PENGARUH PENYALURAN KREDIT (LOAN) TERHADAP PROFITABILITAS (Studi Kasus pada Laporan Keuangan PT Bank Mega Tbk) Ahim Surachim Dewi Anisa ABSTRAK Bank merupakan badan usaha yang mempunyai fungsi utama yaitu sebagai lembaga intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat berupa penyaluran kredit. Penyaluran kredit merupakan aktiva produktif yang menghasilkan profit dari selisih bunga pinjaman dan bunga simpanan.. Salah satu rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh profit adalah ROA (Return On Asset). ROA (Return On Asset) merupakan rasio yang membandingkan laba bersih yang diterima oleh bank dengan aktiva yang dimiliki bank. Semakin besar ROA maka akan semakin baik, hal tersebut berarti bank dapat memanfaatkan aktiva yang dimiliki untuk dijadikan profit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi penyaluran kredit terhadap besarnya ROA (Return On Asset) . Objek dari penelitian ini adalah Bank Mega Tbk. Populasi adalah laporan keuangan Bank Mega Tbk dari tahun berdiri sampai tahun 2009 dan sampel yang digunakan adalah laporan keuangan bank Mega tahun 2002-2009. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear sederhana. Hasil penelitian secara simultan menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara dana pihak ketiga dan penyaluran kredit terhadap ROA. Hasil uji t 0,563>0,05 yang berarti penyaluran kredit tidak berpengaruh terhadap ROA. PENDAHULUAN Kondisi perbankan di Indonesia mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini selain disebabkan oleh perkembangan internal dunia perbankan, tetapi juga tidak terlepas dari pengaruh di luar dunia perbankan, seperti sektor riil dalam perekonomian, politik, sosial, dan hukum. Krisis keuangan global yang terjadi pada akhir tahun 2008 telah membawa dampak besar pada perekonomian di dunia. Krisis keuangan global telah membuat dunia perbankan mengalami krisis keuangan dengan diawali oleh banyaknya kridit macet dan tidak tersedianya sumber dana untuk dipinjamkan kepada para pengusaha di dunia. Tetapi dampak tersebut tidak terasa di Indonesia, hal tersebut dapat dilihat dari kinerja perbankan di Indonesia yang tidak ada penurunan yang signifikan yang disebabkan oleh krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008. Bank merupakan badan usaha yang mempunyai tujuan yang sama dengan perusahaan yaitu menghasilkan laba yang maksimal. Permasalahan yang ada pada setiap bank maupun perusahaan adalah bagaimana menghasilkan laba yang maksimal. Kemampuan bank dalam memperoleh laba adalah profitabilitas, sesuai yang dikemukakan
Hasibuan (2007:100) bahwa “Profitabilitas bank adalah kemampuan bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan dalam persentase.” Penilaian profitabilitas dapat dihitung dengan menggunakan Rasio Return On Asset (ROA) alasan menggunakan rasio ROA karena ROA memperhitungkan bagaimana kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitasnya dan menajerial efisiensi secara menyeluruh. Seperti dikemukakan oleh Lukman Dendawijaya (2005:120): Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuantungan (laba) secara keseluruhan, semakin besar ROA suatu bank semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aktiva. Berdasarkan pengertian tersebut penilaian ROA sangat penting bagi perusahaan untuk mengukur keefektifan penggunaan aktiva untuk memperoleh laba. Bank Mega Tbk merupakan salah satu bank swasta go public di Indonesia yang memang salah satu tujuan utamanya adalah mendapatkan laba sebesar40-57
Pengaruh Penyaluran Kredit (Loan) Terhadap Profitabilitas
