KODE: 26 /1801.019/011/A/RDHP/2013
PENDAMPINGAN PROGRAM PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI/KERBAU DI PROVINSI BENGKULU
WAHYUNI AMELIA WULANDARI,SPt,M.Si
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013
LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul RDHP 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9. 10. 11.
:
Unit Kerja : Alamat Unit Kerja : Sumber Dana : Status Kegiatan (L/B) : Penanggung Jawab a. Nama : b. Pangkat/Golongan : c. Jabatan : Lokasi : Agroekosistem : Tahun Mulai : Tahun Selesai : Output Tahunan :
12. Output Akhir
:
13. Biaya TA. 2013
:
Pendampingan Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi/Kerbau (PSDSK) di Provinsi Bengkulu BPTP Bengkulu JL. Irian Km 6,5 Bengkulu 38119 DIPA BPTP Bengkulu TA. 2013 Lanjutan Wahyuni Amelia Wulandari, S.Pt, M.Si Penata /IIIc Peneliti Muda 2 (Dua) Kabupaten Lahan kering 2010 2014 Adopsi inovasi teknologi meningkat pada pelaksanaan pendampingan di lokasi PSDSK melalui temu lapang, apresiasi, demplot, pelatihan petani dan petugas, bimbingan khusus dan penerapan teknologi penunjang penggemukan sapi potong. Meningkatkan produktivitas sapi potong /kerbau di Bengkulu dengan dukungan IPTEK untuk memenuhi swasembada daging sapi/kerbau. Rp. 125.000.000- (Seratus dua puluh lima juta rupiah).
Koordinator Program
Penanggung Jawab RDHP
Dr. Ir. Wahyu Wibawa, MP NIP.19690427 199803 1 001
Wahyuni A. Wulandari, S.Pt, M.Si NIP.197507241999032002
Mengetahui, Kepala Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan teknologi Pertanian
Menyetujui, Kepala BPTP Bengkulu
Dr. Ir. Agung Hendriadi, M. Eg NIP. 196108021 198903 1 011
Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP.19590206 198603 1 002 i
RINGKASAN 1
Judul RDHP
:
Pendampingan Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi/Kerbau (PSDSK) di Propinsi Bengkulu BPTP Bengkulu Provinsi Bengkulu Lahan kering Lanjutan 1. Meningkatkan pemahaman petugas (penyuluh lapang dan inseminator) tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pelatihan/apresiasi/temu lapang. 2. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan peternak tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pembinaan secara partisipatif. 3. Meningkatkan produktivitas terna sapi potong melalui teknologi penggemukan sapi potong.
2 3 4 5 6
Unit kerja Lokasi Agroekosistem Status (L/B) Tujuan
: : : : :
7
Keluaran
:
1. Meningkatnya pemahaman petugas (penyuluh lapang dan inseminator) tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pelatihan/apresiasi. 1. Meningkatnya keterampilan dan pengetahuan peternak tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pembinaan secara partisipatif. 2. Meningkatnya produktivitas ternak sapi potong melalui teknologi penggemukan sapi potong.
8
Hasil
:
1. Produktivitas ternak sapi potong meningkat melalui teknologi penggemukan sapi potong. 2. Peningkatan pemahaman petugas (penyuluh lapang dan inseminator) tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pelatihan/apresiasi. 3. Keterampilan dan pengetahuan peternak meningkat tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pembinaan secara partisipatif.
