Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015
ISSN : 2302-3805
STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
ANALISIS HUBUNGAN STRATEGI KNOWLEDGE MANAGEMENT TERHADAP KEMAJUAN KEGIATAN AKADEMIK STUDI KASUS: UNIVERSITAS DARMA PERSADA Linda Nur Afifa1), Eka Yuni Astuty2) 1) 2)
Teknik Informatika Universitas Darma Persada
Sistem Informasi Universitas Darma Persada
Jl Radin Inten II (Terusan Casablanca)Pondok Kelapa Jakarta Timur Email :
[email protected]),
[email protected]) Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh penerapan strategi knowledge management terhadap proses penjaminan mutu perguruan tinggi. Hal ini dilakukan untuk memperkuat penelitian sebelumnya bahwa dengan strategi knowledge management mempunyai hubungan kausalitas terhadap kinerja staf akademik. Penelitian dilakukan dengan memberikan angket kepada 155 responden. Strategi personalisasi dan kodifikasi mempunyai pengaruh terhadap proses evaluating yaitu sebesar 2.63 dan 2.70. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kegiatan evaluating berpengaruh significant terhadap kemajuan akademik (C.R=4.78). Kata kunci: Knowledge Management, tacit knowledge, explicit knowledge, kegiatan akademik 1. Pendahuluan Knowledge Management (KM) di era informasi ini sangat penting diterapkan bagi organisasi yang menghendaki keunggulan bersaing berkelanjutan karena implementasinya memberi manfaat pada bidang operasi dan pelayanan, dapat meningkatkan kompetensi personal, memelihara ketersediaan knowledge dan inovasi serta pengembangan produk [1]. Apabila pengelolaan pengetahuan dilakukan dengan benar maka sangat bermanfaat bagi organisasi diantarnya: explicit knowledge berupa dokumen dan prosedur akan semakin terdokumentasi dengan baik, pemecahan masalah akan lebih cepat karena sumber-sumber pengetahuan (expert) mudah diakses, dengan terdokumentasikannya best practice maka dari waktu ke waktu setiap proses bisnis akan berubah menjadi semakin efisien, kesalahan yang sama tidak akan terjadi berulang-ulang, akan terbentuk budaya kolaborasi sebagai efek dari budaya sharing tersebut. Dalam melakukan penjaminan mutu sudah seharusnya Perguruan Tinggi menerapkan strategi ini. Proses penjaminan mutu terdiri dari kegiatan monitoring, auditing dan evaluating dilakukan sampai level Program Studi sehingga semua proses pelaksanaan dan permasalahan yang muncul perlu didokumentasikan dan dimanage. Oleh karena itu perlu adanya sebuah kajian untuk mengukur seberapa besar dampak penerapan
strategi Knowledge Management dalam Perguruan Tinggi (Studi Kasus Universitas Darma Persada). 2. Dasar Teori 2.1. Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi Penjaminan mutu perguruan tinggi adalah proses perencanaan, pemenuhan, pengendalian, dan pengembangan standar pendidikan tinggi secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga pemangku kepentingan (stakeholders) internal dan eksternal perguruan tinggi, yaitu mahasiswa, dosen, karyawan, masyarakat, dunia usaha, asosiasi profesi, pemerintah memperoleh kepuasan atas kinerja dan keluaran perguruan tinggi. Kegiatan penjaminan mutu perguruan tinggi dilaksanakan dalam sebuah sistem yang disebut Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi [5], yang terdiri atas: a.Penjaminan mutu yang dilaksanakan secara sistemik oleh perguruan tinggi sendiri (internally driven) yang disebut sebagai Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI); b.Penjaminan mutu yang dilaksanakan oleh badan/ lembaga di luar perguruan tinggi yang disebut sebagai Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME). 2.2 Model Dasar SPM-PT a.Kajian berdasarkan perundang-undangan Untuk merumuskan model dasar berdasarkan perundang undangan dilihat dari beberapa kata kunci yang tertuang di dalam pasal-pasal dan ayat-ayat Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 1.Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2005 seperti disebutkan pada Pasal 1 ayat 21: “Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu pendidikan…dst sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.” 2.Dalam PP 19 tahun 2005 tentang standar Pendidikan Nasional pasal 2 ayat 1
1.2-313
ISSN : 2302-3805
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
“Untuk penjaminan mutu dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan standar nasional pendidikan dilakukan evaluasi, akreditasi, sertifikasi.”
