ANALISIS FAKTOR-FATOR YANG MEMPENGARUHI KREDIT PERORANGAN (PERSONAL LOAN) (Studi Kasus pada Nasabah Kredit PT. Bank Jateng) Himawan Arif Sutanto1), Muliawan Hamdani2) Program Studi Manajemen STIE Bank BPD Jateng email:
[email protected] 2 Program Studi Manajemen STIE Bank BPD Jateng email:
[email protected] 1
ABSTRACT In general, personal loans are consumer loans can be used for both the purchase of goods, housing, education and others. The purpose of this study was to analyze the influence of age, income, family size, sex, and work towards personal loan PT. Bank Jateng. Therea are 100 household as customer PT. Bank Jateng were sampled by accidental sampling. Multiple linear regression analysis was used to analyze the data of this study. The results showed that income, family size, gender and employment affect the personal loans at PT. Bank Jateng. While the age of the respondents did not affect the personal loans at PT. Bank Jateng. R2ajd value of 0.758 which means that the variation of personal loans (PLO) can be explained by age, income, family size, gender and occupation of 75.8% of customers. While other factors explained 24.2% outside factors in the model. Keword: personal loan, credit, Bank Jateng, PLO ABSTRAK Pada umumnya kredit perorangan merupakan kredit konsumsi yang dapat digunakan untuk kebutuhan baik itu pembelian barang, perumahan, pendidikan dan lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Usia, Pendapatan, jumlah keluarga, jenis kelamin, dan pekerjaan terhadap personal Loan PT. Bank Jateng. Sebanyak 100 Nasabah PT. Bank Jateng di diambil sebagai sampel dengan accidental sampling. Analisis regresi liner berganda digunakan untuk menganalisis data penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan, jumlah keluarga, jenis kelamin dan pekerjaan berpengaruh terhadap kredit perorangan pada PT. Bank Jateng. Sedangkan usia responden tidak berpengaruh terhadap kredit perorangan pada PT. Bank Jateng. Nilai R2ajd sebesar 0,758 yang berarti variasi penyaluran kredit perorangan (PLO) dapat dijelaskan oleh faktor usia, pendapatan, jumlah keluarga, jenis kelamin dan pekerjaan nasabah sebesar 75,8%. Sedangkan 24,2 dijelaskan faktor lainnya di luar model.
Keywords: Kredit, kredit perorangan,PLO, Bank Jateng.
Persaingan
1. PENDAHULUAN Dalam
sistem
sekarang
ini
peranan
penting
perbankan
pertumbuhan fungsi
memegang
dalam
ekonomi.
utama
perantara
perekonomian
bank
antara
mengejar
Oleh
karena
adalah
sebagai
masyarakat
yang
kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, maka usaha pokok yang dilaksanakan adalah kegiatan kegiatan
pada
sektor
perkreditan.
Pertumbuhan kredit perbankan tercatat mencapai 22,8% dari Rp1.437 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp1.765,8
sangat ketat dan perlu adanya inovasi perbankan. Persaingan tersebut tidak hanya
merupakan
dana
lembaga
masyarakat
dan
menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat
serta
terjadi
antar
bank,
tetapi
persaingan juga datang dari lembaga keuangan
lain
yang
mengembangkan keuangan
berhasil
produk-produk
baru.
Persaingan
dan
perkembangan yang cukup pesat pada usaha perbankan tersebut menjadikan masing-masing lembaga perbankan harus berlomba
untuk
memenangkan
persaingan bisnis. Persaingan antar bank tersebut
keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun
bisnis
perbankan di era globalisasi saat ini
triliun pada tahun 2010. Bank
dalam
memberikan
jasa
lainnya (Kasmir, 2000). Dengan kata lain dana yang menganggur dari masyarakat yang memiliki kelebihan uang tunai daapat digunakan oleh masyrakat yang membutuhkan dana dalam pembiayaan berbagai kegaitan ekonomi.
tentunya
akan lebih
menguntungkan
nasabah karena nasabah dapat memilih berbagai
jasa
perbankan
yang
ditawarkan. Kualitas produk dan layanan perbankan lembaga
akan menentukan apakah perbankan
tersebut
mampu
bersaing di pasar global atau tidak. Syarat sederhana yang harus dipenuhi oleh lembaga
perbankan
kemampuan
tersebut
perusahaan
adalah
perbankan
tersebut dalam menyediakan produk dan jasa
sesuai
dengan
kebutuhan
dan
keinginan
masyarakat.
