Jurnal Zootek (―Zootek‖ Journal ) Vol. 36 No. 1 198-206 (Januari 2016)
ISSN 0852 -2626
ANALISIS RENTABILITAS USAHA TERNAK ITIK PETELUR DI DESA WOLAANG KECAMATAN LANGOWAN TIMUR KABUPATEN MINAHASA Bella Gladys Endoh*, A. Makalew, M. A. V Manese, T. F. D Lumy Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado 95115
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Desa Wolaang Kecamatan Langowan Timur Kabupaten Minahasa pada tanggal 8 Agustus sampai dengan 5 September 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat rentabilitas usaha ternak itik petelur di Desa Wolaang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Desa Wolaang ditetapkan sebagai lokasi penelitian secara purposive sampling dengan pertimbangan bahwa : Desa yang memiliki populasi ternak itik petelur terbanyak ( 5924 ekor), areal sawa terluas (161,35 Ha), dan jumlah peternak itik petelur terbanyak (20 Peternak). Data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder. Model analisis yang digunakan adalah analisis rentabilitas dengan formulasi : R= L/M x 100%. Hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat pendidikan responden 60% SD, 25% SMP, dan 15% SMA. Lama berusaha 110 tahun 25%, 11-20 tahun 20%, 21-30 tahun 25%, 31-40 tahun 15%, 41-50 tahun 10% dan diatas 51 tahun 5%. Hasil analisis rentabilitas diperoleh nilai R= 69% artinya dengan penggunaan modal
*Korespondensi (corresponding Author) Email:
[email protected]
investasi Rp.100.000,- mampu menghasilkan laba sebesar Rp 69.000,-. Capaian nilai R melebihi suku bunga deposito bank BRI (6,50%). Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa untuk Rentabilitas usaha ternak itik petelur sebesar R= 69% dan rentabilitas usaha ternak itik petelur lebih besar dari tingkat suku bunga deposito Bank BRI yang berlaku. Kata Kunci : Itik Petelur, Modal, Rentabilitas ABSTRACT RENTABILITY ANALYSIS OF LAYING DUCK FARM AT THE WOLAANG VILLAGE LANGOWAN TIMUR DISTRICT OF MINAHASA REGENCY. Study was conducted at Wolaang village, East Lagowan district of Minahasa regency on August 8 to September 5, 2015. The objective of this study was to evaluate the rentability laying duck farm at the Wolaang village. Survey method was applied in this study. Wolaang village was defined as study location and chosen the purposive sampling based on consideration of the highest duck population (5924 heads), widest wet rise areas of 161.35 ha, and more than 20 animal farmers. Data of primary and secondary bases were used in this study. Rentability analysis model
Jurnal Zootek (―Zootek‖ Journal ) Vol. 36 No. 1 198-206 (Januari 2016)
was applied using formula, R= L/M x 100%. Results showed that animal farmer education was 60 percents passed the elementary school, 25 percents passed junior high school and 15 percents passed senior high school. The period of raising animals of the 1- to 10-year experience was 25 percents, the period of the 11- to 20 year experience was 20 percents, that of the 21- to 30 year experience was 25 percents, that of the 31- to 40-year experience was 15 percents, that of the 41- to 50-year experience was 10 percents, and that of more than 50-year experience was 5 percents. The rentability analysis found the value of 69 percents indicating that the use of infestation financial capital of IDR 100,000.- was able to gain the benefit of the IDR 60,000.-. The reach of the values of R was more than the deposit rent of the BRI bank of 6.5 percents. Therefore, it can be concluded that farm rentability of laying duck was more than the BRI bank deposit rent.
ISSN 0852 -2626
lebih maju dibandingkan usaha ternak yang lain,
Hal
tersebut
kontribusinya memperluas
dapat
yang
dilihat
cukup
lapangan
besar
kerja,
dari dalam
peningkatan
pendapatan masyarakat dan yang utama adalah pemenuhan kebutuhan makanan bernilai gizi tinggi. Salah satu ternak unggas yang mulai berkembang, dimasyarakat adalah ternak itik, meskipun tidak sepopuler ternak ayam. Itik mulai disukai masyarakat untuk diusahakan sehingga
usaha
ternak
itik
semakin
berkembang (Lembong 2015). Itik memiliki kelebihan yaitu memiliki daya tahan terhadap penyakit yang lebih baik dibandingkan unggas lainnya, oleh karena itu ternak itik memiliki resiko kegagalan akibat penyakit yang relatif lebih kecil (Raharjo, 2009). Populasi itik di Kabupaten Minahasa
Key
word:
Laying
duck,
rentability.
