ANALISIS KEUNTUNGAN PENGRAJIN TAHU (Studi Kasus Industri Rumah Tangga di Kecamatan Telaga) Kasmin R. Lasena1), Dr Amir Halid. SE, M.Si2), Amelia Murtisari SP. M.Sc3)
JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
ABSTRAK Kasmin R. Lasena “614408040”, 2013 Analisis Keuntungan Pengrajin Tahu (Studi Kasus Industri Rumah Tangga di Kecamatan Telaga”. dibawah bimbingan Amir Halid dan Amelia Murtisari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keuntungan usaha tahu di kecamatan telaga, dan untuk mengetahui usaha tahu layak dikembangkan di Kecamatan Telaga. Dilaksanakan pada bulan Januari - Bulan Maret 2013. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Pertimbangan pemilihan lokasi di Kecamatan Telaga karena sebagian besar industri tahu terdapat di Kecamatan Telaga dibandingkan dengan lokasi lain. Metode pengambilan sampel adalah dengan menggunakan sampling jenuh atau sensus yaitu keseluruhan dari usaha tahu di Kecamatan Telaga yaitu berjumlah tiga usaha yang dimiliki oleh Bapak Parmin, Subani, dan Ismadi. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis keuntungan, dan analisis pendapatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa usaha tahu yang ada di Kecamatan Telaga menguntungkan dengan rata-rata keuntungan pengrajin sebesar Rp.1.151.275. serta rata-rata nilai R/C Ratio yang diperoleh pengrajin tahu di Kecamatan Telaga 1,016 sehingga usaha tahu yang ada di Kecamatan Telaga layak untuk dikembangkan.
Kata Kunci : Usaha Tahu, Biaya Produksi, Keuntungan dan R/C Ratio
1
PENDAHULUAN Indonesia termasuk salah satu Negara penghasil kedelai dan juga memiliki area penanaman yang cukup luas. Ironisnya sampai saat ini indonesia masih mengimpor kedelai dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Selain karena tingkat kebutuhan dalam negeri yang selalu meningkat yang tercukup oleh kebutuhan kedelai dalam negeri juga disebabkan oleh produktifitas dan kualitas yang masih rendah serta harga yang mahal. Bahan baku yang sering digunakan dalam proses pengolahan tahu pada umumnya menggunakan kedelai impor. Pemakaian kedelai impor dalam pembuatan tahu selain mutunya bagus, persediaan bahan baku selalu ada dipasaran. Hal ini berbeda dengan kedelai lokal yang persediannya hanya musiman, sehingga menyulitkan para pembuat tahu mendapatkan bahan baku kedelai. Banyaknya industri pangan yang ada di Provinsi Gorontalo pada Tahun 2011 adalah 4.562 unit usaha, dengan jumlah tenaga kerja sebesar 10.078 orang, serta nilai investasi sebesar Rp. 28 milyar. Dimana industri yang bergerak pada pengolahan tahu berjumlah 83 unit usaha, dengan jumlah tenaga kerja 200 orang, serta jumlah investasi sebesar Rp. 590 juta (Dikopperindag Provinsi Gorontalo, 2011) . Kabupaten Gorontalo merupakan sentra industri tahu yang ada di Provinsi Gorontalo. Pada Tahun 2011 industri tahu yang tersebar di Kabupaten Gorontalo berjumlah 33 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja 86 orang dan investasi lebih dari Rp. 413 juta. Adapun Kecamatan yang memiliki jumlah industri, tenaga kerja, dan nilai investasi terbesar adalah Kecamatan Boliyohuto yaitu 12 unit usaha, 30 orang tenaga kerja dan investasi sebesar Rp. 116 juta lima ratus ribu. Kecamatan yang memiliki jumlah industri, tenaga kerja dan nilai investasi terkecil yaitu Kecamatan Bongomeme yaitu satu unit usaha, dua orang tenaga kerja dan investasi sebesar Rp. 10 juta. Jika dibandingkan antara banyaknya jumlah industri dengan nilai investasi Kecamatan Telaga memiliki nilai investasi yang terbesar yaitu terdapat tiga unit usaha dengan nilai investasi sebesar Rp. 82 Juta (Dikopperindag Kabupaten Gorontalo, 2011) . Di Kecamatan Telaga terdapat tiga industri tahu yang dimiliki oleh Bapak Parmin, Subani, dan ismadi yang hanya memproduksi tahu .Tahu dilakukan pada berbagai skala usaha dan memiliki karakteristik dan struktur biaya yang berbeda pada gilirannya akan mempengaruhi terhadap keuntungan. Berdasarkan hal ini maka dilakukan penelitian tentang “Analisis Keuntungan Pengrajin Tahu (Studi Kasus Industri Rumah Tangga di Kecamatan Telaga). Berdasarkan uraian di atas maka beberapa permasalahan yang dimunculkan sebagai berikut: 1. Berapakah keuntungan usaha tahu di Kecamatan Telaga? 2. Apakah usaha tahu layak dikembangkan di Kecamatan Telaga?
