PROPOSAL
ANALISIS KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN STRATEGIS DI PROVINSI BENGKULU
PENELITI UTAMA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2015
LEMBARAN PENGESAHAN
1.
Judul RPTP
2.
Unit Kerja
3.
Alamat Unit Kerja
4.
Sumber Dana
5.
Status Kegiatan (L/B)
6.
Penanggung Jawab a. Nama b. Pangkat/Golongan c. Jabatan Struktural
: Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Pangan Strategis di Provinsi Bengkulu : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu : JL. Irian KM, 6,5 Bengkulu 38119 DIPA BPTP Bengkulu TA 2015 : Baru
7
Lokasi
: Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP : Pembina Tk I/IV b : Kepala Balai Pengkajian Bengkulu : Provinsi Bengkulu
8.
Agroekosistem
:
9.
Tahun Mulai
: 1 (satu) tahun
10.
Tahun Dimulai
: 2015
11.
Biaya
: Rp. 82.310.000,- (dua puluh delapan juta tiga ratus sepuluh ribu rupiah)
Koordinator Program,
Dr. Ir. Wahyu Wibawa, MP
Teknologi
Pertanian
Penanggung Jawab RPTP,
NIP. 19690429 199803 1 001
Dr. Ir Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002
Mengetahui : Kepala BBP2TP,
Kepala BPTP Bengkulu,
Dr. Ir. Abdul Basit,M.S NIP. 19610929 198603 1 003
Dr. Ir Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002
.
i
RINGKASAN 1
Judul
:
Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Pangan Strategis di Provinsi Bengkulu.MPAKMERAKHIR
2
Unit Kerja
:
Balai Pengkajian Bengkulu
3
Lokasi
:
Provinsi Bengkulu
4
Agroekosistem
:
-
5
Status (L/B)
:
Baru
6
Tujuan
:
a. Menganalisis kinerja kebijakan peningkatan produksi pangan strategis (padi) di Provinsi Bengkulu. b. Menganalisis capaian sasaran program peningkatan produksi pangan strategis (padi) yang telah di targetkan di Provinsi Bengkulu. c. Menganalisis efektifitas pelaksanaan program peningkatan produksi pangan strategis (padi) di Provinsi Bengkulu.
7
Keluaran
:
8
Hasil
:
a. Kinerja kebijakan peningkatan produksi pangan strategis (padi) di Provinsi Bengkulu. b. capaian sasaran program peningkatan produksi pangan strategis (padi) yang telah di targetkan di Provinsi Bengkulu. c. Efektifitas pelaksanaan program peningkatan produksi pangan strategis (padi) di Provinsi Bengkulu. Tersedianya informasi tentang kinerja kebijakan peningkatan produktivitas dan produksi pangan strategis di Provinsi Bengkulu, capaian sasaran produksi yang telah di targetkan di Provinsi Bengkulu, efektifitas pelaksanaan program peningkatan produktivitas dan produksi pangan strategis di Provinsi Bengkulu
9
Prakiraan Manfaat dan Dampak
:
Teknologi
Pertanian
(BPTP)
1. Hasil pengkajian diharapkan dapat menjadi bahan dalam penyusunan serta penyempurnaan kebijakan pengembangan swasembada di Provinsi Bengkulu. 2. Peningkatan adopsi teknologi berdampak terhadap peningkatan produksi dan juga pendapatan petani dan peternak
11 Metodologi
: -
Study Pustaka Survey Tabulasi Data Analisis dan Pelaporan
12 Jangka Waktu
:
Satu tahun (Januari –Desember 2015)
13 Biaya
:
Rp. 82.310.000,- (dua puluh delapan juta tiga ratus sepuluh ribu rupiah)
ii
SUMMARY 1
Title
:
Productivity Improvement Policy Analysis and Strategic Food Production in the province of Bengkulu.
2
Implementation Unit
:
Assessment Institute for Agricultural Technology of Bengkulu
3
Location
:
Bengkulu Province
4
Agroecosystem
:
-
5
Status
:
New
6
Objectives
:
a. Analyzing the performance of the policy of increasing productivity and food production in the strategic province of Bengkulu. b. Knowing achievement of production targets that have been targeted in the province of Bengkulu. c. Knowing the effectiveness of the implementation of the program to improve productivity and food production located in the province of Bengkulu
7
Output
:
a. Analyzing the performance of the policy of increasing productivity and food production in the strategic province of Bengkulu. b. Knowing achievement of production targets that have been targeted in the province of Bengkulu. c. Knowing the effectiveness of the implementation of the program to improve productivity and food production located in the province of Bengkulu.
