PROFIL HARIAN UMUM KOMPAS Sejarah Harian Umum KOMPAS Koran KOMPAS terbit pertama kali pada tanggal 28 Juni 1965, tepat pada saat koran-koran nonkomunis terlarang terbit sejak awal 1960-an. Menurut salah seorang pendirinya, Frans Seda, harian ini lahir di tengah-tengah situasi dan kondisi politik yang dinamakan Sikon Revolusioner atau revolusi belum selesai. Pada saat itu, yang harus "diselesaikan" adalah Nekolim (Neo Kapitalisme Imperialisme), Kabir (Kapitalis Birokrat), dan Tujuh Setan Desa (tuan tanah jahat, tengkulak jahat, penghisap darah rakyat, bandit desa, tukang ijon, kapitalis birokrat, dan penguasa jahat). Pada edisi perrnulaan, karena tokoh-tokoh pendirinya dari golongan Katolik dan banyak dilanggan oleh para Pastor, orang mempelesetkan KOMPAS menjadi sebuah singkatan "Komando Pastor". Pelesetan kata tersebut semakin gencar ditupkan oleh orang-orang komunis pada masa itu dengan maksud untuk menghasut dan menjatuhkan nama baik KOMPAS. Selain itu, ada juga yang mempelesetkan KOMPAS menjadi "Komt Pas Morgen",
artinya KOMPAS yang datang pada
keesokan harinya karena pada saat itu, KOMPAS sering terbit secara telat. Kelahiran KOMPAS bermula dari lemparan ide Letnan Jenderal Ahrnad Yani (MentedPanglima angkatan Darat 1962-1965) kepada rekannya,
Frans Seda
(Menteri Perkebunan 1964-1966) untuk menerbitkan koran yang mampu melawan pers komunis. Ide tersebut juga bermula dari sebuah usul agar kalangan Katolik memiliki satu harian untuk mengimbangi PKI.
36
KOMPAS juga lahir atas desakan Presiden Soekarno pada Partai Katolik untuk menerbitkan koran. Karena pada masa itu,
hampir semua partai politik
menerbitkan koran sendiri untuk "menyuarakan perjuangannya". Partai Katolik kemudian memutuskan menerbitkan koran dengan membentuk Yayasan Bentara Rakyat yang anggotanya terdiri dari unsur hirarkhi (ulama Katolik), pimpinan Partai Katolik,
PMKRI,
serta Ojong dan Jakob (yang menjadi project oficer untuk
membangun pemsahaan yang menerbitkan koran). Pimpinan Partai Katolik mendesak Ojong PK dan Jakob Oetama untuk menerbitkan koran tersebut, sebab keduanya telah berhasil menerbitkan majalah "Intisari". Jakob Oetama dan P.K. Ojong merupakan dua serarlgkai yang menggarap ide dan mempersiapkan penerbitan koran. Koran tersebut semula bernama "Bentara Rakyat" dengan maksud sebagai counter terhadap dominasi penggunaan kata rakyat oleh hampir semua koran,
penerbitan, dan organisasi di bawah PKI.
Tetapi
menjelang Bentara Rakyat terbit, Presiden Soekarno yang sudah mendengar bahwa Seda akan menerbitkan koran, melalui Seda sebagai Menteri Perkebunan, yang pada waktu datang ke Istana untuk keperluan dinas,
menyarankan pemberian nama
KOMPAS pada koran tersebut dengan argumentasi bahwa koran tersebut dapat menjadi penunjuk arah. Oleh karena itu, "kompas
"
menjadi nama untuk harian
KOMPAS hingga saat ini dan nama Bentara Rakyat sebagai nama yayasan yang bertindak sebagai penerbit harian KOMPAS. Sepanjang sejarahnya,
KOMPAS pernah dua kali dilarang terbit oleh
pemerintah. Pelarangan tersebut merupakan pelarangan yang bersifat massal. KOMPAS mengalaminya bersama harian-harian yang lain. Pertama, KOMPAS
bersama harian yang lain dilarang terbit setelah terjadi peristiwa Gerakan 30 September 1965.