pada tahun 2013 berjumlah 60.711 ekor dan pada tahun 2014 mencapai 63.813 ekor. Data
PENDAHULUAN
tersebut menunjukan bahwa populasi ternak
Tujuan pembangunan nasional intinya menciptakan
dan
menjadi salah satu pilihan usaha sebagai
tujuan
penyedia telur dan daging sehingga dapat
pembangunan ini, pemerintah mengeluarkan
dijadikan ternak andalan. (Sipora., 2009 dan
kebijakan pembangunan di sektor pertanian
Kateran 2002).
makmur.
yang
masyarakat Dalam
hakekatnya
yang
pencapaian
bertujuan
adil
itik mengalami peningkatan. Ternak Itik telah
untuk
Usaha peternakan itik memiliki prospek
meningkatkan kesejahteraan atau taraf hidup
usaha
petani (Prayitno, 1987).
dikembangkan maupun untuk dipasarkan baik
Usaha peternakan unggas di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang relatif
yang
cukup
potensial
untuk
usaha pokok maupun sebagai usaha sampingan serta 199
membantu
dalam
meningkatkan
Jurnal Zootek (―Zootek‖ Journal ) Vol. 36 No. 1 198-206 (Januari 2016)
ISSN 0852 -2626
pendapatan dan taraf hidup masyarakat .
berlangsung secara turun temurun, namun
Berdasarkan
Kecamatan
belum diteliti apakah usaha ini mempunyai
salah
satu
laba yang lebih besar dari suku bunga
Kecamatan penghasil telur itik di Kabupaten
deposito bank atau tidak, sehingga saya ingin
Minahasa. Keadaan Peternak itik dapat dilihat
melakukan
pada Tabel 1. Hasil penelitian pada tanggal 8
untukmenganalisis tingkat rentabilitas
Agustus sampai dengan 5 September
dari usaha ternak itik petelur tersebut. Permas
Langowan
hasil
penelitian,
Timur
merupakan
2015
penelitian
menunjukan bahwa dari 8 Desa yang ada di
alahannya, Apakah usaha ternak itik di desa
Kecamatan Langowan Timur yang paling besar
Wolaang memiliki nilai Rentabilitas
populasi ternak itik berada di Desa Wolaang
lebih besar dari suku bunga deposito bank
dengan jumlah 5.924 ekor dengan luas sawah
atau tidak, belum diketahui. Berdasarkan latar
sebesar 161,35 Ha.
belakang dan permasalahan maka penelitian
yang
Hal ini dimungkinkan karena ditunjang
ini bertujuan untuk menganalisis rentabilitas
tersedianya areal persawahan dan memiliki
usaha peternakan itik petelur di Desa Wolaang
sarana air yang cukup juga iklim yang
Kecamatan Langowan Timur. Hasil penelitian
menunjang untuk usaha ternak itik petelur.
pada
tanggal
8
Usaha ternak itik di desa Wolaang sudah
Tabel 1. Jumlah Desa, Jumlah Peternak, Luas Sawah dan Jumlah Ternak Itik. No 1 2 3 4 5 6 7 8
Desa Teep Karondoran Waleure Sumarayar Wolaang Amongena Satu Amongena Dua Amongena Tiga
Jumlah Peternak 4 5 2 3 20 10 14 12
Luas Sawah (Ha) 67 57 16 30 161,35 110 142 88
Jumlah 85 671,35 Sumber : Kantor Kecamatan Langowan Timur, tahun 2015
200
Jumlah Ternak Itik (Ekor) 576 576 262 418 5,924 1.400 1.556 1.115 11,578
Agustus
Jurnal Zootek (―Zootek‖ Journal ) Vol. 36 No. 1 198-206 (Januari 2016)
sampai dengan 5 September
ISSN 0852 -2626
2015
Data sekunder diperoleh dari instansi-
menunjukan bahwa dari 8 Desa yang ada
instansi pemerintah yang terkait yakni
di Kecamatan Langowan Timur yang
Dinas
paling besar populasi ternak itik berada di
Kabupaten
Desa Wolaang dengan jumlah 5.924 ekor
Kecamatan Langowan Timur.
dengan luas sawah sebesar 161,35 Ha.
