Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 4, No. 2, Oktober 2015
ISSN : 2301-5268
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN PENYALURAN KREDIT PERBANKAN (Studi Kasus Pada Bank Umum Di Indonesia Periode Tahun 2008-2012) Robby Dharma, Fakultas Ekonomi Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang e-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena belum optimalnya penyaluran kredit perbankan. Hal ini ditunjukkan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang masih berada dibawah harapan Bank Indonesia. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian faktor - faktor yang mempengaruhi kebijakan penyaluran kredit perbankan, yang meliputi Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Penelitian ini menggunakan Bank Umum secara keseluruhan sebagai satu unit obyek penelitian, dengan periode penelitian dari tahun 2008 - 2012 (secara bulanan). Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, sementara uji hipotesis menggunakan uji - t untuk menguji pengaruh variabel secara parsial serta uji – F untuk menguji pengaruh variabel secara serempak dengan tingkat signifikansi 5%. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Sementara suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Untuk meningkatkan penyaluran kredit Bank Umum harus melakukan penghimpunan dana secara optimal, mengoptimalkan kegunaan sumber daya finansial (modal) yang dimiliki, dan memiliki manajemen perkreditan yang baik agar NPL tetap berada dalam tingkat yang rendah dan dalam batas yang disyaratkan oleh Bank Indonesia. Kata Kunci : penyaluran kredit perbankan, Loan to Deposit Ratio (LDR), Bank Umum, Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah lembaga keuangan (financial institution) yang berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang kelebihan dana(surplus unit) dan pihak yang kekurangan dana (deficit unit). Melalui bank kelebihan dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak - pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Bank menerima simpanan uang dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga) dan kemudian menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor perbankan terpuruk perekonomian nasional juga ikut terpuruk. Demikian pula sebaliknya, ketika perekonomian mengalami stagnasi sektor perbankan juga terkena imbasnya dimana fungsi intermediasi tidak
berjalan normal (Kiryanto, 2007). Krisis Moneter 1997 - 1998 yang melanda perekonomian Indonesia telah berimbas padasektor perbankan. Krisis yang diawali dengan devaluasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS telah menimbulkan ledakan kredit macet dan melunturkan kepercayaan masyarakat kepada lembaga perbankan, yang pada gilirannya melemahkan fungsi intermediasi perbankan. Masyarakat kala itu banyak menarik dananya (rush) yang ada di bank swasta dan mengalihkannya ke bank yang dianggap aman (flight tosafety), yakni bank asing dan bank BUMN. Untuk mencegah hal ini bank – bank mematok suku bunga dananya dengan sangat tinggi, yang diikuti dengan penyesuaian suku bunga kredit. Penyaluran kredit perbankan praktis terhenti karena sektor riil tidak mampu menyerap dana yang mahal harganya. Keketatan likuiditas yang banyak dialami oleh perbankan nasional kala itu
Robi Dharma – Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan . . .
37
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 4, No. 2, Oktober 2015
ISSN : 2301-5268
pinjaman. Kemudian disesuaikan dengan Surat telahmendorong perbankan untuk lebih berhati Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal hati, sehingga cenderung memilih yang paling 31 Mei 2004, rasio Loan to Deposit Ratio aman dengan menjaga likuiditas yang lebih (LDR) dihitung dari pembagian kredit yang tinggi dari yang dibutuhkan dan memilih diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk menaruh dananya pada Sertifikat Bank antarbank) dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Indonesia (SBI) ketimbang meminjamkannya yang mencakup giro, tabungan, dan deposito kepada bank lain atau melakukan ekspansi (tidak termasuk antarbank). Semakin tinggi kredit kepada nasabah (Purna, Hamidi, Prima, Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan 2009). semakin besar pula Dana Pihak Ketiga (DPK) Menurut Alamsyah, dkk (2005) di negara yang dipergunakan untuk penyaluran kredit, - negara seperti Indonesia peranan bank yang berarti bank telah mampu menjalankan cenderung lebih penting dalam pembangunan, fungsi intermediasinya dengan baik. Disisi lain karena bukan hanya sebagai sumber Loan to Deposit Ratio (LDR) yang terlampau pembiayaan tetapi juga mampu mempengaruhi tinggi dapat menimbulkan risiko likuiditas bagi siklus usaha dalam perekonomian secara bank. keseluruhan. Hal ini dikarenakan bank lebih Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui superior dibandingkan dengan lembaga penyaluran Dana Pihak Ketiga (DPK)Bank keuangan lainnya dalam menghadapi informasi Umum ke sektor lain (di luar kredit) pada tahun yang asimetris dan mahalnya biaya dalam 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012 (posisi melakukan fungsi intermediasi. Secara alami Desember) berturut - turut sebesar 25,42% bank mampu melakukan kesepakatan dengan (100% - 74,58%), 27,12%, 33,68%, 21.23%, berbagai tipe peminjam. dan 16.42%, yang antara lain disalurkan Bank Umum (Commercial Bank) kedalam Antar Bank Aktiva, Sertifikat Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam Indonesia, dan Surat Berharga. Dengan menggerakkan roda perekonomian nasional, demikian dapat disimpulkan bahwa penyaluran karena lebih dari 95% Dana Pihak Ketiga Dana Pihak Ketiga (DPK) ke sektor lain (di luar (DPK) perbankan nasional yang meliputi Bank kredit) masih cukup besar. Umum (Commercial Bank), Bank Syariah Pentingnya kredit bagi perekonomian (Sharia Bank), dan Bank Perkreditan Rakyat nasional juga disadari betul oleh pemerintah dan (Rural Bank) berada di Bank Umum (Statistik Bank Indonesia. Program Kredit Usaha Rakyat Perbankan Indonesia, diolah). DPK ini yang (KUR) lahir sebagai respon atas keluarnya selanjutnya digunakan untuk mendorong Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang pertumbuhan ekonomi melalui penyaluran Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor kredit. Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Tabel 1 Gambaran LDR Bank Umum Menengah khususnya Bidang Reformasi Sektor Periode 2008 – 2012 Rp. millyar (posisi Keuangan, yang bertujuan untuk menggerakkan Desember) sektor Tahun 2008 2009 2010 2011 2012riil melalui kredit modal kerja dan/atau kredit investasi bagi usaha produktif yang PK 1.753.292 1.973.042 2.274.489 2.688.364 3.107.385 feasible namun belum bankable. Disisi lain Kredit 1.307.688 1.437.930 1.710.677 2.117.608 2.597.026 Bank Indonesia berniat mengubah lagi aturan LDR 74,58% 72,88% 75.21% 78.77% 83.58% Giro Wajib Minimum (GWM). Perubahan ini Sumber : Data Bank Indonesia (Statistik bertujuanu ntuk mendorong penyaluran kredit Perbankan Indonesia) perbankan. Dalam aturan yang berlaku itu, Loan to Deposit Ratio (LDR) sendiri besarnya GWM untuk tiap bank sesuai dengan merupakan indikator dalam pengukuran fungsi rasio penyaluran kredit terhadap Dana Pihak intermediasi perbankandi Indonesia. Sesuai Ketiga (Loan to Deposit Ratio) bank tersebut dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. (Kontan, 2010). 30/23/UPPB tanggal 19 Maret 1998, rasio LDR Menurut Warjiyo (2004) mekanisme dihitung dari pembagian kredit dengan dana transmisi kebijakan moneter melalui saluran yang diterima yang meliputi giro, deposito, dan uang secara implisit beranggapan bahwa semua tabungan masyarakat, pinjaman bukan dari bank dana yang dimobilisasi perbankan dari yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan tidak masyarakat dalam bentuk uang beredar termasuk pinjaman subordinasi, deposito dan dipergunakan untuk pendanaan aktivitas sektor pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu riil melalui penyaluran kredit perbankan. Dalam lebih dari 3 bulan, surat berharga yang kenyataannya menurut Warjiyo (2004) diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu anggapan seperti itu tidak selamanya benar. lebih dari 3 bulan, modal inti, dan modal Robi Dharma – Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan . . .
38
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 4, No. 2, Oktober 2015
Selain dana yang tersedia perilaku penawaran kredit perbankan juga dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitur dan kondisi perbankan itu sendiri seperti permodalan (CAR), jumlah kredit macet (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Menurut Djoko Retnadi (2006) kemampuan menyalurkan kredit oleh perbankan dipengaruhi oleh berbagai hal yang dapat ditinjau dari sisi internal dan eksternal bank. Dari sisi internal bank terutama dipengaruhi oleh kemampuan bank dalam menghimpun dana masyarakat dan penetapan tingkat suku bunga. Dan dari sisi eksternal bank dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, peraturan pemerintah, dan lain - lain. Sementara menurut Sinungan (2000) kebijakan perkreditan harus memperhatikan beberapa faktor seperti : keadaan keuangan bank saat ini, pengalaman bank, dan keadaan perekonomian. Dana - dana yang dihimpun dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga) merupakansumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (Dendawijaya, 2005). Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya, dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit (Kasmir, 2008). Pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan (Dendawijaya, 2005). Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yangmenunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank (Ali, 2004). Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber daya finansial yang dapat digunakan untuk keperluan pengembangan usahadan mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit. Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur (Darmawan, 2004). Non Performing Loan (NPL) mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi tingkat Non Performing Loan (NPL) maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank (Ali, 2004). Akibat tingginya Non Performing Loan (NPL) perbankan harus menyediakan pencadangan yang lebih besar, sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis. Padahal besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Besarnya Non Performing Loan (NPL) menjadi
ISSN : 2301-5268
salah satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit (Sentausa, 2009). Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uangRupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu piranti Operasi Pasar Terbuka, kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter. Tingkat suku bunga ini ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang (PBI No. 4/10/PBI/2002). Sertifikat Bank Indonesia (SBI)merupakan instrumen yang menawarkan return yang cukup kompetitif serta bebas risiko (risk free) gagal bayar (Ferdian, 2008). Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang terlalu tinggi membuat perbankan betah menempatkan dananya di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ketimbang menyalurkan kredit (Sugema, 2010). IDENTIFIKASI MASALAH Identifikasi dalam penelitian ini didasarkan atas adanya fenomena gap yang dapat dilihat pada tabel 1.2, dimana : 1. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum masih berkisar pada angka 72.88% - 83.58%, masih berada dibawah harapan BankIndonesia (85% - 110%), yang menunjukkan belum optimalnya penyaluran kredit 2. fenomena gap seperti dipaparkan pada tabel 1.3, dimana Capital AdequacyRatio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tidak konsisten terhadap pergerakan kredit. 3. Permasalahan ketiga yaitu adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu (research gap) Dana Pihak Ketiga (DPK), menurut Anggrahini berpengaruh positif dansignifikan terhadap kredit perbankan, menurut Soedarto (2004) berpengaruhpositif terhadap kredit perbankan, menurut Setiyati berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kredit perbankan, dan menurut Budiawan (2008)berpengaruh positif dan signifikan terhadap kredit perbankan; Capital Adequacy Ratio (CAR), menurut Soedarto (2004)
Robi Dharma – Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan . . .
39
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 4, No. 2, Oktober 2015
berpengaruh positifdan signifikan terhadap kredit perbankan, menurut Lestari berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kredit perbankan, dan menurut Budiawan(2008) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kredit perbankan; Non Performing Loan (NPL), menurut Soedarto (2004) berpengaruh positifdan signifikan terhadap kredit perbankan, menurut Harmanta dan Ekananda(2005) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kredit perbankan, danmenurut Budiawan (2008) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadapkredit perbankan; Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), menurut Anggrahiniberpengaruh positif dan signifikan terhadap kredit perbankan, menurutHarmanta dan Ekananda (2005), menurut Siregar (2006) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kredit perbankan, dan menurut Masyitha tidakberpengaruh signifikan terhadap kredit perbankan. Batasan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini agar terfokuskan maka peneliti hanya meneliti pada bank Umum yang ada di Indonesia yang termasuk didalamnya adalah Bank Persero, BUSN Devisa, BUSN Non devisa, BPD, Bank Campuran, dan bank Asing. Dan permasalahan yang ada yaitu bagaimana faktor Dana Pihak Ketiga (DPK, Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) pada Bank Umum yang ada di Indonesia mempengaruhi kualitas kredit perbankan pada bank Umum yang ada di indonesia. Rumusan Masalah Dari permasalahan tersebut maka dapat diturunkan pertanyaan penelitian(research question) sebagai berikut : 1. Apakah faktor Dana Pihak Ketiga (DPK) secara parsial berpengaruh terhadap kredit perbankan? 2. Apakah faktor Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial berpengaruh terhadap kreditperbankan? 3. Apakah factor Non Performing Loan (NPL) secara parsial berpengaruh terhadap kredit perbankan?
4.
5.
ISSN : 2301-5268
Apakah faktor suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) secara parsial berpengaruh terhadap kredit perbankan? Apakah faktor Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh secara simultan terhadap kredit perbankan?
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap kredit perbankan. 2. Menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap kredit perbankan. 3. Menganalisispengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap kredit perbankan. 4. Menganalisis pengaruh suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap kredit perbankan. 5. Menganalisis pengaruh pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap kredit perbankan. 1.6 Manfaat Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah : 1. Bagi ilmu manajemen khususnya manajemen perbankan dan perkreditan, memberikan gambaran mengenai penyaluran kredit Bank Umum dan faktor -faktor yang mempengaruhi kebijakan penyaluran kredit perbankan. 2. Bagi perbankan dan Bank Indonesia selaku regulator, memberikan gambaran mengenai penyaluran kredit Bank Umum dan faktor - faktor yang mendukung/ menghambat penyaluran kredit perbankan. Bagi penelitian terkait penyaluran kredit perbankan, digunakan sebagaipembanding hasil riset penelitian. Kajian Literatur Bank Bank adalah suatu lembaga keuangan, yaitu suatu badan yang berfungsi sebagai financial intermediary atau perantara keuangan dari dua pihak, yakni pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Karena demikian eratnya kaitan antara bank dan uang,
Robi Dharma – Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan . . .
40
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 4, No. 2, Oktober 2015
maka bank disebut juga sebagai suatu lembaga yang berniaga uang. Bank menerima simpanan uang dari masyarakat (to receive deposits) dalam bentuk giro, deposito, dan tabungan. Kemudian uang tersebut dikembalikan lagi kepada masyarakat dalam bentuk kredit (to make loans) (Sinungan, 2000). Menurut Undang - Undang No. 10 tahun 1998 bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk - bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Keuntungan utama dari bisnis perbankan yang berdasarkan prinsip konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Keuntungan dari selisih bunga ini dikenal dengan istilah spread based (Kasmir, 2008). Secara lebih spesifik fungsi bank dapat sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services (Susilo, Triandaru, dan Santoso, 2006). 1. Agent of Trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan juga percaya bahwa pada saat yang telah dijanjikan masyarakat dapat menarik lagi simpanan dananya di bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjaman dengan baik, debitur akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan juga bank percaya bahwa debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo. 2. Agent of Development
ISSN : 2301-5268
Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dansektor riil, tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat. 3. Agent of Services Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bankjuga memberikan penawaran jasa - jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa - jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa - jasa bank ini Antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasapemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan. Ketiga fungsi bank di atas diharapkan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi bank dalam perekonomian, sehingga bank tidak hanya dapat diartikan sebagai lembaga perantara keuangan atau financial intermediary. Menurut Undang - Undang No. 10 tahun 1998 Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Fungsi - fungsi bank umum dalam perekonomian modern adalah sebagai berikut (Rahardja, 2004) : 1. Penciptaan uang Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat pembayaran melalui mekanisme pemindahbukuan (kliring). Kemampuan bank umum menciptakan uang giral menyebabkan posisi dan
Robi Dharma – Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan . . .
41
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 4, No. 2, Oktober 2015
2.
3.
4.
5.
fungsinya dalam pelaksanaan kebijakan moneter, dimana bank sentral dapat mengurangi atau menambah jumlah uang yang beredar dengan cara mempengaruhi kemampuan bank umum menciptakan uang giral. Mendukung kelancaran mekanisme pembayaran. Salah satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa jasa yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang amat dikenal adalah : kliring, transfer uang, penerimaan setoran setoran, pemberian fasilitas pembayaran dengan tunai, kredit, fasilitas - fasilitas pembayaran yang mudah dan nyaman, seperti kartu plastik dan sistem pembayaran elektronik. Penghimpunan dana simpanan masyarakat dan penyaluran kredit. Dana yang paling banyak dihimpun bank umum adalah dana simpanan. DiIndonesia dana simpanan terdiri atas giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Kemampuan bank umum menghimpun dana jauh lebih besar dibandingkan dengan lembaga - lembaga keuangan lainnya. Dana – dana simpanan yang berhasil dihimpun akan disalurkan kepada pihak - pihak yang membutuhkan utamanya melalui penyaluran kredit. Mendukung kelancaran transaksi internasional Bank umum juga sangat dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar transaksi internasional, baik transaksi barang/jasa maupun transaksi modal. Kesulitan - kesulitan transaksi antara dua pihak yang berbeda negara selalu muncul karena perbedaan geografis, jarak, budaya, dan system moneter masing-masing negara. Kehadiran bank umum yang beroperasi dalam skala internasional akan memudahkan penyelesaian transaksi - transaksi tersebut. Dengan adanya bank umum, kepentingan pihak – pihak yang melakukan transaksi internasional dapat ditangani dengan lebih mudah, cepat, dan murah. Penyimpanan barang - barang berharga
ISSN : 2301-5268
Penyimpanan barang - barang berharga adalah salah satu jasa yang paling awal yang ditawarkan oleh bank umum. Masyarakat dapat menyimpan barang - barang berharga yang dimilikinya seperti perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak - kotak yang sengaja disediakan oleh bank umum untuk disewa (safety box atau safe deposit box). Perkembangan ekonomi yang semakin pesat menyebabkan bank memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan sekuritas atau surat - surat berharga. 6. Pemberian jasa - jasa lainnya Di Indonesia pemberian jasa jasa lainnya oleh bank umum juga semakin banyak dan luas. Saat ini kita sudah dapat membayar listrik, telepon, membeli pulsa telepon seluler, mengirim uang melalui ATM, membayar gaji pegawai dengan menggunakan jasa - jasa bank. Jasa ini amat memudahkan dan memberikan rasa aman dan nyaman kepada pihak yang menggunakannya. Telah banyak kajian yang membuktikan bahwa ada hubungan yang erat Antara pengembangan lembaga keuangan dengan pertumbuhan ekonomi. Para ahli ekonomi tradisiomal seperti Goldsmith (1969), Mc Kinnon (1973), dan Shaw (1973) yang menawarkan argumen yang detail dan bukti tentang peranan lembaga keuangan dalam ekonomi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kinerja perekonomian suatu negara. Mereka percaya bahwa kelebihan dana akan dapat disalurkan secara efisien kepada pihak - pihak yang membutuhkan dana melalui lembaga intermediasi. Manajemen Perkreditan Menurut Kasmir (2008) kata kredit berasal dari kata Yunani “Credere” yang berarti kepercayaan, atau berasal dari Bahasa Latin “Creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Pengertian tersebut kemudian dibakukan oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Pokok Perbankan No. 14 tahun 1967 bab 1 pasal 1, 2 yang merumuskan pengertian kredit sebagai berikut : “Kreditadalah penyediaan uang atau yang disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan lain pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu
Robi Dharma – Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan . . .
42
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 4, No. 2, Oktober 2015
tertentu dengan jumlah bunga yang telahditentukan”. Selanjutnya pengertian kredit tersebut disempurnakan lagi dalam Undang -Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998, yang mendefinisikan pengertian kredit adalah “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga”. Proses perkreditan dilakukan secara hati - hati oleh bank dengan maksud untuk mencapai sasaran dan tujuan pemberian kredit. Ketika bank menetapkan keputusan pemberian kredit maka sasaran yang hendak dicapai adalah aman, terarah, dan menghasilkan pendapatan. Aman dalam arti bahwa bank akan dapat menerima kembali nilai ekonomi yang telah diserahkan, terarah maksudnya adalah bahwa penggunaan kredit harus sesuai dengan perencanaan kredit yang telah ditetapkan, dan menghasilkan berarti pemberian kredit tersebut harus memberikan kontribusi pendapatan bagi bank, perusahaan debitur, dan masyarakat umumnya (Taswan, 2006). Tujuan pemberian kredit adalah minimal akan memberikan manfaat pada (Taswan, 2006) : 1. Bagi Bank, yaitu dapat digunakan sebagai instrumen bank dalam memelihara likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Kemudian dapat menjadi pendorong peningkatan penjualan produk bank yang lain dan kredit diharapkan dapat menjadi sumber utama pendapatan bank yang berguna bagi kelangsungan hidup bank tersebut. 2. Bagi Debitur, yaitu bahwa pemberian kredit oleh bank dapat digunakan untuk memperlancar usaha dan selanjutnya meningkatkan gairah usaha sehingga terjadi kontinuitas perusahaan. Bagi Masyarakat (Negara), yaitu bahwa pemberian kredit oleh bank akan mampu menggerakkan perekonomian masyarakat, peningkatan kegiata ekonomi masyarakat akan mampu menyerap tenaga kerja dan pada gilirannya mampu mensejahterakan masyarakat. Disamping itu bagi negara bahwa kredit dapat digunakan sebagai instrumen moneter. Pemerintah dapat mempengaruhi restriksi maupun ekspansi kredit perbankan melalui kebijakan moneter danperbankan. Dana Pihak Ketiga (DPK) Dana - dana yang dihimpun dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga) ternyata
ISSN : 2301-5268
merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80% 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank) (Dendawijaya, 2005). Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dapat berupa giro, tabungan, dan deposito. Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Dan deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya. Kegiatan penyaluran dana ini dikenal juga dengan istilah alokasi dana. Pengalokasian dana dapat diwujudkan dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit (Kasmir, 2008). Pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan (Dendawijaya, 2005). 2.1.4 Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan ban kdalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan sejauh mana penurunan aset bank masih dapat ditutup oleh equity bank yang tersedia, semakin tinggi Capital Adequacy Ratio (CAR) semakin baik kondisi sebuah bank (Ali, 2004). Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 besarnya Capital Adequacy Ratio (CAR) yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8% sejak akhir tahun 1995, dan sejak akhir tahun 1997 Capital Adequacy Ratio (CAR) yang harus dicapai minimal 9%. Tetapi karena kondisi perbankan nasional sejak akhir 1997 terpuruk yang ditandai dengan banyaknya bank yang dilikuidasi, maka sejak Oktober tahun 1998 besarnya Capital Adequacy Ratio (CAR) diklasifikasikan dalam 3 kelompok. Klasifikasi
Robi Dharma – Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan . . .
43
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 4, No. 2, Oktober 2015
bank sejak 1998 dikelompokkan dalam : (Siamat, 2005) 1. Bank sehat dengan klasifikasi A, jika memiliki Capital Adequacy Ratio (CAR) 4% atau lebih. 2. Bank take over atau dalam penyehatan oleh BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) dengan klasifikasi B, jika bank tersebut memiliki Capital Adequacy Ratio (CAR) antara -25% sampai 4%. 3. Bank Beku Operasi (BBO) dengan klasifikasi C, jika memiliki Capital Adequacy Ratio (CAR) kurang dari 25%. Bank dengan klasifikasi C inilah yang dilikuidasi. Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI 2001 besarnya Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan untuk saat ini minimal 8%, sedangkan dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API) untuk menjadi bank jangkar Bank Umum harus memiliki Capital Adequacy Ratio (CAR) minimal 12%. Non Performing Loan (NPL) Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bankdalam meng-cover risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur (Darmawan, 2004). Non Performing Loan (NPL) mencerminkan risiko kredit, semakin kecil Non Performing Loan (NPL) semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya. Bank melakukan peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko kredit (Ali, 2004). Agar kinerja berapor biru maka setiap bank harus menjaga Non Performing Loan (NPL)-nya dibawah 5% (Infobank, 2002), hal ini sejalan dengan ketentuan Bank Indonesia. Suku bunga SBI Kebijaksanaan pengenaan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia umumnya hanya diberikan sebagai pedoman saja untuk Bank - bank Umum Pemerintah, walaupun kemudian dijadikan juga sebagai landasan bagi Bank – bank Swasta (dalam hal ini termasuk Bank Swasta Nasional Devisa). Penetapan tingkat suku bunga ini disebut sebagai tingkat suku bunga dasar atau tingkat suku bunga acuan (Sinungan, 2000). Sedangkan nilai riilnya
ISSN : 2301-5268
tercermin dalam tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Menurut PBI No. 4/10/PBI/2002 tentang Sertifikat Bank Indonesia, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) sebagai salah satu piranti Operasi Pasar Terbuka, kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) dengan bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter. Tingkat suku bunga ini ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan instrumen yang menawarkan return yang cukup kompetitif serta bebas risiko (risk free) gagal bayar. Fakta mengungkapkan bahwa saat ini banyak institusi keuangan sudah menganggap Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai salah satu instrumen investasi yang menarik (Ferdian, 2008). Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang terlalu tinggi membuat perbankan betah menempatkan dananya di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ketimbang menyalurkan kredit (Sugema, 2010). 2.5 Kerangka Pikir
2.6 Hipotesa Berdasarkan hubungan antara tujuan penelitian serta kerangka pemikiran teoritis terhadap rumusan masalah penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : H1 : terdapat pengaruh positif Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap kredit perbankan. H2 : terdapat pengaruh positif Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap kredit perbankan. H3 : terdapat pengaruh negatif Non Performing Loan (NPL) terhadap kredit perbankan. H4 : terdapat pengaruh negatif suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap kredit perbankan.
Robi Dharma – Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan . . .
44
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 4, No. 2, Oktober 2015
H5 : terdapat pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) secara simultan terhadap kredit perbankan. III. METODOLOGI 3.1 Instrumen Pengujian data Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah variabel residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik. Sedangkan normalitas suatu variabel umumnya dideteksi dengan grafik atau uji statistik (non - parametrik Kolmogorof – Smirnov (K-S). Suatu variabel dikatakan terdistribusi normal jika nilai signifikansinya > 0,05 (Ghozali, 2009). Uji Multikolonieritas Uji Multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas didalam model regresi antara lain dapat dilakukan dengan melihat (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2009). Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda maka disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas didalam model regresi antara lain dapat dilakukan dengan Uji Glejser, yakni meregresikan absolut nilai residual sebagai variabel dependen dengan variabel independen. Jika probabilitas signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5% maka tidak terdapat heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Uji Glejser dilakukan dengan regresi seperti di bawah ini : (Ghozali, 2009) |ut| = β1 + β2 X + vt ………………………………….............(3.1)
ISSN : 2301-5268
|ut| = β1 + β2 √X + vt …………..…………………………….(3.2) |ut| = β1 + β2 1/X + vt ………….…………………………….(3.3) Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linearada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi didalam model regresiantara lain dapat dilakukan dengan Uji Durbin - Watson (DW Test). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada tabel 3.2. Jika regresi memiliki autokorelasi, maka ada beberapa opsi penyelesaiannya antara lain : (Ghozali, 2009) 1. Tentukan apakah autokorelasi yang terjadi merupakan pure autocorrelation dan bukan karena kesalahan spesifikasi model regresi. Pola residual dapat terjadi karena adanya kesalahan spesifikasi model yaitu ada variabel penting yang tidak dimasukkan kedalam model atau dapat juga karena bentuk fungsi persamaan regresi tidak benar.
2.
Jika yang terjadi adalah pure autocorrelation, maka solusi autokorelasi adalah dengan mentransformasi model awal menjadi model difference. Misalkan kita mempunyai model regresi dengan dua variabel sebagai berikut : Yt = β1 + β2Xt + μt …………………………………… ………….(3.4) dan diasumsikan bahwa residual atau error mengikuti autoregressive AR (1) seperti berikut :
Robi Dharma – Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan . . .
45
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 4, No. 2, Oktober 2015 μt = ρμt – 1 + εt …………………………………… ……………..(3.5) -1 < ρ < 1 Jika koefisien first order autocorrelation diketahui, maka masalah autokorelasi dapat diselesaikan dengan mudah. Jika persamaan 3.4 benar untuk waktu t, maka akan benar juga dengan waktu t-1, sehingga : Yt-1 = β1 + β2Xt-1 + μt-1 ............................................................... (3.6) Sisi kanan dan kiri persamaan 3.6 dikalikan dengan ρ diperoleh persamaan sebagai berikut: ρYt-1 = ρβ1 + ρβ2Xt-1 + ρμt-1 ........................(3.7) Kurangkan persamaan 3.7 dari persamaan 3.4 akan diperoleh persamaan sebagai berikut : (Yt - ρYt-1) = β1(1 - ρ) + β2(Xt – ρXt-1) + εt...........................(3.8) dimana εt = (μt – ρμt – 1) Persamaan 3.8 dapat dinyatakan sebagai berikut : Yt* = β1* + β2*Xt* + εt ............................................................(3.9) Oleh karena residual persamaan 3.9 memenuhi asumsi OLS, maka dipergunakan estimasi OLS untuk menaksir persamaan 3.9. Menaksir persamaan 3.9 adalah melakukan regresi dengan metode estimasi GeneralizedLeast Square (GLS). Regresi persamaan disebut dengan generalized atau quasi atau difference equation. Jika nilai ρ tidak diketahui dapat diestimasi berdasarkan Metode FisrtDifference, Durbin – Watson d Statistik, The Cochrane – Orcutt two – step Procedure, atau Durbin’s two – step Method. The Cochrane – Orcutt two – step Procedure Alternatif untuk mengestimasi nilai ρ dengan metode The Cochrane – Orcuttyang menggunakan nilai estimasi residual taksiran μ untuk memperoleh informasi nilai ρ. Untuk menjelaskan metode ini digunakan model persamaan
ISSN : 2301-5268
regresi dua variabel sebagai berikut : Yt = β1 + β2Xt + μt ……………………………...(3.10 ) Diasumsikan bahwa nilai μt diperoleh dengan skema AR (1) seperti di bawah ini : μt = ρμt – 1 + εt …………………………………(3.11) Berikut ini langkah analisis untuk memperoleh nilai ρ : 1. Lakukan regresi pada persamaan (3.10) dan dapatkan nilai residual taksiran μt 2. Hasil estimasi residual taksiran ut digunakan untuk mengestimasi regresi di bawah ini : μt = ρμt – 1 + vt …….………………………(3 .12) 3. Gunakan hasil estimasi taksiran ρ untuk mengestimasi generalized ifference equation (persamaan 3.8) seperti di bawah ini : (Yt - ρYt-1) = β1(1-ρ) + β2(Xt – ρXt-1) + εt Atau Yt* = β1* + β2*Xt* + εt ...........................(3.13) 4. Nilai estimasi taksiran ρ yang diperoleh dari persamaan (3.12)merupakan best estimate dari ρ, substitusikan nilai taksiran β1* =taksiran β1(1 – taksiran ρ) dan taksiran β2* yang diperoleh daripersamaan (3.13) kedalam model regresi awal (persamaan 3.10) dandidapatkan nilai residual baru taksiran μt** dengan persamaan regresidi bawah ini : taksiran ut** = Yt – taksiran β1* taksiran β2* ..........................(3.13) 5. Lakukan estimasi regresi di bawah ini : taksiran ut** = taksiran kedua ρ.taksiran ut – 1** + wt ..............(3.14) 3.5.2 Analisis Regresi Untuk menguji kekuatan variabel variabel penentu (Dana Pihak Ketiga (DPK),
Robi Dharma – Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan . . .
46
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 4, No. 2, Oktober 2015
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dansuku bunga SBI) terhadap kredit, maka digunakan analisis regresi berganda dengan model dasar sebagai berikut : (Gujarati, 1995). Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3+ b4 X4 + e
dimana : Y : Penyaluran kredit Bank Umum pada periode t X1 : Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum pada periode t X2 :Capital Adequacy Ratio (CAR)Bank Umum pada periode t-1 X3 :Non Performing Loan (NPL) Bank Umum pada periode t-1 X4 : Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) pada periode t Besarnya konstanta tercermin dalam “a”, dan besarnya koefisien regresi dari masing masing variabel independen ditunjukkan dengan b1, b2, b3, dan b4 Pengujian Hipotesis Pengujian terhadap masing - masing hipotesis yang diajukan dapat dilakukandengan cara sebagai berikut : (Gujarati, 1995) Uji Signifikansi (pengaruh nyata) variabel independen (Xi) terhadap variable dependen (Y) baik secara bersama - sama maupun parsial pada hipotesis 1 (H1) sampai dengan hipotesis 5 (H5) dilakukan dengan Uji - F (F - test) dan Uji - t (t - test) pada level 5% (α = 0,05). a. Uji – F Uji ini digunakan untuk menguji kelayakan model (goodness of fit). Hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut : H1 : b1, b2, b3, b4 ≥ 0 Artinya Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka model yang digunakan dalam kerangka pikir teoritis layak untuk digunakan, sementara jika tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5% maka model yang digunakan dalam kerangka pikir teoritis tidak layak untuk digunakan. Nilai F-hitung dapat dicari dengan rumus :
ISSN : 2301-5268
Uji Keberartian Koefisien (bi) dilakukan dengan statistik - t. Hal ini digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variable independennya. Adapun hipotesis dirumuskan sebagai berikut : H1 : bi ≥ 0 Artinya Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan diterima atau dikatakan signifikan, artinya secara parsial variable bebas (X1 s/d X4) berpengaruh signifikan terhadap variabeldependen (Y) = hipotesis diterima, sementara jika tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan ditolak atau dikatakan tidak signifikan, artinya secara parsial variabel bebas (X1 s/d X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y), hipotesis ditolak. Nilai t-hitung dapat dicari dengan rumus: Koefisien regresi (bi) thitung : ……………………………………… Standar Deviasi (bi) …………………..…..(3.12)
Jika t-hitung> t-tabel (α, n-k-l), maka H0 ditolak; dan Jika t-hitung< t-tabel (α, n-k-l), maka H0 diterima.
3.3 Uji Hipotesis 4.4 Pengujian Hipotesis Hasil analisis dan pengujian hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Uji – F ( Simultan) Berdasarkan Uji - F diperoleh pengaruh secara bersama - sama empat variabel independen DPK, CAR, NPL, dan suku bunga SBI terhadap variable dependen kredit sebagai berikut.
R2 / (k - 1) …………………………………..………….........(3.16) Fhitung Jika F-hitung> F-tabel (a,: k-1, n-l), maka H0 ditolak; Berdasarkan Uji - F diperoleh hasil (1 – R2) / (N - k) dan
Jika F-hitung< F-tabel (a, k-l, n-k), maka H0 diterima. b. Uji - t
bahwa nilai F hitung sebesar 2.312,573 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk
Robi Dharma – Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan . . .
47
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 4, No. 2, Oktober 2015
memprediksi variabel dependen kredit atau secara bersama–sama variabel independen DPK, CAR, NPL, dan suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap variable dependen kredit. Koefisien Determinasi (R2) Berdasarkan tampilan SPSS model summary diperoleh hasil bahwa nilai adjusted R2 sebesar 0,994, hal ini berarti 99% variasi kredit dapatdijelaskan oleh variasi dari keempat variabel independen DPK, CAR, NPL,dan suku bunga SBI. Sedangkan sisanya sebesar 1% dijelaskan oleh sebab -sebab lain diluar model. Tabel 4.11 Adjusted R2
Uji – t Sementara itu secara parsial pengaruh dari empat variabel independen tersebut terhadap kredit dipaparkan pada tabel berikut.
