ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERNAK ITIK PETELUR DENGAN SISTEM INTENSIF DAN TRADISIONAL DI KABUPATEN PRINGSEWU
(Skripsi)
Oleh : ELVITA FENIARTI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2010
ABSTRAK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERNAK ITIK PETELUR DENGAN SISTEM INTENSIF DAN TRADISIONAL DI KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh Elvita Feniarti1, Hanung Ismono2, dan Achdiansyah Soelaiman2
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui kelayakan finansial usaha peternakan itik secara intensif dan tradisional di Kecamatan Ambarawa dan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu, (2) Mengetahui pengaruh adanya perubahan kenaikan biaya produksi, penurunan harga jual telur itik, dan jumlah hasil produksi terhadap kelayakan finansial usaha peternakan itik secaran intensif dan tradisional di Kecamatan Ambarawa dan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Pemilihan lokasi menggunakan metode Sampling Purposive. Data Primer yang digunakan diperoleh dari kuisioner dan wawancara langsung. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur, media cetak dan beberapa instansi seperti Badan Pusat Statistika dan Dinas Peternakan. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2010. Analisis yang dilakukan meliputi kelayakan usaha dari perhitungan NPV, IRR, Gross B/C, Net B/C, Payback Period, dan Sensitivitas saat terjadinya kenaikan harga pakan, penurunan harga telur dan penurunan produksi telur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Usaha ternak itik petelur di Kabupaten Pringsewu dengan sistem intensif secara finansial menguntungkan dan layak dikembangkan pada tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 16%, (2) Perhitungan analisis finansial ternak itik petelur prospektif untuk dikembangkan dan menguntungkan pada tingkat suku bunga yang berlaku. Usaha ternak itik ini merupakan unit usaha yang stabil meski terjadi penurunan produksi telur itik sampai dengan 20%, penurunan harga jual telur itik sampai dengan 16,67% dan kenaikan harga pakan sampai 10%. Kata Kunci : Itik, analisis kelayakan, Pringsewu.
Keterangan : 1 (Sarjana Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian) 2 (Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian)
ABSTRACT FINANCIAL FEASIBLITY ANALYSIS DUCK LAYING EGGS WITH TRADITIONAL AND INTENSIVE SYSTEM IN PRINGSEWU DISTRICT
By Elvita Feniarti1, Hanung Ismono2, dan Achdiansyah Soelaiman2
This research had purposes to: (1) determine the financial feasibility of intensive and traditional farming ducks in Ambarawa and Gadingrejo Sub-District Pringsewu District, (2) determine the effects of the increase production cost, decrease price duck eggs, and number the production result on financial feasibility of intensively and traditionally duck farm in Ambarawa and Gadingrejo Sub-District Pringsewu District. Location of the research was chosen purposively. The primary data was collected by interviewing farmers and using structured questioners. The secondary data was collected from literatures, news paper, and information from some institutions, such as Animal Husbandry Department and Central Bureau of Statistics. The research was conducted on April 2010. The analysis was conducted on the feasibility of calculating the NPV, IRR, Gross B/C, Net B/C, Payback Period and Sensitivity analysis of feed price, egg selling price and egg production. The result showed that: (1) duck farming in Pringsewu District, where intensive and traditional systems, financially feasible to be developed on the accerting interest rate (i.e 16%), (2) the calculation of the financial analysis of prospective duck farm to be developed and profitable on the accerting interest rate. Duck farming will be stable even if duck egg production decline up to 20%, selling prices of duck eggs decline up to 16,67% and feed prices rise up to 10 %.
Keywords : duck, feasibility analysis, Pringsewu.
1 2
Scholar of Social Economic Department, Faculty of Agriculture, the University of Lampung Lecturers of Social Economic Department, Faculty of Agriculture, the University of Lampung
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERNAK ITIK PETELUR DENGAN SISTEM INTENSIF DAN TRADISIONAL DI KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh ELVITA FENIARTI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2010
Judul Skripsi
: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERNAK ITIK PETELUR DENGAN SISTEM INTENSIF DAN TRADISIONAL DI KABUPATEN PRINGSEWU
Nama Mahasiswa
: Elvita Feniarti
Nomor Pokok Mahasiswa
: 0514021022
Jurusan / Program Studi
: Sosial Ekonomi Pertanian / Agribisnis
Fakultas
: Pertanian
MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P NIP. 19620623 198603 1 003
Ir. Achdiansyah Soelaiman, M.S NIP. 19560826 198603 1 001
2. Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M. P. NIP. 19620623 198603 1 003
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua
Sekretaris
Penguji Bukan Pembimbing
: Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P
.................
: Ir. Achdiansyah Soelaiman, M.S
.……….....
: Dr. Ir. M. Irfan Affandi, M.Si
…………..
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 13 November 2010
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 06 Maret 1987. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Bustami Sa‟ad (almarhum) dan Ibu Siti Saleha, S.Pd.I. Penulis menyelesaikan studi tingkat Sekolah Dasar (SD) di SDN 2 Labuhan Ratu pada tahun 1999 , pendidikan Sekolah lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTPN 9 Bandar Lampung pada tahun 2002, dan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di MAN 1 (MODEL) Bandar Lampung pada tahun 2005. Penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis pada tahun 2005 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB)
Selama di bangku kuliah, penulis pernah menjadi Panitia perlombaab word blank and spelling (SEC) tahun 2005, Pemenang ketiga perlombaan Be Entrepreneur With Pojok BNI di Universitas Lampung tahun 2008, Pada tahun 2008 mengikuti Kuliah Kerja lapang (KKL) selama delapan hari ke Malang, Bali Dan Yogyakarta. Asisten Dosen pada mata kuliah Kewirausahaan semester genap tahun 2009, Melaksanakan Praktik Umum selama empat puluh hari pada tahun 2009 di Perusahaan Juang Jaya Abdi Alam.
Selama masa perkuliahan, penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan kampus diantaranya: Sosek English Club (SEC) periode 2005-2006, FOSI (Forum Studi Islam) periode 2006-2007.
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, yang telah memberikan cahaya dan hikmah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Muhammad Rasulullah SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan, juga kepada keluarga, sahabat, dan penerus risalahnya yang mulia.
Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Finansial Ternak Itik Petelur dengan Sistem Intensif dan Tradisional di Kabupaten Pringsewu”, banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, serta saran-saran yang membangun, karena itu dengan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga nilainya kepada : 1.
Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., sebagai Ketua jurusan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, sekaligus sebagai Pembimbing Pertama, yang telah memberikan bimbingan, masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.
2.
Ir. Achdiansyah Soelaiman, M.S., sebagai Pembimbing Kedua, yang telah memberikan bimbingan, masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.
3. Dr. Ir. M. Irfan Affandi, M.Si., sebagai sebagai Dosen Penguji Skripsi ini atas
saran, arahan dan nasehatnya.
4. Ir. Umi Kalsum, M.S., sebagai Dosen Pembimbing Akademik atas bantuan
dan sarannya selama masa kuliah. 5. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung. 6. Ir. Eka Kasymir, M.S., dan Novi Rasanti, S.P., selaku Penanggung Jawab
Laboratorium Analisis Agribisnis dan Ekonomi Pertanian atas bantuan dan arahan yang telah diberikan. 7. Bapak Suparlan, Tasno, Haris dan Kakak Nandi yang telah banyak memberi
informasi mengenai data-data dalam skripsi ini. 8. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian (Mba Iin,
Mba Ai, Mas Bukhari, Mas Kardi, Pak Margono dan Mas Boim) atas semua bantuan yang telah diberikan. 9. Orang tuaku Tercinta, Mamaku tersayang Siti Saleha, S.Pd.I dan Papa ku
tersayang Bustami Saat (Almarhum), Kakakku tercinta Lia Desiani, A.Md dan adikku tersayang Irfansyah Putra, atas semua limpahan kasih sayang, dukungan, doa, dan bantuan yang telah diberikan hingga tercapainya gelar Sarjana Pertanian ini. 10. Sahabat dan Teman-teman AGB 05; Novi, Anggun, Resti, Hanum, Eni,
Dayang,Yuli, Shinta, Ganis, Della, Friska, Fitri, Ade, Mary, April, Twe, Aty, Nining, Mitha, Resi, Kombe, Ninda, Dita, Ocha, Tio, Koko, Ari, Budi, Deni, Indra, Arif, Sutris, Niko, Oki dan yang senantiasa memberikan bantuan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta atas kebersamaan dan keceriaaan yang kita lalui bersama.
11. Teman-teman AGB 06 (Eliya, Dina Meliana, Erni, Astri, Rani, Rini, Harly,
Astari, Rahma Dina, Astria, Yuni Fransiska, Nuriavita, Tiar, Dina Iryanti, Arif). Terima kasih atas semangat, kebersamaan, kecerian, bantuan yang telah diberikan selama ini. 12. Rekan-rekan Pkp „05, Atu n kiyai ‟03 dan ‟04, adinda Sosek ‟06, ‟07, ‟08 ,
09 dan rekan-rekan FP Unila atas persahabatan dan kerjasamanya selama ini. 13. Semua pihak yang telah membantu demi terselesainya skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan dan memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua. Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.
Bandar Lampung, Penulis,
Elvita Feniarti
November 2010
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ....................................................................................
Halaman i
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
ii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
iii
I.
PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Tujuan Penelitian ........................................................................
10
C. Kegunaan Penelitian ....................................................................
10
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .......
11
A. Tinjauan Pustaka .........................................................................
11
1. Budidaya Itik ......................................................................... a. Karakteristik Komoditas .................................................... b. Kandang Itik ...................................................................... c. Pemilihan Pembibitan Ternak Itik ..................................... d. Pakan Itik ........................................................................... e. Tata Laksana Pemeliharaan Itik ......................................... f. Gizi Pakan Itik .................................................................... g. Hama dan Penyakit ............................................................ h. Panen dan Pasca Panen ......................................................
11 11 12 16 19 21 25 27 28
2. Analisis Finansial .................................................................. 1. Net Present Value (NPV) ................................................... 2. Internal Rate of Return (IRR) ............................................ 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ....................................... 4. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) ............................... 5. Payback Period (Pp) ..........................................................
29 32 33 34 35 35
3. Analisis Sensitivitas ..............................................................
36
4. Analisis Titik Impas (Break Event Point) ..............................
38
B. Hasil Penelitian Terdahulu ..........................................................
40
C. Kerangka Pemikiran ....................................................................
41
III. METODE PENELITIAN ...............................................................
45
A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional .....................................
45
II.
B. Penentuan Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian .................
50
C. Metode Penelitian dan Pengumpulan data ..................................
52
D. Metode Pengolahan dan Analisis Data .......................................
52
1. Analisis Finansial ................................................................... a. Net Present Value (NPV) .................................................. b. Internal rate of return (IRR) ............................................. c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ...................................... d. Gross benefit cost ratio (gross B/C) ................................. e. Periode kembali modal (Payback periode) ......................
53 53 54 55 55 56
2. Analisis Sensitivitas ..............................................................
57
3. Analisis Titik Impas ...............................................................
59
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN .........................
60
A. Gambaran Umum Kabupaten Pringsewu ...................................
60
B. Gambaran Umum Kecamatan Ambarawa ..................................
64
C. Gambaran Umum Kecamatan Gadingrejo .................................
69
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................
73
A. Usaha Budidaya Itik Petelur ....................................................... 1. Bididaya itik petelur dengan sistem intensif .......................... a. Lokasi usaha ...................................................................... b. Persiapan kandang............................................................. c. Peralatan ............................................................................ d. Bibit itik petelur ................................................................ e. Penggunaan bibit itik ........................................................ f. Rontok bulu ....................................................................... g. Pakan dan vitamin itik....................................................... h. Pemeliharaan kandang ...................................................... i. Pemanenan ....................................................................... j. Pemasaran ......................................................................... 2. Budidaya ternak itik dengan sistem tradisional ..................... a. Lokasi Peternakan Itik....................................................... b. Pakan dan tingkat kematian itik ........................................ c. Pengelompokkan Itik ........................................................ d. Sistem dan lokasi pengembalaan itik ................................
73 73 73 74 75 75 76 77 78 80 81 82 83 83 84 85 86
B. Analisis Finansial Pemeliharaan Itik ..........................................
87
V.
1. Asumsi-asumsi analsisi finansial ........................................... 2. Analisis finansial pemeliharaan itik petelur........................... a. Biaya usaha peternakan itik petelur secara intensif .......... b. Penerimaan peternakan itik secara intensif ....................... c. Biaya usaha peternakan itik petelur secara tradisional ..... d. Analisis finansial ternak itik petelur .................................
87 89 89 93 94 97
C. Analisis Titik Impas ...................................................................
103
D. Analisis Sensitivitas...................................................................
104
VI. Simpulan dan Saran ........................................................................
112
A. Simpulan .....................................................................................
112
B. Saran ...........................................................................................
112
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
114
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Nilai gizi telur itik dan telur ayam per 100 gram telur .................
2
2.
Populasi ternak itik di Provinsi Lampung per Kabupaten/ Kota tahun 2008 ....................................................................................
5
Kelebihan dan kekurangan pemeliharaan itik petelur secara tradisional dan intensif ..................................................................
6
Populasi ternak unggas di Kabupaten Pringsewu per Kecamatan tahun 2008 ....................................................................................
8
5.
Kebutuhan beberapa nutrisi itik tipe petelur ................................
20
6.
Banyaknya penduduk Kabupaten Pringsewu per Kecamatan menurut pemeluk agama tahun 2008 ...........................................
62
Banyaknya pekon (desa) / kelurahan per Kecamatan di Kabupaten Pringsewu tahun 2008 ..................................................
63
Luas panen dan produksi padi sawahdi Kabupaten Pringsewu tahun 2008 ....................................................................................
64
Penduduk Kecamatan Ambarawa menurut pekon, jenis kelamin dan sex ratio tahun 2007 ...............................................................
66
Data kepadatan penduduk Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu tahun 2009 ....................................................................
67
Data panjang ruas jalan di Kecamatan Ambarawa Kebupaten Pringsewu .....................................................................................
68
Luas tanah dan peruntukannya (ha) di Kecamatan Ambarawa tahun 2009 .....................................................................................
69
Area pengembalaan itik secara tradisional di Kecamatan Ambarawa ......................................................................................
83
3.
4.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Biaya variabel pada pemeliharaan itik petelur di Kecamatan Gadingrejo ......................................................................................
92
Penerimaan dan pemeliharaan itik intensif di Kecamatan Gadingrejo ......................................................................................
94
16.
Biaya transportasi peternakan itik petelur secara tradisional .......
96
17.
Biaya operasional ternak itik petelur dengan sistem tradisional di Kecamatan Ambarawa... ................................................................
97
Analisis Finansial Ternak Itik Petelur di Kecamatan Gadingrejo ......................................................................................
98
Analisis Finansial Ternak Itik Petelur di Kecamatan Ambarawa ......................................................................................
98
Analisis sensitivitas pada perubahan penurunan produksi telur, penurunan harga jual telur, kenaikan biaya produksi (pakan) pada tingkat suku bunga 16 % pada usaha peternakan itik di Kecamatan Gadingrejo ..................................................................
106
Analisis sensitivitas pada perubahan penurunan produksi telur, penurunan harga jual telur pada tingkat suku bunga 16 % pada usaha peternakan itik di Kecamatan Gadingrejo ............................
106
15.
18.
19.
20.
21.
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Atap kandang tipe Shade (miring tunggal) ................................. 15 2. Atap kandang tipe monitor (miring ganda) .................................
15
3. Atap kandang tipe gable (kombinasi panggung dan lantai) ........
16
4. Break Event Point (Analisis Titik Impas) ...................................
40
5. Kerangka pemikiran analisis kelayakan ternak itik petelur dengan sistem intensif dan tradisional di Kabupaten Pringswu ..............
44
6. Mesin penghancur keong ............................................................
79
7. Pemberian pakan itik ...................................................................
79
8. Pemanenan telur itik petelur........................................................
81
9. Alat transportasi usaha peternakan itik ......................................
82
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1.
Biaya penyusutan peralatan dan umur ekonomis ..........................
1
2.
Rugi laba usaha itik petelur secara intensif di Kecamatan Gadingrejo (tahun 1) .....................................................................
2
Rugi laba usaha itik petelur secara intensif di Kecamatan Gadingrejo (tahun 2) ......................................................................
3
Rugi laba usaha itik petelur secara intensif di Kecamatan Gadingrejo (tahun 3) ......................................................................
4
Penerimaan dan pengeluaran pada tahun 1 sampai 15 (sistem intensif di Kecamatan Gadingrejo .................................................
5
Penurunan produksi telur itik secara intensif sebesar 20% di Kecamatan Gadingrejo ..............................................................
7
Penurunan harga telur itik dengan sistem intensif sebesar 16,67% Di Kecamatan Gadingrejo .............................................................
9
Kenaikan harga pakan itik petelur dengan sistem intensif sebesar 10% di Kecamatan Gadingrejo.........................................
11
Analisis finansial usaha ternak itik secara intensif di Kecamatan Gadingrejo dengan suku bunga 16% per tahun .............................
13
Analisis finansial usaha peternakan itik petelur secara intensif di Kecamatan Gadingrejo pada penurunan produksi telur 20%.....
14
Analisis finansial usaha peternakan itik petelur secara intensif di Kecamatan Gadingrejo pada penurunan harga telur itik 16,67% .....................................................................................
15
Analisis finansial usaha peternakan itik petelur secara intensif di Kecamatan Gadingrejo pada kenaikan harga pakan itik 10% ..........................................................................................
16
Perhitungan laju kepekaan analisis sensitivitas..............................
17
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Analisis sensitivitas pada perubahan penurunan produksi telur , penurunan harga jual telur, kenaikan biaya produksi (pakan) pada tingkat suku bunga 16% per tahun pada usaha peternakan itik petelur di Kecamatan Gadingrejo ...........................................
18
Rugi laba usaha itik petelur secara tradisional di Kecamatan Ambarawa (tahun 1) .....................................................................
19
Rugi laba usaha itik petelur secara tradisional di Kecamatan Ambarawa (tahun 2) ......................................................................
20
Rugi laba usaha itik petelur secara tradisional di Kecamatan Ambarawa (tahun 3)... ...................................................................
21
Penerimaan dan pengeluaran pada tahun 1 sampai 15 (sistem tradisional di Kecamatan Ambarawa .............................................
22
Penurunan produksi telur itik secara tradisional sebesar 20% di Kecamatan Ambarawa ...............................................................
23
Penurunan harga telur itik secara tradisional sebesar 16,67% di Kecamatan Ambarawa ...............................................................
24
Analisis finansial usaha ternak itik secara tradisional di Kecamatan Ambarawa dengan suku bunga 16% per tahun ..............................
25
Analisis finansial usaha peternakan itik petelur secara tradisional di Kecamatan Ambarawa pada penurunan produksi telur 20% .....
26
Analisis finansial usaha peternakan itik petelur secara tradisional di Kecamatan Ambarawa pada penurunan harga telur itik 16,67% .....................................................................................
27
24.
Perhitungan laju kepekaan analisis sensitivitas .............................
28
25.
Analisis sensitivitas pada perubahan penurunan produksi telur , penurunan harga jual telur pada tingkat suku bunga 16% per tahun pada usaha peternakan itik petelur di Kecamatan Ambarawa ..................................................................
28
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan peternakan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan pertanian, terutama pada saat terjadinya krisis ekonomi dan mengalami kontraksi pertumbuhan yang negatif 1,92 % , menyebabkan suatu fluktuasi yang amat tajam dalam sejarah peternakan di Indonesia (Bustanul Arifin, 2010), oleh karena itu peningkatan pembangunan peternakan harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani peternak. Untuk meningkatkan pembangunan peternakan saat ini pola pendekatan pembangunan melalui pengembangan kawasan agribisnis berbasis peternakan, sehingga masyarakat peternak benarbenar dalam usahanya mulai berpikir bisnis untuk mencari keuntungan.
Agribisnis berbasis peternakan itu sendiri adalah salah satu fenomena yang tumbuh pesat ketika basis lahan menjadi terbatas, tuntunan sistem usahatani terpadupun menjadi semakin rasional, seiring dengan tuntutan efisiensi dan efektivitas penggunaan lahan, tenaga kerja, modal dan faktor produksi lain yang amat terbatas tersebut (Arifin, 2010). Pengembangan kawasan agribisnis peternakan sangat terkait dengan lingkungan sekitarnya khususnya yang berbasis pada lahan pertanian (agroekosistem) seperti ekosistem perusahaan, perkebunan, perikanan dan ekosistem lainnya. Keterpaduan peternakan dengan agroekosistem
tersebut, maka komoditas ternak dapat menjadi unggulan atau sebagai penunjang, tergantung pada tingkat potensi serta pendapatan dari produk pertanian yang dihasilkan dari kawasan tersebut. (Dinas Peternakan Dan Kesehatan Provinsi Lampung, 2003)
Perkembangan usaha peternakan unggas di Indonesia relatif lebih maju dibandingkan usaha ternak yang lain. Hal ini tercermin dari kontribusinya yang cukup luas dalam memperluas lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan terutama sekali dalam pemenuhan kebutuhan makanan bernilai gizi tinggi (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, 2003). Salah satu usaha perunggasan yang cukup berkembang di Indonesia adalah usaha ternak itik. Ternak itik saat ini tidak sepopuler ternak ayam, akan tetapi itik mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur dan daging. Apabila dibandingkan dengan ternak unggas yang lain, ternak itik mempunyai kelebihan diantaranya adalah memiliki daya tahan terhadap penyakit, oleh karena itu usaha ternak itik memiliki resiko yang relatif lebih kecil dan sangat potensial untuk dikembangkan. Itik mempunyai kandungan protein telur itik cukup tinggi yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Gizi Telur Itik dan Telur Ayam Per 100 Gram Telur Jenis Telur Telur Itik Telur Ayam
Kalori (kkal) 163 189
Lemak (g) 14.3 11.5
Protein (g) 13.1 12.8
Kalsium (mg) 56 54
Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan (1972)
Besi (mg) 2.8 2.7
Vita. A (SI) 1 230 900
Ternak itik merupakan penyumbang terhadap produksi telur nasional yang cukup signifikan, yakni sebagai penyumbang kedua terbesar setelah ayam ras. Itik berperan sebagai penghasil telur dan daging, sebanyak 19,35% dari 793.800 ton kebutuhan telur di Indonesia diperoleh dari telur itik (Ditjennak, 2005). Ukuran telurnya lebih besar dari telur ayam kampung, ternak itik mudah pemeliharaannya, mudah beradaptasi dengan kondisi setempat serta merupakan bagian dari kehidupan masyarakat tani pedesaan.
Itik mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan unggas lain yaitu (1) dari segi laju pertumbuhannya, ternak itik dapat tumbuh lebih cepat, (2) ternak itik diyakini jauh lebih tahan terhadap penyakit, (3) dalam bentuk usaha peternakan rakyat, peternakan itik dapat diusahakan dengan memanfaatkan peralatan yang amat sangat sederhana, (4) dalam usaha peternakan itik yang diusahakan secara digembalakan (tradisional), dapat memanfaatkan alam sekitar di mana banyak terdapat sumber-sumber karbohidrat dan protein yang terbuang sia-sia seperti sisasisa panen padi di sawah, cacing, ikan-ikan kecil di sungai-sungai dan itik memiliki instink berkelompok (flocking instinct) yang amat kuat, sehingga dapat membantu dalam hal pengendalian terutama untuk model pemeliharaan yang bersifat ekstensif (digembalakan), (5) kulit telur itik pada umumnya lebih tebal yang mempunyai arti penting dalam hal mengurangi resiko pecah atau retak terutama dalam penanganan (product handling) dan transportasi, (6) saat bertelur pada itik biasanya terjadi serentak pada pagi hari yaitu sebelum matahari terbit, sehingga pengambilan telur dalam kandang bisa dilakukan dengan satu kali saja. Hal ini terjadi suatu penghematan tenaga kerja yang cukup berarti, (7) kemampuan berproduksinya lebih lama, (8) secara umum harga produk ternak
itik baik untuk komoditi telur atau daging terasa lebih stabil dibandingkan dengan jenis unggas lain. (Hendra, 2009)
Itik pun mempunyai beberapa prospek peluang usaha yang cukup menjanjikan yaitu (1) produksi ternak itik 200-240 butir telur per ekor per tahun, dengan asumsi harga jual Rp 1.200 per butir, telur itik sangat potensial sebagai sumber pendapatan dan merupakan usaha baru yang prospektif, disamping sebagai sumber protein hewani keluarga petani, (2) permintaan pasar terhadap produk itik (telur dan daging) secara nasional masih besar, untuk mengantisipasi lonjakan permintaan tersebut, pemeliharaan itik secara tradisional maupun intensif layak dikembangkan, (3) telur itik cukup disukai oleh pembeli, baik untuk dimakan sehari-hari maupun sebagai bahan baku pembuatan makanan ringan lainnya seperti kue, (4) semakin naiknya kebutuhan masyarakat akan bahan pangan kaya protein hewani, sebagai akibat membaiknya pendapatan dan pengetahuan gizi. ( Sentra Bisnis UKM, 2009)
Propinsi Lampung dengan letak geografisnya merupakan daerah yang sangat strategis dan potensial untuk pengembangan industri peternakan, mengingat potensi dan daya dukung lahan cukup besar yang dapat menampung sekitar 1,41 juta satuan ternak. Sementara saat ini baru 36,43 % satuan ternak yang ada, sehingga masih bisa menampung 63,56 % satuan ternak lagi (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, 2008). Hal ini juga didukung oleh sumber daya manusia dan kelembagaan yang bergerak di bidang pembangunan peternakan.
Populasi ternak baik ternak pemerintah maupun ternak rakyat yang terbesar di seluruh wilayah Lampung merupakan aset yang perlu diamankan, dibina dan dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat mewujudkan sekaligus mempertahankan Lampung sebagai Lumbung Ternak. (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, 2003) Populasi ternak itik di Provinsi Lampung cukup baik dan sangat baik untuk mengembangkan peternakan di Provinsi Lampung. Populasi ternak itik provinsi Lampung dapat disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Populasi Ternak Itik di Provinsi Lampung Per Kabupaten / Kota tahun 2008 (ekor) No Kabupaten/ Kota 1 Kab. Lampung Barat 2 Kab. Tanggamus Kab. Lampung 3 Selatan
2003 2004 2005 2006 2007 2008 43,692 44,633 45,812 45,988 54,115 64,88 112 60,77 43,329 68,415 74,634 80,094 264,35 315,58 277,55 66,618 64,457 0
0
0
51,04
4
Kab. Pesawaran
0
0
12,594
5
46,548 46,548 46,548
6
Kab. Lampung Timur Kab. Lampung Tengah
57,18
50,039
53,55
7
Kab. Lampung Utara
25,501 30,868 30,968 19,639 13,402 14,595
8
Kab. Way Kanan
14,52
9
40,411 41,647 71,671 84,959 108,47 138,49
10
Kab. Tulang Bawang Kota Bandar Lampung
6,975
6,842
6,597
6,933
11
Kota Metro
10,288 12,306 10,562
8,135
9,822
25,518
72,036 72,483 74,654 66,157 65,719 63,825
5,795
16,985 20,837 15,634 20,202 20,587
6,99
Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung tahun 2009
Pada Tabel 2 terlihat bahwa populasi ternak itik di Provinsi Lampung dari tahun 2003 sampai pada tahun 2008 mengalami fluktuasi pertumbuhan. Pada Kabupaten Tanggamus (Kabupaten ini telah mengalami pemekaran menjadi
Kabupaten Pringsewu) terutamanya telah mengalami penurunan dan kenaikan populasi itik yang cukup signifikan, yaitu pada tahun 2003 - 2006, hal ini disebabkan oleh krisis ekonomi yang melanda Indonesia yang berpengaruh terhadap perkembangan populasi ternak terutama di provinsi lampung dan juga disebabkan oleh permodalan yang sulit untuk diakses oleh peternak, kualitas bibit dan produktivitas ternak di Lampung masih rendah. (Dinas peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, 2008). Pada tahun selanjutnya di daerah Pringsewu terjadi kestabilan dan kenaikan yang cukup baik.
Kabupaten Pringsewu merupakan sentra peternakan itik terbesar kedua setelah Kabupaten Tulang Bawang. Kabupaten ini merupakan sentra peternakan itik yang baik dimana masyarakat yang berternak itik masih memanfaatkan cara peternakan secara tradisional (digembalakan) dan intensif (terkurung). Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pemeliharaan itik petelur tradisional dan intensif, dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Kelebihan dan Kekurangan Pemeliharaan Itik Petelur secara Tradisional dan Intensif No 1 2 3 4 5 6 7
Aspek Kegiatan Investasi yang dibutuhkan Teknologi yang dipakai Efisiensi tenaga kerja Produktivitas pekerja Efisiensi lahan Penanggulangan penyakit Pengembangan usaha
Tradisional Rendah Mudah Rendah Sangat rendah Rendah Sulit Sulit
Sumber :Wasito dan Siti Rohani (1994)
Intensif Tinggi Sulit Tinggi Lebih tinggi Tinggi Mudah Mudah
Beternak secara sistem tradisional yaitu sistem pemeliharaan dimana ternak itik dilepas atau digembalakan di sawah setelah musim panen untuk mencari makanan sendiri. Produksi telurnya sangat bergantung pada ketersediaan pakan di sawah. Ternak itik yang dipelihara secara tradisional mampu menghasilkan telur ± 120125 butir/ ekor/tahun.(Sarworini, 2002)
Beternak itik secara intensif (dikandangkan) adalah Itik tidak lagi digembalakan di sawah untuk mencari makan sendiri, tetapi pakan dan minum disediakan dalam kandang. Air untuk berenang-renang tidak disediakan sehingga itik hanya memanfaatkan energinya untuk produksi telur. Sistem intensif memiliki keuntungan yaitu produktivitas telur lebih tinggi, kesehatan dan keselamatan itik lebih terjamin serta biaya pemeliharaan lebih efisien. Sistem pemeliharaan intensif telurnya dapat mencapai lebih dari 200 – 225 butir/ekor/tahun (Sarworini, 2002).
Itik yang dikandangkan mampu menghasilkan telur yang lebih banyak dengan produksi yang lebih stabil dan lebih baik dibandingkan dengan sistem tradisional (digembalakan). Pertimbangan ekonomis lainnya untuk memelihara itik secara intensif adalah dapat menghemat tenaga. Seorang peternak dalam sistem penggembalaan hanya mampu merawat paling banyak 100 ekor itik, sedangkan dengan cara dikandangkan mampu merawat 600-1.000 ekor itik sekaligus. (Rochjat, 2000)
Pemeliharaan Ternak itik yang berada di Kabupaten Pringsewu cukup baik, dengan memanfaatkan persawahan yang ada disekitar peternakan itik tersebut dan dapat memenuhi pakan itik, yang baik bagi pertumbuhan telur dan gizinya.
Populasi ternak unggas yang berada di Kabupaten Pringsewu dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Pringsewu per Kecamatan tahun 2008 No
Kecamatan
Ayam Buras
Ayam Ras Petelur
Ayam Ras Pedaging
Itik
1
Pardasuka
8.776
-
-
4.256
2
Ambarawa
12.418
-
5.000
18.056
3
Pagelaran
12.039
-
10.000
2.676
4
Pringsewu
19.730
23.500
20.000
5.196
5
Gadingrejo
13.610
72.000
1.620.000
8.846
6
Sukoharjo
18.550
18.550
41.000
3.420
7
Banyumas
8.550
3.000
958
8
Adiluwih
14.871
5.000
42.200
3.840
Jumlah
108.544
119.050
1.741.200
47.248
Sumber : Kabupaten Tanggamus dalam Angka tahun 2009
Salah satu populasi ternak itik di Kabupaten Pringsewu yaitu berada di Kecamatan Ambarawa yaitu 18.056 (sistem tradisional) dan Kecamatan Gadingrejo yaitu 8.846 (Sistem Intensif). Pada Kecamatan Ambarawa memiliki persawahan yang cukup baik dan sebagian peternak menggunakan lahan sawah dengan luas 1.383,80 Ha, untuk memenuhi pakan alternatif itik. (Kecamatan Ambarawa dalam Angka, 2008)
Pengembangan usaha peternakan itik ini diharapkan dapat membantu peternak itik dalam mengelola usahanya. Permasalahan yang dihadapi peternak itik terutama modal yang kurang dalam penyediaan sarana produksi. Harga sarana produksi peternakan itik terutama harga pakan yang merupakan komponen terbesar dari
biaya produksi ternak itik. Walaupun dalam beternak itik terdapat banyak kendala dan resiko yang dihadapi, tetapi prospek dan potensi itik di Lampung sangat cerah, sehingga membuat peternak di Kecamatan Ambarawa dan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tetap berusaha ternak itik tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis kelayakan finansial mengenai usaha peternak itik ini, sehingga dapat diketahui kelayakan usaha tersebut dapat dikembangkan.
Analisis finansial berkaitan dengan masalah keuntungan pendapatan (revenue earning) yang diperoleh oleh suatu proyek atau usaha. Hal ini berkaitan dengan masalah apakah proyek yang bersangkutan sanggup menjamin dana yang dibutuhkan dan apakah sanggup membayar kembali serta apakah proyek tersebut bisa menjamin kelangsungan hidupnya secara finansial (Sanusi, 2000). Berkaitan pula dengan sistem yang diterapkan pada peternakan itik yaitu sistem secara tradisional dan intensif.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, dapat diidentifikasi perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah usaha peternakan itik secara intensif dan tradisional di Kecamatan Ambarawa dan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu layak secara finansial? 2. Apakah usaha peternakan itik secara intensif dan tradisional di Kecamatan Ambarawa dan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tetap layak setelah adanya perubahan kenaikan biaya produksi, penurunan harga jual telur itik dan jumlah hasil produksi?
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk 1. Mengetahui kelayakan finansial usaha peternakan itik secara intensif dan tradisional di Kecamatan Ambarawa dan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. 2. Mengetahui pengaruh adanya perubahan kenaikan biaya produksi, penurunan harga jual telur itik, dan jumlah hasil produksi terhadap kelayakan finansial usaha peternakan itik secaran intensif dan tradisional di Kecamatan Ambarawa dan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.
C. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi 1. Peternak itik, sebagai masukan dalam mengambil keputusan dan penggunaan faktor-faktor produkasi dalam pengelolaannya usaha ternaknya untuk mencapai efisiensi usaha, kelangsungan usaha dan memaksimalkan keuntungan, serta untuk mengetahui sistem pemeliharaan yang baik untuk kelangsungan pengembangan peternakannya. 2. Dinas / Instansi terkait, sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan, serta memberikan penyuluhan tentang pemahaman gizi itik yang baik dengan memanfaatkan pakan alternaitf yang mudah didapat disekitar peternak.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Budidaya Itik
a. Karakteristik Komoditas
Itik tegal merupakan itik Indian runner dari jenis itik jawa (Anas javanivus). Dinamakan itik tegal karena berkembang dan banyak dipelihara di Tegal. Itik tegal ini tergolong sebagai itik tipe petelur produktif. Karakteristik itik tegal yakni berbadan langsing dengan postur tubuh tegak lurus (tidak horizontal) pada saat berjalan dan jika dilihat dari arah kepala, leher, punggung sampai belakang, bentuknya menyerupai botol. Tubuhnya langsing dengan berat tubuh rata-rata 1,5 kg per ekor. Kepalanya kecil, matanya bersinar terang dan terletak agak di bagian atas. Lehernya panjang dan bulat, tinggi badannya antara 45-50 cm. Warna bulu itik tegal cukup bervariasi, tetapi warna yang paling banyak dijumpai adalah kecoklat-coklatan, akan tetapi yang dinilai sangat produktif adalah itik tegal yang berbulu “branjangan”, yaitu warna bulu bertotol cokelat. Selain itu ada juga yang berwarna putih bersih, putih kekuning-kuningan, abu-abu hitam, atau warna campurannya. Itik ini tidak mempunyai sifat mengerami telurnya. Mempunyai daya tahan tinggi dan dapat berjalan jauh.
Itik tegal mulai bertelur pada umur 5,5 – 6 bulan, tetapi masa produksi telur itik tegal terjadi pada umur 1-2 tahun. Masa bertelur ini bisa berlangsung sampai 3 kali. Lama bertelur mencapai 11 bulan per tahunnya. Setelah bertelur, itik akan mengalami masa istirahat selama 33,5 bulan. Pada saat inilah bulu-bulunya rontok. Setelah masa istirahat, itik mulai bertelur kembali. Hasil telur itik tegal dapat mencapai 250 butir/ ekor/ tahunnya, berat telurnya berkisar antara 60 – 70 gram/ butir. (Argono, 2008)
b. Kandang Itik Sama halnya seperti ternak ayam, maka ternak itik juga memerlukan kandang terutama pada malam hari. Oleh karena itu kandang itik harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut : 1. Mempunyai luas yang cukup untuk jumlah itik yang di pelihara, maupun untuk rencana perluasan usaha. 2. Terpisah dari tempat pemukiman atau rumah 3. Mempunyai ventilasi udara yang cukup. 4. Cukup masuk sinar matahari, kandang sebaiknya menghadap ke timur. 5. Mudah dibersihkan, lantai kandang harus lebih tinggi dari tanah sekelilingnya dan harus padat lantainya. Tinggi kandangnya harus cukup bagi peternak untuk bekerja didalamnya. 6. Di dalam kandang tersedia alat perlengkapan pokok (tempat makan, tempat minum, alat pemanas buatan, tempat bertelur) bagi kepentingan hidup itik yang bersangkutan.