Pertanian
adalah
di
ini
Wolaang
Kecamatan Langowan Timur
analisis
Desa
Rentabilitas
dengan
L
dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus
R = —— X100%
5 September 2015. Metode
M
penelitian yang digunakan adalah metode survei. Desa Wolaang ditetapkan sebagai
Keterangan :
lokasi
R : Rentabilitas
secara
Kantor
menurut Riyanto (1999) sebagai berikut :
Kabupaten Minahasa. Waktu penelitian
penelitian
dan
formulasi seperti pada persamaan (1)
Penelitian
sampai
Minahasa
Peternakan
Metode analisis data yang digunakan
METODE PENELITIAN
dilaksanakan
Dan
purposive
sampling dengan pertimbangan bahwa :
L
Desa yang memiliki populasi ternak itik
selama periode tertentu
petelur terbanyak ( 5924 ekor), areal sawa
M : Modal atau Aktiva yang
terluas (161,35 Ha), dan jumlah peternak
dikeluarkan untuk menghasilkan laba
itik petelur terbanyak (20 peternak).
tersebut.
Penentuan
sampel
sebagai
:Jumlah
itik
petelur
yang
diperoleh
responden HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan secara total sampling terhadap peternak
laba
dengan
jumlah
Kecamatan
Langowan
Timur
responden sebanyak 20 orang. Data yang
terletak pada wilayah Kabupaten Dati II
diambil yaitu data primer dan sekunder.
Minahasa, Propinsi Sulawesi Utara,
Data primer diperoleh dari wawancara
Kecamatan langowan Timur memiliki 8
langsung dengan responden atau peternak
Desa
dengan menggunakan daftar pertanyaan
Waleure,
(kuesioner) yang sudah dibuat, sedangkan 201
yaitu
:
Teep,
Karondoran,
Sumarayar,
Wolaang,
Jurnal Zootek (―Zootek‖ Journal ) Vol. 36 No. 1 198-206 (Januari 2016)
Amongena I, Amongena II, Amongena
Berdasarkan
III, dengan batas-batas Wilayah:
hasil
pengamatan
dilokasi penelitian, untuk kandang itik
- Sebelah utara berbatasan dengan
-
ISSN 0852 -2626
terletak di pinggiran sawah. Kandang itik
Kecamatan Tompaso
terbuat dari jaring atau biasa disebut Net,
Sebelah timur berbatasan dengan
Terpal untuk melindungi dari hujan, dan
kecamatan Kakas
lantai kandang dialasi jerami-jerami,
- Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Maluku - Sebelah
untuk
ukuran kandang
berbeda-beda
sesuai dengan jumlah ternak itik yang
barat
berbatasan
dengan
Kecamatan Langowan Barat.
dipelihara, dan pada saat itik akan dipindahkan
ke
tempat
lain
maka
Luas Kecamatan Langowan Timur 68 Km2
kandang tersebut dapat digulung kembali
dengan ketinggian 600-700 meter dari
dan dapat digunakan di tempat yang baru.
permukaan laut.
Pusat kota Kecamatan
Langowan Timur terletak 30 Km dari Manado ibukota propinsi Sulawesi Utara. Sarana perhubungan dari Tondano dan Manado ke wilayah Kecamatan Langowan Timur baik, dengan kondisi jalan yang beraspal. Kondisi kandang tidak harus dari bahan yang mahal tetapi cukup sederhana asal
tahan
lama
(kuat).
Kandang
merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan usaha, karena kandang berfungsi untuk melindungi ternak dari hujan dan panas
sinar
matahari, pencuri dan untuk memudahkan tatalaksana seperti pemberian pakan dan pada saat mengambil hasil dari usaha ternak itik yaitu telur itik.
Pakan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam usaha peternakan itik, karena 60-70% biaya produksi adalah biaya paka. Dari hasil penelitian, Pemberian pakan pada ternak itik di desa Wolaang dilakukan 3 kali sehari yaitu pada pukul 08:00, 12:00, dan Pukul 05:00. Pakan yang diberikan selain ceceran-ceceran
padi
peternak
memberikan jagung dan keong atau sering disebut biak. Untuk pakan jenis keong/biak biasanya dalam sebulan ada sekitar 8 kali (1 minggu 2 kali) dimana pakan tersebut tidak masuk ke peternak dan sebagai gantinya ternak itik harus digembalakan untuk mencari ceceranceceran padi dan harus diawasi oleh peternak agar tidak masuk kelahan sawah yang
202
memakai racun, obat,
Jurnal Zootek (―Zootek‖ Journal ) Vol. 36 No. 1 198-206 (Januari 2016)
ISSN 0852 -2626
pestisida dan sebagainya yang dapat
biaya tidak tetap ialah biaya yang
membahayakan kesehatan ternak itik.
jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
Berdasarkan hasil penelitian jenis itik
besarnya produksi. Penggunaan biaya
yang
Lokal.
dalam hal ini meliputi biaya tetap dan
Ternak itik petelur di desa Wolaang pada
biaya tidak tetap. Biaya tetap meliputi
umumnya di pelihara secara sistim boro
biaya pembuatan kandang (jaring dan
diterapkan pada itik umur diatas 1 bulan
tali) 0,6%, dan ternak itik 21,6%,
sampai dengan itik dewasa atau pada
sedangkan biaya tidak tetap meliputi :
fase layer.
