifikasikan data-data temuan yang menunjukkan nilai berbuat baik, nilai keadilan dan nilai hormat terhadap diri sendiri. Setelah itu, menganalisis nilai-nilai moral tersebut. Berdasarkan hasil analisis nilai moral antologi cerpen Kumpulan Cerpen 3 Sebelas Wartawan terdapat 112 data-dat kutipan yang meliputi: nilai berbuat baik terdapat 44 kutipan , nilai keadilan terdapat 19 kutipan, nilai hormat terhadap diri sendiri terdapat 49 kutipan. Jadi, nilai hormat terhadap diri sendiri lebih dominan dibandingkan nilai berbuat baik dan nilai keadilan. Antologi cerpen Kumpulan Cerpen 3 Sebelas Wartawan adalah sebuah antologi cerpen yang layak menjadi bahan pembelajaran dalam menemukan nilai moral yang meliputi nilai berbuat baik, nilai keadilan dan nilai hormat terhadap diri sendiri pada bidang keterampilan berbicara di kelas X Semester I dengan standar kompetensi Membahas cerita pendek melalui kegiatan diskusi dan kompetensi dasarnya adalah Menemukan nilai-nilai cerita pendek melalui kegiatan diskusi. Pada bidang keterampilan menyimak di kelas XI Semester II dengan standar kompetensi Memahami pembacaan cerpen dan kompetensi dasarnya adalah Menemukan nilai-nilai dalam cerpen yang dibacakan. Dalam antologi cerpen Kumpulan Cerpen 3 Sebelas Wartawan ini, sering muncul tingkah laku yang kurang baik terhadap orang lain yang bersifat kasar dan kurang santun. Jika dihubungkan dengan ciri perkembangan psikologi pada siswa SMA menurut Sarlito Wirawan Sarwono yang harus mengetahui bagaimana seharusnya bertingkah laku. Maka, para siswa SMA dapat memilih dan menentukan mana yang harus ditiru dan yang tidak. Selain itu, siswa diarahkan agar lebih mengenal kehidupan dan berprilaku baik dengan moralitas ideal yang terjadi sehingga dapat mengambil pesan yang disampaikan dari antologi cerpen ini. Kata Kunci : Analisis, Nilai Moral, Kumpulan Cerpen 3 Sebelas Wartawan
PENDAHULUAN
2
Humanisme merupakan pandangan hidup yang memaknai manusia dan kemanusiaan sebagai dasar dan tujuan dari segala pemikiran ilmu pengetahuan, moral, budaya, dan agama. Ketika manusia menjunjung tinggi nilai-nilai humanisme, maka interaksi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri akan berjalan dengan baik. Kaum humanisme menjunjung tinggi nilai kebebasan, persamaan derajat, dan martabat manusia dalam berinteraksi dengan sesama. Dengan kata lain humanisme membuat manusia lebih manusiawi. Nilai-nilai humanisme tercermin dari sikap moral berbuat baik, keadilan, hormat terhadap diri sendiri, dan bertanggung jawab. Apabila sikap moral yang didasarkan pada nilai-nilai humanisme diterapkan dalam interaksi manusia dengan sesamanya, maka akan tercipta suasana yang harmonis dan selaras bagi seluruh unsur terkait dalam sebuah masyarakat. Sebaliknya, apabila nilai-nilai humanisme tidak mendasari sikap moral dalam interaksi dengan sesama maka akan terjadi persoalanpersoalan humanisme di masyarakat seperti diskriminasi personal atau kelompok, pertikaian personal atau kelompok, sikap tak acuh, kesenjangan sosial bahkan sampai menghilangkan nyawa seseorang. Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pemikiran seni kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai alat pemyampaiannya. Sastra dapat menjelaskan kondisi manusia dengan melukiskan kehidupan dan pikiran ke dalam bentuk dan struktur bahasa yang memiliki nilai seni. Sebagai media pengungkapan segi-segi kehidupan manusia, sastra merupakan salah satu bentuk kebudayaan. Namun sastra tidak hanya mengandung unsur seni dan budaya saja, tetapi juga dapat meningkatkan pengetahuan, penalaran, dan kreativitas dalam kehidupan. Oleh karena itu, pembelajaran apresiasi sastra merupakan media yang tepat dalam menanamkan nilainilai moral kepada siswa, agar siswa dapat mengembangkan kepribadiannya menjadi manusia yang bermoral. Menikmati karya sastra sangat memberikan manfaat bagi pembacanya, karena bacaan tersebut sarat dengan pengetahuan, moral, dan nilai estetik, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dalam mengarang dari imajinasinya sehingga menunjang
pembentukan watak pembacanya. Cerpen merupakan cerita pendek yang mengisahkan bagian tertentu dari sebuah kehidupan tokoh. Pendeknya sebuah cerpen bukan karena jumlah katanya yang hanya sedikit jika dibandingkan dengan novel, tetapi karena aspek masalah yang terbatas yang diangkat oleh pengarang. Dengan pembatasan masalah, maka masalah yang diangkat pengarang akan tergambar dengan jelas. Permasalahan yang diangkat oleh pengarang mempunyai tujuan tertentu karena cerpen berisi gambaran perilaku yang nyata dari zaman saat cerpen dibuat. Pada kurun waktu 2009-2010 banyak kumpulan cerpen yang terbit dan beredar di masyarakat. Ada beberapa cerpen yang dibaca hanya sebagai hiburan. Ada pula cerpen yang mengangkat permasalahan yang kompleks seperti cinta, kritik sosial, agama, filsafat, psikologi, dan moral, sehingga membutuhkan konsentrasi dan kepekaan yang tinggi dari pembaca untuk memaknainya. Salah satu kumpulan cerpen yang mengangkat permasalahan yang komplekstentangnilai-nilai moral dan menggambarkan perilaku pada zaman sekarang adalah Kumpulan Cerpen 3 Sebelas Wartawan. Salah satu pembelajaran sastra yang diajarkan di sekolah yakni mengapresiasi cerpen.Pembelajaran tentang sastrakhususnyacerpen menjadi kegiatan belajar-mengajar yang dapat meningkatkan daya apresiatif dan elemen-elemen pengembangan psikologis siswa yang nantinya menjadi dasar tolok-ukur tentang nilai moral yang ideal. Implikasi yang diharapkan dari mengalisis Cerpen 3 Sebelas Wartawan yakni agar siswa mampu meningkatkan pemahaman secara teoretis terkait nilai-nilai moral yang ideal di SMA sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan. Dari segi penerapannya, siswa diharapkan mampu mempertajam perasaan, penalaran, kepekaan terhadap masyarakat, kebudayaan, lingkungan hidup,menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai budaya intelektual. Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka penulis merasa sangat tertarik untuk merumuskan judul “Analisis Nilai Moral pada Kumpulan Cerpen 3 Sebelas Wartawan Serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di SMA”. Hasil
3
