REPRESENTASI FOTO JURNALISTIK “EKSOTISME PULAU SEBESI” PADA HARIAN REPUBLIKA
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: Helmi Afandi Abdullah NIM: 1110051000105
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Helmi Afandi Abdullah No.Induk Mahasiswa : 1110051000105 Fakultas : Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 3. Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Ciputat, 08 September 2014
(HELMI AFANDI)
iii
ABSTRAK Helmi Affandi
REPRESENTASI FOTO JURNALISTIK “EKSOTISME PULAU SEBESI” PADA HARIAN REPUBLIKA Sebagaimana diketahui, jurnalistik merupakan proses untuk disajikan kepada khalayak melalui media massa. Pada perkembangannya, media massa dikelompokkan menjadi beberapa bidang media yaitu, media cetak seperti koran, majalah, tabloid, dan bulletin; media elektronik seperti televisi, dan radio; media online seperti internet. Dalam penelitian kali ini, subjek sasarannya adalah Harian Republika sedangkan objeknya adalah Eksotisme Pulau Sebesi pada rubrik rana. Republika adalah koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas muslim bagi publik di Indonesia. Oleh karena itu, foto-fotonya pun pasti mengandung sisi nilai Islami. Indonesia kaya akan kekayaan alamnya dan keindahannya, sehingga disebut zamrud khatulistiwa. Bahkan devisa Negara terbesar kedua adalah di bidang pariwisata. Namun, banyak kekayaan alam Indonesia, objek-objek wisata yang belum terekspos atau kita bisa sebut hidden paradise. Pada Foto rubrik Rana di harian Republika menampilkan foto salah satu obyek wisata yang ada di Indonesia. maka dapat diajukan beberapa pertanyaan, yaitu: apa yang di representasi Harian Republika atas foto eksotisme Pulau Sebesi? bagaimana penanda dan petanda dalam foto foto rubrik Rana Harian Republika? Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotika Charles Sander Pierce yaitu triangle semiotic , yaitu signifier, signified dan concept. Pierce mengatakan bahwa tanda adalah “something which stands to somebody for something in some respect or capacity” (segala sesuatu yang ada pada seseorang untuk menyatakan sesuatu yang lain dalam beberapa hal dalam kapasitas). Dalam sebuah foto terdapat sebuah pesan tersirat yang ingin dikomunikasikan oleh fotografer kepada orang lain. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif oleh karena itu, peneliti melakukan pengamatan secara menyeluruh, melakukan pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi pada tanda-tanda dalam rubrik rana foto keindahan pulau sebesi yang terdapat di Harian Republika. Penelitian menemukan bahwa isi dari foto jurnalistik ini mengangkat isu wisata dan problem sosial. Tidak hanya mengangkat sisi keindahan dari Pulau Sebesi saja tetapi juga kondisi sosial masyarakat disana. Foto-foto ini pun bertujuan sebagai kritik sosial terhadap pemerintah agar lebih memperhatikan kembali masyarakat di daerah yang melestarikan kekayaan alami Indonesia. Keyword: Fotografi, Semiotika Charles S. Pierce, Triangle Semiotic, Keindahan Pulau Sebesi, Harian Republika.
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb Puji Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam tak lupa kita sanjungkan keharibaan yang mulia baginda nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tauladan kepada seluruh umat manusia menuju jalan kebenaran. Penulis ingin mengucapkan berjuta terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Dr. Arief Subhan, M.A., Wakil Dekan
Bid.
Drs.Wahidin Saputra, M.A., Wakil
Kemahasiswaan dan Kerjasama
Dekan Bid Administrasi umum Drs.
Jumroni, M.Si dan Wakil Dekan Bid. Akademik Suparto M.Ed, Ph.D 2. Rahmat Baihaky, M.A., dan Fita Fathurokhmah, M.Si., selaku Ketua Jurusan dan sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. 3. DR. Rulli Nasrullah, M.Si., selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan, motivasi, dan juga waktu yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Seluruh tenaga pengajar dan staf di lingkungan FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan do’a semangat, dan tentunnya kasih sayang tiada henti dan keluarga besar Affandi Abdullah, ini dipersembahkan untuk kalian. 6. Kantor berita Republika atas sumber data sehingga tercapai penelitian ini.
v
7. Rakhmawaty Lalang, selaku pemegang karya foto Eksotisme Pulau Sebesi yang telah bersedia diwawancara untuk dimintai data-datanya, sehingga terciptanya skripsi ini. 8. Unit Kegiatan Mahasiswa Komunikasi Mahasiswa Fotografi KALACITRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas pengalaman dan pembelajaran hidup yang sangat berarti, dan seluruh pengurus KMF KALACITRA 2013-2014. 9. PANORAMA (Persatuan Fotografi Mahasiswa Jakarta) 10. Seluruh teman-teman KPI D 2010, yang selalu menemani dan berdiskusi dalam belajar dan menemani di kala suka dan duka. 11. Sahabat-sahabat Farah Diba, Muhammad Hamdallah dan Husni al-ghifari. Serta teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan disini. Semua pihak yang tidak bisa penulis uraikan satu persatu untuk bantuan moril dan materil sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Semoga Allah SWT membalas segalannya dengan pahala yang berlipat ganda. Amin Wassalamualaikum Wr.Wb Jakarta, 08 September 2014
Helmi Afandi Abdullah Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ....................................................... i LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................... ii LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii ABSTRAK ............................................................................................................ iv KATA PENGANTAR ............................................................................................v DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................1 B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ...............................9 C. Tujuan Penelitian.............................................................................9 D. Manfaat Penelitian.........................................................................10 E. Metodologi Penelitian ...................................................................10 F. Tinjauan Kepustakaan ..................................................................13 G. Sistematika Penulisan ...................................................................14
BAB II
TINJAUAN TEORITIS A. Ruang Lingkup Fotografi .............................................................16 1. Pengertian Fotografi ...............................................................16 2. Sekilas Sejarah Fotografi ........................................................20 3. Unsur-unsur dalam Fotografi .................................................22 4. Foto Jurnalistik ........................................................................29 B. Ruang Lingkup Semiotika .............................................................36 1. Pengertian Semiotika...............................................................36 2. Teori Charles Sanders Pierce ..................................................37 C. Ruang Lingkup Media Massa .......................................................40 1. Pengertian Media Massa .........................................................40 2. Pengertian Koran .....................................................................42
vii
BAB III
GAMBARAN UMUM KORAN HARIAN REPUBLIKA A. Sejarah dan Perkembangan Koran Harian Umum Republika .......47 B. Motto dan Misi Koran Harian Umum Republika..........................52 C. Struktur Organisasi Koran Harian Umum Republika ...................56 D. Target Audiensi Koran Harian Republika ..................................... 57 E. Rubrik Rana .................................................................................... 58 F. Eksotisme Pulau Sebesi .................................................................... 59
BAB IV
TEMUAN ANALISIS DATA
A. Foto Cerita Eksotisme Pulau Sebesi pada Rubrik Rana Republika ......................................................................................61 B. Tanda (Sign) dari Representasi Foto “Eksotisme Pulau Sebesi” pada Rubrik Rana Republika ...........................................62 1. Foto A ......................................................................................62 2. Foto B ......................................................................................66 3. Foto C ......................................................................................70 4. Foto D ......................................................................................74 5. Foto E ......................................................................................77 6. Foto F ......................................................................................80 7. Foto G ......................................................................................84 8. Foto H ......................................................................................87 C. Interpretasi .....................................................................................89
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................... 94 B. Saran ..............................................................................................96
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat keputusan Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi tentang penetapan Pembimbing Skripsi S-1. 2. Surat permohonan surat izin riset 3. Surat keterangan mengadakan riset. 4. Hasil wawancara 5. Dokumentasi foto-foto wawancara/riset.
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Tampilan image dalam suatu surat kabar sangat berpengaruh atas pesan yang hendak
disampaikan oleh media, dalam mengkontruksi persepsi
massa.Penyajian rangkaian kata dan gambar/foto dalam suatu berita, merupakan satu paket utuh yang menjadi utama berita tersebut. Perkembangan
jurnalistik
dan
kecanggihan
teknologi
yang
mendukungnya telah membawa perubahan serta kemudahan dalam proses kerja jurnalistik, mulai dari peliputan , editing hingga penyampaian berita. Jika kita memperhatikan pada masa perkembangannya, surat kabar pada saat itu hanya berisi tulisan saja karena ada yang beranggapan bahwa surat kabar yang menampilkan foto atau gambar dalam terbitannya merupakan surat kabar kelas murahan yang dikonsumsi oleh kalangan bawah yangtidak berpendidikan dan buta huruf. Pandangan ini didasari oleh anggapan bahwa membaca tulisan merupakan kemampuan yang lebih berpendidikan dan intelek dibanding melihat gambar. Namun anggapan itu tidak benar setelah Mathew Brady membuat banyak gambar realis yang melukiskan suasana perang dan gambar tersebut ternyata menarik perhatian para pembaca surat kabar sekaligus membangun kesan tentang suatu peristiwa. Ini adalah awal dari sebuah penggunaan gambar dalam berita jurnalistik dan berawal dari pemakaian lukisan dalam media.1
1
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik (pendekatan Teori dan Praktek), (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1999), h. 100
1
2
Kemudian pada tahun 1880-an ketika teknologi fotografi mampu memproduksi foto pada surat kabar, sejak itu pula wajah surat kabar mulai berubah. Hampir seluruh surat kabar memasukkan unsur gambar pada halaman awal pada surat kabarnya. Hal ini merupakkan perubahan yang sangat pesat dan sangat amat drastis dari kondisi awal perkembangan dunia jurnalistiik khususnya media cetak. Keadaan ini telah mengubah sikap dan cara pandang orang terhadap gambar atau foto. Foto merupakan hasil konkrit dari proses fotografi. Fotografi sendiri berasal dari bahasa Yunani, dari kata photos dan graphos.Photos yang berarti cahaya dan graphos berarti lukisan. Jadi fotografi adalah melukis dengan cahaya. Menurut Edwin Emery, foto berfungsi untuk menginformasikan (to inform), menyakinkan (to persuade) dan menghibur (to intertaint).2 Informasi di media massa secara umum terdiri atas berita dan opini, yang tentu saja dilengkapi dengan foto bagi media cetak atau elektronik dan iklan. Kegiatan foto jurnalistik adalah suatu kegiatan melaporkan berita. Foto jurnalistik menurut guru besar Universitas Missouri, AS, Cliff Edom adalah panduan kata dan gambar. Sedangkan menurut editor foto Life dari 19371950, Wilson Hicks, foto jurnalistik adalah kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan social pembacanya.3 Foto jurnalistik juga harus didukung dengan kata-kata yang terangkum dalam kalimat yang disebut
2
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik (pendekatan Teori dan Praktek), (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 102 3 Audy Mirza Alwi. Foto Jurnalistik, Metode Memotret dan Mengirim Foto Ke Media Massa. (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), h. 4
3
dengan teks foto atau caption foto dengan tujuan untuk menjelaskan gambar dan mengungkapkan pesan atau berita yang akan disampaikan ke publik. Jika tanpa teks foto maka sebuah foto hanyalah gambar yang bias dilihat tanpa diketahui identitas dan maksud dari foto tersebut serta informasi apa yang akan kita dapati dibalik gambar tersebut. Nilai berita pada foto jurnalistik biasanya terletak pada sejauh mana foto tersebut mampu menggugah perhatian khalayak, bukan hanya seseorang atau sebuah kelompok masyarakat yang bersangkutan. Adapun beberapa nilai berita foto diantaranya, kedekatan, ketenaran, dampak, konflik,unik dan mengandung human interest. Dasar kelahiran pertumbuhan jurnalistik foto, menurut Soelarko, dikenal sebagai bapak fotografi di Indonesia, ditentukan oleh tiga faktor, yaitu; 1) Rasa ingin tahu manusia, yang merupakan naluri dasar, yang menjadi wahana kemajuan; 2) Pertumbuhan media massa sebagai media audio visual, yang memuat tulisan (atau gambar yang hidup); 3) kemajuan teknologi, yang memunkinkan terciptanya kemajuan fotografi dengan pesat (termasuk perfilman dan video untuk pemberitaan).4 Foto sebagai media visual memang sangat membantu pemahaman khlayak terhadap suatu berita. Jadi dengan kata lain foto akan memberikan keterangan yang lebih jelas dan mudah dimengerti, namun kita tidak boleh menyampingkan tulisan karena foto dan tulisan saling melengkapi. Jika berita tulis memberikan deskripsi verbal sementara foto memberikan deskripsi visual. Sebagai gambaran, untuk menceritakan besarnya
4
Ferry Darmawan. Dunia dalam Bingkai. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.161.
4
pengangguran dalam bentuk angka-angka, jelas berita tulis lebih tepat untuk dipakai. Tetapi untuk memberitakan seprti apa indahnya sebuah tempat atau secantik apa wajah putri Indonesia, jelas lebih bisa berbicara foto dari pada tulisan. Pada era keemasan jurnalistik foto (sekitar tahun 1930-1950) beberapa majalah seperti Picture Post (London), Paris Match (Paris), Life (USA), Sport Illustrated (USA) dan beberapa surat kabar seperti The Daily Mirror (London), The Daily Graphic (New York) mampu merangkul pembaca yang besar melalui penggunaan fotografi. Saat itu muncul beeberapa nama fotografer yang cukup dikenal seperti Robert Capa, Alfred Eisenstaed, Margaret Bourke White, W. Eugene Smith. Percepatan pemakaian fotografi sebagai elemen berita dipacu oleh terbitnya majalah LIFE di Amerika Serikat sekitar tahun 1930-an.5 Foto saat ini tidak hanya sekedar sebagai media untuk menyampaikan informasi atau hanya sebagai pelengkap tulisan atau berita saja. Lebih dari itu bahwa, foto saat ini berfungsi sebagai daya tarik agar khalayak bisa terus mengkonsumsi berita di media tersebut. Hal ini terbukti dengan banyaknya media cetak atau elektronik berlomba-lomba untuk menampilkan foto yang menarik dan ekslusif. Foto merupakan kombinasi elemen-elemen berita, yang menginformasikan dan memberi pengerti yang mendalam kepada pembaca. Saat ini masyarakat telah menjadikan berita sebagai kebutuhan yang harus terpenuhi setiap harinya, termasuk foto. Hal ini telah memancing tumbuh kembangnya media-media informasi mulai dari cetak, radio, televise 5
Ferry Darmawan. Dunia dalam Bingkai. (Yogyakarta: Graha Ilmu,2009), h.163.
5
dan internet. Meskipun telah banyak bermunculan media-media informasi namun tetap saja sebuah media massa mempunyai kekurangan yaitu tidak mampu mendapatkan semua foto yang mereka butuhkan. Banyak faktor yang menyebabkan sebuah media informasi tidak bias mendapatkan foto tersebut di antaranya, kurangya sumber daya manusia dalam hal ini pewarta foto, jauhnya jarak sumber berita dan masih banyak hal lain yang menyebabkan media tersebut tidak mendapatkan foto. Untuk mengatasi hal tersebut banyak media yang mengambil foto atau berlangganan foto pada agen foto atau kanto berita. Hampir setiap Negara mempunyai kantor berita nasional seperti AAP (Autralia), Reuters (Inggris), AFP (Prancis), DPA (Jerman), Kyodo (Jepang), Bernama (Malaysia), Xinhua (PR China), CIC (Columbia), NAMPA (Namibia), ANTARA (Indonesia) kantor berita milik negara dan Republika sebagai surat kabar nasional yang besar telah tumbuh dan berkembang sejak era orde baru. Pendirian surat kabar ini banyak dilatarbelakangi oleh faktorfaktor agama yang kental. Akan tetapi Republika bukanlah media Islam pertama yang lahir di Indonesia dan harian Islam bukanlah satu-satunya jenis surat kabar berlatar belakang agama di Indonesia. Umat Islam dulu memiliki surat kabar Abadi dan Pelita yang jauh lebih dulu terbit dibandingkan dengan Republika. Umat Kristen memiliki Sinar Harapan yang belakangan berubah nama menjadi Suara Pembaruan. Umat Katolik sementara itu memiliki Kompas yang saat ini menjadi salah satu harian terbesar di Indonesia. Republika adalah koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas muslim bagi publik di Indonesia. Penerbitan tersebut merupakan puncak dari upaya panjang kalangan umat Islam, khususnya para wartawan
6
profesional muda yang dipimpin oleh ex wartawan Tempo, Zaim Uchrowi yang telah menempuh berbagai langkah. Kehadiran Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang saat itu diketuai BJ Habibie dapat menembus pembatasan ketat pemerintah untuk izin penerbitan saat itu memungkinkan upaya-upaya tersebut berbuah. Republika terbit perdana pada 4 Januari 1993. Kehadiran Republika sebagai harian dengan latar belakang agama tertentu bukanlah sesuatu hal yang baru di Indonesia. Bahkan apabila dibandingkan dengan banyak harian lain yang telah mapan di Indonesia Republika hanyalah anak kemarin sore yang belum memiliki banyak pengalaman, akan tetapi Republika banyak memperoleh penghargaan dibidangnya yaitu : 1993: Juara Pertama Lomba Perwajahan Media Cetak, 2005:Koran Terbaik 2004 dari Dewan Pers, yang menilai dari sisi penerapan kaidah jurnalistik, 2006: Koran Terbaik 2005 dari Dewan Pers, 2007: Koran Nasional Terbaik 2006 dari Majalah Cakram, sebuah majalah komunikasi, kehumasan dan periklanan. Beberapa kali meraih penghargaan dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa sebagai koran berbahasa Indonesia terbaik, peringkat I maupun peringkat di bawahnya. Penghargaan Perorangan, Wartawan-wartawan Republika meraih berbagai macam penghargaan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), maupun dari berbagai institusi lainnya.6 Republika mempunyai perbedaan tersendiri dibandingkan dengan Koran-koran yang ada di Indonesia, karena republika mengutamakan kesopanan dan nilai agama dalam menciptakan sebuah berita foto, seperti 6
“Republika Surat Kabar” di akses pada tanggal 13 Februari 2014 pukul 19:10 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Republika_(surat_kabar).
7
tidak ,mencetak foto yang mengandung unsur pornografi, atau pun foto orang yang sedang merokok. Hal tersebut sesuai dengan bangsa Indonesia, sebagai Negara Islam terbesar didunia. Maka pantaslah penghargaan yang didapati Republika. Marcel Danesi mendefinisikan Representasi sebagai, proses perekaman gagasan, pengetahuan, atau pesan secara fisik. Secara lebih tepat dapat diidefinisikan sebagai penggunaan „tanda-tanda‟ (gambar, suara, dan sebagainya) untuk menampilkan ulang sesuatu yang diserap, diindra, dibayangkan, atau dirasakan dalam bentuk fisik. Didalam semiotika dinyatakan bahwa bentuk fisik sebuah representasi, yaitu X, pada umumnya disebut sebagai penanda. Makna yang dibangkitkannya (baik itu jelas maupun tidak), yaitu Y, pada umumnya dinamakan petanda; dan makna secara potensial bisa diambil dari representasi ini (X = Y) dalam sebuah lingkungan budaya tertentu, disebut sebagai signifikasi (sistem penandaan). Semiotik bagi peirce adalah suatu tindakan (action), pengaruh (influence), atau kerja sama tiga subjek, yaitu tanda (sign), objek (object), dan intepretan (intepretant). Yang dimaksud subjek pada semiotik Peirce bukan subjek manusia, tetapi tiga entitas semiotik yang sifatnya abstrak sebagai mana disebutkan di atasa, yang tidak dipengaruhi oleh kebiasaan berkomuikasi secara konkret. Menurut Peirce, seperti yang dikutip Eco (1976:15), “something which stands to somebody for something in some respect or capacity” (tanda adalah segala sesuatu yang ada pada seseorang untuk menyatakan sesuat yang lain dalam
8
beberapa hal dalam kapasitas)7. Dari perspektif semiotika, kita harus memiliki pengertian sama, tidak saja terhadap setiap kata dan tata bahasa yang digunakan, tetapi juga masyarakat dan kebudayaan yang melatarbelakanginya, agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik. Sistem hubungan diantara tanda harus memungkinkan komunikator untuk mengacu pada sesuatu yang sama. Kita harus memiliki kesatuan rasa (sense of coherance) terhadap pesan. Jika tidak, maka tidak akan ada pengertian komunikasi. Kita juga harus memastikan bahwa apabila kita menggunakan aturan tata bahasa, maka mereka yang menerima pesan kita juga harus memiliki pemahaman yang sama terhadap tata bahasa yang kita gunakan. Dengan demikian, makna yang kita maksudkan, people can communicateif they share meaning (orang hanya dapat berkomunikasi jika mereka melihat makna yang sama) (Morissan, Media Penyiaran 2005:30). Berdasarkan latar belakang masalah diatas, perlu adanya penelitian secara mendalam pada aspek foto yang diteliti, guna memahami tanda seperti ikon, indeks, dan simbol. Yang memiliki nuansa-nuansa yang dapat dibedakan melalui pendekatan semiotika Charle S Peirce. Berangkat dari penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk menyajikan sebuah skripsi yang berjudul “REPRESENTASI FOTO JURNALISTIK “EKSOTISME PULAU SEBESI” PADA HARIAN REPUBLIKA”.
