Bab 2 Landasan Teori
Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis perbedaan pemakaian antara tiga kanji yang sama-sama mempunyai fungsi untuk melawan-katakan makna kata kanji lain yang menyertainya, yaitu: kanji Fu (不), Mu (無), dan Hi (非). Oleh karena itu, penulis akan memakai teori semantik, teori medan makna, pengertian makna denotatif, pengertian makna konotatif, teori semiotik, pengertian semiotik tanda, teori Kanji, teori kanji Fu, teori kanji Mu, teori kanji Hi, dan teori pembentukkan kanji yang keseluruhannya terdapat dalam landasan teori bab 2 ini.
2.1 Teori Semantik Menurut Palmer (1997: 1), “semantic is the technical term used to refer to the study of meaning, and, since meaning is a part of language, semantics is part a part of linguistic” yang berarti “semantik adalah istilah teknikal yang menunjuk pada pembelajaran tentang makna, dan, karena makna adalah bagian dari bahasa, semantik adalah bagian dari linguistik”. Keraf (2002 : 25), mengemukakan bahwa: Kata sebagai satuan dari perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi makna. Bentuk atau ekspresi adalah segi yang dapat dicerap dengan pancaindra, yaitu dengan mendengar atau dengan melihat. Sebaliknya segi isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan aspek bentuk tadi.
Unit yang lebih kecil dalam bahasa yang mempunyai arti dan gagasan tertentu, maka makna kata dapat dibatasi sebagai hubungan antara bentuk dengan hal atau barang yang diwakilinya (referennya). Kata “rumah” misalnya adalah bentuk atau
9
ekspresi, sedangkan “barang yang diwakili oleh kata rumah” adalah “sebuah bangunan yang beratap, berpintu, berjendela, yang menjadi tempat tinggal manusia”. Barang itulah yang disebut sebagai referen. Sedangkan hubungan antara keduanya akan menimbulkan makna atau referensi (Keraf, 2002 : 25). Menurut Keraf (2002 : 27-28), pada umumnya makna kata dibedakan atas makna denotatif dan makna konotatif. Kata yang tidak mengandung makna atau perasaanperasaan tambahan disebut kata denotatif, atau maknanya disebut makna denotatif; sedangkan kata yang mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan atau nilai rasa tertentu disamping makna dasar yang umum disebut kata konotatif, atau maknanya disebut makna konotatif.
2.1.1. Pengertian Makna Denotatif Keraf (2002 : 28) menjelaskan bahwa: Makna denotatif disebut juga dengan beberapa istilah seperti: makna denotasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna refensial, atau makna proposisional. Disebut makna denotasional, referensial, konseptual, atau ideasional, karena makna itu menunjuk (denote) kepada suatu referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan; stimulus (dari pihak pembicara) dan respons (dari pihak pendengar) menyangkut hal-hal yang dapat dicerap pancaindria (kesadaran) dan rasio manusia. Dan makna ini juga disebut makna proporsional karena ia bertalian dengan informasi-informasi atau pernyataanpernyataan yang bersifat faktual. Makna ini, yang diacu dengan bermacam-macam nama, adalah makna yang paling dasar pada suatu kata.
Dalam bentuk yang murni, makna denotatif sering dihubungkan sebagai bahasa ilmiah.. Karena tujuan utamanya untuk menyampaikan informasi berupa pengarahan yang jelas dan faktual, maka seorang penulis cendrung menggunakan kata denotatif dan tidak mengharapkan interpretasi tambahan dari pembaca. Oleh sebab itu, untuk menghindari interpretasi yang mungkin timbul, seorang penulis harus berhati-hati
10
dalam menentukan pemilihan kata dan cendurng memilih kata yang relatif bebas interpretasi. Masalah pemilihan kata, penulis harus serius dalam menentukan pilihan kata karena setiap kata mempunyai makna denotasi dan agar penulis dapat menuntun pembaca kepada gagasan yang ingin disampaikannya, yang tidak memungkinkan timbulnya interpretasi-interpretasi lain selain dari sikap pembicara dan gagasangagasan yang akan disampaikannya itu. Memilih kata denotasi lebih mudah daripada memilih kata denotasi, tetapi bukan berarti pada saat memilih kata denotasi, penulis dapat terhindar dari kesalahan pemilihan kata. Kesalahan mungkin terjadi karena penulisan yang mirip antara satu kata dengan kata yang lain, kekeliruan tentang antonym, dan kekeliruan karena ketidakjelasan maksud dan referennya. Makna denotatif dapat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan relasinya, yaitu: relasi antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya dan relasi antara sebuah kata dan ciri-ciri atau perwatakkan tertentu dari benda yang diwakilinya. Pengertian sepatu adalah ciri-ciri yang membuat sesuatu disebut sebagai sepatu, bukan sebuah sepatu individual (Keraf, 2002 : 28-29).
