ANALISIS FOTO JURNALISTIK MENGENAI KERUSUHAN DI MESUJI LAMPUNG PADA HARIAN KOMPAS DEDY ISNAINI BERUTU ABSTRAK Penelitian ini berjudul, Analisis Foto Jurnalistik Mengenai Kerusuhan Di Mesuji Lampung Pada Harian Kompas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis isi foto jurnalistik mengenai kerusuhan yang terjadi di Mesuji, Lampung pada Harian Kompas, dan untuk mengetahui perkembangan fotografi jurnalistik. Tipe penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan metode Entire Detail Frame Angle Time (EDFAT). Teori yang digunakan untuk penelitian ini yaitu komunikasi dan komunikasi massa, fungsi komunikasi massa, fotografi, media massa dan surat kabar. Subjek penelitian adalah foto jurnalistik pada Harian Kompas yang terbit pada tanggal 16 Desember 2011-24 Februari 2012. Jumlah foto yang dianalisis adalah 8 foto. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, penelitian kepustakaan dan wawancara mendalam. Dari delapan foto yang diterbitkan oleh harian Kompas khususnya yang membahas mengenai kekerasan kemanusiaan yang terjadi di Mesuji Lampung sudah memiliki aktualitas gambar sebagai refleksi dari peristiwa yang terjadi, relevan dengan berita sebagai pelengkap berita yang disajikan, human interest sebagai bukti kedekatan visual dengan aktivitas kehidupan sehari-hari manusia dan bersifat universal. Foto yang dipublikasikan oleh Harian Kompas sesuai dengan kode etik jurnalistik yang telah ditetapkan yaitu tidak menyiarkan hal-hal yang sifatnya desktruktif dan dapat merugikan bangsa dan negara, hal-hal yang dapat menimbulkan kekacauan, hal-hal yang dapat menyinggung perasaan susila, agama, kepercayaan atau keyakinan seseorang atau sesuatu golongan yang dilindungi undang-undang. Kata Kunci: Fotojurnalistik Entire, Detail, Frame, Angle, Time Pendahuluan Keberadaan jurnalistik sebagai disiplin ilmu tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi. Di era millenium global seperti sekarang, jurnalistik dipandang menjadi salah satu elemen yang memiliki kekuatan komunikasi. Efek jurnalistik tidak hanya luas, tetapi juga selalu up to date. Sejatinya, jurnalistik dan komunikasi bak dua sisi mata uang. Keduanya dapat menjadikan masyarakat lebih mudah dalam memperoleh informasi. Jurnalistik dan komunikasi pun memiliki peran yang sama penting. Sekalipun sebagian kalangan menempatkan jurnalistik menjadi bagian dari komunikasi, namun secara substansial, jurnalistik dan komunikasi memiliki kesetaraan. Jurnalistik dan komunikasi memiliki unsur-
unsur pokok yang sama, yaitu (a) harus ada sumber, (b) harus ada pesan, dan (c) harus ada tujuan. Foto jurnalistik memiliki lima fungsi seperti yang dinyatakan oleh penulis Journalism in America, an introduction to the new media, Thomas Elliot Berry. Pertama, untuk mengkomunikasikan berita (to communicate the news), foto sering memiliki arti yang sangat penting dalam penyampaian berita. Ia terkadang menyempurnakan suatu berita, dimana tanpa kehadiran foto, berita tersebut akan terasa hambar. Kedua, fungsi foto jurnalistik adalah menimbulkan minat (to generate interest). ketiga, foto jurnalistik berfungsi untuk menonjolkan dimensi lain dari sebuah objek pemotretan yang dipublikasikan (to give another dimension to a newsworthy figure). Keempat foto jurnalistik berfungsi untuk meningkatkan berita (sisi kualitas pemberitaan) tanpa mengurangi arti berita, dan terakhir, foto jurnalistik dimanfaatkan untuk keperluan tata rias/perwajahan surat kabar dan majalah secara garis besar (http://azteza.wordpress.com). Menurut Guru Besar Universitas Missouri, Amerika Serikat, AS, Cliff Edom, foto jurnalistik adalah paduan kata (words) dan gambar (pictures). Sementara menurut editor majalah Life, Wilson Hicks, kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan sosial pembacanya (http://azteza.wordpress.com). Tragedi Mesuji, yang begitu memilukan, konflik antara warga sekitar dengan perusahaan pengelola perkebunan Sawit, sampai terjadi pembunuhan sadis serta pembantaian orang, hal tersebut menjadi perhatian rakyat Indonesia saat ini. Pemerintah serta pihak-pihak terkait harus segera menyelesaikan pelanggaran HAM berat ini yang diduga pihak aparat kepolisian juga terlibat. Banyak versi kronologis konflik Mesuji bahkan antara pihak kepolisian, pemerintah serta warga sekitar memiliki versi yang berbeda terkait kronologis konflik dan pembantaian di Mesuji. Konflik berawal dari Register 45 yang merupakan lahan adat desa Talang Batu seluas 7 ribu hektar yang diklaim ke Hutan Tanaman Industri Register 45 yang dikuasai oleh PT Inhutani V dan PT Silva Lampung Abadi. Semula berdasarkan SK Menhut No. 688/Kpts-II/1991 luas Reg. 45 adalah 32.600 hektare. Kemudian 17 Februari 1997 Menhut mengeluarkan SK No.93/Kpts-
II/1997 tentang menambah luas Hak Pengelolaan kawasan HTI menjadi 43.100 Hektare. Menjawab usul masyarakat adat mengenai klaim tanah seluas 7000 hektare, diterbitkan kembali surat No. 1135/MENHUTBUN-VIII/2000. Surat itu hanya menyetujui lahan seluas 2.600 Hektare. Perumusan masalah ini bertujuan untuk upaya membatasi penelitian agar lebih terarah dan tidak terlalu luas namun tetap dalam fokus yang diharapkan dan yang telah dintentukan. Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka fokus masalah yang akan peneliti angkat adalah Analisis Isi Mengenai Foto Jurnalistik Kerusuhan di Mesuji Lampung pada Harian Kompas. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis isi fotografi jurnalistik mengenai kerusuhan yang terjadi di Mesuji Lampung pada Harian Kompas. 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana foto tersebut bisa dimuat dalam koran. 3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui situasi atau suasana selama kerusuhan yang terjadi di Mesuji Lampung. Kajian Literatur Istilah komunikasi (communication) berasal dari kata: common, yang berarti “sama”, dengan maksud sama makna, sehingga secara sederhana dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan proses menyamakan persepsi, pikiran dan rasa antara komunikator dengan komunikan (Mondry, 2008:1). Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi (Cangara, 2006:1). Komunikasi adalah suatu transaksi,
proses
simbolik
yang
menghendaki
orang-orang
mengatur
lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antarsesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Cangara, 2006:1819).
Komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi (Cangara, 2006:21). Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop (Effendy, 2003:79). Komunikasi
massa
berfungsi
untuk
menyebarluaskan
informasi,
meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang. Selaku ketua komisi masalah-masalah komunikasi UNESCO (1980), Sean MacBride mengemukakan bahwa komunikasi tidak bisa diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai pertukaran data, fakta, dan ide. Karena itu komunikasi massa dapat berfungsi untuk: Informasi, Sosialisasi, Motivasi, Bahan diskusi, Pendidikan, Memajukan kebudayaan, Hiburan Integrasi (Cangara, 2006 :57-58). Fotografi merupakan seni dan proses penghasilan gambar melalui cahaya pada film atau permukaan yang dipekakan. Artinya, fotografi adalah teknik melukis menggunakan cahaya. (Giwanda, 2001: 2). Sejalan dengan perkembangan zaman dan teknologi, dampak fotografi telah menyebar ke seluruh dunia dan merambah beragam bidang kehidupan. Kini, hampir dapat dipastikan berbagai sisi kehidupan manusia menjadikan fotografi sebagai alat dan sarana untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya kebutuhan untuk dokumentasi pribadi dan keluarga, foto jurnalistik, juga kebutuhan yang bersifat formal sampai komersial sekalipun. Berikut uraian singkat (Giwanda, 2001:56-57)
mengenai
bidang
spesialisasi
fotografi
yang
mengalami
perkembangan cukup pesat: Foto Jurnalistik (Photo Journalism), Fotografi Pernikahan
(Wedding
Photography),
Fotografi
Arsitektur
(Architectural
photography), Fashion Photography, Fotografi Ilmiah (Scientific Photography),
Fotografi Udara (Aerial Photography), Fotografi Komersial, Fine art Photography (memandang fotografi sebagai media untuk mengekspresikan karya seni). Fotojurnalistik menurut Guru Besar Universitas Missouri, AS, Cliff Edom adalah panduan kata words dan pictures. Sementara menurut editor foto majalah Life dari 1937-1950, Wilson Hicks, kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan suatu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan sosial pembacanya (Alwi, 2004 : 4). Foto jurnalistik merupakan sajian gambar atau foto yang dapat berdiri sendiri sebagai visualisasi suatu peristiwa. Foto jurnalistik pun dapat melekat pada suatu berita sebagai pelengkap dan penguat pesan yang disampaikan dalam berita. (Yunus, 2010 : 90-91). Badan Fotojurnalistik Dunia (World Press Photo Foundation) pada lomba foto tahunan yang diselenggarakan bagi wartawan seluruh dunia, memiliki kategori fotojurnalistik. Kategori itu adalah sebagai berikut: Spot Photo, General News Photo, People in the News Photo, Daily Life Photo, Potrait, Sport Photo, Science and Technology Photo, Art and Culture Photo, Social and Environment Syarat fotojurnalistik, setelah mengandung berita dan secara fotografi, bagus (fotografis), syarat lain lebih kepada foto harus mencerminkan etika atau norma hukum, baik dari segi pembuatannya maupun penyiarannya. Di Indonesia, etika yang mengatur fotojurnalistik ada pada kode etik yang disebut Kode Etik Jurnalistik. Pasal-pasal yang mengatur hal tersebut, khusunya pada pasal 2 dan 3. “Pasal 2 berisi pertanggungjawaban yang antara lain: wartawan Indonesia tidak menyiarkan hal-hal yang sifatnya destruktif dan dapat merugikan bangsa dan negara, hal-hal yang dapat menimbulkan kekacaukan, hal-hal yang dapat menyinggung perasaan susila, agama, kepercayaan atau keyakinan seseorang atau sesuatu golongan yang dilindungi undangundang. Sementara pada Pasal 3 berisi cara pemberitaan dan menyatakan pendapat, antara lain disebutkan bahwa wartawan Indonesia menempuh jalan dan cara yang jujur untuk memperoleh bahan-bahan berita. Wartawan Indonesia meneliti kebenaran suatu berita atau keterangan sebelum menyiarkannya dengan juga memperhatikan kredibilitas sumber berita. Di dalam menyusun suatu berita, wartawan Indonesia membedakan antara kejadian (fakta) dan pendapat (opini)” (Alwi, 2004 :9-10). Sebagai salah satu metode pemotretan untuk melatih cara pandang melihat sesuatu dengan detail yang tajam, biasanya menggunakan metode Entire Detail
Frame Angle Time yang biasa disingkat dengan EDFAT. EDFAT merupakan metode yang diperkenalkan Walter Cronkie School of Journalism and Telecommunication Arizona State University. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada setiap unsur dari metode ini adalah sesuatu proses dalam mengincar suatu bentuk visual atas peristiwa bernilai berita EDFAT merupakan suatu pembiasaan. Melatih metode EDFAT dalam tindakan fotografi setiap calon foto jurnalis maupun fotografer amatir, setidaknya membantu proses percepatan pengambilan keputusan terhadap suatu event atau kondisi visual bercerita dan bernilai berita dengan cepat dan lugas. a. Entire (E) Dikenal juga sebagai „established shot’, suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa atau bentuk penugasan lain. Untuk mengincar atau mengintai bagian-bagian untuk dipilih sebagai obyek. b. Detail (D) Suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pandangan terdahulu (entire). Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang dinilai paling tepat sebagai „point of interest’ c. Frame (F) Suatu tahapan di mana kita mulai membingkai suatu detil yang telah dipilih. Fase ini mengantar seorang calon foto jurnalis mengenal arti suatu komposisi, pola, tekstur dan bentuk subyek pemotretan dengan akurat. Rasa artistik semakin penting dalam tahap ini. d. Angle (A) Tahap dimana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan, level mata, kiri, kanan dan cara melihat. Fase ini penting mengkonsepsikan visual apa yang diinginkan. e. Time (T) Tahap penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara diafragma dan kecepatan atas ke empat tingkat yang telah disebutkan sebelumnya. Pengetahuan teknis atas keinginan membekukan gerakan
atau memilih ketajaman ruang adalah satu prasyarat dasar yang sangat diperlukan (www.eddyhasby.com). Media massa merupakan media yang diperuntukkan untuk massa. Dalam ilmu jurnalistik, media massa yang menyiarkan berita atau informasi disebut juga dengan istilah pers (Sudarman, 2008: 5-6). Menurut Undang-Undang (UU) Pokok Pers pasal 1 ayat (1), pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengelola dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media eletronik dan segala jenis yang tersedia. Misi yang diemban dan dilaksanakan oleh pers atau media massa adalah ikut mengamankan, menunjang dan menyukseskan pembangunan nasional. Baik media massa eletronik seperti media massa televisi, radio, maupun media massa cetak seperti surat kabar, majalah dan tabloid. Bentuk bentuk media massa tersebut antara lain adalah: Televisi, Radio, Film, Surat Kabar, Majalah. Secara umum, fungsi media massa menurut (Sudarman. 2008 :7-8) adalah sebagai berikut : Menginformasikan (to inform), Mendidik (to educate), Menghibur (to intertaint), Mempengaruhi (to influence), Memberikan respons sosial (to social responsibility), Penghubung (to linkage). Surat kabar sebagai media massa cetak memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: (1) Publisitas (publicity), (2) Periodesitas, (3) Universalitas (4) Aktualitas, (5) Terdokumentasikan (Sudarman, 2008: 11-12). Metode Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi kualitatif. Analisis isi kualitatif memfokuskan risetnya pada isi komunikasi yang tersurat (tampak atau manifest). Karena itu tidak dapat digunakan untuk mengetahui isi komunikasi yang tersirat (latent). Misalnya, mengapa surat kabar A memberikan konflik Mesuji lebih banyak dari surat kabar lainnya, karena itu diperlukan analisis isi yang lebih mendalam dan detail untuk memahami produk isi media dan mampu menghubungkannya dengan konteks sosial/realitas yang
terjadi sewaktu pesan dibuat. Karena semua pesan teks, simbol, gambar dan sebagainya adalah produk sosial dan budaya masyarakat. Inilah yang disebut analisis isi kualitatif (Kriyantono, 2010:251). Penelitian ini dilaksanakan pada Harian Kompas. Harian Kompas berkantor pusat di Jl. Palmerah Selatan No. 22-28 Jakarta. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah foto-foto selama terjadinya kerusuhan di Mesuji Lampung (16 Desember 2011- 24 Februari 2012) yang terbit pada harian Kompas. Harian Kompas dapat diakses melakui e-paper dengan konsep surat kabar digital. Harian Kompas adalah nama surat kabar Indonesia yang berkantor pusat di Jakarta. Koran Kompas diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara yang merupakan bagian dari kelompok Kompas Gramedia (KG). Subjek dalam penelitian ini adalah foto kerusuhan mesuji yang di terbitkan pada harian Kompas pada tanggal 16 Desember 2011 sampai 24 Februari2012, jumlah foto yang di analisis ada 8 foto pengumpulan data melalui wawancara dengan Arbain Rambey. Alasannya adalah selain bekerja sebagai fotografer di Harian Kompas, Arbain juga mengajar di beberapa universitas seperti Universitas Pelita Harapan, Universitas Media Nusantara dan Darwis School of Photography. Arbain juga kerap mengadakan pameran foto baik secara bersama dengan fotografer lain atau pameran foto. Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data dokumentasi, penelitian kepustakaan dan wawancara. Wawancara dilakukan dalam bentuk pertanyaan terbuka melalui email yang di kirim kepada Arbain Rambey pada tanggal 28 Juni 2012 pukul 17:50 dan di balas pada tanggal yang sama pada pukul 20:00. Penelitian ini dimulai pada bulan maret 2012 sampai Juni 2012. Peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif dimana analisis data yang digunakan apabila data yang terkumpul dalam riset adalah data kualitatif berupa kata-kata, kalimat atau narasi, gambar baik yang diperoleh dari wawancara mendalam maupun observasi. Melalui data kualitatif, data yang diperoleh dari lapangan diambil kesimpulan yang bersifat khusus kepada yang bersifat umum kemudian disajikan dalam bentuk narasi (Kriyantono, 2010:194).
