ANALISIS KEBUTUHAN DIKLAT GURU MI AL-MISBAH KOTA BANDUNG Oleh : Kasmawati, SS WI Muda BDK Manado
ABSTRAK Penelitian ini berjudul Analisis Kebutuhan Diklat (Studi tentang Kebutuhan Diklat Guru MI Al-Mishbah Kota Bandung” yang bertujuan untuk menggambarkan kompetensi guru MI Al-Mishbah Kota Bandung dan diklat-diklat yang dibutuhkan dalam rangka peningkatan kompetensi guru. Penelitian dilaksanakan di MI Al-Mishbah Cipadung Kota Bandung yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sebagai rangkaian dari Diklat Peningkatan Kompetensi Substantif Materi Penelitian Keagamaan bagi Widyaiswara dan Peneliti, di Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Kementerian Agama RI. Penelitian ini termasuk jenis kuantitatif survey. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru MI Al-Mishbah Kota Bandung yang seluruhnya berjumlah 17 orang sekaligus menjadil sampel penelitian ini. Penarikan dan penetapan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik sampling jenuh, yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini dilakukan dengan melalui penyusunan kuesioner atau angket. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode Training Need Analysis Tools (TNA-T) yaitu teknik menganalisis kebutuhan diklat pegawai dengan menghitung kesenjangan/selisih antara hasil perolehan PKG dengan Nilai PKG maksimal di kali 100, apabila ≤ 75 maka diperlukan pelatihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata perolehan nilai kinerja guru MI AlMishbah Kota Bandung adalah 67,02 dengan kategori “cukup” yang artinya membutuhkan pendidikan dan pelatihan. Untuk kemampuan tiap kompetensi; Penyusunan Silabus dan RPP 72,30, Pemanfaatan Media dan sumber pembelajaran 55,15, Strategi dan Metode pembelajaran 71,10 dan Penilaian Pembelajaran 60,29. Hasil penelitian menginventarisir diklat-diklat yang dibutuhkan guru berdasarkan tingkat kebutuhan adalah Diklat Peningkatan Kompetensi Guru materi Multimedia, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru materi penilaian pembelajaran, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru materi metodologi pembelajaran dan Diklat Peningkatan Kompetensi Guru materi Kurikulum dan Penyusunan Silabus/RPP. Semakin sering lembaga diklat melaksanakan TNA, semakin berkualitas pelaksanaan diklat dan semakin sesuai dengan kebutuhan pegawai.
Keyword : Kebutuhan, Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
I.
Pendahuluan A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia melalui Departemen Pendidikan Nasional telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-Undang tersebut berimplikasi terhadap peningkatan kompetensi guru melalui uji sertifikasi dan peningkatan kualifikasi pendidikan
guru.
Intervensi
yang
dilakukan
Pemerintah
tersebut
merupakan suatu reformasi besar yang berdampak terhadap alokasi anggaran terutama terkait dengan pemberian berbagai tunjangan dan kemaslahatan lainnya. Tercapainya perbaikan mutu guru tersebut tidak terlepas dari upaya pemberdayaan berbagai kelompok kerja yang dimulai pada tingkat sekolah. Untuk mengawal dan menjamin bahwa implementasi UU Guru dan Dosen tersebut terlaksana secara efektif, efisien dan akuntabel, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama melalui Balai-balai Diklat Keagamaan
meaksanakan
berbagai
jenis
Diklat
dalam
rangka
