No. Kode: 26/1801.015/011/Lapkir/2013
LAPORAN AKHIR TAHUN
ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI MELALUI SL-PTT DI PROVINSI BENGKULU
EMLAN FAUZI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013
LAPORAN AKHIR TAHUN
ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI MELALUI SL-PTT DI PROVINSI BENGKULU
Emlan Fauzi Dedi Sugandi Andi Ishak Rudi Hartono Hamdan Alfayanti Wawan Eka Putra Bastian
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013
2
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nyalah Laporan Akhir Tahun 2013 Kegiatan Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Padi Melalui Program SL-PTT di Provinsi Bengkulu dapat diselesaikan. Laporan ini berisi mengenai hasil pelaksanaan kegiatan yang dilakukan selama bulan Januari hingga Desember 2013. Kegiatan analisis ini bertujuan untuk mengkaji kinerja program SL-PTT terhadap peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu serta merumuskan alternatif rekomendasi perbaikan pelaksanaan program SL-PTT di Provinsi Bengkulu sehingga diharapkan akan didapatkan strategi untuk perbaikan kinerja dalam pelaksanaan SL-PTT baik untuk institusi pelaksana maupun lembaga pendukung pelaksanaan SL-PTT. Sinergi antar institusi/lembaga pelaksana, lembaga pendukung serta petani sasaran yang sangat diperlukan dalam peningkatan produksi padi melalui program SL-PTT di Provinsi Bengkulu. Demikanlah laporan ini kami buat dengan harapan laporan ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang berkepentingan. Kami sadari laporan ini belum sempurna untuk itu kami harapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan laporan ini. Kepada anggota tim yang telah melaksanakan tugasnya kami sampaikan terimakasih. Bengkulu, Desember 2013 Penanggung Jawab
Emlan Fauzi, SP NIP 19810909 200801 1 010
i
LEMBAR PENGESAHAN 1.
Judul RPTP
2. 3. 4. 5. 6.
Unit Kerja Alamat Unit Kerja Sumber Dana Status Penelitian (L/B) Penanggung Jawab a. Nama b. Pangkat/Golongan c. Jabatan Fungsional 7. Lokasi 8. Agroekosistem 9. Tahun Mulai 10. Tahun Dimulai 11. Output Tahunan 12. Output Akhir 13. Biaya
: Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian: Peningkatan Produksi Padi Melalui SL-PTT di Provinsi Bengkulu : BPTP Bengkulu : JL. Irian KM, 6,5 Bengkulu 38119 : DIPA BPTP TA. 2013 : Baru : : Emlan Fauzi, SP : Penata Muda TK I /IIIb : Peneliti Pertama : Provinsi Bengkulu : Lahan basah Dataran Rendah/Tinggi Iklim Basah : 2013 : 2013 : Kinerja program SL PTT terhadap peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu : Rumusan alternatif rekomendasi perbaikan pelaksanaan program SLPTT di Provinsi Bengkulu : Rp 90.231.000 (Sembilan puluh juta dua ratus tiga puluh satu ribu rupiah)
Koordinator Program,
Penanggung Jawab RPTP,
Dr. Ir. Wahyu Wibawa, MP NIP. 19690429 199803 1 001
Emlan Fauzi, SP NIP. 19810909 200801 1 010
Mengetahui, Kepala BBP2TP,
Kepala BPTP Bengkulu,
Dr. Ir. Agung Hendriadi,M.Eng NIP. 19610802 198903 1 011
Dr. Ir Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002
ii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .......................................................................... LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................... DAFTAR GAMBAR ............................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ RINGKASAN .................................................................................... SUMMARY........................................................................................
i ii iii iv v vi vii x
I.
PENDAHULUAN ................................................................. 1.1. Latar Belakang................................................................ 1.2. Tujuan ........................................................................... 1.3. Keluaran yang diharapkan ............................................... 1.4. Hasil yang diharapkan .................................................... 1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak .......................................
1 1 3 4 4 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 2.1. Kerangka Teoritis............................................................. 2.2 Hasil-hasil Penelitian/Pengkajian Terkait. ...........................
6 6 7
III. METODOLOGI .................................................................... 3.1. Metode Pengkajian ......................................................... 3.2. Waktu dan Lokasi ............................................................ 3.3. Pengumpulan Data .......................................................... 3.4. Analisis Data...................................................................
9 9 9 9 10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 4.1. Produksi sebelum dan sesudah SL-PTT .............................. 4.2. Gambaran Usahatani Petani Peserta SL-PTT dan Non SL-PTT .................................................................... 4.3. Pengatahuan dan Adopsi Komponen Teknologi PTT ............ 4.4. Sebaran SL-PTT di Provinsi Bengkulu ................................ 4.5. Kinerja Kelembagaan Penentu Kebijakan Tingkat Provinsi dan Kabupaten dalam Mendukung SL-PTT ........................
11 11
V. KESIMPULAN ....................................................................
23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. ANALISIS RISIKO ................................................................... JADWAL KERJA ....................................................................... PEMBIAYAAN .......................................................................... PERSONALIA ........................................................................... LAMPIRAN...............................................................................
24 25 26 27 28 29
iii
12 15 17 29
DAFTAR TABEL Halaman 1. Perkembangan Luas Panen, Produktiitas dan Produksi Padi 20092013 ......................................................................................
11
2. Penggunaan Sarana Produksi dan Pendapatan Petani SL-PTT dan Non SL-PTT di Provinsi Bengkulu tahun 2013 ...............................
12
3.
Gambaran Usahatani Petani Peserta SL-PTT Sebelum dan Sesudah Penerapan Komponen PTT di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Tengah .....................................................................
14
4. Sebaran Program SL-PTT di Provinsi Bengkulu ............................
18
5.
Persentase Pelaksanaan Tugas Tim Pembina P2BN Tingkat Provinsi ..................................................................................
19
6.
Tugas Dinas Pertanian Sesuai dengan Permentan 45 Tahu 2011 di Kabupaten Seluma, Rejang Lebong dan Bengkulu Utara ..........
20
7.
Tugas BP4K Sesuai dengan Permentan 45 Tahu 2011 di Kabupaten Seluma, Rejang Lebong dan Bengkulu Utara ..............
25
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Pengetahuan dan Adopsi Komponen PTT padi Sawah pada Petani SL-PTT di Provinsi Bengkulu ....................................................... 2.
15
Pengetahuan dan Adopsi Komponen PTT padi Sawah pada Petani SL-PTT di Provinsi Bengkulu ......................................................
v
17
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Dokumentasi kegiatan
...........................................................
vi
30
RINGKASAN 1.
Judul
:
Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian: Peningkatan Produksi Padi Melalui SL-PTT di Provinsi Bengkulu
2.
Unit kerja
3.
Tujuan
:
BPTP Bengkulu
1. Mengkaji Kinerja program SL PTT terhadap peningkatan
produksi
padi
di
Provinsi
Bengkulu
2. Merumuskan alternatif rekomendasi perbaikan pelaksanaan program SL PTT di Provinsi Bengkulu. 4.
Keluaran
:
1. Kinerja
program
peningkatan
produksi
SLPTT padi
terhadap di
Provinsi
Bengkulu.
2. Rumusan alternatif rekomendasi perbaikan pelaksanaan program SLPTT di Provinsi Bengkulu 5.
Metodologi
:
- Study Pustaka - Survey - Tabulasi Data - Analisis dan Pelaporan
6.
Capaian
:
1. Gambaran kinerja program SLPTT padi di Provinsi Bengkulu
2. Alternatif pelaksanaan
rekomendasi program
SLPTT
perbaikan di
Provinsi
Bengkulu 7.
Prakiraan Manfaat
:
1. Masing masing lembaga memahami, melaksanakan tupoksinya dan berupaya untuk senantiasa berkoordinasi demi suksesnya Program SL-PTT secara efektif, efisien dan bersinergi. 2. Peningkatkan kinerja sektor pertanian,
vii
terutama dalam peningkatan produktivitas dan produksi padi melalui melalui sinergi positif antar lembaga/institusi pelaksana utama dan pendukung SL-PTT (Dinas Pertanian, Lembaga penyuluhan, BPTP, Produsen Benih BLBU, Perusahaan pupuk: Pusri dan Petro kimia Gresik) serta petani/kelompok tani pelaksana program SLPTT. 3. Koordinasi antar institusi/lembaga pelaksana berjalan lancar yang akan berpengaruh positif
terhadap
peningkatan
adopsi
komponen PTT dalam pelaksanaan Program SLPTT di Provinsi Bengkulu. 4. Hasil pengkajian diharapkan dapat menjadi bahan
dalam
penyempurnaan
penyusunan kebijakan
serta pelaksanaan
Program SLPTT di Provinsi Bengkulu. 8.