7
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 109.
9
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah peneliti hanya membahas foto jurnalistik yang berceritakan Eksotisme Pulau Sebesi pada harian Republika, Rubrik Rana hal, 22 edisi Rabu, 5 Februari 2014. Peneliti membahasa keseluruhan foto jurnalistik tersebut yang berceritakan 8 foto pada harian Republika. 2. Perumusan Masalah Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: a. Tanda-tanda apa saja yang terdapat dalam foto jurnalistik Eksotisme Pulau Sebesi pada harian Republika Rubrik Rana hal,22 edisi Rabu, 5 Februari 2014? b. Apa makna tanda yang terdapat dalam foto jurnalistik Eksotisme Pulau Sebesi pada harian Republika? c. Pesan apa yang terdapat dalam foto jurnalistik dalam foto jurnalistik Eksotisme Pulau Sebesi pada harian Republika? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, secara khusus penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui Tanda-tanda apa saja yang terdapat dalam foto jurnalistik Eksotisme Pulau Sebesi pada harian Republika Rubrik Rana hal,22 edisi Rabu, 5 Februari 2014?
10
2. Untuk mengetahui makna tanda yang terdapat dalam foto jurnalistik Eksotisme Pulau Sebesi pada harian Republika? 3. Untuk mengetahui Pesan apa yang terdapat dalam foto jurnalistik Eksotisme Pulau Sebesi pada harian Republika?
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan kajian media, terutama kajian yang berhubungan dengan media dan komunikasi massa. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini juga di harapkan dapat memberikan informasi dan masukkan untuk para akademis atau khalayak umum khususnya untuk mendalami jurnalistik foto ataupun citizen jurnalis.
E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif yang datanya tidak menggunakan statistik dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat
kualitatif. Penelitian tidak
menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasilpenelitian.8 Sedangkan sifat penelitian ini deskriptif, menurut Isaac dan Michael metode deskriptif bertujuan untuk 8
Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Ciputat: UIN Jakarta Press, h.41.
11
melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.9 Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati.10 Alasan penulis menggunakan pendekatan kualitatif karena dalam hal ini ketajaman analisa semiotik sangat sekali membantu. Pendekatan teori semiotik yang penulis lakukan memakai pendekatan Charles S. Peirce untuk melihat tanda (icon, indeks, symbol). 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah Koran harian Republika, yang berkaitan dengan rumusan masalah. sementara objek penelitiannya adalah foto-foto jurnalistik Eksotisme Pulau Sebesi pada harian RepublikaRubrik Rana hal,22 edisi Rabu, 5 Februari 2014. 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut: a. Observasi b. Karl Weick (dikutip dari Seitiz, Wringhtsan, dan Cook 1976:253) mendefinisikan observasi sebagai “pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan
9
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), h.22 10 Lexy, J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), h.4.
12
dengan organism in situ, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris”11. Tehnik observasi yang peneliti lakukan adalah melakukan pengamatan secara langsung dan bebas terhadap objek penelitian dengan cara mengamati, mencatat, memilih dan menganalisa foto-foto tersebut dengan model penelitian yang digunakan. c. Wawancara Wawancara adalah salah satu cara untuk mencari fakta dengan meminjam indera (mengingat dan merekonstruksi) sebuah peristiwa, mengutip pendapat dan opini narasumber12. Wawancara yang dilakukan secara berhadap-hadapan yang sangat banyak memberikan kemungkinan penggalian informasi lebih
dalam dan luas karena
sebelumnya dilakukan perjanjian lebih dulu dengan narasumber, dengan topik pembahasan yang sudah di siapkan berupa pertanyaanpertanyaan yang sebelumnya sudah disusun. Wawancara ini ditujukan kepada pihak yang terlibat untuk mendapatkandata yang akurat, dalam hal ini adalah yogi ardhi sebagai editor foto di Koran harian Republika. d. Dokumentasi Yaitu peneliti mendokumentasikan segala kegiatan pencarian informasi yang dibutuhkan sesuai tujuan penulis dan mengumpulkan data-data melalui telaah.
11
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja RosdaKarya, 2005), h.83. 12 Hikmat Kusumaningrat, Jurnalistik, Teori dan Praktik, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), h.189.
13
Yang
kemudian
dijadikan
bahan
argumentasi,seperti
buku,arsip, internet dan mem-print out beberapa dokumen yang memberikan informasi tambahan sesuai dengan tujuan penelitian. 4. Teknik Pengolahan Data Setelah diperoleh dengan observasi dan wawancara, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data. Pengolahan data hasil observasi dilakukan dengan cara mencatat hasil dari apa yang diamati di lapangan, kemudian menuliskannya kembali. Sesudah itu data-data yang sudah diolah akan dianalisi oleh penulis. 5. Analisis Data Dalam peneltian ini penulis menggunakan analisis deskriptif yakni cara melaporkan data dengan memberi gambaran. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisa data primer seperti foto-foto jurnalitik Eksotisme Pulau Sebesi edisi rabu, 5 februari 2014 pada harian Republika. laludikumpulkan dari hasil observasi dan wawancara dengan narasumber. Dari data-data yang dikumpulkan, penulis lalu melakukan analisis dan menyimpulkan pembahasan penelitian. F. Tinjauan Kepustakaan Dalam penulisan skripsi ini penulis terinspirasi dari beberapa skripsi yang ada di perpustakaan fakultas dakwah dan komunikasi yang membahas proses produksi diantaranya: 1. “Produksi Berita Foto di Antara Foto” oleh M.Iqbal Ichsan, Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) . penelitian ini membahas produksi berita foto.
14
2. “Analisis Produksi Program “jejak Islam” di TV one Jakarta. Oleh Mochammad Zuhdi Kurniawan. Dalam penelitian ini membahas produksi, mulai dari skenario hingga pengemasan penyiarannya. Dari beberapa skripsi yang telah disebutkan diatas belum ada yang membahas
tentang
REPRESENTASI
FOTO
JURNALISTIK
“EKSOTISME PULAU SEBESI” PADA HARIAN REPUBLIKA.
G. Sistematika Penulisan Bab I
: PENDAHULUAN. Bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Kepustakaan dan Sistematika Penulisan.
Bab II
: TINJAUAN TEORITIS. berisi tentang ruang lingkup fotografi yang menjelaskan tentang pengertian fotografi dan berita foto atau foto jurnalistik dan ruang lingkup semiotika yang berisi pengertian semiotika, teori semiotika Charles Sanders Peirce, dan Kemudian ruang lingkup
yang terdiri dari pengertian Media Massa dan
Fungsi Koran sebagai Media cetak. Bab III
: GAMBARAN
UMUM
SURAT
KABAR
HARIAN
REPUBLIKA. pada bab ini, akan menguraikan gambaran umum sejarah perkembangan, profil, serta visi dan misi REPUBLIKA. Bab IV
: HASIL PENELITIAN REPRESENTASI SEMIOTIKA. pada bab ini, berisi deskripsi hasil penelitian yaitu pembahasan mengenai foto-foto jurnalistik Eksotisme Pulau Sebesi pada harian Republika Rubrik Rana hal,22 edisi Rabu, 5 Februari 2014.
15
Bab V
: PENUTUP. Bab ini merupakan bab penutup dari skripsi ini, pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan atas permasalahan yang di teliti dan juga saran penulis terhadap permasalahan penelitian.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Fotografi 1. Pengertian Fotografi Istilah fotografi pertama kali dikemukakan oleh seorang ilmuwan inggris, sir john herschell pada tahun 1839. Fotografi berasal dari kata photos (sinar/cahaya) dan graphos (mencatat/ melukis). Kata fotografi (Inggris: Photography; Belanda: Fotografic) berasal dari kata Yunani, dari kata phos artinya cahaya dan graph yang berarti menulis atau menggambar.13 Secara harfiah fotografi berarti mencatat atau melukis dengan sinar atau cahaya. Pada awalnya fotografi dikenal dengan lukisan matahari, karena sinar matahari yang digunkan menghasilkan image. Saat ini, fotografi telah melekat erat dengan fungsi komunikasinya dan model ekspresi visual yang menyentuh kehidupan manusia diberbagai bidang. Fotografi adalah seni, yaitu pemotretan yang menghasilkan karya foto yang indah dan bernilai seni tinggi. Foto yang bernilai seni, tidak harus foto suatu pemandangan alam yang indah, ataupun wajah cantik seorang gadis. Tapi foto yang bernilai seni bisa berupa foto situasi desa yang kumuh atau wajah seorang tua keriput. Keindahan suatu foto dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor; peralatan memotret, situasi pemotretan, objek yang dipotret, dan yang paling utama adalah fotografer yang 13
M. Mudaris, Jurnalistik Foto, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
1996), h. 7.
16
17
memotret.Ada 2 macam fotografer, yaitu fotografer amatir dan fotografer professional. Fotografer amatir menjadikan fotografi sebagai hobi, kesenangan pribadi, masalah biaya tidak menjadi soal, yang penting hatinya
senang
dan
terhibur.
Sedangkan
fotografer
professional
menjadikan fotografi sebagai profesi, pekerjaan untuk mencari uang. Biasanya fotografi professional membekali diri dengan keahlian fotografi yang memadai.14 Dari uraian istilah di atas dapat dikatakan kegiatan fotografi ialah memberhentikan waktu untuk merekam, menangkap atau mengabadikan keadaan situasi tertentu melalui bantuan cahaya sebagai media untuk menjadi wujud dua dimensi atau lazim disebut foto. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, fotografi merupakan seni dan proses penghasilan gambar melalui cahaya pada film permukaan yang dipekakan artinya fotografi adalah teknik melukis menggunakan cahaya. Foto adalah suatu pesan yang dibentuk oleh sumber emisi, saluran transmisi dan titik resepsi. Struktur sebuah foto bukanlah sebuah struktur yang terisolasi, karena selalu berada dalam komunikasi dengan struktur lain, yakni teks tertulis, judul, keterangan, artikel, yang selalu mengiringi foto. Dengan demikian keseluruhannya dibentuk koperasi dua struktur yang berbeda.15 Dari uraian definisi diatas dapat disimpulkan oleh penulis, berbicara tentang foto adalah berbicara waktu dan rekam yang artinya 14
Ferry Darmawan, Dunia dalam Bingkai, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2009), h. 21. Seno Gumira Ajidarma, Kisah Mata, fotografi, (Yogyakarta: Galang Press, 2002), h. 27.
15
18
merekam waktu, yang lebih familiar disebut dangan Kalacitra, kalacitra ialah merekam /membekukan gambar yang berdimensi waktu dan dengan bantuan cahaya terekam dengan kamera. Ada juga yang berpendapat kegiatan memotret adalah kegiatan melukis dengan cahaya. Dalam kebutuhan informasi dalam konteks ini berita, memotret haruslah mengikuti kaidah-kaidah jurnalistik yang ada, karena gambar atau foto yang dihasilkan merupakan rangkaian berita berupa gambar atau menunjang kata-kata dalam isi berita tersebut. Kehadiran foto atau gambar memberikan makna yang lebih mendalam dalam menunjang isi berita yang disampaikan. Foto secara luas telah digunakan oleh surat kabar, majalah, buku, dan televisi untuk menyampikan informasi dan iklan produk dan jasa. Fotografi adalah seni, yaitu pemotretan yang menghasilkan karya foto yang indah dan bernilai seni tinggi. Bila dinikmati masyarakat luas sehingga membuat penikmatnya tertawa oleh keindahan, dan pengalaman bathin akibat kesan yang ditimbulkan oleh foto tersebut.16 Fotografi bukan hanya sekedar seni menghasilkan karya yang indah. Dalam media cetak yang berperan sebagai media informasi dan komunikasi, foto ialah sebagai suatu pelengkap/ pembenaran dari suatu peristiwa yang terjadi, pemberi data konkrit, bahkan dapat melihat sesuatu yang tak terlihat oleh mata manusia, dengan maksud mengkontruksi pendapat masyarakat yang melihatnya akan kebenaran suatu berita. Foto
16
Ferry Darmawan, Dunia dalam Bingkai, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2009), h.19-21.
19
atau potret di bedakan oleh beberapa kategori, sesuai dengan tujuan dan kebutuhan, guna mempermudah dalam penafsirannya sesuai standar kualitas yang ada. Fotografi pada umumnya dipandang sebagai suatu proses teknologi yang memungkinkan kita membekukan waktu, gerak atau peristiwa. Proses fotografi terdapat pada peristiwa ketika emulsi film terkena cahaya. Sinar yang sampai pada film yang melewati sebuah lensa yang berfungsi memancarkan bayangan dari objek yang ditangkap atau berada dimuka lensa. Suatu foto yang baik adalah sama dengan seribu kata, dan dengan demikian foto menjadi suatu alat yang essensial dalam pewartaan kantor berita atau media catak. Kualitas sebuah foto tergantung dari kualitas si pengambil gambar; subjek foto tergantung dari penggunaan kamernya secara penuh daya angan-angan atau imajinatif. Terlebih-lebih, sebuah gambar harus menangkap action penting, pada saat menentukkan sebagaimana dikatakan oleh fotografer termashur Henri Cartier-Bresson. Sebuah foto tidak akan memberi arti apa-apa, bila kita tidak bisa memanfaatkan waktu/moment dalam merekam suatu peristiwa berita, tapi sebuah karya foto dapat memberikan seribu kata seribu jawaban seperti kutipan diatas, bila kita bisa menggunakan waktu dengan baik tersebut. Waktu dan arah datang cahaya merupakan urat nadi dalam sebuah pengambilan moment/memfoto suatu objek. Sebuah foto/gambar bisa menjadi media sosial report yang efektif bila digunakan untuk kebenaran didalam jurnalistik dalam konteks pembahasan penulis.
20
2. Sekilas Sejarah Fotografi Perkembangan teknologi fotografi bermula dari keingintahuan manusia terhadap media perekam gambar sesuai dengan aslinnya. Cikal bakal perkembangan teknologi dimulai sejak abad 5 SM, Gemma Frecius orang yang pertama kali mematenkan alatnya yaitu sebuah kotak penangkap bayangan gambar, sebuah alat yang mulannya untuk meneliti konstelasi bintang-bintang secara cepat. Kemudian pada tahun 1558 ilmuwan Italy Giam Batista Della Porta menyebut Camera Obscura pada sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar. Suatu fakta bahwa fotografi lahir sebagai upaya untuk menyempurnakan karya seni visual dalam bentuk prototip sebuah kamera yang disebut Camera Obscura. Meski percobaan alat rekam gambar sudah mencapai taraf menguntungkan dan perkembangan dari waktu ke waktu
semakin berhasil, tetap saja belum bisa disebut
proses fotografi karena media perekam gambarnya masih belum bisa membuat gambar permanen. Fotografi umumnya dipandang sebagai suatu proses teknologi yang memungkinkan kita membekukan waktu, gerak atau peristiwa. Dengan bantuan bahan peka cahaya (film dan kertas) mengubahnya menjadi monochrome (hitam putih) ataupun berwarna (di kertas atau bahan transparan), sebuah foto dasarnya adalah wujud suatu moment dari satu atau serangkaian gerak. Dengan perkembangan Camera Obscura yang dilengkapi dengan berbagai penemuan tentang lensa, difragma, mengatur focus, serta yang
21
didukung oleh penemuan bahan kimia untuk film, kertas foto, dan teknologi reproduksi dalam kamar gelap, dan lain-lainnya memungkinkan terciptanya karya imaji fotografi sebagai hasil rekaman objek dan peristiwa secara nyata dengan detil yang dapat dipercaya dan dijamin „keabsahannya‟. Kata yang terakhir ini menjadi isu kontroversial dengan adannya upaya „rekayasa‟ dan manipulasi sejak Gustave Reylander (18131875) dengan karyannya “Two Ways of Life” (1857) dan Henry Peach Robinson (1830-1901) dengan karyannya “Fading Away” (1858), mengembangkan apa yang disebut sebagai „composite photography’ yaitu bereksperimentasi dengan cara mencetak beberapa negatif pada satu lembar kertas dengan tujuan menampilkan suatu komposisi imaji sebagai karya foto seni. Apalagi dengan dikembangkannya fotografi digital nilai realitas dan keabsahan sebuah imaji fotografi mulai dipertanyakan. Meskipun demikian, untuk karya-karya jurnalistik foto, etika „realitas dan fakta yang sebenar-benarnya fakta‟ merupakan kredo yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Ketika kebutuhan manusia untuk merekam suatu kejadian atau peristiwa yang mempunyai nilai berita, dalam arti bahwa suatu berita harus diketahui oleh orang yang mudah, terpecaya koentetikannya dengan detail yang memadai, dan relatif cepat proses produksinnya telah terwakili dalam karya fotografi jurnalistik. Untuk itu maka pilihan yang dijatuhkan tiada lain kepada fotografi yang berfungsi sebagai pencipta imaji yang dapat disebar luaskan melalui media cetak baik sebagai pendukung atau ilustrasi berita verbal, maupun yang berdiri sendiri sebagai imaji rekaman peristiwa
22
yang faktual dan terpecaya. Maka lahirlah apa yang disebut sebagai documentary photography yaitu sesuai dengan sifat hakiki dari fotografi yang berfungsi merekam atau mendokumentasikan sesuatu. Namun secara khusus karena objek dan fungsinya tidak sekadar mendokumentasikan tetapi juga karena apa yang terekam yaitu juga harus diketahui secara umum, maka lahirlah apa yang disebut press photography atau fotografi jurnalistik yaitu salah satu bentuk fotografi yang mengemban misi untuk menampilkan imaji yang bernilai berita pada masyarakatnya melalui media massa cetak. Kehadirannya pada media cetak bisa memiliki fungsi ganda. Yang pertama, sebagai ilustrasi pendukung berita, sedangkan yang kedua sebagai „berita‟ itu sendiri. 3. Unsur-unsur dalam Fotografi a.