Pada pemeliharaan sistim
biaya pakan 55,4%, upah tenaga kerja
boro atau gembala, tempat pemeliharaan
20,6% dan biaya transportasi 1,8%.
itik berpindah-pindah untuk mencari
Berdasarkan
tempat penggembalaan yang banyak
biaya ternak itik hanya berlaku dalam
tersedia pakan, misalnya sawah yang
1periode
baru dipanen. Pemeliharaan sistim boro
produksi,rata-rata biaya tetap dan biaya
ini untuk menekan tingginya biaya
tidak tetap per responden berjumlah Rp.
pakan terutama pada fase bertelur.
61.221.625/tahun.
Sistim ini banyak diusahakan secara
Keuntungan usaha khususnya usaha
turun temurun oleh peternak yang ada di
peternakan merupakan bagian yang
desa Wolaang . Mereka memanfaatkan
sangat
jeda waktu antara musim panen dengan
banyaknya keuntungan inilah seorang
musim tanam padi untuk memelihara itik
pengusaha
muda-dewasa itu di sawah. Pada kondisi
mengembangkan usaha peternakannya.
tersebut terdapat ceceran padi sebagai
Harga jual telur itik kepada para
sumber
dipelihara
pakan
adalah
hasil penelitian untuk
yaitu
antara
diperhitungkan
termotivasi
1-3
karena
untuk
tahun
dari
lebih
itik
yang
pedagang maupun kepada konsumen
pakan
alami
akhir dihitung berdasarkan harga per
berupa cacing, katak, keong, serangga
butir telur Rp. 1.500,-, dan untuk itik
air, belalang dan sebagainya (Yuwono
afkir dijual dengan harga 55,000 per
2012).
ekor.
digembalakan,
Biaya
ternak
itik
selain
produksi digolongkan
Hasil penelitian menunjukan
menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap
bahwa, telur yang dihasilkan oleh
(Taufik, 2013 dan Supriyadi 2011).
peternak itik petelur dalam 1 hari untuk
perubahan aktivitas produksinya dan
5924 ternak itik mampu menghasilkan 203
Jurnal Zootek (―Zootek‖ Journal ) Vol. 36 No. 1 198-206 (Januari 2016)
ISSN 0852 -2626
telur itik sebanyak 3720 butir/hari.
sistem kredit (diberlakukan khusus
Sitem pemasaran yang sudah terbentuk
pedagang
di desa Wolaang ialah para pedagang
pelanggan tetap).
pengencer, pedagang pengumpul, dan
karena antara peternak dan pedagang
konsumen akhir langsung mendatangi
sudah saling percaya dan para pedagang
rumah peternak. Sistem pembayaran
hanya berdomisili
yang berlaku yaitu sistem cash dan
Langowan.
yang
sudah
menjadi
Hal ini tercipta
di Kecamatan
Tabel 2. Rata-rata Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap Pada Usaha Ternak Itik Petelur Uraian Biaya
Jumlah
1. Biaya Tetap Biaya pembuatan kandang Itik 2. Biaya Tidak Tetap a. Biaya Pakan -Biak -Jagung b. Tenaga Kerja c. Transportasi Total
Rata-rata Persentasi (Rp/responden) (%)
7.530.000 266.580.000
376.500 13.329.000
0,6 21,6
376.600.000 298.935.000 253.087.500 21.700.000 1.224.432.500
18.830.000 14.946.750 12.654.375 1.085.000 61.221.625
31 24,4 20,6 1,8 100
Tabel 3. Rata-rata Penerimaan Usaha Ternak Itik Petelur (Rp/tahun). No
Penerimaan
1
Telur itik (1.500/Butir) Itik afkir (55.000/Ekor) Jumlah
2
Jumlah
Total Penerimaan Rp/tahun
Rata-rata (Rp/responden)
1.370.940
2.036.700.000
101.835.000
660
36.300.000 2.073.000.000
1.815.000 103.650.000
204
Jurnal Zootek (―Zootek‖ Journal ) Vol. 36 No. 1 198-206 (Januari 2016)
Rata-rata
harga
tersebut
desa
ISSN 0852 -2626
Wolaang
Kecamatan
langowan
merupakan harga yang diberlakukan
Timur dapat dilihat bahwa usaha tersebut
oleh peternak dan disesuaikan dengan
layak
harga pasar. Total Keuntungan usaha
dikembangkan karena nilai rentabilitas
ternak itik petelur dapat dilihat pada
yang diperoleh sebesar 69% yang artinya
perhitungan sesuai persamaan (2).
