ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT ELEMEN DESAIN KEMASAN SUSU PASTEURISASI FAPET
RIO ARDIAN I34060273
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ABSTRACT RIO ARDIAN. CONSUMER SATISFACTION ANALYSIS TOWARDS PACKAGE DESIGN ELEMENT ATTRIBUTE OF FAPET PASTEURIZE MILK. Guidance by ANNA FATCHIYA. Packaging is one of the marketing communication tools and it also can be used as promotion media for product. The interested package is combination of various packaging design element attribute such as package design anatomy, graphic system, special color, typography, and legal aspect that to be at one to get attention from consumer. Packaging of agriculture product, for example FaPet Pasteurize milk which produced by PT D-Farm Agriprima, still lose looks and need to developed in order to increasing product sale. To achieve that, PT D-Farm Agriprima needs to pay attention for its consumer satisfaction by developing strategy of package design. Intention of this research are to analyze consumer satisfaction level of package design of FaPet Pasteurize milk and to formulating repairs strategy of FaPet Pasteurize milk package design based on attribute of package design element. Research began at April until May 2010. This research applies descriptive analysis, Customer Satisfaction Index (CSI), and Importance Performance Analysis (IPA). Based on research, consumer has satisfied with FaPet Pasteurize milk package design, but PT D-Farm Agriprima needs to increase consumer satisfaction by repairing several attribute of package design element such as inclusion explanation of net product, inclusion production code and expired date, clearly font writing on package of product, inclusion of “Halal” label and product register number those has performance level under the consumer’s expectation. Keywords: consumer satisfaction, developing strategy of package design, descriptive analysis, CSI, and IPA
RINGKASAN RIO ARDIAN. ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT ELEMEN DESAIN KEMASAN SUSU PASTEURISASI FAPET. Di bawah bimbingan ANNA FATCHIYA.
Kemasan adalah salah satu aspek penting dalam pemasaran produk. Kemasan juga dapat menjadi media promosi bagi produk. Promosi melalui kemasan merupakan bentuk komunikasi pemasaran yang dapat dilakukan oleh perusahaan dan merupakan salah satu faktor penting dalam mewujudkan tujuan suatu perusahaan yaitu agar konsumen bersedia menjadi pelanggan produk tersebut. Kemasan yang menarik merupakan kombinasi antara berbagai atribut elemen desain kemasan yang terdiri atas anatomi desain kemasan, sistem grafis, warna khas, ilustrasi, tipografi dan aspek legal yang saling bersinergi untuk menarik perhatian konsumen melalui kemasan. Terkait dengan hal ini, tidak semua produsen suatu produk dapat menciptakan desain kemasan yang menarik bagi konsumen, contohnya produsen pada skala mikro yang memproduksi produk dalam skala kecil. Minimnya kreatifitas dalam merancang desain kemasan produk yang merupakan salah satu bagian dari desain komunikasi visual, menjadi salah satu penyebabnya. Kemasan pada produk hasil olahan pertanian sebagai salah satu contohnya, produk hasil olahan pertanian yang dihasilkan oleh produsen dari kelompok Usaha Kecil dan Menengah (UKM) kurang memperhatikan desain kemasan dari produk tersebut sehingga konsumen kurang mengetahui keunggulan-keunggulan dari produk hasil olahan pertanian yang dihasilkan. Produk-produk hasil olahan pertanian yang kini mulai digemari oleh konsumen diharapkan dapat dikemas dengan semenarik mungkin seperti yang dilakukan oleh industri besar pada produk tersebut agar timbulnya keingintahuan dan ketertarikan dari konsumen untuk mencoba dan memutuskan untuk melakukan pembelian produk tersebut sehingga dapat mempengaruhi peningkatan pangsa pasar dan keberadaan produk tersebut. Hal inilah yang sebaiknya dilakukan oleh produsen produk pertanian olahan yang termasuk dalam perusahaan pada skala usaha kecil dan menengah (UKM). Salah satu contohnya adalah PT D-Farm Agriprima yang merupakan perusahaan yang berada di bawah pengawasan Unit Pengolahan Susu Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. PT D-Farm Agriprima memproduksi berbagai macam produk hasil peternakan, seperti susu pasteurisasi, yogurt, puding susu dan sebagainya. Produk susu pasteurisasi produksi PT D-Farm Agriprima yaitu Susu Pasteurisasi FaPet adalah produk unggulan yang cukup terkenal di kalangan masyarakat. Cita rasa susu pasteurisasi yang dapat disandingkan dengan produk serupa yang diproduksi oleh industri besar sudah diakui kelezatannya oleh konsumen produk tersebut. Namun, kemasan produk Susu Pasteurisasi FaPet masih belum dapat disandingkan dengan kemasan produk serupa yang dihasilkan oleh produsen dalam skala industri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepuasan konsumen terhadap atribut elemen desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet dan merumuskan strategi alternatif untuk memperbaiki desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet. Berdasarkan hasil perhitungan analisis tingkat kepuasan konsumen terhadap
kinerja atribut elemen desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet dengan menggunakan alat analisis Costumer Satisfaction Index (CSI), terdapat 33,5 persen kepuasan konsumen yang belum terpenuhi oleh kinerja atribut elemen desain kemasan Susu pasteurisasi FaPet sehingga perlu dilakukan pengembangan kinerja atribut elemen desain kemasan. Pengembangan perlu dilakukan terhadap atribut elemen desain kemasan yang memiliki tingkat kinerja yang rendah sedangkan kepentingan konsumen terhadap atribut tersebut tinggi. Atribut yang harus dikembangkanberdasarkan Importance Performance Analysis (IPA) yaitu atribut pencantuman keterangan netto produk, pencantuman kode produksi dan tanggal kadaluarsa, penulisan huruf pada kemasan dapat dibaca dengan jelas, pencantuman label ”Halal” dan pencantuman nomor pendaftaran produk dari BPOM. Atribut yang perlu dipertahankan oleh PT D-Farm Agriprima karena memiliki tingkat kinerja yang tinggi dan telah dapat memuaskan kepentingan konsumen adalah atribut nama produk pada kemasan, adanya logo produk, adanya keterangan macam-macam rasa produk, pencantuman komposisi produk, adanya informasi cara penyimpanan produk, adanya alamat produsen, dan pencantuman alamat lengkap tempat produksi produk. Adanya beberapa atribut elemen desain kemasan yang perlu dikembangkan pada kemasan Susu Pasteurisasi FaPet dimaksudkan agar konsumen lebih tertarik terhadap desain kemasan produk dan dapat dijadikan strategi produsen untuk mendesain kemasan sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen dalam rangka meningkatkan penjualan Susu Pasteurisasi FaPet.
ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT ELEMEN DESAIN KEMASAN SUSU PASTEURISASI FAPET
RIO ARDIAN I34060273
SKRIPSI Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama : Rio Ardian NRP : I34060273 Judul : Analisis Kepuasan Konsumen terhadap Atribut Elemen Desain Kemasan Susu Pasteurisasi FaPet Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Anna Fatchiya, M.Si NIP: 19681121 199702 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP: 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus Ujian : ________________
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT ELEMEN DESAIN KEMASAN SUSU PASTEURISASI FAPET” BELUM PERNAH DIAJUKAN DAN DITULIS PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN, SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN
HASIL
KARYA
SAYA
SENDIRI
DAN
TIDAK
MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK ATAU LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH TERTULIS INI.
Bogor, Juni 2010
RIO ARDIAN I34060273
RIWAYAT HIDUP Rio Ardian (penulis) dilahirkan di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, pada tanggal 29 Juli 1988. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Hedi Narman dan Ibu Sofiarti Adnan. Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan di SMA 1 Padang pada tahun 2006. Penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) pada tahun 2006 melalui jalur SPMB dan pada tahun 2007 penulis diterima masuk di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti pendidikan di Fakultas Ekologi Manusia, penulis aktif dalam beberapa organisasi kampus diantaranya Koran Kampus IPB periode 20062008, kemudian tergabung dalam Paduan Suara Mahasiswa AGRIASWARA dan HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat) periode 2007-2009. Penulis juga pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah Komunikasi Bisnis selama empat. Selain itu, penulis juga aktif dalam Paguyuban Mojang Jajaka Kota Bogor sebagai Duta Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kepuasan Konsumen terhadap Atribut Elemen Desain Kemasan Susu Pasteurisasi FaPet”. Penulisan skripsi ini merupakan syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Ir. Anna Fatchiya, M.Si sebagai dosen pembimbing studi pustaka, atas bimbingan, waktu, koreksi, pemikiran serta sarannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 2. Ir. Yatri Kusumastuti, MS yang telah mempercayakan penulis untuk menjadi asisten M.K. Komunikasi Bisnis sehingga penulis dapat menemukan ide-ide baru dalam penulisan studi pustaka ini. 3. Dr. Rarah R. A. Maheswari, DEA selaku penanggung jawab Unit Usaha Pengolahan Susu yang telah mengijinkan penulis untuk meneliti desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet. 4. Joni Setiawan, S.Pt selaku Direktur PT D-Farm Agriprima dan Eka Rahmawati, S.Pt selaku Finance Officer yang telah mengijinkan penulis untuk meneliti desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet. 5. Pihak Agrimart dan Three R Fitness yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di lokasi tersebut. 6. Kedua orang tua Mama Sofiarti Adnan, Papa Hedi Narman tercinta dan adikku Tsaniya Novista tersayang yang selalu setia menemani dengan doa, kasih sayang, perhatian, semangat dan motivasi yang begitu besar. 7. Teman-teman KPM 43 yang telah memberikan dukungan dan kerjasamanya selama ini. 8. Teman-teman Mojang Jajaka Kota Bogor untuk semua keceriaan yang kalian berikan. 9. Teman-teman Wisma Windi yang selalu memberikan semangat kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. 10. Semua pihak yang telah memberikan dorongan, do’a, semangat, bantuan dan kerjasamanya selama ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukannya. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak terkait. Bogor, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..........................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
1
1.1.
Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2.
Perumusan Masalah .......................................................................
3
1.3.
Tujuan Penelitian ...........................................................................
4
1.4.
Kegunaan Penelitian ......................................................................
4
BAB II PENDEKATAN TEORITIS .............................................................
5
2.1.
Tinjauan Pustaka ............................................................................
5
2.1.1. Komunikasi Pemasaran ..................................................................
5
2.1.2. Desain Komunikasi Visual Kemasan.............................................
7
2.1.3. Elemen Desain Kemasan ...............................................................
9
2.1.4. Usaha Kecil dan Menengah ........................................................... 11 2.1.5. Perilaku Konsumen ........................................................................ 11 2.1.6. Kepuasan Konsumen ..................................................................... 12 2.1.7. Keputusan Pembelian..................................................................... 13 2.1.8. Hasil Penelitian tentang Analisis Kepuasan Konsumen terhadap Atribut Elemen Desain Kemasan .................................... 15 2.2. Kerangka Pemikiran........................................................................ 16 2.3. Definisi Operasional ....................................................................... 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 24 3.1.
Metode Penelitian ........................................................................... 24
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 24
3.3.
Metode Penentuan Responden ........................................................ 24
3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 25 3.5.
Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................... 26
3.6. Analisis Deskriptif .......................................................................... 26 3.7.
Importance Performance Analysis (IPA)........................................ 26
3.8.
Customer Satisfaction Index (CSI) ................................................. 29
BAB VI GAMBARAN UMUM PENELITIAN............................................ 31 4.1.
PT D-Farm Agriprima..................................................................... 31
4.2. Desain Kemasan Susu Pasteurisasi FaPet ....................................... 32 4.3. Karakteristik Konsumen ................................................................. 34 BAB V TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN ........................................... 37 BAB VI STRATEGI DAN ALTERNATIF PENGEMBANGAN DESAIN KEMASAN ..................................................................................... 40 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 59 7.1. Kesimpulan ..................................................................................... 59 7.2.
Saran ............................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 61 LAMPIRAN ................................................................................................... 63
ABSTRACT RIO ARDIAN. CONSUMER SATISFACTION ANALYSIS TOWARDS PACKAGE DESIGN ELEMENT ATTRIBUTE OF FAPET PASTEURIZE MILK. Guidance by ANNA FATCHIYA. Packaging is one of the marketing communication tools and it also can be used as promotion media for product. The interested package is combination of various packaging design element attribute such as package design anatomy, graphic system, special color, typography, and legal aspect that to be at one to get attention from consumer. Packaging of agriculture product, for example FaPet Pasteurize milk which produced by PT D-Farm Agriprima, still lose looks and need to developed in order to increasing product sale. To achieve that, PT D-Farm Agriprima needs to pay attention for its consumer satisfaction by developing strategy of package design. Intention of this research are to analyze consumer satisfaction level of package design of FaPet Pasteurize milk and to formulating repairs strategy of FaPet Pasteurize milk package design based on attribute of package design element. Research began at April until May 2010. This research applies descriptive analysis, Customer Satisfaction Index (CSI), and Importance Performance Analysis (IPA). Based on research, consumer has satisfied with FaPet Pasteurize milk package design, but PT D-Farm Agriprima needs to increase consumer satisfaction by repairing several attribute of package design element such as inclusion explanation of net product, inclusion production code and expired date, clearly font writing on package of product, inclusion of “Halal” label and product register number those has performance level under the consumer’s expectation. Keywords: consumer satisfaction, developing strategy of package design, descriptive analysis, CSI, and IPA
RINGKASAN RIO ARDIAN. ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT ELEMEN DESAIN KEMASAN SUSU PASTEURISASI FAPET. Di bawah bimbingan ANNA FATCHIYA. Kemasan adalah salah satu aspek penting dalam pemasaran produk. Kemasan juga dapat menjadi media promosi bagi produk. Promosi melalui kemasan merupakan bentuk komunikasi pemasaran yang dapat dilakukan oleh perusahaan dan merupakan salah satu faktor penting dalam mewujudkan tujuan suatu perusahaan yaitu agar konsumen bersedia menjadi pelanggan produk tersebut. Kemasan yang menarik merupakan kombinasi antara berbagai atribut elemen desain kemasan yang terdiri atas anatomi desain kemasan, sistem grafis, warna khas, ilustrasi, tipografi dan aspek legal yang saling bersinergi untuk menarik perhatian konsumen melalui kemasan. Terkait dengan hal ini, tidak semua produsen suatu produk dapat menciptakan desain kemasan yang menarik bagi konsumen, contohnya produsen pada skala mikro yang memproduksi produk dalam skala kecil. Minimnya kreatifitas dalam merancang desain kemasan produk yang merupakan salah satu bagian dari desain komunikasi visual, menjadi salah satu penyebabnya. Kemasan pada produk hasil olahan pertanian sebagai salah satu contohnya, produk hasil olahan pertanian yang dihasilkan oleh produsen dari kelompok Usaha Kecil dan Menengah (UKM) kurang memperhatikan desain kemasan dari produk tersebut sehingga konsumen kurang mengetahui keunggulan-keunggulan dari produk hasil olahan pertanian yang dihasilkan. Produk-produk hasil olahan pertanian yang kini mulai digemari oleh konsumen diharapkan dapat dikemas dengan semenarik mungkin seperti yang dilakukan oleh industri besar pada produk tersebut agar timbulnya keingintahuan dan ketertarikan dari konsumen untuk mencoba dan memutuskan untuk melakukan pembelian produk tersebut sehingga dapat mempengaruhi peningkatan pangsa pasar dan keberadaan produk tersebut. Hal inilah yang sebaiknya dilakukan oleh produsen produk pertanian olahan yang termasuk dalam perusahaan pada skala usaha kecil dan menengah (UKM). Salah satu contohnya adalah PT D-Farm Agriprima yang merupakan perusahaan yang berada di bawah pengawasan Unit Pengolahan Susu Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. PT D-Farm Agriprima memproduksi berbagai macam produk hasil peternakan, seperti susu pasteurisasi, yogurt, puding susu dan sebagainya. Produk susu pasteurisasi produksi PT D-Farm Agriprima yaitu Susu Pasteurisasi FaPet adalah produk unggulan yang cukup terkenal di kalangan masyarakat. Cita rasa susu pasteurisasi yang dapat disandingkan dengan produk serupa yang diproduksi oleh industri besar sudah diakui kelezatannya oleh konsumen produk tersebut. Namun, kemasan produk Susu Pasteurisasi FaPet masih belum dapat disandingkan dengan kemasan produk serupa yang dihasilkan oleh produsen dalam skala industri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepuasan konsumen terhadap atribut elemen desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet dan merumuskan strategi alternatif untuk memperbaiki desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet. Berdasarkan hasil perhitungan analisis tingkat kepuasan konsumen terhadap kinerja atribut elemen desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet dengan
menggunakan alat analisis Costumer Satisfaction Index (CSI), terdapat 33,5 persen kepuasan konsumen yang belum terpenuhi oleh kinerja atribut elemen desain kemasan Susu pasteurisasi FaPet sehingga perlu dilakukan pengembangan kinerja atribut elemen desain kemasan. Pengembangan perlu dilakukan terhadap atribut elemen desain kemasan yang memiliki tingkat kinerja yang rendah sedangkan kepentingan konsumen terhadap atribut tersebut tinggi. Atribut yang harus dikembangkanberdasarkan Importance Performance Analysis (IPA) yaitu atribut pencantuman keterangan netto produk, pencantuman kode produksi dan tanggal kadaluarsa, penulisan huruf pada kemasan dapat dibaca dengan jelas, pencantuman label ”Halal” dan pencantuman nomor pendaftaran produk dari BPOM. Atribut yang perlu dipertahankan oleh PT D-Farm Agriprima karena memiliki tingkat kinerja yang tinggi dan telah dapat memuaskan kepentingan konsumen adalah atribut nama produk pada kemasan, adanya logo produk, adanya keterangan macam-macam rasa produk, pencantuman komposisi produk, adanya informasi cara penyimpanan produk, adanya alamat produsen, dan pencantuman alamat lengkap tempat produksi produk. Adanya beberapa atribut elemen desain kemasan yang perlu dikembangkan pada kemasan Susu Pasteurisasi FaPet dimaksudkan agar konsumen lebih tertarik terhadap desain kemasan produk dan dapat dijadikan strategi produsen untuk mendesain kemasan sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen dalam rangka meningkatkan penjualan Susu Pasteurisasi FaPet.
ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT ELEMEN DESAIN KEMASAN SUSU PASTEURISASI FAPET
RIO ARDIAN I34060273
SKRIPSI Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama : Rio Ardian NRP : I34060273 Judul : Analisis Kepuasan Konsumen terhadap Atribut Elemen Desain Kemasan Susu Pasteurisasi FaPet Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Anna Fatchiya, M.Si NIP: 19681121 199702 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP: 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus Ujian : ________________
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT ELEMEN DESAIN KEMASAN SUSU PASTEURISASI FAPET” BELUM PERNAH DIAJUKAN DAN DITULIS PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN, SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN
HASIL
KARYA
SAYA
SENDIRI
DAN
TIDAK
MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK ATAU LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH TERTULIS INI.
