ANALISIS KANJI YANG MEMPUNYAI BUSHU TE-HEN YANG TIDAK LANGSUNG MENYENTUH BENDA Wiliani Octania Jl. Jatiwaringin Raya no. 234D, Pondok Gede, 08999996217,
[email protected] Wiliani Octania, Felicia,S.S
Abstraksi
Dalam berkomunikasi biasanya menggunakan bahasa yang sama-sama dimengerti. Bahasa dapat dilakukan secara lisan dan tulisan. Dalam bahasa Jepang menggunakan tiga huruf, yaitu hiragana, katakana, dan kanji. Kanji merupakan salah satu dari ragam bahasa tulisan yang sudah ada sejak lama. Pada awalnya penulisan kanji sangat sulit dan rumit, dan seiring berkembangnya zaman, banyak huruf kanji disederhanakan. Pada penelitian kali ini, penulis meneliti kanji yang memiliki bushu te-hen yang berhubungan dengan kegiatan manusia secara tidak langsung berdasarkan pembentukannya dan juga dianalisis dengan menggunakan medan makna. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tidak semua kanji yang menggunakan bushu te-hen selalu berhubungan langsung dengan kegiatan yang dilakukan tangan, dalam hal ini tidak menyentuh objek secara langsung. Kesimpulan yang didapat, walaupun dalam kanji-kanji tersebut tidak secara langsung berhubungan dengan tangan tetapi masih memiliki unsur tangan dalam kanji-kanji tersebut.
Kata kunci : Bushu, Kanji, Tangan
Abstrak
In communication, people usually use language that can be understood with each other. Language can be used orally and in writing. In the Japanese language, people use three letters, namely hiragana, katakana, and kanji. Kanji is one of ranges of writing language that has been around a long time ago. At first time, kanji writing was very difficult and complex, and over the development of era, many kanji letters are simplified. In this study research, the author researched kanji that has bushu te-hen which is related with human activity indirectly by formation and also analyzed by using a field of meaning. The purpose of this research is to know not every character that uses bushu te-hen always directly related to the activity which is done by hand, in this case, not touch the object directly. The conclusion, although the kanji are not directly related to the hand but the kanji still have an element of hand in that kanji. Keyword : Bushu, Kanji, Hand
PENDAHULUAN Komunikasi merupakan kegiatan sehari-hari. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak terlepas dari individu yang lainnya. Dengan berkomunikasi manusia dapat menyampaikan ide, saling bertukar informasi, menyampaikan pesan, dll. Komunikasi memiliki hubungan yang saling berkaitan antara seseorang dengan orang yang lainnya. Karena itu, komunikasi sangat penting dalam kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi tentunya manusia menggunakan bahasa yang sama-sama dimengerti dengan sesamanya dan dengan komunikasi, manusia dapat membangun relasi dengan individual lainya. Bahasa juga terus berubah dan berkembang mengikuti jaman. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Komunikasi lisan dengan menggunakan pengucapan dan pelafalan, sedangkan dalam komunikasi tulisan lebih menggunakan simbol atau lambang. Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan alat untuk menyampaikan ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada individu lain. Ide dan pesan yang disampaikan tersebut, dapat secara langsung dengan bertatap muka maupun dengan menggunakan media tulisan. Ide dan pesan tersebut dapat dimengerti oleh individu lain, dikarenakan individu tersebut memahami makna yang dituangkan melalui bahasa. Meskipun suatu kalimat terdiri dari satu kata, pasti di dalamnya terkandung suatu makna yang ingin disampaikan (Sutedi, 2003, hal 2).
Berbagai macam bahasa yang dapat digunakan untuk berkomunikasi. Salah satunya bahasa Jepang. Di jepang memiliki 3 jenis tulisan yaitu hiragana, katakana, dan kanji. Huruf kanji diadopsi dari huruf mandarin atau China.
