REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013 Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu Telp. (0736) 23030 e-mail :
[email protected] PENDAHULUAN Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. Bagi petani, tanaman ini penting untuk
menambah pendapatan karena dapat segera dijual dan
harganya tinggi.
Namun,
melonjaknya harga kedelai akibat pasokan yang terbatas dan Indonesia harus mengimpor kedelai 2.087.986 ton untuk memenuhi 71 persen kebutuhan kedelai dalam negeri menjadi permasalahan yang harus dicarikan solusinya.
Menurut data BPS Provinsi Bengkulu tahun
2011, produksi kedelai di Provinsi Bengkulu adalah 2.718 ton dengan produktivitas 1,02 ton/ha. Produktivitas ini masih di bawah rata-rata produktivitas nasional 1,37 ton/ha.
Peningkatan
produktivitas kedelai masih terbuka lebar, baik melalui peningkatan produksi maupun perluasan areal tanam/panen. Sebagai bagian dari revitalisasi pembangunan pertanian, pemerintah telah bertekad untuk meningkatkan produktivitas kedelai nasional menuju swasembada 2015. Program ini harus didukung oleh semua pihak yang terkait, dalam proses produksinya (Praptomo, D, dkk, 2010). Peningkatan produktivitas dan efisiensi dalam budidaya kedelai dapat dicapai dengan penerapan
teknologi
yang
bersifat
spesifik
lokasi
pada
masing-masing
agroekologi.
Permasalahan yang bersifat spesifik lokasi pada setiap agroekologi diatasi utuk mendapatkan persyaratan tumbuh optimal untuk tanaman kedelai. Terdapat empat tipe agroekologi utama, yaitu agroekologi sawah (irigasi dan tadah hujan), lahan kering (bukan masam dan masam), lahan pasang surut, dan lahan rawa-lebak (Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2010).
Peningkatan produktivitas tersebut juga memperhatikan prinsip partisipatif,
spesifik lokasi, terpadu, sinergis, dan dinamis dengan rakitan teknologi spesifik lokasi yaitu melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Komponen teknologi yang diterapkan dalam PTT kedelai antara lain: 1) Varietas unggul baru; 2) Benih bermutu dan berlabel; 3) Disampaikan pada acara: Rapat Koordinasi Penanggulangan OPT/DPI Kedelai Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu, 12 November 2013
Pembuatan saluran drainase; 4) Pengaturan populasi; 5) Pengendalian OPT secara terpadu; 6) Penyiapan lahan, baik olah tanah sempurna maupun tanpa olah tanah; 7) Penyiapan saluran drainase; 8) Pemberian bahan organik; 9) Pembumbunan; 10) Panen tepat waktu dan pengeringan segera. Hama dan penyakit merupakan salah satu faktor pembatas dalam usahatani kedelai. Dampak perubahan iklim dewasa ini sangat mempengaruhi serangan hama dan penyakit tanaman. Perubahan iklim menstimulasi perkembangan OPT, merubah status dan dominasi spesies OPT, yang akhirnya menstimulasi ledakan (outbreak) beberapa OPT. Pemilihan varietas yang tepat dapat mengurangi resiko penurunan hasil secara signifikan.
Varietas yang
diinginkan oleh petani umunya adalah varietas yang memiliki produktivitas yang tinggi, toleran terhadap serangan hama dan penyakit utama, serta berbiji sedang hingga besar. Rekomendasi Varietas Kedelai di Provinsi Bengkulu Varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi utama dalam peningkatan produktivitas, produksi, dan pendapatan usahatani.
Varietas unggul adalah galur hasil
pemuliaan yang mempunyai satu atau lebih keunggulan khusus seperti potensi hasil tinggi, toleran terhadap hama dan penyakit, toleran terhadap cekaman lingkungan, mutu produk, dan atau sifat-sifat lainnya, serta telah dilepas oleh pemerintah (Satoto, Darajat dan Wahyuni, 2008).
Pemilihan varietas disesuaikan dengan kondisi setempat, keinginan petani, dan
permintaan pasar.
Banyak varietas unggul yang telah dilepas untuk memenuhi tuntutan dan
kebutuhan petani. Tiap varietas mempunyai spesifikasi tersendiri untuk dapat menampilkan potensi hasilnya, baik dari segi kesesuaian lahannya maupun ketahanannya terhadap Hama dan Penyakit Tanaman (HPT). Banyak varietas yang telah dilepas dan dapat dipilih untuk antisipasi terhadap berbagai kondisi lingkungan, terutama ketahanannya terhadap HPT (Tabel 1).
Disampaikan pada acara: Rapat Koordinasi Penanggulangan OPT/DPI Kedelai Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu, 12 November 2013
Tabel 1. Deskripsi Varietas Unggul Kedelai No.
Varietas
Dilepas
Umur Matang (hari)
1.
Wilis
1983
85 – 90
Rata-Rata Hasil (t/ha pipilan kering) 1,6
2. 3.
Dempo Kerinci
1984 1985
90 – 92 87
1,5 1,7
4.
Merbabu
1986
85
1,6
5.
Tidar
1987
75
1,4
6.
Rinjani
1989
88 – 90
1,7
7.
Malabar
1992
70
0,79 – 1,27
8.
Kipas Putih
1992
85 – 90
1,69
9.
Argo Mulyo
1998
80 – 82
1,5 – 2,0
10.
Burangrang
1999
80 – 82
1,6 – 2,5
11.
Tanggamus
2001
88
1,22
12.
Anjasmoro
2001
82,5 – 92,5
2,03 – 2,25
13.
Mallika
2007
85 – 90
2,34
Spesifikasi/Keunggulan Genetik
Tahan rebah; Agak tahan karat daun dan virus Tahan rebah Agak tahan lalat bibit dan penyakit karat daun Tahan rebah; Agak tahan karat daun Agak tahan lalat bibit dan karat daun Toleran karat daun; rendemen tahu tinggi, mutu tahu dan tempe cukup baik Agak tahan karat daun; tahan rebah; daya adaptasi baik dan cukup luas Tahan rebah; toleran terhadap karat daun; beradaptasi baik pada lahan kering dan lahan sawah tadah hujan Tahan rebah; toleran karat daun; sesuai untuk bahan baku susu kedelai Tidak mudah rebah; toleran terhadap karat daun; sesuai untuk bahan baku susu kedelai, tempe, dan tahu Tahan rebah, moderat karat daun; polong tidak mudah pecah; lahan kering masam Tahan rebah, moderat karat daun; polong tidak mudah pecah Tahan terhadap ulat jengkal dan ulat grayak; beradaptasi pada daerah dataran rendah – tinggi, pada musim hujan dan kemarau; polong lebat, muncul dari nodia pertama; polong masak tidak mudah pecah
Disampaikan pada acara: Rapat Koordinasi Penanggulangan OPT/DPI Kedelai Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu, 12 November 2013
No.
Varietas
Dilepas
Umur Matang (hari)
14.
Detam-1
2008
84
Rata-Rata Hasil (t/ha pipilan kering) 3,45
15.
Detam-2
2008
82
2,96
16.
Grobogan
2008
± 76
2,77
17.
Gepak Kuning
2008
73
2,22
18.
Gepak Ijo
2008
76
2,20
19.
Mitani
2008
82 – 90
2,00
Spesifikasi/Keunggulan Genetik
Peka terhadap ulat grayak, agak tahan pengisap polong; peka kekeringan Peka terhadap ulat grayak, agak tahan pengisap polong; agak tahan kekeringan Polong masak tidak mudah pecah, pada saat panen daun luruh 95100% Agak tahan terhadapulat grayak, Aphis, sp, penggulungg daun, Phaedonia,sp; kadar randemen tahu tinggi Agak tahan terhadapulat grayak, Aphis, sp, penggulungg daun, Phaedonia,sp; kadar randemen tahu tinggi Agak tahan terhadap penyakit karat daun, tahan terhadap kutu hijau; wilayah adaptasi di lahan kering dataran rendah
Disampaikan pada acara: Rapat Koordinasi Penanggulangan OPT/DPI Kedelai Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu, 12 November 2013
Hasil
pengkajian
yang
dilaksanakan
menunjukkan bahwa ada beberapa varietas
di
kabupaten/kota
kedelai yang
di
Provinsi
Bengkulu
adaptif diantaranya Argo Mulyo,
Burangrang, Anjasmoro, dan Tanggamus. Pada umumnya, preferensi petani terhadap varietas kedelai adalah karena memiliki beberapa keunggulan, seperti produktivitasnya tinggi serta toleran terhadap hama dan penyakit utama dan dampak perubahan iklim. Varietas-varietas tersebut mempunyai potensi
dan peluang untuk dikembangkan secara luas di Provinsi
Bengkulu. Deskripsi beberapa varietas yang pernah diuji adaptasi di Bengkulu, antara lain : ARGO MULYO Dilepas tahun Daya hasil Warna hipokotil Warna bulu Warna bunga Warna kulit biji Warna hilum Tipe tumbuh Umur berbunga Umur saat panen Tinggi tanaman Percabangan Bobot 100 biji Kandungan protein Kandungan minyak Kerebahan Ketahanan thd penyakit Keterangan
: : : : : : : : : : : : : : : : : :
1998 1,5–2,0 t/ha Ungu Coklat Ungu Kuning Putih terang Determinit 35 hari 80–82 hari 40 cm 3–4 cabang dari batang utama 16,0 g 39,4% 20,8% Tahan rebah Toleran karat daun Sesuai untuk bahan baku susu kedelai BURANGRANG
Dilepas tahun Daya hasil Warna hipokotil Warna bulu Warna bunga Warna kulit biji Warna hilum Bentuk daun Tipe tumbuh Umur berbunga
: : : : : : : : : :
1999 1,6–2,5 t/ha Ungu Coklat kekuningan Ungu Kuning Terang Oblong, ujung runcing Determinit 35 hari
Disampaikan pada acara: Rapat Koordinasi Penanggulangan OPT/DPI Kedelai Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu, 12 November 2013
Umur polong matang Tinggi tanaman Percabangan Bobot 100 biji Ukuran biji Kandungan protein Kandungan minyak Kerebahan Ketahanan thd penyakit Keterangan
: : : : : : : : : :
80–82 hari 60–70 cm 1–2 cabang 17 g Besar 39% 20% Tidak mudah rebah Toleran karat daun Sesuai untuk bahan baku susukedelai, tempe, dan tahu
TANGGAMUS Dilepas tahun Hasil rata-rata Warna hipokotil Warna epikotil Warna kotiledon Warna bulu Warna bunga Warna kulit biji Warna polong masak Warna hilum Bentuk biji Bentuk daun Tipe tumbuh Umur berbunga Umur saat panen Tinggi tanaman Percabangan Bobot 100 biji Ukuran biji Kerebahan Ketahanan thd penyakit Sifat-sifat lain Wilayah adaptasi
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
22 Oktober 2001 1,22 t/ha Ungu Hijau Kuning Coklat Ungu Kuning Coklat Coklat tua Oval Lanceolate Determinit 35 hari 88 hari 67 cm 3–4 cabang 11,0 g Sedang Tahan rebah Moderat karat daun Polong tidak mudah pecah Lahan kering masam
Disampaikan pada acara: Rapat Koordinasi Penanggulangan OPT/DPI Kedelai Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu, 12 November 2013
ANJASMORO Dilepas tahun Daya hasil Warna hipokotil Warna epikotil Warna daun Warna bulu Warna bunga Warna kulit biji Warna polong masak Warna hilum Bentuk daun Ukuran daun Tipe tumbuh Umur berbunga Umur polong masak Tinggi tanaman Percabangan Jml. buku batang utama Bobot 100 biji Kandungan protein Kandungan lemak Kerebahan Ketahanan thd penyakit Sifat-sifat lain
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
22 Oktober 2001 2,03–2,25 t/ha Ungu Ungu Hijau Putih Ungu Kuning Coklat muda Kuning kecoklatan Oval Lebar Determinit 35,7–39,4 hari 82,5–92,5 hari 64 - 68 cm 2,9–5,6 cabang 12,9–14,8 14,8–15,3 g 41,8–42,1% 17,2–18,6% Tahan rebah Moderat terhadap karat daun Polong tidak mudah pecah
Disampaikan pada acara: Rapat Koordinasi Penanggulangan OPT/DPI Kedelai Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu, 12 November 2013