7. Terletak di daerah yang tenang, aman dan mempunyai sumber air yang cukup dan bersih. 8.
Di sekeliling kandang dibuat parit pembuang air dan jarak antar kandang cukup jauh, minimum 1 x lebar kandang.
Ada 3 sistem dan tipe kandang yang dianjurkan yaitu : 1) Kandang Boks untuk Anak Itik (DOD)
Anak itik berumur 0 hari (DOD) sampai 3 minggu dapat ditempatkan dalam kandang berbentuk boks. Kandang boks ini dapat dibuat dari papan atau bambu. Lantai kandang dapat terbuatdari kawat kasa (ram ayam) atau anyaman bambu dengan jarak anyaman 1-1.5 cm. Dengan jarak selebar ini, diperkirakan keadaan kandang menjadi bersih, karena kotoran itik bisa langsung jatuh kebawah, tanpa membuat kaki anak itik terperosok. Dengan ukuran luas 1 m2, kandang boks inin dapat menampung 50 ekor anak itik (DOD).
2) Kandang koloni sistem ren
Kandang koloni sistem ren mempunyai dua ruangan kandang dengan fungsi yang berbeda. Ruangan pertama merupakan tempat bagi itik untuk tidur, beristirahat dan bertelur dan dinaungi atap, sedangkan ruangan kedua merupakan tempat bagi itik untuk makan, minum. Kandang ren ini dianggap paling praktis bagi penempatan itik dara maupun itik dewasa yang dipelihara tanpa air. Kandang ini dapat disekat-sekat untuk menggolongkan itik kedalam beberapa kelompok
sesuai dengan umurnya. Satu kelompok biasanya terdiri dari 60-100 ekor itik yang sama umurnya.
Lantai kandang yang beratap perlu diberi alas karena digunakan untuk tidur dan bertelur. Bahan alas yang digunakan bersifat empuk, tidak mudah memadat, kering agak lembab, hangat dan dapat mencegah telur agar tidak mudah pecah serta kebersihannya terjamin. Contoh, sekam, jerami atau campuran pasir kering, sekam padi dan kapur tohor dengan perbandingan 2 : 3 : 1. Bahan alas tersebut ditaburkan di atas lantai setebal 10 – 15 cm. (Sandhy, 1998)
3) Kandang koloni sistem potstal
Kandang koloni merupakan kandang yang dapat ditempati beberapa ekor itik sekaligus. Adapun yang dimaksud dengan kandang koloni sistem potstal adalah kandang yang seluruh ruangannya dinaungi atap. Seluruh kegiatan itik, mulai dari makan, minum, bertelur dilakukan di dalam kandang. Sepanjang hari itik benar-benar dikurung tanpa pernah keluar kandang. Dalam satu kandang dapat menampung 35 ekor itik, dengan luas kandang 3 x 3 meter.
Ketiga sistem kandang diatas dapat dilengkapi dengan kolam atau danau buatan agar itik yang dipelihara tidak merasa dibatasi kehidupannya. Atap kandang itik mempunyai 3 macam tipe untuk daerah tropis antara lain :
1. Tipe Shade (miring tunggal). Tipe ini memungkian masuknya sinar matahari secara langsung sehingga akan mengurangi bau amoniak dalam kandang. Tipe Shade ini cocok untuk daerah yang tanahnya kering. Contoh kandang itik tipe shade lantai, dengan kapasitas 100 ekor dan ukuran kandang 4 x 4 meter serta denah kandangnya.
Gambar 1. Atap kandang tipe Shade (miring tunggal)
2. Tipe Monitor (atap miring ganda) adalah tipe atap yang cocok untuk kandang itik di daerah bertanah basah dan kelembaban tinggi. Contoh kandang itik tipe monitor panggung, dengan kapasitas 100 ekor dan ukuran kandang 4 x 4 meter serta denah kandangnya.
Gambar 2. Atap kandang tipe Monitor (atap miring ganda)
3. Tipe Gable (kombinasi panggung dan lantai) adalah tipe atap untuk kandang itik didaerah yang mempunyai kondisi tanah basah dan kering atau musiman. Contoh kandang tipe gable dengan kapasitas 100 ekor itik dan ukuran kandang 4 x 4 m serta denah kandangnya.
Gambar 3. Atap kandang tipe Gable (kombinasi panggung dan lantai)
Ukuran kepadatan kandang untuk ukuran 1 x 1 meter dapat menampung 1. Anak itik
: 10 – 20 ekor
2. Iik remaja
: 8 – 10 ekor
3. itik dewasa
: 6 – 7 ekor
c. Pemilihan Pembibitan Ternak Itik
Ternak itik yang dipelihara harus benar-benar merupakan ternak unggul yang telah diuji keunggulannya dalam memproduksi hasil ternak yang diharapkan. 1) Membeli Telur Tetas Telur tetas adalah telur yang berasal dari induk itik yang sudah terbuahi. Ciri telur tetas yang baik : a. Telur tidak terlalu bulat atau lonjong b. Kulit telur tidak terlalu tebal atau tipis
c. Berat rata-rata 65 gr/ekor d. Bila dilakukan peneropongan, terdapat bulatan hitam sebesar biji kapuk.
2) Pemilihan Calon Induk Pemilihan bibit ada 3 ( tiga) cara untuk memperoleh bibit itik yang baik adalah membeli telur tetas dari induk itik yang dijamin keunggulannya, memelihara induk itik yaitu pejantan dan betina itik unggul untuk mendapatkan telur tetas. Ciri pejantan yang baik : a. Pada umur 40 minggu mempunyai bobot sekitar 1,8 kg b. Mempunyai libido atau keinginan kawin yang tinggi. c. Alat kelamin tumbuh normal d. Menunjukkan sifat agresif
Ciri Betina yang baik : a. Pada umur 20 minggu itik mempunyai bobot badan sekitar 1,5 kg b. Mata cerah c. Tubuh kuat dengan sayap yang kuat mengapit, tidak bergerak saat itik berjalan d. Alat kelamin tumbuh normal
Untuk meningkatkan kualitas telur tetas agar dapat memperoleh daya tetas yang tinggi, maka perbandingan jantan-betina adalah 1 jantan : 10 betina.
3) Membedakan dan Kriteria DOD (Day Old Duck) Ciri anak itik berkelamin jantan : a. Kepala besar dan berbulu kasar b. Gerak geriknya tenang dan kurang aktif c. Suaranya terdengar berat dan kasar d. Warna paruh pada umumnya hitam e. Bila ditelentangkan pada kloaka terdapat tonjolan seperti jarum
Ciri anak Itik berkelamin betina : a. Kepala lebih kecil dan berbulu halus b. Tingkah lakunya lebih lincah dan aktif c. Suaranya keras dan nyaring d. Warna paruh pada umumnya terlihat kemerah-merahan e. Bila ditelentangkan tidak terlihat tonjolan seperti jarum
4) Perawatan bibit dan calon induk a. Perawatan Bibit Bibit (DOD) yang baru saja tiba dari pembibitan, harus ditangani secara teknis agar tidak salah rawat. Adapun penanganannya yaitu bibit diterima dan ditempatkan pada kandang brooder (indukan) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kandang brooder adalah temperatur brooder untuk anak itik tersebar secara merata, kapasitas kandang brooder (box) untuk 1 m2 mampu menampung 50 ekor DOD, tempat pakan
dan tempat minum sesuai dengan ketentuan yaitu jenis pakan itik fase stater dan minuman itik perlu ditambah vitamin atau mineral. b. Perawatan calon Induk Calon induk itik ada dua macam yaitu induk untuk produksi telur konsumsi dan induk untuk produksi telur tetas. Perawatan keduanya sama saja, perbedaannya hanya pada induk untuk produksi telur tetas harus ada pejantan dengan perbandingan 1 jantan untuk 5 – 6 ekor betina.
5) Reproduksi dan Perkawinan Reproduksi atau perkembangbiakan dimaksudkan untuk mendapatkan telur tetas yang fertile / terbuahi dengan baik oleh itik jantan. Sedangkan sistem perkawinan dikenal ada dua macam yaitu itik hand mating (perkawinan dengan bantuan manusia) dan nature mating (perkawinan itik secara alami). (Muhrizal, 2008)
d. Pakan Itik
Sekitar 70% biaya produksi berasal dari biaya pakan. Oleh sebab itu pakan mempunyai peran yang sangat menentukan dalam usaha peternakan itik. Peternak akan mengalami kerugian yang tidak sedikit apabila tidak memahami teknik pemberian pakan untuk itiknya. Pemeliharaan itik secara gembala tidak diperlukan pemikiran yang mendalam tentang pakan itik, karena secara alami itik mencari pakan sendiri disawah-sawah atau pematang-pematang. Tetapi, apabila itik dikandangkan, maka soal pakan
menjadi penting untuk diperhatikan. Agar dapat dicapai produksi yang optimum, kebutuhan gizi pada itik petelur dapat dilihat pada Tabel 5
Tabel 5. Kebutuhan Beberapa Nutrisi Itik Tipe Petelur Uraian Energi Metabolis (kkal/kg) Protein Kasar (%) Ca (%) P (%)
Anak (0-8 mgg) 2900 17-20 0,6-1,0 0,6
Dara (8-20 mgg) 2800 18 0,6-1,0 0,6
Petelur (> 20 mgg) 2700 16-18 2,9-3,25 0,47
Sumber : Muhrizal (2008)
Kecukupan gizi yang diuraikan diatas dapat dipenuhi dari campuran berbagai bahan pakan. Penggunaan bahan pakan lokal yang murah, tidak bersaing dengan manusia dan bermutu baik sangat disarankan agar usaha beternak itik dapat menguntungkan. Bahan pakan lokal yang dapat digunakan untuk makanan itik dapat dibagi menurut sumber nutrisi yang terkandung didalamnya. Bahan pakan sumber energi misalnya dedak padi (bekatul), gabah/beras/menir, jagung (dedak jagung), sagu, sorghum (cantel), singkong, bungkil kelapa, bungkil kelapa sawit, dan molases.
Bahan pakan sumber protein ialah tepung ikan, bekicot, bungkil kedelai, belatung, keong air (tutut), kepala udang, ikan rucah, hasil sisa paha katak, dan hasil sisa penetasan. Bahan pakan sumber mineral antara lain kapur, cangkang bekicot, kerang laut dan garam dapur. Sumber vitamin yang murah seperti genjer, eceng gondok, rumput muda dan tepung daun dapat dimanfaatkan untuk itik. Dedak atau bekatul merupakan salah satu bahan pakan itik yang tersedia berlimpah di daerah-daerah pedesaan. Singkong,
bekicot dan kepala udang merupakan contoh bahan pakan yang kaya akan gizi.
e. Tata Laksana Pemeliharaan Itik
Keberhasilan usaha produksi ternak itik terletak pada pelaksanaan program tata laksana pemeliharaan itik sampai umur 22 minggu. Kesalahan nutrisi pada masa pertumbuhan ini bisa menyebabkan itik terlambat mencapai kedewasaan kelamin sehingga itik tidak bisa berproduksi pada umur yang diharapkan. Dalam usaha ternak itik secara intensif, ada tiga evaluasi pokok yang memiliki andil keberhasilan yakni : 1. Bibit itik; karakteristik ekonominya dalam menunjang keberhasilan usaha adalah 20%. 2. Makanan itik; dalam menunjang keberhasilan usaha mempunyai andil sebesar 30%. 3. Tata laksana pemeliharaan, termasuk kandang, cara pemeliharaan dan keterampilan, memegang peranan paling besar yakni 50%.
a. Pemelihraan Anak Itik
Sebelum anak itik ditempatkan setelah menetas yaitu pada lingkaran yang terbuat dari tripleks, harus dilakukan persiapan sebelumnya seperti penyemprotan desinfektan dan pengaturan lampu pemanas dalam lingkaran tripleks tersebut agar kesehatan anak itik terjamin. Untuk menghindari angin yang masuk, mengingat bulu anak itik masih halus dan tidak tahan udara dingin, dinding kandang ditutup dengan
tirai plastik. Setelah 4 hari, tirai plastik dapat dibuka pada siang hari dan pada malam hari ditutup kembali. Pada umur 4 minggu tirai plastik dapat dilepas semua sebab anak itik sudah memiliki bulu yang cukup tebal, namun kalau ada hujan lebat atau ada angin kencang, tirai plastik masih diperlukan.
Induk buatan dengan alat pemanas lampu minyak atau lampu listrik sangat diperlukan sampai umur 3 minggu. Pada umur diatas 4 minggu lampu digunakan hanya sebagai alat penerang saja. Suhu alat pemanas 0
0
yang baik adalah Minggu I : 32 C , Minggu II : 27 C dan Minggu III : 0
21 C. b. Pemeliharaan Itik Masa Pertumbuhan (5 – 22 minggu)
Itik pada masa pertumbuhan tidak dipelihara dalam pelingkar lagi tapi sudah menyebar ke seluruh ruangan kandang yang sudah diberi alas litter (kulit padi, jerami kering, serbuk gergaji). Penggunan pasir dan kapur sebagai campuran alas lantai kandang sangat dianjurkan karena pasir tidak mudah menggumpal dan mampu menyerap air (basah).
Kapur juaga berfungsi meredakan kadar amoniak yang disebabkan oleh kotoran itik. Campuran pasir, kapur, kulit padi, atau yang lainnya dengan per-bandingan 1 : 2 : 5, dan tebal minimal 20 cm. Seminggu sekali handaknya alas lantai kadang diaduk-aduk supaya bagian-bagian yang basah tidak memusat disatu tempat. Akan lebih baik lagi kalau ditaburi kulit padi yang dicampur kapur, sehingga kesehatan lantai
kandang lebih terjamin. Kandang itik hanya digunakan pada malam hari. Siang hari itik dikeluarkan dari kandang agar bisa bermain dikolam. Agar kandang tidak terlalu padat dan itik merasa nyaman, perbandingan luas kandang dan jumlah itik adalah 1 meter persegi untuk 6–7 ekor itik. Kolam air untuk itik masa pertumbuhan, sebaiknya per meter persegi untuk 12 ekor itik, Kolam air jangan terlalu dalam agar itik tidak terlalu banyak membuang energi.
Pemberian makanan untuk itik masa pertumbuhan hendaknya mulai diatur dan dibatasi. Hal ini sangat menyangkut evisiensi penggunaan makanan dan kontrol berat tunbuh. Kontrol berat tubuh itik dalam masa pertumbuhan hendaknya dilakukan setiap minggu. Caranya adalah mengambil beberapa ekor itik secara acak dan menimbangnya, kemudian berat seluruhnya dibagi jumlah itik. Berat rata-rata dapat dijadikan acuan untuk mengontrol berat tunuh itik masa pertumbuhan. Bila berat rata-rata terlalu besar selisihnya dengan barat rata-rata kelompok lain, pemberian makanan hendaknya di kontrol lebih cermat lagi. Bila itik terlalu kurus, berilah makanan melebihi jatah biasanya selama 2-3 hari, bila itik terlalu gemuk tambahkan jumlah makanan yang banyak mengandung serat kasar, seperti bekatul tanpa mengurangi konversi ransum yang dikonsumsi.
Berat standar tubuh itik pada usia 20 minggu adalah 1.350-1.400 kg. Usahakan mencapai berat standar tersebut agar itik tidak terlambat mencapai masa bertelur. Itik yang mempunyai berat rubuh kurang atau
lebih dari berat standar umumnya tidak bertelur tepat pada waktunya. Biasanya terlambat karena majir atau kegemukan.
c. Pemeliharan Itik masa Produksi (> 22 minggu)
Mulai usia 23 minggu, itik akan mulai bertelur. Jadi didalam kandang perlu disediakan sarang untuk bertelur. Sarang telur dibuat dengan ukuran 40x40x30 cm, dengan kapasitas persarang untuk 6 ekor itik. Sarang diisi kulit padi supya lunak dan tidak merusak telur. Itik sebaiknya menempati kandang yang sama sampai mengakhiri produksi telurnya karena itik terlalu peka dan mudah stress bila berpindahpindah kandang. Selama masa produksi telur sebaiknya itik jangan dikeluarkan dari kandang sebelum pukul 09.00 pagi karena itik biasanya bertelur dini hari, sekitar pukul 03.00 pagi. Adakalanya telur yang belum sempat dikeluarkan dini hari, akan keluar sampai pukul 09.00 pagi.
Pemberian makanan secara teratur dapat menjaga keseimbangan konversi ransum dan produk telur. Makanan sebaiknya diberikan dua kali sehari dalam bentuk setengah basah. Makanan pertama diberikan pukul 09.00 pagi, dan yang kedua kali pukul 13.00 siang, sehingga pada sore hari makanan yang diberikan tidak tersisa. Jangan mengurangi jatah makanan jika itik mengalami gangguan kesehatan supaya berat standar dan tingkat produksi selalu seimbang. Itik telur yang dipelihara secara intensip memiliki kemampuan produksi telur sampai usia 74 minggu. Tetapi apabila pemeliharaannya
cukup baik, bisa dipertahan-kan sampai usia 144 minggu (setelah mengalami 3 kali rontok bulu).
d. Pemeliharaan Itik Masa Rontok Bulu
Itik mengalami rontok bulu (moulting) setelah memproduksi telur selama 9–12 bulan, dan pada saat itu selama 2–3 bulan itik akan istirahat, tidak memproduksi telur. Rontok bulu adalah proses terlepasnya bulu yang kemudian diikuti tumbuhnya bulu–bulu baru sebagai pengganti bulu lama. Kejadian rontok bulu pada unggas, merupakan suatu peristiwa alami, bukan disebabkan oleh penyakit. Dalam masa rontok bulu dan pertumbuhan bulu baru, itik juga memperbaiki kondisi tubuhnya dan memberi kesempatan pada alat reproduksinya untuk istirahat dan bersiap – siap memasuki masa produksi berikutnya. Bila bulu–bulu baru sudah sempurna, itik akan bertelur lagi seperti sediakala.
f. Gizi Pakan Itik
1) Protein Protein merupakan suatu susunan atau gabungan organis yang kompleks, yang terdiri dari berbagai unsur ( karbohidrat, lemak, mineral dan unsure lainnya), sehingga protein sangat dibutuhkan oleh itik. Adapun kebutuhan itik akan protein adalah 1) Itik usia 0 – 4 minggu membutuhkan protein sebanyak 18 – 20 %
2) Itik usia 5 – 20 minggu (itik dara) membutuhkan protein sebanyak 14 – 16 % 3) Itik usia 21 minggu ke atas (sudah bertelur) membutuhkan protein sebanyak 15 – 17 %
2) Mineral Mineral yang dibutuhkan oleh itik tidak terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan protein. Apabila itik kekurangan mineral membuat pertumbuhan itik menjadi terhambat. Adapun fungsi zat mineral terhadap itik, baik yang masih dalam pertumbuhan maupun produksi adalah 1) Menjaga keseimbangan asam basa dalam cairan tubuh 2) Merupakan bagian aktif dalam struktur protein 3) Merupakan bagian kerangka dalam tubuh itik 4) Bagian dari asam amino 5) Bagian penting dalam tekanan osmotic sel 6) Meragsang enzim 7) Untuk menggerakkan sari-sari makanan yang beredar dalam tubuh
3) Vitamin Vitamin yang dibutuhkan oleh itik yaitu Vitamin (A, D, E, K). Vitamin A sangat membantu pertumbuhan itik dan banyak terdapat pada hijauan segar dan jagung kuning ; Vitamin D dibutuhkan itik dalam masa pertumbuhan (kecil) dan itik dalam masa aktif bertelur. Apabila
kekurangan vitamin ini maka menyebabkan itik yang sedang tumbuh mudah terserang penyakit dan pada itik dewasa yang sedang bertelur, maka telur yang dihasilkan tidak bisa menjadi bibit ; Kekurangan vitamin E akan menyebabkan kematian pada anak itik cukup tinggi, kegagalan dalam penetasan talur. Vitamin ini banyak terdapat pada biji-bijian (80-90%) ; Vitamin K banyak terkandung pada biji-bijian, bungkil kedelai, ampas kacang hijau dan tepung ikan. (Mei, 2000)
g. Hama dan Penyakit
Secara garis besar penyakit itik dikelompokkan dalam dua hal yaitu 1) Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri dan protozoa 2) Penyakit yang disebabkan oleh defisiensi zat makanan dan tata laksana perkandangan yang kurang tepat
Adapun jenis penyakit yang biasa terjangkit pada itik adalah: a. Penyakit Duck Cholera Penyebab: bakteri Pasteurela avicida. Gejala: mencret, lumpuh, tinja kuning kehijauan. Pengendalian: sanitasi kandang,pengobatan dengan suntikan penisilin pada urat daging dada dengan dosis sesuai label obat. b. Penyakit Salmonellosis Penyebab: bakteri typhimurium.Gejala: pernafasan sesak, mencret. Pengendalian: sanitasi yang baik, pengobatan dengan furazolidone melalui pakan dengan konsentrasi 0,04% atau dengan sulfadimidin
yang dicampur air minum, dosis disesuaikan dengan label obat. (Muhrizal, 2008)
h. Panen dan Pasca Panen
1) Panen Hasil utama, usaha ternak itik petelur adalah telur itik dan hasil tambah berupa induk afkir, itik jantan sebagai ternak daging dan kotoran ternak sebagai pupuk tanam yang berharga 2) Pasca Panen Kegiatan pascapanen yang bias dilakukan adalah pengawetan. Dengan pengawetan maka nilai ekonomis telur itik akan lebih lama dibanding jika tidak dilakukan pengawetan. Telur yang tidak diberikan perlakuan pengawetan hanya dapat tahan selama 14 hari jika disimpan pada temperatur ruangan bahkan akan segera membusuk.
Adapun perlakuan pengawetan telur itik terdiri dari 5 macam yaitu a.
Pengawetan dengan air hangat Pengawetan dengan air hangat merupakan pengawetan telur itik yang paling sederhana. Dengan cara ini telur dapat bertahan selama 20 hari.
b. Pengawetan telur dengan daun jambu biji Perendaman telur dengan daun jambu biji dapat mempertahankan mutu telur selama kurang lebih 1 bulan. Telur yang telah direndam akan berubah warna menjadi kecoklatan seperti telur pindang.
c. Pengawetan telur dengan minyak kelapa Pengawetan ini merupakan pengawetan yang praktis. Dengan cara ini warna kulit telur dan rasanya tidak berubah. d. Pengawetan telur dengan natrium silikat Bahan pengawetan natrium silikat merupkan cairan kental, tidak berwarna, jernih dan tidak berbau. Natirum silikat dapat menutupi pori kulit telur, sehingga telur awet dan tahan lama hingga 1,5 bulan. Adapun caranya adalah dengan merendam telur dalam larutan natrium silikat 10% selama satu bulan. e. Pengawetan telur dengan garam dapur Garam direndam dalam larutan garam dapur (NaCl) dengan konsentrasi 25- 40% selama 3 minggu. (Sandhy, 1998)
2. Analisis Finansial
Agribisnis pada mulanya diartikan secara sempit, yaitu menyangkut subsektor masukan (input) dan subsektor produksi (on farm). Pada perkembangan selanjutnya agribisnis didefinisikan secara luas dan tidak hanya menyangkut subsektor masukan dan produksi tetapi juga menyangkut subsektor, pascaproduksi, meliputi pemrosesan, penyebaran, dan penjualan produk. Dengan demikian agribisnis peternakan merupakan kegiatan usaha yang terkait dengan subsektor peternakan, mulai dari penyediaan sarana produksi, proses produksi (budidaya), penanganan pasca panen, pengolahan, sampai pemasaran produk ke pembeli.
Agribisnis merupakan suatu sektor ekonomi modern dan besar dari pertanian primer yang mencakup paling sedikit empat subsistem, yaitu (1) subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan dan memperdagangkan sarana produksi pertanian primer (seperti industri pupuk, obat-obatan, benih atau bibit, alat dan mesin pertanian, dan lain sebagainya. (2) subsistem usahatani (on-farm agribusiness) yang dimasa lalu disebut sistem pertanian primer; (3) subsistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness), yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan, baik dalam bentuk yang siap untuk dimasak atau siap saji (ready to cook/ready to used) atau siap untuk dikonsumsi (ready to eat) beserta kegiatan perdagangannya di pasar domestik dan internasional; (4) subsistem jasa layanan pendukung seperti perkereditan, asuransi, transportasi, pergudangan, penyuluhan, kebijakan pemerintah, dan lain-lain.
Keempat subsistem tersebut saling terkait dan saling menentukan. Subsistem usahatani memerlukan input dari subsistem agribisnis hulu. Sebaliknya subsistem agribisnis hulu memerlukan subsistem usahatani sebagai pasar produknya. Subsistem agribisnis hilir memerlukan bahan baku untuk diolah dan diperdagangkan dari subsistem usahatani. Ketiga subsistem di atas memerlukan subsistem jasa layanan pendukung untuk memperlancar aktivitasnya.
Subsektor peternakan terdapat subsistem hulu meliputi industri bibit ternak, pakan ternak, obat-obatan dan vaksin ternak, serta alat-alat dan mesin
peternakan Berdasarkan jenis outputnya, subsistem usahatani dapat digolongkan menjadi usaha ternak perah, usaha ternak potong/pedaging, usaha itik petelur, dan lain-lain. Subsistem agribisnis hilir meliputi usaha pemotongan hewan, industri susu, industri pengalengan daging, industri telur asin, industri kulit, restoran dan lain sebagainya. Subsistem institusi penunjang meliputi lembaga penelitian pemerintah, penyuluhan, lembaga keuangan, kesehatan hewan dan lain-lain.
Mendirikan suatu usaha peternakan dibutuhkan sejumlah pertimbangan yang salah satunya adalah melakukan analisis keuangan atau analisis finansial. Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha ternak itik dalam kaitan kelayakan usaha ternak, untuk mengetahui berapa minimal seorang peternak mengusahakan ternak itiknya dan untuk menghindarkan keterlanjutan investasi pada usaha yang tidak menguntungkan, sebagai perbandingan antara pengeluaran dan penerimaan suatu usaha, untuk mengetahui modalnya akan kembali atau tidak dan usaha tersebut akan dapat dikembangkan lebih luas lagi sehingga dianggap matang secara finansial dan dapat berdiri sendiri.
Analisis finansial dapat digunakan sebagai petunjuk di bidang sarana keuangan, yang dilengkapi dengan informasi yang sangat dibutuhkan oleh pihak-pihak lain, seperti lembaga pemberi dana (perbankan) maupun rekanan usaha dan merupakan Analisis finansial juga mencakup semua beban biaya, baik biaya investasi maupun biaya operasional dan perbandingan dengan perkiraan penerimaan atau manfaat (benefit) yang diperoleh.
Untuk mengetahui kriteria kelayakan secara financial suatu usaha dapat digunakan beberapa dasar penilaian antara lain
1. Net Present Value (NPV)
Untuk menganalisis kelayakan finansial usaha ternak itik memakai konsep Net Present Value, sering diterjemahkan sebagai nilai tunai bersih atau nilai tunai bersih sekarang. NPV merupakan kombinasi pengertian Present value penerimaan dan Present Value pengeluaran kas dalam perhitungan memakai NPV sebab rupiah saat ini adalah lebih berharga daripada rupiah nanti karena rupiah saat ini bisa diinvestasikan untuk menghasilkan keuntungan dengan segera. Untuk menghitung PV yaitu mendiskonkan penerimaan kita di masa yang akan datang dengan tingkat keuntungan yang ditawarkan dengan alternatife yang sebanding. Tingkat keuntungan ini sering disebut discount rate atau opportunity cost of capital atau tingkat keuntungan yang disyaratkan. Disebut opportunity cost karena merupakan tingkat keuntungan yang hilang karena kita memilih investasi tersebut dan bukannya investasi lain.
Apabila jumlah nilai arus tunai sekarang sama dengan ongkos investasi atau lebih besar dari ongkos (dalam hal ini adalah modal investasi semula, maka nilai bersih sekarang sama dengan atau lebih besar (NPV ≥ 0). Jika demikian, maka penanaman modal boleh dilaksanakan karena hasil yang sama atau lebih besar dari ongkos tersebut. Perhitungan ini diukur dengan nilai uang yang sekarang dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
a) bila NPV > 0, maka usaha dinyatakan layak (feasible) b) bila NPV < 0, maka usaha dinyatakan tidak layak (no feasible) c) bila NPV = 0, maka usaha dinyatakan dalam posisi Break Event Point (BEP) Secara sederhana, rumusnya adalah sebagai berikut : NPV
= PV Benefit – PV Costs =B-C
dengan : B C
= benefit yang telah didiscount = costs yang telah didiscount
2. Internal Rate of Return (IRR)
Menurut Kadariah, Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek. Dengan kata lain dapat juga disebut sebagai suatu tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV = 0.
Tingkat pengembalian Internal Rate of Return (IRR) merupakan parameter yang dipakai untuk menilai, apakah suatu usaha mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Kriteria penilaian adalah sebagai berikut : 1) bila IRR > 1, maka usaha dinyatakan layak (feasible) 2) bila IRR < 1, maka usaha dinyatakan tidak layak (no feasible) 3) bila IRR = 0, maka usaha tersebut berada dalam keadaan Break Event Point (BEP).
Rumusnya secara sederhana adalah sebagai berikut : NPV1 IRR
= i+ NPV1 – NPV2
(i1 – i2)
dengan : i i2 i1 NPV1 NPV2
= discount rate pada saat ini = discount rate terendah yang membuat NPV negatif = discount rate yang tinggi yang memberi NPV positif = NPV positif = NPV negative
3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah nilai perbandingan antara jumlah pendapatan bersih dengan jumlah biaya bersih yang diperhitungkan nilainya pada saat ini (present value). Nilai perbandingan antara penerimaan bersih dengan biaya bersih (Net Benefit Cost Ratio) merupakan parameter yang dipakai untuk menilai apakah suatu usaha mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Kriteria pengukuran dalam analisis ini adalah : 1)
jika Net B/C > 1, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan
2)
jika Net B/C < 1, maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan
3)
jika Net B/C = 1, maka usaha tersebut berada pada posisi Break Event Point (BEP)
Rumusnya secara sederhana adalah sebagai berikut : ∑ PV net B yang positif Net B/C Ratio = ∑ PV net B yang negatif Net B = Net C
4. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) adalah perhitungan yang menunjukkan tingkat perbandingan antara jumlah penerimaan kotor dengan jumlah biaya kotor yang diperhitungkan nilainya saat ini. Rumusnya secara sederhana adalah sebagai berikut : PV dari gross benefits Gross B/C Ratio = PV dari gross costs
Yang dihitung sebagai gross cost adalah biaya modal atau biaya investasi permulaan dan biaya operasi dan pemeliharaan, sedangkan yang dihitung sebagai gross benefits adalah nilai total produksi dan nilai sisa (salvage value) dari investasi pada akhir umur ekonomis usaha.
5. Payback Period (Pp)
Metode Payback Period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek (usaha). Untuk menilai apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dilaksanakan / dikembangkan adalah :
a. Payback Period sekarang harus lebih kecil dari umur investasi b. Bandingkan dengan rata-rata Payback Period industri unit usaha yang sejenis. c. Payback Period harus sesuai dengan target perusahaan Rumusnya adalah
Pp
=
Io Ab
Keterangan : Pp = Payback Periode Io = Investasi awal tahun ke 0 Ab = Manfaat bersih yang diperoleh
Kelemahan metode ini adalah sebagai berikut : a.
Mengabaikan time value of money
b.
Tidak mempertimbangkan arus kas yang terjadi setelah masa pengembalian
Kriteria penilaian dengan metode Payback Period adalah : a.
bila masa pengembalian (Pp) lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan
b.
bila masa pengembalian (Pp) lebih lama dari umur ekonomis usaha, maka usaha tersebut tidak layak untuk dikembangkan.
3. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah suatu kegiatan menganalisis kembali suatu proyek untuk melihat apakah yang akan terjadi pada proyek tersebut bila suatu proyek tidak berjalan sesuai rencana. Analisis sensitivitas mencoba melihat realitas suatu proyek yang didasarkan pada kenyataan bahwa proyeksi suatu rencana
proyek sangat dipengaruhi unsur-unsur ketidakpastian mengenai apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Semua proyek harus diamati melalui analisis sensitivitas.
Menurut Gittinger (1993), dalam bidang pertanian, proyek-proyek sensitif untuk berubah yang diakibatkan oleh empat masalah utama yaitu : 1
Harga, terutama perubahan dalam harga hasil produksi yang disebabkan oleh turunnya harga dipasaran.
2
Keterlambatan pelaksanaan proyek, dalam proyek-proyek pertanian dapat terjadi karena adanya kesulitan-kesulitan dalam melaksanakan teknis atau inovasi baru yang diterapkan atau karena keterlambatan dalam pemesanan dan penerimaan peralatan.
3
Kenaikan biaya, baik dalam biaya konstruksi maupun operasional yang diakibatkan oleh perhitungan-perhitungan yang terlalu rendah.
4
Kenaikan hasil, dalam hal ini kesalahan perhitungan hasil.
Dengan adanya kemungkinan-kemungkinan tersebut, berarti harus diadakan analisa kembali untuk mengetahui sejauh mana dapat diadakan penyesuaianpenyesuaian sehubungan dengan adanya perubahan harga tersebut. Tindakan menganalisa kembali ini dinamakan Sensitivity Analysis. Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apakah yang akan terjadi pada analisis usaha jika terdapat suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya maupun manfaat atau penerimaan. Analisis kepekaan ini dilakukan untuk meneliti kembali suatu analisis kelayakan usaha, agar dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat adanya keadaan yang berubah-ubah
atau jika ada kesalahan dalam dasar perhitungan biaya dan manfaat. Hal ini dikarenakan dalam menganalisis kelayakan suatu usaha, biasanya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Variabel harga jual dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Analisis finansial menggunakan harga produk dan biaya pada tahun pertama analisis sebagai nilai tetap, walaupun dalam keadaan nyata kedua variabel tersebut dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Dengan demikian analisis kepekaan dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi, yaitu dari layak menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. (Kasmir, 2003). Kriteria : 1. Jika laju kepekaan > 1, maka hasil usaha atau proyek peka atau sensitif terhadap perubahan 2. Jika laju kepekaan < 1, maka hasil usaha atau proyek tidak peka atau sensitif terhadap perubahan
4. Analisis Titik Impas (Break Event Point)
Break event point adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost, dengan kata lain disebut dengan keadaan suatu perusahaan yang rugi labanya sebesar nol, perusahaan tidak mempunyai laba tetapi juga tidak menerima rugi. (Mulyadi, 1990).
Menurut Kasmir (2003), analisis titik impas atau Break Event Point (BEP) adalah suatu titik kembali modal dimana pengurangan penerimaan total dengan biaya total sama dengan nol (0). Suatu perusahaan dikatakan dalam keadaan impas (break-even) yaitu apabila setelah disusun laporan perhitungan laba rugi untuk suatu periode tertentu perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian, dengan perkataan lain labanya sama dengan nol atau ruginya sama dengan nol. Hasil penjualan (sales revenue) yang diperoleh untuk periode tertentu sama besarnya dengan keseluruhan biaya (total cost), yang telah dikorbankan sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan atau menderita kerugian.
Analisis titik impas diperlukan untuk mengetahui hubungan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, dan biaya lainnya baik yang bersifat tetap maupun variabel, dan laba atau rugi. Data yang diperlukan dalam menghitung titik impas adalah: a. Hasil keseluruhan penjualan atau harga jual per unit. b. Biaya variabel keseluruhan atau biaya variabel per unit. c. Jumlah biaya tetap keseluruhan.
Break Event Point (BEP) MC
AC
AVC
P
Q Gambar 4. Break Event Point (Analisis Titik Impas) Keterangan : 1. Pada saat MC = AC = P (Break Event Point), usaha yang dikembangkan tidak mengalami kerugian dan keuntungan. 2. Pada saat P > AC, usaha yang dikembangkan mengalami keuntungan. 3. Pada saat P diantara AC dan AVC, usaha yang dikembangkan mengalami kerugian, tetapi masih dapat beroperasi. 4. Pada saat P ≤ AVC, usaha yang dikembangkan mengalami kerugian (bangkrut).
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian Mega Puspasari (2004) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial Ternak Itik Petelur dan Pengembangan Produksi Telur pada MS Corporation Bandar Lampung, hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis finansial usaha ternak itik tersebut prospektif untuk dikembangkan dan menguntungkan pada tingkat suku bunga
yang berlaku, yaitu 12%, didapat NVP Rp 435.672,71 , Net B/C 4,253, IRR 61,07%, payback period 4 tahun yang berarti prospektif untuk dikembangkan secara finansial, karena nilai NVP > 0, Gross B/C > 1, Net B/C > 1, IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, dan pengembalian modal dengan batas waktu kurang dari 10 tahun. Berdasarkan analisis sensitifitas, sensitif atau kepekaan terjadi pada perubahan kenaikan harga konsentrat sebesar 41,65% dan penurunan harga jual sebesar 7,69%.