Easier to document and share
20%
Contribute to eficiency
b.Kajian dari beberapa praktik di Perguruan Tinggi
Leads to competency
Terdapat beberapa model SPM-PT diantaranya seperti model pada gambar 1. Pada gambar tersebut Sistem Penjaminan Mutu yang diterapkan di Perguruan Tinggi terdiri dari beberapa tahap yaitu dari pembuatan standar, pelaksanaan, monitoring, evaluasi diri, analisis mutu akademik internal dan penjaminan mutu.
EXPLICIT
Easier to replace
TACIT
, 80%
Hard to steal
Hard to articulate
Hard to transfer High competitive advantage
EXPLICIT
Physical Aset & Financial knowledge Customer knowledge
20%
,
TACIT
80%
Business Proces Knowledge
Gambar 2. Gambaran Pengetahuan [20] Gambar 1.Model SPM-PT [5] 2.3 Knowledge Management Untuk memahami knowledge management lebih lanjut perlu dikaji pemahaman mengenai data, informasi dan knowledge (pengetahuan) sebagai dasar pemahaman Konwledge Management (KM). Data merupakan sekumpulan fakta mengenai suatu kejadian secara diskrit yang belum terorganisasi dan belum diproses serta bersifat statis. Informasi merupakan kumpulan data yang telah diproses sehingga memudahkan dalam pengambilan keputusan. Sedangkan knowledge merupakan pemahaman manusia mengenai bidang tertentu yang telah dipelajari melalui pendidikan dan pengalaman [1]. Data mempunyai tujuan utama untuk merekam suatu aktivitas atau situasi dan bersifat historical. Informasi berasal dari komunikasi dan historical (data yang telah diproses/ distrukturkan). Sedangkan knowledge bertujuan untuk memperbaiki hidup, dalam kontek bisnis bertujuan mem buat atau meningkatkannilai untuk perusahaan dan semua stakeholder. Secara alamiah knowledge terbagi atas tacit knowledge (yang ada pada orang) dan Explicit knowledge (yang terdokumentasikan) [20]. Untuk mengeksplisitkan pengetahuan yang ada pada orang dila kukan dengan kodifikasi. Persentase pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit yang ada dalam suatu organisasi ditunjukkan pada gambar 2.
Knowledge (pengetahuan) dapat diklasifikasikan ke dalam 2 jenis, tacit dan explicit [12]. Beccera-Fernandez dalam bukunya menjelaskan bahwa explicit knowledge merujuk pada pengetahuan yang diekspresikan pada kata maupun angka [3]. Explicit knowledge dapat dibagikan secara formal dan sistematis, berbentuk data, spesifikasi, manual, gambar, suara, dan rekaman video, program komputer, dan lain sebagainya. Tacit knowledge didefinisikan sebagai wawasan, intuisi, dan firasat. Tacit knowledge sulit untuk diekspresikan dan diformalisasikan, sehingga knowledge jenis ini susah untuk dibagikan. Tacit knowledge lebih bersifat ke pribadi, berdasarkan pada pengalaman dan keahlian individu. Knowledge management (manajemen pengetahuan) didefinisikan sebagai proses yang dibutuhkan untuk menciptakan (generate), menangkap (capture), melakukan kodifikasi (codify), dan memindahkan (transfer) pengetahuan dalam sebuah organisasi, agar organisasi tersebut dapat meraih keuntungan kompetitif [3]. Malhotra (2005) menyatakan bawah manajemen pengetahuan saat ini mulai dikembangkan di dalam kebijakan, strategi, dan diimplementasikan pada perusahaan, pemerintah, dan institusi. 2.4. Knowledge Management Strategy Strategi manajemen pengetahuan (kodifikasi dan personalisasi) dibedakan berdasarkan penekanan organisasi pada tipe pengetahuan (explicit dan tacit) [9]. Klasifikasi ini didasarkan pada perbedaan antara pengetahuan explicit dan tacit serta penggunaan yang berbeda dari teknologi informasi. Pengelompokan strategi ini sangat memudahkan dalam mengetahui dan memahami lebih dalam terkait orientasi strategi manajemen pengetahuan suatu perusahaan.