besarnya, untuk itu Bank Mega Tbk sebaiknya mempunyai ROA yang tinggi. Perkembangan ROA Bank Mega Tbk periode 2002-2009 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Perkembangan Profitabilitas/ROA (Return On Asset) Bank Mega Tbk Periode 2002-2009 (Dalam Persen (%)) Kenaikan Tahun ROA (Penurunan) 2002 1.45 2003 3.24 123,4 2004 2.99 (7,71) 2005 1.25 (58,2) 2006 0.88 (29,6) 2007 2.33 164,8 2008 1.98 (15) 2009 1.77 (10,6) Sumber : Laporan Keuangan Bank Mega Tbk periode 2002-2009 Tabel 1 menunjukan perkembangan ROA Bank Mega Tbk periode 2002-2009. Pada tahun 2002 ROA Bank Mega sebesar 1,45% mengalami kenaikan pada tahun 2003 sebesar 123,4% atau menjadi 3,24%. Tetapi pada tahun 2004 ROA Bank Mega mengalami penurunan sekitar 7,71% menjadi 2,99%. Pada tahun 2005 ROA Bank Mega Tbk kembali mengalami penurunan yang besar yaitu 58,2% menjadi 1,25%. ROA Bank Mega Tbk kembali mengalami penurunan sebesar 29% pada tahun 2006 menjadi 0,88% tetapi pada tahun 2007 ROA Bank Mega Tbk mengalami kenaikan menjadi 2,33% yang berarti mengalami kenaikan sebesar 164%. Pada tahun 2008 ROA Bank Mega Tbk mengalami penurunan sebesar 15% menjadi 1,98%. Dan pada tahun 2009 mengalami penurunan kembali sebesar 10,6% menjadi 1,77%. Untuk memperlihatkan lebih jelas fluktuasi perkembangan ROA Bank Mega Tbk, dapat dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Perkembangan ROA Bank Mega TBK Periode 2002-2009 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan Bank Mega Tbk periode 2002-2009 Berdasarkan Gambar 1 Bank Mega Tbk mengalami perkembangan ROA yang fluktuasi cenderung turun itu karena terdapat lima tahun yang mengalami penurunan, dan terdapat beberapa tahun ROA Bank Mega Tbk belum memenuhi batas minimal ROA menurut Bank Indonesia yaitu harus di atas 1,5%. Hal tersebut berarti Bank Mega Tbk belum dapat mengoptimalkan aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan profit. Jika Bank Mega Tbk tidak melakukan perbaikan dalam memaksimalkan laba atau profit maka dikhawatirkan mengancam kegiatan operasional Bank Mega Tbk, dan hal tersebut dapat mempengaruhi kesehatan bank, karena ROA merupakan salah satu alat ukur dalam penilaian kesehatan bank. Menurut Taswan (2006:359) fakor-faktor yang mempengaruhi kesehatan bank adalah ”Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva Produktif (Assets Quality), Manajemen (Management), Rentabilitas/Profitabilitas (Earning Power) dan (Liquidity) yang selanjutnya faktor tersebut disingkat menjadi CAMEL.” Dari pengertian tersebut ROA merupakan salah satu alat ukur Rentabilitas/Profitabilitas. Dan jika ROA Bank Mega Tbk tidak mengalami kenaikan tiap tahunnya maka PT Bank Mega Tbk dapat dikatakan tidak sehat. Berdasarkan penjelasan sebelumnya bahwa bank Mega belum dapat memanfaatkan aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan profit. 41-57
Strategic, Volume 9, Nomor 18, September 2010
Aktiva yang digunakan untuk menghasilkan profit adalah aktiva produktif. Salah satu aktiva produktif yang utama bagi bank adalah penyaluran kredit. Hal tersebut dikarenakan bunga yang akan didapat oleh bank lebih besar jika dibandingkan dengan pengalokasian dana lainnya, hal tersebut dikarenakan risiko yang diterima oleh bank lebih besar jika dibandingkan dengan pengalokasian dana lain. Risiko yang sering terjadi pada perkreditan suatu bank adalah terjadinya kredit macet sehingga bank akan mengalami kerugian yang besar dikarenakan dana bank yang disalurkan tidak kembali serta bank tidak dapat memperoleh bunga pinjaman yang dibebankan kepada debitor. Tabel 2 berikut menyajikan perkembangan penyaluran kredit pada Bank Mega Tbk periode 2002-2009. Tabel 2 Perkembangan Penyaluran Kredit (Loan) Bank Mega Tbk Periode 2002-2009 (Per Triliun Rupiah) Kenaikan Persentasi Tahun Loan (Penurunan) (%) 2002 5.77 2003 6.37 0,6 10,40 2004 7.58 1,21 19,00 2005 11.26 3,68 48,54 2006 11.00 (0,26) (2,30) 2007 14.03 3,03 27,54 2008 19.00 4,97 35,42 2009 18.64 (0,36) (1,9) Sumber : Diolah dari laporan keuangan Bank Mega Tbk periode 2002-2009 Berdasarkan Tabel 2 penyaluran kredit Bank Mega Tbk mengalami fluktuasi tiap tahunnya. Pada tahun 2006 dan 2009 penyaluran kredit Bank Mega Tbk mengalami penurunan masing-masing 2,33% dan 1,9%, tetapi penurunan kredit tersebut kecil jika dibandingkan kenaikan pada tahun 2007 dan 2008 yang masing-masing sebesar 27,54% dan 35,42%. Berdasarkan penjelasan tersebut penyaluran kredit yang dilakukan oleh Bank Mega Tbk mengalami fluktuasi yang cenderung naik, hal tersebut akan mempengaruhi nilai ROA karena jika penyaluran kredit semakin besar maka aktiva yang dimiliki oleh bank akan besar dan itu akan menyebabkan penurunan ROA serta akan
berpeluang terjadinya kredit macet, tetapi jika bank Mega Tbk mempunyai kualitas kredit yang baik maka kenaikan penyaluran kredit tersebut akan berpengaruh positif karena akan menambah profit yang didapat oleh bank. Oleh karena itu untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang pengaruh penyaluran kredit terhadap Profitabilitas, maka perlu diadakan penelitian dengan mengangkat judul ”Pengaruh Penyaluran Kredit (Loan) Terhadap Profitabilitas pada Bank Mega Tbk. KERANGKA PEMIKIRAN Bank merupakan lembaga yang seluruh kegiatannya berhubungan dengan lalu lintas , Oleh karena itu bank salah satu lembaga keuangan yang sangat penting bagi perekonomian suatu negara karena sebagian besar sektor bisnis bergantung pada bank. Menurut Lukman Dendrawijaya (2005:14) bahwa “Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai perantara keuangan (financial intermediaries).” Dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga intermediasi yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat. Kegiatan menghimpun dana adalah kegiatan untuk mendapatkan sumber-sumber dana bank, karena modal utama bank dalam menjalankan operasionalnya adalah berasal dari sumber-sumber dana bank. Kegiatan operasional bank yang yang menggunakan sumber dana dari masyarakat adalah penyaluran kredit. Penyaluran kredit berada pada pos aktiva produktif bank, yang berarti penyaluran kredit merupakan asset yang digunakan untuk menghasilkan profit. Menurut UU Perbankan No 10 tahun 1998 dalam Eddie Rinaldi (2009:29) menjelaskan tentang pengertian kredit sebagai berikut : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Berdasarkan penjelasan tersebut laba yang didapat oleh bank berasal dari bunga yang 42-57
Strategic, Volume 9, Nomor 18, September 2010
didapat dari penyaluran kredit. Untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank dalam mendapatkan profit, maka digunakan rasio profitabilitas. Menurut Bastian (2006:299) bahwa “rasio rentabilitas atau profitabilitas disebutnya sebagai rasio produktivitas dimana dalam rasio ini dapat dilihat hubungan timbal balik antara pos yang ada pada neraca dan laporan laba rugi.” Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa timbal balik pada pengertian tersebut adalah bagaimana bank memanfaatkan aktiva yang dimiliki untuk dijadikan profit. Rasio profitabilitas yang digunakan adalah rasio ROA. Rasio ROA mennurut Lawrence J. Gitman (2009:68) “ROA yang sering disebut laba atas investasi mengukur efektivitas manajemen keseluruhan dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia.” Semakin besar ROA maka akan semakin baik bagi bank, hal tersebut berarti bank dapat memanfaatkan asset yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Jika penyaluran kredit tidak dapat dioptimalkan dengan baik maka akan terjadi penumpukan pada pos aktiva yang akan menyebabkan penurunan pada ROA, hal tersebut berarti bank belum dapat memanfaatkan aktiva yang dimiliki untuk dijadikan profit. Kemampuan bank dalam mendapatkan laba dapat dilihat Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode verifikatif dan deskriptif, sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder yang berasal dari laporan keuangan publikasi Bank Mega Tbk yang merupakan populasi dari penelitian ini dan sample yang digunakan adalah Penyaluran Kredit (Loan) dan Rasio ROA Bank Mega Tbk. Berdasarkan penjelasan teori di atas, dapat dibuat kerangka pemikiran yang menghubungkan antara penyaluran kredit pengaruhnya terhadap profitabilitas bank, yang dapat dilihat pada Gambar 2 pada halaman berikut.
Aktiva 1. Alat likuid 2. Aktiva Produktif (Penyaluran Kredit) 3. Aktiva tetap dan Inventaris 4. Aktiva Lainnya Sumber: Eddi Rinaldy (2009:25-33)
BUNGA PINJAMAN
Profitabilitas ROA = Sumber George H. Hempel, Donald G simonson, Alan B. Coleman (1994:62)
Laba Rugi 1. Pendapatan Operasional 2. Pendapatan non Operasional 3. Beban Operasional 4. Beban Non operasional 5. Laba/Rugi Sumber: Eddi Rinaldy (2009:25-37)
Keterangan :
: Diteliti : Tidak diteliti : Proses Gambar 2 Kerangka Penelitian Pengaruh Penyaluran Kredit Terhadap Profitabilitas Pada Bank Mega Tbk 2002-2009
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu tentang penyaluran kredit (Loan) dan pengaruhnya terhadap Profitabilitas maka desain penelitian yang digunakan adalah time series design. Time series design adalah desain penelitian yang bermaksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan suatu keadaan, yang tidak menentu dan tidak konsisten (Sugiyono, 2009:78). Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada penyaluran kredit (Loan) yang mempengaruhi Profitabilitas Bank Mega Tbk periode 2003-2009.
43-57 Strategic, Volume 9, Nomor 18, September 2010
Tabel 3 Operasionalisasi Variabel Variabel Variabel (X) Penyaluran kredit (loan)
Konsep Pengalokasian dana kepada masyarakat
Variabel (Y) Profitabilitas
“Profitabilitas bank adalah kemampuan suatu bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan dalam persentase. Profitabilitas pada dasarnya adalah laba (Rupiah) yang dinyatakan dalam persentase profit.” Hasibuan (2007:100)
Indikator 1. Kredit modal kerja 2. Kredit konsum tif 3. Kredit investas i 1. Laba setelah Pajak 2. Total Aktiva
Ukuran Kredit modal kerja + kredit konsumtif + kredit investasi
Skala Rasio
Return On Asset =
Rasio
HASIL DAN PEMBAHASAN Dan hasil perhitungan regresi linear sederhana menyimpulkan bahwa Koefisien regresi Loans sebesar -0,039 dan bertanda negatif, hal ini berarti bahwa setiap kenaikan satu persen pada Loans maka ROA akan mengalami penurunan sebesar 0,039. Berdasarkan hasil regresi linear sederhana tersebut sesuai dengan teori mengenai ROA. Ukuran ROA menurut George H. Hempel, Donald G simonson, Alan B. Coleman (1994:62) rumus ROA adalah : bahwa ROA dapat diukur dengan menghitung aktiva dibagi dengan laba bersih. Dari rumus tersebut dapat disimpulkan bahwa jika aktiva mengalami kenaikan maka nilai ROA akan mengalami penurunan. Penyaluran kredit merupakan bagian dari aktiva sehingga jika penyaluran kredit mengalami kenaikan maka ROA akan mengalami penurunan. Penyaluran kredit merupakan bagian kecil dari pos aktiva sehingga pengaruh penyaluran kredit sangat rendah dengan ROA. Hasil perhitungan hipotesis diperoleh bahwa dengan taraf signifikansi 0,563 > 0,05 yang berarti tidak terdapat pengaruh signifikan antara penyaluran kredit dan ROA. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, penulis