penelitian ini diharapkan menjadi salah satu masukan terhadap upaya meningkatkan proses belajar mengajar sastra khususnya cerpen di SMA yang menitikberatkan terhadap nilai-nilai moral yang ideal. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas peneliti memfokuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana nilai moral dalam Kumpulan Cerpen 3 Sebelas Wartawan? 2. Bagaimana implikasi Kumpulan Cerpen 3 Sebelas Wartawan terhadap bahan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA? Cerpen-cerpen yang akan dianalisis berjumlah sebelas Cerpen, yaitu: Hari Pertama Pandu, Artis Sinetron, Mudik Lebaran, Jangan Panggil Aku Haji, Lelaki Pencari Bibir, Patah Diakhir Derita, Suatu Siang, Kembali, Warung Oden, Harakiri Lena, Ayahku Koruptor. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan nilai-nilai moral dalam Kumpulan Cerpen 3 Sebelas Wartawan serta implikasi nilai-nilai tersebut terhadap pembelajaran apresiasi sastra di SMA. LANDASAN TEORI Menurut Sidi Gizalba (1973: 483) moral merupakan ide-ide yang umum diterima oleh masyarakat tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar, dengan ukuran tindakan yang umum diterima oleh kesatuan sosial masyarakat tertentu. Aturan-aturan tentang tindakan manusia yang menjadi pedoman dan dipegang teguh oleh suatu masyarakat disebut dengan prinsip nilai moral. Menurut Robert C. Solomon (1987: 36) Prinsip nilai moral pada dasarnya memberikan petunjuk dan penilaian terhadap perbuatan dan tindakan yang boleh dilakukan dan perbuatan yang tidak boleh dilakukan di dalam suatu masyarakat. Prinsip-prinsip nilai moral dianggap sangat penting karena prinsip-prinsip nilai moral perlu demi kebahagiaan suatu masyarakat. Menurut Franz M. Suseno (1989: 130-133) tolok ukur yang digunakan untuk menilai tindakan moral manusia didasarkan pada prisip-prinsip nilai moral. Menurut Suseno ada tiga prinsip nilai moral yang meliputi: nilai sikap baik, nilai keadilan, nilai hormat terhadap diri sendiri.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk memecahkan masalah dan menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada penelitian ini. Menurut Moleong (2000: 6) dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif menyatakan bahwa metode deskriptif kualitatif merupakan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan. Arikunto (2010: 3) metode deskriptif kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data berupa kata-kata kemu-dian mengklasifikasi data dan menganalisis data. a. Data Data dalam penelitian yaitu berupa kutipan kalimat yang mengandung nilai moral dari Kumpulan Cerpen 3 Sebelas Wartawan. b. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Kumpulan Cerpen 3 Sebelas Wartawan.
4
HASIL PENELITIAN TABEL PENGATEGORIAN TEMUAN ANTOLOGI CERPEN KUMPULAN CERPEN 3 SEBELAS WARTAWAN BERDASARKAN NILAI MORAL Moral Judul Cerpen No Hlm Kutipan a b 1 4 “Saya kan sudah minta maaf, Be. Saya sudah Bang Jali Gerah bilang menyesal." di Pagi yang Cerah 2 4 “Babe harus sehat terus, panjang umur. Murah rezeki.” 3 4 “Ya mungkin karena Tuhan belum kasih saya keluasan rezeki, Be.” 4 5 “Tuhan itu adil, Sani. Yang belajar giat waktu kecil, yang giat menanam waktu kecilnya, dia memetik hasilnya sesudah besar. Bukan seperti elu. Yang kecilnya males, gede-nya susah. Itu jamak. Itu namanya Tuhan adil. Maha adil.” 5 5 “Minum, Sani. Tenggorokan lu kering tuh,” katanya. 6 5 “Terima kasih, Nyak,” katanya. 7 6 Mat Sani mengangkat pantatnya. Menyalami tangan ayahnya. Masuk menemui ibunya dan mencium tangannya. 8 7 Bang Jali mengambil 350 ribu dan menyerahkannya kepada Mpok Minah. “Ini lu kasih langsung ke si Salmah. Jangan kasih si Sani.” 9 7 Sepeninggal istrinya, Bang Jali menyandarkan kepalanya di kursi. Dua butir air mata menyembul dari sudut matanya. 