Prakiraan Dampak
:
1.
Produksi padi meningkat secara signifikan sebagai akibat peningkatan luas tanam dan juga
peningkatan
produktivitas
sebagai
konsekuensi logis dari peningkatan adopsi komponen
PTT
dari
petani
pelaksana
Program SLPTT maupun di luar program PTT. 2. Dukungan program SLPTT terhadap Program P2BN di Provinsi Bengkulu semakin nyata yang
sekaligus
memberikan
kontribusi
terhadap pencapaian 4 sukses Kementerian Pertanian. 3.
Komoditas
padi
tidak
hanya
sebagai
komoditas strategis, tetapi juga ekonomis dan
layak
viii
sebagai
agribisnis
yang
menguntungkan. 4.
Peningkatan
adopsi komponen
berdampak terhadap
teknologi
peningkatan produksi
dan juga pendapatan petani padi. 9.
Jangka Waktu
10. Biaya
:
1 (satu)Tahun
:
Rp 90.231.000,- (Sembilan Puluh Juta Dua Ratus Tiga Puluh Satu Rupiah)
ix
SUMMARY 1.
Title
: Policy Analysis of Agricultural Development: Increasing Rice Production Through SL-PTT in Bengkulu Province
2.
Unit of work
: Assesment Institute for Agriculture Tecnology of Bengkulu
3.
Objective
: 1.
Assess program performance SL PTT to increase rice production in the province of Bengkulu
2.
Alternative to formulate recommendations for improvement in program implementation SL PTT Bengkulu province.
3.
Exodus
: 1.
Performance SLPTT program to increase rice production in the province of Bengkulu.
2.
Alternative formulation of recommendations for improvement in program implementation SLPTT Bengkulu Province
5.
Methodology
: - Study Library - Survey - Data Tabulation - Analysis and Reporting
6.
Results
: 1.
Picture of program performance SLPTT rice in Bengkulu Province
2.
Alternative recommendations for improvement in program implementation SLPTT Bengkulu Province
7.
Forecast Benefits
: 1.
Each agency to understand, implement tupoksinya and strive to always coordinate for the successful SL-PTT program effectively, efficiently and synergy.
2.
Increasing the performance of the agricultural sector, particularly in increasing productivity and production of rice through positive synergies through inter-agency / institution and the main
x
implementing support SL-PTT (Department of Agriculture, Institute for counseling, BPTP, BLBU Seed Producers, Fertilizer Company: Petro chemistry Pusri and Gresik) and farmers / farmer groups implementing SL-PTT program. 3.
Coordination among institutions / implementing agency run smoothly which will impact positively on the increased adoption of PTT in the implementation of program components SLPTT in Bengkulu province.
4.
The assessment results are expected to be material in the preparation and implementation of policy improvements SLPTT program in Bengkulu province.
8.
Forecast Impact
: 1.
Rice production increased significantly as a result of increased acreage and also an increase in productivity as a consequence of the increase of farmers' adoption of PTT component SLPTT Program implementers and outside the PTT program.
2.
Support the Program P2BN SLPTT program in Bengkulu province increasingly evident that also contribute to the successful achievement of the Ministry of Agriculture 4.
3.
Paddy not only as a strategic commodity, but also economically feasible as a profitable agribusiness.
4.
Increased adoption of the technology components resulted in increased production and income of rice farmers.
9.
Duration
10. Budget
: 1 (one) year : Rp 90,231,000, - (Twenty Nine Million Two Hundred and Thirty-One Rupiah)
xi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Misi utama Badan Litbang Pertanian adalah menciptakan inovasi pertanian (teknologi, kelembagaan dan kebijakan) yang maju dan strategis
serta
mengadaptasikan menjadi teknologi tepat guna spesifik pemakai dan lokasi. Badan Litbang Pertanian telah cukup berhasil dalam pengadaan inovasi pertanian. Namun berdasarkan evaluasi kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi yang dihasilkan cenderung melambat bahkan menurun (Suryana dan Sarwani, 2007). Analisis
kebijakan
diarahkan
untuk
memfasilitasi
adopsi
teknologi,
pengembangan agribisnis, serta mendukung pembangunan pertanian wilayah dan
perdesaan.
Sintesa
kebijakan
diharapkan
mampu
memecahkan
permasalahan teknis, sosial, dan ekonomi pembangunan pertanian wilayah dalam arti luas, baik yang bersifat responsif maupun antisipatif (Badan Litbang Pertanian, 2003). Produktivitas, efisiensi, produksi dan pendapatan petani sangat dipengaruhi oleh tingkat adopsi atau penggunaan inovasi teknologi. Semakin banyak inovasi teknologi yang diadopsi akan berdampak pada peningkatan efisiensi usaha tani, produktivitas, nilai tambah dan daya saing, serta pendapatan petani. Senjang hasil/produktivitas (yield gap) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui tingkat adopsi teknologi. Senjang hasil yang lebar antara hasil riel dengan potensi hasil dari suatu komoditas menunjukkan bahwa adopsi teknologi masih rendah. Padi merupakan komoditas utama tanaman pangan di Provinsi Bengkulu. Senjang hasil (yield gap) padi di tingkat petani masih cukup besar. Produktivitas padi di Provinsi
Bengkulu masih relatif rendah yaitu 4,06 t/ha (BPS Provinsi
Bengkulu, 2010), dibandingkan dengan produktivitas nasional yang sudah mencapai
4,95 t/ha (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan,
2010). Salah satu cara untuk mengurangi senjang hasil adalah dengan menerapkan teknologi yang spesifik lokasi dengan pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT). PTT adalah suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui
1
perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2009). Produksi padi dipengaruhi oleh luas areal panen dan produktivitas. Upaya peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu telah dilaksanakan melalui berbagai program, yang diantaranya adalah SL-PTT. SL-PTT adalah program strategis Kemtan untuk mencapai swasembada beras lestari dan bahkan menjadi ekportir beras pada tahun 2020. Komponen teknologi yang disusun dalam PTT bersifat spesifik lokasi dan mempertimbangkan keragaman sumberdaya, iklim, jenis tanah, sosial-ekonomi-budaya masyarakat, serta menjaga kelestarian lingkungan (Sembiring dan Abdulrahman, 2008). Komponen teknologi PTT dipilahkan menjadi dua komponen teknologi, yaitu komponen dasar dan komponen pilihan. Komponen teknologi dasar yaitu teknologi yang sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi padi sawah. Komponen teknologi ini terdiri dari atas: (1) Varietas unggul baru, inbrida atau hibrida (2) Benih bermutu dan berlabel (3) Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos. (4) Pengaturan populasi tanaman secara optimum (5) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah (6) Pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman) dengan pendekatan PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Komponen teknologi pilihan yaitu teknologi yang disesuaikan dengan kondisi, kemauan dan kemampuan petani setempat. Teknologi ini terdiri atas: (1) Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam (2) Penggunaan bibit muda (< 21 hari) (3) Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun (4) Pengairan secara efektif dan efisien (5) Penyiangan dengan landak atau gasrok (6) Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok. Data BPS dalam kurun waktu 5 tahun terakhir menunjukkan bahwa peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu lebih dipengaruhi oleh peningkatan luas areal panen, bukan oleh peningkatan produktivitas. Kondisi ini menunjukkan
bahwa
pelaksanaan
SL-PTT
2
belum
mampu
meningkatkan
produktivitas secara signifikan. Upaya dan strategi untuk meningkatkan produktifitas dan produksi mutlak diperlukan melalui implementasi inovasi teknologi (Kustiyanto, 2001). Untuk itu perlu dilakukan analisis yang berkaitan dengan kebijakan dan pelaksanaan SL-PTT yang difokuskan untuk mengevaluasi tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Permasalahan-permasalahan