menyimpulkan alasan mengapa penyalurankredit tidak berpengaruh terhadap ROA serta faktorfaktor yang mempengaruhi ROA Bank Mega Tbk, sebagai berikut : 1. Pada periode tahun 2002-2009 ROA Bank Mega Tbk dipengaruhi oleh Beban operasional yang dapat mempengaruhi laba bersih perusahaan. Penyaluran kredit merupakan aktiva produktif yang menghasilkan laba operasional jika laba operasionalnya tetap tetapi beban operasionalnya meningkat maka laba yang akan dihasilkan akan menurun. Pengaruh beban operasional dapat dilihat dari BOPO (Beban operasional terhadap pendapatan operasional) dapat dilihat pada Tabel 4. TABEL 4 PERKEMBANGAN BOPO DAN ROA BANK MEGA TBK PERIODE 2002-2009 TAHUN BOPO ROA 2002 86,51% 1.45 2003 76,17% 3.24 2004 71,64% 2.99 2005 88,78% 1.25 2006 92,78% 0.88 2007 79,21% 2.33 2008 83,15% 1.98 2009 85,91% 1.77 Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan Bank Mega Tbk Periode 2002-2009 Berdasarkan Tabel 4 dapat disimpulakan bahwa semakin besar BOPO, nilai ROA akan semakin kecil, tetapi pada tahun 2003 nilai BOPO lebih besar jika dibandingkan dengan tahun 2004 tetapi nilai ROA lebih besar, hal tersebut dikarenakan beban bunga pada tahun 2003 jauh lebih kecil jika dibandingkan pada tahun 2004 yaitu masing-masing beban bunga Rp. 0,9 triliun pada tahun 2003 dan Rp. 1,5 triliun pada tahun 2004. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa jika penyaluran kredit besar dan pendapatan bunga besar belum tentu mempengaruhi ROA dikarenakan jumlah beban beban bunga yang harus dibayar oleh bank yang akan mempengaruhi laba bersih bank. Penyaluran kredit merupakan salah satu bagian dari pos aktiva sehingga mempunyai hubungan yang sangat rendah dikarenakan masih 44-57
Strategic, Volume 9, Nomor 18, September 2010
banyak faktor yang dapat mempengaruhi ROA dari segi aktiva. Pengalokasian dana pihak ketiga terhadap penyaluran kredit pada Bank Mega Tbk pada periode 2002-2009 sangat kecil, hal tersebut dapat dilihat dari nilai LDR yang dimiliki. Tabel 4.8 menunjukan tingkat LDR Bank Mega Tbk periode 2002-2009 Tabel 5 Perkembangan LDR Bank Mega Tbk Periode 2002-2009 TAHUN LDR 2002 58,01 2003 55,61 2004 48,80 2005 51,25 2006 42,70 2007 46,74 2008 64,67 2009 56,82 Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan Bank Mega Tbk Periode 2002-2009 Berdasarkan Tabel 5 tingkat LDR bank Mega Tbk pada periode 2002-2009 yang rendah jika dibandingkan dengan yang diungkapkan Kasmir (2008:272) “Batas toleransi LDR berkisar antara 85%-100% atau batas aman untuk LDR menurut peraturan pemerintah adalah maksimum 110%.” Hal tersebut dikarenakan bank Mega Tbk memilih mengalokasikan dana yang dimiliki pada secondary reserves yang terdiri dari Surat berharga pasar Uang (SBPU), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Surat berharga jangka pendek lainnya yang memang suku bunganya lebih rendah jika dibandingkan dengan penyaluran kredit, oleh karena itu hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat profit bank. Kredit yang diberikan kepada debitor mempunyai jangka wantu yang berbeda-beda dalam hal pengembalian, tetapi ROA yang dihitung merupakan ROA pertahun. Sehingga jumlah kredit yang disalurkan kepada debitor masih berada pada pos aktiva dan belum dikembalikan seluruhnya maka akan terjadi penumpukan pada pos aktiva serta bunga pinjaman yang belum diberikan kepada bank oleh debitor seluruhnya. Asset Bank Mega Tbk meningkat tanpa diimbangi dengan peningkatan laba bersih.