Manajemen
Bank-bank umum harus selektif
sebuah bank dituntut kecepatan dan
dan
ketepatan dalam merespon apa yang
kredit kepada masyarakat. Diharapkan,
dibutuhkan masyarakat saat ini.
kredit lebih banyak disalurkan untuk
Strategi
pemberian
berhati-hati
dalam
menyalurkan
kredit
sektor yang berdampak pada kegiatan
merupakan salah satu fungsi strategis
produktif daripada kredit konsumsi. Saat
yang dimiliki bank dan fungsi ini pula
ini, penyaluran kredit konsumsi oleh
yang
bank-bank
seringkali
menjadi
penyebab
umum
di
Jawa
Tengah
menurunnya pendapatan suatu bank.
mencapai 30 persen dari total kredit yang
Dimana semakin tinggi rasio NPL suatu
disalurkan (Kompas, 17Oktober 2008).
bank maka akan mengurangi pendapatan suatu
bank
dikarenakan
banyaknya
Bank Jateng salah satu perbankan yang berada di Jawa Tengah telah gencar
debitur yang menunggak pembayaran
untuk
kredit.
termasuk
Pemberian
kredit
memang
melakukan
ekspansi
kredit
loan
(kredit
umumnya
kredit
personal
merupakan kegiatan yang beresiko tinggi.
persorangan).
Pada
Karena itu dalam upaya mengatasi
perorangan
tingginya NPL maka perbankan harus
konsumsi yang dapat digunakan untuk
semakin tajam dalam menganalisis dan
kebutuhan baik itu pembelian barang,
memprediksi suatu permohonan kredit
perumahan, pendidikan
untuk dapat meminimalkan risiko yang
Bank
terkandung di dalam penyaluran kredit
konsumsi sebesar 60% dalam rangka
tersebut. Informasi tentang calon nasabah
regional camphion (seputar solo.com).
debitur merupakan faktor krusial dalam
Hal
menentukan tingkat risiko yang bakal
ekonomi
dihadapi bank. Penentuan eligible atau
masyarakat. Besarnya kredit konsumsi ini
bankable tidaknya seseorang atau suatu
perlu mendapat perhatian khusus dari
perusahaan tergantung seberapa banyak
pihak bank Jateng agar tetap terjaga
informasi akurat yang dimiliki bank
NPLnya pada level yang aman. Oleh
tentang calon debitur.
karena itu perlu diketahui faktor-faktor
ini
Jateng
ini
kredit
dan lainnya.
mengalokasikan
seiring dan
merupakan
dengan
peningkatan
kredit
kestabilan konsumsi
yang dapat
mengpengaruhi Personal
demokrasi
ekonomi
dengan
Loan dalam upaya meminimalkan kredit
menggunakan prinsip kehati-hatian. Hal
macet.
ini ditegaskan dalam Pasal 2 UndangUndang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7
2. KAJIAN TEORI
tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam
2.1 BANK Umumnya masyarakat mengenal bank sebagai badan usaha yang bertugas untuk menghimpun dana, mengelola dan menyalurkannya
kepada
masyarakat
pengguna jasa bank. Secara terminologi istilah “Bank” berasal dari bahasa Italy “banca” yang berarti “bence” yaitu suatu bangku
tempat
digunakan
oleh
duduk
yang
biasa
para
bankir
Italy
dihalaman pasar pada saat memberikan pinjaman-pinjaman. Pada Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang
Perubahan
Undang-undang
Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada
masyarakat
dalam bentuk kredit dan/atau bentukbentuk
lainnya
dalam
rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan melakukan
Indonesia
usahanya
dalam
berasaskan
penjelasan Pasal 2, dijelaskan bahwa yang
dimaksud
dengan
demokrasi
ekonomi adalah demokrasi ekonomi yang berdasarkan
Pancasila
dan
Undang-
Undang Dasar 1945. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang
Perubahan
Undang-undang
Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan dinyatakan
bahwa
fungsi
utama
perbankan
Indonesia
adalah
sebagai
penghimpun dana dan penyalur dana masyarakat. bertujuan
Perbankan menunjang
Indonesia pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak, hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang
Perubahan
Undang-undang
Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Dana perbankan diperoleh dari berbagai sumber sebagaimana fungsi perbankan
sebagai lembaga intermediasi. Sumber
(2) Pinjaman
dana tersebut antara lain:
antar
Bank
(call
money), biasanya pinjaman ini
a. Dana yang bersumber dari Bank
diberikan kepada Bank-bank yang
itu sendiri. Sumber dana ini
mengalami kalah kliring di dalam
merupakan
modal
lembaga kliring. 4) Pinjaman dari
sendiri, maksudnya adalah modal
Bank-bank luar negeri. 5) Surat
setoran
Berharga Pasar Uang (SBPU),
dana
dari
dari
para
pemegang
sahamnya. b.