9
Prakiraan Manfaat
:
1. Meningkatkan pemahaman petugas (penyuluh lapang dan inseminator) tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pelatihan/apresiasi/temu lapang. 2. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan peternak tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pembinaan secara partisipatif. 3. Meningkatkan adopsi inovasi teknologi pada teknologi penggemukan sapi potong pada ii
aspek on farm maupun off farm. 4. Meningkatkan produktivitas ternak sapi potong melalui teknlogi penggemukan sapi potong. 10
Prakiraan Dampak
11
Metodologi
:
Pen :
1. Teknologi yang diintroduksikan dapat diadopsi secara luas oleh peternak dalam rangka mewujudkan pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. 2. Mempercepat pencapaian swasembada daging sapi/kerbau. 3. Peningkatan produktivitas ternak sapi melalui teknologi penggemukan sapi potong yang sesuai dengan agroekosistem dan sosial ekonomi setempat. 1. Pengawalan/pendampingan program PSDSK akan dilaksanakan di 2 kabupaten, yang kegiatannya dimulai dari bulan Januari Desember 2013. 2.Ruang lingkup kegiatan pendampingan meliputi : a). Terjalinnya koordinasi yang baik antar institusi baik ditingkat pusat, provinsi maupun kabupaten dalam mendukung swasembada daging sapi, b). Penyediaan bahan informasi teknologi, alat dan bahan pendukung lainnya, c). Menyiapkan narasumber dari lingkup BPTP Bengkulu maupun Litbang Pertanian, d). Melaksanakan apresiasi teknologi bagi penyuluh dan petani/peternak, e). Melakukan demontrasi plot teknologi penggemukan sapi potong, f). Temu lapang teknologi penggemukan sapi potong, g). Pelatihan pembuatan pakan tambahan dari limbah tanaman perkebunan dan pertanian, pelatihan pemilihan sapi bakalan, budidaya sapi potong, identifikasi HMT dan pakan konsentrat, h). Bimbingan khusus dan penerapan teknologi penunjang dalam usaha penggemukan sapi potong, i). Pengumpulan data dan informasi, j). Membuat laporan hasil. 3. Tahapan pelaksanaan kegiatan pendampingan meliputi: 1). Koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu dan Dinas Peternakan Kabupaten terpilih, 2). Identifikasi kebutuhan pengkajian dan diseminasi untuk menggali potensi dan masalah di lokasi pendampingan, serta melaksanakan sosialisasi dan apresiasi teknologi yang akan iii
diintroduksikan, 3). Penyusunan petunjuk pelaksanaan (juklak),4). Melaksanakan bimbingan temu lapang (apresiasi dan penyebarluasan teknologi), 5). Melaksanakan pelatihan petani dan petugas, 6). Melaksanakan demplot teknologi penggemukan sapi potong jantan, 7). Menganalisis umpan balik kegiatan. 12 13
Jangka Waktu Biaya
: :
1 (satu) tahun Rp. 125.000.000,- (Seratus dua puluh lima juta rupiah).
iv
v
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2010 permintaan daging sapi nasional mencapai 402,9 ribu ton, dimana pemerintah baru dapat menyediakan dari produksi lokal sebesar 282,9 ribu ton. Guna memenuhi permintaan daging nasional, pemerintah melakukan impor sebesar 35% yang terdiri dari sapi bakalan sebesar 46,3 ribu ton dan daging sebesar 73,7 ribu ton. Seiring dengan pertambahan penduduk dan meningkatnya pendapatan, maka kebutuhan daging sapi pada tahun 2014 diprediksi akan meningkat menjadi 467 ribu ton (meningkat 10% dari tahun 2010). Untuk memenuhi kebutuhan tersebut sekitar 420,3 ribu ton diperoleh dari produksi lokal dan sisanya 46,7 ribu ton (10%) dipenuhi dari impor (Bahri S, 2011). Dalam rangka memenuhi target produksi daging sapi lokal sebesar 420,3 ribu ton, Kementerian Pertanian mencanangkan Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) Tahun 2014, yang terdiri dari 5 