meningkatkan kompetensi guru. Guru memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam upaya membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa dalam kerangka pembangunan pendidikan di Indonesia. Tampaknya kehadiran guru hingga saat ini bahkan sampai akhir hayat nanti tidak akan pernah dapat digantikan oleh yang lain, terlebih pada masyarakat Indonesia yang multikultural dan multibudaya, kehadiran teknologi tidak dapat menggantikan tugas-tugas guru yang cukup kompleks dan unik. Pada Tahun 2013, BDK Bandung menyelenggarakan diklat-diklat peningkatan komptensi substantif guru. Dengan Pendidikan dan Pelatihan Guru diharapkan dapat mencapai tujuan utama yaitu meningkatkan kompetensi guru. Karena guru yang kompeten dalam bidangnya mempunyai karakteristik yang mempengaruhi prestasi siswa Diasumsikan bahwa program diklat tersebut masih dibutuhkan oleh guru. Diklat dilaksanakan tanpa melalui analisis kebutuhan pelatihan secara komprehensif, Hal ini terlihat dari kurangnya minat pegawai untuk mengikuti diklat, sehingga berdampak pada sedikitnya jumlah peserta yang ikut program pelatihan, bahkan kadang-kadang ada kegiatan pelatihan
kekurangan peserta. Indikator dari dari tidak adanya
sinkronisasi antara diklat dan kebutuhan guru juga terlihat, pada saat pembukaan diklat, peserta diklat tidak mencapai jumlah alokasi yang telah ditentukan bahkan sampai 3 hari setelah pembukaan masih kurang peserta diklat. Hal ini menandakan guru tersebut sudah mengalami kejenuhan atau materi diklat sudah tidak sesuai dengan kebutuhan guru. Diklat yang tidak dibutuhkan guru tentu saja tidak menghasilkan hal yang positif baik bagi peserta Diklat sendiri atau bagi lembaga/ institusi pengirim. Tentu saja hai ini sangat merugikan, karena kegiatan Diklat membutuhkan dana yang besar dan tenaga tetapi tidak menghasilkan apa-apa. Kenyataan ini seharusnya menjadi catatan bagi Balai Diklat Keagamaan sebagai lembaga/instansi penyelenggara pendidikan dan pelatihan supaya kegiatan analisis kebutuhan dijadikan rujukan bahkan patokan bagi penyelenggara dalam menyusun dan melaksanakan program pelatihan, sehingga program pelatihan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan sasaran. Sebuah Diklat diadakan untuk meningkatkan pengetahuan atau ketrampilan para pesertanya yang pada gelirannya akan meningkatkan kualitas dan produktivitas dari lembaga/ instituti tempat mereka bekerja. Meskipun harus diakui bahwa kegagalan guru untuk
dapat
menerapkan apa yang telah dipelajarinya selama pelatihan ke dalam pekerjaan sehari-hari dipengaruhi oleh berbagai faktor, namun tak bisa dipungkiri bahwa salah satu penyebab kegagalan tersebut adalah karena tidak adanya sinkronisasi antara pelatihan dengan kebutuhan atau masalah yang dihadapi guru di unit kerjanya. Keputusan untuk melaksanakan Diklat tidak didukung oleh data atau informasi yang memadai dan akurat. Data atau informasi tersebut misalnya mengapa BDK perlu mengadakan pelatihan, apa jenis pelatihan dan metode yang cocok, siapa peserta yang harus ikut, hal-hal apa yang harus diajarkan, dan sebagainya. Data dan informasi seperti inilah yang harus diperoleh pada tahap analisis kebutuhan pelatihan (training needs analysis). Kegiatan AKD/TNA diharapkan akan menghasilkan jenis-jenis diklat yang dibutuhkan oleh unit kerja, sehingga dapat mewujudkan diklat yang tepat sasaran, tepat isi kurikulum dan tepat strategi untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan uraian di atas penulis merasa terpanggil untuk mengetahui lebih jauh tentang kebutuhan pendidikan dan pelatihan (diklat) Guru MI Al-Mishbah Kota Bandung. B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang di atas menunjukkan bahwa Pelaksanaan Diklat belum berdasarkan TNA. Dari identifiksi masalah di atas dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran kompetensi guru MI Al-Mishbah Kota Bandung? 2. Diklat apa saja yang dibutuhkan guru MI Al-Mishbah Kota Bandung untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk
menggambarkan
kompetensi
guru
MI
Al-Mishbah
Kota
Bandung. 2. Untuk mengetahui diklat yang dibutuhkan guru MI Al-Mishbah Kota Bandung. D. Manfaat Penelitian Sebagai bahan masukan bagi Balai Diklat Keagamaan dan, mengenai pentingnya mengembangkan dan terus meningkatkan analisis kebutuhan diklat, sehingga diklat yang diselenggaran benar-benar berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan stakeholder. II.