Dana
dalam hal ini pihak perbankan yang
berasal
dari
menerbitkan Surat Berharga Pasar
masyarakat luas. Sumber dana
Uang kemudian diperjual belikan
dari
dapat
kepada pihak yang berminat, baik
dilakukan dalam bentuksimpanan
perusahaan keuangan maupun non
giro, simpanan tabungan
keuangan.
masyarakat
luas
dan
simpanan deposito. c.
Dana yang bersumber dari
2.2. Jenis Bank
lembaga lainnya.
Berdasarkan Pasal 5 UndangUndang Nomor 10 tahun 1998 tentang
Dana
yang
bersumber
dari
Perubahan Undang-undang Nomor 7
lembaga lainnya merupakan sumber dana
tahun
1992
tentang
Perbankan
Bank jika kesulitan dalam pencarian
membedakan jenis bank sebagai berikut:
sumber dana yang diperoleh dari Bank
1) Bank menurut jenisnya.
itu sendiri maupun dari masyarakat luas.
Menurut jenisnya bank dapat
Perolehan dana dari sumber ini antara
dibedakan menjadi Bank umum dan
lain dapat diperoleh dari:
Bank Perkreditan Rakyat.
(1) Bantuan Likuiditas dari Bank
a. Bank Umun.
Indonesia, merupakan kredit yang
Bank umum adalah bank yang
diberikan Bank Indonesia kepada
melaksanakan
Bank-bank
secara
yang
kesulitan likuiditasnya.
mengalami
kegiatan
konvensional
usaha dan/atau
berdasarkan Prinsip Syariah yang
dalam
kegiatannya
memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran. b. Bank Perkreditan Rakyat
Pemerintah,sehingga
seluruh
keuntungan Bank ini dimiliki oleh Pemerintah pula. Termasuk dalam
Bank Perkreditan Rakyat adalah
Bank Milik Pemerintah adalah
bank yang melaksanakan kegiatan
Bank
usaha secara konvensional atau
Mandiri, Bank Rakyat Indonesia,
berdasarkan Prinsip Syariah yang
dan
dalam
Sedangkan Bank Milik Pemerintah
kegiatannya
tidak
Negara
Bank
Indonesia,
Tabungan
Negara.
memberikan jasa dalam lalu lintas
Daerah
pembayaran. Lebih lanjut pada
Daerah Tingkat I dan Tingkat II
Pasal 5 ayat (2) bank umum dapat
masing-masing Propinsi, seperti :
mengkhususkan melaksanakan
besar
terdapat
di
diri
untuk
BPD Jawa Tengah (Bank Jateng),
kegiatan
tertentu
BPD DKI Jakarta, BPD Nusa
atau memberikan perhatian yang lebih
(BUMD)
Bank
kepada
Tenggara Barat, dan BPD lainnya.
kegiatan
tertentu.
b. Bank Milik Swasta Nasional Merupakan Bank yang seluruh atau
2) Bank berdasarkan kepemilikannya Jenis Bank dilihat dari segi
sebagian besarnya dimiliki oleh swasta
nasional,
begitu
pula
kepemilikannya, maksudnya adalah
pembagian keuntungannya diambil
siapa
Bank
oleh swasta pula. Contoh Bank
tersebut. Kepemilikan dilihat dari akta
Milik Swasta Nasional adalah :
pendirian dan penguasaan saham yang
Bank
dimiliki Bank bersangkutan. Jenis
Internasional
Bank dilihat dari segi kepemilikannya
Danamon, Bank Haga, dan lain-
adalah sebagai berikut:
lain.
saja
yang
memiliki
a. Bank Milik Pemerintah (BUMN) Di
mana
baik
akta
pendirian
maupun modalnya dimiliki oleh
Central
Asia,
Bank
Indonesia,
Bank
c. Bank Milik Asing Bank
Milik
Asing
merupakan
cabang dari Bank yang ada diluar
negeri, baik milik swasta asing
penilaian-penilaian
dengan
kriteria
maupun pemerintah asing suatu
tertentu. Jenis bank dilihat dari status
negara. Contoh Bank Milik Asing
dibagi ke dalam dua macam yaitu:
antara lain : ABN AMRO Bank,
a. Bank devisa
City Bank, Standard Chartered
Merupakan Bank yang dapat melak-
Bank, dan lain-lain.