dalam
upaya
peningkatan
produktivitas
bersifat kompleks, menyangkut koordinasi dan tupoksi lintas institusi, sehingga seringkali sulit diselesaikan secara permanen. Untuk itu perlu dicari solusi dan akar permasalahan. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari permasalahan yang berulang dalam upaya peningkatan produksi yang ditekankan melalui peningkatan produktivitas. Permasalahan yang sering muncul dalam upaya peningkatan produktivitas adalah: pemanfaatan benih unggul, masalah pupuk, maslah irigasi, masalah iklim dan bencana alam, masalah ledakan OPT, pasca panen, masalah harga (Andi Nuhung, 2010) Ada perbedaan yang mendasar antara penelitian sosial ekonomi (policy
research) dengan sintesa kebijakan (policy analysis). Policy research harus mengikuti standar baku ilmiah, sedangkan police analysis bersifat review dan sisntesis yang pada hakekatnya memadukan penguasaan ilmu pengetahuan, pengalaman/keterampilan, dan seni (science, craft, and art) (Badan Litbang Pertanian, 2003). 1.2. Tujuan a. Mengkaji kinerja program SLPTT terhadap peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu b. Menyusun alternatif
rekomendasi perbaikan pelaksanaan program
SLPTT di Provinsi Bengkulu 1.3. Keluaran yang diharapkan a. Kinerja program SPTT terhadap peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu b. Rumusan alternatif rekomendasi perbaikan pelaksanaan program SLPTT di Provinsi Bengkulu
3
1.4. Hasil yang diharapkan Mendapatkan strategi untuk perbaikan kinerja dalam pelaksanaan SL-PTT baik untuk institusi pelaksana maupun lembaga pendukung pelaksanaan SL-PTT. Sinergi antar institusi/lembaga pelaksana, lembaga pendukung serta petani sasaran
sangat diperlukan dalam peningkatan produktivitas padi melalui
program SL-PTT di Provinsi Bengkulu. Menemukan permasalah utama yang menjadi faktor pembatas
adopsi
komponen teknologi PTT, untuk dievaluasi, dianalisis dan ditentukan cara penyelesaian masalahnya. Rumusan kebijakan responsif yang disintesis dari perbaikan kinerja, hasil identifikasi permasalahan utama dan upaya pemecahan masalah dalam peningkatan produktivitas padi. 1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak 1.5.1. Manfaat 1). Masing masing lembaga memahami, melaksanakan tupoksinya dan berupaya untuk senantiasa berkoordinasi demi suksesnya Program SLPTT secara efektif, efisien dan bersinergi. 2). Peningkatkan kinerja sektor pertanian, terutama dalam peningkatan produktivitas dan produksi padi melalui melalui sinergi positif antar lembaga/institusi pelaksana utama dan pendukung SL-PTT (Dinas Pertanian, Lembaga penyuluhan, BPTP, Produsen Benih BLBU, Perusahaan
pupuk:
Pusri
dan
Petro
kimia
Gresik)
serta
petani/kelompok tani pelaksana program SL-PTT. 3). Koordinasi antar institusi/lembaga pelaksana berjalan lancar yang akan berpengaruh positif terhadap peningkatan adopsi komponen PTT dalam pelaksanaan Program SL-PTT di Provinsi Bengkulu. 4). Hasil pengkajian diharapkan dapat menjadi bahan dalam penyusunan serta penyempurnaan kebijakan pelaksanaan Program SL-PTT di Provinsi Bengkulu.
4
1.5.2.Dampak 1). Produksi padi meningkat secara signifikan sebagai akibat peningkatan luas tanam dan juga peningkatan produktivitas sebagai konsekuensi logis dari peningkatan adopsi komponen PTT dari petani pelaksana Program SL-PTT maupun di luar program PTT. 2. Dukungan program SL-PTT terhadap Program P2BN di Provinsi Bengkulu semakin nyata yang sekaligus memberikan kontribusi terhadap pencapaian 4 sukses Kemtan. 3. Komoditas padi tidak hanya sebagai komoditas strategis, tetapi juga ekonomis dan layak sebagai agribisnis yang menguntungkan. 4.
Peningkatan
adopsi
komponen
teknologi
berdampak
peningkatan produksi dan juga pendapatan petani padi.
5
terhadap
II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis Kebijakan publik adalah tindakan kolektif melalui kewenangan pemerintah dan ditetapkan berdasarkan prosedur yang legitimate. Bidang liputan sintesa kebijakan adalah kebijakan publik yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan kehidupan petani dan perilaku agribisnis lainnya. Salah satu spesifikasi aspek sintesa kebijakan adalah metoda atau prosedur operasionalnya tidak mengikuti standard ilmiah baku, tetapi merupakan review dan sintesis teori, informasi, dan hasil penelitian ilmiah secara sistematis dan logis (Badan Litbang Pertanian, 2003). Senjang hasil (yield gap) antara hasil penelitian dengan hasil riel petani padi di Provinsi Bengkulu sangat lebar (46%). Salah satu cara untuk mengurangi senjang hasil adalah dengan menerapkan teknologi yang spesifik lokasi dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Adopsi teknologi perlu diakselerasi dalam upaya peningkatan produktivitas, efisiensi, produksi dan pendapatan petani. PTT adalah suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2009). Dengan pendekatan ini diharapkan selain produksi padi naik, biaya produksi optimal, produknya berdaya saing dan lingkungan tetap terpelihara sehingga bisa berkelanjutan. Inovasi teknologi berpeluang untuk diadopsi oleh petani apabila teknologi yang diintroduksikan memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 1.
Bermanfaat bagi petani secara nyata.
2.
Lebih unggul dibandingkan dengan teknologi yang telah ada.
3.
Bahan, sarana, alat mesin, modal dan tenaga untuk mengadopsi teknologi tersedia.
4.
Memberikan nilai tambah dan keuntungan ekonomi.
5.
Meningkatkan efisiensi dalam berproduksi.
6.
Bersifat ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan usaha pertanian ( Kartono, 2009).
6
Dari sisi petaninya sendiri, mereka juga mempertimbangkan beberapa faktor sebelum mengadopsi teknologi. Faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh petani diantaranya adalah: 1.
Ketersediaan pasar hasil panen dengan harga pasar yang layak serta keuntungan yang baik.
2.
Kepastian diperolehnya hasil panen dengan resiko kegagalan yang minimal.
3.
Penerapan teknologi tidak sulit bagi petani.
4.
Petani mampu menyediakan modal untuk mengadopsi teknologi.
5.
Memberikan nilai tambah dan keuntungan nyata bagi petani. Kebijakan pemerintah adalah serangkaian tindakan yang akan, sedang dan
telah dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan kebijakan pertanian di indonesia adalah untuk memajukan pertanian, mengusahakan pertanian menjadi lebih produktif, produksinya efisien, pendapatan meningkat dan kesejahteraan akan lebih merata (Mubyarto, 1993). Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah pusat maupun daerah mengeluarkan peraturan yang berbentuk
undang-undang,
peraturan
pemerintah,
keputusan
presiden,
keputusan menteri, keputusan gubernur dan lain-lain. Analisis kebijakan adalah proses atau kegiatan mensintesa informasi, termasuk hasil- hasil penelitian untuk menghasilkan rekomendasi opsi desain kebijakan publik. Kebijakan publik adalah keputusan atau tindakan pemerintah yang berpengaruh atau mengarah pada tindakan individu dalam kelompok masyarakat, pada prinsipnya bertujuan memecahkan masalah-masalah yang ada di dalam masyarakat (Sutopo dan Sugiyanto, 2001; Simatupang, 2003). 2.2. Hasil-hasil penelitian/pengkajian yang terkait Hasil penelitian yang menyangkut analisis kebijakan pembangunan ketahanan
pangan,
utamanya
di
Provinsi
Bengkulu
masih
terbatas. Hasil survey menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas padi
sangat di 4
kabupaten (Lebong, Seluma, Rejang Lebong dan Bengkulu Utara) baru mencapai 3,76 t/ha. Rendahnya produktivitas dikarenakan banyak komponen teknologi budidaya yang belum diterapkan. Secara umum komponen teknologi anjuran yang diterapkan baru sekitar 25%. Adapun komponen teknologi yang sudah diadopsi diantaranya adalah komponen pengendalian OPT, sistem tanam dan penanaman bibit muda.