Bogor, Juni 2010
RIO ARDIAN I34060273
RIWAYAT HIDUP Rio Ardian (penulis) dilahirkan di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, pada tanggal 29 Juli 1988. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Hedi Narman dan Ibu Sofiarti Adnan. Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan di SMA 1 Padang pada tahun 2006. Penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) pada tahun 2006 melalui jalur SPMB dan pada tahun 2007 penulis diterima masuk di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti pendidikan di Fakultas Ekologi Manusia, penulis aktif dalam beberapa organisasi kampus diantaranya Koran Kampus IPB periode 20062008, kemudian tergabung dalam Paduan Suara Mahasiswa AGRIASWARA dan HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat) periode 2007-2009. Penulis juga pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah Komunikasi Bisnis selama empat. Selain itu, penulis juga aktif dalam Paguyuban Mojang Jajaka Kota Bogor sebagai Duta Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kepuasan Konsumen terhadap Atribut Elemen Desain Kemasan Susu Pasteurisasi FaPet”. Penulisan skripsi ini merupakan syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengkaji kepuasan konsumen terhadap atribut elemen desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet dan merumuskan strategi dan alternatif pengembangan desain kemasan produk Susu Pasteurisasi FaPet berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja atribut elemen desain kemasan. Semoga skripsi ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dan menjadi pertimbangan bagi PT D-Farm Agriprima untuk mengembangkan desain kemasan produk Susu Pasteurisasi FaPet. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukannya. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.
Bogor, Juni 2010
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penyelesaian penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Ir. Anna Fatchiya, M.Si sebagai dosen pembimbing studi pustaka, atas bimbingan, waktu, koreksi, pemikiran serta sarannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 2. Ir. Yatri Kusumastuti, MS yang telah mempercayakan penulis untuk menjadi asisten M.K. Komunikasi Bisnis sehingga penulis dapat menemukan ide-ide baru dalam penulisan studi pustaka ini. 3. Ratri Virianita, S.Sos, M.Si yang telah bersedia menjadi dosen penguji Komisi Pendidikan Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. 4. PT D-Farm Agriprima, Agrimart dan Three R Fitness yang telah mengijinkan penulis untuk meneliti desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet. 5. Kedua orang tua Mama Sofiarti Adnan, Papa Hedi Narman tercinta dan adikku Tsaniya Novista tersayang yang selalu setia menemani dengan doa, kasih sayang, perhatian, semangat dan motivasi yang begitu besar. 6. Bian Badtasmalya Apriansyah atas dukungan dan semangatnya selama penulis melakukan penelitian. 7. The Pukis Tia Oktaviani, Irena Anggita, Nadia Miranda, Suzyant Yuanita, dan Dea Dessianayanthi yang selalu memberikan perhatian. 8. Muhammad Irfan Abdullah dan Rizman Gumilang teman sebimbingan yang selalu memberikan nasehat dan masukan selama penyelesaian skripsi. 9. Teman-teman KPM 43 yang telah memberikan dukungan dan kerjasamanya selama ini.
10. Haris Fadhila yang telah membantu dalam penyelesaian metode IPA-CSI dan selalu memberikan semangat kepada penulis. 11. Teman-teman Mojang Jajaka Kota Bogor Tigor, Cindy, Nurul, Sarita, Yudis dan Dhita untuk semua keceriaan yang kalian berikan. 12. Teman-teman Wisma Windi (Weni, Mitha, Jengok, Dina, Kunti dan Anggi) yang selalu memberikan semangat kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. 13. Teman-teman seperjuangan Sofyan Zuhri, Adiyat Yori Rambe, Yona Shylena, Firza Maudi, Caresza Irfanti, Rininda Yuliana dan Putri Ayu Ningsih. 14. Teman-taman Asisten Komunikasi Bisnis Adis, Angel, Prima, Andris, Ika, Nana, Wulan, Utut, Isma dan Geidy. 15. Teman-teman KKS Eki, Velly, Ray, Venny dan Gatot yang selalu memberikan semangat meskipun by phone. 16. Semua pihak yang telah memberikan dorongan, do’a, semangat, bantuan dan kerjasamanya selama ini. Semoga Allah SWT dapat membalas segala masukan, motivasi dan bantuan dalam bentuk apapun dengan yang lebih baik. Amiin.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..........................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
1
1.1.
Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2.
Perumusan Masalah .......................................................................
3
1.3.
Tujuan Penelitian ...........................................................................
4
1.4.
Kegunaan Penelitian ......................................................................
4
BAB II PENDEKATAN TEORITIS .............................................................
5
2.1.
Tinjauan Pustaka ............................................................................
5
2.1.1. Komunikasi Pemasaran ..................................................................
5
2.1.2. Desain Komunikasi Visual Kemasan.............................................
7
2.1.3. Elemen Desain Kemasan ...............................................................
9
2.1.4. Usaha Kecil dan Menengah ........................................................... 11 2.1.5. Perilaku Konsumen ........................................................................ 11 2.1.6. Kepuasan Konsumen ..................................................................... 12 2.1.7. Keputusan Pembelian..................................................................... 13 2.1.8. Hasil Penelitian tentang Analisis Kepuasan Konsumen terhadap Atribut Elemen Desain Kemasan .................................... 15 2.2. Kerangka Pemikiran........................................................................ 16 2.3. Definisi Operasional ....................................................................... 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 24 3.1.
Metode Penelitian ........................................................................... 24
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 24
3.3.
Metode Penentuan Responden ........................................................ 24
3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 25 3.5.
Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................... 26
3.6. Analisis Deskriptif .......................................................................... 26 3.7.
Importance Performance Analysis (IPA)........................................ 26
3.8.
Customer Satisfaction Index (CSI) ................................................. 29
BAB VI GAMBARAN UMUM PENELITIAN............................................ 31 4.1.
PT D-Farm Agriprima..................................................................... 31
4.2. Desain Kemasan Susu Pasteurisasi FaPet ....................................... 32 4.3. Karakteristik Konsumen ................................................................. 34 BAB V TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN ........................................... 37 BAB VI STARTEGI DAN ALTERNATIF PENGEMBANGAN DESAIN KEMASAN ..................................................................................... 40 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 59 7.1. Kesimpulan ..................................................................................... 59 7.2.
Saran ............................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 61 LAMPIRAN ................................................................................................... 63
DAFTAR TABEL Halaman 1. Karakteristik Konsumen Susu Pastuerisasi FaPet... .................................... 35 2. Perhitungan Costumer Satisfaction Index (CSI) Atribut Elemen Desain Kemasan Susu Pasteurisasi FaPet .. ................................................ 38 3. Persentase Nilai Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja pada atribut Elemen Desain Kemasan Susu Pasteurisasi FaPet.. ........................ 41 4. Rataan Penilaian Tingkat Kepentingan dan tingkat Kinerja pada Atribut Elemen Desain Kemasan Susu Pasteurisasi FaPet ......................... 42
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Model Perilaku Konsumen (Engel, dkk, 1994)... ......................................... 12 2. Tingkat Kepuasan Konsumen (Engel, dkk, 1994).. ...................................... 13 3. Kerangka Pemikiran Penelitian.. .................................................................. 18 4. Diagram Kartesius Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja .................... 28 5. Desain Kemasan Susu Pasteuriasi FaPet Ukuran 120 ml Cup ..................... 33 6. Diagram Kartesius Atribut Elemen Desain Kemasan Susu Pasteurisasi FaPet ......................................................................................... 43
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Dokumentasi Perubahan Desain Kemasan Susu Pasteurisasi FaPet ukuran cup 120 ml... ......................................................................... 64 2. Dokumentasi Alat dan Mesin Pengolahan Susu Pasteurisasi FaPet ........................................................................................................... 65 3. Nilai Rataan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja.. .......................... 66
1
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Kebutuhan
konsumen
terhadap
produk-produk
yang
berkualitas
menjadikan persaingan antar perusahaan semakin ketat dalam lingkungan bisnis yang terus berkembang. Perusahaan harus dapat memasarkan barang atau jasa yang diproduksi kepada konsumen agar dapat bertahan dan bersaing dengan perusahaan lain. Produk yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen agar produk dapat bersaing di pasaran. Menurut Kotler dan Armstrong (2001), kualitas produk merupakan senjata strategis yang potensial untuk mengalahkan pesaing, hanya perusahaan dengan kualitas produk paling baik yang akan tumbuh dengan pesat, dan dalam jangka panjang perusahaan tersebut akan lebih berhasil dari perusahaan yang lain. Sejumlah pakar berpendapat bahwa selain 4P (product, price, place, promotion) sebagai elemen penting dalam prinsip pemasaran, masih terdapat “packaging” yang seharusnya juga menjadi elemen pemasaran kelima (Cenadi, 1999). Semakin banyaknya produk yang bersaing pada komoditi yang sama membuat produsen semakin menyadari bahwa kemasan bukan lagi sekedar membungkus dan melindungi produk. Hal ini memaksa produsen berpikir bahwa selain untuk menarik perhatian konsumen, kemasan mempunyai kekuatan untuk menjelaskan produk dan membantu meningkatkan penjualan. Kemasan memberi nilai tersendiri terhadap sebuah produk. Kemasan produk memiliki peranan tidak hanya melindungi dan menjadi wadah produk, tetapi juga dapat menjadi media penyampaian pesan baik promosi maupun informasi dari produsen kepada konsumen. Kemasan dapat dikatakan sebagai salah satu aspek yang penting dalam pemasaran produk karena dengan melihat kemasan suatu produk, konsumen yang semula tidak tertarik terhadap suatu produk bisa berubah fikiran dan menjadi tertarik pada produk tersebut. Kemasan juga dapat menjadi media promosi bagi produk. Promosi melalui kemasan merupakan bentuk komunikasi pemasaran yang
2
dapat dilakukan oleh perusahaan dan merupakan salah satu faktor penting dalam mewujudkan tujuan suatu perusahaan yaitu agar konsumen bersedia menjadi pelanggan produk tersebut. Kemasan yang menarik merupakan kombinasi antara
berbagai atribut elemen desain kemasan yang terdiri atas anatomi desain kemasan, sistem grafis, warna khas, ilustrasi, tipografi dan aspek legal yang saling bersinergi untuk menarik perhatian konsumen melalui kemasan. Terkait dengan hal ini, tidak semua produsen suatu produk dapat menciptakan desain kemasan yang menarik bagi konsumen, contohnya produsen pada skala mikro. Produsen berskala mikro yang memproduksi produk dalam skala kecil masih memiliki keterbatasan kemampuan dalam mengahadapi era globalisasi yang berorentasi pada mekanisme pasar bebas. Ketidakmampuan produsen untuk menghadapi pasar global timbul karena lemahnya akses terhadap informasi tentang perilaku konsumen. Menurut Engel, dkk. (1994), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlihat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini. Hal ini menyebabkan suatu produk harus dapat menarik minat konsumen untuk menggunakan ataupun menikmati produk tersebut. Minimnya kreatifitas dalam merancang desain kemasan produk yang merupakan salah satu bagian dari desain komunikasi visual, menjadi salah satu penyebabnya. Desain kemasan yang dikembangkan oleh industri besar memiliki banyak keunggulan untuk dapat diadaptasi oleh industri kecil dan menengah. Keunggulan itu ditunjang oleh riset yang memadai untuk dapat menghasilkan desin yang menarik. Industri kecil dan menengah memiliki peluang untuk dapat bersaing di pasar global dengan melakukan peningkatan kualitas desain kemasan produknya. Peluang berkompetisi ini kurang dapat dimanfaatkan sehingga kemasan produk industri kecil dan menengah seringkali dianggap kurang berkualitas. Kemasan pada produk hasil olahan pertanian sebagai salah satu contohnya, produk hasil olahan pertanian yang dihasilkan oleh produsen dari kelompok Usaha Kecil dan Menengah (UKM) kurang memperhatikan desain kemasan dari produk tersebut sehingga konsumen kurang mengetahui keunggulan-keunggulan dari produk hasil olahan pertanian yang mereka hasilkan. Produk-produk hasil olahan pertanian yang kini mulai digemari oleh konsumen diharapkan dapat dikemas dengan
3
semenarik mungkin seperti yang dilakukan oleh industri besar pada produknya agar timbul keingintahuan dan ketertarikan dari konsumen untuk mencoba dan memutuskan untuk melakukan pembelian produk tersebut sehingga dapat mempengaruhi peningkatan pangsa pasar dan keberadaan produk tersebut (Lakoro, 2006). Hal inilah yang sebaiknya dilakukan oleh produsen produk pertanian olahan yang termasuk dalam usaha kecil dan menengah (UKM), salah satu contohnya adalah PT D-Farm Agriprima yang merupakan perusahaan yang berada dibawah pengawasan Unit Pengolahan Susu Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. PT D-Farm Agriprima memproduksi berbagai macam produk hasil peternakan, seperti susu pasteurisasi, yogurt, pudding susu dan lain sebagainya. Produk susu pasteurisasi produksi PT D-Farm Agriprima, yaitu Susu Pasteurisasi FaPet adalah produk unggulan yang cukup terkenal di kalangan masyarakat Kota Bogor, khususnya di lingkar kampus IPB Darmaga. Cita rasa susu pasteurisasi yang dapat disandingkan dengan produk serupa yang diproduksi oleh industri besar sudah diakui kelezatannya oleh konsumen produk tersebut. Namun, kemasan produk Susu Pasteurisasi FaPet ini masih belum dapat disandingkan dengan kemasan produk serupa yang dihasilkan oleh produsen dalam skala industri. Adanya beberapa aspek yang perlu diperbaiki dalam desain kemasan produk Susu Pasteurisasi FaPet ini dimaksudkan agar konsumen lebih tertarik terhadap desain kemasan dan dapat dijadikan strategi produsen untuk mendesain kemasan sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumennya dalam rangka meningkatkan penjualan produk tersebut. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, perumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah tingkat kepuasan konsumen terhadap atribut elemen desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet? 2. Bagaimanakah strategi dan alternatif pengembangan desain kemasan produk Susu Pasteurisasi FaPet berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja atribut elemen desain kemasan?
4
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengkaji kepuasan konsumen terhadap atribut elemen desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet. 2. Merumuskan strategi dan alternatif pengembangan desain kemasan produk Susu Pasteurisasi FaPet berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja atribut elemen desain kemasan. 1.4 Kegunaan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti dan berbagai pihak lain. a. Bagi Perusahaan Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi PT D-Farm Agriprima untuk mengevaluasi desain kemasan produk Susu Pasteurisasi FaPet yang beredar di pasaran dan mendesain kembali desain kemasan Susus Pateurisasi FaPet agar dapat sesuai dengan keinginan konsumen. b. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menjabarkan bagaimana desain kemasan Susu Pateurisasi FaPet berdasarkan atribut elemen desain kemasan dan strategi yang dapat dilakukan untuk mendesain kemasan berdasarkan atribut elemen desain kemasan sehingga dapat dijadikan topik penulisan penelitian selanjutnya bagi kalangan akademisi, sekaligus dapat dijadikan sebagai literatur bagi penulisan ilmiah yang berkaitan.
5
BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1
Komunikasi Pemasaran Menurut Iskandar (2009), komunikasi pemasaran disebut juga bauran
promosi yang merupakan alat efektif untuk berkomunikasi dengan para pelanggan (baik konsumen atau perantara). Perusahaan memerlukan suatu komunikasi dengan para konsumen dalam memasarkan produknya, karena dengan adanya komunikasi maka konsumen dapat mengetahui produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Komunikasi yang berasal dari perusahaan terjadi dalam bentuk promosi dan segala komunikasi pemasarannya artinya perusahaan tersebut berusaha mengkomunikasikan produk perusahaannya kepada masyarakat luas. Kotler dalam Kusumastuti (2009) mengartikan komunikasi pemasaran sebagai usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik, terutama konsumen sasaran, mengenai keberadaan suatu produk di pasar. Konsep yang sering digunakan untuk menyampaikan pesan dikenal dengan bauran promosi (promotional mix). Terdapat lima jenis teknik yang dimaksud dengan bauran promosi, yaitu iklan (advertising), penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (public relations and publicity), dan pemasaran langsung (direct selling). Menurut Kusumastuti (2009) hubungan antara pemasaran dengan komunikasi sangatlah erat, sehingga sebagian pelaku bisnis menganggap komunikasi adalah pemasaran dan pemasaran adalah komunikasi. Keduanya tampak tak dapat dipisahkan satu sama lain. Hal ini disebabkan karena komunikasi dan pemasaran memegang peranan sangat penting bagi dunia bisnis. Tanpa komunikasi dalam pemasaran, masyarakat khususnya konsumen tidak akan mengetahui keberadaan suatu produk. Peran komunikasi dalam transaksi pertukaran dengan terjadi proses komunikasi langsung maupun tidak langsung. Beberapa peran komunikasi dalam transaksi pertukaran adalah sebagai berikut: 1. Memberi informasi dan membuat konsumen menyadari keberadaan produk yang ditawarkan. Melalui komunikasi pemasaran konsumen
6
potensial dibujuk agar berhasrat masuk ke dalam hubungan pertukaran (exchange relationship). 2. Mengingatkan
konsumen
tentang
keberadaan
produk.
Konsumen
diingatkan bahwa produk yang sejak dulu dikenal masih tetap ada dan hingga saat ini masih tersedia di pasaran. Sebuah perusahaan akan bertahan karena adanya konsumen, mencari dan mendapatkan konsumen bukanlah hal yang mudah. Oleh karenanya, konsumen yang telah diperoleh perlu terus dipertahankan. 3. Membujuk konsumen (pelanggan) dan konsumen potensial untuk melakukan pembelian. Pesan-pesan yang disampaikan bersifat persuasif, yaitu membujuk mereka untuk melakukan tindakan pembelian. 4. Menunjukkan perbedaan (differentiating) produk yang ditawarkan oleh perusahaan dengan perusahaan lain. Diferensiasi produk berkaitan erat dengan product positioning. Diferensiasi produk lebih menekankan perbedaan pada produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan secara fisik dan komposisi kandungan dari produk lainnya. Dalam Product positioning, produk yang ditawarkan sebenarnya tidak jauh berbeda secara fisik dan komposisi dari produk sejenis lainnya. Pemasar membedakannya dengan menanamkan persepsi tertentu kepada konsumen, seolah-olah produk yang ditawarkan memang berbeda dari produk lainnya. 5. Menghantarkan nilai-nilai sosial pada masyarakat. Berdasarkan konsep periklanan, suatu iklan akan menarik bila menampilkan daya tarik (appeal) tertentu, sesuai batas-batas nilai moral yang berkembang dalam masyarakat. Sajian iklan yang melebihi batas yang dianut biasanya akan menuai hujatan. Peran ini perlu menjadi perhatian karena menyangkut penerimaan masyarakat terhadap produk tersebut. Konsumen akan menolak produk yang diiklankan bila menyinggung perasaan sosial mereka, bahkan bila hal tersebut hanya menyangkut soal nama, gambar atau logo sekalipun. Perlu diingat bahwa selain kepuasan terhadap materi iklan ada pula kepuasan yang tidak nyata yang sifatnya psikologis. Kepuasan psikologis ini berkaitan dengan keserasian antara produk yang dikonsumsi dengan nilai-nilai yang dianut.