Pembahasan Dari hasil wawancara yang dilakukan Arbain Rambey mengatakan bahwa metode yang digunakan dalam memilih fotojurnalistik pada harian Kompas tidak memakai metode EDFAT maupun NYIP. Sebuah fotojurnalistik dianggap tidak layak “dinaikkan” (dimuat dalam harian Kompas), karena tidak bagus secara teknis (tidak fokus, dll), tidak menggambarkan keadaan sesungguhnya dan terlalu sadis. Menurut Arbain Rambey, selama dia menjadi redaktur pada harian Kompas, ada foto yang sebenarnya bagus tetapi tidak dinaikkan biasanya karena halamannya tidak cukup sementara berita tulisnya sudah cukup jelas walau tanpa foto. Pemilihan foto pada harian Kompas biasanya dilaksanakan sejak sebuah perintah peliputan dilakukan, dan pemilihan kedua dilakukan saat foto sudah diterima, pemilihan ketiga adalah pada saat rapat redaksi setiap pukul 17:00. Jangka waktu fotojurnalistik hingga dipublikasikan ke media akan dilakukan secepat mungkin, untuk hal ini kemajuan alat komunikasi dan teknologi informasi saat ini sudah memungkinkan pengiriman data informasi secara cepat melalui internet dan lain-lain. Dalam hal pemilihan foto, yang memilih foto yang layak dinaikkan adalah semua redaktur, pemimpin redaksi dan pemimpin pelaksana dalam sebuah rapat redaksi. Jumlah foto yang harus diserahkan oleh pewarta foto untuk satu kejadian tidak dibatasi oleh redaktur, melainkan jumlah foto yang harus diserahkan sebanyak mungkin kemudian redaktur yang akan memilih foto mana saja yang layak dan tidak layak dimuat dalam berita. Arbain Rambey mengatakan “caption yang merupakan rekaman verbal dibuat untuk melengkapi rekaman visual. Apa yang belum tampak di foto seperti nama orang, nama tempat dan tanggal, dimasukkan dalam caption” Pada harian Kompas tidak memuat foto kejadian tindak kekerasan yang terjadi di Mesuji karena foto tersebut terlalu sadis sehingga tidak tepat dimuat dalam harian Kompas. Yang menjadi tolok ukur dalam memilih fotojurnalistik adalah “Foto harus bagus dan sesuai dengan beritanya” (Arbain Rambey), karena
foto yang akan dimuat dipilih dalam beberapa tahap dan kemudian ditentukan pada rapat redaksi. Fotojurnalistik yang dimuat pada harian Kompas edisi 19 dan 26 Desember 2011 diterbitkan dalam format hitam putih. Arbain Rambey mengatakan foto tersebut dicetak dalam format hitam putih karena area foto tersebut dicetak khusus dalam format hitam putih. Arbain Rambey mengatakan “fotojurnalistik hanya melengkapi berita, kalau berita tulisnya dianggap sudah cukup, kadang foto tidak dimuat”. Berikut ini adalah pembahasan analisis isi fotojurnalistik mengenai kerusuhan Mesuji Lampung pada Harian Kompas tanggal 16 Desember 2011-24 Februari 2012.
Foto Tanggal 16 Desember 2011 Halaman 2
Analisis Metode EDFAT a. Entire Secara keseluruhan, foto menunjukkan korban kekerasan dan perwakilan warga yang mengadu ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Jakarta didampingi ketua adat dan kuasa hukum mereka. Komposisi foto yang terlihat secara keseluruhan menunjukkan para perwakilan warga membawa bukti berupa gambar korban kekerasan yang terjadi di Mesuji. Komposisi foto berdasarkan jarak pemotretan adalah medium shot dengan posisi kamera mendatar (horizontal). b. Detail Foto tersebut menggambarkan beberapa perwakilan warga yang mengadu ke KOMNAS HAM, detail yang diambil adalah dua
orang perwakilan warga menunjukkan foto/gambar para korban kekerasan di Mesuji Lampung, sehingga jika dilihat dari keseluruhan foto kedua orang tersebut bisa mewakili atau menjadi point of interest. c. Frame Foto ini menempatkan objek di tengah. Framing yang dibentuk adalah dengan kerumunan perwakilan warga Mesuji yang mengadu ke Komnas HAM dengan menunjukkan foto korban kekerasan yang terjadi di sana, sehingga fokus utamanya adalah orang-orang yang sedang menunjukkan foto korban kekerasan tersebut. d. Angle Sudut pengambilan foto ini adalah Low Angle yang menempatkan posisi kamera berada lebih rendah dari objek foto, sehingga foto yang dihasilkan menggambarkan ekspresi objek yang di foto terlihat jelas. e. Time
Waktu pengambilan foto adalah ketika perwakilan warga mengadu ke Komnas HAM pada tanggal 15 Desember 2011, dan dipublikasikan pada tanggal 16 Desember 2011 pada halaman 2 yang diambil oleh fotografer Lucky Fransiska. Foto Tanggal 19 Desember 2011 Halaman 15
Analisis Metode EDFAT a. Entire Foto ini menunjukkan beberapa warga korban penertiban kawasan hutan Register 45 Mesuji, Lampung yang bertahan di barak-barak pengungsian di wilayah Moro-Moro, yang mengakibatkan sejumlah warga tidak bisa menjalankan aktifitas mereka seperti biasanya. Komposisi foto berdasarkan jarak pemotretan adalah Long Shot. Hal ini karena kamera berada pada jarak yang jauh dengan objek foto. Komposisi dengan pemotretan long shot ini berkesan untuk memperlihatkan suasana warga yang bercengkerama dengan sesama warga.
