Analisis Citraan pada Kumpulan Puisi Mata Ketiga Cinta karya Helvy Tiana Rosa serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra Indonesia di SMA Badriah Evih Hindrawati1, Aam Nurjaman2, Suhendra3
ABSTRAK Citraan merupakan sebuah unsur yang penting dalam sebuah puisi. Melalui citraan sebuah ide yang semula abstrak dapat dibayangkan dan diekspresikan. Citraan merupakan gambaran yang dibangkitkan lewat sebuah kata sehingga pembaca dengan mudah dapat mengimajinasikannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis citraan apa saja yang terdapat pada kumpulan puisi Mata Ketiga Cinta karya Helvy Tiana Rosa dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 19 puisi yang dianalisis terdapat 60 data penggalan puisi yang mengandung citraan. 29 penggalan puisi yang mengandung citraan penglihatan, 7 penggalan puisi yang mengandung citraan pendengaran, 12 penggalan puisi yang mengandung citraan perabaan, 1 penggalan puisi yang mengandung citraan penciuman, 1 penggalan puisi yang mengandung citraan pengecapan, dan 10 penggalan puisi yang mengandung citraan gerak. Berdasarkan analisis citraan puisi Mata Ketiga Cinta bahwa yang paling banyak muncul pada kumpulan puisi tersebut adalah citraan penglihatan. Hal ini disebabkan oleh penyair yang senang dan mengajak pembaca untuk melihat keindahan dan fenomena alam, kehidupan sehari-hari, serta konflik sosial sebagai bangunan citra dalam puisi-puisinya. Dilihat dari segi kecocokan bahan pembelajaran sastra berdasarkan KTSP, citraan pada kumpulan puisi Mata Ketiga Cinta layak dijadikan bahan pembelajaran sastra di SMA. Kata Kunci : Citraan, Puisi.
1 Mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pakuan 2 Staf pengajar program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pakuan 3 Staf pengajar program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pakuan
Pendahuluan Sebuah karya sastra akan lebih bermakna jika pembaca atau penikmat sastra dapat terhanyut oleh makna yang terkandung di dalamnya. Memahami suatu karya sastra bukan hanya sekadar membaca dan menikmatinya, melainkan juga harus mampu menghayati makna yang terkandung dalam karya sastra itu. Sebuah karya sastra dapat
mengembangkan cipta, kepekaan rasa dan emosi serta memberikan penghayatan yang mendalam terhadap apa yang kita ketahui. Melalui sebuah karya sastra, kita dapat menemukan manfaat yang berharga, salah satunya dengan memahami makna sebuah puisi. Dalam memahami makna puisi diperlukan kejelian dan kecermatan dalam membacanya.
Puisi tidak terlepas dari struktur fisik dan struktur batin yang sangat berkaitan dalam membangun sebuah puisi. Persoalan citraan pada struktur fisik puisi merupakan hal menarik dalam mengungkapkan perasaan dan suasana penyair. Salah satu langkah yang harus dilakukan untuk memahami karya sastra adalah melalui analisis atau penguraian. Melalui analisis, sebuah karya sastra yang kompleks dan rumit dapat dimengerti sehingga tidak mengurangi unsur estetis yang terkandung di dalamnya. Hal tersebutlah yang menjadi acuan khusus bagi penulis untuk melakukan penilaian terhadap sebuah karya sastra yaitu dengan menganalisis puisi. Puisi banyak memanfaatkan kekuatan citraan untuk melukiskan sesuatu agar mudah diimajinasikan, dengan adanya citraan pembaca seolah-olah dapat tergugah tanggapan inderanya. Dalam citraan akan menimbulkan suatu kesan dan pikiran yang dimunculkan dari kata, kelompok kata, atau kalimat di dalam puisi. Berdasarkan uraian tersebut, penulis mencoba meneliti citraan yang mempunyai ragam seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, pengecapan, dan gerak pada kumpulan puisi yang berjudul “Mata Ketiga Cinta” karya Helvy Tiana Rosa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA, khususnya tentang citraan. Fokus Masalah: (1) Citraan apa sajakah yang terdapat dalam kumpulan puisi “Mata Ketiga Cinta” karya Helvy Tiana Rosa? (2) Bagaimanakah implikasi penggunaan citraan yang terdapat dalam kumpulan puisi “Mata Ketiga Cinta”