Sumber : Data Diolah, 2014 Dari tabel 4.12 dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: KREDITt = - 277.310,250 + ,951 DPKt – 7.467,483 CARt-1 – 26.646,473 NPLt-1 + 17.132,849 Suku Bunga SBIt Berdasarkan persamaan regresi linier berganda di atas diperoleh koefisien regresi DPK sebesar (+) 0.951. Koefisien tersebut mengindikasikan adanya hubungan positif antara variabel DPK terhadap penyaluran kredit. Koefisien regresi CAR sebesar (-) 7.467,483. Koefisien tersebut mengindikasikan adanya hubungan negatif antara variabel CAR terhadap penyaluran kredit. Koefisien regresi NPL sebesar (-) 26.646,473. Koefisien tersebut mengindikasikan adanya hubungan negatif antara variable NPL terhadap penyaluran kredit. Dan koefisien regresi SBI sebesar (+) 17.132,849. Koefisien tersebut mengindikasikan
ISSN : 2301-5268
adanya hubungan positif antara variabel SBI terhadap penyaluran kredit. Berdasarkan koefisien beta regresi pada tabel 4.12 dapat disimpulkan bahwa variabel DPK memiliki pengaruh yang paling besar terhadap kredit perbankan dengan nilai koefisien beta regresi sebesar (+) 1.008, diikuti variabel NPL, CAR, dan SBI dengan nilai beta regresi berturut - turut sebesar (-) 0,036, (-) 0,016, dan (+) 0,062. Dari hasil Uji - t dapat dilakukan pembahasan hipotesis yang diajukan sebagai berikut : 1. H1: DPK berpengaruh positif terhadap kredit perbankan Berdasarkan Uji - t diperoleh hasil bahwa nilai t hitung sebesar (+) 25.128 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung bertanda positif, maka secara parsial variabel independen DPK berpengaruh signifikan positif terhadap variabel dependen kredit. Dengan demikian hipotesis (H1) diterima. 2. H2 : CAR berpengaruh positif terhadap kredit perbankan Berdasarkan Uji - t diperoleh hasil bahwa nilai t hitung sebesar (-) 1.384 dengan tingkat signifikansi 0,172. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 dan nilai t hitung bertanda negatif, maka secara parsial variabel independen CAR tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap variabel dependen kredit. Dengan demikian hipotesis (H2) ditolak. 3. H3: NPL berpengaruh negatif terhadap kredit perbankan Berdasarkan Uji - t diperoleh hasil bahwa nilai t hitung sebesar (-) 1.173 dengan tingkat signifikansi 0,246. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 dan nilai t hitung bertanda negatif, maka secara parsial variabel independen NPL tidak terdapat pengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap variabel dependen kredit. Dengan demikian hipotesis (H3) diterima. 4. H4 : Suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap kredit perbankan. Berdasarkan Uji - t diperoleh hasil bahwa nilai t hitung sebesar (+)
Robi Dharma – Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan . . .
48
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 4, No. 2, Oktober 2015
3.076 dengan tingkat signifikansi 0,003. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka secara parsial variabel independen suku bunga SBI berpengaruh signifikan positif terhadap variable dependen kredit. Dengan demikian hipotesis (H4) ditolak. 5. H5 : terdapat pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) secara simultan terhadap kredit perbankan. Berdasarkan Uji - F diperoleh hasil bahwa nilai F hitung sebesar 2.312,573 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka terdapat pengaruh yang signifikan variabel dependen kredit secara simultan terhadap variabel independen DPK, CAR, NPL, dan suku bunga SBI. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan DPK selama periode penelitian mempengaruhi penyaluran kredit secara signifikan. Semakin tinggi DPK yang berhasil dihimpun oleh perbankan, akan mendorong peningkatan jumlah kredit yang disalurkan, demikian pula sebaliknya (H1: DPK berpengaruh positif terhadap kredit perbankan, diterima). Penyaluran kredit menjadi prioritas utama bank dalam pengalokasian dananya. Hal ini dikarenakan sumber dana bank berasal dari masyarakat sehingga bank harus menyalurkan kembali DPK yang berhasil dihimpun kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Hal ini sejalan dengan fungsi bank sebagai perantara keuangan (financial intermediary). Disamping itu pemberian kredit merupakan aktivitas yang paling utama bagi Bank Umum selaku business entity untuk menghasilkan keuntungan. Pengalaman dan kemampuan perkreditan yang dimiliki juga turut mendukung keberanian Bank Umum dalam menyalurkan kredit. DPK merupakan variabel yang memiliki pengaruh paling besar terhadap penyaluran kredit perbankan. Hal ini dikarenakan dalam menjalankan fungsi perantara keuangan (financial intermediary), DPK merupakan sumber pendanaan yang utama. Dana - dana yang dihimpun dari masyarakat dapat mencapai
ISSN : 2301-5268
80% - 90%dari seluruh dana yang dikelola oleh bank (Dendawijaya, 2005). Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anggrahini dan Soedarto (2004), dan Budiawan (2008) yang menyatakan bahwa DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap kredit perbankan. 4.5.2 Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan CAR selama periode penelitian tidak mempengaruhi penyaluran kredit secara signifikan. Semakin rendah CAR maka semakin besar jumlah kredit yang disalurkan (H2 : CAR berpengaruh positif terhadap kredit perbankan, ditolak). Rata - rata CAR Bank Umum pada periode 2008 - 2012 berada pada kisaran yang cukup tinggi yakni 16.05% - 21.60%, jauh diatas ketentuan minimal yang disyaratkan oleh Bank Indonesia sebesar 8%. Tingginya CAR mengindikasikan adanya sumber daya finansial (modal) yang idle. Pulihnya perekonomian dan perbankan secara berangsur - angsur telah mendorong optimalisasi kegunaan sumber daya finansial (modal) melalui penyaluran kredit. Penyaluran kredit Bank Umum mengalami peningkatan seiring dengan penurunan CAR. Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lestari yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kredit perbankan.
4.5.3 Variabel Non Performing Loan (NPL) Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan NPL selama periode penelitian tidak terlalu mempengaruhi penyaluran kredit secara signifikan. Semakin tinggi NPL akan mendorong penurunan jumlah kredit yang disalurkan, demikian pula sebaliknya (H3: NPL berpengaruh negatif terhadap kredit perbankan, diterima). NPL mencerminkan risiko kredit. Semakin tinggi tingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Akibat tingginya NPL perbankan akan lebih berhati-hati (selektif) dalam menyalurkan kredit. Hal ini dikarenakan adanya potensi kredit yang tidak tertagih. Tingginya NPL akan meningkatkan premi risiko yang berdampak pada tingginya suku bunga kredit. Suku bunga kredit yang terlampau tinggi akan mengurangi permintaan masyarakat akan kredit. Tingginya NPL juga mengakibatkan munculnya
Robi Dharma – Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan . . .
49
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 4, No. 2, Oktober 2015
pencadangan yang lebih besar, sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis. Padahal besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Dengan demikian besarnya NPL menjadi salah satu penghambat tersalurnya kredit perbankan. Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Harmanta dan Ekananda (2005) yang menyatakan bahwa NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kredit perbankan. Variabel Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan suku bunga SBI selama periode penelitian mempengaruhi penyaluran kredit secara signifikan. Semakin tinggi suku bunga SBI akan mendorong peningkatan jumlah kredit yang disalurkan namun dalam tingkat yang signifikan (H4 : Suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap kredit perbankan, ditolak). Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dapat diperoleh persamaan sebagai berikut Dan hasil analisis regresi berganda diperoleh persamaan sebagai berikut : Y=14,751+0,282X1+1,156X2+0,208X31,271X4 +0,+e Dari persamaan regresi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa : 1. Nilai kosntanta sebesar 14,751; artinya jika tangible (X1), reliability (X2), responsieveness (X3), assurance (X4), dan empathy (X5), diabaikan (0), maka loyalitas pelanggan (Y) nilainyaadalah sebesar 6,750. 2. Koefisien regresi variabel tangible 0,282; jika variabel lainnya tetap atau diabaika (0) dan variabel tangible mengalami peningkatan satu (1) satuan bobot, maka loyalitas pelanggan akan mengalami peningkatan sebesar 0,282. 3. Koefisien regresi variabel reliability 1,156; jika variabel lainnya tetap atau diabaikan (0) dan variabel reliability mengalami peningkatan satu (1) satuan bobot, maka loyalitas pelanggan akan mengalami peningkatan sebesar 1,156 4. Koefisien regresi variabel responsieveness 0,208; jika variabel lainnya tetap atau diabaikan (0) dan variabel responsieveness mengalami peningkatan satu (1) satuan bobot, maka loyalitas pelanggan akan mengalami peningkatan sebesar 0,208. 5. Koefisien regresi variabel assurance -1,271 ; jika variabel lainnya tetap atau diabaikan (0) dan variabel assurance mengalami
ISSN : 2301-5268
peningkatan satu (1) satuan bobot, maka loyalitas pelanggan akan mengalami penurunan sebesar -1,271 6. Koefisien determinasi (R2) Uji koefisien determinasi (R2) dalam regresi berganda diperoleh angka sebesar 0,383 atau 38,3%, hal ini menunjukkan bahwa persentase konstribusi sumbangan variabel tangible (X1), reliability (X2), responsieveness (X3), assurance (X4), dan empathy (X5)variabel dependen Loyalitas Pelanggan (Y) sebesar 0,383 atau 38,3 %. Sedangkan sisanya 61,7 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. Berdasarkan uji hipotesis, uji t (parsial) dan uji F (simultan) dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pengaruh tangible terhadap loyalitas pelanggan, dari hasil pengujian terlihat bahwa thitung > ttabel (2,008>1,985) dengan tingkat signifikan (0,047 < 0,05) artinya secara parsial ada pengaruh signifikan antara tangible dengan loyalitas pelanggan. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. 2. Pengaruh reliability terhadap loyalitas pelanggan, dari hasil pengujian terlihat bahwa thitung > ttabel (5,155>1,985) dengan tingkat signifikan (0,000 < 0,05) artinya secara parsial ada pengaruh signifikan antara raliability dengan loyalitas pelanggan. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. 3. Pengaruh responsieveness terhadap loyalitas pelanggan, dari hasil pengujian terlihat bahwa thitung > ttabel (3,051>1,985) dengan tingkat signifikan (0,003 < 0,05) artinya secara parsial ada pengaruh signifikan antara responsieveness dengan loyalitas pelanggan. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. 4. Pengaruh assurance terhadap loyalitas pelanggan, dari hasil pengujian terlihat bahwa thitung > ttabel (2,043>1,985) dengan tingkat signifikan (0,044 < 0,05) artinya secara parsial ada pengaruh signifikan antara assurance dengan loyalitas pelanggan. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. 5. Pengaruh empathy terhadap loyalitas pelanggan, dari hasil pengujian terlihat bahwa thitung > ttabel (4,154>1,985) dengan tingkat signifikan (0,000 < 0,05) artinya secara parsial ada pengaruh signifikan antara empathy dengan loyalitas pelanggan. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. 6. Pengaruh tangible, reliability, responsieveness, assurance dan empathy
Robi Dharma – Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan . . .
50
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 4, No. 2, Oktober 2015
terhadap loyalitas pelanggan dari hasil pengujian terlihat bahwa F n 11,680 >F el 2,31. Karena dari hasil pengujian Fhitung diketahui bahwa nilai Fhitung yang diperoleh adalah sebesar 11,680 > ftabel yaitu 2,31. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho= ditolak dan Ha= diterima. V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, dapat diambil simpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil pembahasan atas pengujian hipotesis mengenai pengaruh DPK terhadap kredit dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel DPK berpengaruh signifikan positif terhadap variabel kredit. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis 1 diterima. 2. Berdasarkan hasil pembahasan atas pengujian hipotesis mengenai pengaruh CAR terhadap kredit dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel CAR terdapat pengaruh negative tetapi tidak signifikan terhadap variabel kredit. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis 2 ditolak. 3. Berdasarkan hasil pembahasan atas pengujian hipotesis mengenai pengaruh NPL terhadap kredit dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel NPL terdapat pengaruh negative tetapi tidak signifikan terhadap variabel kredit. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis 3 diterima. 4. Berdasarkan hasil pembahasan atas pengujian hipotesis mengenai pengaruh suku bunga SBI terhadap kredit dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel suku bunga SBI berpengaruh positif dan signifikan terhadap variable kredit. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis 4 ditolak. 5. Berdasarkan hasil pembahasan atas pengujian hipotesis mengenai pengaruh DPK, CAR, NPL suku bunga SBI terhadap kredit dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel DPK, CAR, NPL suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap variable kredit. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi yang lebih
ISSN : 2301-5268
kecil dari 0,05, sehingga hipotesis 5 diterima. 5.2 Implikasi Teoritis Implikasi teoritis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital AdequacyRatio (CAR), dan Non Performing Loan (NPL) merupakan faktor faktor yang mempengaruhi manajemen Bank Umum dalam penyaluran kredit. Semakin besar jumlah DPK yang berhasil dihimpun maka semakin besar pula jumlah kredit yang disalurkan. Semakin rendah CAR (dengan tetap memenuhi ketentuan Bank Indonesia, ≥ 8%) maka semakin besar jumlah kredit yang disalurkan. Dan semakin rendah NPL maka semakin besar jumlah kredit yang disalurkan. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anggrahini, Soedarto (2004), dan Budiawan (2008) yang menyatakan bahwa DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap kredit perbankan; Lestari yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kredit perbankan; Harmanta dan Ekananda (2005) yang menyatakan bahwa NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kredit perbankan; dan Masyitha yang menyatakan bahwa suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan terhadap kredit perbankan. Implikasi Manajerial 1. Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan faktor yang mendukung penyaluran kredit perbankan. Semakin besar DPK yang berhasil dihimpun maka semakin besar pula jumlah kredit yang disalurkan. Oleh karena itu Bank Umum harus melakukan penghimpunan DPK secara optimal. Hal ini dapat dilakukan antara lain melalui program reward yang menarik, sales people dan service people yang qualified, suku bunga simpanan yang menarik, dan jaringan layanan yang luas dan mudah diakses, guna menarik minat masyarakat untuk menyimpan dananya. Disisi lain ketatnya persaingan dalam rangka penghimpunan dana (baik dengan sesama bank maupun dengan lembaga keuangan bukan bank) dan tuntutan sebagai business entity untuk meningkatkan perolehan laba, mendorong Bank Umum untuk
Robi Dharma – Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan . . .
51
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 4, No. 2, Oktober 2015
2.