Berdasarkan hasil penelitian Zuraida (2004) dalam skripsinya yang berjudul Peluang Dan Potensi Usaha Ternak Itik Di Lahan Lebak di Kalimantan Selatan, bahwa usaha ternak itik yang dilakukan di lahan rawa lebak di Kabupaten HST dengan skala 100 ekor dalam 6 bulan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 4.914.000 dengan nilai R/C 2,56 dan kontribusi 58%.
C. Kerangka Pemikiran
Peternakan itik tidak terlepas dari sistem pengolahan dan pemberian pakan sangat penting untuk diperhatikan, karena lebih dari 60-70% biaya produksi ternak itik baik petelur maupun pedaging berasal dari pakan. Walaupun demikian informasi kebutuhan gizi untuk itik petelur dan pedaging masih sangat terbatas. (Rochjat, 2000)
Pakan yang tidak memadai baik jumlah dan mutunya, mengakibatkan produktivitas telur rendah (maksimal 40%) dan bobot telur yang juga rendah (maksimal 65 gram per butir) (Rochjat, 2000). Jika pemeliharaan dengan digembalakan, maka tidak ada jaminan kebutuhan pakan harian itik bisa
tercukupi. Hal tersebut dikarenakan ketersediaan pakan di setiap lokasi pengembalaan yang belum tentu memenuhi dari sisi jumlah dan komposisi gizi seimbang yang diperlukan itik. Air juga merupakan kebutuhan gizi yang sangat penting bagi unggas terutama untuk itik, sehingga jumlah dan mutu air yang disediakan sangat perlu diperhatikan.
Selain itu perhatian terhadap masalah kesehatan itik dan penerapan teknologi tepat guna manajemen pemeliharaan menjadi kebutuhan penting bagi pengelolaan usaha peternakan itik. Untuk bisa meningkatkan produksi telur dan pedaging maka pemeliharaan itik harus ditangani secara modern. Modern dalam artian bahwa pengelolaannya tidak bisa dilakukan hanya sekedar usaha sambilan dengan pengelolaan yang tradisonal. Pada akhirnya usaha peternakan harus mampu bergerak dalam industri peternakan.
Itik identik dengan usaha sambilan masyarakat desa dan dipelihara dengan pola tradisional. Peternakan itik dicapai jika manajemen pengelolaan dilakukan secara terpadu dan intensif dengan mengedepankan kualitas produknya, artinya masyarakat peternak sudah harus bergerak di usaha peternakannya dengan menguasai permasalahan bibit dan pembibitan, sistem pemeliharaan itik yang meliputi bahan dan bentuk kandang serta peralatannya dan tatalaksana pemeliharaan, jenis dan bahan pakan serta cara pemeliharaannya. Pemeliharaan kesehatan dan penanganan penyakit itik juga perlu dikuasai oleh peternak, dan yang tidak kalah penting adalah manajemen pasca panen dan manajemen pemasaran produknya. Pada akhirnya tuntutan
kualitas akan menjadikan sektor hulu-hilir peternakan itik dilakukan oleh peternak itik.
Usaha peternakan itik yang dikembangkan oleh peternak dalam pengelolaannya diperlukan faktor-faktor produksi (input) untuk menghasilkan produk (output). Usaha peternakan itik yang terdapat di Kecamatan Gadingrejo merupakan salah satu usaha pembudidayaan itik dengan cara intensif dan tradisional, maka hasil yang didapatkan yaitu berupa daging dan telur itik. Hasil panen yang utama usaha ternak itik petelur adalah telur itik dan hasil tambah berupa induk afkir, itik jantan sebagai ternak daging dan kotoran ternak sebagai pupuk tanaman yang berharga, maka biaya produksi berupa biaya pembelian bibit itik, biaya pakan, obat-obatan vaksin serta biaya lainnya.
Kelayakan finansial ternak itik dapat diketahui dengan menggunakan beberapa analisis yaitu : Analisis finansial, meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C Ratio), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C Ratio), dan Payback Perio ; Analisis titik impas (Break Event Point) ; Analisis Sensitivitas (Sensitivity Analysis) Untuk memperjelas kerangka pemikiran ini, dapat dilihat pada Gambar 5.
Usaha Ternak Itik
Sistem Intensif
Input
-
Sistem Tradisional
Output
bibit ternak itik pakan ternak itik Obat-obatan T. Kerja Alat –alat peternakan
Input
Telur itik Itik afkir Kotoran itik
-
Output
bibit ternak itik Obat-obatan T. Kerja Alat –alat peternakan
- Oba t-obatan - T. Kerja - Alat –alat peternakan
Biaya produksi
Telur itik Itik Afkir
Penerimaan
Pendapatan usaha peternakan itik 1. Analisis Finansial - IRR - NPV - Net B/C - Gross B/C - Payback Period 2. Analisis Titik Impas 3. Analisis Sensitivitas
Layak
Tidak Layak
Gambar 5. Kerangka pemikiran analisis kelayakan finansial ternak itik dengan sistem intensif dan tradisional di Kabupaten Pringsewu
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian dan yang mencakup analisis kelayakan itik petelur yaitu mulai dari awal memproduksi telur sampai ke pemasaran telur.
Analisis finansial adalah suatu perhitungan yang didasarkan pada perbandingan manfaat (benefit) yang akan diterima dengan biaya (cost) yang akan dikeluarkan selama suatu usaha dijalankan.
Pemeliharaan itik secara tradisional adalah sistem pemeliharaan dimana ternak itik dilepas atau digembalakan di sawah setelah musim panen untuk mencari makanan sendiri.
Pemeliharaan itik secara Intensif adalah pemeliharaan itik dengan cara dikandangkan, dimulai dari makan, minum dan bertelur.
Jumlah populasi itik yang dibudidayakan adalah banyaknya populasi itik yang dipelihara oleh peternak dalam satu periode produksi (diukur dalam satuan ekor).
Pakan (feed) adalah campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan mengandung zat gizi yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya
Jumlah Pakan adalah banyaknya pakan yang dikeluarkan oleh peternak atau yang dikonsumsi itik selama satu periode produksi (diukur dalam satuan gram/ hari/ ekor)
Jumlah Obat-obatan adalah Jumlah obat-obatan yang diberikan dalam satu periode produksi (diukur dalam satuan milliliter).
Tenaga Kerja adalah jumlah hari kerja yang digunakan dalam proses produksi selama satu periode pemeliharaan itik yang diukur selama satu periode pemeliharaan itik (diukur dalam Hari Orang Kerja)
Harga sarana produksi adalah semua input yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi dengan tujuan menghasilkan output.
Jumlah produksi kotoran itik adalah jumlah kotoran itik yang dapat dijual dan dimanfaatkan sebagai pupuk kandang (diukur dalam satuan karung).
Tingkat suku bunga adalah suatu bilangan yang lebih kecil dari satu yang dapat digunakan untuk mengetahui nilai uang di masa lalu agar didapatkan nilainya pada saat ini
Harga telur itik adalah harga telur yang diterima peternak pada saat terjadi transaksi jual beli dan diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Harga jual kotoran itik adalah harga yang diterima peternak pada saat terjadi transaksi jual beli dan diukur dalam satuan karung.
Biaya adalah jumlah seluruh nilai korbanan yang dikeluarkan untuk usaha peternakan itik selama satu periode, diukur dalam satuan rupiah (Rp)
Biaya Investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan investasi itik sebelum itik menghasilkan, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya Tetap adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam usaha ternak yang jumlahnya tetap, tidak berubah dalam rangeoutput tertentu dan tidak bergantung pada skala produksi, seperti sewa tanah, biaya gaji, kandang, peralatan dan lainnya, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya Variabel adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam usaha ternak yang jumlahnya berubah-ubah sebanding dengan volume kegiatan produksi, tetapi untuk setiap satu satuan produksi tetap, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya Total adalah seluruh biaya yang telah dikeluarkan peternak dalam proses produksi yang terdiri biaya tetap dan biaya variabel karena dipakainya faktor-faktor produksi dalam proses produksi, diukur dalam satuan rupiah (Rp)
Biaya Tunai adalah biaya yang digunakan untuk pembelian barang dan jasa dalam usaha peternakan, diukur dalam satuan rupuah (Rp).
Biaya Total adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha termauk biya tunai dan biaya yang diperhitungkan, diukur dalam satuan rupuah (Rp).
Pendapatan adalah balas jasa yang diterima pengusaha ternak itik dari pekerjaan dan pengelolaan usaha ternak itik. Besarnya pendapatan dihitung dengan mengurangi penerimaan usaha ternak itik dengan biaya– biaya yang dikeluarkan, diukur dalam satuan rupiah (Rp) per tahun.
Penerimaan adalah jumlah penerimaan yang diperoleh dari penjualan daging dan telur itik. Penerimaan total diperoleh dengan mengalikan jumlah produksi daging atau telur itik dengan harga jual per kilogram.
Harga pasar (finansial) adalah tingkat harga yang diterima peternak itik dalam menjual hasil produksinya atau tingkat harga yang dibayar dalam pembelian faktor-faktor produksi, diukur dalam rupiah (Rp).
Harga sarana produksi adalah harga semua input yang dibutuhkan untuk melakukan proses usaha ternak itik dengan tujuan menghasilkan output berupa daging dan telur itik. Sarana produksi yang digunakan meliputi bahan baku berupa pakan, bibit, kandang, obat-obatan dan tenaga kerja.
Umur ekonomis alat adalah jumlah tahun alat selama digunakan, terhitung sejak tahun pembelian sampai alat tersebut tidak dapat digunakan lagi, diukur dalam satuan tahun.
Umur ekonomis bangunan adalah jumlah tahun bangunan selama digunakan, terhitung sejak tahun selesai dibangun dan siap pakai sampai bangunan tidak dapat digunakan lagi, diukur dalam satuan tahun.
Analisis finansial adalah suatu perhitungan yang didasarkan pada perbandingan manfaat (benefit) dan biaya (cost) yang akan dikeluarkan selama usaha peternakan berlangsung atau perhitungan untuk melihat manfaat yang diperoleh akibat adanya modal atau investasi yang akan dikorbankan. Perhitungan ini dilakukan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dari penerimaan usaha peternakan dengan biaya aktual yang dikeluarkan selama umur proyek.
Net Present Value (NPV) adalah suatu analisis yang digunakan untuk menghitung selisih antara present value dari penerimaan dengan present value dari biaya-biaya yang telah dikeluarkan, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Internal Rate Return (IRR) adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan atau investasi bersih dalam suatu proyek. IRR merupakan tingkat bunga (discount rate) yang dapat membuat besarnya NPV proyek sama dengan nol (0), diukur dalam satuan (%).
Net B /C ratio adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat perbandingan antara penerimaan (benefit) bersih dari suatu investasi dengan biaya yang telah dikeluarkan, yang telah diperhitungkan nilainya saat ini.
Gross B/C adalah perhitungan yang menunjukkan tingkat perbandingan antara jumlah penerimaan kotor dengan jumlah biaya kotor yang diperhitungkan nilainya saat ini.
Payback Period (PP) atau disebut juga periode kembali modal adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi proyek dan diukur dalam satuan tahun.
Analisis titik impas yang disebut juga analisis Break Event Point (BEP) adalah titik pulang dimana total revenue sama dengan nol (0), dengan kata lain disebut dengan keadaan suatu perusahaan yang jumlah total penerimaan besarnya sama dengan jumlah jumlah total biaya.
Analisis sensitivitas adalah suatu perhitungan yang bertujuan melihat kepekaan suatu proyek terhadap suatu perubahan atau kesalahan dalam perhitungan manfaat dan biaya. Analisis sensitivitas menganalisis kembali apa yang akan terjadi pada proyek tersebut apabila ada sesuatu yang sesuai dengan rencana. Analisis sensitivitas mencoba melihat realitas analisis suatu proyek didasarkan pada kenyataan bahwa proyeksi atau rencana suatu proyek sangat dipengaruhi unsur ketidakpastian mengenai apa yang akan terjadi.
B. Penentuan Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua sistem pengembangan yaitu sistem intensif (kandang) dan tradisional (digembalakan). Lokasi secara Intensif dilakukan di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu (dengan
jumlah populasi ternak 8.846) dan lokasi secara tradisional dilakukan di Kecamatan Ambarawa (dengan jumlah populasi 18.056).
Responden pada penelitian ini berjumlah 2 (dua) orang yang masing-masing menggunakan sistem intensif dan sistem tradisional. Usaha ternak itik secara intensif dilakukan di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu, sedangkan untuk sistem tradisional dilakukan di Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di daerah ini terdapat pengembangan usaha peternakan itik secara produktif.
Pertimbangan lain dengan dipilihnya Kecamatan Ambarawa untuk pengembangan itik secara tradisional adalah bahwa usaha peternakan itik dekat dengan areal persawahan yang cukup luas, untuk memenuhi pakan alternatif selain yang diperoleh dari pabrik, sedangkan pemilihan lokasi pada Kecamatan intensif adalah di Kecamatan ini banyak peternak yang telah beralih dari sistem tradisional ke sistem intensif.
Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan ternak itik dengan jumlah itik yang cukup tinggi dibandingkan dengan ternak itik yang lain yaitu 2.000 ekor/peternak. Proses pengambilan data dari responden dengan menggunakan media kuisioner dengan tujuan agar pertanyaan yang diajukan terstruktur dan lengkap. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April 2010.
C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat secara langsung oleh pengumpul dan diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan pemilik peternak itik di Kecamatan Ambarawa dan Gadingrejo. Selain wawancara, teknik pengumpulan data primer yang juga dilakukan adalah dengan membuat kuisioner (daftar pertanyaan) sekaligus melakukan pengamatan (observasi) langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh melalui pencatatan dari berbagai kepustakaan data yang didapat secara tidak langsung oleh pengumpul data, melainkan melalui perantara baik lembaga maupun pustaka dan data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan literatur sebagai tambahan yang berkaitan dengan penelitian ini.
D. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan data keuangan (penerimaan dan pengeluaran) peternak itik. Metode pengolahan data dilakukan dengan metode tabulasi dan komputerisasi. Menurut Kadariah (2001), metode analisis finansial digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha ternak itik ditinjau dari segi keuangannya. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan harga faktor produksi dan harga produk terhadap pendapatan ternak itik.
1. Analisis Finansial
Pada penelitian ini, analisis finansial dilakukan secara kuantitatif, yang terdiri dari :
a. Net Present Value (NPV) Nilai bersih sekarang (Net Present Value / NPV) merupakan metode yang menghitung selisih antara manfaat / penerimaan dengan biaya / pengeluaran.
Apabila jumlah nilai arus tunai sekarang sama dengan satu atau lebih besar dari ongkos, dalam hal adalah modal investasi semula, maka nilai bersih sekarang sama dengan atau lebih besar dari nol atau NPV ≥ 0. Jika demikian, maka penanaman modal boleh dilaksanakan, karena hasil sama atau lebih besar dari pada ongkos Apabila nilai bersih lebih kecil dari nol (NPV < 0), maka proyek akan memberikan hasil yang lebih kecil daripada ongkos yang dikeluarkan. Rumus yang digunakan adalah :
NPV
n Bt - Ct =∑ i=1 (1 + i) t
keterangan : NPV = Net Present Value (nilai neto sekarang) Bt = Penerimaan / manfaat bersih pada tahun ke-t Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t t = waktu / umur ekonomis usaha ternak (tahun) n = Umur proyek (tahun) i = Discount Rate (tingkat suku bunga)
Tiga kriteria investasi yaitu : - Bila NPV > 0, maka proyek menguntungkan - Bila NPV < 0, maka proyek rugi - Bila NPV = 0, maka proyek ini tidak untung dan tidak rugi
b. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) sering pula disebut discounted rate of return. IRR merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek atau dengan kata lain tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV = 0.
Tingkat pengembalian internal (IRR) merupakan parameter yang dipakai apakah suatu usaha mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Kriteria layak atau tidak bagi usaha peternakan itu diusahakan dengan meminjam uang (biaya) dari bank pada saat nilai neto sekarang (Net Present Value / NPV = 0) Rumus yang digunakan yaitu :
NPV1 IRR i1 i2 i1 NPV1 NPV2
Keterangan :
NPV1 NPV2 i1 i2
= Present Value positif = Present Value negatif = discount faktor, jika NPV >0 = discount faktor, jika NPV < 0
Kriteria investasi : a. Bila nilai IRR > tingkat suku bunga, maka proyek layak b. Bila nilai IRR < tingkat suku bunga, maka proyek tidak layak
c. Bila nilai IRR = tingkat suku bunga, maka proyek Break Event Point
b. Net B/C Ratio Net B/C Ratio merupakan nilai perbandingan antara penerimaan bersih dengan biaya bersih yang diperhitungkan nilainya saat ini. Bila net B/C Ratio > 1, maka usaha layak untuk diusahakan dan apabila net B/C < 1, maka usaha tidak layak utnuj dijalankan. Rumus yang digunakan : n
NetB / C
t 1 n
Bt Ct i n
t
ct bt
1 i t 1
keterangan :
bt ct
1 i
t
= Penerimaan (benefit) pada tahun ke-t = Biaya (Cost) pada tahun ke-t = discount factor (%) = umur proyek (tahun)
Kriteria kelayakan : a. Bila Net B/C > 1, maka proyek layak b. Bila Net B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan c. Bila Net B/C = 1, maka proyek dalam keadaan break event point
c. Gross B/C Ratio Gross B/C Ratio adalah perbandingan antara penerimaan atau manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah dikeluarkan.
Rumusnya adalah :
t i GrossB / C n Ct t t 1 1 i n
bt
1 i
t
keterangan :
Bt Ct i n
= Penerimaan (benefit) pada tahun ke-t = Biaya (Cost) pada tahun ke-t = discount factor (%) = umur proyek (tahun)
Kriteria kelayakan : c. Bila Gross B/C > 1, maka proyek layak untuk dilaksanakan d. Bila Gross B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan e. Bila Gross B/C = 1, maka proyek dalam keadaan break event point
d. Payback Period (Pp)
Payback Period merupakan penilaian investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi berdasarkan manfaat bersih dari suatu proyek. Rumusnya adalah Pp
Keterangan :
=
Io Ab
Pp = Payback Periode Io = Investasi awal tahun ke 0 Ab = Manfaat bersih yang diperoleh
Kriteria kelayakannya : a. Jika masa pengembalian lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka proyek tersebut layak untuk dikembangkan. b. Jika masa pengembalian lebih lama dari umur ekonomis usaha, maka proyek tersebut tidak layak untuk dikembangkan.
2. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah suatu kegiatan menganalisis kembali suatu proyek untuk melihat apakah yang akan terjadi pada proyek tersebut bila suatu proyek tidak berjalan sesuai rencana. Analisis sensitivitas mencoba melihat realitas suatu proyek yang didasarkan pada kenyataan bahwa proyeksi suatu rencana proyek sangat dipengaruhi unsur-unsur ketidakpastian mengenai apa yang terjadi di masa mendatang. (Gittinger, 1993).
Dalam pelaksanaan suatu proyek, besarnya NPV, Gross B/C, Net B/C, IRR dan PP dipengaruhi oleh besarnya penerimaan dan biaya. Perubahan NPV, Gross B/C, Net B/C, IRR dan PP dapat terjadi karena adanya perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat. Dalam penelitian ini, analisis sensitifitas dilakukan pada arus penerimaan dan pengeluaran.
Adapun perubahan-perubahan yang akan dikaji pada analisis sensitifitas adalah sebagai berikut : a.
Kenaikan biaya produksi (pakan) yang telah terjadi.
b.
Penurunan harga jual telur yang telah terjadi.
c.
Penurunan produksi telur itik yang telah terjadi.
Analisis sensitivitas dapat merespon keadaan pada kondisi normal dan pada kondisi dimana ada perubahan pada berbagai faktor (pakan, obatobatan dan lain-lain). Analisis sensitivitas menggunakan metode analisis kuantitatif dan deskriptif. Analisis ini menghitung kepekaan analisis
finansial (NPV, IRR, Net dan Gross B/C Ratio) terhadap perubahan yang terjadi pada harga faktor produksi dan harga hasil produksi serta dampak akhirnya pada kondisi kelayakan finansial usaha ternak itik..
Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis sensitivitas pada usaha ternak itik adalah : a. Tingkat suku bunga yang digunakan pada analisa ini berdasarkan suku bunga KUR BRI buat UMKM (Usaha mikro Kecil dan Menengah), sebesar 16%. b. Analisis sensitivitas apabila terjadi perubahan kenaikan biaya produksi c. Analisis sensitiviitas apabila terjadi perubahan penurunan harga jual d. Analisis sensitivitas terjadi bila terjadi kenaikan pada rata-rata tingkat suku bunga pinjaman pada bank umum.
Menghitung laju kepekaan dengan rumus sebagai berikut : X1 – X0 Laju kepekaan
X
x 100%
Y1 – Y0
x 100 %
= Y
dengan : X1 X0 X Y1 Y0 Y
= NPV/IRR/Net B/C/Gross B/C/PP setelah perubahan = NPV/IRR/Net B/C/Gross B/C/PP sebelum perubahan = rata-rata perubahan NPV/IRR/Net B/C/Gross B/C/PP = Biaya produksi/harga jual/suku bunga setelah perubahan = Biaya produksi/harga jual/suku bunga sebelum perubahan = rata-rata perubahan biaya produksi/harga jual/suku bunga
Kriteria : 1. Jika laju kepekaan > 1, maka hasil usaha atau proyek peka atau sensitif terhadap perubahan
2. Jika laju kepekaan < 1, maka hasil usaha atau proyek tidak peka atau sensitif terhadap perubahan
3. Analisis Titik Impas
Analisis titik impas adalah suatu cara untuk mengetahui berapa volume penjualan minimun agar perusahaan tidak menderita rugi, tetapi belum memperoleh laba, atau besarnya sama dengan nol (Mulyadi, 1990). Sedangkan laporan laba rugi digunakan untuk mengetahui keuntungan selama satu kali produksi. Titik impas usahatani dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut : a. Titik impas dalam satuan produk yang dihasilkan Biaya tetap X
= Harga Jual per satuan / Biaya Variabel per satuan
b. Titik impas dalam jumlah rupiah yang dihasilkan a pX = 1 – b/p Keterangan : a = Biaya Tetap (Rp) b = Biaya Variabel (Rp) p = Hasil Penjualan (Rp) Kriteria Pengambilan Keputusan 1) Jika hasil penjualan > pX, maka usaha baik 2) Jika hasil penjualan < pX, maka usaha merugikan 3) Jika kapasitas produksi > X maka usaha baik 4) Jika kapasitas produksi > X maka usaha merugikan
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Pringsewu
1. Keadaan geografis Penelitian dilakukan di Kabupaten Pringsewu dengan luas 44,34 km2. Kabupaten Pringsewu memiliki batas daerah antara lain :
Kecamatan Sukoharjo disebelah Utara
Kecamatan Ambarawa disebelah Selatan
Kecamatan Gadingrejo disebelah Timur
Kecamatan Pagelaran disebelah Barat
Secara topografi wilayah, Kabupaten Pringsewu berada di ketinggian 95 – 113,75 meter dari permukaan laut (dpl), dengan sebagian besar wilayahnya berupa dataran dan hanya sebagian kecil saja berupa daerah perbukitan. Hal ini membuat pringsewu menjadi salah satu wilayah yang perkembangan perdagangan dan industrinya cukup pesat.
2. Keadaan Iklim Kabupaten Pringsewu mempunyai ketinggian wilayah 95 – 113,75 meter dpl dengan suhu 24˚C sampai 28˚C, dengan didukung sebagian besar wilayahnya berupa dataran dan menjadi salah satu sentra penghasil padi yang cukup besar.
3. Keadaan Administrasi Pemerintah
Tanggamus merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Lampung Selatan dan dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 2 tahun 1997 tanggal 3 januari 1997, diresmikan pada tanggal 21 maret 1997 oleh Menteri Dalam Negeri. Secara administratif ketika terbentuk, Kabupaten Tanggamus terdiri dari 11 wilayah Kecamatan dan 6 wilayah Perwakilan Kecamatan.
Pada tanggal 19 Juni 2000 disyahkan Peraturan daerah No. 18 Tahun 2000 tentang Pembentukan Kecamatan dan Tata Kerja Pemerintahan Kecamatan dalam wilayah Kabupaten Tanggamus, dengan pengesahan Perda tersebut banyaknya kecamatan bertambah menjadi 6 Kecamatan, sehingga menjadi 17 Kecamatan. Pada tahun 2005 dilaksanakan pemekaran beberapa kecamatan di Kabupaten Tanggamus dan pada tanggal 23 juni 2005 disahkan Peraturan Daerah No. 05 Tahun 2005, dengan pengesahan Perda tersebut banyaknya Kecamatan Tanggamus bertambah 7 kecamatan, sehingga berjumlah 24 Kecamatan. Pada tanggal 21 desember 2006 ditetapkan Peraturan Daerah Nomor 15 tahun 206, tentang pembentukan 4 kecamatan pemekaran dan sampai tahun 2009 banyaknya kecamatan Kabupaten Tanggamus sejumlah 28 Kecamatan, 8 Kelurahan dan 371 Pekon.
Berdasarkan Undang-undang No 48 tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Pringsewu di Provinsi Lampung, Kabupaten Tanggamus dimekarkan menjadi dua wilayah Administratif yaitu Kabupaten
Tanggamus dan Kabupaten Pringsewu. Wilayah yang masuk ke dalam wilayah administratif Kabupaten Pringsewu ada 8 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Pringsewu, Gading Rejo, Ambarawa, Pardasuka, Pagelaran, Banyumas, Adiluwih dan Sukoharjo yang terdiri dari 101 wilayah pekon.
4. Keadaan Demografi
Berdasarkan Tanggamus dalam Angka (2009), penduduk di Kabupaten Tanggamus menurut hasil proyeksi pada tahun 2008 berjumlah 351.093 jiwa, yang terdiri dari 178.211 jiwa penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 172.882 jiwa penduduk berjenis kelamin perempuan. Banyaknya penduduk Kabupaten Pringsewu per Kecamtan menurut pemeluk agama Dari jumlah penduduk tersebut, maka dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Banyaknya Penduduk Kabupaten Pringsewu Per Kecamtan Menurut Pemeluk Agama Tahun 2008 No Kecamatan
Islam
Kristen
Katolik
Hindu Budha Jumlah
1
Pardasuka
28,572
864
508
46
-
30,432
2
Ambarawa
28,559
122
92
-
-
29,03
3
Pagelaran
61,604
161
14
26
-
61,879
4
Pringsewu
75,54
-
-
7
-
75,547
5
Gadingrejo
65,443
-
-
-
-
65,443
6
Sukoharjo
39,873
35
67
-
-
40,317
7
Banyumas
17,206
-
-
-
-
17,206
8
Adiluwih
31,211
20
8
-
-
31,239
Jumlah
348,008
1202
689
79
-
351,093
Sumber : Badan Pusat Statistika Kabupaten Tanggamus tahun 2008
Kecamatan Pringsewu mempunyai beberapa keluruhan dan pekon yang dapat dilihat pada Tabel 7
Tabel 7. Banyaknya Pekon (desa) / Kelurahan per Kecamatan di Kabupaten Pringsewu tahun 2008 No
Kecamatan
Kelurahan
Pekon
Jumlah
1
Pardasuka
13
13
2
Ambarawa
7
7
3
Pagelaran
24
24
4
Pringsewu
8
13
5
Gadingrejo
15
15
6
Sukoharjo
13
13
7
Banyumas
9
9
8
Adiluwih
8
8
97
102
Jumlah Sumber :
5
5
Bagian Pemerintahan Pekon Sekretariat. PEMDA Kabupaten Tanggamus dalam Angka 2009
5. Keadaan Umum Pertanian
Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu sentra produksi Padi di Propinsi Lampung, yang sangat baik untuk mendapatkan pakan alternatif ternak itik dengan memanfaatkan sisa-sisa panen padi, sehingga dapat megurangi biaya pakan itik, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Luas Panen dan Produksi Padi Sawah di Kabupaten Pringsewu tahun 2008 No
Kecamatan
Luas Panen/ Ha
Produksi/ Ton
1
Pardasuka
8,642
42,13
2
Ambarawa
2,343
11,422
3
Pagelaran
3,234
15,798
4
Pringsewu
3,131
15,264
5
Gadingrejo
6,032
29,466
6
Sukoharjo
2,613
12,738
7
Banyumas
1,223
5,95
8
Adiluwih
1,013
4,928
Jumlah
28,231
137,696
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Tanggamus 2009
Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa luas panen di Kabupaten Pringsewu 28.231 Ha dengan hasil produksi 137.696 ton. Hasil dari sisa-sisa produksi dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif ternak itik dengan menggunakan sistem tradisional. Selain itu terdapat populasi ternak unggas untuk ayam buras 108.544, ayam ras petelur 119.050, ayam ras pedaging 1.741.200 dan itik 47.428.
B. Gambaran Umum Kecamatan Ambarawa
1. Sejarah
Kecamatan Ambarawa secara definitif berdasarkan Perda Nomor 05 tahun 2005 tentang pembentukan Kecamatan Ambarawa, Gisting, Kota Agung Barat dan Kota Agung Timur. Kecamatan Ambarawa telah berdiri sendiri terpisah dari Kecamatan induknya yaitu Kecamatan Pringsewu dan
diresmikan pada tanggal 11 Juli 2005, dimana Kecamatan Ambarawa merupakan wilayah Kabupaten Tanggamus bagian Timur. Namun sejak diresmikannya Kabupaten Pringsewu pada tanggal 3 April 2009, Kecamatan Ambarawa masuk dalam wilayah Kabupaten Pringsewu. Kecamatan Ambarawa terdiri dari tujuh pekon yaitu Pekon Kresnomulyo, Pekon Sumberagung, Pekon Tanjung Anom, Pekon Jatiagung, Pekon Margodadi, Pekon Ambarawa Barat dan Pekon Ambarawa sebagai Ibukota Kecamatan.
2. Keadaan Geografis Kecamatan Ambarawa mempunyai luas wilayah 22,76 km2 atau 2.276 Ha, terdiri dari persawahan 1.383,80 km2, ladang / tegalan 419 km2, kolam atau empang 26 km2 dan 507 km2 merupakan tanah pemukiman, perkarangan dan lain-lain. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pringsewu
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pardasuka
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pagelaran dan Pugung
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Gadingrejo
3. Keadaan Iklim Kecamatan Ambarawa berada pada ketinggian 95 – 113,75 m dari permukaan laut (dpl). Suhu udara 24˚C-28˚C dengan curah hujan rata-rata 2.300-3000 mm. Sebagian besar wilayahnya berupa daratan dan sebagian
kecil berupa perbukitan. Hal ini menjadikan Kecamatan Ambarawa sebagai daerah pertanian khususnya padi., sehingga kawasan ini untuk wilayah Kabupaten Pringsewu bagian selatan merupakan daerah Lumbung Padi. Meskipun merupakan daerah lumbung padi, namun dari 7939 KK (KK Tingkat Kec. Desember, 2008) di Kecamatan Ambarawa, 2521 KK merupakan kepala keluarga miskin. ( BPS Pringsewu, 2009)
4. Keadaan Demografi
Berdasarkan Kecamatan Ambarawa dalam angka, penduduk di Kecamatan Ambarawa menurut hasil proyeksi pada tahun 2008 berjumlah 31.432 jiwa, yang terdiri dari 16.049 jiwa penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 15.383 jiwa penduduk berjenis kelamin perempuan, yang dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Penduduk Kecamatan Ambarawa menurut Pekon, Jenis Kelamin dan Sex Ratio tahun 2007 No
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Sex Ratio
3.327
3.074
6.401
108,23
2
Ambarawa Ambarawa Barat
2.128
2.167
4.295
98,2
3
Margodadi
2.187
2.236
4.423
97,81
4
Jati Agung
1.644
1.361
3.005
120,79
5
Sumber Agung
2.821
2.846
5.667
99,12
6
Kresnomulyo
3.021
2.902
5.923
104,10
7
Tanjung Anum
921
797
1.718
115,56
16.049
15.383
31.432
104,33
1
Pekon
Jumlah
Sumber : Pemerintah Kabupaten Pringsewu tahun 2009
Distribusi kepadatan penduduk di Kecamatan Ambarawa yang dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Data Kepadatan Penduduk Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu tahun 2009
No Pekon 1 Ambarawa Ambarawa 2 Barat 3 Margodadi 4 Jati Agung 5 Sumber Agung 6 Kresnomulyo 7 Tanjung Anum Jumlah
Penduduk 7.005
Rumah Tangga 1.632
4.469 6.13 5.842 1.875 2.268 4.365 31.954
1.026 1.387 1.256 488 521 1.07 7.38
Luas Wilayah Kepadatan 5,23 1.223,90 3,68 4 2,5 1,5 3,06 2,79 22,76
1.167,12 1.480,75 2.266,80 1.145,33 982,03 1.585,30 1.381,02
Sumber : Pemerintah kabupaten Pringsewu tahun 2009
5. Sarana dan Prasarana
Kecamatan Ambarawa memiliki sarana pelayanan berupa puskesmas 1 unit, pustu 3 unit, posyandu 39 unit, sedangkan untuk jumlah tenaga kesehatan di Kecamatan Ambarawa untuk dokter 2 orang, perawat 28 orang, bidan 18 orang. Selain itu terdapat data panjang ruas jalan di Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu yang dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Data Panjang Ruas Jalan di Kecamatan Ambarawa Kecamatan Pringsewu tahun 2009
No 1 2
3
Nama/ Jenis Jalan Jalan Propinsi Jalan Kabupaten
Jalan Pekon
Lokasi Margodadi Kresnomulyo Margodadi Tanjunganom Sumberagung Tanjunganom Sumberagung Dsn. Losari Kresnomulyo Dsn. Sumbersari Ambarawa - Dsn. Krawangsari Margodadi - Dsn. Krawangsari Ambarawa Ambarawa Barat Sumberagung Kresnomulyo Tanjung anom Jatiagung Margodadi
Ukuran / Panjang Kondisi
Keterangan
8 km
Rusak
5 kn
3 km
Rusak Rusak Berat Rusak Berat
5 km
Rusak
2 km 3 km 8 km 11 km 10 km 12 km 4 km
Rusak Rusak Berat Rusak Rusak Rusak Rusak Rusak
Jalan Tanah Jalan Tanah Jalan Tanah Jalan Tanah Jalan Tanah
3 km 6 km
Rusak Rusak
Jalan Tanah Jalan Tanah
2 km
Sumber : Pemerintah kabupaten Pringsewu tahun 2009
6. Keadaan Umum Pertanian
Kecamatan Ambarawa mempunyai luas lahan sawah yang cukup baik, dari yang berupa lahan sawah, bukan sawah, serta sawah irigasi secara teknis, setengah teknis maupun sederhana yang dapat disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Luas Tanah dan Peruntukannya (Ha) di Kecamatan Ambarawa tahun 2009 No
1
Pekon
Peruntukan Lahan Bukan Sawah Sawah
Sawah Irigasi Setengah Teknis Teknis Sederhana
133
390
224
2 3 4
Ambarawa Ambarawa Barat Kresnomulyo Sumber Agung
293 317 132
75 83 118
223 231 100
5 6 7
Tanjung Anum Jatiagung Margodadi
90 216 202,8
60 90 76,2
1.383,80
892,2
Jumlah
23
71 47 180 23
896
180
Sumber : Kepala Pekon di Kecamatan Ambarawa tahun 2009
Pada Tabel 12. di Kecamatan Ambarawa merupakan kecamatan yang sebagian masyarakatnya bercocok tanam padi, yang dapat dimanfaatkan oleh peternak itik untuk memenuhi pakan alternatif itik itu sendiri. Pada musim panen tiba, maka para peternak itik akan menggunakan kesempatan ini untuk memenuhi pakan alternatif itik. Selain itu dari sisi bidang peternakan unggas di Kecamatan Ambarawa untuk ayam buras terdapat 15.150 dan untuk itik sendiri sebesar 8.515.
C. Gambaran Umum Kecamatan Gadingrejo
1.
Keadaan Geografis
Curah hujan di Kecamatan Gadingrejo rata-rata 1.500- 3.000 mm/th. Warna tanah yang ada di Kecamatan ini yaitu kehitam-hitaman dengan sifat tanah liat dan gambut, sedangkan permukaan tanah 80 % terdiri dari
dataran rendah untuk areal pwersawahan dan 20% lainnya merupakan areal perbukitan. Dengan batas-batas wilayahnya yaitu : a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran dan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Tanggamus. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Way Lima Kabupaten Pesawaran c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pringsewu Kabupaten Tanggamus. d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran.
2.
Keadaan Demografi
Berdasarkan Monografi Kecamatan Gadingrejo, penduduk di Kecamatan Gadingrejo menurut hasil proyeksi pada tahun 2008 berjumlah 66.526 jiwa, yang terdiri dari 34.617 jiwa penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 31.909 jiwa penduduk berjenis kelamin perempuan.
3. Keadaan Umum Peternakan
a. Kecamatan Gadingrejo
Kecamatan Gadingrejo mempunyai luas lahan persawahan, pekarangan/ ladang dan perkebunan rakyat yang baik Kecamatan Gadingrejo mempunyai lahan persawahan yang cukup baik yaitu sebesar 2.506 km2, yang dapat membantu peternak dalam memenuhi pakan alternatif lain dari alam.