karya Helvy Tiana Rosa terhadap pembelajaran Sastra di SMA? Puisi menurut Waluyo (1987:25) memberikan pengertian bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya. Dari pengertian tersebut tampak bahwa puisi sangat terikat berdasarkan susunan pembentuknya dan didukung dengan pemikiran dan perasaan untuk dapat menciptakan sesuatu yang indah. Adapun pendapat lain yang dikemukakan oleh Luxemburg (dalam Siswantoro, 2008:108) berpendapat bahwa puisi sebagai teks-teks monolog yang isinya pertama-tama bukan merupakan sebuah alur. Atau dengan kata lain, isinya bukan semata-mata sebuah cerita, tetapi lebih merupakan ungkapan perasaan. Pendapat tersebut menegaskan bahwa puisi merupakan kata-kata yang diciptakan berdasarkan buah pemikiran dan didukung dengan segenap perasaan yang melibatkan daya imajinasi. Jadi sebuah puisi menghasilkan kata-kata yang sangat indah dan menarik serta dapat memberikan sentuhan bagi pembaca. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan sebuah karya sastra yang melibatkan daya imajinasi dan buah pemikiran yang terpadu sehingga menghasilkan katakata yang sangat indah dan menarik serta dapat memberikan sentuhan bagi pembacanya. Kegiatan atau langkah yang harus dilakukan untuk memahami karya sastra diperlukan analisis terhadap bagian-bagian struktur
tersebut. Analisis adalah penguraian karya sastra atau norma-normanya Pradopo (dalam Sayuti, 1996:4). Dengan analisis, karya sastra yang rumit tersebut dapat dimengerti dan memnungkinkan pembaca untuk memberikan penilaian kepada karya sastra secara tepat sesuai dengan hakikatnya. Citraan (Imagery) menurut Sayuti, (2002:170) menyatakan bahwa citraan adalah kesan yang terbentuk dalam rongga imajinasi melalui sebuah kata atau rangkaian kata, yang seringkali merupakan gambaran dalam angan-angan. Lebih lanjut Sayuti (2002:170) menjelaskan bahwa istilah citraan dalam puisi dapat dipahami dalam dua cara, yaitu: (1) Dipahami secara reseptif (dari sisi pembaca). Dalam hal ini citraan merupakan pengalaman indera yang terbentuk dalam rongga imajinasi pembaca, yang ditimbulkan oleh sebuah kata atau rangkaian kata. (2) Dipahami secara ekspresif (dari sisi penyair). Yakni ketika citraan merupakan bentuk bahasa (kata atau rangkaian kata) yang dipergunakan penyair untuk membangun komunikasi estetik atau untuk menyampaikan pengalaman inderanya. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa citraan dapat dipahami melalui dua segi yaitu secara reseptif dan ekspresif. Kedua segi tersebut sangat berkaitan dengan proses pemahaman, dalam sifatnya yang reseptif, citraan dalam puisi merupakan unsur yang sangat penting, dengan hal tersebut pembaca dipertemukan dengan sesuatu yang tampak nyata dan dapat membantu penafsiran dan penghayatan puisi secara menyeluruh. Sedangkan dalam
sifatnya yang ekspresif, citraan dalam puisi merupakan proses kreatif yang berfungsi untuk membangun keutuhan puisi karena melalui pengalaman keindraan penyair mengkomunikasikan hal tersebut kepada pembaca. Melalui citraan kita sebagai pembaca dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai pikiran dan perasaan yang diungkapkan oleh sang penyair. Pradopo, (2008:81) menyebutkan jenis citraan yang menjadi dasar dalam analisis ini terdiri atas: 1. Citraan penglihatan (visual Imagery) adalah citraan yang memberi rangsangan kepada indera penglihatan, hingga sering hal-hal yang tak terlihat jadi seolah-olah terlihat. 2. Citraan pendengaran (Auditory Imagery) adalah citraan yang ditimbulkan oleh indera pendengaran (telinga) sehingga pembaca seolah-olah mendengarkan suara seperti yang digambarkan oleh penyair. 3. Citraan perabaan (Taktil Imagery) adalah citraan yang melibatkan indera peraba (kulit). Citraan ini menguraikan kata atau ungkapan yang terdapat dalam puisi dan seolah-olah dapat dirasakan, disentuh, atau diraba. 4. Citraan penciuman (Smell Imagery) adalah citraan yang melukiskan atau menggambarkan lewat rangsangan yang seolaholah dapat ditangkap oleh indera penciuman. 5. Citraan pengecapan adalah citraan yang melibatkan indera pengecapan (lidah). Melalui citraan ini seolah-olah pembaca dapat merasakan sesuatu yang
pahit, asam, asin, manis dan lainlain. 6. Citraan gerak (Kinaesthetic Imagery) adalah menggambarkan sesuatu yang sesungguhnya tidak bergerak, tetapi dilukiskan sebagai sesuatu yang dapat bergerak. Metodelogi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Menurut Arikunto (2010:3) metode deskriptif kualitatif merupakan metode penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.