sanakan transaksi ke luar negeri atau
d. Bank Milik Campuran
yang berhubungan dengan mata uang
Bank Milik Campuran merupakan
asing secara keseluruhan, misalnya
Bank yang kepemilikan sahamnya
transfer ke luar negeri, inkaso ke luar
dimiliki oleh pihak asing dan pihak
negeri, travellers cheque, pembukaan
swasta
dan pembayaran Letter Of Credit
nasional.
kepemilikan
Di
mana
sahamnya
secara
mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Yang termasuk
(L/C)
dan
Panin
merupakan
Niaga
negeri
non
devisa
b. Bank non Devisa Bank
Sumitomo
luar
lainnya.
Bank Campuran adalah : ANZ Bank,
transaksi
dengan
status
Bank
yang
belum
Bank, ING Indonesia Bank, dan
mempunyai ijin untuk melaksanakan
lain-lain.
transaksi
sebagai
Bank
Devisa
sehingga tidak dapat melaksanakan 3) Bank Berdasarkan Status
transaksi seperti halnya Bank Devisa.
Pembagian jenis Bank dari segi status merupakan pembagian berdasarkan kedudukan atau status Bank tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran
kemampuan
Bank
dalam
4) Bank berdasarkan cara menentukan harga Ditinjau dari segi menentukan jasa dapat pula diartikan sebagai cara
melayani masyarakat baik dari segi
penentuan
jumlah produk, modal maupun kualitas
diperoleh. Jenis Bank jika dilihat dari
pelayanannya. Oleh karena itu untuk
segi atau caranya dalam menentukan
memperoleh status tersebut diperlukan
keuntungan
yang
akan
harga baik harga jual maupun harga beli
adalah penyediaan uang atau tagihan
adalah sebagai berikut:
yang dapat dipersamakan dengan itu,
a. Bank berdasarkan Prinsip
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
Konvensional
pinjam meminjam antara bank dengan
Bank
yang
berdasarkan
prinsip
pihak lain
yang mewajibkan pihak
konvensional menggunakan metode :
peminjam
(1) Menetapkan bunga sebagai harga
setelah jangka waktu tertentu dengan
jual, baik untuk produk simpanan
pemberian bunga. Sedangkan menurut
seperti
Simorangkir
giro,
tabungan
maupun
untuk
melunasi
(2003)
kredit
adalah
(misalnya
uang,
deposito. Demikian pula harga beli
pemberian
untuk produk pinjamannya (kredit)
barang)
juga ditentukan berdasarkan tingkat
(kontraprestasi) yang akan terjadi pada
suku bunga tertentu. Penentuan harga
waktu yang akan datang. Kehidupan
ini dikenal dengan istilah spread
ekonomi modern adalah prestasi uang,
based. (2) Untuk jasa-jasa Bank
sehingga
lainnya pihak perbankan konvensional
menyangkut uang merupakan alat kredit.
menggunakan
menerapkan
Kredit berfungsi kooperatif antara si
berbagai biaya-biaya dalam nominal
pemberi kredit dan si penerima kredit
atau persentase tertentu seperti biaya
atau antara kreditur dan debitur. Mereka
administrasi,
menarik
dan
biaya
provisi, sewa,
prestasi
utangnya
dengan
balas
transaksi
prestasi
kredit
keuntungan
yang
dan
saling
iuran, dan biaya-biaya lainnya. Sistem
menanggung risiko. Singkatnya, kredit
pengenaan biaya ini dikenal dengan
dalam
istilah fee based.
komponen,
kepercayaan,
pertukaran
ekonomi
2.3 Kredit Perbankan Pengertian Kredit pada Pasal 1
arti
mendatang Menurut
luas
didasarkan
atas
risiko,
dan
dimasa-masa
(Simorangkir,
2003).