Program Pokok yaitu: (1) Penyediaan bakalan/daging sapi lokal; (2) Peningkatan produktivitas dan reproduktivitas ternak sapi lokal, (3) Pencegahan pemotongan sapi betina produktif, (4) Penyediaan bibit sapi, dan (5) Pengaturan stock daging sapi dalam negeri. Program Pokok tersebut dijabarkan ke dalam 13 kegiatan operasional, yaitu: (1) Pengembangan usaha pengembangbiakan dan penggemukan sapi; (2) Pengembangan pupuk organik dan biogas; (3) Pengembangan integrasi ternaktanaman; (4) Pemberdayaan dan peningkatan kualitas rumah potong hewan; (5) Revitalisasi kegiatan IB dan INKA beserta sarana pendukungnya; (6) Penyediaan dan pengembangan pakan dan air; (7) Penanggulangan gangguan reproduksi dan peningkatan pelayanan kesehatan hewan; (8) Penyelamatan sapi betina produktif; (9) Penguatan wilayah sumber bibit dan kelembagaan usaha pembibitan; (10) Pengembangan usaha pembibitan sapi potong melalui village
breeding centre (VBC); (11) Penyediaan bibit melalui subsidi bunga (program KUPS); (12) Pengaturan impor sapi bakalan dan daging; serta (13) Pengaturan distribusi dan pemasaran sapi bakalan dan daging sapi di dalam negeri. Pada bulan November 2010 dalam rangka launching Gerakan Aksi Membangun Pertanian Rakyat Terpadu Provinsi Banten, Menteri Pertanian menyatakan bahwa PSDS juga berasal dari daging kerbau, sehingga Ditjen 1
Peternakan dan Kesehatan Hewan telah melakukan revisi Blue Print Program Swasembada Daging Sapi menjadi Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) 2014. Jumlah ternak sapi potong di Provinsi Bengkulu tahun 2009 sebanyak 97.500 ekor dan pada tahun 2010 sebanyak 103.262 ekor sehingga mengalami peningkatan sebesar 1,06%. Sapi potong merupakan salah satu komoditas unggulan yang
dapat memenuhi kebutuhan protein hewani dan telah
berkembang di Provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu berdasarkan data angka pemotongan ternak sapi dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi penurunan pemotongan ternak sapi cukup tinggi yaitu dari 11.078 ekor pada tahun 2003 menjadi 7.277 ekor pada tahun 2006 dan meningkat kembali menjadi 10.948 ekor pada tahun 2010. (BPS Bengkulu, 2011). Program PSDSK memerlukan peningkatan populasi sapi potong dengan cara meningkatkan jumlah kelahiran pedet dan calon induk sapi dalam jumlah besar. Untuk mendukung peningkatan populasi tersebut terutama pada usaha peternakan rakyat dan peningkatan produktivitas per unit ternak pada usaha ternak sapi potong diperlukan suatu teknologi tepat guna spesifik lokasi sesuai dengan kondisi agroekosistem dan kebutuhan pengguna. Usaha penggemukan adalah usaha yang memiliki keunggulan dengan tingkat perputaran modal usaha yang sangat tinggi. Tujuan usaha penggemukan adalah untuk memenuhi kebutuhan ternak pada hari-hari biasa (suplai untuk RPH-RPH), hari raya kurban, idul fitri dan kebutuhan lainnya. Kelemahan dari usaha penggemukan adalah keterbatasan penyediaan sapi bakalan. Selama ini usaha penggemukan sapi di Bengkulu pada kelompok tani belum berjalan secara berkesinambungan. Usaha penggemukan sapi jantan di Bengkulu akhir-akhir ini berkembang dengan pesat. Peternak lebih menyukai usaha penggemukan dari pada perbibitan karena perputaran modal yang cepat dan keuntungan yang lebih tinggi dibanding usaha perbibitan. Sapi jantan bakalan diperoleh dari Jawa Tengah dan Jawa Barat sehingga harganya cukup tinggi. Biasanya usaha penggemukan sapi jantan lokal (PO, Bali dan Madura) dimaksudkan untuk penjualan saat idul qurban sedangkan sapi persilangan (Simental, Brahman Cross, Limousine, Brahman Angus) digunakan untuk penjualan ke pasar-pasar dan rumah makan di Bengkulu. 2