Tepatnya mulai edisi 2 Oktober 1965. Larangan tersebut
dikeluarkan oleh penguasa Pelaksana Perang Daerah (Papelrada) Jakarta Raya. Pada saat itu hanya harian "Angkatan Bersenjata" dan "Berita Yudha" yang boleh tetap terbit. Kompas diijinkan beredar kembali tanggal 6 Oktober 1965. Pada masa itu, ada koran yang tidak boleh terbit seterusnya. Harian tersebut semula dicetak di Percetakan PT Kinta,
salah satu percetakan yang baik di Jakarta.
Akhirnya,
memberi lowongan bagi Kompas untuk dicetak di percetakan tersebut. Sehingga, ketika terbit pada 6 Oktober 1965, Kompas telah dicetak di PT Kinta. Pencetakan Kompas oleh PT Kinta membuat penampilannya menjadi lebih baik. Oplah Kompas menjadi meningkat menjadi 23.268 lembar. Narnun demikian ha1 tersebut juga dikarenakan keadaan saat itu memang memungkinkan kenaikan oplah. Penutupan semua penerbitan pers pada saat itu, menjadikan masyarakat lebih antusias untuk mendapatkan berita begitu penerbitan pers dibuka kembali. Larangan terbit yang kedua kali terjadi setelah terjadi demonstrasi mahasiswa pada akhir tahun 1977 adan awal tahun 1978. KOMPAS bersama enam harian lain dilarang terbit antara tanggal 21 Januari 1978 dan 5 Pebmari 1978. Enam harian lain tersebut adalah "Sinar Harapan" (sekarang "Suara Pembaruan), "Merdeka", "Sinar Pagi", dan "Pos Sore" (sekarang "Harian Terbit"). Pada waktu yang sama pula, kurang lebih tujuh penerbitan pers mahasiswa di berbagai universitas di Jakarta, Yogyakarta, Bandung, dan Palembang dilarang terbit
Pada edisi pertama kali terbit, Kompas meliputi empat halaman. Berita utama di halaman satu berjudul "KTT AA Ditunda Empat Bulan. Di bawah head line ini diletakkan subjudul, berisi keterangan tentang penundaan Konferensi Asia Afrika I1 ini. Hasil dari kesepakatan perundingan tiga tokoh revolusioner dunia ketiga masa itu : Presiden Soekamo, Presiden Nasser dan Perdana Menteri Chou En Lai. Berita dari dalam negeri berupa peringatan Pejabat Presiden J.Leimena,
"Waspadalah terhadap serangan Nekolim". Kemudian dari medan perang Vietnam terdapat berita "Restoran Apung di Sungai Saigon diledakkan".
Sementara dari
Aljazair muncul berita "Munculnya seorang pemimpin baru, Kolonel Boumedienne". Di halaman pertama pojok kiri atas tertulis susunan staf redaksi. Sebagai pemimpin redaksi tertulis Drs. Jacob Oetama. Staf redaksi : Drs. J. Adisubrata, Lie Hwat Nio, S.H., Marcel Beding, Th. Susilawati, Tan Soei Sing, J. Lambangdjaja, Tan tik Hong, Th.Ponis Purba, Tinon Prabawa, dan Eduard Liem. Pojok Kompas di kanan bawah halaman pertama, mulai memeperkenalkan diri, "Mari ikat hati, mulai hari ini, Dengan .. .Mang Usil". Kompas pada edisi pertama memuat 11 berita luar negeri dan tujuh berita dalam negeri di halaman pertama. Istilah Tajuk Rencana saat itu masih belum ada. Tetapi di halaman dua ada "Lahimya Kompas", tajuknya K.ompas. Pada halaman ini pula terdapat lima berita luar negeri dan dua berita dalam negeri. Ditambah tiga artikel, satu diantaranya menyangkut luar negeri. Di halaman ini pula ada kolom hiburan "Senyum Simpul". Halaman I11 berisi tiga artikel, satu diantaranya mengenai luar negeri. Ada pula ulasan mengenai penyakit ayan dari Dokter Kompas. Sedangkan halaman IV