2
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Telaga Pada Bulan Januari sampai dengan Bulan Maret 2013. Metode yang digunakan adalah metode survey yang merupakan pengumpul data dari suatu empiris berdasarkan wawancara, observasi, dokumentasi yang dilakukan pada responden. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari pengusaha tahu dengan dibantu kuisioner yang telah disediakan seperti untuk mengetahui sember daya manusia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, lama berusaha, izin usaha, total biaya, penerimaan, pendapatan dan lain-lain. Sedangkan data sekunder yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dalam penelitian ini antara lain dinas koperasi, perindustrian dan perdagangan, badan pusat statistik dan lain-lain. Populasi pada penelitian ini adalah pengrajin tahu di Kecamatan Telaga yang berjumlahn tiga unit usaha. Metode pengumpulan sampel adalah dengan menggunakan sampling jenuh atau sensus, adapun jumlah usaha tahu yang ada di Kecamatan Telaga yaitu tiga unit usaha yang miliki oleh bapak Parmin, Subani dan Ismadi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi. Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu : i. Biaya Total Biaya Total merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan dalam proses produksi. Secara sistematis dapat ditulis : TC = FC + VC Keterangan : TC= Total Biaya, VC= Biaya Variabel, FC= Biaya Tetap ii. Penerimaan Total penerimaan merupakan nilai uang dari total produksi yang dihasilkan dengan cara total produk dikalikan dengan harga produk tahu. Secara matematis dapat ditulis : TR = P. Q Keterangan : TR= Total Revenue/Total Penerimaan, P= Harga, Q= Jumlah/Quanty iii. Keuntungan Keuntungan usaha merupakan pengurangan dari penerimaan total (Total revenue) dengan biaya total (Total cost). Secara sistematis dapat ditulis : Π = TR – TC Keterangan : π= Pendapatan, TR= Total Revenue, TC= Total Cost
3
iv. R/C Rasio R/C Rasio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Secara sistematis dapat ditulis : R/C Ratio = TR/TC Keterangan : TR= Total Revenue, TC= Total Cost Kriteria jika R/C Ratio > 1 : Menguntungkan R/C Ratio = 1 : Impas R/C Ratio < 1 : Merugikan
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga berjarak 6 Km dari ibu kota Kabupaten Gorontalo. Daerah ini bertofografi rendah dengan luas wilayah 100,47 Km2 dan berjarak 19 M dari permukaan laut. Secara administrasi Kecamatan Telaga mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tapa Kabupaten Gorontalo. 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tilango dan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Perkembangan Industri Tahu Industri tahu yang ada di Kecamatan Telaga terletak di Desa Bulila dan Desa Hulawa yang sudah ada sejak Tahun 2002 dengan modal awal yang digunakan oleh pengrajin rata-rata Rp 20 juta. Pendapatan yang diperoleh pengrajin rata-rata sebesar 2 Juta/Bulan. Selama industri tahu berdiri sebagian besar belum mendapat izin dari pemerintah. Dari hasil wawancara, industri yang telah mendapatkan ijin dari pemerintah yaitu Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan hanya satu industri yang merupakan industri yang dimiliki oleh Bapak Ismadi dengan No ijin 503/KPT/PK/111/2008, sedangkan yang tidak memiliki ijin yaitu industri Bapak Parmin dan Bapak Subani. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh gembaran keadaan pengrajin tahu yang berada di Kecamatan Telaga. Pengrajin tahu yang ada di Kecamatan Telaga masih memiliki ikatan keluarga satu sama lain dan merupakan penduduk transmigran dari Jawa pada umumnya hidup sederhana pada suatu lingkungan rumah yang digunakan juga sebagai pabrik tahu. Alasan pengrajin tahu yang ada di Kecamatan Telaga memilih usaha tahu sebagai sumber penghasilan keluarga adalah karena usaha tahu merupakan usaha turun temurun yang telah dijalankan dari generasi sebelumnya. Selain itu juga pengrajin memilih usaha tahu adalah karena banyak permintaan pasar, dan tahu juga sangat digemari
4
oleh masyarakat. Karena tahu merupakan suatu solusi alternatif bagi tidak terjangkaunya pangan hewani. Dalam melakukan kegiatan produksi pengrajin menggunakan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga dan juga menggunakan mesin penggiling. Jumlah tenaga kerja di Industri tahu rata-rata berjumlah 4 orang. Hal yang dapat dilihat dari pengamatan terhadap proses produksi di Industri tahu adalah setiap pekerja memiliki tingkatan yang sama, hal ini dikarenakan tidak jelasnya struktur organisasi dalam industri kecil dan menengah. Setiap harinya pengrajin mampu memproduksi tahu sekitar 11.200/potong dengan harga 200/biji. Dalam menjalankan usahanya pengrajin tetap memperhatikan kualitas dari tahu yang dihasilkan sehingga industri tahu yang ada di Kecamatan Telaga sampai saat ini masih berjalan.
Identitas Responden Responden yaitu pengrajin tahu diidentifikasi berdasarkan umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha, Modal Awal, Tenaga Kerja dan jumlah bahan baku yang diolah.
Analisis Biaya 1. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam proses pembuatan tahu. Adapun biaya tetap yang digunakan oleh Bapak Parmin, Subani dan Ismadi dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 17. Biaya Tetap Industri Tahu di Kecamatan Telaga, 2013 No 1. 2. 3.
Biaya Tetap Parmin Subani Ismadi Total Rata-rata
Jumlah (Rp/Bulan) 1.286.333 768.750 1.009.092 3.046.175 1.015.391
Sumber : Data Primer Diolah 2013
Berdasarkan Tabel 17, dapat dilihat bahwa rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan oleh masing-masing pengrajin tahu di Kecamatan Telaga sebesar Rp.1.015.391. Biaya tetap yang paling banyak dimiliki oleh Bapak Parmin sebesar Rp. 1.268.333 selama satu bulan dan yang paling sedikit dimiliki oleh Bapak Subani Rp. 768.750. 2. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang sifatnya berubah-ubah. adapun biaya variabel yang digunakan oleh Bapak Parmin, Subani, dan Ismadi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
5
Tabel 21. Biaya Variabel Industri Tahu di Kecamatan Telaga, 2013 No 1. 2. 3.
Biaya Variabel Parmin Subani Ismadi Total Rata-rata
Jumlah (Rp/Bulan) 65.650.000 64.050.000 82.200.000 211.900.000 70.633.333
Sumber : Data Primer Diolah 2013
Berdasarkan Tabel 21, dapat dilihat bahwa rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan masing-masing pengrajin tahu di Kecamatan Telaga sebesar Rp.70.633.333. biaya variabel yang terbesar dikeluarkan oleh Bapak Ismadi sebesar Rp.82.200.000 selama satu bulan dan yang paling kecil dimiliki oleh Bapak Subani sebesar Rp. 64.050.000. 3. Biaya Total Biaya Total adalah hasil dari penjumlahan seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan selama proses produksi. Besarnya rata-rata biaya total untuk proses produksi dari Bapak Parmin, Subani, dan ismadi dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel 25. Biaya Total pada Usaha Tahu di Kecamatan Telaga, 2013 No 1. 2. 3.