Data penelitian ini adalah penggalan atau serangkaian kata yang termasuk citraan yang terdapat pada kumpulan puisi Mata Ketiga Cinta. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kumpulan puisi Mata Ketiga Cinta karya Helvy Tiana Rosa. Puisi yang dianalisis terdiri dari 19 puisi. Dari 19 judul puisi yang dianalisis, diperoleh 60 data penggalan puisi yang mengandung citraan. Rekapitulasi hasil analisis data dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1 REKAPITULASI HASIL ANALISIS No.
1.
Judul Puisi
Cintamu Padaku
Nomor Data 1
2
2.
Thawaf
3
4
5
Penggalan Puisi yang Mengandung Citraan Cintamu padaku adalah kerinduan waktu memeluk bisu di batubatu saat gerimis jatuh Cintamu padaku adalah keindahan purnama kala meneteskan cahaya pada lara Langkah-langkah airmata mengurai jejak cinta tanah liat Hidup yang tak pernah bisa kau terka dan kematian yang mengintip gigil dari selubung hari Ada yang berjejalan di dalam
Jenis Citraan Perabaan
Penglihatan
Gerak
Penglihatan
Perabaan
6
7
3.
Sajak Februari
8
9
10
11
12
13
14
15
4.
Mata Ketiga Cinta
16
Dada. Cahaya. Embun Terik. Maha. Kau Dalam kerumunan fana yang terus berputar menyebut namaMu Waktu pun retak didetakku dan segalanya menjelma bening Seperti aku yang tak pernah berhenti menari dalam mimpi tentangmu dan jatuh Maka kutanyakan pada mungkin ia memandangku dengan mata kaca Mengecup luka dan berkata pergi dan pakailah kerudung airmatamu sebab tak ada tempat untuk cinta di sini Tapi bagaimana agar tiap gerak berarti hingga malaikat pun sudi mengecup semua luka kita yang mawar Begitulah perempuanmu memintal lalu menguraikan kembali kenangan di sepanjang jalan kaca yang retak itu Kau mungkin lupa pernah menitipkan kilat asa di mataku yang menjelma beliung kadang lebih baik dibuang biar usang dalam tong sampah tak henti menyelami lautan huruf demi yang Maha Cinta lalu hari-hari pun terbenam dalam secangkir kopi tanpa gula
Pendengaran
Penglihatan
Gerak
Penglihatan
Penglihatan
Perabaan
Penglihatan
Penglihatan
Penglihatan
Gerak
Pengecapan
17
18
5.
Cinta
19
20
6.