Dan Faktor-faktor yang lain, yang tidak dapat diteliti oleh penulis. Implikasi Penelitian Terhadap Pengembangan Pendidikan Manajemen Bisnis Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan sangat diperlukan dalam perkembangan hidup manusia oleh karena itu pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam Undang Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia terdiri dari pendidikan umum dan pendidikan khusus. Pendidikan kejuruan diklasifikasikan ke dalam pendidikan khusus, yaitu pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didiknya agar mampu bekerja pada bidang tertentu, dan kelompok pelajaran atau program diklat yang telah disediakan oleh sekolah, dan hanya dipilih oleh orang-orang yang benar-benar berminat dan memiliki persiapan yang matang ketika memasuki dunia kerja. Dasar pemikiran tersebut diperkuat oleh Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 1990 pasal 3 ayat 2 yang menyatakan bahwa: “pendidikan menengah kejuruan mengutamakan kesiapan untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional”. Tujuan khusus Pendidikan Menengah Kejuruan dalam kurikulum SMK (2004:7), adalah sebagai berikut : 1. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya; 45-57
Strategic, Volume 9, Nomor 18, September 2010
2.
3.
4.
Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karier, ulet dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya; Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi; Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih.
Berdasarkan Keputusan Mendikbud RI (No. 080/VI/1993) tahun 1993 tentang kurikulum SMK dan Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 1989 tentang Pendidikan Menengah dijelaskan bahwa pendidikan kejuruan dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu: 1. Kelompok pertanian dan kehutanan yang mempersiapkan lulusannya pada jenis pekerjaan agrobisnis, agronomi, peternakan, pengolahan hasil pertanian dan mekanisme pertanian. 2. Kelompok teknologi dan industri yang mempersiapkan lulusannya pada jenis pekerjaan permesinan, otomotif, perlistrikan, elektronik, konstruksi, bangunan gedung, kimia tekstil, perlengkapan, penerbangan dan sebagainya. 3. Kelompok bisnis dan manajemen yang mempersiapkan lulusannya pada jenis pekerjaan administrasi perkantoran, keuangan dan perbankan, sekretaris dan akuntansi. 4. Kelompok kesejahteraan masyarakat yang mempersiapkan lulusannya pada jenis pekerjaan pelayanan sosial, kesejahteraan masyarakat dan pengembangan masyarakat. 5. Kelompok pariwisata yang mempersiapkan lulusannya pada jenis pekerjaan perhotelan, boga, busana dan kecantikan. 6. Kelompok seni dan kerajinan yang mempersiapkan lulusannya pada jenis pekerjaan seni rupa terapan, industri kerajinan dan seni pertunjukan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam aspek praktis (guna laksana) yaitu untuk memberikan masukan dalam bidang pendidikan khususnya dalam proses
pembelajaran di dalam kelas untuk pendidikan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) kelompok keuangan dan perbankan sehingga dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam mengembangkan strategi belajar mengajar guna meningkatkan kualitas di masa yang akan datang melalui temuan hasil penelitian sehingga dapat diterapkan ke dalam materi pembelajaran sehingga materi pembelajaran relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan. Lulusan SMK kelompok keuangan dan perbankan harus