Kerangka Teoritik dan Pembahasan A. Deskripsi Teoritik 1. Hakikat Pendidikan dan Pelatihan Hasibuan (2000) menyatakan bahwa ”pendidikan adalah suatu proses untuk meningkatkan keahlian teoritis, konseptual, dan moral pegawai”. Dengan kata lain para pegawai yang mendapatkan pendidikan secara berencana dan yang memberikan kemungkinan untuk mengembangkan diri cenderung lebih dapat bekerja secara terampil/ propesional
jika dibandingkan dengan pegawai pada
organisasi yang tidak memberikan kesempatan seperti itu. Oleh karena Pendidikan dirasa makin penting manfaatnya karena tuntutan pekerjaan dan jabatan sebagai akibat dari perubahan
situasi dan kondisi kerja, kemajuan teknologi dan semakin ketatnya persaingan di organisasi. Pendidikan yang baik
dapat membawa
peserta ke arah perubahan sikap dan tingkah lakunya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
Hal ini
menuntut
keprofesionalan dalam mendesain pendidikan dan pelatihan, dan melibatkan pengelolaan yang baik dan benar sehingga memperjelas makna dan esensi dari suatu pelatihan. sedangkan Pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan yang dilaksanakan
dengan sengaja dalam
bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional untuk
kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan
meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam
bidang
pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi. Gomes (2003) berpendapat bahwa ” pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki kinerja pegawai pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya atau suatu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaan”. Hal tersebut memberikan arti bahwa pelatihan merupakan suatu yang penting untuk diberikan kepada sumber daya manusia yang ada dalam organisasi guna menciptakan prestasi yang lebih baik, sehingga dapat mencapai sasaran-sasaran serta kebijakan-kebijakan yang telah ditentukan sebelumnya oleh organisasi tersebut. Berdasarkan
pengertian-pengertian
di
atas
maka
dapat
disimpulkan bahwa pendidikan dan pelatihan pegawai merupakan suatu
persyaratan
pekerjaan
untuk
memperbaiki
penguasaan
berbagai keterampilan, keahlian dan pengetahuan berdasarkan aktivitas kerja yang sesungguhnya terinci dan rutin agar dapat menjalankan
dan
menyelesaikan
pekerjaan
yang
diberikan
kepadanya. 2. Konsepsi kebutuhan Diklat Kebutuhan menurut Briggs (AKD LAN, 2005 ) adalah “ketimpangan atau gap antara apa yang seharusnya dengan apa yang senyatanya”. Gilley dan Eggland ( AKD LAN, 2005 ) menyatakan
bahwa
kebutuhan
adalah
“kesenjangan
antara
seperangkat kondisi yang ada pada saat sekarang ini dengan seperangkat kondisi yang diharapkan. Dalam dunia kerja, kebutuhan juga diartikan sebagai masalah kinerja
(Anung Haryono, 2004).
Diklat merupakan penyelenggaraan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas dan jabatan tertentu. Kebutuhan diklat adalah jenis diklat yang dibutuhkan oleh seorang pemegang jabatan atau pelaksana pekerjaan tiap jenis jabatan atau unit organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam melaksanakan tugas yang efektif dan efisien (Dephutbun dan ITTO,2000). Sedangkan menurut Lembaga Administrasi
Negara
kebutuhan
diklat
adalah
kekurangan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap seorang pegawai sehingga kurang mampu melaksanakan tugas, tanggung jawab, wewenang dan haknya dalam suatu satuan. Analisis kebutuhan diklat adalah suatu usaha yang sistematis yang dilakukan untuk mengumpulkan opini atau ide dari berbagai sumber tentang suatu masalah, sistem dan teknologi baru. Berdasarkan berbagai informasi yang diperoleh terhadap hasil kinerja atau keadaan umum suatu institusi dapat diambil beberapa keputusan
yang
berhubungan
dengan
peningkatan
berbagai
komponen yang ada dilembaga itu secara optimal, baik melalui Diklat atau yang lainnya. Analisis kebutuhan diklat adalah suatu usaha yang sistematis yang dilakukan untuk mengumpulkan opini atau ide dari berbagai sumber tentang suatu masalah, sistem dan teknologi baru. Berdasarkan berbagai informasi yang diperoleh terhadap hasil kinerja atau keadaan umum suatu institusi dapat diambil beberapa keputusan
yang
berhubungan
dengan
peningkatan
berbagai
komponen yang ada dilembaga itu secara optimal, baik melalui Diklat atau yang lainnya. Analisis Kebutuhan Diklat merupakan dasar dalam memahami kebutuhan Diklat pada setiap organisasi atau lembaga, agar penyelenggaraan diklat itu memberikan kontribusi yang bermakna bagi user atau lembaga pengirimnya. Oleh karenanya, AKD sangat bermanfaat dalam menentukan program diklat, dan hal-hal yang
harus dilakukan oleh lembaga diklat sehingga menjawab tuntutan serta tantangan yang dihadapi Guru secara actual sesuai dengan kondisi riil yang ada di lapangan. Menurut Johanes Popu (www.e-psikologi.com, 2002) Analisis kebutuhan pelatihan, memberikan beberapa tujuan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Memastikan bahwa pelatihan memang merupakan salah satu solusi untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja pegawai dan produktivitas perusahaan. 2. Memastikan bahwa para partisipan yang mengikuti pelatihan benar-benar orang-orang yang tepat. 3. Memastikan bahwa pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan selama pelatihan benar-benar sesuai dengan elemen-elemen kerja yang dituntut dalam suatu jabatan tertentu. 4. Mengidentifikasi bahwa jenis pelatihan dan metode yang dipilih sesuai dengan tema atau materi pelatihan. 5. Memastikan bahwa penurunan kinerja/kurangnya kompetensi atau pun masalah yang ada adalah disebabkan karena kurangnya pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap kerja; bukan oleh alasan-alasan lain yang tidak bisa diselesaikan melalui pelatihan 3. Urgensi Analisis Kebutuhan Diklat Diklat sebagai faktor penting dalam peningkatan kompetensi guru, harus sungguh-sungguh diselenggarakan melalui
AKD.