2.1.2 Pengertian Makna Konotatif Keraf (2002 : 29) menjelaskan bahwa: Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna di mana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotatif sebagian terjadi karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju – tidak setuju, senang – tidak senang dan sebagainya pada pihak pendengar; di pihak lain, kata yang dipilih itu memperlihatkan bahwa pembicaranya juga memendam perasaan yang sama.
Memilih kata konotasi lebih sulit daripada memilih kata denotasi dan karena itu, piilihan kata atau diksi lebih banyak bertalian dengan pilihan kata yang bersifat
11
konotatif. Bila sebuah kata mengandung makna konotatif yang salah, misalnya kurus-kering dipakai untuk menggantikan kata ramping dalam konteks sebuah kalimat, maka kesalahan semacam ini dapat dengan mudah dketahui dan diperbaiki. Akan tetapi, jika kesalahannya terdapat pada perbedaan makna antara kata-kata yang bersinonim dan diantara kata-kata tersebut terdapat perbedaan arti yang besar, maka hal ini adalah sebuah kesalahan yang sangat sulit untuk diketahui dan diperbaiki. Sinonim kata sering diidentifikasikan sebagai kata konotasi dari sebuah kata, padahal tidak selalu demikian. Memang ada sinonim-sinonim kata yang mempunyai hanya mempunyai makna denotatif, tetapi ada juga sinonim-sinonim kata yang juga mempunyai makna konotatif. Contohnya kata mati, meninggal, wafat, gugur, mangkat, berpulang memiliki makna denotatif yang sama, yaitu “peristiwa dimana jiwa manusia meninggalkan tubuhnya”. Namun, kata meninggal, wafat, berpulang mempunyai konotasi tertentu, yaitu mengandung nilai kesopanan atau dianggap lebih sopan. Mangkat mempunyai makna konotasi lain, yaitu mempunyai makna “kebesaran”, dan gugur mempunyai nilai keagungan dan keluhuran. Sebaliknya, kata persekot, uang muka, atau panjar hanya mengandung makna denotatif (Keraf, 2002 : 29-30).
2.2 Teori Semiotika Menurut Yongky (2006 : 46), Kata semiotik berasal dari kata semeion (bahasa yunani), yang berarti tanda, maka semiotika berarti ilmu tanda. Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda (menciptakan dan menyampaikan makna melalui tanda, berkenaan dengan komunikasi). Seluruh teori yang berhubungan dengan semiotika atau semiologi mempertegas cara menata susunan tanda dan bagaimana orang menciptakan makna dari susunan tanda.
12
Seluruh tanda adalah segala sesuatu yang diambil dari kaidah social untuk mewakili sesuatu yang berbeda. Pada saat kita melihat sebuah gambar ikan di papan tulis, itu bukanlah seekor ikan melainkan sebuah tanda yang melambangkan seekor ikan. Jika masing-masing orang diminta untuk membayangkan seekor ikan dan menggambar apa yang mereka bayangkan, pastilah hasilnya akan berbeda-beda karena selalu ada beragam makna untuk satu tanda. Komunikasi selalu melibatkan penafsiran. Karena itu, semiotik adalah suatu cara untuk mengetahui kemungkinan bagaimana tanda atau lambang ditafsirkan (Yongky, 2006 : 46). Menurut Larsen (2009 : 1), “Semiotik, dalam pengertian yang luas, adalah studi kegiatan manusia yang mendasar yaitu menciptakan makna. Semiotik dikembangkan sedemikian sehingga menjadi studi tentang tetanda yang berfungsi di dunia kegiatan manusia”. Sebagai suatu disiplin yang mandiri, meskipun tidak dibatasi oleh batasan yang tajam atau sebagai bagian dari disiplin-disiplin yang dipersatukan, semiotik selalu dalam pengkajiannya menyertakan produksi dan pertukaran informasi dan makna. Menurut Peirce dalam Yongky (2006 : 47), “logika mengakar pada sesuatu yang menyangkut masyarakat”. Ia yakin bahwa manusia berpikir dalam tanda dan baginya semiotik merupakan sinonim dari logika. Ia mengatakan :”Kita hanya berpikir dalam tanda”. Disamping itu, ia juga melihat tanda sebagai unsur dalam komunikasi. Saussure dalam Yongky (2006 : 48) mengatakan bahwa bahasa harus dipelajari sebagai suatu sistem tanda, ilmu bahasa yang mempelajari tentang jenis tanda tertentu haruslah mempunyai tempat didalam ilmu tanda, ia menyebutnya sebagai semiologi. Bahasa dapat dipahami sebagai suatu sistem signs. Sign adalah bagian interaksi sosial kita sehari-hari. Saussure mengemukakan bahwa unit dasar dari bahasa apa saja adalah sebuah sign atau phoneme. Sebuah sign tersusun dan sebuah signifier (ekspresi suatu gambar, suara atau kata) dan signified
13
(ide dan pemaknaan). Hubungan antara signifier dan signified adalah berubah-ubah. Saussure lebih memperhatikan struktur (langue) daripada penggunaan bahasa (parole).