Peternak itik secara intensif adalah peternakan yang hanya melakukan aktifitasnya didalam kandang.. Usaha pemasaran telah jelas sasarannya. Pemasaran telur itik,di Kecamatan Gadingrejo pembeli datang sendiri ketempat usaha peternakan. Misalnya, pembeli yang berasal disekitar Gadingrejo membeli untuk usaha telur asin, dalam 1 minggu dapat membeli sekitar 1000 butir telur. Ada pula pembeli dari Metro yang dapat memesan sekitar 4000 – 5000 butir telur dengan skala pembelian 1 minggu. Ada pula pembeli yang menjual telur untuk dijual dipasaran dengan kapasitas sedikit. Transportasi yang digunakan yaitu mobil dari usaha peternakan itik, apabila jarak antar dekat (sekitar Gadingrejo), maka telur dapat diantarkan saja. Apabila jarak antar jauh, maka hanya membayar upah bensinnya saja. Sedangkan pengambilan telur diluar Kabupaten, biasanya mereka membawa alat transportasi sendiri.
Pemasaran itik afkir telah terdapat pengepul yang berada di Tanjung Karang dengan jumlah pengambilan 80-200 ekor/minggu dengan harga Rp 32.000/ ekor dan terdapat pula masyarakat sekitar yang mempunyai usaha rumah makan yang mengambil itik afkir tersebut.
Pemasaran pupuk kandang yaitu pupuk yang dihasilkan dalam 1 kali proses produksi yaitu satu kandang dapat menghasilkan pupuk kandang sebanyak 10 karung (50 kg/karung) dengan harga Rp 10.000/karung. Pemasaranya biasanya banyak permintaan dari petani sekitar.
b. Kecamatan Ambarawa
Pada peternakan itik di Kecamatan Ambarawa, peternak melakukan sistem umbaran di lahan persawahan. Pada waktu mulai mendekati masa panen padi, itik dilepaskan untuk mencari makan, sehingga nutrisi pakan hanya didapatkan dari lahan umbaran. Produksi telur yang dihasilkan dalam 1 ekor itik berkisar 65%. Pada lahan umbaran banyak terdapat kekurangannya yaitu itik dapat mengalami stress apabila disekitar lahan umbaran terdapat banyak kendaraan dan binatang liar. Banyak kasus kematian itik secara tradisional yang disebabkan oleh keracunan pestisida, keracunan bangkai dan lainnya.
Pemasaran itik secara tradisional, sama halnya dengan pemasaran pada sistem intensif yaitu pembeli langsung memesan kepada peternak, tetapi tidak adanya jasa antar, sehingga pembeli langsung datang ke tempat peternak. Harga telur itik yaitu berkisar Rp 1200 dan itik afkir berkisar Rp 32.000.
Penggunaan biaya saat berada di lapangan, menjadi tanggung jawab peternak dari mulai makan, tempat tinggal, pembuatan kandang sementara dan transportasi. Pembayaran nya dilakukan dengan cara memberikan telur sesuai dengan permintaan pemilik rumah yang disinggahi untuk pembuatan kandang.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Usaha Budidaya Itik Petelur
1. Budidaya Itik Petelur dengan Sistem Intensif
Pemeliharaan itik di Kecamatan Gadingrejo bersifat intensif. Pemeliharaan itik secara intensif akan memberikan beberapa keuntungan yaitu dapat menjamin kesehatan dan keselamatn itik, sehingga dapat memproduksi telur secara optimal.
a. Lokasi Usaha
Lokasi dari peternakan itik petelur di Kecamatan Gadingrejo saat ini cukup untuk memenuhi kriteria yaitu : 1. Lokasi usaha berada berjauhan dengan sumber kebisingan, seperti keramaian lalu lintas, pabrik atau bengkel. 2. Lokasi usaha berada dekat areal persawahan, sehingga memiliki sumber pakan alternatif dari para petani, seperti keong. 3. Didalam areal perkandangan terdapat beberapa kolam yang berisi ikan dan eceng gondok. Kolam ini berfungsi untuk itik bermain dan fungsi eceng gondok sebagian untuk pakan itik. 4. Lokasi usaha terbuka dan relatif cukup luas, agar udara bersih, segar dan tidak lembab.
Lokasi usaha peternakan itik yang digunakan didaerah penelitian adalah lahan milik sendiri. Luas lahan untuk usaha peternakan ± 1 ha. Letak lahan yang digunakan untuk peternakan itik tidak jauh dari rumah.
b. Persiapan Kandang
Usaha pemeliharaan itik secara intensif umumnya dapat dilakukan dimana saja. Lokasi kandang untuk budidaya itik di Kecamatan Gadingrejo sudah jauh dari suara bising, berdrainase baik, mudah transportasinya dan mudah mendapatkan air bersih. Peternak mempunyai beberapa sumber air yang baik untuk memenuhi minum itik, sehingga pada musim kemarau itik tidak akan kekurangan air. Peternak mempunyai dua sumur bor untuk memenuhinya.
Itik membutuhkan sarana dan prasarana pendukung agar itik mampu berproduksi tinggi, mudah pengelolaannya dan mudah dikontrol kesehatannya. Perkandangan adalah sarana utama dalam budidaya itik secara intensif. Itik yang dapat beristirahat dengan tenang produktivitasnya akan lebih tinggi dibandingkan dengan itik yang berada di lingkungan ramai.
Jenis kandang yang digunakan adalah tipe potstal. Kandang dengan tipe potstal merupakan kandang yang dapat ditempati beberapa ekor itik sekaligus. Adapun yang dimaksud dengan kandang koloni sistem potstal adalah kandang yang seluruh ruangannya dinaungi atap.
Seluruh kegiatan itik, mulai dari makan, minum, bertelur dilakukan di dalam kandang. Dengan ukuran kandang 3 x 3 meter. Sepanjang hari itik benar-benar dikurung tanpa pernah keluar kandang.
Dalam mempersiapkan kandang itik lantai yang digunakan oleh peternak yaitu jerami yang diambil dari masyarakat sekitar. Pembersihan lantai kandang akan dilakukan dalam 1 kali produksi (3 tahun sekali), yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk pupuk kandang. Kebersihan kandang sangat diperhatikan untuk mencegah penyakit. Sisa makanan yang tercecer dan tidak cepat dibersihkan dapat menyebabkan bahaya keracunan dan kematian itik.
c. Peralatan
Peralatan yang digunakan oleh peternak itik didaerah penelitian termasuk sederhana, karena menggunakan peralatan yang sering digunakan, seperti untuk pakan menggunakan baskom dan untuk minumnya sendiri menggunakan ember.
d. Bibit Itik Petelur
Pembibitan itik diperoleh dari pembelian yang berasal dari pulau Jawa (Cirebon). Bibit itik yang digunakan berumur 1 minggu, dimana penggunaan bibit pada umur 1 minggu dapat menghemat biaya untuk membeli bibit itik, mengurangi kerugian saat diangkut ke lokasi peternakan serta menghematkan biaya transportasi, dikarenakan pengangkutan bibit pada umur 1 minggu dapat menampung sekitar
900 ekor / mobil dengan biaya bibit Rp 8.000/ekor, sedangkan untuk pengangkutan itik pada umur 5 bulan hanya dapat menampung 300 ekor/ mobil dengan harga 47.000/ekor.
Itik akan bertelur pada umur 5 bulan, sehingga pada umur 1 minggu itik tidak akan menghasilkan telur, bahkan akan menambah biaya pakan. Pada awal pemeliharaan akan mengalami kerugian untuk biaya pakan, tetapi setelah 5 bulan akan menghasilkan telur yang meningkat, srhingga akan dapat menutup pengeluaran sebelum itik bertelur. Perawatan itik yang sedang bertelur harus diperhatikan, jika perawatan dilakukan secara asal (khususnya pemberian pakan), maka produksi akan menjadi rusak, sehingga itik akan mengalami rontok bulu secara dini. Ketenangan itik masa bertelur ini harus dijaga, sebab akan menyebabkan itik menjadi stres dan produksi telur akan menjadi terhambat. Persentase kematian itik setiap tahunnya yaitu 1%
e. Penggunaan Bibit itik
Jenis itik yang digunakan adalah Itik Tegal. Penggunaan bibit itik ini didasari oleh kemampuan produksi telur yang lebih tinggi. Penggunaan bibit itik harus memperhatikan kualitas itik yang baik, adapun syarat itik yang baik antara lain : 1) Badannya berbentuk langsing, tegak, seperti botol. 2) Bentuk leher kecil, panjang dan bulat seperti rotan. 3) Kepalanya kecil, mata terang dan terletak di bagian atas kepala.
4) Sayap menutup rapat di badan dengan ujungnya terlihat rapi dapangkal ekor. 5) Bulu tumbuh rata, halus dan berkilau (tidak suram). 6) Kaki berdiri kokoh 7) Tidak terdapat luka.
Penggunaan bibit di peternakan ini berjumlah 2.000 ekor dengan harga pembelian Rp 8.000 per ekor. Bibit ini selanjutnya dipelihara hingga umur 3 tahun. Pada saat itik berumur 3 tahun, itik mengalami penurunan produksi, sehingga dapat dijadikan itik afkir untuk dimanfaatkan dagingnya. Harga itik afkir ini sendiri sebesar Rp 2500032000 per ekor. Pada tahun 2010 harga itik afkir sebesar Rp 32.000 per ekor. Itik mulai bertelur umumnya pada umur 5 – 6 bulan. Pada pemeliharaan awal, produksi telur masih belum stabil, dikarenakan itik baru belajar untuk bertelur. Pada umur > 5 bulan, produksi telur akan makin meningkat dan tetap stabil.
f.
Rontok Bulu
Pada periode bertelur itik dibatasi pada peristiwa rontok bulu , biasanya terjadi saat itik memproduksi telur selama 11 bulan. Pada proses ini, sebagian itik berhenti bertelur selama 1 bulan, sehingga dalam satu populasi produksinya hanya mencapai 10-20%. Rontok bulu adalah proses terlepasnya bulu yang kemudian diikuti timbulnya bulu-bulu pengganti bulu lama. Jika pertumbuhan bulu-bulu telah sempurna, itik akan kembali bertelur seperti masa sebelumnya.
Itik yang sedang mengalami proses rontok bulu cenderung banyak makan dan tidak menghasilkan telur, karena itu pakan yang diberikan kualitas dan porsinya harus dikurangi. Peternak menghendaki proses rontok bulu secara serentak dan cepat, sehingga peternak melakukan mempuasakan itik selama 3 hari untuk mempercepat dan menyerempakkan terjadinya rontok bulu. Selama dipuasakan itik hanya diberi air minum, akibatnya itik menjadi lemah dan mengalami rontok bulu. Jika telah rontok semua, maka pakan dinormalkan kembali dan kadar protein dinaikkan kembali, sehingga laju produksi positif dan besar. Kemudian mencapai puncak produksi dan mengalami penurunan perlahan yang signifikan , sehingga tiba saatnya itik untuk diafkir (kurang lebih umur 3 tahun).
g. Pakan dan Vitamin Itik
Pakan itik petelur sangat mudah didapatkan , baik yang berupa konsentrat, dedak, keong dan jagung. Harga pakan yang diperoleh masih dapat dijangkau oleh peternak, untuk konsentrat tipe KLK super untuk itik dewasa sebesar Rp 275.000 per 50 kg (Rp 6.000 per kg), konsentrat pur 5-11 untuk DOD sebesar Rp 6000/ kg, dedak sebesar Rp 1.000 per kg, keong sebesar Rp 500 per kg dan jagung sebesar Rp 2.500 per kg. Pakan untuk itik petelur harus tetap mendapatkan perhatian, karena pakan menentukan kualitas produksi telur. Pemberian pakan tetap memperhatikan perbandingan yaitu 1 : 2 : 4,
dengan kriteria perbandingan 1 bagian untuk konsentrat, 2 bagian untuk jagung dan 4 bagian untuk dedak.
Penggunaan pakan keong digunakan untuk tambahan pakan yang mengandung protein tinggi atau sebagai pakan alternatif untuk itik, apabila harga konsentrat tinggi. Keong didapatkan dari petani padi yang ada di lingkungan sekitar peternakan itik.
Gambar 6. Mesin Penghancur Keong
Gambar 7. Pemberian Pakan Itik Petelur
Pemberian pakan itik dilakukan 2 kali dalam sehari, yaitu pagi dan menjelang sore hari, hal ini dilakukan agar tidak ada sisa makanan yang tercecer, yang dapat menimbulkan penyakit. Selain pakan itik
mendapatkan beberapa vitamin untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan itik terhadap penyakit yaitu antisep dengan harga Rp 10.000/ botol kecil, trimisin dengan harga Rp 3.000/ 50 kapsul, vitacik DOD dengan harga Rp 1.000/ botol kecil dan turbo bebek petelur dengan harga Rp 15.000 / gelasan (penggunaan vitamin ini tergantung jumlah itik/ ekor). Penggunaan obat-obatan di peternakan itik ini tidak terlalu diperhatikan, dikarenakan itik memiliki ketahanan tubuh yang baik dibandingkan dengan unggas yang lain.
h. Pemeliharaan Kandang
Pemeliharaan kandang yang baik menentukan produktivitas, ketahanan itik terhadap penyakit dan kematian itik. Pada peternakan sistem intensif ini, musim menentukan kualitas kandang, produksi telur dan kematian itik. Pada musim hujan kandang itik akan becek dan bau, maka akan menyebabkan kualitas dan produksi telur menurun, sehingga pembersihan kandang harus dilakukan secara rutin. Pada sistem lantai kandang yang digunakan pada peternakan ini yaitu berlantai miring, sehingga air yang masuk kedalam kandang tidak akan menyebabkan kandang becek. Kandang itik menggunakan sistem penerangan. Hal ini untuk membantu pengawasan para peternak. Teknologi yang digunakan pada sistem intensif sangat sederhana. Pada penerapannya teknologi yang digunakan sangat membantu dalam proses pemeliharaan itik petelur, dimulai dari bibit yang unggul, sistem kandang yang baik dan sistem sanitasi yang baik.
i.
Pemanenan
Gambar 8. Pemanenan Telur Itik Petelur
Pemanenan telur itik dilakukan setiap hari yaitu pada pagi hari, yang dilakukan oleh karyawan kandang. Tingkat produksi telur yang dihasilkan tergantung pada jumlah itik dan tingkat produktivitas, karena itik akan mengalami fase rontok bulu yang tidak sama sekali menghasilkan telur. Produktivitas rata-rata itik selama 15 tahun sebesar 20% per tahun dengan jumlah telur yang dihasilkan dari sebanyak 6.933.928 butir. Harga telur itik saat ini sebesar Rp 1.200 per butir (Harga telur tetap stabil dari tahun 2005 sampai sekarang). Selain dari penjualan telur, kotoran itik dan itik afkir. Jumlah kotoran itik yang dihasilkan untuk 1 kandang dapat menghasilkan 10 karung (50 kg/karung) kotoran itik , dengan harga jual Rp 10.000/ karung (Rp 200/ kg), yang dapat dipanen sebanyak 1 kali dalam satu proses produksi (3 tahun). Penerimaan penjualan itik afkir dapat dilakukan setelah masa produksi telur berkurang atau habis yaitu setelah 3 tahun . Harga penjualan itik afkir sebesar Rp 32.000 per ekor.
j.
Pemasaran
Pemasaran telur itik maupun itik afkir, dapat dilakukan dengan cara pemesanan langsung kepeternak melalui via handpone ataupun datang sendiri kelokasi usaha peternakan. Transportasi yang digunakan yaitu mobil dari usaha peternakan itik, apabila jarak antar dekat (sekitar Gadingrejo), maka telur dapat diantarkan saja. Apabila jarak antar jauh, maka hanya membayar upah bensinnya saja. Sedangkan pengambilan telur diluar Kabupaten, biasanya mereka membawa alat transportasi sendiri.
Gambar 9. Alat Trasnportasi Usaha Peternak Itik
Pemasaran itik afkir telah terdapat pengepul yang berada di Tanjung Karang dengan jumlah pengambilan 80-200 ekor/minggu dengan harga Rp 32.000/ ekor dan terdapat pula masyarakat sekitar yang mempunyai usaha rumah makan yang mengambil itik afkir tersebut.
Pemasaran pupuk kandang yaitu pupuk yang dihasilkan dalam 1 kali proses produksi yaitu satu kandang dapat menghasilkan pupuk
kandang sebanyak 10 karung (50 kg/karung) dengan harga Rp 10.000/karung. Pemasaranya biasanya banyak permintaan dari petani sekitar.
2. Budidaya Ternak Itik dengan Sistem Tradisional
a. Lokasi Peternakan Itik
Penelitian itik secara tradisional dilakukan di Kecamatan Ambarawa. Pemeliharaan itik secara tradisional dilakukan dengan cara mengembara dari satu persawahan ke persawahan lain, sesuai dengan musim panen. Area pengembalaan itik secara tradisional dapat dilihat pada Tabel 13
Tabel 13. Area Pengembalaan Itik secara Tradisional di Kecamatan ambarawa No 1 2 3 4 5 6 7
Lokasi Ambarawa Kalianda Trimurjo Ambarawa Kalianda Lampung Timur Metro
Bulan 1,5 2 1 2,5 1 1,5 1
Biaya transportasi masing-masing daerah yang dituju yaitu Ambarawa – Kalianda sebesar Rp 600.000, Kalianda – Trimurjo sebesar Rp 550.000, Trimurjo – Ambarawa sebesar Rp 400.000, Ambarawa – Kalianda sebesar Rp 600.000, Kalianda – Lampung Timur sebesar Rp 500.000, Lampung Timur – Trimurjo sebesar Rp 600.000, trimurjo – Ambarawa sebesar Rp 400.000 (urutan telah sesuai
dengan perkiraan waktu panen). Setiap melakukan perpindahan lokasi, pada hari sebelumnya peternak telah mensurvei lokasi yang akan dijadikan tempat gembalaan.
b. Pakan dan Tingkat Kematian Itik
Pada musim panen, produksi telur itik tegal dapat mencapai 80% dari total populasi, paling sedikit 60%. Pada usaha peternakan itik secara tradisional produksi telur itik di Kecamatan Ambarawa sebesar 60% dari total produksi. Sebab seluruh kebutuhan nutrisi itik tercukupi dari lahan penggembalaan, seperti karbohidrat dan protein nabati. Nutrisi untuk itik telah tercukupi dari sisa-sisa padi yang rontok sehabis dipanen. Protein hewani akan tercukupi dari siput, anak kodok dan cacing. Area persawahan tersebut juga terdapat gulma seperti genjer dan semanggi, yang akan memenuhi kebutuhan serat kasar, vitamin dan mineral bagi itik. Walaupun kebutuhan akan pangan telah tercukupi, tetapi itik mempunyai beberapa resiko di daerah pengembalaannya yaitu itik mengalami keracunan pestisida, mengalami keracunan bangkai binatang dan mengalami banyak gangguan dari lingkungan (dikejar anjing, hilang) dan pada saat penggangkutan yang jaraknya cukup jauh, itik dapat mengalami mabuk kendaraan, sehingga menyebabkan itik lemas dan mati. Tingkat kematian itik dengan sistem tradisional selama 15 tahun yaitu 20%. Dengan jumlah telur yang dihasilkan dari sebanyak 4.398.807 butir/ 15 tahun (1 tahun adalah 366.567,25 butir). Harga telur itik saat ini
sebesar Rp 1.200 per butir (Harga telur tetap stabil dari tahun 2005 sampai sekarang)
Selain itu musim mempengaruhi mortalitas (kematian), misalnya pada saat musim kemarau itik tidak dapat memproduksi telurnya dengan baik dan dapat mengalami kematian, dikarenakan itik mengalami kekurangan air di masa produksinya (Itik memiliki ketergantungan air yang cukup banyak untuk memproduksi telunya), sehingga dapat mengalami rontok bulu sebelum waktunya dan menyebabkan produksi telur tidak ada. Setiap terjadi perpindahan itik akan mengalami penurunan produksi telur, karena itik memerlukan adaptasi terhadap lingkungan yang baru, setelah itu produksi telur akan kembali seperti semula. Penurunan produksi telur di Kecamatan Ambarawa dapat menurun hingga 20%.
c. Pengelompokkan itik
Itik gembalaan selalu diberi pejantan. Peternak biasanya mengelompokkan itik sesuai umur dan peningkatan produksi telur, dalam sistem tradisional ini dikelompokkan menjadi 10 kelompok yang masing-masing mengembalakan itik sebanyak ± 200 ekor/orang. Setiap kelompok terdiri dari 150 betina dan 50 pejantan, karena telur itik gembalaan akan selalu terbuahi (fertil), hingga paling baik untuk ditetaskan.
d. Sistem dan Lokasi Pengembalaan Itik
Pengembalaan itik secara tradisional, pada pagi hingga sore hari, itik berada di sawah yang habis dipanen, malam hari itik digiring menuju lokasi kandang yang berada didekat sawah, dengan melakukan pembuatan kandang yaitu sejumlah 10 kandang dengan ukuran 14 x 10 meter dengan harga Rp 430.000 /kandang dan menggunakan atap yang berupa terpal panjang seharga Rp 400.000/ terpal yang dapat sebagai atap untuk 10 kandang. Pada saat di lokasi kandang (sore hari) itik hanya diberikan minum.
Lokasi tidur itik dibatasi dengan pagar sederhana dari anyaman bambu 50 cm. Pagar ini didirikan dengan patok-patok bambu yang dapat dicabut dan dipasang. Pagarnya sendiri bisa digulung dan diangkut ke mana-mana. Apabila hujan, para penggembala sudah siap dengan tenda-tenda plastik (bivak) yang dikerudungkan di atas pagar tersebut. Peternak sendiri akan berjaga dan tidur bergantian di dekat tempat itik dikandangkan. Pada saat pagi hari, itik akan bertelur di sawah. Apabila lokasi penggembalaan itik mulai habis cadangan pakannya, maka peternak akan mencari lokasi baru untuk mengembalakan itik selanjutnya.
B. Analisis Finansial Pemeliharaan Itik
1. Asumsi- asumsi Analisis Finansial
Analisis finansial ternak itik petelur meliputi pengeluaran dan penerimaan. Asumsi yang digunakan adalah usaha ternak itik memiliki umur ekonomis usaha sekitar 15 tahun yang didasarkan pada umur ekonomis bangunan, karena bangunan merupakan biaya investasi terbesar dari usaha ternak itik. Prediksi biaya dan penerimaan sistem intensif tahun 4 sampai 15 menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut : a. Hasil produksi selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, harga jual hasil produksi juga diasumsikan selalu sama setiap tahunnya, dilihat pada tahun 2005 sampai saat ini harga telur stabil yaitu sebesar Rp 1.200 b. Dalam perhitungan analisis finansial menggunakan tingkat suku bunga yang berlaku sebesar 16 % / tahun, dilihat dari KUR BRI buat UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) c. Harga kotoran itik sebesar Rp 10.000/ karung (50kg), didapatkan dari harga tahun 2009, dengan masa pemanenan 1 kali dalam 1 kali produksi. d. Harga Itik afkir sebesar RP 32.000/ekor, didapatkan dari harga tahun 2009 dengan masa pemanenan 1 kali dalam 1 kali produksi. e. Harga pakan konsentrat didapatkan dari perkembangan dolar tahun 2010. f. Kebutuhan pakan dedak per bulan sebesar 9.304 kg, didapatkan dari ratarata tahun 1 sampai 15. g. Harga pakan dedak sebesar Rp 1.000/kg, didapatkan dari harga yang berlaku pada tahun 2009.
h. Harga pakan keong sebesar Rp 500/kg, didapatkan dari harga yang berlaku pada tahun 2009. i. Harga pakan jagung sebesar Rp 2.500/kg, didapatkan dari harga yang berlaku pada tahun 2009. j. Usaha Peternakan mulai berproduksi sejak tahun 1990, dimana telah mengalami 5 kali proses produksi. Peneliti melakukan analisis 3 tahun terakhir itik berproduksi.
Prediksi biaya dan penerimaan sistem intensif tahun 4 sampai 15 menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut : a. Pada usaha peternakan itik secara tradisional produksi telur itik di Kecamatan Ambarawa sebesar 60% dari total produksi. b. Pada pembuatan kandang dibutuhkan terpal sebanyak 10 unit dengan harga Rp 430.000, didapatkan dari harga yang berlaku pada tahun 2010. c. Tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 10 orang dengan upah sebesar Rp 1.200.000/orang, dilihat dari upah yang berlaku pada tahun 2010. d. Penjualan itik afkir sebesar Rp 32.000/ekor, dilihat pada penjualan tahun 2010. e. Biaya yang dikeluarkan untuk biaya makan peternak sehari-hari yaitu dengan memberikan hasil telur sebanyak 20 butir/hari/kelompok. f. Biaya yang dikeluarkan untuk biaya tempat tinggal peternak sehari-hari yaitu dengan memberikan hasil telur sebanyak 8 butir/hari/kelompok.
2. Analisis Finansial Pemeliharaan Itik Petelur
a. Biaya Usaha Peternakan Itik Petelur secara Intensif
Biaya yang dikeluarkan dalam usaha peternakan itik petelur terdiri dari biaya tetap, biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang digunakan untuk upah tenaga kerja kandang, pemeliharaan dan perbaikan jaringan listrik dan pengeluaran alat tulis. Biaya variabel terdiri dari pembelian pakan, obat-obatan, pembelian bibit, pembayaran telpon dan listrik.
1) Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan investasi itik sebelum itik menghasilkan. Penggunaan biaya investasi dilakukan pada awal memulai usaha peternakan yaitu pembelian pembuatan kandang dan pembeliaan / pengadaan peralatan. Jenis biaya investasi yang digunakan pada pemeliharaan itik dapat dilihat pada (Lampiran 1), pada tahun 2010.
Biaya investasi terbesar adalah untuk pembelian tanah dan kandang. Jumlah total investasi yang dibutuhkan sebesar Rp 147.228.224. Penggunaan alat-alat peternakan didasarkan pada umur ekonomis dan manfaat alat yang digunakan. Biaya peralatan yang dikeluarkan secara tunai pada saat pembelian yang diasumsikan peralatan tersebut bisa digunakan sampai umur ekonomisnya habis. peralatan yang digunakan sangat membantu dalam proses usaha peternakan itik, terutama alat pakan dan minum itik
2) Biaya Operasional a. Biaya Tetap
Adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam usaha ternak yang jumlahnya tetap, tidak berubah dalam rangeoutput tertentu dan tidak bergantung pada skala produksi. Biaya tetap pada usaha peternakan itik yaitu perawatan itik dewasa, pemeliharaan dan perbaikan jaringan listrik, serta penggunaan alat tulis.
a) Upah Tenaga Kerja Upah tenaga kerja sebesar Rp 1.200.000 /orang/ bulan, tenaga kerja dalam usaha ternak ini berjumlah 4 orang.
b) Biaya Pajak Pajak yang dikeluarkan oleh peternak merupakan pajak hasil Bumi dan Bangunan (PBB). Biaya pajak yang dikeluarkan perbulan oleh peternak adalah Rp 17.333,33 (setahun sebesar Rp 208.000).
c) Biaya perbaikan jaringan listrik dan alat tulis Biaya ini diperlukan untuk mengantisipasi apabila terdapat kerusakan-kerusakan listrik pada usaha peternakan itik dan persediaan penggunaan alat tulis untuk keperluan usaha ternak sebesar Rp 200.000/ 6 bulan untuk perbaikan jaringan listrik dan Rp 50.000/ 3 bulan untuk penyediaan alat tulis.
b. Biaya Variabel Biaya variabel adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam usaha ternak yang jumlahnya berubah-ubah sebanding dengan volume kegiatan produksi, tetapi untuk setiap satu satuan produksi tetap. Biaya variabel pada peternakan itik secara intensif berupa biaya pakan, obatobatan, bibit itik, telpon dan listrik. Penggunaan biaya variabel pada pemeliharaan itik di Kecamatan Gadingrejo adalah
a) Biaya Pembelian Bibit Penggunaan bibit itik akan sangat berpengaruh pada hasil produksi di masa yang akan datang. Bibit yang dipakai peternak merupakan bibit yang dibeli. Untuk setiap kandang dapat menampung 41 ekor itik dewasa. Jumlah kandang yang dimiliki berjumlah 48 kandang. Harga bibit itik yaitu untuk pejantan Rp 8.000/ ekor. Bibit itik diperoleh dari pulau jawa yaitu di Cirebon. Pembelian itik DOD berjumlah 2000 ekor dilakukan setiap produksi itik telah habis yaitu 3 tahun sekali.
b) Transportasi Biaya transportasi usaha peternakan itik dengan sistem Intensif diasumsikan sabesar Rp 250.000/ bulan, yang digunakan untuk setiap aktivitas usaha ternak itik.
Biaya variabel yang digunakan untuk kegiatan usaha ternak itik dapat dilihat pada Tabel 14
Tabel 14. Biaya Variabel pada Pemeliharaan Itik Petelur di Kecamatan Gadingrejo Satuan
Keterangan
Tahun
(unit/ekor)
1
Rp/ekor
16.000.000,00
2
3
Biaya Variabel Bibit 1. Obat-obatan a. Antisep
Rp/ml
120.000,00
120.000,00
120.000,00
b.Trimisin
Rp/tablet
12.000,00
12.000,00
12.000,00
Rp/ml
84.000,00
84.000,00
84.000,00
Rp/gelasan
720.000,00
720.000,00
720.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00 3.046,38
c. Vitacik DOD d. Turbo bebek petelur Total Biaya Obat-obatan 2. Pakan (1 : 2 : 4)
Kg
2.847,67
3.077,55
Harga Konsentrat
Rp/kg
6.000,00
6.000,00
6.000,00
Biaya Konsentrat
Rp
17.086.037,14
18.465.274,29
18.278.254,29
b. Jagung giling (2/7)
Kg
22.781,38
24.620,37
24.371,01
Harga Jagung
Rp/Kg
2.500,00
2.500,00
2.500,00
Rp
56.953.457,14
61.550.914,29
60.927.514,29
Kg
106.313,12
114.895,04
113.731,36
1.000,00
1.000,00
1.000,00
a. Konsentrat KLK Super (1/7)
Biaya jagung c. Dedak (4/7) Harga Dedak
Rp/Kg
Biaya Dedak
Rp
106.313.120,00
114.895.040,00
113.731.360,00
3. Transportasi
Rp
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
4. Listrik
Rp
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
5. Sewa Tanah
Rp
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
6. Telpon
Rp
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
278.888.614,29
277.447.228,57
275.473.128,57
Jumlah Biaya Variabel
Berdasarkan Tabel 14. biaya variabel yang terbesar yaitu untuk biaya pembelian dedak dan jagung. Hal ini disebabkan, dedak dan jagung merupakan pakan itik yang terbesar dan mudah didapat oleh peternak dengan harga yang masih dapat terjangkau yaitu dedak sebesar Rp 1.000/kg dan jagung Rp 2.500/kg. Biaya variabel terendah yaitu untuk pembelian obat-obatan, karena obat-obatan di peternakan ini hanya sebagai vitamin itik.
c. Nilai Sisa
Nilai sisa usaha peternakan merupakan peralatan-peralatan yang telah digunakan dalam suatu proses produksi, sampai alat-alat produksi itu habis digunakan (Umur ekonomisnya habis) dan terdapat nilai jual apabila kita menjualnya lagi. Dalam usaha peternakan itik ini berupa kandang, sekop, generator,cangkul, tempat penampungan telur, mesin penghancur keong, mesin air dan gerobak sorong.
b. Penerimaan Peternakan Itik secara Intensif
Penerimaan pada peternakan itik di Kecamatan Gadingrejo berupa penerimaan penjualan telur, penjualan kotoran dan penjualan itik afkir. Penerimaan yang tinggi dilihat pada rendahnya tingkat mortalitas itik, semakin rendah tingkat mortalitas itik, maka semakin tinggi produksi telur, kotoran dan afkir yang dihasilkan. Penerimaan dari pemeliharaan itik dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Penerimaan dan Pemeliharaan Itik Intensif di Kecamatan Gadingrejo Keterangan
Satuan (unit/ekor)
Tahun 1
Jumlah
2
3
Penerimaan Jumlah awal Itik DOD
Rp
2.000
1.980
1.960
5.940
Yang Mati
ekor
20
20
20
60 5.880
Jumlah Akhir
1.980
1.960
1.940
Itik yang Produktif
ekor
1.980
1.960
1.940
5.880
Produksi Telur
butir
340.374
525.867
520.545
1.386.786
Butir /ekor
14,33
22,36
22,36
4
Rp/butir
1.200
1.200
1.200
1.200
408.448.320
631.040.640
624.653.760
1.664.142.720
0,00
0,00
4.800.000
4.800.000
Produktifitas telur Harga Telur Itik Penerimaan Telur Penerimaan Penj. Kotoran Penerimaan Penj. Itik Afkir
Rp Rp/kg Rp
0,00
0,00
62.080.000
62.080.000
Total Penerimaan
Rp
408.448.320
631.040.640
691.533.760
1.731.022.720
Berdasarkan Tabel 15, penerimaan pada peternakan itik ini dapat dikatakan stabil, penerimaan itik ini dapat dilihat dari tingkat kematian itik, apabila tingkat kematiannya tinggi maka tingkat penerimaannya rendah. Apabila tingkat kematiannya rendah, maka tingkat penerimaannya pun tinggi. Penerimaan itik afkir dan kotoran itik dapat dilakukan dalam 1 kali proses produksi (3 tahun).
c. Biaya Usaha Peternakan Itik Petelur secara Tradisional
1) Investasi
Pada usaha ternak itik dengan sistem tradisional menggunakan biaya investasi berupa bibit itik. Bibit itik yang digunakan berumur 1 (satu) minggu, didapat dari Jawa (cirebon), dengan harga Rp 8.000/ekor. Bibit yang digunakan berjumlah 2000 ekor.
2) Biaya Operasional a. Biaya Tetap
Adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam usaha ternak yang jumlahnya tetap, tidak berubah dalam rangeoutput tertentu dan tidak bergantung pada skala produksi. Biaya tetap pada usaha peternakan itik yaitu upah tenaga kerja. Upah tenaga kerja sebesar Rp 1.200.000 /orang/ bulan, tenaga kerja dalam usaha ternak ini berjumlah 10 orang.
b. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam usaha ternak yang jumlahnya berubah-ubah sebanding dengan volume kegiatan produksi, tetapi untuk setiap satu satuan produksi tetap. Biaya variabel pada peternakan itik secara tradisional berupa Obat-obatan, pakan DOD (Konsentrat pur 5-11), Biaya makan untuk peternak, biaya tempat tinggal untuk peternak dan transportasi. Penggunaan biaya variabel pada pemeliharaan itik di Kecamatan Ambarawa adalah
1) Transportasi
Pada usaha peternakan itik petelur secara tradisional, biaya yang dikeluarkan berupa biaya transportasi. Transportasi dapat dilakukan dengan menyewa mobil, dengan harga yang berbeda. Biaya transportasi dapat diukur dengan jauh dekatnya lokasi pengembalaan itik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Biaya Transportasi Peternakan Itik Petelur secara Tradisional No 1 2 3 4 5 6 7
Lokasi Ambarawa-Kalianda Kalianda-Trimurjo Trimurjo-Ambarawa Ambarawa- Kalianda Kalianda – Lampung Timur Lampung Timur – Trimurjo Trimurjo - Ambarawa Jumlah
Satuan Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Biaya 600.000 550.000 400.000 600.000 500.000 600.000 400.000 3.650.000
2) Makan dan Tempat Tinggal Peternak
Sistem pembayaran untuk lokasi tempat tinggal dan makan peternak, dapat dilakukan dengan cara membayar dengan menggunakan hasil telur yang didapatkan. Pada penyewaan lahan usaha peternakan, peternak dapat membuat 10 kandang untuk itik berteduh, dalam pembayaran sewa rumah, peternak dapat membayar 20 butir/ kandang. Jadi dalam satu hari peternak dapat menyisihkan telurnya sebanyak 200 butir telur/hari. Untuk biaya sewa tempat tinggal peternak mempunyai 10 kelompok penggiringan, sehingga masing-masing kelompok memberikan 8 telor /hari/kelompok, jadi dalam satu hari peternak menyisihkan 80 butir/ hari telur untuk biaya makan. Biaya yang digunakan untuk kegiatan usaha ternak itik dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Biaya Operasional Ternak Itik Petelur dengan Sistem Tradisional di Kecamatan Ambarawa Keterangan
Satuan (Unit / ekor)
Tahun 1
2
3
Jumlah
Biaya Operasional Biaya Variabel Obat-obatan
Rp
2.400.000
2.400.000
2.400.000
7.200.000
Pakan DOD 400.000
0,00
0,00
400.000
Makan Peternak
Konsentrat Pur 5-11
Rp/kg Rp
87.600.000
87.600.000
87.600.000
262.800.000
Tempat tinggal
Rp
35.040.000
35.040.000
35.040.000
105.120.000
Ambarawa-Kalianda
Rp
600.000,00
600.000,00
600.000,00
1.800.000
Kalianda-Trimurjo
Rp
550.000,00
550.000,00
550.000,00
1.650.000
Trimurjo-Ambarawa
Rp
400.000,00
400.000,00
400.000,00
1.200.000
Ambarawa-Kalianda Kalianda - Lampung Timur Lampung Timur Trimurjo
Rp
600.000,00
600.000,00
600.000,00
1.800.000
Rp
500.000,00
500.000,00
500.000,00
1.500.000
Rp
600.000,00
600.000,00
600.000,00
1.800.000
Rp
400.000,00
400.000,00
400.000,00
1.200.000
129.090.000
128.690.000
128.690.000
386.470.000
Rp/HOK
144.000.000
144.000.000
144.000.000
432.000.000
Rp
273.090.000
272.690.000
272.690.000
818.470.000
Transportasi
Trimurjo - Ambarawa Total Biaya Variabel Biaya Tetap Tenaga Kerja (10 orang)
Total Biaya
Berdasarkan Tabel 17. biaya variabel yang terkecil yaitu untuk biaya pembelian obat-obatan. Biaya variabel terbesar dirasakan pada biaya tenaga kerja dan biaya makan peternak pada saat pengembalaannya.
d. Analisis Finansial Ternak Itik Petelur
Analisis finansial digunakan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan dari suatu proses produksi, apakah proses produksi itu layak untuk diusahakan dan dapat memberikan keuntungan dan untuk mengetahui apakah usaha peternakan itik layak atau tidak layak untuk dikembangkan, maka perlu dilakukan
analisis dari aspek finansial. Kriteria investasi yang digunakan yaitu Net B/C, Gross B/C, Pp, NVP, dan IRR. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan tingkat suku bunga sebesar 16% yang merupakan tingkat suku bunga KUR BRI buat UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).