10 30 “Jangan berebut, masih banyak,” kata seorang Jamban Gayus ibu di antara ibu-ibu yang menyiapkan minuman dan hidangan kecil. 11 30 Di mana pun Pak Gayus berada, suasana selalu ramai, canda terus mengalir dan tawa kerap pecah. 12 31 Seorang ibu mengutipi pecahan gelas. 13 32 Ia Gayus yang sederhana, bukan Gayus yang tukang ngemplang uang pajak itu, yang harga rumahnya miliaran rupiah. 14 32 “Pantatku capek bila jongkok terus. Kakiku ikut-ikutan kesemutan,” kata istrinya, yang bila buang air memang selalu berlama-lama. 15 33 Orang-orang selalu mencari segala dan berbagai kemudahan, kesantaian, keenakan dalam memanjakan fisiknya. 16 33 Dalam keseharian gerak orang selalu merasakan simbol-simbol kehidupan yang mudah dan gampang, yang berat dan yang enteng itu, pikir Pak Gayus. 17 33 Pak Gayus pasti bukan mau membandingkan tentang gerakan shalat dan toilet, itu pamali, tetapi ia berpikir tentang falsafah gerak hidup
c
5
Mudik Lebaran
18
33
19
33
20
34
21
43
22
43
23
43
24
43
25
44
26
44
27
44
28
44
29
45
30
45
31
46
32
47
33
48
34
48
serta hikmah yang diberikan Sang Pencipta selagi fisik masih sehat. Pak Gayus yang sudah terlanjur menjanjikan mewujudkan cita-cita istrinya, ditagih pasangan hidupnya itu hampir setiap hari. “Baiklah, nanti kita bangun tempat berak duduk itu,” kata Pak Gayus bersungut sementara istrinya menarik nafas panjang dan lega. “Mereka bertiga berebut mencoba menggunakan jamban duduk yang baru itu,” kata Pak Gayus, terus mengusap kendaraannya dengan tidak memandang wajak Kirno. Sementara itu, oleh-oleh buat ibu di kampung sudah dibungkus rapi dalam rupa kado dengan hiasan pita sehingga berkesan istimewa. Tapi kalaupun perjalanan mudik lebaran ke arah timur Jakarta ini masih dihadang macet parah, aku sudah siap mental. paling tidak, pengalaman bermacet-macet parah, aku sudah siap mental. paling tidak, pengalaman bermacet-macet saat mudik lebaran di tahun-tahun yang lalu telah membuat mentalku tahan banting. Jadi, hadangan kemacetan lalu lintas di perjalanan tak bakal membuatku senewen. Dengan mudik lebaran, aku bisa bersilaturahmi dengan keluarga di kampung. Terutama dengan ibu yang sudah sepuh. Lebih dari itu, mudik lebaran juga menjadi istimewa karena membuatku merasa bisa berbakti kepada ibu: menunjukan perhatian sekaligus memohon ampun dan doa. Batinku terasa mendadak menjadi lapang. Jiwa dan pikiranku jadi kembali jernih dan segar. Aku malu kepada Nung. Saudara sepupuku itulah yang selama ini berbaik hati menggantikan kami mendampingi ibu. Namun alasan yang lebih mungkin, menurutku, ibu enggan hidup bersama kami karena dia sungkan merepotkan anak-cucunya sendiri. Tapi, jujur saja, aku sendiri menikmati keasyikan memancing ini. Joyo tampaknya selalu khawatir kalau-kalau aku jatuh sakit atau mengalami kesulitan dalam menempuh sisa hidupku. Dia juga rutin mengirim uang untuk segala keperluanku. Dengan suara bergetar, Joyo memohon pengampunanku. Dia menyatakan penyesalan karena tak bisa mengurus aku, ibunya, sebagaimana seharusnya dilakukan anak yang berbakti. “Ibu tak usah bersedih. Nanti siang kita berziarah ke makam bapak.” “Jo, terima kasih. Kamu sangat perhatian kepada ibu...”