1.2-314
ISSN : 2302-3805
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
Klasifikasi tacit-explicit merupakan klasifikasi pengetahuan tertinggi dan telah disepakati sebagai dimensi strategi manajemen pengetahuan [9]. Dua strategi manajemen pengetahuan kodifikasi dan personalisasi mendeskripsikan bagaimana perusahaan yang berbeda fokus pada praktik dan strategi berbeda dalam mengelola pengetahuan mereka. Di dalam Bakar et al. [2] dijelaskan perbedaan strategi kodifikasi dan personalisasi sebagai berikut: a.Strategi kodifikasi merupakan pendekatan "peopleto-documents" yang melibatkan proses pengamanan explicit knowledge ke dalam bentuk database agar yang lain dapat mengakses dan menggunakannya kembali dengan mudah [9]. Kodifikasi dapat menjadi mekanisme yang baik untuk menyimpan memori organisasi dalam jumlah besar [4]. Pendekatan ini memungkinkan semua pegawai yang berwenang untuk melihat kembali pengetahuan yang telah terkodifikasi dan membagi pengalaman mereka melalui peralatan elektronik. Strategi kodifikasi berkaitan dengan penggunaan ulang pengetahuan dan berkaitan erat dengan "exploitative learning".
Gambar 3. Metodologi Penelitian Rumusan masalah pada penelitian ini dikembangkan berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan sebelumnya oleh sebuah universitas untuk mengetahui hubungan kausalitas faktor personal knowledge, job procedure, learning organization, dan technology terhadap kinerja tenaga kependidikan [19]. Setelah melakukan perumusan masalah kemudian dilakukan pembuatan instrumen yaitu dengan menentukan variabel, indikator dan pertanyaan. Pada penelitian ini terdapat 6 variabel laten yaitu str_kodifikasi, str_personalisasi, monitoring, auditing, evaluating dan kemajuan akademik. Pada gambar 4 merupakan contoh dari variabel str_kodifikasi. Variabel str_kodifikasi dibentuk oleh empat buah indikator yang dikodekan dengan CS1, CS2, CS3 dan CS4.
b.Strategi personalisasi berdasarkan pada pendakatan "person-to-person" dan pemberian layanan yang disesuaikan (customized) sering dilakukan oleh perusahaan yang membuktikan solusi yang disesuaikan untuk masalah yang unik. Strategi ini fokus pada diskusi diantara individu, bukan pada pengetahuan yang disimpan di database. Organisasi yang menggunakan strategi personalisasi menekankan pada "economies of expertise" dan mengembangkan berbagai macam solusi untuk permasalahan yang kompleks dengan cara menggunakan interaksi personal "person-toperson" untuk menyelesaikan masalah [6] (seperti, konsultasi teknis, pusat penelitian dan pengembangan, pusat kreatif dan desain).