Perhitungan analisis finansial usaha peternakan itik petelur ini menggunakan umur ekonomis itik petelur yaitu selama 15 tahun. Perhitungan ini menggunakan tingkat suku bunga sebesar 16% /tahun Hasil analisis finansial itik petelur dapat dilihat pada Tabel 18 dan 19
Tabel 18. Analisis Finansial Ternak Itik Petelur di Kecamatan Gadingrejo No 1 2 3 4 5
Analisi Finansial NPV (Rp) IRR Net B/C Gross B/C Payback Periode (tahun)
Tingkat Suku Bunga 16% Rp 1.088.015.509 78,89% 5,20 1,49 3,08
Tabel 19. Analisis Finansial Ternak Itik Petelur di Kecamatan Ambarawa No 1 2 3 4 5
Analisis Finansial NPV IRR Net B/C Gross B/C Payback Periode (tahun)
Tingkat suku bunga 16 % Rp 474.646.371 277,35% 30,67 1,31 2,92
1. Analisis Net Present Value (NPV)
NPV merupakan selisih antara penerimaan dan biaya saat ini, nilai positif menunjukkan untuk dan negatif berarti rugi. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, besar penerimaan selama 15 tahun
adalah nilai NPV sebesar Rp 1.030.391.948 ( lampiran 9), dengan tingkat suku bunga sebesar 16 % per tahun bernilai positif, sedangkan nilai NPV pada sistem tradisional adalah Rp 490.646.371 (lampiran 21). Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh usaha peternakan secara intensif dan tradisional lebih besar dibandingkan dengan total biaya yang dikeluarkan, sehingga dapat dikatakan bahwa usaha peternakan itik secara intensif dan tradisional ini menguntungkan dan layak untuk dilakuakan (NPV > 0). Tetapi walaupun sistem tradisional menguntungkan. Hasil yang diperoleh tidak lebih besar dari sistem intensif (pada tingkat suku bunga yang sama 16%). Hal ini dikarenakan penerimaan (PV bt) pada sistem tradisional lebih rendah diakibatkan pada tingginya tingkat kematian itik yaitu sebesar 20%, sehingga keuntungan yang diperoleh pada sistem intensif lebih besar dibandingkan dengan keuntungan pada sistem tradisional.
Hasil analisis NPV tersebut menunjukkan bahwa selisih antara nilai sekarang dari penerimaan yang diterima dan nilai sekarang biaya yang telah dikeluarkan untuk usaha ternak itik bernilai positif. Hal ini berarti nilai sekarang penerimaan di masa yang akan datang masih lebih besar dari nilai sekarang biaya yang dikeluarkan di masa yang akan datang.
2. Analisis Internal Rate of Return (IRR)
Analisis Internal Rate Return (IRR) atau tingkat pengembalian internal adalah analisis untuk mencari tingkat suku bunga yang menunjukkan
bahwa jumlah nilai sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh biaya usaha ternak itik. IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu usaha. Nilai IRR harus lebih besar dari tingkat suku bunga yaitu sebesar 16%.
Hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka nilai IRR yang didapatkan pada sistem intensif sebesar 78,89 % dan pada sistem tradisional 277,35%. Hal ini menunjukkan bahwa untuk memperoleh NPV sama dengan nol (NPV = 0). Nilai IRR pada sistem intensif dan tradisional lebih besar dari nilai tingkat suku bunga yang digunakan, yaitu sebesar 16% per tahun. Hal ini berarti dalam memanfaatkan modal untuk membuka usaha ternak itik, tetap memberikan keuntungan, jika dibandingkan dengan penyimpanan uang di bank yang saat ini hanya memiliki keuntungan sebesar 16%.
Nilai IRR pada sistem tradisional lebih tinggi dari nilai IRR sistem intensif, hal ini dikarenakan pendapatan pada sistem tradisional lebih tinggi dari biaya investasi yang dikeluarkan yaitu untuk pembelian bibit (Rp 16.000.000), sehingga tidak adanya kewajiban untuk mengembalikan modal untuk pembelian peralatan usaha ternak itik. Lain hal dengan sistem intensif yang mempunyai kewajiban untuk mengembalikan modal untuk pembelian peralatan usaha ternak itik.
3. Analisis Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C)
Analisis Net B/C merupakan perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya terdiri dari present value total dari pada benefit bersih dalam tahun-tahun dimana benefit bersih itu bersifat positif, sedangkan penyebutnya terdiri dari present value total dari pada biaya bersih dalam tahun-tahun dimana Bt – Ct bersifat negarif, yaitu biaya kotor lebih besar dari benefit kotor.
Hasil perhitungan pada tingkat suku bunga 16%/ tahun yang telah dilakukan, maka didapat Net B/C pada sistem intensif sebesar 5,20. Hal ini dapat diasumsikan berarti setiap 1000 rupiah yang ditanamkan untuk modal investasi akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 5.200, sedangkan Net B/C pada sistem tradisional sebesar 30,67. Hal ini dapat diasumsikan berarti setiap 1.000 rupiah yang ditanamkan untuk modal investasi akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 30.370. Berdasarkan analisis finansial dengan nilai Net B/C rasio lebih besar dari satu (Net B/C > 1), maka usaha peternakan itik secara intensif secara finansial menguntungkan.
Pada sistem tradisional mendapatkan nilai Net B/C yang lebih besar dibandingkan dengan sisten intensif. Hal ini dikarenakan pada sistem tradisional nilai negatif yang dihasilkan hanya dari nilai investasi pembelian bibit (Rp 16.000.000), sedangkan pada sistem intensif nilai negatif yang dihasilkan diperoleh dari investasi kandang (Rp 147.413.628). Menurut Kadariah, Apabila salah satu nilai Bt –Ct
tidak terdapat nilai negatifnya, maka Net B/C seperti IRR juga adalah tidak terhingga. Dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya nilai Net B/C ditentukan oleh biaya yang dikeluarkan untuk investasi.
4. Analisis Gross B/C Ratio
Analisis Gross B/C adalah analisis yang membandingkan antara penerimaan dengan biaya yang masing-masing nilainya telah di present value kan. Pada tingkat suku bunga 16 %, diperoleh Gross B/C pada sistem intensif sebesar 1,49, sedangankan nilai Gross B/C pada sistem tradisional sebesar 1,31. Hal ini berarti usaha peternakan itik petelur di Kecamatan Gadingrejo dan Ambarawa menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan, karena nilai Gross B/C > 1. Dari hasil perhitungan sistem intensif dapat diartikan bahwa setiap Rp 1.000 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan usaha ternak itik petelur sebesar Rp 1.490, sedangkan pada sistem tradisional dapat diartikan setiap Rp 1.000 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan usaha ternak itik petelur sebesar Rp 1.310
5. Payback Periode
Payback Period merupakan mengukur jangka waktu pengembalian seluruh modal investasi yang telah ditanamkan pada suatu usaha, dengan asumsi jika masa pengembalian lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka proyek tersebut layak untuk dikembangkan.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka payback periode pada sistem intensif yang didapat sebesar 3,08 tahun (pada tingkat suku bunga 16%/ tahun), sedangkan pada sistem tradisional payback periode yang didapat sebesar 2,92. Hal ini menunjukkan masa pengembalian investasi pada usaha ternak itik secara intensif lebih lama dibandingkan dengan sistem tradisional. Hal ini dikarenakan pada sistem tradisional tidak menggunakan biaya investasi yang besar, yaitu hanya pada saat pembelian bibit itik, sedangkan pada sistem intensif ada waktu untuk pengembalian biaya investasi. Tetapi dalam perhitungan ini dapat dilihat bahwa masa pengembalian modal investasi lebih pendek dari umur ekonomis usaha yaitu 15 tahun.
C. Analisis Titik Impas (Break Event Point)
Analisis titik impas merupakan suatu cara untuk mengetahui seberapa besar volume produksi dan penetapan harga jual terendah agar usaha ternak itik tidak mengalami kerugian, tetapi dalam posisi tidak memperoleh laba (impas). Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui penjualan atau produksi itik pada posisi titik impas dalam satuan rupiah.
Analisis BEP usaha ternak itik dengan sistem intensif menunjukkan produksi dan harga minimal yang harus dicapai agar usaha itik berada pada titik impas adalah BEP harga BEP Produksi
= Rp 746,50 = 4.583.070 butir telur
Analisis BEP menunjukkan produksi dan harga minimal yang harus dicapai agar usaha ternak itik petelur berada pada titik impas adalah 4.583.070 butir
telur dan harga jual Rp. 746,50/butir, sedangkan Analisis BEP usaha ternak itik secara tradisional menunjukkan produksi dan harga minimal yang harus dicapai agar usaha itik berada pada titik impas adalah BEP harga
= Rp 933,97
BEP Produksi = 3.423.625 butir telur Analisis BEP menunjukkan produksi dan harga minimal yang harus dicapai agar usaha ternak itik petelur berada pada titik impas adalah 3.423.625 butir telur dan harga jual Rp. 933,97/butir.
D. Analisis Sensitivitas
Harga telur itik dipasaran, biaya pakan, produksi sangat berfluktuatif. Kejadian ini dapat memberikan pengaruh cukup besar terhadap biaya produksi apabila terjadi perubahan harga dan kenaikannya. Jumlah produksi yang berfluktuasi juga ikut berpengaruh terhadap keadaan finansial usaha ternak itik ini diantaranya adalah saat produksi telur itik mengalami penurunan, sehingga dapat menyebabkan keuntungan berkurang dan biaya pakan terus meningkat.
Oleh karena itu, di dalam pengembangan usaha diperlukan suatu analisis untuk mengetahui perubahan faktor-faktor dalam dan luar yang mempengaruhi nilai penerimaan dan biaya suatu proyek terhadap kriteria investasi Net B/C, Gross B/C, Payback Period, NPV, dan IRR. Perubahan faktor yang mempengaruhi penerimaan dan biaya misalnya, diperkirakan adanya penurunan produksi telur, penurunan harga jual telur, ataupun adanya kenaikan harga pakan. Faktor-faktor tersebut dipilih karena yang paling dominan mengalami perubahan pada waktu-waktu tertentu. Untuk
memperoleh jumlah perkiraan yang lebih tepat dan dapat dipercaya, maka diperlukan analisa kepekaan (Sensitivity Analysis).
Pada penelitian ini analisis yang dilakukan untuk menguji apakah produksi, harga jual, dan pakan berpengaruh terhadap keberlangsungan usaha di masa yang akan datang adalah dengan cara menguji kesensitifan usaha terhadap penurunan produksi telur, penurunan harga jual telur, dan kenaikan harga pakan itik seperti di bawah ini:
Analisis sensitivitas pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan nilai NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C dan Pp. Hal-hal yang terjadi pada usaha peternakan itik ini yaitu kenaikan harga pakan sebesar 10%, penurunan harga telur sebesar 16,67 % dan penurunan produksi telur sebesar 20 %. Penghitungan laju kepekaan ini bertujuan untuk menentukan apakah proyek atau usaha peternakan yang dijalankan sensitif (peka) atau tidak terhadap perubahan. Dari hasil perhitungan yang didapat, usaha peternakan itik ini tidak peka terhadap perubahan. Usaha peternakan ini akan tetap menjalankan usahanya, tanpa terkendala dalam perubahan apapun. Analisis sensitivitas ini dapat dilihat pada Tabel 20 dan 21
Tabel 20. Analisis Sensitivitas pada Perubahan Penurunan Produksi Telur, penurunan harga jual telur, kenaikan biaya produksi (pakan) pada tingkat suku bunga 16 % pada usaha peternakan itik di Kecamatan Gadingrejo No 1
2
3
Perubahan yang mempengaruhi Produksi telur turun 20% NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Gross B/C PP (tahun) Harga jual telur turun 16,67% NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Gross B/C PP (tahun) Kenaikan harga pakan 10% NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Gross B/C PP (tahun)
Sebelum Perubahan
Sesudah perubahan
Laju Kepekaan
Ket
1.088.015.509 78,89% 5,20 1,49 3,084
451.915.348 40,79% 2,35 1,20 4,910
-2,34 -1,80 -2,14 -0,60 -1,29
TS TS TS TS TS
1.088.015.509 78,89% 5,20 1,49 3,084
559.184.635 46,85% 2,73 1,25 4,454
-3,69 -2,93 -3,58 -0,99 -2,09
TS TS TS TS TS
1.088.015.509 78,89% 5,20 1,49 3,084
990.933.088 72,08% 4,58 1,42 3,327
0,19 0,18 0,25 0,09 0,15
TS TS TS TS TS
Ket : TS = Tidak Sensitif
Tabel 21. Analasisi Sensitivitas pada Perubahan Penurunan Produksi Telur, penurunan harga jual telur pada tingkat suku bunga 16 % pada usaha peternakan itik di Kecamatan Ambarawa No 1
2
Perubahan yang Sebelum mempengaruhi Perubahan Produksi telur turun 20% NPV (Rp) 474.646.371 IRR (%) 277,35% Net B/C 30,67 Gross B/C 1,31 PP (bulan) 2,92 Harga jual telur turun 16,67% NPV (Rp) 474.646.371 IRR (%) 277,35% Net B/C 30,67 Gross B/C 1,31 PP (bulan) 2,92
Ket : TS = Tidak Sensitif
Sesudah perubahan
Laju Kepekaan
Ket
86.522.027 52,85% 1,80 1,06 6,95
-6,22 -6,12 -8,00 -0,96 -3,67
TS TS TS TS TS
151.144.731 83,13% 2,72 1,10 5,60
-25,21 -26,27 -40,83 -4,26 -15,31
TS TS TS TS TS
1) Analisis Kepekaan Perubahan Biaya Pakan
Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya pakan itik secara intensif sebesar 10% yaitu untuk konsentrat dari harga Rp 6.000 per kilogram menjadi Rp 6.600 per kilogram, untuk jagung dari harga Rp 2.500 per kilogram menjadi Rp 2.750 per kilogram dan untuk pakan dedak dari harga Rp 1.000 per kilogram menjadi Rp 1.100 per kilogram. Kenaikan harga pakan ini dapat disebabkan oleh tidak tersedianya bahan pakan yang dapat memenuhi permintaan peternak. Pada kenaikan harga pakan konsentrat dilihat dari kenaikan dollar.
Pada Tabel 20. mengenai analisis kepekaan pada kelayakan usaha ternak itik petelur pada kenaikan harga pakan sebesar 10%, dapat diperoleh nilai NPV turun menjadi Rp 990.933.088 (bernilai positif atau lebih besar dari nol), nilai IRR turun sebesar 72,08% (masih lebih tinggi dari tingkat suku 16% / tahun, nilai gross B/C turun menjadi 1,42 (nilai lebih besar dari satu), nilai Net B/C turun menjadi 4,58 (nilai lebih besar dari 1) dan nilai Pp sama yaitu 3,33 tahun, untuk mengembalikan modal usaha meningkat. Bila dilihat dari perhitungan tersebut, maka usaha ternak itik ini layak untuk dikembangkan, sedangkan pada Tabel 21 sistem tradisional tidak menggunakan biaya pakan, pakan itik secara tradisional dilakukan dilahan umbaran, sehingga tidak terdapat masalah apabila adanya perubahan harga pakan.
2) Analisis Kepekaan Perubahan Produksi Telur
Analisis sensitivitas terhadap penurunan produksi sebesar 20% didasarkan pada penurunan produksi aktual terendah yang pernah terjadi pada usaha peternakan itik petelur di Kabupaten Pringsewu, diasumsikan bahwa itik mengalami stress dan keadaan cuaca yang selalu berubah. Pada sistem tradisional pada saat pengangkutan akan menyebabkan itik mengalami mabok darat, yang menyebabkan itik mengalami penurunan produksi telurnya.
Pada Tabel 20. kepekaan pada kelayakan usaha ternak itik petelur pada penurunan produksi telur sebesar 20%, dapat diperoleh nilai NPV turun menjadi Rp 451.915.348 (bernilai positif atau lebih besar dari nol), nilai IRR turun sebesar 40,79 % (masih lebih tinggi dari tingkat suku bunga 16%/ tahun), nilai gross B/C turun menjadi 1,20 (nilai lebih besar dari satu), nilai Net B/C turun menjadi 2,35, (nilai masih lebih besar dari 1) dan nilai Pp untuk mengembalikan biaya investasi sebesar 4,91 tahun , sedangkan pada Tabel 19 untuk sistem tradisional dapat diperoleh nilai NPV turun menjadi Rp 86.522.027 (bernilai positif atau lebih besar dari nol), nilai IRR turun sebesar 52,85 % (masih lebih tinggi dari tingkat suku bunga 16%/ tahun), nilai gross B/C turun menjadi 1,06 (nilai lebih besar dari satu), nilai Net B/C turun menjadi 1,80, (nilai masih lebih besar dari 1) dan nilai Pp untuk mengembalikan biaya investasi sebesar 6,95 tahun,
Pada sistem tradisional dan intensif dapat dilihat bahwa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan sistem intensif lebih besar (Rp 451.915.348) dibandingkan dengan sistem tradisional pada Tabel 21 (Rp 86.522.027). Hal ini dikarenakan penerimaan yang diperoleh dengan menggunakan sistem intensif lebih besar dibandingkan sistem tradisional. Walaupun terjadi penurunan pada masing-masing kriteria, ternak itik petelur masih layak diusahakan karena NPV > 0, Gross B/C > 1, Net B/C > 1, IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, dan pengembalian modal dengan batas waktu kurang dari 15 tahun.
3) Analisis Kepekaan Perubahan Harga Jual Telur
Penurunan harga jual telur diakibatkan jumlah telur yang dihasilkan melimpah, sedangkan permintaan akan telur berkurang. Pada Tabel 20, kepekaan pada kelayakan usaha ternak itik petelur pada penurunan harga jual telur sebesar 16,67%, dapat diperoleh nilai NPV Rp 559.184.635 (bernilai positif atau lebih besar dari nol), nilai IRR turun sebesar 46,85% (masih lebih tinggi dari tingkat suku bunga 16%/ tahun), nilai gross B/C turun menjadi 1,25 (nilai lebih besar dari satu), nilai Net B/C turun menjadi 2,73, (nilai masih lebih besar dari 1) dan nilai Pp naik sebesar 4,45 (lebih pendek dari umur ekonomis usaha yaitu 15 tahun), sedangkan pada sistem tradisional Tabel 21 diperoleh nilai NPV Rp 151.144.731 (bernilai positif atau lebih besar dari nol), nilai IRR turun sebesar 83,13% (masih lebih tinggi dari tingkat suku bunga 16%/ tahun), nilai gross B/C turun menjadi 1,10 (nilai lebih besar dari satu), nilai Net B/C turun
menjadi 2,72, (nilai masih lebih besar dari 1) dan nilai Pp naik sebesar 5,60 Bila dilihat dari perhitungan tersebut, maka usaha ternak itik ini layak untuk dikembangkan, walaupun terdapat penurunan harga jual telur.
Dapat dilihat pada kedua sistem pengembangan itik secara intensif maupun tradisional tidak terdapat kendala apabila terjadinya penurunan harga jual telur ini, tetapi tingkat keuntungan yang diperoleh pada sistem intensif lebih tinggi pada sistem tradisional. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan dalam pemberian pakan dan jumlah kematian itik.
Masalah yang dihadapi peternak dengan cara tradisional antara lain angka kematian itik lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemeliharaan secara intensif. Umur mulai bertelur lebih tua (rata-rata 25 minggu), sehingga lama masa bertelur menjadi lebih pendek. Produksi telur puncak mencapai 60%. Sementara pemeliharaan secara intensif umur mulai bertelur lebih awal yaitu 21 minggu dan produksi puncak bisa mencapai 85%. Keadaan ini disebabkan karena pemeliharaan secara tradisional, kebutuhan nutrisi itik tidak terpenuhi secara maksimal dan kurang seimbang. Sebaliknya pada pemeliharaan secara intensif biasanya pakan yang diberikan adalah pakan komersial yang sudah sesuai dengan kebutuhan standar.
Pada penggunaan sistem intensif dan tradisional, sama-sama baik untuk dikembangkan, tetapi pada perhitungan analisis finansial ternak itik yang diusahakan secara intensif maupun tradisional. Apabila terdapat perubahan pada penurunan produksi telur dan penurunan harga jual telur, maka penurunan tersebut sangat dirasakan ,tetapi tidak menyebabkan usaha ternak itik secara tradisional ini
mendapat kesulitan. Usaha peternakan itik secara tradisional masih terkendala beberapa permasalahan, diantaranya usaha-usaha peternakan itik yang ada sekarang masih didominasi peternak skala kecil yang bersifat tradisional (diumbar), kecilnya modal yang dimiliki, sulitnya mencari bibit DOD (Day Old Duck) unggul, serta pengetahuan peternak yang masih rendah. Tidak mengherankan jika kasus kematian ternak itik di pedasaan saat ini masih tinggi dan jauh dari harapan.
Disisi lain, sistem pemeliharaan itik secara tradisional memiliki banyak kekurangan. Diperlukannya lahan yang luas, itik yang diumbar berpotensi mengganggu tanaman pertanian yang baru ditanam, membutuhkan tenaga kerja untuk pengembalaan besar, serta tingginya resiko itik terkontaminasi pestisida akibat petani yang sering menggunakannya untuk membasmi hama.
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: berikut: 1. Usaha ternak itik petelur di Kabupaten Pringsewu dengan sistem intensif secara finansial menguntungkan dan layak dikembangkan pada tingkat suku bunga yang berlaku, yaitu 16%. 2. Perhitungan analisis finansial ternak itik petelur prospektif untuk dikembangkan dan menguntungkan pada tingkat suku bunga yang berlaku, Usaha ternak itik ini merupakan unit usaha yang stabil meski terjadi penurunan produksi telur itik sampai dengan 20%, penurunan harga jual telur itik sampai dengan 16,67% dan kenaikan harga pakan sampai 10%. B. Saran Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi peternak, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usaha ternak itik layak dan menguntungkan, sehingga peternak diharapkan sangat perlu meningkatkan penggunaan input terutama bibit itik yang berkualitas, pakan ternak itik yang memenuhi kadar protein yang baik dan keseimbangan dalam pemberian pakan, Menjaga kebersihan kandang dan
peralatannya, sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Petani harus memiliki ketersediaan air yang baik. 2. Bagi pemerintah daerah, agar mendorong pengembangan usaha peternakan itik petelur dengan diintensifkannya penyuluhan tentang bibit itik yang baik, pemeliharaan, dan penanganan pasca panen, selain itu diharapkan pemberian bantuan kepada peternak itik secara tradisional atau intensif, sehingga dapat mendukung peningkatan produksi dan kualitas produksi itik petelur yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Bustanul. 2010. Agribisnis Berbasis Peternakan : Peluang Investasi yang Terlupakan. http://www.indef.or.id/ xplod/upload/arts/agribisnis berbasis peternakan.Pdf. Diakses tanggal 26 April 2010. Anonymous. 2009. Buku Statistik Peternakan. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung. Lampung. Anonymous. 2003. Pengembangan Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan di Propinsi Lampung. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung. Lampung. Anonymous.2008. Potensi Pengembangan Peternakan di Provinsi Lampung. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung. Lampung. Badan Pusat Statistika (BPS) Provinsi Lampung. 2008. Populasi Ternak Itik di Provinsi Lampung Per Kabupaten / Kota tahun 2008. Bandar Lampung. Badan Pusat Statistika (BPS) Tanggamus. 2008. Kabupaten Tanggamus dalam Angka. Bandar Lampung. Badan Pusat Statistika (BPS) Ambarawa. 2009. Data Monografi Kecamatan Ambarawa. Kabupaten Pringsewu. Direktorat Jendral Peternakan. 2005. Kebutuhan Gizi Itik Petelur dan Itik Pedaging. http://Ditjennak.peternakan go.id. Diakses tanggal 24 Januari 2010. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan. 1972. Nilai Gizi Telur Itik dan Telur Ayam. http://gizi telur itik. Diakses tanggal 10 juli 2010. Hendra. 2009. Senta Itik Lampung. http://itikmania.blogspot.com/2009/11/ pertimbangan-dan-wacana.html. Diakses tanggal 22 Januari 2010. Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta. Kasmir, SE, MM. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Prenada Media. Jakarta.
Kusnadi. 2003. Studi Kelayakan Proyek Bisnis. Unibraw. Malang. Muhrizal. 2008. Teknologi Budidaya Itik. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor. Mulyadi. 1993. Akuntansi Biaya, Penentuan harga Pokok Penjualan dan Pengendalian Biaya. BPFE UGM. Yogyakarta. 526 hlm. Pasaribu, Mery Rosalina. 2009. Analisis Kelayakan Finansial Agroindustri Minyak Nilam di Desa Kaliasin Kecamatan Tanjung BintangKabupaten Lampung Selatan. Skripsi. Bandar Lampung. Universitas Lampung. Puspasari, Mega. 2004. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Itik Petelur dan Pengembangan Produksi Telur pada MS Corporation Bandar Lampung. Skripsi. Bandar Lampung. Universitas Lampung. Rochjat, Mei. 2000. Penyusunan Ransum Untuk Itik Petelur. http://www.pustakadeptan.go.id/agritek/dkij0116.pdf. Diakses tanggal 23 Januari 2010 Saleh, Enzina. 2004. Pengelolaan Ternak Itik di Pekarangan Rumah. Universitas Sumatera Utara Sanusi, Bachrawi. 2000. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Sarwani, Muhrizal. 2008. Teknologi Budidaya Itik. http://semende.files.wordpress.com/2009/09/budidaya-itik-2.pdf. Budidaya ternak itik.2008. Diakses tanggal 12 Febuari 2010. Sarworini, Setya. 2002. Pemilihan Ternak Itik Secara Intensif. http://door. Google.com/viewer?a=v7g=cacha:ela7r/vga40j.www.pustakadeptan.go.id/agritek/lip50057.pdf. Diakses tanggal 24 April 2010. Sentra Bisnis UKM. 2009. Prospek Pengembangan Ternak Itik. http://Sentra Bisnis UKM/2009/Prospek-Pengembangan-Ternak-Itik.html. Diakses tanggal 23 April 2010. Setioko, R. Argono. 2005. Identifikasi Sifat-Sifat Kualitatif dan Ukuran Tubuh pada Itik Tegal, Itik Cirebon dan Itik Turi. Sutojo, Siswanto. 2002. Studi Kelayakan Proyek. PT. Damar Mutia Pustaka. Jakarta. http://74.125.153.132/search?q=cache:I_IyK73Q07IJ:peternakan.litb ang.deptan.go.id/%3Fq%3Dnode/244+itik+tegal&cd=2&hl=id&ct=c lnk&gl=id. Diakses tanggal 8 Febuari 2010.