Analisis Kebutuhan Diklat merupakan Dasar dalam memahami kebutuhan Diklat pada setiap organisasi atau lembaga, agar penyelenggaraan diklat itu memberikan kontribusi yang bermakna bagi user atau lembaga pengirimnya. Oleh karenanya, AKD sangat bermanfaat dalam menentukan program diklat, dan hal-hal yang harus dilakukan oleh lembaga diklat sehingga menjawab tuntutan serta tantangan yang dihadapi Guru
secara aktualsesuai dengan
kondisi ril yang ada di lapangan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
analisis
kebutuhan
diklat
dapat
membantu
pimpinan
organisasi / institusi / lembaga untuk mengetahui sejauh mana para karyawan telah melakukan optimalisasi terhadap pekerjaan mereka
masing-masing dan mengetahui cara-cara untuk meningkatkan kinerja mereka. Melalui kegiatan Analisis Kebutuhan Diklat, maka idealnya setiap program yang disusun dan dijabarkan dalam bentuk kegiatan merupakan perwujudan dari pemenuhan kebutuhan. Hasil yang diharapkan dari Analisis Kebutuhan Diklat akan memperjelas kaitan antara pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dengan peningkatan kinerja madrasah yang merupakan akumulasi dari kinerja para guru di dalam suatu madrasah. Disebutkan demikian karena setiap guru yang
dilengkapi
dengan
jenis-jenis
diklat
yang
dibutuhkan,
selanjutnya akan dapat melaksanakan setiap rincian tugas dalam jabatannya. Tanpa analisis kebutuhan yang sungguh-sungguh maka dapat dipastikan bahwa program pelatihan yang dirancang hanya akan berlangsung sukses di ruang kelas atau tempat pelaksanaan pelatihan semata karena yang diperlukan sesungguhnya adalah pelatihan B tetapi yang dilakukan A, sehingga investasi yang ditanamkan melalui diklat kurang dapat dilihat hasilnya. Artinya pelaksanaan pelatihan mungkin berjalan dengan sangat baik, tetapi pada saat partisipan (peserta pelatihan) kembali ke tempat kerja masing-masing mereka menjadi tidak tahu atau bingung bagaimana menerapkan apa yang telah mereka pelajari dari pelatihan. Kondisi seperti ini tidak jarang memberikan citra yang negatif bagi pihak penyelenggara karena dinilai tidak dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi peningkatan kompetensi guru. 4. Metodologi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Mishbah Cipadung Kota Bandung dengan fokus peneitian adalah kebutuhan diklat guru MI Al-Mishbah dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Nazir (2005) menyatakan bahwa, penelitian deskriptif adalah metode dalam penelitian suatu sekelompok manusia, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar
fenomena
yang
diselidiki.