7
2.1.2
Desain Komunikasi Visual Kemasan Menurut Cenadi (1999), desain komunikasi visual adalah desain yang
mengkomunikasikan informasi dan pesan yang ditampilkan secara visual untuk mempengaruhi pengamat agar memberikan respon positif kepada pesan visual tersebut. Perancang komunikasi visual berusaha untuk mempengaruhi sekelompok pengamat. Para perancang tersebut berusaha agar kebanyakan orang dalam target group (sasaran) tersebut memberikan respon positif kepada pesan visual tersebut. Oleh karena itu, desain komunikasi visual harus komunikatif, dapat dikenal, dibaca, dan dimengerti oleh target group tersebut. Desain komunikasi visual mempunyai tiga fungsi dasar, yaitu: 1. Desain komunikasi visual sebagai sarana identifikasi Identitas dapat mencerminkan kualitas suatu produk dan agar mudah dikenali, baik oleh produsennya maupun konsumennya. Seseorang akan lebih mudah untuk membeli suatu produk dengan menyebutka merek X ukuran Y atau kita akan membeli suatu produk merek X karena logonya berkesan bening, bersih, dan ”sehat”. 2. Desain komunikasi visual sebagai sarana informasi dan instruksi Desain komunikasi visual bertujuan untuk menunjukkan hubungan antara suatu hal dengan hal yang lain dalam petunjuk, arah, posisi dan skala contohnya peta, diagram, simbol dan penunjuk arah. Informasi akan berguna apabila dikomunikasikan kepada orang yang tepat, pada waktu dan tempat yang tepat, dalam bentuk yang dapat dimengerti, dan dipresentasikan secara logis dan konsisten. Desain komunikasi visual harus bersifat universal agar dapat dimengerti oleh orang dari berbagai latar belakang dan kalangan. 3. Desain komunikasi visual sebagai presentasi dan promosi Gambar dan kata-kata yang mempunyai satu makna, mengesankan, bersifat persuasif dan menarik digunakan untuk menyamakan pesan, mendapatkan perhatian (atensi) dari mata (secara visual) dan membuat pesan tersebut dapat diingat karena tujuan akhirnya adalah menjual suatu produk atau jasa. Menurut Cenadi (2000), salah satu contoh desain komunikasi visual adalah kemasan produk. Kemasan dapat didefinisikan sebagai seluruh kegiatan
8
merancang dan memproduksi wadah atau bungkus atau kemasan suatu produk. Kemasan meliputi tiga hal, yaitu merek, kemasan dan label. Ada tiga alasan utama suatu produk harus dikemas. Pertama, kemasan dapat melindungi keamanan dan manfaat dari produk selama proses pendistribusian dari produsen ke konsumen. Kedua, kemasan dapat dijadikan salah satu program pemasaran sehingga identifikasi produk menjadi lebih efektif dan dapat mencegah pertukaran oleh produk pesaing. Ketiga, kemasan dapat meningkatkan laba perusahaan karena selain dapat menarik perhatian konsumen, kemasan juga dapat mengurangi kerusakan barang dan kemudahan dalam pengiriman. Kemasan suatu produk harus direncanakan dan dipersiapkan sebaik mungkin karena produk dalam kategori yang sama akan diletakkan pada rak yang sama. Produk baru dapat eksis dan tidak “tenggelam” dalam pasar apabila produsen membuat kemasan produk tersebut “stands out” karena konsumen akan menangkap pesan yang dikomunikasikan oleh kemasan sebelum mencoba produk tersebut (Cenadi, 2000). Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi desain kemasan suatu produk, antara lain: 1. Stands out (Menonjol) Kemasan harus dapat menonjol karena harus bersaing dengan berpuluh-puluh produk lainnya dalam kategori yang sama di tempat penjualan. Kemasan yang tidak atau kurang menonjol akan kehilangan fungsinya dalam bersaing dengan produk lain dalam kategori yang sama. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah pemilihan warna yang cermat karena konsumen melihat warna jauh lebih cepat daripada bentuk atau rupa dan warnalah yang pertama kali terlihat bila produk berada di tempat penjualan. Pemakaian warna terang yang telihat dari jarak jauh akan memiliki daya tarik yang cukup baik bagi produk tersebut. 2. Contents (Isi) Kemasan harus dapat memberikan informasi tentang isi kemasan dan apa yang terkandung dalam produk. 3. Distinctive (Unik) Secara keseluruhan desain kemasan harus unik dan berbeda dengan produk pesaing.
9
4. Suitable (Sesuai) Desain kemasan harus sesuai dengan produk yang dikemas, contohnya kemasan botol untuk produk cair. Daya tarik kemasan dibutuhkan agar peran kemasan sebagai penyampai pesan secara kasat mata (visual communication) dapat terlaksana dengan baik. Daya tarik pada kemasan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu daya tarik visual (estetika) yang mengacu pada penampilan kemasan yang mencakup unsur-unsur grafis yang dikombinasikan untuk menciptakan suatu kesan untuk memberikan daya tarik visual secara optimal dan daya tarik praktis (fungsional). Hal ini merupakan efektivitas dan efisiensi suatu kemasan yang ditujukan kepada konsumen maupun distributor, misalnya untuk kemudahan penyimpanan atau pemajangan produk (Cenadi, 2000). Kemasan merupakan kesan singkat dari citra produk yang ingin disampaikan oleh pabrik, dan kemasan tersebut haruslah terpadu dengan fungsi produk. Kemasan tersebut harus menunjukkan identitas sebuah produk. Dalam banyak hal kemasan menggambarkan merek di mata konsumen, dan bila orang mengingat merek tersebut mereka membayangkan kemasan tersebut (Natadjaja, 2002). 2.1.3 Elemen Desain Kemasan Desain kemasan suatu produk memiliki aspek pengemasan yang baik dapat dikaji dari elemen desain kemasan. Menurut Lakoro (2006), terdapat unit analisa dalam elemen desain kemasan yaitu: a. Anatomi Desain Kemasan Anatomi desain kemasan memiliki beberapa bagian yang tetap dalam tata letaknya. Bagian utama adalah berupa brand name, yang berada di bagian depan kemasan. Bagian ini selalu menjadi bagian pengenal utama dari sebuah merek karena mencantumkan nama produk secara jelas. Semua produk yang beredar dan bersaing di pasaran berusaha menampilkan bagian ini seunik mungkin untuk memudahkan konsumen mengingat produknya. Bagian belakang seringkali berisi informasi pelengkap yang dipersyaratkan untuk dicantumkan pada kemasan misalnya bahan (ingredients), argumen produk, fakta mengenai kandungan nutrisi, cara penyajian dan petunjuk penyimpanan
10
bahkan mencoba varian produk lainnya. Informasi di bagian ini menjadi syarat yang ditetapkan Departemen Perindustrian dan Perdagangan. b. Sistem Grafis Sistem dari suatu kemasan makanan dapat dibangun dengan menetapkan konstanta dan variabel dari setiap jenis produk tersebut. Gambar dan warna banyak digunakan untuk menyatakan sebuah sistem grafis. Selain itu, ukuran juga dimanfaatkan untuk membangun sistem tersebut. c. Warna Khas Warna mempunyai kemampuan memberikan kesan lewat indera visual, sekaligus membangun kekuatan brand di bawah sadar. Bila kita meningat warna merah dengan bentuk huruf M warna kuning emas maka segera terbayang brand sebuah restoran cepat saji. Palet warna yang sudah kuat diingat konsumen akan menampilkan citra produk di benak konsumen. d. Ilustrasi Ilustrasi digunakan untuk mengefektifkan penampilan desain kemasan. Cara memunculkan ilustrasi sangat beragam, baik dari tekniknya maupun gaya visual yang digunakan. Ilustrasi seringkali juga digunakan untuk menyatakan rasa dari setiap varian produk. Bentuk ilustrasi yang umum digunakan dalam kemasan makanan adalah fotografi untuk representasi produk, penggunaan karakter atau kartun, penggunaan gambar-gambar yang ikonik, bentuk-bentuk geometris dan bentuk-bentuk platis. Elemen ilustrasi yang digambarkan dengan 1-2 spot warna biasanya menggunakan pewarnaan dengan kontras yang tinggi sehingga gambar dapat dilihat dengan jelas. e. Tipografi Elemen tipografi merupakan identifikasi produk yang kuat. Perannya sebagai elemen baca sekaligus elemen rupa sangat memungkinkan tipografi menghadirkan informasi penting yang mempunyai dampak visual bagi produk. Pemanfaatan tipografi dapat berangkat dari nama produk, karakteristiknya dan citra yang ingin dimunculkan dari nama tersebut. f. Aspek legal Desain kemasan memiliki beberapa aspek yang sangat berhubungan dengan legalitas produk konsumsi masyarakat. Pencantuman nomor pendaftaran
11
produk pada BPOM Republik Indonesia adalah peraturan yang sangat ketat diberlakukan di dunia ritel Indonesia. Pencantuman logo halal juga mejadi peraturan yang mengikat untuk menyatakan pada publik bahwa makanan tersebut halal menurut syariat Islam. 2.1.4
Usaha Kecil dan Menengah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah sebuah istilah yang mengacu
ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.” Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut: 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,00 (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (Satu Milyar Rupiah) 3. Milik Warga Negara Indonesia 4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar 5. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak memiliki badan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Di Indonesia, jumlah UKM hingga 2005 mencapai 42,4 juta unit lebih. Pemerintah Indonesia membina UKM melalui Dinas Koperasi dan UKM, di masing-masing Propinsi atau Kabupaten/Kota. 2.1.5
Perilaku Konsumen Menurut Sumarwan (2003) perilaku konsumen adalah tindakan yang
langsung terlihat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini. Terdapat tiga peubah yang mempengaruhi perilaku konsumen diantaranya:
12
1. Pengaruh lingkungan, yaitu budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga, dan situasi. 2. Pengaruh perbedaan individu, yaitu motivasi dan keterlibatan, sumber daya konsumen, pemahaman, sikap, kepribadian, nilai, dan gaya hidup. 3. Proses psikologis, yaitu proses informasi, pembelajaran, perubahan sikap, dan perilaku. Hubungan ketiga faktor tersebut dengan proses keputusan konsumen dan implikasinya dalam strategi pemasaran dapat dijabarkan dalam Gambar 1.
Pengaruh Lingkungan Keluarga, Kelas Sosial, Budaya dan Situasi
Perbedaan Individu Sumber Daya Konsumen, Motivasi dan Keterlibatan, Pengetahuan, Sikap, Kepribadian dan Gaya Hidup
Proses Keputusan Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif
Proses Psikologi Pengolahan Informasi, Pembelajaran, Perubahan Sikap dan Perilaku
Strategi Pemasaran Produk, Harga, Promosi dan Tempat
Gambar 1. Model Perilaku Konsumen (Engel, dkk, 1994) 2.1.6
Kepuasan Konsumen Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul
setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja atau hasil yang diharapkan. Jika kinerja berada di bawah harapan, maka konsumen tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, maka konsumen puas. Jika kinerja melebihi harapan, maka konsumen amat puas atau senang (Kotler, 2005). Menurut Engel, dkk. (1994), kepuasan konsumen merupakan evaluasi setelah pembelian dilakukan, dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melebihi harapan konsumen, sedangkan ketidakpuasan konsumen muncul apabila hasil tidak memenuhi harapan. Menurut Sumarwan (2003), dalam memenuhi kepuasan konsumen, suatu usaha harus menganalisis dari proses pembelian, yaitu dari tahap pra pembelian
13
sampai tahap pembelian. Pada tahap ini konsumen mencari informasi mengenai produk atau jasa dan merek yang akan dibeli, berhubungan dengan toko, mencari produk dan transaksi. Setelah konsumen membeli atau memperoleh produk atau jasa, biasanya akan diikuti dengan proses konsumsi atau penggunaan produk atau jasa. Setelah proses di atas dilakukan, maka yang terakhir adalah proses pasca pembelian, dimana konsumen akan melakukan proses evaluasi terhadap konsumsi yang telah dilakukan, apakah konsumen akan puas atau tidak dengan produk atau jasa yang dikonsumsinya. Apabila konsumen puas terhadap produk atau jasa yang dikonsumsinya, maka konsumen akan mengkonsumsi ulang produk tersebut, sehingga konsumen akan loyal terhadap merek produk atau jasa yang dikonsumsinya. Penjelasan mengenai tingkat kepuasan konsumen dijabarkan dalam Gambar 2.
Tujuan Perusahaan Kebutuhan dan Keinginan Produk
Nilai Produk bagi konsumen
Harapan Konsumen Terhadap Produk
Tingkat Kepuasan Konsumen
Gambar 2. Tingkat Kepuasan Konsumen (Engel, dkk, 1994) 2.1.7
Keputusan Pembelian Pengertian keputusan pembelian, menurut Kotler dan Armstrong (2001)
adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan. Menurut Kotler (2005) model pengambilan keputusan konsumen mempunyai anggapan bahwa para konsumen melakukan lima tahap dalam melakukan pembelian, yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi
14
alternatif, keputusan pembelian dan perilaku setelah pembelian. Kelima tahap tersebut tidak selalu terjadi, khususnya dalam pembelian yang tidak memerlukan keterlibatan yang tinggi dalam pembelian. Para konsumen dapat melewati beberapa tahap dan urutannya tidak sesuai. a. Pengenalan masalah Proses membeli dengan pengenalan masalah atau kebutuhan pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dan keadaan yang diinginkanya. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli atau dari luar. Misalnya kebutuhan orang normal adalah haus dan lapar akan meningkat hingga mencapai suatu ambang rangsang dan berubah menjadi suatu dorongan berdasarkan pengalaman yang sudah ada. Seseorang telah belajar bagaimana mengatasi dorongan itu dan dia didorong kearah satu jenis objek yang diketahui akan memuaskan dorongan itu. b. Pencarian informasi Konsumen mungkin tidak berusaha secara aktif dalam mencari informasi sehubungan dengan kebutuhannya. Seberapa jauh orang tersebut mencari informasi tergantung pada kuat lemahnya dorongan kebutuhan, banyaknya informasi yang dimiliki, kemudahan memperoleh informasi, tambahan dan kepuasan yang diperoleh dari kegiatan mencari informasi. Biasanya jumlah kegiatan mencari informasi meningkat tatkala konsumen bergerak dari keputusan situasi pemecahan masalah yang terbatas kepemecahan masalah yang maksimal. c. Evaluasi alternatif Informasi yang didapat dari calon pembeli digunakan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai alternatif-alternatif yang dihadapinya dan daya tarik masing-masing alternatif. Produsen harus berusaha memahami cara konsumen mengenal informasi yang diperolehnya dan sampai pada sikap tertentu mengenai produk merek dan keputusan untuk membeli. d. Keputusan pembelian Produsen harus memahami bahwa konsumen mempunyai cara sendiri dalam menangani informasi yang diperolehnya dengan membatasi alternatif-
15
alternatif yang harus dipilih atau dievaluasi untuk menentukan produk mana yang akan dibeli. e. Perilaku setelah pembelian Apabila barang yang dibeli tidak memberikan kepuasan yang diharapkan, maka pembeli akan merubah sikapnya terhadap merek barang tersebut menjadi sikap negatif, bahkan mungkin akan menolak dari daftar pilihan. Sebaliknya bila konsumen mendapat kepuasan dari barang yang dibelinya maka keinginan untuk membeli terhadap merek barang tersebut cenderung untuk menjadi lebih kuat. Produsen harus mengurangi perasaan tidak senang atau perasaan negatif terhadap suatu produk dengan cara membantu konsumen menemukan informasi yang membenarkan pilihan konsumen melalui komunikasi yang diarahkan pada orang-orang yang baru saja membeli produknya. 2.1.8
Hasil Penelitian tentang Analisis Kepuasan Konsumen terhadap Atribut Produk. Penelitian tentang analisis kepuasan konsumen terhadap atribut suatu
produk telah banyak dilakukan dengan alat analisis Customer Satisfaction Index (CSI) dan Importance Performance Analysis (IPA). Muharastri (2008) meneliti kepuasan konsumen produk susu UHT kemasan bantal merek Real Good di Kota Bogor. Analisis CSI memberikan hasil bahwa perusahaan memuaskan 59,11 persen dari harapan konsumen. Atribut yang harus diprioritaskan perbaikan kinerjanya berdasarkan metode IPA adalah atribut kejelasan label halal, kejelasan izin BPOM, kejelasan tanggal kadaluarsa atribut harga yang dinilai konsumen lebih mahal daripada produk susu kemasan bantal lainnya. Harnasari (2009) meneliti tentang proses keputusan pembelian dan kepuasan konsumen Cimory Yogurt Drink di Cimory Shop Bogor. Hasil analisis tingkat kepentingan dan kinerja menunjukkan atribut yang memiliki peringkat kinerja tertinggi adalah pilihan rasa (3,20). Atribut yang memiliki peringkat kinerja terendah adalah volume (2,76). Hasil kuadran IPA menunjukkan bahwa tidak ada atribut yang memiliki prioritas tinggi untuk segera diperbaiki oleh perusahaan. Atribut yang memiliki prioritas rendah untuk diperbaiki adalah rasa asam yogurt, kekentalan minuman, kemasan, volume, dan harga. Atribut yang
16
perlu dipertahankan adalah pilihan rasa, kandungan nutrisi dan informasi produk (label halal, izin BPOM dan tanggal kadaluarsa). Perusahaan juga perlu mempertimbangkan tindakan untuk atribut yang dinilai memiliki kinerja berlebihan yaitu atribut aroma dan merek. Hasil CSI menunjukkan nilai kepuasan pelanggan adalah sebesar 74,23 persen dan berada pada kriteria puas. Kepuasan per atribut tertinggi dimiliki oleh atribut informasi pada produk (8,5 %) dan kepuasan atribut terendah dimiliki oleh atribut volume (6,62 %). Yofa (2010) meneliti tentang proses keputusan dan kepuasan konsumen dalam pembelian produk Susu Sehat dengan sampel mahasiswa strata satu Institut Pertanian Bogor. Hasil dari analisis IPA menunjukkan bahwa terdapat satu atribut yang harus menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan kinerjanya, yaitu atribut kandungan bahan pengawet. Berdasarkan hasil analisis CSI secara keseluruhan konsumen merasa puas terhadap kinerja atribut-atribut Susu Sehat dengan nilai CSI sebesar 79.21 persen. Wardhana (2010) meneliti tentang kepuasan konsumen produk minuman nata de coco dengan merek Es Campur produksi PT Amico di Bekasi. Hasil analisis CSI menunjukkan bahwa secara keseluruhan 58.6 persen kinerja atribut cukup memuaskan konsumen. Atribut yang mempengaruhi tingkat kepuasan tertinggi adalah atribut desain kemasan, kemudahan memperoleh produk, kejelasan tanggal kadaluarsa, harga, mutu dan kualitas, kandungan bahan pengawet, dan aroma. Atribut-atribut tersebut harus mendapatkan perhatian lebih dibandingkan atribut lainnya. Hal tersebut dilihat berdasarkan peringkat rata-rata skor kepentingan terbesar pada hasil analisis CSI. Berdasarkan hasil IPA, atribut yang harus diprioritaskan perbaikan kinerjanya adaah atribut kandungan bahan pengawet, kemudahan memperoleh produk, mutu dan kualitas serta gizi, vitamin dan serat. 2.1.9
Kerangka Pemikiran Desain kemasan yang indah dan penyampaian informasi dengan daya tarik
tinggi yang terdapat pada kemasan menjadi suatu kebutuhan bagi PT D-Farm Agriprima sebagai produsen produk Susu Pasteurisasi FaPet agar produknya dapat bersaing dengan produk merek lain. Produk Susu Pasteurisasi FaPet memiliki kesan sehat dan baik bagi kesehatan sehingga dibutuhkan pemasaran yang baik
17
agar konsumen dapat mengetahui lebih jauh tentang produk ini. Desain komunikasi visual dalam hal ini kemasan harus dapat menyampaikan pesan tersebut dan membuat konsumen tertarik dan menjadi pelanggan setia dari produk pertanian olahan tersebut. Kemasan produk Susu Pasteurisasi FaPet dirasakan kurang menarik dibandingkan dengan kemasan produk Susu Pasteurisasi merek lain. Kemasan produk Susu Pasteurisasi FaPet penting untuk terus diperbaiki karena persaingan yang cukup ketat dengan produk Susu Pasteurisasi merek lain yang sudah memiliki kemasan yang baik dan menarik. Desain kemasan produk Susu Pasteurisasi FaPet harus direncanakan dan dipersiapkan sebaik mungkin karena produk Susu Pasteurisasi FaPet akan besaing dengan produk Susu Pasteurisasi merek lain dalam kategori sama yang diletakkan pada tempat penjualan yang sama. Produk Susu Pasteurisasi FaPet dapat eksis ataupun “tenggelam” dalam pasar sehingga produsen harus membuat kemasannya “stands out” karena sebelum mencoba isinya, konsumen akan menangkap pesan yang dikomunikasikan oleh kemasan. Produsen produk Susu Pasteurisasi FaPet perlu memperhatikan keunggulan desain kemasan yang dikembangkan oleh produk susu pasteurisasi yang dihasilkan oleh industri besar dan dapat mengadaptasinya. Keunggulan tersebut ditunjang oleh riset yang memadai untuk mendapatkan desain yang menarik. Desain kemasan yang akan diuji pada penelitian ini memiliki aspek pengemasan yang dikaji dari elemen desain yang bersifat visual, seperti anatomi desain kemasan, sistem grafis, warna khas, ilustrasi, tipografi dan aspek legal. Desain kemasan yang baik adalah desain yang dapat memberikan kepuasan kepada konsumen agar tertarik pada kemasan dan memutuskan untuk membeli ataupun mengkonsumsi produk tersebut. Atribut elemen desain kemasan yang mempengaruhi kepuasan konsumen akan menjadi salah satu sumber informasi bagi produsen untuk strategi mengembangkan desain kemasan produk. Strategi dan alternatif perbaikan diperlukan agar tingkat kinerja desain kemasan sesuai dengan tingkat kepentingan yang diharapkan oleh konsumen (Gambar 3).