dengan
untuk
dipertahankan
penggunaan
modal
dan
investasi
Π = TR – TC
sebesar
Π = 103.650.000 - 61.221.625
menghasilkan laba sebesar Rp.69.000,-. Nilai
Rp =42.428.375/tahun/responden. Berdasarkan hasil persamaan (2)
Rp.100.000,-
rentabilitas
tersebut
mampu
melebihi
kriteria pembanding dalam hal ini suku
maka
bunga deposito bank BRI yang berlaku
keuntungan usaha ternak itik petelur di desaWolaang sebesar Rp. 42.428.375/tah
untuk < Rp. 100.000.000 untuk jangka
un/responden.
waktu 12 bulan yaitu 6,50%.
Berdasarkan sisi finansial, kemampuan perusahaan menghasilkan laba selama periode
tertentu
disebut
KESIMPULAN
rentabilitas
1995, Nitisemito, 1978 dan Riadi, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa :
Nilai rentabilitas yang diterima oleh
Nilai Rentabilitas usaha ternak itik petelur di
peternak itik petelur di desa Wolaang
Desa Wolaang Kecamatan Lan gowan Timur
bervariasi mulai
sebesar R = 69%.
(Riyanto, 1999; Waston & Capeland,
Rentabilitas usaha ternak itik petelur lebih dari 0.26 sampai dengan 0,95. Dengan
besar dari tingkat suku bunga deposito
nilai rata-rata R= 69%. Berdasarkan
bank BRI.
hasil analisis diperoleh bahwa terdapat 12 peternak mencapai nilai R dibawah
DAFTAR PUSTAKA
rata-rata dan hanya 7 peternak yang Budiharjo, K., D. Sumarjono., M. Handayani dan G. Siwi. 2009. Studi Potensi ekonomi Usaha Ternak Itik di Kabupaten Tegal. Prosiding Seminar Kabangkitan Nasional, 20 Mei 2009. p:572-580.
mencapai nilai R di atas rata-rata. Hasil analisis rentabilitas yang diperoleh dari usaha ternak itik petelur di
205
Jurnal Zootek (―Zootek‖ Journal ) Vol. 36 No. 1 198-206 (Januari 2016)
ISSN 0852 -2626
Peternakan. Universitas Dipenegoro. Semarang. JITP Vol. 2 No. 3.
Kateran, P.P. 2002. Kebutuhan Gizi Itik Petelur dan Itik Pedaging. Wartazoa Vol 12 No 2 Tahun 2002. p:37-46.
Weston, J. Fred. Dan T. E. Copeland. (1995). Manajemen Keuangan. Edisi Kesembilan. Jilid 1. Terjemahan. Jakarta : Binarupa Aksara.
Lembong, J. E., 2015. Analisis Break Even Point Usaha Ternak Itik Pedaging (Studi Kasus Pada Usaha Itik Milik Kelompok Masawang di Desa Talikuran Kecamatan Remboken). Jurnal Zootek. Vol. 35 No. 1 : 39-45.
Yuwono, Dian Maharso. 2012. Budidaya Ternak Itik Petelur. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Tengah.
Prayitno, H.,1987. Petani, Desa dan Kemiskinan. BPFE. Yogyakarta.
Riadi. 2006. Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada Perusahaan Plastics and Glass Products yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2002-2006. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 15, No. 3: pp. 294-312. Pramesti, Getut,2006 Riyanto, Bambang, 1999. Dasar-dasar pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4. Yogyakarta Simanjuntak, P.J. 1998. Jurnal Analisis Penyerapan Dan Curahan Tenaga Kerja Keluarga Pada Usaha Peternakan. Supriadi, Yoyon dan Fasriani. 2011. Pengaruh Modal Kerja terhadap Tingkat Likuiditas dan Profitabilitas. Jurnal Ilmiah Ranggading volume 11 No. 1, April 2011:1-11. Taufik, D.K., Isbandi dan Dyah M. 2013 Analisis Pengaruh Sikap Peternak Terhadap pendapatan Pada Usaha Peternakan Itik Di Kelurahan Pesurungan Lor Kota Tegal. Fakultas 206