Gambar 4. KM Strategi Kodifikasi Tabel 1. Indikator, Kode dan Pertanyaan Strategi Kodifikasi
3. Metodologi a. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan yang bersifat kuantitatif. yaitu dilakukan berdasarkan pada pengukuran variabel dari suatu sumber atau subjek individu untuk memperoleh nilai atau skor yang berwujud numerik [7]. Pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk mengetahui persepsi sampel penelitian terhadap variabel-variabel yang diteliti berdasarkan pada perhitungan data yang terkumpul dan analisis data tersebut. b.Tahapan Penelitian Tahap pelaksanaan penelitian dibagi kedalam beberapa tahap, seperti ditunjukkan pada gambar 3.
Indikator Kodifikasi Pengetahuan
Kode CS1
Akuisisi Pengetahuan Terkodifikasi Dokumentasi
CS2
Berbagi Pengetahuan Terkodifikasi
CS4
CS3
Pertanyaan Pada institusi saya pengetahuan (ide, kemampuan teknis, pemecahan masalah) didokumentasikan dengan baik (contoh: dalam bentuk buku, prosedur manual, dalam bentuk buku) Pada institusi saya pengetahuan dapat diperoleh dengan mudah melalui dokumen dan buku petunjuk yang bersifat formal Pada institusi saya hasil hibah dan pertemuan didukumentasikan Pada institusi saya, pengetahuan dibagikan dalam bentuk terkodifikasi (seperti buku petunjuk atau dokumen tertulis)
Untuk keperluan pengumpulan data indikator CS1, CS2, CS3 dan CS4 diterjemahkan kedalam pertanyaan seperti terlihat pada tabel 1. Dengan cara yang sama tahapan ini berlaku untuk semua variabel. Setelah selesai menentukan instrumen kemudian dilakukan pengumpulan data. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuisioner kepada kepada staf akademik, kepala biro, para ketua jurusan dan mahasiswa dengan total 155 responden. Menurut Putri [15], bahwa jumlah sampel yang digunakan sesuai dengan prosedur estimasi Maximum Likelihood dari teknik analisis data SEM yaitu sebanyak 100-150 sampel [8]. Di dalam sumber yang lain, Santoso (2012) menyatakan bahwa model SEM dengan lima
1.2-315
ISSN : 2302-3805
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
buah konstruk atau lebih dan setiap konstruk dijelaskan oleh tiga atau lebih indikator maka jumlah sampel 100150 sudah mewakilkan. Dengan demikian sample tersebut dianggap dapat mewakili dalam penelitian ini. Tujuan survey ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh strategi Knowledge Management terhadap proses penjaminan mutu (monitoring, auditing, evaluating) serta proses penjaminan mutu terhadap kemajuan kegiatan akademik. Pertanyaan kuesioner pada penelitian ini menggunakan skala Likert dengan skala 1 sampai 5. Terdapat enam hipotesis akan diuji dalam penelitian ini, yaitu: a.H1a:Strategi kodifikasi (pendekatan explicit knowledge) berhubungan positif terhadap proses auditing b.H1b:Strategi kodifikasi (pendekatan explicit knowledge) berhubungan positif terhadap proses evaluating c.H2a: Strategi personalisasi (pendekatan tacit knowledge) berhubungan positif terhadap proses auditing d.H2b:Strategi kodifikasi (pendekatan tacit knowledge) berhubungan positif terhadap proses evaluating e.H3a:Proses auditing berpengaruh signifikan terhadap kemajuan kegiatan akademik. f.H3b:Proses evaluating berpengaruh signifikan terhadap kemajuan kegiatan akademik. 4. Analisis dan Pembahasan Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode statistik dengan teknik multivariate SEM (Structural Equation Modeling) menggunakan AMOS versi 21. Data yang telah diperoleh kemudian diolah menggunakan program Microsoft Excel 2010 dan program IBM SPSS 22. Ada beberapa tahapan dalam melakukan analisis menggunakan SEM yaitu (1) pembuatan model penelitian; (2) Identifikasi model, ditentukan dengan nilai Degree of freedom; (3) Estimasi evaluasi hasil penelitian dengan teknik Maximum Likelihood Estimation; (4) Uji kelayakan Model menggunakan uji model (Confirmatory Factor Analysis) dan Uji kecocokan model Pengukuran (Goodness of Fit); (5) Interpretasi dan modifikasi model penelitian. Sebelum melakukan analisis menggunakan SEM untuk menguji validitas dan reliabilitas data dilakukan dengan menggunakan software SPSS 22. Teknik Cronbach Alpha digunakan untuk menganalisis reliabilitas data dalam penelitian ini. Menurut Sekaran [18], reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik. Berdasarkan hasil analisis menggunakan software didapatkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,81 sehingga data penelitian ini reliabilitasnya bagus. Tabel 2. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Standardized Alpha Items ,810 ,805
N of Items 17
Sedangkan untuk menguji reliabilitas data dilakukan dengan membandingkan nilai Corrected Item-Total dengan r tabel product moment. Jika nilai koefisiennya positif dan lebih besar daripada r tabel product moment, maka indikator dinyatakan valid. Pada penelitian ini digunakan 17 indikator (N) yang akan diukur nilai reliabilitasnya. Besar r tabel product moment untuk N=17 adalah 0,482. Tabel 3. Total Item Statistic Corrected Scale Scale ItemCronbach's Mean if Variance Total Alpha if Item if Item Correlatio Item Deleted Deleted n Deleted CS1 58,76 32,715 ,500 ,794 CS2 58,95 32,465 ,500 ,793 CS3 58,68 34,373 ,243 ,814 CS4 58,69 32,657 ,485 ,794 PS1 58,42 34,583 ,385 ,801 PS2 58,65 32,605 ,593 ,788 PS3 58,15 34,673 ,396 ,801 PS4 58,56 33,040 ,516 ,793 EL1 58,42 34,583 ,385 ,801 EL2 58,95 32,465 ,500 ,793 EL3 58,17 34,738 ,368 ,802 AD1 59,26 37,920 -,061 ,823 AD2 58,65 32,605 ,593 ,788 AD3 59,57 38,895 -,186 ,831 AK1 58,69 32,657 ,485 ,794 AK2 58,65 32,605 ,593 ,788 AK3 58,76 32,715 ,500 ,794 Berdasarkan data diatas terdapat beberapa nilai Corrected Item-Total Correlation kurang dari 0,482 artinya indikator tersebut tidak valid dan harus diperbaiki atau dihapus. Indikator yang tidak valid tersebut adalah CS3, PS1, PS3, EL1, EL3, AD1 dan AD3. Tahap berikutnya adalah pembuatan model dengan menggunakan software AMOS 21. Penelitian ini dimodelkan dengan 5 buah variabel laten, 17 indikator dan error untuk setiap variabel endogen. Model ini dapat dilihat seperti pada gambar 5. Pada gambar ini terlihat bahwa str_kodifikasi dan str_personalisasi saling mempengaruhi. Sedangkan variabel auditing, evaluating dan monitoring dipengaruhi oleh str_kodifikasi dan str_personalisasi. Identifikasi model dilakukan dengan meghitung Degree of Freedom. Ada tiga jenis identifikasi [16] yang mungkin terjadi di dalam analisis menggunakan SEM yaitu Just Identified (bernilai nol), Under Identified (bernilai negatif) dan Over Identified (bernilai positif). Hasil analisis sofware AMOS 22 menunjukkan nilai 131,
1.2-316
ISSN : 2302-3805
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
artinya model ini perlu melewati tahap estimasi dan penilaian (over identified), seperti ditunjukkan pada gambar 6. Gambar 5. Struktural Model
Gambar 8 dibawah ini menunjukkan nilai Regression Weights dari software AMOS 22. Pada gambar tersebut nilai C.R str_kodifikasi terhadap evaluating sebesar 4.50, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara str_kodifikasi terhadap evaluating. Begitu juga dengan str_personalisasi mempunyai pengaruh positif dengan evaluating dan auditing sebesar 2.63 dan 2.70. Gambar 8. Regression Weights