Potensi pakan ternak untuk sapi potong masih cukup tersedia di Provinsi Bengkulu. Pakan ternak berupa hijauan makanan ternak (HMT) masih cukup tersedia lahan untuk pengembangan kebun HMT. Selain itu juga limbah pertanian seperti limbah tanaman jagung (tongkol, kelobot dan batang/daun jagung), jerami padi, kulit kopi dan limbah sayuran cukup melimpah. Potensi pakan konsentrat yang banyak tersedia diantaranya dedak padi, limbah pabrik tahu, dan solid. 1.2. Dasar Pertimbangan Kegiatan pendampingan program PSDSK merupakan kegiatan yang menunjang 4 sukses pembangunan pertanian di Kementerian Pertanian yaitu swasembada dan swasembada berkelanjutan. Untuk mencapai swasembada daging
sapi/kerbau
pada
tahun
2014
maka
akan
dilakukan
kegiatan
Pendampingan Program PSDSK di Provinsi Bengkulu. Kegiatan pendampingan program PSDSK di Provinsi Bengkulu pada tahun 2013 akan memasuki tahun keempat. Kegiatan pendampingan PSDSK sudah dilaksanakan di 7 kabupaten yaitu : Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Mukomuko, Seluma, Kepahiang, Rejang Lebong dan Lebong. Hasil kegiatan pada tiga tahun sebelumnya adalah : 1) melakukan pendampingan program PSDS pada lembaga penerima bantuan LM3 di Kelompok Subak Tirta Gangga Desa Rama Agung Kabupaten Bengkulu Utara berupa penggemukan sapi Bali pejantan berjumlah 17 ekor yang dipelihara oleh 12 orang peternak kooperator, Kegiatan pendampingan PSDS di Ponpes Darussalam Desa Dusun Kepahiang Kabupaten Kepahiang yaitu kegiatan pemberian pakan tambahan berupa dedak padi, kulit kopi dan starbio pada sapi dewasa. Selain itu juga perbaikan instalasi biogas yang saat ini gas yang dihasilkan hanya 15 menit selanjutnya gas habis. Untuk itu BPTP akan mencoba memperbaiki instalasi biogas tersebut agar terbentuk gas yang lebih banyak. 2) melakukan pendampingan program PSDS pada Sarjana Membangun Desa (SMD) dipilih 11 kelompok dari 13 kelompok usaha pengembangan budidaya ternak sapi potong yang diberi bantuan dana SMD, tersebar pada
5 (lima) kabupaten, kegiatan pendampingan diarahkan pada
kebutuhan inovasi teknologi sesuai dengan tugas dan fungsi BPTP Bengkulu, dengan harapan SMD ini akan menjadi pelaku usaha agribisnis peternakan sapi 3
potong dan sekaligus dapat mendorong pengembangan ternak sapi potong dalam upaya mendukung percepatan swasembada daging sapi di Bengkulu. 3) melakukan pendampingan program PSDS pada kelompok peternak sapi Brahman Cross sebanyak 3 kelompok ternak di 3 kabupaten. Inovasi teknologi adalah demplot penggemukan ternak dengan pelatihan pembuatan pakan tambahan, demplot kompos. 1.3. Tujuan Tujuan pendampingan program swasembada daging sapi/kerbau pada tahun 2013 adalah: 1. Meningkatkan pemahaman petugas (penyuluh lapang dan inseminator) tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pelatihan/apresiasi. 2. Mempercepat adopsi
teknologi
penggemukan sapi potong melalui
pembinaan secara partisipatif. 3. Meningkatkan
produktivitas
ternak
sapi
potong
melalui
teknologi
penggemukan sapi potong. 1.4.
Keluaran yang Diharapkan
Keluaran tahunan 1. Meningkatnya pemahaman petugas (penyuluh lapang dan inseminator) tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pelatihan/apresiasi. 3. Meningkatnya keterampilan dan pengetahuan peternak tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pembinaan secara partisipatif. 4. Meningkatnya
produktivitas
ternak
sapi
potong
melalui
teknologi
penggemukan sapi potong. Keluaran jangka panjang Meningkatkan produktivitas sapi potong /kerbau di Bengkulu dengan dukungan IPTEK untuk memenuhi swasembada daging sapi/kerbau 1.5.