6
Jangan Panggil Aku Haji
35
48
36
48
37
69
38
69
39
70
40
70
41 42
70 70
43
70
44
70
45
71
46
71
47
71
48
71
49
72
50
72
“Jo, tiap lebaran kamu selalu sempatkan pulang. Aku senang, Senaaaaang sekali. Tapi...” “Terus-terang, Jo. Aku tak pernah bisa ikhlas menerima kenyataan bahwa kamu berganti keyakinan. Aku kecewa sekali. Aku byja tak merestui pernikahanmu. Tapi aku sungguh tak ikhlas bahwa pernikahan membuatmu berganti keyakinan.” “Inilah saya. Apa sih yang tak dapat diraih. Apa yang tak dapat dilakukan?,” saya bergumam, puas. Tetangga, teman, kerabat, akan menyapa saya Pak Haji, Bang Haji, Mas Haji, Dek Haji, atau Nak Haji. Ibu-ibu makin penasaran, berebut mengambil hati, agar bersedia menjadi menantu mereka. Begitu pula beberapa janda. “Uh..,” saya kembali bergumam. Tetangga, teman-teman, saudara, sanak saudara, semua menyampaikan ucapan senada, semoga saya jadi haji mabrur. “Apa saya mampu menjalani ibadah haji dengan sempurna?” “Isilah waktumu dengan berzikir.” ”Ini, di sini lengkap, tuntunan zikir dan lafalnya. Tapi baca ini dulu supaya yakin,” katanya menyodorkan buku kecil. “Iya Pak,. Saya masih awam. Saya sangat berterima kasih Bapak bersedia membimbing,” saya terus terang. “Tak masalah. Selagi anak mau, Bapak bantu. Jika tak mampu, kita tanya pembimbing, atau kepada yang lebih tahu.” “Kita harus mengikuti sunnah Rasulullah. Harus berhati-hati, bisa tergelincir pada bid’ah, beribadah tanpa ada contoh sebelumnya. Bid’ah itu suatu yang dibuat-buat dalam beragama, tanpa ada dalil, tidak pernah diajarkan dan dicontohkan Rasulullah.” “Yang hilang biarkan hilang. Selama berhaji tak perlu banyak uang, tak perlu jas dan gonta ganti pakaian. Soal makan tak usah khawatir.” Sejak saat itu saya selalu mengekor Pak Alim dan istrinya. Saya tak sungkan mengangkat koper atau tas milik Pak dan Bu Alim. Berusaha tak mengeluh, malah terkadang malu karena Pak Alim dan istri yang berusia di atas 60 tahun ternyata lebih siap, gesit, dan kuat dalam menjalani ritual haji. “Terima kasih ya Allah, dipertemukan dengan orang baik.” Saya menangis terisak-isak, memohon ampun berjanji tak akan berbuat dosa lagi. Padahal sudah berbagai ujian saya alami, tak hanya kehilangan koper. Uang, tetapi juga sempat tiba-tiba saja tersungkur saat
7
Lelaki Pencari Bibir
Patah Diakhir Derita
51
72
52
74
53
101
54
102
55
102
56
102
57
102
58
102
59
103
60
103
61
105
62
117
63
117
64
117
65
117
66
118
menggunakan eskalator menuju Masjidil Haram, hingga bibir dan mulut berdarah. “Jangan panggil aku haji. Panggil saja nama saya, atau dik, mas, bang, terserah. Ntapi jangan panggil saya Pak Haji, Dik Haji, Mas Haji. Tolong.” Bimbang apakah memilih gadis berkerudung yang tinggal di Bogor, anak dari saudara tetangga, atau memilih Sofi, keponakan Pak Alim. Kalau terlambat, dia masih harus menunggu satu jam lagi, dan tentu ini sangat membosankan. Belum lagi, dia bisa kena damprat di kantor. Seandainya waktu yang tersedia luang, pasti mereka tidak perlu bergegas dan lupa memperhatikan sekitar. “Ya sudahlah. Mungkin memang saya yang salah,” ujar Chairil. Dia merasa percuma ngomel, karena tokh tidak ada hal prinsip yang perlu dipermasalahkan. Dia tidak kena srempet, Si Ibu juga tidak jatuh, yang akibatnya bisa fatal bagi