Unsur Teknis 1) Pencahayaan (exposure) adalah proses pemasukan cahaya untuk mengekspos medium peka cahaya baik berupa film maupun sensor digital pada tingkat luminitas tertentu sehingga terekam sebuah citra. Eksposur perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil foto yang bagus. Untuk menciptakan serangkaian nada yang selara dan menawan difoto kita. Ada tiga unsur dalam penyatuan tingkat luminitas pencahayaan, yaitu: a) Rana atau speed (s), yaitu jendela pada kamera yang mengatur masuknya cahaya dengan cara buka-tutup dalam satuan waktu tertentu sehingga dapat mengatur cepat lambatnya cahaya
23
masuk kedalam kamera. Satuan angka indikatornya dimulai dari: 1” (satu detik); 2 (1/2 detik); 4; 8; 15; 30; 60; 125; 250; 500; 1000; 2000; 4000; 8000. b) Diafragma (f/), mengatur lebar-sempitnya bukaan lubang cahaya pada lensa, yang bekerja untuk menyesuaikan sedikit banyaknya cahaya yang masuk kedalam kamera. Satuan angka indikatornya antara lain: 1,2; 2; 3,5; 4; 5,6; 8; 11; 16; 22; 32. c) Tingkat kepekaan film atau sensor digital dalam menangkap cahaya yang dinyatakan dalam satuan International Standart Organization (ISO). Angka indikatornya: 50; 100; 200; 400; 800;
1600;
3200;
6400.
Untuk
mengukur
ketepatan
pencahayaan pada suatu tingkat luminitas tertentu, digunakan light meter, baik yang terdapat dalam kamera ataupun light meter genggam (hand healt). Light meter berguna sebagai petunjuk untuk mendapatkan pencahayaan dengan kombinasi dari bukaan f/, s, dan ISO dalam satuan tepat (normal/correct), kurang {under), dan lebih (over) dalam suatu kondisi cahaya tertentu. Bila dilihat dari sumbernya, cahaya memiliki dua jenis pencahayaan, yaitu: cahaya natural (aveliable light), yaitu matahari; serta cahaya buatan (artificial light), yaitu cahaya yang bersumber baik dari berbagai jenis lampu, cahaya lilin, maupun lampu flash/blitz.
24
2) Teknik Pemotretan Selain
memahami
tiga
kombinasi
pencahayaan
serta
kemampuan untuk menggunakan light meter, fotogrfer pun harus memahami seluk-beluk teknologi kamera yang akan juga berpengaruh pada penerapannya saat memotret. a) Diafrgma yang disimbolkan dengan "f/", Yaitu lebarnya bukaan lubang cahaya pada lensa yang terukur dengan satuan angka yang terlihat pada leher lensa, selain
berfungsi
untuk
jalur
masuknya
cahaya,
juga
berpengaruh pada ruang tajam (depth of field) yang terlihat pada hasil pemotretan. Semakin lebar bukaan f/, maka semakin sempit ruang tajamnya; begitu pula sebaliknya. Ruang tajam luas dapat dilihat dalam angka indikator, yaitu
f/l 1 adalah ruang tajam sempit. Ruang tajam adalah luasnya tingkat ketajaman gambar pada sebuah medium dua dimensi (foto). Selain lebarsempitnya f/, ruang tajam juga dipengeruhi oleh focal length, yaitu
panjang-pendeknya
titik
bakar
lensa,
biasanya
menggunakan satuan ukur mili meter. Perbedaan jenis lensa wide, normal, dan tele memiliki perbedaan pula titik bakarnya. Semakin panjang titik bakar lensa (tele) akan berpengaruh pada semakin sempitnya ruang tajam, dan lensa dengan titik bakar lebih pendek (wide) berlaku sebaliknya.
25
b) Kecepatan rana yang disimbolkan dengan "S", Yaitu kecepatan buka-tutup jendela rana. Satuan kecepatanya terukur dalam detik yang dapat disesuaikan dengan panel yang terdapat pada badan kamera. Rana cepat digunakan untuk menangkap gerakan subjek cepat, dan speed lambat digunakan dalam pencahayaan yang cenderung lebih redup. Yang termasuk dalam kecepatan lambat yaitu <S:30 pada angka indikator. S:60 merupakan kecepatan sedang, dan kecepatan tinggi adalah >S:125. Kecepatan rana tinggi digunakan untuk menagkap gerakan cepat, seperti dalam olah raga, menagkap ekspresi wajah, dsb. Sedangkan kecepatan rendah
digunakan untuk
menangkap kesan bergerak pada subjek. c) ISO Yaitu satuan kepekaan media rekam (film) terhadap cahaya. Pada kondisi cahaya yang terik digunakan film dengan kepekaan rendah, dan pada kondisi redup digunakan film dengan tingkat kepekaan yang lebih tinggi. d) Penajaman gambar (focusing) Yaitu
penyesuaian
titik
bakar
gambar
yang
diproyeksikan pada medium rekam. Focusing dilakukan dengan menyetel gelang fokus yang terdapat pada bagian depan lensa.
26
Setelah memahami tehnik penggunaan kamera, seorang fotografer dapat memenfaatkannya untuk menghasilkan foto yang lebih menarik, antara lain: Freezing, yaitu membekukan gambar subjek bergerak dengan tehnik menggunakan speed cepat, sehingga menghasilkan gambar yang detail dan tajam serta memberikan efek pause pada gerakan subjek. Panning, tehnik
yaitu kamera
memotret mengikuti
subjek bergerak gerakan
subjek
dengan serta
menggunakan speed lambat. Gambar yang dihasilkan akan terekam tajam pada subjek, namun ada kesan bergerak karena latar belakang yang kabur. Moving, yaitu memotret dengan speed lambat sehingga dapat menangkap kesan bergerak pada subjek. Yang membedakan dengan tehnik panning adalah kamera yang tidak bergerak pada tehnik moving, Silhuette, yaitu memotret subjek foto dengan tehnik kamera berhadapan langsung dengan sumber cahaya, sehingga menghasilkan gambar di mana subjek terlihat seperti bayangan. Dengan memanfaatkan teknik tersebut, foto akan terlihat lebih menarik dan dinamis serta tidak monoton.
27
b. Unsur Estetis 1) Sudut Pandang Berdasarkan sudut pengambilan gambar (camera angle).17 a) Bird Eye View Pengambilan gambar dilakukan dari atas ketinggian tertentu,
sehingga
memperlihatkan
lingkungan
yang
sedemikian luas dengan benda-benda lain yang tampak di bawah sedemikian kecil. Pengambilan gambar biasanya menggunakan helicopter maupun dari gedung-gedung tinggi. b) High Angle Menempatkan objek lebih rendah dari pada kamera, atau kamera lebih tinggi daripada objek, sehingga yang terlihat pada kaca pembidik objek yang terkesan mengecil. Sudut pengambilan gambar tepat di atas objek, pengambilan gambar seperti ini memiliki arti yang dramatis yaitu kecil atau kerdil c) Low Angle Menempatkan kamera lebih rendah dari objek, atau objek lebih tinggi dari kamera, sehingga objek terkesan membesar.
Sudut
pengambilan
gambar
ini
merupakan
kebalikan dari high angle. Kesan yang ditimbulkan dari sudut pandang ini yaitu keagungan atau kejayaan.
17
Audy Mirza Alwi, FotoJumalistik,(Jakarta:Bumi Aksara:2006), h.46.
28
d) Eye Level Pengambilan gambar ini mengambil sudut sejajar dengan mata objek, tidak ada kesan dramatis tertentu yang didapat dari eye level ini? yang ada hanya memperlihatkan pandangan mata seseorang yang berdiri. e) Frog Level Sudut pengambilan gambar ini diambil sejajar dengan permukaan tempat objek berdiri, seolah-olah memperlihatkan objek menjadi sangat besar. Pemilihan angle dalam pengambilan sebuah foto dapat memberi kesan keberpihakan, simpati, kekaguman maupun perlawanan dalam pesan yang disampaikan. Selain makna tersirat tersebut, sudut pengambilan gambar juga berfungsi sebagai
pengaturan
komposisi
dan
proporsi
untuk
menempatkan subjek agar lebih menarik secara visual. 2) Komposisi Komposisi merupakan pengaturan tatanan gambar dalam satu frame. Komposisi berperan untuk menempatkan subjek secara menarik, serta mengarahkan mata pemandang langsung ke subjek utama dari foto tersebut sehingga dapat segera memahami pesan visual yang disajikan oleh fotografer. Mengatur komposisi sebuah foto dapat dilakukan dengan beberapa tehnik, antara lain dengan menggunakan:
29
a) Aturan 1/3 (rule of third) Yaitu membagi proporsi sebingkai foto dalam tiga bagian secara vertikal dan
tiga bagian horizontal, kemudian
menempatkan subjek pada empat titik persilangan garis taknyata (imaginer) pembagi. b) Latar Depan (foreground) dan Latar Belakang (background) Memanfaatkan latar belakang dan/atau latar depan sebagai pengisi ruang kosong dalam sebuah bingkai, serta melengkapi informasi tentang set tempat dari suatu peristiwa. c) Sudut pandang (perspektif) Memanfaatkan elemen garis imaginer untuk mengarahkan mata pemandang foto langsung kepada objek yang dituju. Mengatur komposisi gambar, selain bermafaat sebagai pemanis tampilan foto, juga berguna untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan oleh fotografer dalam sebingkai fotonya. 4. Foto Jurnalistik a. Pengertian Foto Jurnalistik Perkembangan
teknologi
fotografi
yang
sangat
pesat
menjanjikan foto jurnalistik tumbuh menjadi konsep dalam sistem komunikasi yang sekarang disebut komunikasi foto (photographic communication), komunikasi foto kini telah menempati kunci model dalam proses komunikasi massa.18 18
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek, (Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), h.101.
30
Dalam dunia jurnalistik, foto merupakan kebutuhan yang vital, sebab foto merupakan salah satu daya pemikat bagi para pembacanya. Jurnalistik foto adalah fotografi oleh pers dan foto-foto yang dihasilkan untuk pemberitaan disebut foto berita. Jurnalistik foto memiliki syarat seperti jurnalistk tulis, hanya yang membedakannya dengan foto, peristiwa yang tidak dapat di uraikan dengan kata-kata, dapat ditampilkan secara lebih dramatis, bahkan mungkin dipersepsi berbeda oleh masing-masing pembacanya.19 Foto jurnalistik yaitu salah satu bentuk fotografi yang mengemban misi untuk menampilkan image yang bernilai berita kepada masyarakat melalui media cetak. Kehadirannya pada media cetak bisa memiliki fungsi ganda. Pertama, sebagai ilutrasi pendukung berita, sedangkan yang kedua sebagai berita itu sendiri. Fotografi jurnalistik merupakan salah satu bidang dalam wahana fotografi yang mengkhususkan diri pada proses penciptaan karya-karya fotografi yang dianggap memiliki nilai berita dan menampilkannya kepada hal layak dengan tujuan tertentu melalui media massa. Esensi dari foto jurnalistik adalah bahwa sebuah berita harus ditampilkan secara faktual, visual, dan menarik. Sedang entitas foto jurnalistik yang menampilkan fakta dan realitas dalam bentuk visual yang terdokumentasi dengan baik bila dirunutkan secara kronologis melalui alur waktu yang benar dapat dikatakan sebagai suatu sejarah fakta 19
Ferry Darmawan, Dunia dalam Bingkai Dari Fotografi Film hingga Fotografi Digital, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2009), h.162.
31
bergambar. Ia merupakan catatan yang terekam dalam mata visual karena mengandung jejak dan langkah kenyataan dan kejadian yang patut diketahui orang banyak karena nilai vitalitasnya dalam perjalanan peradaban manusia. Salah satu fungsi dari foto, ialah sebagai bukti pendukung atau ilustrasi berita yang memberikan fakta kebenaran dari suatu kejadian kekinian/baru (Hard News), dari berita yang terekam kejadiannya oleh pewarta foto jurnalistik/citizen. Di era teknologi foto digital saat ini, foto bisa saja di manipulasi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Tentu saja hal ini melanggar kode etik jurnalistik dalam penyampaian suatu berita kepada masyarakat luas karena berita yang di sampaikan harus sesuai seperti apa yang terjadi dilapangan. Memanipulasi dalam foto jurnalistik bisa dilakukan hanya sebatas untuk memperjelas maksud isi dari foto tersebut. Untuk menjaga agar keutuhan nilai-nilai jurnalistik tetap terjaga ketika dilakukan proses pengeditan digital pada sebuah foto jurnalistik, maka perlu adanya batasan-batasan yang jelas tentang sejauh mana sentuhan digital diperbolehkan dalam jurnalistik foto. Pada intinya, tidak dibenarkan sama sekali adanya manipulasi dalam jurnalistik foto. Namun dengan perkembangan alat fotografi dan teknologi komunikasi saat ini, mengharuskan fotografi jurnalistik menerima dampak dari era digital tadi. Penggunaan teknolgi sah saja dalam jurnalistik foto, tapi panduan etika dalam prosedur digital image editing pada jurnalistik foto harus tetap dijaga.
32
Jadi, perkembangan teknologi di era modern saat ini tidak bisa dihindari dan akan terus berkembang sering berjalannya waktu sesuai tuntutan zaman dan fungsinya yang dapat mempermudah dan membantu manusia, atau bila salah menggunakan teknologi akan merusak manusia itu sendiri menyimpang dari estetika awalnya tadi. Kekurangan dalam suatu foto jurnalistik tadi bisa diatasi dengan pengedita digital imagetentu saja sesuai atura-aturan yang tadi diuraikan diatas atau sesuai dengan etika dalam jurnalistik foto. Keabsahan dalam jurnalistik foto menjadi hal yang wajib untuk di utarakan kemasyarakat luas, reputasi seorang pewarta foto sangat di uji dalam penyajian berita foto yang dibuat agar karya-karyanya dapat dipercaya dan dapat menyumbangkan pengetahuan yang konkrit untuk masyarakat. Dilihat dari sisi fungsinya, Menurut Edwin Emery, foto berfungsi untuk menginformasikan (to inform), menyakinkan (to persuade) dan menghibur (to intertaint),20 para pemakai media tersebut. Jadi, foto itu sendiri merupakan pesan yang dapat menyakinkan dan menghibur. Fotografi memliki sifat-sifat yang spesifik yang tidak dimiliki oleh media lain, yaitu: 1) Berbahasa visual. 2) Dapat menghentikan waktu 20
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik (pendekatan Teori dan Praktek), ( Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1999), h. 102
33
3) Dapat membekukan peristiwa atau kejadian. 4) Dapat melihat suatu yang tak terlihat oleh mata manusia.21 Usaha foto jurnalistik ialah komunikasi lewat kamera. Foto surat kabar harus menceritakan kisah dandiuraikan dengan jelas, bila tidak hanyalah penghambatan ruang yang mahal pada surat kabar itu. Kemajuan teknologi memang merubah dunia fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar mesin jahit hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran. Temuan teknologi makin maju sejalan dengan masuknya fotografi ke dunia jurnalistik. Dalam penyampaian berita saat ini foto sangat membantu khalayak untuk memperoleh informasi baru walaupun tanpa kata yang membarengi isi dari berita foto tersebut, tapi dengan adanya penambahan kata-kata (caption photo) menjadi nilai tambah dan pendukung foto yang ditampilkan atau di muat dalam media. Sering kali satu gambar yang bagus akan efektif untuk menyajikan informasi kepada pemirsannya. Satu gambar dapat dipakai sebagai berita “tersendiri,” atau sebagai pengiring berita. Gambar yang sendirian membutuhkan caption yang lengkap untuk member informasi yang diperlukan dan detail untuk memberi identifikasi orang yang ada di dalam gambar. Banyak koran menggunakan gambar 21
M. Mudaris, Jurnalistik Foto, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 1996), h.26.
34
sendirian ini dalam desain khusus, dengan headline kecil, atau catchline, di atas gambar dan caption lengkap di bawah gambar. Foto sendirian ini sering ditempatkan dalam desain dalam kerangka garis atau kotak untuk menunjukkan fungsinnya sebagai bentuk berita tersendiri. Gambar sendirian dapat berupa gambar berita, gambar kejadian atau aktifitas, atau gambar berorientasi feature yang isinnya menarik.22 Foto jurnalistik menunjukkan kepada kita hal-hal dan kondisi yang tidak biasa kita lihat ditempat umum dan kejadian normal seperti biasanya. Juga menjelaskan suatu peristiwa yang nyata walau tempat kejadian normal seperti biasanya. Juga menjelaskan suatu peristiwa yang nyata walau tempat kejadian itu sangat sulit ataupun jauh untuk dijangkau. Dari pembahasan diatas, foto jurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita yang mengacu kepada manusia yang menjadi subjek sekaligus pembaca berita. Jurnalistik tulis pada umumnya menulis dengan tinta sedangkan jurnalistik foto melukis dengan cahaya, Foto jurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (mass audiensces) melalui medium cetak Koran atau majalah dan elektronik televisi atau online. Akan tetapi dalam penyampaian suatu foto di media seorang editor dalam foto jurnalistik juga berperan, karena foto yang akan di publikasikan harus mengandung unsur-unsur berita dengan ketentuan 5W+1H (what,where, when, why, who dan how), bila suatu foto tidak 22
Tom E.Rolnicki, Pengantar Dasar Jurnalisme (Scholastic Journalism), (Jakarta: Kencana, 2008),h. 327.
35
mengandung unsur beritanya tidak bisa di sebut sebagai foto jurnalistik sama seperti halnya jurnalistik tulis yang mengandung unsur-unsur tersebut. Didalam foto jurnalistik dapat dikelompokkan beberapa jenis kategori foto, uraian selanjutnya akan dijelaskan lebih spesifik. b. Jenis dan Fungsi Foto Jurnalistik Pada umumnya ada beberapa jenis foto jurnalistik dalam media massa, khususnya surat kabar ada yang dikenal sebagai Spot News/ Hard News yaitu sebuah foto yang peristiwa kejadian waktu dan tempatnya tidak terduga dan kapan saja bisa terjadi. Contoh peristiwa bencana alam, kebakaran dan tabrakan kendaraan, peristiwa kebakaran di Kuningan Barat, Mampang Prapatan contohnya dalam peristiwa seperti ini kita tidak tahu prediksi dan dimana hal seperti ini akan terjadi. Kemudian Humant Interest adalah berita foto yang menyentuh perasaan manusia, tidak selalu actual dan hangat dalam pembuatan berita tersebut, contohnya foto para TKI (tenaga kerja Indonesia) yang di deportasi oleh kerajaan Saudi Arabia di bandara Soekarno Hatta dan Pemukiman kumuh di pinggiran rel kereta api di Jakarta. Foto-foto seperti ini sangat mengkhawatirkan kalau kita perhatikan dan hal ini menjadi suatu kritik keras bagi pemerintah untuk memberi solusi dalam mengatasi masalah-masalah yang setiap harinya bertambah bukan berkurang. General News foto, adalah foto yang diabadikan dari peristiwa yang terjadwal rutin dan terbiasa, contoh menteri membuka pameran. People in News Photo, foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu
36
peristiwa. Yang ditampilkan adalah sosok orang yang menjadi berita itu, contoh foto presiden SBY. Potrait foto,yang menampilkan wajah seseorang secara close up. Sport foto, foto yang menampilkan peristiwa olahraga. Scienceand technology foto, foto yang diambil dari peristiwa yang ada kaitanya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Art and Culture Photo adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya, misalnya kegiatan artis dibelakang panggung. Social and Environment adalah foto-foto tentang kehidupan social masyarakat serta lingkungan hidupnya.23 Jenis lain dari jurnalistik foto, ada yang disebut foto Essay, foto Sequence, dan Picture Story. Ketiga merupakan rangkaian foto yang bercerita. Berbagai peristiwa ditampilkan dalam beberapa foto yang saling berkaitan satu dengan yang lain, jadi tidak hanya satu foto saja.24 B. Ruang Lingkup Semiotika 1. Pengertian Semiotika Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah seperangkat yang kita pakai dalam upaya mencari jalan didunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.25Semiotik adalah ilmu tentang tanda. Tanda adalah segala hal , baik fisik maupun mental, baik di dunia maupun di jagat raya, baik di
23
Audy Mirza Alwi, Foto Jurnalistik, Metode Memotret dan Mengirim Foto Ke Media Massa, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), h. 8-9. 24 Ferry Darmawan. Dunia dalam Bingkai Dari Fotografi Film hingga Fotografi Digital, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2009), h.168. 25 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 15
37
dalam pikiran manusia maupun sistem biologi manusia dan hewan, yang diberi makna manusia. Inilah pandangan Pierce yang dikenal dengan konsep “pan-semiotik”.26 Semiotika, dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakna hal-hal (things).