Sedangkan
Arikunto
(2002)
menyatakan bahwa, penelitian kuantitatif memiliki kejelasan unsur yang dirinci sejak awal, langkah penelitian yang sistematis, menggunakan sampel yang hasil penelitiannya diberlakukan untuk populasi, memiliki hipotesis jika perlu, memiliki desain jelas dengan langkah-langkah penelitian dan hasil yang diharapkan, memerlukan pengumpulan data yang dapat mewakili serta ada analisis data yang dilakukan setelah semua data terkumpul. Populasi dari penelitian ini adalah guru-guru MI Al-Mishbah Kota Bandung berjumlah 17 orang yang seluruhnya menjadi sampel. Penarikan dan penetapan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Sampling Jenuh. Menurut Sugiyono (2001: 61) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil,. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. B. Temuan dan Pembahasan 1. Hasil pengukuran kompetensi guru Skor penilaian kinerja guru yang dihitung dari 17 sampel menyebar dengan skor tertinggi 85,71 dan skor terendah 57,14. Hasil perhitungan dari data tunggal diperoleh rata-rata (mean) adalah 67,08, median skor dalah 64,29
dan Mode sebesar 64,29 serta
standar deviasi sebesar 8,03. Dari distribusi frekuensi data diatas, hasil pemusatan data penilaian kinerja guru terlihat nilai-nilai mean, median dan mode relatif tidak berbeda
sehingga data tersebut
normal. 2. Tingkat kecenderungan kebutuhan diklat guru MI Al-Mishbah Dalam mengidentifikasi kecenderungan diklat yang dibutuhkan oleh guru digunakan hasil penilaian kinerja. Sesuai dengan PermennegPAN.No. 16 tahun 2009 bahwa penilaian kinerja guru ideal seharusnya guru memperoleh nilai di atas 75 atau kategori “baik” dan “amat baik”. Secara individual, tidak ada responden memperoleh nilai PKG di rentang 91-100 atau kategori “amat baik”, terdapat 2 responden
memperoleh nilai PKG di antara 76 - 90 atau kategori “baik”, terdapat 10 responden memperoleh nilai PKG di antara 61 – 75 atau kategori “cukup” dan ada 5 responden memperoleh nilai PKG antara 51-60 atau kategori “sedang”. Jumlah seluruh responden adalah 17 orang. Apabila terdapat 2 responden memperoleh nilai PKG di antara 76 - 90 berarti hanya 11,8 % dari total responden, 10 responden memperoleh nilai PKG di antara 61 – 75 atau 58,8 % dan ada 5 responden memperoleh nilai PKG antara 51-60 atau 29,4 %. Perolehan nilai tersebut menunjukkan bahwa guru belum berkompeten dalam hal penyusunan silabus dan RPP, Pemanfaatan media dan sumber belajar, strategi dan metode pembelajaran serta penilaian pembelajaran. Untuk Analisis kebututuhan diklat yang diperoleh pada penelitian menunjukkan bahwa untuk kategori Penyusunan Silabus dan RPP kemampuan yang dimiliki guru rata-rata 72,30 di konversi dengan
“cukup”
Kategori
pemanfaatan
media
dan
sumber
pembelajaran kemampuan yang dimiliki guru rata-rata 55,15 di konversi
dengan
“sedang”.
Kategori
Strategi
dan
metode
pembelajaran kemampuan yang dimiliki responden rata-rata 71,1 atau “cukup”. Untuk kemampuan penilaian pembelajaran nilai ratarata yang diperoleh responden adalah 60,29 atau “sedang” Jika menggunakan diagram Pareto, akan tampak seperti di bawah ini.
Gambar 2. Diagram Pareto kebutuhan diklat guru MI AlMishbah Kota Bandung Semakin mendekati garis pareto semakin positif dan semakin menjauhi garis pareto semakin negatif, yang berarti kemampuan penyusunan silabus dan RPP nilainya paling tinggi, dibawahnya strategi dan metode pembelajaran, disusul penilaian pembelajaran dan yang paling rendah adalah kemampuan penguasaan media pembelajaran Kebutuhan
Diklat
ditentukan
dengan
menghitung
kesenjangan/selisih antara hasil perolehan PKG dengan Nilai PKG maksimal di kali 100, apabila ≤ 75 maka diperlukan pelatihan.