Supriadi. 2003. Prospek Usaha Itik Pedaging. Penebar Swadaya. Bogor Sofyan, Iban. 2004. Studi Kelayakan Bisnis. Graha Ilmu. Yogyakarta. Windhyarti, Sandhy Sakti. 1998. Beternak Itik Tanpa Air (EdisiRevisi). Penebar Swadaya. Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biaya Penyusutan Peralatan dan Umur Ekonomis No
Jenis
Jumlah
Satuan
Kebutuhan 1
Kandang/bagunan
2
Bambu
3
Sekop
Harga
Jumlah
Jumlah
Tahun
Umur Ekonomis
Nilai
Nilai
Satuan
Tahun Lalu
Tahun sekarang
Pembelian
(Tahun)
Sisa
Penyusutan/thn
48
Unit
2.000.000
96.000.000
142.228.224
2010
15
28.800.000
7.561.882
500
batang
7.000
3.500.000
5.185.404
2010
5
0
1.037.081
Unit
65.000
130.000
192.601
2010
5
60.000
26.520
2010
2
4
Alat Makan DOD
40
Unit
10.000
400.000
592.618
5
0
118.524
5
Alat minum itik
40
Unit
10.000
400.000
592.618
2010
5
0
118.524
6
Alat makan itik
40
Unit
10.000
400.000
592.618
2010
5
0
118.524
7
Mesin Penghancur keong
1
Unit
8.000.000
8.000.000
11.852.352
2010
10
2.000.000
985.235
8
Cangkul
3
Unit
50.000
150.000
222.232
2010
3
45.000
59.077
9
Kotak Bambu Penampungan telur
50
Unit
6.000
300.000
444.463
2010
5
0
88.893
10
Ember besar
5
Unit
12.500
62.500
92.597
2010
5
0
18.519
11
Keranjang itik
50
Unit
280.000
14.000.000
20.741.616
2010
6
9.000.000
1.956.936
12
Sepatu bot
2
Unit
60.000
120.000
177.785
2010
5
0
35.557
4.500.000
4.500.000
6.666.948
2010
5
1.000.000
1.133.390
13
Mesin Air
1
Unit
14
Sumur Bor
2
Unit
600.000
1.200.000
1.777.853
2010
10
0
177.785
15
Lori
1
Unit
3.000.000
3.000.000
4.444.632
2010
6
2.500.000
324.105
16
Lampu
15
Buah
15.000
225.000
333.347
2010
2
0
166.674
17
Kabel
150
meter
2.000
300.000
444.463
2010
6
0
74.077
18
Timbangan
1
Unit
350.000
350.000
518.540
2010
5
200.000
63.708
19
Bak tempat pakan
60
buah
10.000
600.000
888.926
2010
4
0
222.232
20
Mobil
2
Unit
60.000.000
120.000.000
177.785.280
2010
10
32.000.000
14.578.528
253.637.500
375.775.116
Jumlah
28.865.769
Lampiran 2. Rugi-Laba Usaha Itik Petelur secara Intensif di Kecamatan Gadingrejo (tahun 1) Keterangan
I
Satuan
Harga
(unit/ekor)
(Rp/unit)
Jumlah
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
31
28
31
30
31
30
31
31
30
31
30
31
365
Itik Beli Itik DOD
Rp
8.000
2.000,00
1.998,00
1.998,00
1.993,00
1.993,00
1.989,00
1.989,00
1.989
1.980,00
2.000
2,00
3,00
2,00
2,00
3,00
6,00
1998,00
1.998,00
1.996,00
1.993,00
1.993,00
1.991,00
1.989,00
1.989,00
1.989,00
1.986,00
1.980,00
1.980,00
1980,00
ekor
1998,00
1.998,00
1.996,00
1.993,00
1.993,00
1.991,00
1.989,00
1.989,00
1.989,00
1.986,00
1.980,00
1.980,00
Laring / Rontok Bulu
ekor
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1980,00
Produksi Telur
butir
0
0
0
0
52.516
50.771
52.410
52.410
50.720
52.331
50.490
0
361.647
0,0
0,0
0,0
0,0
26,4
25,5
26,4
26,4
25,5
26,4
25,5
0,0
15,2
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
0,00
Yang Mati
ekor
2,00
Jumlah Akhir Itik yang Produktif
Produktifitas telur Harga Telur Itik Penerimaan Telur
II
Bulan 1
Butir /ekor Rp/butir Rp
1.996,00
1.991,00
1.986,00
20,00
0,00
0,00
0,00
63.018.660,00
60.924.600,00
62.892.180,00
62.892.180,00
60.863.400,00
62.797.320,00
60.588.000,00
0,00
433.976.340,00
Penerimaan Penj. Kotoran
Rp/kg
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Penerimaan Penj. Itik Afkir
Rp
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Total Penerimaan
Rp
0,00
0,00
0,00
0,00
63.018.660,00
60.924.600,00
62.892.180,00
62.892.180,00
60.863.400,00
62.797.320,00
60.588.000,00
0,00
433.976.340,00
10.000,00
Biaya Variabel Rp
8.000,00
16.000.000,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
16.000.000,00
a. Antisep
Rp/ml
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
120.000,00
b.Trimisin
Rp/tablet
3.000,00
3.000,00
0,00
0,00
3.000,00
0,00
0,00
3.000,00
0,00
0,00
3.000,00
0,00
0,00
12.000,00
Rp/ml
1.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
84.000,00
Rp/gelasan
15.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
720.000,00
80.000,00
77.000,00
77.000,00
80.000,00
77.000,00
77.000,00
80.000,00
77.000,00
77.000,00
80.000,00
77.000,00
77.000,00
936.000,00
Bibit Itik 1. Obat-obatan
c. Vitacik DOD d. Turbo bebek petelur Total Biaya Obat-obatan 2. Pakan (1 : 2 : 4) a. Konsentrat KLK Super (1/7)
Kg
0,00
239,76
265,18
256,24
264,78
255,99
264,25
264,25
255,73
263,85
254,57
263,06
2.847,67
Harga Konsentrat
Rp/kg
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
Biaya Konsentrat
Rp
0,00
1.438.560,00
1.591.097,14
1.537.457,14
1.588.705,71
1.535.914,29
1.585.517,14
1.585.517,14
1.534.371,43
1.583.125,71
1.527.428,57
1.578.342,86
17.086.037,14
b. Jagung giling (2/7)
Kg
0,00
1.918,08
2.121,46
2.049,94
2.118,27
2.047,89
2.114,02
2.114,02
2.045,83
2.110,83
2.036,57
2.104,46
22.781,38
Harga Jagung
Rp/Kg
Biaya jagung c. Dedak (4/7)
Rp Kg
Harga Dedak
Rp/Kg
Biaya Dedak
Rp
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
0,00
4.795.200,00
5.303.657,14
5.124.857,14
5.295.685,71
5.119.714,29
5.285.057,14
5.285.057,14
5.114.571,43
5.277.085,71
5.091.428,57
5.261.142,86
56.953.457,14 106.313,12
0,00
8.951,04
9.900,16
9.566,40
9.885,28
9.556,80
9.865,44
9.865,44
9.547,20
9.850,56
9.504,00
9.820,80
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
0,00
8.951.040,00
9.900.160,00
9.566.400,00
9.885.280,00
9.556.800,00
9.865.440,00
9.865.440,00
9.547.200,00
9.850.560,00
9.504.000,00
9.820.800,00
106.313.120,00
3. Transportasi
Rp
4. Listrik
Rp
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
3.000.000,00
5. Sewa
Rp
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
72.000.000,00
6. Telpon
Rp
250.000,00
Jumlah Biaya Variabel Pendapatan Kotor
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
3.000.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
3.600.000,00
22.880.000,00
22.061.800,00
23.671.914,29
23.108.714,29
23.646.671,43
23.089.428,57
23.616.014,29
23.613.014,29
23.073.142,86
23.590.771,43
22.999.857,14
23.537.285,71
278.888.614,29
-22.880.000,00
-22.061.800,00
-23.671.914,29
-23.108.714,29
39.371.988,57
37.835.171,43
39.276.165,71
39.279.165,71
37.790.257,14
39.206.548,57
37.588.142,86
-23.537.285,71
155.087.725,71
Biaya Tetap 1. Tenaga Kerja Kandang
Rp
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
57.600.000,00
2. Pemeliharaan dan Perbaikan Jar. Listrik
Rp
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
200.000,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
200.000,00
400.000,00
3. Alat Tulis
Rp
50.000,00
0,00
0,00
50.000,00
0,00
0,00
50.000,00
0,00
0,00
50.000,00
0,00
0,00
200.000,00
Jumlah Biaya Tetap
Rp
4.850.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.850.000,00
4.800.000,00
5.000.000,00
4.850.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.850.000,00
4.800.000,00
5.000.000,00
58.200.000,00
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
208.000,00
27.747.333,33 -27.747.333,33
26.879.133,33 -26.879.133,33
28.489.247,62 -28.489.247,62
27.976.047,62 -27.976.047,62
28.464.004,76 34.554.655,24
28.106.761,90 32.817.838,10
28.483.347,62 34.408.832,38
28.430.347,62 34.461.832,38
27.890.476,19 32.972.923,81
28.458.104,76 34.339.215,24
27.817.190,48 32.770.809,52
28.554.619,05 -28.554.619,05
337.296.614,29 96.679.725,71
Pajak tanah Total Biaya Pendapatan Bersih
Rp/thn
1.200.000,00
Lampiran 3. Rugi-Laba Usaha Itik Petelur secara Intensif di Kecamatan Gadingrejo (tahun 2) Keterangan
I
Satuan
Harga
(unit/ekor)
(Rp/unit)
Jumlah
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
31
28
31
30
31
30
31
31
30
31
30
31
365
Bibit beli Itik DOD Yang Mati
Rp
8.000
ekor
Jumlah Akhir
1.980,00
1.969,00
1.969,00
1.969,00
1.966,00
1.966,00
1.962
1.962,00
1.960,00
1.980
1,00
4,00
3,00
3,00
1979,00
1.979,00 1.975,00
1.975,00 1.972,00
1.972,00 1.969,00
1.969,00
1.969,00
1.966,00
1.966,00
1.962,00
1.962,00
1.960,00
1.960,00
1960,00
3,00
4,00
2,00
20,00
Itik yang Produktif
ekor
1979,00
1.975,00
1.972,00
1.969,00
1.969,00
1.969,00
1.966,00
1.966,00
1.962,00
1.962,00
1.960,00
1.960,00
Laring / Rontok Bulu
ekor
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1960,00
Produksi Telur
butir
52.147
47.005
51.962
50.210
51.883
50.210
51.804
51.804
50.031
51.699
49.980
0
558.734
26,4
23,8
26,4
25,5
26,4
25,5
26,4
26,4
25,5
26,4
25,5
0,0
Produktifitas telur Harga Telur Itik Penerimaan Telur
II
Bulan 1
butir/.ekor Rp/butir Rp 10.000,00
23,8
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
62.575.980,00
56.406.000,00
62.354.640,00
60.251.400,00
62.259.780,00
60.251.400,00
62.164.920,00
62.164.920,00
60.037.200,00
62.038.440,00
59.976.000,00
0,00
670.480.680,00 0,00
Penerimaan Penj. Kotoran
Rp/kg
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Penerimaan Penj. Itik Afkir
Rp
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Total Penerimaan
Rp
62.575.980,00
56.406.000,00
62.354.640,00
60.251.400,00
62.259.780,00
60.251.400,00
62.164.920,00
62.164.920,00
60.037.200,00
62.038.440,00
59.976.000,00
0,00
670.480.680,00
Biaya Variabel Bibit Itik
Rp
8.000,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
a. Antisep
Rp/ml
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
120.000,00
b.Trimisin
Rp/tablet
3.000,00
3.000,00
0,00
0,00
3.000,00
0,00
0,00
3.000,00
0,00
0,00
3.000,00
0,00
0,00
12.000,00
Rp/ml
1.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
84.000,00
Rp/gelasan
15.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
720.000,00
80.000,00
77.000,00
77.000,00
80.000,00
77.000,00
77.000,00
80.000,00
77.000,00
77.000,00
80.000,00
77.000,00
77.000,00
936.000,00
1. Obat-obatan
c. Vitacik DOD d. Turbo bebek petelur Total Biaya Obat-obatan 2. Pakan (1 : 2 : 4) a. Konsentrat KLK Super (1/7)
Kg
262,92
237,00
261,99
253,16
261,60
253,16
261,20
261,20
252,26
260,67
252,00
260,40
3.077,55
Harga Konsentrat
Rp/kg
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
Biaya Konsentrat
Rp
1.577.545,71
1.422.000,00
1.571.965,71
1.518.942,86
1.569.574,29
1.518.942,86
1.567.182,86
1.567.182,86
1.513.542,86
1.563.994,29
1.512.000,00
1.562.400,00
18.465.274,29 24.620,37
b. Jagung giling (2/7)
Kg
2.103,39
1.896,00
2.095,95
2.025,26
2.092,77
2.025,26
2.089,58
2.089,58
2.018,06
2.085,33
2.016,00
2.083,20
Harga Jagung
Rp/Kg
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
Biaya jagung
Rp
5.258.485,71
4.740.000,00
5.239.885,71
5.063.142,86
5.231.914,29
5.063.142,86
5.223.942,86
5.223.942,86
5.045.142,86
5.213.314,29
5.040.000,00
5.208.000,00
61.550.914,29
c. Dedak (4/7)
Kg
9.815,84
8.848,00
9.781,12
9.451,20
9.766,24
9.451,20
9.751,36
9.751,36
9.417,60
9.731,52
9.408,00
9.721,60
114.895,04
Harga Dedak
Rp/Kg
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
Biaya Dedak
Rp
9.815.840,00
8.848.000,00
9.781.120,00
9.451.200,00
9.766.240,00
9.451.200,00
9.751.360,00
9.751.360,00
9.417.600,00
9.731.520,00
9.408.000,00
9.721.600,00
114.895.040,00
3. Transportasi
Rp
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
3.000.000,00
4. Listrik
Rp
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
3.000.000,00
5. Sewa Tanah
Rp
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
72.000.000,00
6. Telpon
Rp
Jumlah Biaya Variabel Pendapatan Kotor
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
3.600.000,00
23.531.871,43
21.887.000,00
23.469.971,43
22.913.285,71
23.444.728,57
22.910.285,71
23.422.485,71
23.419.485,71
22.853.285,71
23.388.828,57
22.837.000,00
23.369.000,00
277.447.228,57
39.044.108,57
34.519.000,00
38.884.668,57
37.338.114,29
38.815.051,43
37.341.114,29
38.742.434,29
38.745.434,29
37.183.914,29
38.649.611,43
37.139.000,00
-23.369.000,00
393.033.451,43
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
57.600.000,00 400.000,00
Biaya Tetap 1. Tenaga Kerja Kandang
Rp
2. Pemeliharaan dan Perbaikan Jar. Listrik
Rp
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
200.000,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
200.000,00
3. Alat Tulis
Rp
50.000,00
0,00
0,00
50.000,00
0,00
0,00
50.000,00
0,00
0,00
50.000,00
0,00
0,00
200.000,00
Jumlah Biaya Tetap
Rp
4.850.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.850.000,00
4.800.000,00
5.000.000,00
4.850.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.850.000,00
4.800.000,00
5.000.000,00
58.200.000,00
Pajak tanah Total Biaya Pendapatan Bersih
Rp/thn
1.200.000,00
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
208.000,00
28.399.204,76 34.176.775,24
26.704.333,33 29.701.666,67
28.287.304,76 34.067.335,24
27.780.619,05 32.470.780,95
28.262.061,90 33.997.718,10
27.927.619,05 32.323.780,95
28.289.819,05 33.875.100,95
28.236.819,05 33.928.100,95
27.670.619,05 32.366.580,95
28.256.161,90 33.782.278,10
27.654.333,33 32.321.666,67
28.386.333,33 -28.386.333,33
335.855.228,57 334.625.451,43
Lampiran 4. Rugi-Laba Usaha Itik Petelur secara Intensif di Kecamatan Gadingrejo (tahun 3) Keterangan
I
Satuan
Harga
(unit/ekor)
(Rp/unit)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
31
28
31
30
31
30
31
31
30
31
30
31
365
Bibit beli Itik DOD Yang Mati
Rp
8.000
1.956,00
1.956,00
1.953,00
1.953,00
1.947,00
1.947,00
1.940,00
1.940,00
1.960
2,00
4,00
1,00
5,00
1,00
1956,00
1.956,00
1.953,00
1.953,00
1.951,00
1.947,00
1.947,00
1.946,00
1.941,00
1.940,00
1.940,00
1.940,00
1940,00
1.960,00
3,00
4,00
ekor
Jumlah Akhir
1.951,00
1.946,00
1.941
20,00
Itik yang Produktif
ekor
1956,00
1.956,00
1.953,00
1.953,00
1.951,00
1.947,00
1.947,00
1.946,00
1.941,00
1.940,00
1.940,00
1.940,00
Laring / Rontok Bulu
ekor
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Produksi Telur
butir
51.541
46.553
51.462
49.802
51.409
49.649
51.303
51.277
49.496
51.119
49.470
0
Produktifitas telur Harga Telur Itik Penerimaan Telur
II
Jumlah
Bulan 1
butir/.ekor Rp/butir Rp
Penerimaan Penj. Kotoran
Rp/kg
Penerimaan Penj. Itik Afkir
Rp
Total Penerimaan
Rp
10.000,00
1940,00 553.079
26,4
23,8
26,4
25,5
26,4
25,5
26,4
26,4
25,5
26,4
25,5
0,0
23,8
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
61.848.720,00
55.863.360,00
61.753.860,00
59.761.800,00
61.690.620,00
59.578.200,00
61.564.140,00
61.532.520,00
59.394.600,00
61.342.800,00
59.364.000,00
0,00
663.694.620,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
4.800.000,00
4.800.000,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
62.080.000,00
62.080.000,00
61.848.720,00
55.863.360,00
61.753.860,00
59.761.800,00
61.690.620,00
59.578.200,00
61.564.140,00
61.532.520,00
59.394.600,00
61.342.800,00
59.364.000,00
66.880.000,00
730.574.620,00
Rp
8.000,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
a. Antisep
Rp/ml
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
10.000,00
120.000,00
b.Trimisin
Rp/tablet
3.000,00
3.000,00
0,00
0,00
3.000,00
0,00
0,00
3.000,00
0,00
0,00
3.000,00
0,00
0,00
12.000,00
Rp/ml
1.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
7.000,00
84.000,00
Rp/gelasan
15.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
60.000,00
720.000,00
80.000,00
77.000,00
77.000,00
80.000,00
77.000,00
77.000,00
80.000,00
77.000,00
77.000,00
80.000,00
77.000,00
77.000,00
936.000,00 3.046,38
Biaya Variabel Bibit Itik 1. Obat-obatan
c. Vitacik DOD d. Turbo bebek petelur Total Biaya Obat-obatan 2. Pakan (1 : 2 : 4) a. Konsentrat KLK Super (1/7)
Kg
Harga Konsentrat
Rp/kg
Biaya Konsentrat
Rp
b. Jagung giling (2/7)
259,87
234,72
259,47
251,10
259,20
250,33
258,67
258,54
249,56
257,74
249,43
257,74
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
1.559.211,43
1.408.320,00
1.556.820,00
1.506.600,00
1.555.225,71
1.501.971,43
1.552.037,14
1.551.240,00
1.497.342,86
1.546.457,14
1.496.571,43
1.546.457,14
18.278.254,29
2.078,95
Kg
1.877,76
2.075,76
2.008,80
2.073,63
2.002,63
2.069,38
2.068,32
1.996,46
2.061,94
1.995,43
2.061,94
24.371,01
Harga Jagung
Rp/Kg
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
Biaya jagung
Rp
5.197.371,43
4.694.400,00
5.189.400,00
5.022.000,00
5.184.085,71
5.006.571,43
5.173.457,14
5.170.800,00
4.991.142,86
5.154.857,14
4.988.571,43
5.154.857,14
60.927.514,29
c. Dedak (4/7)
Kg
9.701,76
8.762,88
9.686,88
9.374,40
9.676,96
9.345,60
9.657,12
9.652,16
9.316,80
9.622,40
9.312,00
9.622,40
113.731,36
Harga Dedak
Rp/Kg
Biaya Dedak
Rp
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
9.701.760,00
8.762.880,00
9.686.880,00
9.374.400,00
9.676.960,00
9.345.600,00
9.657.120,00
9.652.160,00
9.316.800,00
9.622.400,00
9.312.000,00
9.622.400,00
113.731.360,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
3.000.000,00
3. Transportasi
Rp
4. Listrik
Rp
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
250.000,00
3.000.000,00
5. Sewa Tanah
Rp
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
6.000.000,00
72.000.000,00
6. Telpon
Rp
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
300.000,00
3.600.000,00
Jumlah Biaya Variabel
17.338.342,86
15.742.600,00
17.310.100,00
16.783.000,00
17.293.271,43
16.731.142,86
17.262.614,29
17.251.200,00
16.682.285,71
17.203.714,29
16.674.142,86
17.200.714,29
203.473.128,57
Pendapatan Kotor
44.510.377,14
40.120.760,00
44.443.760,00
42.978.800,00
44.397.348,57
42.847.057,14
44.301.525,71
44.281.320,00
42.712.314,29
44.139.085,71
42.689.857,14
49.679.285,71
527.101.491,43
Biaya Tetap 1. Tenaga Kerja Kandang
Rp
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
57.600.000,00
2. Pemeliharaan dan Perbaikan Jar. Listrik
Rp
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
200.000,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
200.000,00
400.000,00
3. Alat Tulis
Rp
50.000,00
0,00
0,00
50.000,00
0,00
0,00
50.000,00
0,00
0,00
50.000,00
0,00
0,00
200.000,00
Jumlah Biaya Tetap
Rp
4.850.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.850.000,00
4.800.000,00
5.000.000,00
4.850.000,00
4.800.000,00
4.800.000,00
4.850.000,00
4.800.000,00
5.000.000,00
58.200.000,00
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
17.333,33
208.000,00
22.205.676,19 39.643.043,81
20.559.933,33 35.303.426,67
22.127.433,33 39.626.426,67
21.650.333,33 38.111.466,67
22.110.604,76 39.580.015,24
21.748.476,19 37.829.723,81
22.129.947,62 39.434.192,38
22.068.533,33 39.463.986,67
21.499.619,05 37.894.980,95
22.071.047,62 39.271.752,38
21.491.476,19 37.872.523,81
22.218.047,62 44.661.952,38
261.881.128,57 468.693.491,43
Pajak tanah Total Biaya Pendapatan Bersih
Rp/thn
1.200.000,00
Lampiran 5. Penerimaan dan Pengeluaran pada Tahun 1 sampai 15 (Sistem Intensif) di Kecamatan Gadingrejo Keterangan
I
Bambu Total Biaya Investasi
Tahun
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
365
365
365
365
365
365
365
365
365
365
365
366
365
365
365
Rp/Unit Rp/batang
142.228.224
5476
5.185.404
142.228.224
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
142.228.224
5.185.404
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5.185.404
147.413.628
Rp
Biaya Peralatan Sekop
Unit
192.600,72
192.600,72
0,00
0,00
0,00
0,00
192.600,72
0,00
0,00
0,00
0,00
192.600,72
0,00
0,00
0,00
0,00
577.802
Alat Makan DOD
Unit
592.617,60
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
1.777.853
Alat minum itik
Unit
592.617,60
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
1.777.853
Alat makan itik
Unit
592.617,60
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
1.777.853
Mesin Penghancur keong
Unit
11.852.352,00
11.852.352,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
11.852.352,00
0,00
0,00
0,00
0,00
23.704.704
Cangkul
Unit
222.231,60
222.231,60
0,00
0,00
222.231,60
0,00
0,00
222.231,60
0,00
0,00
222.231,60
0,00
0,00
222.231,60
0,00
0,00
1.111.158
Kotak Bambu Penampungan telur
Unit
444.463,20
444.463,20
0,00
0,00
0,00
0,00
444.463,20
0,00
0,00
0,00
0,00
444.463,20
0,00
0,00
0,00
0,00
Ember besar
Unit
92.596,50
92.596,50
0,00
0,00
0,00
0,00
92.596,50
0,00
0,00
0,00
0,00
92.596,50
0,00
0,00
0,00
0,00
277.790
Keranjang itik
Unit
20.741.616,00
20.741.616,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
20.741.616,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
20.741.616,00
0,00
0,00
62.224.848
Sepatu bot
Unit
177.785,28
177.785,28
0,00
0,00
0,00
0,00
177.785,28
0,00
0,00
0,00
0,00
177.785,28
0,00
0,00
0,00
0,00
533.356
Mesin Air
Unit
6.666.948,00
6.666.948,00
0,00
0,00
0,00
0,00
6.666.948,00
0,00
0,00
0,00
0,00
6.666.948,00
0,00
0,00
0,00
0,00
20.000.844
Sumur Bor
Unit
1.777.852,80
1.777.852,80
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1.777.853
1.333.390
Unit
4.444.632,00
4.444.632,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
4.444.632,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
4.444.632,00
0,00
0,00
13.333.896
Lampu
Buah
333.347,40
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
2.666.779
Kabel
meter
444.463,20
444.463,20
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
444.463,20
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
444.463,20
0,00
0,00
1.333.390
Timbangan
Unit
518.540,40
518.540,40
0,00
0,00
0,00
0,00
518.540,40
0,00
0,00
0,00
0,00
518.540,40
0,00
0,00
0,00
0,00
Bak tempat pakan
buah
888.926,40
888.926,40
0,00
0,00
0,00
888.926,40
0,00
0,00
0,00
888.926,40
0,00
0,00
0,00
888.926,40
0,00
0,00
3.555.706
Mobil Total Biaya Peralatan
Unit
177.785.280,00
177.785.280,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
177.785.280
228.361.488,30
0,00
333.347,40
222.231,60
1.222.273,80
9.870.786,90
26.186.290,20
0,00
1.222.273,80
222.231,60
22.056.486,30
0,00
27.075.216,60
0,00
333.347,40
Lori
III
Harga (Rp/unit)
Investasi Kandang/bagunan
II
Satuan (unit/ekor)
1.555.621
317.105.973,90
Biaya Variabel Bibit
Rp/ekor
16.000.000,00
16.000.000,00
16.000.000,00
16.000.000,00
16.000.000,00
80.000.000,00
1. Obat-obatan a. Antisep
Rp/ml
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
b.Trimisin
Rp/tablet
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
Rp/ml
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
1.260.000,00
Rp/gelasan
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
10.800.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
14.040.000,00
2.847,67
3.077,55
3.046,38
2.847,67
3.077,55
3.046,38
2.847,67
3.077,55
3.046,38
2.847,67
3.077,55
3.046,38
2.847,67
3.077,55
3.046,38
c. Vitacik DOD d. Turbo bebek petelur Total Biaya Obat-obatan
1.800.000,00 180000,00
2. Pakan (1 : 2 : 4) a. Konsentrat KLK Super (1/7)
Kg Rp/kg
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
Biaya Konsentrat
Rp
17.086.037,14
18.465.274,29
18.278.254,29
17.086.037,14
18.465.274,29
18.278.254,29
17.086.037,14
18.465.274,29
18.278.254,29
17.086.037,14
18.465.274,29
18.278.254,29
17.086.037,14
18.465.274,29
18.278.254,29
269.147.828,57
b. Jagung giling (2/7)
Kg
22.781,38
24.620,37
24.371,01
22.781,38
24.620,37
24.371,01
22.781,38
24.620,37
24.371,01
22.781,38
24.620,37
24.371,01
22.781,38
24.620,37
24.371,01
358.863,77
Harga Jagung
Rp/Kg
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
Biaya jagung
Rp
56.953.457,14
61.550.914,29
60.927.514,29
56.953.457,14
61.550.914,29
60.927.514,29
56.953.457,14
61.550.914,29
60.927.514,29
56.953.457,14
61.550.914,29
60.927.514,29
56.953.457,14
61.550.914,29
60.927.514,29
897.159.428,57
c. Dedak (4/7)
Kg
106.313,12
114.895,04
113.731,36
106.313,12
114.895,04
113.731,36
106.313,12
114.895,04
113.731,36
106.313,12
114.895,04
113.731,36
106.313,12
114.895,04
113.731,36
1.674.697,60
Harga Dedak
Rp/Kg
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
Biaya Dedak
Rp
106.313.120,00
114.895.040,00
113.731.360,00
106.313.120,00
114.895.040,00
113.731.360,00
106.313.120,00
114.895.040,00
113.731.360,00
106.313.120,00
114.895.040,00
113.731.360,00
106.313.120,00
114.895.040,00
113.731.360,00
1.674.697.600,00
Rp
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
45.000.000,00
3. Transportasi 4. Listrik
Rp
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
45.000.000,00
5. Sewa Tanah
Rp
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
1.080.000.000,00
6. Telpon
Rp
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
54.000.000,00
278.888.614,29
277.447.228,57
275.473.128,57
278.888.614,29
277.447.228,57
275.473.128,57
278.888.614,29
277.447.228,57
275.473.128,57
278.888.614,29
277.447.228,57
275.473.128,57
278.888.614,29
277.447.228,57
275.473.128,57
4.159.044.857,14 864.000.000,00
Jumlah Biaya Variabel III
44.857,97
Harga Konsentrat
Biaya Tetap 1. Tenaga Kerja Kandang
Rp
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
2. Pemeliharaan dan Perbaikan Jar. Listrik
Rp
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
3. Alat Tulis
Rp
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
3.000.000,00
Jumlah Biaya Tetap
Rp
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
873.000.000,00
Pajak tanah
Rp/thn
Total Biaya
Rp
6.000.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
3.120.000,00
565.658.102,59
335.855.228,57
334.214.475,97
337.518.845,89
337.077.502,37
343.751.915,47
363.482.904,49
335.855.228,57
335.103.402,37
337.518.845,89
357.911.714,87
333.881.128,57
364.371.830,89
335.855.228,57
334.214.475,97
5.352.270.831,04
2.000,00
1.980,00
1.960,00
2.000,00
1.980,00
1.960,00
2.000,00
1.980,00
1.960,00
2.000,00
1.980,00
1.960,00
2.000,00
1.980,00
1.960,00
29.700,00
Lanjutan III
Penerimaan Jumlah awal Itik DOD
Rp
Yang Mati
ekor
8.000,00
Jumlah Akhir Itik yang Produktif Produksi Telur Produktifitas telur Harga Telur Itik Penerimaan Telur
ekor butir
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
300,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
29.400,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
29.400,00
553.079
7.367.299
361.647
Butir /ekor Rp/butir Rp 10.000,00
558.734
553.079
361.647
558.734
553.079
361.647
558.734
553.079
361.647
558.734
553.079
361.647
558.734
15,22
23,76
23,76
15,22
23,76
23,76
15,22
23,76
23,76
15,22
23,76
23,76
15,22
23,76
23,76
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
433.976.340,00
670.480.680,00
663.694.620,00
433.976.340,00
670.480.680,00
663.694.620,00
433.976.340,00
670.480.680,00
663.694.620,00
433.976.340,00
670.480.680,00
663.694.620,00
433.976.340,00
670.480.680,00
663.694.620,00
8.840.758.200,00
0,00
0,00
4.800.000,00
0,00
0,00
4.800.000,00
0,00
0,00
4.800.000,00
0,00
0,00
4.800.000,00
0,00
0,00
4.800.000,00
21
Penerimaan Penj. Kotoran
Rp/kg
Penerimaan Penj. Itik Afkir
Rp
0,00
0,00
62.080.000,00
0,00
0,00
62.080.000,00
0,00
0,00
62.080.000,00
0,00
0,00
62.080.000,00
0,00
0,00
62.080.000,00
310.400.000,00
Total Penerimaan
Rp
433.976.340,00
670.480.680,00
730.574.620,00
433.976.340,00
670.480.680,00
730.574.620,00
433.976.340,00
670.480.680,00
730.574.620,00
433.976.340,00
670.480.680,00
730.574.620,00
433.976.340,00
670.480.680,00
730.574.620,00
9.175.158.200,00
24.000.000,00
Nilai Sisa Kandang/bagunan
Rp
Sekop
Rp
60.000
60.000,00
Mesin Penghancur keong
Rp
2.000.000
2.000.000,00
Cangkul
Rp
45.000
45.000,00
Keranjang itik
Rp
9.000.000
9.000.000,00
Mesin Air
Rp
1.000.000
1.000.000,00
Lori
Rp
Timbangan
Rp
200.000
200.000,00
Mobil
Rp
32.000.000
32.000.000,00
Total Sisa Pendapatan Bersih
28.800.000
28.800.000,00
2.500.000
2.500.000,00
-131.681.762,59
334.625.451,43
396.360.144,03
96.457.494,11
333.403.177,63
386.822.704,53
70.493.435,51
334.625.451,43
395.471.217,63
96.457.494,11
312.568.965,13
396.693.491,43
69.604.509,11
334.625.451,43
75.605.000,00 396.360.144,03
3.822.887.368,96
Lampiran 6. Penurunan Produksi Telur Itik secara Intensif sebesar 20% di Kecamatan Gadingrejo Keterangan
I
Bambu Total Biaya Investasi
Tahun
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
365
365
365
365
365
365
365
365
365
365
365
366
365
365
365
Rp/Unit Rp/batang
142.228.224
5476
5.185.404
142.228.224
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
142.228.224
5.185.404
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5.185.404
147.413.628
Rp
Biaya Peralatan Sekop
Unit
192.600,72
192.600,72
0,00
0,00
0,00
0,00
192.600,72
0,00
0,00
0,00
0,00
192.600,72
0,00
0,00
0,00
0,00
577.802
Alat Makan DOD
Unit
592.617,60
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
1.777.853
Alat minum itik
Unit
592.617,60
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
1.777.853
Alat makan itik
Unit
592.617,60
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
1.777.853
Mesin Penghancur keong
Unit
11.852.352,00
11.852.352,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
11.852.352,00
0,00
0,00
0,00
0,00
23.704.704
Cangkul
Unit
222.231,60
222.231,60
0,00
0,00
222.231,60
0,00
0,00
222.231,60
0,00
0,00
222.231,60
0,00
0,00
222.231,60
0,00
0,00
1.111.158
Kotak Bambu Penampungan telur
Unit
444.463,20
444.463,20
0,00
0,00
0,00
0,00
444.463,20
0,00
0,00
0,00
0,00
444.463,20
0,00
0,00
0,00
0,00
Ember besar
Unit
92.596,50
92.596,50
0,00
0,00
0,00
0,00
92.596,50
0,00
0,00
0,00
0,00
92.596,50
0,00
0,00
0,00
0,00
277.790
Keranjang itik
Unit
20.741.616,00
20.741.616,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
20.741.616,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
20.741.616,00
0,00
0,00
62.224.848
Sepatu bot
Unit
177.785,28
177.785,28
0,00
0,00
0,00
0,00
177.785,28
0,00
0,00
0,00
0,00
177.785,28
0,00
0,00
0,00
0,00
533.356
Mesin Air
Unit
6.666.948,00
6.666.948,00
0,00
0,00
0,00
0,00
6.666.948,00
0,00
0,00
0,00
0,00
6.666.948,00
0,00
0,00
0,00
0,00
20.000.844
Sumur Bor
Unit
1.777.852,80
1.777.852,80
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1.777.853
1.333.390
Unit
4.444.632,00
4.444.632,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
4.444.632,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
4.444.632,00
0,00
0,00
13.333.896
Lampu
Buah
333.347,40
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
2.666.779
Kabel
meter
444.463,20
444.463,20
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
444.463,20
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
444.463,20
0,00
0,00
1.333.390
Timbangan
Unit
518.540,40
518.540,40
0,00
0,00
0,00
0,00
518.540,40
0,00
0,00
0,00
0,00
518.540,40
0,00
0,00
0,00
0,00
Bak tempat pakan
buah
888.926,40
888.926,40
0,00
0,00
0,00
888.926,40
0,00
0,00
0,00
888.926,40
0,00
0,00
0,00
888.926,40
0,00
0,00
3.555.706
Mobil Total Biaya Peralatan
Unit
177.785.280,00
177.785.280,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
177.785.280
228.361.488,30
0,00
333.347,40
222.231,60
1.222.273,80
9.870.786,90
26.186.290,20
0,00
1.222.273,80
222.231,60
22.056.486,30
0,00
27.075.216,60
0,00
333.347,40
Lori
III
Harga (Rp/unit)
Investasi Kandang/bagunan
II
Satuan (unit/ekor)
1.555.621
317.105.973,90
Biaya Variabel Bibit
Rp/ekor
16.000.000,00
16.000.000,00
16.000.000,00
16.000.000,00
16.000.000,00
80.000.000,00
1. Obat-obatan a. Antisep
Rp/ml
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
b.Trimisin
Rp/tablet
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
Rp/ml
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
1.260.000,00
Rp/gelasan
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
10.800.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
14.040.000,00
2.847,67
3.077,55
3.046,38
2.847,67
3.077,55
3.046,38
2.847,67
3.077,55
3.046,38
2.847,67
3.077,55
3.046,38
2.847,67
3.077,55
3.046,38
c. Vitacik DOD d. Turbo bebek petelur Total Biaya Obat-obatan
1.800.000,00 180000,00
2. Pakan (1 : 2 : 4) a. Konsentrat KLK Super (1/7)
Kg Rp/kg
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
Biaya Konsentrat
Rp
17.086.037,14
18.465.274,29
18.278.254,29
17.086.037,14
18.465.274,29
18.278.254,29
17.086.037,14
18.465.274,29
18.278.254,29
17.086.037,14
18.465.274,29
18.278.254,29
17.086.037,14
18.465.274,29
18.278.254,29
269.147.828,57
b. Jagung giling (2/7)
Kg
22.781,38
24.620,37
24.371,01
22.781,38
24.620,37
24.371,01
22.781,38
24.620,37
24.371,01
22.781,38
24.620,37
24.371,01
22.781,38
24.620,37
24.371,01
358.863,77
Harga Jagung
Rp/Kg
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
Biaya jagung
Rp
56.953.457,14
61.550.914,29
60.927.514,29
56.953.457,14
61.550.914,29
60.927.514,29
56.953.457,14
61.550.914,29
60.927.514,29
56.953.457,14
61.550.914,29
60.927.514,29
56.953.457,14
61.550.914,29
60.927.514,29
897.159.428,57
c. Dedak (4/7)
Kg
106.313,12
114.895,04
113.731,36
106.313,12
114.895,04
113.731,36
106.313,12
114.895,04
113.731,36
106.313,12
114.895,04
113.731,36
106.313,12
114.895,04
113.731,36
1.674.697,60
Harga Dedak
Rp/Kg
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
Biaya Dedak
Rp
106.313.120,00
114.895.040,00
113.731.360,00
106.313.120,00
114.895.040,00
113.731.360,00
106.313.120,00
114.895.040,00
113.731.360,00
106.313.120,00
114.895.040,00
113.731.360,00
106.313.120,00
114.895.040,00
113.731.360,00
1.674.697.600,00
Rp
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
45.000.000,00
3. Transportasi 4. Listrik
Rp
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
45.000.000,00
5. Sewa Tanah
Rp
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
1.080.000.000,00
6. Telpon
Rp
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
54.000.000,00
278.888.614,29
277.447.228,57
275.473.128,57
278.888.614,29
277.447.228,57
275.473.128,57
278.888.614,29
277.447.228,57
275.473.128,57
278.888.614,29
277.447.228,57
275.473.128,57
278.888.614,29
277.447.228,57
275.473.128,57
4.159.044.857,14 864.000.000,00
Jumlah Biaya Variabel III
44.857,97
Harga Konsentrat
Biaya Tetap 1. Tenaga Kerja Kandang
Rp
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
2. Pemeliharaan dan Perbaikan Jar. Listrik
Rp
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
3. Alat Tulis
Rp
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
3.000.000,00
Jumlah Biaya Tetap
Rp
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
873.000.000,00
Pajak tanah
Rp/thn
Total Biaya
Rp