Salam Negeriku
21
22
23
24
25
26
dan sunyi menyanyikan lagi lagu gergaji dengan masih terpejam hanya dengan mata ketiga cinta kulihat sebuah wajah di jantungmu Setiap hari kucatat dan kupotret kau dalam batin Kau menempel di bukubuku, di televisi, di gedung-gedung dan panggung pertunjukan, juga pada angin dan debu pada napasku Aku berjalan tersaruk mengendusi semua jejak yang kau tinggalkan seperti pemburu yang saru Mendengar desau suara darah yang sama, menyayat-nyayat cakrawala abu. Menyaksikan jutaan jiwa mengigau dan mencabikcabik saudara sendiri, sementara jutaan jiwa lainnya jadi pengungsi jeri. Darah, airmata mereka tumpah, menjelma sungai-sungai perih di sepanjang jalan sejarah. Bisakah mereka istirah dari perseteruan, karena waktu telah semakin debu. Kota-kota berteriak parau, merdeka! Dari hati yang khusyu dan mulut mereka akan keluar mutiara yang bercahaya. Mereka menangis, airmatanya menjelma curah hujan di pekarangan negeri.
Pendengaran
Penglihatan
Penglihatan
Penciuman
Pendengaran
Penglihatan
Penglihatan
Pendengaran
Penglihatan
Penglihatan
27
28
29
7.
Dan Kuakrabi Bayangmu
30
31
32
33
34
8.
Duri
35
36
9.
Interlude
37
38
Lantas samar mata nyeriku melihat orang-orang kabut bergentayangan. Kebahagiaan seperti kupu-kupu yang kembara di tamantaman kasih. Jutaan tekad, daya dan doa akan membelai, mengusap wajah duka. dan kerudung putih itu menari di bawah mentari namun liuknya kuakrabi sebagai luka Kaulah yang memantikan api di dada dan pena kami Tsunami, maha gelombang itu datang Menerpa menyapu segala Membawamu pergi dari kami Dari Jakarta Aku merasa cuaca berdarah Mengiris-iris perih, Udara dipenuhi kalimatkalimat Yang berhamburan dari sepuluh bukumu Tetapi hari itu kamu membanting kaca jendela kenangan kita hingga pecah berhamburan Serpihannya masuk ke mata dan batinku Menjadi duri-duri yang menancap abadi Di manakah semesta saat aku menatapmu? Hanya hujan yang menampar-nampar muka Tak ada tempat berpijak selain gemuruh
Penglihatan
Penglihatan
Perabaan
Penglihataan
Perabaan
Penglihatan
Perabaan
Penglihatan
Pendengaran
Perabaan
Perabaan
Penglihatan
10.
Sebelum Mautmu
39
40
11.
Fi Sabilillah
41
42
12.
Di Balik Semak Kata
43
44
13.
Kalam
45
46
47
Langit menjelma kaca kita yang retak lara cuaca dan kau, dengan tubuh gemeretak taring-taring yang menggigil tak lagi jarum, palu atau pisau Namun aku tak juga bisa beranjak dari pelataran sunyi itu menyeka nanahmu yang angin selalu Jangan dilarang Orang yang melayang pandang Ke sabilillah jangan ditahan orang yang ingin melemparkan diri ke sabilillah tapi udara karam di pucuk awang kabut tua menggerogoti hati dan semua warna kembali pada bisu Bunuh saja, katamu Setiap bulan, setiap matari yang mengendap-endap pucat di balik belukar kata terkadang hanya jadi sajak kurus yang mengendap di kantong pilu atau menjelma merpati terbang telusuri angkasa hinggap di pokok-pokok kemudian samar, pupus jadi bunyi senyap atau abadi dalam lukisan semu gagap tapi dengannya pula tanah kita bisa retak meratap gunung-gunung
Penglihatan
Perabaan
Penglihatan
Gerak
Penglihatan
Gerak
Penglihatan
Pendengaran
Penglihatan
14.
Kangen
48
49
15.
Jatuh
50
51
16.
Jelajah Diam
52
53
17.
Konser Kesunyian
54
55
18.