Kasmir (2007) unsur-unsur
angka 11 Undang-Undang Nomor 10
dalam suatu kredit adalah
tahun 1998 tentang Perubahan Undang-
a. Kepercayaan, yang berarti bahwa
undang Nomor 7 tahun 1992, kredit
pemberi kredit yakin bahwa prestasi
yang diberikannya baik dalam bentuk
tidak
uang, barang, atau jasa, akan benar-
sebaliknya.
benar diterimanya kembali dalam
tanggungan bank, baik resiko yang
jangka waktu tertentu di masa yang
disengaja maupun reiko yang tidak
akan datang.
disengaja.
b. Kesepakatan, di mana dituangkan dalam
suatu
perjanjian
dan
tertagih,
demikian
Resiko
ini
pula menjadi
e. Balas Jasa, dimana dalam bentuk bunga, biaya provisi, dan komisi serta
masingmasing pihak menandatangani
biaya
hak dan kewajiban masing-masing.
merupakan
Kesepakatan
Sedangkan Bank yang berdasarkan
penyaluran
kredit
administrasi
kredit
keuntungan
dituangkan dalam akad kredit yang
prinsip
ditangani oleh kedua belah pihak yaitu
ditentukan dengan bagi hasil.
pihak bank dan nasabah. c. Jangka Waktu, dimana mencakup masa pengembalian
kredit
yang
telah
disepakati. d. Resiko, faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja
tidak
mau
membayar
kreditnya padahal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam.
Penyebab
tidak
tertagih
sebenarnya dikarenakan adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu). Semakin panjang jangkawaktu suatu kredit semakin besar resikonya
syariah
balas
ini Bank.
jasanya
hubungan kausal dan pengujian hipotesis.
.4 Kerangka Pemikiran Teoritis Kebutuhan semakin
ekonomi
meningkat
yang
Penelitian ini dilakukan pada nasabah
mendorong
Bank Jateng yang telah mengajukan
masyarakat untuk mencari suumber dana
personal loan (kredit perorangan).
untuk keperluan konsumsi, salah satunya
Menurut
Ferdinand
(2006).
dengan mengajukan kredit personal loan.
Populasi adalah kumpulan individu atau
Ada banyak faktor yang mempengaruhi
obyek penelitian yang memiliki kualitas
seseorang mengajukan kredit personal
serta ciri-ciri yang telah ditetapkan, yang
loan
Pendapatan,
memiliki suatu persamaan karakteristik.
jumlah keluarga, jenis kelamin, pekerjaan
Populasi dalam penelitian ini adalah
dan lokasi. Hubungan tersebut dapat di
Nasabah Bank Jateng. Sebanyak 100
lihat pada Gambar 1 berikut:
orang nasabah personal loan PT. Bank
diantaranya
Usia,
Jateng diambil sebagai sampel dengan
H1
Usia (X1)
accidental sampling.
Pendapatan (X2)
dengan
H2
Hair
menyatakan
Teknik
yang
jumlah
data
analisis
data
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
H5
Pekerjaan (X5)
bahwa
(1998)
parametrik.
H4
Jenis Kelamin (X4)
al
Kredit Personal mengikuti distribusi normal berkisar 100, Loan (Y) sehingga memenuhi syarat dalam analisis
H3
Jumlah Keluarga (X3)
et
Hal ini sejalan
analisis regresi berganda.
Hubungan
fungsional antara variabel bebas dan Gambar 1 Kerangka Pemikiran
dalam bentuk matematis sebagai berikut:
3. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk dalam jenis
expalanatory.
Singarimbun explanatory
Menurut
(1995:5) adalah
variabel terikat tersebut dapat dituliskan
Masri
penelitian menjelaskan
Y1 = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e
Keterangan :
dengan Uji Kolmogorov-Smirnov.
Y1
Jika nila Sig. > 0,05 maka dapat
= Kredit Personal Loan (Juta rupiah)
disimpulkan
data
penelitian
ini
X1
= Usia (tahun)
berdistribusi Normal dan sebaliknya.
X2
= Pendapatan (Juta rupiah)
X3
= Jumlah Keluarga (orang)
menguji
X4
= Jenis
ditemukan adanya hubungan yang
Kelamin
b. Uji Multikolinearitas bertujuan untuk
(dummy:
1=laki-laki, 0= Perempuan) X5
= Pekerjaan
(Dummy:
1
=PNS, 0 = lainnya) b0
model
regresi
kuat diantara variabel independen. (Hair et. al, 1998; Ghozali, 2006). Untuk
= Konstanta
apakah
mengetahui
multikolinearitas,
ada tidaknya yaitu
dengan
b1-5 = Koefisien regresi
melihat besarnya nilai toleransi value
e =
atau Variance Inflation Faktor (VIF).