dia dan anaknya karena banyaknya kendaraan yang lalu lalang. Itu artinya Chairil cukup menunggu setengah jam. Lumayan lebih singkat, meski risikonya nanti, bajunya akan dipenuhi keringat dan sisa bau penumpang karena di gerbong panasnya minta ampun. Membeli air putih botol di kios di balik pagar stasiun, Chairil menikmati kesunyian. “Ya, kerja saya bebas jamnya. Yang penting kualitias pekerjaan saya yang dinilai.” “Wah, enak ya... saya kira itu yang paling tepat. Soal proses bekerja, lamanya waktu bekerja, menurut saya memang tidak perlu terlalu penting. Yang penting hasilnya,” “Jangan lupa minum obat, biar besok bisa ngantor dalam keadaan sehat.” Ayah berusaha bicara setenang mungkin mencoba menunjukan pribadi kokoh dihadapan anak-anaknya. “Tidak akan saya bekali kalian dengan uang dan berlian. Carilah orang tua mu di rantau. Selalu berbuat kebajikan. Kalau berhasil, jangan lupa membantu saudaramu kelak,” “Sudahlah nak, tabahkan hatimu. Pandanglah ayahmu ini. Hapus air matamu, tunjukan kalu kau seorang laki-laki. Seorang lelaki pantang menangis menghadapi situasi sepahit apa pun”. “Yah…, aku laki-laki yang tidak boleh cengeng”. Perpaduan sikap keras dan lembut sangat baik agar mampu memahami kehidupan sesungguhnya di Jakarta.
8
Pistol Dalam Tas
Tembok Putih
67
119
68
120
69
122
70
123
71
131
72
131
73
131
74
131
75
132
76
132
77
132
78
133
79
133
80
133
81
143
82
143
83
143
Tampaknya ia tidak rela adiknya mengalami nasib yang sama ketika memasuki usia dewasa kelak. “Oke. Tapi kamu harus janji tidak akan pernah bolos sekolah,” ujar Tony. Manusia hanya boleh berharap, tetapi segalanya harus kembali pada kehendak Tuhan. Tidak satu pun di muka bumi ia dapat terjadi kalau bukan atas penyelenggaraan illahi. Kelahiran, jodoh, kaya, miskin dan kematian sudah diatur oleh Tuhan. Mampukah saya memanggulnya sendiri? Apa yang dapat saya katakan dan harapan kecuali berserah kepada kehendak Ilahi. Tampaknya serbuk debu memecah penglihatan, dan Mbok Yem tambah bersemangat mengayun sapunya. Itu suara Tuan Badil, ayah Bayu yang tak pernah bisa bicara pelan. Mendengar suara tadi, Mbok Yem tetap tenang dan tidak tergopoh_gopoh mendatangi tuannya. Agak aneh selera orang yang satu ini, yakni kopi yang diseduh bercampur jahe bakar yang sudah dipipihkan serta dicampur cengkeh. Pendeknya, usai menyeruput kopi jahe tadi, pasti mulut tuan Badil asyik mengembuskan asap rook kretek, yang lagi-lagi batangnya dibaluri ampas kopi. “Sebentar tuan, saya buatkan dulu,” Mbok Yem langsung berjingkit pelan neuju dapur. Otak dan syaraf di kepalanya mengirimkan memori bahwa isi tas bukan benda berbahaya, apalagi bom. Seketika, Bayu menghapuskan tudingan bahwa Anggara adalah teroris. Dan ia percaya sang rekan adalah pribadi yang bisa dipercaya. Berebekal wajah cantik, tak sulit buat ibunda Anggara memagut hati pria. Sebaliknya, Anggara memilih tinggal bersama sang paman, seorang tukang jahit berpenghasilan tak menentu namun memiliki semangat hidup dengan mencari uang secara halal. Diam-diam, ia memberikan uang pemberian sang ibu kepada pembantu.” Ini buat kamu. Saya mau pergi”. Aku tiba-tiba merasa tak kuat lagi berenang. Badanku terasa lemas. Pandanganku berkunagkunang. Pusing. Aku rebahkan diri di atas pasir pantai. Indra dan Rolland cepat-cepat mengantarku ke dokter terdekat. “Sebetulnya lagi kurang enak badan, ya? Seharusnya jangan berenang dulu di laut, apalagi berenang di laut memerlukan lebih