7
Rendahnya produktivitas padi di Provinsi Bengkulu merupakan hasil kinerja kolektif antar institusi. Permentan No. 45 tahun 2011 mengatur tata hubungan kerja antar kelembagaan teknis, penelitian dan pengembangan, dan penyuluhan pertanian dalam mendukung peningkatan produksi beras nasional (P2BN). Koordinasi tidaklah semudah yang dibayangkan, karena harus melewati 4 tahapan yaitu introduction, communication, colaboration, dan coordination. Kualitas dari koordinasi sangat dipengaruhi oleh interaksi dari semua pihak. Kadang-kadang kita sudah merasa melakukan koordinasi walaupun baru melakukan introduction dan communication. Empat tahapan dalam coordination bersifat interlocked. Di Provinsi Bengkulu belum terbentuk kelembagaan baik untuk tim pembina maupun tim pelaksana yang mengacu pada pelaksanaan Permentan No.11 Tahun 2011. Masing-masing Dinas/instansi melaksanakan tupoksinya secara parsial, sehingga koordinasi dan sinergitas belum berjalan secara optimal. Masing-masing Dinas/Instansi pelaksana program P2BN harus memahami mekanisme dan tata hubungan kerja antar tim serta
tugas yang harus
disinergikan secara harmonis. Sinergitas yang harmonis akan berdampak terhadap meningkatnya kinerja yang signifikan dari masing-masing dinas/institusi maupun tim dalam mewujudkan pertumbuhan dan peningkatan produksi beras sebesar 5,22%/tahun.
8
III. METODOLOGI 3.1 Metode Pengkajian Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Padi melalui SLPTT di Provinsi Bengkulu dilakukan dengan metode survei untuk mengetahui kinerja program SLPTT terhadap peningkatan produksi padi. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai suatu bentuk evaluasi yang dilakukan dari hasil kegiatan SLPTT. Metode evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi summatif (Singarimbun, 1989) yaitu setelah suatu kegiatan selesai dilaksanakan. 3.2 Waktu dan Lokasi Kegiatan Analisis Kebijakan pada tahun 2013 dilaksanakan di Kabupaten Seluma, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah dan Lebong. 3.3 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui kegiatan survei melalui wawancara terhadap para pemangku kebijakan tingkat provinsi (Dinas Pertanian, Bakorluh, BPTP), tingkat kabupaten (Dinas Pertanian, Bapeluh, LO BPTP), dan pelaksana SLPTT di tingkat lapangan (PPL, petani) serta lembaga pendukung benih dan pupuk. Responden petani sebanyak 80 orang. Wawancara terhadap pemangku kebijakan diarahkan untuk menilai pelaksanaan Permentan 45 tahun 2011. Data primer yang dikumpulkan di tingkat petani adalah sebagai berikut: 1)
Penerapan teknologi dan keragaan usahatani petani peserta SL-PTT dan non SL-PTT.
2)
Dukungan petugas dalam pelaksanaan Progran SLPTT. Data sekunder merupakan data pendukung yang dikumpulkan dari
dinas/instansi terkait.
9
3.4 Analisis Data 1) 2)
Analisis data dilakukan secara deskripsi, untuk melihat kinerja lembaga terkait sesuai dengan permentan 45 2011 tentang P2BN. Kinerja program SLPTT terhadap peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu. Kinerja program SLPTT dalam peningkatan produksi padi dianalisis secara deskriptif.
Peningkatan
produksi
padi
di
tingkat
petani
dianalisis
menggunakan rumus (Werimon, 1992 dalam Yulianto, 2009): PP = [ (PS – PE) / PE ] x 100 % Dimana: PP = peningkatan produksi padi PS = produksi padi SL-PTT PE = produksi padi non PTT 3)
Analisis usahatani untuk mengetahui peningkatan pendapatan petani SL-PTT dan non SL-PTT.
4)
Perumusan alternatif rekomendasi pelaksanaan SL-PTT di Provinsi Bengkulu.
10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Produksi sebelum dan sesudah SL-PTT SL-PTT adalah suatu tempat pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
dalam
mengenali potensi,
menyusun rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan. Indikator keberhasilan SL-PTT dapat dilihat dari peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap, penerapan budidaya yang baik dan benar, peningkatan produktivitas dan keberlanjutan serta replikasinya. Salah satu indikator keberhasilan SL-PTT adalah peningkatan produksi dan produktivitas padi. Produksi padi dalam 5 tahun terakhir Provinsi Bengkulu meningkat ratarata 5,74 %/tahun, dari 484.594 ton GKG pada tahun 2009 menjadi 600.282 ton GKG pada tahun 2013 (ARAM II) sedangkan laju peningkatan produktivitas mencapai 2,34%/tahun
dan luas panen meningkat rata-rata 3,25 %/tahun,
sebagaimana terlihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi 2009-2013 di Provinsi Bengkulu. No
Tahun
Luas Panen
Ha
Produktivitas
Ku/Ha
%
%
Ton
1
2009
120.882
2
2010
121.877
0.82
40.36
0.67
491.901
3
2011
115.611
-5.18
41.17
2.00
475.944
4
2012
128.131
10.82
42.99
4.42
550.795
5
2013
136.549*
6.56
43.96*
2.25
600.282*
Rata-rata
40.09
Produksi
3.25
%
484.594
2.34
1.50 -3.24 15.73 8.98 5.74
Ket : * Angka Ramalan 2 Distan Prov. 2013
Peningkatan produksi tidak terlepas dari peran program SL-PTT, hal ini dapat dilihat dari tabel 1 sebelum ada program SL-PTT produksi sebesar 484.594 ton (2009) menjadi 550.792 ton (2012) atau mengalami peningkatan sebesar 13,66%. Peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu terjadi karena meningkatnya produktivitas
padi di tingkat petani. Peningkatan produktivitas
disebabkan para petani sudah banyak yang mengadopsi teknologi PTT misalnya
11
pemakaian benih varietas unggul bermutu produktivitas tinggi termasuk benih padi inbrida dan hibrida, tanam umur bibit muda (< 21 hari) dan penanganan panen. 4.2. Gambaran Usahatani Petani Peserta SL-PTT dan Non SL-PTT Penggunaan input produksi pada kegiatan usahatani merupakan hal yang sangat
penting
karena
akan
mempengaruhi
produksi
yang
dihasilkan.
Penggunaan input yang dianalisis meliputi penggunaan benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Gambaran penggunaan input pada usahatani padi sawah petani SL-PTT dan non SL-PTT dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Penggunaan sarana produksi dan pendapatan petani SL-PTT dan Non SL-PTT di Provinsi Bengkulu Tahun 2013 No 1. 2.