error
Apabila nilai VIF lebih kecil dari Sebelum
analisis
0,10 atau lebih besar dari 10 maka
dilakukan
terjadi multikolinearitas, sebaliknya
pengujian terhadap kualitas data yaitu uji
tidak terjadi multikolinearitas antar
validitas data dan uji reliabilitas data.
variabel independen apabila nilai
Agar diperoleh estimasi yang tidak bias
VIF berada pada kisaran 0,10 sampai
linier terbaik atau sering dikenal dengan
10.
regresi
melakukan
terlebih
dahulu
istilah BLUE (Best Linier Unbiased Estimation)
maka
terlebih
c. Uji Heterokedasitas, menguji apakah
dahulu
dalam sebuah model regresi terjadi
dilakukan pengujian terhadap asumsi
ketidaksamaan varians dari residual
klasik (Gujarati, 2003). Asumi klasik
dari satu pengamatan ke pengamatan
tersebut antara lain sebagai berikut:
yang lain. Untuk menguji adanya
a. Normalitas data
gejala Heteroskedastisitas dilakukan
Regresi yang baik memiliki nilai residual yang berdistribusi normal. Uji
normalitas
dapat
dilakukan
dengan melihat sca
Uji Kelayakan model
Pengujian Hipotesis Pengujian
Uji kelayakan model (goness of
hipótesis
dalam
Fit) dilakukan dengan uji F dan Uji
penelitian ini menggunakan uji t. Uji t
Koefieisen Determinasi (R2).
dimaksudkan
1. Uji F
secara individu ada pengaruh antara
Untuk menguji kelayakan/kebaikan
untuk
menguji
apakah
variabel-variabel bebas dengan variabel
model digunakan uji F dengan kriteria.
terikat. Pengujian secara parsial untuk
Jika sig. lebih besar dari 0,05 maka
setiap koefisien regresi diuji untuk
model dalam penelitian ini tidak
mengetahui
layak/baik
pengaruh
secara
parsial
digunakan
untuk
antara variabel bebas dengan variabel
tentang
kredit
terikat pada tingkat signifikansi
menjelaskan
yang
perorangan. Sebaliknya jika nilai sig.
dipilih, (Gujarati, 2003). Hipotesis yang
lebih kecil dari 0,05 maka model
diuji adalah :
dalam penelitian layak/baik digunakan
Ho : βi = 0 variabel
untuk
menjelaskan
tentang kredit
bebas
berpengaruh
perorangan.
tidak terhadap
variabel terikat. Ho : βi ≠ 0 variabel bebas berpengaruh
2. Koefisien Determinasi Nilai
R²
yang
(mendekati
satu),
signifikan terhadap variabel
semakin
besar
maka
dapat
dikatakan bahwa sumbangan dari variabel
bebas
terhadap
variabel
terikat Pengambilan keputusannya: -
Ho diterima bila t hitung < t tabel
terikat semakin besar. Sebaliknya
pada tingkat kepercayaan 5% atau
apabila semakin kecil (mendekati nol)
nilai probabilitas signifikan (sig.)
maka
lebih besar dari 0,05.
sumbangan
terhadap kecil.
variabel
variabel terikat
bebas semakin
-
Ho ditolak bila t hitung > t tabel pada tingkat kepercayaan 5% atau nilai probabilitas signifikan lebih kecil dari 0,05.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Multikolinieritas Uji multikolinieritas dalam
4.1 Pengujian Asumsi Klasik Agar diperoleh hasil estimasi
penelitian ini dilakukan dengan melihat tolerance dan VIF. Hasil
yang terbaik dan tidak bias maka dilakukan terlebih dahulu pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini antara
pengujianya disajikan pada Tabel berikut:
lain:
Tabel 2 Uji Multikolinieritas
1. Normalitas data Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorovsmirnov
dengan
hasil
Tabel 1. Uji Normalitas data Unstandardized Residual 100 0E-7
Mean Std. 15.56584349 Deviation Absolute .121 Most Extreme Positive .121 Differences Negative -.080 Kolmogorov-Smirnov Z 1.207 Asymp. Sig. (2-tailed) .108 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Normal a,b Parameters
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai sig. (1.08) > 0.05 maka dapat disimpul-kan bahwa
data dalam
penelitian ini terdistribusi secara normal.