3.
mempergunakan DPK yang berhasil dihimpun dengan optimal. Penyaluran kredit merupakan alokasi DPK yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan, disamping sebagai bentuk tanggung jawab moral perbankan atas DPK yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. Tingginya CAR mengindikasikan adanya sumber daya finansial (modal) yang idle. Kondisi CAR yang cukup tinggi jauh diatas ketentuan minimal yang disyaratkan oleh Bank Indonesia sebesar 8%, mengharuskan Bank Umum untuk lebih optimal dalam memanfaatkan kegunaan sumber daya finansial (modal) yang dimiliki melalui penyaluran kredit (sektor produktif). Non Performing Loan (NPL) merupakan faktor yang mendukung penyaluran kredit perbankan. Semakin rendah NPL maka semakin besar jumlah kredit yang disalurkan. Bank Umum diharuskan memiliki manajemen perkreditan yang baik, agar tingkat NPL-nya tetap berada dalam batas maksimal yang disyaratkan oleh Bank Indonesia sebesar 5%. Dengan demikian Bank Umum dapat menyalurkan kredit secara optimal.
5.4 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini menggunakan periode penelitian dari tahun 2008 - 2012. Oleh karena itu penelitian ini hanya mampu menggambarkan kondisi penyaluran kredit Bank Umum selama periode tersebut. Faktor - faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit juga dipengaruhi oleh kondisi periode penelitian yang digunakan. 5.5 Agenda Penelitian Mendatang Untuk agenda penelitian mendatang dapat dikembangkan penelitian dengan periode penelitian yang lebih panjang. Dengan demikian mampu memberikan gambaran kondisi penyaluran kredit Bank Umum secara lebih luas Saran –saran
ISSN : 2301-5268
Untuk meningkatkan loyalitas pelanggan agar menjadi positif dan signifikan dapat dilakukan melalui: 1. Meningkatkan fasilitas fisik pada PT.Pos Indonesia Kantor Cabang Pariaman. 2. Meningkatkan reliability pada PT.Pos Indonesia Kantor Cabang Pariaman. 3. Meningkatkan responsieveness pada PT.Pos Indonesia Kantor Cabang Pariaman. 4. Meningkatkan assurance pada PT.Pos Indonesia Kantor Cabang Pariaman. 5. Meningkatkan empathy pada PT.Pos Indonesia Kantor Cabang Pariaman. 6. Meningkatkan loyalitas pelangan pada PT.Pos Indonesia Kantor Cabang Pariaman. DAFTAR REFERENSI Alamsyah, Halim, dkk. 2005. Banking Disintermediation and Its Implication for MoneteryPolicy : The Case of Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Maret2005 : 499 – 521 Mashud. 2004. Asset Liability Management :Menyiasati Risiko Pasar dan Risiko Operasional. Jakarta : PT. Gramedia Anggrahini, Dewi. Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Perbankan pada Bank Umum di Indonesia Periode 1994.1 – 2003.4 Badan Sertifikasi Manajemen Risiko. 2008. Indonesia Certificate In Banking Risk and Regulation. Jakarta Bank Indonesia. 2002. Peraturan Bank Indonesia No. 4/10/PBI/2002. Jakarta Bank Indonesia. 2004. SuratEdaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. Jakarta Bank Indonesia. 2005. Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005. Jakarta Biro PusatStatistik. 2009. Data Strategis BPS. Jakarta Budiawan. 2008. Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit pada Bank Perkreditan Rakyat (Studi Kasus pada BPR di Wilayah Kerja BI Banjarmasin). Tesis Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro Semarang Darmawan, Komang. 2004. AnalisisRasio - Rasio Bank. Info Bank. Juli. 18-21 Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Jakarta :Penerbit Ghalia Ali,
Robi Dharma – Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan . . .
52
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 4, No. 2, Oktober 2015
Indonesia Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia dan Puslitbank Fakultas Ekonomi USU. 2007. Laporan Akhir Penelitian Intermediasi Perbankan di Propinsi Sumatera Utara :Kendala dan Solusi Penyelesaiannya. Sumatera Utara Ferdian, Ilham Reza. 2008. SBI, Instrumen Moneter atau Instrumen Investasi. Republika. Senin 21 Juli 2008 Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang :Badan Penerbit Universitas Diponegoro Gujarati, Damodar N. 1995. Basic Econometrics. Singapore : Mc Graw Hill, Inc Harmanta dan Mahyus Ekananda. 2005. Disintermediasi Fungsi Perbankan di Indonesia PascaKrisis 1997 :Faktor Permintaan atau Penawaran Kredit, Sebuah Pendekatan dengan Model Disequilibrium. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Juni 2005 Investor Daily. Bank Berlomba Genjot CAR. 7 Desember 2009 Kasmir. 2008. Bank &Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Kiryanto, Ryan. 2007. Langkah Terobosan Mendorong Ekspansi Kredit. Economic Review No. 208. Juni 2007 Kontan. BI Ubah Aturan GWM untuk Picu Kredit. 7 Januari 2010 Lestari, Indah. Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) terhadap Tingkat Penyaluran Kredit pada Bank - Bank Umum di Indonesia Manurung, Mandala, Prathama Rahardja. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia). Jakarta :Penerbit FE UI Masyitha, Mira. Analisis Pengaruh Suku Bunga SBI dan Faktor – Faktor Penawaran Kredit Perbankan terhadap Realisasi Penyaluran Kredit di JawaTimur Nurmawan. 2005. Uang dan Lembaga Keuangan. Jurnal keuangan Purna, Ibnu, Hamidi, Prima. 2009. Pengaruh Krisis Keuangan Global terhadap
ISSN : 2301-5268
Sektor Finansial di Indonesia. Sekretariat Negara Republik Indonesia. 5 Mei 2009 Retnadi, Djoko. 2006. Perilaku Penyaluran Kredit Bank. Jurnal Kajian Ekonomi2006 Setiyati, Tatik. Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, Dana Pihak Ketiga, dan Produk Domestik Bruto terhadap Penyaluran Kredit pada Perbankan di Indonesia Sentausa, Sentot A. 2009. Perbankan Minta BI Mempermudah Aturan. Kompas.com. Rabu 25 Maret 2009 Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan :Kebijakan Moneter dan Perbankan. Jakarta : FE UI Sinungan, Muchdarsyah. 2000. Manajemen Dana Bank. Edisi Kedua. Jakarta :PT. Bumi Aksara Siregar, Togi T.M. 2006. Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit pada Bank Pemerintah di Sumatera Utara. Tesis Sekolah Pasca sarjana Universitas Sumatera Utara Medan Soedarto, Mochamad. 2004. Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit pada Bank Perkreditan Rakyat (Studi Kasus pada BPR di Wilayah Kerja BI Semarang). Tesis Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro Semarang Sugema, Imam. 2010. BI Masih Pertahankan Bunga SBI. Kontan. 8 Januari 2010 Susilo, Y. Sri, Sigit Triandaru, dan A. Totok Budi Santoso. 2006. Bank & Lembaga Keuangan Lain. Jakarta :Salemba Empat Taswan. 2006. Manajemen Perbankan. Yogyakarta : UPP STIM YKPN Republik Indonesia. Undang – Undang Perbankan No. 10 tahun 1998. Jakarta Warjiyo, Perry. 2004. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia. Jakarta :Pusat Pendidika dan Studi Kebanksentralan BI Wibowo, Dradjad H. 2009. Bank Sulit Pacu Kredit Pada 2010. Kompas.Com. Selasa 10 November 2009 www.bi.go.id. IndikatorPerbankanNasional 2013
Robi Dharma – Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan . . .
53
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 4, No. 2, Oktober 2015
www.bi.go.id. Indonesia 2013
ISSN : 2301-5268
StatistikPerbankan
www.bi.go.id. StatistikEkonomiMoneter Indonesia 2013
Robi Dharma – Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan . . .
54