Uraian Satuan Benih Kg/Ha Pupuk Kg/Ha - Urea - SP 36 - NPK 3. Pestisida ml/Ha 4. Tenaga Kerja HOK/Ha 5. Produksi Ton/Ha/MT 6. Penerimaan (R) Rp/Ha/MT 7. Biaya input (C) Rp/Ha/MT 8. Pendapatan (B) Rp/Ha/MT Sumber: Data primer diolah, 2013
Petani SL-PTT 43,64
Petani Non SL-PTT 57,56
159,07 58,47 158,39 439,77 13,37 4,64 17.291.647,7.552.561,9.628.137,-
159,69 61,90 117,52 672,00 16,49 3,03 10.374.143,6.271.486,4.102.657,-
Secara umum jumlah input yang digunakan oleh petani SL-PTT lebih sedikit bila dibandingkan dengan petani non SL-PTT kecuali input pupuk NPK. Jumlah penggunaan benih memang masih belum sesuai dengan rekomendasi yaitu 25 kg/ha, namun penggunaan benih petani SL-PTT 24,19% lebih sedikit dibandingkan dengan petani non SL-PTT. Jumlah penggunaan input benih yang masih belum sesuai dengan rekomendasi ini dikarenakan petani masih terbiasa melakukan penyemaian benih dalam jumlah yang banyak dengan harapan tidak akan terjadi kekurangan bibit bila saat tanam tiba. Penggunaan pupuk urea, SP 36 dan NPK petani SL-PTT dan Non SL-PTT pada umumnya tidak memiliki yang signifikan. Hanya penggunaan pupuk NPK petani SL-PTT 34,78% lebih banyak dibandingkan dengan petani Non SL- PTT. Meningkatnya penggunaan pupuk majemuk oleh petani SL-PTT karena petani berusaha melakukan pemupukan secara berimbang. Dengan menggunakan
12
pupuk majemuk petani berharap jumlah hara yang dibutuhkan oleh lahan usahatani mereka telah terpenuhi. Pupuk merupakan salah satu sarana produksi pertanian yang penting dalam meningkatkan produksi tanaman. Penggunaan pupuk diusahakan secara efisien dan berimbang karena akan meningkatkan efisiensi pemupukan, produksi tanaman, mampu menghemat pupuk dan devisa negara, dalam jangka panjang dapat mengurangi pencemaran lingkungan (Hartatik dan Setyorini, 2008). Secara umum penggunaan pupuk oleh petani belum sesuai anjuran, hal ini disebabkan rendahnya pengetahuan petani tentang pupuk dan waktu pengaplikasian yang tidak tepat. Selain itu faktor ketersediaan ditingkat petani dan harga pupuk juga ikut mempengaruhi jumlah pupuk yang digunakan (Hamdan, 2012). Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dengan pola Pengendalian Hama Terpadu (PHT) juga mampu menurunkan jumlah pengunaan pestisida pada petani SL-PTT. PHT yang merupakan pendekatan berbasis terapan mengintegrasikan berbagai praktek untuk mengendalikan hama. OPT tidak hanya dikendalikan dengan penggunaan bahan kimia namun pengendalian juga dilakukan dengan menggunakan bahan alami atau dikendalikan secara biologi dan teknis. Pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir bila serangan OPT berada diatas ambang ekonomi. Hal inilah yang mengakibatkan penggunaan pestisida petani SL-PTT lebih kecil dibandingkan dengan petani Non SL-PTT. Penggunaan input tenaga kerja pada petani SL-PTT lebih rendah 12,44% dibandingkan dengan petani Non SL-PTT. Petani Non SL-PTT rata-rata mengusahakan usahataninya secara konvensional dimana tujuan usahataninya lebih kepada pemenuhan kebutuhan bahan pangan bukan peningkatan produksi ataupun komersial sehingga dalam tahapan budidayanya petani Non SL-PTT tidak memperhitungkan efisiensi waktu dalam tahapan budidayanya seperti persiapan lahan dan kegiatan lainnya. Dibandingkan dengan faktor produksi lainnya, tenaga kerja merupakan faktor terpenting. Aplikasi teknologi varietas unggul, pupuk dan irigasi dapat mendorong aplikasi tenaga kerja sehingga usaha tani padi bersifat padat tenaga kerja (Rusastra IW dan Suryadi, 2004) Peningkatan
produksi
dan
penurunan
biaya
input
tentu
saja
mengakibatkan jumlah pendapatan petani SL-PTT lebih tinggi dibandingkan dengan petani non SL-PTT karena jumlah produksi dan jumlah biaya input
13
merupakan faktor utama penentu besar kecilnya pendapatan usahatani. Hal ini sama dengan beberapa hasil penelitian sejenis seperti penelitian Nurbaeti et
all.,(2006) di Kabupaten Sumedang menunjukkan bahwa penerapan PTT dapat meningkatkan hasil panen (GKP) sebanyak 15% dan juga meningkatkan efisiensi masukan input terutama dalam penggunaan benih dan pupuk masing-masing 3540% dan 30-66%. Fachrista (2012) mengemukakan bahwa penerapan PTT di Bangka Belitung meningkatkan produktivitas sebesar 0,5-1 ton/ha. Selanjutnya penelitian Adnyana dan Kariyasa (2006) di Propinsi Sumatera Utara, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat menyatakan bahwa penerapan PTT meningkatkan keuntungan petani pada MK I masing-masing sebesar 15,2-25,1%;11,611,9%;3,7-18,0% dan 7,1-10,9%. Apabila produksi dan jumlah input petani peserta SL-PTT dibandingkan dengan produksi dan jumlah input yang mereka gunakan pada saat sebelum mengenal program SL-PTT ternyata juga menunjukkan perbedaan yang nyata. Nilai R/C ratio usahatani padi sawah mereka yang diusahakan dengan menerapkan komponen PTT lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum mereka menerapkan komponen PTT. Artinya usahatani padi sawah mereka yang dikelola dengan
menerapkan
komponen
PTT
lebih
layak
dan
menguntungkan
dibandingkan dengan tidak menerapak komponen PTT. Tabel 3. Gambaran Usahatani Petani Peserta SL-PTT sebelum dan sesudah penerapan komponen PTTdi Kabupaten Seluma dan Bengkulu Tengah Kabupaten Seluma Uraian
Satuan
Benih Pupuk -Urea -SP 36 -KCl -NPK Phonska -Pupuk kompos Tenaga kerja Produksi Penerimaan (R) Total Biaya (C) Pendapatan (B) R/C
Kg/Ha Kg/Ha
HOK/Ha Ton/Ha/MT Rp/Ha/MT Rp/Ha/MT Rp/Ha/MT
Sumber: data primer diolah, 2013
Sebelum PTT
Setelah PTT
Kabupaten Bengkulu Tengah Sebelum Setelah PTT PTT
70,40
37,75
80,19
46,47
116,46 52,56 5,52 44,52 0,00 125,64 3,42 11.554.552 7.062.642 4.491.910 1,64
203,07 81,37 14,856 217,57 316,29 125,64 5,08 17.139.262 8.050.761 9.088.500 2,13
44,11 7,52 0 88,72 0 97,61 2,87 8.619.602,58 4.826.466 3.793.136,41 1,78
90,48 25,06 6,27 245,61 252,63 97,61 4,47 13.415.782,31 5.580.050 7.835.732,19 2,40
14
4.3. Pengetahuan dan Adopsi Komponen Teknologi PTT Pengetahuan adalah adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Adopsi komponen PTT dapat diartikan sebagai komponen PTT yang telah dilaksanakan oleh petani. Menurut Soekartawi (2005) terdapat lima tahapan yang dilalui oleh petani dalam mengadopsi suatu inovasi, yakni: (i) tahap kesadaran dengan mengetahui informasi yang masih bersifat umum, (ii) tahap menaruh minat dengan mengumpulkan dan mencari informasi dari berbagai sumber, (iii) tahap evaluasi yaitu dengan mempetimbangkan lebih lanjut apakah minatnya diteruskan atau tidak, (iv) tahap mencoba menerapkan dalam skala kecil, dan (v) tahap adopsi dengan menerapkan di lahan skala yang lebih luas. Pengetahuan dan adopsi komponen PTT petani SL PTT dapat dilihat pada gambar 1. P e r s e n t a s e
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
94.12
91.18 79.41 79.41 73.53 73.53
76.47 76.47 70.59 70.59
76.47 76.47
Melaksanakan
67.65
61.76
Tahu
61.76 58.82 55.88 58.82
52.94
Komponen PTT
Gambar 1. Pengetahuan dan adopsi komponen PTT padi sawah pada petani SL PTT di Provinsi Bengkulu Secara umum semua komponen PTT telah diketahui dan dilaksanakan oleh semua petani peserta SL-PTT (> 50%) walau memang tidak semua komponen PTT yang diketahui mereka terapkan dalam usahatani. Tidak diterapkannya komponen PTT yang diketahuinya tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti ketersediaan sarana dan prasarana, modal usaha serta kendala teknis. Komponen dasar yang diketahui petani namun banyak tidak
15
mereka laksanakan adalah penggunaan pupuk berimbang. Hal ini disebabkan karena penghitungan kebutuhan pupuk tanaman dan status hara tanah hanya dapat dilakukan dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD), Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) atau diuji langsung di Laboratorium Tanah. Keterbatasan alat yang dimiliki oleh petani dan jauhnya akses ke Laboratorium membuat petani melakukan pemupukan sesuai dengan inisiatifnya sendiri dan sesuai dengan dana yang dimilikinya. Komponen pilihan yang diketahui namun tidak dilaksanakan terbanyak adalah penggunaan bibit muda. Komponen PTT ini sulit diterapkan karena menurut petani bila bibit ditanam terlalu muda maka akan terjadi serangan hama keong yang dapat merusak tanaman mereka. Namun demikian komponen pilihan untuk pengelolaan panen dan pasca panen. Penanganan panen dan pasca panen menurut mereka akan memberikan hasil yang optimal karena dengan penanganan yang baik akan mengurangi kehilangan hasil produksi. Komponen PTT padi sawah selain diketahui dan diadopsi oleh petani peserta SL-PTT juga diketahui dan diadopsi oleh petani yang bukan menjadi peserta program SL-PTT. Mereka mengetahui komponen PTT tersebut dari berbagai sumber misalnya informasi dari Penyuluh Pertanian, sesama petani dan melihat aplikasi komponen PTT di lahan sawah petani lain. Pengetahuan dan adopsi komponen PTT padi sawah pada petani Non SL-PTT di Provinsi Bengkulu dapat dilihat pada gambar 2.