Menurut Bernard Berelson & Gary A. Steiner dalam Mulyana (2005, hal 68), komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, ketrampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol simbol atau kata - kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang disebut komunikasi. Seiring dengan perkembangan zaman, fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dirasakan semakin penting. Disadari atau tidak bahwa tanpa adanya bahasa, interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh. Melalui bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk dan dikembangkan serta dapat diturunkan kepada generasi mendatang (Keraf, 1994, hal 1). Menurut Keraf (1994, hal 3) dilihat dari sejarah pertumbuhan bahasa sejak awal hingga sekarang, maka fungsi bahasa dapat diturunkan dari dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu sendiri, secara garis besarnya dapat berupa : untuk menyatakan ekspresi diri, sebagai alat komunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, dan sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial.
Sejarah Singkat Terbentuk dan Masuknya Kanji ke Jepang : Kanji adalah aksara yang berasal dari Cina dan setiap huruf menyatakan arti yang berbeda - beda. Berdasarkan asal usulnya, huruf kanji diciptakan sekitar 2000SM - 1500SM dan pertama kali digunakan di sekitar daerah sungai kuning, Cina. Pada awalnya berasal dari bentuk suatu benda yang dipresentasikan ke dalam bentuk tulisan berupa gambar (pictographs) dan terdapat sekitar 3000 karakter yang terukir di tulang, batu dan peralatan perunggu, yang umumnya berupa ramalan. Kemudian sejalan dengan perkembangan, huruf tersebut menjadi lebih meringkas dan pada abad 3SM berangsur - angsur berubah ke bentuk yang lebih sederhana dan menggalami standarisasi. Pada abad 200M huruf kanji telah berkembang menjadi hampir 50.000 karakter (Henshall, 1998, hal xiii).
「甲骨」adalah huruf kanji yang paling kuno yang di temukan di Cina sekitar 3500 tahun yang lalu. Digunakan pada zaman In「殷」sekitar abad 14SM sampai 11SM. Kemudian muncul huruf kanji kinbun 「金文」 yang digunakan pada zaman dinasti Chou 「周」 sekitar abad 11SM Kanji kokotsu
sampai 7SM. Huruf ini ditemukan terukir di peralatan perunggu. Kemudian sekitar abad ke 3SM dikarenakan kesulitan dalam menggunakan huruf kanji kinbun, akhirnya pemerintah menetapkan huruf
「篆文」 yang digunakan pada awal kekaisaran dinasti Chin 「秦」 . Setelah berganti menjadi dinasti Han「漢」 sekitar abad ke 3SM sampai abad ke 3M, huruf kanji berubah lagi menjadi kanji kaisho 「楷書」 , yang merupakan bentuk dasar atau bentuk asli dari huruf kanji yang kita kanji tenbun
gunakan sekarang ini. Pada saat ini huruf kanji berubah menjadi bentuk garis lurus atau disebut reisho
「隷書」atau karakter persegi. Karakter ini sangat mudah untuk ditulis dan juga digunakan secara umum sampai sekarang (Arimbi, 2010, hal 13 - 14).
Menurut Sudjianto (2004, hal 68), kanji memiliki tiga bagian yang paling mendasar : bentuk, pengucapan, dan arti. Setiap karakter kanji mempunyai bentuk dari yang sederhana sampai yang kompleks pada goresan-goresan huruf kanji. Kanji juga memiliki dua pengucapan, yaitu pengucapan
「音読み」dan pengucapan Jepang yang biasa di sebut Kun Yomi
China yang biasa di sebut On Yomi
「訓読み」. Dalam tiap-tiap huruf kanji memiliki banyak arti. Pengucapan Om Yomi sulit untuk dipahami artinya namun pada pengucapan Kun Yomi mudah untuk memahami artinya.
「例解学習漢字辞典」(Akiyasu, 2003, hal 1025), pengelompokan kanji berdasarkan asal-usul kanji atau yang biasa di sebut naritachi 「成り立 ち」ada empat macam : Shoukei Moji「象形文字」, Shiji Moji「指事文字」, Kai-i Moji「会意文 字」, Keisei Moji「形声文字」. Berdasarkan kamus Kanji Rei Kai Gakushū Kanji Jiten
Moriyama (2001, hal 16), menyatakan bahwa salah satu cara untuk mendapat semangat dalam mempelajari kanji, terlebih dahulu harus memahami struktur dasar pembentukan kanji tersebut. Salah satu unsur dasar pembentuk kanji adalah bushu, merupakan bagian yang terpenting dari kanji, karena berfungsi untuk menyatakan. Dalam huruf kanji terdapat bushu. Bushu adalah Karakter-karakter dasar yang menyusun dan membentuk huruf kanji. Karena huruf kanji yang begitu banyak, hingga mencapai ribuan, sekitar tiga abad yang lalu, bangsa China telah mengembangkan sistem penggolongan karakterkarakter dasar menjadi 214 unsur karakter dasar.