9
Warung Oden
Kang Suto
84
144
85
145
86
145
87 88
145 160
89
160
90 91 92
160 160 161
93 94
161 161
95
161
96
162
97
163
98
164
99
167
100
184
101
184
102
184
103
185
104
185
105
185
banyak tenaga,” katanya, “Sekarang kau istirahat dulu,” katanya sambil menyelimutiku “Tidak. Tidak ada apa-apa. Tak ada yang perlu kau khawatirkan padaku. Aku seorang dokter. Kami punya tugas mulia. Terikat sumpah, kode etik dan undang-undang yang berlaku.” “Kini kau datang sebagai pasien. Tentu akan kurawat sebagaimana mestinya.” “Terima kasih, Oom. Kurapatkan jaket untuk mencegah hawa dingin menyusup sementara kedua tangan masuk ke dalam saku sambil berjalan pulang. Kepulan uap dari kuahnya yang mendidih menebarkan aroma kuahnya yang menggiring kakiku berbelok arah menuju warung itu. Ia melayani dan mempersilahkanku duduk. “Silahkan makan,” katanya singkat. Kuah sup yang kental oleh rasa rumput laut dan kaldu ikan berbumbu sake menghangatkan bagian dalam tubuhku. Ia berterima kasih dan menawariku sake. Berada di dekatnya, hidup teras lebih mudah dan berwarna. “ Mas Aswin harus lebih membumi, jangan kaku seperti robot ciptaanmu itu,” Kitamura merasa ikut bertanggung jawab atas keselamatan pelanggannya. Warung oden itu menjadi tempatku menghabiskan malam-malam yang sepi dan menggelisahkan. “Terima kasih, saya punya rokok Indonesia. Itu terlau ringan buat saya. Apakah mau mencoba rokok saya ini?,” “Maaf jika saya membuat Anda harus terlibat memikirkannya.” Desa di kaki gunung itu memang subur. Petani hidup makmur. Hampir setiap rumah petani punya televise, kulkas dan VCD player. Ini adalah buah dari kepemimpinan Kepala Desa Subarjo yang tiga hari lalu meninggal dunia, setelah 15 tahun memimpin desa tersebut. Berkat Subarjo yang akrab dipanggil Kang Barjo, desa itu menjadi maju dan makmur. “Jangan sampai desa kita nanti dipimpin maling, ya, Kang,” kata Marto, pegawai KUA, di hadapan pemuda-pemuda desa. Secara tradisional, tiap calon cukup meminta tanda tangan atau mendapat dukungan 100 warga, kemudian menjadi calon sah. “Ya, mas, ada empat calon yang sudah diverifikasi oleh Balai Desa. Kita pilih yang terbaik aja dari mereka itu,” kata Koko,
10
Cinta Berat Sama Mama Kacian Deh Papa
106
186
107
187
108
188
109 110
199 199
111
199
112
201
pegawai Pendopo desa. “Saya akan membangun desa kalau terpilih. Jadi pilihlah saya. Desa ini pasti makmur di tangan saya,” kata Sutowidodo calon yang paling berpengalaman disbanding calon lainnya. “Bapak-bapak, ibu-ibu, para pemuda, kini kita akan menghitung suara. Mari kita saksikan siapa yang akan menjadi pemimpin kita,” kata Sanwani “Selamat datang, pak, sudah lama kami menunggu pemimpin baru di sini,” kata Sanwani, Sekretaris Desa. Aku malu jika hal tersebut ketahuan orang lain. Aku hanya ingin Dini mengetahui bahwa aku meyukainya. Bahwa aku suka senyumnya, dengan tawanya, dengan lirikannya, mungkin juga dengan marahnya. Aku ingin Dini tahu bahwa aku siap melakukan apapun untuk membahagiakannya. bahwa rezeki dan jodoh Tuhan yang mengatur ternyata bukan isapan jempol semata.