Uraian Parmin Subani Ismadi Jumlah Rata-rata
Jumlah (Rp/Bulan) 66.918.333 64.818.750 83.209.092 214.946.175 71.648.725
Sumber : Data Primer Diolah 2013
Berdasarkan Tabel 25, dapat dilihat bahwa rata-rata biaya total yang dikeluarkan masing-masing pengrajin tahu di Kecamatan Telaga sebesar Rp.71.648.725. biaya total yang terbesar dikeluarkan oleh Bapak Ismadi sebesar Rp. 83.209.092 selama satu bulan dan yang paling kecil dimiliki oleh Bapak Subani sebesar Rp. 64.818.750. 4. Penerimaan dan Pendapatan Penerimaan pengusaha tahu merupakan perkalian antara total produk yang dihasilkan dalam satu bulan produksi di kalikan dengan harga jual. Untuk mengetahui penerimaan yang diterima oleh Bapak Parmin, Subani, dan Ismadi dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Penerimaan Usaha Tahu di Kecamatan Telaga, 2013 No Nama Produksi (Biji) Harga (Rp/Biji) Penerimaan (Rp) 1. Parmin 336.000 200 67.200.000 2. Subani 336.000 200 67.200.000 3. Ismadi 420.000 200 84.000.000 Jumlah 1.092.000 600 218.400.000 Rata-rata 364.000 200 72.800.000 Sumber : Data Primer Diolah 2013
6
Berdasarkan Tabel 26, dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan oleh masing-masing pengrajin tahu sebesar Rp. 72.800.000. jumlah produksi tahu yang paling banyak di miliki oleh Bapak Ismadi dengan jumlah produksi 420.000 biji dengan penerimaan sebesar Rp. 84.000.000. dan produksi tahu yang paling sedikit dimiliki oleh Bapak Parmin dan Bapak Subani dengan jumlah produksi 336.000 Biji dengan penerimaan sebesar Rp. 67.200.000. Keuntungan yang dapat diperoleh dari Bapak Parmin, Subani, dan Ismadi merupakan selisih antara Penerimaan dan Biaya Total. Untuk mengetahui keuntungan dari masing-masing pengrajin tahu yang ada di Kecamatan Telaga dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Keuntungan Pengrajin Tahu Di Kecamatan Telaga, 2013 No Keuntungan Jumlah (Rp/Bulan) 1. Parmin 281.667 2. Subani 2.381.250 3. Ismadi 790.908 Jumlah 3.453.825 Rata-rata 1.151.275 Sumber : Data Primer Diolah 2013
Berdasarkan Tabel 30, dapat dilihat bahwa rata-rata keuntungan yang diterima oleh masing-masing pengrajin tahu di Kecamatan Telaga sebesar Rp.1.151.275. keuntungan yang terbesar dimiliki oleh Bapak Subani sebesar Rp.2.318.250 dalam satu bulan dan yang kecil dimiliki oleh Bapak Parmin sebesar Rp. 281.667. 5. Kelayakan Usaha Kelayakan usaha untuk memproduksi tahu dapat diketahui menggunakan R/C Ratio. besarnya nilai R/C Ratio yang dimiliki oleh Bapak Parmin, Subani, dan Ismadi dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 34. Kelayakan Usaha Tahu di Kecamatan Telaga, 2013 No 1. 2. 3.
Nama Pengrajin Parmin Subani Ismadi Jumlah Rata-rata
Nilai R/C Ratio 1,004 1,036 1,009 3,049 1,016
Keterangan Layak Layak Layak Layak Layak
Sumber : Data Primer Diolah 2013
Berdasarkan Tabel 34, dapat dilihat bahwa rata-rata kelayakan usaha yang diperoleh masing-masing pengrajin tahu di Kecamatan Telaga sebesar 1,016. kelayakan usaha terbesar dimiliki oleh Bapak Subani dengan nilai R/C Ratio 1,036 dan yang paling terkecil dimiliki oleh Bapak Parmin dengan nilai R/C Ratio 1,004. berdasarkan nilai R/C Ratio yang diperoleh dari masing-masing pengrajin tahu di Kecamatan Telaga, layak dikembangkan karena nilai R/C yang diperoleh > 1. Hal ini sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Rahim Hastuti, (2007). Apabila nilai R/C Ratio >1 maka usaha tersebut menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.
