ANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA (STUDI KASUS PADA DESA KINEPPEN DI KECAMATAN MUNTHE) INON BEYDHA Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara 2001 Latar Belakang Pada rumah tangga pedesaan sering kita beranggapan bahwa sumber utama pendapatan masyarakat berasal dari lahan pertanian. Dimana akan dikaitkan luas tanah yang dimiliki dengan besarnya pendapatan rumah tangga petani. Masyarakat masih beranggapan Apabila tanah yang dimiliki oleh petani luas, maka besar pulalah pendapatan yang diterima dalam keluarganya. Pada saat sekarang ini kenyataan menunjukkan bahwa pendapatan keluarga tidak lagi sepenuhnya tergantung kepada tanah yang dimiliki sebagai indikator pendapatan utama rumah tangga. Usaha pertanian baik di pedesaan maupun di perkotaan saat sekarang ini sudah tidak begitu dominan dan tidak memberikan sumbangan yang besar lagi bagi pendapatan rumah tangga di pedesaan. Menurut beberapa penelitian yang antara lain dilakukan oleh Aart Schrevel di daerah Cidurian Jawa Barat bahwa sebagian besar rumah tangga di daerah ini (80%) memperoleh pendapatannya lebih dari setengah berasal dari kegaitan di luar usaha tani. Hal di atas disebabkan mayoritas rumah tangga pedesaan khususnya yang tidak atau memiliki tanah yang sempit, kegiatan sekitar usaha tani merupakan keharusan (mungkin demikian sejak dahulu), sedangkan bagi rumah tangga yang lain kegiatan usaha tani dapat merupakan jalan menambah tingkat subsistensi. Dari latar belakang di atas yang telah dikemukakan penelitian ini akan menganalisa tentang beberapa rumah tangga pedesaan didaerah desa Kineppen kecamatan Munthe, kabupaten Karo. Seperti kita ketahui Karo merupakan daerah utama penghasil sayur-sayur dan buah-buahn. Bahkan beberapa jenis komoditi sayur mayur seperti kol, cabai, bawang telah dikirim ke daerah lain bahkan ke Singapura dan Malaysia. Pertumbuhan ekonomi di kabupaten Karo pada pelita IV diketahui lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi daerah propinsi Sumatera Utara yaitu 7,47% rata-rata setiap tahun selama pelita IV, sedangkan rata-rata untuk Sumatera Utara rata-rata sekitar 6,79%. Eprtumbuhan untuk sektor pertanian pada pelita IV rata-rata setiap tahun untuk kabupaten Karo adalah 7,17%. Sedangkan daerah Propinis Suamtera Utara untuk sektor pertanian adalah sekitar 8,09% rata-rata setiap tahun selama Pelita IV. Dari penelitian ini ingin diketahui apakah indikator tanah asih mempunyai hubungan yang erat dengan pendapatan keluarga maksudnya semakin luas tanah yang dimilii penduduk di desa Kineppen khususnya dan kabupaten Karo umumnya, maka semakin besar pula pendapatan keluarga tersebut, atau sebaliknya seperti pedesaan di Jawa bahwa tanah bukan lagi indikator utama pendapatan rumah tangga. Hal ini membuat orang desa kerja beralih ke sektor industri. Perumusan Masalah Dari beberapa penelitian di Jawa dapat disimpulkan bahwa pemilikan luas tanah tidak lagi menjadi jaminan sumber pendapatan rumah tangga. Jadi tanah bukan merupakan indikator utama pendapatan dari rumah tangga di pedesaan. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui apakah hal ini juga berlaku di daerah Sumatera Utara khususnya kabupaten Karo dengan mengambil kasusu di daerah desa Kineppen. Ada beberapa masalah yang memerlukan jawaban :
2002 digitized by USU digital library
1
1. Berapa besar jumlah pendapatan penduduk 2. Apakah sumber utama pendapatan penduduk adalah berasal dari hasil pertanian 3. Adakah kaitan besarnya pendapatan penduduk dalam satu rumah tangga dengan besarnya luas tanah yang dimiliki rumah tangga tersebut. 4. Bagaimana tingkat pendidikan kepala keluarga dalam rumah tangga di pedesaan. 5. Jumlah tenaga kerja yang terserap 6. Komoditi apa saja yang ditanam untuk arela pertanian Tinjauan Pustaka Pembangunan pertanian di Indonesia dari pelita I hingga sekarang ini mengalami kemajuan yang sangat gemilang. Hal ini dapat diketahui dengan diberinya Indonesia penghargaan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1984 karena keberhasilan Indonesia dalam swasembada beras. Seperti diketahui Indonesia beberapa tahun sebelumnya adalah pengimport beras terbesar di dunia. Hanya hingga Pelita IV hal ini dapat diatasi dan Indonesia menjadi surplus beras. Pembangunan di sektor pertanian khususnya pada tanaman pangan ini di di Indonesia pada awalnya dengan melakukan pengenalan sistem demontrasi massal (demas), bimbingan massal (bimas), Sistem ini hingga sekarang terus menerus disempurnakan melalui program penyuluhan pertanian dimana pada petani diajarkan dengan berbagai teknologi baru yang dihasilkan dari penelitian yang mendalam. Teknologi tersebut meliput teknologi biologis (berupa bibit unggul), teknologi biokimia (berupa insektisida dan pestisida) dan teknologi mekanis (seperti pemakaian mesain penggosok beras dari traktor dan traktor mengolah lahan pertanian). Masyarakat pedesaan yang umumnya bergerak di bidang pertanian menerima teknologi baru ini dengan harapan penerapannya akan menaikkan pendapatan mereka di sektor pertanian dan pendapatan masyarakat pedesaan. Pendapat dari I Ketut Neheri dan Glan berdasarkan pengamatan mereka bahwa di samping menerima teknologi baru, masyarakat petani di pedesaan sebaiknya juga memiliki organisasi gotong royong misalnya sperti subak di Bali. Organisasi gotong royong ini merupakan organisasi pengairan sawah di Bali. Kegiatan ini ternayta mempunyai peranan yang penting dalam keberhasilan penyebaran dan penyerapan teknolgoi baru speerti mereka akan mengadakan gotong royong untuk memperoleh bibit unggul dan pupuk. Mereka juga bersamasama melaksanakan sistem pengairan. Oleh karena itu sektor pertanian di Bali khususnyatanaman padi sawah memperlihatkan hasil produksi lebih tinggi dari ratarata Nasional dan Jawa secara keseluruhan. Peningkatan produksi pertanian khususnya tanaman pangan seperti beras ternayta tidak dapat dinikamati oleh petani pedesaan secara menyeluruh. Hal ini disebabkan karena pendistribusian tanah di kalangan petani tidaklah sama. Menurut pendapat yang dikutip Bonnie Setiawan, struktur desa di Indonesia terdiri dari lapisan-lapisan sebagai berikut : 1. lapisan teratas adalah perkebunan besar (milik pemerintah) seluas 1,1 juta hektar dan penguasaan hutan yang dikelola beberapa perusahan negara sebesar 1m7 juta hektar hutan produksi. Sejak tahun 1967 terdapat 4000 perusahaan swasta kebanyakan milik perusahaan asing yang mengusahakan penebagan huban di areal seluas 36 juta hektar di berbagai pulau. 2. lapisan kedua adalah perkebunan berskala menengah yang dimiliki perusahaan-perusahaan swasta dengan luas 1,1 juta hektar.
2002 digitized by USU digital library
2
3. lapisan ketiga adalah petani marginal (memiliki lebih kecil dari 0,5 hektar) sebanyak 6 juta rumah tangga di mana kebanyakan di Jawa. Dari jumlah tersebut maka 5,2 juta rumah tangga menguasai tanah seluas 1,5 hektar (sehingga rata-rata luasnya adalah 0,25 hektar. 4. Petani yang tidak bertanah atau lapisan bawah adalah sebesar 7,2 juta rumah tangga TUJUAN DAN MANFAAT Tujuan 1. Mengetahui pendapatan yang diperoleh petani dari lahan pertanian dan sumber lainnya 2. Berapa besarnya sumbangan lahan pertanian terhadap pendapatan keluarga 3. Memperoleh gambaran seberapa jauh lahan pertanian dapat menyerap tenaga kerja Manfaat Diharapkan dapat memberikan informasi bagi para petani dan pihak-pihak yang berkepentingan seperti Departemen Pertanian, Pemerintah Kabupaten Karo dan sebagainya. METODOLOGI Sifat Penelitian ini bersifat deskriptif yakni bertujuan menggambarkan secara tepat gejalagejala kelompok sifat-sifat suatu individu serta menetukan penyebaran gejala-gejala trtentu dengan gejala lainnya dalam masyarakat Populasi Ciri-ciri polulasi yang akan diteliti adalah setiap rumah tangga yang terdapat di desa Kineppen kecamatan Munthe yang mengerjakan lahan pertanian baik sebagai penggarap maupun yang mengerjakan sendiri lahan pertaniannya yang memberikan pendapatan bagi keluarga. Para petani ini diharapka mereka yang bermukim tetap di desa Kineppen selama paling sedikit 3 tahun, hal ini disebabkan kalau sudah menetap selama ini dianggap tempat tinggalnya tetap dan penduduk tetap desa Kineppen. Sampel Tenik sampel dilakukan dengan cara teknik random sampling yaitu setiap rumah tangga populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dapat dipilih sebagai responden yang sebanyak 40 rumah tangga. Dimana menurut perkiraan terdapat 4000 rumah tangga terdapat di desa Kineppen sehingga 40 rumah tangga telah mewakili (10%) Lokasi Lokasi penelitian akan ditentukan secara random sampling dimana dari dusun yang ada dpilih tiga dusun secara sampling yang terdapat di desa Kineppen untuk kemudian dari tiga dusun yang terpilih diambil 40 rumah tangga. Teknik Pengumpulan Data Data yang diperoleh yakni berdasarkan wawancara yang terstruktur yaitu dengan membuat dafatar pertanyaan bagi 40 rumah tanga yang terpilih (responden) dan wawancara tak terstruktur bagi para Key Person yang mempunyai pengaruh bagi masyarakat di desa Kineppen. Di samping itu data sekunder diperoleh dari
2002 digitized by USU digital library
3
kantor Kepala Desa Kineppen kecamatan Munthe kabupaten Karo dan Biro Pusat Statistik Sumatera Utara. Analisis Data Data-data yang diperoleh kemudian dikumpulkan, dievaluasi dan dianalisa yaitu dengan pengujian hipotesa memakai korelasi dari data yang diperoleh secara primer (ke lapangan) dimana yang akan diuji antara variabel berpengaruh (luas lahan yang dikerjakan rumah tangga dan pendidikan) dengan varibel pendapatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Desa Kineppen Desa Kineppen berjarak dua belas kilo meter dari ibukota kecamatan. Luas desa Kineppen adalah berkisar 5 km2 dan mempunyai dua buah dusun dan sepuluh buah lorong. Desa Kineppen mempunyai tinggi dari permukaan laut 950 m. Kineppen berasal dari adanyan sebuah pohon yang banyak menghasilkan buah, sehingga burung-burung hinggap untuk memakan buahnya. Dalam bahasa Karo hinggap disebut dengan Cinep. Lama kelamaan menjadi Kineppen. Jumlah Penduduk No 1 2. Jumlah
Tabel 1 Jumlah Penduduk Desa Kineppen Pada tahun 1999 Jenis Kelamin Jumlah % Pria 642 48,12 Wanita 659 51.88 1.337 100,00
Jumlah penduduk Kineppen pada tahun 1990 berjumlah 1.337 orang, dimana jumlah penduduk wanita lebih banyak dibanding dengan penduduk pria. Desa Kineppen memiliki 417 kepala keluarga. Tabel 2 Komposisi Penduduk Desa Kineppen Pada tahun 1999 No Komposisi Umur Jumlah % 1 00-05 211 15.78 2. 05-09 180 13.46 3 09-12 128 9.57 4 12-18 132 9.57 5 18-25 180 13.46 6 25-50 206 15.41 7 50 tahun ke atas 300 22.45 Jumlah 1.337 100.00 Dari tabel terlihat bahwa komposisi dari penduduk Kineppen yang terbanyak adalah penduduk yang produktif yaitu antara umur 18-50 tahun yaitu sekitar 28,89%. Sedangkan jumlah anak-anak balita ada sekiatar 15,78%.
2002 digitized by USU digital library
4
Distribusi Agama No 1 2. 3. 4 Jumlah
Tabel 3 Kompisisi Agama Desa Kineppen Pada tahun 1999 Komposisi Agama Jumlah % Islam 273 20.42 Protestan 737 55.12 Khatolik 163 12.19 Lainnya 164 12.27 1.337 100.00
Pada tabel terlihat bahwa agama yang paling banyak dianut penduduk Desa Kineppen adalah agama Kristen Protestan yaitu sebanyak 55,12% dari jumlah penduduk. Sedangkan agama Islam dianut sekitar 20,42% dan untuk yang beragama Khatolik sekiatar 12,29% Sarana Ibadah Penduduk di desa Kineppen dalam melaksanakan kegiatan keagamaannya memiliki saran yaitu berupa satu buah Mesjid dan dua buah Gereja.
Sarana Pendidikan Di desa Kineppen untuk sarana pendidikan terdapat dua buah sekolah dasar yaitu satu Sekolah Dasar Negeri dan satuSekolah Dasar Inpres. Sedangkan untuk Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas murid-murid harus bersekolah di ibukota kecamatan Munthe yaitu di Desa Munthe. Pendidikan Penduduk Tabel 4 Pendidikan Penduduk Desa Kineppen Pada tahun 1999 No Pendidikan Jumlah % 1 Tidak sekolah 335 25.06 2 Tidak Tamat SD 713 55.33 3 Tamat SD 216 16.16 4 Tamat SMP 50 3.73 5 Tamat SMA/berpendidikan tinggi 23 1.72 Jumlah 1.337 100,00 Penduduk Desa Kineppen yang terbanyak berpendidikan SD yaitu sebanyak 53,33% sedangkan yang tidak tamat SD dan tidak bersekolah sebanyak 25,06%. Desa ini memiliki 1,72 % penduduk yang berpendidikan tinggi. Sarana Kesehatan Desa Kineppen tidak terdapat Puskesmas. Desa ini hanya memiliki satu BKIA dan dua buah posyandu. Sedangkan dokter tidak ada. Desa ini hanya memiliki seorang bidan. Puskesmas dan Dokter hanya ada di kecamatan Munthe.
2002 digitized by USU digital library
5
Distribusi Tanah Tabel 4 Distribusi Tanah Desa Kineppen Pada tahun 1999 No Distribusi Jumlah % 1 Pemukiman 5 1 2 Persawahan 10 2 3 Ladang/Tanah Kering 300 60 4 Areal Perkebunan 150 30 5 Perkuburan 0.5 0.10 6 Lain-lainya 34.5 6.90 Jumlah 500 100,00 Daerah Kineppen yang terluas adalah untuk areal perladangan dan tanah kering yaitu sebesar 60% dari luas tanah yang ada di desa ini. Sedangkan untuk areal persawahan hanya 2% dari jumlah tanah yang ada. Rakyat di desa Kineppen juga menanami tanahnya dengan tanaman keras seperti cengkeh, kopi, kemiri dan sebagainya. Tanah persawahan yang ada sebanyak 10 ha dengan sistem tanam yang masih sederhana. Sedangkan hasil padi ladanag pada tahun 1999 sebanyak 10 ton sedangkan jagung sebanyak 1.905 ton. Untuk komoditi perkebunan rakyat desa Kineppen pada tahun 1999 terdapat areal tanaman cengkeh sebanyak 148 Ha, Kopi 48 Ha dan lainnya 10,50 Ha. Populasi ternak/unggas di desa Kineppen tahun 1999 terdiri dari Sapi 60 ekor, Kerbau 30 ekor, Kambing 10 ekor, Babi 400 ekor, ayam buras 2000 ekor, itik 200 ekor dan lainnya sebanayk 35 ekor. Untuk populasi perikanan maka areal peternakan ikan Mas sebesar 3,5 ha. Sedangkan untuk ikan Lele dan ikan Nila masing-masing 0,5 ha. Gambaran Responden Data responden yang diungkapkan adalah berasal dari 422 responden yang dimabil 10 persen dari populasi yang ada. Data-data yang disajikan adalah umur, pendidikan, jumlah anak, jumlah pendapatan dari usaha tani dan pendapatan dari luar usaha tani, tenaga kerja yang tersrap untuk usaha tani dan luas lahan yang dimiliki. Umur Responden dari kepala rumah tangga di desa Kineppen yang terbanyak adalah antara umur 34-40 tahun, 41-47 tahun dan 55-61 tahun yaitu masing-masing 21,42%. Sedangkan kepala rumah tangga yang termuda berumur 27 tahun dan ang tertua berumur 63 tahun yang menjadi responden. Dimana yang berumur antara 2733 tahun ada sebanyak 7,14% dan yang berumur 62-68 tahun ada sebesar 14,28%. Dimana rata-rata umur kepala rumah tangga responden adalah sekitar 48,50%. Pendidikan responden yang paling tinggi dan terbanyak adalah SMP yaitu sebesar 71,43%. Menurut data yang diperoleh masih ada sekiatar 7,14% dari enduduk Kineppen yang tidak tamat SD, sedangkan responden yang tamat SMA tidak ada. Responden yang terbanyak yang menjadi kepala kelaurga adalah pria sebesar 85,71%. Walaupun demikian sebanyak 14,29% dari seluruh responden yang menjadi kepala keluarga adalah wanita. Luas areal yang dimiliki responden yaitu antara 0,50-3,00 ha lausnya. Dimana yang terbanyak adalah memiliki tanah seluas 1 ha yaitu sebanayk 50%. Untuk yang memiliki luas tanah 0,50% ada sebanayk 7,14%. Untuk responden yang memiliki luas tanah di atas 1,50 ha ada sebanyak 28,57%. Penghasilan responden yaitu sebanyak 35,71% responden berpenghasilan antara Rp. 1.000.000 – Rp. 1.500.000,-. Sedangkan untuk berpenghasilan di bawah
2002 digitized by USU digital library
6
satu juta rupiah ada sebesar 28,57% sama besarnya dengan responden yang berpenghasilan antara Rp. 1.500.000 – Rp.2.000.000,-. Responden yng berpenghasilan di atas Rp. 2.000.000 ada sebanyak 7,14%. Penghasilan yang paling sedikit dari responden adalah sebesar Rp. 700.000 dan penghasilan yang tertinggi adalah sebesar Rp. 4.100.000,Penghasilan responden dari usaha tani rata-rata diterima setiap rumah tangga yang terbanyak dari usaha pertanian adalah antara Rp. 1.000.000Rp.1.500.000 yaitu sebanyak 42,86%. Sedangkan yang berpenghasilan antara Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000,- yaitu sebanyak 35,71%. Sedangkan untuk yang berpenghasilan di atas Rp. 1.500.000 ada sebanyak 21,43%. Seluruh responden dalam memperoleh pendapat mengerjakan lahan pertanian, disamping melakukan usaha lainnya untuk mempereoleh penghasilan tambahan. Umumnyanya mereka melakukan usaha sampingan ini sambil menungg panen dari usaha pertanian yang mereka kerjakan. Penduduk Kineppen pada umumnya menanam jagung disamping tanaman lainnya. Ada sebanyak 75% dari responden yang menanam jagung. Sebanyak 50 % dari responden yang menanam jagung. Sedangkan yang menanam jagung dan tanaman lainnya di areal tanah pertanian ada sebanyak 21,43%. Responden yang menanam tanaman lain di luar jaung sekitar 28,57% yaitu berupa tomat, padi ,kacang-kacangan, cabe dan aneka jenis tanaman lainnya. Sementara sebanyak 64,29% dari responden mempereoleh pendapatan rumah tangga berasal dari lahan pertanian yang dimiliki dan dari usaha lainnya seperti menjadi supir, pengawal, menajdi dukun dan sebagainya. Sedangkan sebanyak 35,71% memproleh pendapatan keluarga sepenuhnya dari lahan pertanian. Pada penelitian ini diketahui bahwa responden yang terbanyak memperoleh penghasilan di luar usaha tani adalah berjumlah di bawah Rp.500.000 yaitu sebanayk 33,33%. Sedangkan yang tidak memperoleh penghasilan di luar pertanian ada sebanyak 35,71%. Responden yang memperoleh penghasilan antara Rp.1.000.000 – Rp. 1.500.000 ada sebanyak 14,28%. Selanjutnya responden mempunyai anak antara 6-7 orang sebanyak 35,71%. Sedangkan responden yang mempunyai anak antara 2-3 orang ada sebesar 28,57%. Program keluarga berencana belum berjalan denganbaik di daerah ini karena sebanyak 78,75% dari responden mempunyai anak di atas tiga orang. Dari datadata yang diperoleh semua responden mempunyai anak paling sedikit dua orang dan yang terbanyak sembilan orang. Untuk jumlah tenaga kerja yang mengerjakan lahan pertanian terbanyak adalah dua orang atau sebesar 42,86%. Sedangkan tenaga kerja yang dipergunakan di atas tiga orang dalam mengerjakan lahan pertanian yang dimiliki ada sebanayk 21,43%. Umumnya tenaga kerja yang membantu di areal pertanian adalah keluarga sendiri seperti isteri, anak dan menantu. ANALISA DATA Pada penelitian ini akan diuji hipotesisi untuk melihat hubungan dua faktor yang dianggap mempunyai kaitan sehingga nantinya akan dapa dilihat ada pengaruh positif satu faktor terhadap faktor lainnya. Statistik yang digunakan untuk menuji hipotesa adalah : θ
k
X 2 = ∑∑ (Oij − Eij ) / Eij i =1 j =1
2002 digitized by USU digital library
7
dan tolak H jika
X 2 ≥ X (1−α )(θ −1)( k −1) dengan taraf nyata = dan derajat kebebasan
sebesar 5% dk untuk distribusi Chi kuadrat = (B-1)(K-1). Pengujian hipotesis yang akan dilakukan adalah : 1. hubungan pendapatan rumah tangga responden dengan luas tanah pertanian yang dimiliki 2. hubungan pendapatan rumah tangga responden degan pendidikan mereka ad.1 Hubungan Pendaptan Rumah Tangga Responden Dengan Luas Tanah Petanian yang dimiliki Pendapatan rumah tangga responden dibagi atas 4 kelas dan untuk luas areal tanah dibagi atas 6 kelas dan 20, dimana di datapt x = 31,76. dengan α=0,05 dan dk(4-1)(6-1) = 15 dari dafatr distribusi x2 didapat x20.95 (15) = 25. Jadi pengujian dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara kelas pendapatan rumah tangga dan kelas areal tanah pertanian yang dimiliki maka makin besar pendapatan yang diperoleh rumah tangga di desa Kineppen Ad.2. Hubungan Pendapatan Rumah Tangga Responden Dengan Pendidikan Pendapatan rumah tangga responden dibagi atas 4 kelas dan pendidikan dibagi atas 3 kelas, dimana diperoleh hasilnya x2 = 9,25. Dengan α=0,05 dan dk (41)(3-1) = 6, dari daftar distribusi x2 didapat x20.95 (6) = 12,6. Jadi pengujian dalam penelitian ini dapat disimpulkan tidak berarti karena pendapatan rumah tangga responden tidak tergantung terhadap pendidikannya. PENUTUP Pada penelitian terhadap rumah tangga pedesaan di daerah desa Kineppen terhadap 42 responden dapat ditarik kesimpulan dan diberikan saran-saran. Kesimpulan 1. Besarnya pendapatan rumah tangga responden adalah yang terbanyak antara Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.0000, yaitu sebesar 64,28%. Diaman yang terkecil berependapatan Rp. 700.000,- dan yang terebdar Rp. 4.100.000,2. Sumber utama penghasilan penduduk adalah berasal dari hasil pertanian dengan penghasil utama adalah dari komoditi tanaman jagung dengan penghasil utama dari komoditi tanaman jagung. Walaupun dmeikian sebanyak 64,29% dari jumlah responden amsih memperoleh pendapatan dai hasil di luar usaha pertanian. 3. Besarnya pendapatan penduduk jika dihubungan dengan luas areal pertanian yang dimiliki rumah tangga mempunyai hubungan positif. 4. Pendidikan responden tidak empunyai hbuungan yang berarti dengan pendapatan rumah tangga. 5. Jumlah tenaga kerja yang terserap apda setiap rumah tangga responden antara 2 hingga 5, dimaa yang terbanyak adalah antara 2-3 orang tenaga kerja yaitu ada sebesar 78,57% 6. Luas areal tanah yang dimiliki rumah tangga di desa Kineppen yang terbanyak kira-kira 1 ha sebesar 50%. Dimana yang terkecil memiliki luas 0,5 ha dan yang terbesar 3 ha Saran 1. Pendapatan para petani dalam rumah tangga pedesaan seperti di desa Kineppen hendaknya terus ditingkatkan dengan cara lebih mempergunakan tanah pertaniannya secara intensif. Hendaknay instansi pemerintah khususnya Dinas Pertanian memberikan penyuluhan lebih baik lagi.
2002 digitized by USU digital library
8
Sebaiknya penganekaramana jenis tanaman juga dilakukan oleh petani, sehingga harga jagung tidak sesuka hari diturunkan oleh pedagang perantara karena jagung membanjir produksinya. 2. Pemasaran hasil pertanian hendaknya perlu diperhatikan oleh para petani agar pendapatan mereka tesu meningkat dengan salah satu cara yang paling efektif adalah menggalakkan peranan koperasi secara sungguh-sungguh dan jujur sehingga warga masyrakat Kineppen menjadi anggota koperasi dan para tengkulak tidak ada lagi.
DAFTAR PUSTAKA Aart, Schrevel, Akses Tanah Sebagai Indikator Pendapatan Rumah Tangga Pedesaan, Prisma no. 4 LP3ES, Jakarta , 1989 Biro Pusat Statistik, Tinjauan Perekonomian Kabupaten Karo Selama Pelita IV dan Proyeksinya Pada Pelita V, BPS Sumut, Medan, 1989 I Ketut Nehen dan Glan Iswara, Niali Budaya dan Peran Organisasi di Sektor Pertanian, Prisma, No. 3 LP3ES, Jakarta, 1990 Bonnie Setiawan, Demokrasi di Pedesaan, Prisma No. 7 LP3ES, Jakarta, 1990 Tommy Firman, Strategi Alokasi Tenaga Kerja Pada Rumah Tangga Pedesaan, Studi Kasus Desa Slendro, Kabupaten Sregen, Prisma No. 3, LP3ES, Jakarta
2002 digitized by USU digital library
9