b. Detail Detail dalam foto ini di fokuskan dengan adanya tulisan “Bebaskan Wayan Bonjol” dengan suasana warga yang sedang berkumpul di depan rumah. c. Framing Komposisi yang membuat foto ini terlihat menarik adalah karena secara keseluruhan penempatan objek sesuai dengan porsinya masing-masing yaitu walaupun sejumpah warga terlihat dalam suasana bercengkerama, namun dalam foto tersebut terdapat tulisan yang dapat mewakili aspirasi warga yang menuntut hak mereka. d. Angle Sudut pengambilan foto ini adalah eye level angle yang dipotret saat warga sedang asyik bercengkerama di depan barak pengungsian. e. Time
Peristiwa pada foto ini di potret pada tanggal 17 Desember 2011 dan di publikasikan pada Harian Kompas pada tanggal 19 Desember 2011 halaman 15 yang di ambil oleh fotografer Yulvianus Harjono. Foto Tanggal 26 Desember 2011 Halaman 22
Analisis Metode EDFAT a. Entire Foto ini menunjukkan aktifitas warga yang kembali mendirikan ratusan tenda di lokasi izin hak pengusahaan hutan tanaman industri PT. Silva Inhutani, Lampung. Sebelumnya pada bulan september di lokasi itu penggusuran sudah dilakukan. Komposisi foto berdasarkan jarak pemotretan adalah Long Shot dengan posisi kamera mendatar (horizontal). b. Detail
Hal yang menjadi point of interest dalam foto ini adalah tendatenda yang didirikan para warga dan aktifitas mereka di sana. Karena dengan melihat tenda-tenda tersebut dapat mewakili foto yang menggambarkan warga kembali menempati lahan yang menjadi sengketa di Mesuji, Lampung. c. Frame Foto ini disajikan dalam format hitam putih dan teksturnya terlihat sedikit kasar dan terkesan kelam. Dalam foto ini terlihat tendatenda pengusian para korban kerusuhan Mesuji dan terdapat bendera merah putih, hal ini menggambarkan seolah-olah kemerdekaan mereka dirampas oleh sesama warga Indonesia. d. Angle Sudut pengambilan foto ini adalah high angle, dengan menempatkan objek foto lebih rendah dari kamera agar kesan keramaian terlihat jelas dari gambar. e. Time
Peristiwa pada foto ini dipotret pada tanggal 25 Desember 2011 dan dipublikasikan pada Harian Kompas pada tanggal 26 Desember 2011 halaman 22 oleh fotografer Adhitya Ramadhan. Foto Tanggal 27 Desember 2011 Halaman 13
Analisis Metode EDFAT a. Entire Dalam foto ini menunjukkan beberapa organisasi masyarakat sipil bentuk sekretariat bersama reaksi keras atas kekerasan yang terjadi di Mesuji, Lampung. Lebih dari sepuluh organisasi masyarakat sipil sepakat membentuk sekretariat bersama. Komposisi foto ini berdasarkan jarak pemotretan adalah Medium Shot dengan pengambilan foto secara mendatar (horizontal). b. Detail Detail dalam foto ini di fokuskan dengan adanya tulisan “PANGGUNG RAKYAT KEDAULATAN BANGSA” dan
ekspresi seorang wanita yang sedang memegang microphone pada saat melakukan orasi. c. Frame Foto ini menempatkan objek foto di tengah. Framing yang dibentuk adalah dengan perkumpulan organisasi masyarakat sipil yang duduk meneriakkan aspirasi mereka. d. Angle Sudut pengambilan foto ini adalah high angle yang dipotret saat para aktivis berorasi di depan gedung MPR/DPR/DPD jakarta. Foto ini dipotret dari arah depan para aktivis. e. Time Moment pada foto ini dipotret pada tanggal 26 Desember 2011 di malam hari oleh fotografer Totok Wijayanto dan dipublikasikan pada Harian Kompas pada tanggal 27 Desember 2011 di halaman 13.
Foto Tanggal 28 Desember 2011 Halaman 24
Analisis Metode EDFAT a. Entire Foto ini menunjukkan warga Moro-moro penghuni register 45 kabupaten mesuji, Lampung sedang menanti kedatangan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF). Selama hampir 14 tahun menghuni register 45, warga Moro-Moro tidak memiliki kartu identitas penduduk dan tidak mendapatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan. Komposisi foto berdasarkan jarak pemotretan adalah long shot dengan posisi kamera mendatar (horizontal). b. Detail Yang menjadi detail dalam foto terlihat warga sedang menunggu kedatangan Tim Gabungan Pencari Fakta, dengan mengibarkan bendera dan membawa spanduk yang bertuliskan “Hentikan...!! Penangkapan Terhadap Kaum Tani Yang Menuntut Atas Tanah”
c. Frame Foto ini dipotret dengan menempatkan objek foto dengan background barisan warga yang sedang menanti kedatangan Tim Gabungan Pencari Fakta. d. Angle Sudut pengambilan foto ini adalah low angle/frog angle dengan latar belakang langit yang biru menjadikan foto ini menarik. e. Time Moment pada foto ini dipotret pada tanggal 22 Desember 2011 oleh fotografer Adhitya Ramadhan dan dipublikasikan pada Harian Kompas pada tanggal 28 Desember 2011.
Foto Tanggal 3 Januari 2012 Halaman 2
Analisis Metode EDFAT a. Entire Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, memimpin rapat menteri membahas laporan pendahuluan Tim Gabungan Pencari Fakta Mesuji. Didampingi Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi dan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan. Rekomendasi Tim Gabungan Pencari Fakta Kasus Mesuji di Lampung dan Sumatera Selatan terkait penempatan aparat keamanan di daerah konflik agraria amat ditunggu. Sejumlah kasus kekerasan di Mesuji antara lain dipicu oleh keberadaan aparat keamanan. Komposisi foto berdasarkan jarak pemotretan adalah close up dengan posisi kamera mendatar (horizontal). b. Detail Detail yang diambil dari foto ini hanya pada Djoko Suyanto, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan yang menoleh ke arah kiri. Ekspresi menoleh ke arah kiri tersebut menjadi point of interest utama yang ingin ditonjolkan oleh fotografer.
c. Frame Fokus utama terletak pada seorang pemimpin rapat, hal tersebut ditandai dengan bagian depan terlihat dengan jelas dan bagian di belakang objek dibuat kabur (blur). d. Angle Sudut pengambilan foto ini adalah eye level angle yang dipotret saat berlangsungnya rapat menteri membahas laporan pendahuluan Tim Gabungan Pencari Fakta Mesuji. Foto ini dipotret dari samping kiri peserta rapat. e. Time Foto ini termasuk kedalam kategori people in the news photo, karena menampilkan wajah seseorang dalam suatu berita. Ekspresi dengan menoleh ke kiri tersebut menjadikan foto ini menarik. Moment pada foto ini dipotret oleh fotografer Hendra A Setyawan pada tanggal 2 Januari 2012 dan dipublikasikan pada Harian Kompas pada tanggal 3 Januari 2012 di halaman 2.
Foto Tanggal 7 Januari 2012 Halaman 3
Analisis Metode EDFAT a. Entire Secara keseluruhan foto ini menunjukkan suasana Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia mengadakan jumpa pers di depan Mabes Polri, Jakarta. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan Kepolisian Negara RI akan membuat investigasi bersama (joint investigation) dalam kasus dugaan pelanggaran hak asasi manusia. Komposisi foto berdasarkan jarak pemotretan adalah close up dengan posisi kamera mendatar (horizontal). b. Detail Detail yang diambil dari foto ini adalah ekspresi Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo yang sedang memberi keterangan kepada pers.
c. Frame Komposisi yang digunakan dalam foto ini adalah framing, dengan dua anggota kepolisian yang menjadi frame dalam foto ini yang mengapit ketua KOMNAS HAM, namun yang menjadi point of interest nya adalah ekspresi wajah Timur Pradopo yang terlihat serius dan terkesan tegas berbeda dengan ekpresi wajah dari Ketua KOMNAS HAM Ifdhal Kasim yang terkesan senyum dan ceria. d. Angle Sudut pengambilan foto ini adalah eye level angle yang dipotret saat Timur Pradopo sedang memberikan keterangan kepada wartawan. Foto ini dipotret dari arah depan objek. e. Time Foto ini termasuk kedalam kategori people in the news photo. Moment pada foto ini dipotret pada tanggal 6 Januari 2012 oleh fotografer Alif Ichwan, dan dipublikasikan pada Harian Kompas pada tanggal 7 Januari 2012 di halaman 3.
Foto Tanggal 24 Februari 2012 Halaman 22
Analisis Metode EDFAT a. Entire Warga pendatang dari luar Mesuji tinggal di tenda-tenda darurat di hutan Register 45, Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung. Warga yang dianggap perambah ini diperingatkan oleh Pemerintah Kabupaten Mesuji agar segera meninggalkan kawasan hutan produksi terbatas ini paling lambat 27 Februari. Saat ini, ribuan warga dari luar Mesuji bertahan di hutan Register 45 dengan mendirikan tenda-tenda dan gubuk. Komposisi foto berdasarkan jarak pemotretan adalah medium shot dengan posisi kamera mendatar (horizontal).
b. Detail Detail yang diambil dari foto ini adalah masyarakat pendatang di Mesuji, Lampung yang terpaksa mendirikan tenda untuk berlindung dan untuk tempat tinggal sementara karena dianggap sebagai perambah hutan produksi terbatas di Mesuji, Lampung. c. Frame Objek foto ditempatkan di tengah yang difokuskan kepada kegiatan sehari-hari seorang ibu dan anaknya yang berada di pintu tenda. Framing yang dibentuk dalam foto ini adalah L composition dari daun yang tampak dari sudut kanan bawah foto. d. Angle Sudut pengambilan foto ini adalah eye level angle sehingga foto terfokus pada seorang ibu dan anaknya yang berdiri di bawah tenda biru yang didirikan di kawasan Register 45. e. Time Foto ini termasuk ke dalam Daily Life Photo, karena menggambarkan kehidupan sehari-hari manusia dipandang dari segi kemanusiawiannya. Moment pada foto ini di potret pada tanggal 22 Februari 2012 oleh fotografer Yulvianus Harjono dan dipublikasikan pada Harian Kompas pada tanggal 24 Februari 2012 pada halaman 22. Berdasarkan hasil analisis, foto yang menggunakan berdasarkan jarak pemotretan; medium shot berjumlah 3 foto, long shot berjumlah 3 foto dan closeup berjumlah 2 foto. Dari semua foto yang dipublikasikan Harian Kompas dalam edisi yang membahas kasus kerusuhan di Mesuji Lampung, foto berformat horizontal. Dalam dunia jurnalistik, foto harus memiliki kemampuan bercerita melalui gambar. Para wartawan pun dituntut harus memiliki kemampuan memberikan penggambaran peristiwa melalui foto hasil jepretannya. Dalam harian kompas foto yang diterbitkan ini sudah memiliki nilai berita tersendiri, bersifat melengkapi suatu berita/artikel dan dimuat dalam suatu media yaitu Kompas. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Yunus dalam bukunya yang berjudul Jurnalistik Terapan. Dari delapan foto yang diterbitkan oleh harian Kompas khususnya yang membahas mengenai kekerasan kemanusiaan yang terjadi di Mesuji, Lampung sudah memiliki aktualitas gambar sebagai refleksi dari peristiwa yang terjadi, relevan dengan berita sebagai pelengkap berita yang
disajikan, human interest sebagai bukti kedekatan visual dengan aktivitas kehidupan sehari-hari manusia dan bersifat universal. Foto yang dipublikasikan oleh Harian Kompas sesuai dengan kode etik jurnalistik yang telah ditetapkan yaitu tidak menyiarkan hal-hal yang sifatnya desktruktif dan dapat merugikan bangsa dan negara, hal-hal yang dapat menimbulkan kekacauan, hal-hal yang dapat menyinggung perasaan susila, agama, kepercayaan atau keyakinan seseorang atau sesuatu golongan yang dilindungi undang-undang. Berdasarkan hasil penelitian, foto mengenai kerusuhan yang terjadi di Mesuji Lampung angle yang digunakan adalah: Eye Level Angle sebanyak 4 foto, High Angle sebanyak 2 foto dan Low Angle/Frog Angle sebanyak 2 foto. Terdapat 2 foto yang dipublikasikan dalam format hitam putih, yaitu foto Harian Kompas terbitan edisi tanggal 19 Desember 2011 halaman 15 oleh fotografer Yulianus Harjono dan terbitan edisi tanggal 26 Desember 2011 halaman 22 dengan fotografer Adhitya Ramadhan. Pada foto pertama, sudah jelas terlihat bahwa gambar menceritakan para korban kekerasan dan perwakilan warga kabupaten Mesuji mengadu ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia di Jakarta, didampingi ketua adat dan kuasa hukum mereka. Mereka mendesak Komnas HAM segera melakukan investigasi dan membuat rekomendasi kepada pemerintah atas kasus pembunuhan yang bermula dari sengketa lahan antara warga dan perusahaan sawit sejak tahun 2003 silam. Foto ini dimuat di halaman 2 yaitu pada bagian (section) berita nasional dan internasional, diterbitkan pada konten Politik & Hukum. Foto kedua diterbitkan dalam format hitam putih, dalam foto tersebut menunjukkan sejumlah warga Suay Umpu, korban penertiban kawasan hutan Register 45 Mesuji, Lampung yang bertahan di barak-barak pengungsian di wilayah moro-moro yang tengah disengketakan warga dengan PT. Silva Inhutani Lampung. Foto ini dimuat dalam konten Umum halaman 15 oleh fotografer Yulvianus Harjono. Foto ketiga juga diterbitkan dalam format hitam putih. Foto tersebut menunjukkan warga yang kembali menduduki Register 45 di daerah Tugu Roda
kabupaten Mesuji. Mereka mendirikan ratusan tenda di lokasi izin hak pengusahaan hutan tanaman industri PT. Silva Inhutani, Lampung. Foto ini diterbitkan tanggal 26 Desember 2011 dan dimuat pada halaman 22 dalam konten Nusantara oleh fotografer Adhitya Ramadan. Pada foto keempat, menunjukkan para aktivis di depan Gedung MPR/DPR/DPD Jakarta yang bergantian berorasi mengkritik pemerintah yang dianggap lalai melindungi warga atas kerusuhan di Mesuji, Lampung. Foto ini diterbitkan tanggal 27 Desember 2011 pada halaman 13 oleh fotografer Totok Wijayanto dalam konten Lingkungan & Kesehatan. Foto kelima menunjukkan warga Moro-moro Way Serdang penghuni Register 45 Kabupaten Mesuji Lampung sedang menanti kedatangan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang dipimpin Wakil Menteri Politik, Hukum dan HAM Deny Indrayana. Selama 14 tahun menghuni register 45, warga Moromoro tidak memiliki kartu indentitas penduduk dan tidak mendapatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan. Berita ini dimuat dalam konten Nusantara yang terbit tanggal 28 Desember 2011 oleh fotografer Adhitya Ramadhan. Foto keenam menunjukkan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan memimpin rapat, membahas laporan pendahuluan Tim Gabungan Pencari Fakta Mesuji. Foto ini dimuat di harian Kompas pada tanggal 3 Januari 2012 halaman 2 dalam konten Politik & Hukum, oleh fotografer Hendra Setyawan. Foto ketujuh menunjukkan ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia bersama Kepala Polri mengadakan jumpa pers di depan Mabes Polri, Jakarta menyerahkan berkas peristiwa Mesuji. Foto ini dimuat dalam konten Politik & Hukum yang terbit pada harian Kompas pada tanggal 7 Januari 2012 halaman 3 oleh fotografer Alif Ichwan. Foto kedelapan menunjukkan warga pendatang dari luar Mesuji tinggal di tenda-tenda darurat di hutan register 45 kabupaten Mesuji Lampung. Warga yang dianggap perambah ini diperingatkan oleh Pemerintah kabupaten Mesuji agar segera meninggalkan kawasan hutan produksi tersebut sesegera mungkin. Berita
foto ini terbit pada harian Kompas pada tangal 24 februai 2012 halaman 22 dan dimuat dalam konten Nusantara oleh fotografer Yulvianus Harjono. Berdasarkan penyajian foto berita tentang kerusuhan yang terjadi di Mesuji Lampung pada halaman surat kabar harian Kompas, media ini cenderung menggunakan foto-fotonya untuk menarik minat pembaca, baik dari segi bentuk foto, peletakan posisi foto, isi foto dan juga warna foto disajikan sesuai dengan psikologi pembaca dan semenarik mungkin untuk menghadapi persaingan pemasaran koran. Secara keseluruhan foto yang terbit pada harian Kompas layak terbit setelah mengandung unsur berita dan secara fotografi dan mencerminkan etika atau norma hukum, baik dari segi pembuatannya maupun penyiarannya. Kode etik fotojurnalistik terdapat pada pasal 2 dan pasal 3.
Kesimpulan Pekerjaan media massa khususnya media cetak surat kabar adalah menceritakan peristiwa, sehingga pemberitaan media massa dituntut untuk mempunyai kesesuaian dan realitas. Praktisi media mempunyai andil besar untuk memilih apa dan bagaimana bentuk realitas yang akan disajikan. Hal ini mereka sesuaikan dengan kebijakan dan tujuan media tempat mereka bernaung sehingga dapat diketahui sikap media tersebut mencermati suatu peristiwa. Contohnya saja harian Kompas, mereka mempunyai kebijakan tersendiri mengenai foto-foto yang dapat tampil di halaman-halaman surat kabar mereka. 1. Foto jurnalistik mengenai kerusuhan yang terjadi di Mesuji Lampung pada harian Kompas lebih dominan menceritakan pasca kejadian kerusuhan tersebut, dimana foto-foto menggambarkan bagaimana situasi mereka di barak-barak pengungsian, perjuangan mereka untuk mendapatkan keadilan dan pembahasan mengenai situasi kejadian Mesuji di lembaga-lembaga pemerintahan dan forum masyarakat seperti Mabes Polrim Komna HAM dan sidang-sidang DPR 2. Foto jurnalistik mengenai kerusuhan yang terjadi di Mesuji Lampung yang dimuat dalam harian Kompas adalah foto yang menggambarkan
keadaan sesungguhnya tidak mengandung SARA, tidak sadis, tidak menyinggung perasaan susila dan keyakinan seseorang atau suatu golongan tertentu. 3. Kisruh antara warga Sri Tanjung, Keagungan Dalam, dan Nipah Kuning Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji dengan aparat keamanan yang berujung pembakaran mess divisi II PT BSMI tersebut berawal dari dipergokinya beberapa warga yang memanen sawit milik PT BSMI. Aparat keamanan yang terdiri atas anggota Brimob dan marinir berusaha menghalau upaya warga yang akan memanen sawit. Status lahan tempat warga memanen tersebut masih dalam sengketa karena HGU telah dimiliki PT BSMI, namun belum ada biaya ganti rugi yang dibayarkan terhadap warga.
Daftar Referensi Alwi, A.M. 2004. Foto Jurnalistik: Metode Memotret dan Mengirim Foto ke Media Massa. Jakarta: Bumi Aksara Ardianto, E. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama media Birowo, M.A. 2004. Metode Penelitian Komunikasi.: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Gitanyali Bungin, B. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenama Media Group Cangara, H. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada Effendy, O.U. 2005. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Fajar, M. 2009. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Yogyakarta: Graha Ilmu Giwanda, G. 2001. Panduan Praktis Belajar Fotografi. Jakarta: Puspa Swara Hamidi. 2010. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Bandung: UMM Press Kriyantono, R. 2010. Teknik Praktis Teori Riset Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Mondry. 2008. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia Morissan, MA. Teori Komunikasi Massa. Bogor: PT. Ghalia Indonesia Nurudin. 2004. Komunikasi Massa. Malang: Cespur
Rolnicki, T.E. 2008. Pengantar Dasar Jurnalisme (Scholastic journalism). Jakarta: Kencana Prenada media Group Sudarman, P. 2008. Menulis di Media Massa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sumadiria, H. 2005. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media Suyanto, B. 2008. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Yunus, S. 2010. Jurnalistik Terapan. Jakarta: Ghalia Indonesia Sumber Lain : Harian Kompas edisi tanggal 16 Desember 2011 Harian Kompas edisi tanggal 19 Desember 2011 Harian Kompas edisi tanggal 26 Desember 2011 Harian Kompas edisi tanggal 27 Desember 2011 Harian Kompas edisi tanggal 28 Desember 2011 Harian Kompas edisi tanggal 3 Januari 2012 Harian Kompas edisi tanggal 7 Januari 2012 Harian Kompas edisi tanggal 24 Februari 2012
Situs : http://azteza.wordpress.com/category/persepsi-foto/ di akses tanggal 22 Juni 2012 pukul 16:50 http://id.wikipedia.org/wiki/Fotografi diakses tanggal 4 Mei 2012 http://id.wikipedia.org/wiki/Kompas diakses tanggal 4 Mei 2012 http://id.wikipedia.org/wiki/SuratKabar diakses tanggal 4 Mei 2012 http://www.andriwisnu.com/2011/12/inilah-kronologis-tragedi-berdarah-di.html di akses 22 Juni 2012 pukul 10:30 http://www.scribd.com/2011/01/15/paradigma-kualitatif diakses tanggal 29 Maret 2012 pukul 16:50 www.eddyhasby.com/2010/03/27/edfat-dasar-foto-essay/ diakses tanggal 29 Maret 2012 pukul 17:30 http:www.eprints.udip.ac.id/5775/1/FILSAFAT_DAN_METODE_PENELITIAN _KUALITATIF.pdf diakases 28 Mei 2012