7
Uji Hipotesis 1. Keuntungan pengrajin tahu di Kecamatan Telaga yang terbesar pertama dimiliki oleh Bapak Subani sebesar Rp. 2.318.250, terbesar yang kedua dimiliki oleh Bapak Ismadi sebesar Rp. 790.908, dan yang paling terkecil dimiliki oleh Bapak Parmin sebesar Rp. 281.667. 2. Usaha tahu yang ada di Kecamatan Telaga layak untuk dikembangkan karena nilai R/C Ratio dari masing-masing pengrajin tahu yang diperoleh > 1. nilai R/C Ratio yang terbesar pertama dimiliki oleh Bapak Subani dengan nilai 1,036, terbesar yang kedua dimiliki oleh Bapak Ismadi dengan nilai 1,009, dan yang paling terkecil dimiliki oleh Bapak Parmin dengan nilai 1,004.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu : 1. Usaha tahu yang ada di Kecamatan Telaga menguntungkan, Keuntungan rata-rata yang diperoleh pengrajin tahu di Kecamatan Telaga sebesar Rp1.151.275. 2. Usaha tahu yang ada di Kecamatan Telaga layak dikembangkan dengan rata-rata nilai R/C Ratio pengrajin tahu di Kecamatan Telaga sebesar 1,016.
8
DAFTAR PUSTAKA Ahmad. 1999. Analisis Pendapatan Usahatani Kedelai Serta Nilai Tambah Industri Tahu dan Tempe (Kasus Desa Sindangratu dan Situgede di Kabupaten Garut Serta Kotamadya Bogor) . Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Asri. 2010. Analisis Usaha Industri Emping Melinjo Skala Rumah Tangga Di Kabupaten Magetan. Skripsi. Agrobisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret (Publikasi). Badariah. 2008. Analisis Biaya, Pendapatan dan Titik Impas Produksi Tahu (Studi Kasus di UD Tahu Fadilah, Kelurahan Kalipasir, Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Program Studi Agribisnis. Fakultas Manajemen Agribisnis. UMB. Jakarta. Buchari, A. 2007. Manajemen Pemasaran Dan Pemasaran Jasa, Alfabeta. Bandung Carani, I. 2006. Analisis Kinerja Saluran Pemasaran Industri Kecil Tahu Di Kelurahan Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barat. Skripsi. Manajemen Agibisnis, Fakultas Pertanian, IPB (publikasi) Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gorontalo. 2011. Laporan Tahunan Sentra, Potensi Komoditi dan Cabang Industri Bidang Usaha. Gorontalo. Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Gorontalo. 2011. Laporan Tahunan Sentra, Potensi Komoditi dan Cabang Industri Bidang Usaha. Gorontalo. Gede. 2007. Analisis Pendapatan Usaha Tempe di Kota Denpasar. Tersedia pada Http/Garuda Mendiknas.go.id/jurnal/diakses pada 15 Juni 2013. Hastuti dan Rahim. 2007. Ekonomi Pertanian (Pengantar Teori dan Kasus). Penebar Swadaya. Jakarta Hernanto, F. 1991. Ilmu Usaha Tani. Cetakan ke-2. Penebar Swadaya. Jakarta Hesti. 2000. Analisis Usaha Industri Tahu Skala Rumah Tangga di Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar. Tersedia pada Http/Garuda Mendiknas.go.id/jurnal/diakses pada 15 Juni 2013. Mubyarto. 1991. Peluang dan Berusaha di Pedesaan. Yogyakarta. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. Riyanto, B. 1984. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi ke-2. Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada. Yogyakarta
9
Sadimin. 2007. Proses Pembuatan Tahu. Binar Cemerlang Abadi. Semarang Sarwono, B. Dan Yan Pieter Saragih. 2003. Membuat Aneka Tahu. Jakarta: Penebar Swadaya. Soekartawi. 1999. Agribisnis Teori Dan Aplikasinya, Pt Raja Grafindo Persada. Jakarta Suharno, P. dan Wisnu Mulyana. 1996. Ekonomi Kedelai di Indonesia: Industri Tahu dan tempe, Bogor: IPB Press. Sutrisno. 2000. Manajemen Keuangan (Teori, Konsep dan Aplikasi). Penerbit Ekonosia. Yogyakarta. Suprapti, L. 2005. Pembuatan Tahu. Kanisius. Yogyakarta. Tika Pabundu. 2006. Metodologi Riset Bisnis. Jakarta. Wahid. 2006.Pembangunan Karakter Dan Kepribadian Kewirausahaan. Graha ilmu. Wiji. 2005. Analisis Pendapatan dan Biaya Produksi Agroindustri Tahu di Desa Pandansari Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. Tersedia pada Http/Garuda Mendiknas.go.id/jurnal/diakses pada 15 Juni 2013.
10