Memaknai
(to
signify)
dalam
hal
ini
tidak
dapat
mencampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana-mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonsitusi sistem terstruktur dari tanda.27 Dari uraian definisi diatas berbicara semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda (sign), berfungsinya tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi sesorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda. Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda.28 Semiotik sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai system hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan “tanda”. Dengan demikian semiotik mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda.29 2. Teori Charles Sanders Pierce Bagi Pierce, tanda adalah “sesuatu yang mewakili sesuatu” dan tergambarkan dalam model semiosis kedokteran sebagai berikut : 26
Benny H.Hoed, Semiotik & Dinamika Sosial Budaya, (Depok : Komunitas Bambu,
2014), h.5 27
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 15 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta : Jalasutra, 2009), h.12 29 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 87 28
38
Gejala fisik
Sesuatu mewakili (stands for) sesuatu yang lain Memar lebam
jari patah
Ruam (kulit merah)
alergi kulit
Radang tenggorokan
sakit flu
Gambar 2.1 Semiosis dalam Kedokteran30 Model semiosis yang menjadi dasar pemaknaan tanda merupakan penyempurnaan dari model di atas. Semiosis mengikuti tiga tahap, yakni representamen (sesuatu) objek (sesuatu didalam kognisi manusia) interpretan (proses penafsiran). Jadi, interpretant ialah pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima tanda. Artinya, tanda baru dapat berfungsi sebagai tanda bila dapat ditangkap dan pemahaman terjadi berkat ground, yaitu pengetahuan tentang system tanda dalam suatu masyarakat. Hubungan ketiga unsure yang dikemukakan Pierce terkenal dengan nama segi tiga semiotik.31 Ada tiga jenis tanda, yakni ikon, indeks dan lambang. Ikon adalah tanda yang hubungan antara representamen dan objeknya berdasarkan pada keserupaan identitas, arca atau tiruan suara. Misalnya Indeks adalah tanda yang hubungan antara representamen dan objeknya berdasarkan hubungan antara kontiguitas atau sebab akibat, misalnya asap merupakan indeks dari kebakaran. Lambang adalah tanda yang hubungan antara 30
Benny H.Hoed , Semiotik & Dinamika Sosial Budaya, (Depok : Komunitas Bambu, 2014), h.32 31 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta : Jalasutra, 2009), h.12
39
representamen dan objeknya didasari konvensi sosial, misalnya sinyal kereta api.32 Charles Sander Pierce, seorang ahli filsafat dari Amerika, menegaskan bahwa kita hanya dapat berfikir dengan sarana tanda. Sudah pasti bahwa tanpa tanda kita tidak dapat berkomunikasi33 Merujuk teori Pierce (Noth, 1995:45), tanda-tanda dalam gambar dapat digolongkan ke dalam ikon, indeks, dan symbol. Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Misalnya foto Sri Sultan Hamengkubowono X adalah ikon Sultan.34 Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan apa yang diwakilinya contohnya tanda tangan (signature) adalah indeks dari keberadaan seseorang. Symbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan/perjanjian yang disepakati bersama. Contohnya adalah Garuda Pancasila.35 Untuk lebih rincinya, Alex Sobur menulis dalam bukunya Semiotika Komunikasi mengenai pembagian tersebut : Symbol adalah tanda yang diakui keberadaannya berdasarkan hukum konvensi. Contoh symbol adalah bahasa tulisan36 a. Ikon Pada dasarnya icon merupakan tanda yang bisa menggambarkan ciri utama sesuatu meskipun sesuatu yang lazim disebut sebagai objek
32
Benny H.Hoed , Semiotik & Dinamika Sosial Budaya, (Depok : Komunitas Bambu, 2014), h.34 33 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 124 34 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta : Jalasutra, 2009), h.16 35 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta : Jalasutra, 2009), h.17 36 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta : Jalasutra, 2009), h.13
40
acuan tersebut tidak hadir. Ikon adalah suatu benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang menyerupai apa yang direpresentasikannya. 37 Ikon adalah tanda yang antara tanda dengan acuannya ada hubungan kemiripan dan biasa disebut metafora. Contoh ikon adalah potret.38 b. Indeks Indeks adalah tanda yang hadir secara asosiatif akibat terdapatnya hubungan ciri acuan dan sifatnya. Kata rokok, misalnya memiliki indeks asap. Hubungan indeksikal antara rokok dengan asap terjadi karena terdapatnya hubungan ciri yang bersifat tetap „rokok‟ dengan „asap‟.39 Tanda seperti ini disebut metonomi. Contoh lain indeks adalah tanda panah petunjuk arah bahwa di sekitar tempat itu ada bangunan tertentu.40 c. Symbol Symbol berasal dari kata Yunani “symballein” yang berarti melemparkan bersama suatu (benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide. Ada juga yang menyebutkan “symbolos”, yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang.41 C. Ruang Lingkup Media Massa 1. Pengertian Media Massa Studi media massa mencakup pencarian pesan dan makna-makna dalam materinya, karena sesungguhnya semiotika komunikasi, seperti 37
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 158 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta : Jalasutra, 2009), h.13 39 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 159 40 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta : Jalasutra, 2009), h.13 41 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 155 38
41
dalam halnya basis komunikasi, adalah proses komunikasi, dan intinya adalah makna. Dengan kata lain mempelajari media adalah mempelajari makna, dari mana asalnya, seperti apa, seberapa jauh tujuannya, bagaimanakah ia memasuki materi media, dan bagaimana ia berkaitan dengan pemikiran kita sendiri.42 Secara harfiah kata media memiliki arti “perantara” atau “pengantar”. Association For Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk
suatu
Association
proses (NEA)
penyaluran
informasi,
mendefinisikan
sebagai
sedangkan benda
Education
yang
dapat
dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instructional. Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audience.43 Media massa adalah sarana untuk mencerdaskan khalayak dalam rentang waktu yang terbaru. Dalam konteks pembahasan penulis, lahirnya media massa memberikan dampak dan mempengaruhi sejarah semiotika komunikasi modern. Bermunculannya sarana media massa elektronik maupun cetak secara periodic, membuat bertambahnya cabang-cabang
42
Alo Lilliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi AntarBudaya, (Yogyakarta : LKis Yogyakarta, 2003), h.10 43 Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta : Ciputat Press, Juni 2002), h.11
42
ilmu semiotika baru. Jadi kesimpulan penulis media massa adalah symbol dari perjalanan informasi yang tercatat atau terekam dengan tujuannya untuk mempengaruhi khalayak guna memberikan referensi pilihan untuk mencerdaskan masyarakat. 2. Pengertian Koran Koran adalah media cetak yang biasanya terbit harian, didalamnya berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Koran pertama kali dikenal pada tahun 59 SM, yaitu kaisar Julius Caesar yang bertajuk “Acta Diurna”. Walaupun begitu, baru pada tahun 1605 surat kabar terbit petama kali dalam bentuk tercetak oleh Johan Carolur dengan tajuk “Relation” Koran tertua di dunia yang saat ini adalah “Post-Och Inrikes Tidningar” dari Swedia yang pertama kali terbit pada tahun 1645. Pada masa sekarang Koran tidak hanya terbit dalam bentuk cetakan tetapi ada juga bentuk on linenya di internet.bahkan kita bisa memilih tanggal terbitnya surat kabar tersebut. Jadi, jurnalisme sudah lahir sebelum William Caxton mendirikan korannya di Westminster pada tahun 1476, meskipun kemunculan pers di Inggris
memang
menjadi
pemicu
munculnya
jurnalisme
dalam
pengertiannya yang utuh. Peran media cetak sangatlah penting, sehingga sulit
dibayangkan
Negara-bangsa
modern
bisa
hadir
tanpa
keberadaannya.44 Koran adalah sejenis media massa yang memberitakan kejadiankejadian sehari-hari dalam kehidupan manusia. Koran biasanya ditujukan 44
William L. Rivers, dkk, Media massa dan masyarakat modern, (Jakarta : kencana, 2008), h. 17
43
sebagai kegiatan komersil dari penerbit koran yang bersangkutan. Tulisantulisan yang terdapat dalam sebuah koran dihasilkan oleh para penulis berita yang disebut sebagai wartawan. Wartawan tersebut bertugas untuk menulis kejadian-kejadian menarik yang terjadi di tengah masyarakat. Di dalam sebuah koran, biasanya terdapat banyak wartawan yang disebarkan ke berbagai daerah untuk mengumpulkan dan menulis berita yang menarik yang nantinya akan menjadi isi dari koran tersebut. Wartawan tersebut bertugas secara resmi atas nama koran yang bersangkutan dan mendapatkan bayaran atau gaji dari koran tempat dia mempublikasikan berita atau tulisannya. Sebagai
sebuah
institusi
komersil,
koran
mendapatkan
penghasilannya dari iklan-iklan yang dipasang di koran tersebut. Iklaniklan tersebut tersebar di berbagai halaman, disisipkan diantara tulisantulisan, atau disediakan halaman-halaman tersendiri yang khusus menampung iklan-iklan. Pemasang iklan membayar sejumlah tarif tertentu kepada penerbit koran. Koran biasanya terbit setiap hari, namun ada juga yang terbit secara mingguan. Koran bermanfaat bagi masyarakat untuk mengetahui kejadiankejadian yang terjadi di daerahnya atau daerah lain atau negara lain. Tanpa koran, masyarakat tidak akan mengetahui kejadian-kejadian yang terjadi di luar jangkauan pergaulannya. Jadi, koran adalah sarana bagi masyarakat untuk meluaskan pandangannya tanpa harus hadir secara langsung. Sebagai media penyampaian informasi harian secara tercetak pada beberapa lembar kertas. Biasanya dicetak pada kertas dengan harga
44
ekonomis yang rendah sehingga tidak terlalu riskan jika harus dibuang atau dijadikan pembungkus setelah informasi yang ada telah diterima untuk menggali informasi dari kejadian yang bersangkutan. Menurut Onong Uchjana Effendy ada empat ciri yang dapat dikatakan sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh surat kabar, antara lain : 1. Publisitas (Publicity) Yang mengandung arti penyebaran kepada khalayak atau kepada publik. Karena diperuntukkan untuk khalayak umum, isi atau informasi dalam surat kabar ini terdiri dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan umum. Untuk itu, penerbitan yang meskipun sama dengan surat kabar tidak bisa disebut sebagai surat kabar jika hanya ditujukan kepada sekelompok orang atau golongan. 2. Periodesitas (Periodicity) Yang berarti keteraturan dalam penerbitannya. Keteraturan ini bisa satu kali sehari bisa juga satu atau dua kali terbit dalam seminggu. Karena mempunyai keteraturan dalam penerbitannya, maka penerbit buku tidak dapat dikategorikan sebagai surat kabar meskipun isinya menyangkut kepentingan umum karena tidak disebarkan secara periodik dan berkala. 3. Universalitas (universality) Yang berarti kemestaan dan keragaman. Isinya yang datang dari berbagai penjuru dunia. Untuk itu jika sebuah penerbitan berkala isinya hanya mengkhususkan diri pada suatu profesi atau aspek
45
kehidupan, seperti majalah kedokteran, arsitektur, koperasi atau pertanian, tidak termasuk surat kabar. Memang benar bahwa berkala itu ditujukan kepada khalayak umum dan diterbitkan secara berkala, namun bila isinya hanya mengenai salah satu aspek kehidupan saja maka tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori surat kabar. 4. Aktualitas (Actuality) Menurut kata asalnya aktualitas, berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya”. Kedua-duanya erat sekali sangkut pautnya dengan berita yang disiarkan surat kabar. Berita adalah laporan mengenai peristiwa yang terjadi kini, dengan perkataan lain laporan mengenai peristiwa yang baru terjadi dan yang dilaporkan itu harus benar. Tetapi yang dimaksudkan aktualitas sebagai ciri surat kabar adalah pertama, yaitu kecepatan laporan, tanpa menyampingkan pentingnya kebenaran berita (Effendy, 1993:119-121). Namun, seiring berkembangnya zaman. fungsi media cetak sendiri sudah tergeser jauh kalah oleh media elektronik sehingga untuk mengatasi hal tersebut, Koran dapat dibaca melalui media online. Contoh terdapat sekitar 1.500 surat kabar harian di America Serikat. Surat kabar terbagi secara merata antara pengiriman pagi-sore. Akan tetapi, jumlah surat kabar sore mulai menurun. Iklan mengisi dua pertiga ruang cetak pada surat kabar harian. Kebanyakan suat kabar telah meluncurkan edisi online untuk memperluas jangkauan. Akan tetapi, pendapatan keseluruhan industri surat kabar mulai mengecil,
46
dan banyak dari organisasi surat kabar besar harus mengurangi jumlah karyawan dan menjual murah beberapa surat kabar merdeka untuk tetap mendapatkan keuntungan.45
45
Shirley Biagi, Media/impact pengantar media massa, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika ,2010), h.11
BAB III GAMBARAN UMUM KORAN HARIAN REPUBLIKA
A. Sejarah dan Perkembangan Koran Harian Umum Republika Pada zaman modern saat ini Koran sudah merupakan satu kebutuhan bagi masyarakat, kehadiran Koran mempermudah masyarakat untuk memperoleh informasi dengan cepat. Oleh karena itu, informasi dengan mudah masuk ke seluruh lapisan masyarakat bahkan hingga ke Desa, yang leh MC Luhan disebut sebagai Global Village, dan Koran bukan barang yang mahal bagi mereka. Menurut John Tabble, Koran sudah merupakan bagian dari kebutuhan manusia akan sebuah informasi, baik untuk dirinya sendiri, keluarga maupun untuk bisnis. Harian Umum Republika merupakan salah satu surat kabar yang diterbitkan atas kehendak media massa yang mampu mendorong bangsa menjadi kritis dan berkualitas. Yakni bangsa yang mampu sederajat dengan bangsa maju lainnya di dunia, Harian Umum Republika, memegang nilai-nilai spiritualitas sebagai perwujudan Pancasila dan filsafat bangsa, serta memiliki arah gerak seperti digariskan UUD 1945. Kehendak melahirkan masyarakat demikian searah dengan tujuan, citacita dan program Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia ( ICMI ) yang dibentuk tanggal 5 Desember 1990. Salah satu dari program ICMI yang disebarluaskan ke seluruh Indonesia, antara lain, mencerdaskan kehidupan bangsa melalui program peningkatan 5K ( Kualitas Iman, Kualitas Hidup, Kualitas Kerja, Kualitas Karya, dan Kualitas Pikir).
47
48
Untuk mewujudkan tujuan, dan cita-cita dan program ICMI di atas, beberapa tokoh pemerintahan dan masyarakat yang berdedikasi dan komitmen pada pembangunan bangsa dan masyarakat Indonesia, yang beragama Islam, membentuk Yayasan Abdi Bangsa pada 17 Agustus 1992. Yayasan ini kemudian menyusun tiga program utamanya, antara lain : 1. Pengembangan Islamic Center 2. Pengembangan CIDES ( Center for Information and Development Studies) 3. Penerbitah berita foto Harian Republika Sementara Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie, menjabat Ketua Umum ICMI, juga dipercaya sebagai Ketua Badan Pembina Yayasan Abdi Bangsa. Untuk mewujudkan programnya menerbitkan sebuah Koran harian, tanggal 28 November 1992, Yayasan Abdi Bangsa mendirikan PT. Abdi Bangsa. Yayasan kemudian memperoleh SIUPP (Surat izin Usaha Penerbit Press) dari Departemen Penerangan Republika Indonesia, sebagai model awal penerbitan
Harian
Umum
Republika.
SIUPP
itu
bernomor
283/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1992 tertanggal 19 Desember 1992. Nama
Republika
berasal
dari
ide
presiden
Soeharto
yang
disampaikannya saat beberapa pengurus ICMI Pusat menghadap kepada Soeharto untuk menyampaikan rencana peluncuran harian umum tersebut. Sebelumnya, Koran ini akan diberi nama, antara lain Republika. Harian Umum Republika, sebagai Koran komunitas terbesar dan sebagai Koran nasional kedua terbesar di Indonesia dengan 202.000 eksemplar.
49
Salah satu filosofi yang dimiliki oleh Harian Umum Republika adalah menjadikan Harian Umum Republika sebagai Koran umat yang terpercaya dan mengedepankan nilai-nilai universal yang sejuk, toleran, damai, cerdas dan professional, namun mempunyai prinsip dalam keterlibatannya menjaga persatuan bangsa dan kepentingan umat Islam yang berdasarkan pemahaman rahmatan lil alamin. Lahirnya Koran Republika di tengah-tengah masyarakat tak lepas dari lahirnya pers Islamis di Indonesia, juga tak lepas dari pengaruh politik di Indonesia. Pasang surutnya perpolitikan di Indonesia sangat berpengaruh akan eksistensi pers Islamis di Indonesia. Tradisi pers yang hidup sejak awal abad ke-20 tidak member jaminan bagi satu penerbitan Islam untuk menjadi sebuah media besar dalam usia yang cukup panjang. Karena saat ini hubungan masyarakat Islam dengan Negara memang berada pada titik terburuk pada decade 1980-an, sejalan dengan meningkatnya control Negara atas kekuatan masyarakat sipil. Pada masa itu bukan hanya penerbitan pers yang mendapat tekanan dan control ketat, tetapi juga penerbitan buku dan forum-forum ceramah agama Islam. Sasaran control pada politik ini sekaligus menggambarkan pola hubungan antara masyarakat sipil dan Negara pada masa itu agak berbeda dengan masa akhir 1970-an, ketegangan antara unsure masyarakat sipil dan Negara dalam hal ini pemerintah lebih banyak melibatkan tokoh-tokoh mahasiswa dam intelektual kritis. Ketegangan itu juga ditandai oleh bentuk penahanan tokoh intelektual, selain itu adanya pembredelan buku-buku dan Koran mereka.
50
Di pertengahan decade 1980-an, dominasi Negara atas berbagai unsur masyarakat sipi; berada pada puncaknya. Masyarakat hampir tidak memiliki saluran politik alternative yang memadai untuk mempengaruhi sikap penguasa. Partai politik yang seharusnya menjadi saluran formal untuk aspirasi
politik
juga
berada
di
titik
kelemahan
terendah,
setelah
diberlakukannya asas tunggal Pancasila. Pendirian Republika pada dasarnya bersifat idealis, artinya ia didirikan dengan tujuan politis ideologis. Menurut David T. Hill, Republika dibangun setelah ICMI mengidentifikasikan “musuh bersama”, yaitu kelompok minoritas yang menguasai konglomerasi media yang dengan sengaja menutupi kegiatan-kegiatan Islam secara professional. Sehingga menjadikan Republika sebagai media cetak Islami, yang mengedepankan Amar Ma’ruf Nahi munkar.Republika terbit perdana pada 4 Januari 1993. Penerbitan Republika menjadi berkah bagi umat. Sebelum masa itu, aspirasi umat tidak mendapat tempat dalam wacana sosial. Kehadiran media ini bukan hanya member saluran bagi inspirasi tersebut, namun juga menumbuhkan pluralism informasi di masyarakat. Karena itu kalangan umat antusiasi member dukungan, antara lain dengan member saham sebanyak satu lembar per orang. PT Abdi Bangsa Tbk sebagai penerbit Republika menjadi perusahaan media pertama yang menjadi perusahaan public. Mengelola usaha penerbitan Koran bukan perkara sederhana. Selain sarat dengan modal dan sarat SDM, bisnis ini pun sarat teknologi. Keberhasilan Republika menapik usia 18 tahun merupakan buah upaya keras
51
manajemen dan seluruh awak pekerja di PT Abdi Bangsa Tbk yang dilakukan oleh perusahaan yang menerbitkan Koran ini sejak 1993 untuk mengelola segala kerumitan itu. Setelah BJ Habibie tak lagi menjadi Presiden dan seiring dengan sulutnya kiprah politik ICMI selaku pemegang saham mayoritas PT Abdi Bangsa, pada akhir 2000, mayoritas saham Koran ini dimiliki oleh kelompok Mahaka Media. Selain dituntut piawai berhitung, pengelola Koran juga harus jeli, cerdik, dan kreatif, bersiasat untuk tetap bertahan dan memenangkan persaingan. Sejak awal, Republika memang dekat dengan “sesuatu yang baru”. Tatkala lahir, Republika menggebrakkan dengan tampilan “Desain Blok” (modular layout) yang tak lazim. Republika mampu meraih gelar juara pertama Lomba Perwajahan Media Cetak Nasional pada Oktober 1993. Tahun 1995, Republika membuka situs web internet. Republika menjadi pertama mengoperasikan Sistem Cetak Jarak Jauh (SCJJ) pada tahun 1997. Pendekatan juga dilakukan kepada komunitas pembaca local. Republika menjadi salah satu Koran pertama yang menerbitkan halaman khusus daerah. Selalu dekat dengan public pembaca adalah komitmen Republika untuk maju. Mulai tahun 2004, Republika dikelola oleh PT Republika Media Mandiri (RMM). Sementara PT Abdi Bangsa naik menjadi perusahaan induk (Holding company). Dibawah PT Republika Media Mandiri, Republika terus melakukan inovasi penyajian untuk kepuasan pelanggan. Tanggal 31 Januari 2000, Republika menjadi Koran pertama yang melakukan resizing. Pada umumnya Koran di Indonesia menggunakan kolom.