「偏」, Tsukuri 「旁」, Kanmuri「冠」, Ashi「脚」, Tare「垂」, Nyoo「繞」, dan Kamae「構」. Dalam huruf kanji terdapat banyak bushu, seperti : bushu hito「人」, bushu te「手」, bushu hi「火」, bushu sui「水」, dan sebagainya. Penulis akan membahas bushu te「扌」. Bushu dibagi menjadi 7 kelompok : Hen
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode kepustakaan dan deskriptif analitis. Deskriptis analitis adalah menjelaskan analisis dengan cara menjabarkan dan mengambarkan dengan kalimat jelas dan mudah dimengerti sehingga dapat memberikan pengertian yang mudah dipahami kepada pembaca. Penulis mencari data-data yang ada di perpustakaan dan browsing internet. Serta mengumpulkan beberapa kanji yang menggunakan te-hen.
HASIL DAN BAHASAN Dari hasil analisis lima kanji yang mempunyai bushu te-hen dengan menggunakan beberapa buku sebagai sumber, maka didapatkan hasil sebagai berikut :
「招ねく」 ねく」
Kanji Maneku
「招」adalah gabungan dari te-hen「扌」, karakter「刀」, dan karakter「口」.「扌」 yang berarti melakukan sesuatu dengan tangan, 「刀」 yang berarti pedang, dan「口」 yang berarti Kanji Maneku
mulut. Menurut Nelson (2006, hal 432), kanji ini memiliki arti memanggil, mengajak, mengundang.
Menurut Toudou (1990, hal 176) dari gabungan-gabungan kanji tersebut membentuk kanji maneku
「招」 yang memiliki arti mengajak, didukung oleh pernyataan Henshall (1998, hal 221) yang memiliki arti mengajak dengan cara memanggil dengan tangan. Karena ketika kita mengajak seseorang biasanya menggunakan lambaian tangan dan suara untuk memberitahukan informasi berupa ajakan kepada lawan bicara.
Karena itu , menurut penulis, makna dari huruf kanji maneku
「招」 memiliki hubungan dengan
kegiatan yang menggunakan tangan, tapi kegiatan tersebut dilakukan secara tidak langsung, atau tidak menyentuh objek atau benda, dalam hal ini melambaikan tangan untuk mengajak orang lain tanpa menyentuh orang yang di ajak. Makna dari mengajak menurut kamus besar bahasa indonesia (1989, hal 14 ) adalah meminta (mempersilahkan) supaya turut datang, yang secara tidak langsung memiliki hubungan dengan kegiatan tangan.
Jika kita melihat lagi pembentukan kanji maneku
「招」 di atas sesuai dengan pernyataan Toudou
(1990, hal 176) mengajak, penggunaan te-hen disini untuk mempertegas arti mengajak pada kanji
「招」tersebut, yaitu mengajak orang lain dengan melambaikan tangan tanpa menyentuh orang
maneku
yang di ajak dan menggunakan suara untuk memanggil dan menyampaikan pesan.
「拝む」
Kanji Ogamu
「拝」 adalah gabungan dari te-hen 「扌」 dan karakter 「 」 . 「扌」 yang berarti melakukan sesuatu dengan tangan, dan「 」yang merupakan simbol dari bunga yang indah. Menurut
Kanji ogamu
Nelson (2006, hal 432), kanji ini memiliki arti menyembah, menghormati.
Menurut Toudou (1990, hal 179) dari gabungan-gabungan kanji tersebut membentuk kanji ogamu
「拝」yang memiliki arti menyembah dengan menundukan kepala, yang didukung oleh pernyataan Henshall (1998, hal 303) yang memiliki arti menyembah dengan hormat. Biasanya ketika kita berdoa kepada Tuhan, akan menundukkan kepala dengan mengangkat kedua belah tangan seperti tangan yang memohon agar doanya terwujudkan.
「拝」memiliki hubungan dengan kegiatan
Maka menurut penulis, makna dari huruf kanji ogamu
yang menggunakan tangan, tapi kegiatan tersebut dilakukan secara tidak langsung atau tidak menyentuh objek atau benda, dalam hal ini menggunakan kedua belah tangan untuk menyembah Tuhan tanpa menyentuh Tuhan yang disembah. Makna dari menyembah menurut kamus besar bahasa indonesia (1989, hal 904 ) adalah menghormati dengan mengangkat sembah, yang secara tidak langsung memiliki hubungan dengan kegiatan tangan.
Jika kita melihat lagi pembentukan kanji ogamu
「拝」di atas sesuai dengan pernyataan Toudou (1990,
hal 179) yang didukung oleh pernyataan Henshall (1998, hal 303) menyembah, penggunaan te-hen
「拝」tersebut, yaitu mengangkat
disini untuk mempertegas arti dari menyembah pada kanji ogamu kedua belah tangan ketika memanjatkan doa kepada Tuhan.
「推す」
Kanji osu
「推」 adalah gabungan dari te-hen 「扌」 dan karakter 「隹」 . 「扌」 yang berarti melakukan sesuatu dengan tangan, dan「隹」yang berarti burung. Menurut Nelson (2006, hal 444),
Kanji osu
kanji ini memiliki arti menyimpulkan, menduga, menganggap.
「推」yang
Menurut Toudou (1990, hal 187) dari gabungan kanji-kanji tersebut membentuk kanji osu
memiliki arti menyimpulkan. Merupakan gabungan dari tangan dan rasa berat yang disimpulkan dari makna burung yang bertubuh pendek yang sangat gemuk. Memberikan kekuatan kepada tangan agar dapat menyimpulkan sesuatu dengan menggunakan tangan.
Karena itu , menurut penulis, makna dari huruf kanji osu
「推」memiliki hubungan dengan kegiatan
yang menggunakan tangan, tapi kegiatan tersebut dilakukan secara tidak langsung, atau tidak menyentuh objek atau benda, dalam hal ini ketika kita menyimpulkan sesuatu tidak hanya dengan menggunakan kata-kata saja tapi juga bisa dijelaskan dengan suatu kegiatan yang dilakukan oleh tangan, seperti ketika sedang menjelaskan sesuatu hal, tangan kita akan bergerak-gerak membentuk hal yang sedang kita simpulkan. Makna dari menyimpulkan menurut kamus besar bahasa indonesia (1989, hal 245) adalah memperkirakan sesuatu yang akhirnya menjadi kesimpulan, yang secara tidak langsung memiliki hubungan dengan kegiatan tangan.
Jika kita melihat lagi pembentukan kanji osu
「推」di atas sesuai dengan pernyataan Toudou (1990,
hal 187) menyimpulkan, penggunaan te-hen disini untuk mempertegas arti menyimpulkan pada kanji
「推」tersebut, yaitu menyimpulkan sesuatu tidak hanya dengan menggunakan kata-kata saja tapi
osu
juga dengan kegiatan yang menggunakan tangan.
「損なう」 損なう」
Kanji Sokonau
「損」 adalah gabungan dari te-hen 「扌」 , karakter 「貝」 , dan karakter 「口」 . 「扌」yang berarti melakukan sesuatu dengan tangan, 「貝」yang berarti kerang, dan「口」yang Kanji sokonau
berarti mulut. Menurut Nelson (2006, hal 449), kanji ini memiliki arti merugikan.
「損」
Menurut Toudou (1990, hal 192) dari gabungan kanji-kanji tersebut membentuk kanji sokonau
yang memiliki arti merugikan yang digambarkan dengan membuka lubang besar dan mengurangi isi yang ada di dalamnya yang berarti kehilangan sesuatu dari wadah tempat lubang besar tersebut, yang didukung oleh pernyataan Henshall (1998, hal 232) yang memiliki arti kerugian dengan cara
menghilangkan sebagian isi yang membuat wadah tersebut tidak penuh seperti sedia kala. Ada sesuatu yang hilang yang berarti membuat rugi. Karena ketika kita menghilangkan sesuatu milik orang lain dan ada sesuatu yang berkurang dari orang tersebut, biasanya orang tersebut akan merasakan kerugikan, yang berarti kita merugikan orang lain.
Karena itu, menurut penulis, makna dari huruf kanji sokonau
「損」 memiliki hubungan dengan
kegiatan yang menggunakan tangan, tapi kegiatan tersebut dilakukan secara tidak langsung atau tidak menyentuh objek atau benda, dalam hal ini berkurangnya sesuatu karena tindakan yang kita lakukan tanpa menyentuh objek atau benda. Makna dari merugikan menurut kamus besar bahasa indonesia (1989, hal 849) adalah mendatangkan sesuatu yang kurang baik.
Jika kita melihat lagi pembentukan kanji sokonau
「損」 di atas sesuai dengan pernyataan Toudou
(1990, hal 192) merugikan, penggunaan te-hen disini sebagai simbol suatu kegiatan yang dilakukan sehingga terjadi berkurangnya sesuatu.
「指す」
Kanji Sasu
「指」adalah gabungan dari te-hen「扌」, karakter「ヒ」, dan karakter「甘」.「扌」 yang berarti melakukan sesuatu dengan tangan, 「ヒ」 yang berarti sendok, dan「甘」 yang berarti Kanji sasu
manis. Menurut Nelson (2006, hal 436), kanji ini memiliki arti menunjuk, jari.
Menurut Toudou (1990, hal 180) dari gabungan-gabungan kanji tersebut membentuk kanji sasu
「指」
yang memiliki arti menunjuk, yang di tampilkan dengan jari yang merenggang lurus, dan didukung oleh pernyataan Henshall (1998, hal 86) yang memiliki arti menunjuk, ketika mendapatkan suatu ide yang bagus secara refleks jari telunjuk menunjuk. Karena ketika kita menunjuk sesuatu biasanya menggunakan jari telunjuk dan ketika menunjuk, jari telunjuk tersebut menjadi lurus.
Karena itu , menurut penulis, makna dari huruf kanji sasu
「指」memiliki hubungan dengan kegiatan
yang menggunakan tangan, tapi kegiatan tersebut dilakukan secara tidak langsung, atau tidak menyentuh objek atau benda, dalam hal ini menunjuk dengan menggunakan jari tanpa menyentuh sesuatu yang ditunjuk. Makna dari menunjuk menurut kamus besar bahasa indonesia (1989, hal 1567) adalah mengacungkan jari telunjuk ke orang lain, memberi tahu sesuatu dengan diarahkan ke sesuatu yang ditunjuk, mengacungkan jari telunjuk ke atas.
「指」di atas sesuai dengan pernyataan Toudou (1990, hal 180) menunjuk, penggunaan te-hen disini untuk mempertegas arti menunjuk pada kanji sasu「指」
Jika kita melihat lagi pembentukan kanji sasu
tersebut, yaitu menunjuk sesuatu tanpa menyentuh sesuatu yang ditunjuk.
SIMPULAN DAN SARAN Setelah melakukan penelitian lima kanji yang memiliki bushu te-hen, penulis dapat mengambil kesimpulan dari kanji yang memiliki bushu te-hen yang berhubungan dengan kegiatan manusia yang menggunakan tangan secara tidak langsung. Dari pembentukan kanji itu sendiri, dapat dilihat bahwa kanji yang menggunakan bushu te-hen ini, walaupun tidak memiliki hubungan langsung dengan kegiatan manusia yang menggunakan tangan, tapi memiliki makna tangan yang menjadi simbol dalam kegiatan tersebut. Dalam hal ini melakukan sesuatu dengan tangan tetapi tidak menyentuh objek atau benda secara langsung.
Dari lima kanji yang telah diteliti, berdasarkan pembentukkannya, semuanya menggunakan teori rikusho, yaitu keiseimoji dan kaiimoji. Keisimoji adalah merupakan kanji yang pada pecahan kanjinya memiliki pengucapan atau pelafalan yang sama dengan kanji awalnya. Sedangkan kaiimoji adalah pecahan kanji pada kanji awal yang masing-masing memiliki makna sendiri. Sebagai pemelajar bahasa Jepang, pasti akan berhadapan dengan kanji. Dengan jumlah kanji yang mencapai lebih dari puluhan ribu, akan sangat sulit untuk mengingat satu demi satu kanji tersebut, baik dari cara penulisan hingga artinya. Hal ini dikarenakan di negara kita belum terbiasa dengan “budaya kanji”.
Sehingga untuk mempermudah mengingat kanji - kanji tersebut, terlebih dahulu harus memahami makna dari pembentukan kanji tersebut, salah satunya seperti kanji yang menggunakan bushu te-hen
「扌」. Setelah memahami setiap kanji berdasarkan pembentukan bushu te-hen「扌」, maka akan membantu mengingat arti dan cara penulisan dari masing - masing kanji. Disarankan juga sebagai pembelajar bahasa Jepang, untuk tetap mempertajam kemampuan berbahasa
Jepang, dengan banyak berlatih dan membaca hal - hal yang berkaitan dengan bahasa Jepang, seperti buku, koran, dan lain sebagainya. sehingga diharapkan ilmu yang didapatkan akan terus semakin meningkat.
Akhir kata penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, baik dari segi kalimat hingga pembahasannya. Akan tetapi diharapakan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya pembelajar bahasa Jepang dan dapat digunakan sebagai penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan kanji.
REFERENSI Arimbi, Annisa Purnawati.(2010). Pembelajaran Huruf Kanji Melalui Mind Map. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Chaer, Abdul. (2009). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta. Christomy, Tommy dan Yuwono, Untung. (2004). Semiotika Budaya. Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya UI. Harley, Trevor A. (1995). The Psychology of Language: From Data to Theory. United
Kingdom: Erlbaum Taylor and Francis. Henshall, Kenneth G. (1998). A Guide To Remembering Japanese Characters. Tokyo:Turtle. Hoed, Benny H. (2008). Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Pusat Ilmu Pengetahuan Budaya UI. Ikegami, Yoshihiko. (1991). Imiron. Tokyo: Taishukan Shoten. Itou, Nobuo. (2008). Naritachi de Shiru Kanji no Omoshiroi Sekai. Tokyo : Surii E Nettowaku. Katoo, Akihiko. (1991). Nihongo Gaisetsu. Tokyo : Kyooshinsha Insatsujo. Keraf, Gorys Prof, Dr. (1994). Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa Indah. Keraf, Gorys Prof, Dr. (2007). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2007. Matsuura, Kenji. (1994). Kamus Bahasa Jepang – Indonesia. Kyoto : Kyoto Sangyo University Press. Moriyama, Tae. (2001). Petunjuk Praktis Memahami Tanda Berhuruf Kanji : Bagian 1. Jakarta: Kesaint Blanc. Mulyana, Deddy M.A, Ph.D. (2005). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nelson, Andrew N. (2006). Kamus Kanji Modern Jepang Indonesi. Jakarta: Kesaint Blanc. Nelson, Andrew N. (1997). The New Nelson Japanese-English Character Dictionary. Singapore: Charles E. Tuttle. Sudjianto Drs, M.Hum dan Dahidi Ahmad Drs, MA. (2004). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc. Takebe, Yoshiaki. (1989). Kanji no Oshiekata. Tokyo: PT. Aruku. Takebe, Yoshiaki. (1993). Kanji wa Muzukashikunai. Tokyo: PT. Aruku. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Toudou, Akiyasu. (1999). Kanzi Kanji Jiten. Japan : Y. Todo. Toudou, Akiyasu. (1990). Kanji Naritachi Jiten. Tokyo : Kyoikusha. Parera, J.D. (2004). Teori Semantik. Jakarta : Erlangga.
RIWAYAT PENULIS Wiliani Octania lahir di kota Jakarta, pada tanggal 10 Oktober 1988. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Sastra Jepang pada tahun 2012.