Derrida dalam Yongky (2006 : 49) menambahkan bahwa “tanda (sign) adalah dasar semiotik yang digunakan untuk dipelajari pengertian atau pemaknaannya (meaning) / dasar untuk proses komunikasi adalah konsep pemaknaan (meaning), konsep dasar dalam semiotik adalah tanda (sign)”.
2.2.1 Semiotika Gambar Menurut Noth dalam Christomy (2004 : 445), Semiotika gambar sangat dekat kaitannya dengan topik semiotika yang lain seperti semiotika lukisan dan foto. Semiotika gambar berfungsi untuk mencari arti dari suatu tampilan gambar. Marxist semantic menganggap arti dari karakteristik sebuah gambar berasal dari gambar objek material yang sesungguhnya. Agar orang-orang dapat menerima setidaknya gagasan ide mereka secara garis besar dan ikut merasakan gagasan atau ide tersebut. Semiotika dapat bersifat dekonstruktif dan rekonstruktif terhadap suatu pemikiran, sehingga akan lahir gagasan-gagasan baru yang bukan hanya mempelajari pengulangan visual. Contohnya simbol swastika yang dipakai lagi oleh partai Fasis Jerman, Nazi. Arti dan impact terhadap masyarakat dengan tone dan manner dari simbol yang sama akan jauh berbeda. Walaupun dalam sistem semiotik sastra tingkatannya lebih tinggi daripada bahasa, namun sastra tidak dapat lepas dari sistem bahasa atau konvensi bahasa. Oleh sebab itu,
kanji secara semiotik merupakan struktur tanda-tanda yang bersistem dan
bermakna ditentukan oleh konvensi bahasa. Dengan demikian, untuk menganalisis makna dari suatu gambar atau bentuk dari kanji diperlukan analisis semiotik dan struktural karena merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna.
14
2.3 Konsep Kanji Menurut Takebe (1993 : 8), 漢字は、発音を表しません。漢字は、意味を表します。漢字は、形です。 形を見れば、その意味がわかります。『子』の形を見てください。上が 頭です。手を広げています。下が体です。『子』は『こども』の形です から、その意味がわかります。
Terjemahan: Kanji tidak menunjuk pada bunyi pelafalan. Kanji menunjuk pada arti (makna). Kanji adalah sebuah bentuk. Kita dapat memahami maknanya bila melihat bentuk kanji tersebut. Mari kita simak huruf 『子』. Bagian atasnya adalah kepala. Kedua tangannya direntangkan. Bagian bawah adalah badannya. Karena 『 子 』 adalah bentuk kanji dari ’anak’, kita dapat memahami maknanya.
Takebe (1993 : 158) juga menambahkan perihal tentang
kanji menunjukkan
makna, 漢字は意味を表す図形の一種です。例えば、便所の入り口にかかれた赤 い女の人の形のようなものです。それは、直接、意味を表しますが、読 み方は表しません。漢字はそのような図形ですから、見れば意味がわか ります。
Terjemahan: Kanji adalah sejenis diagram yang mengungkapkan arti (makna). Seperti contoh: Pada pintu masuk toilet terdapat sebuah bentuk yang berwarna merah dan menyerupai bentuk seorang wanita. Hal itu secara lansung mengungkapkan maknanya, tetapi tidak mengungkapkan cara bacanya. Karena kanji adalah berupa diagram yang seperti itu, maka jika kita melihat sebuah kanji, kita dapat memahami maknanya.