6.000.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
3.120.000,00
565.658.102,59
335.855.228,57
334.214.475,97
337.518.845,89
337.077.502,37
343.751.915,47
363.482.904,49
335.855.228,57
335.103.402,37
337.518.845,89
357.911.714,87
333.881.128,57
364.371.830,89
335.855.228,57
334.214.475,97
5.352.270.831,04
2.000,00
1.980,00
1.960,00
2.000,00
1.980,00
1.960,00
2.000,00
1.980,00
1.960,00
2.000,00
1.980,00
1.960,00
2.000,00
1.980,00
1.960,00
29.700,00
Lanjutan III
Penerimaan Jumlah awal Itik DOD
Rp
Yang Mati
ekor
8.000,00
Jumlah Akhir Itik yang Produktif Produksi Telur (Turun 20%) Produktifitas telur Harga Telur Itik Penerimaan Telur
ekor butir
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
300,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
29.400,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
29.400,00
442.463
5.893.839
289.318
Butir /ekor Rp/butir Rp 10.000,00
446.987
442.463
289.318
446.987
442.463
289.318
446.987
442.463
289.318
446.987
442.463
289.318
446.987
12,18
19,00
19,01
12,18
19,00
19,01
12,18
19,00
19,01
12,18
19,00
19,01
12,18
19,00
19,01
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
347.181.072,00
536.384.544,00
530.955.696,00
347.181.072,00
536.384.544,00
530.955.696,00
347.181.072,00
536.384.544,00
530.955.696,00
347.181.072,00
536.384.544,00
530.955.696,00
347.181.072,00
536.384.544,00
530.955.696,00
7.072.606.560,00
0,00
0,00
4.800.000,00
0,00
0,00
4.800.000,00
0,00
0,00
4.800.000,00
0,00
0,00
4.800.000,00
0,00
0,00
4.800.000,00
17
Penerimaan Penj. Kotoran
Rp/kg
Penerimaan Penj. Itik Afkir
Rp
0,00
0,00
62.080.000,00
0,00
0,00
62.080.000,00
0,00
0,00
62.080.000,00
0,00
0,00
62.080.000,00
0,00
0,00
62.080.000,00
310.400.000,00
Total Penerimaan
Rp
347.181.072,00
536.384.544,00
597.835.696,00
347.181.072,00
536.384.544,00
597.835.696,00
347.181.072,00
536.384.544,00
597.835.696,00
347.181.072,00
536.384.544,00
597.835.696,00
347.181.072,00
536.384.544,00
597.835.696,00
7.407.006.560,00
24.000.000,00
Nilai Sisa Kandang/bagunan
Rp
Sekop
Rp
60.000
60.000,00
Mesin Penghancur keong
Rp
2.000.000
2.000.000,00
Cangkul
Rp
45.000
45.000,00
Keranjang itik
Rp
9.000.000
9.000.000,00
Mesin Air
Rp
1.000.000
1.000.000,00
Lori
Rp
Timbangan
Rp
200.000
200.000,00
Mobil
Rp
32.000.000
32.000.000,00
Total Sisa Pendapatan Bersih
28.800.000
28.800.000,00
2.500.000
2.500.000,00
-218.477.030,59
200.529.315,43
263.621.220,03
9.662.226,11
199.307.041,63
254.083.780,53
-16.301.832,49
200.529.315,43
262.732.293,63
9.662.226,11
178.472.829,13
263.954.567,43
-17.190.758,89
200.529.315,43
75.605.000,00 263.621.220,03
2.054.735.728,96
Lampiran 7. Penurunan Harga Telur Itik dengan Sistem Intensif sebesar 16,67% di Kecamatan Gadingrejo Keterangan
I
Bambu Total Biaya Investasi
Tahun
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
365
365
365
365
365
365
365
365
365
365
365
366
365
365
365
Rp/Unit Rp/batang
142.228.224
5476
5.185.404
142.228.224
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
142.228.224
5.185.404
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5.185.404
147.413.628
Rp
Biaya Peralatan Sekop
Unit
192.600,72
192.600,72
0,00
0,00
0,00
0,00
192.600,72
0,00
0,00
0,00
0,00
192.600,72
0,00
0,00
0,00
0,00
577.802
Alat Makan DOD
Unit
592.617,60
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
1.777.853
Alat minum itik
Unit
592.617,60
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
1.777.853
Alat makan itik
Unit
592.617,60
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
1.777.853
Mesin Penghancur keong
Unit
11.852.352,00
11.852.352,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
11.852.352,00
0,00
0,00
0,00
0,00
23.704.704
Cangkul
Unit
222.231,60
222.231,60
0,00
0,00
222.231,60
0,00
0,00
222.231,60
0,00
0,00
222.231,60
0,00
0,00
222.231,60
0,00
0,00
1.111.158
Kotak Bambu Penampungan telur
Unit
444.463,20
444.463,20
0,00
0,00
0,00
0,00
444.463,20
0,00
0,00
0,00
0,00
444.463,20
0,00
0,00
0,00
0,00
Ember besar
Unit
92.596,50
92.596,50
0,00
0,00
0,00
0,00
92.596,50
0,00
0,00
0,00
0,00
92.596,50
0,00
0,00
0,00
0,00
277.790
Keranjang itik
Unit
20.741.616,00
20.741.616,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
20.741.616,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
20.741.616,00
0,00
0,00
62.224.848
Sepatu bot
Unit
177.785,28
177.785,28
0,00
0,00
0,00
0,00
177.785,28
0,00
0,00
0,00
0,00
177.785,28
0,00
0,00
0,00
0,00
533.356
Mesin Air
Unit
6.666.948,00
6.666.948,00
0,00
0,00
0,00
0,00
6.666.948,00
0,00
0,00
0,00
0,00
6.666.948,00
0,00
0,00
0,00
0,00
20.000.844
Sumur Bor
Unit
1.777.852,80
1.777.852,80
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1.777.853
1.333.390
Unit
4.444.632,00
4.444.632,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
4.444.632,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
4.444.632,00
0,00
0,00
13.333.896
Lampu
Buah
333.347,40
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
2.666.779
Kabel
meter
444.463,20
444.463,20
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
444.463,20
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
444.463,20
0,00
0,00
1.333.390
Timbangan
Unit
518.540,40
518.540,40
0,00
0,00
0,00
0,00
518.540,40
0,00
0,00
0,00
0,00
518.540,40
0,00
0,00
0,00
0,00
Bak tempat pakan
buah
888.926,40
888.926,40
0,00
0,00
0,00
888.926,40
0,00
0,00
0,00
888.926,40
0,00
0,00
0,00
888.926,40
0,00
0,00
3.555.706
Mobil Total Biaya Peralatan
Unit
177.785.280,00
177.785.280,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
177.785.280
228.361.488,30
0,00
333.347,40
222.231,60
1.222.273,80
9.870.786,90
26.186.290,20
0,00
1.222.273,80
222.231,60
22.056.486,30
0,00
27.075.216,60
0,00
333.347,40
Lori
III
Harga (Rp/unit)
Investasi Kandang/bagunan
II
Satuan (unit/ekor)
1.555.621
317.105.973,90
Biaya Variabel Bibit
Rp/ekor
16.000.000,00
16.000.000,00
16.000.000,00
16.000.000,00
16.000.000,00
80.000.000,00
1. Obat-obatan a. Antisep
Rp/ml
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
b.Trimisin
Rp/tablet
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
Rp/ml
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
1.260.000,00
Rp/gelasan
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
10.800.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
14.040.000,00
2.847,67
3.077,55
3.046,38
2.847,67
3.077,55
3.046,38
2.847,67
3.077,55
3.046,38
2.847,67
3.077,55
3.046,38
2.847,67
3.077,55
3.046,38
c. Vitacik DOD d. Turbo bebek petelur Total Biaya Obat-obatan
1.800.000,00 180000,00
2. Pakan (1 : 2 : 4) a. Konsentrat KLK Super (1/7)
Kg Rp/kg
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
6.000,00
Biaya Konsentrat
Rp
17.086.037,14
18.465.274,29
18.278.254,29
17.086.037,14
18.465.274,29
18.278.254,29
17.086.037,14
18.465.274,29
18.278.254,29
17.086.037,14
18.465.274,29
18.278.254,29
17.086.037,14
18.465.274,29
18.278.254,29
269.147.828,57
b. Jagung giling (2/7)
Kg
22.781,38
24.620,37
24.371,01
22.781,38
24.620,37
24.371,01
22.781,38
24.620,37
24.371,01
22.781,38
24.620,37
24.371,01
22.781,38
24.620,37
24.371,01
358.863,77
Harga Jagung
Rp/Kg
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
2.500,00
Biaya jagung
Rp
56.953.457,14
61.550.914,29
60.927.514,29
56.953.457,14
61.550.914,29
60.927.514,29
56.953.457,14
61.550.914,29
60.927.514,29
56.953.457,14
61.550.914,29
60.927.514,29
56.953.457,14
61.550.914,29
60.927.514,29
897.159.428,57
c. Dedak (4/7)
Kg
106.313,12
114.895,04
113.731,36
106.313,12
114.895,04
113.731,36
106.313,12
114.895,04
113.731,36
106.313,12
114.895,04
113.731,36
106.313,12
114.895,04
113.731,36
1.674.697,60
Harga Dedak
Rp/Kg
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
Biaya Dedak
Rp
106.313.120,00
114.895.040,00
113.731.360,00
106.313.120,00
114.895.040,00
113.731.360,00
106.313.120,00
114.895.040,00
113.731.360,00
106.313.120,00
114.895.040,00
113.731.360,00
106.313.120,00
114.895.040,00
113.731.360,00
1.674.697.600,00
Rp
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
45.000.000,00
3. Transportasi 4. Listrik
Rp
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
45.000.000,00
5. Sewa Tanah
Rp
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
1.080.000.000,00
6. Telpon
Rp
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
54.000.000,00
278.888.614,29
277.447.228,57
275.473.128,57
278.888.614,29
277.447.228,57
275.473.128,57
278.888.614,29
277.447.228,57
275.473.128,57
278.888.614,29
277.447.228,57
275.473.128,57
278.888.614,29
277.447.228,57
275.473.128,57
4.159.044.857,14 864.000.000,00
Jumlah Biaya Variabel III
44.857,97
Harga Konsentrat
Biaya Tetap 1. Tenaga Kerja Kandang
Rp
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
2. Pemeliharaan dan Perbaikan Jar. Listrik
Rp
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
3. Alat Tulis
Rp
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
3.000.000,00
Jumlah Biaya Tetap
Rp
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
873.000.000,00
Pajak tanah
Rp/thn
Total Biaya
Rp
6.000.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
3.120.000,00
565.658.102,59
335.855.228,57
334.214.475,97
337.518.845,89
337.077.502,37
343.751.915,47
363.482.904,49
335.855.228,57
335.103.402,37
337.518.845,89
357.911.714,87
333.881.128,57
364.371.830,89
335.855.228,57
334.214.475,97
5.352.270.831,04
2.000,00
1.980,00
1.960,00
2.000,00
1.980,00
1.960,00
2.000,00
1.980,00
1.960,00
2.000,00
1.980,00
1.960,00
2.000,00
1.980,00
1.960,00
29.700,00
Lanjutan III
Penerimaan Jumlah awal Itik DOD
Rp
Yang Mati
ekor
8.000,00
Jumlah Akhir Itik yang Produktif Produksi Telur Produktifitas telur Harga Telur Itik (Turun 16,67%) Penerimaan Telur
ekor butir
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
300,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
29.400,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
29.400,00
553.079
7.367.299
361.647
Butir /ekor Rp/butir Rp 10.000,00
558.734
553.079
361.647
558.734
553.079
361.647
558.734
553.079
361.647
558.734
553.079
361.647
558.734
15,22
23,76
23,76
15,22
23,76
23,76
15,22
23,76
23,76
15,22
23,76
23,76
15,22
23,76
23,76
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
1.000,00
361.646.950,00
558.733.900,00
553.078.850,00
361.646.950,00
558.733.900,00
553.078.850,00
361.646.950,00
558.733.900,00
553.078.850,00
361.646.950,00
558.733.900,00
553.078.850,00
361.646.950,00
558.733.900,00
553.078.850,00
7.367.298.500,00
0,00
0,00
4.800.000,00
0,00
0,00
4.800.000,00
0,00
0,00
4.800.000,00
0,00
0,00
4.800.000,00
0,00
0,00
4.800.000,00
21
Penerimaan Penj. Kotoran
Rp/kg
Penerimaan Penj. Itik Afkir
Rp
0,00
0,00
62.080.000,00
0,00
0,00
62.080.000,00
0,00
0,00
62.080.000,00
0,00
0,00
62.080.000,00
0,00
0,00
62.080.000,00
310.400.000,00
Total Penerimaan
Rp
361.646.950,00
558.733.900,00
619.958.850,00
361.646.950,00
558.733.900,00
619.958.850,00
361.646.950,00
558.733.900,00
619.958.850,00
361.646.950,00
558.733.900,00
619.958.850,00
361.646.950,00
558.733.900,00
619.958.850,00
7.701.698.500,00
24.000.000,00
Nilai Sisa Kandang/bagunan
Rp
Sekop
Rp
60.000
60.000,00
Mesin Penghancur keong
Rp
2.000.000
2.000.000,00
Cangkul
Rp
45.000
45.000,00
Keranjang itik
Rp
9.000.000
9.000.000,00
Mesin Air
Rp
1.000.000
1.000.000,00
Lori
Rp
Timbangan
Rp
200.000
200.000,00
Mobil
Rp
32.000.000
32.000.000,00
Total Sisa Pendapatan Bersih
28.800.000
28.800.000,00
2.500.000
2.500.000,00
-204.011.152,59
222.878.671,43
285.744.374,03
24.128.104,11
221.656.397,63
276.206.934,53
-1.835.954,49
222.878.671,43
284.855.447,63
24.128.104,11
200.822.185,13
286.077.721,43
-2.724.880,89
222.878.671,43
75.605.000,00 285.744.374,03
2.349.427.668,96
Lampiran 8. Kenaikan Harga Pakan Itik petelur dengan Sistem Intensif sebesar 10% di Kecamatan Gadingrejo Keterangan
I
Bambu Total Biaya Investasi
Tahun
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
365
365
365
365
365
365
365
365
365
365
365
366
365
365
365
Rp/Unit Rp/batang
142.228.224
5476
5.185.404
142.228.224
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
142.228.224
5.185.404
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5.185.404
147.413.628
Rp
Biaya Peralatan Sekop
Unit
192.600,72
192.600,72
0,00
0,00
0,00
0,00
192.600,72
0,00
0,00
0,00
0,00
192.600,72
0,00
0,00
0,00
0,00
577.802
Alat Makan DOD
Unit
592.617,60
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
1.777.853
Alat minum itik
Unit
592.617,60
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
1.777.853
Alat makan itik
Unit
592.617,60
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
592.617,60
0,00
0,00
0,00
0,00
1.777.853
Mesin Penghancur keong
Unit
11.852.352,00
11.852.352,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
11.852.352,00
0,00
0,00
0,00
0,00
23.704.704
Cangkul
Unit
222.231,60
222.231,60
0,00
0,00
222.231,60
0,00
0,00
222.231,60
0,00
0,00
222.231,60
0,00
0,00
222.231,60
0,00
0,00
1.111.158
Kotak Bambu Penampungan telur
Unit
444.463,20
444.463,20
0,00
0,00
0,00
0,00
444.463,20
0,00
0,00
0,00
0,00
444.463,20
0,00
0,00
0,00
0,00
Ember besar
Unit
92.596,50
92.596,50
0,00
0,00
0,00
0,00
92.596,50
0,00
0,00
0,00
0,00
92.596,50
0,00
0,00
0,00
0,00
277.790
Keranjang itik
Unit
20.741.616,00
20.741.616,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
20.741.616,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
20.741.616,00
0,00
0,00
62.224.848
Sepatu bot
Unit
177.785,28
177.785,28
0,00
0,00
0,00
0,00
177.785,28
0,00
0,00
0,00
0,00
177.785,28
0,00
0,00
0,00
0,00
533.356
Mesin Air
Unit
6.666.948,00
6.666.948,00
0,00
0,00
0,00
0,00
6.666.948,00
0,00
0,00
0,00
0,00
6.666.948,00
0,00
0,00
0,00
0,00
20.000.844
Sumur Bor
Unit
1.777.852,80
1.777.852,80
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1.777.853
1.333.390
Unit
4.444.632,00
4.444.632,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
4.444.632,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
4.444.632,00
0,00
0,00
13.333.896
Lampu
Buah
333.347,40
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
0,00
333.347,40
2.666.779
Kabel
meter
444.463,20
444.463,20
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
444.463,20
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
444.463,20
0,00
0,00
1.333.390
Timbangan
Unit
518.540,40
518.540,40
0,00
0,00
0,00
0,00
518.540,40
0,00
0,00
0,00
0,00
518.540,40
0,00
0,00
0,00
0,00
Bak tempat pakan
buah
888.926,40
888.926,40
0,00
0,00
0,00
888.926,40
0,00
0,00
0,00
888.926,40
0,00
0,00
0,00
888.926,40
0,00
0,00
3.555.706
Mobil Total Biaya Peralatan
Unit
177.785.280,00
177.785.280,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
177.785.280
228.361.488,30
0,00
333.347,40
222.231,60
1.222.273,80
9.870.786,90
26.186.290,20
0,00
1.222.273,80
222.231,60
22.056.486,30
0,00
27.075.216,60
0,00
333.347,40
Lori
III
Harga (Rp/unit)
Investasi Kandang/bagunan
II
Satuan (unit/ekor)
1.555.621
317.105.973,90
Biaya Variabel Bibit
Rp/ekor
16.000.000,00
16.000.000,00
16.000.000,00
16.000.000,00
16.000.000,00
80.000.000,00
1. Obat-obatan a. Antisep
Rp/ml
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
120.000,00
b.Trimisin
Rp/tablet
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
12.000,00
Rp/ml
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
84.000,00
1.260.000,00
Rp/gelasan
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
720.000,00
10.800.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
936.000,00
14.040.000,00
2.847,67
3.077,55
3.046,38
2.847,67
3.077,55
3.046,38
2.847,67
3.077,55
3.046,38
2.847,67
3.077,55
3.046,38
2.847,67
3.077,55
3.046,38
c. Vitacik DOD d. Turbo bebek petelur Total Biaya Obat-obatan
1.800.000,00 180000,00
2. Pakan (1 : 2 : 4) a. Konsentrat KLK Super (1/7) Harga Konsentrat (naik 10%) Biaya Konsentrat b. Jagung giling (2/7) Harga Jagung (naik 10%)
Kg Rp/kg
6.600,00
6.600,00
6.600,00
6.600,00
6.600,00
6.600,00
6.600,00
6.600,00
6.600,00
6.600,00
6.600,00
6.600,00
6.600,00
6.600,00
6.600,00
18.794.640,86
20.311.801,71
20.106.079,71
18.794.640,86
20.311.801,71
20.106.079,71
18.794.640,86
20.311.801,71
20.106.079,71
18.794.640,86
20.311.801,71
20.106.079,71
18.794.640,86
20.311.801,71
20.106.079,71
296.062.611,43
Kg
22.781,38
24.620,37
24.371,01
22.781,38
24.620,37
24.371,01
22.781,38
24.620,37
24.371,01
22.781,38
24.620,37
24.371,01
22.781,38
24.620,37
24.371,01
358.863,77
2.750,00
2.750,00
2.750,00
2.750,00
2.750,00
2.750,00
2.750,00
2.750,00
2.750,00
2.750,00
2.750,00
2.750,00
2.750,00
2.750,00
2.750,00
2.750,00
Biaya jagung
Rp
62.648.802,86
67.706.005,71
67.020.265,71
62.648.802,86
67.706.005,71
67.020.265,71
62.648.802,86
67.706.005,71
67.020.265,71
62.648.802,86
67.706.005,71
67.020.265,71
62.648.802,86
67.706.005,71
67.020.265,71
986.875.371,43
c. Dedak (4/7)
Kg
106.313,12
114.895,04
113.731,36
106.313,12
114.895,04
113.731,36
106.313,12
114.895,04
113.731,36
106.313,12
114.895,04
113.731,36
106.313,12
114.895,04
113.731,36
1.674.697,60
Rp/Kg
1.100,00
1.100,00
1.100,00
1.100,00
1.100,00
1.100,00
1.100,00
1.100,00
1.100,00
1.100,00
1.100,00
1.100,00
1.100,00
1.100,00
1.100,00
1.100,00
Rp
116.944.432,00
126.384.544,00
125.104.496,00
116.944.432,00
126.384.544,00
125.104.496,00
116.944.432,00
126.384.544,00
125.104.496,00
116.944.432,00
126.384.544,00
125.104.496,00
116.944.432,00
126.384.544,00
125.104.496,00
1.842.167.360,00
3. Transportasi
Rp
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
45.000.000,00
4. Listrik
Rp
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
3.000.000,00
45.000.000,00
5. Sewa Tanah
Rp
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
72.000.000,00
1.080.000.000,00
6. Telpon
Rp
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
3.600.000,00
54.000.000,00
296.923.875,71
296.938.351,43
294.766.841,43
296.923.875,71
296.938.351,43
294.766.841,43
296.923.875,71
296.938.351,43
294.766.841,43
296.923.875,71
296.938.351,43
294.766.841,43
296.923.875,71
296.938.351,43
294.766.841,43
4.443.145.342,86 864.000.000,00
Harga Dedak (naik 10%) Biaya Dedak
Rp/Kg
Jumlah Biaya Variabel III
44.857,97
6.600,00
Rp
Biaya Tetap 1. Tenaga Kerja Kandang
Rp
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
57.600.000,00
2. Pemeliharaan dan Perbaikan Jar. Listrik
Rp
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
3. Alat Tulis
Rp
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
200.000,00
3.000.000,00
Jumlah Biaya Tetap
Rp
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
58.200.000,00
873.000.000,00
Pajak tanah
Rp/thn
Total Biaya
Rp
6.000.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
208.000,00
3.120.000,00
583.693.364,01
355.346.351,43
353.508.188,83
355.554.107,31
356.568.625,23
363.045.628,33
381.518.165,91
355.346.351,43
354.397.115,23
355.554.107,31
377.402.837,73
353.174.841,43
382.407.092,31
355.346.351,43
353.508.188,83
5.636.371.316,76
2.000,00
1.980,00
1.960,00
2.000,00
1.980,00
1.960,00
2.000,00
1.980,00
1.960,00
2.000,00
1.980,00
1.960,00
2.000,00
1.980,00
1.960,00
29.700,00
Lanjutan III
Penerimaan Jumlah awal Itik DOD
Rp
Yang Mati
ekor
8.000,00
Jumlah Akhir Itik yang Produktif Produksi Telur Produktifitas telur Harga Telur Itik Penerimaan Telur
ekor butir
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
300,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
29.400,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
1.980,00
1.960,00
1.940,00
29.400,00
553.079
7.367.299
361.647
Butir /ekor Rp/butir Rp 10.000,00
558.734
553.079
361.647
558.734
553.079
361.647
558.734
553.079
361.647
558.734
553.079
361.647
558.734
15,22
23,76
23,76
15,22
23,76
23,76
15,22
23,76
23,76
15,22
23,76
23,76
15,22
23,76
23,76
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
433.976.340,00
670.480.680,00
663.694.620,00
433.976.340,00
670.480.680,00
663.694.620,00
433.976.340,00
670.480.680,00
663.694.620,00
433.976.340,00
670.480.680,00
663.694.620,00
433.976.340,00
670.480.680,00
663.694.620,00
8.840.758.200,00
0,00
0,00
4.800.000,00
0,00
0,00
4.800.000,00
0,00
0,00
4.800.000,00
0,00
0,00
4.800.000,00
0,00
0,00
4.800.000,00
21
Penerimaan Penj. Kotoran
Rp/kg
Penerimaan Penj. Itik Afkir
Rp
0,00
0,00
62.080.000,00
0,00
0,00
62.080.000,00
0,00
0,00
62.080.000,00
0,00
0,00
62.080.000,00
0,00
0,00
62.080.000,00
310.400.000,00
Total Penerimaan
Rp
433.976.340,00
670.480.680,00
730.574.620,00
433.976.340,00
670.480.680,00
730.574.620,00
433.976.340,00
670.480.680,00
730.574.620,00
433.976.340,00
670.480.680,00
730.574.620,00
433.976.340,00
670.480.680,00
730.574.620,00
9.175.158.200,00
24.000.000,00
Nilai Sisa Kandang/bagunan
Rp
Sekop
Rp
60.000
60.000,00
Mesin Penghancur keong
Rp
2.000.000
2.000.000,00
Cangkul
Rp
45.000
45.000,00
Keranjang itik
Rp
9.000.000
9.000.000,00
Mesin Air
Rp
1.000.000
1.000.000,00
Lori
Rp
Timbangan
Rp
200.000
200.000,00
Mobil
Rp
32.000.000
32.000.000,00
Total Sisa Pendapatan Bersih
28.800.000
28.800.000,00
2.500.000
2.500.000,00
-149.717.024,01
315.134.328,57
377.066.431,17
78.422.232,69
313.912.054,77
367.528.991,67
52.458.174,09
315.134.328,57
376.177.504,77
78.422.232,69
293.077.842,27
377.399.778,57
51.569.247,69
315.134.328,57
75.605.000,00 377.066.431,17
3.538.786.883,24
Lampiran 9. Analisis finansial Usaha Ternak itik secara Intensif di Kecamatan Gadingrejo dengan Suku Bunga 16% per tahun
Tahun (1) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Produksi Telur
Harga
Penerimaan Telur
Produksi Kotoran
Harga
Penerimaan Kotoran
Itik afkir
Penerimaan (Bt)
(2)
(3)
(4)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
361.647 558.734 553.079 361.647 558.734 553.079 361.647 558.734 553.079 361.647 558.734 553.079 361.647 558.734 553.079 7.367.299
NPV IRR
1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200
433.976.340 670.480.680 663.694.620 433.976.340 670.480.680 663.694.620 433.976.340 670.480.680 663.694.620 433.976.340 670.480.680 663.694.620 433.976.340 670.480.680 663.694.620 8.840.758.200
1.088.015.509 78,89%
Gross B/C Net B/C
1,49 5,20
Pp
3,08
BEP Harga BEP Produksi
746,50 4.583.070
0 0 480 0 0 480 0 0 480 0 0 480 0 0 480
0 0 10.000 0 0 10.000 0 0 10.000 0 0 10.000 0 0 10.000
0 0 4.800.000 0 0 4.800.000 0 0 4.800.000 0 0 4.800.000 0 0 4.800.000 24.000.000
0 0 62.080.000 0 0 62.080.000 0 0 62.080.000 0 0 62.080.000 0 0 62.080.000 310.400.000
433.976.340 670.480.680 730.574.620 433.976.340 670.480.680 730.574.620 433.976.340 670.480.680 730.574.620 433.976.340 670.480.680 730.574.620 433.976.340 670.480.680 730.574.620 9.175.158.200
Biaya (Ct)
Pendapatan (12) - (13)
(13) 147.413.628 565.658.103 335.855.229 334.214.476 337.518.846 337.077.502 343.751.915 363.482.904 335.855.229 335.103.402 337.518.846 357.911.715 333.881.129 364.371.831 335.855.229 334.214.476 5.499.684.459
(14) (147.413.628) (131.681.763) 334.625.451 396.360.144 96.457.494 333.403.178 386.822.705 70.493.436 334.625.451 395.471.218 96.457.494 312.568.965 396.693.491 69.604.509 334.625.451 471.965.144 3.751.078.741
df =16% (15) 1,000 0,862 0,743 0,641 0,552 0,476 0,410 0,354 0,305 0,263 0,227 0,195 0,168 0,145 0,125 0,108
PV Bt (12) X (15) (16) 0 374.117.534 498.276.367 468.048.236 239.681.269 319.224.578 299.858.694 153.553.644 204.513.676 192.106.773 98.375.321 131.023.256 123.074.679 63.024.904 83.941.054 78.848.737 3.327.668.724
PV Ct (13) X (15) (17) 147.413.628 487.636.295 249.595.146 214.117.069 186.408.654 160.486.986 141.090.311 128.610.985 102.444.395 88.116.438 76.509.988 69.941.998 56.246.565 52.916.478 42.047.508 36.070.770 2.239.653.215
NPV (14) X (15) (18) (147.413.628) (113.518.761) 248.681.221 253.931.168 53.272.615 158.737.592 158.768.383 24.942.659 102.069.281 103.990.335 21.865.332 61.081.258 66.828.114 10.108.426 41.893.546 50.937.789 1.096.175.331
df = 78,89%
(19) 1,000 0,559 0,312 0,175 0,098 0,055 0,031 0,017 0,010 0,005 0,003 0,002 0,001 0,001 0,000 0,000
Lampiran 10. Analisis Finansial Usaha Peternakan Itik Petelur secara Intensif di Kecamatan Gadingrejo pada Penurunan Produksi Telur 20%
Tahun
Penurunan Produksi Telur Awal Produksi 20%
(1) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
(2) 361.647 558.734 553.079 361.647 558.734 553.079 361.647 558.734 553.079 361.647 558.734 553.079 361.647 558.734 553.079 7.367.299
Produksi Setelah Penurunan
Harga
Penerimaan Telur
Penerimaan Kotoran
(4)
(5)
(6)
(8)
(3) 72.329,39 111.746,78 110.615,77 72.329,39 111.746,78 110.615,77 72.329,39 111.746,78 110.615,77 72.329,39 111.746,78 110.615,77 72.329,39 111.746,78 110.615,77
289.318 446.987 442.463 289.318 446.987 442.463 289.318 446.987 442.463 289.318 446.987 442.463 289.318 446.987 442.463 5.893.839
NPV
451.915.348
IRR
40,79%
Gross B/C Net B/C
1,20 2,35
Pp
4,91
BEP Harga BEP Produksi
933,12 4.583.070,38
1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200
347.181.072 536.384.544 530.955.696 347.181.072 536.384.544 530.955.696 347.181.072 536.384.544 530.955.696 347.181.072 536.384.544 530.955.696 347.181.072 536.384.544 530.955.696 7.072.606.560
0 0 4.800.000 0 0 4.800.000 0 0 4.800.000 0 0 4.800.000 0 0 4.800.000 24.000.000
Penerimaan Penerimaan (Bt) Itik Afkir (9) 0 0 62.080.000 0 0 62.080.000 0 0 62.080.000 0 0 62.080.000 0 0 62.080.000 310.400.000
(10) 347.181.072 536.384.544 597.835.696 347.181.072 536.384.544 597.835.696 347.181.072 536.384.544 597.835.696 347.181.072 536.384.544 597.835.696 347.181.072 536.384.544 673.440.696 7.482.611.560
Biaya (Ct) (11) 147.413.628 565.658.103 335.855.229 334.214.476 337.518.846 337.077.502 343.751.915 363.482.904 335.855.229 335.103.402 337.518.846 357.911.715 333.881.129 364.371.831 335.855.229 334.214.476 5.499.684.459
Pendapatan (10) - (11) (12) (147.413.628) (218.477.031) 200.529.315 263.621.220 9.662.226 199.307.042 254.083.781 (16.301.832) 200.529.315 262.732.294 9.662.226 178.472.829 263.954.567 (17.190.759) 200.529.315 339.226.220 1.982.927.101
df =16% (13) 1,000 0,862 0,743 0,641 0,552 0,476 0,410 0,354 0,305 0,263 0,227 0,195 0,168 0,145 0,125 0,108
PV Bt (10) X (13)
PV Ct (11) X (13)
(14)
(15) 147.413.628 487.636.295 249.595.146 214.117.069 186.408.654 160.486.986 141.090.311 128.610.985 102.444.395 88.116.438 76.509.988 69.941.998 56.246.565 52.916.478 42.047.508 36.070.770 2.239.653.215
0 299.294.028 398.621.094 383.008.026 191.745.015 255.379.663 245.377.031 122.842.915 163.610.941 157.202.678 78.700.256 104.818.605 100.713.102 50.419.923 67.152.843 72.682.443 2.691.568.563
NPV (12) X (13) (16) (147.413.628) (188.342.268) 149.025.948 168.890.958 5.336.361 94.892.677 104.286.720 (5.768.070) 61.166.546 69.086.240 2.190.268 34.876.607 44.466.537 (2.496.555) 25.105.335 36.611.673 451.915.348
df = 40,79%
(17) 1,000 0,710 0,504 0,358 0,255 0,181 0,128 0,091 0,065 0,046 0,033 0,023 0,016 0,012 0,008 0,006
Lampiran 11. Analisis Finansial Usaha Peternakan Itik Petelur secara Intensif di Kecamatan Gadingrejo pada Penurunan Harga Telur Itik 16,67%
Tahun (1) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Produksi Telur
Harga Awal
(2)
(3)
361.647 558.734 553.079 361.647 558.734 553.079 361.647 558.734 553.079 361.647 558.734 553.079 361.647 558.734 553.079 7.367.299
Penurunan Harga Setelah Penerimaan Telur Harga Telur Penurunsn 16,67%
200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200
NPV
559.184.635
IRR
46,85%
Gross B/C Net B/C
1,25 2,73
Pp
4,45
BEP Harga BEP Produksi
(5)
(4)
746,50 5.499.904,46
1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
(6) 361.632.484 558.711.551 553.056.727 361.632.484 558.711.551 553.056.727 361.632.484 558.711.551 553.056.727 361.632.484 558.711.551 553.056.727 361.632.484 558.711.551 553.056.727 7.367.003.808
Penerimaan Kotoran
Penerimaan itik Afkir
Penerimaan (Bt)
(8)
(9)
(10)
0 0 4.800.000 0 0 4.800.000 0 0 4.800.000 0 0 4.800.000 0 0 4.800.000 24.000.000
0 0 62.080.000 0 0 62.080.000 0 0 62.080.000 0 0 62.080.000 0 0 62.080.000 310.400.000
361.632.484 558.711.551 619.936.727 361.632.484 558.711.551 619.936.727 361.632.484 558.711.551 619.936.727 361.632.484 558.711.551 619.936.727 361.632.484 558.711.551 695.541.727 7.701.403.808
Biaya (Ct) (11) 147.413.628 565.658.103 335.855.229 334.214.476 337.518.846 337.077.502 343.751.915 363.482.904 335.855.229 335.103.402 337.518.846 357.911.715 333.881.129 364.371.831 335.855.229 334.214.476 5.499.684.459
Pendapatan (10) - (11) (12) (147.413.628) (204.025.618) 222.856.322 285.722.251 24.113.638 221.634.048 276.184.811 (1.850.420) 222.856.322 284.833.324 24.113.638 200.799.836 286.055.598 (2.739.347) 222.856.322 361.327.251 2.277.324.349
df =16% (13) 1,000 0,862 0,743 0,641 0,552 0,476 0,410 0,354 0,305 0,263 0,227 0,195 0,168 0,145 0,125 0,108
PV Bt (10) X (13) (14) 0 311.752.141 415.213.697 397.167.221 199.726.402 266.009.841 254.448.228 127.956.252 170.421.246 163.014.210 81.976.155 109.181.679 104.436.304 52.518.653 69.948.080 75.067.742 2.798.837.850
(12) (11) NPV PV Ct X (13) X (13) (15) 147.413.628 487.636.295 249.595.146 214.117.069 186.408.654 160.486.986 141.090.311 128.610.985 102.444.395 88.116.438 76.509.988 69.941.998 56.246.565 52.916.478 42.047.508 36.070.770 2.239.653.215
(16) (147.413.628) (175.884.154) 165.618.551 183.050.153 13.317.748 105.522.855 113.357.917 (654.733) 67.976.851 74.897.771 5.466.166 39.239.681 48.189.740 (397.826) 27.900.572 38.996.971 559.184.635
df = 46,85%
(17) 1,000 0,681 0,464 0,316 0,215 0,146 0,100 0,068 0,046 0,031 0,021 0,015 0,010 0,007 0,005 0,003
Lampiran 12. Analisis Finansial Usaha Peternakan Itik Petelur secara Intensif di Kecamatan Gadingrejo pada Kenaikan Harga Pakan Itik 10%
Tahun (1) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Biaya Pakan Awal
Kenaikan Harga Pakan 10%
(2)
(3)
180.352.614 194.911.229 192.937.129 180.352.614 194.911.229 192.937.129 180.352.614 194.911.229 192.937.129 180.352.614 194.911.229 192.937.129 180.352.614 194.911.229 192.937.129
18.035.261 19.491.123 19.293.713 18.035.261 19.491.123 19.293.713 18.035.261 19.491.123 19.293.713 18.035.261 19.491.123 19.293.713 18.035.261 19.491.123 19.293.713
(5)
(4) 198.387.876 214.402.351 212.230.841 198.387.876 214.402.351 212.230.841 198.387.876 214.402.351 212.230.841 198.387.876 214.402.351 212.230.841 198.387.876 214.402.351 212.230.841 3.125.105.343
2.841.004.857
990.933.088
NPV
72,08% 1,42 4,58
IRR Gross B/C Net B/C
3,33
Pp
2.615,61
BEP Harga BEP Produksi
Harga Pakan Penerimaan Penerimaan Telur Kotoran Setelah Kenaikan
Konsentrat Jagung Dedak
876.331 2.103.195 5.257.986
433.976.340 670.480.680 663.694.620 433.976.340 670.480.680 663.694.620 433.976.340 670.480.680 663.694.620 433.976.340 670.480.680 663.694.620 433.976.340 670.480.680 663.694.620
(6) 0 0 4.800.000 0 0 4.800.000 0 0 4.800.000 0 0 4.800.000 0 0 4.800.000
Penerimaan itik Penerimaan (Bt) Afkir
(7) 0 0 62.080.000 0 0 62.080.000 0 0 62.080.000 0 0 62.080.000 0 0 62.080.000
(8) 433.976.340 670.480.680 730.574.620 433.976.340 670.480.680 730.574.620 433.976.340 670.480.680 730.574.620 433.976.340 670.480.680 730.574.620 433.976.340 670.480.680 806.179.620 9.250.763.200
Biaya (Ct) (9) 147.413.628 583.693.364 355.346.351 353.508.189 355.554.107 356.568.625 363.045.628 381.518.166 355.346.351 354.397.115 355.554.107 377.402.838 353.174.841 382.407.092 355.346.351 353.508.189 5.783.784.945
Pendapatan (8) - (9) (10) (147.413.628) (149.717.024) 315.134.329 377.066.431 78.422.233 313.912.055 367.528.992 52.458.174 315.134.329 376.177.505 78.422.233 293.077.842 377.399.779 51.569.248 315.134.329 452.671.431 3.466.978.255
df =16% (11) 1,000 0,862 0,743 0,641 0,552 0,476 0,410 0,354 0,305 0,263 0,227 0,195 0,168 0,145 0,125 0,108
PV Bt (8) X (11)
PV Ct (9) X (11)
0 374.117.534 498.276.367 468.048.236 239.681.269 319.224.578 299.858.694 153.553.644 204.513.676 192.106.773 98.375.321 131.023.256 123.074.679 63.024.904 83.941.054 87.008.559
(13) 147.413.628 503.183.934 264.080.225 226.477.734 196.369.368 169.766.963 149.009.266 134.992.393 108.389.683 93.189.778 80.598.286 73.750.892 59.496.838 55.535.678 44.487.706 38.153.083
3.335.828.546
2.344.895.458
(12)
NPV (10) X (11) (14) (147.413.628) (129.066.400) 234.196.142 241.570.503 43.311.901 149.457.615 150.849.428 18.561.251 96.123.993 98.916.996 17.777.034 57.272.363 63.577.840 7.489.226 39.453.348 48.855.476 990.933.088
df = 72,08%
(15) 1,000 0,581 0,338 0,196 0,114 0,066 0,039 0,022 0,013 0,008 0,004 0,003 0,001 0,001 0,001 0,000
Lampiran 13. Tabel Perhitungan Laju Kepekaan Analisis Sensitivitas Biaya produksi turun 20% y1 y0 selisih rata2
20,00% 14,00% -6% 17% -35,29412
x1 x0 selisih rata2 LK
npv irr 451.915.348 1.088.015.509 636.100.160 769.965.429 82,61 -2,34
40,79% 78,89% 0,38 0,60 63,67 -1,80
net
npv irr 559.184.635 1.088.015.509 528.830.873 823.600.072 64,21 -3,69
46,85% 78,89% 0,32 0,63 50,97 -2,93
npv irr 990.933.088 1.088.015.509 97.082.421 1.039.474.298 9,34 0,19
72,08% 78,89% 0,07 0,75 9,02 0,18
gross 2,35 5,20 2,86 3,77 75,66 -2,14
pp 1,20 1,49 0,28 1,34 21,14 -0,60
4,91 3,08 1,83 4,00 45,69 -1,29
Harga telur turun 16,67% y1 y0 selisih rata2
16,67% 14,00% -3% 15% -17,41115
x1 x0 selisih rata2 LK
net
gross 2,73 5,20 2,47 3,97 62,32 -3,58
pp 1,25 1,49 0,24 1,37 17,26 -0,99
4,45 3,08 1,37 3,77 36,34 -2,09
Kenaikan Harga Pakan 10% y1 y0 selisih rata2
10% 14,00% 6% 12% 50
x1 x0 selisih rata2 LK
net
gross 4,58 5,20 0,62 4,89 12,61 0,25
pp 1,42 1,49 0,06 1,45 4,35 0,09
3,33 3,08 0,24 3,21 7,59 0,15
Kriteria Laju Kepekaan : 1. Jika laju kepekaan > 1, maka hasil usaha atau proyek peka atau sensitif terhadap perubahan 2. Jika laju kepekaan < 1, maka hasil usaha atau proyek tidak peka atau tidak sensitif terhadap perubahan