8
Outcome
:
The availability of information about the performance of the policy of increasing productivity and food production in the strategic province of Bengkulu, the achievement of production targets that have been targeted in the province of Bengkulu, the effectiveness of the implementation of the program to improve productivity and food production located in the province of Bengkulu
9
Expected benefit
:
10 Expected Impact
:
a. The results of the study are expected to be material in the preparation and improvement of development policy of self-sufficiency in the province of Bengkulu. b. Increased adoption of technology resulted in increased production and income of farmers and ranchers Increased technology adoption resulted in increased production and income of farmers and ranchers
11 Methodology
:
12 Duration
:
- Study Library - Survey - Data Tabulation - Analysis and Reporting One Year 111
13 Budget
:
Rp. 82.310.000,-
iii
DAFTAR ISI Hal HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................
i
RINGKASAN ......................................................................................................
ii
SUMMARY .........................................................................................................
iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................
iv
I.
PENDAHULUAN .........................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................
1
1.2. Tujuan .............................................................................................
3
1.3. Keluaran yang diharapkan .................................................................
3
1.4. Hasil Yang Diharapkan .......................................................................
3
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak ..........................................................
3
II.
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................
4
III.
METODELOGI ............................................................................................
7
3.1. Ruang Lingkup Kegiatan ....................................................................
7
3.2. Pendekatan ......................................................................................
7
3.3. Metode Pelaksanaan ...............................................................................
7
IV
ANALISIS RISIKO ...........................................................................................
9
V.
ORGANISASI PELAKSANA ...........................................................................
10
4.1. Organisasi Pelaksana Kegiatan .............................................................
10
4.2. Jadwal Pelaksanaan ............................................................................
11
4.3. Pembiayaan ........................................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................
13
iv
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Analisis kebijakan diarahkan untuk memfasilitasi adopsi teknologi, pengembangan agribisnis, serta mendukung pembangunan pertanian wilayah dan perdesaan. Sintesa kebijakan diharapkan mampu memecahkan permasalahan teknis, sosial, dan ekonomi pembangunan pertanian wilayah dalam arti luas, baik yang bersifat responsif maupun antisipatif (Badan Litbang Pertanian, 2003). Swasembada pangan adalah keadaan dimana suatu negara mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dalam bidang pangan.
Mengingat pentingnya memenuhi
kecukupan pangan, setiap negara mendahulukan pembangunan ketahanan pangannya sebagai pondasi bagi pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia ditujukan untuk menjamin ketersediaan dan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi, dan seimbang pada tingkat rumah tangga, daerah, nasional, sepanjang waktu dan merata. Hal ini dapat dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya dan budaya lokal, teknologi inovatif dan peluang pasar, untuk memperkuat ekonomi perdesaan dan mengentaskan masyarakat dari kemiskinan. Kebutuhan pangan nasional terus meningkat, tetapi di lain pihak ketersediaan lahan pertanian terus menyempit akibat alih fungsi lahan untuk pembangunan sektor lain seperti: pemukiman, industri dan infrastuktur. Berkurangnya lahan pertanian produktif ditambah dengan anomali iklim akibat pemanasan global telah menyebabkan berkurangnya pasokan pangan (food shortage) dan harga pangan yang terus meningkat. Pemerintah telah mengantisipasi kondisi tersebut di atas dengan mencanangkan program surplus beras 10 juta ton, swasembada dan swasembada berkelanjutan pangan nasional, khususnya untuk 3 jenis komoditi pangan pokok, yaitu: beras, jagung, dan kedelai. Komoditas padi berperan untuk memenuhi kebutuhan pokok karbohidrat masyarakat, sedangkan jagung dan kedelai untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pangan olahan dan pakan. Untuk mencapai swasembada pangan nasional, kerjasama dan sinergitas diantara pemangku kepentingan sangat diperlukan. Sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat, Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu melalui Dinas Pertanian memiliki tugas untuk mendukung target suksesnya pembangunan bidang pertanian tanaman pangan melalui capaian sasaran produksi yang ditentukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Sasaran produksi padi didasarkan pada roadmap Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), sedangkan sasaran produksi jagung dan kedelai didasarkan Renstra