16
P e r s e n t a s e
80 70 60 50 40 30 20 10 0
68.18 59.09 50 45.45
40.91 36.36
18.18
22.73 18.18
Melaksanakan
40.91 36.36
18.18
Tahu
31.82
31.82 27.27
18.18
22.73
4.55
Komponen PTT
Gambar 2. Pengetahuan dan adopsi komponen PTT padi sawah pada petani Non SL-PTT di Provinsi Bengkulu Komponen dasar yang paling banyak diketahui dan dilaksanakan oleh petani Non SL-PTT adalah perlindungan tanaman dari OPT berdasarkan prinsip dan strategi PHT. Informasi mengenal PHT diperoleh petani dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang bertugas di desa mereka. Perlindungan tanaman dengan prinsip PHT diajarkan oleh PPL dikarenakan dibeberapa lokasi telah terjadi resurjensi atau resistensi OPT akibat petani menggunakan dosis pestisida yang berlebihan dalam melindungi tanaman mereka. Komponen pilihan penanganan panen dan pasca panen menjadi komponen dasar yang paling banyak diketahui dan dilaksanakan oleh petani. Hampir sama dengan petani SL PTT alasan utama mereka memilih komponen ini untuk dilaksanakan karena dengan penanganan panen dan pasca panen yang benar maka akan mengurangi kehilangan hasil produksi. Bila kehilangan hasil produksi bisa diminimalisir maka kerugian dapat diminimalisir pula. 4.4. Sebaran SL-PTT di Provinsi Bengkulu Luas sebaran SL-PTT komoditas padi di Provinsi Bengkulu sebanyak 69.200 ha yang tersebar di 9 kabupaten dan 1 kota. Sebaran lokasi pendampingan SL-PTT di Bengkulu dapat dilihat pada Tabel 3.
17
Tabel 3. Sebaran Program SL-PTT di Provinsi Bengkulu No 1 2 3 4 5 6 7 8
Kabupaten Bengkulu Tengah Seluma Kaur Rejang Lebong Bengkulu Selatan Muko-Muko Lebong Kota Bengkulu
9 Kepahiang 10 Bengkulu Utara Jumlah
Sebaran SL-PTT 4.000 12.800 6.100 7500 8000 6700 6.000 2.800
Luas Lahan Sawah Baku 7.624 20.150 7.870 9.704 11.290 9.418 10.270 2.789 5.287 15.300 99.702
3.000 12.300 69.200
Sumber : data primer 2013 diolah
Berdasarkan tabel 3 di atas, jumlah sebaran SL-PTT di Provinsi Bengkulu sudah mencapai 68,41 % dari total luas lahan sawah baku di Provinsi Bengkulu. Kabupaten yang paling luas sebaran SL-PTT adalah
Kabupaten Seluma dan
Bengkulu Utara dengan masing-masing sebaran mencapai 12.800 ha dan 12.300 ha. Disamping itu juga kedua kabupaten tersebut merupakan kabupaten yang paling luas lahan sawah bakunya yaitu 20.150 ha dan 15.300 ha. Kegiatan SLPTT tahun 2013 dalam rangka meningkatkan produksi padi untuk mengamankan penyediaan pangan melalui penyediaan komoditi padi dalam jumlah cukup, berkualitas baik dan kontinuitas produksinya terjamin melalui peningkatan produksi, produktivitas dan pengembangan padi di Provinsi Bengkulu
yang
bertujuan : 1.
Untuk memperkenalkan teknologi baru kepada petani dimana nantinya diharapkan dapat ditransferkan kepada petani sekitar-nya.
2.
Sarana promosi kepada para petani pada daerah-daerah SL-PTT Padi sentra-sentra kawasan pengembangan padi dengan menerapkan sistem agribisnis secara utuh yang mampu mendorong dan menjadi contoh untuk
pertumbuhan
kawasan-kawasan
produksi
yang
baru
dan
memantapkan sentra-sentra produksi yang telah ada. 3.
Mendorong tumbuh dan tersedianya fasilitas prasarana dan sarana yang diperlukan untuk mendukung pengembangan dan penerapan sistem agribisnis pada kegiatan usahatani yang dilakukan masyarakat.
18
4.
Mendorong
percepatan
pertumbuhan
ekonomi
perdesaan
dengan
masukan modal, teknologi, manajemen dan akses pasar melalui pola-pola kemitraan antara petani dengan swasta/BUMN/Koperasi dalam upaya pengembangan dan penerapan sistem agribisnis dan agroindustri. 5. Menyiapkan sumber daya petani untuk tahu, mau dan mampu menerapkan prinsip-prinsip agribisnis secara utuh dalam melaksanakan usahatani sehingga terciptanya petani-petani
sebagai wiraswata agribisnis skala
kecil, menengah dan bila mungkin skala besar. 6. Meningkatkan produksi padi untuk mengamankan penyediaan pangan melalui penyediaan komoditi padi dalam jumlah cukup, berkualitas baik dan kontinuitas produksinya terjamin melalui peningkatan produksi, produktivitas dan pengembang padi. 4.5. Kinerja Kelembagaan Penentu Kebijakan Tingkat Provinsi dan Kabupaten dalam mendukung SL-PTT Untuk meningkatkan sinergi dan koordinasi dalam rangka pelaksanaan peningkatan program P2BN, dibentuk Tim Pembina di Tingkat Provinsi, dan Tim Pelaksana di Tingkat Kabupaten/Kota. Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas tim pembina dan tim pelaksana ada mekanisme dan tata hubungan kerja antara kelembagaan teknis, kelembagaan penelitian dan pengembangan, dan kelembagaan penyuluhan pertanian mulai dari tingkat provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan. Mekanisme dan tata hubungan kerja ini dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi kelembagaan teknis, kelembagaan penelitian dan pengembangan, serta kelembagaan penyuluhan pertanian di provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan dalam mendukung program P2BN. Di Provinsi Bengkulu sudah terbentuk kelembagaan baik untuk tim pembina maupun tim pelaksana yang mengacu pada pelaksanaan Permentan No. 45 Tahun 2011. Masing-masing dinas/instansi masih melaksanakan tupoksinya secara parsial, sehingga koordinasi dan sinergitas belum berjalan secara optimal.