Karena
hasil
penilaian
kinerja
guru
untuk
kemampuan
penyusunan silabus dan RPP, strategi dan metode pembelajaran, penilaian pembelajaran dan penguasaan media pembelajaran ≤ 75 maka masih diperlukan pelatihan. Namun
apabila
menggunakan
skala
prioritas,
maka
kemampuan yang paling dibutuhkan oleh guru adalah pemanfaatan media dan sumber pembelajaran karena memiliki nilai yang paling rendah yaitu 55,15, menyusul kemampuan penilaian pembelajaran dengan nilai perolehan hanya 60,29, kemampuan dalam penggunaan srategi dan metode pembelajaran dengan nilai perolehan 71,1 dan terakhir adalah kemampuan penyusunan silabus dan RPP yaitu 72,30. Formulasi Diklat berdasarkan tingkat kebutuhan sebagaimana tergambat
pada
diagram
Pareto
adalah
Diklat
Peningkatan
Kompetensi Guru materi Multimedia, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru materi penilaian pembelajaran, Peningkatan Kompetensi Guru materi metodologi pembelajaran dan Diklat Peningkatan Kompetensi Guru materi Kurikulum dan Penyusunan Silabus/RPP. III. Penutup A. Kesimpulan TNA-Tools
guru MI Al-Mishbah Kota Bandung menunjukkan
adanya kesenjangan antara kemampuan ideal yang dipersayaratkan bagi seorang guru dengan hasil perolehan penilaian kinerja guru. Dengan demikian guru MI Al-Mishbah Kota Bandung membutuhkan pendidikan dan pelatihan untuk semua kemampuan yaitu kemampuan penyusunan silabus dan RPP, pemanfaatan media dan sumber pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran dan penilaian pembelajaran. Peningkatan kemampuan guru-guru di atas dapat melalui mata diklat, diklat reguler, diklat di wilayah kerja (DDWK), Diklat Di Tempat Kerja (DDTK) yaitu Diklat Peningkatan Kompetensi Guru materi Kurikulum dan Penyusunan Silabus/RPP, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru materi Multimedia, Diklat Peningkatan Kompetensi Guru materi Metodologi Pembelajaran dan Diklat Peningkatan Kompetensi Guru materi penilaian pembelajaran.
B. Rekomendasi 1.
Sebaiknya Kepada seluruh Balai Diklat Keagamaan agar penentuan program diklat mengacu kepada Training need Analysis atau analisis kebutuhan diklat agar diklat yang dilaksanakan tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan pegawai.
2.
Perlu adanya pengembangan materi diklat sesuai kebutuhan guru di madrasah.
3.
Untuk
penelitian
selanjutnya
disarankan
melakukan
analisa
kebutuhan diklat untuk materi diklat lainnya atau satuan pendidikan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimin, Prof. DR. 2005, Manajemen Penelitian, Jakarta, Penerbit Rineka Cipta Badruzzaman, Studi Tentang Respon Guru Mata Pelajaran Yang Pernah Mengikuti Diklat Terhadap Penyelenggaraan Diklat Guru Mapel Di Balai Diklat Keagamaan Manado, Ambon dan Makassar Faisal, Sanafiah, 1982, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya, Usaha Nasional. Gomes, F. C., 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit andi, Yogyakarta. Hasibuan, M.S.P., 2000, Manajemen sumber daya manusia, Penerbit :Bumi aksara, Jakarta Internet, Idris Ritonga, Manfaat Analisis Kebutuhan Diklat Internet, Direktori Madrasah Aliyah Negeri 2007/2008, Bagian Perencanaan dan Data Setditjen Pendidikan Islam Depag .Internet, Efektivitas Diklat Struktural, BPN Pusat. Johanes Papu, 2002 Analisis Kebutuhan Pelatihan, Epsikologi, 12 November 2002, Jakarta Khori Probosemi 2011. Analisis Kebutuhan Pelatihan Karyawan Bidang Pelayanan Pada PT Taspen (Persero) Kantor Cabang Bogor. Marpaung, Dr, MSc., 1999. Training Need Assesment (TNA), LAN RI, Jakarta. Moh. Entang, dkk., 2009. Analisis Kebutuhan Pelatihan, Bahan Ajar MOT), Pusdiklat Administrasi Kementerian Agama RI, Jakarta. Nazir, Moh. 2005. Metodologi Penelitian, Bogor, Ghalia Indonesia. Permendinas No. 16 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi Guru Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1995, Metode Penelitian Survey, Jakarta, LP3ES. Qowaid dan Neni Setianingsi, 2005, dalam Edukasi, Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, Evaluasi Diklat Guru Pendidikan Agama Islam Tingkat SMA, Jakarta, Badan Litbang dan Diklat Dep. Agama Sulistyaningsih. 2012. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) terhadap Kinerja Guru Sejarah SMAN se-Kabupaten Banjanegara. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.