mengetahui materi dan praktek tentang kegiatan perbankan khususnya dalam hal penyaluran kredit dan bagaimana cara menghitung rasio ROA. Sehingga siswa-siswi SMK dapat mengaplikasikan materi pembelajaran yang telah diterima di sekolah melalui PKL (Praktek Kerja Lapangan) Fenomena yang terjadi saat ini perusahaan-perusahaan dan industri mengeluhkan sulitnya mendapat teknisi tingkat menengah sesuai standar. Peluang kerja terbuka di dalam dan luar negeri yang tidak terpenuhi karena lulusan yang ada belum mampu mencapai kompetensi yang dibutuhkan. Oleh sebab itu kualitas lulusan SMK harus senantiasa dibenahi baik itu materi pembelajarannya maupun aplikasi dalam dunia kerja. Potensi keahlian SMK sangat beragam salah satunya adalah bidang keuangan dan perbankan, karena bank merupakan badan yang melakukan kegiatan lalu lintas keuangan jadi setiap sektor industri maupun individu sangat bergantung pada kegiatan bank, maka perkembangan industri bank akan terus berkembang, dengan demikian peluang kerja di bidang perbankan akan semakin lebar oleh sebab itu siswa SMK dituntut mempunyai kemampuan agar dapat bersaing dengan lulusan lainnya maupun S1, karena siswa SMK mempunyai kelebihan yaitu dari kelas 1 sudah dibekali dengan materi perbankan. Menurut Muljono dalam Enderayanti (2005:29), perubahan rasio ini dapat disebabkan antara lain: (1) Lebih banyak asset yang digunakan, hingga menambah operating income dalam skala yang lebih besar, (2) Adanya kemampuan manajemen untuk mengalihkan portofolio/surat berharga kejenis yang menghasilkan income yang lebih tinggi, (3) Adanya 46-57
Strategic, Volume 9, Nomor 18, September 2010
kenaikan tingkat bunga secara umum, dan (4) Adanya pemanfaatan asset-asset yang semula tidak produktif menjadi asset produktif. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan setelah diadakan pengujian hipotesis terhadap permasalahan yang ada pada skripsi ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Tingkat ROA (Return On Asset) tertinggi (maksimum) yaitu 3,24%. Rasio ROA (Return On Asset) tertinggi ini terjadi pada Bank Mega Tbk pada tahun 2003 hal tersebut dikarenakan Bank Mega Tbk dapat memanfaatkan asset yang dimiliki serta kenaikan laba bersih yang dimiliki. Sedangkan nilai terendah (minimum) yaitu 0,88%, hal itu menggambarkan adanya masalah nilai ROA (Return On Asset) tersebut masih di bawah ketentuan Bank Indonesia yaitu 1,5%. Hal tersebut terkait dengan penerapan prinsip prudent (kehatihatian) dalam hal pemberian kredit hal tersebut akan berpengaruh pada laba bersih yang diterima oleh Bank Mega Tbk. Secara umum tingat ROA (Return On Asset) Bank Mega Tbk mengalami fluktuasi cenderung turun selama periode tahun 2002 sampai dengan tahun 2009 dengan rata-rata tingkat ROA (Return On Asset) adalah sebesar 1.9863%. 2. Total penyaluran kredit yang disalurkan oleh Bank Mega Tbk periode 2002 sampai dengan 2009 adalah sebesar Rp. 93.65 triliun , nilai penyaluran kredit tertinggi (maksimum) yaitu sebesar Rp. 19 triliun sedangkan angka terendah adalah sebesar Rp. 5,77 triliun dana yang disalurkan oleh Bank Mega Tbk melalui kredit. Secara umum penyaluran dana Bank Mega Tbk mengalami fluktuasi dengan kenaikan yang terbesar pada tahun 2008 dan tingkat penurunan yang kecil jika dibandingkan dengan kenaikan pada periode 2002-2009. Dan hasil uji hipotesis t sig 0,563 > 0,05 yang berarti Ha2 ditolak, tidak ada pengaruh antara Loans terhadap ROA pada Bank Mega Tbk.