19
Tabel 4. Persentase Pelaksanaan Tugas Tim Pembina P2BN tingkat Provinsi Bengkulu. No 1 2 3
Instansi Dinas Pertanian BPTP Bakorluh
Persentase Pelaksanaan Tugas 66,76 83,33 60,00
Sumber : data primer 2013 diolah
Berdasarkan tabel 4 maka dapat dilhat bahwa rata-rata pelaksanaan tugas sesuai dengan permentan 45 tahun 2011 dari masing-masing instansi sudah mencapai rata-rata 70 %. Masing-masing dinas/instansi pelaksana program P2BN harus memahami mekanisme dan tata hubungan kerja antar tim serta tugas yang harus disinergikan secara harmonis. Lemahnya koordinasi antar penentu kebijakan berdampak pada pelaksanaan SL-PTT di tingkat lapangan. Sinergitas yang harmonis akan berdampak terhadap meningkatnya kinerja yang signifikan dari masing-masing dinas/institusi maupun tim dalam mewujudkan pertumbuhan dan peningkatan produksi padi. Untuk meningkatkan koordinasi dan sinergitas program dan kegiatan antara
dinas teknis pertanian yang membidangi tanaman pangan, peneliti
pendamping (LO) dan Kelembagaan Penyuluhan di tingkat kabupaten/kota maka masing-masing instansi mempunyai tugas sesuai dengan permentan 45 tahun 2011 seperti tabel 5. Tabel 5. Tugas Dinas Pertanian sesuai dengan Permentan 45 Tahun 2011 di Kabupaten Seluma, Lebong dan Bengkulu Utara. No
Uraian Tugas
Seluma
Lebong
Utara
1
Merencanakan dan Menetapkan target produksi padi dengan adanya SL-PTT Produksi sebelum SL-PTT Target Produksi Selama program SL-PTT Realisasi produksi selama program SL-PTT Target Produksi setelah program SL-PTT Apakah ada matrik program yang disusun selama kegiatan SL-PTT Melaksanakan program/kegiatan berdasarkan matrik program Koordinasi dalam satu tahun dengan tim pelaksana di tingkat kabupaten Menetapkan kebutuhan sarana produksi Perencanaan saprodi sesuai dengan kebutuhan di lapang
1
0
1
0 1 1 0 0
0 0 1 0 0
0 1 1 0 1
0
0
0
1
1
1
1 1
1 1
1 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10
20
No
Uraian Tugas
11
Kendala dalam pengadaan saprodi
12
Apakah pengadaan saprodi sesuai dengan 6 prinsip tepat (waktu, tempat, jumlah, dosis, harga dan kualitas) 13 Sudah menerapkan rekomendasi teknologi spesifk lokasi 14 Apakah dinas membuat/mencetak lahan sawah baru selama kegiatan SL-PTT 15 Menyiapkan laporan pelaksanaan peningkatan produksi padi 16 Laporan pelaksanaan SL-PTT 17 Menyusun laporan tim Pelaksana Jumlah Nilai Persentase (%)
Seluma
Lebong
Utara
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
0
1 0 10 0.59 58.82
1 0 7 0.41 41.18
1 0 10 0.59 58.82
Sumber: data primer 2013 diolah
Berdasarkan tabel 5 di atas ketiga kabupaten telah melaksanakan tugas dengan baik walaupun masih banyak tugas yang belum dilaksanakan seperti penetapan produksi sebelum SL-PTT, menetapkan target produksi setelah program SL-PTT, tidak membuat matrik program yang disusun selama kegiatan SL-PTT, tidak melaksanakan program/kegiatan berdasarkan matrik program, tidak berjalannya pengadaan saprodi sesuai dengan 6 prinsip tepat (waktu, tempat, jumlah, dosis, harga dan kualitas) sebagai contoh pupuk bersubsidi dimana saat musim tanam langka di pasaran kalaupun ada harganya jauh di atas harga subsidi (HET), tidak menerapkan rekomendasi teknologi spesifk lokasi, dan tidak pernah menyusun laporan tim pelaksanaan SL-PTT tingkat kabupaten. Kelembagaan pelayanan pertanian seperti permodalan, penyuluhan, penelitian dan informasi masih lemah dan tersekat-sekat menurut sektoral atau sub sektoral. Disamping itu perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi banyak personil penyuluh di lapangan masuk ke jajaran struktural, hal ini mengakibatkan berkurangnya jumlah petugas lapangan yang merupakan unsur terdepan dan terpenting dalam pembangunan pertanian.
21
Koordinasi antara Dinas Pertanian, BP4K dan Peneliti Pendamping tidak berjalan baik sesuai dengan permentan 45 tahun 2011. Selama ini masingmasing penentu kebijakan berjalan sesuai dengan tupoksi mereka atau berjalan sendiri-sendiri. Tabel 6. Tugas BP4K sesuai dengan permentan 45 Tahun 2011 di Kabupaten Seluma, Lebong dan Bengkulu Utara. No
Uraian Tugas
1
Menyusun programa penyuluhan untuk mendukung program SL-PTT 2 Menyusun materi penyuluhan untuk mendukung program SL-PTT 3 Menyebarluaskan teknologi spesifik lokasi yang direkomendasikan oleh BPTP 4 Menugaskan penyuluh pertanian untuk mendukung program SL-PTT 5 Melaksanakan penyuluhan melalui media cetak dan elektronik 6 Melakukan pelatihan di tingkat BPP dalam rangka mendukung program SL-PTT 7 Menetapkan lokasi demplot, demfarm di lokasi SL-PTT 8 Merencanakan dan melaksanakan pertemuan dengan petani, temu teknis dan temu tugas 9 Melakukan seleksi dan mengusulkan calon penerima penghargaan bagi penyuluh dan petani berprestasi yang berhasil meningkatkan produksi padi Jumlah Nilai Persentase (%)
Seluma
Lebong
Utara
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1 1
1 1
0 1
0
0
0
5 0.56 55.56
5 0.56 55.56
4 0.44 44.44
Gerakan peningkatan produksi beras nasional (P2BN) merupakan alat
(instrument) untuk mengusahakan agar petani secara massal mau dan mampu melaksanakan penerapan teknologi baru dengan pendekatan pengelolaan tanaman sumberdaya terpadu. Kegiatan penyuluhan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani melalui pemasyarakatan teknologi sesuai dengan anjuran, meningkatkan kemampuan kelompok tani, serta kelembagaan pedesaan lainya dengan pola agribisnis. Kendala yang dihadapi BP4K adalah jumlah penyuluh masih kurang/belum sesuai dengan jumlah desa/kelurahan, banyak tenaga penyuluh yang alih fungsi ke struktural, pengangkatan baru (formasi PP) ditempatkan diluar lembaga penyuluhan dan banyak yang sudah hampir pensiun dan bertempat tinggal di luar lokasi desa binaan. Selain hal tersebut masalah yang di hadapi BP4K adalah tidak tersedianya anggaran untuk membuat bahan penyuluhan, tidak tersedianya bahan materi yang mendukung program SL-PTT.
22
V. KESIMPULAN 1.
Pelaksanaan
Program
SL-PTT
di
Provinsi
Bengkulu
telah
mampu
meningkatkan produksi padi sebanyak 13,66% atau dari 484.594 ton (2009) menjadi 550.792 ton (2012). 2.
Jumlah input yang digunakan oleh petani SL-PTT lebih sedikit bila dibandingkan dengan petani non SL-PTT.
3.
Secara umum semua komponen PTT telah diketahui dan dilaksanakan oleh semua petani peserta SL-PTT (> 50%) walaupun tidak semua komponen PTT yang diketahui mereka terapkan dalam usahatani.
4.
Jumlah sebaran SL-PTT di Provinsi Bengkulu sudah mencapai 68,41 % dari total luas lahan sawah baku di Provinsi Bengkulu.
5.
Kinerja Kelembagaan Penentu Kebijakan Tingkat Provinsi dan Kabupaten dalam mendukung SL-PTT rata-rata sudah mencapai 55 %.
23
DAFTAR PUSTAKA Biro Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. 2010. Bengkulu dalam angka tahun 2010. Choiritunnisa, Sutarto, dan Supanggyo. 2008. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan Tingkat Penerapan Model Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah di Desa Joho Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.Jurnal Agritexts No 24 Kustiyanto. 2001. Kriteria seleksi untuk sifat toleran cekaman lingkungan biotik dan abiotik. Makalah Penelitian dan Koordinasi pemuliaan Partisipatif (Shuttle Breeding) dan Uji Multilokasi. Sukamandi. Mubyarto. 1993. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta Ditjen Tanaman Pangan. 2009. Pedoman Umum: Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi, Jagung, dan Kedelai melalui pelaksanaan SL-PTT. Dirjen Tanaman Pangan. 72 p. Puslitbangtan, 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT. Kerjasama Puslitbangtan, BBP2TP, BPTP Jawa Barat dan BPTP Bali. 20 p. Rakhmat,J. 2001. Psikologi Rosdakarya.Bandung
Komunikasi,
Edisi
Revisi.
PT.
Remaja
Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT – Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan kelimabelas. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Rosman. 2000.Tingkat Produktfitas Kerja Terhadap Umur Petani di Indonesia. Jurnal Pertanian No 87 :12-19 Sembiring, H. dan Abdulrahman, H. 2008. Filosofi dan Dinamika Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. BB Penelitian Padi sawah. Sukamandi. Sevilla, C.G., J.A. Ochave, T.G. Punsalan, B.P. Regala dan G.G. Uriarte. 1993. Pengantar Metode Penelitian. UI Press. Jakarta Simatupang, P. 2003. Analisis Kebijakan : Konsep Dasar dan Prosedur Pelaksanaan dalam Analisis Kebijakan Pertanian (Agricultural Policy Analysis) Volume I Nomor 1. Maret 2003 Singarimbun, M. 1989. Metode dan Proses Penelitian. Dalam Singarimbun, M. dan S. Effendi (pnyt) Metode Penelitian Survai. Cetakan Kedua. LP3ES. Jakarta. Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Indonesia Press. Jakarta
Komunikasi
Pertanian.
Universitas
Yulianto, G. 2009. Evaluasi Dampak Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Volume 5, Nomor 2, Desember 2009. STPP Magelang.
24
ANALISIS RISIKO Analisis risiko diperlukan untuk mengetahui berbagai risiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan diseminasi/pendampingan. Dengan mengenal risiko, penyebab, dan dampaknya maka akan dapat disusun strategi ataupun cara penanganan risiko baik secara antisipatif maupun responsif. Daftar risiko dan penangannya disusun seperti tabel berikut. Tabel 7. Risiko, penyebab, dan dampaknya terhadap pelaksanaan pengkajian Analisis Kebijakan Tahun 2013 No. Risiko Penyebab Dampak 1.
Data yang diperoleh kurang lengkap
Informasi yang diberikan responden kurang valid
Alternatif rekomendasi yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang seharusnya
Tabel 8. Risiko, penyebab, dan Penanganannya dalam pelaksanaan pengkajian Analisis Kebijakan Tahun 2013 No. Risiko Penyebab Penanganan risiko 1.
Data yang diperoleh kurang lengkap
Informasi yang diberikan Melakukan validasi responden kurang valid terhadap data yang diperoleh
25
JADWAL KERJA No
Uraian Kegiatan
1 2
Studi literatur Penyusunan ROPP, seminar ROPP serta perbaikan ROPP Penyusunan kuesioner survei Koordinasi persiapan survei dengan petugas instansi terkait, petugas lapangan, dan kelompok tani Penjelasan pengisian kuesioner Survei pendahuluan untuk pretest kuesioner survei (10 responden) Perbaikan kuesioner survei Survei pada 3 kabupaten lokasi Program SL-PTT Spesifik Lokasi yaitu Kabupaten Bengkulu Tengah Seluma, Bengkulu Utara dan Lebong Entry, validasi, pengolahan dan interpretasi data hasil survei Sosialisasi hasil survei di kabupaten Penyusunan laporan tengah tahun dan laporan akhir tahun
3 4 5 6 7 8
9 10 11
1 X X
2 X X X X
3
4
5
6
Bulan 7
X
X
8
9
10
11
12
X X X X X
X X X
26
X
PEMBIAYAAN a. Rencana Anggaran Belanja (RAB) No 1
2 3
4 5
Jenis Pengeluaran
Vol
Belanja Bahan (521211) ATK kegiatan, komputer suply dan pelaporan Bahan pengkajian dan pendukung lainnya, penggandaan dan laminasi Konsumsi dalam rangka sosialisasi, Focus Group Discussion, pertemuan Honor Output Kegiatan (521213) Honor petani sampel Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota (524114) Akomodasi dalam rangka sosialisasi, Focus Group Discussion, pertemuan Belanja Sewa (522141) Sewa kendaraan Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota (DN) (524119) Perjalanan persiapan, pelaksanaan pengkajian Perjalanan luar propinsi, konsultasi, seminar, ekspose Jumlah
Harga Satuan (Rp.000)
Biaya (Rp.000)
1 pkt
6.781
22.131 6.781
1 pkt
11.850
11.850
70 oh
50
3.500
80 OH
35
2.800 2.800 6.500
2 kali
3.250
6.500
10 hr
500
5.000 5.000 53.800
120 OP
365
43.800
5.000
10.000
2 OP
90.231
b.Realisasi Anggaran No 1
2 3
4 5
Jenis Pengeluaran Belanja Bahan (521211) ATK kegiatan, komputer suply dan pelaporan Bahan pengkajian dan pendukung lainnya, penggandaan dan laminasi Konsumsi dalam rangka sosialisasi, Focus Group Discussion, pertemuan Honor Output Kegiatan (521213) Honor petani sampel Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota (524114) Akomodasi dalam rangka sosialisasi, Focus Group Discussion, pertemuan Belanja Sewa (522141) Sewa kendaraan Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota (DN) (524119) Perjalanan persiapan, pelaksanaan pengkajian Perjalanan luar propinsi, konsultasi, seminar, ekspose Total
27
Realisasi Anggaran (Rp) 16.197.800 6.737.500
Persentase Keuangan (%) 37,02 99,00
Persentase Fisik (%)
7.215.300
61,90
100
2.245.000
64,29
100
2.800.000 2.800.000 6.500.000
100 100 100
100 100 100
6.500.000
100
100
4.900.000 4.900.000 51.935.400
98,00 98,00 97,00
100 100 100
42.511.500
97,00
100
9.423.900
94,00
100
83.541.700
91,25
100 100
100
PERSONALIA Nama/NIP No
Jabatan Fungsional/Bidang keahlian
Jabatan dalam Kegiatan
Uraian Tugas
- Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan penelitian - Menyusun RPTP, ROPP, Juknis, dan kuesioner - Melakukan koordinasi dan survey - Melakukan validasi dan interpretasi data - Mengkoordinir Seluruh Kegiatan - Menyusun RPTP, ROPP, Juknis, dan kuesioner - Melakukan koordinasi dan survey - Menyusun RPTP, ROPP, Juknis, dan kuesioner - Melakukan koordinasi dan survey - Melakukan survey - Melakukan entry dan pengolahan data - Membuat laporan bulanan kegiatan - Melakukan survey - Melakukan entry dan pengolahan data - Mengurusi pengadaan bahan pengkajian - Melakukan survey - Melakukan entry dan pengolahan data - Membantu administrasi kegiatan - Membantu pelaksanaan survei
1
Emlan Fauzi, SP
Peneliti Pertama/Sosek
Penanggung jawab
2
Dr. Ir. Dedi Sguandi, MP Dr. Rudi Hartono, SP,MP.
Peneliti Madya/Sosek Peneliti Muda/Sosek
Anggota
4
Andi Ishak, MSi
Peneliti Muda/Sosek
Anggota
5
Hamdan, SP, MSi
Peneliti Pertama/Sosek
Anggota
6
Alfayanti, SP
Calon Peneliti/Sosek
Anggota
7
Wawan Putra, SP
Calon Peneliti/Sosek
Anggota
8
Bastian
Administrasi
Anggota
3
Eka
28
Anggota
Alokasi Waktu (Jam /minggu) 5
5 5
5
10
10
10
10
LAMPIRAN
29
Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan
Pengambilan data awal mengenai kegiatan SL-PTT di Bengkulu Tengah melalui wawancara dengan PPTK Tanaman Pangan Kabupaten Bengkulu Tengah ,Joko Santoso, SP (kiri) dan Diskusi penentuan calon lokasi survei kegiatan Analisis Kebijakan Dengan Kabid Pertanian Dsnakbun Kabupaten Seluma, Ir. Midi Hermantono (kanan)
Koordinasi dengan Gapoktan Rimbo JayaJaya (kiri) (kiri) dan ketua Kelompok Tani Koordinasi denganKetua Ketua Gapoktan Rimbo dan ketua Kelompok Harapan Maju (Kanan) Desa Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Tani Harapan Maju (Kanan) Desa Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Seluma. Kabupaten Seluma
Pelaksanaan Survei di Kabupaten Seluma
30
Wawancara dan diskusi dengan Kepala BP4K Kabupaten Seluma dan Kabid Tanaman Pangan Kabupaten Lebong Mengenai Pelaksanaan SL-PTT sesuai dengan permentan 45 tahun 2011
Wawancara dan diskusi dengan Kepala Bidang Kelembagaan BP4K Kabupaten Bengkulu Utara dan survey di tingkat Petani pelaksana SL-PTT dan non SL-PTT di Kabupaten Bengkulu Utara
31
32