39
memuat berita dan dua artikel luar negeri.serta satu artikel dalam negeri. Di halaman ini tercatat dua berita olah raga, satu diantaranya mengenai "Persiapan Tim PSSI ke Pyongyang. Pemasangan iklan masih kurang dari separuh halaman. Dari enam iklan, satu diantaranya dari redaksi Kompas tentang "Perrnintaan menjadi langganan Kompas". Iklan yang paling besar dan bergambar hanya satu, yaitu obat batuk dan cacing. Berdasarkan penampilan wajah Kompas edisi pertama, tatanan wajahnya tidak karuan, gambarnya kurang terang dan sama sekali belurn memiliki tambahan pernik-pernik untuk mempercantik diri. Tidak seorangpun aktivis perintis Kompas merasa optimis Kompas akan berusia panjang. Pada saat itu, dibandingkan dengan surat khabar lainnya, penampilan Kompas kurang bersaing. Justru di balik segala keterbatasan serta kekurangan tersebut,
para pengelolanya dipacu untuk terus
menerus memperbaiki penulisan. Barangkali ha1 tersebut satu-satunya peluang untuk tetap meningkatkan daya saing. Supaya mampu membuka peluang dan merebut pasar. Kegigihan dan semangat tak kenal menyerah ini, pada akhirnya terbukti dapat mendorong Harian Umum Kompas tetap eksis sampai hari ini. Meskipun pada awalnya,
KOMPAS
peralatan kantor yang apa adanya,
hanya berbekal modal,
serta kantor tumpangan,
fasilitas,
KOMPAS dapat
mencapai sukses. Kesuksesannya, yang disebutnya dengarl trisukses meliputi sukses dalam mengembangkan dirinya menjadi kebanggaan nasional, sukses sebagai harian yang berkualitas, besar kuantitasnya, dan terpercaya profesionalismenya serta sukses dalam bisnis.
40
KOMPAS memiliki motto "Arnanat Hati Nurani Rakyat".
Motto tersebut
merupakan hasil pilihan dan renungan mendalam atas kondisi saat berdirinya, yaitu kondisi hati nurani masyarakat yang tersumbat akibat manipulasi PKI dan kawankawannya. Kelahiran KOMPAS merupakan suatu upaya pembebasan kondisi hati nurani masyarakat yang seperti itu. Dalam perkembangan secara kuantitas, terjadi peningkatan tiras Kompas. Dari edisi perdananya yang hanya tercetak 4.800 eksemplar oleh PN Eka Grafika. Kemudian setelah pencetakannya dialihkan di perusahaan yang lebih baik, Percetakan Massa Merdeka di Jalan A.M. Sangaji, tiras Kompas meningkat menjadi harnpir dua kali lipat yaitu 8000 eksemplar. Bahkan ket.ika dicetak di PT Kinta, percetakan terbaik di Jakarta saat itu, tiras Kompas meningkat menjadi 23.268 eksemplar. Peningkatan tiras juga diimbangi dengan peningkatan mutu redaksional. Pada akhir tahun 1966,
P.Swantono (sekarang Direktur PSIDM), dari Yogyakarta
dipanggil ke Jakarta. Sahabat akrab Jakob Oetama ini langsung terlibat memperkuat jajaran redaksi Kompas. Kemudian datang juga rombongan generasi kedua surat kabar ini,
antara lain J.Widodo (sekarang Kepala Li tbang),
R.B.Sugiantoro
(sekarang Wakil Pemimpin Umum) dan Anastasia Roesilah (sekarang Pemimpin Perusahaan). Untuk memperlancar kemajuan Kompas maka pihak pengelola berusaha memiliki percetakan milik sendiri. Pada pertengahan tahun 1972, setelah melalui perjuangan keras,
menghadapi beragam rintangan berikut kendala keuangan,
lahirlah Percetakan Gramedia.