Perkiraan Manfaat dan Dampak
Prakiraan Manfaat dari kegiatan ini yaitu: 1. Meningkatkan produktivitas ternak sapi potong melalui teknlogi penggemukan sapi potong. 4
2.
Meningkatkan pemahaman petugas (penyuluh lapang dan inseminator) tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pelatihan/apresiasi/temu lapang.
3. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan peternak tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pembinaan secara partisipatif. 4. Meningkatkan adopsi inovasi teknologi pada teknologi penggemukan sapi potong pada aspek on farm maupun off farm. Prakiraan Dampak dari kegiatan ini yaitu: 1. Peningkatan produktivitas ternak sapi melalui teknologi penggemukan sapi potong yang sesuai dengan agroekosistem dan sosial ekonomi setempat. 2. Teknologi yang diintroduksikan dapat diadopsi secara luas oleh peternak dalam rangka mewujudkan pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. 3. Mempercepat pencapaian swasembada daging sapi/kerbau.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. Laju peningkatan populasi sapi potong relatif lambat, yaitu 4,23% pada tahun 2007 (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007). Kondisi tersebut menyebabkan sumbangan sapi potong terhadap produksi daging nasionl rendah (Mersyah, 2005; Santi, 2008) sehingga terjadi kesenjangan yang makin lebar antara permintaan dan penawaran (Setiyono et al, 2007). Budidaya ternak sapi potong dilakukan dalam dua tipe, yaitu tipe peternakan rakyat dan tipe industri/swasta yang dikelola dalam skala besar dan dilakukan oleh perusahaan feedloter. Aktivitas usaha swasta dalam memelihara ternak sapi potong biasanya dalam bentuk penggemukkan sapi (feedloter) dimana sapi dipelihara dalam kurun waktu tertentu dan diberikan pakan berkualitas baik untuk memperoleh pertambahan berat badan yang diinginkan, kemudian
dijual.
peternak/rakyat
Sedangkan
biasanya
usaha
merupakan
ternak
sapi
campuran
potong
(mix
dikalangan
farming)
antara
pembesaran dan pembibitan, dengan ciri skala usaha rumah tangga dan kepemilikan ternak sedikit, menggunakan teknologi sederhana, bersifat padat karya, dan berbasis azaz organisasi kekeluargaan (Aziz dalam Yusdja dan Ilham, 2004). Untuk memacu peningkatan kinerja usaha ternak sapi potong rakyat diperlukan strategi atau dukungan teknologi yang tepat. Teknologi yang dapat diimplementasikan pada peternakan rakyat antara lain perbaikan kualitas pakan yang diberikan dengan memanfaatkan bahan yang tersedia di lokasi seperti pemberian gamal, lamtoro dan kaliandra yang memiliki kandungan protein lebih tinggi dibandingkan dengan rumput atau jerami. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan
energi
dan
protein
diperlukan
penggunaan
probiotik
untuk
meningkatkan efisiensi ransum. Probiotik adalah suplemen dalam bentuk jasad renik hidup yang dapat meningkatkan bobot badan, efisiensi ransum (feed conversion ratio) dan menambah kesehatan ternak. Peningkatan cadangan energi tubuh yang biasanya ditandai dengan kenaikan bobot badan merupakan usaha untuk menormalkan proses estrus pada induk sapi (Winugroho, 2002). Akibat perbaikan bobot badan, status reproduksi sapi meningkat seperti kenaikan 6
persentase kebuntingan sapi SO di Sumba dari 25 menjadi 90% (Winugroho et
al., 1996) serta perpendekan jarak beranak sapi Bali dari 15 bulan menjadi 13 bulan (Winogroho et al., 1995). III. PROSEDUR 3.1.
Pendekatan (kerangka pemikiran) Pengawalan/pendampingan PSDSK akan dilaksanakan di 2 kabupaten
untuk
pelaksanaan demonstrasi plot Penggemukan Sapi Potong. Untuk
mengetahui umpan balik dari kegiatan pendampingan maka akan dilakukan survei pada 4 Kabupaten sebagai lokasi pendampingan pada tahun 2010 – 2012, yaitu Kabupaten Rejang Lebong di Kecamatan Sindang Kelingi dan Selupu Rejang, Kabupaten Bengkulu Utara di Kecamatan Hulu Palik, Kabupaten Bengkulu Tengah di Kecamatan Pondok Kelapa, dan Kabupaten Seluma di Kecamatan Sukaraja. Pendampingan
terhadap
Program
PSDSK
proporsional sesuai dengan jumlah kelompok ternak di
dilaksanakan
secara
kabupaten tersebut.
Pada tahun 2013 pendampingan difokuskan pada usaha penggemukan sapi potong. Waktu pelaksanaan kegiatan berlangsung selama 1 (satu) tahun yaitu dari bulan Januari – Desember 2013. 3.2.
Ruang lingkup kegiatan Pendampingan penerapan inovasi teknologi penggemukan pada ternak
sapi potong dilaksanakan di lapangan secara partisipatif. Kegiatan akan dilaksanakan selama 1 (satu) tahun di 2 kabupaten. Output yang ingin diperoleh meliputi : a). Terjalinnya koordinasi yang baik antar institusi baik ditingkat pusat, provinsi maupun kabupaten dalam mendukung swasembada daging sapi. b). Penyediaan bahan informasi teknologi, alat dan bahan pendukung lainnya. c). Menyiapkan narasumber dari lingkup BPTP Bengkulu maupun Litbang Pertanian. d). Melaksanakan apresiasi teknologi bagi penyuluh dan petani/peternak. e). Melakukan demontrasi plot teknologi penggemukan sapi potong f). Sosialisasi/ekspose hasil demplot teknologi penggemukan sapi potong,
7
g). Pelatihan pembuatan pakan tambahan dari limbah tanaman perkebunan dan pertanian, pelatihan pemilihan sapi bakalan, budaya sapi potong, identifikasi HMT dan pakan konsentrat. h). Bimbingan khusus dan penerapan teknologi penunjang dalam usaha penggemukan sapi potong. i). Pengumpulan data dan informasi. j). Membuat laporan hasil. 3.3 Bahan dan metode pelaksanaan kegiatan Bahan dan alat yang diperlukan adalah:
Dedak padi serta pakan ternak lainnya
Probiotik
Vitamin dan obat-obatan ternak
Ember, terpal, plastik (peralatan pembuatan pakan berbasis limbah pertanian lokal: jerami, tongkol jagung, pelepah sawit, solid dll).
Metode pelaksanaan kegiatan adalah: - Penyusunan bahan diseminasi - Penyusunan bahan informasi - Temu lapang - Analisis dampak (adopsi teknologi) - Pelatihan pembuatan pakan tambahan berbahan baku limbah pertanian spesifik lokasi Tahapan pelaksanaan kegiatan Pendampingan Program Swasembada Daging Sapi/Kerbau (PSDS/K) di Provinsi Bengkulu antara lain : 1). Persiapan - Koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu dan Dinas Peternakan Kabupaten. - Identifikasi kebutuhan pengkajian dan diseminasi untuk menggali potensi dan masalah di lokasi pendampingan, serta melaksanakan sosialisasi dan apresiasi teknologi yang akan diintroduksikan, - Penyusunan petunjuk pelaksanaan (juklak) 2). Pelaksanaan kegiatan : - Demplot penggemukan sapi jantan Kegiatan yang akan dilakukan pada demplot penggemukan sapi potong adalah: 8