Collinearity Statistics Toleran VIF ce
sebagai
berikut:
N
Variabel Bebas
Usia
0.724
Pendapat an
0.983
Jumlah Keluarga
0.910
Jenis Kelamin
0.942
Pekerjaa n
0.763
Keterangan
Bebas 1.38 Multikolinier 2 itas Bebas 1.01 Multikolinier 7 itas Bebas 1.09 Multikolinier 9 itas Bebas 1.06 Multikolinier 1 itas Bebas 1.31 Multikolinier 1 itas
Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa
semua
variabel
bebas
memberikan nilai Tolerance > 0.1 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian
ini
bebas
dari
penyimpangan
asumsi
klasik
multikolinieritas
Gambar 2: Hasil Pengujian Heteroskedastisias
3. Heteroskedasitistas
Berdasarkan gambar di atas
Pengujian heteroskedastisitas dalam
terlihat titik-titik menyebar di atas
penelitian
ini
maupun di bawah titik nol, maka
melihat
scater
studendized
dilakukan
dengan
plot
antara
residual
dapat disimpulkan bebas
dengan
heteroskedastisitas dalam data
predicted value. Hasil pengujian heteroskedastisitas
dengan
penelitian ini.
scater
plot dapat dilihat pada Gambar 2
4.2 Pengaruh Faktor-faktor yang
beriku:
mempenaruhi Kredit Perorangan Untuk mengetahuai faktor-faktor yang mempengaruhi kredit perorangan (PLO) dilakukan dengan analisis regresi linier berganda. Faktor-faktor tersebut antara lain usia, pendapatan, jumlah keluarga, jenis kelamin dan pekerjaan. Hasil analisis regresi linier berganda secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 5 Output Estimasi Regresi Unstandar Variabel dized Bebas Cooeficien t -1.689 Konstan
Sig. Std. Erorr
t-hit
10.1
-
ta Usia (X1)
.8
Pendap atan
66 .317
.238
8.020
.473
.166
68
1.33 1 16.9 50
.1 86 .0 00
(X2) Jumlah Keluar ga (X3)
4.846
1.25 2
3.86 9
.0 00
Jenis Kelami n (X4)
-7.029
3.39 0
2.07 4
.0 41
Pekerja an (X5)
9.244
3.73 3
2.47 6
.0 15
Fhitung Sig. R2Adj Var. Dependen N
: 63.109 : 0,000 : 0,758 : Kredit Perorangan : 100
Berdasarkan hasil analisis data di atas maka dapat dijelaskan bahwa usia Berdasarkan Tabel di atas maka
memberikan nilai sig.(1.331) > 0,05
dapat dituliskan persamaan regresinya
maka menerima H0 yang artinya usia
sebagai berikut:
responden tidak berpengaruh terhadap kredit perorangan pada PT. Bank Jateng.
Y = -1.689 + 0,317X1 + 8,020 X2 + 4,846X3 – 7,029X4 + 9,244X5
Namun masih memberikan tanda positif yang artinya semakin tinggi kredit
Persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa
variabel
pendapatan,
jumlah
usia
responden,
keluarga
dan
perorangan bertambahnya
usia.
seiring Hal
dengan ini
dapat
pekerjaan memberikan tanda positif yang
dijelaskan bahwa usia yang semakin
artinya peningkatan kredit perorangan
tinggi
pada PT. Bank Jateng sejalan dengan
pengalaman termasuk dalam pengalaman
bertambahnya usia, pendapatan, jumlah
mendapatkan
keluarga dan pekerjaan sebagai PNS.
mempermudah dalam pengajuan kredit
Sedangkan jenis kelamin memberikan
perorangan pada PT. Bank Jateng.
biasanya
kredit
telah
memiliki
sehingga
dapat
tanda negatif yang artinya rata-rata kredit
Pendapatan responden memberikan
perorangan responden perempuan lebih
nilai sig. (0.000) < 0.005 maka menolak
tinggi dibandingkan dengan responden
Ho dan menerima Ha. Dengan demikian
laki-laki.
pendapatan
responden
berpengaruh
positif terhadap kredit perorangan pada
PT.
Bank
Jateng.
pendapatan maka
Semakin
yang dimiliki
semakin
tinggi
tinggi
lebih tinggi sebesar 7,029 dibandingkan
responden
dengan responden laki-laki. Hal ini
pula
dapat
dimungkinkan karena selain kebutuhan
melakukan pengajuan kredit Perorangan
rumah
tangga
yang
besar,
kaum
pada PT. Bank Jateng.
perempuan juga terkadang mensejajarkan
Jumlah keluarga memberikan nilai
dirinya dengan laki-laki seperti menjadi
sig. (0.000) < 0.05 maka menolak Ho dan
wanita karir atau pengusaha. Dengan
menerima Ha. Dengan demikian jumlah
menjadi pengusaha inilah perempuan
keluarga berpengaruh positif terhadap
dapat mengajukan kredit perorangan ke
kredit Perorangan pada PT. Bank Jateng.