Dengan adanya percetakan Grarnedia,
secara berangsur-angsur,
seluruh
kegiatan redaksional Kompas mulai disatukan di Kompleks Palmerah, Jakarta Pusat. Tetapi kegiatan administratif karena berbagai pertimbangan, masih berada di lain tempat (sekarang di Gedung Perintis, Jakarta Barat). Para pengelola Kompas juga mengupayakan perbaikan di bidang manajemen. Mulai tahun 197 1,
sirkulasi Kompas diteliti (di-audit) oleh akuntan publik
Drs.Utomo dan Mulia. Akuntan ini merupakan pilihan tiga biro iklan terkemuka saat itu. Dengan adanya data audit ini, seluruh angka-angka sirkulasi yang disiarkan pada biro iklan dan masyarakat calon pemasang iklan setiap tiga bulan sekali adalah angka-angka sebenarnya, bukan angka hasil rekayasa. Sehingga mereka semakin merasa yakin, bahwa iklannya benar-benar akan dapat dibaca oleh sekian pelanggan dan pembaca Kompas. Untuk lebih memantapkan data audit ini, sejak Desember tahun 1978, Kompas menjadi anggota Audit Bureau of Circulations di Sidney, Australia. Sebuah lembaga internasional yang dibentuk bersarna oleh para penerbit dan pemasang iklan serta biro-biro iklan.
Fungsi lernbaga ini mencatat dan
menyebarluaskan angka-angka sirkulasi yang benar dari parid anggotanya. Dengan
lahirnya
Undang-undang
Pokok
Pers
Tahun
1982
diberlakukannya ketentuan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP), penerbitan pers di Indonesia diwajibkan berbadab hukum. semakin mendewasakan eksistensi Kompas.
dan semua
Ketentuan tersebut
Sesuai ketentuan,
penerbitannya
dialihkan dari Yayasan Bentara Rakyat ke PT Kompas Media Nusantara.
Visi dan Misi Kompas
PT. Kompas Media Nusantara memiliki raison d'tre :yaitu : menjadi hati nurani rakyat,
mencerdaskan bangsa, dan bertanggung jawab terhadap masyarakat
(termasuk usaha mengurangi pengangguran). Nilai-nilai dasar yang dianutnya adalah (1) menghormati individu (manusia adalah aset utama), (2) profesionalisme dalarn
semua aspek usaha, (3) kerjasama dan sinergi, (4) integritas dan kejujuran. Sedangkan visi Kelompok Kompas Gramedia (KKG), penerbit Kompas, ialah sebagai agen perubahan dalam menciptakan masyarakat Inclonesia Baru. Masyarakat Indonesia baru adalah masyarakat benvatak baik,
rrlemiliki profesionalisme,
menghormati demokrasi, tidak diskriminatif, dan memiliki loyalitas kepada bangsa negara. Sementara misi KKG ialah mencerdaskan dan mengembangkan bangsa. Berdasarkan solidaritas dan kemanusiaan, berpartisipasi dalam mencerdaskan dan mengembangkan bangsa melalui media komunikasi dan (bisnis) lain,
dengan
manajemen yang sehat dan etika usaha bersih, yang memprioritaskan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan karyawan. KKG memiliki nilai-nilai filosofis : (1) menghorrnati individu (menghormati karyawan sebagai manusia-memanusiakan manusia),
(12) karakter positif,
(3)
profesionalisme, d m (4) tanggung jawab sosial. Menghomati individu dalam ha1 ini meliputi mengembangkan kemampuan karyawan, menhargai kinerja karyawan, memprioritaskan kebutuhan dan kesejahteraan karyawan, manajemen partisipatif, dan prinsip menang-menang.
Karakter positif berarti jiljur,
proaktif,
disiplin,
kebersamaan, keterbukaan, setia pada lembaga, dan selalu bersyukur kepada Tuhan. Sedangkan profesionalisme merupakan perbaikan terus-menerus, efektif dan efisien,
43
layanan maksimal, dan prinsip prioritas. Sementara tanggung jawab sosial berarti berpartisipasi dalam memenuhi dan mengatasi kebutuhan dan penderitaan masyarakat, mengatasi pengangguran, praktek usaha bersih, dan sadar lingkungan. Kompas sendiri memiliki visi tersendiri yaitu berpartisipasi dalam membangun Masyarakat Indonesia Barn,
yaitu masyarakat dengan kemanusiaan yang
transendental, persatuan dalam perbedaan, menghorrnati individu dan masyarakat yang adil dan makrnur. Sedangkan misi Kompas yaitu menjadi nomor satu dalam semua aspek usaha, di antara usaha-usaha lain yang sejenis dan dalam kelas yang sama. Hal tersebut dicapai dengan melakukan etika usaha bersih dan melaksanakan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan lain.