Hasil analisis penelitian berdasarkan nilai moral dalam antologi cerpen Kumpulan Cerpem 3 Sebelas Wartawan terdapat 112 temuan data yang terbagi menjadi tiga bagian yakni nilai berbuat baik sebanyak 44 temuan data, nilai keadilan sebanyak 19 temuan data dan nilai hormat terhadap diri sendiri sebanyak 49 temuan data. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis yang telah peneliti lakukan mengenai nilai-nilai moral dalam dalam antologi cerpen Kumpulan Cerpen 3 Sebelas Wartawan, maka dapat ditarik simpulan berikut. Pada antologi cerpen Kumpulan Cerpen 3 Sebelas Wartawan terdapat nilai-nilai moral yang menjadi bahan penelitian. Nilai-nilai moral tersebut meliputi kategori nilai berbuat baik, nilai keadilan dan nilai hormat terhadap diri sendiri. Setelah dilakukan pengategorian dan penganalisisan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 112 kutipan yang termasuk ke dalam nilai moral, yang terdiri dari 44 kutipan nilai berbuat baik, 19 kutipan nilai keadilan, 49 kutipan nilai hormat terhadap diri sendiri. Nilai moral pada antologi cerpen Kumpulan Cerpen 3 Sebelas Wartawan ini adalah penggambaran kongkret tentang nilai moral, baik secara teoritis maupun praktis yang memperlihatkan tentang kondisi sosial politik pada kurun waktu tersebut, serta
memperlihatkan keterampilan, persepsi, dan pengalaman masing-masing penulis yang juga seorang wartawan. Dialog-dialog yang terdapat pada antologi cerpen Kumpulan Cerpen 3 Sebelas Wartawan berfungsi bagi para siswa dalam menemukan nilai-nilai moral yang ideal sebagai acuan bahkan cerminan perbuatan baik secara teoritis maupun praktisnya. Para siswa SMA pun diarahkan agar lebih mengenal bagaimana kehidupan dan berprilaku baik dengan moralitas ideal yang terjadi sehingga mereka dapat mengambil pesan yang disampaikan dari antologi cerpen Kumpulan Cerpen 3 Sebelas Wartawan ini. Antologi cerpen Kumpulan Cerpen 3 Sebelas Wartawan adalah sebuah antologi cerpen yang layak menjadi sebuah acuan pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada bidang keterampilan berbicara di kelas X Semester I dengan standar kompetensi membahas cerita pendek melalui kegiatan diskusi dan kompetensi dasarnya adalah menemukan nilai-nilai cerita pendek melalui kegiatan diskusi. Pada bidang keterampilan menyimak di kelas XI Semester II dengan standar kompetensi memahami pembacaan cerpen dan kompetensi dasarnya adalah menemukan nilai-nilai dalam cerpen yang dibacakan. antologi cerpen Kumpulan Cerpen 3 Sebelas Wartawan ini ini dibacakan di depan para
11
siswa SMA sehingga dapat melatih penalaran siswa terhadap kontekstual nilai moral yang ideal. Hal ini dapat merangsang kepekaan pendengaran sekaligus menstimulus siswa agar mau berbicara agar menemukan nilai moral yang terdapat dalam antologi cerpen Kumpulan Cerpen 3 Sebelas Wartawan ini.
Sumardjo, Jakob & Saini KM. 1994. Apresiasi Kesusasteraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
Arikunto, Suharsismi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
1.
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suseno, Franz Magnis. 1989. Etika Dasar. Yogyakarta: Kanisius.
2.
Fuja Aditiya Suryadiningrat. Kelahiran Sukabumi, 29 Oktober 1989. Lulusan Universitas Pakuan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia.
Eri
Sarimanah,
Dosen
Universitas Pakuan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia. 3.
Aam
Nurjaman,
Dosen
Universitas Pakuan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia.