i
ANALISIS KEUNTUNGAN DAN KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN TAHU DI KELURAHAN LIABUKU KECAMATAN BUNGI KOTA BAU-BAU (Studi Kasus Pada Industri Tahu Mekar)
SKRIPSI Oleh:
HASNAWATI SARFAN NIM. D1A1 12 007
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
ii
ANALISIS KEUNTUNGAN DAN KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN TAHU DI KELURAHAN LIABUKU KECAMATAN BUNGI KOTA BAU-BAU (Studi Kasus Pada Industri Tahu Mekar)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Pertanian untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesikan studi pada Jurusan/Program Studi Agribisnis
Oleh:
HASNAWATI SARFAN NIM. D1A1 12 007
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
iii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PERGURUAN
SEBAGAI TINGGI
SKRIPSI ATAU
ATAU
KARYA
LEMBAGA
ILMIAH
MANAPUN.
PADA
APABILA
DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL CIPLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANGSI SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU.
Kendari, Desember 2016
Hasnawati Sarfan D1A1 12 007
iii
iv
iv iii
v
v iii
vi
ABSTRAK Hasnawati Sarfan (D1A1 12 007). Analisis Keuntungan dan Kelayakan Usaha Pembuatan Tahu di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau (Studi Kasus pada Industri Usaha Tahu Mekar). Dibawah bimbingan La Ode Geo dan Abdul Gafaruddin. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keuntungan dan kelayakan usaha pembuatan tahu pada Industri Tahu Mekar di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juli sampai Agustus 2016. Penelitian ini adalah Studi Kasus sehingga pemilik usaha pembuatan tahu pada Industri Tahu Mekar dijadikan sebagai sumber untuk memperoleh informasi sesuai yang dibutuhkan oleh peneliti. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis keuntunga π= TR-TC dan untuk mengetahui kelayakan usaha menggunakan rumus R/C Rasio. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh Industri Tahu Mekar di Kelurahan Liabuku kecamatan Bungi Kota Bau-Bau dalam satu kali proses produksi sebesar Rp 62.698.050/bulan. nilai R/C rasio sebesar 1,56 dengan demikian bahwa industri tahu mekar di Kelurahan Liabuku menguntungkan dan layak dikembangkan. Kata Kunci: Keuntungan, Efisiensi biaya, Industri Tahu Mekar
vi
vii
ABSTRACT
Hasnawati Sarfan (D1A1 12 007). Analysis of the Advantages and Feasibility Development of Soybean Curd Industry in Liabuku Village Bungi Subdistrict of Bau-Bau City (Case Study in Industri Tahu Mekar). Under the Supervision of La Ode Geo and Abdul Gafaruddin. This study aimed to analyze the advantages and feasibility of making soybean curd in Industry Tahu Mekar in the Liabuku Village Bungi Subdistrict of Bau-Bau City. The research was conducted in July until August 2016. The study was a case study so that soybean curd business owners the Industry Tahu Mekar used as a source to obtain the appropriate information required by researchers. Data were analyzed using income analysis namely π = TR - TC and to determine the feasibility of using the formula R / C ratio. Research result of this study are as follows indicate that the benefits of Industry Tahu Mekar in the Liabuku Village Bungi Subdistrict of Bau-Bau City in one production cycles is Rp62,698,050 / month. R / C ratio is 1.56, so that the Industry Tahu Mekar in Liabuku Village is profitable and feasible to be developed. Keywords: advantage, cost efficiency, Industry Tahu Mekar
vii
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian perkuliahan, penelitian serta penyusunan skripsi hingga dalam wujud sekarang ini. Shalawat serta salam senantiasa penulis haturkan kepada nabi besar Muhammad Shallallahu’ Alaihi Wasallam serta para keluarga dan sahabat beliau yang menjadi suri tauladan bagi seluruh ummat manusia. Ucapan terima kasih dengan bangga penulis persembahkan kepada kedua orang tua Bapak Basri Sarfan dan Ibu Wa Emi yang telah membesarkan, menyayangi dan mencintai, mendukung, memotivasi, memfasilitasi, dan mengontrol serta senantiasa mendoakan penulis hingga dapat menyelesaikan studi penulis. Semoga Allah SWT membalas segala ketulusan yang telah diberikan. Bersamaan dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing, yaitu Dr La Ode Geo, M.S dan Abdul Gafaruddin, S.P.,M.Si yang telah dengan sabar, tekun, dalam membimbing dan memotivasi dalam penyusunan skripsi penulis. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada: 1.
Rektor Universitas Halu Oleo Kendari, Dekan Fakultas Pertania dan Ketua Jurusan/Program Studi Agribisnis, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Universitas Halo Oleo.
viii
ix
2.
Dosen di lingkup Jurusan Agribisnis khusunya, dan Fakultas Pertanian umumnya yang telah membimbing penulis selama mengikuti pendidikan.
3.
Pegawai administrasi Jurusan Agribisnis, Pegawai administrasi Fakultas Pertanian, Laboratorium dan Perpustakaan atas bantuan dan kelancaran urusan admnistrasi yang mendukung penulis dalam masa pendidikan.
4.
Keluarga Bapak Yusup Tandung serta semua Karyawan Industri Tahu Mekar Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Baubau yang membantu, melayani dengan baik dan memberikan informasi dan wawasan baru selama peneliti melakukan penelitian.
5.
Terima kasih kepada keluarga yang selama ini sudah mendukung selama kuliah dan menyusun skripsi. Terkhusus kepada Imran yang sudah memberi dukungan, memberi semangat dalam menyusun skripsi.
6.
Terima kasih kepada sahabat-sahabat Minartin S.P, Musriani S.pd, Hamsia S.P, Mustika S.P, Ika Ririn Martin S.P, Kiki Puspita S.P, Hardianti S.P
7.
Teman-teman seangkatan Agribisnis 012
yang telah membantu selama
menyusun skripsi Penulis menyadari bahwa dalam penulisan maupun penyusunannya masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan kedepannya. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua Amin.
Kendari, Desember 2016
Penulis ix
x
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Sampul ............................................................................................ i Halaman Judul .............................................................................................. ii Halaman Pernyataan ..................................................................................... iii Halaman Pengesahan .................................................................................... iv Halaman Pengesahan Panitia ujian .............................................................. v Abstrak ........................................................................................................... vi Abstract ........................................................................................................... vii Ucapan Terima Kasih ................................................................................... viii Daftar Isi ......................................................................................................... x Daftar Tabel .................................................................................................... xii Daftar Gambar ............................................................................................... xiii Daftar Lampiran ............................................................................................ xiv I.
PENDAHULUAN A. B. C. D.
Latar Belakang .................................................................................... 1 Rumusan Masalah ............................................................................... 4 Tujuan Penelitian ................................................................................ 4 Kegunaan Penelitin ............................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Konsep ................................................................. 6 A.1 Agroindustri ....................................................................................... 6 A.2 Industri Kecil ...................................................................................... 7 A.3 Kedelai ............................................................................................... 8 A.4 Tahu dan Pengolahan Tahu ................................................................ 10 A.5 Konsep Biaya .................................................................................... 12 A.6 Konsep Produksi ................................................................................ 16 A.7 Konsep Harga ..................................................................................... 17 A.8 Penerimaan ......................................................................................... 17 A.9 Keuntungan ........................................................................................ 18 A.10 Kelayakan Usaha............................................................................. 19 B. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 21 C. Kerangka Pikir ..................................................................................... 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian .............................................................. 29 B. Objek Penelitian .................................................................................. 29 x
xi
C. D. E. F. G.
Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 29 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 30 Variabel Penelitian .............................................................................. 30 Analisis Data ....................................................................................... 30 Konsep Operasional ............................................................................ 32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 34 A.1. Pengalaman Berusaha Tahu ......................................................... 34 B. Profil Usaha Industri Tahu Mekar Kelurahan Liabuku ........................ 35 B.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan 35 B.2. Struktur Organisasi Industri Tahu Mekar 36 B.3. Keadaan Tenaga Kerja Industri Tahu Mekar 39 C. Analisis Produksi Usaha Industri Tahu Mekar Kelurahan Liabuku 40 C.1. Proses Produksi ............................................................................. 40 C.2. Biaya produksi(Cost) .................................................................... 42 C.2.1. Biaya variabel (Variabel Cost) ........................................... 42 C.2.2. Biaya tetap (Fixed Cost) ..................................................... 44 C.2.3. Biaya Total (Total Cost) ..................................................... 46 C.3. Penerimaan ................................................................................... 47 C.4. Keuntungan ................................................................................... 48 C.5. Analisis R/C Rasio ........................................................................ 49 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................. 51 B. Saran ....................................................................................................... 51 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 52 LAMPIRAN .................................................................................................... 56
xi
xii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Keadaan Tenaga Kerja Usaha Pembuatan Tahu pada Industri Tahu Mekar berdasarkan Umur, Jenis Kelamin dan Pendidikan ......................... 39 2. Biaya Variabel yang digunakan Industri Tahu Mekar di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau .................................................. 43 3. Biaya Tetap yang Digunakan Industri Tahu Mekar di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau ................................................................ 45 4. Total Biaya yang Digunakan Industri Tahu Mekar di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau ................................................................ 46 5. produksi yang Digunakan Industri Tahu Mekar di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau ................................................................ 47 6. Jumlah Keuntungan yang dihasilkan Industri Tahu Mekar di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau .................................................. 48 7. Nilai R/C rasio Usaha Industri Tahu Mekar di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau ................................................................ 49
xii
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian............................................................................ 27 2. Strukutur Organisasi Industri Tahu Mekar .................................................. 36 3. Proses Pembuatan Tahu Pada Industri Tahu Mekar .................................... 40
`
xiii
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Riwayat Hidup ..................................................................................... 57 2. Peta Lokasi Penelitian .......................................................................... 58 3. Kuesioner Penelitian ............................................................................ 59 4. Biaya Variabel yang di gunakan Industri Tahu Mekar ........................ 61 5. Biaya tetap yang di gunakan Industri tahu Mekar ............................... 62 6. Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 63
xiv
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Secara geografi Kota Bau-Bau terletak di bagian Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dengan luas wilayah daratannya sekitar 221,00 Km 2 yang tersebar dalam 4 Kecamatan dan 38 Kelurahan. Kota Bau-Bau berada di Pulau Buton, dan tepat terletak di Selat Buton dengan pelabuhan utama menghadap Utara di kawasan selat inilah aktivitas lalu lintas perairan baik nasional, regional maupun lokal sangat intensif, dengan jumlah penduduk Kota Bau-Bau saat ini sebanyak 139.717 jiwa, (BPS Sulawesi tenggara, 2015). Sektor industri pengolahan merupakan salah satu penyumbang dalam memantapkan perekonomian di Indonesia. Keberadaan sektor industri pengolahan merupakan salah satu moto penggerak yang penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Industri pengolahan pangan merupakan industri yang bergerak dalam pengolahan hasil pertanian, baik nabati maupun hewani menjadi produk pangan olahan, yang dapat dibuat dan dikembangkan dari sumber daya alam lokal. Saat ini Indonesia memiliki banyak produk pangan yang diangkat dari jenis pangan lokal dan diolah secara tradisional. Dengan berkembangnya produk lokal maka jumlah dan jenis produk pangan menjadi semakin banyak jumlahnya, (Soleh, 2003). Industri pertanian dikenal dengan nama agroindustri, dimana agroindustri dapat menjadi salah satu pilihan strategis dalam menghadapi masalah dalam upaya peningkatan perekonomian masyarakat di pedesaan serta mampu
2
menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat yang hidup di pedesaan. Sektor industri pertanian merupakan suatu sistem pengelolaan secara terpadu antara sektor pertanian dengan sektor industri guna mendapatkan nilai tambah dari hasil pertanian. Tantangan serius untuk mempertahankan kelangsungan pengembangan produksi agar mencapai swasembada komoditas tersebut (Rukmana, 1996). Komoditas pertanian yang ada selama ini hampir semuanya bisa diolah seperti kacang kedelai. Kedelai merupakan bahan pangan yang sangat populer di dalam kalangan masyarakat hampir setiap hari banyak orang yang mengonsumsi makanan olahan dari kedelai salah satunya tahu. Kandungan protein yang tinggi pada kedelai dan juga kandungan gijinya yang lengkap, dimanah kacang kedelai merupakan bahan baku utama pembuatan tahu yang sangat dibutuhkan bagi berlangsungnya suatu proses produksi. Bila dilihat dari nilai ekonomisnya, kebutuhan akan tahu sangat tinggi setiap harinya. Karena tahu merupakan makanan yang enak bagi semua kalangan, banyak manfaat yang bisa diperoleh dari tahu baik dari segi kesehatan maupun ekonomis. Usaha pembuatan tahu dirasa memberikan kontribusi pendapatan yang baik bagi produsen karena permintaan tahu tidak pernah turun, sehingga meningkatkan taraf hidup pengusaha serta banyak dari produsen ingin mengembangkan usaha untuk kedepannya melalui pemasaran yang optimal (Cahyadi, 2007). Kota Bau-Bau merupakan salah satu sentral pengembangan industri pengrajin tahu, yang dimana Kota Bau-Bau memiliki 10 unit pengrajin tahu yang masih terus berjalan sampai sekarang. Dari 10 industri pengrajin tahu Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau memiliki 3 industri pengrajin tahu.
3
Salah satu tempat yang menjadi penelitian ini adalah Indutri Tahu Mekar yang ada di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau. Industri Tahu Mekar yang berada di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau, setelah bertahun-tahun dengan usaha yang tidak mudah Industri Tahu Mekar
masih tetap bertahan dan diterima di masyarakat, dan pasar
menerima tahu yang dibuat. Proses produksi tahu berlangsung setiap harinya. Didalamnya terdapat 5 karyawan yang melakukan produksi tahu setiap harinya dengan tugasnya masing-masing. Tahu yang dibuat setiap harinya sudah ditentukan oleh pimpinan industri berapa yang harus diproduksi dalam sehari. Industri Tahu Mekar di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau yang sangat menguntungkan bagi pemilik usaha, karena tahu yang dihasilkan banyak dikonsumsi oleh masyarakat baik dari kalangan atas maupun bawah. Tahu yang dibuat oleh Industri Tahu Mekar dengan berbahan baku kedelai yang diperoleh langsung di Kota Surabaya, dan Ereke. Sehingga dapat disimpulkan Industri Tahu Mekar merupakan usaha pembuatan tahu yang begitu menguntungkan, sehingga ini yang melatar belakangi peneliti meneliti tentang Analisis Keuntungan dan Kelayakan Usaha Pembuatan Tahu di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau Studi Kasus pada Industri Tahu Mekar. Karena penghasilan yang dihasilkan dari usaha pembuatan tahu yang diproduksi setiap harinya ini dapat memenuhi permintaan pasar, konsumen, dan penghasilan yang dihasilkan dapat memberikan upah kepada tenaga kerjanya.
4
Salah satu indikator berhasil tidaknya suatu usaha industri dapat dilihat dari besaran keuntungan
yang diterima industri tersebut, dari pembagian antara
penerimaan total dibagi biaya total dan
dapat dilihat efisiensi biaya apakah
menguntungkan atau merugikan secara ekonomi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Keuntungan usaha pembuatan tahu pada Industri Tahu Mekar. 2. Bagaimana kelayakan usaha pembuatan tahu pada Industri Tahu Mekar. C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui keuntungan usaha pembuatan tahu pada Industri Tahu Mekar. 2. Menganalisis
kelayakan usaha usaha pembuatan tahu pada Industri Tahu
Mekar. D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi usaha industri membantu memberikan informasi kepada pengrajin tentang pengembangan pengolahan tahu dimasa yang akan datang sehingga mampu memberikan pendapatan yang lebih baik 2. Bagi pemerintah dapat menberikan (PEMDA)
setempat
khususnya
masukan kepada Pemerintah Daerah dinas/instansi
terkait
sebagai
bahan
pertimbangan untuk mendukung dan menggali potensi daerah serta
5
menentukkan kebijakan yang akan dilakukan untuk pengembangan dan pembinaan sektor industri yang berbasis pada komoditi agroindustri. 3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya atau penelitian-penelitian sejenis.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori dan Konsep Deskripsi teori dan konsep ini merujuk pada referensi berbagai ahli, yang nantinya akan mendasari hasil dan pembahasan secara detail, dapat berupa definisi-definisi atau model matematis yang langsung berkaitan dengan tema atau masalah yang diteliti untuk membantu dalam menjawab masalah penelitian. A.1. Agroindustri Agroindustri adalah industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan bakunya. Selain itu bahwa agroindustri adalah pengolahan hasil pertanian oleh karena itu, agroindustri merupakan bagian dari enam subsistem agroindustri yaitu subsistem
penyediaan sarana, produksi dan peralatan,
usahatani,
pengolahan hasil (agroindustri), pemasaran, sarana dan pembinaan (Soekartawi, 1996). Menurut UU No 20 tahun 2008, usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar. Kusnandar (2010), mengemukakan bahwa agroindustri berasal dari dua kata, yaitu agricultural dan industry yang berarti suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau input dalam usaha pertanian. Definisi agroindustri dapat dijabarkan sebagai kegiatan
7
industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang, dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Dengan demikian agroindustri sebagai pengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan, baik produk akhir (final product) maupun produk antara (intermediate product). Agroindustri memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan pertanian. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya dalam hal meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis, menyerap tenaga kerja, meningkatkan perolehan devisa, dan mendorong tumbuhnya industri lain. Industri pengolahan didefinisikan sebagai suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan yang mengubah suatu bahan dasar secara mekanik, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi. Usaha industri adalah suatu unit usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang dan jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produk. (BPS Sulawesi Tenggara, 2014). A.2. Industri Kecil Irianto (1996), menyatakan bahwa dalam perekonomian nasional, industri kecil merupakan suatu basis yang cukup besar dalam menunjang ekspor non migas, dan memperkuat struktur industri transformasi dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Industri kecil mempunyai peranan yang cukup kuat untuk mendorong restrukturisasi pedesaan kearah yang lebih berkembang,
8
melalui penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapataan masyarakat, dan penyebaran
industri
dalam
rangka
mengantisipasi
ketimpangan
antara
perekonomian di perkotaan dan pedesaan. Industri kecil dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu industri rumah tangga dan pabrik kecil yaitu:
1. Sebagian
besar
pekerjanya
adalah
anggota
keluarga
sendiri
dari
pemilik/pengusaha yang pada umumnya tidak dibayar. 2. Proses produksinya masih manual dan dilakukan di rumah. 3. Produksinya bersifat musiman mengikuti kegiatan di sektor pertanian yang bersifat musiman.
4. Jenis produksinya sederhana untuk konsumsi sederhana juga. Sedangkan ciri-ciri dari pabrik kecil yang menggunakan tenaga kerja anatara 5 sampai 19 orang, yaitu:
1. Produksinya lebih teratur dan sudah punya tempat khusus, biasaya berada di dekat rumah pemilik/pengusaha.
2. Sebagaian besar pekerja sudah di gaji. A.3. Kedelai Kedelai (Glysine max (L) Mer.) merupakan salah satu jenis kacangkacangan yang mengandung protein nabati yang tinggi, sumber lemak, vitamin, dan mineral. Apabila cukup tersedia di dalam negeri akan mampu memperbaiki gizi masyarakat melalui konsumsi kedelai segar maupun melalui konsumsi kedelai olahan seperti tahu, tempe, tauco, kecap, susu dan lain sebagainya (Kertaatmaja, 2001).
9
Kedudukan tanaman kedelai dalam sistemik tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub-divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Polypotales
Famili
: Leguminosae (Papilionaceae)
Sub-famili
: Papilionoideae
Genus
: Glycine
Spesies
: Glycine max ( L) Merill. sinonim dengan G. Soya ( L.) Sieb dan Zucc. atau Soya max atau S. hispida. (Rukmana, 1996).
Pengolahan kedelai dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu dengan fermentasi
dan tanpa
fermentasi. Pengolahan melalui
fermentasi akan
menghasilkan kecap, oncom, tauco dan tempe. Bentuk olahan tanpa melalui fermentasi susu kedelai, tahu, tauge dan tepung kedelai (Kasryno, et all. 1985). Kedelai merupakan bahan pangan yang sangat popular didalam kalangan masyarakat, hampir setiap hari banyak orang yang mengkonsumsi makanan olahan dari kedelai salah satunya tahu. Kandungan protein yang tinggi pada kedelai dan juga kandungan gizi lainnya yang lengkap. Apabila ditinjau dari segi harga kedelai merupakan sumber protein yang termurah sehingga sebagian besar kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi dari hasil olahan kedelai. Biji kedelai tidak dapat dimakan langsung karena menggandung gtripsine inhibitor.
10
Apabila biji kedelai sudah direbus pengaruh gtripsine inhibitor dapat dinetralkan. Kedelai dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, antara lain untuk makanan manusia, ternak, dan untuk bahan industri (Cahyadi, 2007). A.4. Tahu dan Pengolahan Tahu Tahu merupakan salah satu jenis lauk pauk yang banyak diminati dan digemari masyarakat Indonesia, karena harganya murah, mudah didapat dan bergizi tinggi. Istilah tahu berasal dari Cina, tao-hu atau teu-hu. Teu artinya kedelai dan hu artinya lumat jadi bubur. Jadi, secara harfiah tahu berarti makanan dengan bahan baku kedelai yang dilumatkan
menjadi bubur (Muslimin dan
Ansar, 2010). Suprapti (2005), mengemukakan
bahwa
tahu
diproduksi
dengan
memanfaatkan sifat protein, yaitu akan mengumpul bila bereaksi dengan asam. Pengumpulan protein oleh asam cuka akan berlangsung secara cepat dan bersamaan diseluruh bagian cairan sari kedelai, sehingga sebagian besar air yang semula tercampur dalam sari kedelai akan terkumpul di dalamnya. Pengeluaran air yang terkumpul tersebut dapat dilakukan dengan memberikan tekanan. Semakin besar tekanan yang diberikan, semakin banyak air dapat dikeluarkan dari gumpalan protein. Gumpalan protein yang dihasilkan yang akan dicetak menjadi tahu. Kedelai yang diolah sebagai bahan utama pembuatan tahu dapat menghasilkan beberapa jenis tahu, diantaranya tahu biasa (tahu potong), tahu goreng, tahu kuning, tahu cina, tahu sultra (fucuk), tahu sumedang, dan kerupuk
11
tahu. Tahu biasa atau tahu potong merupakan tahu yang umum diproduksi oleh sebagian besar industri tahu. Jenis penggumpal yang digunakan adalah whey (biang) dan secara umum melalui proses produksi tahu secara umum. Tahap pencetakan diakhiri dengan pemotongan yang sesuai ukuran yang diinginkan, tahu goreng juga merupakan tahu biasa atau tahu potong yang digoreng terlebih sebelum dijual, tahu kuning merupakan tahu biasa atau tahu potong yang pada proses rebusan terakhirnya menggunakan kunyit, tahu sultra (fucuk) atau yang lebih dikenal dengan kembang tahu, merupakan tahu dengan tekstur yang sangat lunak dan berwarna putih. Penggumpal yang digunakan yaitu
ghicono delta
laction (GDL), Pada proses pembuatannya tidak dilakukan pemilihan gumpalan dan whey atau biang. Dan kerupuk tahu merupakan kulit tahu kering yang digoreng (Budi, 2001). Proses Pengolahan Kedelai menjadi Tahu sebagai berikut (Haryoto, 1995). 1. Siap kedelai yang akan diolah. 2. Pilih kedelai yang bersih, kemudian di cuci 3. Rendam dalam air bersih selama 8 jam (paling sedikit 3 liter air untuk satu kg kedelai). Kedelai akan mengembang jika direndam. 4. Cuci berkali-kali kedelai yang telah direndam. Apabila kurang bersih maka tahu yang dihasilkan akan menjadi asam. 5. Tumbuk kedelai dan tambahkan air panas sedikit demi sedikit hingga berbentuk bubur. 6. Masak bubur tersebut, jangan sampai mengental pada suhu 700–800 derajat celsius (ditandai dengan adannya gelembung-gelembung kecil.
12
7. Saring bubur kedelai dan endapan airnya dengan menggunakan batu tahu (kalsium sulfat CaSO4) sebanyak 1 gram atau 3 ml asam cuka untuk satu liter sari kedelai, sedikit demi sedikit sambil diaduk perlahan. 8. Cetak dan pres endapan tersebut. 9. Tahu yang sudah dicetak kemudian dipotong-potong segiempat 10. Setelah dipotong tahu siap di pasarkan. (Haryoto, 1995). A.5. Konsep Biaya Biaya adalah harga pokok yang telah memberi manfaat dan telah habis dimanfaatkan. Biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi baik yang berwujud maupun tidak berwujud yang dapat ditukar dalam satuan uang, yang telah terjadi atau akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya merupakan salah satu faktor penting dalam penentuan harga pokok produksi dan harga jual produksi. Supriyanto (2000), mengemukakan bahwa biaya adalah harga perolehan yang digunakan dalam memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurangan penghasilan. Menurut Simamora (2000), biaya adalah kas atau nilai kas yang digunakan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa mendatang bagi organisasi. Husen dan Mowen (2009), mengemukakan bahwa biaya adalah aset kas atau non kas yang dikorbankan untuk barang dan jasa yang diharapkan keuntungannya bagi perusahaan pada masa sekarang atau masa yang akan datang.
13
Mulyadi (2009), mengemukakan bahwa pengertian biaya dalam arti luas adalah biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya dapat digolongkan menjadi 5 golongan besar yaitu: 1. Biaya menurut objek pengeluaran. Menurut cara ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluarannya adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar 2. Biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu, dalam perusahaan manafaktur biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: a. Biaya produksi, merupakan biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi bahan produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan baik langsung maupun tidak langsung yang berhubungan dengan proses produksi. Yang termaksud dalam biaya produksi yaitu: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. b. Biaya pemasaran, merupakan biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Yang termaksud dalam kegiatan pemasaran adalah biaya iklan dan biaya promosi.
14
c. Biaya administrasi dan umum, merupakan biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Yang termaksud kedalam biaya ini adalah biaya gaji karyawan. 3. Biaya menurut hubungan biaya dengan suatu yang dibiayai. Sesuai yang dapat dibiayai dapat berupa produk atau pendapatan. dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: a. Biaya langsung (direct cost) Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya langsung dapat dengan mudah diidentifikasi dengan suatu yang dibiayai. Biaya produk langsung terdiri dari biaya baku dan biaya tenaga kerja langsung. b. Biaya tidak langsung (indirect cost) Biaya tidak langsung biaya yang terjadinnya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik. 4. Biaya menurut perlakuan dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas. a. Variabel Cost Biaya yang jumlah totalnya sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya biaya bahan baku, tenaga kerja langsung.
15
b. Fixed Cost Biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. c. Total Cost Biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu. Contoh : gaji direktur produksi. 5.
Biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya jika dilihat menurut jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi: a. Pengeluaran modal (capital expenditures) Biaya ini mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Contoh pembelian aktiva tetap. b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) Biaya ini hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadi pengeluaran tersebut. Contoh biaya telepon, biaya iklan. Sugianto dkk (2006), mengemukakan bahwa biaya produksi adalah sejumlah
uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan sejumlah input yaitu secara akuntansi sama dengan jumlah uang keluar yang tercatat. Menurut Riwayadi (2006), biaya produksi adalah biaya yang terjadi pada fungsi produksi, dimana fungsi produksi merupakan fungsi yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Biaya produksi itu sendiri mencakup semua biaya yang berkaitan dengan perolehan atau pembuatan suatu produk. Secara matematis total biaya dapat dituliskan sebagai beriukut:
16
TC =VC + FC Ket: TC VC FC
= Biaya Total (Total Cost). (Rp/Bln) = Biaya Variabel (Variable Cost). (Rp/Bln) = Biaya Tetap (Fixed Cost). (Rp/Bln)
A.6. Konsep Produksi Produksi sering diartikan sebagai penciptaan guna, dimana kemampuan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi meliputi semua aktifitas dan tidak hanya mencakup pembuatan barang-barang yang dapat dilihat. Produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan cara mengkombinasikan faktor-faktor produksi kapital, tenaga kerja, teknologi. Produksi merupakan usaha meningkatkan manfaat dengan cara mengubah bentuk, memindahkan tempat, dan menyimpan (Soeharno, 2007). Teori produksi terdiri dari dari beberapa analisa mengenai bagaimana seharusnya pengusaha (wiraswastawan) dalam tingkat teknologi tertentu mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu seefisien mungkin. Agung (1994),
mengemukakan
bahwa produksi adalah hasil-hasil dari suatu proses atau aktifitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Soekartawi (1995) mengemukakan bahwa hasil akhir dari suatu proses berupa produk atau output dapat bervariasi disebabkan karena perbedaan kualitas dan kuantitas dari input faktor yang digunakan.
17
A.7. Konsep Harga Anoraga
(2000)
menyatakan
harga
adalah variabel
yang dapat
dikendalikan dan dapat menentukan diterima tidaknya suatu produk oleh konsumen.Murah atau mahalnya harga suatu produk sangat relative sifatnya. Selanjutnya Fuad, dkk (2006), harga yaitu sejumlah konpensasi baik yang berupa uang maupun barang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang dan jasa. Harga yang ditetapkan harus dapat menutup semua biaya yang telah dikeluarkan, jika harga ditetapkan terlalu tinggi, maka kurang menguntungkan karena pembeli dan volume penjualan berkurang.Harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan pedagang.Untuk mencapai laba yang diinginkan oleh pedagang, maka pedagang akan melakukan daya tarik konsumen dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang, dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen (Supriyono, 2007). A.8. Penerimaan (Revenue) Penerimaan adalah jumlah nilai atau hasil penjualan yang diterima dalam menjalankan usaha. Soekartawi (2005) menyatakan bahwa, total penerimaan dalam usahatani diperoleh dari produksi fisik dikalikan dengan harga produksi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya petani mengolah sendiri hasil
18
pertaniannya untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik yang harganya relatif tinggi dan akhirnya juga akan mendatangkan total penerimaan yang lebih besar. Suratiyah (2009) menyatakan bahwa, penerimaan adalah perkalian antara jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual produk. Secara matematis jumlah penerimaan dapat dituliskan sebagai berikut: TR = Y x Py Ket: TR Y Py
= Penerimaan total (Rp) = Jumlah produksi = Harga dari hasil produksi (Rp)
A.9. Keuntungan Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dan biaya-biaya (cost). Biaya ini dalam banyak kenyataan, dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap seperti sewa tanah, pembelian alat pertanian dan biaya tidak tetap seperti biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, pembayaran tenaga kerja (Soekartawi, 2002).Keuntungan merupakan kegiatan pedagang yang mengurangkan beberapa biaya yang dikeluarkan dengan hasil penjualan yang di peroleh.Apabila hasil penjualan yang diperoleh dikurangi dengan biaya-biaya tersebut nilainya positif maka diperoleh keuntungan (laba) (Sukirno, 2005). Rasyaf (2000) menyatakan setelah uang diterima dan dikurangi dengan biaya variabel, maka sisanya disebut keuntungan.Keuntungan adalah sejumlah uang yang diperoleh setelah semua biaya variabel termasuk biaya tetap
19
operasional
tertutupi.
Hasil
pengurangan
positif
berarti
untung,
hasil
pengurangan negatif berarti rugi. Hasil pengurangan menjadi negatif bila biaya variabel terlalu besar. Mulyono (2000), menyatakan keuntungan margin adalah keuntungan yang bersifat kotor. Dari segi bisnis keuntungan ini bersifat semu karena ada unsur-unsur biaya yang tidak diperhitungkan, yaitu biaya tetap, sehingga besarnya keuntungan margin sama dengan selisih total output dengan biaya operasional. Penerimaan marjinal adalah penerimaan tambahan yang diterima perusahaan ketika perusahaan meningkatkan output sebanyak satu unit tambahan.Dalam menentukan keuntungan secara ekonomi memerlukan sebuah fungsi, sehingga setiap pemecahaan masalah ekonomi dapat di jabarkan dengan sistematis.Rumus sederhana diatas merupakan pengertiaan dari Total Revenue (penerimaan total) – Total Cost (biaya total). Hal ini tidak terlepas dari keuntungan, keuntungan atau laba dalam ekonomi umumnya yaitu: π = TR - TC Ket: π = Keuntungan Industri Tahu Mekar (Rp/ Bln) TR = Total Penerimaan (Rp/Bln) TC = Total Biaya (Rp/ Bln) A.10. Kelayakan Usaha Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layaknya bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maximal untuk waktu yang tidak
di terntukan (Umar, 2013). Sedangkan
20
menurut Ibrahim (2003), yang menyatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari gagasan usaha atau proyek yang direncanakan. Tujuan dilakukan studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husen dan Suwarsono, 2000). Aspek-aspek studi kelayakan bisnis terdiri atas: 1. Aspek pemasaran 2. Aspek teknis dan produksi 3. Aspek manajemen dan SDM 4. Aspek hukum 5. Aspek sosial 6. Aspek dampak lingkungan 7. Aspek finansial. Soekartawi (2002) menyatakan Analisis kelayakan menggunakan R/C ratio adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya, besarnya R/C ratio mempunyai prospek baik. Nilai R/C ratio yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan oleh industri atau perusahaan layak untuk diusahakan. Tingginya nilai R/C ratio disebabkan oleh produksi yang diperoleh dan harga yang sangat berpengaruh terhadap penerimaan. Rumus yang digunakan untuk mendapatkan efisiensi usaha dalam R/C ratio yaitu :
21
R/C Rasio = TR/TC Ket: R/C Ratio
= Efisiensi Usaha
TR
= Total Revenue (penerimaan)
TC
= Total Cost (biaya total)
B. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh, Alan W. Hodges (2005), yang berjudul “Profit Analysis Business of Ornamental Plant Nurseries In Florida”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai keuntungan dari bisnis tanaman hias di Florida.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.Perusahaan rata-rata memiliki penjualan tahunan tanaman pembibitan sebesar $1,54 juta. Berdasarkan hasil penelitian total keuntungan sebesar $1.91 juta/tahun. Informasi ini disajikan untuk masing-masing sektor industri danuntuk perusahaan besar, kecil dan sangat menguntungkan. Penelitian yang dilakukan oleh Santoso, dkk. (2009), yang berjudul Analisis pendapatan dan Produksi Agroindustri Tahu di Desa Pandansari Kecamatan Ajibarang Kabupate Banyumas. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui besarnya biaya produksi dan pendapatan yang diperlukan pengrajin untuk mengolah agroindustri tahu di Desa Pandansari, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa agroindustri tahu di Desa Pandansari Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas
bahwa biaya produksi yang dikeluarkan untuk satu kali proses
produksi dalam usaha agroindustri tahu di Desa Pandansari Kecamatan
22
Ajibarang Kabupaten Banyumas adalah sebesar RP 320.288,30 dengan pendapatan bersih yang diperoleh sebesar Rp 72.313,70. Penelitian yang dilakukan oleh Irwan (2010),
yang berjudul
Analisis
SkalaUsaha dan Keuntungan Industri Tahu di Kota Banda Aceh. Adapun tujuan dari Penelitian ini untuk menganalisis skala usaha dan mendapatkan keuntungan dari industri tahu. Hasil analisis menunjukkan bahwa komponen biaya industri ini adalah 74 % untuk kedelai masukan rata-rata, sedangkan untuk biaya lainnya masukan adalah 26 % rata-rata. Manfaat tingkat adalah Rp 13.468.000 untuk industri skala kecil Rp 19.088.000 untuk industri skala menengah dan Rp 27.689.400 untuk industri skala besar setiap bulan. Penelitian yang dilakukan oleh Lasena dkk. (2013), yang berjudul Analisis Keuntungan pengrajin Tahu (Studi Kasus Industri Rumahtangga di Kecamatan Telaga). Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui keuntungan usaha tahu di Kecamatan Telaga, dan untuk mengetahui usaha tahu layak dikembangkan di Kecamatan Telaga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha tahu yang ada di Kecamatan Telaga menguntungkan dengan rata-rata keuntungan pengrajin sebesar Rp 1.151.275. serta rata-rata nilai R/C rasio yang diperoleh pengrajin tahu di Kecamatan Telaga 1,016 sehingga usaha tahu yang ada di Kecamatan Telaga layak untuk di kembangkan. Penelitian yang dilakukan oleh, Heriani dkk, (2013) yang berjudul Analisis Keuntungan Dan Risiko Usahatani Tomat Di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.
Hasil
penelitian
menunjukka bahwa
nilai
rasio
R/C
adalah 3,03, itu berarti bahwa pertanian itu menguntungkan dan layak.Sementara
23
itu, berdasarkan nilai koefisien variasi yang 0,86, itu menunjukkan bahwa ada besarnya risiko yang dihadapi petani dan batas pendapatan yang lebih rendah dari peternakan tomat adalah Rp 5.985.235.Ini menunjukkan jumlah kerugi yang mungkin dihadapi oleh para petani jika ada bahaya atau risiko Penelitian yang dilakukan oleh Umikalsum, (2014), yang berjudul Analisis usaha Pembuatan Tempe Kedelai Skala Rumahtangga di Kelurahan Bukit Sangkat Kecamatan Kalindo Kota Palembang. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, pendapatan, dan tingkat rentabilitas usaha industri tempe kedelai di Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang. Hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha tempe sebesar Rp 19.835.904. penerimaan rata-rata yang diperoleh setiap pengusaha adalah Rp 37.080.000 dan pendapatan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp 17.244.096 per bulan. Rentabilitas dari usaha industri tempe kedelai skala rumahtangga tersebut adalah sebesar 86,9%
hal ini berarti usaha industri tempe ini telah optimal dalam
mendapatkan laba. Penelitian yang dilakukan oleh, Verani Restia Wijaya, (2014), yang berjudul Pengaruh Peningkatan Harga Kedelai terhadap Keuntungan dan Nilai Tambah Industri Tahu di Desa Leuweung Kolot Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap struktur biaya, keuntungan, dan nilai tambah pada industri tahu di Desa Leuweung Kolot. Analisis yang digunakan terdiri dari analisis keuntungan,
analisis
penerimaan
dan
R/C
rasio,
dan
analisis
nilai
24
tambah menggunakan metode Hayami. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kenaikan harga kedelai mempengaruhi struktur biaya dan keuntungan industri tahu. Peningkatan pada keuntungan yang diterima didasarkan pada strategi yang dilakukan oleh industri tahu dengan meningkatkan harga jual tahu dan memperkecil ukuran tahu. Begitupun dengan analisis nilai tambah yang menunjukkan bahwa kenaikan harga kedelai juga mempengaruhi nilai tambah yang dihasilkan oleh industri tahu di Desa Leuweung Kolot. Penelitian Yang Dilakukan Oleh, Srivella Febriyeny,
Yang Berjudul
Analisis Perbandingan Pendapatan Dan Keuntungan Usahatani Gambir (Uncaria Gambier Roxb) Antara Petani Yang Mengolah Sendiri Dan Yang Menjual Daun Segar Di Nagari Barung-Barung Balantai Kecamatan Koto Xi Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan dan keuntungan petani gambir dalam dua bentuk penjualan itu dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi petani menjual daun segar atau melakukan pengolahan sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan dan keuntungan petani gambir yang mengolah sendiri dan mempunyai alat kempa lebih tinggi dibandingkan petani yang mengolah tapi tidak mempunyai alat kempa dimana petani yang mempunyai alat kempa memperoleh pendapatan sebesar Rp 11.914.193/Ha/Th dan keuntungan sebesar Rp 6.428.813/Ha/Th, dan yang tidak mempunyai alat kempa memperoleh pendapatan
sebesar
Rp 7.236.905/Ha/Th
dan
keuntungan
sebesar
Rp 2.962.047/Ha/Th. Secara keseluruhan petani sampel yang mengolah sendiri memperoleh pendapatan sebesar Rp 9.452.463/Ha/Th dan keuntungan sebesar
25
Rp 4.604.199/Ha/Th sedangkan pendapatan petani yang menjual daun segar sebesar Rp 10.390.862/Ha/Th dan keuntungan sebesar Rp 8.100.682/Ha/Th, dengan pengujian statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyata pendapatan dan keuntungan antara petani yang mengolah gambir sendiri dan yang menjual daun segar. Faktor internal yang mempengaruhi petani melakukan pengolahan atau menjual daun segar yaitu tingkat umur dan pengalaman berusahatani sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu keuntungan relatif (segi tenaga kerja), kesesuian dengan nilai (kompatibilitas), dan dapat dicoba (triabilitas). Penelitian yang dilakukan oleh,
Grace Masengi (2014), yang berjudul
Analisis Keuntungan Usaha Rumah Makan El-Shadai Di Kawasan Wisata Kuliner “Wakeke
Manado”.
Tujuan dari
penelitian ini
adalah untuk
menganalisis kelayakan El-Shadai restoran tahu, secara rinci, profil kegiatan usaha dan jumlah laba yang dicapai setiap bulan. Gan Kembali analisis Cost Ratio untuk menganalisis kelayakan El-Shadai bisnis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sepenuhnya El-Shadai bisnis restoran memiliki keuntungan Rp. 13.829.942 setiap bulan, dengan rasio biaya R/C dari 1,33. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa bisnis kuliner dikategorikan menjadi layak untuk menjalankan karena nilai R/C lebih dari 1. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1 dari beban produksi yang dikeluarkan oleh manajer restoran dapat memberikan kembali sebagai pendapatan Rp. 1.33. Ini berarti bahwa total pendapatan lebih besar dari jumlah beban produksi dan aktivitas bisnis kuliner ini masih memiliki keuntungan setiap bulan.
26
Penelitian yang dilakukan oleh Nwike dan Ugwumba (2015) di Anambra Negara Nigeria yang berjudul “Profitability of Rice Production in Aguata Agricultural Zone of Anambra State Nigeria: A Profit Function Approach”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keuntungan produksi beras di Zona Pertanian Aguata Anambra Negara Nigeria, memastikan faktor-faktor penentu laba maksimum, dan mengidentifikasi faktor-faktor penghambat produksi padi. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa produksi padi di Anambra adalah menguntungkan dengan pendapatan bersih yang diperoleh petani adalah sebesar N42.872,40 atau setara dengan Rp3.001.068,-. Tingginya biaya tenaga kerja dan kurangnya modal petani merupakan kendala yang paling serius. Oleh karena itu, diharapkan akses fasilitas kredit yang mudah untuk petani, menyediakan teknologi produksi padi modern dan penyuluhan sehingga dapat mengurangi masalah dan meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Penelitian lain juga dilakukan oleh Nwalieji dan Chen (2015) yang berjudul “Comparative Profit Analysis of Rice Production Enterprise among Farmers in Anambra and Ebonyi States, Nigeria”. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi petani padi di negara Anambra dan Ebonyi, membandingkan keuntungan perusahaan produksi beras dalam dua metode tanam yang berbeda (Tanam dan penyiaran) di kedua negara dan Mengidentifikasi kendala produksi padi di daerah penelitian. Hasil penelitian menyatakan bahwa laba bersih yang diperoleh masing-masing petani di Negara Anambra adalah N59.105 (Rp4.137.350,-) dan N55.355 (Rp3.874.850,-) untuk masing-masing metode tanam dan penyiaran, sedangkan di Negara Ebonyi
27
masing-masing petani memperoleh laba bersih sebesar N53.800 (Rp3.766.000,-) dan N48.100 (Rp3.367.000,-) dari metode tanam dan penyiaran. Mayoritas petani padi pada kedua daerah tersebut masih memiliki usia aktif dan masih produktif serta pengalaman berusahatani yang cukup lama. Namun, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh petani padi antara lain: dana tidak memadai untuk memulai sampai selesainya usaha, kesulitan dalam memperoleh kredit, mesin pengolahan dan penggilingan tidak memadai, biaya input berupa pupuk dijual dengan harga tinggi, kurang akses jalan, kesulitan dalam membentuk koperasi masyarakat, kurang perpanjangan layanan kunjungan ke petani, tingginya biaya produksi padi, kondisi cuaca/perubahan iklim tidak menguntungkan, harga produksi berfluktuasi, kebijakan pemerintah terkait impor beras tidak efektif dan banyak hewan pengerat, hama dan kutu penyakit. C. Kerangka Pikir Berdasarkan kajian teori diatas, maka kerangka pikir yang mendasari penelitian. Industri Tahu Mekar adalah industri yang bergerak dalam pembuatan tahu dengan berbahan baku kedelai. Kedelai yang sudah dipilih terlebih dahulu dan melalui beberapa proses untuk menghasilkan suatu produk berupa tahu. Dari sejumlah produksi yang dihasilkan akan dijual kepada konsumen dengan harga tertentu sehigga diperoleh suatu penerimaan.
Dalam proses produksi tahu
diperlukan biaya-biaya yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap yang kemudia disebut sebagai biaya total.
28
Total penerimaan yang diperoleh pada industri tahu mekar tersebut dikurangi dengan total biaya sehingga diperoleh keuntungan akhir dari suatu industri. Sedangkan untuk mengetahui kelayakan apakah menguntungkan atau tidak merugikan secara ekonomi dapat dihitung dengan penerimaan total dibagi dengan total biaya.
Industri Tahu Mekar
Harga (Price)
Biaya (Cost):
Penerimaan (Revenue)
Biaya Total (Total Cost)
Keuntungan Kelayakan Usaha Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
29
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Industri Tahu Mekar di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan sebagai berikut: (1) di lokasi ini terdapat indusrti pembuatan tahu (2) di lokasinya dapat dijangkau. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juli sampe dengan Bulan Oktober 2016. B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah studi kasus, yaitu penelitian yang bertujuan memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat maupun karakter yang khas dari suatu kasus, meliputi tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan persiapan, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data serta pembahasan. Subjek penelitian ini yaitu pimpinan industri dan 5 orang karyawan Industri Tahu Mekar. Pertimbangannya adalah pimpinan berperan sebagai bagian administrasi dan keuangan serta lima orang karyawan yang aktif dalam kegiatan produksi dan pemasaran, yang akan memberikan data dan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. C. Jenis dan Sumber Data Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dan data yang digunakan dalam penelitan ini terdiri dari dua jenis yaitu:
30
a. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari pengamatan dan wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan kuesioner. b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang tidak langsung yaitu instansi atau dinas yang terkait yang menunjang kegiatan-kegiatan penelitian D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Wawancara (interview) yaitu teknik pengumpulan data dengan tanya jawab menggunakan kuesioner pada responden. 2. Kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan literaturliteratur yang berhubungandengan penelitian ini. E. Variabel Penelitian Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah: 1. Karakteristik industri yang meliputi: produksi, harga, biaya produksi, penerimaan, keuntungan dan efisiensi biaya. F. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif sebagi berikut. Secara matematis besarnya keuntungan yang diperoleh Industri Tahu Mekar, rumus yang digunakan sebagai berikut:
31
π = TR - TC Ket : π TR TC
= keuntungan Industri Tahu Mekar (Rp /bln) = total penerimaan (Rp / bln) = total biaya (Rp / bln) Suratiyah (2009), menyatakan bahwa penerimaan adalah perkalian antara
jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual produk. Secara matematis jumlah penerimaan dapat dituliskan sebagai berikut: TR = Y x Py Ket: TR Y Py
= Penerimaan total (Rp/bln) = Jumlah produksi = Harga dari hasil produksi (Rp/bln) Sedangkan untuk memperoleh nilai TC maka rumus yang digunakan sebagai
berikut: TC =VC + FC Ket: TC VC FC
= Biaya Total (Total Cost). (Rp/Bln) = Biaya Variabel (Variable Cost). (Rp/Bln) = Biaya Tetap (Fixed Cost). (Rp/Bln) Untuk mengetahui apakah Industri Tahu Mekar dalam melakukan proses
produksi mengalami keuntungkan, impas dan rugi digunakan analisis R/C rasio yaitu perbandingan (nisbah) antara jumlah penerimaan dengan jumlah pengeluaran selama proses produksi (Kartasapoetra, 1988).
32
R/C rasio = TR TC Ket: R/C TR TC
= Rasio revenue dengan cost = Total revenue atau total penerimaan = Total Cost atau total biaya
Dengan kriteria: R/C- Ratio> 1
: Usaha menguntungkan secara ekonomi dan penggunaan biaya produksi efisien.
R/C – Ratio= 1 : Usaha industri tahu mengalami impas. R/C- Ratio < 1
: Usaha industri tahu tidak menguntungkan.
G. Konsep Operasional Konsep operasional adalah pengertian-pengertian atau batasan-batasan yang digunakan untuk menghindari kesalahan pemahaman dalam mendefinisikan beberapa variabel pengamatan. Beberapa konsep operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Responden adalah pimpinan industri dan 5 orang karyawan bagian produksi Industri Tahu Mekar di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi (orang). 2. Produksi adalah banyaknya tahu yang dihasilkan oleh Industri selama satu bulan (bulan). 3. TC (total cost), adalah jumlah keseluruan biaya yang dikeluarkan dalam satu kali produksi (Rp/proses produksi). 4. Penerimaan adalah nilai produksi yang diperoleh dari perkalian antara produksi dengan harga (Rp/bulan).
33
5. Keuntungan adalah selisih dari total penerimaan dengan total biaya, dinyatakan dalam rupiah (Rp/bulan) 6. R/C Rasio adalah perbandingan antara dikeluarkan oleh produsen.
penerimaan total dan biaya yang
34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan Gambaran umum perusahaan pada lokasi penelitian di Industri Tahu Mekar Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau. pengalaman berusaha tahu secara rinci sebagai berikut. A.1. Pengalaman Berusaha Tahu Pengalaman usaha tahu memiliki peranan yang sangat penting bagi seseorang pengusaha dalam mengembangkan usahanya dalam penerimaan, dan menerapkan teknologi baru. Kapasitas yang ada dalam diri dan kondisi lingkungan yang memungkinkan. Soeharjo dan Patong (1984) mengemukakan bahwa pengalaman berusaha dikatakan cukup apabila telah menggeluti pekerjaan berusaha selama 5-10 tahun, sedangkan untuk 10 tahun ke atas dikategorikan berpengalaman dan kurang dari 5 tahun dikategorikan kurang berpengalaman. Berdasarkan kriteria jumlah tenaga kerja, industri digolongkan menjadi 3 yaitu: a. Industri mikro : 1-4 orang b. Industri kecil: 5-19 orang c. Industri menengah : 20-99 orang (Sidoarjo, 2008). Berdasarkan kriteria tersebu, Industri Tahu Mekar di Kelurahan Liabuku kecamatan Bungi Kota Bau-Bau termaksud dalam industri kecil dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang.
35
B. Profil Usaha Industri Tahu Mekar Profil usaha Industri Tahu Mekar di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau dilihat dari sejarah berdirinnya, struktur organisasi Industri Tahu Mekar, keadaan tenaga kerja, sebagai berikut: B.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan Industri Tahu Mekar merupakan industri yang bergerak dibidang usaha yang memproduksi tahu mentah. Usaha yang terletak di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau yang dibangun/dirintis pada tahun 2009, oleh bapak Yusuf Tandung bersama istri Ibu Elisabeth. Industri ini awalnya dibangun untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian sebagai salah satu sumber pendapatan dalam rangka meningkatkan taraf hidup keluarganya, dengan menggunakan modal sendiri sebesar Rp 2.000.000 dan pinjaman kepada Bank sebesar Rp 5.000.000. Industri Tahu Mekar belum memiliki surat izin, baik Surat Izin Usaha Perindustrian (SIUP) maupun Surat Izin Tempat Usaha (SITU) yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan karena Industri Tahu Mekar Masih tergolong industri rumahtangga. Jenis tahu yang dihasilkan oleh Industri Tahu Mekar yaitu tahu mentah yang kemudian dipasarkan di pasar Nugraha, Laelangi, Wameo dan beberapa warung makan yang ada di Kota Bau-Bau. Tahun 2012 Industri Tahu Mekar sudah memiliki tenaga kerja sebanyak 5 orang dengan jumlah produksi per satu orang pekerja harus menghasilkan 90 cetak tahu yang menghabiskan bahan baku kedelai sebesar 300 kg dalam satu
36
hari, ini sesuai dengan perintah dari pemilik tahu setiap karyawan harus mengerjakan sesuai target yang diberikan. B.2. Struktur Organisasi Industri Tahu Mekar Struktur organisasi merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang kelancaran kegiatan produksi. Karena tanpa adanya struktur organisasi maka tugas dan tanggung jawab dari masing-masing tenaga kerja dan juga pimpinan tidak mungkin mampu sendiri melaksanakan seluruh kegiatan usaha, ia harus mempercayakan sebagian bebanya kepada orang lain. Dilain pihak organisasi juga merupakan sekelompok orang dengan seperangkat komponen-komponen yang berinteraksi guna mencapai tujuan, dalam hal ini yaitu untuk memperoleh keuntungan atau pendapatan maksimum agar tetap mampu mempertahankan kegiatan produksinya secara berkesinambungan. Suksesnya suatu usaha juga sangat dipengaruhi oleh struktur organisasi yang baik, karena pimpinan dapat melaksanakan fungsinya sebagai pimpinan yang baik, mengawasi secara keseluruhan dari suatu usaha dengan adanya pengorganisasian. Struktur organisasi pada Industri Tahu Mekar tidak ditetapkan dalam bentuk yang baku atau tertulis, akan tetapi berdasarkan informasi dari hasil penelitian yang dilakukan maka terlihat adanya pembagian/pengelompokan pekerjaan berdasarkan tugas dan tanggung jawab serta jenis pekerjaan yang ada. Adapun bentuk dari struktur Organisasi pada Industri Tahu Mekar dapat dilihat pada Gambar 2.
37
Adapun bentuk struktur organisasi pada Industri Tahu Mekar dapat dilihat pada gambar 2. Pimpinan Industri
Bendahara
Pemasaran
1 Orang
Karyawan
5 Orang
Gambar 2. Struktur Organisasi Industri Tahu Mekar Struktur organisasi pada gambar menunjukkan bahwa industri tersebut menganut sistem organisasi lini (Line organizing) bentuk industri yang menggunakan struktur garis pada dasarnya masih sederhana, pemilik perusahaan biasanya bertindak sebagai pemimpin perusahaan, karyawannya relatif masih sedikit, dan masih saling mengenal serta hubungan antara pemimpin dan karyawan masih bersifat langsung. Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing karyawan yang telah ditetapkan oleh pimpinan industri adalah sebagai berikut: 1. Pimpinan Pimpinan terdiri dari 1 (satu) orang yakni pemilik Industri Tahu Mekar dengan rincian tugas sebagai berikut: a. Bertanggung jawab atas aktivitas sehari-hari mengenai administrasi dan juga produksi.
38
b. Bertugas
membuat
perencanaan,
pengorganisasian,
melaksanakan dan
mengontrol semua kegiatan produksi. c. Bertugas merumuskan dan menetapkan kebijaksanaan industri dan memberi perinta kepada karyawanya. d. Memberi motivasi kepada karyawan agar dapat bekerjasama dan meningkatkan keterampilan anggota karyawan dalam melaksanakan kegiatan produksi lebih efisien. 2. Bendahara Tugas utama dari bendahara yaitu : a. Memberi upah kepada karyawan setiap bulanya. b. Melakukan transaksi pembayaran kepada pemasok bahan baku kedelai c. Bertanggung jawab atas biaya operasional yang dikeluarkan setiap bulan, demi kelancaran produksi tahu. 3. Bagian produksi Bagian ini tugas utamanya adalah bertanggung jawab terhadap jalanya produksi, 5 orang karyawan yang terlibat secara langsung dalam melakukan proses produksi. Bagian ini berperan mulai dari awal pembuatan sampai pada tahap produk siap di pasarkan. 4. Bagian pemasaran Tugas utama bagian pemasaran yaitu mengatur kegiatan penjualan hasil produksi kepada konsumen, dengan melakukan penjualan di pasar yang ada di Kota Bau-Bau untuk memenuhi permintaan konsumen.
39
B.3. Keadaan Tenaga Kerja Penggunaan tenaga kerja sejak Tahun 2009 yaitu menggunakan tenaga kerja yang ada disekitar Kelurahan Liabuku yang berjumlah 5 orang karyawan tetap, karena permintaan konsumen. Uraian tenaga kerja yang dipergunakan dapat dilihat pada Tabel 1. sebagai berikut:
Tabel 1. Keadaan Tenaga Kerja Pembuatan Tahu Pada Industri Tahu Mekar Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, dan Pendidikan. No
Nama
Umur Jenis (Tahun) Kelamin 1 Asmono Laki-Laki 37 2 Bapak Amel 40 Laki-Laki 3 Acang 27 Laki-Laki 4 Aco 35 Laki-Laki 5 Abdul 25 Laki-Laki Sumber: Data primer diolah, 2016
Pendidikan SMP SMP SMA SMP SMA
Dari data Tabel diatas menunjukkan bahwa tenagakerja Industri Tahu Mekar umumnya berada pada klasifikasi umur produktif sedangkan menyangkut pendidikan hampir semuanya
berstatus berpendidikan sehingga
mampu
menyesuaikan dengan pekerjaan yang diberikan oleh pemilik industri selaku pimpinan Usaha Industri Tahu Mekar Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau. Menurut soeharjo dan patong (1984) mengelompokkan umur berdasarkan kelompok produktif dan non produktif. Kisaran umur 15-55 tahun termaksud usia produktif sedangkan umur 0-14 tahun dan 55 tahun keatas dikategorikan umur non produktif.
40
C. Analisis Produksi Industri Tahu Mekar Analisis produksi dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sub bagian yang teliti yaitu:
proses produksi, biaya usaha, penerimaan, keuntungan, dan R/C
Rasio. C.1. Proses Produksi Proses produksi merupakan teknik untuk menghasilkan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan sumber-sumber yang tersedia seperti material, tenaga kerja, modal dan teknologi. Proses pembuatan tahu memerlukan beberapa alat dan bahan seperti. Alat yang digunakan dalam pembuatan tahu meliputi mesin penggiling, ember hitam, baskom besar, baskom kecil, pisau, kain penyaring, cetakan tahu, timbah, sepatu air, ember drum, drum plastic, arko keranjang, dan terpal. Bahan yang digunakan dalam pembuatan tahu yaitu, kayu bakar, cuka cair, bensin, kedelai. Adapun proses pembuatan tahu dapat dilihat pada gambar 3 sebagai berikut:
Penyiapan Kedelai
Pencetakan tahu
Pencucian Kedelai
Penekanan Tahu
Pengilingan Kedelai
Penambahan Asam Cuka
Perebusan Kedelai
Penyaringan Kedelai
Gambar 3. Proses Pembuatan Tahu Dari Gambar 3 diatas menunjukkan bahwa proses pembuatan tahu pada Industri Tahu Mekar yaitu:
41
1. 300kg kedelai yang akan digunakan di bersikan dengan cara di rendam menggunakan air yang bersih selama 8 jam. Dalam proses perendaman ini kedelai akan mengembang. Bersihkan kembali kedelai dengan cara dicuci berkali-kali. 2. Kedelai yang telah di rendam selama 8 jam kemudian di bersikan dengan cara di cuci berulang-ulang 3-4 kali sampai benar-benar bersih. 3. Setelah selesai kedelai di bersikan, kemudian kedelai di hancurkan menggunakan mesin penggiling hingga berbentuk bubur. 4. Setelah kedelai selesai di hancurkan hingga berbentuk bubur, kemudian kedelai di masak. Dalam proses perebusan bubur kedelai tidak boleh terlalu kental Kemudian dalam proses perebusan bubur kedelai di tandai dengan adanya gelembung-gelembung kecil . 5. Kemudian kedelai yang telah masak diangkat dari wajan dan disaring menggunakan kain penyaring dengan menggunakan asam cuka sambil terus di aduk secara perlahan, hingga bubur kedelai menggumpal. 6. Dari gumpalan tahu yang telah di tambahkan asam cuka siap dipress yang berfungsi untuk menekan ampas agar kandungan airnya benar-benar habis. 7. Setelah gumpalan tahu di press, tahu kemudian dicetak segi empat, dan di pasarkan. Langka-langka pembuatan tahu di Industri Tahu Mekar, masih sangat sederhana dengan penggunaan alat-alat masih tradisional. Dalam proses pembuatan tahu masih di kerjakan oleh manusiaya, hanya sedikit menggunakan teknologi seperti penggunaan mesin penggiling.
42
C.2. Biaya Produksi Biaya (cost) adalah hasil dari semua input ekonomi yang diperlukan dan dapat diperkirakan untuk menghasilkan suatu produk atau nilai yang dinyatakan dengan uang dalam satuan rupiah (Rp). Biaya yang diperlukan merupakan suatu pengorbanan yang perlu dan dapat diperkirakan, dimana biaya yang digunakan dapat dipastikan pada saat pelaksanaannya, dan dapat diukur serta harus dapat dihitung jumlahnya dan dinyatakan dalam bentuk uang pada waktu penghitungan. Mulyadi (2007), mengemukakan bahwa biaya merupakan pengorbanan yang diukur dengan satuan uang yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Ada dua jenis biaya pada Industri tahu Mekar yaitu biaya variabel (variable cost) dan biaya tetap (fixed cost). C.2.1 Biaya Variabel (Variabel Cost) Biaya variabel (variable cost) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya yang habis terpakai dalam satu kali siklus produksi pada Industri Tahu Mekar. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya
variabel per unit konstan
tetapi semakin besar volume kegiatan semakin besar pula biaya totalnya, sebaliknya semakin kecil biaya volume kegiatan, semakin kecil pula biaya totalnya. Biaya variabel (VC) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya yang habis terpakai dalam satu kali proses produksi. Selanjutnya penggunaan biaya variabel pada Industri Tahu mekar, dapat dilihat pada tabel 2.
43
Tabel 2. Biaya Variabel yang digunakan Industri Tahu Mekar di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau No. 1 2. 3. 4. 5. 6 7. 8.
Komponen biaya Kedelai Impor Kedelai Lokal Cuka cair Kayu Bakar Bensin Upah Tenaga Kerja Sewa Listrik Biaya Telpon/sms
Jumlah Sumber: Data primer diolah, 2016
Biaya (Rp/Bln) 80.000.000 8.000.000 42.000 3.500.000 1.500.000 15.000.000 200.000 12.000 108.254.000
Proses produksi untuk menghasilkan output tidak terlepas dari biaya. Biaya usaha Industri Tahu Mekar merupakan biaya yang dikeluarkan oleh Industri dalam melakukan kegiatan usahanya atau biaya yang dikeluarkan Industri selama melakukan proses produksi. Sehingga besar kecilnya biaya yang dikeluarkan Industri Tahu Mekar mempengaruhi produksi tahu seperti biaya Kedelai impor, upah tenaga kerja, kedelai lokal, kayu bakar, bensin, cuka cair, biaya pemesanan, dan sewa listrik. Dari data Tabel diatas menunjukkan bahwa yang tertinggi dari pembuatan Tahu yang dilakukan Industri Tahu Mekar selama Satu Bulan sebesar Rp 80.000.000/bulan. Untuk pembelian bahan baku impor Sedangkan biaya terendah adalah pada biaya sms/telfon yang berkisar hanya sekitar Rp 12.000 dapat disimpulkan Biaya Variabel yang dikeluarkan oleh Industri Tahu Mekar di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau Rp. 108.254.000/bulan.