PT. Bank Jateng.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin
Pekerjaan memberikan nilai sig.
besar jumlah keluarga maka kebutuhan
(0.015) < 0.05 maka menolak Ho dan
dana
menerima Ha. Dengan demikian variable
untuk
memebuhi
kebutuhan
hidupnya
semakin
tinggi.
Untuk
pekerjaan berpengaruh terhadap kredit
memenuhi
kebutuhan
keluarga
yang
perorangan pada PT. Bank Jateng. Hal ini
tinggi tersebut salah satunya adalah
dapat dijelaskan bahwa responden yang
dengan kredit Perorangan.
memiliki bekerja sebagai PNS lebih besar
Jenis kelamin memberikan nilai
kesempatannya
dalam
mendapatkan
sig. 0.041 < 0.05 maka menolak Ho dan
Kredit Perorangan pada PT. Bank Jateng
menerima Ha. Dengan demikian jenis
dikarenakan sebagaian besar pemegang
kelamin berpengaruh terhadap kredit
sahamnya adalah pemerintah. Rata-rata
perorangan pada
PT. Bank
jumlah kredit perorangan nasabah dari
Jateng. Hasil penelitian menunjukkan
PNS lebih tinggi sebesar 9,24 juta
bahwa
dibandingkan pegawai swasta. Hal ini
variable
jenis
kelamin
memberikan tanda yang negatif (-7,029).
juga
mengidikasikan
bahwa
pada
Hal ini dapat dijelaskan bahwa rata-rata
umumnya PNS mudah untuk mengajukan
kredit perorangan responden perempuan
kredit perorangan dengan potong gaji.
Indonesia, Universitas Yogyakarta
5. KESIMPULAN Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukan bahwa pendapatan, jumlah keluarga, jenis kelamin dan pekerjaan berpengaruh terhadap kredit perorangan pada
PT.
variabel
Bank usia
Jateng. tidak
Sedangkan berpengaruh
signifikan terhadap kredit perorangan. Rata-rata kredit perorangan responden perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Rata-rata pinjaman perorangan
PNS
lebih
tinggi
dibandingkan dengan pegawai swasta.
Atmajaya,
Kasmir, 2000. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, ______2007. Manajemen Perbankan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Lukman Dendawijaya. 2003.Manajemen Perbankan, Penerbit Ghalia Indonesia. Mangasa Augustinus Sipahutar. 2007. Persoalan-persoalan Perbankan Indonesia, Gorga Media, Jakarta, Mariam Darus Badrulzaman, Sutan Remy Sjahdeini, Heru Soepraptomo, Faturrahman Djamil, Taryana Soenandar. 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
6. REFERENSI
Munir Fuady. 1999. Hukum Perbankan Modern, Cetakan ke-1, Bandung,.
Abdurrachman, 1993. Ensiklopedi Ekonomi Keuangan Perdagangan, Pradnya Paramita,Jakarta.
Simorangkir, O.P, 2003. Seluk Beluk Bank Komersial, Cetakan ke-5, Aksara Persada Indonesia, Jakarta.
Abdulkadir Muhammad, 1992. Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Rachmadi Usman. 2001. Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Budi Untung, 2000. Kredit Perbankan di Indonesia, Penerbit Andi, Yogyakarta
Ronny Hanitijo Soemitro, 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Yurimetri, Ghalia, Jakarta,.
Gunarto Suhardi, 2006. Risiko Kriminalitas Kredit Perbankan, Universitas Atmajaya,Yogyakarta,
Sentosa Sembiring, Perbankan, CV. Bandung,
______2004. Usaha Meningkatkan Kinerja & Kepatuhan Perbankan di
Sutrisno Hadi, 2000. Metodologi Research Jilid I, ANDI, Yogyakarta,.
2000. Hukum Mandar Maju,
Thomas Suyatno, H.A. Chalik, Made Sukada, C. Tinon Yunianti Ananda Djuhaepah T. Marala, 2003. DasarDasar Perkreditan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,.
UNDANG-UNDANG Kitab Undang-undang Hukum Perdata Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan.