KONSISTENSI HARIAN KOMPAS DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN BAHASA JURNALISTIK
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh HANA FUTARI NIM: 1112051100024
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Maret 2017
Hana Futari
ABSTRAK Hana Futari Konsistensi Harian Kompas dalam Mengimplementasikan Bahasa Jurnalistik Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam berita di surat kabar. Selain untuk menyampaikan informasi, bahasa juga memiliki fungsi edukasi kepada masyarakat. Dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar media cetak turut andil dalam menjaga tatanan Bahasa Indonesia. Apabila media cetak tidak mengindahkan bahasa, informasi yang disampaikan oleh media tidak tersampaikan dengan baik. Penelitian ini membahas mengenai bagaimana implementasi bahasa jurnalistik di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Bahasa jurnalistik memiliki ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi dalam menulis berita. Sebagai media cetak dengan jumlah pembaca 2.000.000 jiwa, Harian Kompas memiliki pengaruh besar dalam penyebaran bahasa tulis. Apabila Harian Kompas terbukti melanggar pedoman bahasa jurnalistik berarti pembaca harian tersebut terbohongi dari segi bahasa. Berdasarkan latar belakang tersebut, muncul pertanyaan mayor dan minor. Pertanyaan mayornya bagaimana penggunaan bahasa jurnalistik pada rubrik Pendidikan dan Kebudayaan di Harian Kompas? Pertanyaan minornya pedoman apakah yang digunakan Harian Kompas dalam penulisan berita? Kemudian Apabila terdapat pelanggaran bahasa jurnalistik, mengapa masih terdapat pelanggaran terhadap pedoman bahasa jurnalistik? Paradigma penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Metode penelitian menggunakan analisis 10 pedoman bahasa jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Hasil dari penelitian ini menunjukkan, dari 114 kalimat dari berita Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan yang diteliti, terdapat 59 kalimat yang melanggar pedoman bahasa jurnalistik. Ini berarti, Harian Kompas khususnya Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan tidak konsisten dalam mengimplementasikan bahasa jurnalistik pada penulisan berita. Hal menarik dari penelitian ini, Harian Kompas menyatakan bahwa stylebook yang digunakan Harian Kompas relevan dengan 10 pedoman bahasa jurnalistik PWI, namun dalam penulisan berita masih ditemukan pelanggaranpelanggaran. Mengenai pelanggaran-pelanggaran tersebut, Harian Kompas menjelaskan pelanggaran masih dilakukan dengan alasan untuk mempertegas kalimat dalam berita dan membuat berita menjadi lebih dimengerti pembaca. Kata kunci: bahasa jurnalistik, surat kabar, Persatuan Wartawan Indonesia, Harian Kompas, pendidikan dan kebudayaan. i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang tak pernah henti melimpahkan rahmat, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tidak lupa Shalawat serta salam penulis junjungkan kepada nabi besar Muhammad SAW. Alhamdulillahi rabbil’alamin penulis ucapkan, akhirnya skripsi yang berjudul “Konsistensi Harian Kompas dalam Mengimplementasikan Bahasa Jurnalistik” ini terselesaikan. Dalam kesempatan ini, secara khusus peneliti ingin menyampaikan ucapan terimaksih yang tak terhingga kepada kedua orangtua peneliti, Ibunda R.Rinna Sufarina dan Ayahanda Drs.
Moh.
Husen
Susanto
yang
telah memperjuangkan pendidikan,
memberikan kasih sayang serta memanjatkan untaian doa yang tak pernah putus untuk anak-anaknya. Semoga mereka selalu diberikan kesehatan dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Peneliti menyadari dalam penyelesaian skripsi ini, banyak bantuan dan dorongan semangat dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, Dr. H. Arief Subhan, M.A. Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D. Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Dr.Roudhonah, M.Ag. Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Dr. Suhaimi, M.Si. 2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si dan Sekretaris, Dra.
Hj Musfirah Nurlaily, ii
M.A yang banyak
memberikan
kemudahan,
masukan,
dan
solusi
kepada
penulis
dalam
menyelesaikan skripsi ini. 3. Dosen pembimbing skripsi, Drs. Helmi Hidayat, M.A yang telah berkenan meluangkan waktu, memberi arahan dan sangat sabar dalam membimbing peneliti sehingga skripsi ini selesai dengan baik dan bermanfaat. 4. Narasumber penelitian, Editor Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian
Kompas,
Nasrullah
Nara
atas
bantuannya
dalam
melengkapi syarat penelitian ini. 5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat kepada peneliti sejak awal perkuliahan hingga selesai. 6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu peneliti mengurus administrasi selama perkuliahan dan penelitian skripsi. 7. Kakak-kakak kandung, Lia Aprilia, Muhamad Dhany Hambali dan Moch. Fuji Hanafi yang selalu memberikan kasih sayang serta dukungan kepada peneliti. 8. Sahabat sejak
SMP
hingga saat ini Theresia Novita Dwi
Puspitasari yang telah menemani, membantu, dan memotivasi peneliti
sekaligus
menjadi
kompetitor
peneliti
dalam
menyelesaikan skripsi. Selamat telah lulus terlebih dahulu sebelum peneliti menyelesaikan skripsi. 9. Teman-teman dekat peneliti, Deby Novia, Rista Dwi Septiani dan Corri Prestita Ishaya yang telah berbagi ilmu, motivasi, inspirasi serta hiburan kepada peneliti. Semoga tali silaturahmi kami tetap terjalin. 10. Seluruh staf Seeties Indonesia yang telah memberikan kesempatan peneliti mendapatkan pengalaman internship di bidang mobile iii
application selama tiga bulan dan untuk teman-teman sesama internshiper Azmy, Fadelia, Syifa, Hilya, Tofik, dan Andre. 11. Seluruh teman-teman Jurnalistik A 2012 (JKA27). Semoga tali silaturhmi di antara kami tidak putus walaupun sudah tidak berada dalam satu kelas. 12. Teman-teman Jurnalistik 2012, Azmy, Eva, Kak Rahma, Lilis, Qori, dan kawan-kawan yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Kalian bukan hanya sekedar teman tetapi juga keluarga. Semoga dimanapun kalian berada, kalian sukses dengan jalan masing- masing 13. Semua pihak yang telah memberi kontribusi dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, namun hal ini tidak mengurangi rasa hormat dan ucapan terimakasih peneliti. Akhir kata, peneliti hanya dapat mengucapkan terimakasih atas bantuan mereka dan semoga bantuan yang telah diberikan kepada peneliti, baik berupa dukungan ilmu, dan doa mendapat balasan yang setimpal dari Allah
SWT.
Peneliti
menyadari skripsi ini masih
belum mencapai
kesempurnaan, namun peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Ciputat, 22 Maret 2017
Hana Futari
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK ................................................................................................... i KATA PENGANTAR ............................................................................... ii DAFTAR ISI .............................................................................................. v DAFTAR TABEL .................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah ................................................................ 4 2. Rumusan Masalah .............................................................. 4 C. Tujuan Penelitian ................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis ............................................................. 5 2. Manfaat Praktis .................................................................. 5 E. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian .......................................................... 6 2. Pendekatan Penelitian ........................................................ 7 3. Metodologi Penelitian ........................................................ 7 4. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 8 v
5. Teknik Analisis Data .......................................................... 9 6. Subjek dan Objek Penlitian .............................................. 10 7. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................... 10 F. Tinjauan Pustaka .................................................................. 10 G. Sistematika Penulisan .......................................................... 11 BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP A. Ruang Lingkup Bahasa 1. Bahasa .............................................................................. 13 2. Fungsi Bahasa .................................................................. 15 B. Bahasa Jurnalistik 1. Pengertian Bahasa Jurnalistik .......................................... 18 2. Pedoman Bahasa Jurnalistik ............................................ 21 3. Karakteristik Bahasa Jurnalistik ...................................... 24 4. Fungsi Paragraf Jurnalistik .............................................. 30 C. Media Massa Cetak 1. Pengertian Media Massa Cetak ........................................ 31 2. Surat Kabar ...................................................................... 32 3. Karakteristik Surat Kabar ................................................. 34 4. Spesifikasi Surat Kabar .................................................... 34 5. Pengertian Berita .............................................................. 35 vi
6. Komposisi Berita ............................................................. 38 BAB III
GAMBARAN UMUM A. Penyebaran dan Pengaruh Bahasa Tulis .............................. 40 B. Profil Harian Kompas 1. Profil dan Sejarah Harian Kompas.................................... 43 2. Visi Kompas ..................................................................... 44 3. Misi Kompas .................................................................... 46 C. Profil Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan .......................... 47
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Bahasa Jurnalistik Pada Berita di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Edisi Juli 2016 ................................................ 49 1. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita I ............................... 50 2. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita II ............................. 64 3. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita III ............................ 78 4. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita IV ............................ 95 B. Temuan Kesalahan Kalimat pada Berita ............................ 109 C. Penggunaan
Bahasa
Jurnalistik
di
Rubrik
Pendidikan
Kebudayaan Harian Kompas ............................................. 123 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................ 128 B. Saran ................................................................................... 130 vii
dan
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 132 LAMPIRAN ............................................................................................ 136
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel I Judul berita Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Juli 2016 di Harian Kompas ............................................................................ 49 2. Tabel II Analisis bahasa jurnalistik berita I Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 1 Juli 2016 .............................................................. 50 3. Tabel III Analisis bahasa jurnalistik berita II Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 2 Juli 2016 .............................................................. 64 4. Tabel IV Analisis bahasa jurnalistik berita III Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 4 Juli 2016 .............................................................. 78 5. Tabel V Analisis bahasa jurnalistik berita Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 1 Juli 2016 .............................................................. 95 6. Tabel VI Temuan Kesalahan pada Kalimat Berita .................... 109
ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Surat Permohonan Bimbingan Skripsi
Lampiran 2
Surat Izin Penelitian
Lampiran 3
Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 5
Transkrip Wawancara Penelitian
Lampiran 6
Dokumentasi Wawancara
Lampiran 7
Dokumentasi Teks Berita Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Juli 2016 Harian Kompas
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar sebagai media cetak sangat mengandalkan kualitas tulisan dan penggunaan bahasa untuk menyampaikan informasi. Dalam surat kabar, bahasa merupakan hal yang sangat penting. Selain untuk menyampaikan informasi, bahasa memiliki fungsi edukasi untuk pembaca. Melalui bahasa yang digunakan, pembaca dapat mengetahui bahasa yang benar dan yang seharusnya digunakan. Ini karena apa yang dibaca akan diserap dan menjadi kosakata yang akan digunakan oleh pembaca tersebut. Selain itu, dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar media cetak turut andil dalam menjaga tatanan Bahasa Indonesia. Bahkan, penggunaan bahasa dapat mencerminkan kredibilitas dari media cetak. Apabila media cetak tidak mengindahkan bahasa jurnalistik, informasi yang disampaikan oleh media tersebut tidak tersampaikan dengan baik kepada seluruh kalangan masyarakat. Tidak semua masyarakat memahami apa yang disampaikan oleh surat kabar tersebut sehingga dapat menyebabkan multitafsir. Selain itu, jika surat kabar tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar, salah satu fungsi edukasi pada media berkurang. Padahal, media merupakan sesuatu yang dilihat dan menjadi model bagi masyarakat. Jika media sebagai model bagi
1
2
masyarakat
tidak
turut
andil dalam menjaga
tatanan
bahasa,
bagaimana
masyarakat bisa menerapkan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Maka dari itu, media sebagai model untuk masyarakat harus turut andil dalam menjaga tatanan bahasa yang baik dan benar. Menurut Rosihan Anwar dalam bukunya Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi, bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa yang terdapat dalam media cetak. Dengan fungsi tersebut, bahasa jurnalistik haruslah jelas dan mudah dipahami oleh pembaca dengan ukuran intelek yang minimal, sehingga sebagian besar masyarakat dapat menikmati isi dari informasi yang disampaikan. Walaupun demikian, bahasa jurnalistik yang baik haruslah patuh pada normanorma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar dan pilihan kata yang cocok.1 Sementara itu, AS Haris Sumadiria dalam buku Bahasa Jurnalistik Indonesia mengemukakan 17 ciri utama bahasa jurnalistik yakni sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, populis, logis, gramatikal, menghindari kata tutur, menghindari kata dan istilah asing, pilihan diksi yang tepat, mengutamakan kalimat aktif, menghindari kata atau istilah teknis dan tunduk kepada kadah etika.2 Sedangkan Kunjana Rahardi dalam buku Asyik Berbahasa Jurnalistik menyebutkan terdapat lima ciri bahasa jurnalistik yakni komunikatif, spesifik, hemat kata, jelas makna dan tidak mubazir dan tidak klise. 3 Ciri-ciri bahasa
1
Rosihan Anwar, Jurnalistik Indonesia dan Komposisi (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), h.4. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.17-20. 3 Kunjana Rahardi, Asyik Berbahasa Jurnalistik (Yogyakarta: Santusta, 2006), h. 18. 2
3
jurnalistik
tersebut
harus dipatuhi oleh surat kabar dalam menyampaikan
informasi karena surat kabar dalam menyampaikan informasinya melalui tulisan dan dibaca oleh semua kalangan masyarkat. Dengan demikian, bahasa harus dimengerti oleh semua pembaca. Selain itu, faktor pengetahuan bahasa setiap orang berbeda-beda karena itu harus diberlakukannya bahasa jurnalistik. Dalam penggunaan bahasa, salah satu surat kabar di Indonesia yakni Harian Kompas merupakan surat kabar dengan oplah terbesar di Indonesia mencapai 530.000 eksemplar setiap hari. Melalui perhitungan jika satu koran dibaca oleh empat orang, maka dapat diprediksi pembaca Harian Kompas perharinya mencapai lebih dari 2.000.000 pembaca. 4 Kompas tidak hanya koran dengan oplah terbesar di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara. Harian Kompas memiliki 10 rubrik, salah satunya yaitu rubrik pendidikan dan kebudayaan. Sesuai dengan nama rubrik pendidikan dan kebudayaan, sudah semestinya berita yang disajikan mendidik para pembaca termasuk dari segi bahasa.
Bahasa
yang
digunakan
dalam berita
di rubrik
tersebut
harus
menggunakan bahasa yang baik dan benar karena apa yang dibaca oleh pembaca akan diserap dan menjadi kosakata yang digunakan oleh pembaca. Apakah Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas sebagai media cetak terbesar di Indonesia sudah menggunakan bahasa sesuai kaidah bahasa jurnalistik yang telah ditentukan? Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti mengenai penggunaan bahasa jurnalistik pada Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Apakah di rubrik ini masih terdapat penggunaan 4
PT. Kompas Media Nusantara, “Tentang Kompas,” diakses pada 25 Juni 2016 dari http://profile.print.kompas.com/profil/
4
bahasa yang tidak mengindahkan kaidah Bahasa Jurnalistik Indonesia? Sudah sepatutnya surat kabar dalam penulisan berita mengindahkan bahasa jurnalistik yang
sudah
ditentukan.
Melalui
penelitian
ini,
akan
terlihat
bagaimana
penggunaan bahasa pada Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Dari latar belakang yang telah peneliti sampaikan, peneliti tertarik untuk menganalisis bahasa jurnalistik pada surat kabar. Dari sini peneliti mengangkat judul
pada
penelitian
ini adalah
“Konsistensi
Harian
Kompas
dalam
Mengimplementasikan Bahasa Jurnalistik” B. Batasan dan Rumusan Masalah 1.
Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih fokus, penelitian ini dibatasi hanya dengan menganalisis penulisan Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan yang mengacu pada pedoman pemakaian bahasa dalam pers yang ditetapkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 10 November 1978. Objek penelitian terfokus pada Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas edisi Juli 2016.
2.
Rumusan Masalah Pokok masalah dalam penelitian ini adalah mengenai aturan atau kaidah baku bahasa jurnalistik berita Harian Kompas. Oleh sebab itu, maka muncul rumusan masalah: 1. Bagaimana implementasi bahasa jurnalistik di rubrik Pendidikan dan Kebudayaan harian Kompas edisi Juli 2016?
5
2. Apakah pedoman bahasa jurnalistik yang digunakan oleh Harian Kompas pada rubrik Pendidikan dan Kebudayaan edisi Juli 2016? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Harian Kompas menerapkan bahasa jurnalistik dalam Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan. Jika terdapat ketidaksesuaian, bagaimana jenis ketidaksesuaian tersebut berdasarkan karakteristik bahasa jurnalistik yang mengacu pada Pedoman Penggunaan Bahasa pada Pers yang telah ditetapkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia. D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Akademis Agar mahasiswa dapat mengimplementasikan bahasa jurnalistik dalam tiap menulis dan mengolah setiap berita. Mengingat bahwa bahasa jurnalistik merupakan bagian dari keilmuan dalam bidang jurnalisme.
2.
Manfaat Praktis Agar penelitian ini dapat memberi kontribusi positif dalam penulisan berita dan dapat menjadi bahan masukan untuk menambah wawasan bagi praktisi, wartawan, maupun pihak yang berminat dalam dunia jurnalistik. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi bahan masukan untuk menambah wawasan bagi wartawan, praktisi dan pihak-pihak yang terlibat dalam struktur redaksional surat kabar Harian Kompas.
6
E. Metodologi Penlitian 1.
Paradigma Penelitian Paradigma dalam penelitian adalah basis kepercayaan utama dari sistem berpikir penelitian untuk melakukan penelitiannya. Hal tersebut berupa sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir yang membawa konsekuensi praktis perilaku, interprestasi, dan kebijakan dalam memilih masalah penelitian. Paradigma penelitian bisa menggariskan apa yang seharusnya dipelajari, pernyataan apa yang seharusnya dikemukakan, dan kaidah apa yang seharusnya diikuti dalam menafsirkan jawaban penelitian yang diperoleh. 5 Dalam penelitian ini, paradigma yang digunakan adalah Paradigma Konstruktivis. Paradigma konstruktivis adalah paradigma yang memandang ilmu komunikasi sebagai analisis sistematis terhadap aksi pemberian makna sosial melalui pengamatan langsung terhadap perilaku sosial dalam latar para pelaku sosial memelihara dunia sosial mereka. Pada paradigma ini yang dimaksud komunikasi adalah ketika pesan yang disampaikan komunikator dapat dipahami oleh komunikan dan mereka mengkonstruksi pesan tersebut berdasarkan rujukan yang dimiliki.6 keseharian yang alamiah agar mampu memahami dan menafsirkan bagaimana
5
Universitas Terbuka, Filsafat, Paradigma, dan Jenis Penelitian, diakses pada Senin, 19 Desember 2016 pukul 22.13 dari http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ekma5104/5104%20jadi/ fmenu_2.1.ht m 6 Universitas Islam Indonesia, Paradigma Penelitian Komunikasi, diakses pada Senin, 19 Desember 2016 pukul 22.30 dari http://communication.uii.ac.id/images/PERKULIAHAN/paradig ma%20penelit ian%20%5Bco mpat ibility%20mode%5D.pdf
7
2.
Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Pendekatan
kualitatif
sendiri
adalah
jenis
penelitian
yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan caracara lain dari kuantitatif (pengukuran)7 . Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti menggunakan konsep
bahasa
jurnalistik
untuk
membedah
data-data
yang
telah
dikumpulkan. Konsep tersebut juga merupakan instrumen penelitian dalam pembahasan di Bab IV. Konsep tersebut adalah pedoman pemakaian bahasa dalam pers yang telah ditentukan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). 3.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis bahasa
jurnalistik
yang
digunakan
berita
di rubrik
Pendidikan
dan
Kebudayaan Harian Kompas. Teori Bahasa Jurnalistik dalam penelitian ini menggunakan 10 Pedoman Pemakaian Bahasa dalam Pers yang dikeluarkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)
pada 10 November 1978.
Kesepuluh pedoman ini juga menjadi instrumen penilaian saat pembahasan di Bab IV. Dalam menjabarkan hasil penelitian, peneliti menggunakan metode penelitian studi dokumentasi atau teks dan metode analisis deskriptif. Studi dokumen atau teks merupakan kajian dari bahan dokumen yang tertulis seperti buku teks, surat kabar, majalah, surat-surat, naskah, artikel dan sejenisnya untuk 7
dianalisisis,
diinterprestasikan,
digali untuk
menentukan
Djunaidi Ghony, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Prosedur, Teknik dan Grounded (Surabaya:Bina Ilmu, 2007), h.11.
8
tingkat pencapaian pemahaman tehadap topi tertentu dari sebuah bahan atau teks tersebut8 . Metode analisis deskriptif adalah metode mendeskripsikan secara mendalam subjek penelitian. Menurut Rachmat Kriyantono dalam bukunya Metode Riset Komunikasi, jenis analisis deskriptif bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifatsifat populasi atau objek tertentu9 . Jenis deskriptif ini peneliti gunakan untuk memberikan gambaran mengenai penggunaan bahasa jurnalistik di Harian Kompas. 4.
Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Teks Observasi mendapatkan
yang data
berarti
tentang
suatu
pengamatan masalah,
bertujuan sehingga
untuk diperoleh
pemahaman atau sebagai alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Observasi di sini diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung wacana yang terdapat dalam media cetak surat kabar Kompas. Dalam hal ini, observasi teks yang dimaksud adalah teks-teks dalam Berita Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas
8
Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian: Lengkap, Praktis dan Mudah Dipahami (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014), h.23). 9
Rachmat Kriyanto, Metodologi Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2006), h.69.
9
b. Dokumentasi Dokumentasi atau studi dokumen adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Dokumen-dokumen yang dimaksud
adalah
data-data
yang
diteliti salah satunya dengan
mengliping surat kabar tersebut dari berita-berita yang sudah diambil setiap edisinya. c. Wawancara Wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuaah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktan terhadap informasi atau
keterangan
yang
telah
diperoleh
lewat teknik
yang lain
sebelumnya.10 Dalam hal ini peneliti mewawancarai Editor Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. 5.
Teknik Analisis Data Setelah semua data terkumpul, peneliti menganalisis data ke dalam kata kata dengan membandingkan atau mencari kesesuaian dengan pedoman bahasa
jurnalistik.
Peneliti juga
mengkonstruksi teks
berita
kemudian
memasukkan data tersebut ke dalam tabel beserta analisisnya. Tabel dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana bahasa yang digunakan dalam berita utama apakah terdapat ketidaksesuaian dengan pedoman bahasa jurnalistik menurut Persatuan Pers Indonesia (PWI).
10
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian (Yogyakarta:Pustaka Baru Press, 2014), h.31.
10
6.
Subjek dan Objek Penelitian Menurut Suharsmi Arikunto subjek penelitian adalah subjek yang dituju oleh peneliti.11 Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah Harian Kompas edisi Juli 2016. Sedangkan Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan harian Kompas.
7.
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung sejak Juni 2016 setelah seminar proposal dilakukan sampai Maret 2017. Tempat penelitian berlokasi di Gedung Kompas Gramedia Jalan Palmerah Selatan 26-28. Jakarta Pusat 10270 dengan melakukan wawancara langsung kepada editor rubrik Pendidikan dan Kebudayaan dan mencari data-data yang berkaitan dengan penelitian. Selain itu, untuk keperluan referensi, peneliti mencari data di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, dan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Jakarta.
F. Tinjauan Pustaka Berdasarkan tinjauan peneliti terhadap beberapa tulisan, buku, dan lainnya pada
perpustakaan
perpustakaan
utama
Fakultas UIN
Ilmu
Dakwah
dan
Ilmu
Syarif Hidayatullah Jakarta,
Komunikasi
juga
penulis menemukan
beberapa judul skripsi yang memiliki kesamaan, antara lain : 1.
Analsis Bahasa Jurnalistik Berita Utama Surat Kabar Republika Edisi Desember 2008 ditulis oleh Aris Takomaladi. Penelitian ini berbeda dari segi objek dan metode penelitian serta rujukannya. Skripsi Aris membahasa penggunaan bahasa jurnalistik berita utama di Harian
11
Suharsmi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h.122.
11
Republika edisi Desember 2008 dan menggunakan rujukan bahasa jurnalistik menurut Kunjana Rahardi. 2.
Penerapan Bahasa Jurnalistik pada Berita Utama “Straight News” di Surat Kabar “Radar Bekasi” Edisi 1-5 Oktober 2012 ditulis oleh Eneng Khairunnisa. Penelitian ini berbeda dari segi subjek, objek dan metodologi
penelitiannya,
skripsi Eneng
membahasa
penggunaan
bahasa jurnalistik berita utama di Harian Radar Bekasi edisi Oktober 2012.
Penelitian
ini
menggunakan
rujukan
tujuh
ciri
bahasa
jurnalistik. 3.
Analisis Diksi Gorys Keraf pada Features di Rubrik Nasional Podium Harian Republika
ditulis oleh Fauziah Muslimah.
Penelitian ini
berbeda dari segi subjek, objek dan metodologi penelitiannya. Skripsi Fauziah membahas tentang penggunaan diksi features di Rubrik Nasional Podium Harian Republika. Penelitian ini menggunakan teori diksi Gorys Keraf. G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latat belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORITIS. Bab ini, membahas mengenai teori mengenai bahasa, teori bahasa jurnalistik ruang lingkup bahasa jurnalistik, yang terdiri dari pengertian bahasa jurnalistik, ciri bahasa jurnalistik, ketentuan bahasa jurnalistik dan 10 pedoman yang dikemukakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia..
12
BAB III GAMBARAN UMUM SURAT KABAR HARIAN KOMPAS. Bab ini berisi sosiologi penggunaan penyebaran bahasa, logika bahasa, profil harian kompas dan profil rubrik pendidikan dan kebudayaan. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Bab ini berisi tentang temuan dan analisis mengenai penggunaan bahasa jurnalistik pada enam berita rubrik Pendidikan dan Kebudayaan edisi Juli 2016 Harian Kompas menggunakan pedoman bahasa jurnaistik yang dikeluarkan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan penggunaan bahasa jurnalistik yang digunakan Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan BAB V PENUTUP. Bab ini berisi keimpulan dari penelitian serta saran terhadap penelitian. Daftar Pustaka Lampiran
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP A. Ruang Lingkup Bahasa 1.
Bahasa Bahasa merupakan cermin kebudayaan suatu suku bangsa. Ada pula yang mengatkan bahwa bahasa merupakan jantung kebudayaan suatu bangsa. Pemimpin redaksi majalah kebudayaan Basis (Yogyakarta), Dick Hartoko, mengatakan, dalam bahasa terungkap sistem dan lambang yang dipakai oleh bangsa yang bersangkutan.1 Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Sistem tersebut mencakup unsur-unsur berikut: 1. Sistem
lambang
yang
bermakna
dan
dapat
dipahami oleh
masyarakat pemakainya. 2. Sistem lambang tersebut bersifat konvensional yang ditentukan oleh masyarakat pemakainya berdasarkan kesepakatan. 3. Lambang-lambang tersebut bersifat abiter (kesepakatan) digunakan secara berulang dan tetap. 4. Sistem lambang tersebut bersifat terbatas tetapi produktif. Artinya, dengan sistem yang sederhana dan jumlah aturan yang terbatas
1
Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Erlangga, 2010), h.213.
13
14
dapat menghasilkan jumlah kata, frasa, klausa, kalimat pragraf dan wacana yang tidak terbatas jumlahnya. 5. Sistem lambang bersifat unik, khas dan tidak sama dengan lambang bahasa lain. 6. Sistem lambang
dibangun
berdasarkan
kaidah
yang
bersifat
universal. Hal ini memungkinkan bahwa suatu sistem bisa sama dengan bahasa lain.1 Sementara
itu,
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
memberikan
pengertian bahasa ke dalam tiga batasan, yaitu sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang disepakati (arbiter) dan konvensional yang
dipakai sebagai alat
komunikasi untuk
melahirkan
perasaan dan pikiran. Selain itu, perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa. Kemudian yang terakhir percakapan yang baik, sopan santun, tingkah laku yang baik.2 Menurut Bloch dan Trager melalui buku Filsafat Bahasa, bahasa sebagai sistem simbol-simbol bunyi yang arbiter yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi. Serupa dengan Bloch dan Tragrer, Joseph Bram mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi abirter yang dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain. 3
1
Widjono Hs, Bahasa Indonesia (Jakarta:Grasindo, 2012), h.20 Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai Pustaka, 1988), cet.ke-1, h.66-67 3 Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.22. 2
15
2.
Fungsi Bahasa Menurut Gorys Keraf, fungsi bahasa dapat diturunkan dari dasar dan motif itu sendiri. Dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu dalam garis besarnya adalah;4 1. Alat untuk menyatakan ekspresi diri Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada,
sekurang-kurangnya
untuk
memaklumkan
keberadaan
individu. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain: agar
menarik
perhatian
orang
lain,
dan
keinginan untuk
membebaskan diri dari semua tekanan emosi. 2. Alat komunikasi Komunikasi merupakan
akibat yang lebih jauh dari
ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri tidak
diterima
atau
dipahami
oleh
orang
lain.
Dengan
komunikasi kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan kita ketahui kepada orang-orang lain. Melalui komunikasi dapat mempelajari dan mewarisi pula semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang, serta apa yang dicapai oleh orang-orang
sezaman.
Sebagai
alat
komunikasi,
bahasa
merupakan saluran perumusan maksud, melahirkan perasaan dan memungkinkan menciptakan kerja sama dengan warga. Bahasa mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, 4
Gorys Keraf, Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa (Flores: Nusa Indah, 2001), h.37.
16
merencanakan dan mengarahkan masa depan. Bahasa juga memungkinkan manusia menganalisis masa lalu untuk memetik hasil-hasil yang berguna bagi masa kini dan masa yang akan datang. 3. Alat mengadakan integrasi dan adaptasi sosial Selain sebagai salah satu unsur kegian dalam kebudayaan, bahasa
memungkinkan
pengalaman,
manusia
memperlajari
dan
untuk
mengambil
memanfaatkan bagian
dalam
pengalaman-pengalaman itu serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, memungkinkan setiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, melakukan semua kegiatan kemasyarakatan, efisiensi yang
menghindari setinggi-tingginya.
konflik, Ia
untuk
memperoleh
memungkinkan
integrasi
yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya. Melalui bahasa, setiap anggota masyarakat perlahan-lahan belajar mengenal segala adat-istiadat, tingkah laku, dan tatakrama
masyarakatnya.
Bahasa
mencoba menyesuaikan diri
dengan semua melalui bahasa. Seorang pendatang baru dalam sebuah masyarkat pun harus melakukan hal yang sama. Bila ingin
hidup
dengan
tentram
dan
harmonis,
menyesuaikan dirinya dengan masyarakat itu.
maka
harus
17
4. Alat mengadakan kontrol sosial Semua kegiatan sosial akan berjalan dengan baik karena dapat diatur dengan mempergunakan bahasa. Semua tutur pertama-tama
dimaksudkan
untuk
mendapatkan
tanggapan.
Seorang pemimpin akan kehilangan wibawa, bila bahasa yang dipergunakan untuk menyampaikan instruksi atau penerangan kepada bawahannya, adalah bahasa yang kacau dan tak teratur.
Sedangkan P.W.J. Nababan, seorang linguis Indonesia, membagi fungsi bahasa sebagai komunikasi dalam kaitannya dengan masyarakat dan pendidikan
menjadi
empat
fungsi,
yaitu
fungsi
kebudayaan,
fungsi
kemasyarakatan, fungsi perorangan dan fungsi pendidikan. 5 Fungsi kebudayaan dari bahasa adalah sebagai sarana perkembangan kebudayaan,
sedangkan,
fungsi kemasyarakatan
bahasa
menunjukkan
peranan khusus suatu bahasa dalam kehidupan masyarakat.
Nababan
mengklarifikasi fungsi kemasyarakatan bahasa ke dalam dua bagian yaitu berdasarkan ruang lingkup dan berdasarkan bidang pemakaian. Pertama mengandung “bahasa nasional” dan “bahasa kelompok”. Bahasa nasional berfungsi
sebagai
lambang
kebanggaan
kebangsaan,
lambang
identitas
bangsa; alat penyatuan berbagai suku bangsa dengan berbagai latar belakang sosial budaya dan bahasa dan sebagai alat yang menghubungkan antar daerah dan antarbudaya. Kemudian, bahasa kelompok ialah bahasa yang digunakan oleh kelompok yang lebih kecil dari suatu bangsa, seperti suku bangsa atau 5
P.W.J. Nababan, Sosiolinguistik Suatu Pengantar (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1991), h.38.
18
suatu daerah subsuku,
sebagai lambang identitas kelompok
dan alat
pelaksanaan kebudayaan kelompok itu. Klarifikasi fungsi bahasa golongan ketiga, yaitu fungsi perorangan, Nababan menjelaskan dengan mendasarkan pada hasil kajian Haliday (1976) yang telah membuat klarifikasi kegunaan pemakaian bahasa atas dasar observasi yang terus menerus terhadap penggunaan bahasa. Terakhir, fungsi pendidikan dari bahasa, didasarkan pada banyaknya penggunaan bahasa dalam pendidikan dan pengajaran, mencakup empat fungsi yaitu fungsi intergratif, fungsi instrumental, fungsi kultural dan fungsi penalaran. Dari fungsi-fungsi yang diungkapkan di atas, bahasa meningkatkan martabat manusia. Karena itu manusia sampai kapanpun tidak akan bisa melepaskan diri dari adanya bahasa sebagai suatu yang harus ada. 6 B. Bahasa Jurnalistik 1.
Pengertian Bahasa Jurnalistik Bahasa pers atau bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh pers. Bahasa pers merupakan bahasa ragam resmi baku karena itu bahasa pers harus tunduk pada aturan atau kaidah bahasa yang berlaku. Bahasa pers merupakan bahasa tulis sehingga harus menggunakan bahasa tulis baku. Sebagai ragam bahasa tulis yang baku, maka bahasa pers harus tunduk kepada kaidah bahasa yang dibakukan yaitu kaidah tata bahasa dan kaidah ejaan serta tanda baca. Selain itu, harus menggunakan kata atau istilah yang sama maknanya dengan yang telah ditetapkan dalam kamus. Dengan
6
Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.26.
19
demikian, bahasa yang digunakan oleh pers menjadi bahasa yang dapat dipahami oleh umumnya masyarakat pemakai bahasa.
7
Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Jelas tidaknya informasi yang disampaikan kepada khalayak sangat ditentukan oleh benar tidaknya bahasa yang dipakai. Penggunaan bahasa yang baik dan benar sangat menentukan sampainya informasi itu kepada khalayak secara jelas. Sebaliknya,
bahasa
yang
kacau
dalam menyampaikan informasi akan
menyulitkan khalayak untuk memahami informasi tersebut. 8 Dalam menyampaikan informasi, surat kabar menggunakan bahasa secara tertulis. Bahasa di dalam media massa ibarat nyawa, terutama bagi media cetak. Tanpa bahasa, media massa cetak tidak akan bermakna apa-apa. Bahasa menjadi media bagi kalangan pers untuk memotret peristiwa dan peradaban bangsa.9 Karena itu, dunia pers atau jurnalistik harus menggunakan bahasa yang baik dan benar agar khalayak dapat memahami informasi yang disampaikan dengan mudah. Selain itu, dunia pers juga memiliki kaidahkaidah bahasa agar bahasa yang digunakan dalam menyamapikan informasi lebih mudah dipahami dan tidak membosankan khalayak. Prinsip bahasa jurnalistik yaitu harus jelas, padat, ringkas dan lugas. Menurut Rosihan Anwar dalam bukunya Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi, bahasa jurnalistik adalah ragam bahasa yang digunakan oleh wartawan. Bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat,
7
J.S. Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia II (Jakarta: Gramedia, 1992), h.61. Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h.118. 9 Eni Setiati, Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan Strategi Wartawan Menghadapi Tugas Jurnalistik (Yogyakarta: Andi, 2005), h.85-86. 8
20
sederhana,
lancar,
jelas,
lugas dan menarik.
Bahasa jurnalistik
harus
didasarkan pada bahasa baku. Bahasa jurnalistik tidak dapat menghiraukan kaidah-kaidah tata bahasa. Begitu juga harus memperhatikan ejaan yang benar.10 Rosihan Anwar menambahkan, bahasa jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi yang demikian itu, bahasa jurnalistik haruslah jelas dan mudah dibaca oleh pembaca dengan ukuran intelek yang minimal, sehingga sebagian besar masyarakat yang dapat membaca dapat menikmati isi dari informasi yang disampaikan. Walaupun demikian, bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma-norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar dan pilihan kata yang cocok.11 Begitu pula menurut pakar bahasa JS Badudu, bahasa jurnalistik harus singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, tetapi selalu menarik. Sifat-sifat tersebut harus dipenuhi oleh bahasa jurnalistik mengingat media massa dinikmati oleh
seluruh
lapisan
masyarakat
yang
tidak
semua tingkat
pengetahuannya sama. Orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya untuk membaca surat kabar. Bahasa jurnalistik harus lugas, tetapi jelas, agar mudah dipahami. Orang tidak perlu mengulang-ulang apa yang dibacanya karena ketidakjelasan bahasa yang digunakan dalam surat kabar tersebut.12 Kemudian, menurut Daryl L. Frazel dan George Tuck, dua pakar pers Amerika dalam Principles of Editing, A Comprehensive Guide for Student and Journalist, Pembaca berharap, apa yang dibacanya dalam media massa 10
Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik dan Komposisi (Yogyakarta:Media Abadi, 2004), h.3. Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik dan Komposisi, h.4. 12 Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik dan Komposisi, h.2. 11
21
bisa dimengerti tanpa bantuan pengetahuan khusus. Pembaca berharap, wartawan dapat menjelaskan ilmu pengetahuan kepada mereka yang bukan ilmuwan,
perihal hubungan-hubungan internasional kepada mereka yang
bukan diplomat, dan masalah-masalah politik kepada para memilih yang awam (to explain science to no scienctist, international relations to nondiplomats, and politics to ordinary voters).13 Selain itu, menurut Wojowasito, bahasa jurnalistik yang baik harus sesuai dengan norma tata bahasa yang antara lain terdiri dari susunan kalimat yang benar dan pilihan kata yang cocok. Anton M. Moeliono seorang konsultan Pusat Bahasa mengatakan bahwa laras bahasa jurnalistik tergolong ragam bahasa baku.14 Dari pengertian-pengertian tentang bahasa jurnalistik di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh media massa dalam menulis berita. Bahasa jurnalistik harus singkat, padat, lugas, menarik dan mengindahkan kaidah tata bahasa. Bahasa jurnalistik juga harus menggunakan kata-kata serta kalimat-kalimat yang dimengerti oleh seluruh lapisan masyarakat. 2.
Pedoman Bahasa Jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 10 November 1978 di Jakarta mengeluarkan sepuluh pedoman pemakaian bahasa dalam pers. Kesepuluh pedoman ini berbicara tentang pemakaian ejaan, singkatan dan akronim, imbuhan, pemakaian kalimat pendek, ungkapan klise, kata mubazir, kata asing dan istilah teknis, dan tiga aspek bahasa jurnalistik.
13
A.M Dewabrata, Kalimat Jurnalistik, Panduan Mencermati Penulisan Berita (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2004), h.23. 14 Tri Adi Sarwoko, Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2007), h.1.
22
Berikut kutipan lengkap kesepuluh pedoman pemakaian bahasa dalam pers itu:15 1.
Wartawan hendaknya secara konsekuen melaksanakan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Hal ini juga harus diperhatikan oleh para korektor karena kesalahan paling menonjol dalam surat kabar ini ialah kesalahan ejaan.
2.
Wartawan
hendaknya
membatasi
diri
dalam singkatan
atau
akronim. Kalaupun ia harus menulis akronim, maka satu kali ia harus menjelaskan dalam tanda kurung kepanjangan akronim tersebut supaya tulisannya dapat dipahami oleh khalayak ramai. 3.
Wartawan hendaknya tidak menghilangkan imbuhan, bentuk awal atau prefiks. Pemenggalan kata awalan me dapat dilakukan dalam kepala
berita
mengingat
ketrbatasan
ruangan.
Akan
tetapi
pemenggalan jangan sampai dipukulratatakan sehingga merembet pula ke dalam tubuh berita. 4.
Wartawan hendaknya menulis dengan kalimat-kalimat pendek. Pengutaraan pikirannya logis, tertatur, lengkap dengan kata pokok, sebutan, dan kata tujuan (subjek, predikat, objek). Menulis dengan induk kalimat dan anak kalimat yang mengandung banyak kata mudah membuat kalimat tidak dapat dipahami, lagi pula prinsip yang harus dipegang ialah “satu gagasan utnuk satu ide dalam satu kalimat”.
15
HS Haris Sumadiria,Bahasa Jurnalistik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.193
23
5.
Wartawan hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise atau stereotype yang sering dipakai dalam transisi berita seperti katakata sementara itu, dapat ditambahkan, perlu diketahui, dalam rangka. Dengan demikian dia menghilangkan monotoni (keadaan atau bunyi yang selalu sama saja), dan sekaligus dia menerapkan ekonomi kata atau penghematan bahasa.
6.
Wartawan hendaknya menghilangkan kata mubazir seperti adalah (kata kerja kopula), telah (penujuk masa lampau), untuk (sebagai terjemah to dalam bahasa Inggris), dari (sebagai terjemahan of dalam hubungan milik), bahwa (sebagai kata sambung) dan bentuk jamak yang tidak perlu diulang.
7.
Wartawan hendaknya mendisiplinkan pikirannya supaya jangan campur aduk satu kalimat bentuk pasif (di) dengan bentuk aktif (me).
8.
Wartawan hendaknya menghindari kata-kata asing dan istilahistilah yang terlalu teknis ilmiah dalam berita. Kalaupun terpaksa menggunakannya, maka satu kali harus dijelaskan pengertian dan maksudnya.
9.
Wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa.
10. Wartawan hendaknya ingat bahasa jurnalistik ialah bahasa yang komunikatif dan spesifik sifatnya, dan karangan yang baik dinilai dari tiga aspek yaitu isi, bahasa, dan teknik persembahan.
24
3.
Karakteristik Bahasa Jurnalistik Bahasa jurnalistik surat kabar harus tunduk kepada kaidah atau prinsip-prinsip umum bahasa jurnalistik dan juga memiliki ciri-ciri yang sangat khusus atau spesifik. Hal inilah yang membedakan bahasa jurnalistik surat kabar dengan bahasa jurnalistik majalah, bahasa jurnalistik radio, bahasa jurnalistik bahasa jurnalistik televisi dan bahasa jurnalistik media online. Berhubung pedoman bahasa jurnalstik di atas terlalu umum, maka akan dijabarkan lagi karateristik bahasa jurnalistik menurut para ahli. Dalam buku Bahasa Jurnalistik, AS Haris Sumadiria mengemukakan 17 ciri utama bahasa jurnalistik yang berlaku untuk surat kabar. Ciri-ciri bahasa jurnalistik tersebut, yakni sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, populis, logis, gramatikal menghindari kata tutur, menghindari kata dan istilah asing, pilihan kata (diksi) yang tepat, mengutamakan kalimat aktif, menghindari kata atau istilah teknis, dan tunduk kepada kaidah etika. Berikut penjelasannya :16 1.
Sederhana Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat heterogen. Contoh dari kalimat sederhana yaitu: Pemerintah perlu merubah drastis kelembagaan dan tata kelola penyelenggaraan haji agar kualitas pelayanan publik bagi jeaah dapat meningkat.
16
AS Haris Sumadirian, Bahasa Jurnalistik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.15.
25
Kata
“merubah
drastis”
sebenarnya
dapat
diubah
menjadi
“reformasi”, namun kata “merubah drastis” lebih sederhana dan lebih banyak diketahui oleh khalayak. 2.
Singkat Singkat berarti langsung kepada pokok masalah, tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga. Contoh dari kalimat singkat yaitu: Tersangka membunuh korban dengan cara memukul wajah korban berulang-ulang.
3.
Padat Menurut Patmono SK, redaktur senior Sinar Harapan dalam buku Teknik Jurnalistik, padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi. Contoh dari kalimat padat yaitu: Badan Pemeriksa Keuangan menemukan indikasi kerugian negara Rp. 191,3 miliar dalam pembelian lahan Yayasan Kesehatan Sumber Waras seluas 3,64 hektar.
4.
Lugas Lugas
berarti
eufemisme
atau
tegas,
tidak
penghalusan
membingungkan khalayak
ambigu, kata
dan
sekaligus kalimat
menghindari yang
bisa
pembaca sehingga terjadi pebedaan
persepsi dan kesalahan konklusi. Contoh kalimat lugas yaitu: Tersangka korban.
membunuh korban dengan cara menembak dada
26
5.
Jelas Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya. Tidak baur dan kabur serta
kalimat
sesuai
dengan
kaidah
subjek-predikat-objek-
keterangan (SPOK). Contoh kalimat jelas yaitu: Pelaku menyimpan sabu kristal di dalam pipa baja. S P O K 6.
Jernih Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau fitnah. Dalam pendekatan analisisi wacana, kata dan kalimat yang jernih berarti kata dan kalimat yang tidak memiliki agenda tersembunyi di balik pemuatan suatu beruta atau laporan kecuali fakta,
kebenaran,
kepentingan publik. Dalam
bahasa kiai, jernih berarti bersikap berprasangka baik dan sejauh mungkin menghidari prasangka buruk. Menurut orang komunikasi, jernih berarti senantiasa mengembangkan pola pikir positif dan menolak pola pikir negatif. Contoh kalimat jernih yaitu: Gubernur non-aktif DKI Jakarta diduga menistakan agama. 7.
Menarik Bahasa
jurnalistik
harus
menarik.
Menarik
artinya
mampu
membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca, serta membuat orang yang tertidur, terjaga seketika. Contoh kalimat menarik yaitu: Komisi
Pemberantasan
Korupsi menangkap
Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
Rohadi,
panitera
27
8.
Demokratis Salah satu ciri yang menonjol dari bahasa jurnalistik adalah demokratis. Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa. Bahasa jurnalistik menekanknan aspek fungsional dan komunal,
sehingga sama sekali tidak dikenal
pendekatan feudal. Contoh kalimat demokratis adalah: Joko Widodo menyapa para pedagang di pasar tradisional. 9.
Populis Bahasa jurnalistik harus merakyat, artinya diterima dan diakrabi oleh semua lapisan masyarakat. Contoh kalimat populis yaitu: Kegiatan ini merupakan penerapan dari peraturan daerah.
10. Logis Logis berarti apapun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat, atau paragraf jurnalistik harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan akal sehat. Contoh kalimat logis yaitu: Dia mengajarkan Bahasa Inggris. 11. Gramatikal Gramatikal berarti kata istilah, atau kalimat apapun yang dipakai dan dipilih dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku. Contoh kalimat gramatikal yaitu: Ia
mengatakan,
presiden
menyetujui
anggaran
pendidikan
dinaikan menjadi 25 persen dari total APBN dalam lima tahun ke depan.
28
12. Menghindari kata tutur Kata tutur ialah kata yang biasa digunakan dalam percakapn seharisehari secara
informal.
Kata
tutur
ialah
kata
yang hanya
menekankna pada pengertian, sama sekali tidak pemperhatikan masalah
struktur
dan
tata
bahasa.
Contoh
kalimat
yang
menghindari kata tutur yaitu: Pegawai Penyelidik PPPAT berkata, lokasi popular ikan lomah berkumpul dan bermigrasi ke hulu. 13. Menghindari kata dan istilah-istilah asing Berita ditulis untuk dibaca atau didengar. Pembaca atau pendengar harus tahu arti dan makna setiap kata yang dibaca dan didengarnya. Berita atau laporan yang yang banyak diselipi kata-kata asing, selain
tidak
membingungkan.
informatif
dan
komunikatif,
juga
sangat
Contoh kalimat yang menghindari kata dan
istilah asing yaitu : Acara tersebut dihadiri Menteri Kesehatan. 14. Pilihan diksi yang tepat Pilihan kata atau diksi yang tidak tepat dalam setiap kata jurnalistik, bisa menimbulkan akibat fatal, pilihan katau atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata itu. Contoh kalimat memiliki diksi yang tepat yaitu: Sang pembimbing rohani bernama Hasan Makarim.
29
15. Mengutamakan kalimat aktif Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalyak pembaca dibanding kalimat pasif. Kalimat aktif lebih memudahkan pengertian dan memperjelas pemahaman. Contoh kalimat aktif yaitu: Berdasarkan data Badan Nasional Penganggulangan Bencana, bencana alam menewaskan 154 orang. 16. Menghindari kata atau istilah teknis Bahasa jurnalistik ditujukan untuk umum, maka bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami dan ringan dibaca. Salah satu cara untuk itu ialah dengan menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis.
Contoh kalimat yang tidak menggunakan
istilah
: kerja
teknis
yaitu
sama
satu
program ini bisa
menghasilkan efek berlipat ganda. 17. Tunduk kepada kaidah etika Salah satu fungsi utama pers adalah edukasi. Fungsi ini bukan saja harus tercermin pada materi isi berita, laporan, gambar, dan artikelartikelnya, melainkan juga harus tampak pada bahasanya. Pada bahasa tersimpul etika. Bahasa tidak saja mencerminkan pikiran seseorang tetapi sekaligus juga menunjukkan etika orang itu. Sebagai guru bangsa dengan fungsi sebagai pendidik, pers wajib menggunakan serta tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku. Bahasa pers harus baku, benar, dan baik. Dalam etika berbahasa, pers tidak boleh menuliskan kata-kata yang tidak sopan, vulgar,
30
sumpah serapah. Pers juga tidak boleh menggunakan kata-kata porno
dan
berselera
rendah
lainnya
dengan
maksud
untu
membangkitkan asosiasi serta fantasi seksual khalayak pembaca. Contoh kalimat yang tunduk kepada kaidah etika yaitu: Sejumlah PSK Gang Dolly masih beroprasi.
4.
Fungsi Paragraf Jurnalistik Paragraf jurnalistik mempunyai fungsi yang amat mendasar dalam sebuah karangan atau karya jurnalistik. Secara singkat, dalam konteks tulismenulis atau karang mengarang dalam wadah pers atau jurnalistik, sosok paragraf jurnalistik
memiliki sejumlah fungsi yang amat penting, yaitu
sebagai berikut.17 1.
Media pengungkapan ide, penyampaian gagasan, pengungkapan pikiran, penyampaian fakta pokok, yang semuanya mempunyai nilai dan kadar jurnalistik.
2.
Memudahkan pembaca media massa cetak untuk memahami jalan pikiran sang jurnalis atau yang menuliskan karya jurnalistik.
3.
Media bagi jurnalis untuk mengembangkan jalan pikiran dan pengungkapan gagasannya dalam laras bahas pers atau ragam bahasa jurnalistik
4.
Media
mengawali,
mengisi,
mengembangkan,
dan
menutup
pengungkapan gagasan atau pemikiran secara keseluruhan dalam konteks tulisan jurnalistik atau tulisan di media massa.
17
Kunjana Rahardi, Bahasa Jurnalistik (Yogyakarta: Ghalia Indonesia, 2011), h.128.
31
C. Media Massa Cetak 1.
Pengertian Media Massa Cetak Media cetak adalah proses menghasilkan tulisan dalam berbagai macam dan aneka bentuk sesuai dengan maksud dan tujuannya. Dalam proses produksi tersebut terjadi komunikasi antarmanusia, sehingga media cetak tidak hanya sebatas alat saja, tetapi juga memiliki fungsi sebagai sarana komunikasi massa.18 Media cetak tergolong jenis media massa yang paling populer. Media cetak merupakan media komunikasi yang bersifat tertulis atau tercetak. Jenis media cetak yang beredar di masyarakat sangat beragam. Secara garis besar, media cetak dapat diklasifikasikan menjadi surat kabar, tabloid dan majalah.19 Sejak
awal perubuhannya hingga saat ini,
media cetak
telah
mengalami berbagai perubahan yang amat besar. Dari sisi perwajahannya, speisfikasi bahasanya, kualitas pesan-pesannya dan lain sebagainya semua telah
berubah
dengan perubahan masyarakat dan kemajuan teknologi
pendukungnya.20 Peran media cetak sangatlah penting, sehingga sulit dibayangkan negara-bangsa (nation-state) modern bisa hadir tanpa keberadaannya. Selama berabad-abad
media
cetak
menjadi satu-satunya alat pertukaran dan
penyebaran informasi, gagasan dan hiburan, yang sekarang ini dilayani oleh aneka media komunikasi. Selain menjadi alat utama menjangkau publik,
18
R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi (Jakarta: Graha Ilmu, 2007), h.6. 19 Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pnegantar (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h.40. 20 Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1999), h.88.
32
media cetak juga menjadi sarana utama untuk mempertemukan para pembeli dan penjual.21 2.
Surat Kabar Surat kabar adalah media komunikasi yang berisi informasi aktual dari berbagai aspek kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial, kriminal, budaya, seni, olahraga dan sebagainya. Surat kabar merupakan media massa tertua sebelum ditemukan film, radio, dan televisi. Surat kabar lebih menitik beratkan pada penyebaran informasi (fakta atau peristiwa) agar diketahui publik.22 Menurut Onong Uchjana Effendy surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat, dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa atau aktual, mengenai apa saja dan dari mana saja di seluruh dunia yang mengandung nilai untuk diketahui khalayak pembaca.23 Sementara itu,
Kurniawan Junaedhi mengemukakan surat kabar
adalah sebutan untuk penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak, berupa lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan, dan iklan. Surat kabar diterbitkan secara berkala serta diedarkan secara umum. Isi dari surat kabar pun harus aktual dan harus bersifat universal. Maksudnya, pemberitaannya
harus
bersangkut
paut
dengan manusia dari berbagai
golongan dan kalangan. Menurut jenisnya surat kabar dibagi menjadi berkala harian dan surat kabar berkala mingguan. Surat kabar juga dapat digolongkan menjadi surat kabar khusus dan surat kabar umum. Surat kabar khusus adalah 21
William L.Rivers, Media Massa & Masyarakat Modern (Jakarta: Kencana, 2003), h.17. Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h.40. 23 Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi (Bandung: Mandar Maju, 1989), h.241. 22
33
surat kabar yang membawakan suara partai politik atau menjadi terompet partai politik yang disokongnya, sedangkan surat kabar umum adalah surat kabar yang tidak membawakan suara partai, atau golongan tertentu dalam masyarakat. Isi pembertaannya pun tidak mewakili suara partai atau golongan tertentu.24 Menjelang kredibilitas
yang
abad lebih
ke-20,
dunia
persuratkabaran
baik
melalui
pembentukan
mampu suatu
meraih
organisasi
profesional. Pada awal abad ini, pengaruh individu dalam pers semakin rontok dan berubah menjadi bentuk perusahaan semakin besar. Secara bertahap perubahan itu terjadi hingga surat kabar tumbuh membentuk press association yang cukup besar. Di sini, kelangsungan pers ditunjang pula oleh kekuatan ekonomi yang terus berpacu mengikuti perkembangan zaman. Sekian tahun lalu, keberadaan surat kabar dianggap segera berakhir. Kalaupun surat kabar dapat bertahan setelah adanya televisi, dapat dinilai surat kabar tidak akan banyak berpengaruh terhadap khalayak. Pandangan ini memiliki alasan karena banyak surat kabar di kota-kota besar terpaksa gulung tikar. Namun sejak tahun 1970, koran terbukti mampu bertahan meskipun prosesnya memang tidak mudah. Sekalipun surat kabar gagal bertahan, surat kabar yang mampu menyajikan pelayanan baru, khususnya di daerah pinggiran kota berhasil menyelamatkan diri. Pada awal tahun 1970-an, volume aneka koran yang beredar naik pesat dibandingkan sepuluh tahun lalu.
24
25
Kurniawan Junaedhi, Ensiklopedia Pers Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991), h.257. 25 William L.Rivers, Media Massa & Masyarakat Modern (Jakarta: Kencana, 2003), h.20.
34
3.
Karakteristik Surat Kabar Dalam buku Dasar-dasar Jurnalistik karya Hoeta Soehoed, Karl Batwizh mengemukakan terdapat lima karakteristik dari surat kabar yaitu:26 1.
Publisitas
:
Surat
kabar
diterbitkan
untuk
publik
dan
masyarakat umum. 2.
Periodisitas
: Surat kabar terbit pada waktu yang telah
ditentukan sebelumya. Periode terbit, jarak dan waktu antara dua terbitan bersifat tetap dan teratur. 3.
Aktualitas
: Isi dari surat kabar aktual, belum pernah dimuat
sebelumnya 4.
Universalitas
: Isi dari surat kabar tidak mengenai satu persoalan
saja. 5. 4.
Kontinuitas
: Isi dari surat kabar berkesinambungan.
Spesifikasi Surat Kabar Surat kabar dapat diklasifikasikan berdasarkan frekuensi penerbitan, sirkulasi, format isi, dan kelas sosial pembacanya. Sebagai berikut penjelasan singkatnya:27 1.
Frekuensi Pemberitaan: Surat kabar dibedakan menjadi dua, yaitu surat kabar harian dan surat kabar mingguan
2.
Sirkulasi: Surat kabar adalah media komunikasi massa yang menjangkau khalayak regional, nasional, maupun lokal.
3.
Format isi:
format sebuah surat kabar harus disusaikan dengan
rubrik-rubrik yang ada di dalamnya. 26
Hoeta Soehoed, Dasar-dasar Jurnalistik (Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta IISIP, 2003), h.11. Kasali Rhenald,Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti), 1992, h.101. 27
35
4.
Kelas sosial budaya: berdasarkan kelas sosial pembacanya, surat kabar dibedakan menjadi dua jenis yaitu High BrowNewspaper dan BoulevardNewspaper. High BrowNewspaper adalah surat kabar untuk
golongan
menengah
sampai golongan atas,
sedangkan
BoulevardNewspaper adalah surat kabar untuk golongan menengah sampai golongan bawah. 5.
Pengertian Berita Belum ada definisi berita secara universal.
Untuk memperkuat
penyajian atas peristiwa apa yang sedang kita pantau dan bagaimana menyajikannya, reporter pencari berita harus mempunyai definisi sendiri mengenai lingkup pekerjaannya. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, berita adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Menurut Dean Lyle Spencer berita adalah suatu kejadian nyata yang dapat menarik perhatian sebagaian dari pembaca. Adapula pengertian berita menurut William S Maulsby yaitu suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari faktafakta yang mempunya arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian para pembaca surat kabar.28 Dalam buku Here’s the News yang dihimpun oleh Paul De Maeseneer, berita didefinisikan sebagai informasi tentang kejadian yang baru, penting, dan bermakna (significant), yang berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan
28
dan
layak
dinikmati
oleh
mereka.
Definisi
berita
tersebut
Imam Suhirman, Menjadi Jurnalis Masa Depan (Bandung: Dimensi Publisher, 2005), h.1
36
mengandung unsur-unsur Baru dan penting, Bermakna dan berpengaruh, Menyangkut hidup orang banyak, Relevan dan menarik.
29
Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping opini (views). Tidak ada rumusan tunggal mengenai pengertian berita. Bahkan, menurut Earl English dan Clarence Hach News is difficult to be define, because it involves many variable factors. Berita sulit didefinisikan, sebab ia mencakup banyak faktor variable. Sedangkan Romli mendefinisikan berita sebagai laporan peristiwa yang memiliki nilai berita. Nilai berita yaitu aktual, faktual, penting dan menarik.30 Selain itu, Hoeta Soehoet mengemukakan definisi berita sebagai berikut:31 1.
Berita adalah keterangan menganai sebuah peristiwa atau isi pernyataan manusia.
2.
Berita bagi seseorang adalah keterangan mengenai peristiwa/isi pernyataan
manusia
yang
perlu
untuk
mewujudkan
filsafat
hidupnya 3.
Berita bagi surat kabar adalah keterangan mengenai peristiwa/isi pernyataan yang diperlukan bagi pembacanya untuk mewujudkan filsafat hidupnya.
Namun demikian, banyak pakar komunikasi mencoba merumuskan definisi berita, dikandung
29
dengan penekanan yang berbeda terhadap unsur yang
sebuah
berita.
Nothclife seorang pakar komunikasi Inggris
Helena Olii, Berita dan Informasi (Jakarta: Indeks, 2007), h.25. Mondry, Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), h.133. 31 Hoeta Soehoed, Dasar-dasar Jurnalistik, h.23.
30
37
menekankan pengertian berita pada unsur “keanehan” atau ketidaklaziman, sehingga menarik perhatian dan rasa ingin tahu. Sementara itu, Micthel V. Charnley mengemukakan pengertian berita yang lebih lengkap dan layak dijadikan acuan. Ia mengatakan, berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, serta menyangkut kepentingan mereka. Dari pengertian tersebut, kita melihat terdapat empat unsur yang harus dipenuhi oleh sebuah berita sekaligus menjadi karakteristik utama sebuah berita dapat dipublikasikan di media massa. Berita memiliki empat unsur yaitu cepat, nyata, penting dan menarik. Keempat unsur ini yang dikenal dengan nilai-nilai berita.
32
Berita dapat dibedakan dari beberapa segi yakni segi sifat kejadian, cakupan isi, dan bentuk penyajian. Dari ketiga faktor tersebut masih dapat diklasifikasikan kembali. Dilihat dari segi sifat kejadiannya berita dibedakan antara berita yang terduga, seperti perayaan hari nasional, dan berita tak terduga
seperti ledakan bom,
kebakaran,
kecelakaan lalu lintas dan
semacamnya. Jika dilihat dari segi cakupan isinya, berita terbagi pada berita politik, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, hukum, seni, agama, kriminal, militer, olahraga, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sebagainya. Berita juga dapat dibedakan dari bentuk penyajiannya seperti berita langsung (spotnews), berita komprehensif (comprehensive news) dan feature.
32
Asep Syamsul M Romli, Jurnalistik Praktis (Bandung: Rosda, 2005), h.3-6.
38
6.
Komposisi Berita Berita dalam surat kabar memiliki komposisi yang membangun berita tersebut. Komposisi dalam berita terdiri dari judul berita, teras berita (lead), tubuh berita (isi berita) dan penutup berita. Berita yang baik haruslah memiliki empat komposisi tersebut. Judul berita merupakan hal yang urgen dalam berita karena judul mewakili isi berita itu sendiri. Judul yang baik akan menarik perhatian khalayak pembaca. Setiap media memiliki aturan dan prisinsip tersendiri dalam menulis judul berita. Kekhasan prinsip dalam merumuskan judul berita itu yang akan membuat media bersangkutan dapat diterima oleh pasar dengan baik atau tidak. Koran-koran nasional lazimnya cenderung akan merumuskan judul-judul beritanya secara standar.33 Dalam suatu berita, judul dimaksudkan untuk mempromosikan berita tersebut.
Biasanya
judul
dibuat
semenarik
mungkin
sehingga
dapat
menimbulkan dan meningkatkan keinginan khalayak untuk membaca berita tersebut. Selain untuk mempromosikan berita, judul berfungsi sebagai cara memperkenalkan isi berita kepada khalayak pembaca. Selanjutnya adalah teras berita atau lead. Teras berita adalah paragraf pertama yang memuat fakta atau informasi terpenting dari keseluruhan berita.34
33
Teras berita berisi bagian berita yang paling mendapat perhatian
Kunjana Rahardi, Dasar-dasar Penyuntingan Bahasa Media (Depok: Gramata Publishing, 2010), h.134. 34 Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006),h.126.
39
dalam penulisan berita karena teras berita merupakan pintu gerbang yang mengantarkan pada isi, atau sebagai jembatan antara judul dan isi.35 Kekuatan berita terletak pada lead. Jika leadnya bagus, maka khalayak akan terus membaca. Selain itu lead merupakan laporan singkat yang bersifat klimaks dari peristiwa yang dilaporkannya. Agar memenuhi rasa ingin tahu pembacanya secara cepat, lead disusun sedemikian rupa yang dirumuskan sebagai 5W+1H (What, Who, When, Where, Why, dan How). Dengan demikian baik pembaca, pendengar, ataupun penonton akan segera tahu mengenai persoalan pokok dari sebuah peristiwa yang dilaporkannya.36 Setelah lead atau teras berita, terdapat pula tubuh berita atau isi berita. Tubuh berita merupakan bagian isi berita yang berda setelah judul, baris tanggal dan teras berita. Tubuh berita berisi paparan lengkap mengenai fakta sebuah peristiwa, pernyataan, atau pendapat. Biasanya isi berita berupa penjelasan lebih terperinci dari lead. Setelah isi berita, terdapat penutup berita. Penutup berita merupakan bagian akhir dari struktur penulisan berita yang berperan penting. Akhir kalimat dalam struktur penulisan berita merupakan penguat tulisan yang bersanding
35
dengan
judul,
lead,
dan
body
keseluruhan
laporan.37
Suhaemi, Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h.41-44 36 Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik Seputar Otganisasi, Produk, & Kode Etik (Jakarta:Yayasan Nuansa Cendikia, 2004), h.120. 37 Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.119.
BAB III GAMBARAN UMUM A. Penyebaran dan Pengaruh Bahasa Tulis Sering terdapat anggapan bahwa surat kabar merupakan perusak bahasa. Anggapan ini merupakan anggapan yang dilihat dari satu sisi saja tanpa melihat sisi surat kabar yang sangat berjasa mengembangkan bahasa. Dalam masyarakat modern, surat kabar merupakan kebutuhan pokok sehari-hari. Melalui surat kabar, masyarakat mendapatkan informasi yang dibutuhkan.1 Keakraban antara surat kabar dan masyarakat membuat bahasa yang digunakan surat kabar akan diserap oleh pembaca. Tidak semua pembaca surat kabar merupakan orang yang ahli dalam bahasa. Oleh karena itu, jika surat kabar menggunakan bahasa yang salah, besar kemungkinan hal tersebut berpengaruh pada bahasa yang digunakan pembaca. Pembaca secara sengaja atau tidak meniru penggunaan bahasa surat kabar tersebut. 2 Karena itu, media berperan sangat penting dalam menyebarluaskan bahasa. Padahal, media merupakan sesuatu yang setiap hari dilihat oleh masyarakat, tidak terkecuali media cetak. Sebagai model yang selalu dilihat masyarakat, sudah semestinya media cetak mencontohkan sesuatu yang baik dan benar seperti hal nya dalam tulisan. Tulisan dalam media cetak yang dilihat oleh masyarakat akan diserap dan menjadi kosakata yang akan digunakan masyarkat sehingga apabila terdapat
1 2
J.S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II (Jakarta: Gramedia, 1994), h.10. J.S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II, (Jakarta: Gramedia, 1994), h.10.
40
41
tulisan dalam media cetak yang tidak sesuai, maka hal tersebut juga yang akan diserap oleh masyarakat. Kesalahan paling mencolok dari media massa dan kemudian diikuti masyarakat
adalah
pemakaian
kata.
Masyarakat
yang
kurang
begitu
memperhatikan bahasa pasti tidak terlalu peduli dengan penggunaan kata yang benar. Hal yang sama terjadi pada kesalahan pada struktur kalimat. Masyarakat mencontohkan
penggunaan
kalimat
dari media
massa yang agak
kurang
bertanggung jawab. Dengan begitu banyak sekali orang yang membuat kalimat tanpa subjek, memulai kalimat dengan kata depan, terbawanya struktur bahasa lisan dalam bahasa tulis.1 Surat kabar dan majalah merupakan sarana pembinaan bahasa. Kekuatan surat
kabar
terletak
pada
penggunaan
bahasa
secara
terampil
dalam
menyampaikan informasi, opini, dan hiburan. Sarana yang digunakan dalam komunikasi antara surat kabar dan masyarakat yaitu melalui bahasa tulis.2 Peran surat kabar dan majalah dalam membina bahasa dapat bersifat positif, dapat juga bersifat negatif. Apabila bahasa yang digunakan oleh pers adalah bahasa yang baik dan terpelihara, tentu pengaruh terhadap pembaca pun baik. Akan tetapi, apabila bahasa yang digunakan pers itu bahasa yang tidak terpelihara, bahasa yang tidak baik dalam segi struktur kata dan kalimat, tentulah pengaruh terhadap masyarakat sifatnya negatif. 3
1
Tri Ardi Sarwoko, Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik (Yogyakarta: Andi, 2007), h.8. J.S Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1985), h.135. 3 J.S Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia, h.135. 2
42
Masyarakat menuntut lebih dari pers sebagai lembaga yang diakui memiliki peranan yang besar dalam pembinaan bahasa. Bahasa yang digunakan pers adalah bahasa tulis yang setiap hari dibaca oleh masyarakat. Bahasa tulis dapat dilihat selamanya oleh pembaca berbeda dengan bahasa lisan yang hanya sepintas didengar oleh masyarakat. Oleh sebab itu, pembaca yang kurang menguasai kaidah bahasa mudah dipengaruhi oleh bahasa yang dibaca dalam surat kabar. Pembaca meniru bukan hanya bahasa yang benar, melainkan pula bahasa yang salah.
Itu sebabnya penyebaran bahasa yang digunakan pers lebih
berpengaruh terhadap masyarakat dibanding penyebaran melalui media lain. 4 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Harian Kompas sebagai objek penelitian. Harian Kompas merupakan surat kabar dengan oplah terbesar di Indonesia. Oplah surat kabar ini mencapai 530.000 eksemplar setiap hari. Melalui perhitungan jika satu koran dibaca oleh empat orang, maka dapat diprediksi pembaca Harian Kompas per hari mencapai lebih dari 2.000.000 pembaca. Jika Harian Kompas menggunakan bahasa yang tidak sesuai, berarti sebanyak 2.000.000 masyarakat Indonesia yang membaca Harian Kompas terbohongi. Bahasa tulisan yang salah tersebut selanjutnya akan diteruskan dalam penggunaan sehari-hari dan dapat menjadi kebiasaan. Hal ini dapat berdampak pada rusaknya tatanan bahasa. Bahasa Indonesia dalam surat kabar khususnya surat kabar nasional sudah mengalami kemajuan dibanding belasan atau puluhan tahun lalu, namun tidak berarti bahwa bahasa tersebut sudah tidak ada kesalahan. Seorang wartawan harus berusaha 4
meningkatkan
penguasaan
dan
J.S Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia, h.136.
kemampuan
berbahasa
Indonesia,
43
khususnya
bahasa
tulis.
Bahasa
merupakan
alat
utama
wartawan
untuk
menjalankan tugasnya.5 Di samping kekurangan dalam segi bahasa yang masih terdapat dalam surat kabar, harus diakui bahwa surat kabar memiliki peranan yang penting dalam pengembangan Bahasa Indonesia. Wartawan yang baik juga turut serta dalam membina bahasa yang baik karena jasa mereka dalam penyebaran Bahasa Indonesia.6 B. Profil Harian Kompas 1.
Profil dan Sejarah Harian Kompas Menjelang tahun 1965 suhu politik di Indonesia memanas ketika Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan kegiatan sepihak, bahkan menyuarakan perlu dibentuk angkatan kelima untuk menghadapi alat-alat keamanan Negara yang sah, ABRI. Dengan dalih landreform PKI melakukan penyerobotan tanah milik negara. Aksi serupa ini ditulis oleh “Harian Rakyat” sebagai adil dan patriotik. Awal tahun 1965 Panglima TNI-AD Letjen Ahmad Yani menelpon rekannya sekabinet, Drs. Frans Seda. Ahmad Yani melemparkan ide untuk menerbitkan koran melawan pers komunis. Frans Seda menanggapi ide itu dan membicatakan dengan Ignatius Josef Kasimo sesama rekan di Partai Katolik dan dengan rekannya, pemimpin majalah Intisari, Petrus Kanisius Ojong dan Jakob Oetama. 7 PK. Ojong dan Jacob Oetama kemudian menggarap ide tersebut dan mempersiapkan penerbitan koran. Semula nama yang dipilih yaitu “Bentara
5
J.S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II, h.12. J.S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II, h.12. 7 Company Profile, Harian Kompas 6
44
Rakyat”, namun atas usul Soekarno koran tersebut diberi nama “Kompas” yang memiliki makna pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan atau hutan rimba. Maka jadilah nama Harian Kompas. Harian Kompas pertama kali terbit empat halaman pada tanggal 28 Juni 1965 dengan motto “Amanat Hati Nurani Rakyat”8 Saat ini, Kompas berkantor pusat di Jakarta. Kompas diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara yang merupakan bagian dari kelompok usaha Kompas Gramedia (KG). Harian Kompas menjadi satu-satunya surat kabar yang mampu menjangkau 33 provinsi di penjuru Indonesia. 9 Kompas merupakan surat kabar dengan oplah terbesar yaitu mencapai 530.000 setiap hari dengan 2 juta lebih pembaca yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Sebagian besar oplah Harian Kompas beredar di Jabodetabek sebanyak 66%. 10 2.
Visi Kompas Dalam visinya, Kompas bertujuan mengedukasi dan memberikan manfaat kepada masyarakat dengan cara menyebarkan informasi dengan menjelaskan duduk perkara, serta dalam penulisan bahasa. Kompas sangat urgen terhadap pengembangan bahasa. Hal ini tertera pada visinya yang meyatakan11 :
8
Company Profile, Harian Kompas. Data Litbang Bisnis Kompas tahun 2013. 10 Company Profile, http://profile.print.kompas.com/profil/ diakses pada Jumat 20 Januari 2017 pukul 00.59. 11 Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
9
45
“Menjadi Institusi yang Memberikan Pencerahan bagi Perkembangan Masyarakat Indonesia yang Demokratis dan Bemartabat serta Menjunjung Tinggi Asas dan Nilai Kemanusiaan”12 Dalam visi tersebut, terdapat kata bemartabat, yang dimaksud dengan bemartabat yaitu, menjadi organisasi yang bermanfaat di mata masyarkat. Bemartabat di sini juga berkaitan dengan bahasa karena seseorang dikatakan bemartabat
apabila
Ia
menghargai bahasanya
dan
seberapa
jauh ia
berbahasa.13 Dalam kiprahnya di industri pers “Visi Kompas” berpartisipasi membangun masyarakat Indonesia baru berdasarkan Pancasila melalui prinsip humanism transcendental (persatuan dalam perbedaan) dengan menghormati individu dan masyarakat adil dan makmur. Secara lebih spesifik bisa diuraikan sebagai berikut:14 a.
Kompas adalah lembaga pers yang bersifat umum dan terbuka.
b.
Kompas tidak melibatkan diri dalam kelompok-kelompok tertentu baik politik, agama, sosial, ekonomi atau golongan
c.
Kompas secara aktif membuka dialog dan berinteraksi positif dengan segala kelompok.
d.
Kompas adalah koran nasional yang berusaha mewujudkan aspirasi dan cita-cita bangsa.
12
Company Profile Harian Kompas Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. 14 Company Profile Harian Kompas 13
46
e.
Kompas
bersifat
dikembangkan
luas
tetapi
dan selalu
bebas
dalam
pandangan
memperhatikan
konteks
yang
struktur
kemasyarakatan dan pemerintahan yang menjadi lingkungan. 3.
Misi Kompas Layaknya pengembangan
Visi
bahasa.
Kompas,
Misi
Bahasa
ibarat
Kompas alat
pun
yang
mengedepankan digunakan
untuk
menyampaikan pesan. Semua yang ditulis dalam koran kompas adalah bahasa jurnalistik. Pesan dapat disampaikan kepada masyarakat apabila alat yang digunakan berupa bahasa sudah baik dan pas. 15 Hal ini tertera pada misi Kompas yang menyatakan, “Menginspirasi dan Merespon Dinamika Masyarakat Secara Profesional, Sekaligus Memberi Arah Perubahan (Trend Setter) dengan Menyediakan dan Menyebarluaskan Informasi Tepercaya”16 Kompas berperan serta ikut mencerdaskan bangsa, menjadi nomor satu dalam semua usaha di antara usaha-usaha lain yang sejenis dalam kelas yang sama. Hal tersebut dicapai melalui etika usaha bersih dengan melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan lain. Hal ini dijabarkan dalam lima sasaran operasional:17 a. Kompas memberikan informasi yang berkualitas dengan ciri : cepat, cermat, utuh, dan selalu mengandung makna. b. Kompas
memiliki
bobot
jurnalistik
yang
tinggi
dan
terus
dikembangkan untuk mewujudkan aspirasi dan selera terhormat
15
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. 16 Company Profile Harian Kompas 17 Company Profile Harian Kompas
47
yang dicerminkan dalam gaya kompak, komunikatif dan kaya nuansa kehidupan dan kemanusiaan. c. Kualitas informasi dan bobot jurnalistik dicapai melalui upaya intelektual yang
penuh
empati dengan
pendekatan
memahami jalan pikiran dan argumentasi pihak
rasional,
lain,
selalu
berusaha mendudukan persoalan dengan penuh pertimbangan tetapi tetap kritis dan teguh pada prinsip. d. Berusaha
menyebarkan
informasi
seluas-luasnya
dengan
meningkatkan tiras. e. Untuk
dapat
merealisasikan
visi
dan
misi
Kompas
harus
memperoleh keuntungan dari usaha, namun, keuntungan yang dicari
bukan
sekedar
demi
keuntungan
itu
sendiri
tetapi
menunjang kehidupan layak bagi karyawan dan pengembangan usaha sehingga mampu melaksanakan tanggung jawab sosial sebagai perusahaan. C. Profil Rubik Pendidikan dan Kebudayaan Pendidikan dan Kebudayaan merupakan salah satu rubrik yang dimiliki Harian Kompas. Rubrik ini terletak di halaman 11-12 pada setiap edisi. Rubrik ini berisi berita mengenai pendidikan dan kebudayaan yang menyangkut kepentingan orang
banyak,
mengedukasi
masyarkat,
kebijakan
pendidikan
nasional,
momentum tentang pendidikan dan kebudayaan, fasilitas, sarana, regulasi dan Undang-undang Pendidikan mengena pendidikan. Berita yang diterbitkan harus
48
membangun pluralisme atau menghargai keanekaragaman masyarakat, merawat nasionalisme dan membangun karakter bangsa. 18 Semenjak
awal berdiri,
Kompas sudah menerbitkan berita tentang
Pendidikan dan Kebudayaan, hanya saja saat itu belum memiliki rubrik sendiri dan masih bersatu dengan berita-berita lain karena pada saat pertama terbit, koran belum menerapkan sistem perubrikan. Sekitar 1980 barulah terbentuk Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan di Harian Kompas.19 Latar belakang berdirinya Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan tidak terlepas dari latar belakang pekerjaan atau profesi pendiri Harian Kompas. Pendiri Harian Kompas, Jacob Oetama merupakan seorang guru. Jacob Oetama ingin mengedukasi masyarakat melalui koran dan sebagai jalannya membuat Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu, pendirian Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan ini merupakan dedikasi Jacob Oetama kepada masyarkat. Sementara itu, kebudayaan berkaitan dan tidak bisa terlepas dari pendidikan sehingga terbentuklah Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan. 20
18
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. 19 Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. 20 Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis
Bahasa
Jurnalistik
pada
Berita di Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan Harian Kompas Edisi Juli 2016 Pada Juli 2016
terdapat empat berita di Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan Harian Kompas yang akan peneliti analisis. Bahasa jurnalistik keenam berita ini akan dibahas sesuai dengan 10 pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Berikut adalah keenam berita di rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas:
Tabel 1. Judul Berita Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Juli 2016
No.
Judul Berita
1
101 PTS Ditutup
2
PTS
Tutup
Waktu Terbit Jumat, 1 Juli 2016
Karena
Kurang Sabtu, 2 Juli 2016
Mahasiswa 3
Perguruan
Tinggi
Swasta
Butuh Senin, 4 Juli 2016
Pendampingan 4
Cegah Titipan Industri Penyiaran
Jumat, 15 Juli 2016
49
50
1.
Analisis Bahasa Jurnalistik Berita I Berita pertama berjudul 101 PTS Ditutup Tak Sanggup Penuhi Syarat Layanan Pendidikan, Jumat 1 Juli 2016 di rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas halaman 12. Berita ini berisi tentang penutupan 101 perguruan tinggi swasta oleh Kemristek dan Dikti karena dinilai tak sanggup
memenuhi syarat layanan pendidikan.
Judul berita ini sudah
menggunakan bahasa jurnalistik yang cukup baik dan tidak melanggar pedoman bahasa jurnalistik. Selanjutnya, temuan analisis naskah berita berlandaskan 10 pedoman bahasa jurnalistik PWI akan penulis deskripsikan dalam bentuk tabel. Berikut analisisnya: Tabel 2. Analisis bahasa jurnalistik berita I Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 1 Juli 2016
Paragraf Lead
Berita
Analisis
Sebanyak 101 perguruan Pada lead ini terdapat dua kesalahan. tinggi swasta yang sempat Pertama, masuk
dalam
daftar terlalu
pembinaan/nonaktif bersama
243
tinggi
lainnya
Kementrian
kalimat panjang.
dalam lead Ini
ini
melanggar
pedoman bahasa jurnalistik nomor
perguruan empat
yang
oleh wartawan Riset, dengan
menyatakan
bahwa,
hendaknya
menulis
kalimat-kalimat
pendek.
Teknologi,
dan Sedangkan kalimat ini, mengandung
Pendidikan
Tinggi 28 kata dalam satu kalimat. Menulis
akhirnya
diputuskan dengan
induk
kalimat
dan
anak
51
untuk ditutup
kalimat yang mengandung banyak kata dapat menyebakan kalimat tidak dapat dipahami. Semestinya kalimat ini diubah menjadi: 101
perguruan
tinggi
swasta
diputuskan ditutup oleh Kementrian Riset,
Teknologi,
Perguruan
dan Pendidikan.
tinggi
masuk
tersebut
sempat
dalam
pembinaan/nonaktif
daftar
bersama
243
perguruan tinggi lainnya.
Kedua, kalimat ini mengandung kata mubazir,
yaitu
melanggar
“untuk”.
pedoman
jurnalistik
nomor
menyataakan hendaknya
bahasa
enam
bahwa
Ini
yang
wartawan
menghilangkan
kata
mubazir. Kata “untuk” merupakan salah satu kata mubazir. Ini karena ada atau tidak kata “untuk”, makna kalimat
tetap
sama.
Semestinya
kalimat ini diubah menjadi “… perguruan tinggi lainnya oleh
52
Kementrian Riset, Pendikan
Teknologi,
Tinggi
dan
akhirnya
diputuskan ditutup”
Dengan demikian, kalimat pada lead seharusnya diubah menjadi : 101
perguruan
tinggi
swasta
diputuskan ditutup oleh Kementrian Riset,
Teknologi,
Perguruan
tinggi
masuk
dan Pendidikan. tersebut
sempat
dalam
pembinaan/nonaktif
daftar
bersama
243
perguruan tinggi lainnya.
1
Perguruan dianggap
tersebut Pada paragraf pertama terdapat kata sanggup “untuk”.
tidak
Dalam kalimat ini,
kata
memenuhi berbagai syarat “untuk” merupakan kata mubazir ini untuk
membenahi karena jika kata “untuk” dihilangkan
layanan
pendidikan tidak
kepada masyarakat.
bahkan lebih
mengubah
makna
kalimat
membuat kalimat menjadi panjang.
Dengan
demikian
Kompas melanggar pedoman nomor enam yang menyatakan hendaknya
wartawan
menghilangkan
kata
53
mubazir. Seharusnya kalimat diubah menjadi : Perguruan tersebut dianggap tidak sanggup memenuhi berbagai syarat membenahi
layanan
pendidikan
kepada masyarakat. 2
Dalam acara jumpa awak Pada paragraf kedua, kalimat terlalu media di Jakarta, Rabu panjang. Kalimat ini mengandung 46 (29/6)
malam,
bertajuk kata dalam satu kalimat. Menulis
Pemaparan
Kinerja dengan
induk
kalimat
dan
anak
Semester 1 Tahun 2006 di kalimat yang mengandung banyak Kementrian
Riset, kata dapat menyebakan kalimat tidak
Teknologi,
dan dapat dipahami. Dengan demikian
Pendidikan
Tinggi, Kompas melanggar pedoman nomor
Menristek
dan
Muhammad mengatakan,
Dikti empat
yang
Nasir wartawan peningkatan dengan
menyatakan
bahwa
hendaknya
menulis
kalimat-kalimat
pendek.
mutu pendidikan tinggi di Kalimat seharusnya diubah menjadi : Indonesia komitmen penyelenggara
harus
jadi Dalam acara jumpa awak media di bersama Jakarta,
Rabu
perguruan Menristek
dan
tinggi negeri dan swasta.
Nasir
(29/6) Dikti
mengatakan,
malam,
Muhammad peningkatan
mutu pendidikan tinggi di Indonesia harus
jadi
komitmen
bersama
54
penyelenggara
perguruan
tinggi
negeri dan swasta. Acara jumpa awak
media
Pemaparan Tahun
tersebut
Kinerja
2006,
bertajuk
Semester
1
diselenggarakan
di
Kementrian Riset,
Teknologi,
dan
Pendidikan Tinggi. 3
“Tindakan tegas dilakukan Pada paragraf ketiga, terdapat kata terhadap “upaya” sebanyak dua kali dalam
pemerintah institusi orang
ataupun yang
melanggar
orang- satu kalimat.
berupaya kata
“berupaya”
sebagai
kata
ketentuan mubazir. Kalimat lebih tepat jika
dalam upaya mewujudkan kata
“berupaya”
pendidikan tinggi bermutu Dengan yang dapat meningkatkan melanggar daya saing bangsa,” ujar jurnalistik Nasir.
Hal ini menjadikan
menyatakan hendaknya
dihilangkan.
demikian
Kompas
pedoman nomor
bahasa
enam
bahwa
yang
wartawan
menghilangkan
kata
mubazir. Kalimat seharusnya diubah menjadi : “Tindakan
tegas
pemerintah
terhadap
ataupun
orang-orang
dilakukan institusi yang
melanggar ketentuan dalam upaya
55
mewujudkan
pendidikan
tinggi
bermutu yang dapat meningkatkan daya saing bangsa,” ujar Nasir. 4
Ia
mencontohkan,
di Pada paragraf keempat, terdapat kata
Negeri “melakukan
Universitas
Manado yang melakukan kata
tersebut
dalam “pelanggar”.
pelanggaran membuka
pelanggaran”
kelas
jauh, melanggar
pihaknya
sudah yang
memberikan
sanksi hendaknya
cukup
Ini
padahal, dituliskan
berarti
pedoman
Kompas
nomor enam
menyatakan
wartawan
menghilangkan
kata
kepada tiga orang. Mereka mubazir. Dengan demikian kalimat diberhentikan dari jabatan dapat diubah menjadi : fungsional.
Ia
mencontohkan,
Negeri
Manado,
memberikan
di
Universitas
pihaknya
sanksi
kepada
sudah tiga
orang pelanggar yang membukaan kelas
jauh.
Mereka diberhentikan
dari jabatan fungsional. 5
Pemalsuan
ijazah
S-2 Pada paragraf lima terdapat kata
sorang dosen di PTN itu “itu” padahal kata tersebut kurang juga ditindak tegas. “Kami tepat untuk kalimat tersebut. Kata memberikan
tindakan yang
cocok
untuk
menggantikan
tegas kepada PTN dan kata “itu” adalah kata “tersebut”. PTS yang tidak memenuhi Kalimat seharusnya berbunyi:
56
ketentuan untuk menjamin Pemalsuan ijazah S-2 sorang dosen kualitas
pendidikan di PTN tersebut juga ditindak tegas.
tinggi,” kata Nasir.
Dengan demikian Kompas melakukan pelanggaran terhadap pedoman bahasa jurnalistik
nomor
menyatakan
sembilan
bahwa
yang
wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa. Tata bahasa yang dimaksud dalam hal ini berhubungan dengan diksi atau pemilihan kata.
6
Jendral Pada paragraf keenam di kalimat kedua,
Direktur
Ilmu terdapat kata
Kelembagaan
Teknologi, Padahal
Pengetahuan, dan
Pendidikan
kata
cukup
Tinggi dituliskan “berkesempatan”. Hal ini
menjelesakan, pada tahun sedangkan 243
pedoman
wartawan
Pangkalan Data Penelitian menghilangkan (PDPT).
kata
hendaknya mubazir.
Setelah kalimat seharusnya diubah menjadi :
kesempatan Setelah
diberi
bahasa
PT yang jurnalistik nomor enam menyatakan
awalnya dinontaktifkan di bahwa
Tinggi
tersebut
Suwignjo membuat kalimat menjadi mubazir
Patdono
ini ada
“diberi kesempatan”,
berkesempatan
menjalani
menjalani pembinaan oleh pembinaan oleh tim yang dibentuk tim
yang
dibentuk Kemristek dan Dikti, pada 29 Juni
Kemristek dan Dikti, pada lalu ditetapkan 112 PTS sudah aktif
57
29
Juni lalu ditetapkan kembali.
112
PTS
sudah
aktif
kembali. 7
Sebanyak 15 PTS masih Pada paragraf ketujuh, terdapat kata terus
oleh “sedangkan”
dibina
Kemristek
awal
kalimat,
Dikti, seharusnya kata “sedangkan” tidak
dan
Koordinator
di
Perguruan boleh diletakan di awal kalimat. Hal
Tinggi Swasta (Kopertis), ini
berarti
Kompas
melanggar
serta Asosiasi Perguruan pedoman bahasa jurnalistik nomor Tinggi Swasta Indonesia. sembilan yang menyatakan bahwa Sedangkan 15 PTS yang wartawan dibawahi Agama
hendaknya
sedapat
Kementrian mungkin menaati kaidah tata bahasa. belum
diketahui Kalimat seharusnya diubah menjadi :
kemajuannya.
Sebanyak
15
PTS
masih
terus
dibina oleh Kemristek dan Dikti, Koordinator
Perguruan
Swasta (Kopertis),
Tinggi
serta Asosiasi
Perguruan Tinggi Swasta Indonesia, sedangkan 15 PTS yang dibawahi Kementrian Agama belum diketahui kemajuannya. . 8
“Ada
101
PTS
yang Pada paragraf ini, kalimat kedua
ditutup. Sebagian besar tidak
lengkap
sehingga
kalimat
58
dengan sendiri
keputusan menjadi tidak jelas apa maksud yang berkirim
mengajukan kata
untuk penutupan. tidak
surat ditutup di kalimat tersebut. Setelah “penutupan”
Alasannya ditambah
sanggup
“perguruan
kata
tinggi
untuk mereka”. Hal ini berarti Kompas
melanjutkan
lagi melanggar
penyelenggaraan
PT jurnalistik
pedoman nomor
sesuai dengan ketentuan,” menyatakan tutur Patdono.
seharusnya
bahasa
sembilan
bahwa
yang
wartawan
hedaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa. Kalimat tersebut seharusnya diubah menjadi : Sebagian besar dengan keputusan sendiri
berkirim
mengajukan
surat
penutupan
untuk perguruan
tinggi mereka. Pada
kalimat
ketiga,
seharusnya
setelah kata “alasannya” dituliskan kata “mereka” karena jika tidak ada kata
“mereka”,
maka tidak
ada
subjek dari kalimat tersebut. Dengan demikian,
Kompas
melanggar
pedoman bahasa jurnalistik nomor sembilan.
Kalimat
seharusnya diubah menjadi :
tersebut
59
Alasannya, untuk
mereka tidak
sanggup
melanjutkan
lagi
penyelenggaraan PT sesuai dengan ketentuan,” tutur Patdono. 9
Menurut yang
Patdono, tidak
memenuhi
rasio
PT Pada paragraf dapat kata
“diberi
antara tersebut
kesembilan terdapat kesempatan”
kata
merupakan
kata mubazir
cukup
dituliskan
dosen dan mahasiswa 1 karena
berbanding 100 atau lebih “berkesempatan”. Dengan demikian, awalnya kesempatan
diberi Kompas melanggar pedoman bahasa berbenah jurnalistik
nomor
hingga akhir 2015. Namun menyatakan
enam
bahwa
yang
wartawan
gejala kekurangan dosen hendaknya
menghilangkan
ternyata terjadi di PTN mubazir.
Kalimat
kata tersebut
dan PTS sehingga diberi seharusnya diubah menjadi: kelonggaran waktu hingga Menurut Patdono, Perguruan Tinggi akhir Juni ini.
yang tidak dapat memenuhi rasio antara
dosen
dan
mahasiswa
1
berbanding 100 atau lebih, awalnya berkesempatan
berbenah
hingga
akhir 2015.
Pada kalimat kedua, sesuai dengan kaidah
bahasa seharusnya setelah
60
kata “namun” terdapat tanda (,). Selain tidak
itu,
kalimat
tersebut
juga
memiliki subjek. Ini berarti
dalam
kalimat
melanggar jurnalistik
ini
Kompas
pedoman
bahasa
nomor
menyatakan
sembilan
bahwa
yang
wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah jurnalistik memiliki
tata
bahasa.
haruslah pola
Kalimat
jelas
S-P-O-K.
dan Dengan
demikian kalimat tersebut menjadi : Namun,
gejala kekurangan dosen
ternyata terjadi di PTN dan PTS sehingga
semua
perguruan
tinggi
tersebut diberi kelonggaran waktu hingga akhir Juni ini. 10
“Ada permintaan supaya Pada paragraf kesepuluh, di kalimat tenggat diundur lagi, tapi ketiga
terdapat
kata
“dari”.
kami
tetap
menetapkan Penggunaan kata “dari” pada kalimat
akhir
Juni.
Setelah
ini ini
tidak
tepat
dan
sebaiknya
kami akan audit PT yang dihilangkan karena ada atau tidak masih rasio
bermasalah
soal ada kata “dari” tidak mengubah arti
antara dosen dan kalimat. Ini berarti dalam kalimat ini
61
mahasiswa. Jika dari hasil Kompas melanggar pedoman bahasa audit
tidak
menunjukkan jurnalistik
nomor
tanda-tanda
untuk menyatakan
memperbaiki diri,
sanksi hendaknya
akan
enam
bahwa
yang
wartawan
menghilangkan
kata
diberikan. mubazir. Selain itu, di kalimat yang
Sebaliknya,
yang berniat sama,
memperbaiki,
kalimat
termasuk memiliki
dengan
memanfaatkan tidak
kebijakan
soal
objek
lengkap.
tersebut
tidak
sehingga Ini
kalimat
berarti
pada
nomor kalimat ini, Kompas juga melanggar
induk dosen khusus, akan pedoman bahasa jurnalistik nomor kami
berikan sembilan yang menyatakan bahwa
kesempatan,” Patdono.
ujar wartawan
hendaknya
sedapat
mungkin menaati kaidah tata bahasa, khususnya Dengan
kejelasan demikian
kalimat. kalimat
seharusnya diubah menjadi: Jika hasil audit tidak menunjukkan tanda-tanda memperbaiki
mereka diri,
sanksi
untuk akan
diberikan. 11.
Sesuai dengan ketentuan, Pada paragraf rasio
dosen
mahasiswa Ilmu
untuk
Pengetahuan
dan kata
“adalah”.
kesebelas, terdapat Kata
tersebut
bidang merupakan kata mubazir karena jika Alam tidak ada kata tersebut kalimat sudah
62
adalah 1 berbanding 30. jelas. Adapun
untuk
Pengetahuan
Dengan
Ilmu kalimat
Sosial
berbanding 45.
ini
demikian Kompas
dalam
melanggar
1 pedoman bahasa jurnalistik nomor enam,
yang
menyatakan
bahwa
wartawan hendaknya menghilangkan kata mubazir.
Kalimat seharusnya
diubah menjadi : Sesuai
dengan
ketentuan,
rasio
dosen dan mahasiswa untuk bidang Ilmu
Pengetahuan
Alam
1
berbanding 30. 12
Terkait
nasib
mahasiswa Pada paragraf keduabelas, terdapat
di PT yang ditutup, ujar kata “ujar”, “pihaknya” dan “agar”, Patdono, meminta
pihaknya padahal dalam kalimat ini kata-kata agar
mengalihkan ke
yayasan tersebut
merupakan
mahasiswa karena
PTS
jika tidak
terdekat. tesebut
kalimat
kata mubazir ada kata-kata
sudah
jelas.
Ini
Kemristek dan Dikti juga berarti dalam kalimat ini, Kompas turun tangan untuk bisa melanggar membantu
peralihan jurnalistik
mahasiswa yang terdata di menyatakan PDPT
agar
dapat hendaknya
menyelesaikan studinya.
pedoman nomor bahwa
bahasa
enam
yang
wartawan
menghilangkan
kata
mubazir. Masih
pada kalimat yang sama,
63
kalimat
tersebut
tidak
Seharusnya “mahasiswa”
lengkap.
setelah
kata
diperjelas
dengan
ditambah kata “mereka”. Ini berarti Kompas
dalam
melanggar
kalimat
pedoman
jurnalistik
nomor
menyatakan
bahasa
sembilan
bahwa
ini
yang
wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah
tata
bahasa.
Dengan
demikian, kalimat seharusnya diubah menjadi : Terkait nasib mahasiswa di PT yang ditutup, Patdono meminta yayasan mengalihkan mahasiswa mereka ke PTS terdekat. Selain terdapat
itu,
pada
kata
kalimat
kedua
“studinya”.
Dalam
kalimat ini, kata tersebut tidak tepat karena menunjukan studi seseorang, padahal
yang
dimaksud
tersebut
menunjukan
banyak.
Dengan
kalimat
ini
kalimat
studi
orang
demikian
dalam
Kompas
melanggar
64
pedoman bahasa jurnalistik nomor sembilan yang menyatakan bahwa wartawan
hendaknya
sedapat
mungkin menaati kaidah tata bahasa. Dalam hal ini, kaidah tata bahasa yang
dilanggar
diksi.
Seharusnya
yaitu
penggunaan
kalimat
diubah
menjadi: Kemristek tangan
dan untuk
Dikti juga bisa
turun
membantu
peralihan mahasiswa yang terdata di PDPT
agar
dapat
menyelesaikan
studi mereka.
Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa pada berita I rubrik Pendidikan dan Kebudayaan yang terbit Jumat, 1 Juli 2016 halaman 11, terdapat 12 paragraf yang terdiri dari 24 kalimat yang telah dianalsis. Setelah peneliti menganalisis berita tersebut,
terdapat tiga pelanggaran
pedoman bahasa jurnalistik masing-masing pedoman nomor empat sebanyak satu kalimat, nomor enam sebanyak sembilan kalimat dan pedoman nomor sembilan sebanyak lima kalimat. 2.
Analisis Bahasa Jurnalistik Berita II Berita kedua berjudul PTS Tutup karena Kurang Mahasiswa terbit 2 Juli 2016 di rubrik Pendidikan dan Kebudayaan halaman 11. Berita ini berisi
65
tentang
Kementrian
Riset,
Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi menutup
perguruan tinggi swasta. Penutupan dilakukan karena proses perkuliahan sudah tidak berjalan selama beberapa semester. Judul berita ini lebih baik dipersingkat menjadi Kurang Mahasiswa, PTS ditutup. Selanjutnya, berita tentang di tutupnya Perguruan Tinggi Swasta tersebut akan dianalisis berdasarkan 10 pedoman bahasa jurnalistik Persatuan Wartawan
Indonesia.
Untuk
memudahkan
menganalisis,
analisis
akan
dideskripsikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 3. Analisis bahasa jurnalis tik berita II Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 2 Juli 2016
Paragraf Lead
Berita
Analisis
Perguruan tinggi swasta Pada lead ini di kalimat pertama yang
ditutup
oleh terdapat
kata
Kementrian
Riset, “penutupan”
Teknologi,
dan sama-sama
“penutupan”. dan
kata
Kata
“permintaan” benda
penumpukan
sehingga
Pendidikan
Tinggi terjadi
kata
benda.
umumnya
secara Dengan demikian pada kalimat ini
sukarela
mengajukan Kompas melanggar pedoman bahasa
permintaan
penutupan. jurnalistik
Alasannya,
proses menyatakan
nomor
sembilan
bahwa
yang
wartawan
perkuliahan sudah tidak hendaknya sedapat mungkin menaati berjalan selama beberapa kaidah tata bahasa. Pada kalimat ini, semester tidak
bisa
dan
mereka kaidah tata bahasa yang dimaksud
memperoleh adalah pemilihan diksi. Seharusnya,
mahasiswa baru.
kata
“penutupan”
diganti
dengan
66
“ditutup”
agar
tidak
terjadi
penumpukan kata benda. Seharusnya kalimat diubah menjadi : Perguruan ditutup
tinggi
oleh
Teknologi,
swasta
yang
Kementrian
Riset,
dan Pendidikan Tinggi
umumnya
secara
sukarela
mengajukan permintaan ditutup. 1
Kepala
seksi Pada kalimat pertama di paragraf
Kelembagaan Koordinasi pertama
terdapat
kata
Perguruan Tinggi Swasta Dalam kalimat ini, (Kopertis)
Wilayah
III merupakan
“waktu”.
kata “waktu”
suatu
redundansi
DKI Jakarta Sri Mastuti (tindakan menggunakan kata, frasa, mengatkan,
pihaknya dan lain-lain, yang berulang. Padahal memberikan pengulangan tersebut tidak perlu)1
sudah kesempatan tinggi
perguruan sehingga kata “waktu” merupakan
swasta
(PTS) kata
bermasalah
berbenah. jurnalistik
“Akan
tetapi,
akhirnya
para pengurus hendaknya
PTS
Dengan
demikian
tersebut Kompas melanggar pedoman bahasa
waktu untuk
1
mubazir.
memilih
pada menyatakan
nomor bahwa
enam
yang
wartawan
menghilangkan
kata
untuk mubazir. Seharusnya kata tersebut
Merriam Webster, Redundancy, diakses pada Senin, 13 Februari2017 melalui https://www.merriam-webster.com/dictionary/redundancy.
67
menghentikan
dihilangkan.
operasionalnya.
Kalimat
seharusnya
Mereka diubah menjadi:
datang ke Kopertis III Kepala
seksi
Kelembagaan
dengan membawa surat Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta permohonan
penutupan,” (Kopertis) Wilayah III DKI Jakarta
ujarnya ketika ditemui di Sri Jakarta, Jumat (1/7).
Mastuti
sudah
mengatkan,
memberikan
perguruan
tinggi
pihaknya
kesempatan
swasta
(PTS)
bermasalah tersebut berbenah.
Pada kalimat kedua, terdapat kata “untuk”. kata
Kata
“untuk
merupakan
mubazir
karena
ada
tidaknya
kata
tersebut
atau tidak
mengubah makna kalimat. Dengan demikian pada kalimat ini Kompas melanggar
pedoman
jurnalistik
nomor
menyatakan hendaknya mubazir.
bahasa
enam
bahwa
yang
wartawan
menghilangkan
kata
Kata “untuk” seharusnya
dihilangkan.
Dengan demikian
kalimat seharusnya diubah menjadi: Akan tetapi, pada akhirnya para
68
pengurus
PTS
memilih
menghentikan operasionalnya. 2
Salah
satu
sudah
PTS
ditutup
yang Pada kalimat keempat di paragraf adalah kedua, susunan kalimat tidak tepat,
Akademi Sekretaris dan seharusnya susunan kalimat ditulis: (ASM) “Setiap tahun hanya satu-dua orang
Manajemen
Purnama yang didirikan yang tertarik mendaftar” karena jika pada
1971.
Menurut susunan kata seperti berita tersebut
Ketua Yayasan Purnama, tidak ada kata yang disifati dari kata Aminudin
Tinit,
dihubungi
ketika tertarik sehingga kalimat tidak jelas.. secara Dengan demikian pada kalimat ini
terpisah,
lembaga Kompas melanggar pedoman bahasa
pendidikan
tersebut jurnalistik
sudah
tidak
nomor
mendapat menyatakan
sembilan
bahwa
yang
wartawan
mahasiswa baru selama hendaknya sedapat mungkin menaati lima
tahun
terakhir. kaidah
tata
bahasa.
Kalimat
Praktis, tak ada kegiatan seharusnya diubah menjad: operasional.
“Setiap “setiap tahun, hanya satu-dua orang
tahun,
tertarik yang tertarik untuk mendaftar”
yang
mendaftar hanya satudua orang,” katanya. 3
Aminudin
menjelaskan, Pada paragraf ketiga, terdapat dua
sejak lima tahun lalu para kalimat dosen di ASM Purnama bahasa
yang
melanggar pedoman
jurnalistik.
Pertama,
di
69
satu
persatu kalimat
mengundurkan
diri
hingga
kata
akhirnya mengubah
tidak ada yang tersisa. demikian Menurut
dia,
terdapat
kata
dan mubazir yaitu “akhirnya”. Ada atau
pindah bekerja di tempat tidak lain
pertama
“akhirnya”
arti
kalimat.
hal
ini
tidak Dengan
bertentangan
Yayasan dengan pedoman bahasa jurnalistik
Purnama sudah berupaya nomor lima yang menyatakan bahwa melakukan
pembenahan wartawan hendaknya menghilangkan
pengelolaan. juga
menggiatkan diubah menjadi:
promosi lulusan
Mereka kata mubazir. Seharusnya kalimat ini
agar SMA
para Aminudin menjelaskan,
sejak lima
sederajat tahun lalu para dosen di ASM
dan orang yang berhak Purnama satu persatu mengundurkan mengambil
pendidikan diri dan pindah bekerja hingga tidak
lanjut mau mendaftar ke ada yang tersisa. ASM
Purnama.
tetapi, hasilnya nihil.
Akan Kedua, di kalimat ketiga terdapat kata “mau”. Kata “mau” merupakan kata tutur. Menggunakan kata tutur bukanlah
karakteristik
bahasa
jurnalistik dan melanggar pedoman bahasa jurnalistik
nomor sembilan
yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah
tata
bahasa.
Seharusnya
70
kalimat ditulis : Mereka juga menggiatkan promosi agar para lulusan SMA sederajat dan orang
yang
berhak
mengambil
pendidikan lanjut ingin mendaftar ke ASM Purnama. 4
“keputusan
untuk Pada kalimat pertama di paragraf
menutup ASM Purnama keempat
terdapat
adalah hal yang sangat padahal
dalam
logis,”
merupakan
tuturnya.
Di “untuk”
kata
kalimat
“untuk” ini
kata
kata
mubazir
samping itu, Kementrian karena jika tidak ada kata tersebut Riset,
Teknologi,
Pendidikan
Tinggi dalam
(Kemristek juga
dan makna kalimat tetap sama. Ini berarti
dan
Dikti) melanggar
mengeluarkan jurnalistik
aturan
tinggi hendaknya
sehingga menutup ASM mubazir. Purnama
adalah
bentuk
terhadap aturan.
ini
Kompas
pedoman
bahasa
nomor
pembenahan menyatakan
perguruan
satu
kalimat
enam
bahwa
wartawan
menghilangkan seharusnya
yang
kata
kata “untuk”
salah dihilangkan dalam kalimat. Dengan
kepatuhan demikian kalimat seharusnya diubah menjadi: keputusan menutup ASM Purnama adalah tuturnya.
hal
yang
sangat
logis,”
71
5
Serupa
dengan
ASM Pada paragraf kelima, terdapat dua
Purnama, Sekolah Tinggi kata mubazir. pertama, di kalimat Administrasi pertama terdapat kata “permohonan”
Ilmu Yayasan
Pembina padahal
sebelum
kata
tersebut
Administrasi terdapat
kata
“mengajukan”
Niaga dan Negara (STIA sehingga
kata
“permohonan:
Pendidikan
Yappann)
juga menjadi
mengajukan
mubazir
dihilangkan.
permohonan
penutupan melanggar
jumlah hendaknya
mahasiswa
berarti
nomor
operasional menyatakan
karena
harus Kompas
pedoman
dengan alasan tidak ada jurnalistik kegiatan
Ini
dan
bahasa
enam
bahwa
yang
wartawan
menghilangkan
kata
yang mubazir. kalimat seharusnya diubah
melamar
semakin menjadi:
berkurang.
Menurut …(STIA Yappann) juga mengajukan
Mastuti, Yappann
mahasiswa penutupan dengan alasan… yang
tersisa Kedua, di kalimat kedua terdapat
pindah ke PTS lain. Saat kata “sedang” padahal dalam kalimat ini mereka sedang dalam tersebut juga terdapat kata “saat ini”, proses
mengurus sehingga kata “sedang” merupakan
dokumen akademis.
kata mubazir pada kalimat tersebut karena waktu
sama-sama yang
sama.
menunjukan Ini
berarti
Kompas melanggar pedoman bahasa
72
jurnalistik
nomor
menyatakan
enam
bahwa
hendaknya
yang
wartawan
menghilangkan
kata
mubazir. Kalimat seharusnya diubah menjadi: Saat
ini
mereka
dalam
proses
mengurus dokumen akademis. 6
Sekolah
Tinggi Pada kalimat pertama di paragraf
Keguruan
dan
Pendidikan
Ilmu keenam terdapat kata “pelaksanaan” (STKIP) seharusnya
Suluh
Bangsa
paksa
karena
kata
ditutup “melaksanakan” terbukti “pelaksanaan”
melakukan
tersebut
ditulis
karena
kata
merupakan
kata
jual-beli benda sedangkan seharusnya pada
ijazah serta pelaksanaan kalimat ini diikuti kata kerja. Ini wisuda
tanpa berarti pada kalimat ini Kompas
pemberitahuan Kemristek
kepada melanggar
dan
Dikti. jurnalistik
Diselidiki lebih lanjut, menyatakan dari ratusan
pedoman nomor
bahasa
sembilang
bahwa
yang
wartawan
mahasiswa hendaknya sedapat mungkin menaati
yang diwisuda, hanya 50 kaidah tata bahasa. Dalam hal ini orang
yang
namanya tata bahasa yang dimaksud adalah
masuk ke dalam laporan pemilihan kata atau diksi. Kopertis.
Dengan
demikian kalimat seharusnya diubah menjadi:
73
… melakukan jual-beli ijazah serta melaksanakan
wisuda
tanpa
pemberitahuan serta melaksanakan wisuda tanpa … Pada kalimat kedua, terdapat kata “diselidiki lebih lanjut” padahal kata tersebut merupakan ungkapan klise dan harus dihilangkan. Ini berarti Kompas melanggar pedoman bahasa jurnalistik
nomor
lima
menyatakan
bahwa
hendaknya
menjauhkan
ungkapan Dengan
klise
atau
demikian
yang
wartawan diri
dari
stereotype.
kalimat
yang
mahasiswa
yang
benar adalah: Dari
ratusan
diwisuda, hanya 50 orang … Ketiga, terdapat
masih di kalimat kedua, kata
“namanya” padahal
sebelum kata tersebut terdapat kata “50 orang” sedangkan partikel “nya” menunjukan hanya satu orang. Ini berarti Kompas melanggar pedoman bahasa jurnalistik
nomor sembilan
74
yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya
menaati
kaidah
tata
bahasa. Seharusnya partikel “nya” diubah menjadi “mereka” sehingga kalimat yang benar: hanya 50 orang nama mereka yang masuk laporan Kopertis. 7
“Penyelidikan
Pada
kalimat
kedua di paragraf
membuktikan bahwa dari ketujuh terdapat kata “serupa dengan 50
tersebut, Yappann” padahal kata itu diikuti
orang
beberapa nama tak cocok dengan “mahasiswa STIKIP” kedua dengan
nomor
induk kata ini tidak setara. Maka dari itu,
mahasiswa yang ada di kata pertama harus diubah menjadi Data “serupa
Pangkalan
dengan
Tinggi Yappann”. Hal ini berarti Kompas
Pendidikan
(PDPT),” kata Mastuti. melanggar Serupa
dengan jurnalistik
Yappann, STKIP
mahasiswa
pedoman nomor
mahasiswa menyatakan Suluh
bahasa
sembilan
bahwa
yang
wartawan
Bangsa hendaknya sedapat mungkin menaati
yang terdaftar di PDPT kaidah
tata
bahasa.
Kalimat
ini
dan masih aktif kuliah seharusnya diubah menjadi: sedang
dalam
proses Serupa dengan mahasiswa Yappann,
perpindahan ke PTS lain.
mahasiswa STKIP Suluh Bangsa …
75
8
Selain PTS yang resmi Pada paragraf kedelapan Kompas ditutup, Kopertis III juga tidak melakukan
melanggar pedoman bahasa
soft-delete, jurnalistik.
yaitu menghapus namanama
PTS
yang
“menghilang”
dari
masyarakat. Terdapat 10 PTS di DKI Jakarta yang masuk kategori tersebut. 9
Mastuti
memaparkan, Pada
kalimat
PTS-PTS ini sebelumnya sembilan, aktif.
Namun,
ketiga
kalimat
di paragraf
tersebut
tidak
selama padu. Ini berarti Kompas melanggar
beberapa tahun terakhir, pedoman bahasa jurnalistik nomor mereka
tidak
pernah sembilan yang menyatakan bahwa
mengirim kabar kepada wartawan Kopertis juga
hendaknya
sedapat
III.
Kopertis mungkin menaati kaidah tata bahasa.
tidak
bisa Seharusnya kalimat yang benar:
menghubungi
mereka Keberadaan pengursnya juga tidak
karena
kontak diketahui.
yang
nomor terdaftar
sudah
tidak aktif. Pengurusnya juga
tidak
diketahui
keberadaannya. 10
Ketika petugas Kopertis Pada kalimat pertama
di paragraf
76
mendatangi alamat PTS kesepuluh
gedungnya “gedungnya” padahal
tersebut,
sudah beralih fungsi. Ada cukup yang
terdapat
menjadi
gedung
ditulis
kata
kata tersebut
“gedung”.
Dengan
sekolah, demikian dalam kalimat ini Kompas
perkantoran, melanggar
bahkan ada yang kosong.
jurnalistik
pedoman nomor
menyatakan
bahasa
sembilan
bahwa
yang
wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah
tata
bahasa.
Seharusnya
kalimat yang benar : …
alamat PTS tersebut, gedung
sudah berlaih fungsi. 11
Ia
mengungkapkan, Pada
Kopertis
kedua di paragraf
masih kesebelas terdapat kata “melakukan
III
memberikan
kalimat
kesempatan pembinaan” padahal kata tersebut
bagi para pengurus PTS cukup
dituliskan
“membina”.
Ini
yang masuk dalam daftar berarti dalam kalimat ini Kompas soft-delete untuk segera melanggar datang
menghadap
membicarakan keluar
yang
dan jurnalistik
pedoman nomor
jalan menyatakan ditempuh. hendaknya
bahasa
enam
bahwa
yang
wartawan
menghilangkan
kata
Jika mereka tetap ingin mubazir. Seharusnya kalimat ditulis: menjalankan
kegiatan …
Kopertis
sebagai
lembaga mereka.
bersedia
membina
77
pendidikan,
Kopertis Selain itu, di kalimat ketiga, terdapat melakukan kata
bersedia
“melakukan”.
Kata
pembinaan. Jika mereka “melakukan” di kalimat ini tidak memilih
ditutup, jelas. Ini berarti Kompas melanggar
Kopertis
akan pedoman bahasa jurnalistik nomor
melakukan secara resmi.
sembilan yang menyatakan bahwa wartawan
hendaknya
sedapat
mungkin menaati kaidah tata bahasa. Dalam kalimat ini seharusnya kata “melakukan”
diganti
dengan
“mengabulkan
permintaan
mereka”
karena sebelumnya, “jika
mereka
terdapat kata
memilih
ditutup”.
Kalimat ini seharusnya ditulis: …
Kopertis
akan
mengabulkan
permintaan mereka secara resmi. 12
Ketua
Umum Pengurus Pada paragraf keduabelas Kompas
Pusat Asosiasi Perguruan tidak
melanggar pedoman bahasa
Tinggi Swasta Indonesia jurnalistik. (Aptisi)
M
Budi
Djatmiko
mengatakan,
penutupan
101
PTS
merupakan langkah tegas yang didukung Aptisi.
78
“Kami
13
memang Pada kalimat pertama di paragraf
meminta
kepada ketigabelas,
kalimat
tidak
teratur.
pemerintah supaya ada Seharusnya kalimat ditulis: untuk “Kami
kesempatan
memang
dibina terlebih dahulu pemerintah jika
ada
PTS
jika
meminta ada
kepada
PTS
yang
yang bermasalah agar diberi pembinaan
Ternyata terlebih dahulu.”
bermasalah.
ada 101 dari 243 PTS Ini berarti dalam kalimat ini Kompas yang menyatakan tidak melanggar
pedoman
sanggup, ya, lebih baik jurnalistik
nomor
ditutup saja,” ujar Budi menyatakan
bahasa
sembilan
bahwa
yang
wartawan
yang juga Ketua Pembina hendaknya sedapat mungkin menaati Yayasan
Universitas kaidah tata bahasa.
Narotama Surabaya.
Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa pada berita II rubrik Pendidikan dan Kebudayaan yang terbit Sabtu, 2 Juli 2016, terdapat 13 paragraf
yang telah dianalsis. Setelah peneliti menganalisis berita tersebut,
terdapat
tiga
pelanggaran
pedoman
bahasa
jurnalistik
masing-masing
pedoman nomor lima sebanyak satu kalimat, nomor enam sebanyak tujuh kalimat dan pedoman nomor sembilan sebanyak sembilan kalimat. 3.
Analisis Bahasa Jurnalistik Berita III Berita Pendampingan,
ketiga
berjudul
Perguruan
Tinggi
Swasta
Butuh
terbit Senin 4 Juli 2016, di rubrik Pendidikan dan
79
Kebudayaan Harian Kompas halaman 12. Berita ini berisi tentang perguruan tinggi yang membutuhkan dampingan dari pemerintah untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan. Penulisan judul ini sudah sesuai dengan pedoman bahasa jurnalistik. Selanjutnya, analisis bahasa jurnalistik berita berdasarkan 10 pedoman bahsa jurnalistik PWI yang dideskripsikan dengan bentuk tabel. Berikut analisisnya: Tabel 4. Analisis bahasa jurnalistik berita III Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 4 Juli 2016
Paragraf Lead
Berita
Analisis
Peningkatan
mutu Pada kalimat pertama, terdapat kata
layanan pendidikan juga “layanan”.
Dalam
kalimat
ini,
komitmen seharusnya kata “layanan” berbunyi
menjadi
penyelenggaraan
dan “pelayanan”
karena
perguruan “pelayanan”
pimpinan
kata
berarti
proses
tinggi swasta. Untuk itu, melayani, sedangkan kata “layanan” perguruan pun
tinggi swasta lebih
butuh
merujuk
kesempatan pelayanan.
memperbaiki diri melalui melanggar pendampingan sungguh-sungguh
yang jurnalistik dari menyatakan
pada
Ini
berarti
hasil
Kompas
pedoman nomor
bahasa
sembilan
bahwa
dari
yang
wartawan
pemerintah dan asosiasi hendaknya sedapat mungkin menaati perguruan tinggi swasta.
kaidah tata bahasa. Dalam hal ini, tata bahasa yang dilanggar yaitu mengenai pemilihan kata atau diksi.
80
Selain itu, dalam kalimat ini terdapat kata “juga”. Dalam kalimat ini kata “juga” seharusnya tidak digunakan karena
kata
itu
tidak
berfungsi
sebagai kata sambung dua kalimat yang
setara.
kalimat
Ini
ini
berarti
Kompas
dalam
melanggar
pedoman bahasa jurnalistik nomor sembilan yang menyatakan bahwa wartawan
hendaknya
sedapat
mungkin menaati kaidah tata bahasa. Dalam hal ini, tata bahasa yang dilanggar adalah pemilihan kata atau diksi.
Seharusnya,
kata
“juga”
diganti dengan “salah satu”. Selain itu, kalimat tersebut juga tidak logis. Pada
kalimat
tersebut,
“penyelenggaraan”
kata
diseterakan
dengan “pimpinan perguruan tinggi swasta” padahal, dua kata tersebut tidak setara. Kata “penyelenggaraan” merujuk pada suatu kegiatan dan “pimpinan merujuk
perguran pada
tinggi swasta
orang.
Hal
ini
81
melanggar jurnalistik
pedoman nomor
menyatakan
bahasa
sembilan
bahwa
yang
wartawan
hendaknya sebisa mungkin menaati kaidah tata bahasa. Tata bahasa yang dimaksud di sini yaitu logika bahasa paralel).2
Dengan
kalimat
seharusnya
Peningkatan
mutu
pelayananan
pendidikan
menjadi
salah
satu
komitmen
penyelenggaraan
dan
(struktur demikikan berbunyi:
pelaksanaan
yang
dilakukan
pimpinan perguruan tinggi swasta. 1
Demikian
dikemukakan Pada kalimat pertama di paragraf
Umum Pengurus pertama, terdapat kata “akhir pekan”
Ketua
Pusat Asosiasi Perguruan namun tidak diikuti dengan tanggal. Tinggi Swasta Indonesia Dalam berita seharusnya dituliskan (Aptisi)
M
Budi waktu yang jelas karena bila koran
Djatmiko
di
Jakarta, sudah dalam keadaan terpisah-pisah,
akhir pekan lalu. Dia masih mengatakan, 101
2
PTS
diketahui
kapan
penutupan peristiwa tersebut terjadi.
Dengan
yang
tidak demikian
dapat
kalimat
http://tanja.portalbahasa.com/apa-yang-dimaksud-dengan-struktur-paralel/
seharusnya
82
mampu
memenuhi berbunyi:
ketentuan
pemerintah Demikian
meskipun
diberi Umum
dikemukakan Pengurus
Ketua
Pusat
Asosiasi
kesempatan masuk dalam Perguruan Tinggi Swasta Indonesia pembinaan
merupakan (Aptisi) M Budi Djatmiko di Jakarta
langkah
tegas
yang (2/7).
didukung Aptisi. 2
“Kami
dari
Aptisi Pada kalimat pertama di paragraf meminta kedua, terdapat kata “kepada”. Pada
memang kepada
pemerintah kalimat
ini,
seharusnya
tidak
supaya ada kesempatan menggunakan kata “kepada” karena untuk
dibina
terlebih kalimat
ini
dulu jika ada PTS yang intransitif bermasalah.
Ternyata memerlukan
merupakan
kalimat
sehingga kata
tidak
“kepada”.
Ini
ada 101 PTS dari 243 berarti pada kalimat ini Kompas PTS
yang
menyatakan melanggar
tidak sanggup, ya lebih jurnalistik baik ditutup saja,” ujar menyatakan Budi, yang juga Ketua hendaknya Pembina Universitan Surabaya.
Yayasan bahasa.
pedoman nomor
bahasa
sembilan
bahwa menaati Dengan
yang
wartawan kaidah
tata
demikian
Narotama seharusnya kalimat berbunyi: … meminta pemerintah supaya ada kesempatan dibina terlebih dulu jika ada PTS …
83
3
Menurut Budi, Aptisi pro Pada
kalimat
kedua
pada kualitas pendidikan ketiga,
kalimat
tinggi.
tersebut
Akan
berikan kepada
PTS
pendampingan Kementrian
secara sungguh.
, Kalimat
tidak
lengkap.
tidak
memiliki
kesempatan subjek dan objek dan kalimat ini
memperbaiki
Teknologi,
tetapi
di paragraf
untuk merupakan kalimat perintah. Dalam melalui bahasa
jurnalistik
oleh diperkenankan
tidak menggunakan
Riset, kalimat perintah. Ini berarti pada dan Aptisi kalimat
ini
Kompas
melanggar
sungguh- pedoman bahasa jurnalistik nomor sembilan yang menyatakan bahwa wartawan
hendaknya
sebisa
mungkin menaati kaidah tata bahasa. Dalam hal ini, kaidah tata bahasa yang dilanggar yaitu kalimat harus jelas dan memiliki pola S-P-O-K. Selain itu, pada kalimat ini terdapat kata mubazir yaitu “akan tetapi” kata ini seharusnya cukup ditulis dengan “tetapi”. melanggar jurnalistik menyatakan hendaknya
Ini
berarti,
Kompas
pedoman
bahasa
nomor bahwa
enam
yang
wartawan
menghilangkan
kata
84
mubazir.
Dengan demikian kalimat
yang benar adalah: Tetapi
seharusnya
Aptisi
memberikan
kesempatan
kepada
PTS
memperbaiki
kualitas
untuk
melalui pendampingan oleh … 4
“Yang jauh lebih penting Pada apa
solusinya?
hanya
kalimat
saling awal kalimat. Padahal kata “yang” boleh
uluran tangan pemerintah kalimat.
Beda dengan PTN yang jurnalistik
semuanya pemerintah,” Budi.
diletakkan
Ini
untuk mengejar kualitas. melanggar
berkualitas
paragraf
Bukan keempat, terdapat kata “yang” di
menyalahkan. PTS butuh tidak
umumnya
pertama
awal
berarti
Kompas
pedoman
bahasa
nomor
lebih menyatakan
di
sembilan
bahwa
yang
wartawan
karena hendaknya sedapat mungkin menaati dibiayai kaidah
tata
bahasa.
Seharusnya
ujar kalimat yang benar adalah : Jauh lebih penting apa solusinya? Bukan hanya saling menyalahkan. Kemudian, pada
kalimat keempat,
kalimat
tidak lengkap karena tidak
memiliki
subjek
tidak kalimat
jelas. yang
sehingga Dengan benar
kalimat demikian
seharusnya
85
berbunyi: PTS
beda
dengan
PTN
yang
umumnya lebih berkualitas karena semuanya dibiayai pemerintah,” ujar Budi 5
Budi PTN
menambahkan, Pada mestinya
untuk tidak
dunia,
PT
kedua di paragraf
lebih kelima, kalimat tidak lengkap karena
diarahkan mencapai
kalimat
memiliki subjek. Ini berarti
berkelas pada kalimat ini Kompas melanggar
mengembangkan pedoman bahasa jurnalistik nomor
riset dan inovasi, serta sembilan yang menyatakan bahwa banyak
mengembangkan wartawan
hendaknya
sedapat
program S-2 dan S-3. mungkin menaati kaidah tata bahasa. Selain itu, juga fokus Dalam hal ini, kaidah tata bahasa meningkatkan pendidikan daerah
yang
tinggi
terpencil
dilanggar
di kalimat.
adalah
Padahal
dalam
kejelasan karakter
dan bahasa jurnalistik kalimat harus jelas
terluar serta kawasan yakni memiliki pola S-P-O-K. Maka Indonesia “Jangan
timur. dari itu, kalimat yang tepat adalah: kebalikannya, Selain
malah mengembangkan
itu,
PTN
juga
fokus
fokus meningkatkan pendidikan tinggi di S-1. daerah terpencil dan terluar serta
Yang ini sebenarnya bisa kawasan Indonesia timur. diperkuat oleh PTS,” ujar Selain itu,
terdapat kata “yang” di
86
Budi.
awal
kalimat.
Penggunaan
kata
“yang” di awal kalimat merupakan suatu kesalahan tata bahasa. Hal ini melanggar jurnalistik
pedoman nomor
menyatakan hendaknya
bahasa
sembilan
bahwa menaati
yang
wartawan kaidah
tata
bahasa. Seharusnya kalimat diubah menjadi: Hal ini sebenarnya bisa diperkuat oleh PTS, ujar Budi. 6
Ketua
Umum
Badan
Asosiasi Pada
paragraf
Penyelenggaraan terdapat
keenam,
pelanggaran
tidak bahasa
Perguruan Tinggi Swasta jurnalistik yang dilakukan Kompas. Indonesia
(ABPPTSI)
Thomas
Suyatno
mengatakan, penyelenggara
PTS
mendukung pada
komitmen mutu
dan
menyambut baik adanya pembinaan
yang
ditawarkan
Kemristek
dan
Dikti
untuk
87
mewujudkan
PTS
yang
berkualitas. 7
“Arah
menuju
itu
mulai
kualitas Pada jelas. terdapat
Setidaknya digagas
paragraf
ketujuh,
pelanggaran
tidak bahasa
sudah jurnalistik yang dilakukan Kompas. pertemuan
tripartit
dengan
susana
dialogis yang rutin antara Kemenristek ABPPTSI, untuk
dan Dikti, serta
Aptisi
membahas
berbagai tantangan yang dihadapi PTS supaya bisa mengikuti
ketentuan
dalam
memberikan
layanan
pendidikan
tinggi,” ujar Thomas. 8
Menurut
Thomas, Pada paragraf kedelapan,
ABPPTSI mendukung agar
pun terdapat
pelanggaran
tidak bahasa
pemerintah jurnalistik yang dilakukan Kompas.
memberikan
izin
pendirian
PTS
hanya
kepada
penyelenggara
yang benar-benar mampu
88
memenuhi
ketentuan.
Sebaliknya
terhadap
penyelenggara
yang
memang
tidak
menunjukkan komitmennya memberikan yang
layanan
baik,
pihaknya
mendukung ada tindakan tegas
dari
pemerintah,
termasuk penutupan. 9
Terkait
batas
pemenuhan rasio dan
waktu Pada
kalimat
kedua di paragraf
dosen kesembilan, kalimat tidak lengkap. yang Pada kalimat ini ditulis “itu karena
mahasiswa
ditetapkan
akhir
Juni, pemenuhan dosen memang menjadi
ABPPTSI
dan
Aptisi salah satu tantangan …” kalimat
meminta
pemerintah tersebut tidak logis dan tidak jelas
untuk tetap memberikan apa yang harus dipenuhi dari dosen. kelonggaran. Itu karena Dalam kalimat tersebut seharusnya pemenuhan
dosen ditulis “pemenuhan jumlah dosen”.
memang menjadi salah Ini satu
berarti
tantangan pedoman
sebagian besar PTS.
menyatakan
Kompas
nomor
melanggar
sembilan
bahwa
yang
wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
89
kaidah tata bahasa. Dalam hal ini, tata bahasa yang dilanggar adalah kalimat
logis.
Dengan
demikian,
kalimat
yang
benar
seharusnya
berbunyi : Itu karena pemenuhan jumlah dosen …. 10
“Dosen yang S-1 masih Pada kalimat pertama, kalimat tidak banyak. Ada yang sulit lengkap. untuk
S-2
tersebut
nya ini, kata tersebut tidak menunjuk arti
terbatas, seperti bidang apa-apa. kesehatan.
kalimat
karena terdapat kata “yang”, dalam kalimat
S-2
program
Pada
Selain
Kalimat
tersebut
itu, seharusnya berbunyi :
tidak semua PTS mampu “Dosen
dengan
level S-1
masih
kuliah banyak …”.
membiayai dosennya
karena Ini
berarti
Kompas
melanggar
keterbatasan
finansial. pedoman bahasa jurnalistik nomor
Kondisi
ini
dipahami
riil
juga
perlu sembilan
yang
menyatakan
oleh wartawan hendaknya menaati kaidah
pemerintah,” ujar Budi.
tata
bahasa.
Dalam
kalimat
ini,
kaidah tata bahasa yang dilanggar yaitu kejelasan kalimat. Selanjutnya
pada
kalimat
kedua
tedapat kata “nya”. seharusnya kata
90
dihilangkan
karena dalam kalimat
ini, kata tersebut tidak memiliki arti apa-apa. Ini berarti dalam kalimat tersebut
Kompas
melanggar
pedoman bahasa jurnalistik nomor enam
yang
menyatakan
bahwa
wartawan hendaknya menghilangkan kata
mubazir.
Dengan
demikian
kalimat yang bernar berbunyi: … karena program S-2 terbatas … Selain dua kesalahan di atas, masih terdapat
satu
kesalahan
pada
paragraf ini. Pada kalimat ketiga, terdapat
partikel
“dosen”.
“nya”
Padahal
di
kata
seharusnya,
partikel “nya” diubah menjadi kata “mereka”
karena
kalimat
ini
menunjuk banyak orang. Ini berarti Kompas melanggar pedoman bahasa jurnalistik menyatakan hendaknya
nomor
sembilan
bahwa menaati
yang
wartawan kaidah
bahasa. Selain itu, masih
tata pada
kalimat yang sama, terdapat kata
91
“finansial”. Kata tersebut merupakan istilah-istilah teknis, padahal dalam pedoman bahasa jurnalistik nomor delapan
menyatakan
bahwa
wartawan
hendaknya
menghindari
kata-kata
asing
istilah-istilah
yang
terlalu
dan
teknis
ilmiah
dalam
berita. Kata tersebut dapat diubah menjadi “ekonomi”
Kalimat ini
seharusnya berbunyi: … mampu membiayai kuliah dosen mereka
karena
keterbatasan
ekonomi…” Serupa
dengan
kesalahan
sebelumnya, pada kalimat keempat, terdapat kata “riil”. Kata tersebut juga
merupakan
Seharusnya
kata
istilah
teknis.
tersebut
diubah
menjadi “nyata”. 11
Sementara menyatakan sejumlah belum
itu,
Thomas Pada kalimat pertama di paragraf ini
masih aturan
sinkron
ada terdapat tanda titik dua (:). Tanda yang titik dua tersebut diartikan sebagai untuk “banding”. Hal ini berarti Kompas
pengajuan dosen dengan melanggar
pedoman
bahasa
92
nomor
induk
(NIDK)
khusus jurnalistik
yang
dipakai
nomor
bisa menyatakan
sembilan
wartawan
yang
hendaknya
dalam sedapat mungkin menaati kaidah tata
perhitungan rasio dosen : bahasa. Seharusnya, tanda titik dua mahasiswa. teknis
Aturan dituliskan
membingungkan
NIDK
dengan
kata
masih “berbanding” karena jika dituliskan
yang
membuat
saja
ini dengan
tanda
titik
dua,
dapat
pengajuan menjadi multi tafsir karena tanda dari
terhambat.
PTS titik dua dapat digunankan untuk banyak
arti.
Kalimat
seharusnya
diubah menjadi: Sementara itu, Thomas menyatakan masih
ada sejumlah aturan yang
belum
sinkron
untuk
pengajuan
dosen dengan nomor induk khusus (NIDK) yang bisa dipakai dalam perhitungan rasio dosen berbanding mahasiswa. 12
Direktur Jendral Sumber Pada kalimat pertama di paragraf ke Daya Ilmu Pengetahuan, duabelas,
Pendidikan
Ali
belum lengkap,
dan seharusnya sebelum kata “periode”
Teknologi,
Kemenristek
kalimat
Tinggi terdapat dan
Ghufron
kata
depan
yang
Dikti menunjukkan waktu, yaitu “Pada”. Mukti Ini berarti pada kalimat ini Kompas
93
mengatakan,
periode melanggar
pedoman
Januari –Juni 2016 sudah jurnalistik ada
567
dosen
nomor
ber- menyatakan
sembilan
bahwa
NIDK. Dukungan untuk hendaknya peningkatan
bahasa
menaati
yang
wartawan kaidah
tata
pendidikan bahasa. Tata bahasa yang dimaksud
dosen ke S-2 dan S-3 di sini yaitu kejelasan kalimat. Pada untuk tahun ini tersedia kalimat
ini,
kalimat
yang
benar
bagi 2.300 dosen dengan berbunyi: beasiswa Pengelola pendidikan.
Lembaga
… Ali Ghufron Mukti mengatakan,
Dana pada periode Januari –Juni 2016 sudah ada 567 dosen … Masih pada kalimat yang sama, pada kalimat ini terdapat awalan (prefiks) yang mengawali akronim. Padahal, dalam
tata
menggunakan
bahasa awalan
dilarang di
depan
akronim yang menggunakan huruf kapital. Ini berarti pada kalimat ini, Kompas melanggar pedoman bahasa jurnalistik
nomor
menyatakan hendaknya bahasa. berbunyi :
sembilan
bahwa menaati
Kalimat
wartawan kaidah
ini
yang
tata
seharusnya
94
… ada 567 dosen yang memiliki NIDK. Selanjutnya,
pada
kalimat
kedua,
sebaiknya kalimat diubah menjadi kalimat
aktif
jurnalistik kalimat
karena
harus aktif.
bahasa
mengutamakan
Dengan
demikian,
kalimat berbunyi: Dukungan
untuk
meningkatkan
pendidikan … Masih pada kalimat yang sama, pada kalimat
ini
terdapat
penggalan
kalimat “ke S-2 dan S-3”, kalimat tidak
lengkap.
seharusnya,
Pada
kalimat
ini
ditulis “ke jenjang S-2
dan jenjang S-3”. Pada kalimat ini berarti, Kompas melanggar pedoman bahasa jurnalistik
nomor sembilan
yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya
menaati
kaidah
tata
bahasa. Tata bahasa yang dimaksud pada
kalimat
ini yaitu
kejelasan
kalimat. Dengan demikian, kalimat yang benar berbunyi:
95
… pendidikan dosen ke jenjang S-2 dan jenjang S-3 untuk tahun ini tersedia …
Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa pada berita III rubrik Pendidikan dan Kebudayaan yang terbit Senin, 4 Juli 2016, terdapat 12 paragraf
yang telah dianalsis. Setelah peneliti menganalisis berita tersebut,
terdapat
tiga
pelanggaran
pedoman
bahasa
jurnalistik
masing-masing
pedoman nomor sembilan sebanyak 14 kalimat, nomor enam sebanyak satu kalimat, dan nomor delapan sebanyak satu kalimat. 4.
Analisis Bahasa Jurnalistik Berita IV Berita keempat berjudul Cegah Titipan Industri penyiaran Uji Kelayakan Calon Anggota KPI Segera Digelar, terbit Jumat 15 Juli 2016, di rubrik Pendidikan dan Kebudayaan halaman 12. Berita ini berisi tentang uji kelayakan para calon anggota KPI yang akan dilaksanakan Senin 18 Juli 2016. Selanjutnya, analisis bahasa jurnalistik berita berdasarkan 10 pedoman bahsa jurnalistik PWI yang dideskripsikan dengan bentuk tabel. Berikut analisisnya: Tabel 5. Analisis bahasa jurnalistik berita IV Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 15 Juli 2016
Paragraf Lead
Berita Senin
pekan
Analisis depan, Pada kalimat pertama dalam
lead
Komisi I DPR menggelar ini, terdapat kata “Komisi Penyiaran
96
uji
kepatutan calon
dan Indonesia” seharusnya setelah kata
kelayakan terhadap
anggota
Penyiaran
Komisi tanda kurung “(KPI)” karena pada Indonesia kalimat
seterusnya
2016-2019. menggunakan
periode
komisioner menyebut
Sembilan KPI
27 tersebut dituliskan akronim di dalam
yang
diharapkan ketegasan,
kata
berita
ini
“KPI”
“Komisi
untuk
Penyiaran
terpilih Indonesia”. Sesuai dengan pedoman memiliki bahasa jurnalistik nomor dua yang intergritas, menyatakan
dan tidak bisa “didikte” hendaknya oleh industri penyiaran.
bahwa membatasi
wartawan diri
dalam
singkatan atau akronim. Kalaupun harus menulis akronim, maka satu kali ia harus menjelaskan dalam tanda kurung kepanjangan akronim tersebut agar tulisan dapat dipahami oleh
khalayak.
Maka
dari
itu,
seharusnya kalimat berbunyi: Senin pekan depan, Komisi I DPR menggelar
uji
kelayakan
dan
kepatutan terhadap 27 calon anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) periode 2016-2019. 1
Pengamat sekaligus
penyiaran Pada kalimat ketiga di paragraf ini, pengajar terdapat kata “melakukan hal sama”
97
Universitas
Indonesia, kata ini tidak lengkap dan kata yang
Ade
Armando, benar adalah “melakukan hal yang
menegaskan,
dalam
kelayakan
uji sama”.
Ini
dan melanggar
kepatutuan
jangan jurnalistik
sampai
berarti
Kompas
pedoman
bahasa
nomor
pertimbangan menyatakan
sembilan
bahwa
yang
wartawan
dipakai
DPR
sekadar hendaknya sedapat mungkin menaati
berifat
politis.
“selama kaidah tata bahasa. Dalam hal ini,
ini
DPR
sudah tata bahasa yang dilanggar yaitu
membuktikan
bagaimana kejelasan
kalimat.
Kalimat
yang
memilih anggota Komisi jelas adalah kalimat yang lengkap Pemberantasan yang
Korupsi sesuai dengan kaidah tata bahasa.
independen
dan Selain itu, masih dalam kalimat yang juga sama, terdapat kata “anti korupsi”
berintegritas, anggota
Komisi padahal
Pemilihan
Umum
berintegritas. berharap melakukan
kata
yang “antikorupsi”. Kami dalam
DPR
juga melanggar
hal
sama jurnalistik
karena
kalimat
peran hendaknya
dengan pemilihan umum Bahasa perang
anti disempurnakan.
yaitu
demikian,
ini
Kompas
pedoman
bahasa
nomor
penyiaran sama vitalnya melaksanakan
dan
benar
Dengan
dalam pemilihan anggota menyatakan KPI
yang
satu
bahwa secara
wartawan konsekuen
Pedoman Indonesia Dengan
yang
Ejaan yang demikian,
98
ucapnya, kalimat yang benar berbunyi:
korupsi,”
Kamis (14/7), di Jakarta.
“… DPR juga melakukan hal yang sama dalam pemilihan anggota KPI karena
peran
penyiaran
sama
vitalnya
dengan
pemilihan
umum
dan perang antikorupsi,”… 2
Menurut
Ade, Pada
kalimat
politis kedua, terdapat kata “yang” di awal
pertimbangan
pemilihan kalimat. Peletakan kata “yang” di
dalam
sembilan komisioner KPI awal
kalimat
benar-benar
harus kesalahan.
dikesampingkan.
Yang melanggar
dibutuhkan
sekarang jurnalistik
adalah anggota KPI yang menyatakan tegas,
merupakan
Ini
berarti,
suatu Kompas
pedoman nomor
bahasa
sembilan
wartawan
yang
hendaknya
berintegritas, dan sedapat mungkin menaati kaidah tata
independen bisa
kedua di paragraf
atau
diintervensi
industri penyiaran.
tidak bahasa. Seharusnya kalimat diubah oleh menjadi: Apa
yang
dibutuhkan
sekarang
adalah anggota KPI yang tegas, berintegritas, dan independen atau tidak bisa diintervensi oleh industri penyiaran. 3
Menurut
data
Media Pada kalimat ketiga di paragraf ini
Scene 2014/2015, belanja terdapat
kata
“calon-calon”
99
iklan televisi di Indonesia sebaiknya pada 2015 mencapai Rp menjadi 83,824
triliun.
adalah
bisnis
kata “para
“Televisi berkaitan dengan pada
tersebut calon”.
dengan
kalimat.
diubah Hal
pemilihan
Dengan
ini diksi
demikian
nilai ekonomi luar biasa kalimat lebih baik ditulis: sehingga
mereka
berkepentingan anggota
DPR
harus
terhadap dengan para
sangat
hati-hati
anggota KPI yang
yang dekat dengan industri penyiaran,”…
KPI
akomodatif
terhadap
pemodal. sangat
pasti “…
DPR
hati-hati
harus dengan
calon-calon anggota KPI yang
dekat
industri
dengan penyiaran,”
ujarnya. 4
Pengalaman
Pada
menunjukkan, pemilihan
di setiap sudah
anggota
paragraf benar.
memasukkan
nama-nama
yang
akomodatif. Kecenderungan ini
sangat
Dengan
kalimat demikian
KPI Kompas tidak melanggar pedoman
industri penyiaran selalu bahasa jurnalistik berusaha
keempat,
seperti berbahaya
100
karena efeknya ke depan sangat
serius
terhadap
nasib bangsa. 5
Pertaruhan kualitas sosok Pada kalimat kedua di paragraf ini, komisioner penting baru
sangat terdapat kata “penyusunan”. Kata
KPI
karena KPI
anggota tersebut
nanti
seharusnya
akan “menyusun” karena
menentukan
jurnalistik
perpanjangan
izin kalimat aktif.
penyelenggaraan penyiaran swasta.
10 Selain
mudah
revisi
dalam bahasa
sebaiknya
menggunakan
Kalimat aktif lebih
dipahami
televisi memudahkan
khalayak pengertian
serta dan
itu, memperjelas pemahaman. Ini berarti
mereka juga akan terlibat dalam dalam
diubah
kalimat
ini
Kompas
penyusunan melanggar pedoman nomor sembilan Undang-undang yang menyatakan bahwa wartawan
Penyiaran.
hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah demikian
tata
bahasa. kalimat
Dengan sebaiknya
berbunyi: … mereka juga akan terlibat dalam menyusun
revisi
Undang-undang
Penyiaran.
6
“Selama
ini kita
tahu, Pada kalimat pertama di paragraf
101
peranan DPR
setiap
turut
fraksi keenam,
terdapat
kata
“peranan”
menentukan padahal kata yang benar adalah
siapa yang terpilih di KPI “peran”. Kata “peran” berarti tugas. nanti.
Namun,
yang Dalam
kalimat
terpenting
dari melanggar
semuanya,
jangan jurnalistik
nomor
bahasa
sembilan
bahwa
yang
wartawan
terpengaruh hendaknya sedapat mungkin menaati
kepentingan atau
Kompas
pedoman
sampai proses pemilihan menyatakan ini
ini,
pemilik
pemodal kaidah tata bahasa. Tata bahasa yang industri dimaksud
penyiaran,” ucapnya.
di sini yaitu pemilihan
diksi atau kata yang tepat. Dengan demikian,
kalimat
ini
seharusnya
berbunyi: “Selama ini kita tahu, peran setiap fraksi …” Selanjutnya
pada
kalimat
kedua,
terdapat kata “jangan”. Kalimat yang berawalan kata “jangan” merupakan bentuk kalimat perintah, sedangkan pada
bahasa
diperkenankan perintah. “jangan” menjadi:
jurnalistik
tidak
menggunakan
kata
Dengan
demikian,
seharusnya
kata diubah
102
“hendaknya proses
pemerintah pemilihan
terpengaruh
sampai
ini
tidak
kepentingan
modal”.
Pada kalimat ini berarti Kompas melanggar
pedoman
bahasa
jurnalistik nomor sembilan. 7
Direktur
Remotivi Pada paragraf ketujuh, terdapat dua
Muhamad
Heychael pelanggaran
mengatakan, yang perlu jurnalistik.
pedoman Pertama,
bahasa
pada kalimat
ditekankan dalam proses pertama, terdapat kata “yang” yang pemilihan anggota KPI diletakkan setelah tanda koma “,”. ini
transparansi. Padahal, kata “yang” tidak dapat
adalah
“Transparansi
akan diletakkan
setelah
tanda
koma.
membuat publik percaya Dengan demikian, pada kalimat ini, kepada siapa pun yang Kompas melanggar pedoman bahasa kelak terpilih. Siapa pun jurnalistik
nomor
akan mendapat dukungan menyatakan publik
kalau
transparan.
sembilan
bahwa
yang
wartawan
prosesnya hendaknya sedapat mungkin menaati
Karena
proses
itu, kaidah
penilaian, demikian,
tata
bahasa. kalimat
Dengan seharusnya
indikator, dan bagaimana berbunyi: hasilnya publik ujarnya.
nanti ingin
tentu …
mengatakan,
hal
yang
perlu
tahu,” ditekankan dalam proses … Kedua, masih di kalimat pertama.
103
Dalam kalimat tersebut terdapat kata “pemilihan”
seharusnya
kata
tersebut diubah menjadi “memilih”. Pada
dasarnya
bahasa
jurnalistik
mementingkan kalimat aktif karena kalimat aktif lebih mudah dipahami dan dan disukai oleh khalayak. Ini berarti pada kalimat ini Kompas melanggar
pedoman
bahasa
jurnalistik nomor sembilan. Kalimat ini seharusnya berbunyi: … dalam proses memilih anggota KPI ini adalah transparansi. 8
Heychael
berharap Paragraf kedelapan sudah memenuhi
anggota Komisi I DPR pedoman bahasa jurnalistik sehingga benar-benar
mengajukan tidak ada kesalahan dalam penulisan.
pertanyaan-pertanyaan serius
untuk
kompetensi
menguji
para
calon
anggota KPI dan tidak berhenti
pada
penilaian
riwayat
hidup
semata.
Lebih jauh, rekam jejak setiap calon mesti digali
104
agar terlihat kompetensi, independensi,
dan
visi-
misi mereka ke depan. 9
Muncul
dugaan
bahwa Pada paragraf kesembilan, terdapat
dalam uji kelayakan dan dua kepatutuan,
DPR
memilih
kesalahan
akan Pertama
bahasa
jurnalistik.
kalimat
kedua di
kesembilan,
terdapat
pada
sembilan paragraf
komisioner KPI dengan “pemilihan”
kata
representasi. tersebut diubah menjadi “memilih”.
logika Menurut
Heychael, Pada
jangan
sampai
seperti
ini
karena anggota
seharusnya
dasarnya
bahasa
jurnalistik
logika mementingkan kalimat aktif karena
diterapkan kalimat aktif lebih mudah dipahami pemilihan dan dan disukai oleh khalayak. Ini
KPI berbeda berarti pada kalimat ini Kompas
dengan
lembaga- melanggar
pedoman
bahasa
lembaga lainnya, seperti jurnalistik nomor sembilan. Kalimat Dewan Pers.
ini seharusnya berbunyi: …
logika
karena
seperti ini diterapkan
memilih
anggota
KPI
berbeda … Kedua, masih pada kalimat yang sama.
Pada
ketidaksesuaian
kalimat ini terdapat penulisan
yang
terjadi pada penyetaraan antara kata
105
anggota
KPI
dengan
lembaga-
lembaga lainnya. Dalam kalimat ini seharusnya anggota KPI disetarakan dengan
anggota
lembaga-lembaga
lain. Hal ini yang disebut dengan konstruksi
paralel.
Dengan
demikian, pada kalimat ini, Kompas melanggar
pedoman
jurnalistik
nomor
menyatakan
bahasa
sembilan
bahwa
yang
wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah
tata
demikian,
bahasa. kalimat
Dengan seharusnya
berbunyi: karena
pemilihan
anggota
KPI
berbeda dengan anggota lembagalembaga
lainnya,
seperti
Dewan
Pers. 10
“KPI
adalah
yang
mewakili
sehingga
lembaga Pada paragraf kesepuluh, terdapat publik tiga
kata
yang
elemen-elemen Pertama,
pada
yang mewakili KPI harus terdapat
kata
benar-benar
diuji padahal
yang
harus kalimat
dikoreksi. pertama
“kompetensinya” dimaksudkan
di
kompetnesinya. Mereka kalimat ini adalah kompetensi orang-
106
yang
dipilih
haruslah orang,
maka
orang
yang kompeten seharusnya
kata
dan memiliki komitmen. diubah
kalimat
sampai
DPR mereka”.
berpikir
dengan
logika melanggar
Ini
jurnalistik
ini
“kompetensinya”
menjadi
Jangan
representasi,” katanya.
pada
“kompetensi
berarti
Kompas
pedoman
bahasa
nomor
menyatakan
sembilan
bahwa
yang
wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa. Kedua, pada kalimat kedua terdapat kata
“orang”.
Kata
“orang”
menunjuk pada satu orang, padahal dalam kalimat ini yang dimaksudkan adalah lebih dari satu orang, maka seharusnya
kata
“orang”
menjadi “orang-orang”.
diubah
Ini berarti
Kompas melanggar pedoman nomor sembilan. Ketiga, masih pada kalimat yang sama
terdapat
padahal kata “berkompetensi” memiliki
kata yang
“kompeten”, tepat
yang
kompetensi.
Ini
adalah berarti berarti
pada kalimat ini, Kompas melanggar
107
pedoman bahasa jurnalistik nomor sembilan mengenai tata bahasa. Tata bahasa yang dimaksud pada kalimat ini yaitu pemilihan diksi atau kata yang
tepat.
Dengan
demikian,
kalimat seharusnya berbunyi: …
haruslah
orang-orang
berkompetensi
dan
yang memiliki
komitmen. 11
Dari
27
anggota
nama
calon Pada kalimat pertama di paragraf
KPI
yang kesebelas, terdapat kata “pansel”,
diserahkan
pansel kata tersebut merupakan akronim
kepada Komisi I DPR, dari panitia seleksi, terdapat beberapa nama dijelaskan
namun tidak
kepanjangannya.
Tidak
calon yang masih bekerja semua pembaca paham kepanjangan di
penyiaran. dari
industri
Meski
demikian,
“pansel”.
Dengan
demikian,
ada pada paragraf ini Kompas melanggar
pula beberapa calon yang pedoman bahasa jurnalistik nomor tidak
memiliki
latar dua
yang
menyatakan
bahwa
belakang pekerjaan atau wartawan hendaknya membatasi diri kegiatan penyiaran.
di
bidang dalam
singkatan
Kalaupun maka
harus
satu
atau
akronim.
menulis
akronim,
kali harus
dijelaskan
kepanjangannya. Seharusnya kalimat
108
diubah menjadi: …
calon
anggota
KPI
yang
diserahkan pansel (panitia seleksi) kepada Komisi I DPR …
12
Sebanyak
27
calon Paragraf
anggota KPI yang akan memenuhi menjalani uji kelayakan jurnalistik dan
kepatutan
Agung
Suprio,
Agus Sudibyo, Arif Adi Kuswardono,
Cecep
Suryadi, Dewi Setyarini, H
Obsatar
Sinaga,
Hardly Stefano Fenelon Pariela,
Ignatius
Haryanto,
M
Hariman
Bahtiar, Mathilda Agnes Maria Wowor, Maulana Arief,
Maulana Isnarto,
Mayong Suryo Laksono, Mega
Ratna
Muhammad
sudah
pedoman
bahasa
sehingga
tidak
adalah kesalahan dalam penulisan.
Ade Bujaerimi, Afrianto Korga,
keduabelas
Juwita,
Shalahuddin
ada
109
Muyo
Hadi
Purnomo,
Nuning
Rodiyah,
Nurhasnah,
Redemptus
Kristiawan,
Renaldi
Zein,
Gozali,
Riyanto
Sudjarwanto Muh
Arifin,
Rahmat Surokim,
Ubidillah, dan Yuliandre Darwis.
Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa pada berita IV rubrik Pendidikan dan Kebudayaan yang terbit 15 Juli 2016, terdapat 12 paragraf
yang telah dianalsis. Setelah peneliti menganalisis berita tersebut,
terdapat
tiga
pelanggaran
pedoman
bahasa
jurnalistik
masing-masing
pedoman nomor dua sebanyak dua kalimat, nomor sembilan sebanyak sembilan kalimat, nomor satu sebanyak satu kalimat. B. Temuan Kesalahan Kalimat dalam Berita Tabel 6. Daftar Temuan Kesalahan Kalimat dalam Berita
No. 1.
Kalimat dalam Berita Sebanyak
101
perguruan
Kalimat Setelah Dikoreksi tinggi 101
perguruan
tinggi
swasta
swasta yang sempat masuk dalam diputuskan ditutup oleh Kementrian daftar pembinaan/nonaktif bersama Riset,
Teknologi,
243 perguruan tinggi lainnya oleh Perguruan
tinggi
dan
Pendidikan.
tersebut
sempat
110
Kementrian Riset, Teknologi, dan masuk Pendidikan
Tinggi
akhirnya pembinaan/nonaktif
Perguruan tersebut dianggap tidak Perguruan
membenahi
243
dianggap
tidak
memenuhi berbagai syarat
layanan membenahi
pendidikan kepada masyarakat. 3.
bersama
tersebut
sanggup memenuhi berbagai syarat sanggup untuk
daftar
perguruan tinggi lainnya.
diputuskan untuk ditutup
2.
dalam
layanan
pendidikan
kepada masyarakat.
Dalam acara jumpa awak media di Dalam acara jumpa awak media di Jakarta,
Rabu
bertajuk
(29/6)
malam, Jakarta,
Pemaparan
Semester
1
Tahun
Rabu
Kinerja Menristek 2006
dan
(29/6) Dikti
malam,
Muhammad
di Nasir mengatakan, peningkatan mutu
Kementrian Riset, Teknologi, dan pendidikan tinggi di Indonesia harus Pendidikan Tinggi, Menristek dan jadi Dikti
Muhammad
mengatakan, pendidikan harus
jadi
penyelenggara
di
tegas
pemerintah
terhadap
ataupun
orang-orang
perguruan
tinggi
mutu negeri dan swasta. Acara jumpa awak
bersama Kinerja
perguruan
“Tindakan
bersama
Indonesia media tersebut bertajuk Pemaparan
komitmen
negeri dan swasta. 4.
Nasir penyelenggara
peningkatan tinggi
komitmen
Semester 1
Tahun 2006,
tinggi diselenggarakan di Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
dilakukan “Tindakan
tegas
dilakukan
institusi pemerintah terhadap institusi ataupun yang orang-orang
yang
melanggar
111
berupaya dalam
melanggar upaya
pendidikan dapat
ketentuan ketentuan dalam upaya mewujudkan mewujudkan pendidikan tinggi bermutu yang dapat
tinggi
yang meningkatkan
bermutu
meningkatkan
daya
daya
saing
bangsa,”
saing ujar Nasir.
bangsa,” ujar Nasir. 5.
Ia
mencontohkan,
di Universitas Ia
mencontohkan,
Negeri Manado yang melakukan Negeri pelanggaran kelas
jauh,
memberikan
dalam
Universitas
pihaknya
sudah
membuka memberikan sanksi kepada tiga orang
pihaknya sanksi
Manado,
di
sudah pelanggar
kepada
yang
membukaan
kelas
tiga jauh,
orang. 6.
Pemalsuan ijazah S-2 sorang dosen Pemalsuan ijazah S-2 sorang dosen di di PTN itu juga ditindak tegas.
7.
Setelah
diberi
PTN tersebut juga ditindak tegas.
kesempatan Setelah
berkesempatan
menjalani
menjalani pembinaan oleh tim yang pembinaan oleh tim yang dibentuk dibentuk Kemristek dan Dikti, pada Kemristek dan Dikti, pada 29 Juni 29 Juni lalu ditetapkan 112 PTS lalu ditetapkan 112 PTS sudah aktif sudah aktif kembali. 8.
…
Tinggi
Swasta
kembali. Indonesia. …
Tinggi
Swasta
Indonesia,
Sedangkan 15 PTS yang dibawahi sedangkan 15 PTS yang dibawahi Kementrian
Agama
diketahui kemajuannya.
belum Kementrian Agama belum diketahui kemajuannya.
112
. 9.
Sebagian
besar
dengan Sebagian
besar
keputusan sendiri berkirim surat sendiri untuk mengajukan penutupan.
dengan
berkirim
mengajukan
keputusan
surat
penutupan
untuk perguruan
tinggi mereka. 10.
Alasannya
tidak
melanjutkan
lagi
sanggup
untuk Alasannya,
mereka
penyelenggaraan untuk
sanggup
melanjutkan
PT sesuai dengan ketentuan,” tutur penyelenggaraan
PT
lagi
sesuai dengan
ketentuan,” tutur Patdono.
Patdono. 11.
tidak
Menurut Patdono, PT yang tidak Menurut Patdono, Perguruan Tinggi dapat memenuhi rasio antara dosen yang
tidak
dan mahasiswa 1 berbanding 100 antara atau
lebih
awalnya
dapat memenuhi rasio
dosen
dan
mahasiswa
1
diberi berbanding 100 atau lebih, awalnya
kesempatan berbenah hingga akhir berkesempatan berbenah hingga akhir 2015.
2015.
12.
Namun gejala kekurangan dosen Namun,
gejala
kekurangan
dosen
ternyata terjadi di PTN dan PTS ternyata terjadi di PTN dan PTS sehingga diberi kelonggaran waktu sehingga tersebut
hingga akhir Juni ini.
semua diberi
perguruan
tinggi
kelonggaran
waktu
hingga akhir Juni ini. 13.
Jika
dari
hasil
audit
tidak Jika hasil audit tidak menunjukkan
113
menunjukkan
tanda-tanda
untuk tanda-tanda
memperbaiki
diri,
akan memperbaiki
sanksi
diberikan. 14.
Sesuai
mereka diri,
untuk
sanksi
akan
diberikan.
dengan
ketentuan,
rasio Sesuai dengan ketentuan, rasio dosen
dosen dan mahasiswa untuk bidang dan mahasiswa untuk bidang Ilmu Ilmu Pengetahuan Alam adalah 1 Pengetahuan Alam 1 berbanding 30. berbanding 30. 15.
Terkait nasib yang
mahasiswa di PT Terkait nasib mahasiswa di PT yang
ditutup,
ujar
Patdono, ditutup,
Patdono
meminta
yayasan
pihaknya meminta agar yayasan mengalihkan mahasiswa mereka ke mengalihkan
mahasiswa ke PTS PTS terdekat.
terdekat. 16.
Kemristek tangan
dan Dikti juga turun Kemristek dan Dikti juga turun tangan
untuk
bisa
membantu untuk
bisa
membantu
peralihan
peralihan mahasiswa yang terdata mahasiswa yang terdata di PDPT agar di PDPT agar dapat menyelesaikan dapat menyelesaikan studi mereka. studinya. 17.
Perguruan ditutup
tinggi
oleh
swasta
Riset, oleh
Kementrian
Riset,
Teknologi,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dan
Pendidikan
Tinggi
umumnya
umumnya mengajukan
Kementrian
yang Perguruan tinggi swasta yang ditutup
secara
sukarela secara
sukarela
permintaan permintaan ditutup.
mengajukan
114
penutupan. 18.
Kepala
seksi
Koordinasi
Kelembagaan Kepala
Perguruan
seksi
Kelembagaan
Tinggi Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta
Swasta (Kopertis) Wilayah III DKI (Kopertis) Wilayah III DKI Jakarta Jakarta
Sri
pihaknya
Mastuti sudah
kesempatan
mengatkan, Sri
Mastuti
memberikan sudah
perguruan
mengatkan,
memberikan
tinggi perguruan
tinggi
pihaknya kesempatan
swasta
(PTS)
swasta (PTS) bermasalah tersebut bermasalah tersebut berbenah. waktu untuk berbenah 19.
“Setiap
tahun,
mendaftar
tertarik “setiap tahun, hanya satu-dua orang
yang
satu-dua yang tertarik untuk mendaftar”
hanya
orang,” katanya. 20.
Aminudin menjelaskan, sejak lima Aminudin tahun lalu para dosen di ASM tahun Purnama
satu
mengundurkan
diri
bekerja
di
tempat
menjelaskan,
lalu
para
dosen
sejak
lima
di ASM
persatu Purnama satu persatu mengundurkan dan lain
pindah diri dan pindah bekerja hingga tidak hingga ada yang tersisa.
akhirnya tidak ada yang tersisa. 21.
Mereka juga menggiatkan promosi Mereka
juga
menggiatkan promosi
agar para lulusan SMA sederajat agar para lulusan SMA sederajat dan dan orang yang berhak mengambil orang
yang
berhak
mengambil
pendidikan lanjut mau mendaftar pendidikan lanjut ingin mendaftar ke
115
ke ASM Purnama. 22.
ASM Purnama.
“keputusan untuk menutup ASM keputusan menutup Purnama adalah hal yang sangat adalah logis,” tuturnya.
23.
Serupa
hal
ASM
Purnama, Serupa
dengan
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Sekolah Pembina
Administrasi
Niaga
dan
penutupan
logis,”
mengurus
ASM Ilmu
Purnama, Administrasi
Niaga
Yappann)
Pendidikan dan
juga
Negara
mengajukan
dengan penutupan dengan alasan tidak ada kegiatan…
Saat ini mereka sedang dalam Saat proses
sangat
Pembina
Negara Administrasi
alasan tidak ada kegiatan …
24.
Tinggi
Pendidikan Yayasan
(STIA Yappann) juga mengajukan (STIA permohonan
yang
tuturnya.
dengan
Yayasan
ASM Purnama
ini
mereka
dalam
proses
dokumen mengurus dokumen akademis.
akademis. 25.
… Suluh Bangsa ditutup paksa …
Suluh
Bangsa
ditutup
paksa
karena terbukti melakukan jual-beli karenta terbukti melakukan jual-beli ijazah serta pelaksanaan wisuda ijazah tanpa
pemberitahuan
Kemristek dan Dikti.
kepada tanpa
serta
melaksanakan
pemberitahuan
melaksanakan
wisuda
wisuda serta tanpa
pemberitahuan kepada Kemristek dan Dikti.
116
26.
Diselidiki
lebih
lanjut,
dari Dari
ratusan
ratusan mahasiswa yang diwisuda, diwisuda,
hanya
mahasiswa
yang
50
nama
orang
hanya 50 orang yang namanya mereka yang masuk laporan Kopertis. masuk ke dalam laporan Kopertis. 27.
Serupa
dengan
Yappann, Serupa dengan mahasiswa Yappann,
mahasiswa STKIP Suluh Bangsa mahasiswa STKIP Suluh Bangsa yang yang terdaftar di PDPT dan masih terdaftar di PDPT dan masih aktif aktif kuliah sedang dalam proses kuliah perpindahan ke PTS lain. 28.
Pengurusnya
juga
Ketika
petugas
dalam
proses
perpindahan ke PTS lain. tidak Keberadaan
diketahui keberadaannya. 29.
sedang
pengursnya juga tidak
diketahui. Kopertis Ketika petugas Kopertis mendatangi
mendatangi alamat PTS tersebut, alamat PTS tersebut, gedung sudah gedungnya sudah beralih fungsi. 30.
Jika
mereka
menjalankan lembaga
tetap kegiatan
pendidikan,
berlaih fungsi. ingin Jika mereka tetap ingin menjalankan
sebagai kegiatan sebagai lembaga pendidikan, Kopertis Kopertis bersedia membina mereka.
bersedia melakukan pembinaan. 31.
Jika
mereka
memilih
ditutup, Jika mereka memilih ditutup, Kopertis
Kopertis akan melakukan secara akan resmi.
mengabulkan
mereka secara resmi.
permintaan
117
32.
Kami memang meminta kepada “Kami pemerintah
supaya
kesempatan
untuk
memang
meminta
ada pemerintah
jika
ada
dibina bermasalah
agar
diberi
kepada
PTS
yang
pembinaan
terlebih dahulu jika ada PTS terlebih dahulu. Ternyata ada 101 dari yang bermasalah. Ternyata ada 243 101
dari
243
PTS
PTS
yang menyatakan tidak
yang sanggup, ya, lebih baik ditutup saja,”
menyatakan tidak sanggup, ya, ujar Budi yang juga Ketua Pembina lebih baik ditutup saja,” ujar Budi Yayasan
Universitas
Narotama
yang juga Ketua Pembina Yayasan Surabaya.” Universitas Narotama Surabaya. 33.
Peningkatan
mutu
layanan Peningkatan
mutu
pelayananan
pendidikan juga menjadi komitmen pendidikan
menjadi
penyelenggaraan
penyelenggaraan
dan
pimpinan komitmen
salah
satu dan
pelaksanaan yang dilakukan pimpinan
perguruan tinggi swasta.
perguruan tinggi swasta. 34.
Demikian Umum
dikemukakan Pengurus
Pusat
Ketua Demikian dikemukakan Ketua Umum Asosiasi Pengurus Pusat Asosiasi Perguruan
Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) M (Aptisi)
M
Budi
Djatmiko
di Budi Djatmiko di Jakarta (2/7).
Jakarta, akhir pekan lalu. 35.
“Kami meminta supaya
dari
kepada ada
memang “Kami dari Aptisi memang meminta
Aptisi
pemerintah pemerintah supaya ada kesempatan
kesempatan
untuk dibina terlebih dulu jika ada PTS yang
118
dibina terlebih dulu jika ada PTS bermasalah. yang bermasalah. 36.
Akan
tetapi
,
berikan Tetapi seharusnya Aptisi memberikan
kesempatan kepada PTS untuk kesempatan memperbaiki
kepada
melalui memperbaiki
PTS
kualitas
untuk melalui
pendampingan oleh Kementrian pendampingan oleh Kementrian Riset, Riset,
Teknologi,
dan
Aptisi Teknologi,
secara sungguh-sungguh. 37.
“Yang
jauh
solusinya?
lebih
Aptisi
secara
sungguh-sungguh.
penting
Bukan
dan
apa “Jauh lebih penting apa solusinya?
hanya
saling Bukan hanya saling menyalahkan.
PTN
yang PTS
menyalahkan. 38.
Beda
dengan
umumnya karena
lebih
berkualitas
semuanya
Selain
itu,
juga
umumnya
lebih
PTN
berkualitas
yang karena
Budi fokus
Selain
itu,
meningkatkan pendidikan tinggi meningkatkan di daerah terpencil dan terluar daerah serta kawasan Indonesia timur. 40.
dengan
dibiayai semuanya dibiayai pemerintah,” ujar
pemerintah,” ujar Budi. 39.
beda
PTN
juga
pendidikan
fokus
tinggi
di
terpencil dan terluar serta
kawasan Indonesia timur.
Yang ini sebenarnya bisa diperkuat Hal ini sebenarnya bisa diperkuat oleh oleh PTS,” ujar Budi.
PTS, ujar Budi.
119
41.
Itu
karena
memang
42.
pemenuhan dosen Itu karena pemenuhan jumlah dosen
menjadi
salah
satu memang
menjadi
salah
satu
tantangan sebagian besar PTS.
tantangan sebagian besar PTS.
“Dosen yang S-1 masih banyak.
“Dosen
dengan
level
S-1
masih
banyak . Ada yang sulit untuk S-2 karena program S-2 terbatas, seperti bidang kesehatan. 43.
Ada yang sulit untuk S-2 karena Ada yang sulit untuk S-2 karena program S-2 nya terbatas, seperti program S-2 terbatas, seperti bidang bidang kesehatan.
44.
kesehatan.
Selain itu, tidak semua PTS mampu Selain itu, tidak semua PTS mampu membiayai kuliah dosennya karena membayai keterbatasan finansial.
45.
mereka
karena
keterbatasan ekonomi
Kondisi riil ini perlu dipahami juga Kondisi nyata ini perlu dipahami juga oleh pemerintah,” ujar Budi.
46.
dosen
oleh pemerintah,” ujar Budi.
Sementara itu, Thomas menyatakan Sementara itu, Thomas menyatakan masih ada sejumlah aturan yang masih belum
sinkron
untuk
ada
sejumlah
aturan
yang
pengajuan belum sinkron untuk pengajuan dosen
dosen dengan nomor induk khusus dengan nomor induk khusus (NIDK) (NIDK) yang bisa dipakai dalam yang bisa dipakai dalam perhitungan perhitungan
rasio
dosen
: rasio dosen berbanding mahasiswa.
120
mahasiswa. 47.
Direktur
Jendral
Sumber
Daya Direktur Jendral Sumber Daya Ilmu
Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pengetahuan, Pendidikan
Tinggi
dan
Ali
Dikti
Teknologi,
dan
Kemenristek Pendidikan Tinggi Kemenristek dan
Ghufron
Mukti Dikti Ali Ghufron Mukti mengatakan,
mengatakan, periode Januari –Juni pada
Januari –Juni 2016
periode
2016 sudah ada 567 dosen ber- sudah ada 567 dosen yang memiliki NIDK.
NIDK.
48.
Dukungan
untuk
peningkatan Dukungan
untuk
meningkatkan
pendidikan dosen ke S-2 dan S-3 pendidikan dosen ke jenjang S-2 dan untuk tahun ini tersedia bagi 2.300 jenjang S-3 untuk tahun ini tersedia dosen dengan beasiswa Lembaga Pengelola Dana pendidikan. 49.
Senin pekan depan, Komisi I DPR Senin pekan depan, Komisi I DPR menggelar
uji
kelayakan
dan menggelar
kepatutan
terhadap
27
anggota
Komisi
Penyiaran Komisi Penyiaran
Kami
berharap
DPR
kelayakan
dan
calon kepatutan terhadap 27 calon anggota
Indonesia periode 2016-2019. 50.
uji
Indonesia
(KPI)
periode 2016-2019. juga DPR juga melakukan hal yang sama
melakukan
hal
sama
dalam dalam pemilihan anggota KPI karena
pemilihan
anggota
KPI
karena peran penyiaran sama vitalnya dengan
121
peran
penyiaran
dengan
sama
pemilihan
vitalnya pemilihan
umum
umum
dan
perang
dan antikorupsi,”
perang anti korupsi,” 51.
Yang dibutuhkan sekarang adalah Apa yang dibutuhkan sekarang adalah anggota
KPI
yang
tegas, anggota KPI yang tegas, berintegritas,
berintegritas, dan independen atau dan
independen
atau
tidak
bisa
tidak bisa diintervensi oleh industri diintervensi oleh industri penyiaran. penyiaran. 52.
Selain
itu,
mereka
juga
akan Selain itu, mereka juga akan terlibat
terlibat dalam penyusunan revisi dalam
revisi
Undang-
undang Penyiaran.
Undang-undang Penyiaran.
53.
menyusun
“Selama ini kita tahu, peranan “Selama ini kita tahu, peran setiap setiap fraksi DPR turut menentukan fraksi DPR turut menentukan siapa yang terpilih di KPI nanti.”
siapa yang terpilih di KPI nanti.
54.
Namun,
yang
terpenting
dari “hendaknya pemerintah sampai proses
semuanya, jangan sampai proses pemilihan
terpengaruhkepentingan pemilik
ucapnya.
tidak
ini kepentingan modal”.
pemilihan
atau
ini
pemodal
industri penyiaran,”
terpengaruh
122
55.
Direktur
Remotivi
Muhamad Direktur
Remotivi
Muhamad
Heychael mengatakan, yang perlu Heychael mengatakan, hal yang perlu ditekankan
dalam
proses ditekankan
dalam
proses
memilih
pemilihan anggota KPI ini adalah anggota KPI ini adalah transparansi. transparansi. 56.
Menurut Heychael, jangan sampai Menurut
Heychael,
jangan
sampai
logika seperti ini diterapkan karena logika seperti ini diterapkan karena pemilihan anggota KPI berbeda memilih anggota KPI berbeda dengan dengan lembaga-lembaga lainnya, memilih seperti Dewan Pers. 57.
“KPI
adalah
anggota
lembaga-lembaga
lainnya, seperti Dewan Pers.
lembaga
yang “KPI adalah lembaga yang mewakili
mewakili publik sehingga elemen- publik sehingga elemen-elemen yang elemen yang mewakili KPI harus mewakili KPI harus benar-benar diuji benar-benar diuji kompetnesinya. 58.
Mereka orang
yang yang
dipilih
kompetensi mereka.
haruslah Mereka yang dipilih haruslah orang-
kompeten
dan orang
memiliki komitmen. Jangan sampai memiliki DPR
berpikir
dengan
representasi,” katanya. 59
logika DPR
yang
berkompetensi
komitmen. berpikir
Jangan dengan
dan sampai logika
representasi,” katanya
Dari 27 nama calon anggota KPI calon anggota KPI yang diserahkan yang
diserahkan pansel kepada pansel
(panitia
Komisi I DPR, terdapat beberapa Komisi I DPR
seleksi)
kepada
123
nama calon yang masih bekerja di industri penyiaran.
C. Penggunaan Bahasa Jurnalistik di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas Berdasarkan
hasil
temuan
yang
peneliti
paparkan
pada
sub-bab
sebelumnya, terlihat bahwa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas masih belum konsisten dalam mengimplementasikan bahasa jurnalistik. Harian Kompas masih melakukan pelanggaran pedoman bahasa jurnalistik poin 1, 2, 4, 5, 6, 8 dan 9. Pada sub-bab ini peneliti juga akan menghubungkan temuan dan teori mengenai bahasa dan fungsi bahasa. seperti sudah dijelaskan bahwa bahasa merupakan sistem lambang yang arbiter (disepakati) yang digunakan oleh kelompok sosial untuk berkomunikasi. Ini berarti, bahasa yang digunakan harus dipahami oleh komunikator dan komunikan atau dalam media bahasa harus dipahami oleh media dan pembaca.
Selain itu,
bahasa dibentuk
melalui
kesepakatan. Dalam hal ini, kesepakatan antara Persatuan Wartawan Indonesia dengan media Harian Kompas.3 Bahasa juga memiliki empat fungsi yaitu sebagai alat menyatakan ekspresi, alat komunikasi, intergrasi sosial dan kontrol sosial. 4 Selain melakukan analisis bahasa jurnalistik pada empat berita di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas, peneliti juga melakukan wawancara 3
Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.22. Gorys Keraf, Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa (Flores: Nusa Indah, 2001), h.37. 4
124
dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan, Nasrullah Nara. Dalam wawancara tersebut peneliti mendapatkan beberapa hal yang penting untuk menjawab pertanyaan penelitian. Menurut Nasrullah Nara, berita di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas menggunakan stylebook yang sudah ditetapkan oleh Kompas. Stylebook tersebut relevan dengan pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Harian Kompas juga menggunakan teori 10 elemen jurnalisme yang dikemukakan Bill Kovach. Selain itu, bahasa yang digunakan Harian Kompas harus santun, menghormati keanekaragaman dan tidak sembrono dalam menulis kalimat dalam berita. 5 Pernyataan ini selaras dengan teori bahasa yang menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang bersifat arbiter (disepakati). Hal ini terjadi pada pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan oleh PWI. Pedoman bahasa jurnalistik tersebut merupakan pedoman yang dibuat oleh suatu lembaga dan disepakati oleh media cetak, salah satunya Kompas yang menyatakan bahwa stylebook Harian Kompas relevan dengan pedoman bahasa jurnalistik PWI. Mengenai stylebook Harian Kompas yang relevan dengan pedoman bahasa jurnalistik PWI, peneliti masih menemukan pelanggaran-palanggaran dalam berita Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Mengenai pelanggaranpelanggaran tersebut Nasrullah Nara menjelaskan, berita di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas mengutamakan penulisan berita dengan kalimat pendek, tetapi pada berita yang menyangkut kebijakan pemerintah tidak dapat menggunakan kalimat yang sederhana karena jika kalimat disederhanakan, maka 5
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
125
makna kalimat tersebut berbeda. Jadi, dengan sangat terpaksa berita menggunakan kalimat yang panjang.6 Kalimat yang panjang dapat menyulitkan pembaca untuk memahami makna kalimat padahal dalam bahasa terdapat fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.
Apabila kalimat dalam berita terlalu panjang dan menyulitkan
pembaca memahami makna kalimat dalam berita, maka komunikasi antara Harian Kompas dan pembaca tidak berjalan dengan baik sehingga fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang bersifat arbiter tidak terlaksana. Berita di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas terkadang masih menggunakan ungkapan klise karena ungkapan klise yang digunakan pada berita
tersebut
bertujuan
untuk
mempertegas
penulisan.
Contohnya
kata
“diselidiki lebih lanjut” ini mempertegas bahwa berita merupakan hasil dari penyelidikan lebih lanjut.7 Pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan oleh PWI merupakan pedoman yang dibuat dan disepakati oleh suatu lembaga. Pihak Harian Kompas juga telah menyatakan bahwa stylebook yang digunakan harian Kompas relevan dengan pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan oleh PWI, namun dalam prakteknya penulisan berita di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas masih tidak mengikuti pedoman bahasa jurnalistik. Dalam hal ini, fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan alat menyatakan ekspresi berjalan baik, namun fungsi bahasa sebagai kontrol sosial tidak berjalan baik. Mengenai penggunaan kata mubazir yang masih digunakan dalam berita, Nasrullah mengatakan kadangkala kata-kata mubazir tersebut perlu digunakan 6
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. 7 Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
126
untuk mempertegas kalimat dan menjelaskan konteks kalimat. Jika kata yang digunakan tidak terlalu mubazir dan tidak mengganggu bahasa yang digunakan, maka kata mubazir tersebut digunakan dalam penulisan berita. Intinya, terkadang ada tambahan kata untuk menegaskan dan memperjelas kalimat agar pembaca paham dengan berita tersebut.8 Sama seperti bagian sebelumnya, dalam hal ini ini fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan alat menyatakan ekspresi berjalan dengan baik karena pelanggaran pada poin ini dimaksudkan agar pembaca lebih memahami isi berita, namun fungsi bahasa sebagai intergrasi sosial dan kontrol sosial tidak berjalan dengan baik karena Harian Kompas tidak mengikuti pedoman bahasa jurnalistik yang sudah disepakati. Dalam penulisan berita, terkadang Harian Kompas masih menggunakan kalimat ilmiah dan akronim yang tidak dijelaskan kepanjangannya, namun kata ilmiah dan akronim yang digunakan adalah kata yang sudah lazim digunakan masyarakat. Standar yang digunakan dalam kata yang bersifat ilmiah atau tidak adalah jika kata tersebut sudah diketahui orang banyak, maka kata tersebut dapat digunakan. Contohnya kata “finansial”, “riil” dan “pansel” kedua kata ini sudah tidak asing dikalangan masyarakat.9 Dalam hal ini, fungsi bahasa sebagai alat menyatakan ekspresi sudah terlaksana, namun fungsi sebagai alat komunikasi, tidak terlaksana karena Harian Kompas masih menggunakan kalimat teknis dan ilmiah, sedangkan tidak semua masyarakat memahami kata-kata teknis dan ilmiah. Fungsi bahasa sebagai intergrasi sosial juga tidak terlaksana karena katakata tersebut bukan kata yang umumnya digunakan. Selain itu, fungsi kontrol 8
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. 9 Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
127
sosial juga tidak terlaksana karena Harian Kompas tidak mengikuti pedoman bahasa jurnalistik sebagai pedoman yang telah disepakati. Mengenai pelanggaran tentang kaidah tata bahasa, Nasrullah mengakui kesalahan bahasa yang dilakukan dan kesalahan ini dapat menjadi masukan bagi Kompas
Temuan-temuan
tersebut
akan
menjadi salah satu acuan untuk
memperbaiki penulisan berita di Harian Kompas.10 Dalam hal ini, fungsi bahasa sebagai alat untuk menyatakan ekspresi sudah terlaksana. Sementara itu, fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, intergrasi sosial dan kontrol sosial tidak terlaksana dengan baik
10
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian berupa analisis bahasa jurnalistik pada berita di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan dan wawancara kepada Editor Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas, peneliti mendapat kesimpulan bahwa penggunaan bahasa jurnalistik di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas tidak konsisten terhadap pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia. Buktinya, dari 114 kalimat yang peneliti analisis, terdapat 59 kalimat yang melanggar pedoman bahasa jurnalistik. Berikut penjelasannya 1. Terdapat satu kalimat yang melanggar pedoman bahasa jurnalistik nomor satu yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya secara konsekuen melaksanakan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia. 2. Terdapat dua kalimat tidak mematuhi pedoman bahasa jurnalistik nomor dua
yang
menyatakan
wartawan
hendaknya membatasi diri dalam
singkatan atau akronim. Dalam pelanggaran ini terdapat akronim-akronim yang tidak dijelaskan kepanjangannya. 3. Terdapat satu kalimat yang melanggar pedoman bahasa jurnalistik nomor empat yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya menulis dengan kalimat-kalimat pendek. Mengenai hal ini, Editor Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan menanggapi bahwa Kompas mengutamakan kalimat-kalimat pendek. Namun, jika berita tersebut berisi tentang kebijakan pemerintah, maka kalimat pada berita tersebut tidak dapat dipendekan. 128
129
4. Selanjutnya peneliti menemukan satu kalimat melanggar pedoman bahasa jurnalistik yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise atau stereotype. Mengenai hal ini, Editor Kompas menyatakan
bahwa
kalimat
klise
kadangkala
dibutuhkan
untuk
mempertegas proses penulisan berita. 5. Kemudian peneliti juga menemukan 17 kalimat yang melanggar pedoman bahasa jurnalistik nomor enam yang menyatakan wartawan hendaknya menghilangkan kata mubazir. Mengenai penggunaan kata mubazir, Editor menyatakan
kalau
kalimat
mubazir
kadangkala
diperlukan
untuk
menjelaskan konteks kalimat kepada pembaca. 6. Selain itu, peneliti menemukan satu kalimat melanggar pedoman bahasa jurnalistik menghindari
nomor
delapan
kata-kata
yang
asing
menyatakan
dan
wartawan
istilah-istilah
teknis.
hendaknya Mengenai
penggunaan istilah-istilah teknis, Editor menyatakan jika kata-kata teknis tersebut sudah lazim digunakan oleh masyarakat, maka kata tersebut dapat digunakan untuk penulisan berita. 7. Terakhir peneliti menemukan 37 kalimat yang melanggar pedoman bahasa jurnalistik nomor sembilan yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa. Dalam pelanggaran pedoman bahasa jurnalistik nomor sembilan, pedoman yang sering dilanggar yakni mengenai pemilihan diksi yang tidak tepat, kalimat yang tidak logis dan kalimat yang tidak terstruktur. Menurut Editor Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan, inilah yang menjadi temuan peneliti yang dapat menjadi
130
masukan bagi Kompas. Temuan-temuan tersebut akan menjadi salah satu acuan untuk memperbaiki penulisan berita. B. Saran Dalam penelitian ini, penulis memiliki beberapa saran untuk pekerja media cetak, khususnya Harian Kompas dan untuk mahasiswa jurnalistik, yaitu: 1. Dengan oplah dan pembaca terbanyak di Indonesia, hendaknya wartawan Harian Kompas lebih mengindahkan pedoman bahasa jurnalistik dalam penulisan berita,. 2.
Hendaknya wartawan Harian Kompas
membatasi diri dalam singkatan
atau akronim jika harus menulis akronim, setidaknya kepanjangan akronim tersebut dijelaskan minimal satu kali. 3. Hendaknya Wartawan Harian Kompas dalam menulis berita menggunakan kalimat-kalimat pendek. Jika kalimat tersebut tidak bisa disederhanakan, alangkah baiknya kalimat tersebut dibuat menjadi dua kalimat atau lebih. 4. Hendaknya wartawan Harian Kompas dapat menghilangkan kata-kata mubazir yang tidak perlu digunakan dalam penulisan kalimat. 5. Hendaknya wartawan Harian Kompas lebih memperhatikan kaidah tata bahasa yang meliputi struktur kalimat, pemilihan diksi dan logika kalimat karena peneliti menemukan pelanggaran ini yang paling sering ditemukan. 6. Terakhir
untuk
Hidayatullah
mahasiswa
Jakarta,
jurnalistik,
hendaknya
khususnya
menemukan
di
UIN
Syarif
penelitian-penelitian
131
terdekat dahulu. Kadangkala sesuatu yang terdekat luput untuk dijadikan penelitian. Misalnya bahasa jurnalistik, bahasa jurnalistik sangat penting dalam penulisan berita tetapi jarang penelitian yang meneliti bahasa jurnalistik. Peneliti berharap, di kemudian hari penelitian mengenai media massa
lebih
berkembang
dari
penelitian-penelitian
tercipta pemikiran baru mengenai penelitian.
sebelumnya
dan
DAFTAR PUSTAKA Anwar, Rosihan. Bahasa Jurnalistik dan Komposisi. Yogyakarta: Media Abadi. 2004. Arikunto, Suharsmi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta. 1992. Badudu, J.S. Cakrawala Bahasa Indonesia II. Jakarta: Gramedia. 1992. ---------------- Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. 1985. ---------------- Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II. Jakarta: Gramedia. 1994. Barus, Sedia Willing. Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta: Erlangga. 2010. Dewabrata, A.M. Kalimat Jurnalistik. Panduan Mencermati Penulisan Berita. Jakarta: Kompas. 2004. Effendy, Onong Uchjana. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju. 1989. Ghony, Djunaidi.
Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Prosedur, Teknik dan
Grounded. Surabaya: Bina Ilmu.2007. Hidayat, Asep Ahmad. Filsafat Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006. Hs, Widjono. Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo. 2012. Junaedhi, Kurniawan. Ensiklopedia Pers Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 1991. Keraf , Gorys. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa Indah. 2001.
132
133
Kriyanto, Rachmat. Metodologi Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2006. Masri, R. Sareb Putra. Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi. Jakarta: Graha Ilmu. 2007 Mondry. Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia. 2008. Muhtadi, Asep Saeful. Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik. Ciputat: Logos Wacana Ilmu. 1999. Nababan, P.W.J. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1991. Olii, Helena. Berita dan Informasi. Jakarta: Indeks. 2007. Rahardi, Kunjana. Asyik Berbahasa Jurnalistik Kalimat Jurnalistik dan Temali Masalahnya. Yogyakarta: Santusta. 2006. ---------------- Bahasa Jurnalistik. Yogyakarta: Ghalia Indonesia. 2011. --------------- Dasar-dasar Penyuntingan Bahasa Media. Depok: Gramata Publishing. 2010. Rhenald, Kasali. Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 1992. Rivers, William L. Media Massa & Masyarakat Modern. Jakarta: Kencana. 2003. Sarwoko, Tri Ardi. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta: Andi. 2007. Setiati, Eni. Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan Strategi Wartawan Menghadapi Tugas Jurnalistik. Yogyakarta: Andi. 2005. Soehoed, Hoeta. Dasar-dasar Jurnalistik. IISIP. 2003.
Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta
134
Suhaemi, Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2009. Suhandang, Kustadi. Pengantar Jurnalistik Seputar Otganisasi, Produk, & Kode Etik. Jakarta:Yayasan Nuansa Cendikia. 2004. Suhirman , Imam. Menjadi Jurnalis Masa Depan. Bandung: Dimensi Publisher. 2005. Sujarweni, Wiratna. Metodologi Penelitian: Lengkap, Praktis dan Mudah Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. 2014. Sumadiria, Haris.
Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media. 2006. Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia. 2011. Syamsul, Asep. M Romli. Jurnalistik Praktis. Bandung: Rosda. 2005. Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia. 2005. Kamus Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.1988. cet.ke-1
Berita Koran ELN. 101 PTS Ditutup. Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Jumat 1 Juli 2016. DNE. ELN. PTS Tutup Karena Kurang Mahasiswa. Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Sabtu 2 Juli 2016. ELN.
Perguruan
Tinggi
Butuh
Pendampingan.
Rubrik
Pendidikan
dan
Kebudayaan Harian Kompas. Senin 4 Juli 2016. ABK. Cegah Titipan Industri Penyiaran. Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Jumat 15 Juli 2016.
135
Artikel Internet Company Profile. http://profile.print.kompas.com/profil/. Artikel diakses pada Jumat 20 Januari 2017 pukul 00.59.
PT. Kompas Media Nusantara. Tentang Kompas. Artikel diakses pada 25 Juni 2016 dari http://profile.print.kompas.com/profil/
Universitas Islam Indonesia. Paradigma Penelitian Komunikasi. Artikel diakses pada Senin, 19 Desember 2016 pukul 22.30 dari http://communication.uii.ac.id/images/PERKULIAHAN/paradigma %20penelitian%20%5Bcompatibility%20mode%5D.pdf Universitas Terbuka, Filsafat, Paradigma, dan Jenis Penelitian, diakses pada Senin, 19 Desember 2016 pukul 22.13 dari http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ekma5104/5104%20jadi/fmenu _2.1.htm
LAMPIRAN-LAMPIRAN
TRANSKRIP WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI Nama Narasumber
: Nasrullah Nara
Jabatan
: Editor Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan / Wakil Kepala Desk Humaniora
Waktu Wawancara
: Jumat, 17 Maret 2017 Pukul 18.15 - 19.05 WIB
Tempat Wawancara
: Lantai 3 Gedung Kantor Kompas Gramedia (Kantor Redaksi)
1. Mengenai Visi Kompas yang menyatakan bahwa “Menjadi Institusi yang
Memberikan
Pencerahan
bagi
Perkembangan
Masyarakat
Indonesia yang Demokratis dan Bermartabat serta Menjunjung Tinggi Asas dan Nilai Kemanusiaan”. Apa yang dimaksud dengan kata bemartabat? Apakah ada hubungannya dengan penggunaan bahasa jurnalistik? Definisi dari bemartabat itu mulia dan berharga di masyarakat. Mengapa berharga di masyarkat? Karena Kompas bertujuan mengedukasi dan memberikan manfaat kepada masyarakat dengan cara menyebarkan informasi dengan menjelaskan duduk perkara, serta dalam penulisan bahasa. Bemartabat adalah bagaimana orang itu bermanfaat, menjadi organisasi yang bermanfaat di mata masyarkat. Tentu saja bemartabat di sini berkaitan dengan bahasa jurnalistik karena seseorang dikatakan bemartabat apabila Ia menghargai bahasanya dan seberapa jauh ia berbahasa. Bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa yang memiliki azas yang harus dijunjung tinggi dan mengharuskan menyampaikan informasi dengan baik dan benar secara sederhana, menghemat ruang dan waktu karena orang membaca berita dengan buru-buru, tergesa-gesa. Dengan memberikan informasi yang terstruktur orang menjadi paham. Bahasa jurnalistik memiliki prinsip tersendiri seperti singkat, padat, sederhana, lugas.
2. Mengenai Misi Kompas, apakah dalam Misi tersebut Kompas mengedepankan bahasa jurnalistik dalam menuliskan berita? Tentu saja, bagaimana kita dapat menyampaikan pesan kepada masyarakat kalau alat yang kita pakai tidak pas. Bahasa ibarat alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Semua yang ditulis dalam koran kompas adalah bahasa jurnalistik.
3. Apakah semenjak kali pertama diterbitkan, Kompas sudah mempunyai rubrik Pendidikan dan Kebudayaan? Semenjak
awal berdiri,
Kompas sudah menerbitkan berita tentang
Pendidikan dan Kebudayaan, hanya saja saat itu belum memiliki rubrik sendiri dan masih bersatu dengan berita-berita lain karena memang pada saat pertama terbit, koran belum menerapkan sistem perubrikan. Sekitar 1980-an Koran baru menerapkan sistem perubrikan. Rubrikasi dilakukan untuk mengelompokkan berita agar pembaca dengan mudah mengetahui halaman-halaman dari berita yang ingin Ia baca. Secara internal manejemen, sistem perubrikan memberikan kemudahan untuk mengatur dan mengelola yang mengisi halaman tersebut.
4. Bagaimana latar belakang
terbentuknya rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan? Saya pikir ini tidak terlepas dari latar belakang pekerjaan atau profesi pendiri Harian Kompas. Pendiri Harian Kompas, Jacob Oetama awalnya adalah seorang guru, jadi Jacob Oetama ingin mengajar masyarakat melalui koran dan sebagai jalannya Ia membuat Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu, pendirian Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan ini sebagai dedikasi kepada masyarkat. Pendidikan berkaitan dan tidak dapat dipisahkan
dari Kebudayaan. Perlu diingat bahwa tidak begitu banyak
media yang memiliki rubrik Pendidikan dan Kebudayaan.
5. Mengapa rubrik Pendidikan dan Kebudayaan ditempatkan di halaman 11-12 ? Apakah ada korelasi antara letak rubrik dengan jumlah pembaca? Itu hanya faktor teknis saja. Semua berita di koran Kompas itu penting, mulai dari halaman awal sampai halaman akhir. Tidak ada korelasi antara letak rubrik dengan jumlah pembaca. Hanya saja, pada halaman satu merupakan berita-berita pilihan. Konten berita pada halaman satu dapat diambil dari rubrik mana saja asalkan berita tersebut terbaik. Adakalanya, Berita Pendidikan dan Kebudayaan pun terdapat di halaman pertama. Tidak ada pertimbangan mengenai rubrik penting dan tidak penting. Semua kami anggap penting.
6. Bagaimana gambaran umum pembaca kompas? Menurut company profile Kompas tahun 2013, distribusi oplah Kompas tahun 2013 menjangku 33 provinsi di Indonesia. Pembaca di Pulau Jawa mencapai 87% dan di luar Pulau Jawa 13%. Berdasarkan jenis kelamin, pembaca Harian Kompas mayoritas adalah wanita dengan presentase 70% sedangkan pria 30%.
7. Apakah rubrik Pendidikan dan Kebudayaan memiliki pengaruh terhadap oplah Kompas? Kami tidak pernah mengukur apakah Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan memiliki pengaruh terhadap oplah Kompas yang pasti menteri atau pejabat sering menjadikan koran kami sebagai rujukan kebijakan.
8. Apa saja kriteria yang menjadikan berita layak diterbitkan pada rubrik Pendidikan dan Kebudayaan? Berita yang layak untuk diterbitkan di rubrik ini adalah berita pendidikan dan kebudayaan yang menyangkut kepentingan orang banyak. Berita pada rubrik
ini haruslah mengedukasi masyarakat,
membangun pluralisme,
merawat nasionalisme dan membangun karakter bangsa.
9. Apakah setiap berita yang ditulis oleh wartawan sudah pasti diterbitkan? Tidak
juga,
menyangkut
semua berita disleksi. kebijakan
Berita yang diutamakan adalah
pendidikan nasional,
berita yang menyangkut
momentum mengenai pendidikan dan kebudayaan dan kepentingan orang banyak.
Apa yang dimaksud pendidikan adalah fasilitas, sarana, regulasi
dan Undang-undang Pendidikan.
10. Dalam penulisan berita, apakah berita mutlak ditulis oleh wartawan? Lalu, bagaimanakah proses berita dari pencarian berita hingga penerbitan berita? Berita mutlak
ditulis oleh wartawan dan wartawan juga mengedit
tulisannya sendiri. Jadi prosesnya dari wartawan menulis dan mengedit bahasanya halaman,
sendiri,
kemudian
selanjutnya
editor
diserahkan
mengedit
kepada
mengenai
penyelaras
peletakan
bahasa
untuk
dilakukan penyintingan bahasa.
11. Apakah Harian Kompas memiliki SOP dalam penulisan berita? Jika ada, pedoman apa yang digunakan Kompas? Tentu saja Kompas memiliki SOP dalam penulisan berita. Setiap koran punya stylebook masing-masing Salah satunya penulisan berita harus mencakup rumus 5W1H, what ,who, when, where, why dan how. Dalam
penulisan
berita
Kompas
harus
santun
juga
menghormati
keanekaragaman dan tidak sembrono dalam menulis kalimat dalam berita. Selain
itu
juga
menggunakan
teori
10
elemen
jurnalisme
yang
dikemukakan Bill Kovach.
12. Bagaimana tanggapan mengenai pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan oleh PWI? Bagus sekali PWI dapat mengeluarkan pedoman bahasa jurnalistik. Kurang lebih pedoman ini juga yang digunakan oleh Kompas. Style book
Kompas relevan dengan Pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan oleh PWI.
13. Mengapa pada berita di rubrik Pendidikan dan Kebudayaan masih ditemukan kalimat yang terlalu panjang? Bagaimana style book Kompas dalam mengatur jumlah kata dalam satu kalimat? Dalam penulisan berita, Kompas pasti mengutamakan kalimat sependek mungkin, tetapi pada berita Pendidikan dan Kebudayaan yang menyangkut kebijakan pemerintah, kalimat tidak dapat disederhanakan karena jika disederhanakan, makna kalimat tersebut menjadi berbeda dan rusak maknanya jadi,
dengan sangat terpaksa menggunakan kalimat yang
panjang.
14. Mengapa pada berita di rubrik Pendidikan dan Kebudayaan masih ditemukan ungkapan klise seperti kata “diselidiki lebih lanjut”? Kalimat klise yang digunakan pada berita tersebut bertujuan untuk mempertegas bahwa berita merupakan hasil dari penyelidikan lebih lanjut. Kata “diselidiki lebih lanjut” itu menegaskan bahwa berita tersebut wartawan melakukan proses penyelidikan lebih lanjut.
15. Mengapa masih banyak ditemukan kata mubazir di berita rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas? Kata mubazir kadang kala diperlukan untuk mempertegas kalimat dan menjelaskan konteks kalimat. Kata yang digunakan tidak terlalu mubazir dan tidak mengganggu bahasa yang digunakan. Intinya, terkadang ada tambahan kata untuk menegaskan dan memperjelas kalimat.
16. Mengapa pada berita rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas masih ditemukan kata yang terlalu ilmiah tanpa dijelaskan maknanya seperti kata “finansial” dan “riil”? Bagaimana style book Kompas dalam penulisan istilah ilmiah? Ini merupakan bahasa yang sudah digunakan sehari-hari dan sudah umum. Kedua kata ini sudah menjadi umum sehingga dapat digunakan dalam penulisan berita. Standar yang kita gunakan dalam kata yang bersifat ilmiah atau tidak yaitu jika kata tersebut sudah diketahui orang banyak, maka kata tersebut tidak terlalu ilmiah dan dapat digunakan.
17. Mengapa pada berita rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas masih ditemukan kalimat yang tidak menaati kaidah tata bahasa seperti yang saya temukan terdapat kata “sedangkan” diawal kalimat ? Ini merupakan temuan kamu yang dapat menjadi masukan bagi Kompas. Temuan-temuan
tersebut
memperbaiki penulisan.
akan
menjadi
salah
satu
acuan
untuk
Dokumentasi Wawancara