Takebe (1993 : 158) juga menjelaskan perbedaan antara huruf romaji, huruf yang biasa kita pakai sehari-hari dengan kanji dilihat dari segi visualnya: ローマ字の場合は、’mouth’ を見れば、そのつづりが読み方につながり ます。これに対して、漢字の『口』を見ても、その読み方はわかりま せん。しかし、『口』は「くち」の絵を元にした図形として、「く ち」という意味が表しています。
15
Terjemahan: Pada huruf romaji, jika kita melihat kata ’mouth’, ejaan tersebut saling sambung menyambung sebagai cara bacanya. Kebalikan dari hal ini, walaupun kita melihat huruf kanji 『口』, kita tetap tidak dapat memahami cara bacanya. Akan tetapi, 『口』sebagai diagaram dari asal usul gambar ’mulut’, maka kita dapat memahami bahwa mulut adalah maknanya.
Habein (2000 : 14) menambahkan bahwa: Most kanji have more than one meaning, including original meanings, derived meanings, and sometimes borrowed meanings resulting from the use of a kanji to represent a word completely diffrent from the word it orginally represented.
Terjemahan: Sebagian besar kanji mempunyai lebih satu makna, termasuk makna aslinya, makna dari asal usulnya, dan kadang-kadang pinjaman makna dari pemakaian kanji untuk mewakili suatu kata benar-benar berbeda dari kata asalnya.
Sebagai contoh bahwa sebagian besar kanji memiliki makna lebih dari satu, huruf kanji 月(bulan/ bulan pada penanggalan) dibuat untuk menulis huruf yang menunjuk pada bulan., tetapi huruf tersebut juga mempunyai makna dari asal usulnya yaitu ‘bulan untuk penanggalan’, kemungkinan arti ini didapat dari penggunaan huruf tersebut pada kalender masyarakat China di zaman China kuno. Huruf kanji 足 (kaki/jalan/memadai/menambah) dibentuk untuk sebuh kata yang bermakna “kaki” dan makna dari asal usulnya “jalan”. Akan tetapi, hutuf itu juga dipinjam untuk menulis huruf yang susah untuk digambar walaupun tidak ada hubungannya , tetapi mempunyai bunyi yang sama, yaitu “mencukupi/menambah”. Sebagian besar kanji juga mempunyai cara baca yang lebih dari satu cara dalam bahasa Jepang. Setiap huruf kanji memiliki satu atau lebih kunyomi (訓読み) dan juga memiliki satu atau lebih onyomi (音読み). Sebagai contoh, huruf kanji 月 mempunyai 2 cara baca onyomi, getsu (berdasarkan cara pengucapan masyarakat
16
China yang mulai dipakai oleh masyarakat Jepang pada abad ke-8) dan gatsu (berdasarkan cara pengucapan masyarakat China yang datang lebih awal, dengan cara pandang agam Budha); dan huruf ini mempunya satu kunyomi, yaitu tsuki. Huruf kanji 足 mempunyai satu onyomi, soku, dan dua kunyomi, yang pertama, ashi, sebagai makna paling dasarnya dan yang lainnya, tariru, sebagai makna yang dipinjamnya (Habein, 2000 : 15).