44
Dari jumlah biaya variabel yang digunakan Industri Tahu Mekar dengan jumlah keseluruan Rp 108.254.000/bulan digunakan untuk dua kali dalam proses pengeriman selama proses produksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 4. C.2.2. Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya tetap (FC) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya yang tidak habis dalam satu kali proses produksi, tetapi hanya mengalami penyesutan atau yang disebut sebagai biaya investasi seperti pengadaan peralatan. Untuk menunjak keberlangsungan industri pembuatan tahu. Biaya tetap dalam pembuatan usaha tahu pada Industri Tahu Mekar
diperhitungkan sebagai
penyusutan kerja dari alat-alat produksi yang digunakan dalam memproduksi tahu. Penyusutan dapat dihitung berdasarkan umur ekonomis dari alat-alat produksi. Untuk mengetahui nilai ekonomis dari masing-masing peralatan yang digunakan dalam pembuatan tahu pada Industri Tahu Mekar, maka di hitung nilai penyusutan dalam satu kali produksi. Penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus yaitu nilai awal dari peralatan dikurangi dengan nilai sisa kemudian dibagi dengan umur ekonomis dari peralatan tersebut. Nilai awal diperoleh dari biaya yang digunakan untuk membeli peralatan tersebut sedangkan umur ekonomis
dilihat
dari
lamanya
penggunaan
peralatan
tersebut
masih
menguntungkan. Untuk lebih jelasnya mengenai penyusutan biaya tetap dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
45
Tabel 3. Biaya Tetap yang Digunakan Industri Tahu Mekar di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Komponen Biaya
Mesin Penggiling Ember Tempat Tahu Tungku Baskom Besar Baskom Kecil Pisau Kain Penyaring Cetakan Tahu Timba Sepatu Air Ember Drum Drum Plastik Arko Bola lampu Terpal Keranjang Jumlah Sumber: Data primer diolah, 2016
Penyusutan (Rp/Bln) 187.500 810.000 187.500 24.000 36.000 1.500 15.750 225.000 13.500 150.000 30.000 25.000 15.000 4.200 15.000 108.000 1.847.950
Biaya tetap yang digunakan Industri tahu Mekar di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau terdapat 16 (enam belas ) komponen biaya yang digunakan Satu Bulan, dalam proses produksi tahu dari yang tertinggi samapai yang terendah biaya yang digunakan biaya mesin penggiling, ember tempat tahu, tungku, baskom besar, baskom kecil, pisau, kain penyaring, cetakan tahu, timba, sepatu air, ember drum, drum plastik, arko, bola lampu, terpal, dan keranjang. Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah biaya tetap pada Industri Tahu Mekar pada Satu Bulan yang paling tertinggi adalah ember tempat tahu dengan penyusutan sebesar Rp 810.000/bulan dan biaya yang paling rendah adalah pisau dengan penyusutan sebesar Rp. 1.500/bulan. Sedangkan jumlah keseluruan biaya
46
penyusutan Industri Tahu Mekar adalah sebesar Rp 1.847.950/bulan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 5. C.2.3. Biaya Total (Total Cost) Biaya total (total cost) adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya total yang digunakan Industri Tahu Mekar dalam Satu Bulan di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Biaya Total yang Digunakan Industri Tahu Mekar di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau Biaya Total Biaya Teta Biaya Variabel
Jumlah (Rp) 1.847.950 108.254.000 110.101.950
Total Sumber: Data primer diolah, 2016
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai total biaya tetap yang dikelurakan
oleh
Industri
Tahu
Mekar
dalam
Satu
Bulan,
sebesar
Rp 1.847.950/bulan dan nilai total biaya variabel dalam Satu Bulan sebesar Rp 108.254.000/bulan, dari kedua biaya tersebut yang tertinggi biaya variabel ini disebabkan karena jumlah pemesanan bahan baku kedelai yang lebih tinggi. Sehingga untuk mendapatkan total biaya dalam proses produksi tahu pada Industri Tahu Mekar, biaya tetap ditambah dengan biaya variabel sehingga jumlah dari biaya total yang digunakan dalam Rp. 110.101.950/bulan.
47
C.3. Penerimaan (Revenue) Kegiatan usaha yang dilakukan oleh seseorang akan menghasilkan suatu penerimaan yang diterima, dalam hal ini Industri Tahu Mekar. Penerimaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual yang telah disepakati bersama antara penjual dan pembeli Soeharjo dan Patong (1984) mengemukakan bahwa penerimaan adalah hasil penjualan produksi didalam usahatani ataupun diluar usahatani (perusahaan). Penerimaan yang diperoleh produsen dapat berupa penerimaan tunai dan non tunai. Tabel 5. Jumlah Produksi yang Digunakan Industri Tahu Mekar di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau Jumlah Hari
Satuan 90 Cetakan 5.760 Potong
2.700 Cetakan 172.800 Potong Sumber: Data primer diolah, 2016 Bulan
Harga/satuan (Rp)
Penerimaan -
1.000
5.760.000
1.000
172.800.000
Dari Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa Industri Tahu Mekar dalam satu hari produksi tahu yaitu sebanyak 90 cetakan masing-masing cetakan menghasilkan 64 potong tahu (10 x 10 cm/potong), dengan pemakaiaan bahan baku kedelai sebanyak 300 kg kedelai impor sebesar 266,67 kg, dan kedelai lokal 33.3 kg sehingga penggunaan bahan baku kedelai per bulan sebanyak 9.000 kg dengan jumlah produksi per hari Rp 5.760 potong dengan harga Rp 1.000/potong, sehingga penerimaan dalam satu Bulan proses produksi pada Industri Tahu Mekar sebesar Rp. 172.800.000/bulan.
48
C.4. Keuntungan Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya total produksi yang dikeluarkan Industri Tahu Mekar. Keuntungan yang diterima Industri Tahu Mekar dalam satu bulan sesuai jumlah laku tahu yang dibeli oleh konsuemen. Keuntungan yang diterima Industri Tahu Mekar tentunya telah dikurangi dengan semua biaya yang digunakan pada saat proses produksi tahu yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kartasapoetra (1988), bahwa keuntungan bersih suatu usaha menunjukkan imbalan yang diperoleh dari pengeluaran faktor-faktor produksi yang berupa tenaga kerja, pengelolaan, manajemen dan modal sendiri. Tabel 6. Keuntungan yang dihasilkan Industri Tahu Mekar di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau No. Uraian 1. Penerimaan 2. Biaya 3. Keuntungan Sumber: Data primer diolah, 2016
Jumlah (Rp) 172.800.000 110.101.950 62.698.050
Industri Tahu Mekar dalam proses produksi serta pemasaran tahu menghasilkan penerimaan dalam satu bulan Rp 172.800.000/bulan dalam proses ini penerimaan yang diterima cukup tinggi. Sedangkan total biaya yang digunakan cukup efisien. Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa penerimaan yang diperoleh Usaha Industri Tahu Mekar dalam satu Bulan
proses produksi yaitu sebesar
Rp 172.800.000/bulan sedangkan biaya total yang digunakan dalam satu Bulan
49
proses produksi sebesar Rp. 110.101.950/bulan. Dari kedua biaya tersebut yang meliliki jumlah tertinggi total penerimaan dibanding dengan biaya total yang digunakan pada Industri Tahu Mekar. Sehingga diketahui keuntungan yang diperoleh Industri Tahu Mekar dalam Satu Bulan sebesar Rp 62.698.050/bulan C.5. Analisis R/C Rasio R/C ratio merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah usaha Industri Tahu Mekar dalam Satu Bulan produksi di Kelurahan Liabuku
Kecamatan
Bungi
Kota
Bau-Bau
mengalami
kerugian,
impas, dan untung. Dengan cara membandingkan antara jumlah penerimaan (TR) dan jumlah total biaya (TC). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 7. Nilai R/C ratio Industri Tahu Mekar di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau No. 1.
Total Penerimaan (TR) 172.800.000
Total Biaya 110.101.950
Nilai R/C Rasio 1,56
Sumber: Data primer diolah, 2016 Dari
Tabel
7 diatas
bahwa
rata-rata
penerimaan
TR
sebesar
Rp 172.800.000/bulan dan rata-rata total biaya TC sebesar Rp 110.101.950/bulan yang memberikan nilai R/C ratio sebesar 1,56. Dengan demikian Usaha Industri Tahu Mekar di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau produktif atau menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Industri Tahu Mekar dilihat dari nilai R/C
yang layak di kembangkan
diperoleh dalam satu bulan dengan total penerimaan cukup besar, dan biaya total yang digunakan Industri Tahu Mekar cukup efisien, untuk memproduksi tahu yang dihasilkan. Industri Tahu Mekar dalam mempertahankan dan meningkatkan
50
keuntungan dan efisiensi sebaiknya Industri Tahu Mekar mempertahankan kualitas dan dapat meningkatkan kuantitasnya. Kartasapoetra (1988), mengemukakan bahwa apabila nilai R/C>1 maka usaha tersebut menguntungkan dan penggunaan biaya efisien ini menunjukkan bahwa dengan pengeluaran biaya sebesar Rp 110.640.611 pada Industri Tahu mekar menghasilkan nilai penerimaan atau revenue sebesar Rp. 172.800.000 atau setiap pengeluaran 1 satuan akan memberikan penerimaan sebesar R/C 1,56 satuan. Dengan demikian Usaha Industri Tahu Mekar di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau produktif atau menguntungkan dan layak untuk dikembangkan serta penggunaan biaya produksi efisien
51
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Keuntungan Usaha Pembuatan Tahu pada Industri Tahu Mekar di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau. sebesar Rp 62.698.050/bulan. 2. R/C rasio 1,56 maka usaha Industri Tahu Mekar ini menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. B. Saran Dari hasil penelitian, maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut. 1. Kepada Industri Tahu Mekar Diharapkan tetap mempertahankan keuntungan yang di peroleh dengan cara lebih memperhartikan persedian bahan baku agar mendapatkan hasil yang lebih optimal. 2. Kepada pemerintah diharapkan agar lebih memperhatikan industri kecil khususnya industri pengolahan tahu.
52
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P. & J. Sudantoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil. Rineka Cipta. Jakarta Agus, S. 1997. Hubungan Risiko Dan Tingkat Efisiensi. BPFE. Yogyakarta Argomedia, 2007. Peluang Bisnis Makanan dan Minuman. Agromedia Pustaka, Jakarta. Azis, Y. 2012. Harga Kedelai Melejit, Industri Tahu-Tempe Menjerit. Harian Radar Banjarmasin, Banjarmasin. Bappekab Sidoarjo. 2008. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Terpadu Usaha Kecil Menengah Dan Koperasi Kabupaten Sidoarjo. http://www.sidoarjokab.go.id. BPS, 2015. Kecamatan Bungi Dalam Angka 2015. BPS. Kota Bau-Bau __.2014 Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara, 2014. Kecamatan Bungi Dalam Angka 2015 Baubau. Budi, A. A. S. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja pada Industri Kecil Tahu di Kotamadya Bogor. Skripsi, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Bogor. Cahyadi, W., 2007. Kedelai: Khasiat dan Teknologi. Jakarta: Bumi Aksara. Haryoto, 1995. Tahu Tempe dan Kecap Kecipir. Kanisius, Yogyakarta. Husen dan Mowen. 2009. Akutansi Manajemen. Edisi 8. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Ibnu, F. 2004. Konsep Dasar Timbulnya Peningkatan Usaha. UI-Press. Jakarta. Irwan 2010.Analisis Skala Usaha dan Keuntungan Industri Tahu di Kota Banda Aceh. Kasyanto, W. 1987. Membuat Tahu. PT. Penebar Swadaya, Jakarta. Kasryno et. Al. 1985. Pemasaran Kedelai di Indonesi di dalam Soemaatmaja S et.al., (Ed). Kedelai. Bogor Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian pusat Penelitian dan pengembangan Tanaman Pangan.