Segenggam Kata
56
berhamburan dan manusia menjelma anai-anai ketika pertama kali kita bertukar senyum pada jarak pandang yang begitu dekat Aku pun menjelma hujan yang enggan berhenti di berandamu bersama angin yang selalu kasmaran “Aku jatuh suka“, kata lelaki itu. Tiba-tiba kabut, matanya basah ada yang patah kesetiaan. denyut luka Mata perempuan itu kian kabut gerimis liris menyelusup di sela jemarinya Seperti seorang pemburu waktu mengendap-endap selalu dalam tubuhmu tubuhku detiknya mengiris-iris nadi dan kita pun hanya bisa kembali menjelajahi diam Hujan yang semalam menyayat-nyayat mataku meninggalkan genangan di hati tapi bahkan tak ada satu ketuk pun di jendela muram itu Segenggam kata, telanjang pergi tergesa tanpa pamit dari bait sajakku menuju kedamaian dirimukah?
Penglihatan
Penglihatan
Penglihatan
Penglihatan
Gerak
Perabaan
Perabaan
Pendengaran
Gerak
57
19.
Kamu Adalah Secarik Alamat
58
59
60
meski berkali tergelincir di huruf-huruf jantung lukamu… Sambil menahan belati nyeri dalam diri Aku berlari-lari di hatimu Kau berlari-lari di pikiranku Kamu secarik alamat Yang hanya mampu kugenggam
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis Citraan pada Kumpulan Puisi Mata Ketiga Cinta karya Helvy Tiana Rosa, dari 19 puisi yang dianalisis terdapat 60 data penggalan puisi yang mengandung citraan. Penggalan puisi yang mengandung citraan penglihatan sebanyak 29. Penggalan puisi yang mengandung citraan pendengaran sebanyak 7, Penggalan puisi yang mengandung citraan perabaan sebanyak 12, Penggalan puisi yang mengandung citraan penciuman terdiri dari 1, Penggalan puisi yang mengandung pengecapan terdiri dari 1, Penggalan puisi yang mengandung citraan gerak sebanyak 10. Simpulan Berdasarkan analisis yang telah penulis lakukan mengenai citraan yang terdapat pada kumpulan puisi karya Helvy Tiana Rosa, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kumpulan puisi Mata Ketiga Cinta karya Helvy Tiana Rosa mengandung jenis-jenis citraan yang terdiri atas citraan penglihatan (visual Imagery) sebanyak 29 data, citraan pendengaran (Auditory Imagery) sebanyak 7 data, citraan perabaan
2.
3.
Gerak
Perabaan
Gerak
Gerak
(Taktil Imagery) sebanyak 12 data, citraan penciuman (Smell Imagery) diperoleh 1 data, citraan pengecapan diperoleh 1 data, dan citraan gerak (Kinaesthetic Imagery) sebanyak 10 data. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, maka citraan yang sering muncul pada kumpulan puisi Mata Ketiga Cinta adalah citraan penglihatan, karena dilihat dari sisi penyair, ia senang mengajak pembaca untuk melihat keindahan dan fenomena alam, kehidupan sehari-hari serta konflik sosial sebagai sumber bangunan citra dalam puisipuisinya. Kumpulan puisi Mata Ketiga Cinta karya Helvy Tiana Rosa layak dijadikan bahan ajar untuk pembelajaran sastra Indonesia di SMA kelas XII khususnya pembelajaran citraan dalam puisi.
Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Pradopo, Rachmat Djoko. 2000. Pengkajian Puisi Analisis Sastra Norma dan Analisis Struktural dan Semiotik. Yogyakarta: Gajah Mada University Pers. Sayuti, Suminto A. 1996. Apreiasi Prosa Fiksi. Jakarta: Depdikbud. ____________ 2002. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media. Siswantoro, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. Waluyo, Herman J. 1987: Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga. Riwayat Hidup Penulis Badriah Evih Hindrawati dilahirkan di Bogor, 30 Oktober 1988. Putri sulung dari tiga bersaudara keluarga Ayahanda Budi Utomo dan Ibunda Anatulmillah. Dibesarkan dan dididik di keluarga TNI AD. Usia lima tahun, mengenyam pendidikan di TK Tunas Kartika. Kemudian belajar di SDN 3 Cibinong. Tahun 2000-2003 meneruskan belajar di SMPN 3 Cibinong. Lalu melanjutkan di SMA PGRI 4 Bogor dan lulus pada tahun 2006. Melanjutkan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan Bogor, lulus tahun 2012.