2.3.1 Teori Pembentukan Kanji Dalam bahasa Jepang, pembentukan huruf kanji dikenal sebagai rikusho. Menurut Henshall (1998 : xvi), rikusho merupakan enam jenis klasifikasi pembentukan huruf kanji yang meliputi: 1. 象形文字(Shoukei Moji) atau Pictograph. Pada dasarnya, shoukei moji ini adalah pembentukkan huruf kanji yang dibentuk dari gambar bentuk suatu benda dan biasanya cukup sederhana. Contohnya: kanji pohon「木」dari bentuk
, atau kanji mata「目」dari bentuk
2. 指 事 文 字 (Shiji Moji) atau Simbol. Pada dasarnya, shiji moji adalah pembentukkan huruf kanji yang dibentuk dari bentuk sebuah tanda yang menyatakan konsep yang abstrak dan umumnya cukup sederhana. Contohnya : kanji atas「上」dari konsep
, atau kanji berputar dari konsep
3. 会意文字 (Kai’i Moji) atau Ideograph. Pada dasarnya, kai’i moji adalah pembentukkan huruf kanji yang dibentuk dari penggabungan antara dua atau lebih pictographs ataupun tanda yang bermakna, dan umumnya cukup
17
sederhana. Contohnya: kanji punggung bukit 「 峠 」 merupakan gabungan dari kanji atas「上」, kanji bawah「下」, dan kanji gunung「山」. 4. 形声文字 (Keisei Moji) atau Phonetic – Ideograph. Pada dasarnya, keisei moji adalah pembentukkan huruf kanji yang dibentuk berdasarkan kombinasi antara elemen makna (semantik) dengan elemen vokal (fonetik), umumnya menujukkan sifat umum benda yang diwakilinya dan umumnya bentuk tulisannya memberikan informasi yang lebih spesifik dengan menambahkan vokal atau bunyi suara untuk menyatakan cara pengucapan (lafal) dari kata deskriptif. Contohnya: kanji menuang 「 注 」 memiliki element semantik kanji air「氵」dan element fonetik kanji utama「主」. 5. 転 注 文 字 (Tenchu moji) atau huruf yang meminjam makna dan cara pelafalan. Pada dasarnya tenchu moji adalah pembentukkan huruf kanji yang dibentuk dari meminjam arti dan cara pengucapannya, tetapi cendrung pada akhirnya kanji tersebut mempunyai arti dan pelafalan yang berubah akibat dari peminjaman. Contohnya: kanji katana 「 刀 」 memiliki makna yang diasosiasikan dengan kanji memotong「切」dan kanji menyenangkan「楽し い」memiliki makna yang diasosiasikan dengan kanji musik「音楽」 6. 仮借文字 (Kasha Moji) atau huruf yang meminjam huruf lain secara fonetik. Pada dasarnya, pembentukkan huruf kanji ini dibentuk dengan meminjam huruf lain yang dipinjam berdasarkan fonetik atau secara bunyi cara baca kanji yang terdengar seperti alfabetnya. Contohnya:
kata Amerika menjadi
kanji「亜米利加」、yang dibaca secara satu per satu berdasarkan bunyi
18
kanjinya menjadi A-me-ri-ca, dan kata Budda menjadi kanji「仏陀」、yang dibaca secara satu per satu berdasarkan bunyi kanjinya menjadi Bud-da.
2.3.2 Konsep Kanji Fu (不) Menurut Todo (1990 : 563), 「不」はふっくらとふくらんだバラの花のつぼみをえがいた字で、も とは「ふくれた」という意味でした。のちに「フ」の音をかりて、プ ッと、強くはきすてるようにことわる意味を表すようになり、「…で ない」という打ち消しのことばとなったのです。
Terjemahan: 「 不 」 adalah huruf yang menggambarkan kuncup bunga mawar yang montok dan menonjol. Pada awalnya, huruf ini mempunyai makna ‘mengembung’. Kemudian, huruf ini meminjam pengucapan bunyi ‘fu’, agar kelihatan menjadi seperti makna yang meyemburkan penolakan dengan kuat, huruf ini menjadi kata untuk penyangkalan, seperti makna ‘yang tidak…’.
Gambar 2.3.2 Pembentukkan kanji Fu
Sumber : Todo (1990 : 563)
Menurut Ichikawa (2004 : 1084), kanji 不 mempunyai beberapa arti, antara lain : 1. 《字》下の語を打を消す意味を表す。「不快・不正・不利・不和・不 明・不在・不精・不孝」 2. 《接頭》「名詞・形容動詞語幹の前について」 a) …しない。「不慣れ・不勉強・不参加」 b) …でない。「不確か・不真面目・不幸せ」
19
c) …がない。「不人情」 d) …がよくない。「不景気・不出来」 Terjemahan : 1. 《 huruf 》 menunjuk arti untuk
menyangkal kata dibawahnya. (ketidak-
enakkan, kecurangan, kerugian, ketidak-cocokan, tidak diketahui, ketidakhadiran, kemalasan, kedurhakaan) 2. 《prefiks》ditaruh di depan kata dasar dari kata benda, kata sifat dan kata kerja. a) tidak (melakukan suatu hal). Contoh: ketidak-biasaan, kemalasan, tidak ikut. b) tidak (kata sifat). Contoh: ketidak-pastian, ketidak-seriusan, ketidakbahagiaan). c) tidak ada. Contoh: ketidak-simpatikkan. d) (suatu hal) yang tidak baik. Contoh: kesepian, kegagalan Satu makna lagi yang ditambahkan oleh Tomono (1991 : 160), yaitu bahwa kanji Fu juga memiliki makna ~ができない yang berarti “tidak mampu” dan “tidak selesai”.