DAFTAR PUSTAKA Aaker, A David (1997) Manajemen Ekuitas Merek, alih bahasa oleh Aris Ananda, Jakarta : Mitra Utama Buchari Alma. (2004). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung. Alfabeta Cravens, David W, (2003), Pemasaran Strategis, Jilid 1, Terjemahan Lina Salim. Jakarta: PT Erlangga Fandy Tjiptono, (2002), Strategi Pemasaran, Yogyakarta : Andi Offset Freddy Rangkuti. (2002). The Power of Brands. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Griffin, Jill, 2002 Customer Loyalty How To Earn IT, How To Keep It, Mc Graw hill Kentucky Harun Al-Rasyid, (1994), Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala, Hill Nigel (1996), Hanbook Of Costumer Satisfaction Measurement, England. Husein Umar, (2003), Riset Pemasaran Dan Perilaku Konsumen, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Jefkins, F. (1995). Periklanan. Jakarta : Erlangga. Komaruddin. (1985). Media Penelitian Skripsi dan Thesis. Bandung : Angkasa. Kotler, Amstrong. (2003). Dasar-dasar Pemasaran. Jakarta. Indeks Kotler, Amstrong. (2006). Principles Marketing, New Jersey: Prentice Hall Inc Kotler, Philip (2005) Manajemen Pemasaran Jilid 1. Jakarta. Prehallindo __________,dan Amstrong, Garry, (2001), Prinsipprinsip Pemasaran jilid 1 dan 2, Jakarta: Erlangga. Kotler, Philip, dan Keller (2006). Marketing Management, New Jersey: Prentice Hall Mc Charty, E.J. (1993). Basic Marketing a Managerial approach. Homewood, Illinois : Richard D. Irwin, INC. Mowen. C. John dan Minor Michael (2002), Perilaku Konsumen, alih bahasa Lina Salim, Bandung : Erlangga Nirwana Sk. Sitepu, (1994), Analisis Regresi dan Korelasi, Bandung: Unit Pelayanan Statistika FPMIPA, Universitas Padjajaran Oliver, Richard L (1996) Satisfaction A Behavioural Perspection the Customer. New York Mc Graw Hill. Companies Philip Kotler . (2005). Manajemen Pemasaran. . Jakarta. Prentice Hall Inc 47-57
Strategic, Volume 9, Nomor 18, September 2010
Stanton, William J, 1994, Fundamental of Marketing, Mc. Graw Hill Inc. Sudjana, (1997), Metoda Statistika, Bandung: Tarsito. Sugiyono, (2006), Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto, (2002), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Rineka Cipta. William G. Zikmund (2003) Customer Relationship Management : Intregrating Marketing Strategy and information Technology, Wiley, USA Zeithaml & Bitner, 1996, Services Marketing, International Edition, The Mc Graw, Hill Companies Inc. Zeithaml, Valarie A. and Mary Jo Bitner, 2000, Services Marketing, Irwin Mc Graw-Hill, Boston. Sumber Lain : Budi Suharjo, Indeks Loyalitas Konsumen Indonesia, Swa 06/XXII/23 Maret-5 April 2006 IBBA, ICSA, Master Of Customer Satisfaction, Swa ICSA No 20/XXII/21 September-4 Oktober 2006. http/www.infokomputer.com http/www.swa.co.id http/www.detiknet.com http/www.deperindag.com
48-57 Strategic, Volume 9, Nomor 18, September 2010