52
Hal ini terlalu lebar dan tidak ekonomis. Di dunia pada umumnya Koran telah berubah ke ukuran tujuh kolom. Agar pembaca tidak kaget, maka Republika memulai perubahannya dengan ukuran delapan kolom, maka pada 2 Januari 2006 Republika berubah ke tujuh kolom. Tahun 2006, edisi September, Republika memberikan sisipan gratis majalah Olahraga Arena. Ini merupakan hal yang pertama bagi pers Indonesia beli Koran dapat majalah. Di Amerika Serikat, hal itu lazim. Misalnya The New York Times Magazine. Republika juga Koran pertama yang sejak awal menjadi perusahaan terbuka dan telah listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Republika adalah salah satu Koran Nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas muslim bagi publik di Indonesia. Penerbitan tersebut merupakan puncak dari upaya panjang kalangan umat, khususnya para wartawan professional muda yang dipimpin oleh wartawan Tempo, Zaim Uchrowi.
B. Motto dan Misi Koran Harian Umum Republika 1. Motto Republika : “mencerdaskan kehidupan bangsa” menunjukkan semangat mempersiapkan masyarakat memasuki era baru. Keterbukaan dan perubahan telah dimulai dan tak ada langkah kembali, bila kita memang bersepakat mencapai kemajuan. Meski demikian, mengupayakan perubahan yang juga berarti pembaharuan harus mengganggu stabilitas yang telah susah payah dibangun. Keterpihakan Republika terarah sebesarbesarnya untuk penduduk negeri ini, yang mempersiapkan diri bagi sebuah
53
dunia yang lebih baik dan adil. Media massa, dengan Republika sebagai salah satu darinya, hanya akan menjadi penopang agar langkah itu bermanfaat bagi kesejahteraan bersama. 2. Misi Republika di berbagai bidang kehidupan diantaranya, sebagai berikut: a. Politik 1) Mengembangkan demokrasi 2) Optimalisasi peran lembaga-lembaga Negara 3) Mendorong partisipasi politik semua lapisan masyarakat 4) Mengutamakan kejujuran dan moralitas dalam politik 5) Penghargaan terhadap hak-hak sipil 6) Mendorong terbentuknya pemerintahan yang bersih b. Ekonomi 1) Mendukung keterbukaan dan demokrasi ekonomi 2) Profesionalisme mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan dalam manajemen 3) Menekankan perlunya pemerataan sumber-sumber daya ekonomi 4) Mempromosikan prinsip-prinsip etika dan moralitas dalam berbisnis c. Budaya 1) Republika mendukung sikap yang terbuka dan apresiatif terhadap bentuk-bentuk Kebudayaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dari mana pun datangnya. 2) Mempromosikan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat
54
3) Mencerdaskan, menghaluskan perasaan, mempertajam kepekaan nurani. 4) Bersikap
kritis
terhadap
bentuk-bentuk
kebudayaan
yang
cenderung mereduksi manusia dan mendangkalkan nilai-nilai kemanusiaan d. Agama 1) Republika mendorong sikap beragama yang terbuka sekaligus kritis terhadap realita sosial ekonomi kontemporer 2) Mempromosikan semangat toleransi yang lurus 3) Mengembangkan penafsiran ajaran-ajaran ideal agama dalam rangka mendapatkan pemahaman yang segar dan tajam, serta mendorong pencarian titik temu diantara agama-agama Harian Umum Republika menyajikan berita dengan atraktif, jelas, dan tuntas sehingga sangat mudah untuk dipahami. Jurnalisasi republika dilandasi untuk menyajikan informasi yang selengkapnya bagi para pembacanya. Republika berupaya mengembangkan corak jurnalisme yang enak dibaca (treadable). Bahasa dan gaya penuturannta diupayakan popular, renyah dan tidak kaku tanpa mengabaikan kaidah bahasa. Visualisasi dan disain yang menarik dalam bentuk penonjolan unsure grafis yang informative (berupa gambar, foto, table) serta eksploitas cetakan warna juga merupakan kekuatan surat kabar ini. Hal ini ditunjung oleh sajian berita yang tuntas pada satu halaman, tanpa bersambung ke halaman lain. Dengan demikian, pembaca memiliki waktu lebih banyak untuk melacak berita maupun informasi di halaman-halaman lainnya.
55
Topik-topik yang disajikan oleh Republika adalah topik-topik yang dekat dan berdampak langsung bagi masyarakat pembaca, dengan tidak mengabaikan kedalaman dan keseriusan, Republika justru mengembangkan semacam surat kabar “semi magazine”. Artinya, akan banyak berita yang ditulis dengan gaya features. Apa yang berlangsung sehari-hari sebisa mungkin dibingkai, ditafsirkan diberi kedalaman. Ada beberapa topic yang menjadi ciri khas, diantaranya, Resonansi, Hikmah, Solilokul, Wacana, Tajuk, Tekad, Rekor, Manajemen, Trend Teknologi, Dialog Jumat, Koran kecil dan Selasar. Sejak
kelahirannya
Republika
telah
banyak
melakukan
penyempurnaan, tidak hanya dalam desain penampilan korannya, melainkan juga isi. Semuanya dilakukan oleh Republika untuk memenuhi kebutuhan khalayak pembaca yang semakin lama semakin meningkat, baik dalam hal gaya hidup maupun status sosial ekonominya. Harian Umum Republika diterbitkan pada tanggal 4 Januari 1993, penjualannya terus meningkat. Harian ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sebagian besar oplahnya di Jakarta dan Jawa Barat. Sebagai tanggung jawab sosial kepada masyarakat, khususnya kepada “kaum dhuafa”. Juga sekaligus ikut serta mensukseskan program pemerintah dalam mengetaskan kemiskinan, pada Juli 1993, Harian Umum Republika membuka program “Dompet Dhuafa” yakni, menghimpun mengelola dan menyalurkan zakat para pembacanya.46
46
www.Republika.co.id, data diakses pada hari Senin, tanggal 20 Mei 2014 pukul 23.00
56
C. Struktur Organisasi Koran Harian Umum Republika Pemimpin Redaksi
: Nasihin Masha
Wakil Pemimpin Redaksi
: Arys Hilman Nugraha
Redaktur Pelaksana Republika Online
: Maman Sudiaman
Asisten Redaktur Pelaksana Republika Online
: Joko Sadewo
Tim Redaksi: Chairul Akhmad, Indira Rezkisari, Yeyen Rostiani, Didi Purwadi, Taufiqqurachman Bachdari, Miftahul Falah, Hazliansyah, Yudha Manggala P Putra, Fernan Rahadi, Mansyur Faqih, Citra Listya Rini, Damanhuri Zuhri, Bilal Ramadhan, A.Syalaby Ichsan, Muhammad Hafil, Nidia Zuraya, M Amin Madani, Niken Paramitha, Asti Yulia Sundari, Muthia Ramadani, Ahmad Islamy Jamil, Sadly Rachman, Agung Sasongko, Fanny Damayanti, M Fauzul Abraar. Kepala Sales dan Promosi
: Heru Supriyatin
Tim Sales dan Promosi
: WK Hadi Laga, Sri Hartini, Tejo Andriastono, Rani Kurniasari
Tim IT dan Desain
:
Mohamad Afif, Mufti Nurhadi, Abdul Gadir, Nandra Maulana Irawan, Mardiah. Kepala Support dan GA
: Slamet Riyanto
Tim Support dan GA
: Erna Indriyanti, Essika Gardana
Rolshop
: Riky Romadon
Kepala Keuangan & Admin : Wibowo
57
PT Republika Media Mandiri Direktur Utama
: Daniel JP Wewengkang
Direktur Pemberitaan
: Ikhwanul Kiram Mashuri
Direktur Operasional
: Mira R Djarot
GM Keuangan
: Didik Irianto
GM Marketing dan Sales
: Yulianingsih
D. Target Audiensi Koran Harian Republika Begitu Koran Harian Republika terbit pada 4 Januari 1993, penjualan oplahnya terus meningkat. Hanya dalam sepuluh hari sejak terbit, oplah Koran ini sudah mencapai 100.000 eksemplar. Ini berarti meningkat sekitar 2,5 kalilipat dari rencana awal terbit dengan oplah rata-rata 40.000 eksemplar per hari pada semester pertama tahun 1993, oplah Republika mencapai 130.000 eksemplar per hari. Harian Umum Republika tersebar di seluruh Indonesia. Namun, sebagian besar beredar di Jakarta dan Jawa Barat. Di Jakarta 50,31%, Jawa Barat 17,30%, Jawa Tengah 6,90%, Jawa Timur 4,36%, dan sisanya tersebar di daerah lain. Adapun target audiensi antara lain adalah beragama Islam dan agama lain, memiliki golongan professional, manajer, eksekutif, pelajar dan pengusaha dengan mengambil pasar berskala nasional. Pembaca Koran Republika untuk golongan pria umur 20-29 tahun kisaran 31% dan untuk umum sekitar 30-39%. Kemudian untuk golongan muda wanita umur 20-29 tahun sekitar 21% dan untuk umur 30-39 tahun 22%.
58
E. Rubrik Rana Sebelum bernama “Rana”, udah pernah ada beberapa edisi
tapi belum
konsisten terbitnya. Sejak 30 April 2012 sudah mulai terbit mingguan. Rubrik rana ini merupakan salah satu rubrik essay foto di Harian Republika yang terbit seminggu sekali. Harian Republika memiliki 4 bagian utama yaitu politik, ekonomi, agama, dan budaya. Dan rubrik tambahan setiap minggunya seperti Dialog Jum‟at, Resonansi , Hikmah, dan Rana. Rubrik rana ini sendiri merupakan tambahan yang berisi foto cerita (photo story) di Harian Republika. Pada bagian ini satu halaman diisi untuk rubrik rana yang setiap minggunya terbit yaitu setiap hari rabu khususnya, Foto pulau Sebesi yang mengangkat ragam budaya dan keindahan alam Indonesia ini tentunya mempunyai maksud dan tujuannya.yang pertama dalam konteks islam manusia di tuntut untuk selalu bersyukur dengan segala kecenderungannya setiap zaman hidup berdampingan dengan alam, dari keindahan dan ketakjuban alam selalu mendatangkan rasa heran dan takjubserta selalu mendapatkan kegembiraan dan kesegaran. Pemandangan gunung-gunung yang menjulang tinggi, sungai-sungai yang mengalir, terbit dan terbenamnya matahari, kilatan petir dan lainya, yang setiap dari mereka bagian dari keindahan-keindahn yang menakjubkan, diatas semua keindahan ini Alquran menggambarkan dalam dimensi alam yang bernyawa, dan masih banyak jendela pengetahuan keindahan yang lainnya. Yang kedua Dalam konteks umum keragaman budaya dan keindahan alam Indonesia merupakan salah satudaya tarik para wisatawan lokal dan luar negeri untuk berkunjung ke tempat wisata yang ada didalam negeri yang memang belum banyak orang lain tahu. Hal ini sangat membantu pemerintah dalam mengembangkan tempat-tempat wisata alam dan keindahan budaya di Indonesia.
59
F. Eksotisme Pulau Sebesi Eksotisme menurut kamus ilmiah kotemporer berasal dari kata unik; asing dan antik; jarang ada. Bisa kita uraikan perpaduan antara kata eksotisme yang memiliki makna asing/jarang ada menjelaskan bahwa keindahan dan kebudayaan serta kekayaan sumber daya alam dipulau sebesi sangatlah langka. Pulau Sebesi (Sebesi Island) adalah sebuah pulau yang secara administratif berada di wilayah Desa Tejang, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Indonesia. Berbentuk seperti gunung berapi dengan ketinggian 844m, secara geografis pulau ini terletak di selat Sunda atau wilayah selatan perairan Lampung. Lebih tepatnya Pulau Sebesi berada di sebelah selatan dari Pulau Sebuku, sebelah timur Pulau Serdang dan Pulau Legundi, serta sebelah Timur Laut Gugusan Krakatau. Pulau ini merupakan daratan yang paling dekat dengan Gugusan Krakatau dan turut menjadi saksi kedahsyatan letusan besar Krakatau tahun 1883. Sejak dulu Pulau Sebesi sangat terkenal akan kesuburan tanahnya. Kini, selain memiliki keunggulan di sektor perkebunan, pulau ini juga sedang dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata andalan Lampung Selatan selain Krakatau dan sejumlah pantai seperti Merak Belantung, Kalianda resort, dll. Nama Pulau Sebesi diduga berasal dari bahasa Sansekerta, Sawesi (Savvesi). Masyarakat sekitar biasa menyebut Pulau Sebesi dengan sebutan Pulo'. Sebelum meletusnya Krakatau, penduduk Pulau Sebesi hampir seluruhnya berasal dari pesisir. Di luar itu juga terdapat beberapa orang dari Banten yang ikut tinggal di Pulau Sebesi. Masyarakat saat itu rata-rata bekerja
60
sebagai petani karet, lada, dan kelapa, serta pengolahan hasil kayu dari hutan. Meski tidak banyak, namun sebagian kecil warga bertani sarang burung walet. Tak banyak yang mengetahui sejarah kelam akibat letusan Gunung Krakatau pada 1883 silam. Letusan yang membinasakan sekitar 3000 penduduk pesisir di sekitar Gunung Krakatau. Kehidupan di pulau ini dinyatakan musnah total akibat peristiwa tersebut. Pada 1983 pulau yang terletak di wilayah lampung selatan tersebut mulai dihuni kembali.
BAB IV TEMUAN ANALISIS DATA
A. Foto Cerita Eksotisme Pulau Sebesi pada Rubrik Rana Republika Pada bab ini peneliti menjelaskan data serta hasil penelitian dari judul REPRESENTASI
FOTO
JURNALISTIK
“EKSOTISME
PULAU
SEBESI” PADA HARIAN REPUBLIKA pada Rubrik Rana di Harian Cetak Republika” pada halaman 22 hari RABU, 5 FEBRUARI 2014. Analisis ini menggunakan analisis semiotika Charles Sander Peirce dan teori representasi Marcel Danesi yang bertumpu pada penalaran lewat Tanda (Ikon, Indeks, Simbol) dan produksi makna, yang terkandung dari foto berita yag diteliti. Dalam proses ini penafsiran dan pemaknaan tanda, melalui tiga tahap. tahap pertama adalah penerapan aspek representamen tanda (pertama melalui panca indera), tahap kedua mengaitkan secara spontan representamen dengan pengalaman dalam kognisi manusia yang memaknai representamen itu (disebut objek), dan ketiga menafsirkan objek sesuai dengan keinginannya. Tahap ketiga ini disebut intrepetant. Data penelitian ini adalah photo story atau foto yang berceritatentang masyarakat, keragaman dan keindahan Pulau Sebesi yang berada dibawah kaki Gunung anak Krakatau. Peneliti mengambil sample berdasarkan kepentingan penelitian, yang dianggap dapat menjadi bahan penelitian.Sumber foto-foto ini diambil dari media cetak harian Republika pada rubrik Rana pada Rabu, 5 Februari 2014.
61
62
B. Tanda
(Sign)
dari
REPRESENTASI
FOTO
JURNALISTIK
“EKSOTISME PULAU SEBESI” PADA HARIAN REPUBLIKA 1. Foto A
A
D
B
E
C
Gambar 1 Tema: Penampakan Pulau Sebesi dimuat di Koran harian Republika Rubrik Rana 5 Februari 2014
Dalam gambar diatas Ada tiga jenis tanda, yakni ikon, indeks dan lambang47. tampak luas/entire pulau sebesi saat fajar/pagi hari adalah Ikon (kode B) yang menandakan keindahan pulau ini saat penampakan pulau sebesi yang di rekam dari seberang pulau tersebut yaitu pulau Umang-umang. “Penampakan pulau sebesi di pagi hari yang diselimuti awan pagi pada waktu matahari akan terbit merupakan tanda yang bisa menggambarkan ciri utama bahwa tempat itu adalah tempat wisata dengan beribu macam keindahan
47
Benny H.Hoed , Semiotik & Dinamika Sosial Budaya, (Depok : Komunitas Bambu, 2014), h.34
63
didalamnya”48, dan mampu merepresentasikan kepada publik kekayaan alam di Indonesia. Kapal yang berderet (kode C) mencirikan bahwa kapal tersebut adalah kapal para wisatawan yang sedang singgah di pulau umang-umang depan pulau sebesi untuk menikmati dan mengabadikan saat matahari terbit dari pulau sebesi, dengan adanya kapal milik para pemandu wisata menandakan bahwa rata-rata dari masyarakat pulau sebesi berkehidupan dari nelayan dan wisata baharinya.Seorang wisatawan berjalan (kode E) menandakan Banyak dari beberapa wisatawan menikmati keindahan pulau sebesi waktu pagi dari pulau ini karena selain menikmati matahari terbit/sunrise wisatawan bisa menikmati keindahan bawah laut setelah matahari terbit di pulau umang-umang. Indeks dari gambar ini ditandakan melalui dua tanda yakni, awan yang menyelimuti bukit di pulau sebesi menandakan waktu fajar/pagi hari awan yang masih berada tidak jauh dari perbukitan menjadikan indeksikal antara pagi hari dan matahari saat akan terbit menjadi bersifat sebuah hubungan yang tetap, matahari terbit dari sebelah timur pulau sebesi dan terbenam dari sebelah barat pulau sebesi hal ini juga menjadi acuan yang bersifat tetap mempunyai indeksikal masing-masing (kode A dan D). Sementara Simbol dari gambar diatas yakni penampakan pulau sebesi lengkap dengan matahari terbit ketika waktu fajar datang dan seorang wisatawan berjalan menjadikan ciri khas serasi yang tepat mewakili objek diantanya (kode B dan E). sebagaimana dijelaskan diatas, realitas objektif bisa
48
Juli 2014
Data diperoleh dari hasil wawancara pribadi dengan Rakhmawaty Lalang, Jakarta, 5
64
jadi tidak ada hubungannya namun kehadiran wisatawan tersebut mewakili pulau sebesi begitu pun sebaliknya. Artinya ada makna konvensional sosial antara keduannya yaitu ketika wisatawan berkunjung mengabadikan segalanya yang ada ditempat tersebut dan mempblisnya lewat media sosial, hal tersebut dapat mereferensikan kepada orang banyak bahwa ada tempat wisata yang indah dan keragaman budaya di pulau sebesi. Hal seperti ini dapat banyak menarik minat para wisatawan yang hendak melangsungkan liburan yang awalnya tidak mengetahui apa itu pulau sebesi lalu dapat mengetahui bahwa ada keindahan dikaki gunung Krakatau tentu lewat publisitas dari foto tersebut, demikian simbol pulau sebesi ini bisa menjadi acuan yang membuat banyak orang berdatangan ditambah dengan keindahan alam yang amat sangat banyak ditambah dengan keragaman masyarakat pulau sebesi tersebut hal ini bisa dikatakan menjadi acuan yang membuahkan satuan pengertian tertentu. Tabel I Tanda-tanda dalam Foto A Jenis Tanda Ikon
Contoh Tanda
Kode
Penampakan pulau Sebesi, Kapal yang B,C,E berderet dipinggiran pantai dan seorang wisatawan berjalan
Indeks
Awan yang menyelimuti pulau Sebesi A,D dan Matahari terbit
Simbol
Pulau Sebesi
B,E
Pada foto diatas fotografer mengambil angle di pulau sebesi dan menjadikannya menjadi 2 sisi yaitu foreground photo dan background photo, foreground/tampak depan menampilkan seorang pria yang sedang berjalan
65
menikmati waktu pagi hari ketika matahari terbit dan kapal yang berderet di pinggiran pulau sebesi merupakan bukti bahwa masyarakat disana mayoritas usahanya adalah wisata bahari. Background yang berlatar belakang anak Gunung Krakatau itu sangat indah ketika di ambil pada waktu pagi, terlihat dari sisi kanan foto terdapat cahaya matahari dan tampak matahari tersebut akan muncul yang menandakan waktu siang akan datang. Fotografer sangat memahami waktu-waktu dan kejadian yang tepat untuk direkam dalam kameranya. Dari gambar tersebut fotografer mencoba memperlihatkan makna penampakan luas pulau sebesi yang indah pesan tersirat dalam gambar ialah betapa indahnya ciptaan Allah SWT tak ada tandingannya. Pengambilan foto
: Low Angle kamera lebih rendah dari objek, atau objek lebih tinggi dari kamera, sehingga objek terkesan membesar. Sudut pengambilan gambar ini merupakan kebalikan dari high angle. Kesan yang ditimbulkan dari sudut pandang ini yaitu keagungan atau kejayaan.
66
2. Foto B
D
A
C
B
Gambar 2 Tema: Mengawal Pelancong dimuat di Koran harian Republika Rubrik Rana 5 Februari 2014
Dalam gambar diatas gambaran kaki seorang pelancong (kode A) yang sedang duduk dikapal menandakan bahwa dia akan melakukan perjalanan kesekitar pulau sebesi menggunakan kapal pemilik seorang pemandu wisata merupakan ikon dari pulau sebesi.” Pada dasarnya icon merupakan tanda yang bisa menggambarkan ciri utama sesuatu meskipun sesuatu yang lazim disebut sebagai objek acuan tersebut tidak hadir. Ikon adalah suatu benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang menyerupai apa yang direpresentasikannya”.49 Senyuman seorang laki-laki muda yang berprofesi sebagai pemandu yang mengawal para wisatawan yang hendak melakukan perjalan kepulau-pulau disekitar pulau sebesi (kode C) ikon disini menandakan bahwa tanda yang 49
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 158
67
hadir memberikan sesuatu yang sangat amat berarti bagi seorang pemandu wisata bagi dirinya dikarenakan kehadiran seorang wisatawan mampu memberi rezeki bagi keluarga mereka.Atap kayu kapal Ikon tanda benda fisik dua atau tiga dimensi yang menyerupai apa yang direprentasikan didalam objek (kode D), kaki pelancong yang sedang duduk diatap kayu kapal ditemani seorang pemandu wiasata yang sedang tersenyum mewakili hubungan baik antara keduanya. Indeks dalam gambaran diatasialah Kaki pelancong dan senyuman pemandu wisata diatas kapal (kode A,C) adalah indeks bahwa ada tanda yang hadir secara asosiatif yang bersifat tetap ada pemandu wisata dan ada juga pelancong. Senyuman seorang pemandu wisata seperti yang sudah dijelaskan diatas betapa bahagianya ketika banyak para wisatawan yang datang kepulau sebesi membantu mereka dibidang perekonomian yang memang mayoritas masyarakat pulau sebesi yang hidup disana memanfaatkan pengembangannya dibidang wisata bahari yaitu sebagai pemandu disekitar pulau-pulau yang ada disekitar pulau sebesi. Awan biru (kode B) menjadi background menandakan waktu itu siang hari dan cuaca disana sangatlah cerah, hal ini sangatlah tepat bagi para pelancong untuk berkeliling dipulau-pulau sekitar pulau sebesi atau melakukan snorkeling dengan menyelam kedasar laut sambil menikmati keindahan yang ada didalamnya. Simbol dalam gambaran diatas adalah kaki seorang pelancong yang sedang duduk diatas kapal dan seorang pemandu wisata yang tersenyum saat melakukan interaksi diantara keduanya (kode A,C), dalam gambaran tersebut
68
seorang pemandu wisata menjadi acuan sebagai objek wisata meski gambar pulau sebesi tidak terwakili diatas akan tetapi ikon dan indeks tersebut bisa direprensentasikan sebagai symbol dari tempat wisata alam pulau sebesi hal ini bersifat konvensional sosial hubungan antara pikiran dan referensi menjadi acuan, Symbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan/perjanjian yang disepakati bersama. Contohnya adalah Garuda Pancasila.50 ditambah lagi gambar diatas memberi makna kontinuitasantara satu dengan yang dikarenakan foto tersebut adalah foto cerita. Tabel II Tanda-tanda dalam Foto B Jenis Tanda Ikon
Contoh Tanda
Kode
Kaki Pelancong, Senyuman Seorang
A,C,D
Pemandu Wisata dan Atap Kayu Kapal Indeks
Background Seorang
Awan Pemandu
Biru
dan
Wisata
Foto
A,B,C
saat
tersenyum dengan pelancong Simbol
Senyum Kebahagiaan
A,C
Gambar diatas menandakan bahwa ”kehadiran para pelancong yang datang merupakan senyuman yang sangat berarti karena bisa membantu memberikan nafkah untuk menyambung hidup mereka, wisata bahari adalah salah satu dari hasil pemanfaatan dari pulau sebesi itu sendiri”51. Kaki yang menggantung di atas kapal menyimbolkan penumpang yang sedang menaiki perahu dan terlihat dari gambar pria yang sedang tersenyum tersebut sedang
50
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta : Jalasutra, 2009), h.17 Data diperoleh dari hasil wawancara pribadi dengan Rakhmawaty Lalang, Jakarta, 5
51
Juli 2014
69
menarik kapal membantu wisatawan yang hendak turun dari perahu layar tersebut. Analisa tersebut melihat dari profil pulau sebesi yang mana mata pencaharian sebagian masyarakatnya dari wisata bahari. Sejak tahun 1983 masyarakat pulau sebesi mulai memanfaatkan hasil tani berupa pisang,kelapa dll, disamping memanfaatkan hasil tani, pemanfaatan dari hasil laut seperti ikan dan pemanfaatan keindahan bawah laut juga di manfaatkan oleh masyarakat pulau sebesi. Akan tetapi pelestarian cagar alam di bidang kelautan seperti pelestarian hewan laut dan menjaga ekosistem agar selalu terlihat alamiah juga dilakukan oleh masyarakat pulau sebesi.
Hal
ini
merupakan
bentuk
membudidayakan hasil laut, yang
kepedulian
bertujuan
masyarakat
dalam
agar penyeimbangan dalam
pendapatan juga selalu berputar bukan hanya pemanfaatannnya saja pelestarian dan menjaganya itu lebih penting dari pemanfaatan agar kelak anak cucu bisa merasakan apa yang dirasakannya Pengambilan foto
: Low Angle Menempatkan kamera lebih rendah dari objek, atau objek lebih tinggi dari kamera, sehingga objek
terkesan
membesar.
Berdasarkan
pengambilan gambar (camera angle).52
52
Audy Mirza Alwi, FotoJumalistik,(Jakarta:Bumi Aksara:2006), h.46.
sudut
70
3. Foto C
A
B C
Gambar 3 Tema: Kayu Bakar dimuat di Koran harian Republika Rubrik Rana 5 Februari 2014
Dalam foto diatas menggambarkan Rumah Tradisional yang terbuat dari batang pohon dan atap dari daun kering pohon kelapa/gubuk (kode A),ini merupaka tanda ikon yang merepresentasikan bahwan rumah tersebut adalah rumah tradisional milik masyarakat asli pulau sebesi yang memang rata-rata dari mereka berasal dari pulau jawa dan sumatra. Kesan hidup sederhana apa adanya terlihat dari gambar diatas yang hanya membangun rumah dari apa yang ada dalam dipulau sebesi tanpa adanya genteng yang terbuat dari beton dan
lainnya
seperti
masyarakat
diperkotaan
pada
umumnya
yang
menggunakan rangkap baja dan bahan modern lainya. Akan tetepi kehidupan dengan rumah terbuat dari batang pohon bagi mereka nyaman lebih dari cukup, hal ini membuktikan kemandirian masyarakat pulau sebesi tanpa sentuhan dari pemerintah mereka mampu memanfaatkan apa yang ada disana
71
dan diolah menjadi hal yang sangat berguna demi kelangsungan hidup bagi anak cucu mereka kelak nantinya. Seorang anak perempuan yang berdiri didepan pintu rumahnya (kode B) ikon tanda yang mencirikan bahwa rumah yang tempat ia berdiri adalah rumahnya dikarenakan tepat didepan pintu rumahnyalah ia berdiri hal ini mereprentasikan yang ditandai dengan suatu kemiripan. “Ikon adalah suatu benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang menyerupai apa yang direpresentasikannya”.53 Kesan kayu sebagai ikon juga ditampilkan pada foreground gambar (kode C) hal ini jelas terlihat sebagai suatu objek berada tepat didepan gambar tumpukkan kayu bakar yang terbuat dari pelepah pohon kelapa yang tertumpuk rapih dihalaman rumah warga pulau sebesi, kayu bakar ini di pergunakan sebagai bahan dasar dari proses memasak didapur. Maksud dan tujuan ditaruhnya pelepah pohon kelapa ini dihalaman rumah mereka bertujuan untuk sekalian dikeringkan setelah mengering lalu dipergunakan sebagai mana mestinya hal ini dilakukan hanya pada waktu musim panas saja setelah musim panas berlalu mereka menaruhnya disekitar dapur ditempat yang telah disediakan. Indeks dari gambaran diatas seorang anak perempuan yang sedang berdiri dan Tumpukkan kayu bakar bekas pelepah pohon kelapa (kode B,C) adalah indeks bahwa masyarakat pulau sebesi hidup dengan penuh kemandirian dan pemanafaatan dari hasil alam yang berlimpah. Hal ini menandakan secara indeksial masing-masing memiliki ciri utama secara individual hubungan antara represntemen dan objeknya saling berkaitan. Indeks adalah tanda yang hadir secara asosiatif akibat terdapatnya hubungan 53
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 158
72
ciri acuan dan sifatnya. Kata rokok, misalnya memiliki indeks asap. Hubungan indeksikal antara rokok dengan asap terjadi karena terdapatnya hubungan ciri yang bersifat tetap „rokok‟ dengan „asap‟.54 Tanda seperti ini disebut metonomi. Contoh lain indeks adalah tanda panah petunjuk arah bahwa di sekitar tempat itu ada bangunan tertentu.55 Sementara symbol yang muncul dari gambaran diatas adalah seorang anak perempuan pulau sebesi dan kayu bakar sebagai foreground melengkapi satu kesatuan dalam kehidupan sehari-hari (kode B,C). sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa kedua objek yang ada tersebut melambangkan hasil alam dan kemandirian yang ada dipulau sebesi realitas yang ada bisa jadi tidak ada hubungannya akan tetapi secara konvensional memberi tanda secara kontinuitas karena foto yang diambil merupakan foto cerita yang satu sama lain saling melengkapi suatu cerita. ” Symbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan/perjanjian yang disepakati bersama. Contohnya adalah Garuda Pancasila”.56 Tabel III Tanda-tanda dalam Foto C Jenis Tanda Ikon
Contoh Tanda
Kode
Rumah Tradisional, Seorang Anak
A,B,C
Perempuan yang sedang berdiri Indeks
Kayu Bakar dan Penduduk
B,C
Simbol
Kemandirian yang sederhana
B,C
54
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 159 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta : Jalasutra, 2009), h.13 56 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta : Jalasutra, 2009), h.17 55
73
Pada foto diatas bisa kita interpretasikan bahwa pasca letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 yang telah menelan banyak korban. Membuat mayoritas pesisir tersebut menanam
ribuan bibit tanaman, sejak era
penanaman kelapa di pulau sebesi, tanaman yang di produksi baik dalam bentuk kelapa butir maupun kopra ini telah menjadi komoditi utama dari pulau sebesi. Selain buahnya yang menjadi komoditi utama, bagi masyarakat pelepah pohon kelapa pun bisa dijadikan sebagai alat penunjang kebutuhan sehari-hari yaitu sebagai dasar pengapian untuk memasak, bekas pelepah pohon atau bekas batang pohon karet yang dikumpulkan ini biasanya ditaruh disamping rumah-rumah mereka sebagai stok kayu bakar yang akan dipergunakan sebagai bahan dasar dalam rumah tangga setiap harinya. Penggunaan kayu bakar sebagai keperluan memasak setiap harinya bagi masyarakat pulau sebesi, merupakan cerminan pendewasaan masyarakat yang lebih memilih memanfaatkan sumber daya alam yang ada ketimbang harus membeli minyak tanah atau gas yang harus merogoh kocek tidak sedikit. Akan tetapi efektivitas penggunaan kayu bakar bagi masyarakat pulau sebesi harus diseimbangkan dengan pelestarian alam yang perlahan tapi pasti akan habis seiring pemakaian dan penebangan yang dilakukan. Hal ini terbukti semenjak tahun 1990 telah dimulainya industri minyak sawit yang mengungguli minyak kelapa, sejak saat itu pemanfaatan kayu bakar agak berkurang dan tidak semua menggunakannya lagi.Namun selain untuk keperluan rumah tangga, kayu bakar ini juga dimanfaatkan untuk acara bakarbakaran ikan laut bagi para wisatawan. Lokasi strategis pulau sebesi yang
74
dekat dengan anak Krakatau ini menjadikannya sebagai wisata yang banyak diminati. Tak jarang para wisatawan itu menginap di rumah penduduk karena banyak penduduk yang menjadikan rumahnya sebagai tempat menginap. Pengambilan foto
: Eye Level Pengambilan gambar ini mengambil sudut sejajar dengan mata objek, tidak ada kesan dramatis tertentu yang didapat dari eye level ini. yang ada hanya memperlihatkan pandangan mata seseorang yang berdiri. Berdasarkan sudut pengambilan gambar (camera angle).57
4. Foto D
A C
B
Gambar 4 Tema: Kegiatan Sekolah dimuat di Koran harian Republika Rubrik Rana 5 Februari 2014
57
Audy Mirza Alwi, FotoJumalistik,(Jakarta:Bumi Aksara:2006), h.46.
75
Dalam foto diatas menggambarkan foto suatu kegiatan sekolah dengan terlihatnya sebuah bangunan sekolah (kode A) sebagai ikon. Tanda yang mewakili suatu objek dari tempat tersebut berkaitan dengan tiga orang siswa yang berdiri didepan pintu kelas sambil berinteraksi satu sama lainya (kode B), mengenakan seragam sekolah memperkuat bahwa ini menandakan sebagai Ikon yang menggambarkan ciri bahwa ketiga seorang siswi disekolah yang ada dipulau sebesi. Tanda yang memperlengkap bahwa itu adalah sebuah sekolah dengan adanya sebuah papan himbauan yang berisi sebuah kata ajakan untuk mendidik siswa yang ada disekolah tersebut (kode C) untuk menumbuhkan suatu budaya yang baik untuk orang banyak, papan tersebut hadirnya secara asosiatif karena hadirnya akibat hubungan antara pendidikan dengan lingkungan disekitar tempat pendidikan tersebut. Indeks yang menandakan kegiatan sekolah pada foto diatas (kode A,B) yakni ialah adanya sebuah bangunan sekolah dan tiga siswi sekolah yang berdiri didepan pintu kelas mereka saat jam belajar sedang istirahat. menggunakan seragam sekolah yang melambangkan bahwa mereka adalah seorang pelajar di sekolah tersebut.Dari kedua indeks yang ada, Kegiatan sekolah bagi anak-anak pulau sebesi adalah sebuah indeks betapa pentingnya suatu pendidikan sebagai landasan ilmu dimana pun dan sampai kapan pun bahwa
Pendidikan
menandakan
suatu
kemandirian
sebagai
proses
pendewasaan untuk masyarakat pesisir. Simbol dari gambaran diatas ialah berupa fisik nyata yang hadir dan menandakan sebagai objek acuan dalam gambar tersebut ialah sebuah ruang kelas yang diluar tertuliskan dengan papan sebuah kata-kata yang ada kaitannya dengan pendidikan (kode A, C). simbol yang dapat dipahami dari
76
gambaran diatas ialah bersifat konvensional sosial yaitu suatu kesepakatan bahwa yang memakai seragam sekolah dan tepat berdiri didepan kelasnya berlatarkan papan tulisan yang berisikan sebuah kata-kata bijak yang mendidik adalah seorang siswa/siswi sekolah tersebut. Tabel IV Tanda-tanda dalam Foto D Jenis Tanda Ikon
Contoh Tanda
Kode
Bangunan Sekolah dilengkapi dengan A,B,C papan himbauan yang mendidik dan tiga orang siswi yang sedang berdiri didepan kelasnya.
Indeks
Ruang kelas dan para siswi sekolah
A, B
Simbol
Kegiatan pendidikan
A, C
Gambaran sekolah di pulau sebesi ini menyimbolkan bahwa walaupun masyarakat pesisir disini hanya berprofesi sebagai nelayan dengan berpenghasilan cukup, mereka tetap mengutamakan pendidikan. Anak-anak tetap belajar di sekolah. Fotografer disini mengambil angle didepan ruangan kelas dengan anak-anak berseragam pramuka yang menunjukkan bahwa bangunan tersebut adalah sekolah. Ditambah dengan gambar poster 10 Budaya Malu yang menyiratkan bahwa mereka tidak malu dengan kondisi mereka yang hidup senderhana tetapi alangkah lebih malu lagi jika kita tidak dapat menempuh pendidikan dan memberikan pendidikan yang terbaik untuk anakanak kita. Dan dapat dilihat kondisi fisik sekolah tersebut tergolong biasabiasa saja apalagi dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang ada di kota. Ini
77
juga merupakan kritik sosial agar pemerintah pusat memperhatikan daerahdaerah terpencil seperti ini dengan berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat untuk pemerataan. Pengambilan foto
: Eye Level Pengambilan gambar ini mengambil sudut sejajar dengan mata objek, tidak ada kesan dramatis tertentu yang didapat dari eye level ini. yang ada hanya memperlihatkan pandangan mata seseorang yang berdiri. Berdasarkan
sudut
pengambilan
gambar
(camera
angle).58
5. Foto E
B
A C d e
D
Gambar 5 Tema: petani
pisang dan hasil perkebunan
dimuat di Koran harian Republika Rubrik Rana 5 Februari 2014
58
Audy Mirza Alwi, FotoJumalistik,(Jakarta:Bumi Aksara:2006), h.46.