Lampiran 14. Analisis Sensitivitas pada perubahan penurunan produksi telur, penurunan harga jual telur, kenaikan biaya produksi (harga pakan) pada tingkat suku bunga 16% per tahun pada usaha peternakan itik petelur di Kecamatan Gadingrejo
No 1
2
3
Perubahan yang mempengaruhi Produksi telur turun 20% NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Gross B/C PP (tahun) Harga jual telur turun 16,67% NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Gross B/C PP (tahun) Kenaikan harga pakan 10% NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Gross B/C PP (tahun)
Sebelum Perubahan
Sesudah perubahan
Laju Kepekaan
Keterangan
1.088.015.509 78,89% 5,20 1,49 3,084
451.915.348 40,79% 2,35 1,20 4,910
-2,34 -1,80 -2,14 -0,60 -1,29
Tidak sensitif Tidak sensitif Tidak sensitif Tidak sensitif Tidak sensitif
1.088.015.509 78,89% 5,20 1,49 3,084
559.184.635 46,85% 2,73 1,25 4,454
-3,69 -2,93 -3,58 -0,99 -2,09
Tidak sensitif Tidak sensitif Tidak sensitif Tidak sensitif Tidak sensitif
1.088.015.509 78,89% 5,20 1,49 3,084
990.933.088 72,08% 4,58 1,42 3,327
0,19 0,18 0,25 0,09 0,15
Tidak sensitif Tidak sensitif Tidak sensitif Tidak sensitif Tidak sensitif
Lampiran 15. Rugi Laba Usaha Itik Petelur secara Tradisional di Kecematan Ambarawa (tahun 1) Keterangan
I
Usia
Bulan
Bulan
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
31
28
31
30
31
30
31
31
30
31
30
31
365
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
ekor
2.000
1.980
1.965
1.945
1.931
1.916
1.898
1.878
1.863
1.849
1.834
1.814
Mati
ekor
20
15
20
14
15
18
20
15
14
15
20
14
200
Jumlah Akhir
ekor
1.980
1.965
1.945
1.931
1.916
1.898
1.878
1.863
1.849
1.834
1.814
1.800
1.800
Itik Produktif
ekor
1.980
1.965
1.945
1.931
1.916
1.898
1.878
1.863
1.849
1.834
1.814
1.800
1.800
Multing/ Rontok Bulu
ekor
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
8.000
2.000
Produksi Telur
butir
0,00
0,00
0,00
0,00
35.638
34.164
34.931
34.652
33.282
34.112
32.652
0,00
Produktivitas
Butir/ekor
0,00
0,00
0,00
0,00
18,6
18,0
18,6
18,6
18,0
18,6
18,0
0,0
11,1
Rp/butir
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
Penerimaan Telur
Rp
0,00
0,00
0,00
0,00
42.765.120,00
40.996.800,00
41.916.960,00
41.582.160,00
39.938.400,00
40.934.880,00
39.182.400,00
0,00
287.316.720,00
Penerimaan Penjualan itik afkir
Rp
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Total Penerimaan
Rp
0
0
0
0
42.765.120
40.996.800
41.916.960
41.582.160
39.938.400
40.934.880
39.182.400
0
287.316.720
239.431
Biaya Peralatan Membuat kandang
Rp
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
5.160.000
Terpal
Rp
4.000.000
0
0
0
0
4.000.000
0
0
0
0
0
0
8.000.000
Ember
Rp
360.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
360.000
Rp
4.790.000
430.000
430.000
430.000
430.000
4.430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
13.520.000
Rp
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
2.400.000
Total biaya peralatan
III
Harga (Rp/unit)
Jumlah awal
Harga Telur Itik
II
Satuan (Unit / ekor)
Biaya Variabel Obat-obatan Pakan DOD Konsentrat Pur 5-11
Rp/kg
400.000
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
400.000
Makan
Rp
7.440.000
6.720.000
7.440.000
7.200.000
7.440.000
7.200.000
7.440.000
7.440.000
7.200.000
7.440.000
7.200.000
7.440.000
87.600.000
Tempat tinggal
Rp
2.976.000
2.688.000
2.976.000
2.880.000
2.976.000
2.880.000
2.976.000
2.976.000
2.880.000
2.976.000
2.880.000
2.976.000
35.040.000
Ambarawa-Kalianda
Rp
0,00
600.000
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
600.000
Kalianda-Trimurjo
Rp
0,00
0,00
0,00
550.000
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
550.000
Trimurjo-Ambarawa
Rp
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
400.000,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
400.000
Ambarawa-Kalianda
Rp
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
600.000,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
600.000
Kalianda - Lampung Timur
Rp
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
500.000,00
0,00
0,00
0,00
0,00
500.000
Lampung Timur -Trimurjo
Rp
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
600.000
0,00
0,00
600.000
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
400.000
0,00
400.000
11.016.000
10.208.000
10.616.000
10.830.000
10.616.000
10.680.000
11.216.000
11.116.000
10.280.000
11.216.000
10.680.000
10.616.000
129.090.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
144.000.000
Transportasi
Trimurjo - Ambarawa Total Biaya Variabel Biaya Tetap Tenaga Kerja (10 orang)
Rp/HOK
Total Biaya
Rp
27.806.000
22.638.000
23.046.000
23.260.000
23.046.000
27.110.000
23.646.000
23.546.000
22.710.000
23.646.000
23.110.000
23.046.000
286.610.000
Pendapatan Bersih
Rp
-27.806.000
-22.638.000
-23.046.000
-23.260.000
19.719.120
13.886.800
18.270.960
18.036.160
17.228.400
17.288.880
16.072.400
-23.046.000
706.720
Lampiran 16. Rugi Laba Usaha Itik Petelur secara Tradisional di Kecematan Ambarawa (tahun 2) Keterangan
Satuan
Harga
(Unit / ekor)
(Rp/unit)
Bulan
Usia
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
ekor
1.800
1.780
1.767
1.747
1.727
1.707
1.692
1.681
1.661
1.641
1.621
1.610
Mati
ekor
20
13
20
20
20
15
11
20
20
20
11
10
200
Jumlah Akhir
ekor
1.780
1.767
1.747
1.727
1.707
1.692
1.681
1.661
1.641
1.621
1.610
1.600
1.600
Itik Produktif
ekor
1.780
1.767
1.747
1.727
1.707
1.692
1.681
1.661
1.641
1.621
1.610
1.600
1.600
Multing/ Rontok Bulu
ekor
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Produksi Telur
butir
33.108
29.686
32.494
31.086
31.750
30.456
31.267
30.895
29.538
30.151
28.980
0,00
Produktivitas
butir/ekor
18,60
16,80
18,60
18,00
18,60
18,00
18,60
18,60
18,00
18,60
18,00
0,0
17,7
Rp/butir
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200 407.291.760
8.000
1.800
339.410
Penerimaan Telur
Rp
39.729.600
35.622.720
38.993.040
37.303.200
38.100.240
36.547.200
37.519.920
37.073.520
35.445.600
36.180.720
34.776.000
0
Penerimaan Penjualan itik afkir
Rp
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Total Penerimaan
Rp
39.729.600
35.622.720
38.993.040
37.303.200
38.100.240
36.547.200
37.519.920
37.073.520
35.445.600
36.180.720
34.776.000
0
407.291.760
Biaya Peralatan Membuat kandang
Rp
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
5.160.000
Terpal
Rp
4.000.000
0
0
0
0
4.000.000
0
0
0
0
0
0
8.000.000
Ember
Rp
360.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
360.000
Rp
4.790.000
430.000
430.000
430.000
430.000
4.430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
13.520.000
Rp
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
2.400.000
Total biaya peralatan
III
365
31
30
31
30
31
31
30
31
30
1
Jumlah awal
Harga Telur Itik
II
Bulan
31
28
31 I
Jumlah 12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Biaya Variabel Obat-obatan Pakan DOD 0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0
Makan
Rp
7.440.000
6.720.000
7.440.000
7.200.000
7.440.000
7.200.000
7.440.000
7.440.000
7.200.000
7.440.000
7.200.000
7.440.000
87.600.000
Tempat tinggal
Rp
2.976.000
2.688.000
2.976.000
2.880.000
2.976.000
2.880.000
2.976.000
2.976.000
2.880.000
2.976.000
2.880.000
2.976.000
35.040.000
Ambarawa-Kalianda
Rp
0,00
600.000
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
600.000
Kalianda-Trimurjo
Rp
0,00
0,00
0,00
550.000
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
550.000
Trimurjo-Ambarawa
Rp
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
400.000,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
400.000
Ambarawa-Kalianda
Rp
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
600.000,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
600.000
Kalianda - Lampung Timur
Rp
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
500.000,00
0,00
0,00
0,00
0,00
500.000
Lampung Timur -Trimurjo
Rp
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
600.000
0,00
0,00
600.000
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
400.000
0,00
400.000
10.616.000
10.208.000
10.616.000
10.830.000
10.616.000
10.680.000
11.216.000
11.116.000
10.280.000
11.216.000
10.680.000
10.616.000
128.690.000
Rp/HOK
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
144.000.000
Total Biaya
Rp
27.406.000
22.638.000
23.046.000
23.260.000
23.046.000
27.110.000
23.646.000
23.546.000
22.710.000
23.646.000
23.110.000
23.046.000
286.210.000
Pendapatan Bersih
Rp
12.323.600
12.984.720
15.947.040
14.043.200
15.054.240
9.437.200
13.873.920
13.527.520
12.735.600
12.534.720
11.666.000
-23.046.000
121.081.760
Konsentrat Pur 5-11
Rp/kg
Transportasi
Trimurjo - Ambarawa Total Biaya Variabel Biaya Tetap Tenaga Kerja (10 orang)
Lampiran 17. Rugi Laba Usaha Itik Petelur secara Tradisional di Kecematan Ambarawa (tahun 3) Keterangan
Satuan
Harga
(Unit / ekor)
(Rp/unit)
Bulan 1
2
31 I
Usia
31
5
30
6
31
Jumlah 7
30
8
31
9
31
10
30
11
31
12
30
365
31
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
ekor
1.600
1.580
1.568
1.548
1.532
1.512
1.500
1.488
1.473
1.460
1.440
1.420
Mati
ekor
20
12
20
16
20
12
12
15
13
20
20
20
200
Jumlah Akhir
ekor
1.580
1.568
1.548
1.532
1.512
1.500
1.488
1.473
1.460
1.440
1.420
1.400
1.400
Itik Produktif
ekor
1.580
1.568
1.548
1.532
1.512
1.500
1.488
1.473
1.460
1.440
1.420
1.400
1.400
Multing/ Rontok Bulu
ekor
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Produksi Telur
butir
29.388
26.342
28.793
27.576
28.123
27.000
27.677
27.398
26.280
26.784
25.560
0,00
Produktivitas
butir/ekor
18,60
16,80
18,60
18,00
18,60
18,00
18,60
18,60
18,00
18,60
18,00
0,00
17,9
Rp/butir
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
8.000
1.600
300.921
Penerimaan Telur
Rp
35.265.600
31.610.880
34.551.360
33.091.200
33.747.840
32.400.000
33.212.160
32.877.360
31.536.000
32.140.800
30.672.000
0,00
361.105.200
Penerimaan Penjualan itik afkir
Rp
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
44.800.000,00
44.800.000,00
Total Penerimaan
Rp
35.265.600
31.610.880
34.551.360
33.091.200
33.747.840
32.400.000
33.212.160
32.877.360
31.536.000
32.140.800
30.672.000
44.800.000
405.905.200
Biaya Peralatan Membuat kandang
Rp
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
5.160.000
Terpal
Rp
4.000.000
0
0
0
0
4.000.000
0
0
0
0
0
0
8.000.000
Ember
Rp
360.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
360.000
Rp
4.790.000
430.000
430.000
430.000
430.000
4.430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
430.000
13.520.000
Rp
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
2.400.000
Total biaya peralatan
III
28
4
Jumlah awal
Harga Telur Itik
II
Bulan
3
Biaya Variabel Obat-obatan Pakan DOD Konsentrat Pur 5-11
Rp/kg
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0
Makan
Rp
7.440.000
6.720.000
7.440.000
7.200.000
7.440.000
7.200.000
7.440.000
7.440.000
7.200.000
7.440.000
7.200.000
7.440.000
87.600.000
Tempat tinggal
Rp
2.976.000
2.688.000
2.976.000
2.880.000
2.976.000
2.880.000
2.976.000
2.976.000
2.880.000
2.976.000
2.880.000
2.976.000
35.040.000
Ambarawa-Kalianda
Rp
0,00
600.000
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
600.000
Kalianda-Trimurjo
Rp
0,00
0,00
0,00
550.000
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
550.000
Trimurjo-Ambarawa
Rp
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
400.000,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
400.000
Ambarawa-Kalianda
Rp
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
600.000,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
600.000
Kalianda - Lampung Timur
Rp
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
500.000,00
0,00
0,00
0,00
0,00
500.000
Lampung Timur -Trimurjo
Rp
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
600.000
0,00
0,00
600.000
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
400.000
0,00
400.000
10.616.000
10.208.000
10.616.000
10.830.000
10.616.000
10.680.000
11.216.000
11.116.000
10.280.000
11.216.000
10.680.000
10.616.000
128.690.000
Rp/HOK
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
144.000.000
Total Biaya
Rp
27.406.000
22.638.000
23.046.000
23.260.000
23.046.000
27.110.000
23.646.000
23.546.000
22.710.000
23.646.000
23.110.000
23.046.000
286.210.000
Pendapatan Bersih
Rp
7.859.600
8.972.880
11.505.360
9.831.200
10.701.840
5.290.000
9.566.160
9.331.360
8.826.000
8.494.800
7.562.000
21.754.000
119.695.200
Transportasi
Trimurjo - Ambarawa Total Biaya Variabel Biaya Tetap Tenaga Kerja (10 orang)
Lampiran 18. Penerimaan dan Pengeluaran pada Tahun 1 sampai 15 (Sistem Tradisional) di Kecamatan Ambarawa Keterangan
Satuan
Harga
(Unit / ekor)
(Rp/unit)
ekor
8.000
Tahun 1
2
3
4
5
6
Jumlah 7
8
9
10
11
12
13
14
15
Biaya Investasi Bibit DOD
16.000.000
16.000.000
16.000.000
16.000.000
16.000.000
80.000.000
16.000.000
16.000.000
16.000.000
16.000.000
16.000.000
80.000.000
Biaya Awal Membuat kandang
Rp
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
77.400.000
Terpal
Rp
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
120.000.000
Ember Total biaya awal
Rp
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
5.400.000
Rp
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
202.800.000
Rp
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
36.000.000
Biaya Operasional Biaya Variabel Obat-obatan Pakan DOD 400.000
0,00
0,00
400.000
0,00
0,00
400.000
0,00
0,00
400.000
0,00
0,00
400.000
0,00
0,00
2.000.000
Makan Peternak
Konsentrat Pur 5-11
Rp/kg Rp
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
1.314.000.000
Tempat tinggal
Rp
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
420.480.000
Ambarawa-Kalianda
Rp
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
9.000.000
Kalianda-Trimurjo
Rp
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
8.250.000
Trimurjo-Ambarawa
Rp
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
6.000.000
Ambarawa-Kalianda
Rp
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
9.000.000
Kalianda - Lampung Timur
Rp
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
7.500.000
Lampung Timur -Trimurjo
Rp
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
9.000.000
Trimurjo - Ambarawa
Rp
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
6.000.000
129.090.000
128.690.000
128.690.000
129.090.000
128.690.000
128.690.000
129.090.000
128.690.000
128.690.000
129.090.000
128.690.000
128.690.000
129.090.000
128.690.000
128.690.000
1.827.230.000
Rp/HOK
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
2.160.000.000
Rp
273.090.000
272.690.000
272.690.000
273.090.000
272.690.000
272.690.000
273.090.000
272.690.000
272.690.000
273.090.000
272.690.000
272.690.000
273.090.000
272.690.000
272.690.000
3.987.230.000
27.000
Transportasi
Total Biaya Variabel Biaya Tetap Tenaga Kerja (10 orang)
Total Biaya II
Penerimaan Jumlah awal
ekor
2.000
1.800
1.600
2.000
1.800
1.600
2.000
1.800
1.600
2.000
1.800
1.600
2.000
1.800
1.600
Mati
ekor
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
3000
Jumlah Akhir
ekor
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
24.000
8.000
Itik Produktif
ekor
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
24.000
Produksi Telur
butir
239.431
339.410
300.921
239.431
339.410
300.921
239.431
339.410
300.921
239.431
339.410
300.921
239.431
339.410
300.921
4.398.807
Produktivitas
Butir/ekor
11,08
17,68
17,91
11,08
17,68
17,91
11,08
17,68
17,91
11,08
17,68
17,91
11,08
17,68
17,91
12,22
Rp/butir
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
287.316.720
407.291.760
361.105.200
287.316.720
407.291.760
361.105.200
287.316.720
407.291.760
361.105.200
287.316.720
407.291.760
361.105.200
287.316.720
407.291.760
361.105.200
5.278.568.400 224.000.000,00
Harga Telur Itik Penerimaan Telur
Rp
Penerimaan Penjualan itik afkir
Rp
0,00
0,00
44.800.000
0,00
0,00
44.800.000
0,00
0,00
44.800.000
0,00
0,00
44.800.000
0,00
0,00
44.800.000
Total Penerimaan
Rp
287.316.720
407.291.760
405.905.200
287.316.720
407.291.760
405.905.200
287.316.720
407.291.760
405.905.200
287.316.720
407.291.760
405.905.200
287.316.720
407.291.760
405.905.200
5.502.568.400
Pendapatan Bersih
Rp
14.226.720
134.601.760
133.215.200
14.226.720
134.601.760
133.215.200
14.226.720
134.601.760
133.215.200
14.226.720
134.601.760
133.215.200
14.226.720
134.601.760
133.215.200
1.515.338.400
Lampiran 19. Penurunan Produksi Telur Itik sebesar 20% dengan Sistem Tradisional di Kecamatan Ambarawa Keterangan
Satuan
Harga
(Unit / ekor)
(Rp/unit)
ekor
8.000
Tahun 1
2
3
4
5
6
Jumlah 7
8
9
10
11
12
13
14
15
Biaya Investasi Bibit DOD
16.000.000
16.000.000
16.000.000
16.000.000
16.000.000
80.000.000
16.000.000
16.000.000
16.000.000
16.000.000
16.000.000
80.000.000
Biaya Awal Membuat kandang
Rp
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
77.400.000
Terpal
Rp
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
120.000.000
Ember Total biaya awal
Rp
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
5.400.000
Rp
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
202.800.000
Rp
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
36.000.000
Biaya Operasional Biaya Variabel Obat-obatan Pakan DOD 400.000
0,00
0,00
400.000
0,00
0,00
400.000
0,00
0,00
400.000
0,00
0,00
400.000
0,00
0,00
2.000.000
Makan Peternak
Konsentrat Pur 5-11
Rp/kg Rp
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
1.314.000.000
Tempat tinggal
Rp
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
420.480.000
Ambarawa-Kalianda
Rp
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
9.000.000
Kalianda-Trimurjo
Rp
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
8.250.000
Trimurjo-Ambarawa
Rp
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
6.000.000
Ambarawa-Kalianda
Rp
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
9.000.000
Kalianda - Lampung Timur
Rp
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
7.500.000
Lampung Timur -Trimurjo
Rp
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
9.000.000
Trimurjo - Ambarawa
Rp
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
6.000.000
129.090.000
128.690.000
128.690.000
129.090.000
128.690.000
128.690.000
129.090.000
128.690.000
128.690.000
129.090.000
128.690.000
128.690.000
129.090.000
128.690.000
128.690.000
1.827.230.000
Rp/HOK
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
2.160.000.000
Rp
273.090.000
272.690.000
272.690.000
273.090.000
272.690.000
272.690.000
273.090.000
272.690.000
272.690.000
273.090.000
272.690.000
272.690.000
273.090.000
272.690.000
272.690.000
3.987.230.000
27.000
Transportasi
Total Biaya Variabel Biaya Tetap Tenaga Kerja (10 orang)
Total Biaya II
Penerimaan Jumlah awal
ekor
2.000
1.800
1.600
2.000
1.800
1.600
2.000
1.800
1.600
2.000
1.800
1.600
2.000
1.800
1.600
Mati
ekor
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
3000
Jumlah Akhir
ekor
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
24.000
8.000
Itik Produktif
ekor
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
24.000
Produksi Telur (Turun 20%)
butir
191.544
271.528
240.737
191.544
271.528
240.737
191.544
271.528
240.737
191.544
271.528
240.737
191.544
271.528
240.737
3.519.046
Butir/ekor
8,87
14,14
14,33
8,87
14,14
14,33
8,87
14,14
14,33
8,87
14,14
14,33
8,87
14,14
14,33
9,78
Rp/butir
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
1.200
Produktivitas Harga Telur Itik Penerimaan Telur
Rp
229.853.376
325.833.408
288.884.160
229.853.376
325.833.408
288.884.160
229.853.376
325.833.408
288.884.160
229.853.376
325.833.408
288.884.160
229.853.376
325.833.408
288.884.160
4.222.854.720
Penerimaan Penjualan itik afkir
Rp
0,00
0,00
44.800.000
0,00
0,00
44.800.000
0,00
0,00
44.800.000
0,00
0,00
44.800.000
0,00
0,00
44.800.000
224.000.000,00
Total Penerimaan
Rp
229.853.376
325.833.408
333.684.160
229.853.376
325.833.408
333.684.160
229.853.376
325.833.408
333.684.160
229.853.376
325.833.408
333.684.160
229.853.376
325.833.408
333.684.160
4.446.854.720
Pendapatan Bersih
Rp
-43.236.624
53.143.408
60.994.160
-43.236.624
53.143.408
60.994.160
-43.236.624
53.143.408
60.994.160
-43.236.624
53.143.408
60.994.160
-43.236.624
53.143.408
60.994.160
459.624.720
Lampiran 20. Penurunan Harga Jual Telur Itik sebesar 16,67% dengan Sistem Tradisional di Kecamatan Ambarawa Keterangan
Satuan
Harga
(Unit / ekor)
(Rp/unit)
ekor
8.000
Tahun 1
2
3
4
5
6
Jumlah 7
8
9
10
11
12
13
14
15
Biaya Investasi Bibit DOD
16.000.000
16.000.000
16.000.000
16.000.000
16.000.000
80.000.000
16.000.000
16.000.000
16.000.000
16.000.000
16.000.000
80.000.000
Biaya Awal Membuat kandang
Rp
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
5.160.000
77.400.000
Terpal
Rp
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
120.000.000
Ember Total biaya awal
Rp
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
360.000
5.400.000
Rp
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
13.520.000
202.800.000
Rp
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
36.000.000
Biaya Operasional Biaya Variabel Obat-obatan Pakan DOD 400.000
0,00
0,00
400.000
0,00
0,00
400.000
0,00
0,00
400.000
0,00
0,00
400.000
0,00
0,00
2.000.000
Makan Peternak
Konsentrat Pur 5-11
Rp/kg Rp
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
87.600.000
1.314.000.000
Tempat tinggal
Rp
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
35.040.000
420.480.000
Ambarawa-Kalianda
Rp
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
9.000.000
Kalianda-Trimurjo
Rp
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
550.000,00
8.250.000
Trimurjo-Ambarawa
Rp
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
6.000.000
Ambarawa-Kalianda
Rp
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
9.000.000
Kalianda - Lampung Timur
Rp
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
500.000,00
7.500.000
Lampung Timur -Trimurjo
Rp
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
9.000.000
Trimurjo - Ambarawa
Rp
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
6.000.000
129.090.000
128.690.000
128.690.000
129.090.000
128.690.000
128.690.000
129.090.000
128.690.000
128.690.000
129.090.000
128.690.000
128.690.000
129.090.000
128.690.000
128.690.000
1.827.230.000
Rp/HOK
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
2.160.000.000
Rp
273.090.000
272.690.000
272.690.000
273.090.000
272.690.000
272.690.000
273.090.000
272.690.000
272.690.000
273.090.000
272.690.000
272.690.000
273.090.000
272.690.000
272.690.000
3.987.230.000
27.000
Transportasi
Total Biaya Variabel Biaya Tetap Tenaga Kerja (10 orang)
Total Biaya II
Penerimaan Jumlah awal
ekor
2.000
1.800
1.600
2.000
1.800
1.600
2.000
1.800
1.600
2.000
1.800
1.600
2.000
1.800
1.600
Mati
ekor
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
3000
Jumlah Akhir
ekor
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
24.000
8.000
Itik Produktif
ekor
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
1.800
1.600
1.400
24.000
Produksi Telur
butir
239.431
339.410
300.921
239.431
339.410
300.921
239.431
339.410
300.921
239.431
339.410
300.921
239.431
339.410
300.921
4.398.807
Produktivitas
Butir/ekor
11,08
17,68
17,91
11,08
17,68
17,91
11,08
17,68
17,91
11,08
17,68
17,91
11,08
17,68
17,91
12,22
Rp/butir
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
239.430.600
339.409.800
300.921.000
239.430.600
339.409.800
300.921.000
239.430.600
339.409.800
300.921.000
239.430.600
339.409.800
300.921.000
239.430.600
339.409.800
300.921.000
4.398.807.000
Harga Telur Itik (Turun 16,67%) Penerimaan Telur
Rp
Penerimaan Penjualan itik afkir
Rp
0,00
0,00
44.800.000
0,00
0,00
44.800.000
0,00
0,00
44.800.000
0,00
0,00
44.800.000
0,00
0,00
44.800.000
224.000.000,00
Total Penerimaan
Rp
239.430.600
339.409.800
345.721.000
239.430.600
339.409.800
345.721.000
239.430.600
339.409.800
345.721.000
239.430.600
339.409.800
345.721.000
239.430.600
339.409.800
345.721.000
4.622.807.000
Pendapatan Bersih
Rp
-33.659.400
66.719.800
73.031.000
-33.659.400
66.719.800
73.031.000
-33.659.400
66.719.800
73.031.000
-33.659.400
66.719.800
73.031.000
-33.659.400
66.719.800
73.031.000
635.577.000
Lampiran 21. Analisis Finansial Peternakan Itik Petelur secara Tradisional di Kecamatan Ambarawa dengan Suku Bunga 16% per tahun Bulan
Produksi
(1)
Harga
(2)
(3)
Penerimaan
Penerimaan
Penerimaan
Biaya
Pendapatan
df =
PV Bt
PV Ct
NPV
df =
Telur
Itik Afkir
(Bt)
(Ct)
(6)-(7)
16%
(6)x(9)
(7)x(9)
(8)x(9)
277,35%
(4)
(5)
(6)
(8)
(9)
(10)
(12)
(13)
(7) 16.000.000
1
239.431
1.200
287.316.720
2
339.410
1.200
3
300.921
1.200
4
239.431
5
(11)
(16.000.000)
1,000
0
16.000.000
(16.000.000)
1,0000
0
287.316.720
273.090.000
14.226.720
0,862
247.686.828
235.422.414
12.264.414
0,2650
407.291.760
0
407.291.760
272.690.000
134.601.760
0,743
302.684.126
202.653.092
100.031.034
0,0702
361.105.200
44.800.000
405.905.200
272.690.000
133.215.200
0,641
260.046.281
174.700.941
85.345.340
0,0186
1.200
287.316.720
0
287.316.720
273.090.000
14.226.720
0,552
158.682.467
150.825.176
7.857.291
0,0049
339.410
1.200
407.291.760
0
407.291.760
272.690.000
134.601.760
0,476
193.916.908
129.831.258
64.085.650
0,0013
6
300.921
1.200
361.105.200
44.800.000
405.905.200
272.690.000
133.215.200
0,410
166.600.645
111.923.498
54.677.147
0,0003
7
239.431
1.200
287.316.720
0
287.316.720
273.090.000
14.226.720
0,354
101.661.140
96.627.306
5.033.834
0,0001
8
339.410
1.200
407.291.760
0
407.291.760
272.690.000
134.601.760
0,305
124.234.355
83.177.392
41.056.963
0,0000
9
300.921
1.200
361.105.200
44.800.000
405.905.200
272.690.000
133.215.200
0,263
106.733.982
71.704.648
35.029.334
0,0000
10
239.431
1.200
287.316.720
0
287.316.720
273.090.000
14.226.720
0,227
65.129.989
61.905.025
3.224.964
0,0000
11
339.410
1.200
407.291.760
0
407.291.760
272.690.000
134.601.760
0,195
79.591.693
53.288.234
26.303.459
0,0000
12
300.921
1.200
361.105.200
44.800.000
405.905.200
272.690.000
133.215.200
0,168
68.379.945
45.938.133
22.441.812
0,0000
13
239.431
1.200
287.316.720
0
287.316.720
273.090.000
14.226.720
0,145
41.726.027
39.659.929
2.066.098
0,0000
14
339.410
1.200
407.291.760
0
407.291.760
272.690.000
134.601.760
0,125
50.991.029
34.139.516
16.851.513
0,0000
15
300.921
1.200
361.105.200
44.800.000
405.905.200
272.690.000
133.215.200
0,108
43.808.136
29.430.617
14.377.519
0,0000
5.502.568.400
4.108.350.000
1.394.218.400
2.011.873.551
1.537.227.181
474.646.371
Total
4.398.807
5.278.568.400
NPV
=
474.646.371
IRR
=
277,35%
Gross B/C
=
1,31
Net B/C
=
30,67
Payback Periode
=
2,92
BEP Harga
=
933,97
BEP Produksi
=
3.423.625
224.000.000
Lampiran 22. Analisis Finansial Usaha Peternakan Itik Petelur secara Tradisional di Kecamatan Ambarawa pada Penurunan Produksi Telur 20% Bulan
Produksi
(1)
Harga
(2)
(3)
Penurunan
Produksi Setelah
Penerimaan
Penerimaan
Penerimaan
Biaya
Pendapatan
df =
PV Bt
PV Ct
NPV
df =
Produksi (20%)
Penurunan (20%)
Telur
Itik Afkir
(Bt)
(Ct)
(8)-(9)
16%
(6)x(9)
(7)x(9)
(8)x(9)
52,85%
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(10)
(11)
(12)
0
(9)
(13)
(14)
(15)
16.000.000
(16.000.000)
1,000
0
16.000.000
(16.000.000)
1,0000
1
239.431
1.200
47.886
191.544
229.853.376
0
229.853.376
273.090.000
(43.236.624)
0,862
198.149.462
235.422.414
(37.272.952)
0,6542
2
339.410
1.200
67.882
271.528
325.833.408
0
325.833.408
272.690.000
53.143.408
0,743
242.147.301
202.653.092
39.494.209
0,4280
3
300.921
1.200
60.184
240.737
288.884.160
44.800.000
333.684.160
272.690.000
60.994.160
0,641
213.777.318
174.700.941
39.076.377
0,2800
4
239.431
1.200
47.886
191.544
229.853.376
0
229.853.376
273.090.000
(43.236.624)
0,552
126.945.973
150.825.176
(23.879.203)
0,1832
5
339.410
1.200
67.882
271.528
325.833.408
0
325.833.408
272.690.000
53.143.408
0,476
155.133.526
129.831.258
25.302.268
0,1199
6
300.921
1.200
60.184
240.737
288.884.160
44.800.000
333.684.160
272.690.000
60.994.160
0,410
136.958.079
111.923.498
25.034.581
0,0784
7
239.431
1.200
47.886
191.544
229.853.376
0
229.853.376
273.090.000
(43.236.624)
0,354
81.328.912
96.627.306
(15.298.394)
0,0513
8
339.410
1.200
67.882
271.528
325.833.408
0
325.833.408
272.690.000
53.143.408
0,305
99.387.484
83.177.392
16.210.092
0,0336
9
300.921
1.200
60.184
240.737
288.884.160
44.800.000
333.684.160
272.690.000
60.994.160
0,263
87.743.244
71.704.648
16.038.596
0,0220
10
239.431
1.200
47.886
191.544
229.853.376
0
229.853.376
273.090.000
(43.236.624)
0,227
52.103.992
61.905.025
(9.801.034)
0,0144
11
339.410
1.200
67.882
271.528
325.833.408
0
325.833.408
272.690.000
53.143.408
0,195
63.673.354
53.288.234
10.385.120
0,0094
12
300.921
1.200
60.184
240.737
288.884.160
44.800.000
333.684.160
272.690.000
60.994.160
0,168
56.213.383
45.938.133
10.275.250
0,0061
13
239.431
1.200
47.886
191.544
229.853.376
0
229.853.376
273.090.000
(43.236.624)
0,145
33.380.822
39.659.929
(6.279.107)
0,0040
14
339.410
1.200
67.882
271.528
325.833.408
0
325.833.408
272.690.000
53.143.408
0,125
40.792.823
34.139.516
6.653.307
0,0026
15
300.921
1.200
60.184
240.737
288.884.160
44.800.000
333.684.160
272.690.000
60.994.160
0,108
36.013.535
29.430.617
6.582.918
0,0017
4.446.854.720
4.108.350.000
338.504.720
1.623.749.208
1.537.227.181
86.522.027
Total
4.398.807
3.519.046
NPV
=
86.522.027
IRR
=
52,85%
Gross B/C
=
1,06
Net B/C
=
1,80
Payback Periode
=
BEP Harga
=
BEP Produksi
=
6,95 1167,46 3.423.625
4.222.854.720
224.000.000
Lampiran 23. Analisis Finansial Peternakan Itik Petelur secara Tradisional di Kecamatan Ambarawa dengan Penurunan Hargai Telur sebesar 16,67% Bulan
Produksi
(1)
(2)
Harga
Harga Setelah
Penerimaan
Penerimaan
Penerimaan
Biaya
Pendapatan
df =
PV Bt
PV Ct
NPV
df =
Awal
Penurunan 16,67%
Telur
Itik Afkir
(Bt)
(Ct)
(7)-(8)
16%
(7)x(10)
(8)x(10)
(9)x(10)
83,13%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(9)
(10)
(11)
(13)
(13)
0
(8)
(12)
16.000.000
(16.000.000)
1,000
0
16.000.000
(16.000.000)
1,0000
1
239.431
1.200
1.000
239.421.023
0
239.421.023
273.090.000
(33.668.977)
0,862
206.397.433
235.422.414
(29.024.980)
0,5461
2
339.410
1.200
1.000
339.396.224
0
339.396.224
272.690.000
66.706.224
0,743
252.226.682
202.653.092
49.573.591
0,2982
3
300.921
1.200
1.000
300.908.963
44.800.000
345.708.963
272.690.000
73.018.963
0,641
221.481.100
174.700.941
46.780.159
0,1628
4
239.431
1.200
1.000
239.421.023
0
239.421.023
273.090.000
(33.668.977)
0,552
132.230.100
150.825.176
(18.595.076)
0,0889
5
339.410
1.200
1.000
339.396.224
0
339.396.224
272.690.000
66.706.224
0,476
161.590.959
129.831.258
31.759.701
0,0486
6
300.921
1.200
1.000
300.908.963
44.800.000
345.708.963
272.690.000
73.018.963
0,410
141.893.566
111.923.498
29.970.068
0,0265
7
239.431
1.200
1.000
239.421.023
0
239.421.023
273.090.000
(33.668.977)
0,354
84.714.228
96.627.306
(11.913.078)
0,0145
8
339.410
1.200
1.000
339.396.224
0
339.396.224
272.690.000
66.706.224
0,305
103.524.488
83.177.392
20.347.096
0,0079
9
300.921
1.200
1.000
300.908.963
44.800.000
345.708.963
272.690.000
73.018.963
0,263
90.905.202
71.704.648
19.200.554
0,0043
10
239.431
1.200
1.000
239.421.023
0
239.421.023
273.090.000
(33.668.977)
0,227
54.272.820
61.905.025
(7.632.205)
0,0024
11
339.410
1.200
1.000
339.396.224
0
339.396.224
272.690.000
66.706.224
0,195
66.323.758
53.288.234
13.035.523
0,0013
12
300.921
1.200
1.000
300.908.963
44.800.000
345.708.963
272.690.000
73.018.963
0,168
58.239.115
45.938.133
12.300.982
0,0007
13
239.431
1.200
1.000
239.421.023
0
239.421.023
273.090.000
(33.668.977)
0,145
34.770.299
39.659.929
(4.889.631)
0,0004
14
339.410
1.200
1.000
339.396.224
0
339.396.224
272.690.000
66.706.224
0,125
42.490.824
34.139.516
8.351.308
0,0002
15
300.921
1.200
1.000
300.908.963
44.800.000
345.708.963
272.690.000
73.018.963
0,108
37.311.336
29.430.617
7.880.719
0,0001
4.622.631.048
4.108.350.000
514.281.048
1.688.371.911
1.537.227.181
151.144.731
Total
4.398.807
4.398.631.048
NPV
=
151.144.731
IRR
=
83,13%
Gross B/C
=
1,10
Net B/C
=
2,72
Payback Periode
=
5,60
BEP Harga
=
933,97
BEP Produksi
=
4.108.514
224.000.000
Lampiran 24. Perhitungan Laju Kepekaan Analisis Sensitivitas Biaya produksi turun 20% y1 y0 selisih rata2
20,00% 16,00% -4% 18% -22,22222
x1 x0 selisih rata2 LK
npv irr net gross pp 86.522.027 52,85% 1,80 1,06 6,95 474.646.371 277,35% 30,67 1,31 2,92 388.124.343 2,24 28,87 0,25 4,03 280.584.199 1,65 16,23 1,18 4,94 138,33 135,98 177,85 21,35 81,60 -6,22 -6,12 -8,00 -0,96 -3,67
Harga telur turun 16,67% y1 y0 selisih rata2
16,67% 16,00% -1% 16% -4,101622
x1 x0 selisih rata2 LK
Lampiran 25. Analisis Sensitivitas pada perubahan penurunan produksi telur, penurunan harga jual telur pada tingkat suku bunga 16% per tahun pada usaha peternakan itik petelur di Kecamatan Ambarawa No 1
2 npv irr net gross pp 151.144.731 83,13% 2,72 1,10 5,60 474.646.371 277,35% 30,67 1,31 2,92 323.501.640 1,94 27,95 0,21 2,68 312.895.551 1,80 16,69 1,20 4,26 103,39 107,76 167,45 17,49 62,79 -25,21 -26,27 -40,83 -4,26 -15,31
Perubahan yang Sebelum mempengaruhi Perubahan Produksi telur turun 20% NPV (Rp) 474.646.371 IRR (%) 277,35% Net B/C 30,67 Gross B/C 1,31 PP (bulan) 2,92 Harga jual telur turun 16,67% NPV (Rp) 474.646.371 IRR (%) 277,35% Net B/C 30,67 Gross B/C 1,31 PP (bulan) 2,92
Sesudah perubahan
Laju Kepekaan
Keterangan
86.522.027 52,85% 1,80 1,06 6,95
-6,22 -6,12 -8,00 -0,96 -3,67
Tidak sensitif Tidak sensitif Tidak sensitif Tidak sensitif Tidak sensitif
151.144.731 83,13% 2,72 1,10 5,60
-25,21 -26,27 -40,83 -4,26 -15,31
Tidak sensitif Tidak sensitif Tidak sensitif Tidak sensitif Tidak sensitif
Kriteria Laju Kepekaan : 1. Jika laju kepekaan > 1, maka hasil usaha atau proyek peka atau sensitif terhadap perubahan 2. Jika laju kepekaan < 1, maka hasil usaha atau proyek tidak peka atau tidak sensitif terhadap perubahan