1
Kementan. Untuk komoditas padi, Provinsi Bengkulu mendapat alokasi sasaran produksi sebesar 498.577 ton tahun 2012, 529.738 ton tahun 2013 dan 562.408 ton tahun 2014. Untuk komoditas jagung dan kedelai, sasaran produksi jagung sebesar 124.124 ton tahun 2012, 132.813 tahun 2013, dan 146.094 ton tahun 2014, sedangkan sasaran produksi kedelai sebesar 32.600 ton tahun 2012, 39.200 tahun 2013, dan 51.200 ton tahun 2014. Untuk mencapai sasaran produksi tersebut, Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu telah melaksanakan program peningkatan produktivitas padi melalui GP-PTT, cetak sawah baru, optimasi lahan, perbaikan jaringan irigasi primer. Program peningkatan produksi kedelai melalui Intensifikasi melalui GP-PTT dan Optimasi lahan. Peningkatan produksi
jagung
dilakukan
melalui
peningkatan
produktivitas
melalui
GP-PTT,
Peningkatan produktivitas pada lahan eksisting melalui kerjasama swasta dan pemda, perluasan area panen melalui peningkatan indeks pertanaman (IP). Kebijakan swasembada pangan di Provinsi Bengkulu telah dilaksanakan dari tahun 2010-2014, akan tetapi target tersebut belum tercapai. Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas penerapan program dalam mendukung peningkatan produktivitas dan produksi pangan strategis di Provinsi Bengkulu akan dilakukan pengkajian. 1.2. Dasar Pertimbangan Sesuai amanat dalam Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, Indonesia saat ini memasuki periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap ke-2 (2010-2014). Pada periode ini swasembada ditargetkan untuk tiga komoditas pangan utama yaitu: padi, jagung dan kedelai. Untuk mendukung program tersebut kementerian
pertanian
mengeluarkan
surat
keputusan
nomor
1243/Kpts/OT.160/12/2014 tentang kelompok kerja upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai melalui program perbaikan jaringan irigasi dan sarana pendukungnya. Agar tercapai swasembada, target produksi yang harus di capai pada tahun 2015 adalah produksi padi 73,40 juta ton dengan pertumbuhan 2,21%/tahun, jagung 20.33 juta ton dengan pertumbuhan 5,57%/tahun dan kedelai 1,50 juta ton dengan pertumbuhan 60.81%/tahun. Pada prakteknya untuk mencapai swasembada pangan nasional banyak menghadapi hambatan. Seperti alih fungsi lahan, perubahan iklim, urbanisasi, dan pertumbuhan penduduk membawa dampak terhadap tata kelola bidang agro secara
2
keseluruhan. Program swasembada pangan masih bergantung pada luasan lahan yang tersedia. Selain itu ketersediaan air khususnya irigasi sangat menentukan keberhasilan swasembada tersebut. Menurut keputusan menteri PU Nomor 293/Kpts.M/2014 tanggal 10 Juni tahun 2014, sawah yang mempunyai irigasi seluas 7.145.168 hektar dengan tingkat kerusakan jaringan irigasi primer dan sekuder seluas 3.289.069 hektar serta kerusakan jaringan tersier seluas 3.518.227 hektar. Berdasarkan undang-undang nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya air dan peraturan pemerintah nomor 20 tahun 2006 tentang irigasi, tanggung jawab pengelolaan jaringan primer dan sekunder terbagi menjadi tiga kewenangan yaitu : pemerintah pusat (kementerian PU dan Perumahan rakyat), pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, sementara jaringan tersier menjadi tanggung jawab petani. Kementerian pertanian telah menetapkan upaya khusus pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai melalui kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tersier dan kegiatan pendukung lainnya seperti pengembanga jaringan irigasi, optimasi lahan, gerakan penerapan pengelolaan tanaman terpadu (GP-PTT), optimasi perluasan areal tanam kedelai melalui indeks pertanaman (PAT-PIP kedelai), perluasan areal tanam jagung (PAT jagung), penyediaan sarana dan prasarana pertanian (benih, pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian) dan pengawalan/pendampingan. 1.3. Tujuan a. Menganalisis kinerja kebijakan peningkatan produksi pangan strategis (padi) di Provinsi Bengkulu. b. Menganalisis capaian sasaran program peningkatan produksi padi yang telah di targetkan di Provinsi Bengkulu. c. Menganalisis efektifitas pelaksanaan program peningkatan produksi pangan strategis (padi) di Provinsi Bengkulu 1.4. Keluaran Yang Diharapkan a. Kinerja Kebijakan Peningkatan Produksi Pangan Strategis (padi) di Provinsi Bengkulu b. Capaian sasaran program peningkatan produksi padi yang telah di targetkan di Provinsi Bengkulu c. Efektifitas pelaksanaan program peningkatan produksi pangan strategis (padi) di Provinsi Bengkulu
3