a. Seleksi sapi bakalan Jenis sapi yang akan digunakan untuk usaha penggemukan sapi potong yaitu jenis sapi lokal (sapi Bali, sapi Madura, sapi Peranakan Ongole/PO). Sapi yang akan digemukan adalah sapi jantan. b. Manajemen Pakan Pakan ternak berupa hijauan diberikan sekitar 10% (bahan segar) dari bobot badan dan pakan konsentrat diberikan untuk mencapai konsumsi 3,5-4% (bahan kering) dari bobot badan sapi. Kualitas pakan mengandung minimal 68% jumlah energi dicerna (total digestible energy) dengan kandungan protein 12%. Konsentrat yang dberikan berupa
dedak padi ditambah limbah pertanian
ataupun perkebunan yang banyak tersedia dilokasi pendampingan. Air minum diberikan secara ad libitum. c. Manajemen kesehatan hewan Persyaratan kesehatan hewan perlu dipenuhi dalam kegiatan usaha penggemukan sapi potong. Kesehatan hewan tersebut berkaitan dengan penyakit hewan menular, penyakit non-infeksius dan gangguan metabolisme yang dapat mempengaruhi produktivitas ternak. Pada dasarnya persyaratan dan penanganan gangguan kesehatan hewan ini sama dengan usaha pembibitan, namun harus aman dan sehat apabila dilakukan pemotongan untuk tujuan konsumsi. d. Pascapanen dan pemasaran Sapi hasil penggemukan dijual berdasarkan per kg berat badan hidup dan taksiran daging. Pemasaran sapi siap potong dilakukan oleh kelompok peternak sehingga memiliki posisi tawar yang tinggi. Parameter yang diukur untuk demplot penggemukan yaitu: -
Petambahan bobot badan
-
Konsumsi pakan
-
Analisis usahatani demplot penggemukan
Analisis data dan pelaporan Data dari rangkaian hasil pelaksanaan kegiatan pendampingan baik berupa data teknis maupun ekonomi selanjutnya dianalisis sesuai dengan 9
kebutuhan penyusunan laporan akhir kegiatan. Pelaporan dibuat sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan pendampingan yang dilakukan yaitu laporan bulanan, laporan tengah tahun dan laporan akhir tahun. IV. ANALISIS RESIKO Analisis resiko diperlukan untuk mengetahui berbagai resiko yang mungkin dihadapi
dalam
pelaksanaan
kegiatan
diseminasi/pendampingan.
Dengan
mengenal resiko, penyebab, dan dampaknya maka akan dapat disusun strategi ataupun cara penanganan resiko baik secara antisipatif maupun responsif (Tabel 1 dan 2). Tabel 1. Daftar resiko pelaksanaan kegiatan No. 1.
RESIKO
PENYEBAB
Formula pakan penggemukan tidak dapat diterapkan sepenuhnya oleh peternak
Beberapa bahan pakan penggemukan tidak tersedia di lokasi
DAMPAK PBB penggemukan dipeternak rendah dari pendampingan
sapi lebih saat
Tabel 2. Daftar penanganan resiko dalam pelaksanaan kegiatan No. RESIKO Formula pakan penggemukan tidak dapat diterapkan sepenuhnya oleh peternak
PENYEBAB
PENANGANAN
Beberapa bahan pakan penggemukan tidak tersedia di lokasi
Membantu peternak untuk mengadakan bahan pakan tersebut dan mencari distributor di dekat lokasi untuk menjual pakan tersebut
10
V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN 5.1. Tenaga No
1
Nama/NIP
Wahyuni Amelia W, SPt, MSi/ 197507241999032002
Jabatan Fungsional/ Bidang keahlian Peneliti Muda/Budidaya Ternak
Jabatan dalam Kegiatan Penanggu ng jawab
Uraian Tugas
1.
2.
3. 4.
2
Ir. Siswani Dwi Daliani/ 196007301989032001
PP Pertama /Produksi Ternak
Anggota
1. 1.
3
Zul Efendi, SPt. 196902272007011001
Peneliti Pertama/Budidaya Ternak
Anggota
1.
2.
4.
Erpan Ramon, SPt/ 19751210 2009121004
PNK/Budidaya Ternak
Anggota
1.
2.
5.
Marzan/ 196403211997031001
Calon Teknisi
Anggota
1. 2.
11
Mengkoordinir anggota tim dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan. Membuat perencanaan, mengkordinir pelaksanaan kegiatan pendampingan PSDSK di Provinsi Bengkulu. Mengevaluasi kinerja dan pencapaian anggota tim secara periodik/per bulan Bertanggungjawab terhadap Kepala Balai dan memberikan laporan fisik dan keuangan secara periodik (bulanan). Membantu penanggung-jawab dalam perencanakan, pelaksanaan, dan pelaporan. Memberikan laporan perkembangan kegiatan secara periodik (Bulanan) kepada Penjab. Membantu penanggung-jawab dalam perencanakan, pelaksanaan, dan pelaporan pendampingan Memberikan laporan perkembangan kegiatan pendampingan secara periodik (Bulanan) kepada Penjab. Membantu penanggung-jawab dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pendampingan Memberikan laporan perkembangan kegiatan pendampingan secara periodik (Bulanan) kepada Penjab. Membantu teknis pelaksanaan kegiatan dilapangan Memberikan laporan perkembangan kegiatan pendampingan secara periodik (Bulanan) kepada Penjab.
Alokasi Waktu (Jam/ minggu) 10
6
6
6
5.2. Jangka waktu kegiatan No.
Uraian Kegiatan 1.
Penyusunan RDHP
2.
Penyusunan/pemba hasan perbaikan RODHP Koordinasi
3. 4. 6. 7. 8
Bulan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Pelaksanaan Laporan bulanan Laporan tengah tahun Laporan akhir tahun
5.3 Pembiayaan No No 1
Jenis Pengeluaran
Harga Satuan (Rp.000)
1 paket
31.680
44.180 31.680
1 paket 1 paket
4.000 3.500
4.000 3.500
100 OH
50
5.000
100 35
13.020 7.000 6.020
Belanja Bahan : 1. Bahan sarana produksi, demplot 2. Penggandaan dan laminasi 3. ATK, komputer supplies dan pelaporan 4. Konsumsi dalam rangka pertemuan, temu lapang, apresiasi
2
Honor Output Kegiatan 1. Petugas lapang 2. UHL
3
Belanja Barang Non Operasional Lainnya 1. Analisa Lab 2. Ongkos kirim bahan, porto, dokumentasi 3. Akomodasi dalam rangka pertemuan, temu lapang, apresiasi dll
4
Volume
70 OH 172 OH
Jumlah Biaya (Rp.000)
19.000 1 paket 1 paket
5.000 4.000
5.000 4.000
2 kali
5.000
10.000
48.800
Belanja Perjalanan Lainnya 1. Perjalanan Luar Propinsi 2. Konsultasi ke pusat
1 OP 120 OP
Jumlah
5.000 365 l
12
5.000 43.800 125.000
DAFTAR PUSTAKA Bahri, S. 2011. Petunjuk Pelaksanaan Laboratorium Lapang dan Sekolah Lapang Dalam Pembibitan dan Penggemukan Sapi Potong (LL dan SLPPSP)/Syamsul Bahri, dkk. – Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Biro Pusat Statistik. 2011. Bengkulu Dalam Angka. Biro Pusat Statistik, Bengkulu Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta. Mersyah, R. 2005. Desain studi budidaya sapi potong berkelanjutan untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Bengkulu Selatan. Disertasi, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Santi, W.P. 2008. Respons Penggemukan Sapi PO dan Persilangannya sebagai hasil IB terhadap pemberian jerami padi fermentasi dan konsentrat di Kabupaten Blora. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Peternakan Bogor. Setiyono, P.B.W.H.E., Suryahadi, T. Toharmat, dan R. Syarief. 2007. Strategi suplementasi protein ransum sapi potong berbasis jerami dan dedak padi. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Peternakan 30 (3): 207 – 217. Winugroho, M. 2002. Strategi Pemberian Pakan Tambahan untuk Memperbaiki Efisiensi Reproduksi Induk Sapi. Jurnal Litbang Pertanian. Yusdja, Y dan N. Ilham, 2004. Tinjauan kebijakan pengembangan agribisnis sapi potong. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian 2 (2): 167 – 182.
13