2.3.3 Konsep Kanji Mu (無) Menurut Todo (1990 : 329), 「無」は、もとは、人が両手にかざりをもってまうようすを表してい ました。それはのちに「舞う」の「舞」の字になりました。「無」は、 音を表す舞(ないものを神に願っておどっりをおどる)に、さらに、 亡(ない.みえない)をそえた字です。のちに「無」は、かんたんに 「ない」という意味を表すようになりました。
Terjemahan : Huruf kanji 無 adalah, dilihat dari asal usulnya, merupakan huruf yang menunjuk pada keadaan dimana seseorang memegang hiasan di kedua
20
tangannya sambil menari. Kemudian kanji ini terbentuk dari kanji 舞 yang diambil dari kanji 舞う(mau = menari). Huruf kanji 無 adalah huruf yang menunjuk pada bunyi pengucapan bu (seseorang menarikan tarian permohonan kepada dewa untuk meminta apa yg tidak ada) dan ditambah dengan makna tidak ada atau tidak kelihatan. Kemudian, huruf kanji 無 dipermudah menjadi menunjuk pada makna ‘ketiadaan’.
Gambar 2.3.3 Pembentukkan kanji Mu
Sumber : Todo (1990 : 329)
Menurut Ichikawa (2004 : 1233), kanji Mu mempunyai beberapa arti, antara lain : 1.《字》…がない 「無名・無力」 2.《接頭》…がない。…しない「無意味・無抵抗」 Terjemahan: 1.
(huruf) Tidak ada. Contoh: tidak bernama, tidak berdaya
2.
(prefiks) Tidak ada. Tidak melakukan (suatu hal). Contoh: tidak berarti, tidak melawan Satu makna lagi yang ditambahkan oleh Yamada (2004 : 635) bahwa kanji Mu
juga mengandung makna な い が し ろ に す る 、 か ろ ん じ る yang berarti mengabaikan.
2.3.4 Konsep Kanji Hi (非) Menurut Todo (1990 : 505), 「非」は、鳥がはねを、右と左にひらいているようすをえがいた字で す。はねは、右と左に分かれて、反対の方を向いています。そこから
21
「はんたいだ」「そうではない」という意味がうまれました。「ただ しくない」「まちがっている」と、打ち消すことを表しているのです。 また、ほかのことばの上について、「…でない」と打ち消すはたらき ももっています。
Terjemahan: Huruf kanji 非 adalah huruf yang menggambarkan dimana sayap burung terbuka ke arah kanan dan kiri. Sayap burung terbagi atas kanan dan kiri, menghadap ke arah yang bertentangan. Dari gambaran tersebut, lahirlah makna ‘pertentangan’ dan ‘bukan seperti itu’. ‘tidak benar’ dan ‘salah’ juga untuk menunjuk pada hal penyangkalan. Dan lagi, selain kata-kata yang tertulis diatas, makna ‘yang tidak…’ juga mempunyai makna untuk penyangkalan.
Gambar 2.3.4 Pembentukkan kanji Hi
Sumber : Todo (1990 : 505)
Menurut Ichikawa (2004 : 1040), kanji Hi mempunyai beberapa arti, antara lain : 《字》1.よくないこと。「非行・是々非々」 2.そむく。「非道・非礼」 3.そしる。「非難」 4.うまくいかない。「非運」 5.…でない。「非常・非凡・非番」 《接頭》…でない。…しない。 (例)非科学的・非常識・非公開・非能率・非合法・非公式・非常勤 Terjemahan : 《huruf》1. tidak baik. (tindakan asusila, membenarkan yang benar menyalahkan yang salah) 22
2. mengingkari. (tidak berperikemanusiaan, kekurang-ajaran) 3. mencela. (kecaman) 4. tidak berhasil dengan baik. (kemalangan) 5. tidak… (keadaan darurat, keluar-biasaan, bebas) 《prefiks》tidak (kata sifat), tidak (melakukan suatu hal) Contoh: tidak ilmiah, tak masuk akal sehat, tertutup, inefesiensi, haram, tidak tetap
23