78
Pada gambar diatas menandakan kapal (kode A) sebagai Ikon moda transportasi antar laut yang digunakan para masyarakat pulau sebesi untuk menyebrangi pulau-pulau yang ada disekitar pulau sebesi. Selain itu ikon juga merepresentasikan seorang petani pisang yang sedang mengangkut hasil pertanian seperti pisang, kelapa dan lainya (kode B, C). Indeks yang ada dalam gambaran ini ditampilkan melalui tiga tanda yakni Seorang petani yang memapang hasil perkebunansebagai foreground dalam gambar dan hasil perkebunannya yang akan di jual kedaerah jawa dan Sumatra, dermaga yang menandakan sebagai tempat transit yang dimana suatu tempat proses perekonomian dipulau sebesi ini berlangsung, sebab akibat yang ditimbulkan ialah ada dermaga dan pasti ada kapal juga untuk bertransit(kode B,C,D).semua indeks ini ada hubungannya dengan masyarakat yang mandiri dan kreatif dengan memanfaatkan hasil alamnya dan pulaunya mereka mampu bertahan hidup dan berkembang menjaga pulau sebesi. Sementara symbol yang muncul ialah seorang petani yang sedang membawa hasil taninya yakni pisang (kode B,C) serasi dengan apa yang dipikulnya dari kapal tepat hasil tani itu dibawa dari perkebunan yang berada dipulau sebesi yang kemudian akan dijual di area jawa dan sumatra. Seperti yang telah di jelaskan diatas bahwa seorang petani secara objektif dapat mewakilkan bahwa ia adalah seorang masyarakat pulau sebesi secara konvensional apa yang dibawa olehnya adalah hasil tani dari tepat dimana ia berasal yaitu pulau sebesi. Gambaran diatas secara kontinuitas tersinkronisasi satu dengan yang lainnya dikarenakan foto cerita tersebut menceritakan keseluruhan aktivitas dan apa yang ada dipulau tersebut.
79
Tabel V Tanda-tanda dalam Foto E Jenis Tanda Ikon
Contoh Tanda
Kode
Kapal pengangkut hasil tani, petani A,B,C pulau sebesi yang sedang mengangkut dan hasil taninya
Indeks
Foto
Petani
pisang
dan
hasil B, C, D
perkebunannya Simbol
Hasil pertanian
B, C
Seperti telah disebutkan sebelumnya mengenai mata pencaharian sebagian masyarakat Pulau Sebesi yaitu di bidang bahari. Selain itu, perkebunan juga termasuk mata pencaharian mereka. Menilik jenis foto ini adalah foto story , dari gambar pertama sampai terakhir pun saling berkaitan. Melihat dari gambar pisang yang sedang diangkut oleh salah satu warga disini menandakan bahwa mata pencaharian mereka selain pada wisata bahari juga di bidang perkebunan. Pisang, kelapa sawit, karet, lada, dan kelapa merupakan komoditi perkebunan yang banyak diminati dan dibutuhkan. Oleh karena itu, mereka memanfaatkan dengan sebaik-baiknya pohon-pohon yang ada di hutan pulau tersebut untuk mencari nafkah.Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan fotografer yang memotret kondisi pulau sebesi ini, peneliti mendapat tambahan informasi bahwa aneka komoditi perkebunan tersebut diangkut untuk dijual ke daerah Sumatera.
80
Pengambilan foto
: Eye Level Pengambilan gambar ini mengambil sudut sejajar dengan mata objek, tidak ada kesan dramatis tertentu yang didapat dari eye level ini. yang ada hanya memperlihatkan pandangan mata seseorang yang berdiri.
Berdasarkan
sudut
pengambilan
gambar
(camera angle).59
6. Foto F
A
D
B
C Gambar 6 Tema: pemandu
wisata dan bahari
dimuat di Koran harian Republika Rubrik Rana 5 Februari 2014
Pada gambaran tersebut menjelaskan background suatu ikon yang mencirikan apa yang dimaksud yaitu anak gunung Krakatau (kode
59
Audy Mirza Alwi, FotoJumalistik,(Jakarta:Bumi Aksara:2006), h.46.
81
A).gambaran diatas menjelaskan keadaan disekitar pulau sebesi yang ada hubungannya dengan anak Krakatau, pulau sebesi adalah pulau yang terletak tidak terlalu jauhdari Krakatau karena keberadaannya tepat dibawah kaki gunung tersebut. Kesan yang ditampilkan dari gambaran diatas yakni dua orang pemandu wisata (kode B) sekaligus sebagai nahkoda dikapal tersebut terlihat sedang duduk di belakang kapal sambil memantau perjalanannya untuk mengantar para wisatawan pergi keliling pulau sambil menikmati keindahan bawah laut yang ada kaki gunung anak Krakatau. Ban bekas dan tali tambang yang ada dikapal menandakan sebagai alat tradisional yang mereka pergunakan untuk bersinggah atau berhenti dipulau yang mereka tuju (kode C) alat seperti ini biasa mereka pergunakan setiap harinya dan selalu ada diatas kapal mereka. Indeks dari gambaran ini ada tiga, yakni 2 orang pemandu wisata diatas kapal (kode B) berlatar belakang Gunung anak Krakatau (kode A) dan lautan yang membentang luas menunjukkan jejak kapal dilaut menunjukkan suatu tanda indeks bahwa ada kapal yang melewati tempat tersebut (kode D). menggunakan kapal tradisional menjadi daya tarik bagi wisatawan dalam menikmati keindahan daerah tesebut,kebanyakkan dari wisatawan datang kepulau sebesi untuk menyusuri keindahan bawah laut yang menjadi salah satu kekayaan alam bawah laut yang sangat indah.Hal ini membuktikkan betapa banyak dan kayanya pulau sebesi dari daratnya sampai bawah laut. Sementara symbol yang muncul pada gambar diatas yakni anak gunung Krakatau lengkap dengan dua orang nahkoda sekaligus sebagai
82
pemandu wisata warga asli yang biasa mengantar para wisatawan (kode A,B) untuk berkeliling pulau yang ada disekitaran kaki gunung ana krakatau. secara konvensional anak gunung Krakatau adalah salah satu gunung yang aktif yang ada diindonesia yang kapan pun bisa meletus. dalamkeseharian dalam kultur maupun budaya bagi masyarakat sebesi dan sekitar pulau yang ada di kaki gunung anak Krakatau, gunung tersebut adalah sumber rezeki dan keberkahan hal ini terbukti banyaknnya para wisatawan berkunjung dikarenakan keindahannya dan kekayaan alamnya yang memang banyak orang belum mengetahuinya. Gambaran diatas secara keseluruhan menunjukkan suatu proses perjalanan dengan latar belakang anak Krakatau yang menjadi lambang dalam hal ini menjadi suatu ciri dan acuan bagi penglihatnya. Tabel VI Tanda-tanda dalam Foto F Jenis Tanda Ikon
Contoh Tanda Anak
gunung
Krakatau
Kode sebagai A,B,C
background, 2orang pemandu wisata dan kapal yang mereka gunakan Indeks
Foto gunung anak Krakatau dari atas A,BD kapal
Simbol
Pemandu wisata dan keindahan anak A,B krakatau
Terlihat dari kejauhan anak gunung Krakatau yang juga menjadi salah satu objek wisata yang indah dan diminati oleh warga Indonesia. Banyak wisatawan yang ingin berwisata kesana, karena gunung Krakatau di Indonesia
83
merupakan salah satu gunung merapi tebesar dan paling fenomenal setelah kejadian meletusnya gunung Krakatau tersebut pada tahun 1980 lalu. Krakatau adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra. Nama ini pernah disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana yang, karena letusan pada tanggal 26-27 Agustus 1883, kemudian sirna. Letusannya sangat dahsyat dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Namun justru erupsi pecahan dari gunung Krakatau ini memunculkan anak Krakatau dan menjadikan anak Krakatau ini wisata paling diminati dan paling banyak diteliti oleh peneliti alam khususnya vulkanik dari belahan dunia. Kemudian terdapat dua sosok pria yang sedang duduk di ujung kapal. Peneliti menyimpulkan bahwa keduanya adalah guide / pengantar wisatawan. Seperti sebelumnya yang sudah peneliti jelaskan bahwa mayoritas penduduk pulau sebesi menjadikan wisata bahari sebagai mata pencahariannya dikarenakan letaknya yang strategis dekat dari anak Krakatau. Dan salah satu pria tersebut sedang mengusap mata karena keletihan, ini menandakan bahwa walau lelah, mereka tetap rela mengantar wisatawan dengan senang hati demi mencari sesuap nasi. Pengambilan foto :
High Angle Menempatkan objek lebih rendah dari
pada kamera, atau kamera lebih tinggi dari pada objek, sehingga yang terlihat pada kaca pembidik objek yang terkesan
mengecil.
Berdasarkan
sudut
gambar (camera angle).60
60
Audy Mirza Alwi, FotoJumalistik,(Jakarta:Bumi Aksara:2006), h.46.
pengambilan
84
7. Foto G
C
A
B
Gambar 7 Tema: Membuat
kapal tradisional
dimuat di Koran harian Republika Rubrik Rana 5 Februari 2014
Pada gambaran diatas terlihat seorang pekerja (kode A) sebagai ikon yang berada didalam kapal sedang memahat kayu yang hendak dibuat sebagai bahan kontruksi pembuatan kapal tradisional, kayu yang menjadi foreground dalam gambar diatas (kode B) dapat jelas dilihat oleh panca indra merupakan inti untuk terbentukknya suatu kapal tradisional yang terbuat dari kayu yang didapat dipulau-pulau sekitar pulau sebesi. Ikon tanda objek 2 orang yang sedang duduk istirahat diatas kapal yang sedang dibuatnya (kode C) mewakili bahwa ia adalah salah satu dari beberapa pekerja dari pembuatan kapal tradisional tersebut. “Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda. Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda”.61 61
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta : Jalasutra, 2009), h.12
85
Indeks dari gambaran diatas yakni ada dua yakni (kode A,B) 3 orang pekerja yang terliha dikapal yang sedang mengerjakan kapal buatan mereka. Indeks yang hadir secara asosiatif terdapat hubungan antara sipembuat kapal tersebut dengan kapal yang dibuatnya. Hal ini mengintrepretasikan bahwa sangat amat mandirinya masyarakat pulau sebesi dengan alat seadanya mampu membuat alat transportasi laut dengan tangan mereka, dengan memanfaatkan sumber daya alam yang berlimpah mereka bisa ,mampu hidup mandiri dan membuat moda transportasi lintas pulau sebagai mata pencaharian untuk menghidupkan keluarganya. Simbolisasi yang muncul dari gambaran diatas sebagaimana telah dijelaskan secara konvensional gambaran diatas adalah gambaran tentang kemandirian masyarakat pulau sebesi dalam menciptakan suatu alat transportasi laut yang mereka buatnya (kode A,B). gambaran diatas secara lengkap menggambarkan proses pembuatan kapal tradisional menggunakan kayu, kalau kita berkunjung ke pulau sebesi disana terlihat dipesisir pantai beberapa masyarakat sedang mengerjakan kapal yang dibuat oleh tangantangan mereka. Tabel VII Tanda-tanda dalam Foto G Jenis Tanda Ikon
Contoh Tanda
Kode
Seorang pekerja yang sedang memahat A,B,C kayu untuk pembuatan kapal tradisional dan
rekannya
yang
sedang duduk
istirahat diatas kapal yang dibuatnya. Indeks
Foto seorang pekerja dan kapalnya
A,B
Simbol
Pembuatan kapal tradisional
A,B
86
Seperti telah kita ketahui sebelumnya bahwa mayoritas penduduk pulau Sebesi memanfaatkan lautan sebagai mata pencahariannya. Terlebih banyak sekali wisatawan yang ingin melihat pemandangan anak Krakatau dari pulau ini. Mereka pun membutuhkan alat transportasi laut untuk bisa melihat pemandangan tersebut dari jarak dekat. Oleh karena itu, penduduk pulau ini memanfaatkan kapal tradisional untuk mengangkut para wisatawan. Namun, membeli perahu memakan biaya besar. Oleh karena itu, mereka berinsiatif bekerja sama bahu membahu membuat kapal tersebut dari kayu dan bahanbahan yang ada. Hal ini terlihat sekali dari gambar dengan kesederhanaan mereka , mereka bisa mandiri dengan mencari uang tanpa harus dengan modal mahal. Pengambilan Foto
:
Eye
Level
Pengambilan
gambar
ini
mengambil sudut sejajar dengan mata objek, tidak ada kesan dramatis tertentu yang didapat dari eye level
ini.
pandangan
yang mata
ada
hanya
seseorang
memperlihatkan yang
berdiri.
Berdasarkan sudut pengambilan gambar (camera angle).62
62
Audy Mirza Alwi, FotoJumalistik,(Jakarta:Bumi Aksara:2006), h.46.
87
8. Foto H
C
A
D
B
Gambar 8 Tema: Sentuhan
feminisme dan keseharian
dimuat di Koran harian Republika Rubrik Rana 5 Februari 2014
Dalam gambaran diatas terlihat seorang ibu (kode A) sebagai ikon dan objek yakni buah kelapa (kode B) merepresentasikan membuka kelapa menggunakan pisau golok. Kesan yang ditampilkan oleh seorang ibu yang jongkok dan anaknya sebagai foreground dalam gambar didalam dapur (kode C,D) yakni sedang membuka kelapa yang akan dipergunakan sebagai santan atau bahan untuk dimasak.(kode D) tampilan seorang anak
yang kesan
mengintip menghiasi foreground gambar terkesan bahwa anak tersebut malu ketika proses gambar tersebut diambil. Indeks dari Seorang perempuan warga pulau sebesi dengan anaknya disebuah dapur tempat mereka tinggal adalah indeks dari kehidupan pulau sebesi yang tak luput dari sentuhan seorang wanita yang berperan didalam
88
kehidupan sehari-hari (kode A,B,D). pada gambaran diatas ada keterkaitan antara seorang ibu yang sedang membuka kelapa didapur dengan keberadaan anak yang menemani ibunya didapur, hal ini dikarenakan ada hubungan antara si ibu dan anaknya sebagai satu kesatuan keluarga. Sementara symbol yang muncul adalah seorang ibu dengan anaknya berada didalam dapur (kode A,C,D) mengolah makanan yang nantinya akan dinikmati sekeluarga,secara konvensional sosial dapur merupakan tempat yang dimana sebagai ruangan untuk memasak seperti halnya pada gambar diatas menggunakan dapur untuk memasak. Symbol dari seorang ibu yang ada didapur bisa dikatakan selalu ada sentuhan seorang feminisme dimana pun kita berada, sebagai bentuk penghargaan seorang istri kepada suami tertuang dengan suatu sentuhan feminism yakni memasak. Tabel VIII Tanda-tanda dalam Foto H Jenis Tanda Ikon
Contoh Tanda
Kode
Seorang Ibu bersama anaknya didalam A,B,C,D dapur sedang membuka kelapa untuk di olah
Indeks
Foto seorang ibu dan anak
A,B,D
Simbol
Foto ibu didapur dan anaknya
A,C,D
Terlihat dari gambar, “sosok wanita sedang memotong bahan-bahan untuk kebutuhan rumah tangganya”63. Dan ada gambar sang anak sedang mengintip dari balik pondok. Berkaitan dengan gambar sebelumnya, dapat kita 63
Juli 2014
Data diperoleh dari hasil wawancara pribadi dengan Rakhmawaty Lalang, Jakarta, 5
89
simpulkan bahwa penduduk pulau sebesi ini, yang laki-laki atau sang suami pergi bekerja dengan mengambil bahan-bahan perkebunan untuk dijual dan juga membuat kapal untuk mengangkut para wisatawan yang ingin berwisata bahari, sedangkan sang istri bertugas dirumah memasak dan menjaga anak mereka. Dengan demikian, mereka bekerja sama, kooperatif dalam menjalani kehidupan sederhana ini. Tanpa sentuhan feminis tangan dari seorang wanita hebat ini, suami yang lelah selepas bekerja tak dapat menikmati makanan yang dibuat oleh sang istri, bahkan tak ada yang mengurusi rumah. Suami pun harus bekerja keras demi istri dan buah hati mereka, agar dapat makan dengan baik dan bersekolah dengan baik. Pengambilan foto
: High Angle Menempatkan objek lebih rendah dari pada kamera, atau kamera lebih tinggi dari pada objek, sehingga yang terlihat pada kaca pembidik objek yang terkesan mengecil.
C. Interpretasi Interpretant ialah pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima tanda. Artinya, tanda baru dapat berfungsi sebagai tanda bila dapat ditangkap dan pemahaman terjadi berkat ground, yaitu pengetahuan tentang system tanda dalam suatu masyarakat. Hubungan ketiga unsure yang dikemukakan Pierce terkenal dengan nama segi tiga semiotik.64 Berita foto adalah berita verbal, namun ia disampaikan dengan menggunakan gambar, bukan sekedar teks atau kata-kata. Berita harus 64
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta : Jalasutra, 2009), h.12
90
memiliki awal tengah dan akhir apa lagi foto tersebut merupakan foto cerita yang keterkaitan satu sama lain menjadi pelengkap dalam cerita foto tersebut. Subjek dalam pengambilan gambar harus cukup luas dan menarik untuk diabadikan akan tetapi gambar tersebut harus sesuai tema yang dibuat agar foto mengikuti alur dan isi yang ada dalam tema tersebut. Foto cerita tersebut bisa berisi 5 sampai belasan, dan dapat dimuat dalam satu halaman atau dua seperti foto peneliti gunakan. Fotografer yang akan mengerjakan suatu berita foto perlu banyak waktu untuk mengembangkannya. Hal ini dikarenakan butuh waktu untuk meriset foto yang akan diambilnya. Fotografer mungkin bekerja sama dengan reporter sehingga berita verbal dapat muncul dengan berita foto sebagai pelengkapnya atau caption yang bagus dan terperinci juga harus disediakan sesuai foto berita yang diangkatnya. Dalam berita foto yang disajikan lewat gambar dengan teks pengiring, harus dicermati saat penyuntingan sebelum naik cetak atau pun di publis. Hal ini dikarenakan kembali kepada dasar media yaitu memberi informasi baru yang berimbang kepada masyarakat. Dalam penampilannya di media, foto cerita yang menjadi awal pembuka tersebut harus kuat keterkaitanya agar kesan gambar memberi kontribusi pada informasi kepada pembaca. Dalam intepretasi foto bisa menjadi salah satu bukti yang konkret dari sebuah berita jurnalis, akan tetapi seorang jurnalis foto mempunyai etika dalam pemotretan berita dan mempublisnya lewat media. Caption/ teks adalah kalimat lengkap yang member informasi dan detail tentang gambar terhadap pembaca. Dalam pengambilan gambar cerita
91
biasanya terks mewakili dari detail-detail gambar yang menceritakan suatu cerita foto, seperti foto Eksotisme Pulau Sebesi teks yang ada disamping gambar merupakan suatu penekanan dan penjelasan dari gambar tersebut. Akan tetapi ketika melirik suatu foto cerita yang berangkaian kita dapat dengan mudah memahami maksud dan tujuan fotografer dalam penyampaian berita tersebut. Dalam proses pembuatan suatu caption foto/teks harus ditulis dengan ejaan yang benar dan dilakukan pengecekan beberapa kali dan verivikasi. Teks mendeskripsikan apa yang terjad didalam foto saat diambil, maka informasi harus disajikan dalam bentuk present tense, khususnya dalam kalimat pertama biasanya kata yang digunakan dalam keadaan terjadi pada saat itu, dan setelah itu informasi selanjutnya bisa ditulis dalam bentuk sudah terjadi. Caption yang bagus membutuhkan berita yang bagus hal ini dikarenakan keberanian seorang fotografer dalam mengambil gambar apakah melalui proses wawancara atau sebaliknya tidak sama sekali. Hal ini dikarenakan selaku pelaku lapangan yang bersentuhan langsung harus mengetahui detailnya seperti apa yang terjadi dan bisa mendapatkan informasi yang mendalam dilapangan. Sebaliknya jika tidak mengorek informasi ini bisa menyebabkan ketidak akuratan dalam proses pembuatan berita dan berdampak pada kredibilitas staf. Intrepretasi foto-foto diatas dinilai dari aspek agama Republika mendorong sikap beragama yang terbuka sekaligus kritis terhadap realita sosial ekonomi kontemporer, Mempromosikan semangat toleransi yang lurus dan Mengembangkan penafsiran ajaran-ajaran ideal agama dalam rangka
92
mendapatkan pemahaman yang segar dan tajam, serta mendorong pencarian titik temu diantara agama-agama65. Hal tersebut merupakan bagian dari misi Koran harian Republika yang berasaskan keislaman membuktikan sikap keterbukaan dan apresiatif terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dari mana pun datangnya sekaligus mempromosikan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat demi mencerdaskan dan mempertajam kepekaan nurani masyarakat Indonesia agar bangga dengan segala keindahan dinegerinya. Dengan adanya publisitas diharian Republika khususnya rubrik Rana yang mengangkat cerita keindahan suatu daerah yang masih tersembunyi, hal ini bila mana dilihat dari segi ekonomi mampu memberikan dampak pemerataan sumber daya ekonomi dengan kemandirian suatu daerah disisi pariwisatanya dengan memanfaatkan keindahan daerah tersebut tentunya sangat membantu perekonomian masyarakat tersebut. dan mampu menekan minat wisatawan untuk berkunjung, Hal ini membantu dinas kebudayaan dan pariwisataan dalam mempromosikan daerah wisata yang belum maupun yang sudah terkenal lewat publisitas media. Implementasi makna keindahan dalam islam dalam hadist Sabda Rasululah shallallahu „alaihi wa sallam, “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan”, mengandung dua unsur landasan Islam yang agung, yaitu pengetahuan tentang sifat Allah Ta‟ala dan pengamalan konsekwensi dari sifat tersebut. Yang pertama kita mengenal Allah Ta‟ala dengan sifat maha indah yang tidak ada satu makhlukpun menyerupainya,
65
www.Republika.co.id, data diakses pada hari Senin, tanggal 20 Mei 2014 pukul 23.00
93
kemudian yang kedua kita beribadah kepada Allah Ta‟ala dengan sifat indah yang dicintai-Nya, dalam ucapan, perbuatan dan akhlak. Dari segala ciptaan Allah SWT seluruh alam semesta tidak ada satu pun mahluk yang mampu mensejajarkan segala ciptaannya Allah maha tinggi maha kuasa bumi dan langit.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari rangkaian foto-foto jurnalistik karya Rakhmawaty La‟lang (Harian Republika) penulis dapat menyimpulkan bahwa ada keindahan alam tersembunyi dari balik pulau Sebesi ini yang masih belum terekspos oleh khalayak luas. Dapat kita lihat dari gambar pertama yang disajikan, keindahan gunung Krakatau di waktu petang sebagai gambar utama, kemudian diiringi oleh gambar-gambar kondisi sosial masyarakat tersebut sebagai gambar pendukungnya. Hal ini menjadi salah satu bentuk dukungan terhadap budaya Indonesia yang cenderung mereduksi masyarakat Indonesia yang lebih memilih keluar negeri dari pada menikmati keindahan negerinya sendiri. Sebagai mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, penulis menjadikan Hadist
" إن اهلل جميل و يحب الجمالSesungguhnya Allah adalah dzat yang maha
indah dan mencintai keindahan" (HR. Thabrani dan Al Hakim) sebagai acuan pada tema foto karya tulis ini. Tetapi yang dimaksud ialah indah dalam sifat. Juga bermakna Allah adalah dzat yang berbuat baik. Makna indah dalam sifat ialah Allah mempunyai sifat-sifat yang sempurna. Sedangkan makna Allah adalah dzat yang berbuat baik ialah bahwa Allah berbuat baik kepada hambanya dan bersifat dermawan kepada mereka dengan nikmat-nikmatNya. Adapun makna Allah mencintai keindahan ialah bahwa Allah senang perbuatan yang bersifat memperbaiki (ihsan). Maka manusia tidak dinilai dari
94
95
bentuk lahir yang diciptakan Allah, tetapi ia dinilai berdasarkan niat dan amalnya. Belajar dari hadist diatas manusia harus bisa menghargai dan menjaga ciptaan Allah swt dengan baik tanpa merusaknya dengan ini allah swt niscaya akan menambahkan beribu-ribu keindahan bila kita mensyukuri dan menjaganya. Dilihat dari sifat dan karakteristik foto-foto jurnalistik karya Rakhmawaty La‟lang yang penulis bedah dengan mata pisau analisis semiotika teori Charles Sander Pierce yaitu dari sudut ikon, indeks dan symbol secara menyeluruh isi dari foto jurnalistik ini mengangkat isu wisata dan problem sosial. Contohnya pada foto kedua hingga kedelapan yang menggambarkan situasi sosial masyarakat pulau sebesi yang masih benarbenar memanfaatkan kekayaan alam di sekitarnya sebagai obyek mata pencahariannya. Indonesia kaya akan kekayaan alamnya dan keindahannya, sehingga disebut zamrud khatulistiwa. Bahkan devisa Negara terbesar kedua adalah di bidang pariwisata. Biasanya objek-objek wisata, penduduknya makmur, tetapi tidak di pulau sebesi ini padahal Gunung Krakatau termasuk dalam 10 obyek wisata paling indah versi Wonderland Indonesia. Oleh karena itu, melalui rubrik rana, peneliti menyimpulkan pesan tanda yang dicari oleh peneliti dalam rumusan masalah ketiga yang terkandung pada foto yang ingin disampaikan oleh fotografer adalah bertujuan mencari obyek wisata yang masih natural dan kondisi masyarakatnya masih kekurangan agar tempat tersebut terekspos masyarakat luas dan diharapkan dapat membantu perekonomian mereka.
96
Penulis menempatkan foto kedelapan dengan foto sosok wanita karena dari foto kedua hingga ketujuh menampilkan kaum pria / masyarakat laki-laki pulau sebesi yang sedang melakukan kegiatan mata pencahariannya. Lalu, bagaimana dengan perempuannya? Dapat kita simpulkan bahwa mereka beprofesi sebagai ibu rumah tangga yang hanya bekerja dirumah memasak dan menunggu anak-anaknya.
B. Saran Penyusun menyarankan foto jurnalistik bukanlah hanya sekedar foto/gambar yang indah dilihat atau mengandung artistik tetapi secara harfiah jurnalistik itu sendiri haruslah mengandung kabar berita melalui media foto,karena pemaknaan semiotika foto jurnalistik sangat luas, penulis menyarankan seyogyanya teks atau caption pada foto yang jelas membantu pemaknaan agar tidak melebar, mengerucutkan pemaknaan sebenarnya. Saran penulis adalah Dengan telah banyaknya penelitian yang menggunakan analisis semiotika atau semiologi difakultas ilmu dakwah dan komunikasi, agar mampu menghadirkan hipotesa dan teori baru yang lebih berkembang dan kajian lebih mendalam agar dapat memperkaya keilmuan khususnya ilmu komunikasi Bagi peminat fotografi mahasiswa jurusan komunikasi metode semiotika agar dapat menjadikan sebagai bahasan visual yang merupakan bahasa tersirat.
97
DAFTAR PUSTAKA
“Republika Surat Kabar” di akses pada tanggal 13 Februari 2014 pukul 19:10 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Republika_(surat_kabar). Ajidarma, Seno Gumira, Kisah Mata : fotografi, Yogyakarta: Galang Press, 2002. Alwi, Audy Mirza. Foto Jumalistik. Jakarta : Bumi Aksara : 2006 Asnawir, dkk. Media Pembelajaran. Jakarta : Ciputat Press, Juni 2002 Berger, Arthur Asa. Pengantar semiotika. Yogyakarta : Tiara Wacana, 2010. Biagi, Shirley. Media / impact : Pengantar media massa. Jakarta : Penerbit salemba humanika, 2010. Darmawan, Ferry. Dunia dalam Bingkai Dari Fotografi Film hingga Fotografi Digital. Yogyakarta: Graha Ilmu,2009 E. Rolnicki, Tom. Pengantar Dasar Jurnalisme (Scholastic Journalism). Jakarta: Kencana, 2008. H. Hoed, Benny. Semiotik dan dinamika sosial budaya. Depok : Komunitas bambu, 2008. Kusumaningrat, Hikmat. Jurnalistik : teori dan praktik. Bandung : Rosda, 2009. Lexy, J Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002 Lilliweri, Alo. Makna Budaya dalam Komunikasi AntarBudaya. Yogyakarta : LKis Yogyakarta, 2003 M. Mudaris. Jurnalistik Foto. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 1996. Muhtadi, Asep Saeful. Jurnalistik (pendekatan Teori dan Praktek). Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1999. Nurudin. Jurnalisme masa kini. Jakarta : Pt Rajagrafindo Persada, 2009. Rakhmat, Jalaluddin. Metode penelitian komunikasi. Bandung : Rosda, 2007. Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi. Ciputat: UIN Jakarta Press. Sobur , Alex. Semiotika komunikasi. Bandung : Rosda , 2009.
98
___________. Analisis teks media. Bandung : Pt remaja rosdakarya, 2012. Tinarbuko, Sumbo. Semiotika komunikasi visual. Yogyakarta : Jalasutra, 2009. William l. Rivers , dkk. Media massa dan masyarakat modern. Jakarta : Prenada media group, 2003. www.Republika.co.id, data diakses pada hari Senin, tanggal 20 Mei 2014 pukul 23.00 http://manchesterunitedisneverdie.blogspot.com/2013/04/hadits-mengenaikeindahan-kemulyaan-dan.html
HASIL WAWANCARA Profil pemilik foto “Eksotisme Pulau Sebesi” Nama
: Rakhmawaty La’lang
Profesi
: Staff Photogarfer
Alamat
: Jl. Persahabatan Rt 10/08 Kel. Kelapa 2 Wetan Jakarta
Timur Tempat/tanggal lahir : Serang 01 Agustus 1989 Email
: [email protected]
Sejak SMA ikut ekskul madding (majalah dinding) sudah jadi fotografer, masuk kuliah jurusan komunikasi prodi jurnalistik konsen di fotografi lewat UKM foto jurusan (KIFO) dan UKM foto kampus (UKMF), hingga sekarang bergelut di dunia foto jurnalistik. Mempunyai ketertarikan dibidang fotogarafi sejak tahun 2011 semenjak di kampus mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa di Universitas hassanudin Makasar, sampai saat ini menjadi salah satu pewarta foto wanita yang berhijab saat memotret segala kejadian di Jakarta maupun nasional. Karirnya sebagai fotografer semakin cemerlang semenjak beberapa foto yang ia ambil banyak mengikuti pameran dan perlombaan salah satunya foto yang di pamerkan pada anugerah pewarta foto indonesia untuk biro Jakarta di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.
Pertanyaan ? 1. Apa yang dimaksud dengan rubrik rana sejak kapan ada rubrik rana tersebut ? Sebelum bernama “Rana”, udah pernah ada beberapa edisi
tapi belum
konsisten terbitnya. Sejak 30 April 2012 sudah mulai terbit mingguan. Rubrik
rana ini merupakan salah satu rubrik essay foto di Harian Republika yang terbit seminggu sekali. 2. Foto essay kemarin itu lebih ke arah budaya atau yg lain? Kalo iya apa maksud budaya bagi mba? Niatan awal pengennya tentang budaya, tapi menurut saya waktu tidak memungkinkan untuk mengcover beberapa unsur budaya. Jadi memahami keadaan sosial disana merekam dan menganalsis data riset disana, geliat kegiatan keseharian warga penghuni pulau sebesi itu sendiri dari sudut pandang wisata baharinya yang cukup terkenal di kalangan pelancong. Akan tetapi bila perhatiin dari rangkaian semua foto satu dengan yang lain saling sinkronisasi lalu muncullah gambaran budaya masyarakat pulau sebesi yang mayoritas berkehidupan sebagai pemandu wisata dalam pemanfaatan bahari disana. 3. Apa maksud dari rangkaian foto pertama sebagai foto pembuka? Penampakan pulau sebesi di pagi hari yang diselimuti awan pagi pada waktu matahari akan terbit merupakan tanda yang bisa menggambarkan ciri utama bahwa tempat itu adalah tempat wisata dengan beribu macam keindahan didalamnya foto ini adalah foto pembuka yang menandai langsung objek yang diangkat, dan mampu merepresentasikan kepada publik kekayaan alam di Indonesia. Foto yang lain mengikuti alur apa yang ada disana dan bagaimana keadaan disana. 4. Apa maksud dari foto kedua dan seterusnya? kaki seorang pelancong yang sedang duduk diatas kapal dan seorang pemandu wisata yang tersenyum saat melakukan interaksi diantara keduanya. seorang pemandu wisata menjadi acuan sebagai objek wisata meski gambar pulau sebesi tidak terwakili diatas akan tetapi ikon dan indeks tersebut bisa direprensentasikan sebagai symbol dari tempat wisata alam pulau sebesi.
seorang anak perempuan pulau sebesi dan kayu bakar sebagai foreground melengkapi satu kesatuan dalam kehidupan sehari-hari, Kesan hidup sederhana apa adanya terlihat dari gambar diatas yang hanya membangun rumah dari apa yang ada dalam dipulau sebesi tanpa adanya genteng yang terbuat dari beton dan lainnya seperti masyarakat diperkotaan pada umumnya yang menggunakan rangkap baja dan bahan modern lainya.Akan tetepi kehidupan dengan rumah terbuat dari batang pohon bagi mereka nyaman lebih dari cukup, hal ini membuktikan kemandirian masyarakat pulau sebesi tanpa sentuhan dari pemerintah mereka mampu memanfaatkan apa yang ada disana dan diolah menjadi hal yang sangat berguna demi kelangsungan hidup bagi anak cucu mereka kelak nantinya. foto suatu kegiatan sekolah dengan terlihatnya sebuah bangunan sekolah, tiga orang siswa yang berdiri didepan pintu kelas sambil berinteraksi satu sama lainya adalah bukti betapa pentingnya suatu pendidikan dimana pun dan kapan pun. moda transportasi antar laut yang digunakan para masyarakat pulau sebesi untuk menyebrangi pulau-pulau yang ada disekitar pulau sebesi. merepresentasikan seorang petani pisang yang sedang mengangkut hasil pertanian seperti pisang, kelapa dan lainya. Hal semua yang terdapat dalam gambar saya berupaya menampilkan segala sesuatu yang ada disana. background suatu ikon yang mencirikan apa yang dimaksud yaitu anak gunung Krakatau.gambaran ini saya ingin menjelaskan keadaan disekitar pulau sebesi yang ada hubungannya dengan anak Krakatau, pulau sebesi adalah pulau yang terletak tidak terlalu jauhdari Krakatau karena keberadaannya tepat dibawah kaki gunung tersebut. Kesan yang ditampilkan dari gambaran diatas yakni dua orang pemandu wisata sekaligus sebagai nahkoda dikapal tersebut terlihat sedang duduk di belakang kapal sambil memantau perjalanannya untuk mengantar para wisatawan pergi keliling pulau sambil menikmati keindahan bawah laut yang ada kaki gunung anak Krakatau.
Membuat kapal tradisional berada didalam kapal sedang memahat kayu yang hendak dibuat sebagai bahankontruksi pembuatan kapal tradisional, kayu yang menjadi foreground, banyak terbentukknya suatu kapal tradisional yang terbuat dari kayu yang didapat dipulau-pulau sekitar pulau sebesi semua itu adalah hasil dari pada warga disana. secara lengkap menggambarkan proses pembuatan kapal tradisional menggunakan kayu, kalau kita berkunjung ke pulau sebesi disana terlihat dipesisir pantai beberapa masyarakat sedang mengerjakan kapal yang dibuat oleh tangantangan mereka. Sentuhan feminisme dan keseharian, membuka kelapa menggunakan pisau golok. Kesan yang ditampilkan oleh seorang ibu yang jongkok dan anaknya sebagai foreground dalam gambar didalam dapur,seorang ibu dengan anaknya berada didalam dapur mengolah makanan yang nantinya akan dinikmati sekeluarga.seorang ibu yang ada didapur bisa dikatakan selalu ada sentuhan seorang feminisme dimana pun kita berada, sebagai bentuk penghargaan seorang istri kepada suami tertuang dengan suatu sentuhan feminism yakni memasak. 5. Apa maksud dan tujuan dipublisnya foto-foto tersebut? foto-foto diatas dinilai dari aspek agama Republika mendorong sikap beragama yang terbuka sekaligus kritis terhadap realita sosial ekonomi kontemporer,
Mempromosikan
semangat
toleransi
yang
lurus
dan
Mengembangkan penafsiran ajaran-ajaran ideal agama dalam rangka mendapatkan pemahaman yang segar dan tajam, serta mendorong pencarian titik temu diantara agama-agama. Hal tersebut merupakan bagian dari misi Koran harian Republika yang berasaskan keislaman membuktikan sikap keterbukaan
dan
apresiatif
terhadap
bentuk-bentuk
kebudayaanyang
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dari mana pun datangnya sekaligus mempromosikan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat demi mencerdaskandan mempertajam kepekaan nurani masyarakat Indonesia agar bangga dengan segala keindahan dinegerinya. Dengan adanya publisitas diharian Republika khususnya rubrik Rana yang mengangkat cerita keindahan
suatu daerah yang masih tersembunyi, hal ini bila mana dilihat dari segi ekonomi mampu memberikan dampak pemerataan sumber daya ekonomi dengan kemandirian suatu daerah disisi pariwisatanya dengan memanfaatkan keindahan daerah tersebut tentunya sangat membantu perekonomian masyarakat tersebut. dan mampu menekan minat wisatawan untuk berkunjung, Hal ini membantu dinas kebudayaan dan pariwisataan dalam mempromosikan daerah wisata yang belum maupun yang sudah terkenal lewat publisitas media. 6. Bagaimana struktur organisasi atau lembaga anda sebagai penggiat media? Struktur Organisasi Koran Harian Umum Republika Pemimpin Redaksi
: Nasihin Masha
Wakil Pemimpin Redaksi
: Arys Hilman Nugraha
Redaktur Pelaksana Republika Online
: Maman Sudiaman
Asisten Redaktur Pelaksana Republika Online
: Joko Sadewo
Tim Redaksi: Chairul Akhmad, Indira Rezkisari, Yeyen Rostiani, Didi Purwadi, Taufiqqurachman Bachdari, Miftahul Falah, Hazliansyah, Yudha Manggala P Putra, Fernan Rahadi, Mansyur Faqih, Citra Listya Rini, Damanhuri Zuhri, Bilal Ramadhan, A.Syalaby Ichsan, Muhammad Hafil, Nidia Zuraya, M Amin Madani, Niken Paramitha, Asti Yulia Sundari, Muthia Ramadani, Ahmad Islamy Jamil, Sadly Rachman, Agung Sasongko, Fanny Damayanti, M Fauzul Abraar. Kepala Sales dan Promosi
: Heru Supriyatin
Tim Sales dan Promosi
: WK Hadi Laga, Sri Hartini, Tejo Andriastono, Rani Kurniasari
Tim IT dan Desain
:
Mohamad Afif, Mufti Nurhadi, Abdul Gadir, Nandra Maulana Irawan, Mardiah. Kepala Support dan GA
: Slamet Riyanto
Tim Support dan GA
: Erna Indriyanti, Essika Gardana
Rolshop
: Riky Romadon
Kepala Keuangan & Admin : Wibowo PT Republika Media Mandiri Direktur Utama
: Daniel JP Wewengkang
Direktur Pemberitaan
: Ikhwanul Kiram Mashuri
Direktur Operasional
: Mira R Djarot
GM Keuangan
: Didik Irianto
GM Marketing dan Sales
: Yulianingsih
7. Baik terima kasih atas kesediaan mba rakhmawaty lalang dalam meluangkan waktunya dan memberi data-data yang bisa di mengerti.
Dokumentasi foto-foto hasil wawancara/riset.
Republika pada rubrik Rana pada Rabu, 5 Februari 2014