1.5. Hasil Yang Diharapkan Tersedianya informasi tentang kinerja kebijakan peningkatan produksi pangan strategis dan rekomendasi alternatif kebijakan Peningkatan Produksi Pangan Strategis di Provinsi Bengkulu. 1.6. Perkiraan Manfaat Dan Dampak a. Hasil pengkajian diharapkan dapat menjadi bahan dalam penyusunan serta penyempurnaan kebijakan peningkatan produksi pangan strategis di Provinsi Bengkulu. b. Peningkatan adopsi teknologi berdampak terhadap
percepatan penyebaran
inovasi peningkatan produksi dan pendapatan petani.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Kebijakan Kebijakan publik adalah tindakan kolektif melalui kewenangan pemerintah dan ditetapkan berdasarkan prosedur yang legitimate. Bidang liputan sintesa kebijakan adalah kebijakan publik yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan kehidupan petani dan perilaku agribisnis lainnya. Salah satu spesifikasi aspek sintesa kebijakan adalah metoda atau prosedur operasionalnya tidak mengikuti standard ilmiah baku, tetapi merupakan review dan sintesis teori, informasi, dan hasil penelitian ilmiah secara sistematis dan logis (Badan Litbang Pertanian, 2003). Kebijakan pemerintah adalah serangkaian tindakan yang akan, sedang dan telah dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan kebijakan pertanian di indonesia adalah untuk memajukan pertanian, mengusahakan pertanian menjadi lebih produktif, produksinya efisien, pendapatan meningkat dan kesejahteraan akan lebih merata (Mubyarto, 1993). Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah pusat maupun daerah mengeluarkan peraturan yang berbentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden, keputusan menteri, keputusan gubernur dan lain-lain. Analisis kebijakan adalah proses atau kegiatan mensintesa informasi, termasuk hasil- hasil penelitian untuk menghasilkan rekomendasi opsi desain kebijakan publik. Kebijakan publik adalah keputusan atau tindakan pemerintah yang berpengaruh atau mengarah pada tindakan individu dalam kelompok masyarakat, pada prinsipnya bertujuan memecahkan masalah-masalah yang ada di dalam masyarakat (Sutopo dan Sugiyanto, 2001; Simatupang, 2003). 2.2. Teori Pangan Ketahanan pangan yang dicetuskan pada World Food Summit (1996) oleh World
Food Programme didefinisikan sebagai kondisi yang terjadi apabila semua orang secara terus menerus, baik secara fisik, sosial, dan ekonomi mempunyai akses untuk pangan yang memadai/cukup, bergizi, dan aman, yang memenuhi kebutuhan pangan mereka dan pilihan makanan untuk hidup secara aktif dan sehat. Berikut adalah kerangka konsep ketahanan pangan internasional tersebut: Ketahanan pangan di Indonesia didefinisikan dalam UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan PP No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
5
Pengertian pangan dalam UU dan PP tersebut adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai
makanan
atau
minuman
bagi
konsumsi
manusia,
termasuk
bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Ketahanan pangan merupakan isu strategis yang dicanangkan secara nasional dan merupakan kewajiban negara untuk mewujudkannya. Ketahanan pangan termasuk dalam prioritas nasional pada RPJMN untuk tahun 2010-2014. Ada tiga alasan penting yang melandasi kesepakatan tersebut: 1.
Ketahanan pangan merupakan prasyarat bagi terpenuhinya hak asasi atas pangan setiap penduduk;
2.
Konsumsi pangan dan gizi yang cukup merupakan basis bagi pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas; dan
3.
Ketahanan pangan merupakan basis bagi ketahanan ekonomi, bahkan bagi ketahanan nasional. Pengalaman di banyak negara menunjukkan bahwa tidak ada
satu
negarapun
yang
dapat
melaksanakan pembangunan dengan baik
sebelum mampu mewujudkan ketahanan pangan terlebih dahulu. Ketahanan pangan di setiap negara dibangun di atas tiga pilar utama yaitu: 1.
Ketersediaan
Pangan, adalah tersedianya pangan secara fisik di daerah, yang
diperoleh baik dari hasil produksi domestik, impor/perdagangan maupun bantuan pangan. Ketersediaan pangan ditentukan dari produksi domestik, masuknya pangan melalui mekanisme pasar, stok pangan yang dimiliki pedagang dan pemerintah, serta bantuan pangan baik dari pemerintah maupun dari badan bantuan pangan. Ketersediaan pangan dapat dihitung pada tingkat nasional, provinsi, kabupaten atau tingkat masyarakat. 2.
Akses Pangan, adalah kemampuan rumah tangga untuk memperoleh cukup pangan baik yang berasal dari produksi sendiri, pembelian, barter, hadiah, pinjaman, dan bantuan pangan maupun kombinasi di antara kelimanya. Ketersediaan pangan di suatu daerah mungkin mencukupi, akan tetapi tidak semua rumah tangga memiliki akses yang memadai baik secara kuantitas maupun keragaman pangan melalui mekanisme tersebut di atas.
3.
Pemanfaatan Pangan, merujuk pada penggunaan pangan oleh rumah tangga dan kemampuan individu untuk menyerap dan memetabolisme zat gizi.
6
Kondisi Ketahanan Pangan Indonesia Berdasarkan data yang dihimpun dari World Food Programme1, diperoleh informasi sebagai berikut: 1.
Ketersediaan Pangan a.