18 Tingkat Kepuasan Konsumen Susu Pasteurisasi FaPet
Atribut Elemen Desain: a. Anatomi Desain Kemasan b. Sistem Grafis c. Warna Khas d. Ilustrasi e. Tipografi f. Aspek Legal
Tingkat Kinerja
Tingkat Kepentingan
Strategi Alternatif Perbaikan Desain Kemasan
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian 2.2
Definisi Operasional Definisi operasional yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut: a. Tingkat kepuasan konsumen adalah seberapa besar kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut elemen desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet. Kepuasan konsumen diukur dengan metode Customer Satisfaction Index (CSI) untuk mendapatkan perbandingan nilai tingkat kepentingan dan nilai tingkat kinerja setiap atribut dan keseluruhan atribut elemen desain kemasan yang menghasilkan indeks kepuasan pelanggan (konsumen). Customer Satisfaction Index (CSI) menggunakan rentang skala untuk menunjukkan tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk. Rentang skala kepuasan pelanggan berkisar antara 0 – 100 persen dengan pembagian sebagai berikut: a) 0% < CSI ≤ 25%
= sangat tidak puas
b) 25% < CSI ≤ 50%
= tidak puas
c) 50% < CSI ≤ 75%
= puas
d) 75% < CSI ≤ 100%
= sangat puas
19
b. Tingkat kepentingan adalah seberapa besar harapan atau kepentingan konsumen terhadap kinerja atribut. Tingkat kepentingan dalam penelitian ini diukur pada atribut-atribut elemen desain kemasan sebagai berikut: 1) Anatomi Desain Kemasan Tingkat kepentingan responden terhadap atribut bagian pengenal yang terdapat pada kemasan (nama produk, logo, informasi varian rasa produk, jumlah isi, komposisi, saran penyimpanan, saran penyajian, alamat produsen dan kode produksi). Tingkat kepentingan atribut anatomi desain kemasan bagi responden diukur dari jawaban responden atas pernyataan tentang kepentingan responden terhadap atribut anatomi desain kemasan. Skor atas pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: (a) jawaban sangat penting diberi skor 4; (b) jawaban penting diberi skor 3; (c) jawaban tidak penting diberi skor 2; (d) jawaban sangat tidak penting diberi skor 1. 2) Sistem Grafis Tingkat kepentingan responden terhadap komposisi warna, gambar dan bentuk ukuran yang menyusun kemasan produk. Tingkat kepentingan atribut sistem grafis bagi responden diukur diukur dari jawaban responden atas pernyataan tentang kepentingan responden terhadap atribut sistem grafis. Skor atas pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: (a) jawaban sangat penting diberi skor 4; (b) jawaban penting diberi skor 3; (c) jawaban tidak penting diberi skor 2; (d) jawaban sangat tidak penting diberi skor 1. 3) Warna Khas Tingkat kepentingan responden terhadap warna spesifik yang digunakan pada kemasan untuk mewakili karakter dan identitas yang kuat pada kemasan. Tingkat kepentingan atribut warna khas bagi responden diukur diukur dari jawaban responden atas pernyataan tentang kepentingan responden terhadap atribut warna khas. Skor atas pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: (a) jawaban sangat penting diberi skor 4; (b) jawaban penting diberi skor 3; (c) jawaban tidak penting diberi skor 2; (d) jawaban sangat tidak penting diberi skor 1.
20
4) Ilustrasi Tingkat kepentingan responden terhadap penggunaan gambar pada kemasan untuk menimbulkan respon atau emosi dan merangsang imajinasi yang diharapkan dari responden. Tingkat kepentingan atribut ilustrasi bagi responden diukur diukur dari jawaban responden atas pernyataan tentang kepentingan responden terhadap atribut ilustrasi. Skor atas pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: (a) jawaban sangat penting diberi skor 4; (b) jawaban penting diberi skor 3; (c) jawaban tidak penting diberi skor 2; (d) jawaban sangat tidak penting diberi skor 1. 5) Tipografi Tingkat kepentingan responden terhadap keindahan visualisasi kata-kata dalam bentuk tulisan (huruf) yang terdapat pada kemasan. Tingkat kepentingan atribut tipografi bagi responden diukur diukur dari jawaban responden atas pernyataan tentang kepentingan responden terhadap atribut tipografi. Skor atas pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: (a) jawaban sangat penting diberi skor 4; (b) jawaban penting diberi skor 3; (c) jawaban tidak penting diberi skor 2; (d) jawaban sangat tidak penting diberi skor 1. 6) Aspek Legal Tingkat kepentingan responden terhadap pencantuman logo yang merupakan aspek yang sangat berhubungan dengan legalitas produk, seperti label halal, nomor pendaftaran dari Badan Pengawas Obat dan Makanan serta alamat lengkap produsen yang terdapat pada kemasan. Tingkat kepentingan atribut aspek legal bagi responden diukur diukur dari jawaban responden atas pernyataan tentang kepentingan responden terhadap atribut aspek legal. Skor atas pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: (a) jawaban sangat penting diberi skor 4; (b) jawaban penting diberi skor 3; (c) jawaban tidak penting diberi skor 2; (d) jawaban sangat tidak penting diberi skor 1. c. Tingkat kinerja adalah seberapa besar hasil kinerja atribut elemen desain kemasan. Tingkat kinerja dalam penelitian ini diukur pada atribut-atribut elemen desain kemasan sebagai berikut:
21
1) Anatomi Desain Kemasan Tingkat kinerja responden terhadap atribut bagian pengenal yang terdapat pada kemasan (nama produk, logo, informasi varian rasa produk, jumlah isi, komposisi, saran penyimpanan, saran penyajian, alamat produsen dan kode produksi). Tingkat kinerja atribut anatomi desain kemasan bagi responden diukur diukur dari jawaban responden atas pernyataan tentang kinerja atribut anatomi desain kemasan. Skor atas pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: (a) jawaban sangat baik diberi skor 4; (b) jawaban baik diberi skor 3; (c) jawaban tidak baik diberi skor 2; (d) jawaban sangat tidak baik diberi skor 1. 2) Sistem Grafis Tingkat kinerja responden terhadap komposisi warna, gambar dan bentuk ukuran yang menyusun kemasan produk. Tingkat kinerja atribut sistem grafis bagi responden diukur dari jawaban responden atas pernyataan tentang kinerja atribut sistem grafis. Skor atas pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: (a) jawaban sangat baik diberi skor 4; (b) jawaban baik diberi skor 3; (c) jawaban tidak baik diberi skor 2; (d) jawaban sangat tidak baik diberi skor 1. 3) Warna Khas Tingkat kinerja responden terhadap warna spesifik yang digunakan pada kemasan untuk mewakili karakter dan identitas yang kuat pada kemasan. Tingkat kinerja atribut warna khas bagi responden diukur dari jawaban responden atas pernyataan tentang kinerja atribut warna khas. Skor atas pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: (a) jawaban sangat baik diberi skor 4; (b) jawaban baik diberi skor 3; (c) jawaban tidak baik diberi skor 2; (d) jawaban sangat tidak baik diberi skor 1. 4) Ilustrasi Tingkat kinerja responden terhadap penggunaan gambar pada kemasan untuk menimbulkan respon atau emosi dan merangsang imajinasi yang diharapkan dari responden. Tingkat kinerja atribut ilustrasi bagi responden diukur dengan dari jawaban responden atas pernyataan tentang kinerja atribut ilustrasi. Skor atas pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: (a)
22
jawaban sangat baik diberi skor 4; (b) jawaban baik diberi skor 3; (c) jawaban tidak baik diberi skor 2; (d) jawaban sangat tidak baik diberi skor 1. 5) Tipografi Tingkat kinerja responden terhadap keindahan visualisasi kata-kata dalam bentuk tulisan (huruf) yang terdapat pada kemasan. Tingkat kinerja atribut tipografi bagi responden diukur dari jawaban responden atas pernyataan tentang kinerja atribut tipografi. Skor atas pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: (a) jawaban sangat baik diberi skor 4; (b) jawaban baik diberi skor 3; (c) jawaban tidak baik diberi skor 2; (d) jawaban sangat tidak baik diberi skor 1. 6) Aspek Legal Tingkat kinerja responden terhadap pencantuman logo yang merupakan aspek yang sangat berhubungan dengan legalitas produk, seperti label halal, nomor pendaftaran dari Badan Pengawas Obat dan Makanan serta alamat lengkap produsen yang terdapat pada kemasan. Tingkat kinerja atribut aspek legal bagi responden diukur dari jawaban responden atas pernyataan tentang kinerja atribut aspek legal. Skor atas pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: (a) jawaban sangat baik diberi skor 4; (b) jawaban baik diberi skor 3; (c) jawaban tidak baik diberi skor 2; (d) jawaban sangat tidak baik diberi skor 1. d. Strategi alternatif pengembangan desain kemasan adalah strategi alternatif untuk mengembangkan desain kemasan produk sesuai dengan kebutuhan konsumen berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja atribut-atribut elemen desain kemasan. Strategi didapatkan dengan menggunakan pembagian empat kuadran pada diagram kartesius Importance Performance Analysis (IPA) sebagai berikut: a) Kuadran I (Prioritas Utama) b) Kuadran II (Pertahankan Prestasi) c) Kuadran III (Prioritas Rendah) d) Kuadran IV (Berlebihan)
23
Setiap kuadran memiliki strategi alternatif untuk pengembangan masingmasing atribut elemen desain kemasan. e. Karakteristik Konsumen 1. Umur adalah usia responden pada saat penelitian dilakukan yang dihitung dari hari kelahiran yang dinyatakan dalam tahun. Data umur responden ini dibagi menjadi tiga kelas dengan perhitungan interval sebagai berikut: I=R k keterangan: i = besar interval kelas k = jumlah interval kelas R = range (data max – data min) 2. Jenis kelamin adalah jenis kelamin responden berdasarkan pernyataan responden tentang jenis kelamin, terdiri dari laki-laki (L) dan perempuan (P). 3. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh responden hingga saat penelitian. Pendidikan pada penelitian ini adalah berdasarkan pernyataan responden tentang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh terdiri dari SD, SMP, SMA, Diploma, S1, S2, dan S3. 4. Pekerjaan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh responden hingga saat penelitian dilakukan. Pekerjaan pada penelitian
ini
adalah
berdasarkan
pernyataan
responden
tentang
pekerjaannya terdiri dari pelajar/mahasiswa, pegawai, wiraswasta, dan ibu rumah tangga. 5. Pendapatan adalah jumlah pendapatan yang diperoleh responden dalam kurun waktu satu bulan. Pendapatan dihitung dari pernyataan responden tentang jumlah pendapatan perbulan yang telah dikategorikan dan dipilih berdasarkan pilihan berikut: (a) kurang dari Rp.500.000,00; (b) Rp.500.001,00-Rp.1.000.000,00; (c) Rp.1.000.001,00-Rp.2.000.000,00; (d) Rp.2.000.001,00-Rp.3.000.000,00; (e) lebih dari Rp.3.000.000,00.
24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primernya, dengan unit analisa individu (Singarimbun, 1995). Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang dibagikan kepada responden untuk diisi kemudian dikembalikan pada peneliti (Juanda, 2009). 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di pusat kebugaran Three R Fitness yang terletak di Ruko Taman Darmaga Hijau Bogor dan Agrimart yang terletak di Kampus IPB Darmaga. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) pada tempattempat yang menjual Susu Pasteurisasi FaPet. Three R Fitness dipilih untuk meneliti konsumen yang memiliki karakteristik bervariasi sedangkan Agrimart IPB Darmaga dipilih karena civitas akademika IPB terutama mahasiswa merupakan konsumen produk Susu Pasteurisasi FaPet yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti. Penelitian dilaksanakan pada Bulan April sampai Mei 2010. 3.3. Metode Penentuan Responden Metode penelitian yang dipilih adalah non-probability sampling. Metode ini dipilih karena tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi responden (Simamora, 2004). Selain itu, teknik ini dipilih karena tidak tersedia sampling frame. Teknik non-probability sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Menurut Mustafa (2000), teknik accidental sampling merupakan teknik yang menggunakan sampel yang sedang berada di lokasi penelitian pada saat penelitian dilakukan (man on the street). Sampel yang menjadi responden adalah sampel yang sesuai dengan kriteria, yaitu berusia lebih dari 16 tahun dengan alasan pada usia tersebut sampel dapat mengambil keputusan sendiri untuk menentukan produk yang akan dikonsumsi. Sampel yang digunakan sebagai responden dalam penelitian ini adalah pengunjung Three R Fitness baik anggota maupun single visitor dan pengunjung
25
Agrimart IPB yang ditentukan oleh peneliti. Sampel yang dijadikan responden adalah pengunjung Three R Fitness yang sedang mengamati kemasan produk Susu Pateurisasi FaPet dan pengunjung Agrimart IPB yang sedang mengamati kemasan produk Susu Pasteurisasi FaPet. Hal ini dimaksudkan konsumen dapat memberikan penilaian terhadap desain kemasan produk Susu Pasteurisasi FaPet. Responden yang diteliti adalah responden yang berusia 16 tahun ke atas dengan alasan bahwa responden tersebut telah mengerti pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 50 orang. Penentuan jumlah sampel berdasarkan jumlah minimal 30 responden yang secara empiris jumlah tersebut memiliki distribusi peluang rata-rata akan mengikuti distribusi normal dan sampel tersebut sudah cukup besar (Siagian dan Sugiarto, 2003). Selain itu, Koentjaraningrat (Harnasari, 2009) menyatakan bahwa jumlah sampel 30 telah menyebar normal. Semakin besar jumlah sampel dapat memperkecil eror namun dalam penelitian ini terdapat keterbatasan waktu, biaya dan tenaga. Jumlah 50 responden yang terdiri dari 25 responden pengunjung Three R Fitness (anggota dan single visitor) dan 25 responden mahsiswa IPB diambil karena telah memenuhi syarat minimal pengambilan sampel yang terdistribusi normal. 3.4. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara kuesioner dan wawancara mendalam terhadap beberapa responden yang dipilih sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Data sekunder juga diperoleh dari wawancara dengan informan, yaitu Direktur PT D-Farm Agriprima. Data yang diperoleh dari informan adalah data tentang kapasitas produksi dan data tentang perubahan bentuk-bentuk desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari PT D-Farm Agriprima berupa profil perusahaan dan produk. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk mendapatkan data tentang karakteristik konsumen, tingkat kinerja atribut elemen desain kemasan dan tingkat kepentingan responden terhadap atribut elemen desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet.
26
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data 3.5.1. Analisis Deskriptif Menurut Nazir (2003), analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran amupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari analisis deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Data yang dianalisis secara deskriptif pada penelitian ini adalah data mengenai karakteristik konsumen yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 for Windows dan tabel frekuensi untuk mengelompokkan data berdasarkan jawaban yang sama, kemudian dipersentasekan berdasarkan jumlah responden. Persentase yang terbesar merupakan faktor yang dominan dari masing-masing variabel yang diteliti. 3.5.2. Importance Performance Analysis (IPA) Importance Performance Analysis (IPA) digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan konsumen dengan cara membandingkan kesesuaian antara tingkat kepentingan dengan tingkat kinerja suatu atribut yang dimiliki oleh produk dengan merek tertentu (Suprianto, 2003). Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah seberapa penting atribut bagi konsumen atau seberapa besar harapan konsumen terhadap kinerja atribut. Tingkat kinerja ini berarti aktual atribut yang dirasakan oleh konsumen atau kinerja yang erat kaitannya dengan penilaian konsumen. Terdapat dua variabel yang digunakan yaitu diwakili X (tingkat kinerja) dan Y (tingkat kepentingan). Total penilaian tingkat kepentingan masingmasing atribut diperoleh dengan cara menjumlahkan hasil perkalian skor masingmasing skala dengan jumlah responden yang memilih pada skala tersebut. Interpretasi suatu atribut dinilai oleh keseluruhan responden menurut tingkat kepentingan dan tingkat kinerja yang membutuhkan rentang skala. Rentang skala yang digunakan adalah skala ordinal yang terdiri atas empat kelas berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Pembagian kelas untuk tingkat
27
kepentingan, yaitu 1 = sangat tidak penting; 2 = tidak penting; 3 = penting; 4 = sangat penting. Pembagian kelas untuk tingkat kinerja juga terdiri atas empat kelas, yaitu 1 = sangat tidak baik; 2 = tidak baik; 3 = baik; 4 = sangat baik. Skor penilaian tingkat kepentingan konsumen dan tingkat kinerja atribut dirata-rata dan diformulasikan ke dalam matriks yang telah dimodifikasi dengan bantuan software Minitab 14.0 dan Microsoft Excel 2007 for Windows. Masingmasing atribut diposisikan dalam diagram, dimana skor rata-rata penilaian terhadap tingkat kinerja pada atribut ke-i ( Xi ) yang menunjukkan posisi suatu atribut pada sumbu X, sementara posisi atribut pada sumbu Y ditunjukkan oleh skor rata-rata tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut ke-i ( Y i ), dengan rumus sebagai berikut:
Xi =
∑ Xij n
Yi =
∑ Yij n
Keterangan: Xi = Rata-rata skor penilaian tingkat kinerja oleh responden terhadap atribut ke-i
Y i = Rata-rata skor penilaian kepentingan responden terhadap atribut ke-i n = Jumlah responden Diagram Kartesius atau Matriks yang digunakan adalah suatu bangun yang dibagi menjadi empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik ( X , Y ) dan telah dimodifikasi (Gambar 4). Rumusnya adalah sebagai berikut:
n
X=
∑ i =1
K
n
Xi
Y =
∑Y i =1
i
K
Keterangan: X
= Rata-rata dari rata-rata skor tingkat kinerja dari seluruh atribut (dikategorikan sebagai tidak puas pada atribut ke-i jika Xi > X )
28
Y
= Rata-rata dari rata-rata skor tingkat kepentingan seluruh atribut (dikategorikan tinggi tingkat kepentingan terhadap atribut ke-i jika Y i > Y )
K
= Jumlah atribut
Y (Tingkat Kepentingan)
I. Prioritas Utama
II. Pertahankan
III. Prioritas Rendah
IV. Berlebihan
X (Tingkat Kinerja)
Gambar 4. Diagram Kartesius Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Setiap atribut yang berada pada masing-masing kuadran memiliki arti tersendiri yang berpengaruh terhadap strategi untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Kuadran I. (Prioritas Utama) Kuadran I memuat atribut yang dinilai penting oleh konsumen namun pelaksanaan atau kinerja atribut masih rendah. Tingkat kepuasan konsumen masih rendah sehingga perusahaan perlu meningkatkan kinerja dari atribut produk. Atribut produk pada kuadran I memiliki prioritas utama untuk diperbaiki kinerjanya oleh perusahaan. Kuadran II. (Pertahankan Prestasi) Kuadran II memuat atribut yang dinilai penting dan kinerja atribut sesuai dengan yang dirasakan konsumen. Tingkat kepuasan relatif tinggi dan perusahaan perlu mempertahankan atribut yang berada pada kuadran II ini. Kuadran III. (Prioritas Rendah) Kuadran III memuat atribut yang kurang penting dengan pelaksanaan yang tidak terlalu baik. Peningkatan kinerja atribut perlu diperhatikan kembali karena
29
pengaruhnya yang tidak terlalu besar terhadap kepuasan konsumen. Atribut yang terdapat pada kuadran III memiliki prioritas rendah untuk diperbaiki kinerjanya oleh perusahaan namun atribut pada kuadran III juga perlu diperhatikan dan dikelola karena ketidakpuasan konsumen seringkali berawal dari kuadran III. Kuadran IV. (Berlebihan) Kuadran IV memuat atribut yang dianggap penting dan kinerjanya dinilai berlebihan. Atribut yang ada pada kuadran ini dapat dipertahankan sebagai antisipasi terhadap perubahan konsumen di masa yang akan datang. Selain itu, kinerja atribut yang berada di kuadran ini dapat dikurangi sehingga perusahaan dapat menghemat biaya. 3.5.3. Customer Satisfaction Index (CSI) Menurut Stratford (2008) indeks kepuasan pelanggan atau Customer
Satisfaction Index merupakan salah satu alat ukur yang dapat mendukung analisis IPA. Indeks kepuasan pelanggan adalah alat ukur yang mampu merepresentasikan kepuasan pelanggan secara menyeluruh dengan melihat tingkat kepentingan dari atribut produk. Hasil dari analisis Customer Satisfaction Index dapat digunakan perusahaan atau produsen suatu produk sebagai alat kebijakan penyusunan keputusan untuk meningkatkan kinerja produk dan alat untuk menyusun strategi pemasaran produk, alat untuk memperoleh kepercayaan melalui kepuasan pelanggan. Perhitungan skor CSI pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan
software Microsoft Excel 2007 for Windows. Tahapan pengukuran CSI terdiri dari empat tahapan perhitungan, yaitu: 1. Menjumlahkan semua skor tingkat kepentingan rata-rata hasil perhitungan IPA dari tiap atribut. 2. Menghitung persentase dari skor tingkat kepentingan rata-rata dengan total kepentingan rata-rata. Hasilnya adalah bobot skor tingkat kepentingan (Weighted Importance Score) 3. Mengalikan skor tingkat kinerja rata-rata dari perhitungan IPA dengan
Weighted Importance Score hasilnya adalah bobot skor tingkat kinerja (Weighted Satisfaction Score)
30
4. Menjumlahkan semua Weighted Satisfaction Score yang hasilnya adalah
Weight Averahe Total 5. Menghitung Customer Satisfaction Index dari Weight Average Total dibagi dengan skor pada skala tertinggi yaitu pada penelitian ini adalah skor yang nilainya empat (4) kemudian dikalikan dengan 100 persen. Indeks
kepuasan
pelanggan
menggunakan
rentang
skala
untuk
menunjukkan tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk. Rentang skala kepuasan pelanggan berkisar antara 0 – 100 persen. Rumus tentang skala yang digunakan berdasarkan Simamora (2004) adalah sebagai berikut: RS = m – n b Keterangan: m = skor tertinggi n = skor terendah b = jumlah kelas atau kategori yang dibuat Pada penelitian ini rentang skala yang digunakan adalah: RS = 100% – 0% = 25% 4 Berdasarkan rentang skala diatas maka kriteria kepuasan yang digunakan pada penelitian adalah: 0% < CSI ≤ 25%
= sangat tidak puas
25% < CSI ≤ 50%
= tidak puas
50% < CSI ≤ 75%
= puas
75% < CSI ≤ 100%
= sangat puas
31
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1.
PT D-Farm Agriprima PT D-Farm Agriprima adalah suatu perusahaan yang bertugas sebagai
operator pelaksana teknis dalam hal proses produksi dan pemasaran pada Unit Pengolahan Susu dibawah bagian Teknologi Hasil Ternak IPB. PT D-Farm Agriprima sebagai operator berbentuk perseroan terbatas dengan status pemodal dalam negeri telah memperoleh perizinan, seperti Surat Keterangan Usaha No. 503/23/V/2009 Tanggal 27 Mei 2009 dari Desa Babakan Kecamatan Dramaga, Tanda Daftar Industri No. 535.3/006/0007/BPT/2009 tanggal 25 Juni 2009 dari Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor, dan SK Menteri Hukum dan HAM Nomor :AHU-37384.AH.01.01. 2009. PT D-Farm Agriprima merupakan UKM yang memperoleh bantuan dan binaan dari LIPI melalui program Iptekda LIPI 2009. PT D-Farm Agriprima bertugas untuk mengelola dan merawat Unit Pengolahan Susu Fapet IPB secara profesional dalam menghasilkan produk olahan susu yang berkualitas. PT D-Farm Agriprima diharapkan dapat menjadi teaching industry atau percontohan industri susu skala UKM. Kepemilikan saham pada PT D-Farm Agriprima dimiliki oleh 100 persen alumni Departemen Teknologi Hasil Ternak. Direktur PT D-Farm Agriprima adalah Joni Setiawan, S.Pt. Karyawan PT D-Farm Agriprima berjumlah 13 orang yang tersebar pada beberapa divisi, seperti divisi produksi, divisi gudang, logistik dan distribusi, divisi administrasi (kantor, penjualan dan keuangan) dan divisi unit pengolahan susu. Produk yang dihasilkan oleh PT D-Farm Agriprima memiliki merek dagang FAPET yang terdiri dari dua jenis, yaitu produk reguler dan non reguler. Produk reguler terdiri dari produk susu pasteurisasi (kemasan cup 120 ml dan
pouch 250 ml) dengan varian rasa plain, stroberi, coklat, vanilla dan melon, produk bio yogurt (kemasan cup 120 ml, mambo dan pack) dengan varian rasa stroberi, leci, sirsak, mangga dan jambu, dan produk puding susu. Produk non reguler terdiri dari produk susu segar, kefier, yogurt diet premium botol, es krim, kerupuk susu, dodol susu, karamel susu, dan mentega.
32
PT D-Farm Agriprima menghasilkan 60 liter susu segar per hari yang diolah menjadi produk susu pasteurisasi, yogurt, dan puding susu. Susu pasteurisasi yang dihasilkan setiap bulan adalah sebanyak 3.000 – 4.000 cup. Proses produksi produk-poduk hasil olahan susu segar ini dilakukan secara bergantian setiap harinya, kecuali produk yogurt yang diproduksi pada malam hari. Teknologi yang digunakan dalam proses produksi adalah hasil introduksi dari Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan IPB. Teknologi yang diterapkan pada pengolahan susu antara lain penerapan Good Manufacturing Practices dan SSOP dalam bentuk SOP dan instruksi kerja untuk setiap jenis produk. SOP dan instruksi kerja disusun oleh Unit Pengolahan Susu di bawah koordinasi Bagian THT Fakultas Peternakan IPB. Selain itu, produk susu fermentasi FAPET difermentasi dengan menggunakan kultur koleksi bagian THT Fakultas Peternakan IPB. Kultur ini merupakan hasil penelitian yang diintroduksikan langsung dalam bentuk produk Yogurt Fapet. Kultur yang digunakan yaitu L. bulgaricus RRM01 dan S. thermophillus RRM01 sebagai kultur yogurt dan L. acidophilus RRM01 dan Bifidobacterium longum RRM01 sebagai kultur probiotik. Keunggulan-keunggulan
dari produk FAPET, yaitu terbuat dari susu segar berkualitas, tanpa tambahan susu bubuk, penstabil dan pengawet, hanya menggunakan gula asli dan perisa berkualitas, yogurt yang mengandung kultur hidup probiotik, dan susu pasteurisasi bersifat aman, sehat dan utuh. 4.2.
Desain Kemasan Susu Pasteurisasi FaPet Susu Pasteruisasi FaPet merupakan salah satu produk unggulan PT D
Farm Agriprima yang banyak diminati oleh konsumen. Susu Pasteurisasi FaPet ini dijual di beberapa gerai seperti Agrimart IPB, Pusat Kebugaran Three R Fitness, dan Serambi Botani Bogor. Susu Pasteurisasi FaPet terdiri dari berbagai varian rasa, seperti plain, stroberi, coklat, vanila, moka, dan melon. Kemasan Susu Pasteurisasi FaPet memiliki dua macam jenis, yaitu cup 120 ml dan pouch 250 ml. Harga Susu Pasteurisasi FaPet kemasan cup 120 ml adalah Rp2.500,00 dan kemasan pouch 250 ml seharga Rp3.000,00. Desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet yang dianalisis pada panelitian ini adalah desain kemasan ukuran cup 120 ml. Kemasan Susu Pasteurisasi FaPet ukuran 120 ml berbentuk cup berwarna putih dengan desain label penutup yang didominasi berbagai warna sesuai dengan varian rasa susu. Rasa vanilla memiliki
33
desain label penutup berwarna biru, rasa melon memiliki desain label penutup berwarna hijau, dan rasa stroberi memiliki desain label penutup berwarna pink. Logo poduk yaitu logo “FaPet” tampak mencolok pada kemasan dengan warna coklat dengan font comic sans yang terlihat unik sehingga dapat menarik perhatian konsumen yang sedang memperhatikan kemasan (Gambar 5).
Gambar 5. Desain Kemasan Susu Pasteurisasi FaPet Ukuran 120 ml Cup Pemilihan ukuran dan jenis huruf yang dipakai pada kemasan Susu Pasteurisasi FaPet sangat bervariasi dimana terdapat ukuran huruf yang besar pada tulisan SUSU PASTEURISASI sebagai informasi nama produk dan ukuran huruf yang kecil pada informasi netto produk, komposisi, dan alamat produsen produk. Gambar yang terdapat pada kemasan Susu Pasteurisasi FaPet yaitu gambar bercak sapi merupakan informasi yang mewakili isi produk. Penggunaan gambar bercak sapi pada kemasan bertujuan untuk menginformasikan kepada konsumen bahwa isi dari produk ini adalah susu sapi. Gambar bercak sapi dibuat semenarik
34
mungkin dengan menggunakan warna yang sesuai dengan varian rasa produk. Aspek legal merupakan hal yang penting untuk dicantumkan pada kemasan suatu produk, namun aspek legal seperti label “Halal” dan nomor pendaftaran produk pada BPOM tidak terdapat pada kemasan Susu Pasteurisasi FaPet. 4.3.
Karakteristik Konsumen Karakteristik konsumen yang diteliti pada penelitian ini adalah
berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan pendapatan perbulan. Karakteristik konsumen secara terinci dapat dilihat pada Tabel 1. Konsumen Susu Pasteurisasi FaPet sebagian besar berada dalam rentang umur 18–25 tahun yaitu sebesar 72 persen, hal ini mengindikasikan bahwa Susu Pasteurisasi FaPet sangat diminati oleh konsumen yang tergolong berusia muda. Berdasarkan penelitian di lapangan konsumen yang berada pada rentang umur 18– 25 tahun sangat menyukai kepraktisan dalam mengkonsumsi suatu poduk. Susu Pastuerisasi FaPet yang dikemas dalam kemasan siap minum menjadi alasan konsumen memilih produk ini karena konsumen dapat menghemat waktu dibandingkan harus mengkonsumsi produk susu yang membutuhkan yang dapat menyita waktu karena konsumen pada rentang umur 18–25 tahun ini sebagian besar memiliki aktivitas yang padat setiap harinya. Susu Pasteurisasi FaPet lebih banyak dikonsumsi oleh konsumen perempuan dibandingkan konsumen laki-laki karena jumlah konsumen perempuan lebih dominan yaitu sebesar 56 persen. Berdasarkan wawancara dengan beberapa konsumen perempuan, sebagian besar menyatakan bahwa konsumen perempuan tersebut sangat membutuhkan asupan makanan dan minuman yang bergizi sebagai penunjang kebutuhan gizi dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Konsumen Susu Pasteurisasi FaPet memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Konsumen dengan pendidikan terakhir SMA memiliki komposisi terbesar yaitu sebanyak 64 persen dan saat ini sebagian besar sedang menempuh pendidikan sarjana. Berdasarkan penelitian, konsumen mahasiswa ini sebagian besar adalah mahasiswa TPB IPB yang setiap harinya berbelanja di Agrimart IPB yang terletak di samping asrama TPB. Selain itu, terdapat pula beberapa mahasiswa yang menjadi anggota maupun single visitor di Three R Fitness.
35
Berdasarkan penelitian tidak ditemukan konsumen yang memiliki pendidikan terakhir SD, SMP, S2 dan S3. Tabel 1. Karakteristik Konsumen Susu Pasteurisasi FaPet No. Karakteristik 1. Umur a) 18 – 25 tahun b) 26 – 33 tahun c) 34 – 40 tahun 2. Jenis Kelamin a) Laki-laki b) Perempuan 3. Pendidikan Terakhir a) SD b) SMP c) SMA d) Diploma e) S1 f) S2 g) S3 4. Pekerjaan a) Pelajar/Mahasiswa b) Pegawai c) Wiraswasta d) Rumah Tangga 5. Pendapatan a) Kurang dari Rp500.000,00 b) Rp500.001,00 – Rp1.000.000,00 c) Rp1.000.001,00 – Rp2.000.001,00 d) Rp2.000.001,00 – Rp3.000.001,00
e) Lebih dari Rp3.000.001,00
Jumlah (orang)
Persentase (%)
36 9 5
72 18 10
22 28
44 56
0 0 32 1 17 0 0
0 0 64 2 34 0 0
29 3 8 10
58 6 16 20
10 17 9 7 6
20 34 18 14 12
Pekerjaan adalah salah satu karakteristik dari responden yang berkaitan dengan waktu luang yang dimiliki dan tingkat pendapatan. Semakin sedikit waktu luang yang dimiliki konsumen maka semakin besar peluang konsumen untuk mengkonsumsi susu dalam kemasan karena konsumen lebih menyukai produk yang siap saji dan praktis dibandingkan produk yang harus dimasak terlebih dahulu karena produk tersebut akan menghabiskan waktu luang konsumen yang sedikit
dalam
proses
penyajiannya.
Berdasarkan
hasil
penelitian
pelajar/mahasiswa mendominasi sebesar 58 persen, hal ini dikarenakan aktivitas mahasiswa yang sangat padat di kampus menyebabkan mahasiswa lebih memilih untuk mengkonsumsi susu dalam kemasan yang praktis dan dapat dibawa pada saat beraktivitas.
36
Identifikasi pendapatan responden bertujuan untuk melihat kemampuan konsumen mengkonsumsi produk Susu Pasteurisasi FaPet. Pendapatan konsumen sangat bervariasi untuk setiap kategorinya. Konsumen yang memiliki pendapatan diantara Rp500.001,00 - Rp1.000.000,00 merupakan konsumen yang lebih banyak mengkonsumsi Susu Pasteurisasi FaPet yaitu sebesar 34 persen yang sebagian besar adalah mahasiswa.
37
BAB V TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN Pengukuran terhadap tingkat kepuasan konsumen sangat diperlukan perusahaan untuk mengetahui tingkat kepuasan yang dihasilkan oleh atribut produk yang akan dijadikan strategi ataupun kebijakan bagi perusahaan untuk menentukan apa saja tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kinerja atribut agar konsumen dapat terpuaskan dan angka penjualan produk dapat meningkat. Metode yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen terhadap atribut elemen desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet adalah metode
Customer Satisfaction Index (CSI). Penghitungan tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan Customer
Satisfaction Index (CSI) memerlukan skor rata-rata tingkat kepentingan dan skor rata-rata tingkat kinerja dari atribut elemen desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet. Skor tingkat kepentingan dipersentasekan untuk mendapatkan bobot skor tingkat kepentingan (Weighting Importance Score). Bobot skor tingkat kinerja (Weighting Satisfaction Score) didapatkan dari perkalian skor tingkat kinerja dengan Weighting Importance Score. Penjumlahan dari semua Weighting
Satisfaction Score menghasilkan nilai Weighting Average Total. Nilai Customer Satisfaction Index (CSI) desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet yaitu sebesar 66,5 persen (Tabel 2). Nilai Customer Satisfaction Index (CSI) ini diperoleh dengan membagi nilai Weighting Average Total dengan skala maksimum yang digunakan dalam penelitian ini (skala maksimum 4). Berdasarkan indeks kepuasan, nilai Customer Satisfaction Index (CSI) sebesar 66,5 persen berada pada rentang 50% - 75% yang berarti secara umum indeks kepuasan konsumen terhadap desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet berada pada kriteria “puas”. Nilai indeks kepuasan konsumen terhadap desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet yang berada pada kriteria puas masih harus ditingkatkan kinerjanya karena dengan nilai Customer Satisfaction Index (CSI) sebesar 66,5 persen berarti masih ada 33,5 persen kepentingan (harapan) konsumen yang belum mampu terpuaskan oleh kinerja atribut elemen desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet.
38
Tabel 2. Perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) Atribut Elemen Desain Kemasan Susu Pasteurisasi FaPet No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Atribut
Rata-rata skor tingkat kepentingan (Y) 3,90 3,68 3,54
Weighting Importance Score (%) 4,9 4,7 4,5
Nama Produk Logo Produk Keterangan macam-macam rasa produk Keterangan tentang netto 3,52 4,5 produk Pencantuman komposisi 3,74 4,7 produk Informasi cara 3,52 4,5 penyimpanan produk Informasi cara penyajian 3,24 4,1 Alamat produsen produk 3,34 4,2 Kode produksi beserta 3,92 5 tanggal kadaluarsa produk Bentuk kemasan yang 2,76 3,5 berbeda untuk tiap ukuran Penggunaan warna yang 3,00 3,8 menarik pada kemasan Penggunaan gambar yang 3,10 3,9 sesuai dengan produk Warna kemasan yang 3,14 4 berbeda dengan merek lain Warna kemasan yang unik 3,20 4 dan mudah diingat Warna kemasan yang enak 3,12 3,9 dipandang Adanya gambar-gambar 2,96 3,7 pada kemasan Gambar pada kemasan 2,98 3,8 menimbulkan kesan sehat Adanya gambar-gambar 2,52 3,2 yang banyak warna Penulisan huruf pada 3,36 4,3 kemasan dapat dibaca dengan jelas Bentuk huruf 3,00 3,8 mencerminkan ciri khas produk Adanya bentuk huruf yang 2,56 3,2 berbeda pada kemasan Pencantuman label “Halal” 3,74 4,7 dari MUI pada kemasan Pencantuman nomor 3,74 4,7 pendaftaran produk dari BPOM Pencantuman alamat 3,44 4,4 lengkap tempat produksi Total rata-rata 79,02 100 Weighted Average Total Customer Satisfaction Index (%)
Rata-rata skor tingkat kinerja (X) 2,74 2,94 3,26
Weighted Satisfaction Score
2,56
0,11
2,92
0,14
3,08
0,14
1,90 3,10 2,06
0,08 0,13 0,10
2,70
0,09
2,76
0,10
2,74
0,11
2,88
0,12
2,84
0,11
2,40
0,09
3,10
0,11
3,14
0,12
2,32
0,07
2,34
0,10
3,00
0,11
2,92
0,09
1,68
0,08
2,00
0,09
3,38
0,15
0,13 0,14 0,15
64,76 2,66 66,5
Atribut yang memiliki tingkat kinerja tertinggi atau dapat dikatakan sebagai atribut yang kinerjanya dianggap sangat baik oleh konsumen adalah atribut pencantuman alamat lengkap produsen dengan nilai 3,38. Atribut ini
39
berada pada peringkat pertama yang memiliki bobot skor tingkat kinerja (Weighting Satisfaction Score) sebesar 0,15. Atribut ini perlu diperhatikan oleh PT D-Farm Agriprima karena bobot skor tingkat kepentingan (Weighting
Importance Score) atribut tersebut berada pada peringkat 10. Atribut yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi atau dapat dikatakan sebagai atribut yang sangat diharapkan kinerjanya oleh konsumen adalah atribut pencantuman kode produksi dan tanggal kadaluarsa pada kemasan dengan nilai 3,92. Atribut ini berada pada peringkat pertama yang memiliki bobot skor tingkat kepentingan (Weighting Importance Score) sebesar 5 persen. Atribut ini perlu diperhatikan oleh perusahaan karena bobot skor tingkat kinerja (Weighting
Satisfaction Score) atribut tersebut berada pada peringkat 21 yang berarti bahwa harapan konsumen pada atribut ini belum terpuaskan. Harapan konsumen yang belum terpuaskan oleh kinerja atribut elemen desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet perlu mendapatkan perhatian oleh PT DFarm Agriprima. Kepuasan konsumen sangat bergantung pada tingkat kinerja atribut sehingga PT D-Farm Agriprima juga harus memperhatikan kinerja setiap atribut dan bila perlu dilalukan perbaikan kinerja pada atribut agar nilai Customer
Satisfaction Index (CSI) dapat mendekati ataupun mencapai angka 100 persen atau berada pada kategori sangat puas.
40
BAB VI STRATEGI DAN ALTERNATIF PENGEMBANGAN DESAIN KEMASAN Nilai Customer Satisfaction Index (CSI) desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet yang masih berada dibawah 100 persen menyebabkan PT. D-Farm Agriprima sebagai produsen perlu meningkatkan kepuasan konsumennya. Kepuasan konsumen dapat dilihat berdasarkan besarnya nilai Customer
Satisfaction Index (CSI). Peningkatan nilai Customer Satisfaction Index (CSI) agar dapat mencapai ataupun mendekati 100 persen dapat dilakukan dengan peningkatan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Peningkatan terhadap kepentingan tidak dapat dilakukan oleh perusahaan karena tingkat kepentingan tergantung pada kebutuhan masing-masing konsumen sehingga perusahaan hanya dapat melakukan peningkatan tingkat kinerja dalam penelitian ini, yaitu peningkatan kinerja atribut elemen desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet. Atribut yang harus diprioritaskan adalah atribut yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi tetapi tingkat kinerjanya masih dinilai rendah oleh konsumen. Atribut yang menjadi prioritas utama memiliki selisih persentase yang sangat besar antara tingkat kepentingan dan tingkat kinerjanya, contohnya atribut pencantuman kode produksi dan tanggal kadaluarsa, informasi cara penyajian produk, dan pencantuman label “Halal” yang memiliki selisih persentase sebesar 82 persen. Atribut pencantuman kode produksi dan tanggal kadaluarsa dinilai penting dan sangat penting oleh 100 persen konsumen tetapi tingkat kinerjanya hanya mampu memuaskan 18 persen konsumen. Atribut informasi cara penyajian produk dinilai penting dan sangat penting oleh 94 persen konsumen tetapi tingkat kinerjanya hanya mampu memuaskan 12 persen konsumen. Atribut pencantuman label “Halal” dinilai penting dan sangat penting oleh 96 persen konsumen tetapi tingkat kinerjanya hanya mampu memuaskan 14 persen konsumen. Atribut yang memiliki selisih persentase yang kecil, contohnya atribut nama produk dengan nilai selisih 2 persen merupakan atribut yang telah dapat memuaskan 98 persen kepentingan konsumen. Atribut warna kemasan yang
41
berbeda dengan merek lain juga memiliki nilai selisih yang kecil yaitu 0 persen dimana 82 persen tingkat kepentingan konsumen dinilai telah dapat terpenuhi oleh 82 persen tingkat kinerja atribut tersebut (Tabel 3). Tabel 3. Persentase Nilai Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja pada Atribut Elemen Desain Kemasan Susu Pasteurisasi FaPet No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Atribut
Nama Produk Logo Produk Keterangan varian rasa produk Keterangan tentang netto produk Pencantuman komposisi produk Informasi cara penyimpanan produk Informasi cara penyajian Alamat produsen produk Kode produksi beserta tanggal kadaluarsa produk Bentuk desain kemasan yang berbeda untuk setiap ukuran Penggunaan warna yang menarik pada kemasan Penggunaan gambar yang sesuai dengan produk Warna kemasan yang berbeda dengan merek lain Warna kemasan yang unik dan mudah diingat Warna kemasan yang enak dipandang Adanya gambar-gambar pada kemasan Gambar pada kemasan menimbulkan kesan sehat Adanya gambar-gambar yang banyak warna Penulisan huruf pada kemasan dapat dibaca dengan jelas Bentuk huruf mencerminkan ciri khas produk Adanya bentuk huruf yang berbeda pada kemasan Pencantuman label “Halal” dari MUI pada kemasan Pencantuman nomor pendaftaran produk dari BPOM Pencantuman alamat lengkap tempat produksi
Tingkat Kepentingan (%) 100 100 98 96 100 100 94 96 100
Tingkat Kinerja (%) 98 80 92 32 78 86 12 86 18
Selisih (%)
62
64
2
72
64
12
84
68
16
82
82
0
86
78
8
84 74 82
48 84 90
36 10 8
48
38
10
98
32
66
52
86
34
96
80
16
96
14
82
100
22
78
90
100
10
2 20 6 64 22 14 82 10 82
42
Salah satu cara untuk menentukan prioritas perbaikan terhadap atribut produk adalah dengan menggunakan alat bantu yaitu metode Importance
Performance Analysis yang merupakan suatu cara untuk memetakan setiap atribut berdasarkan skor rata-rata antara tingkat kepentingan dengan tingkat kinerja. Hasil perhitungan nilai rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja atribut elemen desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Penilaian Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja pada Atribut Elemen Desain Kemasan Susu Pasteurisasi FaPet No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Atribut
Nama Produk Logo Produk Keterangan macam-macam rasa produk Keterangan tentang netto produk Pencantuman komposisi produk Informasi cara penyimpanan produk Informasi cara penyajian Alamat produsen produk Kode produksi beserta tanggal kadaluarsa produk Bentuk kemasan yang berbeda untuk tiap ukuran Penggunaan warna yang menarik pada kemasan Penggunaan gambar yang sesuai dengan produk Warna kemasan yang berbeda dengan merek lain Warna kemasan yang unik dan mudah diingat Warna kemasan yang enak dipandang Adanya gambar-gambar pada kemasan Gambar pada kemasan menimbulkan kesan sehat Adanya gambar-gambar yang banyak warna Penulisan huruf pada kemasan dapat dibaca dengan jelas Bentuk huruf mencerminkan ciri khas produk Adanya bentuk huruf yang berbeda pada kemasan Pencantuman label “Halal” dari MUI pada kemasan Pencantuman nomor pendaftaran produk dari BPOM Pencantuman alamat lengkap tempat produksi Total rata-rata Skor rata-rata
Rata-rata skor tingkat kepentingan (Y) 3,90 3,68 3,54 3,52 3,74 3,52 3,24 3,34 3,92 2,76 3,00 3,10 3,14 3,20 3,12 2,96 2,98 2,52 3,36
Rata-rata skor tingkat kinerja (X) 2,74 2,94 3,26 2,56 2,92 3,08 1,90 3,10 2,06 2,70 2,76 2,74 2,88 2,84 2,40 3,10 3,14 2,32 2,34
3,00 2,56 3,74 3,74 3,44 79,02 3,29
3,00 2,92 1,68 2,00 3,38 64,76 2,70
Garis tengah diagram IPA yaitu nilai sumbu X dan nilai sumbu Y diperoleh dari perhitungan nilai total rata-rata tingkat kinerja dari semua atribut dan nilai total rata-rata tingkat kepentingan dari semua atribut. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh nilai total rata-rata tingkat kepentingan dari semua
43
atribut 3,29 dan nilai total rata-rata tingkat kinerja dari semua atribut sebesar 2,70 (Gambar 6).
Importance Performance Analysis Elemen Desain Kemasan Susu Pasteurisasi FaPet 2.7
4.00
9
Tingkat Kepentingan
3.75
22
1 5
23
2
19
3.25
3
6
4
3.50
24
8
3.29
14
7 15
12
3.00
11
2.75
13 20
16
17
10 21
18
2.50 1.5
2.0
2.5
3.0
Tingkat Kinerja
Gambar 6. Diagram Kartesius Atribut Elemen Desain Kemasan Susu Pasteurisasi FaPet. Keterangan: 1. Nama Produk 2. Logo Produk 3. Keterangan macam-macam rasa produk 4. Keterangan tentang netto produk 5. Pencantuman komposisi produk 6. Informasi cara penyimpanan produk 7. Informasi cara penyajian 8. Alamat produsen produk 9. Kode produksi beserta tanggal kadaluarsa produk 10. Bentuk kemasan yang berbeda untuk tiap ukuran 11. Penggunaan warna yang menarik pada kemasan 12. Penggunaan gambar yang sesuai dengan produk 13. Warna kemasan yang berbeda dengan merek lain 14. Warna kemasan yang unik dan mudah diingat 15. Warna kemasan yang enak dipandang 16. Adanya gambar-gambar pada kemasan 17. Gambar pada kemasan menimbulkan kesan sehat 18. Adanya gambar-gambar yang banyak warna 19. Penulisan huruf pada kemasan dapat dibaca dengan jelas 20. Bentuk huruf mencerminkan ciri khas produk 21. Adanya bentuk huruf yang berbeda pada kemasan 22. Pencantuman label “Halal” 23. Pencantuman nomor pendaftaran produk dari BPOM 24. Pencantuman alamat lengkap tempat produksi
3.5
44
Berdasarkan pemetaan atribut-atribut pada Gambar 6, perusahaan memungkinkan untuk melakukan perbaikan atribut yang dianggap sangat penting oleh konsumen baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Perbaikan atribut ini tergantung dari posisi masing-masing atribut yang tersebar pada empat kuadran, yaitu kuadran I (Prioritas Utama), kuadran II (Pertahankan Prestasi), kuadran III (Prioritas Rendah) dan kuadran IV (Berlebihan). 1. Kuadran I (Prioritas Utama) Kuadran I pada diagram kartesius Importance Performance Analysis (IPA) menunjukkan tingkat kepentingan dari suatu atribut produk yang dianggap sangat penting oleh konsumen, tetapi kinerja yang ditunjukkan oleh atribut ini dianggap masih rendah atau belum maksimal. Atribut yang berada pada kuadran I harus menjadi prioritas utama bagi pihak perusahaan dalam perbaikan kinerja sehingga dapat memenuhi dan meningkatkan kepuasan konsumen. Berdasarkan penelitian di lapangan, atribut yang terdapat dalam kuadran I adalah sebagai berikut. a. Pencantuman Keterangan Netto Produk Pencantuman keterangan netto produk dapat memberikan informasi kepada konsumen tentang seberapa banyak isi bersih produk. Konsumen dapat memperkirakan netto tertentu untuk membeli suatu produk sesuai dengan kebutuhannya. Pencantuman keterangan netto pada kemasan Susu Pasteurisasi FaPet kurang dapat memberikan informasi kepada konsumen karena sebanyak 68 persen konsumen tidak dapat menemukan keterangan netto produk dengan segera pada saat memperhatikan kemasan Susu Pasteurisasi FaPet sehingga sebanyak 96 persen konsumen tidak terpuaskan oleh kinerja atribut ini (Tabel 3). Beberapa konsumen berpendapat bahwa keterangan netto yang terlihat sangat kecil menyulitkan konsumen untuk menemukan keterangan netto pada kemasan, khususnya konsumen yang berusia di atas 30 tahun. PT D-Farm Agriprima selaku produsen Susu Pasteurisasi FaPet perlu segera memperbaiki kinerja atribut ini untuk meningkatkan kepuasan konsumen. Salah satu cara untuk meningkatkan kinerja atribut ini adalah dengan memperbesar penggunaan ukuran huruf atau font size pada keterangan netto produk agar konsumen dapat mengetahui netto Susu Pateurisasi FaPet karena
45
kepentingan konsumen terhadap atribut ini sangat tinggi dengan skor rata-rata tingkat kepentingan sebesar 3,90 sedangkan skor rata-rata kinerja atribut ini hanya 2,74 (Tabel 4). b. Pencantuman Kode Produksi dan Tanggal Kadaluarsa Produk Pencantuman kode produksi dan tanggal kadaluarsa produk pada kemasan merupakan hal yang sangat penting bagi konsumen. Produsen Susu Pasteurisasi FaPet mencantumkan kode produksi dan tanggal kadaluarsa di bawah cup kemasan sehingga banyak responden yang kesulitan mengetahui kode produksi dan tanggal kadaluarsa produk karena harus membalikkan kemasan untuk melihatnya. Berdasarkan penelitian di lapangan, sebanyak 82 persen konsumen merasa tidak terpuaskan dengan kinerja atribut ini (Tabel 3). Konsumen tidak menyukai pencantuman kode produksi dan tanggal kadaluarsa yang terdapat di bawah cup kemasan. Berdasarkan wawancara pada saat penelitian, beberapa konsumen berpendapat bahwa pencantuman kode produksi dan tanggal kadaluarsa yang terpisah dari bagian utama label kemasan (di bawah cup kemasan) membuat konsumen kesulitan mengetahui batas tanggal penggunaan produk Susu Pasteurisasi FaPet. Konsumen menginginkan pencantuman kode produksi dan tanggal kadaluarsa produk menjadi satu bagian dengan label utama (penutup cup) agar konsumen dapat dengan segera mengetahui batas tanggal penggunaan produk Susu Pasteurisasi FaPet. Konsumen lebih tertarik pada pencantuman kode produksi dan tanggal kadaluarsa produk berada pada label utama karena dapat mengefisienkan waktu konsumen pada saat memilih produk sehingga konsumen tidak perlu lagi membalikkan kemasan produk untuk melihat kode produksi dan tanggal kadaluarsa. Keinginan konsumen ini dapat menjadi strategi perbaikan bagi PT DFarm Agriprima karena dengan perbaikan kinerja atribut ini maka tingkat kepuasan konsumen terhadap atribut juga akan naik sehingga konsumen merasa lebih puas dan dapat menjadi pelanggan setia Susu Pasteurisasi FaPet.
46
c. Penulisan Huruf yang Terlihat Jelas Atribut penulisan huruf yang terlihat jelas merupakan salah satu atribut yang harus diperbaiki produsen. Berdasarkan Tabel 3, sebanyak 56 persen konsumen
merasa tidak terpuaskan terhadap kejelasan penulisan huruf yang
terdapat pada kemasan padahal atribut ini dianggap penting oleh 98 persen konsumen. Konsumen berpendapat bahwa komposisi setiap kata dan penyusunan huruf pada kemasan terlihat kurang menarik sehingga terdapat beberapa penulisan huruf yang seharusnya menjadi hal penting sebagai pengenal produk menjadi tidak menonjol karena bersinergi dengan gambar dan warna. Skor rata-rata tingkat kepentingan yang tinggi (3,36) memiliki arti bahwa atribut ini dianggap sangat penting oleh konsumen sedangkan kinerjanya rendah (2,34) sehingga konsumen merasa tidak puas terhadap kinerja atribut ini (Tabel 4). PT D-Farm Agriprima perlu menciptakan strategi untuk meningkatkan kinerja produk ini agar sesuai dengan kepentingan konsumen dengan tujuan memuaskan konsumen. Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja atribut ini adalah dengan menonjolkan penulisan aspek penting yang merupakan pengenal atau pemberi informasi tentang produk agar konsumen dapat dengan segera mengetahui keunggulan produk ketika melihat kemasan produk. Berdasarkan wawancara dengan beberapa konsumen, hal penting yang perlu diperbaiki adalah penulisan informasi penting seperti nama produk, netto, varian rasa dan tanggal kadaluarsa agar dapat dirancang dengan komposisi yang dapat langsung terbaca oleh konsumen pada saat melihat kemasan Susu Pateurisasi FaPet. d. Pencantuman label “Halal” Atribut pencantuman label “Halal” adalah salah satu atribut yang sangat perlu diperhatikan oleh PT. D-Farm Agriprima sebagai produsen Susu Pasteurisasi FaPet. Label “Halal” tidak dicantumkan pada produk Susu Pasteurisasi FaPet padahal atribut ini termasuk dalam kategori tingkat kepentingan yang sangat tinggi yaitu sebesar 96 persen. Hal inilah yang membuat 86 persen konsumen merasa tidak terpuaskan oleh kinerja atribut ini (Tabel 3). Skor ratarata tingkat kinerja yang hanya sebesar 1,68 membuat atribut ini menjadi salah satu prioritas utama perbaikan desain kemasan produk Susu Pasteurisasi FaPet
47
oleh PT D-Farm Agriprima agar dapat menyamai ataupun melebihi skor tingkat kepentingan sebesar 3,74 sehingga konsumen dapat terpuaskan (Tabel 4). Berdasarkan
penelitian
di
lapangan,
sebagian
besar
konsumen
menginginkan adanya pencantuman label “Halal” pada produk agar mereka dapat merasa aman pada saat mengkonsumsi produk khususnya bagi umat muslim yang sangat mementingkan kehalalan suatu produk sebelum mengkonsumsinya. Strategi yang dapat dilakukan produsen agar konsumen merasa puas dengan kinerja atribut ini adalah dengan mencantumkan label “Halal” dari lembaga resmi yang mengeluarkan label “Halal” tersebut, contohnya Majelis Ulama Indonesia (MUI). e. Pencantuman Nomor Pendaftaran Produk dari BPOM Pencantuman nomor pendaftaran produk dari BPOM pada makanan adalah salah satu peraturan ketat yang diberlakukan di Indonesia selain pencantuman label “Halal”. Atribut ini merupakan aspek yang sangat berhubungan dengan legalitas produk yang dikonsumsi masyarakat. Pencantuman nomor pendaftaran produk dari BPOM ini menjadi pertimbangan bagi konsumen dalam membeli produk makanan. Nilai tingkat kepentingan produk ini adalah sebesar 100 persen sehinggadapat diartikan bahwa atribut ini benar-benar penting menurut konsumen, namun pada kenyataannya tidak terdapat nomor pendaftaran produk dari BPOM pada desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet yang mengakibatkan sebesar 78 persen responden merasakan ketidakpuasan terhadap kinerja atribut ini (Tabel 3). PT D-Farm Agriprima tidak mencantumkan nomor pendaftaran produk dari BPOM dikarenakan masih menunggu surat keputusan dari BPOM tentang nomor pendaftaran produk Susu Pasterisasi FaPet. Strategi yang dapat dilakukan oleh PT D-Farm Agriprima untuk meningkatkan kinerja atribut ini guna memuaskan
keinginan
konsumen
adalah
dengan
mencantumkan
nomor
pendaftaran produk oleh BPOM dengan segera setelah dikeluarkannya surat keputusan nomor pendaftaran produk Susu Pasteurisasi FaPet dari BPOM, sehingga diharapkan dengan pencantuman nomor pendaftaran produk dari BPOM akan membuat konsumen lebih yakin dan merasa aman untuk membeli dan mengkonsumsi produk Susu Pateurisasi FaPet.
48
2. Kuadran II (Pertahankan Prestasi) Kuadran II pada diagram kartesius Importance Performance Analysis (IPA) memuat atribut-atribut yang dianggap penting oleh konsumen dan tingkatkinerjanya sesuai dengan harapan konsumen, oleh karena itu kinerja atribut-atribut yang terdapat di kuadran II ini harus dipertahankan oleh produsen Susu Pasteurisasi FaPet yaitu PT. D-Fram Agriprima. Atribut yang termasuk dalam kuadran II adalah sebagai berikut. a. Nama Produk pada Kemasan Nama produk pada kemasan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tulisan SUSU PASTEURISASI FaPeT. Penulisan nama produk adalah hal yang tergolong penting bagi seluruh responden. Atribut nama produk merupakan bagian pengenal utama pada kemasan yang berfungsi untuk menginformasikan kepada konsumen tentang produk. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa konsumen, mereka menilai bahwa nama produk pada kemasan Susu Pasteurisasi FaPet terlihat jelas dan mampu memberikan informasi kepada mereka bahwa produk tersebut adalah produk susu pasteurisasi. Penggunaan ukuran huruf yang besar dan mencolok membuat konsumen dengan mudah mengenali produk Susu Pasteurisasi FaPet ini. Konsumen yang terpuaskan oleh kinerja atribut ini adalah sebesar 98 persen sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja atribut ini sangat tinggi dan dapat memuaskan konsumen (Tabel 3). Berdasarkan skor rata-rata kepentingan atribut, nilai kinerja atribut ini berada diatas nilai rata-rata dan dirasakan sudah baik, oleh karena itu PT D-Farm Agriprima harus mempertahankan kinerja atribut ini (Tabel 4). b. Adanya Logo Produk Logo adalah identitas yang membedakan suatu produk dengan produk lain. Logo produk pada penelitian ini adalah logo “FaPet” pada kemasan Susu Pasteurisasi FaPet. Atribut ini memiliki nilai tingkat kepentingan yang sangat tinggi yaitu sebesar 100 persen. Logo “FaPet” yang terdapat pada kemasan produk telah dapat memuaskan konsumen 80 persen konsumen (Tabel 3).
49
Skor kinerja atribut ini juga dirasakan sudah baik karena nilainya diatas skor rata-rata kinerja atribut(Tabel 4). Berdasarkan wawancara dengan beberapa responden, mereka merasa sangat tertarik dan puas dengan desain logo “FaPet” yang
terdapat
pada
kemasan
sehingga
PT
D-Farm
Agriprima
harus
mempertahankan desain logo “FaPet” tersebut agar konsumen tetap puas dengan produk Susu Pasteurisasi FaPet. c. Keterangan Varian Rasa Produk Susu Pasteurisasi FaPet memiliki berbagai macam rasa seperti coklat, vanilla, mocca, melon dan stroberi. Varian rasa ini harus dapat dikomunikasikan kepada konsumen melalui kemasan agar konsumen mengetahui macam-macam rasa produk pada saat melihat kemasan produk. Keterangan varian rasa produk dianggap penting oleh 98 persen konsumen, hal ini berarti bahwa konsumen menganggap atribut keterangan varian rasa pada kemasan sangat dibutuhkan. Berdasarkan penelitian, atribut keterangan varian rasa produk pada kemasan sudah dapat memuaskan konsumen, dimana sebanyak 96 persen konsumen telah terpuaskan dengan kinerja atribut ini (Tabel 3). PT D-Farm Agriprima perlu mempertahankan adanya keterangan varian atau macam-macam rasa pada kemasan Susu Pasteurisasi FaPet karena apabila kinerja atribut ini tinggi dan dapat terus memuaskan konsumen maka konsumen nantinya akan terus menjadi pelanggan produk tersebut. d. Pencantuman Keterangan Komposisi Produk Keterangan komposisi suatu produk merupakan hal yang sangat penting bagi konsumen untuk mengetahui bahan-bahan yang terkandung dalam produk tersebut. Konsumen yang menyatakan bahwa pencantuman keterangan komposisi produk merupakan hal yang penting adalah sebanyak 100 persen konsumen, hal tersebut mengindikasikan bahwa konsumen benar-benar menginginkan adanya pencantuman keterangan komposisi produk pada kemasan. Persentase tingkat kinerja atribut ini cukup tinggi dimana sebanyak 78 persen konsumen telah terpuaskan (Tabel 3). Atribut ini perlu dipertahankan kinerjanya oleh PT. D-Farm Agriprima karena dinilai baik oleh konsumen.
50
e. Informasi Cara Penyimpanan Produk Atribut informasi cara penyimpanan produk pada penelitian ini adalah pencantuman saran penyimpanan berupa gambar gradasi warna dan informasi keterangan suhu serta waktu penyimpanan produkyang yang terdapat pada kemasan Susu Pasteurisasi FaPet. Konsumen menganggap saran penyimpanan ini sebagai suatu hal yang penting untuk dicantumkan pada kemasan karena sifat susu pasteurisasi yang cepat rusak dan harus disimpan pada suhu tertentu agar dapat tahan dan baik untuk dikonsumsi. Berdasarkan penelitian, seluruh konsumen menilai bahwa pencantuman saran penyimpanan ini sudah baik dan sebanyak terdapat 86 persen konsumen telah terpuaskan oleh kinerja atribut ini (Tabel 3). PT D-Farm Agriprima perlu mempertahankan adanya atribut ini pada desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet karena pencantuman informasi cara penyimpanan produk sudah dinilai baik dan mampu memuaskan konsumen. Konsumen merasa senang dengan penggunaan gradasi warna untuk membedakan keterangan suhu dan waktu penyimpanan produk karena dengan melihat gradasi warna tersebut, konsumen lebih mudah melihat penulisan keterangan suhu dan waktu penyimpanan yang kontras dengan gradasi tiap warna, namun masih terdapat 14 persen konsumen yang tidak puas dengan pencantuman informasi cara penyimpanan (Tabel 3). Konsumen yang tidak puas ini berpendapat bahwa penggunaan gradasi warna yang gelap menyebabkan konsumen tidak dapat melihat keterangan suhu dan waktu penyimpanan dengan jelas terutama untuk informasi keterangan susu dan waktu penyimpanan yang terdapat pada warna ungu. Penulisan informasi cara penyimpanan yang berwarna hitam tidak terlihat jelas dalam gradasi warna ungu, hal ini menyulitkan konsumen untuk melihat informasi tersebut. f. Adanya Alamat Produsen Produk Atribut alamat produsen pada penelitian ini adalah pencantuman alamat lengkap PT. D-Farm Agriprima yang terdapat pada kemasan. Pencantuman alamat produsen merupakan salah satu atribut yang harus ada pada desain kemasan suatu produk karena alamat produsen dapat digunakan konsumen untuk melakukan pengaduan ataupun pemesanan produk.
51
Atribut ini memiliki tingkat kepentingan yang sangat tinggi dimana sebanyak 96 persen konsumen menganggap atribut ini penting sehingga harus terdapat pada kemasan suatu produk. Konsumen berpendapat bahwa apabila pada kemasan terdapat alamat lengkap produsen, konsumen merasa dekat dan diperhatikan oleh produsen karena jika sewaktu-waktu konsumen harus menghubungi produsen, baik itu berupa pengaduan tentang produk ataupun pemesanan produk dalam jumlah banyak, konsumen lebih mudah untuk menghubungi produsen. Pencantuman alamat lengkap PT D-Farm Agriprima pada kemasan Susu Pasteurisasi FaPet telah dapat memuaskan konsumen, hal ini terlihat bahwa sebanyak 86 persen konsumen terpuaskan oleh kinerja atribut pencantuman alamat lengkap PT D-Farm Agriprima pada kemasan Susu Pasteurisasi FaPet (Tabel 3). g. Pencantuman Alamat Lengkap Tempat Produksi Atribut pencantuman alamat lengkap tempat produksi pada penelitian ini adalah pencantuman tempat produksi Susu Pateurisasi FaPet yaitu Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan IPB. Pencantuman alamat lengkap tempat produksi suatu produk merupakan hal yang penting bagi konsumen dimana sebanyak 90 persen konsumen menganggap atribut ini sanpenting untuk dicantumkan pada kemasan produk. PT D-Farm Agriprima selaku produsen Susu Pasteurisasi FaPet telah mencantumkan alamat lengkap Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan IPB sebagai tempat produksi Susu Pateurisasi FaPet. Hal tersebut membuat 100 persen konsumen yang ditemui di lapangan merasa terpuaskan (Tabel 3). Berdasarkan wawancara dengan beberapa konsumen, didapat kesimpulan bahwa konsumen lebih puas terhadap suatu produk yang mencantumkan alamat tempat produksi produk tersebut dengan alasan keamanan untuk dikonsumsi. Nama besar Institut Pertanian Bogor (IPB) juga menjadi salah satu alasan yang membuat konsumen percaya terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh IPB karena menurut konsumen produk-produk tersebut telah teruji dan aman untuk dikonsumsi oleh konsumen
52
3. Kuadran III (Prioritas Rendah) Kuadran III pada diagram karetsius Importance Performance Analysis (IPA) menggambarkan atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh konsumen dan tingkat kinerjanya tidak terlalu baik. Prioritas perbaikan atribut yang ada di kuadran III menjadi rendah karena dianggap tidak terlalu penting bagi konsumen, namun atribut pada kuadran III juga perlu diperhatikan dan dikelola karena ketidakpuasan konsumen seringkali berawal dari kuadran III. Berikut adalah atribut yang termasuk dalam kuadran III. a. Informasi Cara Penyajian Produk Atribut informasi cara penyajian produk merupakan atribut yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi karena sebesar 94 persen konsumen menganggap atribut ini penting untuk dicantumkan pada kemasan produk (Tabel 3). Atribut informasi cara penyajian produk yang terdapat pada kemasan Susu Pasteurisasi FaPet adalah tulisan “kocok sebelum diminum”. Penggunaan ukuran huruf pada informasi cara penyajian “kocok sebelum diminum” ini dirasakan terlalu kecil dan kurang jelas menyulitkan responden ketika melihat kemasan Susu pasteurisasi FaPet sehingga konsumen tidak terpuaskan dengan kinerja atribut ini. Konsumen yang menyatakan tidak puas terhadap kinerja atribut ini yaitu sebanyak 88 persen konsumen. Berdasarkan wawancara dengan beberapa konsumen di lapangan dapat disimpulkan alasan konsumen tidak puas dengan kinerja atribut ini disebabkan karena penulisan informasi cara penyajian produk “kocok sebelum diminum” yang tidak dapat dilihat jelas karena penggunaan huruf yang berukuran sangat kecil dan warna yang tidak menonjol. Perbaikan kinerja atribut ini sebaiknya menjadi prioritas bagi PT D-Farm Agriprima meskipun atribut ini termasuk dalam kuadran III diagram kartesius
Importance Performance Analysis (IPA). Nilai rata-rata tingkat kinerja sebesar 1,90 yang berada jauh dibawah nilai rata-rata tingkat kepentingan sebesar 3,24 (Tabel 4) menyebabkan PT D-Farm Agriprima harus dapat memperbaiki kinerja atribut ini agar tidak berpindah menjadi atribut yang berada dalam kuadran I karena atribut-atribut yang berada dalam kuadran I, yang memiliki tingkat kepentingan tinggi sedangkan kinerjanya sangat rendah, dapat berawal dari atribut-atribut yang berada dalam kuadran III yang juga memiliki kinerja yang
53
rendah sedangkan kepentingan atau harapan konsumen terhadap kinerja produk ini sangat tinggi. b. Bentuk Desain Kemasan Berbeda untuk Setiap Ukuran Bentuk kemasan merupakan bagian dari desain, bentuk kemasan tetap ditekankan pada kebutuhan pemasaran sebagai preferensinya dibandingkan pertimbangan visual murni. Keunikan yang dimunculkan oleh bentuk ini akan menjadi identitas dan keunikan kemasan sehingga membuat kemasan mudah dikenali diantara produk-produk lain. Berdasarkan penelitian di lapangan, sebanyak 62 persen konsumen menyatakan bahwa pentingnya bentuk desain kemasan yang berbeda untuk setiap ukuran. Konsumen yang sudah puas dengan atribut ini dan tidak menginginkan adanya bentuk desain kemasan berbeda untuk setiap ukuran adalah sebanyak 64 persen (Tabel 3). c. Warna Kemasan yang Enak Dipandang Atribut warna kemasan yang enak dipandang pada penelitian ini adalah seberapa menarik perpaduan palet warna yang digunakan untuk menghasilkan komposisi warna yang enak dipandang oleh konsumen pada desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet. Berdasarkan penelitian, 84 persen konsumen menyatakan bahwa konsumen sangat mementingkan komposisi warna yang enak dipandang pada desain kemasan suatu produk karena dapat membuat konsumen tertarik untuk membeli dan mengkonsumsi produk tersebut. Kinerja dari atribut ini dirasakan cukup baik meskipun masih terdapat 52 persen konsumen yang belum terpuaskan dengan kinerja atribut ini (Tabel 3). d. Adanya Gambar-gambar yang Banyak Warna Atribut penggunaan gambar-gambar yang banyak warna pada kemasan suatu produk adalah hal yang tidak begitu penting bagi konsumen pada penelitian ini. Hal tersebut terlihat pada Tabel 3 dimana terdapat 52 persen konsumen yang menganggap atribut ini tidak penting. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan, konsumen cenderung tidak mempermasalahkan kinerja atribut ini meskipun terdapat 62 persen konsumen yang belum puas terhadap kinerja atribut ini namun kepentingan responden atribut ini juga tidak terlalu besar. Nilai kinerja
54
atribut ini dibandingkan dengan nilai rata-rata kinerja juga dirasakan kurang baik karena nilai kinerjanya berada di bawah nilai rata-rata kinerja atribut (Tabel 4). 4. Kuadran IV (Berlebihan) Kuadran IV pada diagram kartesius Importance Performance Analysis (IPA) berisikan atribut-atribut yang dianggap kurang begitu penting bagi konsumen, tetapi tingkat kinerjanya dirasakan terlalu berlebihan. Berikut ini adalah atribut-atribut yang termasuk dalam kuadran IV. a. Penggunaan Warna yang Menarik Warna adalah salah satu kekuatan pada kemasan produk untuk bersaing dengan produk lain karena warna kemasan dapat menarik perhatian konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi produk. Atribut penggunaan warna yang menarik pada penelitian ini adalah penggunaan warna yang menarik sesuai dengan varian rasa Susu Pasteurisasi FaPet yang terdiri dari berbagai rasa. Atribut ini dianggap kurang penting oleh konsumen karena sebanyak 28 persen konsumen menyatakan atribut ini tidak penting (Tabel 3). Berdasarkan nilai rata-rata kepentingan atribut, nilai kepentingan atribut ini berada di bawah rata-rata kepentingan atribut sehingga atribut ini dirasakan kurang penting oleh responden (Tabel 4). Tingkat kinerja atribut ini masih dirasakan baik karena sebanyak 64 persen konsumen menyatakan puas dan sangat puas. Nilai kinerja atribut ini dibandingkan dengan nilai rata-rata kinerja (Tabel 4) juga dirasakan sudah baik karena nilai kinerjanya berada di atas nilai rata-rata. b. Penggunaan Gambar yang Sesuai dengan Produk Penggunaan gambar yang sesuai dengan produk pada penelitian ini adalah penggunaan gambar bercak kulit sapi yang sesuai dengan produk susu yang dihasilkan oleh sapi. Gambar bercak sapi pada kemasan Susu Pasteurisasi FaPet terlihat mendominasi sebagai gambar latar desain kemasan produk tersebut untuk menginformasikan kepada konsumen bahwa produk ini adalah produk susu pasteurisasi bukan produk lain yang juga diproduksi oleh PT D-Farm Agriprima dalam wadah cup yang sama. Atribut ini dirasakan penting oleh 84 persen konsumen (Tabel 3), namun berdasarkan nilai rata-rata kepentingan atribut (Tabel 4), nilai atribut ini berada di
55
bawah rata-rata kepentingan atribut sehingga atribut ini dirasakan kurang penting oleh responden. Tingkat kinerja atribut ini sudah dirasakan baik karena 68 persen konsumen terpuaskan dengan kinerja atribut ini (Tabel 3). Nilai tingkat kinerja atribut ini juga dirasakan sudah baik karena nilai kinerjanya berada di atas nilai rata-rata(Tabel 3). c. Warna Kemasan yang Berbeda dengan Merek Lain Warna kemasan yang berbeda dengan merek lain dapat memberikan identitas yang kuat terhadap merek dan berfungsi sebagai pembeda dengan produk lain. Penggunaan palet warna yang menjadi ciri khas produk Susu Pasteurisasi FaPet terlihat dari penggunaan palet warna sesuai dengan varian rasa susu. Varian rasa stroberi menggunakan palet warna merah muda, rasa melon menggunakan palet warna hijau, rasa vanilla menggunakan palet warna biru, rasa cokelat menggunakan palet warna coklat dan rasa mocca menggunakan palet warna hitam. Perbedaan penggunaan palet warna pada setiap varian susu ternyata membuat 82 persen konsumen pada penelitian ini menyatakan kepuasannya terhadap kinerja atribut ini (Tabel 3). Hal tersebut juga terlihat pada Tabel 4 dimana nilai kinerja atribut ini berada diatas rata-rata nilai tingkat kinerja atribut yang berarti bahwa konsumen telah terpuaskan dengan kinerja atribut ini. Tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut ini juga tinggi dimana sebanyak 82 konsumen menyatakan bahwa atribut ini penting (Tabel 3), namun nilai kepentingan atribut ini masih berada di bawah rata-rata nilai tingkat kepentingan atribut (Tabel 4). d. Warna Kemasan yang Unik dan Mudah Diingat Warna memiliki kemampuan memberikan kesan lewat indera visual sekaligus membangun kekuatan brand di bawah sadar. Konsumen dapat dengan cepat membayang kan sebuah produk ketika mereka mengingat suatu warna palet warna yang akrab dengan produk tersebut. Palet warna yang sudah kuat diingat konsumen akan menampilkan citra produk di benak konsumen. Atribut warna kemasan yang unik dan mudah diingat pada penelitian ini adalah kesan responden terhadap penggunaan warna pada kemasan Susu Pateurisasi FaPet. Penggunaan warna yang unik dan mudah diingat dinilai penting
56
oleh 86 persen konsumen. Kinerja dari atribut ini cukup tinggi, hal ini terlihat pada Tabel 3 dimana sebanyak 78 persen konsumen telah terpuaskan dengan kinerja atribut ini. Nilai kepentingan atribut (3,20) masih berada di bawah rata-rata nilai kepentingan atribut (3,29) sehingga kepentingan responden terhadap produk ini tidak terlalu besar, sedangkan nilai kinerja (2,84) yang lebih besar dari rata-rata nilai kinerja atribut (2,70) membuat atribut ini menjadi atribut yang kinerjanya berlebihan (Tabel 4). e. Adanya Gambar-gambar pada Kemasan Atribut adanya gambar-gambar pada kemasan Susu Pasteurisasi FaPet ditandai dengan pencantuman gambar bercak kulit sapi sebagai pertanda bahwa isi produk adalah susu sapi. Konsumen sudah terpuaskan dengan adanya atribut ini pada kemasan Susu Pasteurisasi FaPet dimana terdapat 84 persen konsumen yang terpuaskan dengan kinerja atribut ini (Tabel 3). Kinerja atribut ini dianggap berlebihan karena nilai keinerjanya (3,10) berada jauh di atas rata-rata nilai kinerja atribut (2,70) (Tabel 4). Konsumen yang menganggap atribut ini penting adalah sebanyak 74 persen (Tabel 3). Nilai tingkat kepentingan atribut ini (2,96) berada di bawah rata-rata nilai kepentingan atribut sehingga dianggap kurang penting. Atribut ini termasuk dalam kuadran IV (berlebihan) sehingga diharapkan PT D-Farm Agriprima dapat mengurangi kinerja produk ini agar kinerja produk ini dapat bernilai sama dengan kepentingan kosumen. Berdasarkan penelitian di lapangan, sejumlah konsumen berpendapat bahwa konsumen cenderung mengabaikan adanya gambar bercak kulit sapi yang terdapat pada kemasan Susu Pasteurisasi FaPet karena ada atau tidaknya gambar bercak kulit sapi tersebut, konsumen tetap akan membeli dan mengkonsumsi Susu Pasteurisasi FaPet. f. Gambar pada Kemasan Menimbulkan Kesan Sehat Atribut gambar yang menimbulkan kesan sehat pada penelitian ini adalah ilustrasi desain yang menimbulkan kesan bahwa Susu Pateurisasi FaPet adalah produk yang aman untuk dikonsumsi. Atribut ini dinilai kurang penting oleh konsumen karena sebanyak 18 persen konsumen menyatakan tidak penting.
57
Nilai kepentingan atribut ini berada di bawah rata-rata nilai kepentingan atribut (Tabel 4) sehingga atribut ini dirasakan kurang penting oleh konsumen. Tingkat kinerja atribut ini sudah dirasakan baik karena 90 persen konsumen telah terpuaskan oleh kinerja atribut ini (Tabel 3). Nilai kerja atribut ini dibandingkan dengan rata-rata nilai kinerja atribut
juga dirasakan sudah baik karena nilai
kinerjanya berada di atas rata-rata (Tabel 4). g. Bentuk Huruf yang Menarik Mencerminkan Ciri Khas Produk Bentuk huruf merupakan salah satu identifikasi produk yang kuat karena huruf berperan sebagai elemen baca sekaligus elemen rupa sehingga dapat menghadirkan informasi penting tentang produk. Atribut bentuk huruf pada penelitian ini adalah kemampuan bentuk huruf yang menarik untuk dapat memberitahukan kepada responden tentang produk. Berdasarkan penelitian, atribut ini dinilai kurang penting oleh konsumen karena 48 persen konsumen menyatakan atribut ini tidak penting. Tingkat kinerja atribut ini dirasakan baik, karena sebanyak 86 persen konsumen telah terpuaskan oleh kinerja atribut ini (Tabel 3). Nilai kepentingan atribut berada di bawah ratarata nilai kepentingan atribut sehingga atribut ini dirasakan kurang penting oleh responden. Nilai kinerja atribut ini dibandingkan dengan rata-rata nilai kinerja taribut juga dirasakan sudah baik karena nilai kinerjanya berada di atas rata-rata (Tabel 4). h. Adanya Bentuk Huruf yang Berbeda pada Kemasan Atribut adanya bentuk huruf yang berbeda pada kemasan dalam penelitian ini ditekankan pada keserasian komposisi besar kecilnya ukuran huruf yang dipakai pada desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet.
Atribut ini dirasakan
penting oleh 96 persen konsumen (Tabel 3), namun berdasarkan nilai rata-rata kepentingan atribut, nilai kepentingan atribut ini berada di bawah rata-rata kepentingan atribut sehingga atribut ini dirasakan kurang penting oleh konsumen (Tabel 4). Tingkat kinerja atribut ini sudah dirasakan baik, karena 80 persen konsumen menyatakan puas dengan kinerja atribut ini (Tabel 3). Nilai kinerja
58
atribut ini dibandingkan dengan nilai kinerja rata-rata atribut juga dirasakan sudah baik karena nilai kinerjanya berada di atas rata-rata nilai kinerja atribut (Tabel 4).
59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1.
Kesimpulan
a) Pengukuran mengenai kepuasan konsumen terhadap atribut elemen desain kemasan Susu Pateurisasi FaPet melalui Customer Satisfaction Index (CSI) mendapatkan hasil bahwa masih terdapat 33,5 persen harapan konsumen yang belum terpuaskan dengan kinerja atribut elemen desain kemasan Susu Pasteurisasi FaPet. Pengembangan perlu dilakukan terhadap atribut elemen desain kemasan yang memiliki tingkat kinerja yang rendah tetapi kepentingan konsumen terhadap atribut tersebut tinggi. b) Atribut yang harus dikembangkan berdasarkan Importance Performance
Analysis (IPA) yaitu atribut pencantuman keterangan netto produk, pencantuman kode produksi dan tanggal kadaluarsa, penulisan huruf pada kemasan dapat dibaca dengan jelas, pencantuman label ”Halal” dan pencantuman nomor pendaftaran produk dari BPOM. c) Atribut yang perlu dipertahankan oleh PT D-Farm Agriprima karena memiliki tingkat kinerja yang tinggi dan
telah dapat memuaskan kepentingan
konsumen adalah atribut nama produk pada kemasan, adanya logo produk, adanya keterangan macam-macam rasa produk, pencantuman komposisi produk, adanya informasi cara penyimpanan produk, adanya alamat produsen, dan pencantuman alamat lengkap tempat produksi produk. 7.2.
Saran Desain kemasan produk Susu Pateurisasi FaPet perlu dikembangkan
dengan cara memperbaiki kinerja atribut berdasarkan alternatif pengembangan untuk meningkatkan ketertarikan konsumen terhadap desain kemasan dan untuk menaikkan angka penjualan Susu Pasteurisasi FaPet. Alternatif pengembangan desain kemasan Susu pasteurisasi FaPet adalah sebagai berikut: a) Atribut pencantuman keterangan netto produk pada kemasan sebaiknya ditulis dengan font size atau ukuran huruf yang lebih besar agar atribut ini dapat terlihat jelas oleh konsumen sehingga konsumen dapat mengetahui netto produk Susu Pasteurisasi FaPet.
60
b) Atribut pencantuman kode produksi dan tanggal kadaluarsa produk sebaiknya berada pada label utama agar dapat mengefisienkan waktu konsumen pada saat memilih produk sehingga konsumen tidak perlu lagi membalikkan kemasan produk untuk melihat kode produksi dan tanggal kadaluarsa. c) Pengembangan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja atribut penulisan huruf yang terlihat jelas pada kemasan adalah dengan menonjolkan penulisan aspek penting yang merupakan pengenal atau pemberi informasi tentang produk agar konsumen dapat langsung mengetahui keunggulan produk ketika melihat kemasan produk. d) Pengembangan yang dapat dilakukan pada atribut pencantuman label “Halal” pada kemasan adalah dengan mencantumkan label “Halal” dari lembaga resmi yang mengeluarkan label “Halal” tersebut, contohnya Majelis Ulama Indonesia (MUI), karena berdasarkan penelitian di lapangan, sebagian besar konsumen menginginkan adanya pencantuman label “Halal” pada produk agar mereka merasa aman untuk mengkonsumsi produk khususnya bagi umat muslim yang sangat mementingkan kehalalan suatu produk sebelum mengkonsumsinya. e) Pengembangan yang dapat dilakukan oleh PT D-Farm Agriprima untuk meningkatkan kinerja atribut pencantuman nomor pendaftaran produk dari BPOM adalah dengan mencantumkan nomor pendaftaran produk oleh BPOM dengan segera setelah dikeluarkannya surat keputusan nomor pendaftaran produk Susu Pasteurisasi FaPet dari BPOM, sehingga diharapkan dengan pencantuman nomor pendaftaran produk dari BPOM akan membuat konsumen lebih yakin dan merasa aman untuk membeli dan mengkonsumsi produk Susu Pateurisasi FaPet. f) Atribut yang memiliki tingkat kinerja yang tinggi dan telah dapat memuaskan kepentingan konsumen, seperti atribut nama produk pada kemasan, adanya logo produk, adanya keternagan macam-macam rasa produk, pencantuman komposisi produk, adanya informasi cara penyimpanan produk, adanya alamat produsen, dan pencantuman alamat lengkap tempat produksi produk perlu dipertahankan agar terus dapat memuaskan konsumen sehingga konsumen menjadi pelanggan setia Susu Pasteurisasi FaPet.
61
DAFTAR PUSTAKA Cenadi, Christine Suharto. 1999. Elemen-Elemen dalam Desain Komunikasi Visual. Diakses dari http://puslit.petra.ac.id/journals/design/ pada tanggal 17 Oktober 2009. Departemen Koperasi. 2008. Kriteria Usaha Mikro kecil dan Menengah. Diakses http://www.depkop.go.id/attachments/259_KRITERIA_UU_UMKM.pdf dari pada tanggal 15 Maret 2010. Engel, et al. 1994. Perilaku Konsumen Edisi Ke-6 ilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara. Harnasari, Artayati. 2009. Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen Cimory Yogurt Drink di Cimory Shop Bogor. Skripsi. Bogor: Program Studi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Iskandar, Ridwan. 2009. Komunikasi Pemasaran. Diakses dari http://ridwaniskandar.files.wordpress.com pada tanggal 3 Februari 2010. Juanda, B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor: IPB Press. Kotler, P dan Amstrong, G. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran (Terjemahan). Jakarta: Erlangga. Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran Edisi ke Sebelas Jilid 1dan 2. Diterjemahkan oleh Molan. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. Kusumastuti, Yatri I. 2009. Komunikasi Bisnis Membangun Hubungan Baik dan Kredibilitas. Bogor: IPB Press. Lakoro, Rahmatsyam. 2006. Studi Komunikasi Visual pada Kemasan Makanan Ringan. Diakses dari http://www.its.ac.id/personal/files/ pada tanggal 15 November 2009. Muharastri, Y. 2008. Analisis Kepuasan Konsumen Susu UHT Merek Real Good di Kota Bogor. Skripsi. Bogor: Program Studi Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Mustafa. 2000. Accidental Sampling. Diakses http://www.osun.org/accidentalsampling pada tanggal 20 Mei 2010.
dari
Natadjaja, Listia. 2002. Pengaruh Komunikasi Visual Antar budaya terhadap Pemasaran Produk pada Pasar Ekspor Ditinjau dari Warna dan Ilustrasi Desain Kemasan. Diakses dari http://puslit.petra.ac.id/journals/design/ pada tanggal 22 Oktober 2009.
62
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Siagian, B dan Sugiarto. 2003. Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Simamora, B. 2004. Riset Pemasaran Falsafah, Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Singarimbun, M. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta: Ghalia Indonesia. Stratford on Avon District Council. 2008. Customer Satisfaction Index July 2008 Results. Diakses dari http://www.stratford.gov.uf pada tanggal 14 Februari 2010. Supranto, J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta: PT. Rhineka Cipta. Wardhana, Surya Adhy. 2010. Analisis Kepuasan Konsumen produk Minuman Nata De Coco dengan Merek Es Campur Produksi PT. Amico Bekasi. Skripsi. Bogor: Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Yofa, Rangga Ditya. 2010. Analisis Proses Keputusan dan Kepuasan Konsumen dalam Pembelian Susu Sehat. Skripsi. Bogor: Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
63
LAMPIRAN
64
Lampiran 1. Dokumentasi Perubahan Desain Kemasan Susu Pasteurisasi FaPet ukuran cup 120 ml.
Desain Kemasan Susu Pasteurisasi FaPet Tahap I (kiri) dan II (kanan)
Desain Kemasan Susu Pasteurisasi FaPet Tahap III (kiri) dan IV (kanan)
65
Lampiran 2. Dokumentasi Alat dan Mesin Pengolahan Susu Pasteurisasi FaPet
Mesin Thermaflo kapasitas 500 liter (kiri) Mesin Cup Sealer and Filler (kanan)
Mesin Fadhel Teknik Kapasitas 40 liter (kiri) Milk Analizer, Laktodensimeter, dan Gun Tester (kanan)
Lampiran 3. Nilai Rataan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Variabel Nama Produk Logo Produk Keterangan macam-macam rasa produk Keterangan tentang netto produk Pencantuman komposisi produk Informasi cara penyimpanan produk Informasi cara penyajian Alamat produsen produk Kode produksi beserta tanggal kadaluarsa produk Bentuk kemasan yang berbeda untuk tiap ukuran Pengunaan warna yang menarik pada kemasan Penggunaan gambar yang sesuai dengan produk Warna kemasan yang berbeda dengan merek lain Warna kemasan yang unik dan mudah diingat Warna kemasan yang enak dipandang Adanya gambar-gambar pada kemasan Gambar pada kemasan menimbulkan kesan sehat Adanya gambar-gambar yang banyak warna Penulisan huruf pada kemasan dapat dibaca dengan jelas Bentuk huruf mencerminkan ciri khas produk Adanya bentuk huruf yang berbeda pada kemasan Pencantuman label “Halal” dari MUI pada kemasan Pencantuman nomor pendaftaran produk dari BPOM Pencantuman alamat lengkap produsen n = 50
4 45 34 29 28 37 26 15 19 46
Kepentingan 3 2 5 0 16 0 20 0 20 2 13 0 24 0 32 3 29 2 4 0
Rata-rata 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
3.90 3.68 3.54 3.52 3.74 3.52 3.24 3.34 3.92
Ranking 2 6 7 8 3 9 13 12 1
Kinerja 3 2 30 0 33 10 29 4 10 20 32 11 32 7 6 33 28 4 6 32
1 1 0 0 14 0 0 11 3 9
Ratarata 2.74 2.94 3.26 2.56 2.92 3.08 1.90 3.10 2.06
Ranking
4 19 7 17 6 7 11 0 15 3
15 8 2 17 9 6 23 4 21
10
21
17
2
2.76
22
4
28
16
3
2.70
16
14 13 17
22 29 24
14 8 8
0 0 1
3.00 3.10 3.14
18 17 15
5 4 4
27 30 37
11 15 8
7 1 1
2.76 2.74 2.88
13 14 11
17 14 11 10
26 28 26 31
7 8 13 7
0 0 0 2
3.20 3.12 2.96 2.98
14 16 21 20
4 2 5 12
35 22 37 33
10 20 8 5
1 6 0 0
2.84 2.40 3.10 3.14
12 18 5 3
7 21
17 26
21 3
5 0
2.52 3.36
24 11
0 5
19 23
28 12
3 4
2.32 2.34
20 19
13 7
25 19
11 19
1 5
3.00 2.56
19 23
4 3
39 37
7 7
3 3
3.00 2.92
7 10
39
9
2
0
3.74
4
0
7
20
23
1.68
24
37
13
0
0
3.74
5
0
11
28
11
2.00
22
18 5 0 Total Rata-rata Rata-rata
3.44 79.02 3.29
10
19
31 0 0 Total Rata-rata Rata-rata
3.38 64.76 2.70
1
27
66