Gambar 6. Output Software Degree of Freedom
Estimasi evaluasi hasil penelitian dilakukan dengan teknik Maximum Likelihood Estimation (MLE). Berdasarkan output software AMOS 22 ditunjukkan pada gambar 7. Pada gambar tersebut terlihat bahwa konstruk model pada penelitian ini tidak seluruhnya signifikan atau valid yaitu terlihat dengan adanya nilai Critical Ratio (C.R < 1,96). Pada gambar 7 terlihat ada beberapa indikator tidak valid yaitu CS3, AD3 dan EL3 mempunyai nilai C. R 1.43, -0.65 dan 1.28. Oleh karena itu indikator tersebut dapat didrop atau dibuang pada analisis selanjutnya. Selanjutnya akan dilakukan hipotesis penelitian. Pengujian dilakukan terhadap lima hipotesis yang diajukan dengan nilai t-Value dengan tingkat significant 0.05. Nilai t-value dalam AMOS 22 merupakan nilai C.R. pada Regretion Weights. Jika nilai C.R ≥ 1.967 maka H0 ditolak (hipotesis penelitian diterima).
Pada gambar 8 juga ditunjukkan tidak adanya pengaruh antara str_kodifikasi terhadap Auditing yaitu ditunjukkan dengan nilai C.R sebesar -0.74. Selain itu Auditing juga tidak ada pengaruh positif terhadap kegiatan akademik ditunjukkan dengan nilai C.R sebesar -1.18. Dengan demikian beradar gambar 8 dapat disimpulkan bahwa hipotesis H1b, H2a, H2b, H3b diterima, sedangkan H1a dan H3a ditolak. Berdasarkan uji hipotesis tersebut dapat digambarkan hubungan antar variabel yang saling mempengaruhi seperti ditunjukkan pada gambar 9. Gambar 9. Pengaruh Antar Variabel Str_personalisasi
Auditing Kemajuan Akademi
Str_kodifikasi
Evaluating
Berdasar hasil penelitian ini dinyatakan bahwa kegiatan evaluating mempunyai pengaruh sangat signifikan terhadap kemajuan kegiatan akademik.
Gambar 7. Maximum Likelihood Estimation
5.Kesimpulan a.Proses evaluating mempunyai peran sangat penting dalam memberikan kontribusi terhadap kemajuan
1.2-317
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015
ISSN : 2302-3805
STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
kegiatan akademik Universitas, yaitu ditunjukkan dengan pengaruh positif variabel evaluating terhadap variabel kemajuan akademik sebesar 4.78. b.Kegiatan evaluating dapat dilakukan dengan pendekatan explicit (kodifikasi) yaitu dengan melakukan evaluasi dokumen-dokumen, data, peraturan,dll. c.Evaluasi juga dapat dilakukan terhadap perilaku organisasi (tacit knowledge), perbaikan cara kerja (pelaksanaan SOP) serta peningkatan sharing pengetahuan. d.Perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai pengaruh strategi knowledge management terhadap komponen kegiatan akademik, seperti trategi knowledge management terhadap penigkatan IPK Mahasiswa. Daftar Pustaka [1] [2]
[3] [4] [5] [6] [7]
[8] [9] [10]
[11]
[12] [13] [14]
[15]
Awad, Elias M. & Ghaziri, Hasan M. (2003), Knowledge Management, New Jersey ,Person Education. Inc, . Bakar, N.A., Din, S., Ng, A.H.H., & Yip, M.W. (2012). Integrated Knowledge Management Strategy: A Preliminary Literature Review. Procedia - Social and Behavioral Sciences, vol. 57, pp. 209-214. Tersedia di (http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S18770428120 46381) diakses tanggal 9 April 2013. Beccera-Fernandez, I. (2004). Knowledge Management: Challenge, Solutions, and Technologies. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Boh, W.F. (2007). Mechanisms for Sharing Knowledge in Project-Based Organizations. Information and Organization, vol. 17, pp. 58-27. DIKTI (2006). Panduan Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPM-PT). Dirjen DIKTI Greiner, M.E., Böhmann, T., & Krcmar, H. (2007). A Strategy for Knowledge Management. Journal of Knowledge Management, vol. 11 (6), pp. 3-15. Gravetter, F.J., & Forzano, L.B. (2009). Research Methods for The Behavioral Science, (4th Edition). Wadsworth: Cengage LearningDikti, (2011). Leaflet Standar Penjaminan Mutu Internal Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R. F. (2010). Multivariate Data Analysis (7th Edition). Prentice Hall. Hansen, M.T., Nohria, N., & Tierney, T. (1999). What's Your Strategy for Managing Knowledge. Harvard Business Review, vol. 77(2), pp. 106-116. Hansen, M.T., & Haas, M.R. (2001). Different Knowledge, Different Benefits: Toward A Productivity Perspective on Knowledge Sharing in Organizations. Academy of Management Proceedings, 1–6. Martini, A., & Pellegrini, L. (2005). Barriers and Levers Towards Knowledge Management Configurations: A Case Study-Based Approach. Journal of Manufacturing Technology Management, vol. 16, issue 6, pp. 670 – 681. Nonaka, I. (1994). A Dynamic Theory of Organizational Knowledge Creation. Organization Science, vol. 5, issue 1, pp. 14-37. Nonaka, I.O, & Takeuchi, H. (1995). The Knowledge-Creating Company: How Japanese Companies Create the Dynamics of Innovation. New York: Oxford University Press. Malhotra, Y. (2005). Integrating Knowledge Management Technologies in Organizational Business Processes: Getting Real Time Enterprises to Deliver Real Business Performance. Journal of Knowledge Management, vol. 9(1), pp. 7–28. Putri, R.E. (2013). Faktor-Faktor Kualitas Informasi pada Jejaring Sosial dan Official Website yang Mempengaruhi Keputusan untuk Melakukan Perjalanan Wisata Menurut Perspektif Backpacker di Indonesia. Skripsi. Universitas Indonesia: Fakultas Ilmu Komputer.
[16] Santoso, S. (2012). Analisis SEM Menggunakan AMOS. Jakarta: Elex Media Komputindo. [17] Santoso, S. (2007). Structural Equation Modeling. Elex Media Komputindo. [18] Sekaran, Uma. (1992) Research Methods for Business, A Skill Building Approach (2nd Edition). New York: John Wiley n Sons [19] Setiorini, S. (2003). Faktor-faktor Knowledge Management yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Tenaga Kependidikan. [20] Suryadi, Kadarsah (2005), Slide Kuliah : Managemen Pengetahuan. Laboratorium Sistem Informasi dan Keputusan, Program Studi Teknik Industri. [21] Zanjani, M.S., Mehrasa, S., & Mandana, M. (2008). Organizational Dimensions as Determinant Factors of KM Approaches in SMEs. Proceedings of World Academy of Science, Engineering and Technology, vol. 45, pp. 394-289.
Biodata Penulis Linda Nur Afifa, memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST), jurusan Teknik Telekomunikasi Sekolah Tinggi Teknologi Telkom (STT Telkom) Bandung lulus tahun 2004. Memperoleh gelar Magister Teknik (MT) Program Pasca Sarjana Magister Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung, lulus tahun 2010. Saat ini aktif mengajar di Universitas Darma Persada Program Studi Teknik Informatika Eka Yuni Astuty, memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom) tahun 1997 Jurusan Manajemen Sistem Informasi dan Magister Manajemen Sistem Informasi (MMSI) tahun 2002 di Universitas Gunadarma. Saat ini sebagai dosen di Universitas Darma Persada Program studi Sistem Informasi
1.2-318