Hasil pertanian meningkat (laju peningkatan sekitar 3,5% per tahun selama 2004-2007) dan mencapai 4,8% pada tahun 2008. Produksi padi dan jagung meningkat, sedangkan produksi ubi kayu dan ubi jalar relatif stabil.
b.
Namun demikian, beberapa kabupaten di provinsi Papua dan provinsi Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Kalimantan Tengah, sebagian provinsi Maluku dan Maluku Utara mengalami kekurangan serealia.
2.
Akses terhadap Pangan a.
Akses terhadap pangan untuk penduduk miskin merupakan gabungan dari kemiskinan, kurangnya pekerjaan tetap, pendapatan tunai yang rendah dan tidak tetap serta terbatasnya daya beli. Pada tahun 2008, terdapat 34,96 juta orang (15,42%) hidup di bawah garis kemiskinan nasional (US $1,55 PPP). Hampir 64% penduduk miskin tinggal di pedesaan, dan lebih dari 57% total pendudk miskin tinggal di Pulau Jawa.
b.
Sejak
tahun
2003,
26
provinsi
telah
berhasil
menurunkan
tingkat
kemiskinannya. Akan tetapi, terdapat 5 provinsi yang tingkat kemiskinannya tetap yaitu provinsi Sulawesi Utara, Papua, DKI Jakarta, Sumatera Barat, dan Jawa Barat. Pada tahun 2007, penduduk miskin terkosentrasi di 6 provinsi (Papua, Papua Barat, Maluku, NTT, Gorontalo, dan NAD). c.
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada tahun 2007 mengalami penurunan hampir 2% dibandingkan tahun 2003. Namun penurunan TPT tersebut tidak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan bervariasi antar wilayah.
d.
Lebih dari 12% dari semua desa di Indonesia tidak memiliki akses jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda empat.
e.
Hampir 10% rumah tangga di Indonesia tidak memiliki akses listrik. Akses listrik yang terbatas (>30%) terdapat di empat provinsi (NTT, Papua, Papua Barat, dan Sulawesi Barat).
3.
Pemanfaatan Pangan dan Gizi a. Pada tahun 2007, rata-rata asupan energi harian adalah 2.050 kkal dan asupan protein sebesar 5.625 gram, keduanya sudah melampaui Angka Kecukupan Gizi
7
(AKG) nasional. Angka ini meningkat 3.3% dibandingkan tahun 2002. Namun demikian, untuk tiga golongan pengeluaran terendah hanya memiliki asupan 1.817 kkal/kapita/hari atau kurang, dan proporsi makanan mereka kurang serta tidak seimbang secara kuantitatif dan kualitatif. b. Secara nasional, 94% rumah tangga memiliki akses ke fasilitas kesehatan terdekat kurang dari 5 km, dan angka ini meningkat secara signifikan jika dibandingkan 5 tahun terakhir. c. Secara nasional, 21,08% rumah tangga tidak memiliki akses terhadap air minum yang layak. d. Pada tahun 2007, angka perempuan buta huruf nasional adalah 12,89%. Angka
underweight pada balita adalah 18,4%, angka tersebut telah mencapai target MDGs namun masalah kesehatan masyarakat masih berada pada tingkat yang kurang. Prevalensi nasional untuk kurang gizi kronis adalah 36,8%, angka ini tergolong tinggi untuk tingkatan kesehatan masyarakat. e. Angka rata-rata harapan hidup di Indonesia pada tahun 2007 adalah 68 tahun. Kondisi Kerawanan Pangan Indonesia Kerawanan pangan dapat bersifat kronis atau sementara/transien. Kerawanan pangan kronis adalah ketidakmampuan jangka panjang atau yang terus menerus untuk memenuhi kebutuhan pangan minimum. Keadaan ini biasanya terkait dengan faktor struktural yang tidak dapat berubah dengan cepat seperti iklim setempat, jenis tanah, sistem pemerintahan daerah, kepemilikan lahan, hubungan antar etnis, tingkat pendidikan, dll. Kerawanan pangan sementara adalah ketidakmampuan jangka pendek atau sementara untuk memenuhi kebutuhan pangan minimum. Keadaan ini biasanya terkait dengan faktor dinamis yang berubah dengan cepat seperti penyakit infeksi, bencana alam, pengungsian, berubahnya fungsi pasar, tingkat besarnya utang, perpindahan penduduk (migrasi), dan sebagainya. Berikut adalah peta kerentanan terhadap kerawanan pangan Indonesia dimana warna merah tua merupakan daerah dengan prioritas rawan utama, yakni didominasi oleh Wilayah Indonesia Timur. Dari sisi cadangan pangan, Indonesia sebetulnya sangat kuat. Sesuai perhitungan Badan Ketahanan Pangan, cadangan pangan Indonesia dari segi energi mencapai 3.500 kilo kalori per kapita per hari. Sementara dari segi kalori, sebesar 85 gram per kapita per hari. Untuk konsumsi riil, kebutuhan nasional energi hanya 2.200 kilo kalori per kapita per hari, dan asupan kalori hanya 57 gram per kapita. Persoalannya terletak pada distribusi konsumsi yang tidak merata. Bagi kalangan miskin yang mencapai 11 %, atau
8
sekitar 28 juta jiwa di seluruh Indonesia, asupan energi dan kalori jauh lebih rendah dari rata-rata nasional. Kebutuhan beras pada tahun 2014 sebesar 33.013.214 ton, maka apabila harus ada surplus 10 juta ton sebagai cadangan, berarti harus ada produksi beras minimal 43 juta ton. Bila produksi beras tidak memenuhi kebutuhan pangan nasional, maka pemerintah harus melakukan impor.
9
III. METODOLOGI 3.1. Pendekatan (Kerangka Pemikiran) Pengkajian ini adalah penelitian lapangan yang didukung dengan desk study. Kegiatan di lapangan adalah pengumpulan data primer yang dilakukan dengan survei. Survei dilakukan terhadap obyek pengkajian untuk mendapatkan gambaran aktual yang terjadi di lapangan, berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan dipadukan dengan pengetahuan dan teori-teori ilmiah yang ada. Selanjutnya disintesakan untuk dapat memberikan alternatif solusi uuntuk pemecahan masalah dengan tepat. Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Pangan Strategis (padi) di Provinsi Bengkulu dilakukan dengan metode survei untuk mengetahui kinerja program swasembada pangan strategis (padi) terhadap peningkatan produksi. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai suatu bentuk evaluasi yang dilakukan dari hasil kegiatan program mendukung swasembada pangan strategis. Metode evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi
summatif
(Singarimbun,
1989)
yaitu
setelah
suatu
kegiatan
selesai
dilaksanakan. 3.2. Ruang Lingkup Pengkajian ini dilakukan untuk menganalisa kinerja kebijakan peningkatan produksi pangan strategis (padi) di Provinsi Bengkulu. Secara ringkas, ruang lingkup kegiatan meliputi mengkaji kinerja dan efektivitas progam (pengembangan jaringan irigasi, optimasi lahan, GP-PTT, penyediaan sarana dan prasarana pertanian) terhadap peningkatan produksi pangan strategis (padi) di Provinsi Bengkulu. Tujuan pertama, ruang lingkup kegiatan yaitu survei ditingkat petani yang menerima program upsus dengan parameter yang diukur peningkatan produksi, peningkatan produktivitas, peningkatan IP, peningkatan luas tanam. Tujuan kedua, ruang lingkup kegiatannya yaitu wawancara mendalam dengan stakeholder (dinas pertanian provinsi dan kabupaten) tentang target produksi, target Produktivitas, target peningkatan IP, target peningkatan luas panen. Tujuan ketiga, dengan mengukur variabel target dan realisasi kinerja program upsus yaitu pengembangan jaringan irigasi, optimasi lahan, GP-PTT, penyediaan benih, penyediaan pupuk dan alat mesin pertanian. Dari masing-masing variabel program tersebut akan dilihat program mana yang mempunyai daya ungkit untuk meningkatkan produksi.
10
3.3. Metode Pelaksanaan a. Lokasi dan Waktu Pengkajian ini dilakukan di Provinsi Bengkulu. Kabupaten terpilih untuk sentra produksi padi adalah Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan dan Rejang Lebong. Kegiatan akan dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Desember 2015. b. Metode pengambilan sampel Metode pemilihan lokasi pengkajian dilakukan dengan Multistage Random
Sampling. Tahap pertama penarikan satuan sampling primer, yaitu memilih 3 kabupaten sentra produksi padi. Tahap kedua adalah memilih satuan sampling
sekunder, yaitu memilih keluarga (kepala keluarga) dari tiap kabupaten terpilih. Satuan sampling terpilih dari tahap kedua ini merupakan unit elementer yang menjadi responden pengkajian. Kabupaten terpilih untuk sentra produksi padi adalah Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan dan Rejang Lebong. Untuk Kabupaten Bengkulu Utara akan ddilakukan di Kecamatan Argamakmur dan Tanjung Agung Palik, Kabupaten Bengkulu Selatan dilakukan di Kecamatan Seginim dan Kedurang, Kabupaten Rejang Lebong di Kecamatan Curup dan Curup Selatan. Dari masing-masing kecamatan setiap kabupaten dipilih 3 desa. Penentuan jumlah sampel digunakan rumus sebagai berikut :
Dimana :
n
= Jumlah Sampel
N
= Jumlah populasi
σ2
= 10.000; σ = 100
Penentuan responden petani di masing-masing lokasi digunakan simple random
sampling methode. Sampel responden pemangku kebijakan dilakukan secara sengaja (purposive sampling)
yaitu kepala dinas atau kepala bidang yang menangani
tanaman pangan di tingkat provinsi maupun kabupaten. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara terhadap para pemangku kebijakan tingkat provinsi (Dinas Pertanian dan Badan ketahanan pangan), tingkat kabupaten (Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan dan Badan ketahanan pangan dan penyuluhan), dan
11
pelaksana di tingkat lapangan (PPL dan petani,). Wawancara terhadap pemangku kebijakan diarahkan untuk mengetahui program peningkatan produktivitas dan produksi pangan strategis (padi) di tingkat provinsi maupun kabupaten. Data primer yang dikumpulkan di tingkat petani adalah sebagai berikut penerapan teknologi dan keragaan usahatani, parameter input dan output, dan kelembagaan (kelompok tani, dll). Data
sekunder
merupakan
data
pendukung
yang
dikumpulkan
dari
dinas/instansi terkait yang meliputi data karakteristik lokasi/wilayah (biofisik, sosial ekonomi dan budaya), laporan akhir tahun Dinas Pertanian dan publikasi-publikasi hasil penelitian sebagai referensi.
c. Analisi Data 1. Tujuan pertama, parameter yang diukur : Peningkatan Produksi Peningkatan Produktivitas Peningkatan IP Peningkatan luas tanam Parameter tersebut dianalisa secara deskriptip eksplanatif, yaitu membandingkan masing-masing parameter sebelum program upsus dan setelah program upsus. 2. Tujuan kedua, parameter yang diukur : Target produksi provinsi bengkulu Target Produktivitas Target peningkatan IP Target peningkatan luas panen Parameter tersebut dianalisa secara deskriptip eksplanatif, yaitu membandingkan antara target masing-masing parameter dengan realisasi yang dicapai. 3. Tujuan ketiga dilakukan analisis deskriptif eksplanatif dengan mengukur variabel target dan realisasi kinerja program upsus yaitu pengembangan jaringan irigasi, optimasi lahan, GP-PTT, penyediaan benih, penyediaan pupuk dan alat mesin pertanian. Dari masing-masing variabel program tersebut akan dilihat program mana yang mempunyai daya ungkit untuk meningkatkan produksi. Sehingga dapat di fomulasikan sebagai berikut :
12
Y = a X1 b1. X2 Dimana : Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 a b1-b5
= = = = = = = = =
b2
. X3
b3
. X4
b4
. X5
b5
.eu,
Produksi padi (ton/ha) Jaringan irigasi (ha) Optimasi lahan (IP) GP-PTT (jumlah komponen) Benih (kg) Pupuk (kg) Alsintan (hari kerja mesin) Intersep Koefisien regresi
13
IV.
ANALISIS RISIKO
Analisis risiko dalam pengkajian sangat diperlukan, agar dapat mengantisipasi berbagai risiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian, kemudian apa penyebab dan dampaknya perlu disusun daftar risiko dan penangannya seperti tabel berikut. Tabel 1 Risiko, penyebab, dan dampaknya terhadap pelaksanaan pengkajian analisis kebijakan Tahun 2015. No. 1. 2.
Risiko
Penyebab
Dampak
Responden tidak Tingkat pendidikan petani Informasi tidak sampai memahami daftar rendah (terputus), data tidak pertanyaan tersedia dengan valid Data/informasi Dinas/stakeholder tidak Analisis kebijakan tidak sekunder tidak menjalankan tugas dapat dibuat dengan tersedia baik
Tabel 2 Risiko, penyebab, dan Penanganannya dalam pelaksanaan pengkajian analisis kebijakan Tahun 2015. No. 1. 2.
Risiko
Penyebab
Penanganan risiko
Responden tidak Tingkat pendidikan petani melakukan penggantian memahami daftar rendah responden. (survey pertanyaan ulang) Data/informasi Dinas/stakeholder tidak Melakukan pencarian sekunder tidak menjalankan tugas data alternatif yang tersedia signifikan bisa dengan wawancara terhadap pihak-pihak terkait.
14
V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANA 5.1. Tenaga yang terlibat dalam kegiatan No.
Nama
1.
Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP/
Jabatan Fungsional/ Bidang Keahlian Peneliti Madya/Sosek
Jabatan dalam Kegiatan
Uraian Tugas
Penanggung jawab
- Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan penelitian - Melakukan koordinasi dan survey - Melakukan validasi dan interpretasi data - Menyusun RPTP, ROPP, Juknis, dan kuesioner - Membuat laporan kegiatan - Melakukan survey - Melakukan entry dan pengolahan data - Menyusun RPTP, ROPP, Juknis, dan kuesioner - Melakukan survey - Melakukan entry dan pengolahan data - Membantu pembuatan laporan - Membuat laporan bulanan kegiatan - Melakukan survey - Melakukan entry dan pengolahan data - Membuat laporan bulanan kegiatan - Melakukan survey - Melakukan entry dan pengolahan data sosek
2.