53
Kertaatmaja, S. 2001.Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Biji Kedelai. Departemen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Kusnandar, F., 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta. Kaparang, G. 2015. Kajian Usahatani Padi Sawah Di Kelurahan Taratara Satu Kota Tomohon. Skripsi Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi. Manado. Lasena, R. K., Amir. H, dan Murtisari, A. 2013 Analisis Keuntungan Pengrajin Tahu (Studi kasus Industri Rumah Tangga di Kecamatan Telaga) Fakultas pertanian.Universitas Negeri Gorontalo. Lumintang, M. F. 2013. Analisis Pendapatan Petani Padi Di Desa Teep Kecamatan Langowan Timur. Jurnal EMBA, Vol.1, No.3, Hal. 991-998. Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia- Dalam Pembangunan. Penerbit PT.Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Perspektif
___, 2009. Akutansi Biaya. Edisi ke-5 Cetak Kesembilan. Penerbit UPP-STIM YKPN. Yogyakarta. Muslimin, L dan M, Ansar., 2010. Pengolahan dan Pemanfaatan Kedelai dan Ajaran Keterampilan Berbasis Teknologi Tepat Guna Jakarta: Direktorat jendral Pendidikan Non Formal dan Informal. Nwike M. C., dan Ugwumba C. O. A. 2015. Profitability of Rice Production in Aguata Agricultural Zone of Anambra State Nigeria: A Profit Function Approach. American Journal of Agricultural Science, Vol. 2, No. 2, Hal. 24-28. Pangadaheng, Yanti. 2012. Analisis Pendapatan Petani Kelapa di Kecamatan Saliabu Kabupaten Talaud. Skripsi, Universitas Sam Ratulangi Manado Padangaran, A. M. 2013. Analisis Kuantitatif Pembiayaan Perusahaan Pertanian. IPB Press. Bogor. Riwayadi, 2006. Akuntansi Biaya Andalas Universitas Press, Padang. Rukmana, 1996. Kedelai budidaya dan pascapanen. Kanisius, Yogyakarta. Santoso, 1993. Pembuatan Tempe Tahu Kedelai; Bahan Makanan Bergizi Tinggi Kanisius, Yogyakarta.
54
Santoso, W., Utami, P. dan Dumasari. 2009. Analisis Pendapatan dan Biaya Produksi Agroindustr Tahu di Desa Pandansari kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. Jurnal. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiayah Purworkerto Saleh, Y. 2014 Analisis Pendapatan Usaha Pengrajin Gula Aren di Desa Tulo’a Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango. Jurnal. Fakultas Pertanian. Universitas Negeri Gorontalo. Seto, S. 2001. Pangan dan Gizi : Ilmu Teknologi, Industri dan Perdagangan. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor Setiawati, N. K. P., I. K. Suamba, dan A. Wulandira SDJ. 2015. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Bersertifikat Organik (Kasus Kelompok Tani Gana Sari Kabupaten Badung). E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata, Vol.4, No.5, Hal. 355-364. Sinungan, Muchdarsyah 2003 Produktivitas apa dan bagaimana,Bumi Aksara. Jakarta. Simamora, 2000. Akuntansi : Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Jilid Satu. Salemba Empat. Jakrta Soekartawi. 1993. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta . 1996. Agribisnis, Teori iju8kdan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada Jakarta . ____, 2002. Teori Ekonomi Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soleh, M. 2003. Perbaikan Mutu dan Ketahanan Pangan Produk Olahan Hasil Industri Kecil Melalui Analisis Bahaya dan Penentuan Titik Kendali Dalam Buletin Teknologi Pangan dan Informasi Pertanian. Vol 6 Januari 2013. Sugianto, dkk. 2000. Akutansi Mikro. Salemba Empat. Jakarta. Sundari, M. T. 2011 Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Wortel di. Jurnal. Vol. 7 No.2 Pebruari 2011 : 119 – 126 Supartama, M., Antara M. dan Raud, R. A. 2013. Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Padi Sawah di Subak Baturiti Desa Balinggi Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu. Suprapti, M. L. 2005.Pembuatan Tahu. Kanisus Yogyakarta Supriyono, R.A, 2000. Akutansi Biaya: Perencanaan dan Pengendalian Biaya Serta Pembuatan Keputusan, Edisi Kedua, BPFE.Yogyakarta
55
Suratiyah,Ken. 2006.Ilmu Usahatani.Jakarta: Penebar Swadaya. ___, 2009. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya. Supriyono, R.A. 2007. Akutansi Biaya: Perencanaan dan Pengendalian Biaya Serta Pembuatan Keputusan, Edisi Kedua, BPFE. Yogyakarta. Soekartawi 2002. Analisis Usaha Tani. UI-Press. Jakarta. ___, Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta. Tuwo, A. 2011. Ilmu Usahatani: Teori dan Aplikasinya Menuju Sukses. Unhalu Press. Kendari. Umikalsum, R. A. 2014 Analisis Usaha Pembuatan Tempe Kedelai Skala Rumahtangga di Kelurahan Bukit Sangkat Kecamatan Kalidoni Kota Palembang. Jurnal Ilmiah AgrIBA No2 Edisi Maret Tahun 2014. Wiyono, T., dan Baks R. 2015. Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah Usahatani pada Industri Rumahtangga Wajianto di Desa Ogurandu kecamatan Bolano Lambunu Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu
56
57
Lampiran 1. RIWAYAT HIDUP
HASNAWATI SARFAN dilahirkan pada Tanggal 10 sepetember 1993 di Kota Ambon. Penulis adalah anak pertama dari Empat orang bersaudara dari pasangan Bapak Basri Sarfan dan Ibu Wa Emi Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh penulis yaitu pada Tahun 2000 masuk di SDN I Liabuku Kota Bau-Bau dan tamat pada Tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 9 Kota Bau-Bau, dan tamat pada Tahun 2009. Selanjutnya, pada Tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 5 Kota Bau-Bau Jurusan IPS, dan tamat pada Tahun 2012. Kemudian pada Tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan pada Perjuruan Tinggi Universitas Halu Oleo Kendari, Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis Konsentrasi Sosial Ekonomi Pertanian (SEP) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
58
Lampiran 2.
PETA LOKASI PENELITIAN
59
Lampiran 3
Kuesioner Penelitian
ANALISIS KEUNTUNGAN DAN KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN TAHU DI KELURAHAN LIABUKU KECAMATAN BUNGI KOTA BAU-BAU (Studi Kasus Pada Industri Tahu Mekar)
IDENTITAS RESPONDEN
Nama Pengrajin tahu
:
Tanggal Wawancara
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Pend. Terakhir
:
Pengalam Kerja
:
A. Biaya yang digunakan dalam Industri Tahu Mekar Luas lahan/petakan:…...ha a. Biaya variabel Uraian
Satuan (kg/ltr)
Harga (Rp/satuan)
Jumlah biaya variabel yang digunakan (a)
Jumlah (Rp)
60
b. Biaya tetap Uraian
Lama pemakaian (thn/bln)
Satuan (mtr/buah)
Harga beli (Rp/satuan)
Jumlah (Rp)
Jumlah biaya tetap yang digunakan (b) Total biaya yang digunakan dalam industri tahu mekar (a+b):………… B. Perhitungan Keuntungan dan Kelayakan Usaha Uraian
Satuan (kg)
Harga (Rp)
Jumlah (Rp)
Jumlah penerimaan Biaya total produksi Keuntungan R/C Ratio PERTANYAAN 1. Apakah industri tahu mekar adalah pekerjaan utama? 2. Sudah berapa tahun anda mendrikan industri tahu mekar? 3. Tahu yang anda buat berwarna apa saja? 4. Berapa penghasilan anda per bulan dari usaha pengrajin tahu anda? 5. Berapa biaya yang anda keluarkan dalam seminggu? 6. Berapa jumlah tahu yang anda hasilkan dalam sehari ? 7. Apakah dari hasil industri tahu yang anda hasilkan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari ? 8. Apakah ada biaya pajaknya? Jika ada berapa biaya tetap (pajak) yang anda keluarkan?
61
Lampiran 4 Biaya Variabel yang digunakan Industri Tahu Mekar di Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau, tahun 2016 Komponen Biaya Kedelai Impor Kedelai Lokal Cuka cair Kayu Bakar Bensin Upah Tenaga Kerja Sewa Listrik Biaya Pemesanan Jumlah
Jumlah
Satuan
Harga (Rp/Satuan)
Kelurahan
Biaya
8.000 8.000 7.000 350.000 10.000 3.000.000
(Rp) 80.000.000 8.000.000 42.000 3.500.000 1.500.000 15.000.000
1
200.00
200.000
3
3.300
12.000 108.254.000
10.000 1.000 6 10 150 5
Kg Kg Btl Ret Liter Org
Sumber: Data primer diolah, 2016
62
Lampiran 5. Biaya Tetap yang Digunakan Industri Tahu Mekar Di Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi Kota Bau-Bau, 2016 Komponen Biaya
Jumlah
Harga (Rp/unit)
Total Nilai Awal (Rp)
Total Harga Akhir (Rp)
Lama Pakai (Rp/Bln)
Penyusutan (Rp/Bln)
Mesin Penggiling
2
2.500.000
5.000.000
4.500.000
24
187.500
Ember Tempt Tahu
30
30.000
900.000
810.000
1
810.000
Tungku
2
2.500.000
5.000.000
4.500.000
24
187.500
Baskom Besar
2
40.000
80.000
72.000
3
24.000
Baskom Kecil
24
10.000
240.000
216.000
6
36.000
Pisau
2
10.000
20.000
18.000
12
1.500
Kain Penyaring
1
35.000
35.000
3.500
2
15.750
Cetakan Tahu
6
500.000
3.000.000
2.700.000
12
225.000
Timba
2
15.000
30.000
27.000
2
13.500
Sepatu Air
5
100.000
500.000
450.000
3
150.000
Ember Drum
4
100.000
400.000
360.000
12
30.000
Drum Plastik
4
250.000
1.000.000
900.000
36
25.000
Argo
1
400.000
400.000
360.000
24
15.000
12
4.200 15.000
Bola Lampu
2
28.000
56.000
50.400
Terpal
1
200.000
200.000
180.000
12
Keranjang
24
30.000 6.748.000
720.000 17.581.000
648.000
6
15.822.900
Jumlah
sumber Data Primer diolah 2016
108.000 1.847.950
63
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian DOKUMENTASI PENELITIAN
1. Industri Tahu Mekar
2. Pemilik Industri tahu Mekar
3. Penyiapan Bahan Baku
4. Proses Pencucian kedelai
64
5. Kedelai digiling menjadi bubur kedelai 6. Proses pemasakan kedelai
7.Perendaman menggunakan asam cuka
8. Penyaringan kedelai menjadi tahu
65
9. Setelah disaring tahu dicetak
11. Tahu siap dipasarkan
10. Pemotongan tahu