Dr. Wahyu Wibawa, MP
Peneliti Muda/agronomi
Anggota
3.
Emlan Fauzi, SP
Peneliti Pertama/Sosek
Anggota
4.
Hamdan, SP, MSi
Peneliti Pertama/Sosek
Anggota
5.
Helena Bidi Astuti, SP
Calon Peneliti/Sosek
Anggota
Alokasi Waktu (jam) 10
5
5
5
5
15
5.2. Jangka Waktu Kegiatan Jadwal Palang Pelaksanaan :
NO
BULAN
URAIAN KEGIATAN 1
1. 2. 3.
4. 5.
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
Persiapan awal: a. RPTP, seminar, juknis dll. b. Desk study Persiapan kegiatan lapangan : a. Koordinasi Awal b. Persiapan Survey Kegiatan lapangan: a. Survey di tingkat petani dan Pengambil kebijakan b. Pengumpulan data pertanian, dll.) Analisis data dan penyusunan laporan Pelaporan
16
5.3. Pembiayaan No. 1.
2.
3. 4.
5.
Total
Jenis Pengeluaran Belanja Bahan ATK dan komputer supplies Bahan pengkajian dan pendukung lainnya Foto copi, jilid dan dok Konsumsi dalam rangka persiapan sosialisasi, FGD dengan petani dan stakeholder Honor Output Kegiatan Honor petani sampel/responden Honor petugas lapang Belanja Jasa Profesi Nara sumber, Fasilitator, Moderator dan Pengarah Belanja Perjalanan Biasa Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000 s/d Rp. 5.000.000 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota Akomodasi dalam rangka pertemuan dalam rangka persiapan Sosialisasi, Focus Group Discussion, Pertemuan dengan stakeholder
Volume
1 paket 1 paket 1 tahun 144 paket
150 OH 30 OH 4 OJ 8 OP
Harga Satuan (Rp. 000)
Jumlah (Rp.000)
5.000 9.120
24.320 5.000 9.120
3.000 50.000
3.000 7.200
35 100
8.250 5.250 3.000
500
2.000 2.000
5.000
40.000 40.000
7.740 43 OK
180
7.740
82.310
17
DAFTAR PUSTAKA Badan Litbang Pertanian. 2003. Panduan Metodologi dan Analisis Data Pengkajian Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 21 halaman. Badan Litbang Pertanian. 2011a. Pedoman Umum Spectrum Diseminasi Multi Channel. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2013. Bengkulu Dalam Angka Tahun 2012. BPS Provinsi Bengkulu. Mubyarto. 1993. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta Pasandaran, E., A. Djajanegara., K. Kariyasa dan F Kasryno. 2005. Kerangka Konseptual Integrasi Tanaman-Ternak di Indonesia. Dalam Integrasi Tanaman-Ternak di Indonesia. Badan Litbang Pertanian. Deptan Jakarta. hal 9-31. Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT – Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan kelimabelas. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Riduwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Cetakan ketujuh. CV. Alfabeta. Jakarta. Saleh, A., B. Rachman., A Gozali dan Z. Zaini. 2004. Analisis Kelembagaan Sistem Integrasi Padi Ternak . Studi Kasus Provinsi Sulawesi Selatan dan Jawa Barat. Working Paper. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor. 13 hal. Sarantakos, 1993. Social Research. Macmillan, 1993. University of Virginia Sevilla, C.G., J.A. Ochave, T.G. Punsalan, B.P. Regala dan G.G. Uriarte. 1993. Pengantar Metode Penelitian. UI Press. Jakarta. Simatupang, P. 2003. Analisis Kebijakan : Konsep Dasar dan Prosedur Pelaksanaan dalam Analisis Kebijakan Pertanian (Agricultural Policy Analysis) Volume I Nomor 1. Maret 2003. Singarimbun, M. 1989. Metode dan Proses Penelitian. Dalam Singarimbun, M. dan S. Effendi (pnyt) Metode Penelitian Survai. Cetakan Kedua. LP3ES. Jakarta. Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia Press. Sudana, W. 2005. Evaluasi Kinerja Diseminasi Teknologi Integrasi Ternak Kambing dan Kopi di Bongancina, Bali. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis SOCA. Vol 5 No3. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar. hal 326-333. Sutopo dan Sugiyanto. 2001. Analisis kebijakan publik. Bahan ajar Dikaltpim III.Lembaga Administrasi Negara, Jakarta.
18